UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT...

108
UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT INFORMATION REGION SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Indaha Sakinah 1113113000003 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT...

Page 1: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT

INFORMATION REGION SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU

DAN NATUNA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Indaha Sakinah

1113113000003

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

UPAYA INDONESIA MENGAMBILALIH FLIGHT INFORMATION REGION

SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juli 2019

Indaha Sakinah

Page 3: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Indaha Sakinah

NIM : 1113113000003

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

UPAYA INDONESIA MENGAMBILALIH FLIGHT INFORMATION REGION

SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 25Juli 2019

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ahmad Alfajri, MA.

NIP.19850702 2011903 1 005

Menyetujui,

Pembimbing

Teguh Santosa, MA.

NIP.

Page 4: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

iii

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

SKRIPSI

UPAYA INDONESIA MENGAMBILALIH FLIGHT INFORMATION

REGION SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA

Oleh:

Indaha Sakinah

1113113000003

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14

Agustus 2019.Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua,

Ahmad Alfajri, MA.

Penguji I,

Irfan R. Hutagalung, LLM

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 2 September 2019

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Ahmad Alfajri, MA.

NIP: 19850702 2011903 1 005

Sekretaris,

Khairunnisa, MA.Pol.

Penguji II,

Febri Dirgantara Hasibuan, MM

Page 5: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa upaya Indonesia mengambil alih FIR di atas

kedaulatan Kepulauan Riau dan Natuna yang dikendalikan oleh Singapura.Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui langkah-langkah yang diambil Pemerintah

Indonesia dalam berupaya mengambil alih FIR Natuna yang berada di Kepualaun

Riau dan Natuna.Upaya yang dilakukan selain melakukan kesepakatan dengan

Singapura, Pemerintah Indonesia juga mengadakan perundingan dengan Malaysia

yang juga berperan dalam mengelola pelayanan navigasi pada sektor C yakni di

wilayah Kepulauan Natuna.Pendelegasian FIR Natuna kepada Singapura

dimandatkan oleh ICAO yang disepakati oleh negara-negara anggota ICAO pada

tahun 1946, saat itu Indonesia sedang membenahi situasi politik nasional pasca

kemerdekaannya di tahun 1945.Seiring berjalannya waktu, Indonesia

meningkatkan kapabilitas sektor penerbangan dengan memasang teknologi yang

sesuai dengan standar internasional, meningkatkan kapabilitas SDM, serta

melakukan perundingan dengan Singapura dan Malaysia.Kerangka pemikiran

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori neorealisme, konsep

kepentingan nasional dan konsep keamanan.Hasil dari pengamatan menggunakan

kerangka pemikiran tersebut adalah kepentingan yang dimiliki oleh Indonesia,

Singapura dan Malaysia berbeda.Sehingga menimbulkan kesulitan bagi Indonesia

dalam berupaya mengambil alih FIR Natuna untuk menciptakan eksistensi

pelayanan navigasi Indonesia yang lebih maju.

Kata kunci: Neorealisme, Kepentingan Nasional, FIR Natuna, Kepulauan Riau

dan Natuna, Upaya Indonesia, Singapura

Page 6: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat meyelesaikan skripsi yang

berjudul “UPAYA INDONESIA MENGAMBILALIH FLIGHT INFORMATION

REGION SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA”Adapun

penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S1) Studi Ilmu Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang telah memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini,

yaitu:

1. Keluarga tercinta Papa dan Mama yaitu Edi Supriadi, S.Sos. Dan

Junita Herawinata, kakak dan adik kandung penulis yaitu Ahmad

Syahruddin, M. Nur Alimuddin dan Qurrotu A’yuniyyah yang selalu

sabar dan memberi dukungan kepada penulis, kaka ipar yaitu Lilis

Novianti dan Amalia Rizkiani serta keponakan yang selalu menghibur

saat mengerjakan skripsi yaitu Abraham Syahdan Karim seta

dukungan yang tiada hentinya dari semuanya.

2. Bapak Teguh Santosa selaku dosen pembimbing yang bersedia untuk

meluangkan waktunya untuk menuntun dan membimbing penulis

dengan ketulusan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini, serta

memberikan banyak masukan untuk skripsi saya, terima kasih banyak

saya ucapkan Pak Teguh.

3. Bapak Kiki selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Ahmad

Alfajri selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, dosen

jurusan Hubungan Internasional UIN Jakarta yaitu Bapak Nazarudin

Nasution, Bapak Adian Firnas, Bapak Irfan Hutagalung, Bapak Febri

Page 7: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

vi

Dirgantara dan segenap dosen, staf pengajar serta TU FISIP UIN

Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, wawasan dan

pengalaman selama perkuliahan.

4. Terkasih kepada M. Haiqal Arifianto, S.Sos. yang selalu sabar dan

tidak berhenti memberi dukungan serta motivasi kepada penulis ketika

menulis skripsi.Saranghaeyo.

5. Zhafirah Yanda Masya dan Alfira Maya Jelita, dua sahabat penyelamat

jiwa yang selalu menemani penulis baik di kala senang maupun sedang

terpuruk. Jajap, Fira, finally we did!.

6. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Segenap Kakanda dan Ayunda,

7. Teman-teman seperjuangan HMI KOMFISIP HI 2013, Arip, Bimo,

Abah Ghifari, Oji, Cahyo, Sakiinah, Bang Aly, Ina, Shabrina, Lini,

Fenin dan Riri. Terima kasih atas pengalaman dan cerita-cerita yang

tak terlupakan.

8. Keluarga Besar Sing Out Asia, Hatano Sensei, Daisuke Sensei, Yahiro

Sensei, Yoshie-san, Kazue-san, Sayaka, Spicy, Nobue, Tomoya-san,

Daisuke, Emi-chan, Ko, Hien, Kak Okky, Bang Adit, Bang Benny,

Bang Dimas, Bang Adam, Kak Dita, Hilmi, Adnan, Ayu, Ilham,

Cherlinda, Nadya, Shintya dan teman-teman lainnya. Terima kasih

karena sudah memberikan kesempatan dan pengalaman yang tidak

akan pernah terlupakan kepada penulis.

Page 8: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

vii

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan membalas kebaikan mereka

yang telah membantu penyusunan skripsi ini.Penulis menyadari bahwa skripsi ini

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

dari pembaca untuk dijadikan koreksi di masa yang akan datang. Semoga skripsi

ini bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, 25 Juli 2019

Indaha Sakinah

Page 9: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8

D. Manfaat ............................................................................................. 9

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9

F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 11

1. Neorealisme ............................................................................... 11

2. Kepentingan Nasional................................................................ 13

3. Keamanan Nasional. .................................................................. 15

G. Metode Penelitian ........................................................................... 17

H. Sistematika Penelitian .................................................................... 20

BAB II STATUS FLIGHT INFORMATION REGION (FIR)

A. Sejarah Penerbangan dan Perkembangan Udara ............................. 23

B. Ketentuan Flight Information Region.............................................. 29

1. Pengaturan Flight Information Region ...................................... 30

2. Keberadaan Flight Information Region ..................................... 32

3. Flight Information Region Menurut UNCLOS ......................... 35

BAB III KEDUDUKAN FLIGHT INFORMATION REGION NATUNA

DAN KRONOLOGI PENDELEGASIAN FIR NATUNA

KEPADA SINGAPURA OLEH INDONESIA

A. Pendelegasian FIR Indonesia Kepada Singapura ............................ 41

1. Kronologi dan Proses Pendelegasian FIR Indonesia Kepada

Singapura ................................................................................... 43

2. Perjanjian FIR Indonesia dan Singapura 1995 .......................... 46

B. Dasar Hukum Pengambil Alihan FIR Kepulauan Riau dan Natuna

dari Indonesia Kepada Singapura .................................................... 49

C. Kerugian Indonesia dalam Pengelolaan FIR yang Diatur oleh Air

Traffic Control Singapura ................................................................ 52

Page 10: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

ix

BAB IV ANALISIS UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBIL ALIH

FLIGHT INFORMATION REGION SINGAPURA DI ATAS

KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA

A. Perspektif Militer dan Sipil Terhadap FIR Natuna .......................... 58

1... Persepektif Militer ..................................................................... 59

2... Prspektif Sipil ............................................................................ 62

B. Upaya Pengambil Alihan Pengelolaan FIR ..................................... 66

1. Internal ....................................................................................... 67

2. Eksternal .................................................................................... 74

C. Hambatan yang Dihadapi Indonesia ................................................ 78

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xii

Page 11: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Pembagian Empat FIR Indonesia ..................................................... 34

Gambar II.2. Pembagian Dua FIR Indonesia ......................................................... 34

Gambar III.3.Peta Wilayah FIR yang Didelegasikan Kepada Singapura .............. 48

Page 12: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xi

DAFTAR SINGKATAN

FIR Flight Information Region

FIS Flight Information Service

ATC Air Traffic Control

ICAO International Civil Aviation Organization

FC Flight Clearance

UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea

ACI Airport Council International

SDM Sumber Daya Manusia

KNILM Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart

Maatschappij

KMB Konferensi Meja Bundar

RIS Republik Indonesia Serikat

SENOPEN Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan

ATS Air Traffic Service

AIP Aeronautical Information Publication

Ditjen Hubud Direktorat Jendral Perhubungan Udara

UIR Upper Flight Information Region

ALKI Alur Laut Kepulauan Indonesia

RAN Regional Air Navigation

TMA Terminal Area-Natuna

RANS Routes Air Navigation Service

AirNav Air Navigation

MTA Military Training Area

Kohanudnas Komando Pertahanan Udara Nasional

SOP Standar Operasional Prosedur

IATA The International Air Transportation Association

ADS-B Automatic Dependent Surveillance-Broadcast

GPS Global Positioning System

FMS Flight Management System

JAATSC Jakarta Automated Air Traffic System Center

MAATSC Makassar Automated Air Traffic System Center

ASA Airservices Australia

CNS-ATM Communication Navigation and Surveillance-Air Traffic

Management

BPSDMP Badan Pengembangan SDM Perhubungan

ENAC Ecole Nationale De L’Aviation Civile

MoU Memorendum of Understanding

LoA Letter of Agreement

FAA Federal Aviation Administration

IASA International Aviation Safety Assesment

ICVM ICAO Coordinated Validation Mission

JAATS Jakarta Automated Air Traffic System

Page 13: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Indonesia memiliki letak geografis yang sangat strategis dan

menguntungkan. Letak Indonesia yang berada di persimpangan jalur lalu lintas

dunia, terlebih lagi Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera

membuat jalur lalu lintas pelayaran ataupun penerbangan menjadi sangat

strategis. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia berbatasan langsung dengan

Negara tetangga di Asia Tenggara, yaitu berbatasan dengan Malaysia, Papua

Nugini, Singapura, Timor Leste, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan

Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.1

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang memiliki

kedaulatan penuh atas wilayahnya baik daratan, laut, dan udara, karena Negara

tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan. Kedaulatan negara merupakan hal yang

paling penting dan harus dipertahankan oleh setiap negara. Negara yang

didefinisikan oleh Hendry C Black sebagai sekumpulan orang yang secara

permanen menempati suatu wilayah yang tetap serta terikat oleh

ketentuan-ketentuan hukum yang ditentukan oleh pemerintahannya serta mampu

menjalankan kedaulatannya yang merdeka, mengawasi masyarakatnya yang

didalamnya terdapat harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, dan mampu

1 Dewi Krisna Hardjant, “Sengketa Perbatasan Indonesia-Malaysia: Sebuah Pertaruhan

Kedaulatan NKRI”,Jurnal kajian hukum, 1(2016)

Page 14: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

2

mengadakan perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional

dengan masyarakat internasional lainnya.2

Adapun peraturan mengenai kedaulatan suatu negara dibahas dalam

konsep hukum internasional yang mencakup tiga aspek utama yakni pertama,

aspek eksternal adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan

hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain tanpa

tekanan atau pengawasan dari negara lain. Kedua, aspek internal ialah hak atau

wewenang eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk

lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk

membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk

mematuhi. Ketiga, aspek teritorial berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang

dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di

wilayah tersebut3. Pada aspek ketiga menjadi penekanan dalam penulisan yang

spesifiknya berkenaan dengan teritorial udara.

Letak Indonesia yang sangat strategis, terutama pada teritorial udara

sebagai dimensi ketiga setelah darat dan laut memberikan nilai yang sangat

penting dan berkompeten dalam aspek politik, ekonomi, dan juga pertahanan

serta keamanan antar negara yang didasari oleh kepentingan internasional

maupun nasional. Perlintasan yang strategis ini selain membawa keuntungan

namun juga memiliki kerentanan tersendiri terhadap kedaulatan Indonesia, karena

menjadi kesempatan bagi negara-negara lain untuk mengambil alih tanpa seizin

2 Huala Adolf,Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional(Jakarta: Rajawali, 1991)

3 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global

(Bandung: PT Alumni, 2005)

Page 15: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

3

Indonesia. Perlunya keamanan yang ketat serta kebijakan yang kuat untuk

meminimalisir atas kewenangan penggunaan perlintasan khususnya di daerah

perbatasan. Maka pentingnya mengkaji Flight Information Region (FIR)

khususnya dalam kasus Indonesia yang memberikan wewenang navigasi

udaranya kepada negara lain.

Seringkali ruang udara suatu negara saling bertumpang tindih dengan

ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944 yang

mengatakan bahwa kedaulatan ruang udara suatu negara adalah di atas wilayah

daratan dan perairannya.4 Maka dari itu jika kita mengacu pada Konvensi

tersebut, Indonesia memiliki hak penuh penguasaan atas pengelolaan lalu lintas

udara, khususnya ruang udara Indonesia yang dikelola oleh negara lain. Begitu

juga dalam Pasal 5 Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,

menyebutkan negara Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara

Indonesia.5 Ada dalil hukum Romawi yang ungkapannya dikenal “Cujus est

solum, Ejust Ad Coelum Ad Inferos” pengertian yang terkandung dalam

ungkapan tersebut bahwa barang siapa yang memiliki sebidang tanah, maka

berarti pula memiliki segala sesuatu yang berada di atas permukaan tanah6. Hal

tersebut menjadikan ruang udara sebagai salah satu aspek keamanan nasional yang

harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

4 Konvensi Chicago 1944 merupakan perjanjian internasional yang ditandatangani di Chicago

bertepatan pada 7 Desember 1944 yang dipandang sebagai sumber hukum udara internasional. Konvensi Chicago melahirkan sebuah badan yang menaungi tentang penerbangan dan angkatan udara yakni International Civil Aviation Organitation (ICAO). 5 Pasal 5, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009, tentang Penerbangan.

6Yehuda Abramovitch, “The Maxim "Cujus Est Solum, Ejust Ad Coelum Ad Inferos" as Appled in

Aviation,”McGill Law Journal 8 (April 1961): 247.

Page 16: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

4

Dengan demikian, Indonesia sebagai salah satu negara yang berdaulat

memiliki tanggung jawab yang besar atas kedaulatan negara. Namun ada wilayah

udara kedaulatan Indonesia yang tidak memiliki status kedaulatan yang lengkap

dan ekslusif, yaitu wilayah udara Indonesia yang berada di bawah pengaturan FIR

Singapura di Kepaulauan Riau dan Natuna7

. Ruang udara yang berada di

Kepulauan Riau dan Natuna menjadi problematika bagi Indonesia tersendiri.

Karena Indonesia tidak memiliki kedaulatan yang lengkap dan ekslusif atas ruang

udara yang berada diatas permukaan teritorial darat ataupun laut Indonesia. Dalam

hal ini berarti pesawat yang melintas di atas Kepulauan Riau harus mendapatkan

izin dari pihak Singapura terlebih dahulu8. Sehingga sering kali otoritas pengatur

lalu lintas udara Singapura bertindak secara berlebihan (over acting) dalam

mengatur pesawat Indonesia dengan mengatasnamakan keselamatan penerbangan

yang pada sebenarnya untuk memenuhi kepentingan Singapura sendiri di Changi

Airport9.

FIR dalam pengertian umum adalah suatu ruang udara yang ditetapkan

dimensinya dan di dalamnya terdapat Flight Information Service (FIS) dan juga

Alerting Service. Pengertian dari FIS itu sendiri adalah pelayanan sesuai amanah

UU no.1 tahun 2009 yakni safety, security, service dan compliance10

yang

7 Chappy Hakim, Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional (Jakarta: Kompas,

2010), 46 8 Chappy Hakim, Untuk Indonesiaku Setumpuk Harapan Kedepan ( Jakarta: Indset, 2006), 81

9 Chappy Hakim, Untuk Indonesiaku, 81

10 Angkasa Pura, “Tingkatkan Efektivitas dan Efisiensi Operasional Serta Layanan, Angkasa Pura

Airports Resmikan Airport Operation Control Center (AOCC) Pertama di Indonesia” 2 Maret 2018 [berita on-line] tersedia di https://ap1.co.id/id/information/news/detail/tingkatkan-efektias-dan -efisiensi-operasional-serta-layanan-angkasa-pura-airports-resmikan-airport-operation-control-center-aocc-pertama-di-indonesia diakses pada 15 Agustus 2019

Page 17: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

5

dibentuk dan dipersiapkan untuk memberikan saran dan informasi secara penuh

untuk keselamatan dan efisiensi penerbangan. Sedangkan Alerting Service adalah

pelayanan yang diberikan kepada organisasi yang berkaitan dengan pesawat

udara atau penerbangan yang membutuhkan pertolongan dan membantu

organisasi yang membutuhkan bantuan dan pertolongan11

. Air Traffic Control

(ATC) adalah personel yang bertugas untuk mengoperasikan sistem kontrol lalu

lintas udara dan untuk mengatur serta menjaga keselamatan dan ketertiban arus

lalu lintas udara agar tidak terjadinya tabrakan di udara. Sehingga yang

berwenang untuk mengizinkan arah pesawat terbang serta ketinggiannya adalah

ATC. Instruksi yang diberikan oleh ATC dapat dilihat pada semua bandara12

.

Pengendalian FIR di Kepulauan Riau oleh Singapura sudah berlangsung

puluhan tahun, sejak setahun setelah kemerdekaan Indonesia 1946 hingga saat ini

(2019), pendelegasian inipun diamanatkan dari ICAO (International Civil Aviation

Organization). Namun pengendalian navigasi tersebut sudah tercantum dalam

sebuah perjanjian yakni Agreement between the Government of the Republic of

Indonesia and The Government of the Republic of Singapore on the Realignment of

the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta

Flight Information Region, perjanjian tersebut telah ditandatangani pada tanggal

21 September 1995 di Singapura yang telah diratifikasi Keputusan Presiden

11

Yuwono Agung Nugroho,Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia(Jakarta: Konggres Kedirgantaraan Nasional II, 2003) 12

Wen Ching Kuo dan Shiang Huei Kung, “Study of The Arrival Scheduling Simulation for The

Terminal Control Area at Sung-Shun Airport,”International Journal of Organitational Innovation 5

(Januari 2013): 193

Page 18: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

6

Nomor 7 Tahun 1996 pada tanggal 2 Februari 1996, dan akan ditinjau kembali

sesuai perjanjian yakni di akhir tahun ke-5 perjanjian.

Perjanjian tersebut mengatur bahwa semua aktivitas penerbangan yang

berada atau melewati FIR Singapura di atas Kepulauan Riau dan Natuna diatur

oleh Singapura tanpa campur tangan pemerintah Indonesia. Semua jenis

penerbangan yang melewati FIR Singapura harus mendapatkan Flight Clearance

(FC) dari pemerintah Singapura, dan hal tersebut sudah menjadi suatu keharusan

segala macam pesawat asing yang masuk ke dalam wilayah udara lain, termasuk

penerbangan Indonesia yang masuk ke wilayah Kepulauan Riau.13

Jika

penerbangan tidak memiliki Flight Clearance maka disebut dengan Black Flight

atau disebut juga penerbangan tanpa identitas dan merupakan tindakan

pelanggaran wilayah udara negara.14

Ruang udara Kepulauan Riau sudah dikelola oleh Singapura sejak 73

tahun yang lalu, tepatnya satu tahun sejak Indonesia merdeka. Sehingga bisa

dikatakan Singapura menguasai sekitar 100 mil laut wilayah udara Indonesia.

