UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN...

download UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28712/1/HAWIYAH... · pada siklus I sebanyak 73,75 point dan pada siklus

If you can't read please download the document

Transcript of UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN...

  • UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA

    PELAJARAN PKN PADA POKOK BAHASAN SEJARAH

    BERDIRINYA ASEAN MELALUI PENERAPAN METODE

    JIGSAW PADA SISWA KELAS VI DI MI ARROBIATUL

    ADAWIYAH KOTA TANGERANG TAHUN AJARAN

    2012/2013

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

    Pendidikan

    Oleh

    HAWIYAH

    NIM 809018300352

    PROGRAM STUDY PGMI

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • i

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan dibawah ini :

    Nama : Hawiyah

    Nim : 80901809018300352

    Jurusan : PGMI - Dual Mode System

    Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata

    Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui

    penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah

    Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013. Merupakan hasil karya asli saya

    yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

    sarjana strata satu (S1), di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pembimbing : Moch. Noviadi. Nugroho, M.Pd

    NIP : 197611182011011006

    Jurusan / Prodi : PGMI / Dual Mode System

    1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Jika kemidian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayah atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Univeritas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata

    Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui

    penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah

    Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013 disusun oleh Hawiyah, NIM :

    809018300352, Jurusan Pendidikan : Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultak : Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Telah memlalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang

    berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang

    ditetukan oleh fakultas.

    Jakarta, 27 desember 2013

    Yang mengesahkan, :

    Pembimbing I

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata

    Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui

    penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah

    Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013. disusun oleh Hawiyah, NIM :

    809018300352. Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

    Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam

    Ujian Munaqasah pada tanggal, 27 Desember 2013 dihadapan dewan penguji.

    Karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana (S.Pd) dalam biadang

    pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah.

    Jakarta, 27 Desember 2013

  • iv

    ABTRAK

    HAWIYAH (809018300352), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Mata Pelajaran Pkn Pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui

    penerapan Metode Jigsaw pada siswa kelas VI MI Ar-Robiatul Adawiyah Kota

    Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah,

    Jakarta 2013.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pkn

    pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN dengan penerapan Jigsaw.

    Penelitian dilaksanakan di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang pada tahun

    pelajaran 2012-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    tindakan kelas (PTK). Intrumen yang digunakan pada penelitian adalah tes dan

    non tes. Intrumen tes berupa tes tulis yang digunakan untuk mengukur hasil dan

    ketuntasan belajar, sedangkan intrumaen non tes berupa lembar observasi dan

    wawancara yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan peneliti dalam

    proses pembelajaran.

    Maksud penelitian ini menunjukan suatu peningakatan hasil belajar siswa

    pada siklus I sebanyak 73,75 point dan pada siklus II meningkat 81,7 point ini

    berarti terjadi peningkatan sebesar 7,75 point maka kesimpulan hasil penelitian

    ini adalah bahwa penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

    Kata kunci : Metode Jigsaw, Hasil Belajar, Sejarah Berdirinya ASEAN

  • v

    .

  • vi

  • vii

  • viii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

    ABTRAK ............................................................................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTARvi

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

    1.3. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

    1.4. Perumusan Masalah Penelitian ......................................................... 5

    1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5

    1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL ................... 8

    2.1. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ....................................... 8

    2.1.1. Pengertian Metode Jigsaw .............................................................. 8

    2.1.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Jigsaw .................... 11

    2.1.3. Klasifikasi Pembelajaran Jigsaw ............................................. 12

    2.1.4. Kelebihan Metode Jigsaw ........................................................ 13

    2.2. Hasil Belajar .................................................................................... 14

    2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .......................... 16

    2.4. Sejarah berdirinya ASEAN ............................................................. 19

    2.4.1. Pengertian Sejarah ................................................................... 19

    2.4.2. Sejarah ASEAN ....................................................................... 19

    2.4.3. Maksud dan Tujuan ASEAN ................................................... 20

    2.4.4. Peran Indonesia di ASEAN ..................................................... 21

    2.5. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 22

  • ix

    2.6. Kerangka Berfikir............................................................................ 23

    2.7. Hipotesis Tindakan.......................................................................... 23

    BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ....................................... 24

    3.1. Tempat dan waktu Penelitian .......................................................... 24

    3.2. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ...................... 25

    3.3. Rancangan Siklus Penelitian ........................................................... 28

    3.3.1. Subjek Penelitian ..................................................................... 29

    3.3.2. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................. 29

    3.4. Tahapan Intervensi Tindakan .......................................................... 30

    3.5. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 32

    3.6. Data dan Sumber Data .................................................................... 33

    3.6.1. Data Penelitian ......................................................................... 33

    3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 34

    3.6.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 35

    3.7. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan .................................................. 38

    3.8. Analisis Data dan Interpretasi Data................................................. 39

    3.9. Pengembangan Perencanaan Tindakan ........................................... 42

    BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN .................................................. 43

    4.1. Gambaran Umum Sekolah .............................................................. 43

    4.1.1. VISI .......................................................................................... 43

    4.1.2. MISI ......................................................................................... 43

    4.1.3. Profil : ...................................................................................... 43

    4.1.4. Struktur Yayasan...................................................................... 44

    4.2. Hasil Penelitian ............................................................................... 44

    4.2.1. Hasil Observasi Siswa kelas VI Pembelajaran PKn ................ 44

    4.2.2. Data Awal Observasi ............................................................... 48

    4.3. PEMBAHASAN ............................................................................. 64

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 69

    5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 69

    5.2. Saran-Saran ..................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 74

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3. 1 Diagram Alur Sirkulasi Penelitian Tindakan Kelas.42

    ............... 29

    Gambar 4. 1. Struktur Yayasan ...................................................................... 44

    Gambar 4. 2. Grafik Persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn ................ 45

    Gambar 4. 3. Gambar Akhir Persepsi Siswa .................................................. 47

    Gambar 4. 4. Grafik Nilai Awal Siswa ........................................................... 48

    Gambar 4. 5. Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test Siklus I ........... 52

    Gambar 4. 6 Grafik batang hasil pengamatan aktivitas siswa ....................... 54

    Gambar 4. 7. Hasil presentase N-Gain Siklus I .............................................. 56

    Gambar 4. 8. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ................. 57

    Gambar 4. 9. Grafik Diagram batang hasil pengamatan Aktivitas siswa ....... 61

    Gambar 4. 10. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II .............. 64

    Gambar 4. 11. Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa Siklus I dan II ............ 66

    Gambar 4. 12. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ...... 67

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. 1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 24

    Tabel 3. 1. Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ............ 30

    Tabel 3. 2. Kriteria Interval Kualifikasi Tingkat Keberhasilan ...................... 33

    Tabel 3. 3. Rentang Nilai Indeks Kesukaan Soal ........................................... 41

    Tabel 3. 4 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I .................................................... 44

    Tabel 4. 1. Observasi Awal ............................................................................ 45

    Tabel 4. 2. Observasi Akhir ............................................................................ 46

    Tabel 4. 3. Rekapitulasi Hasil Belajar PKn .................................................... 48

    Tabel 4. 4 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I .................................................... 51

    Tabel 4. 5 Hasil Pengamatan aktivitas pembelajaran siklus I pertrmuan 1 .... 53

    Tabel 4. 6. Hasil Analisa N-Gain siklus I ....................................................... 55

    Tabel 4. 7 Nilai Rata-rata ketuntasan Belajar pada siklus I ........................... 56

    Tabel 4. 8. Hasil Pengamatan Siswa Pelajaran siklus II pertemuan 1 ............ 60

    Tabel 4. 9. hasil analisis N-Gain Siklus II ...................................................... 62

