upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user LAPORAN KHUSUS UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR BAHAYA KEBISINGAN DI UNIT POWER PLANT PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI CEPU, BLORA, JAWA TENGAH Septian Wisnu Santoko R.0008133 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Transcript of upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

Page 1: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAPORAN KHUSUS

UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR BAHAYA KEBISINGAN

DI UNIT POWER PLANT PUSAT PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI

CEPU, BLORA, JAWA TENGAH

Septian Wisnu Santoko

R.0008133

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Kebisingan

di Unit Power Plant Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan

Gas Bumi Cepu, Blora, Jawa Tengah

Septian Wisnu Santoko, NIM : R0008133, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari Tanggal 20

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok Margono, dr, MKK.

NIP. 19481105 198111 1 001 NIP. 19540915 198601 1 001

Ketua program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok

NIP. 19481105 198111 1 001

Page 3: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR BAHAYA KEBISINGAN DI UNIT

POWER PLANT PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN

GAS BUMI CEPU, BLORA, JAWA TENGAH

Septian Wisnu Santoko1, Putu Suriyasa

2, Margono

3

Tujuan : Tempat kerja yang di dalamnya terdapat manusia, material, alat dan

lingkungan terdapat potensi dan faktor bahaya yang jika diabaikan maka akan

menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mencari atas permasalahan yang telah dirumuskan yaitu untuk

mengidentifikasi sumber bahaya kebisingan dan bagaimana upaya pengendalian

yang telah dilakukan oleh PUSDIKLAT MIGAS CEPU serta dampak dari faktor

bahaya kebisingan tersebut pada tenaga kerja di Unit Power Plant.

Metode : Kerangka pemikiran dari penelitian in adalah bahwa di PUSDIKLAT

MIGAS CEPU terdapat faktor bahaya kebisingan di tempat kerja yang

mengakibatkan terjadinya gangguan dalam bekerja sehingga diperlukan proses

pengendalian menanggulangi mengenai faktor bahaya kebisingan tersebut.

Hasil : Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif yang bertujuan

memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai bagaimana pelaksanaan

identikikasi mengenai sumber-sumber bahaya, sumber kebisingan dan potensi

bahaya beserta tindakan pengendalian yang terdapat pada PUSDIKLAT MIGAS

CEPU. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa kebisingan pada

Unit Power Plant telah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB). Maka pada area itu

perlu adanya upaya-upaya pengendalian dari faktor bahaya kebisingan.

Simpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah PUSDIKLAT MIGAS CEPU

telah melakukan proses identifikasi terhadap Unit Power Plant yang terpapar

bising melebihi NAB dan melakukan tindakan pengendalian terhadap tempat kerja

yang melebihi NAB.

Kata Kunci : Kebisingan, Upaya Pengendalian

1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran

Universitas, Sebelas Maret Surakarta. 2. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 4: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya dalam pelaksanaan Magang dan

penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Upaya Pengendalian Faktor

Bahaya Kebisingan di Unit Power Plant Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Minyak dan Gas Bumi Cepu, Blora, Jawa Tengah.

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk menambah wawasan

guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang

ada mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) serta lingkungan

hidup di perusahaan.

Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan dan penyusunan laporan ini,

banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis,

sehingga dalam penyusunan laporan ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak A.A. Subiyanto, Dr., dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2006-2011.

2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2016.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp. Ok, selaku Ketua Program Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta dan selaku pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan.

4. Bapak Margono, dr, MKK, Selaku pembimbing 2 yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Bapak Kastur, S.Ag yang telah membantu dalam segala kelancaran Praktek

Kerja Lapangan di PUSDIKLAT MIGAS Cepu.

6. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan masukan-masukan selama proses magang di PUSDIKLAT

MIGAS Cepu.

7. Bapak Yoga Suswanto, SST selaku Kepala Unit LL yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan.

8. Bapak Hilmi dan Bapak Parnoto yang selalu menemani setiap hari baik dalam

pengukuran, inspeksi maupun sekedar sharing-sharing.

9. Bapak Suharto, ST selaku Kepala Bidang Fire beserta Bapak Edi, Bapak

Kazim, Bapak Yanto, Bapak Zainudin, Bapak Lanan, Bapak Karmu, Bapak

Budi, dan Bapak-bapak dari tim Fire yang telah banyak membantu.

10. Bapak Wahyudi selaku Kepala Unit Keselamatan Kerja dan Bapak Wiyanto

dan Bapak Adi yang telah banyak membantu di Lapangan.

Page 5: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

11. Arie Suprayitno, Roy Abrianto dan Yanuar Kristardianto teman-teman satu

tempat magang, satu atap, sepenanggungan yang selalu mendukung dan

menyemangati satu sama lain di dalam kita magang bersama di PUSDIKLAT

MIGAS Cepu.

12. Bapak Heru Prayitno dan keluarga yang telah menyediakan tempat untuk kami

dapat tinggal selama satu bulan.

13. rga yang telah banyak

membantu selama di tempat perantauan.

14. Bapak, Ibu dan Adik di rumah yang selalu mendukung dan mendoakan.

15. doa, dorongan dan semangat dalam

magang dan pembuatan laporan.

16. Teman-teman 2008 yang memberikan dukungan serta doa.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangannya, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan

dan kesempurnaan laporan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Cepu, Februari 2011

Penulis,

Septian Wisnu Santoko

Page 6: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 40

BAB III. . METODELOGI PENELITIAN ................................................ 41

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 41

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .................................... 41

C. Objek Penelitian .......................................................................... 42

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 42

Page 7: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

E. Sumber Data ................................................................................ 43

F. Analisa Data ................................................................................ 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 45

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 45

B. Pembahasan ................................................................................. 51

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61

A. Simpulan ..................................................................................... 61

B. Saran ............................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63

LAMPIRAN

Page 8: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Intensitas Kebisingan Sehari-hari ...................................................... 17

Tabel 2. Kontribusi Berbagai Sumber Kebisingan .......................................... 17

Tabel 3. NAB Pemaparan Kebisingan di Tempat Kerja .................................. 28

Tabel 4. Baku Mutu Tingkat Kebisingan ......................................................... 29

Tabel 5. Pengukuran Intensitas kebisingan di unit Power Plant ..................... 46

Tabel 6. Pengukuran Kebisingan Berdasarkan NAB ....................................... 52

Page 9: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Perhitungan Noice

Lampiran 2. Pemantauan Tingkat Kebisingan

Lampiran 3. Surat Keterangan Magang

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Magang

Lampiran 5. Surat Penerimaan Magang

Lampiran 6. Kebijakan Lingkungan Pusdiklat Migas

Lampiran 7. Struktur Organisasi LK3

Lampiran 8. SOP Sound Level Meter

Lampiran 9. Diagram PLTD Pusdiklat Migas Cepu

Page 10: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan industri dewasa ini, maka tentunya akan

menimbulkan berbagai faktor bahaya yang semakin beragam dan lebih luas.

Hal tersebut sering kali disertai dengan tingkat risiko bahaya yang tinggi oleh

karena kompleksitas peralatan maupun kurangnya keterampilan tenaga kerja

yang mengoperasikan. Penerapan teknik dan teknologi yang canggih

disamping membawa kemudahan juga berdampak negatif seperti penyakit

akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan kerja, pencemaran

lingkungan umum yang menimpa tenaga kerja dan masyarakat. Hal ini tidak

terlepas dari manajemen suatu perusahaan yang unggul dan cermat dalam

melakukan suatu bentuk pengendalian yang efektif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Health and Safety)

merupakan bagian dari keselamatan dan kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang

mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat

kerja), seperti halnya masalah keselamatan dan kesehatan lingkungan lain,

bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin

segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara

langsung maupun tidak langsung. Keselamatan dan kesehatan pekerja perlu

diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat

Page 11: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

produktifitas, keselamatan dan kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat

timbul akibat pekerjaannya.

Sasaran keselamatan dan kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja

dan peralatan di tempat kerja. Melalui usaha keselamatan dan kesehatan

pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah adanya

penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan

produk di tempat kerja terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan

kerja maupun masyarakat luas.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :

1. Mengontrol semua risiko dan potensi kecelakaan yang menghasilkan

kecelakaan dan kerusakan.