Kuasa Singapura atas langit Indonesia sebenarnya telah ditetapkan dalam

pertemuan ICAO di Dublin, Irlandia. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada

Maret 1946. Saat itu tercipta keputusan, bahwa Singapura berwenang atas udara

Indonesia di Kepulauan Riau, mandat ICAO tidak hanya sekedar pengelolaan

13

Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and The Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region. Keppres nomor 7 tahun 1996 14

Danang Risdiarto, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Wilayah Udara Yurisdiksi Indonesia oleh Pesawat Terbang Asing Tidak Terjadwal dalam jurnal media pembinaan hukum nasional,”Rechtsvinding 5 (April 2016)

Page 19: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

7

tetapi juga Singapura dapat memungut biaya dalam bentuk Dollar AS dari

seluruh maskapai yang melintasi udara Kepualauan Riau.15

Menurut Letnan

Kolonel Penerbang I Ketut Wahyu Wijaya bahwa setiap pesawat yang melintasi

wilayah FIR harus membayar US$6/menit. Sedangkan, untuk satu jalur dapat

mencapai puluhan pesawat dalam 24 jam. Kompensasi yang diberikan kepada

Indonesia hanya sebesar 50 sen. Bahkan pesawat Indonesia yang melewati

Kepulauan Riau dan Natuna harus atas seizin Singapura dan membayar ke

Singapura. Sehingga ini menjadi ancaman tersendiri untuk Indonesia baik sipil

ataupun di bidang militer Angkatan Udara Indonesia.16

Pada akhir tahun 2015 tepatnya awal September, Presiden Indonesia Joko

Widodo memerintahkan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Panglima TNI

Jenderal Gatot Nurmantyo untuk memodernisasi peralatan dan meningkatkan

kemampuan personel agar Indonesia siap mengelola ruang udara Kepulauan Riau

dan Natuna secara mandiri. Presiden Joko Widodo juga menegaskan kepada

Wakil Perdana Menteri yang merangkap Menteri Koordinator Bidang Keamanan

Nasional Republik Singapura Teo Chee Hean bahwa Indonesia akan mengambil

alih kontrol atas ruang udara atau FIR di Kepulauan Riau dan Natuna yang

selama ini dipegang oleh Singapura dengan memandatkan Menteri Luar Negeri

Indonesia Retno Marsudi. Adapun respon yang diberikan oleh Singapura

merupakan respon yang baik tetapi belum menunjukkan untuk memberikan dan

15

Anggi Kusumadewi, Prima Gumilang, Gilang Fauzi, Abraham Utama dan Abi Surwanto, “Luhut: Singapura-Malaysia Dukung RI Kendalikan Ruang Udara,” CNN Indonesia, 5 Oktober 2015tersedia di http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151004171137-20-82698/luhut- singapura-malaysia-dukung-ri-kendalikan-ruang-udara/. diakses pada 23 April 2016 16

Anggi Kusumadewi, “Luhut: Singapura”

Page 20: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

8

meleburkan perjanjian mengenai pengelolaan navigasi udara antara Singapura

dan Indonesia, hanya mengatakan bahwa yang terpenting bukanlah masalah

kedaulatan tetapi keamanan penerbangan untuk sipil ataupun penerbangan

lainnya.17

B. Pertanyaan Masalah

Kebijakan mengambil alih FIR di atas kepulauan Riau dan Natuna yang di

tekankan kembali oleh Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia memunculkan

respon yang masih terbilang belum sepenuhnya disepakati oleh Singapura.

Pentingnya mengambil kembali kedaulatan teritorial udara membuat Pemerintah

Indonesia lebih gigih dalam mengupayakan kebijakan tersebut. Pokok

permasalahan yang diangkat pada penulisan ini Bagaimana upaya Indonesia

dalam mengambil alih Flight Information Region Singapura di atas

Kepulauan Riau dan Natuna?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya Indonesia dalam

pengambil alihan pelayanan navigasi di atas Kepulauan Riau dan Natuna

yangdikelola oleh Singapura mengacu pada kepentingan dalam aspek politik,

ekonomi dan kedaulatan.

17

Resty Armenia, “Jokowi Tegaskan Akan Ambil Alih Ruang Udara RI dari Singapura,” CNN Indonesia, 25 Oktober 2015 tersedia di http://www.cnnindonesia.com/politik/20151124194236 -32-93793/jokowi-tegaskan-akan-ambil-alih-ruang-udara-ri-dari-singapura/ diakses pada 23 April 2016

Page 21: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

9

D. Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan pehamanan mengenai upaya yang

dilakukan Indonesia dalam mengambil alih lalu lintas udara yang dikelola oleh

negara lain, serta menjaga keamanan dan keselamatan udara Indonesia. Sehingga

hasil dari penelitian ini dapat membantu pemerintah, militer dan juga swasta

untuk membuat kebijakan.

E. Tinjauan Pustaka

Upaya untuk mengambil alih ruang udara Indonesia yang dikendalikan

oleh Singapura menjadi perhatian khusus bagi para peneliti. Topik ini sudah

sering dibahas dalam literatur akademik yang ditulis oleh pemerintah, lembaga

non-pemerintah, pengamat militer, pengamat udara dan peneliti. Adapun

penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini sebagai

berikut:

Pertama, Yayan Mochamad Yani, Ian Montratama dan Ikarardhi Putera

dalam buku yang berjudul “Langit Indonesia Milik Siapa” diterbitkan oleh Elex

Media Komputindo tahun 2017. Buku ini menjelaskan secara gamblang

bagaimana keadaan pengendalian ruang udara di Indonesia khususnya

permasalahan FIR Singapura diatas udara Indonesia. Buku ini juga menyinggung

langkah yang akan dilakukan Indonesia jika FIR masih dikendalikan oleh

Singapura. Pembahasan pada buku ini tidak hanya mengenai bagaimana

kronologi perjanjian antara Indonesia dan Singapura tentang FIR, tetapi juga

membahas kerjasama, pertahanan, dan isu keamanan antara kedua Negara. Pada

Page 22: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

10

buku ini hanya terfokus terhadap penerbangan militer bukan sipil dan juga

pertahanan antara Indonesia dan Singapura, juga memberikan gambaran

pertahanan antara kedua negara dengan memberikan data alutsista udara maupun

laut yang dimiliki. Persamaan dengan skripsi ini, konsep yang digunakan adalah

keamanan nasional, membahas titik ruang kendali udara yang dikelola oleh

Singapura diatas kedaulatan wilayah Indonesia.

Kedua, Tinjauan Yuridis Upaya Pengambilalihan Pelayanan Navigasi

Penerbangan Pada Flight Information Region (FIR) Singapura di Atas Wilayah

Udara Indonesia Berdasarkan Perjanjian Antara Indonesia Singapura Tahun 1995

oleh Evi Zuraidah. Tesis ini ditulis pada tahun 2012.Evi Zuraidah adalah

mahasiswi Program Studi Hukum dari Universitas Indonesia. Secara garis besar,

tesis ini membahas hukum yang mendukung upaya Indonesia dalam

mengambilalih FIR Singapura diatas kepualauan Indonesia. Bersandar kepada

perjanjian yang telah diresmikan pada tahun 1995 antara Indonesia dan

Singapura. Persamaan tesis dengan penelitian ini ada pada hukum yang mengacu

dalam upaya Indonesia mengambil alih FIR yang berada di atas Kepulauan Riau

dan Natuna, dan upaya yang dilakukan Indonesia terhadap Singapura berkaitan

FIR Natuna.

Ketiga, tesis yang berjudul Indonesia Air Traffic Services (Ats) Readiness

And Strategic Plans For Taking Over Airspace And Improving The Service oleh

Ade Patra Mangko yang ditulis pada tahun 2013. Ade Patra adalah mahasiswa

Universitas Gadjah Mada jurusan teknik, dalam tesisnya Ade Patra membahas

Page 23: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

11

kapabilitas ATS Indonesia yang berkomitmen untuk mengambil alih FIR yang

dikelola oleh Singapura. Tesis ini menjadi acuan peneliti dalam penelitian skripsi.

Persamaan dari tesis ini adalah membahas tiga titik ruang udara yakni ruang A, B

dan C yang dikelola oleh Singapura. Sedangkan perbedaannya terletak pada

fokus penelitian, Ade Patra terfokus kepada kapabilitas Air Traffic Service (ATS)

Indonesia, sumber daya manusia, dan juga kualitas yang dimiliki Indonesia.

Sedangkan penelitian ini terfokus kepada upaya yang akan dan telah dilakukan

pemerintah Indonesia dalam mengambilalih FIR Singapura diatas Kepualauan

Riau dan Natuna.

F. Kerangka Pemikiran

Pada penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa konsep

untuk mendukung analisa Upaya Indonesia mengambil alih FIR (Flight

Information Region) di Kepulauan Riau dan Natuna era Presiden Joko Widodo

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sudah diajukan sebelumnya yaitu

dengan menggunakan pandangan neorealisme.

1. Neorealisme

Neorealisme merupakan teori hubungan internasional yang melengkapi

sisi dari kekurangan teori realisme klasik. Adapun keduanya sama-sama memiliki

pandangan bahwa manusia bersifat selfish, memiliki kepentingan masing-masing,

jahat dan lain sebagainya. Namun neorealisme berpendapat bahwa manusia

bukanlah faktor utama atas munculnya konflik.

Pandangan neorealisme bahwa suatu negara untuk mendapatkan power

bukan dikarenakan human nature, tetapi sistem internasional. Negara dapat

Page 24: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

12

mencapai national interest dan keberlangsungan hidup (survival), karena sistem

interasional dinilai memaksa negara untuk mendapatkan power.

Menurut Kenneth Waltz, bentuk dasar hubungan internasional adalah

struktur anarki yang tersebar di negara-negara. Waltz menilai bahwa sistem

bipolar lebih stabil untuk membentuk perdamaian dan keamanan dibanding

dengan sistem multipolar.18

Waltz menjelaskan dalam bukunya “Theory of International Politics”,

dunia dibagi dalam 3 tingkatan yaitu, the man, the state dan the state system.

Kenneth Waltz menjelaskan struktur politik yang mana struktur politik terdiri dari

dua kata yakni struktur dan politik. Struktur merupakan berarti adanya hubungan

yang mana hubungan ini terbentuk antara unit-unit yang ada di dalamnya. Waltz

memandang bahwa struktur terbentuk atas posisi dimana mereka berdiri bukan

hanya sekedar berinteraksi dalam kata lain hirarki.19

Waltz menjelaskan politik dalam struktur politik itu menjadi dua bagian

yakni, struktur politik domestik dan struktur politik dunia. Keduanya memiliki

pengertian yang berbeda namun memiliki persamaan bahwa keduanya memiliki

struktur politik baik negara maupun internasional merupakan komunitas. Struktur

politik domestik menurut Waltz dalam menyusun struktur politik dapat dilakukan

dengan tiga tahap, yakni pertama, mengurutkan berdasarkan hirarki. Kedua,

mengetahui secara spesifik fungsi-fungsi dari posisi yang ada dalam hirarki.

18

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics (Phillipines: Addison-Wesley Publishing

Company Inc, 1979). 19

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics (Phillipines: Addison-Wesley Publishing

Company Inc, 1979).

Page 25: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

13

Ketiga, memperhatikan kemampuan dari setiap anggota yang menduduki posisi

di setiap hirarki.20

Struktur politik dunia menurut Waltz struktur politik membentuk proses

yang ada di dunia ini. Struktur politik dunia membentuk kekuatan dunia menjadi

bipolar dan multipolar. Kekuatan bipolar ini menjelaskan ketika dunia hanya

dikuasai oleh dua negara. Sedangkan multipolar merupakan dimana posisi banyak

negara yang menguasai dunia.21

2. Kepentingan Nasional

Penulis menggunakan konsep kepentingan nasional untuk memahami dan

menganalisa kasus. Kepentingan nasional merupakan bentuk dari kebutuhan

suatu negara. Konsep kepentingan nasional diperlukan untuk menjelaskan

perilaku politik luar negeri suatu negara dan menentukan perilaku suatu negara

yang didasari oleh politik luar negeri untuk memenuhi kepentingan negaranya.

Kepentingan nasional juga menentukan langkah membuat keputusan suatu negara

serta kebutuhan negara seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan

ekonomi.22

Posisi subjek dalam sistem memengaruhi kepentingan dan juga strategi yang

akan dilakukan. Implikasi dalam struktur anarki merupakan tanggung jawab

setiap aktor dalam sistem internasional. Negara tidak dapat mempercayai negara

20

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics (Phillipines: Addison-Wesley Publishing

Company Inc, 1979). 21

Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics (Phillipines: Addison-Wesley Publishing

Company Inc, 1979). 22

Jack C. Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional (Bandung: CV. Abardin 1999), 17

Page 26: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

14

lain sehingga timbul pemikiran self help dalam mencapai kepentingan nasional

maupun meningkatkan keamanan negara.23

Struktur dari sistem internasional memengaruhi persepsi atau sikap negara

dalam membuat keputusan. Sistem internasional sendiri ditandai dengan adanya

anarki, tidak adanya otoritas yang mengatur kekuatan.24

Hal tersebut

menyebabkan kepentingan nasional menjadi pilihan untuk memaksimalkan

kekuatan dalam rangka mencapai kelangsungan hidup negara. Negara dapat

mematuhi aturan internasional jika aturan tersebut memenuhi pencapaian

kepentingan negara, apabila aturan tersebut tidak sesuai maka negara cenderung

untuk melanggar atau mengabaikan aturan tersebut. Ketidak percayaan suatu

negara terhadap negara lain menciptakan lahan untuk menunjukkan siapakah

yang terkuat dan dapat bertahan.25

Neorealisme tidak memandang sikap negara yang ditentukan oleh keadaan

domestik namun ditentukan dari struktur yang terjadi pada lingkup internasional.

Eksekutif negara atau pembuat keputusan akan melihat keadaan sistem

internasional dan menilai serta mencocokkan dengan kepentingan nasional,

sedangkan aktor domestik lain menjalankan kebijakan atas pilihan dari pembuat

keputusan.26

23

John Baylis, James Wirtz, Eliot Cohen dan Colin S.Gray. Strategy in The Contemporary World: an Introduction to Strategic Studies, (New York: Oxford University Press, 2002), 7 24

Andreas Bieler. The Anarchy Problematique and Sovereignty: Neo-Realism and State Power, hlm 2 tersedia di https://andreasbieler.net/wp-content/files/Neo-realism.pdf 25

John T.Rourke. International Politic on The World Stage, edisi kedelapan (United States of America: McGraw-Hill/Dushkin, 2001), 16 26

Steven e. Lobell, Norrin M. Ripsman dan Jeffrey W. Taliaferro, Neoclassical Realism, the State and Foreign Policy, (New York: Cambridge University Press, 2009), 26

Page 27: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

15

3. Keamanan Nasional

Keamanan nasional merupakan isu utama di samping isu-isu lainnya,

sehingga seringkali aspek militer dan isu-isu politik yang berkaitan dengan

keamanan nasional mendominasi perpolitikan dunia. Tokoh realis memusatkan

perhatiannya pada potensi konflik yang ada di antara aktor negara untuk menjaga

stabilitas internasional, memperhitungkan manfaat dari tindakan paksaan sebagai

salah satu cara pemecahan terhadap perselisihan dan memberikan perlindungan

terhadap tindakan pelanggaran wilayah perbatasan. Kunci utama bagi para kaum

realis adalah power. Isu-isu strategis serta keamanan militer termasuk

kepentingan utama dalam kategori politik berbobot tinggi (high politics),

sedangkan isu-isu sosial dan ekonomi dipandang sebagai hal yang biasa bagi

kaum realis dan masuk ke dalam kategori politik yang rendah (low politics).27

Menurut Buzan dalam bukunya yang berjudul People, States and Fear:

An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, bahwa

keamanan memiliki keterkaitan dengan keberlangsungan hidup (survival)28

.

Tidak hanya itu menurut Buzan, keamanan tidak hanya sebatas kekuasaan

seamata, tetapi juga membangun kerjasama yang bermanfaat.29

Para pemikir realis memposisikan keamanan nasional sebagai elemen

terpenting. keamanan nasional adalah yang harus diutamakan. Keamanan suatu

negara akan memasuki titik aman ketika negara tersebut dapat melihat dan

27

Azwar Asrudin, “Thomas Khun dan Teori Hubungan Internasional: Realisme sebagai Paradigma,”Indonesian Journal of International Studies 1 (Desember, 2014): 113 28

Barry Buzan, People, State, and Fear: The National Security Problem in International Relations, (Sussex: Wheatsheaf Book, 1993), 93 29

Buzan, People, State, 189

Page 28: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

16

memastikan keberlangsungan hidupnya dalam sistem internasional. Bagi realis,

keamanan suatu negara adalah tentang kelangsungan hidup negara.

Negara-negara yang tidak mampu menjamin bagaimana keselamatan negara

mereka dengan militer-militer mereka sendiri, maka dengan mengimbangkan

kekuasaan negara sendiri akan menghadirkan harapan untuk dapat merasa aman

dalam hubungan internasional. Perlindungan bagi setiap negara merupakan hal

yang sangat penting untuk menjaga keamanan. Tidak bergantung kepada negara

lain, karena bagi realis suatu pertahanan haruslah diciptakan oleh negara sendiri

dan tidak berketergantungan kepada pertolongan negara lain30

.

Ruang udara nasional bersifat tertutup, mengingat udara merupakan

media gerak yang sangat rawan ditinjau dalam segi pertahanan dan keamanan

negara. Hal tersebut pada dasarnya dapat diartikan wilayah udara suatu negara

tertutup bagi pesawat-pesawat negara lain.

Menurut Allan Collins, fokus tentang keamanan merupakan fokus suatu

negara:

1. Keamanan diperlukan dalam rivalitas persaingan politik internasional.

2. Negara melakukan konsentrasi utama pada kekuasaan.

3. Negara menjadi titik utama dari loyalitas kebanyakan orang dan sumber

identitas.

30

Jill Steans dan Llyod Pettiford, Hubungan Internasional Perspektif dan Tema (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2009)

Page 29: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

17

4. Negara telah menciptakan komunitas terbesar yang paling kuat dan

paling efektif.31

Pandangan tradisional mengenai keamanan merupakan militer.

Perlindungan negara dari ancaman terhadap kepentingan nasional menjadi dasar

fokus utama.32

Jika mengaitkan dengan keamanan udara diatas langit

Kepulauan Riau dan Natuna, ruang udara berpotensial menjadi datangnya

ancaman asing terhadap keamanan nasional. Oleh karena itu dapat dipahami

mayoritas negara sangat memperhatikan keamanan udaranya. Negara menyadari

bahwa penataan ruang udara sangat penting, tidak hanya untuk keperluan

kesejahteraan tetapi juga dipersiapkan dan ditata bagi kegiatan pertahanan dan

keamanan.33

G. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.34

Metode penelitian

secara garis besar terdapat dua jenis penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian kualitatif menurut Nasution merupakan penelitian yang dilakakukan

dengan tanpa alat-alat pengukur. Selain itu juga penelitian yang dilakukan

bersifat natural dalam artian tidak ada manipulasi di dalamnya, dan dalm

31

Alan Collins, Contemporary Security Studies (New York: Oxford University Press, 2007), 14 32

Nasu, Hitoshi, “The Expanded Conception of Security and International Law: Challenges To The Un Collective Security System,” Amsterdam Law Forum 3, 2011 [jurnal on-line] tersedia di: http://amsterdamlawforum.org/article/viewFile/225/417diunduh pada 19 Mei 2017 pukul 20:03 33

Sefriani,“Pelanggaran Ruang Udara oleh Pesawat Asing Menurut Hukum Internasional dan HUkum Nasional Indonesia,” Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM 22 (Oktober 2015) 34

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 3

Page 30: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

18

mencapai hasil penelitian digunakan tes berupa instrumen penelitian. Adapun

instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sehingga dapat menggali

masalah uang muncul dalam masyarakat.35

Sedangkan penelitian kuantitatif

menurut Kasiram adalah proses menemukan pengetahan yang menggunakan data

berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan yang ingin diketahui.36

Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian yang bersifat

eksplanatori dalam menelaah kasus penelitian. Penelitian eksplanatori digunakan

guna untuk menjabarkan permasalahan yang akan dikaji. Penelitian kualitatif ini

dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial.

Penggunaan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini untuk

menjabarkan kasus yang diangkat oleh peneliti dan juga pencapaian dalam

menyelesaikan penelitian ini. Metode penelitian kualitatif membantu peneliti

untuk menjelaskan masalah-masalah dalam kasus yang diangkat, dengan mencari

fakta-fakta yang peneliti kumpulkan.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format

deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Pada penelitian ini

digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang

35

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003) 36

Mohammad Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif (Malang: UIN Malang Press, 2008)

Page 31: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

19

memberi gambaran secara cermat mengenai upaya yang dilakukan Indonesia

dalam mengambil alih FIR yang berada di Riau37

.

Melakukan penelitian membutuhkan berbagai macam sumber. Dalam

melakukan penelitian terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

masyarakat, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

kepustakaan38

. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan keduanya dari

data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data primer yang digunakan peneliti dalam berbentuk undang-undang

yang ada ikatannya antara Indonesia dengan Singapura. Peneliti juga

mendapatkan data primer dari berbagai sumber yang didapatkan langsung dari

pihak-pihak yang terkait. Peneliti melangsungkan wawancara dengan pengamat

penerbangan dan Manager Hubungan Masyarakar AirNavigation Indonesia.

b. Data Sekunder

Bahan sekunder merupakan bahan yang diperoleh dari hasil penelusuran

buku-buku dan juga artikel-artikel serta dari website terpercaya yang dapat

dijadikan referensi dalam penelitian ini. Bahan sekunder diperlukan dalam

melengkapi penelitian yang terkait.

