Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri...

85
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut untuk mampu berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Itulah sebabnya mengapa siswa perlu dibiasakan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sangat penting dalam rangka pembentukan manusia yang kreatif, kritis dan inovatif, serta menghargai nilai-nilai perjuangan bangsa yang sasarannya lebih ditekankan pada pembentukan pemahaman, kesadaran dan wawasan para siswa sebagai bekal kehidupan di masa mendatang. Melalui penerapan Metode Problem Solving dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan dapat terlibat secara langsung dalam mencari dan menemukan masalah serta memiliki kemampuan yang optimal dalam memecahkan masalah-masalah yang ada. Dalam kehidupan ini, kita senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut untuk mampu berpikir kritis dan kreatif. Itulah sebabnya mengapa siswa perlu dibiasakan untuk mengembangkan kemampuan tersebut, sehingga nantinya memudahkan siswa dalam memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut sebagai suatu proses penyelesaian akan suatu masalah. 1

Transcript of Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri...

Page 1: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan ini, kita senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut untuk

mampu berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Itulah sebabnya mengapa siswa perlu dibiasakan

untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang

dipelajari di sekolah sangat penting dalam rangka pembentukan manusia yang kreatif, kritis dan inovatif, serta menghargai nilai-

nilai perjuangan bangsa yang sasarannya lebih ditekankan pada pembentukan pemahaman, kesadaran dan wawasan para siswa

sebagai bekal kehidupan di masa mendatang.

Melalui penerapan Metode Problem Solving dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan dapat terlibat secara langsung

dalam mencari dan menemukan masalah serta memiliki kemampuan yang optimal dalam memecahkan masalah-masalah yang

ada.

Dalam kehidupan ini, kita senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut untuk

mampu berpikir kritis dan kreatif. Itulah sebabnya mengapa siswa perlu dibiasakan untuk mengembangkan kemampuan tersebut,

sehingga nantinya memudahkan siswa dalam memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut sebagai suatu proses

penyelesaian akan suatu masalah.

Pelajaran IPS - Sejarah tidak hanya merupakan penyampaian materi saja, tetapi yang lebih penting adalah setelah

mempelajari sejarah, siswa dapat menghargai waktu, mampu belajar dari pengalaman dan mempunyai pandangan akan masa

depan yang lebih maju dan bermutu baik bagi bangsa dan negaranya. Bukan malah sebaliknya siswa menganggap bahwa belajar

sejarah adalah sesuatu yang bersifat membosankan dan tidak ada gunanya saat ini, karena yang dipelajari dalam sejarah hanya

peristiwa-peristiwa masa lalu yang tidak akan terjadi lagi.

Kebanyakan kegiatan pembelajaran sejarah dibangku sekolah dalam hal ini kelas X SMA Negeri 1 Subang dirasakan

siswa sebagai pelajaran yang sangat membosankan dimana pelajaran sejarah hanyalah pelajaran yang menceritakan kejadian-

kejadian masa lalu yang tidak akan terjadi lagi yang biasanya menerangkan suatu tempat/ruang, waktu/tahun dan nama-nama

1

Page 2: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

tokoh/pelaku yang harus diingat dan dihafal oleh siswa Selain itu materi dalam pelajaran sejarah juga menerangkan tentang

sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang berisikan banyak konsep-konsep, tahun penemuan, tempat penemuan, pola hidup,

hasil-hasil kebudayaannya, membuat peta persebarannya dan mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia

pada masa itu. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap bahwa pelajaran sejarah hanya pelajaran tambahan yang tidak

disertakan dalam Ujian Nasional (UN).

Berawal dari kondisi tersebut penelitian ini dilakukan, selain untuk memperbaiki pola pembelajaran, juga diharapkan

siswa dapat terlibat secara aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran sejarah. Dengan demikian guru diharapkan memiliki

kemampuan dalam memilih, menentukan, dan menggunakan metode pembelajaran yang mampu menciptakan situasi yang

kondusif, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sejarah. Dalam hal ini guru memiliki peranan

penting dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.

Dengan demikian seorang guru diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai strategi dan

pendekatan dalam kegiatan pembelajaran sejarah sehingga peranan guru dapat lebih ma ksimal dalam mencapai tujuan

pendidikan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berkeinginan untuk menerapkan metode problem solving dalam upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS Sejarah.

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Metode problem solving untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran sejarah merupakan masalah pokok

dalam penulisan proposal ini. Untuk memfokuskan permasalahan, peneliti merumuskan dalam pertanyaan berikut ini :

1. Langkah-langkah apa saja yang diambil dalam mengembangkan perencanaan metode problem solving dalam

pembelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

2. Bagaimana pelaksanaan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

2

Page 3: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang

4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan metode problem solving sebagai upaya peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan mendapatkan sejumlah

data-informasi mengenai penerapan metode problem solving dalam pembelajaran IPS sejarah. Sedangkan tujuan khususnya

adalah sebagai berikut:

a. Menyusun serangkaian langkah-langkah yang diperlukan dalam pengembangan perencanaan metode problem solving

pada pembelajaran IPS Sejarah di kelas X, di SMA Negeri 1 Subang.

b. Memperoleh gambaran peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS sejarah melalui penerapan

metode problem solving di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

d. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan metode problem soving dalam pembelajaran IPS

Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

D.Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan seperti yang diuraikan di atas, pembelajaran ini juga memiliki manfaat, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah:

a. Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama

pada pelajaran IPS Sejarah di kelas X, SMA Negeri 1 Subang.

3

Page 4: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

b. Bagi guru, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan di

sekolah masing-masing, khususnya di kelas X,SMA Negeri 1 Subang.

c. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bekal pengetahuan sebagai calon

pengajar sejarah yang hasilnya akan diterapkan pada saat mengajar di kelas nantinya.

d. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

E. Defenisi Operasional

Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dimana

variabel bebas adalah variabel perlakuan atau variabel yang sengaja dimanipulasi untuk diketahui pengaruhnya terhadap variaber

terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas. Oleh sebab itu variabel terikat menjadi

tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah metode problem solving

dan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Metode Problem Solvilng

Metode problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran dimana dalam metode ini siswa dituntut untuk

dapat mencari, menemukan dan memecahkan suatu permasalahan yang ada baik yang berasal dari materi pembelajaran m aupun

yang berasal dari sumber-sumber lingkungan dalam masyarakat dan lingkungan sekolah. Dalam pembelajaran yang menggunakan

metode problem solving yang menjadi pembahasan utama adalah masalah yang kemudian dianalisis dan didiagnosa untuk dicari

penyelesaiannya oleh siswa.

Seperti diungkapkan oleh W.Gulo (2002:113)

“Metode Problem Solving adalah cara penyajian dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan yang

kemudian dianalisis dan diagnosa untuk mendapatkan jawabannya atau penyelesaian masalahnya oleh siswa.”

Dalam pembelajaran dengan metode problem solving terdapat langkah-langkah atau aturan yang harus diperhatikan

mulai dari mencari & menentukan masalah, pengumpulan data, evaluasi dan menarik kesimpulan.

4

Page 5: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode problem solving menurut Nana Sudjana (2006: 84) adalah

sebagai berikut:

Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, dimana masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf

kemampuannya

Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, misalnya dengan jalan

membaca buku-buku, meneliti, bertanya maupun berdiskusi.

Menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada langkah

kedua.

Menguji akan kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah

sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut sesuai atau tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran akan jawaban

tersebut tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti diskusi, pembagian tugas, tanya-jawab maupun

demonstrasi.

Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban yang sudah diperoleh

pada langkah keempat dengan tetap ada bimbingan dari para pengajar.

Dengan menggunakan metode pemecahan masalah/problem solving, siswa diharapkan dapat meraih keberhasilan

dalam belajar dan melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam mencari, menemukan dan memecahkan masalah. Dalam hal

ini, melalui penerapan metode problem solving diharapkan proses pembelajaran hendaknya mampu melatih aspek intelektual,

emosional dan keterampilan bagi siswanya yang menghasilkan suatu potensi yaitu memiliki keterampilan berfikir kritis, yang

mana potensi atau kemampuan tersebut harus dikembangkan oleh guru pada waktu pembelajaran.

2. Berpikir Kritis

Berfikir kritis adalah keterampilan berpikir dalam akan suatu hal menganalisis atau mampu mengugkapkan suatu

pendapat dengan menggunakan penalaran logis. Menurut Zaleha Izhab Haoubah (2003:84) berpikir kritis adalah:

“Berpikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berpikir dasar untuk menganalisis argumen,

memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari

setiap posisi, memberikan model persentasi yang ringkas dan meyakinkan.”

5

Page 6: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Begitu juga menurut Ennis (Zaleha Izhab, 2007:87), berpendapat bahwa berpikir kritis adalah :

“Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan tentang apa yang harus

dipercayai atau dilakukan.”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola berpikir kritis merupakan suatu proses dalam meminta

penjelasan tentang sesuatu hal yang membuat rasa ingin tahu seseorang mengenai hal tersebut atau dapat dikatakan juga sebagai

cara seseorang dalam melihat suatu pernyataan, masalah ataupun gagasan secara objektif.

Adapun ciri-ciri dari berpikir kritis menurut Barry. K.Beyer (1988:71), dalam Mardiana mengemukakan ciri-ciri

berpikir kritis diantaranya sebagai berikut:

1. Distingushing between statement of verifiable facts and value calims.

2. Distinguishing relevan from irrelevant information, claim or reason.

3. Determining the factual accuracy of a stataement.

4. Determining the credibillirty of written source

5. Identifying ambiguous claims or arguments

6. Identifying unstated assumptions

7. Detecting bias.

8. Identifying logical fallacies.

9. Recognizing logical inconsistencies in all line of reasoning.

10. Determining the strenght of argument or claim.

Dari ciri-ciri tersebut, yang lebih dominan adalah membedakan antara pernyataan yang tidak sesuai dengan informasi,

menentukan keakuratan fakta dari suatu pernyataan, mengidentifikasi alasan yang mempunyai arti mendua, memperkenalkan

ketidaktepatan logis dalam suatu kerangka berpikir. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan pola berpikir anak

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Setiap anak mampu berpikir kritis sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu dalam proses

pembelajaran kemampuan tersebut harus dikembangkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Problem Solving

6

Page 7: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Metode mengajar adalah cara yang digunakan dalam mengimplementasikan rencana yang sudah disusun untuk

mencapai tujuan pengajaran secara optimal dan diharapkan melalui metode yang baik akan tercipta suatu interaksi yang edukatif

antara guru dengan siswa. Menurut Sudjana dan Abdorrakhman, bahwa metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat

menumbuhkan kegiatan siswa untuk belajar dan disinilah tugas dan tanggungjawab guru dalam memilih dan menggunakan

metode pengajaran yang tepat.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah N.K (dalam Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, 2006:74)

yang mengemukakan :

“Seorang guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode / cara atau pola dalam mencapai /

melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar sesuatu agar siswa/i dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, dimana dalam pelaksanaanya guru harus menguasai teknik-teknik penyajian atau

metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik.”

Selain itu, kombinasi penggunaan dari beberapa metode mengajar sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses

belajar mengajar, dimana dalam hal ini penulis menggunakan Metode Problem Solving yang dipadukan dengan metode ceramah

dan tugas dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Sudirman dkk (1987:146)

“Metode problem Solving adalaah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak

pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa.

Permasalahan itu diajukan diberikan kepada siswa, dari siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian

dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Metode pemecahan ini sering

disebut pula problem solving method, refiective thingking mehod, atau scientific method”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving merupakan cara belajar dengan bekerja dan

berpikir melalui masalah-masalah yang berasal dari guru maupun dari siswa itu sendiri untuk dicari jawabannya karena

mengandung keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus ditemukan pemecahannya. Seperti yang dikemukakan oleh

Killen dalam Lilis Sumini (2005), bahwa:

“ Masalah bisa juga diartikan sebagai situasi dimana terdapat beberapa informasi yang diketahui dan informasi lain

yang tidak diketahui dan mengandung keraguan, ketidakpastian atau sesuatu yang sulit dimengerti.”

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa masalah adalah sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan perlu untuk

dianalisis kembali, dimana hakikat masalah dalam problem solving method adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan

kondisi yang diharapkan sehingga timbul keresahan, keluhan dan kecemasan.

Seperti yang dikemukakan oleh Gulo (2002 : 112)

7

Page 8: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

“Penggunaan metode problem solving dalam proses pembelajaran membuat siswa terlibat secara maksimal dalam

usaha mancari dan menemukan serta memberi tekanan pada keyakinan atas dri sendiri dan kemampuannya untuk

menyelesaikan masalah yang dapat dilakukan secara intuitif,otoritas, metafisik dan secara ilmiah maupun

berdasarkan pengalaman masa lampau dan cara trial&error.”

Belajar dengan menggunakan metode problem solving pada dasarnya adalah bagaimana cara siswa untuk mencari,

menemukan dan memecahkan masalah sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr.Wina Sanjaya.M.Pd, metode problem solving

sangat penting dikembangkan karena pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah, mulai dari

masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks dan mulai dari masalah pribadi sampai masalah keluarga-sosial-negara

bahkan masalah dunia, dimana melalui metode problem solving inilah diharapkan dapat memberi latihan dan kemampuan bagi

setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Dalam hal ini metode problem solving sebagai salah satu metode dari berbagai macam metode pengajaran yang

digunakan dalam pembelajaran sejarah seperti yang diungkapkan oleh Nurhadi (2003:19-20), yang mengemukakan :

“Beberapa metode dengan menggunakan pendekatan kontekstual antara lain metode : kooperatif, inkuiri, interaktif,

eksploratif, berfikir kritis, pemecahan masalah, (problem solving) yang dapat digunakan secara bervariasi dalam

proses belajar mengajar dengan memperhatikan sumber-sumber belajar.”

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem soving, siswa tidak hanya sekedar menjadi

pendengar saja akan tetapi siswa dilibatkan aktif dalam mencari dan memecahkan sendiri masalah yang ada. Artinya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dalam menumbuhkan sikap ilmiah mengumpulkan dan menganalisis data secara

empiris serta menumbuhkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga menghasilkan siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.

