UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BUDAYA …
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BUDAYA …
L A P OR A N
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATERI BUDAYA DEMOKRASI MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS
SISWA KELAS IV SDN PANGKAN
DISUSUN OLEH :
SUNARDI, A.Ma.Pd
NIP 19671110 198712 1 002
GURU SDN PANGKAN KECAMATAN PAKU
Jl. Pangkan Kecamatan Paku Kode Pos 73611
KABUPATEN BARITO TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
Judul
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATERI BUDAYA DEMOKRASI MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS
SISWA KELAS KELAS IV SDN PANGKAN
Disusun oleh :
SUNARDI, A.Ma.Pd
NIP 19671110 198712 1 002
GURU SDN PANGKAN KECAMATAN PAKU
Disahkan oleh :
Mengetahui:
Kepala SDN Pangkan,
RUJITO, S.Pd.SD
NIP 19641010 198811 1 004
Pangkan, 26 November 2013
Pembimbing,
JUMAKIR, S.Pd.,MM
NIP 19670930 199001 1 002
BERITA ACARA SEMINAR
Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Agustus Tahun Dua
Ribu Tiga Belas, bertempat di SDN Pangkan, yang dihaditi oleh 16 (Enam Belas)
Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Budaya Demokrasi
Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournaments Siswa Kelas IV SDN
Pangkan”.
Disusun oleh :
SUNARDI, A.Ma.Pd
NIP 19671110 198712 1 002
GURU SDN PANGKAN KECAMATAN PAKU
Pembahas :
1. LIANSI, A.Ma.Pd (......................................)
2. ENIYATI, A.Ma.Pd (......................................)
Moderator,
BAYUK, S.Pd.SD
NIP.19710730 199410 2 001
Notulis,
ESTER RENCANI, S.Pd
NIP.19871507 201101 2 018
Mengetahui:
Kepala SDN Paku Beto
RUJITO, S.Pd.SD
NIP.19641010 198811 1 004
Narasumber,
LETO, S.Pd.SD
NIP. 19690405 199303 1 013
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : JHON CENEDI, S.Pd
NIP : 19820427 201101 1 008
Jabatan : Kepala Perpustakaan SDN Pangkan.
Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:
Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Budaya
Demokrasi
Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournaments
Siswa Kelas IV SDN Pangkan.
Penulis : SUNARDI, A.Ma.Pd
NIP : 19671110 198712 1 002
Jabatan : Guru Kelas
Unit Kerja : SDN Pangkan.
Telah disimpan di Perpustakaan SDN Pangkan. Kecamatan Paku Kabupaten
Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai Publikasi Ilmiah dan sebagai
bahan Referensi.
Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Mengetahui:
Kepala SDN Paku Beto,
RUJITO, S.Pd.SD
NIP. 19641010 198811 1 004
Pangkan, 20 November 2013
Kepala Perpustakaan,
JHON CENEDI, S.Pd
NIP. 19820427 201101 1 008
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
Adapun judul laporan penelitiani ini adalah, ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Budaya Demokrasi Melalui Model Pembelajaran Teams Games
Tournaments Siswa Kelas IV SDN Pangkan”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami sampaikan
kepada:
(1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Timur,
(2) Rujito, S.Pd.SD selaku Kepala SDN Pangkan
(3) Jumakir, S.Pd.,MM selaku pembimbing.
(4) Yayuk, S,Pd.SD dan Ester Renceni, S.Pd.SD selaku observer
(5) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga
laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan manfaat
khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Pangkan, November 2013
Penyusun
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul:“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Budaya
demokrasi Melalui Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournaments Siswa
Kelas IV SDN Pangkan”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi
Budaya demokrasi Melalui Model Pembelajaran Tipe Teams Games
Tournaments Siswa Kelas IV SDN Pangkan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
(action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari:
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Model Pembelajaran Tipe
Teams Games Tournaments dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SDN Pangkan.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan
kesulitan yang sama dapat menerapkan Model Pembelajaran Tipe Teams Games
Tournaments untuk meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Siswa Kelas IV. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan
guru lebih memahami Model Pembelajaran Teams Games Tournaments.
