UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …
Transcript of UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
Institusi/Konsorsium
STRATEGI KEBIJAKAN BUMDES :
BOTTOM-UP of ECONOMIC DEVELOPMENT MODEL
(STUDI KASUS KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA)
Tahun 1 dari Rencana 2 Tahun
Dibiayai Oleh :
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
No. 331/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018TIM PENELITI :
Dr. PRAWIDYA HARIANI, SE, M.Si (NIDN. 0124037107)
Dra. LAILAN SAFINA HASIBUAN, M.Si (NIDN. 0012026606)
ELIZAR SINAMBELA, SE, M.Si (NIDN. 0104037401)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2018
1
Kode / Nama Rumpun : 561/Ekonomi Pembangunan
Bidang Fokus : X- Sosial Humaniora, Seni Budaya
2
RINGKASAN
Pembangunan Ekonomi dari daerah pinggiran merupakan implmentasi dari konseppemerataan pembangunan yang didukung oleh kebijakan Pembangunan Ekonomi dari daerahpedesaan (rural region). Melalui Permendagri No 39 tahun 2010 tentang Pemerintah daerahdalam hal ini Pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) diIndonesia. Kebijakan ini menjadi fokus pemerintahan Jokowi-JK untuk memanfaatkannya agarprogram pemerintah pusat dapat didukung oleh pemerintah daerah dengan mendirikn BUMDESyang dapat menggerakkan ekonomi pedesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatdesa.
Kabupaten Deli Serdang sebagai lumbung pangan Provinsi Sumatera Utara danpenggerak Ekonomi pedesaan khususnya untuk tanaman pangan, holtikultura dan perikananmenjadi potensi ekonomi yang luar biasa dapat dikembangkan sebagai mesin penggerakpertumbuhan ekonomi di kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara. Sektor pertanian diwilayah ini bahkan sudah memiliki keterkaitan dengan sektor industry manufaktur yangkntribusinya cukup besar juga dalam PDRB Kabupaten Deli Serdang. Salah satu wilayahkecamatan yang cukup banyak perubahan adalah Kecamatan Beringin yang tidak jauh lokasinyamenuju Bandara Internasional Kualanamu, tapi sektor pertaniannya masih cukup memiliki dayasaing (competitiveness) di Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kondisi existing BUMDes di Desa se-Kecamatan Beringin, 2) Kontribusi BUMDes terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) dan 3)Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kontribusi BUMDes terhadap PADes. Penelitimenggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan Metode LQ(location Quotient) dan AHP (Analysis Hirarchi Process). Sedangkan Fokus Utama penelitianini berupa Pembuatan Kajian Akademik tentang Potensi pendirian BUMDes pada wilayah desadi Kecamatan Beringin. Kemudian dilanjutkan dengan bagaimana pengelolaan BUMDessehingga memiliki prospek kesinambungan dalam pembangunan ekonomi (suistanabilitydevelopment) di wilayah tersebut.
Waktu penelitian ini direncanakan selama 2 tahun dari 2018-2019, dimana aktivitas yangdilakukan pada awal tahun penelitian ini akan mengumpulan data sekunder baik untukKabupaten Deli Serdang bahkan Kecamatan Beringin yang telah dipublikasikan. Kemudian akanmelakukan wawancara terstruktur dengan pelaku ekonomi di pedesaan termasuk kelompok tanisehingga dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya dilapangan. Maka kehadiran BUMDesdapat menjadi motor penggerak ekonomi desa pada jangka panjang.
Key words : Kebijakan BUMDES, Economic Development, Rural region
3
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi kesempatan pada
kami Tim Peneliti untuk bisa menyelesaikan Penelitian Strategis Nasional dengan segemntasi
institusi pada tahun pertama yakni 2018. Penelitian ini diajukan untuk mencoba melakukan
implemetasi dan evaluasi dalam bentuk pengajuan proposal untuk Skema Kompetitif Nasional
dari Penelitian Strategis Nasional (PSN) untuk skala institusi pada tahun 2017. Kemudian
seiring dengan perubahan kebijakan dengan menerbitkan Buku XII tentang Pedoman Penelitian
dan Pengabdian yang diterbitkan oleh Kemenristek Dikti Tahun 2018, maka peneltian ini yakni
PPT berubah menjadi Penelitian Kompettitif Nasional. Penelitian ini didanai oleh Direktorat
Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor :
331/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018
Banyak kesulitan yang kami lakukan ketika mengumpulkan data di lapangan dengan
mewawancarai penduduk baik yang menjadi petani maupun pedagang ataupun profesi yang lain,
tapi banyak yang belum mengetahui tentang adanya BUMDes dan dapat mendukung produksi
pertanian yang masyarakat hasilkan, khususnya penduduk yang berada di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Keterbatasan waktu dan biaya serta kondisi cuaaca
dimana perjalanan untuk pengambilan data di lapangan bulan Juli dan Agustus 2018 agak
terhambat. Jadwal untuk turun kelapangan menjadi banyak tertunda, termasuk penerimaan dana
yang cukup lambat kami terima pada tahun 2018, yakni pada saat seminggu menjelang Hari
Raya Idhul Fitri tahun 2018 , sehingga untuk membuat Laporan kemajuan menjadi sangat
singkat sampai dengan melakukan tabulasi data. Kondisi ini masih didorong juga oleh
SIMLITABMAS yang banyak mengalami perubahan dan gangguan dalam koneksi. Namun
kesulitan-kesulitan baru sedikit dapat diatasi dengan melibatkan mahasiswa sebagai surveyor
sekaligus melakukan implementasi penelitian dalam kegiatan yang lebih nyata. Tapi Kegiatan
FGD dengan Pemerintahan Kecamatan Beringin baru dapat dilaksanakan pada Oktober 2018.
Dengan kesungguhan dan ketekunan yang tinggi baik Tim Peneliti bersama dengan mahasiswa
sebagai surveyor, maka kami dapat menyelesaikan aktivitas dengan porsi 70% pada tahun
pertama sekaligus membuat laporan kemajuan dari penelitian ini. Semoga pada tahun-tahun
4
berikutnya kami dapat mengerjakannya sesuai dengan skedul dan memiliki hasil yang lebih
opimal.
Semoga apa yang telah kami lakukan dapat memberi kontribusi bagi ilmu pengetahuan
dan dunia riset akademik, walaupun apa yang telah saya lakukan hanyalah sebutir pasir ditengah
lautan. Terimaksih juga kepada Direktorat Jendral Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementrian
Riset dan Pendidikan Tinggi yang telah mendukung Tim peneliti secara finansial dalam bentuk
pemberian berupa pemenang Kompetitif Nasional untuk Penelitian Strategis Nasional (PSN)
tahun 2018. Akhirnya kami ucapkan banyak terimakasih atas dukungan semua pihak dalam
penyelesaiannya. Semoga Allah SWT dapat melancarkan semua usaha yang kita lalukan di
dunia. Amiin ya rabbal’alamiin.
Medan, 15 Nopember 2018
Tim Peneliti
DAFTAR ISI
5
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL………………………………………………………….5
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… 6
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… 7
RINGKASAN PENELITIAN..................................................................... vi
PRAKATA……………………………………………………………….... 1
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 8
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………...... 8
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. . 12
1.3 Tujuan Umum dan Luaran Peneltian....................................... 12
1.3.1. Tujuan Umum Penelitian……………………………... 12
1.3.2. Luaran Penelitian…………………………………….. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
2.1 Basic Theory of Economic Development………………………12.2 Konsep Otonomi Daerah……………………………………….2.3 Otonomi Desa D(OTDes)………………………………………. 42.4 Kelembagaan Ekonomi………………………………………..2.4.1. Definisi kelembagaan........................................................… 52.4.2. Kelembagaan Desa…………………………………………2.5 Indikator Kemajuan Ekonomi Masyarakat………………….2.6 Pengertian BUMDes……………………………………………2.6.1. Perbedaan BUMDes dengan Kelembagaan Ekonomi…….2.6.2. Maksud dan Tujuan pendirian BUMDes…………………..2.7 Jenis-jenis Usaha BUMDes…………………………………..2.8 Penelitian Terdahulu…………………………………………..2.9 Fishbone Penelitian……………………………………………2.10 Roadmap Penelitian…………………………………………
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………. . 24
3.1. Tujuan Khusus Penelitian……………................................... 24
3.2. Manfaat/Urgensi Penelitian………………………………… 24
6
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................... 11
4.1.................................................................................................. Pendekatan danFokus Penelitian………………………….
4.2.................................................................................................. Lokasi danwaktu…………………………………………….
4.3..................................................................................................Jenis dan SumberData……………………………………….
4.4..................................................................................................Tehnik PengumpulanData........................................................................................... 12
4.5..................................................................................................Prosedur Analisis................................................................................................. 13
4.6..................................................................................................Bagan Penelitian................................................................................................. 13
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI................................. 30
5.1. Pemetaan Sebelum Erupsi Sinabung……………………….. 30
5.1.1. Gambaran Geografis Kabupaten Karo………………… 30
5.1.2. Sungai…………………………………………………. 31
5.1.3. Gunung………………………………………………… 32
5.1.4. Danau………………………………………………….. 32
5.2. Pemetaan Pasca Erupsi Sinabung……………………………. 33
5.2.1. Perkembangan Demografi (Penduduk) Kabupaten Karo 33
5.2.2. Distribusi Penduduk per Kecamatan Sebelum dan setelah
Erupsi Sinabung……………………………………….. 34
5.3. Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Karo…………………. 36
5.3.1. Nilai PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha………….. 36
5.3.2. Pertumbuhan PDRB berdasarkan Lapangan Usaha….. 37
5.3.3. Kontribusi Sektoral dari PDRB………………………. 39
5.4. Kondisi Fisik Pasca Erupsi Gunung Sinabung………………. 40
5.4.1. Kondisi Gunung Sinabung Masa Erupsi………………. 40
5.4.2. Pemetaan Wilayah Kecamatan dan Desa yang
terkena Erupsi Sinabung………………......................... 44
5.5. Relokasi Pemukiman Penduduk yang telah Mengungsi
Karena Erupsi Sinabung …………........................................ 45
7
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................. 49
6.1. Tahapan Pengembangan Ekonomi Pariwisata...................... 49
6.2. Bagan tahapan tahun ke-2 .................................................... 50
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………... 52
7.1. Kesimpulan ............................................................................ 52
7.2. Saran ...................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. . 55
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 56
8
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi yang dijalankan daerah saat ini masih
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal tersebut
disebabkan karena pola pengembangan ekonomi daerah yang sedang dan telah dilaksanakan oleh
daerah terkesan kurang sistematik dan tidk sesuai dengan potensi ekonomi yang dimilikinya.
Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya potensi ekonomi daerah
dan berakibat rendahnya daya saing (competitiveness) ekonomi di daerah tersebut. Rendahnya
daya saing ekonomi daerah pada akhirnya menyebabkan timbulnya ketimpangan dalam kativitas
ekonomi dan ketidakmerataan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Konsekuensi dari implementasi otonomi daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk
mampu menggali dan mengembangkan potensi ekonominya secara mandiri. Pengembangan
potensi ekonomi ini diharapkan dapat memperkecil rentang ketimpangan pembangunan antar
daerah secara bertahap. Oleh karena itu, salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan
daerah adalah kemampuan masing-masing daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan
potensi ekonomi yang ada secara optimal.
Dalam rangka peningkatan roda perekonomian daerah agar berhasil dan berdaya guna,
maka perlu diupayakan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui pengembangan sektor
ekonomi unggulan daerah. Dimana proses ini dilakukan melalui identifikasi dan pemetaan
potensi sektor ekonomi unggulan yang ada di daerah sebagai proses pemanfaatan dan
pengembangan sumberdaya lokal serta optimalisasi potensi ekonomi yang ada di daerah. Pola
peningkatan dan pemerataan pembangunan ekonomi harus dilakukan dari pinggiran, dengan kata
lain pembangunan dari wilayah pedesaan menjadi target utama dalam mencapai pemerataan
pembangunan ekonomi di seluruh Indonesia.
Sebagai suatu strategi pembangunan daerah, pengembangan potensi ekonomi melalui
sektor ekonomi unggulan dinilai mempunyai kelebihan karena daerah yang menerapkan pola
pembangunan ini relatif lebih mandiri dalam pengembangan ekonominya. Sektor ekonomi
unggulan tersebut merupakan sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif
9
dengan produk sektor sejenis dari daerah lain dan memberi nilai manfaat yang besar, memiliki
multiplier effect terhadap perekonomian serta memiliki permintaan yang tinggi pada pasar lokal
maupun ekspor.
Selain mengolah potensi ekonomi yang potensial tersebut menjadi ekonomi riil maka
harus dikembangkan pendirian Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut BUMDes) yang
menjadi penggerak ekonomi di wilayah desa. Kebijakan BUMDes ini sebagai implementasi dari
Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah pusat. Strategi pembangunan ekonomi
(economic development strategic) yang dijalankan oleh pemerintah Jokowi-JK adalah dengan
motto “Pembangunan dari Pinggiran dengan melakukan implementasi one billion one
village selama kurun waktu 2016-2017. Maka pencapaian dari pemerataan pembangunan
ekonomi dapat terealisasi dalam kurun waktu 5 tahun. Dengan adanya BUMDes diharapkan
produk barang yang dihasilkan dapat memenuhi pasar lokal di wilayah Deli Serdang dan
Provinsi Sumatera Utara, bahkan dapat menembus pasar internasional alias berorientasi ekspor.
Secara administratif Kabupaten Deli Serdang yang ber-ibukotakan Lubuk Pakam
memiliki 22 kecamatan yang terdiri dari 380 desa dan 14 kelurahan. Pada umumnya wilayah
kecamatannya didominasi wilayah pedesaan (rural), dan sebahagian kecil lainnya, seperti
kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah kota Medan cenderung menjadi wilayah
perkotaan (urban) ataupun sub-perkotaan (sub-urban). Masing-masing kecamatan memiliki 3
karakteristik topografi daerah yakni kecamatan yang berada di wilayah pesisir pantai terdapat 4
kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan,dan Pantai Labu), sedangkan
untuk wilayah dataran rendah terdapat 11 kecamatan (Sunggal, Pancur Batu, Namorambe,
Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar
Merbau,dan Galang), dan wilayah dataran tinggi ada 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit,
Biru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun Purba). Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Lumbung Pangan Nasional di
wilayah barat Indonesia dan luar pulau Jawa. Kemudian Pemerintah provinsi Sumatera Utara
menetapkan Kabupaten Deli Serdang sebagai Lumbung Pangan Daerah SUMUT. Maka
keunggulan sektor pertanian menjadi fokus utama yang harus dikembangkan di wilayah ini.
Kecamatan Beringin masuk pada kategori wilayah dataran rendah dengan keunggulan di sektor
10
pertanian tanaman pangan, perkebunan besar, perkebunan rakyat, peternakan, industri,
perdagangan dan perikanan darat.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang umumnya merupakan dataran rendah yang sebagian
besar merupakan wilayah yang subur, suhu udara relatif tinggi. Kegiatan di wilayah Mebidangro
umumnya heterogen, dengan kawasan perkotaan dengan proporsi relatif besar dibanding
kawasan lain di Sumatera Utara dan dengan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini sesuai
untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama perkebunan dan tanaman
pangan. Potensi sumber daya alam kawasan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo)
cukup melimpah, diantaranya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan
pariwisata. Potensi Pertanian di Kawasan Mebidangro bagian Selatan diantaranya adalah sayuran
dan buah-buahan yang sebagian besar telah dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar
negeri maupun provinsi lain. Di bagian Tengah kawasan, luas areal perkebunan relatif luas
dengan jenis komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Potensi
perikanan laut Selat Malaka (bagian Utara dan Timur Laut kawasan) sebagian besar sudah
dimanfaatkan. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1-1Jumlah Desa dan Kelurahan tiap Kecamatan serta Nama Ibukota Kecamatan
dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
11
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2015.
1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan permasalahan yang
ditentukan sebagai berikut :1. Bagaimana perkembangan dan efektivitas penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD)
dalam perkembangan Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang pada umumnya dan
Kecamatan Beringin pada khususnya.2. Bagaimana perkembangan sektor ekonomi unggulan pedesaan yang menjadi penggerak
ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3. Kurang efektifnya perencanaan, penggunaan, pertanggungjawaban dan akuntabilitas
keuangan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4. Bagaimana Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan
BUMDes di Kecamatan Beringin1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut :
12
1) Melakukan analisis dan evaluasi dari penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) selama
2 tahun terakhir baik untuk Kabupaten Deli Serdang secara sampling, khususnya di
Kecamatan Beringin.2) Melakukan kajian dan pemetaan dari sektor Ekonomi Unggulan Pedesaan sebagai
penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3) Membuat pelatihan Manajemen dan Laporan Keuangan E-budgeting pada
Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4) Membuat Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan
BUMDes di Kecamatan Beringin yang menjadi Daerah Percontohan di Propinsi
Sumatera Utara.1.3.2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan yang telah dikemukakan maka manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini sebagai berikut :1) Bagi Pemerintah Kecamatan; Membuat Kajian Akademis dalam menentukan
strategi perkembangan pembangunan ekonomi pada wilayah kecamatan Beringin
khususnya sebagai wilayah pinggiran untuk mendorong pemerataan ekonomi.2) Bagi Pemerintah Kabupaten; Membuat Rule Model yang efisien dan efektif dalam
implementasi kebijakan ADD dalam membantu pendirian BUMDes bagi
Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin serta Kabupaten Deli Serdang3) Bagi Akademisi; Mengembangkan ilmu Ekonomi dan Perencanaan pembangunan
yang mengutamakan konsep Bottom-up Development Model dan membantu target
pemerintah pusat ari Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut
1.4. Urgensi PenelitianUrgensi atau keutamaan dari penelitian ini adalah membuat rule model dalam mengatasi
masalah Model Kebijakan Pembangunan yang difokuskan pada daerah pinggiran dengan
Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dianggarkan pada APBN dengan kategori
Transfer Dana ke Daerah yang pada tahun 2017 telah mencapai Rp 60 Trilyun untuk seluruh
Indonesia. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang memperoleh Rp 4 Trilyun dengan rincian
setiap desa memperoleh dana sebesar Rp 720 Milyar (www.kemenkeu.go.id/apbn2017).
Indikator Capaian Penelitian
NO
JENIS LUARAN Indikator CapaianKategori Sub Kategori Waji Tambah TS TS+1
13
b an
1Artikel ilmiah dimuat
di jurnal 2)Internasional Bereputasi draft accept
Nasional Terakreditasi draft accept
2Artikel ilmiah dimuat
di prosiding 3)
Internasional Terindeks tidak ada terdaftar
Nasional terdaftar
Sudah dilaksanakan
3
Invited speaker dalamtemu ilmiah 4) Internasional
tidak ada Tidak ada
Nasional draft
4 Visiting Lecturer 5) Internasional tidak ada
5Hak KekayaanIntelektual 6)
Paten tidak ada
Paten Sederhana tidak ada
Hak Cipta tidak ada
Merk Dagang tidak ada
Rahasia Dagang tidak ada
Desain Produk Industri tidak ada
Indikasi Geografis tidak ada
Perlindungan varietas Tanaman
tidak ada
Perlindungan TopografiSirkuit terpadu
tidak ada
6 Teknologi Tepat Guna7) tidak ada
7Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa
Sosial8) tidak ada
8 Bahan Ajar9) draft 9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 5
14
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Basic Theory of Economic Development
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya
spesialisasi atau pembagian kerja. Pembagian kerja didasari oleh akumulasi capital yang berasal
dari dana tabungan dan luas pasar. Luas pasar berfungsi untuk menampung hasil produksi
sehingga dapat menembus perdagangan internasional. Pertumbuhan ekonomi mengalami
kenaikan dalam suatu periode maka akan bersifat komulatif. Artinya di pasar akan terjadi
akumulasi kapital, sehingga pembagian kerja akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Smith mengungkapkan dalam Todarao (2011), bahwa spesialisasi yang semakin besar
membutuhkan pasar yang semakin luas dan mendorong membuat alat-alat baru makin
bertambah. Jika sumberdaya Alam (natural resources) terbatas adanya, maka keuntungan justru
akan menurun karena berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang (law of
diminishing return). Pada tingkat inilah perkembangan ekonomi dapat mengalami penurunan.
Menurut Ricardo pada Todaro (2011); di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan
masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapital
adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka
selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk
akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh
merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital.
Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas
areal tanah yang disewakan.
Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus-menerus dan akumulasi
kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin
langka adanya. Akibatnya berlaku pula hukum tambahan hasil yang semakin berkurang.
Disamping itu juga ada persaingan diantara kapitalis-kapitalis itu sendiri dalam mengolah tanah
yang semakin kurang kesuburannya sehingga keuntungan mereka semakin menurun hingga pada
tingkat keuntungan yang normal saja.
2.2. Konsep Otonomi Daerah (OTDA)
Otonomi daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberi peluang bagi
warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreatifitas-nya. Dengan demikian,
15
otonomi daerah merupakan kebutuhan dalam era globalisasi dan reformasi. Tanpa otonomi
daerah, masyarakat akan mengalami kesulitan menempatkan diri sejajar dengan manusia-
manusia lain di berbagai Negara pada saat perdagangan bebas mulai berlaku, Soenyono dalam
Malarangeng (2001;05).
