unud-289-132011422-tesis - MULTINASIONAL.pdf

116
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan secara umum bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tujuan ini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan yang menjalankan bisnis domestik, tetapi juga perusahaan yang menjalankan bisnis internasional. Bahkan beberapa perusahaan telah mengembangkan bisnis internasional sebagai sarana untuk menambah nilai mereka. Hal ini disebabkan karena pasar asing dapat memberikan peluang untuk memperbaiki arus kas perusahaan. Sebagai akibatnya, banyak perusahaan telah berubah menjadi perusahaan multinasional (MNC), yang didefinisikan sebagai perusahaan yang terlibat dalam berbagai bentuk bisnis internasional. Perusahaan multinasional biasanya memperoleh dana jangka panjang dengan menarik dana dari investor asing dengan menjual saham di pasar modal. Investor yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas di pasar modal dengan harapan memperoleh pengembalian (return). Perkembangan harga saham perusahaan tertentu mencerminkan nilai perusahaan tersebut sesuai penilaian para investor, sedangkan return saham merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atau investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham maupun dengan memanfaatkan saran yang diberikan oleh

Transcript of unud-289-132011422-tesis - MULTINASIONAL.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan secara umum bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan

pemegang saham. Tujuan ini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan yang

menjalankan bisnis domestik, tetapi juga perusahaan yang menjalankan bisnis

internasional. Bahkan beberapa perusahaan telah mengembangkan bisnis

internasional sebagai sarana untuk menambah nilai mereka. Hal ini disebabkan

karena pasar asing dapat memberikan peluang untuk memperbaiki arus kas

perusahaan. Sebagai akibatnya, banyak perusahaan telah berubah menjadi

perusahaan multinasional (MNC), yang didefinisikan sebagai perusahaan yang

terlibat dalam berbagai bentuk bisnis internasional.

Perusahaan multinasional biasanya memperoleh dana jangka panjang dengan

menarik dana dari investor asing dengan menjual saham di pasar modal. Investor

yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai

sekuritas di pasar modal dengan harapan memperoleh pengembalian (return).

Perkembangan harga saham perusahaan tertentu mencerminkan nilai perusahaan

tersebut sesuai penilaian para investor, sedangkan return saham merupakan

tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atau investor atas suatu investasi

yang dilakukannya. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh

return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku

perdagangan saham maupun dengan memanfaatkan saran yang diberikan oleh

2

para analis pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi dan lain-lain.

Salah satu cara yang digunakan oleh investor ialah dengan mempelajari kinerja

saham yang dapat dilihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang meningkat, menunjukkan

kinerja saham yang semakin membaik. Hal tersebut akan memberikan peluang

pada investor untuk memperoleh return yang besar.

Sumber: Data diolah- www.idx.co.id

Gambar 1.1 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dalam Rupiah Juli 2009-Juli

2010

Pada Gambar 1.1 di atas, terlihat Indeks Harga Saham Gabungan yang

memiliki tren meningkat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami

peningkatan dari 2.549,03 pada bulan Februari 2009 menjadi 2.777,30 pada bulan

Maret 2009. Kemudian pada bulan April 2009, IHSG mencapai 2.971,25. Posisi

IHSG tertinggi dicapai pada bulan Juli 2010, yaitu pada posisi 3.069,28.

Pergerakan Indeks Harga Saham yang meningkat periode Juli 2009- Juli 2010

menunjukkan kondisi pasar modal yang membaik.

3

Tingkat keuntungan (return) yang diharapkan oleh investor berkaitan dengan

risiko. Hubungan return dan risiko searah dan linier, artinya semakin besar return

yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Dengan

kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi,

berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu tidak relevan

mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi pada aset

yang menawarkan return paling tinggi, karena harus juga mempertimbangkan

tingkat risiko yang harus ditanggung. Investasi selalu mengandung unsur risiko,

karena perolehan (return) yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang

akan datang. Risiko investasi yang paling perlu diperhatikan ialah risiko

sistematis. Hal ini dikarenakan risiko sistematis tidak dapat dikurangi dengan

mendiversifikasi investasi dan risiko sistematis berdampak pada semua jenis

saham.

Selain risiko sistematis, return saham perusahaan juga sangat dipengaruhi

oleh perubahan kondisi nilai tukar. Menurut Ross dalam detikcom (2010), dari

pandangan makro, kurs dolar AS yang terus melemah, memberikan kenaikan pada

sejumlah saham multinasional dan mendorong permintaan komoditas

berdenominasi Rupiah. Perubahan kondisi nilai tukar Rupiah per Dollar AS

memberikan pengaruh yang besar terutama pada harga saham perusahaan

multinasional (MNC) di Bursa Efek Indonesia.

Menurut Tandelilin (2010), salah satu faktor ekonomi makro yang

berpengaruh terhadap investasi di suatu negara ialah nilai tukar. Kondisi nilai

tukar Rupiah per Dollar AS digunakan sebagai sinyal oleh investor untuk

melakukan aktivitas menjual atau membeli saham. Perubahan nilai tukar Rupiah

4

per Dollar AS akan berpengaruh pada harga barang impor. Melemahnya nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar AS akan mengakibatkan harga barang impor

meningkat. Kenaikan harga barang impor tersebut akan meningkatkan biaya

produksi perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor serta

mengurangi keuntungan atau laba yang akan diperoleh perusahaan berkurang.

Menurunnya laba suatu perusahaan merupakan sinyal bagi investor bahwa kinerja

perusahaan tersebut menurun. Menurunnya kinerja perusahaan akan menurunkan

kepercayaan investor untuk menginvestasikan dananya pada saham perusahaan

tersebut serta beralih ke saham perusahaan lain. Hal tersebut mengakibatkan harga

saham menurun, akibatnya return saham tersebut juga menurun.

Tabel 1.1 Perbandingan Kondisi Nilai Tukar USD dengan IHSG periode Juli 2009-

Juli 2010 Periode Nilai Tukar Rupiah per

USD (dalam Rupiah) IHSG

(dalam Rupiah) Juli 2009 9.920 2.323 Agustus 2009 10.060 2.342 September 2009 10.401 2.468 Oktober 2009 9.983 2.368 November 2009 9.970 2.416 Desember 2009 9.958 2.534 Januari 2010 9.775 2.611 Februari 2010 9.848 2.549 Maret 2010 9.674 2.777 April 2010 9.527 2.971 Mei 2010 9.683 2.797 Juni 2010 9.648 2.914 Juli 2010 9.550 3.069

Sumber: www.bi.go.id, www.idx.co.id

Pada Tabel 1.1, terlihat nilai tukar Rupiah per USD memiliki tren yang

meningkat atau dengan kata lain Rupiah menguat. Terlihat fenomena nilai tukar

Rupiah mengalami penguatan yang signifikan sebesar 418 pada periode Oktober

5

2009. Periode Februari 2010, Nilai tukar Rupiah per USD melemah sebesar 73

yang diikuti oleh penguatan hingga periode Juli 2010, sedangkan IHSG

mengalami peningkatan dari 2.323 pada periode Juli 2009 hingga puncaknya

sebesar 3.069 pada periode Juli 2010. Menguatnya kurs Rupiah terhadap mata

uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi

(Tandelilin, 2010). Kurs Rupiah yang menguat akan menurunkan tingkat suku

bunga yang berlaku, sedangkan tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif

terhadap return saham. Hal ini akan menyebabkan banyak investor yang

menanamkan modalnya di sekuritas terutama saham.

Faktor lain yang mempengaruhi return suatu saham adalah faktor internal

perusahaan, terutama kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perusahaan dalam hal ini Rasio

Solvabilitas. Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu

Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan

oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang.

Debt to Equity Ratio (DER) juga memberikan jaminan tentang seberapa besar

utang-utang perusahaan dijamin modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) akan

mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi

harga saham.

Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan

usaha lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap ekuitas. Semakin

besar Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif

6

tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang

memiliki nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi.

Sofiati (2000) dalam Suwandi (2003) menyatakan bahwa penggunaan utang

oleh suatu perusahaan akan membuat risiko yang ditanggung pemegang saham

meningkat. Ketika terdapat penambahan jumlah utang secara absolut maka akan

menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan. Menurunnya tingkat solvabilitas

perusahaan berarti kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya kecil

atau dengan kata lain perusahaan tidak mampu membayar utang. Perusahaan yang

tidak mampu membayar utang memiliki risiko yang besar yaitu risiko

kebangkrutan. Investor akan menjauhi saham-saham perusahaan yang berisiko

tinggi. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, permintaan terhadap

saham perusahaan tersebut berkurang mengakibatkan harga saham akan menjadi

turun yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya return saham

perusahaan.

Berikut ini merupakan nilai DER dari saham-saham sektoral perusahaan

multinasional di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2009- Juli 2010.

7

Tabel 1.2 DER Saham Sektoral Perusahaan Multinasional BEI Bulanan Periode Juli

2009- Juli 2010 Periode Mine BIC MI CGI PR IUT Fin TSI

Juli ‘09 0,84 3,54 -1,34 2,07 1,06 0,67 6,04 5,96 Agustus ’09 0,81 2,87 -0,53 1,93 1,05 0,61 5,75 5,90 September ’09 0,79 2,87 -1,54 1,93 0,98 0,61 5,78 3,29 Oktober ’09 0,78 2,87 -1,32 1,93 0,99 0,58 5,73 2,59 November ’09 0,76 2,66 -1,29 1,50 0,96 0,58 5,61 2,65 Desember ’09 0,70 2,66 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,61 2,65 Januari ’10 0,70 2,66 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,61 2,62 Februari ’10 0,70 2,65 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,65 2,62 Maret ’10 0,70 2,65 -1,12 1,48 1,00 0,58 5,59 2,62 April ’10 0,76 2,21 -0,82 2,30 1,18 0,55 5,60 2,03 Mei ’10 0,75 2,10 -0,42 1,62 0,98 0,50 5,65 1,86 Juni ’10 0,71 2,04 0,67 1,60 1,25 0,50 5,95 1,75 Juli ’10 0,71 2,06 0,68 2,06 0,86 0,50 5,84 1,75 Rata-rata 0,75 2,60 -0,80 1,76 1,02 0,57 5,72 2,95 Sumber: Data diolah-www.idx.co.id

Keterangan : Mine= Pertambangan, BIC= Basic Industry and Chemicals, MI= Miscellanious Industry, CGI= Consumer Goods Industry, PR= Property & Real Estate, IUT= Infrastructure, Utility & Transportation, Fin= Finance, TSI= Trade, Service & Investment

Pada Tabel 1.2 memperlihatkan ada tiga sektor yang nilai Debt to Equity

Ratio (DER) sahamnya sangat berfluktuatif, yaitu sektor Basic Industry and

Chemicals, sektor Finance, Sektor Trade, Service & Investment. Pada saham

Sektor Basic Industry and Chemicals, terlihat tingkat Debt to Equity Ratio (DER)

mulai dari periode Juli 2009 sampai dengan Juli 2010 mengalami penurunan, dari

3,54 pada periode Juli 2009 menjadi 2,06 pada periode Juli 2010 dengan rata-rata

2,60. Hal yang serupa juga terjadi pada saham sektor Finance dan Sektor Trade,

Service & Investment. Pada saham sektor Finance, tingkat Debt to Equity Ratio

(DER) mengalami penurunan, dari 6,04 pada periode Juli 2009 menjadi 5,84 pada

8

periode Juli 2010 dengan rata-rata 5,72. Demikian pula dengan saham sektor

Trade, Service & Investment, yang memiliki tingkat Debt to Equity Ratio (DER)

yang menurun dari 5,96 pada periode Juli 2009 menjadi 1,75 pada periode Juli

2010 dengan rata-rata 2,95. Menurut Solechan (2010), DER yang semakin tinggi

mengindikasikan return saham yang menurun.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara nilai

tukar, DER, risiko sistematis serta return saham, namun hasil yang diperoleh

masih menjadi perdebatan.

1) Ali et al. (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Causal Relationship

between Macro-Economic Indicatorsand Stock Exchange Prices in

Pakistan. Hasil yang diperoleh menyatakan tidak ada hubungan kausalitas

antara variabel makro ekonomi dengan harga saham yang dicerminkan

oleh Indeks harga saham di negara Pakistan.

2) Gay (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Effect of Macroeconomic

Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil,

Russia, India,and China. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tukar, harga minyak

dengan harga saham di negara Brasil, Rusia, India dan Cina.

3) Sohail (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Long-Run and Short-Run

Relationship between Macroeconomic Variables and Stock Prices in

Pakistan the Case of Lahore Stock Exchange. Dalam penelitian ini

ditemukan bahwa dalam jangka panjang inflasi berpengaruh negatif

terhadap harga saham, sedangkan indeks produksi industri, nilai tukar riil,

dan peredaran uang berpengaruh positif terhadap harga saham.

9

4) Solechan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Earning,

Manajemen Laba, IOS, risiko sistematis, Size dan Rasio Utang terhadap

Return Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEI. Dalam penelitian

ini ditemukan bahwa earning berpengaruh signifikan positif terhadap

return saham, rasio utang (Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan

negatif terhadap return saham, sedangkan menajemen laba, IOS, size,

risiko sistematis masing-masing tidak berpengaruh terhadap return saham.

5) Racelis (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Capital Structure and

Systematic Risk in the Philippine Setting. Dalam penelitian ini ditemukan

bahwa tingkat utang yang diwakili oleh DER berpengaruh signifikan

negatif terhadap risiko sistematis.

6) Haruman (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor

Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis terhadap

Tingkat Pengembalian Saham di PT. Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian

ini ditemukan bahwa beta, faktor ekonomi makro (inflasi dan nilai tukar),

faktor fundamental berpengaruh secara parsial terhadap tingkat

pengembalian saham individu.

7) Prihantini (2009), dalam penelitiannya yang berjudul analisis Pengaruh

Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham. Dalam

penelitian ini ditemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar, DER memiliki

hubungan yang negatif terhadap return saham, sedangkan ROA dan CR

memiliki hubungan yang positif terhadap return saham industri properti

dan real estate.

10

8) Triayuningsih (2003), dalam penelitian yang berjudul analisis Pengaruh

Kinerja Keuangan Perusahaan dan Faktor Ekonomi Makro terhadap

Return Saham Perusahaan Industri Manufaktur di BEJ Periode 1999-2001.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa EPS memiliki pengaruh yang

paling kuat terhadap return saham, PBV, Total aset, Kurs, Suku Bunga

mempengaruhi variasi dalam return saham secara signifikan, sedangkan

DER dan Inflasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

variasi dalam return saham industri Manufaktur.

