UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra...

148
UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI TERKAIT EKSEKUSI GADAI ATAS SAHAM DALAM HAL BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI SAHAM YANG UTANGNYA BELUM DILUNASI PEMBERI GADAI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah Agung RI No. 115 PK/Pdt/2007)“ TESIS CANDRA KARJASAN 1006827884 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SALEMBA Januari 2013 Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

UNIVERSITAS INDONESIA

“PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI TERKAIT

EKSEKUSI GADAI ATAS SAHAM DALAM HAL BERAKHIRNYA

JANGKA WAKTU GADAI SAHAM YANG UTANGNYA BELUM

DILUNASI PEMBERI GADAI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah Agung RI

No. 115 PK/Pdt/2007)“

TESIS

CANDRA KARJASAN

1006827884

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

SALEMBA

Januari 2013

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

i

UNIVERSITAS INDONESIA

“PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI TERKAIT

EKSEKUSI GADAI ATAS SAHAM DALAM HAL BERAKHIRNYA

JANGKA WAKTU GADAI SAHAM YANG UTANGNYA BELUM

DILUNASI PEMBERI GADAI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/20056dan Putusan Mahkamah Agung RI

No. 115 PK/Pdt/2007)“

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam ilmu

hukum

CANDRA KARJASAN

1006827884

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

SALEMBA

Januari 2013

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

i

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat,

karunia dan jawaban dari doa yang didengarnya, sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulisan

tesis ini merupakan salah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi magister dalam

ilmu hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, penulisan tesis

ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan secara langsung maupun

tidak langsung. Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis menghanturkan penghargaan

dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah banyak membantu dan

menolong penulis selama pembuatan tesis ini. Ucapan terima kasih ini khususnya disampaikan

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Rosa Agustina, SH. MH., selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Hukum

Universitas Indonesia sekaligus dosen pembimbing tesis yang telah meluangkan waktunya,

segala dukungannya dan nasehat untuk membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.

2. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang

telah memberikan wawasan pengetahuan dibidang hukum.

3. Keluargaku tercinta khususnya papa dan mama, yang telah memberikan kehidupan kepada

penulis (membesarkan, membimbing, merawat, mencurahkan kasih penulisngnya dan setiap

doa yang selalu mengiringi langkah penulis) hingga saat ini serta kepada kakak-kakakku

yang luar biasa yang selalu memperhatikan dan memberi semangat.

4. Pasangan yang sudah Tuhan sediakan dan berikan kepada penulis, Syona Kania Yoshua yang

tidak pernah henti-hentinya dalam setiap waktu memberikan perhatiannya, dukungan,

semangat dan doa kepada penulis dari awal hingga akhir penyelesaian tesis ini.

5. Rekan-Rekan Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, khususnya

kelas ekonomi B sore (mbak Lucky, Grace, Rini, mbak Nana, Ibrahim, Rizki, Axel, mas Ian,

mas Slamet, Jandi, Indra, Ijo, Cornel, Devina, Putri, Yunan) dan semua anak kelas ekonomi

B sore angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

memberikan semangat dan mendukung penyusunan tesis ini.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

v

6. Teman-teman persekutuan doa yang antusias dan memberikan dukungan doa kepada penulis

dalam penyelesaian tesis ini (Christian, Tomas, Nael, Indra, Edwin, Pinky, Veni, Shienly,

Janice, Amel, Via, Claudia) serta dari komunitas TOFU (Together for Unity) yang tidak

dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis yang disusun ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat

banyak kekurangan karena segala keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Salemba, …………………………

Penulis

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

vii UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK

Nama : Candra Karjasan

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul Tesis :

Terkait dengan parate eksekusi didalam ketentuan eksekusi gadai saham, pelaksanaan gadai

saham pada praktiknya menimbulkan permasalahan hukum, khususnya dalam

pengeksekusiannya. Hal tersebut ditandai dengan adanya penafsiran yang berbeda mengenai

eksekusi gadai saham oleh praktisi hukum maupun yang dihasilkan oleh pengadilan, khususnya

Mahkamah Agung Republik Indonesia, terkait dengan pengaturan jangka waktu dalam perjanjian

gadai itu sendiri. Hal ini menggambarkan belum ada kesamaan penafsiran terhadap eksekusi

gadai saham di Indonesia. Tentunya, perbedaan-perbedaan penafsiran inilah yang nantinya dalam

praktik menimbulkan ketidakpastian hukum, khususnya yang terjadi dalam sengketa perjanjian

gadai saham antara PT. BFI Finance, Tbk (PT. BFI) selaku pemegang gadai dengan PT. Ongko

Multicorpora (PT. OM) dan PT. Aryaputra Teguharta (PT. APT) selaku pemberi gadai. PT.APT

dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah 12 (dua belas) bulan

terhitung sejak tanggal perjanjian, karena itu tanggal jatuh tempo Akta Gadai Saham adalah 1

Juni 2000 dan akibat hukum berakhirnya jangka waktu gadai adalah objek gadai, yaitu saham-

saham yang digadaikan Pemberi Gadai sudah tidak lagi terikat sebagai jaminan hutang kepada

PT.BFI. oleh karena itu pelaksanaan eksekusi gadai saham oleh PT. BFI dengan menjual saham-

saham milik Pemberi Gadai pada tanggal 9 Februari 2001 dianggap sebagai perbuatan melawan

hukum. Berdasarkan dalil Pemberi Gadai tersebut, Majelis Hakim Agung dalam putusan

Mahkamah Agung No. 240 PK/pdt/2006 mengabulkan gugatan Pemberi Gadai (PT. APT) dan

menyatakan tidak sah pelaksanaan eksekusi atas gadai saham yang dilakukan PT. BFI. Namun

terhadap Putusan Permohonan Peninjauan Kembali No. 240 PK/Pdt/2006 tanggal 20 Februari

2007 ternyata terdapat perbedaan baik didalam pertimbangan dan hasil putusan yang kemudian

diajukan oleh PT. OM dalam Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 115

PK/Pdt.2007 dimana pelaksanaan eksekusi gadai saham oleh PT.BFI adalah sah menurut hukum.

Untuk menjawab permasalahan perbedaan penafsiran tersebut, dilakukan penelitian secara

normative terhadap putusan Mahkamah Agung dan peraturan perundang-undangan yang

mendasarinya. Pengolahan data secara kualitatif, sedangkan pengambilan kesimpulan dilakukan

dengan menggunakan logika deduktif. Dengan metode ini diharapkan kesimpulan yang

disampaikan dalam tesis ini dapat menjawab permasalahan kepastian hukum mengenai

pelaksanaan eksekusi atas gadai saham, dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir

tetapi hutang debitor belum dilunasi seluruhnya.

Kata kunci:

Eksekusi gadai saham, jangka waktu perjanjian gadai.

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI TERKAIT

EKSEKUSI GADAI ATAS SAHAM DALAM HAL

BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI SAHAM YANG

UTANGNYA BELUM DILUNASI PEMBERI GADAI (Studi Kasus

Putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 Putusan

Mahkamah Agung RI No. 115PK/Pdt/2007)

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

vii UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRACT

Nama : Candra Karjasan

Program Studi : Master of Law

Judul Tesis : Legal Protection For Pledgee in The Execution of Pledge of Shares

Related To Period Time in Pledge of Shares Agreement Is Expired

But Pledgor Has Not Fulfilled All of The Payment of Debt (Case

Study of Supreme Court Decision No. 240 PK/Pdt/2006 And

Supreme Court Decision No. 115PK/Pdt/2007)

The implementation of pledge on shares raises legal issues, particularly in the enforcement of

the execution in the provision of pledge on shares. It is characterized by the existence of

different interpretations regarding to legal opinion of the execution on pledge of shares,

related to period time in pledge of shares agreement, by legal practitioners nor the Court,

especially the Supreme Court of the Republic of Indonesia. This illustrates that the execution

of pledge of shares in Indonesia has not yet had similar interpretation in legal framework of

pledge. The differences of this interpretation is what will create legal uncertainty, especially

those that occur in pledge of shares agreement disputes between PT. BFI Finance Tbk (PT

BFI) as "pledgee" with PT. Ongko Multicorpora (PT OM) and PT. Aryaputra Teguharta (PT

APT) as "pledgor". PT.APT and PT. OM postulated that Pledge of Shares Agreement term is

during 12 (twelve) months from the date of the agreement, hence the agreement is ended in

June 1, 2000. The expiry of period time in pledge of shares agreement is that pledge property,

the shares which is guaranteed by pledgor is no longer bound as collateral to PT.BFI as

pledgee. Therefore the execution of pledge of shares by PT. BFI which selling the pledgor

shares on February 9, 2001 is considered as a tort. Based on the pledgor arguments, the

Supreme Council of Judges in judicial review of the Supreme Court decision No. 240

PK/pdt/2006 fulfill pledgor (PT APT) petition and outlawed the execution of the pledged

shares selling by PT. BFI. However, the Petition for Judicial Review Decision of supreme

court No. 240 PK/Pdt/2006 dated February 20, 2007 turned out there is a controversial. It is

because of difference both in judgment and the verdict which was then filed by PT. OM in

judicial review of the Supreme Court decision No. 115 PK/Pdt.2007. Its judge that the

enforcement of execution of pledged shares by PT. BFI was lawful. This Thesis is using a

normative research towards the supreme court verdict and legislation underlying to answer

the legal issues which has proposed above. In addition, it uses Qualitative data processing,

while the conclusions made with deductive logic. With these method are expected

conclusions presented in its can answer the problem of legal certainty regarding the execution

of the pledge on shares, especially in which case the contract period has ended but debtor has

not fulfill the debt.

Key Words:

The Execution of Pledge of Share, Period Time in Pledge of Shares Agreement

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

ix UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………………………..... vi

ABSTRAK ………………………………………………………………………………........... vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..…...... ix

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………...….. xi

Bab 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………......………….. 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1

1.2. Pokok Permasalahan ……………………………………………………………… 9

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………. 9

1.4. Metode Penelitian ……………………………………………………………….. 10

1.5. Kerangka Teori ………………………………………………………………….. 12

1.6. Kerangka Konseptual …………………………………………………………… 18

1.7. Sistematika Penulisan …………………………………………………………… 20

Bab 2 TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI SAHAM ……….……………………… 22

2.1. Gadai Sebagai Lembaga Jaminan Kebendaan ……………………………………. 22

2.1.1. Saham Sebagai Objek Gadai……………..……………………………... 27

2.1.2. Inbezitstelling Sebagai Syarat Gadai …………………………………….. 35

2.1.3. Hak dan Kewajiban Pemegang Gadai dan Pemberi Gadai …………….. 37

2.1.4. Larangan Milik Beding ………………………………………………… 41

2.1.5. Pemberian Gadai ……………………………………………………….. 43

2.1.6. Hapusnya Gadai ………………………………………………………... 49

2.2. Gadai dengan Klausul Kuasa untuk Menjual Sendiri …………………………… 53

2.3. Pemberitahuan ……………………………………………….…………………... 57

2.3.1. Perpanjangan Jangka Waktu Gadai ……………………………………. 57

2.3.2. Penjualan Barang Gadai ……………………………………………….. 59

2.4. Eksekusi Gadai ………………………………………………………………….. 60

2.4.1. Timbulnya Hak Pemegang Gadai Melakukan Eksekusi ………………. 60

2.4.2. Tata Cara Eksekusi …………………………………………………….. 62

Bab 3 EKSEKUSI GADAI SAHAM ……………………………………..……………….. 78

3.1. Duduk Perkara …………………………………………………………………... 78

3.2. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan ………………………………………. 84

Bab 4 PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI DALAM EKSEKUSI GADAI

SAHAM …………………………………………………………………………….. 103

4.1. Pemberian Gadai Dalam Perjanjian Pledges of Shares Agreement Tanggal 1 juni

1999 Adalah Sah Demi Hukum ……………………………………………….. 103

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

x UNIVERSITAS INDONESIA

4.2. Tentang Perpanjangan Jangka Waktu Dalam Perjanjian Pledges of Shares

Agreement Tanggal 1 juni 1999 ………………………………………………...107

4.3. Tentang Hak PT. BFI Mengeksekusi Gadai Atas Saham Terkait Jangka Waktu

dalam Perjanjian Pledges of Shares Agreement Tanggal 1 juni 1999 ………… 116

Bab 5 PENUTUP …………………………………………………………………..……… 128

5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 128

5.2. Saran …………………………………………………………………………… 132

DAFTAR REFERENSI

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

xi UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 240 PK/pdt/2006

dan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007 ......................... 100

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi

yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya

yang bersifat terbatas, Perseroan Terbatas juga memberikan kemudahan bagi

pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan perusahaannya (kepada

setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada

perusahaan tersebut.1 Kehadiran Perseroan Terbatas (PT) sebagai suatu

bentuk badan usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan.

Tidak berlebihan dikatakan bahwa kehadiran Perseroan Terbatas sebagai

salah satu sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu

keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar.2

Dalam pembangunan ekonomi sekarang ini, salah satu masalah pokok

yang dihadapi adalah menjamin kesinambungan pembangunan nasional

yaitu dengan mengusahakan tersediannya dana-dana bagi pembiayaan

pembangunan. Masalah tersebut jelas menyangkut satu hal penting yang

dihadapi oleh pemerintah maupun para pengusaha dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan usahanya yang berupa modal/dana

pembiayaan.3 Dalam rangka pembangunan ekonomi suatu negara

dibutuhkan dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat

dipenuhi dengan memberdayakan secara maksimal sumber-sumber dana

yang tersedia. Sumber-sumber dana tersebut tidak hanya mengandalkan

sumber dana dalam negeri saja, tetapi juga dapat menggunakan sumber-

1 Ahmad yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal.1 2 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009), hal.1 3 Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal. 45

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

2

UNIVERSITAS INDONESIA

sumber dana dari luar negeri.4 Dana diperoleh dari pemilik perusahaan itu

sendiri maupun dari hutang, atau dapat dikatakan bahwa sumber dana

perusahaan dapat berasal dari intern maupun ekstern.5

Dalam rangka pembangunan ekonomi indonesia bidang hukum yang

meminta perhatian yang serius dalam pembinaan hukumnya di antaranya

ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan

akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit dan pemberian

fasilitas kredit ini memerlukan jaminan demi keamanan pemberian kredit

tersebut. Pembinaan hukum terhadap bidang hukum jaminan adalah sebagai

konsekwensi logis dan merupakan perwujudan tanggung jawab dari

pembinaan hukum mengimbangi lajunya kegiatan-kegiatan dalam bidang

perdagangan, perindustrian, perseroan, pengangkutan dan kegiatan-kegiatan

dalam proyek pembangunan. Kegiatan-kegiatan demikian dilakukan oleh

warga negara Indonesia pada umumnya, karena kegiatan-kegiatan tersebut

telah menjadi kebutuhan rakyat pada umumnya. Kegiatan-kegiatan tersebut

diatas yang akhirnya memerlukan fasilitas kredit dalam usahanya,

mensyaratkan adanya jaminan bagi pemberian kredit tersebut demi

keamanan modal dan kepastian hukum bagi is pemberi modal. Di sinilah arti

pentingnya lembaga jaminan.6

Dibutuhkannya jaminan dan agunan dalam suatu pemberian fasilitas

kredit adalah semata-mata berorientasi untuk melindungi kepentingan

kreditor, agar dana yang telah diberikannya kepada debitor dapat

dikembalikan sesuai jangka waktu yang ditentukan. Dengan perkataan lain,

pihak pemilik dana (kreditor), terutama lembaga perbankan atau lembaga

pembiayaan mensyaratkan adanya jaminan bagi pemberian kredit demi

keamanan dana dan kepastian hukumnya. Jadi jelaslah bahwa tanpa adanya

4 Abdul R. Salmiman, et.al., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori & Contoh kasus, (Jakarta: kencana, 2007), hal 17 5 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai Saham, (Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 44

6 Sri Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty, 1980), hal. 1-2

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

3

UNIVERSITAS INDONESIA

jaminan dari debitor maka tentu pihak kreditor tidak akan memberikan

fasilitas kredit kepadanya. Ini berarti bahwa dalam kegiatan bisnis, jaminan

mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, keberadaan suatu

ketentuan hukum yang mengatur mengenai lembaga jaminan itu sangatlah

diperlukan.7

Menurut ketentuan Pasal 54 ayat (1) UUPT, bahwa saham merupakan

benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya.