Dalam pengajaran yang menggunakan pendekatan problem solving , penekanan langkah ditujukan kepada masalah apa

yang harus dipecahkan dan bagaimana memecahkan masalah itu secara sistematis dan empiris. Siswa diharapkan dapat

menggunakan operasi berpikir tingkat tinggi yang memungkinkan siswa untuk mampu mengidentifikasi masalah dengan jelas,

mengklasifikasikan masalah dari yang sederhana sampai yang kompleks, mengumpulkan informasi atau data yang digunakan

untuk memecahkan masalah, menguji jawaban yang sudah ditemukan dan menyimpulkannya dengan baik.

Dalam metode pemecahan masalah guru, memberikan bekal kepada siswa tentang karakteristik dan tahapan dalam

menyelesaikan suatu masalah, kemudian melakukan evaluasi belajar pada siswa bukan saja dilihat pada hasil akhir ( out put)

8

Page 9: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

tetapi terutama pada prosesnya. Penilaian keberhasilan siswa pada pemecahan masalah ditentukan dari ketersediaan alat evaluasi

seperti tes biasa (tes standar, buatan guru, dan yang serupa), kesungguhan siswa, keaktifan siswa, cara siswa menyelesaikan

masalah dan kerja sama dengan temannya juga harus dievaluasi.

Menurut Hayes, proses pemecahan masalah terdiri dari dua langkah, yaitu memahami kesenjangan dan mencari jalan

untuk menjembatani kesenjangan tersebut (Hayes dalam Helgenson S.I 1992, dalam Habullah, 2000:10). Demikian halnya

mengenai pemecahan masalah dikemukakan Bell (1978), yang menyatakan bahwa suatu situasi kesenjangan itu memerlukan

tindakan, dan tindakan tersebut dengan segera dapat menemukan pemecahannya.

Kedua pendapat tersebut menyebutkan bahwa masalah muncul akibat dari adanya kesenjangan, dan situasi seperti itu

memerlukan suatu tindakan agar dapat terpecahkan. Pemecahan masalah akan ada jika ada suatu persoalan atau permasalahan

dan ada keinginan untuk menyelesaikannya.

Seperti diungkapkan oleh Ruseffendi :

“Pemecahan masalah timbul karena adanya suatu persoalan. Suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang bila

persoalan itu tidak dikenalnya, dan orang tersebut mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya, terlepas apakah

akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawaban masalah tersebut (1991; 336).”

1. Perencanaan dan Pedoman Metode Problem Solving

Belajar menggunakan metode problem solving merupakan sebuah cara belajar yang menggunakan masalah sebagai inti

pembelajaran. Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk disimpan di memori siswa yang diperoleh

melalui pengulangan praktek (latihan) dan penguatan saja. Namun siswa belajar dengan mendekati setiap persoalan/tugas baru

dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah ia miliki, dimana dalam penerapan metode problem solving terlebih dahulu

harus di buat perencanaan.

Polya dalam Lilis Sumini menyatakan ada 4 tahap yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu : 1)

Memahami permasalahan 2) Membuat perencanaan pelaksanaan 3) Melakukan suatu tindakan sesuai rencana yang di buat dan 4)

Memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Keempat tahapan tersebut harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaann. Adapun prinsip-prinsip

pelaksanaan tiap tahap tersebut sebagai berikut:

a. Memahami Permasalahan

9

Page 10: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

- Apa saja yang diketahui dan yang tidak,serta bagaimana kondisinya?

- Buatlah tahapan-tahapan!

- Pisahkan bagian-bagian kondisinya!

b. Membuat Perencanaan Pelaksanaan

- Temukan hubungan yang diketahui dan yang tidak!

- Apakah diketahui dalil atau sumber yang dapat dipergunakan?

- Apakah pernah mengahadai masalah yang sama atau berhubungan?

- Apakah telah memakai data atau kondisi yang ada?

- Untuk dapat membuat rencana penyelesaian dengan baik, dapat digunakan staregi yang diantaranya; strategi

model dan strategi gambar.

c. Melakukan suatu tindakan sesuai rencana yang dibuat

- Lakukan setiap langkah dari tiap solusi yang ada

- Apakah terlihat jelas langkah-langkah dan tahapan yang benar?

- Dapatkah anda membuktikan bahwa itu benar?

d. Memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh

- Dapatkah anda periksa kesimpulan dan sebab akibatnya?

- Dapatkah anda melihat hal itu dalam pandangan sekitar?

Dalam menggunakan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran harus diperhatikan pedoman atau

rambu-rambu yang biasanya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Killen

(1998:107), bahwa :

“Seorang guru harus menjelaskan kepada siswanya kenapa kita ingin mereka untuk mempelajarinya.

Kenapa kita menggunakan masalah sebagai cara untuk keberlangsungan proses pembelajaran, dan interaksi macam

apa yang kita harapkan dari mereka selama proses pembelajaran ini, fokusnya adalah pengembangan pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran yang akan kita berikan, bukannya penemuan jawaban untuk masalah itu sendiri.

Hal ini bisa dicapai dengan baik jika guru memberikan waktu dan kesempatan yang cukup kepada siswanya untuk

mengembangkan pemahaman mereka.”

Selain itu, dalam problem solving method guru menekankan kepada siswa bagaimana proses menyelesaikan suatu

masalah yang dihadapi secara ilmiah yang memiliki tiga (3) ciri utama yaitu :

1. Problem Solving Method merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran siswa tidak hanya sekedar mendengarkan,

mencatat dan menghafalkan materi saja tetapi melalui metode ini siswa diharapkan untuk aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data serta menyimpulkan dengan baik.

2. Dalam Problem Solving Method, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan

menempatkan masalah tersebut sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

10

Page 11: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

3. Dalam Problem Solving Method, proses pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

ilmiah, yang dilakukan secara sistematis ( melalui tahapan-tahapan tertentu ) dan empiris ( proses penyelesaian

masalah berdasarkan data dan fakta yang jelas ).

Idealnya setiap masalah dapat dipecahkan dengan proses penyelesaian yang benar dan baik berdasarkan dukungan

bukti yang tersedia dengan mengarahkan siswa mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah seperti yang diungkapkan oleh

Sapriya (2002: 86-87), proses pembelajaran dengan teknik problem solving mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengenali adanya masalah

2. Mencari alternatif pendekatan untuk memecahkan masalah itu

3. Memilih dan menerapkan pendekatan yang tepat

4. Mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kegunaan-kegunaan metode problem solving tersebut diatas baru dapat dicapai dengan sempurna jika guru mampu

menciptakan iklim yang kondusif untuk terselenggaranya penggunaan metode problem solving tersebut. Jarolimek dalam Djahiri

(1985:132) memberikan rambu-rambu untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut.

Ada yang bersifat individual maupun kelompok. Tuntutan yang bersifat individual diantaranya adalah :

a. Berikan kesempatan kepada siswa anda untuk merumuskan sesuatu dalam bahasa dan pikirannya sendiri

b. Berikan kesempatan kepada mereka mencari jalannya sendiri dalam menempuh pemecahan yang telah disepakati

bersama/oleh yang bersangkutan.

c. Berikan hal mengumukakan sesuatu dalam berbagai cara serta hak berbuat untuk melakukan kesalahan, dan

kesalahan ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman ke arah mencari perbaikan.

d. Binalah situasi kelas/kelompok yang memungkinkan siswa mengemukakan pendapat/jawaban sendiri.

e. Sediakan waktu, peralatan serta pertolongan secukupnya (secara wajar)

f. Doronglah agar siswa mengemukakan pendapat, hipotesis, pemecahan dan kesimpulannya sendiri dalam

berbagai varisasi dan alternatif.

g. Berikan kesempatan kepada siswa mengembangkan cara pola kerja sendiri.

Sedangkan tuntutan yang bersifat kelompok/kelas yang dapat menciptakan iklim problem solving antara lain:

a. Kelas diarahkan kepada pokok permasalahan yang telah jelas rumusannya, patokan/cara, serta arah tujuan

b. Agar dipahami bahwa inkuiri/problem solving adalah pengembangan kem ampuan membuat perkiraan serta

proses berpikir. Peranan dan kemampuan mengembangkan pertanyaan (teknik bertanya) dari guru akan sangat

menentukan keberhasilan inkuiri.

11

Page 12: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

c. Hendaknya diberikan kekuasaan kepada siswa untuk mengemukakan berbagai kemungkinan (alternatif) dalam

bertanya atau menjawab.

d. Bahwa cara menjawab dapat diutarakan dengan berbagai cara sepanjang, hal ini mengenai permasalahan yang

sedang diinkuiri/problem solving.

e. Bahwa pada umumnya inkuiri/problem solving adalah mengenai nilai-nilai atau sikap, maka hargailah sistem

kepercayaan/nilai dan sikap siswa-siswa anda.

f. Guru hendaknya menjaga diri untuk tidak menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan.

g. Usahakan selalu jawaban bersifat merata dan kooperatif (dapat diperbandingkan dengan yang lainnya)

Dengan terciptanya iklim pembelajaran yang interaktif dan edukatif maka penerapan metode problem solving dalam

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Problem Solving

Penggunaan metode problem solving dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti yang

diungkapkan oleh Syaiful Bahri.H dan Aswan Zain (2006 : 92) yang diantaranya:

a. Kelebihan Metode Problem Solving

1. Metode ini dapat membuat pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata,

khususnya dunia kerja.

2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bekerja

kelak sebagai suatu kemampuan yang sangat bermakna dalam kehidupan manusia.

3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam

proses belajarnya siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka

mencari pemecahannya.

b. Kekurangan Metode Problem Solving

1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan

kelasnya serta pengetahuan dan pengenalan yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan keterampilan guru.

12

Page 13: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup lama atau banyak dan

sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

3. Mengubah kebiasaan siswa belajar yang awalnya hanya sebatas mendengarkan dan mencari informasi dari guru

berubah menjadi belajar dengan banyak berpikir dan memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-

kadang memerlukan berbagai sumber belajar, hal inilah yang merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

4. Langkah-langkah Metode Problem Solving

Dalam pelaksanaannya metode problem solving ini harus sesuai dengan tahapan ataupun langkah-langkah yang telah

ditentukan, agar lebih efektif dan tepat tujuan.

Ada beberapa langkah yang dilakukan yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam menggunakan metode problem

solving diantaranya :

a. Dewey dalam W. Gulo (2002 : 115) dimana menurut model ini penyelesaian masalah dilakukan dalam enam

tahap yaitu:

1. Merumuskan permasalahan

Siswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

2. Menelaah permasalahan

Siswa diharapkan mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci dan menganalisis masalah dari

berbagai sudut

3. Merumuskan hipotesis

Siswa diharapkan mampu untuk berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternatif

penyelesaian

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuatan hipotesis

Siswa diharapkan mampu memiliki kecakapan dalam mencari dan menyusun data serta mampu menyajikan

data dalam bentuk diagram,gambar, tabel

13

Page 14: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

5. Pembuktian hipotesis

Siswa diharapkan mampu memiliki kecakapan dalam menelaah dan membahas data, kecakapan dalam

menghubung-hubungkan dan menghitung serta terampil dalam mengambil keputusan dan membuat

kesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian masalah

Siswa diharapkan mampu memiliki kecakapan dalam membuat alternatif penyelesaian dan kecakapan

menilai pilihan denganmemperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan

b. Menurut Nana Sudjana (2009 : 85) dengan langkah-langkah :

Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, dimana masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan

taraf kemampuannya

Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, misalnya dengan

jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya maupun berdiskusi.

Menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang telah diperoleh

pada langkah kedua.

Menguji akan kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan

masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut sesuai atau tidak sesuai. Untuk menguji

kebenaran akan jawaban tersebut tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti diskusi, pembagian

tugas, tanya-jawab maupun demonstrasi.

Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban yang sudah

diperoleh pada langkah keempat dengan tetap ada bimbingan dari para pengajar.

c. Menurut David Johnson dan Johnson dalam Wina Sanjaya (2006 : 217) bahwa penyelesaian masalah dilakukan

melalui kelompok dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik,

hingga siswa menjadi jelas akan masalah apa yang akan dikaji.

14

Page 15: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

2. Mendiagnosis masalah yaitu siswa dapat menentukan sebab-sebab terjadinya masalah serta menganalisis

berbagai factor-faktor baik yang menghambat maupun yang mendukung dalam penyelesaian masalah.

3. Merumuskan alternative strategi yaitu siswa didorong untuk berpikir dalam mengemukakan pendapat dan

argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan menguji yang dapat dilakukan melalui diskusi kelas.

4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang

dapat dilakukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

5. Melakukan evaluasi baik evaluasi proses yaitu evaluasi terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan dan

evaluasi hasil yaitu evaluasi terhadap akibat dari strategi yang diterapkan

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses

pembelajaran dengan metode problem solving adalah menyadari adanya masalah, merumuskan permasalahan, merumuskan

hipotesis, pengumpulan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian.

Problem solving juga merupakan sebuah pendekatan dalam bidang pendidikan yang mendorong siswa untuk “belajar

untuk belajar”, dimana siswa bekerja secara bersama-sama dalam kelompok untuk mencari solusi-solusi dari permasalahan nyata

dan yang lebih penting lagi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi seorang pribadi yang kritis, kreatif dan

objektif.

Berdasarkan pemikiran Nana Sudjana dan Syaiful Bahri-Aswan Zain di atas, metode problem solving bukan hanya

sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode yang berpikir, dimana secara sederhana tahapan pelaksanaan

metode problem solving dapat dijelaskan sebagai berikut:

Langkah 1: Menyadari Adanya Masalah

Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan

mendorong siswa agar memiliki kemampuan dalam menentukan kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada di

kehidupan masyarakat.

Langkah 2: Merumuskan Permasalahan

15

Page 16: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Bahan pelajaran yang diperoleh pada tahap satu, selanjutnya difokuskan pada masalah yang akan dikaji, dimana siswa

diharapkan memiliki kemampuan dalam menentukan prioritas masalah dan dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji,

memerinci dan menganalitis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik dan dapat

dipecahkan.

Langkah 3: Merumuskan Hipotesis

Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah

yang ingin diselesaikan dimana melalui analisis inilah siswa diharapkan dapt menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian

masalah.

Langkah 4: Mengumpulkan dan Mengelompokkan Data

Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data merupakan hal penting, dimana pada tahap ini siswa diharapkan

mampu untuk mengumpulkan dan memilah sejumlah data yang relevan kemudian mampu memetakan dan menyajikannya sebagai

tampilan yang mudah dipahami.

Langkah 5: Menguji Hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa dapat menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang

ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan dalam menelaah data kemudian

membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji serta mampu dalam mengambil keputusan dan membuat

kesimpulan.

