UPAYA MENINGKA TKAN KELANGSUNGAN · 50%wanita dengan kanker ovarium stadium awalterdapat kenaikan...

23

Transcript of UPAYA MENINGKA TKAN KELANGSUNGAN · 50%wanita dengan kanker ovarium stadium awalterdapat kenaikan...

oleh:Prof. Dr. dr. Heru Pradjatmo, M.Kes., Sp.OG(K)

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Dewan Guru BesarUniversitas Gadjah Madapada tanggal28 Maret 2018

di Yogyakarta

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besarpada Fakultas Kedokteran,

Kesehatan Masyarakat dan KeperawatanUniversitas Gadjah Mada

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UPAYA MENINGKA TKAN KELANGSUNGANHID UP (SURVIVAL) PENDERITA

KANKER OVARIUM:MASALAH DAN TANTANGAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim,Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Yang saya hormati,Ketua, Sekretaris, dan anggota Majelis Wali Amanat UGM,Ketua, Sekretaris, dan anggota Dewan Guru Besar UGM,Ketua, Sekretaris, dan anggota Senat Akademik UGM,Rektor dan para Wakil Rektor UGM,Dekan dan para Wakil Dekan di lingkungan UGM,Segenap civitas akademika UGM,Para tamu undangan, teman sejawat, para dos en, mahasiswa, sanak

keluarga, dan handai taulan yang saya cintai,

Pertama-tama perkenankanlah saya menyampaikan puja danpuji syukur ke hadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkanrahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga memperoleh amanahmenjadi guru besar obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran,Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), UniversitasGadjah Mada. Semua ini hanya karena rida dan kehendak-Nya semata.Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhinggakepada Ketua dan Sekretaris Dewan Guru Besar yang telahmemberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidatopengukuhan saya sebagai guru besar dalam ilmu obstetri danginekologi di Balai Senat Universitas Gadjah Mada pada hari mr,Rabu, 28 Maret 2018. Adapun pidato pengukuhan saya berjudul

UPAYA MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP(SURVIVAL) PENDERITA KANKER OVARIUM:

MASALAH DAN TANTANGAN

Judul ini sengaja saya pilih setclah cukup lama sayaberkecimpung di bidang ginekologi onkologi dan menghadapiberbagai jenis kanker ginekologi, khususnya tentang permasalahankanker ovarium, untuk saya sampaikan pada pidato pcngukuhan sayaIn!.

2

Epidemiologi Kanker Ovarium

Hadirin yang saya muliakan,

Kanker ovarium adalah suatu keganasan ginekologi yang sampaisaat ini di Indonesia masih menempati urntan ketiga setelah kankerleher rahim dan kanker corpus uteri (Kemenkes RI, 2015). DiAmerika Serikat kanker ovarium mernpakan kanker ginekologiterbanyak kedua dan menjadi penyebab kematian terbanyak karenakanker ginekologi (Siegel et al., 2013) dan menjadi penyebabkematian kelima karena kanker pada wanita (Siegel et al., 2014).American Cancer Society (2015) memperkirakan setiap tahunditemukan 21.290 kasus barn dan 14.180 meninggal. Di duniadiperkirakan sebanyak 239.000 kasus barn dan 152.000 meninggalsetiap tahunnya karena kanker ovarium (Ferly et al., 2013).

Secara klinis, perkembangannya berbeda dengan kanker leherrahim, yakni kanker ovarium tidak mempunyai gejala klinis awal yangjelas sehingga sulit dideteksi secara dini. Akibatnya, kankerovarium 65-75% didiagnosis pada stadium lanjut. Kelangsunganhidup 5 tahun re1atif penderita kanker ovarium pada semua stadiumadalah 53%, kelangsungan hidup 5 tahun untuk penderita kankerovarium stadium I dan II adalah 95%, sedangkan untuk stadium Indan IV adalah 31% (Landis et al., 1998). Di Indonesia kelangsunganhidup 5 tahun penderita kanker ovarium masih belum didapatkan.Hasil penelitian yang dilakukan di RSCM angka kelangsungan hidup5 tahun penderita kanker ovarium pada semua stadium didapat sebesar41,25%. Pada stadium I sebesar 76,3%, stadium II 66,6%, stadium III24,6%, dan stadium IV 8,1%. Dari hasil analisis juga didapatkanbahwa faktor-faktor yang memengarnhi angka kclangsungan hidup 5tahun kanker ovarium di RSCM Jakarta adalah stadium klinik danjenis pengobatan (Sihombing dan Sirait, 2007).

Central for Disease Control (CDC) menyatakan bahwa lebihdari enam dekade terakhir ini tingkat kelangsungan hidup 5 tahun ataufive years survival rate penderita kanker ovarium tidak menunjukkanpernbahan yang berarti dibandingkan beberapa jenis kanker lain(Gambar 1), padahal kelangsungan hidup lima tahun dapat mencapai

3

lebih dari 90% jika penyakit masih terbatas pada ovarium. Sayangnya,hanya 25-35% kanker ovarium yang dapat didiagnosis pada stadiumini. Adanya hubungan antara kelangsungan hidup lima tahun danstadium penyakit saat didiagnosis menunjukkan bahwa deteksi awalakan meningkatkan kelangsungan hidup penderita. Namun, diagnosisawal kanker ovarium sulit karena seeara fisik letak ovarium sulitdijangkau, terletak dalam panggul di antara organ viscera yang tidakdapat dilihat seeara langsung sehingga pengambilan sampel darijaringan ovarium tidak mungkin dilakukan tanpa prosedur yanginvasif.

Cancer Mortality Rates40

30

20

10Ovary

Rate PlY 100.000

Sumber: US Mortality Public Use Data Tapes 1960-2003, US Mortality Volumes1930-1959. National Center for Health Statistics, Center for Disease Control andPrevention, 2000.