2. Mencegah kecelakaan.

3. Menghindari kerugian harta benda dan nyawa.

4. Menghindari kerugian bagi perusahaan (cost).

(Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010)

Salah satu contoh faktor bahaya potensial yang terdapat di tempat kerja

adalah faktor fisika yang salah satunya yaitu kebisingan yang semakin hari

semakin melanda berbagai sektor industri. Kurangnya perhatian terhadap

aspek kebisingan membuat topik ini lebih menarik untuk diangkat sebagai

permasalahan. Mengingat efeknya yang tidak kentara tetapi akan dirasakan

pada stadium lanjut. Pada stadium (500, 1000, dan 2000 Hz) yaitu tingkat

frekuensi pembicaraan, tenaga kerja akan mengalami ketulian baik dari tingkat

ringan menuju ke berat atau total (irreversible).

Page 12: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Secara umum bising adalah suatu bunyi yang tidak diinginkan atau tidak

diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu

seseorang. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-

getaran yang tidak teratur dan periodik. Manusia masih mampu mendenngar

bunyi dengan frekuensi antara 16-20.000 Hz, dan intensitas dengan Nilai

Ambang Batas (NAB) 85 dB(A) secara terus menerus. Intensitas lebih dari 85

dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut critical level of

intensity (Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010).

Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada

indera pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Jika telinga

selalu terpapar dengan kebisingan yang melebihi NAB (85 dB untuk 8 jam)

maka ada hair cells pada telinga yang rusak atau mati sehingga suara tadi jadi

tidak terdengar. Kejadian seperti itu merupakan indikasi bahwa telinga kita

sudah memasuki fase ketulian (Ir. Fatur Yani, 1998).

Bising dalam industri sudah lama menjadi masalah yang sampai sekarang

belum bisa ditanggulangi dengan baik sehingga apabila tidak mendapatkan

perhatian lebih dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan pendengaran

para pekerja. Oleh karena itu, maka diperlukan langkah pengendalian yang

wajib dilakukan oleh perusahaan agar kebisingan yang ada di industri dapat

diminimalisir sehingga dapat mencapai tingkat intensitas yang diperkenankan

yaitu tidak melebihi dari Nilai Ambang Batas (NAB). NAB kebisingan yaitu

besarnya tingkat suara di mana sebagian besar tenaga kerja masih berada

dalam batas aman untuk bekerja selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

Page 13: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

atau sesuai dengan Permenaker No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. NAB yang seharusnya diterapkan di

pabrik atau perusahaan yaitu 85 dB, apabila NAB melebihi 85 dB akan

mempunyai dampak yang tidak baik bagi produktivitas tenaga kerja.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu (Pusdiklat

Migas Cepu) adalah suatu industri kedinasan yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku bagi tenaga

kerja di lingkungannya, terlebih dalam dunia perminyakan dan gas bumi.

Selain itu, Pusdiklat Migas Cepu berfungsi sebagi tempat pengolahan minyak

mentah. Pusdiklat Migas Cepu adalah tempat pengolahan minyak dan gas

bumi, yang salah satu unitnya adalah unit Power Plant yaitu suatu unit di

Pusdiklat Migas Cepu yang mengatur persediaan tenaga listrik. Unit ini

sangatlah penting bagi Pusdiklat Migas Cepu karena merupakan pemasok

listrik yang kemudian digunakan pada proses operasi, seperti di kilang, wax

plant, water treatment, dan juga untuk perumahan Pusdiklat Migas Cepu.

Power plant merupakan salah suatu unit yang memiliki faktor bahaya, yaitu

kebisingan. Kebisingan itu sangatlah mengganggu aktivitas tenaga kerja.

Sehingga perlu upaya-upaya untuk menanggulangi adanya bahaya kebisingan

tersebut.

Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul Upaya Pengendalian

Faktor Bahaya Kebisingan di Unit Power Plant Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Migas Bumi Cepu, Blora, Jawa Tengah.

Page 14: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Pengendalian Faktor

Bahaya Kebisingan di Unit Power Plant Pusat Pendidikan dan Pelatihan Migas

Bumi Cepu, Blora, Jawa Tengah?

C. Tujuan Peneltian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sumber-sumber kebisingan yang terdapat di unit Power Plant

Pusdiklat Migas Cepu.

2. Mengetahui upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit Power

Plant Pusdiklat Migas Cepu.

3. Mengetahui dampak faktor bahaya kebisingan terhadap tenaga kerja di

unit Power Plant Pusdiklat Migas Cepu.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perusahaan

Sebagai motivasi dan masukan dalam penyelidikan area dan sumber-

sumber kebisingan untuk kemudian dilakukan identifikasi dan

pengendalian dari timbulnya kebisingan di tempat kerja.

Page 15: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Peneliti

Mahasiswa dapat mengaplikasikan keilmuan yang didapat dibangku

kuliah pada dunia kerja yang nyata dan untuk menambah wawasan,

pengetahuan, dan pengalaman di lapangan mengenai masalah

keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan lingkungan.

3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah studi kepustakaan untuk meningkatan kualitas

mahasiswa dalam menerapkan keselamatan kerja dan kesehatan kerja di

perusahaan, serta untuk menjalin terbinanya kerjasama antara Program

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan kerja dengan Pusdiklat Migas

Cepu.

Page 16: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Sesuai dengan Keputusan menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, dalam pasal 1

ayat 2 disebutkan bahwa pengertian tempat kerja yaitu tiap ruangan atau

lapangan, tertutup dan terbuka, bergerak dan tetap, dimana tenaga kerja

bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan

terdapat sumber-sumber potensi bahaya (Depnakertrans, 2007).

2. Pengantar Power Plant

Power plant adalah suatu unit di PUSDIKLAT MIGAS Cepu yang

menangani penyediaan tenaga listrik. Peranan unit ini sangat penting

karena tidak hanya digunakan di unit kilang saja, tetapi juga digunakan di

PERTAMINA. Sebagai pembangkit tenaga listrik, power plant

menggunakan tenaga diesel dengan pertimbangan teknis antara lain :

a. Bahan bakar yang dipakai adalah solar, yang disediakan oleh

PUSDIKLAT MIGAS Cepu sendiri.

b. Sisten strartingnya lebih mudah dan mesinnya relatif lebih kuat.

c. Daya yang dihasilkan lebih besar.

d. Tidak ada ketergantungan terhadap instalasi.

Page 17: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PUSDIKLAT MIGAS Cepu menyediakan tenaga pembangkit listrik

sendiri, sebab :

a. Perlu adanya kontinuitas pelayanan tenaga listrik yang ada pada

PUSDIKLAT MIGAS Cepu, sehingga dapat menunjang operasi kilang

dan pendidikan.

b. Semakin besar kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk

keperluan operasional dalam rangka operasi kilang dan semakin

majunya pendidikan yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu.

Fungsi PLTD yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu adalah untuk

melayani kebutuhan tenaga listrik di beberapa daerah antara lain :

a. PUSDIKLAT MIGAS Cepu :

1) Kebutuhan dalam pabrik, yaitu :

a) Kebutuhan untuk operasi kilang

b) Kebutuhan di water treatment

c) Kebutuhan di kantor

d) Kebutuhan di wax plant

e) Kebutuhan di boiler plant

f) Kebutuhan di bengkel-bngkel operasional dan pendidikan

g) Kebutuhan di laboratorium

2) Kebutuhan di luar pabrik, diantaranya :

a) Gedung kuliah STEM

b) Asrama STEM

c) Perumahan dinas

Page 18: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

d) Aula dan GOR

e) Rumah sakit Pusdiklat Migas Cepu

f) Penerangan kompleks Cepu

g) STM MIGAS Cepu

b. PERTAMINA

1) PERTAMINA UEP III

2) PERTAMINA UPDN IV

PLTD di PUSDIKLAT MIGAS Cepu mulai didirikan pada tahun 1973

dan hingga kini telah memiliki 9 buah generator sebagai mesin yang

digunakan untuk pembangkit listrik.

Distribusi tenaga listrik dari generator ke beban didistribusikan melalui

transformator yang jumlahnya ada 16 buah dengan menggunakan instalasi

bawah tanah, hal ini disebabkan karena diinginkan kontinuitas tenaga

listrik yang tinggi dengan faktor gangguan seminimal mungkin.

3. Definisi Kebisingan

Seringkali kita mengeluh dikarenakan suara gaduh atau berisik yang

terjadi di sekitar kita. Suara-suara berisik itu sering disebut sebagai bising.

Bising adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga. Beberapa

sumber suara tersebut adalah :

a. Suara mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset,

mesin diesel, dan sebagainya.

Page 19: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Benturan antara alat kerja dan benda kerja, misalnya proses

menggerinda permukaan metal, memalu (hammering), pemotongan

logam (metal cutting), dan lain-lain.

c. Aliran material, misalnya aliran gas, air atau material-material cair

dalam pipa distribusi di tempat kerja, aliran material padat seperti batu,

kerikil, dan lain-lain.

d. Manusia

(Saparudin, 2008).

