unud-786-1413682297-bab ii

36
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi (Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (Abrahamova & Hlavacka, 2008). Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan keseimbangan. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan. Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal, otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009). Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk

description

sistem keseimbangan

Transcript of unud-786-1413682297-bab ii

Page 1: unud-786-1413682297-bab ii

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium

baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi

(Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat

gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan

terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (Abrahamova & Hlavacka, 2008).

Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi

tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan

statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan keseimbangan.

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh

dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan.

Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system

somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal,

otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap

respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur

meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009).

Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam

menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah

posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan

pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas

balance board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk

Page 2: unud-786-1413682297-bab ii

10

mempertahankan posis pada waktu bergerak. keseimbangan bukanlah kualitas

yang terisolasi, namun mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai

kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan normal sehari-hari (Huxham et al.,

2001).

2.2 Fisiologi Keseimbangan

Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan kita

untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting adalah

proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi

bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006). Beberapa jenis reseptor

sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan ligamen memberikan tubuh

kemampuan untuk mengenali perubahan lingkungan baik internal maupun

eksternal pada setiap sendi dan akhirnya berpengaruh pada peningkatan

keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi klinis karena fakta

bahwa meningkatkan kemampuan keseimbangan pada atlet membantu mereka

untuk mencapai kinerja atletik yang unggul (Riemann et al., 2002a).

Proprioception dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan

sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting dalam

menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan

proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor. Meliputi integrasi

sensorik, motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam

mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem

sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang

terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat

Page 3: unud-786-1413682297-bab ii

11

dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptors sensorik khusus bertanggung

jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam

jaringan menjadi impuls saraf (Riemann et al., 2002b). Mereka yang bertanggung

jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan

kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit

(Riemann et al., 2002a).

Empat jenis utama dari mechanoreceptors yang membantu dalam

proprioception yaitu, termasuk reseptor Ruffini, reseptor Pacinian, Golgi-tendon-

organ (GTO), dan muscle spindle. Ruffini dan Pacinian reseptor berhubungan

dengan sensasi sentuhan dan tekanan pada umumnya terletak di kulit (Shier et al.,

2004). Reseptor Ruffini dianggap sebagai reseptor statis dan dinamis berdasarkan

ambang rendahnya, reseptor ini lambat-mengadaptasi karakteristik. Melalui

perubahan impuls tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis pada kulit

dan sangat sensitif terhadap peregangan (Rieman et al., 2002a). Reseptor

Pacinian, agak cepat beradaptasi, namun reseptor dengan ambang batas rendah

yang dianggap reseptor lebih dinamis (Rieman et al., 2002a). Sementara juga

sensor tekanan, reseptor Pacinian mendeteksi tekanan berat dan mengenali

perubahan percepatan dan perlambatan gerak (Shier et al., 2004). Golgi tendon

Organ dan muscle spindle mempunyai yang lebih besar untuk mengetahui posisi

sendi selama gerak. Pertama GTOs berada di persimpangan musculotendinous

dan bertanggung jawab untuk memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah

otot dari kelebihan beban (Brown et al., 2006). Terhubung ke satu set serat otot

Page 4: unud-786-1413682297-bab ii

12

dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki ambang batas yang tinggi

dan dirangsang oleh ketegangan otot yang meningkat.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di

tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami

gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance),

system indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular,

dan somatosensoris (tactile & proprioceptive).

Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan(Sumber : Vestibular disorders association, www.vestibular.org page 2 of 5)

2.2.1 Sistem Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,

dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga

bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk

merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut

endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat

kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat

Page 5: unud-786-1413682297-bab ii

13

menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan. Alergi makanan, Dehidrasi,

dan trauma kepala / leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui

refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat

obyek yang bergerak. kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke

nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus

tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio

retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Gambar 2.2 Sistem Vestibular(Sumber : Ensiklopedia Britannica, 1997)

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

formasi (gabungan reticular), dan cerebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju

ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang

menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga

membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

postural (Watson et al., 2008).

Page 6: unud-786-1413682297-bab ii

14

2.2.2 Sistem Visual

Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi

kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh

terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya.

Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan

yang terjadi dilingkungan sehingga system visual langsung memberikan informasi

ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar system musculoskeletal (otot &

tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

Pada gambar dibawah ini kita dapat melihat system visualisasi pada tubuh

manusia (Prasad et al., 2011).

Gambar 2.3 Sistem Visual(Sumber : Prasad And Galleta, 2011)

Page 7: unud-786-1413682297-bab ii

15

2.2.3 Sistem Somatosensori (Tactile & Proprioceptive).

Sistem Somatosensori mempunyai beberapa neuron yang panjang dan

saling berhubungan satu sama lainnya yang mana Sistem Somatosensori memiliki

tiga neuron yang panjang yaitu : primer, sekunder dan tersier (Pertama, Kedua,

dan Ketiga).

a. Primer Neuron (Pertama) memiliki badan sel pada dorsal root ganglion

didalam saraf spinal (area sensasi berada pada daerah kepala dan leher),

dimana bagian ini akan menjadi suatu terminal dari ganglia saraf trigeminal

atau ganglia dari saraf sensorik kranial lainnya).

b. Second Neuron (kedua) dimana neuron ini berada di medulla spinalis dan

brain stem dan meiliki sel tubuh yang baik. Akson neuron ini naik ke sisi

berlawan di medulla spinalis dan brain stem, (Akson dari banyak neuron

berhenti pada bagian thalamus (Ventral Posterior nucleus, VPN), dan yang

lainnya pada system retikuler dan cerebellum.

c. Third neuron (ketiga) Dalam hal sentuhan dan rangsangan nyeri, neuron

ketiga memiliki tubuh sel dalam VPN dari thalamus dan berakhir di gyrus

postcentralis dari lobus parietal.