9) Sudiyatno (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kinerja

Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental

Makroekonomi, Risiko Sistematis dan Kebijakan Perusahaan terhadap

Nilai Perusahaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel-

variabel makroekonomi (inflasi, kurs, tingkat bunga, dan pertumbuhan

ekonomi) berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. variabel-

variabel kebijakan perusahaan (insentif manajer dan leverage keuangan)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, dan kinerja

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, terjadi

proses berjenjang dalam mempengaruhi nilai perusahaan, sehingga kinerja

perusahaan berperan sebagai variabel intervening, yaitu variabel yang

memediasi pengaruh variabel makroekonomi (kurs), risiko sistematis, dan

kebijakan perusahaan (insentif manajer) dalam mempengaruhi nilai

perusahaan.

10) Kartikasari (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Variabel

Fundamental terhadap Risiko Sistematik pada Perusahaan Manufaktur

11

yang Terdaftar di BEJ. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat

utang operasional (leverage), ukuran perusahaan, dan profitabilitas

mempengaruhi risiko sistematik (beta), sedangkan utang finansial tidak

berpengaruh terhadap risiko sistematik (beta).

11) Auliyah (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Karakteristik

Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta

Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini ditemukan

bahwa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak

mempengaruhi Return Saham Syariah secara signifikan, tetapi nilai tukar

Rupiah serta PDB (Produk Domestik Bruto) berpengaruh secara signifikan

terhadap beta saham Syariah.

12) Rachmatika (2006.), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh

Beta Saham, Growth Opportunities, Return On Asset dan Debt to Equity

Ratio terhadap Return Saham. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

variabel beta saham, ROA, dan DER secara parsial signifikan terhadap

return perusahaan LQ-45 di BEJ periode 2001- 2004 pada level of

significance kurang dari 5persen. Sedangkan variabel growth opprtunities

tidak signifikan terhadap return dengan level of significance lebih besar

dari 5 persen.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggabungkan antara penelitian

Auliyah (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Karakteristik

Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham

Syariah di Bursa Efek Jakarta dengan penelitian Sudiyatno (2010), yang berjudul

Peran Kinerja Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental

12

Makroekonomi, Risiko Sistematis dan Kebijakan Perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan. Dalam hal ini peneliti menggunakan fokus penelitian perusahaan

multinasional serta menggunakan metode analisis path.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu:

1) Apakah nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh signifikan

terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia?

2) Apakah DER berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia?

3) Apakah nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh signifikan

terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia?

4) Apakah risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia?

5) Apakah DER berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan

multinasional di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Mengetahui signifikansi pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS

terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia.

13

2) Mengetahui signifikansi DER berpengaruh terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

3) Mengetahui signifikansi pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS

terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia.

4) Mengetahui signifikansi pengaruh risiko sistematis terhadap return

saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

5) Mengetahui signifikansi pengaruh DER terhadap return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis serta praktis

antara lain :

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para akademis

yang tertarik meneliti mengenai pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar

AS, DER terhadap risiko sistematis serta return saham dan memperkaya

pengetahuan yang sudah ada sehingga dapat menjadi tambahan referensi

bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh investor untuk lebih memahami

pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS, DER terhadap risiko

sistematis serta return saham sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan investasi di pasar modal.

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Return Saham

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas

suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang

dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi.

Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase

penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi

tersebut.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return

realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi

merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini

juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang

merupakan return yang diharapkan oleh investor serta risiko di masa mendatang.

Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di

masa mendatang (Pancawati et al, 2002).

Return yang diterima oleh investor pasar modal dibedakan menjadi dua jenis

yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih

harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran

yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam

bentuk kas atau setara kas sehingga dapat dicairkan (diuangkan) secara cepat.

15

Misalnya dividen saham yaitu dibayar dalam bentuk saham yang bisa dikonversi

menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya (Ang, 1997).

Jenis kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima

karena adanya selisih positif harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi.

Tentunya tidak semua instrumen investasi memberikan komponen return berupa

capital gain. Capital gain ini sangat tergantung dari harga pasar instrumen

investasi yang bersangkutan yang berarti bahwa instrumen investasi tersebut harus

diperdagangkan di pasar. Karena dengan adanya perdagangan, maka akan timbul

perubahan nilai dari suatu instrumen investasi. Investasi yang dapat memberikan

capital gain seperti obligasi dan saham, sedangkan yang tidak memberikan

komponen return capital gain seperti sertifikat deposito, tabungan, dan

sebagainya.

Perubahan-perubahan return saham secara menyeluruh atau sektoral selalu

diukur dengan indeks harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu

indikator utama dalam setiap pergerakan saham, sehingga return saham dapat

menjadi pintu permulaan untuk melakukan investasi. Return saham yang tinggi

mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan.

Husnan (2000), mengatakan bahwa meskipun disebutkan sebagai return

saham atau tingkat keuntungan, sebenarnya tingkat keuntungan tersebut lebih

tepat dikatakan sebagai persentase perubahan harga saham. Harga saham di pasar

modal (sekunder) setiap saat bisa berubah (naik atau turun).

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return

saham:

16

1) Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang

akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil, maka

harga saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau dividen

suatu saham berfluktuasi, maka harga saham tersebut cenderung

berfluktuasi pula.

2) Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang

tercermin dari Earning Per Share (EPS) juga berimplikasi dengan

peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka

makin tinggi pula perubahan harga pasarnya. EPS merupakan

perbandingan antara Earning After Tax (EAT) dengan jumlah saham

yang beredar. EPS merupakan rasio keuangan yang digunakan investor

untuk menganalisa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

berdasarkan saham yang dimiliki. EPS menunjukkan laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham.

3) Kondisi perekonomian. Apabila kondisi perekonomian stabil dan

mantap, maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang

akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya.

Di samping faktor-faktor tersebut, return saham juga dipengaruhi oleh

kondisi perusahaan (laba perusahaan, kebijakan direksi), tingkat suku bunga,

harga komoditas, kondisi ekonomi, faktor investasi lain, kebijakan pemerintah,

inflasi, penawaran serta permintaan, dan lain-lain.

Menurut Koesno (2002), salah satu faktor penting yang mempengaruhi

pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja

keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya return saham

17

suatu perusahaan. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh

performance atau kinerja perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor

lainnya. Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan

keuangan yang dipublikasikan, dimana dengan laporan keuangan tersebut dapat

dilakukan analisis berdasarkan rasio-rasio keuangan.

2.1.2 Risiko

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang

diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan

perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Menurut

Tandelilin (2001), dalam manajemen investasi modern, pembagian risiko total

investasi dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Risiko sistematis (risiko pasar)

Merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di

pasar secara keseluruhan. Jadi perubahan pasar akan mempengaruhi

variabilitas return suatu investasi (kondisi makro)

2) Risiko tidak sistematis (risiko perusahaan)

Merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara

keseluruhan. Jadi lebih terkait pada perubahan kondisi mikro

perusahaan emiten.

Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko non sistematik

dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi. Risiko sistematis

berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar

perusahaan, seperti; perang, inflasi, resesi, perubahan kurs, dan suku bunga yang

tinggi (Brigham dan Houston, 1998). Risiko-risiko ini yang mempengaruhi surat

18

berharga secara keseluruhan, dan kebanyakan saham cenderung dipengaruhi

secara negatif oleh risiko ini, sehingga konsekuensinya tidak dapat didiversifikasi

(Brigham dan Houston, 1998).

Indeks untuk mengukur risiko sistematis adalah beta (β), koefisien beta ini

yang menggambarkan kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun

dalam pasar. Penggunaan beta (β) sebagai pengukur risiko sistematis mengacu

pada konsep single-index model (Sharpe, 1964). Model ini didasarkan pada

pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga

pasar (Jogiyanto, 2003).

Berdasarkan pengamatan secara khusus harga suatu sekuritas kebanyakan

bahwa harga saham cenderung mengalami kenaikan apabila indeks harga saham

gabungan (IHSG) naik. Demikian terjadi sebaliknya, bahwa kebanyakan harga

saham cenderung mengalami penurunan apabila indeks harga saham gabungan

(IHSG) turun.

Beta dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar

(return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dan laba

indeks pasar) atau data fundamental (faktor internal perusahaan). Beta yang

dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar, beta yang dihitung dengan

data akuntansi disebut dengan beta akuntansi, sedangkan beta yang dihitung

dengan menggunakan data fundamental disebut dengan beta fundamental.

Beta pasar dapat ditentukan dengan teknik grafik (Scatter Diagram) dan

teknik regresi. Teknik regresi dapat didasarkan atas metode indeks tunggal (model

pasar) atau model CAPM (Capital Asset Pricing Model).

19

Beta merupakan mekanisme kontrol terhadap risiko yang masih banyak

dipakai oleh para manajer portofolio karena sesuai dengan konsep hubungan

risiko dan return dalam CAPM, beta memiliki hubungan yang kuat dengan return

suatu investasi.

Menurut Barra dalam Ardiana (2006), peran beta dalam manajemen

portofolio pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 peran utama, yaitu:

1) Meramalkan risiko sistematis portofolio

2) Ukuran risiko sistematis yang terjadi

3) Meramalkan return yang diharapkan dari suatu portofolio

2.1.3 Nilai Tukar

Menurut Fabozzi dan Franco (1996) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency.

Nilai tukar merupakan indikator yang digunakan oleh para investor untuk

melakukan investasi di pasar modal. Para pelaku dalam pasar internasional amat

peduli terhadap penentuan kurs valuta asing (valas), karena kurs valas akan

mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan

surat berharga (Mudrajad, 1996).

Faktor-faktor fundamental yang diduga kuat berpengaruh kuat terhadap kurs

valas adalah jumlah uang beredar, pendapatan riil relatif, harga relatif, perbedaan

inflasi, perbedaan suku bunga, dan permintaan serta penawaran asset di kedua

negara.

Gustav Cassel, seorang ekonom berkebangsaan Swedia pada tahun 1918

memperkenalkan teori Purchasing Power Parity (PPP) atau di Indonesia dikenal

dengan teori Paritas Daya Beli, teori Interest Rate Parity (IRP), dan teori

20

International Fisher Effect (IFE). Purchasing Power Parity (PPP)

menghubungkan kurs valas dengan harga-harga komoditi dalam mata uang lokal

di pasar internasional, yaitu bahwa kurs valas akan cenderung menurun dalam

proporsi yang sama dengan laju kenaikkan harga (Baillie and McMahon, 1990).

Menurunnya kurs karena laju kenaikan harga membuat biaya produksi naik,

terutama pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor. Akibatnya, daya

saing perusahaan-perusahaan tersebut menurun, karena perusahaan harus menjual

produknya dengan harga yang lebih tinggi.

Teori PPP (Purchasing Power Parity), juga menjelaskan bahwa kurs spot

suatu valas akan berubah sebagai reaksi terhadap perbedaan inflasi antara dua

negara. Akibatnya daya beli seorang konsumen ketika membeli barang di

negaranya sendiri akan sama dengan daya beli ketika mengimpor barang dari

negara lain (Mudrajad, 1996). Teori IRP (Interest Rate Parity), kurs forward suatu

mata uang yang mengandung premi (atau diskon) ditentukan oleh perbedaan suku

bunga antara dua negara. Akibatnya arbitrase suku bunga yang ditutup (covered

interest arbitrage) akan jauh lebih menguntungkan dibanding suku bunga

domestik (Mudrajad, 1996).

Demikian juga menurut teori IFE (International Fisher Effect), kurs spot

mata uang akan berubah sesuai dengan perbedaan suku bunga antara 2 negara.

Akibatnya rata-rata keuntungan dari sekuritas pasar uang internasional yang tidak

ditutup akan tidak lebih dari keuntungan yang diperoleh dari sekuritas pasar uang

domestik, terutama dari sudut pandang investor di negera asal (Mudrajad, 1996).

21

Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS

memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan

Kurniasari, 2003).

Apabila nilai tukar mata uang dalam negeri suatu negara tidak stabil atau

fluktuasinya sangat tinggi (semakin melemah) terhadap mata uang negara lain

(khususnya Dollar AS) maka berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat

karena dari sisi sektor bisnis berupaya melakukan efisiensi seketat mungkin.

Menurut Madura (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pergerakan nilai tukar, yaitu:

1) Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,

ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

2) Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,

sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan

sebaliknya.

3) Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita

politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik

atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau

berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

22

2.1.4 Analisis Rasio

Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik

waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi,

nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan

tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen

di masa depan. Analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu

mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun yang lebih penting lagi

sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan

meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

1) Rasio Likuiditas

Aktiva lancar merupakan aktiva yang diperdagangkan dalam suatu

pasar yang akan aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah

menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku.

Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha dan

persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wesel tagih

jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun,

akrual pajak dan beban-beban akrual lainnya terutama gaji.

Jika sesudah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan

akan membayar tagihan-tagihannya (utang usaha) secara lebih

lambat, meminjam dari bank dan seterusnya. Jika kewajiban lancar

meningkat secara lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan

turun, dan hal ini pertanda adanya masalah. Rasio lancar merupakan

indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari

kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang

23

diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup tepat. Rasio ini

merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering

digunakan.

2) Rasio Manajemen Aktiva

Rasio manajemen aktiva mengukur seberapa efektif perusahaan

mengelola aktivanya. Rasio-rasio ini dirancang untuk menjawab

pertanyaan sebagai berikut: apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis

aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu

tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat

penjualan yang diproyeksikan? Rasio perputaran persediaan

dinyatakan sebagai penjualan dibagi persediaan.

a) Mengevaluasi piutang (jumlah hari penjualan belum tertagih)

Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sale outstanding),

digunakan untuk menilai piutang dan dihitung dengan membagi

piutang dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan

berapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang. Jadi DSO

mencerminkan rata-rata rentang waktu perusahaan harus

menunggu untuk menerima kas setelah melakukan penjualan.

b) Mengevaluasi aktiva tetap (rasio perputaran aktiva tetap)

Rasio perputaran aktiva tetap mengukur seberapa efektif

perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ini

merupakan rasio dari penjualan aktiva bersih.

24

3) Rasio Manajemen Utang

Seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang

atau pengungkit keuangan (financial leverage).

Rasio manajemen utang memiliki tiga implikasi penting:

a) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham

dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut

sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

b) Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh

sendiri sebagai satuan batasan keamanan, sehingga semakin tinggi

proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham,

maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor.

c) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai

dari hasil pinjaman yang lebih besar daripada bunga yang

dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan

diperbesar atau diungkit.

Perusahaan-perusahaan memiliki rasio utang relatif tinggi ketika

perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio

kerugian ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu,

keputusan akan penggunaan utang mengharuskan perusahaan

menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi

dengan risiko yang meningkat. Rasio total utang terhadap total

aktiva yang umumnya disebut sebagai rasio utang, akan mengukur

persentase dari dana yang diberikan kreditor.

25

Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang.

Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena

semakin rendah angka rasionya maka semakin besar peredaman dari

kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Di lain pihak,

pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage

karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan.

