UPAYA PEMERINTAH NAGARI DALAM RANGKA MITIGASI...
Transcript of UPAYA PEMERINTAH NAGARI DALAM RANGKA MITIGASI...
1
UPAYA PEMERINTAH NAGARI DALAM RANGKA MITIGASI
BENCANA BANJIR DI NAGARI GUNUNG MALINTANG, KECAMATAN
PANGKALAN KOTO BARU, KABUPATEN LIMAPULUH KOTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
HAMIDA MUSRI
15070009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2019
2
3
4
5
ABSTRAK
Hamida Musri (15070009). Upaya Pemerintah Nagari Dalam Rangka
Mitigasi Bencana Banjir Di Nagari Gunung Malintang, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Sosiologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat, Padang, 2019.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh wilayah Nagari Gunung Malintang
yang memiliki potensi akan terjadinya bencana banjir yang dapat menyebabkan
kerugian bagi masyarakat, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk
mengurangi kerugian tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan upaya
pemerintahan nagari dalam melakukan mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung
Malintang.
Teori yang digunakan yaitu teori struktural fungsional yang dikemukakan
oleh Talcot Parson. Dimana struktural fungsional merupakan suatu teori yang
mengkaji tentang unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada didalam masyarakat
sesuai dengan sistemnya masing-masing. Informan penelitian berjumlah tiga belas
orang yang diambil secara purposive dengan kriteria yaitu, pihak pemerintah
Nagari Gunung Malintang, masyarakat dari jorong yang terkena dampak paling
besar akibat bencana banjir (Jorong Batu Belah dan Jorong Bancah Lumpur) pada
kejadian banjir pada tahun 2017, pihak yang membantu Nagari Gunung Malintang
dalam melakukan mitigasi bencana banjir. Jenis data adalah data primer dan data
sekunder. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi dokumen.
Analisis data dilakukan dengan teknik pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah nagari telah melakukan
upaya-upaya mitigasi bencana banjir sebagai berikut: rancangan program mitigasi
di RPJM Nagari 2016-2021, pelaksanaan program pembuatan bronjong,
pelaksanaan program penanaman di tepian sungai, melakukan sosialisasi dengan
cara bekerjasama dengan pihak BPBD Kabupaten Limapuluh Kota. Selain dari
pihak pemerintah nagari upaya mitigasi juga dilakukan oleh BPBD Kabupaten
Limapuluh Kota yaitu sebagai berikut: menghancurkan batu besar yang
menghambat aliran air di daerah hulu dan menempatkan perpanjangan tangan
BPBD (Tim SAR).
Kata Kunci: Mitigasi, Pemerintah Nagari, Banjir
iv
6
ABSTRACT
Hamida Musri (15070009). Nagari Government's Efforts in the Framework
of Flood Mitigation in Nagari Gunung Malintang, Pangkalan Koto Baru
District, Limapuluh Kota District. Thesis, Study Program of Sociology of
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI West
Sumatra, Padang, 2019.
This research is motivated by the Nagari Gunung Malintang area which
has the potential for flooding that can cause harm to the community, so efforts
should be made to reduce these losses. The purpose of this study is to describe the
efforts of the nagari government in mitigating flood disasters in Nagari Gunung
Malintang.
The theory used is functional structural theory proposed by Talcot Parson.
Where functional structural is a theory that studies about the elements or elements
that exist in society in accordance with their respective systems. Research
informants numbered thirteen people who were taken purposively with criteria,
namely, the Nagari Gunung Malintang government, the people of the jorong that
were most affected by the flood (Jorong Batu Belah and Jorong Bancah Lumpur)
during the flood events in 2017, those who assist Nagari Gunung Malintang in
mitigating floods. The type of data is primary data and secondary data. Data
collected through interviews, observations and study documents. Data analysis
was performed with data collection techniques, data reduction, data presentation
and drawing conclusions.
The results showed that the Nagari government had carried out the
following flood mitigation efforts: the design of the mitigation program in the
2016-2021 Nagari RPJM, the implementation of the gabong making program, the
implementation of the planting program on the banks of the river, carried out the
socialization by working with the BPBD of Limapuluh Kota Regency . Apart
from the nagari government, mitigation efforts were also carried out by the BPBD
of the Limapuluh Kota Regency, as follows: destroying large rocks that obstruct
the flow of water in the upstream area and placing an extension of the BPBD
(SAR Team).
Keywords: Mitigation, Nagari Government, Flooding
v
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun
dalam bentuk dan keadaan yang sederhana dengan judul “Upaya Pemerintah
Nagari Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir Di Nagari Gunung Malintang,
Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota”. Shalawat beserta
salam buat junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menerangi dunia
ini dengan Al-Quran dan Hadistnya.
Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan
dan dorongan serta kemudahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Bapak Rio Tutri, M.Si , selaku pembimbing I dan Ibu Isnaini, M.Si, selaku
pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Tim Dosen penguji Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI
Sumatera Barat
3. Ibu Marleni, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi yang
telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si selaku ketua STKIP PGRI Sumatera Barat.
5. Staff Dosen program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI SUMBAR yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.
vi
8
6. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan
mendukung setiap langkah yang penulis tempuh dalam pendidikan.
7. Bapak Wido Putra, A,Md, selaku Wali Nagari beserta staff dan juga
masyarakat Nagari Gunung Malintang yang telah bersedia untuk menjadi
informan penelitian dengan meluangkan waktu untuk memberikan informasi
kepada penulis.
8. Seluruh rekan-rekan beserta semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan, bimbingan, dan arahan serta dorongan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT,
Amin. Akhir kata kepada Allah SWT jualah penulis kembalikan, semoga amal
kebajikan yang mereka berikan diterima dan dibalas sebagaimana semestinya.
Semoga skripsi ini dengan ketidaksempurnaannya mampu memberikan sesuatu
yang berarti bagi kita semua.
Amin Yaa Robbal ‘Alamin
Padang, Juli 2019
Penulis
vii
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ..................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 11
2.2 Penjelasan Terkait Penelitian ................................................................... 13
2.2.1 Peraturan Mengenai Penanggulangan Bencana ...................... 13
2.2.2 Penyebab Bencana Banjir ....................................................... 15
2.2.3 Dampak Bencana .................................................................... 16
2.2.4 Mitigasi Bencana Banjir ......................................................... 17
2.3 Penelitian Relevan .................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ............................................................... 23
3.2 Informan Penelitian .................................................................................. 25
3.3 Jenis Data ................................................................................................. 28
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 29
3.5 Unit Analisis ............................................................................................ 35
3.6 Aplikasi Analisis Data.............................................................................. 35
3.7 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 38
3.8 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 38
3.9 Defenisi Operasional Konsep ................................................................... 39
viii
10
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Nagari .......................................................................................... 40
4.2 Kondisi Geografis .................................................................................... 44
4.3 Kondisi Demografi ................................................................................... 45
4.4 Fasilitas Umum ........................................................................................ 48
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Bencana Banjir di Nagari Gunung Malintang ....................... 52
5.2 Penyebab Banjir ................................................................................. 53
5.3 Kerugian Akibat Banjir di Nagari Gunung Malintang ....................... 55
5.4 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Pemerintah Nagari .......................... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 79
6.2 Saran ................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 80
LAMPIRAN
ix
11
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Kerusakan yang Terjadi di Nagari Gunung Malintang ....................................... 5
1.2 Data Bencana Banjir Nagari Gunung Malintang Tahun 2017 ............................ 6
3.1 Data Informan Terkait Penelitian Upaya Mitigasi Banjir di Nagari Gunung
Malintang ............................................................................................................ 27
3.2 Jadwal Proses Penelitian ..................................................................................... 38
4.1 Sejarah Periode Pemerintah Nagari Gunung Malintang ..................................... 41
4.2 Jumlah Penduduk Per Jorong .............................................................................. 46
4.3 Data Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian ......................................... 47
4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................................... 48
4.5 Data Mesjid Dan Surau/Mushallah ..................................................................... 49
4.6 Sarana Dan Prasarana Kesehatan Nagari Gunung Malintang ............................. 50
5.1 Data Bencana Nagari Gunung Malintang dari Tahun 2011-2019 ...................... 53
5.2 Kegiatan Upaya Yang Telah Dilakukan Dalam Mitigasi Bencana Banjir di
Nagari Gunung Malintang .................................................................................. 64
x
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Hubungan Antara Analisis Data Model Milles dan Huberman .......................... 36
4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Nagari Gunung Malintang Tahun 2016 -
2021 ..................................................................................................................... 43
5.1 Kondisi Pinggiran Sungai Batang Mahat Tahun 2016 ....................................... 59
5.2 Bronjong Ditepian Sungai Batang Mahat Jorong Batu Belah ............................ 65
5.3 Sosialisasi Banjir Tahun 2016 ............................................................................ 69
5.4 Penanaman Ditepian Sungai Batang Mahat ....................................................... 71
5.5 Kerja Bakti Masyarakat Ditepian Sungai Batang Mahat .................................... 76
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia
terutama pada musim penghujan antara bulan Desember – Maret. Terjadinya
banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : Pertama, curah hujan yang
tinggi dalam waktu yang lama. Kedua, terjadinya hambatan di muara sungai
akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan puncaknya volume air yang
mengalir di sungai. Ketiga, perubahan kondisi lahan pada daerah aliran sungai
(DAS) baik di hulu, tengah dan hilir akibat adanya penebangan hutan,
pengembangan pemukiman, industri dan lain-lain. Keempat, terjadinya penurunan
permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah
perkotaan. Kelima, perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian,
perkebunan dan hutan menjadi permukiman yang menyebabkan berkurangnya
daerah resapan air. Keenam, pembangunan drainase yang tidak memperhitungkan
kondisi lahan. Ketujuh, adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah
pada ke saluran drainase dan sungai mengakibatkan pendangkalan dan
penyempitan alur sungai serta menghambat aliran (Departemen RI, 2007).
Berdasarkan kondisi morfologis, penyebab banjir adalah karena relief
bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang
mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan
penggundulan hutan atau perubahan tata/guna lahan yang tidak memperhatikan
daerah resapan air (BAKORNAS, 2007). Wilayah yang termasuk rawan bencana
1
2
banjir yaitu wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Riau, Sumatera Selatan, wilayah Pantai Utara Jawa dan sebagian Jawa
Tengah bagian selatan, sebagian daerah Timor, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan
Papua(Departemen RI, 2007).
Provinsi Sumatera Barat memiliki banyak daerah yang memiliki potensi
terjadinya bencana. Berdasarkan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
Sumbar 2008-2012, Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi bencana alam,
sebagai berikut: gempa bumi, tsunami, banjir, badai/puting beliung, gelombang
pasang, kekeringan, longsor, letusan gunung api, kebakaran hutan dan lahan,
abrasi pantai. Namun yang dampaknya luas dan potensi kerusakan yang
ditimbulkan besar biasanya disebabkan oleh bencana-bencana berikut: gempa
bumi, tsunami, banjir, longsor, letusan gunung api dan kebakaran (KOGAMI, SC-
DRR, & ESCAP, 2012). Berdasarkan data daerah rawan bencana SUMBAR pada
tahun 2016 provinsi Sumatera Barat terdapat empat potensi bencana utama yaitu
pergerakan tanah /longsor, banjir bandang/banjir, tsunami, dan gempa darat
maupun gempa laut (BNPB SUMBAR, 2019).
Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu daerah di Sumatera
Barat yang menjadi wilayah yang memiliki potensi terjadinya bencana. Kawasan
Kabupaten Limapuluh Kota memiliki beberapa kawasan rawan bencana
sebagaimana yang diuraikan seperti berikut ini:
3
a. Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang memiliki kriteria
kawasan yang berbentuk lereng yang mudah terjadi pergeseran tanah atau
bebatuan. Kawasan yang berada di jalur Payakumbuh-Suliki-Koto Tinggi yang
termasuk rawan longsor adalah di Jorong Ikan Banyak dan Jorong Sungai
Mangkirai di wilayah Nagari Pandam Gadang, apabila tidak cepat ditanggulangi
dapat membuat Nagari Koto Tinggi terisolir.Pada jalur Payakumbuh-Suliki-
Baruah Gunuang jalur jalan yang rawan longsor adalah di Jorong Lancaran,
Nagari Tanjung Bungo. Pada jalur Payakumbuh-Mahek longsor sering terjadi
pada bukit Simun. Dan pada jalur Payakumbuh- Mungka-Simpang Kapuak
longsor sering terjadi di badan jalan di Mungka. Sedangkan pada jalur Pangkalan-
Kapur XI (Nagari Galugur) longsor dapat terjadi di Nagari Gunuang Malintang,
Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Nagari Koto Bangun serta Nagari Galugur.
Sementara pada jalur Payakumbuh-Pekanbaru daerah yang rawan longsor
diantaranya adalah terdapat 50 titik. Setiap tahunnya longsor juga terjadi di
sepanjang jalan dari nagari Sarilamak Kecamatan Harau sampai Nagari Tanjung
Pauh Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
b. Kawasan rawan banjir
Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang teridentifikasi sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan bencana banjir
yang ada di kabupaten Limapuluh Kota terdapat di Kecamatan Harau, Kecamatan
Mungka, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan Pangkalan Koto Baru,
4
Kecamatan Kapur XI, Kecamatan Guguak, Kecamatan Bukik Barisan, Kecamtan
Luak, Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan Akabiluru, Kecamatan Situjuah Limo
Nagari dan Kecamatan Gunuang Omeh. Ini berarti hampir seluruh kecamatan
diwilayah Kabupaten Limapuluh Kota berpotensi bencana banjir. Banjir ini
disebabkan oleh luapan sungai akibat hujan deras. Pada kawasan Kecamatan
Pangkalan Koto Baru yang menjadi rawan bencana banjir adalah Nagari
Pangkalan, Nagari Manggilang, dan Nagari Gunuang Malintang.
c. Kawasan rawan angin puting beliung
Kawasan yang rawan terjadi angin puting beliung adalah di Kecamatan
Situjuan Limo Nagari, Payakumbuh, dan Lareh Sago Halaban (Pokja AMPL
Kabupaten Lima Puluh Kota, 2012).
Pada Kabupaten Lima Puluh Kota salah satu kawasan yang sering dilanda
banjir adalah Kecamatan Pangkalan Koto Baru yang terdapat beberapa nagari
yang menjadi kawasan berpotensi terjadinya banjir, salah satunya adalah Nagari
Gunung Malintang. Seperti yang dapat diketahui dari hasil wawancara yang
dilakukan pada tanggal 08 Maret 2019 dengan Ibu Eli Marlina,A.Md selaku
sekretaris nagari yang menyatakan bahwa bencana banjir besar yang terjadi di
nagari Gunung Malintang dalam rentang waktu tahun 2000- tahun2017 sudah
beberapa kali terjadi seperti pada tahun 2000, 2005, 2006, 2010, 2012, 2015,
2016 dan tahun 2017. Dalam kejadian banjir tahun 2017 ini kondisi kerusakan
yang dialami oleh masyarakat nagari Gunung Malintang seperti yang tergambar
pada tabel 1.1
5
Dan kondisi kerusakan yang diakibatkan oleh bencana banjir dapat terlihat
pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Kerusakan yang terjadi di Nagari Gunung Malintang
No
Kategori
Kerusakan
Jorong Yang Terkena Banjir
Jumlah Batu
Belah
Lubuk
Ameh
Bancah
Lumpur
Koto
Lamo
Koto
Mesjid
Balik
Bukik
1 *Rusak
Parah
15 - - - 1 2 18
2 *Rusak
Sedang
62 6 13 2 37 9 129
3 *Rusak
Ringan
84 - 46 2 22 33 187
Sumber: Data Bencana Banjir Tahun 2017 Nagari Gunung Malintang
Kecamatan Pangkalan Koto Baru
Pada tabel 1.1 diketahui bahwa kerusakan yang terjadi dapat dikategorikan
menjadi 3 yaitu rusak parah yang berjumlah 187 kerusakan, rusak sedang yang
berjumlah 129 kerusakan dan rusak parah yang berjumlah 18 kerusakan. Kerugian
yang dialami masyarakat Nagari Gunung Malintang diperkirakansekitar Rp 4,7
Miliar (Dokumen Nagari Gunung Malintang mengenai Data Banjir Tahun 2017).
Dan untuk data mengenai jumlah korban ataupun kerugian yang dialami
oleh masyarakat Gunung Malintang tergambar dalam tabel 1.2 .
6
Tabel 1.2
Data Bencana Banjir Nagari Gunung Malintang Tahun 2017
NO
Uraian
Jorong yang Terkena Bencana Banjir
Batu
Belah
Lubuk
Ameh
Bancah
Lumpur
Koto
Lamo
Koto
Mesjid
Balik
Bukik
Jumlah
1 Jumlah
Rumah
Rusak
161 6 69 4 63 8 347
2 Jumlah KK
yang
menjadi
korban
banjir
176 7 81 7 68 49 388
3 Jumlah Jiwa
yang
menjadi
korban
banjir
747 27 316 21 278 170 1559
4 Jumlah
Kolam yang
rusak
102 1 26 2 - 15 146
5 Jumlah
Warung
yang rusak
13 2 9 - 13 11 48
6 Jumlah
Sawah yang
rusak
7 Ha - 20 Ha 7 Ha 30 Ha 15 Ha 79 Ha
Sumber: Data Bencana Banjir Tahun 2017 Nagari Gunung Malintang Kecamatan
Pangkalan Koto Baru
Dari Tabel 1.2 dapat terlihat bahwa bencana banjir pada tahun 2017 di
Nagari Gunung Malintang ini menimbulkan berbagai kerugian seperti rumah
menjadi rusak, kolam rusak, warung rusak dan juga sawah yang ikut rusak. Dari
tabel 1.2 dapat diketahui bahwa rumah yang rusak akibat dari bencana banjir
berjumlah 347, dari jumlah total 1.830 KK di Nagari Gunung Malintang (Profil
Nagari Gunung Malintang) KK yang menjadi korban dari banjir berjumlah 388
keluarga, sedangkan dari jumlah total penduduk Nagari Gunung Malintang yang
7
berjumlah 6.917 jiwa (profil Nagari Gunung Malintang) jumlah individu yang
menjadi korban banjir berjumlah 1436 jiwa. Selain dari perumahan banjir tersebut
juga membuat kerusakan pada kolam (tempat budidaya ikan), warung (kedai/
tempat usaha masyarakat) dan juga persawahan (lahan pertanian) milik
masyarakat. Dari ke-enam jorong yang terkena dampak banjir tersebut yang
paling besar terkena dampak adalah jorong Batu Belah karena dari jumlah total
KK 364 yang menjadi korban banjir mencapai 176 KK dan jorong Bencah
Lumpur dari jumlah total KK 98 yang menjadi korban banjir mencapai 81 KK.
Oleh sebab itu, untuk dapat mengurangi kerusakan/kerugian yang
diakibatkan oleh banjir, diperlukannya rencana penanggulangan dan mitigasi
bencana banjir di Nagari Gunung Malintang ini. Dalam Undang-undang Republik
Indonesia nomor 24 tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana disebutkan
bahwa, pemerintah dan pemeritah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Berdasarkan undang-undang tersebut
dapat diketahui bahwa pemerintah daerah dalam hal ini pemerintahan Nagari
Gunung Malintang juga ikut bertanggung jawab dalam hal penanggulangan
bencana.
