Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

120
1 TESIS PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali) GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

description

akper

Transcript of Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

Page 1: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

1

TESIS

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA

KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

2

TESIS

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA

KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI

NIM 1191662001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

3

TESIS

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA

KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi

Program Pascasarjana Universitas Udayana

GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI

NIM 1191662001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 4: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 23 MEI 2014

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Wayan Ramantha,SE,MM, Ak,CPA,CA

NIP 19590510 199003 1 001

Pembimbing II,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA., Ak.

NIP 19641224 199103 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA., Ak.

NIP 19641224 199103 1 002

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr.dr. A.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)

NIP 19590215 198510 2 001

Page 5: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

5

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 23 Mei 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor / Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana No.: 1351/UN14.4/HK/2014 Tanggal 12 Mei 2014

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM, Ak.,CPA,CA

Anggota :

1. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak.

2. Dr. Dewa Nyoman Badera, SE., MSi,

3. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi,

4. Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE., MSi., Ak

Page 6: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

6

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI

NIM : 1191662001

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal

pada Kecurangan Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri

dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak dikemudian hari terbukti terdapat plagiasi

dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan

peraturan undang-undang yang berlaku.

Denpasar, Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

(Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi)

Page 7: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

7

UCAPAN TERIMAKASIH

Om Suastiastu,

Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang

Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha Beliau, penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik yang hasilnya tertuang dalam tesis ini. Tesis ini berjudul

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN

INTERNAL PADA KECURANGAN AKUNTANSI, yang disusun untuk

menganalisa pengaruh dari moralitas individu dan pengendalian internal pada

kecurangan akuntansi di Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Selain itu tesis ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program

Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis

menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD selaku Rektor Universitas

Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Akuntansi Universitas

Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A.A Raka Sudewi, Sp.S (K), selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister

Akuntansi Universitas Udayana.

Page 8: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

8

3. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, S.E., M.S. selaku Dekan di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM, Ak.,CPA,CA sebagai

Pembimbing I Tesis, sekaligus sebagai dosen yang dengan penuh kesabaran,

ketulusan dan penuh dedikasi sebagai seorang akademisi, telah memberikan

segala kemampuan dalam membimbing penulis selama dalam menyelesaikan

studi dan tesis ini.

5. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi

Magister Akuntansi Universitas Udayana dan sebagai pembimbing II yang

memberi bimbingan dan dorongan serta senantiasa membuka wawasan berfikir

kritis penulis selama dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si, Bapak Dr. Made Gede

Wirakusuma, SE, M.Si, dan Bapak Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak

selaku Dosen Penguji.

7. Keluarga dan orang tua yang telah memberikan doa, motivasi dan semangat

kepada penulis selama pengerjaan tesis ini.

8. Komang Bayu Satria Wibawa, SH atas kasih sayang dan dukungannya kepada

penulis.

9. Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di Tingkat Biro Pemerintah Provinsi

Bali yang telah meluangkan waktu untuk menjadi partisipan.

10. Pegawai Tata Usaha Magister Akuntansi serta Rekan-rekan MAKSI.

Page 9: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

9

Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusinya

kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian

tesis ini. Penulis juga mohon maaf kepada semua pihak jika ada kekurangan yang

tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Om Santi, Santi, Santi Om

Denpasar, Juni 2014

Penulis

Page 10: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

10

ABSTRAK

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA

KECURANGAN AKUNTANSI

(Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti adanya perbedaan

kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki

level penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi, dalam kondisi

terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian

internal serta memperoleh bukti adanya interaksi antara moralitas individu dan

pengendalian internal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sub

Bagian (Pejabat Eselon IV) Pemerintah Provinsi Bali. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah rancangan eksperimen dengan desain faktorial 2X2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan

melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran

moral rendah dan level penalaran moral tinggi. Individu dengan level moral yang

tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi jika dibandingkan

dengan individu dengan level moral yang rendah. Selain itu penelitian ini juga

membuktikan bahwa kecenderungan individu melakukan kecurangan akuntansi

dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Hipotesis ketiga

berhasil membuktikan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan

pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah cenderung melakukan

kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Kata kunci: kecurangan akuntansi, moralitas individu, pengendalian internal

Page 11: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

11

ABSTRACT

INFLUENCE OF INDIVIDUAL MORALITY AND INTERNAL CONTROLS

ON FRAUD

(Experimental Study on the Regional Government of Bali Province)

The purpose of this study is to obtain evidence of whether there are

differences in the tendency to commit fraud among individuals who have a low

level of moral reasoning and high levels moral reasoning, in both present or

absent internal control element condition and obtain evidence as to whether there

was an interaction between individual morality and control internally. The

population in this study are Head of Section (Echelon IV) Bali Provincial

Government. This study uses experiment design with 2x2 factorial design to prove

those objectives.

The result of this study shows that there are differences in the tendency to

commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and

high levels moral reasoning. Individuals with high levels of moral tend not to

commit fraud when compared with individuals with low moral level. In addition,

this study also indicates that the tendency of individuals to commit fraud in the

state there is no internal control element. The third hypothesis proves that there

was an interaction between individual morality and internal control. Individuals

who has low level of moral reasoning commit fraud in absent internal control

condition.

Keywords : fraud, morality, internal control

Page 12: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

12

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................. i

PRASYARAT GELAR ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ...................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

ix

x

xi

xiii

xiv

xv

BAB I

1.1

1.2

1.3

1.4

PENDAHULUAN....................................................................

Latar Belakang...........................................................................

Rumusan Masalah......................................................................

Tujuan Penelitian........................................................................

Manfaat Penelitian......................................................................

1

1

7

8

9

BAB II

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

KAJIAN PUSTAKA................................................................

Teori Keagenan..........................................................................

Kecurangan Akuntansi...............................................................

Penalaran Moral.........................................................................

Pengendalian Internal.................................................................

Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali.............................

Penelitian Terdahulu..................................................................

10

10

13

18

21

25

27

BAB III

3.1

3.2

3.3

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN............................................................................

Kerangka Berpikir......................................................................

Konsep Penelitian.......................................................................

Hipotesis Penelitian....................................................................

30

30

33

34

Page 13: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

13

BAB IV

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

METODE PENELITIAN........................................................

Rancangan Penelitian.................................................................

Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................

Penentuan Sumber Data.............................................................

Metode Penentuan Sampel.........................................................

4.4.1 Populasi.............................................................................

4.4.2 Sampel...............................................................................

Variabel Penelitian.....................................................................

4.5.1 Identifikasi Variabel..........................................................

4.5.2 Definisi Operasional Variabel...........................................

4.5.3 Pengukuran Variabel.........................................................

Prosedur Penelitian.....................................................................

Pilot Test....................................................................................

Teknik Analisis Data..................................................................

4.8.1 Statistik Deskriptif.............................................................

4.8.2 Uji Homogenitas...............................................................

4.8.3 Uji Normalitas...................................................................

4.8.4 Uji Hipotesis......................................................................

38

38

41

41

42

42

42

43

43

43

45

48

49

50

50

50

51

52

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................... 53

5.1 Karakteristik Partisipan...............................................................

5.2 Statistik Deskriptif Grup.............................................................

5.3 Uji Instrumen Penelitian..............................................................

5.3.1 Uji Validitas......................................................................

5.3.2 Uji Reliabilitas..................................................................

5.4 Uji Asumsi Klasik ......................................................................

5.4.1 Uji Normalitas...................................................................

5.4.2 Uji Homogenitas...............................................................

5.5 Pengujian Hipotesis.....................................................................

53

54

55

56

57

58

58

59

59

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 66

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian..................................................... 66

6.2 Penerapan Pengawasan Internal Pemerintah............................. 70

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN...................................................... 74

7.1 Simpulan ....................................................................................

7.2 Keterbatasan dan Saran ..............................................................

74

75

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

14

DAFTAR GAMBAR

No.

2.1

3.1

3.2

4.1

5.1

Gambar

Fraud Triangle...........................................................................

Kerangka Berpikir......................................................................

Konsep Penelitian.......................................................................

Rancangan Penelitian.................................................................

Profile Plots Interaksi.................................................................

Halaman

17

30

33

40

62

`

Page 15: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

15

DAFTAR TABEL

No.

1.1

2.1

4.1

4.2

4.3

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

5.7

Tabel

Jenis Perkara Korupsi Tahun 2004-2013...................................

Tingkat dan Tahapan Penalaran Moral......................................

Desain Eksperimen Faktorial 2x2..............................................

Lokasi Penelitian........................................................................

Skor Pernyataan Moralitas Individu..........................................

Karakteristik Partisipan..............................................................

Deskriptif Statistik....................................................................

Uji Validitas...............................................................................

Reliability Statistics....................................................................

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.....................................

Levene's Test..............................................................................

Tests of Between-Subjects Effects..............................................

Halaman

5

20

39

41

46

54

55

56

57

58

59

60

Page 16: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Lampiran 2 Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Tabulasi Data

Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data dengan SPSS Versi 19

Page 17: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia akuntansi yang semakin pesat saat ini tidak hanya

membawa manfaat bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber masalah

kecurangan (fraud) yang sangat kompleks seperti misalnya korupsi,

penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan. Banyak kasus kecurangan

dalam akuntansi yang akhirnya terungkap di Indonesia seperti kasus kejahatan

perbankan, manipulasi pajak, keterlibatan 10 Kantor Akuntan Publik (KAP)

dalam pelaksanaan audit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun

1997, diajukannya manajemen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta

ke pengadilan, serta korupsi di komisi penyelenggara pemilu (Putra, 2012).

Shleifer dan Vishny (1993) serta Gaviria (2001) menyatakan bahwa

kecurangan akuntansi ditunjukkan oleh tingkat korupsi suatu negara. Indonesian

Corruption Watch (ICW) menyatakan tahun 2013 menjadi tahun dengan

kemarakan kasus korupsi. Setiap tahun Transparency International (TI)

meluncurkan Corruption Perception Index (CPI), sebuah indeks pengukuran

tingkat korupsi global. Rentang indeks CPI 2012 adalah 0-100 (0 dipersepsikan

sangat korup, 100 sangat bersih). Tahun 2012 skor Indonesia adalah 32, pada

urutan 118 dari 176 negara yang diukur. Secara regional Indonesia tidak banyak

mengalami perubahan, masih di jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI-nya

Page 18: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

18

dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Skor 32 menunjukkan bahwa

Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi.

Praktik kecurangan akuntansi tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi

juga banyak terjadi pada sektor pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan

pemerintah pusat dan laporan keuangan pemerintah daerah pada Semester I- tahun

2013 potensi kerugian negara mencapai Rp 56,98 triliun. Potensi kerugian negara

pada semester I- tahun 2013 lebih banyak disebabkan oleh kasus kelemahan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap perundang-

undangan. BPK menemukan sebanyak 13.969 kasus kelemahan SPI selama

semester 1- tahun 2013 (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2013).

Kecurangan akuntansi yang terjadi di pemerintahan menyebabkan data dan

informasi laporan keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah sangat tidak objektif

dan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja atau

bahkan dalam membuat keputusan. Hal tersebut akan menghambat tercapainya

tujuan dari akuntansi pemerintahan, yaitu (a) menjaga keuangan publik dengan

mencegah dan mendeteksi tindakan korupsi dan tindakan untuk mencari

keuntungan secara tidak beretika, (b) memfasilitasi pengelolaan keuangan

pemerintahan secara sehat, (c) membantu pemerintah dalam memberikan

akuntabilitas kepada masyarakat (Wilopo, 2006).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai:

(1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah

saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

Page 19: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

19

keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul

dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan

penyalahgunaan atau penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva

entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip

Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Definisi fraud menurut

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (2007) adalah suatu jenis tindakan

melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu

dengan cara menipu. Definisi fraud di atas menunjukkan aspek dari fraud yaitu

penipuan (deception), ketidakjujuran (dishonest), dan niat (intent).

Teori keagenan sering digunakan untuk menjelaskan kecurangan akuntansi

(Jensen dan Meckling, 1976). Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya

konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba

memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Menurut Scott (2000) asimetri

informasi menimbulkan adanya moral hazard yaitu kegiatan yang dilakukan oleh

seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham, sehingga

manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang

melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak

dilakukan. Prinsipal harus melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen

dengan sistem pengendalian yang efektif untuk mengantisipasi tindakan

menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Sistem pengendalian

tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku menyimpang dalam

sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan akuntansi.

Page 20: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

20

Bologna (1993) menjelaskan fraud dengan GONE Theory yang terdiri dari 4

(empat) faktor yang mendorong seseorang berperilaku menyimpang yaitu: Greed,

Opportunity, Need dan Exposure. Opportunity (kesempatan) dan Exposure

(pengungkapan) berhubungan dengan organisasi disebut juga faktor umum seperti

elemen pengendalian internal. Terdapat lima elemen pengendalian internal yang

harus dimiliki oleh organisasi (Arens dan Loebecke, 1999). Kelima elemen

tersebut antara lain: lingkungan pengendalian, penetapan risiko oleh manajemen,

sistem komunikasi dan informasi akuntansi, aktivitas pengendalian, dan

pemantauan. Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki

fungsi audit internal akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi.

Selain faktor di atas, terdapat faktor Greed (keserakahan) dan Need

(kebutuhan) yang berhubungan dengan individu sebagai pelaku kecurangan

(disebut dengan faktor individual). Faktor individual berhubungan dengan

perilaku yang melekat dari individu itu sendiri, dalam kaitannya faktor individu

ini berhubungan dengan moralitas. Salah satu teori perkembangan moral yang

banyak digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg

(1969) menjelaskan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan

pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional.

Berbagai bukti empiris yang telah didapatkan menunjukkan bahwa faktor-

faktor penyebab kecurangan akuntansi dibedakan menjadi faktor perusahaan

(eksternal) dan faktor dalam diri individu (internal) sebagai pelaku kecurangan itu

sendiri. Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar

dari permasalahan mengenai fraud. Mayangsari dan Wilopo (2002) membuktikan

Page 21: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

21

bahwa internal birokrasi memberikan pengaruh terhadap kecurangan akuntansi

pemerintahan. Artinya, semakin baik pengendalian internal birokrasi, maka

semakin rendah tingkat kecurangan akuntansi pemerintah.

Level moral individu (tinggi dan rendah) dan elemen pengendalian internal

organisasi (ada dan tidak ada) merupakan faktor yang akan diteliti sebagai

penyebab terjadinya kecurangan akuntansi dengan menggunakan topik kasus

pengadaan barang dan jasa. Peneliti tertarik menggunakan kasus dengan topik

pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah karena berdasarkan data dari

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per 30 September 2013, di tahun 2013

korupsi jenis penyuapan dan pengadaan barang/jasa sebagai jumlah jenis perkara

tertinggi di Indonesia.

Tabel 1.1

Jenis Perkara Korupsi Tahun 2004-2013 (per 30 September 2013)

Jenis Perkara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah

Pengadaan Barang/Jasa 2 12 8 14 18 16 16 10 8 5 109

Perijinan 0 0 5 1 3 1 0 0 0 3 13

Penyuapan 0 7 2 4 13 12 19 25 34 40 156

Pungutan 0 0 7 2 3 0 0 0 0 0 12

Penyalahgunaan Anggaran 0 0 5 3 10 8 5 4 3 0 38

Pencucian Uang 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 5

Merintangi proses KPK 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2

Jumlah Keseluruhan 2 19 27 24 47 37 40 39 49 51 335

Sumber : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2013

Eddy (2010) juga mengemukakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) setiap tahunnya, anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan

barang/jasa instansi pemerintah diperkirakan mencapai 30% dari total anggaran

yang tersedia.

