Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/...

6
pusdatin.kemkes.go.id pusdatin kemkes pusdatin kemenkes Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan ISSN 2442-7659 Didik Budijanto Rudy Kurniawan Winne Widiantini Penanggung Jawab Redaktur Penyunting Eka Satriani Sakti Dian Mulya Penulis Desain Gras/Layouter 2019 Masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). The Global Burden of Disease Study, 2016)

Transcript of Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/...

Page 1: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

pusdatin.kemkes.go.id pusdatin kemkes pusdatin kemenkes

Kementerian Kesehatan RIPusat Data dan InformasiJl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta Selatan

ISSN 2442-7659

Didik Budijanto

Rudy Kurniawan

Winne Widiantini

Penanggung Jawab

Redaktur

Penyunting

Eka Satriani Sakti

Dian Mulya

Penulis

Desain Gras/Layouter

2019

Masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa).

The Global Burden of Disease Study, 2016)

Page 2: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016

masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi

merupakan penyakit yang dialami hampir dari

setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa).

Penyakit pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke 11

penyakit yang paling banyak terjadi di dunia.

Sementara di Asia Pasik, kanker mulut menjadi urutan

ke 3 jenis kanker yang paling banyak diderita.

Proporsi Masalah Gigi di Indonesia

Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, kesehatan

gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang

berhubungan dalam rongga mulut yang memungkinkan individu makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa

disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan

gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut

dapat mereeksikan kesehatan tubuh secara keseluruhan termasuk jika terjadi kekurangan nutrisi dan gejala

01 02

Gambar 1

Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di

Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%).

Sedangkan masalah kesehatan mulut yang mayoritas

dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak

dan/atau keluar bisul (abses) sebesar 14%.

Proporsi Masalah kesehatan Mulut

di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 2

50454035302520151050

Gigi rusak/berlubang/sakit

Gigi hilangkarena

dicabut/tanggal sendiri

Gigi goyah Gigi telahditambal atau

ditumpat karenaberlubang

45,3

19

10,44,1

16

14

12

10

8

6

4

2

0Gusi bengkak

dan/atau keluar bisul

(abses)

Gusi mudahberdarah

(seperti saatmenyikat gigi)

Sariawan berulang

minimal 4x

Sariawan menetapdan tidak pernah

sembuh minimal 1 bulan

13,9

8

0,9

14

Definisi Kesehatan Gigi dan Mulut

penyakit lain di tubuh. Gangguan pada kesehatan gigi dan mulut dapat berdampak negatif pada kehidupan

sehari-hari di antaranya menurunnya kesehatan secara umum, menurunkan tingkat kepercayaan diri, dan

mengganggu performa dan kehadiran di sekolah atau tempat kerja.

Kerusakan gigi (karies)

Karies merupakan penyakit paling umum dan

paling banyak dialami oleh orang di dunia.

Karies disebabkan karena konsumsi gula

berlebihan, kurangnya perawatan

kesehatan gigi, dan sulitnya akses

terhadap pelayanan kesehatan

gigi yang sesuai standar.

Periodontal merupakan penyebab utama

kehilangan gigi pada orang dewasa.Gangguan ini

diawali dengan gingivitis (pembengkakan

pada gusi akibat plak) yang jika tidak

diobati akan menjadi periodontitis

(infeksi yang dapat menghancurkan

gigi dan jaringan sekitarnya).

Periodontal dapat berdampak

serius dalam kehidupan sehari-hari

seperti kesulitan dalam menguyah,

berbicara, dan kehilangan gigi.

Gangguan pada gusi (periodontal)

Kanker mulut merupakan salah satu

dari sepuluh jenis kanker yang paling

banyak menyerang manusia. Kanker mulut

menyerang bagian mulut secara signikan,

Kanker

seperti bibir, gusi, lidah, kerongkongan, bagian dalam pipi, langit-langit mulut, dan bagian bawah mulut.

Kanker mulut dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Penyebab utama dari kanker ini umumnya

adalah konsumsi rokok dan alkohol.