Artinya, bahwa hak atas saham memberikan kekuasaan langsung atas suatu

benda. Kekuasaan mana dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Sebagai

benda bergerak, saham juga dapat digadaikan sebagai jaminan hutang. Pada

prinsipnya, UUPT memberikan kebebasan kepada pemegang saham untuk

menentukan penggadaian saham yang dimiliki oleh perseroan terbatas

sebagaimana diatur dalam Pasal 53 UUPT.8 Sifat ini dipertegas dengan

adanya Daftar Pemegang Saham yang merupakan alat bukti bagi perseroan

atas setiap kepemilikan saham dalam perseroan. Ketentuan ini diperkuat

dengan kewajiban untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham

perseroan untuk setiap bentuk pengalihan, baik penjualan maupun bentuk-

bentuk pengalihan lainnya (maupun penjaminan) saham baru akan efektif

bagi perseroan segera setelah pengalihan (atau penjaminan) tersebut

dicatatkan pada perseroan, menurut bentuk-bentuk formalitas yang diakui

dan diterima oleh perseroan.9 Pihak kreditor hendaknya berhati-hati dalam

menerima tawaran debitor untuk mengikat saham-sahamnya sebagai

jaminan pelunasan hutang debitor di kemudian hari. hal yang harus

diketahui kreditor, apakah saham-saham yang ditawarkan debitor untuk

diikat sebagai jaminan gadai guna menjamin pelunasan hutangnya sudah

disetor penuh nilai nominalnya ke kas perseroan terbatas dari mana saham-

saham tersebut berasal. Saham-saham yang telah diikat sebagai jaminan

gadai tetapi harganya belum disetor penuh ke kas perseroan terbatas

7 Salmiman, et.al.,Op.Cit.,hal. 18 8 Rachmadi Usman (a), Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: P.T. Alumni, 2004), hal. 117 9 Ahmad yani, Gunawan Widjaja,Op.Cit., hal.67

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

4

UNIVERSITAS INDONESIA

merupakan saham-saham yang tidak memiliki nilai ekonomis karena tidak

mungkin ada yang mau membelinya bila dijual guna mendapatkan uang

untuk melunasi hutang debitor pemilik saham kepada kreditor jika debitor

pada akhirnya tidak mampu membayar pinjamannya kepada kreditor. Suatu

barang hanya layak menjadi objek gadai apabila barang tersebut memiliki

nilai ekonomis dan mudah dijual di belakang hari pada saat debitor ingkar

janji untuk mengembalikan pinjamannya kepada kreditor. Barang bernilai

ekonomis dan mudah dijual merupakan dua syarat yang harus dipenuhi

untuk bisa diikat sebagai objek jaminan gadai karena pada akhirnya barang

tersebut hatus dijual dan uang hasil penjualannya untuk melunasi pinjaman

debitor kepada kreditor.10

Menurut pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata), segala harta kekayaan seorang debitor, baik yang berupa

benda-benda bergerak maupun benda-benda tetap, baik yang sudah ada

maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan bagi semua

perikatan utangnya. Dengan berlakunya ketentuan 1131 KUHPerdata itu,

maka dengan sendirinya atau demi hukum terjadilah pemberian jaminan

oleh seorang kreditor kepada setiap kreditornya atas segala kekayaan debitor

itu.11

Permasalahan timbul apabila terdapat beberapa kreditor dan ternyata

debitor cidera janji terhadap salah satu kreditor atau beberapa kreditor itu.

Atau debitor jatuh pailit dan harta kekayaannya harus dilikuidasi. Sudah

barang tentu masing-masing kreditor merasa mempunyai hak terhadap harta

kekayaan debitor itu sebagai jaminan piutang masing-masing. Menurut

ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata, harta kekayaan debitor itu menjadi

jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditor yang memberi utang

kepada kreditor yang bersangkutan. Menurut Pasal 1132 KUHPerdata itu,

10 Usman (a), Op.Cit., hal. 118 11 ST. Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan : Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan), (Bandung: Alumni, 1999), hal. 7

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

5

UNIVERSITAS INDONESIA

hasil dari penjualan benda-benda yang menjadi kekayaan debitor itu dibagi

kepada semua kreditornya secara seimbang atau proporsional menurut

perbandingan besarnya piutang masing-masing. Namun, Pasal 1132

KUHPerdata, memberikan indikasi bahwa diantara para kreditor itu dapat

didahulukan terhadap kreditor-kreditor lain apabila ada alasan-alasan yang

sah untuk didahulukan itu. Alasan-alasan yang sah yang dimaksud didalam

Pasal 1132 KUHPerdata itu, ialah alasan-alasan yang ditentukan oleh

undang-undang. Dalam hal-hal tertentu, adakalanya seorang kreditor

menginginkan untuk tidak berkedudukan sama dengan kreditor-kreditor

lainnya. Karena kedudukan yang sama dengan kreditor-kreditor lain itu

bearti mendapatkan hak yang berimbang dengan kreditor-kreditor lain dari

hasil penjualan harta kekayaan debitor, apabila debitor cidera janji,

sebagaimana menurut ketentuan Pasal 1132 dan 1136 KUHperdata.

Kedudukan yang berimbang itu tidak memberikan kepastian akan

terjaminnya pengembalian piutangnya. Pengadaan hak-hak jaminan seperti

hipotik dan gadai, adalah untuk memberikan kedudukan bagi seorang

kreditor tertentu untuk didahulukan terhadap kreditor-kreditor lain.12

Hukum jaminan yang berlaku pada saat ini mengandung kelemahan,

baik dilihat dari segi perangkat hukumnya maupun pelaksanaannya. Dilihat

dari sistem hukum jaminan, ternyata bahwa hukum jaminan belum berada

dalam sistem yang bulat dan tuntas. Pengaturan hukum jaminan hingga pada

saat ini masih bersifat sporadis dan inkonsisten.13

Dalam hubungan

perutangan dimana ada kewajiban berprestasi dari debitor dan hak atas

prestasi dari kreditur, hubungan hukum akan lancar terlaksana jika masing-

masing pihak memenuhi kewajibannya. Namun hubungan perutangan yang

sudah dapat ditagih (opeisbaar) jika debitor tidak memenuhi prestasi secara

sukarela, kreditur mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya

terhadap harta kekayaan debitor yang dipakai sebagai jaminan. Hak

pemenuhan dari kreditur itu dilakukan dengan cara penjualan/mencairkan

12 Ibid., Hal. 8-10 13 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: alumni, 1994), hal. 76

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

6

UNIVERSITAS INDONESIA

benda-benda jaminan dari kreditur dimana hasilnya adalah untuk pemenuhan

hutang debitor. Penjualan benda-benda tersebut dapat terjadi melalui

penjualan di muka umum karena adanya janji/beding lebih dahulu (parate

executie) terhadap benda-benda tertentu yang dipakai sebagai jaminan.

Kewenangan untuk menjual sendiri pada gadai timbul karena ditetapkan

oleh undang-undang. Dapat disimpulkan bahwa hak untuk menjual atas

kekuasaan sendiri, menguntungkan pemegang gadai dalam dua hal :

1. Tidak membutuhkan titel eksekutorial dalam melaksanakan

haknya/eksekusi.

2. Dapat melaksanakan eksekusi sendiri secara langsung (mandiri) tak

peduli adanya kepailitan dari debitor (diluar pengadilan) karena dia

tergolong separatis.14

Dalam hukum terdapat berbagai prosedur eksekusi jaminan kredit,

mengikuti jenis jaminan dan dokumen yang dipilih. Sayangnya, hampir

semua prosedur tersebut dalam praktek tidak bisa dibilang cepat, murah,

apalagi sederhana. Prosedur paling cepat tentunya apabila kredit dapat

langsung menghaki (mendaku) barang jaminan tanpa harus menjualnya

kepada orang lain. Tapi, hal ini dengan tegas dilarang, baik dalam UU

maupun dalam yurisprudensi. Namun demikian, kadang-kadang dalam

prakteknya upaya ini dilakukan juga dengan berlindung dibawah panji-panji

hukum menjual (oleh debitor) dengan hak membeli kembali. Pranata sale

and lease back dalam hukum leasing adalah salah satu contohnya, dan ini

dibenarkan dalam praktek. Cara eksekusi lainnya berupa menjual jaminan

dibawah tangan langsung kepada pembeli tanpa melalui kantor lelang. Hal

ini “mestinya” dapat saja dilakukan jika ada kuasa khusus untuk itu, yang

disebut kuasa menjual. Sayangnya, walaupun kuasa jual sangat popular

dalam praktek, banyak hakim yang tidak business minded, tidak menyukai

pranata itu dengan alasan yang sulit dicerna. Sekadar untuk menghindari

percekcokan yang merupakan tindak pidana, tentu bantuan polisi dapat

14 Sofwan, Op.Cit., hal 31-33

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

7

UNIVERSITAS INDONESIA

dimintakan. Bahkan, dalam hal-hal tertentu, seperti pada jaminan fidusia,

ikut campurnya pihak kepolisian justru diatur dalam perjanjian. Lebih aman

lagi, jika penjualan tersebut dilakukan di depan umum misalnya dengan

memasang iklan di koran-koran. Atau, menghindari tuduhan debitor tentang

harga yang tidak wajar, bantuan seorang appraiser professional untuk

menaksir harga dapat dimintakan. Cara eksekusi lainnya adalah menjual di

depan umum via kantor lelang tanpa ada campur tangan pengadilan. secara

teoretis hal ini dapat diberlakukan. Tapi sangat disayangkan, terdapat

keengganan kantor lelang untuk melakukan eksekusi tersebut, bahkan

dengan adanya putusan MA No. 3210K/Pdt/1984, secara tidak masuk akal

dilarang bagi kantor lelang untuk melakukan eksekusi, tanpa adanya

penetapan pengadilan untuk itu. 15

Dihubungkan dengan masalah penjualan umum terdapat ketentuan

bahwa pelaksanaan eksekusi dan perjanjian penjaminan berdasarkan

ketentuan yang ada harus melalui penjualan umum/pelelangan umum. Baik

pelaksanaan eksekusi itu melalui prosedur beslag ataupun berdasarkan janji

untuk menjual atas kekuasaan sendiri (parate eksekusi). Ternyata prosedur

penjualan umum ini tidak dapat berjalan dengan lancar dan banyak

menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi si kreditur terlebih-lebih si

debitor, yaitu karena adanya biaya penjualan umum yang cukup tinggi yang

dapat memberatkan bagi pihak debitor maupun kreditur. Juga terjadinya

harga penjualan yang rendah, sehingga merugikan bagi si kreditur sebagai

pihak yang akan meminta pemenuhan piutangnya dan bagi si debitor yang

akan meminta sisa harga penjualannya. Oleh karena itu dalam praktek sering

terjadi bahwa eksekusi itu dilakukan lewat penjualan di bawah tangan, agar

memperoleh harga yang tinggi, yaitu berdasarkan harga tertinggi dari calon

pembeli yang disetujui oleh kedua belah pihak yaitu debitor dan bank.16

Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai dalam hal yang

berutang wanprestasi. Dari hasil penjualan, ia berhak mengambil pelunasan

15 Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Kesatu, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 168-169 16 Ibid., hal. 35-36

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

8

UNIVERSITAS INDONESIA

utangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan itu. Hak itu

juga berlaku, dalam hal pemberi gadai pailit (pasal 1155 ayat 1

KUHPerdata).17

Untuk melakukan penjualan ini, pemegang gadai harus

terlebih dahulu memberikan peringatan (sommatie) kepada pemberi gadai

supaya utangnya dibayar. Penjualan harus dilakukan di depan umum,

menurut kebiasaan setempat, serta atas syarat yang lazim berlaku (pasal

1150 ayat 1 KUHPerdata). Ketentuan ini bersifat memaksa karena

berhubungan dengan ketertiban umum. Setelah penjualan dilakukan,

pemegang gadai memberikan pertanggungjawaban tentang hasil penjualan

itu kepada pemberi gadai. Jika barang gadai terdiri atas barang-barang

perdagangan atau efek yang dapat diperdagangkan di pasar atau di bursa,

penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut asal dengan

perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam perdagangan barang-barang

itu (pasal 1155 ayat 2 KUHPerdata).18

Terkait dengan parate eksekusi didalam ketentuan eksekusi gadai saham,

gadai saham pada praktiknya menimbulkan permasalahan hukum,

khususnya dalam pengeksekusiannya. Hal tersebut ditandai dengan adanya

penafsiran yang berbeda mengenai eksekusi gadai saham oleh praktisi

hukum maupun yang dihasilkan oleh pengadilan, khususnya Mahkamah

Agung Republik Indonesia. Hal ini menggambarkan belum ada kesamaan

penafsiran terhadap eksekusi gadai saham di Indonesia. Tentunya,

perbedaan-perbedaan penafsiran inilah yang nantinya dalam praktik

menimbulkan ketidakpastian hukum. Apabila ini dibiarkan berlarut-larut,

akan menurunkan tingkat kepastian hukum berinvestasi di Indonesia. 19

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan hal-hal seperti yang telah

diungkapkan sebelumnya, membuat Penulis ingin memberikan gambaran

mengenai pengaturan serta penyelesaian eksekusi gadai atas saham dengan

judul “PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI TERKAIT

EKSEKUSI GADAI ATAS SAHAM DALAM HAL BERAKHIRNYA

17 Badrulzaman, Op.Cit., hal. 93

18 Ibid., hal. 95-96

19 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 44-45

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

9

UNIVERSITAS INDONESIA

JANGKA WAKTU GADAI SAHAM YANG UTANGNYA BELUM

DILUNASI PEMBERI GADAI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung RI

No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah Agung RI No.

115PK/Pdt/2007)“.

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Perlindungan hukum Pemegang Gadai dalam mengeksekusi

saham yang digadaikan dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah

berakhir namun utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai ?

2. Bagaimana penerapan eksekusi Pemegang Gadai atas saham yang

digadaikan dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir

namun utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai dalam Putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah

Agung RI No. 115PK/Pdt/2007 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang diuraikan maka tujuan yang

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai bagaimana

perlindungan hukum pemegang gadai mengeksekusi saham yang

digadaikan dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir

namun utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai.

2. Untuk menganalisis penerapan eksekusi Pemegang Gadai atas saham

yang digadaikan dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir

namun utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai dalam Putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah

Agung RI No. 115PK/Pdt/2007.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

10

UNIVERSITAS INDONESIA

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara peneliti untuk memperoleh data

ilmiah terhadap suatu objek sehingga dapat dicapai kebenaran yang obyektif.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalma penelitian untuk

penulisan tesis ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif artinya data hasil

penelitian diolah dan diuraikan untuk memberikan gambaran fakta-fakta

sehubungan dengan eksekusi gadai atas saham yang dilakukan

Pemegang Gadai dalam hal berakhirnya jangka waktu gadai saham yang

utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai. Oleh karena itu, metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif20

yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan penelitian hukum kepustakaan

terhadap asas-asas hukum yang dapat dilakukan pada peraturan

perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai hukum lembaga

jaminan gadai. Tujuannya adalah untuk mempelajari satu atau beberapa

gejala hukum tertentu dengan menganalisanya, juga diadakan

pemeriksaan terhadap fakta hukum tersebut dan kemudian mencari

pemecahan atas permasalahan yang timbul dari gejala yang ada.

2. Sumber Data

Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder tersebut

diperoleh melalui sumber kedua, yaitu melalui studi kepustakaan, yaitu

dari data-data yang sudah tersedia. Data sekunder terdiri dari :

a. Bahan hukum primer21

yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

dan terdiri dari : Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan UUD

20 Metode penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal adalah penelitian-penelitian atas hukum yang dikonsepsikan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut dan dikembangkan dalam kajian-kajian hukum. Lihat M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 25. 21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.3, (Jakarta: UI Pers, 2006),, Hal. 51.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

11

UNIVERSITAS INDONESIA

1945 dan ketetapan-ketetapan MPR, Peraturan Perundang-undangan,

seperti UU dan peraturan yang setaraf, Keputusan Presiden dan

peraturan yang setaraf, Keputusan Menteri dan peraturan yang

setaraf, Peraturan-Peraturan Daerah, Bahan Hukum yang tidak

dikodifikasikan, Yurisprudensi, Traktat, Bahan Hukum dari zaman

penjajahan yang hingga kini masi berlaku.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer. Misalnya rancangan

undang-undang, hasil –hasil penelitian, hasil karya dari kalangan

hukum.

