Unud-1085-1654393752-Tesis Perancangan Pahat Bor Multidiameter

81
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri di Indonesia berkembang dengan begitu cepat, demikian juga perkembangan pada bidang konstruksi. Baja konstruksi sebagai komponen utama konstruksi memegang peranan yang sangat penting pada bidang tersebut. Bidang konstruksi sekarang ini mengarah pada penekanan biaya produksi dan mempercepat proses produksinya. Hal ini jelas bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktifitas perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan profit bagi perusahaan itu sendiri. Salah satu tahapan kerja dalam pembangunan konstruksi adalah pekerjaan sambungan yaitu menyambung satu bagian konstruksi dengan bagian konstruksi yang lainnya. Penyambungan dapat dilakukan dengan proses las (weld joint), sambungan keling (rivet joint) maupun sambungan mur baut (bolt nut joint). Pada pekerjaan sambungan dengan keling maupun mur baut diawali dengan proses pelubangan. Besar kecilnya lubang dan jumlah lubang sangat tergantung pada besar kecilnya konstruksi yang juga berkaitan dengan besar kecilnya beban yang diterima bagian konstruksi tersebut. Secara umum besar diameter lubang untuk konstruksi baja bangunan bertingkat umumnya dapat mencapai diameter 24 mm. Pembuatan lubang keling atau baut dengan diameter besar atau lebih besar dari 10 mm umumnya dibuat melalui tiga tahapan proses perbesaran lubang, yaitu dimulai dengan diameter bor 4 mm kemudian diameter 10 mm dan yang terakhir diameter yang dikehendaki yaitu 18 mm, 22 mm, atau 24 mm. Proses tersebut

description

ttt

Transcript of Unud-1085-1654393752-Tesis Perancangan Pahat Bor Multidiameter

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dunia industri di Indonesia berkembang dengan begitu cepat, demikian

    juga perkembangan pada bidang konstruksi. Baja konstruksi sebagai komponen

    utama konstruksi memegang peranan yang sangat penting pada bidang tersebut.

    Bidang konstruksi sekarang ini mengarah pada penekanan biaya produksi dan

    mempercepat proses produksinya. Hal ini jelas bertujuan untuk meningkatkan

    efektifitas, efisiensi, dan produktifitas perusahaan yang akhirnya akan

    meningkatkan profit bagi perusahaan itu sendiri.

    Salah satu tahapan kerja dalam pembangunan konstruksi adalah pekerjaan

    sambungan yaitu menyambung satu bagian konstruksi dengan bagian konstruksi

    yang lainnya. Penyambungan dapat dilakukan dengan proses las (weld joint),

    sambungan keling (rivet joint) maupun sambungan mur baut (bolt nut joint). Pada

    pekerjaan sambungan dengan keling maupun mur baut diawali dengan proses

    pelubangan. Besar kecilnya lubang dan jumlah lubang sangat tergantung pada

    besar kecilnya konstruksi yang juga berkaitan dengan besar kecilnya beban yang

    diterima bagian konstruksi tersebut. Secara umum besar diameter lubang untuk

    konstruksi baja bangunan bertingkat umumnya dapat mencapai diameter 24 mm.

    Pembuatan lubang keling atau baut dengan diameter besar atau lebih besar dari 10

    mm umumnya dibuat melalui tiga tahapan proses perbesaran lubang, yaitu

    dimulai dengan diameter bor 4 mm kemudian diameter 10 mm dan yang terakhir

    diameter yang dikehendaki yaitu 18 mm, 22 mm, atau 24 mm. Proses tersebut

  • 2

    membutuhkan banyak waktu yaitu waktu untuk proses pengeboran itu sendiri

    yang dilakukan bertahap sesuai diameter lubang ditambah dengan waktu untuk

    penggantian mata bor.

    Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai proses pengeboran telah

    banyak dilakukan, antara lain oleh : Wei Zhang dan Fengbao He, 2003, meneliti

    tentang pengaruh perubahan drill point pada twist drill guna menimimalkan panas

    yang timbul pada saat melakukan pengeboran material manganese steel. Hasil

    dari perubahan drill point tersebut adalah menambah umur twist drill 33% lebih

    lama dibandingankan conventional drill. J.Pradeep Kumar dan P.Packiaraj, 2012,

    meneliti tentang kekasaran lubang hasil pengeboran akibat dari keausan mata bor

    sebagai efek perbedaan drilling parameter seperti : cutting speed, feed, dan

    diameter bor. Hasilnya adalah parameter pengeboran sangat mempengaruhi

    kekasaran permukaan, keausan bor, material removal rate dan penyimpangan

    diameter lubang . Liao dan Lin, 2007, meneliti tentang bebutuhan minimum

    cutting fluid pada pemotongan menggunakan material High Speed Milling

    hardened Steel dan pengaruhnya pada keausan mata potong insert carbide.

    Hasilnya adalah proses pemotongan dengan lubrication memperpanjang umur

    pahat, memperkecil gaya potong dan kekasaran permukaannya lebih halus. K.

    Ramesh, 2012 , meneliti tentang kestabilan pahat boring pada proses pembubutan,

    yang di fokuskan pada pemberian material yang dapat mengurangi pengaruh

    getaran yang di akibatkan proses pemotongan pahat. Namun semua penelitian

    diatas terfokus pada faktor parameter pemotongan terhadap lubang yang

    dihasilkan. Pada penelitian ini nanti akan di fokuskan pada perancangan dan

  • 3

    pembuatan pahat bor multidiameter yang disesuaikan dengan kebutuhan lubang

    pada baja konstruksi dan pengujiannya pada mesin bor magnet.

    1.2. Perumusan Masalah

    Dalam rangka meningkatkan kecepatan kerja dalam pembuatan sebuah

    lubang, maka akan dirancang sebuah pahat bor multidiameter yang bisa membuat

    lubang pada baja konstruksi, dimana hasil rancangan tersebut dapat menghasilkan

    lubang dengan sekali proses pengeboran, dan prototipe hasil rancangan pahat bor

    multidiameter kemampuannya dalam membuat lubang akan diinvestigasi.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah merancang pahat bor multidiameter yang

    mampu membuat lubang diameter 24 mm pada material baja lunak ( Mild Steel )

    dengan sekali proses pengeboran.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah pahat bor multidiameter yang dihasilkan

    dapat membantu dalam pengerjaan pembuatan lubang pada baja konstruksi,

    dengan waktu yang lebih cepat , menurunkan beban kerja operator dan

    menghasilkan lubang pengeboran yang masuk dalam batasan toleransi

    sambungan mur baut, sehingga tidak diperlukan lagi proses pengeboran yang

    berulang-ulang dengan mengganti-ganti diameter mata bor.

  • 4

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Untuk membatasi permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penelitian,

    ada beberapa hal yang menjadi batasan yaitu :

    1. Ketebalan pelat yang akan dibuat lubang pada baja konstruksi

    maksimal 10 mm dengan diameter lubang 24 mm.

    2. Material yang akan di buat lubang adalah baja lunak ( Mild Steel ).

    3. Putaran spindle diasumsikan konstan ( 320rpm, sesuai mesin bor

    magnet ).

    4. Pemakanan (feeding) dilakukan secara manual, dan diasumsikan

    konstan.

  • 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Jig and fixture

    Jig adalah alat khusus yang berfungsi untuk memegang, menahan, atau

    diletakkan pada benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda kerja dan

    membantu atau mengarahkan pergerakan pahat. Proses pengembangan alat bantu ,

    metode, dan teknik dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas

    manufaktur.

    Tujuan digunakan alat Bantu :

    1. Menurunkan biaya manufaktur.

    2. Menjaga kualitas.

    3. Meningkatkan produksi.

    2.1.1. Clamping device ( milling vise ) Clamping merupakan bagian jig fixture yang berfungsi mencekam benda

    kerja sehingga posisi benda kerja tidak berubah selama proses permesinan.

    Aturan dasar clamping, posisi klem :

    1. Selalu bersentuhan dengan benda kerja pada posisi rigid.

    2. Untuk menghindari defleksi benda kerja dapat digunakan alat

    Bantu.

    3. Posisi klem tidak boleh menggangu pergerakan pahat.

    4. Posisi klem tidak boleh menggangu kerja operator.

    Salah satu penggunaan clamping device yaitu pada mesin drilling ( drilling vise )

    atau yang biasa disebut tanggem atau ragum. (Lingaiah, 2001)

  • 6

    2.1.2. Pertimbangan ekonomis jig and fixture

    Ekonomi desain berawal dari kebutuhan untuk memeperoleh produktivitas

    maksimum dengan biaya serendah mungkin.

    Prinsip ekonomi desain :

    1. Sederhana ( Simplicity ) : Desain harus dibuat sesederhana mungkin,

    dimana untuk setiap part harus dipikirkan penghematan waktu,

    material, dan biaya yang dimungkinkan.

    2. Pemakaian material yang sudah terbentuk : Material awal yang

    berbentuk sesuai profil dapat menurunkan ongkos karena menghemat

    berbagai operasi permesinan.

    3. Pemakaian komponen standar : Pemakaian komponen standar yang

    tersedia di pasaran dapat meningkatkan kualitas alat dan menurunkan

    biaya permesinan.

    4. Hindarkan operasi tambahan pada bagian yang tidak perlu : Lakukan

    operasi tambahan hanya pada bagian yang signifikan ( memerlukan

    kualiatas, toleransi atau suaian presisi).

    5. Toleransi dan Suaian secukupnya : Toleransi yang berlebihan hanya

    menaikkan biaya permesinan.

    6. Sederhanakan gambar : Gambar yang sederhana dan jelas akan

    menurunkan ongkos total, gunakan simbol untuk menggantikan

    gambar detail, hindarkan pandangan yang berlebihan, gunakan nomor

    atau nama part untuk menjelaskan komponen standar (gunakan tabel).

  • 7

    2.2. Bor Multidiameter

    Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membuat sebuah lubang

    dan biasa dipasang pada mesin bor (drilling machine) . Mesin bor seperti mesin

    milling yang spindlenya dapat turun secara otomatis ataupun manual

    menggunakan feeding yang dapat diatur kecepatannya. Pemakanan benda kerja

    dengan menggeser posisi tool kearah bawah sampai memotong benda kerja

    sehingga menghasilkan diameter benda kerja seperti yang diinginkan. Jenis alat

    potongnya dapat dari material HSS (High Speed Steel) atau dengan Cemented

    carbide tergantung dari material benda kerja yang akan dipotong.

    Berikut ini adalah contoh sebuah alat bor multidiameter dengan ukuran

    diameter tertentu.