Pemerintah Nagari Gunung Malintang sudah melakukan beberapa upaya
mitigasi bencana banjir sebelum kejadian bencana banjir pada tahun 2017 seperti
yang disebutkan oleh Ibu Eli Marlina A,Md (Sekretaris Nagari Gunung
Malintang) yaitu yang pertama dengan melaksanakan sosialisasi tentang mitigasi
bencana banjir yang dihadiri oleh masyarakat Nagari Gunung Malintang.Namun
dari data bencana banjir pada tahun 2017 dapat diketahui bahwa setelah
8
melakukan mitigasi bencana banjir tersebut kerugian yang dialami oleh
masyarakat Nagari Gunung Malintang masih cukup besar, sehingga setelah
kejadian banjir pada tahun 2017 tersebut pihak pemerintahan nagari kembali
melakukan upaya-upaya mitigasi bencana banjir seperti yang dapat peneliti
ketahui dari hasil observasi awal yang dapat berupa pembuatan geronjong pada
tepian sungai dan juga tetap memberikan larangan buang sampah pada aliran
sungai serta sosialisasi mengenai bencana banjir.
Pada awal tahun 2019 ini tepatnya pada bulan Januari terjadi kenaikan aliran
air pada sungai namun bisa tertahan oleh geronjong yang berada pada tepian
sungai sehingga air tidak sampai pada pemukiman warga. Dari kejadian tersebut
dapat diketahui bahwa pemerintah nagari telah melakukan upaya mitigasi
sehingga dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir. Namun dari
wawancara yang telah dilakukan dengan sekretaris nagari belum dapat diketahui
secara mendalam bagaimana cara pemerintahan nagari dalam melakukan upaya
penanggulangan bencana selain yang telah disebutkan sebelumnya untuk dapat
mengurangi potensi kerugian yang ditimbulkan oleh banjir ini setelah kejadian
bencana banjir pada tahun 2017 tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
mendalami tentang upaya pemerintahan Nagari Gunung Malintang dalam rangka
melakukan mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung Malintang, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru.
9
1.2 Rumusan Masalah
Dengan dilakukannya beberapa upaya mitigasi oleh pemerintahan Nagari
Gunung Malintang seharusnya dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh
banjir, namun berdasarkan data bencana banjir tahun 2017dapat diketahui bahwa,
dengan beberapa upaya mitigasi tersebut kerugian yang dialami masih cukup
besar. Oleh karena itu, pemerintah nagari melakukan upaya mitigasi setelah
kejadian banjir pada tahun 2017 sehingga pada bulan Januari 2019 kerugian banjir
berkurang dikarenakan air dapat tertahan oleh bronjong yang ada ditepian sungai
sehingga air tidak meluap. Sehingga untuk mengetahui lebih dalam mengenai
upaya mitigasi yang dilakukan oleh pemerintahan nagari Gunung Malintang,
rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana cara pemerintah Nagari
Gunung Malintang dalam melakukan upaya mitigasi bencana banjir untuk dapat
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemerintahan nagari dalam
melakukan mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung Malintang.
1.4 Manfaat Peneltian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
menambahkan ilmu dan wawasan bagi civitas akademika dalam memperluas
10
wawasan kajian sosiologi lingkungan dan sosiologi pemberdayaan
masyarakat, khususnya yang mengkaji tentang kebencanaan.
2. Secara praktis, dapat memberikan masukan tentang mitigasi bencana banjir
baik itu untuk pemerintah nagari maupun masyarakat umum yang ada di
Nagari Gunung Malintang serta dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti
selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional yang dikemukakan
oleh Talcot Parson yang merupakan seorang ahli sosiologi yang mengembangkan
dan mengkaji teori struktural fungsional. Dimana struktural fungsional merupakan
suatu teori yang mengkaji tentang unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada
didalam masyarakat sesuai dengan sistemnya masing-masing. Pendekatan yang
digunakannya adalah mengidentifikasi persyaratan fungsional yang pokok dalam
sistem tertentu.
Talcot Parson mengembangkan konsep peran dengan mendiskusikannya
dalam hubungan dengan variabel-variabel yang menunjuk pada organisasi dalam
tindakan hubungan interaksi yang membedakan dua dimensi peran yaitu hak dan
kewajiban. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang yang
merupakan tanggung jawab suatu peran.
Struktural fungsional Talcot Parson ini akan dimulai dengan empat fungsi
penting untuk semua sistem yang harus dipenuhi oleh sistem yang dikenal dengan
skema AGIL. Skema AGIL dikenal untuk menganalisa persyaratan-persyaratan
fungsional dalam semua sistem sosial yang dikembangkan sebagai
berikut(Johnson, 1986):
1. Adaptation (Adaptasi) adalah sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal dan internal yang dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
11
12
masyarakat dan lingkungan. Sistem sosial dalam menghadapi lingkungan
terbagi atas dua dimensi permasalahan, yaitu: pertama, suatu penyesuaian
dari sistem itu terdapat tuntutan kenyataan yang keras dan tidak dapat
dirubah, terdapat dalam lingkungan. Kedua, proses transformasi aktif dari
situasi yang dapat di manipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan.
2. Goal Attainment adalah sebuah sistem yang harus mengidentifikasikan dan
mencapai tujuan utama yang diaharapkan. Parson tidak memperhatikan
tujuan secara individu akan tetapi memperhatikan tujuan bersama para
anggota dalam suatu sistem sosial. Pencapaian tujuan adalah sejenis
kulminasi tindakan secara intrinsik memuaskan dengan mengikuti kegiatan-
kegiatan penyesuaian persiapan. Untuk mencapai tujuan harus meliputi
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari sekian
banyak tujuan.
3. Integration yaitu sebuah sistem yang harus mengatur antara bagian satu
dengan bagian yang lain, yang menjadi komponennya atau saling
berinteraksi. Sistem tersebut akan berfungsi secara efektif, jika masyarakat
mempunyai sifat solidaritas dan kerelaan untuk bekerjasama.
4. Laten Pattern yaitu sebuah sistem yang harus dijaga supaya tidak terjadi
kekacauan dan para anggota dari sistem tersebut tidak lagi salah bertindak
yang tidak sesuai dengan sistem yang ada. Maka sebuah sistem harus
melengkapi, memelihara, dan memperbaiki situasi kehidupan sosial, baik
berupa motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
13
Skema AGIL merupakan kerangka untuk menganalisis sistem tindakan
sosial yang bermula pada tipe ketegangan yang terlihat pada ketidaksesuaian
keadaan suatu sistem dengan kenyataan yang diinginkan. Sehingga merangsang
penyesuaian diri dari suatu tujuan serta semangat dorong yang diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan melalui tahap penyesuaian terhadap suatu situasi yang
terjadi dan adanya solidaritas dalam kehidupan sosial atau integration. Maka
skema AGIL bertujuan untuk menjelaskan bahwa didalam sistem para anggota
dari sistem masyarakat mempunyai fungsi yang saling berkaitan dan
menjalankan tugas masing-masing yang sesuai dengan peran dan status(Saebani,
2016).
Pemilihan teori ini untuk digunakan dalam penelitian ini dikarenakan
untuk melihat fungsi dari masing-masing subsistem pada tingkat pemerintahan
nagari dalam melakukan upaya mitigasi bencana banjir, seperti sumber dana dan
alokasi dana mitigasi, bentuk kegiatan yang dilakukan dalam upaya mitigasi, apa
tujuan dari kegiatan mitigasi tersebut dilakukan, aturan-aturan yang dibuat agar
tujuan dapat tercapai.
2.2 Penjelasan Terkait Penelitian
2.2.1 Peraturan Mengenai Penanggulangan Bencana
Ada beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam melakukan
penanggulangan bencana seperti yang terdapat pada buku Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman
14
Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana yang disusun oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BPBD), yaitu :
1.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Indonesia Nomor
4723).
2.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828).
3.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829).
4.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman
Umum Mitigasi Bencana pasal 2 yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah
dalam melakukan mitigasi bencana dilakukan secara berjenjang melalui struktur
kelembagaan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana, Satuan
Pelaksana Penanganan Bencana, Unit Operasi Penanganan Bencana dan Kepala
Desa/Lurah.
5.Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2012 tentang pedoman umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana pasal 1 yang
menyebutkan Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana merupakan panduan
15
bagi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengembangan
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
2.2.2 Penyebab Bencana Banjir
Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab, yaitu: 1). Faktor
alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi, topografi dan geofisik sungai,
kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, penurunan tanah, kerusakan
bangunan pengendali banjir, dan sebagainya; 2). Faktor manusia antara lain
perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, kawasan kumuh disepanjang
sungai, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, dan sebagainya.
Kedua faktor tersebut dapat terjadi secara bersama-sama yang dapat membuat
banjir menjadi sangat merugikan(Siswoko, 1985).
Terjadinya banjir juga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Pertama, curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama. Kedua, terjadinya
hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan
puncaknya volume air yang mengalir di sungai. Ketiga, perubahan kondisi lahan
pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah dan hilir akibat adanya
penebangan hutan, pengembangan pemukiman, industri dan lain-lain. Keempat,
terjadinya penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara
berlebihan terutama di daerah perkotaan. Kelima, perubahan penggunaan lahan
dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan menjadi permukiman yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Keenam, pembangunan drainase
yang tidak memperhitungkan kondisi lahan. Ketujuh, adanya kebiasaan
16
masyarakat yang membuang sampah pada ke saluran drainase dan sungai
mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan alur sungai serta menghambat
aliran (Departemen RI, 2007).
2.2.3 Dampak Bencana
Ada beberapa dampak yang diakibatkan oleh terjadinya bencana yaitu :
1. Kematian, trauma fisik maupun kejiwaan, timbulnya pengungsi, kehilangan
dan tercerainya sanak keluarga, human trafficking, hilangnya harta benda,
serta hilangnya harapan dan masa depan yang lebih baik.
2. Dampak terhadap perekonomian masyarakat, diantaranya adalah dapat
menyebabkan rusak dan hancurnya infrastruktur seperti jalan raya, jembatan,
saluran irigasi, bendungan, lapangan terbang, pelabuhan, pasar, rumah sakit,
pertanian, perkebunan, pemukiman penduduk, listrik, PDAM, dan saluran
telekomunikasi.
3. Politik dan keamanan. Dampak bencana dapat menimbulkan ketidakamanan
karena apabila penanggulangan pengungsi berjalan tidak baik akan
mengakibatkan gejolak ketidakpuasan, pencurian dan penjarahan. Keadaan
ini dapat digunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk
menciptakan situasi politik yang tidak kondusif.
4. Lingkungan hidup. Bencana alam dapat menimbulkan kerusakan pada
lingkungan (Tjandra, 2017).
Selain dampak-dampak tersebut, terjadinya bencana juga menimbulkan
dampak psikologi seperti kecemasan, ketakutan dan tekanan(Ifdil & Ghani, 2017).
17
2.2.4 Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi banjir dapat terbagi atas dua yakni mitigasi secara aktif dan
mitigasi secara pasif. Mitigasi bencana banjir secara aktif dapat dilakukan dengan
disusunnya manajemen pengendalian banjir untuk memperkecil dampak negatif
dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan
lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.(Hermon, 2012). Prinsip-
prinsip yang harus dilakukan untuk melakukan mitigasi bencana banjir secara
aktif (BNPB, 2008), antara lain:
1.Menahan air sebesar mungkin dihulu dengan membuat waduk dan konservasi
tanah dan air.
2.Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur resapan
dan menyediakan daerah terbuka hijau.
3.Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di daerah
retensi.
4.Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga kapasitas
wadah air.
5.Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.
18
Tahap –tahap mitigasi aktif bencana banjir terdapat tiga tahap yaitu:
1.Tahap sebelum terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi
ancaman bahaya banjir meliputi: (1) Penyebarluasan peraturan perundangan-
undangan atau informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah banjir.(2)
Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus.(3) Optimasi
pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir.(4) Penyebarluasan
informasi daerah rawan banjir, bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
2.Tahap saat terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemantauan tinggi muka air dan debit
air pada setiap titik pengamatan (2) Evakuasi penduduk sesuai dengan prosedur
(3) memberikan bantuan kepada penduduk.
3.Tahap setelah terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) pemulihan kembali pemukiman
penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.(2)
Pengembalian penduduk ke tempat semula.(3) Pengamatan, pendataan kerugian,
dan kerusakan banjir.(Hermon, 2012)
19
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan bagian penguraian tentang beberapa pendapat
atau penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Dibawah ini penulis akan mengemukakan hasil-hasil studi yang dirasa perlu dan
relevan dengan penelitian penulis antara lain :
Pertama, Kurnia Rahmawati (2017) yang berjudul Partisipasi Masyarakat
Dalam Upaya Mitigasi Bencana Banjir Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan
Jebres Kota Surakarta Tahun 2017. Tujuan penelitiannya adalah untuk
mengetahui: (1) bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi bencana
banjir di Kel. Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta Tahun 2017. (2) tingkat
partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi bencana banjir di Kel. Pucangsawit,
Kec. Jebres, Kota Surakarta Tahun 2017. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah (1) bentuk partisipasi masyarakat berbentuk ide atau mengeluarkan
pendapat termasuk dalam kategori sangat aktif, dalam bentuk sumbangan
keuangan termasuk juga kategori sangat aktif, dan bentuk dalam bentuk tenaga
termasuk dalam kategori sangat aktif, (2) Pengetahuan RW 11 dalam kategori
tinggi, RW 13 dalam kategori sedang, dan RW 9 dalam kategori rendah, tingkat
perasaan RW 13 dalam kategori tinggi, RW 9 dalam kategori sedang, dan RW 11
dalam kategori rendah, kemudian dalam upaya pengurangan dampak banjir
dikategorikan sangat setuju, RW 9 dalam kategori tinggi, RW 11 dalam kategori
sedang, dan RW 13 dalam kategori rendah.(Rahmawati, 2017)
20
Kedua, Alfian Fahrur Lukito (2014) yang berjudul Mitigasi Bencana Banjir
Di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Suko Harjo. Tujuan penilitian ini
adalah mengkaji dan mendiskripsikan 1) Bentuk – bentuk mitigasi struktural
bencana banjir di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.2)
Mitigasi non-struktural bencana banjir di daerah penelitian tersebut.3) Tingkat
Kesiapan Organisasi Penanggulangan banjir terhadap bencana banjir di Desa
Ngrombo, Kecamatan Baki,Kabupaten Sukoharjo. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa: 1) bentuk-bentuk mitigasi struktural yang terdapat pada
Masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo adalah
pembangunan Tanggul-tanggul di bantaran sungai Bengawan Solo yang di buat
oleh Pemerintah, Pengerukan muara sungai dan pembersihan saluran-saluran air
oleh masyarkat Desa yang bekerja sama dengan Pemerintah yang dilakukan
secara rutin dalam upaya mengurangi resiko bencana banjir. 2) Bentuk-bentuk
mitigasi nonstruktural yang terdapat pada Masyarakat Desa Ngrombo yaitu
penyadaran tentang Mitigasi bencana banjir dalam bentuk sosialisasi terhadap
Masyarakat untuk meminimalisir dampak atau resiko bencana banjir jika sewaktu-
waktu terjadi bencana banjir di Desa Ngrombo. 3) tingkat kesiapan Organisasi
Masyarakat dalam mitigasi bencana dinilai baik. Dilihat dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa Organisasi tersebut siap dalam menghadapi bencana.
Pengetahuan dan kesiapsiagaan yang dimiliki dapat dikatakan mampu
menghadapi bencana banjir jika sewaktu-waktu melanda Desa Ngrombo.(Lukito,
2014)
21
Ketiga, Andi Muchlis (2017) dengan judul penelitian Analisis
Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Kabupaten Soppeng. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dalam menanggulangi resiko bencana banjir di Kecamatan Ganra
Kabupaten Soppeng dan untuk mengetahui hubungan kerjasama pemerintah
daerah dengan masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana banjir di
Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peranan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
menjalankan setiap penanggulangan secara tepat dan lebih baik yaitu
penanggulangan bencana dilakukan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan. Adanya koordinasi yang baik dengan instansi/dinas terkait sebagai upaya
penanggulangan bencana yang disadarkan pada koordinasi yang baik dan saling
medukung, serta dalam penanggulangan bencana harus melibatkan berbagai pihak
secara seimbang. Kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi
resiko bencana banjir telah terjalin dengan baik sebagaimana diketahui
masyarakat ikut berpartisipasi dalam ikut penyuluhan/sosialisi dengan membentuk
forum kewaspadaan dini masyarakat Kecamatan Ganra yang dilakukan oleh pihak
Kecamatan Ganra bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
ataupun instansi/dinas terkait lainnya dan masyarakat juga ikut membantu serta
mendukung peran pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana banjir yang
terjadi.(Muchlis, 2017)
Beberapa penelitian diatas memiliki kesamaan dimana sama-sama meneliti
tentang mitigasi bencana banjir. Namun pada penelitian-penelitian tersebut
22
cenderung meneliti dan menguraikan tentang mitigasi yang dilakukan oleh
beberapa pihak yakni yang pertama mitigasi dari pihak masyarakat, yang kedua
dari pihak organisasi masyarakat untuk penanggulangan bencana dan yang ketiga
dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Pada penelitian
terkait belum di jelaskan secara khusus tentang mitigasi yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah, sehingga pada penelitian ini mengkaji upaya pemerintahan
daerah khususnya pemerintahan nagari dalam melakukan mitigasi bencana banjir.
23
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian
Penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana pendekatan
kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan)
dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian
tidak menganalisis angka-angka (Afrizal, 2014). Format penelitian yang
digunakan adalah format deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, situasi ataupun variabel tertentu(Bungin, 2011).
Pendekatan kualitatif, berupaya memahami dan menganalisis fenomena-
fenomena atau gejala yang sedemikian rupa dan tidak mungkin dilakukan dengan
pengukuran untuk memahami gejala sosial yang terjadi. Menurut Moleong (2013)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik yaitu (1)
pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat dan kata-kata dipertentangkan dalam
penelitian kualitatif (2) konteks menentukan dan menetapkan apakah suatu
penemuan mempunyai makna dari tindakan yang dilakukan atas realitas sosial (3)
penelitian kualitatif bersumber kepada segi alamiah yang bertentangan kepada
ilmiah (4) ) struktur nilai kontekstual bersifat determinative atas apa yang dicari
dan dianalisis dan (5) penelitian kualitatif tidak mengutamakan pada perhitungan
dalam analisis (Garna & Judistira, 1999).
23
24
Menurut Cresswel (1995), pendekatan kualitatif mengarahkan kepada
penerimaan informasi yang bersifat subyektif dan historis untuk memahami dan
mengeksplorasi terhadap realitas sosial. Penelitian ini menggunakan dan
mengungkapkan atas realitas sosial dengan strategi studi kasus untuk memahami
situasi yang unik selama proses di lapangan dan kemudian mengidentifikasikan
dan menganalisis dengan cara menggali informasi sebanyak mungkin atas tujuan
penelitian. Kasus yang dipelajari bersifat bervariasi dalam memahami gejala atau
peristiwa sosial yang terjadi seperti kelompok, individu, kelembagaan, periode
waktu, yang dianalisis secara dalam dan menyeluruh (holistik). Penelitian
kualitatif juga mengacu kepada empirik (Garna & Judistira, 1999), bermaksud
untuk mengamati tentang kehidupan manusia atas tindakan dan pola sikap
manusia sebagai makhluk sosial. Penelitian kualitatif mengarahkan kepada
individu sebagai asumsi yang memiliki makna untuk melakukan aktivitas.
