UPAYA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA (KBRI) DI...
Transcript of UPAYA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA (KBRI) DI...
UPAYA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA (KBRI)
DI SINGAPURA DALAM PELAYANAN WARGA NEGARA
INDONESIA (WNI) DAN PERLINDUNGAN TERHADAP TENAGA
KERJA INDONESIA BERMASALAH (TKI-B) DI SINGAPURA
ANTARA TAHUN 2011 - 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Dendy Perwira D. Satria
1110113000086
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
UPAYA KEDWAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DI SINGAPUM DALAM
PEI,,AYANAN I|IARGA NEGAM INDONESIA (ITIND DAN PERLINDUNGAN
TERHADAP TENAGA KERJA BERMASAI-AH €KI-B) DI SINGAPUM
ANTA\A TAHW 2ot I - 2ots
1. Merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas lslam Negeri rufN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudiagr hari terbukti bahwa karya saya'ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerirna sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
arta. 3l Mei 2017
)
3.
ffiw.enaerlsosoosod
Eidy Perwiia unrra Satria
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPS I
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan mahasiswa:
Nama : DendY Penvira Dhira Satria
NIM : 1110113000086
Program Studi : Hubunlan Internasional
telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judut:
UPAYA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DI SINGAPURA
DALAM PELAYANAN WARGA NEGARA INDONESI,A (WND DAN
PERLINDLINCAN TERHADAP TENAGA KERIA BERMASALAH (TKI-B)
DI SINGAPURA ANTARA TAHUN 2O1I . 2015
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta,3l Mei 2017
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi
Drs.-Aiyub Mohsin, MA
NIP.020001540
ilt
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi
UPAYA KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DI SINGAPURA
DALAM PELAYANAN WARGA NEGARA INDONESIA (WND DAN
PERLINDIINGAN TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA
BERMASALAH (TKr-B) DI SINGAPURA ANTARA TAHLIN 20tt - 2015
OlehDendy Perwira Dhira Satria
1 101 13000086
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullatr Jakarta pada tanggal
..........2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Sekretaris Sidang
nguji I,
Irfan R.
NIP.utagalung L.L.M
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada
tanggal...... .................2017 .
tv
NIP.
v
ABSTRAKSI
Hubungan bilateral yang dilakukan Indonesia dengan Singapura telah
berlangsung lama dan telah diterapkan juga ke bidang ekonomi dan
ketenagakerjaan. Fokusnya pada bidang penempatan Tenaga Kerja lintas Negara
dilakukan, yang lebih didominasi oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk
mengadu peruntungan di negeri jiran tersebut. Beberapa faktor pendorong TKI
memilih Singapura ialah kondisi geografis dan demografi yang memiliki beberapa
persamaan dan kedekatan. Dengan semakin banyaknya penempatan TKI ke
Singapura maka dalam hal ini Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai garda terdepan di Luar Negeri dengan
perwakilan Pemerintah Singapura yakni Ministry of Man Power (MOM).
Senantiasa bekerjasama dengan badan terkait baik di Indonesia maupun Singapura
seperti Badan Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) .
KBRI sesuai dengan fungsi dan tanggungjawabnya, akan bekerja
semaksimal mungkin dalam pelayanan WNI dan memberikan perlindungan
terhadap TKI Bermasalah (TKI-B) di Singapura agar haknya terpenuhi oleh
Hukum Singapura. Yang mana Hukum Singapura yang establish dengan
perundang-undangan mengatur Tenaga Kerja asing termasuk TKI. KBRI
melakukan diplomasi komunikasi aktif dengan instansi terkait, apabila terdapat
kasus yang diadukan WNI maupun TKI. Apabila terdapat kasus hukum pidana
atau berat KBRI akan melakukan pendampingan dengan bekerjasama pengacara
setempat hingga pembacaan vonis hukuman termasuk pembelaan setiap
persidagangan pengadilan.
Kata Kunci: WNI, TKI Bermasalah (TKI-B), KEMLU RI, MOM Singapura, KBRI
Singapura, BNP2TKI, diplomasi bilateral, pelindungan hukum dan pelayanan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Dzat yang paling agung
Allah SWT yang telah melimpahkan Rahman dan Rahiem-Nya serta shalawat dan
salam tetap tercurah kepada junjungan kita dan penghulu kita Nabi Muhammad
SAWW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Upaya Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura dalam Pelayanan Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia
Bermasalah (TKI-B) di Singapura Tahun 2011-1015” dengan baik.
Adapun tujuan penyusunan skripsi ini ialah untuk memenuhi tugas akhir
dan untuk memenuhi syarat wajib kelulusan bagi mahasiswa/i Program Studi
Hubungan Internasional FakultasI lmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadar betul bahwa dibalik keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, dari lubuk hati yang terdalam, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak M Adian Firnas, SIP, MSi,sebagai Ketua Program Studi Hubungan
Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen Pengampu Mata Kuliah
Seminar Proposal penulis, di mana di samping kesibukannya membantu
mengarahkan penulis dalam mengerjakan Proposal Skripsi hingga penelitian
ini dianggap layak untuk dilanjutkan ke bimbingan skripsi.
2. Bapak Duta Besar Drs. Aiyub Mohsin, MA sebagai dosen pembimbing yang
dengan kebijaksanaan sikap, kedalaman ilmu dan pengalaman pada dunia
diplomatik yang telah memotivasi penulis untuk kelak dapat mengikuti jejak
kariernya. Serta kepadatan aktifitasnya telah menyempatkan dan memberikan
waktunya kepada penulis dalam rangka mengarahkan dan membimbing
penulis untuk terus bersemangat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
3. Bapak/Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen-dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, lebih khusus lagi segenap dosen
vii
Program Studi Hubungan Internasional, yang banyak membimbing,
mengarahkan, serta mendidik penulis dengan sabar selama menjalani studi.
4. Teristimewa kepada orangtua tercinta dan tersayang yaitu Papa Drs. H. Eddy
Murdiyono, SH., MH dan mama RA Hj. Deasy Dewantara yang selalu
memanjatkan doa bagi penulis sebagai anak semata wayangnya. Sebab ridho,
kesabaran dan motivasinya agar penulis dapat menyelesaikan studi dengan
baik dan tepat pada waktunya. Semoga beliau berdua diberikan kesehatan
yang paripurna dan menemani penulis hingga menjadi seorang diplomat kelak.
Serta bangga terhadap totalitas dan usaha keras penulis dalam menjalani studi
di kampus tercinta ini.
5. Teman-teman program studi Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta
angkatan 2009, dan terkhusus 2010 (kelas A, B, dan Internasional), 2011,
2012, 2013, 2014 dan juga 2014 yang selalu mengingatkan dan memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta membantu
penjelasan tambahan saat penulis mengambi kelas untuk mengulang atau
mengambil mata kuliah yang belum diambil.
6. Para Sahabat HI angkatan 2010 yang telah membuat geng untuk kumpul-
kumpul seperti Khairul Rizal, Fahmi Ramhani, Fatahillah, Whisnu
Mardiansyah, Eko Nordiasnyah dan M. Khairurrasyid yang telah membuat
keseruan dalam berteman serta menyelesaikan tugas kuliah. Tidak lupa kepada
sahabat di luar perkuliahan antara lain M.Haikal Hamdi, M. Reza, M.Yardho,
M.Giri Farras, Ali Ridho Alhaddad serta teman-teman lainnya yang telah
mendoakan dan mendukung penulis
7. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata „KKN Akrab” UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2014 di Desa Pagedangan Ilir Kronjo Tangerang, di mana tempat
penulis dalam mengaplikasikan ilmu dan pengalaman pada program
pengabdian masyarakat
viii
Terakhir, mengingat segala keterbatasan pengalaman dan pengetahuan,
penulis menyadari masih banyak kekurangannya dalam penulisan skripsi ini.
Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi
pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 31 Mei 2017
Dendy Perwira Dhira
Satria
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A Pernyataan Masalah……………………………………………. 1
B Pertanyaan Masalah…………………………………………… 10
C Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………… 11
D Tinjauan Pustaka………………………………………………... 12
E Kerangka Teori…………………………………………………. 15
F Metode Penelitian………………………………………………. 20
G Sistematik Penulisan…………………………………………… 21
BAB II Hubungan Indonesia – Singapura
A Sejarah Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Singapura28
B Kerjasama Indonesia – Singapura di berbagai
Bidang……………………………………………………………34
C Peningkatan Kerja Sama Indonesia – Singapura di Bidang
Ketenagakerjaan …………………………………………………40
BAB III Bentuk – Bentuk Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah
Indonesia (TKI-B) di Singapura
A Kondisi dan Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di Singapura…43
1 Permasalahan Hukum Kasus Perdata……………………………....44
2 Permasalahan Hukum Kasus Pidana………………………………57
x
BAB IV Analisa Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) serta
Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah
(TKI-B)
A Sistem Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Singapura…………………….66
1 Kondisi internal ataupun eksternal Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Singapura……………………………… 73
2 Sistem pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura…………… 78
B Penyelesaian masalah dan Perlindungan Hukum terhadap Tenaga
Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) oleh Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Singapura……………………………………… 89
1 Perlindungan Hukum yang diberikan Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Singapura terhadap Tenaga Kerja Indonesia
Bermasalah (TKI-B)………………………………………… 89
2 Penyelesaian masalah dan Perlindungan Hukum terhadap Tenaga
Kerja Indonesia Berrmasalah (TKI-B) oleh Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Singapura……………………………… 94
BAB 5 Penutup
Kesimpulan……………………………………………………. 98
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… xi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Negara
Penemepatan Antara Tahun 2010-2015………
Gambar II Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Negara
Penempatan Tahun 2015……………………….
Gambar III Foto Pejabat Minister Counselor Fungsi Protokol dan
Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Singapura………………………………………
Gambar IV Foto Pejabat Counselor Fungsi Protokol dan Konsuler
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura
Gambar V Foto Pejabat Sekretaris Tiga Fungsi Protokol dan Konsuler
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura
Gambar VI Foto Pejabat Sekretaris Tiga Fungsi Protokol dan Konsuler
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura
Gambar VII Foto Staf Teknis Tenaga Kerja Fungsi Protokol dan Konsuler
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura
Gambar VIII Salinan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia mengenai Komponen dan
Besarnya Biaya Penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
Sektor Domestik Negara Tujuan Singapura No. 588 Tahun
2012 …………………………………………
Gambar IX Salinan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia mengenai Komponen dan
Besarnya Biaya Penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
Sektor Domestik Negara Tujuan Singapura No. 58 Tahun
2012……………………………………………
Gambar X Lampiran Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia mengenai Komponen dan
Besarnya Biaya Penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
xii
Sektor Domestik Negara Tujuan Singapura No. 588 Tahun
2012 ……………………………………………
Gambar XI Lampiran Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia mengenai Komponen dan
Besarnya Biaya Penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
Sektor Domestik Negara Tujuan Singapura No. 588 Tahun
2012 …………………………………………
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan menganalisa tentang upaya Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Singapura untuk memberikan Pelayanan kepada Warga Negara
Indonesia (WNI) dan perlindungan hukum terhadap Tenaga Kerja Indoneia
bermasalah di Singapura tahun 2011 hingga 2015. Beberapa alasan mengapa periode
itu dipilih, salah satunya dikarenakan pada 2011 itu pemerintah Republik Indonesia
melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) tengah
melakukan upaya yang dapat dikatakan cukup maksimal dalam memberikan
perlindungan hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia dan Buruh Migrant Indonesia di
Singapura. Di era kepemimpinan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono upaya perlindungan hukum Tenaga Kerja Indonesia di negeri singa itu
diusahakan untuk adanya nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding
(MoU) di antara kedua belah pihak. Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda
akan terwujudnya MoU itu. Meskipun demikian Indonesia sampai saat ini tetap
menginginkan adanya MoU tersebut, dengan tetap mempertajam tugas Pemerintah
Indonesia terhadap Warga Negaranya termasuk Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri.
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Singapura yang merupakan
Negara sekawasan dan bertetangga menjadi salah satu faktor mulusnya hubungan
kedua Negara ini. Walaupun tidak dapat kita pungkiri dalam beberapa hal dan periode
2
hubungan itu mengalami pasang surut hubungan diplomatik Indonesia- Singapura
dilakukan secara resmi pada bulan September 1967, yang dilanjutkan dengan
pembukaan kedutaan besar di masing-masing negara. Secara politik, pada dasarnya
hubungan Indonesia–Singapura mengalami fluktuasi karena permasalahan
menyangkut kepentingan nasional masing-masing negara, namun demikian kedua
negara memiliki fondasi dasar yang kuat untuk memperkuat dan meningkatkan
hubungan kedua negara yang lebih konstruktif, pragmatis dan strategis.
Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan antara
kedua negara di Bali tanggal 27 April 2007 salah satu koridor hukum bagi
palaksanaan dan peningkatan hubungan bilateral kedua negara, meskipun diperlukan
pendekatan-pendekatan pada tataran teknis nota kesepahaman (MoU) antar kedua
negara. Hubungan Bilateral Indonesia Singapura telah menunjukkan peningkatan di
berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama ekonomi dan hubungan
kerjasama sosial budaya. Selain itu kunjungan antara sesama pejabat Pemerintah
maupun kalangan swasta di kedua negara telah memberikan kontribusi yang besar
bagi pengembangan hubungan kerjasama dan peningkatan investasi di kedua negara
Kondisi persebaran Warga Negara Indonesia di Singapura telah berlangsung
lama dengan faktor –faktor yang menyertainya. Mereka tidak hanya berposisi sebagai
pelajar atau mahasiswa namun banyak juga yang sebagai Tenaga Kerja. Tenaga Kerja
Indonesia di sini ada yang bekerja di sektor formal maupun nonformal. Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia di Singapura telah berlangsung beberapa waktu. Data yang
3
diambil penulis dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI), mengungkapkan bahwa menurut waktu yang akan dipaparkan
dalam penelitian ini telah terjadi perbandingan terbalik antara kuantitas dengan
kualitas proses penempatan. Hal ini antara lain terdapat penurunan jumlah (kuantitas)
penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Singapura namun di sisi lain
terus digalakkan peningkatan kualitas sistem pemberangkatan warga Negara
Indonesia (WNI) khususnya penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia maupun
Buruh Migran Indonesia (BMI). Salah satu sebab penurunan jumlah (kuantitas)
penempatan TKI ke Luar Negeri dalam hal ini Singapura adalah pencapaian program
kerja Pemerintah untuk mengurangi penempatan Tenaga Kerja pada sektor
nonformal (pekerja rumah tangga). Data itu dapat dilihat pada penempatan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Singapura pada tahun 2011 sebanyak 47.786 jiwa,
pada tahun 2012 sebanyak 41.556 jiwa, pada tahun 2013 sebanyak 34.655 jiwa
kemudian pada tahun 2014 sebanyak 31,680 jiwa, pada tahun 2015 sebanyak 20,895
jiwa, kemudian penempatan pada tahun 2016 sebanyak 17.700 jiwa (di mana periode
akhir penelitian penulis) 1. Peluang kerja yang lebih mendominasi di Singapura yakni
pada sektor rumah sakit dan pijat kesehatan atau spa mencakup keperawatan
(Hospitality) dan kesehatan (Health). Skema penempatan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) ataupun Buruh Migran Indonesia (BMI) dilakukan secara P to P
1 http://www.bnp2tki.go.id/read/12024/Data-Penempatan-dan-Perlindungan-TKI.html bagian Subbid
Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI) diakses pada tanggal
11 Februari 2016
4
(Private to Private), mandiri maupun perekrutan langsung oleh majikan atau
pengguna (users) di Singapura.
Kondisi penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Singapura sedikit banyak
telah menimbulkan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut dapat terjadi saat
berjalannya proses perekrutan, penempatan di Negara tujuan hingga pemulangan ke
Tanah Air baik procedural maupun unprosedural (seperti deportasi). Permasalahan itu
muncul dapat terjadi antara perusahaan penyalur tenaga kerja yakni Perusahaan
Penyalur Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dengan pengguna mengenai masa
depan dan kondisi TKI selama bekerja. Permasalahan atau kasus-kasus yang kerap
terjadi ini biasanya dirasakan oleh TKI yang bekerja di sektor nonformal antara lain
gaji tidak diberikan sesuai kontrak (dipotong secara berlebihan oleh PPTKIS yang
bekerja di Singapura sebagai pengganti biaya pengurusan dokumen, pelatihan dan
akomodasi ; beberapa TKI terjerat rente agen PPTKIS (yang mengakibatkan tak
pernah menerima gaji secara utuh) ; ditagih terus - menerus oleh debt collector
walaupun gaji selama ini telah dipotong kemudian adanya oknum yang menyebabkan
persoalan biaya penempatan yang besar serta harus dibebankan kepada TKI.
Periodisasi pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, dapat
kita bagi dalam beberapa waktu yakni zaman kolonialisme dan masa setelah (pasca)
kemerdekaan Republik Indonesia. Pada zaman kolonialisme, ini dimulai pada tahun
1890-an pengiriman TKI dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan cara
mengirim buruh kontrak ke negara Suriname, Amerika Selatan yang saat itu
5
merupakan jajahan Belanda2. Saat itu Suriname mengalami kekurangan tenaga kerja
karena budak asal Afrika yang bekerja di perkebunan dibebaskan pada pertengahan
1863 sebagai pelaksanaan dari politik penghapusan perbudakan di Amerika Serikat.
Gelombang pertama TKI yang dikirim tiba di Suriname 9 Agustus 1890 dengan
jumlah 94 orang3. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Suriname berakhir pada
tahun 1939 (sebelum perang dunia kedua), mencapai 32.986 orang. Setelah masa
kemerdekaan Indonesia, pengiriman TKI mulai menyebar ke beberapa Negara
terutama ke Negara Saudi Arabia dan Malaysia. Jumlah TKI yang tercatat pertama
kali pada 1983, yakni sebanyak 27.671 orang4. Mereka bekerja di delapan negara.
Jumlah itu membengkak pada 1992 yang mencapai 158.750 orang. Pengiriman TKI
ke luar negeri ini, mengalami beberapa kendala yang dirasakan baik oleh Pemerintah
(dalam hal ini berperan pengambil kebijakan) dan juga Tenaga Kerja itu sendiri yang
didominasi perempuan. Kendala yang ditemui dalam pengiriman tenaga kerja itu
diantaranya masih bermasalahnya sistem perekrutan TKI maupun TKW tersebut
seperti administrasi di dalam negeri sebelum keberangkatan, kemudian pengawasan
yang belum dilakukan maksimal oleh pihak-pihak yang berwenang baik oleh
2 http://infodarisr.blogspot.com/2014/08/sejarah-pertama-kali-pengiriman-
tenaga.html diakses pada tanggal 2 mei 2015 3 http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html diakses pada tanggal 1 mei 2015
4 http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html
diakses pada tanggal 1 mei 2015
6
pemerintah Indonesia sendiri maupun organisasi-organisasi lain yang terlibat dan
sistem peraturan yang mengatur pengiriman, perlindungan serta penempatan Tenaga
Kerja tersebut di Negara penerima.
Pengiriman TKI dan TKW yang juga sering disebut sebagai buruh migran
Indonesia ini, yang telah dilakukan sejak lama oleh Pemerintah Indonesia walaupun
hingga tahun 1960-an dilakukan secara orang perorang-bersifat tradisional ke luar
negeri sebagaimana disebutkan sebelumnya, pasca kemerdekaan Indonesia
pengiriman TKI dan TKW dilakukan ke beberapa Negara terutama menyebar di
Saudi Arabia dan Malaysia. Di samping terdapat Negara –negara lain di Asia
Tenggara selain Malaysia adalah Singapura, Brunei Darussalam. Terdapat beberapa
faktor pendorong calon Tenaga Kerja Indonesia termasuk Tenaga Kerja Wanita
diantaranya memang secara geografi dekat dengan Indonesia (ini dapat dilihat dari
faktor di lapangan bahwasanya dahulu Singapura masuk ke dalam kepulauan
Indonesia dengan nama Pulau Tumasik), Kemudian adanya keinginan untuk pelepas
dahaga akan dollar singapura dengan diiringi berbagai kondisi yang menawarkan
kemajuan serta kelengkapan fasilitas termasuk di dalamnya kondisi ekonomi Negara
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari data yang tersedia seperti di bagian Subbid
Pengolahan Data, Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO) Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
bahwasanya tenaga kerja Indonesia, didominasi pekerja sector nonformal atau Penata
Laksana Rumah Tangga (PLRT). Tahun 2012, jumlah PLRT Indonesia di negara
7
yang dijuluki ”Kota Singa” itu sekitar 132.653 jiwa atau sekitar 57 persen dari total
warga negara Indonesia di sana5. Tidak hanya itu terdapat pula Tenaga Kerja
Indonesia yang bekerja di sector formal;baik di bidang perindustrian, kelautan, tenaga
kerja sector jasa dan ada juga professional. Terdapat juga warganegara Indonesia
yang tinggal di Singapura berposisi sebagai pelajar atau mahasiswa dan ibu-ibu serta
manusia lanjut usia (manula).
Masalah ini menurut data yang dihimpun dari beberapa kurun waktu
pengiriman Tenaga Kerja Indonesia, mengalami penurunan kuantitas dari masa ke
masa. Masalah yang terjadi meliputi kasus kriminal maupun legalitas administrasi.
Kita ambil contoh Pada 2007, rata-rata 150 TKI ditampung di penampungan
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura6. Kini jumlahnya menurun
rata-rata 70 orang yang berada di penampungan. Jumlah kasus yang menimpa PLRT
pun relatif rendah, sekitar 1,7 persen dari total PLRT yang ada. Tahun 2012, jumlah
PLRT yang meminta perlindungan ke KBRI sebanyak 2.058 orang. Permasalahan
mereka terdiri dari 117 kasus hukum, 70 pelanggaran kontrak kerja, dan 1.871 kasus
disharmoni dengan majikan. Data berikutnya dari Januari-April 2013 terdapat 419
5 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.singapura diakses pada 13 september 2015 6
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.singapura diakses pada 5 0ktober 2015
8
PLRT yang tinggal di penampungan7. Kasus mereka pun telah diselesaikan.
Sebanyak 199 orang repatriasi dan 144 PLRT lainnya kembali bekerja. Penyelesaian
kasus disharmoni dapat diselesaikan dalam satu bulan. Dari akumulasi masalah antara
tahun 2002-2010, sebanyak 10 kasus ancaman hukum mati TKI di Singapura dapat
diselesaikan dengan mendapat pengurangan hukuman. Bahkan, sejak tahun 2010
hingga saat ini tidak ada lagi kasus pidana TKI dengan ancaman hukuman mati. Dari
10 kasus itu, 5 kasus di antaranya berhasil diperjuangkan dari ancaman hukuman mati
menjadi penjara seumur hidup. Kasus lainnya menjadi hukuman penjara dengan masa
tahanan yang bervariatif, mulai dari 5 sampai 20 tahun.
Mengenai pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Singapura karena belum
adanya nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak sejauh ini, pemerintah
Indonesia senantiasa melakukan pendekatan diplomasi melalui ialah Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) sebagai garda terdepan di Singapura dan sudah tentu
melibatkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sejauh ini telah ada
tindakan nyata KBRI di Singapura sejauh ini telah dilakukan pelayanan public
terhadap TKI maupun TKW dengan mendapat sertifikasi ISO 9001:2008. Dari hasil
audit ISO pada Februari 2012, KBRI di Singapura dinilai berhasil dan berhak
mendapatkan perpanjangan sertifikat ISO hingga 3 tahun ke depan. Tidak hanya itu,
7 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.si
ngapura diakses pada 5 0ktober 2015
9
peranan besar Pemerintah Singapura dengan menegakkan hukum secara benar, baik
dan diterapkan dengan tegas. Pemerintah Singapura juga memberikan perlindungan
kepada PLRT. Sebagai contoh, jika persoalan naik gaji tak disepakati, Pemerintah
Singapura tak akan memberikan perpanjangan izin tinggal bagi PLRT. Hal lain yang
diperjuangkan oleh KBRI ialah mengenai hari libur untuk tenaga kerja khususnya
berasal dari Indonesia.