    Gambar 2.1 Alat bor multidiameter. (Ostwalt. F Phillip, Monoz Jairo, 1997)

  • 8

    Dalam prinsip kerja pekerjaan boring ada 2 macam pekerjaan yang

    dapat dilakukan yaitu pembuatan lubang tembus dan pembuatan lubang

    tidak tembus. Berikut ini adalah sudut-sudut yang biasa digunakan untuk

    proses pembuatan lubang tembus, dapat dilihat seperti Gambar 2.2

    dibawah ini

    Gambar 2.2 Sudut pemotongan tool untuk lubang tembus. (Ostwalt. F Phillip, Monoz Jairo, 1997)

    2.2.1. Alat potong

    Alat potong digunakan untuk mengurangi benda kerja . Alat potong ini

    terbuat dari unalloyed tool steel, alloy tool steel, cemented cabide, diamond tips,

    ceramic cutting material. Umurnya tergantung dari jenis bahan dasarnya, bentuk

    sisi potong dan pengasahannya.

    Sifat-sifat bahan dasar alat potong . Bahan dasar alat potong harus

    memiliki sifat-sifat :

    1. Keras. ( agar cutting edge atau sisi potong dapat memotong benda

    kerja ), dan ulet. ( sisi potong tidak mudah patah ).

    2. Tahan panas. ( supaya ketajaman sisi potong tidak mudah aus atau

    rusak ).

    3. Tahan lama. ( secara ekonomis menguntungkan )

  • 9

    Jenis bahan dasar Alat potong .

    1. Unalloyed tool steel. Adalah baja yang mengandung karbon 0,5-1.5%.

    Kekerasannya akan hilang pada suhu 250 derajat celcius, oleh sebab

    itu tidak cocok untuk kecepatan potong (cutting speed) tinggi.

    Unalloyed tool steel dikenal dengan nama carbon steel atau tool

    steel, hanya dipakai secara khusus.

    2. Alloy tool steel. Baja ini mengandung karbon, kromium, vanadium,

    dan molybdenum. Tentang macam campurannya ada baja campuran

    tinggi dan rendah. High speed steel (HSS) adalah baja campuran tinggi

    yang tahan terhadap keausan pada suhu sampai 600 derajat celcius.

    Ketahanan tinggi tersebut dikarenakan mengandung tungsten. HSS ini

    digunakan untuk pemotongan dengan kecepatan tinggi. Karena HSS

    harganya sangat mahal maka hanya cutting edge-nya saja yang dibuat

    dari HSS sedangkan tangkainya dibuat dari material carbon steel.

    Cutting edge tersebut dilas pada tangkainya.

    3. Cemented carbide. Digunakan untuk meningkatkan kemampuan alat

    potong, susunan utamanya adalah : tungsten atau molybdenum, kobalt,

    dan karbon. Cemented carbide ini dibrassing pada tangkai alat potong

    yang terbuat dari carbon steel. Kelebihannya adalah pada suhu 900

    derajat celcius cemented carbide ini masih mampu memotong dengan

    baik dan dapat dilakukan pengasahan jika sudah tumpul, oleh sebab itu

    dapat dipakai pada pengerjaan dengan putaran tinggi. Dengan

    demikian waktu pengerjaan dipersingkat dan putaran yang tinggi

  • 10

    menghasilkan permukaan halus. Supaya memperoleh hasil seperti itu

    kita perlu memilih cemented carbide yang cocok untuk berbagai

    macam material yang akan dikerjakan.

    4. Diamond tips. Dalam banyak hal cutting edge dari alat potong kerap

    kali berupa diamond tips yang sangat keras dan tahan lama. Adapun

    penggunannya untuk pengerjaan finishing pada mesin-mesin khusus.

    5. Ceramic cutting materials. Material ini sangat keras, penggunaannya

    seperti pada cutting tips yakni dipegang tangkainya.

    2.2.2. Aplikasi Pahat Bor Multidiameter

    Alat Bor Multidiameter sering digunakan dalam pembuatan lubang atau

    memperbesar lubang dengan ukuran yang khusus tetapi tidak mengunakan alat

    standar yang telah ada. Atau pembuatan lubang dengan satu kali proses

    pemotongan dan dihasilkan lubang dalam waktu yang singkat, Misalnya

    pembuatan lubang dengan ukuran diameter toleransi tertentu.

    2.3. Teknologi Proses Pengukuran

    Pada bermacam-macam jenis alat ukur akan ditemukan skala ukuran.

    Skala tersebut menunjukkan satuan panjang yang berupa bagian dari meter, dapat

    merupakan centimeter, milimeter, ataupun mikrometer yang menunjukkan

    kecermatan alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan skala ini dapat dibaca

    berapa panjang atau dimensi suatu dimensi objek ukur. Alat ukur yang

    direncanakan dengan prinsip kerja tertentu dan dibuat sebaik mungkin, harus

  • 11

    dipakai dengan betul supaya harga yang ditunjukkan pada skala ukuran adalah

    sesuai dengan harga besaran yang diukur. Bila hal ini tak dipenuhi akan terjadi

    kesalahan (error). Kesalahan dapat diakibatkan oleh salah satu atau gabungan

    beberapa faktor antara lain :

    1. Kekeliruan pelaksanaan proses pengukuran

    2. Kekurangsaksamaan pengontrolan jalannya proses pengukuran

    3. Kesalahan pada alat ukurnya (ketidakbenaran skalanya)

    Faktor pertama dan kedua di atas perlu dihindari dengan jalan mempelajari

    teknologi pengukuran. Faktor ketiga dapat dihindari dengan melakukan kalibrasi.

    Kalibrasi harus dilakukan dengan prosedur tertentu karena pada hakekatnya

    mengkalibrasi serupa dengan mengukur yaitu membandingkan alat ukur (skalanya

    atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Acuan yang

    dianggap benar absolut boleh dikatakan tidak ada, dimana standar meter

    berubah sesuai dengan kemajuan teknologi.

    Tidaklah praktis jika penggaris dengan kecermatan 1 mm harus dikalibrasi

    dengan Laser Interferometer (standar satuan panjang) yang mampu membaca

    kesalahan sampai orde 1 nm. Jadi kalibrasi umumnya dilakukan sesuai dengan

    kecermatan alat ukur yang bersangkutan, yaitu dengan membandingkan terhadap

    alat ukur lain yang satu atau beberapa tingkat lebih tinggi kecermatan dan

    kebenaran skalanya. (Rochim, Taufiq, 2001)

    2.3.1. Jenis Alat Ukur dan Proses Pengukuran

    Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan,

    atau sifatnya. Dari cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi

  • 12

    menurut sifatnya, dimana alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2

    jenis turunan yaitu :

    Jenis Dasar

    1. Alat ukur langsung

    Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatan rendah s/d

    menengah (1 s/d 0,002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca

    pada skala tersebut.

    2. Alat ukur pembanding atau komparator

    Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Umumnya memiliki

    kecermatan menengah ( 0,01 mm ; cenderung disebut pembanding)

    s/d tinggi (0,001 mm ; sering dinamakan komparator) tetapi kapasitas

    atau daerah skala ukurnya terbatas.

    3. Alat ukur acuan atau standar

    Mampu menunjukkan suatu harga ukuran tertentu. Digunakan sebagai

    acuan bersama-sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan

    dimensi suatu obyek ukur. Dapat mempunyai skala seperti yang

    dimiliki alat ukur standar yang dapat diatur harganya atau tidak

    memiliki skala karena hanya mempunyai satu harga nominal.

    4. Alat ukur batas

    Mampu menunjukkan apakah suatu dimensi, bentuk, atau posisi

    terletak di dalam atau di luar daerah toleransinya. Dapat memiliki

    skala, tetapi lebih sering tidak memiliki skala karena memang

    dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu.

  • 13

    5. Alat ukur Bantu

    Sebenarnya tidak termasuk sebagai alat ukur dalam arti yang

    sesungguhnya akan tetapi memiliki peranan penting dalam

    pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik.

    Cara dan proses pengukuran . diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu :

    1. Pengukuran langsung

    Proses pengukurannya dengan memakai alat ukur langsung. Hasil

    pengukuran dapat langsung terbaca. Merupakan cara yang lebih

    banyak dipilih karena proses pengukuran dapat cepat diselesaikan.

    Seperti pengukuran dengan jangka sorong, mikrometer.

    Contohnya dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.

    Gambar 2.3 Contoh pengukuran langsung. (Rochim, Taufig, 2001)

    2. Pengukuran tak langsung

    Proses pengukuran dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis

    alat ukur berjenis pembanding atau komparator, standar dan bantu.

    Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur

    pembanding sewaktu objek ukur dibandingkan dengan ukuran

    standar dapat digunakan untuk menentukan dimensi objek ukur.

  • 14

    Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam

    waktu yang relatif lama.

    Gambar 2.4 Contoh pengukuran tak langsung. (Rochim, Taufig, 2001)

    3. Pemeriksaan dengan kaliber batas

    Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apakah objek ukur

    memiliki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi

    ukuran, bentuk atau posisi. Objek ukur dianggap baik bila terletak

    di dalam daerah toleransi dan dikatakan jelek bila batas

    permukaannya berada di luar daerah toleransi yang dimaksud.

    Proses pengukuran berlangsung cepat dan cocok untuk menangani

    pemeriksaan kualitas geometrik produk hasil produksi massal.

    Gambar 2.5 Contoh pengukuran dengan kaliber batas (Rochim, Taufig, 2001)

  • 15

    4. Perbandingan dengan bentuk acuan

    Bentuk suatu produk misal, profil ulir atau roda gigi dapat

    dibandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan atau

    dibakukan pada layar ukur proyeksi. Pada prinsipnya pemerikasaan

    seperti ini tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi suatu

    benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepada menentukan

    tingkat kebenarannya bila dibandingkan dengan bentuk standar.

    Gambar 2.6 Contoh pengukuran dengan perbandingan bentuk acuan (Rochim, Taufig, 2001)

    5. Pengukuran geometrik khusus

    Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pegukuran

    geometri khusus benar-benar mengukur geometri yang

    bersangkutan. Dengan memperhatikan imajinasi daerah

    toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan

    dilaksanakan secara khusus.

  • 16

    2.3.2. Penyimpangan dalam proses pengukuran

    Pengukuran merupakan proses yang mencakup beberapa hal seperti benda

    ukur, alat ukur, dan pengukur atau pengamat. Karena ketidaksempurnaan masing-

    masing bagian ditambah dengan pengaruh lingkungan, maka bisa dikatakan

    bahwa tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.

