upload makalah.docx

22
AKTIVITAS INJEKSI GENTAMISIN SULFAT DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae DAN Bacillus subtillis SKRIPSI Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran ARMYDHA IGA PAMBUDI 260110110105 FAKULTAS FARMASI

Transcript of upload makalah.docx

AKTIVITAS INJEKSI GENTAMISIN SULFAT DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae DAN Bacillus subtillis

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian sarjanapada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

ARMYDHA IGA PAMBUDI260110110105

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2015ABSTRAK

Stabilitas injeksi gentamisin sulfat di dalam cairan infus telah diuji secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan alat KCKT sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui ada atau tidaknya penurunan aktivitas injeksi gentamisin sulfat terhadap bakteri dengan variasi penggunaan cairan infus serta waktu penggunaan sediaan Sediaan injeksi gentamisin sulfat yang bersifat bakterisidal dapat diberikan dengan injeksi langsung ataupun dengan cara pencampuran intravena (IV admixture) dengan cairan infus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis cairan infus ringer dekstrosa dan ringer laktat terhadap aktivitas gentamisin sulfat pada bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis serta mengetahui pengaruh variasi waktu penggunaan injeksi gentamisin sulfat yang dicampurkan kedalam cairan infus ringer dekstrosa dan ringer laktat terhadap aktivitasnya pada bakteri. Penelitian yang dilakukan meliputi pencampuran sediaan steril injeksi gentamisin sulfat kedalam cairan infus sebagai larutan sampel, serta pengujian aktivitas sediaan injeksi gentamisin sulfat tersebut dengan metode difusi agar menggunakan perforasi dan cakram kertas. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gentamisin sulfat lebih stabil dalam larutan infus ringer dekstrosa daripada larutan infus ringer laktat serta waktu penggunaan memberikan pengaruh terhadap aktivitas gentamisin sulfat pada bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus. Aktivitas gentamisin sulfat yang paling baik adalah waktu menit ke-0 setelah pencampuran.

Kata Kunci :Injeksi gentamisin sulfat, ringer dekstrosa, ringer laktat, pencampuran intravena, Klebsiella pneumoniae, Bacillus subtillis.

ABSTRACT

Stability of gentamicin sulphate injection in intravenous fluids was tested qualitative and quantitative using HPLC, so that further testing is necessary to determine whether or not a decrease in activity of gentamicinsulphate injection against bacteria with variations in the use of intravenous fluids and preparation time. Gentamicin sulphate injection dosage which is bactericidal can be given by injection directly or by mixing intravenous (IV admixture) with intravenous fluids. The research aims to study the effect of Ringer's lactate and Ringer's dextrose intravenous fluid against the activity of gentamicin sulphate in Klebsiella pneumonia and Bacillus subtillis and to determine the effect of variations in time in use of gentamicin sulphate injection which was mixed into a liquid infusion of Ringer's dextrose and Ringer's lactate on its activity in bacteria. This study including the mixing of sterile dosage of gentamicin sulphate injection into intravenous fluid as the sample solution, and testing activity of gentamicin sulphate injection dosage is the agar diffusion method using the perforation and paper discs. The results of this study can be concluded that gentamicin sulphate is more stable in Ringer's dextrose infusion solution than the Ringers lactate. and the time of use sample can give effect to the activity of gentamicin sulfate in Klebsiella pneumoniae and Bacillus subtillis in which the activity of gentamicin sulfate is the most well in minute 0 after mixing.

Keywords: gentamicin sulphate injection, Ringers dextrose, Ringer's lactate, mixed intravenous, Klebsiella pneumonia, Bacillus subtillis.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Efektivitas Injeksi Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:1. Kedua orangtua penulis, bapak Agus Budi Santoso dan mama Sukatmi, S.Pd., serta adik satu-satunya, Armydha Megawati Putri, yang telah memberikan dukungan penuh atas kelulusan penulis di perkuliahan,2. Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran3. Kedua dosen pembimbing, Ibu Dra. Rr. Sulistyaningsih, M.Kes., Apt serta Bapak Insan Sunan K., S.Si., MKM., Apt, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam membimbing penulis pada proses penelitian serta penyusunan skripsi ini,4. Bapak Richie Agusta Iwan Chandra, S.Farm., M.Sc., Apt, selaku dosen wali,DAFTAR ISIHalaman

ABSTRAK.iii

ABSTRACT.iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL..xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN....xiii

BAB IPENDAHULUAN.1

1.1Latar Belakang..1

1.2Identifikasi Masalah..3

1.3Tujuan Penelitian..4

1.4Kegunaan Penelitian.4

1.5Metode Penelitian.5

1.6Waktu dan Tempat Penelitian.......5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA6

2.1Sediaan Injeksi..6

2.1.1Definisi Injeksi.6

2.1.2Syarat Sediaan Injeksi..6

2.1.3Penggolongan Injeksi...7

2.1.4Pembuatan Injeksi8

DAFTAR TABEL

TabelHalaman

4.1Kompatibilitas Antibiotik dengan Berbagai Larutan Infus..............5

4.2Hasil Pengujian Organoleptis Sediaan Injeksi Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa..............