Sistem somatosensori tersebar melalui semua bagian utama tubuh mamalia

(dan vertebrata lainnya). Terdiri dari reseptor sensori dan motorik (aferen) neuron

di pinggiran (kulit, otot dan organ-organ misalnya), ke neuron yang lebih dalam

dari sistem saraf pusat.

Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri

dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik seperti

Page 8: unud-786-1413682297-bab ii

16

sentuhan, temperatur, proprioception (posisi tubuh), dan nociception (nyeri).

Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan sendi, organ,

dan sistem kardiovaskular. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif

menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui

lemniskus medialis dan talamus (Willis Jr, 2007).

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat

indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan

ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain ,

serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Gambar 2.4 Sistem Somatosensori(Sumber :http://www.pc.rhul.ac.uk)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Keseimbangan dipengaruhi oleh banyak factor dibawah ini adalah factor

yang mempengaruhi keseimbangan pada tubuh manusia yaitu:

Page 9: unud-786-1413682297-bab ii

17

2.3.1 Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua

benda baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik

tengah benda tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk

mendistribusikan massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu

ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi

perubahan postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan

menyebabkan gangguan keseimbangan (Unstable). Titik pusat gravitasi selalu

berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of

gravity terletak di dalam dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika

berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat

gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada 1 inchi di depan vertebrae Sacrum 2.

(Bishop & Hay, 2009).

2.3.2 Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada

vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan

antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu).

Page 10: unud-786-1413682297-bab ii

18

Gambar 2.5 : Line Of Gravity(Sumber : http://sielearning.tafensw.edu.au)

2.3.3 Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Base of Support (BOS) merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,

tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area

bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya

berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.

Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin

tinggi (Wen Chang Yi et al., 2009).

2.3.4 Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secaca

statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang

kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot

kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik

seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya.

Page 11: unud-786-1413682297-bab ii

19

2.3.4.1 Proses terjadinya kontraksi otot.

Gambar 2.6 Kontraksi dan Relaksasi Otot(Sumber : Kuntarti, 2006).

Mekanisme kerja otot saat berkontraksi :

1. Muscular junction melepas asetilkolin ke motoric dan plate sehingga

terjadi potensial aksi pada membrane plasma sel otot. Asetilkoline

membuat ion Na+ dapat masuk ke membrane plasma sel otot sehingga

terjadi perubahan muatan yaitu depolarisasi.

2. Impuls elektrik disebarkan pada membrane plasma sel otot dan pada

serabbut sel otot melalui tubulus transverses.ion Na bersifat impermeable

terhadap membrane plasma sel otot sedangkan ion K bersifat permeable

terhadap membrane plasma sel otot. Sehingga dalam hal ini asetilkolin

diperlukan.

3. Ion Ca++ dilepaskan oleh reticulum sarkoplasma melalui terminal sisterna,

Ion Ca++ berikatan dengan troponnin (tnc). Tropomiosin bergeser binding

site bergeser membuka kepala myosin dan aktin.

Page 12: unud-786-1413682297-bab ii

20

4. cross bridge terjadi.

5. energi yang digunakan dari hidrolisis ATP – ADP, digunakan untuk

menggerakkan aktin ke pusat sarkomer, sehingga timbul kontraksi.

2.3.4.2 Mekanisme Otot ketika relaksasi

Relaksasi terjadi jika ion-ion Ca++ dipompa lagi masuk kedalam

reticulum sarkoplasma secara transport aktif dengan bantuan ATP , sehingga

binding site aktin kembali tertutupi oleh tropomiosin , cross bridge tidak dapat

terjadi.relaksasi terjadi.

Kekuatan otot yang lemah dapat menyebabkan terjadinya, contoh otot

punggung karena otot punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh yang

berada di pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang menyelimuti

perut, otot punggung termasuk dalam kategori core muscle atau otot pusat tubuh.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi

posisi tubuh.