Gambar 1. Mortalitas beberapa jenis kanker

Kanker ovarium jarang ditemukan pada stadium awal karenaberkembang seeara tersembunyi dan hampir tidak bergejala. Bilatimbul gejala klinis, umumnya merupakan akibat dari pertumbuhan,perkembangan, secta komplikasi yang sering timbul pada tingkatstadium lanjut (Wenham et al., 2002). Saat keadaan sudah padastadium yang lanjut, kanker akan sulit untuk disembuhkan sehinggakanker ovarium sering dijuluki sebagai "silent lady killer".

4

Faktor Risiko Kanker Ovarium

Hadirin yang saya muliakan,

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan adanya faktorgenetik, lingkungan, dan faktor gaya hidup (lifestyle) yang mungkinmeningkatkan dan menurunkan risiko terjadinya penyakit yangmematikan ini. Faktor-faktor ini mungkin yang berpengaruh terhadappo la dan kecenderungan yang berbeda dari insiden dan mortalitaskanker ovarium di berbagai belahan dunia (Reid et al., 2017). Faktorrisiko yang berpengaruh pada patogenesis kanker ovarium ialah faktorreproduksi dan hormonal. Keduanya diduga menjadi faktor terjadinyakanker ovarium.

Ada dua hipotesis utama yang sesuai dengan data yangdiperoleh. Pertama, "hipotesis ovulasi yang terus-menerus" (incessantovulation) yang menyatakan bahwa dengan jumlah siklus ovulasi yangmeningkat, rata-rata pembelahan sel yang berhubungan denganperbaikan permukaan epitel sesudah ovulasi meningkat. Dengandemikian, terjadi peningkatan mutasi spontan sel epitel germinativum(Casagrande et al., 1979). Banyak bukti klinik dan epidemiologikmengenai risiko kanker ovarium melibatkan aktivitas ovulasi. Adahubungan antara meningkatnya jumlah ovulasi sepanjang hidup danrisiko yang lebih tinggi sesuai dengan hipotesis ini (Tung et al., 2005;Terry et al., 2007).

Menurut hipotesis, ovulasi terus-rnenerus umur menarke yangawal dan umur menopause yang lambat meningkatkan jumlah ovulasisehingga meningkatkan risiko kanker ovarium. Beberapa penelitiantelah menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral menurunkanrisiko kanker ovarium, penurunan risiko sudah tampak padapemakaian beberapa bulan, tetapi perlindungan paling besar padapemakai jangka panjang (Booth et aI., 1989; Risch et al., 1994).Jumlah kehamilan berhubungan dengan penurunan risiko terjadinyakanker ovarium. Jika dibandingkan dengan nulligravida, primigravidamernpunyai risiko relatif 0,6 sampai 0,8 kali dan dengan penambahansatu kehamilan sampai atenn akan rnenurunkan risiko kurang lebih10-15% (Booth et aI., 1989~Risch et al., 1994; Bodelon et al., 2013).

5

Hipotesis kedua, "hipotesis gonadotropin" rnenghubungkanpengaruh gonadotropin, yaitu luteinizing hormone dan folliclestimulating hormone (Rirnan et al., 2004). Paparan terus-menerusovariurn dengan gonadotropin dan peningkatan kadar estradiolrnungkin karsinogenik. Hipotesis ini didukung dengan observasibahwa dalarn ekspcrirnen rnenginduksi turnor ovariurn, banyakterdapat reseptor gonadotropin dalarn turnor ovariurn (Karnrnerman etal., 1977). Sebaliknya, bukti rnenunjukkan bahwa riwayat keharnilanyang banyak dihubungkan dengan penurunan risiko kanker ovariurnepitelial (Whiternan et al., 2000).

Hadirin yang saya muliakan,

lndeks rnassa tubuh atau obesitas tarnpaknya juga rneningkatkanrisiko kanker ovariurn. International Agency for Research on Cancer(IARC) yang rnelakukan review sisternatik rnendapati kenaikan risikokanker ovariurn pada wanita dengan BMl 2: 40 kg/rrr' yang secarastatistik bermakna (RR 1,1, 95% Cl 1,1-1,2) (Lauby-Secretan et al.,2016). Faktor diet diduga juga berpengaruh terhadap tirnbulnyakanker ovariurn. Banyak perhatian difokuskan pada pengaruh dietlernak, follow-up selarna 20 tahun pada 16.190 wanita Seventh-DayAdventists didapatkan bahwa wanita yang rnengonsurnsi sejurnlahbesar telur atau rnakanan yang digoreng terdapat tarnbahan risiko tigakali lipat terjadinya kanker ovariurn, diduga sebagai pengaruh lernakyang digunakan dalarn rninyak goreng (Snowdon, 1985).

Peneliti lain juga rnendapati kenaikan risiko kanker ovariurnberkaitan dengan konsumsi telur yang juga rnendukung pendapatberkaitan dengan konsumsi lernak, terutarna lernak jenuh (Risch, etal., 1994). Penelitian lain di Cina juga rnelaporkan hubungan antarabanyaknya jurnlah konsumsi lernak binatang dan bertarnbahnya risikokanker ovariurn (Shu et al., 1989), scdangkan diet sayuran secara totalberhubungan dengan penurunan risiko kanker ovariurn (Shu et al.,1989; Kushi et al., 1999). Studi lain mendapatkan penurunan risikokanker ovarium dengan intake serat sayuran, pengurangan risiko lebihbennakna dengan intake banyak beta karoten (Slattery et al., 1989).