Menurut Strauss dan Corbin (2003 dalam(Afrizal, 2014)), ada dua alasan
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu : pertama, terbiasa
menggunakan penelitian dengan metode tersebut. Kedua, sifat dari masalah yang
diteliti membutuhkan metode ini. Selain dua alasan tersebut dalam pemilihan
metode penelitian kualitatif menelaah teori-teori dan pandangan terhadap ilmu
yang mendasari metode penelitian kualitatif juga diperlukan. Oleh sebab itu,
alasan-alasan pemilihan metode pemilihan kualitatif dapat dikelompokkan
menjadi dua hal yaitu: pertama, esensi data yang dikumpulkan dan dianalisis.
Kedua, pertimbangan teoritis dan pandangan terhadap ilmu (Afrizal, 2014).
25
3.2 Informan Penelitian
Informan penelitian ditujukan kepada seseorang yang memberikan informasi
atau hal-hal yang ada diluar diri peneliti. Sejalan dengan itu, (Afrizal, 2014)
mengungkapkan bahwa informan penelitian merupakan orang yang memberikan
informasi mengenai kejadian yang dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain
dengan tujuan untuk menjawab tujuan penelitian. Informan penelitian bukan saja
sebagai objek dalam memberikan informasi terkait dengan penelitian apa yang
ada diluar individu atau diri sendiri melainkan sebagai subjek dalam memberikan
sumber data penelitian dengan tujuan untuk menjawab masalah yang diteliti
(Irwan, 2015).
Penarikan informan dalam pendekatan kualitatif terdapat tiga mekanisme
penelitian yaitu, mekanisme purposive sampling, kuato dan bola salju
(snowballing) (Bungin, 2011). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
mekanisme atau teknik purposive sampling. Teknik ini peneliti menentukan
informan berdasarkan pertimbangan tertentu dan kriteria yang menjadi
pertimbangan tersebut relevan dengan tujuan penelitian.Kriteria yang dipilih
dalam penelitian ini sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman peneliti dan yang
diteliti. Sehingga informasi tersebut menjadi valid atas pertimbangan yang telah
ditentukan.
Kriteria yang menjadi pilihan penelitian ini yaitu :
1. Pihak pemerintah Nagari Gunung Malintang.
26
2. Masyarakat dari jorong yang terkena dampak paling besar akibat bencana
banjir (Jorong Batu Belah dan Jorong Bancah Lumpur) pada kejadian banjir
pada tahun 2017.
3. Pihak yang membantu Nagari Gunung Malintang dalam melakukan mitigasi
bencana banjir.
Berikut adalah data informan penelitian yang terkait dengan upaya mitigasi
bencana banjir di Nagari Gunung Malintang:
27
Tabel 3.1
Data Informan Terkait Penelitian Upaya Mitigasi Banjir
di Nagari Gunung Malintang
NO Nama Jenis
Kelamin
Umur Alasan Penelitian
1. Wido Putra,A.Md Laki-laki 31 Wali Nagari
Gunung Malintang
2. Eli Marlina,A.Md Perempuan 40 Sekretaris Nagari
3. Ariffadilah Laki-laki 50 Kabid Pencegahan
dan Kesiapsiagaan
BPBD Kab.50 Kota
4. Sukses Laki-laki 42 Wali Jorong Batu
Belah
5. Robby Laki-laki 28 Wali Jorong
Bancah Lumpur
6. Nurdin Laki-laki 69 Masyarakat Jorong
Bancah Lumpur
yang menjadi
korban banjir tahun
2017
7. Anit Perempuan 52 Masyarakat Jorong
Batu Belah yang
menjadi korban
banjir tahun 2017
8. Hengki Irawan Laki-laki 36 Anggota Bamus
9. Nando Laki-laki 34 Kaur Pembangunan
10. Ama Perempuan 55 Masyarakat Batu
Belah
11. Iyuk Perempuan 52 Masyarakat Batu
Belah
12. Incik Perempuan 46 Masyarakat Bancah
Lumpur
13. Jendri Laki-laki 37 LPM Nagari
Gunung Malintang
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui mengenai data informan penelitian
yang dipilih berdasarkan kriteria informan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya.
28
3.3 Jenis Data
Data penelitian dilakukan atas dua jenis data yaitu jenis data primer dan
sekunder.
3.3.1 Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama di lapangan (Bungin, 2011). Data ini diperoleh melalui metode
pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara mendalam(prosedur metode
pengumpulan data ) selama di lapangan sehingga mendapatkan data yang valid.
Data primer yang peneliti peroleh pada saat penelitian adalah berupa hasil
wawancara mendalam yang peneliti lakukan dengan informan penelitian, gambar-
gambar (dokumentasi mengenai kondisi sungai Mahat saat ini, pemukiman
penduduk ditepian sungai, upaya-upaya pemerintah nagari yang telah terlaksana)
yang peneliti dapatkan melalui hasil dari observasi.
3.3.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder (Bungin, 2001).Data ini terkait dengan data yang diperoleh melalui data
dokumen untuk memperkuat data primer selama proses penelitian berlangsung.
Data sekunder terdapat pada bab empat sebagai lokasi penelitian dan
menggambarkan tentang kondisi umum mengenai lokasi penelitian. Selain itu,
data sekunder yang peneliti dapatkan adalah dokumen-dokumen. Dokumen ini
dapat berupa data-data mengenai kejadian banjir di Nagari Gunung Malintang dan
RPJM Nagari yang didapatkan di kantor Wali Nagari Gunung Malintang maupun
di BPBD 50 Kota, yang akan peneliti gunakan untuk memperkuat data yang telah
29
peneliti dapatkan pada saat penelitian. Dokumen ini juga dapat berupa jurnal-
jurnal ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang didapatkan dengan
studi kepustakaan. Dokumen yang peneliti dapatkan pada saat penelitian yaitu:
data bencana alam dan non alam Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2011-2019, Laporan Bencana Alam tahun 2012
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Laporan
Bencana Alam Bulan Februari Tahun 2015 Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan Mei Tahun
2015 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota,
Laporan Bencana Alam Bulan Februari Tahun 2016 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan
Maret Tahun 2017 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan November Tahun 2018 Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota serta RPJM Nagari
Gunung Malintang Tahun 2016-2021.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian sangat berhubungan dengan prosedur, teknik, alat dan
desain yang akan digunakan seorang peneliti. Ketika menggunakan penelitian atau
pendekatan kualitatif maka kita akan menganalisis apa saja yang akan dijadikan
sebagai pisau atau prosedur, alat dan teknik yang akan dialokasikan. Untuk itu, si
peneliti menggunakan sejumlah metode yang akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Desain penelitian sangat berpengaruh kepada pendekatan penelitian
yang akan digunakan. Begitu juga prosedur, teknik dan alat penelitian harus cocok
30
dengan metode penelitian yang akan menjadi dasar penelitian tersebut. Metode
pengumpulan data pada penelitianini yaitu menggunakan data pengamatan atau
observasi, wawancara mendalam (indept-interview) dan studi dokumen.
1. Pengamatan atau Observasi
Teknik observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh si peneliti
dengan melalui pengamatan secara langsung tentang objek yang diteliti. Teknik
pengamatan salah satu cara mendapatkan data di lapangan dengan mengunjungi
lokasi penelitian untuk mengamati fenomena dan kebiasan yang dilakukan oleh
masyarakat untuk bisa melakukan tindakannya. Nasution (1988) menyatakan
observasi atau pengamatan merupakan pokok dasar dari bidang ilmu pengetahuan
(Sugiyono, 2012). Observasi yang dilakukan untuk mengetahui secara langsung
masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik mengenai perilaku
maupun tindakan seseorang dan observasi dapat mempelajari tentang perilaku dan
makna dari perilaku tersebut.
Observasi pada penelitian ini menggunakan observation non participant,
yang merupakan metode observasi dimana observer tidak ambil bagian dalam
aktivitas observe (Hasanah, 2016). Metode ini akan mendapatkan data berupa data
primer yang menggambarkan dan menganalisis tujuan dari pada penelitian atau
masalah penelitian. Peneliti melakukan observasi ini untuk mendapatkan data
primer yang didapatkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung di
Nagari Gunung Malintang, seperti rumah-rumah masyarakat yang berada di
sekitar sungai, keadaan sungai Mahat saat ini, serta bentuk hasil dari upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah nagari seperti pembuatan bronjong ditepian
31
sungai yang juga dapat mengetahui dimana letak bronjong tersebut dan
penanaman pohon di tepian sungai Mahat yang juga peneliti dapat mengamati
pohon apa saja yang ditanam di tepian sungai Mahat tersebut. Observasi ini
peneliti lakukan dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian yang berada
di Nagari Gunung Malintang serta melakukan pengamatan pada lokasi tersebut.
2. Wawancara Mendalam (Indept-Interview)
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan untuk membicarakan
pokok permasalahan yang akan dijadikan sebagai data dalam menganalisis dan
membuat laporan penelitian. Pengumpulan data wawancara dilakukan sebagai
informasi secara mendalam mengenai cara-cara atau upaya pemerintahan nagari
Gunung Malintang dalam melakukan mitigasi bencana banjir.Wawancara yang
dilakukan untuk saling menukar informasi dengan mengajukan pertanyaan secara
mendalam.Secara tidak langsung penelitian ini menggunakan wawancara
mendalam atau wawancara tidak berstruktur sebagai pendekatan
kualitatif.Menurut Taylor (1984) menyatakan wawancara mendalam yaitu
wawancara tidak berstruktur dan wawancara dilakukan secara berulang kali antara
pewawancara dengan informan penelitian (Afrizal, 2014).
Wawancara mendalam informan bebas untuk menanyakan informasi yang
terkait dengan aktivitas dan tujuan penelitian. Wawancara mendalam tidak
mengulangkan pertanyaan atas penelitian melainkan menanyakan informasi secara
detil untuk dijadikan analisis dan laporan dalam penelitian ini. Wawancara
mendalam dilakukan tidak hanya satu kali melainkan secara terus-menerus
terhadap permasalahan dan tujuan penelitian.Kegiatan ini dilakukan dengan
32
tujuan untuk mendapatkan data secara valid dan bisa dipertanggungjawabkan oleh
peneliti.Data yang didapatkan dari kegiatan ini berupa data primer yang
didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan
penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Wawancara peneliti lakukan dengan cara mewawancarai secara mendalam
informan penelitian agar mendapatkan informasi yang valid mengenai
permasalahan penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari hasil
wawancara yang peneliti melakukan wawancara pertama pada tanggal 23 Mei
2019 yang dimulai pada jam 10.00 WIB sampai selesai yang bertempat di kantor
Wali Nagari Gunung Malintang, dengan melakukan wawancara yang pertama
dengan ibu Eli Marlina,A.Md yang menjabat sebagai sekretaris nagari dan
selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan bapak Wido Putra, A.Md
selaku wali nagari Gunung Malintang yang juga bertempat dikantor Wali Nagari
Gunung Malintang. Pada tanggal 27 Mei 2019 peneliti melakukan wawancara
dengan satu informan yaitu bapak Ariffadilah yang merupakan Kabid Pencegahan
dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Limapuluh Kota, peneliti melakukan
wawancara di kantor BPBD Kabupaten Limapuluh Kota yang dimulai jam 11.00
WIB sampai selesai. Peneliti melanjutkan wawancara pada tanggal 09 Juni 2019
dengan satu informan yaitu bapak Nurdin selaku salah satu masyarakat Jorong
Bancah Lumpur yang menjadi korban banjir dengan cara mendatangi kediaman
beliau. Pada hari berikutnya tepatnya tanggal 10 Juni 2019 peneliti melakukan
wawancara kembali dengan satu informan yaitu ibuk Anit yang merupakan salah
satu masyarakt Jorong Batu Belah yang menjadi korban banjir. Selanjutnya pada
33
tanggal 11 Juni 2019 peneliti melakukan wawancara dengan dua informan yaitu
yang pertama dengan bapak Sukses selaku kepala jorong Batu Belah dan yang
kedua dengan bapak Robby Dermawan yang menjabat sebagai kepala jorong
Bancah lumpur.
Pada tanggal 14 Juli 2019 peneliti melakukan wawancara kembali dengan
dua informan yaitu ibuk Ama dan Ibuk Iyuk yang beralamat di Jorong Batu. Pada
hari berikutnya yakni pada tanggal 15 Juli 2019 peneliti melakukan wawancara
dengan tiga informan yaitu yang pertama bapak Hengki Irawan selaku Bamus,
yang kedua peneliti melakukan wawancara dengan bapak Nando selaku Kaur
Pembangunan di Kantor Wali Nagari, yang ketiga peneliti melakukan wawancara
dengan bapak Jendri selaku LPM Nagari Gunung Malintang. Pada tanggal 16 Juli
2019 peneliti melakukan wawancara dengan salah satu masyarakat yaitu ibuk
Incik yang beralamat di Jorong Bancah Lumpur.
3. Studi Dokumen
Metode pengumpulan data dokumen untuk melakukan validitas data yang
dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, hasil penelitian, dokumen
lainnya.Pengumpulan data sekunder atau dokumen merupakan pengumpulan data
secara tertulis (Afrizal, 2014). Pengumpulan data dilakukan dalam mencari data
seperti surat kabar, hasil penelitian, buku, majalah dan lain-lain.Data yang
diperoleh beranekaragam terutama buku-buku, jurnal dan hasil penelitian
terdahulu. Penggunaan metode penelitian studi dokumen ini digunakan untuk
mendapatkan data sekunder. Pengumpulan data sekunder ini terkait juga dengan
data masing-masing desa yang menjadi objek penelitian ini terutama dalam
34
mengenai deskripsi wilayah penelitian. Untuk mendapatkan data sekunder ini
dapat dilakukan dengan studi dokumen ke perpustakaan dan ke instansi yang
terkait dengan permasalahan penelitian.
Dokumen ini dapat berupa data-data mengenai kejadian banjir di Nagari
Gunung Malintang dan RPJM Nagari yang didapatkan di kantor Wali Nagari
Gunung Malintang maupun di BPBD 50 Kota, yang akan peneliti gunakan untuk
memperkuat data yang telah peneliti dapatkan pada saat penelitian. Dokumen ini
juga dapat berupa jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian,
yang didapatkan dengan studi kepustakaan. Dokumen yang peneliti dapatkan pada
saat penelitian yaitu: data bencana alam dan non alam Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2011-2019, Laporan Bencana
Alam tahun 2012 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota, Laporan Bencana Alam Bulan Februari Tahun 2015 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan Mei
Tahun 2015 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota, Laporan Bencana Alam Bulan Februari Tahun 2016 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan
Maret Tahun 2017 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota, Laporan Bencana Alam Bulan November Tahun 2018 Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota serta RPJM Nagari
Gunung Malintang Tahun 2016-2021. Dokumen-dokumen tersebut yang telah
peneliti dapatkan dari kantor BPBD Kabupaten Limapuluh Kota dan kantor wali
Nagari Gunung Malintang peneliti gunakan untuk memperkuat data primer yang
35
diperoleh melalui observasi dan wawancara, sehingga dengan adanya dokumen-
dokumen tersebut membuat data menjadi valid.
3.5 Unit Analisis
Unit analisis merupakan satuan yang sangat penting dalam menentukan
subjek atau informan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti (Arikunto,
2010). Unit analisis pada penelitian ini yaitu berupa kelompok. Hal ini
disesuaikan dengan permasalahan penelitian, dimana dalam permasalahan
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pemerintah Nagari Gunung
Malintang dan masyarakat yang menjadi korban banjir yang merupakan suatu
kelompok.
3.6 Analisis Data
Menurut Miles dan Hunberman, analisis data adalah mereduksi data,
menyajikan data dan menarik kesimpulan (Afrizal, 2014). Analisis data yang
dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan alur pemikiran dari pada Miles
dan Huberman, yang dilakukan kegiatan secara bersama.Ini bertujuan memahami
mengenai alur kerja dan memperoleh data yang akurat untuk dijadikan sebagai
karya ilmiah. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
36
Gambar 3.1Hubungan antara Analisis Data Model Milles dan Huberman(Afrizal,
2014)
Pertama, pengumpulan data. Tahap pertama dalam model analisis Milles
dan Huberman adalah pengumpulan data yang didapatkan dari hasil observasi,
hasil wawancara dan berbagai dokumen yang sesuai dengan permasalahan
penelitian yang selanjutnya akan dikembangkan pada tahap selanjutnya. Dalam
tahap ini dilakukan dengan langsung turun ke lapangan lalu melakukan
wawancara dengan informan penelitian untuk dapat memperoleh informasi yaitu
pemerintah nagari Gunung Malintang, pihak BPBD Kabupaten Limapuluh Kota
dan masyarakat yang menjadi korban banjir.
Kedua reduksi data, reduksi data dilakukan dengan memilih dan
memfokuskan pada tujuan penelitian yang penting dicari serta melakukan
penyederhanaan data yang telah dapat dikumpulkan selama proses di lapangan
(Afrizal, 2014). Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan
maknanya dengan istilah pengelolaan data (mulai dari editing, koding, hingga
tabulasi data)(Bungin, 2002). Dimana pada tahap editing, peneliti memperbaiki
kualitas data serta menghilangkan keraguan data. Pada koding (mengkodekan
Penyajian Data Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan
37
data) peneliti memberikan kode pada data yang dapat berupa angka ataupun
kalimat pendek. Sedangkan pada tabulasi data, peneliti memasukkan data kedalam
tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus
dalam berbagai kategori(Nazir, 2009). Dalam hal ini peneliti mencatat semua
informasi yang didapatkan dari informan yang selanjutnya peneliti akan
menyederhanakan kembali dengna cara melakukan pemilahan data yakni
mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan membuang
data yang tidak bersangkutan dengan permasalahan penelitian.
Ketiga, tahap penyajian data. Tahap penyajian data adalah sebuah tahap
lanjutan analisis di mana peneliti menyajikan temuan penelitian berupa kategori
atau pengelompokan(Afrizal, 2014). Pada tahap ini dilakukan pengkategorian atau
pengelompokan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data yang
penting dan tidak penting. Dari data yang ditemukan dilokasi penelitian telah
tersusun dalam bentuk upaya-upaya yang dilakukan pemerintah nagari dalam
melakukan mitigasi banjir.
Keempat, Penarikan kesimpulan. Tahapan ini sebagai titik jenuh yang
telah dilalui pada tahapan pertama dan kedua serta ketiga.Sehingga tahapan
kesimpulan peneliti telah memperoleh makna dari hasil lapangan.Selama
lapangan data diproses melalui veritifikasi dengan membuka kembali hasil catatan
dan melakukan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengujian kebenaran setiap
informasi yang muncul terhadap data yang dipilih dari lapangan dengan cara
mengecek kembali semua sumber dari ketiga metode pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara dan studi dokumen. Apabila hasil dilapangan di lapangan
38
cocok dan sesuai dengan tiga metode tersebut dan memperkuat atas kesimpulan
data untuk mendeskripsikan bagaimana upaya pemerintah nagari dalam
melakukan mitigasi banjir maka penelitian siap dihentikan.
3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Nagari Gunung Malintang (khususnya Jorong
Batu Belah dan Jorong Bancah Lumpur yang terkena dampak banjir paling besar),
Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota. Pemilihan lokasi
penelitian ini dilakukan atas pertimbangan Nagari Gunung Malintang merupakan
salah satu nagari yang menjadi kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan
Pangkalan Koto Baru dan mengalami kerugian yang besar akibat dari bencana
banjir.