2.4 Stabilitas Postural, Dan Keseimbangan Berdiri.

2.4.1 Stabilitas Postural

Informasi yang diperoleh didapat dari visual, vestibular, tactile dan

proprioceptive. Di dalam stabilitas postural terdapat yang namanya sistem untuk

mengontrol posture yaitu (Postural Kontrol) dimana penting dalam mempengaruhi

Page 13: unud-786-1413682297-bab ii

21

keseimbangan, beberapa komponen yang mempengaruhi postural control yaitu

dijelaskan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.7 Sistem Model Kontrol PosturalSumber : (Cheng, 2010)

Sistem control postural manusia sangat kompleks dengan interaksi rumit

antara sistem sensorik, saraf dan motorik. Analisis terbaru mengenai kontrol

postural saat berdiri (Cheng, 2010). Ada dua teori utama dari kontrol postural:

2.4.1.1 Teori Reflex / Hirarkis

Menurut teori ini postur dan keseimbangan dihasilkan dari respon refleks

hirarki terorganisir yang dipicu oleh input sensorik. Sherrington adalah yang

pertama untuk menunjukkan teori ini pada tahun 1910. Dia mengamati bahwa

bahkan setelah memotong sumsum tulang belakang di daerah leher - yang

mencegah sumsum tulang belakang untuk menerima sinyal dari otak, hewan

laboratorium masih bisa berjalan ketika mereka ditempatkan pada treadmill.

Observasi ini dijelaskan oleh adanya hipotetis saraf terstruktur disebut generator

Page 14: unud-786-1413682297-bab ii

22

pola sentral dalam sumsum tulang belakang yang menghasilkan kegiatan otot

ritmik berdasarkan sinyal aferen dari proprioceptors (Cheng, 2010).

2.4.1.2 Teori Sistem

Berdasarkan Teori ini stabilitas postural tidak hanya dipengaruhi oleh

sistem Indra saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sistem antara lain, sistem

musculosceletal, sistem neuromuscular, sistem sensory, dan sistem adaptive

(Cheng, 2010).

2.4.2 Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga

pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas

bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain

(misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari

tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan

somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitivity

(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu

masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi

informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi

sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk

respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan

gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan

otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur

keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Page 15: unud-786-1413682297-bab ii

23

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,

menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.

Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan

renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak

sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak

postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin.

Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh,

yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari

permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah

telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah

ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar

dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki

selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun

posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat

bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah

kelelahan.

2.4.3 Gangguan keseimbangan

Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang,

dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar. Sebuah

organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam

mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem yang bekerja didalam tubuh

Page 16: unud-786-1413682297-bab ii

24

yaitu (sistem vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh

seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh yang

mana sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi

masalah keseimbangan (Boese, 2011).

2.4.4 Penyebab Gangguan Keseimbangan

Penyebab gangguan keseimbangan adalah disebabkan oleh infeksi virus,

bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang

mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak, factor usia, dan gangguan

vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada labyrinth, gangguan vestibular

pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang

menghubungkannya.

2.4.5 Tanda Dan Gejala

1. Sensasi pusing (dizziness).

2. Vertigo (spinning) Mata berputar-putar.

3. Penglihatan kabur.

4. Disorientasi beberapa penderita mengalami mual, muntah, diare,

perubahan denyut jantung (HR) dan tekanan darah (BP). Beberepa reaksi

terhadap symptom ini yaitu kelelahan, depresi, dan penurunan konsentrasi.

2.5 Aktivitas Fisik

Inaktivitas fisik merupakan faktor resiko penting pada banyak penyebab

kematian, morbiditas kronis, dan kecacatan (BRFS, 2001). Aktivitas fisik yang

kurang juga merupakan masalah kesehatan dunia yang umum, dan merupakan

sebagai prioritas dunia kesehatan internasional. Fakta disertai bukti yang jelas

Page 17: unud-786-1413682297-bab ii

25

mengenai adanya hubungan inaktivitas terhadap banyak peningkatan resiko

penyakit-penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, stroke dan juga penyakit

kanker (Roux et al., 2008). Diantara hal tersebut ada faktor resiko yang

mempengaruhi yaitu seperti obesitas, dyslipidemia, diabetes tipe 2 dan leukemia

(Sakuta & Suzuki, 2005).

Seseorang yang menghabiskan sedikit waktunya untuk melakukan

aktivitas fisik dalam sehari dibanding dengan orang yang aktif memiliki tingkat

METs yang rendah dan memiliki lebih banyak lemak tubuh (Laurien et al., 2008).

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang

bermakna. Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik

yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot (Utari, 2007).

Aktivitas fisik juga merupakan parameter tingkat kesehatan seseorang.

Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan mutlak diperlukan agar

terlindungi dari dampak negatif penyakit-penyakit non-infeksi di atas. Aktivitas

fisik ini dapat dilihat pengaruhnya terhadap faktor-faktor seperti kondisi

metabolik, dan tingkat berat badan dan gangguan metabolisme (Vouri, 2004).

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Indonesia (Promkes, 2009) Aktivitas

fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga

yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Aktivitas fisik dan latihan dapat mempengaruhi keseimbangan, postural

stability dan lain-lain hal ini ditunjukkan oleh gambar dibawah ini :

Page 18: unud-786-1413682297-bab ii

26

Gambar 2.8 Pengaruh Aktivitas Fisik Dan ExerciseSumber : (Skelton, 2001)

2.5.1 Kriteria Dan Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik.

Ada 3 macam kriteria, dan pengukuran tingkat aktivitas fisik yang dapat

kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu :

2.5.1.1 Aktivitas Fisik Rendah

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung,

paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat tubuh lebih

bertenaga, contohnya :

a. Berjalan kaki

b. Lari ringan

c. Berenang dan senam

d. Berkebun dan kerja di taman.