    Ada 2 istilah penting yang berkaitan erat dengan proses pengukuran, yaitu :

    2.3.2.1. Ketelitian (accuracy)

    Hasil pengusahaan proses pengukuran supaya mencapai sasaran

    pengukuran yaitu menunjukkan harga sebenarnya alat ukur. Ketelitian

    bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga hasil

    pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena yang absolut

    benar tidak diketahui. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang

    memadai, mempunyai ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang bisa

    berbeda-beda tergantung kondisi alat ukur, benda ukur, metoda

    pengukuran, dan kecakapan pengukur.

    2.3.2.2. Ketepatan atau Keterulangan (precision or repeatability)

    Kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama

    jika pengukuran diulang secara identik. Dengan kecermatan alat ukur

    yang memadai, hasil pengukuran yang diulang secara identik akan

    menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga rata-

    ratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga rata-

    ratanya, proses pengukuran memiliki ketepatan yang tinggi.

  • 17

    Jika istilah ketepatan dikaitkan pada target atau sasaran, bisa jadi

    istilah ketelitian akan muncul mengikutinya. Bila daerah toleransi

    dinyatakan sebagai daerah sasaran dan harga nominal objek ukur

    adalah titik tengah daerah sasaran, ada 4 kemungkinan yang bisa

    terjadi mengenai hasil pengukuran, (lihat Gambar 2.7) yaitu :

    1. Proses pengukuran yang tak tepat dan tak teliti

    2. Proses pengukuran yang tak tepat tetapi teliti

    3. Proses pengukuran tepat tetapi tak teliti

    4. Proses pengukuran tepat dan teliti.

    Gambar 2.7 Empat kemungkinan dari hasil pengukuran

    (Rochim, Taufig, 2001)

    2.3.3. Faktor ketidaktelitian dan ketidaktepatan

    Untuk proses pengukuran geometrik berbagai sumber yang bisa menjadi

    faktor penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat adalah :

    Alat ukur, benda ukur, posisi pengukuran, lingkungan, operator (pengukur dan

    pengamat).

  • 18

    2.4. Perhitungan Gaya Pemotongan

    Perhitungan gaya pemotongan twistdrill

    Mata bor (twist drill) besarnya gaya potongnya dapat dihitung menggunakan

    rumus sebagai berikut :

    M = C x d1.9 x f0.8 (2.1)

    T = K x d x f0.7 (2.2)

    dimana :

    M : Momen Puntir ( Nmm )

    T : Gaya potong twist drill ( N )

    C : Konstanta untuk momen puntir (Nmm) ( Table 2.1 )

    K : Konstanta ( Steel = 84.7 ; Cast iron = 60.5 )

    d : Diameter mata bor ( mm )

    f : Kecepatan pemakanan / feed rate ( mm/put )

    Tabel 2.1 The Constant C for torque calculations (Rao, P. N, 2000) Material Hardness, BHN Constant, C (Nmm)

    Steel 200 616

    300 795

    400 872

    Aluminium alloys 180

    Magnesium alloys 103

    Brasses 359

    Rumus perhitungan kecepatan potong :

    V = ( x D x N ) / 1000 (2.3) dimana :

    V : Kecepatan potong / cutting speed ( m/min)

    D : Diameter benda kerja ( mm )

    N : Putaran ( rpm )

  • 19

    Perhitungan gaya pemotongan pahat bor

    Rumus perhitungan gaya potong pahat dapat dihitung menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    F = K x d x f (2.4)

    dimana :

    F : Gaya potong ( N )

    K : Konstanta ( N/mm2 )

    d : Kedalaman pemotongan / depth of cut ( mm )

    f : Kecepatan pemakanan / feed rate ( mm/put )

    Tabel 2.2

    Constant K for power calculation (Rao, P. N, 2000) Material being cut K ( N/mm2 )

    Steel, 100-150 BHN 1200

    Steel, 150-200 BHN 1600

    Steel, 200-300 BHN 2400

    Steel, 300-400 BHN 3000

    Cast iron 900

    Brass 1250

    Bronze 1750

    Aluminium 700

    Dalam proses pembuatan lubang mengunakan teknik pengeboran harus di ketahui

    terlebih dahulu beberapa parameter dan besarannya, berikut ini adalah beberapa

    rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dan mengetahui parameter dan

    besarannya tersebut.

    Untuk menghitung kecepatan potong digunakan rumus :

    Vc = 60000

    n d (2.5)

    Vc = kecepatan potong (m/min), d = diameter pahat bor (mm), dan n = putaran

    spindel mesin (rpm).

  • 20

    Dengan melihat besarnya feeding (f) dan kecepatan potong (Vc), maka

    berdasarkan Tabel 5, dapat di tentukan besarnya gaya akibat kecepatan potong

    (kc) dalam satuan N/mm

    Gambar 2.8 Luas penampang tatal pada proses pemotongan (Wilhelm,1978)

    S = a f (2.6)

    S = luas penampang tatal (mm2)

    a = ketebalan tatal (mm)

    f = lebar tatal (mm)

    Fc = S kc (2.7)

    Fc adalah gaya yang di timbulkan karena pemotongan pahat bor persatuan luas

    dalam satuan Newton ( N ), kc = gaya potong spesifik ( N/mm2 )

    Power spindle

    Untuk menghitung volume tatal setiap menitnya digunakan rumus :

    Q = a x f x Vc (2.8)

    Q = volume tatal setiap menit ( cm3/min ), a = ketebalan tatal (mm), f = lebar tatal

    (mm), Vc = kecepatan potong (m/min)

  • 21

    Untuk menghitung besarnya power spindle digunakan rumus :

    P = Pu kh kr Q (2.9)

    P = Power spindle (kW)

    Pu = Average Power (kW/cm3/min) lihat, Tabel 2

    kh = faktor koreksi, untuk mild steel, berdasarkan ketebalan tatal, lihat Tabel 3

    kr = faktor koreksi, berdasarkan sudut potong = -10, lihat Tabel 3

    Ft = VP 1000 (2.10)

    V = cutting speed (mm/min)

    Ft = gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari putaran

    spindel mesin bor magnet ( N ).

    Fc merupakan gaya yang diakibatkan karena pemotongan benda kerja oleh alat

    potong jenis carbide ( N ).

    Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang

    Fresultan = 22 FtFc (2.11)

    Fresultan merupakan total gaya akibat putaran spindel mesin Ft ( N ) dan gaya akibat

    pemotongan benda kerja dengan jenis pahat potong carbide Fc ( N ).

    Mb = Fresultan x L (2.12)

    Momen Bengkok Mb = hasil perkalian dari gaya total (N) dengan L = panjang

    dari ujung pahat bor sampai pencekaman drill chuck (mm).

  • 22

    Momen puntir Mt ( Nmm ) yang diakibatkan oleh daya motor P (kW), dan putaran

    spindel n ( rpm ) dapat dihitung menggunakan rumus :

    Mt = nP 9550 (2.13)

    Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir

    yang terbesar yaitu Momen yang ditimbulkan oleh power spindle pemotongan

    tatal P dalam satuan (kW).

    Material yang digunakan untuk pembuatan pahat bor adalah st.60

    Berdasarkan diagram Smith didapatkan nilai tegangan :

    bw = Tegangan bengkok ganti / reverse bending strength (N/mm2)

    bsch = Tegangan bengkok ulang / continous bending strength (N/mm2)

    tsch = Tegangan puntir ulang / continous torque strength (N/mm2)

    Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5

    bijin =

    bw (2.14)

    Analisa diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni dapat di

    hitung menggunakan rumus :

    d = 3 )1,0/( bwMb (2.15)

    Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok = Mb mak (Nmm) dan

    momen puntir = Mt (Nmm) akibat pemotongan dengan depth of cut dapat di

    hitung menggunakan rumus :

    0 = tsch

    bw

    73,1

    = 23073,1

    300

    = 0,754 (2.16)

  • 23

    Besarnya momen gabungan dapat dianalisa dengan rumus :

    Mv = 202 )(75,0 MtMb (2.17)

    Hasil analisa besarnya diameter pahat bor dapat di hitung menggunakan dasar

    Momen gabungan dan tegangan yang diijinkan.

    d = 3 )1,0/( ijinbwMv (2.18)

    Jadi diameter pahat bor multidiameter minimum dihitung berdasarkan momen

    gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan tatal dan momen bengkok.

    Analisa perhitungan kekuatan untuk baut pengunci berdasarkan diagram Smith,

    kekuatan dan tegangan ijin dapat di hitung menggunakan rumus

    A min = ijin

    t

    zF

    (2.19)

    Ft = gaya potong twist drill (N) , ijinz = tegangan ijin (N/mm2)

    2.5. Proses Penyambungan dengan Metoda Brazing

    Brazing adalah suatu proses penyambungan dua atau lebih logam oleh logam

    pengisi dengan memanaskan daerah sambungan di atas 450C (temperature cair

    logam pengisi) tanpa mencairkan logam induknya. Brazing adalah proses

    penyambungan unik yang telah terbukti merupakan metode yang paling berguna

    untuk menyambungkan material yang berbeda seperti logam atau keramik.

    Sambungan brazing yang kuat dapat dicapai dengan pemilihan logam pengisi yang

    sesuai, pembersihan permukaan logam sebelum di brazing dan mempertahankan

    kebersihannya selama proses berlangsung, serta perancangan sambungan yang tepat.

  • 24

    Banyak material baru yang digunakan di industri yang sangat sulit dilas dengan las

    busur listrik, maka brazing menjadi pilihan untuk proses penyambungan tersebut.

    Beberapa contoh brazing dipilih sebagai proses manufaktur antara lain untuk

    pemasangan carbide tip (mata pahat potong) pada pemegang (holder) dengan brazing

    seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9.

    Gambar 2.9. Pemasangan carbide tip pada pemegang dengan sambungan brazing ( Wiryosumarto dan Okumura, 2000) Jika dibandingkan dengan pengelasan, proses brazing mempunyai beberapa

    perbedaan, antara lain :

    1. Komposisi paduan brazing sangat berbeda dengan logam induk.

    2. Kekuatan paduan brazing secara substansial lebih rendah dari logam induk,

    3. Titik cair paduan brazing lebih rendah dari logam induk sehingga logam

    induk tidak mencair dan ikatan terjadi akibat aksi kapiler.

    4. Ikatan yang terjadi pada proses brazing memerlukan capilary action.

    Dari perbedaan-perbedaan di atas, proses brazing mempunyai beberapa kelebihan

    yaitu:

    1. Semua logam dapat disambung dengan proses brazing, terutama untuk

    logam yang berbeda, seperti penyambungan logam ferro dan non-ferro,

    atau logam-logam dengan perbedaan titik cair yang besar.