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12

% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat (Annie, Yusuf, 2000) dalam

(Cholidah, 2006).

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja

(occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau

tidak diinginkan secara :

a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja).

b. Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi).

Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan

identitas suara berubah menjadi kebisingan (noise). Kebisingan di tempat

kerja menjadi bahaya kerja bagi sistem penginderaan manusia, dalam hal

ini bagi sistem pendengaran (hearing loss).

Dalam bahasa K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), National

Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH) telah mendefinisikan

Page 20: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

status suara atau kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan

secara lebih jelas, yaitu :

a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA.

b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus

menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih

dari 8 jam (maksimum 85 dBA selama 8 jam TWA atau Time

Weighted Average yang ditetapkan oleh NIOSH sebagai

Recommended Exposure Limit, REL) (Saparudin, 2008).

Kebisingan merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari hal-

hal berikut, yaitu :

a. Bunyi

Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang

longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat

perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi

dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara (Francois

Weston Sears, 1991).

Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-

molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara

terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan meneruskan

energi serta sebagian dipantulkan kembali. Media yang dilalui

mempunyai masa yang elastis sehingga menghantarkan bunyi tersebut.

Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/detik

pada suhu 20º C dan menimbulkan gelombang dengan sumber bunyi

Page 21: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sebagai titik pusat dan disebarkan radial membentuk bidang

gelombang (Emil Salim, 2002) dalam (Cholidah, 2006).

Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh

getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi

tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan

Tipe bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai

berikut :

1) Infra Sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz.

Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan

biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan.

Frekuensi < 16 Hz akan mengakibatkan perasaan kurang

nyaman, lesu, dan kadang-kadang mengalami perubahan

penglihatan.

2) Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz.

Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga

manusia. Bunyi dengan frekuensi 250-3000 Hz sangat penting,

karena frekuensi tersebut manusia dapat mengadakan komunikasi

dengan lancar.

3) Ultra Sonic, bila gelombang > 20.000 Hz.

Frekuensi diatas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang

kedokteran seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan

katarak karena dengan frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai

Page 22: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

daya tembus jaringan yang cukup besar sedangkan suara dengan

frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh manusia.

b. Desibel (dB)

Desibel adalah perbandingan logaritmis antara tekanan suara

tertentu dengan tekanan dasar yang besarnya 0,0002 dyne/cm yaitu

tekanan suara dengan frekuensi 1000 Hz tepat dapat didengar oleh

telinga normal

Menurut Arif Susanto (2006), Desibel (dB) adalah ukuran energi

bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai unit-unit tingkat

tekanan suara berbobot A. Untuk menilai kebisingan diperlukan untuk

menghitung tambahnya atau kurangnya tingkat tekanan suara berbobot

A, rata-ratanya, dan sebagainya.

c. Frekuensi

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut

Hertz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai di

telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari

campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka

frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi

6).

Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak

antara 16 hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang

250-4000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya

(Joko Suyono, 1995) dalam (Cholidah, 2006).

Page 23: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

d. Intensitas

Intensitas adalah jumlah rata-rata energi yang diangkut oleh

gelombang itu lewat satu satuan permukaan dan dalam satuan waktu

(Francois Weston Sears, 1991).

Intensitas suara didefinisikan sebagai laju aliran energi (daya)

suara yang menembus suatu luasan terientu pada jarak tertentu (Yoga

Suswanto, 2008).

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya

yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau

yang menyebabkan rasa sakit atau menghalangi gaya hidup, (JIS Z 8106,

IEC60050-801 kosakata Elektro-Teknik International Bab 801: Akustikal

dan Electroakustikal). Menurut Keputusan Kementerian Lingkungan

Hidup No. 48 Tahun 1996 kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan

dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

menimbulkan gangguan keselamatan manusia dalam kenyamanan

lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran menurut Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. 51 Tahun 1999. Sedangkan bising dalam

kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan

pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran)

maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan

Page 24: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu (Buchari,

2007).

Bising dapat merusak kokhlea di telinga dalam sehingga menganggu

pendengaran, sedang kerusakan yang ditimbulkan pada saraf vestibuler di

telinga dalam dapat menyebabkan gangguan keseimbangan. Gangguan

pendengaran dan keseimbangan akibat kerja belum mendapat perhatian

penuh, padahal gangguan ini menempati urutan pertama dalam daftar

penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Di

berbagai industri di Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50% (Jenny

Bashirudin, 2003) dalam (Cholidah, 2006).

Menurut Buchari (2007), bahaya bising dihubungkan dengan beberapa

faktor, yaitu :

a. Intensitas

Intensitas bunyi yang harus ditangkap oleh telinga berbanding

langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan

getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi

diukur dengan skala logaritma dalam desibel (dB).

b. Frekuensi

Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak

antara 16-20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalam rentang 250-

4000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya.

Page 25: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Durasi

Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan,

dan kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang

mencapai telinga dalam. Jadi perlu mengukur semua elemen

lingkungan akustik yang dapat merekam dan memadukan bunyi.

d. Sifat

Mengacu pada distribusi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,

intermitten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi

dengan durasi kurang dari 11 detik) sangat berbahaya.

4. Sumber Kebisingan

Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jenis sumber, yaitu :

a. Sumber titik (berasal dari sumber diam) yang penyebaran

kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber

kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar di udara dengan kecepatan

sekitar 360 m/detik.

b. Sumber garis berasal dari sumber bergerak dan penyebaran

kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder konsentris dengan

sumber kebisingan sebagai sumbunya dan menyebar di udara dengan

kecepatan sekitar 360 m/detik, sumber kebisingan ini umumnya

berasal dari kegiatan transportasi (Dwi P. Sasongko, 2000) dalam

(Cholidah, 2006).

Page 26: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 1. Intensitas Kebisingan Sehari-hari

Sumber Bising Desibel (dB)

Ambang Menyakitkan Telinga

Memasang Paku Kling

Kereta Api Sebelah Atas Jalan Raya

Lalu Lintas Ramai

Percakapan Biasa

Mesin Mobil yang Mulus

Suara Suara Radio Tenang Dalam Rumah

Bisik-bisik

Desah Daun-daunan

Ambang Pendengaran

120

95

90

70

65

50

40

20

10

0

Sumber : New York City Noise Abatement Commision (1991) dalam

(Francois Weston Sears, 1991).

Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin

untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan

pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari

dalam maupun dari luar perusahaan seperti :

a. Generator, mesin disel untuk pembangkit listrik.

b. Mesin-mesin produksi.

c. Mesin potong, mesin bor, gergaji, serut diperusahaan kayu.

d. Ketel uap atau boiler untuk pemanas air.

e. Alat-alat lain yang menimbulkan suara den getaran seperti alat

pertukangan.

Tabel 2. Kontribusi Berbagai Sumber Kebisingan

No. Jenis Sumber Kebisingan Persentase (%)

2.

3.

4.

4.

5.

7.

8.

Kendaraan Bemotor

Pesawat Terbang

Suara

Radio dan Televisi

Alat-alat Rumah Tangga

Konstruksi

Industri

Lain-lain

55

15

12

2

2

1

1

12

Sumber : Environmental Protection Agency (EPA)

Page 27: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Di tempat kerja, disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang

menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitasnya ikut menciptakan

atau menambah tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya :

a. Mengoperasikan mesin-

b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja

cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya,

misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami

kerusakan parah.

d. Melakukan modifikasi atau perubahan atau penggantian secara parsial

pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan

kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan

komponen tiruan.

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak

tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian

penghubung antara modul mesin (bad connection).

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai fungsinya, misalnya

penggunaan palu untuk membengkokkan benda-benda metal atau alat

bantu pembuka baut.

(Saparudin, 2008)

Kebisingan adalah suatu gerakan gelombang longitudinal di udara

yang menghasilkan suara dari fluktuasi tekanan di dalam suatu medium

yang elastis dengan satuan desibel (dB).

Page 28: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Di dalam anatomi sistem pendengaran manusia dibagi dalam 3 zona

yaitu telinga bagian luar, tengah dan dalam. Gelombang suara ditangkap

melalui daun telinga yang diteruskan lewat kanal atau lubang telinga

(bagian luar telinga). Kemudian melalui konduksi tulang di bagian tengah

telinga yang terdapat 3 jenis tulang yaitu hammer, anvil, stirrup yang

mengirimnya ke cochlea (seperti terompet kertas anak-anak dan

menyerupai keong). Di dalam cochlea ini terdapat hair cells yang

berjumlah ± 23.000 buah. Hair cell ini bergetar dengan irama yang teratur

seperti padi yang tertiup oleh angin sehingga kita dapat mendengar dengan

baik (bagian tengah telinga) (Ir. Fatur Yani, 1998).

