Unlock Nurwahid Bab 4

51
26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara 4.1.1. Geografis Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak diantara 7 o 12' – 7 o 31’ Lintang Selatan dan 109 o 29’ – 109 o 45’50” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 1.069,71 Km 2 atau sebesar 3,10% dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari 20 wilayah kecamatan, 12 kelurahan, 266 desa. Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Adiministrasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 No Sub Wilayah Pertumbuhan Kecamatan Desa Kelura han Jum Lah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Banjarnegara 1. Bawang 2. Sigaluh 3. Banjarnegara 4. Pagedongan 18 14 4 9 - 1 9 - 18 15 13 9 2. Purwareja Klampok 1. Susukan 2. Pwj. Klampok 3. Mandiraja 4. Purwanegara 15 8 16 13 - - - - 15 8 16 13 3. Wanadadi 1. Rakit 2. Punggelan 3. Wanadadi 4. Pandanarum 11 17 11 8 - - - - 11 17 11 8

description

lanjutan yang sebelumnya

Transcript of Unlock Nurwahid Bab 4

Page 1: Unlock Nurwahid Bab 4

26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara 4.1.1. Geografis

Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah

bagian Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak

diantara 7o 12' – 7o 31’ Lintang Selatan dan 109o 29’ – 109o 45’50” Bujur

Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 1.069,71 Km2 atau

sebesar 3,10% dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari

20 wilayah kecamatan, 12 kelurahan, 266 desa.

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Adiministrasi

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006

No Sub Wilayah

Pertumbuhan Kecamatan Desa Kelura

han Jum Lah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Banjarnegara 1. Bawang

2. Sigaluh

3. Banjarnegara

4. Pagedongan

18

14

4

9

-

1

9

-

18

15

13

9

2. Purwareja

Klampok

1. Susukan

2. Pwj. Klampok

3. Mandiraja

4. Purwanegara

15

8

16

13

-

-

-

-

15

8

16

13

3. Wanadadi 1. Rakit

2. Punggelan

3. Wanadadi

4. Pandanarum

11

17

11

8

-

-

-

-

11

17

11

8

Page 2: Unlock Nurwahid Bab 4

27

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

4. Batur 1. Batur

2. Wanayasa

3. Pejawaran

4. Kalibening

8

17

17

16

-

-

-

-

8

17

17

16

5. Karangkobar 1. Karangkobar

2. Banjarmangu

3. Pagentan

4. Madukara

13

17

16

18

-

-

-

2

13

17

16

20

Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kecamatan

Tahun 2006

No Kecamatan Luas (km2)

Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) 1. Susukan 52,66 4,923

2. Purwareja Klampok 21,87 2,044

3. Mandiraja 52,62 4,919

4. Purwanegara 73,86 6,905

5. Bawang 55,21 5,161

6. Banjarnegara 26,24 2,453

7. Pagedongan 80,55 7,530

8. Sigaluh 39,56 3,698

9. Madukara 48,20 4,506

10. Banjarmangu 46,36 4,334

11. Wanadadi 28,27 2,643

12. Rakit 32,44 3,033

13. Punggelan 102,84 9,614

14. Karangkobar 39,07 3,652

15. Pagentan 46,19 4,318

16. Pejawaran 52,25 4,884

Page 3: Unlock Nurwahid Bab 4

28

(1) (2) (3) (4) 17. Batur 47,17 4,410

18. Wanayasa 82,01 7,667

19. Kalibening 83,77 7,832

20. Pandanarum 58,56 5,474

Jumlah 1.069,71 100,00

Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan paling

luas adalah Kecamatan Punggelan yaitu 102,84 Km2 atau 9,6% dari

seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara, yaitu 1.069,71 Km2. Dan

wilayah kecamatn paling kecil adalah Kecamatan Purworejo Klampok

yaitu 21,87 Km2 atau 2,04% dari luas keseluruhan.

Secara administratif wilayah KabupatenBanjarnegara berbatasan

dengan beberapa kabupaten, antara lain:

Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan,dan

Kabupaten Batang

Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo

Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen

Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga,dan

Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan bentuk topografi dan geografisnya dapat digolongkan

menjadi :

- Bagian Utara yang terdiri dari daerah pegunungan dengan relief

bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah

Kecamatan Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Karangkobar,

Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara dan Banjarmangu.

- Bagan Tengah terdiri dari wilayah dengan relief datar,

merupakan lembah sungai Serayu yang subur, mencakup

sebagian Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang,

Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, sebagian

Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.

Page 4: Unlock Nurwahid Bab 4

29

- Bagian Selatan terdiri dari wilayah dengan relief curam,

merupakan bagian dari pegunungan Serayu Selatan. Bagian ini

meliputi Kecamatan Sigaluh, Sebagian Kecamatan

Banjarnegara, Pagedongan, Bawang, Mandiraja dan Sebagian

Kecamatan Susukan.

Ditinjau dari segi ketinggian, terbagi menjadi 4 (empat ) wilayah

ketinggian, yaitu :

- Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82%

dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi

Kecamatan Susukan dan Purwareja Klampok, Mandiraja,

Purwanegara dan Bawang.

- Antara 100 – 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas

37,04% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara,

meliputi Kecamatan Punggelan, Wanadadi, Rakit, Madukara,

sebagian Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwanegara,

Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara.

- Antara 500 – 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas

28,74% dari seluruh luas wilayah kabupaten Banjarnegara,

meliputi Kecamatan Sigaluh, sebagian Banjarnegara,

Pagedongan dan Banjarmangu.

- Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas

24,40% dari seluruh wilayah kabupaten Banjarnegara meliputi

Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening,

Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan.

Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga )

kemiringan yaitu :

- Antara 0 – 15% meliputi luas 24,61% dari luas wilayah

Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan,

Purwareja Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan,

Bawang dan Rakit.

- Diatas 15 – 40% meliputi luas 45,04% dari luas wilayah

Page 5: Unlock Nurwahid Bab 4

30

Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara,

Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan,

Wanayasa dan Kalibening.

- Lebih dari 40% meliputi luas 30,35% dari luas wilayah

Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan,

Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur.

Menurut data yang dikeluarkan Dinas Pemukiman dan Prasarana

Daerah (Diskimprasda) Kabupaten Banjarnegara tahun 2006, wilayah ini

beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang

tahun. Musim penghujan umumnya lebih banyak dari musim kemarau.

Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Madukara sebanyak 3.505 mm

per tahun dengan Hari Hujan 124. Sedangkan curah hujan terendah

terjadi di Kecamatan Pejawaran sebesar 822 mm per tahun dengan 132

Hari Hujan.

Temperatur udara berkisar antara 20 – 26 oC dengan temperatur

terdingin pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng dapat mencapai

180C – 30C dengan kelembaban udara berkisar antara 84 – 85%.

4.1.2. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2005

sampai dengan akhir Juni 2006 tercatat sebanyak 899.915 jiwa yang

terdiri atas 449.692 laki-laki dan 450.223 perempuan. Bila dibandingkan

dengan jumlah penduduk tahun 2005 sebesar 899.225 maka terjadi

pertambahan sebesar 0.08%. Berdasarkan struktur umur yang ada,

penduduk usia produktif ( 15 – 59 tahun ) sebanyak 644.123 jiwa dan usia

non produktif ( 0 – 14 tahun dan diatas 60 tahun ) sebanyak 255.792 jiwa.

Sehingga Angka Ketergantungan ( Dependency Ratio ) sebesar 0.39 yang

berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus menanggung 39 jiwa

usia non produktif.

Penyebaran penduduk di tiap Kecamatan tidak merata, dimana

Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Punggelan

Page 6: Unlock Nurwahid Bab 4

31

yaitu sebanyak 69.980 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah

Kecamatan Pandanarum dengan jumlah penduduk 21.694 jiwa.

Sementara untuk tingkat kepadatan penduduk tahun 2006 adalah sebesar

841 jiwa per km2, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan

Banjarnegara yaitu sebanyak 2.298 jiwa per Km2, sedang kepadatan

penduduk terendah terdapat di wilayah Kecamatan Pandanarum 370 jiwa

per Km2.

Berdasarkan struktur penduduk menurut mata pencaharian terbagi

dalam beberapa bidang antara lain, pertanian, perdagangan dan jasa.

Sesuai dengan kondisi pemanfaatan lahan sebagian besar mata

pencaharian penduduk adalah pada sektor pertanian yaitu 207.255 jiwa,

sektor perdagangan 70.546 jiwa, sektor industri 42.963 jiwa dan sektor

jasa 34.448 jiwa sedang sisanya bermata pencaharian lainnya.

Jumlah keluarga miskin tahun 2006 sebanyak 112.984 KK atau

sekitar 50.21% dari jumlah keluarga yang ada di Kabupaten Banjarnegara

sebanyak 225.023 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah keluarga miskin

tahun 2005 sebanyak 95.357 KK, maka terjadi peningkatan sebesar

15,60%. Peningkatan jumlah keluarga miskin ini antara lain disebabkan

daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun. Namun

demikian, jumlah peningkatan keluarga miskin tersebut masih dibawah

angka peningkatan kemiskinan Nasional yang mencapai 17,75%.

4.1.3. Agama

Struktur penduduk berdasarkan pemeluk agama, sebagian besar

penduduk adalah pemeluk agama Islam. Data selengkapnya dapat dilihat

dibawah ini:

1. Islam : 912.093 orang

2. Katolik : 3.319 orang

3. Protestan : 2.346 orang

4. Hindu : 90 orang

5. Budha : 562 orang

Page 7: Unlock Nurwahid Bab 4

32

Prasarana keagamaan meliputi: masjid 1483 buah,

langgar/mushola 3.074 buah, gereja 24 buah dan vihara/pura 7 buah.

4.1.4. Pemuda dan Olahraga Dari struktur penduduk tampak bahwa penduduk di kabupaten

Banjarnegara didominasi oleh pemuda. Oleh karena itu, pembinaan,

penyediaan fasilitas untuk pengembangan kreativitas dan olahraga dan

pengendalian menjadi agenda utama dalam pengembangan pemuda.

Berkat pembinaan dan semangat para pemuda, maka di kabupaten

Banjarnegara telah banyak prestasi-prestasi kepemudaan yang telah

diperoleh baik tingkat daerah, nasional bahkan tingkat internasional.

Prestasi internasional, seperti (1) Chris John, juara tinju versi IBF, (2)

Lutfan Budi Santoso, peraih medali emas pencak silat pada SEA GAMES

XXXIII di Vietnam, dan (3) Sugiri Sasono, peraih medali perunggu untuk

cabang tinju di SEA GAMES XXXIII di Vietnam.