Langkah 6: Menentukan pilihan pemecahan/keputusan

Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses strategi pembelajaran berbasis masalah (problem

solving method), dimana kemampuan yang diharapkan dalam tahapan ini adalah siswa cakap memilih alternatif penyelesaian

masalah yang sesuai serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilih

termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Berdasarkan langkah-langkah diatas, dapat kita dijadikan sebagai pedoman untuk guru dalam menerapkan metode

problem solving yang sekaligus berperan sebagai sebagai moderator. Dalam hal ini guru diharapkan mampu mengelola waktu

16

Page 17: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

maupun menentukan cara yang akan disajikan sehingga penerapan metode problem solving dalam proses pembelajaran IPS

sejarah dapat terlaksana dengan baik.

B. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

1. Pengertian Berpikir Kritis

Setiap proses pembelajaran hendaknya mampu melatih aspe k intelektual, emosional dan keterampilan bagi siswa. Salah

satu potensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis yang harus dikembangkan oleh guru pada saat pembelajaran. Menurut

Sapriya dan Winataputra (2003: 196) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang mengemukakan penilaian dengan

menerapkan norma dan standar yang benar.

Sedangkan Zaleha Izhab (2003: 84) mengartikan bahwa:

“Berpikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berpikir dasar untuk menganalisis

argument, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran yang logis, memahami asumsi dan bias

yang mendasari setiap posisi, memberikan model persentasi yang ringkas dan meyakinkan.”

Menurut R. Swarz dan D.N. Perkins (1990) dalam Zaleha (2007: 86) berpikir kritis berarti :

1. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima aatau apa yang akan kita

lakukan dengan alasan yang logis.

2. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan.

3. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan

standar tersebut.

4. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung

suatu penilaian.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola berpikir kritis merupakan suatu proses strategi untuk meminta

penjelasan tentang sesuatu hal yang membuat rasa ingin tahu seseorang mengenai hal tersebut sekaligus merupakan cara

seseorang dalam melihat suatu pernyataan, masalah ataupun gagasan secara objektif.

Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai suatu keterampilan berpikir secara reflektif untuk memutuskan hal-hal

yang dilakukan dimana kemampuan berpikir kritis setiap siswa tidaklah sama, oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dalam

proses pembelajaran perlu dilatih dan dikembangkan oleh guru. Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam melatih

kemampuan berpikir kritis bagaimana siswa dapat mencari dan menemukan masalah, menganalisis masalah, membuat hipotesis

mengumpulkan data, menguji hipotesis serta menentukan alternatif penyelesaian.

17

Page 18: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Spitler (1992: 90-93) mengemukakan bahwa :

“Keterampilan berpikir kritis itu adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk

memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Salah satu potensi/kemampuan yang dimiliki siswa adalah kemampuan dari

segi kognitif, yaitu ketika mereka mendapatkan dan memproses informasi, kemampuan tersebut hendaknya diproses melalui pola

berpikir kritis. Cara ini dapat membantu siswa untuk menerima sesuatu hal secara nalar/rasional.”

Demikian juga Jhonson (2006:183) berpendapat bahwa :

“Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti

memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.”

R.H. Enis (Zaleha: 2008::87) mengungkapkan bahwa:

“Berpikir kritis adalah: berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputuasan tentang

apa yang harus dipelajari atau dilakukan. Berpikir kritis dapat dicapai dengan lebih mudah apabila seseorang itu mempunyai

disposisi dan kemampuan yang dapat dianggap sebagai sifat dan karakteristik pemikir yang kritis.”

Tabel 2.1

Ketrampilan Berpikir Kritis dan Perinciannya

Ketrampilan

Berpikir Kritis

Subketrampilan

Berpikir Kritis

Penjelasan

1. Elementary clarif icat ion

(Memberikan penjelasan

sederhana)

a. Memfokuskan pertanyaan 1) mengidentif ikasi atau merumuskan pertanyaan.

2) Mengidentif ikasi kri ter ia-kri ter ia untuk

mempert imbangkan jawaban yang mungkin.

3) Menjaga kondisi pikiran

4)b. Menganalis is argument 1) Mengidentif ikasi kesimpulan

2) Mengidentif ikasi alasan.

3) Mengidentif ikasi alasan yang t idak di tanyakan

4) Mengidetif ikasi ket idakrelevanan dan kerelevanan

5) Mencari persamaan dan perbedaan

6) Merangkum.

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarif ikasi

dan pertanyaan yang menantang

7) Mengapa

8) Apa int inya

9) Apa contohnya

10) Bagaimana menerapkannya dalan kasus tersebut .

2. Basic support (membangun

keterampilan dasar)

a. Mempert imbangkan kredibi l i tas suatu sumber. 1)Ahli

1) Tidak adanya konfl ik

2) Menggunakan prosedur yang ada

b. Mengobservasi dan mempert imbangkan hasi l

observasi

4) Ikut ter l ibat dalam menyimpulkan

5)Dilaporkan oleh pengamat sendir i .

6)Mencatat hal-hal yang di inginkan.

3. Inferensi (menyimpulkan) a. Membuat deduksi dan mempert imbangkan hasi l

deduksi

1) Kelompok yang logis

2) Kondisi yang logis

b. Menbuat induksi dan mempert imbangkan induksi 3) Membuat peneral isasi

4) Membuat kesimpulan dan hipotesis

c. Membuat dan mempert imbangkan ni lai keputusan 5) Latar Belakang fakta

6) Penerapan prinsip-prinsip

7) Memikirkan al ternat if

4. Membuat Penjelasan lebih lanjut a. Mengidentif ikasi asumsi 1) Penawaran secara implikasi

2) Asumsi yang diperlukan

5. Strategi and tact ic a. Menentukan suatu t indakan 1) Mendefinisikan masalah

2) Merumuskan al ternat if yang memungkinkan

3) Memutuskan hal-hal yang akan di lakukan secara

tentat if

4) Mereview.

2. Cara meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

18

Page 19: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keterampilan berpikir itu dapat dilatih dan dikembangkan. R.Swart

dalam Zaleha (2002: 95) mengemukakan beberapa cara dan strategi dalam melatih siswa berpikir kritis diantaranya:

1. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir kritis seseorang harus membaca secara dengan kritis pula.

2. Meningkatkan daya analisis

3. Mengembangkan kemampuan observasi

4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi

5. Metakognisi/memahami cara berpikir sendiri.

6. Mengamati model dalam berpikir kritis

7. Diskusi yang kaya

Keterampilan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Dengan kemampuan ini

diharapkan siswa dapat menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Richard W. Paul dalam Rahmawati (2006:62) mengemukakan

pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi siswa. Ia berpendapat bahwa, hanya ketika kita mengembangkan keterampilan

berpikir kritis terhadap mata pelajaran, berarti kita mendidik anak untuk menguji struktur logika dan menguji pengalamannya

dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang kritis.

3.Ciri-ciri Berpikir Kritis

Untuk mengevaluasi apakah seseorang telah berpikir kritis sebenarnya sangat sulit untuk diketahui karena berpikir

kritis merupakan sesuatu yang abstrak. Namun demikian untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam

diskusi dan berinteraksi dengan temannya.

Berikut ini ukuran dan kriteria seseorang dikatakan berpikir kritis menurut L.M. Sartolli, (1989) dalam Zaleha,

Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan-alasan

Memberikan contoh-contoh dan argumen yang berbeda dari yang sudah ada.

Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah atau pengalaman lain yang relevan

Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang lebih bersifat umum

Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan

Meminta klarifikasi

Menanyakan sumber informasi

Berusaha untuk memahami

19

Page 20: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Mendengarkan dengan hati-hati

Mendengarkan agar pikiran terbuka

Berbicara dengan bebas

Bersikap sopan

Mencari dan memberikan ide dan pilihan variasi

Apabila siswa telah sesuai dengan kriteria diatas maka itu berarti dirinya sudah dapat menunjukkan keterampilan

berpikir kritis. Sedangkan ciri-ciri berpikir kritis menurut Ennis dalam Mardiana (2007:61) adalah:

1. Mencari pertanyaan yang jelas dari setiap pertanyaan.

2. Mencari alasan

3. Berusaha mengtahui informasi dengan baik

4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya

5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan

6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama

7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar

8. Mencari alternatif

9. Bersikap dan berpikir terbuka.

10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu

11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan

12. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

13. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dapat dimiliki seseorang melalui proses belajar yang

tentunya dengan memiliki kemampuan dan kecakapan dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga

tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.

4. Tujuan Pembelajaran IPS Sejarah

Seperti yang dikemukakan oleh Isjoni (April 2007 : 41,85) bahwa tujuan pembelajaran IPS Sejarah pada satuan

pendidikan adalah:

1. Memiliki kemampuan

20

Page 21: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

a. Memiliki pengetahuan dan pemahaman peristiwa

b. Memiliki kemampuan berpikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memamfaatkan

pengetahuan sejarah.

c. Memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai

kepadanya guna menentukan keabsahan informasi tersebut

d. Memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta

digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

2. Memiliki kesadaran sejarah dalam arti:

a. Memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

b. Kesadaran akan terjadinya perubahan terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta

lingkungannya.

c. Memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.

d. Memiliki kemampuan untuk menyaring nilai-nilai yang terkandung di dalam sejarah, memilih serta

mengembangkan nilai-nilai yang positif menjadi milik dirinya.

e. Memiliki kemampuan kesadaran untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai

peristiwa sejarah.

f. Memiliki kemampuan dan kesadaran untuk tidak mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal-

hal yang bersifat negatif dalam peristiwa sejarah.

3. Memiliki wawasan sejarah dalam arti:

a. Memiliki wawasan tentang kelangsungan dan perubahan ( continuity and change) dalam sejarah sebagai

satu kesatuan tiga dimensi waktu, masa yang lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang

b. Memiliki wawasan tentang tiga dimensi waktu sejarah sebagai rangkaian kausalitas sejarah.

c. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman dalam sejarah masa lampau, melihat kenyataan sekarang dan

mengutamakan pandangan masa depan yang lebih maju dan bermutu baik.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah merupakan salah satu wahana dalam

mencapai tujuan pendidikan nasional yang tidak hanya merupakan penyampaian materi saja tetapi sebagai upaya untuk

menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan siswa.

Dalam hal ini ketrampilan berpikir pada pembelajaran sejarah sangat diperlukan agar siswa memiliki kompetensi

artinya kesadaran sejarah sebagai akibat pengembangan pembelajaran intelektual diharapakan dapat lebih menumbuhkan

nasionalisme tentang kekuatan suatu bangsa dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan global.

21

Page 22: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Jadi pembelajaran Sejarah bukan hanya untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan

perkembanhan masyarakat kebangsaan dan cinta tanah air, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan memperluas wawasan

hubungan masyarakat antar bangsa didunia, melainkan ditekankan pada kegiatan yang dapat memberikan pengalaman untuk

menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia secara universal.

Pembelajaran Sejarah juga menekankan pada cara berpikir, bernalar dan memiliki kematangan emosional dan sosial

serta mampu meningkatkan kepekaan perasaan dan kemampuan siswa dalam menghargai dan memahami perbedaan sebagai

bagian dari proses pemahaman nilai-nilai yang fungsional.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi

Arikunto, 1997: 15). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

ini diharapkan dapat melihat dan memperbaiki proses pembelajaran yang biasa digunakan guna meningkatkan k ualitas

pembelajaran.

Wardani mengungkapkan bahwa: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

menjadi meningkat (2000: 14).

Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus memecahkan persoalan

pengajaran yang dihadapi guru. Menurut Nana Supriatnya, Penelitian ini dapat dilakukan melalalui kolaborasi antar guru dengan

mitra guru, baik dari kalangan sekoah maupun peneliti dari perguruan tinggi, yang menjadi mitranya (2001: 28)

Kurt Lewin dalam David Hopkins (1993: 33) mengidentifikasikan susunan penellitian tindakan yaitu : 1)

Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Pendapat Hopkins yang dikutiip oleh Rochiati Wiriaatmadja yang

menyatakan bahwa Penelitian Kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oeh guru/pendidik dengan tujuan untuk menguji asumsi-

22

Page 23: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

asumsi serta teori-teori pendidikan dalam kenyataan atau prakteknya, atau untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi

kebijakan-kebijakan sekolah (2007)

Teknik penelitian yang digunakan dalam memperoleh data yaitu melalui:

1. Observasi, digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Angket, digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri.

3. Post test, digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi pelajaran sejarah setelah penggunaan

model pembelajaran inkuiri di kelas.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan penelitian.

1) Kajian Pendahuluan :

a) Melakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi siswa di kelas yang akan dipergunakan sebagai tempat

penelitian.

b) Mempersiapkan salah satu model pembelajaran yang akan dikembangkan di kelas.

2) Kajian Pengembangan Model Pembelajaran :

3) Uji coba Metode Problem Solving yang dilakukan sebanyak empat kali ujicoba.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah kelas X SMA Negeri 1 Subang. Lokasi Sekolah ini terletak di pinggir

jalan raya. Sedangkan letak kelas X berada di lantai II sehingga keributan di luar kelas (lantai I) tidak begitu berpengaruh

terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

2. Subjek Penelitian

23

Page 24: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Subang, yang berjumlah 36

orang, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 24 orang siswa perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dimulai dari tahap persiapan yang merupakan kegiatan-kegiatan sebelum dimulainya penelitian

dan dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang merupakan kegiatan-kegiatan pada saat penelitian berlangsung. Penelitian

dilakukan oleh peneliti bersama guru mitra.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian i ni mengembangkan sebagaimana lazimnya salah satu bentuk penelitian

dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk siklus. Penelitian ini tidak hanya dilakukan dalam satu kali tetapi dilakukan

beberapa kali sehingga diperoleh data konkrit sebelum melangkah pada siklus selanjutnya. Sebelum tahap-tahap suatu siklus

dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan observasi awal sebagai pendahuluan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan

ide yang tepat dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti bersama guru mitra yaitu guru mata pelajaran IPS Sejarah di sekolah yang

diteliti. Proses pelaksanaan penelitian dilakukan dalam empat siklus, setiap siklusnya diawali dengan perencanaan, kemudian

tindakan, observasi, dan dilanjutkan dengan melaksanakan evaluasi dan refleksi. Selain itu tiap siklus dilaksanakan sesuai

dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah ditetapkan dalam faktor-faktor yang diterapkan.