Page 22: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

22

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah

dilakukan oleh Puspasari (2012) yang menguji pengaruh moralitas individu dan

pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan

desain penelitian eksperimen pada konteks pemerintahan daerah. Perbedaan

penelitian ini terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terkait lokasi

penelitian yaitu pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi

penelitian adalah berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) yang menyatakan bahwa Provinsi Bali untuk yang keempat kalinya dan

secara berturut-turut sejak tahun 2009-2012 kembali mendapat opini Wajar

Dengan Pengecualian (WDP) dari pihak BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

Beberapa kelemahan yang menyebabkan BPK memberikan opini WDP

antara lain: belum jelasnya batas lokasi dan luasan serta belum adanya bukti

kepemilikan yang memadai terhadap asset tetap tanah milik pemerintah provinsi

Bali, belum sepenuhnya program sistem pertanian terintegrasi (simantri) tercapai,

serta belum sepenuhnya realisasi belanja bantuan sosial pada kegiatan kemitraan

Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sesuai ketentuan dan terdapat

kesalahan pencatatan administrasi dalam laporan keuangan. Informasi tersebut

menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

pemerintah belum sepenuhnya memberikan pengaruh signifikan untuk mencegah

penyimpangan baik kesalahan ataupun kecurangan.

Perbedaan Kedua terletak pada pemilihan partisipan. Partisipan dalam

penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali. Kebanyakan studi eksperimental

Page 23: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

23

mengenai kecurangan akuntansi menggunakan para mahasiswa program S1 dan

S2 sebagai pengganti (surrogate) dari manajer yang telah berpengalaman.

Penggunaan mahasiswa ini menimbulkan keraguan mengenai ketepatan mereka

sebagai pengganti dari manajer yang berpengalaman (Chang et al., 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Fraud triangle menjelaskan ketika tekanan situasional dan kesempatan

untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka

kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud

disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Albrecht

(2004) mengungkapkan bahwa salah satu motivasi individu dalam melakukan

kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan

kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi tersebut

untuk kepentingan pribadinya (self-interest), misalnya melakukan tindakan

kecurangan akuntansi.

Senada dengan penelitian Albrecht (2004), penelitian Puspasari (2012) juga

mengungkapkan kondisi elemen pengendalian internal di dalam organisasi (ada

dan tidak ada pengendalian internal) dapat mempengaruhi individu dengan level

moral rendah untuk cenderung melakukan atau tidak melakukan kecurangan

akuntansi. Namun bagi individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak

ada elemen pengendalian internal organisasi tidak akan membuatnya melakukan

kecurangan akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat.

Page 24: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

24

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil penelitian sebelumnya,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi yang terjadi pada

kecenderungan kecurangan akuntansi yang akan dijelaskan oleh dua variabel,

yaitu variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal untuk

menjawab permasalahan:

a) Apakah terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara

individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah?

b) Apakah terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara

individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak

terdapat elemen pengendalian internal?

c) Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan

pengendalian internal dalam memengaruhi kecurangan akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka

tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a) Memperoleh bukti adanya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan

akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan

level penalaran moral tinggi.

b) Memperoleh bukti adanya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan

akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal

dan tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Page 25: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

25

c) Memperoleh bukti adanya interaksi antara moralitas individu dan

pengendalian internal dalam memengaruhi kecurangan akuntansi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Manfaat Praktis

a. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan kecenderungan

melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level

penalaran moral rendah dan level penalaran moral tinggi dalam kondisi

terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen

pengendalian internal.

b. Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Bali untuk

mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah tindak

kecurangan di instansi pemerintah dan mengatasi kemungkinan terjadinya

praktik kecurangan akuntansi oleh pejabat pemerintah.

b) Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah kecurangan

akuntansi.

Page 26: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu

pemegang saham) yang menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk

melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal termasuk mendelegasikan kekuasaan

dalam pembuatan keputusan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak

mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan pemilik (pemegang saham). Situasi ini akan memicu munculnya

suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan dalam

memperoleh informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi

(prepaper) dengan pihak pemegang saham sebagai pengguna informasi (user).

Scott (2000) menyatakan bahwa terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

a) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek

perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat

mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham

tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi

Page 27: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

27

pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan

pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika

atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi

antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk

kepentingan sendiri dan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi utilitasnya

tersebut. Pemilik perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap kinerja

manajemen dengan sistem pengendalian yang efektif untuk mengantisipasi

tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Sistem

pengendalian tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku

menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan akuntansi.

Eisenhardt (1989) menjelaskan bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga)

buah asumsi yaitu:

a) Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat

untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan

rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion)

b) Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,

efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information

(AI) antara prinsipal dan agen.

Page 28: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

28

c) Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai

barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi

yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya

dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

Pola pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara sejalan dengan teori

keagenan (agency theory) yang menciptakan hubungan keagenan. Pemerintah

sebagai agen dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil dari

prinsipal memiliki pola hubungan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat

ketidakseimbangan pemilikan informasi. DPRD tidak memiliki informasi secara

penuh tentang laporan pertanggungjawaban eksekutif atas pengelolaan anggaran,

apakah pertanggungjawaban pengelolaan anggaran telah mencerminkan kondisi

sesungguhnya, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menerapkan

sistem pengendalian internal yang memadai, dan telah melakukan pengungkapan

secara penuh atas pertanggungjawaban pengelolaan anggaran tersebut.

Jensen dan Meckling (1976), Brickley dan James (1987), dan Shivdasani

(1993) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan agensi

dengan mengeluarkan biaya monitoring. Hasil monitoring yang baik memerlukan

pengendalian internal perusahaan yang efektif. Manajemen perusahaan

seharusnya melaksanakan aturan akuntansi dengan benar agar dapat mengatasi

permasalahan keagenan.

Page 29: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

29

2.2 Kecurangan Akuntansi (Fraud)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai:

(1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah

saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul

dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan

penyalahgunaan atau penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva

entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip

Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya

terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk

penggelapan tanda terima barang atau uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang

menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau

dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih

individu di antara pegawai atau pihak ketiga.

Perspektif kecurangan menurut Bologna (1993) dari sudut pandang

akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran yang salah dari fakta

material dalam buku besar atau laporan keuangan. Pernyataan yang salah dapat

ditujukan pada pihak luar organisasi seperti pemegang saham atau kreditor, atau

pada organisasi itu sendiri dengan cara menutupi atau menyamarkan penggelapan

uang, ketidakcakapan, penerapan dana yang salah atau pencurian atau penggunaan

aktiva organisasi yang tidak tepat oleh petugas, pegawai dan agen. Kecurangan

dapat juga ditujukan pada organisasi oleh pihak luar, misalnya, penjual, pemasok,

Page 30: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

30

kontraktor, konsultan dan pelanggan, dengan cara penagihan yang berlebihan, dua

kali penagihan, substitusi material yang lebih rendah mutunya, pernyataan yang

salah mengenai mutu dan nilai barang yang dibeli, atau besarnya kredit pelanggan.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) sebagai salah satu

asosiasi di Amerika Serikat yang melakukan usaha pencegahan dan

pemberantasan kecurangan akuntansi mengkategorikan kecurangan dalam tiga

kelompok yaitu:

a) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau

instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya

dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya

untuk memperoleh keuntungan.

b) Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini

merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang

dapat diukur/dihitung (defined value).

c) Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama

dengan pihak lain. Fraud jenis ini yang terbanyak terjadi di negara-negara

berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran

akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.

Bentuk-bentuk korupsi antara lain: penyalahgunaan wewenang/konflik

kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang

Page 31: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

31

tidak sah/ilegal (ilegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic

extortion).

Adapun definisi fraud menurut BPK RI (2007) adalah sebagai satu jenis tindakan

melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu

dengan cara menipu. Di samping itu, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau

KUHP menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraud seperti:

a) Pasal 362: Pencurian adalah mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum

b) Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman adalah menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau

supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang

c) Pasal 372: Penggelapan adalah dengan sengaja dan melawan hukum memiliki

barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,

tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan

d) Pasal 378: Perbuatan Curang adalah menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat

palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan

orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya

memberi utang maupun menghapuskan piutang

Page 32: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

32

e) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang

secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).

Dari definisi di atas, terkandung aspek dari fraud adalah penipuan (deception),

ketidakjujuran (dishonest) dan niat (intent).

Cressey (1953) mengemukakan tiga penyebab atau pemicu fraud sebagai

berikut.

a) Tekanan (Unshareable pressure/ incentive)

Tekanan melakukan fraud, antara lain faktor ekonomi, alasan emosional (iri/

cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi), nilai (values) dan karena

dorongan keserakahan. Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi

yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan.

Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal

financial need, dan financial targets.

b) Adanya kesempatan/ peluang (Perceived Opportunity)

Kesempatan yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang

melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Biasanya hal ini dapat terjadi

karena adanya internal control perusahaan yang lemah, kurangnya

pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara elemen fraud

triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk

diminimalisasi melalui penerapan proses, prosedur, dan kontrol serta upaya

deteksi dini terhadap fraud.

Page 33: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

33

c) Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi ditunjukkan saat pelaku mencari pembenaran sebelum melakukan

kejahatan, bukan sesudah melakukan tindakan tersebut. Rasionalisasi

diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang ilegal untuk tetap

mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, tetapi setelah

kejahatan dilakukan, rasionalisasi ini ditinggalkan karena sudah tidak

dibutuhkan lagi. Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang paling banyak

digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri dan alasan

bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

Fraud triangle ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Fraud Triangle

Sumber : Cressey (1953)

Page 34: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

34

2.3 Penalaran Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos

sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing memiliki arti yang

sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka

secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut

sama-sama memiliki arti yaitu kebiasaan, adat. Arti kata moral adalah nilai-nilai

dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa

asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.

Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) memiliki arti yang pada dasarnya sama

dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau

keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam

penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg (1969) menyatakan bahwa

moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan

conventional dan tahapan post-conventional. Welton et al. (1994) menyatakan

bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh

level penalaran moralnya. Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam

Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka

akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral

yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran

moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Semakin tinggi level penalaran

Page 35: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

35

moral seseorang, maka individu tersebut semakin mungkin untuk melakukan ‘hal

yang benar’.

Individu akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/

peraturan yang ada jika berada pada tahapan yang paling rendah (pre-

conventional). Selain itu individu pada level moral ini juga akan memandang

kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan.

Pada tahap kedua (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya pada

persetujuan teman-teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada

di masyarakat. Pada tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari

tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan

tindakannya pada hukum-hukum universal. Menurut Welton et al. (1994) dalam

setiap stage Kohlberg, individu memiliki pandangan sendiri mengenai versi ‘hal

yang benar’ menurutnya. Individu dalam stage 1 merasa bahwa hal yang benar

adalah apa yang menjadi kepentingan individu tersebut. Individu dalam stage 2

menganggap bahwa hal yang benar adalah hasil dari pertukaran yang imbang,

persetujuan maupun posisi tawar yang imbang. Individu dalam stage 3 merasa

bahwa hal yang benar adalah terkait dengan pengharapan akan kepercayaan,

loyalitas, dan respek dari teman-teman dan keluarganya. Individu dalam stage 4

menganggap bahwa hal yang benar adalah dengan membuat kontribusi untuk

masyarakat, grup atau institusi. Individu dalam stage 5 dan stage 6 menganggap

bahwa kebenaran adalah mendasarkan diri pada prisip-prinsip etis, persamaan hak

manusia dan harga diri sebagai seorang makhluk hidup. Ringkasan mengenai

tahapan moral model Kohlberg dipaparkan pada Tabel 2.1.

Page 36: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

36

Tabel 2.1

Tingkat dan Tahapan Penalaran Moral

Tingkat Tahap/ Stage

1. Pre-conventional

Pada level ini individu

mengenal moralitas

berdasarkan dampak yang

ditimbulkan oleh suatu

perbuatan, yaitu

menyenangkan (hadiah) atau

menyakitkan (hukuman).

Individu tidak melanggar

aturan karena takut akan

ancaman hukuman dari

otoritas.

1. Orientasi kepatuhan dan Hukuman

Pemahaman individu tentang baik dan

buruk ditentukan oleh otoritas.

Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk

menghindari hukuman dari otoritas.

2. Orientasi hedonistik-instrumental

Suatu perbuatan dinilai baik apabila

berfungsi sebagai instrumen untuk

memenuhi kebutuhan atau kepuasan

diri.

2. Conventional

Suatu perbuatan dinilai baik

oleh individu apabila

mematuhi harapan otoritas atau

kelompok sebayanya.

3. Orientasi individu yang baik

Tindakan berorientasi pada orang lain.

Suatu perbuatan dinilai baik apabila

menyenangkan bagi orang lain.

4. Orientasi keteraturan dan otoritas

Perilaku yang dinilai baik adalah

menunaikan kewajiban, menghormati

otoritas, dan memelihara ketertiban

sosial.

3. Post-conventional

Pada level ini aturan dan

institusi dari masyarakat tidak

dipandang sebagai tujuan

akhir, tetapi diperlukan sebagai

subjek. Individu menaati

aturan sesuai dengan prinsip-

prinsip etika universal.

5. Orientasi kontrol sosial-legalistik

Ada semacam perjanjian antara dirinya

dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai

baik apabila sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.

6. Orientasi kata hati

Kebenaran ditentukan oleh kata hati,

sesuai dengan prinsip-prinsip etika

universal yang bersifat abstrak dan

penghormatan terhadap martabat

manusia.

Sumber : Desmita (2005)

Page 37: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

37

2.4 Pengendalian Internal

Definisi sistem pengendalian internal menurut Peraturan Pemerintah No.60

tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses

yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Boynton et al.(2003) mendefinisikan aktivitas pengendalian

sebagai kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah

manajemen telah dilakukan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan

bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko yang diambil untuk

pencapaian tujuan organisasi.

Sistem pengendalian internal pemerintah terdiri dari lima unsur, yaitu :

a) Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah

yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya

pengendalian suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi

tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian

internal.

b) Penilaian risiko, merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan

terjadinya situasi yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi

pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola

risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi.

Page 38: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

38

c) Kegiatan pengendalian, merupakan tindakan yang diperlukan untuk

mengatasi risiko serta penerapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur

untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan

secara efektif.

d) Informasi dan komunikasi. Informasi merupakan data yang telah diolah

yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sedangkan

komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dengan

menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

e) Pemantauan, merupakan proses penilaian atas mutu kinerja sistem

pengendalian internal dan proses yang memberikan keyakinan bahwa

temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang memiliki fungsi

audit internal akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi. Pengendalian

akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian internal, meliputi struktur

organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk

menjaga kekayaan organisasi serta mengecek ketelitian dan keandalan data

akuntansi (Bastian, 2006).

Mulyadi (2009) menyatakan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap

pengendalian intern menurut SA Seksi 319 diantaranya adalah:

a) Manajemen, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan

menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal organisasinya.