Prestasi di tingkat nasional meliputi, mengarang, sastra, olahraga,

karya tulis, Indonesian Tour Science Foundation. Prestasi di tingkat

daerah (provinsi) meliputi: K3 dalam Jambore Bhakti Husada, majalah

dinding, karya ilmiah remaja, beberapa cabang olahraga, karang taruna

berprestasi, pidato bahasa inggris, macapat ,dll.

Fasilitas atau prasarana yang tersediakan untuk kegiatan

kepemudaan dan olahraga serta kesenian, meliputi:

1. Stadion dan lapangan olahraga : 268 tempat

2. Lapangan Tenis : 15 tempat

3. Lapangan Bulu Tangkis : 157 tempat

4. Kolam Renang : 3 tempat

5. Padepokan Pencak Silat : 7 tempat

6. Arena Tinju : 2 tempat

7. Gedung Olahraga : 1 gedung

Page 8: Unlock Nurwahid Bab 4

33

4.1.5. Kebudayaan

Kegiatan kebudayaan yang telah dilakukan di daerah ini meliputi

pengembangan dan pelestarian. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan

adalah kegiatan seni budaya kuda lumping, karawitan, pedalangan,dll.

4.1.6. Prasarana dan Sarana Daerah

Prasarana dan sarana daerah dalam hal ini meliputi: prasarana

jalan, sarana angkutan, prasarana pengairan, dan prasarana komunikasi.

4.1.6.1. Prasarana Jalan

Prasarana jalan yang ada meliputi :

1. Jalan Nasional, panjang 57,673 km dengan kondisi baik

sepanjang 12,470 km dan kondisi sedang 45,203 km

2. Jalan Provinsi, panjang 84,49 km dengan kondisi baik

sepanjang 25,200 km, kondisi sedang 59,290 km

3. Jalan Kabupaten, panjang 834,690 km dengan kondisi baik

sepanjang 602,740 km, kondisi sedang 48,660 km, kondisi

rusak 100, 750 km dan kondisi rusak berat 82,540 km.

4.1.6.2. Sarana Angkutan

Operasi angkutan yang ada hingga kini telah menjangkau hampir

seluruh wilayah bahkan sampai pelosok desa. Di masa mendatang

diharapkan jalur-jalur trayek akan bertambah, sehingga mempercepat

pemerataan pembangunan dalam pertumbuhan ekonomi daerah.

4.1.6.3. Prasarana Irigasi Jaringan irigasi yang ada terdiri dari pengairan teknis dan non

teknis dengan perincian sebagai berikut:

1. Jaringan Irigasi Primer sepanjang 131.142 m

2. Jaringan Irigasi Sekunder sepanjang 311.174 m

Page 9: Unlock Nurwahid Bab 4

34

3. Jaringan Irigasi Pedesaan, tersebar di seluruh Kecamatan.

Jaringan irigasi yang ada di kabupaten Banjarnegara termasuk ke

dalam irigasi Singomerto, Kalisapi, Krikil, Piasa, Limbangan, Clangap,

Siruken dan Banjarcahyana.

4.1.6.4. Komunikasi

Komunikasi pada saat ini merupakan kebutuhan pokok. Dari data

yang ada tercatat di daerah ini telah terlayani telepon manual 6361 Sistem

Sambungan Telepon (SST), sedangkan yang lain menggunakan telepon

seluler (nirkabel).

4.1.7. Pemerintahan Umum

Pelayanan yang diselenggarakan oleh kabupaten meliputi:

Catatan Sipil, Perijinan, Pemadam Kebakaran, Ketentraman dan

Ketertiban umum, PDAM, Perbankan, Sosial dan sebagainya. Pelayanan

yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan dan desa meliputi:

administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan. Badan

usaha yang telah dibentuk adalah PDAM, BPR, BPR BKK, Perusda

Percetakan dan Perusda Pertambangan. Prasarana Pemerintahan yang

ada secara umum masih layak dan dapat difungsikan terutama dalam

pemberian pelayanan kepada masyarakat.

4.2. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara

4.2.1. Penataan Kawasan

1. Kawasan Lindung

Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan

Ruang mendefinisikan kawasan lindung adalah wilayah yang

ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan

Page 10: Unlock Nurwahid Bab 4

35

sumber daya buatan. Tujuan ditetapkannya kawasan lindung

adalah untuk terjaganya kelestarian sumber daya alam tanah,

air, flora, fauna demi tercapainya peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara, Kawasan

Lindung terbagi menjdi tiga kawasan, antara lain: Hutan

Lindung, Kawasan Sempadan dan Kawasan Rawan Bencana.

a. Hutan lindung yang berupa hutan suaka, hutan wisata, dan

hutan produksi. Di wilayah ini tidak diperkenankan adanya

budi daya kecuali yang tidak merusak kelestarian hutan

lindung tersebut dan pada kurun waktu tertentu diadakan

rehabilitasi dan reboisasi. Kawasan ini terdapat di wilayah

utara antara lain Kecamatan Batur, Pejawaran, Wanayasa,

Karangkobar, Pandanarum, Pagentan dan Madukara bagian

utara serta di wilayah selatan antar lain Kecamatan

Pagedongan, Sigaluh bagian selatan, Bawang bagian

selatan, Purwonegoro bagian selatan, Mandiraja bagian

selatan, dan Susukan bagian selatan.

b. Kawasan sempadan sungai, danau/waduk dan mata air.

Kawasan ini terdapat di kiri-kanan sungai Serayu dan anak

sungainya, seputar Waduk Panglima Besar Jenderal

Sudirman dan di tiap mata air di seluruh wilayah

Banjarnegara. Kawasan ini dimanfaatkan untuk persawahan,

perkebunan, budidaya perikanan dan pariwisata.

c. Kawasan rawan bencana. Di wilayah kabupaten

Banjarnegara terdapat beberapa area yang sering

mengalami bencana alam, seperti erosi tingkat tinggi, tanah

longsor, dan gas beracun. Hal ini tentu akan sangat

merugikan masyarakat dan mengganggu pelaksanaan

pembangunan. Untuk pengamanan di kawasan ini dilakukan

beberapa langkah, yaitu:

1) Pengembangan kawasan suaka alam

Page 11: Unlock Nurwahid Bab 4

36

2) Pembuatan talud pada titik-titik bencana untuk mencegah

kelongsoran, terutama di wilayah Utara yang berbukit-

bukit

3) Isolasi pada daerah rawan bencana gas beracun, seperti

di areal kawah Sikidang, agar tidak mengganggu

masyarakat.

2. Kawasan Budidaya

Undang Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan

Ruang mendefinisikan Kawasan Budidaya sebagai wilayah

yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia dan sumber daya buatan. Secara umum kawasan ini

terletak di bawah kawasan penyangga yang tersebar di seluruh

wilayah kabupaten Banjarnegara, antara lain:

1) Wilayah Kecamatan Madukara bagian Tengah sampai Barat

2) Sebagian kecil wilayah Kecamatan Pagedongan bagian

Barat dan sebagian besar wilayah Tengah

3) Wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Timur dan Utara

4) Wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara dan bagian

Tenggara

5) Wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Barat

6) Wilayah Kecamatan Punggelan Bagian Tengah sampai

Selatan

7) Seluruh wilayah Kecamatan Rakit

8) Wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Selatan, bagian

Tengah dan bagian Tenggara.

9) Sebagian besar wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara

serta sebagian kecil bagian Tengah

10) Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Utara dan

Tengah, dan

Page 12: Unlock Nurwahid Bab 4

37

11) Sebagian besar wilayah Kecamatan Purworejo Klampok

bagian Utara.

Menurut Perda Kabupaten Banjarnegara nomor 1 tahun 2004

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Banjarnegara, Kawasan Budidaya terdiri dari:

a. Kawasan Hutan Produksi, kawasan ini wilayahnya

merupakan bagian dari Hutan Lindung dan sebagian

Kecamatan Sigaluh, baik yng merupakan hutan produksi

tetap, terbatas maupun konservasi.

b. Kawasan Pertanian, kawasan ini terdiri dari:

1) Kawasan pertanian tanaman pangan, antara lain:

- Kawasan Pertanian Lahan Basah yang terletak di

Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Madukara, Kecamatan

Banjarnegara, Kecamatan Wanadadi, Kecamatan

Bawang, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Rakit,

Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Mandiraja,

Kecamatan Purworejo Klampok dan Kecamatan

Susukan.

- Kawasan Pertanian Lahan Kering yang terletak di

Kecamatan Batur, Kecamatan Pejawaran, Kecamatan

Kalibening, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Bawang

dan Kecamatan Purwonegoro.

2) Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan

terletak di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa,

Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pandanarum,

Kecamatan Karangkobar, Kecamatan Banjarmangu,

Kecamatan Madukara, dan Kecamatan Punggelan.

3) Kawasan perikanan adalah merupakan kawasan

perikanan darat yang terletak di Kecamatan Bawang dan

Kecamatan Wanadadi yaitu di Waduk Panglima Besar

Jenderal Sudirman, Kecamatan Banjarmangu,

Page 13: Unlock Nurwahid Bab 4

38

Kecamatan Rakit, Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan

Banjarnegara, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan

Purworejo Klampok.

4) Kawasan Peternakan terletak di Kecamatan

Karangkobar, Kecamatan Pagentan, Kecamatan

Pejawaran, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan

Kalibening, dan Kecamatan Pandanarum.

c. Kawasan Industri, kawasan ini terletak di:

1) Desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh

2) Desa Purworejo, Desa Klampok, Desa Kalimandi, dan

Desa Kaliwinasuh Kecamatan Purworejo Klampok.

3) Desa Panggisari Kecamatan Mandiraja

d. Kawasan Pariwisata, kawasan ini antara lain:

1) Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya.

2) Desa Klampok dan Desa Kalimandi sebagai Desa

Wisata binaan kerajinan keramik.

Kawasan Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman

sebagai wisata air.

3) Taman Rekreasi Marga Satwa Seruling Mas

e. Kawasan Pertambangan, kawasan ini antara lain:

1) Pertambangan Dorit terletak di Kecamatan Wanayasa

dan Karangkobar.

2) Pertambangan Lempung terletak di Kecamatan

Banjarmangu, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan

Sigaluh, dan Kecamatan Karangkobar.

3) Pertambangan Andesit terletak di Kecamatan Kalibening,

Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Banjarmangu.

