UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

91
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (Penelitian Di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Oleh : DEDEH MARYATI 2016.4.4.1.00521 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON TAHUN 2020

Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(Penelitian Di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh :

DEDEH MARYATI

2016.4.4.1.00521

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM

BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2020

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

i

NOTA DINAS

Kepada Yth :

Ketua Program Studi

IAI Bunga Bangsa

di

Cirebon

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan

skripsi dari DEDEH MARYATI Nomor Induk Mahasiswa :

2016.4.4.1.00521 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Kerjasama Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Penelitian Di

RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon)” bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada ketua prodi

untuk dimunaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wr

Menyetujui,

Pembimbing I

Drs. Sulaiman, M.MPd

NIDN. 2118096201

Pembimbing II

Eman Sulaiman, M.Ag

NIDN.

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

ii

PERSETUJUAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(Penelitian Di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon)

Oleh :

DEDEH MARYATI

NIM. 2016.4.4.1.00521

Menyetujui,

Pembimbing I

Drs. Sulaiman, M.MPd

NIDN. 2118096201

Pembimbing II

Eman Sulaiman, M.Ag

NIDN.

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

iii

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

iv

ABSTRAK

Dedeh Maryati, NIM : 2016.4.4.1.00521, “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Kerjasama Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Penelitian Ini

Bertempat Di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon)”.

Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan kerjasama anak melalui model pembelajaran berbasis proyek

pada Kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari Kedawung Cirebon. Model

pembelajaran digunakan dibatasi pada model pembelajaran berbasis proyek.

Jenis penelitian yang digunakan adalah tindakan kelas dengan subjek yaitu

anak didik kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari Kedawung Cirebon yang

berjumlah 15 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode observasi dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui observasi, wawancara,

dokumentasi, catatan chek list dan catatan anekdot.

Kegiatan pra tindakan yang mengawali penelitian ini menghasilkan data

bahwa nilai rata-rata kemampuan kerjasama anak baru mencapai nilai 59%.

Tindakan dalam penelitian kemampuan kerjasama ini dilakukan dalam dua

siklus. Berdasarkan hasil dari siklus II, nilai rata-rata kemampuan anak telah

mencapai nilai 96%. Perkembangan ini telah mencapai indikator keberhasilan

dimana penelitian dikatakan berhasil apabila telah mencapai nilai 80%.

Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

Kata kunci: kemampuan kerjasama, model pembelajaran berbasis

proyek, penelitian tindakan.

Abstract : This class action research aims to improve children's

collaboration skills through a project-based learning model in B2 RA Nurul

Huda Pilangsari Kedawung Cirebon. The learning model used is limited to

the project based learning model. This type of research is a classroom action

with a subject that is students of B2 RA Nurul Huda Pilangsari Kedawung

Cirebon, amounting to 15 children. Data collection methods used are

observation and documentation methods. The data analysis technique used is

descriptive qualitative through observation, interviews, documentation, check

list notes and anecdotal notes.

The pre-action activities that started this study produced data that the

average value of children's collaboration skills reached 59%. The action in

this collaboration capability study was carried out in two cycles. Based on

the results of the second cycle, the average value of children's abilities has

reached 96%. This development has reached an indicator of success where

the research is said to be successful if it has reached 80%. Thus, this

research can be said to be successful.

Keywords: collaboration ability, project-based learning, action research.

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga

tercurahkan kepada jungjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

sahabatnya dan kita selaku umatnya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah Prodi PIAUD IAI BUNGA BANGSA

Cirebon.

Terselesaikannya skripsi ini, tidak lepas dari bimbingan dan motivasi

dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan syukur dan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak H. Oman Fathurohman, M.A., Rektor IAI Bunga Bangsa

Cirebon.

2. Bapak Drs. Sulaiman, M.MPd., Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Bunga

Bangsa Cirebon sekaligus pembimbing I.

3. Ibu Suzanna, M.Pd, Ketua Prodi PIAUD IAI Bunga Bangsa Cirebon.

4. Bapak Eman Sulaiman, M.Ag, Selaku Dosen Pembimbing 2.

5. Bapak/Ibu Dosen dan staf Tata Usaha Fakultas Tarbiyah PIAUD IAI

Bunga Bangsa Cirebon.

6. Kepada RA Nurul Huda dan semua guru RA Nurul Huda Kecamatan

Kedawung Kabupaten Cirebon.

7. Siswa dan siswi RA Nurul Huda Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon.

8. Ibu dan keluargaku yang selalu mendukung

9. Semua sahabat-sahabatku terutama yang telah memberikan motivasi

dan do’a.

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan penulisan ke depannya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga ilmu yang telah

penulis peroleh di kampus ini dapat bermanfaat. Amin.

Cirebon, Juni 2020

Penulis

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

vii

DAFTAR ISI

NOTA DINAS ........................................................................................................ i

PERSETUJUAN....................................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6

A. Kajian Pustaka....................................................................................... 6

1. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini .................................... 6

2. Anak Usia Dini ......................................................................... 13

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ...................................... 18

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 23

C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 25

D. Hipotesis Tindakan ............................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 29

A. Desain Penelitian ................................................................................. 29

1. Jenis Penelitian ......................................................................... 29

2. Tempat Penelitian ..................................................................... 30

3. Waktu Penelitian ....................................................................... 30

B. Subjek Penelitian ................................................................................. 31

C. Prosedur Tindakan .............................................................................. 32

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

viii

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 34

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35

F. Teknik Instrumen Penelitian ............................................................... 36

G. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 43

A. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 43

1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 43

2. Subjek Penelitian ...................................................................... 43

3. Deskripsi Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan ................... 44

B. Hasil Penelitian ................................................................................... 46

1. Siklus I ...................................................................................... 47

2. Siklus II ..................................................................................... 55

C. Pembahasan ......................................................................................... 63

D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 66

A. Simpulan ............................................................................................. 66

B. Saran.................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 70

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ................................................................................. 30

Tabel 3.2 Daftar Anak Kelompok B2 .................................................................. 31

Tabel 3.3 Tabel Konversi Persentase .................................................................. 36

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi ................................................................. 37

Tabel 3.5 Rubrik Pedoman Observasi Kemampuan Kerjasama .......................... 37

Tabel 3.6 Kriteria Indikator Penilaian ................................................................. 39

Tabel 3.7 Rubrik Observasi Kemampuan Kerjasama Anak ................................ 39

Tabel. 3.8 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak ....................................... 40

Tabel 4.1 Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan ...................................... 44

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan ................. 45

Tabel 4.3 Kemampuan Kerjasama Anak Siklus I................................................ 52

Tabel 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Pra Tindakan dan Siklus I ....................... 53

Tabel 4.5 Kemampuan Kerjasama Anak Siklus II .............................................. 61

Tabel 4.6 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus

II dalam Kemampuan Kerjasama Anak............................................................... 62

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek ....... 22

Gambar 2.2 Kerangka berfikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ....................... 27

Gambar 3.1 PTK Model Kurt Lewin ................................................................... 32

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Kerjasama Pra Tindakan ................................. 47

Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Kerjasama Anak Siklus I ................................ 54

Gambar 4.3 Grafik Rekapitulasi Rata-rata Persentase Kemampuan Kerjasama

Anak Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II ................................................................ 62

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagian terpenting pada sebuah negara adalah Pendidikan,

dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional menyatakan bahwa : pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan sudah dilakukan sejak anak usia dini dengan

melalui jalur formal seperti TK atau RA, jalur nonformal

seperti KB atau TPA dan jalur informal yang dilakukan di

dalam lingkungan keluarga. Islam juga menganjurkan pendidikan

yang dilakukan mulai sejak dini. Pendidikan usia dini

merupakan upaya pembinaan yang dilakukan kepada anak dari

sejak lahir sampai usia 6 tahun dengan memberikan rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohaninya sehingga anak memliki kesiapan untuk

melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.

Tujuan pendidikan usia dini yaitu membentuk anak yang

berkualitas, anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan

tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang

optimal di dalam memasuki pendidikan dasar.

Pada hakikatnya anak usia dini dalam undang-undang sistem

pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 adalah sekelompok

manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun, ini merupakan

masa golden age karena pada usia ini anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Oleh karena itu,

anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan sesuai dengan

usianya agar anak menjadi unggul dalam bidang agama maupun

intelektualnya.

Menurut (Al-Hasan, 2017) umat islam sepatutnya

memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dan pembinaan

individu untuk mencapai predikat “umat terbaik”, sebagaimana

dinyatakan Allah dalam firman-Nya :

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

2

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar.” (Q.S. Ali Imran : 110)

Secara umum perkembangan anak usia dini mencakup

berbagai aspek diantaranya perkembangan fisik, sosial, emosi dan

kognitif. Di dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan

No. 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak

usia dini pada pasal 5 dinyatakan bahwa aspek-aspek

pengembangan dalam kurikulum PAUD mencakup nilai agama,

nilai moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional dan

seni.

Dalam mengembangkan beberapa aspek di atas, anak belajar

melalui panca indranya, seperti indra penglihatan, penciuman,

perabaan, pendengaran, kekuatan motorik halus dan kasarnya

serta kemampuan berfikir, bernalar, mengingat, dan memproses

segala informasi yang diperolehnya dari lingkungan.

Kemampuan– kemampuan itu akan sangat berfungsi bagi anak

ketika beradaptasi dengan lingkungan. Kerjasama adalah proses

belajar untuk menjadi makhluk social yang saling membantu satu

sama lain. Oleh karena itu, anak yang memiliki kemampuan

kerjasama adalah anak yang bisa menyesuaikan dirinya dengan

orang lain.

Melihat dari observasi awal di RA Nurul Huda Desa Pilangsari

Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon, kondisi kerjasama

anak–anak di kelompok B2 masih kurang hal ini ditandai dengan

anak-anak masih bersikap individualis, belum bisa saling berbagi

baik dalam hal makanan ataupun mainan, masih memilih-milih

teman, ingin selalu diperhatikan dan belum ada kesadaran diri

dalam mengajak temannya bermain bersama. Selain itu, guru

masih menggunakan metode ceramah untuk mengatasi masalah

ini.

Menurut Zainudin ( 2 0 0 9 ) kerjasama merupakan

kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain

yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua

pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya

norma yang mengatur. Untuk mempermudah anak memahami apa

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

3

yang kita sampaikan, maka kita dapat menggunakan beberapa cara

atau model pembelajaran.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru (Helmiati, 2012). Dengan kata

lain model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, strategi, dan tekhnik pembelajaran.

Adapun model-model yang diguanakan di dalam pendidikan

anak usia dini yaitu model contextual teaching and learning

(CTL), e-learning, proyek, inkuiri dan masih banyak lagi. Untuk

meningkatkan kemampuan kerjasama anak, dalam penilitian kali

ini menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.

Padia dalam (Tinenti 2018) menyatakan model pembelajaran

berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran yang dalam

pelaksanannya dapat mengajarkan siswa untuk menguasai

keterampilan proses dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari sehingga membuat proses pembelajaran menjadi bermakna.

Bermacam nilai sosial, moral, dan agama dapat ditanamkan

melalui kegiatan proyek. Nilai–nilai sosial yang dapat ditanamkan

kepada anak usia dini yakni bagaimana seharusnya sikap

seseorang dalam hidup bersama dengan orang lain. Dalam hidup

bersama orang lain harus ditanamkan sikap saling menghormati,

saling menghargai, saling membutuhkan, menyadari tanggung

jawab, saling tolong menolong dan bekerjasama.

Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan diatas,

menarik untuk diteliti lebih dalam dengan diberi judul :

“UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PROYEK (Penelitian Di RA Nurul Huda Desa Pilangsari

Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon) “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka timbul permasalahan yaitu:

1. Anak kelompok B2 RA Nurul Huda masih individualis,

belum bisa berkolaborasi dengan baik.

2. Anak kelompok B2 RA Nurul Huda belum bisa berbagi

dalam hal makanan ataupun mainan.

3. Anak kelompok B2 RA Nurul Huda belum bisa bekerja sama.

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

4

4. Anak kelompok B2 RA Nurul Huda masih suka memilih –

milih teman

5. Belum adanya kesadaran diri dalam anak untuk

mengajak temannya bermain.

6. Kurangnya cara guru dalam mengatasi masalah kerjasama

anak.

C. Pembatasan Masalah

Melihat identifikasi masalah yang ada maka dalam penelitian

kali ini dibatasai pada :

1. Aspek yang diteliti adalah social emosional anak usia dini

khususnya dalam bekerjasama.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran berbasis proyek.

3. Subjek penelitiannya adalah anak Kelompok B2 di RA Nurul

Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada pembatasan masalah di atas,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah model

pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan

kerjasama anak–anak di kelompok B2 RA Nurul Huda Desa

Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis

proyek dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak–anak di

kelompok B2 RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan

Kedawung Kabupaten Cirebon.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis bagi

pembaca.

1. Manfaat Teoritis

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

5

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran sosisal emosional anak

usia dini khususnya dalam hal kerjasama. Serta dapat

menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana upaya

meningkatkan kemampuan kerjasama anak menggunakan

model pembelajaran berbasis proyek dan sebagai bahan bagi

peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dengan

permasalahan yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru PAUD

Sebagai penambah wawasan bagi guru tentang model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya

meningkatkan kerjasama anak salah satunya dengan

model pembelajaran berbasis proyek. Dan juga menjadi

masukan bagi guru agar lebih memahami social emosi

anak.

b. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian diharapkan dapat menambah

model pembelajaran baru yang dapat diimplementasikan

oleh lembaga sebagai salah satu peningkatan kualitas

mutu lembaga. Sehingga dapat mewujudkan lembaga

pendidikan yang berhasil membentuk anak yang

memiliki sikap kooperatif yang tinggi.

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini

a. Pengertian Kerjasama

Siklus hidup manusia mengalami perkembangan sehingga

dapat menjadi pribadi yang baik. Salah satu aspek perkembangan

dalam kemampuan dasar di taman kanak-kanak ialah

pengembangan sosial emosional. Sosial emosional

memungkinkan anak untuk mengenal dirinya sendiri, orang lain

dan lingkungan sekitar. Dengan adanya aspek perkembangan

sosial emosional diharapkan dapat membantu anak dalam

berinteraksi baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat.