6

Hadirin yang saya muliakan,

Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya kanker ovarium.Diperkirakan bahwa ada mutasi genetik hampir sebanyak 2S% dariseluruh kanker ovarium (Boyd, 2003; Pal et al., 200S). Kurang lebih80% dari keluarga dengan riwayat kanker ovarium punya mutasi genBRCA1, sedangkan IS% mempunyai mutasi gen BRCA2 (Michael etal., 200S). Wanita dengan mutasi gen BRCAl punya risiko kumulatifselama hidup 39% (9S% Cl; 18-S4) untuk terjadinya kanker ovarium,sementara wan ita dengan mutasi gen BRCA2 punya risiko kumulatifselama hidup sebesar 11% (9S% Cl; 2,4-19). Faktor keluarga ataufaktor genetik pada kanker ovarium ditunjukkan pada penelitian kasuskontrol, didapatkan risiko relatif 3,6 dan 2,9 kali secara berurutanpada hubungan keluarga tingkat satu dan tingkat dua (first and seconddegree relatives). Hasil metaanalisis empat studi di Amerikamendapatkan OR 3,6 untuk kanker ovarium jika penyakit inididapatkan pada keluarga tingkat-pertama (Schildkraut danThompson, 1988).

Penyebab terjadinya kanker tidak semata karena faktor genetikatau faktor risiko. Menetapkan faktor risiko saja tidak dapatmemberikan penjelasan terjadinya kanker. Perlu paradigma baru untukmengetahui etiologi kanker, yaitu interaksi dari faktor genetik denganfaktor risiko atau faktor lingkungan yang disebut gene-environmentinteraction. Gene-environment interaction didefinisikan sebagai efekyang berbeda dari pengaruh lingkungan pada risiko penyakit padaindividu dengan genotipe yang berbeda, atau efek yang berbeda darigenotipe pada risiko penyakit pada individu dengan paparanlingkungan berbeda. Sebagai contoh, pengaruh paritas dan pemakaiankontrasepsi oral terhadap terjadinya kanker ovarium pada carrier dannoncarrier mutasi gen BR CA 1 dan BRCA2. Secara keseluruhan, setiappenambahan satu kelahiran dan setiap penambahan satu tahunpenggunaan kontrasepsi oral, didapatkan penurunan risiko kankerovarium seperti yang diharapkan. Akan tetapi, pada analisis terpisah,penarnbahan kelahiran melindungi pada carrier maupun noncarrier~mutasi gen BRCA, tetapi pemakaian pil kontrasepsi tampaknya hanyamengurangi risiko kanker ovarium pada non carrier mutasi gen BRCA.

7

Penanda Tumor (Tumor Marker)

Hadirin yang saya muliakan,

CA-125 adalah protein yang didapat dalam darah pada berbagaikeadaan, tennasuk pada kanker ovarium. Meskipun CA -125 adalahpenanda tumor yang bennanfaat untuk memonitor perjalanan penyakitkanker ovarium, CA-125 saja tidak bennanfaat untuk tes skriningkanker ovarium. Tes ini tidak cukup sensitif mendiagnosis stadiumawal penyakit. Walaupun pada lebih dari 85% wanita dengan penyakitstadium lanjut terjadi kenaikan kadar CA-125 (>35 U/ml), hanya pada50% wanita dengan kanker ovarium stadium awal terdapat kenaikankadar CA-125. Berbagai biomarker lain telah diteliti untuk deteksiawal kanker ovarium. Protein Human Epididymis 4 (HE4) tampaknyapunya sensitivitas yang sama dengan CA-125 (Shah et al., 2009)tetapi pemeriksaan HE4 di Amerika Serikat digunakan untukmonitoring kekambuhan atau progresivitas kanker ovarium dan bukanuntuk skrining.

Penelitian lain yang dilakukan dengan mengevaluasipemeriksaan kombinasi penanda turnor lain bersama dengan CA-125yang dapat memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih besardaripada CA-125 saja. Panel dari empat penanda (CA-125, HE4, CEAdan VCAM-l) diperoleh kekuatan diagnostik tertinggi untuk kankerovarium stadium awal dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 98%(Yurkovetsky et al., 2010). Hasil ini masih memerlukan validasi.Diperkirakan kombinasi biomarker akan memberikan peningkatandeteksi dalam langkah awal pada protokol multi modal screening.Penanda lain yang cukup menjanjikan ialah macrophage-colony- .stimulating factor (M-CSF). Jika M-CSF digunakan dalam kombinasidengan CA-125 96-98% kasus teridentifikasi tennasuk 81% kankerstadium awal. Walaupun sensitivitas kombinasi mengesankan,spesifisitasnya kurang (Suzuki et al., 1993). Penanda lain yang masihditeliti tennasuk mesothelin, folate receptor, dan OVXI. Walaupunhasil awal penelitian dengan pemeriksaan proteomics,lysophosphatidic acid, osteopontin, penanda p 110, dan ErbB 1 cukupmenjanjikan, penelitian yang mendalam masih diperlukan sebeiumpenanda tumor dapat diaplikasikan dalam klinik.

8

Skrining Kanker Ovarium

Hadirin yang saya muliakan,

Dasar biologis untuk: skrining adalah kelangsungan hidup daripenderita kanker ovarium berhubungan dengan stadium saatdiagnosis. Penanda tumor menjadi perhatian dan pertimbangansebagai salah satu tes skrining karena noninvasif, mudah dilakukanpemeriksaan ulang setiap waktu, relatif murah daripada pemeriksaanimaging. Deteksi awal dengan skrining pada kanker ovarium adalahpilihan potensial hanya untuk pembawa mutasi gen BRCAI atauBRCA2 dan wanita dengan risiko familial yang tinggi. Saat ini tidakada bukti adanya pengurangan angka mortalitas sebagai hasil darideteksi awal kanker ovarium.