4) Pertambangan Fieldspar/Pasir Kwarsa terletak di

Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Bawang, dan

Kecamatan Pandanarum.

Page 14: Unlock Nurwahid Bab 4

39

5) Pertambangan Marmer terletak di Kecamatan

Pandanarum, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan

Bawang.

6) Pertambangan Trass terletak di Kecamatan Punggelan,

Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Wanayasa.

7) Pertambangan Asbes terletak di Kecamatan

Pandanarum dan Kecamatan Purwonegoro.

f. Kawasan Perkotaan/Permukiman, kawasan ini terdiri dari:

1) Kawasan permukiman perkotaan terletak di kota ibukota

kabupaten dan kota-kota ibukota kecamatan.

2) Kawasan permukiman perdesaan terletak menyebar

pada setiap Kecamatan

Fungsi kawasan budidaya, antara lain:

1. Terdapat area kawasan budidaya sebagai lahan yang dapat

diusahakan sebagai sumber pencaharian masyarakat

setempat untuk meningkatkan kesejahteraan

2. Terdapat fungsi budidaya yang sesuai dengan kondisi alam

setempat

3. Terdapat cadangan pengembangan area terbangun

3. Kawasan Penyangga

Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003 disebutkan

adanya Kawasan Penyangga. Kawasan Penyangga adalah

kawasan yang berada diantara kawasan lindung dan kawasan

budidaya. Wilayah Kabupaten Banjarnegara yang termasuk

dalam kawasan penyangga yaitu:

1. Sebagian wilayah Kecamatan Madukara bagian Selatan

2. Sebagian wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Selatan

3. Sebagian wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Tengah

4. Sebagian wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara

5. Sebagian wilayah Kecamatan Rakit bagian Utara dan Barat

6. Sebagian wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Tengah

Page 15: Unlock Nurwahid Bab 4

40

7. Sebagian wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara dan

Tengah

8. Sebagian wilayah Kecamatan Purworejo Klampok bagian

Tengah, dan

9. Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Tengah

Kawasan penyangga memiliki fungsi, antara lain:

1. Sebagai area transisi antara kawasan lindung dan kawasan

budidaya

2. Sebagai penunjang kawasan lindung

3. Sebagai area pengembangan kawasan budidaya.

Selanjutnya kawasan ini dimanfaatkan untuk budidaya tanaman

perdagangan berupa pohon berbatang tinggi dan tanaman

perdu.

4. Daerah Terbangun (built up area)

Daerah terbangun adalah kawasan yang boleh digunakan

untuk mendirikan bangunan atau mengusahakan lahan tertentu

sebagai mata pencahariannya. Daerah terbangun termasuk

dalam kawasan budidaya. Daerah terbangun di Kabupaten

Banjarnegara seluas 165,39 km2 atau sekitar 15% dari luas

keseluruhan. Adapun kriteria daerah terbangun antara lain:

- Daerah dengan kemiringan maksimal 40%

- Bukan merupakan lahan sawah irigasi teknis yang subur

dengan produktivitas tinggi

- Bukan merupakan daerah labil dan rawan longsor

- Bukan merupakan daerah banjir rutin

- Bukan merupakan kawasan lindung atau penyangga

Daerah ini terdapat hampir di seluruh wilayah kabupaten

Banjarnegara. Daerah terbangun memungkinkan masyarakat

mendirikan bangunan maupun digunakan sebagai lahan

pertanian dan para investor dapat juga mendirikan usahanya di

Page 16: Unlock Nurwahid Bab 4

41

lahan ini tanpa harus takut bermasalah dengan konservasi

lahan maupun bencana alam yang mungkin terjadi.

5. Daerah Perkotaan

Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang

Penataan Ruang, yang dimaksud daerah perkotaan adalah

daerah yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan

susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tujuan

ditetapkannya kawasan daerah perkotaan dimaksudkan untuk

memberikan pengarahan sehubungan dengan adanya

perbedaan yang cukup mencolok antara daerah perdesaan dan

perkotaan. Disadari pula semakin besar daerah perkotaan

dimungkinkan semakin kompleks permasalahan yang akan

dihadapi. Dari perhitungan, daerah perkotaan di wilayah

kabupaten Banjarnegara tahun 2008 mencakup area seluas

4.399.600 Ha sedang tahun 2013 akan menjadi seluas

5.043.657 Ha.

Hirarki kota-kota Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten

Banjarnegara, adalah:

- Kota Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten ditetapkan

sebagai kota jenjang (hirarki) pertama.

- Kota-kota IKK Purworejo Klampok dan IKK Karangkobar

ditetapkan sebagai kota jenjang kedua.

- Kota-kota IKK Susukan, IKK Mandiraja, IKK Purwonegoro,

IKK Bawang, IKK Sigaluh, IKK Madukara, IKK Banjarmangu,

IKK Wanadadi, IKK Rakit, IKK Punggelan, IKK Kalibening,

IKK Wanayasa, IKK Batur, IKK Pejawaran dan IKK

Punggelan ditetapkan sebagai kota jenjang ketiga.

- Kota-kota IKK Pagedongan dan IKK Pandanarum ditetapkan

sebagai kota jenjang keempat.

Page 17: Unlock Nurwahid Bab 4

42

Pengembangan daerah pedesaan menjadi perkotaan akan

membuka peluang usaha yang lebih luas. Namun dengan

semakin luasnya wilayah perkotaan akan menimbulkan

masalah yang lebih kompleks, hal ini yang perlu menjadi

perhatian pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas

keamanan dan ketertiban di Kabupaten Banjarnegara. Kota

Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat

kegiatan administrasi dan perdagangan dan menjadi induk dari

kota-kota ibukota kecamatan.

6. Kawasan Cagar Budaya

Karya Budaya yaitu segala sesuatu yang dihasilkan manusia

dalam memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan hidup

dan mengembangkan kehidupannya serta bangunan tempat

ibadah, perumahan, sistem mata pencahariaan dan sebagainya

yang memiliki filsafat dan nilai sejarah. Derdasarkan data dan

informasi yang diperoleh penulis dari Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara, diketahui

bahwa wilayah Banjarnegara banyak tersebar benda-benda

peninggalan pra sejarah maupun peninggalan sejarah yang

bernilai tinggi sebagai karya budaya. Benda-benda peninggalan

tersebut antara lain, candi-candi di pegunungan Dieng,

kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, Sipon Banjarcahyana,

peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa Karangmiri

Kecamatan Wanadadi, Batu Lembu di desa Banjar Kulon

Kecamatan Banjarmangu dan Batu yoni di Kecamatan Rakit.

Dengan melihat persebarannya maka peninggalan-peninggalan

sejarah dan pra sejarah di wilayah kabupaten Banjarnegara

yang layak sebagai kawasan Cagar Budaya adalah:

a. Kawasan Candi Dieng sebagai peninggalan Zaman Hindu

yang meliputi Candi Pandawa Lima, Candi Dwara Wati,

Candi Gatotkaca, dan Candi Bima

Page 18: Unlock Nurwahid Bab 4

43

b. Kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, dengan unsur

Pendopo dan Dalem Kabupaten, Masjid Agung, dan Alun-

alun sebagai bukti sejarah berdirinya Kabupaten

Banjarnegara yang bernuansa tradisional jawa.

c. Sipon Banjarcahyana di wilayah Kecamatan Banjarmangu,

dengan Jaringan irigasinya sebagai bukti peningalan sejarah

politik balas budi pemerintah kolonial Belanda dalam bidang

irigasi dan pertanian.

d. Peninggalan-peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa

Karangmiri Kecamatan Wanadadi.

Pembangunan kawasan Cagar budaya difokuskan pada

pemeliharaan aset-aset budaya sehingga dapat menjadi tujuan

pariwisata sehingga akan menarik wisatawan baik domestik

maupun asing.

4.2.2. Pengembangan Pusat Pusat Produksi

Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Banjarnegara, Drs. Waluyo, perekonomian di kabupaten

Banjarnegara sudah baik namun ada beberapa kekurangan dalam

pengelolaan hasil-hasil produksi. Hasil yang diperoleh masyarakat kurang

optimal karena kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat belum

terkoordinir dengan baik. Oleh karena itu perlu diadakan

pengkoordinasian lokasi pusat-pusat produksi.

Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003,

pengembangan pusat-pusat produksi tersebut dibagi dalam beberapa

sektor, antara lain: sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian,

sektor industri dan sektor pariwisata.

1. Sektor Pertanian

a. Pertanian pangan

Subsektor pertanian pangan yang dikembangkan di daerah

dengan kemiringan maksimal 20%, yang umumnya di daerah

Page 19: Unlock Nurwahid Bab 4

44

bawah sebagai terlihat dalam peta kesesuaian lahan.

Wilayah Kecamatan yang memenuhi kriteria tersebut antara

lain wilayah Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok,

Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara,

Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Wanadadi,

Punggelan, dan Rakit.

Jenis tanaman yang dikembangkan disini mengutamakan

jenis tanaman musiman seperti padi, palawija, sayur mayur,

dengan mengurangi jenis tanaman umbi-umbian. Untuk

menghindari erosi tanah dengan pengikisan lapisan humus

dikembangkan pertanian model terasering. Kemudian juga

dilaksanakan sosialisasi program konsolidasi tanah untuk

mempermudah perjalanan dan pengangkutan, disamping

juga untuk menaikkan harga lahan.

b. Perkebunan

Subsektor perkebunan dikembangkan di daerah dengan

kemiringan maksimal 40%, yang juga berfungsi sebagai

kawasan penyangga. Area tersebut terletak pada wilayah

Kecamatan-Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok,

Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Pagedongan, Sigaluh,

Madukara, Banjarmangu, Karangkobar, Wanayasa, Batur,

Kalibening, dan Pandanarum.

Jenis tanaman yang dikembangkan di sini merupakan

tanaman tahunan seperti melati gambir, nilam, teh, murbei,

dan buah salak yang disesuaikan dengan kondisi setempat

atau tanaman perdagangan lainnya sebagai kebun

campuran seperti kelapa, bambu, sengon, kalba, dan buah-

buahan dengan menghindarkan tanaman yang merusak

tanah (umbi-umbian). Juga dikembangkan sistem terasering

baik dengan teknik sipil maupun vegetasi untuk mencegah

terjadinya erosi tanah.

