Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting...

146
Hanya untuk Pribadi, tidak untuk disebarluaskan

Transcript of Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting...

Page 1: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Hanya untuk Pribadi, tidak untuk disebarluaskan

Page 2: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

ii

Untuk … Hani

Page 3: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

iii

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Sahabat semua, sudah ratusan buku yang saya pelajari, tapi dalam setiap buku, ada satu halaman yang tidak pernah saya baca yaitu … Kata Pengantar, hahaha … memang benar. Saya tak pernah sekalipun membaca kata pengantar. Mungkin Anda juga sama, hahaha. Just joke aja kok, fren.

Saudara, ini saya persembahkan 14 kisah kehidupan sehari-hari. Kisah ini saya rancang supaya bisa memotivasi para pembaca untuk mencintai ilmu dan rajin mempelajari ilmu islam. Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa dakwah harus lewat kisah?” hehehe. Saudara, saya jadi ingat saat berusia 20 tahun. Hmm, saat itu saya berusaha mengikuti pengajian rutin di salah satu masjid di Sidoarjo Jatim. Abis subuh, ngantuk, pengajiannya monoton banget, duh … duduk mendengarkan pengajian 10 menit tuh rasanya lamaaaa banget. Benar-benar boring. Sama … saat saya berumur 16 tahun, tiap malam minggu aktif di pengajian kampung. Saya bersama puluhan teman-teman jalan bareng ke rumah Pak Kiyai untuk rutin mendengarkan ceramah. Tapi … hmm … ceramahnya monoton banget. Duh … padahal begitu banyak ilmu islam, tapi kenapa hanya ngebahas yang itu-itu aja? Hmm … padahal begitu banyak metode mengajar, tapi kenapa hanya memakai yang itu-itu aja????

Karena ‘kemarahan’ inilah, sekarang ini saya berusaha sekuat tenaga untuk dakwah dengan berbagai cara yang enak dinikmati oleh masyarakat. Ada model ceramah lewat video yang saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa semoga masyarakat bisa menikmati ceramah saya dimana aja. Ada juga dakwah dengan model buku kisah seperti ini sehingga masyarakat bisa mendapatkan nasihat tapi secara tak langsung.

Saudara, jika Anda ingin langsung menangis, silakan baca bab 9. Jika Anda ingin tersenyum, silakan langsung aja membaca bab 1. Hehehe, Anda nggak harus membacanya dari awal. Buku ini didesain sebagai sahabat Anda dikala santai. Oya, bagai manusia, buku ini mempunyai ruh yaitu di bab terakhir. Sengaja saya menulis bab ini lebih dari sepuluh ribu kata. Saya ingin pembaca larut total dalam kisah ini. Buku ini juga mempunyai jantung yaitu di Bab 2. Tokoh Listi … silakan renungkan kisah hidupnya, saya yakin Anda akan mengatakan seperti yang dikatakan Listi di akhir cerita yaitu, “Wahai ilmu, I luv you.”

Saudara, selamat bersenang-senang dengan buku ini. Semoga Allah SWT menurunkan kebahagiaan kepada kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Khalifa Bisma Sanjaya

Page 4: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

iv

Daftar isi

Bab 1 Ternyata Selama Ini Dugaanku Salah 1

Bab 2 Apakah Sorga Semurah Itu? 6

Bab 3 Dunia Hanya Membutuhkan Nilai Seratus 31

Bab 4 Elang 34

Bab 5 Ilmu Yang Tidak Diajarkan Di Sekolah 37

Bab 6 Erick Feng 40

Bab 7 Mengumpulkan Barang Langit 55

Bab 8 Bertambah Jalang 60

Bab 9 Cara Mendesain Anak Supaya Menjadi Gila 63

Bab 10 Ketika Allah Memberi Secara Kontan 69

Bab 11 Kadang Kejujuran Terasa Perih 72

Bab 12 Gaya Komunikasi Orang Awam 77

Bab 13 Setelah Kesulitan, Pasti Ada Kesulitan (lagi) 82

Bab 14 Trims Karena Sudah Membunuhku 110

------

Page 5: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

1

Bab 1

Ternyata Selama Ini Dugaanku Salah

Hampir semua penduduk menganggap Besus gila. Usianya baru 15 tahun, tapi tindakannya benar-benar ngawur. Kerjaan tiap hari adalah mencari rumput untuk kedua sapinya. Emm … kayaknya bukan sapinya, tapi sapi pamannya. Sejak kecil, orang tua Besus bercerai. Sang Ibu … dia menikah lagi dengan laki-laki dari Bumen Bantul. Dia jarang ketemu ibunya, paling-paling setahun sekali. Besus … dia ikut bapaknya tapi … hmm … Sang Bapak tak pernah sholat, kerjaannya adalah mengadu burung dara. Kalau menang, dapat duit untuk beli beras dan lauk. Kalau kalah … ngutang kesana kemari. Tapi … sebulan yang lalu tiba-tiba bapaknya meninggal. Kata dokter, tensinya tinggi banget.

Kini Besus sendiri, hidup dengan pamannya. Perangainya buruk, nakal, bahkan terkesan seperti orang gila. Saat dia lewat Candi Kalasan, dia kencing di dalam ruangan candi. Sontak petugas yang jaga langsung marah dan mengusirnya dengan kasar. Dia terus berjalan, hingga sampai ke Candi Banyunibo, daerah Bokoharjo Prambanan. Mungkin saking lelahnya, dia tertidur di dalamnya. Terpaksa petugas candi juga mengusirnya dengan kasar.

Besus, mungkin tu pemuda melaksanakan mandi cuma seminggu sekali. Di sore hari, sambil membawa sabit dan karung, dia berjalan menuju ke sawah untuk mencari rumput. Saat sampai di pinggir desa, dia ketemu dengan bunga desa … Shita yang super imut dan beauty. Dengan nyantai Besus berkata, “Wahai Shita … kowe ayu tenan.” Shita tak menoleh sedikitpun. Dia tetap menyapu halaman. Besus teriak, “Shita sayang, kemarin aku ke Pantai Parangtritis.” Dengan agak kaget, Shita bertanya, “Ngapain kamu ke sana?” Dengan santai Besus menjawab, “Aku ketemu Ratu Pantai Selatan. Hmm … aku diam saja karena ternyata tuh ratu masih kalah cantik denganmu.”

Sebenarnya Shita juga senang kalau disanjung tapi kali ini dia merasa malu bercampur jengkel. Sambil berhenti nyapu, dia mengusap keringat lalu berkata, “Oala Besus … Besus … dasar wong edan.”

Besus: “Aku edan gara-gara melihat kecantikanmu.”

Shita: “Oya? Kalau gitu jangan lihat wajahku! Biar kamu waras lagi.”

Besus: “Saat aku memejamkan mata, hatiku juga masih terus melihatmu.”

Shita: “Kowe memang wis edan permanen. Wis kono ndang ngarit! Mengo sapimu dho luwe, piye jal?”

Besus: “Baik, aku akan nyari rumput. Tapi ada satu pertanyaan, tolong jawab, ya!”

Shita: “Wis … ndang ngomongo! Arep takon opo?”

Besus: “Begitu banyak bintang di langit, tapi rembulan cuman satu, kira-kira apa artinya?”

Shita: “Embuh … aku ra reti.”

Besus: “Artinya … begitu banyak gadis di kampung ini, tapi hanya kamu yang ada di hatiku.”

Mendengar kalimat terakhir, Shita semakin marah. Dia mengambil batu seukuran genggaman tangan orang dewasa. Dia melempar tuh batu ke arah Besus. Hehehe lemparan batu tidak mengenai Besus. Tuh pemuda berlari sambil kiss bye … hahaha … dasar wong edan.

Page 6: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

2

Tapi … setelah melempar Besus, mendadak raut wajah Shita lesu. Aroma kesedihan menghinggapi hatinya. Jiwanya berbisik, “Duh, kasihan Mas Besus. Dia sebatang kara, musibah menimpanya tiada henti. Mungkin dia depresi dengan sangat hebat sehingga bicaranya seperti itu.” Mata Shita terus menatap ke arah Besus yang berjalan cepat menuju sawah. Tatapan kepiluan, pandangan ke-iba-an. Shita berteriak keras, “Mas Besus, nanti kalau kamu lapar, silakan makan ke rumahku, ya! Ibukku tadi memasak opor ayam.” Besus tidak menoleh sedikitpun.

Hari semakin sore, karung Besus sudah penuh dengan rumput. Mendadak perut terasa lapar, tanpa pikir panjang, diapun memakan beberapa ketimun di kebun milik orang. Dia gak peduli. Habis makan, kok terasa haus, hehehe … matanya melihat ada pohon pepaya. Sama … dia mengambilnya, memakannya tanpa berfikir tuh buah milik siapa.

Rasa kenyang menghampiri, sebelum pulang, dia menyempatkan diri untuk ziarah ke makam ayahnya. Suasana makam sangat sejuk karena di tengah lokasi pekuburan ada pohon beringin besar dan rindang, mungkin usianya sudah ratusan tahun. Seakan pohon itu sebagai payung lokasi makam. Nampak dari kejauhan Besus komat-kamit berdoa di depan makam ayahnya. Lima menit kemudian, dia tertidur di bawah pohon beringin. Hmm … pohon beringin di tengah lokasi makam benar-benar memanjakan tidur Besus.

Beberapa saat kemudian, Besus melihat ribuan malaikat berbaris. Dia terus memperhatikan … emm … model berbarisnya bukan horisontal, melainkan vertikal. Ujung barisan adalah beberapa malaikat yang menginjak tanah, sedangkan ujung barisan yang lain … emmm … dia terus melihat ke langit. Dia tak melihat ujung barisan satunya karena sangat tinggi di langit.

Tapi bukannya takut, aneh … jiwa Besus mendadak menjadi tenang, sakinah datang tiba-tiba. Karena dilanda penasaran, akhirnya Besus memberanikan diri bertanya kepada salah satu malaikat yang ada di dekatnya.

Besus: “Assalamu’alaikum.”

Malaikat: “Walaikum salam.”

Besus: “Emm … apa Sampeyan para malaikat?”

Malaikat: “Iya, bener.”

Besus: “Jumlah kalian begitu banyak … emm … ribuan. Kenapa membentuk barisan dari bumi hingga ke langit?”

Malaikat: “Sebentar lagi ada manusia yang meninggal. Dia tu sangat sholih. Kami akan menyambut ruhnya, lalu mengantarnya ke langit.”

Besus: “Siapa yang meninggal?”

Malaikat: “Pak Sarju.”

Besus: “Pak Sar … Sar … Sarju????? Dia kan bapaknya Shita?”

Malaikat: “Benar. Apa kamu mencium bau yang sangat harum?”

Besus: “Iya … benar.”

Malaikat: “Itu keharuman ruh Pak Sarju.”

Besus: “Tapi … barusan dua jam lalu aku ketemu ama Shita, di rumahnya gak ada apa-apa?”

Page 7: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

3

Malaikat: “Pak Sarju baru aja meninggal. Sebentar lagi akan dimakamkan di sini.”

Besus: “Hmm … padahal selama ini aku tu ragu-ragu apakah alam kubur itu ada atau tidak. Sekarang aku baru mantap kalau alam kubur itu memang ada.”

Malaikat: “Pak Sarju, kami akan membangun istana sebesar satu kota untuk beliau.”

Besus: “Satu kota????”

Malaikat: “Benar. Kalau siang, dia bebas beterbangan di sorga, kalau malam dia bebas tinggal di istananya.”

Besus: “Kenapa Pak Sarju bisa disayang Allah? Apa keistimewaan beliau?”

Belum sempat malaikat menjawab, tiba-tiba Besus terbangun dari mimpinya. Dia kaget, suasana sudah malam. Dia lebih kaget lagi, ternyata ada rombongan orang-orang kampung yang membawa jenazah untuk dikuburkan di situ. Dia terus mengawasi. Matanya melotot manakala melihat Shita menangis. Jiwanya terus bertanya, “Siapa yang meninggal?” Mendadak dari arah samping ada suara, “Besus, Pak Sarju meninggal.” Rupanya pamannya sudah berada di sampingnya. Beliau juga ikut menghadiri prosesi penguburan jenazah.

Sehari kemudian

Hampir dua puluh menit Besus sujud di dalam masjid. Kepala belum juga diangkat. Jiwanya menangis, “Ya Allah, ternyata selama ini dugaanku salah. Sejak kecil orang tuaku bercerai, lalu bapakku meninggal, kukira Engkau tak ada. Kukira dunia ini sudah kacau tanpa Tuhan. Hmm, semenjak mengetahui rombongan malaikat yang berbaris vertikal … duh … Ya Allah … aku baru yakin bahwa Engkau memang ada, Engkau memang mengurus kami para manusia. Ya Allah … mulai saat ini, aku akan mengaji, aku akan mendalami Qur’an, aku akan mengamalkan Qur’an. Ya Allah, mudahkan aku dalam belajar, juga mudahkan aku dalam menjemput rejekiMu.”

Semenjak saat itu, Besus berubah total. Kini badannya bersih, aura ganteng mulai nampak menghiasi wajahnya. Kerjaannya sama … mencari rumput. Sekarang kemana-mana dia membawa Qur’an kecil yang ditaruh di sakunya. Selesai ngarit, dia baca Qur’an di sawah, kadang di bawah pohon, kadang di pinggir sungai.

Kenyataan ini membuat Shita terhibur. Memang beberapa hari yang lalu Bapaknya meninggal, tapi melihat Besus pulih kesehatan mentalnya, dia gembira walau kadang disembunyikan rasa senang itu dalam hati.

Saat ada suasana yang pas, Besus menceritakan pengalamannya bertemu dengan ribuan malaikat di kuburan. Shita melongo mendengar kisah itu.

Shita: “Jadi … Bapakku masuk sorga?”

Besus: “Iya … aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ribuan malaikat menyambut ruh bapakmu.”

Shita: “Alhamdulillah. Duh … mendadak dada ini terasa sejuk … mak nyesss.”

Besus: “Shita, boleh tanya?”

Shita: “Silakan!”

Besus: “Coba ceritakan kepadaku tentang keseharian Bapakmu! Hmm … kenapa beliau bisa disayangi para malaikat?”

Page 8: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

4

Shita: “Emm … beliau bangun pagi kira-kira jam 3.30. Kuperhatikan beliau sholat Tahajjud … tapi nggak banyak. Paling-paling hanya dua rekaat. Setelah itu sejenak beliau berdzikir, berdoa lalu membaca Qur’an … kayaknya juga nggak banyak, paling hanya lima hingga sepuluh ayat. Setelah itu beliau mendalami makna ayat yang barusan dibacanya.”

Besus: “Kok kamu tahu?”

Shita: “Iya … kadang aku yang mendapat tugas membacakan terjemahannya, lalu beliau merenungi tuh ayat.”

Besus: “Wow, sungguh manusia teladan.”

Shita: “Setelah itu terdengar adzan subuh, beliau berangkat ke Masjid. Abis subuhan, beliau langsung ke sawah untuk bercocok tanam. Begitulah yang kuperhatikan selama 10 tahun terakhir ini.”

Besus: “Semoga kita bisa meneladani beliau.”

Shita: “Mas, emm … sawah Bapak nggak ada yang menggarap. Gimana kalau Panjenengan yang menggarap?”

Besus: “Baiklah, aku siap melaksanakan perintahmu.”

Shita: “Panjenengan bisa makan di sini atau di paman, terserah. Yang penting … melihat Panjenengan sudah pulih … aku sudah senang kok, Mas.”

Besus: “Sebenarnya aku nggak pulih 100%. Kadang kegilaaanku kumat.”

Shita: “Oya???? Mas, yang serius, to!!!!!!”

Besus: “Aku merasa jadi gila kalau sehari nggak melihat wajahmu.”

Shita: “Oalaaaa … hehehe. Apa Panjenengan benar-benar suka ama aku?”

Besus: “Iya. Sudahlah! Nggak usah dibahas karena pasti kamu menolakku. Aku sadar kok, Dhek … aku sangat miskin.”

Shita: “Belum tentu di tolak, kok.”

Besus: “Jadi … kamu menerima cintaku??????”

Shita: “Belum tau.”

Besus: “Lho, kenapa jawabannya belum tau?????”

Shita: “Kadang wanita tu sangat malu mengutarakan perasaannya kepada lelaki.”

Besus: “Oya, beda jauh ama laki-laki, ya?”

Shita: “Iya … pokoknya keputusannya seminggu lagi. Jika minggu depan aku masak keasinan, berarti aku menerima cinta Panjenengan. Kalau aku masak tanpa garam … berarti ….”

Besus: “Berarti kamu menolak cintaku, ya?????”

Shita: “Salah … a … a … a … aku juga menerima cinta Panjenengan.”

Page 9: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

5

Besus: “Oalaaaaa … kalau masaknya kepedesan?”

Shita: “Itu artinya aku pingin cepat dilamar?”

Besus: “Hahahahahahahahaha.”

------

Page 10: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

6

Bab 2

Apakah Sorga Semurah Itu?

Di ruangan kelas 2 SD yang lumayan panas, Listi mengantuk berat, tapi dia tetap mencoba untuk mendengarkan Bapak Guru Agama yang lagi berkata, “Anak-anak, islam tu sangat baik, sangat mudah. Hanya dengan mengucapkan Laa ilaha illallah, maka kita pasti masuk sorga. Sekali lagi, hanya dengan bersyahadat, maka kita akan masuk sorga. Walaupun dosa kita sepenuh bumi, tapi pasti Allah akan mengampuni jika kita mengucapkan Laa ilaha illallah.”

Bel berbunyi, semua murid pada berlarian keluar kelas. Panas menyengat, Listi mengayuh tuh sepeda yang catnya sudah mulai terkelupas. Selama di perjalanan, dia terus merenungi kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Bapak Guru Agama.

Jam tiga sore, seperti biasa … Listi membantu ibunya untuk mencabuti rumput gulma yang sering mengganggu tanaman padi. Matahari terus menyengat, untunglah angin lembut mulai datang menyapa sehingga kulit tak lagi terasa tersengat sinar matahari.

Satu jam kemudian, dia melihat di pematang sawah … para pemuda lagi mengadu kecepatan burung dara. Sejenak Sang Ibu juga istirahat sambil minum air putih. Merekapun ngobrol.

Listi: “Bu, kenapa mereka mengadu burung dara?”

Ibu: “Judi, kalau menang dapat uang, kalau kalah … mringis … hehehe.”

Listi: “Bukankah judi itu dosa?”

Ibu: “Iya, mereka semua tahu. Pernah aku menasihati mereka untuk menghentikan adu burung dara. Tapi mereka menjawab, ‘Memang dosa, tapi aku kan mengucapkan syahadat, aku mengucapkan Laa ilaha illallah. Jadi aku pasti masuk sorga walau mampir ke neraka bentar, nggak apa-apa, yang penting masuk sorga selamanya.”

Listi: “Hmm … apakah sorga semurah itu?”

Ibu: “Sudahlah, ibu nggak tahu. Ntar kamu tanyakan sendiri aja ama Pak Ustadz saat kamu mengaji di masjid.”

Sepuluh tahun kemudian

Listi sudah duduk di kelas tiga SMA 3 Pati. Sepulang sekolah, sejenak dia mampir ke rumah Tia … teman satu kelasnya. Tia tinggal di Margorejo, daerah Pati selatan. Setelah mengerjakan tugas bersama, sambil nyeruput es teh, mereka guyon.

Tia: “Abis lulus SMA, enaknya ngapain, ya?”

Listi: “Nikah aja, yuk! Mumpung masih muda, hehehe.”

Tia: “Halah. Kok kayaknya kamu tu nggak bisa menahan nafsu deh? Hehehe.”

Listi: “Guyon aja kok, fren. Lha gimana lagi? Mau kuliah … duh … biaya satu semester tuh 15 juta lebih. Belum termasuk ongkos transport dan nge-kost.”

Tia: “Kalau kerja di pabrik?”

Page 11: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

7

Listi: “Maksudmu … pabrik kacang?”

Tia: “Iya … gimana?”

Listi: “Hmm … gajinya sangat kecil. Lelahnya bekerja nggak sebanding dengan gaji yang di dapat.”

Tia: “Hmm … aku juga bingung. The next … enaknya ngapain, ya?”

Listi: “Apakah ada kerjaan yang nyantai, hepi, tapi gajinya besar?”

Tia: “Emm … ada.”

Listi: “Oya?”

Tia: “Tuh … lihatlah ke arah selatan! Ada rumah-rumah yang di luarnya nampak gadis-gadis cantik. Di situ kerjaannya uenak, gajinya guedhe. Tenan fren, hehehe.”

Listi: “Kerja apa? Menjahit???”

Tia: “Bukan.”

Listi: “Garmen?”

Tia: “Bukan. Kerjanya … jadi pe-es-ka.”

Listi: “Hahahahaha. Duh … parah loe.”

Tia: “Tetanggaku, namanya Mbak Gina. Dia kerja di situ. Perbulan … dia pernah cerita bisa mengumpulkan duit hampir 10 juta.”

Listi: “Wah … banyak banget, ya?”

Tia: “Hehehe … mulai tertarik, ya?????”

Listi: “Halah … hahaha. Coba kamu duluan yang kerja gituan! Ntar kalau kamu kerasan, baru aku yang nyusul deh, hehehe.”

Tia: “Aku sih mau duitnya, tapi nggak mau dosanya.”

Listi: “Emm … apa mereka pernah berfikir tentang dosa?”

Tia: “Pernah aku tanyakan bab itu ke Mbak Gina. Dia mengatakan bahwa Islam itu baik kok, nggak galak kayak ISIS. Yang penting mengucapkan syahadat, mengucapkan laa ilaha illallah, pasti masuk sorga. Walau dosa sebesar apapun, kalau syahadat … pasti dijamin sorga.”

Listi: “Hmm … andaikan lima puluh juta muslimah negeri ini jadi PSK semua, karena meyakini bahwa pasti masuk sorga, gimana keadaan negeri ini, ya?”

Tia: “Aku juga bingung. Padahal islam datang untuk menjadikan masyarakat baik, tapi kenapa mereka malahan rusak karena prinsip syahadat ini. Apakah seperti ini yang diajarkan oleh Nabi Muhammad?”

Listi: “Kayaknya enggak. Emm … aku yakin nggak seperti ini.”

Tia: “Kayaknya yang salah tu guru-guru agama kita saat kita duduk di sekolah, ya?”

Page 12: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

8

Listi: “Nggak tahu. Aku nggak mendalami ilmu islam. Tapi … kita harus tanyakan hal ini kepada yang paham.”

Tia: “Setuju.”

Sebulan kemudian

Listi ke Semarang. Sudah dua jam lebih dia mencari buku-buku di Gramedia Pandanaran untuk persiapan ujian akhir. Alhamdulillah tuh buku dah terbeli. Dia lihat jam … ternyata masih jam satu siang. Akhirnya dia menyempatkan diri untuk jalan kaki menuju ke Masjid Baiturrahman Simpang Lima yang letaknya sangat dekat dengan Toko Gramedia.

Setelah melaksanakan sholat dhuhur, dia melihat ke serambi, ternyata ada pengajian. Hehehe … lumayan untuk tambah ilmu, akhirnya diapun ikut menyimak pengajian tersebut.

Selesai pengajian, karena dilanda penasaran yang amat tinggi, maka dia memberanikan diri untuk menghampiri Sang Ustadz. Sambil terus menunduk, dia berkata, “Pak Ustadz, apakah saya boleh bertanya?” Dengan santai Sang Ustadz mengangguk.

Listi: “Tapi pertanyaan saya ini sangat panjang sedangkan Ustadz pasti sangat sibuk. Emm … apakah saya boleh minta alamat facebook aja?”

Sang Ustadz menjawab, “Iya, boleh. Nama fb saya: Rasyed bin Utsman.” Listi nampak senyum kegirangan. Dia langsung pulang ke Pati.

Sesampainya di rumah, dia langsung mengaktifkan fb, mencari tuh ustadz. Alhamdulillah ketemu. Sambil menarik nafas panjang, dia mengaktifkan inbox, dan … inilah pembicaraan mereka lewat inbox …

Listi: “Assalamu’alaikum.”

Rasyed: “Walaikum salam.”

Listi: “Mas Ustadz, numpang kenalan. Nama saya Listi. Saya dari Pati.”

Rasyed: “Kalau saya asli dari Sayung Demak, Dhek.”

Listi: “Saat ini saya duduk di bangku kelas 3 SMA.”

Rasyed: “Kalau saya, kuliah di KSU.”

Listi: “KSU? Apa itu? Kok baru dengar sekarang.”

Rasyed: “King Saud University. Terletak di Riyadh, Saudi Arabia.”

Listi: “Whattttt???? Nggak nyangka Sampeyan pandai banget.”

Rasyed: “Amin. Matur nuwun doanipun.”

Listi: “Katanya kuliah di sana tuh gratis ya, Mas?”

Rasyed: “Enggih Dhek, malahan dapat uang saku. Kalau dirupiahkan … kira-kira 3 juta-an. Lumayan untuk ditabung. Oya, sekarang kamu sudah kelas tiga, ntar rencana mau kuliah di mana?”

Listi: “Kuliah di dapur ama di sawah, Mas?”

Page 13: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

9

Rasyed: “Hahaha … yang serius to!”

Listi: “Emang bener kok, Mas. Biaya kuliah mahal, Bapak nggak ada dana, jadi … yahhh … sabar dulu.”

Rasyed: “Kudoakan moga-moga kariermu sukses.”

Listi: “Amin. Ok … sekarang saya mau tanya bab agama: apakah benar jika seorang muslim mengucapkan syahadat, dia pasti masuk sorga? Karena di sini banyak pezina, banyak pemabuk, banyak koruptor yang yakin masuk sorga karena sudah mengucapkan laa ilaha illallah.”

Rasyed: “Hmm … pertanyaanmu empat baris, tapi jawabannya bisa puluhan baris.”

Listi: “Oya? Gimana Mas? Aku siap menyimak.”

Rasyed: “Begini Dhek, dulu sebelum ada tarbiyah, para sahabat masih dalam masa jahilihah yang sangat kelam. Setelah mendapat tarbiyah dari Nabi, maka mereka meninggalkan semua kebiasaan jahiliyah. Akhirnya, mereka seperti lahir kembali sebagai generasi terbaik yang pernah ada di muka bumi.”

Listi: “Generasi terbaik … aku merinding mendengarnya.”

Rasyed: “Makanan mereka sama dengan kita. Minuman mereka juga sama dengan kita. Mereka tidur seperti kita. Tapi kenapa mereka menjadi generasi terbaik? Jawabannya sederhana: karena mereka sangat patuh kepada Nabi Muhammad.”

Listi: “Beda jauh dengan kualitas umat islam negara ini, ya? Mereka berislam, tapi tak mau meninggalkan kebiasaan jahiliyah seperti berjudi, minum arak, zina, korupsi, dll. Hmm …”

Rasyed: “Untuk memahami tentang konsep laa ilaha illallah secara benar, yuk sejenak kita simak perkataan Muhammad bin Sa’id Al Qothoni!”

Listi: “Siapa dia?”

Rasyed: “Seorang ulama Arab, pengarang buku Al Wala’ wal Bara’. Hmm … buku itu sangat terkenal.”

Listi: “Ok, aku siap menyimak.”

Rasyed: “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi kita Muhammad SAW kepada umat manusia seluruhnya agar mereka mengatakan Laa ilaha illallah Muhammad Rosululloh. Jika mengucapkannya, darah dan harta mereka terlindungi, kecuali jika ada suatu alasan yang dibenarkan. Adapun perhitungannya adalah urusan Allah SWT. Setelah Allah mengetahui benarnya keyakinan itu dalam hati mereka, Allah menyuruh Rosul-Nya memerintahkan mereka untuk menunaikan sholat. Beliaupun memerintahkan dan mereka melaksanakan. Demi Allah sekiranya mereka tidak melakukannya, tentu ikrar pertama maupun sholat mereka itu tidak berguna. Setelah Allah mengetahui kebenaran hal itu dalam hati mereka, Allah menyuruh beliau SAW memerintahkan mereka untuk hijrah ke Medinah. Beliau memerintahkan dan merekapun melakukannya. Demi Allah sekiranya meraka tidak melakukannya, tentu ikrar syahadat maupun sholat mereka tidak ada gunanya. Ketika Allah mengetahui kebenaran hal itu dalam hati mereka, Allah memerintahkan mereka kembali ke Mekah untuk memerangi anak-anak dan bapak-bapak mereka sendiri hingga mengucapkan seperti yang mereka ucapkan, mengerjakan sholat seperti sholat mereka, dan berhijrah seperti hijrah mereka. Rosululloh memerintahkan hal itu dan merekapun melaksanakannya. Demi Allah, sekiranya mereka tidak melakukannya, tentu syahadat,

Page 14: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

10

sholat, hijrah dan perang mereka tidak berguna. Ketika Allah mengetahui kebenaran itu dalam hati mereka, Allah menyuruh beliau SAW memerintahkan mereka melakukan thawaf ke Baitullah dalam rangka beribadah, dan mencukur rambut mereka sebagai bukti ketundukan kepada-Nya. Mereka pun melaksanakannya. Demi Allah, sekiranya mereka tidak melakukannya, tentu syahadat mereka, sholat, hijrah, dan perang mereka terhadap bapak-bapak mereka itu tidak berguna. Ketika Allah mengetahui kebenaran hal itu dalam hati mereka, Allah menyuruh beliau SAW untuk mengambiil sebagian dari harta mereka sebagai zakat yang akan membersihkan jiwa mereka. Beliau memerintahkan mereka untuk melakukan itu, dan merekapun melakukannya sehingga mereka pun datang membawa harta mereka, sedikit atau banyak. Demi Allah, sekiranya mereka tidak mau melakukannya, tentu syahadat mereka, sholat, hijrah, perang mereka terhadap bapak-bapak mereka sendiri maupun thawaf mereka tidak berguna bagi mereka. Ketika Allah mengetahui kebenaran dalam hati mereka tentang hal-hal yang berkaitan denngan aturan dan batas-batas iman, saat itulah Allah SWT berfirman: Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian untuk kalian, telah aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian, telah Aku ridha islam sebagai agama kalian – Al Maidah ayat 3.”

Listi: “Wow … belum pernah aku mendapatkan tarbiyah seperti ini, Mas.”

Rasyed: “Begitulah cara memeluk agama islam yang benar. Tak ada yang memaksa kita untuk memeluk agama islam. Tapi begitu kita memeluk islam, maka kita harus mau ‘dipaksa Allah’. Terpaksa sholat, terpaksa berhijab, terpaksa sholihah, terpaksa masuk sorga. Sungguh keterpaksaan yang indah.”

Listi: “Yang penting nggak dipaksa nikah aja, hehehe. Mas, jika ada muslimah yang sudah mengucapkan syahadat, lalu dia nggak memakai jilbab, apakah dia masuk sorga?”

Rasyed: “Jika dia meyakini bahwa jilbab itu bukan bagian dari syari’at Allah, maka islamnya batal alias keluar dari islam. Tapi jika dia tak memakai jilbab karena malas, maka kadar keislaman dan keimanannya berkurang. Dia termasuk hamba yang berdosa.”

Listi: “Hmm … Mas, terima kasih atas ilmunya. Terima kasih atas pencerahannya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi, ya!”

Rasyed: “Enggih, Dhek.”

Sebulan kemudian

Kebetulan kebun Listi lagi panen mangga. Dia sengaja memilihkan mangga yang manis-manis. Hehehe … satu karung penuh mangga, ditaruh di sepeda motor dan … ngeng … ngeng … ngeng … Listi berkendara dari Pati menuju ke Sayung. Nekat juga tuh gadis. Dua jam kemudian Listi sudah sampai di depan rumah Rasyed.

Listi: “Assalamu’alaikum.”

Rasyed: “Walaikum salam.”

Listi: “Mas, ini kubawakan sekarung mangga untuk Sampeyan. Moga-moga Sampeyan suka.”

Rasyed: “Whattt???? Kok banyak banget?”

Listi: “Mboten nopo-nopo Mas. Kebetulan di kebun lagi panen mangga.”

Page 15: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

11

Rasyed: “Matur nuwun, ya Dhek.”

Listi: “Enggih, sami-sami.”

Rasyed: “Tunggu di sini sebentar, aku ada hadiah untukmu.”

Listi cuman menunduk sambil mengelap keringat yang ada di keningnya. Rasyed … dia masuk ke rumahnya. Hanya 10 detik, kemudian keluar lagi menemui Listi sambil membawa laptop baru yang masih di dalam kardus.

Rasyed: “Dhek, ini hadiah untukmu.”

Listi: “Whatttt???? Mas, ini laptop mahal lho. Kenapa diberikan ke aku?”

Rasyed: “Nggak apa-apa. Aku ada tiga laptop di rumah. Dengan laptop ini kamu bisa belajar banyak tentang islam. Aku yakin, laptop ini akan menjadikanmu pandai, berwawasan luas walau tidak mampu kuliah.”

Listi: “Hiks … hiks … hiks.”

Rasyed: “Kenapa menangis?”

Listi: “Aku tak menyangka Sampeyan baik banget, sholih banget.”

Rasyed: “Oya, dua hari lagi aku akan kembali kuliah di KSU Riyadh. Minta doanya ya, moga-moga perjalananku selamat, aku mendapat ilmu yang banyak dan berkah.”

Listi: “Enggih Mas, aku selalu mendoakan Sampeyan.”

Rasyed: “Sebelum berpisah, apa kamu ingin mengatakan sesuatu?”

Listi: “Emm … aku berharap, jika Sampeyan lulus, cepat kembali ke tanah air! Biar … biar … biar …”

Rasyed: “Biar apa?”

Listi: “Biar … hehehe … biar apa, ya? Wis pokoknya selamat jalan, ya Mas … assalamu’alaikum.”

Rasyed: “Walaikum salam.”

Angin dan awan ikutan terpana melihat keduanya ngobrol dengan sangat renyah.

Angin: “Kuperhatikan, kini Listi naik motor tapi kok senyum-senyum sendiri, ya?”

Awan: “Pasti karena dapat hadiah laptop baru.”

Angin: “Bukan … kayaknya lebih dari itu.”

Awan: “Maksudmu … Listi diam-diam jatuh hati ama Rasyed?”

Angin: “Iya … tapi menurutku mereka berdua serasi kok. Listi sawo matang tapi manis banget. Sedangkan Rasyed tuh lumayan ganteng dan berwibawa.”

Awan: “Tapi kayaknya mereka nggak se-kufu, nggak setara.”

Angin: “Menurutku sih nggak harus sebanding. Memang Rasyed pandai, tapi dia juga butuh Listi yang setia dan penurut. Mereka kelihatannya bersinergi kok.”

Page 16: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

12

Awan: “Hehehe, enak juga jadi manusia, ya … ada cinta, ada senyum, ada hepi … hahaha … kok aku pingin merasakan jadi manusia, ya?”

Angin: “Halah.”

Dua hari kemudian

Diam-diam Listi pergi ke Bandara Ahmad Yani Semarang. Nggak tau kenapa, dia ingin melepas kepergian Rasyed ke KSU Riyadh. Semakin hari … dada Listi semakin sesak karena dipenuhi rasa cinta yang mendalam kepada Rasyed. Dia … hmm … dia bukan mencintai fisik Rasyed, tapi mencintai hati Rasyed, ilmu Rasyed dan kesabaran Rasyed dalam menimba ilmu di negeri orang. Seumur hidup, Listi belum pernah ketemu dengan pemuda yang mempunyai keteguhan hati seperti ini.

Hampir setengah jam dia duduk di ruang tunggu Bandara, tapi belum juga ketemu Rasyed. Sejenak jiwanya bingung.

Hati: “Ngapain kamu di sini?”

Jiwa: “Emm … emm … aku malu mengatakannya.”

Hati: “Rasyed tuh bukan saudaramu, juga bukan sahabatmu, kamu baru aja kenal, tapi kenapa perasaanmu dalem banget ama dia?”

Jiwa: “Itu bukan urusanmu.”

Hati: “Kamu harus fokus mencari ilmu, bukan malahan jatuh cinta.”

Jiwa: “Seumur hidup aku belum pernah jatuh cinta. Baru kali ini aku jatuh cinta. Emang nggak boleh? Mana undang-undang yang melarang seorang gadis jatuh cinta?”

Hati: “Dah … cepat lihat ke arah kanan! Tuh Rasyed dah datang bersama Bapak, Ibu dan … ada gadis berjilbab … wajahnya imut banget. Duh … siapa dia?”

Jiwa: “Hiks … hiks … hiks …”

Hati: “Apa mungkin itu calon istri Rasyed?”

Jiwa: “Hiks … hiks … (jiwa menjerit semakin pilu).”

Lamunan Listi sirna manakala Rasyed melihat Listi. Mereka berpandangan, saling tersenyum. Listi berusaha untuk mengelap air mata yang terus mengucur.

Rasyed: “Dhek Listi, kenapa kamu di sini?”

Listi: “Emm … emm … emm …”

Rasyed: “Gimana dengan laptop pemberianku? Apa kamu suka?”

Listi: “Eng … eng … enggih Mas. Saya suka.”

Rasyed: “Lima menit lagi aku harus naik pesawat. Selamat jalan ya. Jangan lupa rajin belajar!”

Listi: “Mas, gadis itu. Di … di … dia siapa?”

Rasyed: “Emm … namanya Sekartadji.”

Page 17: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

13

Mendengar nama Sekartadji, dada Listi terus deg-degan. Keringat terus mengucur padahal dalam ruangan ber-AC yang cukup dingin. Nampak telapak tangannya mulai bergetar. Kedua kaki juga ikutan bergetar. Ibarat laptop … battery-nya tinggal 2% aja … duh.

Listi: “Mas, boleh bertanya?”

Rasyed: “Iya, silakan.”

Listi: “Sekartadji itu … adik kandungmu, ya?”

Rasyed: “Bukan.”

Listi: “Keponakanmu, ya?”

Rasyed: “Juga bukan.”

Listi: “Saudara sepupu?”

Rasyed: “Juga bukan, hehehe … dia Putra dari Pak Kiyai Urwah dari Cepu.”

Listi: “Kenapa dia ke sini?”

Rasyed: “Bapakku dan Pak Kiyai Urwah sepakat menjodohkan aku dengan Dhek Sekartadji.”

Listi: “Sampeyan dijodohkan ama Sekartadji. Apa Sampeyan mau?”

Rasyed: “Mau, bahkan mau banget. Lihatlah … dia cantik, sholihah, rajin menghafal Qur’an. Bapaknya juga mempunyai pesantren. Jadi … ntar kalau aku dah lulus dari King Saud University Riyadh, maka aku akan menjadi direktur pesantrennya Kiyai Urwah, menggantikan posisi Kiyai Urwah.”

Kalimat ini membuat aliran darah Listi hampir berhenti. Dia merasa seperti terbenam ke dalam tanah. Dengan muka pucat, dia pura-pura tersenyum, pura-pura senang mendengar perjodohan ini. Setelah basa-basi sebentar, akhirnya … dia melangkah pulang.

Di atas motor yang berlari ngebut, air mata kembali menetes. Semakin lama semakin deras. Di atas motor, dia sempat menangis … bahkan lumayan keras hingga kadang malahan menjerit. Tanah dan angin … hmm … tak terasa mereka juga ikut menangis.

Tanah: “Saat kaki Listi berjalan menginjak punggungku … duh … kurasakan kakinya bergetar, sempoyongan … otot-otot kakinya seperti tak kuat lagi menyangga beban badannya.”

Angin: “Bukan beban badan, tapi beban cinta yang hancur berserak. Hmm … sungguh berat beban yang dipikul gadis itu.”

Tanah: “Hmm … kuamati Listi berkendara sangat ngebut tapi sering oleng. Duh … aku khawatir dia bakalan mengalami kecelakaan.”

Angin: “Aku juga sangat khawatir. Duh … padahal sekarang dia masih nyampek di Kaligawe. Jarak ke Pati masih sangat jauh … dua jam lebih.”

Tanah: “Gimana cara menghibur dia?”

Angin: “Aku gak tau. Kayaknya dia nggak butuh hiburan. Dia butuh Rasyed.”

Page 18: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

14

Tanah: “Duh … aku berdoa semoga cepat turun hujan sehingga dia bisa berhenti, sejenak menenangkan jiwa sehingga nggak terus-terusan menangis.”

Angin: “Ide yang bagus. Akan aku kabarkan usulmu ini kepada awan, semoga dia mau cepat menjadi hujan.”

Sepuluh bulan kemudian, Listi sudah lulus SMA. Hampir semua teman-temannya melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangkan dia? Dana tidak ada. Tapi dia bangga membantu Bapak Ibunya menanam padi di sawah.

Untuk mengisi waktu luang, dia sering mengikuti pengajian maupun seminar-seminar islam di Pati, Kudus, bahkan di Semarang. Semakin lama, hatinya menginginkan satu hal: dia ingin masuk islam secara keseluruhan, yaitu islam kaafah. Mulutnya … islam, pakaiannya … islam, hatinya … islam, pokoknya keseluruhan jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah. Kenapa bisa berubah baik seperti itu? Terus terang, awalnya adalah karena faktor Rasyed dan Sekartadji.

Hati: “Apakah kamu masih mencintai Rasyed?”

Jiwa: “Dulu memang iya.”

Hati: “Sekarang?”

Jiwa: “Emm … ma … ma … ma … masih.”

Hati: “Harusnya kamu hapus tu rasa cinta kepada Rasyed!”

Jiwa: “Aku sudah berusaha tapi … semakin dihapus tu semakin inget ama dia terus.”

Hati: “Kalau gitu nggak usah membayangkan Rasyed, membayangkan Sekartadji aja! Ntar kamu pasti bisa stabil lagi.”

Jiwa: “Sudahlah! Kuakui imanku masih lemah. Hmm … Mas Rasyed … aku ingin banget menjadi pandai seperti dia.”

Hati: “Ingin banyak ilmu atau banyak harta?”

Jiwa: “Dua-duanya … hehehe. Tapi kalau boleh memilih, sekarang aku sangat mencintai ilmu.”

Hati: “Kayaknya kamu follower-nya Rasyed, ya?”

Jiwa: “Hehehe … terserah kamu mau bilang apa. Dia mencintai ilmu, maka sudah seharusnya aku mencintai ilmu.”

Hati: “Berarti kamu mencari ilmu bukan ikhlas karena Allah, tapi karena Rasyed?”

Jiwa: “Duh … kenapa aku dikritik terus???????”

Hati: “Maaf, aku hanya berusaha meluruskan. Tapi, terus terang aku suka banget jika kamu memilih rajin mengumpulkan ilmu islam. ”

Jiwa: “Seminggu yang lalu aku mengikuti seminar di Demak, duh … materinya bagus banget, masih teringat kuat mpe sekarang. Aku jadi termotivasi berat.”

Hati: “Emm … seminar tentang ilmu dan harta, ya?”

Page 19: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

15

Jiwa: “Benar. Semakin banyak harta, maka manusia akan menjadi budaknya harta, sedangkan semakin banyak ilmu … maka manusia akan menjadi budaknya ilmu. Hakikat budak ilmu adalah budaknya Allah … hamba Allah … Abdullah. Hmm … ternyata untuk meraih gelar Abdullah tu … harus berilmu, ya?”

Hati: “Iya … kalau aku lebih suka kalimat ini: semakin banyak ilmu maka akan semakin taat kepada Allah, sedangkan kebanyakan maksiat disebabkan karena banyaknya harta.”

Setiap hari Listi membaca dan mendalami buku-buku islam. Koleksinya lumayan banyak, mpe 70an buku islam tebal-tebal. Saat habis subuhan, karena pikiran masih cling, dia mengaji Qur’an sambil menghafal lima hingga sepuluh ayat. Jam enam pagi, dia berangkat ke sawah untuk membantu orang tuanya merawat padi. Jam 11, dia pulang … istirahat bentar sambil membaca buku Riyadhus sholihin karya Imam Nawawi. Di tangan kanan memegang buku, di tangan kiri memegang stabilo warna pink. Jika dia ketemu ayat atau hadist yang dia suka, maka diberi warna. Tujuannya … ntar kalau ada waktu luang, dia akan menghafalnya.

Jam satu siang, dia nggak ke sawah, tapi di ruang belajar. Dia mempunyai target membaca 100-150 halaman dalam sehari. Saat siang, dia konsentrasi pada buku Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq. Sebenarnya ada beberapa alternatif buku fiqih, tapi dia mantap memilih karya Sayyid Sabiq karena mudah dipahami.

Setelah melaksanakan sholat ashar, Listi sejenak nyeruput kopi, menyapu halaman depan dan belakang, dan … belajar lagi. Saat sore, dia konsentrasi pada buku-buku sejarah nabi khususnya karangan Syafiyurrahman. Lumayan tebal, tuh stabilo terus menari-nari di atas lembaran-lembaran buku.

Adzan mahgrib berkumandang, dia bergegas menuju ke masjid. Sebenarnya dia paham bahwa perempuan paling baik melaksanakan sholat di rumah, tapi memang sengaja dia maghrib-an di masjid. Alasannya sederhana … dia merasa tentram saat duduk dan sujud di rumahnya Allah. Jadi walau hanya 10 mpe 15 menit, dia sempatkan untuk i’tikaf di masjid.

Setelah isya, sejenak Listi nonton TV bersama bapak dan ibu. Satu jam kemudian, dia masuk ke ruang belajar, membaca buku penyucian jiwa karya Ibnu Qoyyim. Hehehe … dia penggemar berat buku-buku Ibnu Qoyyim. Emm … dia kurang begitu tertarik dengan buku-buku Al Ghazali, nggak tau kenapa. Mungkin karena sulit dipahami, jadi pikirannya simple banget … mendalami buku yang mudah dipahami lalu menghafal bab-bab yang dirasa sangat penting.

Tiga tahun kemudian

Listi duduk ditemani oleh Sang Bapak. Sambil nyeruput kopi, sejenak mereka ngobrol santai.

Bapak: “Kuperhatikan buku-bukumu sudah dua lemari penuh.”

Listi: “Dua ratus tiga puluh lima buku, Pak.”

Bapak: “Emangnya kamu baca semua?”

Listi: “Bukan hanya dibaca, tapi dipelajari dan dihafal bab-bab yang sangat penting.”

Bapak: “Kemarin Si Dinda kesini akan meminjam bukumu. Kenapa kamu tak meminjami dia buku?”

Listi: “Buku-bukuku itu seperti suamiku. Jadi aku nggak mungkin meminjamkan suamiku ke orang lain.”

Page 20: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

16

Bapak: “Hahaha … prinsipmu aneh … tapi aku suka mendengarnya.”

Listi: “Lagian, kalau memang Dinda tuh suka membaca, dia seharusnya membeli buku, bukan pinjam. Berapa sih harga buku? Hp nya aja mpe 8 jutaan, masak beli buku aja gak mampu? Aneh …”

Bapak: “Hmm … benar juga. Wow, bertahun-tahun kamu mendalami ilmu islam, bapak suka banget. Walau tak kuliah tapi semangat belajarmu sungguh hebat.”

Listi: “Aku ingin menjadi islam yang kafah, islam secara keseluruhan, Pak.”

Bapak: “Hehehe … kamu sudah menceritakan itu ratusan kali. Coba sekarang aku ingin mengetahui ilmu yang ada di dalam hatimu.”

Listi: “Dulu … aku tuh ibarat berada di tengah hutan dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Kuarahkan ke kanan, kiri, depan, belakang, mata dan jiwaku hanya melihat pepohonan. Aku tak tahu harus melangkah kemana. Kini … setelah mempelajari ilmu islam ribuan jam, ibaratnya … aku sekarang di tengah hutan, tapi lagi memanjat pohon yang paling tinggi. Naa … karena efek ketinggian inilah, sekarang pandanganku bebas. Aku bisa melihat ke segala arah. Emm … jiwaku mampu melihat dimana orang-orang awam tak mampu melihatnya.”

Bapak: “Oya? Baik … coba ceritakan tentang bab sholih!”

Listi: “Menurutku orang yang sholih tuh bukannya banyak sholat atau sedekah. Tapi yang paling sholih adalah orang yang paling teliti terhadap halal dan haram.”

Bapak: “Hmm … mantap. Sekarang ceritakan tentang cinta!”

Listi: “Cinta tuh ada dua: cinta kepada Allah dan cinta kepada ciptaan-Nya. Manakala manusia mampu menjadikan cinta kepada Allah sebagai cinta tertingginya, maka inilah manusia yang bahagia sesungguhnya.”

Bapak: “Tak kusangka ilmumu sangat dalam. Coba ceritakan tentang bab terburu-buru!”

Listi: “Terburu-buru itu sifat setan kecuali pada tiga hal: taubat, mengubur mayat dan menikahkan anak perempuan jika sudah waktunya menikah.”

Bapak: “Menikahkan anak perempuan. Itulah maksudku yang sesungguhnya.”

Listi: “………………..”

Bapak: “Nak, umurmu sudah 21 tahun. Terus terang … aku dan ibumu menghendaki kamu menikah. Bukan karena apa-apa, tapi aku dan ibumu ingin melaksanakan perintah Nabi Muhammad tentang bab terburu-buru yang kamu sampaikan tadi.”

Listi: “Hiks … hiks … hiks …”

Bapak: “Lho, kenapa kamu menangis?”

Listi: “Hiks … hiks … Pak … yuk kita bahas tentang ilmu aja! Hiks … hiks … aku tak bisa membahas tentang masalah pernikahan … hiks … hiks …”

Bapak: “Apa ada lelaki yang sudah menjadi pilihanmu?”

Listi: “Hiks … hiks … i … i … iya, Pak.”

Bapak: “Di mana dia sekarang?”

Page 21: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

17

Listi: “Di KSU … King Saud University Riyadh Saudi. Dia kuliah di sana.”

Bapak: “Wow … tak kusangka pilihanmu begitu istimewa. Kamu pandai, calon suamimu cerdas. Tunggu apa lagi?”

Listi: “Hiks … hiks … hiks …”

Bapak: “Kenapa kamu menangis? Emm … aku tahu, pasti kamu sangat rindu dengannya, to? Sabar ya, Nak! Aku yakin kalau dia sudah lulus, pasti pulang ke tanah air lagi dan berjumpa denganmu.”

Listi: “Hiks … hiks … bukan itu, Pak?”

Bapak: “Lalu?????”

Listi: “Sekartadji … hiks … hiks … dia sudah mempunyai calon istri … hiks … hiks … yaitu Sekartadji.”

Bapak: “Hmm … duh … piye iki?”

Listi: “Nggak apa-apa kok Pak. Kan sekarang aku sudah mempunyai suami?”

Bapak: “Siapa?”

Listi: “Buku ...”

Bapak: “Duh ……..”

Empat Tahun Kemudian

Listi … belum puas dengan ratusan buku koleksinya, kini dia mendatangi perpustakaan provinsi. Dia … hehehe, dia penasaran tentang buku-buku yang belum dimilikinya. Dua jam lebih melihat-lihat buku, kayaknya belum ada yang cocok di hatinya. Ruangan perpus cukup ber-AC, tapi nampak keringat membasahi kening dan pipinya, hingga jilbab nampak ikut basah. Lelah datang, sejenak dia duduk di ruangan perpus sambil sesekali nyeruput teh gelas. Mendadak hatinya sibuk.

