UNSYIAH MENUJU PTN UNGGULhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Warta-Mei-Spread.pdfMEI 2019...

25
EDISI 235 . MEI 2019 UNSYIAH MENUJU PTN UNGGUL ISSN 0215-2916 ukm-pa leuser, ekspedisi tiada henti berbagi senyum di enam desa Lima prodi siapkan akreditasi internasional www.humas.unsyiah.ac.id

Transcript of UNSYIAH MENUJU PTN UNGGULhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Warta-Mei-Spread.pdfMEI 2019...

EDISI 235 . MEI 2019

UNSYIAH MENUJU PTN UNGGUL

ISSN

021

5-2

916

ukm-pa leuser, ekspedisitiada henti

berbagisenyumdi enam desa

Lima prodi siapkan akreditasi internasional

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 235 . MEI 2019EDISI 230 . DESEMBER 2018

IFTITAH2 XXX 3

AKREDITASI merupakan penentuan standar mutu dan penilaian suatu lembaga pendidikan oleh badan yang independen sebagai bentuk pengakuan formal atas kompetensi lembaga tersebut. Akreditasi sendiri telah menjadi tuntutan wajib dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terhadap lembaga pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 60 dan 61.Penyelenggaraan akreditasi menjadi salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk menjaga dan menjamin mutu pendidikan perguruan tinggi. Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) ditunjuk sebagai lembaga resmi yang berwenang melakukan akreditasi institusi pendidikan. Akreditasi adalah aset penting dan wajib dilakukan oleh setiap universitas. Penilaian ini harus diperbaharui setiap lima tahun sekali.Saat ini, Unsyiah telah memasuki masa reakreditasi untuk memperbarui akreditasinya lima tahun lalu. Dalam

prosesnya, Unsyiah tengah bekerja keras menyusun dokumen-dokumen penting untuk mendukung reakreditasi tersebut. Diharapkan segala proses ini dapat diselesaikan dengan baik pada Januari 2020.Persiapan akreditasi kali ini akan sedikit berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu. Tahun 2018, BAN-PT telah mengembangkan instrumen akreditasi dengan mengubah sistem penilaian menjadi lebih sederhana dan spesifik. Selain itu, penilaian juga mengukur mahasiswa, riset, dan inovasi serta keberlangsungan dari perguruan tinggi. Walau demikian, Unsyiah tetap siap dengan segala perubahan dan tantangan penilaian baru ini. Unsyiah terus berupaya meningkatkan angka akreditasi dengan mengawal segala prosesnya. Sebab mimpi Unsyiah saat ini adalah menjadi salah satu perguruan tinggi unggul di Indonesia.Untuk itu, dibutuhkan sinergi dan kerja sama dari seluruh civitas Unsyiah untuk bersama-sama mewujudkan mimpi ini. (Redaksi)

Menuju Peringkat Ungguldi IndonesiaChairil Munawir MT, S.E. M.M.Kepala Humas Unsyiah

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS

PEMBINA

PENASIHAT BIDANG REDAKSI

PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKSIEDITOR PEWARTA

FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGAN LOGISTIK SIRKULASIWEB MASTER

STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Prof. Dr. Ir. Marwan (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah YulianurBC. (Wakil Rektor III); Dr. Hizir (Wakil Rektor IV)

Dr. Ir. Agussabti, M.Si (Wakil Rektor II)Abdul Rochim, S.Sos. M.PdChairil Munawir MT, S.E. M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Rika Marlia, S.E. M.M.Uswatun Nisa S.I.Kom. M.A.Ferhat, S.E. M.M.Ibnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si. |Muksalmina, S.Sos.I.Syahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinNadia Ulfa, A.Md.Munawar, S.H. Saidi Muhammad Iqbal, S.I.Kom.

WARTA UNSYIAHEdisi 235 . Mei 2019

ISSN 0215-2916Tebal Isi 48 Halaman

DITERBITKAN OLEHHumas UniversitasSyiah Kuala

TWITTER@univ_syiahkuala

YOUTUBEUnsyiah TV

WEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.id

[email protected]

INSTAGRAM@univ_syiahkuala

[email protected]

Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke [email protected] (600-700 kata)

REDAKSI DAFTAR ISI

IFTITAH 3Menuju Peringkat Unggul di Indonesia

EDUKASI 6-7FoMO (Fear of Missing Out): Dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap Generasi Milenial

MAHASISWA 8-9UKM-PA Leuser, Ekspedisi Tiada Henti

FOKUS 10-15Unsyiah Menuju PTN Unggul

Bersinergi Mewujudkan Predikat Unggul

PAKAR 16Unsyiah Menargetkan Menjadi World Class University

PENGABDIAN 18-19Berbagi Senyum di Enam Desa

KREATIF 20-21Tiga Kerbau Putih

PROFIL 22-23Prof. Dr. Abrar Muslim, S.T., M.EngSelalu Terhubung dengan Tuhan

SEHAT 28-29Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Saat Puasa

PERSPEKTIF 30-31Eksistensi Lembaga Pers Kampus

RISET 32-34Mengidentifikasi Keragaman Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

WartaUnsyiah Menuju PTN Unggul

Polem Unsyiah Seumangat Beh!

FAKULTAS 36-37Lima Prodi Siapkan Akreditasi Internasional

ENGLISH 38-39Natural Intelligence vs Artificial Intelligence

MUTU 42-43Sosialisasi AkreditasiProgram Studi Berbasis Outcome

RELIGIA 40-41Menyambut Bayi dengan Azan dan Ikamah

KABARUnsyiah Kukuhkan Tiga Profesor Baru

Unsyiah Asuh 12 PTS di Aceh Tingkatkan Akreditasi

SAGOE POLEM

Jumlah tenaga edukatif Unsyiah yang bergelar doktor semakin bertambah dari tahun ke tahun. Sebagian besar dari tenaga edukatif yang bergelar master, saat ini juga sedang melanjutkan pendidikan mereka di dalam dan luar negeri.

Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

EDUKASI 7

teknologi virtual, hingga kelekatannya

dengan media sosial berdampak pada

perasaan takut ketinggalan. Ketinggalan

yang dimaksud di sini ialah ketinggalan

informasi mengenai seseorang,

sekelompok orang, atau isu, dan

fenomena terkini yang berkenaan dengan

kejadian nasional maupun internasional.

Perasaan takut akan ketinggalan tersebut

dikenal dengan istilah Fear of Missing

Out yang selanjutnya dikenal dengan

istilah FoMO (Baker, et. al., 2016).

FoMO dapat terjadi karena adanya

kelekatan dengan media sosial (social

media engagement) yang melebihi

batas wajar. Generasi milenial yang

akhir-akhir ini disibukkan dengan segala

kegiatan dan rutinitas membuat mereka

menjadi tidak dipisahkan dengan media

sosial. Penggunaan media sosial yang

berlebihan dan tidak kenal waktu akan

mengarah kepada FoMO dan berdampak

pada kesehatan baik psikis maupun fisik.

Seseorang dengan intesitas FoMO yang

tinggi akan mengalami stres sosial

(social distress) dan akan berujung pada

nyeri secara fisik (physical pain) serta

memengaruhi suasana hati menjadi labil,

meningkatkan kemungkinan depresi

(Pantic, et. al., 2012). FoMO juga dapat

memengaruhi kondisi kesehatan remaja

selaku pengguna media sosial, yaitu

dapat menurunkan tingkat refleksi diri

dan kesejahteraan psikologis karena

intensitas penggunaan internet dan

media sosial yang tinggi.

Selain itu, FoMO juga berdampak secara

sosial dengan menurunkan intensitas dan

kualitas interaksi sosial secara langsung

karena waktu dan atensi telah diberikan

sepenuhnya untuk interaksi sosial yang

diperantarai oleh media sosial. Performa

akademik juga terkena imbas karena

FoMO dapat menurunkan motivasi

internal remaja. Keadaan semacam

itu dapat memengaruhi kondisi fisik

dan psikis masyarakat secara personal.

Terlebih lagi bagi generasi milenial yang

berujung pada disrupsi tatanan sosial,

khususnya dalam hal pola interaksi sosial.

Disrupsi tatanan sosial khususnya dalam

pola interaksi sosial yang disebabkan

oleh FoMO, dapat diintervensi dengan

menentukan batasan waktu dalam

penggunaan media sosial sehari-hari.

Perubahan berbasis global

hanya akan terfasilitasi oleh

perkembangan zaman yang

beriringan dengan perkembangan

teknologi. Perkembangan teknologi tidak

serta merta terjadi begitu saja, tetapi

dimulai saat dunia memperkenalkan

fasilitas produksi dengan bantuan tenaga

air dan uap pada akhir abad ke-18.

Sejarah mencatat bahwa pada masa

itulah cikal bakal revolusi industri yang

pertama—revolusi industri 1.0 (Nagy,

Olah, Erdei, Mate, & Popp, 2018).

Selanjutnya, industri kembali berevolusi

dengan mengenalkan produksi massal

yang disertai dengan bantuan energi

elektrik. Masa itu dikenal dengan revolusi

industri 2.0 yang selanjutnya mengalami

perubahan hingga sampai pada revolusi

industri 3.0, yaitu pengaplikasian

elektronika dan teknologi informasi

untuk keperluan otomatisasi produksi

yang lebih lanjut.

Saat ini, zaman telah membawa manusia

ke era industri yang berbasis sistem

produksi cyber-physics yang membuka

sekat antardunia nyata dengan dunia

virtual. Ini menjadikan interaksi manusia

semakin luas. Masa ini disebut dengan

revolusi industri 4.0.

arah virtual yang diperantarai oleh media

sosial. Sebenarnya hal ini sangatlah wajar

mengingat dunia telah beranjak maju

menuju era revolusi industri 4,0. Jika

dilihat berdasarkan klasifikasi usia, maka

generasi milenial merupakan generasi

kelahiran tahun 1980-an sampai 2000-

an dengan intensitas penggunaan media

sosial yang lebih tinggi daripada generasi

lainnya (Eddy & Jasmine, 2015).

Penggunaan media sosial oleh generasi

milenial didukung keinginan mereka

untuk terhubung dengan dunia sosial,

seperti teman dan keluarga, serta

keinginan untuk dapat mengakses

informasi baru yang berasal dari penjuru

dunia. Keterkaitan antara revolusi

industri, generasi milenial, kecanggihan

FoMO (Fear of Missing Out):Dampak Revolusi Industri 4.0terhadap Generasi MilenialRevolusi industri 4.0 yang saat ini sedang

membersamai kehidupan manusia tidak

hanya memberikan dampak positif

terhadap perkembangan dan kemudahan

akses teknologi. Saat ini, akses informasi

sudah sangat mudah seakan dunia ada

dalam genggaman. Tetapi, bersamaan

dengan hal tersebut, revolusi industri

4.0 juga dapat mendisrupsi berbagai

bidang kehidupan manusia, salah satunya

tatanan manusia selaku makhluk sosial.

Disrupsi dalam tatanan sosial tampak

pada pola interaksi sosial dan perilaku

manusia selaku makhluk sosial yang

akhir-akhir ini semakin tergerus.

Tidak dapat dipungkiri bahwa proses

sosialisasi yang dilakukan antarmanusia

selaku makhluk sosial telah bergeser ke

Selain itu, juga melibatkan diri dalam

kegiatan sosial dalam konteks kehidupan

nyata, seperti olah raga, mendaki

gunung, berkunjung ke tempat wisata,

berdiskusi, dan berinteraksi dengan

orang-orang sekitar.

Kegiatan sosial yang disebutkan di

atas dapat menggantikan media

sosial, sehingga generasi milenial tidak

menghabiskan waktunya dengan media

sosial. Selain itu, diperlukan kesadaran

dari pihak keluarga terutama orang tua

tentang dampak penggunaan media

sosial secara berlebihan.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran

dan kepedulian dari berbagai pihak untuk

lebih memerhatikan fenomena sosial

yang terjadi saat ini. Terlebih lagi bagi

generasi milenial yang merupakan poros

kekuatan sumber daya manusia. Mereka

akan berperan dan bertanggung jawab

menyiapkan era revolusi industri yang

tidak hanya maju dalam hal teknologi,

tetapi juga tidak mendisrupsi tatanan

sosial dan pola interaksi masyarakat ke

depannya. []

6 EDUKASI

NAILUR RAHMAHMahasiswa Jurusan Psikologi, Fakultas Kedokteran Unsyiah

MAHASISWA 9

Tim Ekspedisi Peduli Kawasan

Ekosistem Leuser II (PKEL II) 2018

UKM-PA Leuser Unsyiah kembali

melakukan ekspedisi. Kali ini mereka

berhasil menyelesaikan misi mendaki

tiga puncak tertinggi pegunungan

Leuser yang merupakan kawasan taman

nasional tertua sekaligus terluas di

Indonesia.