(1) Kemampuan untuk membayar bunga (rasio kelipatan

pembayaran bunga)

Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejauh mana laba

operasi menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi

membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi

kewajiban ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum

oleh kreditor perusahaan yang kemungkinan akan menyebabkan

kebangkrutan.

(2) Kemampuan untuk melayani utang (rasio cakupan EBITDA)

Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai

kemampuan sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas

utangnya. Akan tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan.

(a) Bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat

tetap. Perusahaan juga harus mengurangi utangnya sesuai

jadwal dan banyak perusahaan menyewa aktivanya dan

akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal

membayar kembali utang atau melunasi pembayaran

sewanya, perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut.

26

(b) EBIT tidaklah mencerminkan seluruh arus kas yang tersedia

untuk melayani utang, terutama perusahaan yang memiliki

beban depresiasi dan amortisasi yang tinggi. Untuk

memasukkan kelemahan-kelemahan ini, para banker dan

pihak lainnya telah mengembangkan rasio kecukupan

EBITDA.

4) Rasio Profitabilitas

Menurut Brigham & Houston (2006), profitabilitas dapat diukur

dengan beberapa rasio keuangan (rasio profitabilitas) yaitu:

a) Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), yang

dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan

menunjukkan laba per nilai penjualan.

b) Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning

power-BEP), dihitung dengan membagi keuntungan sebelum

beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva.

c) Tingkat pengembalian total aktiva, rasio antara laba bersih

terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva

(return on assets-ROA) setelah beban bunga dan pajak.

d) Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, rasio laba bersih

terhadap ekuitas saham biasa, dimana mengukur tingkat

pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa.

5) Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar akan menghubungkan nilai saham perusahaan pada

laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat

27

memberikan indikasi kepada manajemen mengenai yang dipikirkan

oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan

di masa mendatang. Jika rasio-rasio likuiditas, manajemen aktiva,

maajemen utang dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka

rasio-rasio nilai pasarnya juga akan tinggi, dan harga saham

kemungkinan juga akan tinggi sesuai harapan.

a) Rasio laba per harga (price earning ratio) menunjukkan seberapa

banyak uang yang rela dikeluarkan oleh investor untuk membayar

setiap Dollar laba yang dilaporkan.

b) Rasio laba per arus kas. Di beberapa industri, harga saham akan

lebih terikat pada arus kas daripada laba bersih.

c) Rasio nilai pasar per nilai buku. Rasio atas harga pasar saham

terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain

tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan

dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya

menjual dengan perkaliannya rendah.

Menurut Ang (1997), salah satu rasio yang berpengaruh terhadap return

saham ialah rasio solvabilitas. Tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja

yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin

tinggi.

Rasio Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat

leverage (penggunaan utang) terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debts terhadap total equity.

Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja

28

perusahaan, karena tingkat utang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan

semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan.

2.1.5 Perusahaan Multinasional (MNC)

Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang memiliki operasi-operasi

yang signifikan di dua atau lebih negara secara bersamaan, namun keputusan

utama dan kontrolnya dilakukan oleh perusahaan di negara asalnya (M. Fasal,

2001), sedangkan menurut Shapiro dalam M. Fasal, perusahaan multinasional

adalah perusahaan yang beroperasi (memproduksi dan menjual barang atau

jasanya) di lebih dari satu negara. Perusahaan ini terdiri dari perusahaan induk

(parent company) yang berlokasi di negara asalnya dan memiliki paling sedikit

lima atau enam perusahaan afiliasi / subsidiary (anak perusahaan) di luar negeri,

secara khas dengan suatu interaksi derajat yang tinggi atau saling terkait antara

suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya.

Mamduh M. Hanafi (2003), mengatakan bahwa perusahaan multinasional

mempunyai beberapa ciri yang berlainan dengan perusahaan domestik. Salah satu

ciri yang menonjol adalah wilayah operasi yang mencakup beberapa wilayah

negara, dengan kondisi perekonomian, politik, sosial, budaya yang berbeda.

Perusahaan multinasional melakukan diversifikasi dalam pendanaan dan

operasinya karena memiliki anak perusahaan lebih dari satu. Manfaat dari

diversifikasi ini adalah menekan biaya modal karena biasanya pemodal asing mau

menerima tingkat keuntungan yang lebih rendah dari pemodal domestik. Manfaat

lainnya adalah karena perusahaan multinasional jaringan operasinya

terdiversifikasi di beberapa negara, akan lebih tahan menghadapi segala situasi

yang tidak menguntungkan di suatu negara, karena sumber aliran kasnya tidak

29

terkonsentrasi hanya di satu negara. Keuntungan ini tidak dinikmati oleh

perusahaan domestik yang lebih rentan terhadap perubahan, karena sumber aliran

kasnya hanya terkonsentrasi di satu negara. Kondisi ini membuat risiko

kebangkrutan perusahaan multinasional lebih rendah dari perusahaan domestik.

Dengan demikian biaya modal perusahaan multinasional relatif akan lebih rendah

dari perusahaan domestik (Yuliati dan Prasetyo, 1998).

Banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan multinasional, tetapi ada

juga kerugian yang didapat dari perusahaan nasional. Kerugian tersebut menurut

Casson dalam Salamah (2002), muncul dari sifat perusahaan multinasional sejak

beberapa waktu yang lalu, yaitu:

1) Perusahaan multinasional sebagai kelompok, dapat menguasai sektor

perdagangan luar negeri.

2) Perusahaan multinasional umumnya tidak berhasil atau lebih tepat

dikatakan kurang bersedia mengalihkan pengetahuannya kepada

penduduk dan manajer-manajer di perusahaan mereka beroperasi.

3) Operasi perusahaan multinasional pada dasarnya bersifat monopoli,

memperoleh proteksi terhadap pesaing-pesaingnya berbentuk kendala-

kendala untuk turut serta (barrier to entry).

4) Perusahaan multinasional sering dapat menguasai industri-industri

penting (key industry) atau sektor-sektor ekonomi tertentu di negara-

negara mereka beroperasi karena kedudukannya yang monopolistis

tersebut.

30

Stoner dalam Salamah (2002), menyatakan bahwa dalam membuat

keputusan investasi, manajer perusahaan multinasional harus memperhatikan tiga

faktor, yaitu:

a) Ekonomi dari berbagai negara

Apakah negara tersebut cukup makmur untuk menyediakan fasilitas

yang diperlukan untuk mendukung aktivitas ekonomi seperti sistem

transportasi, sistem komunikasi, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.

b) Risiko politik

Mengacu pada kemungkinan apakah perubahan politik yang terjadi,

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan mempengaruhi

aktivitas di luar negeri.

c) Kecocokan teknologi pada budya yang berbeda

Teknologi produksi mungkin berhasil di suatu negara tetapi belum tentu

berhasil di negara lain.

2.1.6 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Risiko

Sistematis

Menurut Sudiyatno (2010), meningkatnya nilai tukar berarti menurunnya

nilai mata uang domestik yang disebabkan karena inflasi di dalam negeri lebih

besar dari inflasi di luar negeri. Era globalisasi menyebabkan perubahan inflasi di

luar negeri akan berpengaruh terhadap perekonomian global maupun nasional

(domestik) akibat dari perubahan kondisi perekonomian tersebut, maka kegiatan

investasi di sektor riil menjadi tidak menentu. Oleh karena itu, investor akan

mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan, kemungkinan transaksi

31

valas akan menjadi pilihannya, akibatnya kinerja pasar modal menurun,

khususnya di sektor riil.

Jadi dengan melemahnya kurs Rupiah atau terdepresiasinya Rupiah

terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat, karena

dengan melemahnya nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS berarti semakin tinggi

nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.

Auliyah (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar

berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta.

Namun Ardiana (2006), dalam penelitiannya menemukan exchange rate, leverage

ratio, price to book value dan earning variability tidak berpengaruh terhadap

risiko sistematis.

2.1.7 Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap Risiko Sistematis

Menurut Brigham (2009), sebuah perusahaan dapat mempengaruhi risiko

pasarnya, dan juga nilai betanya, melalui perubahan-perubahan dalam komposisi

aktivanya dan juga melalui penggunaan utang.

Semakin tinggi utang perusahaan dalam bentuk mata uang asing akan

meningkatkan risiko utang tersebut tidak terbayarkan. Apabila terjadi depresiasi

Rupiah terhadap Dollar AS, menyebabkan beban bunga serta utang perusahaan

meningkat. Perusahaan akan kesulitan dalam melunasi utangnya. Hal ini

mengakibatkan perusahaan akan kesulitan untuk meminjam dana untuk periode

berikutnya dan perusahaan akan dihadapkan pada suku bunga yang tinggi (karena

kreditur menghadapi risiko utang tak terbayarkan), sehingga risiko sistematis

menjadi semakin tinggi.

32

Menurut Racelis (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa DER

berpengaruh signifikan negatif terhadap beta. Penelitian tersebut menunjukkan

pada tingkat risiko operasi yang tinggi tidak seharusnya meningkatkan tingkat

utang. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Kapoor dan

Pope (1997) serta Utomo (2006).

Kapoor dan Pope (1997), dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat utang

tidak berpengaruh signifikan terhadap beta.

Utomo (2006), dalam penelitiannya menemukan bahwa Asset Growth, DER,

ROE, dan EPS tidak berpengaruh terhadap beta saham.

2.1.8 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham

Menurunnya nilai tukar Rupiah (Rupiah menguat) terhadap mata uang

asing dalam hal ini Dollar AS, merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang

mengalami inflasi. Menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing akan

menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan

tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan menyebabkan return saham

meningkat.

Menurut Sohail (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa indeks

produksi industri, nilai tukar riil, dan peredaran uang berpengaruh positif terhadap

harga saham. Hal ini menunjukkan meningkatnya nilai tukar akan menyebabkan

harga saham perusahaan yang berorientasi pada ekspor meningkat sehingga return

saham juga meningkat.

Suardani (2008), dalam penelitiannya menemukan bahwa kurs Dollar,

ROE dan tingkat suku bunga SBI, masing-masing berpengaruh positif terhadap

return saham.

33

Maysami et al. (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar

berpengaruh negatif terhadap return saham di pasar modal Singapura. Hal ini

menunjukkan pada tingkat ekspor dan impor yang tinggi dalam perekonomian

Singapura, mata uang domestik yang lebih kuat akan mengurangi biaya impor dan

memungkinkan produsen lokal untuk menjadi lebih kompetitif secara

internasional, sehingga perekonomian menjadi meningkat dan return saham juga

ikut meningkat.

Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai

Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi nilai tukar, maka return saham semakin menurun.

Pialang saham, investor, dan pelaku pasar modal sangat berhati-hati dlam

menentukan posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil.

Triayuningsih (2003), dalam penelitiannya menemukan bahwa Kurs berpengaruh

negatif terhadap return saham secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

kenaikan nilai tukar akan menyebabkan naiknya biaya produksi akibat impor

bahan baku yang dilakukan. Biaya produksi yang tinggi akan mempengaruhi

harga jual barang sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan

berdampak juga pada tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat

keuntungan perusahaan akan berakibat turunnya kepercayaan investor yang

terlihat dari penurunan return saham.

Ali et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada

hubungan kausalitas antara variabel makro ekonomi dengan harga saham yang

dicerminkan oleh Indeks harga saham di negara Pakistan.

34

Gay (2008), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh

positif terhadap harga saham di negara Brasil, Rusia dan Cina. Hasil penelitian

Gay menunjukkan apresiasi mata uang domestik menguntungkan di pasar saham

domestik.

2.1.9 Pengaruh Risiko Sistematis Terhadap Return Saham

Investor perlu mempertimbangkan hubungan antara risiko dan return

sebelum mengambil keputusan investasi. Risiko dan return memiliki hubungan

positif. Semakin besar risiko suatu investasi, return yang diperoleh akan semakin

tinggi. Begitu juga dengan risiko sistematis yang diukur dengan beta memiliki

hubungan positif terhadap return saham.

Menurut Haruman (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa risiko

sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, namun

pengaruhnya sangat lemah.

Theriou et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta berpengaruh

positif terhadap return saham. Theriou et al. menyatakan bahwa saham dengan

beta yang tinggi akan menyebabkan return meningkat ketika premium risiko pasar

positif dan return yang lebih rendah ketika premium risiko pasar negatif.

Solechan (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta tidak berpengaruh

terhadap return saham. Solechan menyatakan bahwa besar kecilnya risiko

sistematik (beta) pada perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi

tingkat keuntungan saham (return).

2.1.10 Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham

DER (Debt to Equity Ratio) merupakan istilah yang sering digunakan

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh

35

kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum DER dapat

dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas.

DER (Debt to Equity Ratio) yaitu rasio untuk menghitung seberapa besar

dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan

leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage yang tinggi akan

meningkatkan modal perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila

penjualan menurun, modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula. (Hanafi

dan Halim, 2000). Dengan semakin tinggi rasio utang perusahaan menunjukkan

bahwa tingginya utang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang

ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena

investor merasa terbebani dengan besarnya utang yang dimiliki perusahaan.

Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi dengan

harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return) saham yang

menguntungkan bagi mereka.

Menurut Leland (1994), balancing theories membuktikan bahwa peningkatan

DER sesungguhnya menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan

leverage dimana peningkatan nilai perusahaan pada akhirnya akan berhenti.

Masih dalam lingkup balancing theories, model optimal yang dinamik dari Fisher,

Heinkel, dan Zechner (1989), serta Mauer dan Triantis (1994) tidak mendukung

struktur modal yang statis. Meskipun demikian, kebijakan pendanaan dinamik

yang optimal masih dicirikan dengan trade off, antara manfaat corporate tax

shield dari utang dan biaya utang (Robert M. Hull, 1999).

Penggunaan utang yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan

dari penggunaan utang tersebut, namun semakin besar pula biaya kebangkrutan

36

dan biaya keagenan bahkan lebih besar. Dengan memasukkan pertimbangan biaya

kebangkrutan dan biaya keagenan ke dalam model MM dengan pajak,

disimpulkan bahwa penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi

hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru akan

menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang

tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Titik

balik tersebut disebut struktur modal yang optimal (Lukas S. Atmaja, 1999).

Menurut Solechan (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa rasio utang

(Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio utang perusahaan

dapat digunakan untuk memprediksi menurunnya tingkat keuntungan saham

(return). Sebaliknya, semakin rendah rasio utang perusahaan dapat digunakan

untuk memprediksi meningkatnya tingkat keuntungan saham (return).

Juita (2007), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER (Debt to Equity Ratio)

berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.

Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar,

DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat DER yang tinggi menunjukkan komposisi total utang

(utang jangka pendek dan utang jangka panjang) semakin besar apabila

dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada

semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur)

dalam memenuhi kewajiban utangnya, yaitu membayar pokok utang ditambah

dengan bunganya. Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan

37

sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, serta semakin

tingginya tingkat risiko suatu perusahaan.