Hati: “Wahai ilmu yang ada dalam dadaku, tolong kamu bicara! Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Ilmu: “Ilmu itu adalah yang bisa di bawa ke kamar mandi.”

Hati: “Maksudnya?”

Ilmu: “Ilmu itu bukan tumpukan buku. Ilmu adalah sesuatu yang kau hafal, masuk ke otak. Naa … ilmu yang sudah bersemayam di otak, maka kamu bisa membawanya kemana aja, termasuk ke kamar mandi. Sudahlah … berhenti aja hunting buku! Sekarang saatnya menghafal dan menghafal. Tak ada gunanya menumpuk buku di lemari, hanya akan mengundang debu datang.”

Hati: “Jadi … aku harus menghafalnya?”

Ilmu: “Iya. Silakan rangkum tuh buku! Ketik yang rapi … lalu hafalkan!”

Hati: “Apa tak ada cara lain selain menghafal?”

Ilmu: “Imam Nawawi menyusun buku Riyadhus Sholihin, beliau tuh hafal semua isi buku. Begitu juga dengan Imam Malik menyusun kitab Al Muwatha’ yang terkenal itu, beliau sangat hafal.”

Hati: “Hmm … kira-kira berapa tahun yang kuperlukan untuk menghafal ilmu yang kupilih?”

Page 22: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

18

Ilmu: “Mungkin lima hingga sepuluh tahun, atau bahkan lebih.”

Hati: “Baiklah … berat banget rasanya tapi … pasti Mas Rasyed juga mengalami hal ini juga, ya?”

Ilmu: “Iya … bahkan lebih berat lagi. Dia harus menguasai bahasa arab dan inggris. Lho … kenapa kamu masih ingat Mas Rasyed terus?”

Hati: “Hmm … itulah kelemahanku. Aku sangat mencintainya. Saking cintanya, apa yang dicintainya … aku juga ikut mencintainya. Dia cinta ilmu, maka aku juga sama.”

Ilmu: “Umurmu sudah 25 tahun. Aku yakin Mas Rasyed sudah menikah dengan Sekartadji.”

Hati: “Aku juga menyangka seperti itu. Wahai ilmu, gimana cara melupakan Mas Rasyed, ya?”

Ilmu: “Emm … apakah kamu hoby mencintai suami orang?”

Hati: “Enggak deh. Gak bakalan.”

Ilmu: “Coba katakan: Rasyed tuh suami orang, aku tak mungkin mencintai suami orang. Ucapkan kalimat ini hingga 100 kali! Pagi siang malam. Ntar jiwamu akan luluh, menyerah, nggak lagi merana.”

Hati: “Baiklah.”

Sejak saat itu, kemanapun Listi terus mengulang dan mengulang kalimat yang diajarkan oleh ilmu yang ada di dalam dadanya. Sehari … dua hari … sebulan, kalimat itu benar-benar ampuh. Kini kerinduan kepada Rasyed sudah berkurang drastis. Saat malam hari sepi, ilmu yang ada dalam dadanya juga memberi nasihat, “Listi, jika kamu mencintai manusia, maka siap-siaplah berpisah darinya. Tapi jika kamu mencintai Allah, maka Allah takkan pernah meninggalkanmu.” Kalimat ini ampuh banget sehingga Listi benar-benar berlari menuju Allah dengan memperbanyak sholat malam, menghafal dan terus menghafal. Saat berangkat ke sawah di pagi hari, dia berjalan kaki sambil berdzikir. Saat mencabut rumput yang mengganggu tanaman padi, dia juga berdzikir. Saat istirahat di pematang sawah, dia terus berdzikir sambil mengulangi hafalan.

Cuaca panas menyengat, sambil berteduh di bawah pohon yang rindang di pinggir sawah, lagi-lagi dia mengobrol dengan ilmu yang ada di dalam dadanya.

Hati: “Wahai ilmu yang ada di dalam dadaku, kira-kira apa yang belum kukerjakan? Sholat … udah. Mencari ilmu … sudah. Membantu orang tua … sudah. Ibadah … juga sudah. Apa lagi yang paling penting yang belum kukerjakan?”

Ilmu: “Apa kamu ingin tahu?”

Hati: “Iya, sumpah aku ingin tahu.”

Ilmu: “Satu hal penting yang belum kau kerjakan adalah menikah.”

Hati: “Hmm … kenapa kamu mirip dengan orang tuaku yang senantiasa bicara bab pernikahan?”

Ilmu: “Usiamu sudah hampir 26 tahun. Saatnya kamu menikah.”

Hati: “Aku hanya mau menikah dengan Mas Rasyed.”

Ilmu: “Dia kan sudah menikah.”

Page 23: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

19

Hati: “Belum tentu. Aku akan pergi ke rumahnya untuk mengecek apakah dia sudah menikah atau belum?”

Ilmu: “Kalau ternyata sudah, pasti kamu pingsan. Siapa yang menolong?”

Hati: “Duh … hiks … hiks …”

Ilmu: “Lagian, gak ada ceritanya sumur mendatangi timba.”

Hati: “Hiks … hiks …”

Ilmu: “Kamu tuh wanita, ibarat sumur. Rasyed tuh ibarat timba. Kalau memang Rasyed mencintaimu, pasti dia ke rumahmu dan melamarmu. Coba ingat-ingat, apakah Rasyed pernah ke rumahmu?”

Hati: “Enggak pernah … hiks … hiks … dia pasti tidak mencintaiku … hiks … hiks …”

Ilmu: “Listi ….”

Hati: “…….”

Ilmu: “Listi ….”

Hati: “I … i … iya, ada apa?”

Ilmu: “Siapa yang paling mencintaimu di dunia ini?”

Hati: “Ibuk dan Bapakku.”

Ilmu: “Kedua orang ini sangat mencintaimu. Mereka terus berdoa untukmu siang malam. Bahkan bapakmu sering berdoa sambil menangis, hanya untuk mendoakanmu. Usulku … cobalah menyerah kepada kehendak bapak dan ibumu! Ikuti aja kata mereka! Kalau memang mereka menjodohkanmu dengan seseorang, patuhi saja!”

Hati: “Tapi …”

Ilmu: “Menikahlah untuk mencari ridho Allah. Tentang masalah cinta … aku yakin akan tumbuh dengan sendirinya.”

Hati: “Apa tak ada alternatif lain?”

Ilmu: “Hehehe … dasar anak nakal. Ikuti perintahku atau perintah setan?”

Hati: “Ba … ba … ba … baiklah.”

Sehari kemudian

Listi … tetaplah Listi. Walau ilmunya banyak, wawasannya luas, bisa berfikir dari segala arah tapi … dia tetaplah wanita yang lebih mendahulukan perasaannya daripada akalnya. Tepat jam tujuh pagi, dengan mengenakan jaket ungu, dia naik motor menuju ke rumah Rasyed. Keinginannya hanya satu, ingin memastikan apakah Rasyed memang sudah menikah dengan Sekartadji atau tidak. Dia kayaknya belum bisa tidur nyenyak kalau belum ke rumah Rasyed.

Dua jam berkendara, kini dia sudah sampai di depan rumah Rasyed. Saat kakinya menginjak pekarangan rumah, tiba-tiba tuh kaki terasa gemetar. Sejenak dia terdiam dan bingung. Sudah puluhan kali dia menelan ludah karena ragu dan bingung. Tapi … perasaannya mengalahkan

Page 24: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

20

segalanya. Kini dia sudah mengetuk pintu. Sekali … dua kali, belum juga dibukakan. Saat akan mengetuk pintu yang ketiga kali, tiba-tiba ada yang membukakan pintu.

Tanpa malu, Listi langsung mengamati dengan seksama wanita yang membukakan pintu. Hmm … tuh wanita sangat ayu … kulitnya kuning bersih, mengenakan jilbab pink sehingga aura wajahnya semakin terpancar. Wajah itu … duh … Listi semakin gemetar. Keringat sebesar jagung bertengger di alis dan dagunya. Sejenak mereka beradu pandang. Suasana sepi, tak ada yang mampu bicara. Akhirnya wanita itu memecah keheningan dengan berkata, “Mbak, silakan masuk! Kenalkan … nama saya Sarah.”

Mereka berkenalan, tapi rasa penasaran terus mencekik. Akhirnya … dengan keberanian yang dipaksakan, Listi bertanya, “Dhek, apakah Sampeyan istrinya Mas Rasyed?”

Pertanyaan ini seakan tali puluhan meter yang mengikat sekujur tubuh Listi. Hampir saja nafasnya berhenti karena takut mendengar jawabannya. Nampak dia terus mengelap keringat yang membasahi hidungnya yang imut.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Sarah menjawab dengan senyum, “Bukan Mbak. Saya adalah adik ketiga dari Mas Rasyed.”

Jawaban ini seakan membuat tali puluhan meter yang melilit tubuhnya lenyap seketika. Jawaban itu … hehehe … bagai hujan salju yang menyejukkan semua. Kini jiwanya terasa mak nyesss … senyum langsung mengiasi bibirnya yang kering. Sambil menarik nafas panjang Listi kembali bertanya, “Dhek, sekarang Mas Rasyed di mana?”

Tanpa pikir panjang, Sarah berkata, “Mas Rasyed pindah ke Cepu. Beliau menikah dengan Mbak Sekartadji dua bulan yang lalu. Kini beliau menjadi direktur pesantren keluarga Mbak Sekartadji.”

“Darrrrrrrr,” kalimat ini menghantam asa Listi hingga berserak, berhamburan tak tentu arah. Jantung serasa mau meledak, aliran darahnya juga seperti berbalik arah mengumpul di kepalanya. Kini … wajah Listi berubah menjadi merah padam … dia menahan air mata sekuatnya supaya tidak tumpah. Selesai berpamitan, Listi-pun memacu motornya ngebut. Tangisannya pecah saat di atas motor. Lima menit kemudian, perutnya terasa nyeri. Dia menahan sekuatnya tapi … nyeri semakin hebat. Dengan gontai, dia berhenti sejenak memarkir motornya di SPBU. Akhirnya … diapun tergeletak tak berdaya di mushola SPBU yang saat itu lagi sangat sepi.

Di dalam mushola, dia mencoba untuk tidak menangis, tapi tak bisa. Perasaan mengalahkan logika. Dia menangis … meraung … perut semakin sakit, mungkin asam lambung meningkat dengan sangat drastis.

Setengah jam kemudian, suasana jiwa agak tenang. Setelah minum air beberapa teguk, hatinya berkata, “Wahai ilmu yang ada di dalam dadaku, hiks … hiks … nasihatilah aku! Kalau kamu diam aja, kayaknya aku bakalan gila. Aku tak mampu menahan beban seberat ini … hiks … hiks …”

Ilmu: “Level kesedihanmu benar-benar memuncak.”

Hati: “Hiks … aku belum pernah merasakan kepedihan seperti ini. Please … nasihati aku! Berilah aku pencerahan!”

Ilmu: “Listi … bertahun-tahun kamu menghafal ilmu. Kini … ilmu ini akan menenangkanmu. Ilmu ini akan meluaskan hatimu. Ilmu ini akan menyelamatkanmu dari kegilaan.”

Hati: “Iya … semoga aja begitu.”

Page 25: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

21

Ilmu: “Listi, kesedihan yang berlarut tuh ibarat digigit seribu nyamuk. Ribuan nyamuk itu akan menyedot energimu dan memberimu sakit. Sudahlah … jangan bersedih lagi!”

Hati: “Hiks … hiks …”

Ilmu: “Listi, kepedihan ini akan membuat musibah menjadi semakin berlipat ganda. Jika kamu tak mampu survive dari kesedihan ini, maka kamu akan sakit. Orang tuamu juga pasti ikut sakit. Apa kamu mau melihat kenyataan ini?”

Hati: “Hiks … hiks … aku tak mauuuuu!!!!”

Ilmu: “Sudahlah, jangan lagi bersedih karena … kesusahan yang terus-terusan itu seperti mengukir di atas air. Energi terkuras, waktu habis, apa ada hasilnya? Nothing. Walau kamu menangis tujuh hari tujuh malam, tetap aja tak bisa mengubah keadaan bahwa Rasyed sudah menikah dengan Sekartadji. Listi, stop!!! Jangan lagi mengukir di atas air!!!!”

Hati: “Hmm … jiwaku mulai sedikit tenang.”

Ilmu: “Jika kamu tak bisa stabil dan terus sedih, maka berarti kamu memboroskan waktu. Sebulan bersedih, jika sehari kamu rata-rata bersedih 10 jam, maka dalam waktu sebulan, 300 jam hilang sia-sia hanya untuk acara yang bernama kesedihan.”

Hati: “Iya … kamu benar.”

Ilmu: “Dua hari ini, cobalah untuk beruzlah … menyendiri di masjid. Dengan beruzlah, maka kamu akan semakin dekat dengan cinta pertamamu, cinta tertinggimu yaitu Allah SWT.”

Hati: “Hmm … aku mpe lupa bahwa cinta tertinggiku adalah Allah. Wahai ilmu, terima kasih sudah mau mengingatkanku.”

Ilmu: “Iya. Listi, yakinlah bahwa setelah lapar pasti ada kenyang. Setelah haus pasti ada kepuasan. Setelah gelap pasti ada terang. Setelah tangis pasti ada tertawa. Setelah gelisah pasti ada senyuman. Setelah ketakutan pasti ada rasa aman. Setelah sakit pasti ada kesembuhan, dan … setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”

Hati: “Benar, tak ada yang permanen di dunia ini.”

Ilmu: “Listi, kamu tuh sangat anggun,lemah lembut dan ayu. Jika kamu bersedih, marah, frustasi … hmm … ketahuilah bahwa kesedihan yang berlarut akan menghilangkan sifat lemah lembut yang ada di dalam jiwamu.”

Hati: “Oya?”

Ilmu: “Aku tak mau musibah ini menjadikan kamu pemarah, suka jerit-jerit sendiri. Aku tak mau … aku tak rela.”

Hati: “Kayaknya aku memang harus benar-benar survive, ya?”

Ilmu: “Listi, aku yakin bahwa kepedihan itu akan memperbaiki jiwa. Mungkin kemarin kamu masih egois, hatimu terus-terusan ada Rasyed. Kini … dengan musibah yang memuncak, jiwamu akan semakin ayu. Aku yakin sekarang kamu mau sumeleh, menerima apa adanya.”

Hati: “Iya, kini aku sadar bahwa lelaki di dunia ini bukan hanya Mas Rasyed aja, tapi aku yakin banyak kok yang lebih sholih dari beliau.”

Page 26: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

22

Ilmu: “Listi … orang akan depresi parah jika dia memikirkan apa yang tidak dimilikinya. Ibaratnya sekarang kamu mempunyai 100 koin emas. Ternyata tuh koin hilang satu, tinggal 99 koin emas. Normalnya kan nggak apa-apa, lha wong koin masih 99, tapi kebanyakan manusia tuh terus memikirkan satu koin emas yang hilang.”

Hati: “Kalau aku sih … gak bakalan memikirkan satu koin yang hilang itu.”

Ilmu: “Halah … kamu bohong.”

Hati: “Lho kok bisa?”

Ilmu: “Di dalam kehidupanmu, kamu tuh ibaratnya diberi Allah ribuan nikmat, ibaratnya kamu diberi 100 koin emas. Kamu sehat, pandai, banyak hafalan, banyak ilmu, semua organmu juga fit, ayah ibu ada dan sehat, sawah juga lumayan luas. Wis pokoknya nikmatmu tuh banyak banget. Naa … sekarang Allah mengambil satu nikmat aja yaitu Mas Rasyed. Mas Rasyed ibarat satu koin emas yang hilang. Ya udah … relakan aja! Toh kamu juga masih mempunyai 99 koin emas. Nikmat yang diberikan Allah kepadamu masih sangat banyak.”

Hati: “Duh, aku jadi malu dengan diriku sendiri. Ternyata … hmm … aku melupakan 99 koin emas yang ada di genggaman tanganku dan terus memikirkan satu koin emas yang hilang yaitu Mas Rasyed. Duh … wahai ilmu, terima kasih. Untung aku menghafalkanmu dua tahun yang lalu. Kini kamu sudah bersemayam di kepalaku sehingga kamu bisa menasihatiku sewaktu-waktu kuperlukan. Jadi … hehehe … aku tak butuh psikiater lagi.”

Ilmu: “Iya … itulah gunanya ilmu. Apa kamu masih mau mendengarkan nasihatku lagi?”

Hati: “Tentu … aku butuh banget.”

Ilmu: “Listi, orang yang terlalu bersedih karena sesuatu yang hilang ibarat anak kecil yang kehilangan mainannya. Lihatlah anak-anak yang mainannya hilang, mereka menangis sejadi-jadinya.”

Hati: “Duh … kayaknya aku seperti mereka, ya?”

Ilmu: “Hehehe, kamu sendiri yang mengatakannya. Saat Urwah bin Zubeir kehilangan satu kakinya, beliau tidak depresi. Beliau tawakkal kepada Allah sambil berkata, ‘jika Allah mengambil, pada hakikatnya Allah memberi.’”

Hati: “Kalimat yang bagus. Apa maknanya?”

Ilmu: “Allah memberi pahala tanpa batas pada manusia yang mau sabar. Allah juga akan meningkatkan derajat manusia-manusia yang sabar. Jadi, jika saat ini kamu bisa sabar, maka pahalamu pasti sangat banyak, derajatmu akan naik.”

Hati: “Baiklah, aku akan memilih untuk sabar.”

Ilmu: “Pilihan yang tepat. Listi … Mas Rasyed pergi, aku yakin Allah akan menggantinya dengan lelaki yang lebih baik.”

Hati: “Amin. Siapa dia?”

Ilmu: “Hehehe, tanyakan aja kepada Allah! Listi … sekarang bagaimana suasana yang ada dalam dadamu?”

Hati: “Mulai sejuk.”

Page 27: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

23

Ilmu: “Baguslah kalau begitu karena jika kamu terus bersedih, maka musuh-musuhmu akan gembira.”

Hati: “Apakah aku mempunyai musuh?”

Ilmu: “Iya, setan adalah musuh abadimu. Setan akan jingkrak-jingkrak jika kamu sampai depresi, marah-marah, meninggalkan sholat, meninggalkan ngaji. Setan akan berpesta jika kamu sampai meninggalkan Allah hanya gara-gara masalah Rasyed. Apakah kamu senang jika musuhmu gembira karena melihatmu menderita?”

Hati: “Hmm … tak kusangka setan ikut bermain dalam masalah ini.”

Ilmu: “Listi, memang beginilah kehidupan, tak ada yang ideal. Mungkin jiwamu mempunyai gambaran bahwa jika kamu bersanding dengan Rasyed, maka itulah yang paling ideal. Tapi … beginilah dunia, tak ada yang benar-benar ideal. Kamu akan merasakan hidup ini ideal saat kakimu menginjak tanah sorga. Itulah ideal yang sesungguhnya. Selagi kaki ini masih menginjak tanah dunia, masalah akan selalu datang, musibah menanti sewaktu-waktu.”

Hati: “Beauty princess menikah bahagia dengan ksatria ganteng, kayaknya hanya dalam dongeng, ya?”

Ilmu: “Hehehe. Ada tapi sangat jarang.”

Hati: “Kini dadaku terasa sangat nyaman, pikiranku terbuka lebar. Apa aku boleh melanjutkan perjalanan pulang?”

Ilmu: “Iya, silakan! Kulihat beberapa malaikat tersenyum melihatmu sudah pulih.”

Hati: “Oya?”

Hari berganti minggu, kini Listi seperti terlahir kembali. Jiwanya fresh, hatinya sejuk, akalnya tajam. Dia berhasil melalui pedihnya musibah dengan bantuan ilmu yang bersemayam di kepalanya. Listi … hmm … andai seluruh wanita di negeri ini mempunyai banyak ilmu sepertimu, pasti negeri ini akan semakin sejuk, indah dan damai. Wahai ilmu … terima kasih.

Hari berganti bulan, Listi tetap kerja di sawah sambil setia dengan suaminya yaitu buku-buku, serta hafalan dan hafalan. Tapi nggak tau kenapa, penyakit rindunya kambuh lagi. Kali ini lebih parah … dia ingin ke Cepu untuk bertemu dengan Rasyed. Jiwanya mati-matian bertengkar dengan ilmu yang ada di dalam dadanya.

Ilmu: “Tolong urungkan niatmu untuk pergi ke Cepu! Tak ada gunanya menemui Rasyed. Dia tu udah mempunyai istri.”

Jiwa: “A … a … a … aku cuman mau ketemu doang, kok.”

Ilmu: “Halah … bohong. Aku tahu rindumu kepadanya sangat menggebu hingga minggu ini kamu mpe mimpi dia tiga kali.”

Jiwa: “Aku janji nggak ngapa-ngapain. Sumpah, aku ingin ketemu doang … titik.”

Ilmu: “Cepu itu jauh. Dari sini kira-kira 100 km.”

Jiwa: “Aku akan naik bis, lewat Blora. Ilmu … saatnya kamu diam! Nggak usah ngoceh terus! Aku ini manusia, bukan malaikat, jadi … I’m not perfect.”

Page 28: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

24

Ilmu: “Terserah deh. Tapi pesanku: tolong jangan ganggu rumah tangga orang!”

Jiwa: “Jangan khawatir! Aku tak sehina yang kauduga. Dah … tolong diam! Aku ingin menikmati perjalanan ke Cepu. Biarkan aku menikmati travelling ini!”

Begitulah Listi minggu ini. Perasaannya sudah mengalahkan ilmu yang ada di dadanya. Hmm … cinta memang menghilangkan logika. Cinta … tak ada hitung-hitungannya, cinta … hmm …

Dua jam naik bis, sampailah dia di Jalan Gianti Cepu. Sejenak dia menikmati pemandangan sekitar yang memang belum pernah dijumpainya. E, mendadak perutnya terasa lapar. Berjalan sebentar, di sebelah kanannya ada rumah makan yang lumayan bersih dan besar. Jiwanya berbisik, “Wisata kuliner, yuk!” Dengan wajah sumringah, dia memasuki tuh rumah makan khas Cepu. Dia lihat detik, masih jam 9 pagi, hehehe … time for breakfast.

Sambil menikmati ayam kremes, sambal uleg dan lalapan, dia melamun kesana kemari. Sempat pikirannya blank, dia menghidupkan laptop pemberian Rasyed. Semenit kemudian, laptop nyala … hehehe … gak diapa-apain. Matanya hanya memandang display kosong. Merasa jenuh, akhirnya laptop di-shut down, masukin tas, diapun melangkah ke kasir untuk membayar makanan yang sudah di pesan.

“Darrrrr, “ alangkah kagetnya dia, ternyata yang jadi kasir … Rasyed. Seakan tak percaya, diapun mengucek-ucek matanya sambil mencubit pipinya sendiri, siapa tahu ini hanya mimpi. Tapi ternyata bukan mimpi … dia benar-benar Rasyed.

Sejenak mereka beradu pandangan. Nampak wajah Rasyed juga kaget. Lima tahun tak bertemu Listi … tapi kayaknya dia tak lupa. Senyum kangen nampak banget tergambar di wajah Rasyed. Bagaimana dengan wajah Listi? Wajahnya berseri-seri, aura-nya … duh … sumringah maksimal kayak lampu 1000 watt. Detak jantungnya kadang kencang, kadang pelan. Kencang karena rindu sudah terobati, pelan karena bertemu dengan manusia yang selama lima tahun ini terus dipikirkannya siang malam.

Sedetik kemudian, mereka saling mengucapkan salam, bercanda ringan, dan … mereka ngobrol santai di kursi rumah makan.

Rasyed: “Dhek, berapa tahun kita tak ketemu?”

Listi: “Emm … sekitar lima tahun enam bulan sebelas hari, Mas.”

Rasyed: “Kok kamu bisa detail banget.”

Listi: “Hehehe … gak tau, Mas … mungkin karena … karena …”

Rasyed: “Dhek, gimana dengan laptop pemberianku?”

Listi: “Bagus kok Mas. Nih kubawa. Dia menemaniku siang dan malam. Sebulan yang lalu RAM nya kutambah menjadi 4 giga, biar super kencang, hehehe.”

Rasyed: “Alhamdulillah kalau kamu senang dengan pemberianku.”

Listi: “Mas, kenapa kamu bisa menjadi kasir di rumah makan ini?”

Rasyed: “Aku bukan kasir. Ini rumah makan milik pesantren. Di Cepu, ada empat rumah makan besar milik pesantren, kami harus mengelolanya supaya managemennya tetap sehat.”

Listi: “Hmm … mungkin rumah makan ini seperti divisi usaha milik pesantren, ya Mas?”

Page 29: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

25

Rasyed: “Benar, juga sebagai tempat pelatihan para santri supaya bisa mandiri dan mempunyai jiwa wirausaha.”

Listi: “Mas, aku ingin memberikan sesuatu kepada Sampeyan (nampak Listi mengeluarkan buku tebal banget dari dalam tasnya).”

Rasyed: “Wow, sebuah buku yang sangat tebal. Siapa pengarangnya?”

Listi: “Sa … sa … saya sendiri.”

Rasyed: “Whattttt?????? Lima tahun yang lalu kamu masih lulusan SMA. Kini sudah pandai mengarang buku. Wow … kok bisa?”

Listi: “Emm … hanya hoby kok Mas.”

Rasyed: “Enggak, aku nggak percaya. Kamu harus cerita kenapa kamu bisa sepandai ini?”

Listi: “Hiks … hiks … hiks …”

Rasyed: “Kenapa malahan nangis? Emm … saya minta maaf kalau ada perkataan saya yang menyinggung perasaanmu.”

Listi: “Mas …”

Rasyed: “Iya Dhek …”

Listi: “Hiks … hiks …”

Rasyed: “…………………….”

Listi: “A … a … a … apakah aku boleh terus terang?”

Rasyed: “Iya, silakan …!”

Listi: “Lima tahun yang lalu saat pertama kali ketemu Sampeyan … emm … sa … sa … saya sangat mencintai Sampeyan. Apalagi mengetahui bahwa Sampeyan kuliah di King Saud University Riyadh. Duh … hiks … hiks … cintaku semakin dalam.”

Rasyed: “Hmm … tak kusangka kamu mempunyai perasaan seperti itu kepadaku.”

Listi: “Tapi … saat aku mengetahui bahwa Sampeyan sudah mempunyai calon istri yaitu Sekartadji, duh … harapanku musnah. Aku hanya bisa menangis. Tiap hari aku berusaha melupakan Sampeyan, tapi tak bisa. Bertahun-tahun kucoba tapi hasilnya nihil.”

Rasyed: “Hmm ………..”

Listi: “Kerjaanku hanya di sawah. Aku tak mempunyai biaya untuk kuliah. Aku terus ingat Sampeyan yang pinter dan gigih mencari ilmu. Aku cinta Sampeyan. Sampeyan mencintai ilmu, maka aku memutuskan untuk mencintai ilmu juga. Aku ingin mirip seperti Sampeyan. Karena … hiks … hiks … aku sangat mencintaimu, Mas.”

Rasyed: “Duh …”

Listi: “Aku rajin ikut pengajian, seminar islam, dan mempelajari ratusan buku karena … aku ingin mirip Sampeyan. Buku-buku tidak hanya kupelajari, tapi kurangkum dan kuhafalkan. Bukan untuk apa-apa, aku ingin benar-benar mirip Sampeyan. Usahaku berhasil. Kini dadaku penuh dengan ilmu.

Page 30: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

26

Gak nyangka … ilmu-ilmu ini senantiasa mendampingi hidupku, menasihatiku. Ilmu … duh … ternyata bersahabat dengan ilmu membuat hidup nyaman banget.”

Rasyed: “Wow … perjuanganmu sungguh membuat hatiku trenyuh.”

Listi: “Sebulan ini aku menulis buku tentang kurikulum pesantren. Cuman 830 halaman kok Mas. Nih kuhadiahkan ke Sampeyan. Aku ingin membuat kurikulum tersendiri yang kurasa sangat update untuk pendidikan anak-anak. Aku tak begitu suka dengan kurikulum Diknas karena output-nya kurang maksimal menurutku.”

Rasyed: “Jadi, buku yang kupegang ini adalah murni karyamu?”

Listi: “Enggih Mas. Bahkan aku sudah menghafalnya.”

Rasyed: “Whatttt???? Kok sampai segitunya.”

Listi: “Aku ingin mirip seperti Sampeyan yang pinter, penuh ilmu dan sholih.”

Rasyed: “Andai aku belum menikah, pasti aku akan me …”

Listi: “Mas, sudahlah! Jangan lanjutkan kalimat itu! Hiks … hiks … aku tak mampu mendengarnya.”

Rasyed: “Ada dua wanita yang sangat mencintaiku. Yang pertama adalah kamu, yang kedua adalah Sekartadji. Hmm, Sekartadji aja masih kalah pinter dibandingkan denganmu. Duh … apa yang harus aku lakukan?”

Listi: “Cintai Sekartadji aja! Hiks … hiks …”

Rasyed: “Apakah kamu sudah menikah?”

Listi: “Belum. Aku belum bisa mencintai lelaki lain kecuali Sampeyan.”

Rasyed: “Duh … ijinkan aku melamarmu!”

Listi: “Enggak, Mas. Kasihan Sekartadji. Aku tak mau merusak rumah tangga orang.”

Rasyed: “Menurutmu, kenapa Allah mempertemukan kita berdua?”

Listi: “Supaya aku bisa pintar seperti Sampeyan. Aku mantap ingin berislam kafah.”

Rasyed: “Apa mungkin Allah akan menjodohkan kita?”

Listi: “Hiks … hiks … janganlah bertanya seperti itu kepadaku! Kasihan Sekartadji.”

Rasyed: “Terus … apa rencanamu?”

Listi: “Hiks … hiks …”

Rasyed: “Dhek, please jangan nangis! Aku sangat memahami apa yang ada di dalam hatimu.”

Listi: “Mas … hiks … hiks … rencanaku, aku ke sini hanya mengantar buku karyaku itu. Kini Sampeyan sudah menerimanya. Itulah kenang-kenangan yang bisa aku berikan kepadamu. Mas, kayaknya inilah pertemuan kita yang terakhir. Aku tak mampu melihat Sampeyan lagi karena semakin dekat denganmu, maka rasa cinta di dada ini semakin menggelora. Ijinkan aku untuk tidak ketemu Sampeyan lagi.”

Page 31: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

27

Rasyed: “Duh … apakah ada alternatif lain?”

Listi: “Enggak ada. Mas … terima kasih karena kamu sudah pernah hadir dalam kehidupanku. Kehadiran Sampeyan mengubah kehidupanku yang dulunya bodoh menjadi pandai. Mas … kamu adalah ustadzku, sahabatku, cintaku, kasihku, rinduku dan … hiks … hiks … selamat tinggal. Wassalam.

Rasyed tak mampu menjawab salam. Matanya berkaca-kaca sambil melepas kepergian Listi. Dipegangnya erat-erat buku pemberian Listi. Tak cukup hanya memegang, diapun memeluk tuh buku. Beberapa tetes air mata membasahi tuh buku, duh …

Tiga hari kemudian

Rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman padi semakin banyak. Dua jam lebih Listi dan ibunya mencabuti rumput. Tak terasa sudah jam empat sore. Listi pulang dengan jilbab yang belepotan lumpur. Wajahnya yang ayu, kini ada beberapa noda lumpur yang nangkring di wajahnya. Hmm … jubahnya juga banyak lumpur. Begitulah keseharian menjadi petani, harus akrab dengan lumpur, rumput, air, dll. Baru aja dia memasuki rumah, belum sempat ganti baju, tiba-tiba ada tamu datang.

Setelah menjawab salam, Listi terus mengawasi tuh tamu. Seorang lelaki, lumayan tinggi dan gagah, wajahnya berwibawa, usia sekitar 28 tahun. Dia memakai baju muslim berwarna hijau muda dengan dipadu celana kain warna hitam. Listi tak mengenal tuh lelaki. Jadi … dia hanya bisa menunduk dan bertanya tentang keperluan Si Tamu.

Si Tamu berkata, “Apakah ini rumahnya Dhek Listi?” Mendengar namanya disebut, jantung Listi berdegup kencang. Jiwanya bertanya, “Kenapa dia tahu namaku? Siapa dia?” Belum sempat dia bertanya, Si Tamu berkata lagi, “Kenalkan, nama saya Badru. Saya adalah sahabat Pak Rasyed. Saya ke sini karena disuruh Pak Rasyed mengantar buku karangan beliau untuk Sampeyan, Dhik. Nih bukunya, silakan diterima!”

Listi semakin bingung. Jiwanya terus bertanya-tanya, “Cuman ngantar buku, kenapa sampai nyuruh orang? Pakai jasa paket pos kan bisa. Hmm … jarak Cepu Pati tuh jauh, kenapa nih orang mau-maunya mengantar satu buku … hanya satu buku?” Listi tak mau berfikir lagi, tuh buku diterimanya dengan sangat sopan. Dia tak sadar kalau baju ama jilbabnya masih belepotan lumpur.

Diapun membuka buku. Di halaman depan, ada tulisan tangan. Hmm … kayaknya tulisan tangan Rasyed. Inilah isi tulisan itu, “Asalam. Dhek Listi, nih kuberikan buku untukmu. Karyaku sendiri. Buku ini kutulis saat masih kuliah di KSU Riyadh. Oya, lelaki yang mengantar buku ini adalah Mas Badru. Dia teman sekuliahan aku di KSU Riyadh. Dia pandai, bahkan lebih pandai dariku. Dhek, Mas Badru belum menikah. Dia menjadi Dosen di UIN Sunan Kalijaga. Menurutku, Mas Badru sangat cocok jika menjadi suamimu. Dia pandai, kamu juga pinter. Mas Badru, dia dua tahun berusaha mencari istri yang semangat dalam mencari ilmu, tapi gak juga ketemu. Saat aku menceritakan semangatmu dalam mencari ilmu, mendadak dia jatuh hati padamu padahal dia belum pernah ketemu denganmu. Dhek, usulku … gimana kalau kamu menikah dengan Mas Badru? Tapi aku tidak memaksa. Semua keputusan ada di tanganmu. Wassalam.”

Selesai membaca tuh tulisan, Listi memberanikan diri memandang wajah Badru. Mereka terus berpandangan. Tak ada kata, bahkan anginpun senyap. Jiwa Listi mendadak merasakan kesejukan yang luar biasa. Kakinya … hehehe … dia merasa raganya melayang tak menyentuh tanah. Ilmu yang ada di dalam dadanya berkata, “Listi, dulu aku pernah berkata bahwa Allah pasti akan memberikan ganti yang lebih baik dari Mas Rasyed. Badru … hehehe … kayaknya ini paket dari Allah untukmu. Inilah saatnya gelisah berganti senyuman, duka lara berganti riang gembira, tangis

Page 32: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

28

berubah menjadi tawa, kesulitan berganti dengan kemudahan. Listi … cobalah tersenyum! Kamu dapat satu koin emas lagi dari langit. Selamat, ya …” Listi-pun tersenyum merekah.

Sehari kemudian

Setelah melaksanakan sholat isya’, biasanya Listi nonton TV bentar, tapi … hehehe … nampak dia lagi membuat kopi hitam panas. Setelah jadi, diciumnya aroma kopi sambil tersenyum puas. Hmm … biasalah, namanya juga lagi ketemu jodoh, semua nampak hepi dari A mpe Z, halah … hahaha.

Dia rebahan nyantai di teras depan rumah. Bangku panjang dari bambu cukup membuat badannya nyaman. Sambil sesekali nyeruput kopi, hatinya berbisik, “Wahai ilmu yang ada di dalam dadaku, kita ngobrol, yuk!”

Ilmu: “Siap. Oya, ntar kalau kamu jadi menikah ama Badru … hehehe … kayaknya dia mempunyai buku satu lemari penuh, sedangkan bukumu dua lemari penuh. Ntar kalau dijadikan satu, pasti menjadi tiga lemari penuh, ya?”

Hati: “Bukan tiga lemari, tapi lima lemari.”

Ilmu: “Lho, kok bisa?”

Hati: “Setelah menikah, kita berdua pasti belanja buku dong, buanyak … buanyak bener, hahaha.”

Ilmu: “Oya, aku mpe lupa. Listi, kuamati dengan seksama, kayaknya belum pernah kamu sebahagia hari ini.”

Hati: “Memang kok. Sepandai-pandainya wanita tapi kalau tak mempunyai suami, dia tetap merasa tak mempunyai apa-apa.”

Ilmu: “Pasti sepi, ya?”

Hati: “Iya. Ada juga yang memuja kesepian, ada yang membenci kesepian. Hmm … hidup cuman sekali, aku tak mau kesepian. Wahai ilmu, apakah kamu setuju jika aku menikah dengan Mas Badru.”

Ilmu: “ISSEKA.”

Hati: “What???? Apa itu ISSEKA?”

Ilmu: “Pada dasarnya kebahagiaan tuh ada tiga: ISSEKA, kepanjangan dari islam, sehat, kaya. Jika kamu menikah dengan Badru, maka keislamanmu akan semakin bagus, aku yakin kesehatanmu juga bagus, dan … kaya … hehehe.”

Hati: “Aku nggak gila harta kok.”

Ilmu: “Emm … maksudnya kaya tu … ntar hidupmu bisa mandiri, tak lagi bergantung kepada orang lain. Walau kita rajin ibadah, sehat, tapi masalah keuangan tak juga selesai-selesai, maka sulit untuk mengatakan kalau bahagia.”

Hati: “Hmm … benar banget.”

Ilmu: “Pesanku: bisa jadi Badru itu adalah kiriman paket dari Allah. Jadi terima aja dengan ikhlas, ridho dan syukur. Kadang paket terkirim hanya sekali. Setelah itu, tak ada paket lagi yang turun dari langit.”

Page 33: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

29

Hati: “Maksudnya?”

Ilmu: “Duh, kok kamu lelet, to? Gini … misal ada wanita, umurnya sudah 23 tahun, dilamar lelaki. Tiba-tiba dia menolaknya padahal tuh lelaki sangat sholih. Maka bisa jadi, tak ada lelaki lagi yang melamarnya. Hmm … bisa jadi dia menjadi perawan seumur hidup.”

Hati: “Hmm … kamu memang benar-benar teman sejati.”

Ilmu: “Listi, aku mau bertanya kepadamu tentang hal pribadi, boleh?”

Hati: “Silakan!”

Ilmu: “Emm … kenapa kamu tidak menghafalkan doa sebelum bersenggama?”

Hati: “Duh, aku malu menjawabnya.”

Ilmu: “Padahal kamu tuh hafal ratusan ayat Qur’an. Hafal juga ratusan hadis, hafal ratusan lembar ilmu islam, tapi kenapa kamu kamu tak mau menghafal doa sebelum bersenggama?”

Hati: “Emm … ntar aja lah, kalau sudah akad nikah, aku baru mau menghafalnya. Hehehe, jika menghafal sekarang … duh … image di pikiranku tuh aneh-aneh, e … hahaha.”

Ilmu: “Oalaaa.”

Hati: “Duh, kok aku jadi takut, ya? Saat aku menginjak baligh, aku tu belum pernah bersanding dengan laki-laki. Pernah aku sekali bersanding dengan lelaki dalam bis jurusan Semarang … duh … aku tuh gemetar. Sekujur tubuhku gemetar. Ntar kalau aku bersanding dengan Mas Badru, kalau aku gemetar mpe pingsan, piye jal?”

Ilmu: “Wah kalau masalah gituan, gue nggak paham. Emm … gimana kalau latihan dulu?”

Hati: “Husss … masalah ginian tuh nggak ada latihannya … hahaha. Emangnya belajar sholat, pakai latihan segala … duh … hahaha.”

Ilmu: “Ya udah … pasrah aja! Yang terjadi, biarlah terjadi, jieee … hahaha. Lagian, ratusan juta gadis di bumi ini juga enjoy kok. Jadi, aku yakin kamu pasti enjoy, hahaha.”

Hati: “Iya, moga-moga aja. Wahai ilmu, Mas Badru tu … menurutmu anugerah atau cobaan?”

Ilmu: “Nggak usah mikir jauh-jauh! Masa depan bukan milik kita, masa lalu juga bukan milik kita. Satu-satunya milik kita adalah hari ini. Nikmati aja pernikahan ini! Kalau memang anugerah, silakan disyukuri! Kalau memang cobaan, silakan latihan sabar!”

Hati: “Iya, terima kasih sudah menasihatiku. Kira-kira apa yang harus aku lakukan supaya suamiku kelak bisa bahagia bersanding denganku?”

Ilmu: “Listi, kamu tuh sudah mempunyai habit yang bagus, bahkan sangat bagus. Kamu dah terbiasa bangun malam untuk sholat malam, rajin menghafal, rajin membaca, rajin bekerja, patuh orang tua, dan lain-lain. Ya udah, jalankan aja kebiasaanmu ini! Itulah aslinya dirimu, gak usah aneh-aneh! Gak usah ingin jadi orang lain!”

Hati: “Hmm … benar juga. Tapi … aku kan harus tampil cantik di depan suami.”

Ilmu: “Oya, mpe lupa. Silakan beli parfum, bedak, wis pokoknya gimana caranya kamu bisa tampil cantik di depan suami, kamu harus kerjakan!”

Page 34: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

30

Hati: “Aku tak bisa memakai bedak.”

Ilmu: “Duh … emm … belajar aja lewat youtube!!!”

Hati: “Hahaha … emang youtube hebat banget, ya. Aku belajar memakai jilbab juga dari youtube. Bahkan belajar masak opor ayam juga dari youtube.”

Ilmu: “Satu lagi, bersenggama dengan suami adalah termasuk ibadah yang paling disukai Allah, sekaligus paling dibenci ama setan. Kenapa setan sangat membenci? Karena setan tuh paling suka memisahkan rumah tangga kaum muslimin. Setan sangat membenci jika ada suami istri yang mesra-mesra’an. Jadi … menurutku … sering-seringlah kamu ber …”

Hati: “Wis … wis, tentang bab adabul firosh … gak usah dibahas!!!! Hahaha.”

Ilmu: “Aku suka mendengar tertawamu yang renyah.”

Hati: “Aku juga suka menjadi sahabatmu selamanya. Wahai ilmu, terima kasih sudah mengajariku tentang berbagai masalah kehidupan.”

Ilmu: “Bukan hanya di dunia, ntar di alam kubur, aku juga masih menemanimu. Nanti, aku akan menjelma menjadi perempuan yang sangat cantik yang akan menjadi sahabatmu selamanya … jutaan tahun.”

Hati: “Oya … aku yakin kamu pasti sangat cantik.”

Ilmu: “Saat di akhirat, kita berdua akan sujud bersama di hadapan Allah.”

Hati: “Bukan berdua, tapi bertiga.”

Ilmu: “Kok bisa???”

Hati: “Lha Mas Badru? Kasihan dia … masak harus ditinggal.”

Ilmu: “Oya … hehehe … aku mpe lupa. Semoga kalian berdua menjadi suami di dunia maupun di akhirat.”

Hati: “Amin. Wahai ilmu … I luv you.”

------

Page 35: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

31

Bab 3

Dunia Hanya Membutuhkan Nilai Seratus

Padahal di dalam ruangan ber AC, tapi dahi Sekar kelihatan berkeringat. Seratus soal harus dia selesaikan dalam waktu dua jam. Usia Sekar menginjak 24 tahun. Sebulan lalu dia melamar kerja di Jakarta, tapi gagal. Kini dia ikut test calon karyawan di salah satu perusahaan ternama di Semarang.

Sepuluh menit lagi waktu bakalan habis. Kini nampak wajah Sekar sumringah. Sejenak dia istirahat sambil memperhatikan jiwa dan hatinya ngobrol.

Jiwa: “Sebenarnya soalnya gak susah amat, tapi … duh … aku khawatir gagal.”

Hati: “Lihatlah sekelilingmu! Ada hampir seribu manusia yang ikut test bersama kita.”

Jiwa: “Duh … padahal perusahaan cuman butuh sepuluh orang. Berarti …”

Hati: “Sembilan ratus sembilan puluh orang bakalan terbuang.”

Jiwa: “Hmm … aku pasrah, benar-benar pasrah.”

Hati: “Eh, lihatlah Si Hera! Dia tersenyum melihatmu.”

Jiwa: “Benar, kayaknya dia sudah kelar mengerjakan semua soal. Hmm … jangan-jangan dia bakalan lolos.”

Hati: “Semoga aja kita berdua lolos test ini.”

Tiga hari kemudian, lewat internet, mereka bisa mengetahui bahwa nilai test mereka 95. Sontak mereka berdua jungkir balik karena kegirangan maksimal, hahaha.

Sekar: “Fren, kita berhasil.”

Hera: “Itu kan baru nilai yang keluar. Tentang diterima kerja atau tidak, belum diumumkan.”

Sekar: “Tapi dengan nilai segitu, aku yakin kita bakalan kerja, hehehe.”

Hera: “Coba katakan sekali lagi!”

Sekar: “Kita bakalan k-e-r-j-a.”

Hera: “Sekali lagi!”

Sekar: “Kita bakalan kerja.”

Hera: “Sekali lagi!”

Sekar: “Duh … lebay banget.”

Hera: “Hahaha, aku sangat bahagia mendengar kata … ‘kerja’.”

Sekar: “Sama. Ntar kalau kita dah kerja, kayaknya gaji kita hampir 5 juta, ya?”

Hera: “Bukan, tapi hampir 8 juta.”

Page 36: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

32

Sekar: “Oya? Mantap … tap … tap. Gaji pertama, gue bakalan beli iphone.”

Hera: “Gue samsung S6 aja.”

Sekar: “Gue bakalan kredit motor beat.”

Hera: “Aku … mio aja deh.”

Sekar: “Aku mau liburan ke Bali dua hari.”

Hera: “Kalau aku … emm … ke Singapore aja, lebih keren.”

Mereka berdua mabuk berat, hehehe … bukan hanya mabuk, melainkan … sakau. Tapi, gimana lagi, namanya aja remaja, biarlah sejenak mereka berkhayal, karena hidup ini sangat pendek jika harus terus under pressure.

Sehari kemudian, mereka berdua download daftar nama yang diterima oleh perusahaan. Sejenak Sekar menarik nafas dalam-dalam dengan posisi mata terpejam. Hera … dia tak mampu melihat display tab. Dia ketakutan dan khawatir jangan-jangan namanya tak ada dalam daftar itu. Dia hanya bisa terpejam.

Dengan mengucap bismillah, Sekar mulai melihat satu persatu nama-nama yang berhasil lolos. Nomor satu … bukan namanya. Nomor dua … juga bukan namanya. Nomor tiga … juga bukan namanya. Kini tinggal tujuh nomor lagi. Dia tak kuat melihat karena saking gemetarnya. Sejenak dia memejamkan mata, mengelap keringat yang terus membasahi dahi.

Hera: “Sekar, apa kamu sudah melihat semua?”

Sekar: “Be … be … belum, hanya sampai nomor tiga. Aku deg-degan.”

Hera: “Sama, aku juga. Duh … aku mpe ngompol e, fren … duh.”

Sekar: “Parah.”

Hera: “Begitulah kalau aku super ketakutan … mpe ngompol.”

Setelah minum seteguk air, kini Sekar kembali memaksa matanya untuk memeriksa daftar itu. Dia mengamati nomor empat, lima … enam … hingga sepuluh … tak ada namanya, juga tak ada nama Hera. Hanya 10 orang yang diterima, dan … mereka tak ada di daftar itu.

Sejenak angin terdiam, tangan Sekar gemetar menggenggam tab. Pandangannya kosong. Cita-citanya musnah. Tak terasa … air mata menetes deras. Hera melihat air mata Sekar, tanpa mengucap sepatah kata apapun, dia langsung nangis sesenggukan.

Satu jam kemudian, nampak air mata sudah mengering. Sambil nyeruput susu coklat hangat, sejenak mereka bicara dengan wajah yang sangat lesu.

Sekar: “Eh, coba tolong lihat sekali lagi daftar nama-nama orang yang diterima PT!”

Hera: “Fren, sudah kulihat ratusan kali. Nama kita tak ada.”

Sekar: “Bukan itu maksudku. Siapa nama pertama yang ada di list itu?”

Hera: “Emm … Zakki.”

Sekar: “Apa ada nomor HP nya?”

Page 37: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

33

Hera: “Ada, nih liat sendiri!”

Sekar: “Aku akan nelpon orang ini.”

Hera: “Untuk apa? Duh kamu ini kepo banget.”

Sekar: “Sttt … diam!!!!”

Hera bingung … ngapain Sekar telpon Zakki? Kawan … bukan. Saudara … bukan. Kenalan … juga bukan. Duh …

Sekar: “Halo … assalamu’alaikum.”

Zakki: “Walaikum salam. Ini siapa?”

Sekar: “Ini Sekar, Mas. Oya, kenalkan … nama saya Sekar. Saya juga ikut test masuk perusahaan. Tapi … saya gagal.”

Zakki: “Saya ikut prihatin, Dhek.”

Sekar: “Mas, kok Panjenengan bisa lolos, gimana historisnya?”

Zakki: “Test kemarin, nilaiku 100.”

Sekar: “Whattttt? Padahal nilaiku dah 95 lho, Mas.”

Zakki: “Kemarin aku sempat ngobrol ama HRD perusahaan. Beliau menerangkan bahwa dari 1000 pelamar kerja, yang 900 peserta mempunyai nilai 80an. Yang 90 peserta mempunyai nilai antara 91-99. Hanya sepuluh orang yang mempunyai nilai 100.”

Sekar: “Jadi … kesepuluh orang yang diterima kerja itu, nilai mereka 100 semua?”

Zakki: “Iya Dhek.”

Sekar: “Duh … mumet Mas … Mas.”

Hikmah kisah ini: dunia kerja berbeda jauh dengan dunia sekolah. Saat kita di bangku sekolah, mendapat nilai 90, duh … senengnya minta ampun. Dapat nilai 97 … hehehe … jingkrak-jingkrak bagai mendapat bintang jatuh. Tapi dalam dunia kerja … hanya yang terbaik yang akan mendapat pekerjaan. Si Zakki … nilainya 100, mendapat gaji 8 juta. Si Sekar, nilanya 95. Berapa gajinya? Bukan 6 juta, juga bukan 3 juta, melainkan gajinya nol. Hmmm … nol … sekali lagi nol alias jobless. Begitulah dunia kerja … kejam, sadis, tega. Perusahaan tak mau menggaji orang dengan kemampuan nilai 90 atau 99. Mereka hanya mencari manusia dengan nilai 100. Oleh karena itu, marilah kita didik anak-anak kita dengan sangat serius! Jangan puas dengan nilai 90 atau 95. Tetap fokus berusaha untuk meraih nilai 100 karena … dunia kerja menomorsatukan manusia dengan kualifikasi nilai 100.

------

Page 38: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

34

Bab 4

Elang

Bapak: “Nak, kulihat nilai matematikamu … cuman 60.”

Anak: “Soalnya sulit banget, Pak. Di kelas, malahan banyak yang dapet 20.”

Bapak: “Pelajaran pendidikan agama, kenapa nilainya cuman 70?”

Anak: “Banyak dalil yang harus dihafal. Itupun harus sekalian terjemahannya. Duh … sulit banget, Pak.”