Misi ini diawali pada tanggal 3 Agustus

2018 ketika empat anggota UKM-PA

Leuser Unsyiah dilepas untuk menjelajahi

kawasan taman nasional yang memiliki

keragaman hayati terbesar di Indonesia

yang sebagian besar kawasannya berada

di wilayah Gayo ini. Keempat mahasiswa

tersebut adalah Muslim Ruhdi, yang

merupakan ketua tim pendakian,

Uun Fajaruna, Al Furqan, serta Suci

Fathurahmi yang merupakan satu-

satunya anggota perempuan di tim ini

berasal dari Maninjau, Sumatra Barat.

Saat tiba di kawasan Penosan Gayo Lues,

Jalaluddin Aman Parmadi dan Iskandar,

hamparan padang rumput dengan

beberapa gundukan kecil ditumbuhi

pohon perdu dan tanaman kantong

semar serta ceruk-ceruk sebesar bola kaki

berisi air.

Dalam perjalanan pulang menuju

Penosan, tim mereka mengalami kejadian

menegangkan. Seharian, dari pagi hingga

sore, mereka diikuti oleh seekor harimau

sumatra (Panthera tigris sumatranus).

Harimau ini mengikuti tim dari jarak

sekitar lima meter. Harimau tersebut

terlihat dalam keadaan sangat baik, sehat

dengan bulu-bulu mengkilat.

Dari sebelum kedatangan Belanda

masyarakat Gayo sudah terbiasa

berjalan kaki menembus hutan ke

pesisir. Jika berjumpa dengan seekor

harimau, masyarakat Gayo pantang

menyebut nama harimau atau kule

dalam bahasa Gayo saat mereka berada

di dalam hutan. Nama itu biasanya

diganti dengan kata sandi. Itu pula yang

dilakukan oleh tim ini. Oleh tim, harimau

dua orang warga lokal Gayo Lues

bergabung dengan tim dan akan menjadi

guide untuk ekspedisi ini. Keberadaan

guide lokal bersama tim pendaki ini

adalah persyaratan yang diwajibkan

oleh Balai Besar Taman Nasional

Gunung Leuser (BBTNGL,) lembaga yang

mengeluarkan izin pendakian di kawasan

ini. Pendakian yang tidak mematuhi

persyaratan ini dikategorikan sebagai

ilegal. Pada 5 Agustus 2018, tim yang

kini beranggotakan enam orang mulai

melakukan pendakian.

Setelah sembilan hari menempuh

perjalanan menembus hutan dengan

berjalan kaki memanggul ransel di

punggung masing-masing, mereka pun

berhasil mencapai puncak tertinggi di

kawasan ini sekaligus titik tertinggi di

provinsi Aceh pada ketinggian 3.455

Mdpl. Ironisnya, puncak tertinggi ini

justru tidak memiliki nama di peta.

Keesokan harinya mereka turun dari

puncak gunung yang berbentuk kerucut

ini dan melanjutkan pendakian ke Puncak

Leuser. Hari itu juga mereka tiba di

satu puncak lainnya pada ketinggian

3.404 Mdpl di mana Belanda pernah

membangun tugu trianggulasi, yaitu

tugu yang biasanya dibangun di puncak

tertinggi suatu kawasan. Di tempat inilah

tim menginap satu malam.

Pagi harinya, dari puncak yang bentuknya

sekilas mirip uluru, batu merah di gurun

Australia ini, mereka turun ke Puncak

Leuser yang berada di ketinggian

3.119 Mdpl yang bentuknya lebih mirip

8 MAHASISWA

yang mengikuti mereka disandikan

dengan nama Aman Jol, yang secara

harfiah berarti bapak dari Jol.

Menurut Uun Fajaruna, salah seorang

anggota tim, nama ini didapat secara

spontan ketika Aman Peramadi melihat

sang harimau berada tidak jauh

dibelakangnya. Pada pendakian yang

dia lakukan sebelumnya, Aman Jol,

kolega Aman Peramadi juga pernah

duduk di tempat harimau itu berada.

Sejak saat itu, nama Aman Jol yang

juga merupakan nama seorang tokoh

dalam lawak Gayo terkenal, mereka

lekatkan pada spesies carnivora darat

terbesar di dunia yang mengikuti

mereka sepanjang hari itu.

Perlu diketahui bahwa Taman Nasional

Gunung Leuser adalah satu-satunya

kawasan di dunia yang secara bersama-

sama ditinggali empat hewan besar

ikonik, kucing besar, gajah, badak dan

kera besar. Untuk TNGL, kucing besar

diwakili harimau dan kera besar diwakili

orang utan.

Untuk alasan konservasi dan melindungi

Aman Jol dari perburuan liar, tim

memutuskan untuk menceritakan lokasi

tepat dan hari bertemunya mereka

dengan sang harimau secara off the

record.

Tanggal 21 Agustus 2018, sore

hari tepat sebelum takbir Idul Adha

berkumandang, enam anggota tim PKEL

II UKM-PA Leuser Unsyiah, tiba dengan

selamat di kampung Penosan. Mereka

membawa pengalaman yang tak akan

dilupakan seumur hidup. []

WIN WAN NURWin Wan Nur, anggota UKM-PA Leuser Unsyiah yang bersama tim EJSL 94 menjadi tim pertama yang berhasil mencapai Puncak Leuser melalui jalur Peulumat, Aceh Selatan

Ekspedisi Tiada Henti

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

UNSYIAH MENUJUPTN UNGGUL

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

FOKUS12 FOKUS 13

Setelah Universitas Syiah

Kuala sukses meraih

akreditasi A, kampus ini

menunjukkan sejumlah

perubahan yang cukup

signifikan. Baik dari segi sumber daya

manusia, hingga pengembangan

infrastruktur.

Dari segi peningkatan mutu

pembelajaran misalnya, saat ini Unsyiah

telah memiliki 134 program studi. Di

mana 26,1 persen di antaranya telah

terakreditasi A. Sementara program studi

yang terakreditasi B telah mencapai 56,7

persen dan 17,2 persen lainnya masih

berakreditasi C.

Saat ini, persentase prodi yang

meraih nilai A belum mencapai target

pencapaian milestone periode ke-2

master plan Unsyiah yaitu 35 persen.

Walaupun begitu, peluang untuk

meningkatkan jumlah prodi yang

berakreditasi A masih sangat besar.

Terlebih lagi saat ini, sebagian besar prodi

yang memiliki nilai akreditasi B, rata-rata

memiliki nilai yang relatif dekat dengan

batas bawah nilai A.

Begitu pula dengan tenaga pengajar

Unsyiah. Berdasarkan Sistem Informasi

Kepegawaian (Simpeg), Unsyiah memiliki

1.523 orang tenaga pengajar dengan

berbagai disiplin ilmu. Dari jumlah

tersebut, 547 orang telah menyelesaikan

pendidikan S3 di dalam dan luar negeri,

dan 952 orang telah menyelesaikan

pendidikan magister. Sementara jumlah

guru besar Unsyiah saat ini telah

mencapai 64 orang.

“Jumlah tenaga edukatif Unsyiah yang

bergelar doktor semakin bertambah

dari tahun ke tahun. Karena sebagian

besar dari tenaga edukatif yang bergelar

master, saat ini sedang melanjutkan

pendidikan di dalam dan luar negeri,”

ungkap Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir.

Samsul Rizal, M.Eng.

Rektor Unsyiah juga menjelaskan,

keberhasilan meraih akreditasi sangat

berarti dalam upaya mewujudkan

master plan Unsyiah. Sebab keberhasilan

tersebut sekaligus menaikkan reputasi

Unsyiah di jajaran perguruan tinggi

secara nasional. Apalagi sejak 1 Mei

2018, Unsyiah telah meningkatkan

statusnya dari Perguruan Tinggi Satuan

Kerja (Satker) menjadi Perguruan Tinggi

Badan Layanan Umum (PTN-BLU).

Kini, Unsyiah juga telah dipercaya

oleh Kemenristekdikti sebagai rujukan

perguruan tinggi lain di Indonesia yang

ingin belajar akreditasi. Bahkan saat ini,

Unsyiah menjadi Perguruan Tinggi Asuh

(PT Asuh) bagi 12 Perguruan Tinggi

Swasta (PTS) yang ada di Aceh. Unsyiah

bertugas membantu perguruan tinggi

tersebut untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dan nilai akreditasi.

“Ini merupakan tahun ketiga Unsyiah

menjalankan program PT Asuh. Di tahun

2017 dan 2018, kita mendapatkan

penghargaan dari Kemenristekdikti

karena dinilai sukses menjalankan

program ini,” ujar Ketua Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan

Penjaminan Mutu (LP3M) Unsyiah, Prof.

Dr. Adlim, M.Sc.

Jika merujuk situs Webometrics, posisi

Unsyiah di jajaran perguruan tinggi

nasional juga cukup membanggakan.

Kampus ini berhasil menduduki posisi 9

atau masuk 10 perguruan tinggi nasional.

Unsyiah satu-satunya perguruan tinggi

di luar Pulau Jawa yang masuk di posisi

tersebut. Sementara di peringkat dunia,

berdasarkan Webometrics, Unsyiah

menduduki peringkat 1.704.

Oleh sebab itu, Rektor menegaskan jika

saat ini target Unsyiah bukan lagi sekadar

bersaing di jajaran perguruan tinggi

nasional. Tetapi saat ini, Unsyiah sedang

berupaya untuk bersaing di tingkat global.

Rektor menargetkan di tahun 2020,

Unsyiah dapat masuk di peringkat 1.000

perguruan tinggi terbaik di dunia.

“Makanya saat ini kita gencarkan kerja

sama internasional, jurnal-jurnal berindeks

Scopus kita tingkatkan, termasuk riset

bersama perguruan tinggi luar. Karena

target kita sekarang bukan hanya nasional,

tetapi mengejar akreditasi internasional,”

ungkap Rektor.

Setelah empat tahun menyandang status

akreditasi A, wajah Unsyiah benar-benar

telah berubah. Kampus ini terus berusaha

menjadi kebanggaan rakyat Aceh.

Sebagaimana gelar yang telah disematkan

kepada kampus ini sebagai Jantong Hatee

Rakyat Aceh.

Untuk itulah, Rektor menegaskan bahwa

tekad Unsyiah untuk meraih predikat

unggul pada reakreditasi 2020 nanti,

bukan hanya tentang prestasi Unsyiah.

Tetapi juga tentang kebanggaan

masyarakat Aceh. Sebab hal ini

merupakan pembuktian Unsyiah walau

berada di ujung barat Indonesia, tetapi

mampu menegaskan eksistensi dalam

dunia pendidikan di Indonesia.

“Walau Unsyiah berada di ujung barat,

tapi kita tetap bisa berbuat sesuatu.

Ini adalah pembuktian kepada bangsa

Indonesia. Dengan fasilitas serta dukungan

dari masyarakat dan Pemerintah Daerah,

Unsyiah mampu berkiprah di nasional dan

internasional,” pungkas Rektor. []

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

FOKUS14 FOKUS 15

Status akreditasi A Universitas

Syiah Kuala (Unsyiah)

akan berakhir pada 10 Juli

2020. Meski akan berakhir

pertengahan tahun depan,

tetapi semangat untuk mempertahankan

akreditasi mulai disosialiasikan di setiap

unit kerja lingkungan Unsyiah. Motivasi

dan sinergi semua unit kerja harus

memiliki semangat memberikan hasil

yang terbaik bagi akreditasi.

Oleh sebab itu, dalam banyak

kesempatan pimpinan Unsyiah selalu

mengingatkann jika upaya meraih

akreditasi terbaik ini merupakan

tanggung jawab bersama. Semuanya

harus mempunyai tekad demi

mewujudkan status Unsyiah menuju

predikat unggul.

Bahkan Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir.

Samsul Rizal, M.Eng., mengatakan

untuk mempersiapkan proses akreditasi

ini, Unsyiah tidak hanya memerhatikan

beberapa standar yang merupakan

penilaian akreditasi. Aspek yang kadang

sering luput dari perhatian banyak orang,

seperti lingkungan dan kebersihan

kampus, etos kerja, dan kedisiplinan

termasuk juga semangat kejujuran,

keikhlasan, dan kebersamaan yang telah

menjadi jati diri Unsyiah.