Page 20: Unlock Nurwahid Bab 4

45

c. Perikanan

Dikembangkan di daerah terbuka dengan kemiringan

maksimal 20% sebagai usaha mina-padi, sehingga wilayah

Kecamatan-Kecamatan yang potensial sebagai pusat

produksi padi sebagai tersebut diatas dapat dikembangkan

budi daya perikanan. Tersedianya aliran air yang bersih

merupakan pra-syarat, sehingga dapat dikembangkan di

waduk atau sungai yaitu di waduk Panglima Besar Jenderal

Sudirman yang potensial untuk budi daya perikanan sistem

keramba.

d. Peternakan

Subsektor peternakan dikembangkan di daerah dengan

kemiringan maksimal 40% atau daerah penyangga yaitu

Kecamatan Batur, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum,

Karangkobar dan Banjarmangu. Semua jenis hewan ternak

besar maupun ternak kecil dapat dibudidayakan di sini.

2. Sektor Pertambangan dan Galian

Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penting

sebagai sumber pendapatan di kabupaten Banjarnegara,

terutama untuk bahan galian C.

Sektor pertambangan dan galian dikembangkan di daerah

kandungan barang tambang dan galian yang potensial dengan

dampak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun sosial) yang

telah dikaji sebelumnya (AMDAL). Adapun wilayah Kecamatan

yang potensial antara lain:

Page 21: Unlock Nurwahid Bab 4

46

Tabel 4.3 Jenis Barang Tambang Dan Galian Yang Dikembangkan Di

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006

No. Jenis bahan Kecamatan

1. Dorit Bawang, Banjarmangu, Wanayasa,

Karangkobar

2. Lempung Banjarmangu, Mandiraja, Sigaluh,

Karangkobar

3. Field Spar Purwonegoro, Bawang, Pandanarum

4. Andesit Kalibening, Sigaluh, Banjarmangu

5. Marmer Pandanarum, Mandiraja, Bawang

6. Trass Punggelan, Sigaluh, Wanayasa

7. Asbes Purwonegoro, Bawang

Sumber : Bagian Perekonomian Setda Banjarnegara tahun 2006

Cadangan barang tambang dan galian di wilayah Kabupaten

Banjarnegara masih melimpah. Namun dalam pengusahaannya

masih terlalu sedikit. Permasalahan utama lebih bersumber

pada manajemen dengan unsur-unsur:

- Teknologi penambangan dan penggalian masih minim

sehingga produksi rendah.

- Kesulitan pemasaran produk penambangan dan galian.

- Transportasi produk penambangan karena lokasinya di

daerah perbukitan.

Untuk mengatasi permasalahan ini pemda melaksanakan

beberapa langkah, yaitu:

- Mengajak investor untuk menanamkan modalnya di

Kabupaten Banjarnegara. Adapun investasi ini dalam bentuk

pembuatan pengolahan batu alam dengan nilai investasi

sebesar Rp.15.401.736.000,00. Selain itu, investor juga

Page 22: Unlock Nurwahid Bab 4

47

dapat membeli langsung pada penambang dengan ukuran

dan kualitas yang dikehendaki.

- Peningkatan kelas jalan yang menghubungkan kabupaten

Banjarnegara dengan wilayah pemasaran produk tambang

dan galian di sepanjang wilayah pantai Utara dan pantai

Selatan Pulau Jawa, yaitu melalui Kabupaten Pekalongan

dan Kabupaten Kebumen.

3. Sektor Industri

Sesuai Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Tengah Nomor 530/32/1987 tentang penetapan Lokasi Wilayah

Industri Di daerah Tingkat II se Jawa Tengah wilayah pusat

pertumbuhan industri Kabupaten Banjarnegara ditetapkan di

desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh, namun beberapa lokasi

lain yang dapat ditetapkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan

industri, disamping lokasi industri yang menyebar hampir ke

seluruh wilayah kabupaten. Wilayah tersebut adalah desa

Panggisari di Kecamatan Mandiraja sebagai sentra industri

batubata, desa Klampok dan Kalimandi sebagai sentra

kerajinan keramik.

4. Sektor Pariwisata

Secara umum wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan kondisi

alamnya ditunjang dengan kondisi sosial budaya tradisional

potensial sebagai obyek kunjungan wisata. Potensi-potensi

kunjungan wisata tersebut antara lain:

a. Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya

Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu) terletak disebelah Timur

Laut Kota Banjarnegara 55km, merupakan daerah tujuan

wisata nomor 2 di Jawa Tengah setelah Borobudur.Dataran

Tinggi Dieng semula merupakan Gunung Berapi yang

meletus dengan dahsyat, sekarang puncak gunung

terlempar, tinggallah sekarang suatu dataran yang terletak di

Page 23: Unlock Nurwahid Bab 4

48

puncak gunung lebih dikenal dengan sebutan "DIENG

PLATEU". Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu

terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu

tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci tersebut sampai

sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta

puing-puing bekas Vihara. Dari obyek yang dapat kita

saksikan saat ini terdapat 8 buah candi yaitu :1). Banowati,

2). Puntodewa, 3). Arjuna, 4). Sembodro 5). Sri Kandi 6).

Gatot Kaca 7). Bima.

Aset wisata lainnya tersebar di dataran tinggi Dieng antara

lain: Kawah Sikidang, Kawah Si Banteng, Kawah Sileri,

Kawah Candradimuka, Telaga Balaikumbang, Telaga

Medada, Telaga Siwi, Telaga Dringa, Telaga Sinila, Sumur

Jala Tunda, Goa Jumut, Gangsiran Asmotoma. Adapun

makanan khas Dieng antara lain: Kacang Dieng, Carica,

Kentang, Asparagus, Jamur Dieng dan Ramuan Purwaceng

sebagai penghangat badan. Bagi masyarakat setempat,

sebutan Dieng sering diterjemahkan sebagai Kahyangan

atau tempat bersemayamnya para Dewa. Obyek wisata

pegunungan ini menjajikan pemandangan alam yang

memukau. Hamparan hutan jati, kawah-kawah yang masih

aktif, serta udara yang sejuk membuat kawasan obyek

wisata berkesan damai dan tenang.

b. Taman Rekreasi Dan Marga Satwa Serulingmas

TRMS Serulingmas terletak di Kota Banjarnegara, daya tarik

wisata yang ada di sana adalah berupa Taman Satwa,

Kolam Renang, taman bermain anak-anak, Makam Keramat

Ki Ageng Selomanik. Beberapa satwa yang ditangkarkan

adalah Singa, Gajah, Harimau, Ular, Orang Utan, berbagai

jenis burung, dan lain-lain. Disediakan pula fasilitas wisata

menunggang gajah keliling taman dengan dipandu seorang

Page 24: Unlock Nurwahid Bab 4

49

pawang. Ada kolam renang yang memadai, terdiri dari 3

bagian kolam untuk anak-anak dan orang dewasa, serta

fasilitas mandi/bilas. Makam Ki Ageng Selomanik yang

merupakan keturunan Raja Mataram sering dikunjungi

wisatawan yang percaya dengan kekeramatan Ki Ageng

Selomanik.Taman rekreasi ini dilintasi oleh aliran Sungai

Serayu yang menambah keindahan pemandangan taman.

Taman rekreasi ini sangat diminati oleh anak-anak dan

remaja, pada hari-hari libur atau liburan sekolah taman

rekeasi ini selalu padat pengunjungnya. Untuk memeriahkan

suasana di panggung hiburan diadakan pentas kesenian

daerah dan pentas musik yang dapat dinikmati wisatawan

sambil duduk-duduk di bawah pohon rindang di arena bawah

panggung. Di taman ini pula dapat dinikmati minuman khas

Banjarnegara, yaitu Dawet Ayu Banjarnegara.

c. Kawasan Waduk Panglima Jenderal Sudirman sebagai

wisata air.

Waduk Panglima Jenderal Sudirman terletak di sebelah

Barat sekitar 10 Km dari Kota Banjarnegara. Wisata air ini

memanfaatkan Bendungan Panglima Besar Soedirman yang

mempunyai fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik (PLTA).

Bendungan yang mempunyai panjang 6,5 Km dan luas 1.250

Ha merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dan

mempunyai kapasitas tenaga listrik sebesar 184,5 MW.

Wisata air yang ada di sana adalah berperahu/speedboat

mengelilingi waduk, olah raga dayung, memancing dan naik

kereta mini mengelilingi arena wisata. Juga tersedia taman

bermain untuk anak dan panggung hiburan. Lokasi ini sangat

menarik karena berbukit-bukit dan rimbun oleh pepohonan

serta pemandangan bendungan yang indah dan asri. Di

Page 25: Unlock Nurwahid Bab 4

50

dekat kompleks Wisata Mrica juga terdapat padang Golf

dengan 9 hole yang dilengkapi segala fasilitasnya.

d. Taman Rekreasi Anglir Mendung

Taman Rekreasi Anglir MendungTerletak arah Utara 18 Km

dari Kota Banjarnegara. Di daerah ini beriklim sejuk dan

dikelilingi hutan lindung yang dapat dijadikan wisata alam

berburu, cross country. Fasilitas yang tersedia yaitu kolam

renang yang jernih dengan mata air asli dari pegunungan,

taman bermain anak-anak, penginapan remaja dan bumi

perkemahan yang dapat menampung 200 tenda. Jalan

menuju obyek wisata ini berkelok-kelok dengan

pemandangan alam yang indah, berupa bukit, sawah, sungai

dan hutan. Upaya untuk menarik wisatawan diantaranya

dengan menggelar pertunjukkan musik pada hari minggu

dan hari libur lainnya.

e. Arung Jeram Sungai Serayu

Wisata minat khusus arung jeram ini berada di Sungai

Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa

Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan

panjang route tempuh 12 Km. Fasilitas akomodasi dan

cinderamata khas desa ini tersedia di sepanjang jalan raya,

dan Sungai Serayu ini mengalir berdekatan dengan jalan

raya Tunggoro & Singomerto. Arung jeram ini dinilai sangat

baik oleh para atlet Arung Jeram Nasional sehingga pada

tahun 1997 di lokasi ini dijadikan sebagai lokasi Kejurnas I

Arung Jeram.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)

Kabupaten Banjarnegara, Drs. Setiawan, M. Hum, pariwisata di

Kabupaten Banjarnegara sangat bagus dan potensial untuk

berkembang baik dalam skala nasional maupun internasional.

Page 26: Unlock Nurwahid Bab 4

51

Obyek wisata yang berpotensi skala internasional adalah

Kawasan Candi Dieng yang memiliki wisata sejarah berupa

candi-candi dan wisata alam berupa pemandangan dan kawah-

kawah di sekitar kawasan candi. Selain itu masih banyak obyek

wisata yang masih belum dikelola dengan baik namun telah

menjadi tujuan wisata masyarakat setempat, salah satunya

adalah wisata alam air terjun Curug Pitu.