Apabila kita membicarakan keadaan domestik yang berpengaruh dalam
pengawasan perlindungan hukum Tenaga Kerja Indonesia di Singapura salah satunya
adalah jangan terlalu santer memberitakan masalah pengawasan TKI oleh media
massa lokal baik media cetak maupun elektronik. Menurut data yang telah
dikemukakan sebelumnya, masalah yang menimpa TKI itu cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Seiring berjalannya waktu, pemerintah Indonesia
semampu mungkin dapat memperjuangkan nasib perlindungan hukum tenaga kerja
Indonesia di Singapura agar lebih nyaman dan aman dalam pemberangkatan,
penempatan, perllindungan hingga pemulangan ke tanah air. Namun demikian ada
beberapa doronagan dalam negeri yang ingin mempertajam tujuan dari kebijakan
bilateral melalui MoU agar tidak sekedar formalitas belaka dikarenakan belum
adanya regulasi nasional yang mengatur hak-hak PRT seperti mendapatkan hari libut
dan upah minimum.
Sebagaimana yang disampaikan Aggota Komisi IX DPR RI, Poempida
Hidayatulloh, bahwa menurut amanat UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
10
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (UU PPTKILN), MoU
wajib dilakukan pemerintah Indonesia dengan negara tujuan penempatan.8.
Poempida mengingatkan yang perlu dipertajam dalam MoU adalah bagaimana para
pekerja migran Indonesia terlindungi dari tindakan yang melecehkan ataupun zalim
dari majikan. Caranya dengan penegakan aturan hukum sehingga pelaku tindak
kejahatan terhadap pekerja migrant Indonesia dapat dijatuhi sanksi tegas. Tidak hanya
dari pihak Pemerintah saja, namun organisasi di luar aktor Negara yang peduli akan
ketenagakerjaan yakni Migrant Care. Hal ini diungkapkan agar tidak terkesan
formalitas saja, atau atau mengejar kuota agar pekerja migran Indonesia dapat
ditempatkan sebanyak-banyaknya ke Singapura. Hal utama yang harus dimasukan
dalam MoU adalah perlindungan bagi pekerja migrant. Di samping terus diupayakan
dikeluarkannya kesepakatan berkekuatan hukum antara kedua belah pihak mengenai
tenaga kerja asing, KBRI di Singapura telah mengoptimalkan pelayanan warga
Negara Indonesia (WNI) dan juga melakukan upaya penyelesaian Tenaga Kerja
Indonesia Bermasalah (TKI-B) dengan melakukan pendampingan terhadap TKI
tersebut.
Sejauh ini menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, hukum di Singapura
juga cukup adil serta relatif tidak memihak warga negaranya. Namun Pemerintah
Indonesia tetap berupaya untuk mengejar diterbitkannya perjanjian yang mengikat di
8 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52ea4a5ae52eb/poin-poin-usulan-revisi-imou-i-
indonesia-brunei diakses 27 Mei 2015
11
antara kedua Negara yakni nota kesepahaman (MoU) Selain itu Pemerintah Indonesia
pada tahun 2011 mengusahakan agar Pemerintah Singapura meratifikasi beberapa
instrument HAM seperti Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination against Women dan Convention on the Rights of the Child9. Kemlu
mengungkapkan jika ratifikasi tersebut telah terjadi maka Singapura harus
memberikan perlindungan yang layak bagi pekerja asing, terutama pekerja
perempuan dan hak - hak anak. Adapun langkah yang dilakukan oleh Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Singapura senantiasa berkoordinasi dengan Ministry of
Manpower (MOM) Singapura yang salah satu tugasnya adalah untuk membantu
permasalahan tenaga kerja asing di Singapura.
B. Pertanyaan Masalah
Sebagaimana pada bab latar belakang masalah yang telah dikemukan, Penulis
mengajukan beberapa pertanyaan masalah yang akan diajukan dalam skripsi ini ialah:
1. Bagaimana Perwakilan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Singapura memberikan perlindungan terhadap Tenaga
Kerja Indonesia bermasalah (TKI-B)?
2. Bagaimana respon Singapura terhadap perlindungan hukum bagi Tenaga
Kerja Indonesia di Singapura?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9 http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/tata-kelola-ketenagakerjaan-di-singapura-
dianggap-cukup-baik
12
Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisa perlindungan hukum dan penyelesaian
terhadap TKI bermasalah (TKI-B) yang diberikan oleh
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura
periode 2011-2015
b. Untuk mengetahui kinerja Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Singapura dalam memberikan Pelayanan terhadap
Warga Negara Indonesia.
Manfaat Penelitian
a. Memberikan analisa terkait perlindungan hukum dan
penyelesaian TKI bermasalah (TKI-B) yang diberikan oleh
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura
periode 2011-2015, sehingga dapat menjadi referensi dan
pondasi awal bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan Perlindungan Hukum dan Penyelesaian TKI
bermasalah oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
di Singapura.
b. Menyediakan informasi informasi tentang kondisi Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura dalam
memberikan Pelayanan terhadap Warga Negara Indonesia.
13
Dengan harapan kita dapat memberikan saran bagi TKI dan
Buruh Migran Indonesia (BMI) di Singapura mengenai hak
dan kewajibannya
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana jurnal http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta yang
berjudul Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh Loso
yang diterbitkan Fakultas Hukum, Universitas Pekalongan, Pekalongan, Indonesia.
Dijelaskan bahwa dalam mendeskripsikan perlindungan hukum TKI berdasarkan
peraturan UU no. 39 tahun 2004 tentang penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
negeri, dijelaskan bagaimana asal dan akar dari masalah – masalah yang terjadi pada
utamanya Tenaga Kerja Wanita (TKW) walaupun ada juga yang menimpa Tenaga
Kerja Indonesia pada umumnya. Dari awal prakeberangkatan, penampungan,
penempatan di luar negeri hingga pemulangan sekalipun telah terjadi permasalah baik
skala kecil maupun besar. Di mana Masalah TKI sampai sekarang masih
menimbulkan berbagai masalah, meskipuntelah ada peraturan yang mengaturnya.
Praktek pengiriman TKI ilegal ke luar negeri hingga sekarang masih dijalankan oleh
berbagai pihak yang hanya berorientasi pada bisnis belaka. Namun disisi lain
masyarakat belum sepenuhnya memahami peraturan yang telah ada hingga sangat
mudah dipengaruhi oleh pihak yang mengaku dapat memberikan pekerjaan diluar
negeri. Penelitian dalam jurnal ini menggunakan pendekatan konsep hukum dan
14
menurut penulis menggunakan teori positivis (dikarenakan memenuhi syarat
daripadanya seperti saintifik, eksplanasi dan sebaginya). Walaupun anatara penulis
dengan isi jurnal tersebut memiliki kemiripan dalam menerapkan teori yakni bagian
positivis namun penulis lebih megedepankan dan memakai pisau analisis yakni teori
neoliberalism.
Sebagaimana jurnal dengan alamat website
http://inrda06lesmana.blogspot.co.id/2013/11/jurnal-5-perlindungan-tenaga
kerja.html dengan judul PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
DALAM PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004
TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI.
Telah dijelaskan dalam jurnal ini yakni sebagaimana amanat kontitusi untuk
menyediakan lapangan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negaranya
termasuk penempatan Tenaga Kerja Indonesia atau Buruh Migran Indonesia di Luar
Negeri. Dideskripsikan secara cukup merinci Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri oleh Pemerintah Indonesia sesuai UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan UU no
39 tahun 2004, meliputi prakeberangkatan, penempatan dan pascapenempatan
(kepulangan tanah air). Jurnal ini pun menjelaskan hak dan kesempatan yang akan
diterima oleh Calon Tenaga Kerja Indonesia baik masih di Dalam Negeri maupun
Luar Negeri berdasarkan UU No 39 tahun 2004 dengan ditambahkan lagi pasal 9
pada UU yang sama. Diterangkan pula bagaimana dalam upaya melindungi Tenaga
Kerja Indonesia yang akan ditempatkan di Luar Negeri sudah dilakukan semenjak
15
dari procedural pelatihan dengan pembekalan kemampuan TKI, administrasi hingga
apabila terjadi masalah di tempat penempatan akan diberlakukan sistem untuk
melindungi Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah.
Dalam menjelaskan jurnal menggunakan teori pendekatan realism
dikarenakan lebih menggunakan unsure kepentingan nasional salah satunya sebagai
sasaran dalam menjelaskan hasil yang ingin dicapai seperti keselamatan dan
kenyamanan TKI yang akan ditempatkan di Luar Negeri secara prosedul maupun ada
juga yang masih melakukan tindakan illegal lainnya. Menurut penulis terdapat
kemiripan antara jurnal dengan skripsi ini, namun skripsi ini lebih menggunakan teori
neoliberalisme dan diplomasi dalam menjamin kenyamanan bagi Warga Negera
Indonesia (WNI) dan keselamatan Tenaga Kerja Indoneia Bermasalah TKI-B di
tempat penempatan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepentingan Warga Negara
Indonesia di Luar Negeri termasuk nasib Tenaga Kerja Indonesia ataupun Buruh
Migran Indonesia, dalam hal ini peran KBRI di Singapura dengan Otoritas di
Singapura maupun adanya peran otoritas lain mengenai ketenagakerjaan di Indonesia
(aktor selain aktor utama Negara).
E. Kerangka Teori
Teori Neoliberalisme
16
Dalam penelitian pada studi kasus ini, penulis akan lebih mengedepankan
landasan teori salah satu mainstream dalam Hubungan Internasional yakni Neo-
Liberalisme. Salah satu hal yang melatarbelakangi penulis menggunakan teori
tersebut ialah setelah mempelajari beberapa teori yang ada baik grand teori maupun
turunannya, yakni teori tersebut relevan dalam pembahasan masalah ini lebih lajut.
Sebagaimana kita ketahui Unsur yang terkandung dalam teori ini ialah adanya
kerjasama dan perdamaian. Tidak selamanya kepentingan nasional tercapai dengan
melakukan peperangan sebagaimana pendapat realism sesuai dengan sikap dasar
manusia. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya menurut NeoLiberalisme, bahwa
Teori tetap memperlakukan Negara sebagai aktor utama tetapi masih ada relevannya
apabila ada aktor selain Negara yang memainkan perannya seperti organisasi-
organisasi ataupun Lembaga di luar Negara baik bertaraf nasional maupun
Internasional. Dalam hal ini Aktor selain Negara yang dapat memanfaatkan perannya
dalam menangani masalah ketenagakerjaan tingkat nasional seperti Lembaga
setingkat Kementerian yakni Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI) maupun Migrant Care. Untuk menunjang kekuatan
pembahasan masalah kelak akan dikombinasikan dengan adanya teori diplomasi.
Diplomasi merupakan salah satu cara dari softpower untuk mencapai kepentingan
nasional salah satunya bentuk dari kerjasama itu sendiri.
Apabila kita melihat pada teori liberalisme dan realisme, kedua belah pihak
memiliki perbedaan pendapat mengenai anarki internasional. Teori liberalisme tidak
17
setuju dengan sistem anarki internasional, sementara teori realisme mendukung penuh
teori tersebut. Namun pada teori neoliberalisme, teori ini mengakui adanya anarki
internasional10
. Kaum neoliberalis melihat anarki internasional sebagai sebuah
kekosongan kekuasaan yang perlahan-lahan diisi dengan proses-proses manusia dan
institusi (Sterling-Folker, 2013:117). Menurut kaum neoliberalis, hal ini menandakan
bahwa ketidakmampuan negara untuk memegang kendali dan keraguan akan
survavibility negara dalam sistem anarki internasional akan berkurang seiring
berjalannya waktu.
Berbeda dengan pandangan neo-realisme yang menitikberatkan kerjasama
antar negara pada keuntungan apa yang dapat diperoleh dari suatu negara, kaum neo-
liberalis menganggap bahwa dengan adanya kerjasama antar negara maka akan
terciptanya national interest yang sama oleh masing-masing negara yang bekerjasama
(Sterling-Folker, 2013:129). Menurut pandangan kaum neoliberalis, dengan
kesamaan national interest maka setiap negara akan cenderung untuk terus menerus
bekerjasama11
. Hal tersebut menciptakan kondisi yang kondusif karena konflik akan
relatif berkurang dibandingkan apabila negara tidak bekerja sama. Lamy (2001:190)
juga menyatakan dalam pandangan kaum neoliberalis, negara harus mampu
10 http://hibanget.com/neorealisme-neoliberalisme-sebagai-teori-perkembangan-dari-realisme-
liberalisme/
11 Sterling-Folker, J. (2013). Neoliberalism. In T. Dunne, M. Kurki, & S. Smith, International Relations
Theories (pp. 114-130). Oxford University Press.
18
bekerjasama dengan memaksimalkan kewenangannya. Dengan bekerjasama, maka
masing-masing pihak akan mendapatkan keuntungan (absolute gains)
Teori Diplomasi
Dalam menjelaskan kebijakan yang diambil oleh Perwakilan Pemerintah
Republik Indonesia di Singapura, dalam menjalankan tugas dan fungsi diplomatiknya
dengan otoritas Negara Penerima dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan
Singapura. Menurut Prof. Brownlie dalam bukunya “Principles of Public
International Law” mengatakan bahwa Diplomasi itu merupakan setiap cara yang
diambil untuk mengadakan dan membina hubungan serta berkomunikasi satu sama
lain atau melaksanakan tindakan politik/hukum melalui wakil-wakil yang ditunjuk
dan mendapat otorisasi. Adapun dari kalangan praktisi yang pada umumnya mantan
Duta Besar dan/atau Diplomat memberikan batasan dan pengertian diplomasi sedikit
berbeda seperti Harold Nicolson (Duta Besar Kerajaan Inggris sebelum Perang Dunia
II) dalam bukunya “Diplomacy” memberikan definisi Diplomasi sebagai berikut:
“Diplomacy is the management of international relations by negotiation, the
method by which these relations are adjusted and managed by ambassadors and
evoys.; the business or art of the diplomatist.12
”
Haji Agus Salim dalam bukunya “Tertib Diplomatik”, Deplu,1969,
berpendapat bahwa ada perbedaan antara Politik/Kebijakan atau Policy dan
12
Harold Nicolson, Diplomacy, Oxford University Press, London, 2nd
1960, hal 15
19
Diplomacy. Yakni Policy is that what you want and Diplomacy that what you get13
Dalam pengertian lain Diplomasi itu merupakan cara untuk mendapatkan apa yang
diinginkan atau dikendaki. Hal ini ditempuh pemerintahan Negara atau perwakilan
Negara tertentu di Negara Penerima, itu dialkukan untuk tujuan atau goal yang
diinginkan seperti dalam contoh ini yaitu kepentingan, keamanan Warga Negara
Indonesia termasuk Tenaga Kerja Indonesia.
Inti Diplomasi adalah Perundingan. Deengan demikian ruang lingkup
diplomasi ialah hubungan antar Negara atau hubungan dengan pihak-pihak asing; dan
hubungan tersebut dilakukan dengan cara-cara damai melalui pertemuan dan
perundingan. Inilah suatu cara yang dapat dilakukan oleh Kementrian Luar Negeri
dan Kementerian Transmigrasi dan Ketenagakerjaan melalui Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Singapura, dalam menyampaikan kebijakan
Pemerintah Republik Indonesia dalam melindungi dan menjamin kepentingan Warga
Negaranya kepada Otoritas Pemerintah Republik Singapura.
Jalur atau track yang digunakan pada teori Diplomasi dalam membahas
permasalahan ini yakni The First Track Diplomacy. Alasan penulis ingin menerapkan
teori Diplomasi dengan The First Diplomacy karena permasalahan perlindungan
terhadap TKI-B di Singapura melibatkan elemen penting kedua Negara baik
Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Singapura terkait ketenagakerjaan Tenaga
Kerja Asing termasuk TKI. Elemen atau pihak yang terlibat tersebut merupakan
13
Mohsin, Aiyub Drs.MA.,MM., Diktat Diplomasi:Teori dan Praktek, 2010
20
perwakilan resmi dari kedua Pemerintahan (KBRI sebagai kepanjangan tangan dari
Kemlu RI maupun Kemenakertrans RI dibantu perannnya oleh BNP2TKI dengan
MOM Singapura, maka jalur diplomasi yang dilakukan pun melibatkan diplomasi
antar kedua Negara (official diplomacy). De Magalhaes (1988) menggambarkan
Diplomasi Resmi (official diplomacy) sebagai, "instrumen kebijakan luar negeri
untuk pembentukan dan pengembangan kontak antara pemerintah negara-negara yang
berbeda melalui penggunaan perantara yang saling diakui oleh masing-masing pihak"
(hal.17)14
. Menurut asumsi penulis, dalam penjelasan De Magalhaes tersebut telah
disebutkan bahwasanya hubungan yang terjalin oleh Negara yang berbeda dengan
saling upaya merealisasikan kepentingan nasional yang diwujudkan dalam kebijakan
luar negeri melalui perwakilan diplomatik Negara Pengirim maupun Negara
Penerima.
Fitur terpenting The First Track Diplomacy membedakan dengan bentuk
diplomasi yang lainnya diantaranya adanya aplikasi formal di tingkat antarnegara
(Pemerintah Negara Pengirim dengan Pemerintah Negara Penerima), di mana setiap
Negara terkait menjadi penandatangan dari kesepakatan atau perjanjian internasional
tersebut15
. Di mana tidak membutuhkan unsur non Negara dalam memberikan usulan
14 Magalhaẽs, C. J. (1988). The pure concept of diplomacy. New York: Greenwood Press. Dalam jurnal
berjudul Track One and a Half Diplomacy and the Complementarity of Tracks oleh Jeffrey Mapendere, Assistant Director Conflict Resolution Program Carter Center dengan COPOJ – Culture of Peace Online Journal, 2(1), 66-81. ISSN 1715-538X www.copoj.ca. 15 Jurnal berjudul Track One and a Half Diplomacy and the Complementarity of Tracks oleh Jeffrey
Mapendere, Assistant Director Conflict Resolution Program Carter Center dengan COPOJ – Culture of Peace Online Journal, 2(1), 66-81. ISSN 1715-538X www.copoj.ca.
21
maupun pandangan dalam perumusan hingga hasil dari kepahaman dan perjanjian
internasional tersebut. Walaupun dampak dari hasil perjanjian ini dirasakan oleh
warga Negara atau pihak terkait namun tidak signifikan merubah kebiasaan dan tata
kehidupan masyarakat tersebut. Meskipun First Track Diplomacy banyak digunakan
sebagai solusi penyelesaian kasus tertentu seperti resolusi dan resolving dari konflik
yang terjadi, dapat juga diaplikasikan baik dalam bentuk kerjasama hingga
penguatannya pada hubungan antarnegara dalam tingkat Pemerintah Negara masing-
masing (dalam hal ini hubungan Indonesia – Singapura terutama masalah
ketenagakerjaan dan Perlindungan TKI-B di Singapura).
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menekankan pada
penjelasan atau penjabaran masalah secara eksplanasi maupun desktiptif. Teknik
pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data primer serta
sekunder.
Dalam menjawab penelitian diatas, penulis akan menggunakan metode
kualitatif sebagai teknik analisa masalah yang akan dibahas. Menurut Strauss dan
Corbin, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran kuantitatif16
.
16
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, “Basic of Qualitative Research: Technic and Procedures for
Developing Grounded Theory, second edition”, (London: SAGE Publication, 1998), hlm. 11-13.
22
Dalam teknik pengumpulan data maupun referensi, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Di mana pengumpulan data primer
melalui wawancara atau interview kepada narasumber yang kompeten di bidangnya
seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia; Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI); perwakilan Pemerintah
Republik Indonesia di Singapura dan pihak lainnya. Pengumpulan data sekunder
melalui studi kepustakaan dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar baik cetak maupun
elektronik
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjelasan mengenai alur pembahasan yang
penulis akan tulis dalam skripsi ini, sehingga skripsi dapat dipahami dengan mudah
sebagai kesatuan yang terstruktur dengan baik. Sistematika penulisan dalam skripsi
ini terdiri dari lima (5) bab, yang mana akan dijelaskan sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai alur pembahasan yang
penulis kemukakan dalam penulisan skripsi ini, di mana diawali dengan
mendeskripsikan masalah yang akan dibahas secara umum ke khusus dalam
pernyataan masalah dilanjutkan dengan mengemukakan pertanyaan masalah yang
diajukan untuk dibahas serta dianalisa berikutnya pada bab ke-IV pada khususnya.
Lalu dijelaskan pula mengenai tujuan dan manfaat penulisan dari skripsi yang mana
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun peneliti yang konsen dalam
23
perlindungan hukum dari penempatan Tenaga Kerja lintas Negara terutama yang
berkaitan dengan Ilmu Hubungan Internasional. Selain itu, bab ini juga akan
mengangkat mengenai tinjauan pustaka yang mana terdapat peneliti atau scholar lain
terlebih dahulu telah membahas mengenai permasalahan serupa atau memiliki
persamaan di salah satu sisinya dengan penulis serta akan mengungkapkan
perbedaannya bahkan memberikan pernyataan terkini dari pembahasan permasalahan
tersebut. Kemudian akan dijelaskan pula kerangka pemikiran, yang mana merupakan
pendekatan berupa teori maupun konsep yang akan digunakan dalam membahas dan
menganalisa permasalahan tersebut. Metode penelitian pun akan dikemukakan pula
sebagai media yang digunakan untuk mngetahui pola penulisan dan mendapatkan
sumber referensi dalam penelitian penulisan skripsi ini. Terakhir yakni sistematika
penulisan dari skripsi ini.
BAB II Hubungan Indonesia – Singapura
Bab ini akan dibahas bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Singapura
yang terjalin kerjasama di berbagai bidang termasuk kepada penguatannya tersebut,
sehingga akan terlihat bentuk respon yang diberikan oleh pihak tertentu terhadap
tindakan yang diberikan pihak lainnya (dalam hal ini terutama pada bidang
ketenagakerjaan yang melibatkan kedua Negara). Di mana terlebih dahulu dijelaskan
kronologis bagaimana sejarah penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar
Negeri termasuk di Singapura. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
telah dilakukan bertahap dan kondisional sesuai dengan Pemerintahan Indonesia saat
24
itu. Diawali masa kolonialisme oleh Pihak Asing di Indonesia melakukan
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri yang mana saat itu
Singapura belum menjadi tujuan Negara penerima TKI baik pria maupun wanita
(TKW).
Kerjasama yang dilakukan di berbagai bidang akan disebutkan dalam bab ini
termasuk penguatan serta perluasan pendayagunaannya sendi-sendinya sebagai upaya
mempererat hubungan Indonesia dan Singapura yang sudang terjalin 50 Tahun
tersebut. Di mana akan mendatangkan keuntungan bagi kedua Negara yang mana di
beberapa bidang tertentu dilaksanakan Nota Kesepahaman (MoU) sebagai bukti
kekuatan yang mengikat termasuk konsekuensi yang harus diterima dari perjanjian
tersebut. Seraya terus mengupayakan proses diterbitkannya Nota Kesepahaman
(MoU) Ketenagakerjaan di waktu yang akan datang. Maka dari itu akan dijelaskan
pula upaya tindak lanjut Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan kinerjanya
dalam penempatan TKI di Luar Negeri khususnya Singapura baik dilakukan sejak di
Tanah Air oleh Instansi terkait seperti Kemlu dan Kemnakertrans berkoordinasi
dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Dengan
dilanjutkan tugasnya oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura
sebagai garda terdepan Pelayanan WNI maupun Perlindungan terhadap TKI-B, serta
senantiasa berkomunikasi aktif baik internal maupun eksternal dengan Pemerintah
Singapura melalui Ministry of Man Power (MOM) dan Asosiasi Pekerja TKI
25
(APJATI) di Singapura termasuk juga terhadap Pelaksana Penempatan TKI Swasta
(PPTKIS) atau biasa disebut Mitra ataupun Agen.
BAB III Bentuk – Bentuk Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-
B) di Singapura
Pada Bab ini akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimanan Kondisi Warga
Negara Indonesia (WNI) secara umum dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terutama
Tenaga Kerja Indonesia (TKI-B) di Singapura. Sebagaimana kita ketahui bersama
kondisi persebaran WNI di Singapura termasuk ke dalam kategori heterogen dengan
jabatan status sosial tertentu dari mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tingginya
di ;Negeri Singa‟ tersebut, sebagai ekspatriat maupun TKI baik di sekktor informal
(yang mana mayoritas berkerja sebagai Pelaksana Tatalaksana Rumah Tangga )
maupun formal (seperti bidang perhotelan, rumah sakit, spa maupun kontruksi dan
sebagainya). Bab ini akan menjelaskan pembagian masalah yang dialami TKI-B yang
didapat dari banyaknya laporan pengaduan yang diterima oelh Fungsi Protokol dan
Kekonsuleran KBRI di Singapura (sebagaimana hasil penelitian penulis dalam bentuk
wawancara lapangan di lingkungan Divisi Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI),
yakni masalah yang masuk kategori hukum perdata maupun hukum pidana.