“Jadi kita menyiapkan semuanya. Bukan

hanya infrastruktur. Akreditasi ini harus

menjadi bagian smart campus. Kampus

yang betul-betul menjalankan nilai-nilai

akademiknya,” ujar Rektor di ruang

kerjanya saat ditemui Warta Unsyiah.

Saat ini, Tim Akreditasi Unsyiah telah

terbentuk dan telah melakukan sejumlah

persiapan. Inisiasi kerja untuk akreditasi

dimulai sejak Desember 2018 lalu. Ini

dimulai dengan kegiatan Focus Group

Discussion (FGD) untuk membahas,

merintis, dan memetakan kebutuhan

serta mempersiapkan apa saja yang

diperlukan. Persiapan itu seperti

mengidentifikasi awal kebutuhan data

dan dokumen yang dibutuhkan untuk

penyusunan borang.

Ketua Tim Akreditasi Unsyiah, Dr. Ir.

Rizal Munadi, M.M., M.T., menyebutkan

dalam FGD ini juga dibahas rencana

pembentukan kepanitiaan APT Unsyiah.

Tim mulai bekerja secara formal setelah

SK Rektor diterbitkan pada awal Februari

2019.

“Tim ini bertugas untuk menyusun

dokumen akreditasi yang terdiri dari

Laporan Kinerja Perguruan Tinggi (LKPT)

dan Laporan Evaluasi Diri Perguruan

Tinggi (LEDPT),” ungkapnya.

Dosen Teknik Elektro Unsyiah ini

mengungkapkan, jika saat ini Badan

Akreditasi Nasional (BAN) PT telah

mengumumkan sistem penilaian

yang baru dengan sembilan kriteria

penilaian. Oleh sebab itu, hampir semua

perguruan tinggi yang akan berakhir

masa akreditasinya akan menggunakan

instrumen baru tersebut. Begitu pula

Unsyiah yang berupaya secara mandiri

untuk menyusun dokumen akreditasi ini.

“Instrumen APT 3.0 berorientasi pada

output dan outcome dan terdiri dari dua

bagian yaitu Laporan Kinerja Perguruan

Tinggi (LKPT) dan Laporan Evaluasi Diri

Perguruan Tinggi (LED). Bobot penilaian

keduanya hampir seimbang, LKPT 51,5

persen dan LED 48,5 persen,” jelas Rizal

Munadi.

Perubahan ini menjadi tantangan

tersendiri bagi tim akreditasi Unsyiah.

Perubahan instrumen tersebut

mengharuskan semua tim yang terlibat

untuk dapat memahami panduan

baru dalam menyusun dokumen yang

diperlukan. Kendala ketersediaan

data yang mudah diakses merupakan

tantangan bagi tim.

“Data yang diperlukan tidak tersedia

dalam suatu sistem yang baku dan harus

dicari ke setiap unit kerja,” ungkapnya.

Meski demikian, semangat kebersamaan

untuk memberikan kontribusi,

merupakan hal yang patut diberi

apresiasi, baik dari tim maupun unit kerja

yang terlibat.

Selain itu, pada instrumen baru ini

diperlukan analisis Evaluasi Capaian

Kinerja (ECK) dan Survei Kepuasan

Pengguna (SKP) yang melibatkan dosen,

tenaga kependidikan, mahasiswa,

alumni, pengguna lulusan, dan mitra

sebagai responden. Kedua dokumen

ini merupakan hasil kerja tim yang

sebelumnya tidak dilakukan pada

persiapan borang akreditasi model

standar lama. Akhirnya, tim akreditasi

dan unit kerja dapat menuntaskan target

dokumen ini untuk diimplementasikan.

Oleh sebab itu, Rizal menjelaskan

dalam mencapai predikat unggul, tidak

semata-mata meraih skor penilaian di

atas 361. Ada persyaratan awal yang

harus dipenuhi, seperti indeks akreditasi

program studi, layaknya keterpenuhan

syarat bagi mahasiswa yang ingin

cumlaude. Untuk itulah, ia mengharapkan

dukungan semua pihak agar Tim Akreditasi

Unsyiah dapat bekerja optimal.

“Jika semuanya syarat terpenuhi dan

dokumen yang dipersiapkan bisa mencapai

nilai di atas 361, insyaallah peringkat

unggul dapat diraih,” ujarnya.

Rektor Unsyiah sendiri telah memberikan

dukungan penuh agar Tim Akreditasi

Unsyiah dapat menjalankan tugasnya

dengan baik. Rektor telah mengirimkan

surat kepada semua fakultas untuk

berkontribusi memberikan dukungan

dalam proses sosialisasi. Beberapa standing

banner telah didistribusikan untuk

dijadikan media penyebaran informasi

kepada unit yang ada di lingkungan

Unsyiah.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya,

Rektor optimis bahwa Unsyiah mampu

meraih hasil maksimal pada akreditasi

2020 nantinya.

“Mudah-mudahan dengan kebersamaan

yang telah kita jalin selama ini, kita dapat

meraih predikat unggul,” harap Rektor. []

Jadi kita menyiapkan semuanya. Bukan hanya infrastruktur. Akreditasi ini harus menjadi bagian smart campus.

BERSINERGI MEWUJUDKAN PREDIKAT UNGGUL

EDISI 235 . MEI 2019

PAKAR16 PAKAR 17

Pada tahun 2015, Universitas

Syiah Kuala (Unsyiah) berhasil

memperoleh akreditasi A dari

Badan Akreditasi Nasional

Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berkat upaya

dan kerja sama semua pihak, Unsyiah

berhasil memperbaiki nilai akreditasi

institusinya dari nilai C ke nilai A.

Keberhasilan ini menjadi momentum

baru bagi Unsyiah untuk diakui dan

dikenal lebih luas di tingkat nasional

maupun internasional.

Unsyiah Menargetkan MenjadiWorld Class University

Prof. Dr. Ir. MarwanWakil Rektor Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala

Unsyiah dapat berbangga dengan

keberhasilan yang telah diraihnya.

Bahkan, berdasarkan rilis Webometrics

pada Januari 2019, Unsyiah berada di

urutan ke-9 secara nasional. Di tahun

2018, Unsyiah juga menduduki posisi

ke-29 sebagai universitas terbaik dari

Kemenristekdikti. Segala keberhasilan

ini dimanfaatkan Unsyiah untuk lebih

mengembangkan diri agar dapat

mewujudkan universitas yang inovatif,

mandiri, dan terkemuka.

Di tahun 2019, Unsyiah tengah

mempersiapkan diri untuk pelaksanaan

akreditasi institusi menuju peringkat

unggul. Berikut kami hadirkan

wawancara khusus Warta Unsyiah

bersama Prof. Dr. Ir. Marwan, Wakil

Rektor Bidang Akademik Unsyiah,

terkait persiapan Unsyiah menghadapi

reakreditasi 2020.

Sejauh mana persiapan Unsyiah

dalam reakreditasi?

Saat ini kita tengah fokus pada

penyusunan dokumen-dokumen institusi.

Dokumen tersebut merupakan salah

satu alat ukur yang digunakan untuk

menunjukkan kapasitas atau kinerja

institusi selama beberapa tahun terakhir.

Setelah itu, kita akan masuk ke tahap

sosialisasi untuk persiapan visitasi nanti.

Kedua hal ini akan terus kita kawal

prosesnya. Terutama dalam penyusunan

dokumen, karena batas waktu

pengiriman paling lambat Januari 2020.

Apa ada tantangan untuk

reakreditasi kali ini?

Tantangan pasti ada, kita menyadari

adanya perubahan paradigma dalam

assessment akreditasi ke depan yang

lebih banyak mengukur output dan

outcome. Adanya kriteria-kriteria baru

yang muncul tentu menjadi tantangan

lain bagi kita untuk menentukan langkah

maupun strategi dalam pelaksanaan

reakreditasi dan melakukan perbaikan

internal Unsyah. Walaupun demikian kita

telah menyesuaikan dan mengarah ke

sana. Kita juga telah melakukan survei

kepuasan secara berkala dan sedang

berjalan untuk melihat kepuasan dari

mahasiswa, dosen, karyawan, dan para

stakeholder untuk tahun 2019.

Reakreditasi kali ini pasti akan

berbeda karena target Unsyiah

meraih peringkat unggul dan nilai

terbaik. Apa upaya untuk meraih

target ini?

Capaian nilai akreditasi empat tahun

lalu sudah sangat baik, tetapi kali ini

Unsyiah akan mengupayakan untuk

melampaui Standar Nasional Pendidikan

Tinggi dengan terakreditasi unggul.

Baik Menristekdikti maupun BAN-PT

berharap yang namanya akreditasi A itu

benar-benar mencerminkan keunggulan

di level internasional. Dan ini sejalan

dengan strategi di master plan 2007-

2026 Unsyiah yang sudah mengarah ke

capaian level internasional. Jadi kita akan

mengawal bersama-sama apa saja yang

harus dicapai pada level ini, termasuk

akreditasi prodi dan prestasi mahasiswa.

Selain itu, kriteria unggul menuntut

indeks akreditasi program studi minimal

mencapai 3,25 secara keseluruhan.

Sejak tahun kemarin sampai saat ini,

Unsyiah terus mendorong prodi untuk

memperbaiki akreditasi C menjadi B

dan yang sudah B bisa menuju A. Saat

ini peningkatan akreditasi beberapa

program studi sudah terwujud.

Manfaat apa yang dirasakan Unsyiah

dengan segala keberhasilan ini?

Dengan akreditasi A tentu menjadi

perhatian semua elemen baik masyarakat,

institusi/lembaga pusat maupun daerah.

Artinya Unsyiah telah menjadi universitas

yang berkualitas dan mampu bersaing di

tingkat nasional maupun internasional.

‘A effect’ ini telah banyak memberi

manfaat terutama bagi para lulusan

Unsyiah. Akreditasi A telah memberi

peluang awal bagi mereka dalam

memenuhi persyaratan di dunia kerja.

Selain itu, Unsyiah juga memperlebar

aktivitas-aktivitas kerja sama dalam dan

luar negeri. Perhatian lain juga ditujukan

kepada dosen dan mahasiswa yang ingin

berkarya dan berprestasi di luar negeri,

melalui program hibah yang diperoleh

dari Kemenristekdikti.

Ada target lain yang ingin dikejar

Unsyiah?

Mengacu pada milestone periode

2020-2026, tahap berikutnya adalah

memperoleh pengakuan di level

internasional sebagai World Class

University (WCU). Terkait WCU,

Unsyiah sangat konsisten dan telah

membuka kelas internasional,

mengundang pakar internasional,

hingga menyelenggarakan seminar

internasional. Kita dua tahun berturut-

turut juga mendapatkan hibah World

Class Professor (WCP) Tema A yang

sangat prestisius. Dua pusat riset kita,

yakni Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi

Bencana (TDMRC) dan Pusat Riset Atsiri

telah mendapat pengakuan sebagai

Pusat Unggulan Iptek Nasional. Rektor

Unsyiah juga tahun lalu mendapat

anugerah Academic Leader kategori

Rektor PTN Satker.

Apa harapan Anda bagi seluruh

civitas akademika Unsyiah?

Unsyiah punya potensi yang luar biasa

baik dosen maupun mahasiswanya.

Hal ini menjadi tidak berarti bila tidak

mendapatkan dukungan dari pimpinan

universitas dan pemerintah daerah.

Kita yakin bila semua bersinergi apa

yang menjadi visi Unsyiah di tahun

2026 sebagai universitas yang inovatif,

mandiri, dan terkemuka akan terwujud.

Rektor sering berpesan bahwa dengan

semangat kejujuran, keikhlasan dan

kebersamaan, maka tidak ada yang

tidak mungkin kita wujudkan. Unsyiah

harus dapat menjadi penggerak dalam

mendongkrak kesejahteraan rakyat

melalui kiprah alumni dan civitas

akademikanya. []

EDISI 235 . MEI 2019

PENGABDIAN 19

Ramadan merupakan bulan

yang penuh berkah. Di

bulan ini, segala kebaikan

dilipatgandakan. Maka tak

heran, banyak orang berlomba-

lomba melakukan kebaikan untuk

mendapatkan pahala ganda. Begitu juga

yang dilakukan oleh Rumah Amal Masjid

Jamik Unsyiah. Lembaga yang khusus

menghimpun dana sedakah, waqaf,

hingga infak ini menyebarkan kebaikan

lewat program Paket Senyum Ramadan.