    Tabel 4. 10 Nilai Rata-rata dan ketuntasan Belajar pada Siklus II ................. 63

    Tabel 4. 11 Rekapitulasi Aktivitas Siklus I dan Siklus II ............................... 65

    Tabel 4. 12. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ........... 66

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

    Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa di tingkat sekolah. Banyak faktor

    dan hambatan yang berpengaruh dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa

    dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Ada faktor dari diri siswa, faktor

    lingkungan belajar dan lingkungan keluarga, perhatian orang tua, faktor budaya

    membaca, faktor etos kerja guru, faktor, metode dan pendekatan dalam

    pembelajaran. 1

    Dalam pendidikan, untuk mendapatkan hasil dari proses pendidikan yang

    maksimal tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Inovasi

    pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta

    kurikulum saja, melainkan juga proses pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam

    proses pendidikan sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi kearah yang

    maksimal. Inovasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan

    pembelajaran, startegi pembelajaran dan metode pembelajaran. 2

    Metode pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan

    yang sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran. Penggunaan metode yang

    tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran

    PKn. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat

    sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Terdapat beberapa metode yang

    telah lama digunakan oleh para pendidik antara lain metode ceramah, metode

    tanya jawab, dan metode resitasi. Serentetan metode tersebut bisa dikatakan

    metode konvensional3.

    1 Suyono dan Hariyanto ,Belajar dan Pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012),Cet.

    II, h . 134 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta :

    Kencana Prenada Media Group, 2006 ), cet. I , h . 241 3 Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, demokrasi, HAM, dan

    Masyarakat madani (Jakarta: kencana prenada media group, 2012), cet. VIII, h. 5-6.

  • 2

    Berdasar pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa

    ini kurang meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. Masih banyak tenaga

    pendidik yang menggunakan tipe konvensional secara monoton dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi

    oleh guru. Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe ceramah

    di mana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan

    guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana

    pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Model

    pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar

    pendidik yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang

    dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak didik untuk

    aktif mengkontruksi pengetahuannya.

    Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat

    pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas

    lebih hidup. Salah satu materi yang dibahas dalam pelajaran PKn adalah sejarah

    berdirinya ASEAN.

    Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn pada pokok bahasan

    sejarah berdirinya ASEAN yang diperoleh siswa kelas VI MI Arrobiatul

    Adawiyah Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang, juga diakibatkan dari cara

    belajar siswa yang masih kurang tepat. Selama ini siswa belajarnya dengan cara

    belajar sendiri-sendiri, tidak melakukan kolaborasi sehingga hasilnya kurang

    maksimal. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya perolehan skor nilai

    hasil belajar dari ulangan harian / ulangan blok sangat rendah, yaitu berkisar

    antara 55% sampai dengan 62% di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

    yang sudah ditetapkan. Berarti hanya sekitar 45% sampai dengan 38% yang

    sudah tuntas. Belajar dikatakan tuntas bila siswa telah mencapai prestasi belajar

    atau nilai dengan skor 70. Dengan demikian hasil belajar PKn siswa kelas VI

    MI Arrobiatul Adawiyah Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang masih

    dianggap rendah.

    Untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran PKn

    pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN yang masih rendah, guru harus

  • 3

    bertindak kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran dalam rangka

    peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah

    berdirinya ASEAN.

    Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson

    dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan

    teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode ini lebih meningkatkan kerja

    sama antar peserta didik. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang

    terdiri dari anak didik yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan.

    Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja

    sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada

    kelompoknya.

    Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Mel Silberman sebagai

    model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran

    membaca, menulis, berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru

    memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu

    siswa mengaktifkan schema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.

    Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong

    dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

    keterampilan berkomunikasi.4

    Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

    pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

    mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan

    mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

    demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

    secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.5

    Melihat berbagai kelebihan metode Jigsaw diharapkan siswa akan terbiasa

    memahami persoalan dengan bekerja sama saling membantu dalam kelompok

    masing-masing sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan

    berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam

    belajar PKn karena pembelajaran yang dimulai dengan kebersamaan dapat

    4 Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.

    5 Anita Lie, Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, 2010), cet.-7, h.69

  • 4

    mempermudah siswa dalam memahami materi sejarah berdirinya ASEAN dengan

    melibatkan asek kognitif dan afektif dan psikomotorik.

    Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas

    dengan judul. Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn

    pada Pokok Bahasan Sejarah Berdirinya ASEAN melalui Penerapan Metode

    Jigsaw pada Siswa Kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang

    Tahun Ajaran 2012/2013.

    1.2. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan

    beberapa masalah, sebagai berikut:

    1. Siswa masih mengalami kesulitan memahami materi pada pokok bahasan

    sejarah berdirinya ASEAN karena masih menggunakan pendekatan

    konvensional.

    2. Siswa belum mampu memahami, dan mengetahui secara mendalam tentang

    sejarah berdirinya ASEAN.

    3. Pembelajaran yang dilakukan guru tidak menggunakan metode yang

    semestinya, sehingga anak cenderung bosan dan tidak menyenangkan.

    1.3. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar pengamatan ini lebih

    terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya

    pembatasan masalah yang akan diamati.

    Adapun pembatasan masalah dalam pengamatan ini adalah: upaya

    meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah

    berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw pada siswa Kelas VI di MI

    Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran 2012/2013.

  • 5

    1.4. Perumusan Masalah Penelitian

    Permasalahan yang muncul dari latar belakang tersebut adalah:

    1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn

    pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode

    Jigsaw pada siswa kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang

    Tahun Ajaran 2012/2013?

    2. Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw berjalan efektif dalam upaya

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, pokok bahasan

    sejarah berdirinya ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw pada siswa

    Kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang Tahun Ajaran

    2012/2013?

    1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan permasalahan di atas maka secara garis besar

    pengamatan ini bertujuan sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata

    pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui

    penerapan metode Jigsaw.

    b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa pada mata

    pelajaran PKn dalam memahami pokok bahasan sejarah berdirinya

    ASEAN melalui penerapan metode Jigsaw.

  • 6

    1.6. Manfaat Penelitian

    Berikut adalah manfaat teoritis dan praktis penelitian ini:

    1. Manfaat teoretis

    a. Bagi Peneliti.

    Secara umum studi ini memberikan sumbangan kepada peneliti,

    menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman konsep siswa pada mata

    pelajaran PKn, dalam pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui

    penerapan metode Jigsaw.

    b. Bagi Pembaca.

    Di MI Arrobiatul Adawiyah, Tangerang, masih banyak siswa yang

    mempunyai nilai yang kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

    untuk mempelajari PKn, sehingga guru perlu mempunyai terobosan yang

    kreatif dalam mengimplementasikan metode kooperatif Jigsaw yang sesuai

    dengan karakteristik materi, sehingga meningkatkan pemahaman siswa serta

    prestasi dalam pembelajaran PKn, terutama materi sejarah berdirinya

    ASEAN, serta memiliki peran yang cukup besar bagi pembaca dalam hal

    motivasi, penampilan dan kecakapannya dalam bidang ilmu pendidikan

    kewarganegaraan ini. Pengharapan guru (teacher expectations) adalah

    bagaimana guru menciptakan prestasi akademik saat ini dan pada waktu

    yang akan datang semakin meningkat secara signifikan.

    c. Untuk Sekolah

    Sebagai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, proses

    pembelajaran matematika dengan materi mengukur panjang melalui metode

    kooperatif Jigsaw, secara khusus proses pembelajaran ini memberikan

    kontribusi positif kepada strategi pembelajaran PKn berupa pergeseran

    paradigma mengajar menjadi paradigma belajar dalam sistem pembelajaran

    yang bercorak kompetisi kepada pembelajaran kooperatif. Telah menjadi

    pandangan yang baru bahwa paradigma belajar dalam konteks bersama-

    sama (kooperatif) menjadi terobosan baru untuk mempermudah siswa

    memahami materi pelajaran pada pembelajaran PKn dengan meninggalkan

    paradigma kompetisi individual. Di sini, kemampuan guru dan sekolah

    memediasi kebutuhan siswa untuk belajar berkelompok sangat diperlukan.