Masalah hukum perdata maupun masalah hukum pidana yang dialami oleh
TKI-B di Singapura merunut kepada hukum yang berlaku di Singapura yakni sistem
common law. Dikarenakan TKI-B dalam mendapatkan perlakuan hukum dan
26
menerima konsekuensi dari tindakan masalah yang dilakukan sesuai dengan hukum
yang berlaku di Singapura tersebut.
BAB IV Analisa Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) serta Perlindungan
Hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B)
Pada bab ini akan dikemukakan teori apa saja yang akan digunakan dalam
menganalisa permasalahan pada penelitian ini dan juga bagaimana seharusnya teori
tersebut dapat diaplikasikan sebagai pendekatan dalam membedah permasalahan
tersebut hingga diketahui penyelesaian permasalahan tersebut. Akan dijelaskan pula
bagaimana sistem pelayanan KBRI di Singapura melalui Fungsi Protokol dan
Kekonsuleran dengan dibantu oleh Fungsi Keimmigrasian dalam menjawab dan
melaksanakan proses penyelesaian permasalahan yang kerap terjadi pada TKI-B
maupun WNI tersebut. Sistem Pelayanan kepada WNI dan Perlindungan terhadap
TKI-B tersebut telah sesuai dengan Protap dari Kemlu RI (di mana juga disebut
dengan sistem pelayanan Indonesia Citizen Service). Sistem Pelayanan dan
Perlindungan di sini juga memperhatikan kondisi yang kondusif baik secara internal
maupun eksternal dari KBRI di Singapura itu sendiri. Dengan kondusifitas kondisi
internal bersinergi dengan kondisi eksternal yang komunikatif dengan intansi terkait
barangtentu dapat meningkatkan kinerja dari pelayanan dan perlindungan terhadap
TKI-B di Singapura. Sejauh ini menurut hasil wawancara penulis, bahwasanya KBRI
teleah melakukan upaya perlindungan bagi TKI-B secara allout agar hak dan
kewajibannya terlindungi oleh Hukum Singapura dengan tetap memperhatikan
27
batasan – batasan perlindungan intinya yakni keberpihakan dan kepedulian. KBRI
akan berupayamelakukan penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi oleh TKI-B
tersebut dengan membedakan kategorisasi masalah hukum baika masalah hukum
perdata maupun masalah hukum pidana bersifat berate serta khusus.
Di mana apabila untuk permasalahan masalah hukum pidana bersifat berat
dan khusus maka akan dilakukan pendampingan secara hukum oleh KBRI dangan
bekerjasama dengan tim Pengacara Singapura untu menyusun agenda pembelaan dan
tindakan hukum apa yang akan ditempuh untuk menghadapi persidangan Hukum
Singapura tersebut. Namun bagi Masalah perdata KBRI menghimbau untuk
diselesaikan secara kekeluargaan antara majikan dan pekerja, namun apabila tidak
dapat diselesaikan KBRI siap menjadi mesiator dalam upaya penyelesaian masalah
tersebut. Hingga kepada pengadilan masalah hukum perdata tersebut.
Bab V Penutup
Bab ini akan memaparkan kesimpulan yang penulis peroleh mengenai
jawaban dari pertanyaan yang penulis kemukakan dalam skripsi ini berdasarkan pada
pendekatan pada kerangka pemikiran dan metode penelitian yang telah digunakan.
Dalam bab ini juga tersedia ringkasan singkat tentang penelitian yang disusun penulis
dari seluruh hal-hal yang dikemukakan pada bab-ba sebelumnya. Termasuk juga
dalam bab ini akan dikemukakan rekomendasi ataupun saran dari solusi penyelesaian
dari permasalah tersebut di samping daripada solusi utama yakni upaya penerbitan
Nota Kesepahaman (MoU) Ketenagakerjaan Indonesia – Singapura
28
Bab II
Hubungan Indonesia - Singapura
A. Sejarah penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Singapura
1. Sejarah Penempatan TKI Hingga BNP2TKI
Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, migrasi tenaga kerja Indonesia
(TKI) ke luar negeri dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui penempatan
buruh kontrak ke negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah
koloni Belanda. Bahan yang diperoleh dari Direktorat Sosialisasi dan Kelembagaan
Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)
menyebutkan, sejak 1890 pemerintah Belanda mulai mengirim sejumlah besar kuli
kontrak asal Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di
perkebunan di Suriname17
.
Tujuannya untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah
dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan
perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih
lapangan kerja yang dikehendaki. Dampak pembebasan para budak itu membuat
17 http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI
29
perkebunan di Suriname terlantar dan mengakibatkan perekonomian Suriname yang
bergantung dari hasil perkebunan turun drastis18
.
Adapun dasar pemerintah Belanda memilih TKI asal Jawa adalah rendahnya
tingkat perekonomian penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi
dan padatnya penduduk di Pulau Jawa. Gelombang pertama pengiriman TKI oleh
Belanda diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan Kapal SS
Koningin Emma19
. Pelayaran jarak jauh ini singgah di negeri Belanda dan tiba di
Suriname pada 9 Agustus 1890. Jumlah TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang
terdiri 61 pria dewasa, 31 wanita, dan 2 anak-anak. Kegiatan pengiriman TKI ke
Suriname yang sudah berjalan sejak 1890 sampai 1939 mencapai 32.986 orang,
dengan menggunakan 77 kapal laut20
.
Penghasilan TKI secara relatif berhasil mensejahterakan keluarga dan
membuat desa lebih makmur, aman serta sejahtera. Di saat bersamaan muncul juga
riak-riak sosial gara-gara istri meninggalkan suami-anak, suami meninggalkan anak
istri, atau lajang yang tercabut dari budaya dan agamanya.
Keinginan bekerja di luar negeri tidak bisa dihentikan sebab terkait dengan
ketersediaan lapangan kerja dan masalah perut. Jadi harus dibenahi secara
18
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html diakses pada
tanggal 1 mei 2015
19 http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI
diakses pada tanggal 25 Juni 2017
20 http://kerincitime.co.id/asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html diupload pada 20 Oktober
2013 dan diakses pada tanggal 26 Juni 2017
30
menyeluruh dan terus menerus, kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid yang
menambahkan, kami menata dari hulu ke hilir agar tidak timbul persoalan di
kemudian hari21
.
Di Singapura juga ada masalah. Para pengguna, kata Presiden Asosiasi Agen
Tenaga Kerja Singapura K. Jayaprema, mengeluh karena TKI tidak memahami
Singapura merupakan negara yang kompetitif. Tidak ada waktu untuk bermain
„games‟ saat bekerja22
. Lantaran demikian banyak celah, BNP2TKI melakukan
pembenahan secara serempak. Prinsipnya adalah satu diantara yang sederajat karena
di setiap aspek ada masalah yang saling terkait. Maka selain peningkatan
kecakapan/kompetensi, disasar pula calonTKI berpendidikan minimal D-3 seperti
lulusan STIKES. Dilakukan perbaikan/penghapusan peraturan , peningkatan kualitas
karyawan, kerjasama antar instansi secara terintegrasi, serta pembuatan perjanjian
antar pemerintah atau dengan asosiasi di negara penerima TKI23
.
Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi perkembangan yang menarik. Negara-
negara penempatan yang kepincut dengan kinerja TKI, bersedia membuat perjanjian
yang menjadi wadah kelancaran kerja sekaligus mencegah aspek-aspek negatif.
2. Kementerian Perburuhan Era Kemerdekaan
21
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI diakses pada
tanggal 25 Juni 2017
22 https://buruhmigran.or.id/2011/04/11/proses-penempatan-tki-perlu-dievaluasi/ diakses pada
tanggal 30 Juni 2017
23 http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI diakses pada
tanggal 25 Juni 2017
31
Pada 3 Juli 1947 menjadi tanggal bersejarah bagi lembaga Kementerian
Perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No
3/1947 dibentuk lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan
nama Kementerian Perburuhan24
.
Pada masa awal Orde Baru Kementerian Perburuhan diganti dengan
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet
Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk Kementeriannya
sendiri. Selanjutnya dapat dikatakan, pada masa kemerdekaan Indonesia hingga akhir
1960-an, penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri belum melibatkan
pemerintah, namun dilakukan secara orang perorang, kekerabatan, dan bersifat
tradisonal.
Negara tujuan utamanya adalah Malaysia dan Arab Saudi yang berdasarkan
hubungan agama (haji) serta lintas batas antarnegara. Untuk Arab Saudi, para pekerja
Indonesia pada umumnya dibawa oleh mereka yang mengurusi orang naik haji/umroh
atau oleh orang Indonesia yang sudah lama tinggal atau menetap di Arab Saudi.
Adapun warganegara Indonesia yang bekerja di Malaysia sebagian besar datang
begitu saja ke wilayah Malaysia tanpa membawa surat dokumen apa pun, karena
memang sejak dahulu telah terjadi lintas batas tradisional antara dua negara tersebut.
24
32
Hanya pada masa konfrontasi kedua negara di era Orde Lama kegiatan pelintas batas
asal Indonesia menurun, namun masih tetap ada.
3. Penempatan TKI dengan Kebijakan Pemerintah
Penempatan TKI yang didasarkan pada kebijakan pemerintah Indonesia baru
terjadi pada 1970 yang dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi,
dan Koperasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 4/1970 melalui
Program Antarkerja Antardaerah (AKAD) dan Antarkerja Antarnegara (AKAN), dan
sejak itu pula penempatan TKI ke luar negeri melibatkan pihak swasta (perusahaan
pengerah jasa TKI atau pelaksana penempatan TKI swasta).
Dalam upaya meningkatan kualitas penempatan dan keamanan perlindungan
TKI telah dibentuk pula Badan Koordinasi Penempatan TKI (BKPTKI) pada 16 April
1999 melalui Keppres No 29/1999 yang keanggotannya terdiri 9 instansi terkait lintas
sektoral pelayanan TKI untuk meningkatkan program penempatan dan perlindungan
tenaga kerja luar negeri sesuai lingkup tugas masing-masing.
Pada 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan
(2) mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)25
. Kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan
Presiden (Perpres) No 81/2006 tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur
operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur instansi pemerintah pusat terkait
25
http://referensi.elsam.or.id/2014/12/uu-nomor-39-tahun-2004-tentang-penempatan-dan-
perlindungan-tenaga-kerja-indonesia-di-luar-negeri/
33
pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub, Kemenakertrans, Kepolisian,
Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam), Sesneg, dan lain-
lain26
.
Pada 2006 pemerintah mulai melaksanakan penempatan TKI program
Government to Government (G to G) atau antarpemerintah ke Korea Selatan melalui
Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) di
bawah Direktorat Jenderal PPTKLN Depnakertrans27
.
Pada 2007 awal ditunjuk Moh Jumhur hidayat sebagai Kepala BNP2TKI
melalui Keppres No 02/2007, yang kewenangannya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada presiden. Tidak lama setelah Keppres pengangkatan itu yang disusul
pelantikan Moh Jumhur Hidayat selaku Kepala BNP2TKI, dikeluarkan Peraturan
Kepala BNP2TKI No 01/2007 tentang Struktur Organisasi BNP2TKI yang meliputi
unsur-unsur intansi pemerintah tingkat pusat terkait pelayanan TKI. Dasar peraturan
ini adalah Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia28
.
Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan dan
perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri
26 Jurnal berjudul PERAN DAN TANGGUNGJAWAB KEMENTERIAN LUAR NEGERI MELINDUNGI WNI
DAN TKI DI LUAR NEGERI oleh Rumbadi , Dosen Tetap Prodi Ilmu Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam 27
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI diakses pada
tanggal 25 Juni 2017
28 http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI diakses tanggal
34
Tenaga Kerja dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden.
Akibat kehadiran BNP2TKI pula, keberadaan Direktorat Jenderal PPTKLN otomatis
bubar berikut Direktorat PPTKLN karena fungsinya telah beralih ke BNP2TKI.
B. Kerjasama Indonesia – Singapura di Berbagai Bidang
Pemerintah Indonesia dan Singapura berencana untuk memperkuat kerja sama
bilateral di berbagai bidang, antara lain di bidang ekonomi, khususnya di sektor
agrobisnis dan infrastruktur.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan Menteri Luar Negeri RI, Retno
Marsudi dan Menlu Singapura, Vivian Balakhrisnan di kantor Kemlu,"Hubungan
bilateral Indonesia dengan Singapura merupakan hubungan yang paling intensif.
Letak geografis Indonesia dan Singapura yang dekat menjadikan kedua negara mitra
dalam berbagai hal29
," ujar Retno seusai pertemuan tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri bersedia menjajaki kemungkinan untuk
terus meningkatkan ekspor agribisnis. Retno menyebutkan bahwa Singapura
membutuhkan ekspor produk agrikultur, sementara Indonesia memiliki kapasitas
tersebut, sehingga sektor ini dapat menjadi potensi kerja sama perdagangan antar
kedua negara. Bagaimana Indonesia meningkatkan hubungan ekspor agribisnis
karena kita tahu Singapura membutuhkan produk-produk agrikultur, sementara kita
memiliki kapasitas itu," ujar Retno. Sebagaimana yang disampaikan Tim Komunikasi
29 http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160112185225-106-103835/ri-dan-singapura-
perkuat-kerja-sama-ekonomi/ diakses pada tanggal 17 Juni 2017
35
Presiden menyatakan pembicaraan antara Presiden Jokowi dan Perdana Menteri
Singapura Lee Hsien Loong terkait upaya peningkatan ekspor impor. Ekspor di sini
seperti ekspor di bidang pertanian dan olahan hasil unggas30
.
Di bidang perdagangan, lanjut Retno, Singapura merupakan mitra terbesar
kedua di Indonesia, setelah China. Nilai perdagangan Indonesia dengan Singapura
pada 2014 mencapai hampir US$42 miliar31
. Di sektor pariwisata, jumlah wisatawan
yang berkunjung ke masing-masing negara sangat signifikan. Retno mencatat
wisatawan Singapura yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014 mencapai 1,5
juta wisatawan32
. Retno juga mencatat bahwa di bidang investasi, Singapura
merupakan investor terbesar di Indonesia, dengan realisasi investasi mencapai
US$5,8 miliar pada 2014. Hal ini dapat dilihat dari pelebaran wilayah investasi oleh
Perusahaan Singapura di Indonesia, yakni selain wilayah BBK (Batam, Bintan dan
Karimun) tetapi juga di KIP (Kendal Industrial Park)33
. Program dalam penguatan
hubungan Indonesia-Singapura di bidang ekonomi, investasi dan perdagangan ini
ditandai dengan pertemuan antara Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong
30
https://www.ekon.go.id/berita/view/indonesia-singapura-perkuat.1591.html diupload pada 29 Juli
2015 dan diakses pada tanggal 3 Juli 2017
31 http://dunia.news.viva.co.id/news/read/722125-indonesia-dan-singapura-sepakat-perkuat-
hubungan-ekonomi diupload 12 Januari 2016 dan diakses pada tanggal 30 Juni 2017
32 http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160112185225-106-103835/ri-dan-singapura-
perkuat-kerja-sama-ekonomi/ diakses pada tanggal 17 Juni 2017
33 https://www.ekon.go.id/berita/view/indonesia-singapura-perkuat.1591.html diupload pada
tanggal 29 Juli 2015 dan diakses pada tanggal 3 Juli 2017
36
bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo yang mana agendanya menghadiri
peresmian Kendal Industrial Park (KIP) yang luasnya 2.700 hektar dan merupakan
proyek joint-venture antara Pengembangan SembCorp dan PT Kawasan Industri
Jababeka. KIP terletak 25 kilometer dari Semarang34
.
Balakhrisnan memaparkan bahwa Indonesia merupakan mitra perdagangan
terbesar keempat di Singapura, setelah China, Malaysia dan Amerika Serikat35
.
Banyak perusahaan asal Singapura ingin menanamkan investasinya di Indonesia
namun sedan menunggu regulasi yang mengatur agar mereka makin percaya akan
kredibilitas dan keamanan di Indonesia. Keseriusan Indonesia dalam menanggapi
masalah ini telah direalisasikan dengan adanya nota kesepahaman (MoU) E-
Government di Singapura yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Singapura melalui Menteri Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PANRB) RI dan Menteri Ministry for Communications and
Information (Kementerian Komunikasi dan Informasi) Singapura, di mana disaksikan
langsung oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dan Perdana Menteri
Singapura Lee Hsien Loong36
. Presiden RI Joko Widodo mengharapkan dengan
adanya kesepakatan ini dapat menarik Investor Singapura sebanyak – banyaknya,
34
http://www.jaringnews.com/internasional/asia/80361/Singapura-Perkuat-Kerjasama-Ekonomi-
dengan-Indonesia diupload pada tanggal 15 November 2016 dan diakses pada tanggal 26 Juni 2017
35 http://dunia.news.viva.co.id/news/read/722125-indonesia-dan-singapura-sepakat-perkuat-
hubungan-ekonomi diupload 12 Januari 2016 dan diakses pada tanggal 30 Juni 2017
36 http://pemerintah.net/indonesia-singapura-teken-mou-e-government/ diupload pada tanggal dan
diakses pada tanggal 17 Juni 2017
37
dengan senantiasa mengembangkan MoU ini agar mempermudah Pemerintah dalam
memberikan pelayanan publik kepada investor Singapura37
. Dengan diberlakukannya
pemanfaatan e-government, Singapura telah meningkatkan produktivitas dan
mempercepat proses berbagai pelayanan publik. Pada kesempatan tersebut, PM
Singapura Lee Hsien Loong mengungkapkan kebahagiaannya dapat membangun
kerja sama dengan Indonesia. Sebagai negara sahabat, berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam tata kelola pemerintahan, khususnya dalam pengembangan e-
government merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat38
.
Perkembangan hubungan kedua Negara dilanjutkan dengan kerjasama di
bidang Pariwisata39
. Sejak 2010 Pemerintah Singapura telah menunjukkan minatnya
untuk bekerjasama di bidang kapal pesiar namun pada saat Presiden Joko Widodo,
dapat direalisasikan dengan melihat keuntungan yang didapat bagi kedua negara40
. Di
mana ruang lingkup MoU ini berkisar pada promosi dan pemasaran bersama, kapal
pesiar (cruise), dan pasar MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition). Fokus
kegiatan yang diaplikasikan dari hasil MoU tersebut antara lain pembangunan
37
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5219/Indonesia-Singapura+Tandatangani+MoU+E-
government/0/sorotan_media ditampilkan sejak tanggal 28 Juli 2015 dan diakses pada tanggal 18
Juni 2017
38 http://pemerintah.net/indonesia-singapura-teken-mou-e-government/ diupload pada tanggal dan
diakses pada tanggal 17 Juni 2017
39 http://dunia.news.viva.co.id/news/read/722125-indonesia-dan-singapura-sepakat-perkuat-
hubungan-ekonomi diupload 12 Januari 2016 dan diakses pada tanggal 30 Juni 2017
40 http://www.dutawisata.co.id/indonesia-dan-singapura-tandatangani-mou-kerjasama-pariwisata/
diupload pada tanggal 17 November 2016 dan diakses pada tanggal 20 Juni 2017
38
destinasi dan pelabuhan; pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan,
seminar, dan loka karya; penelitian dan pengembangan; investasi pariwisata; kerja
sama sektor swasta; dan pertukaran informasi41. Kerjasama di bidang pariwisata
tidak hanya berdampak pada bidang politik, namun juga berpengaruh pada bidang
ekonomi dan perdagangan yang senakin harmonis termasuk kemandirian ekonomi
kerakyatan. Selain itu, Arief Yahya melihat Singapura bukan hanya sebagai hub
transportasi udara internasional dan pintu gerbang pariwisata, tetapi juga menjadi hub
pasar MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition)42
. Ada puluhan ribu
perusahaan asing, baik dari Eropa, Amerika, Asia dan Australia yang memiliki kantor
perwakilan di Singapura. Biasanya setelah selesai melakukan kegiatan MICE tersebut
akan dilaksanakan paket wisata city tour dan culinary tour, di mana akan
mengunjungi tempat paling menarik di kota MICE berlangsung43
. Hal ini yang bisa
menggerakan perekonomian, semua roda ekonomi yang berkaitan dengan MICE dan
tour-tournya dapat hidup dan berkembang (termasuk ikut membangkitkan ekonomi
kerakyatan juga) seperti kerajinan tangan dam souvenir khas daerah setempat.
Presiden Indonesia mengharapkan agar kedua Negara dapat melakukan
promosi destinasi wisata bersama supaya setiap tahunnya jumlah wisatawan naik
41
http://travel.kompas.com/read/2016/11/15/170500727/ini.fokus.kerja.sama.pariwisata.indonesia-
singapura diupload pada tanggal 15 November 2016 dan diakses pada tanggal 20 Juni 2017
42 http://travel.kompas.com/read/2016/11/15/170500727/ini.fokus.kerja.sama.pariwisata.indonesia-
singapura diupload pada tanggal 15 November 2016 dan diakses pada tanggal 20 Juni 2017
43 http://www.dutawisata.co.id/indonesia-dan-singapura-tandatangani-mou-kerjasama-pariwisata/
diupload pada tanggal 17 November 2016 dan diakses pada tanggal 20 Juni 2017
39
untuk mengunjungi Indonesia dan Singapura demikian arahan Presiden Joko Widodo
pada Leaders Retreat di Singapura, 28 Juli 201544
.
Kemudian Kerjasama Indonesia dan Singapura berlanjut pada penguatan di
bidang Perindustrian dan Pendidikan. Di mana untuk menyambut hubungan
persahabatan bilateral Indonesia – Singapura ke-50 yakni penguatan kerjasama untuk
mengembangkan program pendidikan vokasi industri. Sebagaimana pernyataan
Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartanto di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu,
mengenai lawatannya ke Singapura45
..
Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) juga akan memfasilitasi
peningkatan kapasitas bagi penyelenggara pendidikan vokasi melalui workshop,
seminar, pelatihan teknis dan magang industri, pembentukan master trainer bidang
vokasi industri, penyesuaian dan penyetaraan standar kualifikasi tenaga kerja industri
serta pengembangan fasilitas dan teknologi pembelajaran pendidikan vokasi, ucap
Airlangga46
. Hal ini yang akan diupayakan Pemerintah Indonesia, melalui
44
http://travel.kompas.com/read/2016/11/15/170500727/ini.fokus.kerja.sama.pariwisata.indonesia-
singapura diupload pada tanggal 15 November 2016 dan diakses pada tanggal 20 Juni 2017
45 http://www.antaranews.com/berita/620352/50-tahun-indonesia-singapura-menperin-jajaki-kerja-
sama-vokasi diakses pada tanggal 15 Juni 2017
46 http://www.antaranews.com/berita/620352/50-tahun-indonesia-singapura-menperin-jajaki-kerja-
sama-vokasi diakses pada tanggal 15 Juni 2017
40
Kementerian Perindustrian yang dapat dikoordinasikan dengan Kementerian
Pendidikan Singapura47
.
C. Peningkatan Kerjasama Indonesia – Singapura di Bidang Ketenagakerjaan
Secara khusus dijelaskan dalam penelitian ini mengenai peningkatan kerjasama
kedua Negara pada bidang ketenagakerjaan akan menjadi perhatian utama. Di mana
hasil kerjasama tersebut dapat menambah wawasan dan bahan untuk dapat dianalisa
berikutnya pada bab IV termasuk mengenai pelayanan terhadap WNI terutama upaya
perlindungan terhadap Tenaga Kerja Bermasalah (TKI-B) di Singapura oleh KBRI
Singapura. Kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini membahas
masalah ketenagakerjaan tidak hanya dapat dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri
(Kemlu) berkoordinasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
(Kemenakertrans), namun juga dikhususkan oleh Badan setingkat Kementerian
seperti Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) yang dalam
pelaksanaan mengenai TKI (mekanisme pra hingga pascapenempatan termasuk
melakukan penyelesaian terhadap pengaduan TKI yang masuk ke Crisis Center). Di
mana yang bekerjasama dengan agen atau mitra usaha penyalur TKI hingga asosiasi
(sebagai lembaga representasi Pemerintah Singapura)48
. Di samping peranan
47
ibid
48 http://www.bnp2tki.go.id/read/11410/Benarkah-TKI-di-Singapura-Lebih-Terjamin?.html diupload
pada tanggal 21 Juni 2016 dan diakses pada tanggal 15 Juni 2017
41
langsung KBRI Singapura sebagai garda terdepan institusi perwakilan Pemerintah
Indonesia
BNP2TKI bekerjasama dengan agen ataupun asosiasi pekerja mengenai
mekanisme peraturan penempatan TKI di Singapura. Dalam proses perekrutan TKI
tersebut, anggota agensi menghubungi dan membuat perjanjian langsung dengan TKI
(CTKI tidak berhubungan dengan pengguna). Perjanjian itu juga mencantumkan jam
kerja, jam istirahat, hak TKI memperoleh akses peningkatan kecakapan serta
memfasilitasi secara cuma-cuma bila terjadi perpindahan pengguna. Meskipun
pernah ada masalah di mana TKI yang tidak mendapatkan hak-haknya pada masalah
ketenagakerjaan seperti gaji maupun hari libur, yang mana Pihak KBRI telah
mengkomunikasikan dengan MOM Singapura seperti mengeluarkan surat edaran
tersebut49
.