Subalno (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER tidak berpengaruh

terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor dalam melakukan

investasi tidak memandang penting penggunaan utang maupun pengembalian

bunga dan pokok utang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi persepsi investor

terhadap keuntungan di masa yang akan datang.

38

BAB III

KERANGKA PIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir

Perusahaan multinasional (MNC) mengembangkan bisnis internasional

sebagai sarana untuk menambah nilai. Hal ini disebabkan karena pasar asing atau

internasional memberikan peluang untuk memperbaiki arus kas perusahaan.

Namun bisnis internasional menimbulkan risiko. Salah satunya ialah nilai tukar

yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi nasional maupun global.

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh terhadap risiko sistematis.

Melemahnya nilai kurs berarti menurunnya nilai mata uang domestik yang

disebabkan karena inflasi di dalam negeri lebih besar dari inflasi di luar negeri.

Era globalisasi menyebabkan perubahan inflasi di luar negeri akan berpengaruh

terhadap perekonomian global maupun nasional (domestik). Akibat dari

perubahan kondisi perekonomian tersebut, maka kegiatan investasi di sektor riil

menjadi tidak menentu. Oleh karena itu, investor akan mencari alternatif investasi

yang lebih menguntungkan, kemungkinan transaksi valas akan menjadi

pilihannya, akibatnya kinerja pasar modal menurun, khususnya di sektor riil.

Jadi dengan melemahnya kurs Rupiah atau terdepresiasinya Rupiah terhadap

Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat, karena dengan

melemahnya nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS berarti semakin tinggi nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar

39

Menurut Sudiyatno (2010), dengan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau

terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis

meningkat sehingga nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif

terhadap risiko sistematis. Auliyah (2006) dalam penelitiannya menemukan

bahwa nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah di

Bursa Efek Jakarta. Namun Ardiana (2006), dalam penelitiannya menemukan

exchange rate tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis.

DER (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila

perusahaan dilikuidasi. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk

terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang semakin tinggi, yang berarti

beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan.

Menurut Brigham (2009), sebuah perusahaan dapat mempengaruhi risiko

pasarnya, dan juga nilai betanya, melalui perubahan-perubahan dalam komposisi

aktivanya dan juga melalui penggunaan utang.

Semakin tinggi utang perusahaan dalam bentuk mata uang asing akan

meningkatkan risiko utang tersebut tidak terbayarkan. Apabila terjadi depresiasi

Rupiah terhadap Dollar AS, menyebabkan beban bunga serta utang perusahaan

meningkat. Perusahaan akan kesulitan dalam melunasi utangnya. Hal ini

mengakibatkan perusahaan akan kesulitan untuk meminjam dana untuk periode

berikutnya dan perusahaan akan dihadapkan pada suku bunga yang tinggi (karena

kreditur menghadapi risiko utang tak terbayarkan), sehingga risiko sistematis

menjadi semakin tinggi.

40

Selain berpengaruh terhadap risiko sistematis, nilai tukar Rupiah per Dollar

AS juga berpengaruh terhadap return saham. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS

berpengaruh negatif terhadap return saham.

Perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan lebih

besar menerima dampak dari melemahnya kurs. Kondisi ini akan memukul

industri di dalam negeri, banyak perusahaan yang mengurangi produksinya akibat

tidak mampu membeli bahan baku dan membayar biaya tenaga kerja yang besar.

Akibatnya kinerja perusahaan menurun, dan dengan menurunnya kinerja

perusahaan, maka harga sahamnya juga akan turun, sehingga return saham akan

turun.

Di sisi lain, para pelaku bursa (investor) akan mengalihkan investasinya pada

investasi di pasar uang untuk mengejar keuntungan jangka pendek. Akibatnya,

pasar modal banyak ditinggalkan oleh para pelaku bursa, sehingga kinerja pasar

modal menjadi menurun, dan harga-harga saham maupun indeks harga saham

menurun. Menurunnya kinerja pasar modal berdampak pada menurunnya return

saham.

Maysami et al. (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar

berpengaruh negatif terhadap return saham di pasar modal Singapura. Hal ini

menunjukkan pada tingkat ekspor dan impor yang tinggi dalam perekonomian

Singapura, mata uang domestik yang lebih kuat akan mengurangi biaya impor dan

memungkinkan produsen lokal untuk menjadi lebih kompetitif secara

internasional, sehingga perekonomian menjadi meningkat dan return saham juga

ikut meningkat.

41

Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai

Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi nilai tukar, maka return saham semakin menurun.

Pialang saham, investor, dan pelaku pasar modal sangat berhati-hati dalam

menentukan posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil.

Triayuningsih (2003), dalam penelitiannya menemukan bahwa Kurs berpengaruh

negatif terhadap return saham secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

kenaikan nilai tukar akan menyebabkan naiknya biaya produksi akibat impor

bahan baku yang dilakukan. Biaya produksi yang tinggi akan mampengaruhi

harga jual barang sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan

berdampak juga pada tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat

keuntungan perusahaan akan berakibat turunnya kepercayaan investor yang

terlihat dari penurunan return saham.

Risiko sistematis berpengaruh positif terhadap return saham. Hubungan

risiko dan return searah dan linier, artinya semakin besar risiko yang ditanggung,

maka return yang diharapkan semakin besar juga. Dengan kata lain investor yang

menanggung risiko yang tinggi berharap memperoleh tingkat keuntungan yang

tinggi pula.

Theriou et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta

berpengaruh positif terhadap return saham. Theriou et al. menyatakan bahwa

saham dengan beta yang tinggi akan menyebabkan return meningkat ketika

premium risiko pasar positif dan return yang lebih rendah ketika premium risiko

pasar negatif.

42

DER berpengaruh terhadap return saham. Penggunaan utang akan

meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik

tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena

kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan

biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.

Subalno (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER tidak

berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor dalam

melakukan investasi tidak memandang penting penggunaan utang maupun

pengembalian bunga dan pokok utang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi

persepsi investor terhadap keuntungan di masa yang akan datang.

3.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka pikir, maka dirumuskan kerangka

konseptual sebagai berikut:

43

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka konseptual, dirumuskan hipotesa

sebagai berikut:

H1: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif dan signifikan

terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia.

H2: DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

H1

H2

H4 RETURN SAHAM

PERUSAHAAN MULTINASIONAL

(MNC) (Y)

H3

RISIKO SISTEMATIS (β)

(X3)

H5

NILAI TUKAR RUPIAH PER DOLLAR AS

(X1)

DER (X2)  

44

H3: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia.

H4: Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

H5: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dengan menguji pengaruh nilai

tukar Rupiah per Dollar AS, DER terhadap risiko sistematis serta return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan fenomena IHSG

yang semakin meningkat serta nilai DER yang besar pada periode Juli 2009- Juli

2010 di Bab I, maka penelitian ini menggunakan periode penelitian Juli 2009- juli

2010.

4.2 Variabel Penelitian

4.2.1 Identifikasi Variabel

Sebelum melakukan analisis data serta pengujian hipotesis, dilakukan

pengidentifikasian variabel-variabel dalam model penelitian. Berikut ini

merupakan variabel-variabel yang digunakan:

1) Variabel eksogen (exogenous variable) yang merupakan variabel yang

tidak dipengaruhi oleh variabel lain di dalam model. Variabel eksogen

dalam penelitian ini ialah Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) dan

DER (X2).

2) Variabel endogen (endogenous variable) yang merupakan variabel yang

dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lain dalam model. Variabel

endogen meliputi variabel dependent endogenous dan variabel

intervening endogenous. Variabel dependent endogenous dalam

46

penelitian ini ialah return saham (Y). Variabel intervening endogenous

dalam penelitian ini ialah risiko sistematis (X3)

4.2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut ini merupakan definisi operasional dari variabel-variabel dalam

penelitian ini:

1) Return Saham yang meliputi return saham individual perusahaan.

Perhitungan return saham pada penelitian ini diukur dengan rumus:

)1.4...(................................................................................1

1

−−=

t

tt

PPP

Ri

Keterangan : Ri = Return saham Pt = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 Return saham dalam penelitian ini adalah return saham periode Juli

2009-Juli 2010 dengan satuan persen.

2) Nilai tukar Rupiah per Dollar amerika yang diukur dengan menggunakan

kurs tengah Dollar US terhadap Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia setiap bulannya dalam satuan Rupiah periode Juli 2009-Juli

2010.

3) Risiko Sistematik yang ditunjukkan oleh beta. Variabel beta digunakan

untuk menggambarkan risiko sistematik yang dimasukkan dalam model

analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka semakin tinggi risiko

sistematik yang tidak dapat dikurangi dengan diversifikasi. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Beta dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

47

)2.4.......(......................................................................22∑∑

−=

nXXnXYXY

Keterangan: βi = Risiko sistematis = Sigma (Jumlah) X = Return Pasar X = Rata-rata Return Pasar Y = Return Saham Individual Y = Rata-rata Return Saham Individual n = Jumlah Periode Selain menggunakan rumus tersebut, beta juga dapat dihitung dengan

bantuan program Microsoft Office Excel, yaitu menggunakan perintah

SLOPE dengan memasukkan data return market dan return saham. Beta

juga dapat dihitung dengan bantuan program SPSS, dengan meregresi

data return market dan return saham, dimana return market dimasukkan

ke dalam dependent variable dan return saham dimasukkan ke dalam

independent variable.

4) DER (Debt to Equity Ratio) merupakan istilah yang sering digunakan

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi

seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara

umum DER dapat dihitung dengan membagi total utang dengan total

ekuitas. Rasio ini ditunjukkan dalam satuan persen. DER diukur dengan

rumus sebagai berikut:

..…………………(4.3)

DER = Total Utang

Total Ekuitas

48

4.3 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Sugiyono (2008) mendefinisikan jenis data kuantitatif

adalah seluruh informasi yang dikumpulkan dari lapangan yang dapat dinyatakan

dalam angka-angka atau informasi yang diangkakan. Dalam penelitian ini, data

kuantitatif yang digunakan antara lain:

1) Data bulanan kurs nilai Rupiah terhadap Dollar AS dari Juli 2009 sampai

Juli 2010 dalam satuan Rupiah.

2) Data bulanan DER (Debt to Equity Ratio) Saham perusahaan multinasional

dari Juli 2009 sampai Juli 2010 dalam satuan persen.

3) Data bulanan harga penutupan (closing price) saham perusahaan

multinasional di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2009 sampai Juli 2010

dalam satuan Rupiah.

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan multinasional

di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 57 perusahaan yang secara terus menerus

disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik periode Juli 2009 - Juli

2010.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini meliputi:

(1) Saham yang menjadi sampel merupakan saham perusahaan multinasional

yang perusahaan induknya (parent company) berada di Indonesia,

49

sedangkan perusahaan anaknya (subsidiary) berada di luar negeri pada

periode Juli 2009- Juli 2010.

(2) Saham yang menjadi sampel merupakan saham perusahaan yang aktif

melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia periode Juli

2009- Juli 2010.

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, maka dari populasi saham

yang berjumlah 57 perusahaan, diambil sampel sebanyak 23 saham perusahaan

yang terdiri dari 13 saham sektor Basic Industry and Chemicals, 6 saham sektor

Finance, 4 saham Sektor Trade, Service & Investment di Bursa Efek Indonesia.

Saham-saham perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Daftar Saham Perusahaan Multinasional yang Menjadi Sampel Penelitian di

Bursa Efek Indonesia Periode Juli 2009- Juli 2010 No Nama Saham Kode 1 PT. Arwana Citramulia Tbk ARNA 2 PT. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 3 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB 4 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 5 PT. Itamaraya Gold Industri Tbk ITMA 6 PT. JAPFA Tbk JPFA 7 PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRS 8 PT. Lion Metal Works Tbk LION 9 PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS

10 PT. Malindo Feedmill Tbk MAIN 11 PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS 12 PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI 13 PT. Toba Pulp Lestari Tbk INRU 14 PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk ABDA 15 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 16 PT. Trimegah Securities Tbk TRIM 17 PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK 18 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 19 PT. BFI Finance Indonesia Tbk BFIN 20 PT. Asia Natural Resources Tbk ASIA 21 PT. Wicaksana Overseas International Tbk WICO 22 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 23 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk PTSP

Sumber: ICMD 2010

50

4.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode Path Analysis (analisis jalur) dalam

menganalisis datanya. Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis

hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya

mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara

tidak langsung. Metode analisis jalur digunakan untuk menguji dan menganalisis

hubungan kausal serta hubungan langsung atau tak langsung antara variabel

terikat dan bebas.

Solimun (2002), menyusun langkah-langkah dalam analisis jalur (Path

Analysis) sebagai berikut:

Langkah pertama ialah merancang model berdasarkan konsep dan teori.

Model tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga membentuk

sistem persamaan.

Gambar 4.1 Gambar Hubungan Struktur X1, X2 terhadap X3 dan Y

Keterangan : Y = Return Saham X1 = Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

β3

β5

β4

ε2

β1

β2

ε1X1

X2

X3 Y

51

X2 = DER X3 = Risiko Sistematis β1 = Koefisien Jalur X1 terhadap X3 β2 = Koefisien Jalur X2 terhadap X3 β3 = Koefisien Jalur X1 terhadap Y β4 = Koefisien Jalur X3 terhadap Y β5 = Koefisien Jalur X2 terhadap Y ε1 & ε2 = Kesalahan Residual

Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut:

Substruktur 1: X3 = β1X1 + β2X2 + ε1………………………………….(4.4)

Substruktur 2: Y = β3X1 + β4X3 + β5X2 + ε2………………………….(4.5)

Langkah kedua ialah melakukan pemeriksaan terhadap asumsi yang

melandasi analisis jalur, diantaranya:

1) Dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier. Uji

linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony.

Prinsip parsimony ialah apabila seluruh model signifikan atau non

signifikan, maka model tersebut dapat dikatakan berbentuk linier.

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran

kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung hubungan

kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan

reliabel).

4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori

dan konsep-konsep relevan.

Langkah ketiga ialah pemeriksaan validitas suatu kesalahan model. Terdapat

indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu koefisien determinasi total.