Menurut Narwoko dan Suyanto dalam (Laksmi, 2018)

menjelaskan kerjasama diartikan sebagai salah satu proses social

yang menunjukkan adanya dua orang atau lebih yang bersepakat

untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu secara

bersama-sama. Kerjasama merupakan suatu aktivitas dalam

kelompok kecil dimana terdapat kegiatan saling berbagi dan

bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan sesuatu (Nur

Asma, 2006). Menurut makna tersebut maka dapat diartikan

bahwa aktivitas kerjasama akan terjadi apabila ada dua orang

atau lebih dalam suatu aktivitas dan melakukan kegiatan secara

bersama-sama untuk menyelesaikan sesuatu. Jika aktivitas

tersebut dilakukan hanya satu orang maka tidak termasuk dalam

konsep kerjasama, begitu pula sebaliknya. Persamaan tujuan

dalam kegiatan juga menentukan layak tidaknya aktivitas

tersebut dikatakan kerjasama.

Kerjasama dapat juga diartikan sebagai upaya umum

manusia yang secara simultan mempengaruhi berbagai macam

keluaran instruksional (David W Johnson, 2010). Keluaran

tersebut antara lain tingkat penalaran, retensi, motivasi, daya

tarik interpersonal, persahabatan, prasangka, menghargai

perbedaan, dukungan sosial, rasa harga diri, serta kompetensi

social. Pernyataan-pernyataan itu menjelaskan suatu pengertian

bahwa kerjasama merupakan berbagai usaha yang dilakukan

manusia yang menghasilkan berbagai perilaku yang terkait

dengan interaksi sosial.

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

7

Keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial, adanya

tanggung jawab masing-masing serta adanya saling

ketergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama

merupakan unsur-unsur yang ada di dalam kerjasama (Nur Asma,

2006). Kerjasama cenderung mengarah kepada esensi bahwa di

dalam diri masing-masing orang yang bekerjasama haruslah ada

perasaan satu dan saling bergantung dengan yang lainnya.

Kerjasama juga dapat terbangun apabila ada komunikasi di

dalamnya (Nur Asma,2006).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kerjasama adalah proses interaksi

dua individua atau lebih yang melakukan suatu kegiatan

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain untuk

mencapai satu tujuan. Selama proses tersebut diperlukan

kemampuan diri untuk menjaga sikap dan saling bersinergi.

Kerjasama anak usia dini merupakan kemampuan anak untuk

dapat saling berbagi dan berkolaborasi, membina hubungan baik

dengan teman sebaya dan orang-orang dewasa.

b. Perkembangan Kerjasama Anak Usia Dini.

Anak usia ini mulai melepaskan diri dari keluarga serta

mulai dekat dan berinteraksi dengan orang-orang di luar anggota

keluarganya. Anak biasanya juga mulai terlibat dan berusaha

menjadi anggota kelompok. Pada mulanya anak belum mengerti

perilaku seperti apa yang dapat membuat ia diterima di dalam

kelompok sehingga terkadang terlihat perilaku meniru anak-anak

yang tergolong populer dan berkuasa dalam kelompoknya.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa anak usia dini

tengah mengalami perkembangan sosial yang terlihat pada

hubungan dengan teman sebaya. Hubungan sebaya yang baik

diperlukan untuk perkembangan sosial emosional yang normal,

belajar berinteraksi dalam hubungan yang simetris dan timbal

balik yang berupa memformulasikan dan menyatakan pendapat,

menghargai sudut pandang sebaya, menegosiasikan solusi secara

kooperatif serta mengubah standar perilaku yang diterima oleh

semua (Santrock, 2017).

Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan sebaya

dapat dikatakan merupakan salah satu komponen penting dalam

aspek perkembangan sosial anak. Hubungan dengan teman

sebaya juga merupakan salah satu ciri sosialisasi periode

prasekolah (Ali Nugraha, 2004). Hurlock menyatakan

kerjasama merupakan salah satu pola perilaku dalam situasi

sosial pada awal masa kanak-kanak (Ali Nugraha, 2004). Anak

usia prasekolah sudah mulai memperlihatkan perilaku-perilaku

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

8

sosial yang mengarah pada aktivitas bekerjasama. Hal tersebut

dapat terlihat dari cara anak berkomunikasi serta berkembangnya

tahapan bermain ke arah bermain kooperatif. Anak-anak usia

prasekolah tampak mulai berkomunikasi satu sama lain, memilih

teman untuk bermain serta mengurangi tingkah laku bermusuhan

(Ali Nugraha, 2004).

Kemampuan kerjasama juga merupakan salah satu poin

penting dalam aspek yang merupakan unsur-unsur dalam

kecerdasan emosi. Syamsu Yusuf menyatakan salah satu unsur

tersebut yaitu aspek membina hubungan, diantaranya bersikap

senang berbagi rasa dan bekerjasama, memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain, dapat menyelesaikan konflik

dengan orang lain serta bersikap demokratis dalam bergaul (Ali

Nugraha, 2004). Poin-poin tersebut menggambarkan pentingnya

kerjasama dalam aspek perkembangan sosial emosional anak.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa anak usia dini tengah mengalami

perkembangan sosial dimana anak mengalami perkembangan

dalam hubungan antar teman sebaya. Anak pada usia ini mulai

memisahkan diri dari orang terdekatnya dan mulai tertarik untuk

berinteraksi dengan teman sebaya atau teman sepermainan,

namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi optimal atau

tidaknya perkembangan sosial khususnya dalam hubungan

sebaya ini, sehingga sering terjadi perkembangan sosial yang

tidak optimal, khususnya dalam kemampuan kerjasama.

c. Unsur-unsur Kerjasama Anak Usia Dini.

Secara khusus di dalam kerjasama terdapat unsur-

unsur yang merupakan komponen esensial di dalam kemampuan

tersebut. Menurut David W Johnson dalam (Anita, 2007) unsur-

unsur tersebut antara lain:

1) Saling ketergantungan yang positif

Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan untuk

saling membantu dalam aktivitas tersebut, dengan kata

lain di dalam kerjasama terdapat perasaan saling terhubung

satu sama lain.

2) Tanggung jawab perseorangan

Tanggung jawab perseorangan dibutuhkan agar masing-

masing merasa bahwa aktivitas tersebut adalah tanggung

jawab mereka dan harus diselesaikan.

3) Interaksi

Interaksi atau hubungan penting dalam sebuah kerjasama

agar masing-msing dapat memanfaatkan kelebihan dan

mengisi kekurangan. Selain itu akan lebih baik jika dalam

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

9

interaksi kerjasama yang terjadi adalah tatap muka secara

langsung.

4) Komunikasi

Komunikasi jelas merupakan komponen penting dalam

kerjasama, karena melalui komunikasi masing-masing dapat

memahami satu sama lain sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman. Komunikasi ini juga merupakan salah satu

komponen dalam skil-skil interpersonal yang penting dalam

kerjasama. Selain itu komunikasi tidak akan terlepas dari

skil-skil interpersonal lain antara lain kepemimpinan,

pengambilan keputusan, kepercayaan, serta manajemen

konflik.

5) Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan dalam kerjasama maka

diperlukan suatu aktivitas yang disebut evaluasi. Evaluasi ini

merupakan bagian dari komponen pemrosesan kelompok

(group processing).

d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Usia Dini.

Secara garis besar terdapat tiga faktor yang menpengaruhi

proses perkembangan sosial yang optimal bagi seorang anak

yaitu kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi lingkungan

(Suryana, 2016). Apabila kesehatan fisik terganggu anak akan

mengalami emosi yang tinggi. Begitu juga dengan psikologisnya,

apabila kondisi psikologi anak tidak stabil maka emosi anak akan

mengalami kecemasan yang berlebihan dan akan sulit untuk

bekerjasama. Dari lingkungan apa yang anak dapat akan

mengganggu perlikau social anak. Berikut ini merupakan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional

anak usia dini adalah : (Novan Ardy Wiyani, 2014)

1) Faktor Hereditas

Faktor hereditas merupakan factor bawaan yang diturunkan

dari orangtua biologis atau orangtua kandung kepada

anaknya. Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang

anak sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :

a) Bakat : setiap anak yang dilahirkan memiliki bakat

tertentu. Berbagai macam baka bisa dimiliki oleh anak

seperti bakat musik, seni, melukis termasuk kerjasama.

Bakat yang dimiliki oleh anak tersebut biasanya

diwariskan dari orangtuanya.

b) Sifat-sifat Keturunan : sifat-sifat yang diwariskan oleh

orangtua atau nenek moyang pada seorang anak bias

berupa fisik maupun psikis. Seperti salah satu bentuk

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

10

anggota tubuh dan sifat pemalas, pandai, mudah bergaul

dan sebagainya.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki kekuatan yang sangat besar

terhadap perkembangan social anak. Lingkungan

memberikan pengalaman psikologis dari sebelum ada sampai

dilahirkan ke dunia. Faktor lingkungan ini meliputi :

a) Keluarga

Keluarga menjadi lingkungan pertama dan paling utama

dalam perkembangan social anak. Orang tua adalah

pendidik bagi anak. Pola asuh orangtua, sikap serta

situasi dan kondisi yang melingkupi orang tua dapat

berpengaruh terhadap perkembangan social anak.

b) Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak.

Disekolah ia dapat berhubungan dengan teman sebaya

dan guru. Teman sebaya akan memberikan pengaruh

dalam perkembangan social anak ketika mereka bermain.

Stimulus yang diberikan guru juga memiliki pengaruh

yang besar untuk mengoptimalkan perkembangan social

anak. Guru menjadi contoh perilaku bagi anak dimana

anak usia dini adalah peniru yang unggul. Oleh karena

itu, guru harus mampu menjadi contoh teladan yang baik

bagi anak.

c) Masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan individua tau kelompok

yang di ikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan

agama. Terdapat lima unsur yang ada dalam maysarakat ;

Hidup Bersama dua orang atau lebih, Hidup bercampur

dan bergaul cukup lama, Hidup dalam kesatuan yang

utuh, Kehidupan bersama menimbulkan sebuah

kebudayaan tersendiri sehingga merasa adanya

keterikatan diantara mereka, Adanya aturan yang jelas

dan disepakati bersama.

3) Faktor Umum

Faktor umum merupakan campuran antara factor hereditas

dan factor lingkungan. Faktor umum yang dapat

memengaruhi perkembangan anak usia dini antara lain :

a) Jenis Kelamin

Dalam menghadapi suatu masalah dalam pergaulan anak

laki-laki cenderung akan menyelesaikan berdasarkan

logika sedangkan anak perempuan cenderung dengan

perasaan atau emosi.

b) Kelenjar Gondok

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

11

Hasil penelitian bidang menunjukkan betapa pentingnya

peranan yang dimainkan oleh kelenjar gondok terhadap

perkembangan fisik-motorik dan psikis, termasuk

didalamnya perkembangan social dan anak usia dini.

Kelenjar gondok tersebut memengaruhi

perkembangannya, baik pada waktu sebelum lahir

maupun pada pertumbuhan dan perkembangan

sesudahnya.

c) Kesehatan

Kesehatan merupakan factor umum yang memengaruhi

perkembangan anak usia dini. Anak-anak yang memiliki

kesehatan yang baik akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang baik pula termasuk didalamnya

perkembangan socialnya.

Berdasarkan penjelasan dari kedua teori di atas maka

penulis dapat menyimpulkan, bahwa dalam meningkatkan

perkembangan kerjasama anak usia dini terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan kerjasama anak usia dini berbeda antara anak satu

dengan anak lainnya. Namun semua faktor sama-sama dapat

mempengaruhi perkembangan kerjasama anak.

e. Manfaat kerjasama untuk anak usia dini

Sebuah kutipan sederhana dari Henry Ford yang berbunyi

berkumpul bersama adalah sebuah permulaan, tetap bersama

adalah kemajuan, bekerja bersama adalah kesuksesan (David W

Johnson dkk, 2010). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan kerjasama mengandung manfaat yang cukup besar

dalam kehidupan individu. Secara umum kemampuan kerjasama

memiliki manfaat yakni aktivitas menjadi lebih cepat

terselesaikan dan cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang

tinggi. Kemampuan kerjasama ini juga dinilai sangat penting

apabila dimanfaatkan pada ranah pendidikan anak usia dini.

Menurut Nur Asma (2006), bagi anak usia dini kemampuan kerja

sama ini dapat:

1) Menumbuhkan rasa kebersamaan

Anak akan terlibat dalam kegiatan atau aktivitas berkelompok

sehingga secara otomatis anak akan berinteraksi dengan

temannya pada saat ada dalam aktivitas kerjasama. Hal

tersebut apabila dilaksanakan secara kontinyu maka bukan

tidak mungkin rasa kebersamaan anak akan semakin kuat.

2) melatih anak untuk terbiasa berkomunikasi di dalam

kelompok.

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

12

Anak yang berada pada situasi bekerjasama dalam kelompok

mau tidak mau anak akan dipaksa untuk memunculkan

berbagai interaksi sosial. Interaksi tersebut dapat terwujud

secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal anak

berinteraksi melalui aktivitas fisik atau bahasa tubuh

sedangkan interaksi verbal berupa saling berdialog atau

bercakap-cakap. Kegiatan berdialog tersebut akan membuat

anak terbiasa berkomunikasi dengan orang lain.

3) Menumbuhkan keaktifan anak

Aktivitas-aktivitas anak dalam kelompok dilakukan dengan

teman sebayanya. Hal tersebut memungkinkan anak untuk

lebih leluasa beraktivitas serta mengungkapkan ide dan

pendapat. Keleluasaan tersebut secaraotomatisakan

memunculkan kenyamanan dalam diri anak sehingga saat

anak merasa nyaman dalam lingkungan kelompok tersebut,

keaktifan anak juga tumbuh semakin besar.

4) Memunculkan semangat dalam diri anak.

Saat anak bekerjasama dalam kelompok dan dia merasa

dirinya diterima dalam kelompoknya tersebut maka semangat

dalam diri anak juga akan semakin meningkat. Anak menjadi

semakin termotivasi untuk melakukan berbagai hal yang dapat

membuat kelompoknya menjadi semakin baik dan dirinya

semakin diterima dalam kelompok tersebut.

5) Memacu anak untuk lebih berani mengungkapkan

pendapatnya.

Sebelumnya menyatakan bahwa perasaan anak akan menjadi

nyaman dan leluasa saat dirinya berada dalam kelompok

sebaya sehingga semakin anak merasa nyaman maka anak

semakin berani dalam berpendapat dan menggali idenya.