Bapak: “Kamu sudah hampir kuliah, lho … kenapa semua nilai pas-pasan gini?”

Anak: “Yang penting aku sudah usaha.”

Bapak: “Nak, menurutmu … pelajaran apa yang paling kamu sukai?”

Anak: “Kimia. Nih aku dapet 80.”

Bapak: “Cuman 80?”

Anak: “Hehehe, itu dah lumayan lho. Teman-teman paling cuman dapat nilai 60.”

Bapak: “Tentang hafalan surat Ad Dhuha?”

Anak: “Emm … lupa e, Pak … hehehe.”

Bapak: “Kalau Al Bayyinah?”

Anak: “Setengah lupa. Dulu aku sangat hafal saat SMP. Sekarang dah lupa.”

Bapak: “Ok, mumpung kita lagi berdua, aku akan bertanya kepadamu. Menurutmu, kamu termasuk golongan pemuda yang pintar atau biasa-biasa aja?”

Anak: “Kayaknya aku biasa-biasa aja.”

Bapak: “Apa kamu yakin?”

Anak: “I … i … iya, aku yakin.”

Bapak: “Baiklah. Sekarang kita test: apakah kamu sanggup menghafal 30 ayat pertama dari surat Al Baqarah? Bapak beri waktu tiga hari untuk menghafalnya.”

Anak: “Duh, aku gak bakalan hafal, Pak. Otakku takkan mampu.”

Bapak: “Kalau kamu hafal, Bapak akan memberimu duit lima juta rupiah.”

Anak: “Lima juta??????”

Bapak: “Benar. Lima juta … cash.”

Anak: “Siap Pak. Duit lima juta akan membuatku very clever, hahaha.”

Page 39: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

35

Tiga hari kemudian, Sang Anak setor hafalan ke Bapaknya dan … tu anak benar-benar hafal. Bahkan sangat hafal, tak ada yang salah sedikitpun. Bahkan Sang Anak berkata, “Pak, untuk Al Baqarah ayat 31-60, aku siap menghafal lagi, asalkan ada lima juta lagi, hahaha.”

Bapak: “Wow, ternyata kamu memang pandai banget.”

Anak: “Lima juta rupiah membuat otak beku menjadi encer, Pak … hahaha.”

Bapak: “Nak, apa kamu mau tantangan lagi?”

Anak: “Siap, asalkan ada duit, semua siap, hehehe.”

Bapak: “Tolong kamu menghafal satu juz Qur’an, hadiahnya 100 juta.”

Anak: “Wah, mantap nih … hehehe. Siap, Pak.”

Bapak: “Hafalan dua juz, hadiahnya 200 juta.”

Anak: “Naa … ini baru jos markojos. Kayaknya bentar lagi gue jadi kaya raya.”

Bapak: “Ok, sekarang Bapak nggak mau bicara masalah uang. Bapak mau bicara masalah kepandaianmu.”

Anak: “Enggih Pak.”

Bapak: “Kemarin kamu bisa menghafal 30 ayat Al Baqarah. Itu menandakan bahwa kamu sangat pandai. Allah merancang manusia dengan otak yang sangat menakjubkan. Hanya dalam tiga hari, sekali lagi … hanya tiga hari, kamu bisa hafal 30 ayat.”

Anak: “……….” (mangguk-mangguk)

Bapak: “Nak, mulai sekarang, jangan pernah menganggap dirimu biasa-biasa saja! Kamu harus menganggap dirimu pandai, bahkan super pandai, karena kamu telah membuktikannya.”

Anak: “Tentang masalah duit, gimana Pak?”

Bapak: “Duit hanyalah masalah motivasi sementara. Kamu harus menemukan motivasi yang permanen supaya kamu tetap giat belajar, giat menghafal, tidak tergantung dengan motivasi sementara itu.”

Anak: “Motivasi permanen … kira-kira apa, ya?”

Bapak: “Semua Nabi adalah pandai. Jika kamu ingin meneladani para Nabi, maka kamu harus meneladani mereka dalam hal kepandaian.”

Anak: “Hmm … ada motivasi lagi?”

Bapak: “Para penghuni sorga adalah hamba-hamba yang pandai, sedangkan ciri penghuni neraka adalah manusia-manusia bodoh. Hidup adalah pilihan, kamu bisa memilih sorga atau neraka, tak ada yang memaksamu. Tapi kalau Bapak boleh berpesan, silakan memilih seperti pilihan para Nabi.”

Anak: “Enggih Pak.”

Bapak: “Satu lagi, Nak … bertahun-tahun Bapak membantumu. Jungkir balik kami orang tua mencari uang halal demi memberi nafkah kamu dan adik-adikmu. Bapak ama Ibu nggak minta balasan apa-

Page 40: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

36

apa. Kami hanya minta satu hal saja … belajarlah yang super rajin! Silakan pelajari ilmu islam dengan sangat tekun! Hanya itulah yang akan membuat kami bahagia dunia akhirat.”

Anak: “Enggih Pak.”

Bapak: “Seratus tahun yang lalu mungkin orang yang memegang banyak uanglah yang akan kuat. Tapi sekarang bukan seperti itu. Now … orang yang paling banyak ilmu-lah yang akan kuat. Itulah kenapa para presiden dikelilingi oleh orang-orang yang pandai, bukan orang-orang kaya.”

Anak: “Kayaknya kalimat ini mengena banget.”

Bapak: “Nak, hidup hanya sekali. Mungkin 70 tahun lagi kamu sudah tidak di atas tanah lagi. Maka dari itu, selagi kamu masih di atas tanah, silakan kamu habis-habisan untuk belajar, mencari ilmu dan kegiatan positif lainnya.”

Anak: “Tapi temanku tak ada yang seperti itu?”

Bapak: “Mereka tak tahu ilmu ini. Mereka malas karena belum kenal dengan dirinya sendiri. Sekarang kamu sudah mengenal dirimu sendiri bahwa kamu pandai, kamu smart, kamu ingin meneladani Nabi Muhammad SAW yang pandai, kamu ingin fokus akhirat, kamu ingin membahagiakan ortu dengan ilmu dan prestasi. Dengan point-point inilah, maka kamu tidak sama dengan mereka. Kamu jauh di atas mereka.”

Anak: “Hmm … benar juga.”

Bapak: “Kamu ibarat elang, Nak. Elang selalu terbang sendiri, tidak menggerombol, begitulah kebiasaan para pemimpin.”

Anak: “Oya?”

Bapak: “Nabi Muhammad sering menyendiri di goa Hiro. Imam Ahmad menyendiri di penjara. Hamka juga menyendiri di penjara. Kesendirian inilah yang akan membersihkan hati, menguatkan keinginan belajar dan menghafal. Menyendiri akan membuat sujud menjadi semakin khusyu’. Menyendiri akan membuat otak ini kuat menghafal.”

Anak: “Pak, doakan saya semoga bisa melaksanakan semua wejangan ini.”

Bapak: “Nak, saat di masjid, silakan menghafal. Saat di kamar, silakan belajar. Saat di keramaian, silakan berdzikir. Saat di tengah alam, silakan bertafakkur. Inilah jalan yang kami lalui setiap hari hingga nanti ajal menjemput.”

Anak: “Enggih Pak … doakan saya semoga bisa menjalaninya dengan ikhlas.”

Bapak: “Biar kamu nyaman, setiap pagi … janganlah berkata: saya harus rajin! Nggak usah menggunakan kata harus, entar jiwamu malahan jadi terpaksa. Padahal keterpaksaan itu nggak nyaman. Kata ‘harus’, silakan ganti aja dengan kata ‘memilih’. Jadi, tiap pagi katakan dalam hati: hari ini saya memilih untuk rajin, hari ini saya memilih untuk belajar. Hari ini saya memilih untuk meneladani para Nabi yang pandai. Hari ini saya memilih untuk menjadi pandai.”

Anak: “Pak, hari ini dan seterusnya saya memilih untuk rajin belajar.”

Bapak: “Pilihan yang tepat. Bapak yakin Allah akan menguatkan hatimu untuk tetap istiqomah dalam belajar dan menghafal.”

------

Page 41: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

37

Bab 5

Ilmu Yang Tidak Diajarkan Di Sekolah

Mobil SUV melaju pelan melewati alam pedesaan yang menghijau. Sebenarnya sore tadi mendung, tapi tak juga turun hujan. Mobil itu hanya berisi dua orang yaitu Bu Rahma dan putrinya … Mbak Finka. Emm … sebenarnya Finka bukanlah anak kandung beliau. Bu Rahma belum juga dikaruniai anak padahal sudah menikah hampir 20 tahun. Tapi … gimana lagi, mungkin sudah takdirnya seperti itu. Finka adalah keponakan beliau, tapi diasuhnya dari bayi sehingga sudah seperti anak sendiri. Sambil menikmati indahnya suasana sore, sejenak mereka berdua bicara santai di dalam mobil.

Bu Rahma: “Musim hujan sudah tiba.”

Finka: “Enggih Bu. Kalau aku … bentar lagi harus UAS.”

Bu Rahma: “Oya? Hehehe, tak terasa bentar lagi kamu akan duduk di bangku SMA ya, Nak.”

Finka: “Semoga aja bisa masuk SMA 3.”

Bu Rahma: “Ibu terus berdoa, Nak. Oya, selain belajar buku-buku sekolah, cobalah belajar kepada Alam!”

Finka: “Maksudnya?”

Bu Rahma: “Nak, coba perhatikan di luar mobil ini! Angin berhembus begitu kuat. Angin mengajarkan kepada kita satu ilmu yang sangat penting.”

Finka: “I’m listening.”

Bu Rahma: “Angin mengajarkan kejujuran kepada kita. Ada tetangga yang lagi menggoreng ikan asin. Bau ikan asin yang sedap terbawa angin. Lalu bau itu masuk ke hidung orang kaya … tetap bau ikan asin. Bau itu juga masuk ke hidung orang miskin … tetap asin. Angin tak pernah merubah sedikitpun karena angin itu jujur.”

Finka: “Hmm … kalimat yang indah.”

Bu Rahma: “Nak, pesan Ibu … jangan pernah keluar rumah tanpa membawa kejujuran! Kebohongan takkan pernah menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah.”

Finka: “Enggih Bu.”

Bu Rahma: “Perhatikan tanah perkebunan jagung itu! Nak, tanah juga mengajarkan kepada kita tentang satu ilmu yaitu amanah … bisa dipercaya.”

Finka: “Gimana penjelasannya?”

Bu Rahma: “Pak tani berkata, ‘Wahai tanah, saya titip biji jagung. Tolong tumbuhkan pohon jagung!’ Lima hari kemudian, tumbuhlah pohon jagung. Kenapa? Karena tanah bisa dipercaya.”

Finka: “Tak kusangka Panjenengan visioner banget.”

Page 42: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

38

Bu Rahma: “Nak, hidup hanya sekali. Jadilah orang yang amanah. Semua Nabi mempunyai sifat amanah. Bapak … Ibu … terus latihan supaya menjadi amanah.”

Finka: “Enggih Bu.”

Bu Rahma: “Bangsa ini sangat membutuhkan manusia-manusia yang amanah seperti tanah. Tapi … para koruptor merusak hampir semua keharmonisan bangsa kita ini.”

Finka: “Bu, dari sini aku melihat pohon beringin yang daunnya begitu lebat. Hehehe … beberapa anak main di bawahnya.”

Bu Rahma: “Pohon … ada ilmunya juga lho, Nak.”

Finka: “Aku siap mendengarkan, Bu.”

Bu Rahma: “Nak, kadang manusia itu seperti empat jenis pohon. Ada pohon yang buahnya banyak, tapi tak ada daunnya. Yang kedua, ada pohon yang lebat daunnya, tapi tak ada buahnya. Ada juga pohon yang lebat daunnya, buahnya juga banyak. Yang keempat, ada pohon yang tak ada daunnya, juga tak ada buahnya.”

Finka: “Artinya gimana, Bu?”

Bu Rahma: “Adapun jenis pohon pertama yaitu buahnya banyak tapi tak ada daunnya. Pohon ini melambangkan manusia yang rajin ibadah, rajin mencari sorga namun tak mau memberi manfaat kepada masyarakat. Hubungannya sangat baik kepada Allah, namun kurang baik kepada masyarakat.”

Finka: “Tentang pohon yang daunnya lebat namun tak ada buahnya?”

Bu Rahma: “Itu melambangkan manusia yang memberi manfaat sangat banyak kepada masyarakat. Dia sering menyumbang tapi … hubungannya dengan Allah sangat buruk. Sholat … kagak. Puasa … tak pernah.”

Finka: “Tentang pohon yang daun dan buahnya lebat???”

Bu Rahma: “Pohon ketiga ini melambangkan manusia yang hubungannya kepada Allah sangat baik. Demikian juga hubungannya dengan masyarakat … sangat baik. Dia rajin sholat, rajin puasa, rajin berderma, membantu masyarakat. Nak … inilah yang Ibu inginkan. Jadilah manusia yang golongan ini, ya Nak!”

Finka: “Enggih. Tentang pohon keempat?”

Bu Rahma: “Hehehe … pohon ini tak mempunyai daun, buah juga tak ada. Ini melambangkan manusia yang tak pernah ibadah, juga tak pernah mengabdi ke masyarakat. Hidupnya hanya untuk dirinya sendiri. Inilah manusia yang paling buruk.”

Mobil terus melaju seiring dengan ilmu yang terus menghiasi kalbu Finka.

Finka: “Bu, coba lihat ke arah samping kiri … hehehe … bunga pada bermekaran, duh … indah banget.”

Bu Rahma: “Itu ada ilmunya juga, lho Nak.”

Finka: “Oya?”

Page 43: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

39

Bu Rahma: “Bayangkan di dalam hatimu ada tanah atau kebun yang sangat lapang. Satu kebaikan yang kamu kerjakan ibarat satu bunga yang tumbuh di kebun itu. Sepuluh kebaikan … sepuluh bunga yang tumbuh. Sejuta kebaikan … maka sejuta bunga yang tumbuh di kebun itu. Jutaan bunga itu akan mengharumkan ruhmu, mengharumkan ruh anak-anakmu kelak. Jutaan bunga itu akan mengharumkan masyarakat sekitarmu.”

Finka: “Hmm … maknanya dalem banget ya, Bu?”

Bu Rahma: “Nak, silakan terus belajar! Perbanyak ibadah karena hanya itulah jalan yang paling mudah menuju ke kebahagiaan yang sebenarnya.”

Finka: “Bu, lihatlah ke arah selatan! Ada orang tua yang lagi memanggul kayu.”

Bu Rahma: “Beliau sangat tua. Bisa jadi pahalanya sudah sangat banyak, sedangkan kita … masih sangat sedikit.”

Finka: “Bu, lihatlah ke arah kiri, ada orang pincang.”

Bu Rahma: “Hmm … bisa jadi dengan pincangnya itu, beliau tak pernah mendatangi maksiat sehingga selamatlah dia. Banyak manusia yang diberi kaki yang sehat dan kuat, tapi malahan untuk melangkah menuju maksiat.”

Finka: “Bu, dari arah kanan, kulihat ada orang buta.”

Bu Rahma: “Iya … ibu lihat, Nak. Beliau memang buta. Ibu yakin … dengan kebutaannya itu, beliau tak pernah melihat yang tak senonoh. Mata beliau dijaga Allah sehingga selamat dari maksiat. Bisa jadi orang inilah calon penghuni sorga yang sebenarnya.”

Finka: “Hmm … hari ini aku mendapat ilmu yang banyak dari Panjenengan ya, Bu.”

Bu Rahma: “Ibu hanya berharap kamu menjadi putri yang sholihah, visioner, berwawasan luas dan … terus belajar.”

------

Page 44: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

40

Bab 6

Erick Feng

Sambil tangan memegang buku raport sekolah, hmm … nampak wajah Arum di selimuti mendung tebal. Hampir aja air matanya jatuh membasahi daftar nilai yang … duh … nggak ada nilai UAS yang di atas tujuh. Semua nilai di raport hanya enam koma, bahkan ada yang lima.

Arum duduk di bangku kelas 4 SD, kini lagi berduka karena nilai raportnya yang buruk, dapat ranking tiga tapi dari belakang. Jiwanya resah …

Jiwa: “Andai Bapak ama Ibuk tahu raport ini, pasti mereka bakalan marah.”

Hati: “Mereka paling marah dikit aja kok.”

Jiwa: “Ngawur, bukan marah dikit. Duh … apa yang harus aku lakukan?”

Hati: “Pulang aja! Siap-siap kena marah. Dah … itu aja, lalu nge-game lagi.”

Jiwa: “Hmm … apa ada solusi lain?”

Hati: “Gimana kalau nge-mall dulu?”

Jiwa: “Hahaha … duitmu tinggal 5 ribu, di mall mau beli apa? Emm, kok tiba-tiba aku jadi ingat ama Si Erick, ya? Si Erick Feng … hmm … kenapa dia bisa ranking satu?”

Hati: “Dia orang china. Kayaknya orang china tuh tekun-tekun. Nggak kayak orang kita, hehehe.”

Jiwa: “Hmm, gimana kalau aku akan bertanya ke Erick tentang cara belajar yang efektif?”

Hati: “Boleh. Tuh Erick dah lewat di depanmu.”

Arum memanggil Erick. Nampak mereka berbicara beberapa kalimat. Kini mereka berdua menuju ke kantin sekolahan, pesan nasi pecel ama teh hangat.

Erick: “Nasi pecelnya lumayan enak, ya?”

Arum: “…………….”

Erick: “Kok kamu diam aja? Wajahmu nampak sedih banget, kenapa?”

Arum: “Bapakku akan membunuhku.”

Erick: “Whatttt???? Jangan asal bicara, to!”

Arum: “Nilai raportku jeblog. Hmm … aku takut pulang ke rumah.”

Erick: “Aku ikut berduka.”

Arum: “Aku bingung … duh …”

Erick: “Nyantai aja! Nggak ada orang tua yang tega ama anaknya.”

Arum: “Eh, kenapa kamu bisa ranking satu?”

Page 45: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

41

Erick: “Nggak tahu.”

Arum: “Halah, pasti kamu merendahkan hati.”

Erick: “Bener, aku nggak tahu. Setiap hari senin sampai sabtu … aku belajar dua jam sehari. Itu aja, gak ada yang lain. Aku juga nggak ikut les atau bimbel kok.”

Arum: “Aku juga belajar dua jam sehari.”

Erick: “Apa kamu belajar sendiri atau ditemanin ama HP?”

Arum: “Hehehe, kok kamu tahu?”

Erick: “Cuman nebak aja kok.”

Arum: “Kelihatannya sih belajar, tapi sebenarnya aku banyak main game di HP dan tab, hehehe. Bosan banget jika harus belajar terus.”

Erick: “Kalau aku … benar-benar belajar sendiri, gak ada HP, gak ada musik, gak ada gadged. Aku fokus 100% belajar.”

Arum: “Kamu hebat.”

Erick: “Bukan hebat. Mungkin sudah menjadi kebiasaan di keluargaku yang sangat disiplin. Seluruh anggota keluargaku rajin belajar. Bahkan bapakku yang sudah tua juga rajin belajar.”

Arum: “O ya? Beda banget ama keluargaku. Mereka menyuruhku belajar, tapi mereka sendiri tak pernah belajar. Kerjaannya hanya nonton TV, nge-game, dan membuang-buang waktu. Erick, sekali lagi … kamu sangat beruntung mempunyai keluarga seperti itu.”

Tiga tahun kemudian

Mereka sudah duduk di kelas satu SMP. Erick masih tetap ranking satu, sedangkan Arum ranking empat. Mereka berdua lagi menikmati ice cream di salah satu sudut mall.

Erick: “Sudah dua hari ini kuamati kamu memakai jilbab.”

Arum: “Iya … aku sudah mens, jadi aku sudah harus menutup aurat.”

Erick: “Aku gak paham dengan agama islam.”

Arum: “Tenang aja, kita kan hidup di Negara Indonesia dimana semua agama berdampingan, tak ada yang boleh memaksa.”

Erick: “Oya, emm … maaf, tadi bapakku menyuruhku membeli vodka.”

Arum: “Whattt???? Itu kan minuman keras. Kenapa diminum?”

Erick: “Agama kami membolehkan.”

Arum: “Duh … aku mpe lupa. Lakum dinukum waliyadin.”

Erick: “Apa artinya?”

Arum: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”

Erick: “Aku mau masuk mall untuk membeli vodka. Apa kamu ikut?”

Page 46: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

42

Arum: “Duh … aku bingung? Aku nggak pernah ikut beli gituan. Emang kamu juga ikut minum tuh vodka?”

Erick: “Enggak. Usiaku belum 18 tahun.”

Arum: “Kalau entar usiamu sudah 18 tahun, apa kamu minum vodka juga?”

Erick: “Nggak tahu. Mungkin iya. Arum, ntar abis beli vodka, aku juga mampir ke dept store yang ada di lantai tiga.”

Arum: “Mau beli apa?”

Erick: “………….”

Arum: “Lho kok diam? Erick, kamu bau beli apa?”

Erick: “… Emm … daging babi.”

Arum: “Whattt?????” (Arum sontak kaget. Wajahnya memerah, matanya melotot. Tapi dia langsung mengingat akan toleransi beragama. Jadi … diapun tersenyum)

Erick: “Bapak yang menyuruhku.”

Arum: “Apa kamu ikut makan juga?”

Erick: “I … i … iya.”

Arum: “……….” (lagi-lagi Arum kaget, tapi dia cepat mengingat kata toleransi)

Erick: “Eh, di dalam agamamu, babi nggak boleh dimakan, ya?”

Arum: “Iya, hukumya haram. Erick, emm … apa aku boleh bertanya?” (Arum memasang wajah penasaran sambil senyam-senyum)

Erick: “Silakan!”

Arum: “Apa kamu pernah memasak daging babi?”

Erick: “Seminggu yang lalu. Itulah pertama kali aku memasak daging babi. Gampang kok, daging yang sudah dicincang, lalu kucampur dengan garam, merica dan vitsin, lalu aku masukkan ke wajan dengan sedikit minyak.”

Arum: “Kenapa minyaknya cuman sedikit?”

Erick: “Kalau wajan panas, maka lemak babi akan berubah menjadi minyak. Jadi nggak perlu pakai minyak goreng terlalu banyak sehingga bisa ngirit minyak goreng.”

Arum: “Saat daging babi digoreng, apakah mengeluarkan bau?”

Erick: “Iya, baunya harum dan gurih kayak mentega.”

Arum: “O ya??? Cuman gitu doang?”

Erick: “Iya, kunikmati daging babi goreng dengan nasi putih hangat. Hehehe … mantap, joss … uenak banget.”

Arum: “Kalau Bapakmu, suka masakan apa?”

Page 47: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

43

Erick: “Beliau kadang ingin dimasakin babi kecap, suop babi kacang merah, ama oseng daging babi.”

Arum: “Wow … ngeri banget mendengarnya.”

Erick: “Maaf kalau ceritaku ini membuatmu jijik.”

Arum: “Iya, aku mpe hampir muntah. Tapi gpp kok.”

Erick: “Ok, aku mau masuk mall dulu. Apa kamu ikut?”

Arum: “E … e … enggak deh. Kamu aja, silakan!”

Empat tahun kemudian

Erick melanjutkan sekolah di Salatiga sedangkan Arum masih tetap di Semarang. Walau berpisah, tapi mereka rutin berkomunikasi. Kebetulan liburan UAS, Arum dan keluarga berlibur ke Jogja, tapi sejenak mereka mampir ke Wisata kebun kopi yang ada di Salatiga. Nggak nyangka, Arum bertemu dengan Erick di kebun kopi.

Arum: “Hai Erick, sudah empat tahun lebih kita nggak pernah ketemu, wah … badanmu tambah tinggi. Kayaknya lebih dari 170 cm, ya?”

Erick: “Arum, kulihat kamu semakin ayu dengan jilbab warna biru langit.”

Arum: “Gimana kabarmu?”

Erick: “Emm … a … a … aku …”

Arum: “Kenapa kamu bingung?”

Erick: “Aku sudah berpindah agama?”

Arum: “Whattt???? Please jangan bergurau, to!”

Erick: “Aku mantap memeluk agama islam.”

Arum tercengang hingga tak sepatah katapun mampu terucap. Mata Arum terus menatap wajah Erick. Hmm … sejenak otaknya blank, nggak tahu harus berkata apa. Mereka tetap berpandangan. Sambil tersenyum fresh, akhirnya Erick bicara.

Erick: “Tiga tahun lebih aku memikirkan tentang masalah ilmu perbandingan agama. Tak ada yang mempengaruhiku. Aku bebas memilih apa yang aku suka.”

Arum: “Kenapa kamu memilih agama islam?”

Erick: “Aku menyelidiki puluhan agama besar yang ada di dunia ini. Dengan mantap aku menjatuhkan pilihan ke islam karena … hanya agama inilah yang Tuhannya cuman satu. Ratusan agama di dunia ini, Tuhannya lebih dari satu.”

Arum: “Hmm … analisa yang bagus. Aku aja nggak pernah menganalisa sejauh itu. Aku memeluk agama islam karena memang orang tuaku islam. Apa keluargamu setuju?”

Erick: “Awalnya mereka shock, tapi lama kelamaan nggak mempermasalahkan kok. Mereka nggak fanatik.”

Page 48: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

44

Arum: “Syukurlah kalau gitu. Oya, apa kamu sudah bisa membaca Qur’an?”

Erick: “Sudah. Malahan aku sudah hafal juz ‘Amma?”

Arum: “Whattt?????” (mata Arum melotot seakan tak percaya)

Erick: “Kok dari tadi kamu kaget melulu.”

Arum: “I … i … iya. Aku aja yang dari kecil memeluk islam, gak hafal tuh juz ‘Amma, paling aku cuman hafal surat-surat pendek. Erick, kamu memang cerdas.”

Erick: “Di keluarga besarku, hanya aku yang muslim. Rasanya memang terasing, sendiri, tapi … aku menikmatinya kok.”

Arum: “Tentang daging baba … eh … salah ngomong, maksudnya daging babi, gimana, Rick?”

Erick: “Hehehe, aku sudah tidak memakannya.”

Arum: “Apa kamu rindu dengan rasanya?”

Erick: “Enggak ah. Aku berusaha untuk menjadi muslim yang baik dan taat. Untuk apa memeluk suatu agama kalau harus mengkhianati agama yang kita peluk.”

Arum: “Syukurlah. Sekali lagi, aku nggak pernah memaksamu untuk ikut keyakinanku, lho.”

Erick: “Iya, tenang aja, Rum. Eh, gimana dengan sekolahmu?”

Arum: “Hehehe, lumayan. Aku berharap bisa masuk ke Undip.”

Erick: “Sama, aku juga pingin kuliah di Undip. Wah, kalau cita-cita kita tercapai, maka kita bakalan bersama lagi, ya?”

Arum: “Iya. Erick, apa kamu sudah mempunyai pacar?”

Erick: “Di islam nggak membolehkan pacaran, jadi aku nggak punya pacar.”

Arum: “Whatt??? Kok sampai segitunya kamu memeluk islam?”

Erick: “Aku berusaha untuk tunduk patuh total pasrah kepada Allah SWT. Aku ingin merasakan gimana rasanya totalitas masuk islam.”

Arum: “Wow, aku sangat beruntung mempunyai teman sepertimu. Kapan kamu rencana untuk menikah?”

Erick: “Entar kalau sudah umur 25, aku ingin copy paste Nabi Muhammad SAW.”

Arum: “Jadi, kamu sudah mempelajari sejarah Nabi Muhammad?”

Erick: “Sudah. Aku membacanya mpe 3 kali.”

Arum: “Wow … dari tadi aku kaget terus, hehehe. Tentang tata cara sholat, apa kamu juga sudah mempelajari?”

Erick: “Sudah, lewat youtube.”

Arum: “Hahaha, kamu hebat. Tentang tata cara menikah menurut islam, apa kamu juga sudah mempelajarinya?”

Page 49: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

45

Erick: “Belum. Tentang bab ini, aku ingin mendengar penjelasan langsung darimu, boleh?”

Arum: “Hahahaha.” (Arum tertawa terbahak-bahak hingga gigi serinya kelihatan putih bersih)

Sang waktu berjalan sangat cepat. Kini Erick sudah lulus kuliah. Sama, Arum juga lulus. Jumlah saudara kandung Erick ada empat dan semuanya tinggal di Jakarta. Ada yang mempunyai usaha bengkel, ada yang menekuni dunia ekspor impor, ada juga yang menekuni perihal ikan hias. Sedangkan Erick … dia mantap tinggal di Semarang. Kenapa? Orang tuanya tinggal satu, yaitu bapaknya. Usia beliau sudah hampir 76 tahun, sakit-sakitan, tak mampu lagi berjalan, hanya bisa terduduk di kursi roda. Erick-lah yang menolong bapaknya setiap hari. Dia nggak peduli pada karier. Sementara ini dia benar-benar fokus pada Sang Bapak. Kenyataan ini membuat Arum trenyuh. Inilah obrolan mereka saat nyantai di rumah Erick yang berada di daerah Papandayan Semarang.

Erick: “Gimana, dah dapat kerjaan?”

Arum: “Hampir. Senin besok ada panggilan interview, tapi harus ke Jakarta. Hmm … aku malas kalau harus ke Jakarta. Sementara ini aku mencari yang lokal aja lah. Erick, gimana denganmu?”

Erick: “Aku mau buka usaha, tapi ntar dulu, nunggu Bapakku sehat.”

Arum: “Hehehe, sudah kutebak. Pasti kamu gak bakalan mau jadi karyawan. Rencana pingin buka usaha apa?”

Erick: “Bengkel motor aja.”

Arum: “Emm … kira-kira untuk usaha yang kamu pilih itu, emm … harus nyiapin modal berapa?”

Erick: “Satu milyar.”

Arum: “Wow, banyak banget.”

Erick: “Untuk beli ruko, beli spare part, bayar karyawan, bayar pajak, dan lainnya, kayaknya modal segitu mepet banget.”

Arum: “Darimana kamu mendapatkan modal?”

Erick: “Pemberian Bapakku.”

Arum: “Syukurlah. Aku ikut senang.”

Obrolan mereka terhenti manakala dari dalam rumah terdengar suara Sang Bapak, “Erick, Qǐng zhǔ chāshāo jiàng!”

Arum tak paham artinya. Dia cuman melongo sambil melihat wajah Erick. Sambil berdiri, Erick berkata, “Arum, tunggu sebentar, aku mau ke dapur.”

Arum: “Ngapain?”

Erick: “Emm … Bapakku … Bapakku pingin dimasakin babi kecap.”

Arum: “Whatttt???? Tapi … tapi kamu kan sudah memeluk islam, Rick.”

Erick: “Iya, aku memang islam, tapi Bapakku bukan islam. Dalam Qur’an, aku harus patuh kepada orang tuaku sesuai dengan An-Nisa ayat 36: “Sembahlah Alloh dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba

Page 50: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

46

sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya, Alloh tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri.”

Arum: “Iya, aku paham. Tapi orang tuamu tuh menyuruh kepada kebatilan, jadi … kamu nggak boleh patuh!”

Erick: “Aku sudah membahas ayat ini dengan sangat mendalam. Kata Pak Ustadz Harso, ‘Erick, walau orang tuamu non islam, kamu wajib patuh kepadanya, tapi memang ada batasannya. Andai dia menyuruhmu untuk masak daging babi, kamu harus mau. Andai dia menyuruhmu untuk membeli masakan babi, kamu juga harus mau. Tapi andai dia menyuruhmu untuk makan bersama dengan menu daging babi, maka kamu harus menolaknya, itupun dengan kata-kata yang sangat halus.’ Arum, begitulah yang kupahami dari surat An-Nisa ayat 36.”

Arum: “Baiklah, sekarang aku paham.”

Erick: “Aku mau ke dapur dulu.”

Arum: “Emm … apa aku boleh membantumu memasak?”

Erick: “Ntar gimana kalau kamu muntah?”

Arum: “Tenang aja, gue tahan kok.”

Erick: “Benar????”

Arum: “Hehehe.”

Mereka berdua bergegas melangkah ke dapur. Dengan sangat cekatan, Erick menyiapkan semua bumbu yang dibutuhkan untuk memasak resep babi kecap. Mereka sibuk cooking sambil ngobrol riang.

Erick: “Rum, tolong kupasin bawang bombay-nya!”

Arum: “Siap. Emm … jika masak, aku jarang banget memakai bawang bombay.”

Erick: “Manfaatnya banyak lho. Selain menangkal radikal bebas, bawang bombay juga menguatkan sistem imun dalam tubuh.” (Erick menjelaskan sambil mengeluarkan daging babi dari dalam kulkas)

Arum: “Kulihat di depanmu ada minyak goreng … emm … mereknya borges. Kok aku baru lihat sekarang? Itu minyak goreng impor, ya?”

Erick: “Ini bukan minyak goreng, tapi minyak zaitun.”

Arum: “Jadi dalam resep ini, apa kita akan memakainya?”

Erick: “Iya, minyak zaitun sangat bagus untuk kesehatan jantung.”

Arum: “Pasti harganya mahal.”

Erick: “Enggak juga. Di supermarket paling cuman 80 ribu untuk ukuran 500 ml.”

Arum: “Aku juga melihat ada lada hitam. Duh … aku juga gak pernah menggunakan bumbu itu.”

Erick: “Lada hitam, lumayan pedas tapi sangat menghangatkan badan. Oya, sekarang lagi musim hujan, ntar saat kamu kedinginan, cobalah masak mie rebus instan, setelah mendidih, silakan taburkan bubuk lada hitam, maka … kamu akan merasakan nikmat yang luar biasa.”

Page 51: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

47

Arum: “Hehehe, baiklah. Ok, semua bumbu sudah siap. Sekarang apa yang harus aku lakukan?”

Erick: “Tolong ambilkan wajan yang ada di sebelah kirimu!”

Arum: “Emm, kenapa kita nggak memakai wajan yang di sebelah kanan? Kulihat ada enam lebih wajan di dapur ini.”

Erick: “Emm … tiga wajan yang di sebelah kiri itu untuk memasak masakan yang mengandung babi. Sedangkan wajan yang di sebelah kanan ini khusus untuk masakanku yaitu yang tidak mengandung babi.”

Arum: “Wow, tak kusangka … kamu detail banget.”

Erick: “Iya, sendok, piring, mangkok, pokoknya semua kupisahkan. Aku nggak mau sedikitpun ada minyak babi yang menempel di piring, mangkok atau sendokku.”

Arum: “O ya? Ok, wajan sudah kutaruh di atas kompor, aku juga sudah mengidupkan kompor, sekarang apa lagi?”

Erick: “Masukkan sedikit minyak goreng. Lalu masukkan minyak zaitun, gak usah banyak-banyak!”

Arum: “Iya, kenapa kedua minyak ini harus dicampur?”

Erick: “Biar mereka bisa berteman, hehehe. Kayak kita berdua ini, kamu dari suku jawa, sedangkan aku dari suku china.”

Arum: “Emang ada hubungannya?”

Erick: “Mungkin, hehehe. Arum, keluarga kami mempunyai tradisi yang cukup unik, yaitu semua wanita yang lagi mens nggak boleh memasak.”

Arum: “Emangnya kenapa?”

Erick: “Rasanya lain.”

Arum: “Halah … kok bisa? Apa hubungannya?”

Erick: “Emm, kayaknya nggak ada hubungannya. Mungkin hanya masalah psikis aja.”

Arum: “Maksudnya?”

Erick: “Yah … orang yang lagi mens kan bawa’annya mrengut, gak nyaman, kadang malah kesakitan. Karena kondisi psikis kurang fit, sehingga mempengaruhi kualitas masakan yang dimasaknya.”

Arum: “Hehehe, aku nggak pernah berfikir mpe segitu. Ok, minyak sudah panas, sekarang apa lagi?”

Erick: “Silakan tumis bawang merah, bawang putih dan jahe.”

Arum: “Masakan china kok menggunakan jahe?”

Erick: “Iya, manfaat jahe sangat banyak kok.”

Arum: “Sama, aku juga sering menggunakan jahe. Ok, sekarang apa lagi?”

Erick: “Emm, kamu bisa bergeser ke belakang!”

Arum: “Kenapa? Aku pingin di sini aja.”

Page 52: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

48

Erick: “Yakin?”

Arum: “Iya. Emangnya kamu mau ngapain?”

Erick: “Aku mau memasukkan daging babi ke wajan ini.”

Arum: “Whattt??? Emm, gpp lah, aku juga pingin ngeliat gimana reaksi daging babi saat dipanaskan.”

Erick: “Lemaknya akan menjadi minyak sehingga saat masakan ini jadi, maka minyak akan kelihatan cukup banyak karena ada perpaduan tiga minyak yaitu minyak goreng, minyak zaitun dan lemak babi.”

Arum: “Eh, hidungku mulai mencium bau harum masakan ini.”

Erick: “Tolong masukkan kecap manis, minyak wijen, kecap asin, merica, bawang bombay, daun bawang dan tomat.”

Arum: “Iya, siap.”

Erick: “Aku akan memasukkan air secukupnya. Kita tunggu mpe mendidih dan airnya habis. Maka masakan ini siap disantap. Kamu boleh mencicipinya, hahaha.”

Arum: “Husss … gue muslim, bro …”

Erick: “Sama, gue juga muslim. Jadi, kita nggak perlu mencicipi masakan ini.”

Arum: “Gimana kalau kurang asin atau keasinan?”

Erick: “Kita sedia’in garam meja di dekat Bapak.”

Arum: “Emm, menurutmu, kenapa babi diharamkan?”

Erick: “Karena Allah melarangnya, yaitu di Al Baqarah ayat 173, Al Maidah ayat 3 ama di Surat An Nahl ayat 115.”

Arum: “What??? Kok kamu bisa hafal?”

Erick: “Belajar brow, hahaha.”

Arum: “Hebat, hehehe. Tapi menurutmu, apa hikmah dibalik pengharaman babi?”

Erick: “Emm, kayaknya aku masih belum mendetail terhadap masalah ini, hanya saja akhlaq babi tuh beda jauh dengan akhlaq binatang lainnya.”

Arum: “Oya, coba jelaskan!”

Erick: “Babi termasuk binatang yang paling malas. Dia malas gerak. Jadi … dia hanya makan sesuatu yang ada di dekatnya aja.”

Arum: “Beda ama ayam atau kambing, ya?”

Erick: “Jauh berbeda. Ayam kuat seharian mengais-ngais makanan. Dia hanya makan makanan yang bagus. Kambing, hehehe … dia hanya makan rumput yang terbaik. Kadang rumput yang sudah layu, dia nggak mau, makanya dagingnya halal.”

Page 53: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

49

Arum: “Kalau babi?”

Erick: “Dia hanya makan yang ada di dekatnya. Kalau di dekatnya ada makanan yang enak, dimakannya. Jika di dekatnya ada makanan yang busuk, juga dimakannya. Bahkan jika didekatnya ada kotorannya sendiri, juga di makannya.”

Mendengar penjelasan ini, sontak perut Arum mual, kepala pusing dan … diapun muntah beberapa kali. Nampak Erick sibuk mengambilkan tissue untuknya.

Erick: “Ma … ma … maafkan aku.”

Arum: “Gpp, hehehe, gak nyangka babi bisa sejorok itu.”

Erick: “Akhlaqnya juga sangat buruk.”

Arum: “Maksudnya?”

Erick: “Bayangkan jika dalam satu kandang ukuran 2 meter x 2 meter ada satu ayam jantan dan satu ayam betina, apa yang terjadi?”

Arum: “Mereka … emm … mereka akan memadu kasih, ber-mesra’an mungkin, hehehe.”

Erick: “Benar. Jika dalam satu kandang ada dua ayam jantan dan satu ayam betina, apa yang akan terjadi?”

Arum: “Emm … kayaknya kedua ayam jantan tadi akan berkelahi habis-habisan untuk memperebutkan hati ayam betina tadi.”

Erick: “Iya, persis seperti manusia. Tapi fakta akan berbeda jika dalam satu kandang terdapat dua babi jantan dan satu babi betina.”

Arum: “Pasti kedua babi jantan tersebut akan bertarung untuk memperebutkan cinta babi betina.”

Erick: “Nggak, kedua babi jantan tersebut nggak bertarung.”

Arum: “Trus …”

Erick: “Duh, aku agak rikuh jika harus menerangkannya.”

Arum: “Katakan aja! Gpp kok, kita kan sahabat.”

Erick: “Emm … kedua babi jantan tersebut nggak bertarung, mereka … emm … mereka bergantian bercinta ama tuh babi betina.”

Arum: “Whatttttt?????”

Erick: “Iya, mereka gak punya rasa cemburu seperti ayam atau kambing.”

Arum: “Gak nyangka akhlaq babi sebejat itu. Apakah ada binatang lain yang akhlaqnya mirip babi.”

Erick: “Ada …”

Arum: “Apa nama binatang itu?”

Erick: “Manusia.”

Arum: “Whatttt????”

Page 54: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

50

Erick: “Tapi nggak semua. Manusia yang hobi zina, kayaknya akhlaq mereka lebih bejat dari babi. Mereka mendapat kiriman dari langit berupa kitab Allah, tapi mereka buang tuh kitab, mereka lebih nyaman menggunakan akhlaq binatang.”

Arum: “Wow, aku jadi ingat ama Surat Al A’raf ayat 179 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

Erick: “Aku bersyukur bisa masuk islam.”

Arum: “Sama. Eh, kulihat air di wajan itu sudah mulai mengering.”

Erick: “Masakan sudah matang. Aku akan menghidangkan ke Bapak.”

Arum: “Sekalian makan bersama juga gpp …”

Erick: “Huss….

Arum: “Hahaha, just kidding aja kok, fren.”

Jam delapan malam lebih dikit, acara masak pork sauce dah kelar, kini mereka berdua bersama menghidangkan untuk Sang Bapak yang lagi duduk lemah di kursi roda.

Erick: “Qǐng chī, bái!” (silakan dimakan, Pak!)

Bapak: “Xièxiè nǐ, háizi (terima kasih, Nak)

Arum: “Erick, please pakai bahasa Indonesia aja! Biar aku ngerti.” (Arum berbisik)

Erick: “Pak, kenapa masakan saya cuman dipandangin aja? Kenapa enggak dimakan?”

Bapak: “Erick, tiba-tiba perutku sakit. Sudahlah, buang aja makanan ini!”

Erick: “Lho, kenapa, Pak?”

Bapak: “Kaki Bapak, sudah lima jam ini terasa kaku. Hmm … kayaknya usiaku sudah tidak lama lagi.”

Erick: “Pak, jangan bilang begitu! Bapak pasti sembuh.”

Arum: “…….” (dia duduk, diam … sambil sesekali khawatir akan keadaan Bapaknya Erick)

Bapak: “Erick, coba ceritakan tentang agama islam yang Engkau peluk.”

Erick: “Islam artinya tunduk patuh kepada Allah SWT. Inilah satu-satunya agama di dunia yang Tuhannya cuman satu, Pak.”

Bapak: “Nak, kamu begitu baik kepadaku. Hmm … apakah aku boleh ikut memeluk agamamu?”

Erick: “Maksudnya, apa Bapak akan masuk islam?”

Arum: “…..” (Arum kaget, tersenyum dan matanya berbinar melihat wajah Bapaknya Erick)

Page 55: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

51

Bapak: “Iya Nak. Dalam kesakitan inilah, nggak tau kenapa, hatiku mantap menyembah Tuhanmu, yaitu …”

Erick: “Allah. Nama Tuhanku adalah Allah.”

Bapak: “Duh, kayaknya pinggangku juga sudah mulai kaku. Hmm … Nak, gimana cara masuk islam?”

Erick: “Silakan ucapkan syahadat yaitu Asyhadu alla illaaha illallooh. Wa asyhadu anna Muhammadar Rosululloh.”

Dengan susah payah, Bapaknya Erick mengucapkan syahadat. Sekali, tiga kali, sebelas kali lalu … tak terdengar suara lagi. Erick panik. Diapun membaringkan Sang Bapak di tempat tidur. Dengan air mata mengucur deras, diapun mencari denyut nadi yang ada di tangan dan leher bapaknya. Hampir dua menit mencari denyut nadi, tapi tak juga ketemu. Jiwanya berbisik lemah, “Sudah tak ada denyut nadi lagi, Rick.” Seketika itu juga tangisan berubah menjadi jeritan.

Sehari kemudian

Semua saudara kandung Erick sudah datang. Mata mereka merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis. Nampak Arum senantiasa mendampingi Erick. Dia tak tega menyaksikan sahabatnya menangis sendiri.

Arum: “Sudahlah, Bapakmu nggak hilang kok. Beliau berangkat dulu, ntar kita semua menyusul dan bertemu dengannya.”

Erick: “Hiks …” (Erick terus menangis)

Arum: “Yang paling membahagiakan aku adalah … saat detik-detik akan meninggal, beliau sempat mengucapkan syahadat. Wow … sungguh kematian yang indah … husnul khotimah.”

Erick: “……..” (tangisannya mulai berhenti. Pandangannya terus mengarah ke Bapaknya yang terbujur kaku di dalam peti)

Arum: “Oya, aku hampir lupa. Erick, aku pernah mendengar Nabi bersabda, kira-kira terjemahannya seperti ini, ‘Terburu-buru adalah sifat setan kecuali tiga hal yaitu bertaubat, mengubur mayat dan menikahkan anak perempuan jika sudah waktunya menikah.”

Erick: “Aku tahu maksudmu.”

Arum: “Hmm … cobalah bilang ke saudara tertuamu untuk segera menguburkan mayat bapakmu!”

Erick: “………….”

Arum: “Sudah sehari, tapi kenapa belum juga dikubur? Aku khawatir … mayit akan berubah.”

Erick: “Duh …” (nampak wajah Erick kembali mendung, pedih … ada beban berat yang ditahannya)

Arum: “Erick … yuk kita segera menguburkan mayat Bapakmu!”

Erick: “Hmm … kayaknya mayat bapakku gak bakalan dikubur.”

Arum: “Kenapa?”

Erick: “Mayat bakalan dibakar.”

Arum: “Whattt?????”

Page 56: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

52

Erick: “Istilah halusnya … dikremasi. Begitulah tradisi kami.”

Arum: “……..” (Arum kaget, tiba-tiba kepalanya terasa nyut-nyut. Hmm … hampir aja dia terhuyung jatuh karena tak tega mendengar berita ini)

Erick: “Apa yang harus aku lakukan?”

Arum: “Erick, Bapakmu sudah masuk islam. Jadi, beliau harus dimakamkan sesuai dengan syariat islam. Tak ada lagi tradisi.”

Erick: “Iya, aku akan mencoba bicara dengan kakakku.”

Sambil terus meneteskan air mata, Erick melangkah menuju ke tempat duduk kakaknya. Nampak Erick membisiki Sang Kakak. Sekejap kemudian, Sang Kakak berdiri dan berjalan bersama dengan Erick menuju ke tempat sepi di belakang rumah. Inilah pembicaraan mereka berdua.

Erick: “Kak, saya mau bicara hal penting.”

Kakak: “Silakan, Rick!”

Erick: “Mohon supaya Kakak tidak marah.”

Kakak: “Iya …”

Erick: “Kak, sebenarnya Bapak sudah memeluk agama islam.”

Kakak: “……..” (wajahnya kaget bercampur marah)

Erick: “Aku tak pernak memaksa beliau, tapi beliau sendiri yang ingin memeluk agama islam.”

Kakak: “…………” (kini wajah itu sudah mulai stabil lagi)

Erick: “Kak, saya minta ijin untuk menguburkan jenasah Bapak sesuai dengan syariat islam.”

Kakak: “Hmm …” (otaknya berfikir keras hingga kening berkeringat)

Erick: “Kak, Bapak adalah muslim. Jadi beliau berhak mendapatkan perlakuan selayaknya muslim yang lain.”

Kakak: “Dhek, maaf … aku gak percaya dengan omonganmu. Bapak tetap akan dikremasi dua hari lagi.”

Erick: “Hiks … hiks … Bapak nggak boleh dikremasi, karena beliau tuh muslim.”

Kakak: “Dhek, kami lagi berduka. Tolong jangan ditambah lagi dengan duka baru!”

Erick: “Arum adalah saksinya bahwa Bapak sudah masuk islam.”

Kakak: “Diam!!! Sekali lagi kamu bicara, maka aku akan menampar wajahmu.”

Setelah pembicaraan itu, Erick semakin berduka. Semua nasihat penenang hati yang disampaikan Arum tak satupun didengarnya. Jiwanya terus berontak dengan berkata, “Bapakku muslim, kenapa meninggalnya harus dibakar?” Arum-pun mengalah. Dengan lemah lembut, Arum membujuk kepada Kakaknya Erick supaya Bapaknya Erick dikuburkan sesuai dengan syariat islam. Tapi, hasilnya nihil. Bahkan, Kakaknya Erick menasihati Arum supaya tidak mencampuri urusan keluarga.

Page 57: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

53

Hingga dua hari, belum juga ada titik temu padahal menurut jadwal, nanti jam 3 sore, jenasah akan dibakar. Angin dan hujan-pun ikut berduka.

Angin: “Kulihat sudah tiga hari ini Erick tidak tidur.”

Hujan: “Kayaknya inilah masalah terbesar yang pernah dihadapinya. Eh, gimana dengan ruh Bapaknya Erick.”

Angin: “Hehehe, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, para malaikat menyambutnya dengan suka cita. Aku juga mencium bau harum yang keluar dari ruh itu. Aku terus mengamati arah langit, hehehe … pintu langit dibukakan, dan … aku yakin sekarang ruh Bapaknya Erick sudah berpesta di surga.”

Hujan: “Benar-benar aneh, ya. Tuh orang seumur hidup jauh dari Qur’an. Hobinya makan daging babi. Paling-paling itu ruh masuk ke dalam atmosfer islam hanya tiga mpe lima menit. Belum sempat sholat, juga belum puasa, tapi langsung masuk sorga.”

Angin: “Namanya aja husnul khotimah, endingnya bagus, jadi … kita gak boleh protes. Kayaknya fakta inilah yang menjadikan aku semakin yakin bahwa Allah tu Maha Penyayang.”

Hujan: “Iya. Banyak manusia yang membenci islam karena katanya islam tuh dikit-dikit dosa, neraka, kayaknya Allah tuh pemarah banget. Deskripsi di pikiran mereka sungguh mengerikan.”

Angin: “Sudahlah, gak usah ngebahas gituan, sekarang gimana caranya supaya Erick bisa tenang, sumeleh, nggak usah ngurus bab kremasi, tapi bisa hepi karena ruh bapaknya sudah di sorga?”

Hujan: “Emm … aku nggak tahu. Tapi dia cerdas kok. Aku yakin pasti masalah ginian gak bakalan berlarut-larut.”

Satu jam kemudian

Allah menurunkan rasa kantuk yang hebat sesaat setelah Erick melaksanakan sholat dzuhur. Sejenak dia tertidur di kursi. Saat itulah, ruh Erick berjumpa dengan ruh Bapaknya atas izin Allah.

Erick: “Bapak, kenapa wajah Bapak berubah muda?”

Bapak: “Allah menerima syahadatku. Jadi, walau aku baru masuk islam lima menit tapi aku langsung ke sorga. Allah mengkaruniakan kepadaku kematian husnul khotimah.”