Penyakit dan Gangguan pada Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut FDI (Fédération Dentaire Internationale) World Dental Federation, permasalahan yang umum terjadi

pada gigi dan mulut adalah:

Faktor Risiko Kesehatan Gigi dan Mulut

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula secara berlebihan dapat memicu

terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan pada gigi dan mulut. Bakteri dalam mulut

mengubah gula menjadi asam yang dapat mengikis enamel pada gigi. Semakin tinggi

tingkat konsumsi gula dalam sehari maka semakin tinggi pula resiko untuk mengalami karies

gigi. 1

Konsumsi gula berlebih

Page 3: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

03 04

Merokok meningkatkan resiko terjadinya penyakit pada gusi dan kanker mulut. Selain itu,

merokok juga dapat menyebabkan noda pada gigi (staining), napas berbau tidak sedap,

kehilangan gigi permanen, dan kehilangan sensitivitas pada indera perasa dan penciuman.

2

Merokok

Alkohol dapat mengiritasi mulut dan kerongkongan. Sel yang mengalami iritasi akan

berupaya memperbaiki diri sendiri dan dapat membuat terjadinya perubahan (DNA) yang

menjadi awal dari terjadinya kanker mulut. Konsumsi alkohol bersamaan dengan konsumsi

rokok beresiko lebih tinggi untuk menyebabkan kanker mulut dan kerongkongan

dibandingkan dengan hanya mengkonsumsi alkohol atau rokok saja.3

Konsumsi alkohol

Buruknya perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat menyebabkan

terbentuknya plak dan meningkatkan perkembangan bakteri dalam mulut. Sikat gigi rutin

dua kali sehari dengan pasta gigi beroride dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan

mencegah timbulnya plak. 4

Kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut

Perilaku Menyikat Gigi berdasarkan Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 3

120

100

80

60

40

20

0

Berdasarkan Gambar 3, mayoritas penduduk Indonesia (94,7%) sudah memiliki perilaku menyikat gigi yang baik

yaitu menyikat gigi setiap hari. Namun dari persentase tersebut hanya 2,8% yang menyikat gigi di waktu yang

benar, yaitu minimal dua kali, sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Jika berdasarkan kelompok umur, persentase

tertinggi kelompok umur dengan perilaku menyikat gigi yang baik adalah umur 15-24 tahun sebesar 98,5%

dengan persentase waktu menyikat gigi yang benar sebesar 3,3%. Sedangkan persentase terendah kelompok

kelompok umur dengan perilaku menyikat gigi yang baik adalah umur 65 tahun ke atas sebesar 71% dengan

persentase waktu menyikat gigi yang benar sebesar 2,9%.

3-4

86,7 93,2 96,5 98,5 98,3 97,8 96,7 91,2

71

5-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+

1,41,1 2,1 3,3 3,2 3,2 3,1 2,9 2,9

Menyikat gigi setiap hari Waktu menyikat gigi yang benar

Perilaku Menyikat Gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 4

120

100

80

60

40

20

0

82,1

91,895,1 98 98,7

Menyikat gigi setiap hari Waktu menyikat gigi yang benar

99,2

Tidak sekolah Tidak tamatSD/MI

Tamat SD/MI TamatSMP/MTs

TamatSMA/MA

TamatD1/D2/D3/PT

1,7 2 2,5 2,7 3,6 6,2

Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan (Gambar 4), semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik

perilaku menyikat gigi. Persentase perilaku menyikat gigi yang baik pada kelompok tamat D1/D2/D3/PT sebesar

99,2% dengan persentase waktu menyikat gigi yang benar sebesar 6,2%. Sebaliknya pada kelompok tidak

sekolah, persentase perilaku menyikat gigi yang baik hanya sebesar 82,1% dengan persentase waktu menyikat

gigi yang benar sebesar 1,7%.