Kerjasama juga dapat meningkatkan kecakapan individu anak

dalam memecahkan masalah, dapat menghilangkan perasaan-

perasaan negatif dengan teman sebaya anak, serta tidak

membuat anak terlampau kompetitif atau dengan kata lain

bersikap individual dan mementingkan diri sendiri (Nur Asma

2006). Kerjasama atau interpedensi positif juga akan

menghasilkan interaksi promotif atau bersifat meningkatkan

ketika masing-masing anak saling mendukung dan

memfasilitasi usaha dari teman-teman sebayanya satu

sama lain (David W Johnson dkk, 2010).

Piaget juga menyatakan bahwa anak-anak yang

bekerjasama akan memunculkan konflik-konflik sosio kognitif

yang menciptakan ketidakseimbangan kognitif yang pada

gilirannya akan memicu kemampuan pengambilan persepsi dan

perkembangan kognitif mereka (David W Johnson, 2010).

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

13

Selama melakukan kerjasama tersebut anak-anak secara tidak

langsung akan terlibat dalam diskusi dimana konflik-

konflik kognitif akan dapat diselesaikan sehingga

memungkinkan kemampuan kognitif anak akan berkembang

lebih baik saat dalam situasi kerjasama.

2. Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 14

dinyatakan bahwa anak usia dini diartikan sebagai abak yang

baerusia lahir (0 tahun) sampai dengan 6 tahun. Kesepakatan

UNESCO anak usia dini adalah kelompok anak yang berada

pada rentang usia 0-8 tahun. Menurut Novan Ardy Wiyani

M.Pd.I (2016) anak usia dini adalah anak yang berusia 0

hingga 6 tahun yang melewati masa bayi, masa batita dan

masa prasekolah.

Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan

(golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan

berperan penting untuk tugas perkembangan anak selanjutnya

(Mulyasa, 2017). Anak usia dini sering disebut anak

prasekolah, masa ini merupakan saat yang paling tepat untuk

meletakan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan

berbagai potensi dan kempuan, salah satunya ialah

mengembangkan aspek sosial emosional.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa anak usia dini adalah individu yang

berusia 0-6 tahun dimana anak tersebut mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat oleh

karena itu perlu adanya stimulus atau rangsangan yang baik

agar pertumbuhan dan perkembangan anak berkembang

secara optimal.

b. Karakteristik Anak Usia Dini

Menurut Agus F. Tangyong dkk (2009) asumsi dasar

mengenai anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut :

1) Setiap anak adalah unik

Setiap anak akan mengembangkan pola reaksi yang

berbeda terhadap rangsangan yang didapat, mereka

berkembang dengan tempo dan kecepatan masing-

masing.

2) Anak berkembang melalui beberapa tahapan

Manusia adalah suatu keutuhan dimana perkembangan

aspek fisik, kognitif, afektif maupun intuitif saling

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

14

berkaitan. Perkembangan setiap anak selalu melalui

beberapa tahapan dimana setiap peningkatan usia

kronologis akan menampilkan ciri-ciri perkembangan

yang khas.

3) Setiap anak adalah pembelajar aktif

Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang

dikerjakannya ketika bermain. Bermain adalah wahana

belajar dan bekerja secara alamiah bagi anak. Anak usia

dini senang memperhetikan, mencium, membuat suara

meraba dan mengecap. Anak lebih mudah belajar apabila

pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental

atau sesuai dengan tahap perkembangannya.

Menurut Madyawati, (2016) karakteristik anak usia dini,

sebagai berikut:

1) Bersifat egosentris

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri,

sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri,

dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.

2) Bersifat unik

Masing-masing anak berbeda satu sama lain. Anak

memiliki bawaan, minat dan latar belakang kehidupan

masing-masing. Meskipun terdapat pola urutan umum

dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola

perkembangan dan belajar anak akan tetap memilki

perbedaan satu sama lain.

3) Mengekspresikan perilakunya secara spontan

Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli atau

tidak ditutup-tutupi. Ia akan marah kalau memang mau

marah, dan ia akan menangis kalau memamang mau

menangis, ia kan memperlihatkan wajah yang ceria disaat

gembira.

4) Bersifat aktif dan energik

Anak suka melakukan berbagai aktivitas, gerak dan

aktivitas bagi anak merupakan suatu kesenangan. Selain

itu, apa yang dilakukan oleh anak merupakan kebutuhan

belajar dan juga perkembangan.

5) Bersifat eksploratif dan berjiwa petualang

Terdorong rasa ingin tahu yang kuat, anak suka

menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal yang baru.

6) Kurang melakukan pertimbangan dalam melakukan

sesuatu Anak belum memilki pertimbangan yang matang

termasuk hal yang membahayakan. Oleh karena itu,

perlunya lingkungan perkembangan dan belajar yang

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

15

aman bagi anak sehingga anak dapat terhindar dari hal

yang membahayakan.

Menurut Novan Ardy Wiyani (2016) karakteristik anak

usia dini yang tengah tumbuh dan berkembang adalah

sebagai berikut:

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ini ditunjukkan

dengan berbagai pertanyaan-pertanyaaan kritis yang

cukup menyulitkan orang tua maupun gurun untuk

menjawab.

2) Menjadi pribadi yang unik. Hal ini ditunjukkan dengan

kegemarannya dalam melakukan sesuatu yang berulang-

ulang tanpa arasa bosan.

3) Memiliki sikap egosentris. Ini ditunjukkan dengan

sikpanya yang cenderung posesif terhadap benda-benda

yang dimilikinya.

4) Memiliki daya konsentrasi yang rendah. Anak mudah

gelisah ketika duduk dan mudah beralih perhatian ketika

mendapatkan objek baru.

5) Menghabiskan sebagian aktifitasnya untuk bermain.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan

bahwa anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda-

beda, oleh karena itu setiap anak tidak boleh di bandingkan

satu dengan yang lainnya, karen setiap anak itu unik. Dengan

diberikan stimulus atau rangsangan yang baik dari pendidik

maupun orang tua akan mengembangkan potensi yang ada

dalam diri anak.

c. Standar tingkat pencapaian perkembangan social anak usia 4

- 6 tahun

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014

Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

standar capaian anak usia dini pada usia 4 – 6 tahun dalam

aspek perkembangan sosial emosional, dapat dijabarkan

dalam tabel berikut :

Capaian perkembangan Usia 4 – 5

Tahun

Usia 5 – 6 Tahun

Rasa Tanggung Jawab

untuk Diri Sendiri dan

Orang Lain

Menjaga diri sendiri

dari lingkungannya

Menghargai

Tahu akan hak

nya

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

16

keunggulan orang

lain

Mau berbagi,

menolong, dan

membantu teman

Mentaati

aturan kelas

(kegiatan,

aturan)

Mengatur diri

sendiri

Bertanggung

jawab atas

perilakunya

untuk kebaikan

diri sendiri

Perilaku Prososial Menunjukan

antusiasme dalam

melakukan

permainan kompetitif

secara positif

Menaati aturan yang

berlaku dalam suatu

permainan

Menghargai orang

lain

Menunjukkan rasa

empati

Bermain

dengan

teman

sebaya

Mengetahui

perasaan

temannya

dan

merespon

secara wajar

Berbagi dengan

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

17

orang lain

Menghargai

hak/pendapat/kary

a orang lain

Menggunakan

cara yang diterima

secara sosial

dalam

menyelesaikan

masalah

(menggunakan

fikiran untuk

menyelesaikan

masalah)

Bersikap

kooperatif dengan

teman

Menunjukkan

sikap toleran

Mengenal tata

krama dan sopan

santun sesuai

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

18

dengan nilai sosial

budaya setempat

*Sumber PERMENDIKBUD Nomor 137 Tahun 2014 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran berbasis proyek dalam

Pendidikan anak usia dini merupakan model pembelajaran

yang menekankan pada pengadaan proyek atau kegiatan

penelitian kecil didalamnya (Muhammad Fathurrohman,

2017). Menurut CORD, pembelajaran berbasis proyek adalah

sebuah model pembelajaran yang inovatif dan lebih

menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-

kegiatan yang kompleks. Padia dalam (Tinenti, 2018)

menyatakan model pembelajaran berbasis proyek merupakan

suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanannya dapat

mengajarkan siswa untuk menguasai keterampilan proses dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga

membuat proses pembelajaran menjadi bermakna.

Berdasakan beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model

pembelajaran berbasis proyek ialah pembelajaran kongkrit

yang dilaksanakan dengan di bagi kedalam kelompok kecil

untuk melakukan analisis terhadap sesuatu yang sudah

ditentunkan bersama, sehingga pembelajaran lebih menarik

untuk anak.

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek

adalah sebagai berikut : (Muhammad Fathurrohman, 2017)

1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang

melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk

memperkaya pembelajaran.

2) Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian

berdasarkan suatu tema yang telah ditentukan dalam

pembelajaran.

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

19

3) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik

dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan

dikembangkan berdasarkan tema yang disusun dalam

bentuk produk (laporan atau karya).

4) Kurikulum

Pembelajaran ini tidak seperti kurikulum tradisional

karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek

sebagai pusat.

5) Responsibility

Pembelajaran berbasis proyek menekankan responsibility

dan answerability para peserta didik ke diri dan

panutannya.

6) Realisme

Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang

serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini

mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap

professional.

7) Active learning

Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan

keinginan peserta didik untuk menentukan jawaban yang

relevan sehingga terjadi proses pembelajaran yang

mandiri.

8) Umpan balik

Diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta

didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini

mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan

pengalaman.

9) Keterampilan umum

Pembelajaran berbasis proyek dikembangkan tidak hanya

pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi

juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang

mendasar seperti seperti pemecah masalah, kerja

kelompok dan self management.

10) Driving question

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

20

Pembelajaran berbasis proyek difokuskan pada

pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik

untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep,

prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

11) Constructive investigation

Pembelajaran sebagai titik pusat, proyek harus

disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.

12) Autonomy

Proyek menjadikan aktivitas peserta didik yang penting,

Blumenfeld mendeskripsikan model pembelajaran

berbasis proyek berpusat pada proses relative berjangka

waktu, unit pembelajaran bermakna.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis

Proyek

Setiap metode pembelajaran terdapat kelebihan dan

kelemahan tersendiri. Hal tersebut juga terdapat dalam model

pembelajaran berbasis proyek. Berikut ini merupakan

kelebihan model pembelajaran berbasis proyek menurut

Moursund beberapa antara lain (Wena, 2016) :

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar,

mendorong kemampuan mereka untuk melakukan

pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3) Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil

memecahkan problem-problem yang kompleks.

4) Meningkatkan kolaborasi.

5) Mendorong siswa untuk mengembangkan dan

mempraktekkan keterampilan komunikasi.

6) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola

sumber.

7) Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktek

kepada siswa dalam mengorganisasi proyek dan membuat

alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti

perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa

secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai

dunia nyata.

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

21

9) Melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi

dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian

diimplementasikan dengan dunia nyata.

10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,

sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses

pembelajaran.

Selain memiliki kelebihan pada model pembelajaran

berbasis proyek juga memiliki kelemahan sebagaimana juga

dengan metode-metode mengajar lainnya. Beberapa

kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek adalah :

1) Banyaknya peralatan yang harus disediakan

2) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan

pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan

3) Ada kemungkinan siswa kurang aktif dalam kerja

kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-

masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa

memahami topik secara keseluruhan.

d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi

pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam

kegiatan pemecah masalah dan tugas-tugas bermakna

lainnya. Pelaksanaannya dapat memberi peluang pada peserta

didik untuk bekerja mengkontruksi tugas yang diberikan guru

yang puncaknya dapat menghasilkan produk karyanya

sendiri.

Berikut ini manfaat pembelajaran berbasis proyek

dalam perkembangan anak usia dini (Muhammad

Fathurrohman, 2017) yaitu:

1) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam

pembelajaran

2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

pemecahan masalah

3) Membantu peserta didik lebih aktif dalam memecahkan

masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa

barang atau jasa

4) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta

didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk

menyelesaikan tugas

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

22

5) Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada

PBP yang bersifat kelompok

6) Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka

kerja

7) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan

sebelumya

8) Peserta didik merancang proses mencapai hasil

9) Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan

mengelola informasi yang dikumpulkan

10) Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu

11) Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang

mereka kerjakan

12) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya

13) Kelas memiliki atmosfer yang member toleransi

kesalahan dan perubahan.

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Berikut ini langkah-langkah dalam pembelajaran

berbasis proyek menurut (Muhammad Fathurrohman, 2017)

yaitu :

Gambar 2.1

Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis

Proyek

1) Penentuan proyek

1. Menentukan

Proyek

2. Perancangan

langkah-langkah

penyelesaian

proyek

3. Penyusunan

jadwal

pelaksanaan

proyek

4. Penyelesaian

proyek dengan

fasilitas dan

monitoring guru

5. Penyusunan

laporan dan

presentasi hasil

proyek

6. Evaluasi

proses dan hasil

proyek

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

23

2) Perancangan langkah langkah penyelesaian proyek

3) Penyususunan jadwal pelaksanaan proyek

4) Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru

5) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

6) Evaluasi proses dan hasil proyek

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa

seorang guru yang akan melaksanakan model pembelajaran

berbasis proyek harus mengetahui langkah-langkah sebelum

melakukannya, hal tersebut agar pelaksanaan model

pembelajaran berbasis proyek dapat berlangsung dengan lancar

dan baik.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan tentang meningkatkan

kemampuan kerjasama anak usia dini penulis mengambil

penelitian oleh :

1. Penelitian pertama Niken Farida (2016) Pengaruh Penggunaan

Metode Proyek Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia 5-6

tahun Di TK Salsa Percut Sei Tuan. Hasil analisis deskriptif

menunjukkan penggunaan metode proyek di kelas eksperimen

lebih baik dibandingkan dari kelas kontrol. Skor tertinggi kelas

eksperimen 13, kelas kontrol 10. Rata-rata kelas eksperimen

11,12, untuk kelas kontrol 7,87. Jumlah anak di kelas

eksperimen yang mendapat nilai di atas rata-rata lebih banyak

(39,39%) dibandingkan di kelas kontrol (30,30%). Sebaliknya

jumlah anak di kelas kontrol yang mendapat nilai di bawah

rata-rata (39,39%) lebih banyak dibandingkan di kelas

eksperimen (30,30%). Hasil uji hipotesis diketahui t-hitung =

11,20 lebih besar dari t-tabel = 1,671. Hal ini menunjukkan

ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode proyek

terhadap perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun di TK Salsa

Kec. Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2015/2016.