  • 25

    2. Rendahnya temperatur pengerjaan mengurangi masalah yang berhubungan

    dengan daerah pengaruh panas (heat affected zone), pembengkokan atau

    distorsi.

    3. Logam yang tipis dan bentuk rumit dapat disambungkan dengan baik.

    4. Terbentuknya sambungan permanen yang kuat.

  • 26

    BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1. Kerangka Berpikir

    Proses pembuatan lubang diameter 24mm pada baja kontruksi biasa

    dilakukan dengan proses pengeboran atau drilling. Pekerjaan tersebut dilakukan

    dengan beberapa tahap pengeboran sesuai tahapan diameter bor yang digunakan,

    yaitu proses pengeboran pertama dengan diameter bor 4mm, dilanjutkan diameter

    10mm dan yang terakhir diameter 24mm. Tiga tahap proses pengeboran ini dirasa

    tidak efektif karena banyaknya waktu terbuang (waste time) baik dalam waktu

    proses pengeboran itu sendiri maupun penggantian diameter bornya.

    Proses pengeboran biasanya mengunakan mata bor jenis HSS (High Speed

    Steel). Bahan jenis ini dipilih karena faktor harga yang relative murah, tetapi

    memiliki sifat tidak tahan panas dan cenderung cepat mengalami keausan ketika

    sudah di gunakan beberapa kali proses pengeboran. Material benda kerja yang

    akan dipotong adalah batang baja konstruksi dengan jenis baja lunak (Mild steel).

    Untuk proses pembuatan lubang di baja konstruksi agar menjadi lebih

    efektif maka dirancang sebuah pahat bor multidiameter dengan diameter terakhir

    24mm. Pahat bor multidiameter ini nantinya akan menghilangkan proses

    pengeboran yang berulang-ulang dengan diameter bor yang berbeda, sehingga

    proses pembuatan lubang akan efektif. Pengeboran dilakukan dengan satu kali

    proses dan langsung dapat menghasilkan lubang dengan diameter 24mm.

    Hasil rancangan pahat bor multidiameter akan diuji pada mesin bor

    magnet dan diinvestigasi apakah mampu membuat lubang diameter 24mm dengan

  • 27

    toleransi yang ditentukan, yaitu sesuai dengan batas toleransi sambungan mur

    baut yang akan dipakai pada sambungan baja konstruksi.

    3.2. Konsep

    Pada proses pengeboran (drilling) harus diketahui terlebih dahulu material

    yang akan dibuat lubang, kemudian memilih dan menentukan jenis pahat potong

    apa yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan lubang pada baja konstruksi

    kali ini akan dipakai pahat potong jenis Carbide, karena tahan terhadap panas dan

    keausan. Faktor penting yang menentukan efektif dan tidaknya suatu proses

    pengeboran adalah kecepatan pemotongan yang berimbas pada waktu proses

    pengeboran dan besarnya gaya potong pahat bor sehingga mampu di gunakan

    pada mesin bor magnet.

    3.3. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dan tinjauan pustaka, dapat

    diambil kesimpulan sementara sebagai berikut :

    1. Pahat bor multidiameter yang dirancang mampu mengurangi jumlah

    tahapan pekerjaan dalam pembuatan suatu lubang diameter 24mm pada

    material baja konstruksi.

    2. Pahat bor multidiameter mampu menghasilkan lubang sesuai dengan

    toleransi sambungan mur baut dengan sekali proses pengeboran.

  • 28

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1. Penelitian

    Perancangan pahat bor multidiameter ini muncul karena ada tuntutan

    kebutuhan dalam meningkatkan kecepatan pembuatan lubang pada pekerjaan baja

    konstruksi. Tahap perancangan ini nantinya akan diwujudkan dengan tahap

    pembuatan prototype pahat bor multidiameter. Langkah-langkah dalam

    perancangan prototype pahat bor multidiameter dapat dilihat pada Gambar 4.1

    Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Perancangan Pahat Bor Multidiameter

    Perencanaan prototype Bor Multidiameter

    Mulai

    Selesai

    Pengumpulan Data Observasi dan Time Study

    Pembuatan konsep desain Bor Multidiameter

    Perancangan Detail -Perhitungan gaya pemotongan -Perhitungan kekuatan bahan dan Ukuran Pahat

    < ijin

    Pembuatan Bor Multidiameter

    Pengujian Bor Multidiameter pada Mesin bor magnet

    Tidak

    Ya

  • 29

    4.1.1 Obyek Perancangan

    Obyek yang akan dirancang adalah sebuah alat pahat bor yang berfungsi

    untuk pekerjaan pembuatan lubang diameter 24mm pada material batang baja

    konstruksi dengan menggunakan mesin bor magnet. Alat ini dibuat dengan tujuan

    mempercepat proses pembuatan lubang pada batang baja konstruksi dengan sekali

    proses pengeboran, yang proses sebelumnya harus dilakukan dengan tiga kali

    tahap pengeboran.

    4.1.2 Data Perancangan

    4.1.2.1 Data yang dibutuhkan dalam perancangan

    Data yang dibutuhkan dalam perancangan prototipe pahat bor

    multidiameter ini meliputi :

    1. Data spesifikasi mesin bor magnet

    Dalam hal ini data yang diambil adalah putaran mesin dan kapasitas

    maksimum gaya potong yang nantinya akan digunakan dalam dasar

    perancangan dan pengujian pahat bor multidiameter ini.

    2. Data desain pahat bor multidiameter

    Diambil data pahat potong yang ada pada katalog Kawan lama dan

    data dari internet yang meliputi fungsi pengunaannya, ukuran-ukuran

    maksimal dan minimal yang bisa dicapai dari pemakanan, dan ukuran

    kasar dari desain pahat bor. Data ini digunakan sebagai pembanding

    terhadap perbaikan desain dan perubahan ukuran yang terjadi selama

    proses desain.

  • 30

    4.1.2.2 Pengumpulan Data

    Dalam perancangan ini data-data diperoleh melalui :

    a. Studi Lapangan

    1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung proses pekerjaan

    pengeboran batang baja kontruksi dengan menggunakan mata bor di

    Bengkel Andi Jl. Tukad Badung Denpasar, dimana perusahaan ini

    memang mengerjakan rancang bangun bangunan menggunakan rangka

    batang baja kontruksi dengan tuntutan pekerjaan yang sangat banyak

    dan target waktu yang terbatas.

    2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab kepada pemilik perusahaan

    Bengkel Andi tentang proses rancang bangunan menggunakan baja

    kontruksi. Selain itu juga mewawancarai operator mesin bor magnet

    tentang segala masalah yang pernah muncul selama melakukan proses

    pengeboran menggunakan mesin bor magnet tersebut.

    3. Pengukuran, yaitu mengukur ukuran diameter bor yang digunakan

    dalam proses pengeboran batang baja kontruksi dan ukuran

    pencekaman pada mesin bor magnet. Pengukuran dilakukan

    menggunakan caliper dial.

    b. Studi Pustaka

    Dilakukan dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan

    permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan ini. Pencarian

    informasi ini dilakukan dengan melalui internet, perpustakaan, tesis,

  • 31

    dan jurnal internasional, sehingga diperoleh referensi yang dapat

    digunakan untuk mendukung pembahasan perancangan ini.

    4.1.3 Pembuatan Konsep Desain

    Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya dilakukan pembuatan

    konsep rancangan dan pembuatan gambar desain awal untuk pahat bor

    multidiameter. Dalam pembuatan konsep desain ini terdapat beberapa tahapan

    yang dijadikan landasan perancangan, tahapan tersebut antara lain :

    4.1.3.1 Daftar tuntutan

    Daftar tuntutan dibuat agar memperjelas batasan-batasan masalah dalam

    pembuatan konsep perancangan. Selain itu untuk mempermudah tahapan-tahapan

    masalah yang harus dilakukan. Penentuan daftar tuntutan mencakup hal-hal yang

    harus dipenuhi dalam pembuatan konsep perancangan. Kriteria tuntutan dibuat

    berdasarkan sistem yang digunakan dan fungsi dari alat yang akan dirancang.

    Tabel 4.1

    Daftar Tuntutan Utama Pahat Bor Multidiameter

    DAFTAR TUNTUTAN SPESIFIKASI

    Kemampuan alat (fungsinya) Mampu membuat lubang diameter 24mm

    menggunakan mesin bor magnet dengan

    sekali proses pengeboran.

    Kekuatan pemotongan

    (depth of cut)

    Mampu memotong benda kerja dengan

    depth of cut diameter maksimal 5mm.

  • 32

    Ketelitian ukuran Mampu membuat lubang dengan tingkat

    ketelitian ukuran sampai dengan 0,3 mm.

    Segi kemudahan dan keamanan

    penggunaan

    Pahat bor diawali dengan pemotongan

    menggunakan twist drill dan dilanjutkan

    dengan pemotongan dengan pahat carbide

    mata tunggal sehingga awal pemotongan

    dapat berjalan lancar.

    Kemudahan pemasangan Pemasangan pada pencakaman mesin bor

    magnet menggunakan drill chuck diameter

    16mm atau menggunakan slive dengan

    pengunci pada slot yang sudah disediakan.

    Kemudahan perawatan dan

    perbaikan

    Pahat potong bisa dilakukan pengasahan

    jika ketajamannya berkurang dan

    dilakukan penggantian tip pahat carbide

    jika sudah tidak bisa lagi dilakukan

    pengasahan.

  • 33

    4.1.3.2 Pembagian Fungsi

    Pahat bor multidiameter hasil rancangan dibagi menjadi beberapa

    bagian, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

    Gambar 4.2 Pembagian Fungsi Rancangan Pahat Bor Multidiameter

    1. Shank Pahat multidiameter bor

    Digunakan sebagai bagian yang dicekam pada mesin bor magnet

    menggunakan drill chuck atau menggunakan pencekaman slive dengan

    diameter 16mm.

    2. Contramur M4 x 5mm

    Digunakan untuk mengunci twist drill agar tidak terjadi puntiran pada saat

    melakukan proses pengeboran.

    3. Carbide tip 1

    Digunakan sebagai pahat potong / cutting tools pada saat pembuatan

    lubang diameter 14mm .

    1. Shank

    3.Carbide Tip 1

    5.Flat Slot

    4.Carbide Tip 2

    2.Contramur M4x5mm

  • 34

    4. Carbide tip 2

    Digunakan sebagai pahat potong pada saat pembuatan lubang diameter

    24mm .

    5. Flat Slot

    Berfungsi untuk tempat dudukan pengunci pada saat pahat di pasang

    menggunakan chuck slive.

