UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf ·...

48
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN 2015-2025 UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

Transcript of UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf ·...

Page 1: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN 2015-2025

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

Page 2: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

No. 070/UNUI/SK/XII/2015

TENTANG: PENETAPAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2025

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA (UNUSIA) JAKARTA

Bismilillahirrahmanirrahim Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta:

Menimbang : 1. Bahwa dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi UNUSIA Jakarta memerlukan suatu pandangan yang memuat arahan dan capaian serta tolok ukur keberhasilan yang tertuang dalam suatu Rencana Induk Pengembangan (RIP) yang berazaskan pada kebenaran, ilmiah, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kebhinekaan dan keterjangkauan;

2. Bahwa perlu ditetapkan RIP UNUSIA Jakarta 2015-2025 yang disesuaikan dengan mengacu pada kebijakan umum UNUSIA Jakarta sebagaimana terlampir pada surat keputusan ini;

3. Bahwa penetapan RIP UNUSIA Jakarta 2015-2025 tersebut perlu ditetapkan dengan keputusan Rektor UNUSIA Jakarta.

Mengingat

: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

2. Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014

Tentang Pendidikan Tinggi; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 Tentang

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 6 Tahun 2010 jo. Permendiknas No.28 tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi;

8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi;

9. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;

10. STATUTA UNUSIA Jakarta.

Page 3: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Mengesahkan RIP UNUSIA Jakarta 2015-2025 sebagaimana terlampir pada surat keputusan ini.

Kedua : RIP 2015-2025 menjadi pedoman arah kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan pendidikan dengan memperhatikan perkembangan UNUSIA dan lingkungan strategisnya.

Ketiga : Pelaksanaan RIP 2015-2025 dievaluasi setiap tahun, dan dievaluasi secara keseluruhan pada akhir pelaksanaannya.

Keempat : RIP 2015-2025 menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Operasional (Renop) UNUSIA yang disusun secara tahunan.

Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 7 Desember 2015 Tembusan: 1. BP3TNU (Badan Pelaksana Penyelenggaraan Perguruan Tinggi NU) UNUSIA Jakarta; 2. Arsip

Page 4: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

1

KATA PENGANTAR

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNU Indonesia) adalah perguruan tinggi yang lahir dan berkembang atas kepercayaan warga Nahdlatul Ulama dan masyarakat Indonesia. Impian kami adalah UNU Indonesia menjadi universitas yang unggul dan terkemuka dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi baik di lingkup nasional maupun internasional. Dengan demikian Universitas tidak hanya dapat meningkatkan kebanggaan kita, tetapi juga mampu mewujudkan harapan dan impian masyarakat Indonesia.

Guna mewujudkan impian masyarakat tersebut, UNU Indonesia menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) yang bersifat jangka panjang periode 2015-2025. Dokumen ini selanjutnya akan menjadi menjadi tolak ukur keberhasilan dan landasan perencanaan antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan.

Semoga Allah SWT meridloi semua usaha kita agar UNU Indonesia menjadi universitas yang unggul berkarakter Ahlussunnah wal-Jamaah (Aswaja).

Jakarta, 1 Desember 2015

Rektor,

Prof. Dr. Ir. M. Maksum Machfoedz, M.Sc

Page 5: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

2

KATA PENGANTAR … 1

DAFTAR ISI … 2

BAB 1: PENDAHULUAN … 4

1.1. Latar Belakang … 4 1.2. Sistematika Penyusunan … 6 1.3. Landasan Hukum … 7

BAB 2: KERANGKA PENGEMBANGAN … 8

2.1. Pendidikan Tinggi dalam Kerangka Sistem Pendidikan Nasional … 8 2.2. Pendidikan Tinggi dalam Kerangka Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama … 9 2.3. Tugas dan Fungsi Universitas NU Indonesia … 10 2.4. Arah Pengembangan Jangka Panjang Universitas NU Indonesia … 11

BAB 3: TANTANGAN DAN RESPONS UNIVERSITAS … 13

3.1. Universitas: Akar, Krisis dan Tantangan … 13 3.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Krisis dan Tantangan … 15 3.3. Tren Pendidikan Holistik dan Pendekatan Holistik Berorientasi Masa Depan … 17 3.4. Respons Universitas … 18

BAB 4: TANTANGAN UNU INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL … 21

4.1. Tantangan Nasional … 21 4.1.1. Kependudukan … 21 4.1.2. Kesehatan … 23 4.1.3. Ekonomi … 25 4.1.4. Pendidikan … 28 4.1.5. Budaya dan Politik … 31 4.1.6. Kehidupan Beragama-Berbangsa … 33 4.2. Tantangan Internasional … 33 4.2.1. Konflik Internasional … 33 4.2.2. Gerakan Lintas-Batas Negara … 34 4.2.3. Meningkatnya Propaganda Anti-Aswaja … 34

BAB 5: PROFIL UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA … 35

5.1. Sejarah UNU Indonesia … 35 5.2. Kebijakan Dasar UNU Indonesia … 35 5.3. Visi Universitas … 37 5.4. Misi Universitas … 37 5.5. Tujuan Universitas … 38 5.6. Nilai-Nilai Dasar Universitas … 39

BAB 6: ARAH PENGEMBAGAN UNU INDONESIA DALAM 10 TAHUN MENDATANG

6.1. Strategi Umum Pengembangan … 41 6.2. Arah Pengembangan … 41

Page 6: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

3

6.2.1. Pengembangan Tahap I (Periode 2015 – 2020) … 41 6.2.2. Pengembangan Tahap II (Periode 2020 – 2025) … 42

BAB 7: PENUTUP … 43

DAFTAR PUSTAKA … 45

Page 7: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi secara umum menghadapi transformasi dramatis dalam dalam dekade-dekade abad lalu. Terdapat beberapa faktor pendorong perubahan ini seperti globalisme, multikulturalisme, demokratisasi, internet dan politisasi, namun demikian tidak ada factor yang jauh lebih besar dan penting pengaruhnya dewasa ini ketimbang kekuatan globalisme. Dengan globalisme kita merujuk pada derasnya arus kapital, barang, jasa, informasi dan mobilitas manusia yang bersifat lintas-negara, yang berarti semakin menguatnya peran dunia industri, yang disambut penyesuaian-penyesuaian berupa fleksibilitas tenaga kerja dan merosotnya peran negara-bangsa.

Para akademisi di seluruh dunia merasakan bahwa perdidikan tinggi makin terikat nyata dengan sistem kapitalisme global. Mereka dituntut agar lebih kompetitif di dalam bukan hanya lingkup disiplin ilmu masing-masing tapi juga di dalam kerangka ekonomi nasional, regional dan global. Keadaan ini berjalan sedemikian rupa sehingga pendidikan tinggi, termasuk yang berada di negara-negara berkembang, mesti mampu berkompetisi dalam pasar industri universitas agar para lulusannya memiliki daya saing tinggi dalam pasar tenaga kerja global. Pendidikan tinggi kita harus bekerja keras betapapun untuk mengejar ketertinggalan dari universitas-universitas di negara maju yang telah lama mapan.

Misalnya, di level regional pada Desember 2015, Indonesia akan menerapkan secara penuh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015 ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya dengan berpijak pada 4 pilar MEA, yaitu: a) terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal; b) kawasan berdaya saing tinggi; c) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan d) integrasi dengan perekonomian dunia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar, penerapan MEA ini merupakan peluang sekaligus juga ancaman bagi bangsa Indonesia. Bila bangsa Indonesia siap bersaing di tingkat regional, maka bukan tidak mungkin tenaga kerja Indonesia akan membanjiri negara-negara Asean. Namun sebaliknya, bila kalah bersaing dengan SDM mancanegara maka bangsa Indonesia akan ketinggalan, sekadar pemasok bahan baku industri, dan kebanjiran tenaga kerja luar negeri.

Tidak sedikit akademisi baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang menilai bahwa pendidikan tinggi sekarang ini berada tengah di persimpangan jalan. Visi pendidikan tinggi yang awalnya sebagai institusi pembelajaran secara umum mengalami pergeseran cepat: pengetahuan menjadi komoditas dan universitas menjadi korporasi. Universitas cenderung nampak sebagai tempat mentransfer informasi ketimbang institusi pengetahuan dan proses pembelajaran, dan sistem global makin menjadi skala prioritas ketimbang kepentingan dan konsern nasional. Singkat kata, pendidikan tinggi makin terdiskoneksi dari kepentingan komunitas dan masyarakat bangsanya yang puspa-ragam, serta makin kurang mengekspresikan visi dan jatidirinya.

Page 8: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

5

Bagaimanapun juga perguruan tinggi, termasuk Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNU Indonesia) tidak dapat mengabaikan kecenderungan tersebut. Sebagai salah satu pendidikan tinggi swasta yang berada di bawah badan hukum perkumpulan Nahdlatul Ulama, UNU Indonesia harus pula melakukan penyesuaian-penyesuaian di hadapan perkembangan global di atas, sambil tetap memelihara serta mempertahankan gagasan dan visinya sebagai institusi pembelajaran, yang turut menentukan nasib dan eksistensinya di masa-masa mendatang.

Berada di tengah persimpangan jalan jaman, UNU Indonesia mengambil suatu posisi yang mungkin bukannya tanpa risiko. Sebagaimana dinyatakan dalam amanat pendiriannya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan bahwa UNU Indonesia sebagai institusi pembelajaran dimaksudkan untuk berkontribusi kepada masyarakat untuk menyumbang kepada peradaban bangsa dan dunia melalui proses pembelajaran yang mengintegrasikan sains, teknologi dan iman (spiritualitas). Hal ini berarti UNU Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang bersifat holistik dan berorientasi masa depan, sehingga dapat mengatasi aneka persoalan dan mengantisipasi perkembangan zaman yang semakin kompleks. Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan Rencana Strategis (Renstra) yang telah disusun ini dapat dikatakan merupakan upaya UNU Indonesia dalam menyiapkan arah dan strategi pengembangan dirinya sesuai mandat, visi dan misi tersebut sekaligus yang relevan dengan tuntutan dan semangat zaman (zeitgeist).

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia merumuskan Visi Universitas sebagai berikut, yakni “Menjadi Universitas Unggul Berkarakter Aswaja”. Dalam upaya mencapai visi tersebut, 5 tahapan pengembangan strategi besar (Grand Strategy) telah dirumuskan, yang meliputi:

Visi 2019: Menjadi Universitas Pembelajaran Berpendekatan Holistik Visi 2020: Menjadi Universitas Pembelajaran Unggul Berpendekatan Holistik Visi 2025: Menjadi Universitas Riset Berpendekatan Holistik

Rencana Induk Pengembangan ini akan menjadi menjadi tolok ukur keberhasilan dan landasan perencanaan antisipatif dalam upaya pencapaian visi UNU Indonesia 2025 yang akan datang. Ia disusun sedemikian rupa melalui sejumlah proses: (1) Studi literatur dan trend, (2) Analisis Situasi dan Posisi Strategis, (2) Perumusan Strategi. (3) Implementasi Strategi, dan (4) Evaluasi dan Pengendalian Kinerja (tidak ada dalam draf ini).

1.2. Sistematika Penyusunan

Demi lebih mudah dalam memahami uraiannya, Rencana Induk Pengembangan (RIP) ini disajikan menurut sistematika penulisan yang disusun sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan

Mengungkapkan latar belakang penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP), sistematika penyusunan dan landasan hukum penyusunan.

Page 9: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

6

Bab 2 : Kerangka Pengembangan

Mengungkapkan kerangka dasar pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia yang diperlukan bagi penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP) ini. Pengembangan pendidikan tinggi yang dimaksud berdasarkan atas kerangka Sistem Pendidikan Nasional, kerangka Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama, serta kerangka tujuan dan fungsi UNU Indonesia. Dalam sub-bagian akhir bab ini dikemukakan secara sekilas arah pengembangan jangka panjang UNU Indonesia.

Bab 3 : Tantangan Masa depan dan Respons UNU Indonesia

Menyajikan suatu pemandangan umum (general outlook) mengenai keadaan pendidikan tinggi pada jamaknya dan pergeseran-pergeseran fungsi pendidikan dari sejarah waktu ke waktu. Bab ini memandu dalam memahami respons pendidikan tinggi terhadap keadaan sekaligus tantangan yang melingkupinya baik pada masa lalu maupun masa kini, serta keadaan dan jawaban yang diproyeksikannya di masa depan.

Bab 4 : Tantangan UNU Indonesia dalam Pembangunan Nasional

Menyajikan suatu pemandangan umum (general outlook) mengenai keadaan sekaligus masalah-masalah kehidupan bangsa baik yang berdimensi nasional maupun internasional, yang secara serentak merupakan tantangan juga bagi UNU Indonesia dalam rangka berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Bab 5 : Profil Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Menyajikan sejarah ringkas, visi dan misi, tujuan dan nilai-nilai dasar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, serta makna visi dan nilai dasar tersebut.

Bab 6 : Arah Pengembangan UNU Indonesia dalam 10 Mendatang

Menyajikan analisis yang bersifat prediktif mengenai keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dan arah pengembangan UNU Indonesia yang paling diinginkan berdasarkan kondisi yang paling mungkin terjadi. Arah pengembangan ini dilengkapi dengan strategi dasar pencapaian, kebijakan dasar dan indikator kinerja, baik untuk kegiatan utama maupun kegiatan pendukung, yang diperlukan untuk memastikan UNU Indonesia telah melangkah ke arah yang terbaik untuk mencapai kondisi sebagaimana yang diinginkan dalam arah pengembangannya.

Bab 7 : Penutup

Page 10: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

7

1.3. Landasan Hukum

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP) ini didasarkan atas dokumen yang dikeluarkan baik oleh Pemerintah maupun UNU Indonesia, yang terdiri atas:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi 5. Statuta Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2015

Page 11: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

8

BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN

2.1. Pendidikan Tinggi dalam Kerangka Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional kita adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ia berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, namun tetap tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Berdasarkan pengertian itu, pendidikan, sebagaimana tertuang dalam UU 20/2003 tentang Sisdiknas, pertama-tama bertujuan mengembangkan segala potensi dan kapasitas peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedemikian rupa ia sehingga, sebagai sebuah sistem, pendidikan nasional secara keseluruhan dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Demi mewujudkan fungsi dan tujuan diatas, pemerintah menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Ia dapat disesuaikan dengan tantangan dan tuntutan perubahan zaman serta berdasarkan kebutuhan nyata dalam kehidupan lokal, nasional, dan global. Perguruan Tinggi diberikan otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu juga berlaku kebebasan akademik, kebebasan mimbar serta otonomi keilmuan bagi masing-masing Perguruan Tinggi.

Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan tinggi memiliki peranan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Melalui otonomi dalam pengelolaan, Perguruan Tinggi mengemban fungsi dan peran sebagai wadah pembelajaran mahasiswa dan masyarakat, wadah pendidikan calon pemimpin bangsa, pusat pengembangan sains dan teknologi, pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk mencari dan menemukan kebenaran, dan pusat pengembangan peradaban bangsa (Pasal 58, UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi). Selain itu, dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, Perguruan Tinggi-lah yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005–2025, pembangunan pendidikan dapat dikatakan merupakan penentu utama tercapainya sasaran pembangunan nasional. Dengan visi pembangunan “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”, pendidikan adalah investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang peranannya sangat penting untuk mewujudkan manusia Indonesia yang maju dan mandiri. Pendidikan yang berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan

Page 12: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

9

kemakmuran bangsa dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang. Ia dipandang sebagai prasyarat yang bagi Indonesia agar siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.

Terkait pendidikan tinggi, arah kebijakan pembangunan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015–2019. Ada 5 arah kebijakan yang saling terkait, meliputi: (1) meningkatkan kualitas pendidikan tinggi; (2) meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi; (3) peningkatan dan pemerataan akses pendidikan tinggi; (4) meningkatkan kualitas Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK); dan (5) meningkatkan tata kelola kelembagaan pendidikan tinggi.

Selanjutnya dalam Renstra Kemenristekdikti tahun 2015-2019 yang menetapkan visi “Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa”, arah kebijakan RPJMN tersebut lalu diturunkan menjadi: (1) meningkatkan tenaga terdidik dan terampil berpendidikan tinggi; (2) meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan lembaga litbang; (3) meningkatkan sumber daya litbang dan pendidikan tinggi yang berkualitas; (4) meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan; dan (5) meningkatkan inovasi bangsa. Adapun fokus utama pembangunan sains dan teknologi ditujukan untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada bidang-bidang yang meliputi: (a) pangan; (b) energi; (c) teknologi dan manajemen transportasi; (d) teknologi infomasi dan komunikasi; (e) teknologi pertahanan dan keamanan; (f) teknologi kesehatan dan obat; dan (g) material maju.

2.2. Tujuan Pendidikan Tinggi dalam Kerangka Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama

Institusi Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (NU) berada di bawah badan hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama. Ia merupakan bagian kebutuhan organisasi sosial-keagamaan ini terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang punya intergitas individu, integritas kelompok atau organisasi dan integritas sosial. Tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan manusia yang berkepribadian Indonesia, sehat secara jasmani dan rohani serta sehat secara sosial agar bisa mengoptimalkan aktualisasi potensi, kecerdasan dan ketrampilan maupun profesinya masing-masing baik untuk berkhidmat kepada NU, maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan landasan berpikir, bersikap dan bertindak serta cita-cita pembentukan umat terbaik.

Landasan berpikir dan bertindak Nahdlatul Ulama yang dimaksud adalah tawasuth dan i’tidal (moderat dan teguh), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar, dalam kerangka menjaga harkat dan martabat kemanusiaan dan menopang kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah dapat tercapai. Adapun cita-cita pembentukan umat terbaik yang dimaksud adalah suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas membangun peradaban di muka bumi dalam kerangka terwujudnya tata kehidupan yang diridlai Allah SWT sesuai dengan landasan berpikir dan bertindak diatas serta cita-cita NU.

Cita-cita NU yang dimaksud adalah menjadi Jam’iyah diniyah Islamiyah ijtima’iyah yang memperjuangkan tegaknya ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah, mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kemajuan Bangsa, kesejahteraan, keadilan dan kemandirian khususnya warga NU serta terciptanya rahmat bagi semesta, dalam wadah Negara

Page 13: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

10

Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. Dan cita-cita ini diraih melalui sistem tindakan yang operasional yang dilandasi prinsip-prinsip yang disebut “Mabadi Khairi Ummah” yang meliputi: As-Shidqu (Jujur), Al-Amanah wal-Wafa bil ‘Ahd (Amanah dan menepati janji), Al-‘Adalah (bersikap adil), At-Ta’awun (gotong royong), dan Istiqamah (konsisten dan berkesinambungan).

Atas dasar landasan berpikir dan bertindak NU dan prinsip-prinsip Mabadi Khairo Ummah dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui bidang pendidikan, maka dalam Muktamar NU ke-33 1-5 Desember 2015 di Jombang, Nahdlatul Ulama melihat ada beberapa isu strategis yang menjadi landasan empiris perumusan Visi Pendidikan Nahdlatul Ulama Tahun 2015-2026, yaitu: (1) kesenjangan mutu pendidikan; (2) peluang bonus demografi tahun 2010-2035 dimana jumlah penduduk usia produktif (kaum muda) jauh lebih banyak dibanding usia non produktif (>57 tahun); (3) tantangan Masyarakat Ekonomi ASEA (MEA) dan HDI SDM Indonesia; dan (3) Ancaman Paham Radikal Keagamaan. Berpijak pada 4 (empat) isu strategis di atas, maka visi Nahdlatul Ulama dalam dunia pendidikan (dasar dan menengah) pada kurun tahun 2015-2026 adalah “Mewujudkan Pendidikan yang Unggul untuk Membentuk Manusia Berkepribadian Indonesia dan Berdaya Saing Internasional”.

Adapun rumusan program strategis Pendidikan NU yang merupakan perwujudan visi tersebut dalam kurun tahun 2015-2026 adalah sebagai berikut sesuai dengan urutan skala prioritas: (1) Peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah; (2) Modernisasi Pengelolaan Pendidikan; (3) Peningkatan Layanan Pendidikan yang Bermutu; (4) Penguatan Pendidikan karakter Aswaja dan Ke-NU-an; (5) Pengembangan Infrastruktur; dan (6) Peningkatan Daya Saing Regional. Prioritas keenam program strategis pendidikan Nahdlatul Ulama adalah penyetaraan kompetensi sumber daya manusia dengan bangsa-bangsa lain, khususnya di tingkat regional ASEAN, dan umumnya di tingkat internasional (global). Program ini dilaksanakan dalam bentuk penguatan keunggulan lokal berbasis budaya lokal agar mampu diangkat di kancah internasional. Keunggulan lokal menjadi prestasi internasional namun tetap mengakar dalam budaya lokal. Melalui program ini diharapkan peserta didik yang dihasilkan memiliki kebanggaan dan kompetensi yang relevan dan unggul di tingkat internasional.

2.3. Tugas dan Fungsi UNU Indonesia

Dalam rangka ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional khususnya tujuan pendidikan tinggi, sekaligus mewujudkan cita-cita dan misi Nahdlatul Ulama, maka Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNU Indonesia) memiliki tugas dan fungsi dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi. UNU Indonesia menjalankan fungsi mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual serta berkarakter yang dijiwai nilai-nilai dasar NU agar dapat berkontribusi maksimal dalam pembangunan kehidupan bangsa.

UNU Indonesia juga berkontribusi dalam penyetaraan kompetensi sumberdaya manusia dengan bangsa-bangsa lain, khususnya di tingkat regional ASEAN, dan umumnya di tingkat internasional (global). Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam bentuk penguatan keunggulan lokal berbasis kekayaan budaya lokal agar mampu diangkat di kancah internasional. Keunggulan lokal itu menjadi prestasi internasional namun tetap mengakar dalam budaya local. Melalui proses pendidikan ini diharapkan peserta didik yang

Page 14: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

11

dihasilkan memiliki kebanggaan dan kompetensi yang relevan dan unggul di tingkat internasional sesuai dengan visi dan misi Universitas.

Visi UNU Indonesia adalah ”Menjadi universitas unggul berkarakter Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah)”. Visi ini lalu dijabarkan dalam sejumlah misi yang wajib dihayati, diinternalisasi dan diemban oleh seluruh sivitas akademika UNU Indonesia, yakni: (1) Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan berdedikasi; (2) Menyelenggarakan penelitian/riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Mengembangkan integrasi keilmuan berbasis Aswaja; (4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia; (5) Menyelenggarakan pengelolaan UNU Indonesia yang amanah dan profesional; (6) Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi; (7) Mengembangkan nilai Aswaja dalam tataran akademik dan praksis di lingkungan kampus; dan (8) Mengembangkan Islam Nusantara sebagai peradaban Indonesia dan dunia.

2.4. Arah Kebijakan Pengembangan Jangka Panjang UNU Indonesia

Arah kebijakan pengembangan jangka panjang Universitas merupakan dasar atau pedomen dalam penetapan rumusan jangka menengah (10 tahunan) dan jangka pendek (5 tahunan) yang dinamis dan hidup. Arah kebijakan ini disusun berdasarkan suatu kesadaran masa depan untuk memandu penetapan rencana strategis baik tahunan maupun lima tahunan. Arah kebijakan pengembangan jangka panjang UNU Indonesia, dengan demikian, merupakan rambu-rambu dalam menetapkan program-program jangka pendek dan menengah dalam rangka pengembangan lebih lanjut Universitas. Dengan arah kebijakan tersebut, UNU Indonesia diharapkan mampu menentukan langkah-langkah ke depan yang didasarkan atas pertimbangan aneka wawasan, tren-tren global, potensi internal, kendala eksternal, serta peluang dan ancaman yang mengelilinginya, sedemikian rupa sehingga dirinya dapat mengikuti dan mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dunia yang kompleks nan penuh persaingan.

Arah kebijakan pengembangan jangka panjang UNU Indonesia ini merupakan bagian penting dari arah pengembangan Nahdlatul Ulama dan arah pengembangan Pendidikan NU pada khususnya, dan pembangunan nasional Indonesia ke depan. Oleh karena menyadari besarnya tanggung jawab tersebut, maka sangat penting artinya bagi UNU Indonesia untuk membangun dan mengembangkan institusinya ke masa depan. Maka dari itu, dalam mewujudkan visi dan misinya, UNU Indonesia memandang kepentingan NU dan pembangunan nasional Indonesia ke depan. Arah kebijakan pengembangan jangka panjang UNU Indonesia tahun 2015 - 2025 yang dimaksud adalah: Visi 2019: Menjadi Universitas Pembelajaran Berpendekatan Holistik; Visi 2020: Menjadi Universitas Pembelajaran Unggul Berpendekatan Holistik; Visi 2025: Menjadi Universitas Riset Berpendekatan Holistik.

Page 15: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

12

BAB 3

TANTANGAN DAN RESPONS UNIVERSITAS

Sepanjang sejarah usianya yang lebih 2400 tahun, universitas telah melewati fase-fase perubahan yang sangat signifikan. Perubahan radikal terutama berlangsung sejak pertengahan abad ke-19 dimana satu simbiosis sains, industri dan Negara terjadi. Secara berantai, bersamaan dengan perkembangan industri modern, muncul universitas riset (research university) dan sistem universitas modern.

Berkat kemajuan teknologi komunikasi baru, universitas riset pun mengalami perubahan besar. Korporasi yang makin mengglobal membuat inovasi industrial dan pelatihan-pelatihan teknis untuk para pekerja turut pula mengglobal. Dunia industri membiayai riset-riset dan pengembangan (R&D) mereka sendiri, sambil mendanai secara langsung universitas-universitas riset. Mulai saat itu universitas tidak lagi sekadar institusi pembelajaran (teaching and learning), melainkan riset menjadi aktivitas utamanya. Apa yang lalu disebut globalisme mendorong universitas semakin terikat oleh sistem kapitalisme global. Pandangan baru pun muncul bahwa aktivitas riset harus menopang kegiatan pembelajaran, menggantikan pandangan lama bahwa program pengajaran dan pembelajaran di universitas merupakan pendorong utama kegiatan riset.

Harus diakui perubahan-perubahan di atas berhasil mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pesat. Inovasi dalam Iptek mempermudah manusia dalam menjalankan kegiatan hidup manusia, meningkatkan derajat kesejahteraan hidup dan menyumbang peradaban umat manusia. Namun demikian banyak juga persoalan penting yang ditimbulkan oleh kemajuan tersebut, serta konsekuensi-konsekuensi dan tantangan-tantangannya baik yang dihadapi oleh universitas sendiri maupun masyarakat. Bab ini akan mengulas perubahan-perubahan tersebut, konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan, kecenderungan-kecenderungan terkini serta tren-tren terbaru (the emergent trends) yang berkembang di dalam dunia iptek dan di dalam universitas sendiri. Ulasan ini diharapkan membantu UNU Indonesia dalam memetakan masalah-masalah strategis yang berdaya jangkau luas dan panjang, meletakkan posisinya dan menentukan arah pengembangannya di masa depan.

3.1. Universitas “Publik” : Krisis dan Tantangan

Institusi pendidikan adalah produk kebudayaan dan sejarah masyarakat. Baik pengetahuan, cara mengetahui maupun perubahan tata-nilai dalam kehidupan masyarakat membentuk perkembangan institusi pendidikannya. Pada gilirannya sistem pendidikan tersebut mereproduksi bahkan ikut membentuk suatu model masyarakat baru (Philip Spies dalam Sohail Inayatullah, Jennifer Gidley [eds.] 2000).

Dalam tradisi Yunani, yang merupakan cikal bakal pertama universitas, sistem pendidikan paideia terutama bertujuan mengembangkan kemampuan manusia baik secara fisik, intelektual maupun emosional. Fungsinya bersifat praktis, mirip pendidikan kewarganegaran sekarang, agar peserta didik dapat berpartisipasi dalam tatanan hukum

Page 16: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

13

kehidupan masyarakat polis (negara-kota). Implikasi dari tujuan dan fungsi di atas adalah bahwa kurikulum dan proses pembelajaran ditujukan untuk mencapai sasaran: (a) hidup dalam kebenaran; (b) mengusahakan ketertiban dan kebebasan; (3) mencapai kebaikan moral; dan (c) memajukan estetika. Oleh karena itu baik dalam Akademi-nya Plato maupun Lyceum-nya Aristoteles, peserta didik diajarkan aneka bidang ilmu seperti filsafat, logika, retorika, bahasa, puisi, music, aritmatika, ilmu pengobatan hingga gimnastik.