Upaya Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada gigi dan mulut adalah:

2x seharimenyikat gigi

menggunakan pasta gigi yang mengandung

Flouride

sikat gigi1

mengganti sikat gigi tiga bulan sekali

3bulan/

makanan manis

mengurangi

xmerokok

berhenti

mengkonsumsialkohol

tidak

Membiasakan perilaku menjaga gigi dan mulut seperti1

Menghindari faktor risiko2 Memeriksakan gigi3

ke dokter rutin

bulan6setiap

Umur (tahun)

Page 4: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

05 06

Kondisi Tenaga Kesehatan Gigi di Indonesia

Secara nasional, menurut data Riskesdas 2018 sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut

selama 12 bulan terakhir, tetapi hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Berdasarkan

kelompok umur, proporsi terbesar dengan masalah gigi dan mulut adalah kelompok umur 5-9 tahun (67,3%)

dengan 14,6% telah mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Sedangkan proporsi terendah dengan

masalah gigi dan mulut adalah umur 3-4 tahun (41,1%) dengan 4,3% telah mendapat perawatan oleh tenaga

Proporsi Masalah Gigi dan Mulut dan Perawatan oleh Tenaga Medis Gigi

berdasarkan Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 5

80

70

60

50

40

30

20

10

0

3-4

55,6 56,661,9

5-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+

Bermasalah gigi dan mulut Menerima perawatan dari tenaga medis gigi

4,3

41,1

67,3

14,6

51,9

9,4 8,710,6

59,6

11,4

62,1

11,3 9,8

54,2

6,4

Jika berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah proporsi masalah

gigi dan mulut, tetapi proporsi menerima perawatan dari tenaga medis gigi justru mengalami peningkatan. Pada

tingkat pendidikan D1/D2/D3/PT proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 53,5% dengan proporsi menerima

perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 20%. Sedangkan pada kelompok tidak sekolah, proporsi masalah gigi

dan mulut sebesar 60,8% dengan proporsi menerima perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 8,7%.

Kondisi tempat tinggal juga menjelaskan perbedaan yang berarti. Penduduk perkotaan lebih rendah proporsinya

memiliki masalah gigi dan mulut (57,2%) dibandingkan dengan penduduk perdesaan (58,2%) dengan proporsi

menerima perawatan dari tenaga medis gigi lebih besar proporsi perkotaan (12,9%) dibandingkan dengan

perdesaan (6,9%).

Proporsi Masalah Gigi dan Mulut dan Perawatan oleh Tenaga Medis Gigi

berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tempat Tinggal di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 6

70

60

50

40

30

20

10

0

60,8 63,158,4 56,7 55,9

Bermasalah gigi dan mulut Menerima Perawatan dari tenaga medis gigi

53,5

Tidak sekolah

Tidak tamatSD/MI

Tamat SD/MI

TamatSMP/MTs

TamatSMA/MA

TamatD1/D2/D3/PT

8,7 10,2 7,5 9 12,520

57,2 58,2

6,912,9

Perkotaan Perdesaan

Dari 57,6% penduduk Indonesia yang memiliki

masalah kesehatan gigi, mayoritas (42,2%) memilih

untuk melakukan pengobatan sendiri (Gambar 7).

Sebanyak 13,9% berobat ke dokter gigi, sedangkan

s i sanya mem i l i h u n t uk be roba t ke dok te r

umum/paramedik lain (5,2%), perawat gigi (2,9%),

dokter gigi spesialis (2,4%), dan tukang gigi (1,3%).

Proporsi Pengobatan Masalah Gigi dan MulutSumber : Riskesdas, 2018

Gambar 7

Standar kecukupan dokter gigi di puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat adalah minimal satu orang, baik di puskesmas rawat inap dan non rawat

inap dan di wilayah perkotaan, perdesaan, maupun di kawasan terpencil dan sangat terpencil. Pada tahun 2018,

secara nasional terdapat 42,46% puskesmas dari total 9.825 puskesmas yang memiliki dokter gigi cukup. Sebesar

13,18% puskesmas memiliki jumlah dokter gigi melebihi standar dan 44,36% puskesmas mengalami kekurangan

dokter gigi (Gambar 8).

