Untuk presentasi
-
Upload
nur-alfiyatur-rochmah -
Category
Education
-
view
54 -
download
2
description
Transcript of Untuk presentasi
PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-qur’an sdan menjadi bagian dari
agama Islam, sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu dijelaskan
lebih dulu kadang kala membingungkan kalau tidak tahu persis maknanya, dalam kajian
makalah studi hukum Islam ini penulis akan mengawali pembahasan dari istilah-istilah kunci
dalan hukum Islam (Syari’ah, Fiqh, Ushul al-Fiqh, Mazhab, Fatwa, Qaul), Islam sebagai norma
hukum dan etika, mazhab utama dan pendekatan hukum yang mereka pakai terhadap kajian
hukum Islam sampai kepada disiplin-disiplin utama studi hukum dan cabang cabangnya serta
yang terakhir mengenai tokoh dan karya terpenting dalam perkembangan mutakhir kajian-kajian
hukum Islam. Semoga bermanfaat.
A. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB HANAFI
a) Riwayat hidup Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di
negara Irak, beliau adalah salah satu dari empat Imam yang mempunyai Madzhab. Di kalangan
umat Islam, beliau lebih dikenal dengan nama Imam Hanafi. Beliau adalah keturunan Persia
yang dilahirkan 80 H.
Abu Hanifah memiliki tinggi badan yang sedang, memiliki postur tubuh yang bagus,
jelas dalam berbicara, dan selalu memakai wewangian. Beliau wafat bertepatan pada bulan
Rajab pada usia ke-70 pada tahun 150 H.
b) Madzhab Imam Hanafi
Sunni, dan bercorak rasional yang berkedudukan di Kufah. Madzhab fiqh ini dibentuk
oleh Nu’manbin Tsabit bin Zutha (80-150H), yang populer dengan nama Abu Hanifah. Gelarnya
ini diberikan oleh masyarakat Kufah karena ketekunannya dalam beribadah, kejujuran serta
kecenderungannya pada kebenaran.
Di samping itu, Abu Hanifah juga mempelajari fiqh dengan teori-teori kajiannya dari
Hammadbin Abu Sulaimansalah seorang ulama’ fiqh dari aliran rasional di Kufah. Beliau belajar
dengan Hammad dalam tempo yang tidak kurang dari 18 tahun.
Pemikiran Hukum Islam yang menjadi objek pencarian Imam Abu
Hanifah adalah sebagai berikut :
a. Fiqih Umar bin al – Khathab, yang di dasarkan pada maslahah
(Kebaikan umum)
b. Fiqih Imam Ali bin Abi Thalin, yang didasarkan pada penggalian
hukum secara mendalam untuk menemukan hakekat – hekekat
Syari’ah
c. Fiqih Abdullah bin Mas’ud, yang didasarkan pada takhrij terhadap
berbagai pendapat
d. Fiqih Abdullah bin Abbas yang didasarkan pada tafsir al – Qur’an.1
Pemikiran hukum Imam Abu Hanafi adalah sebagai berikut :
a. Al – Qur’an adalah sumber segala ketentuan syari’ah yang dijadikan
rujukan dalam proses analogis atau legislasi terhadap berbagai
metode kajian hukum yang dirumuskan.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an
yang berperan sebagai penjelas terhadap berbagai ketentuan hukum
dari Al – Qur’an yang masih belum jelas maksudnya.
c. Pendapat sahabat memperoleh posisi yang kuat, karena mereka
adalah orang – orang yang membawa ajaran Nabi kepada generasi
sesudahnya. Ketetapan sahabat itu ada dua bentuk, yaitu ketentuan
1 Studi Hukum Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel, 2013), Hlm 179
hukum ang ditetapkan dalam bentuk fatwa. Ketentuanhukum yang
ditetapkan lewat ijma’ mengikat, sementara yang ditetapkan lewat
fatwa tidak mengikat.
d. Qiyas dilakukan bila Al – Qur’an dan Al – Sunnah tidak menyatakan
secara eksplisit tentang kententuan hukum bagi persoalan –
persoalan yang dihadapinya. Qiyas adalah menghubungkan kasus
hukum (furu’) kepada dalil (ashl) yang telah ditetapkan hukumnya
(hukmashl) dengan melihat kesamaan – kesamaan alasan hukum
(‘illat), sehingga hukum dalam dalil untuk hukum dalam kasus.
e. Istihsan diajukan kalau hasil Qiyas itu terlehat kurangsesuai dengan
kebutuhan sosial dilihat dari sisi kebaikan umumnya.2
Pengaruh Madzhab Imam Hanafi
Secara umum murid Imam Abu Hanifah, di bagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu : kelompok yang tidak selalu mendampinginya dan
kelompok yang selalu mendampinginya (Mulazamah Daimah) sekaligus
mengambil ilmu darinya sampai Imam Abu Hanifah meninggal dunia.
