· untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan...

148
PROSES INTERNALISASI PENGGUNAAN CADAR (Studi Kasus: Perempuan Bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ayu Rosalia 1112111000008 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440H

Transcript of  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan...

Page 1:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

PROSES INTERNALISASI PENGGUNAAN CADAR (Studi Kasus: Perempuan Bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ayu Rosalia

1112111000008

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/1440H

Page 2:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian
Page 3:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian
Page 4:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian
Page 5:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

i

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang proses internalisasi penggunaan cadar pada

perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar

dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai data

primer dan dokumentasi sebagai data pendukung. Teori yang digunakan adalah teori

interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead. Teori ini dipilih karena mampu

menjelaskan tentang bagaimana proses internalisasi berlangsung melalui makna cadar

dan makna simbol pada perempuan bercadar serta tantangan yang harus mereka

peroleh ketika sudah mengenakan cadar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

seluruh informan memiliki makna dan pengalaman yang berbeda-beda dalam

memahami cadar yang sudah terinternalisasi dalam dirinya. Proses internalisasi

penggunaan cadar terjadi ketika perempuan bercadar melakukan sosialisasi (otoriter

dan ekualitas) dan bagaimana memahami makna yang diperoleh dari pesan melalui

simbol-simbol bahasa yang diterima yang selanjutnya pemahaman tersebut dapat di-

transfer ke dalam ingatan informan dan melekat dalam diri informan yang mana hal

ini dapat ditunjukkan melalui perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh informan.

Kemudian tantangan dalam ruang sosial berasal dari dalam keluarga maupun

lingkungan. Stigma-stigma yang diperoleh perempuan bercadar disebabkan oleh

adanya pertentangan dengan kebiasaan dan standard-standard di masyarakat.

Kata Kunci: Cadar, Makna Cadar, Internalisasi, Interaksionisme Simbolik, Stigma

Page 6:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur atas

kehadirat Allah SWT., berkat rahmat, hidayah, dan ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para

tabi’in, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikannya

sebagai uswatun hasanah dan suri tauladan yang baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang ilmu sosiologi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tentunya skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa

bantuan, bimbingan, arahan, semangat, dukungan dan kontribusi beberapa pihak.

Oleh karena itu, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa

pihak yang telah memberi inspirasi dan juga kontributif dalam memberikan

sumbangan pemikiran, pesan moral dan lain-lain sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan, diantaranya:

1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, institusi serta kampus

tempat penulis menyelami segala khazanah ilmu pengetahuan, tempat penulis

berinteraksi dengan berbagai dimensi kehidupan yang beragam, tempat

penulis mengeksplorasi serta meraih disiplin ilmu yang sangat berharga.

Page 7:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

iii

Institusi yang telah memberikan banyak pelajaran akademik maupun non-

akademik yang berpengaruh langsung pada kehidupan. Institusi yang telah

mengambil satu bagian panjang dalam perjalanan hidup penulis.

2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi dan Dr.

Joharatul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Dr. Ida Rosyidah, MA yang telah banyak

mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan

memotivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staff pengajar pada program studi sosiologi atas segala

motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang

mendorong penulis selama menempuh studi.

6. Untuk kedua orang tuaku tercinta. Ayah Djuwarto, yang dengan segala

perannya, tidak terhitung berapa banyak usaha dan hal yang telah ia berikan

untuk anak semata wayangnya ini. Dan Ibu Rahayu Kristiyatun, wanita

terkuat yang dengan segala kasih sayangnya, tidak terhitung berapa banyak

hal yang dia ajarkan, yang terus memotivasi diri dan mendo’akan penulis,

serta menjadi penyemangat agar terus berjuang menyelesaikan penelitian ini

hingga akhir, segalanya adalah untuk kebaikan penulis hingga membawa

Page 8:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

iv

penulis pada tahap ini. Suatu hal yang sangat berat untuk dibalaskan. Do’aku

selalu bersama kalian.

7. Untuk Adik sepupu tersayang Putri Marina Amalia, S.KM yang selalu

menemani penulis sejak kecil dan menemani dari awal penyusunan skripsi ini

hingga sekarang, memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis.

8. Segenap keluarga besar Mbah H. Syamsu Sartin, Mbah Hj. Rodiah, Budeh,

Pakdeh, Om, Tante dan sepupu-sepupu yang selalu senantiasa mengingatkan

penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Tak ubahnya dengan orang tua,

memiliki mereka merupakan anugerah dari Allah yang sungguh besar bagi

penulis.

9. Teman-teman Gabuters Squad Ara, Rahmi, Reza Wushu, Faizal, Alby, Arief,

Ojay, Tegar yang telah menemani, berdiskusi, berkeluh-kesah, dan juga

bersenang-senang bersama, semoga tali silahturahmi kita selalu terjaga.

Aamiin.

10. Teman-teman seperjuangan penulisan skripsi Aulia, Anisya Bella dan

Lukman terima kasih untuk kalian semua sudah saling menyemangati,

menasehati, dan memotivasi satu sama lainnya. Tak lupa juga teman-teman

Sosiologi A Ayufit, Elita, Divya, Yuni, Cuplix, Galih, Mega, Ella, Runi, Ismi,

Rusydan, Saikhu, Suki, Neneng, Raka dan teman-teman Sosiologi 2012

lainnya. Teman-teman KKN PILAR 2015 Mila, Lela, Ghina, Nay, Osi, Dita,

Rizki, Maul, Ayut, Alex, Kahfi, Basith, Qomar, Aray. Di mana semuanya

Page 9:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

v

sudah berbagi cerita, canda-tawa dan memberikan kenangan selama masa

perkuliahan yang tidak mudah untuk dilupakan.

11. Untuk Murabbi Ummi Ati dan segenap teman-teman Halaqah Kunciran Mas

Permai khususnya Liqo Jumpag serta teman-teman Sholehah terima kasih atas

do’a dan support-nya.

12. Untuk para pengurus kesekretariatan Masjid Blok M Square dan para ukhti-

ukhti yang telah memberi izin dan waktu luangnya dalam proses penelitian ini

berlangsung hingga selesai.

Kebaikan yang didapatkan penulis dari pihak-pihak di atas merupakan suatu

yang sangat berharga dan merupakan bekal utama penulis menyelesaikan karya ini.

Penulis sangat berharap segala kontribusi yang diberikan oleh semua pihak dapat

terbalaskan pula dengan segala kebaikan. Terima kasih untuk semuanya. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan setiap individu yang

membutuhkannya.

Jakarta, 27 April 2019

Ayu Rosalia

Page 10:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Pernyataan Masalah ..............................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................7

E. Kerangka Teori....................................................................................14

F. Definisi Konsep ...................................................................................22

G. Metode Penelitian................................................................................28

H. Analisis Data ......................................................................................34

I. Sistematika Penulisan .........................................................................35

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...........................36

A. Sejarah Masjid .....................................................................................36

Page 11:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

vii

B. Visi dan Misi .......................................................................................38

C. Struktur Kepengurusan Masjid ...........................................................39

D. Program-Program Kegiatan Masjid ....................................................42

E. Fasilitas Masjid ...................................................................................46

BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA ...............................................53

A. Proses Internalisasi Penggunaan Cadar ...............................................53

1. Makna Menutup Aurat atau Berjilbab ..........................................55

2. Makna Cadar ................................................................................57

3. Proses Memakai Cadar ..................................................................66

4. Motivasi Memakai Cadar ..............................................................71

5. Simbolisasi ...................................................................................76

B. Tantangan di Ruang Sosial .................................................................80

1. Keluarga .......................................................................................81

2. Lingkungan ..................................................................................83

BAB III PENUTUP .......................................................................................87

A. Kesimpulan .........................................................................................87

B. Saran ....................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka ..................................................... 11

Tabel I.H.1 Profil Informan ............................................................................. 30

Tabel I.H.2 Waktu Wawancara Informan ........................................................ 32

Tabel II.C.1. Bagan Kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square ......... 41

Tabel III.A.1. Matriks Makna Menutup Aurat ................................................. 55

Tabel III.A.2. Matriks Makna Cadar Sebelum Bercadar ................................. 58

Tabel III.A.3. Matriks Makna Cadar Setelah Bercadar ................................... 61

Tabel III.A.4. Matriks Proses Memakai Cadar ................................................ 66

Tabel III.A.5. Matriks Motivasi Memakai Cadar ............................................ 71

Tabel III.A.6. Profil Ragam Usia Informan ..................................................... 75

Tabel III.A.7. Matriks Simbol Signifikan ........................................................ 76

Tabel III.A.8. Bagan Kerangka Pemikiran........................................................ 80

Page 13:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Tempat Manasik Haji atau Umrah ............................................... 45

Gambar II.2 Miniatur Ka’bah .......................................................................... 47

Gambar II.3 Taman dan Air Mancur ................................................................ 47

Gambar II.4 Area Luar Jalur Ikhwan (Kiri) dan Jalur Akhwat (Kanan) .......... 48

Gambar II.5 Area Tempat Wudhu Ikhwan ...................................................... 49

Gambar II.6 Area Akhwat Dalam Masjid Nurul Iman .................................... 50

Gambar II.7 Kajian Rutin Berlangsung ........................................................... 51

Gambar II.8 Bazar di Area Akhwat ................................................................. 52

Page 14:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pada dasarnya, wanita cenderung ingin terlihat cantik, dikagumi serta dipuji

oleh orang lain di sekitarnya, maka tak jarang mereka akan melakukannya dengan

berbagai cara salah satunya ialah dengan memakai pakaian yang modis dan trendi.

Saat ini, jilbab telah mengalami suatu perkembangan di mana jilbab sudah menjadi

trend fashion bagi para penggunanya dengan berbagai macam gaya ataupun model,

sehingga perempuan berjilbab bisa terlihat percaya diri dan tidak lagi terkesan kuno

dalam hal berbusana.

Dalam Islam sendiri, jilbab diidentikkan sebagai pakaian yang menutup

seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an

firman Allah SWT., telah dijelaskan bahwa menutup aurat itu merupakan sesuatu

yang diwajibkan bagi setiap muslimah, seperti yang terdapat di dalam (QS. Al

Ahzab:59) yang intinya menganjurkan kepada perempuan muslimah agar

memanjangkan jilbabnya. Karena sebelum Islam memerintahkan untuk mengulurkan

jilbabnya pun kaum perempuan sudah memakai kerudung namun hanya sekedarnya

saja dan tidak digunakan secara sempurna untuk menutupi auratnya. Mengulurkan

jilbab yang dimaksud di sini jika yang dimaksudkan ialah baju, maka menutup tangan

dan kakinya, dan jika yang dimaksud ialah kain kerudung, maka perintah

Page 15:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

2

mengulurkannya ialah membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan

pakaiannya ke seluruh tubuh mereka agar lebih mudah dikenal dan agar mereka

terhindar dari godaan laki-laki (M. Quraish Shihab 2004: 321).

Kemudian di dalam (QS. An Nur:31) menekankan perempuan muslim agar

menahan dan menjaga pandangannya, memelihara kemaluannnya sebagai bentuk

perintah yang mencakup kepada sarana yang mengarah kesana salah satunya ialah

menutup wajah, menurunkan kerudungnya sampai menutupi leher dan dadanya saja

menjadi suatu keharusan dan perintah agama apalagi jika memiliki paras yang cantik

lebih diutamakan agar tidak dilihat lelaki asing yang bukan mahramnya, serta tidak

menampakkan perhiasan yang dimilikinya kecuali kepada siapa-siapa yang termasuk

mahramnya karena hal ini ditakutkan akan menimbulkan fitnah.

Perubahan pola pikir masyarakat berdampak pula pada perubahan arus seperti

halnya trend fashion yang marak di tengah masyarakat di mana kebanyakan

masyarakat menggunakan pakaian yang ketat, transparant, celana jeans yang

memiliki model robek-robek, rok mini, dan lain sebagainya yang memperlihatkan

lekuk tubuh. Sehingga apabila kita melihat sesuatu yang berbeda pada umumnya

dengan nilai, norma dan kebiasaan yang telah ada sebelumnya maka hal itu dianggap

sebagai sesuatu yang tabu atau aneh.

Pada saat ini, sebagian perempuan mengenakan pakaian yang dalam hal

tampilan berbeda jauh seperti pada umumnya mayoritas pakaian yang dipakai

perempuan di Indonesia. Biasanya mereka selalu terlihat menggunakan jubah atau

Page 16:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

3

terusan yang longgar, tanpa motif dengan pilihan warna dominan gelap (seperti warna

hitam, biru tua, cokelat tua, hijau tua, maupun ungu tua), jilbab besar yang menjuntai

keseluruh tubuh serta ditambah selembar kain kecil (cadar) yang menggantung pada

wajah yang menyembunyikan kecantikannya. Untuk itu cadar dipahami sebagai

pakaian wanita yang menutup wajah (Mutiara Sukma Novri 2016:2). Cadar atau

niqab yang biasa dipakai perempuan bercadar merupakan suatu tahapan setelah

memakai kerudung yang lebar. Namun, di sisi lain masih banyak terdapat penolakan

yang menjadi perdebatan tentang wajib atau sunnahnya mengenakan cadar baik itu di

masyarakat ataupun di kalangan ulama. Penolakan cadar lebih didasari pada stigma

negatif dari masyarakat yang tertuju kepada perempuan bercadar dengan anggapan

mereka aliran garis keras, ekstrem, terlalu fanatik terhadap agamanya apalagi setelah

adanya kasus bom Bali yang menyangkut pautkan kepada terorisme yang membuat

masyarakat terpengaruh oleh media yang mengkonstruksi perempuan bercadar

identik dengan hal yang negatif (Lintang Ratri 2011:29-37).

Jilbab dan cadar merupakan sebuah simbol identitas bagi perempuan

muslimah. Tak jarang masyarakat berpendapat bahwa cadar merupakan hasil dari

budaya Timur Tengah yang dibawa masuk ke Indonesia. Namun sejatinya, cadar

bukanlah sebuah budaya melainkan sunnah Rasulullah atau sebuah anjuran.

Kegunaan jilbab dan cadar memiliki kesamaan yakni sama-sama menutupi anggota

tubuh yang merupakan aurat, tetapi cadar menutupi semua anggota tubuh terkecuali

mata dan telapak tangan. Namun hal tersebut masih dalam perdebatan oleh beberapa

Page 17:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

4

ahli yang memiliki perbedaan pendapat mengenai batasan-batasan aurat bagi seorang

muslimah, hal ini karena adanya perbedaan mazhab yang menjadi acuan bagi tiap-

tiap muslimah tersebut.

Belakangan ini fenomena perempuan bercadar menjadi suatu hal yang sudah

tidak asing lagi untuk ditemui (Mutiara Sukma Novri, 2016:2). Hal ini bisa dilihat

dalam artikel kompasiana yang menyebutkan bahwa jika diamati secara seksama

jumlah pemakai cadar ini di seluruh Indonesia ternyata sungguh mencengangkan, dan

mengalami perkembangan yang begitu pesat. Di beberapa daerah seperti di Aceh,

Poso, Bandung, Jakarta, Makassar dan Pekanbaru, jumlah pengguna cadar sangat

banyak. Maka dapat dikatakan bahwa keberadaan perempuan bercadar telah

menyebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Hal ini tak bisa dielakkan karena

konsep dakwah ajaran ini telah menyebar ke seluruh pelosok penjuru tanah air.

(http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balikwanitabercadar11494html

diakses pada Rabu, 06 September 2017)

Di wilayah DKI Jakarta sendiri, perempuan yang memakai cadar mengalami

perkembangan yang begitu signifikan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya

perkumpulan perempuan pemeluk agama Islam yang menggunakan cadar seperti

yang terdapat di Masjid Istiqlal, Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Masjid Nurul

Iman Blok M Square, dalam Majelis-majelis ta’lim baik yang diadakan di masjid

maupun rumah-rumah, dan masih banyak lagi. Perempuan bercadar memiliki daya

tarik tersendiri karena mereka menggunakan cadar sebagai bentuk ketaatannya

Page 18:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

5

kepada Allah SWT., yang berbeda dengan perempuan muslimah pada umumnya dan

untuk melindungi dirinya dari fitnah. Salah satu perkumpulan bagi perempuan

pemeluk agama Islam yang menggunakan cadar yang menjadi daya tarik bagi penulis

adalah perkumpulan di Masjid Nurul Iman Blok M Square yang terletak di

Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan. Hal yang menarik dari perkumpulan ini

dibandingkan dengan perkumpulan perempuan bercadar lainnya di kota Jakarta

Selatan ialah Masjid Nurul Iman yang tepat berada di atas Blok M Square lantai 7 ini

dimanfaatkan oleh jamaahnya sebagai tempat kajian majelis ta’lim. Peneliti banyak

menjumpai perempuan bercadar di dalam wilayah masjid itu, walaupun kajian itu

untuk umum namun tidak sedikit perempuan bercadar berkumpul disana. Padahal

seperti yang kita ketahui Blok M Square merupakan sebuah pusat perbelanjaan Mall

di wilayah Jakarta Selatan. Pusat perbelanjaan ini cukup ramai dikunjungi para

pengunjung setiap harinya. Namun disisi lain, yang membuat peneliti menarik

menjadi pusat perbelanjaan serta hiburan bagi masyarakat sekitar wilayah ini, lokasi

ini juga sebagai tempat kajian majelis ta’lim bagi para jamaah.

Oleh karena itu, tulisan ini akan berusaha memaparkan dan mengungkapkan

bagaimana proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan bercadar di Masjid

Nurul Iman Blok M Square tersebut, serta bagaimana mereka mempertahankan cadar

yang mereka kenakan dalam diri mereka.

Page 19:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

6

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka rumusan masalah yang diajukan:

1. Bagaimana proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan

bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square?

2. Tantangan apa saja yang harus dihadapi perempuan bercadar dalam

ruang sosialnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian

ini bertujuan:

a. Memahami bagaimana proses internalisasi nilai cadar pada perempuan

bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square.

b. Mengetahui tantangan apa saja yang harus dihadapi perempuan

bercadar dalam ruang sosialnya di masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memiliki nilai guna, baik

secara teoritis maupun praktis:

Page 20:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

7

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan dalam bidang sosiologi dan melengkapi studi-studi

terdahulu yang terkait dengan permasalahan-permasalahan sosial

yang ada di lingkungan masyarakat seperti persoalan cadar sebagai

bagian dari simbol-simbol makna.

b. Manfaat Praktis

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah

pengetahuan tentang masyarakat dan memperoleh gelar sarjana.

Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi

tentang cadar, agar masyarakat tidak dengan mudah men-judge

negatif muslimah yang bercadar, bukan lagi mempersoalkan yang

paling baik agamanya ialah muslimah yang menggunakan cadar

dan yang belum menggunakan belumlah baik, melainkan sebagai

sebuah fenomena yang kompleks dari sudut pandang penggunanya.

D. Tinjauan Pustaka

Telah banyak peneliti yang fokus membahas mengenai makna yang terdapat

pada perempuan bercadar. Namun, terdapat penelitian yang relevan yaitu:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Amalia Sofi Iskandar yang berjudul

“Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar” Metodologi yang digunakan dalam

Page 21:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

8

penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini

memfokuskan pada pandangan muslimah bercadar tentang jilbab yang mereka

kenakan sehingga mereka menggunakan jilbab yang mereka lengkapi dengan cadar,

serta untuk mengetahui bagaimana muslimah bercadar dalam ruang sosialnya. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertama, pandangan muslimah tentang

jilbab, fungsi sosial jilbab dan makna jilbab bagi muslimah bercadar sehingga

masyarakat dapat mengetahui konsep jilbab menurut muslimah bercadar. Hal ini

sangat penting dilakukan karena masih adanya stigma negatif masyarakat terhadap

muslimah bercadar. Bagi muslimah bercadar cadar yang dikenakannya dilakukan

semata-mata hanya karena wujud ketaatan mereka terhadap perintah Allah dan cadar

dijadikan sebagai pelindung ekstra. Kedua, muslimah bercadar dalam ruang sosial

melingkupi ruang sosial keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam ruang sosial,

wanita bercadar melakukan interaksi dan hal-hal positif yang dilakukan menjadikan

masyarakat memiliki pandangan positif terhadap muslimah bercadar. Sehingga tidak

semua masyarakat menganggap negatif muslimah bercadar.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Sukma Novri yang berjudul

“Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah Pengajian Masjid

Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru”. Fokus

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana membangun makna motif,

makna dan pengalaman terkait komunikasi sehari-hari mereka. Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil dari

Page 22:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

9

penelitian ini menunjukkan bahwa motif wanita bercadar pada masa lalu yaitu untuk

membentuk dasar agama karena motif teologis yang telah tertanam di dalamnya, serta

motif untuk menjauhkan diri dari pandangan pria yang tidak muhrim. Sedangkan

motif masa depan adalah untuk mengharapkan berkah Tuhan, menjadi wanita

shalehah, menjadi motivasi bagi orang lain sekaligus untuk menghormati suaminya.

Cadar yang mereka gunakan adalah suatu bentuk tatanan religius yang mereka yakini

sesuai hukum dan afdhol, mereka juga memakai jilbab sebagai kebutuhan psikologis

untuk pengendalian diri dan berperilaku. Pengalaman komunikasi bercadar masjid

Umar bin Khattab adalah pengalaman yang menyenangkan yang berasal dari

dukungan keluarga dan keluarganya, sedangkan pengalaman yang tidak

menyenangkan meliputi stigma orang yang diejek dan dihujat sebagai anggota

terorisme.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lintang Ratri yang berjudul “Cadar,

Media, Dan Identitas Perempuan Muslim”. Fokus dari penelitian ini memusatkan

pada proses pembentukan kesadaran bercadar, dan pemaknaan atau pendefisian diri

sendiri dalam konteks muslimah bercadar. Metodologi yang digunakan penulis dalam

melaksanakan penelitian yaitu kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan

bahwa wanita bercadar memiliki karakter yang kuat karena mereka bertahan di

sekitar orang-orang termasuk umat Islam yang menganggapnya sebagai 'sisi lain'.

Wanita bercadar tidak pernah mengalami kecanggungan untuk berkomunikasi dengan

masyarakat. Mereka bersosialisasi (ukhuwah islamiah) dengan semua muslim

Page 23:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

10

termasuk wanita muslim yang tidak memakai jilbab atau cadar. Mereka melawan

terorisme sebagai konsep jihad (perjuangan muslim melawan 'musuh'). Mereka

percaya bahwa jihad bisa dilakukan oleh banyak kegiatan lain seperti bekerja, belajar

dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa stigma wanita

berjilbab adalah istri teroris hanyalah konstruksi dari media massa. Dengan demikian,

mereka menyarankan agar semua wanita berjilbab terus berjuang untuk meraih posisi

sebagai wanita, sekaligus mempertahankan diri dari diskriminasi terhadap pilihan

mereka untuk memakai jilbab ataupun cadar.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Umi Nafisah yang berjudul

“Collective Action Komunitas Wanita Bercadar Dalam Perubahan Sosial

Keagamaan Di Sleman”. Fokus penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai yang

menjadi pijakan wanita bercadar dalam melakukan tindakan sosial keagamaan yang

mendorong terjadinya perubahan sosial keagamaan di masyarakat Sleman. Metode

yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus yang dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini bahwa kelompok wanita bercadar

mempunyai nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam melakukan tindakan yaitu nilai

keagamaan dan nilai eksklusivisme. Pada kelompok wanita yang bercadar di Sleman,

secara progresif telah melakukan tindakan dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan

ekonomi. Di mana tindakan yang dilakukan secara kolektif wanita bercadar tersebut

dapat membawa perubahan di dalam sosial keagamaan masyarakat Sleman.

Page 24:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

11

Perubahan tersebut dapat terlihat dari bertambahnya wanita yang menggunakan cadar

dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat.

Tabel I.D.1. Perbandingan Tinjauan Pustaka

Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Teori yang

Digunakan

Metode

Penelitian

Amalia Sofi

Iskandar

Konstruksi

Identitas

Muslimah

Bercadar

Pandangan muslimah

bercadar tentang jilbab

yang mereka kenakan

sehingga mereka

menggunakan jilbab

yang mereka lengkapi

dengan cadar, serta

untuk mengetahui

bagaimana muslimah

bercadar dalam ruang

sosialnya

Teori Konstruksi

Sosial Berger dan

Luckman

Kualitatif

Mutiara

Sukma

Novri

Konstruksi Makna

Cadar Oleh

Wanita Bercadar

Jamaah Pengajian

Masjid Umar Bin

Khattab

Kelurahan Delima

Kecamatan

Tampan

Pekanbaru

Untuk mengetahui

bagaimana membangun

makna motif, makna

dan pengalaman terkait

komunikasi sehari-hari

mereka

Teori

Fenomenologi

Alfred Schutz dan

Teori Interaksi

Simbolik George

Herbert Mead

Kualitatif

Fenomenolo

gis

Page 25:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

12

Lintang

Ratri

Cadar, Media,

Dan Identitas

Perempuan

Muslim

Memusatkan pada

proses pembentukan

kesadaran bercadar,

dan pemaknaan atau

pendefisian diri sendiri

dalam konteks

muslimah bercadar

Teori

Representasi

Sosial Moscovici

dan Teori

Identitas Coleman

Kualitatif

Umi

Nafisah

Collective Action

Komunitas Wanita

Bercadar Dalam

Perubahan Sosial

Keagamaan Di

Sleman

Mengetahui nilai-nilai

yang menjadi pijakan

wanita bercadar dalam

melakukan tindakan

sosial keagamaan yang

mendorong terjadinya

perubahan sosial

keagamaan di

masyarakat Sleman

Teori Collective

Action Charles

Tilly dan Teori

Strukturasi

Antony Giddens

Kualitatif

dan

Kuantitatif

Dari hasil penelitian di atas, telah diterangkan adanya persamaan dan

perbedaan dengan yang akan penulis teliti dalam makna cadar dan simbol pada

perempuan bercadar. Penelitian yang dilakukan oleh keempat penulis menunjukkan

adanya pembentukan identitas muslimah bercadar yang menekankan fokus

permasalahan pada makna identitas dan masih tertanamnya stigma negatif di

masyarakat terhadap muslimah bercadar. Dalam hal ini, penelitian yang akan penulis

Page 26:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

13

teliti akan menekankan permasalahan dalam proses internalisasi penggunaan cadar

pada perempuan bercadar yang telah terinterpretasi dan terkonstruk dalam diri

mereka dan tantangan yang harus mereka hadapi di ruang sosialnya.

Penelitian tersebut pun mempunyai perbedaan dengan penelitian ini, antara

lain mengenai lokasi keempat penelitian ini jelas berbeda dengan lokasi penelitian

yang akan penulis teliti. Penelitian Amalia Sofi Iskandar menekankan pada

pandangan muslimah bercadar tentang jilbab yang mereka kenakan sehingga mereka

menggunakan jilbab yang mereka lengkapi dengan cadar, serta untuk mengetahui

bagaimana muslimah bercadar dalam ruang sosialnya, dengan menggunakan teori

konstruksi sosial. Penelitian Mutiara Sukma Novri menekankan pada bagaimana

membangun makna motif, makna dan pengalaman terkait komunikasi sehari-hari

mereka dengan menggunakan teori fenomenologi dan teori interaksi simbolik dengan

metode kualitatif fenomenologis. Penelitian Lintang Ratri yang paling relevan,

namun teori yang digunakan berbeda yaitu teori representasi sosial dan teori identitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi Nafisah menggunakan metode kuantitatif dan

kualitatif dengan pendekatan studi kasus, penelitian ini juga menekankan pada nilai-

nilai pijakan wanita bercadar dan perubahan sosial keagamaan di masyarakatnya.