Relevansi dari penelitian Niken Farida dengan penelitian saya

adalah metode yang digunakan yaitu metode proyek,

sedangkan yang membedakan dengan penelitian saya adalah

peningkatan kemampuan kerjasama sedangkan pada penelitian

Niken Farida membahas tentang peningkatan kemampuan

perkembangan sosial.

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

24

2. Penelitian kedua Moh Fauziddin (Fauziddin, 2016)

Peningkatan Kemampuan Kerja Sama melalui Kegiatan Kerja

Kelompok Pada Anak Kelompok A TK Kartika Salo

Kabupaten Kampar. Hasil penelitian ini diperoleh hasil

Kemampuan bekerja sama anak pada Siklus II dengan

adanya perbaikan dari Siklus I telah terbukti mengalami

peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase kemampuan

kerjasama anak secara keseluruhan. Yakni pada Siklus I,

persentase kemampuan kerja sama anak adalah 65%. Pada

Siklus II meningkat menjadi 93%. Dari hasil penelitian

tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kerja kelompok

pada dasarnya sudah dapat digunakan di TK akan tetapi harus

disesuaikan dengan karakterisktik anak. Pembelajaran dengan

kerja kelompok dapat melatih kerja sama anak yang meliputi

berbagai unsur seperti kemampuan berinteraksi dengan teman

kelompok,saling membantu dengan teman kelompok dan

tanggung jawab dengan tugas kelompoknya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Gordon (Moeslichatoen, 2004: 138),bahwa

kerja kelompok merupakan kegiatan belajar yang

memungkinkan anak belajar untuk dapat mengatur diri sendiri

agar dapat membina persahabatan, berperan serta dalam

kegiatan kelompok, memecahkan masalah yang dihadapi

kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan Bersama.

Relevansi dari penelitian Moh Fauziddin dengan penelitian

saya adalah membahas tantang kemampuan kerjasama anak,

sedangkan yang membedakan dengan penelitian saya adalah

metode yang digunakan dimana dalam penelitian ini saya

menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sedangkan

penelitian oleh Moh Fauziddin menggunakan metode kerja

kelompok.

3. Penelitian ketiga Sopiah dan Evy Fitria (Fitria, 2019) Upaya

Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Metode

Proyek Usia 5-6 Tahun Di Tk.Nurussyakirin Sindang Jaya

Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian ini terlihat adanya

peningkatan kemampuan sosial emosional anak pada

pembahasan siklus 1, siklus II dan siklus III, anak didik yang

berkembang sangat baik/BSB pada siklus I 8% sedangkan

pada siklus II meningkat sebesar 50% dan pada siklus III

meningkat sebesar 100 %. Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa metode proyek

dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak pada

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

25

kelompok B di TK.Nurussyakirin Sindang Jaya Kabupaten

Tangerang.

Relevansi dari penelitian Sopiah dan Evy Fitria dengan

penelitian saya adalah metode yang digunakan yaitu metode

proyek, sedangkan yang membedakan dengan penelitian saya

adalah focus pembahasannya yaitu kemampuan kerjasama

anak sedangkan penelitian oleh Sopiah dan Evy Fitria

pembahasannya lebih menekankan kepada kemampuan social

emosional anak.

Dari penelitian satu sampai tiga memiliki perbedaan

dengan penelitian kali ini. Perbedaan tersebut ialah peneliti

pertama dan kedua menggunakan metode bermain balok dan kerja

kelompok sedangkan penilitan kali ini menggunakan model

pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan dengan penelitian yang

ketiga menggunakan interaksi dengan teman sebaya untuk

meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini

sedangkan penelitian ini focus membahas tentang kemampuan

kerjasama anak. Sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan

untuk melanjutkan dan membuktikan keberhasilan dari hasil

penelitian-penelitian di atas. Peneliti mengambil judul yaitu

mengenai Upaya Meningkatkan Perkembangan Kerjasama Anak

Kelompok B2 Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek di

RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon.

C. Kerangka Berpikir

Aspek sosial emosional merupakan salah satu dari aspek

perkembangan yang harus dimiliki oleh anak usia dini. Di dalam

aspek sosial emosional terdapat indicator yang sangat penting

yaitu kemampuan bekerjasama. Sehingga untuk meningkatkan

aspek perkembangan tersebut dibutuhkan suatu cara yang inovatif,

tepat dan dapat dengan mudah dipahami oleh anak. Dengan

menggunakan suatu model pembelajaran diharapkan dapat

berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan

perkembangan aspek sosial anak.

Pada kondisi awal anak-anak RA Nurul Huda mengalami

kesulitan dalam hal berinteraksi bersama teman-temannya,

interaksi yang dimaksud dalam hal ini ialah: berkomunikasi,

bekerjasama, dan bermain bersama. Terbukti pada observasi

terdapat beberapa anak yang belum bisa bekerjasama dengan

temannya. Sehingga dapat di artikan bahwa kemampuan kerjasama

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

26

antar anak masih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan proses

pembelajaran sering tidak melibatkan anak-anak dalam belajar

secara kelompok maupun bermain secara berkelompok.

Melihat dari kenyataan di atas maka diperlukan adanya

suatu model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan

proses interaksi antar anak. Diantara berbagai model dalam

pembelajaran, model pembelajaran berbasis proyek merupakan

suatu metode yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berinteraksi antar anak. Melalui model pembelajaran berbasis

proyek diharapkan dapat membuat anak menjadi akrab dan mau

bermain bersama teman-temannya sehingga dengan model

pembelajaran berbasis proyek diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan kerjasama anak.

Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek

terdapat dua siklus untuk mengamati perkembangan anak. Pada

setiap siklus dilakukan perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Siklus yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan

sampai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Secara sistematis, kerangka berpikir dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

27

Gambar 2.2

Kerangka berfikir dalam Penelitian Tindakan Kelas

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas adalah

sebagai berikut : “Dengan menggunakan model pembelajaran

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

Model

pembelajaran

kelompok belum

maksimal

Guru masih

dominan

menggunakan

model klasikal

Dalam

pembelajaran guru

menggunakan

model

pembelajaran

berbasis proyek

Melalui model

pembelajaran

berbasis proyek di

duga dapat

meningkatkan

kemampuan

kerjasama anak

Kemampuan

kerjasama

anak rendah

Siklus I

Guru

menentukan

proyek sesuai

tema

Anak dibagi

menjadi

kelompok kecil

Siklus II

Anak

berkolaborasi

dengan kelompok

Guru

memberikan

reward

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

28

berbasis proyek dapat meningkatkan kerjasama anak pada

kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari”.

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

reasearch). Penelitian tindakan kelas (PTK) diartikan sebagai

kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik

pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-

tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka

mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Risnawati,

2011). Menurut Suryana (2010), mengemukakan bahwa PTK

diartikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan

tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan

yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana

praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Menurut

Ikbal Barlian dan Dewi Koryati (2012) menyebutkan bahwa

PTK adalah penelitian yang dilakukan pendidik secara terus-

menerus mengujicobakan salah satu jenis metode

pembelajaran, pendekatan pembelajaran, Teknik pembelajaran,

model-model pembelajaran yang didapatnya dari buku-buku

pembelajaran sampai akhirnya didapatkannya rangkaian

kegiatan tindakan penerapan yang dapat meningkatkan hasil

pembelajaran secara optimal dan/atau dapat meminimalkan

pelanggaran disiplin atau ketidak tahuan siswa atas materi yang

disampaikan pendidik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ialah kegiatan penelitian yang

dilakukan oleh pendidik di dalam kelas yang diasuhnya dengan

mengujicobakan salah satu model pembelajaran, Teknik

pembelajaran, metode pembelajaran atau yang lainnya dengan

tujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sedang

berlangsung sehingga diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan anak secara optimal.

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

30

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA Nurul Huda. Tepatnya

berada di desa Pilangsari, RT 03, RW 01, Kedawung, Cirebon,

Jawa Barat. Penetapan lokasi penelitian ini dikarenakan adanya

hasil perkembangan aspek sosial yang cenderung lambat dan

kurang dikarenakan metode yang digunakan guru kurang

menarik, anak cenderung bosan dengan pembelajaran yang

disampaikan guru. Di samping itu guru belum pernah

menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam

pembelajaran pada kelompok B di RA Nurul Huda Pilangsari.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari 2020

sampai dengan Mei 2020. Alasan peneliti melaksanakan

penelitian pada bulan Januari 2020 sampai April 2020 karena

merupakan hari efektif belajar.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Jenis

Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan

judul

2. Pengajuan

proposal

5. Mengatur

jadwal

penelitian

6. Siklus 1

a.Perencanaan

b.Pelaksanaan

c.Pengamatan

d.Refleksi

7. Siklus II

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

31

a.Perencanaan

b.Pelaksanaan

c.Pengamatan

d.Refleksi

8. Pengolahan

data

9. Penyelesain

Skripsi

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah anak-

anak kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari tahun pelajaran

2019/2020. Jumlah anak-anak kelompok B2 RA Nurul Huda

Pilangsari tahun pelajaran 2019/2020 adalah 15 anak, dengan

perincian 10 perempuan dan 5 laki-laki.

Tabel 3.2

Daftar Anak Kelompok B2

RA Nurul Huda Pilangsari Kedawung Cirebon

No Nama Kode

Siswa

Jenis

Kelamin

1 ANN A L

2 AR B L

3 ANR C P

4 CH D L

5 DSS E P

6 FZN F P

7 HA G L

8 KPA H P

9 MAF I L

10 NF J P

11 RS K P

12 SD L P

13 SBU M P

14 SAO N P

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

32

15 KH O P

C. Prosedur Tindakan

Menurut Risnawati (2011) mekanisme kerja pada

penelitian ini diwujudkan dalam bentuk siklus yang mencakup

empat tahapan dalam setiap siklusnya. Empat tahapan tersebut

ialah perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan

(observing) dan refleksi (reflecting).

Berikut ini Skema Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

menurut Risnawati (2011) menggunakan model Kurt Lewin

yang tertera pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1

PTK Model Kurt Lewin

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua

siklus, dan setiap siklus mencakup empat tahapan yaitu :

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti

menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat

perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah

instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam

fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap ini guru

merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian

kelas, di antaranya: Mengidentifikasi masalah yang ada di

dalam kelas yang akan menjadikan topik yang perlu

mendapatkan perhatian khusus dan merupakan topik dalam

penelitian ini. Menyusun rencana kegiatan harian yang akan

digunakan dalam penelitian. Menyusun media pembelajaran

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

33

untuk mendukung kegiatan belajar sesuai rencana kegiatan

harian yang telah disusun. Menyusun dan mempersiapkan

pedoman serta lembar observasi yang akan digunakan

untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses

pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu

melakukan tindakan di kelas. Jadi pada tahap kedua ini

merupakan pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan

dalam rencana kegiatan harian. Perlu diperhatikan pada tahap

kedua ini, guru yang sekaligus peneliti dengan dibantu rekan

sejawat hendaknya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap tindakan,

guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang telah

direncanakan sebelumnya dalam rencana kegiatan harian.

Pelaksanaan kegiatan bersifat refleksi dan terbuka terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, akan tetapi

konsep pembelanjaran yang digunakan adalah konsep yang

sama.

3. Tahap Pengamatan Tindakan

Tahap ketiga yaitu kegiatan observasi yang dilakukan oleh

guru kelas yang sekaligus sebagai peneliti dengan dibantu

teman sejawat. Pengamatan ini dilakukan saat pelaksanaan

kegiatan tindakan berlangsung. Pengamatan tidak bisa

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, jika antara tindakan

dan pengamatan berlangsung dalam waktu yang sama.

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati

pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti

yang sekaligus sebagai guru kelas dengan dibantu guru sentra.

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran dengan

berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun

sebelumnya. Dalam tahapan ini, dilakukan pengamatan

terhadap semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi

pelaksanaan tindakan, penelitian yang sekaligus sebagai guru

kelas, menyusun catatan kegiatan yang berisi semua kejadian

yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan

ini dapat dibantu dengan adanya dokumentasi saat

pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Refleksi Tindakan

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi

dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, menganalisis faktor

yang menghambat tercapainya indikator keberhasilan atau hal

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

34

yang perlu ditingkatkan pada situasi berikutnya. Tahap refleksi

memperoleh suatu kesimpulan yang digunakan untuk

memperbaiki siklus berikutnya sehingga, penelitian semakin

dekat dengan keberhasilan. Tahap ini peneliti menganalisis

hasil tindakan yaitu ketercapaian dan kekurangan selama proses pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini digunakan beberapa cara. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah :

1. Observasi

Menurut Suryana (2010) menyatakan bahwa, observasi

adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal

yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam penelitian

ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

peserta didik dalam proses pembelajaran. Observasi ini

dilakukan di dalam kelas saat guru kelas mulai mengajar

dengan menggunakan metode yang diberikan oleh peneliti.

Dalam metode ini juga dibantu dengan checklist dan catatan

anekdot, untuk mengamati perkembangan soial anak setelah

mendapatkan tindakan (Puspitaningtyas, 2016). Menurut

Zainal Aqib, (2017) catatan anekdot adalah cerita singkat

yang menarik dan mengesankan berdasarkan kejadian nyata.

Catatan anekdot dapat menceritakan secara kronologis suatu

kejadian khusus yang dialami anak.

Dari pengamatan ini guru dapat menyimpulkan perbedaan

antara pembelajaran yang masih menggunakan metode

klasikal. Yang dimaksud klasikal disini ialah di RA Nurul

Huda Pilangsari pembelajaran masih melibatkan anak secara

indivudal. Anak-anak jarang melakukan kegiatan yag sifatnya

berkelompok. Setelah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis proyek, anak-anak terlihat lebih aktif

dan mau bekerjasama dengan teman-temannya.

2. Wawancara

Menurut Agung Widhi Kurniawan, Zarah Puspitaningtyas

(2016), Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui tanya jawab secara langsung antara peneliti

dan narasumber atau sumber data.

Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data pada

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

35

penelitian ini adalah wawancara tanya jawab antara guru dan

peserta didik, dimana peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan sederhana untuk menggali informasi tentang

proses pembelajaran sebelum menggunakan model

pembelajaran berbasis proyek atau pra siklus dan sesudah

menggunakan model pembelajaran berbasis proyek atau pada

siklus, hingga memperoleh data yang valid. Wawancara ini

dilakukan oleh peneliti kepada anak (peserta didik).

3. Dokumentasi

Menurut Zainal Aqib, (2017) Dokumentasi adalah proses

pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apa pun, baik

itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran atau arkeologis.

Dalam penelitian ini dokumentasi yang dapat dikumpulkan

adalah profil RA Nurul Huda Pilangsari, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), foto kegiatan

pembelajaran dan data-data lain yang berkaitan dengan

penelitian.

4. Daftar Cocok (Check list)

Menurut Casta (2014) daftar cocok atau checklist adalah

alat pengumpul data yang berupa daftar tentang aspek-aspek

perilaku dan kondisi tertentu yang diambil datanya.

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data diperoleh, tahap berikutnya ialah

analisis data, yaitu proses mengurutkan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan

dengan cara memadukan hasil observasi pada saat penerapan

tindakan dengan hasil tes yang dilakukan pada akhir

pembelajaran, apabila dari hasil analisis didapatkan bahwa

terdapat beberapa diantara langkah-langkah penerapan tindakan

yang telah ditetapkan sebelumnya belum terlaksana dengan baik

dan lancar yang mungkin mempengaruhi hasil tes, maka sebagai

refleksinya perlu diulang kembali pada siklus berikutnya, apabila

sudah menampakkan hasil yang baik. Adapun teknik analisis

dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui observasi,

wawancara, dokumentasi, catatan chek list dan catatan anekdot

dan untuk mengetahui kualitas kerjasama dengan cara

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

36

membandingkan data yang diperoleh dari kondisi awal, siklus I,

dan siklus II yang kemudian data diubah dalam bentuk

persentase.

Menurut Casta (2014) untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari penelitian ini dapat di analisis menggunakan

rumus sebagai berikut :

P = F x 100 %

N

Keterangan :

P = Angka Persentase

F = frekuensi data yang di amati

N = Number of Cases (Jumlah Data)

Data dianalisis dengan rumus persentase tersebut, maka

peneliti memberikan indikator keberhasilan peningkatan

kemampuan anak dalam bekerjasama sesuai kemampuan yang

dimiliki oleh setiap anak. Berdasarkan kriteria kesesuaian di atas

kita tentukan status suatu data atau variable penelitian dengan

table konversi persentase sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Konversi Persentase

Persentase Penafsiran

86% – 100% Sangat Baik

76 % – 85% Baik

60% – 75% Cukup Baik

55% - 59% Kurang Baik

<54% Kurang Sekali

Sumber: Dasar-dasar statistik pendidikan(Casta, 2014)

F. Teknik Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

Chek list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang

berisikan daftar semua aspek yang akan diobservasi, sehingga

observer tinggal memberi tanda ada atau tidak dengan tanda (√)

tentang aspek yang diobservasi. Chek list merupakan alat

observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang

akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu. Peneliti dalam

perkembangan yang harus dicapai oleh anak kelompok B.

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

37

Panduan observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang

berhubungan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis

proyek.

Berikut merupakan kisi-kisi pedoman yang digunakan

dalam lembar observasi :

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi peningkatan Kemampuan

Kerjasama Anak Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Variabel Sub Variabel Keterangan

Kemampuan Kerjasama 1. Kemampuan kooperatif

Anak dapat menunjukkan

perasaan serta sikap kooperatif

dengan saling membantu dalam

kelompok.

2. Kemampuan Anak dapat menunjukkan

Kemampuannya dalam

berinteraksi dengan teman

dalam kelompok.

dalam berinteraksi

3. Kemampuan

berkomunikasi

Anak secara aktif dapat

menunjukkan kemampuannya

berkomunikasi dengan teman

dalam kelompok dan

menghargai hak/pendapat/karya

orang lain.

*Sumber PERMENDIKBUD Nomor 137 Tahun 2014 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

Berikut ini rubrik kegiatan pengamatan atau

observasi peningkatan kemampuan kerjasama melalui model

pembelajaran berbasis proyek :

Tabel 3.5 Rubrik Pedoman Observasi Kemampuan Kerjasama

Variabel Indikator Deskriptif Skor

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

38

Kemampuan

Kerjasama

1. Kemampuan

kooperatif

Jika anak mampu menunjukkan

sikap kooperatif saling membantu

dalam kelompok, khususnya

dalam menyelesaikan proyeknya.

4

Jika anak masih kesulitan

saling membantu dalam

kelompok, khususnya dalam

menyelesaikan proyeknya.

3

Jika anak acuh tak acuh dan tidak

menunjukkan sikap kooperatif,

tidak saling membantu dalam

kelompok, khususnya dalam

menyelesaikan proyeknya.

2

Jika anak belum mampu

menunjukkan sikap kooperatif

saling membantu dalam

kelompok, khususnya dalam

menyelesaikan proyeknya.

1

2. Kemampuan

berinteraksi

Jika anak dapat menunjukkan

kemampuannya dalam

berinteraksi dengan teman selama

pembelajaran berlangsung.

4

Jika anak masih kesulitan

menunjukkan kemampuannya

dalam berinteraksi dengan teman

selama pembelajaran erlangsung.

3

Jika anak cenderung ingin bekerja

sendiri dan tidak mau berinteraksi

dengan teman selama

pembelajaran berlangsung

2

Jika anak tidak dapat

menunjukkan kemampuannya

dalam berinteraksi dengan teman

selama pembelajaran

1

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

39

3. Kemampuan anak

berkomunikasi

Jika anak secara aktif dapat

menunjukkan kemampuannya

berkomunikasi tentang

pembelajaran dengan teman

selama pembelajaran

berlangsung.

4

Jika anak masih kesulitan dalam

berkomunikasi tentang

pembelajaran dengan teman

selama pembelajaran

berlangsung.

3

Jika anak cenderung tidak

dapat berkomunikasi dengan

teman selama pembelajaran

berlangsung.

2

Jika anak tidak secara aktif dapat

menunjukkan kemampuannya

berkomunikasi tentang

pembelajaran dengan teman

selama pembelajaran

berlangsung

1

Tabel di bawah ini merupakan rentang nilai yang menjadi

indikator penilaian :

Tabel 3.6 Kriteria Indikator Penilaian

Jenis Penilaian Skor

BB (Belum Berkembang) 1

MB (Mulai Berkembang) 2

BSH (Berkembang Sesuai

Harapan)

3

BSB (Berkembang Sangat Baik) 4

Tabel 3.7 Rubrik Observasi Kemampuan Kerjasama Anak

No Nama

Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah Persentase Kriteria Ketergantungan

Kooperatif

Kemampuan

dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

40

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

7. G

8. H

9. I

10. J

11. K

12. L

13. M

14. N

15. O

Jumlah

Skor

Rata-rata

Persentase

Tabel. 3.8 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Kemampuan

Kolaboratif

Kemampuan

anak dalam

berinteraksi

Kemampuan

anak

berkomunikasi

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

41

Kriteria

Jumlah

Anak

Persenta

se

Jumlah

Anak

Persent

ase

Jumlah

Anak Persentase

BSB

BSH

MB

BB

G. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja merupakan tolak ukur atau standar

tingkat keberhasilan dari tingkat ketercapaian atau kondisi akhir

yang diharapkan dari suatu tindakan dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam

penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan kerjasama untuk

anak melalui model pembelajaran berbasis proyek pada

kelompok B2 di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan

Kedawung Kabupaten Cirebon. Kondisi awal di RA Nurul

Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon, dari 15 peserta didik yang belum mampu

meningkatkan perkembangan kerjasamanya dan yang masih

membutuhkan bimbingan serta menaati aturan dan bersikap

kooperatif ada 9 anak atau sekitar 60%. Pada penelitian ini

pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan kerjasama

antar anak di atas nilai 3 (BSH) dan 4 (BSB) atau minimal

sebesar 80%.

Indikator keberhasilan ini adalah ditandai meningkatnya

keterampilan anak di lihat dengan hasil persentase minimal

mencapai 80% dari jumah anak pada masing-masing indikator

kemampuan kerjasama. Menurut Asmawati, (2014: 76) terdapat

indikator perkembangan sosial emosional anak usia dini,

diantaranya ialah : dapat melaksanakan tugas kelompok, dapat

berkerjasama dengan teman, mau bermain dengan teman, mau

meminjamkan miliknya, mau berbagi dengan teman, saling

membantu dengan teman, memberi dan membalas salam,

berbicara sopan, menaati tata tertib yang ada disekolah, menaati

aturan di kelas, mengikuti aturan permaianan, menghibur teman

yang sedih, mendoakan dan menjenguk teman yang sedang sakit,

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

42

suka menolong, mau memberi dan menerima maaf,

melaksanakan tugas sendiri sampai selesai, dapat menerima

kritik, berani bertanya dan menjawab pertanyaan, bertanggung

jawab atas tugasnya, menunjukkan kebanggaan terhadap hasil

karyanya, memelihara hasil karya sendiri, dapat memuji

teman/orang lain, dan menghargai keunggulan teman/orang lain.

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RA Nurul Huda Desa

Pilangsari Kedawung Cirebon Secara geografis RA Nurul

Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon berada di perkotaan

sehingga dekat dari keramaian. Sekolah ini memiliki 3 kelas

yang terdiri dari kelompok A, kelompok B1 dan Kelompok

B2. Total peserta didik untuk kelompok A berjumlah 12, total

peserta didik untuk kelompok B1 berjumlah 16 dan kelompok

B2 berjumlah 15 sehingga jumlah keseluruhan anak adalah 43

anak dengan pendidik berjumlah 4 guru.

Menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan kondisi

sekolah maupun sarana prasarana cukup mendukung kegiatan

penelitian ini. RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung

Cirebon memiliki alat peraga yang cukup serta media

pembelajaran yang memadai sehingga memungkinkan anak

melakukan kegiatan belajar khususnya untuk menjalankan

pembelajaran berbasis proyek.

2. Subjek Penelitian

Seperti yang telah diketahui RA Nurul Huda Desa

Pilangsari Kedawung Cirebon memiliki 3 rombongan belajar

yaitu kelompok A berjumlah 12 anak, kelompok B1 16 anak

dan kelompok B2 berjumlah 15 anak. Subjek dalam penelitian

ini adalah kelompok B2 yang berjumlah 15 anak yang terdiri

dari 5 putra dan 10 putri. Keseluruhan anak yang berjumlah 15

tersebut semua berasal dari daerah yang berbeda. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa anak-anak di kelompok B2 ini

sebagian besar mengalami kesulitan dalam kegiatan yang

bersifat kelompok, mengendalikan sifat egosentrisme serta

menjalin komunikasi dalam kelompok.

Dalam hal ini anak-anak yang mengalami kesulitan dalam

kelompok ada yang cenderung pasif dan sering melakukan

berbagai aktivitas yang seharusnya lebih menyenangkan bila

dilakukan bersama tetapi justru dilakukan sendiri. Anak dalam

kategori ini terkesan pasif dan pemalu. Di lain pihak terdapat

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

44

anak yang sama-sama mengalami kesulitan dalam aktivitas

kelompok namun kesulitan ini merupakan kontradiksi dari

anak yang berkesulitan disebabkan karena karakternya

yang cenderung pasif dan pemalu.

Kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan masih

belum mengoptimalkan kemampuan kerjasama anak karena

menurut pengamatan model pembelajaran kelompok adalah

model pembelajaran digunakan di kelas ini namun pada

pelaksanaannya belum maksimal. Hal tersebut semakin

membuat anak cenderung tidak menunjukkan peningkatan

khususnya dalam kemampuan kerjasamanya sehingga

diperlukan kegiatan pembelajaran yang banyak melibatkan

anak dalam aktivitas kelompok salah satunya pembelajaran

berbasis proyek ini.

3. Deskripsi Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan

Kondisi awal kemampuan kerjasama harus diamati

terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian. Ini merupakan

kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum

mengadakan penelitian. Kegiatan tersebut diantaranya

mengetahui kondisi awal anak sebelum tindakan dilakukan.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan dapat diketahui

bahwa kemampuan anak-anak masih mengalami kesulitan

dalam menjalankan model pembelajaran berbasis proyek serta

memahami konsep kerjasama yang ada dalam pembelajaran.

Hasil pengamatan tersebut ditampilkan seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.1 Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan

No Nama

Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah Persentase Kriteria Ketergantungan

Kooperatif

Kemampuan

dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1. A √ √ √ 9 75% Cukup

2. B √ √ √ 7 58% Kurang

3. C √ √ √ 7 58% Kurang

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

45

4. D √ √ √ 7 58% Kurang

5. E √ √ √ 7 58% Kurang

6. F √ √ √ 10 83% Baik

7. G √ √ √ 6 50%

Kurang

Sekali

8. H √ √ √ 6 50% Kurang

Sekali 9. I √ √ √ 9 75% Cukup

10. J √ √ √ 6 50%

Kurang

Sekali

11. K √ √ √ 7 58% Kurang

12. L √ √ √ 7 58% Kurang

13. M √ √ √ 4 33%

Kurang

Sekali

14. N √ √ √ 8 67% Cukup

15. O √ √ √ 7 58% Kurang

Jumlah

Skor 107

Rata-rata 7,13

Persentase 59%

Kurang

Baik

Berdasarkan hasil observasi di atas maka secara singkat

kemampuan kerjasama anak sebelum tindakan dapat

digambarkan dalam tabel rekapitulasi berikut. Pada poin teknik

analisis data penelitian ini menggunakan lima kriteria yaitu

sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, serta kurang sekali.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan

Kemampuan Kerjasama Anak

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

46

Kriteria

Kemampuan

Kooperatif

Kemampuan dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

Jumlah

Anak Persentase

Jumlah

Anak Persentase

Jumlah

Anak Persentase

BSB 1 6,67% 0 0% 0 0%

BSH 9 60% 4 26,67% 4 26,67%

MB 5 33,33% 10 66,67% 10 66,67%

BB 0 0% 1 6,67% 1 6,67%

Berdasarkan tabel hasil kemampuan anak dalam

kerjasama sebelum tindakan, diketahui bahwa kemampuan

kerjasama anak masih belum optimal. Berdasarkan data dari

15 anak diketahui ada 1 anak yang tergolong dapat

bekerjasama dalam pembelajaran atau sebesar 6,67%,

sedangkan siasanya yakni 9 anak yang lain tergolong masih

kesulitan dalam bekerjasama, atau bila dinyatakan dalam

persentase sebesar 6 0 %, sedangkan 5 anak atau 33,33%

tergolong tidak dapat bekerjasama. Bila diperinci dari 5 anak

tersebut diketahui bahwa 1 anak tergolong pasif sedangkan 2

anak tergolong sangat aktif dan cenderung memiliki sifat

egosentrisme yamg masih cukup tinggi. Dari ketiga indicator

kemampuan kerjasama anak diperoleh persentase sebesar 59%

dan masuk kategori kurang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa

persentase anak yang dapat bekerjasama dalam kelompok masih

cukup rendah. Anak-anak masih cukup kesulitan dalam

bekerjasama sehingga anak-anak tersebut belum dapat

digolongkan dalam kriteria baik. Kondisi tersebut dapat

menjadi landasan untuk peneliti mengembangkan

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

47

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis

proyek. Hasil tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.1

Grafik Kemampuan Kerjasama Melalui

Pembelajaran Berbasis Proyek Pra Tindakan

B. Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I,

peneliti melakukan kegiatan antara lain merencanakan

pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran sosial

emosional khususnya dalam meningkatkan kemampuan

kerjasama melalui pembelajaran berbasis proyek ini

peneliti bekerjasama dengan guru kelas sekaligus

kolaborator.