    4.1.4 Perancangan Detail

    Perancangan detail dilakukan untuk memperkirakan kemampuan

    komponen yang akan dirakit menjadi prototype pahat bor multidiameter. Apakah

    komponen tersebut cukup kuat dan aman sehingga memenuhi tuntutan dan fungsi.

    4.1.4.1 Perhitungan gaya-gaya utama pada Pahat bor

    Beban dan gaya yang diterima oleh komponen Pahat bor multidiameter

    dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

    Gambar 4.3 Gaya-gaya utama pada Pahat bor multidiameter

    Ft Fc

    Ff

    Ff

    Fc

    Ft

  • 35

    Perhitungan pembuatan lubang diameter 14 mm

    Untuk menghitung besarnya kecepatan potong pada material benda kerja Mild

    steel, dengan alat potong tool Carbide, Depth of cut 5 mm, feed 0,2mm dan

    putaran n = 320 rpm, menggunakan rumus 2.5 adalah sebagai berikut.

    Vc = 1000

    n d

    = 1000

    rpm 320 mm 14

    = 14,067 m / min = 14067 mm / min

    Gambar 4.4 Penampang benda kerja terhadap Pahat bor 14mm

    f = 0,2 mm/rev ,Vc = 14,067 m/min, berdasarkan Tabel 5 pada halaman lampiran,

    maka kc = 2800 N/mm2

    S = a f

    = 5 mm 0,2 mm

    = 1,0 mm2

    Sehingga,

    Fc = S kc

    = 1,0 mm2 2800 N / mm2

    = 2800 N

    Tebal plat

    Clearance untuk chip (2-3mm)

  • 36

    Power spindle

    Berdasarkan Tabel 2 pada halaman lampiran , material Mild Steel, ketebalan tatal

    0.2mm, maka didapatkan besarnya Power Spindle :

    Pu = 0,039 kW/cm3/min

    Berdasarkan Tabel 2.1 kekerasan untuk mild steel = 200BHN, dan berdasarkan

    Tabel 3 didapatkan angka :

    kh = 1.975 (faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm)

    kr = 1.29 (faktor koreksi, untuk sudut potong = -10)

    sehingga dengan menggunakan rumus 2.8 dan rumus 2.9 didapatkan :

    Q = a x f x Vc

    = 5 mm x 0,2 mm/rev x 14,067 mm/min

    = 14067 mm3/min

    = 14,067 cm3/min

    P = Pu kh kr Q

    = 0,039 kW/cm3/min x 1,975 x 1,29 x 14,067 cm3/min

    = 1,397 kW

    Berdasarkan rumus 2.10 dapat di hitung besarnya gaya yang diderita oleh pahat

    bor, yaitu :

    Ft = VP 1000 , V = cutting speed = 14.067 m/min

    = sm /60067,14

    kW 1,397 1000

    = 1,65517 KN = 655,17 N

  • 37

    Jadi gaya yang diderita pahat bor adalah sebesar Ft = 655,17 N dan Fc = 2800 N

    Ft merupakan gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari

    putaran spindel mesin bor magnet sedangkan Fc merupakan gaya yang diakibatkan

    karena pemotongan benda kerja oleh alat potong jenis carbide.

    4.1.4.2 Perhitungan kekuatan bahan

    Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang diameter 14 mm

    Berdasarkan data mesin P motor = 1,2 kW, dan Putaran n = 320 rpm, maka gaya

    resultan yang diderita oleh pahat bor dapat di hitung berdasarkan rumus 2.11

    sedangkan momen bengkoknya menggunakan rumus 2.12 dan besarnya momen

    puntir menggunakan rumus 2.3

    Fresultan = 22 FtFc

    = 22 )17,655()2800( NN

    = 2875,629 N

    Oleh karena Fresultan = 2875,629 N, maka :

    Mb = Fresultan x L

    = 2875,629 N x 30 mm

    = 26268,87 Nmm

    Momen puntir akibat P motor 1,2 kW

    Mt = nP 9550

    = rpm320

    kW 1,2 9550

    = 35,812 KNmm

    = 35812 Nmm

  • 38

    Momen puntir karena power spindle pemotongan tatal P = 1,397 kW

    Mt = nP 9550

    = rpm320

    kW 1,397 9550

    = 41,6917 KNmm

    = 41691,71 Nmm

    Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir

    terbesar yang ditimbulkan oleh power spindle pemotongan tatal P = 1,397 kW.

    Material yang digunakan untuk pembuatan prototype pahat bor adalah st.60

    Berdasarkan diagram Smith didapatkan :

    bw = 300 N/mm2 ( tegangan bengkok ganti / reverse bending strength )

    bsch = 460 N/mm2 (tegangan bengkok ulang/continous bending strength)

    tsch = 230 N/mm2 ( tegangan puntir ulang/continous torque strength )

    Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni di hitung

    berdasarkan rumus 2.15

    d = 3 )1,0/( bwijinMb

    ( 5.11 )

    = 3 )3001,0/( 86268,87

    = 14,22 mm

    Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok dan momen puntir di

    hitung sebagai berikut :

    Mb mak = 86268,87 Nmm

  • 39

    Mt = 41691,71 Nmm ( momen puntir terbesar karena pemotongan dengan depth

    of cut 5mm )

    0 = tsch

    bw

    73,1

    = 23073,1

    300

    = 0,754

    Mv = 202 )(75,0 MtMb

    = 22 )71,41691754,0(75,087,86268

    = 91817,817 Nmm

    Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5

    bijin =

    bw = 5,1

    N/mm2300 = 200 N/mm2

    sehingga, diameter untuk pahat bor dapat di hitung menggunakan rumus 2.18

    d = 3 )1,0/( ijinbwMv

    = 3 )2001,0/(817,91817

    = 16,62 mm 17 mm

    Jadi diameter pahat bor multidiameter yang dipakai minimum adalah 17 mm, ini

    dihitung berdasarkan momen gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan

    tatal dan momen bengkok.

  • 40

    Perhitungan untuk membuat lubang diameter 24 mm

    Berdasarkan analogi perhitungan diatas, maka untuk menghitung besarnya

    kecepatan potong pada material benda kerja Mild steel, dengan alat potong tool

    Carbide, Depth of cut 5 mm, feed 0,2mm dan putaran n = 320 rpm untuk

    membuat lubang diameter 24mm adalah sebagai berikut :

    Vc = 1000

    n d

    = 1000

    rpm 320 mm 24

    = 24,115 m/min

    = 24.115 mm/min

    Gambar 4.5 Penampang benda kerja terhadap Pahat bor 24mm

    f = 0,2 mm/rev, Vc = 24,115 m/min, berdasarkan Tabel 5 maka kc = 2800 N/mm

    S = a f

    = 5 mm 0,2 mm

    = 1,0 mm2

    Sehingga, Fc = S kc = 1,0 mm2 2800 N / mm2 = 2800 N

  • 41

    Power spindle

    Pu = 0,039 kW/cm3/min

    kh = 1.975 ( faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm )

    kr = 1,29 ( faktor koreksi, untuk sudut potong = -10 )

    Q = a x f x Vc

    = 5 mm x 0,2 mm/rev x 24,115 mm/min

    = 24.115 mm3/min

    = 24,115 cm3/min

    P = Pu kh kr Q

    = 0,039 kW/cm3/min x 1,975 x 1,29 x 24,115 cm3/min

    = 2,396 kW

    Ft = VP 1000 , V = cutting speed = 24,115 mm/min

    = sm /60115,24

    kW 2,396 1000

    = 1.65595 KN = 1655,95 N

    Jadi gaya yang diderita pahat sebesar Ft = 1655,95 N dan Fc = 2800 N

    Ft merupakan gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari

    putaran spindel mesin bor magnet sedangkan Fc merupakan gaya yang diakibatkan

    karena pemotongan benda kerja oleh alat potong jenis carbide

    Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang diameter 24 mm

    Berdasarkan data mesin P motor = 1,2 kW

    = Putaran 320 rpm

  • 42

    Fresultan = 22 FtFc

    = 22 )95,1655()2800( NN

    = 3253,02 N

    Oleh karena Fresultan = 3253,02 N, maka :

    Mb = Fresultan x L

    = 3253,02 N x 18 mm

    = 58.554,446 Nmm

    Momen puntir akibat P motor 1,2 kW

    Mt = nP 9550

    = rpm320

    kW 1,2 9550

    = 35,812 KNmm

    = 35812 Nmm

    Momen puntir karena power spindle pemotongan tatal P = 2,396 kW

    Mt = nP 9550

    = rpm320

    kW 2,396 9550

    = 71,505 KNmm

    = 71505 Nmm

    Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir

    terbesar yang di timbulkan oleh power spindle pemotongan tatal P = 2,396 kW.

  • 43

    Material yang digunakan untuk pembuatan pahat bor adalah st.60

    Berdasarkan diagram Smith didapatkan

    bw = 300 N/mm2 ( tegangan bengkok ganti / reverse bending strength )

    bsch = 460 N/mm2 (tegangan bengkok ulang/continous bending strength)

    tsch = 230 N/mm2 ( tegangan puntir ulang/continous torque strength )

    Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni

    d = 3 )1,0/( bwMb

    = 3 )3001,0/( 58.554

    = 12,496 mm 13 mm

    Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok dan momen puntir

    sebesar :

    Mb mak = 58.554 Nmm

    Mt = 71.505 Nmm ( karena pemotongan dengan depth of cut 5mm )

    0 = tsch

    bw

    73,1

    = 23073,1

    300

    = 0,754

    Mv = 202 )(75,0 MtMb

    = 22 )505.71754,0(75,0554.58

    = 74.891,072 Nmm

  • 44

    Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5

    bijin =

    bw = 5,1

    N/mm2300 = 200 N/mm2

    sehingga, diameter untuk pahat bor dapat dihitung menjadi :

    d = 3 )1,0/( ijinbwMv

    = 3 )2001,0/(072,891.74

    = 15,528 mm 16 mm

    Jadi diameter pahat bor multidiameter yang dipakai minimum adalah 16 mm, ini

    dihitung berdasarkan momen gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan

    tatal dan momen bengkok sebesar Mv = 74.89,072 .