National Institution of Health (NIH) Consensus DevelopmentPanel on Ovarian Cancer tahun 1995 menyarankan ultrasonografitransvaginal dan pemeriksaan CA-125 untuk skrining kanker ovariumhanya pada pembawa mutasi gen BRCA dan dapat dilakukan setiap 6-12 bulan mulai dari umur 35 tahun. Dengan insiden kanker ovariumyang rendah pada populasi, metode skrining yang tidak spesifiksebagai tindakan skrining rutin untuk populasi umum tidakdisarankan. Teknologi baru untuk deteksi stadium awal kankerovarium sangat diperlukan. Kemajuan lebih lanjut, termasuk proyekgenom manusia memberikan kesempatan baru untuk mengembangkanalat diagnostik dan terapi target gen yang lebih baik.

Penatalaksanaan Kanker Ovarium

Hadirin yang saya muliakan,

Pada dasamya, setiap tumor ovarium yang diameternya lebihdari 5 sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparotomikarena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Pengobatan bakukanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikalberupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus besertakedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatankelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan

9

diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapatemp at untuk pemeriksaan sitologi. Sebagian para ahli berpendapatapendiktomi juga merupakan indikasi pada keganasan ovarium.Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukanstadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging).

Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapiadjuvan dengan kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, atau terapitarget. Karsinoma ovarium, tuba, atau peritoneum dianggap sebagaisatu kesatuan karena kesamaan sifat, patogenesis, dan terapinya dandisebut sebagai kanker ovarium epitelial (EOC). Kebanyakankeganasan ovarium 95% adalah epitelial dan sisanya berasal dari selovarium tipe yang lain (germ cell tumors, sex cord-stromal tumors).Penentuan stadium dan penanganan awal penderita dengan kankerpada organ ini adalah cperatif dan operasi sitoreduksi yang optimalkarena sangat berhubungan dengan meningkatnya survival. Hasil dariprosedur ini jika dilakukan oleh ginekolog onkolog akan lebih baikdaripada j ika dilakukan oleh ahli bedah yang lain.

Earle et al. (2006) di daerah yang dimonitor oleh programSurveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) membandingkanhasil penanganan penderita kanker epitelial ovarium pada semuawanita umur 65 tahun atau lebih oleh ginekolog onkolog sebanyak1.017 penderita, ginekologi umum 1.377 penderita dan 673 penderitaoleh dokter bedah. Mortalitas penderita yang dioperasi oleh ginekologonkolog hazard ratio (HR) 0,85 (95% CI= 0,76-0,95) dan olehginekolog umum HR 0,86 (95% CI=0,78-0,96) lebih baik dibandingpasien yang dioperasi oleh dokter bedah umum.

Engelen et at. (2006) meneliti 184 pasien yang dioperasi olehginekolog onkolog dan 328 pasien yang dioperasi ginekolog umum.Mortalitas pada penderita yang usia kurang dari 75 tahun yangdioperasi ginekclog onkolog HR 0,71 (0,54-0,94). Basil penelitianlain dengan melakukan metaanalisis 18 laporan penelitianmenunjukkan bahwa keuntungan penanganan penderita kanker olehginekolog onkolog adalah dapat dilakukan surgical staging secaralengkap pada penderita-penderita kanker ovarium stadium awal. Dapatdilakukan operasi sitoreduksi yang lebih optimal pada penderitakanker ovarium stadium lanjut. Operasi yang dilakukan oleh

10

ginekolog onkolog dapat meningkatkan median survival maupunoverall survival penderita kanker ovarium (Giede et al., 2005).

National Institutes of Health Concensus Conference (1995)menyatakan bahwa:

"Adequate and complete surgical intervention is mandatory primary therapyfor ovarian carcinoma, permitting precise staging, accurate diagnosis, andoptimal cytoreduction. The procedure is best conducted by a qualifiedgynecologic oncologist when there is a high probability of ovariancarcinoma."

[B] It is recommended that a 'risk of malignancy index' should be used tuselect those women who require primary surgery in a cancer center by agynecologicaloncologist. (LeveIIIa)

[B] A rapid referral to a cancer center is recommended for those women whoare found to have an ovarian malignancy. Secondary surgery at a centershould be performed as quickly asfeasible. (Level fIa)

Peran Sp.OG dalam Meningkatkan Kelangsungan Hidup(Survival) Penderita Kanker Ovarium

Hadirin yang saya muliakan,

Guideline yang dikeluarkan oleh RCOG (RCOG, 2010)memberikan langkah-langkah penanganan tumor ovarium sebagaiberikut. Jika seorang wanita, khususnya postmenopause diketahui adakista ovarium, diperiksa USG dan CA-125, kemudian dilakukanskoring indeks keganasannya. Skoring yang paling banyak digunakandengan skoring RMI (risk malignantcy index) = U x M x CA-125(dengan U skor pemeriksaan USG, M status menopause, CA-125kadar CA-125 serum penderita). Jika skor RMI < 25, penderita dapatditangani oleh ginekolog umum di tempat pelayanannya. Jika skorantara 25-250, penderita mestinya ditangani di unit kanker. Jika skor> 250, penderita seharusnya ditangani di pusat peJayanan kanker.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi sebagai ujung tombakdalam penanganan kanker ginekologi, khususnya kanker ovariumyang mortalitasnya paling tinggi dan sulit untuk diturunkan tentunya

11

harus lebih selektif dalarn rnenangani kasus dengan tumor ovariurn;kasus rnana yang rnasih dapat ditangani dengan baik di temp atpelayanannya dan kasus rnana yang seharusnya dirujuk di temp atyang lebih rnernadai. Apalagi di era BPJS pasien dirujuk dari PusatPelayanan Kesehatan tingkat 1 (PPKl) ke PPK2, temp at biasanyadokter Sp.OG berada. Di sinilah Sp.OG berperan penting dapatrnelakukan seleksi dengan rnenentukan skoring indeks keganasannyasehingga dapat rnenentukan kasus rnana yang rnasih dapat ditanganidi ternpat pelayanannya (PPK2).

Kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk ke PPK3 yangterdapat unit kanker atau sebagai pusat pelayanan kanker sehinggapenderita dapat rnendapat penanganan yang optimal. Jika Sp.OG diPPK2 sudah rnenangani penderita turnor ovariurn dan ternyata turnorganas dan penanganan tidak sesuai dengan standar, pasien segeradirujuk seperti rekornendasi NIH Consensus Conference untukdilakukan operasi sekunder. Jika pasien sudah dioperasi danseharusnya rnendapatkan kernoterapi adjuvan, penderita juga harussegera dirujuk untuk rnendapatkan kernoterapi. Kernoterapi dapatrnulai diberikan 2 rninggu setelah operasi dan sebaiknya tidak lebihdari satu bulan setelah operasi karena pernberian kernoterapi sebelurnsatu bulan dan setelah satu bulan pascaoperasi, survival penderitaberbeda bennakna.

Penutup

Hadirin yang saya muliakan,

Sebagai penutup saya akan rnenggarisbawahi beberapa inti daripidato pengukuhan ini. Bahwa dari uraian sebeiumnya, untuk dapatmeningkatkan kelangsungan hidup (survival) penderita kankerovariurn, dibutuhkan suatu rnetode pemeriksaan diagnosis awalpenderita kanker ovarium yang noninvasif, spesifik, dan sensitifsehingga survival penderita dapat ditingkatkan. Ini merupakantantangan bagi kita, para peneliti untuk dapat menernukan suatumetode pemeriksaan untuk diagnosis awal penderita kanker ovariurn.

12

Untuk meningkatkan survival penderita kanker ovarium diIndonesia agar tidak berbeda jauh dengan negara maju, perlupenanganan penderita yang lebih optimal dengan meningkatkanjumlah peminat konsultan ginekologi onkologi dan distribusi yangmerata di Indonesia. Sumber daya manusia kita sampai saat initercatat dokter konsultan ginekologi onkologi yang aktif ada 97 orangdan sebagian besar berada di pusat pendidikan, sedangkan spesialisobstetri dan ginekologi sampai akhir Februari 2018 tercatat 3.861orang.

Peningkatkan peran Sp.OG agar lebih memberikan penangananpenderita kanker ovarium lebih optimal dapat dilakukan denganmengacu rekomendasi yang telah disepakati dan meningkatkan sistemrujukan. Hal itu disebabkan di era BPJS ini penderita dimungkinkanuntuk mendapat penanganan yang lebih optimal. Dengan mengacuketentuan sistem rujukan dari BPJS, penderita dapat dirujuk ke PPK3.

Hadirin yang saya muliakan,

Perkenankanlah pada akhir pidato pengukuhan ini sayamenyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepadapemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Menteri Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi, atas kepercayaan yang diberikankepada saya untuk menduduki jabatan guru besar dalam bidangobstetri dan gineko1ogi di Fakultas Kedokteran, KesehatanMasyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. Ucapanterima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor, Ketua, danSekretaris Senat Akadernik, serta para anggota Senat AkademikUniversitas Gadjah Mada, Ketua dan Sekretaris beserta segenapanggota Dewan Guru Besar UGM yang telah menyetujui pengusulandan menerima saya sebagai guru besar.

Pengusulan jabatan guru besar saya tentu tidak akan pernahterlaksana tanpa izin dan perkenan dari Dekan serta segenap pengurusFakultas dan Senat FK. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikanrasa terima kasih yang setulus-tulusnya. Secara khusus, sayamengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Andrijono,Sp.OG(K), staf Departemen Obstetri dan Ginekologi FK VI; Prof. dr

13

Herman Susanto, Sp.OG(K), staf Departemen Obstetri danGinekologi FK Unpad; Prof. dr. Heru Santosa Sp.OG(K), stafDepartemen Obstetri dan Ginekologi FK Unair yang telah berkenanmcmberikan rekomendasi pengusulan jabatan guru besar saya.Ungkapan bangga disertai penghargaan yang tinggi sayapersembahkan kepada guru-guru saya di SD Keputren, Pleret, Bantuldan SD Gedongkuning 1, Banguntapan, Yogyakarta; SMP Negeri 2Yogyakarta; dan SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta yang telahmembekali saya dasar ilmu ke jenjang akademik tertinggi ini. Kepadapara guru besar, dosen, dan segenap karyawan di FK UGM; paradosen dan staf Program S-2 Epidemiologi Klinik dan ProgramS-3 FK UGM, saya berutang budi atas semua pembelajaran yangtelah diberikan kepada saya. Hanya Allah Swt. yang senantiasa akanmembalas dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada paraguru, dosen, serta para guru besar sekalian.