Dari sudut pandang lingkungan, kebisingan adalah masuk atau

dimasukkannya energi (suara) ke dalam lingkungan hidup sedemikian rupa

sehingga mengganggu peruntukannya. Dari sudut pandang lingkungan

maka kebisingan lingkungan termasuk dalam kategori pencemaran karena

dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan

manusia (Dwi P. Sasongko, 2000) dalam (Cholidah, 2006).

5. Jenis Kebisingan

Bising yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan secara umum.

Beberapa peneliti percaya bahwa bising yang berlebihan berperan dalam

timbulnya :

a. Stres mental

b. Stres Fisik

c. Penyakit tertentu

Page 29: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

d. Kecelakaan

(Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010).

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan meliputi :

a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,

wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.

b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara

kapal terbang di lapangan udara.

d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan,

tembakan bedil, atau meriam, ledakan.

e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan

Menurut Buchari (2007), jenis kebisingan antara lain :

a. Kebisingan yang continue dengan spektrum frekuensi yang luas (stady

state, wide band noise). Bising ini relatif tetap dalam batas ± 5 dB

untuk periode 0,5 detik berturut-turut, misalnya mesin-mesin, kipas

angin, dapur pijar, dan lain-lain.

b. Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise). Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi

mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan

4000 Hz), misalnya gergaji silkuler, katup gas, dan lain-lain.

Page 30: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent). Bising di sini tidak terjadi

secara terus-menerus melainkan ada periode relatif tenang, misalnya

lalulintas, suara kapal terbang di lapangan udara.

d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise). Bising jenis ini

mempunyai perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu

sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti pukulan

tukul, tembakan bedil atau meriam, dan ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya

saja terjadi secara berulang misalnya mesin tempa di perusahaan.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas

(Buchari, 2007) :

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu

keras. Misalnya mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang

menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini

akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber

lain.

c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) adalah bunyi yang

intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau

menurunkan fungsi pendengaran.

Suara yang terlalu bising bisa menyebabkan :

a. Kerusakan pendengaran sementara atau tetap.

Page 31: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Menimbulkan stres, dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental.

c. Menyebabkan kecelakaan saat pekerja tidak dapat mendengarkan

intruksi atau peringatan bahaya.

(Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010).

6. Fisiologi Pendengaran

Telinga dibagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan

telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanal telinga,

batas telinga luar yaitu dari daun telinga sampai dengan membrana

tympani. Telinga tengah, batas telinga tengah mulai dari membrana

tympani sampai dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 buah tulang kecil

yaitu os malleulus, os incus, dan os stapes. Telinga dalam, berada di

belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari kokhlea dan oval window (J.

F. Gabriel, 1995) dalam (Cholidah, 2006).

a. Telinga Bagian Luar

Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna dan meatus auditorius

externa yang menjorok ke dalam menjauhi pinna. Serta

menghantarkan getaran suara menuju membrana tympani. Liang

telinga berukuran panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga luarnya adalah

tulang rawan sementara, dua pertiga dalamnya adalah berupa tulang.

Bagian tulang rawan tidak lurus serta bergerak ke arah atas dan

belakang. Liang ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun

telinga ke atas dan ke belakang. Aurikel berbentuk tidak teratur serta

terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling

Page 32: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

bawah, yaitu cuping telinga yang terutama terdiri dari lemak (Evelyn

C. Pearce, 2002) dalam (Cholidah, 2006).

Daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi bunyi dan

dikonsentrasikan pada membrana tympani, dan hanya menangkap 6-8

dB.

Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang berfungsi sebagai

peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3.000-4.000 Hz.

Membrana tympani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2, mengalami vibrasi

dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu pada tulang telinga

(incus, malleulus, dan stapes). Nilai ambang pendengar terendah yang

dapat didengar ~ 20 Hz dan pada 160 dB membrana tympani

mengalami rupture atau pecah (J. F. Gabriel, 1995) dalam (Cholidah,

2006).

b. Telinga Bagian Tengah

Telinga bagian tengah terdiri dari 3 tulang yaitu malleulus, incus,

dan stapes. Suara yang masuk itu 99,9 % mengalami refleksi dan

hanya 0,1 % saja yang ditransmisi atau diteruskan. Pada frekuensi

<400 Hz membran tympani

4000 Hz membran tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini

memegang peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena adanya

tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengah,

dimana tuba eustachii mempunyai hubungan langsung dengan mulut

(J. F. Gabriel, 1995) dalam (Cholidah, 2006).

Page 33: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Tuba eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah

menuju naso farinx, lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara

pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus

auditorius externa serta melalui tuba eustakhius (faringo timpanik).

Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan

akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara

dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan

udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak

seimbangnya tekanan udara, dapat dihindarkan. Adanya hubungan

dengan nasofarinx ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau

tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah (J.

F. Gabriel, 1995) dalam (Cholidah, 2006).

Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun

pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari

membrana tympani sampai rongga telinga bagian dalam. Tulang

sebelah luar adalah malleus, berbentuk seperti martil dengan gagang

yang terikat pada membrana tympani, sementara kepalanya menjulur

ke dalam ruang tympani. Tulang yang berada di tengah adalah incus

atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan malleus sementara sisi

dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.

Stapes atau tulang sanggurdi yang dikaitkan pada inkus dengan

ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang

terikat pada membran yang menutup fenestra vestibuli, atau tingkap

Page 34: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi untuk mengalirkan

getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam,

menghubungkan gendang telinga dengan tingkap jorong (Evelyn C.

Pearce, 2002) dalam (Cholidah, 2006). Saluran setengah lingkaran

berjumlah 3 (superior, posterior, lateral) berfungsi mengendalikan

keseimbangan tubuh.

c. Telinga Bagian Dalam

Rongga telinga dalam terdiri dari berbagai rongga yang

menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga

itu disebut labirin tulang, dan dilapisi membran sehingga membentuk

labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung

cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.

Vestibula yang merupakan bagian tengah dan tempat

bersambungnya bagian-bagian yang lain. Saluran setengah lingkaran

bersambung dengan vestibula. Ada 3 jenis saluran-saluran itu, yaitu

saluran superior, posterior, dan lateral. Saluran lateral letaknya

horizontal, sementara ketiganya saling membuat sudut tegak lurus satu

sama lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan

yang disebut ampula (gerakan cairan yang merangsang ujung-ujung

akhir saraf khusus dan ampula yang menyebabkan kita sadar akan

kedudukan kita). Bagian telinga dalam ini berfungsi untuk membantu

serebelum dalam mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan

kedudukan kita. Kokhlea adalah sebuah tabung bentuk spiral yang

Page 35: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

membelit dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu

melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian

tengah dari tulang disebut modiulus. Dalam setiap belitan ini terdapat

saluran membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf

pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfe,

cairan di luar labirin membranosa dan di dalam labirin tulang disebut

perilimfe. Ada 2 tingkap dalam ruang melingkar ini :

1) Tingkap jorong (fenestra vestibuli/fenestra ovalis) ditutup oleh

tulang stapes.

2) Tingkap bundar (fenestra kokhlea/fenestra rotunda) ditutup oleh

membran.

Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam, adanya tingkap-

tingkap ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan

dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe.

Getaran dalam perilimfe dialihkan menuju endolimfe, dengan demikian

merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran (Evelyn C. Pearce,

2002) dalam (Cholidah, 2006).

Nervus auditorius (saraf pendengaran) terdiri dari 2 bagian salah

satu dari padanya pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler

rongga telinga dalam yang mempunyai bagian dengan keseimbangan.

Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus vestibularis yang

berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata, lantas

kemudian bergerak terus menuju serebelum. Bagian kokhlearis pada

Page 36: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

nervus auditorius adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-

serabut sarafnya mula-mula dipancarkan pada sebuah nukleus khusus

yang berada tepat di belakang thalamus, kemudian dipancarkan lagi

menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada

bagian bawah lobus temporalis (Evelyn C. Pearce, 2002) dalam

(Cholidah, 2006).

7. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah angka dB yang dianggap aman

untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam perhari dan 40 jam

per minggu.