BNP2TKI telah membuat skema pembayaran gaji TKI secara non tunai dengan
utuh (belum ditambah lembur), tanpa adanya pemotongan gaji baik dari agensi
maupun pengguna, dengan tidak ada biaya berlebih yang dibebankan kepada TKI
tersebut hal ini yang dinyatakan oleh Kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan TKI (BNP2TKI), Nusron Wahid50
.
49
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri
50 http://www.bnp2tki.go.id/read/11410/Benarkah-TKI-di-Singapura-Lebih-Terjamin?.html diupload
pada tanggal 21 Juni 2016 dan diakses pada tanggal 15 Juni 2017
42
Hasil dari kerjasama BNP2TKI dengan Asosiasi agensi di Singapura
menghasilkan postur TKI profesional dengan jaminan hukum. Hal ini dapat
terlaksana sesuai dengan isi perjanjian apabila masing – masing memilki komitmen
yang kuat dan professionalitas dalam menjalankan kinerjanya51
. TKI bahkan bisa
langsung mengadu kepada asosiasi yang mewadahi agensi atau mitra usaha tersebut.
Asosiasi pun dapat memperingatkan mitra atau agen yang tidak mengidahkan SOP
dengan benar.
Kebijakan penempatan TKI di luar negeri diarahkan untuk memanfaatkan peluang
kerja di luar negeri dengan mengedepankan aspek perlindungan terhadap harkat dan
martabat serta keselamatan dan kesehatan TKI pra maupun pasca penempatan. Untuk
itu, strategi yang telah dan akan dilakukan oleh Pemerintah dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yakni: Pertama, Regulasi, dilakukan dengan menerbitkan
Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di luar negeri dan menyusun berbagai peraturan pelaksanaannya52
.
51
http://www.bnp2tki.go.id/read/11410/Benarkah-TKI-di-Singapura-Lebih-Terjamin?.html diupload
pada tanggal 21 Juni 2016 dan diakses pada tanggal 15 Juni 2017
52 http:/www.tatanusa.co.id/nonkuhp/2004UU39.pdf diakses pada tanggal 13 Juni 2017
43
BAB III
Bentuk – Bentuk Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) di
Singapura
A. Kondisi dan Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di Singapura
Selama berada di luar negeri, bahkan ketika masih berada di dalam
penampungan menunggu keberangkatan ke luar negeri, ada kalanya sebagian dari
TKI menghadapi masalah yang merugikan TKI tersebut53
. Persoalannya adalah apa
penyebab munculnya masalah, dan bagaimana kadar masalah yang dihadapi tersebut,
serta seberapa banyak TKI yang mengalaminya serta instansi Pemerintahan mana
yang harus menangani hingga melakukan penyelesaian masalah baik sebelum
maupun sesudah penempatan di luar negeri. Hal ini penting untuk dipertimbangkan
dengan menggunakan pemikiran positif agar tidak muncul kesan bahwa seakan-akan
semua TKI mengalaminya, sehingga tidak jarang muncul pendapat yang menggugat
program penempatan TKI di luar negeri dan meminta agar pemerintah
menghentikannya.
Masalah yang muncul pada awalnya ialah dokumentasi hingga kurang
cakapnya pengetahuan dimiliki Calon TKI (CTKI) mengenai hal yang dipersiapkan
sebelum penempatan (yang mana ini merupakan masalah teknis), di samping itu
diindikasikannya adanya permainan oknum dari instansi terkait dalam proses
53
www.bnp2tki.go.id
44
prapenempatan CTKI tersebut. Sebab sebagaimana hasil wawancara penulis dengan
Bapak Yulius Madakaka, menurutnya penempatan pekerja lintas Negara ini masih
menjadi sasaran dalam mendapatkan kepentingan di dalamnya. Sehingga ada pihak
yang sengaja mencari keuntungan dalam proses penempatan tersebut walaupun ada
juga pihak pengguna (user) bertindak curang dengan pihak di Indonesia (mitra atau
agen penyalur) seperti direct hiring. Dimana hal ini membuat dilemma bagi
pemerintah, dikarenakan tidak melalui mekanisme pemerintah dalam proses
penempatan sehingga tidak adanya kontrol dan pengawasan atas keberadaan CTKI di
Negara penempatan termasuk data maupun dokumen termasuk hak-kewajiban yang
bersangkutan.
Biasanya masalah ini terjadi pada sector informal, antara Pelaksana Tata
Laksana Rumah Tangga (PLRT) dengan Majikan (user). Masalah yang dialami oleh
Warga Negara Indonesia khususnya Tenaga Kerja Indonesia itu paling banyak dan
sering dilaporkan dalam pengaduan yakni berupa masalah ketenagakerjaan.
Sebagaiamana yang penulis dapatkan informasinya untuk masalah ketenagakerjaan
yang termasuk ke dalam jenis kasus perdata tidak perlu diselesaikan melalui mediator
pihak ketiga namun sudah cukup diselesaikan antara majikan (user) dengan PLRT.
1. Permasalahan Hukum Kasus Perdata
Secara umum, sistem hukum yang berlaku di dunia ini dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu pertama sistem civil law yang dianut oleh negara-negara Eropa
45
Daratan seperti antara lain Belanda, Perancis Italia, termasuk Indonesia. Kedua
adalah sistem common law yang dianut oleh negara-negara Anglo Saxon seperti
Amerika Serikat, Inggris, Australia, Singapura, Malaysia serta sebagian besar negara-
negara persemakmuran dan sebagainya54.
Pada intinya sistem common law Singapura mempunyai karakteristik doktrin
judicial precedent (stare decicis)55
. Menurut doktrin tersebut, hukum dibentuk oleh
hakim melalui penerapan prinsip-prinsip hukum terhadap fakta-fakta atau peristiwa-
peristiwa dalam kasus-kasus yang terjadi. Dalam hal ini, hakim-hakim hanya
diharuskan untuk menerapkan alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan yang
dapat diterima dalam menjatuhkan putusan (the ratio decidendi) pada pengadilan
yang lebih tinggi dalam hirarkhi yang sama. Oleh karena itu, di Singapura, the ratio
decidendi56
dapat ditemukan dalam putusan-putusan hakim pada pengadilan
Singapura.
Dari sudut definisinya, masalah kasus perdata ialah peraturan atau ketentuan
yang mengatur hubungan pribadi dengan pribadi (perseorangan dengan perseorangan)
maupun perseorangan dengan badan hukum ataupun antar badan hukum dengan
54
Jurnal berjudul Selayang Pandang Tentang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
55 Jurnal berjudul Selayang Pandang Tentang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
56 Rau & Kumar, General Principles of the Malaysian Legal System, International Law Books
Services, Petaling Jaya - Selangor Darul Ehsan - Malaysia, 2006 hlm 132: “In all judicial precedents the courts have to state the legal reasoning for the dicision, wich in legal parlance is known as ratio decidendi.” (dalam setiap putusan hakim
46
badan hukum lainnya57
. Atau juga disebut dengan hukum privat. Dengan demikian,
hal ini pun berlaku bagi oknum WNI dan khususnya bagi TKI-B yang melanggar
kasus hukum perdata, baik dilakukan antar TKI dengan TKI lain atau TKA (Tenaga
Kerja Asing) lain yang bekerja maupun dilakukan antara TKI dengan Majikan
(biasanya terjadi pada sector informal). Ataupun biasanya yang pernah dilakukan
antar TKI dengan tempat kerjanya (seperti pada sector formal dan juga termasuk
ekspatriat yang bekerja di kantor sesuai dengan keahliannya)58
.
Jenis –jenis masalah yang termasuk ke dalam kategori kasus hukum perdata
bagi TKI-B di Singapura antara lain dapat diklasifikasikan dari berbagai pengaduan
TKI yang datang kepada Fungsi Protokol dan Konsuler Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Singapura (termasuk Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan
Hukum Indonesia) dengan dibantu Fungsi Keimmigrasian serta berkoordinasi pada
fungsi-fungsi lain KBRI di Singapura dalam pelayanan dan perlindungan terhadap
WNI maupun TKI. Masalah yang paling banyak secara jumlah (kuantitas) dilaporkan
ke KBRI ialah Masalah Ketenagakerjaan59
.
Masalah ketenagakerjaan yang sering dilaporkan diantaranya masalah gaji
yang tidak dibayarkan oleh majikan atau pemotongan gaji yang tidak sesuai dengan
57
Penjelasan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
58 Penjelasan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
59 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
47
kontrak awal dengan agen penyalur atau yang sekarang disebut Pelaksana
Penempatan TKI Swasta (PPTKIS)60
. Kemudian kerja terlalu berat dan tidak
sepesifik yang tidak sesuai dengan Standar Operasional (SOP) yang berlaku, lalu
penyebab berikutnya kurang cakap dalam penguasaan bahasa setempat yang
membuat sering adanya kesalahpahaman berkomunikasi serta penampilan yang
kurang sesuai dengan kebiasaan atau aturan yang berlaku. Masalah ketenagakerjaan
yang masih sering muncul hingga periode saat ini walaupun tidak terlalu pelik seperti
halnya masalah lainnya akan tetapi juga menyangkut hak asasi manusia TKI kita
yakni pengaturan pembagian waktu kerja, istirahat dan juga hari libur. Walaupun
Hukum Ketenagakerjaan Singapura telah mengatur lebih lengkap terhadap hak dan
kewajiban Tenaga Kerja Asing termasuk TKI di Singapura namun masih ada juga
beberapa majikan (User) atau pimpinan perusahaan yang belum mengindahkan
pembagian waktu kerja hingga hari libur tersebut. Maka dari itu yang dapat dilakukan
KBRI mengkomunikasikan dengan Ministry of Man Power (MOM) melalui
pemberian surat edaran yang akan disosialisasikan dan direalisasikan kepada
Pengguna (User) dari TKI tersebut61
.
Kemudian masalah ketenagakerjaan yang dianggap pelik termasuk oleh
Pemerintah ialah metode direct hiring yang dilakukan oleh majikan (user), dimana
60
Hasil wawancara dengan Bapak Hendry Prayitno, Koordinator Crisis Center BNP2TKI pada tanggal
24 Februari 2016
61 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
48
majikan langsung merekrut PLRT tanpa melalui PPTKIS yang disertifikasi
Pemerintah62
. Dengan kata lain tidak adanya peran Pemerintah dalam proses pra
penempatan seperti adanya pelatihan CTKI, keadaan penempatan hingga suatu saat
dilakukan pemulangan TKI baik karena faktor ijin tinggal habis maupun melanggar
hukum yang konsekuensinya harus dideportasi ke Negara asal. Hal ini yang sering
mendatangkan masalah dikarenakan utamanya tidak adanya pengawasan dan kontrol
perwakilan pemerintah dalam hal ini KBRI di Singapura karena tidak adanya laporan
resmi yang masuk utamanya dari calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Di mana
CTKI tidak melakukan pedaftaran diri saat awal mereka datang ke Singapura, hingga
pengurusan terhadap hak dan kewajiban CTKI tersebut. Termasuk pada perpanjangan
ijin tinggal dan bekerja TKI di Singapura, di mana saat perpanjangan tersebut
majikanlah yang melakukan dengan TKI menyertainya. Tidak hanya itu menurut
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Singapura, Andri Hadi
berdasarkan ketentuan dalam ISO pula, setiap perpanjangan kontrak PLRT harus naik
gaji minimal 10-20 persen dan persentase jumlah PLRT yang naik gaji harus
mencapai minimal 90 persen dari keseluruhan kontrak63
. Saat itulah KBRI akan
menanyakan bagaimana perkembangan kinerja TKI tersebut ketika melakukan
pekerjaan termasuk apakah mereka telah mendapatkan hak – hak TKI sesuai dengan
62
Hasil wawancara dengan Bapak Hendry Prayitno, Koordinator Crisis Center BNP2TKI pada tanggal
24 Februari 2016
63
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.singapu
ra diupload pada tanggal 11 Juni 2013 dan diakses pada tanggal 3 Juli 2017
49
kontrak awal ditandatangani64
. Dalam proses perekrutan ini pula terdapat hal yang
ditutupi antara majikan dan agen perihal masalah ketenagakerjaan TKI tersebut
utamanya keabsahan dokumen dan gaji yang harus dibayarkan. Hal ini yang membuat
Pemerintah dan dilemma akan kasus ini.
Masalah ketenagakerjaan berikutnya yang dikeluhkan TKI yakni Cost
Structure atau disebut juga biaya penempatan yang terlalu tinggi hingga pernah
ditemukan hingga enam (6) kali lipat dari harga semula65
. Disebabkan selama ini
dalam penentuan cost structure belum ada acuan yang tetap dan berkuatan hukum
atau berlegal hukum. Sejauh ini yang menjadi acuan bagi TKI mengenai cost
structure ini yaitu berasal dari surat edaran yang dikeluarkan oleh KBRI di Singapura
yakni sebesar 1 bulan gaji. Namun harus dikaitkan juga dengan aturan ILO
(Internasional Labour Organisation) mengenai Cost Structure ini, karena menyangkut
harkat hidup TKI dan Singapura juga merupakan Negara yang establish hukumnya
dan juga disiplin. Walaupun Indonesia secara bilateral belum memiliki MoU
ketenagakerjaan dengan Singapura, namun berita positifnya seperti Singapura,
64
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
65 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
50
Taiwan, Hongkong di dalam perundang-undangannya telah mengatur masalah
Tenaga Kerja Asing termasuk Tenaga Kerja Indonesia66
.
Masalah ketenagakerjaan lainnya yang kerap menimpa TKI kita yang awalnya
statusnya berposisi sebagai korban dapat merubahnya sebagai pelaku. Hal ini dapat
kita lihat dengan adanya laporan yang menjelaskan tindakan sewenang – wenang oleh
majikan terhadap TKInya yang dilakukan di tempat kerja atau rumah majikannya
(khususnya pada sector informal)67
. Walaupun awalnya ada yang disebabkan karena
faktor kelalaian oknum TKI dalam menjalankan pekerjaan tidak sesuai SOP yang
berlaku (contohnya dalam mengoperasikan suatu barang, diketemukan TKI tersebut
telah melakukan kecerobohan atau tidak mengindahkan aturan pakai yang tertera
pada suatu produk, di mana berakibat pada kondisi yang tidak diharapkan seperti
terjadinya kerusakan)68
. Namun, ada juga memang adanya faktor internal dari oknum
majikan seperti pembawaan sifat temperamental yang tidak dapat melihat kesalahan
sedikit dari TKInya hingga berakibat terjadinya tindakan kekerasan verbal maupun
fisik. Awalnya masalah ini merupakan kasus hukum perdata yang terjadi antara
Majikan dan TKI yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan namun apabila
66
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
67 Hasil wawancara dengan Bapak Hendry Prayitno, Koordinator Crisis Center BNP2TKI pada tanggal
24 Februari 2016
68 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
51
diketemukan tindakan kekerasan apalagi fisik maka dapat masuk ke ranah hukum
pidana dengan ancaman kurungan bagi oknum majikan maupun TKI yang terlibat dan
terbukti, barangtentu terlebih dahulu melalui proses pengadilan Hukum Singapura69
.
Masalah berikutnya yang dilaporkan oleh WNI maupun TKI kepada Fungsi
Protokol dan Konsuler dengan Fungsi Keimmigrasian KBRI di Singapura ialah
Masalah Keimmigrasian. Hal ini kita ambil contoh seperti masalah overstayer TKI –
B tersebut, di mana waktu ijin tinggal dan bekerja TKI yang telah kadaluwarsa serta
tidak diperbarui kembali70
. Dalam hal ini KBRI menekankan bagi majikan sebagai
penjamin TKI sebagai karyawan di rumah atau perusahaannya untuk melakukan
perpanjangan untuk ijin tinggal dan bekerja bagi TKInya ke Fungsi Imigrasi KBRI
Singapura. Namun apabila tidak diindahkan TKI tersebut akan dicabut ijinnya dan
dapat dicekal bahkan dipulangkan oleh pihak imigrasi Singapura melalui KBRI juga
akhirnya. Sedangkan bagi WNI non foreign domestik worker seperti PLRT, baik
yang bekerja sebagai ekspatriat, kontruksi hingga pelajar maka yang melakukan
proses perpanjangan ijin tinggal ialah diri mereka sendiri dengan mendatangi Fungsi
Imigrasi KBRI71
.
69
ibid
70 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
71
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.singapu
ra diupload pada tanggal 11 Juni 2013 dan diakses pada tanggal 1 Juli 2017
52
Kemudian masalah berikutnya yang muncul pada keimigrasian Singapura
dimana ada oknum TKI yang dicekal masuk atau keluar Singapura, banyak pihak
termasuk TKI tersebut yang mempertanyakan keabsahan data pencekalan tersebut ke
immigrasi. Setelah respon diberikan itu baru KBRI memberikan pernyataan kepada
TKI maupunWNI yang dicekal tersebut dan pihak-pihak yang mengetahui atau
terkait. Adapun juga tindakan pencekalan kepada WNI ataupun TKI yang
diindikasikan diduga teroris akan dipulangkan, karena Pemerintah Singapura juga
konsen terhadap kasus terorisme tersebut di samping kasus peredaran narkoba yang
sedang marak di Negara itu termasuk pada kegiatan masuknya barang dan orang ke
Imigrasi Singapura. Tindakan diduga terorisme dan peredaran narkoba merupakan
contoh jenis kasus pidana dan berat yang diatur oleh Hukum Singapura. Di samping
tindakan kasus pidana lainnya yang akan dijelaskan selanjutnya. Bahkan untuk kasus
–kasus pidana seperti diduga terorisme terlebih dahulu akan menjalani persidangan di
pengadilan Hukum Singapura baru setelah itu menurut yang penulis ketahui dari studi
lapangan akan dipulangkan ke Negara masing-masing.
Faktor – faktor lain yang menyebabkan terjadinya TKI-B di Singapura seperti
Unfit kondisi dari Calon TKI (CTKI) tersebut, di sini dapat dijelaskan seperti kondisi
TKI yang kurang dimungkinkan untuk berangkat namun dipaksakan berangkat
dengan salah satunya rekayasa atau memanipulasi dokumen menyangkut kesehatan
53
CTKI prapenempatan72
. Termasuk juga saat penempatan pun apabila diketemukan
kondisi TKI unfit akan berpeluang untuk menghadirkan permasalahan saat dia
bekerja baik antar sesama tenaga kerja maupun terhadap majikannya. Di mana akan
mengganggu produktivitas kinerja oknum TKI tersebut, sehingga akan
mengakibatkan beberapa hal yang tidak diharapkan tersebut. Seperti kurang puasnya
Majikan (User) atas kinerja tenaga kerja unfit yang berakibat pada perlakuan kurang
menyenangkan terhadap TKI tersebut. Apalagi jika ditemukan perpanjangan
perkembangan penyakit yang diderita TKI unfit tersebut menjadi penyakit menular,
tidak hanya mengganggu kondusifitas kerja namun juga akan meresahkan bagi
sesama rekan kerjanya maupun majikannya (User)73
. Maka dari itu harus adanya
transparansi dokumen termasuk yang menyangkut kesehatan CTKI saat
prapenempatan dikarenakan akan masuk kepada sistem database bersangkutan yang
akan diverifikasi kemudian oleh Fungsi tertentu di KBRI saat penempatan telah
dilaksanakan. Lalu sebaiknya dilakukan medical checkup terhadap kondisi TKI yang
dihimbau oleh KBRI kepada majikan untuk bekerjasama dengan bagian medis dalam
menyikapi masalah ini.
72
Hasil wawancara dengan Bapak Gimbar, Staf Subdit Asia Pasifik Direktorat Kerjasama Luar Negeri
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Saat penulis melakukan magang
periode Januari 2016
73 Hasil wawancara dengan Bapak Gimbar, Staf Subdit Asia Pasifik Direktorat Kerjasama Luar Negeri
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Saat penulis melakukan magang
periode Januari 2016
54
Faktor berikutnya yang menyebabkan timbulnya permasalahan TKI-B di
Singapura ialah Kondisi geografis (kedekatan wilayah) dan adanya beberapa celah
„jalan tikus‟74
. Faktor kedekatan wilayah ini setidaknya telah menjadi salah satu
faktor pendorong yang dimungkinkan banyak TKI maupun TKW yang menjatuhkan
pilihan Singapura sebagai tempat bekerja di Luar Negeri. Hal ini pun sering
dilakukan pada penempatan TKI di Negeri Jiran Seperti Malaysia, Brunei
Darussalam, dam sebagainya termasuk Singapura yang menjadi fokus negera
Pengirim pada penelitian ini75
. Apalagi telah dilakukan persiapan matang yang
dilakukan Pemerintah Indonesia dalam membekali CTKI dengan skill maupun
kemampuan lainnya melalui Program Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP),
yang mana merupakan hasil koordinasi instansi – instansi terkait seperti Kemlu ,
Kemenakertrans , BNP2TKI maupun kerjasama dengan PPTKIS76
.
Dengan adanya faktor kedekatan wilayah ini, memungkinkan bagi pihak-
pihak yang ingin memanfaatkan kondisi ini untuk kepentingannya dengan
menggunakan celah „jalan tikus‟ untuk melanggengkan proses transaksi pengiriman
74
Hasil wawancara dengan Bapak Gimbar, Staf Subdit Asia Pasifik Direktorat Kerjasama Luar Negeri
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Saat penulis melakukan magang
periode Januari 2016
75 http://www.beritasatu.com/nasional/194148-bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-non-prosedural-
di-perbatasan-entikong.html diupload pada tanggal 3 Juli 2014 dan diakses pada tanggal 8 Juli 2017
76 http://www.bnp2tki.go.id/read/10527/Kurangi-Risiko-TKI-BNP2TKI-Upgrade-Instruktur-dan-
Materi-Pembekalan diupload pada tanggal 10 September 2015 dan diakses pada tanggal 7 Juli 2017
55
pekerja lintas Negara ini77
. Biasanya yang memanfaatkan proses transaksi ini secara
unprosedural, berarti tidak melalui prosedur resmi yang telah ditetapkan Pemerintah
Indonesia. Dalam proses pengiriman tenaga kerja lintas Negara tidak dapat
dilepaskan dari peran Cukong atau Tekong bahkan pihak-pihak yang bersedia
mensponsori proses transaks tersebut. Peran mereka yang mementingkan
kepentingannya sudah berbentuk jaringan dan bersistem sudah terbiasa dalam
menjlankan proses pengiriman. Menurut beberapa hasil wawancara yang dilakukan
penulis, oknum TKI yang diberangkatkan melalui jalur ini rawan mengalami masalah
dari kasus hukum perdata hingga kasus hukum pidana dan berat78
. KBRI memiliki
kekurangan dalam mengihimpun data resmi mengenai oknum TKI yang
memanfaatkan jalur jalan tikus ini, sehingga KBRI tidak dapat mewadahi pengaduan
laporan masalah hak dan kewajiban yang seharusnya diterima oleh TKI tersebut.
Serta KBRI tidak dapat memfasilitasi dalam proses penyelesaian masalah jika suatu
saat tersandung masalah dimana apabila dibutuhkan pihak mediator dalam
penyelesaian tersebut79
.
77
Hasil wawancara dengan Bapak Gimbar, Staf Subdit Asia Pasifik Direktorat Kerjasama Luar Negeri
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Saat penulis melakukan magang
periode Januari 2016
78 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
79 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
56
Konsekuensi yang harus dihadapi bagi TKI-B yang melanggar masalah kasus
hukum perdata tersebut, seharusnya dapat diproses secara hukum di pengadilan
Singapura. Badan peradilan di Singapura, terdiri dari the Subordinate Courts yang
meliputi Small Claim Tribunal, Coroners’ Court, Family and Juvenile Court,
Magistrate Court, District Court; dan the Supreme Court yang terdiri dari High
Court dan Court of Appeal80
. Baik Subordinate Court dan Supreme Court keduanya
menangani baik kasus-kasus perdata maupun pidana (kriminal). Kewenangan
(yurisdiksi) setiap pengadilan ditentukan oleh besarnya nilai gugatan untuk kasus
perdata dan untuk kasus pidana tergantung pada jenis perbuatan dan lamanya
hukuman. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Supreme Court terdiri dari High
Court dan Copurt of Appeal. Kasus-kasus perdata yang dapat diajukan ke High Court
yaitu gugatan yang nilainya melebihi S$250,000; persoalan-persoalan hibah wasiat
yang nilainya melebihi S$3 juta; dan persoalan-persoalan tambahan dalam urusan
harta keluarga yang nilainya mencapai S$1.5 juta atau lebih81.