Kegiatan ini merupakan agenda

“Kegiatan ini merupakan program

tahunan Rumah Amal bagi warga yang

kurang mampu,” ujar Heru.

Kegiatan ini berlangsung selama dua

hari pada 26 Mei 2019 dan 1 Juni 2019.

Pada tahap pertama, sebanyak 93 paket

disalurkan, dan sisanya sebanyak 57 paket

disalurkan pada tahap kedua. Paket-paket

tersebut diantar langsung oleh pengurus

Rumah Amal Masjid Jamik ke rumah-

rumah warga. Paket berisikan beberapa

kebutuhan pokok sehari-hari, seperti

minyak goreng, gula, kecap, dan kebutuhan lainnya.

Masing-masing paket bernilai Rp100 ribu.

“Seperti nama kegiatannya, kita ingin

menghadirkan secercah senyuman dari wajah

saudara kita yang kurang mampu dalam menjalani

Ramadan dan menyambut hari kemenangan.”

Heru berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan

rasa saling berbagi sekaligus meningkatkan rasa

kasih sayang antarsesama. Terlebih lagi, menjelang

Hari Raya Idulfitri kebutuhan dan harga bahan pokok

meningkat. Paket ini dapat meringankan kebutuhan

para penerima. Ini juga bagian dari rasa tanggung

jawab Unsyiah sebagai kampus terbesar di Aceh

untuk menyantuni dan membantu masyarakat

sekitar.

Warga yang menerima bantuan ini sangat senang

dan terharu. Mereka bersyukur mendapatkan Paket

Senyum Ramadan dari Rumah Amal Masjid Jamik

Unsyiah. Hal ini seperti diungkapkan oleh Iskandar,

Keuchik Desa Lamklat.

“Penyaluran paket ini di bulan Ramadan benar-

benar memberikan manfaat besar bagi warga desa

kami. Sebenarnya hal-hal seperti inilah yang kami

harapkan. Saya melihat warga saya memang sangat

kekurangan. Jika hanya diberikan satu mug beras

saja, sudah sangat alhamdulilah bagi kami. Apalagi

paket sembako seperti ini. Sekali lagi saya ucapkan

terima kasih banyak kepada Rumah Amal Unsyiah

yang sudah mau berbagi dengan kami,” ungkapnya.

Paket yang dibagikan ini merupakan hasil dari

sumbangan para civitas akademika Unsyiah

dan masyarakat umum. Donasi untuk paket ini

sudah dikumpulkan sejak hari pertama Ramadan

dan ditutup pada 24 Ramadan. Kegiatan ini

direncanakan menjadi agenda tahunan, dan Heru

berharap dukungan seluruh civitas akademik

Unsyiah untuk berpartisipasi, sehingga paket yang

dibagikan menjadi lebih banyak. []

Berbagi Senyum di Enam Desa

18 PENGABDIAN

rutin yang dilakukan setiap tahunnya

dalam mengisi bulan Ramadan serta

menyambut Hari Raya Idulfitri.

Direktur Rumah Amal Masjid Jamik

Unsyiah, Dr.rer.pol. Heru Fahlevi,

menjelaskan kegiatan ini berupa

penyaluran sejumlah paket Ramadan

kepada 150 warga. Para warga ini

berasal dari enam desa di sekitar kampus

Unsyiah, seperti Desa Lamklat, Lam Asan,

Limpok, Dusun Sektor Barat (Tgk. Chik di

Lamnyong), Beurabung, dan Cot Lamme.

Rumah Amal Masjid Jamik Unsyiah berbagi Paket Senyum Ramadan kepada 150 warga di enam desa. Senyum warga merekah. Mereka bersyukur, di tengah kesulitan, Unsyiah hadir membantu meringankan.

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

KREATIF20 KREATIF 21

EDISI 235 . MEI 2019

Untuk memperlancar pengiriman

barang dari Kemukiman Phang

Pho ke Kuta, para kafir Belanda

mulai membelah rimba untuk membuka

jalur kereta api atau sekadar jalan untuk

dilalui kuda penarik pedati.

Sudah dua tahun terakhir ini, kiprah

Ampon Leman melejit sebagai pengutip

pajak rakyat, sungguh mulia tugasnya.

Dikarenakan kerjanya yang cukup

mumpuni dia dihadiahi sebuah mobil

bergaya Eropa untuk ditungganginya.

Ke mana-mana ia menggunakan mobil

tersebut. Ketika rakyat menaiki pedati,

Ampon Leman membelah jalan berdebu

dengan mobil tertutup kaca, sungguh

elegan di masanya. Di masa rakyat

menjadikan umbi-umbi beracun untuk

diolah sebagai makanan pokoknya, goni

berkutu dijadikan baju hari-hari. Begitu

cerita ayah padaku.

Ayah memang orang yang

banyak tahu mengenai

Leman, dan ketika

mak secara halus

menyembunyikan

cerita Leman

padaku

maka ayahlah juru kunci yang bisa

kudobrak akan kisah itu. Kedengarannya

tidak menarik memang, menelusuri

sejarah akan Ampon Leman lelaki

berkisah misterius di Desa Lam

Ranggong.

“Sudah malam, tidurlah. Besok kamu

ikut ayah ke acara kenduri hutan, semua

warga juga akan ke sana, ada tiga ekor

kerbau putih besar yang akan disembelih

di sana,” ayah meniup lampu teplok

dan menepuk bantal untuk

pengganjal tidur malamku.

Beduk ditabuh bertalu-

talu sejak selesai

subuh tadi.

Aku sudah

diajarkan ayah perihal membaca

suara tabuhan beduk. Suara beduk

yang ditabuh dengan satu gagang itu

pertanda kematian salah satu warga

kampung; sedangkan beduk yang

dipukul dengan dua gagang dalam

tempo waktu yang lama itu pertanda

adanya pesta rakyat atau kenduri raja-

raja kecil yang wajib dihadiri oleh setiap

warga tanpa terkecuali. Dan beduk yang

kudengar tadi merupakan beduk kenduri

rakyat, berarti benar kata ayah semalam,

akan ada kenduri hutan di Desa Lam

Ranggong.

“Biarkan si Husen pergi bersamaku,

terlalu jauh untuk berjalan kaki anak kecil

seumuran dia,” pinta ayah pada mak.

Setelah aku dimandikan dan dibedaki

mak, aku bergegas menaiki

belakang sepeda angin milik

ayah. Kayuhan sepeda

ayah mendecit-

decit ketika menanjaki beberapa bukit.

Di jalanan banyak kutemui rombongan

warga yang menggotong kayu bakar,

menggiring kerbau putih bertanduk,

kuali besar digotong beramai-ramai

dari rumah kepala desa, ayah juga

menyempatkan diri menebas beberapa

potong bambu kering lalu diikat di atas

sepeda dan aku ada di atas tumpukan

bambu sedepa itu.

Ketika sepeda menuruni bukit, tubuh

ayah yang kekar kupeluk dengan erat

sambil memejamkan mata. Singkat

cerita, kami sampai.

Ada jembatan yang putus, dan kenduri

hutan tepat diadakan di penghujung

jalan pada bibir sungai. Aku mencoba

untuk menerawang ke bawah. Sungguh

dalam. Hanya suara air gemercik yang

dapat kudengar. Sungai yang gelap

karena ditumbuhi berbagai pohon

pada tebingnya. Aku bisa merasakan ke

dalaman sungai. Tidak bisa kugambarkan

seandainya ada kera yang terjatuh dari

pohon ke dasar sungai. Mungkin tulang

dan isi perutnya akan berhamburan

terhantam batu yang kemudian jadi

hidangan gratis bagi ikan dan biawak

penghuni sungai.

***

Dipapahnya kepala kerbau yang berbalut

kain putih, lalu didekatkan ke pinggiran

tebing. Kemenyan dibakar dan baunya

menyeruak. Dilemparlah tiga kepala

kerbau putih ke dasar sungai yang

kemudian disusul dengan taburan bunga

melati. Aku dan anak-anak lainnya

hanya mengamati apa yang sedang

dilakukan oleh petua desa kami, mungkin

kami masih terlalu lugu untuk memahami

hal demikian rupa.

***

Pada suatu pagi, Ampon Leman, Cupo

Intan istrinya, Alamsyah anak pertama

mereka, dan Halimah si anak bungsu,

hendak menuju Kuta untuk penyerahan

hasil pajak bumi pada Gubernur Jenderal

Belanda, Van Sweeten namanya.

Mereka berempat membelah jalan di

kelilingi hutan dengan mobil mewah

pemberian kafir Belanda. Sedangkan

pedati pengangkut hasil pajak bumi

diberangkatkan sehari lebih awal menuju

Kuta.

Sesampainya di tengah rimba Ampon

mengerem mobil berdecit-decit. Ampon

memilih turun dari dalam mobil untuk

melihat kondisi jalan di depan.

“Bedebah, jembatan putus!” Lelaki itu

murka. Ketika hendak berbalik arah

untuk kembali ke mobil disergaplah

Ampon Leman oleh segerombolan

pasukan bersenjatakan parang, pedang,

dan rencong.

“Kafir engkau wahai Ampon Leman.

Sesempit itukah hatimu menjajah

negerimu sendiri, sampai hati engkau

bersanding bahu dengan kafir-kafir

yang tidak pernah mendengar azan

dan ikamah pertama mereka di negeri

Achin ini. Otakmu telah disumpal jerami

busuk.”

Ampon hanya tertunduk tanpa

memberikan perlawanan yang berarti.

Tebasan itu memisahkan kepala Ampon

Leman dari badannya. Cupo Intan dan

Halimah direnggut kesuciannya bergilir

oleh para pasukan sebelum dipenggal

layaknya Ampon Leman. Kepala dan

jasad mereka dilemparkan ke bawah

jembatan yang di bawahnya diairi sungai

dalam.

Semenjak peristiwa itu, Ampon Leman

dan keluarga tidak kembali lagi. Mereka

menginap di bawah Jembatan Seunapet,

begitu orang-orang menamakan

jembatan yang sering melihat Halimah

bergentayangan. Setiap tahunnya mereka

meminta tiga kepala kerbau putih.

Kalau tidak maka jembatan itu akan

roboh dengan sendirinya. Orang-orang

meyakini itu ulah arwah keluarga Ampon

Leman.

“Engkau paham sekarang dengan

kenduri hutan yang kau hadiri bersama

ayah tadi pagi?”

Aku mengangguk. Tapi masih ada satu

pertanyaan lagi yang hendak kuutarakan.

“Bagaimana dengan Alamsyah, apa ia

ikut dibunuh?”

“Tidak, ayah sempat melarikan diri ke

dalam semak-semak.”

“Jadi Ampon Leman itu, almarhum

kakek?”

Pertanyaan itu membuat ayah terdiam.

Dengan anggukan kecil ayah meniupkan

lampu teplok. Pertanda sabda ayah aku

harus tidur lelap melupakan cerita sang

Ampon Leman. []

M YUSRIZALMahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Tiga Kerbau Putih

EDISI 235 . MEI 2019

PROFIL 23

Ada yang menarik

ketika profil Prof.

Abrar diputarkan saat

pengukuhannya sebagai

profesor Unsyiah pada

3 Mei 2019 lalu di Gedung AAC Dayan

Dawood. Tampilan pertama video yang

menceritakan perjalanan hidup tersebut

dimulai dengan ayat Alquran surat Ali

Imran ayat 133, “Dan bersegeralah kamu

kepada ampunan dari Tuhanmu dan

kepada surga yang luasnya seluas langit

dan bumi yang disediakan untuk orang-

orang yang bertakwa,”

Ruang utama gedung AAC Dayan

Dawood pun terasa hening. Nilai-nilai

spiritualitas telah begitu melekat dalam

kehidupan Abrar. Lelaki kelahiran Medan,

25 Mei 1972 ini, selalu berupaya agar

jalan hidupnya tidak bertentangan

dengan aturan Allah Swt. Karena alasan

itu pula, Abrar lebih memilih untuk kuliah

di Unsyiah.

“Saya milih Unsyiah karena di sini islami.

Sejak SMA saya sudah bercita-cita ingin

jadi dosen. Jadi di sini saya ingin lebih

terjaga,” ungkapnya.

Di kalangan peneliti, Abrar juga dikenal

sebagai sosok yang idealis. Hampir semua

risetnya ia lakukan dengan pendanaan

secara mandiri. Padahal ada begitu

banyak tawaran hibah kepadanya. Tetapi

begitulah Abrar, ia tetap konsisten

dengan sikapnya.