Page 39: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

39

b) Direktur utama perusahaan bertanggung jawab unutk menciptakan atmosfer

pengendalian di tingkat puncak, agar kesadaran terhadap pentingnya

pengendalian menjadi tumbuh di seluruh organisasi.

c) Direktur bagian keuangan dan akuntansi menjalankan peran penting dalam

perancangan, implementasi, dan pemantauan sistem pelaporan keuangan

organisasi, penyusunan rencana dan anggaran perusahaan, penilaian dan

analisis kinerja, serta pencegahan dan pendeteksian pelaporan keuangan yang

menyesatkan.

d) Dewan komisaris dan komite audit. Dewan komisaris bertanggung jawab

untuk memeriksa apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka

dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalan internal,

sedangkan fungsi komite audit secara langsung berdampak pada auditor.

e) Auditor internal, bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi

memadai atau tidaknya pengendalian internal entitas dan membuat

rekomendasi peningkatannya.

f) Personel lain entitas. Peran dan tanggung jawa semua personel lain yang

menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh

pengendalian internal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.

g) Auditor independen. Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan

keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalaian internal

kliennya, sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut

kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris.

Page 40: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

40

h) Pihak luar lain. Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian

internal entitas adalah badan pengatur (regulatory body), seperti Bank

Indonesia dan Bapepam. Badan pengatur ini mengeluarkan persyaratan

minimum pengendalian internal yang harus dipenuhi oleh suatu entitas dan

memantau kepatuhan entitas terhadap persyaratan tersebut.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instansi pemerintah

daerah yang menerima dan menggunakan anggaran untuk menjalankan tugas

pokok dan fungsinya, oleh karena itu memiliki kewajiban untuk membuat

akuntabilitas keuangan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4

Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah yang

dinyatakan sebagai Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah,

sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

Akuntabilitas keuangan instansi pemerintahan Daerah kabupaten/kota

merupakan suatu perwujudan pertanggungjawaban suatu instansi pemerintah atas

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam

menjalankan program dan kegiatan untuk melaksanakan misi organisasi guna

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian internal

yang efektif memungkinkan terciptanya akuntabilitas keuangan dan sebagai upaya

mencegah organisasi dari kecenderungan kecurangan akuntansi yang dapat

dilakukan oleh manajer dan bawahannya.

Page 41: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

41

2.5 Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,

penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,

pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan

daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan

APBD. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

dan kemampuan pendapatan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi,

perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan

APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan

dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh pemerintah daerah telah

mengalami perubahan dari yang bersifat inkramental menjadi anggaran berbasis

kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip manajemen

keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah

meliputi:

Page 42: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

42

a. Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan

hendaknya berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kebijakan

yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal

maupun horisontal dengan baik.

b. Value for money, prinsip ini digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah

dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.

c. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik, dalam pengelolaan keuangan

daerah harus dipercayakan kepada pegawai yang memiliki integritas dan

kejujuran yang tinggi, sehingga potensi munculnya praktik korupsi dapat

diminimalkan.

d. Transparansi, merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun masyarakat.

e. Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan

monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), sehingga bila terjadi selisih dapat dengan segera

dicari penyebab timbulnya selisih.

Page 43: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

43

2.6 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai fraud.

Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar dari

permasalahan mengenai fraud. Ramamoorti menginterpretasikan segitiga fraud

dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), sekaligus menambahkan

perilaku-perilaku lain diluar segitiga fraud yang dapat juga menyebabkan fraud.

Sebuah study ACFE (1996) menjelaskan bahwa seorang individu dengan

tingkat integritas tinggi dan tekanan (kebutuhan) serta kesempatan terbatas untuk

melakukan fraud cendrung bersifat jujur, sebaliknya individu yang integritas

pribadinya kurang, ketika ditempatkan dalam situasi tekanan kebutuhan

meningkat dan diberikan kesempatan cenderung melakukan fraud asalkan

kebutuhannya terpenuhi. Pemerintahan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

kecurangan akuntansi dengan mengetahui sifat dan karakteristik manusia yang

paling mungkin melakukan kecurangan.

Booz-Allen dan Hamilton (1999) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki

indeks paling rendah dalam hal indeks good governance dan indeks korupsi

dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Semakin rendah

angka indeks maka semakin rendah tingkat good governance dan semakin tinggi

tingkat korupsi dan hal ini menunjukkan pula bahwa akuntabilitas belum berjalan

sepenuhnya. Adanya indikasi kecurangan akuntansi di sebuah organisasi, tentu

akan mengurangi kualitas pelaporan organisasi yang nantinya akan berimbas pada

pengelolaan sumber daya ekonomi yang tidak tepat.

Page 44: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

44

Wilopo (2006) meneliti faktor-faktor yang mendorong terjadinya

kecurangan akuntansi dengan variabel bebas keefektifan pengendalian intern,

kesesuaian kompensasi, ketaatan pada aturaan akuntansi, asimetris informasi,

moralitas manajemen, serta variabel terikat perilaku tidak etis dan kecendrungan

kecurangan akuntansi. Pada penelitian Wilopo yang dijadikan sampel adalah

Perusahaan terbuka dan BUMN di seluruh Indonesia dengan metode pengambilan

sampel adalah stratified random sampling, yaitu mengelompokkan perusahaan

berdasarkan sembilan sektor usaha. Penelitian ini membuktikan serta mendukung

hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan

kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan

keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas

manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini

menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil

penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan

ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan

akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata

tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh

dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding

kompensasi yang diterimanya.

Betts (2009) menemukan alasan mengapa pegawai suatu organisasi

melakukan fraud ditinjau dari sisi psikologis dengan menggolongkan demografis

pelaku fraud di Amerika dilihat dari latar belakang pendidikan dan usia.

Penelitian ini dilakukan di Amerika dalam kurun waktu tahun dua tahun, yaitu

Page 45: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

45

selama tahun 2006-2008. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kecurangan

akuntansi di Amerika didominasi oleh lulusan strata 1, uang yang diambil secara

nominal lebih banyak jumlahnya oleh lulusan strata 2, dan usia individu yang

paling banyak melakukan kecurangan akuntansi 41-50 tahun.

Puspasari (2012) menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian

internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi

di sektor pemerintahan. Moralitas individu dan pengendalian internal

dihipotesiskan saling berinteraksi dalam mempengaruhi kecenderungan

kecurangan akuntansi. Untuk menguji hal tersebut dilakukan eksperimen yang

melibatkan mahasiswa pascasarjana Magister Ekonomika Pembangunan

Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi

antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral

rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat

elemen pengendalian internal. Ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Page 46: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

46

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan hasil dari sintesis teori dan kajian pustaka

yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Berikut merupakan kerangka

berpikir penelitian ini:

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

Page 47: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

47

Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah kajian teori dan

beberapa penelitian mengenai kecurangan akuntansi. Teori keagenan

mencerminkan pola pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang

menciptakan hubungan keagenan. Pemerintah sebagai agen dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil dari prinsipal memiliki pola

hubungan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat ketidakseimbangan pemilikan

informasi. DPRD tidak memiliki informasi secara penuh tentang laporan

pertanggungjawaban eksekutif atas pengelolaan anggaran, apakah

pertanggungjawaban pengelolaan anggaran telah mencerminkan kondisi

sesungguhnya, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menerapkan

sistem pengendalian internal yang memadai, dan telah melakukan pengungkapan

secara penuh atas pertanggungjawaban pengelolaan anggaran tersebut.

Adanya indikasi kecurangan akuntansi di pemerintah, tentu akan

mengurangi kualitas pelaporan organisasi yang nantinya akan berimbas pada

pengelolaan sumberdaya ekonomi yang tidak tepat. Pengawasan terhadap kinerja

manajemen dengan melaksanakan sistem pengendalian yang efektif sangat

diperlukan untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh

pihak manajemen. Sistem pengendalian tersebut diharapkan mampu mengurangi

adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya

kecurangan akuntansi.

Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa rasionalisasi dan tekanan adalah

faktor-faktor penyebab kecurangan akuntansi yang didasari oleh kondisi

psikologis pelaku. Dorminey et al. (2011) menyatakan bahwa faktor rasionalisasi

Page 48: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

48

dan tekanan merupakan karakteristik pelaku kecurangan akuntansi yang tidak

dapat diobservasi karena mustahil untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh

pelaku ketika akan melakukan kecurangan akuntansi.

Kecurangan akuntansi sangat erat hubungannya dengan etika. Kecurangan

akuntansi merupakan suatu tindakan ilegal sebagai bagian dari perilaku tidak etis,

oleh karena itu ada hukum yang harus ditegakkan sebagai bagian dari usaha

penegakan standar moral. Beberapa penelitian di bidang etika menggunakan teori

perkembangan moral untuk mengobservasi dasar individu melakukan suatu

tindakan. Salah satu yang sering digunakan adalah teori mengenai level penalaran

moral Kohlberg. Mengetahui level penalaran moral seseorang akan menjadi dasar

untuk mengetahui kecenderungan individu melakukan suatu tindakan tertentu,

terutama yang berkaitan dengan dilema etika, berdasarkan level penalaran

moralnya. Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam

menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya.

Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral

individu akan semakin cenderung tidak berbuat kecurangan akuntansi. Bernardi

dan Guptill (2008) menemukan bahwa semakin tinggi level moral individu akan

semakin sensitif terhadap isu-isu etika. Selain faktor rasionalisasi yang berkaitan

erat dengan etika, faktor lain yang menjadi penyebab kecurangan akuntansi adalah

faktor kesempatan. Salah satu penyebab adanya kesempatan untuk melakukan

kecurangan akuntansi adalah kurangnya pengawasan dan lemahnya pengendalian

internal organisasi. Coram et al. (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang

memiliki fungsi internal audit akan lebih dapat mendeteksi kecurangan akuntansi.

Page 49: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

49

Penelitian dari Hernandez dan Groot (2007) menemukan bahwa etika dan

lingkungan pengendalian merupakan dua hal yang sangat penting terkait

kecenderungan seseorang dalam melakukan kecurangan akuntansi.

Penelitian ini akan mengkolaborasikan teori mengenai kecurangan akuntansi

dan etika dalam konteks pemerintahan daerah Provinsi Bali. Level moral individu

(tinggi dan rendah) dan elemen pengendalian internal organisasi (ada dan tidak

ada) merupakan faktor yang akan diteliti sebagai penyebab terjadinya kecurangan

akuntansi.

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian

empiris. Konsep disajikan dalam Gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya,

penelitian ini akan menganalisis apakah terdapat perbedaan kecenderungan

melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran

moral tinggi dan level penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat elemen

pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian internal. Konsep

Variabel independen

1. Moralitas Individu

(Level Moral Tinggi dan Rendah)

2. Pengendalian Internal

(ada dan tidak ada

elemen pengendalian internal)

Variabel Dependen

Kecurangan Akuntansi

Page 50: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

50

penelitian yang diajukan dalam gambar tersebut merupakan kerangka konseptual

dan sebagai alur pemikiran dalam menguji hipotesis.

3.3 Hipotesis Penelitian

Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu

akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Welton et al. (1994) juga menyatakan

bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh

level penalaran moralnya. Individu dengan level penalaran moral yang rendah

berperilaku berbeda dengan individu yang memiliki level penalaran moral yang

tinggi ketika menghadapi dilema etika. Individu yang memiliki level penalaran

moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya

sendiri dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan sanksi hukum. Individu

dengan level penalaran moral tinggi di dalam tindakannya akan memperhatikan

kepentingan orang-orang di sekitarnya dan mendasarkan tindakannya pada

prinsip-prinsip moral. Menurut Moroney dan McDevitt (2008) individu dengan

level penalaran moral tinggi dalam perbuatannya akan lebih berorientasi pada

prinsip-prinsip moral yang universal.

Fraud triangle menjelaskan bahwa ketika tekanan situasional dan

kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka

kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud

disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Albrecht

(2004) menyatakan bahwa salah satu motivasi individu dalam melakukan

kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Page 51: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

51

Puspasari (2012) menemukan adanya interaksi antara moralitas individu dan

pengendalian internal dalam mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi.

Interaksi yang dimaksud adalah perubahan pada satu level faktor level moral atau

pada kondisi pengendalian internal, akan menyebabkan perubahan individu dalam

melakukan kecurangan akuntansi. Individu dengan level penalaran moral rendah

cenderung akan memanfaatkan kondisi tidak terdapat elemen pengendalian

internal dalam organisasi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest),

misalnya tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi

tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional Kohlberg

yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi

utama untuk kepentingan pribadinya. Sementara itu, individu dengan level

penalaran tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal di

organisasi tetap tidak akan melakukan kecurangan akuntansi yang tidak etis dan

akan merugikan banyak pihak.

Level moral Kohlberg menyatakan bahwa taat kepada peraturan yang ada

karena menghindari sanksi tertentu termasuk dalam tahap yang rendah yaitu level

pre-conventional. Individu dengan penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat

elemen pengendalian internal cenderung tidak akan melakukan kecurangan

akuntansi karena takut perbuatannya akan terdeteksi oleh pengendalian internal

organisasi dan ia akan mendapat sanksi hukum. Terdapat bukti empiris dari

Moroney dan McDevitt (2008) yang menemukan bahwa individu dengan level

penalaran moral rendah lebih berorientasi pada peraturan dan sanksi hukum yang

mungkin didapatkan.

Page 52: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

52

Kondisi elemen pengendalian internal di dalam organisasi (ada dan tidak

ada pengendalian internal) dapat mempengaruhi individu dengan level moral

rendah untuk cenderung melakukan atau tidak melakukan kecurangan akuntansi.

Namun bagi individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak ada elemen

pengendalian internal organisasi tidak akan membuatnya melakukan kecurangan

akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat. Berdasarkan hal

tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a) Efek Perlakuan Moralitas Individu (Level Tinggi dan Level Rendah)

Hipotesis tentang efek perlakuan moralitas individu digunakan untuk

menyatakan ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan

akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan moralitas individu tanpa

memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara

individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah

H1: Terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu

yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah

b) Efek Perlakuan Pengendalian Internal (Ada dan Tidak)

Hipotesis tentang efek perlakuan pengendalian internal digunakan untuk

menyatakan ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan

akuntansi yang diakibatkan oleh perlakuan pengendalian internal (ada dan

tidak) tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

Page 53: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

53

H0: Tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara

individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak

terdapat elemen pengendalian internal

H2: Terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu

dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat

elemen pengendalian internal

c) Efek Interaksi antara Moralitas Individu dengan Pengendalian Internal

Hipotesis tentang interaksi antara moralitas individu dengan pengendalian

internal digunakan untuk menyatakan ada tidaknya interaksi yang signifikan

antara moralitas individu dengan pengendalian internal. Hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan

pengendalian internal

H3: Terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan

pengendalian internal

Page 54: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

54

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana menyeluruh dari penelitian mencakup

hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti mulai dari membuat hipotesis dan

implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data yang selanjutnya

disimpulkan dan diberikan saran. Penelitian ini menggunakan rancangan

eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji pengaruh moralitas individu dan

pengendalian internal pada kecurangan akuntansi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

berdasarkan hasil jawaban partisipan dalam kuesioner yang dibagikan. Kuesioner

dalam penelitian ini dibagikan kepada Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di

Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kecurangan akuntansi, sedangkan variabel independennya

adalah moralitas individu (level moral tinggi dan rendah) dan pengendalian

internal (ada dan tidak ada elemen pengendalian internal).