Kebisingan terhadap manusia dibatasi dengan NAB yaitu 0 dB untuk

threshold of hearing (anak bayi), 120 dB untuk threshold of discomfort

(mulai tidak enak didengar), serta 130-140 dB adalah threshold of pain

(telinga mulai terasa sakit) (Ir. Fatur Yani, 1998).

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 tentang NAB

untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan

nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk bekerja secara

terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam per minggunya.

Waktu pemaparan kebisingan maksimum dalam bekerja adalah sebagai

berikut :

Page 37: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tabel 3. NAB Pemaparan Kebisingan di Tempat Kerja

Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan

8 Jam

4 Jam

2 Jam

1 Jam

30 Menit

15 Menit

7,5 Menit

3,75 Menit

1,88 Menit

0,94 Menit

28,12 Detik

14,06 Detik

7,03 Detik

3,52 Detik

1,76 Detik

0,88 Detik

0,44 Detik

0,23 Detik

0,11 Detik

85

88

91

94

97

100

103

106

109

112

115

118

121

124

127

130

133

136

139

Sumber : Depnakertrans RI

SNI No. 16-7063-2004 tentang NAB iklim kerja (panas), kebisingan,

getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. NAB

adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman

pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-

hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu

sebesar 85 dB.

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan

yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan

sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan

kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No. 48, 1996).

Page 38: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 4. Baku Mutu Tingkat Kebisingan

Peruntukan Karyawan/Lingkungan

Kesehatan

Tingkat

Kebisingnan dB (A)

a. Peruntukan kawasan

1. Perumahan dan pemukiman

2. Perdagangan dan jasa

3. Perkantoran dan perdagangan

4. Ruang terbuka hijau

5. Industri

6. Pemerintahan dan fasilitas umum

7. Rekreasi

8. Khusus:

- Bandar udara

- Stasiun Kereta api

- Pelabuhan laut

- Cagar budaya

b. Lingkungan Kegiatan

1. Rumah sakit atau sejenisnya

2. Sekolah atau sejenisnya

3. Tempat ibadah atau sejenisnya

55

70

65

50

70

60

70

60

70

55

55

55

(Sumber: Kepmenlh No 48 Tahun 1996)

8. Pengukuran Kebisingan

adalah :

a. Memperoleh data tentang fekuensi dan intensitas di perusahaan atau di

mana saja.

b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi

intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan

dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja, atau

perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan

dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan

Sound Level Meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran

Page 39: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat

digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada

suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB)

intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam

per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM

apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan

tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan

menggerakan meter penunjuk.

Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran.

Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang

pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar

telinga (Buchari, 2007).

Pada pengukuran kebisingan ini Sound Level Meter

Alat tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dB(A)

pada frekuansi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus

dilakukan contour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya

Sound Level Meter pada ketinggian ±

140-150 meter atau setinggi telinga (Tarwaka, 2004).

9. Pengaruh Kebisingan Pada Tenaga Kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, komunikasi, dan gangguan pendengaran/ketulian atau

ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditori,

Page 40: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditori

seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya

performance kerja, kelelahan, dan stress (Buchari, 2007).

Lebih rinci lagi dampak kebisingan terhadap kesehatan tenaga kerja

adalah sebagai berikut (Buchari, 2007) :

a. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan

denyut nadi, basal metabolisme, retriksi pembuluh darah kecil

terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat, dan gangguan

sensoris.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik antara lain;

gastristik, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang

belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja karena tidak mendengarkan teriakan atau isyarat tanda

bahaya yang tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

produktivitas kerja.

Page 41: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

d. Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis

seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.

e. Gangguan Terhadap Pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,

gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius

karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian.

(Buchari, 2007).

Kerusakan pendengaran karena kebisingan sebenarnya adalah

kerusakan pada indera pendengaran dengan risiko penurunan daya dengar

yang akhirnya dapat menjadi tuli menetap yang tidak dapat disembuhkan.

Oleh karena itu, menghindari kebisingan yang berlebihan adalah satu-

satunya cara yang tepat untuk mencegah kerusakan pendengaran. Namun

dalam suatu proses produksi hal ini tidak dapat dilaksanakan (Cholidah,

2006).

(1996) mula-mula efek kebisingan pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

dihentikan kerja di tempat bising. Tetapi kerja terus menerus di tempat

bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak bisa

pulih kembali. Biasanya di mulai pada frekuensi-frekuensi sekitar 4000 Hz

dan kemudian menghebat dan meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya

mengenai frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk percakapan.

Page 42: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kehilangan pendengaran dapat bersifat sementara atau permanen.

Pergeseran ambang sementara yang diinduksi bising (NITTS, Noise

Induced Temporary Treshold Shift, atau kelelahan pendengaran) adalah

kehilangan tajam pendengaran sementara setelah paparan yang relatif

singkat terhadap bising yang berlebihan, pendengaran pulih cukup cepat

setelah bising dihentikan. Pergeseran ambang permanen yang diinduksi

bising (NIPTS, Noise Induced Permanent Treshold Shift) adalah

kehilangan pendengaran irreversible yang disebabkan paparan jangka

lama terhadap bising. Pergeseran ambang yang diinduksi bising adalah

kuantitas kehilangan pendengaran yang dapat dikaitkan dengan bising saja

(setelah dikurangi nilai-nilai untuk presbiakusis). Gangguan pendengaran

umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut

mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya

dalam hal memahami pembicaraan (Joko Suyono, 1995) dalam (Cholidah,

2006).

Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat

menyebabkan dirinya menderita ketulian. Ketulian akibat kebisingan yang

ditimbulkan akibat pemaparan terus manerus tersebut dapat dibagi menjadi

dua :

a. Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara.

b. Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen

atau disebut ketulian saraf, yang harus dapat dikompensasi oleh

Page 43: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

jamsostek atas rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan (Emil

Salim, 2002) dalam (Cholidah, 2006).

10. Pengendalian Kebisingan

1996) dalam bukunya yang berjudul Higiene

Perusahaan dan Kesehatan Kerja dikemukakan mengenai cara yang

ditempuh dalam melaksanakan pengendalian kebisingan antara lain dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mengurangi intensitas kebisingan pada sumbernya.

b. Mengisolasi sumber kebisingan yang ada agar tidak meluas lebih jauh.

c. Melakukan upaya-upaya pengendalian lainnya seperti : Engineering

Control dan Administratif Control.

Dalam (Cholidah, 2006), pengendalian kebisingan dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Pengendalian Pada Sumber

Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup :

1) Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak

bising.

2) Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.

(Dwi P. Sasongko, 2000).

b. Pengendalian Pada Media Rambatan

Pengendalian pada lintasan (media rambatan) adalah pengendalian

diantara sumber dan penerima kebisingan. Prinsip pengendaliannya

adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan yang merambat dari

Page 44: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada 2

cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door noise

control dan indoor noise control.

1) Outdoor Noise Control

Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah

mengusahakan menghambat rambatan suara di luar ruangan

sedemikian rupa sehingga intensitas suaranya menjadi lemah (Dwi

P. Sasongko, 2000).

2) Indoor Noise Control

Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha

menghambat rambatan suara atau kebisingan di dalam ruangan

atau gedung sehingga intensitas suara menjadi lemah (Dwi P.

Sasongko, 2000).

c. Pengendalian Kebisingan Pada Manusia

Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi

tingkat kebisingan yang diterima harian, sering disebut dengan

personal hearing protection. Pengendalian ini ditujukan pada pekerja

pabrik atau mereka yang bertempat tinggal didekat jalan raya yang

ramai. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada

manusia adalah pendengaran (telinga bagian dalam), maka metode

pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa

mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan

bagian tengah, sebelum masuk ke telinga bagian dalam. Cara yang

Page 45: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

biasa digunakan untuk pengendalian kebisingan pada penerima adalah

:

1) Pengendalian Secara Teknis

a) Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi

berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.

b) Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap

suara.

c) Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan.

d) Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.

e) Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada

sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam

dengan karet.

f) Modifikasi mesin atau proses.

g) Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga

dapat mengurangi suara bising.

(A. M. Sugeng Budiono, 2003).

2) Pengendalian Secara Administratif

Yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk

tindakan pencegahan yang menetapkan tingkat kebisingan

maksimal yang diperbolehkan dan lamanya kebisingan yang boleh

diterima dalam kaitannya dengan perlindungan pendengaran.

Pengendalian secara administratif mempunyai tujuan untuk

mengendalikan tingkat dan lama kebisingan yang diterima oleh

Page 46: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pekerja dengan mengatur pola kerja sesuai lingkungannya (Dwi P.

Sasongko, 2000).