37

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama, 1993) 38

Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005 )

Page 32: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

20

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengolah data

adalah deskriptif qualitatif. Penggunaan deskriptif qualitatif berguna untuk

mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu gejala, dengan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dari unit

yang diteliti.39

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memaparkan respon

Singapura atas pengambilalihan FIR Kepulauan Riau oleh Indonesia.

H. Sistemika Penelitian

Menanggapi pokok permasalahan yang akan penulis bawakan untuk

memahami isi penulisan ini. penulis membagi penulisan ke dalam empat bab

yang terdiri dari beberapa sub bab.

Bab pertama, pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang dari judul

penelitian sebagai pengatar mengenai upaya Indonesia dalam mengambil alih

FIR (Flight Information Region) di Kepulauan Riau dan Natuna periode Joko

Widodo, tujuan penulisan, kerangka teori dan konsep yang menjadi tolak ukur

penelitian, metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Bab kedua, bab ini menjelaskan sejarah perkembangan udara serta aturan

FIR secara umum dan juga FIR Singapura diatas Kepulauan Riau dan Natuna.

Pada bab ini juga akan menjelaskan tentang pendelegasian FIR di atas

Kepualauan Riau dan Natuna yang diberikan otoritasnya kepada Singapura.

Bab ketiga, bab ini merupakan penjelasan mengenai pengaruhnya lintas

FIR Kepulauan Riau dan Natuna dalam pertahanan, ekonomi, dan keamanan

serta menjelaskan perspektif dari kedua negara dalam isu peneltian ini.

39

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010)

Page 33: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

21

Bab keempat, pada bab ini menjelaskan upaya yang dilakukan Indonesia

dalam mengambil alih FIR Kepualaun Riau dan Natuna pada periode Joko

Widodo, baik upaya yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan.

Bab kelima, bab penutup. Bab ini merupakan hasil kesimpulan dari

bab-bab sebelumnya.

Page 34: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

22

BAB II

STATUS FLIGHTINFORMATION REGION (FIR)

DI KEPULAUAN RIAU DAN NATUNA

Bab ini membahas bagaimana FIR terbentuk dan juga aturan-aturan

mengenai FIR, serta FIR berdasarkan UNCLOS 1982. Menghadapi potensi

ancaman dari Singapura perlu untuk membangun postur pertahanan secara

khusus. Postur pertahanan itu sendiri dapat dilihat dari tiga hal, yakni kekuatan,

kemampuan dan gelar. Kekuatan merupakan kualitas dan kuantitas yang

dimiliki.sedangkan kemampuan diartikan sebagai kemampuan personil

pertahanan dalam mengoperasikan kekuatannya. Gelar adalah kekuatan

pertahanan yang dilengkapi dengan sistem pendukungnya yang ditempatkan

secara geografis.40

Rute udara Jakarta-Singapura menjadi salah satu rute tersibuk di dunia

bahkan melampaui rute udara London-Paris yang dikenal padat.41

kementerian

Perhubungan dalam agenda Diplomatic Reception yang diselenggarakan di

Ruang Mataram, Gedung Karya, Kementerian Perhubungan RI pada tanggal 6

November 2015, menyampaikan tentang potensi-potensi penerbangan Indonesia

salah satunya mencakup Flight Information Region (FIR) Indonesia yang setara

40

Yanyan Mochamad Yani,Ian Montratama, dan Ikardhi Putera, Langit Indonesia Milik Siapa? (Jakarta: elex media komputindo, 2017), 68 41

Ridha Aditya Nugraha, “Menyoal Ribu-Ribut di Langit Kepulauan Riau dan Natuna,” Kompas.com (27 Februari 2018) [berita-online] tersedia di: https://nasional.kompas.com/read/2018/02/27/13422401/menyoal-ribut-ribut-di-langit-kepulauan-riau-dan-natuna?page=alldiakses pada 8 juni 2018

Page 35: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

23

dengan 25 FIR negara-negara di Eropa. Selain itu Indonesia juga melakukan

pengendalian terhadap 4 rute regional utama (major regional traffic flows) dari

total 9 rute di dunia, Indonesia menduduki posisi ke 8 dari sisi jumlah penumpang

pesawat udara yang diangkut selama 2011-2015 versi World Bank, Bandar Udara

Internasional Soekarno Hatta menduduki posisi ke 12 sebagai bandar udara

tersibuk di dunia pada tahun 2014 versi Airport Council International (ACI).42

A. Sejarah Penerbangan dan Perkembangan Ruang Udara

Pada masa Wright bersaudara, pesawat diciptakan hanya dapat

mengangkut satu orang penumpang. Kemudian seiring berjalannya waktu

pesawat diusahan dapat mengangkut banyak penumpang dan barang-barang pos,

meskipun pada saat itu pesawat masih dianggap wahana eksperimental.

Perkembangan pesawat sipil dipengaruhi oleh perkembangan balon udara panas

dan zeppelin (balon udara berbentuk cerutu raksasa yang dapat terbang terarah

karena mempunyai mesin dan kemudi). Zeppelin dapat mengangkut penumpang

dan dapat dikendalikan selayaknya pesawat terbang yang pertama kali digunakan

pada tahun 1909 oleh maskapai penerbangan pertama, Deutsche

Luftschiffahrts-AG (DELAG) (Jerman). Namun pada tahun 1937 terjadi

kecelakaan dan menjadi tahun berakhirnya sejarah penerbangan Zeppelin.43

42

Biro komunikasi dan informasi publik, “Diplomatic Receotion dalam rangka Pencalonan Indonesia Menjadi Anggota Dewan ICAO Periode 2016-2019,” Departemen perhubungan (06 November 2015) [artikel-online] tersedia di http://dephub.go.id/post/read/diplomatic- reception-dalam-rangka-pencalonan-indonesia-menjadi-anggota-dewan-icao-periode-2016-2019diakses pada 8 Juni 2018 43

Shabara Wicaksono, “Sejarah Penerbangan Komersial Udara,” *berita-online] tersedia di: https://phinemo.com/sejarah-penerbangan-komersial-dunia/diakses pada 24 Agustus 2018

Page 36: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

24

Ruang udara adalah ruang yang terletak di atas ruang daratan dan ruang

lautan suatu wilayah negara dimana negara tersebut memiliki hak yurisdiksi.

Ruang udara, ruang lautan dan ruang daratan merupakan kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan.44

Prof. I.H.Ph Diederiks-Vershoor, dalam bukunya yang

berjudul “Sumilarities with and Differences Between Air and Space Law”:

Primarilary in the Field of Private International Law, menuliskan bahwa

Konferensi Internasional Hukum Udara yang pertama diselenggarakan pada

tahun 1910 setelah beberapa balon udara milik Jerman melewati ruang udara di

atas negara Perancis, hal tersebut dianggap oleh Perancis sebagai suatu ancaman

keamanan. Balon-balon tersebut digunakan sebagai kendaraan untuk melakukan

serangkaian riset. Konferensi tersebut diselenggarakan di Paris yang dihadiri oleh

19 negara. Setelah Perang Dunia I selesai, perusahaan penerbangan pertama

beroperasi antara London dan Paris pada tahun 1919.45

Dunia penerbangan saat ini menjadi salah satu tolak ukur kemajuan suatu

Negara. Indonesia saat ini memiliki fasilitas dan juga teknologi yang semakin

maju dari waktu ke waktu. Tidak hanya mengukur dari seberapa maju teknologi

dan fasilitas, tetapi perlu ditingkatkan juga sumber daya manusia(SDM) yang

memumpuni dalam dunia penerbangan. Pentingnya memperhatikan baik dari

SDM atau pun teknologi karena dunia penerbangan memiliki standar yang telah

diatur oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Standar ini

44

Ditjen Perhubungan Udara, “Ruang Udara,” *artikel-online] tersedia di: http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/98 diakses pada 10 Juni 2018 45

I.H.Ph.Diederiks-Verschoor, Sumilarities with and Differences Between Air and Space Law: Primarily in the Field of Private International Law, Collected Courses of the Hague Academy of International Law 172 dalam buku Syahmin, Meria Utama, dan Akhmad Idris, “Hukum Udara dan Luar Angkasa,” (Palembang: Unsri Press, 2012)

Page 37: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

25

menjadi acuan yang harus ditaati oleh setiap Negara, demi keselamatan dan juga

kenyamanan penerbangan.

ICAO didirikan pada tahun 1944, memiliki markas besar di Montreal,

Kanada. Tujuan ICAO didirikan untuk menjamin keselamatan penerbangan sipil.

ICAO sendiri memiliki 191 negara anggota yang tergabung46

. Indonesia menjadi

negara anggota ICAO pada 27 April 195047

. Indonesia pernah mengemban

amanah menjadi Anggota Dewan ICAO Kategori III pada tahun 1962 sampai

dengan 2001.48

Adapun penerbangan pertama Indonesia terjadi pada tahun 1913, yang

diterbangkan oleh seorang penerbang asal Belanda bernama JWER Hilger

berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran

yang berlangsung di Surabaya. Namun penerbangan pesawat tersebut tidak

berjalan dengan baik karena mengalami kecelakaan dan tidak menimbulkan

korban jiwa. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat dengan

jenis Fokker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda melakukan penerbangan

dari Bandara Schippol, Amsterdam menuju Batavia (sekarang Jakarta).

Penerbangan tersebut membutuhkan 55 hari dengan berhenti di 19 kota yang

kemudian berhasil mendarat di Cililitan, sekarang dikenal sebagai Pangkalan

46

ICAO, “About ICAO,” *artikel-online] tersedia di: https://www.icao.int/about-icao/Pages/default.aspxdiakses pada 8 Juni 2018 47

kementerian luar negeri, “Keanggotaan Indonesia Pada Organisasi Internasional,” [artikel-online] tersedia di http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/Documents/Keanggotaan_Indonesia_pada_OI.pdfdiakses pada 8 Juni 2018 48

Biro komunikasi dan informasi publik, “Penantian Panjang Indonesia menjadi Anggota Dewan ICAO Diputuskan Pekan Depan,” (Departemen perhubungan, 2016) *artikel-online] tersedia di: http://www.dephub.go.id/post/read/penantian-panjang-indonesia-menjadi-anggota-dewan-icao-diputuskan-pekan-depan diakses pada 8 Juni 2018

Page 38: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

26

Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan inilah yang kemudian

tercatat sebagai penerbangan pertama sebuah pesawat dari Belanda ke

Indonesia.49

Keberhasilan penerbangan di Indonesia menciptakan kerjasama antara

Deli Maatschappij, Nederlandsch Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah

Hindia Belanda (sekarang Indonesia), dan perusahaan- perusahaan dagang

lainnya yang memiliki kepentingan di Indonesia. Hasil kerjasama tersebut

mendirikan perusahaan patungan di Belanda, Koninklijke Nederlandsch Indische

Luchtvaart Maatschappij (KNILM) yang didirikan pada 1 November 1928.

KNILM membuka sebuah rute tetap Batavia-Bandung sekali seminggu dan

kemudian membuka rute Batavia-Surabaya (pp) dengan transit di Semarang

sekali setiap hari dengan pesawat jenis Fokker F-7/3B. Perusahaan tersebut

kemudian berkembang dan mampu menerbangkan pesawat yang lebih besar

seperti Fokker F-12 dan kemudian pesawat DC-3 Dakota, dengan menambahkan

rute Batavia-Palembang-Pekanbary-Medan, bahkan Singapura sekali seminggu.

Kemudian pada tahun 1931, jenis pesawat yang digunakan Fokker F-12 dan

Fokker F-18 yang dilengkapi dengan kursi untuk penumpang.50

Berdasarkan hasil perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB), bahwa

KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Dr.

Konijnenburg sebagai perwakilan KLM yang menghadap kepada Presiden

Soekarno di Yogyakarta untuk meminta presiden memberi nama bagi perusahaan

49

Chappy Hakim, Believe It or Not Dunia Penerbangan Indonesia Terbang Aman dan Nyaman Walau Banyak Masalah, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2014) 50

Chappy Hakim, Believe It or Not, 5

Page 39: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

27

tersebut. Presiden Soekarno menanggapi hal tersebut dengan mengutip sebuah

sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto pada

zaman kolonial “Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog

boven uw eilanden” yang memiliki arti “Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu

yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu”. Maka

pada tanggal 29 Desember 1949, penerbangan bersejarah pesawat DC-3 dengan

registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair membawa Presiden Soekarno dari

Yogyakarta ke Kemayoran untuk pelantikan sebagai Presiden Republik Indonesia

Serikat (RIS) dengan Garuda Indonesia Airways dan berlogo baru pemberian

Presiden Soekarno sebagai perusahaan penerbangan pertama.51

Pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang

bertanggungjawab kepada kementerian Perhubungan Udara pada tahun 1952.

Kemudian nama tersebut diubah menjadi Direktorat Penerbangan Sipil pada

tahun 1963 dengan tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi

pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara. Dalam

rangka meningkatkan perkembangan dunia usaha penerbangan pada

pemerintahan Orde Baru, pada tahun 1969 Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara dibentuk untuk menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya serta

menyempurnakan dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat

Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan Penerbangan

dan Direktorat Fasilitas Penerbangan. Tahun 1978 dikeluarkan Keputusan

51

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, “Penerbangan Indonesia dari masa ke masa,” [artikel-online] tersedia di http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/91 diunduh pada 8 Juni 2018

Page 40: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

28

Menteri Perhubungan nomor KM 50/OT/Phb-78, tentang "Susunan organisasi

dan tata kerja pelabuhan udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan

(SENOPEN)", terbentuk kantor SENOPEN di 7 lokasi yaitu Medan, Pekanbaru,

Palembang, Surabaya, Bali, Ujung Pandang dan Biak". Fungsi unit kerja kantor

SENOPEN adalah pemberian pelayanan navigasi penerbangan.52

Perbatasan darat, kepulauan dan laut akan berkaitandengan kedaulatan

udara suatu Negara, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 dan 2 Konvensi

Chicago 1994. Article 1 “The contracting States recognize that every State has

complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory”

Pasal 1 “Negara-negara pihak mengakui bahwa setiap Negara memiliki

kedaulatan yang penuh dan eksklusif atas wilayah udara di atas wilayahnya”

Article 2 “For the porpose of this Convention the territory of a State shall be

deemed to be the land areas and territorial waters adjacent thereto under the

sovereignty, suzerainty, protection or mandate of such State”

Pasal 2 “Untuk kepentingan Konvensi ini, wilayah suatu Negara harus dianggap

sebagai wilayah darat dan perairan teritorial yang berada di bawah kedaulatan,

keamanan, perlindungan atau mandat dari Negara tersebut.”

Pembentukan FIR merupakan hasil dari 11annex yang mengatur

permasalahan Air Traffic Service(ATS). ATS memuat tentang pengadaan dan

pengawasan terhadap lalu lintas udara, informasi penerbangan dan layanan

52

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, “Penerbangan Indonesia daei masa ke masa,” [artikel-online] tersedia di http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/91 diunduh pada 8 Juni 2018

Page 41: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

29

pemberitahuan serta mengenai keadaan bahaya. sebagaimana diatur dalam annex

11 Konvensi Chicago 1944:

“A generic term meaning variously, flight information services, alerting

services, air traffic advisory service, air traffic control service (area control

service, approach control service or aerodrome control service).”

“Secara umum ada berbagai istilah terminologi yang sangat beragam,

tentang pelayanan informasi penerbangan, tentang pelayanan kesiagaan berupa

rambu-rambu atau tanda, tentang pelayanan pemberian masukan atau saran pada

navigasi penerbangan, dan pelayanan pengendalian navigasi penerbangan

terhadap pesawat di dalam lintasannya”53

B. Ketentuan Flight Information Region (FIR)

Transportasi udara menjadi alternatif terbaik untuk menghubungkan satu

negara ke negara lain. Selain dapat memangkas waktu perjalanan, transportasi

udara juga menjadi pilihan terbaik untuk dijadikan transportasi yang terbilang

nyaman. Dengan demikian penerbangan berkaitan antara satu negara dengan

negara lainnya, maka ruang udara yang digunakan oleh pesawat harus memiliki

manajemen keselamatan penerbangan.

Pada tahun 1900-an belum ada peraturan mengenai ruang udara yang jelas.

Kali pertama Prof Ernest Nys berpendapat bahwa perlu diciptakannya peraturan

ruang udara skala internasional dalam hukum udara. Karena pada realitanya

53

Evi Zuraida, Tinjauan Yuridis Upaya Pengambilalihan Pelayanan Navigasi Penerbangan Pada Flight Information Region (FIR) Singapura atas Wilayah IndonesiaBerdasarkan Perjanjian antara Indonesia Singapura Tahun 1995, ( Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), 34

Page 42: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

30

banyak sekali penerbangan yang berlangsung di atas langit Eropa, tanpa

memperhatikan kedaulatan negara kolong.54

Seiring dengan perkembangan

dalam dunia penerbangan nasional dan internasional. Maka diciptakan peraturan

yang dituang ke dalam konvensi-konvensi, undang-undang dan juga kerjasama

mengenai ruang udara untuk pesawat yang melintasi wilayah negara lain dengan

mengutamakan keselamatan penerbangan khususnya penerbangan internasional.

1. Pengaturan Flight Information Region

Sejak ruang udara menjadi salah satu jalur yang bisa digunakan untuk

transportasi, manusia berupaya untuk menciptakan aturan ruang udara. Dalam

Hukum Romawi yang sangat dikenal prinsip yang berbunyi “Cujus est solum,

Ejus est coelum” yang memiliki arti bahwa barang siapa memiliki sebidang

tanah, ia juga memiliki apa yang berada di dalam tanah dan juga ruang yang

berada ditasnya tanpa batas.55

Adapun peraturan mengenai Flight Information Region (FIR) di Indonesia

telah tertuang didalam UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan, Pasal 5

antara lain mengatur mengenai NKRI berdaulat penuh dan ekslusif atas wilayah

udara Republik Indonesia.56

Demikian Undang-Undang ini mengandung makna

bahwa sebagai Negara yang berdaulat, Republik Indonesia memiliki kedaulatan

penuh dan ekslusif di udara.

54

Martono, Usman Melayu, Perjanjian Angkutan Udara Indonesia”, (Bandung: Mandar Maju, 1996) dalam Skripsi Alfaris, Analisis Yuridis Pengawasan dan Pengendalian Wilayah Dirgantara Indonesia Terhadap Lalu Lintas Pesawat Udara Asing Ditinjau dari Hukum Internasional (Makasar: Universitas Hasanuddin, 2014), 28 55

Chappy Hakim, “Tanah Air dan Udaraku Indonesia”, (Jakarta: PT. Harum Biaro Asa, 2009) halaman 11 56

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Page 43: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

31

Konvensi Chicago 1944 tentang Penerbangan Sipil Internasional dan

Konvensi Hukum Laut Internasional Tahun 1982 yang telah diratifikasi dengan

UU Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations Convention on

the law of the sea(UNCLOS). Pasal wilayah udara Republik Indonesia, mengacu

pada ketentuan ini hanya menegaskan mengenai tanggung jawab dan

kewenangan Negara Republik Indonesia untuk mengatur penggunaan wilayah

udara yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia57

.

Adanya aturan yang berkenaan dangan pembagian wilayah udara

bertujuan untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan. Aturan

tersebut telah ditetapkan oleh Negara-negara anggota yang tergabung dalam

ICAO untuk memberikan pelayanan navigasi penerbangan. Navigasi

penerbangan merupakan kegiatan pemanduan pesawat terbang dan juga

helikopter selama beroperasi yang dilengkapi dengan fasilitas navigasi

penerbangan didalam ruang udara yang dikuasai oleh Pemerintah Indonesia untuk

digunakan sebagai kegiatan operasi penerbangan dalam bentuk tatanan ruang

udara nasional. Pelayanan ruang udara memiliki 2 kategori yakni, pertama, ruang

udara yang pelayanan navigasi penerbangannya/FIR merupakan bagian dari

tanggung jawab Pemerintah Indonesia dan kedua, ruang udara dikuasai

berdasarkan perjanjian antar Negara yang berbatasan yang ditetapkan oleh

ICAO58

.

57

Soegiyono. “Kajian Kedaulatan Negara di Ruang Udara Terhadap Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).”Berita dirgantara vol. 12 no. 2 Juni 2011: 76-82 58

Departemen Perhubungan RI, Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024, Ditjen Perhubungan Udara, Maret 2005, 111-49

Page 44: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

32

Secara nasional pembentukan FIR telah ditentukan dalam hukum yang

terdapat pada Pasal 6 UU Penerbangan, yakni “Dalam rangka penyelenggaraan

kedaulatan negara atas wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung jawab pengaturan ruang

udara untuk kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan

keamanan negara, sosial budaya, serta lingkungan udara.” Kemudian ketentuan

pelaksanaannya pada PP Keamanan dan Keselamatan Penerbangan yang

tercantum dalam pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 73, Pasal 74 dan Pasal 75

pemerintah Indonesia diamanatkan untuk menetapkan ruang udara untuk

kepentingan navigasi udara.59

ICAO juga berperan sangat penting dalam pengaturan FIR karena

merupakan organisasi internasional penerbangan. Adapun peraturan dan

pengelolaan FIR telah diatur dan dituangkan ke dalam 18 annex yang tertulis di

Konvensi Chicago 1944.