Beliau menjelaskan bahwa pengelolaan pariwisata di

kabupaten Banjarnegara telah dilaksanakan dengan baik dan

mendapat perhatian yang penuh dari pemerintah daerah,

namun ada beberapa kendala dalam pengelolaan maupun

penjaringan wisatawan, antara lain:

1) Akses jalan yang kurang baik dan rawan longsor dan

bencana alam.

2) Jarak yang sangat jauh dari pusat kota sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapainya.

3) Sarana angkutan menuju kawasan obyek wisata yang ada

masih terbatas.

4) Atraksi yang monoton sehingga membuat masyarakat bosan

dan tidak berminat lagi untuk datang .

Adapun langkah-langkah yang telah diambil Disparbud untuk

meningkatkan potensi obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara

yaitu:

1) Menampilkan atraksi tambahan di kawasan wisata berupa

hiburan musik pada hari minggu dan hari libur lainnya.

2) Mengadakan perawatan secara berkala dan memperbaiki

fasilitas yang rusak.

3) Menawarkan pengelolaan pariwisata pada pihak ketiga serta

mengundang investor untuk menanamkan modalnya.

4) Melakukan pemberitaan baik melalui media koran maupun

radio.

Page 27: Unlock Nurwahid Bab 4

52

4.2.3. Pengembangan Jaringan Transportasi

Transportasi adalah sarana yang sangat penting dalam

mendukung kegiatan perekonomian, terutama dalam pendistribusian

barang. Kelancaran distribusi barang ke suatu daerah tergantung dari

kualitas jalan yang dilalui. Selain itu ketersedian sarana pengangkut juga

sangat mempengaruhi kelancaran.

Jaringan jalan utama di wilayah Kabupaten Banjarnegara

direncanakan terdiri dari:

1. Jalur utama di Kabupaten Banjarnegara yang melalui

Kecamatan Susukan ke arah timur sampai dengan Kecamatan

Sigaluh ke kabupaten Wonosobo, sepanjang 44 km.

2. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten

Banjarnegara ke Kabupaten Pekalongan melalui Kota

Banjarnegara ke arah utara sampai dengan Kecamatan

Kalibening, sepanjang 47 km.

3. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanadadi

ke arah utara melalui Kecamatan Rakit, Kecamatan Punggelan,

Kecamatan Pandanarum sampai dengan Kecamatan

Kalibening, sepanjang 47 km.

4. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten

Banjarnegara ke Kabupaten Kebumen melalui desa Panggisari

Kecamatan Mandiraja ke arah selatan menuju Gombong

kabupaten Kebumen, sepanjang 7 km.

5. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Sigaluh ke

arah utara melalui Kecamatan Madukara, Kecamatan

Pagentan, Kecamatan Pejawaran sampai dengan Kecamatan

Batur, sepanjang 57 km.

6. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan

Banjarmangu ke arah Barat Laut melalui Kecamatan

Pandanarum sampai dengan Kecamatan Kalibening, 41 km.

Page 28: Unlock Nurwahid Bab 4

53

7. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanayasa

ke arah timur sampai dengan Kecamatan Batur, 15 km.

8. Jalur jalan lain yang menghubungkan antar wilayah Kecamatan

se Kabupaten Banjarnegara, sepanjang 4 km.

Pengembangan jaringan transportasi tersebut antara lain

dilakukan dengan (1) Peningkatan kelas jalan, (2) Pembangunan jalur

jalan baru, (3) mengurangi titik-titik rawan kecelakaan, dan (4)

mempertinggi frekuensi perjalanan.

1) Peningkatan Kelas Jalan

Peningkatan kelas jalan di wilayah Kabupaten Banjarnegara

antara lain:

a. Jalur Banjarmangu-Pandanarum-Kalibening sepanjang 41

km, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperpendek

waktu tempuh antara Kalibening-Banjarmangu-Banjarnegara

sepanjang 47 km, untuk mendukung pengembangan lalu-

lintas jalur Banjarnegara-Pekalongan.

b. Jalur jalan yang menghubungkan Kecamatan Bawang-

Wanadadi-Punggelan-Kalibening sepanjang 53 km, menjadi

jalur kolektor primer untuk pengembangan wilayah bagian

barat.

c. Jalur Karangkobar-Pejawaran-Batur sepanjang 15 km, hal ini

dilakukan dengan tujuan memperpendek waktu tempuh

antara Karangkobar-Dieng sepanjang 19 km sebagai

alternatif jalur wisata Banjarnegara-Dieng

d. Jalur Sigaluh-Madukara-Pagentan-Pejawaran-Batur

sepanjang 45 km menjadi jalur kolektor primer dengan tujuan

untuk mengembangkan wilayah bagian timur juga untuk

memperpendek waktu tempuh jalur Banjarnegara-Dieng

sepanjang 53. Jalur ini menjadi jalur wisata Banjarnegara.

Page 29: Unlock Nurwahid Bab 4

54

e. Peningkatan jalur jalan dari Panggisari-Sempor sepanjang 7

km (kabupaten Kebumen) menjadi jalur kolektor primer

sebagai jalur ekonomi bagi kedua wilayah.

f. Jalur-jalur dengan status sebagai jalur lokal yang masih

merupakan jalan batu ditingkatkan menjadi jalan aspal dan

jalan tanah ditingkatkan secara bertahap sesuai usulan

masyarakat setempat menjadi aspal.

2) Pembangunan Jalan Baru

Pembangunan jalur jalan baru dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, menaikan harga

lahan di sepanjang jalur jalan, di samping juga untuk membuka

daerah terisolasi. Dengan adanya jalur jalan baru ini diharapkan

terjadi peningkatan aktivitas masyarakat. Pelaksanan

pembangunan jalur jalan baru ini didasarkan pada:

a. Hasil studi kelayakan atau perencanaan yang dilakukan

sebelumnya, atau

b. Usulan/proposal sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

Adapun pembangunan jalur jalan baru yang telah dilaksanakan

adalah pembangunan jalan lingkar Kecamatan Kalibening

sepanjang 6 km yang dimulai tahun 2006. Hal ini dimaksudkan

untuk memperlancar lalu-lintas di kota Kecamatan Kalibening

yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dengan adanya pasar

yang mengganggu lalu-lintas. Kecamatan merupakan pintu

masuk kabupaten Banjarnegara dari Kabupaten Pekalongan

dan merupakan kawasan perdagangan yang ramai di wilayah

Utara.

3) Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan

Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan yang dilakukan dengan

cara memperlebar jembatan, memperbesar sudut tikungan

jalan dan mengurangi blind spot. Kegiatan ini dilakukan

Page 30: Unlock Nurwahid Bab 4

55

terutama pada jalur-jalur jalan di daerah perbukitan di bagian

utara.

a. Peningkatan Jalan Pagerpelah – Karanggondang

sepanjang 6 km

b. Rehabilitasi Jembatan Karekan

c. Peningkatan Jalan Karanggondang – Pasuruhan

sepanjang 5 km

d. Pembangunan Jembatan K. Desel Desa Beji Pejawaran

e. Peningkatan Jalan Kasimpar – Penanggungan

sepanjang 6 km.

f. Perb. Badan Jalan Karangkobar - Pejawaran – Batur

sepanjang 15 km

g. Pemb. Cekdam Pengaman Jembatan Watubelah

h. Rehab. Jembatan K. Kadu pd batas Kec. Banjarmangu

4) Mempertinggi frekuensi perjalanan

Mempertinggi frekuensi perjalanan antara lain dilakukan

dengan cara:

a. Menambah armada angkutan umum, khususnya angkutan

perdesaan,

b. Membuka trayek baru, yang pelaksanaannya dilakukan

melalui studi kelayakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan di

dalam wilayah kabupaten Banjarnegara atau antar wilayah

kabupaten atas hasil kesepakatan bersama.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Bina Marga

Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Banjarnegara

(Kimprasda), M. Djamil B, B.Sc, pada tanggal 20 Februari 2008,

menyatakan bahwa pembangunan dan perawatan jalan raya di Kabupaten

Banjarnegara telah berjalan dengan baik. Perawatan jalan raya

dilaksanakan secara berkala dengan cara memperbaiki jalan-jalan yang

rusak serta peningkatan kualitas jalan. Pembangunan jalan diprioritaskan

pada wilayah-wilayah yang masih sulit dijangkau terutama daerah

Page 31: Unlock Nurwahid Bab 4

56

pelosok. Dinas Kimprasda telah melaksanakan langkah-langkah

pendukung diantaranya peningkatan kualitas jalan raya dari Kabupaten

Banjarnegara menuju Kabupaten Pekalongan dan dari Kabupaten

Banjarnegara menuju Kabupaten Kebumen.

Adapun anggaran pembangunan jalan ini diambil dari APBD dan

bantuan dari pemerintah provinsi. Namun pembangunan jalan ini masih

kurang optimal karena anggaran yang diambil dari APBD masih kurang

dan bantuan dari pemerintah provinsi sendiri masih sangat minim.

Sehingga anggaran ini hanya cukup untuk memperbaiki jalan rusak serta

pelapisan aspal jalan secukupnya agar layak untuk dipakai.

Pembangunan jalan ini hanya mencapai batas wilayah kabupaten

kemudian diteruskan oleh pemerintah kabupaten bersangkutan untuk

melaksanakan pembangunan sampai ke pusat kota.

Dari data dan hasil wawancara diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembangunan sarana jalan raya di kabupaten

Banjarnegara sudah bagus terutama pembangunan sarana jalan yang

menghubungkan wilayah kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten

Pekalongan dan Kabupaten Kebumen sudah memadai. Namun ada

beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Kimprasda, antara lain:

- Anggaran pembangunan jalan dari APBD dan bantuan

Pemerintah Provinsi yang masih kurang.

- Pembangunan jalan terputus pada batas wilayah karena

kabupaten tetangga belum melaksanakan pembangunan jalan.

4.2.4. Pengembangan Fasilitas Utilitas Lingkungan

Fasilitas utilitas lingkungan merupakan fasilitas prasarana dasar

lingkungan yang diadakan untuk menunjang atau meningkatkan

kondisi/kualitas lingkungan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah: jaringan

listrik, jaringan komunikasi dan informasi, jaringan air bersih, jaringan air

hujan, jaringan pembuangan (air kotor), fasilitas pengolahan sampah, dan

pengadaan hidran umum untuk pencegahan bahaya kebakaran.

