Urgensii aqidah di era modern
-
Upload
zaky-maulani -
Category
Spiritual
-
view
1.640 -
download
0
Transcript of Urgensii aqidah di era modern
Menurut bahasa Arab kata aqidah diartikan sebagai
sesuatu yang diikat oleh hati dan jiwa manusia.
Sering pula disebut sebagai hal-hal yang diyakini dan
dipatuhi manusia
Dalam pengertian Terminology, aqidah diartikan
sebagai tashdiq (pembenaran) terhadap sesuatu dan
diyakini tanpa ada keraguan atau kebimbangan,
semakna dengan kata al iman.
Imam Syahid Hasan Al Bana salah seorang ulama
mesir mendefinisikan aqidah sebagai : hal-hal yang
harus dibenarkan oleh hati, tenang bagi jiwa dan
keyakinan yang tidak dapat digoyahkan oleh
keraguan atau bercampur dengan kebimbangan.
Pada kenyataannya kuat atau lemahnya aqidah umat inibermacam-macam ragamnya sesuai dengan kekuatandalil/bukti-bukti yang mereka terima, dan yang merekayakini.
Ada yang menerima dalil itu dengan talaqqi, lalu diyakinisecara tradisional. Mereka ini sangat rentan terhadapsyubhat yang meragukan.
Ada yang berfikir dan menganalisa dalil yang mereka terima, sehingga imannya menjadi semakin bertambah
Ada pula mereka yang terus menganalisa dan mengamalkanapa yang mereka yakini dengan senantiasa memintapertolongan Allah, sehingga ia mendapatkan cahayakebenaran dalam jiwanya (Q.S. 47: 17)
Klasifikasi Aqidah IslamiyyahAqidah Islamiyyah terbagi dalam empat bagian utama, yaitu :
al Ilahiyyat (ketuhanan),
an Nubuwat (kenabian),
ar Ruhaniyyat (alam gaib), dan
as Sam’iyyat (wahyu).
Klasifikasi aqidah ini terangkum dalam bagian akhir
dari surah Al Baqarah/2: 285 atau yang terangkum
dalam hadits Jibril ketika mendatangi Nabi
Muhammad dan menanyakan kepadanya tentang
Iman, Islam, Ihsan dan hari kiamat.
adalah dakwah yang pertama-tama dilakukan para rasul Allah, setelahitu baru mereka mengajarkan perintah agama (syariat) yang lain.
Didalam Al Qur’an, surat Al-A’raf ayat 59, 65, 73 dan 85, tertulisbeberapa kali ajakan para nabi, “Wahai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan selain-Nya”.
Dengan demikian ilmu Tauhid sebagai ilmu yang menjelaskan aqidahyang lurus, merupakan ilmu pokok yang harus dipahami sebaikmungkin oleh setiap umat Islam yang ingin memperdalam ilmu
agamanya.
Tanpa aqidah yang benar seseorang akan terbenam dalam keraguandan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup
pandangannya dan menjauhkannya dari jalan hidup kebahagiaan.Tanpa aqidah yang lurus seseorang akan mudah dipengaruhi dan
dibuat ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan kita.
Di negri kita penyimpangan akidah bukanlah persoalan dan kasus baru yang kita jumpai. Bahkan ia
telah ada sejak negri ini merebut kemerdekaannya dan terbebas dari belenggu penjajahan. Seperti
masuknya faham dan ajaran (komunis atheis) yang disisipkan oleh partai yang saat itu legal
bahkan sempat memiliki masa yang cukup diperhitungkan (baca: PKI, pen.). Tapi tampaknya
penyimpangan terhadap akidah akan terus berlangsung sampai kapan pun dalam negri kita,
bahkan ia akan menjadi persoalan atau kasus yang akhirnya dianggap biasa dan sah-sah saja,
hingga tidak peduli jika mereka atau keluarga mereka sendiri telah masuk dan terjerumus ke
dalam lembah kesesatan tersebut. Dan belakangan ini kita saksikan banyak sekali bermunculan
aliran-aliran sesat dan menyesatkan yang sangat meresahkan umat dan menodai ajaran Islam
serta merusak akidah yang benar, seperti kasus nabi palsu; Lia Eden, al-Qiyadah al-Islamiyah, dan
baru-baru ini kasus lama yang muncul kembali yakni kasus kelompok dan ajaran sesat Ahmadiyah
yang menimbulkan pro-kontra di antara umat Islam bahkan sampai menyebabkan terjadinya
insiden Monas yang sangat miris dan sangat disayangkan karena faktanya pertikaian yang terjadi
adalah antara umat Islam itu sendiri. Padahal faham dan ajaran yang dianut oleh kelompok ini
jelas-jelas telah menodai ajaran Islam dan menyimpang dari akidah Islam yang benar, tapi
anehnya masih saja ada sebagian umat Islam dan tokoh-tokoh Islam yang turut membela dan
memperjuangkannya. -Allah yahdihim- dan ironisnya ternyata sebagian umat Islam/ ormas Islam
yang mendukung aksi penolakan dibubarkannya Ahmadiyah disinyalir mendapat sokongan dana
dari agen yahudi (yang membawa misi zionisme).