  • 7

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru

    Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi

    guru PKn, hasil penelitian dapat digunakan untuk menyelenggarakan

    layanan pembelajaran yang berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dan

    dapat diaplikasikan untuk mengembangkan model-model pembelajaran

    lebih lanjut.

    b. Bagi siswa

    Proses pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

    mata pelajaran PKn, pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN melalui

    penerapan metode Jigsaw serta materi yang lain maupun secara umum,

    serta kemampuan mengatasi permasalahan dalam aspek pembelajaran

    yang diaplikasikan dalam proses belajar berkelompok di dalam kelas.

    c. Bagi Sekolah

    Proses Pembelajaran PKn melalui metode kooperatif Jigsaw dapat

    memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa di sekolah MI

    Arrobiatul Adawiyah, Tangerang, serta memberikan kontribusi yang

    cukup besar terhadap pengembangan konseptual yang berguna bagi guru-

    guru mata pelajaran PKn secara keseluruhan.

    3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi

    pengembangan keilmuwan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

    INTERVENSI TINDAKAN

    2.1. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

    2.1.1. Pengertian Metode Jigsaw

    Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang di arahkan untuk

    menyediakan lingkungan pembelajaran kolaborasi (collaborative learning

    environments).6 Metode ini berkembang dengan baik sejak tahun 1970 oleh

    seorang ahli pendidikan dari Universitas Texas dan Universitas California, yaitu

    E. Aronson. Metode Jigsaw dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-

    kawan dari univesitas John Hopkins. Tipikal metode ini adalah tatap muka antar

    siswa tanpa dukungan perangkat komputer.7

    Menurut Udo Hinze, et.al., metode jigsaw didefinisikan sebagai: Jigsaw is

    one method which makes the interdependence of group members possible,

    promotes interaction and cognitive elaboration, takes into consideration the

    principle of the multiple perspectives and contexts as well as the construction of

    common knowledge.8 Jigsaw adalah salah satu metode yang membuat

    kesalingtergantungan dari anggota-anggota kelompok, memperkenalkan

    interaksi dan elaborasi kognitif, mengambil di dalam pertimbangan dari prinsip

    sudut pandang ganda dan konteks sebagaimana yang terdapat dalam bangunan

    dari pengetahuan umum.

    Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab

    siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

    tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

    memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

    6 Gallardo, et.al., Supporting JIGSAW-type Collaborative Learning. (Columbia: Colorado

    University, 2005), h. 3 7 Robert A. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan oleh Narulita

    Yusron (Bandung: Nusa Media, 2011), h. 236

    8 Udi Hinze, et.al., Jigsaw Method in the Context of CSCL, (Germany: Jigsaw Method in the

    Context of CSCL, tt), h. 1

    8

  • 9

    Menurut Anita Lie, pembelajaran dengan metode Jigsaw digambarkan

    sebagai berikut: siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong

    royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

    meningkatkan keterampilan berkomunikasi.9

    Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

    untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

    pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali

    pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang

    telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

    Hamdani menjelaskan bahwa metode Jigsaw menggunakan tenaga ahli

    untuk menjelaskan kepada kelompok asalnya. Demikian juga dengan tenaga ahli

    lainnya bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan oleh guru.10

    Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang

    sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang

    ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain

    untuk mempelajari topik mereka tersebut. Di sini, peran guru adalah memfasilitasi

    dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi

    yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian

    kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa

    yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

    Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di

    dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut

    diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah

    interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi

    yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja

    sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan

    memecahkan masalah yang diberikan.

    Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model

    pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

    9 Anita Lie, Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, 2010), cet.-7, h.69

    10 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 92

  • 10

    1. Metode ini dapat mendorong kerjasama dengan sesama teman

    kelompoknya.

    2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih

    singkat

    3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

    berbicara dan berpendapat.11

    Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan di kelas, yaitu :

    a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

    mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru

    harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus

    menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu

    penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan

    apabila tidak mengerti.

    b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan

    mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk

    sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih

    tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam

    menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

    c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal

    ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan

    agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

    d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk

    mengikuti proses pembelajaran.12

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    metode Jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

    beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

    bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota

    lain dalam kelompoknya, yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab

    siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain,

    sehingga siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

    11

    Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 92

    12 Ibid, h. 92

  • 11

    juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

    kelompoknya.

    2.1.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Jigsaw

    Langkah-langkah pembelajaran jigsaw menurut Trianto adalah sebagai

    berikut :

    1. Pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas

    dalam bahan pelajaran. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan

    menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini

    dimaksudkan untuk mengaktifkan skema siswa agar lebih siap menghadapi

    pelajaran yang baru,

    2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok asal (tiap kelompok anggotanya 4

    6 orang),

    3. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

    dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab,

    4. Setiap anggota kelompok asal membaca sub bab yang ditugaskan dan

    bertanggung jawab untuk mempelajarinya,

    5. Anggota dari kelompok asal lain yang telah mempelajari sub bab yang

    sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya,

    6. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompok asal bertugas

    mengajar teman-temannya,

    7. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa diberikan tagihan

    berupa kuis individu.13

    Sedangkan Susan Ledlow menjabarkan langkah-langkah pelaksanaan

    pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:

    a. Membagi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mencakup topik

    pembahasan dengan bagian yang sama.

    b. Memberikan tugas kepada masing-masing anggota dalam kelompok

    sub-sub tema yang berbeda.

    13

    Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group, 2009), h. 73

  • 12

    c. Mengembangkan dan memberikan tugas pekerjaan rumah berupa

    soal-soal atau esai melampaui pembahasan bahan ajar.

    d. Menempatkan siswa pada kelompok ahli dan memberikan mereka

    perintah.

    e. Ketika kelompok ahli telah selesai, mereka kembali kepada tim dan

    mengajarkan.

    f. Menyediakan aktivitas penyimpulan pada tim (team synthetis activity).

    g. Melakukan penilaian terhadap pembelajaran siswa dan menutup

    proses pembelajaran.14

    2.1.3. Klasifikasi Pembelajaran Jigsaw

    Menurut Slavin, tipe Jigsaw terdiri 5 fase. Pembagian kelompok

    berdasarkan kriteria prestasi individu (dari ulangan sebelumnya atau pretest),

    gender, etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2 4 orang. Kelompok

    Expert , jumlahnya disesuaikan dengan pokok bahasan materi yang dipelajari.

    Contoh, suatu topik/ pokok materi terdiri 4 sub pokok materi (pokok bahasan),

    maka kelompok expert jumlahnya juga 4.

    Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah

    kelompok belajar siswa.15

    Contoh : Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk menjadi 10

    kelompok (Kelompok 1, 2, 3 10). Tiap kelompok terdiri 4 orang siswa.