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Spiral dari Kemmis dan

Taggart (1998) Rencana Tindakan

Tahap ini merupakan tahapan dengan kegiatan menyusun rencana tindakan penelitian. Rencana penelitian disusun

bersama dengan guru mitra.

Dalam penyusunan rencana tindakan ini dibahas mengenai hal-hal yang akan dilakukan ketika tindakan

berlangsung seperti model yang akan digunakan, instrumen penelitian, dan alat evaluasi.

1. Tindakan

24

Page 25: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Tahapan tindakan, penyusun sekaligus peneliti melakukan tindakan yang berpatokan pada rencana tindakan yang

telah disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti ditemani oleh guru mitra.

2. Refleksi

Tahap ini dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Evaluasi dilakukan dengan menilai hal-hal yang telah

dilakukan dalam tindakan yang telah dilakukan. Pada bagian refleksi didiskusikan mengenai hal-hal apa saja yang perlu

diperbaiki dan dikembangkan, yang berguna bagi perbaikan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.

D. Proses Pelaksanaan Penelitian

Penelitian berlangsung selama empat siklus, dimana dalam melakukan penelitian digunakan beberapa instrumen yang

berbeda dikarenakan masalah yang diukur dalam penelitian juga berbeda. Setiap siklus merupakan kelanjutan dari siklus

sebelumnya. Kecuali siklus pertama dimana tindakan yang dilakukan dari siklus tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil orientasi. Siklus terakhir berakhir pada sebuah rekomendasi bagaimana penanganan selanjutnya dalam memecahkan

masalah yang terjadi di kelas.

E. Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian tindakan banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian diperoleh melalui instrumen (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 97).

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Pedoman Observasi

Dalam melaksanakan observasi, penulis berpedoman pada pedoman observasi yang telah disusun sebelum

turun ke lapangan. Observasi dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan di bantu oleh rekan penelitian.

Observasi dilakukan baik terhadap kegiatan siswa secara kelompok maupun secara individu.

2) Pedoman Wawancara

25

Page 26: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Wawancara merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam memper oleh informasi yang dapat diolah

menjadi data-data. Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa yang dipilih secara acak berdasar pada latar

belakang murid, sikap terhadap sesuatu, prestasi yang diraih.

3) Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk esai dengan jumlah 3-4 butir yang

dilakukan sesudah materi diberikan, tes dilakukan tidak di setiap akhir pertemuan. Tujuan diadakan tes adalah untuk

mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Dalam pengolahan dan analisis data, peneliti mengacu pada pola pengolahan data dari Hopkins (1993:59), yang

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data mentah, dari data mentah yang diperoeh melalui hasil wawancara,

observasi, dan tes hasil belajar siswa. Data yang diperoleh kemudian di olah dan diinterpretasikan.

2) Validasi Data

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data, agar data yang diperoleh menjadi data yang valid. Validasi data

berarti data yang diperoeh sesuai dengan penelitian tindakan kelas sehingga memudahkan dalam penafsiran dan pemahaman

akan data yang diperoleh.

Validasi dipandang sebagai konsep yang paling penting dalam penelitian, karena kebenaran hanya dapat

diperoeh dengan instrumen yang valid (Nasution, 1987: 100). Agar data yang diperoleh menjadi valid, maka digunakan

cara:

a. Valid Trail

26

Page 27: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Merupakan proses pemeriksaan kebenaran data dengan cara mendiskusikan atau membicarakan kembali dengan

rekan sejawat. Pada tahap ini penulis melakukannya dengan mendiskusikannya dengan guru mitra.

b. Expert Opinion

Merupakan pandangan dari para ahli atau pakar mengenai data yang telah diolah agar diperoleh data yang valid.

Tahap ini dilakukan dengan meminta pandangan dari ahli yang kompeten termasuk dalam hal ini adalah pembimbing

penulisan skripsi.

3) Interpretasi

Merupakan bentuk penafsiran peneliti terhadap data-data yang diperoleh dari hasil observasi dengan

berpedoman pada pengalaman masa lampau, teori,nilai, dan kepercayaan yang dimiliki sebelumnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Sekolah

Penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas X -A SMA Negeri 1 Subang, ditujukan untuk mendapatkan serangkaian

data mengenai perkembangan yang dialami siswa dalam pembelajaran sejarah. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan

melakukan orientasi situasi di SMA Negeri 1 Subang, dimana kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi di

dalam lingkungan sekolah yang diteliti. Penelitian dilakukan tentunya setelah mendapat ijin dari pihak Kepala Sekolah dan guru

mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 sebagai tempat berlangsungnya penelitian ini.

Dilihat dari kondisi sekolah, keadaan SMA Negeri 1 Subang sebagai tempat berlangsungnya penelitian sangat

menunjang bagi pengembangan kreativitas siswa di sekolah tersebut karena didukung dengan adanya lahan sekolah yang cukup

luas dimana terdapat lapangan yang biasa digunakan untuk olahraga, upacara, dan kegiatan siswa lainnya

Kelas X-A merupakan kelas dengan jumlah siswa 36 orang, berada di lantai atas, dimana ruangan tersebut

bersebelahan dengan kelas X-B yang menghadap ke arah timur. Sebelum dilakukan penelitian, guru telah membagi siswa

menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 9 orang, dimana posisi duduk maupun penempatan siswa pada

setiap kelompok ditentukan berdasarkan kriteria penilaian guru sejarah, kemudian kelompok tersebut diberi nomor urut 1 sampai

27

Page 28: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

9. Kelompok satu berada paling kanan, kelompok dua berada di belakang kelompok satu, sedangkan kelompok tiga berada di

samping kelompok satu dan kelompok empat berada di belakang kelompok tiga.

Setiap kelompok berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata artinya setiap anggota kelompok bisa dekat

satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru dapat menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu

bagian kelas untuk kegiatan lain.

Posisi duduk seperti yang digambarkan di atas bertujuan agar setiap anggota dapat duduk berdekatan dan saling

berinteraksi satu sama lain, sehingga memberikan kesempatan kepa da anggota-anggota dalam kelompoknya masing-masing untuk

saling membagi ide atau pendapat dan mempertimbangkan serta menentukan jawaban paling tepat nantinya. Selain itu dengan

posisi duduk demikian, siswa dididik untuk terbiasa bekerjasama dengan sesama anggota kelompoknya dalam memecahkan suatu

permasalahan.

B. Deskripsi Umum Pembelajaran

1. Observasi Awal Pembelajaran

Observasi awal dilakukan peneliti untuk mengetahui kesulitan guru di kelas selama pembelajaran dan selanjutnya hal

itu dijadikan bahan evaluasi untuk tindakan berikutnya. Observasi awal dilakukan pada hari Selasa tanggal 12 Januari 2010

dengan materi pembelajaran yaitu “Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia”. Yang diamati oleh peneliti dalam

observasi awal ini meliputi kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam hal ini, kegiatan pembuka hanya

diawali dengan perkenalan peneliti kepada siswa tanpa melakukan suatu apersepsi oleh guru sejarah dan langsung berlanjut ke

kegiatan inti.

Guru langsung menjelaskan materi “Teori masuknya Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia”. Setelah selesai

menjelaskan, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tetapi siswa tidak ada yang bertanya. Karena masih

banyak sisa waktu guru kemudian melanjutkan ke materi perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Guru

kembali memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, kali ini ada seorang siswa yang bertanya tentang apa, bagaimana

28

Page 29: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

dan contoh local genius masyarakat Indonesia. Setelah selesai memberikan jawaban pada siswa, guru kembali mengingatkan

siswa agar pada pertemuan berikutnya duduk dalam posisi kelompok sesuai dengan urutan kelompok masing-masing.

Guru memberitahu bahwa mulai pertemuan yang akan datang para siswa harus duduk dalam posisi kelompok, dan

mengingatkan siswa agar tidak lupa sebelumnya dirumah membaca terlebih dahulu materi tentang kerajaan Majapahit. Para siswa

menjawab kesediaannya dengan serempak. Guru selanjutnya memberikan salam sebelum meninggalkan kelas, para siswa pun

membalasnya. Guru kemudian meninggalkan kelas, dan pertemuan hari itu selesai.

Menurut pengamatan peneliti, pada saat pembelajaran tampaknya guru terlihat cukup mendominasi proses

pembelajaran, guru hanya memberikan banyak materi, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, hal itu

terlihat dari adanya siswa yang masih mengobrol di belalakang dan kurangnya aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran,

tidak bersikap kritis, keberanian berbicara kurang, dan tidak mengeluarkan pendapat. Secara terperinci kelemahan selama

observasi awal digambarkan sebagai berikut:

1) Guru dalam mengawali pembelajaran tidak melakukan apersepsi, apersepsi ini sangat penting untuk

mengaitkan materi yang lalu dihubungkan dengan materi yang akan dibahas saat itu.

2) Guru terlihat cukup mendominasi proses pembelajaran, ta npa mengoptimalkan kemampuan siswa untuk

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

3) Guru kurang memberikan motivasi pada siswa untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat.

4) Pertanyaan hanya dikuasai oleh siswa tertentu, bahkan kebanyakan siswa yang lain tidak berani

mengemukakan pendapatnya.

5) Guru tidak menggunakan media dengan baik, padahal penggunaan media sangat menunjang siswa agar lebih

tertarik terhadap proses pembelajaran.

6) Guru tidak melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan, sedangkan kesimpulan yang baik adalah

kesimpulan yang dilakukan guru dengan melibatkan siswa.

7) Disepakati bahwa pada tanggal 19 januari 2010 dilakukan tindakan I.

29

Page 30: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Peneliti bersama guru mitra melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan hasilnya

adalah beberapa kelemahan maupun kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Berdasarkan hasil evaluasi

tersebut peneliti menyarankan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakanoleh guru sejarah untuk proses pembelajaran yang akan

datang yaitu sebagai berikut:

1) Mengawali pembelajaran dengan apersepsi.

2) Selama pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator sehingga selama kegiatan belajar mengajar siswa terlibat

langsung seperti bertanya, menyanggah dan berpendapat.

3) Menghormati perbedaan pendapat, baik antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

4) Perlu adanya pemberian stimulus untuk meningkatkan motivasi belajar siswa seperti pujian atau penilaian.

5) Membentuk kelompok diskusi agar siswa mampu bekerjasama dalam kelompok.

6) Melakukan kegiatan penutup dengan melibatkan siswa baik dalam menarik kesimpulan maupun pelaksanaan evaluasi.

Guru mitra menerima dan menyepakati usulan tersebut setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Selanjutnya

langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa, diinformasikan

kepada siswa oleh peneliti bersama guru mitra. Guru mitra pada siklus pertama membahas tentang “Perkembangan Kerajaan

Majapahit”. Peneliti dan guru mitra sepakat bahwa selama pembelajaran, peneliti akan bertindak sebagai observer yang bertugas

mengamati kegiatan pembelajaran dalam kelas yang meliputi :

1) Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas meliputi diskusi kelompok dan presentasi.

2) Mengamati motivasi belajar siswa selama pembelajaran.

3) Mengamati belajar kelompok baik antara kelompok dengan kelompok lain maupun antarsiswa dalam kelompok.

4) Mengamati kegiatan guru dalam mengarahkan kegiatan siswa serta dalam menciptakan suasana yang kompetitif,

agar siswa ikut terlibat aktif selama pembelajaran di kelas.

2. Pelaksanaan Tindakan I

a. Persiapan Dan Pelaksanaan Penerapan Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran Sejarah pada Tindakan I.

30

Page 31: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan, peneliti melakukan beberapa perencanaan terlebih dahulu langkah-

langkah yang harus dilakukan, sehingga ketika tindakan di dalam kelas berlangsung terdapat pedoman-pedoman yang dapat

memandu pelaksanaan tindakan kelas Perencanaan ini meliputi menyusun silabus, menyiapkan rencana pengajaran I, menyusun

lembar observasi siswa, menyusun soal tes formatif, dan membuat tugas siswa. Persiapan lainnya adalah membagi siswa ke

dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 9 orang kemudian memberi nomor kelompok tersebut dari nomor 1-4.

Pembentukan kelompok ini dilakukan satu minggu sebelum tindakan I supaya tidak terlalu mengahabiskan waktu ketika tindakan

penelitian berlangsung mengingat terbatasnya waktu.

Meskipun demikian dalam hal observasi tentang tindakan terhadap keaktifan siswa di kelas, peneliti hanya

mengobservasi keaktifan siswa secara individu, oleh karena itu lembar observasi aktivitas siswa yang dibuat hanya untuk

aktivitas siswa secara individu saja. Sedangkan penilaian menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik

penilaaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai aktifitasnya pada saat melakukan diskusi kelompok dan metode

problem solving digunakan ketika siswa berdiskusi dalam kelompok, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah

2. Menelaah masalah

3. Merumuskan hipotesis

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.

5. Pembuktian hipotesis.

6. Menentukan alternative penyelesaian masalah (Dewey dalam Djahri, 1983:137)

b. Aktivitas Siswa selama Penerapan Pemahaman Kerajaan Majapahit pada Tindakan I

Pelaksanaan tindakan I dengan pemahaman Kerajaan Majapahit pada hari Selasa tanggal 19 Desember 2010. Pelajaran

dimulai pukul 09.10-10.30 WIB. Kelas tempat melakukan penelitian di kelas X. Peneliti bersama guru mitra memasuki kelas X,

siswa sudah ada di dalam kelas. Setelah para siswa duduk dibangkunya masing-masing dan memberi salam kepada guru, guru

meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing, karena pada saat itu siswa belum duduk dalam

kelompoknya sesuai yang dianjurkan guru pada pertemuan sebelumnya. Suasana di dalam kelas terlihat gaduh karena siswa

saling mencari temannya masing-masing dalam satu kelompok.

31

Page 32: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Masing-masing kelompok membahas tentang “Perkembangan Kerajaan Majapahit”. Gurupun menjelaskan langkah-

langkah dalam metode problem solving . Ada beberapa siswa yang masih kebingungan namun dengan dibantu penjelasan oleh

peneliti dan guru akhirnya merekapun pengerti.

Setelah proses sosialisasi berlangsung, guru mitra mulai membuka pela jaran dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan apersepsi dengan mengulas kembali materi sebelumnya dengan memberikan

beberapa pertanyaan.

Setiap kelompok dipersilahkan untuk memecahkan masalah tersebut. Mulai terlihat kesibukan para siswa, masing-

masing mencari dari sumber yang mereka punya. Siswa mulai bekerja mengisi bukunya dengan catatan temuannya masing-

masing, banyak di antara mereka yang belum paham dalam mengerjakan tugasnya kemudian bertanya kepada guru, oleh guru

diberi penjelasan tambahan. Guru kemudian berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau pekerjaan siswa.