    Perhitungan diameter baut pengunci twist drill

    Vc = 1000

    n d

    = 1000

    rpm 320 mm 6

    = 6,028 m/min

    = 6.028 mm/min

    Power spindle

    Pu = 0,039 kW/cm3/min

    kh = 1,975 (faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm)

    kr = 1,29 ( faktor koreksi, untuk sudut potong = -10 )

  • 45

    Q = a x f x Vc

    = 3 mm x 0,2 mm/rev x 6.028 mm/min

    = 3.616,8 mm3/min

    = 3,6168 cm3/min

    P = Pu kh kr Q

    = 0,039 kW/cm3/min x 1,975 x 1,29 x 3,6168 cm3/min

    = 0,359373 kW

    Ft = VP 1000 , V = cutting speed = 6,028 m/min

    = sm /60028,6kW 0,359373 1000

    = 0.993621 KN = 993,621 N

    Jadi gaya potong untuk twist drill Ft = 993,621 N

    Berdasarkan besarnya gaya potong twist drill Ft = 993,621 N, material baut St.60

    dan tegangan ijin tarik z ijin = 270 N/mm2, maka ukuran baut pengunci twist drill

    dapat di hitung berdasarkan rumus 2.19

    A min = ijin

    t

    zF

    = 2/270621,993

    mmNN

    = 3,68 mm2

    x x d2 = 3,68 mm2

    d = 2,165 mm d baut M4 = 3,2 mm

    Jadi diameter baut M4 aman untuk digunakan.

  • 46

    4.2. Pembuatan prototype

    Setelah proses perancangan selesai dilaksanakan, dilanjutkan pada proses

    pembuatan prototype pahat bor multidiameter. Dalam proses pembuatan ini

    dilakukan kegiatan-kegiatan seperti persiapan bahan baku, pembuatan komponen

    dan perakitan komponen pahat bor multidiameter. Langkah-langkah proses

    pembuatan prototype pahat bor multidiameter dapat dilihat pada Gambar 4.6

    berikut :

    Gambar 4.6 Diagram Alir Proses Pembuatan Prototype Pahat bor multidiameter

    4.2.1. Persiapan bahan baku

    Bahan untuk body pahat bor multidiameter dipilih st.60 dengan ukuran

    diameter 24mm panjang 100mm, alasannya adalah material ini mudah didapatkan

    di pasaran dan masih memenuhi kriteria teknis.

    Persiapan bahan baku

    Mulai

    Selesai

    Pembuatan Prototype Pahat Bor Multidiameter

    Pemasangan carbide tip dengan metode brazing

    Lolos Pengujian Fungsional

    Modifikasi Prototype Pahat Bor Multidiameter

    Tidak

    Ya

  • 47

    Pahat Carbide yang di pakai sebagai alat potong adalah ukuran D8 dan D6

    untuk kemudian di satukan dengan body pahat bor multidiameter dengan system

    Brazing menggunakan las gas.

    4.2.2. Pembuatan komponen pahat bor multidiameter

    Proses pembuatan komponen untuk pahat bor multidiameter disesuaikan

    dengan fungsi dari komponen tersebut. Berdasarkan hal itu, komponen-komponen

    yang digunakan dalam proses fabrikasi dibagi menjadi komponen standar

    (komponen yang dibeli) dan komponen non-standar (komponen yang dibuat).

    Pembuatan kompoen-komponen non standar tersebut melibatkan beberapa proses,

    seperti :

    - Pemotongan (sawing, drilling, turning, tapping, milling, grinding)

    - Perakitan (baut dan pengelasan)

    - Finishing (amplas dan kikir)

    Komponen standar, yang dibeli antara lain :

    Tabel 4.2 Komponen Standart

    Nama Ukuran/Jenis Jumlah

    Baut Inbus screw M4 x 5 1

    Carbide tip D8 1

    Carbide tip D6 1

    Twist drill 4mm, 6mm 1

  • 48

    4.2.3. Perakitan komponen pahat bor multidiameter

    Setelah semua bagian dibuat, maka dilakukan proses perakitan (Assembly).

    Setelah proses pemotongan dan pembentukan komponen selesai (sawing, drilling,

    turning, tapping, milling dan grinding), komponen-komponen tersebut

    dikumpulkan untuk dilakukan pengelasan.

    4.3. Pengujian pahat bor multidiameter

    Setelah proses pembuatan prototype Pahat bor multidiameter selesai

    dilakukan, maka selanjutnya dilakukan proses pengujian prototype. Pengujian

    yang dilakukan adalah pengujian fungsional. Metode pengujian fungsional untuk

    prototype pahat bor multidiameter bisa dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini.

    Gambar 4.7 Diagram Alir Proses Pengujian

    Persiapan Mesin dan Alat

    Mulai

    Selesai

    Setting Benda uji dan Pahat Bor Multidiameter

    Pemakanan Benda Kerja Feeding manual

    Putaran spindle 320 RPM

    Pengukuran lubang ke-15

    Pengukuran lubang ke-30

    Pengukuran lubang ke-1

    Pengukuran lubang ke-60

    Analisa Akhir

  • 49

    4.3.1. Pengujian fungsional

    Pengujian fungsional maksudnya adalah menguji prototype pahat bor

    multidiameter sehingga bisa diketahui apakah semua bagian yang telah dirakit dan

    di las mampu digunakan sesuai fungsinya atau tidak. Tujuan pengujian ini selain

    untuk mengetahui kerja masing-masing bagian juga untuk mengetahui apakah

    Carbide tip sudah mampu memotong benda kerja yang akan diuji atau tidak.

    Dikarenakan Carbide tip yang digerinda mempunyai sudut-sudut potong, yang

    sangat berpengaruh terhadap hasil pemotongan benda kerja.

    4.3.2. Pengujian toleransi ukuran

    Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pahat bor

    multidiameter yang dibuat mampu untuk mencapai toleransi ukuran lubang pada

    sambungan mur baut. Tahapan-tahapan dalam melakukan pengujian toleransi

    ukuran adalah sebagai berikut :

    1. Persiapan mesin dan alat. Mesin yang digunakan untuk pengujian ini

    adalah mesin bor magnet Boky type JIC-25S, mesin ini memiliki

    kemampuan potong 12.000N, putaran spindel 320rpm dan maksimum

    diameter bor yang bisa dipakai 25mm.

    Adapun spesifikasi bor magnet tersebut dapat di lihat pada Gambar 4.8

  • 50

    Gambar 4.8 Spesifikasi Mesin Bor Magnet

    Sedangkan untuk bentuk dari mesin bor magnet dapat dilihat pada

    Gambar 4.9 berikut ini :

    Gambar 4.9 Mesin Bor Magnet Boky type JIC-25S

    2. Setting benda uji dan pahat bor multidiameter. Benda uji yang dipakai

    mengunakan material jenis Mild Steel dengan ukuran tebal 10 mm.

    Benda uji sebelumnya dibuat marking ukuran dan ditandai dengan

    penitik untuk koordinat pengeboran.

  • 51

    3. Pemakanan benda kerja (feed rate) dilakukan secara manual dengan

    menurunkan spindle mesin bor magnet sampai pahat bor menyentuh

    material uji, memotong dan berhasil membuat lubang diameter 24 mm.

    4. Pengukuran toleransi menggunakan caliper dial 150 mm dengan

    ketelitian 0,02mm .

    Proses pengukuran menggunakan caliper dial dapat dilihat pada

    Gambar 4.10

    Gambar 4.10 Proses pengukuran menggunakan caliper dial

    5. Analisa akhir. Berdasarkan data yang didapat dari pengujian, maka

    dianalisa apakah pahat bor multidiameter ini mampu membuat lubang

    diameter 24 mm dan mencapai toleransi ukuran untuk sambungan mur

    baut atau tidak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

  • 52

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Hasil perhitungan gaya dan kekuatan bahan

    Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di awal, maka didapatkan

    hasil besaran-besaran pada proses perancangan pahat bor multidiameter, Nilai

    besaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini :

    Tabel 5.1 Nilai besaran hasil perhitungan pahat bor multidiameter

    Keterangan Simbol Pahat Bor Multidiameter Twist Drill HSS

    Diameter 14mm

    Diameter 24mm

    Diameter 4mm

    Diameter 14mm

    Diameter 24mm

    Kecepatan potong (m/min) Vc 14,067 24,115 4.019 14.067 24.115

    Gaya potong per satuan luas, ( N/mm2 ) kc 2,800 2,800 624.479 624.256 624.133

    Luas chip yang dipotong, ( mm2 ) S 1 1 1.201 4.205 7.21

    Cutting force, ( N ) Fc 2,800 2,800 750 2,625 4,500

    Unit power or specific power, ( kW ) Pu 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039

    Faktor koreksi akibat ketebalan chip kh 1.975 1.975 1.975 1.975 1.975

    Faktor koreksi akibat sudut potong kr 1.29 1.29 1.21 1.21 1.21

    Metal removal rate, ( cm3/min ) Q 14.067 24.115 0.803 9.847 28.938

    Power, ( kW ) P 1.397 2.396 0.074 0.917 2.697

    Tangential cutting force, ( N ) Ft 655.17 655.95 18.412 65.188 111.839

    Power motor ( kW ) Pmotor 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2

    Putaran ( rpm ) n 320 320 320 320 320

    Gaya Resultan ( N ) Fresultan 2,875.629 3,253.020 750.225 2,625.81 4,501.39

    Momen bengkok, ( Nmm ) Mb 26,268.870 58,554.446 5,251.58 26,258.10 54,016.68

    Momen puntir akibat motor, ( Nmm ) Mt motor 35,812 35,812 35,812 35,812 35,812

    Momen puntir, ( Nmm ) Mt spindle 41,692 71,505 15,966.15 30,907.48 45,848.81

    Tegangan bengkok ijin, ( N/mm2 ) bw 300 300 1200 1200 1200

    Tegangan bengkok ganti, ( N/mm2 ) bsch 460 460 1500 1500 1500

    Tegangan puntir ulang, ( N/mm2 ) tsch 230 230 1000 1000 1000

    Diameter karena Mb ( mm ) d 14.22 12.496 4 14 24

    Faktor batas tegangan dinamik

    0.754 0.754 0.693 0.693 0.693

    Momen gabungan, ( Nmm ) Mv 91,817.870 74,891.072 10,926.90 32,149.09 60,621.41

    Tegangan bengkok ijin, ( N/mm2 ) bijin 200 200 800 800 800

    Diameter karena Mv ( mm ) d 16.62 15.526 4 14 24

    0

  • 53

    5.2. Hasil Perancangan Prototype

    Proses perancangan mengacu pada daftar tuntutan yang dibuat, kriteria

    tuntutan dibuat berdasarkan dengan fungsional alat pahat bor multidiameter dan

    standar komponen yang ada dipasaran.

    Tabel 5.2 Daftar Tuntutan dan Spesifikasi

    DAFTAR TUNTUTAN SPESIFIKASI

    Kemampuan alat (fungsinya)

    Mampu membuat lubang diameter 24mm

    menggunakan mesin bor magnet dengan

    sekali proses pengeboran.

    Kekuatan pemotongan

    (depth of cut)

    Mampu memotong benda kerja dengan

    depth of cut diameter maksimal 5 mm.