Page 19: unud-786-1413682297-bab ii

27

2.5.1.2 Aktivitas Fisik Sedang

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan

lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan

baik. Contohnya:

a. Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan,

lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki.

b. Senam taichi atau yoga

c. Mencuci pakaian dan mobil

d. Mengepel lantai.

2.5.1.3 Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot

tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan

mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan

terhadap penyakit seperti osteoporosis, contohnya :

a. Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari

kecelakaan

b. Naik turun tangga

c. Angkat berat/beban

d. Membawa belanjaan

e. Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)

2.5.1.4 Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik diukur oleh 2 variabel: frekuensi (berapa kali atau

berapa jam seseorang bekerja dalam seminggu), dan durasi (berapa lama

Page 20: unud-786-1413682297-bab ii

28

seseorang melakukan pekerjaan tiap minggunya). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan kriteria aktivitas fisik dibagi menjadi 3 bagian yaitu (IPAQ).

a. Aktivitas fisik rendah: Tidak ada aktivitas yang dilaporkan atau beberapa

aktivitas dilaporkan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kategori.

b. Aktivitas Fisik Sedang.

Memenuhi salah satu dari 3 kriteria berikut :

1. 3 hari atau lebih intensitas aktivitas setidaknya 20 menit per hari.

2. 5 hari atau lebih aktivitas intensitas sedang dan / atau berjalan setidaknya

30 menit per hari.

3. 5 hari atau lebih dari kombinasi berjalan, aktivitas intensitas sedang atau

kuat intensitas mencapai minimal setidaknya 600 MET-menit/minggu.

c. Aktivitas Fisik Berat:

Memenuhi salah satu dari 2 kriteria berikut

1. Aktivitas fisik setidaknya 3 hari intensitas kuat dan mengumpulkan

minimal 1500 MET-menit/minggu.

2. 7 hari atau lebih dari kombinasi berjalan, aktivitas sedang atau intensitas

berat mengumpulkan setidaknya 3000 MET-menit/minggu.

Pengukuran tingkat aktivitas fisik menggunakan standart dari

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Dimana menggunakan

perhitungan akumulasi waktu dalam seminggu dengan kriteria data frekuensi

beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk 10 tahun ke atas.

Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan ‘cukup’ apabila kegiatan dilakukan terus-

menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara

Page 21: unud-786-1413682297-bab ii

29

kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Selain frekuensi,

dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah hari melakukan

aktivitas ‘berat’, ‘sedang’ dan ‘berjalan’. Perhitungan jumlah menit aktivitas fisik

dalam seminggu mempertimbangkan pula jenis aktivitas yang dilakukan, di mana

aktivitas diberi pembobotan, masing-masing untuk aktivitas ‘berat’ empat kali,

aktivitas ‘sedang’ dua kali terhadap aktivitas ‘ringan’ atau jalan santai.

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat kesehatan seseorang (Vouri, 2004) dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti faktor sosiodemografi, psikologi, dan pengetahuan mengenai kesehatan

(Loitz et al., 2009).

Pola aktivitas fisik dalam suatu kelompok masyarakat sangat tergantung

pada pola spesifik dari kehidupan di populasi tersebut yang dipengaruhi oleh

sosial, ekonomis, geografis dan segi hidup beragama. Pola aktivitas fisik ini akan

berbeda di berbeda daerah dan berbeda di setiap budaya (Bull et al, 2010).

Parameter dari faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas fisik dapat dilihat

dari tabel di bawah ini :

Page 22: unud-786-1413682297-bab ii

30

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Aktivitas Fisik

(Sumber : Bull et al., 2010. www.ihppthaigov.net)

Populasi dengan prevalensi tingginya inaktivitas fisik merupakan salah

satu tanda keseluruhan kesehatan masyarakat dari gaya hidup kesehatan yang

tidak baik.

Beberapa studi memasukkan faktor umur, jenis kelamin dan merokok.

Faktor tersebut merupakan faktor resiko yang sama dengan pemeriksaan obesitas.

Hal ini menunjukkan adanya pertimbangan antara peran aktivitas fisik terhadap

berat badan. Studi kepustakaan yang ada terdiri dari studi observasi secara luas

menunjukkan bahwa tingkah laku aktivitas fisik selama hidup mengganggu

peningkatan berat badan secara normal yang sangat berhubungan dengan

peningkatan usia, dan patisipasi dari beberapa kegiatan dapat membawa kepada

pengaturan berat badan atau bahkan dapat mengurangi berat badan (Bull et al,

2010). Kelebihan berat badan ditandai dengan naiknya IMT, dimana jika IMT

meningkat akan mempengaruhi tingkat keseimbangan tubuh seseorang dan akan

menimbulkan resiko terjatuh yang tinggi (Emily et al., 2008). Dari semua

Kategori Potensi Parameter yang BerhubunganDemografi

EkonomiSosioekonomiGeografi

KlimatologiPekerjaan

Konsumsi energi/hasil emisi

Data statistic

Populasi NegaraPopulasi DaerahPersentasi UrbanisasiCiri kepadatan Populasi yang dirasakan olehindividuPendapatan PerkapitaPersentasi edukasi akhirSub regionLuas area yang dimilikiRata-rata temperature tahunanPersentasi di sektor petanianPersentasi di sektor industriPersentasi di sektor pelayananMobil per seribu populasiEmisi karbon dioksida yang dihasilkanKualitas prevalensi data

Page 23: unud-786-1413682297-bab ii

31

pembahasan yang ada ternyata aktivitas fisik dapat mempengaruhi stabilitas

postural pada orang dewasa dan orangtua (Hue, 2004).