20 menit berlalu guru kemudian menanyakan pada siswa tentang hasil pekerjaannya, setiap kelompok meminta

tambahan waktu untuk mencari pemecahan dari masalah yang disajikan. Guru kemudian memberikan tambahan waktu sepuluh

menit lagi. Setelah tambahan waktunya habis guru kembali bertanya, ternyata masih ada saja kelompok yang belum mendapatkan

jawabannya, setelah semua keompok menyelesaikannya, guru meminta kelompok 1 untuk memaparkan hasil temuannya, setelah

selesai mendengarkan penjelasan dari kelompok 1 guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya dan

memberi sanggahan terhadap penjelasan kelompok 1.

Adapun yang menjadi fokus penilaian pada tindakan ke-1 adalah seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tindakan Ke-1 dengan

Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa secara Individu

No. Fokus Penelitian dan Penilaian Pada SiswaKriteria Penilaian

Ya Tidak

1 Secara aktif terlihat dalam proses pembelajaran √

2 Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dlam proses pembelajaran dengan

seksama

3 Keberaniannya dalam bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan baik dari guru

maupun siswa lain dengan bertanggung jawab (tidak menyimpang dari topik)

4 Bekerjasama dan turut ambil bagian dalam mengerjakan soal/tugas/kuis antar kelompok √

5 Membaca dan menelaah buku, LKS, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau

mendapatkan informasi pendukung

6 Ketepatan dan kecermatannya dalam merespon topik pembelajran yang disampaikan guru √

7 Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antarsiswa maupun antara siswa dengan

guru

32

Page 33: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

8 Menggunakan kemampuan berpikir kritis √

9 Berani berbeda pendapat dengan orang lain √

10 Keberanian mempertahankan pendapat √

11 Mengormati dan menghargai pendapat orang lain √

12 Kemampuan mengembangkan permasalahan dalam stimulus yang diberikan oleh guru √

13 Dapat menelaah masalah √

14 Mampu membuat hipotesis sendiri √

15 Mampu mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis √

16 Mampu membuktikan hipotesis yang dibuatnya √

17 Mampu memilih salah satu alternatif pemecahan masalah secara rasional √

Fokus observasi terhadap siswa yang peneliti lakukan dari 17 indikator yang diteliti, menunjukkan delapan indikator

telah dilakukan dan sisanya belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar yang dilaksanakan, metode

problem solving diterapkan dengan cukup baik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah: dengan membaca dan menelaah materi siswa sudah dapat merumuskan permasalahan yang

sedang dibahas. Rumusan masalah yang dibuat oleh siswa diantaranya:

a) Mengapa pada awal berdirinya kerajaan Majapahit banyak timbul pemberontakan-pemberontakan?

(kelompok3)

b) Mengapa kerajaan Majapahit tidak berkembang sebagai Negara maritim, padahal wilayahnya berbentuk

kepulauan? (kelompok 1)

2) Menelaah masalah: masalah yang telah dirumuskan, kemudian dianalisis kembali untuk dicari penyebabnya.

Dari masalah yang dibuat oleh siswa, masalah tersebut dicari penyebabnya. Adapun pendapat siswa tentang

penyebab masalah yang telah dirumuskan yaitu:

a) Pemberontakan terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap posisi/kedudukan yang mereka duduki dalam

pemerintahan kerajaan, karena fitnah, dan adanya keinginan untuk menggulingkan kedudukan raja.

b) Karena sebagian besar dari penduduk Kerajaan Majapahit bermata pencaharian sebagai petani dan kegiatan

pertanian itu juga mendapat dukungan dari kerajaan.

3) Merumuskan hipotesis (dugaan) : pada pelaksanaan tindakan I ini siswa belum mampu merumuskan hipotesis

sederhana.

4) Pengumpulan data-data : komentar siswa belum menunjukkan pengumpulan data yang relevan dengan masalah.

33

Page 34: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

5) Pembuktian hipotesis : siswa belum mampu menunjukkan pembuktian hipotesis.

6) Menentukan alternatif penyelesaian masalah : siswa mengajukan solusi untuk mengatasi masalah yang mereka

temukan. Komentar siswa yang menunjukkan alternatif penyelesaian masalah dikembangkan dalam pernyataan

“pemberontakan tidak akan terjadi jika Raja bersikap adil”.

c. Keaktifan siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan I

Pada tindakan ke-1 ini keaktifan siswa masih belum terlihat. Hampir semua siswa terlihat belum siap, kegiatan

yang dilakukan siswa masih terbatas pada pencarian dari permasalahan yang diberikan pada buku sumber yang ada

sehingga membuat banyak waktu yang terpakai untuk mencari pemecahan saja, tanpa mendiskusikan pemecahan masalah

tersebut. Kebanyakan siswa terlihat masih enggan untuk mengemukakan pendapatnya dan itu terlihat ketika guru menunjuk

kelompok yang dimaksud baru mereka mau berpendapat, hanya satu kelompok saja yang berani mengemukakan

pendapatnya tanpa perlu ditunjuk. Setelah semua kelompok selesai membacakan hasil temuannya guru meminta siswa

secara bersama-sama menyimpulkan dan menentukan jawaban yang paling tepat atas permasalahan yang dibahas pada

tindakan ke-1 pada hari itu.

Tabel 4.2

Jumlah Keaktifan siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan I

JENIS AKTIVITAS JUMLAH SISWA %

(TINDAKAN)

Menyimak 36 siswa 100

Bertanya 18 siswa 50

Menjawab 9 siswa 25

Menyanggah - -

d. Skor Hasil Pengerjaan Tugas Kelompok Siswa pada Tindakan I

Berikut ini adalah perolehan skor pengerjaan tugas kelompok siswa pada pelaksanaan tindakan I:

Tabel 4.3

Nilai Tugas Kelompok Tindakan I

NOMOR URUT NILAI

1

2

3

4

65

70

65

65

34

Page 35: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

e. Refleksi Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi pelaksanaan tindakan I dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Refleksi ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan I selesai yang dimaksudkan untuk

melakukan perbaikan-perbaikan pada tindakan II. Permasalahan yang muncul pada tindakan I dan perbaikan untuk tindakan II

setelah didiskusikan oleh peneliti dengan guru mitra adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Refleksi dan Refisi Pelaksanaan Tindakan I

Masalah/Kesulitan yang Dihadapi Guru Saran Untuk Perbaikan

- Guru kurang mampu menguasai kelas secara keseluruhan, masih

nampak siswa yang ngobrol terutama yang duduknya di belakang

- Kurangnya buku sumber yang dimiliki siswa menyebabkan siswa

saling menunggu dalam penggunaannya, hal ini berakibat pada waktu

pengerjaan tugas yang bertambah lama.

- Waktu yang terbatas tidak sesuai dengan aktivitas siswa pada

pertemuan tindakan I

- Guru terlihat masih mendominasi pembelajaran, sedangkan siswa

terlihat kurang kreatif.

- Ketika setiap anggota dari setiap kelompok menyampaikan hasil

temuannya, masih banyak anggota kelompok lain yang tidak

memperhatikan.

- Pada saat diskusi kelompok, guru mitra tidak mengontrolsetiap

kelompok, tetapi hanya mendekati kelompok yang memberikan

pertanyaan.

- Sebelum memulai pelajaran, kelas dikondisikan terlebih

dahulu supaya siswa lebih siap menerima pelajaran.

- Guru harus lebih tegas terhadap siswa yang selalu ngobrol

ketia kegiatan belajar mengajar berlangsung.

- Menyesuaikan tugas yang harus dikerjakan siswa dengan

alokasi waktu yang tersedia.

- Guru harus lebih tepat dlam pemanfaatan waktu.

- Guru harus lebih meningkatkan interaksi dengan siswa

selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga

mampumeningkatkan motivasi siswa.

- Ketika siswa berdiskusi guru mengontrol semua kelompok

siswa dan mendorong agar siswa bekerjasama dan pada saat

presentasi anggota kelompok lain dapat memberikan

komentar.

3. Pelaksanaan Tindakan II

a. Rencana Tindakan II dan Pelaksanaan Penerapan Materi pada Tindakan II

Persiapan pelaksanaan tindakan II dilakukan setelah melakukan refleksi da n revisi terhadap apa yang telah terjadi

pada tindakan I bersama dengan guru mitra. Persiapan dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun rencana pengajaran II,

menyiapkan lembar observasi siswa, lembar tugas yang akan diberikan kepada siswa, juga perencanaan alokasi waktu yang lebih

tepat.

Pelaksanaan tindakan II dilakukan pada tanggal 26 januari 2010, pada pukul 09.10-10.30 WIB. Materi yang akan

dibahas adalah tentang “Perkembangan Kerajaan Sriwijaya”. Kegiatan yang berlangsung pada tindakan II adalah sebagai berikut:

Guru mengucapkan salam pada siswa kemudian mengecek kehadiran siswa. Guru kemudian melakukan apersepsi

dengan memberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah

35

Page 36: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

selesai dengan kegiatan pembukaan guru mulai menerangkan secara garis besar tentang perkembangan kerajaan Sriwijaya.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencari dan menemukan permasalahan dan mendiskusikannya sesuai dengan langkah-

langkah sebelumnya, yaitu:

1) Merumuskan masalah

2) Menelaah masalah

3) Merumuskan hipotesis

4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian/hipotesis

5) Pembuktian hipotesis

6) Menentukan alternatif penyelesaian masalah

Selagi para siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, terlihat guru tetap memantau pekerjaan siswa

dengan mengontrol kegiatan siswa secara perkelompok. Kemudian sesekali muncul pertanyaan dari siswa tentang materi yang

terkait dan guru mencoba menerangkan kembali hal-hal yang kurang dipahami siswa.

Tiga puluh menit terlewati, guru dan siswa bersama-sama membahas hasil kerja siswa. Guru meminta setiap kelompok

mengemukakan hasil temuannya. Pada tindakan kedua ini ada tiga kelompok yang mengemukakan pendapatnya yaitu kelompok

1, kelompok 2, dan kelompok 4. Adapun fokus penelitian dan penilaian masih sama seperti tindakan 1.

Setelah selesai kegiatan belajar mengajar, guru menginformasikan tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan

selanjutnya, yaitu tentang kerajaan Pajajaran, guru kembali mengingatkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi

tersebut. Waktu pelajaran Sejarah selesai, guru menutup pertemuan dengan memberi salam, siswa pun menjawab salam dari guru,

guru keluar dari ruang kelas.

b. Aktivitas Siswa selama Penerapan Materi Perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada Tindakan II

Aktivitas siswa yang nampak selama peerapan metode problem solving dalam penbelajaran sejarah adalah terlihat

lebih sibuk dari tindakan I, siswa terlihat berusaha mengisi tabel yang tertulis di papan tulis meskipun masih ada beberapa orang

yang belum bekerja maksimal dalam pengerjaan tugasnya. Jumlah siswa yang bertanya dan menjawab mengenai masalah yang

sedang dibahas bertambah, siswa mulai terkondisikan dalam usaha mencari jawaban dari setiap masalah, selain itu siswa juga

banyak yang berusaha tampil ke depan untuk menuliskan hasil temuannya meskipun hasil yang diperoleh belum seluruh nomor.

36

Page 37: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Guru yang berperan penting dalam pngaturan kelas sudah lebih mampu mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar.

Upaya agar siswa bertambah aktif, dapat mengerjakan tugasnya sesuai waktu yang direncanakan terus dilakukan. Siswa yang

belum maksimal dalam kegiatan belajar mengajar tidak sebanyak pada tindakan I.

Hasil pelaksanaan pembelajaran pada tindakan ke-II dengan fokus penelitian terhadap siswa dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran pada Tindakan Ke-II dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa

No. Fokus Penelitian dan Penilaian Pada SiswaKriteria Penilaian

Ya Tidak

1 Secara aktif terlihat dalam proses pembelajaran √

2 Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama √

3 Keberaniannya dalam bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun

siswa lain dengan bertanggung jawab (tidak menyimpang dari topik)

4 Bekerjasama dan turut ambil bagian dalam mengerjakan soal/tugas/kuis antar kelompok √

5 Membaca dan menelaah buku, LKS, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau

mendapatkan informasi pendukung

6 Ketepatan dan kecermatannya dalam merespon topik pembelajran yang disampaikan guru √

7 Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antarsiswa maupun antara siswa dengan guru √

8 Menggunakan kemampuan berpikir kritis √

9 Berani berbeda pendapat dengan orang lain √

10 Keberanian mempertahankan pendapat √

11 Menghormati dan menghargai pendapat orang lain √

12 Kemampuan mengembangkan permasalahan dalam stimulus yang diberikan oleh guru √

13 Dapat menelaah masalah √

14 Mampu membuat hipotesis sendiri √

15 Mampu mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis √

16 Mampu membuktikan hipotesis yang dibuatnya √

17 Mampu memilih salah satu alternatif pemecahan masalah secara rasional √

c. Keaktifan siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan II

Keaktifan siswa pada tindakan ke-II mengalami peningkatan yang diikuti oleh perolehan nilai meskipun tidak

signifikan. Siswa mengikuti kegiatan belajar lebih konsentrasi karena sudah pernah mengalami dari pertemuan minggu

sebelumnya sehingga tidak kesulitan dalam beradaptasi, guru pun tidak terlalu lama mengkondisikan siswa untuk siap dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Pada tindakan II, guru membahas mengenai perkembangan kerajaan Sriwijaya, guru meminta siswa untuk mencari dan

memecahkan masalah yang terdiri dari materi yang telah dijelaskan, guru berusaha agar pertanyaan dan jawaban dapat muncul

dari siswa sendiri dengan memotivasi siswa untuk menanyakan masalah yang kurang paham dan yang sudah paham agar mau

37

Page 38: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

menjawab pertanyaan yang muncul dari siswa lain. Adapun keaktifan siswa dalam menyimak, bertanya, menjawab, menyanggah

pada tindakan II dapat digambarkan dari tabel berikut:

Tabel 4.6

Jumlah Keaktifan siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan II

JENIS AKTIVITAS JUMLAH SISWA %

(TINDAKAN)

Menyimak 36 siswa 100

Bertanya 18 siswa 50

Menjawab 11 siswa 37,5

Menyanggah - -

d. Skor Hasil Pengerjaan Tugas Kelompok Siswa pada Tindakan II

Berikut ini adalah perolehan skor pengerjaan tugas kelompok siswa pada pelaksanaan tidakan II:

Tabel 4.7

Nilai Tugas Kelompok Tindakan II

NOMOR URUT NILAI

1

2

3

4

70

75

65

70

e. Refleksi Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II pada umumnya berjalan lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan I, terutama

pada pengamatan alokasi waktu dan pengerjaan tugas oleh siswa dimana siswa tidak terlalu membuang waktu untuk kegiatan

yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.