Ucapan terima kasih secara khusus juga saya sampaikan kepadaProf. Matsuto Mochizuki, M.D., Ph.D. yang telah memberikesempatan dan membimbing saya selama saya mengikuti pelatihan dibidang ginekologi onkologi di Department of Obstetric andGynecology, Faculty of Medicine, Kobe University. Rasa hormat danterima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada yangsaya hormati, (aim.) dr. Prastowo Mardjikoen, Sp.OG, dr. RSoeprono Sp.OG, dan dr. Darjono Kartodimedjo, Sp.OG yang telahmemberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikanspesialisasi obstetri dan ginekologi. Demikian juga kepada Prof. dr.Moh. Anwar, M. Med. Sc., Sp.OG(K), Prof. dr. Moh. Hakimi Ph.D.,Sp.OG(K), Prof dr. Djaswadi Dasuki. Ph.D., Sp.OG(K), Prof. dr.Sulchan Sofoewan, Ph.D., Sp.OG(K), (aIm.) dr. Zain Alkaff,Sp.OG(K), dr. Burham Warsito, Sp.OG(K), (aim.) Prof. Dr. dr. IbnuPranoto, Sp.And, Sp.OG(K), (alm.) dr. Purwanto, Sp.OG, (aIm.) dr.Irmansyah Mochtar, Sp.OG(K), dan (aim.) dr. Abdul Kurnen, Sp.OG,saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan,arahan, dan pengajarannya selama saya mengikuti pendidikanspesialisasi.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada KepaJaDepartemen Obstetri dan Ginekologi, dr. Detty Nurdiati Sp.OG(K),

14

M.P.H., Ph.D. beserta seluruh staf, Prof. dr. Ova Emilia, Sp.OG(K),Ph.D., dr. Risanto Siswosudarmo, Sp.OG(K), dr. Hasto Wardoyo,Sp.OG(K), dr. Rukmono Siswishanto Sp.OG(K), M.Kes., Dr. dr.Diah Rumekti Hadiati, Sp.OG(K), M.Se., dr. Ahsanudin Attamimi,Sp.OG(K), M.Med.Se., dr. Irwan Taufiqurrohman, Sp.OG(K), dr.Ardanu Kusumanto, Sp.OG(K), dr. Nuring Pangastuti, Sp.OG(K), dr.Shinta Prawitasari, Sp.OG(K), M.Kes., dr. Shofwal Widad,Sp.OG(K), dr. Dwi Hariadi, Sp.OG(K), dr. M. Lutfi, Sp.OG(K), dr.Addin Trirahmanto, Sp.OG, dr. Agung Dewanto, Sp.OG(K), Ph.D.,dr. Edi Patrnini Sp.OG, Dr. dr. Eugenius Phyowai Ganap, Sp.OG(K),dr. Muhammad Nurhadi Rahman, Sp.OG, dan dr. Moh. Nailul Fahmi,Sp.OG yang selama ini sudah memberikan kerja sama, dukungan sertakepereayaan, dan ketulusannya mengusulkan saya menjadi guru besardi bidang obstetri dan ginekologi. Ueapan terima kasih juga sayasampaikan kepada seluruh staf pendukung Departemen Obstetri danGinekologi, Mbak Marmiyatun dan kawan-kawan atas kerja samanyaselama ini.

Pada kesempatan yang monumental ini, saya juga inginmenyampaikan rasa bakti dan sujud saya karena tiada rangkaian katamaupun kalimat yang dapat meneukupi ungkapan rasa terima kasihsaya kepada ayah-ibu kandung saya, (alm.) Bapak Yuwono dan(almh.) Ibu Hasimah yang banyak memberi makna dan keteladanandalam hidup saya. Terima kasih kepada pakde-bude sekaligus ayah-ibu angkat saya, (alm.) Bapak Kardjono Somoatmodjo dan (almh.)Ibu Ngatinah Somoatmodjo yang telah membesarkan dan mendidiksaya sampai menjadi dokter seperti yang saya dan beliau cita-citakan.Betapa bangga dan besar hati mereka j ika mereka masih·berkesempatan menyaksikan pengukuhan guru besar saya ini. Akantetapi, sampai akhir hayat beliau, saya belum berkesempatan berbaktidan membalas budi baik mereka semua. Semoga segala amal ilmudan keterampilan yang baik dari saya juga akan menjadi amal baikmereka. Terima kasih Ayah-Ibu, doa dan pengorbananmu siang danmalam telah menjadikan sesuatu yang tidak pemah saya impikansebelumnya, menjadi guru besar di universitas yang sangat terho~atim.

15

Kepada (aIm.) Bapak Sadjidi dan Ibu Jamilah, mertua saya,saya mengucapkan terima kasih atas doa, nasihat, dan bimbingannyaselama ini. Penghargaan dan ungkapan terima kasih setinggi-tingginya juga saya sampaikan kepada istri saya tercinta, Swisyanayang dengan segala pengertian, perhatian, kesetiaan, pengorbanan,kerelaan, dan ketulus-ikhlasannya telah memberikan dorongan,dukungan, serta mendampingi saya siang dan malam, dalam suka danduka. Kepada anak-anak saya beserta suami-istrinya yang sayabanggakan, Jeffri Ardiatma, S.T.-Diah Mariyani, S.Psi.; dr. HerlinaPrajatmo, Sp.OG-dr. Ridho Permana, Sp.OG; Dini GustianiPraj atmo , S.I.P.-Hanantyo Kusrahnawanto, S.T.; dr. Dona GustianaPrajatmo-Dika Rayendra, S.E.; serta cucu-cucuku, Nawra, Barra,Hasna, Arfan, Mikha, Dyo, terima kasih atas segala pengertian,kesabaran, dan dukungannya. Semoga engkau semua menjadi anak-anak yang selalu terjaga kesolehannya, bermartabat, rendah hati,berjiwa sosial, dan berbudi luhur serta memberi manfaat bagikeluarga, agama, dan masyarakat. Kepada saudara-saudaraku, MbakChristina Nurcahya, Mbak Nurohmah, serta adik-adikku, Tuti NuryatiHandayani, Nunik Munsifah, Burhan Ahmadi, dr. Ifah Khoimatun,Sp.KJ, Abdul Majid Burhani, (alm.) Djoko Mulyono, TiurmaLarasati, Sari Widiastuti, Moh. Rusdi, Dewi Damayanti, S.H. sertasegenap anggota trah Pawiroredjan, saya ucapkan terima kasih atasdoa dan kerja samanya selama ini.