Berdasarkan provinsi, provinsi dengan persentase tertinggi puskesmas yang cukup dan berlebih jumlah dokter gigi

yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan persentase tertinggi puskesmas

yang kekurangan dokter gigi adalah Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

32,1

42,2

13,91,3

2,42,95,1

Umur (tahun)

Pengobatan sendiri

Dokter gigi

Dokter umum/paramedik lain

Perawat gigi

Dokter gigi spesialis

Tukang gigi

Tidak menerimapengobatan

Page 5: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

Kecukupan Dokter Gigi di Puskesmas* di Indonesia Tahun 2018

Gambar 8

Sumber : Badan PPSDMK, 2019 (http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk) per 31 Desember 2018

cukup lebih kurang

4,954,96

23,8116,0016,7331,3140,8735,6318,6928,6444,0838,7821,2327,6341,7659,1456,9359,0463,0454,2657,0746,9327,4066,3870,412,50

72,7569,8380,3264,8486,8789,3690,0787,50

INDONESIA

DKI JakartaDI Yogyakarta

Kep. Bangka BelitungJawa Timur

Sumatera BaratJawa Tengah

Kalimantan SelatanNusa Tenggara Barat

RiauSulawesi Selatan

Jawa BaratKalimantan UtaraKalimantan Timur

BantenJambi

GorontaloAceh

Sulawesi TenggaraSumatera Selatan

Sulawesi BaratSulawesi TengahSumatera UtaraKepulauan Riau

Kalimantan BaratKalimantan Tengah

BaliNusa Tenggara Timur

BengkuluSulawesi Utara

LampungMalukuPapua

Papua BaratMaluku Utara

00,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

44,3613,18

77,4068,6065,0864,3362,8362,7355,6555,0054,2149,2247,2346,9446,3741,2340,6635,4834,3433,9533,5432,9832,4632,0331,5128,4527,0426,6725,3423,4617,5512,8211,119,248,618,59

42,46

2,021,401,323,91

2,1322,34

6,701,91

70,832,55

5,17

5,388,73

7,013,4212,7710,4721,0441,10

22,158,6814,2932,4031,1417,58

3,489,3827,10

11,1119,6720,455,96

26,4517,65

Indonesia Bebas Karies 2030

Pada tahun 2015, Kementerian Kesehatan menetapkan Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan Gigi dan

Mulut Menuju Indonesia Bebas Karies 2030 yang merupakan rekomendasi WHO. Penetapan tahun 2030 adalah

berdasarkan target bayi baru lahir pada tahun 2018 yang diharapkan pada usia 12 tahun sudah tidak mengalami

karies. Usia 12 tahun adalah usia pada umumnya gigi permanen sudah tumbuh semua.

Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi karies di Indonesia adalah sebesar 88,8% dengan prevalensi

karies akar sebesar 56,6%. Berdasarkan grak pada Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa prevalensi karies

cenderung tinggi (di atas 70%) pada semua kelompok umur. Prevalensi karies tertinggi terdapat pada kelompok

umur 55-64 tahun (96,8%). Sedangkan prevalensi karies akar cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya

kelompok umur. Prevalensi karies akar tertinggi adalah pada kelompok umur 35-44 tahun, kemudian kembali

menurun pada kelompok umur setelahnya.

07 08

Prevalensi Karies dan Karies Akar di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 9

120

100

80

60

40

20

0

3-4 5-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+

92,2

13,3

92,6

28,5

48,1

73,4 75,3

87

70

94,5

61,1

75,6 73,5

96,8

13,3

28,5

9581,1

Indeks DMF-T (Decay Missing Filled-Teeth) dapat

menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi

permanen dimana D (decay) adalah jumlah gigi

permanen yang mengalami karies dan belum diobati,

M (missing) adalah jumlah gigi permanen yang dicabut

karena karies atau masih berupa sisa akar, dan F

(lling) adalah jumlah gigi permanen yang telah

dilakukan penumpatan atau ditambal karena karies.

Target Indonesia Bebas Karies 2030 adalah indeks DMF-T anak kelompok umur 12 tahun mencapai 1. Pada tahun

2018, rata-rata indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah 7,1 sedangkan untuk kelompok umur 12 tahun

adalah 1,9. Angka ini masih belum memenuhi target RAN Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada tahun 2020

yaitu indeks DMF-T 4,1 pada semua umur dan indeks DMF-T 1,26 pada kelompok umur 12 tahun.