Peneliti mengamati kecenderungan individu melakukan kecurangan

akuntansi dengan membagi partisipan ke dalam empat grup: (1) Grup 1: kelompok

level moral tinggi dalam kondisi ada elemen pengendalian internal, (2) Grup 2:

kelompok level moral tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian

internal, (3) Grup 3: kelompok level moral rendah dalam kondisi terdapat elemen

pengendalian internal, dan (4) Grup 4: kelompok level moral rendah dalam

Page 55: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

55

kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Adapun desain eksperimen

faktorial 2x2 ditunjukkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Desain Eksperimen Faktorial 2x2

Level

Penalaran

Moral

Elemen Pengendalian Internal

Ada Tidak Ada

Tinggi Grup 1 Grup 2

Rendah Grup 3 Grup 4

Analisis varian desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek utama

(Main Effect) dan efek interaksi (Interaction Effect) pada model penelitian. Efek

utama [Main Effect (ME)] merupakan efek yang secara langsung ditimbulkan oleh

variabel bebas atau independen tanpa memperhitungkan kehadiran variabel

independen lain. Variabel bebas/independen yang dilibatkan dalam model

penelitian ada dua maka akan terdapat dua ME. Efek interaksi [Interaction Effect

(IE)] yaitu efek yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara satu variabel

independen dengan variabel independen lainnya dalam suatu model analisis.

Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan kerja sama dua variabel

bebas atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti

bahwa kerja atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel

terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata

lain, interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek‐efek berbeda

terhadap suatu variabel terikat pada berbagai tingkat dari suatu variabel bebas

lain.

Page 56: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

56

Uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas dan uji homogenitas

dilakukan sebelum uji Two-Way Anova. Hasil analisis kemudian akan

diintepretasikan, dan kemudian disimpulkan. Adapun rancangan penelitian dapat

disajikan pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Kajian Teoritis

Kajian Empiris

Pengaruh Moralitas Individu dan

Pengendalian Internal

pada Kecurangan Akuntansi

Rumusan Masalah

Hipotesis

Variabel Penelitian:

(Independent) Moralitas Individu, Pengendalian Internal

(Dependent) Kecurangan Akuntansi

Instrumen Penelitian:

Kuisioner DIT & Skenario

Penentuan partisipan:

Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) Pemerintah Prov. Bali di Tingkat Sekretariat

Daerah

Pengolahan Data

Pembahasan Hasil Penelitian

Simpulan dan Saran

Page 57: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

57

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama lima bulan (Nopember 2013-Maret 2014) pada

Pemerintah Daerah Provinsi Bali yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Tingkat

Sekretariat Daerah yang berjumlah 9 instansi. Daftar lokasi penelitian ditunjukkan

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Lokasi Penelitian

No

Tingkat Sekretariat Daerah (Setda)

1 Biro Pemerintahan

2 Biro Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

3 Biro Organisasi

4 Biro Perekonomian dan Pembangunan

5 Biro Kesejahteraan Rakyat

6 Biro Keuangan

7 Biro Umum dan Protokol

8 Biro Humas

9 Biro Aset

Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali (2013)

4.3 Penentuan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

dikumpulkan melalui kuesioner dalam bentuk instrumen penelitian berupa kasus.

Sedangkan sumber data adalah pendapat dan persepsi dari Kepala Sub Bagian

(Pejabat Eselon IV) Pemerintah Provinsi Bali di Tingkat Sekretariat Daerah.

Page 58: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

58

4.4 Metode Penentuan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011:115). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) pada Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Kantor Kepegawaian Daerah Provinsi Bali jumlah SKPD adalah 7 cluster

yang terdiri dari 45 instansi (Lampiran 6).

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut (Sugiyono,2011:116). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

secara Cluster Random Sampling, yaitu dengan membagi populasi sebagai

cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih

secara random. Teknik ini digunakan karena ukuran populasinya tidak diketahui

dengan pasti, sehingga tidak memungkinkan untuk dibuatkan kerangka

samplingnya, dan keberadaannya tersebar secara geografis.

Langkah-langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut. Pada tahap

pertama, dipilih salah satu cluster secara random dari tujuh cluster. Cluster yang

terpilih yaitu Cluster Sekretariat Daerah yang terdiri dari sembilan Biro. Pada

tahap kedua, dipilih Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) secara random

Page 59: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

59

sebagai partisipan pada kesembilan biro tersebut. Jumlah seluruh partisipan adalah

114 orang.

Gay dan Diehl (1992) menjelaskan untuk penelitian eksperimen minimal

sampel yang digunakan 15 elemen per kelompok. Sekaran (2006:252) juga

memberikan pedoman penentuan jumlah sampel yaitu untuk penelitian

eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa

antara 10-20 elemen.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain:

a) Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kecenderungan kecurangan

akuntansi.

b) Variabel independen dalam penelitian ini adalah moralitas individu (level

moral tinggi dan rendah) dan pengendalian internal (ada dan tidak ada

elemen pengendalian internal).

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih

menjelaskan ciri-ciri spesifik atas variabel tersebut.

a) Kecurangan Akuntansi

IAI (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul

dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari

Page 60: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

60

perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan

penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas

yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia.

Indikator Kecurangan Akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang

mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yaitu: Kecurangan Laporan

Keuangan (Financial Statement Fraud), Penyalahgunaan aset (Asset

Misappropriation), dan Korupsi (Corruption).

b) Moralitas Individu

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan

dengan baik dan buruk. Indikator Moralitas Individu yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berdasarkan teori perkembangan moral Kohlberg (1969)

yang menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan

pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional.

c) Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Variabel pengendalian internal dalam penelitian ini

Page 61: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

61

merupakan variabel aktif yang diberikan perlakuan atau manipulasi untuk

keperluan penelitian eksperimen.

4.5.3 Pengukuran Variabel

a) Variabel Kecurangan Akuntansi

Variabel kecurangan akuntansi diukur dengan meminta partisipan untuk

memberikan pendapatnya dalam pertanyaan kasus mengenai pengadaan

barang/jasa di instansi pemerintah. Partisipan menjawab pertanyaan tersebut

setelah membaca skenario eksperimen. Skala Likert 1–10 digunakan untuk

mengukur respons dari partisipan. Semakin tinggi partisipan memberikan angka

penilaiannya, semakin cenderung partisipan tersebut berbuat curang. Skenario

yang digunakan merupakan pengembangan dari skenario yang digunakan oleh

Puspasari (2012).

b) Variabel Moralitas Individu

Pengukuran moralitas berasal dari model pengukuran moral yang

dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (2000) dalam bentuk instrumen

Defining Issues Test. Instrumen ini berbentuk kasus dilema etika. Moralitas diukur

melalui 6 (enam) butir instrumen yang mengukur setiap tahapan moralitas melalui

kasus dilema etika akuntansi. Setiap tahapan moralitas ditunjukkan dengan skala

satu sampai dengan empat. Selanjutnya dilakukan penjumlahan hasil skala dari

keenam instrumen tersebut. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini

merupakan cerminan moralitas individu. Semakin rendah hasil penjumlahan skala

Page 62: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

62

dari instrumen tersebut, maka tingkat moralitas individu tersebut masih berada

pada tahap yang rendah yaitu level pre-conventional.

Ringkasan pernyataan yang berkaitan dengan pengukuran tingkat moral

individu dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Skor Pernyataan Moralitas Individu

No.

Pernyataan Skor SS Skor S Skor TS Skor STS

1 1 2 3 4

2 1 2 3 4

3 1 2 3 4

4 1 2 3 4

5 4 3 2 1

6 4 3 2 1

Sumber: Wilopo, 2006

Jika total skor yang diperoleh partisipan ≥ 17 skor, maka dapat dikatakan

partisipan memiliki level moral yang tinggi (level Post-conventional). Namun jika

total skor yang diperoleh partisipan < 17 skor maka partisipan tersebut dapat

dikatakan memiliki level moral yang rendah (level Pre-conventional).

Alasan peneliti menggunakan skala likert 1-4 adalah untuk menghilangkan

jawaban ragu-ragu, karena jawaban tersebut dapat memberikan makna yang

ganda, dan tidak menjelaskan jawaban responden yang sebenarnya secara pasti.

Modifikasi skala Likert, menurut Hadi (1991) dapat dilakukan berdasarkan dua

alasan. Pertama, kategori jawaban yang ditengah memiliki makna ganda. Bisa

diartikan belum dapat menentukan atau memberi jawaban bisa juga diartikan

netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori

jawaban yang bermakna ganda ini tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

Kedua, tersedianya kategori jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan

Page 63: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

63

menjawab ditengah (central tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-

ragu atau arah kecenderungan jawabannya kc arah sesuai atau ke arah tidak

sesuai. Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data

penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada

responden.

Skala ini memiliki empat alternatif jawaban yaitu SS=Sangat Setuju,

S=Setuju, TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju. Adapun kriteria

pemberian nilai tergantung dari favourable atau unfavourable suatu item yaitu,

untuk item favourable, jawaban sangat setuju (SS) mendapat nilai 4, setuju (S)

mendapat nilai 3, tidak setuju (TS) mendapat nilai 2 dan sangat tidak setuju (STS)

mendapat nilai 1. Sedangkan untuk item unfavourable, jawaban sangat setuju (SS)

mendapat nilai 1, setuju (S) mendapat nilai 2, tidak setuju (TS) mendapat nilai 3,

dan jawaban sangat tidak setuju (STS) mendapat nilai 4.

c) Variabel Pengendalian Internal

Pengukuran variabel pengendalian internal menggunakan skenario yang

dikembangkan dari penelitian Puspasari (2012) yang terdiri dari dua skema dalam

skenario: ada elemen pengendalian internal dan tidak ada elemen pengendalian

internal. Kondisi adanya elemen pengendalian internal digambarkan melalui

adanya penerapan wewenang dan tanggung jawab di organisasi, pencatatan

transaksi berkala, adanya pengendalian fisik, sistem akuntansi yang komprehensif,

serta pemantauan dan evaluasi berkala. Kondisi tidak adanya elemen

pengendalian internal digambarkan dalam skenario berupa tidak adanya

penerapan wewenang dan tanggung jawab yang jelas di organisasi, pencatatan

Page 64: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

64

transaksi yang tidak berkala, tidak adanya pengendalian fisik, sistem akuntansi

yang tidak dapat mencatat seluruh kegiatan operasional instansi serta tidak adanya

pemantauan dan evaluasi secara berkala di dalam instansi.

4.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian eksperimen. Sugiyono

(2011:107) metode penelitian ekperimen diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendali. Rangkaian prosedur yang akan dikerjakan oleh partisipan

dibuat agar eksperimen dapat berjalan sesuai dengan manipulasi yang

direncanakan.

Penelitian ini tidak seluruhnya menggunakan eksperimen laboratorium

secara murni, tetapi eksperimen lapangan dengan mendatangi setiap partisipan.

Hal ini dikarenakan agar dapat menjangkau para subyek yang bekerja di berbagai

tempat yang tidak mungkin dikumpulkan dalam satu kelas dan dapat menerima

responnya dalam waktu singkat. Selanjutnya diberikan dua buah penugasan

kepada subyek yang berpengalaman. Penugasan pertama adalah penugasan

mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi. Subjek diberikan skenario yang

berisi informasi mengenai peran mereka di dalam eksperimen.

Pada penelitian ini partisipan diberi skenario mengenai seorang manager di

sektor pemerintahan (Kepala SKPD). Di dalam skenario, partisipan diberi

pemahaman mengenai latar belakang seorang Kepala SKPD dan kondisi yang ada

dalam organisasi yang dipimpinnya. Skenario eksperimen dalam penugasan

Page 65: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

65

pertama ini menggunakan konteks orang ketiga (third-person context) seperti

yang disarankan oleh Rest (2000) untuk penelitian-penelitian etika. Hal ini

diperkuat dengan penelitian-penelitian etika yang dilakukan oleh Arnold dan

Ponemon (1991), dan Bernardi dan Guptill (2008) yang menggunakan konteks

orang ketiga. Terdapat dua jenis kondisi di dalam skenario kecurangan akuntansi,

yaitu kondisi ada dan tidak ada elemen pengendalian internal. Kondisi tersebut

secara acak terdapat di dalam skenario yang dibagikan kepada subjek eksperimen.

Di bagian akhir skenario, terdapat kasus kecurangan akuntansi. Kasus

tersebut mengenai proyek tender yang ada di Dinas X. Setelah membaca skenario,

subjek diminta untuk memberi penilaian berkaitan dengan pertanyaan kecurangan

akuntansi dalam kasus tender tersebut. Setelah penugasan pertama usai, partisipan

kemudian diminta mengerjakan penugasan kedua. Pada penugasan kedua, subjek

akan diminta untuk membaca skenario mengenai dilema etika dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur level penalaran

moral mereka.

4.7 Pilot Test

Pilot test (penelitian pendahuluan) dilakukan untuk mengetahui apakah

kasus yang diberikan dapat dipahami oleh partisipan atau tidak (Cooper dan

Schindler, 2003). Pilot tes juga dilakukan untuk meningkatkan validitas internal.

Beberapa perubahan terhadap desain awal kuesioner kemungkinan dilakukan

dengan masukan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pilot test dilakukan

terhadap 10 orang mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana. Saran

Page 66: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

66

dari partisipan akan menjadi masukan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan

terhadap materi eksperimen.

4.8 Teknik Analisis Data

Berbagai pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu meliputi

distribusi frekuensi untuk statistik deskriptif, uji homogenitas, dan uji normalitas

data. Setelah itu dilakukan analisis varians (ANOVA) untuk menguji hubungan

antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel

independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua).

4.8.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran umum

mengenai partisipan yang dijelaskan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel

tersebut berguna untuk menunjukan demografi partisipan, sedangkan deskripsi

mengenai variabel-variabel penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi

yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran sesungguhnnya, mean, dan standar

deviasi yang diperoleh dari hasil jawaban partisipan yang diterima.

4.8.2 Uji Homogenitas

Homogeneity of variance yaitu variabel dependen harus memiliki varian

yang sama dalam setiap kategori variabel independen (Ghozali, 2009). Jika

terdapat lebih dari satu variable independen, maka harus ada homogeneity of

variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS

Page 67: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

67

memberikan test ini dengan nama Levene’s Test of Homogeneity of Variance. Jika

nilai Levene Test signifikan (probabilitas <0,05) maka grup memiliki varian yang

berbeda dan hal ini menyalahi asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah Levene Test

tidak signifikan (probabilitas ≥0,05).

4.8.3 Uji Normalitas

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus

dilakukan untuk setiap analisis multivariate (Ghozali, 2009). Hasil uji statistik

akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak

terdistribusi secara normal (menceng ke kanan atau menceng ke kiri), maka hasil

uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi

dengan grafik atau uji statistik, sedangkan normalitas nilai residual dideteksi

dengan metode grafik.

Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai.

Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan

persepsi di antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain, yang sering

terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji

normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data

(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal

baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan

diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda

antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji

beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 (<0,05) berarti terdapat perbedaan

Page 68: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

68

yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 (≥0,05) maka tidak terjadi

perbedaan yang signifikan.