Meskipun demikian masih terdapat kekurangan dalam penerapan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah

pada tindakan II, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa selama tindakan II berlangsung.

Permasalahan yang ditemukan ini selain refleksi dari tindakan II juga merupakan perbaikan bagi tindakan selanjutnya seperti

yang terlihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8

Refleksi dan Refisi Pelaksanaan Tindakan II

Masalah/Kesulitan yang dihadapi Guru Saran Untuk Perbaikan

- Guru belum mempu mengkondisikan siswa secara keseluruhan, masih

ada 5-8 orang siswa yang melakukan aktifitas di luar kegiatan belajar

mengajar.

- Dalam pengerjaan tugas kelompok, guru masih kurang efisien dalam

hal alokasi waktu, dimana hasil dari kerja kelompok di kumpulkan

semuanya.

- Guru kurang tegas dalam memberi teguran kepada sisa yang tidak

- Guru harus lebih mampu mengkondisikan siswa secara

keseluruhan sehingga siswa seluruhnya siap dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

- Dalam penyerahan tugas kelompok sebaiknya yang

diserahkan perkelompok satu saja tidak semua anggota,

sehingga dalam pengerjaannya satu siswa mencari jawaban

satunya lagi mencatat jawaban dampaknya pada efisiensi

38

Page 39: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik atau yang selalu

mengobrol, karena perilaku siswa yang suka mengobrol tersebut dapat

mengganggu aktivitas siswa lainnya.

- Pemberian penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam kegiatan

belajar mengajar masih kurang

waktu kegiatan belajar

- Pemberian penghargaan yang lebih intensif terhadap siswa

yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Pelaksanaan Tindakan III

Adapun hal-hal yang disiapkan dalam Pelaksanaan Tindakan 3 meliputi:

a. Materi

Materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan ke-3 adalah Kerajaan Pajajaran

b. Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi kelompok

c. Media

Media yang digunakan adalah artikel-artikel berisi cerita tentang Batu Tulis, salah satu peninggalan Kerajaan

Pajajaran.

d. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik penilaian individu adalah

semua anggota kelompok dinilai aktivitasnya pada saat melakukan diskusi kelompok. Sedangkan metode problem

solving digunakan ketika siswa berdiskusi dalam kelompok dengan langkah-langkah seperti pada tindakan

sebelumnya.

Tindakan pembelajaran ketiga dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama dengan membahas

tentang “Peninggalan Kerajaan Pajajaran”yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Februari 2010 pukul 09.10-10.30 WIB.

Setelah melakukan presentasi dan apersepsi, guru memulai pelajaran dengan membahas secara garis besar tentang kerajaan

Pajajaran, kemudian guru membagikan artikel tentang Batu Tulis yang merupakan peninggalan kerajaan Pajajaran. Sama halnya

seperti tindakan-tindakan sebelumnya guru meminta siswa untuk kembali mencari masalah kali ini yang terdapat dalam artikerl

selanjutnya siswa disarankan untuk mencari pemecahan dari masalah yang mereka temukan.

Siswa pun mulai mengerjakan tugasnya, karena sudah terbiasa sehingga waktu untuk pengerjaan tugas lebih efektif,

masalah yang kurang dipahamipun langsung ditanyakan kepada guru tanpa ragu-ragu. Guru terus memantau pengerjaan tugas

39

Page 40: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

siswa, siswa yang masih kurang paham dalam pengerjaan tugas terus dibantu oleh guru, begitu pun dengan masih adanya siswa

yang mengobrol masalah lain selain materi pelajaran ditegur oleh guru dengan lebih tegas agar tidak mengganggu aktifitas siswa

lainnya.

Selama semua kelompok menyelesaikan tugasnya, guru meminta sis wa untuk mengemukakan pendapatnya. Pada

tindakan ketiga mulai terlihat keaktifan siswa baik dalam bertanya, menjawab, dan menyanggah dan mengemukakan

pendapatnya. Meskipun telah banyak peningkatan dalam pembelajaran, tetap saja proses pembelajaran belum dapat dikatakan

sempurna karena peneliti masih menemukan kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran. Misalnya, peneliti masih

menemukan kurang piawainya guru dalam membuat pertanyaan yang bersifat memancing atau memotivasi siswa.

Hasil pengamatan yang peneliti lakukan, ternyata apabila guru mempersiapkan dan mengembangkan bahan ajar yang

akan disampaikan dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung terhadap terlaksananya proses pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar yang dibuat cukup variatif dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang menarik

yaitu mengupas artikel tentang “Batu Tulis Peninggalan Pajajaran”. Setelah semua siswa menemukan solusi dari permasalahan,

guru bersama siswa membuat kesimpulan. Guru mempersilahkan mengumpulkan kertas jawaban beserta hasil tugas

kelompoknya, para siswa mulai mengumpulkan kertas jawabannya di meja guru. Selesai mengumpulkan kertas jawaban para

siswa duduk kembali di kursinya masing-masing, guru kemudian memberi tahu bahwa pada pertemuan minggu selanjutnya materi

yang akan dibahas adalah tentang kerajaan Mataram. Tindakan III selesa dilaksanakan, bel tanda pelajaran selesai berbunyi guru

mengucapkan salam kepada siswa yang langsung dibalas oleh siswa, kemudian guru keluar ruang kelas bersama dengan peneliti.

Berikut ini hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada tindakan ke-III dengan fokus penelitian dan penilaian terhadap siswa:

Tabel 4.8

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tindakan Ke-III dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa

No. Fokus Penelitian dan Penilaian Pada SiswaKriteria Penilaian

Ya Tidak

1 Secara aktif terlihat dalam proses pembelajaran √

2 Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dlam prose bembelajaran dengan seksama √

3 Keberaniannya dalam bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun siswa

lain dengan bertanggung jawab (tidak menyimpang dari topik)

4 Bekerjasama dan turut ambil bagian dalam mengerjakan soal/tugas/kuis antar kelompok √

5 Memaca dan menelaah buku, LKS, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan

informasi pendukung

6 Ketepatan dan kecermatannya dalam merespon topik pembelajran yang disampaikan guur √

7 Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antarsiswa maupun antara siswa dengan guru √

8 Menggunakan kemampuan berpikir kritis √

40

Page 41: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

9 Berani berbeda pendapat dengan orang lain √

10 Keberanian mempertahankan pendapat √

11 Mengormati dan menghargai pendapat orang lain √

12 Kemampuan mengembangkan permasalahan dalam stimulus yang diberikan oleh guru √

13 Dapat menelaah masalah √

14 Mampu membuat hipotesi s sendiri √

15 Mampu mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis √

16 Mampu membuktikan hipotesis yang dibuatnya √

17 Mampu memilih salah satu alternatif pemecahan masalah secara rasional √

e. Aktivitas Siswa selama Penerapan metode problem solving dalam Pembelajaran Sejarah pada Tindakan III

Aktivitas sisa pada tindakan III terlihat lebih aktif dari tindakan sebelumnya. Siswa terlihat mengerjakan tugas lebih

baik dari pelaksanaan tindakan II. Selain itu siswa telah mampu membuat hipotesis sederhana. Meskipun tidak semua siswa

dapat membuat hipotesis sederhana.

Dalam merumuskan masalah timbul beberapa pertanyaan diantaranya:

1) Mengapa batu bertulis itu dibuat, apa tujuannya?

2) Mengapa kehidupan perekonomian melorot tajam pada saat Pajajaran diperintah oleh Prabu Surawisesa?

Masalah tersebut kemudian dianalisis kembali untuk dicari penyebabnya. Adapun pendapat siswa tentang penyebab

masalah yang telah dirumuskan adalah:

1) Batu itu ditulis dan diukir oleh Prabu Surawisesa raja Pajajaran kedua pada tahun 1533. Batu itu ditulis pada saat ia

frustasi sebab gagal mengemban ambisinya. Isi dari batu itu adalah memperingati ayahandanya Sri Baduga Maharaja

yang merupakan pemimpin yang baik, dan betapa ia (Surawisesa) tidak dapat sanggup menyainginya.

2) Pada masa kepemimpinan Suarawisesa banyak wilayah yang ingin memisahkan diri dari Pajajaran, itu dikarenakan

kepemimpinannya kurang tegas dan bijaksana, selain itu pelabuhan-pelabuhan internasional Banten yang dimiliki

Pajajaran direbut oleh Cirebon, dan pelabuhan Sunda Kelapa direbut oleh Banten. Berturut-turut pelabuhan lain pun

dikuasai Cirebon dan Demak. Sejak saat itu perdagangan antar pulau-antar negeri sudah tak dilakukan lagi.

Merumuskan hipotesis dapat dilihat dari pernyataan siswa sebagai berikut:

1) Di bawah kepemimpinan Surawisesa Kerajaan Pajajaran mengalami kemerosotan.

41

Page 42: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

2) Kemerosotan kehidupan perekonomian disebabkan oleh adanya perbutan pelabuhan-pelabuhan internasional milik

kerajaan Pajajaran.

f. Skor Hasil Pengerjaan Tugas Kelompok Siswa Pada Tindakan III

Berikut ini adalah skor hasis pengerjaan tugas kelompok siswa pada pelaksanaan tindakan III:

Tabel 4.9

Nilai Tugas Kelompok Tindakan III

NOMOR URUT NILAI

1

2

3

4

75

70

70

65

g. Refleksi Pelaksanaan Tindakan III

Pelaksanaan penerapan metode problem solving pada tindakan III berjalan lebih baik meskipun masih ada siswa yang

kurang konsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa pun sudah terbiasa dengan penerapan metode problem solving

sehingga pengerjaan tugas menjadi lebih cepat baik dalam menemukan permasalahan dalam pemecahan masalah. Adapun

permasalahan yang muncul ketika pelaksanaan tindakan III serta saran dan perbaikan untuk tindakan selanjutnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.10

Refleksi dan Revisi Pelaksanaaan Tindakan III

Masalah/Kesulitan yang Dihadapi Guru Saran Untuk Perbaikan

- Guru menganggap kondisi siswa sudah terbiasa dengan

penerapan metode problem solving dlam kegiatan belajar

mengajar sehingga semua siswa dianggap sudah biasa.

- Guru terlalu terburu-buru dalam memberi waktu kepada siswa

dalam pengerjaan tugas demi efisiensi waktu sehingga kelas

sedikit t idak terkontrol

- Guru harus mampu memahami perkembangan seluruh siswa

dalam memahami metode problem solving dan pengerjaan

tugas. Tidak hanya terhadap siswa yang mampu mengerjakan

tugas dengan baik saja, juga tidak hanya dilihat dari

perolehan nilai yang diraih siswa.

- Guru harus lebih baik lagi dalam mengatur alokasi waktu bagi

setiap tindakanyang dilakukan di kelas baik oleh siswa maupun

oleh guru

3. Pelaksanaan Tindakan IV

a. Persiapan Pelaksanaan Penerapan metode problem solving dalam Pembelajaran Sejarah dalam Tindakan IV

Persiapan pada pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah pada tindakan IV

dilakukan seperti biasa yaitu dengan terlebih dahulu menyusun rencana pengajaran, menyiapkan lembar observasi siswa, tugas

yang akan diberikan kepada siswa, juga perencanaan alokasi waktu yang lebih efektif.

42

Page 43: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Pelaksanaan tindakan IV berlangsung pada tanggal 7 November 2008, dimulai pukul 09.10-10.30. Materi yang

dibahas pada pertemuan tersebut adalah perkembangan kerajaan Mataram kuno. Kegiatan yang berlangsung pada tindakan IV

adalah sebagai berikut:

Bel tanda masuk berbunyii, guru bersama rekan peneliti masuk ke dalam kelas, beberap murid mengikuti guru dari

belakang. Guru mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa, pada tindakan keempat ini satu orang siswa tidak hadir.

Guru membahas sedikit mengengai materi pada tindakan III dengan bertanya kepada siswa, beberapa siswa menjawab pertanyaan

tersebut, guru memuji siswa yang menjawab untuk lebih menggairahkan suasana kelas.

Guru mulai menyampaikan materi. Materi yang dibahas pada tindakan 4 adalah tentang “Kerajaan Mataram kuno”.

Selesa menjelaskan materi guru kemudian memberikan permasalahan pada siswa yaitu, “Mengapa kerajaan Mataram melakukan

perpindahan pusat kerajaan?”. Selanjutnya siswa pun diminta untuk mencari kembali permasalahan yang lainnya, dan kemudian

menganalisis permasalahan itu.

e. Aktivitas Siswa selama Penerapan metode problem solving dalam Pembelajaran Sejarah pada Tindakan IV

Aktivitas siswa pada tindakan IV, yang merupakan tindakan terakhir dalam rencana penelitian berjalan dengan baik.

Siswa sudah memahami bagaimana metode problem solving itu, karena siswa sudah terbiasa siswa yang sudah hapal dengan

langkah-langkah dari metode problem solving tersebut, meskipun demikian dalam proses pembelajaran guru terus melakukan

bimbingan dan pengarahan pada siswa.

Suasana kelas tampak lebih hidup oleh aktivitas para siswa tiap-tiap anggota kelompok nampak sering sharing dalam

mencari dan memecahkan masalah sehingga kelas tampak lebih ribut dari tindakan sebelumnya. Adapun fokus penilaiannya

masih sama seperti tindakan-tindakan sebelumnya.