Page 32: Unlock Nurwahid Bab 4

57

1. Jaringan listrik

Berdasarkan data yang dikeluarkan PT. PLN Ranting

Banjarnegara, Wonosobo dan Banyumas, banyaknya

pelanggan Listrik di Kabupaten Banjarnegara pada tahun

2006 sebanyak 115.258 pelanggan meningkat 12,35% dari

tahun 2005 yaitu 102.586 pelanggan. Sedangkan jumlah

keluarga di Kabupaten Banjarnegara menurut Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006

adalah 230.254 KK sehingga masih ada 114.996 KK yang

tidak terkena jaringan listrik atau sekitar 50% dari jumlah

keluarga.

2. Jaringan air bersih

Berdasarkan data yang dikeluarkan PDAM Kabupaten

Banjarnegara tahun 2006, banyaknya pelanggan air bersih di

Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 sebanyak 8.228

pelanggan meningkat 2,03% dari tahun 2005 yaitu 8.064

pelanggan. Sedangkan jumlah keluarga di Kabupaten

Banjarnegara menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 adalah 230.254 KK

sehingga masih ada 222.026 KK yang belum terkena jaringan

air bersih atau 96% dari jumlah keluarga.

3. Jaringan Telepon

Penggunaan media komunikasi dan informasi di wilayah

Kabupaten Banjarnegara, penggunaan pesawat telepon

sebagai media komunikasi jarak jauh masih kecil, dengan

rasio penggunaan 1 : 73 KK atau sekitar 330 jiwa,

Dengan kata lain bahwa arus informasi dan komunikasi yang

masuk ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara masih

terlalu kecil (terutama untuk daerah perdesaan). Sehubungan

dengan hal tersebut maka untuk masa 10 tahun mendatang

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan melaksanakan

Page 33: Unlock Nurwahid Bab 4

58

beberapa kegiatan untuk memperbanyak masuknya informasi

terutama wilayah perdesaan, antara lain :

a. Kerjasama dengan PT. Telkom untuk memperluas

jaringan telepon khusunya di daerah pusat-pusat kegiatan

(pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan).

b. Penyediaan televisi dan radio umum (melalui kegiatan

perlombaan).

c. Pengadaan koran masuk desa.

d. Pengadaan perpustakaan keliling.

e. Mempertinggi frekuensi penyuluhan untuk berbagai

bidang/aspek, melalui kerjasama dengan berbagai

instansi termasuk perguruan tinggi atau LSM.

4. Jaringan irigasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dinas Kimprasda

Kabupaten Banjarnegara, Ir. Suyono P., BE.SE.MT.MSc, pada tanggal 22

Februari 2008, menyatakan bahwa fasilitas utilitas lingkungan di

Kabupaten Banjarnegara telah direncanakan dengan matang namun

belum mencapai target yang diinginkan. Pembangunan prasarana

lingkungan masih di sekitar daerah perkotaan saja sehingga daerah

perdesaan belum terkena pembangunan. Namun daerah perdesaan

memiliki prasarana lingkungan alami terbentuk karena peristiwa alam,

seperti sungai. Jaringan listrik sudah mencakup 50% dari seluruh

penduduk, selebihnya ada yang menumpang dengan rumah lain dan ada

pula yang memang belum memakai listrik. Jaringan telepon dan air bersih

hanya mencapai wilayah perkotaan dan daerah sepanjang jalan regional,

selebihnya belum dapat dicapai. Untuk wilayah yang belum ada jaringan

teleponnya, masyarakat memanfaatkan telepon seluler untuk

berkomunikasi. Adapun untuk kebutuhan air bersih, masyarakat

perdesaan masih menggunakan mata air alami pegunungan maupun

sumur.

Page 34: Unlock Nurwahid Bab 4

59

4.2.5. Pengembangan Kawasan Prioritas

Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003, definisi

kawasan prioritas adalah kawasan yang perlu diutamakan dalam

pembangunan dan perhatian khusus karena tingkat perkembangan

wilayah di masa mendatang akan berpengaruh terhadap perkembangan

wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kawasan prioritas ini terbagi menjadi

tiga jenis kawasan prioritas, yaitu kawasan strategis (berkembang),

kawasan stagnan (tidak berkembang) dan kawasan rawan bencana.

Pemda Kabupaten Banjarnegara menentukan beberapa kawasan

prioritas di wilayah Kabupaten Banjarnegara, antara lain:

1. Kecamatan Purworejo Klampok (kawasan strategis)

Kawasan strategis Kecamatan Purworejo Klampok, selain

posisinya dalam skala regional cukup strategis (pada simpang

tiga jalur regional) juga merupakan sentra industri kecil yang

potensial untuk dikembangkan yakni kerajinan keramik yang

merupakan produk andalan bagi kabupaten Banjarnegara.

Secara manajerial permasalahan utama dalam upaya

pengembangan kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo

Klampok adalah unsur-unsur:

a. Sumber daya manusia, yakni para pelaku atau perajin,

yang baik secara kuantitas maupun kualitasnya sangat

terbatas. Secara kuantitas, jumlah perajin semakin lama

semakin berkurang karena minat para remaja terhadap

keramik relatif kecil. Secara kualitas selain tingkat

pendidikan formal para perajin relatif rendah, juga

ketrampilan dan kreativitas desain relatif kurang.

b. Bahan baku, kualitas bahan baku yang tersedia masih

belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kualitas

produk yang baik. Proses pencampuran dan penelitian

laboratorium sangat diperlukan untuk memperoleh bahan

baku yang berkualitas.

Page 35: Unlock Nurwahid Bab 4

60

c. Teknologi/peralatan yang dipergunakan dalam proses

produksi masih secara tradisional. Penggunaan tenaga

manusia (manual) sangat dominan. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap kemampuan produksi (kuantitas dan

kualitas) terhadap tuntutan pasar.

d. Sumber dana, karena masih menggunakan sumber

keuangan keluarga dan peran perbankan sangat kecil.

e. Pemasaran masih didominasi pasar domestik. Pemasaran

dan publikasi belum ditangani secara profesional.

Secara keruangan (spasial) terlihat bahwa 50 unit perusahaan

kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok berada

tersebar di 3 (tiga) desa, masing-masing di desa Klampok,

Kalimandi dan Kalilandak. Antar unit perusahaan tidak ada

akses. Pemasaran tersebar dalam beberapa unit kios yang

terletak di jalur jalan regional.

Sehubungan dengan hal-hal diatas maka untuk

pengembangan sentra industri kecil kerajinan keramik di

Kecamatan Purworejo Klampok diperlukan upaya-upaya,

antara lain:

a. Penataan pengunaan ruang di pusat kerajinan keramik,

khususnya pada jalur jalan regional di mulai dari

perbatasan Kecamatan Purworejo Klampok dengan

Kecamatan Susukan (Kalisapi) sampai desa Winasuh.

b. Mengadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Keramik tingkat

kabupaten untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan internal yang ada/terjadi.

c. Pengadaan pelatihan secara rutin bagi para perajin keramik

dengan materi kreativitas desain, teknik proses produksi,

dan manajemen perusahaan.

d. Mengadakan program magang bagi setiap unit perusahaan,

e. Memfasilitasi mudahnya akses perajin ke perbankan.

Page 36: Unlock Nurwahid Bab 4

61

2. Kawasan Wisata di Dieng dan

sekitarnya (kawasan strategis)

Kawasan wisata Dieng dengan beberapa aset wisata baik

wisata alam (keindahan alam dan fenomena alam) dan wisata

budaya (peninggalan sejarah) merupakan suatu kawasan

wisata yang sudah cukup dikenal, baik dalam lingkup nasional

maupun internasional. Aset wisata di kawasan Dieng adalah:

a. Candi Peninggalan zaman hindu yang meliputi Candi

Pandawa Lima, Candi Dwara Wati, Candi Gatotkaca dan

Candi Bima.

b. Kawah seperti kawah Sileri, Kawah Sikidang dan Kawah

Candradimuka.

c. Telaga yang antara lain telaga Swiwi dan Telaga Merdada.

Beberapa permasalahan yang ada dalam pengembangan

kawasan Dieng sebagai obyek kunjungan wisata antara lain:

a. Permasalahan internal kawasan:

- Tersedianya fasilitas penunjang yang belum memadai.

- Tersedianya fasilitas pelayanan yang belum memadai.

- Tersedianya atraksi yang monoton, kurang dinamis.

b. Permasalahan eksternal:

- Kawasan wisata Dieng belum terjalin dalam paket wisata

sebagai jalur wisata mancanegara di Jawa Tengah – DI

Yogyakarta

- Budaya pertanian tradisional dengan penumpukkan

pupuk kandang di halam rumah dan/atau di tepi jalan,

sangat tidak menunjang.

- Jalur jalan ke kawasan Dieng di wilayah kabupaten

Banjarnegara kurang daya tarik dan relatif banyak

kecelakaan.

Page 37: Unlock Nurwahid Bab 4

62

Kawasan Dieng merupakan daya tarik utama bagi wisatawan

mancanegara oleh karena dalam pengembangannya

diperlukan upaya-upaya:

a. Menilai potensi-potensi yang layak sebagai obyek wisata

atau atraksi wisata saat ini, dan pengembangannya masa

mendatang, yang sesuai dengan selera pasar atau

wisatawan sasaran, antara lain yaitu menggelar

pertunjukkan wayang dan tari pada hari minggu dan hari

libur lainnya.

b. Menentukan situasi pariwisata yang diinginkan atau sesuai

selera pasar, dan mengidentifikasikan langkah-langkah

untuk mencapai situasi tersebut.

c. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Banjarnegara

dengan pemerintah Banyumas, Purbalingga, Wonosobo,

Temanggung. Dan Magelang untuk membangun jalur dan

paket wisata yang terpadu.

d. Menciptakan jalur Banjarnegara–Banjarmangu–

Karangkobar-Pejawaran–Batur–Dieng, atau Sigaluh–

Madukara–Pagentan-Batur menjadi jalur yang

menarik/menyenangkan dengan penentuan titik-titk obyek

penunjang dan kemudahan menikmati perjalanan.