4.8.4 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik Two

Way Analysis of Variance dengan program SPSS versi 19.0. Penelitian ini

menggunakan Two-Way Anova dengan alasan penelitian ini menggunakan dua

variabel independen berskala data kategorik yaitu variabel pengendalian internal

(ada dan tidak) dan variabel moralitas (tinggi dan rendah) serta satu variabel

terikat berskala data kuantitatif/numerik (interval atau rasio) yaitu variabel

kecurangan akuntansi. Asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan uji

statistik Two-Way Anova yaitu homogeneity of variance, random sampling, dan

multivariate normality. Two-Way Anova adalah salah satu metode statistik

parametrik yang memiliki kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang berdistribusi

normal serta memiliki varian yang homogen sehingga pengujian hipotesis

memberikan hasil yang lebih tajam dibandingkan menggunakan statistik non-

parametrik.

Kriteria untuk pembuatan keputusannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

b) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka maka Hi diterima atau menolak Ho.

Page 69: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

69

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Partisipan

Penelitian ini dilakukan pada Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di

Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali yang terdiri dari sembilan

Biro dengan jumlah partisipan sebanyak 114 orang. Dari 114 partisipan, 2

partisipan dinyatakan gugur karena pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

Sebanyak 112 partisipan yang berhasil dilibatkan dalam penelitian ini dibagi ke

dalam empat grup manipulasi.

Karakterisitik demografi partisipan pada penelitian ini terdiri dari empat

bagian utama yaitu usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan terakhir.

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa partisipan termuda berusia 28 tahun, tertua

berusia 56 tahun dan didominasi oleh kelompok usia 25-50 tahun. Sebanyak 59

partisipan dalam penelitian ini atau sebesar 52,68% berjenis kelamin laki-laki.

Sementara sisanya sebanyak 53 partisipan atau sebesar 47,32% berjenis kelamin

perempuan. Partisipan memiliki pengalaman kerja yang cukup lama karena

sebagian besar (97%) bekerja di atas 10 tahun dan paling banyak menempuh

pendidikan sampai S1 yaitu sebesar 66 partisipan. Hasil pengolahan data

mengenai karakteristik demografi partisipan secara keseluruhan ditunjukkan pada

Tabel 5.1.

Page 70: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

70

Tabel 5.1

Karakteristik Partisipan

Sumber: Data primer 2014, diolah

5.2 Statistik Deskriptif Grup

Statistik deskriptif disajikan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian khususnya tentang mean dan deviasi standar.

Pengukuran mean merupakan cara yang umum digunakan untuk mengukur nilai

sentral dari distribusi data sedangkan deviasi standar merupakan perbedaan antara

nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa partisipan dalam grup 4 berjumlah 26 orang,

dengan perlakuan tidak terdapat elemen pengendalian internal dan level moral

rendah memiliki mean yang paling tinggi yaitu 8,42. Grup 3 dengan perlakuan

terdapat elemen pengendalian internal dan level moral rendah memiliki mean 5,03

dengan jumlah partisipan yaitu 28 orang. Partisipan yang memiliki level moral

Keterangan Frek Range Min Max Mean

Std

Deviasi Var

Usia 25-50 Thn 65

>50 Thn 47

Total 112 28 28 56 47,9 5,923 35,08

Jenis

Kelamin Laki-Laki 59

Perempuan 53

Total 112 1 1 2 1,4732 0,5153 0,252

Lama Kerja <5 Thn 1

5-10 Thn 2

>10 Thn 109

Total 112 2 1 3 2,9643 0,22971 0,053

Pendidikan S1 66

Terakhir S2 46

Total 112 1 3 4 3,4107 0,49417 0,244

Page 71: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

71

tinggi yaitu grup 1 dan grup 2 memiliki mean masing-masing yaitu 5,00 dan 4,04

dengan perlakuan berbeda yaitu terdapat elemen pengendalian internal dan tidak

terdapat elemen pengendalian internal. Tabel 5.2 menyajikan hasil statistik

deskriptif untuk empat grup perlakuan sebagai berikut:

Tabel 5.2

Deskriptif Statistik

Moral SPI Mean

Std.

Deviation N

Rendah Tidak Ada (Grup 4) 8,4231 2,19405 26

Ada SPI (Grup 3) 5,0357 3,13265 28

Total 6,6667 3,19197 54

Tinggi Tidak Ada (Grup 2) 4,0357 2,47180 28

Ada SPI (Grup 1) 5,0000 2,97113 30

Total 4,5345 2,76072 58

Total Tidak Ada 6,1481 3,20617 54

Ada SPI 5,0172 3,02325 58

Total 5,5625 3,15024 112

Sumber: Data primer 2014, diolah

5.3 Uji Instrumen Penelitian

Pada tahapan ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan tujuan untuk

menghasilkan data yang berkualitas. Cara yang dapat ditempuh adalah dua cara :

(1) menggunakan alat ukur (instrumen) siap pakai yang validitas dan

reliabilitasnya telah dibuktikan oleh para peneliti pada penelitian terdahulu; (2)

menggunakan alat ukur baru yang belum diketahui tingkat validitas dan

reliabilitasnya (Hair et al., 2006). Peneliti menggunakan cara yang pertama, yaitu

menggunakan instrumen yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Walaupun

demikian mengingat penelitian ini dilakukan di tempat dan sampel yang berbeda

Page 72: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

72

maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang untuk mempertegas

hasil.

5.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan suatu alat ukur

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, atau dengan kata lain, instrumen

tersebut dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan. Uji validitas

pengukuran menggunakan uji spearman correlation. Bila korelasi faktor tersebut

positif dan besarnya di atas 0,3 maka faktor tersebut mempunyai validitas yang

kuat (Ghozali, 2009). Tabel 5.3 menyajikan hasil uji validitas sebagai berikut:

Tabel 5.3

Uji Validitas

Moral SPI Total

Spearman's rho Moral Correlation

Coefficient

1,000 -,001 ,707**

Sig. (2-tailed) . ,989 ,000

N 112 112 112

SPI Correlation

Coefficient

-,001 1,000 ,707**

Sig. (2-tailed) ,989 . ,000

N 112 112 112

Total Correlation

Coefficient

,707**

,707**

1,000

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .

N 112 112 112

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer 2014, diolah

Page 73: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

73

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai koefisien validitas atau nilai

spearman correlation (r) untuk semua instrumen lebih dari 0,3. Hal ini berarti,

semua instrumen penelitian dapat dinyatakan valid. Dengan kata lain, instrumen

penelitian tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi

ukurnya.

5.3.2 Uji Reliabilitas

Tingkat reliabilitas suatu instrumen diukur dengan menghitung besarnya

nilai Cronbach alpha. Nilai Cronbach alpha dapat dikatakan reliable apabila nilai

Cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2009). Reliabilitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat dapat diandalkan atau dapat dipercaya untuk mengukur

suatu objek yang akan diukur. Dengan uji reliabilitas dapat dilihat konsistensi alat

dalam mengukur gejala yang sama.

Tabel 5.4

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,719 6

Sumber: Data primer 2014, diolah

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk

instrumen pengukuran moralitas individu, nilainya lebih dari 0,6. Hal itu berarti,

instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Dengan kata lain, hasil pengukuran

dalam penelitian ini dapat dipercaya.

Page 74: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

74

5.4 Uji Asumsi Klasik

5.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini

terdistribusi dengan normal. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov-

Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig 0,093 (di atas 0,05), dengan hasil

tersebut dapat dikatakan bahwa data terdistribusi dengan normal sehingga

memenuhi salah satu asumsi analysis of variance (ANOVA). Tabel 5.5

menyajikan hasil uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 5.5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Fraud

N 112

Normal

Parametersa,b

Mean 5,5625

Std. Deviation 3,15024

Most

Extreme

Differences

Absolute ,117

Positive ,112

Negative -,117

Kolmogorov-Smirnov Z 1,238

Asymp. Sig. (2-tailed) ,093

Sumber: Data primer 2014, diolah

Page 75: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

75

5.4.2 Uji Homogenitas

Levene's Test dilakukan untuk mengetahui apakah keempat perlakuan

(perlakuan 1,2,3, dan 4) mempunyai varian yang sama. Hasil uji statistik

menunjukkan nilai levene statistic sebesar 0,117 (diatas 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kelompok subjek memenuhi varian yang sama

sehingga telah memenuhi asumsi ANOVA (Hair et al., 2006). Tabel 5.6

menyajikan hasil uji homogenitas sebagai berikut:

Tabel 5.6

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig.

2,009 3 108 ,117

Sumber: Data primer 2014, diolah

5.5 Pengujian Hipotesis

Tahap terakhir analisis dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian

data yang mengacu pada hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk menguji

hipotesis-hipotesis penelitian, digunakan Two-Way Analysis of Variance

(ANOVA). Pengujian hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5%.

Untuk mengetahui signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang

dihasilkan dari pengolahan data tersebut. Output hasil analisis varian desain

faktorial yang dapat digunakan untuk membuktikan ketiga macam hipotesis

tersebut yaitu disajikan pada Tabel 5.7.

Page 76: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

76

Tabel 5.7

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Fraud

Source

Type I Sum

of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Model 3760,725a 4 940,181 125,937 ,000

Moral (X1) 3592,569 2 1796,284 240,611 ,000

SPI (X2) 35,937 1 35,937 4,814 ,030

Moral * SPI 132,219 1 132,219 17,711 ,000

Error 806,275 108 7,466

Total 4567,000 112

a. R Squared = ,823 (Adjusted R Squared = ,817)

Kriteria untuk pembuatan keputusannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

b) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka maka Hi diterima atau menolak Ho.

Pada Tabel 5.7 ditampilkan hasil Tests of Between-Subjects Effects untuk

membandingkan antar kelompok/perlakuan. Hasil analisis pada Tabel 5.7

menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis 1, 2, dan 3 (hipotesis efek

moralitas individu, efek pengendalian internal, dan interaksi) seluruhnya lebih

kecil dari alpha yang ditetapkan (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a) Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan

akuntansi antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level

moralitas rendah ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan

Page 77: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

77

kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level

moralitas tinggi dan level moralitas rendah.

b) Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan

akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal

dan tidak terdapat elemen pengendalian internal ditolak sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi

antara individu dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak

terdapat elemen pengendalian internal

c) Ho yang menyatakan tidak terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas

individu dengan pengendalian internal ditolak sehingga dapat dinyatakan

bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan

pengendalian internal

Hasil interaksi antara moralitas individu dengan pengendalian internal

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan kerja sama dua variabel bebas

atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti bahwa kerja

atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat,

bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata lain,

interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek‐efek berbeda

terhadap suatu variabel terikat pada berbagai‐bagai tingkat dari suatu variabel

bebas lain.

Page 78: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

78

Gambar 5.1 menunjukkan adanya interaksi karena ada potongan garis yang

ditunjukkan oleh grafik. Individu pada level moral yang rendah kecenderungan

melakukan kecurangan akuntansi yang lebih tinggi dalam kondisi tidak terdapat

elemen pengendalian internal. Sedangkan individu pada level moral yang tinggi

cenderung stabil artinya dalam kondisi ada atau tidak ada elemen pengendalian

internal cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi.

Gambar 5.1

Profile Plots Interaksi

Page 79: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

79

Berdasarkan output hasil analisis SPSS yang ditampilkan pada Tabel 5.7

dapat dihitung komponen varian untuk masing‐masing sumber variasi (Source of

Variations). Penentuan komponen varian dimaksudkan untuk menentukan

besarnya efek yang diakibatkan oleh masing‐masing komponen (model gabungan,

X1, X2, interaksi X1 dan X2, dan komponen lain). Persentase komponen varian

dapat dihitung dengan cara berikut ini.

a) Persentase komponen varian antar model diperoleh sebesar 82,346%, dengan

perhitungan sebagai berikut:

3760,725

X 100% = 82,346%

4567,000

Angka sebesar 82,346% ini merupakan efek gabungan (bersama‐sama) antara

variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal terhadap

kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi.

b) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X1 diperoleh

sebesar 78,664%, dengan perhitungan sebagai berikut:

3592,569

X 100% = 78,664%

4567,000

Angka sebesar 78,664% ini merupakan efek variabel bebas moralitas individu

terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi secara sendiri tanpa

memperhitungkan kondisi pengendalian internal.

Page 80: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

80

c) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X2 diperoleh

sebesar 0,787%, dengan perhitungan sebagai berikut:

35,937

X 100% = 0,787%

4567,000

Angka sebesar 0,787% ini merupakan efek variabel bebas pengendalian

internal terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi secara

sendiri tanpa memperhitungkan moralitas individu.

d) Persentase komponen varian interaksi antara variabel bebas X1 dengan

variabel bebas X2 (X1*X2) diperoleh sebesar 2,895%, dengan perhitungan

sebagai berikut:

132,219

X 100% = 2,895%

4567,000

Angka sebesar 2,895% ini merupakan efek yang diakibatkan oleh interaksi

antara variabel moralitas individu dan variabel pengendalian internal terhadap

kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi.

e) Persentase komponen varian yang tidak dapat dijelaskan oleh model

(unexplained varian) diperoleh sebesar 17,654%, dengan perhitungan sebagai

berikut:

806,275

X 100% = 17,654%

4567,000

Page 81: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

81

Hasil analisis varian desain faktorial tersebut berarti bahwa sebesar 82,346%

varian pada variabel terikat (kecenderungan kecurangan akuntansi) disebabkan

oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas yang berupa moralitas

individu (level tinggi dan level rendah) dan kondisi terdapat elemen pengendalian

internal (ada dan tidak) secara gabungan. Selebihnya sebesar 17,654% tidak

diketahui sebabnya (tidak dapat dijelaskan oleh model).

Page 82: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

82

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecenderungan melakukan

kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah

dan level penalaran moral tinggi dalam kondisi terdapat elemen pengendalian

internal dan tidak terdapat elemen dan pengendalian internal. Sebanyak 112

partisipan yang berhasil dilibatkan dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat

grup manipulasi. Partisipan sebagian besar memiliki pengalaman kerja yang lama

yaitu di atas 10 tahun. Komposisi Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) dilihat

dari jenis kelamin cukup imbang antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa grup 4 dan grup 3 dengan perlakuan level

moral rendah memiliki mean yang lebih tinggi dibandingkan grup 1 dan grup 2

dengan perlakuan level moral tinggi. Hal ini berarti individu dengan level moral

rendah kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi lebih tinggi

dibandingkan individu yang memiliki level moral yang tinggi. Hasil penelitian ini

membuktikan apa yang ada dalam hirarki tahap perkembangan moral Kohlberg.

Semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-konvensional), semakin

individu tersebut memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal

daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya.

Semakin tinggi level moral individu, semakin ia berusaha untuk menghindarkan

diri dari kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan

Page 83: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

83

banyak pihak. Hasil penelitian ini sekaligus memperkuat hasil dari penelitian-

penelitian etika yang sebelumnya dilakukan oleh Liyanarachi (2009), Arnold dan

Ponemon (1991), Welton (1994), Wilopo (2006), dan Puspasari (2012) bahwa

individu yang memiliki level penalaran moral tinggi akan lebih senstif terhadap

isu-isu etika, sehingga akan cenderung melakukan perbuatan yang etis.

Hasil analisis sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.7 menunjukkan

bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis1 (hipotesis efek moralitas individu)

yaitu 0,000 lebih kecil dari alpha yang ditetapkan (5%). Ho ditolak sehingga

dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi

antara individu yang memiliki level moralitas tinggi dan level moralitas rendah.

Dapat juga disimpulkan bahwa hipotesis pertama didukung karena terdapat

perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang diakibatkan oleh

perlakuan moralitas individu tanpa memperhatikan perlakuan lainnya.