Page 27:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

14

E. Kerangka Teoritis

1. Interaksionisme Simbolik

Bermula dari psikologi sosial Interaksionisme simbolik memiliki keterkaitan

dengan George Herbert Mead (1943) dan Herbert Blumer (1969) serta per definisi

bertautan erat dengan penyelidikan kualitatif dan orientasi verstehen yang

mendasarinya. Perspektif ini amat menekankan pentingnya makna dan penafsiran

sebagai proses yang hakiki-manusiawi sebagai reaksi terhadap behavioralisme dan

psikologi stimulus-respons yang mekanistis. Orang menciptakan makna bersama

melalui interaksinya, dan bagi mereka makna itulah yang menjadi realitasnya.

Pentingnya interaksionisme simbolik dalam penyelidikan kualitatif adalah tekanan

jelas pada pentingnya simbol dua proses yang terjadi dalam interaksi sebagai sesuatu

yang mendasar untuk memahami perilaku manusia (Bagong Suyanto dan Sutinah

2005:180).

1.1 Mind dan Self

Individu melakukan tindakan dalam pikiran yang bersifat abstrak atau dapat

disebut dengan ilmu yang belum diamati. Dalam otak, proses belajar mental bersifat

tertutup sebelum dimulainya tindakan sebenarnya yang bersifat konkret berupa

perilaku yang dapat dilihat. Berpikir (mind) adalah suatu proses di mana individu

berinteraksi dengan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan simbol-

simbol yang bermakna. Penggunaan isyarat-isyarat sebagai simbol merupakan bahasa

atau komunikasi. Mead menyatakan bahwa tertib masyarakat akan tercipta apabila

Page 28:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

15

ada interaksi dan komunikasi melalui simbol-simbol. Isyarat sebagai simbol-simbol

signifikan tersebut muncul pada individu yang membuat respons dengan penuh

makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respons

yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka

akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat makna

yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil interaksi dengan

orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki makna, maka stimulus dan

respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan (Ambo Upe 2010:223).

Simbol-simbol yang mempunyai arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik

(gesture) tetapi bisa juga dalam bentuk bahasa. Kemampuan untuk menciptakan dan

menggunakan bahasa merupakan hal yang membedakan manusia dari binatang.

Guna mempertahankan keberlangsungan suatu kehidupan sosial, maka para

aktor harus menghayati simbol-simbol dengan arti yang sama. Hal itu berarti bahwa

mereka harus mengerti bahasa yang sama. Proses-proses berpikir, bereaksi dan

berinteraksi menjadi mungkin karena simbol-simbol yang penting dalam kelompok

sosial itu mempunyai arti yang sama dan membangkitkan reaksi yang sama pada

orang yang menggunakan simbol-simbol itu maupun pada orang yang bereaksi

terhadap simbol-simbol itu.

Pemikiran-pemikiran Mead secara umum, dan khususnya tentang pikiran,

melibatkan gagasannnya tentang pentingnya konsep diri, yaitu kemampuan seseorang

Page 29:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

16

menjadikan dirinya sendiri sebagai objek; diri adalah kemampuan khas untuk menjadi

subjek sekaligus objek (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:385).

Diri (self) menurut Mead sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita

sendiri dari perspektif orang lain. Di mana, diri berkembang dari sebuah jenis

pengambilan peran yang khusus, maksudnya membayangkan kita dilihat oleh orang

lain atau disebut sebagai cermin diri (looking glass self). Konsep ini merupakan hasil

pemikiran dari Charles Horton Cooley (West dan Turner 2009:106).

Kemudian Mead memandang perbuatan sebagai “unit paling inti” dalam

teorinya (1982:27). Dalam menganalisis perbuatan, Mead sangat dekat dengan

pendekatan behavioris dan memusatkan perhatiannya pada stimulus dan respons.

Namun, dalam hal ini pun stimulus tidak menimbulkan respons otomatis yang tak

diperkirakan aktor. Seperti dikatakan Mead (1982:28), “Kita memahami stimulus

sebagai situasi atau peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan atau mandat”

(George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:380). Menurut Mead terdapat empat

tahap tindakan yang saling berhubungan yakni:

Pertama, impuls merupakan dorongan hati yang meliputi rangsangan spontan

yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap stimulasi yang

diterima (Ambo Upe 2010:224). Rasa lapar adalah contoh yang tepat bagi impuls ini.

Aktor (manusia atau bukan) dapat merespons secara langsung dan tanpa perlu

berpikir, terhadap impuls, namun aktor manusia lebih cenderung berpikir tentang

respons yang sesuai (misalnya, makan sekarang atau nanti). Dalam memikirkan

Page 30:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

17

respons tersebut, orang tersebut tidak hanya mempertimbangkan situasi terkini namun

juga pengalaman masa lalu dan antisipasi terhadap akibat-akibat dari tindakan

tersebut di masa depan. Rasa lapar datang dari kondisi batiniah aktor atau bisa

ditimbulkan oleh kehadiran makanan di dalam lingkungan, dan yang paling sering

muncul dari kombinasi keduanya. Terlebih lagi, orang yang lapar harus menemukan

cara untuk memuaskan impuls tersebut dalam lingkungan tempat makanan tidak

dapat langsung tersedia ataupun tidak dalam jumlah yang cukup. Impuls ini,

sebagaimana impuls-impuls lain, bisa terkait dengan masalah di dalam lingkungan

(yaitu, makanan yang tidak langsung tersedia), yang harus diatasi oleh aktor.

Memang, kendati suatu impuls seperti rasa lapar bisa datang dari individu (meskipun

dalam hal ini rasa lapar dapat disebabkan oleh stimulus eksternal, dan tidak ada

definisi sosial tentang kapan saat yang tepat untuk lapar), namun dia biasanya terkait

dengan keberadaan masalah di dalam lingkungan (misalnya, kurangnya bahan

makanan). Seperti halnya elemen-elemen lain dalam teori Mead, impuls juga

melibatkan aktor dan lingkungannya (George Ritzer dan Douglas J. Goodman

2004:380).

Kedua, persepsi dimana pada tahapan ini terjadi ketika aktor sosial

mengadakan penyelidikan dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan

dengan impuls (Ambo Upe 2010:224). Dalam hal ini adalah rasa lapar dan berbagai

cara yang ada untuk memuaskannya. Orang memiliki kemampuan merasakan atau

mengindra stimulus melalui pendengaran, penciuman, indra perasa, dan lain

Page 31:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

18

sebagainya. Persepsi melibatkan stimulus yang datang, maupun citra mental yang

mereka ciptakan. Orang tidak sekedar merespons secara langsung stimulus eksternal,

namun berpikir tentang, dan menjajakinya, melalui pembayangan secara mental

(mental imagenery). Orang tidak sekedar terikat dengan stimulus eksternal; mereka

juga secara aktif menyeleksi sejumlah karakteristik stimulus dan memilih stimulus-

stimulus lain. Jadi, stimulus bisa mengandung beberapa dimensi, dan aktor mampu

memilah dan memilihnya. Selain itu, biasanya orang berhadapan dengan berbagai

stimulus berbeda, dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih mana yang akan

diambil dan mana yang akan diabaikan. Mead menolak memisahkan orang dari objek

yang mereka persepsi. Adalah tindak mempersepsi objek yang menjadikannya objek

bagi seseorang; persepsi dan objek tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang

lain terkait secara dialektis (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:380-381).

Ketiga, manipulasi merupakan tahapan penentuan tindakan berkenaan dengan

objek itu. Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses tindakan agar reaksi

tidak terjadi secara spontanitas (Ambo Upe 2010:224). Begitu impuls mewujudkan

dirinya dan objek telah dipersepsi, tahap selanjutnya adalah manipulasi objek, atau

lebih umum lagi, mengambil tindakan dalam kaitannya dengan objek tersebut. Selain

keunggulan mentalnya, orang memiliki keunggulan lain di atas binatang yang lebih

rendah. Orang memiliki tangan (dengan ibu jari yang dapat ditekuk) yang

memungkinkan mereka melakukan manipulasi terhadap objek jauh lebih baik dari

pada yang dapat dilakukan oleh binatang-binatang yang lebih rendah. Bagi Mead,

Page 32:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

19

fase manipulasi ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut sehingga suatu

respons tidak secara langsung terwujud. Manusia yang lapar melihat jamur, namun

sebelum memakannya, ia cenderung memetiknya terlebih dahulu, mencicipinya, dan

mungkin mengeceknya di buku panduan untuk mengetahui apakah jenis jamur

tersebut dapat dimakan atau tidak. Sebaliknya, binatang yang lebih rendah, cenderung

memakan jamur tersebut tanpa menimbang-nimbang dan mencicipinya (dan jelas

tanpa membaca tentangnya). Jeda yang diperoleh dari menimbang-nimbang objek

tersebut memungkinkan manusia merenungkan berbagai respons. Ketika berpikir

apakah akan memakan jamur tersebut atau tidak, masa lalu dan masa depan yang

dilibatkan. Orang dapat berpikir tentang pengalaman di masa lalu, yaitu ketika

mereka makan jamur kemudian jatuh sakit, dan mungkin mereka berpikir tentang

sakit yang mungkin muncul di masa-masa yang akan datang, atau bahkan kematian,

yang mungkin mengiringi proses makan jamur beracun. Manipulasi jamur menjadi

semacam metode eksperimental di mana aktor mencoba berpikir dengan cara menguji

beberapa hipotesis tentang apa yang akan terjadi jika jamur itu dikonsumsi (George

Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:381).

Keempat, konsumsi tahapan dimana aktor dapat mengambil tindakan yang

sesuai dengan keinginannya (Ambo Upe 2010:224). Berdasarkan pertimbangan sadar

ini, aktor dapat memutuskan untuk makan jamur (atau tidak), dan hal ini akan

memunculkan tahap terakhir tindakan, yaitu konsumsi, lebih umum lagi, mengambil

tindakan yang akan memuaskan impuls awal. Manusia dan binatang yang lebih

Page 33:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

20

rendah cenderung tidak memakan jamur yang buruk karena kemampuannya

memanipulasi jamur dan berpikir (serta membaca) dampak dari makan jamur

tersebut. Binatang yang lebih rendah pasti mengandalkan metode coba-coba, namun

ini adalah teknik yang kalah efisien ketimbang kemampuan manusia berpikir melalui

tindakan-tindakan mereka. Dalam situasi ini, coba-coba adalah sesuatu yang

berbahaya; akibatnya, tampaknya bahwa binatang yang lebih rendah lebih rentan

terhadap kematian (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:381-382).

1.2 Simbol signifikan

Perhatian utama dari interaksionisme simbolik adalah dampak dari arti-arti

dan simbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia (Bernard Raho 2007:111).

Dalam proses interaksi sosial, manusia mengkomunikasikan arti-arti kepada

orang lain melalui simbol-simbol. Kemudian orang lain menginterpretasi simbol-

simbol itu dan mengarahkan tingkah laku mereka berdasarkan interpretasi mereka.

Dengan kata lain, dalam interaksi sosial, aktor-aktor terlibat dalam proses saling

mempengaruhi (Bernard Raho 2007:112).

Dalam interaksi sosial, orang belajar simbol-simbol dan arti-arti. Jika orang

memberikan reaksi terhadap tanda-tanda tanpa berpikir panjang, maka dalam

memberikan reaksi kepada simbol-simbol, orang harus terlebih dahulu berpikir.

Simbol adalah obyek sosial yang digunakan untuk mewakili (take place of) apa saja

yang disepakati untuk diwakilinya. Namun tidak semua obyek-obyek sosial

mempunyai arti yang lain dari pada apa yang ada di dalam dirinya. Tetapi obyek-

Page 34:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

21

obyek yang merupakan simbol selalu mempunyai arti yang lain dari pada yang

tampak di dalam obyek itu sendiri. Orang menggunakan simbol-simbol untuk

mengkomunikasikan sesuatu tentang diri mereka (Bernard Raho 2007:109).

1.3 Generalized Other

Orang lain pada umumnya adalah harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan,

standard-standard umum dalam masyarakat (Bernard Raho 2007:104). Orang lain

pada umumnya adalah sikap seluruh komunitas yang memiliki kemampuan untuk

memikirkan peran orang lain pada umumnya sangat mendasar bagi diri (George

Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:388).

Baru ketika seseorang memasang sikap sebagaimana yang ada dalam

kelompok sosial tempat ia berada guna menyikapi aktivitas sosial yang terorganisasi

secara kooperatif atau serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh kelompok tersebut,

barulah ia berkembang menjadi diri seutuhnya. Maka diri mencapai perkembangan

seutuhnya dengan menyusun sikap individual orang-orang lain menjadi sikap suatu

kelompok sosial atau sikap kelompok yang terorganisasi, dan dengan demikian

penataan ini menjadi refleksi individual dari pola-pola sistematis perilaku sosial atau

perilaku kelompok yang melibatkannya dan diri-diri yang lain pola yang

memasukkan keseluruhan ke dalam pengalaman individu berdasarkan sikap

kelompok yang terorganisasi dan yang dia pakai untuk menyikapi dirinya sendiri

sebagaimana ia menyikapi orang lain lewat mekanisme sistem saraf sentral (Mead

dalam Ritzer 2004:388).

Page 35:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

22

Memikirkan peran orang lain pada umumnya tidak hanya merupakan sesuatu

yang esensial bagi diri, namun juga penting bagi perkembangan aktivitas kelompok

yang terorganisasi. Suatu kelompok mengharuskan individu mengarahkan aktivitas

mereka agar sejalan dengan sikap orang lain pada umumnya. Orang lain pada

umumnya pun mempresentasikan kecenderungan umum Mead untuk memberikan

prioritas pada kehidupan sosial, karena melalui orang lain pada umumnyalah

kelompok mempengaruhi perilaku individu (George Ritzer dan Douglas J. Goodman

2004:388).

Kerangka teori ini dapat dijadikan dasar pandangan analisis yang relevan

digunakan dalam menganalisa dinamika interaksi kelompok yang didasarkan pada

simbol sebagaimana terdapat pada kelompok perempuan bercadar di Masjid Blok M

Square. Berbagai karakter hingga pengalaman antara individu dengan kelompok

secara umum dapat diungkapkan secara sistematis, dikarenakan teori diatas sudah

cukup mencakup berbagai hal dalam beberapa aspek yang ingin diungkapkan dalam

studi kasus.

F. Definisi Konsep

Konsep-konsep yang dipakai pada penelitian ini menyentuh beberapa

asosiologis yang diantaranya:

Page 36:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

23

1. Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Islam

Aurat merupakan sesuatu yang menimbulkan syahwat dan

membangkitkan nafsu angkara. Aurat memiliki kehormatan yang dibawa oleh

rasa malu agar ditutup rapi dan dipelihara supaya tidak mengganggu manusia

lainnya, serta menimbulkan kemurkaan. Bahwasannya ketenteraman hidup

dan kedamaian hendaklah dijaga sebaik-baiknya (Fuad Mohd. Fachruddin

1991:10).

Menutup aurat bisa dilakukan dengan memakai penutup kepala atau

jilbab. Jilbab merupakan busana sejenis jubah yang menutup rapat semua

tubuh (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:84). Jilbab berasal dari kata “Jalaba” yang

berarti menarik, maka karena tubuh wanita menarik pandangan dan perhatian

umum maka hendaklah ditutup. Jilbab bukan hanya sebagai penutup tubuh,

tetapi jilbab itu dapat menghilangkan sesuatu yang mengundang syahwat

(Fuad Mohd. Fachruddin 1991:24).

Era 1970-an wilayah Mesir dan negeri-negeri berbahasa Arab, dalam

pakaian wanita ada suatu penambahan: muhajjabah (seorang wanita yang

memakai hijab) memakai al-jilbab—gaun longgar, berlengan panjang dan

pada bagian bawah sampai kaki, berwarna polos dan terbuat dari kain tebal—

dan al-khimar, sehelai tutup kepala yang menutup rambut dan dahi, melintasi

pipi sampai bagian bawah dagu untuk menyembunyikan leher, dan terus ke

bawah menutup dada dan punggung. Warna yang biasa dipakai pada dekade

Page 37:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

24

pertama adalah abu-abu, cokelat, biru laut, merah gelap, putih dan hitam.

Kode berpakaian informal dan sukarela ini meluas sampai pada perilaku yang

dikarakterisasikan dengan perilaku yang lebih serius dan tegas, yang berlaku

untuk kedua jenis kelamin. Munaqqabah (seorang perempuan menggunakan

niqab/cadar atau tutup wajah) secara lebih konservatif menambahkan al-

niqab, yang menutupi keseluruhan wajah kecuali kedua mata; pada yang lebih

ekstrem, wanita itu juga memakai sarung tangan dan kaos kaki tipis untuk

menutupi tangan dan kakinya. Tren ini telah meluas di seluruh dunia Arab,

khususnya di kalangan mahasiswa perguruan tinggi (Fadwa El Guindi 1999:

232).

2. Cadar

Dalam bahasa Inggris, istilah veil (sebagaimana varian Eropa lain,

misalnya voile dalam bahasa Perancis) biasa dipakai untuk merujuk pada

penutup tradisional kepala, wajah (mata, hidung, atau mulut), atau tubuh

perempuan di Timur Tengah dan Asia Selatan. Makna yang terkandung dalam

kata ini adalah “penutup”, dalam arti “menutupi” atau “menyembunyikan”,

atau “menyamarkan”. Kata veil dalam bahasa Arab tidak ada padanannya

yang tepat. Dalam The Encyclopedia of Islam, ada ratusan istilah untuk

menunjukkan bagian-bagian pakaian, yang kebanyakan digunakan untuk

padanan kata veiling. Beberapa istilah yang dapat disebutkan disini antara lain

Page 38:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

25

„abayah, burqu‟, burnus, disydasya, gallaiyah, gina‟, gargush, habarah,

hasyik, jellabah, mungub, millayah, niqab, yashmik (Lintang Ratri 2011:31).

Cadar merupakan penutup wajah di mana yang terlihat hanya mata

mereka saja bahkan telapak tangan pun harus ditutupi. Jika berjilbab

mensyaratkan pula penggunaan baju panjang, maka bercadar diikuti kebiasaan

penggunaan gamis (bukan celana), rok-rok panjang dan lebar, dan biasanya

seluruh aksesoris berwarna hitam atau berwarna gelap (Lintang Ratri

2011:32).

Allah SWT., memerintahkan kepada segenap kaum wanita yang

beriman supaya mengenakan jilbab untuk menutupi bagian rambut, wajah dan

bagian anggota lain. Sehingga mereka dikenal sebagai orang yang menjaga

kehormatan dirinya, karena itu mereka tidak diganggu.

Kata Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas RA bahwa Allah

memerintahkan wanita-wanita mukmin, apabila keluar rumah untuk suatu

keperluan supaya menutup wajahnya dengan jilbab, yang dipasang dari ujung

kepala. Hanya bagian mata saja yang tampak.

Muhammad bin Sirin mengatakan, aku pernah bertanya pada Ubaidah

As Salmani tentang maksud firman Allah dalam QS. Al Ahzab : 59 yakni,

“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Ia

menjawab, yang dimaksud adalah penutup wajah, kepala dan hanya

menampakkan sebelah mata bagian kiri saja (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:61).

Page 39:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

26

Ummu Salamah RA mengatakan, setelah ayat itu diturunkan wanita-

wanita Anshar jika keluar rumah, nampak seakan ada burung gagak

bertengger di kepalanya sebagai kesukaan. Mereka menggunakan pakaian

berwarna gelap. Tafsir para sahabat dapat menjadi hujjah, bahkan diantara

ulama mengatakan bahwa persoalan itu berada dalam hukum yang

dimarfu’kan kepada Nabi SAW (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:84).

Dalam penelitian ini cadar yang dimaksud merupakan kain kecil yang

digunakan untuk menutupi sebagian wajah seorang perempuan bercadar, baik

dalam bentuk cadar tali ataupun cadar bandana Yaman yang hanya

memperlihatkan hanya bagian matanya saja.

3. Internalisasi

Internalisasi adalah proses melalui tahapan-tahapan yang dilakukan

oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi. Di mana, pihak yang

disosialisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari pesan yang diterima

terutama menyangkut makna yang dilihat dan di dengarnya. Selanjutnya,

meresapkan dan mengorganisasi hasil pemahamannya ke dalam ingatan dan

batinnya (Elly M. Setiadi dan Usman Kolip 2011:165).

Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota-anggota atau warga

masyarakat baik secara sadar atau tidak secara sadar (asadar) orang-orang

yang memiliki kewibawaan atas individu-individu yang disosialisasi. Nilai-

Page 40:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

27

nilai dan norma sosial yang disosialisasikan mengandung suatu keharusan

yang mesti ditaati. Pihak yang melakukan sosialisasi biasanya menggunakan

kekuasaan dan kewenangannya melalui “paksaan” atau secara otoriter agar

pihak yang tersosialisasi tunduk atau patuh pada nilai-nilai dan norma yang

disosialisasikan. Di sisi lain, proses sosialisasi juga dilakukan atas dasar

kesamaan antara pihak yang melakukan sosialisasi dengan pihak yang

disosialisasi. Proses ini disebut proses sosialisasi ekualitas. Proses sosialisasi

ekualitas merupakan peoses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

memiliki kedudukan sederajat. Dalam proses ini tidak ada proses “paksaan”

dengan menggunakan otoritas dari pihak yang disosialisasi, melainkan pihak

yang disosialisasi diajak untuk memasuki suatu hubungan kerjasama secara

koordinatif dan kooperatif. Dengan demikian, proses ini lebih banyak

dilakukan untuk mengatur interaksi kepentingan bersama (Elly M. Setiadi dan

Usman Kolip 2011:158-164).

4. Simbol

Menurut Herusatoto (2000), bahwa ada juga sebagian orang yang

menyebutkan simbol dengan istilah “symbolos” yang berarti tanda atau ciri

yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Alex Sobur 2004:155).

West dan Turner (2008:7) menjelaskan bahwa “Simbol (symbol) adalah

sebuah label atau representasi dari sebuah fenomena. Hal tersebut

Page 41:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

28

menjelaskan bahwa simbol itu adalah sesuatu hal yang memiliki makna yang

berbeda dari setiap individu yang memaknainya dan perlu mengulang kembali

penjelasan mengenai simbol tersebut jika dijelaskan kepada individu yang

berbeda”.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan di lapangan adalah metode kualitatif

dengan alasan, pertama, lebih mudah menyesuaikan di lapangan apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

peneliti dengan responden, dan ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri

dengan banyak penajaman pengaruh dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi

(Moleong dalam Ida Bagoes Mantra 2008: 29). Menurut Bogdan dan Tylor penelitian

kualitatif adalah “suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Moleong

2002:4).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi di

sini menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang

terjadi pada beberapa individu khususnya perempuan bercadar. Peneliti

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan melalui wawancara secara mendalam kepada

Page 42:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

29

para informan. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah proses internalisasi makna

cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam

ruang sosialnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa yang tengah

berlangsung pada saat studi yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari narasumber atau perilaku yang diamati.

Peneliti menggunakan fokus penelitian tersebut karena peneliti tertarik

menggali secara mendalam untuk mengetahui fenomena perempuan muslim bercadar

khususnya di Masjid Nurul Iman Blok M Square.

2. Subjek Penelitian

Subjek utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah perempuan bercadar

yang berada di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Di mana dalam pemilihan

informan dilakukan secara snowball sampling, menurut Vogt (1999) Snowball

sampling “A technique for finding research subjects. One subject gives the

researcher the name of another subject, who in turn provides the name of a third, and

so on” (Sebuah teknik untuk mencari subjek penelitian. Yang mana dalam satu

subjek dapat memberikan peneliti nama subjek lain, yang pada gilirannya

menyediakan nama ketiga, dan begitupun seterusnya). Sehingga kelompok itu

senantiasa bertambah besarnya, ibarat bola salju yang lama-kelamaan kian membesar

apabila meluncur dari puncak bukit ke bawah (Ida Bagoes Mantra 2008: 118).

Page 43:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

30

Berikut tabel mengenai data informan yang peneliti peroleh melalui

wawancara mendalam dengan informan:

Tabel I.H.1. Profil Informan

No. Informan

Usia

Status Pendidikan Pekerjaan Suku Awal

Bercadar

Saat

ini

1. TRJ 19 20 Belum

Menikah

SMA 110

Jakarta

Utara

Guru

Yayasan Jawa

2. DA (1) 20 20 Belum

Menikah

SMA 5

Sumsel

Guru

PAUD Minang

3. D 24 25 Menikah SKM

UNDIP

Swasta

(Bisnis

Online)

Jawa

4. DA (2) 21 24 Belum

Menikah

S1 Sastra

Jepang Univ

Dharma

Persada

Guru SMP Minang

5. SA 30 33 Menikah

S1

Sekretaris

ASMI

IRT Betawi

6. MSG 24 25 Belum

Menikah

D3 Humas

BSI Depok

Karyawan

CS Grab

Batak

Karo

7. AP 21 22 Belum

Menikah

S1 Institut

Agama

Islam Sahid

Mahasiswi Sunda

8. MMA 23 24 Belum

Menikah

S1 Ekonomi

Mercu

Buana

JakBar

Karyawan

Cattering Sunda

9. L 43 44 Menikah SMEA 1 IRT Betawi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan

Informan 2019

Page 44:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

31

Dalam penelitian ini, terdiri dari 9 orang informan yang mana subjek mampu

menceritakan kembali peristiwa ataupun pengalaman yang telah dialaminya dengan

terbuka, subjek merupakan seorang perempuan yang menggunakan cadar dan subjek

yang sering mengikuti kajian di Masjid Nurul Iman Blok M Square.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2019 sampai April 2019.

Lokasi penelitian ini terletak di Masjid Nurul Iman Blok M Square di Kebayoran

Baru, Kota Jakarta Selatan yang mana peneliti sering bertemu dengan perempuan

muslim bercadar dan menjadi tempat para perempuan muslim bercadar mengadakan

kajian setiap minggu.

4. Teknik Pengumpulan Data

a) Data Primer

Data primer diperoleh dari data peneliti secara langsung (dari tangan

pertama). Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu perempuan bercadar yang

berada di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Kemudian teknik pengumpulan data

yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam dengan informan.

Pada wawancara, suatu pertanyaan diajukan secara lisan (pengumpul data

bertatap muka dengan responden) secara terbuka dan tidak berstruktur dan

mengutamakan wawancara mendalam (indepth interview) (Sanapiah Faisal 2007: 52).

Page 45:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

32

Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara yang tidak terstruktur agar

penulis bisa memperoleh informasi yang mendalam, bervariasi dari informan yang

diteliti. Berikut tabel mengenai waktu wawancara dengan para informan:

Tabel I.H.2. Waktu Wawancara Informan

No. Informan Wawancara

1. TRJ 7 April 2019, Pukul 15:48

2. DA(1) 7 April 2019, Pukul 17:19

3. D 9 April 2019, Pukul 13:20

4. DA(2) 9 April 2019, Pukul 16:10

5. SA 10 April 2019, Pukul 16:45

6. MSG 10 April 2019, Pukul 17:07

7. AP 10 April 2019, Pukul 17:36

8. MMA 14 April 2019, Pukul 12:25

9. L 14 April 2019, Pukul 15:44

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Selama proses wawancara berlangsung perempuan bercadar menerima dengan

ramah untuk diwawancarai oleh penulis. Penulis memilih waktu penelitian disaat

sebelum dan setelah kajian berlangsung. Hal ini dikarenakan penulis ingin melihat

bagaimana interaksi dan aktifitas yang dilakukan perempuan bercadar pada saat dan

selesai kajian, dan karena letak tempat tinggal yang berjauhan dan kesibukan yang

Page 46:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

33

dimiliki masing-masing perempuan bercadar itu dalam kesehariannya, maka akan

lebih efisien jika penelitian dilaksanakan di Masjid Nurul Iman Blok M Square.