Selanjutnya, menurut Widjaja (2002;76) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri ber-dasarkan aspirasi masyarakat, yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan daerah otonom, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI.
Otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, Widjaja (2002;.07) menjelaskan bahwa pembangunan daerah sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah.
Implementasi dari kebijakan ini dapat dilihat dari perkembangan kenaikan anggaran dana APBN
Indonesia untuk 10 tahun terakhir pada bahagian pengeluaran Negara yakni Transfer dana ke
daerah, melalui DAU, DAK, DBH dan ADD.
2.3. Otonomi Desa (OTDes)
Dalam UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disinggung pula perihal
pemerintahan desa, yang kemudian secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
No.72 tahun 2005 tentang Desa sebagai salah satu aturan pelaksana dari UU No.32 tahun 2004.
Jadi, sebenarnya kini telah ada regulasi yang khusus mengatur desa, regulasi itu ada di tingkat
PP dan bukan UU. Definisi desa menurut PP No 72 tahun 2005 adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. PP itu juga memberikan kewenangan yang
cukup besar bagi kepala desa (Kades) dalam melaksanakan tugas sebagai Kepala Pemerintahan
Desa. Kewenangan-kewenangan bagi kepala desa tersebut adalah:
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan
bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
16
2) Mengajukan rancangan Peraturan Desa (Perdes).3) Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD5) Membina kehidupan masyarakat desa.6) Membina perekonomian desa.7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.8) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang undangan.9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945, bahwa dasar pemikiran
dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi
asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan, baik UU No.32
tahun 2004 maupun PP No. 72 tahun 2005 itu memang mengamanatkan adanya desentralisasi
kekuasaan bagi pemerintahan desa.
2.4. Kelembagaan Ekonomi
2.4.1. Definisi Kelembagaan
Menurut Erani, (2008; 33), kelembagaan diberi predikat sebagai kerangka hukum atau
hak-hak alamiah (natural rights) yang mengatur tindakan individu. Pada saat yang lain,
kelembagaan dimengerti sebagai apapun yang bernilai tambahan atau kritik terhadap ilmu
ekonomi klasik atau hedonik (hedonic economics). Bahkan, kelembagaan juga dimaknai sebagai
apapun yang berhubungan dengan “perilaku ekonomi” (economic behavior). Secara definitif,
kelembagaan bisa pula dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh
anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang
bisa diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar (external authority) Rutherford (1994)
dalam Erani (2008, h. 33).
2.4.2. Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa yang dimaksud adalah lembaga, pihak, atau institusi yang berada di
desa yang berasal dari unsur eksekutif, legislatif, dan masyarakat yang terlibat dalam
penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).
17
Kelembagaan desa yang dimaksud dalam penulisan ini adalah mengenai kelembagaan Ekonomi
dan Keuangan.
2.5. Indikator Kemajuan Ekonomi Masyarakat
Menurut Farida (2011:56-63) daerah dikatakan maju atau tidak ditinjau dari keadaan
ekonomi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kondisi perkembangan dan Kemajuan suatu
Daerah dapat dilihat dari beberapa indikator berikut seperti : Pendapatan Per Kapita, Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi, Kegiatan Perekonomian Utama, Ketersediaan Modal, Pemanfaatan
SDA, Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk, Tingkat Pengangguran, Keadaan Sosial
Budaya, dan Kemajuan Teknologi. Jadi terdapat 10 indikator yang menjadi standar dalam
menetapkan suatu daerah maju atau tidak.
2.6. Pengertian BUMDes
BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif
masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus
bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat
mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain,
bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk
mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan
pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).
Definisi BUMDes menurut Maryunani (2008:35), adalah lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa
dan membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi
desa. Jadi BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan
usaha dalam rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba.
2.6.1. Perbedaan BUMDes Dengan Lembaga Ekonomi Komersial
Menurut Maryunani (2008:51) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga
ekonomi komersial adalah sebagai berikut :
1) Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan
modal (saham atau andil);
18
2) Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama-sama;3) Dijalankan dengan berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan serta berakar
dari tata nilai yang berkembang dan hidup dimasyarakat (local wisdom);4) Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada pengembangan potensi desa secara umum
dan hasil informasi pasar yang menopang kehidupan ekonomi masyarakat;5) Tenaga kerja yang diberdayakan dalam BUMDes merupakan tenaga kerja potensial yang
ada di desa;6) Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan atau penyertaan modal;7) Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dilakukan melalui musyawarah desa8) Peraturan-peraturan BUMDes dijalankan sebagai kebijakan desa (village policy)9) Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;10) Pelaksanaan kegiatan BUMDes diawasi secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).
2.6.2. Maksud dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Menurut Purnomo (2004:17-18), maksud dan tujuan dari pembentukan BUMDes sebagai
berikut:
2.6.2.1 Maksud Pembentukan BUMDes antara lain:
1) Menumbuhkembangkan potensi perekonomian desa.2) Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Desa.3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi peruntukan hajat
hidup masyarakat desa, sepeti lapangan pekerjaan.4) Sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa (wirausaha).
2.6.2.2. Tujuan Pembentukan BUMDes
1) Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola sumber-sumber pendapatan
lain yang sah;2) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa;3) Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga kerja
masyarakat di desa;4) Meningkatkan kreatifitas berwirausaha bagi masyarakat desa yang berpenghasilan
rendah, sehingga dapat menurunkan arus urbanisasi ke perkotaan.
2.6.3. Peran BUMDes Terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Menurut Seyadi (2003:16) peranan BUMDes adalah sebagai berikut:
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi masyarakat Desa,
pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
19
2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan BUMDes sebagai pondasinya.4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa5) Membantu para masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.
2.7. Jenis-jenis Usaha BUMDes
Adapun jenis usaha dari BUMDes di Indonesia sebagai berikut :
1) Bisnis Sosial; yakni dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat.
Dengan kata lain memberi keuntungan sosial kepada warga, meskipun tidak
mendapatkan keuntunggan yang besar.
2) Bisnis Uang; yakni menjalankan bisnis uang yang memenuhi kebutuhan
keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga
uang yang didapatkan masyarakat desa dari para rentenir desa atau bank-bank
konvensional.
3) Bisnis Penyewaan; yakni menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani
kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh pendapatan
bagi pemerintah desa tersebut.
4) Lembaga Perantara; yakni “lembaga perantara” yang menghubungkan
komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan
menjual produk mereka ke pasar. Biasanya BUM Des menjual jasa pelayanan
kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.
5) Trading/perdagangan; yakni menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau
berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
maupun dipasarkan pada sekala pasar yang lebih luas.
6) Usaha Bersama; yakni sebagai ”usaha bersama”, atau sebagai induk dari
unit-unit usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri
20
sendiri-sendiri ini, diatur dan ditata sinerginya oleh BUM Des agar tumbuh
usaha bersama.
Meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan persaingan itu sendiri. Ini berarti
perlakuan-perlakukan khusus harus ditinggalkan. Proteksi perlu ditiadakan segera ataupun
bertahap. Pengembangan produk yang sukses adalah yang berorientasi pasar, ini berarti
pemerintah daerah perlu mendorong pengusaha untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan
efisiensi teknis dan ekonomis. Peraturan perdagangan internasional harus diperkenalkan dan
diterapkan. Perlu ada upaya terencana agar setiap pejabat pemerinah daerah mengerti peraturan-
peraturan perdagangan internasional ini, untuk dapat mendorong pengusaha-pengusaha daerah
menjadi pemain-pemain yang tangguh dalam perdagangan bebas, baik pada lingkup daerah,
nasional maupun internasional.
2.8. Penelitian Terdahulu
Anggraini (2016); Dampak BUMDes terhadap kesejahteraan masyarakt desa di
Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan
BUMDes tidak membawa perubahan di bidang ekonomi dan social, dan kurang signifikan bagi
peningkatan kesejahteraan warga secara langsung, Permasalahan yang muncul terkait BUMDes
adalah akses masyarakat terhadap air dan akses masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan di
BUMDes.
Ramadana, Ribawanto, Suwondo (2016); Keberadaan BUMDES sebagai Penguatan
Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Hasil
penelitian bahwa keberadaan BUMDes sudah sesuai dengan PERDA Kabupaten Malang yang
diatur oleh desa dengan peraturan desa mengenai BUMDes. Akan tetapi semua bidang usaha
BUMDes yang ada tidak berjalan dan tidak dapat menyokong pendapatan desa. Sehingga
eksistensi dari BUMDes hanya sebatas papan nama saja.
Samadi, Rahman, Afrizal (2016); Peranan BUMDes dalam Peningkatan Ekonomi
Masyarakat, khususnya masyarakat pengguna dana BUMDes di Desa Pekan Tebih Kecamatan
Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu. Hasil penelitian, diperoleh peningkatan perekonomian
hanya terjadi pada pengguna dana BUMDes dibidang perdagangan gorengan, perdagangan
barang pecah belah, perdagangan kelontong, perkebunan kelapa sawit dan bidang jasa lain.
Namun pada perkebunan karet belum terjadi peningkatan perekonomiannya.
21
Agus Subroto (2009); Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa kasus pada desa di Wilayah
Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung tahun 2008. Penelitian fokus pada penerapan
prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan ADD dengan tujuan mendeskripsikan akuntabilitas
pengelolaan ADD. Penelitian ini dilakukan karena Tim Pelaksana ADD dalam
menyelenggarakan administrasi keuangannya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil
penelitian menemukan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD, sudah
menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan seperti dalam
pertanggungjawaban dilihat secara fisik. Namun dari sisi administrasi masih diperlukan adanya
pembinaan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Kendala utamanya
adalah belum efektifnya pembinaan aparat pemerintahan desa dan kompetensi sumberdaya
manusia, sehingga masih memerlukan pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah secara
berkelanjutan.
Kurniawan (2014); Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Di Desa
Sukowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Penelitian fokus pada penerapan
akuntabilitas pengelolaan ADD tahun 2014. Informan terpilih yakni sekretaris desa dan ketua
Karang Taruna Desa Sukowilangun dianggap mewakili unit penelitian dalam pengelolaan ADD.
Hasil penelitian bahwa perencanaan ADD di desa Sukowilangun secara bertahap sudah
melaksanakan konsep pembangunan partisipatif masyarakat desa dibuktikan dengan penerapan
prinsip partisipatif, transparasi dalam rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa
melalui forum Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Masalah utama
pertanggungjawaban adalah belum efektifnya pembinaan aparat pemerintahan desa dan
kompetensi SDM yang ada, sehingga masih memerlukan pendampingan dari luar (eksternal)
aparat Pemerintah Daerah secara berkelanjutan.