Pengendalian secara administratif yaitu :

a) Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya bagian

diesel).

Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang

berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang

berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta

menggunakan APD (ear muff).

b) Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.

Cara ini dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan

tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima organ

pendengaran pekerja, masih dalam batas aman (A. M. Sugeng

Budiono, 2003).

3) Pengendalian Secara Medis

Pemeriksaan Audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal

masuk kerja, secara periodik, secara khusus, dan pada akhir masa

kerja.

Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

(1987) adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja

(1) Riwayat penyakit

(2) Pemeriksaan klinis secara umum.

Page 47: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(3) Pemeriksaan klinis terhadap telinga.

(4) Tes audiometri yang sederhana.

b) Pemeriksaan Berkala

(1) Riwayat penyakit secara pendek.

(2) Pemeriksaan klinis terhadap telinga.

(3) Tes audiometri yang sederhana.

c) Pemeriksaan Khusus

(1) Riwayat penyakit

(2) Pemeriksaan klinis secara umum.

(3) Pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap telinga,

hidung, dan tenggorokan.

(4) Tes audiometri yang kompleks.

Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara

mesin dengan hantaran udara yang dilakukan secara terpisah untuk

masing-masing telinga terhadap beberapa frekuensi tertentu (500,

1000, 2000, 4000, dan 6000 Hz).

Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap

suara dan masing-masing telinga terpisah terhadap beberapa

frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz)

dan sebelumnya orang yang akan diperiksa diisolir dalam ruang

hampa suara selama 12 jam atau lebih baik 16 jam.

Page 48: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4) Penggunaan Alat Pelindung Diri

Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik

pengendalian di atas belum mungkin untuk dilaksanakan. Jenis

pengendalian ini dapat dilakukan dengan penggunaan alat

pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga).

a) Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30

dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.

Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain Formable type,

Costum-molded type, Premolded type.

b) Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25-40

dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.

c) Helm (Helmet), mengurangi kebisingan sampai antara 40-50

dB.

(Buchari, 2007).

Page 49: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

(Manusia, Material, Alat, Lingkungan)

Faktor dan Potensi Bahaya

Pencegahan Kecelakaan Kerja

dan Penyakit Akibat Kerja

Program Pengendalian

Keberhasilan Program

- Perundang-undangan

- Standarisasi

- Pembinaan K3

YA

Penurunan Tingkat

Insiden

TIDAK Insiden

LOSS

Page 50: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif adalah penelitian yang hanya terbatas

pada pengumpulan data, penyajian data, dan analisa data dalam bentuk narasi

(Putu Suriyasa, 2001).

Tujuan dari penulis menggunakan metode penelitian ini adalah agar

peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat menyajikan data

tersebut, mula-mula peneliti mengumpulkan data, setelah itu data disajikan

dan penulis melakukan analisa data yang ada. Analisa data tersebut digunakan

oleh peneliti untuk memecahkan rumusan masalah yaitu bagaimana upaya

pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit Power Plant Pusat Pendidikan

dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu?

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Minyak dan Gas Bumi Cepu (Pusdiklat Migas Cepu) dengan alamat Jalan

Sorogo No. 01 Cepu 58315, Blora, Jawa Tengah.

Page 51: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Waktu penelitian

Dalam pelaksanaan magang mahasiswa mengikuti program-program

kerja yang ada di perusahaan. Disamping itu, penulis juga mencari data

sendiri melalui pengamatan atau observasi, wawancara, dan pengukuran.

Pelaksanaan magang mulai 1 Februari sampai 28 Februari 2011, setiap

hari Senin sampai Kamis jam 08.00-

08.00-16.30 WIB.

C. Objek Penelitian

Sebagai upaya dalam penelitian ini adalah pengendalian faktor bahaya

kebisingan pada unit Power Plant di Pusdiklat Migas Cepu.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan dan

pengukuran langsung di lapangan terhadap sumber-sumber kebisingan,

peralatan dan tenaga kerja yang ada di unit Power Plant kemudian dicatat

hal-hal yang diperlukan sebagai data. Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter.

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab secara langsung

kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

Page 52: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3. Dokumentasi

Dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku dan

dokumen dari catatan-catatan perusahaan mengenai masalah kebisingan

dan peralatan yang ada pada unit Power Plant di Pusdiklat Migas Cepu.

4. Studi kepustakaan

Dilakukan dengan membaca literatur perusahaan yang berhubungan

dengan kebisingan dan peralatan yang ada pada unit Power Plant di

Pusdiklat Migas Cepu.

E. Sumber Data

1. Data primer

Data primer diperoleh dari observasi lapangan secara langsung,

wawancara dengan bagian Lindung Lingkungan dan Fire safety LK3

tenaga pelaksana di Pusdiklat Migas Cepu.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, literatur-

literatur dari perusahaan, buku-buku, dan data-data penunjang lainnya.

F. Analisis Data

Analisis data yang diperlukan dalam penelitian termasuk analisis deskriptif

mengenai Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Kebisingan pada Unit Power

Plant Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu. Data yang

diperoleh selanjutnya dihubungkan dengan Kepmenaker No.51/MEN/1999

Page 53: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tentang NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan

merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk bekerja secara terus

menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam per minggunya.

Page 54: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Identifikasi sumber kebisingan

Di Pusdiklat Migas Cepu pengukuran intensitas kebisingan dilakukan

1 bulan sekali oleh Tim dari Departemen Fire Safety dan LK3 yaitu unit

LL atau Lindungan Lingkungan.

Identifikasi sumber kebisingan di Pusdiklat Migas Cepu, dilakukan

dengan melakukan pengukuran pada area-area yang telah ditentukan

sebelumnya berdasarkan hasil dari data pengukuran yang pernah

dilakukan. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu

Sound Level Meter.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung

maka diketahui bahwa dari 9 buah genset yang ada pada saat pengukuran

dilakukan diketahui bahwa 3 buah genset sedang on yang 5 buah sedang

off dan yang 1 buah sedang diisi bahan bakar.

Adapun hasil yang didapatkan dari pengukuran intensitas kebisingan

pada unit Power Plant di Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut :

Page 55: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 5. Pengukuran Intensitas kebisingan di unit Power Plant

No Area

Hasil pengukuran 1+2+3

3

10^NI/10

Hasil (dB)

10 Log E 1 2 3

1 Ruang Genset 1

Genset 1

Genset 2

Genset 3

Genset 4

Genset 5

Total genset 1

s/d 5

106 104 106 105.3 34145488738

105.6 104.1 107 107.0 50118723363

0 0 0 0.0 1

0 0 0 0.0 1

0 0 0 0.0 1

84264212104 109.3

2 Ruang Genset 2

Genset 6

Genset 7

Genset 8

Genset 9

Total genset 6

s/d 9

0 0 0 0.0 1

0 0 0 0.0 1

0 0 0 0.0 1

106.8 103.3 110 112.0 158489319246

158489319249 112.0

3 Ruang Jaga 1 72

4 Ruang Jaga 2 89

5 Kantor 64

6 R Administrasi 64

7 Ruang Kelas 82.6

Sumber : Data Primer

Page 56: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh peneliti maka

dapat diketahui bahwa banyak area-area yang melebihi Nilai Ambang

Batas Kebisingan. Area-area yang Nilai Ambang Batas (NAB) diatas

standart (85dB) yaitu :

a. Ruang genset 1

b. Ruang genset 2

c. Ruang jaga 2

Sedangkan area-area yang NABnya dibawah standart yaitu :

a. Ruang jaga 1

b. Kantor

c. Ruang administrasi

d. Ruang kelas

2. Upaya pengendalian kebisingan

Upaya-upaya pengendalian kebisingan di Pusdiklat Migas Cepu

dilakukan dengan pengendalian secara engineering yaitu upaya-upaya

pengendalian dengan pemberian sekat-sekat atau peredam bunyi pada

sumber-sumber kebisingan di area-area tertentu. Hal ini telah dilakukan

oleh Pusdiklat Migas cepu dengan memberikan peredam pada area-area

tertentu yaitu :

a. Ruang administrasi

b. Ruang kelas

c. Kantor

Page 57: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Adapun upaya-upaya lainnya yang dilakukan oleh Pusdiklat Migas

Cepu sebagai upaya untuk mengendalikan kebisingan yaitu melalui

pengendalian secara administratif, upaya-upaya pengendalian tersebut

antara lain sebagai berikut :

a. Rotasi Kerja

Rotasi kerja yang dilakukan di Pusdiklat Migas Cepu yaitu

memindahkan tenaga kerja dari tempat yang kebisingannya diatas

NAB ke tempat yang NAB nya lebih rendah misalnya dari ruang

genset 1 dipindahkan ke ruang jaga 1, hal tersebut dilakukan oleh

Pusdiklat Migas Cepu sebagai upaya agar tenaga kerja tersebut

terhindar dari paparan bising secara terus-menerus.

b. SOP (Standart Operation Procedure)

SOP yang ada di Pusdiklat Migas Cepu berkaitan dengan masalah

kebisingan, yaitu misalnya dalam penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada tenaga kerja yang bekerja pada area kebisingan yang

melebihi NAB dan juga saat pekerja akan melakukan pengisian bahan

bakar maupun perbaikan genset harus mematuhi SOP yang ada. Di

pusdiklat Migas Cepu itu sendiri sudah ada SOP mengenai

penggunaan APD di unit power plant yaitu bahwa setiap tenaga kerja

yang memasuki area-area yang kebisingannya melebihi NAB,

kebisingan 85 dB diwajibkan memakai APD berupa earplug ataupun

earmuff. Bagi tenaga kerja yang melanggarnya maka akan diberikan

sanksi.