Tabel 4.11

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran pada Tindakan Ke-IV dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa

No. Fokus Penelitian dan Penilaian Pada SiswaKriteria Penilaian

Ya Tidak

1 Secara aktif terlihat dalam proses pembelajaran √

2 Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dlam prose bembelajaran dengan seksama √

3 Keberaniannya dalam bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan baik dari guru

maupun siswa lain dengan bertanggung jawab (tidak menyimpang dari topik)

4 Bekerjasama dan turut ambil bagian dalam mengerjakan soal/tugas/kuis antar kelompok √

5 Memaca dan menelaah buku, LKS, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau

mendapatkan informasi pendukung

43

Page 44: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

6 Ketepatan dan kecermatannya dalam merespon topik pembelajran yang disampaikan guur √

7 Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antarsiswa maupun antara siswa dengan

guru

8 Menggunakan kemampuan berpikir kritis √

9 Berani berbeda pendapat dengan orang lain √

10 Keberanian mempertahankan pendapat √

11 Mengormati dan menghargai pendapat orang lain √

12 Kemampuan mengembangkan permasalahan dalam stimulus yang diberikan oleh guru √

13 Dapat menelaah masalah √

14 Mampu membuat hipotesi sendiri √

15 Mampu mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis √

16 Mampu membuktikan hipotesis yang dibuatnya √

17 Mampu memilih salah satu alternatif pemecahan masalah secara rasional √

1) Rumusan masalah yang berhasil ditemukan siswa diantaranya:

a) Mengapa peninggalan-peninggalan bercorak Hindu-Budha kebanyakan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram

kuno?

b) Mengapa di kerajaan Mataram terjadi perkawinan berbeda agama?

c) Mengapa di kerajaan Mataram terdapat dua wangsa yang memerintah adakah perebutan kekuasaan dalam pergantian

kepemimpinan?

2) Analisis masalah meliputi:

a) Kerajaan Mataram membangun banyak candi kemungkinan ditujukan sebagai simbol dari kebesaran kerajaan

Mataram, selain sebagai tempat beribadah dan pemujaan terhadap dewa. Selain itu juga kehidupan kerajaan Mataram

telah stabil, tidak banyak permberontakan yang terjadi sehingga raja dapat terfokus pada bidang pembangunan.

b) Perkawinan beda agama antara Pramodhawardani dan Dinasti Sailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya

mempunyai maksud tertentu yaitu untuk mempersatukan kedua dinasti tersebut agar tidak terjadi perebutan

kekuasaan.

Permasalahan ketiga ini kebanyakan kelompok mengalami kesulitan dalam menganalisisnya hanya ada satu kelompok

yang memberikan analisisnya yaitu kelompok1, kelompok 1 berpendapat bahwa “dalam pergantian kepemimpinan antar wangsa

itu tidak terjadi perebutan, tetapi dalam satu keturunan keluarga kerajaan terdapat dua keyakinan yang berbeda yaitu agama

Hindu dan Budha.

44

Page 45: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

f. Keaktifan Siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan IV

Adapun keaktifan siswa dalam menyimak, bertanya, menjawab, dan menyanggah pada tindakan IV dapat digambarkan

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.12

Jumlah Keaktifan siswa dalam Menyimak, Bertanya, Menjawab, dan Menyanggah pada Tindakan IV

JENIS AKTIVITAS JUMLAH SISWA % (TINDAKAN)

Menyimak 36 100

Bertanya 26 72,2

Menjawab 19 52,7

Menyanggah 1 2,78

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, terjadi perubahan intensitas pada aktivitas bertanya dan menjawab dibandingkan

tindakan 2 dan 3. Jika pada tindakan 3 yang bertanya hanya 6 orang maka pada tindakan 4 ini menjadi 26 orang begitu pula

dalam menjawab pada tindakan 4 ini bertambah menjadi 8 orang siswa, jika pada tindakan sebelumnya yang bertanya hanya

siswa yang mewakili kelompoknya saja pada tindakan terakhir ini juga dapat berpendapat sendiri.

g. Skor Hasil Pengerjaan Tugas Kelompok Siswa pada Tindakan IV

Berikut ini adalah skor hasil pengerjaan tugas kelompok siswa pada tindakan IV:

Tabel 4.13

Nilai Tugas Kelompok Tindakan IV

NOMOR URUT NILAI

1

2

3

4

80

65

70

70

Bedasarkan tabel 4.13 di atas, maka perolehan nilai kelompok pada tindakan IV mengalami perubahan jika

dibandingkan pada tindakan III. Perolehan rata-rata nilai tugas kelompok mengalami kenaikan.

e. Refleksi Pelaksanaan Tindakan IV

pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah tindakan IV tidak lepas dari kesulitan dan

masalah, kekurangan-kekurangan masih ada dalam beberapa hal, adapun masalah yang timbul dalam pelaksanaan tindakan IV

adala sebagai berikut:

Tabel 4.14

Refleksi Pelaksanaan Tindakan IV

45

Page 46: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Masalah/Kesulitan yang Diahadapi Guru

- Guru harus lebih memperhatikan alokasi waktu dalam setiap

kegiatan baik untuk pengerjaan tugas maupun untuk tanya jawab

- Guru tidak mempu melihat seluruh aktivitas siswa sehingga

tidak menegur siswa yang bermain-main ketika pengerjaan

tugas.

6. Hasil Pelaksanaan Seluruh Tindakan

Penerapan metode problem solving dalam pelajaran Sejarah merupakan pengalaman baru bagi siswa-siswa kelas X A

SMA Negeri 1 Subang, sehingga diharapkan penerapan metode problem solving dapat membawa pada perubahan yang lebih

positif. Pelaksanaan penerapan metode problem solving pada seluruh tindakan (I-IV) memperlihatkan adanya peningkatan rata-

rata tes siswa, meskipun tidak seluruh aspek dalam penelitian memperlihatkan hasil meningkat pesat, hal ini lain karena kondisi

siswa yang memang kurang terbiasa untuk aktif sendiri, mereka biasa menyimak, bertanya, menjawab, maupun menyanggah,

juga karena dorongan mengapatkan nilai yang lebih besar. Meskipun demikian penerapan metode problem solving

memperlihatkan adanya perubahan yang positif baik terhadap hasil belajar maupun terhadap aktivitas siswa.

Tindakan I yang merupakan masa pengenalan siswa terhadapa t metode yang baru diketahuinya, kegiatan belaj ar

mengajar belum memperlihatkan hasil yang baik, karena siswa belum terbiasa dengan penerapan metode problem solving ,

meskipun demikian masalah-masalah yang timbul setelah berdiskusi dengan rekan penelitian merupakan poin masukan agar

dalam tindakan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Pada pelaksanaannya,

tindakan II-III hasil yang diperoleh siswa baik aktivitas belajar siswa maupun perolehan skor memperlihatkan hasil yang

miningkat, siswa mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran dengan penerapan metode problem solving . Siswa sudah terbiasa

dengan mecari, menemukan dan menyampaikan suatu jawaban dari suatu permasalahan. Mendengarkan dan memahami

menjelaskan guru yang kemudian diterapkan dalam merumuskan dan memecahkan masalah, membuat hipotesis dan menarik

kesimpulan.

7. Keaktifan Siswa secara Keseluruhan dalam Tindakan I – IV

Keaktifan siswa secara keseluruhan dalam menyimak, bertanya, menjawab, menyanggah dan memecahkan masalah

mengalami peningkatan khususnya pada aspek bertanya, menjawab dan memecahkan masalah. Pada aspek menyimak seluruh

siswa sudah terlihat menyimak setiap materi yang sedang disampaikan baik oleh guru maupun siswa, tetapi dalam hal

46

Page 47: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

menyanggah belum terlihat keberanian siswa yang signifikan dalam menyanggah pertanyaan atau jawaban baik dari guru maupun

dari siswa lainnya, meskipun ada tetapi jumlahnya sedikit dan hanya pada siswa yang sudah terbiasa aktif di kelas. Hal ini

merupakan suatu kondisi yang harus dirubah meski secara perlahan-lahan, siswa harus berani memerikan sanggahan terhadap

sesuatu yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Dengan demikian siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan

permasalahannya tidak asal bicara.

Pada tindakan I seluruh siswa terbibat dalam proses pembelajaran juga dalam menyimak dan memperhatikan

penjelasan guru, bertanya, menjawab, dan berpendapat, bekerjasama dalam kelompok, membaca dan menelaah buku, dapat

menelaah masalah, dan mampu memilih salah satu alternative pemecahan masalah secara rasional. Pada tindakan II belum begitu

terlihat adanya perubahan dalam proses pembelajaran. Pada tindakan III siswa mulai mampu berpikir kritis, berani

mempertahankan pendapat, dan mampu membuat hipotesis sederhana sendiri. Pada tindakan IV siswa telah mampu memenuhi 16

dari 17 fokus penelitian yang meliputi: aktif dalam pembelajaran, menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dengan

seksama, bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan, berkerjasama dalam kelompok, membaca dan menelaah buku,

ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran, sharing antar siswa maupun dengan guru, menggunakan

kemampuan berpikir kritis, berani berbeda pendapat dengan orang lain. Keberanian mempertahankan pendapat, menghormati dan

menghargai pendapat orang lain, mampu mengembangkan permasalahan, dapat menelaah masalah, mampu membuat hipotesis

sederhana sendiri, mampu membuktikan hipotesis yang dibuatnya, dan mampu memilih salah satu alternatif pemecahan masalah

secara rasional.

Aktivitas menyimak selalu berada pada angka 100%, hal ini kerana kegiatan menyimak selalu diupayakan agar

seluruh siswa selalu memperhatikan penjelasan guru. Guru pun sudah terbiasa dalam mengkondisikan siswa untuk lelalu

menyimak penjelasannya tidak hanya pada saat dilakukan penelitian tindakan kelas ini saja.

8. Skor Keseluruhan Hasil Tes Siswa dari Tahapan I-IV

Perolehan rata-rata nilai tes merupakan nilai yang diperoleh siswa secara individu dalam mengerjakan tugas yang

diberikan guru setiap akhir pertemuan. Adapun perolehan nilai keseluruhan hasil tes siswa dari tindakan I-IV dapat dilihat pada

tabel berikut:

47

Page 48: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Tabel 4.15

Perolehan Rata-rata Nilai Tes Siswa dari Tindakan I-IV

RATA-RATA

TES I

RATA-RATA

TES II

RATA-RATA

TES III

RATA-RATA

TES IV

51,22 55 64 70

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, perolehan rata-rata nilai post tes siswa dari tindakan I sampai tindakan IV terlihat

adanya kenaikan, meskipun demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa tidak melebihi angka 7. Perolehan rata-rata nilai pada

tindakan I adalah 60, kemudian mengalami peningkatan pada tindakan II, hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang lebih siap

dari pada tindakan sebelumnya. Pada tindakan III terjadi kenaikan rata-rata. Meskipun terus mengalami peningkatan, perolehan

nilai yang diraih siswa masih kurang dari angka 7, hal ini terjadi karena banyaknya siswa yang memperoleh nilai kurang dari 7,

selain itu keterbatasan kemampuan siswa yang harus membagi konsentrasi baik untuk mengerjakan tugasnya maupun

mengerjakan soal-soal tes berpengaruh terhadap perolehan nilai siswa.

C. Analisis Hasil Penelitian

1. Langkah-langkah Metode Problem Solving dalam Pelajaran Sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Subang.

Penerapan berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengaj ar sangat diperlukan dengan maksud menciptakan situasi

belajar di dalam kelas yang menyenangkan. Penerapan metode problem solving merupakan salah satu usaha agar kegiatan belajar

mengajar di kelas menyenangkan, selain itu tentunya bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa diajak

untuk memahami materi tentang perkembangan kerajaan Hindu-Budha dengan menggunakan metode problem solving dimana

siswa lebih aktif ikut di dalam proses belajar mengajar, tidak hanya selalu mendengarkan penjelasan dari guru.

Metode problem solving merupakan salah satu metode dalam pembelajaran dimana dalam langkah ini siswa dituntut

untuk dapat terlibat secara langsung dan lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa pun di ajak untuk memahami materi tidak

hanya mendengarkan berbagai penjelasan dari guru saja tetapi juga mempraktekan berbagai penjelasan dari guru atau

pemahaman yang siswa ketahui tentang kehidupan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Selain itu sesama siswa juga

diperbolehkan untuk berdiskusi dalam memecahkan suatu permasalahan atau mencari suatu jawaban. Guru sangat berperan

penting dalam upaya berhasilnya suatu tindakan. Peneliti yang juga guru terlibat langsung dalam penilaian untuk perbaikan

proses belajar mengajar selanjutnya.

48

Page 49: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Metode problem solving merupakan salah satu metode dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan pengertian penelitian tindakan kelas itu sendiri

menurut Hopkins dalam Rochiati adalah sebagai berikut:

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedr penelitian dengan tindakan

subtrantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa

yang sedang terjadi, sambil terlihat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan(2007:11).

Menurut Rochiati:

Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan

dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (2007:13)

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, penelitian tindakan kelas merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh guru

yang juga peneliti dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam kegiatan belajar mengajar yang tersusun melalui

serangkaian persiapan atau rencana, tindakan atau aksi, pengamatan atau observasi, dan cerminan atau refleksi, merupakan

sebuah penelitian tindakan kelas.

Penyusunan silabus dan rencana pengajaran disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan kondisi kelas. Pengadaan

sarana atau media belajar diusahakan selengkap mungkin agar dapat membantu terlaksananya penelitian dengan lancar.

Pengadaan buku baik untuk siswa maupun untuk guru diusahakan selengkap mungkin agar terdapat banyak sumber bagi kegiatan

belajar di kelas.

Pokok bahasan materi yang dibahas dalam tindakan penelitian adalah Perkembangan kerajaan Hindu-Budha di

Indonesi yang meliputi kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, yang merupakan kerajaan lokal, kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan

Mataram Kuno. Hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas adalah lebih mengarah pada kualitaif, dimana objektifitas

dari prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi data hasil penelitian tindakan. Selain itu penellitian yang

bersifat kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung. Selain itu peneliti

merupakan salah satu instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data (Rochiati, 2007: 10).

Dalam pelakasanaannya penerapan metode problem solving dalam pelajaran Sejarah, peneliti melakukan penelitian

bersama guru mitra yang merupakan guru mata pelajaran sejarah di sekolah tempat penelitian berlangsung. Peneliti bertindak

sebagai Observer bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung peneliti

bersama guru mitra mendiskusikan permasalahan yang ada pada tindakan yang baru dilaksanakan juga solusi dari permasalahan

49

Page 50: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

yang ada pada tindakan yang baru dilaksanakan juga solusi dari permasalahan yang muncul. Diskusi dan konsultasi yang

dilakukan dengan observer terus dilakukan sampai pelaksanaan penelitian berakhir. Sementara itu dalam pelaksanaan tindakan

siswa akan mendapat kesempatan yang luas dalam kegiatan yang mengarahkan siswa akan mendapat kesempatan yang luas dalam

kegiatan yang mengarahkan siswa agar lebih paham terhadap materi perkembangan kerajaan Hindu-Budha, mampu menemukan

dan memecahkan masalah serta memilih alternatif permasalahan, tentunya semua itu tetap dalam pengarahan atau petunjuk yang

diberikan guru.