3. Ibukota Kecamatan Karangkobar

(kawasan penanganan)

Kota Kecamatan Karangkobar dalam rencana struktur tata

ruang direncanakan sebagai pusat pengembangan bagi

Wilayah III yang juga sekaligus sebagai pusat pengembangan

bagi wilayah utara. Wilayah Kabupaten Banjarnegara bagian

utara cenderung stagnan sehingga membutuhkan suatu pusat

pengembangan yang diharapkan dapat memacu

perkembangan wilayah tersebut.

Page 38: Unlock Nurwahid Bab 4

63

Sebagaimana diketahui bahwa bagian utara wilayah

kabupaten Banjarnegara dalam penggunaan lahan lebih

didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan produksi,

perkebunan dan kebun campur, ditunjang dengan subsektor

peternakan yang tersebar di daerah perbukitan. Kondisi

penduduk pada umumnya dengan jenjang pendidikan yang

relatif rendah (tamat SD) dengan sifat pola pikir yang

tradisional.

Kecamatan Karangkobar sebagai sub pusat pengembangan

wilayah bagian Utara berarti bahwa Kecamatan Karangkobar

harus mempunyai daya tarik bagi penduduk sekitar juga

investor yang dapat menanamkan investasinya di bagian utara

wilayah Kabupaten Banjarnegara pada umumnya dan

Kecamatan Karangkobar pada khususnya. Investasi tersbut

diharapkan ditanamkan pada subsektor perkebunan, dan/atau

sektor industri khususnya industri hasil hutan (perkayuan) dan

hasil pertanian (penanganan pasca panen), serta peternakan.

Untuk tercapainya harapan tersebut maka hal-hal yang perlu

dilaksanakan terhadap Kecamatan Karangkobar adalah

adanya kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam RUTRK

Kecamatan Karangkobar, antara lain:

a. Penyediaan fasilitas pelayanan sosial yang relatif lebih dari

pada daerah lain sebagai daya tarik.

b. Kemudahan aksesibilitas dari dan ke Kecamatan

Karangkobar.

c. Kemudahan untuk menanamkan investasi/modal.

d. Kemudahan untuk mendapatkan lahan sebagai modal

usaha.

4. Kawasan galian fieldspaar

Sektor pertambangan dan khususnya galian di wilayah

kabupaten Banjarnegara pada umumnya dilakukan dengan

Page 39: Unlock Nurwahid Bab 4

64

metode dan teknologi tradisional, sehingga hasil/produknya

belum optimal. Disamping itu dampak lingkungan (baik fisik

maupun sosial) yang ditimbulkan cenderung kearah negatif.

Hal tersebut terlihat jelas pada lokasi penggalian field-spaar di

wilayah Kecamatan Purwonegoro.

Disadari pula bahwa lokasi pabrik keramik yang menggunakan

fieldspaar sebagai bahan bakunya tidak berlokasi dekat

dengan lokasi pengalian. Hal ini berdampak mempertinggi

biaya produksi dengan adanya biaya transportasi bahan baku

yang realtif tinggi.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka beberapa

hal yang harus segera ditangani antara lain:

a. Menyusun rencana tata ruang kawasan pertambangan dan

galian setempat sebagai acuan dalam mengelola dan

mengembangkan kawasan tersebut.

b. Menyusun AMDAL kawasan sebagai acuan pengendalian

lingkungan

c. Memberikan kemudahan bagi investor untuk menanamkan

modal di sektor pertambangan dan galian.

d. Meningkatkan aksesibilitas dari dan ke kawasan

pertambangan/galian.

e. Mengefektifkan undang-undang perlindungan kerja bagi

para buruh galian.

5. Lokasi sentra industri

Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa jenis

industri. Industri yang paling dominan adalah industri

pengolahan kayu dan industri batu bata, yang lokasinya

tersebar hampir diseluruh wilayah, khususnya pada jalur jalan

regional, mulai dari perbatasan sebelah barat (Kecamatan

Susukan) sampai perbatasan sebelah timur (Kecamatan

Sigaluh). Kondisi demikian dapat dimakumi karena lokasi yang

Page 40: Unlock Nurwahid Bab 4

65

demikian akan mengurangi biaya transportasi di dalam proses

produksi.

Unit-unit industri pada umumnya tidak dilengkapi dengan

gudang terbuka, tempat penumpukan berbagai material

(bahan baku, bahan bakar, serta limbah produksi), maupun

halaman parkir atau halaman bongkar muat, selain hal

tersebut dimungkinkan terjadi pelanggaran terhadap

ketentuan sempadan bangunan pada regional tersebut.

Dari hal-hal sebagaimana terurai diatas maka permasalahan-

permasalahan utama yang timbul adalah:

a. Terganggunya transportasi regional

Pada titik-titik tertentu tempat perusahan industri berada,

merupakan titik-titik gangguan lalu-lintas regional. Adanya

tumpukan material maupun limbah, serta keluar-masuknya

kendaraan (truk) pengangkut bahan baku maupun produksi

industri merupakan faktor-faktor pengganggu lalu-lintas,

baik memperlambat perjalanan amupun kemungkinan

terjadinya kecelakaan lalu-lintas.

b. Pencemaran lingkungan oleh limbah industri.

Limbah industri baik limbah padat yang berupa debu

maupun limbah gas yang berupa asap merupakan

pencemaran lingkungan. Selain itu dari aspek estetika atau

keindahan lingkungan, dengan adanya limbah-limbah

industri tersebut keindahan lingkungan akan menurun.

Berpangkal tolak dari hal-hal tersebut diatas maka Pemerintah

Kabupaten Banjarnegara akan menata lokasi-lokasi industri

tersebut melalui ketentuan hukum sebagai landasan untuk

memberikan ijin usaha industri. Ketentuan tersebut antara lain

mengatur tentang ijin lokasi, antara lain:

a. Tidak berada pada kawasan pemukiman.

b. Tidak berada pada lahan persawahan subur.

Page 41: Unlock Nurwahid Bab 4

66

c. Tidak melanggar ketentuan garis sempadan bangunan.

d. Tersedia halaman yang cukup luas sebagai gudang

terbuka, maupun halaman bongkar muat.

e. Penanganan limbah yang benar (sesuai ketentuan)

4.3. Analisis Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara

4.3.1. Analisis Penataan Kawasan

Gambar 4.1 Analisis Penatan Kawasan

Sumber : Penulis

Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa persentase

kawasan konservasi yang terdiri dari Hutan Negara dan Hutan Rakyat

sebesar 18% dan Kawasan Pembangunan persentasenya sebesar 15%.

Selebihnya dialokasikan sebagai kawasan budidaya pertanian dan

perkebunan yang nantinya dapat berkembang menjadi kawasan

pembangunan. Maka dapat disimpulkan bahwa penataan kawasan di

Page 42: Unlock Nurwahid Bab 4

67

Kabupaten Banjarnegara sudah baik dan seimbang antara daerah

konservasi dan daerah pembangunan serta tersedia lahan budidaya yang

dapat dialihkan menjadi kawasan pembangunan. Hal ini akan memberi

peluang bagi investor untuk mengembangkan usaha di wilayah Kabupaten

Banjarnegara.

Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah

pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam penataan kawasan sudah

bagus dan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Penataan kawasan

menjadi pedoman bagi para investor baik dari masyarakat setempat pada

umumnya dan khususnya masyarakat dari kabupaten sekitar dalam

menanamkan investasinya di wilayah Kabupaten Banjarnegara.

4.3.2. Analisis Pengembangan Kawasan Produksi

Peta 4.1 Analisis Pengembangan Kawasan Produksi

Sumber : Penulis

Page 43: Unlock Nurwahid Bab 4

68

Dari peta pengembangan kawasan produksi diatas dapat dilihat bahwa

wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah wilayah agraris yang terdiri dari

daerah pertanian dan perkebunan. Wilayah utara merupakan daerah

pertanian lahan kering yang terdiri tanaman sayuran yang dipusatkan di

Kecamatan Karangkobar. Kawasan industri berada di sepanjang jalur

utama dari timur ke barat untuk memudahkan distribusi bahan baku dan

pemasaran hasil produksi. Pengembangan perikanan air tawar dipusatkan

di Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman yang berada di wilayah

tengah dan dekat dengan jalur regional. Maka penulis menyimpulkan

bahwa pengembangan kawasan produksi sudah baik dan mencakup

semua potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara.

4.3.3. Analisis Jaringan Transportasi

Tabel 4.4 Analisis Jaringan Jalan

Jaringan Panjang

(km)

Luas Wilayah

(km2)

Persentase

(%)

Jalan 976,853 1.069,71 91,32

Sumber : Penulis

Tabel 4.5 Analisis Kondisi Jalan

Kondisi Jalan Panjang Jalan

(km)

Persentase

(%)

Baik 640,41 65,56

Sedang 153,153 15,68

Rusak/rusak Berat 183,29 18,76

Jumlah 976,853 100,00

Sumber : Penulis

Page 44: Unlock Nurwahid Bab 4

69

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sarana jalan telah mencakup

hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu mencapai 91,32%.

Hal ini akan memudahkan akses menuju wilayah-wilayah perdesaan

sehingga pembangunan dapat mencapai wilayah pelosok. Dari tabel 4.4

dapat dilihat bahwa kondisi jalan sebagian besar masih baik yaitu 65,56%

baik dan 15,68% sedang hal ini berpengaruh dalam kelancaran perjalanan

dan distribusi barang serta mengurangi resiko kecelakaan. Jadi dapat

disimpulkan sarana jalan di kabupaten Banjarnegara sudah mencukupi

dan termasuk kategori baik.

4.3.4. Analisis Jaringan Utilitas Lingkungan

Tabel 4.6 Analisis Jaringan Irigasi

Jaringan Panjang

(km)

Luas Lahan Sawah

(km2)

Persentase

(%)

Irigasi 166,57 106,28 73

Sumber : Penulis

Tabel 4.7 Analisis Jaringan Listrik, Air Bersih dan Telepon

Jaringan Pelanggan

(KK)

Penduduk

(KK)

Persentase

(%)

Listrik 115.258 230.254 50

Air Bersih 8.228 230.254 8

Telepon 4.654 230.254 2

Sumber : Penulis

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengairan dengan irigasi di Kabupaten

Banjarnegara telah mencakup sebagian besar persawahan dan ladang

yaitu 73% dari luas area. Hal ini akan membantu peningkatan

produktivitas hasil panen dan tentunya akan meningkatkan taraf hidup

Page 45: Unlock Nurwahid Bab 4

70

petani pada khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya.