3.8 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal Proses Penelitian
Kegiatan Mei Juni Juli Oktober
Penelitian
Bimbingan skripsi
Ujian Skripsi
Wisuda
Sumber: Peneliti Sebagai Jadwal Penelitian, 2019
Jadwal peneliti untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini dapat terlihat
pada tabel 3.2 dimana, pada bulan Mei hingga bulan Juli peneliti melakukan
penelitian yang terkait masalah penelitian selanjutnya, pada bulan Juni peneliti
melakukan bimbingan skripsi terkait dari data yang didapatkan pada saat
melakukan penelitian sehingga pada bulan Juli peneliti dapat melakukan ujian
skripsi dan dapat wisuda pada bulan Oktober.
39
3.9 Definisi Operasional Konsep
1. Mitigasi Bencana
Mitigasi merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak kerugian akibat bencana, dengan cara melakukan
pembangunan fisik ataupun meningkatkan kesadaran serta kemampuan
menghadapi ancaman bencana(Tjandra, 2017).
2. Pemerintah Nagari
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki
batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat
Minangkabau (Adat basandi Syarak, Syarak basandi) dan atau
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat(Zainuddin, 2014).
3. Banjir
Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan
tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga
melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam
jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia.
Banjir sering dikenal dalam 2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah
yang biasanya kering atau bukan rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya
limpahan air dari alur sungai yang disebabkan karena debit pada sungai
melebihi kapasitas pengalirannya (Siswoko, 1985).
40
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Deskripsi lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang daerah dimana penelitian dilakukan. Gambaran daerah penelitian sebagai
penunjang bagi pembahasan hasil penelitian, oleh karena itu deskripsi lokasi
penelitian merupakan gambaran awal dari hasil penelitian secara keseluruhan.
Adapun penelitian ini dilakukan di Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota.
4.1 Sejarah Nagari
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan mengenai sjarah pemerintahan
nagari beserta struktur organisasi Nagari Gunung Malintang berdasarkan
dokumen yang peneliti peroleh saat melaksanakan penelitian yaitu RPJM Nagari
Gunung Malintang tahun 2016-2021 yang diperoleh dari kantor wali nagari.
4.1.1 Sejarah Pemerintahan Nagari
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan mengenai sejarah pemerintahan
Nagari Gunung Malintang dari awal terbentuknya nagari ini sampai pemerintahan
saat ini. Gunuang Malintang pada awalnya tercatat 2 (dua) wilayah dikepalai oleh
Tuak Ongku dan 4 (empat) orang Wali Nagari. Kemudian berdasarkan kebijakan
Pemerintah Pusat, Pemerintahan Nagari diubah menjadi Desa dan kemudian
kembali lagi ke Nagari pada Tahun 2000 sampai sekarang(“RPJM Nagari Gunung
Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.).
Sejarah Pemerintahan Nagari :
40
41
Tabel 4.1
Sejarah Periode Pemerintah Nagari Gunuang Malintang
No Periode Nama Kepala Desa /
Wali Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1931 – 1946
1946 – 1954
1954 – 1966
1966 - 1970
1970 – 1975
1975 – 1980
1980 – 1985
1985 – 1990
1985 – 1990
1985 – 1990
1985 – 1990
1990 – 1997
1990 – 1997
1997 – 2000
1997 – 2000
1997 – 2000
2000 – 2007
2007 - 2008
2008 – 2014
2014 – 2016
2016 –
Sekarang
Lahat
Kasat
Khatib Sii
Kamui
Suhaili Gindo Tan Ameh
Johor
Johor
Nurman Jas
Anuar Dt.Ampalowan
M. Yusup
Buyung
Azam. STK
Efendi
Syafrial, S.Pd
Efendi
Syahrul
Syafrial S.Pd
Dasrul
Azirman Khatib
Zulkifli Lubis
Wido Putra
Dt. Palo
Dt. Palo
Wali Nagari
Wali Nagari
Wali Nagari
Wali Nagari
Wali Nagari
Kepala Desa Batu Balah
Kepala Desa Balik Bukit
Kepala Desa Koto Mesjid
Kepala Desa Koto Lamo
Kepala Desa Batu Kajang
Kepala Desa Tanjung
Medan
Kepala Desa Batu Kajang
Kepala Desa Tanjung
Medan
Kepala Desa Sungai
Pimping
Wali Nagari
Pjs. Wali Nagari
Wali Nagari
Pjs Wali Nagari
Wali Nagari
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
42
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari tahun 1931 sampai pada tahun
2019 ini telah terjadi pergantian kepemimpinan sebanyak 21 kali(“RPJM Nagari
Gunung Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.).
4.1.2Struktur Organisasi Pemerintah Nagari
Struktur organisasi ini akan berfungsi untuk dapat mengetahui tentang
struktur organisasi pemerintah nagari Gunung Malintang saat ini, untuk lebih
jelasnya akan digambarkan melalui gambar 4.1
43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Nagari Gunung Malintang Tahun
2016-2021
- - - - -
- - - -
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021(“RPJM
Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.)
Wali Nagari
Wido Putra
WIDO PUTRA
Sekretaris Nagari
Plt Eli Marlina, A.Md
Plt ELI MARLINA, A.Md
Kaur Pembangunan
Nando
NANDO
Kaur Adm/Keu
Eli Marlina, A.Md
ELI MARLINA, A.Md
Kepala Jorong Batu Balah
Sukses
SUKSES
Kepala Jorong Koto Lamo
Didil Asra
DIDIL ASRA Kepala Jorong Bencah Lumpur
Robby Dermawan
Robby Dermawan Kepala Jorong Balik Bukit
Delvi Yunedi
Delvi Yunedi Kepala Jorong Koto Mesjid
Dede Marsal
DEDE MARSAL Kepala Jorong Bukit Talao
Syaipul Zain
SYAIPUL ZAIN Kepala Jorong Sungai Pimping
Joni Avesta
JONI AVESTA
Kaur Pemerintahan
Tuti Marni,A.Md
TUTI MARNI,A.Md
Kepala Jorong Lubuk Ameh
Ferianto
FERIANTO
Bamus
Aan Didikadi
AAN DIDIKADI
LPM
Jendri.M
JENDRI.M
Staff / Bendahara
Pira Prima Sari, SE
PIRA PRIMA SARI, SE
44
4.2 Kondisi Geografis
Nagari Gunuang Malintang merupakan salah satu Nagari yang berada di
wilayah pemerintahan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh
Kota. Nagari Gunung Malintang ini memiliki wilayah seluas 24.943 Ha.
Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Program
Direktorat Jendral persiapan pemukiman Departemen Transmigrasi bahwa
ketinggian daerah Gunuang Malintang berada pada 400-500 meter dari
permukaan laut. Jarak dari ibu kota Kecamatan 14 Km, dari Ibu Kota Kabupaten
Lima Puluh Kota 60 Km, sedangkan dari Ibu kota Provinsi Sumatera Barat 196
Km. Terdapat 5 buah sungai yang mengalir di Nagari Gunung Malintang yaitu :
Batang Mahat, Batang Malutu, Sungai Pimpiang, Sungai Luhu dan Sungai
Lowan.
Nagari Gunuang Malintang berdasarkan administrasi pemerintahannya
memiliki 8 (delapan) Jorong, yaitu untuk lebih jelasnya perhatikan rincian
dibawah ini:
1. Jorong Batu Balah
2. Jorong Koto Lamo
3. Jorong Bencah Lumpur
4. Jorong Balik Bukik
5. Jorong Koto Mesjid
6. Jorong Bukik Talao
7. Jorong Sungai Pimping
8. Jorong Lubuk Ameh
45
Secara administrasi Nagari Gunuang Malintang memiliki batas – batas sebagai
berikut :
Sebelah Barat : Nagari Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX
Sebelah Timur : Nagari Pangkalan
Sebelah Utara : Propinsi Riau
Sebelah Selatan : Nagari Talang Kec. Suliki(“RPJM Nagari Gunung
Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.)
4.3 Kondisi Demografi
4.3.1 Jumlah Komposisi Penduduk
Jumlah penduduk Nagari Gunuang Malintang berdasarkan data terakhir
sebanyak 6.917 jiwa yang terbagi atas penduduk laki – laki sebanyak 3.510 jiwa
dan perempuan sebanyak 3.407 jiwa dengan kepadatan penduduk 0.28 jiwa / Km,
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini (“RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun
2016-2021,” n.d.):
46
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Per Jorong
No Jorong Jumlah
Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
KK
1
2
3
4
5
6
7
8
Batu Balah
Koto Lamo
Koto Mesjid
Balik Bukit
Bencah Lumpur
Bukit Talao
Sungai Pimping
Lubuk Ameh
1.398
970
844
479
377
978
1.113
758
691
480
446
241
192
491
585
384
707
490
398
238
185
487
528
374
364
255
218
126
98
273
294
202
Jumlah 6.917 3.510 3.407 1.830
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Dari tabel 4.2 dapat diketahui jumlah total penduduk Nagari Gunung
Malintang yang berjumlah 6.917 jiwa yang terbagi atas jumlah total penduduk
laki-laki berjumlah 3.510 dan jumlah total penduduk perempuan berjumlah 3.407
serta dengan jumlah KK secara keseluruhan berjumlah 1.830 KK yang tersebar di
8 jorong yaitu jorong Batu Belah,Koto Lamo, Jorong Koto Mesjid, Jorong Balik
Bukit, Jorong Bencah Lumpur, Jorong Bukit Talao,Jorong Sungai Pimping dan
Jorong Lubuk Ameh. Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran penduduk
terbesar adalah di Jorong Batu Balah ini dipengaruhi karena luas wilayah pada
Jorong tersebut yang sangat luas dibandingkan dengan jorong yang lainnya.
4.3.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Profesi
Pada umumnya masyarakat Nagari Gunuang Malintang bermata
pencaharian sebagai petani penyadap karet, petani gambir, namun ada juga
47
masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang, Polri, PNS dan wiraswasta
lainnya(“RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.).
Dibawah ini adalah tabel data kependudukan berdasarkan mata
pencaharian :
Tabel 4.3
Data Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian / profesi Jumlah jiwa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Petani Karet
Petani gambir
Pedagang
TNI/Polri
PNS
Karyawan BUMN
Karyawan Honorer
Wiraswasta
Sopir
Montir / bengkel
639
1003
58
3
57
267
73
28
78
17
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang 2016-2021
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Nagari Gunung Malintang
mempunyai profesi yang berbeda-beda. Pada tabel tersebut dapat diketahui ada 10
profesi masyarakat yang ada di Nagari Gunung Malintang dengan profesi yang
paling banyak ditekuni adalah petani gambir yang berjumlah 1003 jiwa dan petani
karet yang berjumlah 639 jiwa.
4.3.3 Tingkat pendidikan penduduk
Tingkat pendidikan masyarakat menurut data terakhir masih banyak
tamatan Sekolah Dasar, namun saat ini kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan sudah tinggi. Tingkat pendidikan di Nagari Gunuang Malintang sudah
meningkat seiring tuntutan perkembangan zaman yang menginginkan tamatan
48
minimal SLTA, bahkan sekarang ini sudah banyak tamatan Strata satu ( S.I )
maupun yang sedang dalam masa pendidikan. bahkan sudah ada beberapa orang
yang tamatan Strata dua (S.2)(“RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-
2021,” n.d.).
Di bawah ini adalah tabel data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan :
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tamatan
Jumlah jiwa
1
2
3
4
Sekolah Dasar
SMP / Madrasah
SLTA
Perguruan Tinggi
- D III
- S I
- S II
1681
746
784
69
106
4
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Dari tabel 4.4 dapat diketahui mengenai jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan dimana jumlah penduduk yang tamatan sekolah dasar
berjumlah 1681 jiwa, penduduk yang tamatan SMP berjumlah 746 jiwa, penduduk
yang tamatan SLTA berjumlah 784 jiwa dan jumlah penduduk yang tamatan
perguruan tinggi (D III, S I, S II) berjumlah 179 jiwa.
4.4 Fasilitas Umum
4.4.1 Agama yang dianut penduduk
Dari segi agama, bahwa masyarakat asli Nagari Gunuang Malintang
adalah beragama islam. Sarana ibadah yang ada di Nagari Gunuang Malintang
terdiri dari 8 buah masjid dan 5 buah Surau serta 10 buah Mushallah sebagaimana
49
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut(“RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun
2016-2021,” n.d.):
Tabel 4.5
Data Mesjid Dan Surau/Mushallah
No Nama Sarana Ibadah Alamat
Kondisi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Masjid Takhlis
Masjid Baitul Hikmah
Masjid Al- Muhajirin
Masjid Nurul Huda
Masjid Baitul- Muttaqin
Masjid Baitul Muhtadin
Masjid Baitul Muttaqin
Masjid Baitul Rahman
Surau Intizen
Surau Al-Khairat
Surau At-Taufiq
Surau Tanwir
Surau Al-Ubudiyah
Mushallah Al-Jannah
Mushallah Baitur Rahman
Mushallah Al- Hijrah
Mushallah Al-Fallah
Mushallah SDN 01
Mushallah Darul Taqwa
Mushallah Darul Hikmah
Mushallah Al-Ikhlas
Mushallah Al- Muhajirin
Mushallah Hibyatul sibyan
Jorong Batu Balah
Jorong Koto Lamo
Jorong Bukit Talao
Jorong Sungai Pimping
Jorong Sungai Pimping
Jorong Lubuk Ameh
Jorong Lubuk Ameh
Jorong Lubuk Ameh
Jorong Batu Balah
Jorong Koto Lamo
Jorong Koto Mesjid
Jorong Balik Bukit
Jorong Bencah Lumpur
Jorong Koto Mesjid
Jorong Koto Lamo
Jorong Batu Balah
Jorong Batu Balah
Jorong Batu Balah
Jorong Bukit Talao
Jorong Bukit Talao
Jorong Bukit Talao
Jorong Balik Bukit
Jorong Sungai Pimping
Rusak Ringan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak Berat
Baik
Baik
Baik
-
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Dari tabel 4.5 mengenai data mesjid dan mushalla yang ada di Nagari
Gunung Malintang dapat diketahui bahwa di Nagari Gunung Malintang terdapat
23 mesjid dan mushalla yang mayoritas dalam kondisi yang baik atau layak untuk
50
digunakan, namun ada 1 mesjid Taklish yang berada di Jorong Batu Belah yang
mengalami kondisi rusak ringan dan 1 surau Al-Ubudiyah di Jorong Bancah
Lumpur yang mengalami rusak berat.
4.4.2 Bidang Kesehatan
Peningkatan dalam bidang kesehatan meliputi peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat merupakan bagian penting dalam peningkatan sumber daya
manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
tersebut yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Untuk
mewujudkan misi tersebut diperlukan keterlibatan seluruh komponen masyarakat
dan aparatur bidang kesehatan itu sendiri serta kesadaran masyarakat itu sendiri.
Ketersedian sarana dan prasarana kesehatan sangat di perlukan sekali dan juga
disertai tenaga kesehatan yang handal dan berkualitas(“RPJM Nagari Gunung
Malintang Tahun 2016-2021,” n.d.).
Berikut ini adalah gambaran sarana dan prasarana kesehatan:
Tabel 4.6
Sarana dan prasarana kesehatan Nagari Gunuang Malintang
No Sarana / Prasarana Jumlah Lokasi
Kondisi Fisik
1
2
Puskesmas
Poskesri/Pustu
1
5
Jr. Bukit Talao
Jr. Batu Balah
Jr. Koto Mesjid
Jr. Bukit Talao
Jr. Lubuk Ameh
Jr. Sungai
Pimping
Baik
Baik
Rusak Berat
Rusak Ringan
Baik
Baik
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Dari tabel 4.6 dapat diketahui mengenai sarana dan prasarana kesehatan
yang ada di Nagari Gunung Malintang. Dimana di Nagari Gunung Malintang ini
51
terdapat 1 puskesmas yang dalam kondisi baik dan 5 Poskesri/Pustu yang
berjumlah 5 yang tersebar di Jorong Batu Belah, Jorong Koto Mesjid, Jorong
Bukit Talao, Jorong Lubuk Ameh, dan Jorong Sungai Pimping.
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam BAB V ini akan menjelaskan mengenai temuan data yang
didapatkan selama peneliti melakukan penelitian. Data penelitian berupa
informasi-informasi yang diperoleh melalui observasi serta wawancara mendalam
dengan informan penelitian. Selain itu, peneliti juga memperoleh data melalui
studi dokumen untuk membantu melengkapi data sehingga data yang diperoleh
dapat valid dan pertanyaan penelitian dapat terjawab. Data yang didapatkan
disampaikan dalam bentuk kata-kata. Berdasarkan temuan data yang didapatkan
dilapangan, berikut ini hasil dan pembahasan dalam penelitian.
5.1 Potensi Bencana Banjir di Nagari Gunung Malintang
Nagari Gunung Malintang merupakan salah satu nagari yang berada di
kawasan Kecamatan Pangkalan Koto Baru yang memiliki potensi akan terjadinya
bencana banjir. Seperti yang dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh
oleh peneliti dari kantor BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota yang memuat
informasi mengenai jumlah kejadian banjir yang terjadi di Nagari Gunung
Malintang dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2018. Untuk lebih jelasnya
jumlah kejadian banjir di Nagari Gunung Malintang dari tahun 2011 sampai tahun
2018 dapat terlihat pada tabel berikut:
52
53
Tabel 5.1
Data Bencana Nagari Gunung Malintang dari Tahun 2011-2019
No Tanggal Kejadian Jenis Bencana
1 07 November 2012 Banjir dan Longsor
2 07 Februari 2015 Banjir
3 26 Mei 2015 Banjir
4 7-8 Februari 2016 Banjir
5 3 Maret 2017 Banjir dan Longsor
6 3 November 2018 Banjir
Sumber: Kantor BPBD Kabupaten Limapuluh Kota(“data bencana 2011-
2019,” n.d.)
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa berdasarkan data yang didapatkan
oleh peneliti dikantor BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2018 tercatat sudah 6 kali terjadi bencana banjir di Nagari Gunung
Malintang yaitu pada tahun 2012, 2015 terjadi sebanyak 2(dua) kali bencana
banjir, 2016, 2017 dan 2018. Dari data yang penulis dapatkan dari kantor BPBD
dapat diketahui bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir di Nagari
Gunung Malintang ini telah mengalami kerugian yakni dari kerugian pada tahun
2017 yang sebanyak Rp 4,7 Miliar namun pada tahun 2018 kerugian yang
ditimbulkan oleh banjir sebanyak Rp 12.000.000.
5.2 Penyebab Banjir
Ada berbagai macam penyebab yang mengakibatkan terjadinya banjir di
Nagari Gunung Malintang. Seperti yang dijelaskan oleh satu informan peneliti
yaitu bapak Ariffadilah (50 Th) yang merupakan Kabid Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Kantor BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota, sebagai berikut:
54
“Nagari Gunung Malintang ko memang mempunyai potensi banjir dan
longsor. Untuk banjir di daerah Gunung Malintang ko kan salah satu
penyebabnyo tu tinggi curah hujan di hulu dan dek ado batu gadang yang
menghambat aliran air di hulu tapi kan banjir ko lai indak lamo do”
Artinya :
“Nagari Gunung Malintang ini memang mempunyai potensi bencana
banjir dan tanah longsor. Untuk banjir di daerah Gunung Malintang ini
salah satu penyebabnya tingginya curah hujan di daerah hulu dan juga
karena adanya batu besar yang menghambat aliran air di daerah hulu tapi
banjir ini rentang waktu terjadinya tidak lama”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Nagari
Gunung Malintang mempunyai potensi bencana banjir dan tanah longsor. Dalam
wawancara tersebut juga disebutkan mengenai penyebab terjadinya banjir di
Nagari Gunung Malintang diantaranya dikarenakan oleh tingginya curah hujan
dan juga dikarenakan di daerah hulu aliran sungai yag terletak di Nagari Maek
Kecamatan Bukit Barisan dihambat oleh batu besar.