Kata kunci: Hasil Belajar, Metode TGT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................... .....................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ............ii
BERITA ACARA SEMINAR.......................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iv
ABSTRAK........................................................................... ...........................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................viii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... .......... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... ...... 4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... ..... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................... .... 5
2.1 Kajian Teori..................................................................................... 5
2.1.1 Hasil Belajar……………….......................................................... 5
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif.............................................................. 7
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments…….. 11
2.1.3 Budaya Demokrasi ………..……………………………………… 20
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 28
3.1 Setting Penelitian........................................................................... 28
3.2 Subjek Penelitian............................................................................ 28
3.3 Prosedur Penelitian........................................................................ 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 30
3.5 Teknik Analisa Data....................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 32
4.1 Hasil Penelitian............................................................................... 32
4.1.1 Deskripsi kondisi awal........................................................... ...... 32
4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I................................................................ 37
4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II.............................................................. 45
4.2 Pembahasan........................................................................ ............ 53
BAB V PENUTUP........................................................................................... 57
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 57
5.2 Saran............................................................................................. . 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................... 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia memerlukan pendidikan untuk menggerakkan dan
mengembangkan potensi serta kemampuan dasar tersebut kepada pola
yang dikendalikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
fundamental dalam pembangunan, karena kemajuan bangsa erat kaitannya
dengan masalah pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau
bangsa Indonesia begitu besar perhatiannya terhadap masalah pendidikan,
bahkan tujuannyapun semakin disempurnakan.Ini sesuai dengan ketentuan
yang dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Secara garis besar, pendidikan sebagai suatu usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa
Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang
paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk
mencapai suatu dinamika yang diharapkan.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IV SDN
Pangkan, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa rendah di bawah standar
ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.
Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :
a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep
Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah,
b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan
membosankan,
c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Kewarganegaraan
dan menganggap Pendidikan Kewarganegaraan hanya sebagai
hafalan saja.
Dengan belajar secara menghapal membuat konsep – konsep
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah diterima menjadi mudah
dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan
diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam
mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi
pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan
membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa
akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan
tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung meningkat.
Model Pembelajaran TGT tampak seperti model pembelajaran
word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-
kotak jawaban, tetapi jawaban sudah dituliskan, namun dengan susunan
yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf)
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. TGT
merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal
dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang
tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara
penyelesaian dari soal yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting
melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa
dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul :“Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Budaya Demokrasi Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siwa Kelas IV SDN Pangkan“.
1.2 Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan
permsalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan hasil belajar Materi Budaya Demokrasi siswa Kelas IV SDN
Pangkan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar Materi Budaya Demokrasi menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa Kelas IV SDN Pangkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu
untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa,
memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan
menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan
Kewarganegaraan dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari – hari
sehingga pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi lebih sederhana.
3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2012: 46) pengertian hasil belajar adalah
“kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan
pengalaman belajarnya”. Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga
ranah hasil belajar yaitu :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan
bertindak, ada enam aspek, yaitu : gerakan refleks, ketrampilan
gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan
dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicaPendidikan Kewarganegaraan siswa
dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu :
a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,
terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana, melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah
dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan
lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah
afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan
Kewarganegaraannya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai
dengan ciri-ciri tersebut di atas.
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif
adalah “model pembelajaraan yang sistematis dengan
mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan
pembelajaraan yang efektif dan mengintegrasikan keterampilan
sosial yang bermuatan akademis” sedangkan menurut Johns
pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara
kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman
belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar
Kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk mencapai
pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok.
2.Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif
a. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikanoleh
struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang
bekerja dalam situasi pembelajaraan kooperatif didorong dan atau
dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya. Dalam penerapan pembelajaraan kooperatif, dua atau
lebih individu saling tergantung satu sma lain untuk mencapai satu
penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut
seandainya mereka berhasil dalam kelompok.
Ciri–ciri pembelajaraan yang mengguanakan model
kooperatif adalah
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi,sedang, dan rendah
3) Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin berbeda – beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang
individu.7
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model
Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang
mengelompokan siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam
dan tidak membedakan ras, suku, budaya maupun jenis kelamin.
b. Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif
Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan
kooperatif adalah sebagai berikut :
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di
dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/
penghargaan yang akan dikenakan utnuk semua anggota
kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu
materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.
Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik
dan optimal hendaknya guru tidak meninggalkan unsur-unsur
pembelajaran kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.
c. Tujuan pembelajaran kooperatif
Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk
mencaPendidikan Kewarganegaraan aetidak – tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial.
1) Hasil belajar Akademik
Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Sedangkan menurut Slavin,
pembelajaran kooperatif dapat merubah norma budaya anak
muda dan membuat budaya lebih dalam tugas – tugas
pembelajaraan.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
diharapkan mendapatkan hasil belajar akademik yang
maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep yang sulit
serta dapat mengubah norma budaya anak muda menjadi
budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
2) Penerimaan terhadap keragaman
Efek samping yang kedua dari model pembelajaran
kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang
berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas–
tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untk menghargai satu sama lain.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat
memberikan efek yang positif terhadap nilai keragaman dimana
peserta didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku,
budaya, kelas social maupun kemampuan.