2. Keberadaan FIR

Pada mulanya Indonesia memiliki empat bagian ruang udara yaitu, Jakarta,

Bali, Ujung Padang dan Biak. FIR Jakarta mencakup Indonesia bagian barat

pulau Kalimantan, bagian barat pulau Jawa hingga Sumatera. FIR Bali mencakup

Kalimantan bagian tengah hingga bagian timur, kemudian Jawa Timur hingga

Nusa Tenggara. FIR Ujung Pandang mancakup pulau Sulawesi, Maluku, sampai

kepulauan Aru. FIR Biak mencakup wilayah perairan Arafuru dan pulau Papua.60

59

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Keamanan dan Keselamatan Penerbangan No.3 Tahun 2001, LN no.9 Tahun 2001, TLN No.4075. 60

Zuraida, Tinjauan Yuridis, 55

Page 45: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

33

Kemudian untuk mengefektifkan navigasi udara dan juga meningkatkan

pelayanan penerbangan, diubah menjadi dua bagian berdasarkan Supplement

Aeronautical Information Publication (AIP) dari Direktorat Jendral Perhubungan

Udara (Ditjen Hubud) Nomor 02/05 tanggal 14 April 2005 ruang udara Indonesia

dibagi menjadi FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang berlaku sejak 12 Mei 2005.

FIR Jakarta tetap mencakup pulau Sumatera, bagian barat pulau Kalimantan,

bagian barat Jawa Tengah hingga mengarah ke selatan dan mencakup Pulau

Christmas milik Australia. Sedangkan FIR Ujung Pandang meliputi cakupan

FIRBiak dan FIR Bali serta wilayah udara Timor Leste dan sebagian Papua

Nuigini.61

Berdasarkan pembentukannya FIR dibagi menjadi dua yaitu, FIR bagian

bawah yang disebut dengan FIR dan FIR bagian atas yang disebut dengan Upper

Flight Information Region (UIR).62

terbentuknya FIR dan UIR dilatarbelakangi

oleh kemampuan dan kesanggupan pesawat terbang berbeda-beda baik dalam

segi teknologi dan keadaan alam. FIR pemberian pelayanan navigasi udara di

dalam lapisan 20.000 kaki, sedangkan UIR merupakan pelayanan navigasi udara

dalam lapisan di atas 20.000 kaki sehingga tanggung jawab dalam UIR lebih

besar. Namun belum ada kejelasan dalam pembagian lapisan ruang udara FIR dan

UIR pada prakteknya, sehingga ketentuan UIR sendiri tergantung kepada negara

atau atas kesepakatan negara-negara yang bersangkutan.63

61

Evi Zuraida, “Tinjauan”,55 62

Kresno, “Flight Information Region”, Majalah Forum Hukum, Volume 3 no 2 63

Evi Zuraida, “Tinjauan”,80

Page 46: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

34

Pembagian Dua FIR Indonesia

Sumber: AirNavigation Indonesia

Pembagian Empat FIR Indonesia

Sumber: Direktorat Penerbangan Sipil

Page 47: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

35

Indonesia memiliki ruang udara yang terbilang sangat strategis, bahkan

masuk ke dalam kategori padat dan sibuk. Dengan demikian maka Indonesia

harus melakukan pengetatan dalam mengontrol ruang udara. Ruang udara

Indonesia secara kesuluruhan diatur oleh AirNav Indonesia, dalam pembagiannya

AirNav Indonesia membagi dua ruang udara Indonesia yakni Jakarta Flight

Information Region dan Ujung Pandang Flight Information Region. Total luas

FIR 2.219.629 Km2

dengan luas wilayah 1.476.049 Km2

dan jumlah lalu lintas

penerbanganlebih dari 10.000 Movement/hari.

3. Flight Information Region Menurut United Nations

Convention on The Law of The Sea (UNCLOS)

Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention On The Law Of

The Sea (UNCLOS). Hukum batas horizontal ruang udara telah di tetapkan dalam

Pasal 2 Konvensi Chicago 1944 bahwa:

Article 2 “For the porpose of this Convention the territory of a State shall

be deemed to be the land areas and territorial waters adjacent thereto

under the sovereignty, suzerainty, protection or mandate of such State”

Pasal 2 “Untuk kepentingan Konvensi ini, wilayah suatu Negara harus

dianggap sebagai wilayah darat dan perairan teritorial yang berada di

bawah kedaulatan, keamanan, perlindungan atau mandat dari Negara

tersebut.”

Namun kelemahan dari Konvensi Chicago tidak menyebutkan batas

kedaulatan udara di atas teritorial laut. Sehingga Konvensi Perserikatan

Page 48: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

36

Bangsa-Bangsa (PBB) dijadikan acuan untuk menegaskan batas udara di atas

teritorial laut yang termaktub dalam Konvensi PBB tentang hukum laut

1982/UNCLOS 1982.

Penegasan atas kedaulatan ruang udara yang dimiliki oleh Indonesia secara

utuh tercantum dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 5 tentang

Penerbangan. Kemudian Indonesia mengatur wilayah negara dengan UU No.43

Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Pada Pasal 1.1 UU tersebut “Wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu unsur negara yang

merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan

kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah dibawahnya, serta ruang

udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung

didalamnya”. Dilanjutkan hal yang sama dalam Pasal 5 UU yang sama

disebutkan bahwa “Batas Wilayah Negara di darat, dasar laut dan tanah di

bawahnya serta ruang udara di atasnya ditetapkam atas dasar perjanjian bilateral

dan/atau mengenai batas darat, batas laut dan batas udara serta berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan hukum internasional”.64

Adapun menurut UNCLOS 1982, Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)

merupakan bagian dari laut teritorial Republik Indonesia. Indonesia telah

meratifikasi UNCLOS 1982 yang kemudian diterapkan dalam UU 17 Tahun 1985

yang di dalamnya menetapkan hak lintas penerbangan, melewati udara di

selat-selat internasional tertentu dan alur laut kepulauan.

Adapun status hukum ruang udara wilayah Indonesia sebagai berikut:

64

Adam Irwansyah Fauzi, Kedaulatan dan Batas Ruang Udara Negara (Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2018)

Page 49: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

37

1. Ruang Udara di atas wilayah daratan.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang meliputi wilayah

daratan dan perairan serta laut teritorial yang tidak dapat dipisahkan

dimensi horizontalnya. Indonesia memiliki kedaulatan penuh dan

utuh atas ruang di atas daratan dan bersifat mutlak dan tanpa

perkecualian.

2. Ruang udara di atas perairan kepulauan.

Indonesia memiliki hak kedaulatan di atas perairan kepulauan.

Namun Indonesia harus menyediakn lintas alur laut kepulauan

untuk kapal atapun pesawat asing yang syarat-syaratnya telah

ditentukan oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut Tahun 1982

(UNCLOS 1982). Artinya atas diratifikasinya konvensi UNCLOS

1982 maka kedaulatan Indonesia mendapatkan pengecualian yaitu

memberikan hak lintas bagi pesawat udara asing atau disebut juga

hak lintas damai (innocent passage). tetapi Indonesia dapat

menangguhkan sementara waktu hak lintas pesawat asing dari

perairan kepulauan, jika diperlukan untuk menjaga keamanan dan

pertahanan.

Page 50: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

38

3. Ruang Udara di Atas Perairan Pedalaman.

Perairan pedalaman (internal waters) atau disebut juga perairan

darat (inland waters) yang meliputi sungai, muara terusan, anak

laut, danau, perairan diantara gugusan pulau-pulau dan perairan

pada sisi dalam garis dasar atau pangkal kepulauan. Dalam

UNCLOS 1982 tidak secara gamblang menentukan status ruang

udara di atasnya, namun dapat ditarik kesimpulan bahwa letak

bagian dari perairan kepulauan apabila bukan bagian dari alur laut

kepulauan maka ruang udara diatas perairan pedalaman sama

dengan perairan kepulauan.

4. Ruang Udara di Atas Laut Teritorial.

Berdasarkan UNCLOS 1982 batas terluat laut teritorial Indonesia

adalah 12 mil ditarik dari garis dasar kepulauan yaitu suatu garis

lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari bagian-bagian

pulau-pulau terluar. Indonesia memiliki kedaulatan atas laut

teritorial dan ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah serta

kekayaan yang ada di dalamnya. Hak lintas damai pada pesawat

asing berlaku di atas laut teritorial Indonesia.

5. Ruang Udara di Atas Selat.

Kapal dan pesawat asing memiliki hak lintas transit (right of transit

passage) dalam selat yang digunakan untuk alur internasional. Selat

Malaka merupakan selat yang digunakan untuk perlintasan

internasional. Penggunaan hak lintas tersebut bertujuan untuk

Page 51: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

39

melintas transit dan tidak terputus. Adapaun pesawat udara dalam

transit harus:

a. Mentaati peraturan negara yang telah ditetapkan oleh ICAO

sepanjang berlaku bagi pesawat sipil, pesawat udara negara

mematuhi ketentuan keselamatan penerbangan.

b. Setiap waktu memonitor frekuensi yang ditujukan oleh otoritas

pengawas lalu lintas udara yang berwenang yang sudah ditetapkan

secara internasional atau oleh frekuensi radio darurat intrnasional

yang tepat.

6. Ruang Udara di Atas Alur Laut Kepulauan.

Pesawat asing diperbolehkan untuk melintasi ruang udara alur laut

kepulauan dengan mengacu kepada ketentuan UNCLOS 1982.

Dengan ketentuan kapal dan pesawat udara yang melintasi alur laut

kepulauan tidak boleh menyimpang 25 mil laut kedua sisi garis

sumbu, selanjutnya kapal dan pesawat udara asing tidak

diperbolehkan untuk berlayar dan terbang dengan pantai kurang

dari 10 persen dan jarak antara 10 persen dari jarak antara titik-titik

yang terdekat pada pulau-pulau yang berbatasan dengan alur laut

tersebut. Namun kelemahan Konvensi UNCLOS 1982 dalam

penentuan alur laut pesawat yang melintas (pesawat sipil dan

negara) serta bagaimana pelaksanaan penerbangannya

menimbulkan perbedaan persepsi sehingga menimbulkan konflik

antar negara.

Page 52: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

40

7. Ruang Udara di Atas Zona Tambahan dan Ruang Udara di

Atas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

Zona tambahan merupakan wilayah laut yang lebarnya tidak

melebihi 24 mil laut diukur dengan garis pangkal dari mana lebar

laut teritorial Indonesia diukur. Sedangkan ZEE merupakan wilayah

laut yang lebarnya tidak melebihi 200 mil laut diukur dari garis

pangkal mana lebar laut teritorial Indonesia diukur. Ruang udara di

atas zona tambahan dan di ZEE, bebas dilintasi oleh pesawat udara

asing dengan syarat penerbangan tersebut tidak melanggar hak-hak

negara Indonesia dan tetap kepada aturan ICAO.65

65

Muhammad Fitrah Zulkarnain.”Flight Information Region (FIR) Singapura dan Dampaknya Terhadap Kedaulatan dan Keamanan Indonesia”. (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2018)

Page 53: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

41

BAB III

KEDUDUKAN FIR NATUNA DAN KRONOLOGI PENDELEGASIAN FIR

NATUNA KEPADA SINGAPURA OLEH INDONESIA

Pada bab ini, penulis akan memaparkan awal mula pendelegasian FIR

Indonesia diberikan kepada Singapura, perjanjian antara Indonesia dan

Singapura, dan kerugian yang Indonesia dapatkan dari perjanjian pengendalian

ruang udara di Natuna dan Kepulauan Riau antara Indonesia dan Singapura.

Indonesia berusaha dalam berbagai kesempatan untuk bisa mengambil

alih kembali pelayanan navigasi udara di atas Kepualauan Riau dan Natuna.

Namun Indonesia masih belum bisa dikatakan layak utuk melakukan pelayanan

udara, sehingga Indonesia berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

navigasi mengikuti standar internasional. Upaya Indonesia dalam meningkatkan

pelayanan navigasi bukan hal yang mudah, melainkan butuh kerjasama antar

lembaga ataupun kementerian, dan juga kesabaran karena membutuhkan waktu

yang tidak sedikit.

A. Pendelegasian FIR Indonesia kepada Singapura

Ruang udara merupakan hal yang sangat rentan dan salah satu unsur yang

sangat penting bagi negara. Ruang udara negara juga merupakan zona yang harus

dijaga serta mendapatkan control khusus untuk menjaga dan melindungi

keamanan negara. Pentingnya pengendalian ruang udara selain unsur keamanan

juga adanya unsur politik, ekonomi dan juga yang paling terpenting mengenai

keselamatan.

Page 54: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

42

Perjanjian internasional bilateral merupakan perjanjian yang melibatkan

dua negara yang membuat kesepakatan suatu hal. Perjanjian bilateral pada

umumnya hanya mengatur persoalan yang khusus menyangkut kedua negara

tersebut. Indonesia dan Singapura memiliki banyak perjanjian-perjanjian

bilateral, salah satunya perjanjian Flight Information Region tahun 1995. Adanya

sifat Treaty of Contract yang terkandung dalam perjanjian bilateral

mengisyaratkan bahwa perjanjian tersebut menjadi sumber hukum yang mengikat

antara pihak yang bersangkutan dalam kontrak pada hukum yang

khusus.66

Perjanjian ruang udara antara Indonesia dan Singapura telah lama

disepakati.

Indonesia menargetkan akan megambil sektor A, B dan C

selambat-lambatnya pada tahun 2021. Saat ini sektor A dan C dikendalikan oleh

Singapura, sedangkan untuk sektor B dikendalikan oleh Malaysia. Demikian

Singapura dan Malaysia dalam mengendalikan ruang udara Indonesia

mendapatkan keuntungan, salah satunya menjadikan ruang udara tersebut sebagai

zona latihan militer udara bagi masing-masing negara. Penggunaan ruang udara

sebagai zona latihan militer udara mereka berdampak kepada

penerbangan-penerbangan yang melewati ruang udara tersebut, termasuk

penerbangan Indonesia.

66

Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 29

Page 55: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

43

1. Kronologi dan Proses Pendelegasian FIR Indonesia Kepada

Singapura

Peneliti menghimpun berbagai sumber untuk menjelaskan kronologi dan

proses pendelegasian FIR kepada Singapura oleh Indonesia, khususnya ruang

udara Natuna dan Kepulauan Riau yang dikenal sebagai FIR Natuna. Adapun FIR

Natuna meliputi 3 sektor yaitu, Tanjung Pinang, Riau dan Natuna. Sektor tersebut

dibentuk dan disetujui pada tahun 1946 yang dihadiri oleh negara-negara anggota

ICAO. Sektor tersebut merupakan salah satu jalur udara yang terletak di ASIA

dan Pasifik.67

Pertemuan yang diadakan di Dublin tersebut tidak dapat dihadiri

oleh Indonesia.68

Pada saat itu juga membahas pemandatan ICAO kepada Inggris untuk

mengelola FIR Upper Natuna. Pertemuan tersebut tidak dapat dihadiri oleh

Indonesia, karena Indonesia masih membenahi situasi dalam negeri pasca

kemerdekaan 1945. Sehingga pada saat itu Inggris dianggap mampu untuk

mengelola FIR Natuna dan Kepulauan Riau hingga Indonesia mampu mengambil

alih kembali ruang udara tersebut. Inggris kemudian memberikan mandat

pengelolaan FIR Natuna setelah Singapura merdeka pada tahun 1965.69

ICAO memandatkan Singapura untuk mengelola navigasi udara

Kepulauan Riau dan Natuna pada tahun 1946. Indonesia dianggap belum mampu

67

Zuraida, Tinjauan Yuridis, 60 68

Detik finance , Wilayah Udara RI di Atas Natuna Dikuasai Singapura sejak 1946, [berita - online] https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2753438/wilayah-udara-ri-di- atas-natuna-dikuasai-singapura-sejak-1946?_ga=2.185186977.905818818.1548647700-2077836079.1538984299 69

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat Air Navigation Indonesia, Yohanes Harry Sirait

Page 56: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

44

untuk mengelola navigasi udara Kepulauan Riau dan Natuna, karena Indonesia

masih dalam keadaan baru merdeka, sedangkan pada saat itu penerbangan Selat

Malaka meningkat.70

Berdasarkan annex 1,2 dan 28 Konvensi Chicago 1944

serta mandat ICAO, yaitu Annex 1-Personnel Licensing, mengatur tentang izin

serta lisensi personil untuk menjalankan suatu maskapai sesuai standar yang telah

diatur secara spesifik.71

Annex 2-Rules of The Air, mengatur tentang segala yang

berkaitan dengan penerbangan secara visual dan penggunaan instrumen

penerbangan.72

sebagaimana tercantum dalam Konvensi Chicago 1944 pasal 28

Konvensi Chicago 1944 “mengusahakan fasilitas penerbangan yang sesuai

dengan standar internasional semampunya”.73

Penunjukan Inggris untuk mengelola FIR Natuna pada tahun 1946

didukung oleh negara-negara anggota ICAO, karena pada saat itu perairan

Natuna dan Kepulauan Riau masih menjadi laut bebas (high seas) dan dianggap

belum menjadi wilayah bagian Negara Indonesia.74

Demikian negara yang belum

mampu mengelola navigasi dapat memandatkan pelayanan navigasi udaranya

70

Detik finance , Wilayah Udara RI di Atas Natuna Dikuasai Singapura sejak 1946, [berita - online] https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2753438/wilayah-udara-ri-di-atas-natuna-dikuasai-singapura-sejak-1946?_ga=2.185186977.905818818.1548647700-2077836079.1538984299 71

ICAO. Personnel licensing. Edisi kesepuluh. This edition incorporates all amendments adopted by the Council prior to 11 March 2006 and supersedes, on 23 November 2006, all previous editions of Annex 1.

72 ICAO. Rules of the air. Edisi kesepuluh. This edition incorporates all amendments adopted by

the Council prior to 24 February 2005 and supersedes, on 24 November 2005, all previous editions of Annex 2.

73 Ni Putu Anggaraeni, “Convention on International Civil Aviation,” Indonesia Journal of

International Law 6 (Juli 2009): 568 74

Kresno.”Flight Information Region”Majalah Forum Hukum Vol 3 no 2, 78

Page 57: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

45

kepada negara lain. Pelayanan navigasi udara yang saat itu Kepulauan Riau dan

Natuna belum bisa dilayani oleh Indonesia, maka Indonesia dapat memberikan

mandat kepada negara terdekat yakni Singapura untuk melayani navigasi udara di

wilayah tersebut. Namun dalam ketentuan tersebut disebutkan, jika negara yang

memandatkan otoritas udaranya ke negara lain sudah mampu dalam memberi

fasilitas, sumber daya manusia, melayani dan mengawasi otoritas udara (FIR),

maka negara tersebut dapat mengambil alih kembali otoritas udaranya.75

Pada tahun 1973 diadakan pertemuan RAN I (Regional Air Navigation)

yang diselenggarakan di Honolulu. Pertemuan RAN I menegaskan kembali serta

ditetapkan oleh ICAO bahwa FIR Natuna yang meliputi sektor Tanjung Pinang,

Riau dan Natuna masuk ke dalam FIR Singapura. pada tahun 1983, kembali

diadakan pertemuan RAN II yang diselenggarakan di Singapura. Indonesia sudah

berupaya untuk mengambil alih kembali pengelolaan FIR di atas Kepulauan Riau

dan Natuna. Namun pembahasan tersebut ditolak karena Indonesia masih dinilai

belum mampu dalam segi teknologi, organisasi dan SDM (Sumber Daya

Manusia). pertemuan RAN diadakan dalam jangka waktu 10 tahun sekali.

Indonesia mengangkat kembali tema mengenai pengambil alihan FIR di atas

Kepulauan Riau dan Natuna pada pertemuan RAN III yang diselenggarakan di

Bangkok tahun 1993. karena pada tahun 1982 Indonesia telah meratifikasi

UNCLOS, maka zona udara Natuna dan Kepulauan Riau bukan lagi laut bebas.

Kemudian ICAO memutuskan untuk Singapura dan Indonesia bertemu di waktu

75

Marsono, “Upaya Pengelolaan Kembali Wilayah Udara Di Atas Kepulauan Riau dan Natuna,” WIRA 55 (), 16-17 [majalah - online] tersedia di https://www.kemhan.go.id/wp-content/ uploads/2016/03/4.-Wira-Juli-Agustus-2015.pdf

Page 58: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

46

khusus untuk membuat kesepakatan antara keduanya mengenai status FIR di atas

Kepulauan Riau dan Natuna. Keputusan tersebut membawa kedua negara

bertemu dan membuat kesepakatan dalam mengelola FIR di atas Kepulauan Riau

dan Natuna.76

Pertemuan yang diadakan antara kedua negara membuahkan hasil dan

ditetapkan secara tertulis di dalam perjanjian “The Realignment of The Boundary

between The Singapore Flight Information Region and The Jakarta Flight

Information Region” yang diselesaikan pada 21 september 1995 di Singapura.