Penyebab banjir yang lain juga disampaikan oleh salah satu informan
peneliti yaitu bapak Wido Putra, A.Md(31 Th) selaku wali nagari Gunung
Malintang, sebagai berikut:
“penyebab banjir ko ado beberapa macam, ado dek curah hujan yang
tinggi, abrasi sungai, tompek serapan air yang kughang, buang sampah
sembarangan”
Artinya:
“penyebab banjir ini ada beberapa macam, seperti curah hujan yang tinggi,
abrasi sungai, lahan serapan air yang kurang dan buang sampah
sembarangan”
Selain dari curah hujan yang tinggi dan adanya batu besar yang
menghambat aliran sungai di daerah hulu (Nagari Maek, Kecamatan Bukit
55
Barisan) ada juga penyebab lain banjir di Nagari Gunung Malintang seperti yang
disampaikan oleh informan bapak Wido Putra,A.Md yaitu abrasi sungai, tempat
serapan air dan juga dikarenakan oleh masyarakat yang membuang sampah di
aliran sungai.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu informan yaitu ibuk Eli
Marlina,A.Md selaku sekretaris nagari yaitu sebagai berikut:
“untuak penyebab banjir ko yang partamo tu kesadaran masyarakat untuak
indak buang sampah disungai ko masih kughang, yang kaduo dek abrasi
sungai, yang katigo daya serap air di topi sungai kughang tu curah hujan di
hulu tinggi”
Artinya:
“untuk penyebab banjir ini diakibatkan oleh yang pertama kesadaran
masyarakat untuk tidak membuang sampah disungai masih kurang, yang
kedua abrasi sungai, yang ketiga daya serap air yang kurang di tepian
sungai serta curah hujan yang tinggi di daerah hulu”
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut dapat
diketahui bahwa penyebab banjir di Nagari Gunung Malintang ini selain karena
curah hujan yang tinggi di daerah hulu dan adanya batu besar yang menghambat
aliran sungai di daerah hulu, ada juga penyebab lain seperti lahan untuk serapan
air berkurang, abrasi sungai, buang sampah di aliran sungai.
5.3 Kerugian Akibat Banjir di Nagari Gunung Malintang
Kejadian bencana banjir yang menimpa Nagari Gunung Malintang
tentunya membawa kerugian bagi masyarakat Nagari Gunung Malintang seperti
kerusakan pada rumah warga, kerusakan alat-alat rumah tangga, kerusakan lahan
pertanian, kerusakan pada usaha warga, kerusakan sarana umum, terhambatnya
aktivitas warga dan lainnya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh salah satu informan
56
penelitian yaitu Ibuk Eli Marlina, A,Md (40 Th) selaku sekretaris nagari, sebagai
berikut:
“banjir ko emang baok dampak yang merugikan. Untuak data kerugian
banjir ko lah ado dicatat dek pemerintah nagoghi tapi dek ado kejadiaan
kantor wali tapanggang tu mambuek data banjir taun-taun saolunnyo
ilang dan yang ado kini data kerugian banjir untuak taun 2017 e nyia.
Kerugian yang masyarakat rasoan tu banyak macam e kayak rumah yang
taondam bahkan ado lo yang usak, usak alat elektronik, usak e sawah,
kodai yang ikuik taondam mambuek barang dagangan ikuik usak, tobek
yang malimpa mambuek ikan e anyuik ikuik aigh banjir, tamasuak jalan,
jembatan yang usak”.
Artinya :
“Banjir ini memang membawa dampak yang merugikan. Untuk data
kerugian banjir ini sudah ada di catat oleh pemerintah nagari tetapi karena
ada kejadian kantor wali nagari yang mengalami kebakaran membuat data
banjir tahun-tahun sebelumnya hilang dan yang ada tinggal data banjir
tahun 2017. Kerugian yang dialami oleh masyarakat ada berbagai macam
seperti rumah yang menjadi terendam bahkan ada yang sampai rusak,
kerusakan barang eletronik, kerusakan sawah, warung yang terendam
membuat barang dagangan menjadi rusak, kolam yang melimpah membuat
ikan hanyut terbawa arus banjir, termasuk fasilitas jalan dan jembatan
yang ikut rusak”
Dari hasil wawancara dengan Ibu Eli Marlnina,A.Md dapat diketahui
bahwa banjir membawa dampak yang merugikan bagi masyarakat. Dampak banjir
ini tentunya membawa kerugian ekonomi bagi masyarakat seperti rusaknya
sawah, meluapnya tempat budidaya ikan milik masyarakat ataupun tempat usaha
masyarakat yang terendam. Selain kerugian ekonomi dampak dari banjir juga
mengakibatkan jalan dan jembatan rusak, selain itu masyarakat juga mengalami
kerugian materi seperti rusaknya barang-barang elektronik bahkan rumah yang
terendam.
57
Hal ini juga dipertegas dengan pendapat yang disampaikan oleh bapak
Robby (28 Th) selaku Kepala jorong Bancah Lumpur, sebagai berikut:
“banjir ko emang lah kodok tajadi di nagoghi ko apolai jorong iko yang
emang lotak e yang agak onda daghi jorong yang lain. Kerugian dek
banjir ko pasti la banyak macam e apolai hampia sado e warga jorong
konai dek banjir di. Ado yang usak baghang uma e, taondam padi e,
taondam kodai e, ilang baghang e dek anyuik. Tu dek banjir ko mambuek
akses untuk masuak ko jorong ko paya soal e untuak masuak ka jorong
ado duo akses yang patamo lewat jembatan gantuang yang
mangubuangkan jorong jo jorong balik bukit yang kaduo akses e lewat
jorong bukik talao tapi kalau akses yang iko butuah waktu yang lebih lamo
dek mamutagh jalan. Tapi dek banjir ko akses lewat jembatan ndak bisa
dipakai sehingga untuak akses masuak ka jorong iko agak lamo daghi
biasonyo”
Artinya:
“bencana banjir ini memang sudah sering terjadi di nagari ini apalagi
jorong Bancah Lumpur ini yang memang kondisi daerahnya yang lebih
rendah dibandingkan dengan jorong yang lain. Kerugian akibat banjir ini
tentunya berbagai macam terlebih hampir semua dari warga jorong ini
menjadi korban banjir ada yang barang-barang rumah tangga rusak, hasil
panen padi terndam,warungnya terendam, maupun barang yang hilang
karena hanyut. Banjir ini juga membuat akses untuk dapat memasuki
jorong ini susah dikarenakan untuk memasuki jorong ini ada dua akses
jalan yang bisa dilalui. Yang pertama jalan melalui jembatan yang
menghubungkan jorong ini dengan jorong balik bukit, yang kedua akses
jalan melalui jorong bukit talao tapi jika melalui jalan ini membutuhkan
waktu yang lebih lama dari biasanya dikarenakan harus memutar jalan.
Sedangkan akibat dari banjir ini akses jalan melalui jembatan tidak bisa
dilalui sehingga menyebabkan akses untuk masuk ke jorong ini lebih lama
dari biasanya”
Bapak Robby Dermawan selaku kepala jorong Bancah Lumpur juga
menyampaikan bahwa bencana banjir ini membawa banyak kerugian bagi
masyarakat baik itu kerugian materi maupun ekonomi namun selain itu beliau
juga menyampaikan bahwa akibat dari banjir ini akses jalan menuju jorong
58
Bancah Lumpur harus dipindahkan dengan rute yang memutar akibat terhambat
oleh banjir
Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh salah satu informan
peneliti yaitu bapak Sukses selaku kepala jorong Batu Belah, sebagai berikut:
“Kerugian dek banjir ko yo banyak apolai jorong ko paliang banyak
warga e yang jadi korban. Banyak e dek jarak antagho batang aigh jo
pemukiman jo saketek apolai banyak lo warga yang mambuek uma/kodai
ditopi sungai. Kerugiannyo yo lai indak sampai ado yang maningga tapi
lai tentang kerugian materi yia kayak uma taondam, baghang usak, kodai
taondam”
Artinya:
“Kerugian akibat banjir ini memang banyak apalagi jorong ini banyak
warganya yang menjadi korban. Banyaknya dikarenakan jarak antara
sungai dengan pemukiman itu tidak jauh apalagi banyak warga Jorong ini
yang membuat rumah/warung di tepian sungai. Kerugiannya memang
tidak sampai ada korban jiwa tapi kebanyakan hanya kerugian materi
seperti rumah terendam, barang rusak, warung terendam”.
Jorong Batu Belah merupakan jorong yang mempunyai korban banjir yang
terbanyak diantara jorong lainnya. Hal ini diakibatkan oleh kecenderungan
masyarakat untuk membangun baik itu membangun rumah ataupun tempat usaha
di pinggirran sungai yang mengakibatkan jarak dengan sungai menjai dekat dan
juga tempat untuk serapan air menjadi berkurang. Daerah pinggiran sungai ini
akibat makin berkurang tempat serapan air mengakibatkan tidak bisa lagi
menampung banyaknya air seperti yang dapat terlihat pada gambar 5.1
59
Gambar 5.1 Kondisi Pinggiran Sungai Batang Mahat tahun 2016
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu informan peneliti yaitu
ibuk Anit(52 Th), yang merupakan warga jorong Batu Belah yang ikut menjadi
salah satu korban dari bencana banjir sebagai berikut:
“ibuk ko satiok ado banjir pasti konai torui. Dek banjir ko usak alat
elektronik, uma taondam olun le kodai ibuk yang isi e ikuik taondam lo.
Untuang e ado yang bisa di selamatkan barang kodai ko jadi lai indak
sado e konai dek banjir e le”
Artinya :
“ibuk ini setiap kali terjadi banjir selalu terkena dampaknya. Karena banjir
ini barang elektronik menjadi rusak, rumah menjadi terendam belum lagi
warung beserta barang dagangan ikut terendam juga. Untungnya ada
barang yang bisa diselamatkan sehingga tidak semua barang dagangan
yang terkena banjir”
Jawaban yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari salah satu informan
yaitu bapak Nurdin(69 Th) yang merupakan warga jorong Bancah Lumpur yang
juga menjadi korban banjir, sebagai berikut:
60
“masalah banjir di taun 2017 yang godang sakali di kan? Apak konai lo
banjir e di uma taondam tu banyak lo yang usak baghang-baghang uma
tapi yang ilang lai saketek nyia. Pas suda banjir di lai ado kami dapek
bantuan tapi yo kughang tontu daghi mano yia tibo e di. Bantuan e di ado
yang boghe jo bahan makanan, kain ado le kami dapek”
Artinya :
“masalah banjir itu yang besar terjadi pada tahun 2017? Bapak juga
terkena dampak banjir seperti rumah terendam terus juga banyak barang-
barang rumah yang rusak tetapi untungnya barang yang hilang hanya
sedikit. Ketika selesai banjir kami ada mendapatkan bantuan tapi bapak
kurang mengetahui dari mana saja asal bantuan ini. Bantuan ini berupa
beras dan bahan makanan, untuk pakaian kami juga ada mendapatkannya”
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut, dapat
dilihat adanya kesamaan yang menyebutkan bahwa kerugian yang diakibatkan
oleh bencana banjir di Nagari Gunung Malintang ini ada berbagai macam seperti
rumah yang terendam, rusaknya alat-alat rumah tangga, rusaknya usaha warga,
rusaknya lahan pertanian dan lainnya.
Selain itu salah satu informan peneliti yaitu Ibuk Ama yang mempunyai
usaha warung kebutuhan harian juga menjelaskan mengenai kerugian yang
dialaminya sebagai berikut:
“banjir ko pasti e baok ugi apolai ibuk ko punyo kodai yang isi e bahan
harian, yang dek banjir inyo taondam tu indak bisa di juagh le bontuak
boghe, topuang, gagham, susu kotak. Apolai kodai ibuk lotak e ndak lo
jaua daghi batang maek le tu kalau banjir kodai ko taondam ”
Artinya:
“banjir ini pastinya membawa dampak yang merugikan, apalagi ibu
mempunyai usaha warung yang menjual bahan kebutuhan harian yang
dikarenakan oleh banjir tidak bisa dijual lagi seperti beras, tepung, susu
61
kotak. Apalagi warung ibu letaknya tidak juah dari sungai Mahat yang jika
terjadi banjir menyebabkan warung ibu terendam”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa akibat dari banjir ini
masyarakat korban banjir yang mempunyai usaha warung harian juga mengalami
kerugian akibat banjir karena warung mereka ikut terendam banjir yang
menyebabkan barang dagangannya yang mayoritas bahan harian atau sembako
ikut terendam dan ada yang tidak bisa diperjualbelikan lagi.
Selain dari pemilik warung harian, pemilik usaha kredit barang juga
mengalami kerugian akibat banjir, seperti yang disampaikan oleh ibu Iyuk sebagai
berikut:
“dek banjir pasti e ibuk ado mengalami ugi apolai kalau kodai taondam,
isi kodai ibuk ko barang-barang uma bontuak sofa, springbed, kulkas, tv,
baju, karpet,mesin cuci. Jiko taondam tu barang dagangan ibuk banyak
yang usak indak bisa dijuagh le walaupun bisa dijuagh itupun haragonyo
jaua turunnyo”
Artinya:
“akibat banjir ini pastinya ibu mengalami kerugian terlebih jika kedai ibuk
juga terendam. Isi kedai ibu ini terdiri dari barang-barang rumah tangga
seperti sofa, kasur springbed, kulkas, tv, baju, karpet, mesin cuci. Jika
terendam membuat barang dagangan ibu menjadi rusak dan tidak bisa
diperjualbelikan walaupun ada yang bisa diperjualbelikan tentunya
harganya akan jauh turun dari harga yang biasanya”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemilik usaha kredit
barang rumah tangga juga ikut merasakan kerugian akibat banjir karena barang
dagangan terendam. Akibat banjir banyak dari barang dagangannya menjadi rusak
dan tidak bisa diperjualbelikan lagi walaupun ada barang yang bisa
62
diperjualbelikan harga yang ditawarkan tentunya lebih rendah dari harga yang
biasanya ditawarkan karena kondisi barang yang rusak akibat banjir.
Salah satu informan peneliti yang memiliki lahan pertanian sawah yaitu
ibuk Incik juga menjelaskan kerugian yang dialaminya sebagai berikut:
“ugi yang ibuk rasoan dek banjir ko selain uma yang ikuik taondam, ado
lo ikan ibuk yang ikuik anyuik olun le sawah yang ikuik usak banjir”
Artinya:
“kerugian yang ibuk alami akibat dari banjir ini selain rumah yang ikut
terendam ada juga ternak ikan ibuk yang hanyut, belum lagi sawah ibuk
yang rusak akibat banjir”
Dari hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa banjir ini tidak
hanya mengakibatkan rumah terendam melainkan juga mengakibatkan hewan
ternak masyarakat seperti ikan juga ikut hanyut terbawa arus banjir, selain itu
lahan pertanian masyarakat seperti sawah juga ikut rusak karena terendam oleh
banjir.
5.4 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Pemerintah Nagari
5.4.1 Perencanaan Upaya Mitigasi Bencana Banjir dalam RPJM Nagari
Dalam menghadapi bencana banjir yang tentunya mengakibatkan kerugian
bagi masyarakat Nagari Gunung Malintang, pihak pemerintah nagari menganggap
bencana banjir menjadi salah satu isu nagari yang harus bisa diatasi. Dalam teori
Fungsional Struktural yang dikemukakan oleh Talcot Parson dalam konsep skema
AGIL hal ini termasuk pada point yang pertama yaitu Adaption (Adaptasi),
dimana pada situasi daerah Nagari Gunung Malintang yang memiliki potensi akan
63
terjadinya banjir, pemerintah Nagari Gunung Malintang harus bisa menyesuaikan
rancangan-rancangan pembangunan ataupun program-program untuk dapat
menanggulangi bencana banjir ini, selain itu pemerintah nagari juga harus
menyesuaikan pada faktor ekonomi, dimana pemerintah nagari dalam membuat
rancangan program mitigasi ini juga harus mempertimbangkan jumlah anggaran
yang diperlukan dan sumber dana untuk anggaran dalam pelaksanaan program
tersebut. Seperti perencanaan pembuatan bronjong di tepian sungai yang
membutuhkan anggaran sebesar Rp 24 M yang diambil dari APBD Kabupaten
Lima Puluh Kota. Dalam membuat perencanaan ini tentunya pemerintah nagari
melakukan musyawarah dengan sub-sub sistem lain seperti masyarakat, Bamus,
LPM melalui Musrenbang Nagari.
Setelah itu pada bagian kedua dari konsep AGIL yaitu Goal Attainment
dimana pada bagian kedua ini pemerintah nagari akan mengidentifikasi mengenai
upaya-upaya yang harus dilakukan agar tujuan untuk dapat mengurangi kerugian
akibat banjir dapar tercapai. Hal ini dapat terlihat dengan adanya rancangan
mitigasi bencana banjir dalam dokumen RPJM Nagari tepatnya terdapat didalam
BAB VIII mengenai Program Pembangunan Nagari pada point 8.2 Bidang
Pelaksanaan Pembangunan Nagari, sub point ke-4(empat) mengenai Infrastruktur
Nagari Lainnya Sesuai Dengan Kondisi Nagari. Dimana dalam sub point bagian
ke-4(empat) terdapat perencanaan yang berkaitan dengan upaya mitigasi bencana
banjir seperti: pembangunan bronjong, pembangunan pandam pinggir tebing,
normalisasi sungai, serta pengadaan saran dan prasarana penanggulangan
bencana.
64
5.4.2 Upaya Mitigasi yang Telah Terlaksana
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan dalam rangka mitigasi bencana banjir, hal ini sesuai dengan konsep
AGIL poin ketiga yaitu Integration, dimana dalam mengatur kegiatan upaya
mitigasi bencana banjir pemerintah nagari melakukan kerjasama dengan sub-sub
sistem seperti masyarakat dan juga BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota agar
kegiatan upaya-upaya mitigasi dapat terlaksana dengan baik. Dalam melakukan
upaya mitigasi bencana banjir upaya-upaya yang telah dilakukan untuk dapat
menanggulangi banjir serta mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir
dapat terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Tabel Kegiatan Upaya Yang Telah Dilakukan Dalam Mitigasi Bencana
Banjir Di Nagari Gunung Malintang
Kegian Yang Dilakukan Pengelola Kegiatan
Pembuatan Bronjong Pemerintah Nagari
Sosialisasi Pemerintah Nagari Gunung Malintang
dan BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota
Penanaman Pohon Ditepian Sungai Pemerintah Nagari
Sumber: Temuan Peneliti dilapangan 2019
Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui dari semua rancangan yang telah
direncanakan dalam RPJMNag 2016-2021 belum semuanya terlaksanakan.
Upaya-upaya yang belum terlaksana adalah sebagai berikut: normalisasi sungai,
pembangunan pandam pinggir tebing, serta pengadaan saran dan prasarana
penanggulangan bencana.