2.6 Berat Badan Berlebih dan IMT

Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui yaitu obesitas, overweight,

dan obesitas sentral. Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat). Cara

pengukurannya akan diterangkan kemudian. Overweight adalah peningkatan berat

badan relatif apabila dibandingkan terhadap standar.

2.6.1 Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, IMT tidak bias digunakan untuk anak-anak,

bayi baru lahir, dan wanita hamil khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

dan kelebihan berat badan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut

WHO 2003 :

Berat Badan (Kg)IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Keterbatasan IMT tidak bisa membedakan berat seseorang yang berasal

dari lemak, serta sistem musculosceletal (otot, dan tulang). IMT juga tidak dapat

melihat atau mengidentifikasi pendistribusian dari lemak tubuh. Dari beberapa

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa standar cut off point untuk

mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin tidak menggambarkan risiko

yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras atau kelompok etnis

(Koski, 2001).

Page 24: unud-786-1413682297-bab ii

32

Kriteria IMT digunakan standart dari WPRO yaitu bagi orang Asia,

dengan nilai normal yaitu 18,5-22,9. Untuk kepentingan di Indonesia, maka

karena wilayah indonesia termasuk dalam kategori wilayah ASIA maka

digunakan kriteria untuk orang asia adalah sebagai berikut :

Table 2.2 Kriteria Indeks Massa Tubuh

WPRO 2000 IMT UNTUK REGIONAL ASIAKlasifikasi Berat Tubuh (Kg/m2)

Kurus <18.5Normal 18.5 – 22.9

Kelebihan berat 23 – 24.9Obesitas I 25 – 29.9Obesitas II >30

Sumber : (Annuurad Erdembileg et al., 2003)

Berdasarkan hasil penelitian ternyata IMT yang tinggi pada kriteria

overweight 23-24.9 Kg/m2 mempengaruhi tingkat keseimbangan seseorang. Dan

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Greve et al., 2007) didapatkan

korelasi yang tinggi antara IMT dengan keseimbangan pada usia 20-40 tahun.

2.7 Standing Stork Test (SST).

Standing Stork Test atau yang biasa disebut one leg stand (berdiri dengan

satu kaki) adalah alat ukur untuk mentest kemampuan keseimbangan static atlet

saat berdiri satu kaki dengan mata tertutup. Untuk tes keseimbangan fungsional

Standing Stork Test umumnya dipakai sebagai gold standart dibandingkan test

keseimbangan lainnya pada usia 15-30 tahun seseorang mampu berdiri dengan

satu kaki dengan rata-rata tertinggi 26-39 detik (Cambridge university fitness test

card, 2012).

Page 25: unud-786-1413682297-bab ii

33

Tabel 2.3 Standing Stork Test

Fitness Level Pria & WanitaExcellent >50 detik

Good 40-49 detikHigh Average 26-39 detikLow Average 11-25 detik

Poor <10 detik(Sumber : Evaluating Health Related Fitness Workbook (Cambridge University) Hal : 9

Berdasarkan hasil penelitian (Hessari et al., 2012) ternyata core stability

dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia, dan juga atlet untuk

meningkatkan performa, berdasarkan penelitian (Mc Guine & Keene, 2006)

latihan balance board ternyata juga dapat membantu mencegah terjadinya cidera

dan mencegah resiko jatuh pada lansia, dan mencegah injury serta meningkatkan

performa athlete.

2.8 Balance board

Pada awalnya balance board diproduksi untuk pemain ski dan peselancar

untuk melatih kemampuan mereka di off season dan pada malam hari, balance

board adalah sebuah perangkat papan keseimbangan yang digunakan untuk

pelatihan olahraga dan seni bela diri, untuk kebugaran fisik dan non-atletik

(Aaltonen et al., 2007).

Balance board Exercise adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan

keseimbangan, pelatihan athletic, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain

untuk pengembangan diri. Alat ini sama halnya seperti tuas (pengungkit) dimana

kaki kiri dan kanan pengguna berada disamping papan, dan tubuh pengguna harus

berdiri tegak dan hindarkan papan atau kaki kita jatuh menyentuh lantai.

Page 26: unud-786-1413682297-bab ii

34

Balance board digunakan untuk melatih keseimbangan tidak hanya pada

usia muda tetapi pada usia tua agar terhindar dari terjatuh, untuk koordinasi

keterampilan motorik, weight distribution, core strength, mencegah cedera

olahraga, terutama pergelangan kaki dan lutut, rehabilitasi setelah cedera pada

beberapa bagian tubuh (Reynolds, 2010).