2.8. Fishbone Research
22
2.8. Road Map Penelitian
23
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah ditetapkan dari penelitian ini, maka akan
diformulasikan lebih jauh tentang tujuan baik secara umum mapuun secara khusus dari penelitian
ini beserta bahagian dari manfaat dan urgensi yang dapat dikemukakan dari penelitian dengan
basis bencana alam. Adapaun tujuan dan manfaat yang akan diuraikan lebih mendalam pada
bahagian ini, sehingga penelitian memberikani manfaat bagi daerah dan masyarakatnya.
3.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian
24
3.1.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut :1) Melakukan analisis dan evaluasi dari penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) selama 2
tahun terakhir baik untuk Kabupaten Deli Serdang secara sampling, khususnya di
Kecamatan Beringin.2) Melakukan kajian dan pemetaan dari sektor Ekonomi Unggulan Pedesaan sebagai
penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3) Membuat pelatihan Manajemen dan Laporan Keuangan E-budgeting pada Pemerintahan
Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4) Membuat Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan BUMDes
di Kecamatan Beringin yang menjadi Daerah Percontohan di Propinsi Sumatera Utara.
3.1.2. Manfaat PenelitianBerdasarkan dari tujuan yang telah dikemukakan diatas, maka manfaat yang akan
diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :1) Bagi Pemerintah Kecamatan; Membuat Kajian Akademis dalam menentukan
strategi perkembangan pembangunan ekonomi pada wilayah kecamatan Beringin
khususnya sebagai wilayah pinggiran untuk mendorong pemerataan ekonomi.2) Bagi Pemerintah Kabupaten; Membuat Rule Model yang efisien dan efektif dalam
implementasi kebijakan ADD dalam membantu pendirian BUMDes bagi
Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin serta Kabupaten Deli Serdang3) Bagi Akademisi; Mengembangkan ilmu Ekonomi dan Perencanaan pembangunan
yang mengutamakan konsep Bottom-up Development Model dan membantu target
pemerintah pusat ari Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut
3.2. Urgensi PenelitianAdapun urgensi atau keutamaan dari penelitian ini adalah membuat rule model dalam
mengatasi masalah Model Kebijakan Pembangunan yang difokuskan pada daerah pinggiran
dengan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dianggarkan pada APBN dengan
kategori Transfer Dana ke Daerah yang pada tahun 2017 telah mencapai Rp 60 Trilyun
untuk seluruh Indonesia. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang memperoleh Rp 4 Trilyun
dengan rincian setiap desa memperoleh dana sebesar Rp 720 juta dalam
(www.kemenkeu.go.id/apbn2017).
25
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Pendekatan dan Fokus Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Sebagai landasan teori dalam memahami pendekatan metode
kualitatif berdasarkan pendapat Bog dan dan Moleong (2002;03) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-rang dan perilaku yang dapat diamati. Deskriptif merupakan laporan yang
berisi kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari
naskah atau publikasi, wawancara, dan dokumen resmi lainnya. Jadi data awal akan digunakan
data yang berasal dari institusi pemerintah.
Fokus dalam penelitian ini adalah: (1) Evaluasi Penggunaan ADD di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang; (2) Analisis sektor ekonomi unggulan pedesaan yang menjadi
penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang; (3) Menganalisis
Efektivitas perencanaan, penggunaan, pertanggungjawaban dan akuntabilitas keuangan ADD di
26
wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang; dan (4) Membuat Rule Model yang
Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan BUMDes di Kecamatan Beringin sebagai
Penguatan Ekonomi Desa.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Desa yang ada di wilyah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian yang dilakukan pada 2 tahapan : Tahun I 2018 dan Tahun ke-II 2019
4.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data Kwantitatif dan Kwalitatif Sumber data yang digunakan data primer yang berasal dari masyarakat dan
pemerintahan desa, sedangkan data sekunder akan menggunakan data yang diterbitkan
institusi pemerintahan seperti BPS Kabupaten Deli Serdang, SKPD Pertanian dan
Kelautan Kabupaten, Kementrian Desa Tertinggal (www.kemedesa.go.id) dan
Kementrian Keuangan (www.kemenkeu.go.id.)
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi; metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung
pada objek yang diteliti. 2. Wawancara; yaitu metode untuk mendapatkan data dengan cara melakukan tanya jawab
secara lansung dengan pihak Pemerintah Desa se-Kecamatan Beringin pengguna ADD
Kabupaten Deli Serdang guna untuk mendapatkan data dan keterangan yang menunjang
analisis dalam penelitian.3. Study literature; metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka
dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah dan buku-buku yang menyangkut teori-teori
yang relevan dengan masalah yang diteliti.4. Dokumentasi; dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen baik yang
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang, dan menyalin,
melihat, serta mengevaluasi laporan dan dokumen-dokumen yang terkait dengan objek
penelitian.
27
4.5. Prosedur Analisis Penelitian
Karena penelitian ini ingin menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya, maka prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif tentang Dana Desa di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang
Untuk melihat pola perkembangan penggunaan Alokasi Dana Desa di wilayah
kecamatan Beringin dengan menggunakan metode root case analyses, untuk membandingkan
permasalahan dan fakta yang terjadi kemudian melakukan analisis efektivitas yang
seharusnya dilaksanakan.
2. Metode Location Quotient Index (LQ) untuk menganalisis Sektor Ekonomi
Unggulan dan di wilayah tersebut, dan membuat Typologi Klassen untuk
Pemetaann.
Karena penelitian ini bersifat kualitatif tapi banyak juga menggunakan data
kwantitatif, maka untuk mementukan sektor ekonomi unggulan di Kecamatan ini harus
menghitung Index LQ dengan menggunakan data sektor ekonomi produksi yang
dibandingkan dengan sektor ekonomi produksi di Kabupaten Deli Serdang.
Selanjutnya membuat pemetaannya dari Typolgy Klassen dengan data produksi
yang ada di setiap Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Misalnya
membandingkan Total produksi dengan Banyaknya usaha atau yang bekerja.
3. Melakukan pengumpulan data sekunder tentang kondisi ekonomi Kecamatan
Beringin, analisis bentang alam desa dan konsep penentuan pendirian BUMDes
dari penggunaan Dana Desa di wilayah Kecamatan Beringin. Aktivitas ini akan
mengukur BUMDEs yang telah berdiri dan tingkat efisiensi dan efektifitas sesuai dengan
konsep yang diatur oleh kementrian Desa dan Keuangan dengan kebiijakan E-Budgeting.
Sehingga akan dapat disimpulkan sudah efektif dan transparankah aktivitas yang
dilakukan.
28
4.6. Bagan Penelitian
29
30
31
BAB 5
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang
ambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi
serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi 3 (tiga) aspek
utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing
daerah.
5.1.1. Letak Geografis
1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2057” LU, 3016” LS dan
98033” BT sampai 99027” BT dengan ketinggian wilayah 0 – 1.000 m dpl. Kabupaten ini secara
administratif terbagi atas 22 kecamatan, 394desa/kelurahan (Tabel 2.1). Kabupaten Deli Serdang
memiliki luas wilayah 2.497,72 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Sumatera
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
2. Morfologi dan Topografi
Kabupaten Deli Serdang sebagian besar terletak di daerah Pantai Timur Sumatera Utara
dan secara umum terletak pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Pembagian
wilayah Kabupaten Deli Serdang berdasarkan elevasi (ketinggian) dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Ketinggian 0 – 500 m dpl seluas 260.789 ha (90,64%), terdapat di seluruh kecamatan
kecuali Kecamatan Gunung Meriah
32
b. Ketinggian 500 – 1.000 m dpl seluas 25.428 ha (8,84%), terdapat di Kecamatan Gunung
Meriah, STM Hulu, Sibolangit, dan STM Hilir.
c. Ketinggian diatas 1.000 m dpl seluas 1.508 ha (0,52%) terdapat di Kecamatan Gunung
Meriah, STM Hulu, dan Sibolangit.
Dari perincian tersebut di atas dapat dilihat bahwa ± 90% wilayah Kabupaten Deli Serdang
berada pada ketinggian 0 – 500 m dpl, yaitu daerah yang dikategorikan sebagai daerah pantai
atau dataran rendah. Penyebaran wilayah menurut ketinggian tempat diuraikan pada Tabel 2.1.
Tabel 5.1Luas dan Penyebaran Ketinggian Lahan di Kabupaten Deli Serdang
No KecamatanKetinggian (m dpl) Total
Luas (ha)0-500 500-1.000 > 1.000
1 Gunung Meriah - 6.195 250 6.4452 STM Hulu 9.279 9.128 375 18.7823 Sibolangit 5.000 8.824 883 14.7074 Kutalimbaru 15.131 - - 15.1315 Pancur Batu 10.302 - - 10.3026 Namorambe 5.238 - - 5.2387 Biru-biru 7.541 - - 7.541
`8 STM Hilir 14.736 1.281 - 16.0179 Bangun Purba 15.521 - - 15.52110 Galang 15.746 - - 15.74611 Tanjung Morawa 11.078 - - 11.07812 Patumbak 3.934 - - 3.93413 Deli Tua 787 - - 78714 Sunggal 77.795 - - 77.79515 Hamparan Perak 19.351 - - 19.35116 Labuhan Deli 10.698 - - 10.69817 Percut Sei Tuan 16.042 - - 16.04218 Batang Kuis 3.388 - - 3.38819 Pantai Labu 6.882 - - 6.88220 Beringin 4.430 - - 4.43021 Lubuk Pakam 2.622 - - 2.62222 Pagar Merbau 5.288 - - 5.288Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2016.
Keadaan topografi Kabupaten Deli Serdang bervariasi mulai dari datar, berombak,
bergelombang, berbukit, bergunung dan terjal. Jika diperinci menurut kemiringan dapat
dibedakan atas:
33
a. Dataran hingga berombak (kemiringan 0-2%) seluas 118.825 ha atau 45,89%
b. Berombak hingga bergelombang (kemiringan 2-15%) seluas 51.182 ha atau 19,77%
c. Bergelombang hingga berbukit (kemiringan 15-40%) seluas 62.773 ha atau 24,24%
d. Berbukit, pegunungan dan terjal (kemiringan di atas 40%) seluas 26.245 ha atau 10,14%
3. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang sangat bervariasi yaitu terdiri atas
penggunaan untuk Permukiman, Persawahan, Tegalan/Kebun campuran, Perkebunan besar,
Perkebunan Rakyat, Hutan, Semak/Alang-alang, Kolam/Tambak, Rawa-rawa, Peternakan dan
lain-lain.
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat tahun 2004 tutupan lahan wilayah Kabupaten Deli
Serdang tahun 2005 didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan. Penggunaan lahan
untuk kegiatan pertanian terbesar berada di bagian tengah kawasan.