KBRI menghimbau untuk masalah kasus hukum perdata terutamanya masalah
ketenagakerjaan yang paling banyak jumlahnya dilaporkan dalam pengaduan Fungsi
Protokol dan Konsuler KBRI Singapura, dapat diselesaikan secara kekeluargaan
80
Jurnal berjudul Selayang Pandang Tenatang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
81 Reference to Singapore Laws, Civil Procedure, chapter 2, hlm.1, 18 Pebruari 2007 dalam Jurnal
berjudul Selayang Pandang Tenatang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
57
antara TKI dengan Majikan (User) untuk mendapatkan solusi yang terbaik di anatara
kedua pihak82
.
2. Permasalahan Hukum Kasus Pidana
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem hukum yang dianut
oleh Singapura ialah common law. Di mana dalam Hukum Internasional, sistem
hukum common law biasanya digunakan oleh Negara – Negara yang dahulu
kolonialisme dan imperialism Inggris atau yang masuk ke dalam anggota
commonwealth83
. Dalam peradilan pun terdapat badan yang mengurus kasus perdata
maupun pidana tetapi ada juga yang mengurus keduanya. Hukum Singapura yang
sudah establish dalam penegakan hukumnya pun tidak memihak kepada subjek
hukumnya baik itu warga Negaranya maupun warga Negara asing. Hal ini pun yang
berlaku pada perundang – undangan ketenagakerjaan yang berlaku pula pada Tenaga
Kerja Asing (TKA) termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Maka dari itu dalam
beberapa kasus hukum khusus dan berat Hukum Singapura menerapkan vonis
hukuman maksimal kepada pelakunya termasuk kepada TKA termasuk TKI-B
tersebut. Dari definisinya menurut sumber yang diperoleh, Tindak pidana adalah
suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi
dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam setiap tindak
82
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
83 Jurnal berjudul Selayang Pandang Tenatang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
58
pidana adalah sifat melanggar hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat
melanggar hukum84
. Kemudian WNI maupun TKI-B kita ada yang melanggar
masalah kasus hukum yang tergolong pidana, bersifat khusus dan berat. Di mana
mereka harus diproses secara Hukum Pidana maupun Hukum Acara Pidana
Singapura.
Bentuk - bentuk permasalahan yang telah dilanggar oleh WNI dalam hal ini
TKI-B, yang masuk ke dalam kategori khusus dan kasus pidana menurut hasil
wawancara penulis akan dijelaskan sebagai berikut85
.Seperti adanya tindakan
kekerasan verbal maupun fisik yang dilakukan oknum majikan atau TKI-B yang
berakibat terjadinya korban luka bahkan korban jiwa, dari salah satu pihak. Apabila
sampai ada korban luka atau korban jiwa dapat diindikasikan masuk ke dalam
kategori tindakan percobaan pembunuhan atau motif murni pembunuhan.
Pembunuhan yang dilakukan dapat berasaskan sengaja dilakukan atau karena alasan
membela diri hingga dilakukan tindakan tersebut. Motifnya pun bermacam – macam
yang akan diselidiki oleh tim penyidik Kepolisian Singapura, di mana setelah
pemberkasan selesai dan lengkap akan diserahkan ke proses pengadilan hukum
Singapura. Pernah dilaporkan juga ditemukan kasus pembunuhan yang dilakukan
84 Wirjono Prodjodikoro, 2006, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, hal. 1.
85 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
59
antar TKI yang diawali dengan pertengkaran, namun intesitasnya tidak terlalu
sering86
.
Kasus-kasus khusus yang masuk ke dalam kategori berat dan harus melalui
proses pengadilan dalam penyelesaian kasusnya. Singapura juga merupakan Negara
yang menerapkan hukuman mati bagi terdakwa atau pihak yang diindikasi telah
melanggar kasus-kasus khusus tersebut termasuk terhadap Tenaga Kerja asing seperti
TKI. Kasus-kasus yang masuk ke dalam ketegori berat dan pidana tersebut seperti
kasus-kasus khusus criminal semisal pembunuhan, pemilikan senjata api (senpi),
penculikan, narkoba dan juga diduga teroris87
.
Peredaran narkoba merupakan suatu masalah khusus yang bersifat kejahatan
transnasional (karena sindikatnya hingga lintas Negara) yang berdampak besar dan
masif bagi masyarakat termasuk bagi Hukum Singapura. Peredaran narkoba di
Singapura tidak jarang melibatkan TKI bahkan TKW, mereka menjadi sindikat baik
sadar maupun tidak (sebagai kurir) masuk dan keluar atau hanya transit saja di
Singapura. Ada kasus di mana oknum TKW membawa diduga narkotika dari
Hongkong kemudian transit di Singapura hingga tertangkap di Balikpapan,
86
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tki.di.singapu
ra diupload pada tanggal 11 Juni 2013 dan diakses pada tanggal 1 Juli 2017
87 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
60
Kalimantan Timur oleh Aparat Bea Cukai dan Kepolisian Republik Indonesia88
.
Biasanya dalam pendekatan penangkapan dilakukan kerjasama antara Pemerintah
Singapura dan Pemerintah Indonesia melalui instansi terkait seperti Bea Cukai, BNN
maupun Kepolisian Singapura dan sebagainya. Dalam menerapkan Hukuman mati
bagi terduga terdakwa peredaran narkoba dilakukan secara konsekuen terhadap vonis
hukuman bagi terdakwa terduga peredaran narkoba.
Hingga Badan Nasional Narkotika Republik Indonesia ingin mencontoh
bagaimana efektifnya hukuman mati bagi terdakwa peredaran narkoba, di mana dapat
membuat efek jera mengurangi angka pertumbuhan dan perkembangan peredaran
narkoba di Negara Singa tersebut. Sebagaimana pernyataan Kepala Bidang Hubungan
Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Besar Polisi Sumirat
Dwiyanto, "Siapapun yang memasukan narkoba ke sana termasuk kemarin ada warga
Australia yang memasukan narkoba ke sana pun dieksekusi mati oleh Singapura,
akhirnya apa, peredaran narkotika di Singapura itu, jarang sekali," ujar dia. Menurut
dia, dengan dilakukan hukuman mati bagi para terpidana narkoba memengaruhi orang
lain untuk berpikir ulang apabila ingin melakukan transaksi atau mengedarkan
narkoba89. Walaupun kebijakan hukuman mati menuai pro maupun kontra dari
88
https://transindonesia.co/2014/08/pasok-narkoba-dari-singapura-tkw-tertangkap-bawa-sabu-
senilai-rp314-m/ diupload pada tanggal Tuesday, 5 August 2014, 11:42:57 | TRANSKALIMANTAN
diakses pada tanggal 16 Juni 2017
89 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/01/22/nik5ln-hukuman-mati-pengedar-
narkoba-bnn-contoh-singapura diupload Kamis , 22 Januari 2015, 09:58 WIB diakses pada tanggal 15
Juni 2017
61
berbagai pihak baik di Indonesia ataupun di Singapura sendiri. Yang mana menurut
mereka yang kontra terhadap Kebijakan hukuman mati, bahwasanya bukan solusi
terbaik untuk mengurangi angka peredaran narkoba bahkan telah melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM).
Kasus khusus hukum pidana lainnya ialah kasus diduga terorisme. Terorisme
juga merupakan kasus khusus yang diperhatikan oleh Hukum Singapura di samping
gencarnya Dunia Internasional dalam mencegah serta memberantas kasus terorisme.
Kasus terorisme tidak hanya mengganggu keamanan Negara tersebut akan tetapi
dapat mengacaukan stabilitas kawasan bahkan internasional. Walaupun telah
dilakukan pendataan sejak awal bagi pendatang baru ke Singapura melalui
keimmigrasian Singapura, baik yang masuk maupun keluar Singapura. Hingga
keluarnya notice pencekalan bagi diduga teroris termasuk terhadap WNI maupun TKI
diduga teroris baik di bandara maupun pelabuhan yang sering mendapatkan
kedatangan dan keberangkatan warga Negara asing. Apabila diminta oleh Interpol
seperti Daftar Pencarian Orang (DPO) contohnya dapat ditangkap oleh Kepolisian
Singapura ketika memasuki Wilayah Hukum Singapura. Bagi oknum WNI atau TKI
yang terduga teroris akan dilakukan pencekalan oleh keimmigrasian Singapura, maka
mereka tidak diperbolehkan masuk ke Singapura atau akan dideportasi ke Negara
masing – masing90
.
90
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
62
Beda halnya dengan contoh kasus apabila ditemukan oknum WNI atau TKI
yang berniat atau telah melakukan tindak terorisme terencana di Wilayah Hukum
Singapura, maka dapat dilakukan penangkapan oleh Kepolisian Singapura ataupun
Keimmigrasian Singapura baik yang berada di bandara atau pelabuhan atau dimana
tempat kejadian perkara tersebut berlangsung. Yang mana akan diserahkan kepada
pihak berwenang untuk dilakukan pendalaman penyelidikan hingga kepada
penyerahan berkas ke pengadilan sembari menungggu putusan vonis, terdakwa tetap
berada di penjara. Kebijakan kemudian setelah vonis dibacakan, apakah akan
dieksekusi sesuai dakwaan di Wilayah Hukum Singapura atau akan dideportasi ke
Negara masing sambil berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Negara asal atau
pengirim maupun International Police (Interpol) termasuk apabila ditemukan upaya
tindakan terorisme dapat dilakukan kerjasama penangkapan di antara Kepolisian
kedua negara91
.
Kasus hukum pidana bersifat khusus lainnya yang pernah dilaporkan kepada
Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI di Singapura, baik yang dilakukan oleh WNI
maupun sedikit oleh TKI-B ialah kasus kepemilikan senjata api (senpi)92
. Telah
beredar masalah kasus kepemilikan senjata api (senpi) secara bebas bagi warga sipil
di Singapura, yang mana cukup membuat masyarakat merasa terancam dengan
91
https://www.merdeka.com/peristiwa/ngerinya-teroris-ri-mau-luncurkan-roket-ke-marina-bay-
singapura.html dipload Sabtu, 6 Agustus 2016 09:28 diakses pada tanggal 16 Juni 2017
92 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
63
adanya masalah ini93
. Walaupun sedikit dari TKI-B yang terlibat dalam kasus ini
namun tidak menutup kemungkinan adanya pihak yang memasok senjata termasuk
pada oknum WNI maupun TKI-B. yang mana akan memungkinkan digunakan untuk
kegiatan ataupun tindakan criminal lainnya atau hanya sekadar memicu timbulnya
kejahatan yang lain.
Secara umum ada dua kasus yang selama ini kita handle mengenai hukuman
mati, TKI di antara kasus pembunuhan dan kasus narkoba94
. Sampai saat ini ada
beberapa WNI kita yang terancam hukuman mati di persidangan namun belum
divonis. Hingga pembacaan vonis dakwaan akan melakukan upaya pendampingan
hukum secara maksimal atau all out dengan tetap dibatasi oleh asas perlindungan
WNI utamanya TKI-B di Luar Negeri. Yang mana upaya perlindungan termasuk
penyelesaian masalah akan dibahas pada bab selanjutnya dalam penelitian ini.
Dengan KBRI mengupayakan tugas pelayanan dan perlindungan terhadap proses –
proses hukum yang akan dijalani tersebut, dengan tujuan supaya hak – hak WNI
khususnya TKI-B terlindungi secara adil di hadapan Hukum Singapura.
Konsekuensi yang harus ditempuh WNI yang mana dalam hal dikhususkan
bagi TKI-B yang telah melanggar masalah kasus hukum pidana dan juga khusus ini
(sebagaimana bentuk – bentuknya telah dijelaskan sebelumnya) ialah bersedia
93
http://beritasore.com/2013/12/23/124-kasus-kepemilikan-senjata-apitajam-di-singapura/
diupload 23 Desember, 2013 diakses pada tanggal 17 Juni 2017
94 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
64
dilakukan penyelidikan oleh pihak berwenang secara mendalam untuk menggali
motif apa yang melatarbelakangi hingga kepada pengumpulan bukti-bukti baik
bersifat materiil maupun non materiil (di mana ini merupakan proses awal yang harus
dilalui pada laiknya menjalani proses hukum yang ada) hingga kepada acara
pemberkasan selesai dilakukan. Kemudian barang bukti telah dirasa cukup dan
memadai akan diserahkan kepada proses persidangan di Pengadilan Hukum
Singapura. Sebagaiamana kita ketauhui bersama bahwa Singapura menganut sistem
command law dan juga anglo saxon, yang mana badan persidangan, sumber
hukumnya berbeda dengan sitem civil law seperti yang dianut banyak Negara
termasuk Indonesia..
Badan peradilan Hukum Singapura seperti halnya kasus perdata, Peradilan
ada yang khusus mengurus kasus pidana ataupun keduanya. Seperti Subordinate
Court dan Supreme Court keduanya menangani baik kasus-kasus perdata maupun
pidana (kriminal)95
. Kewenangan (yurisdiksi) setiap pengadilan ditentukan oleh
besarnya nilai gugatan untuk kasus perdata dan untuk kasus pidana tergantung pada
jenis perbuatan dan lamanya hukuman. Court of Appeal merupakan pengadilan
tertinggi di Singapura. Banding dari High Court dapat diajukan ke Court of Appeal.
Pengajuan banding dari High Court ke Court of Appeal dapat meliputi baik perkara-
perkara perdata maupun pidana. High Court merupakan pengadilan yang menangani
95
Jurnal berjudul Selayang Pandang Tenatang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
65
perkara-perkara perdata dan pidana, dan juga banding dari panitera High Court dan
Subordinate Court96
.
Kasus-kasus pidana yang diajukan ke High Court meliputi kejahatan
kejahatan dengan hukuman penjara selama 10 tahun atau lebih serta kejahatan yang
diancam dengan hukuman mati (capital offences). .
96
Jurnal berjudul Selayang Pandang Tenatang Hukum Acara Perdata Singapura oleh Elfa Laela
Fakhriah pada Pustaka UNPAD Hukum Acara Perdata Singapura
66
BAB IV
Analisa Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) serta Perlindungan Hukum
terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B)
A. Sistem Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Singapura
Dalam menganalisa permasalahan yang diajukan pada pertanyaan penelitian
sebelumnya, penulis berusaha menggunakan pendekatan teori dalam Ilmu Hubungan
Internasional. Teori yang akan difokuskan untuk diaplikasikan pada bab ini ialah
First Track Diplomacy dan Neoliberalisme. Dalam menentukan ingin menggunakan
bentuk track atau jalur yang mana dari diplomasi yang sesuai untuk menjelaskan
permasalahan pelayanan WNI dan diutamakan pada perlindungan terhadap TKI
bermasalah (TKI-B), di mana melibatkan elemen terkait antar kedua Negara. Dengan
tujuan supaya lebih terlihat bagaimana upaya yang dilakukan Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Singapura sebagai garda terdepan Perwakilan
Pemerintah Republik Indonesia di Luar Negeri (dalam penelitian ini ialah Singapura)
dalam memberikan pelayanan WNI dan perlindungan terhadap TKI-B dalam
melakukan komunikasi dengan Pihak Pemerintah Singapura terkait dengan
Ketenagakerjaan seperti Ministry of Man Power (MOM). Barangtentu juga melihat
respon Pemerintah Singapura dalam menanggapi permasalahan ini, yang mana juga
akan mempengaruhi Hubungan Indonesia dan Singapura yang telah terjalin selama 50
tahun. Di mana Singapura telah memperlihatkan upaya peningkatan kerjasama
67
dengan Indonesia di berbagai bidang termasuk ketenagakerjaan yang juga meliputi
perlindungan WNI dan TKI (terutama TKI-B yang tersandung kasus masalah
hukum).
Diplomasi merupakan jalur yang diupayakan oleh suatu Negara dalam
permasalahan untuk merealisasikan tujuan atau kepentingan nasionalnya (dalam hal
ini hak dan kewajiban WNI terutama TKI-B di Singapura terlindungi oleh Hukum
Singapura). Banyak hal yang bentuk dan tipe dalam diplomasi yang dapat dilakukan,
di mana inti dari diplomasi ialah perundingan97
. Dalam mencapai suatu hasil
perundingan tertentu dapat disepakati tidak hanya di meja perundingan namun juga
dapat terjadi sewaktu permainan golf berlangsung di antara juru runding dengan tetap
melakukan lobi – lobi untuk mencapai kesepakatan tertentu98
. Sebagaimana fungsi
dari kegiatan diplomasi antara lain (menurut Norman dan Howard c parkins, 1957)
seperti representing (mewakili kepentingan Pemerintahan Negara Pengirim di Negara
Penerima) dapat berupa Kedutaan Besar, Konsulat Jenderal maupun Kantor
Perwakilan lainnya, negotiating (negosiasi berupa perundingan yang juga merupakan
inti dari kegiatan diplomasi tersebut), protecting ( perlindungan terhadap WNI
termasuk TKI yang berada di luar negeri, dalam membahas penelitian ini fungsi
diplomasi yang satu ini menjadi teori pokok dari pembahasan ini di samping teori
Neoliberalisme), promoting (dalam hal ini Kantor Perwakilan Diplomatik dapat
97
Mohsin, Aiyub Drs.MA.,MM., Diktat Diplomasi:Teori dan Praktek, 2010
98 Catatan hasil pembelajaran penulis pada mata kuliah Teori dan Praktik Diplomasi yang diampu oleh
Dosen Pembimbing penulis, Drs. Aiyub Mohsin MA.
68
menjadi media promosi seperti bagi kekayaan nilai budaya dan pariwisata Pemerintah
Indonesia di Negara Penerima, hal dapat menjadi salah satu penguatan di bidang
pariwisata bagi hubungan kedua Negara), reporting (fungsi diplomasi dalam hal
melaporkan hal-hal penting yang terjadi di Negara Penerima maupun program kerja
yang telah dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Diplomatik kepada Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta)99
.
Jalur atau track yang digunakan pada teori Diplomasi dalam membahas
permasalahan ini yakni The First Track Diplomacy. Alasan penulis ingin menerapkan
teori Diplomasi dengan The First Diplomacy karena permasalahan perlindungan
terhadap TKI-B di Singapura melibatkan elemen penting kedua Negara baik
Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Singapura terkait ketenagakerjaan Tenaga
Kerja Asing termasuk TKI. Elemen atau pihak yang terlibat tersebut merupakan
perwakilan resmi dari kedua Pemerintahan (KBRI sebagai kepanjangan tangan dari
Kemlu RI maupun Kemenakertrans RI dibantu perannnya oleh BNP2TKI dengan
MOM Singapura, maka jalur diplomasi yang dilakukan pun melibatkan diplomasi
antar kedua Negara (official diplomacy). De Magalhaes (1988) menggambarkan
Diplomasi Resmi (official diplomacy) sebagai, "instrumen kebijakan luar negeri
untuk pembentukan dan pengembangan kontak antara pemerintah negara-negara yang
berbeda melalui penggunaan perantara yang saling diakui oleh masing-masing pihak"
99
http://www.gurupendidikan.com/diplomasi-pengertian-menurut-para-ahli-fungsi-tujuan/ diupload
11 Januari 2017 dan diakses pada tanggal 21 Juni 2017
69
(hal.17)100
. Menurut asumsi penulis, dalam penjelasan De Magalhaes tersebut telah
disebutkan bahwasanya hubungan yang terjalin oleh Negara yang berbeda dengan
saling upaya merealisasikan kepentingan nasional yang diwujudkan dalam kebijakan
luar negeri melalui perwakilan diplomatik Negara Pengirim maupun Negara
Penerima.
Fitur terpenting The First Track Diplomacy membedakan dengan bentuk
diplomasi yang lainnya diantaranya adanya aplikasi formal di tingkat antarnegara
(Pemerintah Negara Pengirim dengan Pemerintah Negara Penerima), di mana setiap
Negara terkait menjadi penandatangan dari kesepakatan atau perjanjian internasional
tersebut101
. Teori Diplomasi ini biasanya dianggap sebagai alat pembuatan
perdamaian utama dari kebijakan luar negeri suatu negara. Hal ini dilakukan oleh
para diplomat, pejabat tinggi pemerintah, dan kepala negara dan bertujuan untuk
mempengaruhi struktur kekuasaan politik102. Pada proses negosiasi Pemerintah dari
masing-masing Negara mengirimkan utusan pejabat secara bergantian dari tinggi-
rendah ke tinggi-tinggi, hal ini dapat mencerminkan keseriusan dari komitmen
100 Magalhaẽs, C. J. (1988). The pure concept of diplomacy. New York: Greenwood Press. Dalam
jurnal berjudul Track One and a Half Diplomacy and the Complementarity of Tracks oleh Jeffrey Mapendere, Assistant Director Conflict Resolution Program Carter Center dengan COPOJ – Culture of Peace Online Journal, 2(1), 66-81. ISSN 1715-538X www.copoj.ca. 101 Jurnal berjudul Track One and a Half Diplomacy and the Complementarity of Tracks oleh Jeffrey
Mapendere, Assistant Director Conflict Resolution Program Carter Center dengan COPOJ – Culture of Peace Online Journal, 2(1), 66-81. ISSN 1715-538X www.copoj.ca. 102 Nan, A. S. (2005). Track one-and-a-Half Diplomacy: Contributions to Georgia-South Ossetian
Peacemaking. In R. J. Fisher (Ed.), Paving the Way (pp. 161-173). Lanham: Lexington Books dalam Jurnal berjudul Track One and a Half Diplomacy and the Complementarity of Tracks oleh Jeffrey Mapendere, Assistant Director Conflict Resolution Program Carter Center dengan COPOJ – Culture of Peace Online Journal, 2(1), 66-81. ISSN 1715-538X www.copoj.ca.
70
hubungan yang berlangsung103
. Di setiap tingkat interaksi, jenis interaksi The First
Diplomacy berkisar dari komunikasi tertulis, pertemuan formal, hingga percakapan
santai. Banyak negosiasi resmi melibatkan kombinasi bentuk interaksi. Dokumen
tertulis yang berkaitan dengan sebuah kesepakatan dapat dipertukarkan, para
diplomat dapat bertemu untuk membahas draf kesepakatan secara formal, dan
percakapan di sisi informal selama jeda dapat membawa komponen tambahan ke
perundingan104
. Di mana akhirnya kan ditandatangani oleh utusan Pemerintah
masing-masing dan terikat atasnya.
Meskipun First Track Diplomacy banyak digunakan sebagai solusi
penyelesaian kasus tertentu seperti resolusi dan resolving dari konflik yang terjadi,
dapat juga diaplikasikan baik dalam bentuk kerjasama hingga penguatannya pada
hubungan antarnegara dalam tingkat Pemerintah Negara masing-masing (dalam hal
ini hubungan Indonesia – Singapura terutama masalah ketenagakerjaan dan
Perlindungan TKI-B di Singapura).
Klasifikasi dari The First Track Diplomacy atau ada juga yang menyebutnya
dengan The Track One Diplomacy antara lain105
memiliki kecenderungan lebih
bersifat pada suatu bentuk proses komunikasi antara negara satu dengan negara lain
103
http://www.beyondintractability.org/essay/track1-diplomacy juni 2003 diakses pada 24 Juni 2017
104 Official (Track One) Diplomacy. (1999). University of Colorado Conflict Research Consortium.
Retrieved March 25, 2004, from: http://www.colorado.edu/conflict/peace/treatment/track1.htm
dalam website http://www.beyondintractability.org/essay/track1-diplomacy juni 2003 diakses pada
24 Juni 2017
105 https://www.academia.edu/8216235/First_Track_Diplomacy_and_second_Track_Diplomacy
71
secara official atau resmi melalui Pemerintah maupun utusannya termasuk Kedutaan
Besar (dalam hal ini Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura) daripada
bentuk organisasi politik lainnya. Walaupun dalam penelitian ini terdapat Badan
setingkat Kementerian terkait ketenagakerjaan ikut berpartisipasi aktif berkomunikasi
dengan Pemerintah maupun Perwakilan Pemerintah Singapura seperti Asosiasi
Pekerja termasuk juga pergerakannya bersama mitra agen yang telah diseleksi oleh
KBRI di Singapura. Lalu, Diplomasi dilakukan secara rahasia serta dikarakteristikkan
oleh peraturan dan prosedur yang khusus, secara rahasia di sini tidak membutuhkan
banyak pihak dari rakyat semisal dalam proses perundingan hingga kepada
pengeluaran kebijakan oleh Pemangku Kepentingan dalam hal ini Negara. Kemudian
klasifikasi berikutnya dari teori ini, memiliki agenda yang berorientasikan high
politics, seperti isu perang, perjanjian perdamaian, serta batas-batas negara. Dalam
penelitian alasan mengapa mengambil teori diplomasi yang satu ini, menurut penulis
dikarenakan sesuai dengan apa yang akan dibahas dengan merujuk pada pertanyaan
penelitian dalam skripsi ini. Yang mana masalah ketenagakerjaan ini merupakan
salah satu hal hal yang subtansial dan potensial karena menyangkut martabat Negara
maupun Bangsa yang terlibat dalam penempatan pekerja asing lintas Negara ini.