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan peneliti

adalah:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian yang berfungsi sebagai acuan pembelajaran

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis

proyek.

2) Mempersiapkan tempat serta peralatan yang

diperlukan dalam pembelajaran berbasis proyek.

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

48

3) Menyusun lembar observasi kegiatan penelitian

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis

proyek yang meliputi berbagai aspek antara lain

kemampuan anak menunjukkan ketergantungan positif

dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek,

kemampuan anak berinteraksi dengan teman dalam

kegiatan pembelajaran berbasis proyek serta

kemampuan anak berkomunikasi dengan teman dalam

pembelajaran berbasis proyek.

4) Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk

mendokumentasikan gambar-gambar selama kegiatan

berlangsung, seperti kamera.

b. Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama

sebelum kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan

bercakap-cakap mengenai aturan kegiatan bermain

pembelajaran berbasis proyek. Peneliti terlebih dahulu

menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran disampaikan dengan

metode demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti

kemudian anak menirukan apa yang didemonstrasikan atau

dicontohkan oleh peneliti.

1) Siklus I Pertemuan Ke 1

Pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 18 Februari 2020. Pertemuan

pertama siklus I ini yang dilakukan peneliti adalah

memperkenalkan pembelajaran berbasis proyek. Hal

tersebut dimaksudkan agar anak dapat menyesuaikan

diri dengan mudah dalam kegiatan kelompok karena

pembelajaran berbasis proyek ini tergolong

pembelajaran yang cukup mudah. Sebelum kegiatan

pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan, peneliti

terlebih dahulu mempersiapkan tempat

dilaksanakannya pembelajaran. Pembelajaran berbasis

proyek ini membutuhkan alat atau media yang

berhubungan dengan tema. Setelah tempat siap,

peneliti terlebih dahulu mengajak anak untuk berdoa.

Peneliti kemudian bercakap-cakap dengan anak serta

menyinggung mengenai kegiatan pembelajaran

berbasis proyek pada saat percakapan kegiatan awal

di kelas. Peneliti segera mengajak anak untuk

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

49

membuat lingkaran dan menjelaskan mengenai aturan

bermain secara umum beserta tempatnya. Peneliti

mengajak anak untuk pemanasan terlebih dahulu.

Anak dikondisikan dalam lingkaran, kemudian setelah

terkondisikan anak diajak bergerak sesuai dengan

instruksi guru, yakni berhitung sesuai urutan tempat

duduk untuk melatih konsentrasi sebelum

pembelajaran dilaksanakan. Selesai pemanasan guru

segera mengkondisikan anak untuk menerima

penjelasan lebih rinci mengenai cara bermain serta

mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan.

Selesai mendemonstrasikan gerakan guru mengajak

anak untuk bernyanyi terlebih dahulu, karena dari hasil

observasi awal kondisi anak, sebagian besar dari

mereka belum mengenal baik pembelajaran berbasis

proyek. Setelah selesai penjelasan, guru kemudian

mengajak anak untuk memulai pembelajaran berbasis

proyek yaitu menanam kecambah ke dalam cangkang

telur. Terlebih dahulu anak dikenalkan dengan alat-

alat yang akan digunakan. Setelah itu pembelajaran

berbasis proyek segera dimulai dengan mengambil

mulai melakukan penanaman kecambah dalam

cangkang telur. Anak-anak memasukan kapas ke

dalam cangkang telur sebagai pengganti tanah liat

kemudian masukkan biji kacang hijau sebanyak 10

butir. Kemudian siram dengan sedikit air. Dari hasil

pengamatan anak-anak terlihat sangat antusias dan

menikmati pembelajaran tersebut meski ada beberapa

anak yang masih kesulitan berada dalam suasana

berkelompok seperti dalam pembelajaran ini. Ini

terlihat dari beberapa anak yang justru saling berebut

mengambil biji kacang hijau sehingga menyebabkan

mereka biji kacang hijau berjatuhan. Ini dialami oleh

beberapa anak yang memiliki kesulitan beraktivitas

dalam kelompok karena sifat mereka yang cenderung

agresif dan sering menyerang teman lain. Masih ada

juga beberapa anak yang terlihat takut dan diam

selama pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran berakhir setelah tanaman disiram

dengan sedikit air, kemudian anak-anak dibagi dalam

2 kelompok. Setelah terbagi dalam 2 kelompok

kemudian masing-masing kelompok melakukan

pembelajaran sendiri-sendiri. Pada saat fase

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

50

pembagian anak dalam kelompok ini semakin terlihat

mana anak yang dapat berkolaborasi dalam kelompok

dengan baik serta mana anak yang masih kesulitan

dalam berkolaborasi dalam kelompok. Hal tersebut

terlihat dari bagaimana pembelajaran masing-masing

kelompok tersebut berjalan. Satu kelompok terlihat

lebih lancar dalam bermain dibanding kelompok yang

lain.

Setelah itu pembelajaran ini diakhiri dengan

bernyanyi sambal bergerak di dalam lingkaran.

Peneliti kemudian sedikit memberikan umpan balik

berupa pertanyaan mengenai jalannya pembelajaran

serta menyinggung mengenai pentingnya bekerja

bersama-sama.

2) Siklus I Pertemuan Ke 2

Pertemuan kedua pada siklus I ini dilaksanakan

pada hari Senin tanggal 24 Februari 2020. Pertemuan

kedua siklus I ini yang dilakukan peneliti adalah

mengevaluasi pembelajaran berbasis proyek. Hal

tersebut dimaksudkan agar anak dapat melihat hasil

proyek yang sudah dilakukan. Sebelum kegiatan

pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan, peneliti

terlebih dahulu mempersiapkan tempat

dilaksanakannya pembelajaran. Pembelajaran berbasis

proyek ini membutuhkan alat atau media yang

berhubungan dengan tema. Setelah tempat siap,

peneliti terlebih dahulu mengajak anak untuk berdoa.

Peneliti kemudian bercakap-cakap dengan anak serta

menyinggung mengenai kegiatan pembelajaran

berbasis proyek pada saat percakapan kegiatan awal

di kelas. Peneliti segera mengajak anak untuk

membuat lingkaran dan menjelaskan mengenai aturan

bermain secara umum beserta tempatnya. Peneliti

mengajak anak untuk pemanasan terlebih dahulu.

Anak dikondisikan dalam lingkaran, kemudian setelah

terkondisikan anak diajak bergerak sesuai dengan

instruksi guru, yakni berhitung sesuai urutan tempat

duduk untuk melatih konsentrasi sebelum

pembelajaran dilaksanakan. Selesai pemanasan guru

segera mengkondisikan anak untuk menerima

penjelasan lebih rinci mengenai cara bermain serta

mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan.

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

51

Selesai mendemonstrasikan gerakan guru mengajak

anak untuk bernyanyi sesuai tema. Setelah itu, guru

mengajak anak untuk memulai pembelajaran berbasis

proyek yaitu membuat laporan hasil menanam

kecambah dalam cangkang telur dan dipresentasikan.

Terlebih dahulu anak dikenalkan dengan alat-alat yang

akan digunakan. Pembelajaran berbasis proyek segera

dimulai dengan mulai mengamati tanaman kecambah

dalam cangkang telur. Anak-anak mengamati dengan

diberikan lembar observasi yang sudah disediakan.

Setiap kelompok akan melaporkan hasil tanaman nya

di depan kelas. Dari hasil pengamatan anak-anak

terlihat sangat antusias dan menikmati pembelajaran

tersebut meski ada beberapa anak yang masih

kesulitan berada dalam suasana berkelompok seperti

dalam pembelajaran ini. Terlihat dari beberapa anak

yang masih belum berkomunikasi dengan baik dalam

kelompoknya. Ini dialami oleh beberapa anak yang

memiliki kesulitan beraktivitas dalam kelompok

karena sifat mereka yang cenderung agresif. Masih ada

juga beberapa anak yang terlihat takut dan diam

selama pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran berakhir setelah setiap kelompok

mempresentasikan hasil tanamannya, kemudian anak-

anak dibagi dalam 2 kelompok. Setelah terbagi dalam

2 kelompok kemudian masing-masing kelompok

melakukan pembelajaran sendiri-sendiri. Pada saat

fase pembagian anak dalam kelompok ini sudah

terlihat ada beberapa anak yang dapat berkolaborasi

dalam kelompok dengan baik serta ada beberapa anak

yang masih kesulitan dalam berkolaborasi dalam

kelompok.

Setelah itu pembelajaran ini diakhiri dengan

bernyanyi sambal bergerak di dalam lingkaran.

Peneliti kemudian sedikit memberikan umpan balik

berupa pertanyaan mengenai jalannya pembelajaran

serta menyinggung mengenai pentingnya bekerja

bersama-sama.

c. Observasi Siklus I

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksaan

pada siklus ini untuk mengamati kemampuan kerjasama

anak. Observasi ini mencatatkan perubahan yang terjadi

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

52

selama penelitian berlangsung. Hasil pengamatan

lapangan ditulis dalam lembar observasi dari data

observasi yang memiliki nilai terbaik dari dua kali

pertemuan pada siklus I ini.

Berikut ini tabel hasil observasi kemampuan kerjasama

anak siklus 1:

Tabel 4.3 Kemampuan Kerjasama Anak Siklus I

No Nama

Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah

Skor Persentase Kriteria Ketergantungan

Kooperatif

Kemampuan

dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1. A √ √ √ 10 83% Baik

2. B √ √ √ 10 83% Baik

3. C √ √ √ 9 75% Cukup

4. D √ √ √ 7 58% Kurang

5. E √ √ √ 7 58% Kurang

6. F √ √ √ 10 83% Baik

7. G √ √ √ 9 75% Cukup

8. H √ √ √ 7 58% Kurang

9. I √ √ √ 9 75% Cukup

10. J √ √ √ 9 75% Cukup

11. K √ √ √ 9 75% Cukup

12. L √ √ √ 9 75% Cukup

13. M √ √ √ 6 50%

Kurang

Sekali

14. N √ √ √ 8 67% Cukup

15. O √ √ √ 9 75% Cukup

Jumlah

Skor 128

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

53

Rata-rata 8,5

Persentase 71% Cukup Baik

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa

kemampuan kerjasama anak meningkat. Hal tersebut terlihat dari

data yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Pra Tindakan dan Siklus I

Kemampuan Kerjasama Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Kriteria

Kemampuan

Kooperatif

Kemampuan dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

Jumlah

Anak Persentase

Jumlah

Anak Persentase

Jumlah

Anak Persentase

BSB 3 20% 0 0% 0 0%

BSH 10 66,67% 11 73,33% 11 73,33%

MB 2 13,33% 4 26,67% 4 26,67%

BB 0 0% 0 0% 0 0%

Berdasarkan tabel diketahui pada kegiatan pra

tindakan rata-rata persentase sebesar 59%. Tindakan pada

siklus I yang terdiri dari 2 kali pertemuan menghasilkan

data bahwa terjadi peningkatan, dimana pada hasil akhir

dari pertemuan tersebut diperoleh persentase sebesar 71%

dengan rincian data yakni 3 anak atau sekitar 20%

menunjukkan peningkatan kemampuan kerjasama masuk

dalam kriteria berkembang sangat baik, 10 anak atau

sekitar 66,67% dapat dikatakan mengalami peningkatan

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

54

namun belum signifikan serta masih mengalami sedikit

hambatan sehingga dapat dikategorikan dalam kriteria

menengah atau berkembang sesuai harapan, sedangkan 2

anak atau sekitar 13,33% tidak mengalami perubahan yang

signifikan sehingga dapat dikategorikan dalam kriteria

mulai berkembang. Persentase dari siklus 1 sebesar 71%

masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan uraian di

atas, hasil observasi siklus I dapat digambarkan melalui

grafik berikut ini :

Gambar 4.2

Grafik Kemampuan Kerjasama Anak Siklus I

d. Refleksi Siklus I

Kegiatan refleksi ini dimaksudkan sebagai

bahan masukan pada perencanaan siklus

selanjutnya. Dari refleksi siklus I diharapkan dapat

memberikan perubahan yang lebih baik terhadap

proses pembelajaran dan hasil dari siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I, kemampuan

kerjasama anak menunjukkan peningkatan. Hal

tersebut dapat dilihat dari persentase yang dicapai

pada aspek-aspek kemampuan kerjasama anak.