Adanya perkembangan penduduk dan kegiatannya, kemajuan perekonomian masyarakat dan
pengaruh kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan nasional dan global mendorong
terjadinya perubahan pemilihan lokasi permukiman dan kegiatan, perkembangan kegiatan dan
fungsi suatu lokasi dan wilayah yang akhirnya akan merubah pemanfaatan ruang. Perubahan
pemanfaatan ruang permukiman untuk kebutuhan rumah, bangunan perdagangan dan jasa, dan
perlengkapan permukiman lainnya terjadi sejalan dengan penyebaran penduduk dari kondisi
yang ada sehingga pemanfaatan ruang permukiman semakin ekpansif dari lokasi yang sudah ada.
Desentralisasi keuangan dan pembangunan ke daerah kabupaten dan kota yang diikuti dengan
peningkatan fungsi dan kegiatan pemerintahan juga pendorong peningkatan perluasan lahan
pemukiman.
Pemanfaatan ruang untuk kegiatan non pertanian, seperti industri dan transportasi dan
pertambangan cukup cepat dan mengubah pola pemanfaatan ruang yang ada. Kegiatan
pemanfaatan ruang tersebut bertambah luas namun bersifat lebih terkonsentrasi dan tidak
tersebar.
34
Dalam distribusi ruang, wilayah yang pada saat ini masih memiliki kawasan hutan yang
juga berfungsi untuk perlindungan daerah bawahannya ataupun fungsi ekologis lainnya, perlu
menyiapkan pengendalian terhadap alih fungsi hutan, baik oleh perambahan maupun
pemanfaatan untuk usaha ekonomi formal terutama dalam rangka perolehan PAD. Konflik
kepentingan dalam kondisi keterbatasan lahan budidaya perlu diatasi melalui kesepakatan yang
mengikat dalam pelestarian kawasan hutan yang berfungsi lindung. Untuk itu, salah satu dasar
pengendalian adalah menyesuaikan pengembangan kegiatan pada lahan dengan kemampuan
yang memadai.
wilayah Kabupaten Deli Serdang umumnya merupakan dataran rendah yang sebagian
besar merupakan wilayah yang subur, suhu udara relatif tinggi. Kegiatan di wilayah Mebidangro
umumnya heterogen, dengan kawasan perkotaan dengan proporsi relatif besar dibanding
kawasan lain di Sumatera Utara dan dengan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini sesuai
untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama perkebunan dan tanaman
pangan.
Potensi sumber daya alam Mebidangro cukup melimpah, diantaranya tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Potensi Pertanian di Kawasan Mebidangro
bagian Selatan diantaranya adalah sayuran dan buah-buahan yang sebagian besar telah
dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar negeri maupun provinsi lain. Di bagian
Tengah kawasan, luas areal perkebunan relatif luas dengan jenis komoditi diantaranya sawit,
karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Potensi perikanan laut Selat Malaka (bagian Utara dan
Timur Laut kawasan) sebagian besar sudah dimanfaatkan.
Perkebunan rakyat dan kebun campuran serta pertanian lahan kering/tegalan terlihat
menurun dari waktu ke waktu sementara perkebunan besar meningkat luasannya. Hal ini
memperlihatkan bahwa pergeseran peruntukan lahan pertanian dan perkebunan, dimana yang
paling menonjol perubahannya adalah penurunan luas lahan tegalan dan kebun campuran yakni
menurun dari 49.507 Ha pada tahun 1995 menjadi 40.048 Ha pada tahun 2004 atau berkurang
seluas 9.459 ha dalam pada 9 tahun atau dengan perkataan lain berkurang rata-rata 1.051 Ha per
tahun. Lahan perkebunan besar ditambah dengan lahan perkebunan rakyat pada tahun 1995
tercatat seluas 83.784 Ha dan tahun 2004 seluas 91.805 Ha atau naik sebesar 7.021 ha dalam
waktu 9 tahun atau meningkat rata-rata 780 Ha per tahun.
35
Tabel 5.2Pola Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang
No. Jenis Penggunaan
1995 2004
Luas (ha)Proporsi
(%)Luas (ha)
Proporsi(%)
1.2.3.4.5.6.7.8.
Perkampungan/permukimanPersawahan Non IrigasiPersawahan IrigasiTegalan/Kebun campuranPerkebunan BesarPerkebunan RakyatHutanSemak/Tambak/Rawa dll
12.13523.29826.20944.98949.54934.23629.26230.094
4,869,3310,4918,0119,8413,7111,7212,04
16.32126.03724,47840.04863.65228.15329.26221.821
6,5310,429,8016,0325,4811,2711,728,75
Total 249.772 100,00 249.772 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Deli Serdang
Penggunaan lahan untuk permukiman meningkat dari waktu ke waktu dimana pada tahun
1995 tercatat seluas 12.315 Ha dan pada tahun 2004 menjadi 16.321 Ha atau meningkat sebesar
4.186 Ha dalam 9 tahun atau bertambah rata-rata 465 Ha per tahun. Peningkatan luas lahan
permukiman ini diimbangi oleh luas lahan sawah irigasi yang cenderung berkurang yakni dari
26.209 Ha pada tahun 1995 menjadi 24.478 ha pada tahun 2004 atau berkurang sebesar 1.731 Ha
dalam 9 tahun dengan kata lain berkurang rata-rata 192 Ha per tahun.
4. Administrasi dan Pemerintahan
Secara administratif Kabupaten Deli Serdang yang ber-ibukota kan Lubuk Pakam memiliki
22 kecamatan yang terdiri dari 394 desa/kelurahan. Pada umumnya wilayah kecamatannya
didominasi wilayah pedesaan (rural), dan sebahagian kecil lainnya, seperti kecamatan yang
berbatasan langsung dengan wilayah kota Medan cenderung menjadi wilayah perkotaan (urban)
ataupun sub-perkotaan (sub-urban). Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah
ini:
36
Tabel 5.3Jumlah Desa dan Kelurahan tiap Kecamatan serta Nama Ibukota Kecamatan
dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Ibukota
Jumlah Desa Definitif JarakIbukota Kec.
Ke LubukPakam
Desa Kelurahan
12345678910111213141516171819202122
Gunung MeriahSTM. HuluSibolangitKutalimbaruPancur BatuNamo RambeBiru – BiruSTM. HilirBangun PurbaGalang Tj. MorawaPatumbakDeli TuaSunggal Hamparan PerakLabuhan DeliPercut Sei TuanBatang KuisPantai LabuBeringinLubuk PakamPagar Merbau
Gunung MeriahTiga JuharBandar BaruKutalimbaruPancur BatuNamo RambeBiru – BiruTalun KenasBangun PurbaGalang Tj. MorawaPatumbakDeli TuaSunggal Hamparan PerakHelvetiaTembungBatang KuisPantai LabuBeringinLubuk PakamPagar Merbau
1220301425361715242825831720518111911616
---------11-3---2---7-
657171544848553725181246424056524212116-4
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, 2016.
5.2. Aspek Demografis (Kependudukan dan Ketenagakerjaan)5.2.1. Kondisi Penduduk
Data kependudukan merupakan salah satu informasi yang sangat strategis dalam proses
pembangunan ekonomi, khususnya untuk melihat indikator pembangunan secara internasional
yakni dengan konsep Indeks Pembangunan Manusia (human development index/HDI). Indikator
HDI ini salah satu yang akan diukur adalah aspek kesehatan, selain dari pendapatan dan
pendidikan. Pembangunan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan barang/jasa publik menjadi
sangat penting sebagai basis dalam melihat kemajuan ekonomi yang berasal dari produktifitas
tenaga kerja dan kualitas sumberdaya manusia sebagai agen pembangunan ekonomi kemarin,
37
saat ini dan masa yang datang. Jadi peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan dilihat dari
sisi pendidikan dan juga dari sisi kesehatan. Karena aspek pendidikan serta kesehatan yang baik,
secara langsung dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam berproduksi maupun
beraktifitas baik secara ekonomi maupun sehari-hari. Agar lebih mudah dalam melihat jumlah
dan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Deli Serdang dan
perbandingannya dengan penduduk provinsi sumatera Utara dari tahun 2010-2012 dapat dilihat
pada Tabel berikut ini :
Tabel 5-4:Tabel Jumlah Penduduk Deli Serdang Tahun 2011-2012 dan Persentasenya terhadap
Penduduk Propinsi Sumatera UtaraSumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)
Berdasarkan Tabel 2-4 diatas, bahwa jumlah penduduk Deli Serdang pada 3 (tiga) tahun
terakhir menunjukkan angka yang relatif meningkat yakni pada tahun 2010 telah mencapai
1.791.332 jiwa dan pada tahun 2012 telah mencapai 1.845.615 jiwa, dengan komposisi yang
hampir seimbang antara penduduk perempuan dengan laki-laki. Rata-rata komposisinya yaitu
laki-laki mencapai 50,352% dan perempuan mencapai 49,648%, dengan sex ratio sebesar
101,51. Artinya Terdapat 101 s/d 102 laki-laki diantara 100 perempuan. Baik secara nasional
maupun Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penduduk berusia produktif (15-64 tahun)
yang mencapai 65,09% tahun 2010, kemudian sedikit meningkat menjadi 65,57% pada tahun
2012. Sisanya 34,90% usia non-produktif. Jadi potensi untuk beraktifitas secara ekonomi sangat
besar dan gilirannya dapat meningkatkan output aggregate daerah. Namun usia produktif ini juga
berpotensi negatif yakni tingginya angka pengangguran jika sedikitnya lapangan kerja yang
tersedia dalam ekonomi. Jika dilihat dari distribusi penduduk per-kecamatan berdasarkan pada
jenis kelamin, maka distribusinya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini;
38
5.2.2. Penduduk berdasarkan Golongan Usia
Bila dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0 – 14 tahun sebesar 31,21
persen, 15 – 64 tahun sebesar 65,57 persen dan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,22 persen yang
berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif.
Tabel 5-5Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Deli Serdang
No. UmurTahun
2008 2009 2010 2011 20121. 0 – 4 186.439 199.449 194.642 191.188 201.3212. 5 – 9 185.704 197.248 192.024 192.285 185.5753. 10 – 14 174.782 208.227 181.100 180.606 182.6454. 15 – 19 163.028 215.339 168.278 169.103 178.5005. 20 – 24 158.126 176.168 161.256 165.981 166.4136. 25 – 29 157.889 159.022 165.357 161.388 161.5647. 30 – 34 145.589 141.062 148.745 152.547 154.8008. 35 – 39 132.763 125.026 136.615 138.134 140.8909. 40 – 44 118.115 106.813 121.388 123.047 126.396
10. 45 – 49 96.716 77.990 98.750 101.400 104.41411. 50 – 54 77.697 50.105 79.472 81.319 84.82612. 55 – 59 54.583 38.996 54.728 58.230 62.97513. 60 – 64 31.259 33.808 30.855 33.834 36.64614. 65 – 69 22.362 22.593 23.281 22.997 23.95115. 70 – 74 16.819 18.114 15.942 18.864 16.82416. 75 + 16.549 18.391 17.998 16.250 17.875
Jumlah 1.738.431 1.788.351 1.790.431 1.807.173 1.845.615Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.