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya
mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperativelearning
atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok
kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat
memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling
mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan
masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro
(2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih,
dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat
nyata.
Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga siswa akan berdiskusi, dan
mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-
benar memahami konsep dan keterampilan yang dipelajarinya, Guru dapat
memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu benar di dalam
kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif dan dapat
mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang lain,
saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain
Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang
mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman
filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang
cukup pula.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa
siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap
akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
menganut paham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang
berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil.
Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar
proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa
terjadi secara optimal.
Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2013: 21) menyebutkan
(enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.
Tabel. 1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif
Fase
ke- Indikator Tingkah Laku Guru
1 Menyampaikan
tujuan dan
memotivasisiswa
Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan
memotivasi siswa belajar.
2 Menyampaikan
informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-
kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4 Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau
hasil belajar individu maupun kelompok.
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda
Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran
kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1) merumuskan tujuan pembelajaran,
(2) menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar,
(3) menentukan tempat duduk siswa,
(4) merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,
(5) menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif,
(6) menjelaskan tugas akademik,
(7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama,
(8) menyusun akuntabilitas individual,
(9) menyusun kerja sama antar kelompok,
(10) menjelaskan kriteria keberhasilan,
(11) menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan,
(12) memantau perilaku siswa,
(13) memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas,
(14) melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,
(15) menutup pelajaran,
(16) Menilai kerja sama antar anggota kelompok.
Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan
sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk
perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan
suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong.
Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir
seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division
(TGT), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw
Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja
dalam kelompok mereka masing–masing.
Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,dimana
setiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan wakil dari
kelompoknya masing-masing.
Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen
secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja
turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat
ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.
Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada
lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor
yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota
kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan
tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan
kelompok team recognition).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4
sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang
berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan lebih
dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal
ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar
secara kooperatif sangat menyenangkan.
2) Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan
dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 4 sampai 5 orang
peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
lama.
Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan
ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan
dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai
berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca
coaldan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang
menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal.
Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian
yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh
pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah
itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan
kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam
satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta
harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan
pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban
pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan
melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.
Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya
pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan
yang diterima oleh kelompoknya.
3) Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan
dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota
kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan
didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok tersebut.
Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang
Diperoleh
Top Scorer 40
High Middle Scorer 30
Low Middle Scorer 20
Low Scorer 10
Taber.3 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang
Diperoleh
Top Scorer 60
Middle Scorer 40
Low Scorer 20
(Sumber : Slavin, 1995:90)
Dengan keterangan sebagai berikut :
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer
(skor rendah), Low Scorer (skor terendah).
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa
tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:
a. Mengajar (teach)
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
b. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru
menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi
dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk
memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi
jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.
c. Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang
berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua
anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam
kegiatan kelompok.
d. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh
oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas
HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi
kategorti rerata poin sebagai berikut.
Tabel. 4 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria
(Rerata Kelompok) Predikat
30 sampai 39 Tim Kurang Baik
40 sampai 44 Tim Baik
45 sampai 49 Tim Baik Sekali
50 ke atas Tim Istimewa
(Sumber: Slavin, 1995)
2.1.4 Budaya Demokrasi
A. Pengertian Dan Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi
1. Pengertian Budaya Demokrasi
Kehidupan yang demokratis merupakan amanat Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah masyarakat adil
dan makmur. Susunan sila-sila Pancasila menyatakan bahwa demokrasi tidak
sekadar alat, melainkan bagian dari tujuan itu sendiri. Artinya, tujuan utama itu
hendak dicapai melalui cara-cara yang demokratis untuk menikmati kehidupan
yang adil dan makmur dalam suasana yang demokratis.
Susilo Bambang Yudhoyono memiliki pandangan mengenai demokrasi.
a. Ukuran normatif. Demokrasi adalah partisipasi rakyat dalam pengambilan
keputusan pada penetapan kebijakan. Ada pemilu yang jurdil, perekrutan
kepemimpinan yang teratur, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan
kebebasan pers.
b. Ukuran demokrasi yang mapan (consolidated democracy). Negara dikatakan
demokratis atau sebuah demokrasi dikatakan telah mapan apabila memiliki
lima arena, yaitu adanya civil society (masyarakat madam), political society
(masyarakat politik), economic society (masyarakat ekonomi), rule of law
(aturan main: undang-undang dan peraturan), dan state apparatus (aparatur
negara) yang berfungsi dengan baik.