    Setelah kelompok belajar terbentuk, guru membagikan LKS untuk dipela-jari

    bersama. Pada kegiatan ini, oleh Slavin disebut Fase 1 (Reading). Selanjutnya,

    anggota masing-masing kelompok tersebut berunding mem-bagi tugas untuk

    masuk ke kelompok expert. Misalnya, pokok materi ter-diri dari 4 sub pokok

    materi/ bahasan, maka dapat dibentuk sejumlah 4 kelompok expert (Expert A, B,

    C, D). Kemudian kelompok belajar tersebut berunding untuk menentukan satu

    orang siswa sebagai wakil dari kelom-pok belajar bergabung ke tiap kelompok

    14

    Ledlow, Susan, Using Jigsaw in the College Classroom, (Chicago: Arizona

    State University, 1996), h. 2 15

    Robert A. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan

    oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2011), h. 242

  • 13

    expert A, B, C dan D, sesuai hasil perundingan. Jadi dalam kelompok expert

    masing-masing beranggotakan 10 orang siswa. Fase 2 (Expert Group

    Discussions) : Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan

    memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalam LKS. Setelah diskusi

    kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok

    belajar semula. Fase 3 (Team reports) : Siswa yang ditunjuk sebagai wakil

    kelompok belajar di kelompok expert menjelaskan kepada teman-temannya se

    kelompok. Demikian juga teman dari expert yang lain menjelaskan kepada teman-

    teman sekelompok tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam

    kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat mem-berikan

    bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing expert. Fase

    berikutnya Fase 4 (Assessment) : Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan

    oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu anggota kelompok.

    Fase 5 (Team recognition) : Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai

    awal (base score) siswa dengan nilai hasil kuis secara individual menggunakan

    Tabel 1 (lihat Tabel Nilai Peng-hargaan Kelompok STAD dan Jigsaw). Kemudian

    nilai semua siswa ang-gota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata,

    maka akan diperoleh nilai antara 5 30 sebagai nilai kelompok.16

    2.1.4. Kelebihan Metode Jigsaw

    Menurut Anita Lie, Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung

    jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

    Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus

    siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

    yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan

    harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

    ditugaskan.17

    16

    Langkah ini dapat dilihat dari buku Robert A. Slavin, Cooperative Learning,

    2011.hh. 242-246

    17 Anita Lie, Op. Cit., h. 69

  • 14

    Kelebihan model belajar aktif tipe Jigsaw Learning dapat diidentifikasi

    sebagai berikut:

    a. Siswa lebih aktif karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi

    dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

    b. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih

    dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

    c. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi

    tersebut kepada teman kelompok belajarnya.

    d. Materi yang diberikan dapat merata.

    e. Meningkatkan kerja sama kelompok.

    2.2. Hasil Belajar

    1. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil adalah akibat dari suatu aktivitas atau perbuatan. Biasanya hasil dapat

    dirasakan pada bagian akhir dari suatu proses perbuatan dengan segala jenis

    unsurnya. Proses sendiri bukan merupakan hasil tapi langkah metodis yang

    menuju pada hasil.

    Hasil dalam perspektif pendidikan dinamai sebagai penguasaan terhadap

    beberapa indikator pada setiap Kompetensi Dasar (KD) yang dilaksanakan

    dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, siswa dianggap

    berhasil apabila memiliki kecakapan hidup (Life Skills) pada setiap bidang studi,

    yang kemudian dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

    Hasil belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha

    pendidikan yang menjadi tujuan adanya proses pendidikan dan pembelajaran,

    sehingga tanpa hasil belajar sesungguhnya tak pernah ada proses pendidikan

    yang matang. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang

    luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,

    seperti psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

    Hasil belajar adalah efek dari kegiatan pembelajaran yang berproses

    panjang dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

    setiap jenis dan jenjang pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar

    http://share-pangaweruh.blogspot.com/2012/06/perbedaan-model-pembelajaran-pendekatan.html

  • 15

    yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan

    rumah atau keluarganya sendiri.

    Sedangkan Hitzman mengungkapkan hasil belajar adalah suatu perubahan

    yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh

    pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme. Reber, dalam

    Muhibbin Syah merumuskan dua definisi hasil belajar adalah suatu proses

    perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang

    diperkuat.18

    Sedangkan menurut Muhibbin Syah, secara umum hasil belajar dapat

    dipahami sebagai efek jangka panjang dalam perubahan seluruh tingkah laku

    individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interasksi dengan

    lingkungan yang melibatkan proses kognitif.19

    Menurut Aristo Rahadi, hasil

    belajar merupakan usaha yang diraih seseorang melalui interaksi dengan

    lingkungan untuk merubah perilakunya.20

    Dengan demikian hasil dari kegiatan

    belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang

    yang belajar.

    Menurut Brian Bowe dan Marian Fitzmaurice hasil belajar adalah a

    statement of what the learner is expected to know, understand or be able to do

    on successful completion of the entire programme. Dari pandangan tersebut,

    diketahui bahwa hasil belajar merupakan pernyataan tentang apa yang siswa

    diharapkan untuk mengetahui, memahami atau mampu melakukan suatu tentang

    tindakan yang sukses pada semua program yang ada.21

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses

    belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang

    menyangkut segi kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual), afektif

    (berkenaan dengan sikap) dari psikomotor (berkenaan dengan keterampilan

    motorik). Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai

    18

    Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rajawali Press. 2004), hh. 64-67.

    19 Ibid, hal. 68.

    20 Arsito Rahardi, Media Pembelajaran. (Jakarta: Depdiknas, . 2003), hal. 4.

    21 Brian Bowe and Marian Fitzmaurice, Guide to Writing Learning Outcomes, Learning

    and Teaching CentreLifelong Learning Dublin Institute of Technology 14 Upper Mount St.,

    Dublin, 2008, h. 5

  • 16

    yang paling kompleks, yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya

    peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

    Menurut Ames and Archer hasil belajar siswa ditunjukkan dengan

    performa yang baik, pencapaian indikator atau kompetensi yang memadai,

    penguasaan (mastery) pada bidang tertentu.22

    Untuk mencapai itu semua

    diperlukan motivasi dan proses pembelajaran yang berkelanjutan.

    Menurut Ramayulis, hasil belajar adalah suatu pencapaian yang

    didapatkan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisis bahan-

    bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan

    untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.23

    Sedangkan menurut

    Ramayulis, hasil belajar dapat didefinisikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Hasil belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

    individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

    b. Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan

    yang berlaku dalam waktu yang relatif sama.

    c. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.24

    Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas hasil

    belajar dapat dimaknai sebagai efek atau dampak positif berupa perubahan

    tingkah laku yang disebabkan oleh usaha yang terus menerus secara sadar

    dilakukan individu, sebagai hasil pengamatan visual, pengalaman individual dan

    interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan

    psikomotorik.

    2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat pada faktor

    internal dan eksternal. Dalam terminologi A. Lizzio et al., dikenal dengan istilah

    lingkungan belajar dan karakteristik siswa.25

    Penjelasan berikut ini:

    22

    Carole Ames and Jennifer Archer, Achievement Goals in the Classroom: Students'

    Learning Strategies and Motivation Processes, Journal of Educational Psychology 1988, Vol. 80,

    No. 3, hal. 260

    23Ramayulis. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Kalam Aulia, 2001), h. 76.

    24Ibid, hal. 77.

  • 17

    1. Faktor internal

    Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang

    berasal dari peserta didik sendiri.

    a. Kesehatan

    Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar

    dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman,

    menjadikan peserta didik tidak cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki

    semangat untuk belajar.

    Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa

    kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar

    dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.

    b. Bakat dan intelegensi

    Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa

    sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut,

    begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya

    mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang

    yang IQ nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.26

    c. Perhatian

    Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian

    terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat

    dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga

    mencapai prestasi yang bagus.