Total keragaman data dapat dijelaskan oleh model dapat diukur dengan rumus:

52

)6.4(1 222

21

2 LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL epeem PPPR ×−=

Keterangan: 2mR : Total keragaman data 2

epP : Standard error of estimate

Interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2)

pada analisis regresi. Pei merupakan standad error of estimate dari model regresi

yang dapat dihitung dengan rumus:

)7.4(1 2 LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLRPei −=

Keterangan :

eiP : Standard error of estimate 2R : Koefisien determinasi

Langkah keempat ialah pendugaan koefisien jalur pada gambar diagram jalur. Di

dalam analisis jalur, terdapat pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta

pengaruh total. Koefisien jalur dapat diketahui dari nilai beta pada kolom

standardized coefficients pada saat analisis regresi dengan menggunakan program

SPSS. Berdasarkan Gambar 4.1, besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak

langsung serta pengaruh total disajikan ke dalam bentuk tabel seperti Tabel 4.2

berikut:

53

Tabel 4.2 Besarnya Pengaruh Langsung, Tidak Langsung serta Pengaruh Total

Antar Variabel

Pengaruh Variabel

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh Total

X1 X3 b1 - b1

X2 X3 b2 - b2

X1 Y b3 b1 x b4 b3 + (b1 x b4)

X3 Y b4 - b4

X2 Y b5 b2 x b4 b5 + (b2 x b4)

Keterangan : Y = Return Saham X1 = Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS X2 = DER X3 = Risiko Sistematis

Langkah terakhir ialah interpretasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-jalur

pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat

dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar.

54

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam Bab ini, dilakukan pembahasan tentang evaluasi ketepatan data yang

akan diteliti dalam penggunaan path analysis, dimana variabel-variabel yang akan

dianalisis ialah : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER, Risiko Sistematis yang

diwakili oleh beta, serta return saham.

5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian

Berikut akan dijelaskan mengenai gambaran umum masing-masing

perusahaan yang sahamnya menjadi sampel penelitian.

1) PT. Arwana Citramulia Tbk (ARNA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri keramik, yang didirikan di

Jakarta pada tahun 1995. PT. Arwana Citramulia Tbk terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli 2001.

Pemegang saham PT. Arwana Citramulia Tbk antara lain : RBS Coutts

Bank Ltd. Singapore sebesar 24,93 persen, PT Suprakreasi Eradinamika

sebesar 13,64 persen, HSBC-Fund Services Clients A/C 500 sebesar

13,29 persen, UBS AG Singapore –Non-Treaty Omnibus Account UBS

Equities sebesar 12,41 persen, Skadinaviska Enskilda Banken sebesar 7,5

persen serta kepemilikan publik sebesar 28,23 persen.

2) PT. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG)

Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur

kaca. Perusahaan ini terbentuk dari gabungan perusahaan Jepang yaitu

Asahi Glass Co. Ltd. dengan perusahaan Indonesia yaitu PT. Rodamas

55

Co. Ltd. pada tahun 1971. PT. Asahimas Flat Glass Tbk terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia pada bulan November 1995. Kantor pusat

perusahaan ini berlokasi di Jakarta.

Pemegang saham PT. Asahimas Flat Glass Tbk antara lain : Asahi Glass

Co. Ltd. sebesar 43,86 persen, PT Rodamas Co. Ltd. sebesar 40,67

persen, Margono Djojosumarto sebesar 0,02 persen serta kepemilikan

publik sebesar 15,45 persen.

3) PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen.

Perusahaan ini terbentuk pertama kali dengan nama PT. Semen Cibinong

pada tahun 1971. PT. Holcim Indonesia Tbk terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia pada tahun 1989. Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di

Jakarta.

Pemegang saham PT. Holcim Indonesia Tbk antara lain : Holderfin B.V.

sebesar 77,33 persen, kepemilikan publik asing (mancanegara) sebesar

15,10 persen serta kepemilikan publik domestik sebesar 7,57 persen.

4) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri semen portland, yang

didirikan di Jakarta pada tahun 1985. PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pemegang saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk antara lain :

Birchwood Omnia Limited sebesar 51 persen, PT Mekar Perkasa sebesar

13,03 persen serta kepemilikan publik sebesar 35,97 persen.

56

5) PT. Itamaraya Gold Industri Tbk (ITMA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur emas, yang

didirikan di Surabaya pada tahun 1987. PT. Itamaraya Gold Industri Tbk

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007.

Pemegang saham PT. Itamaraya Gold Industri Tbk antara lain : Trust

Energy Resources Pte., Ltd sebesar 94,95 persen serta kepemilikan

publik sebesar 5,05 persen.

6) PT. JAPFA Tbk (JPFA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur makanan

hewan, yang terbentuk oleh investasi modal asing di Jakarta pada tahun

1971. PT. JAPFA Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun

1992.

Pemegang saham PT. JAPFA Tbk antara lain: Malvolia Pte., Ltd. sebesar

58,32 persen serta kepemilikan publik sebesar 41,68 persen.

7) PT. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS)

Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur

besi dan baja, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1973. Perusahaan ini

bekerja sama dengan PT. Krakatau Steel dan pemasok dari Hongkong

serta Korea dalam memperluas produksinya untuk memperoleh bahan

baku. PT. Jaya Pari Steel Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada

tahun 1989.

Pemegang saham PT. Jaya Pari Steel Tbk antara lain: International

Magnificent Fortune Limited sebesar 35,70 persen, Vihara Limited

57

sebesar 32,72 persen, Gwie Gunawan sebesar 15,53 persen serta

kepemilikan publik sebesar 16,05 persen.

8) PT. Lion Metal Works Tbk (LION)

Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri peralatan kantor yang

terbuat dari besi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972 oleh J.P.

Sudarma dari Indonesia, Teoh Chiang Manufacturing Pte. Ltd. dari

Singapura dan Lion Enterprise Sdn. Bhd. dari Malaysia, Lion Holding

Pte. Ltd. PT. Lion Metal Works Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

pada tahun 1997.

Pemegang saham PT. Lion Metal Works Tbk antara lain : Lion Holding

Pte. Ltd. sebesar 28,85 persen, Lion Holdings Sdn. Bhd. sebesar 28,85

persen, Cheng Yong Kim sebesar 0,13 persen, Lim Tai Pong sebesar

0,08 persen, Ir. Krisant Sophiaan sebesar 0,02 persen serta kepemilikan

publik sebesar 42,07 persen.

9) PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS)

Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keramik dan distributor.

Perusahaan ini memproduksi, mendistribusi serta memasarkan produk-

produk keramik untuk keperluan bangunan. PT. Keramika Indonesia

Assosiasi Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007.

Pemegang saham PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk antara lain:

Farrington Inc. sebesar 69,31 persen, Farrington Inc. sebesar 69,31

persen, Concept Link Ltd. sebesar 24,17 persen, PT Mitra Investindo

Multicorpora sebesar 3,42 persen serta kepemilikan publik sebesar 3,10

persen.

58

10) PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur makanan

hewan, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1998. PT. Malindo Feedmill

Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006.

Pemegang saham PT. Malindo Feedmill Tbk antara lain: Dragon Amity

Ltd., Mauritius sebesar 59,00 persen serta kepemilikan publik sebesar

41,00 persen.

11) PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri kawat tembaga, yang

didirikan pada tahun 1977. Perusahaan yang berkantor pusat di

Cengkareng ini terbentuk dari joint venture antara Supreme Cable

Manufacturing Corporation (SUCACO) dari Indonesia dengan dua

perusahaan Jepang, yaitu Furukawa Electric Co. Ltd. dan Toyomenka

Kaisha Ltd. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2001.

Pemegang saham PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk antara lain: The

Furukawa Electric Co. Ltd. sebesar 42,41 persen, PT SUCACO Tbk

sebesar 33,81 persen, Toyota Tsusho Corporation sebesar 10,00 persen

serta kepemilikan publik sebesar 13,78 persen.

12) PT. Titan Kimia Nusantara Tbk (FPNI)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri Polypropylene, yang

terbentuk di Jakarta pada tahun 1987 dengan nama PT. Fatrapolindo

Nusa Industri. Pada tahun 2008, PT. Fatrapolindo Nusa Industri berganti

59

nama menjadi PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. PT. Tembaga Mulia

Semanan Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002.

Pemegang saham PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk antara lain: Titan

International Corp. Sdn. Bhd. sebesar 90,40 persen serta kepemilikan

publik sebesar 9,60 persen.

13) PT. Toba Pulp Lestari Tbk (INRU)

Perusahaan yang berkantor pusat di Medan ini bergerak dalam bidang

industri kertas. PT. Toba Pulp Lestari Tbk terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2007.

Pemegang saham PT. Toba Pulp Lestari Tbk antara lain: Pinnacle

Company Limited sebesar 90,60 persen serta kepemilikan publik sebesar

9,40 persen.

14) PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang asuransi, didirikan di Jakarta pada

tahun 1982. Pada tahun pertama setelah didirikan, perusahaan ini

bernama PT. Asuransi Bina Dharma Arta, namun pada tahun 1994 nama

perusahaannya berubah menjadi PT. Dharmala Insurance, kemudian

berubah lagi menjadi PT. Asuransi Bina Dana Arta. PT. Asuransi Bina

Dana Arta Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1989.

Pemegang saham PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk antara lain: RBS

Coutts Bank Ltd. sebesar 37,58 persen, ABN AMRO Bank N.V.Singapore

Branch S/A Account Clients sebesar 36,12 persen, The Bank of New York

as Custodian or Trustee for Non Treaty Accounts sebesar 17,76 persen

serta kepemilikan publik sebesar 8,54 persen.

60

15) PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada

tahun 1972 dan berkantor pusat di Bandung dengan nama PT. Bank Pasar

Karya Parahyangan. Pada bulan Maret tahun 1989, PT. Bank Pasar

Karya Parahyangan berubah status menjadi bank komersial dengan nama

PT. Bank Nusantara Parahyangan. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001.

Pemegang saham PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk antara lain:

ACOM CO., LTD. sebesar 55,68 persen, The Bank of Tokyo-Mitsubishi

UFJ, Ltd. sebesar 20,00 persen, PT Hermawan Sentral Investama sebesar

7,50 persen, PT Hermawan Ladang Arta sebesar 7,50 persen serta

kepemilikan publik sebesar 9,32 persen.

16) PT. Trimegah Securities Tbk (TRIM)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang investasi dan broker saham, yang

terbentuk di Jakarta pada tahun 1990. PT. Trimegah Securities Tbk

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000.

Pemegang saham PT. Trimegah Securities Tbk antara lain: MLPFS S/A

Demerara Limited sebesar 26,51 persen, Deutsche Bank AG, London

sebesar 25,85 persen, United Investment Inc sebesar 21,07 persen,

Northern TST GSL RE Clients Teraty AC sebesar 10,13 persen, Avi Y.

Dwipayana sebesar 0,24 persen, Omar S. Anwar sebesar 0,03 persen, PT.

Trimegah Securities Tbk (Treasury Stock) sebesar 5,49 persen serta

kepemilikan publik sebesar 10,68 persen.

61

17) PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada

tahun 1990 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. Bank Ekonomi Raharja

Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.

Pemegang saham PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk antara lain: HSBC

Asia Pacific Holding (UK) Limited sebesar 98,96 persen, PT Surya Sakti

Investments sebesar 1,00 persen serta kepemilikan publik sebesar 0,04

persen.

18) PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada

tahun 1959 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. Bank Internasional

Indonesia Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990.

Pemegang saham PT. Bank Internasional Indonesia Tbk antara lain:

Sorak Financial Holdings Pte., Ltd. sebesar 54,33 persen, Mayban

Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd. sebesar 43,08 persen

serta kepemilikan publik sebesar 2,59 persen.

19) PT. BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada

tahun 1982 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. BFI Finance Indonesia

Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990.

Pemegang saham PT. BFI Finance Indonesia Tbk antara lain: The

Northern Trust S/A AVFC sebesar 19,45 persen, Deutsche Bank AG,

London sebesar 17,79 persen, CS Securities Europe Ltd. Prime

62

Brokerage sebesar 15,00 persen, Mellon Bank NA S/A Mackenzie Cundill

sebesar 5,80 persen serta kepemilikan publik sebesar 41,96 persen.

20) PT. Asia Natural Resources Tbk (ASIA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri, pertambangan, pertanian

dan real estate, yang berkantor pusat di Jakarta. PT. Asia Natural

Resources Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pemegang saham PT. Asia Natural Resources Tbk antara lain: Rich

Achive Enterprise Ltd. sebesar 36,46 persen, Wellstead Investment Pte.,

Ltd. sebesar 23,82 persen serta kepemilikan publik sebesar 39,72 persen.

21) PT. Wicaksana Overseas International Tbk (WICO)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distributor, yang

berkantor pusat di Jakarta. PT. Wicaksana Overseas International Tbk

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pemegang saham PT. Wicaksana Overseas International Tbk antara lain:

Assetia Capital Management Ltd., British Virgin Island sebesar 78,10

persen, PT Wira Saksama sebesar 9,49 persen serta kepemilikan publik

sebesar 12,41 persen.

22) PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distributor

peralatan berat, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1988. PT. Hexindo

Adiperkasa Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1995.

Pemegang saham PT. Hexindo Adiperkasa Tbk antara lain: Hitachi

Construction Machinery Co. Ltd., Japan sebesar 48,59 persen, Itochu

Corp., Japan sebesar 22,53 persen, Hitachi Construction Machinery Asia

63

Pacific Pte., Ltd sebesar 5,07 persen, Toru Sakai sebesar 0,19 persen

serta kepemilikan publik sebesar 23,62 persen.

23) PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP)

Perusahaan ini bergerak dalam bidang restoran, yang didirikan di Jakarta

pada tahun 1983. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pemegang saham PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk antara lain:

DB Nominees Singapore Ltd sebesar 59,40 persen, Bony-Non Treaty Acct

sebesar 9,99 persen, ABN AMRO Singapore Nominees sebesar 9,37

persen, PT Bayu Buana Tbk sebesar 8,91 persen, Diamond Millenium

Ltd. sebesar 5,12 persen serta kepemilikan publik sebesar 7,21 persen.

5.2 Deskripsi Variabel

Variabel yang dioperasikan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

endogen dan eksogen. Variabel endogen meliputi: risiko sistematis yang

ditunjukkan oleh beta serta return saham. Variabel eksogen meliputi: nilai tukar

Rupiah per Dollar AS dan DER.

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Return 276 -0,77 0,73 -0,0187 0,18141

Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

276 3,98 4,02 3,9943 0,01277

DER 276 0,04 19,06 3,5907 3,81719

Risiko Sistematis 276 -1,63 2,51 0,1320 0,65714

Valid N (listwise) 276

Sumber: Lampiran 6

64

Berdasarkan Tabel 5.1, Return memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar

-0,0187 yang artinya rata-rata return yang diperoleh perusahaan multinasional

yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar -0,0187 atau

-1,87 persen. Standar Deviasi variabel return sebesar 0,18141 berarti selama

pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan return

sebesar 0, 18141 atau 18,14 persen dari rata-ratanya. Return terendah (minimum)

ialah -0,77, sedangkan return tertinggi (maksimum) ialah 0,73.

Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar

3,9943 yang artinya rata-rata Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS yang diperoleh

perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010

ialah sebesar 3,9943. Standar Deviasi variabel Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

sebesar 0,01277 berarti selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010,

terjadi penyimpangan Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS sebesar 0,01277 dari

rata-ratanya. Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terendah (minimum) ialah 3,98,

sedangkan Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS tertinggi (maksimum) ialah 4,02.