Dari segi pelaksanaan, menurut Inu Kencana, demokrasi terbagi atas dua
model berikut.
a. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung terjadi bila rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu
negara secara langsung. Pada demokrasi langsung, lembaga legislatif hanya
berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan. Pemilihan
pejabat eksekutif (presiden, wapres, gubernur, dan walikota) dilakukan oleh
rakyat secara langsung melalui pemilu. Pemilihan anggota parlemen atau
legislatif (DPR dan DPD) juga dilakukan rakyat secara langsung.
b. Demokrasi tidak langsung (demokrasi perwakilan)
Demokrasi tidak langsung terjadi apabila rakyat mewujudkan kedaulatannya
tidak melalui pihak eksekutif, melainkan melalui lembaga perwakilan. Pada
demokrasi tidak langsung, lembaga perwakilan/parlemen dituntut peka
terhadap berbagai hal yang menyangkut kehidupan masyarakat dalam
hubungannya dengan pemerintah atau negara.
Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan kratos atau kratein
yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat.
2. Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi
Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Negara yang menganut demokrasi dicirikan oleh adanya
pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat.
Mewujudkan demokrasi bukanlah hal mudah. Demokrasi tidak dirancang
demi efisiensi, melainkan demi pertanggungjawaban. Sebuah pemerintahan
demokratis mungkin tidak bisa bertindak secepat pemerintahan diktator. Namun,
ketika tindakan diambil, dukungan publik bisa dipastikan muncul.
Setiap bangsa harus menata pemerintahan yang berpijak pada sejarah dan
kebudayaan sendiri. Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip dasar yang harus
ada dalam setiap bentuk demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi ini disebut sebagai
nilai yang universal. Sebagai contoh, tata cara pembuatan undang-undang sangat
bervariasi antara satu negara dan negara lainnya. Namun, proses pembuatan
tersebut harus mematuhi prinsip dasar keterlibatan rakyat, sehingga mereka
merasa memiliki undang-undang tersebut.
B. Masyarakat Madani
1. Pengertian Masyarakat Madani (Civil Society)
Ukuran demokrasi yang mapan menuntut adanya civil society (masyarakat
madani). Apakah masyarakat madani itu?
Istilah madani secara umum dapat diartikan sebagai “adab atau beradab”.
Masyarakat madani dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Untuk dapat
mencapai tata masyarakat seperti ini, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain
adanya keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama, kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan, serta
keterlibatan dan kemerdekaan masyarakat dalam mernilih pemimpinnya. Ketiga
hal tersebut merupakan sebuah jembatan yang akan menghubungkan suatu negara
dengan kehidupan masyarakat yang demokratis.
2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani
Masyarakat madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Free public sphere (ruang publik yang bebas) Ruang publik diartikan sebagai
wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan
secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
memublikasikan informasi kepada publik. Dengan demikian, tidak mungkin
terjadi pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan
aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh pemerintah yang
berkuasa.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekplisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.
Dalam kerangka itu, hanya negara demokratis yang mampu menjamin
masyarakat madani. Pelaku politik dalam suatu negara (state) cenderung
menyumbat masyarakat sipil. Mekanisme demokrasilah yang memiliki
kekuatan untuk mengoreksi kecenderungan itu.
Sementara itu, untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan
anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian.
Syarat-syarat tersebut berbanding lurus dengan kesediaan untuk menerima dan
memberi secara berimbang. Dengan demikian, mekanisme demokrasi
antarkomponen bangsa, terutama pelaku politik praktis, merupakan bagian
terpenting dalam menuju masyarakat madani.
c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang atau kelompok masyarakat lain yang berbeda.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap
tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada masyarakat yang tunggal,
monolitik, sama, dan sebangun dalam segala segi.
e. Keadilan sosial (social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan jika tidak ada monopoli dan
pemusatan salah satu aspek kehidupan pada seseorang atau sekelompok
masyarakat. Intinya, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).
Berikut ini pilar-pilar penegak demokrasi.
(1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
(2) Pers yang bebas.
(3) Supremasi hukum.
(4) Perguruan tinggi.
(5) Partai politik.
f. Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang
baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat
terjadi apabila tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga.
Antitesis (lawan) masyarakat madani adalah tirani yang memasung kehidupan
bangsa secara kultural dan struktural, serta menempatkan cara-cara
manipulatif dan represif sebagai instrumen sosialnya. Masyarakat dalam
sebuah tirani pada umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai
sebuah perubahan. Tidak ada tempat yang cukup luas untuk mengekspresikan
partisipasinya dalam proses perubahan. Tirani seperti inilah, berdasarkan
catatan sejarah, yang menjadi simbol-simbol yang dihadapi secara permanen
oleh gerakan masyarakat sipil. Mereka senantiasa berusaha keras
mempertahankan status quo tanpa memedulikan rasa ketidakadilan yang
berkembang dalam masyarakat. Pada masa Orde Baru, cara-cara mobilisasi
sosial lebih banyak dipakai daripada partisipasi sosial, sehingga partisipasi
masyarakat menjadi bagian yang hilang di hampir seluruh proses
pembangunan. Namun, kemudian terbukti bahwa pemasungan partisipasi
secara akumulatif berakibat fatal terhadap keseimbangan sosial politik.
Masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan, sehingga memunculkan
protes-protes sosial yang berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat pada
sistem yang berlaku. Dengan demikian, jelas terbukti bahwa partisipasi
merupakan karakteristik yang harus ada dalam masyarakat madani. Tanpa
adanya partisipasi, yang ada hanyalah demokrasi semu (pseudo-democracy),
sebagaimana yang pernah dipraktikkan oleh rezim Orde Baru.
g. Supremasi hukum
Penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral. Artinya, tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum. Hal ini bisa terjadi
apabila terdapat komitmen yang kuat antarkomponen bangsa untuk saling
mengikat diri dalam sistem dan mekanisme yang disepakati bersama.
Demokrasi tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan
mengarah pada dominasi mayoritas yang dapat menghilangkan rasa keadilan
kelompok minoritas. Partisipasi tanpa diimbangi penegakan hukum akan
membentuk masyarakat tanpa kendali.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa masyarakat madani merupakan bentuk
sinergi dari pengakuan hakhak untuk mengembangkan demokrasi yang
didasari oleh kesiapan dan pengakuan pada partisipasi rakyat. Di dalamnya
ada peran hukum strategis sebagai alat pengandalian dan pengawasan dalam
masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Pangkan Kabupaten
Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada di luar kota Kabupaten.
SDN Pangkan Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai
fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang
memadahi, ruang UKS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 13 (Tiga
belas) orang terdiri dari 3 (tiga) orang laki-laki, 10 (sepuluh) orang perempuan
dan 1 (satu) Penjaga Sekolah.
3.2 Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN Pangkan, Kabupaten
Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 17, yang terdiri
dari 4 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan.
3.3 Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu
pada bulan September sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini pada materi
Budaya Demokrasi diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus
masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain
Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
1. Siklus I
Pada siklus ini membahas subkonsep materi Budaya Demokrasi.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar
observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi
berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
1) Siswa diminta untuk mempersiapkan diri di rumah dengan memberi tugas
membaca bahan ajar sehingga siswa memiliki kesiapan belajar.
2) Guru menjelaskan materi Budaya Demokrasi secara klasikal.
3) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk kelompok, masing–masing
kelompok terdiri dari 4–5 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta
untuk mempelajari LKS.
4) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai
dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok,
diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok
siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab
terhadap kelompoknya.
c. Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek
yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.
Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar
siswa.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I
dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini
belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
2. Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan
dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan
kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap
siklus I.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK
ini yaitu :
a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang
kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Instrumen yang diganakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini
terdiri dari:
1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat mativasi siswa
mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh Guru.
3.5 Teknik Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif,
seperti berikut ini :
1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan
Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi
Budaya Demokrasi dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif
tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika
siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini
jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing
dihitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:
𝑃 =𝐹
𝑁 𝑥 100%
Dimana : P = Prosentase
F = frekuensi tiap aktifitas
N = Jumlah seluruh aktifitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi kondisi Awal
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran Tipe TGT pada materi Budaya Demokrasi sub (1)
Pengertian dan Prinsip-prinsip Budaya Demokrasi. Disamping itu guru
juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar
observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil
belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan
observer mendiskusikan lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan awal dilaksanakan pada hari Selasa 24
september 2013 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk
kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking
berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan
icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi
siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan
setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa
dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih
dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang
hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus
mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir tindakan awal antara lain: (1) melakukan evaluasi
untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang
pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan
keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
c. Observasi
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan ada peningkatan
dalam Kegiatan Pembelajaran pada tindakan awal setelah dilakukan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan
adanya masalah yang terjadi pada tindakan awal, maka kami bersama
pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki
pada tindakan awal dengan harapan semua siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan dalam kegiatan belajar