Apabila dalam proses penempatan tidak ditemukan masalah ringan maupun berat
(ataupun minimal secara jumlah) maka akan membawa nama baik bagi Negara
Pengirim maupun negara Penerima yang dapat dikatakan sukses dalam
penyelenggaraanya. Hingga di dalamnya banyak aspek yang mempengaruhi serta
72
terpengaruhi oleh adanya kegiatan ini, dari aspek ekonomi hingga keamanan –
kestabilan nasional hingga kawasan internasional.
Neoliberalisme digunakan dalam pendekatan pembahasan pada penelitian ini,
sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bagian landasan teori, bahwasanya
kepentingan nasional dalam hubungan internasional (lebih kepada bidang politik)
yang merupakan salah satu pokok dalam berhubungan oleh aktor – aktor baik Negara
maupun non Negara. Kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan
perilaku luar negeri suatu Negara106
Bagi Neolib dalam hubungan internasional tidak
harus direalisasikan dengan menggunakan kekerasan atau diakhiri dengan perang,
walaupun pada dasarnya manusia dalam keadaan anarkis. Namun dapat direalisasikan
melalui kerjasama dan perdamaian. Kerjasama dilakukan antar Negara baik bilateral
maupun multilateral. Kerjasama dapat dikategorikan dalam upaya diplomasi sebagi
softpower yang dilakukan Pemerintah masing-masing Negara yang terlibat untuk
mendapatkan kepentingan nasionalnya. Dalam Neoliberalisme pun dikenal dengan
konsep institusionalisme yang dikemas untuk menyelesaikan permasalahan dan
merealisasikan kepentingan nasionalnya tersebut. Dalam penelitian ini institusi
dikemas dalam Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura sebagai
garda terdepan Pemerintah Indonesia yang megupayakan perlindungan terhadap
Tenaga Kerja Indonesia (TKI-B) dengan dikomando oleh Kementerian Luar Negeri
dan Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja serta dibantu teknisnya oleh Badan
106
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
,2005, PT. Remaja Rosdakarya :Bandung
73
Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) dengan berkoordinasi aktif
dengan Ministry of Man Power Singapura beserta Asosiasi Pekerja Asing. Di sini
dikedepankan jalur diplomasi antar tingkat Negara untuk lebih meningkatkan
Pelayanan WNI terutama Perlindungan terhadap TKI-B di Singapura yang tersandung
masalah kasus hukum perdata maupun pidana.
1. Kondisi internal ataupun eksternal Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Singapura
Kondisi Internal Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura
akan dijelaskan dengan melihat bagaimana struktur staff korps diplomatik yang
tergabung di dalamnya. Termasuk di dalamnya bagaimana komunikasi yang
dibangun dari staff atau personel perwakilan (dalam hal ini KBRI) melaksanakan
tugas dan komitmennya untuk meningkatkan kinerja utamanya melayani dan
memberikan perlindungan hukum terhadap Warga Negara Indonesia (WNI)
khususnya Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B). Memberikan perlindungan
hukum di sini termasuk juga kepada fungsi bagian Badan Hukum Indonesia (BHI).
Struktur dalam perwakilan dapat diruntun dari posisi yang lebih senior atau lebih
tinggi dalam jabatan maupun golongan kepangkatan karier itu sendiri. Di mana di
setiap perwakilan seperti laiknya di KBRI Singapura dipimpin oleh seorang Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) pada satu Negara akreditasi pada
kasus ini yakni Singapura. Di KBRI Singapura posisi Duta Besar LBPP dijabat oleh
74
H.E. Ngurah Swajaya107
. Diikuti dengan beberapa fungsi yang terdapat di kantor
perwakilan baik yang langsung menyentuh kepada pelayanan kepentingan WNI
maupun Bantuan Hukum Indonesia (BHI) TKI seperti yang diemban oleh Fungsi
Protokol dan Kekonsuleran108
. Di mana pada fungsi ini yang berkaitan langsung
dengan penelitian kasus penulis ini. Pada Fungsi Protokol dan Konsuler ini dijabat
oleh oleh seorang pejabat diplomat Minister Counselor dengan dibantu oleh seorang
Counselor dan dua orang diplomat Sekretaris Tiga dengan ditambah seorang Staff
Teknis Tenaga Kerja.
Walaupun masih ada fungsi lain dari KBRI yang juga berada di KBRI
Singapura sebagaimana peraturan Kementerian Luar Negeri mengenai Staff seperti
Fungsi Politik, Fungsi Ekonomi, Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya, dan Fungsi
Komunikasi. Di mana dalam pembagian tugasnya di beberapa bidang terdapat
beberapa atase yang menanganinya, sebagai kepanjangan tangan dari peran lembaga -
lembaga di perwakilan. Atase – atase yang ditugaskan tersebut antara lain di bidang
Atase Pertahanan, Atase Keimigrasian, Atase Kepolisian, Atase Pendidikan, Atase
Perhubungan, Atase Keuangan, Atase Perdagangan, dibantu dengan bagian
administrasi kemudian Badan yang bertugas untuk penanaman modal atau investasi
107
http://kemlu.go.id/singapore/id/tentang-perwakilan/pejabat-dan-staff.aspx diakses pada tanggal
20 Mei 2017
108 http://kemlu.go.id/singapore/id/tentang-perwakilan/pejabat-dan-staff.aspx diakses pada tanggal
20 Mei 2017
75
yang ingin dilakukan di Negara akreditasi melalui perwakilan (di KBRI) yakni Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Di setiap Fungsi dari KBRI tersebut dipimpin oleh pejabat diplomat di
berbagai tingkatan golongan dengan dibantu beberapa orang staff, pengecualian bagi
beberapa Atase yang menangani bidang keamanan, pendidikan, adminitrasi dan
BKPM. Di mana biasanya fungsi dan atase tertentu dijabat oleh diplomat yang dalam
hal ini dikategorikan sebagai Pejabat Dinas Luar Negeri (PDLN), namun untuk
beberapa atase yang telah disebutkan sebelumnya dijabat oleh perwakilan staff
instansi di Indonesia ataupun pihak yang dianggap kompeten serta memiliki integritas
di bidangnya terkait sebagai utusan yang dikoordinasikan dengan Kementerian Luar
Negeri ataupun Kementerian lain terkait termasuk bekerjasama dengan International
Police (Interpol) bagi Atase Kepolisian. Di mana waktu jabatan maupun standard
aturan telah ditentukan sebagaimana kesepakatan yang telah dikoordinasikan
sebelumnya.
Sebagaimana hasil wawancara penulis terhadap bagaimana kondisi internal
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura109
, secara jumlah staff
maupun kondisi hubungan antar staff telah berkomitmen dan telah menunjukkan
kesolidan dalam upayanya untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan terhadap
Warga Negara Indonesia (WNI) termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melalui
109
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri
76
fungsinya masing-masing. Dalam hal ini lebih difokuskan kepada bagaimana peran
utama dari Fungsi Protokol dan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Singapura tersebut laiknya pelaksana tugas rutinitas pada KBRI di Negara
akreditasi lainnya. Dalam mengkoordinasikan peran dan fungsinya antarpersonel
dalam meningkatkan kinerja dapat dilaksanakan melalui beberapa kesempatan yang
dapat dimanfaatkan seperti diadakannya evaluasi staff yang diinisiasi dalam selang
waktu tertentu agar setiap personel dapat memanage dan introspek untuk kemajuan
berikutnya, ada lagi perencanaan rangkaian kegiatan apa yang akan dilakukan sebagai
proses memanajemen sebuah organisasi.
Lalu proses pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh
staff dan pimpinannya. Hingga dilanjutkan kepada tindakan pengawasan dan
pemeriksa oleh badan yang bertanggungjawab dan kompeten di bidangnya. Hal ini
dengan tujuan bersama untuk dapat mengetahui bagaimana hasil kinerja yang telah
dilaksanakan sejauh ini dan membuat progress kemajuan manajemen organisatoris, di
samping pelaksanaan evaluasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Kondisi eksternal yang dilakukan oleh KBRI di Singapura telah dilaksanakan
dengan baik dan aktif sesuai SOP yang telah ditentukan. KBRI tidak hanya
berkoordinasi dengan badan atau lembaga di dalamnya tetapi juga mengadakan
komunikasi dengan pihak-pihak lain yang terkait. Komunikasi secara aktif dan
berkesinambungan telah dilakukan dengan Ministry of ManPower (MOM) Singapura
apabila di Indonesia setara dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Hal
77
yang telah dilakukan diantaranya KBRI telah mengirimkan surat edaran kepada
MOM perihal salah satunya adanya laporan atau pengaduan dari TKI yang
menghadap ke KBRI mengenai belum terpenuhinya hak dan kewajiban beberapa TKI
tersebut110
.
Walaupun tidak dapat mengintervensi KBRI akan berusaha dalam memenuhi
aspirasi WNI ataupun TKI tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan KBRI ke pihak
eksternal yakni berkomunikasi dengan Bank Negara Indonesia (BNI) dan BII
Maybank yang telah memiliki perwakilan di beberapa Negara di Luar Negeri
termasuk Singapura. Hal - hal yang telah dilakukan antara lain kerjasama untuk
memfasilitasi WNI hal ini lebih kepada TKI dalam proses penggajian antara User
dengan agen dan TKI (baik kasus TKI informal maupun formal). Kemudian BNI
memberikan usulan program kepada KBRI yakni pelaksanaan remitansi atau dengan
pengertian memudahkan pengiriman uang atau gaji TKI kepada keluarganya di Tanah
Air.
Salah satu langkah yang dihimbau oleh pemerintah kepada calon TKI (CTKI)
untuk melakukan proses pembukaan rekening atas nama TKI di Singapura sebelum
TKI berangkat sehingga nomer rekening pembayaran gaji dapat dimasukkan ke
110
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri
78
dalam kontrak antara PTKIS denga Bank yang telah ditunjuk Pemerintah111
. Program
ini dilakukan agar gaji yang masuk langsung dapat masuk ke rekening TKI dan
pemotongan gaji berlebihan oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) bisa
dihindari. Selain itu, tentunya remitansi juga akan naik seiring dengan meningkatnya
instrument keuangan formal. Disebabkan dalam beberapa kasus yang sering
dikeluhkan TKI adanya pemotongan gaji yang tidak sesuai jumlahnya dengan cost
structure yang mengakibatkan pemotongan gaji hingga 6 kali lipat. Dengan
pemotongan gaji itu, maka take home pay yang diterima oleh TKI hanya menjadi 50-
70 SGD, dan hal ini berjalan selama 8 bulan112
. Tidak hanya itu, hal yang diharapkan
multiplier effect dari adanya program ini adalah meleknya TKI dan keluarganya
dengan instrumen keuangan dan akses terhadap jasa keuangan formal sehingga
remitansi dari TKI di Singapura akan meningkat tiga lipat.
2. Sistem pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Singapura
111
http://www.bnp2tki.go.id/read/10594/Rekening-TKI-Solusi-Tingkatkan-Remitansi-dan-Cegah-
Potongan-Gaji-Berlebih diunggah 22 September 2015 13:27 WIB dan diakses pada tanggal 19 Mei
2016
112 http://www.bnp2tki.go.id/read/10594/Rekening-TKI-Solusi-Tingkatkan-Remitansi-dan-Cegah-
Potongan-Gaji-Berlebih diunggah 22 September 2015 13:27 WIB dan diakses pada tanggal 19 Mei
2016
79
Kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Luar Negeri termasuk
Singapura, dalam keadaan yang variatif dan beragam. Singapura yang terkenal
dengan Negara menjadi salah satu tujuan warga dunia Internasional termasuk para
WNI yang berkunjung maupun berdomisili di Negeri Singa ini. WNI yang berada di
Singapura ini telah menjadi salah satu bagian dari beragamnya populasi warga dunia
di Singapura. Mereka diaspora Indonesia ada yang berposisi sebagai pelajar atau
mahasiswa yang menimba ilmu di Perguruan Tinggi terkenal di Singapura, ada juga
sebagai ekspatriat yang ikut menggiatkan geliat perekonomian dan industry jasa yang
sedang digalakkan di Singapura dan barang tentu para „pahlawan devisa‟ Negara
Indonesia yakni Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meliputi Tenaga Kerja Wanita (TKW)
yang penyebaran penempatan di sector formal maupun informal113
. Sikap KBRI
dalam memberikan pelayanan terhadap WNI termasuk TKI dalam penelitian ini
melalui prinsip atau asas yakni keberpihakan dan kepedulian. KBRI akan menjadi
garda terdepan perwakilan Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan dan
perlindungan hukum serta BHI kepada siapapun WNI termasuk terhadap TKI
bermasalah (TKI-B), sehingga hak dan kewajibannya dapat terpenuhi dengan baik
serta optimal.
113
http://www.bnp2tki.go.id/read/12024/Data-Penempatan-dan-Perlindungan-TKI.html bagian
Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI) diakses pada
tanggal 11 Februari 2016
80
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan Warga Negara Indonesia
(WNI) oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura telah sesuai
dengan Prosedur Tetap (Protap) Kementerian Luar Negeri yang telah dikeluarkan
bagi kantor perwakilan di Negara Akreditasi atau penempatan. Fungsi protocol dan
konsuler lebih diutamakan perannya dengan dibantu oleh fungsi imigrasi pada KBRI
dalam melayani kepentingan WNI dalam administrasi dan keimmigrasian dari awal
kedatangan hingga kepulangan ke Tanah Air termasuk berlaku untuk TKI di
Singapura. Fungsi protocol dan konsuler merupakan wadah bagi WNI dan TKi
apabila ada keluhan yang disampaikan melalui pengaduan termasuk apabila ada
masalah ketenagakerjaan hingga masalah berat yang menyangkut kasus berat hingga
membutuhkan mediator dalam penyelesaian masalah sebagaiamana yang akan
dijelaskan pada bagian berikutnya.
Pelayanan yang digalakkan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI)
melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura yang telah diatur dan
diterapkan dalam kurun waktu lama tersebut disebut berikutnya dengan Indonesian
Citizen Service, di mana hampir KBRI di negara penempatan menjalankannya114
.
Dalam program Citizen Service ini KBRI telah melaksanakan layanan kekonsuleran,
keimiggrasian termasuk layanan perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia
(PWNI-BHI). Layanan-layanan tersebut merupakan hak dan kewajiban WNI
termasuk TKI yang akan dan sedang berada di Luar Negeri, maka dari itu WNI dan
114
http://kemlu.go.id/singapore/id/tentang-perwakilan/pejabat-dan-staff.aspx diakses pada tanggal
20 Mei 2017
81
TKI diharapkan berkoperatif serta aktif dalam mencari informasi untuk kelengkapan
dokumen yang menyertai. Hal ini bagi TKI merupakan suatu keharusan apabila ingin
mendaftarkan diri pada awal kedatangan hingga mengurus layanan kekonsuleran dan
ijin untuk tinggal, beraktifitas hingga bekerja di Luar Negeri. Bagi KBRI ini
merupakan tugas kelanjutan dari melakukan verifikasi bagi WNI yang akan dan baru
datang termasuk TKI sebagai database perlindungan konsuler dan layanan PWNI-
BHI.
Pelayanan WNI oleh KBRI di Singapura melalui fungsi protocol dan
kekonsuleran telah dilaksanakan sejak awal kedatangan WNI maupun TKI melalui
berbagai alat transportasi baik dari pelabuhan laut dan Bandar udara telah disambut
dengan program awal yang diberi nama Sort Massage Service (SMS) Blast. KBRI
bekerjasama dengan beberapa provider pengembang tertentu dalam memberikan
informasi awal bagi WNI maupun TKI yang baru tiba di Singapura. Layanan SMS ini
secara teknis akan menjelaskan lokasi KBRI Singapura dan bagian Fungsi Protokol
dan Konsuleran, Fungsi imigrasi dan Fungsi PWNI-BHI, hal ini apabila WNI
maupun CTKI yang ingin melaporkan diri pada fase awal kedatangan, mengurus
dokumen imigrasian (kelajutan dari kelengkapan dokumen imigrasi di bandara),
pelayanan kekonsuleran termasuk apabila di waktu akan datang diketemukan masalah
yang membutuhkan mediator pihak KBRI dapat mengubungi layanan PWNI-BHI.
82
Hasil dari wawancara penulis saat menanyakan apakah efektif sejauh ini akan
adanya program SMS Blash115
, maka sejauh ini menurut beliau bahwasanya „cukup
efektif bagi WNI maupun TKI yang baru datang disebabkan memudahkan mereka
saat ingin mendaftarkan diri waktu baru datang dan melarporkan diri apabila ada
pengaduan kasus termasuk perpanjang paspor maupun visa‟.
Pelayanan Protokol dan Konsuler oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Singapura dalam menjalankan tugas dan perannya untuk menerima serta
memberikan solusi apa yang diajukan oleh WNI maupun TKI kepadanya. Dalam
pelayanan protocol dan konsuler kepada WNI yang datang ke KBRI memiliki
beberapa mekanisme terdiri dari penerimaan dokumen dan pengambilan dokumen
yang waktunya berlangsung setiap hari kerja yakni Senin hingga Jumat. Fungsi
Protokol dan Konsuler dalam pelayanan Kekonsuleran di dalam kinerjanya tidak
dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan dengan Fungsi Imigrasi yang
dibackup oleh layanan PWNI-BHI (yang tergabung juga dalam Fungsi Protokol dan
Konsuler). Adapun jenis pelayanan kekonsuleran yang mana merupakan layanan
yang sering dihadapi oleh WNI maupun TKI termasuk siapa yang membutuhkan
perlindungan hukum di suatu saat mendatang. Jenis pelayanan kekonsuleran antara
lain116
115
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia
116 http://www.kemlu.go.id/singapore/id/layanan-konsuler/pelayanan-wni/Pages/Layanan-
Kekonsuleran.aspx diakses 2 Mei 2017
83
1. Pencatatan Kelahiran
WNI yang lahir di Singapura (termasuk anak dari pernikahan WNI dan
WNA yang lahir di Singapura terhitung mulai 1 Agustus 2006) diminta
untuk mencatatkan kelahirannya di KBRI Singapura untuk mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia.
2. Pernikahan di Singapura
Bagi WNI yang hendak melangsungkan pernikahannya di Singapura
diminta untuk mendaftarkannya secara langsung kepada Pemerintah
Singapura, yaitu kepada Registry of Muslim Marriages (ROMM) jika
kedua WNI beragama Islam, atau kepada Registry of Marriages (ROM)
jika salah satu WNI beragama non-Islam. Sedangkan Khusus bagi WNI
yang bekerja sebagai domestic worker dan akan menikah dengan Warga
Negara Singapura atau WNA lainnya di Singapura harus mendapatkan
persetujuan dari Ministry of Manpower (MOM) Singapura terlebih
dahulu, baru diperkenankan mendaftarkan pernikahannya pada ROM atau
ROMM.
3. Pencatatan Pernikahan
WNI yang melangsungkan pernikahan di Singapura diminta untuk
melaporkan pernikahannya ke KBRI Singapura guna dicatatkan dan
mendapatkan Kutipan Akta Perkawinan.
84
Kutipan Akta Perkawinan yang dikeluarkan KBRI Singapura selanjutnya
harus dilaporkan oleh yang bersangkutan (ybs) kepada perangkat
pemerintah yang melaksanakan pelayanan administrasi kependudukan
terdekat di wilayah tempat tinggalnya, paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak ybs tiba kembali di Indonesia.
4. Legalisasi Dokumen
KBRI Singapura menyediakan layanan ini bagi mereka
(individu/perusahaan) yang memerlukan bantuan berikut:
1. Legalisasi dokumen yang dikeluarkan di Singapura untuk digunakan
di Indonesia;
2. Legalisasi dokumen yang dikeluarkan di Indonesia untuk digunakan di
Singapura
5. Surat Keterangan / To Whom It May Concern
Pelayanan ini disediakan bagi WNI yang membutuhkan referensi
pendukung untuk menerangkan sebuah informasi mengenai data diri
(nama, tempat lahir, tanggal lahir, status, tempat tinggal, dsb.) agar lebih
jelas.
Bidang Konsuler KBRI Singapura hanya akan menerbitkan Surat
Keterangan (To Whom It May Concern) apabila dokumen yang akan
diterangkan lengkap, sah (asli), dan bisa dipertanggungjawabkan. Surat
Keterangan ini tidak dapat digunakan untuk MENGUBAH mau pun
85
MENGGANTI sebuah informasi mengenai data diri yang telah tercantum
di dalam suatu dokumen resmi, melainkan hanya mempertegas suatu
informasi agar lebih terang dan jelas
Fungsi imigrasi pada KBRI di Singapura dalam memberikan pelayanan
keimmigrasian menyangkut dokumen-dokumen resmi yang wajib dipenuhi oleh WNI
dan TKI baik yang akan dan sedang berada di Singapura hingga kembali ke Tanah
Air. Pada Fungsi ini KBRI memberikan kemudahan bagi WNI yang ingin membuat,
memperpanjang paspor maupun visa hingga pengaturan mekanisme pembuatan
dokumen yang hilang, rusak atau akibat tindakan laiinya seperti kecurian atau
kelalaian dari WNI atau TKI tersebut. Jadi bagai yang berkepentingan dengan
imigrasi tidak perlu ke kantor imigrasi Singapura melainkan dapat melaporkan diri ke
Fungsi Imigrasi di KBRI Singapura. Namun apabila yang terjadi atau diketemukan
masalah atau kasus TKI yang telah menyalahi aturan keimigrasian Singapura seperti
halnya masalah overstayer yang tidak segera diselesaikan segera dan kasus berat yang
telah menyebabkan oknum WNI maupun TKI tersebut dicekal oleh migrasi
Singapyra baik untuk masuk maupun keluar daerah Negara Singapura. Maka pihak
oknum WNI atau TKI-B tersebut harus melaporkan diri ke kantor Imigrasi Singapura
untuk proses penyelesaian masalah tersebut apabila dibutuhkan pihak KBRI untuk
perlindungan hukum sebagai mediator maka pihak KBRI akan memberikan
pendampingan hukum secara maksimal agar terpenuhinya hak-hak WNI atau TKI-B
tersebut (bagi kasus berat yang telah dilanggarnya).
86
Jenis-jenis pelayanan imigrasi pada KBRI Singapura yang sering dilaporkan
dan dihadapi oleh WNI maupun TKI sebagaimana Standard Operasional (SOP)
Kementerian Luar Negeri Indonesia, hal ini pun berlaku pada laiknya KBRI di
Negara-negara penempatan atau akreditasi lainnya. Pelayanan yang diberikan oleh
KBRI ini seperti halnya fungsi kekonsuleran dilaksanakan pada hari kerja, yang mana
meliputi diantaranya:
1. Layanan Paspor
Layanan Paspor yang ditangani oleh KBRI meliputi : Pembuatan atau
memperpanjang waktu berlakunya Paspor dan perubahan data paspor.