Di sisi lain, penulis juga memiliki kendala dalam proses wawancara

berlangsung. Adapun kendala yang penulis temui yaitu respon pertama yang mereka

katakan ketika ingin diwawancarai adalah “iya ukh boleh kalo mau diwawancara, tapi

jangan yang susah-susah ya ukh nanyanya, dan kalo direkam ukhti aja yang boleh

denger” dan ada juga yang memberikan respon ketika ingin dimintai dokumentasi

foto seperti “afwan ukh, kalo bisa fotonya dari belakang aja ya, dan agak jauhan

ngambilnya”, dan beberapa lainnya menolak untuk difoto. Kemudian waktu

wawancara yang terpotong oleh adanya kajian yang diikuti, permasalahan tersebut

dijumpai saat penulis melakukan wawancara dengan SA, D, dan MMA, namun

kendala tersebut sudah diperkirakan oleh penulis sebelum wawancara berlangsung

sehingga solusi yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menunggu kajian hingga

selesai atau membuat janji dahulu dengan informan agar tidak mengganggu dengan

jadwal kajian yang diikuti.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data seorang peneliti dari sumber yang sudah

ada. Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi pengurus bagian dakwah,

jurnal, buku, dan dokumentasi menggunakan kamera handphone untuk

mengumpulkan data dan merekam suara saat berlangsungnya wawancara.

Page 47:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

34

H. Analisis Data

Analisis data adalah suatu upaya yang dilakukan dengan cara kerja data,

mengorganisasikan, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting lalu dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain (Lexy J. Moleong 2005:248). Menurut Miles dan Huberman (1992:16),

analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

Pertama, Reduksi Data merupakan data mentah dari hasil pengumpulan data

wawancara dengan informan perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M

Square yang telah selesai dilakukan. Data mentah yang berupa transkip wawancara

ini yang kemudian peneliti masukkan ke dalam tahap pemilahan dan penyeleksian

berdasarkan pertanyaan yang sesuai dengan teori yang digunakan dan kriteria

perempuan bercadar yang peneliti wawancarai, selanjutnya pemfokusan atau

penyederhanaan data yang digunakan hanya yang terkait dalam proses internalisasi

penggunaan cadar pada perempuan bercadar. Data yang diperoleh peneliti disusun

secara sistematis guna memberi gambaran yang jelas.

Kedua, Penyajian Data dapat dilakukan setelah data tersebut telah selesai

diseleksi dan difokuskan. Penyajian data dapat berupa matriks, gambar, dan tabel

yang mana hal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang diperoleh dan

dapat disajikan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.

Ketiga, Penarikan Kesimpulan yang mana merupakan tahap inti dari proses

analisis data penelitian di mana peneliti melakukan pemaparan verifikasi dari setiap

Page 48:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

35

proses analisis data tentang proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan

bercadar dan tantangan di ruang sosialnya, sehingga kesimpulan yang diambil

nantinya dapat dipertanggung jawabkan.

I. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Berisi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, analisis data

dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berisi gambaran umum Masjid Nurul Iman Blok M Square yang meliputi

sejarah masjid, visi dan misi, struktur kepengurusan masjid, program-program

kegiatan masjid, dan fasilitas masjid.

BAB III Temuan dan Analisa Data

Berisi mengenai uraian data temuan di lapangan dan mengaitkan data tersebut

dengan teori dan konsep untuk menjelaskan tentang proses internalisasi

penggunaan cadar bagi perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M

Square.

BAB IV Penutup

Berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian.

Page 49:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

36

BAB II

PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square

Blok M Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki oleh

Agung Podomoro Group (AGP) dan tanah tempat bangunan berdiri dimiliki oleh

Pemda DKI. Atas kerjasama keduanya dibangunlah Mall yang cukup besar di

wilayah Jakarta Selatan.

Menurut Bapak Yuni Fauzar selaku bidang dakwah masjid ini, bahwa Masjid

Nurul Iman sudah ada dari gedung lama yang telah terbakar, namanya pun sama

Masjid Nurul Iman juga. Kemudian dari pengurus-pengurus yang lama menginginkan

dibangunnya kembali masjid di gedung ini, mereka meminta izin hingga ke walikota

dan gubernur agar dibuatkan masjid kembali seperti masjid yang lama. Lalu

dibangunlah kembali masjid Nurul Iman, akan tetapi pada saat itu masih dengan

kondisi yang apa adanya. Kemudian para pengurus berusaha untuk merenovasi

masjid agar lebih nyaman untuk para jama’ah dalam beribadah. Dengan

mengumumkan kepada jama’ah hingga membuat design gambar masjid yang akan

dibangun nantinya, kemudian dibuatkan kotak-kotak infaq untuk membantu dalam

pembangunan masjid. Pembangunan masjid ini atas inisiatif para pengurus, kemudian

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) bermusyawarah dengan mereka dan dibentuklah

panitia pembangunan. Dana yang digunakan itu dari kaum muslimin yang berasal

Page 50:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

37

dari kotak-kotak infaq (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul

13.20).

Pembangunan masjid bekerjasama dengan pengelola gedung, dengan gaya

arsitektur yang sangat menarik. Pasalnya gaya yang diadaptasi terinspirasi dari Timur

Tengah yakni dari masjid-masjid wilayah Makkah, Madinah, dan Turki yang

ditangani langsung oleh seorang arsitek bernama Muhammad Luthfi dan Dharma G.

Wallad selaku manager teknik saat itu. Bangunan masjid ini berbentuk kubus dengan

bertahtakan kubah berwarna emas menambah keindahan dan keeleganan Masjid

Nurul Iman. Ornamen khas pada dinding-dinding masjid yang berpolakan lingkaran

berbentuk bintang yang dibuat berlubang guna untuk sirkulasi udara segar di dalam

masjid.

Kemudian Bapak Yuni Fauzar juga menambahkan bahwa dahulu bangunan

ini merupakan gabungan dari empat gedung PD Pasar Jaya I, PD Pasar Jaya II,

Aldiron Plaza, dan Bowling yang kemudian setelah dibangun kembali dijadikan satu

gedung menjadi Blok M Square. Masjid Nurul Iman yang lama berada di PD Pasar

Jaya I yang berada di lantai atas juga dengan luas sekitar 2.500 m². Dengan adanya

pembangunan gedung ini dengan luas sekitar 2,1 hektar, bangunan Masjid Nurul

Iman ditempatkan di bagian lantai 7 yang merupakan lantai paling atas dengan luas

area mencapai 3.000 m² dan memiliki kapasitas jama’ah menampung sekitar 5.000

orang. Pada awalnya masjid ini memang tidak begitu luas dengan bentuknya yang

kotak berada di pojok sudut gedung, tanpa plafon, sirkulasi udara di dalam masjid

Page 51:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

38

yang kurang, dan terkesan kurang nyaman untuk beribadah. Setelah masjid ini selesai

direnovasi kembali, barulah mulai ada kegiatan shalat jum’at dan shalat harian.

Sekitar tahun 2010, masjid ini perlahan-lahan mulai berkembang menjadi

ahlusunnah wal jama‟ah, dakwah yang berdasarkan al Qur’an dan as Sunnah, kerena

penganut Islam yang ada di Indonesia ini sudah banyak tercampur oleh tradisi-tradisi

dan kebiasaan-kebiasaan yang bukan berdasarkan dari al Qur’an dan as Sunnah. Hal

ini berdampak pada munculnya konflik antar jama’ah yang ada, praktek-praktek

ritual yang sering menimbulkan konflik seperti yasinan, tahlilan, pengiriman do’a al

Fatihah dan lainnya, setiap jum’at di masjid yang lain terbiasa melakukan shalat

ghaib. Pertentangan itu digunakan untuk meluruskan kembali pemahaman agama

Islam dengan aqidah dan ibadah yang benar, dengan mencari Ustadz-ustadz yang

sesuai pemahaman itu dan tidak menggunakan lagi Ustadz-ustadz yang dianggap

melenceng dari al Qur’an dan as Sunnah (wawancara pribadi dengan Bapak Yuni

Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).

B. Visi dan Misi

1. Untuk meluruskan kembali aqidah-aqidah yang berlandaskan Al Qur’an dan

As Sunnah.

2. Untuk memakmurkan kembali masjid sebagai sarana dakwah sunnah.

3. Untuk memberikan fasilitas yang nyaman bagi para pedagang dan pengunjung

blok M Square yang ingin beribadah.

Page 52:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

39

C. Struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman

Struktur kepengurusan Masjid Nurul Iman ini terdiri dari dewan pembina,

dewan penasehat, ketua umum dan wakil ketua, bendahara, sekretaris, bidang

dakwah, bidang protokol, bidang humas, bidang dana dan pembangunan, bidang

keamanan, dan bidang teknik.

Dewan pembina bertugas sebagai pembina pengurus masjid dan memiliki

tanggung jawab untuk memakmurkan masjid. Dewan penasehat bertugas sebagai

penasehat masjid dan mengawasi segala kegiatan seluruh pengurus yang ada di

masjid. Ketua umum bertugas sebagai pemimpin yang memantau kegiatan para

pengurus lainnya serta memiliki hak untuk menerima ataupun menolak kegiatan apa

saja yang akan dilaksanakan di masjid. Wakil ketua bertugas mewakili kegiatan

apabila ketua berhalangan hadir pada tiap pelaksanaan kegiatan. Kemudian bendahara

bertugas mencatat dan membuat laporan keuangan setiap harinya, lalu pada setiap

minggunya diumumkan kepada jama’ah yang datang ke masjid. Sekretaris bertugas

mencatat dan mengatur jadwal-jadwal kegiatan masjid. Bidang dakwah bertugas

untuk mencari referensi, menyeleksinya serta mengawasi Ustadz-ustadz yang akan

menyampaikan dakwah di masjid. Bidang protokol bertugas untuk memberitahu

bilamana ada pengumuman-pengumuman atau acara-acara, hampir sama seperti

bidang humas. Bidang dana dan pembangunan bertugas sebagai pengatur dana dalam

pembagunan renovasi dan perluasan masjid, serta bertanggung jawab dalam proses

Page 53:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

40

pembangunannya, lebih mengetahui kondisi bangunan gedung. Bidang keamanan

bertugas untuk mengawasi dan menjaga keamanan di sekitar wilayah masjid agar

tercipta keamanan dan dapat membuat jama’ah yang beribadah lebih tenang. Bidang

teknik bertugas untuk mengontrol dan memperbaiki apabila ada lampu, AC, dan

lainnya yang mengalami gangguan.

Menurut Bapak Yuni Fauzar, yang menjadi pengurus di sini rata-rata

pedagang semua, jadi yang shalat rutin di sini orang-orang pekerja atau pedagang-

pedagang di bawah, namun ada juga yang dijadikan pegawai pemerintahan setempat

yakni ketua Umum yaitu Bapak H. Azwar Wahid sebagai ketua RT, lalu wakil ketua I

yaitu Bapak Ir. H. Nizarman sebagai RW di wilayah sini (wawancara pribadi pada

tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).

Untuk struktur pengurus lebih detail bisa dilihat dalam lampiran. Berikut tabel

mengenai struktur kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square:

Page 54:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

41

Tabel II.C.1. Bagan Kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square

Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square

Bidang Keamanan

Richo Sabani

Bidang Teknik

Untung

Bidang Protokol

Yuni Fauzar

Abdul Jabar

Musril Sanif

Bidang Dana & Pembangunan

H. Deky Idris

H. Ir. Zainul Ikhwan

Dharma G. Wallad

M. Luthfi

H. Novriansyah/Buya

H. Chaidir Ibrahim

Bidang Humas

Jasimin

Bidang Dakwah

Yuni Fauzar

Sekretaris

Habibi Katin

Bendahara

H. Hefrizal

Wakil Ketua II

H. Yufrinal Abdullah Wakil Ketua I

Ir. H. Nizarman

Ketua Umum

H. Azwar Wahid/ H. Sagi

Penasehat

DR. H. Elfa Hendri Mukhlis, M.A

H. Irsal Pilson

H. Nasrun Saleh

Ust. Umar Lathif

Pembina

Walikota Jakarta Selatan

Camat Kebayoran Baru

Lurah Melawai

Page 55:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

42

D. Program-program kegiatan Masjid Nurul Iman

1. Tabligh Akbar

Kegiatan tabligh akbar di Masjid Nurul Iman merupakan suatu

kegiatan yang dapat membangun komunikasi dalam silahturahmi sesama

umat. Di mana menurut keterangan dari Bapak Yuni Fauzar selaku bidang

dakwah kesekretariatan masjid, tabligh akbar pertama kali ada di Masjid

Nurul Iman ini saat memasuki tahun kedua, pada saat itu diisi oleh Ustadz

Yazid Nuzul. Yang datang kebanyakan orang yang bercadar dan memakai

celana cingkrang (celana sedikit naik di atas mata kaki) semua, yang saat itu

belum familiar sekali dan menuai pro dan kontra di mata para pedagang dan

pengunjung serta aparat setempat. Setelah Tabligh Akbar yang pertama

selesai, sekitar 2 bulan kemudian baru diadakan kembali Tabligh Akbar yang

kedua yang diisi oleh Ustadz Badrussalam. Biasanya Tabligh Akbar ini diisi

dengan tausyiah dan ceramah-ceramah yang dipimpin oleh para Ustadz-ustadz

lokal maupun nasional guna membangun persatuan umat dan menegakkan

kembali aqidah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Ustadz-ustadz yang

mengisi kegiatan lain seperti imam shalat fardhu dan jum’atan melalui tahap-

tahap seleksi dan banyak berkonsultasi dari radio Rodja dan pondok-pondok

pesantren sunnah (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul

13.20).

Page 56:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

43

2. Kajian Rutin

Setelah 2 tahun Masjid Nurul Iman ini dibangun kembali, kemudian

mulai ada kajian-kajian namun belum rutin. Pada tahun ke 4 memasuki tahun

ke 5 barulah diadakan kajian rutin di Masjid ini. Bahkan dalam 2 tahun

terakhir belakangan ini sudah diadakan kajian rutin setiap harinya. Setiap

kajian yang ada sifatnya terbuka untuk umum, tidak ada kajian khususnya.

Materi yang dikaji bisa berkaitan dengan kitab tertentu seperti fiqih, aqidah,

sirah dan hadits-hadits. Kajian umum yang dilaksanakan rutin, seperti kajian

Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Nuzul Dzikri. Dalam kajian Ustadz

tersebut ada koordinator kajiannya tersendiri yang mengelola dan meng-cover

aktivitas masing-masing. Jadi, menurut Bapak Yuni Fauzar masjid hanya

sebagai fasilitator saja, hal ini merupakan keterbatasan para pengurus bidang

dakwah (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).

3. Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)

Salah satu hal menarik lainnya di Masjid Nurul Iman ini ialah dengan

adanya kegiatan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Para pengurus

berinisiatif untuk membuat TPA, yang mana kegiatan ini memiliki tujuan

untuk mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kepada anak-anak sejak usia dini.

Biasanya kegiatan ini diperuntukkan bagi anak-anak tingkat TK dan SD, ada

kelas. Kegiatan lainnya yang diberikan di sini, seperti membaca Iqra dan Al

Qur’an, dan ada program tahsin bagi anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar

Page 57:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

44

anak-anak tersebut bisa lebih memperdalam lagi bagaimana cara membaca Al

Qur’an yang baik dan benar.

4. Tahsin

Di Masjid Nurul Iman juga memiliki pembelajaran tahsin. Dari data

yang penulis peroleh biasanya pembelajaran tahsin ini untuk akhwat setiap

jum’at sore, untuk ikhwan setiap ba’da maghrib dan untuk anak-anaknya

setiap senin-jum’at. Setiap anggota yang belajar tahsin di sini melalui seleksi-

seleksi tertentu serta memiliki kelasnya masing-masing agar lebih mudah

dalam proses penyampaian dan penerimaan ilmunya. Khusus tahsin untuk

akhwat setiap jum’at sore ada sertifikatnya, biasanya pertemuan berlangsung

sekitar 13 kali pertemuan dalam setiap paketnya. Kemudian tahsin untuk

umum yang dikelola oleh Ustadz Nuzul Dzikri diadakan setiap hari sabtu

pukul 16.30 WIB sampai dengan menjelang waktu maghrib. Namun, setiap

yang ingin menjadi anggota dalam tahsin ini ada waktu pendaftarannya. Tidak

setiap saat bisa masuk karena ada kelas-kelasnya juga, yang berbeda di sini

tidak mendapat sertifikat karena sifatnya untuk umum. Guru atau yang sering

diistilahkan dengan sebutan Murabbi yang mendampingi cukup banyak

sekitar 15 orang. Berbentuk halaqah di mana setiap gurunya membawahi 15

orang peserta, begitupun untuk yang ikhwan (wawancara pribadi dengan

Bapak Yuni Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul

13.20).

Page 58:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

45

5. Manasik Haji atau Umrah

Manasik Haji atau Umrah adalah proses latihan yang dilakukan

sebelum melaksanakan perjalanan ke tanah suci. Manasik Haji atau Umrah

biasanya dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk rombongan. Dalam

proses latihan ini para rombongan diajak untuk berkeliling di sekitar miniatur

Ka’bah dan pengenalan tempat keagamaan lainnya yang berada di tanah suci.

Proses sosialisasi ini biasanya dipimpin oleh pembimbing atau seorang

Ustadz.

Gambar II.1. Tempat Manasik Haji atau Umroh

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Februari 2019

Fasilitas Manasik Haji atau Umrah yang disediakan di masjid ini

cukup lengkap, namun pengelolanya dari gedung Blok M Square bukan dari

masjid. Pelatihan Manasik Haji atau Umrah di Masjid Nurul Iman ditujukan

Page 59:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

46

bagi anak-anak TK Islam dan PAUD sebagai salah satu pendidikan agama

anak sejak usia dini dalam mengenal tempat ibadahnya di tanah suci.

6. Program Bahasa Arab

Program bahasa Arab ini juga merupakan salah satu kegiatan yang

dilakukan di Masjid ini. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan setiap hari

melalui rekaman via whatsapp dikirim oleh gurunya, kemudian pengulangan

pelajaran kembali atau pertemuan dilakukan di masjid ini sebulan sekali pada

sabtu pekan ketiga pagi. Syaratnya harus menjadi anggota terlebih dahulu,

dengan membeli buku paketnya. Lalu cara menjadi anggotanya dengan

mengikuti petunjuk di dalam buku itu (wawancara pribadi dengan Bapak Yuni

Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).

E. Fasilitas Masjid Nurul Iman

Fasilitas yang dimiliki oleh Masjid Nurul Iman ini memang terbilang sudah

lengkap dibandingkan dengan dahulu. Adanya miniatur Baitullah menjadikan

suasana yang berbeda untuk sebuah masjid yang berada di lantai paling atas Mall ini.

Mulai dari Ka’bah, Hijr Ismail, Hajr Aswad, Terowongan Mina, Muzdalifah, Arafah

dan Tempat Melontar Jumroh, semua berada dalam satu area di depan Masjid Nurul

Iman.

Page 60:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

47

Gambar II.2. Miniatur Ka’bah

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Februari 2019

Gambar II.3. Taman dan Air Mancur

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019

Page 61:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

48

Di bagian samping miniatur Ka’bah, terdapat taman kecil yang mana terdapat

rumput-rumput, pohon kurma, zaitun dan pohon buah Tin. Lalu ada tiga buah air

pancuran mini yang semuanya di adaptasi dari gaya Timur Tengah.

Dengan gaya arsitektur yang menarik untuk pengunjung, maka tak heran jika

banyak pengunjung yang mengunjungi masjid ini selain untuk beribadah, mengikuti

kajian dan tabligh akbar yang diselenggarakan, tempat beristirahat setelah berkeliling

Mall, dan tempat berfoto.

a. Area yang dimiliki Masjid ini, untuk masjid yang berada di lantai paling atas

sebuah pusat perbelanjaan terbilang cukup luas sekitar 3.000 m² yang dapat

menampung jama’ah dengan kapasitas kurang lebih 5.000 orang.

b. Untuk para ikhwan dan akhwat memiliki area tempat masuk yang terpisah,

sehingga kemungkinan untuk berbaur sangatlah minim.

Gambar II.4. Area Luar Jalur Ikhwan (Kiri) dan Jalur Akhwat (Kanan)

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019

Page 62:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

49

c. Tersedia tempat penitipan sendal dan sepatu yang cukup luas sehingga tidak

akan tercecer. Tempat penitipan tersebut tidak dipungut biaya alias gratis,

tetapi juga ada tempat kotak infaq seikhlasnya jika ada yang ingin

memberikan.

d. Selain itu, tersedia tempat wudhu yang sangat luas. Tempat wudhu ikhwan

berada di bagian barat daya bangunan masjid, akhwat berada di bagian timur

laut bangunan masjid.

Gambar II.5. Area Tempat Wudhu Ikhwan

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019

Page 63:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

50

Keduanya memiliki jarak yang cukup berjauhan dan berada di dalam suatu

bangunan masjid untuk menghindari dari panas dan hujan. Tempat wudhu ini

terbilang cukup bersih dan tersedia sendal-sendal yang banyak untuk

mengambil air wudhu atau ke toilet. Bagi tempat wudhu akhwat memiliki

bangunan yang tertutup agar para akhwat lebih nyaman ketika mengambil

wudhu, berbeda dengan tempat wudhu ikhwan memiliki bangunan yang agak

terbuka.

e. Ketika memasuki ruang utama masjid terbentang karpet merah yang di

datangkan langsung dari Turki.

Gambar II.6. Area Akhwat Dalam Masjid Nurul Iman

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019

Karpet ini dipilih karena cukup tebal dan memiliki kesan yang nyaman untuk

beribadah, selain itu tersedia pendingin udara (AC), tirai atau kain pemisah

Page 64:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

51

yang cukup tinggi antara ikhwan dan akhwat, mukena yang tidak hanya

banyak tapi bersih dan wangi, dan Al Qur’an.

f. Untuk keamanannya, tersedia CCTV di beberapa titik dan sudut-sudut area

dalam maupun luar masjid. CCTV ini langsung terhubung ke layar TV di

ruangan Kesekretariatan Masjid Blok M Square.

g. Kemudian apabila sedang ada kajian disediakan layar projector sebanyak 3

buah di ruang utama masjid bagian akhwat, dan ketika ada tabligh akbar juga

disediakan tenda-tenda di bagian area luar masjid, selain itu terdapat beberapa

TV yang terhubung kepada Ustadz yang sedang menyampaikan tausyiah atau

ceramah di dalam masjid.

Gambar II.7. Kajian Rutin Berlangsung

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019

Page 65:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

52

h. Apabila sedang ada acara kajian rutin atau tabligh akbar, biasanya terdapat

bazar baik itu berupa buku-buku Islami, makanan dan minuman, serta

perlengkapan pakaian wanita mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Gambar II.8. Bazar di Area Akhwat

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019

Page 66:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

53

BAB III

TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA LAPANGAN

A. Proses Internalisasi Penggunaan Cadar

Dalam proses internalisasi, terdapat suatu proses sosialisasi yang dilakukan

melalui peresapan atau interpretasi dari pesan yang diterima baik itu berupa makna

yang diperoleh melalui panca inderanya. Kemudian peresapan hasil pemahaman

tersebut di-transfer masuk kedalam ingatan manusia (Elly M. Setiadi dan Usman

Kolip 2011:165).

Perspektif interaksionis menjelaskan bagaimana para individu itu memahami

atau menafsirkan dunia sosial di mana mereka menjadi bagian darinya. Perspektif ini

utamanya berfokus kepada perilaku manusia pada level individu ke individu.

Interaksionisme Simbolik sebagaimana yang dikembangkan oleh George Herbert

Mead (1863-1931) merupakan tanda-tanda, sinyal-sinyal, makna-makna yang

dimiliki oleh orang-orang di dalam diri mereka sendiri dan dapat ditemukan pada

perilaku orang lain. Manusia adalah makhluk yang unik, karena kebanyakan apa yang

mereka lakukan terhadap yang lain memiliki makna yang melampaui tindakan

konkretnya (Yusran Razak 2008:17).

Menurut Mead, bahwa manusia berbeda dengan binatang, manusia tidak

hanya merespons secara pasif rangsangan di lingkungannya, namun secara aktif

menciptakan dunia sosialnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terdiri atas

Page 67:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

54

tindakan-tindakan sosial yang diperlihatkan oleh individu sebagaimana mereka

mengartikan dan menghubungkan makna simbolik pada objek sosial di sekitarnya,

yang mana objek sosial ini meliputi orang lain. Menurut Mead, interaksi yang ada

berupa percakapan isyarat dan termasuk juga diri (self). Dengan mengambil peran

orang lain, kita dapat bercermin diri kita seperti kita tampak oleh orang lain, dan

dengan demikian kita dapat menyesuaikan perilaku kita (John Scott 2011:231).

Dalam hasil temuan, penulis menemukan bahwa adanya proses internalisasi

yang terjadi pada perempuan yang menggunakan cadar di Masjid Nurul Iman Blok M

Square. Proses Internalisasi bermula dari proses sosialisasi di mana nilai-nilai dan

norma di-transfer melalui proses sosialisasi tentang pakaian dalam konteks cadar.

Proses sosialisasi ada dua jenis. Sosialisasi yang sifatnya otoriter dan sosialisasi yang

sifatnya ekualitas.

Proses sosialisasi otoriter yang dilakukan oleh tokoh-tokoh atau orang-orang

yang memiliki kharisma. Proses sosialisasi ekualitas yang dilakukan oleh teman-

teman sebaya dan sebagainya. Dalam penelitian ini, proses sosialisasi tentang nilai-

nilai dan norma perempuan bercadar itu jika dilihat dari jenis sosialisasi otoriter yang

dilakukan oleh tokoh-tokoh kharisma, dalam hal ini penulis menemukan proses

sosialisasi otoriter dilakukan oleh semacam Ustadz atau Murabbi (pembimbing) dan

ini dilakukan dengan cara sengaja melalui kajian-kajian. Kemudian sosialisasi

ekualitas yang dilakukan oleh teman-teman pergaulan atau sebaya di dalam kajian.

Page 68:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

55

Selanjutnya, penulis menemukan adanya berbagai macam respon yang

didapat dalam dunia sosialnya membuat individu melakukan tindakan sosial sesuai

makna yang mereka peroleh. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam makna

melalui simbol-simbol yang dipahami oleh para informan ketika sebelum dan sesudah

memakai cadar.

1. Makna Menutup Aurat atau Berjilbab

Mulanya penulis bertanya tentang alasan mereka menutup aurat

sebelum akhirnya memakai cadar. Penulis menemukan dari ke 9 informan

terdapat kesamaan dalam jawaban mereka. Seperti informan TRJ, DA(1),

DA(2), SA, MSG, MMA, dan L menyatakan bahwa jilbab itu sebuah

keharusan, kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang perempuan

muslimah karena merupakan perintah dari Allah.

Tabel III.A.1. Matriks Makna Menutup Aurat

No.

Makna Menutup Aurat

Jumlah Ragam

Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Kewajiban √ √ - √ √ √ - √ √ 7

2. Risih - - √ - - - √ - - 2

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Page 69:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

56

Informan TRJ menyatakan, “Yaa kan karena kewajiban, yaudah

karena udah paham kewajiban ya harus mau kita kayak gimana ya namanya

kewajiban harus” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7

April 2019). Menutup aurat dengan menggunakan jilbab itu merupakan suatu

kewajiban apalagi bagi mereka yang sudah paham ilmu dan hukumnya.

Karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk ketaatan perempuan muslim

untuk mematuhi segala yang Allah telah perintahkan. Sama halnya seperti

yang informan DA(1) katakan:

“Kewajiban karena selain kewajiban kan itu memang salah satu bukti

kita taat sama Allah In Syaa Allah, terus menjaga diri juga orang tua

cowok itu kan kalo kita ga berjilbab dosanya semakin kita keluar

rumah semakin mendekatkan beliau ke neraka kan itu sih salah satu

faktornya kenapa aku berjilbab gitu” (wawancara pribadi dengan

informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi suatu hal yang wajib seorang

perempuan menutup aurat, apalagi akan menimbulkan dosa ketika dilihat oleh

yang bukan mahramnya ketika keluar rumah. Hal ini juga telah dijelaskan

dalam al Qur’an surat an Nur:31, bahwa Allah telah memerintahkan

perempuan muslim supaya menggunakan kerudungnya dan tidak

menampakkan perhiasannya kepada yang bukan mahramnya. Begitu pun

dalam al Qur’an surat al Ahzab:59 tentang kewajiban seorang muslimah

dalam kewajiban berjilbab. Sementara itu D dan AP memiliki jawaban sendiri

mengapa mereka menutup aurat dengan berjilbab pada awalnya. Informan D

Page 70:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

57

mengatakan bahwa ia merasa risih memakai baju-baju pendek saat duduk di

bangku sekolah dulu.