Hipotesis 2 (hipotesis efek pengendalian internal) juga diterima dengan nilai

koefisien Sig yaitu 0,030 (<0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat

perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi

terdapat elemen pengendalian internal dan tidak terdapat elemen pengendalian

internal. Dapat juga disimpulkan bahwa hipotesis kedua didukung karena

terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang

diakibatkan oleh perlakuan pengendalian internal (ada dan tidak) tanpa

memperhatikan perlakuan lainnya.

Bukti mengenai kekuatan pengaruh variabel interaksi ditunjukkan dengan

nilai koefisien Sig yaitu 0,000 (<0,05) yang menunjukkan bahwa ada saling

Page 84: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

84

ketergantungan antara level moral individu dengan kondisi elemen pengendalian

internal, dengan demikian hipotesis ketiga didukung. Kondisi ada atau tidak ada

pengendalian internal dalam sebuah organisasi akan membuat individu dengan

level moral tertentu untuk cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Perubahan

level kondisi elemen pengendalian internal (ada dan tidak ada elemen

pengendalian internal akan mengakibatkan dampak perubahan pada individu

dengan level moral tertentu (tinggi atau rendah) untuk melakukan kecurangan

akuntansi.

Perbandingan mean grup 4 dan grup 2 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara grup 4 dan grup 2. Individu yang memiliki level

penalaran moral rendah (Grup 4) lebih cenderung melakukan kecurangan

akuntansi dibandingkan individu yang memiliki level penalaran moral tinggi

(Grup 2) dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Dalam

keadaan tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi, individu

dengan level penalaran moral rendah akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk

kepentingan pribadinya (self-interest), misalnya melakukan kecurangan akuntansi.

Hal ini sesuai dengan yang ada dalam stage 2 Kohlberg (level pre-conventional)

yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi

utama untuk kepentingan pribadinya.

Perbandingan mean grup 4 dan grup 3 juga menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara grup 4 dan grup 3. Hal ini berarti individu

dengan level penalaran moral rendah dalam kondisi tidak terdapat elemen

pengendalian internal (Grup 4) cenderung melakukan kecurangan akuntansi jika

Page 85: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

85

dibandingkan dengan individu dengan level penalaran moral rendah dalam kondisi

terdapat elemen pengendalian internal (Grup 3). Hasil penelitian ini mendukung

penelitian dari Maroney (2008) yang menemukan bahwa individu dengan level

penalaran rendah lebih berorientasi pada peraturan dan sanksi hukum yang

mungkin diterimanya sehingga dalam kondisi ada elemen pengendalian internal ia

tidak akan melakukan perbuatan yang akan menyebabkan dirinya diberi hukuman.

Peraturan juga dapat menjadi alat pencegah yang efektif agar seseorang tidak

melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Menurut

Puspasari (2012), peraturan yang ada dalam organisasi merupakan suatu bentuk

pengendalian internal yang berfungsi sebagai alat untuk memastikan tujuan

organisasi tercapai. Wilopo (2006) juga mengungkapkan semakin efektif

pengendalian internal di perusahaan, semakin rendah kecenderungan kecurangan

akuntansi oleh manajemen perusahaan.

Hasil analisis varian desain faktorial menunjukkan bahwa sebesar 82,346%

varian pada variabel terikat (kecenderungan kecurangan akuntansi) disebabkan

oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas yang berupa moralitas

individu (level tinggi dan level rendah) dan kondisi terdapat elemen pengendalian

internal (ada dan tidak) secara gabungan. Selebihnya sebesar 17,654% tidak

diketahui sebabnya (tidak dapat dijelaskan oleh model). Penelitian selanjutnya

dapat memasukkan variabel-variabel yang terkait demografis partisipan (gender,

posisi di organisasi, pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan) untuk melihat

pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Page 86: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

86

6.2 Penerapan Pengawasan Internal Pemerintah

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) menurut Peraturan

Pemerintah No.60 tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Kegiatan

pengawasan secara internal pada Pemerintahan Daerah Provinsi Bali dilakukan

oleh Inspektorat daerah. Inspektorat daerah merupakan Badan Pengawas yang

mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah

daerah dan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah, sehingga dalam tugasnya

inspektorat sama dengan auditor internal. Inspektorat juga bertugas mengawasi

setiap kegiatan instansi-instansi, dinas-dinas ataupun SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) dalam menjalankan sistem administrasinya, misalnya

pelaksanaan pertanggung jawaban anggaran dalam proses pelaksanaan keuangan,

serta prosedur pengelolaan keuangan yang harus dilaporkan sesuai batasan waktu.

Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat ditujukan untuk memonitor

mekanisme pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat tepat

sasaran untuk mencapai hasil yang efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat

Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek

fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta

program-program pemerintah.

Page 87: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

87

Sistem pengawasan pemerintah terbagi menjadi dua yaitu pengawasan

secara eksternal dan pengawasan secara internal. Secara eksternal Indonesia

memiliki Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan lembaga negara

yang kedudukannya diatur oleh konstitusi. Secara internal Indonesia pun memiliki

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang terdiri dari Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat Utama,

dan Inspektorat/Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota yang kedudukannya berada di

dalam pemerintahan. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang

berkualitas dan auditor yang profesional sangat diperlukan untuk mewujudkan

kepemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung

jawab.

Banyaknya lembaga negara yang didirikan tanpa memandang efektifitas dan

efisiensi, menjadikan beberapa lembaga negara mempunyai wewenang yang

hampir sama bahkan sama sekali tidak ada perbedaan (Asshiddiqie, 2010). Di sisi

operasional pengawasan, seringkali terjadi pengaturan tugas pengawasan yang

tumpang tindih dan bias, baik antara BPK sebagai pemeriksa eksternal dengan

aparat pengawasan internal pemerintah, maupun di antara sesama aparat

pengawasan internal pemerintah. Menurut ketentuan UUD Tahun 1945, Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu-satunya badan pemeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Namun dalam kenyataannya

masih terdapat beberapa badan lain yang melaksanakan pekerjaan yang sama

dengan BPK seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Page 88: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

88

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) merupakan dua badan yang serupa tapi tak sama

(Asshiddiqie, 2010). Maksudnya, dua lembaga negara ini sama-sama mempunyai

fungsi pengawasan, tetapi BPK melakukan pengawasan eksternal sedangkan

BPKP melakukan pengawasan internal. Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008,

BPKP merupakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan berwenang melakukan

pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu

yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sektoral; kegiatan kebendaharaan

umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara

Umum Negara; kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Sedangkan

berdasarkan Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2006, BPK memiliki tugas memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,

Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,

dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

Adanya pengawasan yang tumpang tindih dan bias, baik antara BPK sebagai

pemeriksa eksternal dengan aparat pengawasan internal pemerintah, maupun di

antara sesama aparat pengawasan internal pemerintah akan menghambat

pencapaian tujuan dari SPIP yaitu memberikan keyakinan yang memadai terhadap

tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan

pemerintahan Negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Kesimpangsiuran

Page 89: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

89

pelaksanaan wewenang masing-masing lembaga Negara patutnya diluruskan

sehingga pelaksanaan SPIP dapat memberi jaminan kepada seluruh penyelenggara

negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi pemerintah, akan

melaksanakan tugasnya dengan jujur dan taat pada peraturan. Akibatnya, tidak

akan terjadi kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian negara.

Page 90: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

90

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis

dan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan

kecenderungan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi antara individu

yang memiliki level moral yang tinggi dan individu yang memiliki level moral

yang rendah. Selain itu juga terdapat perbedaan kecenderungan individu dalam

melakukan kecurangan akuntansi antara individu dalam kondisi terdapat elemen

pengendalian internal maupun tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Hasil dari penelitian ini juga mengindikasikan terdapat interaksi antara level

moral individu dengan pengendalian internal. Artinya perubahan pada satu level

faktor level moral atau pada kondisi pengendalian internal, akan menyebabkan

perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi. Hal ini dapat terlihat

dari hipotesis ketiga. Individu yang memiliki level penalaran moral tinggi

cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi dibandingkan dengan individu

yang memiliki level penalaran rendah.

Elemen pengendalian internal dapat menjadi alat yang mampu mengurangi

kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi bagi individu dengan level

penalaran moral rendah. Dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal,

individu yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung tidak melakukan

kecurangan akuntansi. Sebaliknya dalam kondisi tidak terdapat elemen

Page 91: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

91

pengendalian internal, individu dengan level penalaran moral rendah akan

cenderung melakukan kecurangan akuntansi.

7.2 Keterbatasan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa kendala yang dihadapi dalam

penelitian ini, maka masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna

memperoleh hasil penelitian yang lebih baik pada penelitian-penelitian

selanjutnya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel-

variabel yang terkait demografis partisipan (gender, posisi di organisasi,

pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan) untuk melihat pengaruh variabel-

variabel tersebut terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian

selanjutnya juga disarankan untuk lebih fokus pada desain eksperimen yang lebih

sempurna agar lebih dapat menggambarkan kondisi yang lebih nyata.

Temuan studi ini penting bagi pendidikan profesi akuntansi. Hasil studi ini

menemukan perlunya mempertajam materi pendidikan etika profesi dengan

penekanan pada tanggung jawab moral. Selain itu juga Pemerintah Daerah

Provinsi Bali sebaiknya meningkatkan penerapan pengendalian internal untuk

mencegah tindak kecurangan di instansi pemerintah.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya terkait

semua informasi yang menggambarkan elemen pengendalian internal organisasi

kemungkinan tidak tersedia di dalam skenario yang diberikan karena elemen

pengendalian internal di sektor pemerintahan senyatanya lebih kompleks.

Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) di

Page 92: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

92

Tingkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Bali sehingga harus berhati-hati

untuk menggeneralisir hasil penelitian ini untuk situasi lainnya karena hasilnya

belum tentu sama pada partisipan lain.

Page 93: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

93

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, L. J., S. Parker, and G. F. Peters, 2002. Audit Committee Characteristics

and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue Ribbon

Committee Recommendation. Working paper,. www.ssrn.com

Albrecht, S. W. and C. Albrecht. 2004. Fraud Examination and Prevention.

Australia: Thomson, South-Western.

American Institute of Certified Public Accountant and Association of Certified

Fraud Examiners. 2009. Managing The Business Risk of Fraud: A Practical

Guide. Association of Certified Fraud Examiners.

Arens, A dan Loebbecke, 1999, Auditing : Suatu Pendekatan Terpadu, Edisi

Indonesia, Buku Satu, Cetakan ke dua, Salemba Empat Jakarta.

Arnold, D. and L. Ponemon. 1991. Internal Auditors’ Perceptions of Whistle-

Blowing and The Influence of Moral Reasoning: An Experiment. Auditing:

A Journal of Practice dan Theory Vol. 10.

Asshiddiqie, J. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Peraturan No. 1 Tahun

2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2010. Pedoman Teknis

Fraud Control Plan (FCP), Jakarta: Deputi Bidang Investigasi BPKP.

Balipost. 2013. (online) (http://www.balipost.com/mediadetail.php?

module=detailberitadankid=33danid=75068) dan

(http://www.baliprov.go.id/ Hasil-Audit-BPK--Pemprov-Bali-Raih-Opini-

WDP), (diakses pada tgl 9 Agustus 2013)

Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga.

Beasley, M. S. 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of

Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting

Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465

Beasley, M. S., J.V. Carcello, D.R. Hermanson and P.D. Lapides, 2000.

Fraudulent financial reporting: consideration of industry traits and corporate

governance mechanisms, Accounting Horizons 14 (2000), pp. 441–454

Page 94: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

94

Bernardi, R. and S. Guptill. 2008. Social Desirability Response Bias, Gender and

Factors Influencing Organizational Commitment: An International Study.

Journal of Business Ethics.

Betts, D. 2009. The Psychology of Fraud: What Makes Employee Cross The

Line?. Joint ACFE/ISACA.

Bologna, J. 1993. Handbook of Corporate Fraud. Boston; Butterworth‐ Heinemann.

Booz-Allen, and Hamilton. 1999. Earned Value Management Tutorial Module 6:

Metrics, Performance Measurements and Forecasting.

boozallen.com/about/article_newsideas

Boynton, W.C., Johnson, Kell. (2003). Modern Auditing (terjemahan) Buku 1,

Penerbit Erlangga, Jakarta,

Brickley, J. A. and C. M. James. 1987. The Takeover Market, Corporate Board

Composition and Ownership Structure: The Case Banking. The Journal of

Law and Economics, vol. 30 (April): 161-180.

Cressey, D. 1953. Other People’s Money: a Study in the Social Psychology of

Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press.

Chang, J. C., Yen, Sin-Hui, and D. Rong-Ruey. 2002. An Empirical Examination

of Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting-

Related Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: 35-64

Cooper, D.R. and P. Schindler. 2003. Business Research Methods, Edisi ke-8.

McGraw Hill, New York.

Coram, P., C. Ferguson, and Moroney, R. 2008. Internal Audit, Alternative

Internal Audit Tructures and The Level of Misapropriation of Assets Fraud.

Accounting and Finance vol. 48

Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher, and R. A. Riley. 2011. Beyond The

Fraud Triangle. Enhancing Deterrence of Economic Crimes. CPA Journal.

Eddy, M. 2010. Peran BPKP dalam Penanganan Kasus Berindikasi Korupsi

Pengadaan Jasa Konsultansi Instansi Pemerintah. www.inkindo-

jateng.web.id/wp-content/uploads/Seminar/ diakses tgl 20 Agustus 2013

Page 95: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

95

Eisenhardt, K. M. 1989. “Building Theories from Case Study Research”.

Academy of Management Review. Vol. 14, pp 532-550

Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi

Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak

Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi

Universitas Diponegoro Semarang.

Gaviria, A., 2001. Assessing the Effects of Corruption and Crime on Firm

Performance. Working Paper di-download dari Social Science Research

Network.

Gay, L. R. and P. L. Diehl. (1992). Research Methods for Business and

Management. MacMillan Publishing Company. New York.

Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.

Edisi Keenam, Penerbit Universitas Diponegoro.

Green, B.P., and T. G. Calderon, 1999. Exploring Collusion through

Consolidation of Positions, Duties, and Controls as a Factor in Financial

Statement Fraud. Working Paper. www.ssrn.com

Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen, Angket, Tes dan Skala Nilai

dengan Basica; Yogyakarta, Andi Offset

Hair, J.F. JR., Anderson, Tatham, and Black. 2006. Multivariate Data Analysis.

Six Edition. New Jersey : Pearson.

Hernandez, J. R. and T. Groot. 2007. Corporate Fraud: Preventive Controls

Which Lower Corporate Fraud. Amsterdam Research Centre in

Accounting.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi

316. Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.

______________. 2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 319.

Perimbangan Atas Pengendalian Internal Dalam Audit Laporan Keuangan.

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2013 diakses tgl 12 Oktober 2013

www.bpk.go.id/web/files/2013/10/Buku_I

Indonesian Corruption Watch (ICW) diakses tgl 12 Oktober 2013

http://nasional.kompas.com/

Page 96: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

96

Jensen, M. and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Cost, and ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3,

305-360.