Rata-rata Indeks DMF-T Gigi Permanen

Berdasarkan Kelompok Umur WHO

di Indonesia Tahun 2018Sumber : Riskesdas, 2018

Gambar 10

181614121086420

12 15 35-44 65+

1,92,4

16,8

6,9

= Karies = Karies Akar

*total keterisian data 98,2% (9.643 puskesmas)

Umur (tahun)

Umur (tahun)

Page 6: Untitled-1 [pusdatin.kemkes.go.id] · Gigi rusak/ berlubang/sakit Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri Gigi goyah Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang 45,3 19

Target Indonesia Bebas Karies 2030

dalam Peta Jalan Keberhasilan Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan MulutSumber : Rencana Aksi Nasional (RAN) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 2015-2019

Gambar 11

2015DMF-T 4,5DMF-T 1,3(Kelompok 12 tahun)

2020DMF-T 4,1DMF-T 1,26(Kelompok 12 tahun)

2025DMF-T 3,7DMF-T 1,14(Kelompok 12 tahun)

2030DMF-T 3,3DMF-T 1(Kelompok 12 tahun)

Dalam rangka mewujudkan Indonesia Bebas Karies 2030, Kementerian Kesehatan menetapkan Komite Kesehatan

Gigi dan Mulut melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189 Tahun 2019 tentang Komite Kesehatan Gigi dan

Mulut. Komite ini bertugas di antaranya membantu Kementerian Kesehatan dalam menyusun rencana strategis dan

rencana aksi upaya kesehatan gigi dan mulut, melakukan advokasi dengan stakeholder lainnya, melakukan

monitoring dan evaluasi, dan memberikan rekomendasi atas penyelesaian masalah terkait pelaksanaan upaya

kesehatan gigi dan mulut. Komite yang diluncurkan pada 10 Desember 2019 ini terdiri dari unsur Kementerian

Kesehatan, pendidikan Kedokteran Gigi, kolegium, organisasi profesi, dan pakar.

Strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai Indonesia Bebas Karies 2030 diantaranya adalah:

1. Meningkatkan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kemandirian melalui peran serta masyarakat dalam memelihara

kesehatan gigi dan mulut mulai dari janin sampai lansia (continuum of care), peningkatan Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah (UKGS), dan peningkatan usaha kesehatan gigi masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat).

2. Meningkatkan aksesiblitas terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya yang dilakukan adalah memastikan tersedianya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan mengotimalisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas

Kesehatan tingkat Lanjut (FKTL).

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya yang dilakukan adalah dengan memastikan tersedianya sarana dan prasarana sesuai standar, tenaga

kesehatan gigi dan mulut yang berkompeten dan berbudaya kinerja, serta mengoptimalisasi pelayanan melalui

program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di fasilitas kesehatan.

4. Meningkatkan peran serta stakeholders terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya yang dilakukan melalui dukungan dan regulasi, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan gigi dan

mulut, mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi, dan memastikan ketersediaan dana yang proporsional

antara program UKM dan UKP.

Daftar Referensi

FDI World Dental Organization. 2019. FDI's Denition of Oral Health.

https://www.fdiworlddental.org/oral-health/fdi-denition-of-oral-health (akses 19 Agustus 2019).

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 89 Tahun 2015 tentang

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut tahun

2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Mediakom Edisi 98 September 2018: Yuk! Peduli Kesehatan Gigi

dan Mulut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Dashboard Informasi SDM Kesehatan Nasional

http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk unduh 1 Januari 2019.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.01.07/MENKES/189/2019 tentang Komite Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan. 2019. Kemenkes Luncurkan Komite Kesehatan Gigi dan Mulut.

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20191210/0332486/kemenkes-luncurkan-

komite-kesehatan-gigi-dan-mulut/ (akses 31 Desember 2019).

WHO. 2018. Oral Health. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-health (akses 19

Agustus 2019).

09 10