Diantara muridnya yang berjasa ada dua orang yaitu Imam Abu Yusuf
dan Muhammad bin al – Hasan asy – Syaibani. Imam Abu yusuf telah
membukukan pendapat – pendapat Imam Abu Hanifah dalam karya – karya
berikut :
a. Kitab al – Atsar, kitab ini berisi mengenai fatwa murid sahabat Nabi
(Tabi’in) dari kalangan akar fiqih daerah Iraq
2 Ibid, Hlm 180 – 183
b. Ikhlifah ibn Abi Laila, kitab ini berisi peebedaan pendangan hukum
antara Imam Abu Hanifah dengan Ibn Abi Laila, kitab ini
memenangkan pendapat Imam Abu Hanifah.
c. Ar – Radd ‘ala Siyar al – Auza’i, kita ini berisi pendapat al – Auza’i
tentang hubungan antara kaum muslimin dan non muslim pada saat
perang jihad.
d. Kitab al – Kharaj, buku ini berisi sistem keuangan bagi Negara Islam.
Imam Abu Yusuf kadang – kadang berbeda pendapat dengan gurunya
Imam Abu Hanifah, dan kadang – kadang membela pendapat gurunya
dengan argumentasi yang mendetail.3
B. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB MALIKI
a) Riwayat Hidup
Iman malik adalah pendiri Madzhab Maliki. Terkenal juga dengan
sebutan Imam Dar Al-Hijrah. Menurut buku ulumul hadist mengatakan “Ia
lahir pada tahun 94 H /712 M” tetapi pendapat mayoritas adalah beliau lahir
pada 93 H4, di kota Madinah daerah Hijaz. Dari riwayat ini, ia adalah
keturunan Arab dari dusun Dzu Ashbah, sebuah dusun di kota Hamyar.5
Beliau Wafat setelah 22 hari didera kesakitan hingga tepat pada hari minggu tanggal 10
rabi’ul awal 179 Hijaiyyah 800 Miladiyah beliau wafat.
b) Madzhab Imam Maliki
3 Ibid, Hlm 185 – 186 4 Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Dede Rosyada, 1995),hlm.179 5 Ulumul Hadis (Bandung: Cv.Mustika Abadi, M.Agus Solahudin & Agus Suyadi, 2008),hlm. 224-226
Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majelis-majelis ilmu pengetahuan, sehingga
sejak kecil itu pula beliau telah hafal al-Qur’an. Pada mulanya beliau belajar dari Ribiah,
seorang ulama’ yang sangat terkenal pada waktu itu. Selain itu, beliau juga mempelajari ilmu
fiqih dari para sahabat.
Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Pernah, beliau
mendengar tiga puluh satu hadits dari Ibn Syihab tanpa menuliskannya. Ketika kepadanya
diminta mengulangi seluruh hadits tersebut, tak satupun dilupakannya.
Imam Malik adalah seorang ulama’ yang sangat terkemuka, terutama dalam ilmu hadits
an fiqih. Beliau mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu itu . Imam Malik
menulis kitab al-Muwaththa’, yang merupakan kitab hadits dan fiqih. Imam Malik meninggal
dunia pada usia 86 tahun.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalamnya, pemikiran hukum islam
Imam Malik cenderung mengutamakan riwayat, yakni mengedepankan hadis
dan fatwa sahabat.