Penilaian yang digunakan dalam penerapan metode problem solving di kelas X SMA Negeri 1 Subang terdiri dari dua

jenis yaitu penilaian pengamatan dan penilaian hasil berlajar. Penilaian pengamatan diberikan terhadap aktivitas siswa selama

kegiatan belajar berlangsung baik menyimak, bertanya, menjawab, menyanggah, mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis

sederhana dan lain-lain sedangkan penilaian hasil belajar diambil dari nilai tes siswa dan tugas yang dilakukan siswa itu sendiri.

Dalam proses penerapan metode problem solving , guru telah terlebih dahulu mempersiapka meteri-materi yang

diperlukan untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan

belajar mengajar yang diwujudkan diantaranya dengan pemberian tugas siswa dimana siswa diminta mencari berbagai jawaban

dari permasalahan yang ditemukan siswa.

Sumber yang diperlukan dalam pemecahan masalah antara lain buku-buku pelajaran dan artikel. Guru dibantu siswa

mencari jalan keluar agar buku dan alat bantu lainnya tersedia, cara yang diambil guru ini dipahami siswa dengan berusaha

untuk mengadakan buku sumber dan buku lainnya baik itu milik pribadi, meminjamkan dari kakak kelasnya atau teman-temannya

yang berbeda sekolah, meminjam ke perpustakaan, dan sebagainya.

Dalam proses pengidentifikasian dan perumusan masalah, siswa selalu diberi kesempatan oleh guru dalam setiap

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Identifikasi masalah yang salah satu kegiatan rutinnya adalah dengan memberi tugas

siswa untuk merumuskan masalah, memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun

siswa. Siswa pun diminta agar mampu menyampaikan hasil temuannya atau suatu kesimpulan sendiri berdasarkan pemahamannya

sendiri, hal ini merupakan suatu bentuk keterlibatan yang akan diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

50

Page 51: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Pendekatan peranan yang melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah selalu mengadakan tanya jawab setelah

pembahasan suatu materi, jawaban-jawaban dari siswa disertai penguatan dari guru diharapkan mampu meningkatkan motivasi

dalam memecahkan suatu masalah, sementara ini proses yang dilakukan siswa dalam pencarian solusi ini masih tetap dalam

pengarahan guru, sehingga terlihat siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul atau mencari jawaban dari berbagai

pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Hasil Belajar Siswa setelah Penerapan Metode problem solving Dalam Pelajaran Sejarah di Kelas X SMA Negeri 1

Subang.

Penerapan metode problem solving dalam pelajaran Sejarah di kelas X SMA Negeri 1 Subang, telah memperlihatkan

peningkatan yang diraih siswa baik secara prestasi belajar maupun dalam keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar. Perolehan

nilai yang diraih siswa dalam kegiatan individu memperlihatkan peningkatan prestasi belajar yang diraih siswa dalam setiap

tindakan.

3. Kendala-Kendala yang Dihadapi oleh Guru dalam Penerapan Metode Problem Solving pada Mata Pelajaran Sejarah

di Kelas X SMA Negeri 1 Subang

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode problem solving pada setiap tindakan terlepas dari kondisi

yang ada di kelas baik itu dari kondisi sekolah sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar yang menyediakan sarana

belajar, kondisi guru dengan segala keterbatasannya sebagai pengelola kelas, maupun dari siswanya sendiri sebagai subjek dalam

kegiatan belajar mengajar. Berbagai kendala yang dihadapi dalam kegiatan belajar di kelas merupakan tantangan yang harus

dihadapi dalam penerapan metode problem solving dengan baik.

Keberhasilan dalam mengatasi berbagai kendala meskipun tidak seluruhnya, merupakan suatu prestasi baik bagi guru

maupun bagi siswa meskipun keberhasilan yang diperoleh harus disesuaikan dengan kondisi kelas dimana penelitian tindakan

kelas berlangsung, karena kendala yang dihadapi di sekolah tempat berlangsungnya penelitian belum tentu merupakan kendala di

sekolah lain.

Kendala-kendala yang muncul dalam penerapan metode problem solving dalam setiap tindakan adalah jumlah siswa

kurang dari 20 orang. Sarana yang terbatas seperti buku pegangan baik buku yang dimiliki siswa maupun yang ada di

51

Page 52: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

perpustakaan, keterbatasan ini membuat pengerjaan tugas menjadi terhambat karena siswa harus sering bergiliran dalam

memeakai buku yang diinginkannya. Begitu juga artikel yang sangat sulit ditemukan. Alokasi waktu yang sedikit hanya 40 menit

dalam 1 jam pelajaran, belum dipotong oleh kegiatan awal pelajaran seperti absensi kelas membuat kegiatan belajar mengajar

sering melampaui jam pelajaran yang tersedia. Alokasi waktu yang terbatas membuat guru terlihat terburu-buru dalam

melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.

Pembentukan kelompok siswa pada tindakan I yang terdiri dari 4 orang tiap kelompoknya belum mampu dijalankan

dengan baik dalam pelaksanaannya karena selain buku sumber yang terbatas dalam setiap kelompoknya, siswa juga belum

terbiasa dengan kerja kelompok yang efektif membuat kegiatan kelompok tidak berjalan. Siswa yang mengerjakan tugas dalam

kelompoknya banyak yang mengeluh kerena ada siswa yang tidak bekerja sementara siswa lainnya sibuk mengerjakan tugas

kelompok.

Guru merasa kesulitan dalam mebangkitkan keberanian siswa agar memiliki kemauan dan kemampua untuk

memberikan pendapat yang mengarah pada suatu sanggahan baik dari pendapat siswa lain dan dari guru. Siswa merasa kesulitan

dengan hal itu karena tidak terbiasa dengan hal ini hampir pada semua mata pelajaran, juga karena setiap sanggahan harus

memberikan alasan-alasan yang lebih tepat atau akurat, sementara kebanyakan siswa tidak terbiasa membaca berbagai sumber

buku untuk memahami satu masalah. Meskipun demi kian pada tindakan II dan IV ada siswa yang berani mengeluarkan

sanggahan, meskipun dengan jawaban yang masih sederhana.

4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Metode Problem Solving dalam Pelajaran Sejarah di Kelas X SMA Negeri 1

Subang

Tanggapan siswa terhadap penerapan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar di kelas hampir

keseluruhan siswa yang diwawancarai menyatakan kukungannya terhadap cara pembelajaran yang baru dilaksanakan. Mereka

senang dengan metode problem solving karena siswa diberi kesempatan yang lebih besar dalam menyelesaikan suatu

permasalahan meskipun tenaga dan pikiran yang dikeluarkan lebih banyak.

52

Page 53: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Dari 36 siswa yang mengisi lembar wawancara hanya 6 orang (8,75%) siswa yang tidak mendukung penerapan

metode problem solving untuk dilanjutkan pada materi lainnya, hal ini selain karena keterbatasan sumber yang bisa digunakan

dalam membantu penerapan cara tersebut, siswa juga harus dituntut lebih banyak dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Siswa-siswa ini sudah terbiasa dengan penyelesaian setiap masalah oleh guru sehingga merasa terbebani dengan penerapan

metode problem solving . Mereka merasa tugas-tugas yang diberikan terlalu banyak sementara waktu dan buku-buku yang

tersedia terbatas, sehingga membuat mereka kesulitan dalam menemukan jawaban.

Sementara 30 orang (91,25%) yang setuju dengan penerapan metode problem solving . Selain itu pada pertemuan

selanjutnya merasa senang dengan cara ini karena dalam pelaksanaannya siswa mendapat kesempatan lebih besar dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa menjadi bertambah wawasannya bagaimana menyelesaikan suatu masalah mulai dari

mencari, menemukan, dan mengkomunikasikan suatu jawaban kepada teman-temannya. Dampaknya siswa menjadi lebih

mendalami materi yang sedang dibahas, siswa juga merasa mereka memiliki peran yang besar dalam penyelesaian masalah yang

dihadapinya, karena siswa terlibat langsung dalam penyelesaia masalah sehingga berperan dalam perubahan yang mereka alami.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

53

Page 54: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

A. Kesimpulan

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan metode problem solving melalui Penelitian Tindakan

Kelas I – IV terlihat cukup baik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyadari akan adanya suatu permasalahan, dimana siswa didorong untuk menemukan kesenjangan dari berbagai fenomena

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

2. Merumuskan masalah-masalah yang diperoleh pada langkah pertama secara jelas dan spesifik yang kemudian dianalisis

untuk dicari penyebabnya.

3. Merumuskan hipotesis dimana siswa diharapkan mampu menentukan sebab-akibat dari masalah yang ingin diselesaikan

walaupun pada PTK I terlihat siswa belum mampu merumuskan hipotesis secara sederhana.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dimaksud untuk kemudian

disajikan dalam tampilan yang mudah dipahami

5. Pembuktian atau menguji hipotesis berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan sehingga siswa dapat menentukan mana

hipotesis yang ditolak maupun yang diterima serta membuat suatu kesimpulan.

6. Menentukan alternatif atau pilihan penyelesaian masalah dan diharapkan siswa dapat memperhitungkan segala

kemungkinan maupun akibat yang terjadi pada setiap pilihan penyelesaian.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving ini seluruh siswa menjadi lebih aktif,

walaupun pada awalnya (Penelitian Tindakan Kelas I-II) terlihat kepasifan siswa atau guru lebih aktif/dominan hingga pada

akhirnya yaitu pada PTK III-IV terlihat peningkatan dalam keaktifan maupun ketrampilan berpikir kritis siswa. Artinya proses

pembelajaran yang berlangsung tidak hanya terpusat pada guru saja dan berlangsung dua arah atau ada timbal balik dari siswa.

Pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah tidak lepas dari kesulitan dan kendala-

kendala. Adapun kendala yang seringkali ditemui adalah kendala dalam waktu pembelajaran, yang terlalu singkat, sehingga

proses pelaksanaan dari metode problem solving ini sering kali mengambil waktu pelajaran lain. Alokasi waktu yang sedikit

hanya 40 menit dalam 1 jam pelajaran, belum dipotong oleh kegiatan awal pelajaran seperti absensi kelas membuat kegiatan

belajar mengajar sering melampaui jam pelajaran yang tersedia.

54

Page 55: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Kendala-kendala yang muncul dalam penerapan metode problem solving adalah sarana yag terbatas seperti buku

pegangan baik buku yang dimiliki siswa maupun yang ada diperpustakaan, keterbatasan ini membuat pengerjaan tugas menjadi

terhambat. Namun demikian dalam pelaksanaannya siswa diberikan kesempatan yang luas dalam kegiatan yang mengarahkan

siswa agar lebih paham terhadap materi yang diberikan dengan tujuan mampu menemukan dan memecahkan masalah serta

memilih alternatif permasalahan tentunya semua itu tetap dalam pengarahan atau petunjuk yang diberikan guru.

Penerapan metode problem solving dalam pelajaran sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Subang, telah memperlihatkan

peningkatan yang diraih siswa baik secara prestasi belajar maupun dalam keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam

prestasi belajar siswa telah menunjukkan peningkatan yang lumayan bagus, meskipun secara keseluruhan tidak semua siswa

mampu meningkatkan prestasinya. Peningkatan prestasi belajar ini juga dapat dilihat dimana seluruh siswa mulai terbiasa untuk

mempelajari materi yang akan dibahas sebelumnya, sehingga siswa lebih siap untuk menerima pelajaran yang diberikan serta

dalam perolehan nilai tugas siswa sebelum dan sesudah penerapan metode problem solving .

Siswa juga terlihat lebih aktif baik itu dalam bertanya, menjawab, bahkan menyanggah. Keaktifan ini terlihat dalam

keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat yang berbeda dengan siswa lainnya dalam hal ini melatih siswa untuk terampil

berpikir kritis terhadap suatu permasalahn maupun jawaban dari siswa lainnya. Selain itu juga selama penerapan metode problem

solving ini, siswa yang aktif bukan merupakan siswa yang itu-itu jugakarena pada pelaksanaannya mulai tampak siswa-siswa

yang mengemukakan pendapatnya diluar siswa yang tergolong aktif.

B. Saran

Penerapan metode problem solving pada mata pelajaran Sejarah terhadap peningkatan ketrampilan berpikir kritis

siswa ini semoga dapat memberikan manfaat bagi yang akan mengembangkan metode problem solving dalam proses

pembelajaran, terutama bagi guru yang akan mengembangkan metode tersebut. Dalam skripsi ini dimuat beberapa langkah-

langkah yang bisa dijadikan pedoman dalam mengembangkan metode problem solving serta bagaimana memperoleh gambaran

55

Page 56: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

langkah-langkah pengembangan perencanaan penerapan metode problem solving sehingga dapat memudahkan pelaksanaannya,

serta mengetahui gambaran peningkatan ketrampilan berpikir kritis siwa.

Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu mengembangkan mutu pendidikan terutama dalam pembelajaran

sejarah, sehingga mata pelajaran sejarah bukan lagi merupakan pelajaran yang membosankan bagi siswa, tetapi menjadi

pelajaran yang menyenangkan. Dengan mengajak siswa untuk mencari, menemukan dan memecahkan masalah yang ada dalam

materi yang disajikan sehingga siswa lebih merasa tertantang. Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi suatu

metode pembelajaran dalam meningkatkan ketrampilan berpikir kritis terhadappertanyaan-pertanyaan maupun masalah yang ada

pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadisastra, Y. 1982. Metode-metode Mengajar , Jilid I dan II, Bandung: Angkasa.

Hamalik, Oemar. 1990 . Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar . Bandung: Tarsito

Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran . Jakarta: Rineka Cipta.

Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching . 6th Ed. Allyn & Bacon: London

M.Numan Somatri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS , Bandung: Remaja Rosdakarya

Mansour Fakih dan Robert Chamber. 2002. Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis . Yogyakarta:Read Book.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:Rosda.

Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Roem Topatimasang,dkk. 2005. Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Kritis . Yogyakarta:Insist Press.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada

56

Page 57: Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas x Sma Negeri 1 Subang Melalui Penerapan Metode Problem Solving

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru.

Suwarma A.M. 1991. Pengembangan keterampilan berpikir dan nilai dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial: Suatu studi

sosial budaya pendidikan . Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: FPS-IKIP Bandung.

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi . Jakarta: Gaung Persada Press.

57