65
5.4.2.1 Pembuatan Bronjong
Dalam melakukan upaya mitigasi banjir salah satunya pemerintah nagari
melakukan pembuatan bronjong pada tepian sungai yang berfungsi untuk
melindungi serta memperkuat tebing di tepian sungai dari aliran air. Bronjong ini
dibangun dengan panjang secara keseluruhan 2 km yang dibangun pada tepian
sungai dari Jorong Balik Bukit-Jorong Bancah Lumpur-Jorong Batu Belah-Jorong
Koto Lamo-Jorong Koto Mesjid hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah
peneliti lakukan yang salah satunya dapat terlihat pada gambar ini:
Gambar 5.2Bronjong ditepian Sungai Batang Mahat Jorong Batu Belah
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019
Pembangunan bronjong ini dimulai pada pertengahan tahun 2017 dan
selesai pada awal tahun 2018 dengan anggaran 24 M dari APBD. Pada
pembangunan bronjong ini pemerintah melakukan kerjasama dengan masyarakat.
Keterangan mengenai pembangunan bronjong ini dinyatakan oleh salah satu
66
informan yaitu Ibuk Eli Marlina,A.Md(40 Th) yang menjabat sebagai sekretaris
nagari sebagai berikut:
“untuak caro pangughangan dampak banjir kami daghi pihak nagoghi lah
ado beberapa langkah, contoh e mambuek bronjong di topi sungai.
Bronjong ko baguno untuak manaan ayiagh tu untuak tobiang ditopi
sungai indak mugha untua e le”
Artinya:
“untuk cara pengurangan dampak banjir kami dari pihak nagari sudah ada
beberapa langkah, contohnya membuat bronjong di tepi sungai. Bronjong
ini berfungsi untuk menahan aliran air dan juga untuk menahan agar tebing
ditepian sungai tidak mudah runtuh”.
Dalam melakukan upaya mitigasi bencana banjir salah satu yang
dilakukan pemerintah Nagari Gunung Malintang adalah pembuatan bronjong
ditepian sungai. Dari hasil wawancara tersebut ibuk Eli Marlina,A.Md
menyampaikan bahwa pembuatan bronjong ditepian sungai ini berfungsi untuk
menahan dan melindungi tebing ditepian sungai agar tidak mudah terkikis oleh
aliran sungai.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu informan peneliti yaitu
bapak Wido Putra,A.Md selaku Wali Nagari Gunung Malintang sebagai berikut:
“untuak mitigasi banjir pemerintah nagoghi lah ado perencanaan e di
RPJM Nagoghi contoh e bronjong ditopi sungai. Bronjong ko dibuek
ditopi sungai daghi jorong balik bukik sampai koto masojik yang tamasuak
disitu jorong- jorong yang ado potensi banjir”
Artinya :
“untuk mitigasi banjir, pemerintah nagari sudah ada perencanaannya di
RPJM Nagari seperti pembuatan bronjong ditepian sungai. Bronjong ini
67
dibuat ditepian sungai dari Jorong Balik Bukit sampai Jorong Koto Mesjid
yang termasuk disitu jorong-jorong yang berpotensi banjir ”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pembuatan bronjong
telah ada perencanaannya di RPJM Nagari. Pembuatan bronjong ini dilakukan
dijorong yang dilewati oleh sungai Mahat yaitu Jorong Balik Bukit, Jorong
Bencah Lumpur, Jorong Batu Belah, Jorong Koto Mesjid dan Jorong Koto Lamo.
Selain itu salah satu informan peneliti yaitu bapak Nando selaku Kaur
Pembangunan di Kantor Wali Nagari Gunung Malintang juga menjelaskan
mengenai mitigasi bencana banjir yang dilakukan pemerintah nagari sebagai
berikut:
“untuak mitigasi banjir ko saya beserta staf yang ado di bagian Kaur
Pembangunan ko bertugas untuak mambuek rancangan tentang
pembangunan untuak mitigasi bontuak mambuek bronjong dan
melaksanakan rancangan tersebut”
Artinya :
“untuk mitigasi banjir ini saya beserta staf yang ada dibagian Kaur
Pembangunan ini bertugas untuk membuat rancangan mengenai
pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka mitigasi banjir seperti
pembuatan bronjong dan melaksanakan rancangan tersebut”.
Dalam melakukan mitigasi banjir ini Kaur Pembangunan Kantor Wali
Nagari Gunung Malintang mempunyai tugas untuk membuat rancangan serta
menganalisa baik itu administrasi maupun pelaksanaan rancangan tersebut.
Dari pihak LPM Nagari yaitu bapak Jendri juga menyampaikan
pendapatnya mengenai mitigasi bencana banjir yang dilakukan oleh pemerintah
nagari sebagai berikut:
68
“kami dari pihak LPM Nagari untuak mitigasi banjir ko kami manarimo
aspirasi masyarakat mengenai pembangunan tu menyampaikan aspirasi
masyarakat ko ka pemerintah nagari tu dalam pembangunan kami ikuik
dalam perancanaan tu kami juo membantu dan mengawasi pihak
pemerintah nagari”
Artinya:
“kami dari pihak LPM Nagari dalam melakukan mitigasi banjir ini kami
menerima aspirasi masyarakat mengenai pembangunan yang selanjutnya
kami menyampaikan aspirasi tersebut kepada pihak pemerintah nagari.
Dalam pembangunan kami juga ikut dalam membuat perancanaan serta
membantu dan mengawasi pemerintah nagari”
5.4.2.2 Mengadakan Sosialisasi
Mengadakan sosialisasi merupakan salah satu dari upaya-upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Nagari Gunung Malintang dalam rangka mitigasi
bencana banjir. Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta
kesadaran masyarakat mengenai ancaman bencana banjir. Pada gambar 5.3
mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah nagari.
69
Gambar 5.3 Sosialisasi Banjir Tahun 2016
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Hal mengenai sosialisasi ini disampaikan oleh salah seorang informan
yaitu Bapak Wido Putra,A.Md(31 Th) selaku Wali Nagari Gunung Malintang
sebagai berikut:
“selain mambuek bronjong di topi sungai, pemerintah nagoghi juo
mangadoan sosialisasi jo masyarakat. Untuak peserta sosialisasi ko kami
indak ado membatasi daghi jorong manopun, sado masyarakat Gunuang
Malintang bisa ikuik sosialisasi ko. Sosialisasi ko kami ado kojosamo jo
BPBD Kabupaten, jadi dalam sosialisasi ko kami doghi nagoghi sebagai
panitia dan ughang daghi BPBD yang maagia materi ka masyarakat”.
Artinya :
“selain membuat bronjong ditepi sungai, pemerintah nagari juga
mengadakan sosialisasi dengan masyarakat. Untuk peserta sosialisasi ini
kami tidak membatasi dari jorong manapun, semua masyarakat Gunung
Malintang bisa menghadiri sosialisasi ini. Sosialisasi ini kami melakukan
70
kerjasama dengan pihak BPBD Kabupaten, jadi dalam sosialisasi ini kami
dari pemerintah nagari sebagai panitia dan perwakilan dari BPBD yang
memberikan materi kepada masyarakat”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah nagari
juga melakukan sosialisasi dalam rangka mitigasi bencana banjir yang dilakukan
dengan melakukan kerjasama dengan pihak BPBD Lima Puluh Kota, untuk
peserta sosialisasi ini tidak dibatasi oleh pemerintah nagari. Sosialisasi ini
dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2016 dengan durasi 4 jam (09.00 WIB-
13.00 WIB). Dalam sosialisasi ini dibahas mengenai pengetahuan tentang banjir,
penyebab banjir, kerugian akibat banjir, himbauan agar masyarakat tidak
membuang sampah dialiran sungai serta langkah-langkah apa yang harus
masyarakat lakukan jika terjadi banjir.
5.4.2.3 Penanaman Pohon Ditepian Sungai
Selain dari pembuatan bronjong ditepian sungai, normalisasi sungai,
mengadakan sosialisasi, ada juga penanaman tumbuhan untuk meningkatkan daya
serap air, seperti yang terlihat pada gambat 5.4 mengenai gambaran penanaman
yang dilakukan ditepian sungai
71
Gambar 5.4
Penanaman Ditepian Sungai Batang Maek di Nagari Gunung Malintang
Sumber: Dokumentasi Penelitian Peneliti tahun 2019
Penanaman pohon ini dilakukan di sepanjang sungai batang mahat yang
ada di Jorong Batu Belah, Jorong Balik Bukit, Jorong Koto Mesjid. Penanaman
pohon ini dimulai pada tahun 2018 yang dilakukan dengan cara mengadakan
gotong royong dengan masyarakat jorong setempat untuk menanam pohon-pohon
tersebut.
Mengenai hal ini disampaikan oleh salah satu informan peneliti yaitu
bapak Wido Putra,A.Md sebagai berikut:
“pemerintah Nagari basamo jo masyarakat juo ado mananam ditopi
sungai. Kami kini juo ado renca nak namba mananam ditopi sungai
untuak macam e yang kini ko ado batang jambu jambak, kelengkeng,
duyan, mangga sebanyak 1000 batang”
Artinya:
72
“pemerintah nagari bersama dengan masyarakat juga ada melakukan
penanaman ditepi sungai. Saat ini kami juga ada rencana untuk melakukan
penambahan penanaman ditepi sungai untuk yang sekarang jenis pohonnya
adalah jambu bol, kelengkeng, durian dan mangga sebanyak 1000 batang”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa saat ini pemerintah
nagari akan melakukan penambahan menanam pohon ditepian sungai dengan
jenis pohonnya yaitu pohon jambu bol, pohon kelengkeng, pohon durian dan
pohon mangga yang sebanyak 1000 batang.
Dari pihak Bamus Nagari Gunung Malintang yaitu bapak Hengki Irawan
juga menjelaskan mengenai mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung Malintang
sebagai berikut:
“kami dari Bamus Nagari ko yo paliang menarimo aspirasi dari
masyarakat tu kalau soal program mitigasi banjir kami yo membantu dan
mengawasi pemerintah nagari.”
Artinya :
“Kami dari pihak Bamus Nagari bertugas untuk menerima aspirasi
masyarakat. Dan untuk program mitigasi banjir kami tentunya membantu
serta mengawasi pemerintah nagari”
Dari pihak BPBD Kabupaten juga telah melakukan upaya dalam
melakukan mitigasi bencana banjir ini, untuk lebih jelasnya disampaikan oleh
salah satu informan peneliti yaitu bapak Ariffadilah (50 Th) selaku Kabid
Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota, sebagai
berikut:
“ untuak mitigasi banjir tu kami dari BPBD lah ado ambuek upaya-upaya.
Salah satu nyo menghancurkan batu gadang yang menghambat aliran air
di hulu. Tu mangkanyo kini alhamdulilah lai indak ado banjir-banjir
73
gadang. Kalau untuk mitigasi khususnyo kami ado menempatkan posko-
posko siaga di kecamatan dan kalau untuk nagari nyo kami ado
perpanjangan tangan BPBD yaitu Tim SAR nagari yang pastinyo lebih
cepat tanggap kalau ado kejadian karena lebih dekat dengan masyarakat
dan tempat kejadian”
Artinya :
“untuk mitigasi banjir, kami dari BPBD sudah ada melakukan upaya-
upaya. Salah satunya dengan menghancurkan batu besar yang
menghambat aliran air di daerah hulu. Karena itu, sekarang alhamdulilah
sudah tidak terjadi lagi banjir yang besar. Kalau untuk mitigasi secara
khususnya kami ada menempatkan posko-posko siaga di kecamatan dan
kalau untuk nagari kami ada perpanjangan tangan BPBD yaitu Tim SAR
nagari yang tentunya akan lebih cepat tanggap kalau ada kejadian karena
lebih dengan masyarakat dan tempat kejadian”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa BPBD
Kabupaten Limapuluh Kota juga melakukan upaya-upaya mitigasi bencana banjir
seperti dengan mengatasi salah satu penyebab terjadiya banjir yaitu
menghancurkan batu besar yang menghambat aliran air di daerah hulu serta
dengan menempatkan perpanjangan tangan BPBD pada daerah yang memiliki
potensi bencana sehingga akan lebih mudah untuk bertindak jika ada kejadian.
Masyarakat juga melakukan upaya-upaya mitigasi seperti yang
disampaikan oleh salah satu informan peneliti yaitu bapak Nurdin (69 Th) warga
Jorong Bancah Lumpur yang menjadi korban banjir, sebagai berikut:
“untuak indak banyak nagh rugi yang didapek pas ado banjir di kami jo
pemuda saliang tolong manolong. Ado pas banjir tahun 2017 di untuak
bisa menyelamatkan padi pemuda-pemuda di mambaok oto tu kami
masuak an padi di ka oto untuak diamankan. Tu suda banjir di kami ikuik
rapek yang dibuek dek nagoghi yang isi e caro-caro untuak pengughangan
ugi dek banjir. Tu untuak yang mudo-mudo ado ikuik goro”
74
Artinya :
“untuk tidak banyak kerugian yang dialami ketika banjir kami dengan
pemuda saling tolong-menolong. Seperti pada kejadian banjir pada tahun
2017 agar padi(hasil panen) tidak ikut terendam atau hanyut, pemuda-
pemuda membawa mobil dan padi(hasil panen) tersebut kamu masukkan
kedalam mobil agar bisa dibawa ketempat yang aman. Selain itu setelah
bencana banjir kami juga ikut rapat yang membahas tentang cara-cara
untuk pengurangan kerugian akibat banjir. Dan untuk yang muda-muda
ikut melakukan gotong royong”
Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh salah satu informan peneliti
yaitu ibuk Ama sebagai berikut:
“untuak indak banyak nagh ugi kalau ado banjir, ibuk kalau la ujan lamo
2 aghi tu ayiagh mulai naiak ibuk mulai ma’angkuik barang-barang uma
jo barang kodai jo truk ka tompek yang indak konai banjir”
Artinya:
“agar kerugian yang dialami tidak terlalu banyak jika terjadi banjir, ibuk
kalau sudah terjadi hujan lama misalnya 2 hari terus menerus dan air
sungai mulai naik ibuk mulai mengangkut barang-barang rumah dan
barang warung dengan memakai mobil truk ke tempat yang tidak terkena
banjir”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat
tidak hanya menunggu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah nagari
saja melainkan masyarakat juga melakukan upaya-upaya agar masyarakat tidak
mengalami kerugian yang besar akibat banjir seperti dengan memindahkan
barang-barang ke tempat yang tidak terkena banjir.
Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu informan peneliti yaitu ibuk
Iyuk sebagai berikut:
75
“yang ibuk laku’un untuak ngughangan ugi dek banjir ko paliang kalau la
ujan yia torui sampai 2 malam ibuk mulai mindaan barang ka lantai ate
le, uma ibuk ko kan ado 2 lantai jadi yo kalau la ayiagh la mulai naiak
ibuk mulai mindaan barang ka lantai ate le yang indak konai dek banjir di
le”.
Artinya:
“yang ibuk lakukan untuk mengurangi kerugian akibat banjir ini ya kalau
sudah hujan secara terus menerus selama 2 malam ibuk mulai
memindahkan barang ke lantai atas rumah ibuk, rumah ibuk ini kan ada
dua lantai jadi ya kalau air mulai naik ibuk memindahkan barang ke lantai
2 yang tidak terkena banjir”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa selain dengan
memindahkan barang dengan kendaraan, masyarakat yang memiliki rumah
dengan lantai 2 juga memanfaatkan lantai 2 rumah mereka tersebut untuk
menyimpan barang-barang agar tidak terkena banjir.
Selain dari pihak pemerintah nagari masyarakat juga ikut terlibat dalam
melakukan upaya mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung Malintang yaitu salah
satunya ikut melaksanakan gotong royong (kerja bakti) dalam melaksanakan
program pemerintah nagari yang bertujuan untuk pengurangan dampak banjir
seperti yang terlihat pada gambar 5.5
76
Gambar 5.5 Kerja Bakti Masyarakat Ditepian sungai Batang Maek
Sumber: RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021
Hal ini juga dipertegas dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan salah satu informan peneliti yaitu Bapak Sukses selaku Kepala Jorong
Batu Belah, sebagai berikut:
“ untuak caro pengughangan dampak banjir ko alah ado progamnyo
daghi nagoghi paliang kami sebagai perangkat nagoghi mambantu untuak
menyampaikan pada masyarakat untuak bisa melaksanakan program di.”
Artinya:
“Untuk cara pengurangan dampak banjir ini sudah ada programnya dari
nagari, kami sebagai bagian dari perangkat nagari hanya bisa membantu
untuk menyampaikan pada masyarakat agar program tersebut bisa
terlaksana”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam
melakukan upaya mitigasi ini pemerintah nagari, perangkat nagari (kepala
jorong), masyarakat, pihak BPBD Kabupaten Limapuluh Kota mempunyai
perannya masing-masing yang saling berhungan satu sama lain seperti pemerintah
77
nagari membuat program mitigasi lalu kepala jorong menyampaikan program
tersebut kepada masyarakat, dan masyarakat melaksanakan program tersebut dan
BPBD mengatasi penyebab banjir serta membentuk perpanjangan tangan agar
lebih cepat tanggap jika ada terjadi kejadian.
Dalam melaksanakan upaya mitigasi bencana banjir ini pemerintah nagari
sebagai sebuah sistem tidak melakukannya sendiri melainkan ada subsistem yang
membantu yaitu masyarakat, bamus, LPM maupun dari pihak BPBD Kabupaten
Limapuluh Kota. Setiap subsistem ini tentunya mempunyai peran dan fungsi
tersendiri dalam melakukan upaya mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung
Malintang ini. Dan untuk dapat mengetahui mengenai peran dan fungsi dari sub-
subsistem itulah peneliti menggunakan teori fungsional struktural yang
diungkapkan oleh Talcot Parson yang memakai konsep AGIL. Yang pertama
Pemerintah nagari yang berperan sebagai koordinator dalam melakukan upaya
penanganan bencana yang tentunya pemerintah nagari berfungsi menyediakan
sumber dana dan alokasi dana mitigasi dari APBNagari, kemudian pemerintah
nagari membuat rancangan program mitigasi dalam RPJM Nagari. Selanjutnya
pemerintah nagari beserta perangkat nagari dan juga masyarakat melaksanakan
kegiatan-kegiatan program mitigasi seperti membuat bronjong tepian sungai,
melaksanakan normalisasi sungai, penanaman ditepian sungai dan lainnya.
Sehingga tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut yakni untuk dapat
mengurangi dampak kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir dapat
tercapai. Dalam melaksanakan program tersebut pemerintah nagari perpedoman
pada peraturan nagari tahun 2016 mengenai RPJM Nagari tahun 2016-2021 yang
78
memberikan arah kejelasan arah pembangunan. Yang kedua Bamus dan LPM
yang mempunyai peran menerima aspirasi masyarakat serta menyampaikannya
kepada pihak pemerintah nagari,selain itu Bamus dan LPM juga berperan dalam
membantu serta mengawasi pemerintah nagari. Yang ketiga masyarakat, dalam
penanganan bencana masyarakat merupakan elemen penting yang membantu
pelaksanaan penanganan bencana.
Pada bagian keempat konsep AGIL yaitu Laten Pattern atau Pemeliharaan
Pola-pola, pemerintah nagari bersama dengan masyarakat melakukan
gotongroyong untuk tetap melanjutkan upaya-upaya mitigasi banjir dan
meningkatkan sikap tanggap bencana.