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

Contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan bahan hukum

primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

hukum jaminan gadai dan putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia yang telah berkekuatan hukum tetap untuk mengetahui kasus

tersebut, juga menggunakan bahan hukum sekunder yang berupa hasil

karya ilmiah para penulis sebelumnya, dalam hal ini karya ilmiah yang

berhubungan langsung dengan judul penulis.

3. Cara dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui Metode Kepustakaan / Library

Research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data baik

dari buku-buku ilmiah maupun peraturan perundang-undangan

khususnya yang mengatur mengenai hukum lembaga jaminan gadai serta

Studi kepustakaan ini dilakukan di beberapa tempat, seperti

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Fakultas Hukum

Universitas Trisakti.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

12

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, yaitu data

kepustakaan. Keseluruhan data hasil penelitian akan dikemukakan dan

akhirnya yang akan menjawab pokok permasalahan dari penelitian ini.22

5. Cara Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode

deduktif23

, yaitu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum

terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian

khusus. Hal-hal umum yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan dalam hal ini adalah semua aturan hukum yang berkaitan

dengan gadai yang kemudian ditarik pada pernyataan-pernyataan yang

sifatnya khusus dan akhirnya yang akan menjawab pokok permasalahan

dari penelitian ini.

1.5. Kerangka Teori

Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari istilah security of law,

zekerheidsstelling, atau zekerheidsrechten. Dalam keputusan seminar hukum

jaminan yang diselenggarakan oeh badan pembinaan Hukum Nasional

Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta

menyimpulkan, bahwa istilah "hukum jaminan" itu meliputi pengertian baik

jaminan kebendaan maupun perorangan. Berdasarkan kesimpulan tersebut,

pengertian hukum jaminan yang diberikan didasarkan kepada pembagian

jenis lembaga hak jaminan, artinya tidak memberikan perumusan pengertian

hukum jaminan, melainkan jaminan kebendaan dan jaminan perorangan.

Menurut J. Satrio hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang

mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditor tetrhadap

22 Ibid., Hal. 264 23 Soentandyo Wignjosoebroto menjelaskan metode penalaran deduktif, yaitu proses bernalar yang bermula dari statemen umum untuk tiba pada suatu kesimpulan yang khusus tentang suatu hal tertentu dalam Sulistyowati Irianto dan Shidarta, Metode Penelitian Hukum : Konstelasi dan Refleksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2011), hal. 98.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

13

UNIVERSITAS INDONESIA

seorang debitor. Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum

jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan

pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.

Dari dua pendapat perumusan pengertian hukum jaminan diatas

dihubungkan dengan kesimpulan Seminar Hukum Jaminan tahun 1978,

intinya dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur

hubungan hukum antara pemberi jaminan (debitor) dan penerima jaminan

(kreditor) sebagai akibat pembebanan suatu utang tertentu (kredit) dengan

suatu jaminan (benda atau orang tertentu). Dalam hukum jaminan tidak

hanya mengatur perlindungan hukum terhadap kreditor sebagai pihak

pemberi utang saja, melainkan mengatur perlindungan hukum terhadap

debitor sebagai pihak penerima utang. Dengan kata lain, hukum jaminan

tidak hanya mengatur hak-hak kreditor yang berkaitan dengan jaminan

pelunasan utang tertentu, namun sama-sama mengatur hak-hak kreditor dan

hak-hak debitor berkaitan dengan jaminan pelunasan utang tertentu

tersebut.24

Ditilik dari sistematika KUHPerdata, pada prinsipnya hukum jaminan

merupakan bagian dari hukum kebendaan. Secara rinci materi kandungan

ketentuan-ketentuan hukun jaminan yang termuat dalam Buku II

KUHPerdata tersebut diatur dalam Bab XX Pasal 1150 sampai dengan Pasal

1160 tentang Gadai.25

Pada prinsipnya pengaturan hukum jaminan yang

termuat dalam Buku II KUHPerdata menganut sistem tertutup (clossed

system), dalam arti hak-hak jaminan kebendaan diatur secara limitatif,

dimana seseorang tidak dapat secara bebas menciptakan hak jaminan

kebendaan. Karena Buku II KUHperdata menganut sistem tertutup, maka

ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal Buku II KUHPerdata bersifat

memaksa, artinya harus dipatuhi, dituruti, tidak boleh disimpangi dengan

24 Rachmadi Usman (b), Hukum Jaminan Keperdataan, ed.1.Cet.2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.1-2 25 Ibid., hal. 4

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

14

UNIVERSITAS INDONESIA

mengadakan ketentuan baru mengenai hak-hak kebendaan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga adanya kepastian hukum. Sifat absolut dari hak

kebendaan ini merupakan salah satu ciri hak kebendaan, yang mengharuskan

setiap orang untuk menghormati hak tersebut.26

Mariam Darius Badrulzaman merumuskan jaminan sebagai suatu

tanggungan yang diberikan oleh seorang debitor dan/atau pihak ketiga

kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan. Hal

yang sama dikemukan oleh Hartono Hadisaputro, yang menyatakan jaminan

adalah sesuatu yang diberikan debitor kepada kreditor untuk menimbulkan

keyakinan bahwa debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.27

Mariam Darus Badrulzaman

mengemukakan asas-asas hukum jaminan. Asas-asas ini meliputi asas

filosofis, asas konstitusional, asas politis dan asas operasional (konkret)

yang bersifat umum. Asas operasional dibagi menjadi asas sistem tertutup,

asas absolute, asas mengikuti benda, asas publisitas, asas spesialitet, asas

totalitas, asas assesi perlekatan, asas konsistensi, asas pemisahan horizontal,

dan asas perlindungan hukum.28

Jeremy bentham menyebutkan bahwa "the aim of law is The Greatest

Happiness for the greatest number".29

Bentham mengemukakan agar

pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga

masyarakat secara indvidu.30

Mengingat bahwa manusia itu sepanjang

hidupnya selalu diancam bahaya sehingga dibutuhkan perlindungan dalam

bentuk hukum, maka tujuan hukum adalah mengatur masyarakat dan

26 lihat juga penjelesan pengaturan hukum jaminan yang termuat dalam Buku II KUHPerdata yang bersifat tertutup dalam H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal.12 27 Usman (b), Op.Cit., hal.69 28 pemaparan asas-asas hukum yang dikemukan oleh Mariam Darus tidak diberikan pengertian dan penjelasan yang lengkap, namun H. Salim HS mencoba menjelaskan dalam bukunya berjudul Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal.10-11 29 H.R. Otje Salman S, Filsafat Hukum Perkembangan dan Dinamika Masalah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal.44 30 Ibid., hal.72

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

15

UNIVERSITAS INDONESIA

melindungi kepentingan manusia dan masyarakat. Jadi, tujuan hukum adalah

perlindungan kepentingan dan ketertiban masyarakat. 31

Hukum adalah

kaidah sosial untuk mengatur perilaku manusia atau masyarakat agar

kepentingan-kepentingannya terlindungi. Pelaksanaan hukum dapat terjadi

secara suka rela antarmanusia. Orang membeli sesuatu dengan suka rela

akan membayar harga barangnya. Orang berutang, maka pada saatnya

dengan suka rela ia akan melunasinya. Akan tetapi, kalau hukum itu tidak

dilaksanakan, orang membeli tidak dengan suka rela membayar harga

barang, utang, tidak melunasi utangnya atau terjadi pelanggaran hukum

seperti pencurian, penganiayaan dan sebagainya, maka hukum itu harus

dapat dipaksakan pelaksanaannya. 32

Untuk menanggung atau menjamin

pembayaran atau pelunasan utang tertentu debitor umumnya diwajibkan

menyediakan jaminan berupa agunan (kebendaan tertentu) yang dapat dinilai

dengan uang, berkualitas tinggi, dan mudah dicairkan yang nilainya minimal

sebesar jumlah utang yang diberikan kepadanya. Dalam kaitan ini sudah

semestinya jika pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (debitor) serta

pihak lainnya yang terlibat di dalamnya mendapatkan perlindungan hukum

yang sama dan seimbang melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan

memberikan kepastian hukum. 33

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa

kebendaan jaminan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan

sekaligus kepastian hukum, baik kepada kreditor maupun kepada debitor.

Bagi kreditor, dengan diikatnya suautu utang dengan kebendaan jaminan,

hal itu akan memberikan kepastian hukum jaminan pelunasan utang debitor

seandainya debitor wanprestasi atau dinyatakana pailit. Kebendaan jaminan

akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan dan

lembaga keuangan lainnya atau perseorangan bahwa utang debitor (piutang

kreditor) beserta dengan bunganya akan tetap kembali dengan cara

menguangkan kebendaan jaminan utang yang bersangkutan. Sebaliknya bagi

debitor, hal ini akan menjamin ketenangan dan kepastian dalam berusaha.

31 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, ed.revisi, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2012), hal.75 32 Ibid., hal.76 33 Usman (b), Op.Cit., hal.32-33

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

16

UNIVERSITAS INDONESIA

Karena dengan modal yang dimilikinya debitor yang bersangkutan dapat

mengembangkan bisnis atau usahanya lebih lanjut. Seandainya debitor tidak

mampu melunasi utang dan bungannya, maka pihak kreditor dapat

melakukan eksekusi terhadap objek jaminan untuk diuangkan.34

Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan

kepada pemegangnya. Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak

memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya. Hak tersebut dapat

dipertahankan terhadap setiap orang.35

Saham adalah bagian pemegang

saham di dalam perusahaan, yang dinyatakan dengan angka dan bilangan

yang tertulis pada surat saham yang dikeluarkan oleh perseoran. Jumlah

yang tertulis pada tiap-tiap lembar surat saham itu disebut nilai nominal

saham. Kepada pemegang saham diberikan bukti pemilikan saham untuk

saham yang dimilikinya. Bukti pemilikan saham atas tunjuk berupa surat

saham, sedangkan bukti kepemilikan saham atas nama, diserahkan kepada

para pihak pemegang saham dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar sesuai

dengan kebutuhan.36

Menurut Achmad Ichsan, Saham merupakan bagian

modal dasar perseroan yang memberikan hak kepada pemiliknya terhadap

kekayaan perseroan terbatas. Saham adalah bukti surat tanda bukti ikut

sertanya dalam perseroan terbatas. Saham itu menunjukkan hak dan

kewajiban serta hubungan hukum antara pemiliknya. Dengan perseroan

terbatas dan pemiliknya mewakili sebanding dengan jumlah besarnya saham

yang dimiliki dalam modal perseroan terbatas itu.37

Saham itu adalah bukti

keikutsertaan pemiliknya dalam Perseroan Terbatas, serta menunjukkan

tentang adanya hak dan kewajiban bagi pemiliknya. Pembagian modal di

dalam perseroan dalam saham diatur biasanya di dalam akte pendirian.38

34 Ibid., hal.70-71 35 C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Ekonomi) Bagian 3, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1996), hal.42 36 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan: Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undanf di Bidang Usaha, (Bekasi: kesaint Blanc, 2006), hal. 193 37 Usman (b), Op.Cit., hal. 101 38 Ign. Ridwan Widyadharma, Hukum Perseroan Terbatas menurut Undang-undang RI No. 1 Tahun 1995, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995), hal. 31

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

17

UNIVERSITAS INDONESIA

Menurut Mariam darius Badrulzaman, parate eksekusi merupakan

wewenang yang diberikan kepada kreditor untuk mengambil pelunasan

piutang dari kekayaan debitor tanpa memiliki eksekutoriale title. Sedangkan

menurut J.Satrio, pemegang gadai berdasarkan parate eksekusi menjual

barang gadai, seakan-akan seperti menjual barangnya sendiri. Pemegang

gadai dengan hak tersebut mempunyai sarana pengambilan pelunasan yang

dipermudah, disederhanakan.39

Secara khusus dalam pasal 1155 ayat (2)

KUHPerdata diatur mengenai cara eksekusi barang gadai berupa barang-

barang perdagangan atau surat-surat berharga di pasar modal. Pasal 1155

ayat (2) KUHPerdata menyatakanc: " Bila gadai itu terdiri dari barang

dagangan atau dari efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa,

maka penjualannya dapat dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan

perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam bidang itu ". Pasal 1155

ayat (2) KUHPerdata mengatur secara khusus mengenai cara eksekusi

barang gadai yang terdiri atas barang-barang perdangangan dan surat-surat

berharga yang diperjualbelikan di pasar modal, yaitu penjualannya

dilakukan di pasar atau di bursa efek di tempat kreditor pemegang gadainya

bertempat tinggal dengan bantuan perantaraan 2 (dua) orang makelar yang

memang ahli dalam perdagangan barang-barang tersebut.40

1.6. Kerangka Konseptual

Dalam perspektif hukum perbankan, istilah "jaminan" ini dibedakan

dengan istilah "agunan". Dibawah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967

tentang Pokok-Pokok Perbankan, tidak dikenal istilah "agunan", yang ada

istilah “jaminan". Sementara dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998, memberikan pengertian tidak sama dengan istilah "jaminan"

menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.

Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 diberi

istilah "agunan" atau "tanggungan", sedangkan jaminan menurut Undang-

39 Usman, Op.Cit., hal. 136-137 40 Ibid., Hal. 140

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

18

UNIVERSITAS INDONESIA

undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain, yaitu "keyakinan atas iktikad dan

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya

atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan”.

Adapun istilah "agunan", ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998, diartikan sebagai berikut: " Agunan adalah jaminan

tambahan yang diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka

pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.41

Perumusan gadai diberikan dalam pasal 1150 KUHPerdata yang

bunyinya sebagai berikut : "Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang

berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh

seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang

memberikan kekuasaan kepada is berpituang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang

berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah

barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan". Dari

perumusan Pasal 1150 KUHPerdata di atas dapat diketahui, bahwa gadai

merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu

milik debitor atau seseorang lain atas nama debitor untuk dijadikan sebagai

jaminan pelunasan utang tertentu, yang memberikan hak didahulukan

(voorrang preferensi) kepada pemegang hak gadai atas kreditor lainnya,

setelah terlebih dahulu barang-barang gadai yang diambil dari hasil

penjualan melalui pelelangan umum atas barang-barang yang digadaikan.42

Bertalian dengan parate eksekusi pemegang gadai, ketentuan dalam

Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata menyatakan : " Bila oleh pihak-pihak yang

41 Usman (b), Op.Cit., hal. 66-67. Lihat juga penjelasan istilah dan pengertian jaminan dalam H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 21 42 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal.33

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

19

UNIVERSITAS INDONESIA

berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitor atau pemberi gadai tidak

memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang ditentukan,

atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janji dalam hal tidak

ada ketentuan tentang jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk

menjual barang gadainya di hadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan

setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar

jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil

penjualan itu." Pasal diatas menunjukkan kepada kita bahwa ketentuan Pasal

1155 KUHPerdata merupakan ketentuan yang bersifat menambah

(aanvullendrecht), karena para pihak bebas menetapkan lain. Dalam hal para

pihak tidak menyimpang dari ketentuan tersebut, barulah Pasal 1155

KUHPerdata berlaku.43

Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan

sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek

Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.44

Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki

sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki

modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)

atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.45

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk menyusun suatu karya tulis ilmiah diperlukan suatu susunan

rincian pemikiran yang teratur dan berurutan. Tesis ini merupakan suatu

penulisan ilmiah, karena masing-masing bab merupakan kelanjutan dari

tulisan pada bab-bab sebelumnya. Disini penulis terlebih dahulu

mengemukakan sistematika yang dipergunakan agar yang dibahas akan

43 Usman (b), Op.Cit., hal.136 44 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No.8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 1 angka 4 45 Ibid., Pasal 1 angka 22

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

20

UNIVERSITAS INDONESIA

tersusun secara terpadu dan sistematis serta mengarah pada tujuan pokok

permasalahan yang akan dibahas. Oleh karena itu di dalam penyusunan tesis

ini penulis membaginya dalam lima BAB dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Di dalam bab 1 penulis menguraikan mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kerangka

teori, kerangka konseptual dan sistematika pembahasan.