Page 58: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

c. Training

Program training atau pelatihan pada tenaga kerja di Pusdiklat

Migas Cepu telah berjalan secara baik seperti training tentang K3LH

dan training tentang penggunaan APD yang dilaksanakan oleh

Departeman Fire Safety dan LK3. Training tersebut dilakukan setiap 3

bulan sekali dan diikuti oleh tenaga kerja yang pada hari itu tidak

masuk kerja atau mendapatkan shift yang berbeda.

d. Safety Sign

Pemberian rambu atau tanda bahaya bahwa dalam area tersebut

nilai kebisingannya melebihi NAB, seperti pada bagian pintu masuk

unit power plant yang telah dipasang Safety Sign yang

memberitahukan bahwa pada area tersebut diwajibkan memakai ear

protection (APD Telinga) harus dipakai karena kebisingannya

melebihi NAB yaitu 85 db.

e. PPE (Personal Pretective Equipment)

Pengendalian bahaya kebisingan melalui pemakaian APD yang

diterapkan di Pusdiklat Migas Cepu adalah dengan memberikan APT

(Alat pelindung Telinga) berupa pemberian earplug dan earmuff pada

tenaga kerja yang bekerja pada area yang tingkat kebisingannya tinggi

(melebihi NAB). Earplug dan earmuff wajib digunakan oleh tenaga

kerja pada waktu memasuki ruang genset 1, ruang genset 2, dan ruang

jaga 2.

Page 59: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

3. Dampak faktor bahaya kebisingan terhadap tenaga kerja

Kebisingan yang terjadi pada bagian unit Power Plant Pusdiklat Migas

Cepu sangat tinggi, rata-rata diatas NAB yang telah ditetapkan (85 dB).

Daerah tersebut meliputi ruang genset 1, ruang genset 2, dan ruang jaga 2.

Di daerah tersebut, banyak tenaga kerja yang bekerja sehingga beberapa

pekerja mengalami hal sebagai berikut :

a. Gangguan Fisiologis

Pada beberapa pekerja yang rata-rata bekerja ditempat tersebut

selama 5 tahun bahkan banyak yang lebih dari itu, mengaku pernah

merasakan pusing, tekanan darah tinggi, dan rasa sakit pada perut,

tetapi hal itu sangat jarang terjadi.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis pada tenaga kerja sangat dirasakan seperti

susah tidur, cepat marah, sehingga sesampai di rumah keluarga yang

terkena imbasnya. Khususnya bagi pekerja yang mendapat giliran shift

malam.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan ini jelas berdampak pada tenaga kerja, akibat tenaga

kerja yang bekerja di bagian unit Power Plant, pada umumnya

berbicara dengan suara keras.

d. Gangguan Keseimbangan

Ada beberapa pekerja yang sudah pernah merasakan seperti

mabuk atau vertigo.

Page 60: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

e. Efek Pada Pendengaran

Tenaga kerja pada umumnya merasakan pendengarannya seperti

berdengung.

B. PEMBAHASAN

1. Identifikasi sumber kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sesuai dengan yang ditetapkan

dalam Kepmenaker No. 51 tahun 1999 adalah 85 dB untuk pemaparan

selama 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Pusdiklat Migas Cepu sendiri berpedoman kepada Kepmenaker No.

51/MEN/1999 adalah 85 dB untuk pemaparan selama 8 jam/hari atau 40

jam/minggu. Hal ini dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu untuk

melindungi tenaga kerjanya dari bahaya kebisingan.

Adapun hasil dari pengukuran intensitas kebisingan berdasarkan tinggi

rendahnya NAB pada unit power plant di Pusdiklat Migas Cepu adalah

sebagai berikut :

Page 61: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 6. Pengukuran Kebisingan Berdasarkan NAB

No Area Hasil Pengkuran NAB Kesimpulan

1

2

3

4

5

6

7

Ruang Genset 1

Genset 1

Genset 2

Genset 3

Genset 4

Genset 5

Total genset 1 s/d 5

Ruang Genset 2

Genset 6

Genset 7

Genset 8

Genset 9

Total genset 6 s/d 9

Ruang Jaga 1

Ruang Jaga 2

Kantor

Ruang Administrasi

Ruang Kelas

105.3

107.0

0

0

0

109.3

0

0

0

112.0

112.0

72

89

64

64

82.6

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

85

Melebihi NAB

Melebihi NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Melebihi NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Melebihi NAB

Melebihi NAB

Kurang dari NAB

Melebihi NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Kurang dari NAB

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil pengukuran di atas maka dapat diketahui secara jelas

area mana yang NABnya melebihi standar. Area-area yang NABnya diatas

standar (85dB) yaitu :

a. Ruang genset 1

b. Ruang genset 2

c. Ruang jaga 2

Sedangkan area-area yang NAB kebisingannya dibawah standar yaitu :

a. Ruang jaga 1

b. Kantor

c. Ruang administrasi

d. Ruang kelas

Page 62: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

2. Upaya pengendalian kebisingan di Pusdiklat Migas Cepu

Pengendalian faktor bahaya kebisingan yang dapat dilakukan adalah

melalui engineering control untuk mereduksi intensitas kebisingan yang

sudah sesuai dengan hirarki pengendalian yaitu dengan memberi peredam

berupa tembok yang dilapisi gypsum dan juga spon. Program engineering

control tidak dapat berjalan dengan baik karena peralatan yang digunakan

sudah terlalu tua, tidak menggunakan peralatan yang bagus, pemeliharaan,

dan perawatan yang kurang terhadap peralatan peredam bunyi. Karena

program engineering control tidak berjalan dengan baik maka Pusdiklat

Migas Cepu melakukan program administratif control dengan menjaga

agar pemaparan kebisingan bisa masuk kedalam batas yang aman pada

saat diterima. Hal ini dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu sebagai upaya

melindungi tenaga kerja dari bahaya kebisingan yang dapat mengganggu

kesehatan tenaga kerja. Administratif control dapat dilakukan antara lain

dengan cara :

a. Rotasi Kerja

Rotasi kerja yaitu perputaran jam kerja tenaga kerja yang

dilakukan oleh pihak Pusdiklat Migas Cepu dengan tujuan agar tenaga

kerja tidak mengalami paparan bising yang sama dalam waktu yang

terus-menerus, misalnya operator unit power plant yang setelah

melakukan pengawasan terhadap genset langsung meninggalkan

tempat tersebut dan menuju tempat lain yang nilai kebisingannya lebih

rendah setelah pangawasannya dirasa cukup. Durasi dari pengawasan

Page 63: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

genset sendiri hanya sekitar 2 sampai 3 menit untuk 1 genset jadi jika

ditotal untuk semua genset di ruang 1 maupun 2 hanya sekitar 10

sampai 15 menit dan pengawasan dilakukan tiap 1 jam sekali. Ruangan

yang bisa digunakan oleh para operator setelah melakukan pengecekan

adalah ruangan yang memiliki NAB lebih rendah yaitu seperti ruangan

khusus operator yang di dalam ruangan tersebut telah dipasang alat

peredam kebisingan.

b. SOP (Standart Operation Procedure)

Pelaksanaan SOP meliputi semua aspek yang berkaitan dengan K3,

contohnya pada mesin-mesin produksi yang digunakan harus

memenuhi standar aman dalam penggunaan maupun dalam

perawatannya agar tidak menimbulkan terjadinya kecelakaan maupun

Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada tenaga kerja. SOP yang digunakan

di Pusdiklat Migas Cepu adalah bahwa setiap tenaga kerja yang

memasuki area-area yang kebisingannya melebihi NAB (kebisingan 85

dB) diwajibkan memakai APD berupa earplug ataupun earmuff. SOP

tersebut tidak hanya berlaku bagi operator saja tetapi juga bagi pihak

ketiga yang memasuki area-area di Unit Power Plant yang intensitas

kebisingannya melebihi NAB. Bagi tenaga kerja yang melanggarnya

akan dikenai sanksi dan pengawasannya sendiri dilakukan oleh tim

dari unit Safety Departemen LK3.