Erick: “Alhamdulillah, saya ikut gembira, Pak.”

Bapak: “Nak, hanya kamulah anak yang bisa berbakti kepada orang tua. Karena ilmu yang ada di dalam dadamu itulah, Bapak bisa memperoleh kebahagiaan selamanya di sorga.”

Erick: “Syukurlah kalau Bapak bisa bahagia di sorga. Semoga kita bisa berkumpul bersama di sorga.”

Bapak: “Oya, barusan aku makan oseng babi ama vodka buatan Rusia.”

Erick: “Whattt???? Kok bisa?”

Bapak: “Di sorga bebas, Rick … hahaha, kita boleh makan apa aja.”

Erick: “Ya udah kalau gitu, silakan puas-puasin deh makan babi ama nenggak vodka, hehehe.”

Page 58: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

54

Bapak: “Rick, tadi aku mendengar beberapa malaikat di sekitarku pada memuji kebaikan hati Arum. Emm … menurutku, Arum tuh cocok ama kamu.”

Erick: “Pak, Sampeyan tuh sudah di alam lain, jadi please gak usah main jodoh-jodohan deh.”

Bapak: “Bukan menjodohkan, cuman ngasih info aja. Ok, Bapak mau kembali ke sorga. Assalamu’alaikum.”

Erick: “Walaikum salam.”

Erick terbangun bersamaan dengan pembakaran jenazah Bapaknya. Kini kegundahan hatinya sirna. Dia nggak peduli lagi ama acara bakar-bakaran. Erick, dia berdiri, meninggalkan acara kremasi, dengan diikuti oleh Arum. Mereka berjalan berdua. Erick terus bercerita tentang mimpi yang barusan dia alami. Arum percaya dan … mereka tersenyum bareng saat Erick bercerita bahwa para malaikat memuji kebaikan Arum.

Arum: “Apa yang membuat kamu yakin bahwa itu mimpi dari Allah?”

Erick: “Iya, sebelum bermimpi, aku melaksanakan sholat dzuhur. Masih dalam keadaan berwudhu, lalu aku ketiduran. Jadi … aku tidur dan bermimpi masih dalam keadaan suci. Sehingga aku yakin … semua ini dari Allah.”

Arum: “Hehehe, alhamdulilah, ntar aku akan sujud syukur.”

Erick: “Iya, aku juga. Arum, terima kasih sudah mau menjadi sahabatku sejak kecil.”

Arum: “Sama, aku juga berterima kasih kepadamu karena gara-gara kenal kamu, aku jadi rajin dan fokus dalam belajar.”

Erick: “Kayaknya kita bersinergi banget jika bersama, ya?”

Arum: “Maksudmu?”

Erick: “Maukah kamu menjadi istriku?”

Arum: “……………” (sejenak Arum linglung)

Erick: “Kalau kamu gak mau, maka aku akan memaksamu untuk mau menjadi istriku.”

Arum: “…..” (kalimat ini menjadikan Arum tersenyum)

Erick: “Arum, please jawab!”

Arum: “Erick, coba rayu aku, tapi pakai bahasa china!”

Erick: “Baiklah, Arum … Wǒ ài nǐ.”

Arum: “Kalau itu, aku tahu artinya.”

Erick: “Apa?”

Arum: “Aini jualan sawo.”

Erick: “Hahahahahahahaha.”

------

Page 59: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

55

Bab 7

Mengumpulkan Barang Langit

Sambil makan pisang ambon, Pak Dayat menikmati kicauan burung cucakrawa di pelataran rumahnya yang asri. Sudah menginjak usia 50 tahun, para tetangga mengatakan bahwa beliau sukses dalam meniti karier. Tekun di PNS, jual beli mobil, mempunyai beberapa rumah makan yang tersebar di Semarang. Hehehe … kini dia benar-benar menikmati keberhasilannya.

Namun ada satu hal yang mengganjal. Walau beliau sudah bergelar haji, dalam bidang akademik beliau juga menyabet gelar MBA, tapi … beliau tak hafal surat Al Ikhlas. Memang aneh … kok bisa? Pernah kejadian beliau menjadi imam sholat di kantor. Hehehe, banyak yang komplain karena beliau salah dalam melantunkan Al Ikhlas. Hmm … padahal tu surat kan pendek banget. Kalau Al Ikhlas aja gak hafal, apalagi surat lainnya? Hanya dinding dan burung di rumah beliau yang mengetahui … kenapa bisa seperti ini.

Burung: “Menurutku Pak Dayat tu cinta dunia.”

Dinding: “Tapi kulihat dia rajin sholat juga.”

Burung: “Cuman sholat doang. Sholat tapi gak memahami ilmu yang terkandung di dalamnya.”

Dinding: “Contohnya apa?”

Burung: “Saat dia mengambil air wudhu, harusnya kan seiring dengan bersihnya badan, bersih juga hati dan jiwa. Tapi … dia kadang makan uang haram hasil korupsi.”

Dinding: “Hmm … bener juga.”

Burung: “Saat dia sholat … duh … parah deh. Membaca Al Fatihah, tajwidnya nggak ada yang bener. Melantunkan bacaan basmalah aja masih salah. Kata bismillah, harusnya tu pakai huruf sin, tapi dia malah pakai syin. Dalam lafal Allah ada tasydid, dia nggak peduli, tasydid nggak dipedulikan.”

Dinding: “Padahal dia kan tahu kalau sholat tanpa ilmu, maka sholatnya tak diterima.”

Burung: “Dia tahu tapi gak peduli. Jiwanya dipenuhi dengan materi dan materi. Padahal mobilnya sudah 8, harta kekayaannya hampir 10 milyar. Harusnya kan sudah sumeleh, gak usah ngejar-ngejar lagi. Sekarang yang harus dikejar tu adalah ilmu, membenarkan bacaan Fatihah, bacaan sholat, bacaan surat pendek, ngaji bab sabar, bab takwa, bab zuhud, dan lainnya.”

Dinding: “Seminggu kemarin dia sakit, ya? Tensinya naik.”

Burung: “Aku tahu sebabnya.”

Dinding: “Kenapa?”

Burung: “Warung makan kepunyaannya yang ada di Mijen terpaksa tutup karena sepi. Tiap hari rugi terus.”

Dinding: “Hmm … kalau harta dunia berkurang, dia sedih sejadi-jadinya. Tak pernah dia bersedih seperti itu kalau agamanya berkurang.”

Page 60: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

56

Burung: “Bener. Sudah tahu kalau bacaan Al Fatihahnya sangat kurang, tapi dia rileks aja, gak pernah sedih, gak pernah punya ide untuk memperbaiki bacaan. Apa dia nggak pernah berfikir apakah sholatnya tu diterima Allah atau tidak?”

Dinding: “Tiga hari yang lalu dia membeli HP mahal. Kulihat senyumnya merekah dan maksimal, hehehe.”

Burung: “Tak pernah dia sepuas itu saat agamanya bertambah. Lain halnya jika dunianya bertambah, pasti jingkrak-jingkrak.”

Dinding: “Apa dia pernah mengaji Al Qur’an?”

Burung: “Nggak pernah.”

Dinding: “Padahal kan sudah Haji?”

Burung: “Cuman gelar doang, browww.”

Dinding: “Apa dia pernah mengaji hadis Nabi?”

Burung: “Nggak. Dia paling mengaji bab mobil baru, apartemen baru, bisnis baru.”

Dinding: “Hmm … apa dia pernah merindukan Allah?”

Burung: “Kayaknya enggak. Minggu ini dia merindukan KIA Sportage varian Titanium seharga hampir 500 juta.”

Dinding: “Apa yang paling dia inginkan bulan ini?”

Burung: “New car, new pleasure. Pokoknya serba new deh, hehehe.”

Percakapan mereka terhenti manakala setan datang ikut nimbrung.

Dinding: “Dari mana aja Mas? Kok baru nongol?”

Setan: “Dari gedung DPR, Kang.”

Burung: “Ngapain di sana? Ikut rapat?”

Setan: “Ada artis cantik yang lagi naik daun. Aku ingin ada satu anggota DPR yang berzina dengan tu artis.”

Burung: “Wah, kok kamu tega banget.”

Setan: “Tapi kenyataannya aneh. Aku tu belum provokasi tu orang supaya zina, e e e, ternyata dia udah trampil berzina.”

Dinding: “Berarti kamu kurang lincah, ya?”

Setan: “Bukannya kurang lincah, tapi kurang jahat, hehehe. Perasaanku … gue ini dah termasuk paling jahat lho. Tapi ada juga manusia yang tingkat kejahatannya melebihi aku, hehehe … dasar manusia.”

Dinding: “Setan, aku ingin bicara.”

Setan: “Ok, silakan.”

Page 61: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

57

Dinding: “Tentang Pak Dayat, gimana menurutmu?”

Setan: “Sepuluh tahun yang lalu, aku menggodanya supaya berzina, tapi dia nggak mau. Aku dah berusaha keras, tapi gak ada hasilnya. Hatinya sangat membenci zina. Padahal sudah kuajak ke Sunan Kuning, LA Margorejo, tapi tetap dia gak mau.”

Burung: “Trus … apa kamu menyerah?”

Setan: “Second plan, akupun mengodanya supaya menenggak minuman keras. Dia tetap nggak mau. Sholih juga tu orang. Setahun kemudian, aku goda dia supaya korupsi.”

Dinding: “Pasti berhasil. Iya kan?”

Setan: “Emm … berhasil dikit. Dia hanya korupsi dikit. Aku terus mengajaknya untuk mencuri duit sebanyak-banyaknya, tapi … dia nggak mau. Paling-paling dalam sebulan, dia korupsi 500 ribu mpe 700 ribu untuk beli bensin.”

Dinding: “What next?”

Setan: “Aku pusing sendiri menggoda tu orang. Akhirnya aku ada ide … kugoda dia supaya malas mencari ilmu, malas mengaji, malas mempelajari Qur’an. Tak hanya itu, aku terus memprovokasi Dayat supaya menghabiskan waktunya untuk mobil baru, gadged baru, bisnis baru, dll.”

Burung: “Kayaknya berhasil, ya?”

Setan: “Hehehe, bener. Coba perhatikan kalau dia membaca Fatihah … pasti tajwidnya nggak ada yang bener to? Hehehe.”

Dinding: “Al Ikhlas, dia gak hafal.”

Setan: “Semua surat tak ada yang dihafalnya kecuali Al Kautsar, hehehe.”

Burung: “Kayaknya semakin hari dia semakin sedih.”

Setan: “Emang. Harusnya dada tu dipenuhi dengan ilmu dan hikmah. Tapi Dayat? Hehehe … dadanya penuh dengan ambisi dunia. Padahal setiap hari kakinya melangkah menuju ke kuburan, tapi tingkah lakunya setiap hari mencerminkan seakan-akan dia akan hidup selamanya di dunia ini.”

Dinding: “Emm … gimana caranya Dayat kembali ke jalan yang lurus?”

Setan: “Dia harus mengaji, dekat dengan ulama dan rindu kepada Allah. Tapi takkan kubiarkan itu terjadi.”

Sebulan kemudian Dayat jatuh sakit. Sehabis kencing, dia merintih kesakitaan. Dokter menyatakan bahwa ada batu sebesar akik yang bersarang di ginjalnya. Hanya ada satu cara … operasi dengan laser.

Satu jam sebelum operasi, sejenak Dayat menangis didampinya Pak Ustadz kenalannya.

Dayat: “Duh … aku takut banget, Pak.”

Ustadz: “Yang penting penyakitnya sudah ketemu. Kita tinggal menjalani aja takdir ini.”

Dayat: “Pak, apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Page 62: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

58

Ustadz: “Menulis surat wasiat. Siapa tahu operasi gagal, kamu meninggal. Jadi … mending sekarang silakan tulis surat wasiat!”

Dayat: “Hiks … hiks … hiks …”

Ustadz: “Pak, kenapa tangisannya tambah kenceng?”

Dayat: “Hiks … hiks … hiks …”

Ustadz: “Emangnya Sampeyan gak pernah memikirkan tentang mati?”

Dayat: “E … e … enggak.”

Ustadz: “Tapi Sampeyan rajin sholat, kan?”

Dayat: “Iya, tapi hanya rutinitas doang. Nggak pernah nyampek ke hati.”

Ustadz: “Hmm …”

Dayat: “Pak … aku takut mati … hiks … hiks …”

Ustadz: “Tulis surat wasiat!”

Dayat: “Pak, aku takuttt … hiks … hiks … hiks …”

Ustadz: “Takut mati atau berani mati takkan pernah memajukan atau memundurkan jadwal kematian. Kayaknya kamu jarang ngaji, ya?”

Dayat: “Aku tak pernah mengaji, Pak?”

Ustadz: “Kenapa kamu tak tertarik belajar mendalami ilmu islam?”

Dayat: “Aku sibuk … duh … sibuk banget.”

Ustadz: “Berarti kesibukanmu itu menjadi prioritas pertama dalam keseharianmu, sedangkan mengaji tak pernah sedikitpun menjadi prioritas.”

Dayat: “Iya Pak. Maaf … kalau boleh terus terang, kadang jiwa ini bertanya: ‘Apa untungnya mengaji?’ Aku takkan mau mengerjakan sesuatu yang tak ada untungnya.”

Ustadz: “Wow … silakan lihat wajah saya!”

Dayat: “Enggih Pak.”

Ustadz: “Pak Dayat, aku akan memberimu satu ilmu, semoga bisa mengubah pola pikirmu.”

Dayat: “Siap Pak.”

Ustadz: “Ketahuilah bahwa semua yang ada di atas tanah pada hakikatnya adalah tanah. Saya dari tanah. Sampeyan dari tanah. Mungkin tiap hari kita memikirkan tentang uang. Perhatikanlah bahwa uang terbuat dari kertas, kertas dibuat dari pohon, pohon mendapat makanan dari akar, dan akar mendapat makanan dari tanah. Baju yang kita pakai, terbuat dari kapas, kapas diambil dari pohon, pohon mendapat makanan dari akar dan akar mendapat makanan dari tanah. Mobil … ada besinya. Besi diambil dari tanah. Motor … ada bensinnya. Sama … bensin diambil dari dalam tanah. Rumah sakit ini, ada batanya, ada pasirnya, semua diambil dari tanah. HP … ada plastiknya … juga dari

Page 63: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

59

tanah. Kalau kamu bisa melihat dengan detail … maka semua yang ada di atas tanah pada hakikatnya adalah tanah, dan saatnya nanti akan kembali ke dalam tanah.”

Dayat: “Hiks … hiks … hiks …”

Ustadz: “Satu satunya yang dari langit adalah ilmu. Jika kamu rajin mengaji, rajin mendalami Qur’an Hadist, rajin mengumpulkan ilmu islam, itu ibaratnya kamu mengumpulkan barang langit. Orang yang rajin mengumpulkan barang langit, berarti suatu saat dia akan terbang ke langit … ke sorga, menghadap Allah bersama ilmu yang dimilikinya. Sedangkan manusia yang hanya rajin mengumpulkan barang dunia, maka jiwanya adalah jiwa tanah … saatnya nanti jiwa itu takkan mampu terbang ke langit. Jiwa itu hanya bisa terbaring lesu di tanah bersama barang-barang dunia yang pernah dikumpulkannya.”

Dayat: “Ya Allah … tak kusangka ilmu begitu penting. Hmm … aku merasa jiwaku ini adalah jiwa tanah, bukan jiwa langit karena aku tak pernah ngaji, tak pernah mengumpulkan ilmu. Duh … kenapa aku baru tahu sekarang??????”

Sebulan kemudian

Burung: “Eh, Pak Dayat benar-benar berubah total.”

Dinding: “Hehehe. Aku ikut senang. Duh … senang banget.”

Burung: “Kuperhatikan setiap senin dan rabu dia mengaji di Masjid Al Azhar.”

Dinding: “Kalau malam jum’at dia mengaji tajwid di Palebon.”

Burung: “Kayaknya seminggu lagi dia bakalan lulus iqra’ tiga.”

Dinding: “Hatinya benar-benar tersentuh oleh wejangan ustadz.”

Burung: “Kok aku jadi ingat ama firman Allah yang berbunyi ‘wakullahum fii anfusihim qoulam baliigho.”

Dinding: “Artinya?”

Burung: “Dan katakanlah kepeda mereka perkataan yang membekas kepada jiwanya.”

Dinding: “Perkataan ustadz benar-benar membekas, menempel erat di jiwa Pak Dayat.”

Burung: “Moga-moga aja lekatnya permanen.”

Dinding: “Kalau kurang lekat, ntar di-alteco aja!”

Burung: “Halah … hahaha.”

------

Page 64: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

60

Bab 8

Bertambah Jalang

Walau sudah diguyur hujan, tapi kota Rembang tetap panas menyengat. Pak Probo … hehehe … sudah tiga gelas minum es jeruk, tapi haus belum juga hilang. Sambil kipas-kipas pakai ilir jawa, beliau bicara lumayan serius dengan Sang Istri.

Probo: “Bu, mana Si Tiara?”

Istri: “Dia lagi megang gadged, paling fb-an, Pak.”

Probo: “Ini sudah jam 4 sore, apakah dia sudah sholat ashar?”

Istri: “Kayaknya belum.”

Probo: “Duh … kayaknya anak kita ini semakin hari semakin malas. Padahal … bentar lagi dia duduk di bangku SMA, tapi … kenapa nggak dewasa-dewasa, ya? Sifatnya masih seperti anak-anak terus.”

Istri: “Kita terlalu memanjakannya, Pak.”

Probo: “Aku sudah mempunyai rencana. Gini … ntar aku akan mencarikan SMA islami terbaik di Semarang. Aku yakin … dengan dia sekolah di sana, maka ilmu agamanya semakin bagus, ilmu umum juga mantap. Gimana Bu?”

Istri: “Emm … apa nggak sebaiknya Si Tiara sekolah di sini aja … di Rembang? Di sini juga banyak sekolah yang bagus.”

Probo: “Enggak. Dia harus jauh dari orang tua supaya bisa mandiri. Jika dia terus dekat dengan orang tua, selamanya dia akan malas seperti itu.”

Istri: “Pak, Semarang tu kota besar. Pengaruh negatif sangat banyak. Aku khawatir …”

Probo: “Kalau kamu berfikir negarif terus, maka anak kita takkan bisa berkembang. Think positive, please!!!!”

Enam bulan kemudian, Tiara sudah berada di Semarang. Dia masuk di sekolah islam yang lumayan terkenal. Biaya masuk sekolah … wow … mahal banget, hampir seharga motor bebek baru, hehehe.

Apakah Tiara menjadi semakin baik? Hmm … dia bagai kuda yang lepas dari kandang. Walau perempuan, dia sudah berani belajar merokok. Saat masuk sekolah, dia mengenakan jilbab, tapi saat nge-maal, dia melepas tu jilbab. Saat kumpul-kumpul dengan teman-temannya di warung kucingan, dia juga melepas jilbab, sambil … merokok. Duh … parah banget ni bocah.

Atmosfer Semarang benar-benar membuat Tiara bertambah jalang. Sholat … gak pernah lagi. Belajar … gak mau. Sosmed … hampir tiap menit kecuali pas tidur, hehehe. Tapi dia pandai menyembunyikan semua keburukan ini dari ortunya. Biasalah … namanya dosa pasti membuat orang malu dan dia akan menyembunyikan serapat-rapatnya.

Saat ada liburan agak panjang, Tiara pulang ke Rembang. Tentu dengan memakai jilbab. Di rumah juga sholat, ngaji, bicara dengan logat Semarangan dengan sangat sopan. Tujuannya hanya

Page 65: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

61

satu yaitu tebar pesona, jaga image … hehehe. Begitu dia sudah pulang dari Rembang, saat naik bis menuju Semarang, diapun melepas jilbabnya lagi.

Memang kenyataan ini sungguh aneh. Tuh anak sekolah di sekolah islam. Lingkungannya juga islam. Semua gurunya adalah islam, tapi kenapa semakin hari semakin bejat, jauh dari akhlak islami? Jawabannya sederhana … karena mayoritas teman-temannya juga bejat seperti dia. Kok bisa? Hehehe … gini … niatan orang tua memasukkan anak mereka ke sekolah islam tu macam-macam. Ada anak sholih, lalu dimasukkan ke sekolah islam supaya bertambah sholih. Ada anak awam, dimasukkan ke sekolah islam supaya jadi sholih. Ada anak nakal, dimasukkan ke sekolah islam supaya menjadi sholih. Naa … kebanyakan yang terjadi tu yang nomor tiga yaitu anak nakal dimasukkan ke sekolah islam supaya menjadi sholih. Memang tujuan awalnya bagus. Tapi silakan bayangkan … ada 50 anak nakal yang dimasukkan ke sekolah islam. Lalu ke 50 anak nakal itu pada berkumpul, buat group tersendiri. Mereka semakin nakal karena memang dikelilingi oleh anak-anak nakal. Pertanyaannya adalah … dua tahun kemudian, kelima puluh anak nakal ini menjadi semakin sholih atau malahan semakin nakal??? Hahaha … anda pasti tahu jawabannya.

Setahun kemudian, sekolah mengadakan wisata ke Bali. Ada 8 bus berjejer siap mengantar para murid untuk sejenak menikmati alam. Kesempatan ini benar-benar membahagiakan Tiara dan groupnya. Mungkin inilah puncak kesenangan mereka, bisa hepi bersama-sama di Pulau Dewata.

Sehari kemudian, rombongan sudah menginap di salah satu hotel di Bali. Semakin malam, suasana semakin ceria. Emm … dari ceria menuju ke mesra. Dari mesra menuju ke zina. Hmm … Tiara baru tahu kalau teman-temannya pada melakukan perbuatan zina, sungguh tak senonoh. Duh … dia shock, kecewa, marah, frustasi dan … remuk. Sejenak jiwanya menangis …

Jiwa: “Hiks … hiks … kuakui, aku memang nakal, malas, suka merokok, tapi aku nggak sampai melakukan zina seperti itu.”

Hati: “Hmm … gak nyangka. Padahal mereka sekolah di sekolah islam, tapi kok bisa dengan mudahnya berzina. Padahal mereka tahu ilmunya, tapi kenapa malahan melanggar?”

Jiwa: “Mereka seperti setan.”

Hati: “Emm … lebih mirip binatang, deh.”

Jiwa: “Nyesal banget aku masuk sekolah ini.”

Hati: “Mending dulu sekolah di Rembang aja, ya?”

Jiwa: “Benar. Senakal-nakalnya anak Rembang, tapi nggak separah anak Semarang.”

Hati: “Kayaknya … secepatnya aja pindah ke Rembang, ya?”

Jiwa: “Benar, aku akan melanjutkan sekolah di Rembang aja. Moga-moga proses mutasi-nya gak ruwet.”

Hikmah dari kisah ini:

1. Beberapa sekolah islam yang ada (tidak semuanya) bukannya menjadikan anak kita semakin sholih, tapi malahan sebaliknya. Kenapa? Anak kita dikotori akhlaqnya oleh teman-teman mereka satu sekolahan. Jadi, silakan sangat selektif dalam memilih sekolah.

2. Jangan memilih sekolah karena murahnya, jangan milih sekolah karena namanya yang terkenal. Tapi silakan memilih sekolah karena kita memang mengetahui luar dalam sekolah itu. Sekolah yang

Page 66: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

62

berlabel islam, belum tentu dalamnya benar-benar islami karena fakta di lapangan mengatakan seperti itu.

3. Memang sekolah adalah ‘pabrik’ untuk menghasilkan anak pintar dan sholih. Tapi sebenarnya mesin penghasil anak sholih yang paling bagus adalah kedua orang tua. Jadi … jangan pernah mengandalkan sekolah, lalu para orang tua nyantai, tidak mendidik anak dengan maksimal.

4. Anak bisa sholih tergantung kepada tiga faktor yaitu buku yang dibacanya, kualitas teman-temannya, dan keputusan yang dia buat. Untuk para orang tua: pastikan anak-anak membaca buku-buku yang baik dan bagus, pastikan anak-anak berada di lingkungan yang islami dan berakhlaq mulia, dan bantulah anak untuk mengambil keputusan yang islami, yang lurus, yang sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.

------

Page 67: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

63

Bab 9

Cara Mendesain Anak Supaya Menjadi Gila

Tahun 2008

Mata Thoriq terus terpaku ke permukaan air sungai yang jernih. Sudah setengah jam lebih dia ingin menangkap anak ikan sepat yang berenang meliuk-liuk kian kemari, tapi belum juga berhasil. Angin lembut menerpa wajahnya yang putih dan ganteng. Umurnya baru enam tahun, imut, periang. Tiap sore dia menikmati ayat Allah yang terbentang mulai dari sawah yang menghijau, sungai yang bening, dan dedaunan yang rindang.

Thoriq agak kaget namun tersenyum manakala dari arah belakang sahabatnya datang. Laila, umur mereka sama. Ni cewek juga imut, rambut panjang hingga sebahu. Sejenak mereka bergurau.

Laila: “Sudah dapat ikan berapa?”

Thoriq: “Baru dapat dua ikan.”

Laila: “Eh, lihat ke arah samping kirimu, ada banyak ikan gathul. Kita tangkap, yuk!”

Thoriq: “Enggak ah. Untuk apa menangkap ikan gathul? Nggak seru.”

Laila: “Tapi aku suka ikan gathul. Mereka selalu bersama. Kemana-mana selalu beriringan.”

Thoriq: “Kalau aku … suka ikan sepat.”

Laila: “Kenapa suka ikan sepat?”

Thoriq: “Aku melihat dia selalu tersenyum, tertawa, bermain kian kemari. Kayaknya … dialah makhluk Allah yang paling bahagia.”

Dua tahun kemudian

Thoriq sudah duduk di kelas dua SD. Kini … kesempatan untuk melihat alam sudah sangat jarang. Ibu Wida- ibunya Thoriq mempunyai impian bahwa Thoriq bisa menghafal Qur’an 30 juz. Di samping itu, dia juga berambisi Thoriq harus menjadi ranking satu di kelasnya.

Beban-beban inilah yang membuat Thoriq jarang tersenyum. Sepulang sekolah, dia nonton TV bentar, jam 2 siang berangkat les. Ntar jam 4 sore mengaji. Jam 6 sore belajar mapel di kamar. Jam 8 mpe sembilan hafalan Qur’an dengan ibunya. Targetnya satu halaman/ hari. Thoriq tidur terlelap saat jam 9.30 malam. Baru tidur lima setengah jam, tepat jam tiga pagi, Sang Ibu membangunkan Thoriq untuk kembali menghafal Qur’an mpe subuh. Setelah subuh, kembali disuruh mengulangi pelajaran sekolah.

Hanya saat hari minggu Thoriq benar-benar bisa istirahat. Kini dia bersama Laila. Sama … berdua di sungai melihat ikan yang berenang.

Laila: “Kulihat wajahmu lesu. Kayaknya kamu lelah banget.”

Thoriq: “A … a … aku capek. Pikiranku lelah. Otak ini terasa mau meledak. Rasanya … duh … nyut … nyut … nyut.”

Page 68: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

64

Laila: “Mungkin kamu terlalu banyak belajar.”

Thoriq: “Aku terpaksa. Hmm … aku dipaksa ibukku belajar keras. Aku tak punya kesempatan untuk bermain, tak ada lagi waktu untuk menikmati hidup.”

Laila: “Kudengar kabar … kamu lagi fokus menghafal Qur’an, ya?”

Thoriq: “Aku dipaksa ibukku. Kalau tak patuh, aku dicap anak durhaka. Aku dicap tak mau diajak menuju kebaikan.”

Laila: “Hmm … apa kamu menikmati menghafal Qur’an?”

Thoriq: “Enggak. Aku tak bisa menikmati. Aku lelah. Pelajaran sekolah sangat berat. PR juga banyak. Tugas seabreg … kini ditambah beban hafalan satu halaman Qur’an sehari. Duh … kadang aku pingin minggat dari rumah.”

Laila: “Huss … jangan berkata seperti itu! Ibumu tu baik, sangat sayang kepada anaknya sehingga memberimu tugas hafalan seperti itu.”

Thoriq: “Baik tapi terlalu memaksa. Kayaknya dia bakalan bangga kalau aku hafal Qur’an, lalu prestasiku ini dipamer-pamerkan ke teman-temannya di sosmed. Aku tak suka hal itu.”

Laila: “Hmm … jika kamu bebas memilih, pilihan apa yang akan kamu ambil?”

Thoriq: “Aku ingin dalam sehari tu … belajar satu jam aja, gak ada les, gak ada hafalan Qur’an … aku tak mampu menghafalnya. Aku ingin lebih dekat ke alam yaitu sawah, kebun, sungai. Di situlah aku menemukan kedamaian.”

Laila: “Kapan kamu siap menghafal Qur’an?”

Thoriq: “Ntar aja, saat SMP. Itupun nggak sehalaman dalam sehari, tapi sehalaman dalam seminggu.”

Laila: “Kenapa begitu?”

Thoriq: “Aku ingin menghafal pelan. Hmm … pelan banget sambil mendalami makna Qur’an itu sendiri. Aku tak suka terlalu banyak. Duh … pusing.”

Laila: “Cobalah sampaikan uneg-unegmu ini ke ibumu!”

Thoriq: “Dia pasti gak setuju … marah. Kayaknya hidupku benar-benar di bawah tekanan.”

Laila: “Hmm … aku ikut prihatin.”

Thoriq: “Laila … kayaknya kamu lebih bahagia dari aku. Coba bayangkan … jam tiga pagi aku dipaksa bangun padahal masih mengantuk. Aku dipaksa menghafal dan menghafal hingga subuh. Padahal jam segitu kan lagi enak-enaknya tidur.”

Laila: “Duh … aku ikut sedih mendengarnya.”

Thoriq: “Aku sangat heran dengan jalan pikiran ibukku. Sebagai seorang ibu, kenapa dia tega menyiksaku? Kenapa????? Hiks … hiks … hiks …”

Laila: “Semua ibu tu baik.”

Thoriq: “Emang, kecuali ibukku. Dia benar-benar merenggut kebahagiaanku.”

Page 69: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

65

Laila: “Kayaknya kamu benar-benar depresi.”

Thoriq: “Bukan hanya depresi, tapi super depresi, fren.”

Tiga tahun kemudian

Thoriq: “Bu … badhe matur.”

Ibu: “Ini dah jam 10 malam. Tolong gak ada pembicaraan lagi! Kamu harus tidur, ntar jam tiga kamu harus bangun. Dua hari lagi kamu akan mengikuti olimpiade matematika di Semarang. Kamu harus menjadi juara satu se-jawa tengah!”

Thoriq: “Bu … aku lelah.”

Ibu: “Halah, jangan terus mencari alasan! Nak, kamu tu kuat bagai harimau. Kamu hebat bagai elang. Aku sengaja mendidikmu dengan sangat keras supaya kamu bisa mengenal dirimu sendiri yang pandai, hebat, mental juara dan nomer satu.”

Thoriq: “Aku bukan nomor satu.”

Ibu: “Diam!!!! Kamu harus menutup semua pintu kemalasan.”

Thoriq: “Bu, aku ingin bermain seperti anak-anak yang lain.”

Ibu: “Berarti kamu membuang masa mudamu hanya untuk hal-hal yang tak berguna.”

Thoriq: “Aku ingin menikmati hidup, apakah salah?”

Ibu: “Hidup itu perjuangan, bukan untuk nyantai-nyantai, ngerti?????”

Thoriq: “Bu, beban belajarku banyak. Tugas, PR, menghafal Qur’an, aku hanya lima jam tidur dalam sehari. Kini ketambahan beban persiapan olimpiade matematika. Hiks … hiks …”

Ibu: “Kalau kamu masih menganggap aku ini ibumu, kamu harus patuh ibu! Tak ada orang tua yang menyuruh keburukan kepada anaknya. Semua orang tua menginginkan kebaikan. Tolong dipikirkan!!!! Sekarang cepat tidur!!!”

Otak Thorik benar-benar lelah. Sekarang kadang terasa nyeri. Ibunya gak peduli. Hmm … hanya Laila yang memahami keadaannya.

Dua hari kemudian, Ibu Thoriq jingkrak-jingkrak karena Thoriq berhasil memenangkan olimpiade matematika se-jawa tengah. Sang Ibu terus mengabarkan berita gembira ini kepada teman-temannya. Aroma kesombongan semakin tercium. Niatan awal belajar hanya untuk mencari ridho Allah, kini bergeser menjadi niatan yang picik yaitu ingin di puji.

Di sore yang sejuk, sejenak Thoriq menyendiri di pinggir sungai. Kadang dia tertawa sendiri, kadang menangis sendiri. Matanya terus terpaku kepada beberapa ikan sepat yang berenang kian kemari. Dia menoleh ke arah kanan. Alangkah kagetnya Thoriq, di … di … dia melihat ada manusia yang mencekik Laila. Dia melihat Laila mengerang kesakitan. Sontak Thoriq menjerit dan menjerit. Jeritannya semakin keras hingga ibunya datang dan memeluknya.

Ibu: “Nak, kamu kenapa? Kenapa menjerit-jerit?”

Thoriq: “Bu, lihatlah! Laila dicekik perampok.”

Ibu: “Mana?”

Page 70: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

66

Thoriq: “Itu Bu, di samping kanan Ibu. Hiks … hiks … kasihan Laila, tolonglah dia!”

Ibu: “Nak, di samping kanan Ibu gak ada apa-apa alias kosong. Coba pejamkan mata!”

Thoriq: “Enggih Bu.”

Ibu: “Sekarang buka matamu!”

Thoriq: “Enggih.”

Ibu: “Apa kamu masih melihat Laila dicekik?”

Thoriq: “Enggak. Sudah tidak ada.”

Peristiwa itu membuat semua shock. Sejam kemudian, Thoriq kembali jerit-jerit. Kali ini di kamarnya dia melihat Laila ditusuk oleh perampok sehingga darah mengucur deras membasahi lantai kamar. Tapi ibunya tak melihat itu. Semua orang tak melihat kejadian itu kecuali … Thoriq.

Dua hari Thoriq tak bisa tidur. Setiap dua jam dia menjerit. Kedua orang tuanya menangis hingga kelopak mata pada bengkak. Hanya satu pertanyaan, “Ada apa dengan Thoriq?”

Sebulan kemudian

Tak ada pilihan lain, Thoriq dirawat di rumah sakit jiwa Magelang. Kali ini Laila datang membezuk. Melihat kondisi Thoriq yang semakin mengenaskan, Laila menangis sambil terus memegang tangan Thoriq.

Laila: “Thoriq, hiks … hiks … hiks …”

Thoriq: “…………….”

Laila: “Coba sebutkan, siapa namaku?”

Thoriq: “…………..”

Laila: “Aku adalah Laila … hiks … hiks … a … a … aku Laila. Kenapa kamu melupakan aku?”

Thoriq: “…………”

Laila: “Thoriq, cobalah mengingat masa kecil! Saat kita berdua bermain di sungai. Aku suka ikan gathul, sedangkan kamu suka ikan ….”

Thoriq: “………….”

Laila: “Ayo jawab! Kamu suka ikan …..”

Thoriq: “……………”

Laila: “Hiks … hiks … Thoriq, kenapa kamu bisa lupa semua?” (tangisan Laila semakin pilu)

Thoriq: “…………..”

Adzan ashar sudah berkumandang, Laila menuntun Thoriq menuju ke ruang perawatan. Dia langsung bergegas ke masjid rumah sakit untuk melaksanakan sholat ashar. Saat wudhu … membasuh wajah, kembali Laila menangis, tapi ditahannya. Jiwanya hanya bisa berkata, “Thoriq, ibumu sangat kejam. Dialah yang menjadikanmu seperti ini … hiks … hiks …”

Page 71: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

67

Selesai melaksanakan sholat ashar, sejenak Laila bicara serius dengan dokter yang merawat Thoriq.

Laila: “Pak dokter, mohon cerita … ada apa dengan Thoriq? Dia tu sakit apa? Kapan bisa sembuh?”

Dokter: “Hmm … aku tak bisa mengatakannya.”

Laila: “Dok, saat Thoriq sehat, hanya aku adalah sabahat terbaiknya. Kemana-mana kami berdua. Please!!!”

Dokter: “Pasien Ananda Thoriq … emm … beberapa syarafnya layu. Kami harus melakukan terapi supaya syarafnya tidak layu.”

Laila: “Duh … hiks … hiks …”

Dokter: “Dhek, sudahlah! Mendingan perbanyak doa daripada menangis.”

Laila: “Enggih Pak. Kapan dia bisa sembuh?”

Dokter: “Saya tak bisa menjawab. Ok saya tinggal dulu, ada keluarga pasien lain yang membutuhkan penjelasan saya.”

Laila: “Iya Pak. Terima kasih.”

Mendengar kalimat ‘beberapa syaraf Thoriq layu’, duh … hati Laila seperti teriris, kadar oksigen di sekitarnya seakan berkurang. Dia hanya bisa tergagap, duduk lemas, hmm … tak disangka nasib Thoriq bakalan seperti ini.

Hampir maghrib, sudah setengah jam lebih Laila menyuapi Thoriq. Alhamdulillah makannya lumayan banyak. Nampak ada senyum menghiasi wajah Thoriq. Laila membalasnya dengan senyuman bercampur dengan harapan. Sejenak mereka beradu pandangan.

Laila: “Thoriq … dah maghrib, aku harus pulang ke Semarang. Seminggu lagi aku ke sini, ya!”

Thoriq: “……………”

Laila: “Aku terus berdoa siang malam supaya kamu bisa sembuh. Aku berharap semoga jika kamu sembuh, maka kita akan bermain lagi, bersama lagi mencari ikan di sungai.”

Thoriq: “……………..”

Laila: “Please jawab! Jangan diam terus!”

Thoriq: “………..”

Laila: “Hmm … Ya Allah, titip Thoriq, njih. Matur nuwun.”

Pelan namun pasti Laila melangkah meninggalkan Thoriq. Satu langkah … tiga langkah, Thoriq tetap diam. Hingga sampai tujuh langkah, Laila menoleh ke arah Thoriq. Laila tertegun, dia terus memperhatikan mata Thoriq yang terus mengeluarkan air mata. Hmm … seakan air mata itu berkata, “Laila, jangan tinggalkan aku! Temani aku! Ibukku jahat, hanya kamulah sahabatku satu-satunya.”

Air mata Thoriq … hmm … Laila tak tahan melihat air mata itu yang terus menetes. Kakinya terasa gemetar, dadanya deg-degan, sambil menangis keras, diapun berlari menuju Thoriq. Laila …

Page 72: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

68

dia menjerit pilu memeluk Thoriq. Kini … tak ada lagi kata yang terucap. Yang terdengar hanya tangisan, rintihan dan asa yang berserak.

------

Catatan dari penulis: kisah ini saya dedikasikan kepada seorang anak yang menjadi gila karena beban belajar yang terlalu berat yang diberikan orang tua kepadanya.

Page 73: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

69

Bab 10

Ketika Allah Memberi Secara Kontan

Suasana bakda subuh yang biasanya sunyi, sepi dan sejuk, kini mendadak geger. Pak Haji Syarif pingsan di masjid saat selesai mengerjakan sholat subuh berjamaah. Sang Putri yaitu Mbak Witri sudah bersiap-siap mengantar beliau ke rumah sakit. Tapi mendadak Pak Syarif sadar dan … beliau nggak mau di bawa ke rumah sakit. Kini beliau dibaringkan di atas ranjang yang diletakkan di ruang tamu agar masyarakat dengan mudah membezuk beliau.

Mbak Witri dikaruniai adik yang bernama Fhatmi. Keduanya sudah berumah tangga. Usia Pak Syarif sendiri sudah hampir 80 tahun. Kini mereka semua berkumpul.

Witri: “Pak, Panjenengan harus kerso ke rumah sakit.”

Pak Syarif: “Aku sudah sadar dari pingsan. Sudahlah, jangan lagi menyebut rumah sakit! Nak, hmm … kayaknya jatah hidupku di dunia ini sudah hampir habis.”

Fhatmi: “Pak, ampun ngendiko mekaten!”

Pak Syarif: “Sebelum aku meninggal, sebenarnya ada satu rahasia yang kusembunyikan selama 20 tahun ini. Kini aku akan membuka rahasia itu.”

Witri: “Hiks … hiks … hiks …”

Pak Syarif: “Nak, saat usiaku 59 tahun, aku berangkat naik haji ke tanah suci. Saat melaksanakan sholat di Masjidil Haram, ada keanehan. Waktu itu aku sholat dengan memakai sajadah. Selesai melaksanakan sholat, akupun melipat sajadah. Aku kaget manakala melihat di bawah sajadah itu ada uang kertas riyal begitu banyak. Aku menoleh ke kanan ke kiri, pikiran ini mendadak bingung dan bertanya-tanya … siapa pemilik uang ini? Akupun membawanya. Kusimpan rapi di kopor.”

Witri: “Hmm … cerita yang bagus.”

Pak Syarif: “Beberapa jam kemudian, aku melaksanakan sholat lagi. Sama … selesai sholat, kulihat di bawah sajadah berserak uang begitu banyak. Aneh … jiwa ini terasa tentram. Besoknya, aku sengaja sholat di Masjidil Haram dengan tidak membawa sajadah. Keanehan datang lagi, Nak. Selesai melaksanakan sholat, di bawah pinggangku terdapat begitu banyak uang riyal. Akupun menyimpannya. Semua uang kubawa pulang, kutukarkan ke mata uang rupiah, hmm … hampir satu milyar rupiah. Uang itu aku gunakan untuk membeli sawah dan kebun. Kini semua sawah dan kebun itu aku wariskan kepada kalian berdua.”

Witri: “Aku yakin semua uang itu adalah pemberian dari Allah.”

Fhatmi: “Hatiku juga mengatakan seperti itu.”

Pak Syarif: “Setelah mengalami peristiwa itu, duh … imanku semakin naik. Aku semakin yakin bahwa Allah tu ada, baik, dan senantiasa mengurus hamba-Nya.”

Witri: “Kenapa Bapak merahasiakan ini semua?”

Pak Syarif: “Aku tak ingin jiwaku menjadi sombong. Biarlah kejadian ini hanya aku dan Allah saja yang tahu.”

Page 74: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

70

Witri: “Hmm … hati ini terasa mak nyess mendengar kisah Panjenengan, Pak.”

Pak Syarif: “Nak, sejak muda, aku belajar mengaji di masjid kampung kita itu. Hmm … cukup lama aku merenungkan satu ayat yaitu ayat pertama yang tertulis di Qur’an.”

Fhatmi: “Maksud Bapak … Bismillahirrohmaanirrohiim.”

Pak Syarif: “Benar. Lama otak ini berfikir: kenapa ayat ini dijadikan ayat pertama? Hmm … ada kata Arrohman, juga ada kata Arrohim. Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang.”

Witri: “Bapak memang telaten, ulet, dan rajin.”

Pak Syarif: “Kenapa kata Arrohman diletakkan di awal Qur’an? Duh … lama banget aku memikirkan satu kata ini, hingga sampai berminggu-minggu.”

Fhatmi: “Akhirnya????”

Pak Syarif: “Aku berkesimpulan … sengaja Allah meletakkan asmaul husna itu, yaitu Arrahman, Maha Pengasih … supaya manusia mau meneladani asmaul husna ini. Aku yakin bahwa Allah sangat mencintai hamba-hambaNya yang suka memberi, bersedekah, dan meringankan beban orang lain. Hmm … sejak saat itu, akupun rajin sedekah, rajin membantu, rajin menyantuni anak yatim dan miskin.”

Witri: “Wow … sungguh bijaksana.”

Pak Syarif: “Rupanya Allah membalasku secara cash di dunia ini. Saat di Masjidil Haram, Allah ganti memberiku uang begitu banyak. Ya Allah … Engkau memang Arrahman, Engkau benar-benar sayang kepada kami.”

Fhatmi: “Memahami hanya satu ayat, lalu dipikirkan berhari-hari, kemudian dilaksanakan dengan ikhlas dan istiqomah hingga ujung kehidupan… wow … Pak … tak kusangka Panjenengan benar-benar mencintai Qur’an.”

Pak Syarif: “Nak, pesanku: jangan hanya puas dengan menghafal Qur’an. Tapi yang paling penting adalah memahami Qur’an. Memikirkan apa yang terkandung dalam setiap ayat di Qur’an, lalu laksanakanlah dengan istiqomah hingga nyawa ini berpisah dari raga. Aku yakin … kamulah manusia yang paling beruntung di dunia ini.”

Nafas Pak Syarif tinggal satu-satu. Beliau … duh … nampak keringat bersarang di dahi beliau. Witri dan Fhatmi tahu bahwa bapaknya … hmm … kayaknya sudah rindu ingin bertemu Allah.

Witri: “Pak … hiks … hiks …”

Pak Syarif: “Nak, kenapa kamu menangis? Bentar lagi aku akan bertemu dengan Dzat yang sangat aku cintai. Aku sangat rindu ingin bertemu denganNya.”

Fhatmi: “Hiks … hiks … Pak, berilah kami nasihat lagi! Hiks … hiks …”

Pak Syarif: “Nak, jadikan menghafal Qur’an sebagai prioritas nomer tiga. Jadikan memahami Qur’an sebagai prioritas nomer dua. Jadikan mengamalkan isi Qur’an sebagai prioritas nomer satu.”

Witri: “Enggih Pak. Kami akan melaksanakan semua dhawuh Panjenengan.”

Pak Syarif: “Nak, hmm … nafas terasa semakin berat. Duh … yuk kita bersama-sama membaca Al Fatihah tiga atau lima kali!”

Page 75: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

71

Akhirnya, semua yang hadir membaca Al Fatihah bersama-sama dengan Pak Syarif. Saat selesai membaca Fatihah tiga kali, tiba-tiba Pak Syarif terdiam. Beliau tersenyum menghadap ke langit sambil berkata lembut, “Nak, ada rombongan tamu. Mereka bukan manusia, tapi juga bukan jin.”

Dengan tangisan tertahan, Fhatmi bertanya, “Si … si … siapa mereka? Apakah para malaikat???”

Pak Syarif tak mampu lagi menjawab. Beliau hanya mengangguk pelan, tersenyum … memejamkan mata. Lima menit kemudian … beliau sudah tidak bernyawa lagi.

------

Page 76: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

72

Bab 11

Kadang Kejujuran Terasa Perih

Tahun 1974

Hampir maghrib, hujan rintik sudah cukup merubah suasana menjadi sejuk. Empat gadis berjalan pelan. Mereka memakai payung dari daun pisang. Nampak dari kejauhan … hehehe … mereka mengenakan jarik khas jawa. Seperti biasa, mereka menuju masjid kampung untuk mengaji Al Qur’an. Sambil menikmati sejuknya hujan, sejenak mereka ngobrol.

Gendhis: “Yuk kita bergegas! Ntar gelap lho.”

Ambar: “Nyantai aja lah! Hehehe … proyek listrik sudah nyampek di kota Semarang. Kapan kampung kita mendapat aliran listrik, ya?”

Harni: “Paling-paling 5 tahun lagi.”

Enting: “ Bukan lima tahun, tapi 10 tahun lagi, hahaha.”

Gendhis: “Eh, Ambar … kain jarik yang kau kenakan, duh … bagus banget. Apa nama motifnya?”

Ambar: “Ini motif batik parang kusumo. Maknanya adalah mekar. Semoga dengan aku mengenakan motif ini, pikiranku mekar, hatiku juga mekar, tak lagi picik dan bodoh.”

Harni: “Gimana kalau yang mekar malahan perutnya?”

Enting: “ Itu namanya super gendhut, Jeng … hahaha.”

Harni: “Kalau jarik yang kupakai ini, nama motifnya adalah bokor kencana. Kata ibukku, motif ini seperti doa semoga aku semakin bertambah sholihah, kewibawaanku semakin moncer dan kecantikanku semakin bersinar lahir batin, hehehe.”

Enting: “Emangnya jarik ngefek ama wajah?”

Gendhis: “Duh, namanya aja petuah orang tua, nggak usah dibantah! Kalau aku suka jarik dengan motif sekar jagad.”

Ambar: “Emm … kutebak, pasti supaya kamu bisa cantik bagai bunga, ya?”

Harni: “Mungkin. Tapi gimana kalau yang memakai tu embah-embah yang sudah tuaaaaa banget?”

Ambar: “Biar kelihatan cantik jiwanya. Gitu … hahaha.”

Gendhis: “Ok, dah terdengar adzan maghrib. Yuk kita percepat langkah kita!”

Sepuluh menit kemudian, mereka khusyuk melaksanakan sholat maghrib bersama hampir 50 jamaah. Masjid kampung itu … hmm … sederhana banget. Dinding masjid masih dari kayu. Atapnya … genting yang sudah sangat tua. Lantai masjid masih dari tanah yang dilapisi dengan tikar anyaman. Walau sangat sederhana, tapi jamaah begitu banyak. Kenapa? TV belum ada. FB, WA, Line dan sosmed lainnya belum ada sehingga masyarakat fokus ke masjid, fokus ke akhirat. Jauh banget dengan jaman sekarang. Teknologi semakin maju, masyarakat sibuk … kayaknya bukan sibuk, tapi disibukkan oleh sosmed dan game yang semakin bagus sehingga masjid sepi. Saat listrik mati seminggu, pasti mereka pada bingung, marah … linglung, sepi. Kenapa? Mereka sudah tergantung

Page 77: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

73

ama listrik, ama sosmed, ama game, dan hatinya gak terbiasa ke masjid, gak terbiasa ngaji, jadi … sangat nampak waktu mereka habis dirampok oleh sosmed. Emm … anehnya, mereka rela waktu mereka dirampok, bahkan malahan seneng, hahaha.

Yuk sejenak kita kembali ke Gendhis dan kawan-kawan. Sehabis melaksanakan sholat maghrib, seperti biasa, mereka mengaji kepada Kiyai Warso. Walau hanya diterangi lampu minyak, tapi semangat mereka tetap maksimal. Mungkin karena sudah menjadi habit jadi tak ada santri yang loyo atau malas.

Dari dalam masjid, terdengar hujan reda sehingga Kiyai Warso bisa nyaman mengajar. Kali ini beliau membahas makna dari Surat Al Baqarah ayat 8 sampai 20. Dua menit … sepuluh menit … semua yang hadir antusias menyimak. Akhirnya Kiyai berkata, “Wahai para santri, ketahuilah bahwa ayat-ayat yang saya jelaskan tadi itu membahas tentang orang-orang munafik. Pembohong, tak bisa dipercaya dan mudah mengkhianati saudaranya adalah salah satu tanda munafik. Para santri, saya mau tanya … kenapa ayat-ayat tentang munafik ini diletakkan di awal-awal Surat Baqarah?”

Semua santri tak ada yang bisa menjawab. Kembali Kiyai berkata, “Hikmahnya adalah … munafik itu sangat berbahaya. Jangan pernah menjadi munafik! Keluarga hancur, negara remuk gara-gara munafik.”

Pengajian selesai, adzan isyak sudah berkumandang. Semua jamaah melaksanakan sholat isyak. Suasana … semakin sepi, hanya jangkrik yang bernyanyi bersahutan menghiasi cantiknya malam.