Melalui pembelajaran berbasis proyek ini

kemampuan kerjasama anak meningkat. Hal

tersebut terlihat pada beberapa aspek, yaitu

ketergantungan positif, kemampuan anak dalam

berinteraksi, serta kemampuan komunikasi anak

yang semakin menunjukkan kemajuan. Berdasarkan

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

55

hasil persentase yang diperoleh kemampuan

kerjasama anak kelompok B2 RA NURUL HUDA

Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten

Cirebon menunjukkan peningkatan, namun

peningkatan tersebut belum sesuai dengan indikator

keberhasilan tindakan yaitu 71% termasuk ke dalam

kategori cukup baik, untuk itulah tindakan perlu

dilanjutkan ke siklus II. Tindakan pada siklus II

pembelajaran berbasis proyek dilakukan dengan

memberikan reward kepada setiap kelompok untuk

memotivasi anak dalam melakukan kegiatan. Hal

tersebut diharapkan dapat mencapai indikator

keberhasilan kemampuan kerjasama.

2. Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Tindakan pada Siklus I telah dilakukan sesuai

dengan rencana tindakan yang dibuat. Tindakan pada

siklus I dilakukan sebanyak 2 kali percobaan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, tindakan

dalam pembelajaran berbasis proyek menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan namun belum

memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Hal tersebut

terlihat dari beberapa anak yang masih sering

memisahkan diri dari kelompok, masih enggan bermain

bersama serta ada beberapa anak yang sangat pasif dan

jarang berkomunikasi dengan teman-temannya, untuk

itulah dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II.

Peningkatan hasil yang sesuai indikator keberhasilan akan

dicapai peneliti dengan menggunakan berbagai macam

strategi yang berbeda dari siklus I, diantaranya pemberian

reward bagi kelompok yang dinilai dapat bekerjasama

dengan baik, memberi atmosfir kompetisi dalam

pembelajaran,

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus II,

peneliti melakukan kegiatan antara lain merencanakan

pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga

mempersiapkan rencana dan langkah kegiatan

pembelajaran yang telah diperbaharui di berbagai bagian

sebagai tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan ini

dimaksudkan untuk dapat memperoleh peningkatan

persentase kemampuan kerjasama anak. Namun begitu

dalam pembelajaran sosial emosional khususnya dalam

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

56

meningkatkan kemampuan kerjasama melalui

pembelajaran berbasis proyek ini peneliti tetap menjalin

kerjasama dengan guru kelas sekaligus kolaborator.

Pada tahap perencanaan ini yang dilakuakan adalah :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian yang berfungsi sebagai acuan pembelajaran

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran

berbasis proyek.

2) Mempersiapkan tempat serta peralatan yang

diperlukan dalam pembelajaran berbasis proyek.

3) Mempersiapkan reward.

4) Menyusun lembar observasi kegiatan penelitian

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran

berbasis proyek yang meliputi berbagai aspek antara

lain kemampuan anak menunjukkan ketergantungan

positif dalam pembelajaran berbasis proyek,

kemampuan anak berinteraksi dengan teman dalam

pembelajaran berbasis proyek serta kemampuan anak

berkomunikasi dengan teman dalam pembelajaran

berbasis proyek.

5) Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk

mendokumentasikan gambar- gambar selama

kegiatan berlangsung, seperti kamera.

b. Pelaksanaan Siklus II

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama

sebelum kegiatan,bercakap-cakap mengenai aturan

kegiatan bermain pembelajaran berbasis proyek, namun

sebelumnya peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian terlebih dahulu. Pelaksanaan

kegiatan pembelajaran disampaikan dengan metode

demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti kemudian anak

menirukan apa yang didemonstrasikan atau dicontohkan.

1) Siklus II Pertemuan Ke 1

Pertemuan pertama pada siklus II ini

dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 Maret 2020.

Masih sama dengan siklus sebelumnya pertemuan

siklus II ini penelitian yang dilakukan menggunakan

pembelajaran berbasis proyek. Sebelum pembelajaran

berbasis proyek dilaksanakan, terlebih dahulu anak-

anak berdoa di dalam kelas. Selesai berdoa anak-anak

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

57

diajak untuk bercakap-cakap mengenai kabar serta

absensi. Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan

tempat dilaksanakannya pembelajaran. Seperti pada

siklus sebelumnya karena pembelajaran berbasis

proyek ini membutuhkan ala-alat yang sesuai dengan

tema. Peneliti terlebih dahulu menyinggung mengenai

pembelajaran berbasis proyek pada saat percakapan

kegiatan awal di kelas. Peneliti memberi penjelasan

mengenai hal-hal yang boleh dilakukan maupun yang

tidak boleh dilakukan selama kegiatan berlangsung

secara lebih terperinci. Hal tersebut dimaksudkan

agar ank-anak dapat mengikuti kegiatan dengan lebih

tertib daripada pada siklus sebelumnya.

Peneliti segera mengajak anak untuk duduk

melingkar dan menjelaskan mengenai aturan bermain

secara umum beserta tempatnya. Peneliti mengajak

anak untuk pemanasan terlebih dahulu. Anak

dikondisikan dalam lingkaran terlebih dahulu,

kemudian setelah terkondisikan anak diajak berhitung

sesuai urutan tempat duduk dengan instruksi guru,

untuk melatih konsentrasi sebelum pembelajaran

dilaksanakan. Selesai pemanasan peneliti segera

mengkondisikan anak untuk menerima penjelasan

lebih rinci mengenai cara bermain serta

mendemonstrasikan berbagai gerakan khusus serta

yang terdapat dalam pembelajaran. Peneliti terlebih

dahulu memperlihatkan reward yang akan mereka

peroleh apabila mereka dapat bekerjasama dalam

pembelajaran dengan tertib agar anak menjadi lebih

bersemangat.

Peneliti mengajak anak untuk bernyanyi

terlebih dahulu. Setelah itu penjelasan singkat,

peneliti kemudian mengajak anak untuk mewarnai

gambar secara berkelompok. Terlebih dahulu anak

dikondisikan dibagi ke dalam 3 kelompok, 1

kelompok terdiri dari 5 anak dan guru menunjuk salah

satu anak untuk menjadi ketua dalam kelompoknya.

Tugas ketua adalah bertanggung jawab akan hasil

akhir hasil karya kelompok. Pembelajaran berbasis

proyek segera dimulai dengan pembagian satu gambar

besar ukuran folio untuk setiap kelompok yang sudah

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

58

dipotong menjadi 5 bagian. Masing-masing anggota

kelompok memegang setiap potong gambar dan

diwarnai menggunakan pensil warna. Dalam

mewarnai anggota kelompok diharapkan dapat

bekerjasama dan saling komunikasi agar gambar yang

sudah di potong dapat disusun kembali menjadi

gambar yang utuh dengan warna yang sesuai dengan

kesepakatan kelompok.

Dari hasil pengamatan, anak-anak terlihat

sangat antusias serta terlihat lebih tertib dan

menikmati pembelajaran tersebut. Anak-anak yang

pada siklus sebelumnya masih terlihat agresif mulai

dapat bermain dengan baik bersama teman-temannya

meskipun masih harus sesekali diingatkan oleh guru.

Pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan selama

60 menit. Setelah 60 menit pembelajaran berakhir

kemudian anak-anak diberikan instruksi bahwa

masing-masing kelompok akan melaksnakan

pembelajaran sendiri- sendiri dan menciptakan

atmosfir perlombaan dimana kelompok yang dapat

bermain dengan baik dan masing-masing anak dapat

bekerjasama maka masing- masing anak dalam

kelompok tersebut akan diberi reward lebih dulu dari

kelompok yang lain serta diberi gelar juara.

Pada saat fase pembagian anak dalam

kelompok ini semakin terlihat penigkatan beberapa

anak yang dapat berkolaborasi dalam kelompok

dengan baik. Atmosfir perlombaan yang diciptakan

peneliti ternyata memberikan efek yang cukup bagi

anak-anak. Hal tersebut terlihat dari semakin baik dan

lancarnya mereka bermain di dalam kelompok.

Pembelajaran ini diakhiri dengan bernyanyi sambil

bergerak di dalam lingkaran, kemudian peneliti

sedikit memberikan umpan balik berupa pertanyaan

mengenai jalannya pembelajaran serta menyinggung

mengenai pentingnya bekerja bersama-sama.

2) Siklus II Pertemuan Ke 2

Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan

pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2020. Masih sama

dengan siklus sebelumnya pertemuan siklus II ini

penelitian yang dilakukan menggunakan pembelajaran

berbasis proyek. Sebelum pembelajaran berbasis

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

59

proyek dilaksanakan, terlebih dahulu anak-anak

berdoa di dalam kelas. Selesai berdoa anak-anak

diajak untuk bercakap-cakap mengenai kabar serta

absensi. Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan

tempat dilaksanakannya pembelajaran. Seperti pada

siklus sebelumnya karena pembelajaran berbasis

proyek ini membutuhkan ala-alat yang sesuai dengan

tema. Peneliti terlebih dahulu menyinggung mengenai

pembelajaran berbasis proyek pada saat percakapan

kegiatan awal di kelas. Peneliti memberi penjelasan

mengenai hal-hal yang boleh dilakukan maupun yang

tidak boleh dilakukan selama kegiatan berlangsung

secara lebih terperinci. Hal tersebut dimaksudkan

agar ank-anak dapat mengikuti kegiatan dengan lebih

tertib daripada pada siklus sebelumnya.

Peneliti segera mengajak anak untuk duduk

melingkar dan menjelaskan mengenai aturan bermain

secara umum beserta tempatnya. Peneliti mengajak

anak untuk pemanasan terlebih dahulu. Anak

dikondisikan dalam lingkaran terlebih dahulu,

kemudian setelah terkondisikan anak diajak berhitung

sesuai urutan tempat duduk dengan instruksi guru,

untuk melatih konsentrasi sebelum pembelajaran

dilaksanakan. Selesai pemanasan peneliti segera

mengkondisikan anak untuk menerima penjelasan

lebih rinci mengenai cara bermain serta

mendemonstrasikan pembelajaran. Peneliti terlebih

dahulu memperlihatkan reward yang akan mereka

peroleh apabila mereka dapat bekerjasama dalam

pembelajaran dengan tertib agar anak menjadi lebih

bersemangat.

Peneliti mengajak anak untuk bernyanyi sesai

tema. Setelah itu penjelasan singkat tentang tema,

peneliti kemudian mengajak anak untuk membuat

miniatur rumah dari kertas lipat. Terlebih dahulu anak

dikondisikan dibagi ke dalam 3 kelompok, 1

kelompok terdiri dari 5 anak dan guru menunjuk salah

satu anak untuk menjadi ketua dalam kelompoknya.

Kelompok ini berbeda dengan kelompok yang

sebelumnya. Tugas ketua adalah bertanggung jawab

akan hasil akhir hasil karya kelompok. Pembelajaran

berbasis proyek segera dimulai dengan membagikan

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

60

kertas lipat yang akan digunakan kepada kelompok

untuk dibagikan kepada anggotanya. Masing-masing

anggota kelompok memegang kertas lipat dan

membuat bagian-bagian rumah yang sudah disepakati

oleh kelompoknya. Dalam membuat bagian-bagian

rumah anggota kelompok diharapkan dapat

bekerjasama dan saling komunikasi agar bagian-

bagian yang sudah di bentuk dapat disusun kembali

menjadi sebuah miniature rumah yang utuh.

Dari hasil pengamatan, anak-anak terlihat

sangat antusias serta terlihat lebih tertib dan

menikmati pembelajaran tersebut. Pembelajaran

berbasis proyek ini dilakukan selama 60 menit.

Setelah 60 menit pembelajaran berakhir kemudian

anak-anak diberikan instruksi bahwa masing-masing

kelompok akan melaksnakan pembelajaran sendiri-

sendiri dan menciptakan atmosfir perlombaan dimana

kelompok yang dapat bermain dengan baik dan

masing-masing anak dapat bekerjasama maka

masing- masing anak dalam kelompok tersebut akan

diberi reward lebih dulu dari kelompok yang lain

serta diberi gelar juara.

Pada saat fase pembagian anak dalam

kelompok ini kerjasama antar kelompok semakin

baik. Hal tersebut terlihat dari bagaimana

pembelajaran masing-masing kelompok tersebut

berjalan. Setiap kelompok terlihat lancar dalam

bermain. Atmosfir perlombaan yang diciptakan

peneliti ternyata memberikan efek yang cukup bagi

anak-anak. Hal tersebut terlihat dari semakin baik dan

lancarnya mereka bermain di dalam kelompok.

Pembelajaran ini diakhiri dengan bernyanyi sambil

bergerak di dalam lingkaran, kemudian peneliti

sedikit memberikan umpan balik berupa pertanyaan

mengenai jalannya pembelajaran serta menyinggung

mengenai pentingnya bekerja bersama-sama.

c. Observasi Siklus II

Observasi dilakukan bersamaan dengan

pelaksaan pada siklus ini untuk mengamati

kemampuan kerjasama anak. Observasi ini mencatatkan

perubahan yang terjadi selama penelitian berlangsung.