30

4.3Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa...........................................................................................

31

4.4Hasil Pengujian Aktivitas Sediaan Injeksi Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae dengan Teknik Perforasi

32

4.5Hasil Pengujian Aktivitas Sediaan Injeksi Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa terhadap Bakteri Bacillus subtillis dengan Teknik Perforasi

33

4.6Tabel Hasil Analisis Varians Pengaruh Cairan Infus terhadap Aktivitas Gentamisin Sulfat pada Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis

52

4.7Tabel Hasil Analisis Varians Waktu Penggunaan terhadap Aktivitas Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa pada Bakteri Klebsiella pneumoniaedan Bacillus subtillis..

52

4.8Tabel Hasil Analisis Varians Interaksi Antara Cairan Infus dan Waktu Penggunaan terhadap Aktivitas Gentamisin pada Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis...53

4.9Tabel Hasil Uji Tukey Waktu Penggunaan terhadap Aktivitas Gentamisin Sulfat dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa pada Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis..54

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Struktur Gentamisin Sulfat...........12

4.1Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Pengamatan Hari Ke-1..................................................................

45

4.2Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Pengamatan Hari Ke-2..................................................................

46

4.3Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Pengamatan Hari Ke-3..................................................................

47

4.4Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Pengamatan Hari Ke-5..................................................................

48

4.5Hasil Pengujian Sterilitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa Pengamatan Hari Ke-7..................................................................

49

4.6Hasil Pengujian Aktivitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae dengan Teknik Perforasi.

50

4.7Hasil Pengujian Aktivitas Sediaan Injeksi Gentamisin dalam Cairan Infus Ringer Laktat dan Ringer Dekstrosa terhadap Bakteri Bacillus subtillis dengan Teknik Perforasi...

51

4.8Hasil Uji Konfirmasi Bakteri Klebsiella pneumoniae dengan Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram ...

55

4.9Hasil Uji Konfirmasi Bakteri Bacillus subtillis dengan Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram

56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1KOMPATIBILITAS ANTIBIOTIK DENGAN BERBAGAI LARUTAN INFUS..........................................................................

44

2HASIL PENGUJIAN STERILITAS SEDIAAN INJEKSI GENTAMISIN DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA.........................................................

45

3HASIL PENGUJIAN AKTIVITAS INJEKSI GENTAMISIN DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae DENGAN TEKNIK PERFORASI...

50

4HASIL PENGUJIAN AKTIVITAS SEDIAAN INJEKSI GENTAMISIN DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA TERHADAP BAKTERI Bacillus subtillis DENGAN TEKNIK PERFORASI.

51

5HASIL ANALISIS VARIANS AKTIVITAS GENTAMISIN SULFAT PADA BAKTERI Klebsiella pnuemoniae DAN Bacillus subtillis...............................................................................

52

6HASIL UJI TUKEY WAKTU PENGGUNAAN TERHADAP AKTIVITAS GENTAMISIN SULFAT DALAM CAIRAN INFUS RINGER LAKTAT DAN RINGER DEKSTROSA PADA BAKTERI Klebsiella pnuemoniae DAN Bacillus subtillis.............................................................................................

54

7HASIL UJI KONFIRMASI BAKTERI Klebsiella Pneumoniae DENGAN UJI BIOKIMIA DAN PEWARNAAN GRAM.

55

8HASIL UJI KONFIRMASI BAKTERI Bacillus Subtillis DENGAN UJI BIOKIMIA DAN PEWARNAAN GRAM.

56

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam dunia kesehatan, dan hampir setiap negara mengalami masalah dengan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Darmadi, 2008).Salah satu penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian adalah penyakit infeksi saluran pernafasan, baik itu pernafasan atas maupun bawah yang bersifat akut atau kronis (Ngastiyah,2005). Secara umum penyebab dari infeksi saluran nafas adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri (Depkes RI, 2000). Penyakit pneumonia merupakan penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh infeksi bakteri Klebsiella pneumoniae (Misnadiarly, 2008). Klebsiella pneumoniae merupakan penghuni normal traktus digestivus yang dapat diisolasi dari tinja manusia atau hewan (Dzen, 2003). WHO memperkirakan sebanyak 10-20% kasus pneumonia pada anak balita di Indonesia terjadi setiap tahun (Depkes RI, 2008). Berdasarkan penelitian Susilo (2004), hasil sensitivitas dari Klebsiella pneumoniae terhadap beberapa obat didapatkan sensitivitas kuat terhadap Amoxicylline-Clavulanic acide (95 %), Cefotaxim (100 %), Cephalotine (90 %),BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan InjeksiInjeksi harus steril, bebas pirogen, bebas kontaminasi dan bakteri. Sediaan yang digunakan untuk injeksi dapat diberikan untuk tujuan terapetik atau diagnostik (Depkes RI, 1995).2.1.1 Definisi InjeksiInjeksi didefinisikan sebagai sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1979). Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, 1989). 2.1.2 Syarat Sediaan InjeksiLarutan obat yang diberikan secara parenteral dapat bekerja optimal akan diperoleh jika memenuhi persyaratan, yaitu :1. Harus steril. Suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun non vegetatif (spora) (Anief, 2000).Sedapat mungkin isohodris. Isohodris artinya pH larutan injeksi sama dengan darah dan cairan tubuh lain yaitu pH = 7,4. Dimaksudkan agar