Berdasarkan tabeldiatas struktur penduduk Deli Serdangmenunjukkan bahwa penduduk
usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2008adalah sebesar 1.135.765 jiwa dan penduduk usia
non produktif (usia anak-anak <15 tahun dan lansia >64 tahun) adalah 602.655 jiwa. Sementara
itu pada tahun 2012, struktur penduduk Deli Serdangmenunjukkan bahwa usia produktif (15-64
tahun) adalah sebesar 1.217.424 jiwa dan 664.837 jiwausia non produktif.
5.2.3. Distribusi Penduduk Per Kecamatan
Distribusi penduduk berperan penting dalam melihat keseimbangan jumlah penduduk dari
setiap kecamatan yang ada di Deli Serdang, sekaligus dapat membuat perencanaan pembangunan
agar menjadi lebih merata kesetiap wilayah dan tidak terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu
dalam jangka panjang. Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka semakin banyak
permasalahan yang timbul seperti penyediaan fasilitas publik, lingkungan pemukiman yang
39
kurang sehat dengan tingkat penyebaran virus penyakit menular yang relatif sangat cepat
dibanding dengan wilayah yang kurang padat. Komposisi dari penyebaran penduduk di
Kabupaten Deli Serdang per kecamatan dari tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2-5
berikut ini:
Tabel 5-6Data penduduk Deli Serdang per- Kecamatan Tahun 2009-2012
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)
Berdasarkan tabel 5-6 diatas, terlihat ada 3 kecamatan yang sangat terkonsentrasi
penduduknya yakni kecamatan Percut Sei Tuan rata-rata mencapai 20% dari 22 kecamatan yang
ada, pada urutan kedua adalah kecamatan Sunggal sebesar 13,57% dan urutan ke-3 yakni
kecamatan Tanjung Morawa rata-rata sebesar 10,7%. Terakhir adalah Kecamatan Hamparan
Perak dengan rata-rata penduduknya sebesar 8,4% dari total penduduk Deli serdang. Keempat
wilayah utama dengan jumlah penduduk paling besar di Deli Serdang ini merupakan kecamatan
yang wilayahnya merupakan kawasan pinggiran kota Medan dan juga merupakan kawasan
Mebidang Metropolitan Area (MMA), atau Medan-Binjai-Deli Serdang Metropolitan Area. Jadi
wilayah ini merupakan wilayah sub-urban yang perkembangannya saat ini cenderung lebih
40
bercorak urban. Wilayah ini merupakan daerah penyangga kota Medan dan menjadi wilayah
pemukiman penduduk.
5.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per-Kecamatan
Jika dilihat dari sisi komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk per Kecamatan
di Kabupaten Deli Serdang maka rata-ratanya dari tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar
grafik 2-1 dibawah ini:
Gambar 5-1Grafik Rata-rata Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan per Kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2012
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)
5.2.5. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menunjukkan besarnya jumlah penduduk jika dilihat dari luas wilayah,
semakin kecil wilayah maka akan semakin padat pula penduduk yang bermukim diwilayah
tersebut atau sebaliknya.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat bahwa semakin wilayah
kecamatannya mendekati kota Medan, maka tingkat kepadatan penduduk akan semakin tinggi.
Hal ini menggambarkan wilayah sub-urban yang juga menjadi wilayah pilihan warga Medan
untuk membeli dan tinggal di daerah tersebut. Fakta menunjukkan, bahwa banyak penduduk
Medan secara fisik memiliki rumah di wilayah Kabupaten Deli Serdang tetapi secara
41
administrasi tetap tercatat sebagai penduduk di kota Medan. Permasalahan seperti ini pada
kenyataannya bahwa penduduk yang berada di kecamatan terdekat dengan Medan bahwa tingkat
kepadatan penduduknya lebih besar lagi.
Agar lebih mudah melihat tingkat kepadatan penduduk menurut per kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang dapat dilihat pada gambar 2-2 berikut ini:
Gambar 5-2Gambar Grafik Kepadatan Penduduk Deli Serdang per- Kecamatan
Tahun 2009-2012
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)
Dengan luas wilayah kabupaten Deli Serdang sebesar 2.497,72 Km2 dan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 mencapai 1.845.615 jiwa, maka rata-rata kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Deli Tua yakni sebesar 6.678 orang/Km2, diikuti dengan
kecamatan Sunggal yang mencapai 2.719 orang/Km2, kemudian kecamatan Lubuk Pakam 2.678
orang/Km2, kecamatan Percut Sei Tuan sebesar 2079 orang/Km2, kecamatan Patumbak sebesar
1957 orang/Km2. Sedangkan untuk wilayah dengan kepadatan penduduk paling kecil rata-
ratanya dari tahun 2009-2012 adalah kecamatan yang berada di wilayah dataran yang lebih tinggi
seperti kecamatan Gunung Meriah sebesar 32 orang/Km2, STM Hulu 57 orang/Km2,
Sibolangit114 orang/Km2,STM Hilir 164 orang/Km2, dan Kutalimbaru 211 orang/Km2.
42
Kecamatan yang paling padat penduduknya (termasuk 3 besar kecamatan), merupakan
wilayah yang termasuk kawasan MEBIDANG METROPOLITAN AREA, yang mobilitas
penduduk dan aktivitas ekonominya terintegrasi dengan aktivitas di kota Medan, sehingga
wilayah ini menjadi alternative daerah pemukiman bagi penduduk yang beraktivitas di inti kota
Medan, tapi memiliki rumah di ke-3 kecamatan tersebut.Maka wilayah kecamatan seperti ini dari
waktu waktu dan sesuai dengan perkembangan kota akan semakin padat jumlah penduduknya.
Namun konsep kota Metropolitan di MEBIDANG telah diperluas oleh kementrian Pekerjaan
Umum sejak tahun 2010 menjadi kawasan MEBIDANGRO atau meliputi wilayah Medan-
Binjai-Deli Serdang-Tanah Karo. Sehingga wilayah kecamatan Deli Serdang yang berdekatan
dengan Tanah Karo, yakni 4 kecamatan paling kecil tingkat kepadatannya tersebut, maka
kemungkinan besar pertambahan penduduknya akan menjadi lebih tinggi, karena aktivitas
ekonomi dan sosialnya akan semakin terintegrasi dengan kota Medan sebagai kota inti.
5.3. Ketenaga Kerjaan
Penduduk merupakan salah satu faktor yang menjadi sumber tersedianya tenaga kerja dalam
melakukan produksi. Jika pemerintah kabupaten atau kota dapat menggunakan dengan baik data
ketenagakerjaan tersebut, baik untuk yang sedang bekerja maupun yang tidak bekerja, maka
pemerintah dapat membuat kebijakan publik yang optimal guna mencapai target ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarakan pada 9 Sektor Lapangan Usaha
Banyaknya penduduk yang bekerja berdasarkan sector lapangan usaha, juga dapat
menggambarkan besarnya daya serap dari sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Artinya data ini sekaligus dapat menunjukkan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan karena
besarnya daya serap tenaga kerja yang bekerja disektor-sektor tersebut.
43
Tabel 5-7Tabel Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja menurut Sektor Ekonomi
Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010
Sumber: BPS Deli Serdang (dalam berbagai tahun)
Berdasarkan pada tabel 2-6 diatas, dapat terlihat bahwa penduduk di Kabupaten Deli
Serdang pada umumnya banyak yang bekerja pada sektor pertanian dengan kontribusi
pekerjanya mencapai 24% pada tahun 2009 dan naik menjadi 34% pada tahun 2012. Selanjutnya
pada urutan ke-2 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 23,4% di tahun
2009 dan naik juga pada tahun 2012 menjadi 30,4%. Sedangkan sektor industri pengolahan
menjadi urutan ketiga dengan kontribusi tenaga kerja pada tahun 2009 sebesar 19% kemudian
kecenderungannya menurun tajam tahun 2012 menjadi 1,9%.
SSektor industry manufaktur propinsi Sumatera Utara berada di kota Medan, tetapi
karena keterbatasan lahan dan tingginya harga tanah di Medan, maka industry manufaktur
menempatkan pabriknya di wilayah Deli Serdang yang berdekatan dengan kota Medan. Jadi
sektor industri pengolahan menjadi 3 besar dalam berkontribusi untuk tenaga kerja sector formal
di Kabupaten Deli Serdang.
Wilayah yang dekat dengan aktivitas ekonomi industri manufaktur biasanya merupakan
wilayah dengan kepadatan pemukiman penduduk yang tinggi, karena banyak penduduk yang
bekerja sebagai buruh di pabrik serta aktivitas lain yang mendukung sekitar pabrik. Jadi jumlah
penduduk dan tingkat kepadatan di sekitarnya juga cukup tinggi. Biasanya banyak ditemukan
rumah kontrakan yang kecil-kecil dengan jarak yang relatif sangat berdekatan sehingga terkesan
menjadi lebih kumuh dan lingkungan yang kotor. Tingkat penularan bibit penyakit dalam
keadaan seperti ini juga lebih cepat terjadi.
44
Selain itu, Deli Serdang juga merupakan wilayah basis produksi dari sektor pertanian
untuk Propinsi Sumatera Utara, khususnya tanaman pangan, holtikultura dan tanaman keras
perkebunan dari zaman dahulu sampai sekarang. Maka kontribusi tenaga kerja yang bekerja
disektor ini termasuk yang paling tinggi yakni pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 24%.
Mengalami penurunan yang cukup besar untuk tenaga kerja pada tahun 2011 menjadi 17,7% dan
naik lagi pada tahun 2012 menjadi 34%. Tertinggi kedua setelah sektor pertanian adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang rata-ratanya dalam tahun 2009-2012 mencapai 24,4%.
Kemudian pada urutan ke-3 adalah sektor pertanian dengan rata-rata 24,9%.
Sebaliknya untuk sektor ekonomi yang memiliki rata-rata kontribusi tenaga kerja paling
rendah selama 4 tahun terakhir adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,18%, sedangkan
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,25%. Untuk sektor listrik, gas dan air bersih, sangat
rendahnya kontribusi karena produksinya dilakukan oleh pemerintah pusat melalui BUMN dan
pemerintah daerah melalui BUMD, jadi tenaga kerjanya cukup kecil dibanding dengan sector
lainnya. Selanjutnya yang terakhir adalah sektor keuangan, asuransi, usaha persewan bangunan
dan jasa perusahaan sebesar 1,43%. Perekonomian kabupaten Deli Serdang bukan didorong oleh
kegiatan pertambangan dan jasa keuangan serta perusahaan, melainkan didominasi oleh sector
industry yang berkembang pada wilayah perbatasan dengan kota Medan, kemudian sector
perdagangan serta sector pertanian. Maka kontribusi tenaga kerja, juga sama dengan kontribusi
sektoral dari sektor-sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB nya.