“Saya paling takut dana dari proyek-

proyek. Pertanggungjawaban di dunia

bisa kita otak-atik. Tapi di akhirat tidak

bisa,” ujarnya.

Bagi sebagian orang sikap Abrar ini

mungkin sulit dipahami. Temannya pun

sempat mengingatkan, bahwa sikap

seperti itu bisa menghambat kariernya.

Bahkan, ada yang mengatakan jika

ia tidak mungkin menjadi profesor

kalau tidak pernah mendapatkan dana

penelitian dari luar.

“Saya bilang enggak. Kalau Allah Swt

sudah berkehendak, insyaallah saya

bisa. Dan itu sudah saya buktikan,”

tegasnya.

Sikap seperti ini pula yang akhirnya

membuat Abrar terjun menekuni disiplin

ilmu teknik kimia. Padahal sejak sekolah,

nilai kimia dosen teknik pertambangan

Unsyiah ini tidak pernah bagus.

“Semua nilai mata pelajaran SMA saya

bagus-bagus. Hanya kimia yang di

bawah yang lain. Itulah yang membuat

saya penasaran. Kenapa bisa begitu?”

kenangnya.

Rasa penasaran ini membuat Abrar

semakin gigih mempelajari ilmu

kimia. Ia selalu berdoa agar Allah Swt

membukakan jalan baginya untuk

memahami kimia. Ia yakin pasti ada

rahasia Allah Swt di balik rumitnya

pelajaran ini.

“Dan ternyata benar, dari satu mata

pelajaran yang tidak saya senangi itu,

ternyata di situlah rezeki saya,” ucapnya

sambil tersenyum.

Maka bagi Abrar, tidak ada istilah

hidup yang sulit jika kita yakin dengan

rencana Allah Swt. Termasuk pula

mengapa risetnya banyak mengulas

seputar absropsi, yaitu salah satu proses

pemisahan komponen dalam ilmu teknik

kimia. Abrar pertama kali mengenal

absropsi saat ia melakukan riset untuk

program doktornya di Curtin University

of Technology, Australia. Itulah untuk

pertama kalinya Abrar mengabsropsi

emas.

“Karena kewajiban jadi mau tidak

mau harus terjun ke situ, jadi ini sudah

amanah. Bukan berarti saya suka

absropsi, saya sukanya matematika teknik

kimia,” ungkapnya.

Sebab keahliannya, Abrar pernah

ditunjuk sebagai staf ahli Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Aceh. Ia begitu vokal terhadap isu-isu

pecemaran lingkungan, khususnya

mercuri. Bahkan sejak masih kuliah

di Australia, Abrar sudah gencar

menyosialisasikan betapa bahayanya

pencemaran mercuri. Termasuk

menuliskannya ke media.

“Waktu pulang sempat diundang oleh

Walhi untuk soasialisasi mercuri. Sudah

macam-macamlah, sampai saya buatkan

buku yang judulnya: Mercuri dan

Keberadaannya,” ujarnya.

Meski demikian, Abrar bukan berarti

menolak pertambangan. Ia meyakini

semua kekayaan alam yang telah

diberikan Tuhan itu harus dimanfaatkan.

Hanya saja perlu adanya aturan yang jelas

dan dipatuhi agar alam tetap terjaga.

“Tambangkan ada peraturan, sebelum

nambang ada Amdal. Prosedur itu saja

yang dituruti. Yang jelas, Allah Swt

sudah memberikan kekayaan alam untuk

kemaslahatan umat. Kalau kita enggak

menggunakannya, kita enggak bersyukur

dengan nikmat Allah,” ucapnya.

Untuk itulah perlu adanya inovasi. Abrar

mencontohkan bagaimana Barrick

Gold, yaitu sebuah perusahaan emas

di Kanada yang telah menggunakan

teknologi ramah lingkungan. Perusahaan

ini tidak lagi menggunakan sianida untuk

menambang emas.

“Mereka sudah melakukan teknologi

ramah lingkungan yang menghasilkan

emas batangan. Saya ingin, insyaallah

hal tersebut bisa diaplikasikan di Aceh,”

ujarnya.

Impian Abrar tersebut bukanlah suatu

yang mustahil. Seperti hidup yang telah

dilaluinya. Bagaimana nilai-nilai spiritualitas

berhasil membuka jalan hidupnya. []

22 PROFIL

SELALU TERHUBUNG DENGAN TUHAN

Prof. Dr. Abrar Muslim, S.T. M.Eng.Dosen Fakultas Teknik Unsyiah

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, bersama Presiden Direktur Shell Indonesia Darwin Silalahi melepas tim Tim Mobil Listrik dari Fakultas Teknik Unsyiah, Malem Diwa Urban, untuk mengikuti ajang Shell Eco-Marathon Asia 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Penyerahan Surat Keputusan Pelepasan Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) ke Lahan Pembangunan Kampus II Unsyiah oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Pertanahan Nasional (BPN) RI, Sofyan Djalil, kepada Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh.

Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP Unsyiah) menggelar kuliah umum yang menghadirkan Assoc. Prof. Dr. Mohd Hairy Ibrahim dari Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia

Wakil Rektor Bidang Akademik Unyiah , Prof. Dr. Ir. Marwan, memberikan arahan kepada perwakilan fakultas saat melakukan verifikasi rapor peserta SNMPTN di Gedung UPT TIK.

Dosen pembimbing dan dewan juri menilai produk kreasi baru makanan lokal khas Aceh yang telah dimodifikasi oleh mahasiswa tata boga Fkip Unsyiah. Kegiatan kulminasi inovasi karya boga ini berlangsung di lobi FKIP Unsyiah.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah meluncurkan buku biografi tentang Sulaiman Abda di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah. Buku itu juga dibedah oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M.Eng, Pimpinan Umum Harian Serambi Indonesia Sjamsul Kahar, dan Raihan Putry Ali Muhammad.

Unsyiah memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) dengan menggelar simulasi bencana kebakaran di Asrama Mahasiswa Unsyiah. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa, PMI, Pramuka dan Resimen Mahasiswa (Menwa), serta Dinas Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh.

Menkes Beri Orasi Ilmiah di Dies Natalis Fakultas Kedokteran Unsyiah ke-37

Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) memberikan orasi ilmiah dalam sidang terbuka dies natalis Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK Unsyiah) ke-37 di Aula Multi Purpose FMIPA Unsyiah, Sabtu (27/4).

Nila menegaskan jika saat ini Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai penyakit menular yang belum diselesaikan dengan maksimal. Penyakit itu seperti HIV, kusta, dan TBC. Bahkan untuk penyakit TBC, Indonesia menempati posisi ketiga di dunia sebagai negara yang memiliki pengidap tertinggi. Sementara di Indonesia sendiri, Aceh termasuk salah satu provinsi merah yang memiliki penularan TBC tertinggi. Menurutnya, harus ada tindakan untuk mencegah agar penyakit ini tidak menular secara masif. Termasuk salah satunya dengan beretika santun saat batuk.

“Harus ada kesantunan dan etika saat batuk, salah satunya menggunakan masker agar kuman tidak berpindah ke orang lain,” tegasnya.

Nila juga mengapresiasi Pemerintah Aceh yang serius menyelesaikan kasus stunting. Ini sejalan dengan semangat Pemerintah Indonesia yang ingin menyelesaikan kasus stunting secara nasional. Sebab tambah Nila, stunting bila tidak dicegah dapat berdampak hilangnya kualitas dan produktifitas, sehingga menjadi ancaman

bagi generasi Indonesia di masa depan. Untuk itu, dibutuhkan kerja keras bersama untuk menyelesaikan masalah ini, termasuk dengan mengoptimalkan pola asuh anak, pola makan, serta pembenahan sanitasi dan air bersih. Ia juga mengajak kepada tenaga kesehatan untuk selalu melayani serta aktif mendampingi masyarakat agar dapat menerapkan hidup sehat.

“Tenaga kesehatan harus terus meningkatkan kompetensi diri agar handal dan mampu melayani masyarakat dengan baik,” ujarnya.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., mengatakan harapan hidup masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan negara maju. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam beberapa tahun terakhir, angka harapan hidup orang Indonesia berkisar 70 tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan harapan hidup di negara mapan, seperti Jerman, Jepang, atau Amerika. Bahkan di kawasan ASEAN, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.

Fakta ini menurut Rektor, menyiratkan masih banyak sisi yang harus dioptimalkan dari urusan kesehatan di Indonesia. Dan alumni Fakultas Kedokteran merupakan ujung tombak dari permasalahan ini. Rektor yakin lulusan dari FK Unsyiah mampu menjawab semua tantangan ini. Sebab menurutnya, alumni FK Unsyiah berasal dari mahasiswa yang terseleksi dengan kompetensi tertinggi setiap tahunnya. []

SEHAT 29

kali sehari menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor (salah satu zat yang

dapat menambah kekuatan pada gigi).

Selain itu, gunakan sikat gigi dengan bulu

sikat yang sesuai dengan keadaan gigi

dan mulut. Apabila gusi rentan terjadi

perdarahan, gunakan sikat gigi dengan

bulu sikat soft atau halus. Plak yang

menempel di gigi dalam waktu lama dapat

menjadi karang gigi. Banyak orang mengira

bahwa karang gigi dapat dihilangkan

hanya dengan menyikat gigi secara

rutin. Faktanya karang gigi hanya dapat

dihilangkan dengan perawatan scalling.

antiseptik. Perawatan gigi juga tidak

terlepas dari berkumur. Apabila berkumur

dilakukan dengan hati-hati dan tidak

berlebihan, maka tidak akan membatalkan

puasa sekalipun jika tertelan.

Dapat disimpulkan jika penyuntikan

atau pemberian obat bius untuk gigi,

pencabutan gigi, penambalan gigi,

pembersihan karang gigi, maupun

pencetakan gigi tidak membatalkan

puasa. Hal tersebut telah disosialisasikan

lewat website Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI). Pada masa perawatan

gigi tersebut, operator ataupun dokter

gigi juga berusaha untuk meminimalisir

agar air atau material yang digunakan

untuk penambalan gigi tidak tertelan

selama perawatan gigi. Berpuasa makan

dan minum bukan berarti berpuasa

dalam menjaga kesehatan gigi.

Begitu juga saat menyikat gigi. Sebagian

masyarakat banyak menyikat gigi saat

bangun tidur di pagi hari sebelum

sarapan. Waktu menyikat gigi yang

baik dan benar adalah pagi hari setelah

sarapan dan malam hari sebelum

tidur. Hal ini dapat membersihkan sisa

makanan yang menempel.

Setelah makan, bakteri Streptococcus

Mutans di dalam mulut akan

memproduksi asam dan menyebabkan

lapisan gigi paling luar (Enamel) menjadi

tipis. Jika hal ini dilakukan berulang-ulang

dapat menyebabkan lubang (Karies) pada

gigi. Lubang pada gigi dapat dicegah

dengan mengatur pola makan. Hindari

makanan yang mengandung banyak

gula dan karbohidrat. Kontrol plak yang

ada di gigi dengan menyikat gigi dua

Sebagai mahasiswi kedokteran

gigi, saya sering menerima

pertanyaan yang berkaitan

dengan perawatan gigi dan mulut di

saat berpuasa. Banyak orang yang

menanyakan, apakah puasa akan batal

kalau melakukan pencabutan gigi saat

berpuasa? Apakah pemberian obat bius

akan membatalkan puasa? Apakah puasa

akan batal jika melakukan pembersihan

karang dan gigi? Bagaimana dengan

penambalan gigi? dan sebagainya.

Menjaga KesehatanGigi dan MulutSaat PuasaMusyawarah komisi fatwa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) membahas tindakan

kedokteran gigi pada saat berpuasa. Hal

ini meliputi pencabutan gigi, pembersihan

karang gigi (scalling), penambalan gigi,

dan pencetakan gigi. MUI menyimpullkan

jika kegiatan perawatan gigi tersebut tidak

membatalkan puasa. Pemberian obat

bius/anestesi seperti penyuntikan untuk

pencabutan gigi juga tidak membatalkan

puasa. Pada saat scalling, biasanya terjadi

perdarahan selama pembersihan karang,

FINA FITRIA ANDIKA, S.KGMahasiswa Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

itu juga tidak membatalkan puasa.