BAB 2 TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI SAHAM

Di dalam bab ini akan dibahas mengenai gadai sebagai lembaga

jaminan, saham sebagai objek gadai, inbezitstelling sebagai

syarat gadai, hak dan kewajiban pemberi dan pemegang gadai,

larangan milik beding, pemberian gadai, gadai terkait klausul

kuasa menjual sendiri, pemberitahuan terkait perpanjangan dan

penjualan objek gadai, eksekusi gadai.

BAB 3 EKSEKUSI GADAI SAHAM

Berisi mengenai uraian pokok permasalahan yang menjadi dasar

sengketa, pertimbangan hukum dan putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/2006 dan Putusan Mahkamah Agung RI No.

115PK/Pdt/2007.

BAB 4 PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI DALAM

EKSEKUSI GADAI SAHAM

Berisi mengenai analisis data mengenai perlindungan hukum

terhadap pemegang gadai dalam mengeksekusi saham yang

digadaikan dalam hal jangka waktu perjanjian gadai telah

berakhir namun utangnya belum dilunasi Pemberi Gadai, upaya

penyelesaian berkaitan dengan eksekusi gadai atas saham yang

digadaikan, yang dalam bab ini penulis menganalisa tentang

gugatan perbuatan melawan hukum yang dikaitkan dengan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

21

UNIVERSITAS INDONESIA

putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan putusan

Mahkamah Agung RI No. 115PK/Pdt/2007.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dalam bab-bab sebelumnya,

dan memberikan suatu gambaran apa yang telah dikemukakan

dan akhirnya dapat memberikan saran-saran.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

22 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2

TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI SAHAM

2.1. Gadai Sebagai Lembaga Jaminan Kebendaan

Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat

objek jaminan utang yang berupa barang bergerak. Gadai diatur oleh ketentuan-

ketentuan Pasal 1150 – Pasal 1160 KUHPerdata. Beberapa diantara ketentuan

gadai sebagaimana yang tercantum dalam KUHPerdata adalah sebagai berikut:

a. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang

bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain

atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu

untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada

orang-orang berpiutang lainnya; dengan mengecualikan biaya untuk melelang

barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya

setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya tersebut harus didahulukan (Pasal

1150 KUHPerdata). 1

Berdasarkan ketentuan diatas, jelaslah bahwa dalam gadai ada kewajiban dari

seseorang debitor untuk menyerahkan barang bergerak yang dimilikinya

sebagai jaminan pelunasan utang, serta memberikan hak kepada si berpiutang

untuk melakukan penjualan atau pelelangan atas barang tersebut apabila

debitor tidak mampu menebus kembali barang dimaksud dalam jangka waktu

yang telah ditentukan. 2 Dari perumusan pasal 1150 KUHPerdata diatas dapat

diketahui, bahwa gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas

kebendaan bergerak tertentu milik debitor atau seseorang lain atas nama

debitor untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang

1 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), Hal 13-14 2 Abdul R. Saliman, et.al., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta: Kencana, 2007), hal 38-39

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

23

UNIVERSITAS INDONESIA

memberikan hak didahulukan kepada pemegang gadai atas kreditor lainnnya,

setelah terlebih dahulu didahulukan dari biaya untuk lelang dan biaya

menyelamatkan barang-barang gadai yang diambil dari hasil penjualan

melalui pelelangan umum atas barang-barang yang digadaikan. 3

b. Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat diperbolehkan bagi

pembuktian persetujuan pokok (Pasal 1151 KUHPerdata). Perjanjian gadai

dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa akte autentik atau di bawah tangan.

c. Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bawa diletakkan

dengan membawa barang yang dijadikan objek gadai di bawah kekuasaan si

berpiutang ataupun dibawah kekuasaan seorang pihak ketiga, tentang siapa

telah disetujui oleh kedua belah pihak (Pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata). 4

Benda gadai adalah benda bergerak. Oleh karena itu harus ada hubungan yang

nyata antara benda dan pemegang gadai. Benda gadai harus diserahkan oleh

pemberi gadai kepada pemegang gadai. Benda gadai tidak boleh berada dalam

kekuasan pemberi gadai. Rasio dari penguasaan ini ialah sebagai publikasi

untuk umum, bahwa hak kebendaan atas benda bergerak itu ada pada

pemegang gadai. 5

d. Tidak sah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan

si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si

berpiutang (Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata)

e. Hak gadai hapus apabila barang yang dijadikan objek gadai keluar dari

kekuasaan si pemegang gadai. Apabila barang tersebut hilang dari tangan

pemegang gadai atau dicuri darinya, ia berhak menuntutya kembali

sebagaimana disebutkan dalam pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata, sedangkan

3 Rachmadi Usman (a), Hukum Jaminan Keperdataan, ed.1 cetakan kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal 105 4 Bahsan, Op.Cit., hal 14 5 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumi, 1994), hal. 93

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

24

UNIVERSITAS INDONESIA

apabila barang tersebut kembali diperolehnya, hak gadai dianggap tidak

pernah hilang (Pasal 1152 ayat (3) KUHPerdata)

f. Hal tidak berkuasanya si pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan barang

yang dijadikan objek gadai tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada si

berpiutang yang telah menerima barang tersebut dalam gadai, dengan tidak

mengurangi hak pihak yang kehilangan atau kecurian barang itu, untuk

menuntunya kembali (Pasal 1152 ayat (4) KUHPerdata. Ketentuan yang

mengatur tentang keharusan objek jaminan utang dibawah kekuasaan pihak

pemberi pinjaman perlu dipatuhi karena bila objek jaminan utang uang diikat

dengan gadai tersebut tetap berada pada pihak peminjam, pengikatan melalui

gadai tersebut batal demi hukum. Bila hal seperti demikian terjadi dalam

pemberian kredit perbankan, dapat dikatakan bahwa pemberian kredit yang

bersangkutan adalah tanpa jaminan kredit dan mempunyai akibat terhadap

penilaian tingkat kesehatan bank sebagai pemberi kredit.

g. Apabila si berutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-

kewajibannya, maka tidak diperkenankan si berpiutang memiliki barang yang

dijadikan objek gadai (Pasal 1154 ayat (1) KUHPerdata). Segala janji yang

bertentangan dengan ketentuan tersebut adalah batal (Pasal 1154 ayat (2)

KUHPerdata. 6

h. Hak gadai bersifat kebendaan dan mengikuti benda gadai (droit de suite)

karenanya pemegang gadai berhak menuntut haknya atas benda yang

digadaikan dalam tangan siapapun benda itu berada dan pemegang gadai

berhak menjual benda yang digadaikan jika debitor cidera janji.

i. Hak Didahulukan

Pemegang gadai berkedudukan “preferen” yang berarti harus didahulukan

diantara para kreditor lainnnya, dan untuk didahulukan dalam pemegangan

pembayaran tagihannya dari hasil penjualan benda dalam pemegangan

6 Bahsan, Op.Cit., hal 13-14

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

25

UNIVERSITAS INDONESIA

pembayaran tagihannya dari hasil penjualan benda yang digadaikan, kecuali

jika ditentukan lain oleh Undang-Undang. Misalnya, pembayaran biaya lelang

dan biaya untuk menyelamatkan barang gadai, tagihan pajak Negara harus

didahulukan (Pasal 1133 jo. Pasal 1137 jo. 1150 KUHPerdata). 7

Mengenai hak didahulukan ini ditentukan dalam pasal 1151 KUHPerdata,

yang mengatakan bahwa gadai memberikan kekuasaan pada yang berpiutang

untuk mengambil pelunasan dari benda tersebut secara didahulukan daripada

orang-orang berpiutang lainnya. 8

j. Pemegang gadai berkedudukan sebagai “separatis”, yaitu pemegang gadai

dapat mengeksekusi hak gadainya seolah-olah debitor tidak dinyatakan pailit.

Hak eksekusi tersebut dapat ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90

(Sembilan puluh) hari setelah keputusan kepailitan debitor diucapkan (Pasal

55 ayat (1) dan Pasal 56 ayat (1) Undnag-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 9

Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai dalam hal si berutang

wanprestasi. Dari hasil penjualan, ia berhak mengambil pelunasan piutangnya

beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan itu. Hak itu juga berlaku,

dalam hal pemberi gadai pailit (1155 ayat (1) KUHPerdata). 10

k. Menurut Pasal 1160 KUHPerdata, jika utang yang dijamin dengan gadai

dibayar untuk sebagian, hak gadai tidak hapus untuk sebagian. Setiap hutang

(dan setiap bagian dari hutang) menindih setiap bagian maupun seluruh benda

jaminan sebagai satu kesatuan, bukan sebagai benda berdiri sendiri-sendiri,

sekalipun benda jaminannya dibagi-bagi. 11

Gadai mempunyai sifat tidak

dapat dibagi-bagi, yaitu membebani secara utuh objek kebendaan atau barang-

barang yang digadaikan dan setiap bagian daripadanya, dengan ketentuan

7 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai Saham, (Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal.6 8 Badrulzaman, Op.Cit., hal. 94 9 Suharnoko, Kartini Muljadi, Loc.Cit., hal.6 10 Badrulzaman, Op.Cit., hal. 94 11 Suharnoko, Kartini Muljadi, Loc.Cit., hal.6

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

26

UNIVERSITAS INDONESIA

bahwa apabila telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin, maka tidak

berarti terbebasnya pula sebagian kebendaan atau barang-barang digadaikan

dari beban hak gadai, melainkan hak gadai itu tetap membebani seluruh objek

kebendaan atau barang-barang yang digadaikan untuk sisa utang yang belum

dilunasi (Pasal 1160 KUHPerdata). 12

Karakteristik dari gadai adalah barang yang dijadikan jaminan dilepaskan dari

kekuasan pemberi gadai (debitor) dan harus diserahkan (secara fisik) kepada

pemegang gadai (kreditor). Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata menyatakan bahwa

tidak sah hak gadai atas benda yang dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan

pemberi gadai (debitor), sekalipun kembalinya barang itu kepada debitor atas

kemauan kreditor.

Kreditor dilarang memiliki barang gadai, hal ini untuk melindungi kaum lemah

yang memerlukan pinjaman, dari perbuatan curang pemilik uang yang akan

memberikan pinjaman kepada pemilik barang gadai. Walaupun dalam

pelaksanaannya masih ditemukan cara yang tidak terpuji dari pemilik uang yang

menghendaki barang gadai milik peminjam uang yaitu dengan diperjanjikan

bahwa bila lewat waktu gadai tidak ditebus, maka barang gadai segera “dijual”

untuk melunasi hutang. Kelicikan yang sering terjadi adalah bila telah jatuh

tempo untuk membayar hutang dan harus menebus barang gadai, pemilik yang

sulit dijumpai, sehingga setelah lewat waktu seolah-olah ada kelalaian debitor,

dan pemilik uang “menjual” barang untuk melunasi utang debitor. Barang gadai

“dijual” kepada diri pemilik uang itu sendiri.

Dalam ketentuan yang tercantum pada pasal 1155 KUHPerdata, bila si berutang

cidera janji, maka barang gadai harus dijual di muka umum. Jika barang gadai

berupa saham atau efek maka penjualan dilakukan di bursa atau di pasar dimana

saham atau efek diperjualbelikan, melalui makelar yang ahli. Berbeda dengan 12 Usman (a), Op.Cit., hal. 108

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

27

UNIVERSITAS INDONESIA

gadai atau cekelan dalam hukum adat yang mengizinkan pemegang jaminan

untuk menjadi pemilik dari barang yang jaminan kalau tidak ditembus. Namun ini

juga harus diperjanjikan lebih dahulu. Karena barang gadai berada di tangan

kreditor, maka kreditor pemegang gadai mempunyai kedudukan yang kuat,

terlebih lagi tata cara terjadi hak gadai dan cara pencairannya mudah.

Jaminan gadai bersifat accesoir, adanya gadai tergantung dari perjanjian pinjam

meminjam uang yang dijamin dengan benda bergerak. Maksudnya adalah bahwa

hak gadai ini bergantung pada perjanjian pokok, misal perjanjian kredit. Bila

debitor telah melunasi hutangnya atau telah memenuhi kewajiban menurut

perjanjian pinjam meminjam uang, maka berakhir pula perjanjian gadai dan

barang gadai harus dikembalikan kepada debitor. 13

Berdasarkan Pasal 1150

KUHPerdata, gadai adalah accesoir pada perjanjian utang piutang yang

dijaminnya. Berakhirnya perjanjian utang piutang mengakibatkan berakhirnya

perjanjian gadai yang berkaitan. 14

Pemberi gadai bisa perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang

menyerahkan kebendaan bergerak sebagai jaminan atau agunan bagi pelunasan

utang seseorang atau dirinya sendiri kepada pemegang gadai. Demikian pula

pemegang gadai, juga bisa perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang

menerima penyerahan kebendaan bergerak sebagai jaminan atau agunan bagi

pelunasan utang yang diberikan kepada pemberi gadai oleh pemegang gadai. 15

2.1.1. Saham Sebagai Objek Gadai

Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan

kepada pemegangnya. Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak

memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya. Hak tersebut dapat

13 Peter Mahmud Marzuki, et.al., Hukum Jaminan Indonesia (Seri Dasar Hukum Ekonomi 4), (Jakarta: Proyek Elips, 1998), hal 238-239 14 Suharnoko, Kartini Muljadi, Loc.Cit., hal.6 15 Usman (a), Op.Cit., hal. 119

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

28

UNIVERSITAS INDONESIA

dipertahankan terhadap setiap orang. Setiap pemegang saham berhak

mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila

dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa

alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi dan komisaris.

Gugatan yang diajukan pada dasarnya berisi permohonan agar perseroan

menghentikan tindakan yang merugikan tersebut dan mengambil langkah-

langkah tertentu, baik untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun

untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari. Gugatan tersebut

diajukan ke Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

kedudukan perseroan.16

Saham merupakan wujud konkrit dari modal perseroan sebagaimana

dikatakan dalam pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas,

bahwa modal perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. 17

Dengan

demikian, Perseroan Terbatas dikonkretisasikan dalam bentuk saham-

saham yang diberi nilai nominal tertentu. Sebagai bukti kepemilikan saham

yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas kepada pemegang saham

diberikan surat saham. Saham adalah bukti surat tanda bukti ikut sertanya

dalam perseroan terbatas. Saham itu menunjukkan hak dan kewajiban serta

hubungan hukum antara pemiliknya dengan perseroan terbatas dan

pemiliknya mewakili sebanding dengan jumlah besarnya saham yang

dimiliki dalam modal perseroan terbatas itu.18

Saham, per definisi yang diberikan dalam pasal 510 KUHPerdata adalah

suatu kebendaan bergerak, demikian pula yang disebutkan dalam pasal 54

ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas. Selanjutnya oleh Pasal 54

16 I.G. Rai Widjaya, Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Usaha Hukum Perusahaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2000), hal.200-201 17 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal.55. 18 Rachmadi Usman (b), Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: PT Alumni, 2004), hal.101

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

29

UNIVERSITAS INDONESIA

ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas ditegaskan bahwa saham

memberikan hak milik kebendaan kepada pemegangnya. Artinya bahwa

hak atas saham tersebut memberikan kekuasaan langsung yang dapat

dipertahankan oleh pemiliknya terhadap setiap orang. Sifat ini dipertegas

dengan adanya Daftar Pemegang Saham yang merupakan alat bukti bagi

perseroan atas setiap kepemilikan saham dalam perseroan. Ketentuan ini

diperkuat dengan kewajiban untuk menyelenggarakan Rapat Umum

Pemegang Saham untuk setiap pengalihan, baik penjualan maupun bentuk-

bentuk pengalihan lainnya (serta penjaminan saham oleh pemiliknya),

dimana pengalihan (maupun penjaminan) saham baru akan efektif bagi

perseroan segera setelah pengalihan (atau penjaminan) tersebut dicatatkan

pada perseroan, menurut bentuk-bentuk formalitas yang diakui dan

diterima oleh perseroan. 19

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT 2007)

tentang Perseroan Terbatas, suatu perseroan terbatas yang didirikan

menurut undang-undang yang berlaku di republik Indonesia diperkenankan

mengeluarkan saham atas nama dan saham atas unjuk. Namun, jelas dalam

Pasal 48 UUPT 2007 ditetapkan bahwa saham yang dapat dikeluarkan oleh

perseroan terbatas yang didirikan menurut UUPT 2007 adalah hanya saham

atas nama pemiliknya. Oleh karena itu, logis bahwa dalam Pasal 50 UUPT

2007, perseroan diwajibkan menyelenggarakan dan menyimpan daftar

pemegang saham dan daftar khusus. 20

Menurut ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas

sebagaimana telah dirubah Pasal 60 ayat (1) UUPT 2007, bahwa saham

merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada

19 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal 67 20 Suharnoko, Kartini Muljadi, Loc.Cit., hal. 3

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

30

UNIVERSITAS INDONESIA

pemegangnya. Artinya, bahwa hak atas saham memberikan kekuasaan

langsung atas suatu benda. Sebagai benda bergerak, saham juga dapat

digadaikan sebagai jaminan hutang. Pada prinsipnya, UUPT memberikan

kebebasan kepada pemegang saham untuk menentukan penggadaian saham

yang dimiliki oleh perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Pasal 53

UUPT. Penggadaian saham dimaksud tidak hanya untuk saham atas tunjuk,

melainkan juga terhadap saham atas nama. Saham atas tunjuk dapat secara

leluasa digadaikan oleh pemegangnya. Akan tetapi, khusus untuk saham

atas nama hanya dapat digadaikan oleh pemegangnya sepanjang di dalam

anggaran dasar tidak ditentukan lain. Gadai saham tersebut harus dicatat

pula dalam Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus. Hal ini

dimaksudkan agar perseroan terbatas atau pihak lain yang berkepentingan

dapat mengetahui mengenai status saham tersebut.