5.3.2. Penduduk berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan
Sedangkan untuk melihat kondisi kependudukan berdasrkan pada pendidikan, dapat
melihat seberapa besar kwalitas sumberdaya manusia yang tersedia sebagai sumber dari tenaga
kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja, terutama sektor formal. Pendidikan juga menunjukkan
kwalitas sumberdaya manusia.
Jika dilihat pada table dibawah ini maka jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang
masih sangat didominasi oleh penduduk yang hanya memiliki pendidikan SMP kebawah, atau
lebih dari 50 %. Jika dilihat dari setiap tahunnya maka komposisi ini dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir tidak mengalami perubahan. Misalnya pada tahun 2009 golongan penduduk yang
memiliki pendidikan SMP kebawah mencapai 70,6%, lulusan SMA hanya 26%, dan yang
terkahir lulusan Pendidikan Tinggi (D-I, D-II, D-III dan S-1) hanya 3,5%. Sedangkan pada tahun
45
2012 ada perubahan yakni lulusan SMP kebawah turun menjadi 56,8%. Selanjutnya lulusan
SMA/SMK menjadi 36,7% dan yang memiliki pendidikan tinggi naik menjadi 6,5%. Dengan
kata lain ada peningkatan kwalitas SDM di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan indicator
pendidikan. Untuk lebih mudah dilihat komposisi persentase penduduk berdasrkan pendidikan
dapat dilihat pada table 2-8 berikut ini:
Tabel 5-8Penduduk Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Deli Serdang
Pendidikan ygditamatkan
Thn 2009 Thn 2010 Thn 2011 Thn 2012Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Belum pernah sekolah 18095 1.3 18252 1.3 23597 1.3
241432 30.3Belum tamat SD 249412 17.9 251583 17.9 171435 9.5SD 376471 27.1 379747 27.1 459913 25.4SMTP 338509 24.3 341455 24.3 441400 24.4 211163 26.5SMTA Umum 277073 19.9 279484 19.9 544865 30.2 164470 20.7SMTA kejuruan 84231 6.1 84964 6.1 65745 3.6 127501 16.0Diploma I dan II 8093 0.6 8164 0.6 10818 0.6 18105 2.3Diploma III 9203 0.7 9282 0.7 23360 1.3
33170 4.2D IV/S1 30567 2.2 30833 2.2 66040 3.7Total 1391654 100.0 1403764 100.00000 1807173 100.0 795841 100.0Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013
5.4. Aspek Perkembangan Ekonomi Daerah
5.4.1. Nilai PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB per Kapita
Pada bagian ini akan dipaparkan lebih mendalam aspek ekonomi makro yang mencakup:
perkembangan PDRB sektoral, struktur perekonomian (distribusi sektor ekonomi dari
PDRB,masalah pertumbuhan ekonomi,tingkat inflasi, perkembangan PDRB per kapita;
produktifitas tenaga kerja, dan gambaran singkat sektor.
Pertumbuhan ekonomi regional sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor
yang membentuknya. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang
berpotensi besar maupun sektor-sektor yang masih perlu mendapat perhatian lebih untuk
46
dijadikan prioritas pengembangan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor yang mempunyai
peranan lebih besar dimasa yang akan datang.
Nilai tambah dari PDRB per sektor diharapkan berkesinambungan sehingga dapat
meningkatkan pertumb uhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi serta transformasi kegiatan ekonomi
dari dominasi sektor primer berubah menjadi ke sektor skunder dan tersier.
Disisi lain, Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan mampu memberikan dan
meningkatkan perhatian pada pembangunan kesejahteraan sosial. Upaya dan perhatian
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat secara berimbang nampak makin diwujudkan
dengan dicanangkannya program pemerataan pembangunan yang intinya adalah menitikberatkan
pembangunan kesejahteraan sosial secara merata. Dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan berarti akan dapat mengurangi jumlah penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan.
Tabel 5.9PDRB dan PDRB/Kapita Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Milyar)
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 3.258,45 3.621,21 4.499,46 5.284,41 5.964,70
2Pertambangan dan Penggalian
278,60 309,09 371,67 427,35 484,91
3 Industri Pengolahan 14.802,10 17.002,10 19.667,61 22.158,78 24.575,21
4Listrik Gas dan Air Minum
65,49 70,52 79,54 91,44 103,46
5 Bangunan 638,98 740,20 884,18 1.061,23 1.255,72
6Perdagangan, Hotel dan Restoran
6.524,48 7.227,21 8.370,30 9.334,04 10.677,59
7Pengangkutan dan Komunikasi
481,11 538,84 603,28 682,00 768,86
8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
701,40 820,42 949,85 1.093,66 1.255,63
9 Jasa-Jasa 3.366,19 3.842,47 4.378,40 4.992,92 5.581,45
PDRB 30.116,83 34.172,48 39.804,28 45.125,83 50.667,52
PDRB/kapita (Rp) 17.559.157 19.108.374 22.231.672 24.970.398 27.452.922,09
Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.
47
Tabel 5.10PDRB dan PDRB/Kapita Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Milyar)
No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 2.164,63 2.273,24 2.386,45 2.499,58 2.621,78
2 Pertambangan dan Penggalian
175,12 179.96 192,73 205,76 219,37
3 Industri Pengolahan 5.166,53 5.412,76 5.682,18 5.932,29 6.196,54
4 Listrik Gas dan Air Minum
28,01 29,42 31,72 34,53 37,54
5 Bangunan 341,49 388,01 408,63 455,64 500,55
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.732,84 2.879,75 3.037,77 3.226,10 3.431,95
7 Pengangkutan dan Komunikasi
266,90 282,23 302,37 326,49 350,99
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
393,47 434,81 484,33 540,82 595,52
9 Jasa-Jasa 1.708,92 1.837,88 1.990,55 2.167,80 2.367,79
PDRB 12,977,94 13.698,06 14.516,73 15.389,01 16.322,03
Laju Pertumbuhan Per Tahun 5,82 5,55 5,98 6,08 6,06
Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.
Dari tabel diatas,kondisi perekonomian Kabupaten Deli Serdang kurun waktu 2008-2012
menunjukkan keadaan yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari setiap lapangan usaha terjadi
peningkatan dengan pembentukan PDRB yang didominasi pada sektor industri pengelohan,
perdagangan, jasa, dan pertanian. Sektor-sektor ini tumbuh terkait dengan potensi dan wilayah
Kabupaten Deli Serdang yang dinilai strategis dalam skala regional maupun nasional.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang yang strategis ini berdampak pada transfomasi
pembangunan yang semakin pesat menjadi aktivitas ekonomi perkotaan, namun demikian pada
sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar dalam kegiatan perekonomian di
Kabupaten Deli Serdang. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dari kurun waktu
2008-2012 memperlihatkan perekonomian yang tumbuh rata-rata 5,86 % dengan capaian
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 6,08 %. Pada tahun 2008adalah 5,82%, pada tahun 2009adalah
5,55%, pada tahun 2010 adalah 5,98%, dan tahun 2011 adalah 6,08% dan pada tahun 2012
adalah 6,06 %.
48
5.4.2. Struktur Perekonomian Kabupaten Deli Serdang
Struktur ekonomi adalah kontribusi dari masing-masing sektor yang menunjukkan
kemampuannya untuk menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan kemampuan suatu
daerah dalam memproduksi barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi. Pergeseran struktur
adalah sebagai indikasi adanya suatu proses pembangunan di suatu daerah. Guna mengetahui
gambaran struktur perekonomian Deli Serdang dapat dilihat dari tabel distribusi PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 menurut lapangan usaha/sektor ekonomi.
Angka ini nampaknya terus mengalami perubahan sejalan dengan semakin membaiknya sektor
riil. Kondisi tersebut diperkirakan akan mendorong perbaikan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, Industri Pengolahan, Jasa dan Pengangkutan serta Komunikasi.
Tabel 5.11Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang
menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 20121. Pertanian 10,82 10,60 11,30 11,71 11,772. Pertambangan dan Penggalian 0,93 0,90 0,93 0,95 0,963. Industri Pengolahan 49,15 49,74 49,41 49,10 48,504. Listrik Gas dan Air Minum 0,22 0,21 0,20 0,20 0,205. Bangunan 2,12 2,17 2,22 2,35 2,486. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,66 21,15 21,03 20,68 21,077. Pengangkutan dan Komunikasi 1,60 1,58 1,52 1,51 1,528. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,33 2,40 2,39 2,42 2,489. Jasa-Jasa 11,18 11,24 11,00 11,06 11,02
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016.
49
Tabel 5.12Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 20121. Pertanian 16,68 16,60 16,44 16,24 16,062. Pertambangan dan Penggalian 1,35 1,31 1,33 1,34 1,343. Industri Pengolahan 39,81 39,51 39,14 38,55 37,964. Listrik Gas dan Air Minum 0,22 0,21 0,22 0,22 0,235. Bangunan 2,63 2,69 2,31 2,96 3,076. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,06 21,01 20,93 20,96 21,037. Pengangkutan dan Komunikasi 2,06 2,06 2,06 2,12 2,158. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan3,03 3,17 3,34 3,51 3,65
9. Jasa-Jasa 13,17 13,42 13,71 14,09 14,51PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016.
Meskipun pada uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa pada tahun 2008 angkatan
kerja yang bekerja di sektor pertanian masih dominan namun ternyata peran sektor pertanian
dalam perekonomian wilayah tidak lagi dominan. Pada tahun 2008 ternyata sektor industri
pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Deli
Serdang, selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, pertanian dan jasa kemasyarakatan. Pola
dan urutan kontributor tertinggi tersebut tidak berubah hingga tahun 2012, meskipun kontribusi
sektor industri pengolahan cenderung semakin menurun dan sektor jasa kemasyarakatan semakin
meningkat.
Perubahan dari struktur ekonomi menunjukkan bahwa telah terjadi transformasi ekonomi
di Kabupaten Deli serdang, dimana sektor petanianyang paling besar membentuk PDRB,
berubah menjadi sektor industri manufaktur. Pembentukan dari sektor industri ini mencapai
39,81% sedangkan pertanian hanya 16,68%. Pada tahun 2008 urutannya juga tidak berubah
yakni sektor industri sedikit turun mencapai 37,98% sedangkan pertanian stagnan di 16,06%.
Pada urutan kedua ternyata sektor perdagangan mencapai 21,06% pada tahun 2008 dan stagnan
nuga pada tahun 2012 di angka 21,03%.
5.4.3. Laju Inflasi
Fluktuasi harga barang-barang kebutuhan pokok tercermin dari perkembangan laju
inflasi suatu daerah.Inflasi Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam tahun
50
2012 sebesar 3,53 persen. Inflasi ini terjadi akibat kenaikan indeks empat kelompok pengeluaran,
yakni : bahan makanan (9,22 persen), transport, komunikasi dan Jasa Keuangan (7,65 persen),
sandang (5,68 persen) dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (4,10 persen).