Page 64: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Training

Dalam Undang-undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja bab V pasal 9 tentang pembinaan, bahwa pihak perusahaan

wajib menunjukkan dan menjelaskan termasuk didalamnya melakukan

pembinaan terhadap seluruh tenaga kerja tentang :

1) Kondisi-kondisi berbahaya yang dapat timbul dalam tempat

kerjanya.

2) Semua pengaman dan alat-alat pelindung yang harus disediakan di

tempat kerja bising.

3) Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang sesuai dengan jenis

pekerjaannya.

4) Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melakukan

pekerjaannya (Depnaker, 1970).

Perusahaan yang bersagkutan yaitu Pusdiklat Migas Cepu harus

menyadari dengan benar akan pentinganya training atau pelatihan bagi

tenaga kerja karena hal tersebut dirasa dapat meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya K3 bagi dirinya sendiri

dan guna untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Program training yang dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu

meliputi berbagai macam jenis pelatihan seperti fire training, pelatihan

dasar K3 dan pelatihan-pelatihan yang lainnya seperti penggunaan

APD. Program pelatihan atau training ini dilaksanakan tiap 3 bulan

Page 65: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

sekali dan diikuti oleh tenaga kerja yang pada hari itu tidak masuk

kerja atau mendapatkan shift yang berbeda.

d. Safety Sign

Setelah dilakukan proses identifikasi bahaya di area-area yang

telah ditentukan dan pengukuran intensitas kebisingan, maka dapat

dilihat dari data-data yang diperoleh mengenai tempat-tempat kerja

yaitu dengan yang memiliki tingkat kebisingan yang melebihi NAB

kebisingan sebesar 85 dB. Langkah-langkah pengendalian kebisingan

yang dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu yaitu pemasangan safety

sign yang merupakan bentuk peringatan berupa tanda bahwa area

tersebut NAB kebisingannya melebihi 85 db dan wajib menggunakan

Alat Pelindung Diri (APD). Pemasangan safety sign ini di tempatkan

di pintu masuk ruang genset baik ruang genset 1 maupun ruang genset

2 sehingga tenaga kerja yang akan masuk dapat melihatnya dengan

jelas. Selain itu juga terdapat poster-poster bahaya dari kebisingan

yang melebihi NAB yang juga dipasang di ruang-ruang di Unit Power

Plant.

e. Alat Pelindung Diri (APD)

Sesuai dengan peraturan dalam SE Dirjen Binawas No. SE.

05/BW/1997 tentang penggunaan APD, maka pihak perusahaan harus

menyediakan APD pada setiap unit atau departeman dan diberikan

kepada setiap tenaga kerja untuk menjamin keselamatan dan

Page 66: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kenyamanan tenaga kerja. Mengenai paparan bising yang diperoleh

tenaga kerja, maka APD yang harus disediakan yaitu berupa :

1) Sumbat Telinga (Ear Plug)

2) Tutup Telinga (Ear Muff)

Pelaksanaan training mengenai pemakaian dan perawatan APD

tersebut juga penting untuk dilakukan, agar tenaga kerja dapat

mengetahui cara-cara penggunaan APD, dan perawatannya.

Pemakaian APD sangatlah penting demi mencegah timbulnya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh karenanya pihak

Pusdiklat Migas Cepu telah mengeluarkan peraturan-peraturan tentang

kewajiban pemakaian APD, jika bekerja di tempat-tempat yang bising

dan lamanya terpapar dalam tempat kerja bising tersebut. Tetapi masih

saja ada tenaga kerja terutama dari pihak ketiga yang sering kali

melanggar dengan tidak memakai APD. Biasanya jika saat dilakukan

inspeksi ada yang tertangkap basah tidak memakai APD maka akan

mendapat terguran langsung dari tim Unit Safety.

3. Dampak faktor bahaya kebisingan terhadap tenaga kerja

a. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan

denyut nadi, basal metabolisme, retriksi pembuluh darah kecil

terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat, dan gangguan

sensoris. Para pekerja di Unit Power Plant yang telah bekerja lebih

dari 5 tahun mengeluhkan bahwa tekanan darahnya naik, mengeluh

Page 67: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

sakit perut dan sering mengalami pusing terutama untuk yang

mendapatkan shift kerja malam.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik antara lain

gastristik, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Gangguan

Psikologis sering dirasakan oleh pekerja yang telah lama bekerja di

Unit Power Plant. Para pekerja sering mengeluhkan bahwa jika sampai

di rumah sering cepat marah dan kadang sering mengalami susah tidur

setelah bekerja.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang

belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja karena tidak mendengarkan teriakan atau isyarat tanda

bahaya yang tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

produktivitas kerja. Gangguan ini sering disebut dengan masking

effect. Sedangkan para pekerja yang telah lama bekerja kadang jika

berbicara dengan suara yang keras bahkan juga terbawa sampai di

rumah jika sedang berkomunikasi dengan keluarga.

Page 68: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

d. Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan akibat bising yang berlebihan ini

mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual, dan

lain-lain. Jadi gangguan keseimbangan akibat bising berhubungan

dengan gangguan fisiologis. Untuk para pekerja di unit Power Plant,

mereka kadang mengalami vertigo pada saat bekerja.

e. Gangguan Pendengaran

Ganngguan pendengaran merupakan pengaruh utama dari

kebisingan yang dirasakan oleh pekerja yang biasanya berupa ketulian.

Kerusakan pendengaran karena kebisingan sebenarnya adalah

kerusakan pada indera pendengaran dengan risiko penurunan daya

dengar yang akhirnya dapat menjadi tuli menetap yang tidak dapat

disembuhkan. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah

sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di

area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di

area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal

kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian

makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai

frekwensi yang biasanya digunakan untuk percakapan. Para pekerja di

Unit Power Plant sering mengeluhkan bahwa telinganya sering

berdengung dan juga merasakan bahwa lama kelamaan kemampuan

pendengaran mereka mulai berkurang. Pemeriksaan kesehatan

terhadap tenaga kerja sendiri hanya dilakukan setahun sekali oleh Tim

Page 69: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dari Rumah Sakit Pusdiklat Migas jadi kurang efektif untuk

mendeteksi gangguan pendengaran yang terjadi pada tenaga kerja.

Page 70: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 61

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka

penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh penulis maka

didapatkan bahwa NAB kebisingan yang ada di unit power plant yang

melebihi NAB kebisingan adalah pada mesin-mesin genset.

2. Pusdiklat Migas Cepu telah melakukan pengendalian terhadap faktor

bahaya kebisingan di Unit Power Plant baik secara engineering control

maupun pengendalian secara administratif.

a. Engineering Control

Dengan memberi peredam berupa tembok yang dilapisi gypsum

dan juga spon.

b. Pengendalian Secara Administratif

Dengan Rotasi Kerja, SOP, Pemasangan Safety Sign, Trainning,

dan Penggunaan APD.

3. Penggunaan APD yang telah disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu

kurang maksimal dalam penggunaannya, karena masih banyak tenaga

kerja yang tidak menggunakan APD terutama Pihak Ketiga.

Page 71: upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan di unit power plant ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

B. Saran

Setelah melakukan identifikasi dengan pengukuran terhadap sumber

kebisingan pada unit power plant di Pusdiklat Migas Cepu maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam upaya pengendalian faktor bahaya kebisingan khususnya di unit

Power Plant, seharusnya pemasangan Safety Sign yang berupa anjuran

untuk memakai APD terutama earmuff dan earplug diperbanyak dan

penempatan yang mudah dilihat oleh tenaga kerja.

2. Pengendalian terhadap faktor bahaya kebisingan yang telah dilakukan oleh

Pusdiklat Migas Cepu perlu dipertahankan dan juga diperlukan

pengawasan oleh pihak yang berwenang khususnya oleh Departmen LK3

yaitu Unit Keselamatan Kerja atau Safety..

3. Perlu lebih ditingkatkan lagi pengawasan pemakaian APD bagi pekerja

terutama di unit Power Plant dan khususnya bagi Pihak Ketiga.