Pasal 53 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas sebagaimana dirubah

Pasal 60 ayat (4) UUPT 2007 menegaskan bahwa hak suara atas saham

yang digadaikan tetap ada pada pemegang saham. Artinya, pemegang gadai

saham tidak memiliki hak suara atas saham yang digadaikan kepadanya.

Ketentuan ini sejalan dengan doktrin yang menyatakan bahwa saham itu

merupakan suatu unitas perseroan terbatas yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam hukum jaminan, saham atas tunjuk yang digadaikan cukup dengan

menyerahkan sahamnya saja ke dalam penguasaan kreditor selaku

pemegang gadai. Sebagai pemegang gadai, kreditor hanya berhak

menguasai benda objek gadai dan wajib menyimpannya dengan baik.

Namun pemegang gadai tidak dibenarkan menikmati barang gadai. Artinya

deviden yang diperoleh dari saham tersebut tetap menjadi hak pemilik

saham, sama dengan hak suara yang masih tetap ada pada pemilik saham.21

21 Usman (b), Op.Cit.,hal.117-119

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

31

UNIVERSITAS INDONESIA

Saham-saham perseroan terbatas tersebut harus diklasifikasi yang

memberikan hak tertentu kepada pemilik atau pemegangnya. Dalam Pasal

46 ayat (1) UUPT dinyatakan, bahwa anggaran dasar menetapkan satu

klasifikasi saham atau lebih. Menurut Penjelasan Pasal 46 ayat (1) UUPT,

yang dimaksud dengan “klafisikasi saham” adalah kelompok saham yang

satu saham lain mempunyai karakteristik yang sama dan karakteristik mana

membedakannya dengan saham yang merupakan kelompok saham dari

klasifikasi yang berbeda. Walaupun dalam perseroan terbatas

dimungkinkan adanya berbagai klasifikasi saham, salah satu diantaranya

harus ditetapkan sebagai klasifikasi saham biasa. Hal ini dinyatakan dalam

Pasal 46 ayat (3) UUPT bahwa, dalam hal terdapat lebih dari 1(satu)

klasifikasi saham, Anggaran Dasar menetapkan 1(satu) klasifikasi sebagai

saham biasa. Pengaturan ini menurut Pemerintah didasarkan pada

pertimbangan bahwa saham biasa mengandung tiga hak, yaitu income atau

dividen, control dan asset kalau terjadi likuidasi bila masih ada harta lebih

diberikan kepada pemegang saham. 22

Walaupun menurut undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas hanya ada saham atas nama, Pasal 53 UUPT 2007

menetapkan bahwa dalam anggaran dasar perseroan dapat ditetapkan lebih

dari satu klasifikasi saham, dan jika ada lebih dari satu klasifikasi saham,

salah satu diantaranya harus ditetapkan sebagai saham biasa. Saham biasa

adalah saham yang memberi hak kepada pemegangnya untuk

mengeluarkan suara dan ikut serta mengambil keputusan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham mengenai segala hal yang berkaitan dengan

pengurusan perseroan, dan berhak menerima dividen yang dibagikan serta

menerima sisa kekayaan hasil likuidasi. 23

22 Ibid., hal.102-103 23 Suharnoko, Kartini Muljadi, Loc.Cit., hal. 3-4

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

32

UNIVERSITAS INDONESIA

Adapun klasifikasi saham dimaksud diatas antara lain:

a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara. Tentu saja dengan

adanya saham tanpa hak suara agak ganjil, karena hak suara merupakan

salah satu hak pemegang saham. Saham tanpa hak suara merupakan

salah satu hak pemegang saham. Saham tanpa hak suara diberikan

hanya pada keadaan tertentu. Sebagai contoh, saham yang tidak

mempunyai hak suara adalah saham uang dikuasai perseroan karena

pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat,

seperti disebut dalam pasal 40 ayat (1) UUPT.

b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi

dan/atau anggota Dewan Komisaris.

c. Saham setelah jangka waktu tertentu dapat ditarik kembali atau ditukar

dengan klasifikasi saham lain.

d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima

dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas

pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif.

Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih

dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan

perseroan dalam likuidasi.24

Pasal 1153 KUHPerdata menentukan bahwa “Hak gadai atas benda-benda

bergerak yang tak bertubuh, kecuali surat-surat tunjuk atau surat-surat

bawa, diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya kepada

orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan. Oleh

orang ini, tentang hal pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya si

pemberi gadai dapat diminta suatu bukti tertulis. Dalam hubungan ini, perlu

24 H. Man S. Sastrawidjaja, Rai Mantili, Perseroan Terbatas Menurut Tiga Undang-Undang Jilid 1, (Bandung: PT Alumni, 2010), hal 114

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

33

UNIVERSITAS INDONESIA

diperhatikan Pasal 60 UUPT 2007 yang pada dasarnya berbunyi sebagai

berikut:

1) Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 52 UUPT 2007 kepada pemiliknya.

2) Saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang

tidak ditentukan lain dalam Anggaran Dasar.

3) Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, wajib dicatat

dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 UUPT 2007.

4) Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan

fidusia tetap berada pada pemegang saham. 25

Ayat (2) dan ayat (3) Pasal 60 UUPT 2007 mengatur tentang Gadai saham.

Ayat (2) Pasal 60 tersebut dengan jelas memungkinkan saham suatu

perseroan diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia, sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Anggaran Dasar perseroan. Yang juga perlu

diperhatikan adalah ketentuan ayat (3) Pasal 60 UUPT 2007 yang

menentukan bahwa gadai saham wajib dicatat dalam Daftar Pemegang

Saham dan daftar khusus yang membuat keterangan tentang saham yang

dipegang anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris perseroan beserta

keluarga mereka dalam perseroan dan/atau pada perseroan lain serta

tanggal saham itu diperoleh. Menurut Nasional Legal Reform Program

(NLRP) dalam bukunya mengenai penjelasan hukum tentang eksekusi

gadai saham, demi kepastian hukum setelah akta gadai atas saham

ditandatangani, sebaiknya dipastikan agar gadai atas saham tersebut dicatat

dalam DPS, dan jika gadai atas saham itu mengenai saham yang dipegang

25 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 6-7

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

34

UNIVERSITAS INDONESIA

anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris dan/atau keluarga

mereka, sebaiknya gadai saham itu dicatatkan dalam Daftar Khusus.

Kreditor yang menerima gadai sebaiknya mensyaratkan agar kepadanya

dalam perjanjian gadai diberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali oleh

pemberi gadai dan supaya Direksi perseroan mencatatkan gadai saham

yang bersangkutan dalam DPS dan Daftar Khusus perseroan untuk

memastikan keabsaha gadai saham yang bersangkutan. Lagi pula Kreditor

sebaiknya memperoleh bukti tertulis tentang pencatatan gadai itu dari

Direksi perseroan yang sahamnya digadaikan itu. penting sekali

diperhatikan ketentuan ayat (4) Pasal 60 UUPT 2007 yang berbunyi “hak

suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap

berada pada pemegang saham”. Ketentuan tersebut penting untuk

dibicarakan dan dipikirkan akibatnya karena jika seandainya pemberi gadai

tidak beritikad baik dan ia sendiri menghadiri Rapat Umum Pemegang

Saham dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham

serta misalnya, mengusulkan suara untuk membagi dividen yang sangat

besar jumlahnya atau untuk memberi wewenang kepada Direksi perseroan

untuk memindahkan hak atas asset utama perseroan sehingga jika usul-usul

itu disetujui Rapat Umum Pemegang Saham, nilai intrinsik perseroan dapat

berkurang dan tentunya nilai saham juga dapat berkurang. Hal ini dapat

sangat merugikan pemegang gadai. Pada praktiknya dalam perjanjian

gadai, pemberi gadai disyaratkan untuk memberi kuasa kepada pemegang

gadai, untuk atas nama pemberi gadai saham, menghadiri dan

mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham perseroan

berkaitan selama utang belum dibayar lunas. Ini merupakan proteksi bagi

pemegang gadai. 26

26 Ibid., hal. 4-5

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

35

UNIVERSITAS INDONESIA

2.1.2. Inbezitstelling Sebagai Syarat Gadai

Karakteristik dari gadai adalah barang yang dijadikan jaminan dilepaskan

dari kekuasan pemberi gadai (debitor) dan harus diserahkan (secara fisik)

kepada pemegang gadai (kreditor). Pasal 1152 ayat (2) menyatakan bahwa

tidak sah hak gadai atas benda yang dibiarkan tetap berada dalam

kekuasaan, pemberi gadai (debitor), sekalipun kembalinya barang itu

kepada debitor atas kemauan kreditor.

Kreditor dilarang memiliki barang gadai, hal ini untuk melindungi kaum

lemah yang memerlukan pinjaman, dari perbuatan curang pemilik uang

yang akan memberikan pinjaman kepada pemilik barang gadai. Walaupun

dalam pelaksaannya masih ditemukan cara yang tidak terpuji dari pemilik

uang yang menghendaki barang gadai milik peminjam uang yaitu dengan

diperjanjikan bahwa bila lewat waktu gadai tidak ditebus, maka barang

gadai segera “dijual” untuk melunasi hutang. Kelicikan yang sering terjadi

adalah bila telah jatuh tempo untuk membayar hutang dan harus menebus

barang gadai, pemilik yang sulit dijumpai, sehingga setelah lewat waktu

seolah-olah ada kelalaian debitor, dan pemilik uang “menjual” barang

untuk melunasi utang debitor. Barang gadai “dijual” kepada diri pemilik

uang itu sendiri.27

Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas suatu

kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu merupakan

perjanjian utang piutang dan karenanya dikatakan, bahwa perjanjian gadai

mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau ia merupakan perjanjian yang

bersifat accesoir. Pada prinsipnya (barang) gadai dapat dipakai untuk

menjamin setiap kewajiban prestasi tertentu. Artinya perjanjian (jaminan)

gadai hanya akan ada bila sebelumnya telah ada perjanjian pokoknya, yaitu

perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang

27 Peter Mahmud Marzuki, et.al., Op.Cit., hal 238-239

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

36

UNIVERSITAS INDONESIA

dijamin pelunasannya dengan kebendaan bergerak, baik kebendaan

bergerak yang berwujud maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud.

Tujuan gadai memberikan kepastian hukum yang kuat bagi kreditor-

kreditor dengan menjamin pelunasan piutangnya dari kebendaan yang

digadaikan, jika debitor wanprestasi. 28

Dalam rangka mengamankan piutang kreditor, maka secara khusus oleh

debitor kepada kreditor diserahkan suatu kebendaan bergerak sebagai

jaminan pelunasan utang debitor, yang menimbulkan hak bagi kreditor

untuk menahan kebedaan bergerak yang digadaikan tersebut sampai

dengan pelunasan utang debitor. Dengan demikian pada dasarnya

perjanjian gadai akan terjadi bila barang-barang yang digadaikan berada di

bawah penguasaan kreditor (pemegang gadai) atau atas kesepakatan

bersama ditunjuk seorang piha ketiga untuk mewakilinya. Penguasaan

kebendaan gadai oleh pemegang gadai tersebut merupakan syarat esensial

bagi lahirnya gadai. Persyaratan ini selain ditentukan dalam pasal 1150

KUHPerdata, dalam kata-kata “… yang diserahkan kepadanya oleh

seorang berutang atu oleh seorang lain atas namanya, …”. Selanjutnya

ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (1) dan ayat (2) KUHPerdata menyatakan,

sebagai berikut :

(1) Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa

diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si

berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh

kedua belah pihak.

(2) Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam

kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas

kemauan si berpiutang.

28 Badrulzaman, Op.Cit., hal 105

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

37

UNIVERSITAS INDONESIA

Dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) KUHPerdata , untuk terjadinya

hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada

penyerahan kebendaan yang digadaikan ke dalam penguasaan kreditor atau

pihak ketiga yang ditunjuk bersama. Kalau kebendaan yang digadaikan

tetap berada di tangan debitor (pemberi gadai) atau dikembalikan oleh

kreditor atas kemauannya, maka hak gadainya tidak sah demi hukum.

Walaupun kebendaan yang digadaikan berada dalam penguasaan kreditor,

namun kreditor (pemegang gadai) tidak boleh menikmati atau

memanfaatkan kebendaan yang digadaikan tadi, karena fungsi gadai

(barang yang digadaikan) hanyalah sebagai jaminan pelunasan utang yang

jika debitornya wanprestasi dapat digunakan sebagai pelunasan utangnya.

Penyerahan barang-barang yang digadaikan kepada kreditor dimaksudkan

bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan yang

mengakibatkan pemegang gadai menjadi pemilik dan karenanya pemegang

gadai dengan penyerahan tersebut tetap hanya berkedudukan sebagai

pemegang saja, tidak akan pernah berdasarkan penyerahan seperti itu saja

menjadi bezitter dalam arti bezit keperdataan.

Disini keadaan kreditor yang piutangnya dijamin, terhadap perbuatan

debitor terjamin, karena ia menguasai benda jaminannya, sedangkan

kreditor-kreditor lainnya (konkuren) tidak akan terjerumus dalam penilaian

mereka terhadap potensi finasial debitor, karena mereka tidak melihat

benda tersebut dikuasai debitor. 29

2.1.3. Hak dan Kewajiban Pemegang Gadai dan Pemberi Gadai

Di dalam Pasal 1155 KUHPerdata telah diatur tentang hak dan kewajiban

kedua belah pihak. Pemegang gadai mempunyai beberapa hak sebagai

berikut: 29 Ibid., hal.106-107

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

38

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Menjual dengan kekuasan sendiri (parate eksekusi)

Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, si berpiutang

adalah berhak, jika si berutang atau si pemberi gadai cedera janji,

setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau atau jika tidak telah

ditentukan suatu, menjual benda gadai. Yang dimaksud hak melakukan

parate eksekusi, yaitu wewenang yang diberikan kepada kreditor untuk

mengambil pelunasan piutang dari kekayaan debitor, tanpa memiliki

eksekutoriale titel. Jadi hak pemegang gadai ini tidak lahir dari

perjanjian yang secara tegas dinyatakan para pihak, tetapi terjadi demi

hukum, kecuali kalau diperjanjikan lain. Untuk melakukan penjualan

ini, pemegang gadai harus terlebih dahulu memberikan peringatan

(sommatie) kepada pemberi gadai supaya utangnya dibayar. Penjualan

harus dilakukan di depan umum, menurut kebiasaan setempat serta atas

syarat yang lazim berlaku (pasal 1150 ayat 1 KUHPerdata). Ketentuan

ini bersifat memaksa, karena berhubungan dengan ketertiban umum.

Setelah penjualan dilakukan, pemegang gadai memberikan

pertanggungjawaban tentang hasil penjualan itu kepada pemberi gadai.