Hasil pengamatan lapangan ditulis dalam lembar observasi

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

61

dari data observasi yang memiliki nilai terbaik pada siklus

II ini. Berikut ini tabel hasil observasi kemampuan

kerjasama anak siklus II :

Tabel 4.5 Kemampuan Kerjasama Anak Siklus II

No Nama

Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah

Skor Persentase Kriteria Ketergantungan

Kooperatif

Kemampuan

dalam

berinteraksi

Kemampuan

berkomunikasi

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1. A √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

2. B √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

3. C √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

4. D √ √ √ 12 100% Sangat

Baik 5. E √ √ √ 10 83% Baik

6. F √ √ √ 12 100% Sangat

Baik 7. G

√ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

8. H √ √ √ 9 75% Cukup

9. I √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

10. J √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

11. K √ √ √ 12 100% Sangat

Baik 12. L

√ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

13. M √ √ √ 9 75% Cukup

14. N √ √ √ 12 100%

Sangat

Baik

15. O √ √ √ 12 100% Sangat

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

62

Baik

Jumlah

Skor 172

Rata-rata 11,47

Persentase 96% Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui

bahwa kemampuan kerjasama anak meningkat. Hal

tersebut terlihat dari peningkatan yang terjadi dari

kegiatan pra tindakan, siklus I, serta siklus II. Berikut ini

rekapitulasi hasil pra tindakan, siklus I, dan siklus II

kemampuan kerjasama anak :

Tabel 4.6 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Pra Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II dalam Kemampuan Kerjasama Anak

Keterangan Pra

Tindakan Siklus 1 Siklus 2

Rata-rata 59% 71% 96%

Untuk lebih jelasnya rekapitulasi rata-rata

persentase pra tindakan, siklus I, siklus II kemampuan

kerjasama anak tersebut disajikan dalam grafik berikut ini:

Gambar 4.3

Grafik Rekapitulasi Rata-rata Persentase Kemampuan

Kerjasama Anak Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

63

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat digambarkan

bahwa data yang diperoleh dari siklus I yakni 3 anak atau

sekitar 20% menunjukkan peningkatan kemampuan

kerjasama masuk dalam kriteria berkembang sangat baik, 10

anak atau sekitar 66,67% tergolong memiliki kemampuan

kerjasama cukup tinggi atau berkembang sesuai harapan serta

2 anak atau sekitar 13,33% tidak mengalami perubahan yang

signifikan sehingga dapat dikategorikan dalam kriteria mulai

berkembang. Tindakan pada siklus II dapat dikatakan

mengalami peningkatan yang signifikan serta dapat

dikategorikan tinggi dimana pada hasil akhir siklus II terdapat

13 anak atau sekitar 86,67% yang dapat dikategorikan

memiliki kemampuan kerjasama tinggi atau berkembang

sangat baik, 2 anak atau sekitar 13,33% masuk dalam kriteria

berkembang sesuai harapan serta 0 atau 0% anak tidak

menunjukkan peningkatan, dengan hasil akhir persentase

sebesar 96% masuk dalam kategori sangat baik.

d. Refleksi Siklus II

Kegiatan refleksi ini dimaksudkan sebagai bahan

masukan pada perencanaan siklus selanjutnya. Dari refleksi

siklus II diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih

baik terhadap proses pembelajaran dan kemampuan

kerjasama anak. Berdasarkan hasil penelitian siklus II,

kemampuan kerjasama anak menunjukkan peningkatan yang

cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari

persentase yang dicapai pada aspek-aspek kemampuan

kerjasama anak. Hasil persentase menunjukkan bahwa

setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, kemampuan

kerjasama meningkat sesuai dengan indikator keberhasilan

tindakan sehingga tindakan dihentikan pada siklus II ini. Di

mana pada indikator ketergantungan positif diperoleh angka

86,67%, indikator kemampuan anak dalam berinteraksi

diperoleh angka 80% dan indikator kemampuan anak dalam

berkomunikasi diperoleh angka 80%. Dari ketiga indikator

tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik atau sebesar

96%. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui

model pembelajaran berbasis proyek ini kemampuan

kerjasama anak meningkat. Hal tersebut terlihat pada

beberapa aspek, yaitu ketergantungan positif, kemampuan

anak dalam berinteraksi, serta kemampuan komunikasi anak

yang semakin menunjukkan kemajuan.

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

64

C. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di RA Nurul Huda Desa

Pilangsari Kedawung Cirebon ini yakni mengenai pengembangan

kemampuan kerjasama. Tindakan yang digunakan untuk

meningkatkan kemampuan kerjasama yaitu melalui pembelajaran

berbasis proyek. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian

tindakan kelas terdiri dari 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada

setiap siklusnya. Setiap siklus pada penelitian ini terdiri dari

perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Data

diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan lembar observasi. Data dari lembar

observasi tersebut digunakan oleh peneliti untuk mengetahui

peningkatan yang terjadi pada anak.

Analisis data pada penelitian ini terjadi secara

interaktif baik sebelum, saat, dan sesudah dilaksanakan

penelitian ini. Sebelum penelitan dilakukan peneliti melakukan

analisis yaitu dalam menentukan rumusan masalah yang muncul,

kemudian analisis juga dilakukan saat pengambilan data awal

anak. Analisis awal sebelum dilakukan penelitian digunakan

untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dan kemampuan

anak sehingga dapat dilakukan tindakan penelitian yang tepat.

Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran serta dampak dari stimulasi yang telah diberikan

pada anak menunjukan bahwa terdapat permasalahan yang

berkaitan dengan perkembangan sosial emosional anak,

khususnya dalam perkembangan kemampuan kerjasama. Dari

hasil pengamatan diketahui bahwa sebagian besar anak di

kelompok B2 RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung

Cirebon mengalami kesulitan dalam bekerjasama. Dari

pengamatan tersebut diketahui pula bahwa terdapat beberapa

anak yang tergolong sangat pasif dan beberapa lainnya tergolong

sangat aktif, bahkan ada sedikitnya 3 anak dalam kategori aktif

tersebut yang memiliki perilaku agresif. Hal tersebut membuat

anak-anak ini kesulitan dalam bekerjasama. Data hasil observasi

anak terkait dengan kemampuan kerjasama anak sebelum

dilaksanakan tindakan terlihat hanya beberapa anak yang

memiliki kerjasama yang baik. Adapun data hasil observasi

terkait dengan kemampuan kerjasama anak sebelum dilaksanakan

tindakan menunjukan bahwa anak pada kriteria kurang sebanyak

5 dari 15 anak atau 33,33%, selanjutnya anak dengan anak pada

kriteria cukup baik sebanyak 9 dari 15 anak atau 60 %, dan anak

pada kriteria baik sebanyak 1 dari 15 anak atau 6,67 %.

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

65

Melihat hasil observasi pada kegiatan pra tindakan

tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan sosial emosional

anak khususnya kemampuan kerjasama masih belum berkembang

dengan optimal dan perlu adanya suatu upaya untuk

meningkatkan kemampuan tersebut. Rendahnya kemampuan

kerjasama dikarenakan berbagai faktor antara lain sifat

egosentrisme anak pada usia kelompok B2 masih tinggi,

karakteristik anak yang cenderung sangat pasif dan sangat aktif

bahkan agresif serta proses pembelajaran yang cenderung

mengarah pada kegiatan klasikal sehingga minim kegiatan

kelompok.

Dilihat dari permasalahan tersebut maka diperlukan

suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi aktivitas kelompok serta

dapat mengembangkan kemampuan kerjasama anak, seperti

ketergantungan positif, kemampuan anak dalam berinteraksi serta

kemampuan anak berkomunikasi. Selain itu sesuai dengan

karakteristik anak yang cenderung menyukai kegiatan yang

menyenangkan maka kegiatan pembelajaran berbasis proyek

merupakan kegiatan yang dinilai cukup efektif mengatasi

permasalahan tersebut. Selain dapat mengatasi permasalahan

kemampuan kerjasama anak pembelajaran berbasis proyek juga

memiliki berbagai efek positif dalam aspek perkembangan

yang lain.

Pembelajaran berbasis proyek dapat mengembangkan

berbagai macam kemampuan atau yang lebih dikenal dengan

aspek perkembangan, antara lain aspek perkembangan fisik

motorik, kognitif, bahasa, nilai agama dan moral serta sosial

emosional. Pembelajaran berbasis proyek juga dikemas dalam

aktivitas yang menyenangkan serta menarik sehingga sangat

sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini.

Secara umum kegitan pembelajaran berbasis proyek ini

berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Pada setiap akhir tindakan dilakukan diskusi antara peneliti dan

guru kelas terkait hasil pengamatan dan selanjutnya direfleksikan

sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan untuk siklus

berikutnya. Penelitian ini dihentikan pada siklus akhir II karena

pada akhir siklus II hasil kemampuan anak telah sesuai dengan

indikator keberhasilan tepatnya mengalami peningkatan sebesar

96%.

Setelah data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah

maka data tersebut disajikan dan dari data tersebut dapat

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

66

ditarik sebuah kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi dan

refleksi sebelum tindakan dan selama pelaksanaan tindakan pada

proses pembelajaran siklus I, siklus II diperoleh peningkatan

pada indicator yang diamati. Peningkatan jumlah anak yang

memiliki memiliki kemampuan kerjasama pada setiap siklusnya

dapat dilihat dari kemampuan anak sebelum tindakan yaitu pada

kriteria mulai berkembang sebanyak 5 dari 15 anak atau 33,33%,

selanjutnya anak dengan anak pada kriteria berkembang sesuai

harapan sebanyak 9 dari 15 anak atau 60 %, dan anak pada

kriteria berkembang sangat baik sebanyak 1 dari 15 anak atau

6,67 %.

Setelah diadakan tindakan pada siklus I kemampuan

kerjasama anak mengalami peningkatan yaitu anak pada kriteria

mulai berkembang sebanyak 2 dari 15 anak atau 13,33%,

selanjutnya anak dengan kriteria berkembang sesuai harapan

sebanyak 10 dari 15 anak atau 66,67%, anak pada kriteria

berkembang sangat baik sebanyak 3 dari 15 anak atau 20%. Pada

siklus II kemampuan kerjasama anak dengan kriteria mulai

berkembang sebanyak 0 dari 15 anak atau 0%, selanjutnya anak

dengan kriteria berkembang sesuai harapan juga menurun

menjadi 2 dari 15 anak atau 13,33 %, sedangkan anak pada

kriteria berkembang sangat baik meningkat sebanyak 13 dari 15

anak atau 86,67%. Dari hasil tersebut didapat nilai persentase

sebesar 96% dan termasuk dalam kategori sangat baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan ini telah dilaksanakan oleh peneliti

dan guru kelas dengan sungguh-sungguh dan optimal untuk

mencapai hasil yang diharapkan. Namun masih terdapat banyak

kekurangan yaitu :

1. Hasil penelitian ini hanya berlaku di kelompok B2 RA Nurul

Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon dan belum dapat

digeneralisasi di kelas lain.

2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

sudah sesuai dengan kriteria,namun masih ada beberapa

keterbatasan khususnya dari sisi operasional rubrik observasi.

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

67

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis proyek dapat membantu dan

meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Hal ini membuktikan

bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek

kegiatan pembelajaran anak menjadi lebih aktif dan antusias

dalam melakukan diskusi kelompok, yang mana kegiatan

tersebur dapat meningkatkan kemampan kerjasama.

Berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang

telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil kemampuan

kerjasama anak melalui model pembelajaran berbasis proyek

pada kelompok B2 RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan

Kedawung Kabupaten Cirebon berdasarkan analisis diketahui

menigkat setelah melalui proses dua siklus yang dibuktikan

dengan tabel sebelum tindakan dengan persentase 59% dengan

kategori kurang baik. hasil siklus I persentase mencapai 71%

dengan kategori cukup baik, pada siklus II persentase mencapai

96% dengan kategori sangat baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas,

maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Peserta Didik

Melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek

merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan

kemampuan kerjasama dengan kegiatan yang

menyenangkan.

2. Bagi Guru

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

68

Perlu evaluasi kembali dan dikolaborasikan dengan

model pembelajaran yang lain sehingga dapat lebih

meningkatkan kemampuan kerjasama anak pada waktu yang

akan datang.

3. Bagi Pengelola RA

Hendaknya ada program-program pengembangan

model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan

kemampuan kerjasama anak dengan menambahkan strategi

penerapan yang lebih inovatif.

4. Bagi orang tua

Memberikan stimulasi kemampuan kerjasama anak

dengan mengajak mereka untuk sering bersosialisasi, saling

membantu ketika berada di rumah sebagai bentuk latihan

awal.

5. Bagi peneliti

Selanjutnya, perlu adanya penelitian yang lebih

karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelompok B2

RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon.

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

69

DAFTAR PUSTAKA

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi : Jakarta.

Al-Hasan, Y. M. (2017). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Darul Haq.

Aqib, Zainal., 2017. PTK (Penelitian TIndakan Kelas). Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Casta, 2014. Dasar-Dasar Statistika Pendidikan. 3 ed. Cirebon: STAI Bunga

Bangsa Cirebon.

Farida, Niken. (2016). Pengaruh Penggunaan Metode Proyek Terhadap

Perkembangan Sosial Anak Usia 5- 6 Tahun di TK Salsa Percut Sei

Tuan T.A 2015/2016. Bunga Rampai Usia Emas, Vol. 2 No. 2.

Fathurrohman, M. (2017). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Fauziddin, Moh. (2016). Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui

Kegiatan Kerja Kelompok Pada Anak Kelompok A TK Kartika Salo

Kabupaten Kampar. PGPAUD STKIP PTT, Vol.2 No 1.

Fitria, S. &. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional

Melalui Metode Proyek Usia 5-6 Tahun di TK Nurussyakirin Sindang

Jaya Kabupaten Tangerang. Ceria, 21.

Helimiati. (2012). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Johnson, David W dkk. (2010). Colaborative Learning (Strategi

Pembelajaran Untuk Sukses Bersama). (Terj. Ellen Gunawan dan

Imam Nurmawan). Bandung : Nusamedia.

Koryati, I. B. &. D., 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Palembang :

Tolu Minakbai Aldita, Arief, Almira Press.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Grasindo : Jakarta.

Madyawati, Lilis. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.

Jakarta : Prenadamedia Group.

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

70

Mulyasa. (2017). Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Mustofa, B. (2015). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Nugraha, Ali, dkk. (2004). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta

: Universitas Terbuka.

Nurdiyansyah. (2016). Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo : Nizamia

Learning Center.

Puspitaningtyas, Agung Widi Kurniawan &. Z., 2016. Metode Penelitian

Kuantitatif. Yogyakarta: Pandiva Buku.

Risnawati, 2011. Penelitian TIndakan Kelas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Santrock, John W. (2017). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sukrimaa, S. S. (2014). 53 Metode Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Bumi Siliwangi.

Suryana, 2010. Metodologi Penelitian. Bandung: UPI.

Suryana, D. D. (2016). Stimulasi & aspek Perkembangan Anak. Jakarta:

Kencana.

Tangyong, Agus F. (2009). Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tinenti, Y. R. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP).

Yogyakarta: Deepublish.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas).

Wena, Made. (2016). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer : suatu

tinjauan konseptual operasional. Jakarta Timur : Bumi Aksara.

Wiyani, Novan Ardy. (2014). Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan

Sosial & Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wiyani, Novan Ardy. (2016). Konsep Dasar PAUD. Yogyakarta: Gava

Media.

Zaitun, D. (2015). Sosiologi Pendidikan. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Siklus 1 Pertemuan 1 Menanam kacang hijau pada

cangkang telur

Siklus 1 Pertemuan 2 Melaporkan hasil menanam

kacang hijau

Siklus 2 Pertemuan 1 Mewarnai secara berkelompok

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

72

Hasil karya Hasil Karya

Siklus 2 Pertemuan 2 Membuat miniatur rumah dari

kertas lipat

Hasil Karya Hasil Karya

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

73

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

74

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

75

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

76

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

77

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

78

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

79

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI …

80