Sejak era Renaisans, sistem pendidikan paedeia mengalami penurunan drastis seiring dengan bergesernya pandangan dunia (Weltanschauung) masyarakat Eropa. Mulai abad ke-13 dan puncaknya abad ke-16, bersamaan dengan makin berkembangnya ekonomi komersial, pendidikan Skolastisisme yang berpusat pada teologi yang didominasi Gereja pada abad-abad sebelumnya segera berakhir dan digantikan oleh pendidikan Humanisme. Di era ini pendidikan sains, geografi, sejarah, matematika, music dan fisika kembali masuk kurikulum universitas dan turut mengantarkan kemajuan-kemajuan dalam bidang sains modern pada abad ke-17 dan ke-18. Meskipun banyak intelektual bekerja di luar institusi universitas, gagasan-gagasan baru dan teori-teori ilmiah baru bermunculan lewat para sarjana penjelajah seperti Galileo Galilei, Johannes Kepler, Nicolaus Copernicus, Francis Bacon, Sir Isaac Newton, and René Descartes (Immanuel Wallerstein, 1996).

Perubahan radikal dalam institusi pendidikan terjadi ketika memasuki era Industri (abad ke-18 hingga abad ke-20). Universitas bersimbiosis dengan industri dan pemerintah. Sistem pendidikan modern makin terlembagakan sekaligus menjadi norma, dan fokus utamanya adalah menjalankan riset. Hasilnya, berbagai teknologi baru dan inovasi pengetahuan diciptakan dan dunia industri di negara-negara Barat berkembang pesat, sedemikian rupa sehingga melahirkan gelombang pertumbuhan ekonomi yang sangat besar. Situasi ini menggambarkan keadaan umum universitas, mengingat pendidikan terutama di negara-negara pasca-kolonial juga menjadi bagian dari sarana politik dan nation-building.

Skema kerjasama antara industri, universitas dan pemerintah (triple helix) menjadi model umum universitas di seluruh dunia. Ia menjadi model kapitalisasi pengetahuan melalui riset dan inovasi, baik dalam pengertian literal komersialisasi hak paten dan publikasi maupun untuk menggerakkan secara umum kemampuan inovasi masyarakat di masa depan (Etzkowits, 2008). Kecenderungan ini kian menguat di era masyarakat informasi sekarang dan diadopsi di banyak negara, termasuk negara-negara berkembang. Relasi industri-universitas-pemerintah adalah episenter inovasi, yang selain dianggap dapat meringankan beban pembiayaan negara dalam kegiatan pembelajaran, juga dapat meningkatkan relevansi baik bagi masyarakat maupun lulusan universitas dalam pasar kerja. Meskipun di sisi yang lain komunitas akademik (Sohail Inayatullah, eds., 2000) juga dilanda keprihatinan bahwa kapitalisasi/komersialisasi dapat mengurangi tujuan universitas sebagai institusi pembelajaran dan produksi pengetahuan.

Michael Buroway (2012), misalnya, menengarai bahwa universitas-universitas telah pudar legitimasinya (legitimacy crisis) akibat berpaling dari tujuan “kemaslahatan masyarakat banyak” (public good). Berawal dari makin menurunnya pendanaan dari pemerintah secara umum, universitas lalu dilanda krisis keuangan (fiscal crisis). Mau tidak mau agar tetap survive, universitas pun mengadopsi logika ekonomi korporasi dengan memperlakukan pengetahuan sebagai komoditi. Menyusul krisis legitimasi, universitas lalu mengalami

Page 17: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

14

krisis identitas (identity crisis) sedemikian rupa sehingga ia kehilangan makna dan didera erosi tujuan akibat hantaman komodifikasi. Pendidikan tinggi yang semula merupakan investasi kebudayaan, lalu bergeser menjadi investasi kapital yang disetir oleh rasionalitas dan teknikalitas manajer korporasi. Selanjutnya universitas menderita krisis tata kelola (governance crisis) yang mengarah pada proses rasionalisasi, menuju birokratisasi dan korporatisasi.

Pandangan yang serupa dikemukakan Ivana Milojevic. Universitas yang dikendalikan oleh globalisme dan rasionalitas ekonomi terlalu memberi tempat setinggi-tingginya pada kompetisi pasar bebas sempurna, kerakusan, kegunaan praktis, ranking dan hierarki; dan pada saat yang sama meremehkan kooperasi, sustainabilitas, kemaslahatan, dan kesetaraan. Lebih jauh universitas didera tekanan untuk berperilaku laiknya korporasi/perusahaan yang sukses dan menjaring sebanyak-banyaknya para pelanggan (customers). Sistem pendidikan tinggi pada akhirnya menjadi tidak sehat. Ia menjadi menara gading (ivory tower), yang akibatnya terdiskoneksinya dari kenyataan hidup dan kebutuhan riil masyarakatnya sendiri (Ivana Milojevic dalam Sohail Inayatullah, Jennifer Gidley [eds.], 2000)

Apalagi sulit dimungkiri bahwa kemajuan sains dan teknologi modern melahirkan paradoks. Di satu sisi ia terbukti memberi kemudahan dan membawa kesejahteraan, namun di sisi lain juga membawa akibat-akibat sampingan yang tak kalah menakutkan. Mulai dari kerusakan lingkungan, perubahan iklim, kesenjangan social, konflik SDA, perlombaan senjata militer, hingga teknologisasi kehidupan yang membuat manusia teralienasi dari kehidupan sosial dan identitas budayanya sendiri (dehumanisasi).

3.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : Krisis dan Tantangan

Universitas dalam bentuknya mengglobal sekarang ini merupakan warisan produk sejarah revolusi industri. Sistem pengetahuan modern ditandai oleh separasi sains dari agama dan fisafat. Sedemikian rupa ia terjadi, sehingga warisan kearifan (wisdom) lama yang tertanam selama berabad-abad nyaris hilang dari sistem universitas Barat. Kearifan yang dimaksud berupa kemampuan manusia merefleksikan secara cerdas hakikat manusia, relasi manusia satu sama lain dan dengan kekuatan-kekuatan spiritual, serta struktur social yang mereka ciptakan sekaligus mereka hidupi. Suatu jenis kearifan (termasuk kearifan dari tradisi lisan), yang ditegaskan Wallerstein, dulu didiskusikan dalam teks-teks keagamaan dan teks-teks filsafat (Immanuel Wallerstein, 1996).

Pengetahuan alam dan social yang semula terkait dengan Ketuhanan, metafisika, moral, politik, grammar, retorika dan logika pelan-pelan namun pasti terpisah. Sains terpecah-pecah ke dalam aneka disiplin ilmu mulai abad ke-19 dan seterusnya hingga abad ke-20. Dan entah bagaimana seperti anak panah yang lepas dari busurnya, pengetahuan terseret oleh ambisi manusia untuk menaklukkan alam semesta, mengejar kemajuan-kemajuan material, yang terutama difasilitasi oleh sains modern dan inovasi teknologi. Sains modern menjadi sangat kuat dan amat berpengaruh. Sedemikian rupa ia sehingga semua pernyataan keagamaan, filsafat, metafisika dan pengalaman-pengalaman tradisional yang dianggap bertentangan dengan sains, cenderung ditolak.

Ashis Nandy menganalisis bahwa ketika sistem universitas Barat ini diadopsi sepenuhnya oleh universitas-universitas di negara berkembang, maka sistem pengetahuan yang

Page 18: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

15

dibawanya meminggirkan sistem pengetahuan tradisional (misalnya epistemologi pribumi, ilmu pengobatan tradisional, dan lain-lain). Sebagai produk sejarah modern, demikian tegas Nandy, sistem pengetahuan tidaklah bersifat netral; ia terkait erat dengan kepentingan dan kekuatan material sejarah pada masanya. Ia mengandung kepentingan-kepentingan yang terorganisir: relasi kelas, kolonialisme, kompleks industri-militer, korporasi multinasional dan kepentingan negara-bangsa. Dan kini dominasi itu bergeser dan dijalankan lewat kategori-kategori yang melekat pada sistem pengetahuan tersebut. Umpamanya kategori “modern” vs “tradisional”, “relijius” vs “secular”, “liberal” vs “illiberal”, “maju” (developed) vs “terbelakang” (underdeveloped), dan lain-lain. Sedemikian rupa kategori itu sehingga yang pertama mendominasi dan meminggirkan kategori-kategori yang kedua dengan akibat-akibat yang menyedihkan baik secara ekonomi, kebudayaan maupun pendidikan. Pendek kata, sistem pengatahuan bersifat kultural (S.N. Balagangadhara, 1987) dan mengandung ciri-ciri antropologis (Karlina Supeli, 2011).

Ilmu pengetahuan modern secara dramatis juga mengubah minat intelektual dan moral mahasiswa. Ia bukan hanya mengklaim diri sebagai valid, objektif, universal dan mengandung kebenaran, tetapi juga pada saat bersamaan melancarkan skeptisisme atau keraguan terhadap sistem pengetahuan yang telah ada. Begitu kerasnya dogma sistem pengetahuan modern ini diberlakukan dalam semua universitas sehingga membuat mahasiswa kehilangan kepercayaan diri terhadap nilai-nilai dan budayanya (jadi bukan karena pengetahuan localnya keliru atau tidak berguna). Pengetahuan modern modern Western style itu tampil menghegemoni politik kategori (politik pengetahuan) (Ashis Nandy dalam Sohail Inayatullah dan Jennifer Gidley [eds.], 2000).

Terlalu sering dikisahkan bahwa berkat sains dan teknologi, masyarakat terlihat mengalami peningkatan kemakmuran. Kebutuhan dasar mereka dapat diperoleh dengan mudah, demikian pula layanan pendidikan dan kesehatan dasar semakin tercukupi. Diperlihatkan pula kemajuan-kemajuan material yang nampak semakin merata, yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur, pengembangan industri dan peningkatan standar hidup individu yang tinggi.

Sementara tidak seorang pun dapat membantah sumbangan-sumbangan positif, peradaban sains dan teknologi modern juga membawa akibat-akibat sampingan yang tak kalah menakutkan. Mulai dari perlombaan senjata militer, ketergantungan ekonomi dan teknologi, konflik perebutan sumberdaya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, kesenjangan social, konflik-perang, hingga yang paling menyedihkan yakni teknologisasi kehidupan yang membuat manusia teralienasi dari kehidupan sosial dan identitas budayanya sendiri (dehumanisasi). Nilai-nilai individualisme, kompetisi, obsesi tak terbatas manusia pada kepentingan sendiri, dan secara umum rasionalitas ekonomi banyak diadopsi oleh universitas (terutama universitas Barat dan mulai melanda di universitas-universitas negara berkembang). Sedemikian rupa ia sehingga meminggirkan pentingnya kooperasi (ta’awun), kompetisi (fastabiqul khoirot), komunikasi, pengetahuan, pengalaman, sensitivitas budaya, dan nilai kepercayaan (trust) yang ada dalam tradisi kebudayaan setempat yang amat dibutuhkan dalam kehidupan kemasyarakatan dan hidup berbangsa.

Bila pembacaan ringkas terhadap kondisi historis dan faktual pendidikan tinggi dan Iptek secara umum dalam dua bagian bab ini benar adanya, maka perguruan tinggi baik pada masa kini maupun masa yang akan datang haruslah mampu memberi respons yang

Page 19: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

16

memadai. Meskipun andai kondisi umum itu dianggap sebagai suatu fenomena yang khas terjadi di universitas-universitas Barat, bukan berarti ia lantas diabaikan mengingat dominasi dan ekspansi sistem pengetahuan modern yang bersifat nir-batas (cross-border).

3.3. Tren Pendidikan Holistik dan Pendekatan Holistik Berorientasi Masa Depan

Dalam beberapa dekade belakangan, muncul suatu kebutuhan dalam dunia pendidikan terhadap suatu model pendidikan holistik. Yakni pendidikan yang berupaya merawat perkembangan pribadi manusia yang utuh yang mencakup intelektual, emosional, social, estetika dan spiritual. Ia, yang membentuk kepedulian terhadap semua umat manusia dan terkoneksi dengan kesadaran kosmos (John P Miller, 2010).

Selain didorong oleh kebutuhan terhadap perkembangan pribadi yang utuh, “keutuhan” (wholeness) itu terkait dengan sustainabilitas kehidupan komunitas, kehidupan planet/bumi dan kehidupan semesta yang saling terhubung dan tergantung satu sama lain. Mengingat bahwa pendidikan holistik merekoneksikan kembali manusia, komunitas dan alam semesta, maka ia meniscayakan hubungan timbal balik pada semua level. Pendidik holistik hendak juga hendak membangun common ground dengan gerakan-gerakan sosial-politik, gerakan hak asasi manusia, gerakan lingkungan dan lain-lainnya sebagai bagian dari upaya membangun suatu cara hidup baru dan bereksistensi secara baru dalam dunia modern.

Lebih lanjut, Thomas Lombardo (2011) menyatakan bahwa pendidikan holistik membangkitkan pada diri mahasiswa suatu kesadaran masa depan (future consciousness). Secara praktis ia terkoneksi dengan tantangan dan kemungkinan hidup, didukung oleh ketrampilan yang baik dan imajinasi kreatif agar dapat melayani kemanusiaan sebagai keseluruhan (bukan hanya individual) dan mampu mengantisipasi risiko-risiko yang dapat mengancam umat manusia dan alam semesta di masa mendatang. Karena itu kearifan (virtues of wisdom) sangat penting artinya dan seharusnya menjadi inti pendidikan dan riset akademik dalam dunia kontemporer. Bahkan tradisi keagamaan dan spiritualitas memiliki pengaruh penting dalam membimbing manusia menghadapi situasi dunia yang senantiasa berubah cepat, serba kompleks dan penuh ketidakpastian, dan secara khusus dalam mengatasu aneka tantangan global dan ekologi dewasa ini (Seyyed Hossien Nasr, 2007; Steven Rockefeller, 2015)

Nampak sekali bahwa pendekatan holistik ini sedikit banyak bernada anti-tesis terhadap budaya dan sistem pendidikan modern warisan revolusi industri pada abad ke-19 yang cenderung reduksionistik. Selain didominasi oleh kecenderungan umum penanaman kemampuan kognitif belaka dalam proses pembelajaran, sistem ini berhasil melakukan kompartmentalisasi ilmu pengetahuan manusia. Pada akhirnya krisis universitas bukan hanya disebabkan legitimasinya yang pudar, melainkan karena implikasinya dalam riset Iptek sendiri dalam mengatasi problem kehidupan yang kompleks.

Tren pendekatan holistik ini belakangan makin keras gemanya, baik dalam bidang riset maupun inovasi. Terutama seruan pentingnya riset-riset Inter/multidisipliner yang amat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang kompleks, bersamaan dengan kebutuhan terhadap aksi global untuk mengatasi krisis sosial dan lingkungan, menuju peradaban dunia yang adil dan berkelanjutan (www.greattransition.org).

Page 20: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

17

3.4. Respons Universitas

Bagaimana universitas-universitas menjawab aneka problem dan tren-tren dalam dunia pendidikan? Apa kerangka respons yang harus dilakukan dan apa pula tindakan nyata yang mesti diambil?