Masih banyak lagi ungkapan penghargaan dan terima kasihyang ingin saya sampaikan, tetapi ada keterbatasan waktu dan ruangsehingga saya tidak mampu menyampaikan satu per satu. Untuk itu,secara tuIus saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata,teriring ucapan alhamdulillahi rabbi! 'aalamiin, saya akhiri pidatopengukuhan ini. Atas kesabaran dan perhatian para hadirin, sayamenyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Billahittaufiq wal hidayah,Wassalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

16

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Cancer Facts & Figures. Atlanta:American Cancer Society.

Bodelon, c.,Wentzensen, N., Schonfeld, SJ., et al. 2013. "HormonalRisk Factors and Invasive Epithelial Ovarian Cancer Risk byParity". Br. J of Cancer, 109:769-776.

Booth, M., Beral, V., Smith, P. 1989. "Risk Factors for OvarianCancer: a Case-control Study". Br. J Cancer, 60: 592-8.

Boyd, 1. 2003. "Specific Keynote: Hereditary Ovarian Cancer: WhatWe Know". Gynecol. Oncol., 88:S8.

Casagrande, l.T., Louie, E.W., Pike, M.C. et al. 1979. "IncessantOvulation and Ovarian Cancer". Lancet, 2: 170-3.

Earle, C.C., Schrag, D., Neville, B.A. et al. 2006. "Effect of SurgeonSpecialty on Processes of Care and Outcomes for OvarianCancer Patients". J Natl. Cancer. Inst., 98(3): 172-80.

Engelen, M.l., Kos. H.E., Willemse, P.I-I.B. et al. 2006. "Surgery byConsultant Gynecologic Oncologists Improves Survival inPatients with Ovarian Carcinoma". Cancer, 106(3):589-8.

Ferlay, l., Soerjomataram, I., Ervik, M. et al. 2013. "Cancer Incidenceand Mortality Worldwide: IARC Cancer Base No. 11". Lyon,France: International Agency for Research on Cancer,http://globocan.iarc.fr.

Kammerman, S., Demopoulos, R.I., Ross, J. 1977. "GonadotropinReceptors in Experimentally Induced Ovarian Tumors in Mice".Cancer Res., 37:2578.

Kemenkes RI. 2015. "Situasi Penyakit Kanker". Infodatin. Pusat Datadan Informasi, Kementerian Kesehatan RI.

Khusi, L.H., Mink PJ., Folsum, A.R. 1999. "Prospective Study ofDiet and Ovarian Cancer". Am. J Epidemiol., 149:21.

Landis, S.H., Murray, T., Bolden, S. et al. 1998. "Cancer Statistics".CA Cancer J Clin., 48:6-30.

Lauby-Secretan, B., Scoccianti, c., Loomis, D. et al. 2016. "BodyFatness and Cancer-Viewpoint of the IARC Working Group".

~N. Engl. J Med., 375:794.

17

Modan, B., Hartge, P., Hirsh-Yechezkel, G. et al. 2001. "Parity, OralContraceptives, and the Risk of Ovarian Cancer among Carriersand Noncarriers of A BRCAl or BRCA2 Mutation". N. Engl. JMed., 345(4):235-40.

NIH Consensus Conference. 1995. "Ovarian Cancer: Screening,Treatment, and Follow-up". NIH Consensus Development Panelon Ovarian Cancer. JAMA, Feb. 8,273(6):491-7.

Pal, T, Permuth-Wey, 1., Betts, J.A. et al. 2005. "BRCAl andBRCA2 Mutations Account for A Large Proportion of OvarianCarcinoma Cases". Cancer, 104:2807.

Reid, B.M., Permuth, J.B., Sellers, T.A. 2017. "Epidemiology ofOvarian Cancer: A Review". Cancer Biol. Med., 24(1):9-32.

Risch,. H.A., Marrett, L.D., Howe, G.R. 1994. "Parity, Contraception,Infertility, and the Risk of Epitheiial Ovarian Cancer". Am. JEpidemiol., 140:585-97.

Riman, T, Nilsson, S., Persson, LR. 2004. "Review ofEpidemiological Evidence for Reproductive and HormonalFactors in Relation to the Risk of Epithelial OvarianMalignancies". Acta. Obstet. Gynecol. Scand., 83:783-95.

Schildkraut, 1.M., Thompson, W.D. 1988. "Familial Ovarian Cancer;A Population Based Case-control Study". Am. J Epidemiol.,12:456.

Shu, X.O., Gao, Y.T, Yuan, J.M., 1989. "Dietary Factors andEpithelial Ovarian Cancer". Br. J Cancer., 59: 92.

Siegel, R., Naishadham, D., Jemal, A. 2013. "Cancer Statistics". CACancer J Clin., 63(1): 11.

Siegel, R., Ma, J., Zou, Z., Jemal, A. 2014. "Cancer Statistics". CACancer J Clin., Sep-Oct, 64(5):364.

Sihombing, M., Sirait, A.M., 2007. "Angka Ketahanan HidupPenderita Kanker Ovarium di RS Or. Cipto MangunkusumoJakarta", j\tfaj.Kedokt. Indon., 57(10):346-52.

Snowdon, D.A. 1985. "Diet and Ovarian Cancer". JAMA, 254:356.Slattery, M.L., Shuman K.L., West D.W. 1989. "Nutrient Intake and

Ovarian Cancer". Am. J Epidemiol., 130:497.

18

Terry, K.L., Titus-Ernstoff, L., McKolanis, J.R. et al. 2007. "IncessantOvulation, Mucin 1 Immunity, and Risk for Ovarian Cancer".Cancer Epidemiol. Biomarkers Prev., 16(1):30-5.