Tetapi perjanjian tersebut ditolak oleh Malaysia, karena pada saat perjanjian

tersebut dibentuk Malaysia tidak terlibat.77

2. Perjanjian FIR Indonesia dan Singapura 1995

Indonesia dan Singapura sudah lama membangun kerjasama, salah

satunya adalah kerjasama mengenai FIR di atas Kepulauan Riau dan Natuna.

Kerjasama tersebut terbentuk dalam perjanjian bilateral antara Indonesia dan

Singapura. dalam terminologi resminya adalah “Agreement between the

Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of

Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight

Information Region and the Jakarta Flight Information Region”. Perjanjian

tersebut dibuat pada 21 september 1995 di Singapura, yang kemudian diresmikan

oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No. 07 Tahun 1996

76

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat Air Navigation Indonesia, Yohanes Harry Sirait 77

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat Air Navigation Indonesia, Yohanes Harry Sirait

Page 59: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

47

pada tanggal 2 Februari 1996 tentang pengesahan perjanjian FIR antara Indonesia

dan Singapura.78

Perjanjian FIR dibentuk untuk mencapai kesepakatan bersama antara

Indonesia dan Singapura. Perjanjian FIR juga merupakan perjanjian yang

bertujuan untuk menciptakan keselamatan penerbangan. Indonesia

mendelegasikan sebagian ruang udara Indonesia kepada Singapura dalam

kesepakatannya, karena Indonesia belum mampu mengelola seluruh wilayah

udara Indonesia untuk transportasi udara komersil dan non komersil.79

Pembentukan perjanjian FIR antara Indonesia dan Singapura terbentuk

setelah upaya Indonesia belum berhasil pada RAN II untuk mengubah posisi

Indonesia pada kesepakatan RAN I yang menyepakati bahwa Singapura

melakukan pelayanan navigasi atas ruang udara Indonesia di Natuna di atas

20.000 kaki dan Malaysia di bawah 20.000 kaki. Kemudian Indonesia

mengajukan proposal mengenai ambil alih pelayanan navigasi udara di atas

Kepulauan Riau dan Natuna yang dikendalikan oleh Singapura pada pertemuan

RAN III di Bangkok. Pada awalnya merupakan pembentukan TMA (Terminal

Area-Natuna) melalui working paper AIS/FAC/3-WP/55 19/2/93 Agenda Item 5

Airspace Organization and ATS Units including en-route and terminal area Aids:

“RE-ALIGNMENT OF INDONESIA FIR”, atau disebut “Working Paper No.

55”. Indonesia mendapat kesepakatan bahwa Working Paper No. 55 dapat

diterima, namun Singapura memberikan counter paper, sehingga ICAO

memberikan saran agar kedua negara membicarakan secara bilateral antara

78

Yani,Montratama,dan Putera, Langit Indonesia, 38 79

Yani, Montratama,dan Putera, Langit Indonesia, 39

Page 60: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

48

Indonesia dan Singapura. Agenda RAN IV akan dilaksanakan pada tahun 2003,

namun belum dilaksanakan hingga saat ini.80

Peta Wilayah FIR yang Didelegasikan Kepada Singapura

Sumber: https://www.airmagz.com/35595/rebut-ruang-udara-indonesia-dari-singapura.html

Pokok bahasan yang tertulis dalam pejanjian tersebut yakni mengenai,

penetapan batas yang disesuaikan dengan UNCLOS 1982, Ruang udara di atas

Kepulauan Riau dan Natuna disebut sektor A, B dan C, Indonesia memberikan

tanggung jawab pelayanan navigasi penerbangan kepada Singapura dari

permukaan laut sampai dengan ketinggian 37.000 kaki di sektor A, Indonesia

memberikan tanggung jawab pelayanan navigasi penerbangan kepada Singapura

dari permukaan laut sampai dengan ketinggian tak terhingga di sektor B, sektor C

tidak diatur dalam perjanjian FIR antara Indonesia dan Singapura tetapi harus

dikoordinasikan antara Indonesia, Singapura dan Malaysia, Singapura mengambil 80

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemhub, Kronologis Pengambilalihan Natuna, Bahan Rapat Pokja Pengambil alhan Ruang Udara diatas Kepulauan Natuna, 9 Oktober 2006, 1.

Page 61: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

49

jasa pelayanan navigasi penerbangan atau RANS (Routes Air Navigation Service)

charges dan sebagian dana tersebut diserahkan kepada Indonesia, dan perjanian

FIR antara Indonesia dan Singapura akan diperbaharui dalam jangka waktu 5

tahun sekali.81

B. Dasar Hukum Pengambil Alihan FIR Kepulauan Riau dan Natuna

dari Singapura oleh Indonesia

Upaya dalam mengambil alih kembali FIR di atas Kepulauan Riau dan

Natuna sempat tertunda. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter.

Karena pada saat itu, Indonesia kembali kepada persoalan dalam negeri yang

sangat fundamental salah satunya berupaya untuk memulihkan rupiah dan juga

menstabilkan isu dalam negeri yang menyebabkan kerusuhan. Terbitnya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan,

membuat Indonesia terfokus kembali untuk mencapai target sebagaimana yang

termaktub di dalam pasal 458:82

“Wilayah udara Republik Indonesia, yang pelayanan navigasi

penerbangannya didelegasikan kepada negara lain berdasarkan perjanjian sudah

harus dievaluasi dan dilayani oleh lembaga penyelenggara pelayanan navigasi

penerbangan paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak Undang-Undang ini

berlaku”

81

Yani, Montratama, danPutera, Langit Indonesia, 41 82

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Page 62: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

50

Diluncurkannya undang-undang tersebut menggerakkan kembali

elemen-elemen yang bertanggungjawab dalam upaya mengambil alih kembali

FIR Kepulauan Riau dan Natuna, dalam jangka waktu 15 tahun sejak

undang-undang tersebut diberlakukan. Demikian Indonesia membenahi dan

meningkatkan segala kebutuhan yang berkenaan dengan upaya mengambil alih

FIR. Indonesia meningkatkan kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan pada

RAN II yakni dengan meningkatkan teknologi, organisasi dan SDM. Salah satu

amanat dari undang-undang tersebut adalah penggabungan pelayanan navigasi

penerbangan. Sebelumnya pelayanan navigasi penerbangan dilayani oleh

bandara. Namun sejak tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah membentuk badan

khusus yang menangani pelayanan navigasi yaitu Air Navigation Indonesia

(AirNav Indonesia).83

Indonesia mendelegasikan wilayah udara di atas Kepulauan Riau dan

Natuna kepada Singapura berdasarkan hukum secara internasional dan nasional.

Sebagaimana dalam Annex 11 tentang Air Traffic Service mengenai

pendelegasian FIR. Sedangkan dasar hukum nasional mengenai pendelegasian

FIR kepada negara lain sebagaimana telah dicantum dalam pasal 63:84

1. Menteri menetapkan batas-batas penggunaan ruang udara untuk

kepentingan pelayanan navigasi penerbangan yang menjadi tanggung

jawab Pemerintah Indonesia

83

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat AirNav Indonesia, Yohanes Harry Sirait 84

Pasal 63 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan

Page 63: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

51

2. Batas-batas penggunaan ruang udara sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) didasarkan pada perjanjian antar negara dalam hal:

a. Negara lain diberikan tanggung jawab atas pelayanan navigasi

penerbangan di dalam wilayah udara Indonesia; atau

b. Indonesia memperoleh tanggung jawab atas pelayanan navigasi

penerbangan di luar wilayah udara Indonesia.

3. Pelaksanaan perjanjian antar negara sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2), dilakukan oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan dari

instansi terkait.

Kemudian perjanjian Indonesia dan Singapura harus ditinjau kembali

dalam Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and The

Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary

between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight

Information Region. Sebagaimana yang tercantum pada Artikel 7:

“This Agreement will be reviewed at the end of five years and shall be extended by

mutual consent if both parties find it beneficial to do so”

“Perjanjian ini akan ditinjau kembali pada akhir tahun kelima dan akan

diperpanjang dengan persetujuan bersama jika kedua belah pihak merasa

menguntungkan untuk melakukannya”

Maka kesepakatan bilateral antara Indonesia dan Singapura sudah

seharusnya diperbaharui. Selain keadaan yang sudah berubah, masa berlaku dari

Page 64: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

52

kesepakatan tersebut mengharuskan kedua negara untuk mengadakan kembali

pertemuan dan meninjau ulang kesepakatan tersebut.

Indonesia juga bisa mengambil ketentuan yang tertera dalam Pasal 1

Konvensi Chicago 1994 yang menyebutkan bahwa:

“The contracting States recognize that every State has complete and

exclusive sovereignty over the airspace above its territory”85

“Negara-negara yang berkontrak mengakui bahwa setiap Negara memiliki

kedaulatan yang lengkap dan eksklusif atas wilayah udara di atas wilayahnya”

Pasal ini membahas tentang kedaulatan negara secara utuh atas ruang di

atas wilayahnya. Maka dengan acuan konvensi ini, Indonesia bisa mengambil alih

FIR diatas Kepualuan Riau dan Natuna yang selama ini dikendalikan oleh

Singapura.

C. Kerugian Indonesia dalam Pengelolaan FIR yang diatur oleh Air

Traffic Control Singapura

Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Singapura sangat erat

karena bukan hanya dalam faktor geografis, melainkan juga factor sejarah. Kedua

negara ini memiliki kedekatan wilayah sehingga penting adanya kerjasama yang

baik satu sama lain untuk menciptakan keamanan dan stabilitas wilayah, untuk

menjamin terlakananya pembangunan di berbagai bidang dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara. Hubungan Indonesia dengan

85

Konvensi Chicago 1994

Page 65: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

53

Singapura terjalin sangat baik, terlihat dari beberapa perjanjian yang telah

disepakati maupun yang akan disepakati. Salah satu perjanjian yang mengikat

keduanya adalah perjanjian tentang operasional FIRyang telah ditandatangi

tanggal 21 September 1995. Perjanjian tersebut mengundang kedua negara untuk

mengatur kembali ruang udara yang berada di atas Kepulauan Riau dan Natuna,

khususnya dalam konteks ini Indonesia berkomunikasi dengan Singapura untuk

melakukan penataan kembali FIR dalam mencapai hak ekslusif pengontrolan

kedaulatan wilayah udara nasional86

.

Dampak yang muncul dari pengelolaan FIR Kepualauan Riau dan Natuna

terhadap Indonesia merugikan pemerintah Indonesia di beberapa sektor.

Indonesia menjadi pihak yang dirugikan oleh Singapura karena penguasaan

navigasi udara yang dikelola oleh Singapura, tidak hanya dalam penerbangan

sipil tetapi kesempatan ini juga digunakan untuk melakukan latihan militer udara.

Pengendalian ruang udara di Kepulauan Riau dan Natuna memberikan

dampak negatif terhadap Indonesia. Adapun kerugian tersebut dapat ditinjau

dalam berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, aspek pertahanan dan keamanan

dan aspek politik. Pada penelitian ini akan membahas aspek tersebut.

Pertama, aspek ekonomi yang bisa dilihat pada Pasal 6 UU Penerbangan

sangat jelas menyebutkan bahwa “ Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan

negara atas wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah

melaksanakan wewenang dan tanggung jawab pengaturan ruang udara untuk

kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan keamanan

86

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015. Cetakan ketiga, November 2015, 75

Page 66: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

54

negara, sosial budaya serta lingkungan udara.” Dalam penjelasan Pasal 6 tersebut

disebutkan juga bahwa wilayah udara yang berupa ruang udara di atas perairan

dan daratan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang harus

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara.

Atas nama Indonesia, Singapura mengambil biaya jasa pelayanan

navigasi. Setiap pesawat yang melintasi FIR Natuna harus memberikanfee kepada

Singapura, hal tersebut tetap berlaku untuk Indonesia. Kemudian Singapura

memberikan hasil fee yang dibayarkan oleh pesawat-pesawat yang melewati FIR

Natuna kepada Indonesia. Namun Indonesia tidak diberitahukan secara terperinci

hasil dari pemungutan fee tersebut.87

Pada saat angakatan udara Singapura sedang berlatih di kawasan FIR

Kepualauan Riau dan Natuna, pelayanan navigasi Singapura memberikan jalur

yang lebih jauh atau menunggu hingga latihan tersebut selesai. Sehingga dengan

demikian, Indonesia dirugikan karena dapat menghabiskan bahan bakar lebih dan

juga mengulur waktu penerbangan lebih lama.88

Kedua, aspek pertahanan dan keamanan selama pengendalian navigasi

udara di atas Kepulauan Riau dan Natuna dikendalikan oleh Singapura, Indonesia

tidak bisa melihat pesawat yang melewati langit Indonesia di Kepulauan Riau dan

Natuna secara terperinci. Negara yang secara terperinci melihat pesawat yang

melewati kedaulatan Indonesia adalah Singapura. Maka untuk menjaga keamanan

dan pertahanan Indonesia secara utuh, pemerintah harus bergerak cepat untuk

87

Miftahul Khairiyah Al Istiqomah, Indonesia’s Effort To Take Over Flight Information Region of Riau Islands and Natuna From Singapore (Jember: Universitas Jember, 2016), 43 88

Al Istiqomah, “Indonesia’s Effort”, 44

Page 67: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

55

mengambil alih kembali pengendalian ruang udara Kepulauan Riau dan Natuna.

Indonesia berupaya penuh untuk meningkatkan kualitas penerbangan agar

mencapai kepercayaan penerbangan dalam keselamatan, karena hal utama yang

harus dikedepankan bukan hanya kedaulatan semata melainkan keselamatan.89

Perjanjian FIR Singapura - Indonesia membuat pergerakan militer

Indonesia terbatas. Karena untuk militer Indonesia yang akan melakukan

penerbangan di FIR Natuna yang dikendalikan oleh Singapura harus melalui izin

pelayanan navigasi Singapura yang kemudian pengelola pelayanan navigasi

Singapura memberitahukan kepada ICAO. Kententuan tersebut disebutkan pada

Pasal 5:90

“When the Government of the Republic of Indonesia intends carry out

activities such as relief operations and military exercises which would affect

users within the airspace delegated to Singapore, the Directorate General of

Air Communications, Indonesia, shall inform the Civil Aviation Authority of

Singapore of such activities in accordance with ICAO rules. The Civil Aviation

Authority of Singapore shall notify the international civil aviation community

of the activities in accordance with ICAO rules”

“Ketika Pemerintah Republik Indonesia bermaksud melakukan kegiatan

seperti operasi bantuan dan latihan militer yang akan memengaruhi pengguna

di wilayah udara yang didelegasikan ke Singapura, Direktorat Jenderal

89

Sindonews.”Rebut Fir!”. 2015. https://nasional.sindonews.com/read/1043316/16/rebut-fir-1441941622 diakses pada 28 februari 2019 90

Pasal 5 dalam perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Singapura tentangthe Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region

Page 68: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

56

Komunikasi Udara, Indonesia, akan memberi tahu Otoritas Penerbangan Sipil

Singapura tentang kegiatan tersebut sesuai dengan aturan ICAO. Otoritas

Penerbangan Sipil Singapura harus memberi tahu komunitas penerbangan sipil

internasional tentang kegiatan sesuai dengan aturan ICAO”

Ketiga, aspek politik sebagaimana dalam Artikel 1 Konvensi Chicago

1944 tertulis bahwa pengakuan terhadap kedaulatan suatu negara atas ruang

udara di atas wilayah teritorialnya, dan juga Pasal 5 UU Penerbangan tertulis

bahwa Negara Republik Indonesia berdaulat penuh dan utuh atas wilayah

Republik Indonesia. Kewajiban Indonesia mengambil alih pelayanan navigasi

udara Kepulauan Riau dan Natuna pada sektor A, B dan C menjadi kewajiban

sebagaimana tertulis perintahnya pada UU Penerbangan Pasal 458 bahwa

seluruh wilayah udara di wilayah kedaulatan Republik Indonesia yang

pemberian pelayanan navigasi penerbangannya didelegasikan kepada negara

yang sudah harus dilayani oleh lembaga penyelenggara pelayanan navigasi

dalam waktu 15 tahun sejak undang-undang ini diberlakukan yaitu 21 Januari

2009. Kemudian Pasal 460 tertulis bahwa lembaga penyelenggara tersebut

harus terbentuk paling lambat tiga tahun sejak 12 Januari 2009.91

91

Zuraida, Tinjauan Yuridis, 129

Page 69: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

57

BAB IV

UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBIL ALIH FLIGHT

INFORMATION REGION SINGAPURA DI ATAS KEPULAUAN RIAU

DAN NATUNA

Pada bab ini, penulis akan membahas upaya yang dilakukan Indonesia

untuk mengambil alih FIR Natuna. Indonesia sejak lama berupaya untuk

mengambil alih kembali pelayanan navigasi ruang udara di atas Kepualauan Riau

dan Natuna. Upaya-upaya tersebut tentunya tidak bisa terwujud hanya dengan

mengandalkan satu lembaga pemerintahan. Pemerintah Indonesia saling bahu

membahu untuk mewujudkan FIR Natuna kembali ke tangan Indonesia dan

menciptakan pelayanan navigasi yang aman untuk menjamin keselamatan

penerbangan. Penulis berasumsi bahwa upaya mengambil alih FIR Natuna dari

Singapura bukan soal kedaulatan semata. Indonesia harus berupaya untuk

menciptakan keselamatan yang disesuaikan dengan standar internasional.

Selain itu bab ini juga akan menjelaskan kemajuan sektor penerbangan

Indonesia di mata dunia internasional, perspektif militer dan sipil dalam melihat

isu FIR Natuna, serta membahas berbagai hambatan yang dihadapi Indonesia

dalam proses mengambil alih FIR Natuna yang hingga saat ini masih

dikendalikan oleh Singapura. Upaya Indonesia meyakinkan dunia internasional

bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang memadai dalam sektor

penerbangan. Sehingga mampu mengendalikan FIR Natuna yang sekarang masih

dikendalikan oleh Singapura.

Page 70: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

58

A. Perspektif Militer dan Sipil Terhadap FIR Natuna

Mengambil alih FIR bukan persoalan yang mudah, dibutuhkan kerjasama

yang baik antar kementerian/lembaga. Indonesia sudah melakukan upaya

peningkatan kapabilitas sektor penerbangan untuk mengambil alih FIR yang telah

lama dikelola oleh Singapura. Sejak pertemuan RAN II tahun 1983, Indonesia

sudah berupaya untuk mengambil alih FIR Natuna. Meskipun tujuan mengambil

alih FIR Natuna belum tercapai, Indonesia masih terus mengupayakan hingga

saat ini.

Upaya Indonesia dalam mengambil alih FIR Natuna dari Singapura sangat

diapresiasi oleh Penerbangan Sipil Indonesia dan Militer Indonesia khususnya

Angkatan Udara. Indonesia akan mendapatkan nilai lebihdalam sektor

penerbangan jika berhasil mendapatkan FIR Natuna dari Singapura. Begitu juga

keuntungan yang didapatkan akan memengaruhi dunia penerbangan sipil dan

juga militer.

Meskipun tujuan Indonesia disambut baik oleh penerbangan sipil dan

militer, keduanya memiliki perspektif yang berbeda dan kepentingan yang

berbeda. Bagi Militer Indonesia pengambil alihan FIR Natuna sangat penting

dilakukan untuk menjaga keamanan negara. Berbeda dengan perspektif

penerbangan sipil yang menganggap bahwa pengambil alihan FIR Natuna bukan

suatu prioritas utama, karena hal yang terpenting dalam penerbangan adalah

keselamatan. Penulis akan mengkomparasikan perspektif militer dan sipil

Indonesia terhadap FIR Natuna.

Page 71: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

59

1. Perspektif Militer Indonesia

Suatu kewajiban bagi negara untuk menjaga keamanan nasional beserta

sumber daya alam didalamnya. Indonesia merupakan negara yang terbentuk

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Mengacu kepada pembukaan

UUD 1945 alinea 3 dan 4, Indonesia telah terbebas dari jajahan bangsa lain dan

membentuk negara. Maka Indonesia harus melindungi segenap bangsa dan

menciptakan keamanan nasional agar terhindar dari ancaman internal dan

eksternal.92

Menjaga keamanan dan mempertahankan stabilitas kedaulatan bangsa

merupakan salah satu tugas utama militer. Sebagaimana dalam ketetapan MPR

No.VII/MPR/2000 pasal 2 ayat 2 yang tertulis:93

“Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara bertugas

pokok menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta

melindungi segenap tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan

terhadap keutuhan bangsa dan negara”

Ketetapan tersebut dengan sangat jelas menyebutkan bahwa kedaulatan

dan keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia merupakan hal yang harus

dipertahankan. Kedaulatan yang terdiri atas dimensi daratan, lautan dan udara

92

Mayjen TNI Bambang Heru Sukmadi.M.Sc, dkk, Keamanan Nasional Sebuah Konsep dan Sistem Keamanan Bagi Bangsa Indonesia (Jakarta: Sekretariat Jendreal Dewan Keatahanan Nasional, 2010), 50 93

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 Tahun 2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia

Page 72: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

60

sangat dijaga keutuhannya oleh Militer Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan

tujuan Angkatan Udara Indonesia yang menganggap bahwa FIR Natuna

merupakan suatu keharusan untuk Indonesia mengambil alih dari Singapura. FIR

Natuna beberapa kali memunculkan polemik antara Militer Udara Indonesia dan

Militer Udara Singapura.