Kerlinger, F. N. 2000. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Kohlberg, L. 1969. Stage and Sequence: The Cognitive-Development Approach

Moral Action to Socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of

socialization theory and research (pp.347-480). Chicago: RandMcNally.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diakses tgl 3 Oktober

2013http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-

berdasarkan-jenis-perkara

Liyanarachi, G. 2009. The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle-

Blowing: New-Zealand Evidence. Journal of Business Ethics 89.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi

Matsumura, E. M., and R. R. Tucker, 1992. Fraud detection: A Theoretical

Foundation. The Accounting Review, vol. 67 no. 4.

Mayangsari dan Wilopo. 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan

Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Olhson (1996).

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5, no. 3 (September), Hlmn: 291-310

Moroney, J. J. and R. E. McDevitt. 2008. The Effects of Moral Reasoning on

Financial Reporting Decisions in a Post Sarbanes-Oxley Environment.

Behavioral Research of Accounting

Mulyadi. 2009. Auditing Edisi 6 Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Puspasari, N. 2012. Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal

terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen pada

Konteks . Pemerintahan Daerah. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca

Sarjana. Universitas Gajah Mada.

Putra, Y. H. S. 2012. Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan. Jurnal

Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah (Pasal 5 dan 6).

Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP)

Page 97: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

97

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah

Ramamoorti, S. 2008. The Psychology and Sociology of Fraud: Integrating the

Behavioral Sciences Component Into Fraud and Forensic Acounting

Curricula. Issues in Accounting Education vol. 23.

Reinstein, A. and M. E. Bayou. 1998. A Comprehensive Structure to Help

Analyse, Detect and Prevent Fraud. Working paper, mbayou@som.

umd.emich.edu

Rest, J. R. 2000. A Neo-Kohlbergian Approach To Morality Research. Journal of

Moral education vol 29.

Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice

Hall.

Sekaran, U. 2006, Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 2, Jakarta:

Salemba Empat.

Shivdasani, A. 1993. Board composition, ownership structure, and hostile

takeovers. Journal of Accounting and Economics, vol.16, pp: 167-198.

Sheifer, A. and R. W. Vishny. 1993. Corruption. Quarterly Journal of Economic,

vol. 108, pp:599-617.

Smith, R., S. Tiras, and S. Vichitlekarn, 1997. The Interaction Between Internal

Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working

Paper www.ssrn.com

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Thoyyibatun. 2009. Analysing The Influence of Internal Control Compliance And

Compensation System Against Unethical Behavior And Accounting Fraud

Tendency (Studies at State University in East Java. Palembang :Simposium

Nasional Akuntansi XII.

Transparency International (TI) diakses tgl 20 Agustus 2013

http://www.ti.or.id/index.php/press-release/2012/12/06/peluncuran-

corruption-perception-index

Welton, R., R. Davis dan M. LaGroune. 1994. Promoting The Moral Development

Of Accounting Graduate Students. Accounting Education. International

Journal 3.

Page 98: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

98

Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia vol.9.

Wright, P. M. 2003. Restoring Trust: The Role of HR in Corporate Governance.

September, 2003. www.ilr.cornell.edu/cahrs

Page 99: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

99

Lampiran 1

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Pengarang dan

Tahun Publikasi Tujuan Penelitian

Variabel yang

Digunakan Hasil Penelitian

Smith et al.,

(1997), Beasley

(1996), Beasley et

al., (2000),

Reinstein (1998),

Matsumura

(1992), dan Abbot

et al., (2002)

Meneliti pengaruh

keefektifan

pengendalian

internal terhadap

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Keefektifan

pengendalian

internal,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Menyatakan bahwa

pengendalian

internal yang efektif

mengurangi

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Green and

Calderon (1999),

Reinstein (1998)

dan COSO (2002)

Meneliti pengaruh

perilaku tidak etis

terhadap

kecurangan

akuntansi yang

dilakukan

manajemen

Perilaku tidak etis,

Kecurangan

akuntansi

Perilaku tidak etis

dalam bentuk

penyalahgunaan

wewenang dan

kekuasaan,

kedudukan, dan

sumberdaya

perusahaan,

mendorong

manajemen

melakukan

kecurangan

akuntansi

Mayangsari dan

Wilopo (2002)

Meneliti pengaruh

pengendalian

internal dan

perilaku tidak etis

terhadap

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Pengendalian

internal, perilaku

tidak etis,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Pengendalian

internal dan

perilaku tidak etis

berpengaruh

terhadap

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Wright (2003)

Meneliti pengaruh

pengendalian

internal terhadap

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Pengendalian

internal,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Pengendalian

internal yang efektif

mempengaruhi

kecenderungan

kecurangan

akuntansi.

Page 100: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

100

Pengarang dan

Tahun Publikasi Tujuan Penelitian

Variabel yang

Digunakan Hasil Penelitian

Wilopo (2006) Meneliti faktor-

faktor yang

berpengaruh

terhadap

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Keefektifan

pengendalian

internal,

kesesuaian

kompensasi,

asimetri informasi,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Perilaku

tidak etis

manajemen dan

kecenderungan

kecurangan

akuntansi dapat

diturunkan dengan

meningkatkan

keefektifan

pengendalian

internal, ketaatan

aturan akuntansi,

moralitas

manajemen, serta

menghilangkan

asimetri informasi

Ramamoorti

(2008)

Menguji faktor-

faktor yang

menjadi akar dari

permasalahan

mengenai fraud.

Segitiga fraud dari

Association of

Certified Fraud

Examiners

(ACFE), dan

perilaku-perilaku

lain diluar segitiga

Menyatakan bahwa

faktor perilaku

merupakan akar dari

permasalahan

mengenai fraud.

Thoyyibatun

(2009)

Memberikan bukti

empiris pengaruh

keefektifan

pengendalian

internal dan

kesesuaian

kompensasi

terhadap perilaku

tidak etis dan

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Keefektifan

pengendalian

internal,

kesesuaian

kompensasi,

perilaku tidak etis,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Keefektifan

pengendalian

internal

berpengaruh

negatif terhadap

perilaku tidak etis

dan kecenderungan

kecurangan

akuntansi lain

halnya dengan

sistem kompensasi

yang tidak

memiliki pengaruh

terhadap perilaku

tidak etis dan

berpengaruh

positif terhadap

kecenderungan

akuntansi.

Page 101: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

101

Pengarang dan

Tahun Publikasi Tujuan Penelitian

Variabel yang

Digunakan Hasil Penelitian

Betts (2009) Untuk mengetahui

mengapa pegawai

suatu organisasi

melakukan fraud

ditinjau dari sisi

psikologis.

Faktor-faktor

psikologis, fraud

Kecurangan

akuntansi di

Amerika didominasi

oleh lulusan strata 1,

uang yang diambil

secara nominal lebih

banyak jumlahnya

oleh lulusan strata 2,

dan usia individu

yang paling banyak

melakukan

kecurangan

akuntansi 41-50

tahun.

Fauwzi (2011) Memberikan

bukti empiris

pengaruh

keefektifan

pengendalian

internal,

kesesuaian

kompensasi,

dan moralitas

manajemen

terhadap

perilaku tidak

etis dan

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Keefektifan

pengendalian

internal,

kesesuaian

kompensasi,

moralitas

manajemen,

perilaku tidak

etis,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Pengendalian

internal

dan moralitas

manajemen

berpengaruh negatif

yang signifikan

terhadap perilaku

tidak etis dan

kecenderungan

kecurangan

akuntansi,

sedangkan

kesesuaian

kompensasi

tidak

memiliki pengaruh

terhadap perilaku

tidak etis dan

berpengaruh positif

terhadap

kecenderungan

akuntansi.

Page 102: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

102

Pengarang dan

Tahun Publikasi Tujuan Penelitian

Variabel yang

Digunakan Hasil Penelitian

Novita (2012) Menguji pengaruh

moralitas individu

dan pengendalian

internal terhadap

kecenderungan

individu untuk

melakukan

kecurangan

akuntansi di sektor

pemerintahan

Moralitas

individu,

pengendalian

internal,

kecenderungan

kecurangan

akuntansi

Terdapat interaksi

antara moralitas

individu dan

pengendalian

internal. Kondisi

elemen

pengendalian

internal tidak

mempengaruhi

individu dengan

level moral tinggal

untuk cenderung

tidak melakukan

kecurangan

akuntansi.

Sedangkan individu

dengan level moral

rendah cenderung

melakukan

kecurangan

akuntansi pada

kondisi tidak

terdapat elemen

pengendalian

internal

Page 103: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

103

Lampiran 2

Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali

No

Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali

I. Cluster Sekretariat Daerah

1 Biro Pemerintahan

2 Biro Hukum dan HAM

3 Biro Organisasi

4 Biro Perekonomian dan Pembangunan

5 Biro Kesejahteraan Rakyat

6 Biro Keuangan

7 Biro Umum dan Protokol

8 Biro Humas

9 Biro Aset

II. Cluster Sekretariat DPRD

III. Cluster Inspektorat

IV. Cluster Bappeda

V. Cluster Dinas-Dinas

1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

2 Dinas Kesehatan

3 Dinas Pekerjaan Umum

4 Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

5 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

6 Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi

7 Dinas Sosial

8 Dinas Kebudayaan

9 Dinas Pendapatan

10 Dinas Kelautan dan Perikanan

11 Dinas Pertanian dan Tananam Pangan

12 Dinas Kehutanan

13 Dinas Perkebunan

14 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

15 Dinas Pariwisata

16 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

VI. Cluster Lembaga Teknis Daerah

1 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

2 Badan Lingkungan Hidup

3 Badan Pendidikan dan Pelatihan

4 Badan Penanaman Modal dan Perizinan

5 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

6 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Individu

7 Badan Kepegawaian Daerah

8 Badan Perpustakaan dan Arsip

9 Badan Narkotika Nasional

10 Badan Penanggulangan Bencana

VII. Cluster Lembaga Lain

1 Rumah Sakit Jiwa

2 Rumah Sakit Indera

3 Kantor Perwakilan

4 Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

5 Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

6 Sekretariat Panitia Pengawas PEMILU

7 Satuan Polisi Pamong Praja

Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali (2013)

Page 104: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

104

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

PENGENDALIAN INTERNAL PADA

KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali)

GUSTI AYU KETUT RENCANA SARI DEWI

NIM 1191662001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 105: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

105

Perihal : Permohonan Kesediaan menjadi Partisipan

Kepada

Yth. Bapak/Ibu Partisipan

di-

Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas tesis pada Program Magister

Akuntansi (MAKSI) di Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan

bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat menjawab seluruh pertanyaan pada kasus

terlampir. Adapun judul dari tesis ini adalah “Pengaruh Moralitas Individu dan

Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada

Pemerintah Daerah Provinsi Bali)”. Sesuai etika penelitian, maka data yang

diperoleh dari Bapak/ Ibu akan kami jaga kerahasiaannya dan akan dipergunakan

hanya untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis dan

disajikan secara agregat bukan secara individu.

Peneliti menyadari waktu Bapak/Ibu adalah sangat berharga, tetapi waktu

yang Bapak/Ibu luangkan untuk menjawab kasus ini akan sangat bernilai tidak

hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk perguruan tinggi. Untuk itu, atas segala

kearifan, kerjasama, dan bantuan Bapak/Ibu dalam mendukung penelitian ini,

peneliti ucapkan terima kasih.

Denpasar, ..........................2014

Hormat saya,

(Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi)

NIM. 1191662001

Page 106: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

106

IDENTITAS PARTISIPAN

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia : ................................................................................

Jabatan : ................................................................................

Lama Bekerja : < 5 tahun 5-10 tahun >10

tahun

Pendidikan Terakhir : SMA D3 S1

S2 S3 lainnya

Dengan ini menyatakan bersedia secara sukarela menjadi partisipan

Denpasar, .......................2014

(ttd partisipan)

Page 107: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

107

Skenario 1 Perlakuan Terdapat Elemen Pengendalian Internal

Petunjuk Umum :

Bacalah Skenario berikut ini dengan seksama, dan berikan jawaban anda pada

pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’:

Latar Belakang Rudi adalah seorang Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Y.

Rudi mengepalai Dinas X. Sebagai kepala dinas, ia diberi kuasa oleh kepala daerah

sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk mengkoordinir dan

bertanggungajwab atas proses pengadaan barang di lingkup dinas. Beberapa tugas

Rudi lainnya adalah mengkoreksi tagihan, memerintahkan pembayaran dan

menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta bertanggungjawab atas

penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Dinas X menerapkan aturan-aturan mengenai

perilaku. Tindakan disiplin sangat dikedepankan atas penyimpangan terhadap

kebijakan dan prosedur atau pelanggaran terhadap aturan perilaku tersebut. Di Dinas

X, setiap terjadi transaksi akan selalu dicatat tepat waktu. Otorisasi transaksi dan

bukti pendukung selalu diperhatikan dengan cermat. Pemeriksaan fisik atas kekayaan

instansi, seperti aset instansi, dilakukan secara berkala. Tidak ada pegawai yang

merangkap beberapa tugas sekaligus di instansi ini. Sistem akuntansi yang ada di

instansi dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional di dalam instansi

sehingga tidak ada satupun kegiatan operasional yang luput dari pencatatan.

Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai derajat keamanan

aset selalu dilakukan secara periodik. Setiap satu tahun sekali, auditor internal

pemerintah akan melakukan audit di instansi Rudi untuk memastikan ketaatan

terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa temuan dari proses audit tersebut kemudian akan menjadi rekomendasi bagi

instansi Rudi. Rekomendasi tersebut berisi saran-saran untuk perbaikan operasional

dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas.

Program Kerja Salah satu program kerja instansi Rudi tahun ini adalah pengadaan alat-alat kesehatan

bagi puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Y. Proyek tersebut bernilai

Rp750.000.000. Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan pemasok

alat-alat kesehatan tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk menangani tender

tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan peserta tender. Salah

satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Rudi, Dani. Sebelum proses tender

dimulai, Dani menemui Rudi dan memintanya untuk membantu memenangkan tender

untuk perusahaannya. Jika perusahaanya yang menang, maka ia akan memberikan

20% (atau senilai Rp150.000.000) dari nilai nominal proyek tersebut untuk pihak-

pihak yang membantu kemenangannya, termasuk panitia tender dan Rudi. Rudi

dihadapkan pada dua pilihan: memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau

meneruskan prosedur tender sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Rudi

memilih alternatif pertama, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan Rudi,

diantaranya: memerintahkan panitia tender untuk memenangkan perusahaan Dani,

menyepakati nominal tender (Dinas X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran

akan diberikan Dani kepada Rudi dan panitia tender) dan melakukan otorisasi

pembayaran kerjasama Dinas X dan perusahaan Dani.

Page 108: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

108

Jika Rudi memilih alternatif yang kedua, maka proses tender seluruhnya menjadi

wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab untuk mengadakan

mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa intervensi dari Rudi.

Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban

anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’:

Jika Rudi menerima tawaran Dani?