Pembuatan Paspor di KBRI diperuntukkan bagi beberapa klarifikasi
dengan masing-masing persyaratannya
2. Layanan Visa
Jika akan melakukan perjalanan atau kunjungan singkat ke Luar
Negeri visa menjadi kelengkapan dokumen, namun di beberapa
Negara termasuk Singapura visa tidak menjadi kelengkapan dokumen
tersebut. Namun bagi Calon Tenaga Kerja (CTKI), visa kerja butuh
dimiliki. Beberapa jenis Work Pass / Permit (Surat Ijin Kerja) di
Singapura, disesuaikan dengan kebutuhan, kriteria (level pekerjaan)
dari masing-masing orang. Work pass ini akan diurus oleh pihak
perusahaan atau pihak perorangan yang ingin memperkerjakan pekerja
87
kecuali PEP (Personalised Employment Pass)117
.Visa kerja tersebut
dikeluarkan oleh KBRI di Singapura. Visa yang nanti akan dapatkan
adalah Visa Kerja118
. Visa selain Visa Kerja tidak bisa digunakan
untuk bekerja di Negara penempatan dan jika dipaksakan untuk
bekerja, anda akan dianggap sebagai pekerja ilegal. Dengan Visa
Kerja, CTKI akan diizinkan bekerja di negara tujuan selama jangka
waktu tertentu.
2. Layanan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP)
Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) adalah Surat Perjalanan
Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Perwakilan RI
(KBRI/KJRI/KRI) di luar negeri kepada WNI karena paspor yang
bersangkutan hilang akibat kelalaian, rusak, atau sebab-sebab yang
lainnya.
SPLP diberikan kepada WNI agar yang bersangkutan dapat melakukan
perjalanan pulang kembali ke tanah air. SPLP memiliki masa berlaku
lebih pendek daripada paspor, dan hanya dapat diperpanjang satu kali.
SPLP tidak diperuntukkan sebagai pengganti paspor.
3. Layanan Surat-Surat Keimigrasian Lainnya
117
http://www.wisatasingapura.web.id/2009/06/30/work-permit-pass-surat-ijin-kerja-di-singapore/
diakses pada tanggal 18 Mei 2017
118 https://buruhmigran.or.id/2012/07/10/syarat-membuat-visa-tki/ dipublish 10 Juli 2012 dan
diakses pada tanggal 20 Mei 2017
88
Hal ini terdiri dari Surat pindah ke Indonesia dan Surat melahirkan di
Singapura.
4. Pendaftaran Diri
Pelayanan ini diberikan ketika WNI maupun TKI yang baru masuk ke
wilayah hukum Singapura, harus terlebih dahulu mendaftarkan diri ke
KBRI sebagai bukti bahwa dia telah tiba dengan tujuan yang ia
maksudkan. Bagi TKI yang telah mendapatkan Kartu Tanda Tenaga
Kerja Luar Negeri (KTKLN) di mana dikeluarkan isntansi terkait di
Indonesia akan diverifikasi database ulang oleh KBRI, untuk
memastikan bagaimana mekanisme penempatan sesuai kontrak antara
User dan agen penyalur (PTKIS) termasuk dengan CTKInya dengan
prosedur yang dimiliki KBRI.
Warga Negara Indonesia yang akan kembali ke tanah air dari
Singapura dan atau akan menetap di tempat lain, juga perlu
melaporkan kepulangannya. Silahkan menghubungi ke bagian Fungsi
Imigrasi KBRI di Singapura.
5. Piket Keimigrasian
Pelayanan imigrasi yang dilakukan secara piket dan melakukan sistem
shift staff terutama apabila ada WNI atau TKI yang melaporkan
permasalahan di hari libur.
89
B. Penyelesaian masalah dan Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja
Indonesia Bermasalah (TKI-B) oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura
1. Perlindungan Hukum yang diberikan Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Singapura terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B)
Untuk mengetahui bagaimana peran KBRI di Singapura dalam memberikan
perlindungan hukum terhadapa WNI terutama TKI bermasalah (TKI-B), terlebih
dahulu kita harus mengetahui Masalah – masalah apa saja yang muncul dan diadukan
oleh WNI maupun TKI kepada KBRI. Setelah itu KBRI akan mengklarifikasin
tingkat keseriusan atau beban dari masalah ataupun kasus tersebut. Masalah-masalah
TKI yang sering dilaporkan dan diterima oleh KBRI di Singapura yakni datang dari
sector informal yakni dari pekerja domestik (foreign domestic worker) terdiri dari
masalah ketenagakerjaan. Masalah-masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan
gaji-gaji TKI yang dibayarkan dengan tidak seutuhnya sesuai dengan kontrak oleh
majikan atau beberapa bulan atau tahun gaji mereka tidak dibayarkan.
Masalah ketenagakerjaan berikutnya yang dikeluhkan TKI yakni Cost
Structure atau disebut juga biaya penempatan yang terlalu tinggi hingga pernah
ditemukan hingga enam (6) kali lipat dari harga semula119
. Disebabkan selama ini
dalam penentuan cost structure belum ada acuan yang tetap dan berkuatan hukum
atau berlegal hukum. Sejauh ini yang menjadi acuan bagi TKI mengenai cost
119
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri
90
structure ini yaitu berasal dari surat edaran yang dikeluarkan oleh KBRI di Singapura
yakni sebesar 1 bulan gaji. Namun harus dikaitkan juga dengan aturan ILO
(Internasional Labour Organisation) mengenai Cost Structure ini, karena menyangkut
harkat hidup TKI dan Singapura juga merupakan Negara yang establish hukumnya
dan juga disiplin. Tetapi dalam mengatur urusan penempatan calon tenaga kerja lintas
Negara ini memang memiliki beberapa hal yang menimbulkan masalah dan polemic
dikarenakan adanya kepentingan di dalamnya
Klarifikasi masalah berikutnya yang sering dilaporkan TKI dan diterima oleh
KBRI ialah kasus keimigrasian yang sering menimpa TKI di SIngapura. Hal ini kita
ambil contoh seperti masalah overstayer TKI –B tersebut, di mana waktu ijin tinggal
dan bekerja TKI yang telah kadaluwarsa serta tidak diperbarui kembali. Dalam hal ini
KBRI menekankan bagi majikan sebagai penjamin TKI sebagai karyawan di rumah
atau perusahaannya untuk melakukan perpanjangan untuk ijin tinggal dan bekerja
bagi TKInya ke Fungsi Imigrasi KBRI Singapura. Namun apabila tidak diindahkan
TKI tersebut akan dicabut ijinnya dan dapat dicekal bahkan dipulangkan oleh pihak
imigrasi Singapura melalui KBRI juga akhirnya. Sedangkan bagi WNI non foreign
domestik worker seperti PLRT, baik yang bekerja sebagai ekspatriat, kontruksi
hingga pelajar maka yang melakukan proses perpanjangan ijin tinggal ialah diri
mereka sendiri dengan mendatangi Fungsi Imigrasi KBRI.
Kemudian masalah berikutnya yang muncul pada keimigrasian Singapura
dimana ada oknum TKI yang dicekal masuk atau keluar Singapura, banyak pihak
91
termasuk TKI tersebut yang mempertanyakan keabsahan data pencekalan tersebut ke
immigrasi120
. Hal yang dapat dilakukan KBRI yaitu mendatangi bagian imigrasi
Singapura dengan tujuan menverifikasi data oknum TKI maupun WNI yang dicekal
dengan mempertanyakan siapa dan alasan pencekalan namun KBRI tidak dapat
mengintervensi hasil pencekalan oleh imigrasi Singapura (karena itu hak Imigrasi
Singapura). Setelah respon diberikan itu baru KBRI memberikan pernyataan TKI
maupunWNI yang dicekal tersebut dan pihak-pihak yang mengetahui atau terkait.
Adapun juga tindakan pencekalan kepada WNI ataupun TKI yang diindikasikan
diduga teroris akan dipulangkan, karena Pemerintah Singapura juga konsen terhadap
kasus terorisme tersebut di samping kasus narkoba yang sedang marak di Negara itu
termasuk pada kegiatan masuknya barang dan orang ke Imigrasi Singapura.
Penulis akan berusaha memetakan masalah atau kasus apa saja yang terjadi
terhadap TKI-B di SIngapura di mana apabila yang menimpa tersebut perlu atau
tidaknya pihak KBRI sebagai pihak ketiga atau mediator kasus tersebut121
. Menurut
paparan narasumber yang diwawancarai bahwasanya ada kasus-kasus yang sifatnya
perdata seharusnya dapat diselesaikan antara majikan dan karyawan (hal ini biasanya
terjadi pada kasus Tenaga Kerja di bidang informal yakni PLRT), di mana tidak
memerlukan pihak KBRI sebagai mediator namun sekiranya diperlukan peran KBRI
120
Hasil wawancara dengan Servulus Bobo Riti, Kasubdit Asia dan Pasifik Direktorat Kerjasama Luar
Negeri Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)
121 Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
92
maka proses penyelesaian tidak harus sampai ke ranah pengadilan. Kasus-kasus
perdata yang sering diadukan oleh TKI kepada KBRI tersebut seperti masalah
ketenagakerjaan seperti pembayaran gaji yang tidak sesuai bahkan ada yang tidak
dibayar oleh majikan, pemotongan gaji dalam jumlah besar oleh agen penyalur dan
cost structure yang ditimpakan TKI terlalu besar termasuk kepada pengaturan waktu
kerja, istirahat, maupun hari libur terhadap TKI.
Masalah selanjutnya yang masuk ke dalam kasus perdata berikutnya ialah
kasus keimigrasian yang sudah disebutkan sebelumnya, yang mana KBRI yang
diminta menanyakan data yang valid akan kasus pencekalan terhadap wni maupun
TKI bermasalah tersebut. Setelah mendapatkan respon dari keimigrasian maka
dishare kepada pengadu tadi hasil verifikasi yang dilakukan KBRI dengan tanpa
adanya intervensi terhadap kebijakan imigrasi Singapura karena yang digunakan ialah
hukum dan regulasi Negara Singapura. Kemudian Kasus-kasus khusus yang masuk
ke dalam kategori beratdan harus melalui proses pengadilan dalam penyelesaian
kasusnya. Singapura juga merupakan Negara yang menerapkan hukuman mati bagi
terdakwa atau pihak yang diindikasi telah melanggar kasus-kasus khusus tersebut
termasuk terhadap Tenaga Kerja asing seperti TKI. Kasus-kasus yang masuk ke
dalam ketegori berat dan pidana tersebut seperti kasus-kasus khusus criminal semisal
pembunuhan, penculikan, narkoba dan juga diduga teroris.
Dalam hal ini TKI confidential pada kasus ini. Sejauh ini KBRI kita sedang
menghandle dua kasus yang termasuk kasus pidan tersebut yakni pembunuhan dan
93
narkoba122
. Di mana oknum TKI bermasalah yang diindikasikan terancam hukuman
mati akibat terkena dua kasus tersebut, hingga saat ini masih menjalani persidangan
dan sedang menunggu vonis pengadilan serta terancam hukuman mati. Jikalau kita
perhatikan perwakilan Pemerintah Indonesia dalam hal ini KBRI Singapura, dalam
memberikan perlindungan hukum bagi WNI maupun TKI-B, KBRI telah melakukan
tugasnya secara all out dengan semua asset yang ada dengan semua simpul-simpul –
simpul komunikasi yang dimiliki di Singapura, mereka telah memaksimalkan proses
atau upaya perlindungan yang ada. Hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya batas-
batas dalam perlindungan, perlindungan itu intinya adalah keberpihakan dan
kepedulian. Dimana dengan adanya keberpihakan dan kepedulian yang terdapat
dalam perlindungan KBRI kepada WNI maupun TKI-B, tidak dapat menarik kembali
tindakan pidana yang mereka lakukan. Akan tetapi apapun tindakan hukum yang
dilanggar WNI maupun TKI di Luar Negeri baik pidana apalagi perdata, sikap KBRI
memastikan hak TKI dan WNI tetap terlindungi dengan hukum Singapura.
Namun tetap tidak dapat melakukan tindakan intervensi terhadap hasil atau
vonis pengadilan akan tetapi KBRI akan memaksimalkan mungkin upaya pemberian
perlindungan untuk kasus berat dan pidana secara teknis akan melakukan
pendampingan hukum oleh Pihak KBRI dengan bekerjasama kepada pengacara
setempat dalam proses pembelaan dan kuasa hukum terhadap WNI atau TKI-B
122
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
94
tersebut123
. Proses yang lama dan panjang menunggu hasil vonis pengadilan terhadap
kasus hukum tersebut akan senantiasa ditempuh KBRI dalam tugasnya baik secara
protoko maupun kekonsuleran termasuk melibatkan bagian BHI dalam kasus ini,
supaya dapat memperlancarkan proses hukum. Pendampingan hukum dilakukan dari
pengadilan tingkat pertama atau pengadilan negeri hingga pengadilan tinggi atau
hingga tingkat banding. KBRI selalu menghadirkan pengacara tersebut di setiap
pengadilan untuk proses pembelaan terhadap jalannya proses pengadilan terhadap
WNI amaupun TKI-B tersebut.
2. Penyelesaian masalah dan Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja
Indonesia Berrmasalah (TKI-B) oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di
Singapura
Pada umumnya untuk Negara penempatan di Wilayah Asia Pasifik, ketentuan
hukum nasionalnya telah mengatur pekerja asing, baik pekerja sector formal maupun
sector informal. Namun demikian di sejumlah Negara cost structure menjadi salah
satu persoalan utama pada masalah ketenagakerjaan yang perlu mendapatkan
pemecahan agar tidak membebani dan memberatkan TKI. Berita positifnya Hukum
ketenagakerjaan Singapura yang mengatur keberadaan pekerja asing dalam
Employment of Foreign Manpower Act 1990, yang mengatur mengenai tatacara dan
prosedur pekerja asing di Singapura termasuk juga larangan bekerja bagi pekerja
123
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
95
asing tanpa ijin kerja yang sah dan sanksi denda bagi majikan yang melakukan
pembatalan ijin. Namun demikian peraturan tersebut tidak mengatur sector pekerjaan
Rumah Tangga (foreign domestic worker), pelaut, dan jabatan pekerjaan tingkat
eksekutif ataupun manajer.
Keberadaan pekerja rumah tangga diatur lebih lanjut melalui Employment of
Foreign Manpower (work passes) Regulation yang dianggap cukup memadai sebagai
instrument perlindungan terhadap para pekerja asing yang bekerja di sector rumah
tangga124
. Pemerintah Singapura sangat terbuka dengan masukan dari pemangku
kepentingan termasuk Perwakilan asing di Singapura yang menjadi perpanjangan
tangan Pemerintah Negara pengirim tenaga kerja. Di sinilah diharapkan peran KBRI
dalam hal ini di Singapura sebagai garda terdepan Perwakilan diplomatic Pemerintah
Republik Indonesia di luar negeri dalam berkomunikasi aktif terhadap instansi terkait
seperti Ministry of ManPower sebagai hubungan eksternalnya untuk meningkatkan
kinerja perlindungan dan pelayanan terhadap WNI maupun TKI. Apalagi menyoal
mengenai hak dan keawajiban yang dibebankan kepada TKI dapat segera
diselesaikan dan terlindungi dengan peraturan setempat. Termasuk masalah cost
structure yang belum ada ketetapan peraturan berbadan hukum hingga saat ini.
124 Kajian Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,2011. Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerjasama dengan Unit Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga
96
Peraturan atau Kebijakan perlindungan terhadap tenaga kerja asing di Negara
penempatan memegang peranan yang sangat penting dalam perlindungan TKI pada
masa penempatan. Tanpa adanya dukungan peraturan di Negara setempat upaya
perlindungan tidak mungkin dapat dilakukan secara maksimal125
. Dari kajian yang
telah dilakukan terhadap peraturan atau kebijakan Negara tujuan penempatan secara
umum diperoleh gambaran bahwa peraturan/kebijakan yang ada sebagian besar hanya
mengatur tenaga kerja sector formal dan belum secara jelas memasukkan tenaga kerja
informal.
Upaya penyelesaian masalah dalam kerangka pemberian perlindungan hukum
dan BHI terhadap TKI bermasalah (TKI-B) untuk kasus – kasus berat dan pidana
dilakukan KBRI telah memaksimalkan perlindungan dari proses penyelidikan hingga
pembacaan vonis pengadilan dan pelaksanaan vonis tersebut. Dimulai melalui
pendampinngan hukum dengan bekerjasama terhadap pengacara atau kuasa hukum
Negara Singapura. Proses dilakukan dari masa penyelidikan , penuntutan termasuk
pemberkasan perkara hingga pembuktian di pengadilan senantiasa KBRI bersama
pengacara bersedia melakukan pembelaan di setiap pengadilan digelar. Sambil
menunggu proses pembacaan vonis pengadilan bahkan setelah voni diputuskan pun,
KBRI tetap melakukan pendampingan dengan memanfaatkan layanan kekonsuleran
yakni kegiatan mengunjungi WNI maupun TKI-B ke penjara bersama pengacara
125
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan ASEAN Non
Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia
97
setempat untuk melakukan interview kepadanya menanyakan kondisi jasmani
maupun rohani dari WNI atau TKI-B tersebut hingga tindakan hukum apa yang akan
ditempuh dalam menghadapi vonis pengadilan tersebut maupun banding apabila telah
vonis selesai diputuskan. KBRI pun menyediakan jasa penerjemah bahasa apabila
WNI atau TKI-B belum memahami bahasa setemapat agar tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi dan demi kelancaran proses hukum untuk kasus-kasus
pidana dan berat.
Untuk meminimalisir penanganan masalah selain kasus pidana dan berat,
KBRI pun telah all out dalam upaya perlindungan dan penyelesaian masalah perdata
seperti ketenagakerjaan, keimigrasian dimulai dari melihat dan memverifikasi data
base fungsi kekonsuleran dengan harus memahami referensi hukum setempat, hal ini
untuk menjawab persoalan yang belum diatur dalam perundangan hukum Singapura
mengenai hak-hak WNI maupun TKI seperti penetapan waktu kerja, istirahat dan
juga hari Libur. Selain uapaya yang telah disebutkan sebelumnya KBRI dapat
mengeluarakan surat edaran ke Ministry of ManPower (MOM) untuk direalisasikan
kepada user perihal hal yang telah daitur tersebut.
98
Bab 5
Penutup
5.1 Kesimpulan
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Singapura yang merupakan
Negara sekawasan dan bertetangga menjadi salah satu faktor mulusnya hubungan
kedua Negara ini. Walaupun tidak dapat kita pungkiri dalam beberapa hal dan periode
hubungan itu mengalami pasang surut hubungan diplomatik Indonesia- Singapura
dilakukan secara resmi pada bulan September 1967, yang dilanjutkan dengan
pembukaan kedutaan besar di masing-masing negara. Walaupun secara politik
hubungan berlangsung fluktuatif.
Dalam Pelayanan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura telah dilakukan sejak WNI maupun
TKI yang baru datang ke Singapura. Program Pelayanan WNI maupun TKI terhadap
hak dan kewajibannya ini telah dilakukan KBRI Singapura dengan diberi nama
Indonesian Citizen Service.. Apabila diketemukan masalah pada WNI ataupun TKI di
waktu yang lain dapat dikonsultasikan dan dicarikan solusinya oleh Fungsi Protokol
dan Konsuler dengan dibackup oleh bagian Pelayanan WNI dan Bantuan Hukum
Indonesia KBRI Singapura. KBRI dalam memberikan perlindungan terhadap WNI
maupun TKI-B dilakukan dengan upaya yang maksimal dan all out dengan
memberlakukan prinsip batas-batas perlindungan. Hal ini supaya hak-hak WNI dan
TK-B tersebut terlindungi pada Hukum yang berlaku di Singapura.
99
Hubungan antara KBRI dengan institusi terkait di Singapura seperti dengan
Ministry of ManPower (MOM) telah berjalan dengan baik dan kondusif, dapat dilihat
dari komunikasi aktif antarlembaga semisal KBRI telah mengirimkan surat edaran ke
MOM apabila diketemukan belum terpenuhinya hak dan kewajiban TKI pada Hukum
Ketenagakerjaan Singapura.
Program pelayanan terpadu terhadap WNI oleh KBRI dan juga perlindungan
Hukum kepada TKI-B. Sejauh ini Singapura dengan hukumnya yang cukup establish
termasuk perundang-undangan mengenai Tenaga Kerja Asing telah dapat berjalan
dengan baik dan kondusif terhadap program KBRI tersebut. Namun untuk ke
depannya sesuai dengan amanat konstitusi, KBRI dengan arahan Kemlu dapat
menerbitkan program yang lebih melindungi hak dan kewajiban TKI dan WNI di
Luar Negeri dengan mengupayakan terus dapat disepakatinya MoU Ketenagakerjaan
antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura.
Rekomendasi
Pemerintah Indonesia dan Singapura belum menerbitkan MoU secara khusus
mengenai ketenagakerjaan (yang mana dilakukan oleh pihak terkait di antara KBRI
dan MOM), namun langkah pasti yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam hal ini
sesuai amanat konsttitusi untuk melindungi dan melayani hak serta kewajiban WNI
maupun TKI dalam dan luar negeri. Maka rekomendasi dari penelitian ini didapat
beberapa point tindakan antara lain : Penguatan fungsi perwakilan RI di Luar Negeri;
dalam hal ini sebagai garda terdepan untuk melindungi dan melayani kepentingan
100
WNI maupun TKI yakni peran KBRI. Di samping melaksanakan prosedur tetap yang
diberikan Kemlu kepada KBRI, penguatan kelembagaan perwakilan RI di Luar
Negeriuntuk mengakreditasi mitra usaha atau agensi asing penyalur TKI di Negara
penempatan dan kewenangan untuk meluluskan bahkan menolak setiap job order
ataupun demand letter yang tidak sesuai. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
dapat melakukan penilaian dan pengesahan job order secara online sehingga dapat
cepat diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan baik di Pusat maupun Daerah,
terkait kuantitas maupun kualitas calon TKI yang dibutuhkan.
Selain itu, KBRI di Singapura pada khususnya melakukan penilaian
kompetensi agen atau mitra usaha maupun calon majikan. Serta menerbitkan daftar
hitam bagi agensi atau majikan yang melakukan pelanggaran maupun tidak
kooperatif dalam proses penempatan. KBRI juga dapat melakukan akreditasi terhadap
agensi ataupun mitra usaha. Adapun juga upaya KBRI yang lain seperti
melakukanpeningkatan fungsi market intelligence dengan tujuan untuk mencari pasar
baru bagi TKI sangat diperlukan126
. Upaya berikutnya Pemerintah Indonesia ialah
perlu di tingkatkan penempatan TKI di Singapura setiap tahunnya. Pemerintah
Indonesia memaksimalkan pemindahan job order ke sector formal dan senantiasa
melakukan spesifikasi job bagi sector informalnya. Dengan mematangkan proses
persiapan melalui balai pelatihan yang diadakan Pemerintah (PAP).
126
Kajian Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,2011. Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerjasama
dengan Unit Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga
xii
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer :
Hasil wawancara dengan Bapak Hendry Prayitno, Koordinator Crisis Center BNP2TKI
pada tanggal 24 Februari 2016
Hasil wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara dan
ASEAN Non Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan
Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Hasil wawancara dengan Servulus Bobo Riti, Kasubdit Asia dan Pasifik Direktorat
Kerjasama Luar Negeri Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
(BNP2TKI)
Sumber Buku :
Mohsin, Aiyub Drs.MA.,MM., Diktat Diplomasi:Teori dan Praktek, 2010
Nicolson,Harold, 1960, Diplomacy, Oxford University Press, London, 2nd
, hal 15
Sterling-Folker, J. (2013). Neoliberalism. In T. Dunne, M. Kurki, & S. Smith,
International Relations Theories (pp. 114-130). Oxford University Press.
Pasal-pasal Pernyataan umum tentang hak-hak asumsi manusia
Suparno,Erman, 2008, Kebijakan dan Strategi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri., Jakarta, Dokumen Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sabhana Azmy, Ana, 2012, Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah
Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010,
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
xiii
Siow Yue Chia. (2011). Foreign Labor in Singapore: Rationale, Policies, Impacts, and
Issues. Philippine Journal of Development Number 70, First and Second Semesters
2011 Volume XXXVIII, Numbers 1 & 2
Kajian Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,2011.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia bekerjasama dengan Unit Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga
Sumber Jurnal :
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, “Basic of Qualitative Research: Technic and
Procedures for Developing Grounded Theory, second edition”, (London: SAGE
Publication,1998), hlm. 11-13
Majalah Info Singkat Hukum dengan judul Upaya Penguatan Aturan Moratorium
Pengiriman TKI oleh Luthvi Febryka Nola, Peneliti Muda Hukum Perdata pada
Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Vol. IX, No.