Relasi industri, universitas dan negara (triple helix) telah mengubah wajah universitas secara radikal. Tujuan keberadaannya, posisinya dalam masyarakat, dan akses terhadapnya yang lebih terbuka dan demokratis membuat universitas masa kini berbeda jauh dengan universitas di ratusan abad-abad sebelumnya. Demikian pula sirkulasi informasi dan pengetahuan yang lebih bebas dan bersifat lintas-batas berkat aneka kemajuan teknologi informasi seperti internet. Perkembangan ini menciptakan kemungkinan baru baik di masa kini maupun masa depan. Diantaranya perubahan konsep pendidikan tradisional yang sekadar berperan sebagai institusi pembelajaran, menuju penekanannya sebagai institusi riset. Bahkan lebih jauh lagi ada kemungkinan bahwa universitas di masa depan bergerak ke arah pembelajaran virtual yang dilakukan tanpa tatap muka, sehingga mengurangi biaya dan memperluas akses masyarakat.

Sementara relasi “triple helix” itu masih akan tetap berjalan karena faktor-faktor kapitalisasi pengetahuan, beban pembiayaan aktivitas pembelajaran dan relevansi sosialnya bagi dunia kerja serta peningkatan daya saing dan pembangunan ekonomi, terdapat perkembangan lain yang mustahil diabaikan yakni: perayaan terhadap keanekaragaman (multikulturalisme). Itu artinya semakin tumbuh pemahaman dalam masyarakat bahwa realitas adalah hasil konstruksi sosial. Setiap kelompok masyarakat menciptakan kebudayaan lewat praktek, kebudayaan, membangun kembali peradaban, dan bahwa masyarakat yang baik haruslah mencerminkan perbedaan-perbedaan tersebut (Sohail Inayatullah dan Jennifer Gildley, dalam Sohail Inayatullah dan Jennifer Gidley [eds.], 2000).

Implikasinya adalah muncul universitas-universitas alternatif yang berbasis pada gagasan tentang perbedaan dan kemungkinan perlunya menemukan kembali khazanah pengetahuan dan kebudayaan yang terpinggirkan yang disertai agenda membangun peradaban. Tujuannya untuk mengatasi “reduksionisme” dalam sistem pengetahuan dominan yang secara historis dan faktual turut serta menciptakan problem kemanusiaan dan problem lingkungan.

UNU Indonesia akan lebih mempererat relasi “triple helix” dalam rangka riset ilmu pengetahuan dan teknologi yang ramah lingkungan, tepat guna dan berorientasi masa depan. Dan juga kerjasama dengan industri dan pemerintah dalam rangka inovasi dan formulasi masalah secara kontekstual yang berbasis pendekatan holistik dan kemampuan berkomunikasi lintas-disiplin. Universitas juga akan menjalin kolaborasi dengan pemerintah, politisi, kalangan industri, ahli hukum, aktivis hak-hak asasi manusia, jurnalis, aktivis LSM dan peneliti baik dalam maupun luar negeri serta masyarakat luas yang sama-sama memiliki keprihatinan yang mendalam terhadap kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, ketergantungan terhadap energi fosil, penyakit menular, dan lainnya, serta memiliki kepedulian terhadap masa depan peradaban yang lebih manusiawi, lebih adil dan berkelanjutan.

Page 21: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

18

Tugas utama universitas mencakup pendidikan, riset dan pengabdian masyarakat. Karena itu selain menjalankan fungsi pembelajaran, universitas juga melayani masyarakat. Pergulatan hidup universitas tidak semata-mata mencari kebenaran (the pursuit of truth), tetapi juga mengupayakan kebahagiaan dan peningkatan kualitas hidup untuk generasi sekarang dan masa yang akan datang. Batas-batas antara universitas dan komunitas dihapus, dan semua anggota komunitas dapat berpartisipasi dalam menentukan isu-isu utama, agenda-agenda serta prioritas belajar mengajar universitas.

Universitas tidak semata-mata menyediakan ketrampilan bertahan hidup di dalam masyarakat informational (post-industrial), meskipun itu juga sangat penting, tetapi ia juga bertujuan mentransformasi dan mengubah masyarakat lewat pembelajaran. Selain pendidikan berkonsentrasi pada pengembangan karakter, pembudayaan dan pengembangan keterampilan kerja, perguruan ini berupaya memperbaiki kondisi-kondisi kehidupan masyarakat. Dengan demikian, maka universitas berbasis-komunitas harus mengembangkan watak manusia sebagai pelaku agentik. Ia menjadi pusat mempersatukan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan wisdom mereka untuk mengatasi masalah yang serba kompleks, sambil dikombinasikan dengan kesadaran sosial untuk menjadi situs penolakan terhadap proses dehumanisasi.

Dengan demikian, tujuan proses pembelajaran universitas adalah mencetak calon pemimpin intelektual (intellectual leaders), sarjana-aktifis (scholar-activist) dan pencipta makna (meaning-maker). “Intellectual leaders” yang dimaksud adalah mereka menjadi pemimpin intelektual bagi komunitas/masyarakat atau bangsanya secara luas sesuai bidang-bidang kehidupan profesional masing-masing. Mereka menjadi sosok yang memiliki pengetahuan yang benar, dan dengan pengetahuan dan pemikirannya itu mereka dapat bersikap dan bertindak benar serta berupaya mengubah masyarakat menjadi lebih baik dengan membangun visi masa depan.

Sarjana-aktifis adalah mereka yang mampu melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Lewat pemikiran, tulisan, sikap dan tindakannya sesuai bidang-bidang keahliannya, para lulusan UNU Indonesia memperlihatkan kepada masyarakat (komunitas dan bangsanya) tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai dan tradisi masyarakat lokal, atau pengetahuan dan tradisi pesantrennya, misalnya, dapat menjadi kekuatan pengubah lingkungan sosialnya (masyarakat, bangsa, negara, dunia) menjadi lebih baik, berpikiran terbuka dan toleran, mengembangkan budaya dialog, serta membangun wawasan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Adapun “meaning maker” (pencipta makna) adalah kualitas lulusan UNU Indonesia yang mampu memaknai nilai-nilai agama dan tradisinya dalam wawasan kosmopolitan Dengan wawasan keilmuan yang luas dan mendalam, mereka ikut serta mendidik masyarakat dengan menyampaikan pemikirannya dalam bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami masyarakat banyak. Mereka mampu mendialogkan tradisi dan modernitas, menganalisis ide dan realitas, dan melakukan sintesis antar keduanya. Mereka melakukan inovasi dan memproduksi karya iptek yang tepat guna kini dan masa mendatang dengan mempertimbangkan etika, generasi masa depan dan sustainibilitas kehidupan alam.

Page 22: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

19

BAB 4

TANTANGAN UNU INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNU Indonesia) dalam usianya belum genap 1 tahun harus segera mengonsolidasikan diri secara internal untuk berbenah dan melakukan akselerasi agar diperhitungkan di level nasional, regional dan internasional. UNU Indonesia harus merumuskan agenda dan program guna menjawab aneka tantangan bangsa secara umum dan tantangan pendidikan khususnya.

Tantangan-tantangan ini secara sistematik telah dibahas dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang 1-5 Agustus 2015 yang menyorot berbagai tantangan bangsa baik eksternal maupun internal, baik berdimensi nasional dan internasional. Di antara tantangan-tantangan tersebut meliputi:

4.1. Tantangan Nasional

4.1.1. Kependudukan

Berdasarkan sensus pada 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,56 juta, padahal diprediksi hanya 232 juta (BPS, 2010), itu artinya Indonesia mengalami surplus sebesar 5,5 juta penduduk. Proyeksi BPS pada 2015 sebanyak 248 juta, tapi tercapai pada tahun 2012. Dari sisi perbandingan jenis kelamin, dalam empat tahun terakhir jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan yaitu pada 2010 jumlah laki-laki 119.630.913, perempuan 118.010.413; pada tahun 2011, laki-laki 121.413.414, perempuan 119.768.768; pada tahun 2012 laki-laki sebesar 123.222.475, perempuan 121.553.322; pada tahun 2013 laki-laki 125.058.484, perempuan 123.364.472 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013).

Dari sisi kelompok umur, penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, lebih banyak baik laki-laki maupun perempuan. Sementara jumlah kelompok penduduk usia tua juga cukup besar, terutama perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usia harapan hidup semakin tinggi. Pada tahun 2012, Angka Harapan Hidup (AHH) Indonesia mencapai 69,87 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai AHH tahun 2011 sebesar 69,65 tahun. Provinsi dengan nilai AHH tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan nilai 73,49 dan DI Yogyakarta sebesar 73,33. Provinsi dengan nilai AHH terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 62,73 dan Kalimantan Selatan sebesar 64,52 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013).

Estimasi kepadatan rata-rata penduduk di Indonesia sebesar 130 penduduk per km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Pulau Jawa. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Pulau Papua dan Kalimantan. Kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 15.063 penduduk per km2, Jawa Barat sebesar 1.285 penduduk per km2, dan Banten sebesar 1.193 penduduk per km2. Kepadatan penduduk terendah di Indonesia terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 9 penduduk per km2, Papua sebesar 10 penduduk per km2 dan Kalimantan Tengah sebesar 15 penduduk per km2 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013).

Page 23: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

20

Persebaran penduduk yang masih menumpuk di Pulau Jawa menunjukkan belum adanya pemerataan baik ketersediaan sumberdaya maupun akses pada sumber-sumber ekonomi, termasuk lapangan kerja. Ini menimbulkan ketimpangan pada pemenuhan tingkat kesejahteraan antara daerah-daerah di luar pulau Jawa dengan luar Jawa. Untuk pemerataan penduduk, perlu memperkuat kebijakan transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan sendiri; pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk provinsi yang berada di luar Pulau Jawa.

Dalam konteks pergeseran desa-kota, pertumbuhan ekonomi menggerakkan perubahan struktur ekonomi dari desa ke kota. Hasil Sensus Penduduk 2010 juga menunjukkan proporsi penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi, di mana 49,8 penduduk Indonesia tinggal di kota. Diprediksi penduduk desa Indonesia tahun 2030 hanya tinggal 20% saja. Sementara itu jumlah penduduk perempuan Indonesia lebih banyak dari pria terbantahkan dari hasil Sensus Penduduk 2010, meski beda tipis untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia penduduk pria lebih banyak (50,34%) dari penduduk wanita.

Beberapa tahun ke depan merupakan tahun penting sebagai transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat indistri dan informasi. Tanda-tandanya sudah kelihatan, sekarang sebagian besar penduduk desa telah menggunakan handphone, bahkan anak mudanya sudah biasa berselancar di dunia dan bersosialisasi menggunakan media sosial. Penggunaan teknologi informasi baik di kota maupun desa mengalami pertumbuhan yang tinggi.

Pada beberapa tahun mendatang, komposisi demografi penduduk Indonesia juga ditandai dengan banyaknya penduduk berusia antara 15-34 tahun, sebanyak 34,47 % atau hampir 82 juta penduduk. Paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya. Pertama, anak muda adalah sumber penting tenaga kerja produktif. Kedua, karakter muda yang suka mencoba hal baru dan kreatif merupakan sumber inovasi. Ketiga, anak muda merupaka salah satu sasaran pasar konsumtif terutama untuk indistri budaya popular (pop culture).

Indonesia akan mengalami “bonus demografi” yaitu meningkatnya penduduk usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif pada kurun waktu 2020-2030. Usia produktif merupaka fase kehidupan yang berada pada usia kerja dan usia subur, mulai 15-64 tahun. Namun, rasio ketergantungan penduduk Indonesia saat ini adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 orang usia produktif terhadap sekitar 51 orang usia tidak produktif (0-14 dan 65+). Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,69 sementara di daerah perdesaan 56,30. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia non-produktif. Sedangkan pada 2020-2030, Indonesia diprediksi memiliki 70 persen penduduk usia produktif dengan rasio ketergantungan turun menjaadi sekitar 44 sampai 48.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa dalam perkembangan kependudukan, Indonesia mengalami masalah yang perlu diatasi secara komprehensif, sistemik dan berkelanjutan:

Ledakan penduduk di Indonesia dengan peningkatan jumlah lebih besar dari jumlah prediksi berimplikasi pada meningkatnya penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Perlu

Page 24: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

21

peningkatan percepatan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran, agar kelahiran dapat dikendalikan secara sistemik, agar terjadi keseimbangan antara jumlah pertumbuhan penduduk dengan jumlah ketersediaan layanan kesejahteraan dasar serta ketersediaan lapangan kerja yang memadai sehingga kualitas kesejahteraan penduduk makin meningkat. Pengendalian jumlah penduduk harus menjadi alternatif pembangunan kependudukan dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama.

Saat ini perbandingan antara orang yang belum produktif dan tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) yang lebih banyak dibanding orang yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun) menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus direspon secara komprehensif.

Bonus demografi ini bisa merupakan keuntungan atau ancaman bagi Indonesia. Bonus demografi bisa menjadi keuntungan jika penduduk usia 15-64 tahun itu berkualitas dan produktif, sebaliknya akan menjadi ancaman jika penduduk usia 15-64 tahun itu tidak memiliki pengetahuan dan skill yang memadai sehinngga malah menjadi beban penduduk lainnya.

4.1.2. Kesehatan

a. Angka Kematian Ibu (AKI)

Akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu secara nasional cenderung makin membaik, ditandai dengan meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu. Ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal cakupannya meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013, persalinan yang ditolong tenaga kesehatan juga cakupannya meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2010; 2013). Namun Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH), pada 2007 sebesar 228/100.000 KH, pada1998-2002 sebesar 307/ 100.000 KH, pada 1993-1997 sebesar 334/100.000 KH. Jika mengacu Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke-5 yaitu penurunan angka kematian anak Indonesia dinilai on the track, peningkatan kesehatan ibu, Indonesia jauh tertinggal, perlu kerja keras untuk mengejar pencapaian (Possible to achieve if some changes are made) sebagaimana indikator MDG’s tersebut. Bandingkan dengan Malaysia 39, Filipina 170, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup (UNFPA. 2001. State of The World Population Report). Angka tersebut menunjukkan bahwa apa yang sudah dicapai selama 20 tahun dalam menurunkan AKI seperti jarum jam yang bergerak mundur, kembali ke kondisi tahun 90-an.

Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Faktor penyebab kematian ibu dikarenakan HDK proporsinya semakin meningkat, lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun

Page 25: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

22

2010 disebabkan HDK, yang disebabkan perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013). Upaya penurunan AKI selain mengatasi faktor penyebab langsung kematian ibu juga faktor penyebab tidak langsungnya seperti peningkatan kualitas kesehatan ibu, KB dan kesehatan reproduksi lainnya termasuk peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta peningkatan cakupan peserta aktif KB dan penurunan unmet need KB. Indikator-indikator tersebut sebagaimana disebutkan dalam tujuan MDG’s yaitu akses universal terhadap kesehatan reproduksi. Selain itu, dalam konteks Indonesia di mana budaya patriarkhi dan infra stuktur yang tidak terawat faktor “4 Terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua yang sesungguhnya dapat diatasi dengan pelayanan KB.

Faktor terlalu muda dalam kehamilan atau proses reproduksi dapat dilihat dari usia perkawinan pertama pada perempuan berusia 10-59 tahun, rata-rata berusia 20 tahun dan sebagian besar berusia 15-19 tahun sebanyak 41,9%, bahkan berusia 10-14 tahun. Sementara usia menikah yang relatif sehat baik organ reproduksinya maupun kesiapan psikologis dan sosialnya (biopsikososial) berusia 20-24 tahun sebanyak 33.6 % (Riskesdas 2010).

b. Angka Kematian Bayi dan Balita dan Gizi buruk

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian neonatal (0-28 hari) memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Riskesdas, pada tahun 2013). Jika mengacu Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke 4 (empat) yaitu penurunan angka kematian anak Indonesia dinilai on the track, berhasil menurunkan angka yang cukup signifikan.

Adapun balita kurang gizi, 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang, 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 sebanyak 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Kondisi tersebut berdampak pada balita pendek, terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan di bawah normal pada tahun 2013, terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan persentase balita pendek dan sangat pendek dari 35,6% pada tahun 2010 naik menjadi 37,2%. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8 % tahun 2007 dan 18,5% tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0% pada tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

c. Kekerasan terhadap perempuan dan anak

Kekerasan terhadap anak jumlahnya cukup massif; sekitar 2,5 juta anak korban kekerasan baik fisik, psikis, seksual maupun sosial dan 4,5 juta anak dipekerjakan, sekitar 40.000 anak yang dieksploitasi secara seksual baik karena korban traficking maupun dilacurkan (dari berbagai sumber). Sementara data pengaduan masyarakat yang masuk Komisi

Page 26: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

23

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Data Kasus: Januari 2012 - Desember 2012 ; 3613. Data Kasus: Januari 2013 – Desember, 4365 kasus.

d. Anak dengan HIV/AIDS, Napza dan perokok anak

Situasi yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah anak kecanduan rokok sekitar 20 juta orang dengan prevalensi usia anak merokok tahun 2009 antara 5 sampai 9 tahun atau rata-rata 7 tahun. Tahun 2005 korban HIV/AIDS 150 orang, pada bulan maret 2010 telah menjadi 1.193 orang dari total 21.000 penderita HIV/Aids di Indonesia. Laporan MDGS Pemerintah Indonesia pada Sidang Umum PBB tanggal 24 September 2010, capaian APM Pendidikan Dasar baru mencapai 80%, dan tingkat droup out sebesar 4 %. Remaja menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) sekitar 700.000 kasus.

4.1.3. Ekonomi

a. Kebijakan Ekonomi Nasional

Sejatinya, UU dan kebijakan perekonomian berorientasi pada alokasi sumber-sumber daya ekonomi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Parahnya, pasca Amandemen Pasal 33 UUD 1945, yang membolehkan swasta terutama asing menguasai hajat hidup orang banyak, hampir semua sektor strategis baik di sektor sumberdaya alam, pangan, perbankan, industri strategis sudah berada di tangan asing. Bahkan dengan leluasanya asing memiliki tanah. Tak ayal, terjadilah penguasaan asing atas tanah. Hal ini bisa dilihat bahwa setiap pembangunan gedung modern baik apartemen maupun mall oleh swasta asing di berbagai kawasan selalu disertai pelenyapan suatu komunitas yang tinggaldi kawasan tersebut. Kalau ini dibiarkan penduduk negeri ini akan tersingkir dan seluruh tanah dikuasai oleh kelompok asing.

Ketika sistem liberal tidak membolehkan Negara menguasai sektor strategis, seperti pangan, energi, dan sumberdaya air termasuk sektor strategis lainnya, maka sepenuhnya diserahkan pada swasta yang menggunakan mekanisme pasar, sehingga terjadi monopoli dan harga tidak terkendali. Barang yang semestinya digunakan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan rakyat dijadikan dagangan oleh swasta sehingga rakyat tidak terpenuhi hajat hidupnya. Hal itu juga mulai merambah di sektor jasa seperti bidang pendidikan, kesehatan dan transportasi yang mulai dimonopoli asing, sehingga semakin kurang layanan terhadap rakyat atau warga Negara yang seharusnya dijamin kebutuhan pokoknya.

Kondisi demikian sudah melenceng jauh dari cita-cita awal pendirian bangsa ini. Oleh karena itu, penting bagi Nahdlatul Ulama untuk terus aktif memotori terjalinnya langkah-langkah konsolidasi-kebangsaan yang berorientasi pada penguatan dan pengukuhan kepentingan nasional serta berorientasi pada bertumpunya sendi-sendi perekonomian kepada kekuatan sendiri yang mampu menjamin bangsa Indonesia benar-benar berdaulat untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kontruksi konkretnya adalah meniscayakan wujudnya pembangunan Indonesia, yaitu pembangunan ekonomi yang mengajak dan melibatkan seluas-luasnya pelaku ekonomi dengan pelaku (fa’il) utamanya adalah rakyat Indonesia.Tidak seperti apa yang terjadi selama ini: pembangunan di Indonesia, yaitu pembangunan oleh siapa saja di Indonesia di

Page 27: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

24

mana investor asing diundang untuk menggarap ladang-ladang ekonomi di berbagai sektor baik pertanian, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain. Dan, syarat awal yang harus ditempuh adalah meluruskan kiblat pembangunan dengan kembali ke khittah ekonomi konstitusi.

b. Menyongsong Bonus Demografi

Keberlimpahan penduduk usia kerja pada masa mendatang ini diharapkan mampu menjadi berkah pembangunan, karena dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Pada gilirannya, diharapkan keberlimpahan usia produktif ini berimbas pada meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun demikian, bonus demografi ini akan berdampak positif jika ditopang oleh beberapa faktor, antara lain:

Ketersedian lapangan kerja.

Sampai saat ini, fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum inklusif dan belum padat karya. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya ketimpangan distribusi kesejahteraan baik pada tingkat individu, antarwilayah, dan antarsektor ekonomi. Gini rasio naik, dari 0,32 pada 2004 menjadi 0,413 pada 2013. Pembangunan juga masih memusat di Jawa dan Sumatera. Dua pulau tersebut menyumbang 81% PDB nasional meninggalkan pulau-pulau yang lain. Pembangunan ditopang bukan oleh sektor penghasil barang yang padat karya (tradable), tetapi oleh sektor jasa dan keuangan yang padat modal (nontradable).

Sektor pertanian, lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbesar (sekitar 38 juta orang) terus terpuruk, hanya tumbuh 3,54% pada 2013, jauh tertinggal dari pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi (10,19%), sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan (7,56%), dan sektor konstruksi (6,57%).

Akibat dari pembangunan yang belum inklusif ini, desa dan pertanian yang menjadi basis Nahdliyin tetap menjadi sarang kemiskinan! Semakin banyak keluarga tani yang meninggalkan profesinya. Pada 2003, jumlah keluarga tani masih 31 juta, tetapi kemudian turun menjadi 26 juta pada 2013. Dari jumlah yang sudah menyusut itu, dua pertiganya adalah petani gurem, yang menguasai kurang dari 0,2 hektar/KK.Dalam sepulauh tahun terakhir, jumlah rumah tangga tani yang hilang mencapai 5 juta keluarga akibat penyusutan lahan, hancurnya infrastruktur pertanian, dan minimnya hubungan pertanian dengan kesejahteraan.

Daya saing SDM yang kokoh, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Bonus demografi akan menjadi berkah pembangunan jika didukung oleh ketersediaan SDM yang berkualitas. Faktanya, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih belum mendekati harapan. HDI Indonesia berada di urutan 111 dari 182 negara di dunia, dan urutan 6 dari 10 negara ASEAN di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura.

Tingkat HDI ini terbukti dari belum kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri. Sektor domestik alias pembantu masih menjadi pilihan bagi

Page 28: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

25

para TKI di luar negeri. Sementara di dalam negeri, peluang kerja dan posisi strategis didominasi oleh tenaga kerja asing.

Permasalah pembangunan SDM ini harus segera diselesaikan, yaitu dengan cara memperbaiki kualitas modal manusia: mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan atas teknologi. Dalam jangka pendek, solusi yang bisa ditempuh adalah dengan peningkatan keterampilan kepada usia-produktif, utamanya dalam kerangka melahirkan individu-individu yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja baru. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu membuat kebijakan proteksi agar aset-aset negara tidak dikuasai oleh para tenaga kerja asing.

c. Membangun Ekonomi Kerakyatan (Koperasi)

Indonesia adalah negara kaya raya yang memiliki sumber daya alam begitu melimpah. Fatalnya, kekayaan alam ini belum bisa dimanfaatkan secara baik dan benar untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kiblat ekonomi liberal yang selama ini dianut oleh pemerintah telah terbukti tidak berhasil mengantarkan pemerataan kesejahteraan rakyat. Alih-alih, yang terjadi adalah kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi yang kian menajam, terkurasnya sumber daya alam, serta kerusakan lingkungan.

Nahdlatul Ulama berkepentingan untuk mengembalikan mazhab ekonomi kepada rumusan awal para Founding Fathers sebagaimana telah dituangkan di dalam Pasal 33 UUD 1945: [1] Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. [2] Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. [3] Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kontruksi konkretnya adalah pemihakan negara pada sentra-sentra ekonomi rakyat yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Sebagaimana dilengkapi oleh Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, peran negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut: (1) mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (4) memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak; (5) memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

d. Permodalan Ekonomi Rakyat

Berdasar data Koperasi dan SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan) di tahun 2013, pegiat ekonomi mikro di Indonesia mencapai 98,78 persen dengan omset 300 juta pertahun atau 25 juta per bulan. Jumlah yang besar ini memerlukan pemihakan yang lebih substantif dan berjangka panjang karena berdampak langsung pada pemerataan kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya, pemihakan ekonomi rakyat harus berorientasi pada perubahan struktural, yaitu dengan cara memperkuat posisi dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional. Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ketergantungan ke kemandirian. Perubahan struktural ini mensyarakatkan langkat-langkah dasar yang

Page 29: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

26

meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan teknologi, dan pemberdayaan sumber daya manusia.

Langkah-langkah dasar tersebut meliputi: pertama, memberi peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi. Yang paling mendasar adalah akses pada permodalan untuk investasi dan untuk kerja.Untuk mempermudah akses pelaku ekonomi kerakyatan terhadap lembaga keuangan, maka perlu dibentuk lembaga permodalan yang spesifik untuk penguatan ekonomi kerakyatan.

Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat; ketiga, meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia; keempat, kebijaksanaan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar; kelima, kebijaksanaan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal wirausaha baru, yang nantinya akan berkembang menjadi wirausaha kecil dan saling menunjang; keenam, pemerataan pembangunan antar daerah.

4.1.4. Pendidikan

Dewasa ini potret kualitas dan hasil pendidikan nasional kita semakin buram dan memprihatinkan. Pertama, sampai pada tahun 2014, pendidikan kita masih mengakibatkan tingginya prilaku korupsi. Hal ini karena pembentukan karakter tidak menjadi mainstream dalam sistem pendidikan kita. Di negeri ini, hampir seluruhnya koruptor adalah kaum terdidik. Kedua, menurut data BPS pada semester akhir tahun 2013, pendidikan kita telah menghasilkan 7 juta pengangguran terdidik. Ketiga, pendidikan kita juga menghasilkan sebanyak + 6.5 juta jiwa TKI untuk bekerja di sektor informal dan nonformal di luar negeri. Keempat, pendidikan kita tidak mampu mendorong generasi muda untuk berpikir pertanian dan kelautan sebagai sektor strategis pembangunan. Ini adalah akibat dari orientasi pendidikan yang salah arah, tidak selaras dengan visi ketahanan pangan nasional. Akibatnya, saat ini jumlah lahan pertanian yang dikelola masyarakat mengalami penyusutan ekstrim. Kelima, pendidikan kita ikut mendorong terjadinya tingkat kesenjangan yang tinggi antara penduduk miskin dan kaya.

Keenam, sampai sejauh ini pendidikan kita juga masih mengalami kegagalan dalam menanamkan penghayatan norma pada diri peserta didik. Akhir-akhir ini, kita disuguhi oleh pemberitaan pelanggaran hukum dan norma, baik agama maupun susila yang dilakukan oleh para peserta didik. Kekerasan remaja, kasus norkoba, bahkan pergaulan bebas juga menjamur di kalangan anak didik kita. Ketujuh, pendidikan kita tak mampu membendung kemerosotan kesetiakawanan antarwarga bangsa dan mengentalnya budaya instan. Kedelapan, di banyak tempat lembaga pendidikan telah berfungsi sebagai tempat pengkaderan gerakan Islam garis keras yang mengancam kohesititas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Atas dasar itu, dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia melalui bidang pendidikan, UNU Indonesia melihat ada beberapa isu strategis:

1. Kesenjangan Mutu Pendidikan

Problem terbesar pendidikan di Indonesia saat ini adalah kesenjangan mutu. Satuan pendidikan yang berada di perkotaan memiliki infrastruktur yang lebih baik (bermutu) di

Page 30: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

27

banding satuan pendidikan yang ada di pedesaan/daerah. Begitupula dengan satuan pendidikan swasta, kebanyakan kondisinya rata-rata masih di bawah satuan pendidikan negeri. Kesenjangan mutu pendidikan ini mengakibatkan terjadinya tindak diskriminasi yang dialami peserta didik di pedesaan dan di satuan pendidikan swasta. Akibatnya daya saing sumberdaya manusia Indonesia tidak merata. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa program pembangunan dan peningkatan sumberdaya manusia Indonesia belum terlalu efektif menjangkau daerah pedesaan. Disparitas pembangunan antara desa dan kota masih sangat kentara. Fenomena urbanisasi pemuda desa ke kota (urban area) menjadi bukti dispartas pembangunan tersebut.