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Page 109: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

109

Skenario 2 Perlakuan Tidak Terdapat Elemen Pengendalian Internal

Petunjuk Umum :

Bacalah Skenario berikut ini dengan seksama, dan berikan jawaban anda pada

pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’:

Latar Belakang

Rudi adalah seorang Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di

Kabupaten Y. Rudi mengepalai Dinas X. Sebagai kepala dinas, ia diberi kuasa

oleh kepala daerah sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk

mengkoordinir dan bertanggungajwab atas proses pengadaan barang di lingkup

dinas. Beberapa tugas Rudi lainnya adalah mengkoreksi tagihan, memerintahkan

pembayaran dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta

bertanggungjawab atas penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Di Dinas X,

terdapat aturan-aturan mengenai perilaku. Aturan-aturan tersebut belum dapat

berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Beberapa

pegawai ada yang melakukan pelanggaran terhadap aturan perilaku, namun sanksi

yang tegas tidak diberlakukan. Di Dinas X, setiap terjadi transaksi tidak selalu

dapat dicatat tepat waktu. Tanggal transaksi dan tanggal pencatatan seringkali

tidak sesuai. Terkadang otorisasi transaksi dan bukti pendukung tidak sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemeriksaan fisik atas

kekayaan instansi, seperti aset instansi, hanya dilakukan sesekali. Di instansi ini,

beberapa pegawai ada yang merangkap beberapa tugas sekaligus karena

keterbatasan sumber daya manusia. Sistem akuntansi yang ada di instansi belum

dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional di dalam instansi sehingga

banyak kegiatan operasional yang luput dari pencatatan. Pemantauan dan evaluasi

atas aktivitas operasional untuk menilai derajat keamanan aset tidak selalu

dilakukan.

Program Kerja Salah satu program kerja instansi Rudi tahun ini adalah pengadaan alat-alat

kesehatan bagi puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Y. Proyek tersebut

bernilai Rp.750.000.000. Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan

pemasok alat-alat kesehatan tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk

menangani tender tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan

peserta tender. Salah satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Rudi,

Dani. Sebelum proses tender dimulai, Dani menemui Rudi dan memintanya untuk

membantu memenangkan tender untuk perusahaannya. Jika perusahaanya yang

menang, maka ia akan memberikan 20% (atau senilai Rp150.000.000) dari nilai

nominal proyek tersebut untuk pihak-pihak yang membantu kemenangannya,

termasuk panitia tender dan Rudi. Rudi dihadapkan pada dua keputusan:

memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau meneruskan prosedur tender

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Rudi memilih alternatif pertama, maka

ada beberapa hal yang harus dilakukan Rudi, diantaranya: memerintahkan panitia

tender untuk memenangkan perusahaan Dani, menyepakati nominal tender (Dinas

X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran akan diberikan Dani kepada Rudi

Page 110: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

110

dan panitia tender) dan melakukan otorisasi pembayaran kerjasama Dinas X dan

perusahaan Dani. Jika Rudi memilih alternatif yang kedua, maka proses tender

seluruhnya menjadi wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab

untuk mengadakan mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa

intervensi dari Rudi.

Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban

anda pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’:

Jika Rudi menerima tawaran Dani?

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Page 111: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

111

Moralitas Individu

Petunjuk:

Untuk jawaban nomor 1 sampai dengan 6 di halaman berikut Bapak/Ibu diberikan

kasus yang tidak terjadi sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut Bapak/Ibu

paling benar.

Kasus

Tiga bulan yang lalu Amir Mandala, Ak, pindah dari dinas Perhubungan

ke Dinas Pekerjaan Umum, tetapi tetap sebagai staf akuntansi. Selama tiga tahun

Laporan Keuangan di Dinas Pekerjaan Umum diaudit oleh BPK. Hasil audit

selalu memberikan opini Wajar Tanpa Pengecuaian (WTP). Selama tiga bulan

bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belum

memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Masih terdapat beberapa program

yang tidak jalan, sehingga menunjukkan bahwa pemerintah telah memenuhi batas

anggaran tapi program pembangunan belum sepenuhnya berjalan.

Mengetahui hal ini Amir Mandala, Ak menyampaikan permasalahan

tersebut kepada pimpinannya. Namun pimpinannya meminta kepada Amir

Mandaa, Ak untuk tidak mengubah proses penyusunan Laporan Realisasi

Anggaran yang telah berjalan. Amir Mandala, Ak diminta untuk menyelesaikan

Laporan Realisasi Anggaran tersebut dengan tetap menunjukkan bahwa Laporan

Realisasi Anggaran telah digunakan dengan sebaiknya dan pembangunan-

pembanguanan telah dilakukan dengan semestinya. Pimpinan juga menyatakan

akan memberikan bonus pada Amir Mandala, Ak serta janji untuk dipromosikan.

Amir Mandala, Ak menyarankan agar pimpinannya mempertimbangkan

untuk menunjukkan gambaran kegiatan pembangunan yang telah tercapai, dan

agar tidak terkena sanksi Undang-Undang, termasuk agar mempertimbangkan

prinsip kesejahteraan masyarakat, serta tidak merugikan para pegawai lainnya.

Nilailah keputusan pimpinan tempat Bapak/Ibu bekerja bila kondisi yang

dihadapi oleh Amir Mandala, Ak terjadi di SKPD tempat Bapak/Ibu

bekerja.

Page 112: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

112

Mohon Bapak/Ibu memberi tanda check (V) pada salah satu pilihan jawaban

sesuai dengan keadaan ditempat Bapak/Ibu bekerja.

Pilihan jawaban :

SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak

Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1. Pimpinan SKPD tetap menyelesaikan Laporan Realisasi

Anggaran seperti periode yang lalu untuk kepentingannya

2. Pimpinan SKPD memberikan bonus pada staf

akuntansinya karena telah patuh

3. Pimpinan SKPD tetap menyusun Laporan Realisasi

Anggaran seperti periode yang lalu agar kinerjanya bagus

dan terlihat baik

4. Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran

seperti periode yang lalu, karena sudah menjadi

kelaziman di SKPD-nya

5. Pimpinan SKPD Menyusun Laporan Realisasi Anggaran

seperti yang sebenarnya, karena pimpinan takut terkena

sanksi Undang-Undang

6. Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran

seperti kondisi yang sebenarnya demi

mempertimbangkan prinsip kesejahteraan masyarakat

serta tidak merugikan pemerintahan

-Terima Kasih-

Page 113: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

113

Lampiran 4

TABULASI DATA

NO USIA GENDER LAMA KERJA STUDY GRUP KEPUTUSAN

1 43 L >10 TAHUN S2 1 1

2 49 L >10 TAHUN S2 1 8

3 53 P >10 TAHUN S1 1 1

4 51 P >10 TAHUN S1 1 1

5 56 P >10 TAHUN S1 1 4

6 43 P >10 TAHUN S2 1 5

7 46 L >10 TAHUN S2 1 1

8 47 L >10 TAHUN S1 1 5

9 41 L >10 TAHUN S2 1 9

10 46 L >10 TAHUN S2 1 6

11 44 P >10 TAHUN S2 1 1

12 28 L <5 TAHUN S2 1 7

13 54 P >10 TAHUN S2 1 5

14 53 P >10 TAHUN S2 1 5

15 56 L >10 TAHUN S1 1 7

16 45 P >10 TAHUN S1 1 6

17 51 L >10 TAHUN S1 1 7

18 40 L >10 TAHUN S1 1 10

19 44 P >10 TAHUN S2 1 7

20 38 P >10 TAHUN S2 1 8

21 46 L >10 TAHUN S2 1 7

22 40 L >10 TAHUN S2 1 1

23 39 P >10 TAHUN S2 1 2

24 40 P >10 TAHUN S2 1 8

25 49 P >10 TAHUN S2 1 2

26 50 L >10 TAHUN S2 1 8

27 40 L >10 TAHUN S2 1 1

28 39 P >10 TAHUN S2 1 6

29 51 L >10 TAHUN S1 1 9

30 41 P >10 TAHUN S1 1 2

31 46 L >10 TAHUN S2 2 4

32 53 L >10 TAHUN S1 2 1

33 37 L 5-10 TAHUN S1 2 7

34 39 P >10 TAHUN S1 2 6

35 43 L >10 TAHUN S1 2 6

36 56 P >10 TAHUN S1 2 1

37 53 P >10 TAHUN S1 2 5

Page 114: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

114

38 52 P >10 TAHUN S1 2 5

39 50 L >10 TAHUN S1 2 3

40 53 P >10 TAHUN S1 2 2

41 54 P >10 TAHUN S1 2 2

42 48 P >10 TAHUN S1 2 10

43 56 L >10 TAHUN S1 2 6

44 51 L >10 TAHUN S1 2 5

45 41 L >10 TAHUN S2 2 1

46 46 L >10 TAHUN S2 2 2

47 39 L >10 TAHUN S2 2 5

48 50 P >10 TAHUN S2 2 4

49 53 P >10 TAHUN S1 2 6

50 52 P >10 TAHUN S1 2 5

51 49 P >10 TAHUN S1 2 1

52 54 L >10 TAHUN S1 2 1

53 45 L >10 TAHUN S2 2 9

54 42 L >10 TAHUN S1 2 5

55 50 L >10 TAHUN S1 2 3

56 39 P >10 TAHUN S1 2 1

57 51 P >10 TAHUN S2 2 2

58 42 L >10 TAHUN S1 2 5

59 39 P >10 TAHUN S1 3 7

60 42 P >10 TAHUN S2 3 6

61 55 L >10 TAHUN S1 3 10

62 54 P >10 TAHUN S1 3 1

63 54 L >10 TAHUN S1 3 1

64 50 L >10 TAHUN S1 3 2

65 49 L >10 TAHUN S1 3 5

66 54 P >10 TAHUN S1 3 3

67 55 P >10 TAHUN S1 3 3

68 51 L >10 TAHUN S2 3 4

69 39 L >10 TAHUN S2 3 2

70 38 L >10 TAHUN S2 3 5

71 36 P 5-10 TAHUN S1 3 10

72 54 P >10 TAHUN S1 3 10

73 50 L >10 TAHUN S1 3 3

74 56 L >10 TAHUN S1 3 5

75 54 P >10 TAHUN S1 3 7

76 52 L >10 TAHUN S1 3 2

77 46 P >10 TAHUN S1 3 9

78 53 L >10 TAHUN S1 3 10

Page 115: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

115

79 56 L >10 TAHUN S1 3 5

80 56 P >10 TAHUN S1 3 4

81 52 L >10 TAHUN S1 3 1

82 46 L >10 TAHUN S2 3 3

83 44 L >10 TAHUN S2 3 3

84 46 L >10 TAHUN S1 3 10

85 48 L >10 TAHUN S2 3 8

86 51 L >10 TAHUN S2 3 2

87 51 P >10 TAHUN S2 4 10

88 51 P >10 TAHUN S2 4 10

89 50 L >10 TAHUN S2 4 6

90 50 P >10 TAHUN S1 4 10

91 56 L >10 TAHUN S1 4 3

92 53 L >10 TAHUN S1 4 10

93 49 P >10 TAHUN S1 4 5

94 47 L >10 TAHUN S1 4 10

95 46 P >10 TAHUN S1 4 7

96 50 P >10 TAHUN S1 4 8

97 54 L >10 TAHUN S1 4 10

98 53 L >10 TAHUN S2 4 10

99 45 P >10 TAHUN S1 4 7

100 43 P >10 TAHUN S2 4 10

101 49 P >10 TAHUN S1 4 5

102 52 L >10 TAHUN S1 4 10

103 51 P >10 TAHUN S2 4 10

104 56 P >10 TAHUN S2 4 10

105 52 L >10 TAHUN S1 4 8

106 41 P >10 TAHUN S1 4 8

107 53 P >10 TAHUN S1 4 10

108 38 P >10 TAHUN S2 4 10

109 44 P >10 TAHUN S2 4 8

110 55 L >10 TAHUN S1 4 4

111 48 L >10 TAHUN S2 4 10

112 41 L >10 TAHUN S2 4 10

Page 116: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

116

Lampiran 5

HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS VERSI 19

1. Uji Validitas

Correlations

Moral SPI Total

Spearman's rho moral Correlation

Coefficient

1,000 -,001 ,707**

Sig. (2-tailed) . ,989 ,000

N 112 112 112

SPI Correlation

Coefficient

-,001 1,000 ,707**

Sig. (2-tailed) ,989 . ,000

N 112 112 112

Total Correlation

Coefficient

,707**

,707**

1,000

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .

N 112 112 112

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 117: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

117

2. Uji Reliabilitas dan Validitas (Variabel Moralitas Individu)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,719 6

Hasil perhitungan menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,719 yang lebih besar

dari 0,60 berarti instrumen penelitian dikatakan reliabel

Correlations

SOAL1 SOAL2 SOAL3 SOAL4 SOAL5 SOAL6 TOTAL

SOAL1 Pearson Correlation 1 ,253**

,167 ,331**

,598**

,066 ,610**

Sig. (2-tailed) ,007 ,079 ,000 ,000 ,488 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

SOAL2 Pearson Correlation ,253**

1 ,747**

,393**

,400**

,013 ,765**

Sig. (2-tailed) ,007 ,000 ,000 ,000 ,890 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

SOAL3 Pearson Correlation ,167 ,747**

1 ,282**

,247**

,231* ,731

**

Sig. (2-tailed) ,079 ,000 ,003 ,009 ,014 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

SOAL4 Pearson Correlation ,331**

,393**

,282**

1 ,591**

-,041 ,655**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,000 ,672 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

SOAL5 Pearson Correlation ,598**

,400**

,247**

,591**

1 ,085 ,742**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,009 ,000 ,371 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

SOAL6 Pearson Correlation ,066 ,013 ,231* -,041 ,085 1 ,329

**

Sig. (2-tailed) ,488 ,890 ,014 ,672 ,371 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

TOTAL Pearson Correlation ,610**

,765**

,731**

,655**

,742**

,329**

1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 112 112 112 112 112 112 112

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (SOAL 1-6) dikatakan valid

karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3 yakni SOAL 1=0,610, SOAL 2=0,765,

SOAL 3=0,731, SOAL 4=0,655, SOAL 5=0,742 dan SOAL 6=0,329.

Page 118: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

118

3. Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, dan Uji Homogenitas

Descriptive Statistics

Dependent Variable:fraud

moral SPI Mean Std. Deviation N

rendah tidak ada 8,4231 2,19405 26

ada SPI 5,0357 3,13265 28

Total 6,6667 3,19197 54

tinggi tidak ada 4,0357 2,47180 28

ada SPI 5,0000 2,97113 30

Total 4,5345 2,76072 58

Total tidak ada 6,1481 3,20617 54

ada SPI 5,0172 3,02325 58

Total 5,5625 3,15024 112

One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test

Fraud

N 112

Normal

Parametersa,b

Mean 5,5625

Std.

Deviation

3,15024

Most

Extreme

Differences

Absolute ,117

Positive ,112

Negative -,117

Kolmogorov-Smirnov Z 1,238

Asymp. Sig. (2-tailed) ,093

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:fraud

F df1 df2 Sig.

2,009 3 108 ,117

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: moral + SPI + moral * SPI

Page 119: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

119

4. Uji Two Way Anova dan Profile Plots Interaksi

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:fraud

Source

Type I Sum

of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Model 3760,725a 4 940,181 125,937 ,000

moral 3592,569 2 1796,284 240,611 ,000

SPI 35,937 1 35,937 4,814 ,030

moral *

SPI

132,219 1 132,219 17,711 ,000

Error 806,275 108 7,466

Total 4567,000 112

a. R Squared = ,823 (Adjusted R Squared = ,817)

SPI * moral

Dependent Variable:fraud

SPI moral Mean

Std.

Error

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

tidak ada rendah 8,423 ,536 7,361 9,485

tinggi 4,036 ,516 3,012 5,059

ada SPI rendah 5,036 ,516 4,012 6,059

tinggi 5,000 ,499 4,011 5,989

Page 120: Unud-1029-798152369-Tesis-gst Ayu Kt Rencana Sari Dewi

120

Profile Plots