2. Menjual benda gadai dengan perantaraan hakim

Penjualan benda gadai untuk mengambil pelunasan dapat juga terjadi

jika si berpiutang menuntut dimuka hakim supaya barang gadai dijual

menurut cara yang ditentukan untuk melunasi utang beserta bunga dan

biaya.

3. Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai

Pemegang dapat menuntut agar benda gadai akan tetap berada pada si

pemegang gadai untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam vonis

hingga sebesar utangnya, beserta bunga dan biaya (Pasal 1156 ayat (1)

KUHPerdata).

4. Hak untuk mendapat ganti rugi

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

39

UNIVERSITAS INDONESIA

Pemegang gadai berhak mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu

dan berguna, yang telah dikeluarkan oleh kreditor guna keselamatan

barang gadai (Pasal 1157 ayat (2) KUHPerdata).

5. Hak retensi

Selama pemegang gadai tidak menyalahgunakan barang yang diberikan

dalam gadai, yang berutang tidak berkuasa menuntut pengembaliannya,

sebelum ia membayar sepenuhnya baik uang pokok maupun bunga dan

biaya utangnya, untuk menjamin barang gadai yang telah dikeluarkan

untuk menyelamatkan barang gadai (Pasal 1159 ayat 1 KUHPerdata).

Ketentuan ini memberikan wewenang kepada pemegang gadai untuk

menahan barang gadai. Tujuannya ialah melindungi pemegang gadai

dari biaya yang perlu dikeluarkannya untuk merawat benda gadai

(Pasal 1159 ayat (2) KUHPerdata), kecuali jika pemegang gadai

menyalahgunakan barang gadai. misalnya, pemegang gadai

mempergunakan barang gadai atau tidak menjaga barang gadai dengan

baik sehingga nilainya merosot.

6. Hak didahulukan

Kreditor (pemegang gadai) mempunyai hak didahulukan terhadap

tagihan-tagihannya, baik terhadap utang pokok, bunga, dan biaya (Pasal

1150 KUHPerdata), hak mana diwujudkan dalam hak kreditor menjual

barang gadai sendiri ataupun melalui bantuan hakim (Pasal 1155 dan

1156 KUHPerdata). Terhadap hak didahulukan ini ada

pengecualiannya, yaitu biaya lelang dan biaya yag telah dikeluarkan

untuk menyelamatkan barang gadai (Pasal 1150 KUHPerdata). 30

7. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu

yang ditentukan.

30 Ibid., hal. 95-96

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

40

UNIVERSITAS INDONESIA

8. Menjual barang gadai, jika pemegang gadai tidak memenuhi

kewajibannya setelah lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan

untuk pemenuhan janjinya. 31

Kewajiban pemegang gadai diatur di dalam Pasal 1154, Pasal 1156 dan

Pasal 1157 KUHPerdata. Kewajiban-kewajiban kreditor pemegang gadai

adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab untuk hilangnya atau merosotnya barang gadai,

sekadar itu telah terjadi karena kelalaiannya (Pasal 1157 ayat (1)

KUHPerdata).

2. Kewajiban untuk memberitahukan kepada pemberi gadai, jika barang

gadai dijual (Pasal 1156 ayat (2) KUHPerdata).

Kewajiban memberitahukan itu selambat-lambatnya pada hari yang

berikutnya apabila ada sesuatu perhubungan pos harian ataupun suatu

perhubungan telegraf, atau jika tidak demikian halnya, dengan pos yang

berangkat pertama (Pasal 1156 ayat (2) KUHPerdata). Pemberitahuan

dengan telegraf atau dengan surat tercatat, berlaku sebagai

pemberitahuan yang sah (Pasal 1156 ayat (3) KUHPerdata).

3. Bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai (Pasal 1159

ayat (1) KUHPerdata). 32

4. Menjaga barang yang digadaikan sebaik-baiknya.

5. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi

miliknya, walaupun pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154

KUHPerdata).33

Sedangkan hak-hak pemberi gadai adalah sebagai berikut:

1. Menerima uang gadai dari pemegang gadai.

31 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 47 32 Badrulzaman, Op.Cit., hal.200-201 33 Salim, Op.Cit., hal. 48

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

41

UNIVERSITAS INDONESIA

2. Berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, bunga dan biaya

lainnya telah dilunasinya.

3. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk

melunasi hutang-hutangnya (Pasal 1156 KUHPerdata).

Kewajiban pemberi gadai:

1. Menyerahkan barang gadai kepada pemegang gadai.

2. Membayar pokok dan sewa modal kepada pemegang gadai.

3. Membayar biaya yang dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk

menyelamatkan barang-barang gadai (Pasal 1157 KUHPerdata). 34

2.1.4. Larangan Milik Beding

Larangan ini diatur dalam Pasal 1154 KUHPerdata yang menegaskan

kreditor tidak diperkenankan memiliki barang gadai, apabila debitor tidak

memenuhi kewajibannya. Segala janji yang berisi milik beding, batal demi

hukum atau void ab initio. jadi pasal ini berisi peringatan vervalbeding,

yakni janji yang memberi hak kepada pemegang gadai memiliki barang

gadai apabila pemberi gadai (debitor) cedera janji (wanprestasi) adalah

janji batal (vervalbeding). Tujuan ketentuan ini untuk melindungi debitor,

terutama atas keterpaksaan menerima kondisi perjanjian yang

menyesatkan. 35

Bertalian dengan larangan menjanjikan klausul milik beding dalam

perjanjian gadai, ketentuan dalam Pasal 1154 KUHPerdata menyatakan :

(1) Apabila pihak berutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-

kewajibannya, maka tidak diperkenankanlah pihak yang berpiutang

memiliki barang yang digadaikan.

34 Ibid., 35 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal 220

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

42

UNIVERSITAS INDONESIA

(2) Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal.

Dari perumusan ketentuan dalam Pasal 1154 KUHPerdata, dapat diketahui

para pihak dilarang atau tidak diperkenankan untuk memperjanjikan

klausul milik beding dalam perjanjiian gadainya. Apabila hal ini sampai

terjadi, dimana pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya,

atau wanprestasi sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian gadainya,

maka klausul milik beding yang demikian batal demi hukum. Ketentuan

yang melarang adanya klausul milik beding ini dalam rangka melindungi

kepentingan debitor dan pemberi gadai, terutama bila nilai kebendaan

bergerak yang digadaikannya melebihi besarnya utang yang dijamin,

sehingga terdapat sisa pembayaran dari hasil penjualan barang gadai

tersebut dapat dikembalikan atau diserahkan kepada debitor dan pemberi

gadai yang bersangkutan. Walaupun demikian tidaklah dilarang bagi

kreditor pemegang gadai untuk ikut serta sebagai pembeli kebendaan yan

digadaikan kepadanya tadi, asalkan diadakan melalui pelelangan umum.36

Logika larangan ini dikarenakan barang yang diserahkan kepada kreditor

sebagai jaminan untuk pelunasan utang, bukan untuk dimiliki atau

dialihkan haknya. Pelunasan utang dilakukan dengan cara melelang barang.

Sekaligus pula melindungi kepentingan para peminjam uang yang pada

umumnya berada dalam posisi yang sangat lemah, sehingga syarat-syarat

yang berat pun sering kali karena keadaan terpaksa harus diterima. Apalagi

kalau tidak ada larang yang demikian, bisa muncul keadaan yang aneh

dimana seorang kreditor pada umumnya mengharapkan agar debitor

memenuhi kewajibannya, bisa muncul yang sebaliknya, malahan kreditor

36 Usman (a), Op.Cit., hal.132

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

43

UNIVERSITAS INDONESIA

mengharapkan agar debitor wanprestasi, karena benda jaminan pada

umumnya mempunyai nilai yang jauh lebih besar dari piutang kreditor. 37

2.1.5. Pemberian Gadai

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak menentukan suatu formalitas

tertentu bagi pemberian gadai. Dengan rumusan Pasal 1151 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa:

Pasal 1151

Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan bagi

pembuktian persetujuan pokoknya.

Dapat diketahui bahwa pemberian gadai harus mengikuti suatu perjanjian

pokok. Dalam hal perjanjian gadai adalah suatu perjanjian yang tidak

memerlukan suatu bentuk formalitas bagi sahnya perjanjian pokok tersebut,

maka berarti gadai juga dapat diberikan dengan cara yang sama, yaitu

menurut ketentuan yang berlaku bagi sahnya perjanjian pokok tersebut.

Dengan demikian berarti sahnya suatu perjanjian secara umum

sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur mengenai

syarat sahnya perjanjian. Dengan rumusan yang menyatakan untuk sahnya

perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.

37 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993), hal.128

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

44

UNIVERSITAS INDONESIA

Sebagai suatu bentuk perjanjian, maka gadai harus memenuhi syarat

sahnya perjanjian. Kesepakatan merupakan perwujudan dari kehendak dua

atau lebih pihak mengenai hal-hal yang mereka kehendaki untuk

dilaksanakan, mengenai cara melaksanakannya, mengenai saat

pelaksanaan, dan mengenai pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan

hal-hal yang telah disepakati tersebut. Gadai adalah suatu perjanjian riil,

oleh karena sebagaimana ditentukan dalam pengertian gadai itu sendiri,

gadai hanya ada manakala benda yang akan digadaikan secara fisik telah

dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai. pengeluaran benda yang

digadaikan dari kekuasaan pemberi gadai ini bersifat mutlak dan tidak

dapat ditawar-tawar. Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasaan

pemberi gadai ini dapat dilakukan, baik dengan menyerahkan kekuasaan

atas benda yang digadaikan tersebut kepada kreditor atau pihak ketiga,

untuk kepentingan kreditor, sebagai pemegang gadai. Kesepakatan untuk

memberikan gadai tidak dengan begitu saja melahirkan gadai, melainkan

sampai perbuatan pengeluaran benda gadai dari kekuasaan debitor atau

pemberi gadai dilakukan. Perlunya benda yang digadaikan dikeluarkan dari

penguasaan debitor atau pihak ketiga yang memberikan benda tersebut

sebagai jaminan dalam bentuk gadai, adalah karena sifat dari benda

bergerak itu sendiri, yang menurut ketentuan Pasal 1977 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, yang berbunyi:

Pasal 1977

(1) Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga maupun piutang

yang tidak harus dibayar kepada pembawa, maka barang siapa yang

menguasainya dianggap sebagai pemiliknya.

Jadi sebagai suatu bentuk perjanjian riil, kesepakatan pemberian gadai lahir

pada saat barang atau benda yang hendak dijaminkan dalam bentuk gadai

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

45

UNIVERSITAS INDONESIA

diserahkan oleh, dengan pengertian dikeluarkan penguasaannya dari

pemilik benda, yang dapat saja merupakan kreditor atau pihak ketiga dan

pemberi gadai. Adanya kesepakatan dibuktikan dengan dikeluarkannya

benda gadai dari penguasaan benda tersebut. 38

Perlu diperhatikan ketentuan gadai saham sebagaimana diatur dalam UU

Perseroan Terbatas Pasal 53 yang pada pokoknya mengatur bahwa baik

saham atas tunjuk (aantoonder) maupun saham atas nama dapat digadaikan.

Gadai saham harus dicatat dalam Daftar Pemegang Saham oleh pihak yang

ditunjuk dalam anggaran dasar Perseroan Terbatas, yaitu biasanya direksi.

Direksi baru dapat mencatat gadai saham dalam Daftar Pemegang Saham

jika ia telah diberi tahu adanya gadai tersebut. 39

Dalam perjanjian pemberian gadai, seperti telah disebutkan diatas, ada tiga

ketentuan yang mengatur mengenai benda yang menjadi objek gadai, yaitu

yang diatur dalam Pasal 1152, Pasal 1152 bis, dan Pasal 1153 Kitab

undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1152

Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa

diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan

kreditor atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh

kedua belah pihak.

Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam

kekuasaan debitor atau pemberi gadai, ataupun yang kembali atas

kemauan kreditor. Hak gadai hapus, apabila barangnya gadai keluar dari

kekuasaan pemegang gadai. apabila namun itu barang tersebut hilang dari

38 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 74-79 39 Ibid., hal. 81

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

46

UNIVERSITAS INDONESIA

tangan pemegang gadai ini atau dicuri padanya, maka berhaklah ia

menuntutnya kembali, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1977 ayat

kedua, sedangkan apabila barang gadai didapatnya kembali, hak gadai

dianggap tidak pernah hilang.

Hal tidak berkuasanya pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan

barang gadainya, tidaklah dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditor

yang telah menerima barang tersebut dalam gadai, dengan tak mengurangi

hak yang kehilangan atau kecurian barang itu, untuk menuntutnya

kembali.

Pasal 1152 bis

Untuk meletakkan hak gadai atas surat-surat tunjuk diperlukan, selainnya

endosemennya, penyerahan suratnya.

Pasal 1153

Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tak bertubuh, kecuali surat-

surat tunjuk atau surat-surat bawa, diletakkan dengan pemberitahuan

perihal penggadaiannya, kepada orang terhadap siapa hak yang

digadaikan itu harus dilaksanakan. Oleh orang ini, tentang hal

pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya pemberi gadai dapat

dimintannya suatu bukti tertulis.

Rumusan ketiga pasal tersebut diatas menunjukkan adanya pembedaan

pemberian gadai ke dalam tiga cara pemberian gadai berdasarkan pada sifat

atau wujud dari benda yang digadaikan tersebut. Untuk benda-benda

bergerak dan piutang-piutang kepada pembawa, maka gadai baru terjadi,

jika benda-benda tersebut telah dikeluarkan dari penguasaan pemberi gadai

yang memiliki benda tersebut. Perlunya benda yang digadaikan

dikeluarkan dari penguasaan debitor atau pihak ketiga yang memberikan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

47

UNIVERSITAS INDONESIA

benda tersebut sebagai jaminan dalam bentuk gadai, adalah karena sifat

dari benda bergerak itu sendiri.

Dengan demikian berarti, selama benda tersebut tidak dikeluarkan dari

penguasaan pemberi gadai, maka pemberi gadai, selaku pemilik dari benda

tersebut, yang menurut ketentuan Pasal 1977 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata jo. Pasal 572 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, dapat setiap saat menjual atau mengalihkan kepemilikan atas

benda yang digadaikan tersebut. Hal ini tentu saja menjadikan gadai

menjadi tidak ada artinya sama sekali. Dengan demikian tepatlah jika

dikatakan bahwa Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang

dibiarkan tetap dalam kekuasaan debitor atau pemberi gadai, ataupun

yang kembali atas kemauan kreditor, dan bahwa hak gadai hapus, apabilia

barangnya gadai keluar dari kekuasaan pemegang gadai. Pemegang gadai

atau pemegang gadai berkewajiban untuk menjaga dengan baik benda yang

digadaikan yang berada dalam penguasaannya. Dalam hal benda gadai

hilang dari penguasaan pemegang gadai, karena kemauan dari pemberi

gadai sendiri, maka sudah selayaknyalah jika gadai tersebut hapus demi

hukum, Dengan tidak menutup kemungkinan pemilik benda yang

menyerahkan benda tersebut sebagai jaminan dalam bentuk gadai untuk

menuntut kerugian yang terjadi.

Ketentuan tersebut menegaskan kembali bahwa pemberian gadai lahir pada

saat barang atau benda yang hendak dijaminkan dalam bentuk gadai

diserahkan oleh pemilik benda, dengan pengertian dikeluarkan

penguasaanya dari pemilik benda tersebut sebagai pemberi gadai, kepada

pemegang gadai, yang dapat saja merupakan kreditor atau pihak ketiga

yang telah disepakati secara bersama oleh kreditor dan pemberi gadai.

Adanya kesepakatan dibuktikan dengan dikeluarkannya benda gadai dari

penguasaan pemilik benda tersebut.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

48

UNIVERSITAS INDONESIA

Sehubungan dengan penguasaan benda gadai oleh pemegang gadai,

ketentuan Pasal 1159 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan

lebih lanjut bahwa:

Selama pemegang gadai tidak menyalahgunakan barang yang diberikan

dalam gadai, maka debitor tidaklah berkuasa menuntut pengembalian

barangnya, sebelum ia telah membayar sepenuhnya, baik uang pokok

maupun bunga dan biaya utangnya, yang untuk menjamin barang

gadainya telah diberikan, beserta pula segala biaya yang telah dikeluarkan

untuk menyelamatkan barang gadainya.