“Kebetulan kalo jilbab itu saya dari kelas 2 SMA, waktu itu saya kan

SMA-nya di negeri kebetulan negeri yang unggulan, jadi sedikit sekali

yang pake jilbab, gatau kenapa saya tuh di situ satu kelas cuma dua

orang yang anak baru dua orang yang pake jilbab terus saya pengen

gitu rasanya saya risih gitu kalo pake baju pendek-pendek jadi kalo

alasannya kenapa memang dari diri sendiri tuh agak risih gitu loh

emang pengen menutup” (wawancara pribadi dengan informan D pada

tanggal 9 April 2019, pukul 13:20).

Kemudian sama halnya dengan informan D, informan AP pun

mengatakan, “Risih, kalau gak pake jilbab itu lebih risk-an sih bagi cewek,

apalagi kan membentuk badan banget jadi kalau pake kerudung jadi gak

mengundang orang buat gangguin”. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan

D dan AP, mereka merasa risih apabila mengenakan baju-baju pendek ketika

semasa sekolah dulu, kegelisahan itu datang dari diri sendiri. Selain itu ada

perasaan risih yang timbul karena perempuan itu lebih mempunyai resiko

yang besar menerima hal yang negatif karena mengumbar-umbar lekuk

tubuhnya di depan khalayak umum.

2. Makna Cadar

a) Sebelum Menggunakan Cadar

Sebelum menggunakan cadar, informan TRJ, dan SA menganggap

mereka yang bercadar itu terlalu berlebihan dalam menutup aurat. Hal ini

Page 71:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

58

menimbulkan sikap stereotip kepada mereka yang bercadar. Di mana stereotip

memberikan suatu kategori tertentu kepada sekelompok walaupun dalam

kenyataannya kategori itu tidak sesuai dengan kenyataan. Stereotip

melibatkan perasaan entah suka (terhadap anggota in-group) atau tidak suka

(terhadap anggota out-group) maka sulit sekali untuk mengubahnya walaupun

dalam kenyataannya penilaian seperti itu tidak benar (Bernard Raho

2014:199).

Tabel III.A.2. Matriks Makna Cadar Sebelum Bercadar

No.

Makna Cadar Sebelum Bercadar

Jumlah Ragam

Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Negatif √ - √ - √ - - √ √ 5

2. Suka Ikut

Demo √ - - - - - - - - 1

3. Fanatik √ - - - - - - √ - 2

4. Seram - - √ - - - - - √ 2

5.. Teroris - - - - √ - - - - 1

6. Ribet - - - - √ - - - - 1

7. Aneh - - - - - - - - √ 1

8. Tertutup - - - - - - - - √ 1

9. Penasaran - √ - - - √ √ - - 3

10. Senang - √ - √ - - - - - 2

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Page 72:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

59

Sikap stereotip ini dialami oleh para informan ketika mereka belum

mengetahui tentang apa kegunaan cadar yang sebenarnya. Biasanya sikap

stereotip yang muncul ini mengarahkan seseorang untuk memiliki perasaan

negatif atau pun positif terhadap suatu anggota kelompok. Seperti halnya

pendapat informan TRJ dan informan SA:

“Sebelum ikut kajian jadi aku tuh ngeliat orang yang pakai cadar

kayak udah negatif aja kayak “apa sih kok ikut-ikutan demo terus”

gitu. Ya pokoknya pandangan aku agak gimana gitu ke mereka karena

mungkin saat itu aku belum paham-paham bener apa maksud mereka

seperti itu” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7

April 2019, pukul 15:48).

“...Jadi aku tuh gimana ya liat yang cadaran dulu tuh agak negatif dan

ribet banget pokoknya, ga ada pikiran sama sekali buat pake kayak

gitu juga...” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal 10

April 2019, pukul 16:45).

Makna cadar menurut informan TRJ sebelum mengenal cadar itu

sendiri ialah adanya pandangan yang negatif kepada mereka yang bercadar

karena suka ikut-ikutan dalam berdemo di jalanan walaupun tidak semua

perempuan bercadar itu berdemo, begitu pun informan SA menyatakan bahwa

dirinya memiliki pandangan negatif dan agak risih karena terkesan ribet dalam

berpakaian dan informan SA dulunya tidak memiliki niat sama sekali untuk

menggunakan cadar. Sedangkan dengan informan D, MMA dan L, mereka

berpandangan bahwa perempuan yang bercadar itu seram karena berpakaian

yang serba hitam-hitam, tidak mudah bergaul dan bersosialisasi serta aneh

karena sampai sebegitunya dalam membungkus tubuhnya.

Page 73:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

60

Berbeda lagi dengan pernyataan informan DA(2) yang mengatakan,

“...Maa Syaa Allah, sama sekali ga berpikiran yang negatif paling terbesit

bilang dia pasti orang arab, tipikal yang gak mau tau urusan orang sih...”

(wawancara pribadi dengan informan DA(2) pada tanggal 9 April 2019).

Kemudian informan DA(1), MSG dan AP yang memiliki rasa penasaran yang

tinggi kepada mereka yang bercadar bahkan mereka melihatnya itu senang,

tidak merasa aneh sama sekali dan sudah tidak merasa asing lagi, seperti:

“Pertama kali liat itu kayak seneng aja gak ngerasa serem atau aneh,

ada rasa penasaran juga kok mereka pakaiannya seperti itu ya gitu, dan

karena rasa penasaran itu akhirnya tertarik dan coba-coba pake kan

gitu” (wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7

April 2019, pukul 17:19).

“Waktu sebelum pake cadar aku penasaran kenapa sih mukanya selalu

ditutupin, emangnya secantik apa sih dia, kenapa harus ditutup selebay

itu, tapi setelah tau ya responku seneng aja sih, akunya aja dulu yang

terlalu cinta akan dunia” (wawancara pribadi dengan informan MSG

pada tanggal 10 April 2019, pukul 17:07).

“Dari sebelum belajar agama pun melihat pake cadar gak ngerasa

asing sih, biasa aja, cuma tetep sebagai orang awam tuh dulu apa sih

enaknya pake cadar, tetep ada rasa penasaran cuma gak merasa asing

gitu, gak merasa takut sama sekali” (wawancara pribadi dengan

informan AP pada tanggal 10 April 2019, pukul 17:36).

Awalnya mereka berpandangan bahwa mereka yang menggunakan

cadar itu terlalu berlebihan untuk menutup wajahnya, kenapa harus menutup

wajah hingga serapat itu, secantik apa wajah orang tersebut hingga harus

ditutupi dengan kain di wajahnya. Hal ini merupakan beberapa sikap stereotip

yang bermunculan kepada kelompok orang bercadar. Rasa penasaran yang

Page 74:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

61

bermunculan dari ketiga informan DA(1), MSG, dan AP pada akhirnya

membawa mereka untuk menggunakan cadar.

b) Setelah Menggunakan Cadar

Selain itu, penulis juga menemukan berbagai macam makna yang

dipahami informan setelah menggunakan cadar.

Tabel III.A.3. Matriks Makna Cadar Setelah Bercadar

No.

Makna Cadar Setelah Bercadar

Jumlah Ragam

Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Konsisten √ - - - - - - - - 1

2.

Hal yang

berat untuk

dijalankan

- √ - - - - - - - 1

3. Mengontrol

hawa nafsu - √ - √ - √ - - - 3

4. Ketenangan - - √ - - - √ - - 2

5. Berharga - - - √ - √ - - - 2

6. Sunnah - - - - √ - - - - 1

7. Percaya diri - - - - - √ - √ - 2

8. Terjaga - - √ - - - √ - - 2

9. Kebanggaan - - - - - - - - √ 1

10. Lebih dekat

kepada Allah - - - - - - - - √ 1

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Page 75:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

62

Dari data yang diperoleh, informan TRJ menyatakan bahwa jika ingin

memakai perlu adanya niat yang kuat dan konsisten untuk menjalaninya,

“...Menurutku ya kalo kita udah pakai cadar kita konsisten, jaga aurat bukan

hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya...” (wawancara pribadi dengan

informan TRJ pada tanggal 7 April 2019). Karena seperti yang diketahui

banyak perempuan bercadar yang melindungi dirinya di dunia nyata tetapi

masih eksis di dunia maya. Di mana mereka masih ingin dilihat, dipandang

dan dipuji di dunia maya. Maka tak heran beberapa perempuan bercadar

masih tergiur untuk meng-upload serta menampakkan dirinya ber-selfie di

media sosial, misalnya dengan menjadi brand ambassador produk pakaian

muslimah dengan cadar yang melekat pada wajahnya. Walaupun hal itu bisa

memberikan motivasi perempuan lain untuk bercadar, namun tetap saja

banyak mata yang memandangnya di dunia maya dan hal ini dikhawatirkan

menimbulkan sifat hasad dalam diri. Padahal dalam Islam baik laki-laki

maupun perempuan harus menundukkan pandangannya. Oleh karena itu,

perlu adanya niat yang serius dan tetap istiqomah dalam menjalani proses

hijrah perempuan bercadar karena memang hal ini membutuhkan usaha yang

cukup keras melawan nafsu dalam diri mereka. Seperti halnya informan

DA(1) yang mengatakan bahwa:

“Cadar itu sesuatu yang berat, maksud aku berat buat dijalanin gitu

kan karena kita sendiri kalo kita mempunyai suatu kelebihan itu sulit

buat nutup kayak pengen terus diliat pengen diliat gitu cuman

Page 76:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

63

melawan nafsu dalam dirinya itu yang susah” (wawancara pribadi

dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).

Informan DA(1) menyatakan bahwa pilihan untuk menggunakan cadar

merupakan sebuah keputusan yang berat bagi dirinya, karena sejatinya

perempuan itu memang memiliki perasaan ingin selalu dipandang oleh orang

lain. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan penyakit „ain pada diri

seseorang seperti yang dikatakan oleh informan MSG:

“Cadar tuh penting banget, karena ujiannya tuh kan laki-laki,

jangankan laki-laki kan adatuh yang namanya penyakit „ain, yang

sama-sama perempuan aja ehmm cantik itu kan relatif, ketika orang

melihat kita cantik atau dia ngerasa “ihh kok dia cakep banget” kan

ada timbul hasad di dalam hatinya kalo dia ga memuji Allah terlebih

dahulu, itu pasti kita dapet efeknya entah itu kita pulang-pulanag kita

sakit kepala atau entah nanti jadi pilek itu macem-macem deh, kalo

aku pribadi sih penting bangetlah pakai cadar aja gitu menghindari

mudharat yang besar. Aku kalo kerja begini boleh pake syar’i nah

cuma cadarnya aja diganti masker, aku pake cadar tuh bukan karena

mau datang kajian sih, sebenernya kerja aja tuh kadang-kadang mikir

coba aja kalo aku tuh pake cadar kurang lengkap rasanya, aku tuh

lebih pede keluar tuh pake cadar dibandingkan wajahku keliatan

kayaknya kalo wajahnya keliatan bajunya besar kayak gini kita jadi

pusat perhatian orang tuh bisa liat kita tuh siapa nah kalo kita pake

cadar orang mau liat tapi kan gatau, kita itu seperti apa, wajahnya

seperti apa. Jadi orang kan beda-beda, ada yang dia proses dulu dia

nyaman dulu nih kan pake cadar ditutup tuh hidungnya, harus

penyesuaaian dulu” (wawancara pribadi dengan informan MSG pada

tanggal 10 April 2019, pukul 17:07).

Informan MSG menegaskan dengan memakai cadar dirinya menjadi

lebih terjaga dari godaan laki-laki diluar sana, selain itu memberikan rasa

kepercayaan diri yang lebih ketika hendak memakai cadar dibandingkan

Page 77:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

64

dengan tidak menggunakan cadar. Tidak berbeda jauh dengan informan MSG,

informan MMA juga menambahkan bahwa dirinya “Merasa lebih terjaga aja

sih ngerasa aman, jadi pas mau keluar kalo ga pake cadar itu malah gak pede

karena kemana-mana udah terbiasa pake cadar” (wawancara pribadi dengan

informan MMA pada tanggal 14 April 2019). Di sini cadar dianggap sebagai

suatu hal yang penting karena dapat menimbulkan rasa aman dalam diri dari

lingkungan sekitar. Adanya batasan-batasan sebagai sarana yang mengontrol

diri agar terjaga dari hawa nafsu. Seperti pernyataan informan DA(2):

“Makna cadar bagi diri sendiri itu sesuatu yang berharga buat pribadi,

yang bisa mengontrol dan menjaga hawa nafsuku, karena dengan

memakai cadar mau gak mau kita harus jaga sikap dan itu ngaruh sih

ke perilaku pribadi” (wawancara pribadi dengan informan DA(2) pada

tanggal 9 April 2019, pukul 16:10).

Cadar menurut DA(2) dianggap sebagai pengontrol diri terhadap hawa

nafsu. Karena jika sudah diniatkan untuk meggunakan cadar sudah pasti

dalam diri muncul rasa malu dalam berperilaku, apabila sudah ada kontrol

dalam diri maka tindakan yang diambil pun akan semakin berhati-hati dalam

mengambil setiap tindakan maupun keputusan tertentu.

Informan L mengatakan bahwa makna cadar untuk dirinya sebagai

suatu kebanggaan yang dimiliki dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri

kepada Allah karena ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi bukan hanya

di mata manusia tetapi juga di mata Allah.

Page 78:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

65

“Cadar itu menjadi suatu kebanggaan sih, bukan merasa bangga terus

sombong ngerasa diri kita lebih baik dari yang lain ya, enggak seperti

itu. Malah ngerasanya karena banyak dosa jadi ingin lebih dekat

kepada Allah aja dan memacu untuk menjadi lebih baik. Kalo kita

udah pake cadar kan pasti hati juga ingin merasa lebih baik lagi”

(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019,

pukul 15:44).

Begitu pun yang dinyatakan informan D bahwa makna cadar bagi

dirinya sebagai sebuah ketenangan dan kenyamanan. Menurut informn SA,

bahwa “...Cadar itu hukumnya sunnah, ada beberapa mazhab yang bilang ada

yang wajib dan ada yang sunnah, kalo aku memang sudah diniatkan jadi wajib

buat diri aku...” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal 10

April 2019). Informan SA menegaskan bahwa cadar bagi dirinya bukan lagi

menjadi sunnah yang dianjurkan tetapi ia menganggapnya sebagai suatu

kewajiban untuk melindungi dan sebagai sarana pengontrol diri dari hawa

nafsu.

Dari berbagai makna yang telah dijelaskan maka penulis menemukan

makna yang diperoleh sangatlah beragam dari adanya sikap stereotip yang

didapat sebelum mereka menggunakan cadar, bahkan setelah menggunakan

cadar makna cadar bagi diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang sudah

menjadi kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutup auratnya, sarana

untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Illahi, sarana pengontrol diri dari

hawa nafsu dan perilaku yang kurang baik dilakukan oleh perempuan

bercadar, suatu kebanggaan yang dimiliki, sebagai sesuatu yang berharga dan

Page 79:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

66

terjaga, dan merupakan sunnah yang dianjurkan karena adanya rasa ingin

mengikuti sunnah para istri Nabi zaman dahulu.

3. Proses Memakai Cadar

Dalam proses memakai cadar, penulis menemukan berbagai

pengalaman yang dialami oleh para informan salah satunya ialah adanya sikap

diskriminasi. Diskriminasi dapat diartikan dengan memperlakukan kelompok-

kelompok lain secara berbeda-beda. Diskriminasi dapat bersifat positif jika

perlakuan itu membawa keuntungan kepada kelompok yang meneriman

perlakuan diskriminatif itu. Tetapi diskriminasi dapat pula bersifat negatif

apabila perlakuan tersebut membawa kerugian kepada kelompok yang

menerima perlakuan diskriminatif itu (Bernard Raho 2014:202).

Tabel III.A.4. Matriks Proses Memakai Cadar

No.

Proses Memakai Cadar

Jumlah Ragam Proses

Bercadar TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Diskriminasi √ - √ - - - - - √ 3

2. Penasaran - √ - - - √ - √ - 3

3. Bertahap/ tidak

instan - - √ - - - √ √ - 3

4. Jenuh - - - - √ - - - - 1

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Page 80:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

67

Diskriminasi yang terjadi pernah ditemui penulis pada saat

mewawancarai informan beragam. Diskriminasi merupakan salah satu dari

bentuk kejadian yang kurang mengenakkan yang dialami seseorang. Tak

jarang, perempuan selalu yang dijadikan korban dalam tindakan yang kurang

pantas diterima. Dalam Islam, perempuan itu sangatlah dimuliakan

keberadaannya, jadi sudah semestinya kaum adam untuk menjaga,

meghormati, serta melindungi perempuan, seperti pernyataan informan Dari

informan yang penulis temui, terdapat tiga perempuan bercadar yang masuk

ke dalam kategori ini yaitu TRJ, D dan L.

“Ya karena pernah ngalamin kejadian yang gak enak itu, jadi waktu itu

tuh posisinya di busway ke arah HI, udah pakai syar’i, di situ aku

cuma diem gak banyak tingkah lah ya, terus tetap aja tiba-tiba dari

belakang ada orang bapak-bapak main meluk aku gitu aja refleks dong

aku bilang “apaan sih!” aku bilang kayak gitu kan, nah terus juga

emang di tempat lain pun emang sering di “Ssstttt... Sssssttt”, digoda-

godain kayak gitu kayak mikir “apaan sih, gw kayak gini masa

digodain” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7

April 2019, pukul 15:48).

Pernyataan milik informan TRJ membuktikan bahwa adanya

perlakuan yang tidak sepantasnya diterima oleh dirinya ketika berada di dalam

transportasi umum. Saat hal itu terjadi, informan menegur orang tersebut

sebagai salah satu bentuk ketidaknyamanannya. Namun yang sangat

disayangkan bahwa respon orang-orang sekitar tampak biasa-biasa saja

(individualis). Hal tersebut yang pada akhirnya membuat informan TRJ

mengintrospeksi dirinya dan memutuskan untuk memakai cadar beberapa

Page 81:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

68

minggu dari kejadian itu. Sama seperti informan TRJ, informan D pun sempat

memiliki pengalaman yang sama akan hal tersebut pada saat ia pergi safar ke

Eropa tanpa ditemani oleh mahramnya.

“Nah ini sebenernya tuh panjang sekali kenapa saya memutuskan pake

niqab, 2016 saya itu pergi ke luar negeri kebetulan sendirian acara

kampus, memang waktu itu saya itu berdo’anya “Ya Allah, saya ini

baru pertama kali pergi langsung jauh sekali ke Eropa, gak ada temen”

dulu saya mikir gak tau kalo pergi sendirian cewek itu safar sendirian

memang kurang bagus, tapi saya memang niatnya itu selain memang

presentasi saya pengen bisa mendapat ilmu, ilmu yang ini sih kayak

apa yah merubah saya lebih baik, taunya di sana saya sebagai

minoritas apa-apa banyak sih hal-hal yang memang itu saya ngerasa

ditolong Allah sekali, terus suatu kejadian saya tuh lihat salah satu

laki-laki di sana ehmm kayak kurang enak gitu melihatnya ke saya,

maksudnya tuh kayak dia nyadarin oh ini ya, emang ga enak gitu

kayaknya emang udah pengen menutup pokoknya dari cerita-cerita itu

saya ngerasa saya sering ditolong Allah terus dari cerita-cerita tentang

ehmm apa ya memang kisah pribadi saya dengan laki-laki kayaknya

kok gak enak ya kalo dipandangin pokoknya risih gitu diliatin terus

gitu, ehmm saya SMA pake segiempat biasa, terus kuliah syar’i

pokoknya saya itu kalo ilmu agama masih minim ya masih belajar tapi

kenapa alasannya saya pake syar’i itu pertama dari saya tuh ngerasa

risih dulu gitu, terus baru deh ilmunya datang gitu kan”. (wawancara

pribadi dengan informan D pada tanggal 9 April 2019, pukul 13:20)

Pernyataan milik informan D membuktikan bahwa pada saat dirinya

melakukan safar seorang diri, informan D merasa sangat risih karena selalu

diperhatikan oleh laki-laki tapi tidak dengan sewajarnya, padahal ia mengaku

telah memakai pakaian syar’i semenjak kuliah agar tidak merasa terganggu.

Namun tetap saja ia masih menerima perlakuan kurang menyenangkan, dan

hal ini menimbulkan kegelisahan dalam hatinya. Kemudian setelah

menimbang-nimbang, informan D memutuskan untuk menutup wajahnya

Page 82:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

69

dengan menggunakan kain cadar. Yang terakhir informan L menyatakan

bahwa perlakuan yang kurang menyenangkan itu datang dari temannya

semasa SMA. Informan L mengatakan:

“Saat itu mau ada acara reunian, kan ada banyak temen-temen cowok

nah salah satunya ada yang telpon ke handphone, kayak mau

ngedeketin gitu karena dia bilangnya suka sama aku dari zaman SMA,

dari situ mulai ngerasa keganggu aja sama sikapnya entah itu cuma

bercanda atau enggak ya. Saat kumpul reuni ketemu sama semua

temen-temen, aku tuh males ketemu sama dia itu, akhirnya setelah

diskusi sama suami dan untuk menghindari maksiat sebenernya itu kan

kejadian hal-hal aneh ya yang seperti itu aku mulai deh pake cadar.

Sampai sekarang In Syaa Allah istiqomah” (wawancara pribadi dengan

informan L pada tanggal 14 April 2019, pukul 15:44).

Informan L menyatakan bahwa keputusan yang telah diambilnya itu

untuk menghindari perlakuan buruk yang mengarah kepada perbuatan

maksiat. Hal itu disetujui oleh suaminya setelah ia mendiskusikannya terlebih

dahulu untuk mengenakan cadar hingga saat ini. Selain itu informan SA juga

berkata:

“...Gatau kenapa, di saat itu ada titik bener-bener aku tuh kok ngerasa

jenuh, kok hidup aku kok capek hidup aku kok gini-gini aja, tiba-tiba

di saat titik jenuh itu aku berusaha mendekatkan diri aku curhat sama

Allah memohon, lalu dikasih hidayah tiba-tiba aku tuh shalat maghrib

aku sambil pegang tafsir kalo tafsir itu kan ada terjemahannya ya tapi

kan tebel banget segini dan aku gatau sambil dengan kondisi mata aku

tuh merem tiba-tiba aku buka tengah-tengah aku tunjuk, ini posisi

mata aku merem aku tunjuk keluarlah surat al Ahzab “ulurkanlah

jilbabmu”, pas aku dikasih petunjuk seperti itu langsung terlintas aku

mulai aku berubah dari yang tadinya jilbab biasa masih pakai celana,

kemudian beralih ke pakaian dan jilbab syar’i kemudian pelan-pelan

memakai cadar dan alhamdulillah sampai saat ini...” (wawancara

pribadi dengan informan SA pada tanggal 10 April 2019, pukul

16:45).

Page 83:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

70

Dari pemaparan di atas, informan SA menjelaskan dirinya berada di

titik jenuh, merasa lelah, tetapi rezeki berlimpah dan tidak kekurangan hal

apapun dalam hidupnya tetapi ia merasa sangat jauh dengan Allah. Setelah

mendapatkan hidayah, secara bertahap ia melakukan proses hijrah yang sesuai

sunnah. Informan DA(1), MMA dan MSG memiliki pernyataan yang sama

yaitu adanya rasa penasaran yang timbul dalam benaknya setelah melihat

orang yang ikut kajian menggunakan cadar. Namun di sini informan MSG

juga menambahkan “...Waktu itu aku nyari tau nih aku gamau meninggal

konyol dan aku gamau nanti di kuburan nyesel, jadi dari situ aku nyari tau

segala hal tentang Islam...” (wawancara pribadi dengan informan MSG pada

tanggal 10 April 2019). Ia berkata tidak ingin meninggal dalam keadaan

menyesal karena belum mempelajari tentang Islam secara benar. Perasaan

gelisah yang muncul ini selepas ibunya meninggal dunia. Hal itu

menyadarkan dirinya bahwa semua yang bernyawa akan kembali menghadap

Yang Kuasa dan mempertanggung jawabkan segala amal dan perbuatan yang

telah dilakukan semasa hidup di dunia.

Berbagai proses cadar yang dialami oleh para informan di atas

menerangkan bahwa adanya kegelisahan terhadap sikap diskriminasi yang

diterima dari beberapa informan, berada pada titik jenuh dan rasa penasaran

yang timbul yang pada akhirnya mendorong para informan untuk datang

Page 84:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

71

mengikuti ke kajian dan secara bertahap melakukan proses hijrah untuk

istiqomah memakai cadar.

4. Motivasi Memakai Cadar

Dalam realitasnya, ketertarikan perempuan untuk menggunakan cadar

telah banyak ditemukan dalam sebuah kajian baik itu di masjid maupun di

tempat umum lainnya. Seperti halnya di Masjid Nurul Iman Blok M Square,

setelah diadakannya kajian rutin dan kajian sunnah yang telah dikenalkan di

sana semakin banyak perempuan bercadar yang berada di masjid tersebut, dan

itu bukan menjadi hal yang awam lagi.

Tabel III.A.5. Matriks Motivasi Memakai Cadar

No.

Motivasi Memakai Cadar

Jumlah Ragam

Motivasi TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Keinginan

dari hati √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9

2. Diskriminasi √ - √ - - - - - √ 3

3. Teman

Kajian √ √ - - √ - √ - √ 5

4. Media Sosial - - - - - - - √ - 1

5. Mengikuti

istri Nabi - - - √ - - - - - 1

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Page 85:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

72

Seperti yang penulis temukan dalam hasil wawancara dengan semua

informan mengatakan bahwa ada beberapa dari mereka yang menggunakan

cadar atas dasar keinginan dari hatinya, adanya dorongan dari hati ini yang

disebut Mead sebagai impuls, namun mereka juga memiliki faktor eksternal

lainnya yang membuatnya memutuskan untuk memakai cadar. Penulis

menemukan beberapa motivasi seseorang memakai cadar. Ketertarikan ini

muncul karena beberapa alasan yang mendorong dirinya untuk memakai

cadar. Yang pertama dan paling utama ialah adanya keinginan dari diri

sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh informan AP, “...Motivasi dateng dari

diri sendiri...” (wawancara pribadi dengan informan AP pada tanggal 10 April

2019). Sama halnya seperti informan TRJ, DA(1), D, DA(2), MSG, SA,

MMA dan L , mereka menerangkan ketertarikan yang timbul dari keinginan

dalam hatinya. Kemudian informan DA(1) juga senang meminta nasehat dan

masukan-masukan kepada teman-temannya yang menggunakan cadar di mana

tindakan ini adalah tahap persepsi menurut Mead. Informan DA(1) berkata:

“...Alhamdulillah itu kemudahan dari Allah dari temen-temen pastinya

kan, banyak semakin kita meminta nasehat semakin banyak In Syaa

Allah karena mereka sayang sama kita karena Allah kan jadi

diomongin “ayo Dea cadaran, kita itu kan fitnah” gitu kan “kita fitnah

dan kita berada di zaman fitnah, ayo cadaran” gitu kan, dan banyaklah

embel-embel duniawinya yang kayak “kamu kan ini, kamu kan itu,

jadi haruslah dijaga...” (wawancara pribadi dengan informan DA(1)

pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).

Page 86:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

73

Motivasi yang kedua berasal dari teman, di sini teman juga memiliki

andil yang penting sebagai pemberi semangat untuk saling men-support satu

sama lainnya. Menurut penulis, memang benar bahwa saat ini kita hidup di

zaman fitnah, apalagi wanita merupakan fitnah terbesar bagi kaum laki-laki.