Dua puluh tahun kemudian

Di tahun 1994, usia Gendhis sudah mencapai 32 tahun. Dia dikaruniai dua anak. Suaminya seorang anggota DPRD. Hmm … lumayak kaya. Gendhis … walau dia kaya tapi dia tak mau menjadi munafik. Dia tak mau membohongi rakyat. Suaminya wakil rakyat, dia tahu berapa gajinya, sehingga jika suaminya memberi kepadanya duit banyak yang tak jelas asal usulnya, maka diapun marah kepada suaminya. Pernah suatu hari suaminya membawa hadiah untuknya.

Suami: “Dhek, nih kubelikan jarik batik.”

Gendhis: “Duh … cantik banget. Kayaknya ini motifnya … e … ntar coba kuingat … motifnya wahyu tumurun, ya?”

Suami: “Wah, aku nggak paham tentang motif batik.”

Gendhis: “Iya … ini adalah motif wahyu tumurun. Filosofinya adalah semoga yang memakai batik ini selalu mendapat hidayah dari Allah SWT.”

Suami: “Dhek, ini hadiah kedua dariku.”

Gendhis: “Sebuah tas wanita?”

Suami: “Iya Dhek.”

Gendhis: “Hmm … bagus banget. Berapa harganya?”

Suami: “Dua ratus ribu.”

Page 78: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

74

Gendhis: “Bohong. Temanku ada yang punya ginian, harganya diatas dua juta rupiah. Mas … kenapa kamu memberi hadiah begitu mahal? Pasti ini uang haram, pasti Sampeyan nggak bener.”

Suami: “Dhek ….”

Gendhis marah. Kain jarik dan tas dilempar ke wajah suaminya. Dia menangis, lari ke kamar dan … brakkkk … dia membanting pintu dengan tangisan pilu.

Setahun kemudian, saat Gendhis membaca koran, dia melihat di koran itu … suaminya … duh … suaminya diperiksa kejaksaan karena tuduhan korupsi. Hmm … dia tahu kalau memang suaminya koruptor. Tanah lima hektar di Ungaran, sembilan rumah tersebar di Magelang adalah hasil korupsi suaminya.

Sejenak dia meletakkan koran. Nafas terasa berat, air mata bergelayutan, jiwanya hanya bisa meratap …

Jiwa: “Surat Al Baqarah ayat 8 hingga 20 … aku ingin mengamalkan ayat-ayat ini … hiks … hiks … tapi kenapa suamiku tak mau mengamalkan? Kenapa dia memilik jadi pencuri? Kenapa dia memilih menjadi munafik? Kenapa??????”

Hati: “Mungkin dia tak memahami isi Qur’an.”

Jiwa: “Bukannya tak memahami, tapi tak mau tahu. Dalam jiwanya cuman berisi tumpukan ambisi mengumpulkan duit duit dan duit.”

Hati: “Tapi … bagaimanapun juga, dia adalah suamimu.”

Jiwa: “Jadi, aku harus mendukung dia? Sorga katut, neraka nunut … gitu?????”

Hati: “Gimana kalau cerai aja? Uang haram yang diberikan suamimu, jika kau makan … maka dagingmu jadi haram … badanmu haram … kotor. Kamu gak bisa masuk sorga jika ada daging badanmu yang tumbuh dari uang haram.”

Jiwa: “Emangnya cerai merupakan solusi terbaik?”

Hati: “Aku tak tahu?”

Jiwa: “Emangnya kamu senang kalau aku jadi janda?”

Hati: “Hmm … tentu tidak?”

Jiwa: “Hiks … hiks … hiks … kenapa masalah bisa menjadi rumit seperti ini?”

Hati: “Kulihat … kamu mengenakan batik udan riris. Apa kamu tahu maknanya?”

Jiwa: “Iya, motif ini sebagai motivasi bagiku agar aku semangat menghindari berbagai masalah. Motif ini sebagai temanku untuk terbebas dari segala masalah. Tapi kenyataannya lain … hmm … masalah semakin rumit.”

Seminggu kemudian, sang suami benar-benar ditahan oleh pihak kejaksaan. Gendhis … saat pulang membezuk suaminya dari tahanan, para wartawan mengerubutinya.

Wartawan: “Bu, gimana kabar Bapak?”

Gendhis: “Baik … ijinkan saya jalan!”

Page 79: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

75

Wartawan: “Bu, mohon cerita sedikit tentang masalah yang menimpa suami Ibu!”

Gendhis: “No comment.”

Wartawan: “Apakah suami ibu difitnah?”

Gendhis: “Aku tak tahu.”

Wartawan: “Siapa saja yang terlibat?”

Gendhis: “Aku juga tak tahu. Silakan tanya ada ama Pak Jaksa!”

Wartawan: “Apakah suami Ibu benar-benar koruptor?”

“Darrrrr,” jantung Gendhis berdegup kencang. Wajahnya mendadak memerah. Pertanyaan ini seakan menguliti jiwanya. Apa yang harus dijawab? Kalau dia menjawab ‘iya’, berarti dia membuka aib suaminya di depan jutaan orang. Jika ia menjawab ‘tidak’, maka berarti dia membohongi jutaan orang. Jiwanya kembali resah …

Jiwa: “Jangan pernah membuka aib suami! Bagaimanapun juga … dia tu suamimu. Dia sudah memberimu banyak … banyak banget. Apakah kamu tega mengkhianatinya?”

Hati: “Sudahlah! Sekarang saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya. Bukankah kamu ingin mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 8 hingga 20? Memang kejujuran itu perih, tapi inilah jalan para Nabi.”

Jiwa: “Belum saatnya kamu mengatakan kejujuran sekarang. Ntar jika saatnya tepat, silakan kamu katakan yang sebenarnya di masyarakat.”

Hati: “Sekarang saat yang tepat. Jangan pernah menggunakan filosofi sorga nunut neraka katut!”

Dengan menahan air mata, akhirnya Gendhis berkata, “Mas wartawan, suami saya bukan koruptor, suami saya bukan pencuri, titik. Suami saya adalah suami saya. Aku setia kepadanya.”

Dia berlari menerobos kerumunan wartawan. Setelah sampai di dalam mobil, dia melaju kencang dengan tangisan yang meraung-raung.

Sejenak angin berbisik kepada daun.

Angin: “Gendhis … dia memilih menjadi munafik.”

Daun: “Bukan memilih, tetapi terpaksa munafik.”

Angin: “Terpaksa? Siapa yang memaksanya untuk membohongi masyarakat?”

Daun: “Keadaan yang memaksanya?”

Angin: “Di mana alamatnya keadaan????”

Daun: “Hmm …”

Angin: “Hidup cuman sekali. Allah sudah mengirimkan Kiyai Warso untuk membimbing kehidupannya tapi … dia memilih meninggalkan wejangan Pak Kiyai.”

Daun: “Semoga aja Gendhis bisa berubah.”

Page 80: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

76

Angin: “Aku paling suka saat Gendhis memakai batik bermotif ratu ratih. Hmm ratu … aku berdoa semoga kelak dia menjadi ratu di akhirat. Ratu … iya … ratu … sebagai hadiah dari Allah atas kesabarannya menghadapi permasalahan hidup ini.”

Daun: “Gendhis … kembalilah kepada jalan yang lurus!”

Angin: “Gendhis … kamu pasti bisa mematuhi wejangan Kiyai Warso. Pasti … pasti … kami mendoakanmu.”

-----

Page 81: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

77

Bab 12

Gaya Komunikasi Orang Awam

Pak Rekso: “Tak terasa, sekarang umurmu sudah hampir 20 tahun ya, Nak?”

Dimaz: “Enggih Pak. Hmm … selama ini aku merasa sulit dan sangat sulit dalam menjalani hidup ini.”

Pak Rekso: “Oya?”

Dimaz: “Kuliah … targetku dapat IP 3.6 ke atas. Dengan memasang target itulah, aku jadi kurang nyaman, bahkan seperti under pressure. Kemana-mana harus belajar. Aku … hmm … kayaknya nggak bisa menikmati umur ini lagi, Pak.”

Pak Rekso: “Saat bangun tidur, apa yang terlintas dalam pikiranmu pertama kali?”

Dimaz: “Pelajaran. Hmm … tepatnya adalah beban pelajaran.”

Pak Rekso: “Saat mau tidur?”

Dimaz: “Sama kok Pak … cuman mikir pelajaran. Bahkan jalan-jalan ke Pantai Baron Jogja, di sana aku tak bisa rileks, melainkan terus memikirkan tentang pelajaran.”

Pak Rekso: “Apakah memang seperti ini keadaan hidup ideal menurutmu?”

Dimaz: “Enggak.”

Pak Rekso: “Tapi kenapa kamu masih tetap bertahan di situ?”

Dimaz: “Aku nggak tahu. Mungkin sudah menjadi habit sehingga itulah hidupku.”

Pak Rekso: “Nak, cobalah berkata jujur! Kira-kira lima tahun lagi, apa yang kamu inginkan?”

Dimaz: “Terus terang, aku ingin jadi pengusaha. Aku ingin mempunyai penghasilan 20-50 juta perbulan. Dengan uang itu, aku ingin membeli mobil seharga 500 jutaan. Aku juga ingin membeli rumah seharga 800 jutaan. aku ingin motor 650 cc. Aku ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa aku bisa meraih cita-cita yang kuinginkan asalkan kerja keras dan … ambisi yang besar.”

Pak Rekso: “Wow … mantap.”

Dimaz: “Apa Panjenengan setuju?”

Pak Rekso: “Sedikit mengeluh dan sedikit sombong.”

Dimaz: “Kenapa Bapak berkata seperti itu?”

Pak Rekso: “Aku tak menuduhmu seperti itu. Hanya … begitulah model komunikasi masyarakat awam. Isi pembicaraan mereka cuman dua jenis yaitu sedikit mengeluh dan sedikit sombong.”

Dimaz: “Duh … kayaknya aku juga kena’ nih … hehehe.”

Pak Rekso: “Oya, besok ada beberapa teman seangkatan Bapak akan silaturrahmi ke rumah kita. Hehehe … coba besok kamu perhatikan pembicaraan mereka! Silakan kategorikan: mana yang termasuk sedikit sombong, mana yang termasuk sedikit mengeluh.”

Page 82: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

78

Dimaz: “Enggih Pak.”

Pak Rekso: “Ini adalah pelajaran penting untuk kehidupan. Pelajaran ini tidak diajarkan di sekolah maupun tempat kuliah. Jadi … kamu harus benar-benar memperhatikan.”

Dimaz: “Njih, pangestunipun mawon.”

Sehari kemudian, ada beberapa bapak dan ibu-ibu yang silaturrahmi ke rumah Pak Rekso. Suasana kangen-kangenan … duh … uenak banget. Sudah hampir 15 tahun tak bertemu, kini mereka bisa bersama lagi walau hanya beberapa menit. Setelah ngobrol ngalor ngidul, kini mereka menikmati hidangan kopi hangat, ketela goreng, kacang tanah rebus dan kroni-kroninya, hehehe. Wis pokoke jajanan pasar metu kabeh, deh. Oya, satu lagi … sambil nyantai tapi serius, Dimaz terus memperhatikan perkataan para tamu ini.

Pak Mursyid: “Jeng Fida …”

Bu Fida: “Enggih Pak?”

Pak Mursyid: “Aku dengar kabar Sampeyan tahun kemarin naik haji, ya?”

Bu Fida: “Alhamdulillah, sekali lagi alhamdulillah. Kalau bukan Allah yang menghendaki, kayaknya kagak bakalan bisa. Aku tu dah daftar haji dua tahun lalu, tapi kayaknya berangkatnya 14 tahun lagi. E e e kebetulan ada ibu-ibu dari Kudus tu cancel berangkat karena masuk rumah sakit. Aku yang menggantikan kursi beliau, jadi … berangkat haji deh, hehehe.”

Bu Nuha: “Berarti Allah sangat menyayangimu, Bu.”

Bu Fida: “Tentu dong. Bukannya aku sombong ya … emm … tiap malam aku sholat tahajjud, membaca surat Al Waqi’ah dan dzikir ribuan kali.”

Pak Rekso: “Wah, bisa jadi bentar lagi Panjenengan jadi ustadzah lho, Jeng, hehehe.”

Bu Fida: “Amin … Oya, Mas Roly … Apa Panjenengan masih di Deplu?”

Pak Roly: “Enggih Jeng. Dua tahun lalu saya bertugas di kedutaan Malaysia. Setahun kemudian dipindah ke kedutaan Jepang. Bulan kemarin saya dipindah lagi, alhamdulillah lumayan dekat … di kedutaan Singapura.”

Pak Rekso: “Wah, Panjenengan beruntung banget bisa keliling dunia.”

Pak Roly: “Hehehe … pangestunipun. Tapi … saya sangat bingung dalam menyekolahkan anak-anak. Selalu pindah-pindah terus. Akhirnya … anak-anak saya sekolahkan di Jakarta. Emang sih mereka bisa settle, tapi … duh … aku kangen banget. Bener-bener menderita jika kita jauh dengan anak.”

Pak Dayat: “Ingkang sabar, Pak. Oya … kayaknya teman kita yang paling bahagia tu Jeng Karti …. Hehehe.”

Bu Karti: “Duh … pasti aku dan aku lagi yang jadi bahan obrolan.”

Pak Rekso: “Jeng, ayo cerita!!! Kita pingin dengar, gimana sejarahnya kok Sampeyan bisa kaya raya, sehingga mampu membeli sedan mercedes maybach?”

Bu Karti: “Kisahnya sangat sederhana kok … bangun pagi, lalu kerja, pulang sore … dah, simple banget, hehehe.”

Page 83: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

79

Pak Dayat: “Halah … Jeng Karti ki ora seru. Ayo cerita yang detail, dong!!!!”

Bu Karti: “Hehehe, aku juga tak tau kenapa bisa sekaya ini? Padahal aku tu jarang sholat, jarang dzikir, bahkan nggak bisa membaca Qur’an, tapi Allah memberiku rejeki sangat berlimpah. Awalnya … suamiku membeli tanah 200 m² seharga 100 juta. Lalu kami bangun tu tanah, menghabiskan duit 200 juta. Naa … tu bangunan total bernilai 300 juta. Lalu kamu jual seharga 600 juta.”

Pak Rekso: “Apakah laku?”

Bu Karti: “Laku dengan sangat cepat. Kami membangun 20 rumah seharga 600 juta, terjual habis hanya dalam waktu satu bulan.”

Pak Roly: “Wow … Sampeyan sungguh pandai.”

Bu Karti: “ Maaf … bukannya aku sombong, tahun depan kami ada proyek 500 rumah. Jika sold out, maka keuntungan bersih nyampek 1.5 triliun.”

Mendengar kalimat 1.5 triliun, semua melongo kayak kena hipnotis. Termasuk Dimaz. Dia tak menyangka ada sahabat bapaknya yang mempunyai penghasilan sebesar itu. Selama ini Dimaz berfikir bahwa jadi pengusaha tu jika berhasil, lalu mempunyai pendapatan bersih 20 mpe 50 juta perbulan … duh … bahagia banget. Tapi mendengar ada manusia yang berpenghasilan 1.5 triliun … hehehe … sejenak otaknya blank.”

Pak Dayat: “Kayaknya … hanya aku yang gagal. Aku hanyalah tukang ojek. Gajiku sangat kecil, nggak seperti Jeng Karti atau Mas Roly. Aku … kadang membeli beras aja susah.”

Pak Rekso: “Tapi … keluarga Sampeyan bahagia, to? Hehehe … itu juga karunia lho, Mas.”

Pak Dayat: “Enggih Mas … Pangestunipun.”

Bu Karti: “Mas Dayat, walau uangku banyak, tapi … kayaknya Sampeyan lebih merasakan kebahagiaan daripada aku.”

Pak Dayat: “Lho kok bisa?”

Bu Karti: “Hiks … hiks … hiks …”

Bu Nuha: “Jeng … ampun nangis, njih! Kami akan senantiasa jadi saudara Panjenengan.”

Bu Karti: “Sejak menikah, aku sangat sibuk. Saat dikaruniai anak pertama … aku tak sempat menyusui anakku. Hmm … empat belas tahun kemudian, aku terkena kanker payudara. Kata dokter sih tuh sel kanker enggak menyebar, jadi aku bisa bernafas lega. Tapi … setahun kemudian ternyata kanker itu menyebar hingga ke tulang belakang. Sengaja aku memakai jilbab untuk menutupi kepalaku yang botak karena efek kemoterapi. Hmm … bisa jadi tahun depan kita tak bisa bersama lagi seperti ini … hiks … hiks …”

Bu Fida: “Hmm … sama kok bu. Dua tahun yang lalu rahimku diangkat karena ada kanker. Hmm … mpe sekarang aku masih ketakutan, jangan-jangan tu kanker menyebar. Duh … hiks … hiks …”

Bu Karti: “Kadang aku berfikir: berapa sih harga kesehatan itu? Aku akan membelinya … aku akan membelinya. Tapi … hiks … hiks … ternyata ada hal yang tak bisa dibeli dengan uang.”

Pak Rekso: “Yang penting … suami Sampeyan setia menemani dalam suka dan duka.”

Bu Karti: “Hiks … hiks … (Bu Karti nangis sambil teriak)”

Page 84: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

80

Pak Rekso: “Bu, ingkang sabar, njih!”

Bu Karti: “Suamiku … padahal umurnya sudah lima puluh tahun. Dia menikahi gadis yang berumur 19 tahun. Hiks … hiks … gadis itu sangat cantik, sholihah dan murah senyum. Hiks … hiks … kini … aku bagai bunga kering, tak lagi harum, bentar lagi rontok berguguran … berserak tanpa makna diterbangkan angin.”

Sehari kemudian

Pak Rekso dan Dimaz duduk nyantai. Mereka berdua melihat mendung yang tak juga turun hujan. Sambil menikmati ketela rebus … mereka bercengkerama.

Pak Rekso: “Nak, gimana dengan pengamatanmu kemarin?”

Dimaz: “Benar Pak, jenis pembicaraan mereka cuman dua … sedikit sombong dan sedikit mengeluh. Aku paling gak suka saat Bu Fida mengatakan bahwa tiap malam dia sholat tahajjud, membaca surat Al Waqi’ah dan dzikir ribuan kali. Duh … itu kan ibadah, ngapain harus diceritakan ke orang lain?”

Pak Rekso: “Kalau Pak Roly?”

Dimaz: “Kayaknya beliau nggak sombong, tapi beliau mengeluh lumayan pedih. Hmm … yang paling banyak mengeluh kayaknya Bu Karti, ya?”

Pak Rekso: “Iya, sejak muda dia ambisius.”

Dimaz: “Pak Dayat, beliau kasihan banget ya, masalah ekonomi belum juga tuntas.”

Pak Rekso: “Nak, pesan Bapak … kamu adalah pemimpin. Kebiasaan pemimpin adalah membenci sifat sedikit sombong dan sedikit mengeluh. Dalam obrolan dengan teman, daripada menyombongkan diri, mendingan menyombongkan Nabi Muhammad. Maksudnya, menceritakan akhlaq mulia beliau. Ini malahan lebih asyik.”

Dimaz: “Atau menceritakan para sahabat Nabi ya, Pak?”

Pak Rekso: “Benar. Terlalu banyak menceritakan keberhasilan diri itu bukannya menguatkan persahabatan, tapi sebaliknya, Nak … persahabatan jadi renggang.”

Dimaz: “Benar. Aku juga heran ngapain Bu Karti menyebut angka-angka mpe 1.5 triliun, padahal disampingnya ada Pak Dayat yang sangat miskin.”

Pak Rekso: “Biasalah, namanya juga perempuan. Kecintaannya ada di harta.”

Dimaz: “Tapi nggak semua seperti itu.”

Pak Rekso: “Iya, memang nggak semua, tapi banyak yang seperti itu. Oya, jika kamu sakit … nggak usah diceritakan ke teman-teman! Untuk apa???? Sakit itu dari Allah, mendingan kita adukan aja ke Allah. Mengadukan sakit ke manusia itu ibarat kita mengadukan kehendak Allah kepada manusia.”

Dimaz: “Emm … seakan-akan Allah tu kejam, ya Pak?”

Pak Rekso: “Iya. Lagian, ngobrol santai tapi topik pembicaraannya tentang sakit tu … duh … nyebelin banget. Harusnya rasa kopi tu nikmat, tapi gara-gara topik pembicaraannya bab sakit, akhirnya kenikmatan secangkir kopi menjadi lenyap.”

Page 85: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

81

Dimaz: “Hehehe, bener juga.”

Pak Rekso: “Pesan terakhir Bapak: Berikan kabar baik, atau diam … itu aja.”

Dimaz: “Enggih Pak.”

------

Page 86: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

82

Bab 13

Setelah Kesulitan, Pasti Ada Kesulitan (lagi)

Fathiya … diambilnya lima lembar tissue lembut untuk mengelap kakinya. Sebenarnya tuh kaki sangat bersih, hanya karena basah sedikit aja, langsung dikeringin ama tissue. Karena sangat peduli ama kebersihan inilah, Fathiya tumbuh menjadi gadis ayu yang super bersih.

Walau badannya nampak tinggi tapi sebenarnya dia masih duduk di bangku SMP kelas dua. Dia sekolah di Kota Semarang. Sang Bapak bekerja di kepolisian. Lumayan kaya, tapi jiwa kemandirian tercermin di aura wajahnya yang lembut. Abis maghrib, langsung belajar. Karena nilai pelajarannya bagus, akhirnya … diapun mendapat kesempatan ikut program pertukaran pelajar ke negara Thailand. Hepi? Banget.

Bersama 19 temannya, kini dia lagi nyantai duduk di kabin pesawat Garuda yang akan membawa mereka ke Thailand. Kebetulan dia duduk dengan Miftah, teman satu rombongan, juga satu kelas.

Fathiya: “Kayaknya acara ginian datangnya cuman seumur hidup sekali, ya?”

Miftah: “Benar. Gak nyangka bisa belajar ke Thailand walau hanya dua minggu.”

Fathiya: “Sambil nyantai, gimana kalau kita latihan bahasa Thailand?”

Miftah: “Gak usah! Ntar di sana kita pakai bahasa inggris aja!”

Fathiya: “Tapi aku ingin memakai bahasa Thailand. Aku ingin menyatu dengan siswa-siswa Thailand.”

Miftah: “Baiklah. Kalau aku tak bisa, ntar aku buka google translate, ya?”

Fathiya: “Ok. Tolong sekarang kamu buat kalimat dengan bahasa Thailand, ntar aku akan berusaha menerjemahkan.”

Miftah: “Iya. C hạn pĕn nạkreīyn cāk prathe xindonīseīy. Apa artinya?”

Fathiya: “Emm … saya adalah … siswa Indonesia.”

Miftah: “Benar. Kalau Prathe thịy pĕn prathe thī s wyngām?”

Fathiya: “Emm … ntar … ntar … biar kuingat. Jangan beritahu dulu!”

Miftah: “Cepat!”

Fathiya: “Emm … Negara Thailand sangat … sangat luas.”

Miftah: “Bukan luas tapi indah.”

Fathiya: “Hehehe … biasa lah, namanya aja belajar vocab bahasa asing, jadi pasti sangat sulit. Tolong beri soal lagi!”

Miftah: “Apa arti Khuṇ mī khwām s wyngām?”

Page 87: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

83

Fathiya: “Duh … apa ya? s wyngām itu cantik. Khuṇ mī itu … kamu. Artinya … kamu sangat cantik. Kamu memujiku, ya? Emangnya aku cantik?” (nampak wajah Fathiya kaget campur cerah)

Miftah: “Memang kok. Kamu sangat cantik.”

Fathiya: “Wis … wis … wis! Kamu tuh gimana to? Lihat aja otakku! Bukan wajahku.”

Miftah: “Hehehe, maaf, gue lagi kurang fokus.”

Setahun kemudian

Fathiya dan seluruh teman satu angkatan lagi wisata ke Malang Jawa timur. Ada lima bus besar membawa mereka melihat ayat Allah yang terbentang. Kebetulan rombongan singgah sebentar di Tanggulangin Sidoarjo. Sambil menikmati lezatnya lontong kupang dan sate kerang, Miftah dan Fathiya kembali ngobrol.

Fathiya: “Lontong kupang … wow … mantap brow. Dua tahun lalu aku menikmati kuliner ini. Sekarang terulang lagi, hehehe.”

Miftah: “Iya, kayaknya ada petis-nya, ya?”

Fathiya: “Benar. Emm … aku mau nambah, ya? Hehehe.”

Miftah: “Silakan! Oya, perjalanan kita dari Semarang hingga Sidoarjo … duh … lancar banget. Kayaknya ada mobil polisi yang mengawal kita sehingga perjalanan kita sangat lancar, hampir tak ada macet.”

Fathiya: “Itu karena Bapakku seorang polisi.”

Miftah: “Jadi … Bapakmu yang mengawal rombongan kita?”

Fathiya: “Hehehe, bukan. Mereka anak buah Bapakku.”

Miftah: “Wow, mantap. E … dua bulan yang lalu saat sekolah kita lagi berkemah, tuh armada yang mengangkut ratusan siswa menuju lokasi perkemahan, kayaknya juga dari kepolisian. Apa itu juga karena rekomendasi dari Bapakmu?”

Fathiya: “Hehehe. Iya … emangnya kenapa?”

Miftah: “Ternyata Bapakmu banyak berguna di sekolah kita.”

Fathiya: “Alhamdulillah kalau kamu mempunyai pikiran seperti itu.”

Miftah: “Eh, gimana rasanya menjadi anak polisi?”

Fathiya: “Biasa aja. Bapakku sangat disiplin, demikian juga denganku. Dari jam enam petang hingga jam sembilan malam, aku terus belajar.”

Miftah: “Wow … pantesan nilai matematikamu 100. Bapakku hanyalah penjual bakso.”

Fathiya: “Tapi omzetnya mpe tiga juta per hari. Iya kan?”

Miftah: “Kok kamu tahu?”

Fathiya: “Bakso Bapakmu tuh terkenal banget. Omzet tiga juta per hari. Kayaknya keuntungan bersih … satu juta per hari. Jadi … kalau sebulan, pasti 30 jutaan.”

Page 88: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

84

Miftah: “Nggak ada. Paling-paling 20 jutaan.”

Fathiya: “Whattt??? Angka itu sudah sangat banyak. Gaji bapakku aja nggak ada 10 juta.”

Miftah: “Tapi Bapakmu ada uang pensiun, sedangkan Bapakku gak ada.”

Fathiya: “Masa tua nanti jika cuman ngandalin uang pensiun, kayaknya nggak cukup. Ibukku mengajariku untuk wiraswasta kok. Kami lagi sibuk membesarkan toko baju di maal.”

Miftah: “Kalau aku … kayaknya meneruskan aja usaha Bapakku, jualan bakso.”

Fathiya: “Apa aku boleh ikutan kamu jualan bakso?”

Miftah: “Boleh. Malah aku sangat senang. Kamu kan ayu banget. Ntar jika kamu yang jadi kasir, pasti omzet sehari naik jadi 30 juta/ hari.”

Fathiya: “Hahahaha. Kok bisa?”

Miftah: “Senyuman wanita tuh kayaknya marketable banget.”

Fathiya: “Hahahaha.” (tertawa tapi sambil mlengos)

Dua tahun kemudian

Keduanya sudah lulus SMP, melanjutkan ke SMA dan mereka juga masih satu SMA. Usaha dagang bakso keluarga Miftah semakin moncer. Kini sudah ada tiga cabang yaitu di Penggaron, Ngaliyan dan Banyumanik.

Sedangkan toko baju yang dikelola Fathiya dan keluarganya masih stagnan, belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Fathiya bingung, diapun konsultasi kepada Miftah. Mereka berdua duduk di salah satu stand makanan siap saji di maal.

Miftah: “Kok kelihatannya murung. Ada apa? Apa kamu memikirkan tentang masalah kuliah? Masih setahun lagi, brow. Tenang aja!”

Fathiya: “Bukan. Aku lagi memikirkan toko-ku yang ada di Maal Ciputra. Sudah kukelola tiga tahun lebih, tapi … duh … stagnan banget. Laba bulanan sangat minim. Hanya bisa untuk menggaji karyawan, bayar pajak, ama keuntungan dikit. Itupun keuntungan nggak sempat masuk saldo tabungan karena untuk kulakan lagi.”

Miftah: “Kayaknya bisnis pakaian benar-benar crowded, ya?”

Fathiya: “Iya. Aku mau menyerah aja. Gimana menurut pendapatmu?”

Miftah: “Emm … ibarat pohon, maka tuh pohon yang kamu tanam ternyata buahnya sangat sedikit. Ada dua pilihan yaitu merawat tuh pohon dengan sebaik-baiknya supaya berbuah lebat. Pilihan yang kedua adalah merobohkan pohon, lalu menggantinya dengan pohon yang baru.”

Fathiya: “Aku memilih option yang kedua.”

Miftah: “Apa kamu mau menanam pohon lagi? Hmm … butuh waktu lama, lho?”

Fathiya: “Gak ada pilihan lain. Aku malas dengan usaha yang stagnan gini. Kayaknya … kuliner lebih menjanjikan. Kayak kamu, hehehe.”

Page 89: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

85

Miftah: “Jadi kamu mau pindah ke usaha kuliner?”

Fathiya: “Hmm … gak taulah. Aku masih ragu, bimbang, bingung … duh ....”

Miftah: “Sudahlah! Kamu gak usah mikir jauh-jauh mengenai bisnis. Lagian, kita masih SMA.”

Fathiya: “Tapi aku pingin berhasil seperti kamu!”

Miftah: “Fathiya, kamu tuh udah berhasil. Lihatlah nilai-nilai sekolahmu yang sangat memuaskan! Kamu clever, sholihah, rajin pakai jilbab, kurang apa lagi?”

Fathiya: “Miftah ….”

Miftah: “Iya ….”

Fathiya: “Aku mempunyai satu permintaan, apakah kamu mau mengabulkannya?”

Miftah: “I … i … iya.”

Fathiya: “Aku mempunyai uang 850 juta. Tolong buatkan warung bakso seperti kepunyaanmu! Tolong kamu yang desain total! Kamu juga yang mengurusi bab managemen warung. Apa kamu mau?”

Miftah: “Whatttttt????? Apa kamu serius?????”

Fathiya: “Nih ATM-ku. Kamu aja yang bawa!”

Tiga Tahun kemudian

Mereka berdua sepakat untuk tidak kuliah, melainkan menekuni usaha kuliner. Di masa awal-awal membuka usaha, modal 850 juta ludes tinggal 200 juta karena ternyata membuka warung bakso di Kedungmundu merugi terus. Tapi uang Bapaknya Fathiya lumayan banyak. Dia mendapat suntikan modal lagi sebanyak 700 juta. Modal ini digunakan untuk memulai usaha bakso lagi di Ungaran. Cuaca yang lumayan sejuk, menu yang mantap ditambah lokasi warung yang sangat bersih menjadikan warung bakso Fathiya laris manis. Dalam sehari, omzet bisa mencapai 2 juta.

Bertahun-tahun mereka sedih bersama, senang bersama, tertawa dan menangis bersama. Apakah mereka saling mencinta? Belum pernah ada yang berani mengucapkan kalimat ini. Mereka sangat malu walau …. Hehehe. Inilah perbincangan mereka sambil menghitung uang hasil jualan malam ini.

Miftah: “Dapat berapa?”

Fathiya: “Dua juta dua ratus enam puluh ribu rupiah.”

Miftah: “Kayaknya laba bersihnya satu jutaan, ya?”

Fathiya: “Iya, dalam sebulan kita bisa mengumpulkan laba bersih 30 juta.”

Miftah: “Kita? Kok kamu menggunakan kata ‘kita’?”

Fathiya: “Bukankah kita berdua yang mengelola warung ini?”

Miftah: “Iya, tapi ini warungmu. Bukan warungku.”

Fathiya: “Nanti suatu saat pasti akan jadi milik kita berdua.”

Page 90: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

86

Miftah: “Maksudnya?”

Fathiya: “Kalau kita menikah … kan jadi milik kita bersama.”

“Darrrrr,” jantung Miftah mengamuk dahsyat. Nampak wajahnya putih pucat. Tiba-tiba kerongkongannya sangat haus. Tapi … sekejap kemudian haus itu hilang padahal nggak minum air setegukpun.

Miftah: “Fathiya … apa kamu sadar dengan kalimat yang barusan kamu ucapkan?”

Fathiya: “Iya. Miftah … bertahun-tahun kita mengalami jatuh bangun bersama dalam membesarkan usaha, hingga kita bersama kompak nggak mau kuliah. Kamu tahu kenapa? Karena kita tuh satu pikiran, satu hati, satu tujuan, dan … .”

Miftah: “Fathiya, pasti kamu lagi bergurau, ya? Hehehe … aku tahu maksudmu.”

Fathiya: “Aku nggak bergurau. Apa perlu aku harus mengucapkan sumpah?”

Miftah: “Hmm … kayaknya kamu benar-benar serius. Fathiya, apa kamu sudah memikirkannya dalam-dalam?”

Fathiya: “Sudah. Pokoknya kalau aku gak bisa menikah denganmu, maka aku takkan menikah selamanya.”

Miftah: “Husss, jangan berkata seperti itu! Fathiya, lihatlah kulitku, berwarna sawo busuk, sedangkan kulitmu putih bersih kayak kapas.”

Fathiya: “Aku melihat hatimu, bukan kulitmu.”

Miftah: “Aku dibesarkan di keluarga kampung, sedangkan keluargamu sangat berpendidikan.”

Fathiya: “Tapi keluargamu sangat cerdas bab keuangan. Buktinya … warung bakso milik keluargamu menghasilkan omzet puluhan juta rupiah dalam sebulan. Sangat jarang manusia bisa sepandai itu.”

Miftah: “Fathiya, lihatlah wajahmu … sangat ayu, sedangkan aku …”

Fathiya: “Hehehe … paling-paling predikat ayu yang kumiliki hanya bertahan 10 tahun, setelah itu …”

Miftah: “Nggak, bagiku … kamu tuh ayu selamanya.”

Fathiya: “Hiks … hiks …”

Miftah: “Kenapa menangis?”

Fathiya: “Berarti kamu mencintaiku?”

Miftah: “Iya. Sejak pertama kali bertemu di bangku SMP, aku sangat mencintaimu.”

Fathiya: “Kalau aku, saat SMP belum tertarik ama kamu. Saat SMA, juga belum seneng. Aku cinta kamu tuh baru enam bulan yang lalu.”

Miftah: “Kenapa kamu memilihku?”

Fathiya: “Tujuh bulan yang lalu, aku sempat mengaji dengan Pak Ustadz Chozin di Masjid Agung. Hmm … wejangan beliau sangat menyentuh hatiku dan kuingat mpe sekarang.”

Page 91: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

87

Miftah: “I’m listening.”

Fathiya: “Beliau berkata : Ali bin Abi Tholib pernah berkata bahwa kebahagiaan itu ada enam yaitu islam, Qur’an, Muhammad SAW, kesehatan, tertutupnya aib, dan tidak menjadi beban orang lain.”

Miftah: “Indah banget kalimat yang Engkau ucapkan.”

Fathiya: “Tentang islam, kulihat keislamanmu sangat bagus. Kamu tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Tentang Qur’an, kuamati bertahun-tahun kamu juga rajin membaca dan mendalami Qur’an. Bahkan kita sering menghafal surat bersama. Tentang Muhammad SAW, kuamati kamu juga dengan detail meniru keseharian Nabi Muhammad. Hehehe … jarang banget ada lelaki yang seperti itu.”

Miftah: “Tentang bab tertutupnya aib?”

Fathiya: “Namamu harum di masyarakat. Aku yakin penduduk langit juga mencintaimu. Tentang kesehatan … hehehe … kamu sehat jasmani rohani. Tentang bab tidak menjadi beban orang lain … emm … kamu mandiri, kita berdua sudah mandiri. Laba bersih 30 juta sebulan kukira lebih dari cukup.”

Miftah: “Kamu sangat detail.”

Fathiya: “Iya lah, gue kan pengusaha, jadi harus detail. Ntar takutnya rugi … hahaha.”

Miftah: “Hahahaha … sampai begitu dalam kamu menilaiku. Hmm … terima kasih.”

Fathiya: “Sama-sama. Kalau kamu, apa pernah menilaiku?”

Miftah: “Enggak.”

Fathiya: “Whatttt? Jadi … kamu gak pernah memikirkanku?”

Miftah: “Aku mencintaimu apa adanya. Mau miskin atau kaya, mau cantik atau kurang, mau putih atau sawo matang, aku tetap mencintaimu tanpa pernah memberi syarat.”

Fathiya: “Halah … bohong.”

Miftah: “Aku tanpamu bagaikan ambulance tanpa uwiw-uwiw.”

Fathiya: “Hahahahaha.” (tertawa terpingkal-pingkal)

Miftah: “Coba ucapkan satu kalimat yang akan sanggup menentramkan hatiku!”

Fathiya: “Kamu dan warung bakso kepunyaan kita tuh sama yaitu sederhana tapi berkualitas.”

Miftah: “Oya? Hahaha … yang kurasakan bahwa cintaku ke kamu tuh persis kayak hutang. Awalnya sedikit, didiamin terus … eh … lama-lama membesar sendiri.”

Fathiya: “Hahahaha … nice joke. Malam ini … kayaknya inilah puncak kebahagiaanku selama ini.”

Miftah: “Aku juga merasakan seperti itu.”

Fathiya: “Sehoror-horornya film horor, lebih horor lagi kalau kamu nggak bisa menikah ama aku.”

Miftah: “Tak ada yang bisa memotong cinta kita. Emm … cinta kita kayak kuku, walau dipotong, tapi akan tumbuh terus.”

Page 92: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

88

Fathiya: “Hmm … semoga aja.”

Miftah: “Tentang tanggal pernikahan, kapan menurutmu tanggal yang tepat?”

Fathiya: “Kuserahkan semuanya kepadamu.”

Miftah: “Gimana kalau enam bulan lagi?”

Fathiya: “Terlalu lama. Gimana kalau sebulan lagi?”

Miftah: “Whatttt????????”

Fathiya: “Miftah, P hm rạk khuṇ.”

Miftah: “Apa artinya?”

Fathiya: “I luv you.”

Miftah: “Hahahaha … langit langsung cerah, babe.”

Fathiya: “K hx k hxbkhuṇ khuṇ yindī thī ca rạk c hạn

Miftah: “Jangan beritahu artinya dulu! Aku akan menebak … emm … kok ada kata c hạn. Emm … apakah artinya: aku ganteng kayak Jacky Chan?”

Fathiya: “Hahahahaha. Enggak babe. Artinya … terima kasih sudah mau mencintaiku.”

Miftah: “Iya, sama-sama. Tinggal satu PR kita yaitu meminta persetujuan orang tua. Moga-moga mereka setuju semua.”

Fathiya: “Orang tuaku pasti setuju.”

Miftah: “Sama … orang tuaku juga pasti dan pasti.”

Fathiya: “Hmm … kok mendadak dada ini deg-degan, ya?”

Miftah: “Itu perasaan ragu, pasti datangnya dari setan. Mereka kagak suka manusia menikah secara islam. Abis ini, silakan sholat yang banyak, babe! Semoga keraguan itu hilang.”

Fathiya: “Iya …”

Hanya berselang dua hari dari pertemuan terakhir dengan Fathiya, maka Miftah langsung menceritakan perihal rencana pernikahannya kepada Bapaknya, yaitu Pak Ashadi. Awalnya pertemuan ini sangat renyah. Ketawa-ketiwi sahut menyahut. Beginilah pembicaraan mereka berdua.

Ashadi: “Akhirnya, sampai juga kamu pada bagian kehidupan yang sangat penting yaitu menikah.”

Miftah: “Iya Pak. Gak nyangka bisa secepat ini.”

Ashadi: “Fathiya … emm … apa kamu yakin mantap menikah dengan gadis itu?”

Miftah: “Iya. Gimana dengan Bapak? Apakah Bapak setuju?””

Ashadi: “Hehehe. Nak, kamu adalah pemimpin. Kamulah yang meng-eksekusi semua bab penting dalam kehidupanmu. Bapak hanya bisa memberikan masukan, data, info, dan motivasi. Bapak akan

Page 93: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

89

bicara panjang lebar, silakan Ananda yang memutuskan sendiri apakah menikah dengan Fathiya tuh baik apa tidak.”

Miftah: “Enggih Pak. Saya siap mendengarkan.”

Ashadi: “Tolong buka Surat Al Baqoroh ayat 172! Silakan baca artinya saja!”

Miftah: “Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rejeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.”

Ashadi: “Buka lagi surat Al Baqoroh ayat 168! Tolong baca artinya saja!”

Miftah: “Allah berfirman: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Ashadi: “Apakah Ananda memahami ayat ini?”

Miftah: “Iya Pak. Ini termasuk ayat muhkamat, jadi saya sangat paham banget.”

Ashadi: “Begini gambaran manusia di dunia, biar Bapak gambarkan dengan sangat sederhana: pertama kamu lahir, lalu hidup. Allah memberimu rejeki yang terhampar di bumi, silakan makan tapi pilihlah yang halal saja! Utamakan ibadah, cari ilmu, lalu menikahlah, perbanyak keturunan, fokus akhirat. Suatu saat kamu mati, menghadap Allah, bersih dan bahagia, masuk sorga … dah … simple banget.”

Miftah: “Iya Pak.”

Ashadi: “Maaf … road map itu akan gagal total jika kamu menikah dengan Fathiya.”

Miftah: “Lho, kok????????” (kaget hingga bengong)

Ashadi: “Tenang, jangan emosi dulu! Fathiya, dia anak seorang polisi. Berapa sih gaji polisi? Tapi lihatlah rumah keluarganya? Mewah banget. Mobilnya … harganya diatas 500 juta. Belum lagi tabungan yang ada di rekening mereka, pasti sangat banyak.”

Miftah: “Tapi menurutku Bapaknya Fathiya termasuk polisi jujur kok, Pak.”

Ashadi: “Oya? Dari mana kamu mempunyai keyakinan seperti itu? Apa kamu masih ingat tiga tahun yang lalu saat Fathiya memulai usaha bakso? Di saldonya ada uang 800 juta lebih. Lalu saat bangkrut, dia mendapat suntikan modal lagi 700 juta, fresh … dari mana tuh duit? Apakah dari gaji Bapaknya?”

Miftah: “…………”

Ashadi: “Nak, jika kamu melaksanakan sholat ashar, lalu baju yang kaupakai ada selembar kain yang dibeli dari hasil haram, maka sholatmu takkan diterima Allah. Kenapa? Allah tuh baik, hanya menerima yang baik-baik saja.”

Miftah: “Duh ….”

Ashadi: “Apa kamu mau menukar sorga yang seluas langit bumi dengan pipi Fathiya yang putih itu?”

Miftah: “Hmm …”

Page 94: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

90

Ashadi: “Nak, bayangkan jika seluruh penduduk negeri ini mempunyai sifat yang sama serakahnya seperti bapaknya Fathiya! Gimana jadinya? Negara ini sakit gara-gara ada ratusan ribu manusia yang suka korup seperti Bapaknya Fathiya.”

Miftah: “Tapi Fathiya sholihah.”

Ashadi: “Apa kamu tahu definisi dari sholihah?”

Miftah: “………….”

Ashadi: “Wanita yang paling sholihah bukan diukur dari lamanya sholat atau puasanya, tapi diukur dari ketelitian terhadap halal dan haram, itu aja. Abu Bakr As Siddik adalah orang yang paling teliti terhadap halal dan haram setelah Nabi Muhammad. Beliau adalah orang sholih. Beda banget dengan Fathiya.”

Miftah: “Tapi, kami sudah sangat mencintai.”

Ashadi: “Cinta tuh ada dua: cinta kepada Allah dan cinta kepada ciptaan-Nya. Normalnya adalah kamu me-nomorsatu-kan cinta pertama yaitu kepada Allah. Jika kamu mendahulukan cinta kepada Fathiya yang dikotori oleh keluarganya, maka artinya kamu meninggalkan cinta pertama menuju cinta kedua.

Miftah: “Tapi menurutku manusia tuh seperti bangunan rumah. Mungkin ibarat rumah, Fathiya tuh agak kotor, cukup dibersihkan aja, ntar pasti bersih dan bagus kembali.”

Ashadi: “Nak, maaf … mungkin ada pemuda yang mencium cewek. Menurutku taubatnya adalah dengan memperbanyak istighfar, lalu menyesal dan tidak mengulangi perbuatannya lagi. Aku yakin Allah menerima taubatnya. Tapi jika memakan makanan haram, gimana cara taubatnya? Makanan itu sudah menjadi darah dan daging kita. Hmm … darah kita bercampur haram, daging kita juga ikut haram, gimana cara membersihkannya? Apakah harus dipotong? Apakah harus disayat?”

Miftah: “Duh …” (kepala terasa nyut-nyut)

Ashadi: “Nak, lihatlah gimana 10 tahun ini Bapak jungkir balik menghidupkan usaha bakso! Tujuan Bapak cuman satu yaitu memberimu rejeki yang halal dan bersih, itu aja. Aku tak mau, bahkan tak rela jika ada rejeki haram yang masuk ke perutmu dan perut ibumu. Apakah Bapak salah?”

Miftah: “Tidak. Trus … gimana nasib rencana pernikahan saya?”

Ashadi: “Ada jutaan gadis yang bersih jiwanya, silakan pilih mereka! Fathiya awalnya bersih, tapi dikotori oleh keluarganya. Memilih Fathiya ibaratnya seperti berlari meninggalkan Allah menuju kesenangan palsu.”

Miftah: “Duh, kenapa masalah semakin rumit?” (darah serasa mengalir ke kepala semua)

Ashadi: “Tolong baca Surat Al Baqarah ayat 153! Artinya aja!”

Miftah: “Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Ashadi: “Amalkan ayat ini! Abis itu mintalah nasihat Budhe dan Pakdhe! Bulik dan Paman silakan juga mintai nasihat! Mereka adalah orang-orang sholih. Mereka takkan mungkin bersepakat untuk membuat hidupmu menderita.”

Miftah: “………” (pandangannya kosong)

Page 95: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

91

Pertemuan itu membuat asa Miftah remuk. Tak disangka Bapaknya tidak setuju. Hmm … tapi masuk akal juga karena semua perkataan Bapaknya berdasarkan ilmu, bersumber dari Qur’an, takkan mungkin lagi dibantah. Detik sudah menunjukkan jam 12 malam, dia masih belum juga tidur. Pandangannya kabur, jiwanya resah, fokus sudah hilang, hanya lamunan ngilu yang sering hadir di pelupuk matanya.

Jiwa: “Habislah sudah ….”

Hati: “Aku turut prihatin.”

Jiwa: “Andai Fathiya mengetahui hal ini, duh …”

Hati: “Dia pasti sedih, bisa juga depresi, bahkan mati mendadak. Wanita itu sangat lemah dalam hal ini karena mereka jarang menggunakan pikiran, tapi mereka menggunakan perasaan.”

Jiwa: “Gimana kalau aku nggak patuh Bapak?”

Hati: “Maksudmu, kamu tetap akan menikah dengan Fathiya?”

Jiwa: “I … i … iya.”

Hati: “Jangan deh! Bapak tuh kiriman Allah dari langit untuk membimbingmu menuju ke kebahagiaan abadi.”

Jiwa: “Jika aku meninggalkan Fathiya?”

Hati: “Dia cantik, ayu, banyak yang suka. Kukira masih banyak pria lain yang akan menikahinya.”

Jiwa: “Apakah semudah itu?”

Hati: “Memang tidak mudah. Biarlah waktu yang akan bicara.”

Pagi-pun datang, bukannya disambut dengan kicauan burung, tapi hujan rintik. Suhu lumayan dingin, Miftah duduk bengong di temani oleh kopi panas dan ketela rebus. Tadi, abis subuh dia minta nasihat ke Pak Dhe dan Budhe. Sama … mereka tak setuju jika dia menikah dengan Fathiya. Paman dan Bulik juga sama, bahkan mereka sangat membenci keluarga polisi. Normalnya pagi tuh pikiran segar, tapi sebaliknya, kepala Miftah berdenyut ngilu. Mungkin tuh otak lagi searching … mencari titik temu antara Fathiya dengan keluarganya. Tapi kayaknya searching-nya terlalu lama, tapi tak juga menemukan titik temu, jadinya … begitulah.

Mendadak acara melamun ini buyar karena ada telpon dari Fathiya yang menyuruhnya untuk menemani sarapan di salah satu kantin Masjid Agung. Tanpa pikir panjang, diapun menggeber tuh motor Kawasaki Ninja. Sepuluh menit nyampek. Sama … hujan rintik masih juga menjadi teman setia.

Setelah memarkir motor, nampak dari kejauhan Fathiya melambaikan tangan dengan senyuman berbinar. Gimana dengan Miftah? Jiwanya pedih, resah, nangis, tapi dia menyembunyikan semuanya. Wajahnya dibuat se-sumringah mungkin. Dia berusaha untuk senyum beberapa kali walau hati terasa semakin tersayat. Akhirnya … mereka berdua sarapan.

Fathiya: “Babe, kok kayaknya agak murung, kenapa?”

Miftah: “Emm … gpp. Mungkin gerimis ini yang menjadikan suasana dingin.”

Fathiya: “Hehehe, kok malahan gerimis yang disalahkan. Ok, aku mau laporan dengan detail.”

Page 96: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

92

Miftah: “………….”( mengangguk sambil nyeruput kopi hitam kental)

Fathiya: “Aku sudah memikirkan semua hal tentang acara pernikahan kita. Tentang bab gedung, mana yang kamu pilih, Babe? Gedung Wanita, Wisma Diponegoro, Hotel Patra Jasa atau Auditorium Masjid Agung?”

Miftah: “…………”(bengong sambil melihat hujan)

Fathiya: “Baiklah, biar aku aja yang memilih. Aku mantap memilih Patra jasa karena selain bagus, di tengah kota, harganya juga pas banget dan … lahan parkir yang luas.”

Miftah: “…………” (garuk-garuk kepala padahal nggak gatal)

Fathiya: “Tentang masalah catering, ada yang nomor satu, nomor dua, nomor tiga. Babe, mana yang kamu pilih?”

Miftah: “………” (Menelan ludah berkali-kali)

Fathiya: “Ok, aku mantap untuk memilih catering yang nomor satu. Memang agak mahal, satu porsi 70 ribu rupiah. Tapi menurutku harga tuh sesuai dengan kualitas. Gpp … masalah uang biar menjadi tanggunganku. Lagian, menikah kan hanya sekali seumur hidup, jadi harus benar-benar istimewa.”

Miftah: “………..” (Menggigit bibir)

Fathiya: “Tentang masalah undangan, aku mantap menyebar seribu undangan. Lima ratus undangan untuk tamu dari pihak keluargaku, sedangkan sisanya dari pihak keluargamu ya, Babe?”

Miftah: “………..” (tangan kanan gemetar memegang gelas kopi panas)

Fathiya: “Babe, sekarang yuk kita bahas masalah bulan madu! Ada lima pilihan: ke Bali, Lombok, Singapura, atau Thailand. Kalau aku boleh milih, ke Thailand lagi yuk! Hehehe, itung-itung sambil mengingat masa lalu saat kita bersama teman-teman ikut program pertukaran pelajar. Hehehe … Babe, Khuṇ h ĕn d wy?”

Miftah: “Apa artinya?”