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang telah peneliti lakukan di
Nagari Gunung Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten
Limapuluh Kota dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menemukan upaya-upaya
mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah nagari Gunung Malintang sebagai
berikut: 1) Rancangan program mitigasi di RPJM Nagari 2016-2021,
2)Pelaksanaan program pembuatan bronjong, 3) Mengadakan sosialisasi,
4)Pelaksanaan program penanaman di tepian sungai, 5) Melakukan kerjasama
dengan pihak BPBD Kabupaten Limapuluh Kota. Selain dari pihak pemerintah
nagari upaya mitigasi juga dilakukan oleh BPBD Kabupaten Limapuluh Kota
yaitu sebagai berikut: 1) Menghancurkan batu besar yang menghambat aliran air
di daerah hulu, 2) Menempatkan perpanjangan tangan BPBD (Tim SAR).
6.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh kesimpulan, maka disarankan :
1. Untuk pemerintah nagari Gunung Malintang agar lebih memperhatikan
pelaksanaan program-program mitigasi sehingga diharapkan program
tersebut dapat terlaksana secara maksimal dan dampak kerugian yang
diakibatkan oleh bencana banjir dapat berkurang.
2. Sebagai bahan informasi tambahan untuk memperkaya literatur
kepustakaan dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai
upaya mitigasi bencana banjir.
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, A. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
BAKORNAS, B. (2007). Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir Tahun
2007-2008. Jakarta: Pelaksana Harian BAKORNAS PB. Retrieved from
https://bencana-kesehatan.net/images/referensi/ebook/PEDOMAN
Penanggulangan Banjir2007 - BAKORNAS.pdf
Bungin, B. (2000). Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Surabaya:Rajawali Pers
Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik
Dan Ilmu Sosial Lainnya (2nd ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Data Bencana 2011-2019. (n.d.).
Departemen RI, D. R. (2007). Banjir. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan.
Garna, G., & Judistira, K. (1999). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif.
Bandung: Primaco Akademika.
Hermon, D. (2012). Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Banjir, Longsor,
Ekologi, Degradasi Lahan, Puting Beliung, Kekeringan. (E. Barlian & A.
Abdurahman, Eds.). Padang: UNP Press.
Ifdil, I., & Ghani, F. A. (2017). Pengembangan dan Validasi Modul Konseling
Kesehatan Mental Pasca Bencana Untuk Konselor. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 1(1), 13–23.
Irwan, I. (2015). Dinamika Dan Perubahan Sosial Komunitas Lokal. Yogyakarta:
Deepublish.
Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. (R. M. . Lawang, Ed.)
(1st ed.). Jakarta: PT. Gramedia.
KOGAMI, SC-DRR, & ESCAP, U. N. (2012). Rencana Kontijensi Menghadapi
Bencana Tsunami Provinsi Sumatera Barat. Padang: KOGAMI SC-DRR.
Lukito, A. F. (2014)."Mitigasi Bencana Banjir DiDesa Ngrombo Kecamatan Baki
Kabupaten Suko Harjo". Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
80
81
Muchlis, A. (2017)."Analisis Penanggulangan Bencana Banjir di Kecamatan
Soppeng".Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.
Pokja AMPL Kabupaten Lima Puluh Kota. (2012). Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Sarilamak: Pokja
AMPL Kabupaten Lima Puluh Kota. Retrieved from
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.limapul
uhkota/Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota.pdf
Rahmawati, K. (2017)."Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana
Banjir Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2017". Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
RPJM Nagari Gunung Malintang Tahun 2016-2021. (n.d.).
Saebani, B. A. (2016). Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.
Siswoko, S. (1985). Pola Pengendalian Banjir pada Sungai. Jakarta: Dirjen
Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.
Sugiyono, S. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif : Proposal Dan Laporan
Penelitian. Bandung: Al-Fabeta.
Tjandra, K. (2017). Empat Bencana Geologi Yang Paling Mematikan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Zainuddin, M. (2014). Ranah Minang Dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Dokumen Banjir Nagari Gunung Malintang Tahun 2017
Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf di akses tanggal 1 Maret 2019
http://bpbd.sumbarprov.go.id di akses pada tanggal 03 April 2019
82
Lampiran I
PEDOMAN WAWANCARA
UPAYA PEMERINTAHAN NAGARI DALAM RANGKA MITIGASI BENCANA
BANJIR DI NAGARI GUNUNG MALINTANG, KECAMATAN PANGKALAN
KOTO BARU, KABUPATEN LIMAPULUH KOTA
1. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Hari/Tanggal Penelitian :
Pertanyaan Penelitian
I. Bagaimana upaya pemerintahan Nagari Gunung Malintang dalam melakukan
upaya mitigasi bencana banjir?
a. Pihak Masyarakat
1. Apakah bapak/ibu pernah menjadi korban banjir?
2. Apakah pemerintahan nagari ada memberikan pengetahuan mengenai mitigasi
bencana kepada bapak/ibu?
3. Menurut bapak/ibu apakah pemerintah nagari sudah melaksanakan cara-cara
agar kerugian akibat banjir dapat berkurang? Apa saja bentuknya?
4. Untuk mengurangi kerugian akibat banjir apa saja upaya yang bapak/ibu
lakukan?
5. Setelah kejadian banjir apakah bapak/ibu menerima bantuan? Dalam bentuk
apa saja bantuan tersebut? Dari mana saja bantuan tersebut berasal?
6. Dalam melaksanakan upaya pengurangan dampak banjir apakah pemerintah
nagari melibatkan masyarakat?
b. Pihak Pemerintahan Nagari
1. Apa saja kerugian yang diakibatkan oleh banjir?
2. Apa penyebab banjir terjadi di Nagari Gunung Malintang?
3. Apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah nagari dalam melakukan
mitigasi bencana banjir?
4. Sejak kapan pemerintah nagari melakukan upaya mitigasi bencana banjir?
83
5. Apakah dalam melakukan upaya mitigasi pemerintahan nagari melibatkan
masyarakat?
6. Bagaimana cara pemerintah nagari dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
akan ancaman bencana banjir?
7. Apakah ada peraturan yang dibuat oleh pemerintah nagari dalam rangka
melakukan upaya mitigasi?
c. Pihak-pihak lain
1. Bagaimana menurut bapak/ibu melihat potensi bencana banjir yang ada di
Nagari Gunung Malintang?
2. Apakah bapak/ibu bersedia terlibat dalam melakukan mitigasi bencana banjir di
Nagari Gunung Malintang? Mengapa ?
3. Sejak kapan bapak/ibu melakukan kegiatan di Nagari Gunung Malintang ini?
4. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam rangka membantu
melakukan mitigasi bencana banjir di Nagari Gunung Malintang?
5. Menurut bapak/ibu apa penyebab banjir di Nagari Gunung Malintang?
84
PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
NAGARI GUNUANG MALINTANG
PERATURAN NAGARI GUNUANG MALINTANG
Nomor Tahun 2016
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NAGARI GUNUANG MALINTANG
TAHUN 2016 – 2021
TAHUN 2016
85
BAB VIII
PROGRAM PEMBANGUNAN NAGARI
Program Pembangunan Nagari meliputi 4 ( empat ) bidang yaitu (1)
bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, (2) Pelaksanaan Pembangunan
Nagari, (3) Pembinaan Kemasyarakatan Nagari dan (4) Pemberdayaan
Masyarakat Nagari.
8.1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
Sub Bidang Kegiatan
Penetapan dan Penegasan Batas
Nagari
Musyawarah Penetapan Batas Nagari
Pembuatan gerbang / gapura / Tanda batas
Nagari
Pendataan Nagari Pendataan Aset Nagari
Penyusunan Tata Ruang Nagari Penyusunan tata ruang Nagari
Pernag Tata Ruang Nagari
Pemekaran Nagari
Penyelenggaraan Musyawarah
Nagari
Penyelenggaraan rapat – rapat
Penyelenggaraan Musrenbang
Pengelolaan Informasi Nagari Pendataan profil Nagari
Pengolahan Data Base Nagari
Pengadaan WIFI
Penyelenggaraan Perencanaan
Nagari
Penyusunan RKP Nagari
Penyusunan kerangka pembangunan
Pengadaan Studi Banding Wali,Perangkat
dan Bamus
Penyelenggaraan Evaluasi tingkat
Perkembangan Pemerintahan Desa
Pengadaan Monitoring dan Evaluasi
perkembangan Nagari
Penyelenggaraan kerja sama antar
Nagari
Pendirian BUMNag bersama
86
Pembangunan dan Pengadaan
sarana dan prasarana kantor nagari
Pembangunan dan Pengadaan sarana dan
prasarana kantor Wali Nagari
Pembanguanan dan Pengadaan sarana dan
prasarana Bamus
Pembangunan dan Pengadaan sarana dan
prasarana kantor Jorong
Rehap Kantor Jorong
Kegiatan lainnya sesuai kondisi
Nagari
Pengadaan dan Pemeliharaan Kendaraan
Dinas
Pelatihan dan Pendidikan Aparatur Nagari
dan lembaga Nagari
Pemetaan Tanah Ulayat dan Tanah Kas
Nagari yang berpotensi
Sosialisai Peraturan Nagari
Pembuatan Pernag
Pembuatan Produk Hukum Nagari
8.2 Bidang pelaksanaan pembangunan Nagari
Sub bidang Kegiatan
Pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan infrastruktur dan
Lingkungan Nagari antara lain :
1. Jalan Pemukiman Pengaspalan jalan Kabupaten
Perbaikan dan pembangunan Jalan Nagari
Pembangunan Dam
Pembuatan Ram Ac Jalan
Pembukaan dan Pengerasan jalan Baru
Pembangunan drainase jalan Nagari
87
Pembuatan Gorong-gorong Jalan
Pembangunan dan Rehap Jembatan
2. Jalan Nagari antar pemukiman
ke wilayah pertanian
Pembangunan jalan usaha tani
Pembangunan dan rehap jembatan jalan
usaha tani
Pembukaan dan Pengerasan Jalan Usaha
Tani
3. Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro
Pengadaan dan Perbaikan Lampu Jalan
4. Infrastruktur Nagari lainnya
sesuai dengan kondisi Nagari
Pembangunan Bronjong
Pembangunan Pandam pinggir tebing
Pembangunan Matel Bronjong
Normalisasi Sungai
Pembangunan dan Pemeliharaan Irigasi
Pembukaan Sawah
Pembangunan jalan ke tempat Objek
Wisata
Pembangunan Dam
Pembangunan Gedung Museum
Pembangunan dan Rehap Gedung Serba
Guna
Pembangunan Gedung Galeri Adat
Pembangunan Gedung Pemuda
Rehab Balai Adat dan Balai Pertemuan
Lanjutan Pembangunan dan Rehap Masjid
/ Surau/ Mushallah
Pembuatan Salter Ikan Larangan
Pembuatan Pentas Permanen
Pembangunan dan Pemeliharaan Pos
88
Ronda
Pembangunan dan rehap WC Masjid /
Surau/ Mushallah
Pembangunan dan rehap Pagar Masjid /
Surau/ Mushallah
Pembuatan Gobah Masjid / Surau/
Mushallah
Penambahan Tower Tekomsel
Pengadaan Saran dan Prasarana
Penanggulangan Bencaha
Pembangunan,pemanfaatan dan
pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kesehatan antara lain:
1. Air besih berskala Nagari Pengadaan Fasilitas air Bersih
Perbaikan sarana dan prasarana air bersih
Pemeliharaan sarana air bersih
Pembangunan Dam Intake air MBersih
2. Sanitasi lingkungan
3. Pelayanan kesehatan Nagari
seperti Posyandu
Pengadaan Saran dan Prasarana Posyandu
Pemberian makanan tambahan balita
Pemberian makanan tambahan lansia
4. Sarana dan prasarana
kesehatan lainnya sesuai
kondisi Nagari
Pembangunan Poskesri
Pembangunan/ Rehab Pustu
Pembangunan Puskesri
Pengadaan Honor kader Posyandu
Pengadaan Bidas Desa
Pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan dan kebudayaan antara
89
lain :
1. Taman baca masyarakat Pengadaan Gedung Pustaka
Pengadaan Buku Bacaan
2. Pendidikan anak usia dini Pengadaan Sarana dan Prasarana
TK/PAUD
Peningkatan kesejahteran guru
Rehab halaman TK/PAUD
3. Balai Pelatihan/kegitan Belajar
Masyarakat
Pengadaan Guru Gaji Irama
4. Pengembangan dan Pembinaan
Sanggar seni
Pengadaan Alat Kesenian
Pelatihan Kasenian
Pengadaan Baju Seragam kesenian
Sarana dan prasarana pendidikan
dan pelatihan lainnya sesuai
kondisi Nagari
Pembangunan Gedung SLTA
Penambahan / Rehap Lokal SDN/ MI,
SMP
Pembangunan Gedung Pondok Pasantren
Fastabiqul Khairat
Pembangunan DAM SD dan SMP
Pembuatan Ruang Pustaka SD/MI
Pembuatan Pagar SD/MI
Pembuatan Gerbang dan Nama SD/MI
Pembangunan dan Rehap Mushalalh
SD/MI, SMP
Rehap Kantor dan Rumah Dinas SD, SMP
Pembangunan dan Rehap WC SD
Pembuatan Tempat Parkir SD dan SMP
90
REKAPITULASI USULAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN NAGARI
NAGARI : GUNUANG MALINTANG
KECAMATAN : PANGKALAN KOTO BARU
KABUPATEN : LIMA PULUH KOTA
PROVINSI : SUMATERA BARAT
Laki-laki perempuan A-RTM
Penyelenggaraan Pemerintah Nagari -
a Penyusunan penghasilan tetap & tunjangan Wali Nagari dan perangkat Nagari dalam RPJM
Nagari, RKP Nagari dan APB NagariNagari 14 org x 12 bln bulan 11 org 3 orang
b Penyusunan Tunjangan BAMUS dalam RPJM Nagari, RKP Nagari dan APB Nagari Nagari
9 org x 12 bln Paket 8 orang 1 orang
c Penyusunan Operasional Perkantoran dalam RPJM Nagari, RKP Nagari dan APB NagariNagari
1 Paket - -
dPenyusunan Operasional BAMUS dalam RPJM Nagari, RKP Nagari dan APB Nagari
Nagari 1 Paket 30 orang -
ePenyusunan Operasional JORONG dalam RPJM Nagari, RKP Nagari dan APB Nagari
Nagari 1 Paket 30 orang -
Pelaksanaan Pembangunan Nagari
a. Pengaspalan jalan PropinsiNagari
3000 Meter
b. Pengsapalan Jalan KabupatenNagari
6700 Meter
c. Rabat Beton Jalan PorosNagari
4050 Meter
d. Rabat Beton Jalan lingkar dan lingkungNagari
10700 Meter
e. Pembukaan dan Pengerasan Jalan Nagari
9700 Meter
f. Jalan Usaha TaniNagari 26700
Meter
g. JembatanJorong 6 Paket
h. Jembatan Usaha TaniJorong 2 pakat
i. Gorong-GorongJorong 1 paket
j. DreanaseNagari/Jorong 3500 Meter
2
1
No Rencana Lokasi
Kegiatan Perkiraan Volume satuan
Penerima Manfaat
Usulan Rencana Kegiatan berdasarkan Bidang
VI. FORMAT REKAPITULASI USULAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN NAGARI
91
k. Lampu JalanNagari /jorong 8
paket
l. Pembuatan dan Pemeliharaan IrigasiNagari 6750
Meter
m. Pembukaan SawahJorong 2
Hektar
n. EmbungNagari/Jorong 2
paket
o. BronjongNagari/Jorong 6900
Meter
p. Mantel BronjongNagari/Jorong 1
paket
q. Normalisasi SungaiNagari/Jorong 3600
Meter
r. PendamanNagari/Jorong 305
Meter
s. Pafin BlokNagari/Jorong 1975
Meter
t. Rehap Masjid dan SurauNagari/Jorong 8
Unit
u. Pembuatan dan Rehap WC Masjid dan surauNagari/Jorong 24
unit
v. Pembanguan Teras Masjid dan MushallahNagari/Jorong 150
Meter
w. Pembuatan Tempat Wuduk MasjidNagari/Jorong 2
unit
x. Pencoran Halaman Masjid Jorong 500
Meter
y. Pengadaan Menara dan Qubah Masjid dan MusallahNagari 2
paket
z. Pembuatan Piri-piri MushallahJorong 1
paket
aa. Pengadan pagar MushallahJorong 300
Meter
bb. Pembuatan loteng MushallahJorong 1
paket
cc. Pengadaan Air BersihNagari 7
Paket
dd. Pembangunan PuskesriJorong 3
Unit
ee. Rehap Pustu Jorong 3
unit
ff. Pengadaan Pagar PustuJorong 620
Meter
gg. Pembuatan WC PustuJorong 2
unit
hh. Pengadaan gedung PosyanduJorong 5
unit
ii. Pembangunan Pos RondaJorong 3
paket
92
Banjir LongsorAngin
RibutKebakaran Banjir Longsor
Angin
RibutKebakaran
10 PANGKALAN KOTO BARU KOTO ALAM 1 1 1 2 6
PANGKALAN KOTO BARU MANGGILANG 2 1
PANGKALAN KOTO BARU GUNUANG MALINTANG 6 6
PANGKALAN KOTO BARU PANGKALAN 9 1 3
PANGKALAN KOTO BARU TANJUANG BALIK 4 1
PANGKALAN KOTO BARU TANJUANG PAUAH 1
DATA BENCANA ALAM DAN NON ALAM
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
TAHUN 2011 - 2019
KECAMATANNo.