Dan tidak ada salahnya jika ingin melindungi diri dengan memakai cadar

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian biasanya mereka

berteman karena sudah saling mengenal ketika di dalam kajian dan ukhuwah

yang dijaga sangatlah kuat. Informan TRJ, SA, AP dan L menjelaskan bahwa

mereka mempunyai jawaban yang sama dalam ketertarikannya mengenakan

cadar ketika bertemu dengan teman-teman dalam suatu kajian yang

kebanyakan menggunakan cadar, biasanya mereka sharing tentang hal yang

berkaitan dengan cadar. Berbeda hal dengan informan MMA, ia menyatakan

bahwa dirinya tertarik dengan cadar ketika melihat selebgram di Instagram

yang mengenakan cadar dengan berbagai bentuk dan macamnya. Kemudian

informan DA(2) juga berpendapat ingin mengikuti istri Nabi yang juga

mengenakan cadar.

Selanjutnya menurut Mead, manusia tidak bertindak atau bereaksi

secara otomatis namun secara berhati-hati mempertimbangkan dan bahkan

membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Mereka mempertimbangkan

pihak-pihak lain yang terlibat dan situasi diri mereka sendiri. Berbagai

ekspetasi dan reaksi pihak-pihak lain sangat mempengaruhi tindakan tiap-tiap

Page 87:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

74

individu. Orang-orang memberikan berbagai hal dengan makna-makna dan

bertindak atau bereaksi berdasarkan makna-makna tersebut (Yusran Razak

2008:17).

Di sini penulis membuktikan bahwa adanya pertimbangan yang

dimiliki ketika para informan akan memakai cadar. Tahap penentuan tindakan

dengan cara menimbang-nimbang agar reaksi tidak terjadi secara spontanitas

ini yang disebut Mead tahap manipulasi. Hal ini salah satunya dapat dijumpai

oleh informan DA(1) yang menyatakan, “...Rata-rata itu faktor duniawi kayak

takut ga menarik lagi gitu kan, terus gimana nih dapet jodohnya gitu...”

(wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019).

Informan DA(1) memiliki kekhawatiran terhadap dirinya apabila nanti ia

memakai cadar pasti sulit mendapatkan pekerjaan ataupun masalah jodoh. Hal

ini sangat wajar karena perempuan yang menutup wajahnya dengan cadar

pada awalnya akan memiliki pikiran tidak menarik lagi dipandang karena

pada umumnya perempuan itu senang dipandang dan dipuji, dan akan terasa

aneh dilihat orang lain apabila ditutupi, dan lain sebagainya. Setelah para

informan memutuskan (tahap konsumsi) untuk menggunakan cadar, berikut

data tabel profil ragam usia informan yang penulis wawancarai:

Page 88:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

75

Tabel III.A.6. Profil Ragam Usia Informan

No. Informan

Usia

Awal Bercadar Saat ini

1. TRJ 19 20

2. DA (1) 20 20

3. D 24 25

4. DA (2) 21 24

5. SA 30 33

6. MSG 24 25

7. AP 21 22

8. MMA 23 24

9. L 43 44

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Dalam tabel matriks di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata pengguna

cadar yang informan temui memiliki keragaman lama usia ketika awal

memakai cadar. Dari ke 9 informan perempuan bercadar, terdapat 6 orang

informan yang telah menggunakan cadar selama setahun belakangan ini, yaitu

TRJ, D, DA(2), AP, MMA, dan L. Sementara itu, informan DA(1) baru

sekitar satu bulan ini menggunakan cadar dan masih dalam proses tahap

belajar dan In Syaa Allah istiqomah. Lalu informan SA dan MSG telah

menggunakan cadar selama 3 tahun belakangan dan mereka yang sudah lebih

dahulu menggunakan cadar dari data yang penulis temui.

Page 89:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

76

5. Simbolisasi

Leslie White menyatakan simbol sebagai “a thing the value or

meaning of which is bestowed upon by those who use it” (White, 1968). Jadi,

simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka

yang mempergunakannya (Kamanto Sunarto 1993:43). Yang dimaksudkan

White di sini, bahwa makna atau nilai yang diperoleh hanya dapat ditangkap

melalui cara-cara simbolis bagi yang menggunakannya.

Tabel III.A.7. Matriks Simbol Signifikan

No.

Simbol Signifikan

Jumlah Ragam

Simbol TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L

1. Teman √ √ - √ - - - - - 3

2. Ustadz √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9

3.

Sosial Media

(Youtube dan

Instagram)

- - √ - - - - √ √ 3

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019

Dari hasil temuan data, bahwa bentuk simbolisasi yang diperoleh yang

paling memungkinkan bagi para perempuan bercadar ialah proses interaksi di

antara mereka baik ketika berada dalam suatu kajian ataupun tidak. Proses

interaksi itu berlangsung selama adanya hubungan saling timbal balik antar

Page 90:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

77

individu atau kelompok perempuan bercadar. Hal ini disampaikan oleh

informan AP:

“Pernah dengar ceramah tentang pakai cadar itu dari Ustadz Firanda,

sebenernya dengar anjuran memakai jilbab itu dari SMK itu udah

ngerti, udah harus walaupun belum pernah denger ceramah dari

Ustadz-Ustadz. Katanya baiknya kaum perempuan dan cantiknya

wanita itu, maksudnya tiap ketemu orang, “Oh cantik ya” gitu, dipuji

terus, baiknya ditutup. Menjaga diri tuh perlu, apalagi yang buat

cewek-cewek single ya jadi mereka kadang suka terbawa suasana itu

pasti kadang sama temennya pergi keluar kan kita gak tau,

seenggaknya kalau pakai cadar oh iya mau ngapain kita tau kan

katanya kalo perempuan tuh suka sembrono gitu ya, mau ketawa

ketiwi malu ah pakai cadar jadi lebih menjaga diri, ada kontrolnya.

Selama ini, belum pernah dengar, cuma kalau dari ana kan gak tau ya,

ana kan gak hafal haditsnya ya tapi kalau misalkan dari kisah-kisah

Nabi itu mereka emang gak mau memperlihatkan wajah mereka di

depan laki-laki yang bukan mahram pasti ditutupin entah pakai kain

atau apa, mungkin namanya bukan cadar ya pasti ditutupin, yang ana

tau sih kayak gitu” (wawancara pribadi dengan informan AP pada

tanggal 10 April 2019, Pukul 17:36).

Bentuk simbolisasi di atas melalui ajakan seorang Ustadz dalam suatu

kajian. Biasanya dalam suatu kajian informan mendengarkan anjuran untuk

menutup aurat yang wajib dilakukan oleh seorang perempuan muslimah

seperti yang telah dikatakan oleh informan AP diatas dan beberapa informan

lainnya juga memperoleh hal yang sama seperti informan TRJ, DA(1), D,

DA(2), SA, MSG, MMA dan L. Selain dari Ustadz, simbol yang diterima bisa

dari teman seperti yang dikemukakan oleh informan TRJ:

“Dari teman, kalo di kajian banyak yang pake cadar, mulai tergerak

cuman emang biasa aja gitu loh pas cari tau-cari tau tadinya pernah

pakai cadar cuman kayak ngerasain cadar itu fashion doang, nah terus

awalnya kayak gitu, terus cerita sama Ummu itu kata Ummu “dibuka

dulu aja mba cadarnya, cari tau ilmunya” yaudah aku putusin kayak

Page 91:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

78

gitu. Alhamdulillah cari tau, dia selalu nerangin yaudah” (wawancara

pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7 April 2019, Pukul 15:48).

Makna simbol yang dapat ditemui pada informan TRJ ialah melalui

teman yang ia sebut dengan panggilan Ummu. Simbol yang diperoleh berupa

bahasa yang dikomunikasikan untuk mencari tahu tentang cadar dan setelah

itu menerangkannya. Begitupun dengan informan DA(1) dan DA (2), mereka

juga memperoleh makna simbol melalui teman-temannya yang dijumpai di

dalam kajian, “Dari temen-temen kajian, ngeliat semua udah pake cadar itu

kayak gimana gitu. Kenalan, ngobrol, nyambung, sama-sama menuntut ilmu

dan sering ketemu kalo kajian bareng ketemuan di sini gitu” (wawancara

pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019). Adanya interaksi

yang berawal dari ikut kajian sendiri, berkenalan dengan kelompok

perempuan yang bercadar, dan mengobrol seputar cadar akhirnya membawa

pada suatu makna simbol yang dapat diterima oleh para informan.

Simbol lainnya dapat dilihat melalui peranan social media yang juga

memiliki pengaruh dalam proses internalisasi para informan. Seperti yang

dikatakan informan L, “...Dari sosmed sih, liat-liat terus baca-baca posting-an

tentang anak-anaknya Rasulullah...” (wawancara pribadi dengan informan L

pada tanggal 14 April 2019). Sama dengan informan D yang menyatakan,

“Saya belajar sendiri sih maksudnya dari youtube” (wawancara pribadi

dengan informan D pada tanggal 9 April 2019). Lalu informan MMA juga

Page 92:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

79

mengatakan, “Dari sosial media, itu sih yang paling berpengaruh kan bisa liat

pakaiannya, bentuk-bentuk dan macam-macam cadarnya” (wawancara pribadi

dengan informan MMA pada tanggal 14 April 2019).

Dalam hal ini proses interaksi yang terjadi melalui bahasa sebagai

salah satu bentuk isyarat suara. Di mana bahasa menjadi simbol yang

menjawab makna yang dialami individu pertama yang mencari makna dalam

individu kedua. Penulis menemukan bahwa simbol yang didapat berupa

bahasa, yang mana ini terjadi ketika adanya interaksi antara seseorang yang

memiliki pengaruh pada dirinya yang kemudian menganjurkan informan

untuk mengenakan cadar.

Dari data yang penulis peroleh mengenai berbagai makna maupun

simbol yang terkait dengan proses internalisasi perempuan bercadar, maka di

sini penulis dapat menyimpulkan bahwa proses internalisasi itu ada dua tahap

yaitu pertama, individu itu aktif melakukan interpretasi atau penafsiran

terhadap makna-makna yang diperoleh yang bermula dari proses sosialisasi.

Tahap kedua, individu aktif mengorganisir makna-makna itu kemudian makna

tersebut diresapi dalam pikiran, perasaan, dan batin yang kemudian melekat

menjadi sebuah kepribadian yang diwujudkan dalam bentuk perilaku-perilaku

pada perempuan bercadar. Berikut bagan kerangka pemikiran dari hasil

analisis yang penulis peroleh:

Page 93:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

80

Tabel III..A.8. Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber: Hasil Olahan Analisis Peneliti

B. Tantangan di Ruang Sosial

Di dalam ruang sosial, tak jarang perempuan bercadar mengalami berbagai

tantangan yang harus mereka hadapi. Dalam penelitian ini, penulis menemukan ada

dua stigma yang diperoleh oleh perempuan bercadar, yaitu:

Sosialisasi

Sosialisasi

Otoriter Sosialisasi

Ekualitas Internalisasi

Makna

Interpretasi

Interaksi

Page 94:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

81

1. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, di mana dalam

suatu anggota keluarga memiliki hubungan yang kuat satu sama lainnya. Lalu

jika salah seorang dari anggota tersebut mengalami suatu perubahan, anggota

keluarga lainnya akan memberikan respon. Seperti halnya yang dialami oleh

beberapa pengalaman informan perempuan bercadar di sini. Informan D

mengatakan bahwa:

“Nah itu juga pelan-pelan soalnya orang tua saya kayaknya

cenderungnya masih tahap belajar pengenalan agama jadi ya pelan-

pelan kasih tau, awalnya ya pasti dilarang tapi ya itu balik lagi sih kalo

kamu mungkin dengan cadarmu itu ibaratnya tetap sama ya gapapa”

(wawancara pribadi dengan informan D pada tanggal 9 April 2019,

Pukul 13:20).

Informan D memiliki ibu seorang mualaf dan kedua orang tuanya

masih dalam tahap belajar ilmu agama. Ketika informan D mengenakan cadar,

respon dari keluarga awalnya melarangnya, namun setelah diberi penjelasan

dan pemahaman bahwa dia tidak akan berubah masih sama seperti yang dulu

dan jika itu sudah menjadi sebuah prinsipnya maka pelan-pelan orang tuanya

bisa menerima keputusannya tersebut. Tak hanya informan D, informan TRJ,

MSG, AP, MMA, DA(2), SA juga mendapati pengalaman yang sama.

Informan SA menerangkan bahwa:

“Dari keluarga besar itu dicibirin sampai aku dibilangnya terorislah

apalah segala macem sampai dibilang sama tante aku ini kalo jalan

sama dia aku harus lepas cadar, aku bilang “what?” aku bilang aku

gamau bergantung diri aku sama manusia enggak, aku bilang kalo

Page 95:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

82

tante aku mau jalan sama aku dengan kondisi aku seperti ini ayo kalo

gamau gausah jalan kayak gitu. Justru keluarga aku kan namanya NU

saklek banget ya, respon mereka ya gamau nerima kondisi yang nuduh

aku teroris gitu, apa sih pakaian aku kayak gini, lama-lama aku

berusaha menjelaskan, tadinya aku ga diizinin sama orang tua pake

sebelum nikah tuh aku ga diizinin pake cadar ehmm sampe orang tua

tuh bilang boleh pake cadar kalo di kajian kalo di rumah ga boleh” itu

tuh masih yang bertentangan banget gitu ga ngertilah dibilangnya aku

aliran sesat kayak gitu, tapi aku berusaha ngeyakinin keluarga lama-

lama aku cobain pake cadar pelan-pelan pelan-pelan ternyata ihh

nyaman gitu” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal

10 April 2019, Pukul 16:45).

Informan SA juga berasal dari keluarga yang mengikuti NU, sulit

untuk menerima suatu bentuk perubahan yang baru. Ketika keluarganya

mengetahui bahwa informan SA mengenakan cadar, ia juga tak lepas

mendapat cibiran seorang teroris oleh keluarganya sendiri. Kemudian

informan MSG dan MMA merupakan orang yang merantau di Jakarta,

“...Enaknya sih karena aku ngerantau sendiri yah di Jakarta jadi aku mau pake

ga didoktrin sama orang-orang sama keluarga gitu loh. It‟s my choice gitu...”

(wawancara pribadi dengan informan MSG pada tanggal 10 April 2019).

Mereka mengatakan bahwa lebih mudah ketika melakukan proses hijrahnya di

Jakarta karena tidak banyak orang yang mengenalnya, di Jakarta orang-orang

sekitarnya lebih kepada individualis sehingga mereka tidak terlalu

menghiraukan pendapat orang lain tentang cadar yang mereka gunakan.

Berbeda dengan informan yang lainnya, justru informan L dan DA(1)

mendapat dukungan dari keluarga. Informan L mengatakan, “Kalo dulu sih ya

Page 96:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

83

dari suami sendiri yang bilang kok ektrim banget sih pake yang begituan, tapi

alhamdulillah sekarang suami udah bisa nerima dan malah mendukung sekali,

kalo dari keluarga sih nerima aja, ga ada omongan dan larangan sih”

(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019).

Kemudian pernyataan informan DA(1), “Kalo dari keluarga dari Tanteku

yang tempat tinggal aku sekarang mereka itu berpikiran selama itu baik untuk

kamu lakuin, selama itu membuat ada perubahan yang positif ya gapapa gitu,

Maa Syaa Allah sih orang tua seneng kalo anaknya dulu dari yang terbuka

jadi lebih tertutup, dulu aku berjilbab tapi yang enggak semenutup ini.”

(wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019).

Kedua informan membuktikan bahwa mereka mendapatkan dukungan ketika

ingin berhijrah menggunakan cadar dari dalam keluarganya, baik dari suami,

tante, orang tua dan keluarga besar lainnya.

2. Lingkungan

Lingkungan juga merupakan tempat tantangan lainnya bagi para

informan yang bercadar. Stigma-stigma yang didapat biasanya tidak melulu

datang dari keluarga, stigma-stigma yang diperoleh bisa datang dari

lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Respon yang diperoleh

dari lingkungan biasanya tidak mau diambil pusing oleh para informan.

Karena mereka menganggap hal yang sia-sia memperdebatkan pandangannya

Page 97:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

84

tentang cadar yang dikenakan kepada orang yang belum tentu paham akan hal

tersebut. Penulis menemukan bahwa para informan lebih terkesan cuek dan

tidak memikirkan omongan orang lain. Seperti penjelasan informan TRJ:

“Teman-teman yang beda juga pada ngejauh, yaudah ngejauh. Ya

emang kan katanya semakin kita dewasa lingkaran pertemanan kita

semakin kecil kan, semakin sedikit tapi berkualitas dan makin bermutu

semua ya kan, gak cuma sekedar teman yang cerita ini itu. Kalo aku

yaudah biarin aja gada pengaruhnya, intinya alhamdulillah ya dia

ngertiin sahabat-sahabatku” (wawancara pribadi dengan informan TRJ

pada tanggal 7 April 2019, Pukul 15:48).

Informan TRJ menyatakan bahwa dirinya merasa ruang lingkup

pertemanannya menjadi lebih sempit setelah menggunakan cadar. Teman-

teman yang tidak sepemahaman dengannya memilih untuk menjauh. Sama

dengan TRJ, informan SA, AP, dan DA (2) juga mengatakan hal yang sama.

Informan DA(2) berpendapat bahwa:

“Pandangan orang melihat kita seperti apa ya jadi kitanya jangan

mudah baper (bawa perasaan), terus juga jangan terlalu memikirkan

apa yang menjadi omongan orang, karena mereka gak tau apa yang

ada di hati kita, kita jangan menutup diri harus sosialisasi harus

bersikap ramah, kalo misalkan gak ada ikhwan cadar dibuka aja biar

mereka tahu wajah kita, ekspresi kita ketika berinteraksi, gak usah

kaku sih biasa aja kalau ada orang yang gak ngerti” (wawancara

pribadi dengan informan DA(2) pada tanggal 9 April 2019, Pukul

16:10).

Ia mengatakan untuk tidak tersinggung dengan apa yang orang lain

bicarakan, justru informan DA (2) menyarankan untuk lebih terbuka dengan

tetap bersikap ramah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal itu

Page 98:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

85

juga disampaikan oleh informan MSG, “...Awalnya orang-orang itu takut, tapi

lama-lama aku tetep bergaul, bermuamalah jadi mereka ga takut lagi, tapi

kadang aku tuh mikir kalo aja aku bisa pake cadar ini setiap waktu tiap aku

keluar rumah karena kan kalo kerja aku lepas ganti masker...” (wawancara

pribadi dengan informan MSG pada tanggal 10 April 2019). Informan MSG

menjelaskan bahwa saat bekerja dalam hal berpakaian syar’i ia tidak

mengalami kendala, namun ia mengganti cadarnya dengan memakai masker.

Informan MMA juga mengatakan:

“Kalo di Jakarta itu responnya biasa aja gitu kan kalo di Jakarta kayak

“lu-lu, gua-gua” individualis lah nah beda dengan di kampung kan

masih jarang orang yang bercadar jadi kayak terlihat aneh gitu padahal

ini kan syari’at tapi tidak semua orang bisa nerima. Kalo di lingkungan

kerja karena orang-orangnya masih awam, ya responnya buat mereka

itu asing gitu malah disangka teroris dan jadi bahan ejekan radikal-

radikal gitu” (wawancara pribadi dengan informan MMA pada tanggal

14 April 2019, Pukul 12:25).

Sama halnya dengan informan lainnya, informan MMA juga mendapat

stigma yang negatif dari lingkungan maupun tempat mereka bekerja, karena

informan baru memakai cadar pada saat sudah pindah ke Jakarta, ketika

pulang ke kampung yang masih awam melihat perempuan bercadar dipandang

aneh. Kemudian di tempat kerja informan MMA juga menerima cemoohan

oleh teman-temannya karena dianggap radikal bahkan teroris. Sedangkan

kendala yang dialami lainnya, “...Kalo untuk segala aktivitas sih gak

mengalami kendala semuanya bisa berjalan dengan lancar cuma saat di

Page 99:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

86

pekerjaan memang ana lepas cadar karena memang kondisinya tidak

memungkinkan...” (wawancara pribadi dengan informan MMA pada tanggal

14 April 2019). Sementara itu informan L menjelaskan, “...Pertama kali ya

kaget, karena disini kan lingkungannya yang biasa-biasa aja kan...”

(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019). Lain

halnya dengan informan D yang mengatakan bahwa dirinya biasa saja dan

tidak terlalu mengambil pusing dengan apa kata orang lain. Informan DA(1)

juga menerangkan bahwa ia mendapat respon yang baik sekali dan sangat

terbuka oleh teman-teman kajian, lingkungan tempat tinggal, maupun di

lingkungan tempat bekerja. Ia mengatakan bahwa:

“...Kalo dari temen mereka sih terbuka ya, karena kan mereka udah

duluan pake cadar kalo dari lingkungan kayaknya engga ada dan

tempat kerja sih alhamdulillah lebih ngertiin kalo itu udah jadi prinsip

yang aku ambil ya gapapa, asal aku ngajarnya bagus...” (wawancara

pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, Pukul

12:25).

Berbagai respon mengenai stigma-stigma baik itu positif maupun

negatif yang diterima informan dalam generalized other ini kebiasaan-

kebiasaan, standard-standard yang ada di masyarakat sangat bertentangan

dengan kehidupan perempuan bercadar. Karena pandangan terhadap sesuatu

yang apalagi masih jarang mereka lihat dalam kesehariannya akan

menimbulkan berbagai respon yang akan diterima.

Page 100:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

87

BAB IV

PENUTUP

Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari

hasil penelitian mengenai proses internalisasi penggunaan cadar bagi perempuan

bercadar di Masjid Blok M Square.

A. KESIMPULAN

Dilihat dari hasil temuan dan analisa kasus pada penelitian ini, dapat dilihat

bahwa pertama, proses internalisasi penggunaan cadar terjadi ketika perempuan

bercadar melakukan sosialisasi melalui interaksi yang dikomunikasikan melalui

sosialisasi (otoriter dan ekualitas) tentang bagaimana memahami berbagai makna dan

respon yang diperoleh. Penulis menemukan berbagai macam makna dalam proses

internalisasi penggunaan cadar, yaitu makna menutup aurat, makna cadar sebelum

dan setelah menggunakan cadar, proses memakai cadar, motivasi memakai cadar dan

simbol-simbol makna yang diterima. Makna-makna yang dipahami berupa pesan

melalui simbol-simbol bahasa. Kemudian, peresapan hasil pemahaman tersebut

ditransfer ke dalam ingatan diri informan sehingga ia bisa merefleksikan dirinya

sendiri ataupun terhadap perspektif orang lain yang mengenakan cadar.

Kedua, dalam generalized other kebiasaan-kebiasaan, harapan dan standard-

standard umum yang ada di masyarakat bahwa perempuan bercadar memperoleh

Page 101:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

88

tantangan dalam ruang sosialnya, tantangan tersebut berasal dari stigma perempuan

bercadar baik di dalam keluarga maupun dari lingkungan yang masih bertentangan

dengan pandangannya. Perempuan bercadar seringkali masih di cap kurang baik dan

dipandang sebelah mata oleh tradisi dan kebiasaan di masyarakat pada umumnya.

B. SARAN

Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut beberapa saran yang

dapat penulis berikan:

1. Bagi Masyarakat, khususnya yang masih memiliki stigma negatif oleh

perempuan bercadar, sebaiknya tidak men-judge terlebih dahulu dan lebih

mengenal lagi perempuan bercadar dengan membuka topik pembicaraan yang

tidak menyinggung perasaannya karena pada dasarnya mereka memiliki sifat

yang amat ramah dan terbuka.

2. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu menjadi

bahan acuan yang kompetibel dan bisa memberikan informasi semaksimal

mungkin yang dapat dibutuhkan untuk penelitian mendatang, khususnya bagi

penelitian mengenai perempuan bercadar.

Page 102:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

89

Daftar Pustaka

Buku

Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka.

Fachruddin, Fuad Mohd. 1991. Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam.

Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Guindi, El Fadwa. 1999. Jilbab Antara Kesalehan, Kesopanan, Dan Perlawanan.

Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Raho Bernard. 2014. Sosiologi. Maumere: Penerbit Ledalero.

Razak, Yusran, (ed). 2008. Sosiologi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran

Sosiologi Perspektif Islam. Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Scott, John. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup.

Page 103:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

90

Shahab, Husein. 1995. Jilbab Menurut Al-Qur‟an Dan As-Sunnah. Bandung: Penerbit

Mizan.

Shihab, M. Quraish. 2004. Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama

Masa Lalu dan Cendekiawan Temporer. Jakarta: Lentera Hati.

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Taimiyah, Syaikh Ibnu. 1994. Jilbab Dan Cadar Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah.

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post

Positivistik. Jakarta: Rajawali Pers.

Jurnal dan Laporan Penelitian

Byrne, Robert A. Baron Donn. 2003. Psikologi Social. Jakarta: Erlangga.

Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vogt, W. P. 1999. Dictionary of Statistic and Methodology: A nontechnical Guide for

the Social Sciences. London: Sage.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Sumber Internet atau Jurnal Online

Iskandar, Amalia Sofi. 2013. Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar. Diakses dari

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58973/Amalia%20So

fi%20Iskandar.pdf?sequence=1 pada tanggal 13 Agustus 2017.

Page 104:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

91

Nafisah, Umi. 2016. Collective Action Komunitas Wanita Bercadar Dalam

Perubahan Sosial. Diakses dari http://digilib.uin-

suka.ac.id/21849/1/1420310014_BAB-I_IV-atau-V_DAFTARPUSTAKA.pdf

pada tanggal 01 Agustus 2017.

Novri, Mutiara Sukma. 2016. Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar

Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan

Tampan Pekanbaru. JOM FISIP Vol 3 No. 1 Februari 2016. Diakses dari

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/8369/8038 pada

tanggal 06 September 2017.

Ratri, Lintang. 2011. Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim. Jurnal

Universitas Diponegoro. Volume 39 no 02. Diakses dari

http:///Ejournal,undip.ac.id pada tanggal 18 Desember 2017.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Bagian Dakwah Kesekretariatan Masjid Blok M Square,

pada 27 Februari 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan TRJ pada 7 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan DA(1) pada 7 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan D pada 9 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan DA(2) pada 9 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan SA pada 10 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan MSG pada 10 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan AP pada 10 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan MMA pada 14 April 2019.

Wawancara pribadi dengan Informan L pada 14 April 2019.

Page 105:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

92

Berita Online

http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balikwanitabercadar11494html

diunduh pada tanggal 06 September 2017.