2. Peluang Bonus Demografi

Pada kurun tahun 2010-2035, Indonesia telah diprediksi akan menikmati bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (kaum muda) jauh lebih banyak dibanding usia non produktif (>57 tahun). Artinya rasio ketergantungan penduduk Indoensia mengalami penurunan. McKinsey Global Institutute (September, 2012) memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada tahun 2030 dengan memanfaatkan keuntungan bonus demografi. Dengan catatan kondisi tersebut harus ditopang dengan sumberdaya manusia Indonesia yang handal dan berdaya saing tinggi. Terlebih, pada saat itu mayoritas negara-negara di Eropa, Amerika, dan sebagian Asia mengalami kondisi sebaliknya. Beberapa Negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand terlebih dahulu menikmati bonus demografi dan berhasil memperoleh keuntungan ekonomis dengan memanfaatkan menurunnya rasio ketergantungan tersebut.

3. Tantangan MEA dan HDI SDM Indonesia

Pada Desember 2015 ini Indonesia akan menerapkan secara penuh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015 ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya dengan berpijak pada 4 pilar MEA, yaitu: a) terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal; b) kawasan berdaya saing tinggi; c) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan d) integrasi dengan perekonomian dunia.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar, penerapan MEA ini merupakan peluang sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia. Jika elemen bangsa Indonesia siap bersaing di tingkat regional, maka bukan tidak mungkin diaspora bangsa Indonesia akan massif di Negara-negara Asean. Namun begitupula sebaliknya. Jika kita mengacu pada data Human Development Index (HDI) Indonesia yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2014, maka diketahui bahwa HDI Indonesia berada di peringkat 108 dari 187 negara, atau masuk kategori mediun human development, kalah bersaing dengan SDM dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand yang masuk kategori high human development. Bahkan, masih berdasarkan data yang sama, posisi SDM Indonesia berada 99 tingkat di bawah Singapura yang kualitas SDM-nya masuk kategori very high human development (peringkat 9).

Dengan demikian, maka kualitas sumberdaya manudia Indonesia pada saat MEA dilaksanakan masih tertinggal dengan beberapa Negara tetangga di ASEAN tersebut. Hal ini berpotensi menjadikan Indonesia sekedar sebagai pemasok bahan baku bagi industrialisasi

Page 31: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

28

di kawasan ASEAN. Bahkan, di tengah kondisi bonus demografi, justeru Indonesia akan kebanjiran aliran tenaga kerja asing (TKA) yang menggerus keberadaan dan keterlibatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam persaingan dalam negeri dan luar negeri. Untuk itu diperlukan program strategis yang memprioritaskan upaya peningkatan sumberdaya manusia Indonesia.

4. Ancaman Paham Radikal Keagamaan

Dewasa ini, perkembangan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam di Indonesia semakin massif. Bahkan beberapa lembaga pendidikan terindikasi sudah terinfiltrasi dan menjadi tempat persemaian paham tersebut. Hal ini menyadarkan kita bahwa sasaran dari gerakan Islam radikal tidak lagi hanya menyasar pada kalangan mahasiswa di perguruan tinggi, tapi juga sudah massif menyasar kalangan siswa yang notabene berada di pendidikan dasar dan menengah.

Keberadaan gerakan Islam radikal yang berorientasi mewujudkan Negara Syariat Islam ini merupakan ancaman nyata bagi keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Bahkan juga menjadi ancaman bagi kemajemukan bangsa Indonesia yang selama ini menjadi pondasi kestabilan sosial dan budaya di kalangan bangsa Indonesia. Dengan demikian maka perlu dilakukan upaya revitalisasi lembaga pendidikan sebagai penangkal gerakan radikal yang mengatasnamakan agama.

Bertolak dari 4 (empat) isu strategis di atas, UNU Indonesia memandang perlunya bangsa Indonesia membangun agenda dan program prioritas:

Peningkatan akses pendidikan perguruan tinggi. Program prioritas pertama yang dilaksanakan adalah meningkatkan akses calon-calon mahasiswa yang berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama, terutama pada satuan pendidikan yang berada di pedesaan. Orientasi pengembangan kapasitas perguruan tinggi berpijak pada kondisi mutakhir yang berkembang baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Modernisasi Pengelolaan Pendidikan. Perluasan akses harus dibarengi dengan peningkatan mutu pengelolaan melalui upaya proses modernisasi prngelolaan di lingkungan pendidikan Nahdlatul Ulama, terutama yang berada di daerah pedesaan. Program pengembangan kapasitas dan modernisasi satuan pendidikan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai kegiatan, seperti: pelatihan, pendidikan, pendampingan, dan kegiatan pemberdayaan lain yang relevan.

Peningkatan Layanan Pendidikan yang Bermutu. Tujuan program ini adalah memberikan pelayanan pendidikan bermutu yang bisa diakses semua masyarakat. Program ini dicapai melalui program peningkatan mutu melalui penjaminan mutu, menciptakan system informasi manajemen terpadu berbasis teknologi. Hal ini memudahkan peserta didik dan masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam proses pengelolaan satuan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Penguatan Pendidikan karakter Awaja dan Ke-NU-an. Program ini diarahkan untuk memperkuat karakter peserta didik berhaluan ahlissunnah wal jamaah yang dijiwai nilai-nilai dasar NU. Pendidikan karakter Aswaja dan Ke NUan dilakukan melalui proses transformasi dan internalisasi, tidak sekedar pengajaran tentang Aswaja dank e-NU an. Pelaksanaannya disusun dalam kerangka sistem pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an

Page 32: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

29

mencakup sub sistem pengembangan kurikulum, proses, tenaga pendidik dan evaluasi serta supervisinya.

Pengembangan Infrastruktur. Upaya ini diharapkan akan mewujudkan satuan pendidikan yang ditopang dengan infrastruktur memadai untuk mencetak sumberdaya manusia yang berdaya saing regional maupun internasional . Untuk itu dalam program ini ada 3 (tiga) kegiatan pokok yang perlu dilaksanakan, yaitu: 1. Pemetaan infrastruktur seluruh satuan pendidikan yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama; 2. Menentukan skala prioritas daerah dan satuan pendidikan yang akan digarap terlebih dahulu; dan 3. Melaksanakan treatment dalam bentuk advokasi kebijakan atau pendanaan bagi satuan pendidikan untuk meningkatkan daya saing satuan pendidikan.

Peningkatan Daya Saing Regional. Prioritas keempat program strategis pendidikan Nahdlatul Ulama adalah penyetaraan kompetensi sumberdaya manusia dengan bangsa-bangsa lain, khususnya di tingkat regional ASEAN, dan umumnya di tingkat internasional (global). Program ini dilaksanakan dalam bentuk penguatan keunggulan local berbasis budaya local agar mampu diangkat di kancah internasional. Yaitu keunggulan berupa prestasi internasional namun tetap mengakar dalam budaya local. Melalui program ini diharapkan peserta didik yang dihasilkan memiliki kebanggaan dan kompetensi yang relevan dan unggul di tingkat internasional.

4.1.5. Budaya dan Politik

a. Kearifan Lokal yang Tergerus

Kebudayaan Nusantara sedang terkena gelombang ‘tsunami’ arus budaya global yang masuk melalui pintu keterbukaan informasi. Daya serap masyarakat terhadap budaya global ini cenderung lebih cepat, dibanding dengan budaya lokal. Buktinya, adanya perubahan gaya hidup yang dipengaruhi penggunaan teknologi informasi. Satu misal, budaya silaturrahim yang biasanya dilakukan melalui bertatap muka, kini posisinya digantikan melalui teknologi media sosial, seperti whatsapp, facebook, twitter, dan sejenisnya.

Hal lain yang juga hengkang dari realitas di lingkungan kita adalah budaya gotong royong. Dulu, budaya ini mengakar kuat dalam tradisi Nusantara. Sekarang hanya tinggal kenangan, sebab masyarakat sibuk dengan ambisi individualismenya masing-masing, dan mengukur segalanya dengan upah. Di desa, dewasa ini sangat sulit menemukan budaya gotong royong yang dilakukan oleh warga. Padahal, budaya gotong royong dahulu begitu akrab didengar di perdesaan.

b. Budaya Pragmatisme Politik

Budaya politik nasional kita terperosok dalam dekapan kapitalis birokrat yang lahir dari rahim-rahim pragmatisme tanpa martabat dan idealisme. Hal demikian membuat publik miris untuk berpikir tentang masa depan Republik ini.

Program kerja, janji, dan gagasan yang diucapkan ketika hendak menjadi wakil rakyat selalu saja diingkari setelah mereka duduk di birokrasi pemerintahan. Semua yang digembar-gemborkan dalam kampanye, menjadi kata tanpa laku. Orientasi kebijakan mereka pun selalu saja berbeda jauh dengan apa yang telah diidealkan. Keberadaan politisi

Page 33: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

30

dalam struktur pemerintahan dewasa ini cenderung selalu menempatkan diri di atas masyarakat. Mereka juga sering merasa lebih penting menjadi abdi negara dan kekuasaan, daripada menjadi pelayan atau abdi rakyat. Posisi birokrasi acap kali tidak membumi, dan malah menjauh dari realitas keseharian masyarakat. Hal itulah, yang telah membuat praktik birokrasi hanya melahirkan kesewenangan, elitisme, apatisme, dan antikerakyatan. Hal lain, praktek politik uang para kandidat selama pemilu dan pilkada, sampai praktik jual beli keputusan pemimpin, seperti dalam jaringan para calo anggaran, menunjukkan kenyataan vulgar bahwa politik kita merosot menjadi barang dagang dalam pasar kuasa.

Praktik-praktik kenegaraan direduksi menjadi praktik-praktik personal demi kepentingan personal pula. Mewabahlah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Saling curiga merajalela, hilanglah persaudaraan kebangsaan. Tiada kepastian hukum, etika bernegara dan berbangsa ambruk. Rakyat pun krisis kepercayaan terhadap negara, partai politik, dan lembaga-lembaga publik.

Ini mengakibatkan ongkos politik sangat mahal. Namun, biaya politik yang jauh lebih mahal dan merusak adalah perilaku para elite yang melakukan praktik transaksi kepentingan dan korupsi politik. Ekstraksi kekayaan negara untuk kepentingan politik direguk dengan berbagai cara, misalnya dana rumah aspirasi, dana sosialisasi, dan sebagainya.

c. Lemahnya Penegakan Hukum

Di tengah situasi seperti itu, penegakan hukum yang diharapkan dapat menjadi penyelamat, malah menjadi tanda tanya besar. Institusi penting penegak hukum negara ini, yaitu antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Negara Republik Indonesia tampak tidak harmonis, bahkan keduanya saling serang. Dukungan publik pun terbelah, ada yang dukung KPK dan ada pula yang dukung Kepolisian. Jika dibiarkan, ini berpotensi meluluhlantakkan marwah penegak dan penegakan hukum itu sendiri.

Selain mengalami masalah pada profesionalisme dan integritas, penegakan hukum di Indonesia juga dikenal superlelet. Jalur yang rumit, disertai syarat-syarat birokratis yang panjang, menciptakan situasi yang tidak kondusif bagi program penegakan hukum yang efisien dan efektif. Jika dirunut secara kronologis, penyebab lambannya program penegakan hukum, khususnya pada konteks pemberantasan kasus korupsi, terletak pada hampir semua jajaran institusi penegak hukum, dari pengadilan hingga jaksa, menjadi eksekutor.

Satu hal yang menggambarkan lambannya hukum bekerja dapat dilihat dalam kasus di mana banyak koruptor telah divonis bersalah oleh pengadilan, tetapi mereka tidak mendekam di penjara gara-gara gagalnya jaksa melakukan eksekusi putusan pengadilan. Padahal eksekusi putusan pengadilan merupakan bagian tak terpisahkan dari rangkaian proses penegakan hukum yang pelaksanaannya bersifat wajib. Andai aparat penegak hukum lalai melaksanakan kewajiban eksekusi, mereka bisa dianggap telah melawan hukum karena mengabaikan perintah undang-undang.

4.1.6. Kehidupan Beragama-Berbangsa

Merebaknya paham keagamaan transnasional di Indonesia sangat meresahkan masyarakat. Kelompok ekstrimis ada yang secara terang-terangan menolak Pancasila dan NKRI, ada pula yang menuduh kelompok keagamaan lain dengan tuduhan sesat, bid’ah, kurafat,

Page 34: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

31

syirik dan kafir. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi keharmonisan kehidupan beragama dan berbangsa.

Pada zaman orde baru, ideologi ekstrimis sulit masuk dan berkembang di Indonesia, karena Pemerintah di bawah Soeharto sangat refresif terhadap munculnya paham-paham yang dianggap dapat mengganggu stabilitas Negara. Pasca jatuhnya rezim Soeharto pada 1988, berganti era reformasi, paham ekstrimisme mendapatkan angin segar dan bisa leluasa masuk di Indonesia. Kehadiran kelompok-kelompok radikal ini sangat meresahkan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.

4.2. Internasional

4.2.1. Konflik Internasional

Pergesaran politik dunia akibat gelombang globalisasi memberi dampak besar bagi dunia Islam. Arab Spring (musim semi radikalisme) yang lebih tepat disebut sebagai Arab disarter (bencana Arab) yang digerakkan kelompok Islam radikal, menimpa hampir semua Negara Timur Tengah maupun Asia Tengah, yang berakibat tergusurnya kekuatan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, mulai dari Libiya, Sudan, Mesir, Tunisia, Yaman, Lebanon, Irak dan Syiria. Demikin juga kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan seperti Afghanistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Gelombang itu juga merambah ke kawasan Asia Selatan seperti Pakistan dan Bangladesh termasuk India. Kekuatau ideologi salafi Wahabi, Ikhwanul Muslimin, termasuk ISIS mulai medominasi kawasan itu, sehingga negeri itu diwarnai dengan berbagai ketegangan, kekerasan yang berujung pada peperangan. Sebaliknya kelompok Ahlussunah wal Jamaah yang selama ini berperan sebagai penjaga keseimbangan di kawasan itu semakin terpinggirkan, sehingga tidak bisa mengambil peran. Hanya Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia yang cukup kokoh, karena diorganisai secara ketat dan rapi dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Kekuatan ini tidak hanya berhasil menjaga Aswaja, tetapi juga berhasil menjaga stabilitas sosila dan politik di kawasan Asia Tenggara.