Rumusan tersebut dalam Pasal 1159 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, secara tegas menyatakan bahwa penguasaan oleh

pemegang gadai tetap dipertahankan hingga dilunasinya seluruh kewajiban

debitor, kecuali pemegang gadai menyalahgunakan benda yang

digadaikan.40

Mengenai utang yang dijamin dengan gadai, seperti telah dikatakan

dimuka, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak menyatakan secara

eksplisit sifat accesoir dari gadai terhadap perikatan pokok, namun

demikian dari rumusan gadai yang diberikan dalam Pasal 1150 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, dapat diketahui bahwa sebagai suatu

bentuk jaminan, yang merupakan ikutan terhadap perjanjian pokok, maka

jelas bahwa gadai adalah juga ikatan terhadap perjanjian pokok. Rumusan

Pasal 1160 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya

menentukan:

40 Ibid., hal. 156-158

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

49

UNIVERSITAS INDONESIA

Pasal 1160

(2) Seorang waris debitor yang telah membayar bagiannya tidaklah dapat

menuntut pengembalian bagiannya dalam barang gadainya, selama

utangnya belum dibayar sepenuhnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa selama utang pokok belum dilunasi atau

dibayar semuanya, maka gadai tidak dapat dihapus, dengan pengertian

bahwa kreditor tidak berkewajiban untuk mengembalikan barang yang

digadaikan kepada kreditor. Hal ini adalah konsekuensi logis dari ketentuan

Pasal 1160 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

menentukan:

Pasal 1160

(1) Barang gadai tidak dapat dibagi-bagi, sekalipun utangnya diantara

para waris debitor atau di antara para ahli warisnya kreditor dapat

dibagi-bagi. 41

2.1.6. Hapusnya Gadai

KUHPerdata tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab

hapusnya atau berakhirnya hak gadai. Namum demikian dari bunyi

ketentuan dalam pasal-pasal KUHPerdata yang mengatur mengenai

lembaga hak jaminan gadai sebagaimana diatur dalam Pasal 1150

KUHPerdata sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata, kita dapat

mengetahui sebab-sebab yang menjadi dasar bagi hapusnya hak gadai,

yaitu:

a. Hapusnya perjanjian pokok atau perjanjian pendahuluan yang dijamin

dengan gadai, hal ini sesuai dengan sifat perjanjian pemberian haminan

yang merupakan perjanjian accesoir. Artinya, ada atau tidaknya hak

gadai itu ditentukan oleh eksistensi perjanjian pokok atau

41 Ibid., hal. 162-164

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

50

UNIVERSITAS INDONESIA

pendahuluannya yang menjadi dasar adanya perjanjian pemberian

jaminan. Ketentuan dalam Pasal 1381 KUHPerdata menyebutkan

bahwa suaru perjanjian (perikatan) hapus karena alasan-alasan dibawah

ini, yaitu:

1) Pelunasan;

2) Perjumpaan utang (kompensasi);

3) Pembaharuan utang (novasi);

4) Pembebasan utang;

b. Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor pemegang

hak gadai, dikarenakan:

1) Terlepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor

(pemegang gadai). sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat

(3) KUHPerdata, hal ini tidak berlaku bila barang gadainya hilang

atau dicuri orang, pemegang gadai masih mempunyai hak untuk

menuntutnya kembali dan bila barang gadai dimaksud didapatnya

kembali, hak gadainya dianggap tidak pernah telah hilang;

2) Dilepaskannya benda yang digadaikan oleh pemegang gadai secara

sukarela.

3) Hapusnya benda yang digadaikan.

c. Terjadinya percampuran, dimana pemegang gadai sekaligus juga

menjadi pemilik barang yang digadaikan tersebut.

d. Terjadinya penyalahgunaan barang gadai oleh kreditor (Pasal 1159

KUHPerdata). 42

Selanjutnya ketentuan mengenai hapusnya gadai dapat ditemukan

dalam ketentuan pasal 1152 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa:

42 Usman (a), Op.Cit., hal.144

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

51

UNIVERSITAS INDONESIA

Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bawa

diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan

kreditor atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh

kedua belah pihak.

Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap

dalam kekuasaan debitor atau pemberi gadai, ataupun yang kembali

atas kemauannya sendiri.

Hak gadai hapus, apabila barang gadainya keluar dari kekuasaan

pemegang gadai. apabila namun itu barang tersebut hilang dari tangan

pemegang gadai ini atau dicuri daripadanya, maka berhaklah ia

menuntutnya kembali, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1977 ayat

kedua, sedangkan apabila barng gadai didapatnya kembali, hak gadai

dianggap tidak pernah hilang.

Hal tidak berkuasanya pemberi kuasa untuk bertindak bebas dengan

barang gadainya, tidaklah dapat dipertanggungjawabkan kepada

kreditor yang telah menerima barang tersebut dalam gadai, dengan tak

mengurangi hak yang kehilangan atau kecurian barnag itu, untuk

menuntutnya kembali.

Dari rumusan tersebut, jelas bahwa bagi benda bergerak yang

berwujud, kembalinya benda gadai ke tangan pemberi gadai

mengakibatkan hapusnya gadai. Hal kedua yang menghapuskan gadai

adalah sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 1159

KUHPerdata, yang berbunyi:

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

52

UNIVERSITAS INDONESIA

Pasal 1159

Selama pemegang gadai tidak menyalahgunakan barang yang

diberikan dalam gadai, maka debitor tidaklah berkuasa menuntut

pengembalian barangnya, sebelum ia telah membayar sepenuhnya,

baik uang pokok maupun bunga dan biaya utangny, yang untuk

menjamin barang gadainya.

Jika diantara debitor dan kreditor ada pula suatu utang kedua, yang

dibuatnya sesuadah saat pemberian gadai, dan dapat ditagih sebelum

pembayaran utang pertama atau pada hari pembayaran itu sendiri,

maka kreditor tidaklah diwajibkan melepaskan barnag gadai-nya

sebelum kepadanya dilunasi sepenuhnya kedua utang tersebut,

sekalipun tidak telah diperjanjikan untuk mengikatkan barang

gadainya bagi pembayaran utang keduanya.

Berdasarkan rumusan Pasal 1159 KUHPerdata dapat diketahui bahwa

gadai hapus dan haknya hapus manakala perikatan pokok telah dilunasi

sebelumnya. Ketentuan Pasal 1160 KUHPerdata dapat diketahui bahwa

gadai hapus jika utang pokok telah dilunasi semuanya. Pelunasan

sebagian utang pokok saja, yang karena pewarisan menjadi dapat

dibagi, oleh salah satu ahli waris debitor, tidak menyebabkan hapusnya

gadai.

Demikian pula pemenuhan sebagai utang kepada salah satu ahli waris

kreditor, juga tidak dapat menghapuskan gadai.

Pasal 1160

Barang gadai tidak dapat dibagi-bagi, sekalipun utangnya di antara

para waris debitor atau di antara para warisnya kreditor dapat dibagi-

bagi.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

53

UNIVERSITAS INDONESIA

Seorang waris debitor yang telah membayar bagiannya, tidaklah dapat

menuntut pengembalian bagiannya dalam barnag gadainya, selama

utangnya belum dibayar sepenuhnya.

Sebaliknya seorang waris kreditor yang telah menerima bagiannya

dalam piutangnya, tidaklah diperkenankan mengembalikan barangnya

gadai bagi kerugiannya para kawan waris, yang belum dibayar.

Disamping itu, sebagai suatu bentuk perjanjian, yang wajib memenuhi

syarat objektif, yang terwujud dalam eksistensi benda yang digadaikan.

Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari penguasaan pemegang gadai

atau pemegang gadai mengakibatkan hapusnya gadai, kecuali yang

ditentukan dalam Pasal 1152 ayat (3) KUHPerdata. 43

2.2. Gadai dengan Klausul Kuasa untuk Menjual Sendiri

Salah satu asas yang paling pokok dalam hukum perjanjian adalah kebebasan

berkontrak yang disebut freedom of contract principle. Asas atau prinsip ini

terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan, semua

persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Bertitik tolak dari prinsip ini, pada dasarnya para pihak bebas

membuat segala jenis persyaratan kontrak yang mereka kehendaki. Demikian

sebagaimana dinyatakan P.S. Atiyah:

… freedom in the sense that in a competition society, everyone has a choice of

persons with whom he could contract, and freedom in the sense that people

could make virtually any kind of contract on any terms they choose.

Akan tetapi, kebebasan itu ada batasnya. Tidak boleh bertentangan dengan

ketertiban umum (contrary to public policy). Perjanjian yang demikian

43 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal. 196-200

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

54

UNIVERSITAS INDONESIA

dinyatakan tidak efektif (contract to be declared ineffective) dan batal demi

hukum (null and void).

Pembatasan itu pun telah ditegaskan dalam Pasal 1335 KUHPerdata. Suatu

persetujuan tanpa sebab atau karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak

mempunyai kekuatan. Lebih lanjut pada Pasal 1337 KUHPerdata dinyatakan

lagi, suatu sebab adalah terlarang, apabila:

a. Dinyatakan oleh undang-undang; atau

b. Bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.

Sehubungan dengan itu, dalam perjanjian gadai pada prinsipnya terdapat

kebebasan berkontrak untuk menyepakati klausul yang mengurangi resiko

(excluded clause) selama hal itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum

yang digariskan Pasal 1335 dan Pasal 1337 KUHPerdata.

Bahkan ada yang memperluas pembatasan prinsip kebebasan berkontrak, yaitu

tidak hanya bertentangan dengan ketertiban umum, tetapi meliputi syarat-syarat

perjanjian yang tidak adil (unfair control terms) maupun perjanjian yang

mengandung ketidaksetaraan kekuatan tawar (inequality of bargaining power).

Dengan demikian, apakah boleh disepakati klausul dalam perjanjian gadai yang

berisi penegasan, kreditor (Pemegang Gadai) diberi kuasa oleh debitor (Pemberi

Gadai) untuk menjual sendiri objek gadai apabila debitor wanprestasi? untuk

menjawab pertanyaan itu, harus diperhatikan ketetuan Pasal 1155 KUHPerdata.

Menurut pasal ini, cara pemenuhan pembayaran utang termasuk bunga dan biaya

apabila debitor (Pemberi Gadai) wanprestasi adalah

a. Apabila objek gadai berbentuk barang, kreditor menyuruh menjual barang

gadai dimuka umum menurut kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat

yang lazim berlaku;

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

55

UNIVERSITAS INDONESIA

b. Jika objek gadai terdiri atas barang perdagangan atau efek (saham) yang

dapat diperdagangkan di pasar atau bursa efek, penjualannya dapat dilakukan

di tempat-tempat tersebut, asal dengan perantaraan dua orang makelar yang

ahli dalam perdagangan barang-barang itu.

Timbul permasalahan, apakah cara penjualan objek barang gadai yang disebut

dalam Pasal 1155 KUHPerdata itu bersifat imperatif atau tidak? Pada umumnya

dipedomani pendapat yang dikemukan bahwa pada dasarnya undang-undang

dalam hal ini Pasal 1155 KUHPerdata memberi wewenang kepada pemegang

gadai untuk menjual barang gadai atas kuasa sendiri (eigenmachtige verkoop)

apabila debitor melakukan wanprestasi. dari hasil penjualan itu, kreditor berhak

mengambil pelunasan utang pokok, bunga, dan biaya-biaya yang timbul.

Memang benar kalimat pertama Pasal 1155 KUHPerdata memberi hak kepada

para pihak untuk menjanjikan pengaturan cara menguangkan barang yang

digadaikan apabila debitor wanprestasi, namun demikian tidak dibenarkan

pemberian wewenang untuk mengambil pelunasan dengan cara penjualan

dibawah tangan. Tentang hal ini, masih dipedomani keputusan hoge raad (1

April 1927) yang menentukan:

Tidak dibenarkan pemberian wewenang untuk mengambil pelunasan dengan

penjualan di bawah tangna, tetapi yang dibolehkan ialah menentukan bahwa si

pemegang gadai hanya akan dapat menempuh cara bertindak sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 1155 KUHPerdata.44

Pasal 1154 KUHPerdata berbunyi “jika yang berutang atau pemberi gadai tidak

memenuhi kewajibannya, maka yang berpiutang tidak diperkenankan memliki

barang yang digadaikan. Semua janji yang bertentangan dengan ketentuan ini

adalah batal. Jadi Pasal 1154 KUHPerdata melarang bahwa dalam perjanjian

44 Harahap, Op.Cit., hal. 220-223

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

56

UNIVERSITAS INDONESIA

gadai dicantumkan jika debitor / pemberi gadai cidera janji, kreditor secara

otomatis/ langsung menjadi pemilik benda yang digadaikan itu.

Namun, kreditor tidak dilarang untuk membeli benda yang digadaikan, asal

memlalui prosedur eksekusi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku, misalnya baca Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata.

Tentang hubungan ketentuan Pasal 1154 KUHPerdata dengan surat kuasa yang

tidak dapat dicambut kembali yang diberikan oleh Debitor/ pemberi gadai

kepada kreditor/pemegang gadai, untuk menjual benda yang digadaikan dengan

cara apapun dan dengan harga berapapun, telah dikaji oleh Lembaga Kajian

Hukum Perdata Fakultas Universitas Indonesia (selanjutnya disebut “LKHP”).

LKHP menguraikan pendapatnya yang pada pokoknya menyatakan bahwa

naskah surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isinya,

debitor/ pemberi gadai memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali kepada

kreditor/pemegang gadai untuk menjual saham yang digadaikan, dengan cara

dan harga yang ditentukan oleh kreditor pemegang gadai sendiri, pada dasarnya

tidak dengan sendirinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditor

pemegang gadai sebagaimana dilarang oleh Pasal 1154 KUHPerdata. Akan

tetapi seharusnya surat kuasa tersebut tidak dibuat sebelum debitor/pemberi

gadai melakukan wanprestasi, tetapi seharusnya dibuat setelah debitor/ pemberi

gadai melakukan wanprestasi. Menurut NLRP, surat kuasa yang tidak dapat

ditarik kembali tersebut, tidak mengakibatkan kreditor/pemegang gadai secara

otomatis menjadi pemilik benda yang digadaikan sehingga surat kuasa itu tidak

melanggar Pasal 1154 KUHPerdata. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa pada

waktu mempergunakan surat kuasa tersebut, kreditor/ pemegang gadai tidak

boleh melanggar prosedur eksekusi sebagaimana diatur, antara lain dalam Pasal

1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata. Untuk mendapatkan “Private Sale” suatu

barang gadai, kreditor/pemegang gadai harus terlebih dahulu mengajukan

permohonan kepada hakim untuk memperoleh izin menjual barang gadai itu

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

57

UNIVERSITAS INDONESIA

tanpa melalui lelang, sebagaimana dimkasud dalam Pasal 1156 KUHPerdata.

Jadi tidak cukup hanya dengan menggunakan surat kuasa yang tidak dapat

ditarik kembali sebagaimana dimaksud diatas. 45

2.3. Pemberitahuan

2.3.1. Perpanjangan Jangka Waktu Gadai

Pasal 1153 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut:

“Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tak bertubuh, kecuali

surat-surat tunjuk atau surat-surat bawa, diletakkan dengan

pemberitahuan perihal penggadaiannya, kepada siapa hak yang

digadaikan itu harus dilaksanakan. Oleh orang ini, tentang hal

pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya si pemberi gadai dapat

diminta suatu bukti tertulis.”

Dalam Pasal 1153 KUHPerdata, yang dimaksud dengan “orang terhadap

siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan” adalah perseroan

yang mengeluarkan saham yang digadaikan. Jadi berdasarkan Pasal

1153 KUHPerdata, jika debitor belum melunasi utangnya kepada

kreditor, tetapi gadai saham yang diberikan oleh pemberi gadai sudah

berakhir, maka jika debitor/pemberi gadai beritikad baik, debitor

tersebut harus memperpanjang berlakunya perjanjian gadai, dan

perpanjangan berlakunya gadai tersebut juga harus diberitahukan secara

tertulis oleh debitor/pemberi gadai dan/atau kreditor/pemegang gadai

kepada perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan tersebut.