Menurut Chappy Hakim yang merupakan Marsekal TNI AU mengatakan

dalam bukunya “Tanah Air dan Udaraku Indonesia: Cat Rambut Orang Yahudi”

bahwa ruang udara Indonesia yang sudah lama dikendalikan oleh Singapura

merupakan hal sangat memprihatinkan. Otoritas pengatur lalu lintas udara

Singapura bertindak over acting yang mengatas namakan keselamatan

penerbangan yang jika mendelik lebih dalam merupakan bisnis penerbangan bagi

Singapura. Sudah seharusnya Pemerintah Indonesia didukung dalam mengambil

alih halaman udara sendiri yang selama ini dikelola oleh negara lain. Upaya

tersebut menyangkut harga diri dan kehormatan negara berdaulat.94

Chappy Hakim tidak berhenti menuliskan dan menegaskan bahwa

pengambil alihan FIR Natuna dari Singapura sangat penting, yang kemudian

dituliskan kembali dalam bukunya yang dicetak pada tahun 2014 dengan judul

“Believe or Not: Dunia Penerbangan Indonesia”. Buku tersebut menegaskan

bahwa FIR Natuna bukan hanya sekedar komersial dan komoditas semata, tetapi

menyangkut kehormatan bangsa, nasionalisme, harga diri bangsa, patriotisme dan

untuk mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurutnya Indonesia merupakan negara yang strategis bagi jalur penerbangan

94

Chappy Hakim,”Tanah Air”, 13-16

Page 73: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

61

komersial di ASEAN dengan wilayah yang terluas dan terbesar, sudah

sepantasnya Indonesia mengelola ruang udara langit kedaulatan sendiri.95

Buku Putih Indonesia tahun 2015 memaparkan persoalan mengenai

wilayah latihan militer udara di FIR Natuna. Hal tersebut sudah tercantum dalam

perjanjian yang disepakati antara militer Indonesia dan militer Singapura.

Perjanjian kedua negara tersebut ditandatangani tanggal 21 September 1995

tentang operasional FIR Natuna, yang kemudian secara paralel disepakati juga

perjanjian tentang Military Training Area (MTA) 1996-2005 yang mana

Singapura diberikan akses untuk melakukan latihan di ruang udara Natuna dan

sekitarnya. Mengenai hal tersebut Indonesia sedang mengomunikasikan dengan

Singpaura untuk menata ulang kembali FIR Natuna untuk memenuhi kedaulatan

nasional secara ekslusif.96

Adapun wilayah yang digunakan sebagai area latihan

militer yang telah disepakati untuk MTA 1 berada di Tanjung Pinang dan MTA 2

berada di Laut Cina Selatan. Indonesia menangguhkan perjanjian tersebut kepada

Singapura pada 2003, karena Singapura melanggar perjanjian dengan membawa

pihak ketiga yakni Amerika Serikat dan Australia untuk latihan bersama di

wilayah udara Indonesia.97

95

Chappy Hakim, “Believe”, 99 96

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015 (Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 2015), 75 97

Jana Milia, Yandry Kurniawan, Wibisono Poespitohadi,”Analysis of defense Cooperation Agreement Between Indonesia and Singapore in 2007-2017 Through Defens Diplomacy Goal Variable,” Jurnal Pertahanan 4 (Agustus 2018): 109

Page 74: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

62

2. Perspektif Sipil

Transportasi udara merupakan salah satu transportasi yang banyak

diminati untuk menempuh jarak jauh, karena dapat mengefisienkan waktu

daripada transportasi darat atau laut. Peminat masyarakat Indonesia

menggunakan jasa pesawat udara terbilang banyak. Data Angkutan Lebaran

Kemenhub 2016 menunjukkan jumlah penumpang tahun 2016 mencapai 4,3 juta

dan mengalami lonjakan sebanyak 7,26% atau diperkirakan menjadi 4,6 juta

penumpang.98

Penumpang pesawat kembali meningkat pada tahun 2018 suntuk

penerbangan domestik, terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018 tumbuh

sebesar 6,98% menjadi 78,63 juta orang, ini lebih besar dibanding 2017 dengan

periode yang sama. Sedangkan untuk penerbangan internasional 2019 tumbuh

sebesar 7,8% menjadi 14,9 juta sedangkan tahun lalu sebesar 13,84 juta orang.99

Jumlah penumpang yang setiap tahunnya terus meningkat dapat menjadi

petunjuk bahwa kepercayaan masyarakat untuk menggunakan pesawat terbang

semakin tinggi. Tentu saja bertambahnya jumlah tersebut dikarenakan upaya

lembaga pemerintah pada sektor penerbangan yang terus meningkatkan kualitas

pelayanan, maskapai, teknologi serta jaminan keselamatan penerbangan. Namun

Indonesia juga mengalami pasang surut dalam dunia penerbangan. Sedikit

98

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, “Kementerian Perhubungan Republik Indonesia - Menhub: Jumlah Pemudik Angkutan Udara Diprediksi Paling Tinggi Dibanding Moda Lain,” Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 3 Juli 2016 [berita on-line] tersedia di http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/2915 99

Anonim,”Penumpang Pesawat Penerbangan Domestik Januari-Oktober 2018 Tumbuh 7%,” Katadata.co.id, 20 Desember 2018 [data on-line ]tersedia di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/20/penumpang-pesawat-penerbangan-domestik-januari-oktober-2018-tumbuh-7 diakses pada 19 Juli 2019

Page 75: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

63

banyaknya kejadian kecelakaan yang terjadi, menjadi tolak ukur sektor

penerbangan dalam keamanan dan keselamatannya.

Sejumlah kemajuan sektor penerbangan Indonesia menjadi salah satu

acuan untuk Indonesia dalam mengambil alih FIR Natuna. Pada saat ruang udara

Kepulauan Riau dan Natuna didelegasikan oleh ICAO kepada Singapura,

Indonesia dalam keadaan belum siap untuk melakukan pelayanan navigasi pada

FIR Natuna. Karena hal yang perlu diutamakan dalam penerbangan adalah

keselamatan. Kecelakaan penerbangan akan menimbulkan banyak kerugian

karena dapat kehilangan jiwa dan juga kerugian secara material dalam jumlah

yang sangat besar akibat kecelakaan.

Tidak sedikit kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia, mulai dari

tergelincirnya pesawat saat pendaratan hingga jatuhnya pesawat. Pada tahun

1967, maskapai Garuda Indonesia mengalami kecelakaan akibat tergelincir di

Bandara Sam Ratulangi Manado, atas kecelakaan tersebut merenggut korban jiwa

22 orang tewas dan 70 orang selamat.100

Kemudian tahun 1997, maskapai

Garuda Indonesia mengalami kecelakaan di Buah Nabar, Sumatera Utara.

Kecelakaan tersebut tercatat sebagai insiden terbesar dalam dunia penerbangan

tanah air yang menewaskan 222 penumpang dan 12 orang awak kabin.101

Jumlah

100

Iman Achdiat,”Pasang Surut Dunia Penerbangan Indonesia,” AirMagz.com, 30 Maret 2017 [berita on-line] tersedia di https://www.airmagz.com/9015/pasang-surut-dunia-penerbangan-indonesia .html diakses pada 19 Juli 2019 101

Luthfia Ayu Azanela, “5 Tragedi Kecelakaan Pesawat di Indonesia yang Timbulkan Banyak Korban,” Kompas.com, 30 Oktober 2018 *berita on-line] tersedia di https://nasional.kompas.com/read/2018/10/30/08210001/5-tragedi-kecelakaan-pesawat-di-indonesia-yang-timbulkan-banyak-korban?page=alldiakses pada 19 Juli 2019

Page 76: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

64

kasus kecelakaan pada penerbangan dapat memengaruhi kepercayaan dan juga

penilaian keselamatan. Hal tersebut juga memengaruhi proses Indonesia dalam

mengambil alih pelayanan navigasi FIR Natuna yang dikendalikan oleh

Singapura.

Penulis melakukan wawancara mengenai FIR Kepulauan Riau dan Natuna

yang dikendalikan oleh Singapura, bersama Alvin Lie yang merupakan pengamat

penerbangan Indonesia. Menurut Alvin Lie mengelola FIR tidak ada kaitannya

dengan kedaulatan, karena FIR tersebut berkenaan dengan pelayanan navigasi

udara. Setiap pesawat yang melintasi ruang udara suatu negara harus memiliki

flight approval, jika pesawat tersebut tidak mendapatkan izin dari negara yang

akan dilintasi maka negara yang melayani navigasi tidak akan mengizinkan

pesawat tersebut. Sehingga jika ada pesawat asing yang melintasi ruang udara

Kepulauan Riau dan Natuna tanpa seizin pihak Indonesia, maka ATC Singapura

tidak akan memberikan izin kepada pesawat tersebut. Jika pesawat asing

berkeliaran di ruang udara Indonesia, maka TNI AU dapat menindak lanjuti

dengan mengusir pesawat tersebut karena dianggap telah melanggar aturan

penerbangan dan mengganggu kedaulatan Indonesia.

Menurut Alvin Lie persoalan FIR Natuna tidak bisa dinilai hanya pada

masa sekarang, tetapi harus dilihat kilas balik mengapa FIR Natuna tersebut

diserahkan kepada Singapura oleh ICAO. Saat itu Indonesia belum mampu untuk

mengelola ruang udara Kepulauan Riau dan Natuna, dilihat dari lapangan terbang

dan maskapai yang dimiliki terbilang sedikit dan belum memadai. Seiring

Page 77: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

65

berjalannya waktu, Singapura mengandalkan transportasi udara dan mendirikan

Singapore Airlines sebagai aset negara, serta mengusahakan agar diadakannya

penerbangan internasional ke Singapura. Demikian Singapura berinvestasi pada

transportasi udara dengan terus meningkatkan teknologinya. Sedangkan

Indonesia mengembangkan teknologi penerbangan jauh setelah Singapura

meningkatkan teknologi penerbangan, sehingga bukan hal yang mudah untuk

mengambil alih kembali FIR Natuna. Indonesia butuh berdiplomasi kepada

stakeholder terkait untuk meyakinkan bahwa FIR Natuna akan aman

dikendalikan oleh Indonesia.

Perspektif yang muncul antara militer Indonesia dan sipil memiliki sedikit

perbedaan, yakni soal keutamaan dalam memandang FIR Natuna yang

dikendalikan oleh Singapura. Melihat ke dalam sudut pandang militer keharusan

Indonesia mengambil alih FIR Natuna karena kedaulatan Negara Indonesia mulai

terancam dengan keberadaan pesawat asing dan sering kali angkatan bersenjata

udara Singapura yang menggunakan wilayah MTA di kawasan udara Indonesia.

Sedangkan dalam penerbangan sipil, keselamatan penerbangan lebih utama

daripada kedaulatan.

Penulis berpendapat bahwa perbedaan perspektif antara militer dan sipil

terukur dari kebutuhan penerbangan dari masing-masing pihak. Militer Indonesia

membutuhkan keadilan dan kemudahan untuk melakukan pelatihan di FIR

Natuna. Sedangkan dalam penerbangan sipil mengutamakan pelayanan navigasi

Page 78: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

66

yang baik untuk menjaga keselamatan penerbangan agar terhindar dari

kecelakaan.

Indonesia perlu meninjau ulang kembali perjanjian-perjanjian yang telah

disepakati mengenai kerjasama dalam mengelola FIR Natuna untuk penerbangan

sipil atau militer.

B. Upaya Pengambilalihan Pengelolaan FIR

Pengambilalihan pengelolaan FIR merupakan hal yang mungkin

Indonesia lakukan. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

memumpuni, meningkatkan teknologi navigasi dan pengelolaan lalu lintas udara,

serta sumber pembiayaan. Pemerintah Indonesia telah merencanakan

pengambilalihan FIR Singapura yang berada di atas Kepulauan Riau dan Natuna.

Indonesia memfokuskan pada landasan dalam pembuatan kebijakan yang

meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program

dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi sistem navigasi dan

pengelolaan lalu lintas udara di wilayah FIR Kepulauan Riau dan Natuna.

Kementerian Luar Negeri bertugas untuk melakukan negosiasi kepada

Singapura dan Malaysia, untuk mencapai kesepakatan diambil alihnya FIR

Natuna kepada Indonesia serta kepada antar lembaga nasional. Kementerian

Perhubungan menjadi unsur penting untuk membuat regulasi mengenai kelayakan

dan keamanan lalu lintas udara. AirNav memiliki tugas yang sangat penting

dalam upaya pengambil alihan ruang udara di atas Kepulauan Riau dan Natuna

Page 79: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

67

yakni, meningkatkan teknologi yang disesuaikan dengan standar internasional,

adapun teknologi yang dimaksudkan tersebut mencakup peralatan, Standar

Operasional Prosedur (SOP), dan SDM.102

Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keamanan,

keselamatan dan kepercayaan penerbangan secara internal dan eksternal. Adapun

usaha yang sudah dilakukan Indonesia diantaranya:

1. Internal

1. Membentuk LPPNPI/AirNav Indonesia

Langkah awal yang Pemerintah Indonesia lakukan sebagai upaya

memajukan teknologi navigasi Indonesia adalah menyatukan pelayanan navigasi

pada satu lembaga yakni Air Navigation Indonesia (AirNav Indonesia) yang

didirikan pada tahun 2012. AirNav Indonesia memberikan perubahan yang lebih

baik bagi dunia penerbangan Indonesia. Sehingga dengan demikian, pelayanan

navigasi Indonesia di sama ratakan. Sebelumnya pelayanan navigasi penerbangan

dilayani oleh bandara. Pengendalian tersebut dikendalikan oleh pihak BUMN,

perhubungan dan pihak swasta, sehingga tidak mencapai standar dalam

pelayanan. Sehingga dalam undang-undang juga diamanatkan penggabungan

pelayanan navigasi, yang kemudian dibentuk Air Navigation Indonesia (AirNav

Indonesia).103

102

Hasil wawancara Manager Hubungan Masyarakat Air Navigation Indonesia, Yohanes Harry Sirait 103

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat Air Navigation Indonesia, Yohanes Harry Sirait

Page 80: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

68

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tepatnya

pada bulan September 2009 menetapkan Rencana Peraturan Pemerintahan (RPP)

menjadi PP 77 Tahun 2012 mengenai Perusahaan Umum (Perum) Lembaga

Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI).

Pelayanan navigasi ang sebelumnya ditugaskan kepada PT Angkasa Pura I dan

PT Angkasa Pura II, terhitung sejak 16 Januari 2013 diserahkan kepada LPPNPI

atau lebih dikenal dengan AirNav Indonesia.104

Pembentukan AirNav Indonesia merupakan salah satu saran dari ICAO

untuk Indonesia mencapai standar internasional dalam pelayanan navigasi

penerbangan. Sebelumnya navigasi udara Indonesia dilayani oleh PT Angkasa

Pura I dan PT Angkasa Pura II, UPT Ditjen Perhubungan, dan bandar udara

khusus sehingga kualitas pelayanan navigasi berbeda dan tidak mencapai standar

internasional. AirNav terbagi menjadi dua ruang udara berdasarkan FIR yakni

FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang.105

Tulisan Direktur Operasi AirNav periode 2018, Wisnu Darjono yang

diterbitkan Kompasiana dalam daringnya menjelaskan tentang tugas dan fungsi

Airnav Indonesia yakni, pertama melakukan pelayanan lalu lintas

penerbanganyang didalamnya terdiri dari pelayanan pemanduan lalu lintas

penerbangan, pelayanan informasi penerbangan, dan pelayanan kesiagaan.

Kedua, pelayanan telekomunikasi penerbangan yang didalamnya terdiri dari

104

AirNav Indonesia, “Sejarah Navigasi Penerbangan” tersedia di https://www.airnavindonesia.co.id/sejarah/navigasi diakses pada 19 Juli 2019 105

AirNav Indonesia, “Sejarah Perum LPPNPI” tersedia di https://www.airnavindonesia.co.id /sejarah-lppnpi diakses pada 19 Juli 2019

Page 81: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

69

pelayanan aeronautika tetap, pelayanan aeronautika bergerak, dan pelayanan

radio navigasi aeronautika. Ketiga, pelayanan informasi aeronautika yang

didalamnya terdiri dari pelayanan infromasi aeronautika dan peta penerbangan,

penerbitan dan penyebarluasan Notam, dan pelayanan informasi aeronautika

bandar udara. Keempat, pelayanan informasi meteorologi penerbangan. Kelima,

pelayanan informasi pencarian dan pertolongan.106

Berdirinya AirNav Indonesia sebagai single ATS Provider memberikan

langkah baru bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia internasional

bahwa Indonesia sudah mampu melakukan pelayanan navigasi sesuai standar

internasional, yakni dengan memberikan pelayanan navigasi yang efisien untuk

penerbangan nasional dan internasional. Langkah tersebut dapat meyakinkan

pihak yang berkaitan dengan FIR Natuna akan keselamatan penerbangan jika FIR

tersebut dikelola oleh Indonesia. Peran AirNav Indonesia sangat penting bagi

Indonesia dalam mengambil alih FIR Natuna. Karena dengan adanya AirNav

Indonesia keraguan fasilitas pelayanan navigasi yang sebelumnya diragukan oleh

ICAO dapat dipertimbangkan kembali kelayakannya.

2. Meningkatkan Teknologi

Kemajuan suatu negara dilihat bagaimana teknologi negara tersebut

berkembang dan melangkah maju. Dunia penerbangan sangat mengedepankan

teknologi, karena untuk mencapai keamanan dan keselamatan penerbangan

106

Wisnu Darjono, “Tugas Pokok dan Fungsi AirNav Indonesia,” kompasiana, 25 Oktober 2016 tersedia di https://www.kompasiana.com/wdtu/552e034a6ea834221b8b45bf/tugas-pokok -dan-fungsi-airnav-indonesia diakses pada 19 Juli 2019

Page 82: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

70

dibutuhkan teknologi yang memumpuni pelayanan navigasi. Terutama

penerbangan yang akan melewati ruang udara merupakan penerbangan sipil yang

dapat membawa ratusan penumpang dalam satu maskapai. Seiring berjalannya

waktu, peminat untuk menggunakan jasa transportasi pesawat semakin

meningkat, sehingga aktivitas di udara mulai lebih padat.

Indonesia merupakan salah satu jalur udara yang sangat padat untuk

penerbangan internasional. AirNav Indonesia melayani navigasi udara terpadat

kelima menurut The International Air Transportation Association (IATA)di

dunia yakni jalur penerbangan di Selat Malaka yang meliputi Sumatera sampai

Kalimantan dan Jawa. AirNav Indonesia mengawasi hampir 2.000 penerbangan

setiap harinya, lalu lintas penerbangan terpadat yakni di Bandara Soekarno Hatta

dengan jumlah aktivitas penerbangan 1.100 hingga 1.200 setiap harinya.107

keseluruhan aktivitas penerbangan di FIR Jakarta dan FIR Makasar mencapai

10.000 pergerakan setiap harinya.108

Banyaknya jumlah pergerakan penerbangan di langit Indonesia

membutuhkan dukungan teknologi yang sepadan untuk menciptakan

penerbangan yang aman. Teknologi ADS-B (Automatic Dependent

Surveillance-Broadcast) adalah teknologi terbaru dalam sektor penerbangan yang

merupakan kombinasi Global Positioning System (GPS). Teknologi tersebut

107

Nidia Zuraya, “AirNav Indonesia Awasi Lalu Lintas Penerbangan Terpadat di Dunia” https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/22/oh19af383-airnav-indonesia-awasi-lalu-lintas-penerbangan-terpadat-dunia diakses pada 19 Februari 2019 108

CNN Indonesia, “Dua Faktor Ruang Udara Kepri Harus Direbut dari Singapura” https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181211175353-20-352864/dua-faktor-ruang-udara-kepri-harus-direbut-dari-singapura diakses pada 3 Maret 2019

Page 83: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

71

dapat melacak posisi pesawat, kecepatan, arah angin dan ketinggian. ADS-B

adalah teknologi pendeteksi pada setiap pesawat yang lewat transponder yang

dimiliki akan memancarkan setiap dua kali dalam tiap detik informasi ketinggian,

posisi, kecepatan, arah dan informasi lainnya ke pesawat dan stasiun darat.