Fathiya: “Artinya: apa kamu setuju???”

Miftah: “……..” (Mengangguk ragu sambil garuk-garuk pipi)

Fathiya: “Oya, sebagai ungkapan rasa syukurku kepada Allah, maka pada saat honeymoon nanti, aku akan mengkhatamkan Qur’an. Moga-moga bisa khatam dua minggu. Boleh ya, Babe?”

Miftah: “………..” (hanya tersenyum tipis)

Fathiya: “Oya, kata Bapak: ntar beliau akan memberiku kado satu unit rumah type 200 di daerah Tembalang. Aku seneng banget. Jadi, setelah menikah maka kita bisa langsung menempati tuh rumah.”

Kayaknya Miftah sudah tak tahan mendengar pembicaraan Fathiya, tiba-tiba perutnya terasa sakit melilit dan perih. Mungkin karena maag kumat. Dengan muka pucat, dia berkata, “Fathiya, aku mau ke kamar mandi, ya? Kayaknya mau muntah.” Fathiya hanya bisa mengangguk sambil berkata nyantai, “Babe, kayaknya hujan rintik inilah yang menjadikan kamu masuk angin. Ntar minum tolak angin aja!”

Page 97: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

93

Sepuluh menit kemudian

Selesai menikmati breakfast, Fathiya langsung ambil air wudhu. Hujan rintik membuat air semakin dingin. Selesai wudhu, diapun menuju ruang utama masjid Agung untuk melaksanakan sholat dhuha. Hmm … baru aja memakai mukena, tiba-tiba dia mendengar suara laki-laki menangis. Diapun mendekati tuh lelaki. Ternyata dia adalah Miftah. Dia sujud sambil menangis. Fathiya terus memperhatikan tangisan demi tangisan. Memang pelan, tapi … terasa pilu. Jiwanya terus bertanya-tanya, “Kenapa Miftah menangis? Apakah ini tangisan bahagia? Tangisan syukur? Tangisan before married? Atau …” jawaban belum juga ketemu. Hatinya hanya mampu berbisik, “Ya Allah, terima kasih karena telah mempertemukan aku dengan Miftah.”

Angin: “Hari berganti minggu, Fathiya semakin gembira karena merasa tanggal pernikahannya semakin dekat.”

Daun: “Sebaliknya, Miftah dilanda kesedihan yang memilukan. Dia terus bingung, apakah ikut nasihat bapaknya atau memilih nikah dengan Fathiya?”

Angin: “Duh, kasihan mereka berdua. Kayaknya masalah ini datang gara-gara bapaknya Fathiya. Andaikan dia bukan polisi, tentu masalah nggak sepedih ini.”

Daun: “Angin …”

Angin: “Iya …”

Daun: “Andaikan kamu jadi Miftah, mana yang akan kamu pilih?”

Angin: “Aku milih ikut nasihat bapaknya Miftah.”

Daun: “Berarti kamu tega membiarkan Fathiya hancur. Apa kamu kuat mendengar tangisannya?”

Angin: “Aku gak bakalan kuat. Sudahlah, aku hanya berharap semoga masalah ini cepat selesai.”

Hampir sebulan penuh Miftah berfikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Dia masih juga belum menentukan keputusan. Sementara Fathiya masih juga belum tahu masalah yang berkecamuk di dada Miftah. Saat dia terbaring lesu sendiri di teras masjid, tiba-tiba ilmu yang ada di dalam dadanya bicara.

Ilmu: “Aku ada usul, semoga ini menjadi jalan tengah antara Fathiya dengan keluarga besarmu.”

Hati: “Alhamdulillah, aku siap mendengarkan.”

Ilmu: “Usul pertama: kamu harus ikut nasihat Bapakmu!”

Hati: “Kenapa harus?”

Ilmu: “Dalam hal jodoh, Nabi Ismail sangat patuh kepada nasihat Bapaknya yaitu Nabi Ibrohim. Miftah, mereka adalah nenek moyangmu. Jadilah seperti Nabi ismail! Tak ada orang tua yang menjerumuskan anak.”

Hati: “Berat, duh … berat banget.”

Ilmu: “Lebih berat lagi kalau kamu diam. Dan masalah semakin bertambah runyam kalau kamu memilih Fathiya. Fathiya ibarat bunga melati yang harum tapi dikelilingi oleh bunga bangkai.”

Hati: “Aku sangat mencintainya. Apa aku bisa menghapus cinta ini?”

Page 98: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

94

Ilmu: “Bisa. Silakan terus mengingat milyaran uang haram di rumah Fathiya! Bayangkan milyaran uang itu seperti api yang membakar semuanya. Ntar pasti kamu termotivasi untuk meninggalkannya.”

Hati: “Senyumnya, duh … kayaknya aku tak bisa seharipun tanpa melihat senyumannya.”

Ilmu: “Itu karena kadar cintamu kepada Allah masih sangat sedikit. Andai kadar kecintaanmu sangat tinggi, maka kamu akan dengan mudah melupakan senyuman Fathiya. Nabi Yusuf dikala muda sangat mencintai Zulaikha yang cantik menawan. Tapi karena kecintaannya kepada Allah sangat tinggi maka dia sanggup menundukkan pandangan. Dia sanggup memendam cinta itu.”

Hati: “Nabi Yusuf … wow … pelajaran yang bagus. Baiklah, aku akan sami’na wa atho’na kepada perintah Allah.”

Ilmu: “Sekarang ini, tolong ikat dulu nafsu, perasaan dan akal! Gunakan aja iman! Ikuti aja apa kata Bapakmu! Ikuti aja apa kata Qur’an karena posisi Qur’an harus lebih tinggi dari akal.”

Hati: “Baiklah, aku mantap meninggalkan Fathiya. Mau tanya: gimana cara supaya Fathiya tidak shock?”

Ilmu: “Beri dia ilmu secara bertahap. Ilmu tentang sabar, ilmu tentang hati, ilmu tentang cinta Allah, dan ilmu tentang berserah diri. Aku yakin, dia bakalan sabar dalam menghadapi masalah ini.”

Hati: “Baiklah, wahai ilmu … terima kasih.”

Ilmu: “Sama-sama.”

Sejak saat itu Miftah rajin memberikan ilmu kepada Fathiya. Cara penyampaiannya kadang langsung, lewat buku, foto copy, email, dan link internet. Pokonya Miftah berjuang mati-matian untuk menguatkan hati Fathiya. Bagaimana dengan Fathiya? Hehehe … dia malas belajar karena otaknya penuh dengan rencana pernikahan. Dia menjelma menjadi wedding organiser (WO) untuk dirinya sendiri. Pernak-pernik acara pernikahan dari a mpe z sudah dideskripsikan dengan sangat matang. Kenyataan ini membuat Miftah lemes, kendor lagi semangatnya dan … pasrah.

Sebulan kemudian

Miftah serius bicara dengan saudara sepupunya yang masih duduk di bangu SMA. Mereka kembar yaitu Nining dan Nuning.

Miftah: “Dhek …”

Nining: “Iya Mas.”

Miftah: “Apa kamu sudah tahu tentang masalahku dengan Fathiya?”

Nuning: “Iya, kami sudah tahu semua. Alhamdulillah Sampeyan memilih meninggalkan Mbak Fathiya. Aku setuju banget.”

Nining: “Sama. Aku paling nggak suka jika mempunyai saudara dari keluarga polisi.”

Miftah: “Kenapa?”

Nuning: “Jarang yang bersih.”

Page 99: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

95

Miftah: “Begini, dua jam lagi yaitu jam 9 malam, aku akan bertemu Fathiya di warung bakso miliknya.”

Nuning: “Jam segitu kayaknya pembeli sudah gak ada lagi, ya?”

Miftah: “Benar. Dalam kesempatan itulah, aku akan terus terang kepada Fathiya bahwa … bahwa … duh … berat banget mengucapkannya.”

Nining: “Bahwa Sampeyan akan meninggalkan Fathiya, gitu kan?”

Miftah: “Iya. Hmm … aku khawatir setelah mendengar berita ini, dia shock, lalu pingsan. Duh … makanya, aku mengajakmu. Maksudku, jika sewaktu-waktu Fathiya pingsan, maka kamu yang memeganginya, ya?”

Nining: “Aku takut e, Mas.”

Miftah: “Tolonglah aku!”

Nuning: “Dhek Nining, nggak usah takut! Kan kamu sudah berpengalaman mutusin cowok, hahaha.”

Nining: “Hehehe, Mas … aku tuh pernah nolak cowok. Bukan hanya sedih, dia tuh nangis di hadapanku kayak anak kecil lho, Mas … hahaha.”

Nuning: “Mas, Dhek Nining tu pernah disenengin ama cowok anak polisi. Wah, tuh pemuda mau memberikan mobil Honda Jazz terbaru untuk Dhek Nining. Tapi … dia gak mau. Kayaknya Dhek Nining tuh jual mahal, deh … hahaha. Dhek, mbok jangan jual mahal, to! Ntar kalau gak laku, piye jal?”

Nining: “Tenang aja! Ada selusin lebih cowok yang cinta ama aku. Pokoknya ABAP.”

Miftah: “ABAP, apaan tuh?”

Nining: “Asal Bukan Anak Polisi, Mas … hahaha.”

Nuning: “Kamu gak boleh benci gitu ama Pak Polisi. Mereka tuh jasanya besar banget bagi negeri ini. Banyak polisi yang baik dan jujur kok.”

Nining: “Tapi yang nggak bersih sangat buanyakkkkkkk.”

Miftah: “Wis wis wis … duh, kok malah diskusi sendiri. Gimana keputusannya? Mau bantu aku atau tidak?”

Nuning: “Siap Mas.”

Nining: “Enggih, Mas. Bonusnya, aku ama Mbak Nuning minta pulsa HP 100 ribu, ya!”

Miftah: “Deal.”

Nuning: “Mantap, hahaha.” (tertawa di atas penderitaan orang lain, hehehe)

Dua jam kemudian

Tepat jam sembilan malam, mereka berempat (Miftah, Nining, Nuning, dan Fathiya) berkumpul di warung bakso yang sudah sangat sepi. Apalagi hujan rintik turut juga hadir … hmm … lumayan dingin, hanya tetap tak bisa mendinginkan jiwa Miftah yang dilanda gundah gulana.

Page 100: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

96

Kebetulan para karyawan warung juga sudah pulang semua, sehingga keheningan singgah disetiap pojok warung.

Nining: “Mbak Fathiya, kenalkan … Saya Nining. Di sebelahku ini Mbak Nuning. Kami kembar. Kami adalah saudara sepupu Mas Miftah.”

Fathiya: “Subhanallah, mirip banget. Jilbabnya sama, bajunya sama, cantiknya sama, senyumnya juga sama. Duh, melihat kalian berdua benar-benar kayak miracle.”

Miftah: “Nakalnya juga sama, hehehe. Dua gadis itu tiap hari nggak makan nasi.”

Fathiya: “Lho, terus makan apa?”

Miftah: “Makan pulsa HP, hahaha. Pokoknya mereka tuh rakus banget ama yang namanya pulsa.”

Nuning: “Mas, jangan buka rahasia, to!”

Fathiya: “Hahaha. Emm … aku ada ide: kayaknya kalian berdua pas banget menjadi pengiring pengantin kami. Jika kalian berdua memakai baju adat Semarang, duh … pasti ayuuuu banget. Dhek Nuning dan Dhek Nining, apa kalian berdua mau menjadi pengiring pengantin kami?”

Nuning: “………..” (bengong)

Nining: “………..” (tolah-toleh kayak Sitti Nurbaya dipaksa nikah)

Fathiya: “Lho kok diam aja? Berarti kuanggap mau. Diamnya perempuan berarti mau, hahaha.”

Miftah: “E … e …”

Fathiya: “Mas, besok aku mau silaturrahmi ke rumahmu, ya? Aku sekalian mengajak Bapak dan Ibukku. Paling kami datang jam 10 pagi. Nggak usah masak-masak, ntar malahan merepotkan.”

Miftah: “E … e …”

Fathiya: “Kok bingung? Maaf, mungkin cukup mendadak aku memberitahu karena dua hari lagi Bapakku dinas ke Samarinda. Jadi mumpung besok masih di sini, maka kupaksa beliau untuk silaturrahmi ke rumah Sampeyan.”

Miftah: “Fathiya …”

Fathiya: “Iya …”

Miftah: “Bismillahirrohmaanirrohiim. Aku mau bicara dengan sangat serius.”

Fathiya: “Apa tentang masalah bisnis bakso kita? Tenang aja, ntar aku punya ide akan membuka satu lagi warung bakso di daerah ….”

Miftah: “Stttt … sudahlah! Ijinkan aku bicara!”

Fathiya: “I … i … iya. Duh, kok aku jadi deg-degan, ya.”

Miftah: “Fathiya …”

Fathiya: “Iya …”

Miftah: “Emm … terpaksa aku harus mengatakannya.”

Page 101: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

97

Fathiya: “………….”

Miftah: “Aku sudah membicarakan hubungan kita ke Bapak. Di luar dugaan … emm … emm … beliau tidak setuju dengan pernikahanku.”

Fathiya: “Mungkin jadwalnya terlalu cepat. Baiklah, aku siap menunggu kapanpun, yang penting acara pernikahan bisa terlaksana.”

Miftah: “Bukan masalah tanggal pernikahan.”

Fathiya: “Lalu?”

Miftah: “Masalah pengantin perempuan.”

Fathiya: “O … mungkin beliau tak setuju kalau pengantin perempuannya memakai baju adat Jawa karena ada aurot yang terbuka. Gak masalah, Babe … ntar aku akan mendesain baju pengantin yang sesuai dengan syari’at islam sehingga keluarga besar kamu bisa senang. Gpp … itu mudah kok.”

Miftah: “Bukan masalah baju pengantin perempuan.”

Fathiya: “Lalu, masalah apa?”

Miftah: “Duh … aku tak sanggup untuk mengucapkannya.”

Semua terdiam, bahkan rintik hujan juga ikut terdiam. Mungkin mereka juga menyimak dengan seksama pembicaraan ini. Nining berulang kali menggaruk kepala hingga akhirnya dia berkata, “Mas, gimana kalau aku saja yang menyampaikan hal ini?” Miftah mengangguk. Dengan diiringi mengucap basmalah, Nining berkata, “Mbak Fathiya, Bapaknya Mas Miftah tidak setuju jika Sampeyan menikah dengan Mas Miftah. Mbak … maaf.”

Fathiya tertegun. Lidahnya terasa kaku dan kebas. Matanya terus menatap Miftah seakan tak percaya. Dia juga mencubit kulitnya untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Ternyata bukan mimpi. Akhirnya … asa Fathiya remuk bagaikan sebuah gelas beling yang terbanting ke lantai, berkeping-keping, berserakan ke mana-mana. Otaknya blank beberapa detik. Tak ada yang berani bicara. Miftah kelihatan menunduk lesu.

Nampak air mata mulai membasahi pipi Fathiya. Dadanya terasa sesak bagai ditinju berkali-kali. Dia berusaha untuk tegar tapi … kayaknya dia sangat rapuh. Perasaan sedih, marah, bingung, kaget, dan sejuta perasaan lainnya bercampur aduk jadi satu dalam ramuan yang membuat raganya seperti terpaku di kursi.

Beberapa menit kemudian, air mata semakin deras mengucur. Jiwanya meregang dalam rasa sakit putus cinta yang tak juga kunjung reda.

Miftah: “Fathiya … maafkan aku yang telah menghancurkan road map kehidupanmu.”

Fathiya: “Hiks ……..” (tulang dan otot seperti terlepas)

Miftah: “Aku harus ikut arahan orang tua. Hmm … tak kusangka, setelah kepedihan kita bertahun-tahun membesarkan usaha, bukannya kemudahan yang datang, tapi kepedihan semakin menyayat. Fathiya … bukan hanya kamu saja yang sedih. Aku juga sedih, kedua orang tua kita juga sedih.”

Fathiya: “Hiks … coba terangkan kepadaku apa alasan Bapakmu tak setuju!” (air mata mengalir deras)

Page 102: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

98

Miftah: “Aku tak bisa mengatakannya.”

Fathiya: “Katakan!!! (Fathiya membentak keras hingga Nuning dan Nining kaget)

Miftah: “………….”

Fathiya: “Kalau kamu tak mau mengatakan, gpp, sekarang aku mau ke rumah Bapakmu untuk menanyakan hal ini. (Fathiya kembali teriak dengan tangisan pilu.”

Miftah: “Baiklah. Ada perbedaan prinsip yang mendasar di keluargaku dan keluargamu. Perbedaan inilah yang memisahkan kita.”

Fathiya: “Hiks … coba terangkan!”

Miftah: “E ….”

Fathiya: “Terangkan!!!!(Fathiya kembali teriak. Kini suaranya berubah parau, mungkin karena terlalu banyak menangis)

Miftah: “Ba … Ba … Bapakku tidak suka mempunyai me … me … menantu anak polisi.”

Kalimat ini seperti belati yang menusuk-nusuk perut Fathiya hingga terkapar tak berdaya. Dia tak mampu lagi duduk. Keseimbangannya hilang. Dia … terjatuh di lantai. Nuning dan Nining langsung berusaha untuk membopong Fathiya. Tak ada lagi suara tangisannya. Fathiya … pingsan.

Semenjak acara move on, Fathiya berubah menjadi pendiam padahal awalnya tuh gadis kinestetik banget alias tak bisa diam, gerak terus. Saat bangun tidur, nampak banget ada bekas air mata yang mengering di pipi. Kayaknya air mata belum juga bisa surut. Sudah seminggu lebih dia mengurung diri di kamar. Dia seperti hidup di dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia kenangan. Saat dia memasuki dunia kenangan, dia tersenyum sendiri, tertawa sendiri. Apalagi kalau mengingat dia dan Miftah jungkir balik mendirikan usaha bakso bersama, hmm … dia terus tertawa di kamar. Tapi mendadak dia memasuki alam nyata dimana Miftah sudah pamit pergi, mendadak tangisnya meledak. Sang Ibu mendengar rintihan ini, tapi … hmm … beliau nggak bisa apa-apa.

Detik menunjukkan jam 9 pagi. Nampak Sang Ibu membawa nampan berisi menu sarapan pagi untuk Fathiya.

Ibu: “Dhek, sarapan yuk! Biar ibu yang suapin!”

Fathiya: “…………” (duduk sambil memandang kosong ke arah dinding)

Ibu: “Dhek, dulu Ibu juga pernah mengalami kepedihan seperti ini, tapi Ibu bisa survive.”

Fathiya: “Diam! Aku nggak suka dibanding-bandingkan.” (volume suara yang keluar lumayan tinggi dan pedas)

Ibu: “Hmm, kepedihan yang berlarut benar-benar menghilangkan sifat lemah lembut yang ada dalam dirimu.”

Fathiya: “Bapak yang salah, kenapa harus aku yang menanggung akibatnya? Hiks … hiks …” (tangisan terdengar pilu dari mulut Fathiya)

Ibu: “Bapakmu tuh baik, Dhek. Dia sangat menyayangimu.”

Page 103: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

99

Fathiya: “Apa kata Ibu? Bapak Baik? Kok bisa? Andai Bapak baik, kenapa dia tega menjejali mulutku dengan api? Kenapaaaa????” (Fathiya teriak keras hingga ibunya ketakutan)

Ibu: “Kami memberimu makan dari gaji bulanan Bapak.”

Fathiya: “Berapa gaji bulanan Bapak?” (bentakan keras)

Ibu: “Tujuh juta, Nak.”

Fathiya: “Dengan gaji segitu, kenapa aset di rumah ini bisa milyaran? Kenapa saldo tabungan Ibu bisa milyaran? Kenapa rumah kita bisa tiga? Kenapa mobil kita bisa seharga di atas 500 juta?” (nada bicara semakin kasar dan meledak-ledak)

Ibu: “Bapak layak menerima kekayaan ini karena beliau sudah memberi jasa yang besar untuk negara.”

Fathiya: “PNS yang jujur, hidup mereka nggak mewah padahal jasa mereka juga banyak untuk negara. Bu, tolong jawab yang jujur: apakah Bapak korupsi?” (nada bicara bengis bercampur dengan tangisan)

Ibu: “Kenapa kamu membenci kami? Kamu bisa durhaka lho, Dhek.”

Fathiya: “Durhaka? Bu, silakan kutuk aku sekarang juga! Ayo … kutuk aku! Sekalian aja doakan aku supaya mati! Sekarang! Hiks … hiks … (tangisan kembali pecah, kali ini volume suara semakin beringas)

Ibu: “Nak, sudahlah! Ibu mengerti bahwa rencana pernikahanmu berantakan gara-gara kami. Kayaknya ada sebagian masyarakat yang membenci kami. Biarlah, nggak apa-apa, yang penting Allah tidak membenci kami.”

Fathiya: “Allah membenci keluarga ini. Aku mempunyai keyakinan: jika penduduk dunia mencintai keluarga ini, maka penduduk langit juga mencintai keluarga ini. Tapi sebaliknya jika masyarakat dunia membenci keluarga ini, maka … sama … para malaikat di langit juga membenci keluarga ini. Uang korup … duh … gara-gara duit inilah, Miftah dan keluarganya membenci kita. Kayaknya kita layak menerima kebencian ini.”

Ibu: “Tapi Bapak dan Ibu rajin sholat lho, Dhek.”

Fathiya: “Mengerjakan sholat tapi perutnya penuh dengan haram, maka sholatnya tak diterima Allah.”

Ibu: “Janganlah sok menghakimi!”

Fathiya: “Jadi Ibu ingin aku mengatakan bahwa sholat Ibu diterima Allah? Aneh … benar benar keluarga aneh. Hmm … Bu, sebagai seorang wanita, seharusnya Ibu bisa menasihati Bapak supaya nggak korupsi. Alih-alih menasihati, Ibu malahan bersekongkol dengan Bapak menumpuk harta yang nggak tau asal usulnya itu.”

Ibu: “Tapi semua harta ini untuk kamu.”

Fathiya: “Bu, ini bukan harta, tapi kotoran. Sekali lagi … kotoran. Tolong dihafalkan!”(nada bentakan bercampur dengan ejekan)

Ibu: “Nak, kayaknya kamu semakin nggak sopan. Kamu nggak menghargai jerih payah kedua orang tuamu.”

Page 104: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

100

Fathiya: “Apakah aku harus sopan dengan maling?” (bentakan lumayan kencang dan sadis)

Ibu: “Pergi dari sini!” (Sang Ibu ganti membentak kasar)

Fathiya: “Aku juga gak bakalan menginjak rumah ini lagi. Bagiku ini bukan rumah, tapi seperti tempat penampungan kotoran.”

Dua tahun kemudian

Daun: “Aku bersyukur bahwa sekarang Fathiya sudah stabil jiwanya.”

Angin: “Hehehe, tak kusangka dia betah juga bekerja di perpustakaan masjid.”

Daun: “Kayaknya jiwanya benar-benar ingin menjadi bersih. Kalimat yang berbunyi: wanita yang paling takwa adalah yang paling teliti terhadap halal dan haram, … hehehe … dia benar-benar serius mengamalkan kalimat ini.”

Angin: “Benar brow. Hanya satu kalimat, ringan diucapkan, tapi sungguh sangat berat untuk dikerjakan. Hmm … dia rela pergi dari rumah, meninggalkan gemerlapnya harta orang tuanya, pergi dari rumah dengan saldo tabungan mendekati nol, kini dia rela menjadi petugas perpus dengan gaji yang tak seberapa, wow … sangat jarang ada wanita setegar ini.”

Daun: “Oya, bulan-bulan ini gerimis terus datang. Beberapa jamaah masjid yang sholat maghrib berjamaah, saat selesai sholat, mereka tidak pulang ke rumah, melainkan duduk-duduk di masjid, i’tikaf sambil menunggu sholat isya. Hmm, kulihat Fathiya menghidangkan teh hangat untuk mereka. Duh … tuh gadis benar-benar menjelma menjadi wanita akhirat.”

Angin: “Aku juga salut melihat dia telaten membuatkan teh hangat untuk jamaah yang menunggu sholat isya. Memang cuaca lumayan dingin sehingga i’tikaf sambil nyeruput teh hangat bikinan Fathiya … kayaknya mak nyuss ya, hehehe.”

Daun: “Gimana dengan Miftah?”

Angin: “Maksudnya?

Daun: “Apakah Fathiya masih mencintainya atau sudah luntur?”

Angin: “Masih. Tapi dia belajar untuk menyimpan rapi-rapi di dalam lubuk hati yang paling dalam. Dia nggak pernah memikirkannya lagi.”

Daun: “Eh, seminggu ini kulihat Fathiya punya sahabat baru, ya?”

Angin: “Bener. Namanya Mbak Meika. Duh … ayu banget. Dia tinggal di Mranggen Demak. Awalnya, karena tempat bekerja Mbak Meika ini dekat dengan masjidnya Fathiya, maka tuh gadis sering sholat di masjid itu. Hehehe, lama-lama mereka bersahabat. Hmm, moga-moga aja persahabatan ini semakin menguatkan hati Fathiya.”

Daun: “Emm, kayaknya Meika tuh belum nikah, ya?”

Angin: “Belum. Paling-paling umurnya sekitar 23 tahun, sedangkan Fathiya sekitar 24 tahun.”

Daun: “Kuperhatikan Meika sangat rajin ibadah. Aura wajahnya … duh … ayu dan berwibawa.”

Angin: “Mungkin karena rajin wudhu dan sujud sehingga wajahnya begitu anggun.”

Daun: “Semoga kedua wanita itu bisa cepat menemukan tambatan hati yang sholih.”

Page 105: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

101

Angin: “Amin.”

Sementara daun dan angin sibuk ngobrol, Fathiya sibuk membuat teh hangat untuk para jamaah yang lagi i’tikaf dan menunggu adzan isya’. Nampak Meika juga ikut membantu menghidangkan teh hangat. Hehehe … mereka seperti satu saudara. Semoga persaudaraan ini akan menguatkan keimanan mereka.

Sholat isya’ sudah dilaksanakan, nampak para jamaah sudah pulang ke rumah masing-masing. Kini tinggal Fathiya dan Meika yang lagi duduk nyantai di parkiran masjid.

Meika: “Mbak, aku pulang dulu, ya!”

Fathiya: “Ke Mranggen, ya?”

Meika: “Enggih. Mbak, Sampeyan tinggal di mana?”

Fathiya: “Aku ngontrak rumah di gang depan itu. Paling-paling jalan dari sini 3 menit.”

Meika: “Sendiri?”

Fathiya: “Enggak, aku ditemani ama Mak Lampir.”

Meika: “Hahaha. Sampeyan ini ada-ada aja. Kalau sendiri, gimana kalau malam ini tidur di rumahku?”

Fathiya: “Di Mranggen sana?”

Meika: “Iya. Emang sih rumahku kecil, sangat sederhana, tapi adhem … hehehe.”

Fathiya mengangguk. Akhirnya mereka berdua naik motor menuju Mranggen. Selama di perjalanan, mereka bicara ngalor ngidul, hahaha … lebih mesra dari saudara kandung.

Empat puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di teras rumah Meika. Fathiya agak kaget. Hmm … rumah Meika sangat kecil, paling-paling type 30, dengan luas tanah 60m². Dinding rumah juga kelihatan sangat usang. Pagar depan sudah rusak sebagian. Beda jauh dengan rumah orang tuanya yang bernilai milyaran.

Meika: “Yuk kita masuk ke dalam rumahku!”

Fathiya: “I … i … iya. Apakah kamu tinggal sendiri?”

Meika: “Bapakku lagi dinas 3 hari di Temanggung. Ibu dan adikku lagi menjenguk nenek di Purwodadi. Paling-paling dua hari lagi mereka pulang. Malam ini terpaksa aku jaga rumah sendiri.”

Fathiya: “Aku salut dengan kesederhanaan keluargamu.”

Meika: “Bukan sederhana, tapi miskin, hehehe.”

Fathiya: “Maaf, kalau boleh bertanya: dimana bapakmu bekerja?”

Meika: “Bapakku polisi.”

Fathiya: “Whattt?????” (HP Fathiya mpe jatuh dari genggaman karena saking kagetnya)

Meika: “Kenapa kamu kaget?”

Page 106: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

102

Fathiya: “Emm … biasanya kan polisi tuh kaya-kaya.”

Meika: “Itulah kenapa aku sangat mencintai Bapakku. Walau beliau polisi, tapi sedikitpun beliau tak pernah memakan harta yang bukan haknya. Beliau memberi nafkah kepada kami dengan gaji pokok plus tunjangan yang tak seberapa. Itupun Bapak harus menafkahi nenek yang ada di kampung. Sebulan yang lalu nenek sakit parah dan harus di rawat di rumah sakit sehingga memerlukan dana hampir 30 juta. Bapakku pontang-panting cari hutangan.”

Fathiya: “Hmm … Bapakmu best cop, ya?”

Meika: “Amin, doakan aja Bapakku tetap bersih, tidak tergoda dengan uang yang bukan haknya.”

Fathiya: “Meika, umurmu sudah 23, apakah kamu …?”

Meika: “… sudah ketemu jodoh? Begitu kan pertanyaanmu? Hahaha.”

Fathiya: “Hahaha, iya … kok kamu bisa menebak?”

Meika: “Sudah puluhan kali aku mendapatkan pertanyaan seperti itu.”

Fathiya: “Terus …”

Meika: “Itulah kenapa aku mengajakmu ke sini. Mbak, aku bingung. Duh … bingung banget. Apa yang harus aku lakukan, ya?”

Fathiya: “Silakan cerita! Aku siap mendengarkan.”

Meika: “Emm …” (Meika nyeruput teh hangat sambil menarik nafas dalam-dalam)

Fathiya: “……..” (Fathiya tersenyum sambil terus memperhatikan wajah Meika)

Meika: “Mbak, apakah kamu pernah jatuh cinta?”

Fathiya: “Hehehe … pertanyaan yang bagus. Iya, aku pernah jatuh cinta.”

Meika: “Gimana rasanya?”

Fathiya: “Rasanya … emm … seperti sejuta rasa berkumpul jadi satu bersemayam dengan sangat lembut ke jiwa kita.”

Meika: “Wow … indah banget. Trus …”

Fathiya: “Saat kamu jatuh cinta, maka kamu ntar seperti orang mabuk kepayang. Ibaratnya semua lupa … hanya Si Dia yang ada di dalam ingatanmu.”

Meika: “Cieeeeee.”

Fathiya: “Emangnya kamu belum pernah jatuh cinta?”

Meika: “Belum. Aku sangat tertutup dengan laki-laki. Ayo teruskan perihal jatuh cinta! Hehehe … kayaknya asyik deh untuk bahan obrolan malam ini.”

Fathiya: “Saat kamu jatuh cinta, maka kamu akan ingat terus kepada lelaki yang kamu cintai. Saat belajar, ingat dia. Saat di jalan, ingat dia, saat tidur … mimpi dia. Bahkan saat selesai sholat, bukannya dzikir, tapi malahan ingat dia terus, hahaha.”

Page 107: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

103

Meika: “Sampai segitunya ya, Mbak?”

Fathiya: “Jatuh cinta juga membuatmu sering tersenyum sendiri. Mau makan … senyum, mau tidur … senyum. Mau ngaji … senyum. Wis pokoke persis kayak wong edan deh, hahaha.”

Meika: “Sweety banget.”

Fathiya: “Saat kamu dekat dengan lelaki yang kamu cintai, maka tiba-tiba kamu akan merasakan kedamaian yang sejuk bagai salju turun.”

Meika: “Oya?”

Fathiya: “Iya, lelaki itu penentram jiwa bagi perempuan. Sekaya-kayanya perempuan tapi kalau masih sendiri, jiwanya takkan bisa tentram.”

Meika: “Kayaknya memang wanita didesain harus dekat dengan pria ya, Mbak?”

Fathiya: “Bukan hanya dekat tapi nempel kaya perangko, hahahaha.”

Meika: “Ternyata cinta itu sangat manis ya, Mbak?”

Fathiya: “Iya, apapun yang dirasakan ketika jatuh cinta memang terasa manis. Ternyata ini bukanlah sebuah mitos, menurut American Psychological Association, orang yang lagi falling love, dan kemudian disuruh mencicipi makanan atau minuman, mereka pasti akan menjawab makanan dan minuman memiliki rasa sama yakni manis. Ntar kamu bisa mencobanya, Dhek.”

Meika: “Aneh banget, ya? Duh, aku malah pingin ndang lekas jatuh cinta e, hehehe.””

Fathiya: “Iya. Kulihat dari tadi kamu senyum terus. Tolong sekarang cerita … siapa lelaki yang kamu cintai?”

Meika: “Mbak, dari kecil orang tuaku mendidikku dengan sangat islami. Aku tak pernah pacaran, juga tak menyukai pacaran. Aku terus berdoa semoga Allah mempertemukan aku dengan seorang lelaki yang akhlaqnya mirip denganku.”

Fathiya: “Aku yakin wanita yang baik akan mendapat lelaki yang baik.”

Meika: “Tak disangka, kemarin Pak Imam Masjid Al Uswah Gajah Mungkur memanggilku. Beliau bertanya kepadaku apakah sudah siap nikah? Maka akupun mengangguk. Beliau akan mempertemukan aku dengan seorang lelaki sholih.”

Fathiya: “Siapa namanya?”

Meika: “Beliau tidak menyebutkan nama. Pokoknya ntar hari minggu jam 9 pagi aku akan dipertemukan dengan lelaki itu di ruangan kantor masjid. Kalau ada kecocokan ya terus dilanjutkan dengan lamaran. Tapi kalau tak cocok, gpp.”

Fathiya: “Wow … kok aku jadi ikut deg-degan, ya?”

Meika: “Iya … sama. Aku tuh terus membayangkan gimana rasanya pertama kali memandang tuh lelaki? Duh pasti jantungku langsung berhenti, ya … duh …”

Fathiya: “Halah … gak boleh lebay!”

Meika: “Mbak, boleh gak aku minta Sampeyan untuk menceritakan pertama kali berjumpa dengan lelaki yang Sampeyan cintai?”

Page 108: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

104

Fathiya: “Saat itu aku lagi di pesawat yang akan mengantar kami ke Thailand dalam rangka program pertukaran pelajar. Kami satu rombongan.”

Meika: “Kalimat apa yang pertama kali dia ucapkan?”

Fathiya: “Fathiya, Khuṇ mī khwām s wyngām.”

Meika: “Pakai bahasa Thailand, ya?”

Fathiya: “Bener.”

Meika: “Apa artinya?”

Fathiya: “Artinya … emm … artinya: Fathiya, kamu sangat cantik.”

Meika: “Oya, duh … romantis banget. Kalau aku dipuji gitu, pasti melayang mpe Galaksi Cintasakti ya, Mbak.”

Fathiya: “Bukan Cintasakti, tapi Bimasakti.”

Meika: “Kali ini namanya kurubah jadi Cintasakti aja, hehehe.”

Fathiya: “Berarti hari minggu besok kamu ada acara penting, ya?”

Meika: “Bukan hanya penting, tapi super penting. Temani aku ya, Mbak!”

Fathiya: “Hari Minggu, aku ada acara seminar bedah buku.”

Meika: “Halah, cancel aja, ya! Please!!!!”

Fathiya: “Baiklah. Demi kamu, aku rela melakukan apa aja.”

Meika: “Mantap, hehehe. Kita akan menjadi sahabat selamanya.”

Padahal sabtu kemarin tuh hujan cukup deras, tapi sekarang … hari minggu, cerah, sinar matahari menghangatkan daun-daun yang memang berhari-hari kedinginan disiram Sang Hujan. Seperti rencana awal, Meika akan dikenalkan oleh Pak Imam. Detik menunjukkan jam 8 pagi, berarti satu jam lagi acara dimulai. Nampak oroma kebingungan menghantui pikiran Meika.

Meika: “Padahal aku sudah melaksanakan sholat dhuha. Tadi aku berdoa cukup lama supaya bisa tenang, tapi … kok aku gemeter banget, ya?”

Fathiya: “Kulihat bedakmu terlalu tebal.”

Meika: “A … a … aku pingin menyembunyikan wajahku dengan topeng bedak ini.”

Fathiya: “Kenapa disembunyikan?”

Meika: “Aku nggak pede.”

Fathiya: “Halah, wajahmu tuh dah sangat ayu, imut. Udahlah, hapus aja bedak itu!”

Meika: “I … i… iya. Terus pakai bedak apa?”

Fathiya: “Nggak usah pakai bedak! Lelaki tuh suka yang pure, bukan yang polesan.”

Meika: “Emm, baiklah.”

Page 109: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

105

Fathiya: “Meika, kenapa dari tadi kamu menggigit bibir terus?”

Meika: “Duh, aku nggak nyadar. Mungkin ini adalah salah satu kebiasaan burukku di saat panik.”

Fathiya: “Bibirmu tuh sangat menawan. Jangan digigit lagi!”

Meika: “I … iya Mbak. Baru pertama kali ini aku melaksanakan ta’aruf.”

Fathiya: “Kenapa matamu agak merah?”

Meika: “Tadi malam aku gak bisa tidur karena terus kepikiran acara ini.”

Fathiya: “Duh, kok sampai segitunya, sih?”

Meika: “Iya, aku malahan belum sarapan. Nggak tau nih, perut terasa kenyang sendiri.”

Fathiya: “Tiga puluh menit lagi acara kenalan akan dimulai. Tenangkan hatimu!”

Meika: “Gak bisa. Aku terus deg-degan.”

Fathiya: “Tenangkan dirimu, please!!!”

Meika: “Nggak bisa.” (semakin bertambah panik, malahan hampir menangis)

Akhirnya dengan lembut Fathiya memeluk Meika sambil berbisik, “Dhek Meika, cobalah sejenak pejamkan mata! Dhek, ketahuilah bahwa menikah adalah ibadah. Berarti ta’aruf (berkenalan) dengan lelaki juga termasuk ibadah. Dhek, niatkan ta’aruf kali ini sebagai ibadah. Sekali lagi sebagai ibadah … seperti sholat, sedekah, puasa dan ibadah-ibadah yang lain.”

Meika mengangguk dengan mata yang terus terpejam. Dia terus membayangkan ibadah-ibadah yang pernah dilaksanakan. Lalu dia membayangkan ta’aruf ini sebagai bagian dari mendekatkan dirinya kepada Allah karena menikah adalah ibadah (tak mungkin bisa menikah kalau nggak taaruf dulu). Kini jiwanya tenang, santai, fresh … diapun membuka mata sambil mencium tangan Fathiya.

Waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa, acara ta’aruf sudah dimulai. Dalam satu ruangan, nampak ada Pak Imam, Fathiya, Meika, dan dua orang lelaki. Fathiya dan Meika tetap menunduk malu. Mereka belum berani menatap wajah kedua lelaki itu. Sementara Pak Imam menerangkan atau formalnya adalah ceramah pendahuluan sebelum ta’aruf. Saat ceramah itulah, Fathiya memberanikan diri melihat kedua lelaki itu. Dilihatnya lelaki pertama yang tampak lebih muda, dia tak kenal. Pandangan langsung diarahkan kepada lelaki kedua yang nampak lebih tua yaitu seumuran dengan dirinya.

“Darrrrrr,” jantung Fathiya hampir copot karena ternyata lelaki kedua itu adalah Miftah. Mereka sempat beradu pandangan. Saat itulah jiwa Fathiya sibuk dan panik.

Jiwa: “Ke … ke … kenapa Miftah di sini?”

Hati: “Aku nggak tau.”

Jiwa: “Hiks … hiks …”

Hati: “Kenapa kamu mendadak merana? Mukamu pucat, darah seakan berhenti mengalir. Apa yang kamu takutkan?”

Jiwa: “Hiks … apa mungkin Miftah akan ta’aruf dengan Meika?”

Page 110: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

106

Hati: “Miftah Meika … Meika Miftah, kayaknya nama mereka sudah serasi banget.”

Jiwa: “Hiks … hiks.” (tangisan jiwa menjerit hingga melengking)

Hati: “Saatnya latihan sabar.”

Jiwa: “Kenapa setelah kepedihan ada kenelangsaan? Kapan aku bisa bahagia? Kapan????? (tangisan jiwa meremukkan asa)

Hati: “Biarkan Miftah menikah dengan siapa saja! Itu adalah haknya”

Jiwa: “Tapi Miftah adalah separuh nyawaku … hiks … hiks …” (tangisan melemah karena lelah)

Hati: “Andai Miftah menikah dengan Meika, gimana perasaanmu?”

Jiwa: “Asaku hancur, pikiranku beku. Tak ada lagi tempat untuk bersandar. Hiks … hiks …(tangisan Fathiya semakin melemah tak berdaya)

Lamunan Fathiya terhenti manakala Miftah mulai bicara, “Assalamu’alaikum. Yang terhormat Bapak Imam. Yang terhormat Dhek Fathiya dan Dhek Meika. Saya ke sini membawa teman sekaligus sahabat saya yaitu Mas Dhipta. Beliau berumur 23 tahun, berprofesi seperti saya yaitu mempunyai usaha warung bakso. Kedatangan saya ke sini adalah mengantarkan Mas Dhipta untuk ta’aruf/ berkenalan dengan Dhek Meika. Kita semua tidak ada yang tahu tentang jodoh, tapi setidaknya kita hanya bisa berusaha untuk menjemput jodoh. Dhek Meika, Mas Dhipta … hehehe … silakan kalian berkenalan! Boleh senyum, boleh melirik, boleh juga tukeran pin BB, sekalian nanya alamat FB juga boleh, hahaha.”

Sontak hadirin tertawa. Mengetahui bahwa ternyata yang taaruf tuh bukan Miftah, duh … jiwa Fathiya tertawa jingkrak-jingkrak. Mendung itu sirna pindah ke Amerika, halah … hahaha. Aroma kegembiraan terus merasuk ke qolbu Fathiya. Hmm … gadis itu benar-benar sangat rindu kepada Miftah. Matanya terus menatap Miftah. Mereka terus berpandangan hingga Pak Imam bingung sambil berkata, “Halooo, ini yang mau taaruf tuh Dhipta ama Meika atau Miftah ama Fathiya?” Kalimat ini membuat semua tertawa.

Pak Imam: “Saudara, sebenarnya aku sudah kenal cukup lama dengan Mas Dhipta. Dia termasuk pengurus masjid di sini. Sejak muda dia rajin memakmurkan masjid. Setahun yang lalu dia melihat seorang gadis yang sangat menarik hatinya. Gadis itu rajin i’tikaf di masjid. Saudara bisa menebak siapa gadis itu?”

Fathiya: “Pasti Meika, ya?”

Pak Imam: “Sejak saat itu Dhipta memendam cinta yang sangat suci dan menggebu. Diapun melaksanakan sholat istikhoroh sampai dua bulan berturut-turut.”

Fathiya: “Whattt????”

Pak Imam: “Iya, dua bulan berturut-turut. Bagaimanapun juga namanya memilih jodoh tuh harus sangat selektif. Setelah istikhoroh, hatinya mantap memilih Dhek Meika. Sekarang terserah Meika, seneng ama Mas Dhipta … boleh. Atau nggak seneng ama Mas Dhipta juga boleh. Terserah Sampeyan.”

Meika … dia semakin bingung dan linglung. Matanya terus tertuju ke Fathiya seakan-akan mata itu berkata, “Piye Mbak?”

Page 111: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

107

Akhirnya Miftah berkata, “Dhek Meika, tenang aja! Nggak usah panik. Ini hanya perkenalan biasa kok. Sampeyan nggak harus memutuskan. Sampeyan bisa berfikir dulu, istikhoroh dulu atau apa. Waktu masih sangat panjang, hehehe. Fathiya juga menambahkan, “Iya Dhek, nikmati aja pertemuan ini dengan bersyukur, hehehe. Ntar gue ditraktir bakso salatiga, ya? Hahaha, itu lho yang ada di Sompok, kayaknya uenak banget.”

Meika tersenyum nyengir mendengar kalimat bakso salatiga. Sambil merapikan jilbab, diapun berkata dengan sangat tenang.

Meika: “Mas Dhipta …”

Dhipta: “……….”(lagi melamun maksimal)

Meika: “Mas Dhiptaa.” (suara agak keras)

Dhipta: “………” (belum juga terbangun dari lamunan)

Meika: “Mas Dhiptaaa.” (volume suara nambah keras dikit tapi kedengaran mesra)

Dhipta: “Iya Dhek. Duh … maaf … nggak dengar e”

Meika: “Apakah Sampeyan mantap memilihku?”

Dhipta: “Iya. Demi Allah aku mantap.”

Meika: “Apa Sampeyan benar-benar ingin menikah denganku?”

Dhipta: “Disaksikan oleh Pak Imam, Mas Miftah dan Mbak Fathiya, aku berniat menikah denganmu karena Allah.”

Meika: “Tapi keluargaku sangat miskin. Nih tanya ama Mbak Fathiya, kemarin dia menginap di rumahku yang sangat kecil.”

Dhipta: “Dhek, aku sudah menyelidiki kamu secara detail dari a mpe z. Aku dah tahu rumahmu, kerjaanmu, kebiasaan keseharianmu.”

Meika: “Whatttt?????” (wajahnya melongo sambil menatap Dhipta)

Dhipta: “Iya, aku ama Mas Miftah yang menyelidikimu dua bulan terakhir ini. Yang paling menggetarkan hatiku adalah manakala melihat kamu dan Mbak Fathiya menghidangkan teh hangat untuk para jamaah yang lagi i’tikaf di Masjid. Duh … kamu bagai bidadari.”

Meika: “Jadi ….”

Dhipta: “Iya, aku mengetahui semua kebiasaanmu.”

Meika tak sanggup lagi bicara tapi hatinya berbunga-bunga. Fathiya berbisik, “Dhek Meika, kayaknya acara ginian hanya sekali seumur hidup.” Meika menjawab dengan diam tapi senyum ceria. Meika berbisik, “Sebenarnya … aku pernah bermimpi melihat wajah Mas Dhipta. Mimpi itu terjadi dua tahun yang lalu. Gak nyangka dia bakal menjadi suamiku. Ya Allah … terima kasih.”

Fathiya kaget dengan bisikan Meika ini. Sontak Fathiya teriak, “Jadi kamu bersedia menjadi istri Dhipta????” Semua hadirin kaget, tertegun dan … diam sambil menunggu cemas. Semua mata

Page 112: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

108

tertuju ke wajah Meika. Nampak wajah Dhipta panik, bingung dan khawatir berat. Maklum-lah, namanya aja sudah cinta, andai ditolak … habislah sudah.

Meika kembali merapikan jilbab, sejenak dia menghadap ke langit. Dua detik kemudian, dia berbisik ke Fathiya. Tak ada yang mendengar bisikan itu kecuali Fathiya. Lima detik kemudian, Fathiya bicara dengan tenang, “Emm, saudara-saudara, Meika sangat malu. Makanya dia nyuruh aku untuk menyampaikan ini. Begini, Dhek Meika … dia … dia bersedia menjadi istri Mas Dhipta.”

Kalimat ini bagai aba-aba yang membuat semua hadirin mengucapkan hamdalah serempak. Belum cukup dengan hamdalah, mereka semua sujud syukur. Yang paling parah tuh Dhipta, dia sujud syukur mpe air matanya meleleh di lantai.

Nampak air mata Meika membasahi pipi. Air mata kebahagiaan, air mata syukur, air mata takjub atas kemurahan dari Allah SWT. Berkali-kali Meika memeluk Fathiya. Sama … Dhipta juga memeluk Miftah dan Pak Imam. Kembali Dhipta memandang Meika dengan senyuman syukur. Mereka beradu pandang dengan sangat manis. Hmm apa arti pandangan itu? Pasti artinya merried, hahaha.

Semua hadirin kembali duduk, tiba-tiba Dhipta bicara.

Dhipta: “Mbak Fathiya?”

Fathiya: “I … iya …????” (Fahtiya kaget. Kenapa namanya yang dipanggil, kok bukan Meika?)

Dhipta: “Hmm … terima kasih sudah menjadi sahabat Dhek Meika.”

Fathiya: “Iya, sama-sama Dhek.”

Dhipta: “Mbak, aku akan menyampaikan sesuatu. Dua tahun yang lalu Mas Miftah merasa bersalah menilai Sampeyan. Ibaratnya kemarin mata beliau tertutup. Sekarang, mata beliau terbuka. Sekarang beliau baru tahu bahwa Sampeyan benar-benar sangat bertaqwa kepada Allah.”

Fathiya: “Trus … (deg-degan tiba-tiba hadir)

Dhipta: “Mas Miftah minta maaf kepada Sampeyan.”

Fathiya: “Suruh dia minta maaf sendiri! Kan orangnya ada di sebelahmu.” (nada bicara agak manja dikit, hahaha)

Miftah: “Babe …” (nada bicara begitu lembut, Meika mpe nyengir mendengar kata Babe disebut)

Fathiya: “Iya … (Fathiya tersenyum cerah saat Miftah memanggilnya dengan sebutan Babe)

Miftah: “Aku tak bisa melupakanmu.”

Fathiya: “Banyak gadis yang lebih baik dariku.”

Miftah: “Aku tak bisa melihat ke arah yang lain.”

Fathiya: “Sekarang tak bisa, besok pasti bisa. Aku hanyalah anak polisi kotor yang dibenci keluargamu.”

Miftah: “Tak ada anak yang bisa memilih orang tua. Hmm … baru hari ini aku memahami kalimat ini. Babe, khuṇ mī khwām s wyngām ” (artinya: kamu sangat cantik)

Fathiya: “…..” (Fathiya kembali tersenyum sambil melirik nakal ke arah Miftah)

Page 113: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

109

Miftah: “Babe, dulu kamu pernah berkata: Miftah, P hm rạk khuṇ (artinya: aku cinta kamu). Babe, apakah kamu masih ingat?”

Fathiya: “……” (Fathiya terus tersenyum hingga gigi serinya kelihatan sangat putih. Aura wajahnya berubah sangat cerah)

Miftah: “Babe, disaksikan oleh semua yang hadir di sini, demi Allah aku melamarmu.”

Fathiya kaget. Tak disangka Miftah bakalan mengucapkan perkataan seperti itu. Hmm … ibarat ikan, dua tahun tuh ikan berpisah dari air. Kalimat itu bagai mantra yang menyatukan Sang Ikan dengan air. Kakinya terasa sangat ringan hingga hampir melayang. Dia berdiri lalu berjalan mendekati Miftah. Dengan wajah bingung, Miftah-pun berdiri. Mereka berdua berhadap-hadapan. Semua tegang menunggu.

Fathiya: “Babe, aku rela meninggalkan keluargaku. Ibuk mengusirku. Kini aku miskin, tak punya apa-apa.”

Miftah: “Kamu sangat bersih, jiwamu sangat suci. Bahkan bidadari kalah sholihah denganmu.”

Fathiya: “Miftah …”

Miftah: “Iya …”

Fathiya: “A .. a … aku tetap seperti yang dulu. Tak ada yang berubah sedikitpun.”

Miftah: “Jadi kamu masih mencintaiku?”

Fathiya: “………” (tersenyum nakal)

Miftah: “Jadi kamu masih mengharapkan aku untuk menjadi suamimu?”

Fathiya: “……”(tersenyum manja)”

Miftah: “Kamu masih sayang aku?”