    25

    A. Lizzio, et.al., University Students Perceptions of the Learning Environment and

    Academic Outcomes: implications for theory and practice, Studies in Higher Education Volume

    27, No. 1, 2002, Carfax Publishing, h. 28

    26 Ibid, h. 28

  • 18

    2. Faktor eksternal

    a. Keluarga

    Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar

    bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga

    pendidikan yang pertama bagi anak cara orang tua dalam mengajar dapat

    mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat

    anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit

    ditangkap oleh anak. Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, juga perlu

    diperhatikan oleh orang tua. Dengan kata lain, orang tua harus terus

    mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.

    Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan

    ketenangan perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman

    dan mudah membentuk konsentrasinya terhadapa materi yang dihadapi.

    b. Sekolah

    Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus

    dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan

    pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan

    demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan dan tidak

    membosankan dalam proses pembelajaran.

    Hasil belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah

    dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru

    dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti

    memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga

    harus pandai dalam memilki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada

    peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta

    didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut. Dalam bahasa Lizzio et.al.,

    disebut dengan faktor lingkungan sekolah.27

    c. Masyarakat

    Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan

    kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat

    menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak

    27

    Ibid, h. 29

  • 19

    dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu

    memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab

    kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti

    pelajaran di sekolah.28

    2.4. Sejarah berdirinya ASEAN

    2.4.1. Pengertian Sejarah

    Menurut Fachhi, ada 3 makna atau pengertian dari sejarah, dengan

    berpedoman pada pemikiran Hegel, yaitu:

    a. Sejarah adalah serangkaian dari peristiwa-peristiwa, yang tersembunyi

    dalam jaringan interkoneksi;

    b. Sejarah adalah bentuk ungkapan dari desain khusus terhadap kekuasaan

    yang luar biasa;

    c. Sejarah bukanlah bentuk kebiasaan dan peralihan peristiwa tanpa

    makna.29

    2.4.2. Sejarah ASEAN

    ASEAN adalah singkatan dari Association Of South East Asian Nations

    yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan

    organisasi regional (kawasan) yang dibentuk oleh pemerintahan lima Negara

    pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,

    Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau sering

    juga disebut Deklarasi Bangkok oleh kelima menteri luar negeri masing-masing

    Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok ibukota Thailand.

    Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.Kelima menteri luar

    negeri tersebut adalah :

    28

    Ibid., hh. 123-124

    29Giorgio Facchii, The Meaning of History, Segundo Congreso Extraordinario

    Interamericano De: Filosofia, h. 249

  • 20

    1. Adam Malik dari Indonesia

    2. Tun Abdul Razak dari Malaysia

    3. S. Rajaratnam dari Singapura

    4. Thanat Koman dari Thailand

    5. Narcisco Ramos dari Filipina

    Selain motivasi yang melatarbelakangi, ternyata Indonesia juga berperan

    penting dalam membentuk ASEAN. Yaitu sebagai penggagas pentingnya

    kerjasama ASEAN, walaupun Thailand adalah pendorong utama. Indonesia

    menginginkan adanya keseimbangan antara Negara yang beraliansi dengan

    Negara adikuasa (ASA) dengan negara-negara yang tergabung dalam gerakan

    non-blok.

    ASEAN merupakan satu-satunya organisasi kerjasama regional yang paling

    sukses dan lama di wilayah dunia ketiga. Sebagai kerjasama di bidang ekonomi,

    sosial, dan budaya ASEAN diharapkan mampu meningkatkan kerjasama dengan

    menghilangkan perbedaan di kawasan.30

    2.4.3. Maksud dan Tujuan ASEAN

    Maksud dan tujuan dibentuknya ASEAN seperti yag tercantum dalam

    Deklarasi Bangkok adalah :

    1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta

    pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam

    semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan

    sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan

    damai

    2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan

    menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara

    Negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam

    Perserikatan Bangsa-Bangsa;

    30

    Carolina G. Hernandez, Institution Building through an ASEAN Charter, Journal of

    Asian Studies, 2011, 2, h. 10

  • 21

    3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam

    masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang

    ekonomi, sosial, tekhnik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

    4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan

    dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, tekhnik, dan

    administrasi;

    5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan

    pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian

    masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana

    pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat

    mereka;

    6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

    7. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi-

    organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan

    untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat

    di antara mereka sendiri.

    Untuk saat ini ASEAN dibentuk dalam rangka mengintegrasikan sistem

    masyarakat dan ekonomi yang lebih kuat, kawasan bebas dari senjata nuklir atau

    Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) dan melaksanakan kerjasama

    perdagangan bebas di kawasan atau the ASEAN Free Trade Area (AFTA).31

    2.4.4. Peran Indonesia di ASEAN

    Tak dapat disangkal Indonesia memiliki peran sentral dalam organisasi

    ASEAN. Sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk sebagai anggota

    G-20, yaitu organisasi kelompok negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi

    terbesar di dunia, Indonesia diberikan mandat secara langsung sebagai jembatan

    penghubung antara kepentingan negara-negara Asia Tenggara dengan forum

    ekonomi dunia tersebut.32

    31

    Benny Teh Cheng Guan, ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN

    Process, The Copenhagen Journal of Asian Studies 20, 2004, h. 71

    32Syamsul Hadi, Indonesia, ASEAN, and the Rise of China: Indonesia in the Midst of

    East Asias Dynamics in the Post-Global Crisis World, International Journal of China Studies,

    Vol. 3, No. 2, August 2012, h. 152

  • 22

    Menurut Simon Tay, Indonesia dengan populasi dan wilayah yang paling

    besar memiliki pengaruh terhadap kawasan. Salah satu peran yang dapat

    dimainkan Indonesia adalah mempengaruhi kawasan dengan nilai-nilai

    demokrasi.33

    Menurut Hernandez, Indonesia merupakan pemimpin informal

    ASEAN (ASEAN informal leadership).34

    2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

    Dari penelusuran kepustakaan, diperoleh beberapa hasil penelitian yang

    relevan, antara lain:

    1. Abdullah Sahin. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prosentase

    ketuntasan hasil belajar bidang menulis sejarah yang dilakukan dengan

    metode Jigsaw, diperoleh t hitung sebesar 4,367. Nilai ini dikomparasikan

    dengan t tabel pada jumlah sampel 40 sebanyak 2,021. Karena t hitung lebih

    besar dari t tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan metode Jigsaw

    dengan peningkatan hasil belajar siswa.35

    2. Sedat Maden, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prosentase

    ketuntasan hasil belajar bidang bahasa yang dilakukan dengan metode

    Jigsaw, diperoleh t hitung sebesar 15,071. Nilai ini dikomparasikan dengan t

    tabel pada jumlah sampel 40 sebanyak 2,021. Karena t hitung lebih besar dari

    t tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan metode Jigsaw dengan

    peningkatan hasil belajar siswa.36

    33

    Simon Tay, The Future of ASEAN: An Assessment of Democracy, Economies and

    Institutions in Southeast Asia, WINTER 2001, h. 49

    34Hernandez, Op. Cit., h. 11

    35Abdullah Sahin, Effects of Jigsaw II Technique on Academic Achievement and

    Attitudes to Written Expression Course, Educational Research and Reviews Vol. 5(12),

    December 2010, h. 782

    36Sedat Maden, The effect of Jigsaw IV on the Achievement of Course of Language

    Teaching Methods and Techniques, Educational Research and Review Vol. 5(12, December

    2010, h. 774

  • 23

    2.6. Kerangka Berfikir

    Peningkatan hasil belajar PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya

    ASEAN merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh guru. Guna

    meningkatkan hasil belajar tersebut bukanlah perkara mudah, mengingat banyak

    faktor yang menghambat upaya guru tersebut, seperti faktor kemalasan siswa,

    faktor lingkungan sekolah, fasilitas kelas yang minim, dan sebagainya.