Penambalan gigi dan obat yang tertelan

dengan tidak disengaja selama proses

penambalan gigi juga tidak membatalkan

puasa jika dilakukan dengan hati-hati

dan tidak berlebihan. Pernyataan tersebut

tercantum dalam keputusan musyawarah

komisi fatwa MUI.

Nah, bagaimana dengan proses

berkumur? Biasanya berkumur dilakukan

dengan menggunakan air atau obat

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

Menyikat gigi yang baik dan benar adalah

dengan menyikat semua bagian gigi.

Baik bagian depan, belakang, maupun

permukaan gigi dengan memerhatikan

teknik yang tidak mengakibatkan

pertumbuhan bakteri oleh sisa makanan

yang dapat merusak gigi. Sisa makanan

di gigi dapat menyebabkan lubang jika

menyikat gigi dilakukan dengan salah.

Lidah juga harus disikat dengan bersih.

Selain itu, dianjurkan untuk melakukan

dental flossing atau membersihkan sela-

sela gigi dengan benang gigi. Langkah

ini untuk memastikan tidak ada sisa

makanan yang tinggal di sela gigi.

Jangan lupa gunakan obat kumur untuk

mencegah bau mulut di saat berpuasa.

Mari jaga kesehatan dan kebersihan gigi

mulut selama berpuasa dengan menyikat

gigi dua kali sehari. Menyikat gigi saat

puasa dapat dilakukan setelah sahur dan

malam sebelum tidur. Jangan lupa untuk

memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke

dokter gigi setiap enam bulan sekali. []

MUI menyimpullkan jika kegiatan perawatan gigi tersebut tidak membatalkan puasa.

28 SEHAT

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

PERSPEKTIF30 PERSPEKTIF 31

EksistensiLembaga Pers Kampus

untuk jujur dan amanah dalam

menjalankan peran dan fungsinya.

Dahulu, ketika lembaga pers mahasiswa

belum berkiprah seperti sekarang ini,

ruang kreatifitas mahasiswa senantiasa

terjebak dan terbelenggu dengan

aturan-aturan kampus, maupun

lembaga di luar kampus. Ditambah lagi

dengan pengekangan-pengekangan

yang dilakukan oleh pimpinan fakultas

dan birokrasinya.

Dari perkembangan dunia teknologi

informasi, lembaga pers kampus

tidak saja dalam bentuk media cetak

(print), tetapi pers kampus juga

merambah media digital, online, dan

media broadcasting seperti radio

dan televisi. Tidak dapat dipungkiri,

bahwa peran lembaga pers kampus

era reformasi Indonesia sangat besar

seperti perjuangan mahasiswa antara

tahun 1997-1998 untuk mengubah

sistem pemerintahan orde baru

ke era reformasi. Lembaga pers

kampus menjadi corong mahasiswa

ketika penguasa membatasi gerakan

mahasiswa. Bahkan banyak mahasiswa

yang ditangkap, dipenjara, dan

dibunuh. Tetapi, saat itu lembaga

pers kampus dengan beraninya

memberitahukan kepada dunia luar

tentang perjuangan mahasiswa dalam

melawan kezaliman.

Perputaran roda sejarah telah

membuka pikiran kita. Peran lembaga

pers kampus sangat penting. Pers

telah menjadi pilar keempat dari

sistem perpolitikan di Indonesia, selain

lembaga eksekutif, legislatif, dan

yudikatif. Keberadaan pers kampus

menjadi mesin pendorong alternatif

ketika tiga pilar demokrasi tidak

berjalan semestinya. Dampaknya,

terkadang lembaga pers kampus dipuji-

puji, tetapi pada waktu lain lembaga

pers kampus dicerca dan dibungkam.

Khusus di Aceh, kiprah lembaga pers

kampus juga berperan penting dalam

memperjuangkan keadilan. Kita

mengenal media kampus, seperti Warta

Unsyiah, Sinar Darussalam, DETaK,

dan media fakultas seperti Majalah

Perspektif yang diterbitkan oleh UKM

BEM Fakultas Ekonomi Unsyiah, dan

media kampus lainnya. Media-media ini

berperan dalam era reformasi sebagai

tempat menulis karya ilmiah, opini,

ilmiah populer, dan karya lainnya.

Atas dasar kejenuhan dan kebuntuan

akses data dan informasi itulah

kemudian, mahasiswa menyadari

betapa pentingnya media kampus

yang terorganisir untuk menyalurkan,

mengolah, menampung,

mengekspresikan gagasan serta

mengontrol kebijakan. Baik itu yang

dikeluarkan pimpinan kampus atau

kebijakan dari pemerintah. []

menyuarakan aspirasi mereka. Ini agar

kiprah mahasiswa dapat diketahui

oleh kalangan akademis, penguasa,

dan masyarakat umum. Dalam sistem

lembaga kemahasiswaan telah lama

terpatri prasangka buruk, jika lembaga

pers kampus hanyalah bagian hiruk-

pikuknya lembaga kemahasiswaan

di bawah Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) yang luas cakupan dan

perannya seperti Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) yang dianggap

aktivitas buang-buang waktu dan sia-

sia belaka.

Bagi mahasiswa, lembaga pers

kampus memiliki kedudukan

yang sangat strategis dan

penting. Di samping memberitakan

kiprah mahasiswa dan kegiatan

akademik di perguruan tinggi,

lembaga pers kampus juga menjadi

media eksistensi diri mahasiswa dalam

berjuang menegakkan demokrasi dan

keadilan.

Sebagai agen perubahan (agent of

change), mahasiswa membutuhkan

media yang kuat dan kredibel untuk

RENY FHARINAMahasiswi Prodi Seni Pertunjukan,FKIP Unsyiah

mahasiswa yang sesungguhnya. Citra,

gerak, suara, serta alat dari lembaga

pers selalu dipandang dua sisi mata

uang. Di satu sisi lembaga pers kampus

dianggap sebagai alat memperjuangkan

demokrasi dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Tetapi di sisi lain,

keberadaan lembaga pers kampus

dianggap mengganggu Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Ketika pemerintah menerapkan

kebijakan Normalisasi Kehidupan

Kampus (NKK)−dimana mahasiswa

harus kembali ke kampus, tidak boleh

lagi berdemo dan berunjuk rasa di jalan-

jalan −maka peran lembaga pers kampus

menjadi sangat penting. Melalui media

kampus ini segala kegiatan dan kiprah

mahasiswa dapat disuarakan tanpa

kendala, sehingga penguasa dan

masyarakat dapat mengetahuinya.

Untuk menjalankan tridarma

perguruan tinggi, maka keberadaan

lembaga pers kampus sangat strategis.

Di samping sebagai media pendidikan,

pers kampus menjadi bagian dari

pengabdian masyarakat. Dengan

adanya pers kampus, hambatan-

hambatan komunikasi antara

perguruan tinggi dengan masyarakat

dapat ditembus. Kampus tidak lagi

dianggap sebagai ‘menara gading’

yang berdiri megah, tetapi tidak

membawa manfaat bagi masyarakat

dan lingkungannya.

Dari sisi lain, lembaga pers kampus

adalah lembaga pengayom

elemen-elemen kelembagaan

mahasiswa dan fakultas/ universitas

Persepsi negatif itu dicetuskan baik oleh

birokrasi kampus, birokrasi lembaga

kemahasiswaan hingga mahasiswa itu

sendiri. Sebab keberadaan lembaga

pers sangat rawan menggeledah segala

sistem konspirasi dan ketidakjujuran

penguasa, ketidakterbukaan, dan

ketidakpedulian terhadap kepentingan

Pers telah menjadi pilar keempat dari sistem perpolitikan di Indonesia, selain lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Provinsi Aceh memiliki potensi

sumber daya genetik ternak

lokal yang cukup besar dan

belum terdata dengan baik. Sumber

daya genetik ternak merupakan aset

yang paling berharga yang dapat

dimiliki oleh suatu daerah. Ternak lokal

yang tersebar di berbagai negara di

dunia memiliki daya adaptasi terhadap

lingkungan setempat. Kombinasi

antara seleksi alam dan seleksi buatan

membuat ternak lokal dapat hidup

dan berkembang biak di berbagai

lingkungan.

Sumber daya genetik ternak

merupakan kerangka dasar acuan

bagi peternakan dan pengembangan

galur dan bangsa ternak untuk masa

yang akan datang. Berlimpahnya

keanekaragaman bangsa ternak asli

yang mampu beradaptasi secara

lokal dapat menyelamatkan peternak

dalam menghadapi iklim yang sulit

dan wilayah yang marjinal. Sumber

daya genetik ternak lokal dapat

dasar pengambilan kebijakan guna

menerapkan keputusan yang lebih

tepat dan terarah dalam program

pelestarian plasma nutfah ternak

lokal Aceh, pengembangan dan

pemanfaatannya secara berkelanjutan.

Keberadaan ternak tersebut telah

menjadi aset plasma nutfah nasional

yang berperan sangat penting dalam

memenuhi kebutuhan sumber protein

hewani bagi masyarakat di Aceh dan

sekitarnya.

Pelestarian terhadap sumber daya

genetik ternak lokal sebagai bagian

dari komponen keanekaragaman

hayati adalah penting untuk memenuhi

kebutuhan pangan di masa yang akan

datang. Ada beberapa alasan untuk hal

tersebut, antara lain:

1. Lebih dari 60 persen dari bangsa-

bangsa ternak di dunia berada di

negara sedang berkembang;

2. Konservasi bangsa ternak lokal

tidak menarik bagi petani;

3. Secara umum tidak ada program

monitoring yang sistematis

dan tidak tersedianya informasi

deskriptif dasar sumber daya

genetik hewan ternak; dan

4. Sedikit sekali bangsa-bangsa ternak

asli yang telah digunakan dan

dikembangkan secara aktif.

Keragaman suatu spesies dapat diteliti

dengan menggunakan penanda

morfologi dan penanda molekuler.

Informasi mutu genetik hewan dapat

diperoleh dengan penafsiran melalui

pencatatan performa produksi dan

reproduksi (penanda morfologi)

hewan. Penanda morfologi merupakan

penanda yang telah banyak digunakan

dalam program pemuliaan, karena

penanda ini paling mudah untuk

diamati dan dibedakan.

Namun demikian, penanda morfologi

memiliki beberapa kelemahan dalam

aplikasi di lapang, yaitu ketelitian dan

ketepatan penentuan mutu genetik

hewan dengan penanda morfologi

sangat rendah, proses seleksi berjalan

lambat dan respons yang diperoleh

sangat kecil, walaupun dilakukan

secara terus-menerus serta terdapat

kesalahan dalam pengambilan

keputusan dalam penentuan strategi

perkawinan. Dengan demikian untuk

kegiatan pemuliaan tidak cukup

hanya berdasarkan pada informasi

karakter morfologi saja, tetapi

dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi saat ini, maka dapat

digunakan alternatif penanda lain yaitu

penanda molekuler yang telah relatif

mudah untuk dikerjakan.

Berkembangnya ilmu biologi molekuler

dan lebih khusus pada genetika

molekuler, studi tentang hubungan

kekerabatan atau variasi genetik bangsa

ternak sering dilakukan dengan teknik

molekuler. Penanda molekuler mampu

mengidentifikasi perbedaan genetik

langsung pada level DNA sebagai

komponen genetik. Semua karakter

yang ditampilkan baik secara nyata atau

tidak oleh satu individu hewan tidak lain

adalah pencerminan karakter gen yang

dimiliki oleh individu hewan tersebut,

atau dapat disebut bahwa semua

informasi yang dapat diamati pada

suatu individu hewan adalah penanda

genetik dari individu tersebut.

Karakteristik penanda molekuler ini

dapat menanggulangi keterbatasan

Prof. Dr. Ir. Eka Meutia Sari Lubis, M.Sc.Profesor dalam Bidang Ilmu Pemuliaan TernakFakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

MengidentifikasiKeragaman Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

32 RISET

dimanfaatkan dengan biaya yang

minimum dan memegang peranan

penting dalam budaya masyarakat

pedesaan.

Keragaman genetik pada ternak

sangat penting dalam rangka

pembentukan rumpun ternak

dan akan terus berlanjut sampai

masa yang akan dating. Punahnya

keragaman plasma nutfah ternak

tidak akan dapat diganti meskipun

dengan kemajuan bioteknologi paling

mutakhir, karena itu, pelestarian

sumber daya genetik ternak perlu

dilakukan.