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pemakaian listrik masih 50%

dari jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena pembangunan instalasi listrik

yang masih kurang. Banyak penduduk yang memanfaatkan jatah listrik

satu rumah untuk dimanfaatkan oleh beberapa rumah. Pemanfaatan

jaringan air bersih dan telepon masih sangat kurang merata. Banyak

masyarakat yang belum menikmati fasilitas ini terutama yang tempat

tinggalnya berada jauh dari wilayah perkotaan. Sebagian besar

masyarakat di daerah-daerah pelosok memanfaatkan sumber mata air

alami pegunungan untuk keperluan sehari-hari. Kemudian untuk

komunikasi sebagian besar menggunakan fasilitas telepon seluler.

Dari analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa pengembangan

sarana irigasi sudah cukup. Adapun ketersediaan fasilitas listrik, telepon

dan air bersih harus ditingkatkan lagi agar dapat lebih merata ke seluruh

masyarakat di perdesaan.

4.3.5. Analisis Kawasan Prioritas

Tabel 4.8 Analisis Kawasan Prioritas

Kawasan Keunggulan

1. Kecamatan Purworejo Klampok Industri Keramik

2. Dieng Plateau Wisata Nasional dan Internasional

3. Kecamatan Karangkobar Rawan Bencana

4. Kawasan Galian Fieldspaar Bahan Baku Keramik

5. Lokasi Sentra Industri Investasi

Sumber : Penulis

Berdasarkan data diatas, penulis melihat bahwa kawasan-

kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi pembangunannya harus

diprioritaskan. Kawasan-kawasan ini merupakan titik pusat kegiatan

Page 46: Unlock Nurwahid Bab 4

71

ekonomi pada masing-masing wilayah. Pembangunan kawasan ini akan

menimbulkan dampak positif bagi kawasan disekitarnya. Kawasan-

kawasan ini diharapkan akan menghasilkan komoditas yang

menguntungkan dan nantinya menjadi modal dasar dalam pelaksanaan

pengembangan wilayah. Kawasan yang merupakan daerah rawan

bencana harus segera mendapat penanganan sebelum terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan dan akan mengganggu pembangunan.

Penulis menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan prioritas

merupakan langkah yang tepat sebagai fokus pembangunan untuk dapat

memacu peningkatan pada daerah lainnya.

4.3.6. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan

Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara

Setelah penulis menguraikan tentang kemungkinan persiapan

pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang

diolah dari hasil analisis, maka terlihat ada beberapa kendala yang akan

dihadapi ketika akan menerapkan :

Pertama, anggaran APBD untuk pembangunan sarana jalan kecil.

Kabupaten Banjarnegara memiliki potensi sumber daya yang melimpah

namun belum optimal dikembangkan. Akibatnya pendapatan yang

diterima daerah sangat kecil. Kabupaten Banjarnegara termasuk tiga

kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah sehingga anggaran

pembangunan dioptimalkan untuk usaha peningkatan taraf hidup dan

perekonomian rakyat. Hal ini menyebabkan anggaran pembangunan jalan

mendapatkan jatah yang sangat kecil dan akibatnya pembangunan

berjalan lambat dan kurang optimal.

Kedua, kondisi tanah di wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat

labil dan mudah bergerak. Hal ini sangat berpotensi terjadinya bencana

tanah longsor dan memungkinkan timbulnya banyak korban jiwa. Daerah

yang berpotensi rawan bencana adalah kecamatan Banjarmangu dan

Kecamatan Karangkobar. Daerah rawan bencana berada di wilayah utara

Page 47: Unlock Nurwahid Bab 4

72

yang merupakan daerah perbukitan. Hal ini akan sangat menganggu

pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara. Oleh

karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus segera mengambil

langkah penanganan untuk mengatasi permasalahan ini.

Ketiga, banyaknya lahan konservasi yang diubah penggunaannya

menjadi lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada keseimbangan

ekosistem alam. Karena pada saat hujan lebat tanah pertanian tidak

mampu menahan air sehingga akan menimbulkan banjir. Disinilah

pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem alam

sekitar. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus giat

dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga daerah

konservasi dan keseimbangan ekosistem.

4.4. Dampak Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara

1. Ekonomi Masyarakat

Selama beberapa tahun ini sejak pelaksanaan program

pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara, sudah nampak

adanya perbaikan perekonomian, kinerja ekonomi mulai merayap kearah

peningkatan, walaupun besarnya masih di bawah laju pertumbuhan

ekonomi nasional.

Dari data yang dikeluarkan Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara, laju petumbuhan

ekonomi kabupaten Banjarnegara dalam tahun 2006 mencapai 5,21%.

Lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun

2005 sebesar 4,06%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap

peningkatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.

2. Pendidikan Masyarakat

Beberapa dampak penting untuk mengetahui intensitas

Page 48: Unlock Nurwahid Bab 4

73

pembangunan di bidang pendidikan antara lain, ialah angka partisipasi

sekolah (baik kasar maupun murni) pada berbagai level sekolah, rasio

guru-murid,rasio murid-kelas dan penurunan jumlah penduduk yang buta

huruf.

1. Angka Partisipasi Kasar/Murni SD/MI: 105,05%/91,47%

2. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTP/MTs: 84,11%/74%

3. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTA/MA: 39,65%/32,14%

4. Ratio Guru-Murid untuk TK dan sederajatnya: 30

5. Ratio Guru-Murid untuk SD dan sederajatnya: 23

6. Ratio Guru-Murid untuk SLTP dan sederajatnya: 19

7. Ratio Guru-Murid untuk SLTA dan sederajatnya: 17

8. Jumlah TK dan sederajatnya 251 unit

9. Jumlah SD dan sederajatnya 862 unit

10. Jumlah SLTP dan sederajatnya 85 unit

11. Jumlah SLTA dan sederajatnya 25 unit

12. Jumlah PT dan sederajatnya 1 unit

Kondisi angka buta huruf dari 35,760 orang (tahun 2001) menurun

menjadi 16,670 orang (tahun 2005). Angka kelulusan pada tahun 2005

mencapai hampir 100% pada semua level sekolah. Hal ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah memberikan dukungan

yang besar terhadap pelaksanaan pendidikan masyarakat di Kabupaten

Banjarnegara.

3. Kesehatan Masyarakat

Beberapa dampak pembangunan di bidang kesehatan dilaporkan

sebagai berikut:

1. Angka Kematian Bayi (AKB) 11,04 per 1000 bayi hidup.

2. Angka Harapan Hidup (AHH) 65 tahun

3. Angka Kematian Ibu Melahirkan 100,81

4. Kondisi anak dengan kategori gizi buruk 0,4% cakupan desa

UCI sebesar 100%.

Page 49: Unlock Nurwahid Bab 4

74

5. Jumlah Pukesmas dan Pukesmas Pembantu 34 buah, dengan

cakupan pelayanan rata-rata 26.288 orang tiap Puskesmas

6. Jumlah Rumah Sakit/Balai Pengobatan yang sejenis 4 buah

7. Jumlah Rumah Bersalin 139

8. Jumlah Posyandu 1,580

9. Jumlah Tenaga Medis 11.370

Jumlah Dukun Bayi/Persalinan 3.546 atau tiap desa tersediakan

13 tenaga dukun bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap

peningkatan kesehatan masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indek komposit

yang terdiri dari elemen-elemen kesehatan, pendidikan dan ekonomi

(daya beli). Elemen kesehatan ditentukan oleh indikator angka harapan

hidup (AHH). Elemen pendidikan ditentukan oleh indikator angka melek

huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Elemen ekonomi

ditentukan oleh daya beli masyarakat.

Data yang ada menunjukan bahwa IPM kabupaten Banjarnegara

tahun 2005 sebesar 67,3 yang didukung oleh elemen AHH: 68,2 tahun,

AMH: 85,0, RLS: 5,8 tahun dan Daya Beli Masyarakat: Rp. 620.800,-

perkapita per tahun. Dengan demikian angka IPM Kabupaten

Banjarnegara tahun 2005 masih dibawah angka rata-rata IPM Jateng yaitu

69,8 yang didukung oleh AHH 70,6 tahun; AMH 87,4; RLS: 6,6 tahun dan

Daya Beli Masyarakat Rp. 621.400 per kapita per tahun.

Page 50: Unlock Nurwahid Bab 4

75

Tabel 4.9 Indikator Makro Kabupaten Banjarnegara Tahun 2001- 2005

No. Indikator Makro 2001 2002 2003 2004 2005

1.

indeks

Pembangunan

Manusia

61 64,4 68,7 70,2 70,6

2. Jumlah Penduduk 871,541 875,615 875,615 885,216 890,79

3. Laju Pertumbuhan

Penduduk 1.05 0.81 0.75 0.63 0.70

4. PDRB berlaku (

triliun ) 2.138 2.568 2.874 3.185 3.688

5. Laju Inflasi 13,64 11,64 7,34 7,82 15,80

6. Laju Pertumbuhan

Ekonomi 0.12 0.81 2.81 3.59 4.33

7. PDRB Perkapita /

berlaku 2.673.275 2.913.989 3.239.716 3.556.105 4.079.923

8. Investasi 48.877.405.2

13

53.367.996.96

0

70.156.679.33

7

73.821.388.23

0

91.112.078.86

4

9. Laju Investasi (%) 112,67 37,72 4,21 5,2 23,42

10. Jumlah penduduk

yang bekerja - - - 412.720 445.490

11.

Proporsi

pend.yang bekerja

thdp Jml Pend.

Total

- - - 46,27% 48,73%

12.

Jumlah

Pengangguran

Terbuka

- - - 35.319 36.198

13. Angka Melek

Huruf 77,56 81,88 97,80 97,20 97,63

14. Rata-Rata lama

belajar 5,10 5,30 5,80 5,70 5,80

15. Angka Harapan

Hidup 68,9 67,7 68,3 68,1 68,3

16. Pengeluaran Riil

Perkapita 549.100 590.000 595.300 617.900 620.800

Page 51: Unlock Nurwahid Bab 4

76

Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Banjarnegara 2006 – 2011(2007)

Dengan melihat tabel diatas dapat dilihat bahwa angka IPM

Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu 5 ( lima ) tahun mengalami

peningkatan indeks mutu hidup yang cukup signifikan yaitu rata-rata

meningkat 2,4 poin per tahun. Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi

selama lima tahun juga terus mengalami peningkatan. PDRB Perkapita

penduduk Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan dan terakhir

pada tahun 2005 mencapai Rp. 4.079.923 perkapita per tahunnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah

memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan IPM di Kabupaten

Banjarnegara.