DER memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 3,5907 yang artinya rata-rata

DER perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli

2010 ialah sebesar 3,5907. Standar Deviasi variabel DER sebesar 3,81719 berarti

selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan DER

sebesar 3,81719 dari rata-ratanya. DER terendah (minimum) ialah 0,04,

sedangkan DER tertinggi (maksimum) ialah 19,06.

Risiko sistematis memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,1320 yang

artinya rata-rata risiko sistematis perusahaan multinasional yang menjadi sampel

pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar 0,1320. Standar Deviasi variabel

65

risiko sistematis sebesar 0,65714 berarti selama pengamatan pada periode Juli

2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan risiko sistematis sebesar 0,65714 dari rata-

ratanya. Risiko Sistematis terendah (minimum) ialah -1,63, sedangkan risiko

sistematis tertinggi (maksimum) ialah 2,51.

5.3 Hasil Penelitian

Pada tahap ini akan dimulai dengan mengevaluasi pemenuhan asumsi analisis

jalur, diantaranya:

1) Dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier. Uji

linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony.

Prinsip parsimony ialah apabila seluruh model signifikan atau non

signifikan, maka model tersebut dapat dikatakan berbentuk linier.

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran

kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung hubungan

kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan

reliabel).

4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori

dan konsep-konsep relevan.

5.3.1 Evaluasi terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur

Evaluasi terhadap pemenuhan asumsi analisis jalur ini dilakukan agar

hasilnya memuaskan. Berikut merupakan asumsi yang melandasi analisis jalur:

1) Di dalam model analisis jalur hubungan antar variabel adalah linier dan

aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip

66

parsimony. Prinsip parsimony ialah bilamana hasil dari seluruh model

menunjukkan signifikan ataupun tidak signifikan, maka model tersebut

dikatakan telah berbentuk linier. Semua hubungan antar variabel dalam

penelitian ini menunjukkan hubungan yang linier, seperti yang terlihat

pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Ringkasan Model Linier

Hubungan F Hitung

df1 df2 P.Value Keterangan

X1 X3 0,111 34,187 1 274 0,000 Signifikan

X2 X3 0,172 57,098 1 274 0,000 Signifikan

X1 Y 0,180 60,145 1 274 0,000 Signifikan

X3 Y 0,177 58,836 1 274 0,000 Signifikan

X2 Y 0,199 67,902 1 274 0,000 Signifikan

Sumber: Lampiran 7, 8, 9, 10, 11 Data Diolah

Keterangan:

X1: Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

X2: DER (Debt Equity Ratio)

X3: Risiko Sistematis

Y : Return Saham

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Pada Gambar 4.1 terlihat

bahwa model yang dibuat merupakan model dengan sistem aliran kausal

ke satu arah, tidak ada aliran yang bolak-balik, sehingga analisis jalur

layak digunakan.

67

3) Ukuran data sampel variabel endogen dan eksogen yang dianalisis

merupakan data yang berskala rasio, sehingga analisis jalur layak

diterapkan.

4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori

dan konsep yang relevan pada Bab II dan Bab III dalam penelitian ini.

5.3.2 Pengujian Validitas Model

Dalam pengujian validitas model, digunakan koefisien determinasi total.

Berikut ini adalah perhitungan validitas model:

211 1 RPe −=

256,01−=

863,0=

222 1 RPe −=

362,01−=

799,0=

)(1 22

21

2 PePeRm ×−=

)799,0863,0(1 22 ×−=

5253,0=

Koefisien determinasi total (R2m) 0,5253 berarti sebesar 52,53 persen

informasi yang terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan

sisanya sebesar 47,47 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang

dibentuk.

68

5.3.3 Hasil Analisis Regresi

Pada bagian ini dilakukan pendugaan koefisien jalur. Berikut ini merupakan

ringkasan koefisien jalur hasil olahan data regresi:

Tabel 5.3

Ringkasan Koefisien Jalur

Regresi Koefisien Regresi Standar

Standard Error

t hitung P. Value Keterangan

X1 X3 -0,291 2,703 -5,534 0,000 Signifikan

X2 X3 -0,383 0,009 -7,294 0,000 Signifikan

X1 Y -0,330 0,730 -6,429 0,000 Signifikan

X3 Y 0,170 0,015 3,026 0,003 Signifikan

X2 Y -0,339 0,003 -6,359 0,000 Signifikan

Sumber: Lampiran 12 dan Lampiran 13

Keterangan:

X1 : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

X2 : DER

X3 : Risiko Sistematis

Y : Return Saham

Berdasarkan Tabel 5.2, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang diteliti

berpengaruh signifikan. Hubungan dari pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS

dan DER terhadap risiko sistematis dan return saham dapat dijelaskan pada

Gambar 5.1 berikut ini.

69

Gambar 5.1

Hasil Koefisien Diagram Jalur Persamaan struktural untuk persamaan tersebut ialah:

Substruktur 1: X3 = -0,291X1-0,383X2 + ε1………………………………….(5.1)

Substruktur 2: Y = -0,330X1-0,339X2 + 0,170X3 + ε2………………………(5.2)

Terlihat pada Gambar 5.1, nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1)

berpengaruh negatif dan signifikan sebesar -0,291 terhadap risiko sistematis (X3),

DER (X2) berpengaruh negatif signifikan sebesar -0,383 terhadap risiko sistematis

(X3).

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh negatif dan signifikan

sebesar -0,330 terhadap return saham (Y), risiko sistematis (X3) berpengaruh

positif signifikan sebesar 0,170 terhadap return saham (Y), dan DER (X2)

berpengaruh negatif signifikan sebesar -0,339 terhadap return saham (Y).

Pada Gambar 5.1 juga dapat dilihat pengaruh langsung, pengaruh tidak

langsung serta pengaruh total antar variabel.

-0,330

-0,339

0,170

ε2

-0,291

-0,383

ε1Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

(X1)

DER (X2)

Risiko Sistematis (X3)

Return Saham (Y)

0,863 0,799

70

Tabel 5.4

Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total Antar Variabel

Pengaruh Variabel

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh Total

X1 X3 -0,291 - -0,291

X2 X3 -0,383 - -0,383

X1 Y -0,330 -0,050 -0,380

X3 Y 0,170 - 0,170

X2 Y -0,339 -0,065 -0,404

Sumber: Lampiran 12 dan Lampiran 13 Data Diolah

Keterangan:

X1 : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

X2 : DER

X3 : Risiko Sistematis

Y : Return Saham

Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dijelaskan bahwa variabel nilai tukar Rupiah

per Dollar AS (X1) berpengaruh secara langsung terhadap risiko sistematis (X3)

sebesar -0,291 serta pengaruh totalnya sebesar -0,291.

DER (X2) berpengaruh secara langsung terhadap risiko sistematis (X3)

sebesar -0,383 serta pengaruh totalnya sebesar -0,383.

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh secara langsung

terhadap return saham (Y) sebesar -0,330, pengaruh secara tidak langsung melalui

risiko sistematis (X3) sebesar -0,050 sehingga pengaruh total nilai tukar Rupiah

per Dollar AS (X1) terhadap return saham (Y) sebesar -0,380.

71

Risiko sistematis (X3) berpengaruh secara langsung terhadap return saham

(Y) sebesar 0,170 serta pengaruh totalnya sebesar 0,170.

DER (X2) berpengaruh secara langsung terhadap return saham (Y) sebesar

-0,339, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis (X3) sebesar

-0,065 sehingga pengaruh total DER (X2) terhadap return saham (Y) sebesar

-0,404.

5.3.4 Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini yang menjadi perhatian adalah pengaruh

langsung dan signifikan yang ditunjukkan oleh anak panah antar variabel pada

penelitian ini.

1) Hipotesis pertama

H1: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif dan

signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa

Efek Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh nilai

tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis adalah sebesar

-0,291 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil

penelitian ini menerima H0 atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah per

Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli

2009- Juli 2010.

2) Hipotesis kedua

H2: DER berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

72

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh DER

terhadap risiko sistematis adalah sebesar -0,383 dengan taraf

signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menerima

H0 atau dengan kata lain DER berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010.

3) Hipotesis ketiga

H3: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa

Efek Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh nilai

tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham adalah sebesar

-0,330 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil

penelitian ini menolak H0 atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah per

Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli

2009- Juli 2010.

4) Hipotesis keempat

H4: Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh

risiko sistematis terhadap return saham adalah sebesar 0,170 dengan

taraf signifikansi 0,003, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini

menolak H0 atau dengan kata lain risiko sistematis berpengaruh positif

73

dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di

Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010.

5) Hipotesis kelima

H5: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh DER

terhadap return saham adalah sebesar -0,339 dengan taraf signifikansi

0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menolak H0 atau

dengan kata lain DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada

periode Juli 2009- Juli 2010.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa nilai tukar Rupiah per

Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli

2010 dengan koefisien regresi nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko

sistematis sebesar -0,291. Pengaruh secara langsung nilai tukar Rupiah per Dollar

AS terhadap risiko sistematis -0,291 serta pengaruh totalnya sebesar -0,291. Hal

ini menggambarkan bahwa pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap

risiko sistematis sebesar -29,10 persen. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS memiliki

pengaruh yang cukup kuat terhadap risiko sistematis yaitu sebesar -29,10 persen.

74

Hal ini mengisyaratkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS dapat

menjelaskan risiko sistematis sebesar -29,10 persen. Depresiasi Rupiah akan

menguatkan Dollar AS, hal tersebut mengakibatkan risiko sistematis meningkat,

namun hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan nilai yang negatif. Ini berarti

Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap Dollar AS, namun risiko

sistematis berkurang. Kemungkinan Bank Indonesia melakukan intervensi

menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pasar uang

sehingga Rupiah menguat.

Hasil penelitian ini bertentangan hasil temuan dari Sudiyatno (2010), yaitu

nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif terhadap risiko sistematis.

Meningkatnya nilai tukar Rupiah per Dollar AS atau terdepresiasinya Rupiah

terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat.

5.4.2 Pengaruh DER terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa DER berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi DER

terhadap risiko sistematis sebesar -0,383. DER berpengaruh secara langsung

terhadap risiko sistematis sebesar -0,383 serta pengaruh totalnya sebesar -0,383.

Hal ini menggambarkan bahwa DER berpengaruh terhadap risiko sistematis

sebesar -38,30 persen. DER memiliki pengaruh yang kuat terhadap risiko

sistematis, yaitu sebesar -38,3 persen.

Semakin besar DER atau tingkat utang perusahaan akan mengakibatkan

risiko sistematis berkurang. Kemungkinan hal ini terjadi akibat perusahaan

75

multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata uang Rupiah

daripada Dollar AS.

Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis menyebabkan

investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh dana, dalam hal ini utang

dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat bisnisnya berhasil dan menghasilkan

laba bersih bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh

utangnya. Kepercayaan kreditor terhadap perusahaan meningkat, sehingga

kreditor tidak akan menaikkan tingkat suku bunga. Kreditor akan memberikan

pinjaman kembali apabila perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan

risiko sistematis berkurang.

Hasil penelitian ini mendukung temuan dari Racelis (2007) yang menemukan

bahwa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap beta. Penelitian tersebut

menunjukkan pada tingkat risiko operasi yang tinggi tidak seharusnya

meningkatkan tingkat utang.

5.4.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Return Saham

Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa nilai tukar Rupiah per

Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan

multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan

koefisien regresi nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham sebesar -

0,330.

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh secara langsung terhadap

return saham sebesar -0,330, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko

sistematis sebesar -0,050 sehingga pengaruh total nilai tukar Rupiah per Dollar

76

AS terhadap return saham sebesar -0,380. Hal ini menggambarkan bahwa

pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham sebesar -33

persen.

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS memiliki pengaruh secara langsung yang

kuat terhadap return saham, yaitu sebesar -33 persen. Variabel risiko sistematis

memperkuat pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham

sebesar -5 persen, sehingga total pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS

terhadap return saham ialah sebesar -38 persen.

Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif terhadap return

saham, ini berarti semakin besar nilai tukar Rupiah per Dollar AS akan

menyebabkan return saham berkurang. Hal ini disebabkan pada periode

pengamatan yaitu periode Juli 2009- Juli 2010, perusahaan-perusahaan

multinasional lebih banyak melakukan impor pada saat nilai tukar Rupiah per

Dollar AS tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif pada industri di dalam

negeri. Biaya produksi perusahaan semakin meningkat yang kemudian memicu

harga produk semakin mahal. Hal ini akan menyebabkan penjualan berkurang,

laba bersih yang diperoleh perusahaan berkurang. Berkurangnya laba bersih yang

diperoleh perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal kinerja keuangan

perusahaan menurun, sehingga return saham juga akan turun.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Prihantini (2009), Maysami

et al. (2004) dan Triayuningsih (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar

berpengaruh negatif terhadap return saham.

77

5.4.4 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Saham

Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh bahwa risiko sistematis

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan

multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan

koefisien regresi risiko sistematis terhadap return saham sebesar 0,170. Risiko

sistematis berpengaruh secara langsung terhadap return saham sebesar 0,170 serta

pengaruh totalnya sebesar 0,170. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh risiko

sistematis terhadap return saham lemah, yaitu sebesar 17 persen.

Penelitian ini dilakukan pada periode pengamatan Juli 2009-Juli 2010.

Periode tersebut ialah periode dimana kondisi perekonomian di Indonesia mulai

membaik dari krisis global. Pengaruh krisis global tersebut masih berpengaruh

terhadap kondisi perekonomian di Indonesia, namun perusahaan masih dapat

memperoleh laba bersih, sehingga investor masih dapat memperoleh capital gain..

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, yaitu risiko sistematis berpengaruh

positif dengan return saham, jika risiko sistematis meningkat, maka return saham

juga meningkat.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Theriou et al (2010), beta

berpengaruh positif terhadap return saham pada saat kondisi pasar meningkat.

5.4.5 Pengaruh DER terhadap Return Saham

Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa DER berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek

Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi DER

terhadap return saham sebesar -0,339.

78

DER berpengaruh secara langsung terhadap return saham sebesar -0,339,

pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis sebesar -0,065 sehingga

pengaruh total DER terhadap return saham sebesar -0,404.

DER memiliki pengaruh secara langsung yang kuat terhadap return saham,

yaitu sebesar -33,9 persen. Variabel risiko sistematis memperkuat pengaruh DER

terhadap return saham sebesar -6,5 persen, sehingga total pengaruh DER terhadap

return saham ialah sebesar -40,4 persen.

Hasil penelitian menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham. Hal ini disebabkan oleh banyak perusahaan menggunakan

utang dengan tingkat utang yang tinggi yang memberikan sinyal kepada investor

bahwa perusahaan memiliki risiko yang besar. Investor akan menjauhi saham-

saham yang berisiko besar, sehingga harga saham serta return saham menurun .