    Ketelitian ukuran Mampu membuat lubang dengan tingkat

    ketelitian ukuran sampai dengan 0,3 mm.

    Segi kemudahan dan keamanan

    penggunaan

    Pahat bor diawali dengan pemotongan

    menggunakan twist drill dan dilanjutkan

    dengan pemotongan dengan pahat carbide

    mata tunggal sehingga awal pemotongan

    dapat berjalan lancar.

    Kemudahan pemasangan

    Pemasangan pada pencakaman mesin bor

    magnet menggunakan drill chuck diameter

    16mm atau menggunakan slive dengan

    pengunci pada slot yang sudah disediakan.

  • 54

    Kemudahan perawatan dan

    perbaikan

    Pahat potong bisa dilakukan pengasahan

    jika ketajamannya berkurang dan

    dilakukan penggantian tip pahat carbide

    jika sudah tidak bisa lagi dilakukan

    pengasahan.

    Tahap penyelesaian dari proses perancangan dituangkan ke dalam gambar

    detail yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar-gambar detail Pahat Bor

    Multidiameter, terdiri dari :

    1. Gambar Pahat bor untuk Proses Bubut ( no. gambar : PB-01 )

    2. Gambar Pahat bor untuk Proses Milling ( no. gambar : PB-02 )

    Berdasarkan dari data tuntutan dan fungsi dari masing-masing komponen maka

    diperoleh draft rancangan seperti Gambar 5.1

    Gambar 5.1 Draft design

  • 55

    5.3. Hasil pembuatan prototype pahat bor multidiameter

    Pembuatan prototype pahat bor dilakukan di bengkel Sinar Logam

    Denpasar dengan menggunakan mesin-mesin konvensional . Mesin-mesin

    tersebut antara lain : Mesin gergaji, Mesin bubut, Mesin milling, Mesin Gerinda.

    Hasil pembuatan komponen pahat bor dapat dilihat pada Tabel 5.3 dibawah ini

    Tabel 5.3

    Proses Pembuatan Komponen Pahat bor multidiameter

    No. Material Benda jadi Proses

    1.

    Body Pahat Bor

    - Potong material 85 mm

    - Bubut diameter 16 mm.

    - Bubut dimeter 18 mm.

    - Bubut diameter 13mm.

    - Buat chamfer sudut 1x45.

    - Buat dudukan tip carbide pada

    diameter 18mm dengan

    kemiringan 15 sedalam 4mm

    di mesin milling.

    - Buat dudukan tip carbide pada

    diameter 13mm dengan

    kemiringan 15 sedalam 4mm

    di mesin milling.

    - Bor lubang untuk M4, Tap M4.

  • 56

    2.

    Tip Carbide

    - Asah tip Carbide dengan sudut

    bebas 12 pada sisi muka.

    - Asahtip Carbide dengan sudut

    bebas 12 pada sisi samping.

    3.

    Twist Drill

    - Buat takikan alur untuk

    dudukan baut pengunci M4.

    Pada pembuatan komponen yang paling lama prosesnya adalah pembuatan

    Body pahat bor karena komponen ini mengalami beberapa proses pada mesin

    yang berbeda, dan yang paling sulit adalah pembuatan alur dudukan tip carbide

    pada mesin milling konvensional. Pada pembuatan alur dudukan tip carbide ini

    harus memperhatikan sudut kemiringannya dengan teliti karena merupakan

    fungsional utama dalam membentuk sudut garuk dalam pembuatan pahat bor.

    Pengasahan tip carbide juga harus diperhatikan dengan baik, meskipun sudut-

    sudut potongnya memiliki toleransi yang besar tetapi sangat menentukan pada

    hasil pemotongan benda kerja.

  • 57

    Hasil komponen yang telah selesai dibuat untuk selanjutnya akan dirakit

    dan di lakukan proses pengelasan (brazing) . Komponen pahat bor multidiameter

    sebelum dilakukan perakitan dapat dilihat pada Gambar 5.2 di bawah ini

    Gambar 5.2 Komponen Pahat Bor Multidiameter

    Hasil dari komponen yang telah dirakit sehingga menghasilkan prototype Pahat

    bor multidiameter yang memiliki spesifikasi ukuran diameter 18 mm dan panjang

    85 mm. bentuknya dapat dilihat pada Gambar 5.3 di bawah ini

    Gambar 5.3 Prototype Pahat Bor Multidiameter.

  • 58

    5.4. Hasil pengujian fungsional prototype

    Pengujian fungsional dilakukan dengan menggunakan alat Pahat bor

    tersebut untuk pemakanan benda kerja dengan depth of cut 0,2 mm pada material

    uji mild steel tebal 10 mm. Bentuk material untuk bahan uji bisa di lihat pada

    Gambar 5.4

    Gambar 5.4 Material Besi WF-25

    Proses pengujian fungsional dapat dilihat pada Gambar 5.5

    Gambar 5.5 Proses pengujian fungsional pada Mesin Bor Magnet

  • 59

    5.5. Hasil pengujian toleransi ukuran

    Benda kerja hasil pengujian toleransi ukuran menggunakan material besi

    WF-25 dengan ketebalan 10 mm. Bentuk benda kerja setelah dilakukan proses

    pengujian seperti pada Gambar 5.6 di bawah ini

    Gambar 5.6 Material Besi WF-25 hasil pengujian

    Hasil pengujian toleransi untuk diameter 24mm dapat dilihat pada Gambar 5.7 di

    bawah ini :

    Gambar 5.7 Hasil selisih ukuran 24mm benda uji terhadap toleransi

  • 60

    Hasil pengujian toleransi untuk diameter 22mm dapat dilihat pada Gambar 5.8 di

    bawah ini :

    Gambar 5.8 Hasil selisih ukuran 22mm benda uji terhadap toleransi

    Pemakanan pada proses pengujian toleransi secara umum telah mencapai

    target batas toleransi standar yang ditentukan yaitu 0,3 mm, tetapi dalam batas

    toleransi tersebut terdapat variasi hasil dari pemakanan yaitu angka selisih

    maksimal + 0,10 mm dan angka selisih minimal 0,10 mm untuk diameter lubang

    24mm dan selisih maksimal + 0,18 mm dan angka selisih minimal + 0,04 mm

    untuk diameter lubang 22mm . Ini berarti bahwa setiap proses pemakanan terdapat

    bervariasi lubang diameter 24mm dan 22mm yang dihasilkan, hal ini dikarenakan

    adanya getaran mesin bor magnet , tetapi dapat diambil kesimpulan pahat bor

    mampu mencapai target toleransi yang besarnya 0,3 mm.

    Hasil pengujian pada benda kerja pada umumnya dapat dilakukan dengan

    baik, pahat bor dengan tool tip Carbide dapat memotong benda kerja dengan baik.

    Dari hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa toleransi 0,3 mm

  • 61

    dapat tercapai, Sebenarnya hasil yang didapatkan dari pengujian ini cukup wajar

    dan tidak terlalu buruk. Hasil yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa

    disebabkan oleh :

    1. Pada Slider mesin bor magnet terdapat kokocakan sehingga

    menyebabkan getaran pada mesin.

    2. Pada dudukan Drill Chuck terdapat kekocakan yang disebabkan

    ausnya ball bearing, sehingga pada saat pahat bor berputar tidak dapat

    sempurna.

    3. Pada saat pengukuran, benda uji belum bersih benar sehingga masih

    terdapat tatal (chip) yang menempel pada bidang ukur.

    5.6. Kelemahan dan kelebihan pahat bor multidiameter

    Berdasarkan hasil perancangan, pembuatan prototype serta pengujian

    pahat bor multidiameter, dapat di ketahui kelemahan dan kelebihan pahat bor

    multidiameter ini.

    Kelebihan pahat bor multidiameter :

    1. Cutting tools carbide pada pahat bor multidiameter dapat dilakukan

    pengasahan jika sudah tumpul.

    2. Body atau Shank dari pahat bor multidiameter dapat dipakai secara

    berulang-ulang karena tidak mengalami kerusakan jika dipakai secara

    terus-menerus.

  • 62

    3. Cutting tools carbide dapat diganti dengan yang baru, jika sudah tidak

    dapat menghasilkan ukuran diameter sesuai tuntutan diameter lubang yang

    diinginkan, cara mengganti cutting tools carbide tersebut adalah dengan

    melepas brazing menggunakan gas welding.

    4. Twistdrill untuk awalan pembuatan lubang dapat dilakukan pengasahan

    jika sudah tumpul dan dapat dengan mudah diganti dengan yang baru

    seandainya sisi potong spiral sudah mengalami keausan.

    5. Biaya penggantian cutting tools carbide dan twistdrill relative murah dan

    mudah karena menggunakan komponen standart yang ada di pasaran.

    6. Waktu pemotongan dapat lebih cepat karena tidak adanya lagi proses

    penggantian tools pada pembuatan lubang diameter 24mm.

    Kelemahan pahat bor multidiameter :

    1. Power mesin yang di butuhkan untuk melakukan proses pemotongan lebih

    besar karena menggunakan mata potong tunggal, jika dibandingan dengan

    pemotongan menggunakan twistdrill secara bertahap untuk menuju

    diameter 24mm.

    2. Pengaturan panjang twistdrill pada ujung pahat bor multidiameter harus

    dilakukan setting awal untuk memberikan ruang yang cukup untuk

    keluarnya chip hasil pemotongan agar pahat bor tidak terjepit, jarak

    panjang keluarnya twistdrill adalah antara 12mm sampai 15mm.

    3. Proses pemotongan harus menggunakan mesin bor magnet dengan kualitas

    slider yang baik, karena akan meminimalkan getaran yang terjadi. Getaran

  • 63

    ini disebabkan pula karena mata potong pahat yang mulai aus dan tumpul

    sehingga berpengaruh besar terhadap hasil lubang yang dihasilkan.

    4. Pahat bor multidiameter ini terbatas digunakan untuk ketebalan material

    baja kontruksi 10mm.

  • 64

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Simpulan

    Dari kegiatan perancangan, pembuatan dan pengujian ini dapat diambil

    beberapa simpulan, antara lain:

    Prototype Pahat bor multidiameter yang di rancang mampu membuat

    lubang diameter 22mm dan 24mm di material baja konstruksi (Mild Steel).

    Rancangan body pahat bor multidiameter didapatkan ukuran diameter

    13mm dan 18mm.

    Pengujian pahat bor multidiameter mampu menghasilkan lubang sesuai

    dengan toleransi sambungan mur baut 0.3mm, yaitu hasil penyimpangan

    lubang sebesar + 0.04mm dan + 0.18mm.