Fathiya: “……..” (tersenyum syukur)

Miftah: “Maukah kamu menikah denganku?”

Fathiya: “……” (tersenyum sambil mengangguk)

------

Page 114: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

110

Bab 14

Trims Karena Sudah Membunuhku

Tahun 2008 di lereng Gunung Lawu

Berkali-kali Fadhli mengusap air mata yang terus menetes. Di punggungnya nampak tas gunung berwarna hijau dengan isi tenda, sleeping bag, makanan seadanya dan … termos teh panas bertuliskan kata: Fadhli, tak lain adalah namanya sendiri. Suhu udara lumayan dingin, jam sudah menunjukkan angka 20.05, jiwanya mantap untuk naik gunung ini.

Fadhli, dia duduk di bangku SMA kelas 3, baru aja selesai UAS, nilainya sangat memuaskan karena berhasil menjadi ranking satu di kelasnya. Tapi … hmm … Tita … teman satu kelas yang sangat dia cintai … duh … siang tadi menyatakan bahwa Tita ingin move on aja karena … hmm … tak ada yang tahu alasannya.

Tanpa mengucap doa apapun, Fadhli dengan emosi melangkahkan kaki menyusuri jalan makadam yang sangat kasar menuju puncak gunung. Padahal suasana sangat gelap, tapi … hmm … sakit yang mengiris hati mengalahkan segalanya.

Langkahnya tiba-tiba terhenti manakala Tita telpon.

Tita: “Halo, Fadhli, kamu dimana?”

Fadhli: “…………” (air mata menetes deras)

Tita: “Fadhli, please jawab! Kamu lagi dimana?”

Fadhli: “Hiks …” (tangisan terdengar pelan)

Tita: “Fadhli, aku tahu bahwa hatimu hancur, tapi please … jangan berbuat yang aneh-aneh!”

Fadhli: “Hiks … hiks …” (volume suara tangisan mulai meninggi)

Tita: “Fadhli, apa sekarang kamu lagi kebut-kebutan di jalan tol?”

Fadhli: “……………”

Tita: “Fadhli, apa kamu lagi minum beer?”

Fadhli: “…………..”

Tita: “Fadhli, please jawab! Hiks … hiks … please!!!!!”

Tangisan Fadhli tak terdengar lagi. Sejenak dia mengeluarkan termos dari dalam tas gunung. Diapun menuangkan sedikit teh panas di gelas penutup termos dan … diapun meminumnya dengan berat. Setelah tenggorokannya basah, dia mencoba bicara walau terasa hati ini teriris.

Fadhli: “Tita, sudah berapa lama kita berteman?”

Tita: “Se … sejak kelas satu SMP.”

Fadhli: “Saat kelas tiga SMP, kejadian apa yang masih kamu ingat?”

Page 115: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

111

Tita: “Saat itu aku sangat kagum atas kepandaianmu. Aku sangat kagum atas kesholihanmu. Aku … aku cinta kamu.”

Fadhli: “Saat kelas satu SMA, apa yang kamu ingat?”

Tita: “Aku … hiks … aku semakin mencintaimu. Andai saat itu boleh menikah, tentu aku mantap menikah denganmu.”

Fadhli: “Saat kelas tiga SMA?”

Tita: “Aku memakai jilbab karenamu. Aku mengaji Qur’an juga karena pengaruhmu. Hingga aku menghafal juz 1, juga karena ingin mirip denganmu.”

Fadhli: “Tapi … hiks … tapi kenapa siang tadi kamu meninggalkanku?”

Tita: “Fadhli, kamu sudah menanyakan hal ini lebih dari 20 kali. Fadhli, aku meninggalkanmu bukan karena apa-apa, karena aku ingin sendiri.”

Fadhli: “Bohong, kamu pasti sudah punya …”

Tita: “Sumpah, aku enggak punya cowok lain. Kenapa kamu tak percaya kepadaku?”

Fadhli: “Hiks … kamu tega.”

Tita: “Fadhli, lebih baik kita bersahabat saja! Kita bersaudara aja, ya! Seperti kakak adhek …”

Fadhli: “Hiks … hiks …”

Tita: “Sekarang kamu dimana?”

Fadhli: “Di Cemoro Sewu?”

Tita: “Whatttt???? Fadhli, ini malam buta, kenapa naik gunung?”

Fadhli: “Apa pedulimu?”

Tita: “Apa kamu tahu bahwa naik Gunung Lawu melewati Cemoro Sewu tuh jalannya sangat terjal. Aku gak setuju, mending kamu lewat Cemoro Kandang aja!”

Fadhli gak mempedulikan perkataan Tita. Diapun menutup HP, lalu melanjutkan perjalanan. Hatinya sudah berserak remuk. Jiwanya terus bertanya pilu, “Kenapa Tita meninggalkanku?” Sebenarnya raganya lelah karena dari siang tadi belum istirahat, tapi … dia terus memaksa diri untuk berjalan dan berjalan menyusuri jalanan kasar. Asanya hanya punya satu keinginan: pingin segera nyampek di pos satu sehingga bisa istirahat bentar sambil makan di warung.

Empat puluh menit kemudian

Sampailah dia di pos satu. Kebetulan warung masih buka. Diapun langsung memesan kopi panas, mie rebus dan meminta pemilik warung untuk mengisi termos alumunium yang ada di tas-nya. Kali ini dia ingin mengisinya dengan teh panas kental tanpa gula. Pahit? Memang. Hmm … mungkin begitulah suasana patah hati. Semanis apapun makanan dan minuman, rasanya tetap pahit. Jadi, daripada buang-buang gula, mending gak usah pakai gula. Toh sebanyak apapun gula, rasanya pahit juga.

Page 116: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

112

Hmm, baru asyik menikmati mie rebus, Tita telpon lagi. Sebenarnya, Fadhli gak mau angkat tuh telpon, tapi … dia melihat display HP … duh … nampak Tita sudah miscall sebanyak 47 kali. Duh …

Tita: “Fadhli, apa kamu jadi naik Gunung Lawu?”

Fadhli: “Iya, kenapa? Apa pedulimu?”

Tita: “Fadhli, please! Jangan lanjutkan! Kamu tahu ini malam apa?”

Fadhli: “Nggak tahu. Yang kutahu kamu meninggalkan aku karena melirik pemuda lain.”

Tita: “Sumpah aku nggak seperti yang kau tuduhkan.”

Fadhli: “Lalu kenapa kamu meninggalkanku?”

Tita: “Kenapa kamu bertanya itu terus? Aku ingin sendiri, titik.”

Fadhli: “Wanita memang pintar menyembunyikan kebohongan.”

Tita: “Fadhli, aku tidak bohong. Please, aku gak mau tengkar lagi. Fadhli, ini malam jum’at kliwon. Gunung Lawu tuh angker banget. Tolong besok pagi aja kamu naik gunung. Sekarang please kamu istirahat aja di pos satu!”

Fadhli: “Memang ada apa dengan malam jum’at kliwon?”

Tita: “Duh … Gunung Lawu tuh gunung paling angker se-Pulau Jawa. Ntar kalau kamu naik terus, maka kamu akan menjumpai pasar setan.”

Fadhli: “Aku nggak takut. Aku memang benci setan, tapi aku lebih membencimu karena siang tadi kamu memilih move on. Setan jahat, tapi kamu lebih jahat. Setan pembohong, tapi kamu lebih pembohong dari setan. Tita, nggak nyangka kamu begitu sadis.”

Tita: “Duh … kenapa kamu membahas bab move on terus? Fadhli, dengan siapa kamu naik Gunung Lawu?”

Fadhli: “Sendiri.”

Tita: “Whatt??????? Fadhli, kamu gak boleh naik! Please jangan naik!”

Fadhli: “Kenapa?”

Tita: “Fadhli, ada peraturan khusus jika mau naik Gunung Lawu tuh harus genap, nggak boleh ganjil. Satu rombongan boleh dua orang atau enam orang atau sepuluh orang. Nggak boleh ganjil, karena jika ganjil ntar yang nggenapin adalah …”

Fadhli: “Setan. Apa begitu maksudmu?”

Tita: “I … i … iya. Duh, aku merinding menyebutnya.”

Fadhli: “Emang kalau aku dibunuh setan, kamu peduli aku?”

Tita: “Fadhli, kenapa kamu bertanya seperti itu?”

Fadhli: “Emang kalau aku mati, kamu nangis?”

Page 117: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

113

Tita: “Hiks … hiks … kayaknya sekarang kamu sangat membenciku.”

Fadhli: “Aku berusaha untuk setia, tapi kamu malahan memilih pemuda lain.”

Tita: “Hiks … hiks … kenapa kamu menuduhku seperti itu? Dah berapa kali kamu mengulang dan mengulang tuduhan menyakitkan itu? Fadhli … hiks … hiks … kayaknya kamu sangat membenciku.”

Fadhli: “Tita, sejak kelas satu SMA aku belajar keras hingga dapat ranking satu terus. Apa kamu tahu kenapa aku melakukan itu? Aku ingin prestasiku ini membuatmu tersenyum.”

Tita: “Oya? Hiks …” (tangisan Tita mulai terdengar pelan)

Fadhli: “Hingga kelas tiga SMA, aku senantiasa ranking satu. Semua itu kupersembahkan untukmu, supaya kamu senang. Aku ingin jiwamu mengatakan bahwa kamu tak salah memilihku.”

Tita: “Duh … hiks ….”

Fadhli: “Tita, sebulan yang lalu aku mempunyai tekad akan menikahimu. Tekadku sangat bulat. Aku rajin melaksanakan sholat tahajjud. Doa pertama kali yang kuucapkan adalah supaya kita bisa menikah. Di pagi hari, selesai sholat dhuha, sama … aku juga terus berdoa supaya kita bisa bersama hingga akhirat. Selesai sholat fardhu, selesai ngaji, selesai dzikir, doaku yang utama adalah supaya kamu bisa bersamaku. Tapi … hmm …”

Tita: “Hiks … hiks …” (tangisan terdengar parau)

Fadhli: “Tita, sudah 40 menit lebih aku istirahat di pos satu. Sekarang saatnya aku harus melanjutkan perjalanan menuju ke pos dua.”

Tita: “Hiks … please jangan mendaki! Ini malam jum’at kliwon. Aku takut kamu bakalan …”

Fadhli: “Mati, apa seperti itu maksudmu?” (volume suara meninggi)

Tita: “Hiks … hiks …”

Fadhli: “Siang tadi, saat kamu mengucap kalimat move on, sebenarnya aku langsung mati. Hmm … mati asa-ku, mati cita-citaku, mati pengharapanku, mati … mati … hiks … hiks … Tita, aku hakikatnya sudah mati, kini hanya ragaku yang berjalan. Jiwa … hati … asa … sudah habis … mati.”

Tita: “Hiks …” (tangisan terdengar melengking)

Fadhli: “Tita, gimana rasanya membunuhku? Apa kamu puas?”

Kalimat ini membuat tangisan Tita semakin keras dan menyayat hati. Tapi Fadhli tak peduli. Dia menutup HP, merapikan tas, dan … kembali kakinya melangkah naik gunung.

Tiga puluh menit kemudian

Jalan menuju ke pos dua semakin sulit, banyak bebatuan yang kalau tak hati-hati, raga bisa terjatuh. Nafas Fadhli ngos-ngosan. Suasana malam semakin pekat. Cahaya rembulan begitu malas. Sejenak Fadhli menurunkan tas dari punggungnya. Diapun mengambil termos, meminum teh pahit beberapa teguk. Selesai minum, tiba-tiba aroma bunga melati tercium. Hmm … aromanya semakin terasa menyengat. Kini … nampak Fadhli mulai takut. Jiwanya berbisik, “Apa mungkin Gunung Lawu ini angker?” Saat dia akan mengucapkan dzikir, nampak dari kejauhan ada gadis berjilbab berlari ke arahnya. Matanya melotot banget manakala melihat ternyata tuh gadis adalah

Page 118: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

114

Tita. Hmm … rasa marah bercampur rindu, rasa kesal bercampur cinta, rasa benci bercampur damai mixing jadi satu di jiwanya.

Tita semakin dekat, mereka berpandangan, saling senyum. Andai mereka nggak takut dosa, tentu mereka sudah berpelukan.

Tita: “Fadhli, nih kubawakan kopi hangat, silakan diminum!”

Fadhli: “Oya? Terima kasih. Kok kamu begitu cepat nyampek sini?”

Tita: “Aku hobi naik gunung, jadi aku sangat paham dimana posisimu?”

Fadhli: “Emm … bertahun-tahun kamu nggak pernah memakai parfum, kenapa malam ini kamu memakai parfum melati?”

Tita: “Kalau malam, aku suka memakai parfum ini. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri yaitu terapi parfum.”

Fadhli: “O … baru sekarang aku mendengarnya. Dengan siapa kamu ke sini?”

Tita: “Halah, gak usah banyak tanya! Yuk kita bersama naik gunung ini!”

Fadhli: “Baiklah.”

Fadhi belum sempat meminum kopi hangat pemberian Tita, tiba-tiba HP nya menjerit. Dilihatnya … Tita call.

“Darrrrrrr,” jantung Fadhli berdegup kencang. Matanya tak berani melihat Tita yang ada di depannya. Sambil menunduk dan gemetar, dia bicara dengan bibir menempel di HP, “Tita, ka … ka … kamu dimana?”

Tita: “Aku di rumah. Fadhli, sekali lagi aku minta kamu harus pulang …”

Fadhli: “Tita … di depanku ini juga ada Tita … ada kamu.”

Tita: “Fadhli, aku di rumah. Gadis yang di depanmu itu bukan aku. Please jangan menakuti aku dong!”

Tangan Fadhli nampak gemetar. Kakinya juga ikut gemetar. Dengan sekuat tenaga, dia memberanikan diri melihat makhluk yang mirip Tita sambil berkata, “Ka … ka … kamu siapa?????”

Makhluk yang mirip Tita tersebut hanya tersenyum. Dia melangkah menuju ke arah Fadhli. Jarak mereka semakin dekat … dekat … dekat … kini bibir makhluk yang mirip Tita tersebut sangat dekat dengan telinga Fadhli. Hmm, aroma ketakutan semakin meradang. Tak tahan dengan semua itu, akhirnya ”Aaaaakkkhhhhh,” terdengar jeritan Fadhli memecah keheningan malam. Jeritan satu disusul dengan jeritan kedua, hingga ketiga. Tenggorokan kini terasa kering dan panas. Dari tadi matanya terkatup, kini setelah beberapa menit, dia memberanikan diri untuk membuka mata dan … sepi, tak ada apa-apa. Hanya gelap malam dan dinginnya atmosfer serasa semakin menusuk tulang. Jiwa Fadhli resah, “Duh … lanjut ke puncak gunung apa pulang aja, ya?”

Suasana jiwa yang campur aduk randomizing gak karuan membuat Fadhli terduduk. Mau pulang … jauh, mau lanjut juga jauh. Belum sempat mikir, tiba-tiba rintik hujan menyapa. Duh … dengan resah, dia mengeluarkan jas hujan plastik dari dalam tas.

Page 119: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

115

Aneh, begitu jas hujan sudah kepakai, tiba-tiba hujan reda. Fadhli semakin dongkol. Akhirnya, dia lipat kembali tuh jas hujan, lalu dimasukkan ke dalam tas. Matanya sekejap melihat detik, sudah jam 22.09. Dia melihat langit, hmm … awan mulai hilang berganti bintang yang berkedip.

Tak disangka, ada rombongan pendaki yang berada di belakangnya. Sontak diapun jingkrak-jingkrak karena sudah dapat teman. Jiwanya tersenyum, “Ya Allah, terima kasih. Gue mantap lanjut naik gunung ini.” Rombongan semakin dekat, dekat … dan dekat. Dalam rombongan itu, jumlahnya kira-kira enam orang. Saat mereka sangat dekat, Fadhli berkata, “Mas, saya ikut rombongan Sampeyan, ya!” tapi aneh, tuh rombongan bukannya berhenti, malahan pada lari sambil teriak, “Setannn … setannnn ….”

Fadhli bengong. Hmm … baru kali ini dia mendapat brand ‘setan’. Otaknya blank, pikirannya buntu, jiwanya marah, “Kenapa mereka takut kepadaku?” Hmm … sejenak dia berfikir … emm … “Mungkin mereka menyangka bahwa aku sendiri … mirip setan yang akan mengganggu mereka,” gumannya dalam hati.

Lima menit kemudian, datang juga rombongan yang lain. Kali ini mereka berseragam kuning-kuning. Kayaknya anak kuliah-an lagi pada ikut program mapala. Mereka semakin dekat, sama … Fadhli ingin ikut bergabung dengan rombongan mereka. Tak disangka, ketua mereka berkata, “Maaf Mas, tidak bisa. Jumlah anggota kami sudah genap, kalau tambah Sampeyan, ntar malahan ganjil. Mas tahu sendiri kalau ganjil, maka yang akan menggenapi adalah … se … se … setan.”

Kini rombongan sudah pergi lumayan jauh, Fadhli berdiri galau. Akhirnya, dia mantap mendaki sendiri. Tentang resiko? Ntar aja lah, mikirnya belakangan.

Dua jam kemudian

Tepat jam dua pagi, Fadhli sudah sampai di Sendang Drajat yang letaknya antara pos empat dengan pos lima. Sejenak dia duduk, mengeluarkan termos dan nyeruput teh pahit. Rasa pahit yang nyethak membuat kantuk hilang. Malam semakin kelam, kakinya juga terasa sangat capek, kini dia berusaha untuk mengambil air wudhu di sendang tersebut. Hmm … saat kulitnya menyentuh air sendang, dia kaget … duh … dinginnya minta ampun, kayak menyentuh es batu.

Selesai wudhu, diapun menggelar sajadah, lalu sholat. Sendiri … sepi, lengang, gelap pekat, kadang membuat bulu kuduknya berdiri. Fadhli mencoba sholat dengan sekhusyuk-khusyuknya. Aneh, saat dia melantunkan Al Fatihah, begitu sampai ayat terakhir yaitu ghoiril maghdhuubi alaihim waladhooliin … tiba-tiba dibelakangnya terdengar suara lima mpe sembilan orang serempak berkata, “Aminn.”

Mendengar ada suara amin di belakangnya, duh … Fadhli gemetar mpe hampir pingsan. Dia ingin melihat ada siapa di belakangnya? Tapi dia takut ntar sholatnya batal, gimana? Akhirnya, dia berusaha untuk tidak menghiraukan walau rasa takut sudah mencekik leher.

Setelah sholat, dia mengecek di sekitarnya, ternyata tak ada orang. Lalu … siapa yang mengatakan ‘amin’? Apa mungkin setan ikut sholat? “Jangan-jangan jin gunung ini ikut sholat?” bisiknya resah.

Fadhli tetap duduk bersila di atas sajadah. Selesai berdoa, dia mengulangi hafalan juz tiga. Beberapa menit kemudian, karena pinggang terasa capek, dia mencoba rebahan di atas sajadah dengan mulut yang terus melantunkan juz tiga. Hingga nyampek Surat Al Baqarah ayat 265, mendadak dia melihat ada gadis berjilbab yang mengambil air wudhu di Sendang Drajat. Sejenak hafalannya terhenti. Dia terus mengawasi kaki Sang Gadis. Jiwanya berbisik, “Kalau kaki gadis itu

Page 120: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

116

melayang, berarti setan, tapi kalau kaki itu nempel tanah, berarti manusia.” Gelap malam membuat matanya tak bisa melihat kaki tuh gadis. Hmm … dia hanya pasrah. Mau lari … lari kemana? Mau pulang? Kagak mungkin.

Lamunannya lenyap manakala Sang Gadis itu berkata, “Mas, boleh pinjam sajadah?” Fadhli bengong sambil mengangguk. Diapun memberikan tuh sajadah dengan mulut terkunci rapat. Nampak Sang Gadis mengeluarkan mukena dari dalam tas gunung. Dia memakai mukena dengan sangat cepat, dan … terdengar takbirotul ihram dari bibirnya.

Selagi gadis itu sholat, Fadhli mencoba mencium aroma sekitarnya, apakah ada bau melati atau enggak. Semenit lebih dia mengecek, ternyata tak ada bau melati. Hmm … hatinya mulai tenang. Lagi-lagi matanya melihat kaki Sang Gadis … emm … ternyata menempel tanah. Hatinya bertambah tenang, “Berarti tuh gadis benar-benar manusia,” gumannya sambil nyeruput teh panas langsung dari mulut termos.

Dingin semakin menusuk tulang, tapi nampak wajah Fadhli mulai cerah. Kini dia mempunyai teman baru walau masih belum kenal. Beberapa kali dia melihat wajah tuh gadis … hmm … cantik banget, kayak artis korea, halah … hahaha. Selesai sholat, gadis itu berkata, “Mas, terima kasih sajadahnya. Kenalkan, nama saya Kayun.”

Fadhli: “Saya … Fadhli. Saya asli Ungaran. Kalau Sampeyan?”

Kayun: “Saya dari Boyolali, Mas.”

Fadhli: “Kenapa naik gunung sendirian?”

Kayun: “Lagi galau, Mas.”

Fadhli: “Lho, kok bisa?”

Kayun: “Sebulan yang lalu aku sudah dilamar ama pacaraku. Akupun menerima lamarannya. Tapi aneh, menjelang akad nikah, tiba-tiba dia membatalkan semuanya.”

Fadhli: “Jadi, Sampeyan nggak jadi menikah?”

Kayun: “Enggak.”

Fadhli: “Duh, saya ikut prihatin mendengarnya.”

Kayun: “Hmm …”

Fadhli: “Emm, gimana rasanya dikhianati lelaki?”

Kayun: “Rasanya seperti dibunuh, Mas. Dia benar-benar membunuh asa-ku, membunuh cita-citaku, membunuh semangatku. Kini … aku tak punya apa-apa lagi. Aku … hmm.”

Fadhli: “Nasib kita sama.”

Kayun: “Oya? Kukira hanya lelaki aja yang kejam. Ternyata ada juga gadis yang kejam.”

Fadhli: “Ternyata cinta tuh hanya manis di awal. Sedangkan di endingnya … hmm … beginilah. Setelah mendaki gunung ini, aku juga nggak tau mau kemana. Mau pulang, malas. Mau sekolah, malas. Mau main ke teman … malas. Asa-ku benar-benar remuk.”

Page 121: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

117

Kayun: “Sama, Sampeyan masih untung jadi laki-laki, gagal satu masih bisa memilih yang lain. Sedangkan aku, wanita … gagal satu, susah banget mencari gantinya.”

Fadhli: “Tapi Sampeyan cantik banget kayak artis korea, pasti banyak yang naksir.”

Kayun: “Harusnya gitu, tapi … kenyataannya, hmm … alone terus kok, Mas.”

Fadhli: “Apa Sampeyan benci ama lelaki yang menghancurkan pernikahan Sampeyan?”

Kayun: “Iya, tapi aku lebih benci ama diriku sendiri.”

Fadhli: “Lho, kok bisa?”

Kayun: “Mungkin ada yang salah dengan diri ini. Banyak gadis yang begitu mudah membangun rumah tangga, tapi kenapa aku begitu sulit?”

Percakapan mereka terhenti manakala ada rombongan yang sedang lewat. Mereka berjalan ngos-ngosan menuju puncak. Mungkin mereka sangat serius ingin melihat sun rise. Fadhli menghitung jumlah mereka … emmm … ada delapan orang. Akhirnya Fadhli berkata kepada ketua rombongan, “Mas, apa aku boleh ikut rombongan Sampeyan?”

Ketua: “Rombongan kami pas genap. Kalau ditambah Sampeyan, ntar malahan rombongan kami jadi ganjil. Saya nggak mau jumlah ganjil, ntar yang nggenapin malahan … se … se … setan.”

Fadhli: “Mas, aku tahu. Tapi aku tidak sendiri. Nih, aku berdua dengan temanku. Namanya Mbak Kayun. Jadi kalau rombongan Sampeyan berjumlah delapan, lalu ditambah saya dengan Mbak Kayun, maka pasti genap jadi sepuluh. Tak ada lagi kata ganjil.”

Ketua: “Mas, kulihat Sampeyan sendiri. Mana teman Sampeyan yang bernama Kayun?”

Fadhli: “Ini, yang berdiri di sebelah saya.”

Ketua: “Mana?????” (mulai ketakutan)

Fadhli: “Ini, yang memakai jilbab putih.”

Ketua: “Saya tidak melihatnya.”

Fadhli: “Duh, ini Mbak Kayun persis berdiri di sebelah saya.”

Aneh, mata ketua rombongan nggak melihat Kayun. Sontak seluruh anggota rombongan lari tunggang langgang sambil berteriak panik, “Setannnnnnnnn.”

Fadhli bengong melihat tuh rombongan lari lintang pukang. Bahkan ada yang hampir masuk jurang karena saking paniknya. Untunglah teman yang ada di sebelahnya sempat memegangi tasnya. Sambil geleng-geleng kepala, Fadhli mengarahkan pandangan ke arah Kayun. Hmm, aneh … Kayun lenyap begitu saja. Fadhli berusaha mencari kesana-kemari, dia juga berteriak memanggil nama Kayun, tapi … lima menit berusaha, tak juga ketemu. Jiwanya hanya bisa berbisik, “Wahai Mbak Kayun, please … yuk kita ngobrol lagi! Aku nggak peduli kamu manusia atau bukan, please!!! Yuk kita bicara seperti tadi! Mbak, nasib kita sama. Mbak, obrolan tadi belum selesai. Yuk kita lanjutkan!”

Fadhli hanya bicara sendiri, tak ada balasan. Kayun … hmm … dia lenyap ditelan gelapnya Gunung Lawu. Nampak kedua tangan Fadhli memeluk sajadah yang tadi dipakai Kayun untuk sholat.

Page 122: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

118

Sambil memeluk, dia terus terbayang wajah ayu Kayun. Dengan reflek, hatinya menengadah ke langit sambil berdoa, “Ya Allah, siapa sebenarnya Kayun?”

Lima belas menit kemudian

Fadhli sampai di pos lima. Sejenak dia mengarahkan mulut termos beradu dengan mulutnya. Hmm … teh tak lagi hangat, bahkan sangat dingin. Sambil santai, dia berbaring di tanah. Kebetulan disebelahnya ada pohon. Dia mengamati tuh pohon, karena cuaca gelap, diapun menerangi batang pohon itu dengan senter. Nampak ada kertas pengumumam di pohon itu, kelihatan juga ada fotonya. Karena dilanda penasaran yang sangat, akhirnya dia berdiri dan mendekat. Dipandanginya dengan seksama foto itu.

“Darrrrrr,” jantung Fadhli hampir berhenti berdetak manakala foto yang menempel di batang pohon itu adalah fotonya Kayun. Di sebelahnya ada tulisan, “Telah hilang anak kami. Nama: Kayun Pramesthi. Barangsiapa berjumpa dengan gadis ini, mohon hubungi nomer telpon …” Nampak nomer telpon sudah disobek. Mungkin ada yang sengaja menyobek. Atau … duh … jangan-jangan Kayun sendiri yang menyobek tuh nomor. Jiwa Fahdli semakin bingung bercampur gelisah.

Jiwa: “Ternyata Kayun hilang di Gunung ini.”

Hati: “Kira-kira dia sudah mati atau masih hidup, ya?”

Jiwa: “Hmm, kayaknya sudah mati.”

Hati: “Tapi kenapa tadi dia meminjam sajadahmu untuk sholat?”

Jiwa: “Andai dia hidup, kenapa dia lenyap begitu saja? Kenapa rombongan tadi tak bisa melihat Kayun?”

Hati: “Hmm … gunung ini menyimpan banyak misteri.”

Jiwa: “Iya, kayaknya mungkin Kayun memilih mati daripada hidup tapi disiksa ama lelaki.”

Hati: “Apa mungkin dia bunuh diri?”

Jiwa: “Bisa jadi. Atau dia disembunyikan ama makhluk halus. Atau … emboh … aku nggak paham.”

Hati: “Andai Kayun bisa ngobrol dengan kita lagi, ya?”

Jiwa: “Iya, aku harap dia mau datang lagi.”

Hati: “Apa kamu nggak takut?”

Jiwa: “Enggak. Aku malahan kasihan dengannya. Kenapa masalah begitu besar menimpanya.”

Hati: “Kayaknya masalah itulah yang membunuh Kayun.”

Jiwa: “Mungkin. Bagaimanapun juga, wanita itu sangat lemah, tak berdaya. Suminten aja mpe gila karena tak jadi menikah. Kayun … duh … aku ikut prihatin atas musibah yang menimpamu, Mbak.”

Jam empat lewat delapan menit, Fadhli sudah siap akan melaksanakan sholat subuh. Hehehe, sekarang tuh pemuda sudah berada di Hargo Dumilah, salah satu puncak tertinggi di Gunung Lawu. Ketinggiannya mencapai 3265 mdpl. Sebenarnya nih gunung nggak tinggi-tinggi amat. Tapi lumayanlah untuk pemula seperti Fadhli.

Page 123: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

119

Termos alumunium sudah terisi penuh kembali. Tadi saat di pos lima, dia membeli teh panas pahit di warungnya Mbok Yem. Inilah mungkin warung yang letaknya tertinggi di pulau Jawa, yaitu diatas 3000 meter di atas permukaan laut. Hmm … Mbok Yem, seorang wanita dengan fisik dan jiwa yang super kuat. Beliau bukannya jualan di kota atau di keramaian, tapi jualan di puncak gunung untuk melayani para pendaki. Wow, beliau harus masuk daftar orang terhebat di dunia.

Fadhli mulai membentang sajadah. Hatinya berbisik, “Saatnya mengistirahatkan ruh.” Benar, momen seperti ini sangat jarang, Fadhli mulai konsentrasi. Sejenak hanya Allah yang diingat dalam sanubarinya. Tita, Kayun, jin, setan, sejenak dia melupakan. Kini raganya berada di ketinggian 3000 meter, dia berharap ruhnya juga semakin dekat dengan Sang Pencipta.

Hampir aja memulai sholat, tiba-tiba ada suara dari belakang, “Mas, apa saya boleh ikut sholat jamaah?” Fadhli menoleh ke belakang … hmm … seorang gadis manis yang sudah memakai mukena, tepat berada di belakang Fadhli. Sambil mengangguk, diapun mempersilakan. Gelapnya suasana, ditambah dengan suhu yang semakin dingin tak membuat Fadhli panik. Dengan mengucap takbiratul ihram, diapun mulai melaksanakan sholat.

Saat sujud, hmm … dahi menempel sajadah, dia sengaja agak lama dalam posisi seperti ini. Gak tahu kenapa, mungkin ruhnya ingin berlama-lama sujud dihadapan Allah. Tak lama kemudian, sholat sudah selesai ditunaikan. Fadhli berdoa, dan diamini oleh gadis yang ada di belakangnya.

Detik sudah menunjukkan jam 04.20, kedua mata Fadhli langsung konsentrasi menatap ke arah ufuk timur. Bahkan dia tak mempedulikan gadis yang ada di sebelahnya. “Mas, kenalkan, nama saya Huning,” sapa gadis itu.

Fadhli: “Saya … Fadhli.”

Huning: “Lagi nunggu detik-detik proklamasi ya, Mas?”

Fadhli: “Proklamasi apa?”

Huning: “Detik-detik proklamasi matahari terbit.”

Fadhli: “Hehehe, bener Dhek.”

Huning: “Eh, lihat … ufuk timur sudah mulai berwarna merah.”

Fadhli: “Duh, indah banget. Kayaknya jika ngeliat ginian terus, beratnya masalah hidupku bisa hilang deh.”

Huning: “Enggih, bener Mas. Tujuan utamaku ke puncak gunung ini juga ingin menghibur hati. Mas, HP Sampeyan bergetar.”

Fadhli: “Biar aja.”

Huning: “Kayaknya ada telpon, kenapa enggak diangkat?”

Fadhli: “Paling yang nelpon Si Tita. Hehehe, dia sudah call 128 kali sejak empat jam yang lalu, tapi kubiarkan aja.”

Huning: “Hehehe, kayaknya lagi tengkar ama yayang-nya ya, Mas?”

Fadhli: “Bukan tengkar, tapi move on.”

Huning: “Whatt???? Maaf, saya ikut prihatin mendengarnya.”

Page 124: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

120

Fadhli: “Apa kamu pernah merasakan move on?”

Huning: “………….”

Fadhli: “Kok diam?”

Huning: “………..”

Fadhli: “Ya udah, gpp … mungkin kamu nggak suka membicarakan masalah ini. Lihatlah, Sang Matahari mulai kelihatan sedikit. Wow … very beautiful. Untung aja sekarang cuaca sangat cerah sehingga setiap sudut langit kelihatan indah dengan sangat detail.”

Huning: “Hehehe … capek-ku langsung hilang melihat sun rise. Ternyata alam sangat ayu ya, Mas?”

Fadhli: “Iya, ustadzku sering menasihatiku supaya sering keluar rumah, melihat alam, melihat ayat Allah yang terbentang. Mengurung diri di kamar hanya akan menambah gelisah.”

Huning: “Eh, lihatlah awan berarak di bawah kita!”

Fadhli: “Benar. Kalau saat di rumah, yang kita lihat … awan selalu di atas kita. Tapi kalau di sini, hmm … awan menari di bawah kaki kita.”

Huning: “The beautiful sun perlahan naik ke langit dari balik cakrawala. Perlahan warnanya jingga berpendar diikuti warna ungu kebiru-biruan. Hatiku terasa hangat hingga seperti meleleh jika menyaksikan ini semua.”

Fadhli: “Huning …”

Huning: “Enggih Mas …”

Fadhli: “Kapan kamu merasa di puncak kebahagiaan?”

Huning: “Emm … jujur. Saat Mas Anom berniat akan melamarku enam bulan yang lalu, itulah puncak kebahagiaanku.”

Fadhli: “Berarti bentar lagi kamu menikah. Selamat ya … aku ikut berdoa semoga pernikahanmu indah, beauty dan …”

Huning: “Mas Anom membunuhku.”

Fadhli: “Duh …”

Huning: “Saat melamarku, dia sudah bekerja. Tapi dua hari kemudian, dia di-PHK. Tanpa pamitan, dia pergi merantau ke Jakarta. Kabarnya dia sudah dapat kerja. Tapi ketika ku-tanya tentang masalah lamaran, dia … dia … hiks.”

Fadhli: “Di-cancel, ya?”

Huning: “Hiks … hiks … sakitnya masih terasa pilu hingga sekarang. Padahal orang sekampung sudah tahu kalau aku akan menikah dengan Anom. Orang sekampung juga tahu tentang batalnya pernikahan ini. Aku akhirnya menjadi bahan gunjingan para penduduk kampung.”

Fadhli: “Hmm, kira-kira kapan kamu bisa kembali ceria?”

Huning: “Anom sudah membunuhku … membunuh keceriaanku, membunuh kegembiraanku. Kayaknya, aku sudah tak bisa tertawa lagi.”

Page 125: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

121

Fadhli: “Eh, lihatlah matahari semakin naik! Suhu yang dingin membeku, kini perlahan mulai hilang berganti kehangatan.” (nampak Fadhli mengeluarkan termos dari dalam tasnya. Dia meminumnya beberapa teguk, lalu menawari Huning untuk minum. Gadis itu mengangguk)

Huning: “Mas, kenapa tehmu pahit banget?”

Fadhli: “Kemarin aku di-move on. Pasca kejadian itu, semua terasa pahit. Bahkan teh manis-pun terasa sangat pahit. Jadi, daripada buang-buang gula, mending gak usah pakai gula sekalian. Toh, rasanya sama … pahit.”

Huning: “Nasib kita sama.”

Fadhli: “Penderitaan kita sama. Aku bingung, abis turun gunung, mau kemana? Aku gak mau pulang ke rumah.”

Fadhli menoleh ke samping, tiba-tiba Huning hilang begitu saja. Padahal sedetik yang lalu masih ada. “Hmm … siapa dia,” hatinya terus bertanya. Kali ini Fadhli tidak merasa takut. Mungkin dia sudah memahami tentang karakter Gunung Lawu yang menyimpan banyak misteri.

Aneh, bekas tempat yang di duduki Huning, kini ada burung jalak yang berbulu kuning. Hmm … aneh, biasanya bulu jalak tuh hitam, atau putih, kadang coklat, tapi ini … kuning. Fadhli terus memandangi tuh burung. Mata mereka beradu pandang. Lima detik, semenit, lima menit, mereka masih beradu pandang. Dengan tersenyum Fadhli berkata, “Hai burung jalak, kamu pasti Huning, hehehe. Tatapan matamu tak bisa bohong. Hai Dhek Huning, kayaknya kamu lebih bahagia dariku. Dhek, kamu bisa bebas terbang kemana yng kamu suka, kamu bisa bebas melihat ciptaan Allah yang terbentang. Dhek … aku iri kepadamu. Dhek, sekarang saatnya aku pamit. Aku akan turun gunung dengan melewati rute yang berbeda. Aku ingin menyusuri rute Cemoro Kandang. Tapi aku belum pernah melewatinya. Doakan aku moga-moga nggak tersesat.”

Tiga puluh menit kemudian

Fadhli menuruni jalan dengan sangat hati-hati. Rupanya pagi ini rute yang mengarah ke Cemoro Kandang sempat diguyur hujan walau sedikit, tapi cukup membuat rute sangat licin. Fadhli terpaksa merangkak karena takut terpeleset. Kalau sampai masuk jurang … duh.

Beratnya medan membuat raga Fadhli tak lagi mempunyai daya. Ibarat HP, tuh battery sudah low. Aneh, burung jalak kuning senantiasa terbang persis di depan Fadhli. Seakan burung ini mengajak Fadhli lomba menuruni terjalnya gunung. Jiwanya tersenyum dengan mata terus menikmati keindahan burung jalak kuning.

Hati: “Hehehe, Dhek Huning terus terbang di depan kita.”

Jiwa: “Bukan Huning, tapi jalak berbulu kuning.”

Hati: “Aku yakin jalak itu adalah Dhek Huning.”

Jiwa: “Kok bisa? Logikanya gimana?”

Hati: “Kenapa harus terus memakai logika? Otakku kalau ditimbang, paling beratnya hanya 1.5 kg. Hmm … massa segitu kecil takkan mampu menjawab semua fenomena yang ada di alam ini.”

Jiwa: “Benar. Alangkah indahnya jalak kuning itu. Andaikan penggemar burung mengetahui jalak kuning ini, pasti langsung dibeli, ya?”

Page 126: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

122

Hati: “Hehehe, harganya bisa milyaran. Karena jalak yang berbulu kuning hampir mustahil bisa didapatkan.”

Jiwa: “Eh, lihat! Di depan itu sudah nampak pos lima. Aku mau istirahat dulu.”

Di pos lima ini sekitar jam tujuh pagi, Fadhli langsung berbaring. Sekujur badan terasa pegal dan linu. Yang paling parah adalah daerah telapak kaki, tulang tumit, hingga otot paha, terasa sangat linu, seperti abis dipukuli orang sekampung. Sambil terbujur lemah, dia menyeruput beberapa teguk teh dari termos kesayangannya. Memang rasanya pahit, tapi syukurlah … masih ada hangatnya sehingga lumayan untuk menaikkan stamina.

Masih dalam posisi baring, samar-samar dia melihat seorang pemuda yang datang menuju ke arahnya. Hmm … dalam kondisi ngantuk berat karena semalam nggak tidur, dia mencoba mengingat siapa tuh pemuda. Akhirnya, dengan senyum puas, dia berhasil mengingatnya. Paino … hehehe … bener. Dia adalah Paino. Seorang pemuda yang pernah tinggal di rumahnya yang ada di Ungaran. Aslinya tuh pemuda bertempat tinggal di Desa Beruk Kec. Jatiyoso Karanganyar Solo. Hehehe … padahal letak desa tersebut cukup dekat dari sini. “Gak nyangka bisa seberuntung ini,” guman Fadhli dalam hati.

Kenapa dulu Paino bisa bertempat tinggal di rumah Fadhli? Paino adalah seorang tukang bangunan yang ikut merenovasi rumahnya Fadhli. Jadi, karena tuh rumah lumayan luas, sekalian aja beberapa tukang ikut tidur di situ, daripada nge-kost. Toh kerjaan renovasi paling hanya tiga minggu. Tapi kebersamaan selama tiga minggu menjadikan mereka akrab. Paino, paling usianya sebaya dengan Fadhli, tapi badannya sangat kekar. Maklumlah, pekerjaannya sangat berat sehingga menuntut fisik yang kuat.

Begitu kedua pemuda ini bertemu … hehehe … aroma persaudaraan semakin kental. Hampir satu jam mereka bicara ngalor ngidul.

Paino: “Gimana rasanya mendaki di gunungku ini, Mas? Apa sudah ketemu ama setan?”

Fadhli: “Hahaha … sttt … jangan ngobrolin setan di sini, ntar dia malah dengar, gimana?”

Paino: “Gue sih gak peduli setan atau jin atau manusia, yang penting ayu dan cantik … halah … hahaha.”

Fadhli: “Eh, Paino, kenapa kamu bisa nyampek sini?”

Paino: “Bapak Sampeyan telpon aku. Beliau khawatir banget. Makanya aku disuruh mencari Sampeyan.”

Fadhli: “Oalaaa … maaf kalau kami merepotkanmu, Mas.”

Paino: “Mboten nopo-nopo. Lagian daerah sini juga merupakan area tempat mainku sejak kecil, jadi mencari Sampeyan ibaratnya seperti mencari di halaman rumah sendiri.”

Fadhli: “Eh, dari sini ke rumahmu, butuh berapa jam?”

Paino: “Kalau memakai kecepatan saya saat berjalan, paling-paling butuh waktu 1.5 jam. Tapi kalau memakai kecepatan Sampeyan, ya butuh 3 jam. Gimana, mau memakai kecepatan yang mana?”

Fadhli: “Pakai kecepatan helikopter aja, lah … hahaha.”

Dua hari full … Fadhli tidur maksimal di rumah Paino, halah … hahaha. Memang bener kok, paling dia bangun hanya untuk urusan sholat ama makan, selebihnya … istirahat total. Pengalaman

Page 127: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

123

pertama mendaki gunung membuat otot-ototnya pada pecah, kemudian tumbuh otot baru yang lebih besar. Proses ini duh … sangat menyakitkan. Lain halnya dengan Paino. Dia asli anak gunung. Sejak kecil sudah terbiasa naik turun gunung. Dia bisa mendaki Gunung Lawu dengan metode lari sehingga hanya butuh waktu yang sangat singkat. Jika pemuda kota dipaksa mendaki gunung dengan metode lari … inna lillahi deh … hahaha.

Habis maghrib, suhu atmosfer mulai dingin. Apalagi kabut turun. Hmm, setelah melaksanakan sholat maghrib di mushola milik Pak Mursito, maka Fadhli langsung berlari. Lari kemana? Ke gunung lagi? Hahaha, enggak lah. Dia langsung bergegas menuju ke depan api pawon yang ada di dapur Paino. Fadhli merasa nggak nyaman jika harus duduk di ruang tamu atau di kamar karena cuaca sangat dingin. Di depan api … inilah yang paling ideal.

Paino: “Mas, mbok Sampeyan tinggal di sini aja! Tuh saya sudah menyiapkan kamar untuk Sampeyan.”

Fadhli: “Hahaha, pinginnya sih gitu. Suasana di sini … wow … mantap. Rutinitas keseharianku di kota benar-benar bisa di-cut abiss. Di sini, di lereng gunung Lawu memberiku kedamaian yang luar biasa. Lima hari lagi aku harus balik ke Ungaran.

Paino: “Mas, ntar abis sholat isya’, Sampeyan disuruh mengisi kultum pengajian di musholanya Pak Mursito.”

Fadhli: “Whattt???? Kenapa harus aku?”

Paino: “Penduduk sini ingin mendengar ceramah Sampeyan, hehehe.”

Fadhli: “Tapi aku belum bisa ceramah. Aku aja baru kelas 3 SMA.”

Paino: “Sudahlah, kultum kan cuman 7 menit. Jadi, silakan ceramah aja! Materinya terserah Sampeyan, dan … Sampeyan harus setuju! Hehehe.”

Fadhli: “Baiklah. Moga-moga ceramahku bisa lancar. Mushola itu memang milik pribadi Pak Mursito, ya?”

Paino: “Benar Mas. Keluarga beliau sangat tekun beribadah. Anak pertama bernama Ummi, dia masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Tuh gadis sangat sholihah, pinter dan pemalu. Bahkan sangat pemalu. Anak kedua bernama Irzha, masih duduk di SD kelas enam. Tuh anak juga pinter banget mengaji.”

Fadhli: “Ummi … hmm … kok mendadak aku langsung deg-degan mendengar namanya, ya?”

Paino: “Hahaha, tapi jangan harap Sampeyan bisa melihat wajahnya. Dia sangat pemalu. Kalau keluar rumah, dia menutupi wajahnya dengan selendang, kadang kain, dan … selalu menunduk.”

Fadhli: “Apa dia cantik?”

Paino: “Pasti, keningnya sangat putih bersih.”

Namanya aja masih sama-sama ABG, kalau sudah ngobrol menyangkut yang ayu-ayu … wis wis wis … parah … hahaha. Tiba-tiba HP Fadhli menjerit. Dilihatnya, Tita call. Kali ini dia mau angkat tuh HP. Gimana lagi, sudah 200 lebih Tita call Fadhli, tapi gak pernah diangkat.

Tita: “Kenapa sekarang baru diangkat??” (nada Tita meninggi bercampur dongkol)

Fadhli: “Untuk apa bicara denganmu. Toh kamu juga sudah move on aku.”

Page 128: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

124

Tita: “Tapi kita kan masih menjadi sahabat dekat. Bahkan dekat banget.”

Fadhli: “……….”

Tita: “Fadhli, setelah kupikir dengan sangat panjang dan njlimet, emm … emm … kayaknya aku mau balik lagi deh ama kamu.”

Fadhli: “………..”

Tita: “Aku siap menjadi calon istrimu. Kupikir, kamulah yang terbaik.”

Fadhli: “………….”

Tita: “Aku berjanji takkan menyakitimu, takkan megeluarkan keputusan yang membuatmu menderita.”

Fadhli: “………….”

Tita: “Fadhli, kamu boleh melamarku setelah selesai kuliah atau setelah kamu kerja. Aku ikut aja.”

Fadhli: “………….”

Tita: “Kenapa kamu terus terdiam?”

Fadhli: “………….”

Tita: “Apakah kamu masih marah? Cobalah untuk mudah memaafkan!”

Fadhli: “……………..”

Tita: “Hmm, sumpah aku gak pernah mencintai pemuda lain selain kamu. Kemarin aku move on tuh karena jiwaku yang resah dan bingung campur aduk jadi satu. Biasalah yang namanya wanita, kadang emosi dan perasaan mengalahkan sanubari.”

Fadhli: “Aku takut.”

Tita: “Kenapa takut?”

Fadhli: “Emm … aku membayangkan misal nanti setelah kita menikah, lalu tiba-tiba kamu minta move on seperti kemarin, duh … aku trauma.”

Tita: “Sumpah, aku nggak bakalan mengatakan itu lagi.”

Fadhli: “Kadang kepercayaan itu ibarat sebuah genting. Jika sudah pecah, takkan mungkin disatukan lagi. Genting pecah … hmm … yang terbaik adalah mencari genting baru yang masih utuh dan kuat.”

Tita: “Jadi … jadi … kamu gak mau balik ke aku lagi?” (rintihan lirih terdengar sayup-sayup)

Fadhli: “…………”

Tita: “Fadhli, kenapa kamu gak bisa memaafkanku?”

Fadhli: “Andai kamu memukulku, aku masih bisa memaafkan. Tapi untuk masalah ini, aku trauma. Aku paling tidak suka dengan wanita yang dengan mudah mengucapkan kata putus.”

Tita: “Hiks … hiks …Fadhli … kenapa kamu tega kepadaku?” (tangisan terdengar pilu.”

Page 129: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

125

Fadhli: “Tita, semenjak kamu mengatakan move on, sebenarnya aku sudah mati. Kamu sudah membunuhku. Tita, ketahuilah bahwa Fadhli sudah mati, sekarang hanya raga aja yang berjalan, sedang kebahagiaan hidupnya sudah mati. Tentu kamu sangat tahu siapa yang tega membunuh Fadhli.”

Tita: “Duh … aku gak nyangka penderitaanmu begitu mendalam.”

Fadhli: “Hmm, aku nggak pernah mencintai wanita lain selain kamu. Kamu adalah cinta pertama sekaligus yang terakhir. Tapi … kamu tega banget. Jadi … daripada aku trauma dengan kata move on, lebih baik aku pergi aja dengan asa yang remuk berserak.”

Tita: “……….” (hanya tangisan yang terdengar semakin kencang)

Fadhli: “Tita, trims karena sudah membunuhku. Tita, gimana rasanya membunuh orang?”

Kalimat terakhir yang terucap dari lisan Fadhli sontak membuat Tita menangis semakin keras. Tapi … Fadhli sudah lelah, capek. Dimatikannya HP, sejenak pandangannya mengarah ke Paino, hmm … Paino juga terdiam karena tak mau mencampuri urusan orang. Sambil meminum teh panas dari termosnya, Fadhli berdiri, melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu karena adzan isya’ sudah terdengar.

Lima belas menit kemudian

Sholat isya’ sudah ditunaikan, kini ada hampir 100 jamaah duduk rapi di mushola Pak Mursito. Nampak jamaah laki-laki duduk di sebelah kanan, sedangkan jamaah perempuan duduk di sebelah kiri. Fadhli duduk menghadap para jamaah dengan ditemani oleh Pak Mursito dan Paino.

Fadhli mulai ceramah. Inilah cuplikan kalimat yang terucap, “Saudara, semua yang ada di atas tanah pada hakikatnya adalah tanah. Mushola ini ada tembok. Tembok terbuat dari pasir, sedangkan pasir diambil dari dalam tanah. Sampeyan semua memakai baju. Baju terbuat dari kapas, sedangkan kapas diambil dari pohon. Pohon mendapat makanan dari akar, dan akar mendapat makanan dari tanah. Mobil, ada besinya, dan besi diambil dari tanah. Motor, ada bensinnya, juga diambil dari dalam tanah. Semua dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Satu-satunya yang dari langit adalah ilmu. Saudara, ilmu bukan dari tanah, melainkan dari langit. Oleh karena itu, barangsiapa yang mencintai ilmu, maka ia mencintai barang langit. Jika saudara mengumpulkan ilmu, memperbanyak hafalan, maka sama saja dengan mengumpulkan barang langit. Orang yang mempunyai banyak ilmu, banyak hafalan, maka suatu saat ruhnya akan naik ke langit, ke sorga, itulah kebahagiaan orang yang mencintai ilmu. Sebaliknya, manusia yang hanya mengutamakan barang tanah, maka ruhnya takkan mampu ke langit melainkan terjepit di dalam tanah bersama dengan barang yang dicintainya.”

Tiba-tiba ada jamaah yang nyeletuk bicara, “Mas, tuh Dhek Irzha, putra Pak Mursito, dia sudah menghafal Qur’an dua juz padahal masih SD.” Sontak semua hadirin tepuk tangan dengan wajah cerah mengarah ke Irzha. Hehehe … Si Irzha dengan malu berkata, “Terimakasih, semoga ini menjadi motivasi saya untuk lebih giat lagi menghafal.”