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 AlatPeralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Laminar air flow (Esco), autoklaf, inkubator (Memmert), Oven (Memmert 854), cawan petri steril (Pyrex), spreader steril, kapas steril, kain kasa steril, pipet volume steril, mikropipet steril (eppendorf), lampu spiritus, tabung reaksi steril, rak tabung reaksi, infus set steril, alat suntik steril, ose steril dan alat-alat gelas steril yang terdapat di Laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

3.2 BahanDalam penelitian ini digunakan bahan yang terdiri dari bahan uji, bakteri uji dan media pertumbuhan bakteri.3.2.1 Bahan UjiBahan uji yang digunakan adalah injeksi gentamisin sulfat yang dilarutkan dalam cairan infus ringer laktat dan ringer dekstrosa yang dilakukan di dalam ruang Laminar Air Flow (LAF).3.2.2 Bakteri UjiBakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis yang ditanamkan pada media Mueller Hinton Agar (MHA) dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh dari pengujian laboratorium. Sediaan injeksi gentamisin yang dicampurkan dalam cairan infus ringer laktat dan ringer dekstrosa yang diujikan secara fisik maupun pengujian sterilitas serta efektifitasnya sudah sesuai dengan syarat ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IV.

4.1 Pencampuran Sediaan Steril Sampel yang diambil merupakan larutan injeksi gentamisin sulfatdengan no.batch BF4E028, cairan infus ringer laktat dengan no. batch 44G75dan ringer dekstrosa dengan no. batch 44E75. Sampel dibeli dengan no. batch yang sama agar sampel tersebut memiliki sifat dan mutu produk yang identik, sehingga adanya perbedaan hasil dalam penelitian hanya disebabkan oleh perbedaan dalam perlakuan terhadap sampel.Adapun pemilihan cairan infus yang digunakan dalam pencampuran dengan injeksi gentamisin sulfat seperti yang tertera pada tabel 4.1 LAMPIRAN 1 dimana injeksi gentamisin hanya dapat tercampurkan dengan beberapa cairan infus saja diantaranya cairan infus NaCl 0,9%; Dekstrose 5%; Dekstrose 10%; Dekstrose 5% dengan NaCl 0,225%; Ringer serta Ringer Laktat. Sediaan yang diuji merupakan hasil pencampuran larutan injeksi gentamisin sulfat sebanyak 1ml dalam 100ml cairan infus ringer laktat dan ringer dekstrosa yang dilakukan BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :1. Penggunaan variasi cairan infus (ringer laktat dan ringer dekstrosa) dalam pencampuran injeksi gentamisin sulfat berpengaruh terhadap aktivitas gentamisin sulfat pada bakteri Klebsiella pnuemoniae dan Bacillus subtillis. Gentamisin sulfat lebih stabil dalam larutan infus ringer dekstrosa daripada larutan infus ringer laktat. 2. Waktu penggunaan injeksi gentamisin sulfat dalam cairan infus ringer laktat dan ringer dekstrosa memberikan pengaruh terhadap aktivitas gentamisin sulfat pada bakteri Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtillis. Aktivitas gentamisin sulfat yang paling baik adalah waktu menit ke-0 setelah pencampuran dan terjadi penurunan aktivitas yang tidak signifikan selang waktu 30 menit.. 5.2 SaranPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji aktivitas injeksi gentamisin menggunakan variasi cairan infus yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 4, 239-240.Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke-9. Yogyakarta: Gajah Mada University-Press. Hal: 190Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta: UI Press. Hal: 399-407Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial:Problematika dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 30Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 13-18Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 103-104, 406-408Departemen Kesehatan RI. 2000. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2001. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 5Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 7Dzen, Sjoekoer M.; Roekistiningsih; Santoso, Sanarto; Winarsih, Sri. 2003.Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia. Hal: 63Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 90Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djembatan. Hal: 28 LAMPIRAN 1KOMPATIBILITAS ANTIBIOTIK DENGAN BERBAGAI LARUTAN INFUS

Tabel 4.1 Kompatibilitas Antibiotik dengan Berbagai Larutan Infus