Penggunaan papan keseimbangan yang jauh dari tujuan atletik awalnya

perlahan lahan digunakan secara umum, untuk memperluas jaringan saraf yang

memungkinkan belahan otak kiri dan kanan saling berkomunikasi satu sama lain,

sehingga meningkatkan efisiensi, untuk mengembangkan sensori integrasi dan

keterampilan kognitif pada anak-anak dengan gangguan perkembangan, untuk

membuat penari lebih lincah pada kaki mereka saat menari, pada penyanyi postur

yang optimal untuk mengontrol aliran udara, Musisi cara memegang instrumen

mereka, sebagai aksesori untuk yoga dan sebagai bentuk yoga, kesehatan holistik,

kesadaran dan ketenangan diri (Mc Guine & Keene, 2006).

2.8.1 Tipe Balance board

Ada lebih dari seratus model balance board di pasar Amerika Serikat.

Masing-masing adalah versi dari salah satu dari sekitar lima belas jenis balance

board. Masing-masing model dan jenis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu

dari empat jenis dasar balance board menurut dua parameter biner yaitu apakah

titik tumpu melekat pada papan dan apakah papan miring hanya dalam dua arah

yang berlawanan (kiri dan kanan atau ke depan dan belakang ) atau di setiap arah

360 derajat (Maisel, 2008).

Page 27: unud-786-1413682297-bab ii

35

Tabel 2.4 Tipe Balance board

Bipolar 360 derajat FungsiTerpasang Rocker Wobble Static Balance

Tidakterpasang Rocker-roller Sphere dan Ring Dynamic Balance

(Sumber : Maisel, 2008)

2.8.1.1 Rocker Board

Rocker board merupakan papan keseimbangan yang paling dasar, dimana

titik tumpu (fulcrum) melekat pada bagian bawah papan. Dalam beberapa model

titik tumpu tegak lurus terhadap panjang papan dan model-model lain titik tumpu

adalah dua rocker yang sejajar satu sama lain dan sejajar dengan panjang papan,

satu di depan orang yang berdiri di papan dan satu di belakang. Rocker board

hanya menawarkan satu derajat gerakan: rotasi bagian sumbu longitudinal yaitu

(miring kiri dan kanan). Papan rocker kebanyakan dibuat oleh produsen mainan

atau peralatan olahraga.

2.8.1.2 Rocker Roller Board

Rocker roller board sama dengan rocker board hanya saja titik tumpu

tidak melekat dengan papan, dan titik tumpu berupa roda yang dapat berputar kiri

dan kanan papan, rocker roller board lebih sulit digunakan dan lebih menantang

keseimbangan seseorang dibandingkan dengan rocker board (Reynolds, 2010).

Gambar 2.9 : Rocker Roller Board(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Balanceboard)

Page 28: unud-786-1413682297-bab ii

36

2.8.1.3 Sphere and Ring Board

Sphere and ring board merupakan balance board dimana titik tumpu

(fulcrum) menggunakan bola, dan dibagian bawah papan terdapat ring agar bola

tidak keluar jauh dari papan. Sphere and Ring board memberikan kebebasan

terbesar dari setiap jenis papan keseimbangan, dan jenis ini merupakan yang

paling sulit digunakan.

2.8.1.4 Wobble Board

Titik tumpu dari semua wobble board berbentuk setengah lingkaran atau

semi bola, hal ini dapat memungkinkan papan dapat bergerak ke segala arah,

maju-mundur, kiri dan kanan berputar 3600. Wobble board banyak digunakan

untuk perkembangan anak, gymnasium, latihan olahraga, mencegah terjadinya

cidera pada ankle dan knee, proses rehabilitasi setelah cidera ankle, knee, dan hip,

serta digunakan sebagai alat physiotherapy (Waddington et al., 2004).

Latihan penggunaan wobble board adalah letakkan kedua kaki diatas

papan kemudian miringkan ke kiri dan kekakan, putar, dan usahakan agar tetap

seimbang agar pinggir papan, dan kaki tidak jatuh menyentuh tanah. Wobble

board banyak digunakan oleh gym, olahraga, dan fisioterapi untuk melatih

keseimbangan pasien.

Page 29: unud-786-1413682297-bab ii

37

Gambar 2.10 : Wobble Board(Sumber : www.technogym.com/media/immagini/1323_wobble_board.jpg)

Pada penelitian ini digunakan balance board jenis wobble board

dikarenakan balance board jenis ini lebih efektif untuk melatih keseimbangan,

dan biasanya jenis papan ini lebih banyak digunakan oleh fisioterapi, dan

instruktur olahraga untuk melatih keseimbangan atlet agar terhindar dari cidera

ankle. Latihan wobble board selama 5 minggu dapat meningkatkan keseimbangan

dan juga cidera ankle pada atlet (Waddington et al., 2004).

2.8.2 Tujuan, dan Manfaat Latihan Balance board

Balance board dapat menyebabkan patah tulang, sparin joints, merusak

tendon, ligament dan cartilage (tulang rawan sendi). Pada saat latihan resiko dapat

dicegah dan diminimalisir dengan meniapkan space yang besar, mengenakan alat

pelindung, dan mengikuti instruksi penggunaan balance board. Resiko dapat

diminimalisir dengan membersihkan dari area balance board benda-benda yang

dapat membahayakan, dan dipastikan permukaan yang digunakan lembut.

Berdiri atau latihan di atas papan keseimbangan sangat berbahaya bagi

orang yang rentan terhadap pusing atau keseimbangan yang terganggu, misalnya

sedang di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.