Ini dapat terlihat pada Tabel 5.1, dimana nilai maksimum DER ialah 19,06,

sedangkan rata-rata DER ialah 3,59.

Semakin tinggi DER menunjukkan bahwa tingginya utang perusahaan yang

dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan

memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya

utang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar

dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh

pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka.

Selain itu juga ada kemungkinan berlakunya balacing theory, di mana

penggunaan utang pada titik tertentu justru akan menurunkan nilai perusahaan

79

karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan

kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Solechan (2010), Juita

(2007) dan Prihantini (2009), yang menemukan bahwa DER (Debt to Equity

Ratio) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.

5.5 Implikasi Penelitian

Pada bagian ini, terdapat dua implikasi, yaitu implikasi teoritis dan implikasi

praktis.

5.5.1 Implikasi Teoritis

1) Dalam penelitian ini juga ditemukan risiko sistematis berpengaruh positif

dan signifikan terhadap return saham. Hasil ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa semakin tinggi risiko sistematis maka semakin tinggi

juga return sahamnya.

2) Dalam penelitian ini juga ditemukan DER berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap return saham. Semakin tinggi DER menunjukkan

bahwa tingginya utang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang

ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban

tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya utang yang

dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar

dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh

pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka.

80

Selain itu juga ada kemungkinan berlakunya balacing theory, di mana

penggunaan utang pada titik tertentu justru akan menurunkan nilai

perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak

sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dikatakan bahwa variabel

DER dan risiko sistematis masih relevan untuk digunakan dalam penelitian

terhadap return saham, sedangkan variabel nilai tukar Rupiah per Dollar AS

masih belum relevan untuk digunakan dalam penelitian terhadap return saham.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh temuan-temuan yang diperoleh dari

penelitian pendahulunya.

5.5.2 Implikasi praktis

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis. Ini

menunjukkan bahwa Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi

terhadap Dollar AS, namun risiko sistematis berkurang. Kemungkinan

Bank Indonesia melakukan intervensi menggunakan kebijakan fiskal dan

moneter untuk mempengaruhi pasar uang sehingga Rupiah menguat.

2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa

Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010.

Ini berarti penggunaan tingkat utang yang tinggi akan menyebabkan

risiko sistematis menjadi menurun. Kemungkinan hal ini terjadi akibat

perusahaan multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata

uang Rupiah daripada Dollar AS.

81

Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis

menyebabkan investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh

dana, dalam hal ini utang dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat

bisnisnya berhasil dan menghasilkan laba bersih bagi perusahaan

sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh utangnya. Kepercayaan

kreditor terhadap perusahaan meningkat, sehingga kreditor tidak akan

menaikkan tingkat suku bunga. Kreditor akan memberikan pinjaman

kembali apabila perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan

risiko sistematis berkurang.

Perusahaan harus berhati-hati dalam penggunaan utang, walaupun

penggunaan utang dapat menghemat pajak serta memperoleh manfaat

berupa leverage, namun semakin besar utang berarti semakin besar risiko

utang tersebut tidak terbayarkan. Akibatnya perusahaan akan

menanggung beban utang yang besar yang mempengaruhi laba

perusahaan. Laba perusahaan yang menurun akan ditangkap oleh

investor sebagai sinyal bahwa kinerja perusahaan tersebut menurun.

Investor menganggap investasi pada perusahaan tersebut tidak

memberikan keuntungan serta beralih ke saham perusahaan lain. Oleh

karena itu dalam perencanaan struktur modal hendaknya komposisi

antara modal sendiri dan utang diatur agar optimal sehingga dapat

menghasilkan laba bagi perusahaan.

3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Perusahaan-

perusahaan multinasional lebih banyak melakukan impor pada saat nilai

82

tukar Rupiah per Dollar AS tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif

pada industri di dalam negeri. Biaya produksi perusahaan semakin

meningkat yang kemudian memicu harga produk semakin mahal. Hal ini

akan menyebabkan penjualan berkurang, laba bersih yang diperoleh

perusahaan berkurang. Berkurangnya laba bersih yang diperoleh

perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal kinerja keuangan

perusahaan menurun, sehingga return saham juga akan turun.

83

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai

berikut:

1) Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional pada periode Juli

2009- Juli 2010. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai yang negatif. Ini

berarti Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap Dollar AS,

namun risiko sistematis berkurang. Kemungkinan Bank Indonesia

melakukan intervensi menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk

mempengaruhi pasar uang sehingga Rupiah menguat.

2) DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis

perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Semakin

besar DER atau tingkat utang perusahaan akan mengakibatkan risiko

sistematis berkurang. Kemungkinan hal ini terjadi akibat perusahaan

multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata uang Rupiah

daripada Dollar AS.

Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis menyebabkan

investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh dana, dalam hal

ini utang dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat bisnisnya berhasil dan

menghasilkan laba bersih bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat

membayarkan seluruh utangnya. Kepercayaan kreditor terhadap

84

perusahaan meningkat, sehingga kreditor tidak akan menaikkan tingkat

suku bunga. Kreditor akan memberikan pinjaman kembali apabila

perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan risiko sistematis

berkurang.

3) Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham perusahaan multinasional pada periode Juli 2009-

Juli 2010. Semakin besar nilai tukar Rupiah per Dollar AS mengakibatkan

return saham semakin kecil. Hal ini disebabkan pada periode pengamatan

yaitu periode Juli 2009- Juli 2010, perusahaan-perusahaan multinasional

lebih banyak melakukan impor pada saat nilai tukar Rupiah per Dollar AS

tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif pada industri di dalam negeri.

Biaya produksi perusahaan semakin meningkat yang kemudian memicu

harga produk semakin mahal. Hal ini akan menyebabkan penjualan

berkurang, laba bersih yang diperoleh perusahaan berkurang.

Berkurangnya laba bersih yang diperoleh perusahaan ditangkap oleh

investor sebagai sinyal kinerja keuangan perusahaan menurun, sehingga

return saham juga akan turun.

4) Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Penelitian ini

dilakukan pada periode pengamatan Juli 2009-Juli 2010. Periode tersebut

ialah periode dimana kondisi perekonomian di Indonesia mulai membaik

dari krisis global. Pengaruh krisis global tersebut masih berpengaruh

terhadap kondisi perekonomian di Indonesia, namun perusahaan masih

85

dapat memperoleh laba bersih, sehingga investor masih dapat memperoleh

capital gain.

5) DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Hasil

penelitian menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

return saham. Hal ini disebabkan oleh banyak perusahaan menggunakan

utang dengan tingkat utang yang tinggi yang memberikan sinyal kepada

investor bahwa perusahaan memiliki risiko yang besar. Investor akan

menjauhi saham-saham yang berisiko besar, sehingga harga saham serta

return saham menurun. Ini dapat terlihat pada Tabel 5.1, dimana nilai

maksimum DER ialah 19,06, sedangkan rata-rata DER ialah 3,59.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran

yang ingin disampaikan, antara lain:

1) Untuk perusahaan disarankan untuk berhati-hati dalam penggunaan utang,

walaupun hasil dari penelitian ini menyatakan DER berpengaruh negatif

terhadap risiko sistematis namun hal tersebut berlaku pada periode Juli

2009- Juli 2010. Pada periode yang berbeda, hasil penelitian belum tentu

mengarah pada temuan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, ada

baiknya perusahaan menggunakan lebih banyak utang dalam mata uang

Rupiah daripada Dollar AS. Di samping itu perusahaan juga harus

mengatur komposisi antar utang dan modal agar utang optimal.

Penggunaan utang secara optmal dapat memberikan leverage (daya ungkit)

pada laba bersih, sehingga laba bersih perusahaan meningkat.

86

2) Dalam penelitian selanjutnya, peneliti disarankan menggunakan variabel-

variabel makro ekonomi yang lain selain nilai tukar, seperti: inflasi, GDP,

GNP yang memiliki keterkaitan serta pengaruh yang lebih besar terhadap

risiko sistematis serta return saham.

3) Dalam penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk memberlakukan

variabel DER sebagai Endogenous Intervening Variable yang dipengaruhi

oleh nilai tukar Rupiah per Dollar AS.

4) Peneliti dapat menggunakan sampel saham perusahaan multinasional dari

sektor-sektor lainnya dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga hasil

penelitian lebih akurat.

87

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fahmi.2010. Rekomendasi: Saham apa yang patut dilirik hari ini.

Detikcom.(online),(http://sahambumicrash2009.blogdetik.com/2010/10/13/ihsg-tgl-141010/)

Ali, I., Rehman, K. U., Yilmaz,a. K., Khan, M.a., danafsal, H. 2010. Causal Relationship between Macro-economic Indicators and Stock Exchange Prices in Pakistan, African Journal of Business Management 4. pp. 312-319.

Ang, R, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft, Jakarta.

Ardiana, Putu Agus. 2006. Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Internal Perusahaan terhadap Risiko Sistematis Saham Emiten di Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Udayana, dipublikasikan.

Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus 2006

Bailey, M.J. 1999. The Welfare Cost of Inflationary Finance. Journal of Political Economic 64. Hal. 93-110.

Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A. J. 2002. Essentials Investment. McGraw-Hill: New York.

Fabozzi, E.J.and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and Instrument. Upper Saddle River New Jersey.

Gay, R. D. 2008. Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India,and China. International Business & Economics Research Journal. March. Vol.7 No.3.

Gunsel, N. Cukur, S. 2007. The Effects of Macroeconomic Factors on the London Stock Returns: a Sectoral AppROAch. International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887. Issue 10 (2007).

Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul, 2000 Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta : UPPAMP YKPN.

Hardiningsih, Pancawati. Suryanto, Chariri, A, 2002, Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry & Chemical, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI.

Haruman, Tendy. 2005. Pengaruh Faktor Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham di

88

PT. Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Volume 6, no. 3, Oktober 2005

Higgins, Robert C. 1990. Analysis for Financial Management, Illionis: Richard D Irwin, Inc

Husnan, Suad. 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas di Pasar Modal, UPP-AMP YKPN: Yogyakarta.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta

Juita, Dian Sukma dan Susi Retna C. 2007. Pengaruh Adanya Praktik Income Smoothing serta Tingkat Utang terhadap Return Saham Perusahaan-perusahaan Industri Barang Konsumsi dan Aneka Industri di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 – 2006. Jurnal Riset Akuntansi. Volume 6, No. 1, Juni 2007.

Kapoor, Ajai K. dan Ralpha. Pope. 1997. The Relationship between Corporate Debt Issuance and Changes in Systematic Risk. Journal of Financial and Strategic Decisions. Volume 10 Number 3.

Koesno. 2002. Analisis dalam Pembelian Saham di Pasar Modal.

Kosim, Bellywati. 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang.

Kuncoro,Mudrajad.1996. Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:BPFE.

Lukas, S.A. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta : Andi Offset

Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance Keuangan Perusahaan In-ternasional. Edisi8. Jakarta: Salemba Empat.

Maysami et al. (2004). Relationship between Macroeconomic Variables and Stock Market Indices: Cointegration Evidence from Stock Exchange of Singapore’s All-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan. Vol: 24, Hal. 44-77.

Miller, K.D., dan Reuer, J.J. 1998. Firm Strategy and Economic Exposure of Foreign Exchange Movements. Journal of International Business Studies. Vol: 29, No.3, Hal. 493-513.

Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta.

Permana, Yogi. 2009. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Harga Saham (studi kasus perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Gunadarma dipublikasikan.

Prihantini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan.

89

Racelis, Aliza D. 2007. Capital Structure and Systematic Risk in the Philippine Setting. College of Business Administration University of the Philippines,Dillman,QuezonCity.(online),(http://www.upd.edu.ph/~cba/phd/docs/racelis2.pdf)

Ross, Stephena. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing. Journal of Economic Theory, Vol. 13; pp. 341 – 360.

Salamah Nur. 2002. Perbandingan Kinerja Investasi dan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Multinasional dan Domestik, Tesis, Program Studi Ilmu Manajemen Universitas Indonesia dipublikasikan.

Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Pertama, Jakarta: PT Elexmedia Komputindo.

Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi

Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditijau dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3.

Sohail, Nadeem dan Zakir Hussain. 2009. Long-Runand Short-Run Relationship Between Macroeconomic Variablesand Stock Prices in Pakistan The Case of Lahore Stock Exchange. Pakistan Economicand Social Review, Vol. 47; no.2; pp. 183-198.

Solechan, Achmad.2010. Pengaruh Earning, manajemen Laba, IOS, Beta, Size dan Rasio Utang terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.

Solimun. 2002. Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suardani, Anak Agung Putri. 2008. Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham Perusahaan pada Industri Manufaktur di Pasar Modal Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Udayana, dipublikasikan.

Subalno. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham., Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, dipublikasikan.

Sudiyatno, Bambang. 2010. Peran Kinerja Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis, dan Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan, Desertasi, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. dipublikasikan.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: MedPress.

Tandelilin, E.1997. Determinant of Systematic risk: Experience of some Indonesian Common Stock, Kelola, 16, IV: 101-115.

90

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.

Theriou, Nikolaus, Dimitrios Maditinos, Vassilios Aggelidis dan Georgios Theriou. 2010. Testing the Relation between Beta and Returns in the Athens Stock Exchange: A Second Attempt. (online), (http://www.teikav.edu.gr/abd/articles_th/second_attempt.pdf)

Thobarry, A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008) , Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan.

Triayuningsih, Retno. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dan Faktor Ekonomi Makro terhadap Return Saham Perusahaan Industri Manufaktur di BEJ Periode 1999-2001, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan.

Utomo, Denny Suryo. 2006. Pengaruh asset Growth, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004. (online),(http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008042510150900312041.pdf)

White et. al. 2003. Analysis on Financial Statementand Macro Economy.

www.bi.go.id

www.idx.co.id

Yulianti, Sri Handaru dan Prasetyo, Handoyo. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Internasional. Andi. Yogyakarta. Edisi Pertama.