JENIS BENCANA KORBAN
DESA
93
Ringan Sedang Berat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
- - - - a. Rumah Penduduk
a. Jalan 1
c. Jembatan
- - - - a. Rumah Penduduk13 6 2
b. Kantor 1 1
c. Tempat Ibadah 2
d. Balai Kepemudaan 1
- - - - a. Rumah Penduduk6 4 3
b. Kantor/Sekolah 1
c. Tempat Ibadah
d. Balai Kepemudaan
- - 2 1 a. Rumah Penduduk 2 5
b. Kantor
c. Tempat Ibadah
d. Balai Kepemudaan
- - - - a. Rumah Penduduk
a. Jalan
c. Jembatan 15 26 April 2012 Nagari Batu Balang Kec. HarauPutusnya Jembatan Gantung Koto Harau Belum Diselesaikan
4 09-Apr-12 Nagari Limbanang Angin Puting Beliung Belum Diselesaikan
3 09 April 2012 Nagari Koto Kaciak Angin Puting Beliung Belum Diselesaikan
2 09 April 2012 Nagari Kubang Angin Puting Beliung Belum Diselesaikan
1 31 Januari 2012 Nagari Koto Lamo Kec. Kapur IXBencana Alam Tanah Longsor Belum Diselesaikan
LAPORAN BENCANA ALAM TAHUN 2012
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
No Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari JENIS BENCANA
Data Korban DATA KERUSAKAN
KetMeninggal Hilang Luka Berat Luka Ringan Jenis Sarana
Jenis Kerusakan
94
Ringan Sedang Berat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
- - - - a. Rumah Penduduk30 13 13
- - - - b. Puskesri 1
- - - - c. Gudang Kayu 1
- - - - d. Balai Adat 1
- - - - e. Rumah Gadang 1 1
- - - - f. Surau 1
- - - - g. Kandang Sapi 1
Banjir yang mengakibatkan Badan Jalan- - - - a. Jalan 1
dijorong Batu Balabuah I Kenagarian
Sungai Naniang Kec. Bukik Barisan
Turun ± 15 m
Curah Hujan tinggi mengakibatkan - - - - a. Jembatan 1
tingginya debit air Batang Sinamar
dan mengakibatkan ambruk jembatan
Ranah yang menhubungkan Jorong Lareh
Nan Panjang dengan Jorong Seberang
Air Nagari Batu Payung dan Jorong Coran
dan Sungai Ipuh di Nagari Sitanang
Kec. Lareh Sago Halaban
- - - - a. Rumah Penduduk 1 1
Amblasnya Jalan dijorong Galugua menuju- - - - 1
Jorong Koto Tangah sepanjang 10 m
Jalan dari Jorong Mongon menuju
Jorong Tanjung terjadi Longsor
mengakibatkan tertimbunnya badan jalan
sepanjang ± 6 m
- - - - a. Rumah Penduduk 1
10 25 & 26 Oktober 2012 Kec. Kapur IX Belum Diselesaikan
11 31 Oktober 2012
Nagari Koto Baru Simalanggang
Angin Puting Beliung Sudah DiselesaikanKec. Harau
8 21 Oktober 2012 Nagari Batu Payuang Belum Diselesaikan
9 25 Oktober 2012 Nagari Sarilamak Kec. Harau Angin Puting Beliung Sudah Diselesaikan
7 04 Oktober 2012
Nagari Sungai Naniang
Belum DiselesaikanKec. Bukik Barisan
6 19 September 2012 Kecamatan Lareh Sago Halaban Angin Puting Beliung Sudah Diselesaikan
DATA KERUSAKAN
KetMeninggal Hilang Luka Berat Luka Ringan Jenis Sarana
Jenis KerusakanNo Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari JENIS BENCANA
Data Korban
95
Ringan Sedang Berat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Longsor Dijalan menuju Jorong Bandar- - - -
Rait sepanjang 10 m- - - -
a. Runtuhnya Badan jalan dijorong Taratak - - - - a. Jalan 1
sepanjang 10 m dengan kedalaman 8 m
b. Tertimbunnya badan jalan- - - - a. Jalan 1
dijorong Taratak
Robohnya saluran irigasi tereh tarunjam- - - - a. Irigasi 1
Jorong Mangunai setinggi ± 20 m
a. Bencana Longsor dijorong Bandar Raid- - - - a. Rumah Penduduk 2
b. Musholla 1
b. Terbannya badan jalan menuju - - - - a. Jalan 1
Jorong Bandar Raid sepanjang ± 6 m
c. Terbannya badan jalan diPalo Koto - - - - a. Jalan 1
sebanyak 2 titik.
Terban/runtuhnya badan Tebing Penahan - - - - a. Jembatan 1
Pondasi Jembatan dan Badan jalan b. Jalan 1
dijorong buluh kasok
Banjir dan Lonsor dijorong balik bukik- - - - a. Jalan 1
merendam sawah dan merobohkan badan
jalan propinsi ambruk ± 4 m
mengakibatkan putusnya perhubungan
Pangkalan - Kapur IX
Terban/runtuhnya Trotoar Jalan masuk - - - - a. Jalan 1
Kantor Bupati Kab. Lima Puluh Kota
dijorong Sarilamak
Banjir Jorong Lokuah Godang- - - - a. Irigasi 1
19 10 Nopember 2012
Nagari Pangkalan
Belum DiselesaikanJorong Lokuah Godang
18 07 Nopember 2012
Nagari Sarilamak
Belum DiselesaikanKec. Harau
17 07 Nopember 2012
Nagari Gunuang Malintang
Belum DiselesaikanKec. Pangkalan Koto Baru
16 06 Nopember 2012
Nagari Sarilamak
Belum DiselesaikanKec. Bukik Barisan
14 04 Nopember 2012 Nagari Ampalu Belum Diselesaikan
15 05 Nopember 2012
Nagari Baruah Gunuang
Belum DiselesaikanKec. Bukik Barisan
13 04 Nopember 2012
Nagari Suliki
Belum Diselesaikan
Kec. Suliki
12 01 Nopember 2012
Nagari Baruah Gunuang
Belum Diselesaikan
Kec. Bukik Barisan
DATA KERUSAKAN
KetMeninggal Hilang Luka Berat Luka Ringan Jenis Sarana
Jenis KerusakanNo Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari JENIS BENCANA
Data Korban
96
Ringan Sedang Berat
1 07 Februari 2015Nagari Gunuang Malintang
Kec.Pangkalan Koto BaruBanjir - - - -
Jembatan
Roboh - - -
3 M x 6
M
2 22 Februari 2015 Nagari Kubang Kec.GuguakKebakara
nRumah 1
Rp.80.00
0.000,-
Nip.19620402 198603 1 005 Nip.19740414 199603 1 001
Payakumbuh, Februari 2015
Diketahui Kasi Kedaruratan
Kabid Kedaruratan dan Logistik
Firmansyah Rahmadinol, S.Pd
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BULAN FEBRUARI 2015
No Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari
JENIS
BENCA
NA
Data Korban DATA KERUSAKAN
KetMeningg
alHilang
Luka
Berat
Luka
Ringan
Jenis
Sarana
Jenis Kerusakan
LAPORAN BENCANA ALAM
97
Ringan Sedang Berat
1 04 Mei 2015Nag.Maek Kec.Bukik
BarisanAngin Kencang/Ribut Rumah 1
Surat Keterangan Bupati
No.12/BPBD-LK/V/2015
2 07 Mei 2015 Jr,Mudiak Liki
Nag.Kurai Kec.SulikiBanjir Bandang
Jalan,
Jembatan
dan
rumah
3 08 Mei 2015Nagari Suliki
Kec.SulikiBanjir - - - -
Sawah,Je
mbatan - - 1 5 Ha
4 19 Mei 2015Nagari Koto Bangun
Kec.Kapur IXKebakaran Rumah 1 Rp.50.000.000,-
5 20 Mei 2015
Nagari Sitanang
Kec.Lareh Sago
Halaban
Angin Puting Beliung Rumah
6 20 Mei 2015Nagari Kurai
Kec.Suliki
Longsor tebing bukit ruas
jalan Suliki -KuraiJalan 1
Surat Keterangan Bupati
no.15/BPBD-LK/V/2015
7 21 Mei 2015Nagari Taeh Bukik
Kec.PayakumbuhLongsor Jalan
8 24 Mei 2015
Jr.Buluh Kasok,
Nag.Sarilamak
Kec.Harau
Longsor dan Banjir
Bandang
Jalan,
rumah
Jalan 1,
Rumah 4
Surat Keputusan Bupati
No.16/BPBD-LK/V/2015
Tanggal 29 Mei 2015
9 25 Mei 2015
Nagari Sitanang
Kec.Lareh Sago
Halaban
Angin Puting Beliung Rumah 1
10 25 Mei 2015Jr Gadang Nag.Sariak
Laweh kec.Akabiluru Terban badan jalan Jalan 1
Surat Keputusan Bupati
No.17/BPBD-LK/V/2015
Tanggal 29 Mei 2015
11 26 Mei 2015
Nagari Gunuang
Malintang
Kec.Pangkalan Koto
Baru
BanjirSungai,Je
mbatan
12 26 Mei 2015Nagari Batu Hampar
Kec.AkabiluruLongsor Jalan 1 Rp.50.000.000,-
13 26 Mei 2015
Nagari Sungai
Balantiak
Kec.Akabiluru
LongsorIrigasi,Jal
an
Nip.19580816 198903 1 004 Nip.19740414 199603 1 001
Payakumbuh, Mei 2015
Diketahui Kasi Kedaruratan
Kabid Kedaruratan dan Logistik
EDY, SH.MH Rahmadinol, S.Pd
Meningg
alHilang
Luka
Berat
Luka
Ringan
Jenis
Sarana
Jenis Kerusakan
LAPORAN BENCANA ALAM
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BULAN MEI 2015
No Tanggal KejadianLokasi
Kecamatan/NagariJENIS BENCANA
Data Korban DATA KERUSAKAN
Ket
98
Ringan Sedang Berat
Rumah di Kampung Durian Tinggi
Jorong Cinta Maju- - 1
sawah di Jorong ronah - - 3 ha
sawah - - 35 ha
2 1 Februari 2016 Nagari Sialang Kec. Kapur IX Banjir Jebolnya Tanggul Batang Kapur - - 1
3 5-8 Februari 2016Nagari Baruah Gunung, Kec.Bukik
BarisanBanjir
Jalan Raya, Jalan Lingkar,Rumah Penduduk,
Fasilitas Umum,Irigasi 9 - 11
4 6-7 Februari 2016Nagari Sungai Naniang Kec. Bukik
BarisanTanah Longsor jalan, rumah, fasilitas umum 2 - 11
5 6-8 Februari 2016Nagari Tungkar Kec. Situjuah Limo
NagariBanjir Saluran Irigasi Nunang - 15 m -
Batu Bronjong Batang Sinamar jorong
Suliki Pasar200 m
Badan jalan irigasi batang liki jorong
Suliki Pasar2 titik
Batu Bronjong Batang Liki Jorong
Suliki Baruah150 m
badan Jalan di Jorong Jariangau 5 titik
Sawah di Jorong Soriak - 0,5 ha -
Tali Bandar gosan di Jorong Sialang - 1 -
Jembatan Gantung Jorong Ateh Koto
Dan Jorong Lombah- 2 -
Badan Jalan Jorong Ateh Koto - - 1di laksanakan tanggap
darurat
sawah dan Kebun Masyarakat - - 10 ha
8 6-8 Februari 2016Nagari Pandam Gadang Kec.
Gunuang OmehLongsor Jalan
9 7 Februari 2016Nagari Pangkalan Kec. Pangkalan
Koto BaruBanjir 1 - - - Rumah
10 7 Februari 2016Nagari Banja Loweh Kec. Bukik
BarisanLongsor Jalan
7 6-8 Februari 2016 Nagari Sungai Rimbang Kec. Suliki Banjir dan Longsor
6 6-8 Februari 2016 Nagari Suliki Kec. Suliki Banjir dan Longsor
1 1 Februari 2016 Nagari Durian Tinggi Kec. Kapur IX Banjir
DATA KERUSAKAN
KetMeninggal Hilang
Luka
Berat
Luka
RinganJenis Sarana
Jenis Kerusakan
LAPORAN BENCANA ALAM
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BULAN FEBRUARI 2016
No Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari JENIS BENCANA
Data Korban
99
11 7 Februari 2016Nagari Batu Payuang Kec. Lareh
Sago HalabanBanjir sawah, badan jalan
Sawah 200 H
Jembatan Gantuang Jorong Sialang 1
Tanggul Batang Kapur 40 H
Rumah Penduduk - - 3
PLTMH - - 1
PAM SIMAS - - 1
Jembatan 1 - -
14 7 Februari 2016Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro
Padang PanjangLongsor Saluran iIrigasi 300 m
15 7-8 Februari 2016 Nagari Galugua Kec. Kapur IX Banjir SD N 04 Galugua 1
16 7-8 Februari 2016Nagari Gunuang Malintang
Kec.Pangkalan Koto BaruBanjir 1 - - - Rumah, Sawah, Jalan Provinsi, Pasar
17 7-8 Februari 2016 Nagari Pilubang Kec.Harau Longsor Runtuhnya Badan jalan
18 7-8 Februari 2016 Nagari Galugua Kec. Kapur IX Banjir bandang SD N 01 Galugua - - 1
19 7-9 Februari 2016 Nagari Andiang Kec. Suliki Banjir dan Longsor Sawah, Jalan, Jembatan
20 8 Februari 2016 Nagari Maek Kec.Bukik Barisan Longsor, Terbanyya Jalan Lahan Pertanian,kolam warga, rumah
21 8 Februari 2016Nagari Koto Tinggi Kec. Gunuang
OmehLongsor Badan Jalan, Rumah
22 8 Februari 2016 Kecamatan Gunuang Omeh Longsor Jalan
23 8 Februari 2016 Nagari Pauh Sangik Kec. Akabiluru Banjir Sawah dan Jalan
24 8 Februari 2016 Nagari Tanjuang Bungo Kec. Suliki Longsor Rumah, Sawah
13 7 Februari 2016 Nagari Galugua Kec. Kapur IX Banjir bandang
12 7 Februari 2016 Nagari Sialang Kec. Kapur IX Banjir
100
Ringan Sedang Berat
1 3 Maret 2017 Nagari Sialang Kecamatan
Kapur IXBanjir
Rumah,Lahan
Pertanian,dan Perikanan 1
2 3 Maret 2017 Nagari Pangkalan
Kec.Pangkalan Koto BaruBanjir
Rumah lahan pertanian
dan perikanan2,548
3 3 Maret 2017 Nagari Koto Alam
Kec.Pangkalan Koto Baru Longsor 6 2
Rumah dan lahan
Pertanian
4 3 Maret 2017
Nagari Gunuang Malintang
Kecamatan Pangkalan Koto
Baru
Banjir dan Longsor
5 3 Maret 2017 Nagari Tanjung Balit
Kec,Pangkalan Koto BaruBanjir dan lonsor 1
Longsor Tebing jalan dan
terputusnya jalan negara
Pyk -PKU
1
6 3 Maret 2017 Kecamatan Kapur IX Banjir dan Longsor Mesjid Dan Surau 1
7 3 Maret 2017 Nagari koto Bangun
Kecamatan Kapur IX Banjir dan Longsor Pipa Air Bersih (PAB) ]
8 3 Maret 2017
Jorong Balai Kenagarian
Batubalang Kecamatan
Harau
Banjir Bandang Hamparan Sawah 19 unit kolom
9 3 Maret 2017
Jorong koto Kecil
Kenagarian Batubalang
Kecamatan Harau
Banjir Bandang Hamparan Sawah
5 unit kolom,5 unit
pondok Batu Bata,1
Buah Kincir air
tradisional
10 3 Maret 2017
Jorong Bancah Kenagarian
Batubalang Kecamatan
Harau
Banjir Bandang Hamparan Sawah,Kebun
Sayur,Rumah
28 unit kolom,12
Bidang kebun cabe,11
bidang kebun jagung,4
pondok batu merah,2
unit rumah
11 3 Maret 2017
Jorong Koto Harau
Kenagarian Batubalang
Kecamatan Harau
Banjir Bandang Hanparan Sawah 3 Unit Kolom
12 4 Maret 2017
Jorong Tiga Alur
Kenagarian Batubalang
Kecamatan Harau
Banjir Bandang Hanparan Sawah 6 Unit Kolom
Jenis Kerusakan
LAPORAN BENCANA ALAM
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BULAN MARET 2017
No Tanggal KejadianLokasi
Kecamatan/NagariJENIS BENCANA
Data Korban DATA KERUSAKAN
KetMeninggal Hilang
Luka
Berat
Luka
RinganJenis Sarana
101
13 4 Maret 2017
Jorong Padang Ambacang
Kenagarian Batubalang
Kecamatan Harau
Banjir Bandang Hanparan Sawah 8 Unit Kolom
14 4 Maret 2017
Jorong Boncah Kenagarian
Batubalang Kecamatan
Harau
Banjir Bandang Ruas Jalan KabupatenDam Penahan jalan
Patah 10 m
15 6 Maret 2017
Jorong Situjuah Gadang
Nagari Situjuah gadang
Kecamatan Situjuah Limo
Nagari
Jembatan Runtuh
16 6 Maret 2017 Kecamatan Guguak Banjir dan LongsorRumah dan Fasilitas
lainnya 1
17 10 Maret 2017 Nagari Buruiah Gunuang
Kecamatan Bukik Barisan Hujan Deras
Irigasi
18 31 Maret 2017Nagari Tarantang
Kecamatan HarauKorban jatuh di Bukit 1
Korban meninggal An
Fidrianto
Diketahui Payakumbuh, Maret 2017
Kabid Kedaruratan dan Logistik Kasi Kedaruratan
Rahmadinol, S.Pd Hendrijon, S.Sos
Nip.19740414 199603 1 001 Nip.19650111 198611 1 002
102
Ringan Sedang Berat
1 1 November 2018Jorong Koto Tuo Nagari Mungka
Batang Kayu Tumbag
2 2 November 2018kecamatan Luak, Nagari Mungo
Banjir Rp 23.000.000
3 2 November 2018Kecamatan Lareh Sago Halaban, Nagari Bukik Sikumpa, Nagari Sitanang
Banjir Rp 4.100.000.000
4 3 November 2018
Kecamatan Mungka,Nagari
Simpang Kapuak, Nagari Sungai Antuan dan Nagari Talang Maur
Banjir Rp 302.000.000
5 3 November 2018
Kecamatan Harau, Nagari Tarantang, Nagari Taram, Nagari Sarilamak,Nagari Pilibang, Nagari Bukik Limbuku, Nagari Batu Balang
Banjir Rp 1.499.500.000
6 3 November 2018Kecamata Pangkalan Koto Baru, Nagari Pangkalan,
Nagari Gunung Malintang
Banjir Rp 12.000.000
7 3 November 2018Kecamatan Gunung Omeh, Nagari Koto Tinggi
Banjir
8 3 November 2018Kecamatan Kapur IX, agari Muaro Paiti,Nagari Koto Limo
Banjir
9 3 November 2018Kecamatan Suliki, Nagari Sungai Rimbanang
Banjir
10 3 November 2018 DINAS PUPR Bajir dan Logsor Rp 26.000.000.000
11 3 November 2018 DINAS PERIKANAN Bajir Rp 1.584.340.000
12 3 November 2018DINAS TANAMAN PANGAN DAN KUTURA (PERTANIAN)
Banjir Rp 1.600.000.000
13 5 November 2018 koto alam Pagkalan kayu tumbang
14 12 November 2018 Tajung Jajaran Kec. Kapur IX Orang Hilang v
15 26 November 2018 Nagari Ampalu Orang Hilang
Rp 35.120.840.000
Diketahui Payakumbuh, November 2018
Kabid Kedaruratan dan Logistik
Rahmadinol, S.Pd
Nip.19740414 199603 1 001
Kepala Pelaksana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota
H.JONI AMIR,S.Sos
Nip.19650619 1990031 003
JUMLAH
Meningg
alHilang
Luka
Berat
Luka
Ringan
Jenis
Sarana
Jenis Kerusakan
LAPORAN BENCANA ALAM
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BULAN NOVEMBER 2018
No Tanggal Kejadian Lokasi Kecamatan/Nagari JENIS BENCANAData Korban DATA KERUSAKAN
Perkiraan kerugian
103
104
105
106
107
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1 : Kondisi Banjir Nagari Gunung Malintang Tahun 2016
Sumber:http://www.bumn.go.id/ptpn6/berita/0-PTPN-VI-Beri-Bantuan-untuk-
Korban-Banjir-Gunung-Malintang
108
Gambar 2 : Rumah Masyarakat Yang Terendam Banjir
Sumber:http://www.swatt-online.com/empat-jorong-di-gunung-malintang-
dilanda-air-bah/
Gambar 3: Wawancara Peneliti Dengan Sekretaris Nagari
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti
109
Gambar 4: Wawancara Dengan Bamus
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti
Gambar 5 : Wawancara Dengan Masyarakat
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti
110
DOKUMENTASI OBSERVASI PENELITIAN
Gambar 1. Bronjong Di Jorong Bancah Lumpur
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019
Gambar 2. Bronjong Di Jorong Balik Bukit
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019
111
Gambar 3. Rumah Masyarakat Jorong Batu Belah Di tepian Sungai
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019
Gambar 4. Lokasi Pengambilan Batu, Pasir dan Kerikil di Jorong Koto Mesjid
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019
112
Gambar 5. Bronjong Di Jorong Koto Lamo
Sumber: Dokumentasi Observasi Peneliti Tahun 2019