Page 106:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Hasil Wawancara 1

Nama : Tifanny Raudhatul Jannah / TRJ

Usia : 20 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Jawa Timur

Pendidikan : SMA 110 Jakarta Utara

Pekerjaan : Tenaga Pengajar Yayasan LSM Gugah Nurani Indonesia dan Private

Pendapatan : 2jt/bulan

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 7 April 2019, Pukul 15:48

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Yaa kan karena kewajiban, yaudah karena udah paham kewajiban ya harus

mau kita kayak gimana ya namanya kewajiban harus.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Sebelum ikut kajian jadi aku tuh ngeliat orang yang pakai cadar kayak udah

negatif aja kayak “apa sih kok ikut-ikutan demo terus” gitu. Ya pokoknya

pandangan aku agak gimana gitu ke mereka karena mungkin saat itu aku belum

paham-paham bener apa maksud mereka seperti itu. Terlalu fanatik beragama,

apaan sih kayak gitu, pokoknya negatiflah ke perempuan bercadar.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Kalo menurutku ya kalo kita udah pakai cadar kita konsisten, jaga aurat

bukan hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya, kayak misalkan banyak nih

perempuan bercadar jadi brand ambassador gitu, kalo menurutku kalo udah

niat pakai cadar ya niatin bener-bener pakai, kalo kayak gitu kan jatuhnya jadi

kalo yang beneran mau pakai cadar pun kena imbasnya, walaupun dengan dalih

memotivasi akhwat lainnya.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

Page 107:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

A: Sebenarnya sempat ada kejadian yang gak enak, posisinya tuh aku pakainya

syar’i gitu tapi kok masih diperlakuin kayak gitu sama orang, terus sampai

kayak nyari-nyari kok bisa, katanya kan manusia semua itu terlahir baik kalo

ada manusia jahat cari tau sebabnya kayak gitu kan, ya ternyata kalo menurutku

mungkin ya karena ada dalam diriku tuh yang gimana gitu ya bikin orang kayak

gimana, terus sampai akhirnya ada yang nyaranin kenapa gak coba pakai cadar

tapi belajar dulu ilmunya. Jadi udah begitu belajar tau sunnah wajib atau

hukumnya kayak gitu yaudah bismillah. Walaupun ayah belum ngizinin cuma

In Syaa Allah kalo emang udah nikah kan itu udah lain halnya baru In Syaa

Allah jadiin cadar itu wajib kalo buat sekarang sendiri aku masih pakai sunnah

karena kan ayah gak ngizinin.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Alhamdulillah ada, sahabat saya sendiri sama ada satu lagi teman tapi bukan

seumuran saya gitu, tapi yang paling berpengaruh ya teman. Karena kan

memakai cadar itu gak gampang kan, kayak waktu aku belum pakai cadar aja

banyak omongan-omongan gak enak nah imbasnya sekarang pakai cadar juga

ada omongan-omongan gak enak, jadi ya paling didiemin ajalah.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Pernah tapi aku bukan tanya ke temen, jadi aku kenal kayak yang suka ikut

kajian juga, aku panggil dia Ummu. Aku cari tau hukum cadar itu gimana, terus

dibalikin ya kalo emang mau pakai bisa kita pakai hukum wajib bisa pakai

hukum sunnah karena kan emang asal mulanya kan sunnah cuma ada juga yang

mewajibkan semua tergantung ke kitanya sendiri mau yang kayak gimana.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Paling kayak kan ada tuh lingkungan, ditambah lagi lingkungannya emang

jarang. Di lingkungan rumah aku itu ada tiga orang yang pakai cadar dan tiga-

tiganya kena imbas omongan yang gak enak, cuma kataku yaudah lah ngapain

didengerin kan kita gak minta makan ke dia. Kalo dikucilin sama teman-teman

enggak, cuma kalo sama tetangga emang rada beda, ya kalo aku mah yaudah

biarin aja orang gak ngusik.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Ya karena pernah ngalamin kejadian yang gak enak itu, jadi waktu itu tuh

posisinya di busway ke arah HI, udah pakai syar’i, di situ aku cuma diem gak

banyak tingkah lah ya, terus tetap aja tiba-tiba dari belakang ada orang bapak-

bapak main meluk aku gitu aja refleks dong aku bilang “apaan sih!” aku bilang

kayak gitu kan, nah terus juga emang di tempat lain pun emang sering di

“Ssstttt... Sssssttt”, digoda-godain kayak gitu kayak mikir “apaan sih, gw kayak

gini masa digodain”

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

Page 108:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

A: Sejak akhir Agustus, semenjak kejadian gak mengenakkan itu pas 17

Agustus.

10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Alhamdulillah klo aku rasa tepat, karena kan aku pernah denger pendapat

kalo kuku aja bisa bikin laki-laki tergoda apalagi ini kita. Yang aku tau ya

perempuan itu kan dilarang eksis dengan seluruh anggota tubuhnya termasuk

mau di foto dari belakang, kukunya atau kakinya, kan laki-laki bisa dari mana

aja bisa jadiin bahan pikiran-pikiran aneh. Jadi, kalo aku karena tau pendapat

kuku aja bisa ngegoda apalagi inian kita gitu kecantikan kita gitu.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Dari teman, kalo kajian ikut karena sebelum hijrah pun masih pacar-pacaran

tuh dikasih tau kaya gitu kalo di kajian banyak yang pake cadar, mulai tergerak

cuman emang biasa aja gitu loh pas cari tau-cari tau tadinya pernah pakai cadar

cuman kayak ngerasain cadar itu fashion doang, nah terus awalnya kayak gitu,

terus cerita sama Ummu itu kata Ummu “dibuka dulu aja mba cadarnya, cari

tau ilmunya” yaudah aku putusin kayak gitu. Alhamdulillah cari tau, dia selalu

nerangin yaudah.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah, tapi baru dengernya pas udah pakai cadar. Setelah ikut kajian baru

denger-denger. Aku biasanya kayak Ustadz Zainuddin al Banjary, Ustadz

Syafiq Riza Basalamah, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Subhan Bawazier.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Yang aku denger sih ya paling tentang menutup aurat, kalo yang tema yang

lebih spesifik tentang cadar sih belum ya cuma ya itu tadi kalo dianjurkan sih

memang iya karena kan wajah seorang wania itu fitnah ya jadi kalo bisa ditutup

aja biar lebih aman dan terjaga.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Ya kayak yang tadi aku bilang ada pendapat yang bilang kalo kukunya aja

bisa menimbulkan syahwat apalagi wajahnya, aku lupa itu hadits apa pokoknya

kan ada empat imam yang bilang cadar itu sunnah tapi ada juga yang bilang

kalo muka itu termasuk aurat.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Kalo menurut aku pribadi beda sih, kalo di Arab mungkin jadiin cadar itu

bener-bener kebutuhan, kalo di Indonesia kan tau sendiri kayak gimana. Ya

lebih beralih ke arah fashion sih kalo menurut aku ya, jadi bercadar itu bukan

lagi suatu bentuk ketaatan, soalnya kalo emang udah bercadar berarti

konsekuensi buat nurutin semua yang emang dilarang, kalo masih upload foto

ya terus itu belum mantap dong.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Kalo stigma pasti ada lah ya tapi aku biarinin aja sih ga mau denger apa kata

Page 109:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

orang lain yang penting kalo menurut kita ini udah yang terbaik ya jalanin aja

terus.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Teman-teman yang beda juga pada ngejauh, yaudah ngejauh. Ya emang kan

katanya semakin kita dewasa lingkaran pertemanan kita semakin kecil kan,

semakin sedikit tapi berkualitas dan makin bermutu semua ya kan, gak cuma

sekedar teman yang cerita ini itu. Kalo aku yaudah biarin aja gak ada

pengaruhnya, intinya alhamdulillah ya dia ngertiin sahabat-sahabatku.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Sama ayah beda pendapat karena ayahku itu Jawanya tulen masih percaya

kayak gitu-gituan, emang banyak banget pertentangan. Selalu negatif dengan

perempuan bercadar bahkan dengan kajian sunnah pun masih negatif. Jadi ya

mau gak mau disesuaikan kan. Alhamdulillah kalo mamih selagi gak yang

aneh-aneh ya gapapa.Ya yaudah biarin aja orang mau bilang apa diemin aja ntar

juga capek berhenti sendiri. Gak mau ambil pusing.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Sering dicemooh orang, cuman paling kadang suka ya gimana ya nanggepin

omongan-omongan kasar ya kadang kalo lagi cengeng nangis cuman kadang

yaudah lah gausah dengerin omongan kayak gitu. Lebih ke arah cemooh-

cemoohan orang sih, sama paling stigma-stigma perempuan bercadar suka

demo udah karena kan staff di yayasan itu ada yang Kristen juga non Islam, dia

tuh takut dengan perempuan bercadar, bener-bener sampai di kereta pun dia

naik commuterline ya ada perempuan bercadar dia berdiri bangun karena

katanya takut, tapi setelah aku jelasin pelan-pelan gini-gini. Ya alhamdulilah

sih, akhirnya itu yang non Islam itu malah salah satu di antara mereka suka ikut

kajian di Astra tapi belum pakai hijab kan dia masih Kristen, bahkan emang

sering sharing-sharing agama. Kalo di kerjaan sih alhamdulillah gak ada

masalah, cuma kalo ketemu orang staff kan banyak ikhwan tuh nyosor aja gitu

loh kalo salaman, mau kita kayak gini (menolak bersentuhan) pun tetep cuma

aku bilang maaf tolong toleransinya kayak gitu.

Page 110:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 2

Nama : Dea Ardian / DA(1)

Usia : 20 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Minang

Pendidikan : SMA 5 Sumatera Selatan

Pekerjaan : Tenaga Pengajar di PAUD Bimba AIUEO Tanah Kusir

Pendapatan : 1,9 jt/bulan

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 7 April 2019, Pukul 17:19

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Kewajiban karena selain kewajiban kan itu memang salah satu bukti kita taat

sama Allah In Syaa Allah, terus menjaga diri juga orang tua cowok itu kan kalo

kita ga berjilbab dosanya semakin kita keluar rumah semakin mendekatkan

beliau ke neraka kan itu sih salah satu faktornya kenapa aku berjilbab gitu.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Kalo sebelumnya karena kan aku awam ya jadi aku ga ngerti tuh kewajiban

apa sih pakai cadar itu enggak gitu kan, sama sekali gak ngerti. Gak gak sama

kepikiran juga pengen bercadar jadi yaudah terserah gitu kan. Pertama kali liat

itu kayak seneng aja gak ngerasa serem atau aneh, ada rasa penasaran juga kok

mereka pakaiannya seperti itu ya gitu, dan karena rasa penasaran itu akhirnya

tertarik dan coba-coba pake kan gitu.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Setelah ngaji ikut kajian, menurut aku gimana ya, cadar itu sesuatu yang

berat, maksud aku berat buat dijalanin gitu kan karena kita sendiri kalo kita

mempunyai suatu kelebihan itu sulit buat nutup kayak pengen terus diliat

pengen diliat gitu cuman melawan nafsu dalam dirinya itu yang susah itu sih

aku memahaminya, jadi cadar itu masih sampai sekarang pun ngambang aja di

aku belum bener-bener tertanam “oh iya harus cadaran, oh ya harus begitu” gitu

sih. Jujur aku pun belum istiqomah, belum terlalu istiqomah dalam bercadar

event sampai sekarang pun kan tapi bismillah gitu sih, baru sebulanan ini deh

bismillah untuk istiqomah.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Hmm gak ada yang spesial sih kalo aku mah, karena waktu itu gatau sih

Page 111:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

bukan suatu hal yang menarik kali ya kayak mampir ke toko baju muslimah

gitu kan, pasti mereka jualan cadar kan terbesit “lucu deh kayaknya pakai

cadar”, saat itu aku umur 18 masuk 19 tahun tuh akhirnya aku coba aja di situ

kan terus kayak manusiawi “cantik deh ya” yaudah “berapa bang?” yaudah beli,

dari situ kayak emang sih efeknya tuh kayak cowok-cowok pada kalo biasanya

dia nabrak-nabrak aja kalo jalan kan risih ya, itu kayak minggir dan itu ehmm

Maa Syaa Allah ya ternyata kalo pakai cadar itu sempet beberapa bulan tuh

pakai cadar dan itu belum istiqomah. Aku ga suka pakai masker karena menurut

aku pengap aja kalo pakai masker mending kalo menurut aku, aku tuh sukanya

orang yang all out aja gitu loh jadi yaudah gausah setengah-setengah gitu, tapi

aku bener-bener harus ngumpulin niatnya dan niatnya gak boleh setengah-

setengah juga kalo aku pengen ngelakuin sesuatu hal gitu , orang kan mungkin

dia Maa Syaa Allah ya kita ga memungkiri orang yang mau pakai cadar terus

dia pake masker dulu berproses gitu nah kalo aku tipikal orang yang pengennya

tuh langsung tapi niat aku juga harus langsung gitu dan itu susah ngumpulin

niat, jujur itu susah.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Alhamdulillah itu kemudahan dari Allah dari temen-temen pastinya kan,

banyak semakin kita meminta nasehat semakin banyak In Syaa Allah karena

mereka sayang sama kita karena Allah kan jadi diomongin “ayo Dea cadaran,

kita itu kan fitnah” gitu kan “kita fitnah dan kita berada di zaman fitnah, ayo

cadaran” gitu kan, dan banyaklah embel-embel duniawinya yang kayak “kamu

kan ini, kamu kan itu, jadi haruslah dijaga” jadi oh yaudah.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Ada nanya cuma aku lupa sama siapa Ya Allah, pasti nanya rasanya gimana,

terus kayak di lingkungan diterima gak, terus kayak susah gak nyari kerja gitu.

Mereka sih alhamdulillah niatnya karena Allah jadi ya jawabnya enteng aja

yaudah coba aja dulu, In Syaa Allah kalo karena Allah mah dimudahin aja kok

de jalannya kayak gini-gini. Sebagai manusia juga gak langsung nyari gak

langsung kayak “oh yaudah yaudah bener ya kata temen gw, oh yaudah bener

ya gini gini gini” enggak, aku kayak “udahlah nanti banyak kok yang udah Maa

Syaa Allah agamanya tapi belum bercadar gitu kan yaudah nanti ajalah, belum

menyadari segitu pentingnya cadar sih belum.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Banyak, rata-rata itu faktor duniawi kayak takut ga menarik lagi gitu kan,

terus gimana nih dapet jodohnya gitu, tapi karena itu tadi kalo niat kita udah

bener-bener bismillahirrahmanirrahim aja tapi karena aku itu ngumpulin

niatnya lumayan lama makanya muncul pertimbangan seperti itu.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

Page 112:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

A: Karena banyak orang yang bilang kalo aku ini fitnah, jadi kenapa ga ditutup

gitu, dan ga perlu banyak mikir lagi niatin aja semuanya ini karena Allah.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Alhamdulillah sejak sebulan yang lalu.

10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: In Syaa Allah tepat sih ya. Karena para sahabat aja melakukan yang sunnah

itu seperti yang wajib dan melakukan yang makruh aja seperti sesuatu yang

dibenci gitu. Jadi kenapa kita gak mengikuti para salaf.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Dari temen-temen kajian, ngeliat semua udah pake cadar itu kayak gimana

gitu. Kenalan, ngobrol, nyambung, sama-sama menuntut ilmu dan sering

ketemu kalo kajian bareng ketemuan di sini gitu.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Ehmm, tapi kalo untuk kajian khususnya belum tapi kalo disela-sela kajian

ada yang bertanya tentang cadar sih ada ya, pernah denger.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Kalo semua Ustadz Ahlussunnah biasanya mereka punya rasa kecemburuan

yang tinggi gitu kan terhadap istrinya terus terhadap wanita tuh mereka

memuliakan dan mereka pasti ingin menundukkan pandangan, nah jadi kayak

“istri antum tuh cantik cadarin aja” gitu kan itu bisa jadi fitnah, itu sih sebagian

Ustadz yang salaf pasti mereka punya rasa untuk menjaga perempuan sangat

tinggi dan menjaga perempuan-perempuan yang mereka miliki kayak istri atau

anak itu tinggi banget dan pasti nyuruh buat bercadar gitu.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Kalo menurut aku sih hukum cadar itu sunnah kan, ada 4 imam mazhab

yang bilang kalo pake cadar itu sunnah dan ada juga yang wajib. Tapi kita kan

gaboleh terlalu fanatik terhadap mazhab itu kan karena kita itu harus balik lagi

ke al Qur’an dan as Sunnah.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Gak ada sih ya sama aja, cuma di Indonesia mungkin karena baru, booming-

nya kan baru ya jadi akhwat yang bercadar banyak yang masih suka foto, kalo

yang di Arab kan alhamdulillah sih ya karena mereka dimudahin tinggal di sana

dan mengenal sunnahnya di situ jadi mereka lebih menutup diri juga sih.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Aku ga pernah dengerin stigma-stigma mereka mungkin tapi ada kali ya,

tapi alhamdulillah sih ya karena aku tuh ke Jakarta langsung dipertemukan

berteman dengan orang yang bercadar, jadi aku ga sempet lagi bergaul sama

anak-anak gaul Jakarta. Jalan hijrahku itu dimudahkan sekali sama Allah gitu.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

Page 113:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

A: Kalo dari temen mereka sih terbuka ya, karena kan mereka udah duluan pake

cadar.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Kalo dari keluarga dari Tanteku yang tempat tinggal aku sekarang mereka

itu berpikiran selama itu baik untuk kamu lakuin, selama itu membuat ada

perubahan yang positif ya gapapa gitu, Maa Syaa Allah sih orang tua seneng

kalo anaknya dulu dari yang terbuka jadi lebih tertutup, dulu aku berjilbab tapi

yang enggak semenutup ini.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Sebenernya dari diri aku sendiri sih, kayak mau ke mall masih terbesit pake

cadar ga yah, nanti takut diliatin, diperhatiin sama orang lain, kalo dari

lingkungan kayaknya engga ada dan tempat kerja sih alhamdulillah lebih

ngertiin kalo itu udah jadi prinsip yang aku ambil ya gapapa, asal aku ngajarnya

bagus.

Page 114:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 3

Nama : Devi / D

Usia : 25 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Jawa

Pendidikan : S1 Kesehatan Masyarakat UNDIP

Pekerjaan : Swasta (Bisnis Online Pakaian Muslim dan Mainan Anak)

Pendapatan : >10 jt/bulan

Status : Menikah

Tanggal dan waktu : 9 April 2019, Pukul 13:20

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Kebetulan kalo jilbab itu saya dari kelas 2 SMA, waktu itu saya kan SMA-

nya di negeri kebetulan negeri yang unggulan, jadi sedikit sekali yang pake

jilbab, gatau kenapa saya tuh di situ satu kelas cuma dua orang yang anak baru

dua orang yang pake jilbab terus saya pengen gitu rasanya saya risih gitu kalo

pake baju pendek-pendek padahal kebetulan saya dulu itu dari ehmm kecil

kebetulan keluarga saya kan macem-macem agamanya, saya juga suka ke

gereja dulunya, pokoknya banyaklah cerita kayak gitu, jadi kalo alasannya

kenapa memang dari diri sendiri tuh agak risih gitu loh emang pengen menutup,

kebetulan saya juga ehmm gak pernah pacaran sebelum menikah tapi

sebenernya gak pernah pacarannya itu bukan karena saya dulunya itu tau ilmu

kalo dosa atau apa-apa, tapi gak pernahanya itu kayak ehmm males gitu, jadi

emang dari diri sendiri aja sih.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Nah ini sebenernya tuh panjang sekali kenapa saya memutuskan pake niqab,

2016 saya itu pergi ke luar negeri kebetulan sendirian acara kampus, memang

waktu itu saya itu berdo’anya “Ya Allah, saya ini baru pertama kali pergi

langsung jauh sekali ke Eropa, gak ada temen” dulu saya mikir gak tau kalo

pergi sendirian cewek itu safar sendirian memang kurang bagus, tapi saya

memang niatnya itu selain memang presentasi saya pengen bisa mendapat ilmu,

ilmu yang ini sih kayak apa yah merubah saya lebih baik, taunya di sana saya

sebagai minoritas apa-apa banyak sih hal-hal yang memang itu saya ngerasa

ditolong Allah sekali, terus suatu kejadian saya tuh lihat salah satu laki-laki di

sana ehmm kayak kurang enak gitu melihatnya ke saya, maksudnya tuh kayak

dia nyadarin oh ini ya, emang ga enak gitu kayaknya emang udah pengen

Page 115:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

menutup pokoknya dari cerita-cerita itu saya ngerasa saya sering ditolong Allah

terus dari cerita-cerita tentang ehmm apa ya memang kisah pribadi saya dengan

laki-laki kayaknya kok gak enak ya kalo dipandangin pokoknya risih gitu

diliatin terus gitu, ehmm saya SMA pake segiempat biasa, terus kuliah syar’i

pokoknya saya itu kalo ilmu agama masih minim ya masih belajar tapi kenapa

alasannya saya pake syar’i itu pertama dari saya tuh ngerasa risih dulu gitu,

terus baru deh ilmunya datang gitu kan.

Kalo dulu emang agak serem sebenernya mungkin beberapa tahun yang lalu,

karena kan cadarnya masih item-item kalo sekarang kan udah macem-macem

warna-warni jadi gak terlalu takut sih. Kalo dulu emang lumayan ya kayak

kaget aja, tapi ga nganggep “oh ini teroris” gak sih biasa aja. Justru pertama kali

itu saya lihat sih ini yah di luar negeri juga, kebetulan waktu umrah jadi kan

setelah saya pergi ke Eropa itu setahun kemudian saya umrah, waktu umrah itu

kebetulan saya juga menyendiri gitu kan gak sama rombongan, gak tau ya

kayak rasanya tuh dideketin orang-orang dia bener-bener pake niqab gitu saya

gak bisa bahasanya cuma ya apa saya ngerasanya ya kok ini ya orang-orang ini

kok enak gitu pake kayaknya emang udah panggilan Allah sih saya didatengin

orang-orang seperti itu, sebenernya saya juga waktu kuliah pernah ada ikut

acara di lingkungan anak-anak hafidz padahal saya ini gak hafidz, kan malu

gitu kan, disuruh jadi perwakilan padahal saya gak hafidz nah di situ ternyata

orang-orang itu yang cewek-cewek pake niqab, jadi kayaknya memang dari

Allah datengin orang-orang lingkungan seperti itu, jadi kayak tanda-tanda gitu

kayaknya memang ini saya harus berniqab gitu memang dari diri ya awalnya.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Kalo pemahamannya, kalo saya sendiri sih ketenangan lebih enak memakai

cadar walaupun saya juga masih belajar sih belum sempurna, lebih tenang aja.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Kalo prosesnya ya pelan-pelan, gak bisa langsung menutup gitu kan pelan-

pelan sih, awalnya pake masker tapi gak lama sih kalo masker, memang kalo

masker kan kalo saya sendiri lebih baik mending beli cadar tali dibanding

masker, kalo masker itu ya gapapa cuma pandangan saya sendiri kadang kayak

orang sakit gitu mending sekalian cadar tali gitu.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Pengaruh dari suami itu gak ada sih, saya mulai pake cadar itu setelah nikah,

minta izin gimana kalo pake cadar gitu memperbolehkan sekali malah seneng

sekali. Ehmm dari keluarga kebetulan belum ada yang pake cadar, temen deket

gak ada yang pake cadar, pokoknya itu saya tuh sebenernya lingkungannya

beragam, pernah juga ikut acara misal pendanaan dari Amerika gitu-gitu nah

kebetulan saya yang pake hijab besar sendiri ya gak besar sih maksudnya

tertutup gitu jadi kayak rasanya tuh salah lingkungan gitu kayak ehmm gimana

ya, ya pokoknya beraneka ragam temen tapi kemudian saya memutuskan yang

Page 116:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

berbeda gitu, ya memang sih saya ngerasa setelah berniqab itu semuanya tuh

kayak beda sekali gitu, tapi saya sih ambil ininya aja sih In Syaa Allah ini yang

terbaik gitu.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Ehmm itu, waktu itu pernah sekamar sama yang acara anak-anak hafidz itu

sekamar sama ya itu ukhtinya itu pake cadar kebetulan berarti dia kakak tingkat

saya itu, yaudah nanya-nanya gimana sih rasanya, terus kamu awalnya gimana,

kok kenapa pake cadar gitu aja, tapi dulu belum kepikiran mau pake cadar cuma

sebatas nanya.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Kalo takut dijauhin sih engga, kebetulan setelah kuliah saya ketemu kawan

saya, dia gak tau nih dulunya saya kayak gimana setelah saya bercadar memang

memutuskan banyak ini sih pergaulan sama temen-temen cowok, dulu kan saya

orangnya kumpul itu banyak sekali kawan cowok cewek macem-macemlah

pokoknya, suatu ketika ketemu temen saya “gimana kamu takut ga aku bercadar

kayak ini” katanya gak sih biasa aja, alhamdulillah paling yah kalo kaget sih.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Yang membuat semakin memantapkan diri ya itu proses dari 2016 bener-

bener ditolong Allah waktu kepepet itu di luar negeri sendiri, bener-bener kalo

dibayangin itu ga mungkin kamu tuh selamet gitu loh ibaratnya, kamu sendiri

terus ini ini gaenaklah, ceritanya banyak macem-macem. Pokoknya itu proses

banyak lah, ya pernah sih ditolong orang pokoknya saya ini ngerasa ditolong

Allah banget-banget gitu, misal apa yang saya inginkan kayaknya Allah kasih,

terus waktu saya emang butuh pertolongan itu saya ngerasa Allah tolong, kalo

secara nalar kayak gak mungkin gitu.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Sejak 2018, bulannya saya lupa pokoknya belum ada setahun.

10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Alhamdulillah sih udah karena dari yang pas saya safar sendirian itu ke

Eropa dan suka risih kalo dipandangi orang lain jadi In Syaa Allah sudah tepat

sih.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Saya belajar sendiri sih maksudnya dari youtube, kebetulan orang tua saya

itu mualaf jadi emang belajar proses sendiri.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Itu sih dengerin Ustadz Khalid, tapi gak menyuruh untuk bercadar tapi

menutup aurat.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Yang saya inget sih seperti istri Rasul terus ehmm apa ya emang sih ga

wajib, bagi orang tertentu sih wajib tapi kalo yang saya alami sendiri kan setiap

Page 117:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

pribadi orang kan beda-beda, kayaknya saya ngerasa memang ada wajibnya

begitu.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Ya itu kan ada bilang yang berdasarkan mazhab ada yang wajib ada yang

sunnah gitu, kalo saya kembalikan lagi sih tergantung posisi kamu gitu.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Kalo di Arab itu kan memang dia dari pemerintahnya disuruh menutup,

entah itu kamu misalnya maaf ya wanita malam, tapi kalo kamu mw pergi atau

apa kan disuruh pake, tapi kalo malem kamu ehmm apa namanya keluar ke

club-club gitu kan dibuka, jadi emang di sana kan disuruh bukan dari diri

kitanya sendiri kalo di Indonesia kebetulan ehmm niatnya mungkin yah bukan

dari pemerintahnya yang mewajibkan kamu pake, kalo di Arab kan wajib kan

disuruh pake, terus ada lagi kalo kamu ke Dubai biasanya kalo dari misal

Mekkah nih orang-orangnya bercadar tapi mungkin maaf ya wanitanya lebih

kayak yang hanya cuma dipake aja gak ada batinnya paling nanti ke Dubai buka

pakai ya gitu bedalah. Tapi beda lagi yang sangat di khususkan itu di Tarim, di

Tarim itu Maa Syaa Allah wanita-wanitanya memang kita condongnya ke sana

sih lebihnya yah, untuk karena memang orangnya culture-nya, gimana

memuliakan wanita di sana dan orang-orang wanitanya gimana, imagenya

gimana itu setau saya.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Kalo yang saya rasain kalo di Jakarta udah banyak, paling kalo kita masih di

tempat yang sedikit nah paling orang tuh ngeliatin, kalo awal-awal mungkin di

kira ehmm apa namanya kayak ekstrim gitu ya, terus pernah sih waktu di pusat

pembelanjaan shalat gitu ada ibu-ibu lah muslim soalnya lg di tempat wudhu

gitu, ibu-ibu itu menurut saya ibu-ibu hedon itu kayak ngomong gitu loh kayak

“gausah kayak gitu kali terlalu ekstrim” dia ngomong bgtu ke aku karena pada

saat itu cuma ada aku kok sepi.

Sebenernya tergantung kita sih mau pake cadar atau enggak pake ya tapi kalo

kitanya sendiri ke sosial nunjukin yang enggak bagus ya pasti dibilang gak

bagus, kalo menurut saya sih tergantung bagaimana show up kamu kepada

orang lain meskipun mereka ga kenal ke kita kalo emang dia agak gak suka ke

perempuan bercadar pasti tanggepannya berbeda yaudah biarin paling di

senyumin aja sambil nunduk.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Biasa aja sih paling ya, karena saya gak terlalu memperdulikan gak tau gitu

kan ga harus kita meminta pendapat orang untuk diri sendiri ya yang pasti kamu

nyamannya gimana, menurut kamu gimana yaudah lakukan, gak terlalu

memperdulikan omongan orang.