4.2.2. Gerakan Lintas-Batas Negara

Semakin berkembangnya gerakan lintas-batas negara (transnational movement) yang membawa, mengatasnamakan dan/atau membajak nama Islam hakekatnya adalah suatu petualangan politik praktis tanpa strategi. Hakekatnya kelompok ini adalah gerakan sempalan (splinter groups) yang lepas dan terpisah dari arus utama ummat (mainstream/aamatul ummah). Gerakan sempalan ini memiliki karakteristik ajaran yang ekstrim keras (tathorruf), berlebih-lebihan (ghuluw), tertutup, dan intoleran. Gerakan ini menuntut monoloyalitas penuh, hijrah dan memisahkan diri secara sosial, mengafirkan orang diluar kelompoknya (takfiri), dan mendistorsi makna jihad menjadi semata perang dan membunuh (qotl/qital). Gerakan ekstrimis transnasional ini memiliki agenda politik pragmatis, sempit, dan tanpa strategi masa depan. Bahkan gerakan yang sering membawa nama Islam ini justeru sering merugikan perjuangan umat dan mencemarkan nama baik Islam secara keseluruhan.

Page 35: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

32

4.2.3. Meningkatnya Propaganda Anti-Aswaja

Pada beberapa tahun terakhir, propaganda anti Aswaja melalui fitnah insinuatif yang tidak benar dan menyesatkan semakin menguat. Fitnah dan tuduhan ini terus meningkat dan berkembang melalui berbagai media. Fitnah dan tuduhan itu mulai dari tingkat ajaran (akidah, syariah, dan tasawuf) dan kebudayaan. Pada tingkat ajaran, fitnah dan tuduhan bahwa Aswaja an-Nahdliyah adalah faham yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan kaum Nahdliyyin sebagai ahli bid`ah yang sesat dan menyesatkan (ahlu zaighi wal bida` dan dhollun mudhillun). Pada tingkat kebudayaan, tuduhannya bahwa kaum nahdliyin adalah tradisional yang belum mendapat sentuhan modern, simbol kemunduran, dan tidak dapat mendorong kemajuan. Fitnah dan tuduhan ini ditebarkan melalui berbagai media dengan sumber yang beraneka ragam.

Dilihat dari kacamata kehidupan keagamaan, kemasyarakatan maupun kebangsaan, propaganda ini sangat meresahkan, berpeluang merusak kohesivitas sosial dan memporakporandakan sendi-sendi bangunan kemasyarakatan dan kebangsaan Indonesia.

Page 36: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

33

BAB 5

PROFIL UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

5.1. Sejarah UNU Indonesia

Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia resmi mendapat izin operasional pada tanggal 18 Juni 2015, bertepatan dengan 1 Ramadlan 1436 Hijriyah. Sebelum mendapatkan izin, UNU Indonesia telah melalui proses persiapan selama 3 tahun hingga akhirnya pada Hari Kamis, 4 Juni 2015 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia melakukan visitasi ke kampus UNU Indonesia di Jalan Taman Amir Hamzah No. 5 Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam visitasi yang dipimpin oleh Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, MSEE., Ph.D itu, Tim Visitasi melakukan peninjauan terhadap 3 hal: Kesiapan fasilitas belajar, Sistem administrasi dan keuangan, dan Kesiapan pengajar. Seluruh fasilitas belajar yang meliputi ruang kelas, ruang dosen, media belajar, perpustakaan, dan sarana penunjang seperti ruang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ditinjau. Sistem administrasi yang akan diterapkan dan kalkulasi keuangan dalam 5 tahun ke depan juga diperiksa. Calon dosen juga diperhatikan secara serius oleh Tim Visitasi. Setiap calon dosen yang namanya sudah diserahkan kepada tim diwawancarai satu per satu. Data akademik yang sudah masuk pun diverifikasi secara detail.

Sebagai hasil dari proses panjang persiapan, pada tanggal 18 Juni 2015 Kemenristekdiksi memutuskan UNU Indonesia telah siap beroperasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Izin Pendirian UNU Indonesia. Surat izin ini menjadi akhir dari proses persiapan dan menjadi awal ijtihad dari Badan Pelaksana Penyelenggara Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (BP3TNU), dosen, staf, dan seluruh pihak yang terlibat di dalam UNU Indonesia.

Pasca terbitnya surat izin, BP3TNU langsung melakukan rapat-rapat untuk mempersiapkan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Dalam proses ini, UNU Indonesia telah menerapkan management yang baik dan berkualitas, langkah kerja cepat dengan prinsip kebersamaan dalam tim, serta output yang terukur. Sistem ini diberlakukan dengan sungguh-sungguh karena kesadaran bahwa awal proses yang baik Insya Allah akan melahirkan hasil yang baik pula

5.2. Kebijakan Dasar UNU Indonesia

UNU Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi yang berada di bawah payung hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama. Universitas membawa mandat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menyiapkan manusia yang berkepribadian Indonesia, sehat secara jasmani dan rohani, sehat intelektual dan sehat secara sosial agar bisa mengoptimalkan aktualisasi potensi, kecerdasan dan ketrampilan maupun profesinya masing-masing baik untuk berkhidmat kepada NU, maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan landasan berpikir, bersikap dan bertindak serta cita-cita pembentukan umat terbaik.

Page 37: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

34

Landasan berpikir dan bertindak Nahdlatul Ulama yang dimaksud adalah tawasuth dan i’tidal (moderat dan teguh), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar, dalam kerangka menjaga harkat dan martabat kemanusiaan dan menopang kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah dapat tercapai. Adapun cita-cita pembentukan umat terbaik yang dimaksud adalah suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas membangun peradaban di muka bumi dalam kerangka terwujudnya tata kehidupan yang diridlai Allah SWT sesuai dengan landasan berpikir dan bertindak diatas serta cita-cita NU.

Cita-cita NU yang dimaksud adalah menjadi Jam’iyah diniyah Islamiyah ijtima’iyah yang memperjuangkan tegaknya ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah, mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kemajuan Bangsa, kesejahteraan, keadilan dan kemandirian khususnya warga NU serta terciptanya rahmat bagi semesta, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. Dan cita-cita ini diraih melalui sistem tindakan yang operasional yang dilandasi prinsip-prinsip yang disebut “Mabadi Khairo Ummah”. Prinsip ini yang meliputi: As-Shidqu (Jujur), Al-Amanah wal-Wafa bil ‘Ahd (amanah dan menepati janji), Al-‘Adalah (bersikap adil), At-Ta’awun (gotong royong), dan Istiqamah (konsisten dan berkesinambungan).

Bertepatan dengan peresmian UNU Indonesia, mandat tersebut ditegaskan kembali oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr. Said Aqil Siradj, MA. bahwa “UNU Indonesia didedikasikan untuk anak bangsa yang mempunyai spirit maju dan berperan aktif membangun peradaban (syuhud tsaqafiy) melalui pengembangan ilmu pengetahuan (science) dan teknologi. Mencetak mahasiswa yang memiliki keimanan, ketakwaan, dan keilmuan yang tinggi adalah tujuan utama UNU Indonesia. Integrasi ketiganya adalah sebuah keniscayaan untuk melahirkan ilmuwan yang mampu menjawab tantangan zaman”. Ini berarti UNU Indonesia dituntut mempunyai kesadaran masa depan (future consciousness) untuk ikut serta membangun peradaban bangsa melalui pengembangan sains dan teknologi berbasis kearifan-spirtualitas.

Mandat PBNU tersebut sangat sejalan dengan amanat UUD 1945 yang bersama pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dijabarkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Pendidikan Nasional berfungsi “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Adapun tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sisdiknas tersebut adalah: (1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka

Page 38: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

35

mewujudkan masyarakat belajar; (3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (4) Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan dan pengelolanya sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan (5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5.3. Visi Universitas

Dalam melaksanakan mandat serta mengemban tugas dan fungsi menyelenggarakan pendidikan tinggi, UNU Indonesia merumuskan visinya sebagai berikut:

“Menjadi Universitas Unggul Berkarakter Aswaja”.

Pernyataan visi tersebut dapat diterjemahkan maksudnya sebagai berikut:

Unggul yang dimaksud adalah kelebihan yang dimilikinya baik secara komparatif maupun kompetitif dalam hubungannya dengan proses pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri dalam maknanya yang bersifat holistik. Universitas mengejar standar tinggi secara intelektual, emosional, fisik, social dan spiritual, yang terkoneksi dengan kepedulian terhadap sustainibilitas kehidupan komunitas, kehidupan planet/bumi dan alam semesta. Keunggulan dapat dinilai dari kualitas penyelenggaraan pendidikan, kualitas proses pembelajaran, kualitas aktivitas penelitian dan pengabdian serta dampak semua itu bagi kehidupan masyarakat.

Aswaja kependekan dari Ahlussunnah Waljamaah adalah manhajul fikr yang melandasi cara berpikir dan bertindak yang bersifat tawasuth (moderat) dan i’tidal (teguh), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar dalam kerangka menjaga harkat dan martabat kemanusiaan dan menopang kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah dapat tercapai. Aswaja juga memberikan panduan tindakan yang akan mengantarkan pada terbentuknya peradaban di muka bumi dalam kerangka terwujudnya tata kehidupan yang diridlai Allah SWT sesuai dengan landasan berpikir dan bertindak diatas serta cita-cita NU. Panduan tersebut berupa “Mabadi Khairi Ummah” yang meliputi prinsip-prinsip: as-Shidqu (Jujur), Al-Amanah wal-Wafa bil ‘Ahd (amanah dan menepati janji), Al-‘Adalah (bersikap adil), At-Ta’awun (gotong royong), dan Istiqamah (konsisten dan berkesinambungan).

5.4. Misi Universitas

Dalam rangka menjalankan visi di atas, maka Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNU Indonesia) bertekad mewujudkan misi-misi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan berdedikasi;

2. Menyelenggarakan penelitian/riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3. Mengembangkan integrasi keilmuan berbasis aswaja;

4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia;

Page 39: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

36

5. Menyelenggarakan pengelolaan UNU Indonesia yang amanah dan profesional;

6. Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi;

7. Mengembangkan nilai Aswaja dalam tataran akademik dan praksis di lingkungan kampus;

8. Mengembangkan Islam Nusantara sebagai peradaban Indonesia dan dunia.

5.5. Tujuan Universitas

Misi-misi Universitas di atas ditujukan untuk mencapai hal-hal berikut:

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif;

2. Terselenggaranya pendidikan yang bermutu yang dapat diakses oleh semua kalangan;

3. Terwujudnya penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Menghasilkan produk ilmu pengetahuan dan karya penelitian yang berbasis moral dan etika;

5. Terwujudnya kajian yang komprehensif dan mendalam dalam pengembangan integrasi keilmuan;

6. Menghasilkan sumbangsih pemikiran nyata dalam rangka mewujudkan integrasi keilmuan berbasis Aswaja;

7. Terwujudnya program pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada peningkatan wawasan dan kesejahtraan manusia;

8. Terciptanya relevansi antara kebutuhan masyarakat dengan program pendidikan dan penelitian yang kembangkan UNU Indonesia;

9. Terwujudnya tatanan masyarakat yang sejahtra, adil, dan demokratis pada masyarakat binaan;

10. Terwujudnya pengelolaan UNU Indonesia yang amanah sesuai dengan visi dan misi yang dirumuskan;

11. Terwujudnya pengelolaan UNU Indonesia yang professional sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK);

12. Terwujudnya kerjasama yang sinergis dengan pemerintah, pihak swasta, dalam dan luas negeri;

13. Terwujudnya kerjasama program pertukaran peajar dan dosen, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan perguruan tinggi lain di dalam dan luar negeri;

14. Terwujudnya kurikulum sesuai dengan karakteristik keilmuan tertentu yang berbasis pada nilai Aswaja;

15. Terimplementasikannya nilai Aswaja dalam tataran akademik dan praktis sivitas Akademika UNU Indonesia;

Page 40: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

37

16. Terwujudnya kajian yang intensif tentang Islam Nusantara sebagai identitas Islam Indonesia;

17. Terdesiminasikannya gagasan Islam Nusantara ke manca negara sebagai sumbangsih UNU Indonesia untuk peradaban dunia.

5.6. Nilai-Nilai Dasar Universitas

UNU Indonesia menyadari bahwa misi Universitas dapat diwujudkan bila dipandu oleh tata-nilai yang mendukungnya. Tata nilai ini adalah dasar sekaligus pemandu sikap dan perilaku seluruh sivitas akademika dalam menjalankan tugas untuk menjalankan Tridharma. Tata-nilai penyelenggaraan pendidikan UNU Indonesia meliputi:

1. Berpegang pada Aswaja : Kita memegangi tradisi Islam Ahlussunnah wal-Jamaah yang memandang keyakinan iman, akal-budi, dan intuisi sebagai sumberdaya yang saling melengkapi dalam mencari kebenaran, mendapatkan kearifan, dan pembangunan manusia secara otentik.

2. Holisme : Kita adalah tim yang kompak dan amanah. Kita saling percaya, bekerja sama, memiliki keterkaitan lintas-disiplin yang berbeda. Kami meyakini bahwa belajar adalah proses memanusiakan, aktivitas sosial, dan kerja kebudayaan ketimbang sekadar kompetisi.

3. Keunggulan : Kita mengejar keunggulan. Kita memahami pentingnya berpikir kritis, disiplin dan tanggung jawab. Kita memberlakukan standar tinggi secara intelektual, emosional, sosial dan spiritual dalam aktivitas pengajaran, ilmu pengetahuan, ekspresi kreatif dan pelayanan kepada komunitas.

4. Keberanian : Kita memiliki karakter dan keyakinan yang kuat untuk melakukan apa yang benar dan mengambil keputusan demi keadilan sosial. Kita berani mempertanyakan gagasan, membangkitkan cara berpikir baru, meninggalkan yang tak berguna, jujur dan berintegritas, bersikap adil dan fair, fokus pada pencapaian keunggulan, dan bertindak profesional.

5. Rendah hati : Kita menghormati perbedaan dan kebhinnekaan serta menghargai martabat kemanusiaan. Dengan spirit kerendahan hati, kita menghargai kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual, serta berpikiran terbuka, saling memberdayakan dan membimbing mahasiswa untuk menyadari kepenuhan potensi mereka.

6. Inovasi : Kita tahu bahwa tanpa risiko, tidak ada inovasi. Kita selalu mencari cara-cara kreatif dan baru dalam mendekati dan memecahkan masalah. Kita menciptakan, menggunakan, mengevaluasi dan menyebarkan pendekatan mutakhir untuk mencapai misi dan visi kita.

7. Optimisme : Optimisme adalah filosofi hidup. Kita tahu bahwa tiada kesuksesan tanpa tantangan. Kita yakin dapat mengatasi aneka tantangan dan dapat menggapai impian masa depan dengan keberanian, inovasi, kreativitas dan keterbukaan.

Page 41: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

38

8. Dampak : Kita bertanggung jawab dalam menjalankan misi Universitas untuk menciptakan, berkomunikasi dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan masyarakat demi generasi masa depan. Kita memberi pencerahan dan inspirasi kepada mahasiswa dan masyarakat agar mampu memberdayakan diri dan masyarakat lain sebagai warga yang setara, merdeka dan bertanggung jawab.