Dari arah pojok ada juga yang bicara, “Tapi aku sangat salut ama Dhek Ummi, kakaknya Irzha. Padahal baru kelas satu SMA, tapi sudah sanggup menghafal 16 juz Qur’an.” Sontak para hadirin bergembira dan mengarahkan pandangan ke Ummi. Tapi … Ummi sangat pemalu. Bukannya bicara, dia malahan menutupi wajahnya dengan kain sambil menunduk.

Fadhli juga mencoba mencuri pandang dengan mengarahkan pandangan ke Ummi, tapi … nihil. Lha gimana lagi, wajah tuh gadis tertutup rapat ama kain selendang, hahaha. Sabar ya, Mas!!!!

Page 130: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

126

Selesai acara pengajian, Fadhli semakin penasaran. Jiwanya terus bertanya.

Jiwa: “Baru kali ini aku melihat gadis pemalu.”

Hati: “Kalau di kota kayaknya gak ada lagi yang pemalu, ya?”

Jiwa: “Hehehe, malahan malu-malu’in, hahaha.”

Hati: “Benar. Tapi memang pakaian yang paling indah bagi seorang wanita adalah sifat malu.”

Jiwa: “Oya?”

Hati: “Jika wanita sudah tak punya lagi rasa malu, maka …”

Jiwa: “Hmm, aku jadi semakin penasaran, gimana sih wajah Dhek Ummi?”

Hati: “Cari aja di Facebook!”

Jiwa: “Pasti gak bakalan ada.”

Hati: “Atau besok main ke rumahnya.”

Jiwa: “Huss!!! Itu namanya saru, gak pantas. Ini kampung broo, bukan kota. Di sini adat sopan santun masih dijaga dengan sangat ketat.”

Hati: “Eh, gara-gara ada Dhek Ummi, sekarang Tita jadi hilang dari memori-mu, ya?”

Jiwa: “Tita dah lenyap, persis kayak di-uninstall, hahaha.”

Hati: “Aku membayangkan, pasti lelaki yang suatu saat menikah dengan Dhek Ummi, adalah salah satu laki-laki yang paling bahagia di muka bumi.”

Jiwa: “Iya. Dhek Ummi ibarat perhiasan yang paling mahal. Tuh perhiasan disimpan di kotak emas, lalu dikunci. Trus tuh kotak dimasukkan ke lemari, dan lemarinya juga dikunci. Lemari ditaruh di rumah … sama … rumahnya juga dikunci dengan gembok yang kuat.” Hati: “Tuh rumah kayaknya juga diberi pagar, dan pagarnya dikunci juga.”

Jiwa: “Hehehe, bener. Kok jadi ngebahas Dhek Ummi, ya?”

Hati: “Iya, gimana lagi. Wanita itu manis.”

Jiwa: “Bukan manis, tapi harum.”

Hati: “Seperti bunga, ya?”

Jiwa: “Lebih indah dari bunga.”

Hati: “Seperti parfum?”

Jiwa: “Lebih harum dari parfum.”

Hati: “Trus kalau nggak seperti parfum, seperti apa?”

Jiwa: “The real wanita itu ya Dhek Ummi. Andai seluruh gadis negeri ini mempunyai akhlaq mirip Dhek Ummi, hmm … pasti negeri ini akan menjadi sorga dunia.”

Hati: “Eh, sudah jam 9 malam, kira-kira Dhek Ummi lagi ngapain, ya?”

Page 131: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

127

Jiwa: “Duh, kenapa lamunanmu bisa sejauh itu? Please jangan mikir yang macam-macam! Tuh gadis sudah hafal 16 juz. Pasti malam ginian masih menghafal Qur’an. Mungkin dia menghafal juz 17 atau mengulangi hafalan yang lalu.”

Hati: “Hmm … kita tinggal di kampung sini aja yuk! Nggak usah pulang ke Ungaran.”

Jiwa: “Huss! Parah loe … hahaha.”

Pagi ini merupakan hari ke enam Fadhli liburan di rumahnya Paino. Udara masih lumayan dingin, diapun nyeruput teh panas dari termos aluminium-nya. Walau sudah settle di rumah Paino, tapi termos aluminium tetap rutin diisinya dengan teh panas. Kali ini, dia mengeluarkan tas kecil dari carrier-nya. Tas itu diisi dengan termos dan … Qur’an kecil. Iya … Fadhli ingin membaca Qur’an di alam perbukitan sekitar kampung ini.

Semenjak dia rajin mengisi ceramah kultum di mushola Pak Mursito, maka dia cepat dikenal oleh masyarakat. Tiga hari yang lalu, saat dia lagi jalan-jalan menikmati indahnya perbukitan di sekitar desa, dia bertemu dengan Pak Minto, salah satu warga kampung. Pak Minto mengajak Fadhli untuk sarapan di rumahnya. Hmm … kurang sopan rasanya jika menolak ajakan warga. Akhirnya, diapun sarapan di rumah Pak Minto. Apa menunya? Nasi jagung ama tempe goreng. Awalnya memang sangat asing dilidah karena seumur hidup belum pernah makan nasi jagung, tapi lama-lama … emm … tetap asing juga. Fadhli tak bisa menikmati nasi jagung. Dia makan dengan terpaksa, gimana lagi, gak mungkin menolak ajakan warga.

Kemarin, Fadhli juga di ajak salah satu warga untuk makan siang. Hmm, suasana kekeluargaan di kampung ini memang patut diacungi jempol. Apa menunya? Sama … nasi jagung ama tempe goreng. Sengaja Fadhli mengisi piringnya dengan sedikit nasi jagung karena … hmm … dia benar-benar nggak bisa menikmati nasi jagung.

Di malam hari, selesai mengerjakan sholat maghrib, dia juga diajak oleh salah satu warga untuk menikmati makan malam di rumahnya. Lagi-lagi nasi jagung yang menjadi menu utama. Hmm … Fadhli terus mengingat sabda Nabi bahwa tamu itu seperti mayit. Artinya: mayit selalu patuh kepada siapa aja yang mengurusnya, gak pernah membantah. Hehehe, jika warga memberinya teh hangat, dia pasti meminumnya. Jika warga memberinya nasi jagung … dia pasti memakannya walau sedikitpun dia tak bisa menikmati kelezatan tuh nasi.

Pagi ini, saat mau berjalan menikmati keindahan tanaman bawang yang ada dilereng bukit, e … tak disangka, Si Irzha, putranya Pak Mursito berlari menuju ke arahnya sambil berkata, “Mas Fadhli, kata Bapak … Sampeyan harus sarapan di rumah saya. Sekarang juga. Kami sudah menyiapkan sarapan untuk Sampeyan.”

Ajakan ini membuat Fadhli meringis kegirangan. Kenapa? Hahaha …

Jiwa: “Akhirnya, setelah menunggu dan menunggu, kini … ada kesempatan yang sangat bagus untuk bertemu Pak Mursito dan …”

Hati: “Dan siapa???? Dhek Ummi, ya?”

Jiwa: “Hehehe. Rasa penasaran melihat gimana wajahnya … duh … kayaknya tak bisa dibendung lagi. Sudah hampir seminggu aku di sini, belum pernah sedikitpun bisa melihat wajah tuh gadis. Padahal besok aku sudah harus kabur ke Ungaran. Piye jal?”

Hati: “Kalau boleh menebak, pasti wajah Dhek Ummi tuh … cerah seperti rembulan. Jadi, walau berjalan di kegelapan malam, maka karena aura wajahnya yang bersinar itulah, jalan di sekitarnya bisa menjadi terang.”

Page 132: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

128

Jiwa: “Kalau bibirnya?”

Hati: “Emm … mungkin kayak mangga yang sudah masak. Mak nyuss banget.”

Jiwa: “Wah, parah banget, loe.”

Hati: “Dhek Ummi, jika aku boleh terus menebak … hmm … bahunya sejajar seperti timbangan emas, lengannya menyiku seperti busur, jari-jarinya panjang dan ramping, selentik rerumputan hutan. Kukunya seperti mutiara, kulitnya kuning terang, pinggulnya seperti patram keluar dari cangkang dan pinggangnya seperti daun limas.”

Jiwa: “Eh, ngapain kamu ngebahas mpe pinggang?”

Hati: “Reflek broo, hahaha. Eh, kita dah sampai rumahnya Dhek Ummi. Time for smile and happy, hahaha.”

Irzha mempersilakan Fadhli untuk memasuki rumahnya. Sejenak Fadhli terpana dengan keindahan bangunan rumah adat jawa dimana seluruh material bangunan didominasi oleh kayu. Saat memasuki ruang tamu … dia kaget, ternyata ruangan ini sangat luas, mungkin sekitar 15 meter x 15 meter. Wow … lapang banget.

Irzha: “Dulu saat kecil, saya suka main sepeda di ruangan ini.”

Fadhli: “Hmm … saking luasnya ruang tamu ini, kayaknya suatu saat kita bisa main futsal di sini ya, Dhek?”

Irzha: “Hehehe, enggih Mas.”

Fadhli: “Eh, kulihat ke arah atas, emm … kenapa banyak bawang putih yang digantung di atap?”

Irzha: “Begitulah cara penyimpanan yang terbaik untuk bawang putih. Kalau disimpan dekat tanah, ntar malahan tumbuh e, Mas. Jadi malahan nggak laku dijual.”

Percakapan mereka terhenti manakala Pak Mursito datang. Fadhli langsung menyalami dan … mereka ngobrol santai.

Mursito: “Mas Fadhli, gimana rasanya tinggal di kampung ini?”

Fadhli: “Luar biasa Pak. Letak kampung ini di lereng Gunung Lawu, dengan pemandangan yang menghijau, ditambah suasana udara yang sejuk, hmm … rasanya saya pingin banget tinggal menetap di sini aja, hehehe.”

Mursito: “Kalau dibandingkan dengan di Ungaran?”

Fadhli: “Beda jauh Pak. Di sana sudah banyak PT sehingga polusi udara di mana-mana. Udara di dalam rumah terasa sangat panas sehingga sulit tidur kalau nggak ada AC atau kipas.”

Mursito: “Irzha, tolong bilang ama Kak Ummi untuk membuatkan teh panas! Buat dua gelas, ya!”

Fadhli: “Emm, Pak … nih saya sudah bawa termos. Isinya juga teh panas.”

Mursito: “Nggak apa-apa. Biar Sampeyan bisa merasakan teh khas rumah ini, hehehe.”

Fadhli: “Enggih Pak. Matur nuwun sanget.”

Page 133: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

129

Mendengar kata Ummi disebut, duh … jantung Fadhli mulai berdetak tak teratur. Kadang cepat, kadang pelan, malahan kadang berhenti, halah … hahaha. Aneh, padahal dia belum pernah melihat wajah tuh gadis, tapi perasaan grogi, gugup dan salah tingkah terus datang bertubi.

Akhirnya … yang ditunggu datang juga. Dhek Ummi datang ke ruang tamu dengan membawa nampan yang berisi dua gelas teh panas. Awalnya Fadhli menunduk malu, tapi dia memberanikan diri untuk melihat wajah Dhek Ummi. Satu … dua … tiga, dipandanginya tuh wajah dengan seksama … dan … hmm … Dhek Ummi memakai baju muslimah dan … dia terus menutupi wajahnya dengan selendang kecil. Fadhli … dia tak bisa melihat tuh wajah. Hmm, kepalanya kembali menunduk agak lesu tapi disembunyikan perasaan ini dalam-dalam.

Semenit kemudian, Dhek Ummi datang lagi dengan membawa nasi jagung dan tempe goreng. Lagi-lagi Fadhli memandangi tuh wajah tapi … nihil. “Ummi, kenapa Engkau terus menutup wajahmu?” teriak jiwa Fadhli penasaran.

Hidangan di meja sudah tersedia. Kini mereka berdua menikmati nasi jagung plus tempe goreng. Semua hidangan dimasak oleh Dhek Ummi. Sambil makan, jiwa Fadhli berdendang.

Jiwa: “Udah enam hari aku tak bisa merasakan enaknya nasi jagung. Tapi sekarang ini … wow … nasi jagung bikinan Dhek Ummi sungguh lezat. Rasanya top markotop.”

Hati: “Lezat dari mana? Dari Hongkong? Lha wong bahannya juga sama dengan nasi jagung para penduduk kampung sini. Cara masaknya juga sama. Semua sama. Mana yang beda?”

Jiwa: “Kamu pingin tahu?”

Hati: “Iya …”

Jiwa: “Yang beda adalah chef-nya, hehehehe. Semua bahan dapur jika dimasak oleh chef yang bernama Dhek Ummi, hehehe … pasti enak, lezat, gurih, jos markojos.”

Hati: “Walau cuman nasi jagung?”

Jiwa: “Benar.”

Hati: “Cinta memang subyektif, ya?”

Jiwa: “Hehehe, aku jadi ingat seminggu yang lalu saat di-move on ama Tita, semua yang kurasakan terasa pahit. Kini kebalikannya, semua terasa manis dan indah.”

Hati: “Tapi kamu belum melihat wajah Dhek Ummi. Lha iya kalau cantik, tapi kalau jelek, gimana?”

Jiwa: “Bagiku, cinta yang membuat semua tampak cantik.”

Hati: “Kayaknya kamu benar-benar mabuk.”

Acara makan telah selesai. Sambil nyeruput teh panas buatan Dhek Ummi, Fadhli berkata, “Pak Mursito, besok saya harus pulang ke Ungaran. Pak, sebelum saya meninggalkan kampung ini, saya minta nasihat dari Panjenengan, apa saja. Saya siap mendengarkan.”

Mursito: “Dhek Fadhli, lihatlah Gunung Lawu ini! Dia sangat besar, tapi nggak sombong. Sebaliknya gunung ini selalu memberikan keindahan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Pesan saya, jika suatu saat nanti kamu sukses, maka janganlah sombong! Ingat terus kerendah hatian gunung ini! Jadilah manusia yang bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat.”

Page 134: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

130

Fadhli: “Nasihat Panjenengan sangat menyentuh kalbu saya, Pak.”

Mursito: “Alhamdulillah. Yang kedua, silakan kamu terus giat mendalami Qur’an! Jangan hanya berguru kepada satu ustadz, tapi silakan berguru kepada beberapa ulama. Guru Imam Syafi’i juga banyak. Dengan demikian, maka hatimu akan semakin luas.”

Fadhli: “Enggih Pak.”

Mursito: “Dalam hal tafsir Qur’an, saya memakai tafsir Ibnu Katsir. Tentang fiqih, saya mendalami buku-buku Imam Syafi’i. tentang bab penyucian jiwa, saya serius menekuni wejangan dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.”

Fadhli: “Wow, pasti ilmu Bapak sangat luas.”

Mursito: “Enggak-lah. Saya sudah tua. Saya sangat mengandalkan para generasi muda untuk mencintai ilmu islam.”

Sepulang dari Pak Mursito, Fadhli berjalan menyusuri perbukitan yang masih diselimuti oleh kabut tipis. Sambil berjalan, dia terus mengingat wejangan dari Pak Mursito. Sejenak matanya melihat pohon rambutan yang berbuah lebat. Diapun duduk dibawah pohon, mengeluarkan mushaf Qur’an dari dalam tasnya. Semenit kemudian, terdengar lantunan ayat-ayat suci yang terus terucap dari bibirnya. Suasana ini membuat bumi tak bisa diam.

Bumi: “Ada yang lagi jatuh cinta. Fadhli mengaji dengan hati yang berbunga-bunga.”

Rumput: “Bener. Tapi aku ragu … hmm … apa Dhek Ummi bisa mencintai Fadhli?”

Bumi: “Kayaknya bisa. Lelaki baik dapat wanita baik. Sederhana aja kok kehidupan ini.”

Rumput: “Tapi Dhek Dhek Ummi tuh sangat pemalu. Tuh gadis jarang banget bicara. Wajahnya terus ditutupi dengan kain selendang.”

Bumi: “Oya, bentar lagi Dhek Ummi akan lewat sini karena dia harus mencari kayu bakar di hutan. Gimana kalau kita menyuruh Sang Angin untuk meniup selendang yang menutupi wajah Dhek Ummi sehingga Fadhli bisa ngeliat wajah Ummi?”

Rumput: “Trus, kalau udah ngeliat, lalu ngapain?”

Bumi: “Biar mereka sama-sama jatuh cinta.”

Rumput: “Trus, kalau udah jatuh cinta, ngapain?”

Bumi: “Emm … me … me … menikah.”

Rumput: “Mereka masih sekolah. Enggak, aku enggak setuju dengan pemikiranmu. Biarlah mereka jauh-jauhan dulu. Aku nggak suka mereka jadian sekarang. Ntar malah mereka malas menghafal, malas belajar, terus dilanda rindu, piye jal?”

Bumi: “Tapi aku pingin lihat romantisme. Hahaha … sumpah … aku paling suka ama romantisme, air mataku bisa menetes deras karena saking terharunya.”

Rumput: “Diam! Eh … tuh … liat! Dhek Ummi sudah berjalan menuju arah hutan. Dia … dia lewat jalan ini. Duh … padahal Fadhli lagi membaca Qur’an. Kalau mata Fadhli melihat Dhek Ummi, pasti dia langsung menghentikan ngaji.”

Page 135: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

131

Bumi: “Berhenti sebentar kan gpp, to?”

Rumput: “Tapi aku takut mereka saling jatuh cinta. Duh … apa yang harus aku lakukan?”

Dhek Ummi berjalan cepat untuk mencari kayu bakar di hutan. Dengan memakai baju muslimah berwarna abu-abu, ditambah dengan jilbab warna krem, serta selendang kecil yang selalu menutupi wajahnya, dia terus berjalan cepat. Saat Ummi melewati Fadhli yang lagi mengaji di bawah pohon rambutan, sebenarnya Dhek Ummi tahu. Tapi … dia sangat malu bertemu dengan laki-laki. Jadi, dia berjalan menunduk, dengan langkah yang semakin dipercepat. Sedangkan Fadhli, dia nggak mengetahui kalau gadis pujaannya sedang melintasi jalan makadam yang ada di depannya.

Satu jam berlalu, Fadhli masih terduduk di bawah pohon rambutan. Tangannya juga masih memegang Qur’an tapi … tertidur, hehehe. Rupanya kesejukan udara di perbukitan ditambah lagi dengan perutnya yang kekenyangan karena menyantap nasi jagung bikinan Dhek Ummi, sehingga paling nyaman memang tidur.

Dari jauh, nampak Dhek Ummi menyusuri jalan makadam sambil menggendong ranting-ranting kayu. Hmm … sungguh aneh, tuh fisik gadis langsing banget, tapi mampu menggendong ranting kayu yang jika ditimbang, mungkin hingga satu kuintal. Itupun berjalan dengan kondisi jalan yang menanjak. Dhek Ummi terus berjalan, dan sekarang dia melewati pohon rambutan dimana Fadhli tertidur dibawahnya. Sejenak tuh gadis terdiam, berhenti berjalan dengan mata terus terpaku ke wajah Fadhli yang asyik tidur. Jiwa Dhek Ummi mengembara.

Jiwa: “Mas Fadhli, ternyata ganteng juga, ya?”

Hati: “Benar. Kalau dinilai … emm … 80 lah, hehehe.”

Jiwa: “Jangan 80, to! Pelit banget loe kasih nilai. Gimana kalau 95?”

Hati: “Boleh. Dia rajin ngaji, ya?”

Jiwa: “Juga rajin belajar. Kuanalisa, kualitas ceramahnya di mushola juga sudah setara dengan para ustadz di kabupaten ini. Mungkin karena tinggal di kota sehingga akses ilmu islam sangat banyak.”

Hati: “Emm … sejak baligh mpe sekarang, kalau kuingat, kayaknya kamu belum pernah memperhatikan cowok sedetail ini. Kenapa?”

Jiwa: “Emm … emm …”

Hati: “Besok Fadhli sudah harus pulang ke Ungaran. Gimana perasaanmu?”

Jiwa: “Aku ingin … aku ingin dia lebih lama di sini, biar bisa mengisi kultum terus di mushola kita.”

Hati: “Apa ada keinginan lain?”

Jiwa: “Emm … apa aku boleh terus terang?”

Hati: “Iya.”

Jiwa: “Saat melihatnya pertama kali, badanku gemetar. Keringat dingin terus mengucur. Padahal aku belum pernah mengalami keadaan seperti ini.”

Hati: “Siapa tahu maag-mu kambuh.”

Jiwa: “Aku nggak punya riwayat sakit maag.”

Page 136: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

132

Hati: “Atau pas saat itu pulsa HP-mu abis.”

Jiwa: “Halah, apa hubungan pulsa dengan gemetar? Nggak usah bergurau!”

Hati: “Andai Fadhli naksir kamu, apa kamu mau?”

Jiwa: “Hehehe …”

Hati: “Andai tuh pemuda mencintaimu, apa kamu terima?”

Jiwa: “Hahaha …”

Hati: “Kok cuman tertawa?”

Jiwa: “Aku belum pernah merasakan jatuh cinta, jadi aku nggak tahu gimana harus menjawabnya.”

Hati: “Eh, lihat! Kayaknya Fadhli sudah mau bangun tidur, yuk kita cepat kabur!”

Dua hari kemudian

Fadhli sudah di Ungaran. Tadi pagi sudah masuk sekolah. Memang raganya di Ungaran, tapi hatinya terus mengembara ke lereng Gunung Lawu, tepatnya kepada jiwa yang mempunyai nama … Dhek Ummi. Tak disangka, gadis itu benar-benar membuat Fadhli sakit. Bukan sakit kepala, karena kalau sakit kepala mah obatnya gampang, tinggal beli aja di apotek. Tapi ini sakit rindu. Obatnya hanya satu yaitu … ketemu.

Kegalauan inilah yang akhirnya memaksa dia berkonsultasi serius dengan ilmu yang ada di dalam dada.

Jiwa: “Wahai ilmu, apa kabar?”

Ilmu: “Kabarnya, kurang menggembirakan, bos.”

Jiwa: “Lho, kok bisa?”

Ilmu: “Begini, akulah yang bertanggung jawab mengelola semua hafalan yang ada di otakmu.”

Jiwa: “Coba jelaskan dengan sederhana aja! Nggak usah terlalu detail.”

Ilmu: “Gini bos, kuibaratkan otakmu tuh seperti 12 hard disk. Hard disk pertama berisi memori hafalan juz 1 mpe 2. Kondisi mereka aman, gak ada memori yang korup atau terhapus.”

Jiwa: “Bagus-lah. Capek-capek menghafalnya, kalau sampai hilang … duh …”

Ilmu: “Hard disk kedua menyimpan data hafalan antara juz 3 mpe 4. Di sini ada masalah serius.”

Jiwa: “Kok bisa?”

Ilmu: “Ada semacam virus yang menyerang sehingga 30% memori hilang.”

Jiwa: “Apa nama virusnya?”

Ilmu: “Emm … nama virusnya … Dhek Ummi.”

Jiwa: “Halah, pasti kamu bergurau.”

Page 137: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

133

Ilmu: “Bener kok Bos. Di hard disc kedua ini, duh … virus Dhek Ummi menggerus data hafalan. Kalau virus ini nggak segera dibuang, kayaknya memori di hard disk kedua ini bakalan abis karena dikacaukan oleh virus ini.”

Jiwa: “Hmm, gimana cara menghapus virus Dhek Ummi?”

Ilmu: “Tolong lupakan dia! Nggak usah mikirin dia! Konsentrasi menghafal dan belajar! Semakin kamu rindu Dhek Ummi, maka hafalanmu akan kacau.”

Jiwa: “Apa ada cara lain selain itu?”

Ilmu: “Emm … lamar aja Dhek Ummi! Maka yang awalnya virus, dia akan berubah menjadi tune up-nya otak, memorimu akan benar-benar fresh.”

Jiwa: “Duh, kayaknya gak mungkin. Gue masih kelas 3 SMA. Andai gue sudah kuliah semester akhir, pasti gue akan melamarnya. Hmm … tolong carikan jalan keluar yang lain!”

Ilmu: “Bos, syarat cinta tuh harus dekat. Kalau berjauhan, maka bakalan menyiksa. Gimana kalau kamu pindah rumah- tinggal di rumah Paino sehingga bisa terus dekat Dhek Ummi.”

Jiwa: “Enggak mungkin. Cepat cari solusi yang lain!”

Ilmu: “Kamu harus berani membunuh tuh virus. Nggak ada cara lain selain dengan melupakan Dhek Ummi. Dengan begitu, maka memori-mu terselamatkan.”

Jiwa: “Nggak, aku mencintainya melebihi cintaku kepada diriku sendiri.”

Ilmu: “Tapi tuh virus yang akan menghabisi memori hafalanmu.”

Jiwa: “Duh …”

Ilmu: “Mana yang kamu pilih? Milih hafalan atau milih Dhek Ummi?”

Jiwa: “………” (kepala terasa nyut – nyut)

Ilmu: “Gimana Bos?”

Jiwa: “Emm … gimana kalau kubiarkan virus itu hidup berdampingan dengan memori hafalanku. Apa bisa?”

Ilmu: “Enggak. Virus ama memori ibarat api ama kayu. Mereka nggak bisa hidup bersama.”

Jiwa: “Duh, gimana kalau virus Dhek Ummi kita pelihara di hard disk nomer 10. kita biarkan dia membesar, tapi hanya di hard disk nomer 10, nggak boleh menyebar ke hard disk yang lain. Gimana?”

Ilmu: “Hmm, gimana caranya?”

Jiwa: “Ya … dalam sehari aku akan menghafal 5 jam, tapi kadang sejam kugunakan untuk melamun Dhek Ummi. Tapi aku akan berusaha memisah antara hafalan dengan lamunan. Aku gak bakalan mencampur adukkan itu.”

Ilmu: “Hmm … aku gak tahu.”

Jiwa: “Dah, kamu tenang aja! Biar gue yang manage ini semua.”

Page 138: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

134

Ilmu: “Bos, sekali lagi kalau aku boleh usul … hmm … virus itu berbahaya. Gak ada orang yang mau memelihara virus.”

Jiwa: “Aku sangat mencintai virus ini.”

Ilmu: “Bos, dulu pernah ada muslim yang secara tak sengaja bertemu dengan wanita yang sangat cantik. Dia langsung jatuh cinta. Semakin hari cintanya semakin membesar. Dia shock manakala mengetahui bahwa wanita itu ternyata adalah kakak iparnya sendiri.”

Jiwa: “Berarti wanita itu bagai virus yang menyebar di memorinya, ya?”

Ilmu: “Benar.”

Jiwa: “Saatnya membersihkan virus.”

Ilmu: “Logikanya memang seperti itu, tapi dia tidak mampu. Cintanya terlalu besar. Dia menahan sekuatnya. Sehari, seminggu, sebulan, dia terus menahan mpe sakit. Akhirnya … karena tak mampu lagi menahan cinta yang demikian menggelora. Dia … akhirnya … inna lillahi.”

Jiwa: “Whattt????? Emangnya virus bisa merusak hardware?”

Ilmu: “Bisa. Jika virus terlalu banyak dan aktif, maka bisa memaksa hardware kerja super keras. Kadang hardware gak mampu sehingga rusak. Sama dengan cinta. Kadang cinta membuat Si Empunya mabuk kepayang hingga terus-terusan kebayang Si Dia. Akhirnya, makanpun malas, kerja … malas. Ibadah … malas. Karena sering dilanda rindu yang berkepanjangan, raganya menderita, jantungnya tak beraturan dan … good bye.”

Jiwa: “Hmm, kayaknya aku gak bakalan separah itu.”

Ilmu: “Hehehe, kita liat aja nanti!”

Fadhli tiba-tiba merasa haus. Seperti biasa, dia minum hanya dari termos alumunium kesayangannya. Tapi mendadak mukanya pucat. Ternyata, termos gak ada. Dia nge-cek di tas carrier, nihil. Cek di rak, lemari, dapur, ruang tamu … nihil semua.

Jiwa: “Tolong kamu ingat-ingat … dimana terakhir aku meletakkan termos alumunium kesayanganku?”

Ilmu: “Emm … aku lupa e, Bos.”

Jiwa: “Duh, kenapa kamu bisa lupa?”

Ilmu: “Virus Dhek Ummi menggerus memori bagian ini.”

Jiwa: “Duh, tolong ingat sekali lagi! Please!”

Ilmu: “Emm ……”

Jiwa: “Kenapa lama?”

Ilmu: “Lelet e, bos. Virus Dhek Ummi memang digjaya.”

Jiwa: “Please jangan nyindir aku terus, to!”

Page 139: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

135

Ilmu: “Data tentang keberadaan termos mulai ada titik terang. Ada dua kemungkinan: kemungkinan pertama, tertinggal di rumahnya Dhek Ummi. Kemungkinan kedua, tertinggal di bawah pohon rambutan di Desa Beruk, kampungnya Dhek Ummi.”

Jiwa: “Hmm … padahal lima tahun ini aku selalu minum dengan termos itu.”

Ilmu: “Beli lagi, Bos.”

Jiwa: “Kenangan bersama termos itu sudah terlalu banyak.”

Ilmu: “Gimana kalau call Paino?”

Jiwa: “Enggak usah. Ntar dikira aku lebay. Sudahlah … ikhlas-kan aja!”

Ilmu: “Good decision, Bos.”

Acara tafakkur terhenti manakala ada telpon masuk. Dilihatnya display HP … ternyata dari Zienta, sahabat Tita.

Zienta: “Assalamu’alaukum.”

Fadhli: “Walaikum salam. Tumben telpon, ada apa, fren?”

Zienta: “Emm … Tita masuk rumah sakit.”

Fadhli: “Halah, pasti bohong.”

Zienta: “Ya udah kalau gak percaya. Bye … wassalam.”

Fadhli: “Eh, tunggu bentar. Emm, apa kamu serius?”

Zienta: “Hadeuh, kamu tuh gimana, to? Namanya sakit juga serius, masak pura-pura sakit. Fren, aku cuman ngabari. Kamu mau bezuk … monggo, nggak bezuk juga gpp.”

Fadhli: “Rumah sakit mana?”

Zienta: “Di Elisabeth Semarang.”

Satu jam kemudian, Fadhli sudah duduk di depan Tita yang tergolek lemas di ranjang rumah sakit. Sebenarnya, sudah dari 20 menit tadi Fadhli datang, tapi saat mau masuk ke kamar tempat Tita dirawat, emm … dia melihat Tita lagi baring sambil mengulangi hafalan. Jadi, dia menunggu sebentar di luar. Kini Tita sudah selesai mengulangi hafalan, maka Fadhli memberanikan diri untuk masuk dan face to face. Awalnya, Tita tersenyum melihat Fadhli datang. Senyum berubah menjadi riang …

Fadhli: “Tita, gimana dengan sakitmu?”

Tita: “Cuman maag ama tensi. Tapi kayaknya maagnya yang parah. Biasalah … mungkin efek dari memikirkan seseorang yang bernama Fadhli.”

Fadhli: “Hahaha. Guyonan yang bagus, hahaha.”

Tita: “Nggak guyon kok, serius. Aku juga heran, kenapa aku bisa KO hanya gara-gara memikirkan pemuda itu.”

Fadhli: “Sekarang pemuda itu ada di hadapanmu.”

Page 140: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

136

Tita: “Iya, aku bersyukur bisa sakit?”

Fadhli: “Whatttt????”

Tita: “Memang pedih. Tapi dengan sakit inilah, kita bisa berjumpa face to face. Andai aku nggak sakit, tentu kamu nggak bakalan nengok’in aku.”

Fadhli: “Kita tetap sahabat kok. Malahan jadi saudara. Jadi sesama saudara pasti saling membantu.”

Tita: “Fadhli, apa aku boleh curhat?”

Fadhli: “Iya …”

Tita: “Aku sangat paham bahwa kamu sudah nggak mau sama aku lagi. Aku sadar betul itu. Tapi, kenapa aku sulit menghapus cinta ini? Dari dulu mpe sekarang, cintaku kepadamu tak berkurang sedikitpun.”

Fadhli: “Hmm …”

Tita: “Fadhli, gimana cara menghapus cinta ini? Kalau aku gagal menghapusnya, hmm … kayaknya sakitku gak bakalan sembuh-sembuh.”

Fadhli: “Coba lupakan aku!”

Tita: “Gimana cara melupakanmu? Apa di-delete? Aku sudah mencoba, tapi semakin berusaha melupakanmu, malahan semakin teringat ama kamu.”

Fadhli: “Oya?”

Tita: “Iya, historis kita sudah terlalu panjang. Bertahun-tahun kita ngaji bersama, menghafal bersama, berbuat kebaikan juga sering bersama. Hmm … kadang aku mpe nangis jika harus men-delete ini semua.”

Fadhli: “Coba ingat terus akan keburukanku, ingat terus akan kejahatanku, maka lama-lama kamu akan membenciku.”

Tita: “Aku nggak pernah melihat keburukanmu. Aku juga nggak pernah menyaksikan kamu berbuat jahat. Yang kulihat, kamu rajin sholat dhuha di masjid sekolah, kamu rajin menghafal, kamu … sudahlah …”

Fadhli: “……..” (menoleh ke samping sambil garuk-garuk kening)

Tita: “Fadhli …”

Fadhli: “Iya …”

Tita: “Misalkan ada manusia yang mempunyai kebaikan sebanyak 100, kemudian dia berbuat jahat sekali, gimana menurutmu?”

Fadhli: “Dia tetap baik. Menurutku … kebaikan bakalan menghapuskan dosa dan kesalahan.”

Tita: “Fadhli, maaf … menurutku, aku sudah berbuat kebaikan begitu banyak untukmu. Hmm … aku hanya membuat satu kesalahan saja, tapi kenapa kamu menghukumku dengan sangat berat? Kenapa kamu nggak mau balik lagi ama aku?”

Fadhli: “Tita … apa aku boleh cerita masa lalu?”

Page 141: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

137

Tita: “……..” (mengangguk)

Fadhli: “Saat aku duduk di bangku kelas 2 SMP, ibukku sering marah-marah kepada Bapakku hanya gara-gara masalah keuangan. Bapak tidak menanggapi, tapi Ibukku pernah marah besar sampai terucap satu kata: dia mau pisah.”

Tita: “Hmm …”

Fadhli: “Kata ‘pisah’ itu … duh … bagai pisau berkarat yang mengiris urat nadiku. Andai nggak takut durhaka, tentu aku sudah memaki-maki Ibukku.”

Tita: “………..” (melongo dengan wajah sedih)

Fadhli: “Sejak saat itu, aku sangat membenci satu kata yaitu ‘pisah’, move on, atau sejenisnya.”

Tita: “Duh, aku nggak menyangka masa lalumu pedih.”

Fadhli: “Iya. Sudahlah … walau kita nggak bisa menjadi suami istri, tapi tetap bersaudara. Oya, aku ada usul.”

Tita: “Apa?”

Fadhli: “Cobalah untuk naik Gunung Lawu. Kamu kan hobi juga naik gunung.”

Tita: “Dah dua tahun ini aku nggak naik gunung. Otot-ototku nggak sekuat dulu. Lagian, aku malas naik gunung sendiri.”

Fadhli: “Gini, ntar kamu mampir dulu di Desa Beruk, Kec Jatiyoso. Di kampung itu, bilang aja kepada penduduk kampung bahwa kamu adalah adiknya Fadhli. Ntar kamu bakalan ditemani naik gunung oleh orang kampung situ.”

Tita: “Oya, memangnya orang sekampung pada kenal kamu?”

Fadhli: “Seminggu aku di situ. Tiap hari ceramah kultum di mushola-nya Pak Mursito, salah satu tetua kampung. Jadi, aku sangat dikenal oleh warga kampung. Mereka sangat akrab denganku bagai anak sendiri.”

Tita: “Hmm … coba kupikir dulu.”

Fadhli: “Di sana, kamu bisa naik gunung, main di ladang jagung, ladang bawang, atau hutan pinus. Pokoknya kamu bakalan fresh. Warga di sana sangat menghormati aku. Jadi kalau kamu mengaku adikku, pasti mereka juga sangat menghormatimu.”

Tita: “Fadhli, trims ya ….”

Enam hari kemudian, Tita sudah sembuh. Kini, dia mulai menjauhi Fadhli. Bukan karena benci, tapi … dia ingin mengatur irama hati. Logikanya … tidak mungkin terus-terusan dekat dengan orang yang tidak mencintainya.

Usahanya berhasil. Setahun kemudian, dia sudah duduk manis di Fakultas Hukum Undip, sedangkan Fadhli di Fakultas Ekonomi Undip. Walau mereka satu Universitas, tapi sudah sangat jarang bertemu. Jiwa Tita sudah stabil, mulai bisa melupakan Fadhli. Sedangkan Fadhli sangat asyik dengan kuliah sehingga virus yang bernama Dhek Ummi mulai hilang dari pikirannya.

Empat tahun kemudian

Page 142: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

138

Sebenarnya Fadhli diterima bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Tapi … beratnya settle di kota se-semrawut Jakarta membuatnya lemes. Dia lebih nyaman tinggal di kotanya sendiri. Karena dia lulusan ekonomi maka dia lebih nyaman meracik materi ekonomi managerial untuk kariernya sendiri. Dengan bekal 350 juta uang pemberian orang tuanya, dia mendirikan toko komputer. Memang toko miliknya nggak begitu besar, labanya juga belum signifikan, tapi ibarat tangga, dia sudah menapaki dua hingga tiga anak tangga. Dia optimis, ke depan pasti ada harapan yang lebih baik.

Sambil mengelola toko, dia tetap stabil rajin menghafal qur’an. Tentang bab penyucian jiwa, tuh pemuda benar-benar hanyut dalam samudra ilmu yang ada di buku-buku Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah. Saat buka FB, banyak teman-temannya yang mempermasalahkan tentang perbedaan pendapat, perang pemikiran, hingga debat kusir, tapi Fadhli … hehehe … dia nyantai, menikmati keindahan ilmu islam, tidak larut dalam pertentangan dan perdebatan. Dia … mulai memahami tentang islam kafah. Fadhli … jiwanya tenang, pikirannya nyaman, hatinya sejuk karena mencintai ilmu dan meninggalkan perdebatan.

Setiap hari senin tokonya libur. Karena ingin refreshing, dia sejenak menikmati hari ini dengan menyantap salah satu menu KFC di Banyumanik Semarang. Dia berencana … setelah di KFC, maka akan langsung ke Gramed yang ada di Jalan Pemuda Semarang.

Detik menunjukkan jam dua siang. Kebetulan restauran KFC lumayan sepi, padahal biasanya ramai. Hanya empat mpe enam pelanggan yang nampak. Fadhli duduk manis di kursi sambil menikmati renyahnya daging ayam restaurant ini. Saat minum softdrink … ada yang aneh, di depannya nampak ada akhwat yang duduk dengan posisi membelakanginya. Tuh akhwat memakai baju warna biru muda, dibalut jilbab warna putih. Keanehan terletak di meja akhwat itu … tuh akhwat membawa termos alumunium bertuliskan nama … Fadhli. Kenyataan ini membuat jiwa Fadhli bertanya-tanya.

Jiwa: “Termos itu, pasti milikku yang hilang beberapa tahun yang lalu di Desa Beruk, kampungnya Paino.”

Hati: “Apa kamu yakin?”

Jiwa: “Iya, yakin banget. Termos itu … duh … aku rindu banget. Tapi, siapa akhwat yang membawanya?”

Hati: “Tuh akhwat nggak kelihatan wajahnya karena lagi duduk membelakangi kita. Gimana kalau sekarang kita lihat wajahnya?”

Jiwa: “Emm … kok aku jadi deg-degan, ya?”

Tanpa pikir panjang, Fadhli langsung berdiri … melangkah menuju ke depan tuh gadis. Alangkah kagetnya Fadhli, tuh akhwat mirip banget ama Laudya Bella dalam film Assalamu’alaikum Beijing. Fadhli hanya bengong karena tidak mengenal tuh gadis. Tapi sebaliknya, tuh gadis tersenyum sambil berkata, “Mas Fadhli, ya?” Mereka berpandangan, Fadhli semakin bingung, kenapa tuh gadis mengenalnya? Tanpa bisa berfikir apa-apa, Fadhli mengangguk sambil bertanya, “Dhek, kamu siapa? Apa aku mengenalmu?” Lagi-lagi tuh akhwat tersenyum manja sambil berkata, “Saya adalah Ummi, putrinya Pak Mursito dari Desa Beruk. Itu lho yang letaknya di lereng Gunung Lawu.”

Kalimat ini membuat jiwa Fadhli kaget mpe pingsan, tapi nggak jadi pingsan karena di depannya ada gadis super ayu, halah …. Hahaha.

Page 143: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

139

Jiwa: “Wahai ilmu, coba perhatikan Dhek Ummi! Gimana?”

Ilmu: “Wah, persis banget ama Laudya Bella. Tapi postur tubuh Dhek Ummi lebih tinggi dikit.”

Jiwa: “Dia pakai jilbab putih, hmm … kulit wajahnya nampak sangat putih.”

Ilmu: “Kalau dia memakai jilbab hitam, malahan semakin ayu dan beauty.”

Jiwa: “Oya?”

Ilmu: “Gadis ayu tuh memakai baju apa aja pasti cocok. Memakai baju compang camping aja kelihatan sangat indah.”

Jiwa: “Halah … gak usah membayangkan terlalu jauh!”

Ilmu: “Bos, dulu gadis ini sempat menjadi virus di kepalamu.”

Jiwa: “Sttt … jangan lagi membahas masa lalu!”

Semenit kemudian , mereka nampak duduk bersama. Fadhli merasakan salju turun di sekitarnya. Dhek Ummi … nampak hatinya sangat damai. Aura wajahnya juga sumringah. Inilah obrolan paling manis yang pernah mereka rasakan.

Fadhli: “Dhek, gak nyangka bisa ketemu Sampeyan di sini. Aku nggak kenal ama kamu karena dulu kamu selalu menutupi wajahmu dengan selendang kecil.”

Dhek Ummi: “Iya, aku sangat pemalu.”

Fadhli: “Emm, tapi aku malahan sangat salut dengan gadis pemalu. Bagiku, kewibawaan seorang gadis terletak pada sifat pemalu-nya itu.”

Dhek Ummi: “Apa Sampeyan masih kuliah?”

Fadhli: “Aku sudah kerja, Dhek. Tapi buka usaha sendiri yaitu toko komputer.”

Dhek Ummi: “Wow keren. Selamat ya, Mas. Saya ikut senang.”

Fadhli: “Iya. Kalau Sampeyan?”

Dhek Ummi: “Aku sekarang menjadi guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Karanganyar Solo, Mas.”

Fadhli: “Oya? Mantap Dhek … hehehe, aku ikut bangga mendengarnya.”

Dhek Ummi: “Kapan-kapan mbok saya dikenalkan ama istri Sampeyan?”

Fadhli: “Istri? Saya belum punya. Justru ini lagi mencari, tapi gak ketemu-ketemu, hehehe. Kalau Dhek Ummi, pasti suaminya guru juga, ya?”

Dhek Ummi: “Saya belum mempunyai suami, Mas.”

Fadhli: “Kenapa?”

Dhek Ummi: “Belum ada yang cocok e, hehehe.”

Fadhli: “Moga-moga cepat ketemu jodoh ya, Dhek.”

Page 144: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

140

Dhek Ummi: “Amin. Mas, ini termos-mu. Kupakai selama bertahun-tahun. Hehehe, nyaman banget memakai termos ini. Saat itu termos Sampeyan ketinggalan di bawah pohon rambutan, jadi saya pakai aja. Boleh?”

Fadhli: “Iya. Pakai aja!”

Dhek Ummi: “Terima kasih.”

Mereka terus ngobrol hingga satu jam lebih. Angin dan tembok bengong melihat

kebahagiaan dua insan ini.

Angin: “Gak nyangka mereka bisa ketemu.”

Tembok: “Kulihat wajah Dhek Ummi sangat sumringah.”

Angin: “Begitulah kalau seorang wanita ketemu dengan manusia yang sangat dirindukannya.”

Tembok: “Fadhli … kutebak abis ini dia galau abis.”

Angin: “Kenapa?”

Tembok: “Sekarang dia bertemu ama separuh nyawa-nya. Ntar kalau berpisah, separuh nyawa-nya pergi. Maka … habislah dia, hahaha.”

Angin: “Sama, aku tadi sempat masuk ke dalam dada Dhek Ummi. Isinya … Fadhli … Fadhli dan Fadhli, hahaha. Rupanya tuh gadis juga sangat mencintai Fadhli.”

Tembok: “Berarti mereka berdua memendam cinta bertahun-tahun, ya?”

Angin: “Iya, bener. Ibarat bom, sekarang saatnya kerinduan itu meledak, hehehe.”

Tembok: “Wanita pinter mendapat lelaki pinter.”

Angin: “Pasti kalau mereka menikah, anak-anak mereka juga pinter-pinter, ya?”

Tembok: “Hehehe, so pasti lah, bro …”

Seminggu kemudian di tempat yang sama

Fadhli: “Dhek …”

Dhek Ummi: “Iya Mas.”

Fadhli: “Saya ingin bicara serius.”

Dhek Ummi: “Silakan! (dada tiba-tiba deg-degan lumayan kencang)

Fadhli: “Dhek, pernikahan adalah ibadah. Hmm … berarti melamar wanita juga termasuk ibadah. Emm … “ (Fadhli juga gemetar, hingga tak mampu melanjutkan kalimatnya)

Dhek Ummi: “…………” (terus menunduk dengan dada tetap dag dig dug)

Fadhli: “Emm … aku sudah kerja, sudah siap untuk menikah. Emm … aku melamarmu.”

Semenit, dua menit … semua terdiam. Nampak Dhek Ummi masih terus menunduk. Dia mencoba mengatur nafas. Air mata juga menetes … hmm … kenapa air mata ikut juga hadir?

Page 145: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

141

Dhek Ummi: “Mas …”

Fadhli: “Iya …”

Dhek Ummi: “Hmm, seminggu ini ada tiga ikhwan yang menyatakan jatuh cinta denganku dan ingin menikah denganku. Yang pertama adalah kepala sekolahku sendiri, yang kedua tetanggaku, yang ketiga adalah Sampeyan.”

Fadhli: “………” (jiwanya risau, ragu, minder dan … mengecil)

Dhek Ummi: “Mas, berikan saya waktu 24 jam untuk minta petunjuk Allah. Bagaimanapun juga, saya harus memilih.”

Fadhli: “I … i … iya Dhek.”

Dhek Ummi: “Besok jam segini juga, aku akan memberikan jawaban.”

Jawaban itu membuat wajah Fadhli tertutup mendung. Hmm … mendung itu semakin pekat … gelap. Ada halilintar bergemuruh di jiwanya. Nampak Dhek Ummi mulai melangkah meninggalkannya. Hmm … Fadhli merasa separuh nyawanya benar-benar terlepas dari raganya. Kini seakan dia menghirup atmosfer dengan kandungan oksigen sangat tipis. Dengan nafas berat, diapun melangkah menuju Dhek Ummi. Sejenak mereka berpandangan. Tapi pandangan mereka terhalang oleh awan yang semakin menghitam.

Fadhli: “Dhek …”

Dhek Ummi: “Enggih Mas …”

Fadhli: “Apa aku boleh membantumu?”

Dhek Ummi: “Emm … maksudnya????”

Fadhli: “Aku merasa kamu sangat berat kalau harus memilih tiga laki-laki.”

Dhek Ummi: “………” (bingung)

Fadhli: “Dhek, gimana kalau ku-sederhanakan saja. Emm … kamu nggak usah memilih tiga laki-laki, tapi pilih dua aja.”

Dhek Ummi: “……..” (semakin bingung)

Fadhli: “Emm … gimana kalau aku mundur aja? Gimana kalau aku nggak jadi melamarmu sehingga kamu bisa menjatuhkan pilihan ke kepala sekolah atau ke pemuda tetanggamu? Dengan begitu kamu nggak terlalu berat dalam memilih calon pendamping hidupmu karena hanya ada dua pilihan, bukan tiga. Dhek … aku sangat mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri. Sejak pertama kita bertemu, I luv you. Tapi aku tau diri kok, kadang kenyataan memang berkata lain. Dhek … selamat tinggal, ya! Aku nggak sanggup kalau harus menunggu 24 jam. Gpp ya, Dhek?”

Air mata Fadhli menetes deras. Dhek Ummi … emosi cinta dalam jiwanya mengamuk. Dia menjerit, lalu berlari menuju Fadhli. Dengan erat dia memeluk Fadhli sambil berkata, “Mas, jangan tinggalkan aku! Hiks … hiks … sama, aku juga sangat mencintaimu. Baiklah, demi Allah aku menerima lamaranmu, hiks … hiks …”

Fadhli: “Apa kamu yakin?”

Page 146: Untuk … Haniserver0.unhas.ac.id/~rhiza/arsip/arsip-macam2/Buku Jangan Pernah … · saya posting di youtube. Ceramah pendek model audio, saya posting di soundcloud. Saya berdoa

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa Cinta

142

Dhek Ummi: “Yakin, Mas.”

Fadhli: “Dhek, ka … ka … kamu kok memelukku??”

Dhek Ummi: “Biar aja!”

Fadhli: “Emm … dulu kamu sangat pemalu, kenapa sekarang …”

Dhek Ummi: “Malu-malu’in, gitu kan maksudmu? Cinta bisa merubah semuanya.” (bicara nih gadis manja banget sambil terus memeluk Fadhli, hehehe)

Fadhli: “Apa kamu nggak takut dosa?”

Dhek Ummi: “Iya, ntar abis ini kita istighfar bareng, ya!” (pelukan Dhek Ummi semakin erat)

Fadhli: “Hahaha, gadis sholihah itu sekarang menjadi nakal.” (Fadhli bicara dengan nada menggoda)

Dhek Ummi: “Aku nggak akan melepaskan pelukan ini kalau Sampeyan nggak mau berjanji tiga hal.”

Fadhli: “Baiklah … silakan katakan!”

Dhek Ummi: “Pertama, berjanjilah untuk mencintaiku apa adanya!”

Fadhli: “Iya, aku janji.”

Dhek Ummi: “Kedua, jadilah imam-ku dalam suka dan duka!”

Fadhli: “Baiklah.”

Dhek Ummi: “Yang ketiga, jika aku sudah menjadi istrimu, aku nggak mau Sampeyan poligami.”

Fadhli: “………”

Dhek Ummi: “Kok diam?”

Fadhli: “……….”

Dhek Ummi: “Mas ….” (teriak)

Fadhli: “I … i … iya, aku nggak bakalan poligaji, eh … salah ngomong … poligami maksudnya.”

Dhek Ummi: “Sumpah????”

Fadhli: “Sumpah.”

Dhek Ummi: “Hehehe, terima kasih.”

Fadhli: “Kini tolong lepaskan pelukanmu!”

Dhek Ummi: “Nggak, aku pingin memelukmu selamanya.”

Dhek Ummi … belum pernah dia merasa se-hepi ini. Dia terus mengencangkan pelukan. Beberapa orang yang ada di sekitar ikut terpana, gembira … dan … mereka bertepuk tangan menyaksikan dua insan yang akan menapaki petualangan baru. Mas Fadhli, Dhek Ummi … Happy Wedding ya.

****Tamat****