Penelitian pada ternak lokal di

Provinsi Aceh mencakup inventarisasi

sumber daya genetiknya melalui

analisis fenotipik, DNA mitokondria

pada daerah D-loop. Metode ini

dapat digunakan karena tingkat

akurasi sangat tinggi dalam

menggambarkan keragaman genetik

sehingga dapat digunakan sebagai

Keragaman suatu spesies dapat diteliti dengan menggunakan penanda morfologi dan penanda molekuler.

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

RISET 33

EDISI 234 . APRIL 2019

XXX34 RISET 35

penggunaan penanda morfologi

dan dapat diminimalisasi dengan

menggunakan penanda molekuler

dalam aplikasi program pemuliaan

hewan karena penanda ini bebas

dari pengaruh-pengaruh epistasis,

lingkungan dan fenotipe, sehingga

dapat menyediakan informasi genetik

yang lebih akurat dalam mempelajari

genotipe hewan, mempelajari sifat-sifat

genetik yang kompleks dan keragaman

genetik hewan.

DNA mitokondria memiliki

karakteristik sebagai molekul DNA

yang diturunkan secara utuh tanpa

adanya rekombinasi, memiliki

molekul dengan ukuran kecil/

pendek yang susunannya berbeda

dengan DNA inti, dan memiliki variasi

basa nukleotida yang lebih tinggi

dibandingkan DNA inti. Tingginya

variasi basa nukleotida disebabkan

DNA mitokondria memiliki laju

perubahan 5-10 kali lebih tinggi

dibandingkan DNA inti.

Analisis urutan D-Loop menunjukkan

bahwa ada 27 haplotipe. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

populasi kerbau Simeulue membentuk

satu kelompok. Berdasarkan penelitian

wilayah D-Loop mtDNA, terlihat bahwa

kerbau Simeulue lebih dekat dengan

kerbau Riau.

Berdasarkan analisis daerah D-Loop

mtDNA, hasil yang diperoleh telah

membuktikan bahwa kuda Gayo

merupakan populasi yang spesifik,

karena membentuk satu haplotipe

yang terpisah dari populasi kuda

lainnya. Fenomena ini menggambarkan

bahwa kuda Gayo yang berasal dari

tanah tinggi Gayo merupakan sumber

genetik ternak kuda asli yang harus

dilestarikan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa

ada dua garis keturunan yaitu garis

keturunan A dan garis keturunan

B. Garis keturunan A didefinisikan

di antara kerbau Gayo dan kerbau

Aceh Besar, sedangkan garis

keturunan B hanya didefinisikan

berasal dari kerbau Simeulue. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada dua garis

keturunan induk yang berbeda yang

terlibat dalam asal usul kerbau rawa

di Indonesia, khususnya di Provinsi

Aceh. Meskipun kerbau Gayo dan

kerbau Simeulue terdapat dalam

satu provinsi, tetapi secara maternal

mereka tidak memiliki hubungan

garis keturunan sama.

Pengakuan atas keberadaan plasma

nutfah atau sumber daya genetik

ternak lokal provinsi Aceh secara

Nasional dengan mendapatkan SK

Mentan merupakan suatu upaya

pemerintah untuk melestarikan

keberadaan ternak tersebut. Harapan

yang besar terhadap pengambil

kebijakan untuk sama-sama berupaya

melestarikan keberadaan ternak

tersebut, memikirkan program-

program yang bisa melibatkan para

peternak dan akademi. []

Tulisan Riset ini diambil dari pidato

Prof. Dr. Ir. Eka Meutia Sari Lubis, M.Sc pada Sidang Terbuka

Pengukuhan Profesor di Unsyiah,

Jumat, 3 Mei 2019, dengan judul

“Pemanfaatan Penanda Molekuler D-Loop Dalam Mengidentifikasi Keragaman Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Provinsi Aceh”

EDISI 235 . MEI 2019

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

FAKULTAS 37

Unsyiah menargetkan masuk dalam jajaran world class university dalam beberapa

tahun ke depan. Salah satu yang menjadi target pembenahan adalah peningkatan mutu, terutama di bidang akademik untuk meraih akreditasi internasional. Sebab akreditasi internasional menjadi salah satu target penting agar sebuah kampus dikenal di kancah dunia.

Saat ini, sistem penilaian berbasis capaian pembelajaran (outcome-

based assessment) merupakan sistem penilaian yang diterapkan oleh lembaga akreditasi internasional. Sistem ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan kurikulum prodi sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indoensia (KKNI) dan SN-Dikti. Untuk mempersiapkan berkas akreditasi internasional, pemahaman dan penerapan sistem pendidikan berbasis capaian pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik. Langkah inilah yang sedang diupayakan oleh Fakultas Teknik, Unsyiah.

Bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PPI), Fakultas Teknik mengadakan pelatihan terkait program merancang dan menerapkan kurikulum berbasis hasil serta konsep pengajarannya. Kegiatan ini berlangsung 25-28 Maret 2019 yang menghadirkan pemateri Dr. Ir. Arief Syaichu Rohman (STEI, ITB), Dr. Prihandoko (Universitas Gunadarma), dan Dr. Tjokorde Walmiki Samadhi (Teknik Kimia, ITB). Mereka telah memiliki pengalaman sebagai penanggung jawab program dalam meraih akreditasi ABET. Kegiatan ini diikuti

oleh prodi di lingkungan Fakultas Teknik yang telah meraih akreditasi A: Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Sipil, Teknik Elektro, dan Teknik Geofisika. Kelima prodi ini berencana mengajukan dokumen untuk akreditasi internasional.

Target utama pelatihan ini agar para peserta mampu memahami secara tepat dan detail konsep OBE, serta memformulasikan tujuan pendidikan Program studi/Profil Profesional Mandiri (PPM) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL). Peserta juga diharapkan dapat me-redesain kurikulum, rencana pembelajaran semester (RPS), dan asesmen sesuai dengan capaian pembelajaran. Selain itu, mendesain sistem manajemen perubahan dan sistem penjaminan yang memastikan OBE dapat diimplementasikan di program studi secara sistematik dan berkelanjutan. Setelah semuanya bisa dikuasai, peserta dapat melakukan persiapan akreditasi internasional berbasis capaian pembelajaran dalam bidang keteknikan.

LIMA PRODI SIAPKAN AKREDITASI INTERNASIONAL

Menurut Dr. Ir. Arief Syaichu Rohman, program studi perlu mengubah orientasi pendidikannya dari berorientasi input dan proses, menjadi pendidikan berbasis OBE yang lebih sesuai dengan kecenderungan global pendidikan tinggi saat ini. Dalam konsep OBE, program studi memberi perhatian penuh kepada mahasiswa terkait pencapaian apa yang dapat diraih setelah kelulusan. Ini bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai lulusan yang mumpuni dan siap guna.

Ini berguna agar para lulusan mendapat pengakuan dari dunia kerja di regional maupun internasional.

36 FAKULTAS

Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE) adalah sebuah organisasi independen nirlaba yang dipilih Fakultas Teknik Unsyiah untuk mengakreditasi prodi-prodinya. IABEE didirikan sebagai bagian dari lembaga Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk menumbuhkembangkan budaya mutu dalam pengelolaan pendidikan tinggi teknik. Lembaga ini dibentuk sebagai upaya meningkatkan mutu lulusan pendidikan tinggi teknik di Indonesia. Saat ini, IABEE dalam proses menjadi anggota Washington Accord, sehingga akreditasi yang dilakukan oleh IABEE setara dengan proses akreditasi yang dilakukan lembaga akreditasi negara anggota Washington Accord.

Dekan Fakultas Teknik (FT) Unsyiah, Dr. Ir. Taufiq Saidi, M. Eng., berharap pelatihan ini dapat memberikan pencerahan bagi prodi di Fakultas Teknik dalam menyusun dokumen akreditasi IABEE, sehingga kelima prodi dapat terakreditasi internasional secepatnya. Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik Unsyiah, Prof. Marwan, mendukung pelatihan ini sebagai upaya meningkatkan mutu para lulusan. Ini berguna agar para lulusan mendapat pengakuan dari dunia kerja di regional maupun internasional. Marwan menambahkan, Unsyiah telah menerapkan kurikulum pembelajaran yang berstandar KKNI sejak tahun 2016. []

EDISI 234 . APRIL 2019

ENGLISH 39

input. Something that have to be underlined is the process of this activity is run by humans. No matter how great the system is, it will always follow the orders of the humans. So, the answer of the question above is found. Most people in the world believe in the scientific method. But, some of them lose their trust toward the actor of the scientific method. As long as system actors are not trusted, the results and conclusions of the system will also not be trusted.

Human being as the special living creature in the world has been given an extra-ordinary intelligence by God. This kind of intelligence is called as natural intelligence (NI). Natural intelligence means nature of the mind which includes a number of abilities, such as the ability plan, solve problems, think abstract, understand ideas, use language, and learn formed naturally or commonly called talent. This NI has superiority above the AI. NI is dynamic and creative. Meanwhile, the AI tends to be static. Unfortunately, day by day, humans feel threatened by the existing of the machines and robots which own AI. But actually, should humans feel threatened while in fact they have more superiority than the machines?

An interesting thing is found from a founder of Alibaba, Jack Ma, in a conference held by World Economic Forum in 2018 ago. He said that the

Presidential election that was held on April 17th, 2019, all at once all around Indonesia, might leave

us some “memories”. One of those memories is related to the Quick Count (QC). The result of the QC that was conducted by several sides might cause some chaos. In fact, if examined further, we can obtain that QC is the manifestation of knowledge. Both of the mechanism and the method used in the QC can be proven by scientific method. The purpose is to provide the convenience to every party in the need. The QC was also carried out with the help of sophisticated devices. Thus, if the QC can be scientifically accountable and also helped by the advanced device, why can’t some parties accept it? Firstly, it must be noticed that this article is not intended to discuss any political cases. The aim of this article is to show the readers the comparison between artificial intelligence and natural intelligence trough the political case.

A popular term nowadays, which called artificial intelligence (AI) means intelligences demonstrated by machines and can be arranged in a scientific context. This AI allows an algorithm of the method to be added to a system or a device. Then, the system will easily produce an output. The produced output must be in accordance with the

children of nowadays must be taught something “unique” and can’t be reached by any great machines which owns the AI. Those are value, caring, trust, independent of thinking, and so on. This uniqueness only can be reached by the human with their NI. When they have that uniqueness, the human’s ability is far above the machine’s ability for real. In this situation, humans don’t need to feel threatened by the existing of the machines. The potency of human will always be the highest and the biggest. Actually, every machine and system which has the great AI is the creation of the human. Rather than a competitor, these humans and machines are more suitable to be called as a regulator and a creation.

Let’s get back to the QC! That case is an example shows us that AI actually is not as remarkable as the human’s NI. Although QC is conducted by scientific method and helped by sophisticated device, there are people who still don’t believe in it. Why? This case is a matter of trust. A trust is not an ability that can be owned by machine even though they have the highest level of AI. A trust is something unique and only can be owned by the NI that only given by God to the humans. That’s why, trust becomes precious and priceless. As said by an American football quarterback, Brandon Cox, “Respect people who trust you. It takes a lot for people to trust you, so treat their trust like precious porcelain”. []

38 ENGLISH

EDISI 233 . MARET 2019

Natural Intelligence vs Artificial Intelligence

Achievements :

Skills :

Statistics Department student of Syiah Kuala University

Interested in listening music, reading, and highly passionate to writing.

Introduction to Statistics Subject Lab Assistant, 2018

Introduction to Statistics Subject Lab Assistant, 2019

Introduction to Statistics Quality Control Subject Lab Assistant, 2019

Good command of English both oral and writing.

Good working knowledge of Microsoft Office, SPSS, and R.

Saidatul ‘Ufa

EDISI 235 . MEI 2019EDISI 235 . MEI 2019

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

MUTU40 MUTU 41

Salah satu strategi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal

(SPMI) adalah mengajukan akreditasi. SPMI yang terimplentasikan dengan baik di setiap unit kerja merupakan langkah jitu untuk menggapai akreditasi yang unggul. Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) sebagai bagian dari SPMI pada suatu perguruan tinggi. Perkembangan terkini dalam pengajuan akreditasi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berdasarkan Peraturan BAN-PT

Nomor 2 Tahun 2019 mengatakan, bahwa untuk pengajuan akreditasi program studi menggunakan instrumen baru yaitu Instrumen Akreditasi Program Studi 4.0 atau yang disingkat IAPS 4.0. Instrumen akreditasi ini berorientasi pada output dan outcome. IAPS 4.0 mulai berlaku efektif per tanggal 1 April 2019, sehingga usulan akreditasi yang disampaikan mulai tanggal 1 April 2019 sudah harus menggunakan IAPS 4.0.