Page 118:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Nah itu juga pelan-pelan soalnya orang tua saya kayaknya cenderungnya

masih tahap belajar pengenalan agama jadi ya pelan-pelan kasih tau, awalnya

ya pasti dilarang tapi ya itu balik lagi sih kalo kamu mungkin dengan cadarmu

itu ibaratnya tetap sama ya gapapa.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Kalo kendala lainnya mungkin paling kalo ke tempat umum pas panas

ngerasanya panas aja tapi gak terus sih antisipasinya paling cari kain yang

bahannya adem gitu tapi kalo yang lain-lain enggak ya, kalo di Jakarta sini

menurut saya udah banyak orang yang bercadar ya jadi orang gak terlalu kaget

mau ke mall yang ini gak terlalu kaget. Kalo manfaat lainnya ya gak tau sih,

orang tuh kayak lebih percaya ke kita misal nih saya gak kenal sama dia tapi

disuruh jagain tasnya kayak dia terlalu berpikir positif kali ya, saya berpikir apa

gak takut saya curi gitu kan, jadi kayak ngerasa orang-orang tertentu sih

rasanya kita itu nih jujur gitu.

Page 119:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 4

Nama : Dela Anam / DA(2)

Usia : 24 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Minang

Pendidikan : S1 Sastra Jepang Universitas Dharma Persada Jakarta Timur

Pekerjaan : Tenaga Pengajar di SMP Dharma Patria Bekasi

Pendapatan : 2 jt/bulan

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 9 April 2019, Pukul 16:10

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Pertama sih karena wajib kan, selain wajib pake pendek tuh awalnya ribet

lebih nyaman pake yang panjang, kalo panjang kan langsung dan jauh lebih

terjaga. Kan ada tuh di surat tentang jilbab tuh QS. Ahzab:59.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Sama sekali ga berpikiran yang negatif paling terbesit bilang dia pasti orang

Arab, tipikal yang gak mau tau urusan orang sih. Maa Syaa Allah, karena kan

pertama kali melihatnya tuh kayak mereka udah punya ilmu lebih banyak pasti

kan.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Makna cadar bagi diri sendiri itu sesuatu yang berharga buat pribadi, yang

bisa mengontrol dan menjaga hawa nafsuku, karena dengan memakai cadar

mau gak mau kita harus jaga sikap dan itu ngaruh sih ke perilaku pribadi,

walaupun gak 100% tapi itu untuk mengontrol diri aku sendiri.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Simple aja ya, awalnya pake cadar karena ada komunitas yang kalo kita

kumpul bareng itu pake cadar, cuma gak wajib, terus aku ikutan pake cadar.

Tapi belum rutin pake cadar cuma pada saat ikut di situ aja baru pake cadar,

dalam keseharian masih belum pake, pada suatu hari pas ada kuliah hari sabtu

mau ke kampus, karena gak sempet pulang dan ganti kerudung yang lebih

pendek jadi ya langsung aja ke kampus pake cadar.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Pada saat itu sih gak ada, karena pengen aja gitu ikutin istri Nabi pada saat

Page 120:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

itu yang cantik aja ditutupin gitu. Kalau dari yang lain sih gak ada kayaknya,

dari keinginan diri sendiri aja sih, In Syaa Allah.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Gak, karena bagi saya pribadi kalo ga ngerasain sendiri, kalo denger dari

cerita orang agak gak percaya gitu, kan setiap pandangan orang berbeda, jadi ya

saya lebih milih ngerasain sendiri, saya coba sendiri.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Orang tua awalnya gak boleh, tapi aku anaknya keras kepala, terus aja jalan

pake cadar, tapi alhamdulillah sekarang menerima, intinya yakin aja ke Allah,

kalau pertimbangan saat ngajar di sekolah saya kan umum paling kalau di

sekolah itu tidak saya pakai cadarnya, saya lepas, tapi tetap pakai baju gamis

seperti itu masih di perbolehkan.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Balik lagi ke awal, kan udah jadi sunnahtullah juga tadi, motivasiin diri

sendiri juga agar tetap terjaga.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Mulai belajar itu akhir 2016, dan sampai sekarang.

10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: In Syaa Allah tepat.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Dari komunitas daerah Jakarta Pusat di Istiqlal, kalau di Masjid Blok M ini

sih dulu cuma sebentar aja.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah, tapi saya lupa di mananya gak inget. Tapi pernah ada, seperti Ustadz

Yazid juga pernah memberi tahu tentang cadar tapi di mananya saya lupa,

banyak sih Ustadz-ustadz yang memberi tahu tentang bercadar, jamaah nanya

tentang cadar jadi Ustadznya menjelaskan.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Intinya, kan ada banyak akhwat mendingan cadarnya di buka aja karna

lingkungan nya kan masih banyak yang belum tau di masjid ini. Kalau CCTV

gak terlalu gimana sih, karna jauh juga kan jadi gak kaku banget.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Dalil yang memutuskan sih ada 4 madzhab, Syafii, Hambali, Hanafi sama

satu lagi Maliki. Itu aja yang saya tahu sih.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Saya sebenernya kurang tau sih yang di Arab itu kaya gimana, tapi kalo di

sana sih kayak udah jadi sebuah aturan dari pemerintah disana.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

Page 121:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

A: Paling sih kayak lingkungan keluarga, sosial sih kaget sih gitu.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Pandangan orang melihat kita seperti apa ya jadi kitanya jangan mudah

baper (bawa perasaan), terus juga jangan terlalu memikirkan apa yang menjadi

omongan orang, karena mereka gak tau apa yang ada di hati kita, kita jangan

menutup diri harus sosialisasi harus bersikap ramah, kalo misalkan gak ada

ikhwan cadar dibuka aja biar mereka tahu wajah kita, ekspresi kita ketika

berinteraksi, gak usah kaku sih biasa aja kalau ada orang yang gak ngerti.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Pandangan keluarga pertama kali ya kaget tapi beri pengertian aja karena

mereka belum tau dan paham tapi pada akhirnya mereka menerima, kalau

masih ada lingkungan keluarga, keluarga inti atau besar tetap dibuka cadarnya

sih, kecuali keluar rumah.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Alhamdulillah selama ini sih di mudahkan. In Syaa Allah kan karena niatnya

baik karena Allah.

Page 122:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 5

Nama : Santi Arifani / SA

Usia : 33 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Betawi

Pendidikan : S1 Sekretaris di ASMI

Pekerjaan : IRT

Pendapatan : -

Status : Menikah

Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 16:45

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Alasannya untuk menjaga aja sih menjaga pandangan khususnya badan ya

karena biar gak fitnah buat laki-laki kayak gitu dan emang udah kewajiban

seorang muslimah memang harus menutup auratnya dan di situ udah tercantum

kan di dalam al Qur’an kalo wanita eh muslimah harus menutup auratnya,

kecuali muka dan telapak tangan.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Jadi aku tuh gimana ya liat yang cadaran dulu tuh agak negatif dan ribet

banget pokoknya, ga ada pikiran sama sekali buat pake kayak gitu juga, tapi

gak tau kenapa makin ke sini lama-lama aku perhatiin oh ternyata mereka gak

seperti yang aku kira, di situ aku juga udah mulai seneng liat orang yang pake

pakaian syar’i karena awalnya kan aku liat dari fashion dulu ya mulai

tertariknya gitu. Tadinya tuh aku ngeliat wanita bercadar, “ihh apa sih” gitu

makan ribet banget udah gendong anak haduuuuh risih banget udah bajunya

gelap-gelap dan sampai aku pun nyinyir-nyinyirin mereka gitu, “ih teroris” apa

gitu dan gatau kenapa ya itulah mulut itu makanya kita gak boleh ya berucap

pasti bakalan kemakan sama kita.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Sebenernya cadar itu hukumnya sunnah, kan ada beberapa mazhab, 4

mazhab yang bilang bahwa ada yang wajib dan ada yang sunnah, tapi

kebanyakan sunnah tapi ehmm jika kita meyakini buat kita pribadi ya cadar itu

menjadi wajib buat kita yaudah itu jadi kewajiban, tapi kalo kita menganggap

buat diri kita itu sunnah yaudah lepas tutup itu pun gak masalah karena gak

akan berdosa juga gitu lepas tutup cadar kayak gitu, mungkin buat ukhti-ukhti

Page 123:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

yang masih belum berani memakai cadar ya mungkin bisa disiasati dengan pake

masker kayak gitu sih kalo emang belum berani kayak gitu karena kita mau

pake cadar harus satu siap mental, niat juga sih walaupun mau buka tutup juga

gak masalah di depan keluarga di mana pun kondisinya mungkin saat kajian aja

pake cadar ya gak masalah juga gitu kan kembali ke diri kita diniatinnya kayak

gimana gitu, kalo aku memang sudah diniatkannya jadi wajib buat diri aku ya,

ya kecuali di depan keluarga inti ya kayak abang kan mahram ya, kakak-kakak

aku gapapa kecuali ipar, pokoknya kalo keluarga inti sih.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Awalnya aku itu pakai jilbab itu dari tahun 2008 itu masih jilbab-jilbab biasa

ya kan, mulai hijrah itu ketika tahun 2016 karena di saat aku memakai

sebenernya awal-awal aku mau pakai hijrah dengan memakai pakaian seperti

syar’i sekarang khususnya juga cadar tadinya sih gak kepikiran gada minat

sama sekali gatau kenapa ya mungkin itulah yang dinamakan hidayah, karena

dari perjalanan setiap orang mempunyai perjalanan kehidupan punya masa lalu

punya ya segala lika-liku kayaknya merasa jenuh gitu ya. Hmm dulu-dulu saya

pemikirannya lebih ke duniawi apa-apa karena saya kerja gitu yang sering ke

luar negeri yang lebih ke duniawi ga pernah mikirin yang namanya agama

mungkin bisa dibilang shalat aja tuh jarang, bolong-bolong gitu. Gatau kenapa,

di saat itu ada titik bener-bener aku tuh kok ngerasa jenuh kok hidup aku kok

capek hidup aku kok gini-gini aja, uang punya, materi punya tapi kok aku

ngerasa kayaknya gada yang agama tuh buat aku kayaknya jauh gitu dan suatu

ketika aku berusaha mendekatkan diri, aku shalat, tahajud, berusaha semuanya

jalanin itu puasa senin-kamis berusaha walaupun sebenernya tuh ga pengen tapi

aku pengen pasti ada yang salah dalam hidup aku gitu, masalahnya aku mikir

gini rezeki aku lancar apapun lancar tapi kalo agama kayak aku kadang suka

gimana ya ngeliat orang-orang yang pernah gitu ya terlintas gitu ngeliat orang-

orang yang pakai pakaian syar’i seneng gitu, nah seneng aja kayaknya bajunya

bagus gitu ya event dia cuma pakai bajunya yang warna-warni masih tabarruj

tapi aku seneng tapi aku ga kepikiran tiba-tiba di saat titik jenuh itu aku

berusaha mendekatkan diri aku curhat sama Allah memohon gitu ya, aku gatau

itu yang namanya dikasih hidayah tiba-tiba aku tuh shalat maghrib aku sambil

pegang tafsir kalo tafsir itu kan ada terjemahannya ya tapi kan tebel banget

segini dan aku gatau sambil dengan kondisi mata aku tuh merem tiba-tiba aku

buka tengah-tengah aku tunjuk, ini posisi mata aku merem aku tunjuk keluarlah

surat al Ahzab “ulurkanlah jilbabmu...” kayak aku tuh bener-bener nangis aku

tuh kayak ngerasa “hahhh...” aku tuh tersadar dari situ ternyata bener ya kalo

wanita tuh harus mengulurkan jilbabnya tuh ada di al Qur’an itu apa ya

bukannya aku hoax ya itu tuh nyata aku real ngalamin itu aku nangis dan bener-

bener dan nah sejak kejadian itu aku kayak ngerasa dikasih petunjuk, “oh

berarti bener selama ini ya” gitu kayak gini, dulu-dulu aku tuh gak pernah buka

al Qur’an pas aku dikasih petunjuk seperti itu langsung terlintas aku mulai aku

Page 124:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

berubah dari yang tadinya jilbab biasa masih pakai celana, kemudian beralih ke

pakaian dan jilbab syar’i kemudian pelan-pelan memakai cadar dan

alhamdulillah sampai saat ini.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Sebenernya motivasi itu datangnya dari diri aku sendiri sih untuk pake

cadar, mungkin setelah ikut kajian dan bertemu dengan teman-teman lain yang

juga pake cadar juga itu yang bikin akhirnya terus berlanjut sampai sekarang

ini.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Jadi aku tuh tiba-tiba nyari kajian sendiri padahal aku ga ngerti bahwa

kajian-kajian itu apa sebenernya cuma awalnya aku liat instagram apa sih

tentang ini aku liat kajian, aku ga paham yang namanya kajian-kajian sunnah

itu apa, tiba-tiba aku nanya cari tau sama orang apa sih kajian eh dikasih tau lah

sama temen “tuh di Blok M banyak kajian” gitu, eh datenglah kesini aku sendiri

dengan kondisi aku masih pakaian gamis-gamis biasalah pas dateng kesini “ihh

kok hitam-hitam semua” kayak aku ngerasa tuh ini apaan sih gitu, kok

kelompok-kelompok, aku mengamati semua orang-orang, aku kan tipikal orang

yang senang mengamati aku perhatiin ini ngapain orang ini ngapain sampai di

kamar mandi aku liatin “ihh ini pake cadar maksudnya apa tujuannya apa” aku

masih ga paham tuh masih ga paham, lama-lama yah itulah berjalan aku kenal

teman dari tempat majelis ilmu ini kenal satu-satu lama-lama semakin banyak

temannya gitu kan semakin banyak semakin banyak semakin banyak dari situ

aku mulai berubah berganti karakter yang tadinya berpakaian tabarruj dan

semakin aku mungkin dengan belajar aku semakin ngerti ya apa yang salah ini

salah ini salah dulu aku lakuin salah, dan alhamdulillah aku mulai berubah

jalanin-jalanin pelan-pelan.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Kalo pertimbangan pasti ada yah tapi karena dari diri aku sendiri yang udah

yakin karena saklek juga jadinya yaudah ga ngehirauin yang lainnya sih.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Setelah yang aku abis shalat maghrib itu sih aku buka al Qur’an terjemahan

dan tiba-tiba surat yang aku tunjuk sambil merem itu ternyata perintah untuk

memanjangkan jilbab gitu, mungkin itu teguran ya sekaligus hidayah dari Allah

untuk diri aku.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Dulu kan sebelum aku nikah aku pake cadar sebelum nikah ya, aku nikah

2017 jadi pas gitu ehmm aku pun nikah ta’aruf kan aku coba-coba pake cadar

kok lama-lama nyaman gitu dan aku ngerasa pas aku baca-baca ternyata tuh

fitnahnya wanita itu lebih besar di wajah ya kan, aku ngerasa lama-lama aku

Page 125:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

coba aku coba ihh ternyata enak ya. setelah aku tertarik dengan pakaian yang

hitam-hitam gitu akhirnya aku berusaha pake cadar yaudah akhirnya aku

ngerasa nyaman jalanin terus dan aku berusaha ngedeketin diri sama keluarga

jelasin begini-begini-begini alhamdulillah sih keluarga bisa nerima dan detik

ini pun alhamdulillah jadi malah aku ngerasa sekarang tuh bisa dibilang yang

tadinya aku ga punya temen sekarang di sini aku jadi panitia di beberapa

majelis gitu aku jadi ngerasa Maa Syaa Allah perbedaan gitu yang luar biasa

360 derajat perbedaan aku dulu sama sekarang.

10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Alhamdulillah sih In Syaa Allah, karena untuk temen-temen yang dulu pun

sudah aku bener-bener tinggalin gitu karena bener-bener aku sudah menjaga

bukannya aku gamau karena aku gamau lagi dengan kondisi aku dengan

perjuangan aku sekarang seperti ini gitu ya aku udah berusaha untuk tetap bisa

istiqomah gitu ya berusaha walaupun kadang yah namanya iman pasti ada turun

naiknya tapi aku berusaha makanya aku menjauhi temen-temen yang menurut

aku bukan berada di jalur bukan berada sekufu sama aku saat ini, jadi aku

milih-milih temen yang baik yang sejalan tuh memang bener gitu loh, apalagi

kalo yang sudah bisa mengingatkan kita ke akhirat gitu itu kan penting banget

kalo mungkin nyari temen yang cuma duniawi banyak gitu ya gampang kok

kita mau berteman kemana aja pasti gampang kita mau istilahnya kita berteman

sama orang tukang parfum ikut wangi, sama tukang sampah pasti ikut bau

gampang aja sih semua kembali ke diri kita masing-masing kita mau sama siapa

berteman bagaimana kita mau diri kita seperti apa itu pasti kita kita yang tau

semua kembali ke niat dalam diri itu aja.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Ehmm gatau kenapa ya tiba-tiba aku mencari hijrah itu sendiri yaitu dengan

tadi buka tafsir itu tiba-tiba aku gatau kenapa aku cuma mohon petunjuk sama

Allah tolong tunjukkan aku ke jalan yang benar aku pengen hidup yang benar

pokonya bener-bener gatau kenapa ya aku jalan sendiri dengan cara ya nyari

kajian-kajian. Nah dari situ aku liat banyak orang-orang yang pake cadar di

dalam kajian.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah sih tapi tentang menutup aurat ya pas waktu itu ikut kajian tapi aku

lupa dimana, kalo tentang keharusan memakai cadar sih enggak.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Isinya ya menyangkut seorang muslimah baiknya yang sudah baligh itu

harus menutup auratnya gitu.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Dalilnya itu surat al Ahzab ayat 59 ya kayaknya karena itu kan ada perintah

seorang wanita harus menutup auratnya.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Page 126:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Timur Tengah?

A: Kayaknya sama aja sih karena kan fitnahnya wanita itu lebih banyak di

wajah apalagi malah ya kalo di Arab itu ada yang cuma pake purdah yang

ditutupin semua, itu mata tuh lebih jahat loh, coba kalo wanita-wanita yang

bercadar kan banyak tuh yang matanya indah-indah banget itu sebenernya juga

jahat itu kalo di Arab itu ditutupin semua, cuma kan kalo di sini kayaknya

masih jaranglah serem tapi kalo di Arab banyak kayak gitu, orang-orang sana

tuh lebih bener-bener menjaga istrinya tuh anak kecil-kecil aja di sana udah

pake cadar kan bajunya juga gak ada yang warna-warni kayak kita.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Dari keluarga besar itu dicibirin sampai aku dibilangnya terorislah apalah

segala macem sampai dibilang sama tante aku ini kalo jalan sama dia aku harus

lepas cadar, aku bilang “what?” aku bilang aku gamau bergantung diri aku

sama manusia enggak, aku bilang kalo tante aku mau jalan sama aku dengan

kondisi aku seperti ini ayo kalo gamau gausah jalan kayak gitu, karena aku

tipikal orang tuh keras kepala yang saklek kalo A ya A kalo B ya B, jadi aku

bukannya yang bisa dibilang bukannya ehmm kendorlah gampang dinyinyirin

dipengaruhin langsung down enggak, aku orangnya gak seperti itu karena

ketika aku ingin bener-bener merubah diri yaudah merubah gitu melihat ke

depan kayak gitu aja sih.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Kalo lingkungan sekitar jadi aku mau dilihat sekitar tetangga siapapun gitu

ya ehmm gak peduli aku orangnya gak peduli diomongin sama orang

dibagaimanain bodo amat, prinsip aku jalani hidup aku toh dosa-dosa aku

apapun ke depannya aku yang bertanggung jawab kelak di akhirat kan aku sih

mikirnya kayak gitu.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Justru keluarga aku kan namanya NU saklek banget ya, respon mereka ya

gamau nerima kondisi yang nuduh aku teroris gitu, apa sih pakaian aku kayak

gini, lama-lama aku berusaha menjelaskan, tadinya aku ga diizinin sama orang

tua pake sebelum nikah tuh aku ga diizinin pake cadar ehmm sampe orang tua

tuh bilang boleh pake cadar kalo di kajian kalo di rumah ga boleh” itu tuh

masih yang bertentangan banget gitu ga ngertilah dibilangnya aku aliran sesat

kayak gitu, tapi aku berusaha ngeyakinin keluarga lama-lama aku cobain pake

cadar pelan-pelan pelan-pelan ternyata ihh nyaman gitu.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Alhamdulillah sih ya selama aku hijrah aku memakai cadar alhamdulillah

mungkin niatnya karena Allah ya, aku bukannya karena manusia, aku memang

mau memperbaiki diri aku gitu ya karena yah buat apalagi sih gitu dulu-dulu

aku tuh udah merasakan kehidupan dunia yang enak gitu sekarang saatnya aku

udahlah berserah diri aja jadi alhamdulillah Allah kasih aku yang ujian-ujian

Page 127:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

berat masalah kayak cadar kayak gitu sih justru aku udah ngerasa nyaman sih

dengan cadar udah mantap ketika aku jalan di mana pun ya mungkin laki-laki

juga gak ada yang berani kali ya takut gitu tapi image-nya dia tuh “teroris-

teroris takutlah”, justru aku malah bangga dibilang teroris kan mereka gak

berani ganggu kita ya biarin aja.

Page 128:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 6

Nama : Minarti Sarah Ginting / MSG

Usia : 25 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Batak Karo Sumatera Utara

Pendidikan : D3 Humas BSI Depok

Pekerjaan : Customer Service Kantor Grab

Pendapatan : 6 jt/bulan

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 17:07

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Itu kan langkah pertama, itu ehmm emang sih dari dulu udah pake jilbab tapi

belum kepikiran pake syar’i, mungkin nanti kali yah kalo udah nikah, terus

ternyata karena sesuatu hal dan akhirnya mulai belajar agama nah aku tau kalo

kewajiban seorang wanita tuh harus menutup semuanya kecuali muka dan

telapak tangan gitu kan. Terus pas aku waktu butuh ilmu agama langsung

nerapin di dalam hati aku tuh sami’na wa atho’na jadi ketika aku udah tau

hukumnya apa jadi sekuat tenaga aku mulai mengikuti nurut manut dulu nih

jadi setelah aku tau hukumnya aku mulai mengganti semua pakian aku menjadi

syar’i, karena itu sudah menjadi perintah dari Allah, kewajiban.

2. Q:Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Waktu sebelum pake cadar aku penasaran kenapa sih mukanya selalu

ditutupin, emangnya secantik apa sih dia, kenapa harus ditutup selebay itu, tapi

setelah tau ya responku seneng aja sih, akunya aja dulu yang terlalu cinta akan

dunia.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Cadar tuh penting banget, karena ujiannya tuh kan laki-laki, jangankan laki-

laki kan adatuh yang namanya penyakit ‘ain, yang sama-sama perempuan aja

ehmm cantik itu kan relatif, ketika orang melihat kita cantik atau dia ngerasa

“ihh kok dia cakep banget” kan ada timbul hasad di dalam hatinya kalo dia ga

memuji Allah terlebih dahulu, itu pasti kita dapet efeknya entah itu kita pulang-

pulang kita sakit kepala atau entah nanti jadi pilek itu macem-macem deh, kalo

aku pribadi sih penting bangetlah pakai cadar aja gitu menghindari mudharat

Page 129:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

yang besar. Aku kalo kerja begini boleh pake syar’i nah cuma cadarnya aja

diganti masker, aku pake cadar tuh bukan karena mau datang kajian sih,

sebenernya kerja aja tuh kadang-kadang mikir coba aja kalo aku tuh pake cadar

kurang lengkap rasanya, aku tuh lebih pede keluar tuh pake cadar dibandingkan

wajahku keliatan kayaknya kalo wajahnya keliatan bajunya besar kayak gini

kita jadi pusat perhatian orang tuh bisa liat kita tuh siapa nah kalo kita pake

cadar orang mau liat tapi kan gatau, kita itu seperti apa, wajahnya seperti apa.

Jadi, orang kan beda-beda, ada yang dia proses dulu dia nyaman dulu nih kan

pake cadar ditutup tuh hidungnya, harus penyesuaian dulu.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Oh waktu itu aku di kampung, mamahku kan setahun lalu baru meninggal

dan aku kaget, mamahku meninggal kan gak sakit tuh tiba-tiba meninggal,

sementara bapakku kan udah meninggal dari aku kecil jadi mamahku gedein

anak-anaknya kan sendiri 4 orang , jadi aku tuh cengeng banget deh sama

mamah, jadi pas mamahku meninggal tuh aku mikirnya “hah meninggal?

berarti aku mau meninggal juga dong?” jadi gitu, jadi dipikiran aku tuh cuma

“meninggal-meninggal-meninggal”, makanya waktu itu aku nyari tau nih aku

gamau meninggal konyol dan aku gamau nanti di kuburan nyesel, jadi dari situ

aku nyari tau segala hal tentang Islam kan, waktu aku belajar kan kita kan harus

tau dulu hukum haram halal yang dasarnya, nah untuk perempuan kan menutup

aurat kan kewajiban nah waktu itu aku liat tuh tetangga aku ada yang pake

cadar terus aku liatin, “kayaknya dia gak engap deh, gak panas yah” biasa aja

gitu, nah aku udah pengen. Keluargaku kan awam ya jadi ga paham, jadi aku

udah beli diem-diem buat kirim ke Jakarta aku kan orang Medan, jadi aku kirim

diem-diem sesampainya di Jakarta aku udah ganti baju semua, enaknya sih

karena aku ngerantau sendiri yah di Jakarta jadi aku mau pake ga didoktrin

sama orang-orang sama keluarga gitu loh. It’s my choice gitu.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Kayaknya mungkin dari kejadian itu tadi ya dan karena liat tetangga aku

yang cadaran itu makanya aku jadi tertarik dan jadi motivasi buat diri sendiri

sih gitu.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Ehmm mungkin aku awalnya penasaran ya sama tetangga aku yang cadaran

itu karena kan waktu itu aku liat tuh tetangga aku ada yang pake cadar terus aku

liatin, kayaknya dia gak engap deh, gak panas yah biasa aja gitu, nah aku udah

pengen. Kalo sama temen aku sih malah paling aku suka nanya “takut ga sama

aku?” gitu, biasanya kalo di luar sana kan yang pake cadar itu ga ngobrol, pake

item-item mungkin atau gede banget jadi udah berpikiran negatif, kalo aku kan

ajak ngobrol, curhat, dan ketika aku pake cadar awalnya serem tapi lama-lama

ya ini temenku Sarah jadi biasa aja sih jadi gak serem lagi.

Page 130:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Gak sama sekali langsung nekat pake, walaupun orang merasa kayak “wah

si Sarah, jangan-jangan aliran sesat lagi, jangan-jangan alirannya terlalu

ekstrim” tapi aku sih ga terlalu ambil pusing, aku tuh cuma kayak yang

senyum-senyum yah ini hukum Allah kenapa kaget sedangkan banyak di luaran

sana yang berpakaian minim kok gak kaget yah gitu. Hukum syari’at orang

kaget, giliran orang meninggalkan syari’at biasa aja, berarti kan yang salah

siapa? Yg salah bukannya syari’atnya tapi manusianya.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Untuk menutup diri, karena kana dulu aku tuh haus tapi bukan haus juga sih,

seneng aja gitu dipuji orang, misalkan orang suka bilang “Sarah lu cakep cakep

cakep”, nah kan dari situ kita makin terdorong buat terus makeup menghias diri,

pake pakaian yang bagus, yang glamour, supaya ya orang gimana gitu. Ketika

aku ga dandan malah orang nanya “lo kenapa? lagi patah hati?”. Jadi aku tuh

dulu normalnya sering dandan, nah itu yang aku bilang ‘ain, orang hasad itu

banyak hal yang bikin hidup kita gak tenang gak nyaman, ga pernah ngerasa

cukup dengan segala hal. Saat aku mulai menutup diri, gak pernah posting di

medsos, gak upload foto, ga pernah pamer kecantikan sama orang-orang justru

aku mulai ngerasa hidup aku tuh nyaman. Kadang aku tuh suka curhat tapi kan

sekarang udah ada koridornya gak kayak dulu, jadi tuh orang nganggep aku

kayak yang gak punya masalah, hidupnya cukup ya pokoknya hidupnya tenang-

tenang aja, padahal mah tetep aku punya masalah tapi tetap punya koridornya

untuk menuangkan keluh kesah aku.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Kalo pake cadar mah aku baru, hampir mau setahun Mei besok.