    Salah satu cara guna meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

    pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN adalah dengan menerapkan

    metode kooperatif tipe Jigsaw. Metode Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar

    Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

    Sebaliknya, jika metode Jigsaw tidak diaplikasikan maka sulit untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok

    bahasan sejarah berdirinya ASEAN.

    2.7. Hipotesis Tindakan

    Adapun hipotesis tindakan dirumuskan dengan diterapkannya metode Jigsaw

    akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran PKn, dalam

    pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN di MI Arrobiatul Adawiyah Karang

    Tengah, Kota Tangerang.

  • 24

    BAB III

    ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

    3.1. Tempat dan waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MI Arrobiatul Adawiyah Kota

    Tangerang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sunan Giri, Pondok Bahar, RT

    01/RW 02, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitan ini dilakukan pada Januari sampai Maret 2013 pada

    Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

    Tabel 1. 1 Jadwal Penelitian

    Kegiatan Januari 2013 Februari 2013 Maret 2013

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Persiapan

    Penelitian Awal

    Studi Pustaka

    Penyusunan Proposal

    Pelaksanaan Penelitian Siklus I

    dan Refleksi

    Pelaksanaan Penelitian Siklus II

    dan Refleksi

    Pembuatan Laporan Hasil

    Penelitian

    Perbaikan Laporan

    Pembuatan Laporan Hasil

    Penelitian Secara Final

    24

  • 25

    3.2. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

    Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan sifat PTK dilakukan secara

    mandiri yang artinya peneliti melakukan PTK tanpa kerjasama dengan guru

    lain.37

    Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan,

    melakukan tindakan, observasi, refleksi dan lain-lain.

    Penelitian tindakan kelas yang dipakai adalah mengikuti prosedur tindakan

    kelas menurut Kemmis dan McTaggart. Formulasi Kemmis dan McTaggart

    menempuh empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

    Menurut Somekh dan K. Zeichner, ada 8 dimensi PTK, yaitu:

    1. Tujuan dari penelitian tindakan adalah dapat dilaksanakan oleh guru;

    2. Tindakan kelas dihubungkan dengan kondisi kontekstual yang

    menyangkut masalah pembelajaran siswa di dalam kelas;

    3. Filosofi penelitian tindakan adalah guru dan proses pembelajaran yang

    diperoleh dari tindakan mereka;

    4. Penelitian tindakan mendapat dukungan dari para pendidik, persatuan

    guru, kolega, sekolah, dan pemerintah;

    5. Penelitian tindakan harus mendapat insentif yang memadai;

    6. Bentuknya adalah inquiri (mengetahui tentang sesuatu);

    7. Dihubungkan dengan penelitian lainnya;

    8. Penelitian tindakan merupakan upaya merepresentasikan dari apa yang

    guru kerjakan di dalam kelas.38

    PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam literatur Inggris disebut classroom

    action research yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

    tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasonal dari tindakan-

    tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek

    pembelajaran tersebut dilakukan.

    37

    Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 64

    38 Bridget Somekha and Ken Zeichner, Action Research for Educational Reform:

    Remodelling Action Research Theories and Practices in Local Contexts, Educational Action

    Research, Vol. 17, No. 1, March 2009, hh. 10-11

  • 26

    Penelitian tindakan kelas merupakan pembuktian apakah suatu teori belajar

    mengajar yang diterapkan di kelas baik atau tdak dan sekiranya cocok dengan

    kondiisi kelas, peneliti mengadaptasi teori yang ada untuk proses atau produk

    pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional.

    Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti melakukan sebuah tindakan yang

    diamati secara terus menerus dilihat dari plus minusnya, kemudian diadakan

    pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang

    paling tepat.39

    Seorang peneliti harus mengetahui tujuan penelitian yang akan

    dilaksanakan, dengan demikian seorang peneliti dapat melaksanakan penelitian

    sesuai dengan target yang diinginkan. Adapun tujuan utama penelitian tindakan

    kelas yaitu perbaikan dan meningkatkan pelayanan profesional guru dalam

    kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian tindakan kelas secara eksplisit yaitu

    sebagai pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk

    menanggulangi permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelas atau di

    sekolahnya. Penelitian tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang

    dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari

    pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain dengan harapan pengalaman

    mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain.

    Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk

    meningkatkan kualitas subjek yang diteliti.

    Singkatnya, penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, antara

    lain :

    1. PTK mengangkat problem atau permasalahan-permasalahan nyata dalam

    praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jadi PTK akan dapat

    dilaksanakan bila guru sejak awal memang tahu dan mau menyadari

    adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran

    yang dihadapi di kelasnya. Selanjutnya berdasar persoalan-persoalan

    tersebut, guru mencari pemecahan masalahnya secara profesional melalui

    PTK.

    2. Pada PTK dilakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses

    pembelajaran di kelas. Tindakan-tindakan yang diambil harus

    39

    Ibid, h. 4

  • 27

    direncanakan secara cermat, dan karena adanya tindakan-tindakan maka

    penelitian ini disebut PTK. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan

    merupakan fokus dari PTK dan juga merupakan tindakan-tindakan

    alternatif yang direncanakan oleh guru. Tindakan-tindakan alternatif ini

    harus diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi agar dapat diketahui

    bahwa tindakan tersebut memang dapat memecahkan permasalahan dalam

    pembelajaran yang sedang dialami oleh guru.

    3. PTK dapat dilakukan secara bersama-sama dalam suatu tim, misal antara

    guru dengan tenaga kependidikan yang lain. Dalam hal ini guru bukan

    satu-satunya orang yang meneliti, tetapi masih ada orang lain yang terlibat

    dan berkedudukan sama. Tim tersebut yang merencanakan, melaksanakan,

    dan membahas hasil penelitian secara bersama-sama.

    4. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak hanya berupaya untuk

    memecahkan masalah, akan tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.

    PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional

    guru

    5. karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan

    sistematis, mampu membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis

    serta membuat catatan.40

    Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas harus mengacu pada desain

    penelitian yang telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku.

    Fungsinya sebagai patokan mengetahui bentuk dan hasil penggunaan metode

    Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dalam

    pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN kelas VI di MI Arrobiatul Adawiyah,

    Karang Tengah Kota Tangerang.

    40

    Sukajati, Penelitian Tindakan Kelas di SD (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan

    Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008), hh. 10-11

  • 28

    3.3. Rancangan Siklus Penelitian

    Model proses yang digunakan dalam PTK ini adalah Model Proses Siklus

    (Putaran/Spiral) dengan menggunakan model PTK dari Kemmis dan Taggart

    yang dikutip oleh Arikunto, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus

    yang lainnya. Setiap siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu (1) planing

    yaitu membuat rencana tindakan, (2) action yaitu melaksanakan tindakan, (3)

    observation, yaitu mengadakan pemantauan/pengamatan, (4) reflection, yaitu

    memberikan refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian

    hasil yang diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan tindakan pada

    siklus berikutnya41

    . Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

    pendahuluan yang berupa indentifikasi masalah, dan diadakan pre-test. Tahapan-

    tahapan penelitian dari siklus spiral dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

    41

    Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2006), h.

    74

  • 29

    Gambar 3. 1 Diagram Alur Sirkulasi Penelitian Tindakan Kelas.42

    3.3.1. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi Subjek penelitian adalah Siswa kelas

    VI MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang. Pihak yang terkait dalam penelitian

    ini adalah guru kelas VI, sebagai pengamat yang terlibat untuk observer yang

    mengamati sekaligus mencatat serta melihat sikap detail segala aktifitas dari

    peneliti, di mana peneliti adalah sebagai Guru di MI Arrobiatul Adawiyah.