91

Lampiran 1

Daftar Saham Perusahaan Multinasional yang Menjadi Populasi Penelitian

No Nama Saham Perusahaan 1 ATPK Resouces Tbk 2 PT International Nickel Indonesia Tbk 3 PT Medco Energi International Tbk 4 PT Cita Mineral Investindo Tbk 5 PT Darma Henwa Tbk 6 PT Arwana Citramulia Tbk 7 PT Asahimas Flat Glass Tbk 8 PT Holcim Indonesia Tbk 9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 10 PT Itamaraya Tbk 11 PT JAPFA Tbk 12 PT Jaya Pari Steel Tbk 13 PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 14 PT Lion Metal Works Tbk 15 PT Malindo Feedmill Tbk 16 PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 17 PT Titan Kimia Nusantara Tbk 18 PT Toba Pulp Lestari Tbk 19 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 20 PT Delta Djakarta Tbk 21 PT Merck Tbk 22 PT Unilever Indonesia Tbk 23 PT Cahaya Kalbar Tbk 24 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 25 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 26 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 27 PT Mandom Indonesia Tbk 28 PT Schering-Plough Indonesia Tbk 29 Asuransi Bina Dana Arta Tbk 30 PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk 31 PT Trimegah Securities Tbk 32 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk 33 PT Bank Swadesi Tbk 34 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 35 PT BFI Finance Indonesia Tbk

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

92

Lanjutan Lampiran 1

No Nama Saham Perusahaan 36 PT Rig Tenders Indonesia Tbk 37 PT Allbond Makmur Usaha Tbk 38 PT Goodyear Indonesia Tbk 39 PT Astra International Tbk 40 PT Gajah Tunggal Tbk 41 PT Sumi Indo Kabel Tbk 42 PT Voksel Electric Tbk 43 Sepatu Bata Tbk 44 PT Panasia Filament Inti Tbk 45 PT Century Textile Industry (CENTEX) Tbk 46 PT TIFICO Tbk 47 PT Eratex Djaja Tbk 48 PT Unitex Tbk 49 PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk 50 PT Royal Oak Development Asia Tbk 51 PT Duta Anggada Realty Tbk 52 PT Suryamas Dutamakmur Tbk 53 PT Intiland Development Tbk 54 PT Asia Natural Resources Tbk 55 PT Wicaksana Overseas International Tbk 56 PT Hexindo Adiperkasa Tbk 57 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

93

Lampiran 2

Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional

Periode Juli 2009- Juli 2010

No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA

1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920

2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060

3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401

4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983

5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970

6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958

7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775

8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848

9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674

10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527

11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683

12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648

13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550

Sumber: www.bi.go.id

Keterangan:

ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk

AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk

SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk

INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk

JPFA : PT. JAPFA Tbk

94

Lanjutan Lampiran 2

Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional

Periode Juli 2009- Juli 2010

No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI

1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920

2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060

3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401

4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983

5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970

6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958

7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775

8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848

9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674

10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527

11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683

12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648

13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550

Sumber: www.bi.go.id

Keterangan:

JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk

LION : PT. Lion Metal Works Tbk

KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk

MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk

TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk

FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk

95

Lanjutan Lampiran 2

Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional

Periode Juli 2009- Juli 2010

No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII

1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920

2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060

3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401

4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983

5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970

6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958

7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775

8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848

9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674

10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527

11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683

12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648

13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550

Sumber: www.bi.go.id

Keterangan:

INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk

ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk

BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk

BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk

BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk

96

Lanjutan Lampiran 2

Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional

Periode Juli 2009- Juli 2010

No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP

1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920

2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060

3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401

4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983

5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970

6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958

7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775

8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848

9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674

10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527

11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683

12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648

13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550

Sumber: www.bi.go.id

Keterangan:

BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk

ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk

WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk

HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

97

Lampiran 3

DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli

2009- Juli 2010

No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA

1 Jul’09 1.460 0.26 1.53 0.23 3.41 3.6

2 Aug’09 1.42 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16

3 Sep’09 1.420 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16

4 Oct’09 1.420 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16

5 Nov’09 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62

6 Dec’10 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62

7 Jan’10 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62

8 Feb’10 1.470 0.24 1.19 0.2 6.07 2.62

9 Mar’10 1.380 0.24 1.19 0.24 6.07 2.62

10 Apr’10 1.380 0.29 1.19 0.18 0.59 1.76

11 May’10 1.380 0.29 1.06 0.18 0.59 1.63

12 Jun’10 1.250 0.28 1.06 0.18 0.59 1.63

13 Jul’10 1.250 0.28 1.02 0.18 0.59 1.63

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk

AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk

SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk

INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk

JPFA : PT. JAPFA Tbk

98

Lanjutan Lampiran 3

DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli

2009- Juli 2010

No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI

1 Jul’09 0.04 0.23 5.68 13.75 13.24 1.23

2 Aug’09 0.04 0.22 5.67 10.85 6.7 1.23

3 Sep’09 0.04 0.22 5.67 10.85 6.7 1.23

4 Oct’09 0.17 0.21 5.67 10.85 6.65 1.13

5 Nov’09 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13

6 Dec’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13

7 Jan’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13

8 Feb’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13

9 Mar’10 0.3 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13

10 Apr’10 0.07 0.15 7.65 6.35 6.72 1.02

11 May’10 0.07 0.15 7.41 5.44 6.72 1.02

12 Jun’10 0.07 0.15 7.41 5.44 6.06 1.03

13 Jul’10 0.3 0.15 7.41 5.44 6.06 1.03

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk

LION : PT. Lion Metal Works Tbk

KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk

MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk

TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk

FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk

99

Lanjutan Lampiran 3

DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli

2009- Juli 2010

No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII

1 Jul’09 1.42 2.5 12.04 1.51 10.58 10.59

2 Aug’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.59

3 Sep’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.59

4 Oct’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.22

5 Nov’09 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22

6 Dec’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22

7 Jan’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22

8 Feb’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.56

9 Mar’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.75 10.56

10 Apr’10 1.36 3.18 9.55 1.63 9.75 10.43

11 May’10 1.38 3.18 9.55 1.63 9.75 10.43

12 Jun’10 1.38 3.49 10.94 1.63 10.1 10.43

13 Jul’10 1.41 3.49 10.47 1.63 10.1 10.43

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk

ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk

BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk

BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk

BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk

100

Lanjutan Lampiran 3

DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli

2009- Juli 2010

No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP

1 Jul’09 1.33 0.69 2.31 1.78 19.06

2 Aug’09 1.11 0.41 2.31 1.81 19.06

3 Sep’09 1.11 0.41 2.31 1.81 8.61

4 Oct’09 1.11 0.41 2.31 1.81 5.81

5 Nov’09 0.78 0.87 2.31 1.61 5.81

6 Dec’10 0.78 0.87 2.31 1.61 5.81

7 Jan’10 0.78 0.87 2.31 1.5 5.81

8 Feb’10 0.78 0.87 2.31 1.5 5.81

9 Mar’10 0.56 0.87 2.31 1.5 5.81

10 Apr’10 0.56 0.56 2 1.5 4.07

11 May’10 0.56 0.56 1.92 1.5 3.47

12 Jun’10 0.56 0.4 1.92 1.19 3.47

13 Jul’10 0.56 0.4 1.92 1.19 3.47

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk

ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk

WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk

HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

101

Lampiran 4

Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009-

Juli 2010

No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

3 Sep’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

4 Oct’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

5 Nov’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

6 Dec’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

7 Jan’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

8 Feb’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

9 Mar’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

10 Apr’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

11 May’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

12 Jun’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

13 Jul’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk

AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk

SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk

INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk

JPFA : PT. JAPFA Tbk

102

Lanjutan Lampiran 4

Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009-

Juli 2010

No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

3 Sep’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

4 Oct’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

5 Nov’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

6 Dec’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

7 Jan’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

8 Feb’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

9 Mar’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

10 Apr’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

11 May’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

12 Jun’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

13 Jul’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk

LION : PT. Lion Metal Works Tbk

KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk

MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk

TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk

FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk

103

Lanjutan Lampiran 4

Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009-

Juli 2010

No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

3 Sep’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

4 Oct’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

5 Nov’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

6 Dec’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

7 Jan’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

8 Feb’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

9 Mar’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

10 Apr’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

11 May’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

12 Jun’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

13 Jul’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk

ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk

BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk

BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk

BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk

104

Lanjutan Lampiran 4

Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009-

Juli 2010

No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP

1 Jul’09 - - - - -

2 Aug’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

3 Sep’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

4 Oct’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

5 Nov’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

6 Dec’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

7 Jan’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

8 Feb’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

9 Mar’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

10 Apr’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

11 May’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

12 Jun’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

13 Jul’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk

ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk

WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk

HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

105

Lampiran 5

Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli

2010

No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 -0.111 -0.02941 -0.13103 0.080645 0 0.012195

3 Sep’09 -0.507 0.054545 0.055556 0.054726 0.357143 0.060241

4 Oct’09 -0.094 0.04023 0.218045 0.042453 0.052632 0.079545

5 Nov’09 0.120 0.016575 -0.07407 0.004525 0 0.473684

6 Dec’10 0.064 0.005435 0.033333 0.234234 0 0

7 Jan’10 0.034 -0.02703 0.051613 -0.0146 0 -0.08571

8 Feb’10 0.045 -0.00556 0.08589 0.014815 0 -0.03906

9 Mar’10 0.335 0.01676 0.172316 0.040146 0 0.089431

10 Apr’10 0.233 0.730769 0.13253 0.108772 0 0.186567

11 May’10 -0.075 -0.15873 -0.10638 -0.05063 0 -0.15094

12 Jun’10 -0.041 0.075472 0.035714 0.053333 -0.25 0.118519

13 Jul’10 0.191 0.087719 0.091954 0.06962 0 0.672185

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk

AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk

SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk

INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk

JPFA : PT. JAPFA Tbk

106

Lanjutan Lampiran 5

Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli

2010

No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 -0.09677 0 0 -0.05495 -0.25 0.040609

3 Sep’09 0.017857 -0.16 0.26 0 0 -0.02439

4 Oct’09 -0.14035 0 0.164021 0.069767 0 0.15

5 Nov’09 0.081633 0 -0.37273 -0.02174 -0.13333 -0.13043

6 Dec’10 0 0 -0.05797 0 0 0

7 Jan’10 -0.07547 0 0.769231 0.022222 0 0

8 Feb’10 -0.12245 0 0.456522 -0.01087 0 -0.01

9 Mar’10 0.27907 0 0.328358 0.263736 0.246154 0.136364

10 Apr’10 0.454545 0.357143 -0.4382 -0.15652 0.061728 -0.02222

11 May’10 -0.3125 -0.12281 -0.584 0 0.011628 -0.36364

12 Jun’10 0.090909 0 -0.14423 0 1.068966 -0.00714

13 Jul’10 0.2 0.04 -0.05618 0 -0.2 0.115108

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk

LION : PT. Lion Metal Works Tbk

KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk

MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk

TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk

FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk

107

Lanjutan Lampiran 5

Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli

2010

No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII

1 Jul’09 - - - - - -

2 Aug’09 -0.08333 -0.04545 0 -0.17778 0.066038 -0.09302

3 Sep’09 0.159091 0.02381 0.091549 -0.00541 0.132743 0.012821

4 Oct’09 -0.09804 -0.06977 -0.16129 -0.02174 -0.125 -0.08861

5 Nov’09 -0.21739 0.525 0 0 0 -0.04167

6 Dec’10 0.166667 -0.01639 0 -0.02778 -0.03571 -0.04348

7 Jan’10 0.095238 0 0 0.091429 0.111111 -0.07576

8 Feb’10 0.086957 -0.01667 0 -0.27749 0 -0.14754

9 Mar’10 0.16 0.542373 -0.65 0.036232 0 0.211538

10 Apr’10 -0.03448 -0.26374 1.857143 -0.02098 0 0

11 May’10 0.714286 0.134328 0 -0.07143 0 -0.12698

12 Jun’10 0.4375 0.118421 0 -0.03846 0 0.036364

13 Jul’10 -0.24638 0.341176 0 -0.096 -0.16667 0.052632

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk

ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk

BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk

BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk

BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk

108

Lanjutan Lampiran 5

Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli

2010

No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP

1 Jul’09 - - - - -

2 Aug’09 0.04 -0.05202 -0.01961 0.028037 -0.0566

3 Sep’09 0.107692 -0.04268 0 0.072727 0

4 Oct’09 0.041667 -0.15924 0 -0.02542 0.12

5 Nov’09 0.06 -0.13636 0 -0.03478 0

6 Dec’10 -0.02516 -0.08772 0 0.135135 0

7 Jan’10 0.051613 -0.02885 0 0.15873 0

8 Feb’10 0.01227 -0.29703 0 0.020548 0

9 Mar’10 0.036364 0.380282 0 0.067114 0

10 Apr’10 0.403509 0.030612 0.02 0.201258 -0.10714

11 May’10 -0.16667 0.009901 -0.01961 -0.14136 0

12 Jun’10 0.075 0.294118 0 0.195122 0

13 Jul’10 -0.05814 -0.06818 0 0.183673 0

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010

Keterangan:

BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk

ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk

WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk

HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

109

Lampiran 6

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Return 276 -.77 .73 -.0187 .18141

Log Nilai Tukar Rupiah per

Dollar AS 276 3.98 4.02 3.9943 .01277

DER 276 .04 19.06 3.5907 3.81719

Risiko Sistematis 276 -1.63 2.51 .1320 .65714

Valid N (listwise) 276

110

Lampiran 7

Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap

Risiko Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Risiko Sistematis

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .111 34.187 1 274 .000 68.579 -17.136

The independent variable is Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS.

111

Lampiran 8

Hasil Uji Curve Fit Pengaruh DER (Debt Equity Ratio) terhadap Risiko

Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Risiko Sistematis

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .172 57.098 1 274 .000 .389 -.071

The independent variable is DER.

112

Lampiran 9

Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap

Return Saham Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Return

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .180 60.145 1 274 .000 24.051 -6.026

The independent variable is Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS.

113

Lampiran 10

Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Saham

Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Return

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .177 58.836 1 274 .000 -.034 .116

The independent variable is Risiko Sistematis.

114

Lampiran 11

Hasil Uji Curve Fit Pengaruh DER (Debt Equity Ratio) terhadap Return

Saham Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Return

Model Summary Parameter Estimates

Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .199 67.902 1 274 .000 .057 -.021

The independent variable is DER.

115

Lampiran 12

Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS dan DER

(Debt Equity Ratio) terhadap Risiko Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .506a .256 .250 .56892

a. Predictors: (Constant), DER, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar

AS

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 30.393 2 15.196 46.950 .000a

Residual 88.362 273 .324 1

Total 118.755 275

a. Predictors: (Constant), DER, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS

b. Dependent Variable: Risiko Sistematis

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 60.112 10.792 5.570 .000

Log Nilai Tukar Rupiah per

Dollar AS -14.957 2.703 -.291 -5.534 .000

1

DER -.066 .009 -.383 -7.294 .000

a. Dependent Variable: Risiko Sistematis

116

Lampiran 13

Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER (Debt

Equity Ratio) dan Risiko Sistematis terhadap Return Saham Periode Juli

2009- Juli 2010

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .602a .362 .355 .14565

a. Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Log Nilai Tukar Rupiah

per Dollar AS, DER

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3.280 3 1.093 51.538 .000a

Residual 5.770 272 .021 1

Total 9.050 275

a. Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER

b. Dependent Variable: Return

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 18.770 2.916 6.438 .000

Log Nilai Tukar Rupiah

per Dollar AS -4.691 .730 -.330 -6.429 .000

DER -.016 .003 -.339 -6.359 .000

1

Risiko Sistematis .047 .015 .170 3.026 .003

a. Dependent Variable: Return