10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Pastinya, karena kita terjaga dan aku ngerasa terhormat gitu sebagai

perempuan aku tuh merasa punya harga diri yang tinggi gak sembarangan orang

melihat wajahku, dengan tertutup itu aku ngerasa aku jauh lebih cantik, lebih

pede dan lebih berharga, kalo sesuatu yang berharga kan pasti kita simpen,

kayak berlian kan kita gak mungkin tunjuk-tunjukkin gitu, tapi kalo semuanya

tertutup gitu kan lebih bagus kualitasnya.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Dari tetangga, sebenernya dari dulu sih udah ngeliat orang-orang yang

bercadar cuma mulai ngerasa ingin mengenakan cadar waktu aku liat tetangga

aku.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah dari Ustadz Firanda Andirja tentang menutup aurat.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Terus disarankan kan memakai cadar sunnah muakad hukumnya, sebenernya

kan wajah itu tidak termasuk aurat yang diperintahkan oleh Allah itu wajah dan

Page 131:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

telapak tangan bukan termasuk, tapi para ulama sepakat kalo cadar itu

hukumnya sunnah muakad di karenakan telapak kaki itu kan menggiurkan, tapi

lebih menggiurkan wajah dibandingkan dengan telapak kaki itu jadi jaranglah

orang menimbulkan hasad dan syahwat tapi kalo wajah itu kan langsung, “ih

cakep ya” gitu. Jadi Ustadz Firanda Andirja bilang, “jika anda merasa diri anda

berharga, diri anda cantik yaudah pakailah niqab supaya tidak menimbulkan

fitnah”.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Kalo setau aku itu ada di QS. al Ahzab:59 yang anjuran untuk menjulurkan

jilbab sampai menutup dada.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Kalo orang Arab itu lebih terjaga daripada kita di Indonesia ini laki-laki

sama perempuan itu ikhtilath (campur baur antara ikhwan dan akhwat) itu udah

biasa tapi kalo di Timur Tengah itu setau aku perempuan itu kalo keluar rumah

itu harus dengan mahramnya bahkan yang belanja ke pasar itu suaminya loh

kalo ada sesuatu yang urgent baru berdua, tapi kalo sehari-hari itu suaminya.

Karena wanita itu seluruhnya adalah aurat. Aku tuh pernah liat akhwat-akhwat

itu jadi cadarnya itu bener-bener hitam semua, dari dalam cadarnya dia bisa

melihat orang lain tapi orang lain gak bisa melihat ada puringnya gitu.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Stigma positif ada sih itu untuk orang-orang yang terbuka hatinya, tapi ada

juga stigma negatif mereka ini yang mungkin belum tau hukum Allah katanya

gausah kayak orang Arablah kita di Indonesia gak ada pasir debu ngapain pake

ditutup-tutup hidungnya segala.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Awalnya orang-orang itu takut, tapi lama-lama aku tetep bergaul,

bermuamalah jadi mereka ga takut lagi.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Kalo dari keluarga sih gatau kenapa pada ga berani nanya, karena kan aku

termasuk yang instant ya dari yang dulunya ga ngerti agama tau-tau langsung

pake cadar itu mereka pasti berpikiran aku ini didoktrin siapa gitu walaupun

aku juga selama ini belum ketemu secara langsung tapi aku udah jelasin pelan-

pelan kalo aku sekarang udah seperti ini.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Kalo kendala yang berarti sih gada, mulu-mulus aja. Karena kao kita udah

seperti ini sih kita kan berpikirannya udah gak lagi tentang dunia, tapi akhirat.

Tapi kadang aku tuh mikir kalo aja aku bisa pake cadar ini setiap waktu tiap

aku keluar rumah karena kan kalo kerja aku lepas ganti masker.

Hasil Wawancara 7

Page 132:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Nama : Astie Pratiwi / AP

Usia : 22 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Sunda

Pendidikan : S1 Institut Agama Islam Sahid

Pekerjaan : Mahasiswi

Pendapatan : -

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 17:36

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Risih, kalau gak pake jilbab itu lebih risk-an sih bagi cewek, apalagi kan

membentuk badan banget jadi kalau pake kerudung jadi gak mengundang

orang buat gangguin.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Sebelum tau kajian, justru aku ikut kajian dulu baru pake cadar, sebelumnya

pake cadar kenapa sih, tapi kalau untuk kerudung sih jauh dari sebelum ikut

kajian juga udah pake. Dari sebelum belajar agama pun melihat pake cadar gak

ngerasa asing sih, biasa aja, cuma tetep sebagai orang awam tuh dulu apa sih

enaknya pake cadar, tetep ada rasa penasaran cuma gak merasa asing gitu, gak

merasa takut sama sekali. Responnya ana malu pertama kali, dulu kan Ustadz-

Ustadznya masih Ustadz-Ustadz motivator gitu kan, pas pertama kali ya ana

malu, karena ana gak punya baju yang sepantasnya perempuan kayak gamis,

karena dulu kan ana gak suka, rok pun bisa dihitung 2 sampai 3 gitu. Ya malu

responnya, ana makin ke sini harus bisa merubah diri, entah itu awalnya dari

fashion dulu atau gimana dulu, pokoknya harus ada perubahan yang ana lakuin

harusnya gitu. Awal karena ikut fashion dulu.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Ya gak mengundang perhatian sih buat orang sebenernya, ehmm kalau pun

mengundang perhatian gak terlalu frontal sih, mereka gak nunjukkin.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Awalnya itu ana ikut tabligh akbarnya Ustadz Syafiq di Istiqlal, abis itu pas

berangkat karena kan dulu ngekost di Bogor, pas berangkat dari Bogor tuh udah

terbesit, ah mau pake cadar tapi belum punya cadar. Jadi, pas lagi perjalanan ke

sana, qadarullah di depan-depan situ kan suka ada yang jualan nah beli cadar

Page 133:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

pertama kali di situ. Pakenya pun minta dipakein sama yang jual, karena ana

gak tau nih pake cadar yang kayak gini, kayak ninja karena takut gak pas juga

kan jadi minta tolong dipakein.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Gak, gak ada. Motivasi dateng dari diri sendiri.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Ehmm gak, gak pernah cari tahu maksudnya gimana sih pake cadar, apa sih

hambatannya, gak pernah.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Pertimbangannya waktu itu otomatis sebagai anak takut sama orang tua,

setelah pakai cadar, ana lagi di angkot ehmm tapi sesudah ana ikut tabligh akbar

yang di Istiqlal sama temen udah gak takut, kalau ngaji sekarang pake cadar

minta izin sama orang tua lewat whatsapp karena kan dulu ana tinggal sendiri

jadi cuma whatsapp aja, dibolehin sih tapi kan temen-temen ana banyak yang

laki-laki, jadi cuma disaranin diperhatiin aja pergaulannya, kan masih banyak

laki-laki itu, sebelumnya kan dulu ana bekerja di bank, jadi dulu tuh ana kerja

sambil kuliah, Qadarullah ana resign karena udah tau hukum-hukum riba

segala macam, iya bilangnya maksudnya minta izinnya kalau lagi pergi ngaji

saja pake cadar ya, boleh sih cuma makin lama makin kesini, mainpun suka

pakai cadar, kecuali kalau di kampus dan keluar sama orang tua.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Ehmm khususnya gak beralasan juga ya, gak tau ada kejanggalan aja kalau

ngaji, udah ke setting kali ya, pokoknya kalau ngaji itu harus pakai cadar, gak

tau kalau dilepas pun kayaknya gak enak, gak nyaman aja gitu.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Mulainya Juli 2018, baru mau setahun.

10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Pilihannya, sebenernya mantap juga kadang belum 100% banget, karena

kalau pakai cadar itu ya dijalan kan ana maksudnya dalam situasi seperti ini

kan mau kemana-mana gak mungkin ditemani orang, jadi kalau bukan kita

sendiri yang menjaga diri sendiri dulu terus siapa lagi, klo buat mantap atau

gaknya sih 80% karena suka ada terbesit, “pengen buka ah” gitu, masih suka

terbesit kaya gitu tapi gak pernah terealisasi, alhamdulillah.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Pas ke Masjid Istiqlal.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah, pernah dengar ceramah tentang pakai cadar itu dari Ustadz Firanda,

sebenernya dengar anjuran memakai jilbab itu dari SMK itu udah ngerti, udah

harus walaupun belum pernah denger ceramah dari Ustadz-Ustadz.

Page 134:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Katanya baiknya kaum perempuan dan cantiknya wanita itu, maksudnya tiap

ketemu orang, “Oh cantik ya” gitu, dipuji terus, baiknya ditutup. Menjaga diri

tuh perlu, apalagi yang buat cewek-cewek single ya jadi mereka kadang suka

terbawa suasana itu pasti kadang sama temennya pergi keluar kan kita gak tau,

seenggaknya kalau pakai cadar oh iya mau ngapain kita tau kan katanya kalo

perempuan tuh suka sembrono gitu ya, mau ketawa-ketiwi malu ah pakai cadar

jadi lebih menjaga diri, ada kontrolnya.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Selama ini, belum pernah dengar, cuma kalau dari ana kan gak tau ya, ana

kan gak hafal haditsnya ya tapi kalau misalkan dari kisah-kisah Nabi itu mereka

emang gak mau memperlihatkan wajah mereka di depan laki-laki yang bukan

mahram pasti ditutupin entah pakai kain atau apa, mungkin namanya bukan

cadar ya pasti ditutupin, yang ana tau sih kayak gitu.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Ana sejauh ini gak tau spesifiknya beda atau gak, ehmm sebenernya itu dia

ya jadi sekarang syari’at menanggapnya orang-orang itu culture sebagai budaya

aja, ana sih gak terlalu ambil hati banget ya pernyataan kaya gitu, kita kan udah

ngaji harusnya bisa lebih ngontrol, lebih tau opini-opini orang sama kita, ya

kembalikan lagi ke ilmunya. Kalau misalkan ada yang ngomong kaya gitu.

Ehmm yang udah saya pelajari kayak gitu gak ya, ya kalau emang gak yaudah

liatin aja, karena ya emang orang gak tau ya, mungkin kalau emang mereka

udah belajar. Karena ana juga gitu gak tau sama sekali, ana orangnya kalau gak

tau gak berani komentar gitu, pas udah tau “oh jadi begini gitu.”

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Ada pasti dari keluarga ya, justru kebalik dari eksternal mungkin karena

mereka gak ada ya, “lu-lu, gue-gue” gitu maksudnya, justru yang lebih ada

negatif itu dari keluarga, jadi maksud ana gini, selama ana gak macem-macem

kenapa sih harus dipandang negatif gitu, mungkin kalau ana bercadar atau

gimana gitu terus ketahuan, paling kalo ada negatif ya ana diem aja, berlepas

diri gitu, mending diem aja sih.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Dari teman-teman sih paling nasehat aja sih, karena kan ana lingkungannya

emang laki-laki jadi cuma bisa dinasehati, paling kalau lagi keadaan misalkan

ana dari kampus mau pulang, kan kadang suka nebeng tuh sama cowok, ya

disaranin kalau ada angkot ya naik angkot aja, itu aja sih dalam pergaulan aja,

gak sampe dikucilin sih.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Dari keluarga inti iya bisa menerima, tapi kalau sama keluarga besar, sama

Page 135:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Nenek, Om, Tante itu belum masih beda gitu.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Gak ada sih, kayak orang normal aja biasa aja, gak pernah merasa kayaknya

ada yang beda deh kalau pake cadar, gak, sama aja.

Page 136:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 8

Nama : Mellinda Mutina Ayu / MMA

Usia : 24 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Sunda

Pendidikan : S1 Ekonomi Mercu Buana Jakarta Barat

Pekerjaan : Cattering di Puri Botanical Residence

Pendapatan : 2,5 jt/bulan

Status : Belum Menikah

Tanggal dan waktu : 14 April 2019, Pukul 12:25

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Karena perintah Allah, terus ngerasa kayak nyaman aja, awalnya dulu

emang gak berjilbab pas masuk SMP pake jilbab tapi cuma di sekolah aja, terus

SMA udah mulai berjilbab tapi jilbab gaul sampai masuk kuliah. Pakai jilbab

itu kewajiban, sebagai ciri perempuan terjaga dan tertutup.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Waktu SMP ada ibu-ibu yang pake niqab, terus ana ngerasanya ini orang

kenapa sih kok kayak gitu banget, pakaiannya itu kan kotor keseret-seret gitu

kan, terus pas pindah ke Jakarta ngeliat orang yang bercadar udah biasa aja.

Melihat orang yang bercadar itu kok kayak berlebihan banget, kenapa harus

kayak gitu sih kan orang jadi sulit untuk mengenali satu sama lainnya.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Merasa lebih terjaga aja sih ngerasa aman, jadi pas mau keluar kalo ga pake

cadar itu malah gak pede karena kemana-mana udah terbiasa pake cadar.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Awalnya ngeliat orang-orang yang kajian disini pake cadar, ana kan

orangnya termasuk yang suka kepo-kepo (ingin tau) gitu gimana sih rasanya,

terus mulai deh coba-coba pake awalnya emang pengap, tapi pada saat itu

masih buka tutup, setelah tau hukumnya gimana yaudah deh akhirnya lanjut

terusin aja pake cadar, mencoba untuk istiqomah, tapi kalo di tempat kerja

diganti dengan masker, kalo ada ikhwan tetep dipake kalo akhwat semua ya di

buka.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Kalo aku sih termotivasi salah satunya dengan selebgram di instagram

Page 137:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Wardah Maulina, terus kesannya gimana gitu, kok dia bisa sih kayak gitu, kan

kalo orang cadaran pasti mikir ntar makannya gimana yah, aktivitas kita

terhambat atau engggak, tapi dia ya fleksibel aja gitu, terus liat orang-orang di

sini juga mereka biasa aja gitu.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Pernah nanya sama temen sih apa gerah gak pake cadar, aktivitasnya jadi

terhambat gak sih gitu.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Ada sih, dalam pergaulan kita harus lebih menjaga karena kan udah pake

seperti ini masa sih bergaulnya masih dengan yang lawan jenis gitu, karena kan

mereka bukan mahram kita jadi lebih dijaga aja dalam pergaulannya gitu.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Ana pake cadar itu karena malu karena selama ini ngerasa banyak dosa tapi

Allah selalu memberi rahmatnya kepada ana, dulu itu ana jahil banget karena

mungkin kurang bersyukur, Allah masih terus menutupi aib-aibku, bukan ingin

menampilkan diri ini sudah baik atau sudah hijrah dan sok suci tapi karena rasa

malu itu yang muncul. Kan sebagai pengontrol diri dan agar lebih terjaga juga

dan orang lain akan lebih menghargai diri kita dengan cadar ini gitu.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Pertengahan 2017 itu mulai tertarik dengan cadar, mulai mantap istiqomah

itu sejak Maret 2018.

10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: In Syaa Allah sudah tepat, kita jangan ngejar dunia terus gitu ya, kalo udah

ditunjukkan jalannya kenapa kita ga berubah, karena hidup di dunia kan cuma

sebentar ya.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Dari sosial media, itu sih yang paling berpengaruh kan bisa liat pakaiannya,

bentuk-bentuk dan macam-macam cadarnya.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah dari Ustadz Zainudin al Banjary.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Kalo Ustadz itu lebih ke menutup aurat dengan kerudung, terus diberi

nasihat kalo akhwat bercadar itu semoga istiqomah.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: Kalo di dalam al Qur’an itu , tapi yang ana tau itu 4 imam mazhab, kalo

tidak salah itu aurat wanita di depan laki-laki yang bukan mahram seluruh

tubuhnya itu adalah aurat sehingga kalo pake cadar ya berarti wajib, kalo

menurut Imam Hambali, Hanafi, Maliki berpendapat kalo wajah wanita

bukanlah aurat tapi memakai cadar itu hukumnya sunnah atau dianjurkan, dan

Page 138:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

menjadi wajib jika di khawatirkan menimbulkan fitnah.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Sama aja gak ada perbedaan cuma kalo di kita itu biasanya pake cadar

Yaman, cadar bandana, cadar yang cuma setengah ke hidung gitu dari mata ke

jidatnya masih terlihat gitu, tapi kalo di sana burqa udah ada, terus ada yang

cuma jaring-jaring tipis di mata untuk melihat di sana ada, tapi secara umumnya

sih gak ada perbedaan ya sama aja.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Wallahu’alam juga ya karena ana itu orangnya kan cuek, ana melakukan

suatu hal karena ini kan syari’at, kalo ada orang lain yang menghujat gak suka

dan memberi komentar negatif gak ana tanggepin kan gada faedahnya banget.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Kalo di Jakarta itu responnya biasa aja gitu kan kalo di Jakarta kayak “lu-lu,

gua-gua” individualis lah, nah beda dengan di kampung kan masih jarang orang

yang bercadar jadi kayak terlihat aneh gitu padahal ini kan syari’at tapi tidak

semua orang bisa nerima. Kalo di lingkungan kerja karena orang-orangnya

masih awam, ya responnya buat mereka itu asing gitu malah disangka teroris

dan jadi bahan ejekan radikal-radikal gitu.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Kalo saat berkumpul dengan keluarga kan di rumah jadi ga selalu pakai

cadar, terus kalo ketemu dengan keluarga besar lain kan di situ kumpul ada

yang mahram dan tidak nah mereka bersikap biasa aja gak nge-judge teroris

atau apa tapi lebih kepada kaget melihat perubahan ana seperti ini ketika pulang

dari Jakarta. Tapi setelah dijelasin akhirnya keluarga ya biasa aja nerima.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Kendalanya itu pertama kali emang agak pengap tapi pas ke sini-sini

tergantung kita pilih bahan cadarnya kayak apa terus pakainya yang nyaman aja

untuk ana. Kalo untuk segala aktivitas sih gak mengalami kendala semuanya

bisa berjalan dengan lancar cuma saat di pekerjaan memang ana lepas cadar

karena memang kondisinya tidak memungkinkan dan sudah terikat dengan akad

kerja gitu, kalo untuk sehari-hari sih gak ada masalah ya yang membatasi

aktivitas kemana-kemana selalu pakai cadar Alhamdulillah.

Page 139:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Hasil Wawancara 9

Nama : Lellyana / L

Usia : 44 tahun

Lokasi : Masjid Blok M Square

Suku : Betawi

Pendidikan : SMEA 1

Pekerjaan : IRT dan Dagang Online Sperpart Truk

Pendapatan : 10jt/bulan

Status : Menikah

Tanggal dan waktu : 14 April 2019, Pukul 15:44

Q: Question

(Pertanyaan)

A: Answer

(jawaban) NO. DIALOG

1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?

A: Yaa itu kan udah kewajiban, walau siap gak siap ya wajib, dulu sih emang

gak pernah pake semenjak tau kalo itu adalah kewajiban yaudah dipake terus.

2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti

kajian?

A: Menurutku orang yang bercadar itu ga gampang bergaul dengan orang, lebih

tertutup. Qadarullah itu di tempatku kan belum banyak ya yang pake cadar, jadi

mereka tuh lebih kayak menjaga pertemanan, jadi kayak pilih-pilih teman.

Aneh, serem banget, kok nutup auratnya sampe sebegitunya, emang gak gerah

dan ribet gitu.

3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?

A: Cadar itu menjadi suatu kebanggaan sih, bukan merasa bangga terus

sombong ngerasa diri kita lebih baik dari yang lain ya, enggak seperti itu.

Malah ngerasanya karena banyak dosa jadi ingin lebih dekat kepada Allah aja

dan memacu untuk menjadi lebih baik. Kalo kita udah pake cadar kan pasti hati

juga ingin merasa lebih baik lagi.

4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?

A: Jadi awalnya itu karena adanya keinginan dari hati bukan cuma ikut-ikutan

orang lain. Kayak perempuan nih kan kebanyakan perempuan itu seneng gitu

dipandang dan dipuji orang, sering posting foto, dikomentarin sama orang jadi

timbul sifat sombong, dan laki-laki itu seneng memandang orang. Saat itu mau

ada acara reunian, kan ada banyak temen-temen cowok nah salah satunya ada

yang telpon ke handphone, kayak mau ngedeketin gitu karena dia bilangnya

suka sama aku dari zaman SMA, dari situ mulai ngerasa keganggu aja sama

sikapnya entah itu cuma bercanda atau enggak ya. Saat kumpul reuni ketemu

Page 140:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

sama semua temen-temen, aku tuh males ketemu sama dia itu, akhirnya setelah

diskusi sama suami dan untuk menghindari maksiat sebenernya itu kan kejadian

hal-hal aneh ya yang seperti itu aku mulai deh pake cadar. Sampai sekarang In

Syaa Allah istiqomah.

5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk

memakai cadar?

A: Ehmm ada dari temen Nur Baiti Hasan, dia yang pertama kali ngenalin aku

pake syar’i dan pakai cadar pun dia juga yang nganjurin untuk pake.

6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau

menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?

A: Gak pernah sih ya jalan aja gitu ngalir, jadi aku tuh tau-tau langsung gitu aku

tuh niat dari dalam hati aku sendiri.

7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai

untuk memakai cadar?

A: Kayaknya bukan pertimbangan sih, jadi mungkin perasaan itu muncul dari

diri kita sendiri sih kayak aneh gak sih begini diliatin orang gitu. Jadi ya kayak

perang batin terkadang di hati.

8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?

A: Ingin menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi aja sih, sebenernya kan

cadar sunnah yang dianjurkan, bila dikerjakan kan dapet pahala, kalo enggak ya

gapapa gitu.

9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?

A: Oktober tahun lalu, ya sekitar 7 bulanan yang lalu.

10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?

A: Sebenernya bukan sudah tepat sih, ini ya udah jadi keputusan kalo udah A

ya A jangan belok-belok lagi gitu, takut dibilang jadi orang munafik gitu.

11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?

A: Eehmm, dari sosmed sih, liat-liat terus baca-baca posting-an tentang anak-

anaknya Rasulullah gitu.

12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?

A: Pernah, tapi yang spesifik tentang cadar sih belum ya biasanya tentang

menutup aurat itu sering banget.

13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?

A: Tentang menutup aurat kan menjulurkan kain kerudung ke seluruh tubuh ya

dan hukumnya menutup aurat itu ya wajib gitu.

14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai

cadar?

A: QS. 33:59, itu surat al Ahzab, terus sunnah dari Rasulullah juga ada yang

dianjurkan, dan 4 mazhab itu juga ada.

15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di

Timur Tengah?

A: Sekarang udah banyak modelnya kan, kalo di Timur Tengah tuh ada yang

Page 141:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

udah pake burqa yang semuanya ketutup mukanya, cuma kan memiliki

fungsinya masing-masing dan alasannya yang berbeda, mungkin di sana karena

perempuannya cantik-cantik gitu.

16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?

A: Kalo dulu tuh suka di bilanginnya kayak batman gitu terus juga ada yang

bilang kayak pake jas ujan karena bajunya kan lebar ya syar’i, tapi kalo

sekarang-sekarang sih kayaknya gak deh gak ada yang bilang sampai ekstrim

atau teroris sih engga ya, biasa aja. Dulu ada yang bercadar juga tinggal di sini

tapi sekarang orangnya udah pindah.

17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar

anda?

A: Pasti pertama kali ya kaget, karena disini kan lingkungannya yang biasa-

biasa aja kan.

18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?

A: Kalo dulu sih ya dari suami sendiri yang bilang kok ektrim banget sih pake

yang begituan, tapi alhamdulillah sekarang suami udah bisa nerima dan malah

mendukung, kalo dari keluarga sih nerima aja, ga ada omongan dan larangan

sih.

19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?

A: Alhamdulillah sampai saat ini sih enggak ada ya dilancarkan semua dengan

Allah.

Page 142:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

LAMPIRAN 2

PERTANYAAN WAWANCARA

Nama :

Usia :

Lokasi :

Suku :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pendapatan :

Status :

Tanggal dan waktu :

Teori Pertanyaan

Berpikir (mind) adalah suatu

proses di mana individu

berinteraksi dengan dirinya

sendiri dan lingkungannya

dengan menggunakan simbol-

simbol yang bermakna.

Mead mendefinisikan diri (self)

sebagai kemampuan untuk

merefleksikan diri kita sendiri

dari perspektif orang lain.

- Mengapa anda memakai jilbab?

- Bagaimana anda memahami

pentingnya memakai cadar sebelum

mengikuti kajian di Masjid Nurul

Iman?

- Setelah memakai cadar, bagaimana

anda memahami tentang cadar?

Impuls merupakan dorongan hati

yang meliputi rangsangan spontan

yang berhubungan dengan alat

indera dan reaksi aktor terhadap

stimulasi yang diterima.

- Bagaimana proses pertama kali

anda memakai cadar?

- Apakah terdapat tokoh-tokoh yang

berpengaruh yang kemudian

menganjurkan anda untuk memakai

cadar?

Page 143:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Persepsi dimana pada tahapan ini

terjadi ketika aktor sosial

mengadakan penyelidikan dan

bereaksi terhadap rangsangan

yang berhubungan dengan

impuls.

- Ketika anda tertarik dengan cadar,

apakah anda pernah bertanya

dengan teman-teman anda yang

telah memakai cadar? Apakah yang

anda tanyakan?

Manipulasi merupakan tahapan

penentuan tindakan berkenaan

dengan objek itu. Tahap ini

merupakan tahap yang penting

dalam proses tindakan agar reaksi

tidak terjadi secara spontanitas.

- Apakah ada pertimbangan-

pertimbangan tertentu ketika anda

akan memulai untuk memakai

cadar?

- Hal apa yang membuat anda

memantapkan diri untuk memakai

cadar?

Konsumsi tahapan dimana aktor

dapat mengambil tindakan yang

sesuai dengan keinginannya.

- Sejak kapan anda mulai

memutuskan untuk memakai cadar?

- Apakah menurut anda pilihan untuk

mengenakan cadar sudah tepat,

mengapa demikian?

Dalam proses interaksi sosial,

manusia mengkomunikasikan

arti-arti kepada orang lain melalui

simbol-simbol. Kemudian orang

lain menginterpretasi simbol-

simbol itu dan mengarahkan

tingkah laku mereka berdasarkan

interpretasi mereka.

- Darimana anda pertama kali

mengenal tentang cadar?

- Apakah anda pernah mendengarnya

dari Ustadz?

- Jika iya, bagaimana isi ceramah

dari Ustadz tersebut?

- Apakah terdapat dalil yang

mengkhususkan seseorang untuk

Page 144:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

memakai cadar?

- Apakah terdapat perbedaan antara

penggunaan cadar di Timur Tengah

dengan yang ada di Indonesia?

Generalized Other adalah

harapan-harapan, kebiasaan-

kebiasaan, standard-standard

umum dalam masyarakat.

- Apakah ada stigma yang anda

peroleh setelah menggunakan

cadar?

- Bagaimana respon orang-orang

yang berada di lingkungan sekitar

anda?

- Bagaimana respon yang anda

peroleh dari keluarga anda?

- Apakah anda mengalami kendala

lainnya setelah memakai cadar?

Page 145:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI WAWANCARA DAN KEGIATAN KAJIAN

Wawancara dengan Informan TRJ di Masjid Nurul Iman Blok M Square

Wawancara dengan Informan DA(1) di Masjid Nurul Iman Blok M Square

Page 146:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

Wawancara dengan Bidang Dakwah Kesekretariatan Masjid Nurul Iman

Blok M Square

Dokumentasi saat kajian Ustadz Khalid Basalamah di Masjid Nurul Iman Blok M

Square

Page 147:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

LAMPIRAN 4

STRUKTUR KEPENGURUSAN MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square

Page 148:  · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini menggunakan penelitian

LAMPIRAN 5

JADWAL KAJIAN RUTIN MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square