    3.3.2. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

    Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana dan perencana.

    Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan

    pembelajaran PKn pada pokok bahasan sejarah berdirinya ASEAN pada siswa

    kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Arrobiatul Adawiyah Kota Tangerang,

    kemudian membuat perencanaan tindakan yang didiskusikan dengan kolaborator.

  • 30

    Adapun posisi peneliti adalah sebagai peneliti yang aktif ikut terjun langsung

    dalam pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai

    fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian tindakan kelas yang harus

    dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain

    meskipun masih dalam satu sekolah.

    3.4. Tahapan Intervensi Tindakan

    Dalam melakukan intervensi tindakan kepada siswa-siswa kelas VI MI

    Arrobiatul Adawiyah, ada gambaran umum mengenai rencana dan prosedur penelitian

    yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan penelitian tindakan kelas maka dibutuhkan

    4 (empat) tahapan, yaitu:

    Tabel 3. 1. Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    Siklus I

    Perencanaan:

    Identifikasi masalah

    dan penetapan

    alternatif pemecahan

    masalah.

    a. Merencanakan pembelajaran

    yang akan diterapkan dalam PBM

    b. Menentukan pokok bahasan

    c. Mengembangkan skenario

    pembelajaran

    d. Menyiapkan sumber belajar

    e. Mengembangkan format

    evaluasi

    f. Mengembangkan format

    observasi pembelajaran

    Tindakan

    Menerapkan tindakan mengacu

    kepada skenario pembelajaran, yaitu

    menggunakan metode Jigsaw pada

    mata pelajaran PKn pokok bahasan

    sejarah berdirinya ASEAN

    Pengamatan

    (observasi)

    a. Melaksanakan observasi dengan

    memakai format observasi

    b. Menilai hasil tindakan dengan

    menggunakan format observasi

    yang telah dibuat sebelumnya

    Refleksi

    a. melakukan evaluasi tindakan

    yang telah dilakukan meliputi

    evaluasi efektivitas, biaya,

    partisipasi siswa, dan

    keberhasilan dalam mencapai

  • 31

    indikator pembelajaran.

    b. melakukan pertemuan dengan

    kolaborator dan tim ahli untuk

    membahas hasil evaluasi tentang

    skenario pembelajaran dan lain-

    lain

    c. memperbaiki pelaksanaan

    tindakan sesuai hasil evaluasi,

    untuk digunakan pada siklus

    berikutnya.

    d. Evaluasi tindakan I

    Siklus II Perencanaan

    a. Identifikasi masalah dan

    alternatif pemecahan masalah

    b. Pengembangan program tindakan

    II

    c. Menentukan skenario

    pembelajaran.

    d. Memilih media pembelajaran

    yang tepat dengan pokok

    bahasan.

    Tindakan

    a. Melaksanakan pre-test untuk

    mengetahui standar awal

    kemampuan siswa

    b. Pelaksanaan program tindakan II

    Pengamatan

    (observasi)

    Pengumpulan dan analisis data

    tindakan II

    Refleksi Evaluasi tindakan II

    Siklus-siklus berikutnya

    Kesimpulan dan Saran

    Tahap awal peneliti melakukan penjajagan assesment untuk menentukan

    masalah yang sesungguhnya yang dirasakan terhadap apa yang telah dilaksanakan

    selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi

    masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan masalah) kemudian

    melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk penelitian

    tindakan.

    Tahap kedua disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk

    melakukan perbaikan, peningkatan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari

    diskusi pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau

    memuaskan. Tahap ketiga dilakukan implementasi rencana atau skenario

  • 32

    tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan melaksanakan

    kegiatan sebagaimana yang tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring

    dilakukan segera setelah kegiatan dimulai (on going process monitoring). Catatan

    semua kajadian dan perubahan yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat

    dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.

    Tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi yang dapat

    digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi apakah tujuan yang

    dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan, maka dilakukan revisi atau

    modifikasi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus

    sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diasumsikan akan

    diperoleh hasil: meningkatkan mutu pembelajaran dan diperoleh model tindakan

    untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil

    belajar siswa.

    3.5. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

    Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang

    dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dengan

    menggunakan analisis yang bersifat naratif, sedangkan data kuantitatif dinyatakan dengan

    angka rata-rata perolehan tes tentang materi mengukur panjang. Kriteria atau ukuran

    materi mengukur panjang, pencapaian tujuannya dilihat dari hasil yang dicapai anak. Jika

    85% anak sudah mendapat nilai 70 maka penelitian dapat dikatakan berhasil.

    Apabila target 85% belum tercapai perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan

    tindakan selanjutnya, yaitu dengan mengobservasi kembali. Hal ini dilakukan berulang-

    ulang sampai target yang ditentukan tercapai atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan

    keberhasilan pencapaian belajar tentang materi mengukur panjang pun disesuaikan

    dengan instrumen-instrumen yang telah ditentukan.

    Berikut adalah kriteria interval kualifikasi tingkat keberhasilan:

  • 33

    Tabel 3. 2. Kriteria Interval Kualifikasi Tingkat Keberhasilan

    Interval Kualifikasi Kriteria

    00,0 39,9 Sangat kurang

    40,0 54,9 Kurang

    55,0 69,9 Cukup

    70,0 84,5 Baik

    85,0 100 Sangat baik

    3.6. Data dan Sumber Data

    3.6.1. Data Penelitian

    Secara garis besar data dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua jenis

    data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun jenis data kualitatif

    diantaranya, kata-kata dan tindakan, sumber tertuls, foto. Dan data kuantitatif

    berupa data statistik, dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. Data Kualitatif

    a. Hasil Wawancara dan Catatan Hasil Observasi

    Kata-kata dan tindakan diamati dari catatan hasil wawancara dan catatan

    hasil observasi kelas. Selanjutnya melalui foto ataupun rekaman.

    b. Dokumen Pendukung

    Sumber tertulis tidak bisa dipisahkan dari sumber lain. Peneliti

    mendapatkan data tersebut berasal dari buku-buku pendukung, leger,

    daftar nilai, absensi, buku catatan siswa, laporan sekolah semesteran dan

    tahunan, arsip sekolah, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

    c. Foto

    Peneliti mengambil dokumentasi foto sebagai salah satu bukti telah

    melaksanakan penelitian di MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang.

  • 34

    2. Data Kuantitatif

    Data ini diperoleh dari sekolah, seperti data yang diperoleh dari

    lembar observasi maupun data yang lain dalam membantu kelengkapan

    pengumpulan data yang berbentuk angka-angka.

    a. Sumber Data

    Peneliti mencari sumber data melalui informan, kegiatan belajar

    mengajar dan dokumen. (1) informan yaitu pengajar yang mengetahui

    tentang penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar,

    peserta didik dan orang yang dapat memberikan informasi dalam

    pelaksanaan penelitian ini serta pengajar mata pelajaran PKn di MI

    Arrobiatul Adawiyah, khususnya pengajar matematika di kelas 3. (2)

    proses penggunaan metode Jigsaw yang berlangsung di kelas. (3)

    dokumen yang terkait dengan dengan pembelajaran yang

    menggunakan metode Jigsaw, baik itu buku panduan eksperimen,

    silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pretest dan post test

    atau hasil tes, laporan tugas siswa, maupun buku-buku pendukung

    lainnya.

    3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

    mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian ini dikategorikan

    menjadi dua, yaitu:

    1. Instrumen utama

    Instrumen utama pada penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri.

    Karena penelitilah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan

    tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas.