9. Visioner : Kita adalah pewaris sah peradaban dunia. Melalui upaya transformasi diri dan transformasi sosial, kita menciptakan peradaban masa depan yang lebih manusiawi, lebih berkeadilan dan berprikehidupan yang berkelanjutan.

Page 42: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

39

BAB 6

ARAH PENGEMBANGAN UNU INDONESIA 10 TAHUN MENDATANG

Penyusunan arah pengembangan (road map) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia periode 2015-2025 dilakukan dengan mempertimbangkan aneka faktor. Sebagai institusi pendidikan, UNU adalah bagian tak terpisahkan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Karena itu dalam menentukan arah pengembangannya, Universitas mengacu pada landasan filosofis dan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional, serta stratategi pembangunan pendidikan nasional, berikut visi, misi, tujuan serta rencana strategis Kemenristekdikti. Sementara itu sebagai perguruan tinggi swasta dalam payung hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU), Universitas mengacu pada visi, misi dan tujuan NU, serta rencana strategis NU dalam bidang pendidikan.

Selain factor-faktor diatas, perhitungan juga diberikan kepada peluang dan tantangan eksternal serta kekuatan dan kelemahan UNU Indonesia sendiri. Dengan memperhatikan semua itu, UNU Indonesia berkomitmen untuk menangkap semua peluang sambil tetap mengantisipasi segala tantangan yang ada. Dengan modal dasar yang dimilikinya baik berupa dukungan Sumber Daya Manusia yang visioner dan Sumber Daya Sosiokultural yang kuat, serta infrastruktur dan jaringan nasional maupun internasional, UNU Indonesia yakin dapat mewujudkan visinya.

6.1. Strategi Umum Pengembangan

UNU Indonesia memerlukan strategi yang tepat dan memadai guna menjamin pencapaian visi 2025. Strategi ini menjadi kebijakan yang menjiwai dan diterjemahkan secara operasional baik dalam Rencana Strategis (Renstra) lima tahunan maupun Rencana Operasional (Renop) tahunan. Strategi umum tersebut meliputi:

1. Internalisasi visi, misi dan tujuan Universitas, serta manajemen pendidikan dan pengetahuan yang berkelanjutan.

2. Penguatan kelembagaan serta penyelenggaraan manajemen dan administrasi dengan memegang prinsip tata-kelola yang baik untuk mencapai organisasi yang sehat dan berpelayanan prima dan amanah berdasarkan pada prinsip ketersediaan, keterjangkauan, kualitas sekaligus relevansi, kesetaraan, dan kepastian.

3. Membangun keunggulan dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat berbasis nilai-nilai Universitas.

4. Pemanfaatan sumber daya secara optimal, efektif, dan efisien.

5. Optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

6. Merekrut sumberdaya manusia yang potensial, berkomitmen, berdedikasi tinggi, berintegritas, dan sevisi.

Page 43: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

40

7. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional baik dengan sesama lembaga pendidikan, riset, dan industri maupun lembaga lain yang relevan

8. Penghargaan dan peningkatan kesejahteraan sehingga mampu mengembangkan kinerja secara profesional

9. Penyertaan masyarakat dalam pembiayaan.

Sembilan pokok di atas akan menjadi strategi umum UNU Indonesia dalam mewujudkan visi tahun 2025. Kendati demikian dalam tiap periode pengembangan masih dimungkinkan pengutamaan bagian-bagian tertentu dari kesembilan strategi umum tersebut berdasarkan kondisi dan capaian yang telah ada.

6.2. Arah Pengembangan

Berdasarkan kajian terhadap kondisi internal dan eksternal yang dimilikinya, UNU Indonesia perlu membangun, mengembangkan dan meneguhkan posisinya guna meraih keunggulan. Untuk itu harus segera dilakukan pembenahan-pembenahan terhadap kondisi yang ada saat ini. Secara umum arah pengembangan dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

(1) Meneguhkan posisi UNU Indonesia sebagai sebuah Universitas Pembelajaran Berpendekatan Holistik, yang dilanjutkan dengan Universitas Pembelajaran yang Unggul Berpendekatan Holistik.

(2) Meneguhkan posisi baru sebagai Universitas Riset Berpendekatan Holistik, dan dilanjutkan dengan Universitas Riset yang Unggul Berpendekatan Holistik.

Dalam setiap tahap pengembangan tersebut akan ditekankan pada penggalian keunikan lokal yang menjadi keunggulan UNU Indonesia. Sementara itu, Universitas Riset secara umum didefinisikan sebagai universitas yang menjalankan kegiatan pendidikan dan penelitian dengan porsi yang hampir sama pentingnya (Judson King dalam Dodi Andika dkk, 2006). Lebih lanjut disebutkan bahwa pencapaian status sebagai research university akan ditandai oleh beberapa karakteristik sebagai berikut: (a) Dosen maupun mahasiswa terlibat secara aktif dalam penelitian; (b) Hasil penelitian digunakan untuk pengayaan perkuliahan dan pengembangan ilmu pengetahuan; (c) Pelaksanaan penelitian dikomunikasikan baik melalui forum diskusi atau seminar yang dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran dalam perbaikan pelaksanaan penelitian; (d) Semua atau sebagian penelitian harus dipublikasikan di jurnal internasional; (e) Pendanaan penelitian diperoleh dari berbagai sumber, baik dari universitas yang bersangkutan, pemerintah maupun swasta.

Beberapa persiapan yang diperlukan untuk mewujudkan research universitas adalah: (a) Organisasi dan manajemen: perlu dipersiapkan berbagai perangkat, termasuk semua perangkat (aspek) legalitas; (b) Atmosfir penelitian: baik dosen maupun mahasiswa perlu dikenalkan dengan seluk beluk penelitian; (c) Peran mahasiswa: kegiatan penelitian menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar; (d) Peran dosen: aturan harus dibuat jelas sehingga kegiatan penelitian tidak mengganggu proses belajar mengajar atau kegiatan akademis lainnya; (e) Faktor pendukung: perlu adanya dukungan, baik dukungan kebijakan pimpinan maupun dukungan fasilitas (laboratorium dan peralatan); (f) Dana penelitian: pimpinan harus memiliki inisiatif mencari berbagai alternatif sumber dana penelitian.

Page 44: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

41

Dengan pendekatan holistic dimaksudkan lulusan UNU Indonesia menguasai dengan baik bidang ilmu tertentu beserta keunikan lokalnya, dengan pendekatan sistem-keseluruhan, kemampuan menformulasikan problem secara kontekstual, kemampuan berkomunikasi lintas-disiplin, dan keinginan belajar sepanjang hayat di bidang yang dikuasainya dalam dunia yang kompleks dan berubah cepat (Domenico Grasso dan Melody Brown Burkins, 2010)

6.2.1. Pengembangan Tahap I (Periode 2015 – 2020)

Selama periode 2015-2020, pengembangan diarahkan untuk “Menjadi Universitas Pembelajaran Berbasis-Pendekatan Holistik”. Diharapkan pada akhir tahap ini UNU Indonesia telah memenuhi standar nasional sebagai universitas pembelajaran (teaching and learning university) dengan pendekatan holistik. Kondisi ini tercermin di dalam kurikulum, ketrampilan dan budaya akademik serta sarana dan prasarana fisik. Diharapkan juga citra ini terbangun luas di kalangan pemangku kepentingan.

Prioritas pengembangan difokuskan kepada:

1. Penataan kelembagaan organisasi dan sistem manajemen internal serta sumber daya manusia (SDM) sehingga diperoleh organisasi yang sehat yang didukung oleh SDM yang berkualitas dan professional dalam semua kegiatan Tridarma dan manajemen.

2. Penetapan standar mutu Universitas dalam manajemen pengetahuan dan kependidikan.

3. Penjaminan dan peningkatan mutu pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi sehingga mampu berkompetisi dengan universitas-universitas dalam negeri;

4. Penelitian holistik yang bersifat eksploratif (terutama riset eksplorasi khazanah pengetahuan nusantara yang terkoneksi dengan sains modern) maupun riset pengembangan (misalnya bidang teknologi tepat guna).

5. Pemanfaatan dan pengoptimalan teknologi informasi dan komunikasi dalam semua kegiatan Tridharma dan manajemen;

6. Pengembangan budaya organisasi untuk penyelenggaraan kegiatan Tridharma yang terbaik kepada para pemangku kepentingan;

7. Pemanfaatan secara optimal aset-aset yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Tridharma;

8. Peningkatan lingkungan akademis yang kreatif, nyaman, terbuka, setara jender, dan dinamis yang kondusif dan mendukung kegiatan belajar-mengajar;

9. Penyusunan Rencana Jangka Panjang (25 tahunan) dan Rencana Strategis (5 tahunan) arah pengembangan Universitas;

10. Peningkatan kualitas pengabdian kepada masyarakat.

Page 45: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

42

6.2.2. Pengembangan Tahap II (Periode 2020 – 2025)

Semua strategi yang ditetapkan dalam periode 2015-2019 diasumsikan telah berjalan dengan baik, antara lain: jaminan mutu pendidikan yang unggul, sumber daya manusia profesional, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, riset dan pengabdian kepada masyarakat dengan pendekatan holistik secara tepat dan relevan, dengan ditunjang oleh keteraturan manajemen.

Pada periode 2020-2025, Universitas dikembangkan “Menjadi Universitas Pembelajaran yang Unggul Berbasis-Pendekatan Holistik”. Sebagai universitas pembelajaran yang unggul, maka keunggulan UNU Indonesia didasarkan pada keunikan baik dalam pendekatan holistik dalam pembelajaran maupun karakteristik lokalnya. Oleh karena itu perhatian terutama harus diarahkan pada kompetensi dan keunggulan kelembagaan serta terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak. Prioritas pengembangan dalam periode ini adalah:

1. Penyediaan atmosfir yang mendukung pelaksanaan pembelajaran yang unggul, dengan dukungan prasarana dan sarana, dana, sistem, maupun sumberdaya manusia yang lebih berkualitas

2. Memperkuat bencmark UNU Indonesia sebagai universitas yang menerapkan pendidikan dan pembelajaran dengan pendekatan holistik dengan memberlakukan kurikulum, metode pengajaran, dan kultur akademik yang khas.

3. Penyelenggaraan kegiatan riset mengenai sistem pengetahuan lokal dan teknologi yang terintegrasi sebagai kegiatan tri dharma dan secara substansial mampu meningkatkan value bagi universitas, sivitas akademika dan komunitas:

a. Proses kegiatannya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran; b. Luarannya dapat menghasilkan produk inovatif yang mampu turut serta

menyelesaikan permasalahan masyarakat; c. Laporan hasil penelitiannya menjadi daya tarik para pemangku kepentingan

untuk melakukan kerjasama penelitian dengan Unpad; d. Produknya dapat menjadi sumber penghasil dana (income generating) bagi

universitas; e. Luarannya dapat meningkatkan citra universitas

4. Menarik perhatian/minat nasional tentang bagaimana solusi teknis dan basis ilmiahnya yang luas dapat dipadukan dengan kebutuhan nyata dan kepemimpinan. Sedemikian rupa sehingga mahasiswa mendapatkan pembelajaran yang lebih istimewa.

5. Penerapan sistem pelayanan dan manajemen internal yang semakin terintegrasi, efektif dan efisien;

6. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam semua kegiatan Tridharma serta sistem pelayanan dan manajemen secara efektif dan efisien;

7. Peningkatan kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga penelitian, dunia bisnis dan industri di dalam dan luar negeri (Misalnya universitas-universitas di Tiongkok, India dan Amerika Latin).

Page 46: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

43

BAB 7

PENUTUP

Rencana Induk Pengembangan merupakan dasar panduan bagi UNU Indonesia dalam menjalankan fungsi, tugas serta tanggung jawab membangun bangsa Indonesia. Dokumen ini menjadi sarana bagi Universitas untuk meningkatkan peran institusi sekaligus mengukur kemajuannya dalam menjalankan misi mewujudkan visinya.

Page 47: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

44

DAFTAR PUSTAKA

Buroway, Michael, “The Public University – A Battleground for Real Utopia”. Unpublished manuscript, 2012. Link: http://burawoy.berkeley.edu/Universities/The%20Public%20University%20as%20Real%20utopia.pdf. Diakses pada tanggal 20/12/2015

Chittick, William C. The Essential Seyyed Hossein Nasr. WorldWisdom, 2007

Etzkowitz, H. The Triple Helix: University-Industry-Government Innovation In Action. London: Routledge, 2008.

Grasso, Domenico dan Brown Burkins. Melody, Holistic Engineering Education: Beyond Technology. London: Springer, 2010

Hicking-Hudson, Anne, “Scholar-Activism for a New World: The Future of the Caribbean University”, dalam Sohail Inayatullah, Jennifer Gidley (eds.) The University in Transformation. Westport, Conn.: Bergin & Garvey, 2000

Lombardo, Thomas, “Integrative, Holistic Wisdom-Based Futures Education”, dalam WorldFuture 2011: Moving from Vision to Action (Ed.Cynthia Wagner). Bethesda, Maryland: World Future Society, 2011

Milojevic, Ivana, “The Crisis of University: Feminist Altenatives for the 21th Century and beyond”, dalam Sohail Inayatullah, Jennifer Gidley (eds.), The University in Transformation. Westport, Conn. : Bergin & Garvey, 2000

Miller, John P [et.al.], Holistic learning and spirituality in education : breaking new ground, State University of New York Press, 2005

Nandika, D., Soekartawi, Noor, RR., Wiryawan, K.G., dan Muladno. Universitas, Riset Dan Daya Saing Bangsa. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2006

Eckersleç, Richard “The West’s Deepening Cultural Crisis:’ The Futurist (1993): 8-20

Spies, Philip, “University traditions and the challenge of global transformation”, dalam Sohail Inayatullah, Jennifer Gidley (eds.) The University in Transformation. Westport, Conn.: Bergin & Garvey, 2000

Wallerstein, I, Open to the Social Sciences. Report of the Gulbenkian Commision on Restructuring the Social Sciences. Stanford University Press, 1996

Rockefeller, Steven. “The Earth Charter at 15: A Spiritual Lens on Sustainability: An Interview with Steven Rockefeller”. December 2015. Link: http://www.greattransition.org/publication/the-earth-charter-at-15. Diakses pada tanggal 20/12/2015

Undang-Undang dan Peraturan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 48: UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIAunuindonesia.ac.id/__pub/files32006RIP UNUSIA.pdf · antisipatif dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia di masa depan. ... menguatnya peran

45

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019