Informasi tersebut didapatkan dari GPS atau backup Flight Management System

(FMS) yang ada di masing-masing pesawat. Alat ini dapat dipasang di pesawat

atau stasiun darat dan lebih unggul daripada radar.109

Adapun kelebihan ADS-B ini adalah kemampuan dalam mendeteksi

pesawat pada area tertentu lebih baik dibandingkan dengan radar, dan biaya

pengadaan peralatan, pemeliharaan dan pengoperasian lebih murah. Indonesia

telah memasang ADS-B di 31 stasiun darat untuk mencakup seluruh ruang udara

Indonesia. ADS-B dipasang di 10 stasiun darat yang terintegrasi oleh Jakarta

Automated Air Traffic System (JATSC) dan 21 stasiun darat yang terintegrasi

oleh MakassarAutomated Air Traffic System (MATSC). Indonesia terus berusaha

untuk meningkatkan kemajuan teknologi navigasi, terutama untuk Bandar Udara

non-radar. Saat ini Indonesia sedang fokus memasang sistem ADS-B di wilayah

timur.110

Pada tahun 2006, Indonesia melakukan kerjasama dengan Airservices

Australia (ASA), SITA dan Thales dalam rangka implementasi program

Communication Navigation and Surveillance-Air Traffic Management

109

Yati Nurhayati dan Susanti,”The Implementation of Automatic Dependent Survellance Broadcast (ADS-B) in Indonesia,”Perhubungan Udara, 40 (September 2014): 147 110

BPPT.”Sistem Pemantau Penerbangan Nir Radar Berbasis radar ADS-B” https://pte.bppt.go.id/berita/91-sistem-pemantau-penerbangan-nir-radar-berbasis-ads-b-automatic-dependent-surveillance-broadcast-2 Diakses pada 3 Maret 2019

Page 84: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

72

(CNS-ATM). Kerjasama tersebut untuk melakukan uji coba ADS-B dengan

menginstalasi tiga stasiun darat ADS-B di Bali, Kupang dan Natuna selama satu

tahun. Tujuan uji coba tersebut untuk menaksir tingkat perlengkapan pesawat,

menaksir unjuk kerja dan fungsionalitas, memperkenalkan pengatur lalu lintas

udara Indonesia pada teknologi ADS-B dan pembagian data antar FIR. Indonesia

mendapatkan penghargaan Jane’s ATC Award untuk kategori Enabling

Technology Award pada tahun 2008 atas uji coba ADS-B. diketahui bahwa

Jane’s ATC Award merupakan ajang tahunan tingkat dunia untuk memberikan

apresiasi dan perhatian berbagai kontribusi yang telah diberikan

olehmasing-masing institusi penerbangan seluruh dunia.111

Indonesia telah mengupayakan untuk menciptakan pelayanan navigasi

yang memenuhi standar internasional bagi keselamatan penerbangan nasional dan

internasional. Demikian jika Indonesia telah melengkapi sistem ADS-B di

seluruh bandara besar atau bandara kecil, maka sudah sepantasnya Indonesia

melangkah untuk mengambil alih FIR Natuna yang dikendalikan oleh Singapura.

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Meningkatkan SDM merupakan unsur pelengkap untuk menjalankan

kemajuan sektor penerbangan Indonesia. Kemajuan teknologi yang sudah

dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia harus diimbangi dengan SDM yang

cukup dan memiliki kapabilitas yang baik untuk menjalankan navigasi

penerbangan. Tujuan mengambil alih FIR Natuna bukan tugas yang mudah untuk

111

Yati Nurhayati dan Susanti,”The Implementation”, 156

Page 85: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

73

dijalankan. Butuh proses panjang untuk membenahi pelayanan sektor

penerbangan Indonesia agar terciptanya keamanan dan keselamatan penerbangan.

Upaya untuk memenuhi kebutuhan SDM penerbangan Indonesia

dituangkan ke dalam kerjasama-kerjasama dengan lembaga nasional dan juga

internasional. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) melakukan

kerjasama dengan PT Garuda Indonesia untuk meningkatkan kapabilitas SDM

penerbangan. Adapun bentuk kerjasama tersebut adalah pilot-pilot Garuda dan

Citilink dapat menggunakan simulator pesawat A320 yang dimiliki STPI Curug

dalam rangka meningkatkan rating pilot, dan siswa STPI Curug mendapatkan

pelatihan program Hospitality di Garuda Indonesia Training Center (GITC) guna

meningkatkan sikap seperti keramahtamahan, tata krama, dan sikap pelayanan

yang baik untuk pelayanan transportasi.112

Pada tahun 2016, Badan Pengembangan SDM Perhubungan (BPSDMP)

bekerjasama dengan Ecole Nationale De L’Aviation Civile (ENAC) yang

disepakati dalam Memorendum of Understanding (MoU) dalam kesepahaman

implementasi pengembangan SDM bidang transportasi udara. Adapun kerjasama

yang dilakukan adalah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan SDM bidang

transportasi udara, kerjasama tersebut berlaku selama 1 tahun sejak MoU

ditandatangani. Pendidikan yang diberikan yaitu Master Degree Programme,

112

Biro Komunikasi dan Informasi Publik,”STPI dan Garuda Indonesia Kerjasama Tingkatkan Kualitas SDM” Kementerian Perhubungan , 30 Januari 2017 tersedia di http://dephub.go.id/post/read/stpi-dan-garuda-indonesia-kerjasama-tingkatkan-kualitas-sdm-penerbangan diakses pada 21 Juli 2019

Page 86: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

74

Institutional Strengthless Cooperation Programme, Transfer of Technology yang

dikhususkan untuk dosen penerbangan.113

Pelatihan dan peningkatan SDM yang terus menerus dilakukan oleh

Indonesia menuaikan hasil. Saat ini AirNav Indonesia sudah membangun tower

penerbangan dan menempatkan SDM penerbangan untuk melayani navigasi di

kawasan Natuna yakni di Pontianak, Tanjung Pinang, Pangkal Pinang dan Pekan

Baru di bawah naungan FIR Jakarta. Penempatan tersebut merupakan sinyal

dalam rangka kesiapan Indonesia untuk mengambil alih FIR Natuna. AirNav

Indonesia sudah merampungkan kendala yang sebelumnya menjadi hambatan

Indonesia untuk mengelola ruang udara Kepulauan Riau dan Natuna dan siap

untuk mengelola FIR Natuna, bahkan sudah dilakukan uji coba dengan TNI

AU.114

2. Eksternal

1. Tindak Lanjut Kepada Singapura

Indonesia sudah merundingkan FIR Natuna sejak tahun 1993, pada saat

pertemuan RAN II di Bangkok. Saat itu proposal yang diajukan oleh Indonesia

mendapat penolakan dari Singapura, ICAO sebagai mediator mengusulkan untuk

melakukan pertemuan secara bilateral. Pertemuan tersebut direalisasikan pada

tahun 1995 yang menghasilkan perjanjian atas pendelegasian FIR Natuna kepada

113

Biro Komunikasi dan Informasi Publik kementerian Perhubungan.”Tingkatkan Kualitas SDM Penerbangan, BPSDMP Tandatangani MoU dengan ENAC Prancis”, 16 September 2016 diunduh http://dephub.go.id/post/read/tingkatkan-kualitas-sdm-penerbangan,-bpsdmp-tandatangani-mou-dengan-enac-prancis 114

Wawancara Manager Hubungan Masyarakat AirNav Indonesia, Yohanes Harry Sirait

Page 87: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

75

Singapura dengan ketentuan yang disepakati bersama dalam Agreement between

the Government of the Republic of Indonesia and The Government of the Republic

of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight

Information Region and the Jakarta Flight Information Region.

Indonesia mendapatkan lampu hijau dari Singapura untuk mengambil alih

FIR Natuna pada pertemuan di Bali 2012, saat itu Singapura menyatakan siap

untuk mengembalikan FIR Natuna kepada Indonesia jika disetujui oleh ICAO. Hal

tersebut dipicu dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2009 tentang penerbangan, dalam pasal 5 tertulis bahwa Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Republik

Indonesia. Kemudian mandat untuk mengambil alih juga ditekankan dalam pasal

458 yang berisi tentang pendelegasian navigasi yang didelegasikan kepada negara

lain sudah harus dilayani kembali dalam kurun waktu 15 tahun sejak

undang-undang diberlakukan.115

Indonesia melalui Menteri Perhubungan Budi

Karya Sumadi telah mengirimkan proposal kepada Singapura pada Juni 2019 dan

berencana akan mengambil alih FIR Natuna pada akhir 2019 sesuai mandat

Presiden Joko Widodo. Kemudian Presiden Joko Widodo bersama Menteri Luar

Negeri Indonesia Retno Marsudi membicarakan kesepakatan FIR Natuna dengan

115

Anggi Kusumadewi, Gilang Fauzi, “RI akan Negosiasi dengan Singapura soal Kendali Ruang

Udara”CNN Indonesia, 27 November 2015 tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151127133757-20-94500/ri-akan-negosiasi-dengan-

singapura-soal-kendali-ruang-udara diakses pada 21 Juli 2019

Page 88: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

76

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan dalam kunjungannya di

Istana Bogor.116

2. Tindak Lanjut dengan Malaysia

Letak Kepulauan Natuna sangat strategis untuk menghubungkan Malaysia

Barat dan Timur. Malaysia berusaha untuk mendapatkan peran mengendalikan

ruang udara Kepulauan Natuna, karena dengan mengendalikan dan mengawasi

ruang udara Natuna makan kemanan dan pertahanan Malaysia akan terjaga.117

Indonesia bersama Malaysia meninjau ulang kembali UU nomor 1 Tahun

1983 Tentang: “Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Malaysia

tentang Rejim Hukum Negara Nusantara dan Hak-Hak Malaysia di Laut

Teritorial dan Perairan Nusantara Serta Ruang Udara diatas Laut Teritorial,

Perairan Nusantara dan Wilayah Republik Indonesia yang Terletak di Antara

Malaysia Timur dan Malaysia Barat” khususnya yang tertulis dalam pasal 11

yang menyatakan bahwa Pelayanan lalu lintas udara dan komunikasi

penerbangan bagi setiap pesawat udara dari Negara maupun di ruang udara di

atas laut teritorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang

terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat akan diberikan oleh

Republik Indonesia atau dapat diberikan dengan pelimpahan tanggungjawab

116

Roomy Rosyana,”Indonesia-Simgapura Akan Garap 3 Visi Jokowi”, Beritagar.id, 17 Juli 2019 tersedia di https://beritagar.id/artikel/berita/indonesia-singapura-akan-kerja-sama-garap- 3-visi-jokowi diakses pada 21 Juli 2019 117

Muhamad Miftachun Niam, “Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Sengketa Flight Information Region di Atas Kepulauan Natuna dengan Singapura dan Malaysia” tersedia di https://www.academia.edu/1775269/Strategi_Diplomasi_Indonesia_dalam_Menyelesaikan_Sengketa_Flight_Information_Region_diatas_Kepulauan_Natuna_dengan_Singapura_dan_Malaysia_-_4 diakses pada 21 Juli 2019

Page 89: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

77

untuk pemberian pelayanan tersebut sesuai dengan perangkat hukum Organisasi

Penerbangan Sipil Internasional yang bersangkutan.118

Indonesia sudah melakukan berbagai upaya perundingan kepada Malaysia

sejak September 1997 mengadakan Bilateral Meeting di Bandung, namun

Tentara Diraja Udara Malaysia tidak hadir. Pada Oktober 1997 Indonesia kembali

mengupayakan pertemuan dengan Malaysia di Subang Kuala Lumpur, namun

tidak tuntas. Kemudian Indonesia mengusulkan kembali pada Desember 1997,

namun ditolak dan Malaysia meminta agar diadakan kembali pada tahun 1998.

rencana tersebut tidak dapat terealisasi karena kondisi politik Indonesia dan

Malaysia tidak memungkinkan. Pada Januari 1999 Indonesia mengirimkan MoU

yang berisikan tentang pemberian kemudahan bagi Malaysia untuk melintasi

udara dari Malaysia Barat ke Timur dan sebaliknya atau melewati sektor B dan C,

namun Malaysia tidak memberi tanggapan. Pada September 1999, Malaysia

mengundang Indonesia melalui KBRI Indonesia di Malaysia untuk

membicarakan FIR Natuna. Pada pertemuan tersebut Malaysia menekankan

kepada Indonesia bahwa sektor B sudah ada pendelegasiannya dari Singapura

kepada Malaysia dan Indonesia diharapkan untuk mendaftarkan batas-batas

koordinat kedaulatan Indonesia kepada PBB.119

Pada 8 Maret 2018 Indonesia mulai bergerak kembali membicarakan

perbatasan ruang udara Indonesia dan Malaysia. Hal tersebut disebutkan dalam

pertemuan Annual Consultation RI - Malaysia ke-12, membahas tentang

118

Evi Zuraidah, “Yurisdiksi”, 86 119

Evi Zuraida, “Yurisdiksi”, 98

Page 90: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

78

implementasi perjanjian 1982 Indonesia - Malaysia terkait koridor udara. Dalam

pertemuan dibahas aspek-aspek kerjasama dan konsultasi teknis yang berkaitan

dengan penggunaan ruang udara di perbatasan Indonesia dan Malaysia.120

Kementerian Luar Negeri perlu melakukan negosiasi lebih lanjut kepada

Singapura dan juga Malaysia. Memerlukan kesabaran untuk melakukan

negosiasi, karena dalam persoalan FIR Natuna ini baik Singapura dan Malaysia

juga memiliki kepentingan masing-masing. Sehingga Indonesia harus berhati-hati

dalam bernegosiasi, agar kerjasama lain dengan Singapura dan Malaysia tidak

terpengaruh.121

C. Hambatan yang Dihadapi Indonesia

Keamanan dan keselamatan udara merupakan perihal penting bagi setiap

negara. Maka untuk meminimalisir kurangnya pengawasan, negara-negara

melakukan kerjasama baik bilateral maupun regional. Negara-negara

internasional membuat kesepakatan untuk pengawasan lalu lintas udara

internasional yang kemudian diatur sesuai dengan kesepakatan.

Kejadian pesawat asing yang memasuki wilayah suatu negara sering

terjadi, dan dapat disebut suatu pelanggaran wilayah udara (Aerial Instrusion)

keadaan dimana pesawat memasuki ruang udara suatu negara tanpa izin. Pesawat

yang memasuki ruang udara tanpa ijin ada yang bertujuan sengaja (black flight)

dan ada yang tidak sengaja atau tersesat (aircraft in distress). Pengawasan lalu

lintas udara nasional Indonesia masih memiliki kekurangan dalam menghadapi

120

Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2018 121

Wawancara Pengamat Penerbangan, Alvin Lie Ling Piao, M.Sc

Page 91: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

79

pesawat asing. Kekurangan Indonesia yakni, Skuadron Udara Tempur Sergap

yang jumlahnya terbatas untuk wilayah Indonesia yang sangat luas, radar militer

yang beroperasi masih belum mencukupi, belum adanya satelit yang dapat

mendeteksi pergerakan jarak jauh.122

Peran Indonesia menjadi anggota ICAO juga perlu ditingkatkan. ICAO

merupakan sebuah badan khusus PBB, yang didirikan pada tahun 1944 oleh

negara-negara untuk mengelola administrasi dan tata kelola Konvensi

Penerbangan Sipil Internasional. ICAO didirikan untuk mencapai standar

penerbangan sipil secara internasional dalam mendukung sektor penerbangan

yang aman dan efisien.123

ICAO memiliki negara anggota dewan yang dipilih

setiap empat tahun sekali, dalam pemilihannya terbagi menjadi 3 kategori, yakni

kategori I adalah Negara yang paling penting dalam transportasi udara, Kategori

II adalah Negara-negara yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan

fasilitas untuk navigasi udara sipil internasional, dan kategori III adalah

negara-negara yang memastikan keterwakilan secara geografis.124

Indonesia sejak tahun 2001 belum berhasil menjadi Negara Keanggotaan

Dewan ICAO. Indonesia tidak berhenti mencalonkan sebagai Negara

Keanggotaan ICAO yang sebelumnya gagal. Pada tahun 2016, Indonesia kembali

122

Alfaris,”Analisis Yuridis Pengawasan dan Pengendalian Wilayah Dirgantara Indonesia Terhadap Lalu Lintas Pesawat Udara Asing Ditinjau dari Hukum Internasional”,(Makassar: Universitas Hasanuddin, 2014) 62 123

ICAO.”About ICAO” tersedia di https://www.icao.int/about-icao/Pages/default.aspx diakses pada 20 Juli 2019 124

ICAO,”Council States 20016-2019” tersedia di https://www.icao.int/about-icao/Council/Pages/council-states-2016-2019.aspx diakses pada 20 Juli 2019

Page 92: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

80

mempersiapkan dan mencalonkan sebagai Negara Keanggotaan Dewan ICAO

Kategori III. Namun Indonesia masih belum berhasil dengan perolehan sebesar

96 suara. Sebelumnya Indonesia pernah terpilih menjadi Negara Keanggotaan

Dewan ICAO Kategori III sebanyak 12 kali, yaitu pada tahun 1962, 1968,

1971,1974, 1980, 1986, 1992, 1995 dan 1998.125

Keanggotaan Singapura sebagai dewan ICAO juga dianggap

memengaruhi kepentingan soal FIR. Pencalonan Singapura untuk keanggotaan

Dewan ICAO pada kategori/bagian II merupakan salah satu upaya Pemerintah

Singapura untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya di ICAO. Pencalonan

tersebut diajukan pada Sidang Luar Biasa majelis ICAO, Maret 2003. Mengingat

pembahasan soal FIR dibahas pada sidang-sidang Dewan ICAO di Montreal.

Adapun pencalonan Singapura tersebut merupakan penjelasan terbuka kepada

masyarakat internasional tentang kapasitas, teknologi dan skill Singapura untuk

menjamin keselamatan penerbangan yang jauh lebih baik dari negara-negara

ASEAN lainnya.126

Indonesia harus lebih berhati-hati dalam menjalankan misi ambil alih FIR

yang dikendalikan oleh Singapura. Melihat dari pengalaman sebelumnya

Indonesia pernah terjebak dalam pertemuan RAN III di Bangkok pada tahun

1993. sebelum pertemuan tersebut berlangsung, Singapura memberikan

125

Biro Komunikasi dan Informasi Publik. “Belum Terpilih sebagai Anggota Dewan ICAO, Indonesia Terus Berbenah” Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 5 Oktober 2016 tersedia di http://dephub.go.id/post/read/belum-terpilih-sebagai-anggota-dewan-icao,-indonesia-terus-berbenah Diakses pada 28 April 2019 126

Evi Zuraida, “Yurisdiksi”, 100

Page 93: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

81

tanda-tanda persetujuan sehingga Indonesia merasa akan berhasil dengan

mengirimkan pejabat operasional. Namun yang terjadi tidak sesuai prakiraan

Indonesia, Singapura mengirimkan Dirjen Perhubungan, Ahli Penrbangan hingga

Jaksa Agung sampai akhirnya FIR Kepulauan Riau dan Natuna kembali dikelola

oleh Singapura.127

127

Ramadhita Lestari. “Diplomasi”, 13

Page 94: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

82

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Mengambil alih FIR udara Kepulauan Riau dan Natuna atau lebih dikenal

sebagai FIR Natuna merupakan hal yang sangat mungkin Indonesia lakukan.

Keamanan penerbangan merupakan kunci utama mengapa Indonesia harus

mengambil alih FIR Natuna dari Singapura. Pendelegasian FIR Natuna kepada

Singapura terjadi pada tahun 1946 oleh ICAO, dimana saat itu Indonesia masih

membenahi politik dalam negeri pasca kemerdekaan, disamping itu juga FIR

Natuna merupakan laut bebas sehingga Singapura dianggap mampu melayani

navigasi pada wilayah Kepulauan Riau dan Natuna. Indonesia sebagai negara

yang telah meratifikasi UNCLOS 1982 sepatutnya melayani navigasi yang berada

di bawah kendali Singapura dan Natuna. Sebagaimana dalam Pasal 5

Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, menyebutkan negara

Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Indonesia.

Indonesia telah berupaya untuk mengambil alih FIR Natuna sejak tahun

1993 pada saat pertemuan RAN II di Bangkok namun belum berhasil dan

disarankan untuk melakukan pertemuan secara bilateral dengan Singapura oleh

ICAO. Pada tahun 1995 Indonesia mengadakan kesepakatan bilateral dengan

Singapura yang menghasilkan kesepakatan yang tertulis dalam Agreement

between the Government of the Republic of Indonesia and The Government of the

Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore

Page 95: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

83

Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region.

Kesepakatan tersebut mengenai pendelegasian FIR Natuna kepada Singapura oleh

Indonesia, yang didalamnya juga menyebutkan ketentuan biaya RANS charge

yang dipungut oleh Singapura akan diberikan sebagiannya kepada Indonesia dan

juga membahas permasalahan area udara latihan militer Indonesia.