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa pada tindakan awal. Hasil belajar siswa pada tindakan
awal dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari
17 (tiga belas) siswa terdapat 6 (enam) siswa atau 58,8% yang tuntas
dan yang tidak tuntas ada 7 (tujuh) Siswa atau 41,2% yang tidak
tuntas. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.5 hasil ulangan harian kondisi awal
No. Nama Siswa Budaya Demokrasi
kondisi Tuntas Tidak Tuntas
awal
1 Ahmad Maulana 70 V
2 Benaya Chrisno 60 V
3 Fatimah 65 V
4 Hayatunisa 70 V
5 Indah Safitri 60 V
6 Jumidah 65 V
7 Lesta Anugrahni 65 V
8 Malahudin 84 V
9 Mira Sulvana 60 V
10 Priska Susentri 70 V
11 Retina 72 V
12 Risa Leluni 65 V
13 Riskia Nurazizah 84 V
14 Ruaini Leluni 70 V
15 Syahlina 72 V
16 Sondiwono 75 V
17 warsinto 71 V
Jumlah 1178
Rata- Rata 69,29
Klasikal 58,8%
d. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada materi Budaya Demokrasi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ternyata hasil yang didapat nilai rata-
rata sebesar 69,29 dan ketuntasan klasikal sebesar 58,8%. Hal ini masih
jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Budaya
Demokrasi.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi
bahan Budaya Demokrasi. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang
menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian
LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,
diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik
pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi
baru untuk mengurangi penyebab kekurangan pemahaman siswa tersebut
di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang
pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok
untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara
demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa
lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa
yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga,
peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Budaya
Demokrasi khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu
dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang
ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran Tipe TGT dengan materi Budaya Demokrasi sub (2)
Masyarakat Madani. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan
tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar
observasi.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 8
Oktober 2013 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk
kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking
berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan
icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi
siswa dalam 4 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan
setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa
dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih
dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang
hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus
mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk
mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang
baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar
dengan bertepuk tangan gembira.
f. Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan ada peningkatan
dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan
adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama
pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki
pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan
hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan dalam kegiatan belajar
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada sejulah 17
siswa terdapat 13 siswa atau 76,5% yang tuntas dan yang tidak tuntas
ada Siswa atau 23,5% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel
3 dibawah ini.
Tabel.6 hasil ulangan harian siklus I
No. Nama Siswa Budaya Demokrasi
Siklus I Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Maulana 90 V
2 Benaya Chrisno 65 V
3 Fatimah 80 V
4 Hayatunisa 90 V
5 Indah Safitri 65 V
6 Jumidah 80 V
7 Lesta Anugrahni 80 V
8 Malahudin 100 V
9 Mira Sulvana 65 V
10 Priska Susentri 100 V
11 Retina 80 V
12 Risa Leluni 80 V
13 Riskia Nurazizah 90 V
14 Ruaini Leluni 80 V
15 Syahlina 90 V
16 Sondiwono 90 V
17 warsinto 80 V
Jumlah 1.405
Rata- Rata 82,65
Ketuntasan Klasikal 76,5%
2) Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan
belajar yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
materi pelajaran Budaya Demokrasi pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04
berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang mereka jalani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh
proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada Tabel 5 di bawah ini
yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini
yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 17 siswa
teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan
selama kegiatan pembelajaran materi Budaya Demokrasi , siswa secara
umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang
digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan
model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa
mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Tabel.7 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT
No
.
Uraian Tanggapan Siswa
Senang Tidak Senang
F % F %
1. Bagaimana perasaan kamu selama
mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?
12 92,3 1 7,7
Senang Tidak Senang
F % F %
2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :
a. Materi pelajaran
b. Lembar kerja siswa (LKS)
c. Suasana Belajar di Kelas
d. Cara penyajian materi oleh guru
17
16
16
17
100
94,1
92,3
100
0
1
1
0
0
6,9
6,9
0
Sulit Tidak Sulit
F % F %
3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti
pembelajaran ini
3 17,6 14 82,4
Bermanfaat
Tidak
Bermanfaat
F % F %
4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi
kamu ?
17 100 0 0
Baru Tidak Baru
F % F %
5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 17 100 0 0
Ya Tidak
F % F %
6. Apakah kamu menginginkan pokok
bahasan yang lain menggunakan model
kooperatif tipe TGT?
16 94,1 1 6,9
Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran
kooperatif tipe TGT
N=Jumlah: 17 orang
3) Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukan pada tabel 7, bahwa
pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam materi pelajaran Budaya Demokrasi pada
siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel.8 Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
No. Aspek yang diamati
Skor pengamatan
RPP I Keterangan
1.
2.
3.
4.