Berdasarkan ketetapan tersebut,

Unsyiah melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) melaksanakan Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi 4.0, dengan mengundang Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ketua Satuan Penjaminan Mutu Fakultas (SJMF), dan seluruh Ketua Program Studi di lingkungan Unsyiah. Workshop ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi tata cara proses administrasi pengusulan akreditasi dan metode penyusunannya.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini APS telah memasuki versi 4.0 yang artinya penyusunan borang akreditasi program studi akan menggunakan sembilan kriteria. Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi yang menggunakan sembilan kriteria (APT 3.0) untuk persiapan pengusulan reakreditasi perguruan tinggi.

Berdasarkan ketetapan BAN-PT tersebut, dokumen akreditasi prodi terdiri dari dua bagian, yaitu Laporan Evaluasi Diri Program Studi (LEDPS) dan Laporan Kinerja Program Studi (LKPS). LEDPS merupakan dokumen evaluasi yang disusun secara komprehensif sebagai bagian dari pengembangan program studi yang menggambarkan status capaian masing-masing kriteria serta analisis atas ketercapaian atau ketidaktercapaian suatu kriteria.

Sedangkan LKPS berisi data kuantitatif yang secara bertahap akan diambil dari Pangkalan Dikti Pendidikan Tinggi (PD-Dikti). Data tersebut memuat capaian indikator kinerja Unit Pengelola Program Studi (UPPS) sebagai Unit Pengusul Akreditasi Program Studi serta program studi yang akan diakreditasi. Dokumen LEDPS tersebut disusun oleh UPPS dan dokumen LKPS disusun oleh Program Studi.

Hal ini dikuatkan dengan Surat Keputusan Rektor Unsyiah Nomor

1120 Tahun 2019 tentang Penetapan UPPS dalam Penyusunan dokumen LEDPS. UPPS Unsyiah dalam hal ini adalah Fakultas dan Pascasarjana Unsyiah. Oleh karena itu, fakultas/pascasarjana sebagai UPPS yang menyusun LEDPS dan LKPS disusun oleh program studi.

Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi (APS) 4.0 ini dikoordinir oleh Pusat Audit dan Pembinaan Akreditasi (PAUPA) LP3M Unsyiah. Pemateri pada kegiatan workshop ini merupakan tim internal dari LP3M, Prof. Dr. Adlim, M,Sc (Ketua LP3M), Dr. Ir. Suhendrayatna, M,Eng (Sekretaris LP3M), dan Dr. drh. Rinidar, M.Kes (Ketua PAUPA). PAUPA menjadi salah satu tim penjaminan mutu Unsyiah yang berupaya mengembangkan sistem pembinaan akreditasi, mendampingi, dan membina program studi dalam proses APS. Ini semua dilakukan untuk menjaga standar mutu seluruh program studi di Unsyiah. []

Sosialisasi AkreditasiProgram Studi Berbasis Outcome

Nurlaili, S.Pd., M.Pd.Sekretaris Pusat Audit dan

Pembinaan Akreditasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas FKIP Unsyiah

Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi.

RELIGIA42 RELIGIA 43

Anak merupakan sebuah anugerah dari Allah Swt. Kehadirannya sangat

dinantikan, terutama bagi mereka yang telah menikah. Di dalam Islam, kehadiran seorang anak harus disambut dengan gembira. Kabar gembira ini juga harus disampaikan kepada orang lain. Allah Swt dalam Surat Adz Dzariyat ayat 28 mengatakan, “Dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak

yang alim (Ishak).” Di surat berbeda, Ash-Shaffat ayat 101, Allah Swt berfirman, “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”

Ketika kabar gembira ini membuat seseorang bahagia, maka seorang muslim dianjurkan untuk segera membuat saudaranya gembira dan memberitahukan kepadanya sesuatu yang membuatnya gembira. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam buku

Menyambut Buah Hati mengatakan, jika seorang muslim mengetahui saudaranya mendapatkan kabar gembira, maka hendaknya mengucapkan selamat kepadanya. Ada perbedaan antara kabar gembira dengan ucapan selamat (tahniah).

Kabar gembira adalah pemberitahuan kepada seseorang tentang sesuatu yang membuatnya gembira. Sedangkan ucapan selamat (tahniah) adalah mendoakan

seseorang yang telah mendengar berita yang membuatnya gembira.

Ketika Nabi Muhammad Saw dilahirkan, Tsuwaibah−budaknya Abu Lahab−memberitahukannya kepada Abu Lahab. Ia berkata, “Malam ini anak lelaki Abdullah telah dilahirkan.” Mendengar berita itu, Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah sebagai luapan kebahagiaannya.

Dalam Islam, bayi yang baru dilahirkan diharuskan untuk diazankan dan ikamah. Azan dan ikamah dilantunkan lirih di telinga bayi. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Barang siapa anaknya terlahir, lalu dia berazan di telinga kanannya dan berikamah di telinga kirinya, maka dijauhkan darinya ummu shibyan (jin wanita yang mengikuti bayi).”

Azan dan ikamah diucapkan di telinga bayi agar bayi dilahirkan dapat mendengarkan kata-kata yang berisikan kebesaran dan keagungan Allah Swt sebagai Sang Pencipta. Kalimat ini merupakan ucapan pertama kalinya yang ia dengar ketika terlahir di dunia. Selain itu, di dalam azan dan ikamah juga berisi kalimat syahadat yang merupakan pintu pertama bagi seseorang untuk masuk ke dalam agama Islam. Ini juga merupakan bagian dari pengejaan syiar Islam kepada bayi ketika memasuki alam dunia. Sama

halnya ketika ia akan meninggalkan alam dunia yang akan dituntun untuk mengucapkan kata-kata tauhid.

Azan dan ikamah yang dibisikkan di telinga bayi akan merasuk ke dalam hatinya dan membekas pada dirinya.

Ini menjadi pedoman awal bagi manusia muslim ketika ia menjalani kehidupan di dunia. Ucapan azan dan ikamah juga dapat menghalau gangguan setan di sekeliling bayi. Seperti diketahui, setan sangat menunggu-nunggu kelahiran seorang bayi dan akan menyertainya ketika menghadapi kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.

Ketika azan dan ikamah dikumandangkan di telinga bayi, maka setan yang mengintai kelahirannya, mendengar sesuatu yang membuatnya lemah dan membuatnya marah ketika pertama kali berinteraksi dengan si bayi. Ini cara awal untuk menghalau bujukan setan yang dapat membawa kepada kemungkaran. Sudah tabiat setan untuk selalu mengajak setiap anak Adam di dunia agar mau mengikuti kemauannya mengingkari Allah Swt.

Di dalam lantunan azan dan ikamah juga terdapat hikmah lain. Hikmah itu berupa seruan dan ajakan kepada Allah Swt, kepada Islam, serta mengajak penghambaan kepada-Nya selaku Sang Pencipta segala yang ada di dunia ini. Ajakan ini lebih dahulu sampai kepada bayi daripada ajakan setan. Hal ini sesuai dengan fitrah yang ditetapkan oleh Allah Swt kepada setiap manusia untuk selalu menyembah-Nya dan mentaati segala peraturan yang telah ditentukan. Wallahualam. []

MENYAMBUT BAYIDENGAN AZAN DAN IKAMAH

EDISI 235 . MEI 2019

Barang siapa anaknya terlahir, lalu dia berazan di telinga kanannya dan berikamah di telinga kirinya, maka dijauhkan darinya ummu shibyan ( jin wanita yang mengikuti bayi).

EDISI 235 . MEI 2019

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

XXX 4545ASPIRASI

EDISI 230 . DESEMBER 2018

Universitas Syiah Kuala@Unsyiah

ASPIRASIAspirasi

@univ_syiahkuala

@univ.syiahkuala.id

@univ_syiahkuala

Unsyiah TV

[email protected]

www.humas.unsyiah.ac.id

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 230 . DESEMBER 2018

XXX46 KABAR 47

UNIVERSITAS Syiah Kuala (Unsyiah) kembali mengukuhkan tiga profesor dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin Ketua Senat Unsyiah, Prof. Dr. Said Muhammad MA, Jumat (3/5) di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh. Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Azmeri, ST. MT. (Fakultas Teknik), Prof. Dr. Ir. Eka Meutia Sari Lubis, M.Sc (Fakultas Pertanian), dan Prof. Dr. Abrar Muslim, ST. M.Eng. (Fakultas Teknik),

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., menyampaikan rasa bangganya dengan keberhasilan tiga profesor Unsyiah yang berhasil mencapai tingkat tertinggi di kepakaran keilmuan. Hingga saat ini, Unsyiah telah memiliki 61 profesor dengan jumlah terbanyak di Fakultas Teknik 14 orang disusul Fakultas Pertanian dengan 12 profesor. Unsyiah menargetkan menambah 85 profesor lagi untuk mencapai kuota 10 persen dari jumlah dosen keseluruhan seperti yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti.

“Unsyiah terus mempercepat pertumbuhan profesor,

UNIVERSITAS Syiah Kuala (Unsyiah) bersama 12 perguruan tinggi swasta di Aceh, Senin (20/5), melakukan penandatanganan naskah kerja sama Program Perguruan Tinggi Asuh (PT Asuh) di Ruang Balai Senat Gedung Rektorat Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh.

Dalam kerja sama ini, Unsyiah nantinya bertugas membantu dan membimbing 12 PTS tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan nilai akreditasi program studi.

Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unsyiah, Prof. Dr. Adlim, M.Sc., mengatakan Unsyiah akan mengasuh 24 program studi di 12 PTS yang ada di Aceh. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 6 PTS. Program ini nantinya akan berlangsung selama empat bulan terhitung sejak kerja sama ini ditandatangani.

“Ini merupakan tahun ketiga Unsyiah menjalankan program PT Asuh. Di tahun 2017 dan 2018 kita mendapatkan penghargaan dari Kemenristekdikti karena dianggap sukses menjalankan program ini,” ujar Adlim.

salah satunya dengan menambah signifikan pembiayaan untuk penelitian,” ujarnya.

Untuk itu, Rektor menaruh harapan besar kepada ketiga profesor baru ini untuk berkontribusi optimal bagi Unsyiah. Salah satunya memperbaiki peringkat jumlah publikasi ilmiah bereputasi Unsyiah melalui kepakaran yang mereka miliki saat ini.

Dalam rapat terbuka tersebut, para profesor juga menyampaikan orasi ilmiahnya. Dimulai dari Prof. Azmeri dengan judul orasi ‘Pengembangan Riset Bencana Hidrometeorologi Melalui Penilaian Perilaku Aliran dan Kerentanan Banjir Bandang’. Orasi kedua disampaikan oleh Prof. Eka Meutia Sari Lubis dengan judul ‘Pemanfaatan Penanda Molekuler D-Loop dalam Mengindentifikasi Keragaman Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Provinsi Aceh. Sementara orasi terakhir disampaikan Prof. Abrar Muslim dengan orasi ‘Teknologi Proses Adsorpsi untuk Aplikasi Penyerapan Ion Logam Berat: Model Matematika, dan Preparasi Adsorben Berbahan Limbah Pertanian’. []

UNSYIAH KUKUHKAN TIGA PROFESOR BARU

UNSYIAH ASUH 12 PTS DI ACEHTINGKATKAN AKREDITASI

Ia menyebutkan 12 PTS yang terlibat dalam program ini adalah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Banda Aceh, Akademi Farmasi YPPM Mandiri, Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan (STKIP) Muhammadiyah Abdya, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Banda Aceh, STIM Meulaboh, Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Pante Kulu, STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, STDIP Al Wasliyah Banda Aceh, STIKES Bustanul Ulum Langsa, STKIP Bumi Persada Lhokseumawe, STKIP Al Wasliyah Banda Aceh, dan Akademi Keperawatan Muhammadiyah Bireuen.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal MEng, mengatakan, pihaknya komit untuk terus mengasuh seluruh perguruan tinggi di Aceh. Sebab, menurutnya, hal itu merupakan kewajiban Unsyiah sebagai perguruan tinggi terbesar dan tertua di Aceh. Terlebih lagi, saat ini Unsyiah memiliki ratusan pengajar yang mumpuni serta prodi yang umumnya telah terakreditasi dengan baik.

“Kita ingin semua perguruan tinggi di Aceh dapat menerapkan kualitas yang baik, sehingga menghasilkan alumni yang mampu membangun bangsa ini,” ujar Rektor. []

EDISI 235 . MEI 2019