    Karena peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian, maka seorang

    peneliti dalam melaksanakan tindakan kelas harus:

    a. Responsif, terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan

    maupun yang bersifat lingkungan.

    b. Adaptif, dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai

    banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan

  • 35

    c. Menekankan aspek holistik, karena manusialah yang mampu dengan

    segera menempatkan dan menyimpulkan kejadian-kejadian.

    d. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya peneliti yang dapat

    berpikir mengungkapkan, menyusun, dan memahami apa yang diteliti

    sehingga peneliti benar-benar menyumbangkan kedalaman dan

    kekayaan kepada penelitian.

    e. Memproses dengan segera, peneliti yang mampu segera memproses

    data di tempat, membuat generalisasi, di dalam situasi yang sengaja

    diciptakan.

    f. Klarifikasi dan kesimpulan, peneliti juga dapat membuat kesimpulan

    di tempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau

    elaborasi kepada subyek yang diteliti.

    g. Kesempatan eksplorasi, yakni menguji validitas, dan memahami

    penelitian dengan pemahaman yang tinggi dari penelitian biasa.

    2. Instrumen pendukung

    Instrumen ini berupa pedoman pengumpulan data, yaitu pedoman

    wawancara dan observasi. Pedoman observasi lapangan dibuat sebagai acuan

    menjawab rumusan masalah untuk mengukur keberhasilan dalam

    meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sejarah berdirinya

    ASEAN.

    3.6.3. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah

    penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan judul yang

    telah ditentukan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono bahwa dari

    segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat

    dilakukan dengan Test dan Non-Test.

    Teknik pengumpulan data Test adalah melalui test awal (pre test), test ini

    menunjukkan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap

    materi sebelum diajarkan, dan soal test akhir (post test), nilai ini menunjukkan

    tingkat pemahaman siswa terhadap materi setelah diajarkan.

  • 36

    Teknik pengumpulan data Non-Test adalah melalui observasi (pengamatan),

    interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari

    keempatnya.42

    Berdasarkan hal tersebut, agar hasil yang diperoleh dalam

    penelitian ini benar-benar data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan,

    maka prosedur pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Observasi

    Observasi yaitu pengamatan, pencatatan secara sistematik terhadap

    fenomena yang diselidiki. Peneliti melakukan observasi awal di MI Arrobiatul

    Adawiyah, Kota Tangerang Kelas VI untuk mengetahui permasalahan yang

    muncul di kelas. Observasi selanjutnya dilakukan dengan mencatat

    perkembangan-perkembangan yang terjadi setelah pemberian tindakan. Metode

    observasi dilakukan sebagai upaya menggali data sebanyak mungkin. Selain itu

    observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematik fenomena-fenomena

    yang diselidiki. Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan

    perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan.43

    Begitu juga dalam

    penelitian ini, peneliti menggunakan tiga fase dalam mengobservasi kelas,

    yaitu:

    a. Fase pertemuan perencanaan

    Dalam pertemuan perencanaan, peneliti menyajikan dan mendiskusikan

    rencana pembelajaran dengan guru PKn kelas VI tentang bagaimana

    penyajian langkah pembelajaran yang dilakukan sebelumnya dan yang akan

    dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki pembelajaran yang telah

    dilakukan sebelumnya, terutama dalam menerapkan metode Jigsaw.

    b. Observasi Kelas

    Observasi kelas dilakukan untuk melihat sejauh mana penggunaan metode

    Jigsaw berjalan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI MI

    Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang. Teknik ini dilakukan secara objektif

    42

    Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D, (Bandung: CV.

    Alfabeta, 2005), hh. 62-63

    43 Rochiati Wiriaatmadja, op. cit,, h. 106

  • 37

    observasi dari aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kegiatan belajar mengajar

    oleh peneliti.

    c. Diskusi Balikan

    Dari hasil observasi kelas penelti melakukan diskusi balikan dengan pihak

    partisipan. Diskusi ini berdasarkan hasil pengamatan atau observasi kelas.

    Dimana peneliti dan partisipator mencari kekurangan dan kelebihan untuk

    dijadikan catatan lapangan dan didiskusikan langkah berikutnya.

    3.6.3.1. Metode Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

    dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

    pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

    pertanyaan itu.

    Ada beberapa jenis wawancara dalam bentuk pertanyaan seperti

    pertanyaan deskriptif, pertanyaan tentang pengalaman, pertanyaan tentang

    perilaku, pertanyaan tentang pengetahuan, pertanyaan tentang konstruk,

    pertanyaan tentang pertentangan satu hal dengan hal lain, pertanyaan tentang

    perasaan, pertanyaan tentang inderawi, latar belakang, dan pertanyaan tentang

    jumlah penduduk.44

    Penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin, di mana peneliti

    membawa sedertan pertanyaan kepada informan dan menanyakan hal-hal yang

    berkaitan dengan penelitian, informan dalam penelitian ini adalah wali kelas, guru

    bidang studi PKn, siswa kelas VI MI Arrobiatul Adawiyah, Kota Tangerang dan

    orang-orang yang terkait dengan penelitian yang dapat memberikan informasi.

    44

    Louis Cohen, et.al., Research Method in Education, 5th Edition (London: Taylor &

    Francis e-Library, 2005), h. 276

  • 38

    3.6.3.2. Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

    yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

    rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.45

    3.7. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

    Teknik pemeriksaan kepercayaan menggunakan beberapa cara, yaitu:

    1. Triangulasi

    adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yng memenfaatkan sesuatu

    yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

    pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak

    dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan

    sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

    informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

    kualitatif hal tersebut dapat dicapai melalui: 1) membandingkan data hasil

    pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan dengan apa

    yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

    pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

    penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4)

    membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

    dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

    menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan, 5)

    membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

    2. Pengecekan Sejawat.

    Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

    akhir yang diperoleh dalam bbentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

    sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik

    pemeriksaan keabsahan data.

    45

    Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 132.

  • 39

    3.8. Analisis Data dan Interpretasi Data

    Dalam melakukan pengumpulan data variabel hasil belajar siswa

    digunakan melalui pemberian tes.

    1. Uji Validitas

    Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal atau

    instrument valid atau tidak untuk respoden penelitian. Butir soal dikatakan

    valid jika r hitung > r tabel. Dalam penelitian ini, uji coba responden diberikan

    kepada 20 orang siswa di luar sampel. Untuk menentukan validitas instrumen

    prestasi belajar siswa diuji dengan menggunakan Korelasi Point Biserial

    (Rpbis)

    p t

    pbis

    t

    M M pr

    SD q

    Keterangan:

    rpbis = korelasi point biserial

    Mp = Mean (nilai rata-rata) skor yang dicapai oleh peserta yang

    menjawab benar.

    Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta seluruh tes

    p = proporsi peserta tes

    q = nilai 1 dikurangi proporsi peserta tes (1 p)

    keputusan jika: rh > rt butir soal valid rh < rt butir soal tidak

    valid

    2. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal atau

    insturmen layak atau tidak untuk responden penelitian. Sedangkan uji

    reliabilitas tes digunakan dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:

    221

    SDt pqkr

    k SDt

    Keterangan:

    k = banyaknya butir soal

    SDt = Simpangan baku skor total

    p = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar

    q = 1 p

  • 40

    3. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang dianalisis

    berasal dari populasi yang noraml atau tidak. Dalam pengujian ini

    menggunakan uji Lilifors yang langkah-langkah untuk menguji normalitas

    adalah:

    a) Setiap data dijadikan bilangan baku dengan rumus:

    b) Menghitung peluang: F (Zi) = P (z zi)

    c) Menghitung proporsi:

    Banyaknya z1,