Pesiapan
Pelaksanaan
Pengelolaan Kelas
Suasana Kelas
3,0
2,5
2,5
3,0
Baik
Baik
Baik
Baik
Rata – Rata 2,75 Baik
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
g. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada materi Budaya Demokrasi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang
dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
materi Budaya Demokrasi.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan
Budaya Demokrasi. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang
menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian
LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,
diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik
pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi
baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut
di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang
pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok
untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan
carademikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa
lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa
yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga,
peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Budaya
Demokrasi khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu
dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang
ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
3. Deskripsi data siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I
pada materi Budaya Demokrasi sub (3) Demokrasi di Indonesia.
Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru
membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di
kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 22
Oktober 2013 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.Waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk
kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking
berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan
icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi
siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan
setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa
dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih
dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang
hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus
mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk
mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang
baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar
dengan bertepuk tangan gembira.
a. Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan ada peningkatan
dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas IV SDN Pangkan dalam kegiatan belajar
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebanyak 15
siswa atau 88,2% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau
11,8% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 85,2. Data dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.9 Hasil ulangan harian pada siklus II
No. Nama Siswa Budaya Demokrasi
Siklus I Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Maulana 90 V
2 Benaya Chrisno 70 V
3 Fatimah 80 V
4 Hayatunisa 90 V
5 Indah Safitri 68 V
6 Jumidah 80 V
7 Lesta Anugrahni 80 V
8 Malahudin 100 V
9 Mira Sulvana 65 V
10 Priska Susentri 100 V
11 Retina 80 V
12 Risa Leluni 80 V
13 Riskia Nurazizah 90 V
14 Ruaini Leluni 85 V
15 Syahlina 100 V
16 Sondiwono 100 V
17 warsinto 90 V
Jumlah 1.448
Nilai Rata- Rata 85,2
Ketuntasan Klasikal 88,2%
2) Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pelajaran
Budaya Demokrasi pada siklus 1 adalah rata – rata 3,04 berarti termasuk kategori
baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka
jalani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT digunakan
angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai.
Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT,
ditunjukan pada Tabel 9 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket
respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada tabel 9
di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 17 siswa
teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan selama
kegiatan pembelajaran materi Budaya Demokrasi, siswa secara umum
memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana
kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang
baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa
senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh
manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Tabel.10 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT
No
.
Uraian Tanggapan Siswa
Senang Tidak Senang
F % F %
1. Bagaimana perasaan kamu selama
mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?
17 100 0 0
Senang Tidak Senang
F % F %
2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :
e. Materi pelajaran
f. Lembar kerja siswa (LKS)
g. Suasana Belajar di Kelas
h. Cara penyajian materi oleh guru
17
17
17
17
100
100
100
100
0
0
0
0
0
0
0
Sulit Tidak Sulit
F % F %
3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti
pembelajaran ini
1 5,8 16 94,2
Bermanfaat Tidak
Bermanfaat
F % F %
4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi
kamu ?
17 100 0 0
Baru Tidak Baru
F % F %
5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 17 100 0 0
Ya Tidak
F % F %
6. Apakah kamu menginginkan pokok
bahasan yang lain menggunakan model
kooperatif tipe TGT?
16 94,2 1 5,8
Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
TGT
N = Jumlah: 17 orang
3) Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukan pada tabel 10, bahwa
pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam materi pelajaran Budaya Demokrasi pada
siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
No. Aspek yang diamati
Skor pengamatan
RPP II Keterangan
1.
2.
3.
4.
Pesiapan
Pelaksanaan
Pengelolaan Kelas
Suasana Kelas
3,25
2,75
2,75
3,0
Baik
Baik
Baik
Baik
Rata – Rata 3,125 Baik
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
4) Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada materi Budaya Demokrasi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang
dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
materi Budaya Demokrasi.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan
Budaya Demokrasi.Menurut pengamat, ada beberapa hal yang
menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian
LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks
pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,
diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik
pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru
untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,
selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama
peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis
hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka
data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami
materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain
dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan
penjelasan lebih detail tentang materi Budaya Demokrasi khususnya untuk
pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam
diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya
dibantu oleh pengamat.
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi
awal siswa Kelas IV SDN Pangkan dengan model pembellajaran,
kooperatif tipe TGT diperoleh nilai rata–rata kondisi awal sebesar 69,29
dengan nilai tertinggi adalah 84 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah
60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 58,8% dan yang tidak tuntas
41,2%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IV
SDN Pangkan pada siklus 1 dengan model pembelajaran, kooperatif tipe
TGT diperoleh nilai rata–rata siklus 1 sebesar 82,65 dengan nilai tertinggi
adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 2 orang
dengan ketentusan belajar 76,5% dan yang tidak tuntas 23,5%.