1. Kebodohan, Karena tidak ada kemauan (dan enggan) untuk mempelajarinya, sehingga ia tidak bisa mengenal mana yang benar mana yang salahmenurut aqidah Islam. Dalam kehidupan ini manusia belajarmemahami arti kebaikan (haq) dan keburukan (bathil) dari berbagaisumber, baik dari sumber syariah Islam, dari pergaulan serta darikesepakatan umum antar manusia mengenai akhlak (karena sebagiankebaikan memang sudah ada dalam diri manusia sebagai fitrah). Namun kebenaran yang mutlak (haq) bersumber dari Allah (syariahIslam), sedang yang bersumber dari manusia dibatasi akal dankepentingan manusia. Akal manusia terbatas, karena itu tidak mampumemahami secara baik mengapa babi diharamkan.
Demikian juga kepentingan manusia dibatasi nafsunya, misalnyapendapat kaum liberal bahwa perzinahan dibolehkan asal mau samamau. Keterbatasan manusia ini jelas difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an, surat Al Baqarah ayat 216, “. . . Boleh jadi kamu membencisesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamumenyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” .
Fanatik (ta’ashshub) kepada sesuatu yang diwarisi orang tua ataunenek moyang kita (tradisi), sekalipun hal itu bathil, ataumenolak yang bertentangan dengan tradisi sekalipun itu benar. Ketahuilah bahwa ketentuan dalam syariah Islam tidak pernahberubah, sedang kehidupan dan ilmu manusia bisa berubah dariwaktu ke waktu. Karena itu hendaknya kita secara langsungbelajar dan berpedoman pada Qur’an dan Hadits, tidak sekedarmengikut kebiasaan yang ada tanpa memahami ilmunya. Disinilah pentingnya mempelajari agama Islam secara benaruntuk meluruskan aqidah maupun syariatnya agar kita tidaksekedar melakukan ibadah sesuai tradisi (kebiasaan) yang kitaterima di keluarga kita atau di lingkungan kita. Bisa jadi tradisi(kebiasaan) itu menyimpangkan ilmu akibat membiasnya prosespenyampaian atau penerimaan ilmu, bisa jadi pula karena orangtua atau kakek kita belajar dari sumber yang salah, atau bisa jadipula karena terbatasnya waktu pendidik kita (orang tua atauguru sekolah) kita dalam menyampaikan ilmu agama secaralengkap.
Taqlid (mengikuti) secara buta, yaitumengikuti pendapat manusia tanpamenyelidiki seberapa jauh kebenaran dalilyang ia gunakan. Bila ia mengikuti suatuimam atau ajaran yang sesat tanpa maumenyelidikinya, maka jadilah ia penganutpaham yang sesat.
Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai parawali atau orang-orang yang shalih, bahkanmengangkat derajat mereka dibandingmanusia lainnya. Termasuk diantara merekamisalnya orang yang meminta sesuatumelalui ziarah kubur kepada para wali, ataumengikuti ajaran seorang shaleh panutannyasambil menolak atau meremehkan ajarandari orang sholeh lainnya.
Ghaflah (lalai) terhadap perenungan terhadapkebesaran dan sifat-sifat Allah di alam jagad raya ini(ayat-ayat kauniyah) dan yang tertuangKitab-Nya (Qur’aniyah). Mereka lebih kagum padahasil karya manusia, teknologi, seni dankebudayaan ciptaan manusia. Bahkan merekamenganggap keunggulan dan keindahan karyamanusia itu memang hasil kreasi manusia sematatanpa campur tangan Allah. Ingatlah firman Allah, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apayang kamu perbuat itu” (QS, As-Shaffat:96)
6. Rumah tangga (keluarga) yang hampa dari ajaran Islam,yaitu para orang tua yang tidak peduli terhadappendidikan agama Islam bagi anak-anaknya. Padahal orang tua mempunyai peranan terbesardalam menentukan lurus tidaknya jalan hidupanaknya berdasarkan syariah Islam. RasulullahSAW bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalamkeadaan fitrah (suci). Orang tuanya lah yang kemudian menjadikannya Yahudi, Nasrani atauMajusi” (HR. Al-Bukhari).
7. Godaan lingkungan,
yaitu berupa godaan cara dan gaya hidup yang menggunakannilai-nilai kebaikan yang tidak sesuai syariah Islam, termasuk dalam hal ini godaan gaya hidup maksiat yang menurut standard bangsa barat yang liberal dipandangsebagai hal yang normal. Umat yang lemah iman danilmunya melihat hal ini wajar-wajar saja dan tidakberbahaya, sedang ajaran Islam telah menentukan denganjelas mana yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil). Sebagai contoh, di kolam renang pria dan wanita denganpakaian yang hanya menutup paha atas dan (hingga) dada sudah dianggap wajar dan sopan menurut masyarakat masakini, tapi tidak menurut Islam. Contoh lain, sebagian umatIslam yang awam menganggap mengucapkan selamat hariraya agama lain dianggap wajar dan menunjukkan sikap baikkarena menghormati toleransi beragama, padahal berbagaidalil Qur’an dan Hadits telah melarangnya, dankeharamannya ditegaskan pula dalam fatwa MUI (MajelisUlama Indonesia).