08/II/Puslit/April/2017
Sumber Web atau Laman resmi dari Internet :
xiv
http://www.kemlu.go.id/singapore/id/layanan-konsuler/pelayanan-wni/Pages/Layanan-
Kekonsuleran.aspx dipublish diakses pada tanggal 2 Mei 2017
http://www.bnp2tki.go.id/read/12024/Data-Penempatan-dan-Perlindungan-TKI.html
bagian Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO
BNP2TKI) diakses pada tanggal 11 Februari 2016
http://infodarisr.blogspot.com/2014/08/sejarah-pertama-kali-pengiriman-tenaga.html
diakses pada tanggal 2 mei 2015
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html
diakses pada tanggal 1 mei 2015
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/11/02324896/menilik.perlindungan.tk
i.di.singapura diakses pada 5 0ktober 2015
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52ea4a5ae52eb/poin-poin-usulan-revisi-
imou-i-indonesia-brunei diakses 27 Mei 2015
http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/tata-kelola-ketenagakerjaan-di-
singapura-dianggap-cukup-baik diakses 29 Mei 2015
http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/tata-kelola-ketenagakerjaan-di-
singapura-dianggap-cukup-baik diakses pada tanggal 30 Mei 2017
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI
diakses pada tanggal 2 April 2017
Bank Indonesia dan BNP2TKI Statistic Ekonomi Keuangan Indonesia. Indonesia
Finacial Statistic
xv
http://www.mom.gov.sg/passes-and-permits/work-permit-for-foreign-worker diakses
16 Mei 2017
https://mybusiness.singtel.com/techblog/what-you-should-know-about-foreign-worker-
policies-singapore diakses pada tanggal 21 mei 2017
https://elshinta.com/news/38871/2015/12/20/singapura-siapkan-skillfuture-hadapi-mea
diakses padaa tanggal 9 Mei 2017 pukul 22.30
http://kabar24.bisnis.com/read/20150807/19/460363/singapura-di-ambang-krisis-
pekerja 7 agustus 2015 diakses pada tanggal 21 mei 2017
http://kemlu.go.id/singapore/id/tentang-perwakilan/pejabat-dan-staff.aspx diakses pada
tanggal 20 Mei 2017
http://www.bnp2tki.go.id/read/10594/Rekening-TKI-Solusi-Tingkatkan-Remitansi-
dan-Cegah-Potongan-Gaji-Berlebih diunggah 22 September 2015 13:27 WIB dan
diakses pada tanggal 19 Mei 2016
http://www.wisatasingapura.web.id/2009/06/30/work-permit-pass-surat-ijin-kerja-di-
singapore/ diakses pada tanggal 18 Mei 2017
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI
diakses pada tanggal 3 mei 2015
http://www.dakwatuna.com/2015/01/15/62615/efek-dan-dampak-pemberlakuan-
masyarakat-ekonomi-asean-mea/#ixzz4gvyyNXd0 dipublish 15/01/15 | 18:24 diakses
pada tanggal 20 Mei 2017
xvi
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-
umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia Kamis, 12
Februari 2015 08:23 diakses pada tanggal 19 Mei 2017
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/edef-konten-
view.asp?id=20150121190607015674933
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-
mea-2015#
http://www.asean.org/component/itpgooglesearch/search?gsquery=asean+economic+c
ommunity
http://apindo.or.id/id/fta/asean-economic-community/latar-belakang
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/edef-konten-
view.asp?id=20150121190607015674933
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-
mea-2015#
http://www.asean.org/component/itpgooglesearch/search?gsquery=asean+economic+c
ommunity
http://apindo.or.id/id/fta/asean-economic-community/latar-belakang
xvii
http://www.kemenperin.go.id/artikel/10920/Strategi-Kementerian-Perindustrian-
Hadapi-MEA diakses 20 Mei 2017
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/peluang-dan-tantangan-dalam-menghadapi-
masyarakat-ekonomi-asean diakses pada tanggal 20 Mei 2017
http://www.teguhhidayat.com/2016/01/masyarakat-ekonomi-asean-good-or-bad.html
dipublish diakses 8 mei 2017 pukul 22.10
https://beritasepuluh.com/2016/11/23/inilah-dampak-krisis-ekonomi-1998-akankah-
terulang-lagi-saat-rush-money/ diakses pada tanggal 9 mei 2017 10.00
o Sumber Foto dokumen Perpustakaan Ali Alatas Kementerian Luar Negeri
o Dokumen pribadi
xviii
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Transkrip Wawancara dengan Bapak Yulius Mada Kaka, Kepala Seksi Amerika Utara
dan ASEAN Non Malaysia Direktorat Pelayanan Warga Negara Indonesia dan Badan
Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Khususnya yang selama ini kami pahami adalah adalah TKI-TKI dari sector domestik ini
(PLRT-PLRT), kasus-kasus yang kami tangani itu terkait masalah ketenagakerjaan. Masalah-
masalah ketenagakerjaan itu biasanya itu berurusan dengan gaji-gaji TKI sudah masalah teknis
ini, gaji-gaji TKI yang tidak sepenuhnya dibayar oleh majikan bahkan ada juga yang
diperkejakan beberapa bulan atau beberapa tahun tetapi tidak dibayarkan oleh majikan. Terus
di sisi lain ada yang mengeluh mengenai masalah cost structure
Penanya : Apa masalah cost structure itu pak?
Narasumber : Masalah costructure itu biaya penempatan. Iya ada yang mengeluh mengapa
cost structure begitu mahal gitu? Karena pada prinsipnya belum ada acuan yang
tetap berkekuatan hukum terkait cost structure tersebut. Selama ini yang
menjadi acuan bagi TKI kita di sana ialah surat edaran dari KBRI Singapura,
yang menetapkan cost structure minimal satu bulan gaji tapi kan juga harus
dikaitkan dengan aturan internasional ILO karena SIngapura secara hukum
sudah cukup establish walaupun kita secara bilateral belum memiliki MoU
secara khusus mengenai ketenagakerjaan. Tetapi bisa dibilang Singapura,
Hongkong,Taiwan adalah Negara-negara yang memang secara aturan-aturan
xix
perundang-undangannya telah melindungi Tenaga Kerja Asing termasuk TKi,
itu berita positifnya. Cuman namanya berurusan dengan TKI atau penerimaan
Tenaga Kerja lintas Negara agak polemic ya banyaknya kepentingan di
dalamnya, tetap saja ada masih terjadi penerimaan-penerimaan secara
unprosedural. Nah, Unprosedural ini yang rentan bermasalah, kategori
unprosedural ini pada prinsip satu sebenarnya diberangkatkan tidak melalui
prosedur Pemerintah.
Penanya : Berarti unprosedural, illegal ya pak?
Narasumber :Iya ilegal, cuman satu hal yang dianggap polemic terkait Singapura adalah
masalah direct hiring, direct hiring ialah proses prekrutan TKI umumnya PLRT
yang dilakukan langsung oleh majikan dengan TKI.
Penanya : Apakah oleh Pemerintah?
Narasumber :Oleh majikan kepada agen mitra kedua Negara langsung proses prekrutan.
Biasanya TKI-TKI yang direkrut melalui direct hiring ini tidak melalui proses
pelatihan pra penempatan yang dilakukan Pemerintah. Hal ini yang menjadi
cukup dilematis yang dialami Pemerintah walaupun tidak terlalu berdampak,
cuman kan dengan adanya direct hiring ini terjadi minimnya kontrol dari
pemerintah Karena proses kan langsung oelh majikan. Masalahnya muncul
setelah adanya pengaduan di KBRI.
Narasumber :Kalau terkait kasus-kasus khusus ya, Singapura termasuk Negara yang
menerapkan hukuman mati untuk kasus-kasus pembunuhan, penculikan, narkoba,
xx
pemilikan senjata api, tadi ada beberapa kasus criminal yang menurut hukum
Singapura, terancam hukuman mati. Hal ini memang confidential bagi TKI yang
terlibat kasus-kasus tersebut Tapi secara umum ada dua kasus yang selama ini
kita handle mengenai hukuman mati TKI di antara kasus pembunuhan dan kasus
narkoba. Sampai saat ini ada beberapa WNI kita yang terancam hukuman mati di
persidangan namun belum divonis. Di sini mas kan bisa melihat upaya-upaya
atau sikap Pemerintah dalam hal ini KBRI kita di Singapura dalam memberikan
perlindungan hukum bagi TKI Bermasalah di Singapura, di mana sepintas yang
kami amati memang KBRI kita di Singapura sangat allout dengan semua asset
yang ada dengan semua simpul – simpul komunikasi yang mereka miliki di
Singapura, mereka telah memaksimalkan proses atau upaya perlindungan yang
ada. Cuman yang perlu diperhatikan di sini ada batasan-batasan perlindungan,
perlindungan itu intinya ada keberpihakan dan kepedulian. Dalam batasan
perlindungan kepada WNI atau TKI-B kita itu tidak boleh menarik ikut campur
atau intervensi. Kita pastikan bahwa WNI kita yang berada di luar negeri apapun
masalahnya pidana maupun perdata, memastikan bahwa hak-haknya kita
lindungi sesuai hokum setempat, kia tidak bisa intervensi. Untuk kasus-kasus
TKI yang saya bilang tadi, biasanya KBRI bekerjasama dengan pembela atau
pengacara setempat untuk melakukan pembelaan-pembelaan dalam sidang. Jadi
dalam setiap siadang, dalam level pertama/pengadilan negeri ataupun pengadilan
tinggi/vonisnya. Jadi dalam langkah pertama kita bekerjasama dengan pengacara
setempat, pengacara inilah yang akan melakukan pembelaan. Nah kan ada
xxi
proses-prosesnya, ada sidang pembuktian dan selanjutnya ada sidang vonis disini
selalu ada pendampingan dari negara.
Penanya : Dari Singapura atau Indonesia?
Narasumber : Semuanya dari KBRI, kita betul-betul bekersamadengan pengacara setempat
dengan by contract ataupun by case itu biasa diatur. Itu kasus-kasus berat ya
seperti pidana. KBRI juga sudah tentu menyediakan intrepreteur atau
penerjemah. Terus melakukan akses kekonsuleran yaitu kunjungan ke penjara.
Kekonsuleran, bilamana pengacara ingin menemui WNI bermasalah ini atau
terdakwa sebelum disidangkan biasanya ada kunjungan ke penjara itu secara
rutin atau secara periodik.
Penanya : Itu untuk TKI atau WNI yang bermasalah dan di penjara pak?
Narasumber : Ini untuk TKI atau WNI yang dipenjara atau masih proses sidang. Kalau sidang
kan kadang-kadang lama tuh. Kadang hakim kan menjadwalkan waktu tapi
setelah berbicara dengan kita, belum bisa. Ataupun saksi tiba-tiba tidak hadir.
Nah itu sudah ada kasus ketenagakerjaan, biasanya terkait dengan gaji
ketenagakerjaan. Selain itu ada juga kasus-kasus terkait keimigrasian, kita
sekarang banyak yang masuk terkait kebijakan bebas visa. Semua negara
ASEAN kan sekarang sudah bebas visa. Nah tenaga kerja kita, WNI, hanya
bermodalkan paspor biasa. Karena itu, overstay atau masa izin tinggalnya sudah
hangus maka kita bantu. Ada juga kita bantu kasus lain, untuk overstay bisa
terjadi pada TKI atau WNI kita yang sedang berkunjung. Untuk TKI kan
sebenarnya peran pihak penjaminnya atau majikannya. Nah kalo masalah TKI itu
xxii
yang kita tekan majikannya, “Loh kamu kok mengapa gak memperpanjang izin
tinggal”. Ada juga WNI yang mengadu ke kami, mereka dicekal masuk ke
Singapura. Terkait penolakan ini adalah murni kewenangan Singapura, kita tidak
dapat mengintervensi. Terkadang ada pihak yang menginginkan klarifikasi
dimana dia dicekal. Kita juga berusaha untuk meminimalisir pencekalan itu.
Biasanya kalau pencekalan, biasanya mereka punya data-data pencekalan dan itu
hak dari pihak Singapura.
Penanya : Jadi usaha dari para pihak KBRI dalam pencekalan seperti apa?
Narasumber : Biasanya bila ada kontak pengajuan, kita akan berkomunikasi dengan imigrasi
sebenarnya hanyalah untuk memverifikasi “benar atau tidaknya atas dicekal
masuk” terus menanyakan mengapa kita tidak intervensi lebih lanjut, kemudia
kita publikasikan ke pengadu mengapa terjadi pencekalan, perlu dipetakan disini
ada berbagai macam kasus, adapun kasus-kasus perdata. Dalam kasus perdata,
sebenarnya bisa diselsaikan pada pihak majikan dan kariawan. Tidak perlu pada
pihak ketiga atau mediasi oleh pemerintah. Ada kasus ketenagakerjaan yang
perlu dimediasi pemerintah, tapi biasanya tidak naik sampai ke pengadilan. Nah,
dalam kasus yang ketiga adalah kasus-kasus pidana, kasus-kasus pidana inilah
yang masuk inilah yang masuk pada tataran pengadilan. Dan harus disidangkan.
Dan di singapura semua jenis kasus. Ada juga WNI kita, di cekal dimana di
duga kuat terlibat dalam teroris. Memang, walau datanya belum begitu banyak,
habis dicekal kemudian diproses dan dipulangkan, biasanya mereka itu
terindikasikan di berangkatkan menuju timur tengah. Tapi selama ini
xxiii
penanganannya kita juga All Out. KBRI sebenarnya punya sistem, mereka punta
data base perlindungan. Data base perlindungan, dilakukan oleh tim khusus dari
KBRI. Koordinatornya adalah konsuler-konsuler kita di KBRI, itu mendata
WNI-WNI, fokusnya adalah WNI-WNI bermasalah kemudian di update
kasusnya sampai selsai. KBRI juga, sudah bekjerjasama dengan BNI untuk
pendataan WNI, pada prinsipnya adalah untuk melayani para TKI kita disana
mereka menerbitkan Kartu Perlindungan Indonesia Singapura (KPIS). Mereka
memang secara hukum, sudah establish negara itu, jadi hal-hal teknis yang perlu
kita pastikan, pos-pos perlindungan berjalan dengan baik, salah satunya itu, data
base melalui KPIS
Penanya : Yang menerbitkan KPIS itu siapa pak?
Narasumber : Yang menerbitkan adalah BNI dan pihak KBRI Singapura. Jadi mereka itu,
akan diberikan kartu KPIS, yang pertama, untuk melakukan pendataan dan yang
kedua untuk memfasilitasi proses penggajian. Untuk memonitor, gaji-gaji TKI
apakah tepat waktu. Manfaat lainnya yaitu proses dimudahkannya dalam
kegiatan transfer. Untuk transfer ke keluarganya, yang biasanya misalkan
potongan 10% , mereka hanya 5%, jadi ada keringanan dan mendapatkan bonus
juga. Intinya adalah untuk mendata tabungan BNI WNI kita. Hal Ini sudah
berlaku sejak desember 2016, jadi sampai dengan saat ini, sudah ada sekitar
10.000 yang sudah didata dengan di berikan KPIS
Penanya : Jadi sebelum ada KPIS apa yang dilakukan pemerintah dan KBRI ?
xxiv
Narasumber : Sebelumnya mekanisme pendataan dengan kartu Kartu Tenaga Kerja Indonesia
(KTKI). Itu yang mengerjakan BNP2TKI. Tapi itupun, setelah WNI kita
bermasalah gitu. Satu hal lagi, kita dari pemerintah pusat telah mengelola SMS
Blast itu, merupakan program dari kementian luar negeri. SMS Blast merupkan
kerjasama antar pemerintah melindungi WNI kita, dengan para pengembang
difisi, dari XL Axiata dan Telkomsel untuk memberikan pelayanan guna SMS
Blast jadi, cukup WNI kita yang masuk ke suatu Negara apapun itu, apalagi
dinegara yang ada perwakilan kita seperti Singapura. Pada saat tiba akan ada
sms yang masuk ke kita untuk menginformasikan yang hal yang penting seperti
alamat KBRI. Maksud dari SMS Blast ini adalah sebagai sarana untuk WNI kita
untuk melaporkan diri ke KBRI kita.
Penanya : Apakah ini efektif untuk menjalin WNI yang baru datang?
Narasumber : Efektif, tapi itu lagi-lagi bukan program KBRI ya tapi program pusat. KBRI
selain all out dalam melayani WNI yang terjerat kasus-kasus pidana,
menyelesaikan seluruh kasus-kasus ketenagakerjaan disana dan secara all out.
Selanjutnya, menyelesaikan kasus-kasus keimigrasian.
Penanya : Untuk kasus-kasus perdatanya seperti apa saja Pak?
Narasumber : Yang tadi saya bilang, tidak perlu mediasi.
Penanya : Contohnya Pak?
Narasumber : Contohnya seperti gaji-gaji, jadi sebelum kasus-kasus dilist oelh pemerintah
jadi ya antara majikan dan karyawannya sudah diselesaikan gitu. Jadi tidak ada
xxv
intervensi pihak ketiga dalam kasus-kasus perdata. Sebenarnya itu bukan
domain dari pemerintah kita, tapi kita tidak bisa menghindari dari kasus-kasus
seperti itu. Dan kita pastikan bahwa karyawan dan majikannya ini ada
komunikasi. Overall, kami amati memang sudah sangat maksimal. Berbicara
mengenai perlindungan terhadap WNI, yang utama adalah mengenai hokum di
negara itu. Jadi perlu ditekankan pula bahwa secara hukum yaitu sudah
establish, artinya hukum Singapura sudah melindungi tenaga kerja asing di
Singapura secara maksimal. Yang perlu kita antisipasi adalah ketika ada kasus-
kasus yang muncul, bidang konsuler, mereka sudah harus menguasai untuk
kasus-kasus, referensi hukumnya. Untuk di Singapura referensi hukum-hukum
setempat ya.
Penanya : Karena kita idak mengintervensi Pak, jadi bagaimana upaya hukum terkait hak-
hak para TKI yang belum terpenuhi Pak? Seperti terkait hari libur yang
terkadang tidak didapatkan para TKI.
Narasumber : Terkait hari libur, ya seperti yang sudah saya bilang tadi. Apabila tidak ada
referensi hukum di tempat tersedbut terkait pengaturan hak-hak TKI, maka
KBRI akan mengeluarkan surat edaran. Surat edaran itu disahkan dengan
bekerjasama dengan Ministry Man of Power, kalo kita seperti kementerian
ketenagakerjaan. Setelah di endors oleh Ministry Man of Power ke majikan
bahwa setelah disepakati dengan otoritas di Singapura, nah dari sinilah suratnya.
Jadi biasanya dialokasikan 9 jam kerja atau 7 jam istirahat, sama juga 1(satu)
hari libur dalam seminggu.
xxvi
Penulis : Saya pernah mendapatkan referensi bahwa ada WNI yang tidak mendapatkan
hak liburnya selama bekerja di luar negeri. Bagaimana Pak?
Narasumber : Negara apa itu?
Penulis : Singapura. Ada beberapa kasus seperti itu pak yang pernah saya baca.
Narasumber : Iya, jadi kadang-kadang dengan skema direct hiring mereka seringkali
dieksploitasi. Jadi secara umum begitu mas.
Penulis : Bagaimana pelayanan KBRI Singapura terhadap perlindungan TKI yang
berada di Singapura?
Narasumber : Iya, jadi seperti yang saya bilang tadi sesuai jenis kasusnya. Ada mengenai
imigrasi dan pidana. Kasus yang cukup berat adalah kasus pidana. Kita bekerja
sesuai dalam SOP (standard operational procedur) ya, jadi ketika ada laporan
kasus pidana maka otoritas kita dari KBRI akan segera mengunjungi otoritas
setempat dan sebisa mungkin mengunjungi WNI tersebut untuk melakukan
wawancara dan mendalami kasusnya. Dalam kasus pidana, setelah kita petakan,
kemudian kita putuskan kasus ini perlu pengacara atau tidak. Kalau perlu
pengacara, kita putuskan hari itu juga pengacaranya. Jadi itu tahapan-
tahapannya. Setelah mencari pengacara, pengacara yang akan melakukan
interview dan mendalami kasusnya seperti apa, untuk melakukan pembelaan
pada saat persidangan. Itu proses-prosesnya sampai pada vonis.
Penanya : Jadi intinya ada pada sisi perlindungan ya Pak?
xxvii
Narasumber : Ya, intinya ada pada sisi perlindungan dan pembelaan.
Penulis : Untuk kasus pada direct hiring, metode perlindungannya ada yang berbeda
tidak Pak?
Narasumber : Untuk direct hiring, pemerintah sedang berusaha untuk dibatasi. Jadi KBRI
kita itu, kita minta untuk meminimalisir dari adanya penggunaan mekanisme
dari direct hiring itu. Karena kalau ini terus terjadi, kemungkinan WNI kita akan
bermasalah. Jadi intinya kita dari KBRI mengeluarkan surat edaran dan meminta
kepada para majikan untuk menghentikan mempekerjakan karyawan dari direct
hiring ini. Dari sisi koordinasi, KBRI juga melakukan koordinasi all out dengan
pemerintah pusat, ada BNP2TKI itu cukup bantulah. KBRI juga memiliki staf-
staf untuk mengantarkan WNI bermasalah ke negara asal. Itu bagian dari
dinamika perlindungan yang dilakukan secara kontinyu.
Penanya : Bagaimana kondisi internal dan eksternal pada staf-stafnya Pak?
Narasumber : Oh itu sangat sulit mereka. Jadi kalau berbicara internal KBRI untuk
perlindungan, di KBRI ini memiliki sejumlah personil yang menangani kasus-
kasus. Terkait konsuler, kekonsuleran ini memiliki pejabat-pejabat. Pejabat
konsuler ini terdiri dari tiga orang; ada coordinator konsulernya, ada staf
keduanya, ada staf ketiganya. Di sisi lain, ada juga divisi perlindungan. Divisi
perlindungan ini juga yang meng-handle diplomat. Di samping itu ada juga atase
ketenagakerjaan, atau keimigrasian dan kepolisian. Berbicara dengan ini,
menurut kami sudah sangat solid untuk perlindungan, tingkat koordinasinya juga
sudah sangat kuat.
xxviii
Penanya : Untuk eksternalnya Pak?
Narasumber : Eksternalnya sebenarnya bagaimana membangun komunikasi dengan pihak-
pihak lainnya. Langkah kerja utamanya adalah bekerjasama dengan Ministry
Man of Power. Selama ini yang kami amati tidak ada masalah, komunikasi
berjalan dengan lancar, KBRI juga.
Penanya : Dalam memandang perlindungan terhadap TKI, pernah berbenturan dengan
hukum yang berlaku di Singapura?
Narasumber : Kalau berbenturan sih saya pikir ada saja, gesekan seperti itu. Dan yang tahu
persis sebenarnya adalah pejabat sana. Lagi-lagi kalau berbicara mengenai
hukum, kan ada anglo-saxon dan common law, itu yang harus kita pahami. Dari
sisi perlindungan, walaupun terjadi overlapping antara hukum kita dan hukum
sana, yang kita jadikan rujukan adalah hukum sana. Jadi hukum yang dijadikan
rujukan adalah hukum setempat. Begitu juga jika warga Singapura bermasalah
disini, warga Singapura harus tunduk dengan hukum sini. Jadi, paling kita
exchange of view. Tapi dalam kasus tertentu juga ASEAN sudah ada
kesepakatan terkait ketenagakerjaan.
Penanya : Dalam bentuk apa kesepakatan ASEAN tersebut? Konvensi atau seperti apa?
Narasumber : Dalam bentuk MoU antara negara-negara ASEAN untuk memberikan
perlindungan, namun belum semua negara meratifikasi dan ada beberapa
penolakan dari beberapa negara juga.
Penanya : Apakah Singapura juga sudah meratifikasinya?
xxix
Narasumber : Singapura juga belum. Singapura, Malaysia dan Brunei belum juga. Yang solid
itu Indonesia dan Filipina, karena Indonesia dan Filipina pengirim tenaga kerja.
Sedangkan negara-negara lainnya belum solid.
Penanya : Baik Pak. Terimakasih atas waktunya untuk menerima wawancara saya untuk
keperluan skripsi. Dan mohon maaf sudah merepotkan dan menyita banyak
waktunya.
Narasumber : Oh tidak apa-apa.
Daftar Pejabat Diplomat pada Fungsi Protokol dan Konsuler di antaranya sebagai
berikut
Minister Counsellor : John Tjahjanto Boestami
Sumber foto: dokumen pribadi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Counselor : Didit Herlambang
xxx
Sumber foto: dokumen perpustakaan
Sekretaris Ketiga: Hosea R.B. Manurung
Sekretaris Ketiga: Yulinur Rudi Purnadi
Staf Teknis Tenaga Kerja: Sholahudin
xxxi
Sumber foto: dokumen Perpustakaan Ali Alatas Kementerian Luar
Negeri Indonesia
xxxii
xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
xxxvii