Pemikiran Imam Malik tentang Mashlahah Mursalah (kebaikan yang
tidak ditegaskan dalam sumber hukum islam) mengemuka. Secara
sistematis, pola pemikian hukum islam Imam Malik dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Al – Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama dana berada di
atas yang lainnya.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an,
karena fungsinya adalah menjelaskan ayat – ayat Al – Qur’an serta
menetapkan hukum tersendiri. Imam Malik lebih mengutamakan
Sunnah Mutawatir, kemudian Sunnah Masyhur. Sedangkan Sunnah
Ahad ditinggalkan jika bertentangan dengan tradisi masyarakat
Madinah.
c. Tradisi masyarakat Madinah adalah sejumlah norma adat yang ditaati
eluruh masyarakat kota ini. Oleh karena iitu, tradisi tersebut bisa juga
sebagai kesepakatan (ijma’) masyarakat Madinah.
d. Ijma’ seluruh para pakar hukum islam dan pakar lainnya yang
bekaitan dengan masalah umat. Ijma’ seringkali terjadi ketika
masalah – masalah tidak memiliki pijakan dalam sumber hukum al –
qur’an dan sunnah Nabi. Ijma’ juga diperlukan untuk menjelaskan
sumber hukum tersebut.
e. Fatwa sahabat yang dipandang oleh Imam Malik sebagai hadis.
Namun, hadis seperti ini lemah, karena sanadnya terhenti pada
sahabat. Oleh karena itu, kalau bertentangan dengan hadis marfu’
(langsung bersumber dari Nabi), otomatis hadis – hadis tersebut
tertolak.
f. Qiyas, bagi Imam Malik mencakup tiga hal. Pertama, menyampaikan
hukum kasus dengan sumber hukum karena terdapat alasan yang
sama (Qiyas Ishthilahi). Kedua menguatkan hukum yang di kehendaki
oleh kebaikan individu atas hukum yang dimunculkan oleh Qiyas
(Istihsan Ishthilahi). Ketiga, kebaikna umumyang tidaj di tegaskan
oleh sumber hukum, namun ia ambil untuk menghindari kesulitan (al
– mashlahah al - mursalah).
g. Al – Mashlahah al – Mursalah menetapkan hukum untuk kasus hukum
dengan mempertimbangkan tujuan Syari’ah yakni memelihara
agama, jiwa akal, harta dan keturunan, yang proses anaisisnya lebih
banyak ditentukan oleh nalar pakar hukum islam sendiri.
h. Istihsan, menurut Imam Malik adalah menetapakn hukum
berdasarkan kebaikan umum (Maslahah) bila ditemukan jawabannya
dalam sumber hukum, karena Syariat hanya hadir demi
kemaslahatan
i. Sadd al – Dzari’ah (menutup sarana kerusakan) adalah menutup
sarana atau jalan maksiat atas menimbulkan kerusakan. Imam Malik
sering menetapkan hukum dengan melihat kemungkinan –
kemungkinan akibat yang timbul dari sesuatu perbuatan.
Pengaruh Madzhab Imam Malik
Pemikiran hukum Imam Malik dikembangkan kepada generasi
selanjutnya melalui dua jalan, yaitu melalui kitab yang ditulis Imam
Malikterutama al – Muwatha’ serta melalui para muridnya.
Imam Malik tidak pernah meninggalkan Madinah, kecuali untuk
menunaikan ibadah Haj. Pada saat itu, pengunjung Madinah bertemu
dengan Imam Malikyang mengadakan pengajian di Masjid nabi dan tertarik
untuk mengikuti pengajiannya.
Imam Malik memiliki murid – murid yang termukadan berperan
penting dalam penyebaran Madzhab Maliki.
a) Abdullah bin Wahib ia belajar kepada Imam Malik selama 20 tahun
dan menyebarkan Madzhab Maliki di Mesir.
b) Abdurrahman bin Qasim ia belajar bersama Imam Malik selam 20
tahun. Ia merupakan murid yang palaing berjasa dalam membukukan
pendapat Imam Malik juga memiliki beberapa pendapat yang
berbeda dengan Imam Malik.
c) Asyhab bin Abdul Aziz al – Qaisi al – Amiri. Ia merupakan murid Imam
malik yang memiliki hubungan pertemanan akrab dengan Imam
Syafi’i. Ia telah menyusun kitab yang dinamakan “Mudawwanah
Asyhab” atau “Kutub Asyab”.
d) Asad bin Fuat bin Sinan
e) Abdul Malik bin al – Majisun.
f) Imam Syafi’in. Pendiri madzhab Syafi’i.