    6.2. Saran

    Dalam perancangan, pembuatan dan pengujian pahat bor multidiameter

    yang telah dilakukan masih terdapat kekurangan yang menarik untuk

    dikembangkan. Adapun saran-saran yang dapat dilakukan dalam tindak lanjut

    perancangan pahat bor ini adalah :

    Hasil rancangan pahat bor multidiameter mudah untuk dimodifikasi dan

    diperbaiki. Untuk body pahat bor bisa dimodifikasi dengan material

    dengan kualitas yang lebih baik seperti VCL atau Spesial-K.

    Jumlah mata potong yaitu tip carbide dapat di tambah menjadi 2 buah

    atau lebih untuk mendapatkan hasil pemotongan yang lebih berkualitas.

  • 65

    DAFTAR PUSTAKA

    ATMI., 1995, Tabel Elemen Mesin, Akademi Teknik Mesin Industri, Surakarta J.Pradeep Kumar dan P.Packiaraj, 2012 Effect of Drilling Parameters on Surface Roughness, Tool Wear, Material Removal Rate and Hole Diameter Error in Drilling of Ohns International Journal of Advanced Engineering Research and Studies, hal. 150-154 K. Ramesh , 2012 Investigation of Modal Analysis in The Stability of Boring Tool using Double Impact Dampers Model Development European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.80 No.2 , hal. 182-190 Lingaiah. K, 2001, Elements of Machine Tool Design, Chapter 25, New York. Niemann, G., 1999, Elemen Mesin-Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros, Jilid 1, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Ostwalt. F Phillip, Monoz Jairo, 1997, Manufacturing Processes and System, Turning, Drilling, Boring and Milling Machine Tools (Chapter 9). Rao, P. N, 2000, Manufacturing Technology, Metal Cutting and Machine Tools, McGraw-Hill Book Company, New Delhi Rochim, Taufiq., 2001, Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik, ITB, Bandung. Roloff, Hermann dan matek, Wilhelm, 1978, Maschinenelemente Normung, Berechnung und Gestaltung, Vieweg Verlag, Braunschweig, Jerman Barat. Sudibyo, B., 1987, Kekuatan dan Tegangan Ijin, Akademi Teknik Mesin Industri, Surakarta. Suroto, A., 1989, Strenght Of Materials, Akademi Teknik Mesin Industri, Surakarta. Takeshi Sato. G dan Sugiarto Hartono. N, 1981, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO , PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Wei Zhang dan Fengbao He, 2003 Gundrill life improvement for deep-hole drilling on manganese steel International Journal of Machine Tools and Manufacture 44, hal. 327331

  • 66

    William S. Gatley., Harold A. Evensen,1980, Machine Design Data Book, McGraw-Hill Book Company, New York Wiryosumarto, H. Okumura T. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Y.S. Liao dan H.M. Lin , 2007 Mechanism of Minimum Quantity Lubrication in High-Speed Milling of Hardened Steel International Journal of Machine Tools & Manufacture 47, hal. 16601666

  • 67

    LAMPIRAN

  • 68

    Lampiran 1 : Daftar peralatan yang digunakan dalam pengujian. No Nama Alat Spesifikasi 1. Mesin Bor Magnet Merek Boky JIC-25S 2. Lembar pengujian Diameter 24mm dan 22mm 3. Kunci drill chuck Standart 4. Alat tulis Ballpoin, pensil, penghapus 5. Kuas 2 inch 6. Camera digital 5 megapixel 7. Komputer Dual core 8. Caliper , jangka sorong Krisbow dial 150 mm 9. Drill Diameter 6mm 10. Hammer 300 gr 11. Pengores Diameter 3 mm 12. Center punch Diameter 10 mm 13. Printer Fuji Xerox P250b 14. Pelindung mata Kaca mata bening

  • 69

    Lampiran 2 : Gambar kerja dan gambar detail Pahat bor multidiameter.

    1. Gambar Pahat bor untuk Proses Bubut ( no. gambar : PB-01 )

    2. Gambar Pahat bor untuk Proses Milling ( no. gambar : PB-02 )

  • 70

    Lampiran 2a Gambar Kerja Pekerjaan Bubut

    Shank Body 1 St.60 1 x 85mm Besi AS Jumlah Nama Bagian No.Bag Bahan Ukuran Keterangan Perubahan Pengganti dari :

    Diganti dengan :

    PAHAT BOR MULTIDIAMETER Skala : 1:1

    Digambar 18.10.12 Diperiksa Waktu Dilihat

    UNIVERSITAS UDAYANA GB.PB-01 Proses Bubut

  • 71

    Lampiran 2b Gambar Kerja Pekerjaan Milling

    Shank Body 1 St.60 1 x 85mm Besi AS Jumlah Nama Bagian No.Bag Bahan Ukuran Keterangan Perubahan Pengganti dari :

    Diganti dengan :

    PAHAT BOR MULTIDIAMETER Skala : 1:1

    Digambar 18.10.12 Diperiksa Waktu Dilihat

    UNIVERSITAS UDAYANA GB.PB-02 Proses Milling

  • 72

    Lampiran 3 :

    Tabel 1. Cutting speed untuk material (Wilhelm,1978)

  • 73

    Lampiran 4 :

    Tabel 2. Unit power (Wilhelm,1978)

  • 74

    Lampiran 5 :

    Tabel 3. Faktor koreksi (Wilhelm,1978)

  • 75

    Lampiran 6 :

    Tabel 4. Sudut potong material HSS (Wilhelm,1978)

  • 76

    Lampiran 7 :

    Tabel 5. Gaya potong spesifik (Wilhelm,1978)

  • 77

    Lampiran 8 : Form pengambilan data pengujian.

    Pengambilan data untuk lubang diameter 24mm

    No D (mm) No D (mm) No D (mm) No D (mm) 1 16 31 46 2 17 32 47 3 18 33 48 4 19 34 49 5 20 35 50 6 21 36 51 7 22 37 52 8 23 38 53 9 24 39 54

    10 25 40 55 11 26 41 56 12 27 42 57 13 28 43 58 14 29 44 59 15 30 45 60

    Pengambilan data untuk lubang diameter 22mm No D (mm) No D (mm) No D (mm) No D (mm) 1 16 31 46 2 17 32 47 3 18 33 48 4 19 34 49 5 20 35 50 6 21 36 51 7 22 37 52 8 23 38 53 9 24 39 54

    10 25 40 55 11 26 41 56 12 27 42 57 13 28 43 58 14 29 44 59 15 30 45 60

  • 78

    Lampiran 9 : Data Time Study

    Time Study

    Proses Pengeboran 3 Tahap

    BK Lubang ke- Waktu ( detik )

    4mm Ganti Bor 10mm Ganti Bor 22mm Total

    1

    1 72 27 46 16 56 217 2 67 27 40 16 61 211 3 71 27 43 16 58 215 4 64 27 42 16 62 211 5 75 27 39 16 64 221 6 69 27 41 16 59 212

    2

    1 63 25 43 18 61 210 2 73 25 45 18 57 218 3 65 25 42 18 58 208 4 78 25 44 18 59 224 5 62 25 41 18 56 202 6 77 25 43 18 61 224

    3

    1 66 28 45 19 57 215 2 74 28 41 19 59 221 3 72 28 45 19 62 226 4 62 28 42 19 59 210 5 67 28 44 19 60 218 6 68 28 41 19 58 214

    Waktu rata-rata : 215.3889 detik

    Proses Pengeboran 1 Tahap ( Bor Multidiameter )

    BK Lubang ke- Waktu ( detik )

    1

    1 166 2 165 3 164 4 168 5 169 6 164

    Waktu rata-rata : 166 detik

  • 79

    Lampiran 10 :

    Tabel 6 Standart material

  • 80

    Riwayat Hidup Penulis

    Nama : Yustinus Hendro Murdiyanto, ST.

    Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 11 Pebruari 1981

    Agama : Katolik

    Pekerjaan : Karyawan Swasta

    Alamat Rumah : Perum Gedong Becik Mandung IV No 74

    Sembung Gede, Kerambitan, Tabanan Bali 80115

    Telepon : 0361-3301132 / 08179779740

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    Penulis adalah anak ke-2 dari empat bersaudara yang di besarkan dari dunia

    industri dan bisnis perdagangan. Ayahanda FX. Muhadi berprofesi sebagai

    Engineer di perusahaan manufaktur dan ibunda CH. Muji Suwarti berprofesi

    sebagai Wiraswata di bidang bisnis perdagangan. Penulis dibesarkan dari keluarga

    sederhana, tinggal di daerah perkotaan yang di kelilingi oleh suasana kampus

    Universitas Diponegoro Semarang. Penulis memiliki keinginan yang kuat sejak

    duduk di sekolah menengah atas di SMA Don Bosco Semarang untuk bisa

    melanjutkan studi di bidang teknik, mulai dari jenjang Diploma 3 , Strata satu dan

    di Program Pasca Sarjana Magister Teknik Mesin Universitas Udayana . Dana

    penelitian yang penulis pakai adalah murni berasal dari biaya pribadi yang

    akhirnya menghantarkan Penulis mendapatkan gelar Master Teknik dengan Indek

    Prestasi Komulatif (IPK) 4,00 pada tahun 2014 ini.

  • 81

    Pendidikan Tempat Dari Sampai Ijasah Spesialisasi

    SD

    SMP

    SMA

    Diploma 3

    Diploma 3

    Sarjana

    Semarang

    Semarang

    Semarang

    Semarang

    Surakarta

    Yogyakarta

    1987

    1993

    1996

    1999

    2000

    2004

    1993

    1996

    1999

    2000

    2003

    2006

    STTB

    STTB

    STTB

    -

    Diploma (Amd)

    Sarjana (ST)

    -

    -

    IPA

    Teknik Listrik

    Teknik Mesin

    Teknik Industri

    Riwayat Penelitian

    1. Pembuatan Fixture and Attachment untuk Las Potong (Dana Proyek

    Mahasiswa, Ketua, 2005).

    2. Pembuatan Fixture untuk asah sisi muka cutter pada mesin bubut (Dana

    Proyek Mahasiswa, Ketua, 2006).

    3. Perancangan dan Pembuatan Adjustable Jig Bor untuk mesin milling

    konvensional (Dana Pribadi, Ketua, 2006).

    4. Perancangan Pahat Bor Multidiameter (Dana Pribadi, Ketua, 2014).

    Publikasi Ilmiah

    1. KNEP III (Konferensi Nasional Engineering Perhotelan) Tahun 2012.

    2. Jurnal Logic POLTEK P3M Politeknik Negeri Bali (Pusat Penelitian dan

    Pengabdian Masyarakat).