Sedangkan pada siklus II dengan model pembelajaran, kooperatif
tipe TGT diperoleh nilai rata–rata siklus II sebesar 85,2 dengan nilai
tertinggi adalah 100 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat
1 orang dengan ketuntasan belajar 88,2% dan yang tidak tuntas 11,8%.
Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah
siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada
niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV SDN
Pangkan tahun pelajaran 2013/2014 menunjukan peningkatan hasil belajar
siswa pada materi yang sama yaitu Budaya Demokrasi. Hal ini disebabkan
pada siklus I dan siklus II 2013/2014 Sudah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang
menerapkan model pembelajaran tipe TGT pada materi Budaya Demokrasi
menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas
siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek
aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama
dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa
dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan
kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang
paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan
berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan
bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat santoso (dalam anam, 2010:40) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja
dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas–
tugas individu dan kelompok.
3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua
aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik
dalam mengelola model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi
Budaya Demokrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa
guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru
harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di
kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan.
Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari, 1998).
Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.
4.Respons siswa Terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran
kooperatif tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa
merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara
penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi
antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik
dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model
pembelajran kooperatif tipe TGT disebabkan suasana belajar dikelas yang agak
ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan
model kooperatif tipe TGT.Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan
selanjutnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan siswa
merasa bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT bermanfaat bagi
mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan
yang didapat mudah diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat rejeki (2000) yang
mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan tindakan
pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan kemajuan belajar sikap
siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri sera menambah
rasa senang siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatiftipe TGT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar pada
Materi Budaya Demokrasi Siswa Kelas IV SDN Pangkan.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:
1) Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai solusinya.
2) Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT disarankan untuk membentuk kelompok–kelompok baru jika
banyak siswa yang bermain pada saat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas
--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta: Depdiknas
-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.
Hulu, yuprieli. Dkk. 2011. Suluh siswa 1: Berkarya dalam Kristus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Kemdiknas
-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT
Remaja Rosda Karya
Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Sudjana, Nana. 1989. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surakarta: Tiga
Serangkai
PEDOMAN OBSERVASI GURU
1. Nama Sekolah : .........................................................................................................
2. Nama Guru : .........................................................................................................
3. Mata Pelajaran : .........................................................................................................
4. Kelas / Semester : .........................................................................................................
5. Hari / Tanggal : .........................................................................................................
No Uraian Kegiatan
YA / ADA Tidak
ada Nilai Catatan
Baik Kurang
baik
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a. Silabus
b. Program / Rencana Pembelajaran Semester
c. Buku nilai : yang memuat nilai ulangan harian, ujian blok,
ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan siswa
c. Memberitahukan topik pembelajaran : SK/KD
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Kartu soal sesuai Materi Pelajaran
b. Penyiapan Kartu Jawaban secara acak
c. Penyajian materi
2. - Pengelompokkan siswa
- Pembagian kartu soal dan kartu jawaban
-Siswa mengerjakan soal secara kelompok
-Siswa mencari jawaban yang cocok dengan cara
memasangkan pada kartu soal
-Siswa mencatat jawaban pada buku catatan
C. PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)
Jumlah
Rata – rata
Kesimpulan :.................................................................................................. ......................................
Saran / Pembinaan :.........................................................................................................................................
Pengamat/Observer,
.....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :……………………………..
Kelas :……………………………..
Materi :……………………………..
Nama Guru :……………………………..
NO ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET
1 Memperhatikan penjelasan Guru
2 Mempelajari LKS dengan sungguh-
sungguh
3 Melakukan kegiatan sesuai LKS
4 Mencatat hasil kegiatan sesuai LKS
5 Diskusi kelompok tentang hasil
kegiatan
6 Menyusun hasil kegiatan
7 Mempresentasikan hasil kegiatan
kelompok
8 Menghargai gagasan teman
9 MenyamPendidikan
Kewarganegaraankan gagasan pada
kelompok
10 Mengambil keputusan/ kesimpulan
kelompok
11 Member tanggapan pada kelompok
lain
12 Bertanggung jawab dan disiplin kerja
13 Memcatat hasil kesimpulan
Pengamat,
………………..………
RESPONDEN SISWA
Nama Siswa :…………………………..
Kelas :…………………………..
Hari/Tanggal :…………………………..
NO URAIAN YA TIDAK KET
1 Apakah kamu merasa senang selama mengikuti kegiatan
pembelajaran ini ?
2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar kerja
siswa (LKS)?
4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di Kelas ini?
5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi oleh
guru?
6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran ini?
7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?
8 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
9 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain
menggunakan model kooperatif tipe TGT?
JUMLAH
Responden,
……………………………….