Keamanan udara bukan menjadi satu-satunya kunci utama Indonesia dalam

mengambil alih FIR Natuna. Permasalahan FIR memiliki sangkut paut dengan

pelayanan navigasi, yang artinya dibutuhkan fasilitas pelayanan yang baik untuk

mencapai keselamatan. Urgensi FIR Natuna yang dirasakan oleh militer dan sipil

sedikit berbeda, dimana bagi militer keharusan Indonesia mengambil alih FIR

dikarenakan keamanan udara Indonesia mulai terancam, sedangkan dalam sudut

pandang sipil FIR Natuna merupakan isu keselamatan. Kemampuan Indonesia

dalam sektor penerbangan sudah semakin maju sehingga Indonesia sudah siap

untuk melayani navigasi di FIR Natuna dan memenuhi Undang-Undang Nomor 1

tahun 2009 Tentang Penerbangan.

Upaya Indonesia dalam mengambil alih FIR Natuna dilaksanakan oleh

berbagai lembaga pemerintahan, dengan saling bersinergi antar lembaga. Atas

usaha bersama yang telah dilakukan, perkembangan sektor penerbangan Indonesia

saat ini semakin maju, terlihat dari keunggulan yang Indonesia miliki dalam sektor

penerbangan.

Mendirikan AirNav Indonesia merupakan langkah awal yang membawa

perubahan navigasi Indonesia secara signifikan. Navigasi yang sebelumnya

Page 96: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

84

dikelola oleh bandar udara, kementerian perhubungan, Angkasa Pura I dan

Angkasa Pura II menjadi satu navigasi dibawah komando AirNav Indonesia.

Indonesia juga memasang teknologi ADS-B yang dinilai sudah modern dan

memenuhi standar internasional. Kebutuhan SDM untuk mengelola navigasi

khususnya pada FIR Natuna sudah dirampungkan oleh AirNav Indonesia. Langkah

Indonesia melakukan negosiasi kepada Singapura dan Malaysia juga terus

dilakukan.

Aktivitas penerbangan di Selat Malaka semakin padat dan

mengkhawatirkan, karena semakin banyaknya pesawat asing tanpa flight

clearance membuat pertahanan Indonesia melemah. Maka dengan mengambil alih

FIR Natuna dari Singapura, TNI AU dapat lebih leluasa melakukan kontrol udara

Kepulauan Riau dan Natuna. Indonesia juga akan mendapatkan RANS charge fee

tanpa ada pemotongan dari Singapura, sehingga dapat meningkatkan

perekonomian Indonesia.

Perlunya meninjau ulang kembali perjanjian yang pernah disepakati oleh

Indonesia dengan Singapura, karena Agreement between the Government of the

Republic of Indonesia and The Government of the Republic of Singapore on the

Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region

and the Jakarta Flight Information Region, sudah tidak relevan saat ini dan sudah

seharusnya ditata ulang kembali oleh Indonesia dan Singapura. Perjanjian tersebut

juga dianggap merugikan Indonesia khususnya TNI AU yang sering mendapatkan

Militer Udara Singapura latihan di atas udara Indonesia sedangkan ketika TNI AU

Page 97: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

85

berlatih seringkali mendapatkan komplain dari ATC Singapura. Sehingga perlu

juga mengkaji lebih lanjut mengenai MTA untuk mengatasi permasalahan

angkatan udara kedua negara.

Page 98: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xii

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adolf, Huala. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Jakarta:

Rajawali, 1991

Al Istiqomah, Miftahul Khairiyah. Indonesia’s Effort To Take Over Flight

Information Region of Riau Islands and Natuna From Singapore. Jember:

Universitas Jember, 2016

Alfaris. Analisis Yuridis Pengawasan dan Pengendalian Wilayah Dirgantara

Indonesia Terhadap Lalu Lintas Pesawat Udara Asing Ditinjau dari Hukum

Internasional. Makasar: Universitas Hasanuddin, 2014

Baylis, John, Wirtz James, Cohen Eliot dan Gray Colin S. Strategy in The

Contemporary World: an Introduction to Strategic Studies. New York:

Oxford University Press, 2002

Buzan, Barry. People, State, and Fear: The National Security Problem in

International Relations. Sussex: Wheatsheaf Book, 1993

Collins, Alan. Contemporary Security Studies. New York: Oxford University

Press, 2007

Departemen Perhubungan RI. Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024. Jakarta:

Ditjen Perhubungan Udara, 2005

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010

Fauzi, Adam Irwansyah. Kedaulatan dan Batas Ruang Udara Negara. Bandung:

Institut Teknologi Bandung, 2018

Page 99: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xiii

Hakim, Chappy. Believe It or Not Dunia Penerbangan Indonesia Terbang Aman

dan Nyaman Walau Banyak Masalah. Jakarta : Kompas Media Nusantara,

2014

Hakim, Chappy. Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional.

Jakarta: Kompas, 2010

Hakim, Chappy. Tanah Air dan Udaraku Indonesia. Jakarta: PT. Harum Biaro Asa,

2009

Hakim, Chappy. Untuk Indonesiaku Setumpuk Harapan Kedepan. Jakarta: Indset,

2006

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Buku Putih Pertahanan Indonesia

2015. Cetakan ketiga, Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia,

2015

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PTGramedia

Pustaka Utama, 1993

Lobell, Steven E, Ripsman, Norrin M, dan Taliaferro, Jeffrey W. Neoclassical

Realism, the State and Foreign Policy. New York: Cambridge University

Press, 2009

Mamudji, Sri. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2005

Martono, Usman Melayu. Perjanjian Angkutan Udara Indonesia. Bandung:

Mandar Maju, 1996

Mauna, Boer. Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global. Bandung: PT Alumni, 2005

Mohammad Kasiram. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN

Malang Press, 2008

Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003

Page 100: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xiv

Nugroho, Yuwono Agung. Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia. Jakarta:

Konggres Kedirgantaraan Nasional II, 2003

Plano, Jack C, dan Olton Roy. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: CV.

Abardin 1999

Rourke, John T. International Politic on The World Stage. edisi kedelapan. United

States of America: McGraw-Hill/Dushkin, 2001

Sefriani. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010

Steans, Jill, dan Pettiford, Llyod. Hubungan Internasional Perspektif dan Tema.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2009

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2010

Sukmadi, Bambang Heru, dkk. Keamanan Nasional Sebuah Konsep dan Sistem

Keamanan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jendreal Dewan

Keatahanan Nasional, 2010

Syahmin, Meria Utama, dan Akhmad Idris. Hukum Udara dan Luar Angkasa.

Palembang: Unsri Press, 2012

Waltz, Kenneth Neal. Theory of International Politics. Phillipines:

Addison-Wesley Publishing Company Inc, 1979

Yani, Yanyan Mochamad, Ian Montratama, dan Ikardhi Putera, Langit Indonesia

Milik Siapa? . Jakarta: elex media komputindo, 2017

Zulkarnain, Muhammad Fitrah. Flight Information Region (FIR) Singapura dan

Dampaknya Terhadap Kedaulatan dan Keamanan Indonesia. Makassar:

Universitas Hasanuddin, 2018

Zuraida, Evi. Tinjauan Yuridis Upaya Pengambilalihan Pelayanan Navigasi

Penerbangan Pada Flight Information Region (FIR) Singapura atas Wilayah

Page 101: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xv

Indonesia Berdasarkan Perjanjian antara Indonesia Singapura Tahun 1995.

Jakarta: Universitas Indonesia, 2012

Jurnal:

Abramovitch, Yehuda. “The Maxim "Cujus Est Solum, Ejust Ad Coelum Ad

Inferos as Appled in Aviation.” McGill Law Journal 8 (April 1961): 247

Anggaraeni, Ni Putu. “Convention on International Civil Aviation,” Indonesia

Journal of International Law 6 (Juli 2009)

Asrudin, Azwar. “Thomas Khun dan Teori Hubungan Internasional: Realisme

sebagai Paradigma,” Indonesian Journal of International Studies 1

(Desember, 2014): 113

Hardjant, Dewi Krisna. “Sengketa Perbatasan Indonesia-Malaysia: Sebuah

Pertaruhan Kedaulatan NKRI.” Jurnal kajian hukum 1 (Mei 2016)

Kuo, Wen Ching dan Kung Shiang Huei. “Study of The Arrival Scheduling

Simulation for The Terminal Control Area at Sung-Shun Airport.”

International Journal of Organitational Innovation 5 (Januari 2013): 193

Milia, Jana, Yandry Kurniawan, dan Wibisono Poespitohadi.”Analysis of defense

Cooperation Agreement Between Indonesia and Singapore in 2007-2017

Through Defens Diplomacy Goal Variable.” Jurnal Pertahanan 4 (Agustus

2018): 109

Nurhayati, Yati, dan Susanti. ”The Implementation of Automatic Dependent

Survellance Broadcast (ADS-B) in Indonesia.” Perhubungan Udara, 40

(September 2014): 147

Risdiarto, Danang. “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Wilayah Udara

Yurisdiksi Indonesia oleh Pesawat Terbang Asing Tidak Terjadwal dalam

jurnal media pembinaan hukum nasional,” Rechtsvinding 5 (April 2016)

Page 102: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xvi

Sefriani. “Pelanggaran Ruang Udara oleh Pesawat Asing Menurut Hukum

Internasional dan HUkum Nasional Indonesia.” Jurnal Hukum IUS QUIA

IUSTUM 22 (Oktober 2015)

Soegiyono. “Kajian Kedaulatan Negara di Ruang Udara Terhadap Alur Laut

Kepulauan Indonesia (ALKI).” Berita dirgantara 12 (Juni 2011)

Berita:

Kusumadewi, Anggi, Gumilang Prima, Fauzi Gilang, Abraham Utama dan Abi

Surwanto, “Luhut: Singapura-Malaysia Dukung RI Kendalikan Ruang

Udara,” CNN Indonesia, 5 Oktober 2015 [berita on-line]; tersedia di

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151004171137-20-82698/luhut-

singapura-malaysia-dukung-ri-kendalikan-ruang-udara/; Internet; diakses

pada 23 April 2016

Armenia, Resty. “Jokowi Tegaskan Akan Ambil Alih Ruang Udara RI dari

Singapura,” CNN Indonesia, 25 Oktober 2015 [berita on-line]; tersedia di

http://www.cnnindonesia.com/politik/20151124194236-32-93793/jokowi-te

gaskan-akan-ambil-alih-ruang-udara-ri-dari-singapura/; Internet; diakses

pada 23 April 2016

Andreas Bieler. The Anarchy Problematique and Sovereignty: Neo-Realism and

State Power. Review on-line tersedia di

https://andreasbieler.net/wp-content/files/Neo-realism.pdf

Hitoshi, Nasu. “The Expanded Conception of Security and International Law:

Challenges To The Un Collective Security System,” Amsterdam Law

Forum 3, 2011 [jurnal on-line] tersedia di:

http://amsterdamlawforum.org/article/viewFile

/225/417; internet; diunduh pada 19 Mei 2017

Page 103: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xvii

Nugraha, Ridha Aditya. “Menyoal Ribu-Ribut di Langit Kepulauan Riau dan

Natuna,” Kompas.com, 27 Februari 2018 [berita-online;] tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/27/13422401/menyoal-ribut-ribu

t-

di-langit-kepulauan-riau-dan-natuna?page=all;internet; diakses pada 8 juni

2018

Biro komunikasi dan informasi publik. “Diplomatic Receotion dalam rangka

Pencalonan Indonesia Menjadi Anggota Dewan ICAO Periode 2016-2019.”

Departemen perhubungan, 06 November 2015 [artikel-online] tersedia di

http://dephub.go.id/post/read/diplomatic-reception-dalam-rangka-pencalona

n-indonesia-menjadi-anggota-dewan-icao-periode-2016-2019; internet;

diakses pada 8 Juni 2018

Wicaksono, Shabara. “Sejarah Penerbangan Komersial Udara.” [berita-online]

tersedia di https://phinemo.com/sejarah-penerbangan-komersial-dunia/;

internet; diakses pada 24 Agustus 2018

Ditjen Perhubungan Udara. “Ruang Udara.” [artikel-online] tersedia di:

http://hubud.

dephub.go.id/?id/page/detail/98; internet; diakses pada 10 Juni 2018

ICAO. “About ICAO.” [artikel-online] tersedia di

https://www.icao.int/about-icao/

Pages/default.aspx; internet; diakses pada 8 Juni 2018

Kementerian luar negeri. “Keanggotaan Indonesia Pada Organisasi Internasional.”

[artikel-online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/Documents/

Keanggotaan_Indonesia_pada_OI.pdf; internet; diakses pada 8 Juni 2018

Page 104: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xviii

Biro komunikasi dan informasi publik. “Penantian Panjang Indonesia menjadi

Anggota Dewan ICAO Diputuskan Pekan Depan.” (Departemen

perhubungan, 2016) [artikel-online] tersedia di:

http://www.dephub.go.id/post/read/penantian-

panjang-indonesia-menjadi-anggota-dewan-icao-diputuskan-pekan-depan

diakses pada 8 Juni 2018

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. “Penerbangan Indonesia dari masa ke

masa.” [artikel-online] tersedia di

http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/91 diunduh pada 8 Juni 2018

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, “Penerbangan Indonesia dari masa ke

masa,” [artikel-online] tersedia di

http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/91 diunduh pada 8 Juni 2018

Anonim. “Wilayah Udara RI di Atas Natuna Dikuasai Singapura sejak 1946,

Detik finance [berita - online] tersdia di

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-

bisnis/d-2753438/wilayah-udara-ri-di-atas-natuna-dikuasai-singapura-sejak-

1946?_ga=2.185186977.905818818.1548647700-2077836079.1538984299

Marsono, “Upaya Pengelolaan Kembali Wilayah Udara Di Atas Kepulauan Riau

dan Natuna,” WIRA 55, Juli [majalah on-line] tersedia di

https://www.kemhan.

go.id/wp-content/uploads/2016/03/4.-Wira-Juli-Agustus-2015.pdf

Anonim. ”Rebut Fir!”. Sindonews, 2015. https://nasional.sindonews.com/read/

1043316/16/rebut-fir-1441941622 diunduh pada 28 februari 2019

Retaduari, Elza Astari. “Pesawat Asing Nyelonong ke Kepri, Rebut Kembali

Ruang Udara RI!” detikNews dedetikNews, 1 November 2018, tersedia di

Page 105: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xix

https://news.detik.com/berita/d-4283441/pesawat-asing-nyelonong-ke-kepri

-rebut-kembali-ruang-udara-ri diakses pada 20 Juli 2019

Dewi, Anggi Kusuma dan Abraham Utama. “Perang Udara Indonesia-Singapura”

CNN Indonesia, 5 Oktober 2015, tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/ diakses pada 20 Juli 2019

nasional/20151004164716-20-82695/perang-udara-indonesia-singapura

diakses pada 20 Juli 2019

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, “Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia - Menhub: Jumlah Pemudik Angkutan Udara Diprediksi Paling

Tinggi Dibanding Moda Lain,” Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia, 3 Juli 2016 [berita on-line] tersedia di

http://hubud.dephub.go.id/?id/news/

detail/2915

Anonim,”Penumpang Pesawat Penerbangan Domestik Januari-Oktober 2018

Tumbuh 7%,” Katadata.co.id, 20 Desember 2018 [data on-line ]tersedia di

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/20/penumpang-pesawat

-penerbangan-domestik-januari-oktober-2018-tumbuh-7 diakses pada 19

Juli 2019

Iman Achdiat,”Pasang Surut Dunia Penerbangan Indonesia,” AirMagz.com, 30

Maret 2017 [berita on-line] tersedia di

https://www.airmagz.com/9015/pasang-surut-dunia-penerbangan-indonesia.

html diakses pada 19 Juli 2019

Luthfia Ayu Azanela, “5 Tragedi Kecelakaan Pesawat di Indonesia yang

Timbulkan Banyak Korban,” Kompas.com, 30 Oktober 2018 [berita on-line]

tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/30/08210001/5-tragedi-kecelaka

an-pesawat-di-indonesia-yang-timbulkan-banyak-korban?page=all diakses

pada 19 Juli 2019

Page 106: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xx

AirNav Indonesia, “Sejarah Navigasi Penerbangan” tersedia di

https://www.airnavindonesia.co.id/sejarah/navigasi diakses pada 19 Juli

2019

AirNav Indonesia, “Sejarah Perum LPPNPI” tersedia di

https://www.airnavindonesia.co.id/sejarah-lppnpi diakses pada 19 Juli 2019

Wisnu Darjono, “Tugas Pokok dan Fungsi AirNav Indonesia,” kompasiana, 25

Oktober 2016 tersedia di

https://www.kompasiana.com/wdtu/552e034a6ea834221b8b45bf/tugas-pok

ok-dan-fungsi-airnav-indonesia diakses pada 19 Juli 2019

Nidia Zuraya, “AirNav Indonesia Awasi Lalu Lintas Penerbangan Terpadat di

Dunia”

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/22/oh19af383-air

nav-indonesia-awasi-lalu-lintas-penerbangan-terpadat-dunia diakses pada

19 Februari 2019

Anonim, “Dua Faktor Ruang Udara Kepri Harus Direbut dari Singapura” CNN

Indonesia [berita on-line] tersedia

dihttps://www.cnnindonesia.com/nasional/20181211175353-20-352864/dua

-faktor-ruang-udara-kepri-harus-direbut-dari-singapura diakses pada 3

Maret 2019

BPPT.”Sistem Pemantau Penerbangan Nir Radar Berbasis radar ADS-B”

https://pte.bppt.go.id/berita/91-sistem-pemantau-penerbangan-nir-radar-

berbasis-ads-b-automatic-dependent-surveillance-broadcast-2 Diakses

pada 3 Maret 2019

Biro Komunikasi dan Informasi Publik,”STPI dan Garuda Indonesia Kerjasama

Tingkatkan Kualitas SDM” Kementerian Perhubungan, 30 Januari 2017

[artikel on-line] tersedia di

http://dephub.go.id/post/read/stpi-dan-garuda-indonesia-

Page 107: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xxi

kerjasama-tingkatkan-kualitas-sdm-penerbangan diakses pada 21 Juli 2019

Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementrian Perhubungan.”Tingkatkan

Kualitas SDM Penerbangan, BPSDMP Tandatangani MoU dengan ENAC

Prancis”, Kementerian Perhubungan, 16 September 2016 [artikel on-line]

tersedia di http://dephub.go.id/post/read/tingkatkan-kualitas-sdm-

penerbangan,-bpsdmp-tandatangani-mou-dengan-enac-prancis

Anggi Kusumadewi, Gilang Fauzi, “RI akan Negosiasi dengan Singapura soal

Kendali Ruang Udara”CNN Indonesia, 27 November 2015 tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151127133757-20-94500/ri-aka

n-negosiasi-dengan-singapura-soal-kendali-ruang-udara diakses pada 21

Juli 2019

Roomy Rosyana,”Indonesia-Simgapura Akan Garap 3 Visi Jokowi”, Beritagar.id,

17 Juli 2019 tersedia di

https://beritagar.id/artikel/berita/indonesia-singapura-akan-kerja-sama-gara

p-3-visi-jokowi diakses pada 21 Juli 2019

Muhamad Miftachun Niam, “Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Sengketa

Flight Information Region di Atas Kepulauan Natuna dengan Singapura dan

Malaysia” tersedia di

https://www.academia.edu/1775269/Strategi_Diplomasi_Indonesia_dalam_

Menyelesaikan_Sengketa_Flight_Information_Region_diatas_Kepulauan_

Natuna_dengan_Singapura_dan_Malaysia_-_4 diakses pada 21 Juli 2019

ICAO,”Council States 20016-2019” tersedia di

https://www.icao.int/about-icao/Council/Pages/council-states-

2016-2019.aspx diakses pada 20 Juli 2019

Biro Komunikasi dan Informasi Publik. “Belum Terpilih sebagai Anggota Dewan

ICAO, Indonesia Terus Berbenah” Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia, 5 Oktober 2016 tersedia di

Page 108: UPAYA INDONESIA DALAM MENGAMBILALIH FLIGHT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49447/1/INDAHA... · ruang udara negara lainnya. Mengacu pada Konvensi Chicago 1944

xxii

http://dephub.go.id/post/read/belum-terpilih-sebagai-anggota-dewan-icao,-

indonesia-terus-berbenah Diakses pada 28 April 2019

Yoga Sukmana.”Cerita di Balik Keberhasilan Indonesia Tembus Kategori 1

Otoritas Penerbangan AS”

https://money.kompas.com/read/2016/08/10/134913726/cerita.di.balik.ke

berhasilan.indonesia.tembus.kategori.1.otoritas.penerbangan.as?page=all

diakses pada 28 April 2019

Kementrian Perhubungan,”Nilai Audit Keselamatan Penerbangan USOAP ICAO

Indonesia di atas Rata-Rata Dunia”

http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/3285 Diakses pada 28 April

2019

Peraturan:

Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and The

Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the

Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta

Flight Information Region

Keppres nomor 7 tahun 1996

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

VII/MPR/2000 Tahun 2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan

Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia

Konvensi Chicago 1944

Pasal 5, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009, tentang Penerbangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Keamanan dan Keselamatan

Penerbangan No.3 Tahun 2001, LN no.9 Tahun 2001, TLN No.4075