Page 30: unud-786-1413682297-bab ii

38

2.8.2.1 Tujuan Latihan Balance board

Tujuan dari balance board exercise adalah untuk melatih secara bertahap

anggota gerak bawah seperti, ankle, knee, dan hip agar menjadi lebih kuat dan

reaktif. Yang pada saatnya akan meningkatkan fungsi, mengurangi nyeri lutut,

memperlambat penuaan sendi, meningkatkan keseimbangan dan membantu

mencegah cedera pada akhirnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Reynolds, 2010) Ternyata

latihan balance board juga dapat membantu menguatkan otot-otot core, bukan

hanya otot core saja tetapi dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah,

latihan balance board sangat membantu dalam mencegah terjadinya cidera serta

dapat meningkatkan performa atlet, dan menjaga stabilitas postural.

2.8.2.2 Meningkatkan Kemampuan Tactile & Proprioception

Tujuan dari latihan balance board adalah untuk meningkatkan

proprioception seseorang. Proprioceptive adalah persepsi sendi saat berada di

ruang bebas dan terjadi pergerakan. pada saat menutup mata, seseorang masih

dapat menyentuh ujung hidung dengan jari telunjuk. Melalui reseptor saraf di

dalam sendi tubuh manusia, manusia dapat mengetahui yang sedang dilakukan.

Contoh lain dari fungsi proprioceptive adalah kemampuan untuk beradaptasi

dengan tanah pada saat berjalan. Reseptor saraf dalam sendi pergelangan kaki

menginformasikan ke otak tentang struktur tanah, gundukan kecil dan lubang,

memungkinkan seseorang untuk berjalan dengan cara yang halus. Memiliki sistem

proprioseptif yang efisien memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dengan cara

halus dengan lingkungannya. Kurangnya aktivitas fisik atau cedera sendi dapat

Page 31: unud-786-1413682297-bab ii

39

mempengaruhi kualitas proprioceptive kita. Untungnya, hal ini dapat dilatih

melalui latihan yang tepat (Mc Guine & Keene, 2006).

2.8.2.3 Meningkatkan kemampuan vestibular

Tidak hanya meningkatkan proprioceptive saja latihan balance board juga

melatih kemampuan vestibular dimana, saat kita berada di atas balance board

maka terjadi mekanisme bahwa didalam system vestibular terdapat reseptor

berupa cairan bernama endolymph saat kepala bergerak atau berpindah. Reseptor

ini yang akan memberikan informasi ke Cerebellum dan basal ganglia sehingga

tubuh akan melakukan gerakan kompensasi agar tetap stabil (seimbang).

Balance board memiliki tujuan untuk menantang keseimbangan dan

memaksa kita untuk melatih proprioceptive & vestibular. Hal yang menarik saat

sudah berlatih keseimbangan dengan menggunakan papan keseimbangan adalah

akan terus berlatih sampai merasa bahwa kita dapat bertahan diatas papan

keseimbangan, sehingga tanpa disadari keseimbangan dapat meningkat dan dapat

terhindar dari cidera (Verhagen et al, 2004).

2.9 Core Stability

Core stability berhubungan dengan bagian tubuh yang dibatasi oleh

dinding perut, pelvis, punggung bagian bawah dan diafragma serta

kemampuannya untuk menstabilkan tubuh selama gerakan. Otot-otot utama yang

terlibat meliputi transversus abdominis, obliques internal dan eksternal,

Quadratus lumborum dan diafragma. Diafragma adalah otot utama untuk

menghirup napas pada manusia dan lain sebagainya, sangat penting dalam

Page 32: unud-786-1413682297-bab ii

40

memberikan kekuatan core stability saat bergerak dan mengangkat beban

(Ludmilla et al. 2003).

Core stability merupakan salah satu faktor penting dalam postural set.

Dalam kenyataanya core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol

atau mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh diantaranya: head and

neck alignment, alignment of vertebral column thorax and pelvic

stability/mobility, ankle dan strategi hip (Barr et al., 2005). Core stability

merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan

keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi et al.,

2012).

Latihan core stability akan membatu memelihara postur yang baik dalam

melakukan gerak serta menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan

tungkai. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan stabilitas postur (aktifasi

otot core stability) yang optimal, maka mobilitas pada ektremitas dapat dilakukan

dengan efisien. Menurut (Kibler, 2006), Peningkatan pola aktivasi core stability

juga menghasilkan peningkatan level aktivasi pada ekstremitas atau anggota gerak

sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan

ekstremitas.

Core stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang. Dalam

mempertahankan stabilitas semua bidang gerak otot-otot teraktifasi dalam pola

yang berbeda dari fungsi utamanya. Diantaranya Otot Quadratus Lumborum

fungsi utamanya sebagai stabilisator saat aktifasi dari bidang frontal. Aktivasi

Otot Quadratus Lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi, ektensi dan

Page 33: unud-786-1413682297-bab ii

41

lateral fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak, sehingga membuatnya

lebih dari sekedar stabilisasi pada bidang frontal.Salah satu sumber dari otot-otot

core adalah diafragma, kontraksinya terjadi secara simultan dari diafragma

(Kahle, 2009).

Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan Intra

Abdominal Pressure (IAP) dan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang

thrunk, menurunkan beban pada otot-otot spine dan meningkatkan stabilitas

thrunk. Kontribusi diaphragma pada Intra Abdominal Pressure (IAP) penting

sebelum menginervasi gerakan-gerakan dari extermitas atau anggota gerak,

sehingga thrunk menjadi stabil. Pada akhir komponen yang terpenting pada thrunk

terhadap otot core adalah otot pelvic floor karena kesulitan untuk menilai otot ini

secara langsung sehingga sering diabaikan. Sedangkan pada otot abdominal yang

terdiri dari Otot Tranversus Abdominalis, Internal Obliques, External Obliques

dan Rectus Abdominalis. Kontraksi Tranversus Abdominalis meningkatkan Intra

Abdominal Pressure (IAP) dan tekanan fascia thorakolumbal.

Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid cylinder yang

meningkatkan kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot Rectus Abdominalis

dan Oblique abdominal mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan penting

terhadap gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support

sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang

meningkatkan tekanan Intra Abdominal terjadi sebelum inisiasi gerakan segmen

yang besar pada anggota gerak atas (Hopkins, 2009).

Page 34: unud-786-1413682297-bab ii

42

Dalam hal ini, spine (core of the body) terjadi stabilisasi sebelum adanya

gerakan-gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat angggota gerak

menjadi lebih stabil dalam melakukan gerakan dan akfitas otot. Pada sebagian

kecil, short muscle seperti Otot Multifidus yang memberikan stabilisasi otot-otot

pada single joint maupun multiple joint berfungsi untuk bekerja lebih efisien

dalam mengontrol gerakan spine.

Secara klinis dapat dilihat bahwa dengan hanya sebuah peningkatan kecil

dalam mengaktifkan Otot Multifidus dan Abdominal membuat segmen spinal

menjadi stiffness (Maksimal kontraksi volunter pada aktivitas sehari-hari sekitar

5% dan 10% sebagai maksimal kontraksi volunter untuk aktivitas tertentu). Pola

aktivasi sinergis yang meliputi otot-otot abdominalis, diaphragma dan pelvic floor

memberikan base of support pada seluruh thrunk dan otot spinalis. Dalam

membentuk base of support yang baik juga dipengaruhi gabungan struktur hip dan

pelvic dari keduanya. Hip dan pelvic terdapat gabungan otot-otot besar pada

daerah crosssectional. Seperti halnya Otot Gluteus merupakan stabilisator dari

thrunk sampai kedasar kaki dan menyediakan power untuk gerakan melangkah

kedepan. Area hip atau thrunk juga mengkontribusi sekitar 50% energi kinetik dan

force sepenuhnya untuk gerakan mengayun (Fredericson et al., 2005).

Pada latihan core stability dikenal ada yang disebut dengan kinetik chain yang

bekerja pada saat:

a. Kontrol secara optimal

b. Mendistribusikan tekanan yang merata

c. Mengefisienkan semua gerakan secara optimal

d. Tanpa latihan yang berlebihan

Page 35: unud-786-1413682297-bab ii

43

e. Tanpa melakukan gerakan yang berlebihan/penekanan

f. sendi dalam keadaan stabil

g. kontrol neuromuscular

Dalam core stability ini selalu melibatkan tiga sistem antara lain:

a. Sistem Otot

b. Sistem Persendian

c. Sistem Saraf

Dan bukan hanya itu setiap melakukan gerakan selalu melibatkan 3 bidang

gerak artinya apabila melakukan gerak kesalah satu bidang gerak tubuh maka otot

yang bekerja tidak hanya pembentukan gerakan tersebut tapi dibantu oleh otot

yang berada disekitar bidang gerak tersebut misalnya:gerakan flexi trunk dibentuk

oleh rektus abdominis, obliques internus abdominis,obligus externus abdominis,

psoas mayor, psoas minor, tapi dibantu juga otot gluteus maximus. Dan bukan itu

saja dalam dalam core stabity ini pada prinsipnya menghasilkan penguatan dan

penguluran, misalnya flexi trunk otot otot agonisnya akan mengalami penguatan

sedangkan antagonis mengalami penguluran begitu juga sebaliknya pada sat

extensi trunk otot antagonisnya mengalami penguatan sedangkan agonisnya

mengalami penguluran.

2.9.1 Manfaat Latihan Core Stability

Melatih otot core juga dapat menkoreksi ketidakseimbangan postur yang

mana dapat meningkatkan penampilan saat berjalan dan mencegah terjadinya

cidera (Dasmanesh et al., 2012).

Page 36: unud-786-1413682297-bab ii

44

Core stability memiliki banyak manfaat yaitu :

Kemampuan fungsional menjadi lebih baik untuk membantu

meningkatkan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Peningkatan kinerja dalam olahraga (berenang, sepeda dan lari).

Pengurangan risiko cedera.

Latihan core stability yang teratur minimal 3 minggu sudah dapat

meningkatkan keseimbangan, dan agar lebih baik dilakukan selama 6 minggu,

berdasarkan penelitian sebanyak 15 pria dan wanita yang mengalami gangguan

keseimbangan dilatih core stability ternyata setelah 6 minggu latihan terdapat

hasil yang signifikan (Kahle, 2009).