Tung, K.H., Wilkens, L.R., Wu, A.H. et al. 2005. "Effect ofUnovulation Factors on Pre and Postmenopausal OvarianCancer Risk: Revisiting the Incessant Ovulation Hypothesis".Am. J. Epidemiol., 161:321-9.

Wenham, R.M., Lancaster, 1.M., and Berchuck, A. 2002. "MolecularAspects of Ovarian Cancer: Best Practice and Research".Obstet. Gynaecol., 16:483-497.

Whiteman, D.C., Murphy, M.F., Cook, L.S. et al. 2000. "MultipleBirths and Risk of Epithelial Ovarian Cancer". J Natl. CancerInst., 92: 1172.

Yurkovetsky, Z., Skates, S., Lomakin, A. et al. 2010. "Developmentof A Multimarker Assay for Early Detection of OvarianCancer". J. Clin. Oncol., 28:2159.

19

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Prof. Dr. dr. Heru Pradjatmo,Sp.OG(K), M.Kes.

: 19540414 198010 1 001: Yogyakarta, 14 April 1954: Perum Mlati A3, RT

003/R W 19, Mlati Glondong,Sendangadi, Mlati, Sleman,Yogyakarta, 55285

NIPTempat/Tgl. LahirAlamat Rumah

Email [email protected]@[email protected]

Alamat Kantor Departemen Obstetri dan Ginekologi FKKMKUGM/RSUP Dr. Sardjito, n. Kesehatan No. 1,Sekip, Yogyakarta

Istri SwisyanaAnak Jeffri Ardiatma

Herlina PrajatmoDini Gustiani PrajatmoDona Gustiani Prajatmo

B. Pendidikan:

1. 1966: Lulus, SD Gedongkuning 1, Yogyakarta2. 1969: Lulus, SMP Negeri 2 Yogyakarta3. 1972: Lulus, SMA Negeri 1 Yogyakarta4. 1979: Lulus, Dokter, FK UGM5. 1989: Lulus, Dokter Spesialis Obsgin, FK UGM6. 1998: Lulus, S-2 Epidemiologi Klinik, FKUGM7. 2006: Konsultan Ginekolog Onkologi (K-Onk.)8. 2012: Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, FK UGM

20

C. Karya Ilmiah (Publikasi)

Amelia, A., Dasuki, D., Pradjatmo, H. 2014. "Hubungan antaraEndometriosis Fertility Index (EFl) dan Keberhasilan FertilisasiIn Vitro (FIV)". J Kes. Repro., 1(2):81-9.

Chilmawati, L., Pradjatmo, H., Siswosudarmo, H.R. 2014. "PengaruhPemberian Asam Traneksamat Terhadap Jumlah PerdarahanPascasalin pada Kelahiran Vaginal". J Kes. Repro., 1(2):98-102.

Geni, P.L., Rachman, LT., Pradjatmo, H. 2017. "Peran PenambahanMisoprostol pada Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga dalamMenurunkan Perdarahan Pascapersalinan". J Kes. Repro.,4(3):170-7.

Ksyatria, Y.N.L, Pradjatmo, H., Emilia, O. 2016. "Perbandingan SkalaNyeri pada Kuretase antara Pemberian Lidokain Paraservikaldan Intraservikal". J Kes. Repro., 3: 1.

Mardiana, Dasuki, D., Pradjatmo, H. 2015. "Pengetahuan danKetrampilan Bidan untuk Skrining Kanker Serviks denganMetode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di KalimantanBarat". J Kes. Repro., 2(1): 1-10.

Pradjatmo, H. 2015. "Basic Principles and Diagnostic of Colposcopy".J Med. Sci., 47(2):96-114.

· 2015. "Preservasi Fertilitas Pada Penderita Kanker".-----J Kes. Repro., 2(3): 182-9.

· 2016. "Cell-free DNA Levels Serum Patients with-----Benign and Malignant Epithelial Ovarian Tumor". inter. J ofPharma. Se. invention, 5(3):42--46.

· 2016. "Choriocarcinoma in An Infantile Patient".-----Gen. Med. (Los Angel.), 3(6): 1-3.

_____ . 2016. "Impact of Preoperative Serum Levels of CA125 on Epithelial Ovarian Cancer Survival". APJCP, 17:1881-86.

_____ . 2016. "Methylation Status and Expression of BRCA2III Epithelial Ovarian Cancers in Indonesia". AP JCP,16(18):8599-04.

Pradjatmo, H., Dasuki, D., Anwar, M., Mubarika, S., Harijadi. 2014."Methylation Status and Immunohistochemistry of BRCAI inEpithelial Ovarian Cancer". APICP, 15:9479-85.

Pradjatmo, H., Dasuki, D., Dwianingsih, E.K., Triningsih, E. 2015."Malignancy Risk Scoring of Hydatidiform Moles". APICP,16:2441-5.

Pradjatmo, H., Nisman, W.A., Fatmawati, Y. 2017. "Quality of Life ofCervical Cancer Patient with Support from Nuclear Family andExtended Family in Dr. Sardjito General Hospital, YogyakartaIndonesia: A Comparative Study". Inter. of Res. in Med. Sci.,5(8):3554-59.

Pradjatmo, H., Pahlevi, D.P. 2013. "Status Gizi sebagai FaktorPrognosis Penderita Karsinoma Endometrium". 1. Gizi KlinikIndon., 10(1):10-8.

Rahman, M.N.A., Prawitasari, S., Pradjatmo, H. 2015. "RasioEstriollEstradiol Tinggi sebagai Predictor Keberhasilan InduksiPersalinan pada Kehamilan Lewat Waktu". 1. Kes. Repro.,2(2):98-07.

21