Sementara untuk kelompok bahan makanan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, Kota
Lubuk Pakam besarannya (2,0 persen).
Gambar 5-3
Grafik Inflasi Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008–2012
2008; 12.85
2009; 3.9
2010*; 6.3 2011*; 6.3
2012*; 3.53
Tahun
Inflasi / %
5.5. Aspek Kesejahteraan Masyarakat/Kualitas SDM5.5.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kualitas sumber daya manusia Deli Serdang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Pembangunan manusia pada hakekatnya merupakan suatu proses investasi.
Upaya pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi agar
dapat berjalan seiring dengan pembangunan manusia telah diupayakan melalui berbagai program
pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk.
Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Deli Serdang mencapai 75,78, lebih tinggi dibanding IPM
rata-rata Sumatera Utara sebesar 75. Capaian IPM ini tidak terlepas dari kontribusi komponen
51
utama IPM, yaituangka harapan hidup 70,88 tahun, angka melek huruf 98,8, rata-rata lama
sekolah 9,56 tahun, danrata-rata pengeluaran Rp 636.390 per kapita.
Tabel 5.13Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Deli Serdang
IndikatorTahun
2008 2009 2010 2011 2012- Indek Pembangunan Manusia
(IPM)74,36 74,67 75,28 75,78 76,17
- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,11 9,11 9,50 9,50 9,56
- Angka Harapan Hidup (tahun) 70,07 70,36 70,65 71,11 71,11
5.2. Gambaran Umum Kecamatan Beringin
Keamatan Beringin merupakan kecamatan yang luas wilayahnya cukup besar juga dan
sangat berdekatan dengan ibukota Kabupaten Deli Serdang yakni Lubuk Pakam dan juga dengan
Bandara Internasional KUALANAMU yang menjadi pintu gerbang utama wilayah Sumatera
Utara. Selain itu, wilayah ini masuk kategori wilayah urban village karena sanagat berdekatan
dengan Kota Medan. Jika dilihat dari luas wilayahnya maka terdapat 11 desa dimana mata
pencaharian penduduk pada umumnya mengandalkan sektor pertanian. Kondisi ii dapat dilihat
pada table berikut ini :
Tabel 5.12. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan
Beringin, 2016
Desa/Kelurahan
Luas(km2) Persentase
(1) (2) (3)
1 Tumpatan 3,07 5,83
2 Emplasmen Kuala Namu 7,01 13,30
52
3 Sidodadi Ramunia 7,79 14,79
4 Pasar V Kebun Kelapa 2,82 5,35
5
http://deliserdangkab
3,93 7,46Aras Kabu
6 Serdang 2,75 5,22
7 Sidourip 1,63 3,09
8 P sar VI Kuala Namu 8,90 16,89
9 Karang Anyar 4,63 8,79
10 Beringin 4,31 8,18
11 Sidoarjo Dua Ramunia 5,85 11,10
Beringin 52,69 100,00
Sumber:
Kantor Desa/Kelurahan KecamatanBeringin
Bedasarkan pada table diatas, bahwa Wilayah yang paling luas adalah Desa Pasar 6 Kualanamu
(16,89%) kemudian diikuti oleh Desa Sidodadi Ramunia (14,79%) dan Emplasmen Kualanamu
(13,30%) dimana wilayah ini sangat didominasioleh sektor pertanian padi dan palawija.
PENDUDUK Kecamatan Beringin
Tabel
3.1.1 Jumlah Penduduk dan Laju PertumbuhanPenduduk di
Kecamatan Beringin, 2010, 2015, dan2016
JumlahPenduduk(jiwa)
LajuPertumbuhan
Penduduk/Tahun(%)
Desa/Kelurahan
53
2010 2015 2016
2010- 2015-
2016 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Tumpatan 6.4587.30
4 7.459 2,43 2,12
2Emplasmen Kuala Namu 2.063
2.355 2.409 2,62 2,29
3 Sidodadi Ramunia 12.50314
21.014.52
2,53 2,20
http://deliserdangkab
3
4Pasar V Kebun Kelapa 5.737
6.515 6.658 2,51 2,19
5 Aras Kabu 2.8623.24
3 3.305 2,43 1,91
6 Serdang 2.4082.73
1 2.787 2,47 2,05
7 Sidourip 2.2432.54
0 2.594 2,45 2,13
8P sar VI Kuala Namu 375 447 457 3,35 2,24
9 Karang Anyar 7.7498.79
7 8.994 2,51 2,24
10 Beringin 7.4078.40
8 8.597 2,51 2,25
11Sidoarjo Dua Ramunia 2.610
2.986 3.097 2,89 3,72
Beringin 52.41
559.53
7
60.84
2,52 2,19
0
Sumber:Proyeksi Penduduk Indonesia
2010–2035
54
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1. Tahapan Pengembangan Potensi Desa dengan Kebijakan Dana Desa
Idealnya sebuah penelitian harus dapat dikembangkan baik diawali dari pembuktian teoritis
sampai dengan penelitian implikasi kebijakan yang dapat diterapkan dalam bentuk regulasi yang
akan dilakukan oleh pemerintah. Regulasi dapat berupa bantuan kemudahan dalam akses
pembiayaan usaha maupun dalam proses produksi dan produk yang dihasilkan. Tujuannya adalah
untuk memberi peluang bagi pengusaha untuk lebih berkembang sehingga dapat meningkatkan
level usaha yang dijalani selama ini. Adapun bentuk rencana tahapan penelitian berikutnya yakni
pada tahun ke-2 adalah :
1. Melakukan FGD kepada Pemerintahan Desa, sehingga konsep pendirian BUMDes
dapat dievaluasi mengapa pemerintahan Desa memilih bentuk BUMDes yang telah ada di
desanya. Pendirian ini apakah diawali dari prosedur musyawarah dusun kemudian
dilanjutkan ke desa dan masuk dalam peogram pemerintahan desa yang tercatat biayanya
di APBDes setiap desa.2. Melakukan kunjungan pada masyarakat desa, sebagai Implikasi bagaimana
sosialisasi pendirian BUMDes yang dilakukan oleh aparatur Pemerintahan Desa dan
pembuatan rule model ini melibatkan masyarakat dan aparatur pemerintahan, sehingga
masyarakat dan pemerintah dapat bersinergi dalam memajukan ekonomi desa mereka di
wilayah Keamatan Beringin yang secara fisik berbatasan langsung dengan Bandara
55
Internasional KUALANAMU sebagai pintu gerbang internasional dan domestic untuk
provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan sebagai ibukota provinsi.3. Mengikuti Pelatihan Training of Trainer (ToT) sebagai PENDAMPING BUMDes;
Peneliti akan mengikuti pelatihan tersebut agar dalam membuat rule model pendiriannya
telah melalui proses yang efisien dan efektif baik secara ekonomi, birokrasi, akuntabilitas
dan aspek hokum serta sosial agara BUMDes ini menjadi investasi jangka panjang dalam
melakukan peningktan ekonomi pedesaan. 4. Merumuskan rule model Pendirian BUMDes, setelah diberlaukan kebijakan Dana Desa
dari APBN untuk meningkatkan ekonomi pedesaan dan kualitas hidup dari warga desa
yang ditambah juga dengan kebojakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan
pada APBD seluruh Kabupaten di Indonesia dengan tujuan yangsama dengan kebijakan
Dana desa.
6.2. Bagan Tahapan Kerja Pada Tahun Ke-2
Agar menjadi lebih mudah dalam melihat tahapan yang akan dilakukan pada tahun ke-2 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5-7
Tahapan Kerja pada Tahun ke-2
56
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Masih sulit untuk turun kelapangan dan banyak aktivitas pangan yang belum bisa
dijalankan karena waktu, kucuran dana yang belum maksimal digunakan untuk
pengembangan BUMDes sampai akhir 2017 kemarin.2. Tim baru mengunjungi kelapangan untuk semua desa yang ada di Kecamatan Beringin
dan sudah melakukan wawancara dan diskusi sederhana dengan kelompok Tani maupun
individual untuk melihat kondisi di lapangan.3. Fakta menujukkan bahwa ada sebahagian penduduk yang bermukim belum tahu tentang
penggunaan dan kebijakan untuk Dana Desa (DD) yang berasal dari APBN dan ADD
(alokasi dana desa) yang b ersumber dari APBD Kabupaten sebagai sumber pendapatan
di APBDes sehingga mereka harus terlibat apa itu BUMDes yang dipilih dan akan
mendukung ekonomi wilayah desa mereka dan mengapa itu didirikan oleh Pemerintah
Desa.4. Peluang secara geografi yang berdekatan langsung dengan sarana Bandara internasional
telah memberikan peluang yang cukup besar untuk megembangkan usaha yang tidak
merusak sektor pertanian sebagai sektor yang utama dalam menggerakkan roda ekonomi
pedesaan di wilayah Kecamatan Beringin, tetapi dapat dikembangkan juga sebagai lokasi
untuk rekerasi sambil mengaggambarkan dunia pendidikan.
57
4.2. SARAN
Adapun saran yang akan dikemkakan pada hasil penelitian tahun 1 dari 2 tahun sebagai berikut :
1. Akibat kurangnya sosialisasi dan akuntabilitas dari pemerintahan desa kepada masyarakat
ssehingga masyarakat banyak yang tidak tahu apa itu BUMDes dan mengapa jenis seperti
itu yang dipilih. Maka perlu dibuat sosialisasi pada masyarakat dengan bantuan
pendampin BUMDes yang berasal dari Perguruan Tinggi.2. Pengenalan secara social dan hukum juga arus diutamakan, karena kondisi ini
melibatkan prosedur yang telah ditentukan oleh pemerintah, jika melanggarnya maka
akan terjebak fenomena korupsi yang sudah menjadi iklim rutinitas sering ditemukan
dalam pemerintahan di Indonesia.3. Pendirina BUMDes harus diawali dari feasibility study yang dapat dipertanggngjawabkan
secara transparan dan bekerjasama dengan komunitas penggerak ekonomi pedesaan atau
dari Perguruan Tinggi yang melakukan implementasi kebijakan KKN dalam penyelesaian
studi di kampusnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ai Siti Farida. 2011. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Jhingan. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maryunani. 2008. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa. Bandung: CVPustaka Setia.
Pratama Raharja. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Purnomo. 2004. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Masyarakat Desa, Makalah, BPMPD,Lombok Timur.
Seyadi. 2003. Bumdes sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Desa. Yogyakarta: UPP STMYKPN.
Straus dan Corbin. 1997. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sudjana. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Todaro MP. (2014) . Ekonomi Pembangunan. (terjemahan) Edisi 10, Jilid I Erlangga Jakarta.
59