Dalam hal ini, dapat saja terjadi bahwa perseroan minta bukti tertulis

tentang perpanjangan perjanjian gadai ini, dan jika debitor mau bekerja

sama dengan cara menegaskan secara tertulis bahwa benar utangnya

45 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 7-8

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

58

UNIVERSITAS INDONESIA

belum lunas, maka gadai diperpanjang. Jika pemberi gadai tidak

beritikad baik dan tidak setuju memberi konfirmasi bahwa gadai saham

itu diperpanjang berlakunya, maka pihak kreditor menghadapi soal

pelik.

Kalau perseroan menerima pemberitahuan perpanjangan gadai saham

dari kreditor/pemegang gadai, dan kemudian debitor membantah/

menolak perpanjangan gadai saham itu, menurut Nasional Legal Reform

Program dalam bukunya “Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai

Saham”, perseroan kemungkinan besar tidak dapat/tidak mau

mencatatkan perpanjangan gadai saham. Dalam hal ini kreditor dapat

kehilangan jaminan berupa gadai saham.

Jadi pada pokoknya, dalam pembuatan perjanjian gadai saham harus

dihindari kemungkinan berakhirnya gadai saham sebelum utang debitor

dibayar lunas. Perpanjangan perjanjian gadai saham tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan anggaran dasar perseroan yang

mengeluarkan saham yang digadaikan itu, dan selanjutnya harus dicatat

dalam DPS perseroan dan/atau daftar khusus perseroan yang

bersangkutan (Pasal 60 UUPT 2007).

Dalam anggaran dasar perseroan, kadang-kadang terdapat faktor yang

dapat menghambat penjualan saham yang digadaikan. Misalnya,

menurut Pasal 57 ayat (1) UUPT 2007, dalam anggaran dasar dapat

diatur persyaratan pemindahan ha katas saham, yaitu:

a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham

lainnya, dan

b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ

perseroan.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

59

UNIVERSITAS INDONESIA

Seandainya terdapat persyaratan seperti dimaksud dalam Pasal 57 ayat

(1) UUPT 2007, dalam anggaran perseroan yang sahamnya digadaikan,

dan kreditor serta pemberi gadai ingin membuat perjanjian gadai, maka

dalam perjanjian gadai saham, kreditor harus mensyaratkan supaya para

pemegang saham lainnya secara tertulis dengan tegas melepaskan hak

untuk membeli saham yang akan digadaikan itu dan mereka setuju jika

debitor/pemberi gadai cidera janji, pemegang gadai dapat melakukan

penjualan saham yang digadaikan tanpa perlu menawarkan terlebih

dahulu kepada pemegang saham lainnya. Pada praktiknya, dalam

perjanjian gadai kreditor juga mensyaratkan adanya persetujuan tertulis

semua anggota organ perseroan yang persetujuannya disyaratkan oleh

anggaran dasar perseroan, untuk memberi persetujuan kepada pemegang

gadai untuk menjual saham yang digadaikan dan selama utang debitor

belum terbayar lunas, keanggotan organ yang bersangkutan tidak dapat

diubah tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu kreditor/pemegang

gadai.46

LKPH sendiri mengemukakan pendapatnya bahwa sesuai dengan sifat

gadai yang accesoir, selama utang yang dijamin dengan gadai saham

belum dilunasi, untuk memperpanjang gadai saham tidak diperlukan

persetujuan debitor/pemberi gadai, tetapi cukup melalui pemberitahuan

oleh kreditor/pemegang gadai saham kepada debitor/pemberi gadai

saham. 47

2.3.2. Penjualan Barang Gadai

Kewajiban kreditor memberitahukan penjualan barang gadai kepada

debitor, diatur dalam Pasal 1156 ayat (2) KUHPerdata:

46 Ibid., hal. 15-16 47 Ibid., hal. 14

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

60

UNIVERSITAS INDONESIA

1) Pemberitahuan wajib dilakukan kreditor, sehingga sifatnya

imperative;

2) Pemberitahuan selambat-lambatnya pada hari berikutnya dari

tanggal penjualan;

3) Bentuk pemberitahuan:

1) Dengan telegram ; atau

2) Dengan pos atau surat tercatat;

4) Tidak memberitahu atau lalai memberitahu kepada dalam jangka

waktu uang ditentukan Pasal 1156 ayat (2) KUHPerdata:

1) Kreditor dikualifikasi melakukan perbuatan melawan hukum

(PMH);

2) Dengan demikian, cukup alasan bagi debitor menuntut ganti rugi

berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata kepada kreditor (Pemegang

Gadai). 48

2.4. Eksekusi Gadai

2.4.1. Timbulnya Hak Pemegang Gadai Melakukan Eksekusi

Mengenai dasar alasan Pemegang Gadai melakukan eksekusi, diatur

dalam Pasal 1155 KUHPerdata:

a. Debitor cedera janji melaksanakan kewajibannya dalam tenggang

waktu yang ditentukan dalam perjanjian, atau

b. Apabila tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak ditentukan dalam

perjanjian, debitor dianggap melakukan cidera janji memenuhi

kewajiban setelah ada peringatan untuk membayar.

Demikian pedoman menentukan cidera janji yang diatur dalam Pasal

1155 KUHPerdata. Apabila ketentuan ini terpenuhi, barulah timbul hak

Pemegang Gadai melakukan eksekusi. 49

48 Harahap, Op.Cit., hal. 220

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

61

UNIVERSITAS INDONESIA

Dalam hukum perjanjian, kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam

perjanjian menyangkut dua janji, yaitu melakukan sesuatu atau

menyerahkan sesuatu. Janji yang terlaksana adalah dilakukannya sesuatu

atau diserahkan sesuatu yang disebut sebagai “prestasi”. Dalam konteks

perjanjian kredit, “prestasi kreditor adalah menyerahkan dana pinjaman,

sementara “prestasi” debitor adalah menyerahkan jaminan, melaksanakan

pembayaran bunga, dan mengembalikan dana pinjaman secara tepat

waktu. Wanprestasi adalah suatu keadaan bilamana salah satu pihak tidak

dapat memenuhi prestasinya. 50

Seorang debitor dikatakan lalai, apabila ia

tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhi kewajibannya

atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan. Hal

kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan

dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu,

bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam

jangka waktu yang pendek. Pokok hutangnya itu harus ditagih dahulu.

Peringatan tidak perlu, jika si berhutang pada suatu ketika sudah dengan

sendirinya dianggap lalai, misalnya dalam hal perjanjian untuk membikin

pakaian mempelai, tetapi pada hari perkawinan pakaian itu ternyata

belum selesai. Dalam hal ini meskipun prestasi itu dilakukan oleh si

berhutang, tetapi karena tidak menurut perjanjian, maka prestasi yang

dilakukan itu dengan sendirinya dapat dianggap suatu kelalaian.

Adakalanya, dalam kontrak itu sendiri sudah ditetapkan, kapan atau

dalam hal-hal mana si berhutang dapat dianggap lalai. Di sini tidak

diperlukan suatu sommatie atau peringatan. 51

Bilamana salah satu pihak

wanprestasi, Pasal 1267 KUHPerdata mengatur tindakan pihak yang

dirugikan dengan wanprestasinya pihak lain, yakni “Pihak yang merasa

49 Ibid., hal. 218 50 Sunu Widi Purwoko, Catatan Hukum Seputar Perjanjian Kredit dan Jaminan, (Jakarta: Nine Seasons, 2011), hal.120-121 51 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), hal.147

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

62

UNIVERSITAS INDONESIA

perjanjian tidak dipenuhi, boleh memilih apakah ia, jika hal itu masih

dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lainnya untuk memenuhi

perjanjian, ataukan ia akan menuntut pembatalan perjanjian itu disertai

biaya, rugi dan bunga.” 52

Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, si berpiutang

adalah berhak, jika si berutang atau si pemberi gadai cedera janji, setelah

tenggang waktu yang ditentukan lampau atau jika tidak telah ditentukan

suatu, menjual benda gadai. Yang dimaksud hak melakukan parate

eksekusi, yaitu wewenang yang diberikan kepada kreditor untuk

mengambil pelunasan piutang dari kekayaan debitor, tanpa memiliki

eksekutoriale titel. Pemegang gadai ini tidak lahir dari perjanjian yang

secara tegas dinyatakan para pihak, tetapi terjadi demi hukum, kecuali

kalau diperjanjikan lain. Untuk melakukan penjualan ini, pemegang gadai

harus terlebih dahulu memberikan peringatan (sommatie) kepada pemberi

gadai supaya utangnya dibayar. Penjualan harus dilakukan di depan

umum, menurut kebiasaan setempat serta atas syarat yang lazim berlaku

(pasal 1150 ayat 1 KUHPerdata). Ketentuan ini bersifat memaksa, karena

berhubungan dengan ketertiban umum. Setelah penjualan dilakukan,

pemegang gadai memberikan pertanggungjawaban tentang hasil

penjualan itu kepada pemberi gadai. 53

2.4.2. Tata Cara Eksekusi

Memperhatikan ketentuan Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata,

pelaksanaan eksekusi atas barang gadai, telah ditentukan secara limitatif

dan imperatif dengan cara dan bentuk tertentu.

a. Menjual Barang Gadai di Muka Umum

52 Purwoko, Op.Cit., hal.126-127

53 Badrulzaman, Op.Cit., hal 168

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

63

UNIVERSITAS INDONESIA

Cara ini merupakan ketentuan dasar atas eksekusi barang gadai:

1) Penjualan di muka umum

2) Cara penjualan, menurut kebiasaan setempat,

3) Sesuai dengan syarat-syarat yang lazim berlaku,

4) Dari hasil penjualan, kreditor mengambil pelunasan meliputi:

a) Jumlah utang pokok,

b) Bunga, dan

c) Biaya yang timbul dari penjualan

Memang benar Pasal 1155 KUHPerdata, secara ipso jure,

memberi parate executie dengan “Hak Menjual atas Kuasa

Sendiri” (rechts vam eigenmachtige verkoop, the right to sale)

objek barang gadai kepada pemegang gadai (kreditor, tanpa hal

itu diperjanjikan dalam perjanjian gadai), namun Pasal 1155 ayat

(1) KUHPerdata mengatur prinsip-prinsip pokok:

5) Penjualan barang gadai harus atau mesti dilakukan di muka umum

melalui penjualan lelang (executoriale verkoop) atau the right to

sale under execution:

6) Ketentuan pokok penjualan barang gadai di muka umum bersifat

“mandat memaksa” (imperatief mandaat) atau mandatory

instruction yang diberikan undang-undang kepada pemegang

gadai/kreditor dalam kedudukan eigenmachtige verkoop

berdasarkan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata. 54

Hak kreditor/ pemegang gadai untuk melelang benda yang digadaikan

atas kekuasaan sendiri (“parate executie”) terjadi demi hukum, yaitu

berdasarkan Undang-Undang dan tidak karena diperjanjikan oleh/

antara kreditor, debitor dan pemberi gadai. Disinilah letak perbedaan

54 Harahap, Op.Cit., hal. 219

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

64

UNIVERSITAS INDONESIA

antara gadai di satu pihak, dan hipotik serta hak tanggungan di pihak

lain. Pasal 1178 kalimat kedua KUHPerdata dan Pasal 11 ayat (2)

huruf e Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,

pada pokoknya mengatur bahwa dalam Akta Pemberian Hipotik/Hak

Tanggungan dapat diperjanjikan bahwa pemegang Hipotik/Hak

Tanggungan pertama diberi hak untuk menjual atas kewenangannya

sendiri objek agunan, jika debitor/pemberi hipotik/hak tanggungan

cidera janji (beding van eigenmachtig verkoop). Jadi “parate

executie” pada hipotik dan hak tanggungan tidak terjadi demi hukum,

tetapi harus dengan tegas diperjanjikan antara debitor/pemberi agunan

dan pemegang hipotik/hak tanggungan yang pertama.

Menurut Pasal 1155 KUHPerdata, penjualan barang yang digadaikan

dengan “parate executie” harus dilakukan dengan cara lelang. Jika

pemberi gadai dan kreditor menginginkan penjualan dengan cara di

bawah tangan (private sale), harus ditempuh cara yang diatur dalam

Pasal 1156 KUHPerdata. Kreditor/pemegang gadai dapat

melaksanakan eksekusi atas kewenangan sendiri tanpa perantaraan

hakim yang biasanya disebut “parate executie”, dengan cara

melelang barang yang digadaikan itu dengan perantaraan kantor

lelang. Di dalam pedoman teknis administrasi dan teknis peradilan

perdata umum yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Republik

Indonesia, ditentukan tentang cara lelang antara lain sebagai berikut:

1) Pengumuman lelang harus dilakukan di harian yang terbit di kota

atau kota yang berdekatan dengan tempat objek lelang terletak.

2) Lelang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.

40/PMK.07/2006 tanggal 30 Mei 2006 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang dan S.1908 Nomor 189 jo. S.1941 Nomor 3,

antara lain diatur cara penyerahan surat penawaran yang harus

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

65

UNIVERSITAS INDONESIA

ditulis dalam bahasa Indonesia dan harus ditandatangani oleh

penawar. Kemudian surat penawaran setelah memenuhi syarat,

disahkan pejabat kantor lelang.

3) Penawar tidak boleh mengajukan surat penawaran lebih dari satu

kali untuk suatu barang yang sama.

4) Untuk dapat ikut serta dalam pelelangan, para penawar

diwajibkan menyetor uang jaminan yang jumlahnya ditetapkan

oleh pejabat lelang, dan uang jaminan tersebut akan

diperhitungkan dengan harga pembelian jika penawar

bersangkutan ditunjuk sebagai pembeli.

5) Pembeli tidak boleh menguasai barang yang telah dibelinya

sebelum uang pembelian dilunasi sesuai dengan akta pemindahan

hak atas barang yang digadaikan.

Selanjutnya akta pemindahan hak atas saham atau salinannya

disampaikan kepada perseroan yang mengeluarkan saham

berkaitan, dan Direksi perseroan wajib mencatat pemindahan hak

atas saham tersebut dalam DPS/daftar khusus dan

memberitahukan perubahan susunan pemegang saham itu kepada

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak pencatatan pemindahan hak untuk dicatat dalam

Daftar Perseroan Terbatas (Pasal 57 UUPT 2007). 55

Bertalian dengan hak parate eksekusi pemegang gadai, ketentuan

dalam Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata menyatakan:

Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si

berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai

bercidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau,

55 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 10-11

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

66

UNIVERSITAS INDONESIA

atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah

dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual

barang gadainya di muka umum menurut kebiasaan-kebiasaan

setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud

untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan

biaya dari pendapatan penjualan tersebut.

Pasal di atas menunjukkan kepada kita, bahwa ketentuan Pasal 1155

KUHPerdata merupakan ketentuan yang bersifat menambah

(aanvulledrechts), karena para pihak bebas menetapkan lain. Dalam

hal para pihak tidak menyimpang dari ketentuan tersebut, barulah

Pasal 1155 KUHPerdata berlaku.

Dari ketentuan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata, pembentuk undang-

undang memberikan wewenang kepada kreditor pemegang gadai

untuk melakukan penjualan kebendaan gadai yang diserahkan

kepadanya dengan kekuasaan sendiri (parate eksekusi) di depan

umum (melalui pelelangan umum) menurut kebiasaan-kebiasaan

setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, bila debitor

pemberi gadai wanprestasi atau tidak menepati janji dan kewajiban-

kewajibannya, guna mengambil pelunasan jumlah piutangnya dari

pendapat penjualan kebendaan yang digadaikan tersebut. Dengan

demikian, hak parate eksekusi atas barang gadai ini akan berlaku bila

debitor pemberi gadai benar-benar telah wanprestasi setelah diberikan

peringatan untuk segera membayar atau melunasi utangnya.

Parate eksekusi merupakan wewenang yang diberikan kepada

kreditor untuk mengambil pelunasan piutang dari kekayaan debitor

tanpa memiliki eksekutoriale titel. Perlu diperhatikan, bahwa

wewenang parate eksekusi atas barang gadai oleh kreditor pemegang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

67

UNIVERSITAS INDONESIA

gadai terjadi dengan sendirinya demi hukum, tidak harus

diperjanjikan sebelumnya. Parate eksekusi dalam gadai terjadi karena

undang-undang, sehingga di antara debitor dan kreditor tidak

diharuskan untuk memperjanjikannya, namun boleh-boleh saja, untuk

mempertegas adanya wewenang parate eksekusi atas barang gadai

tersebut diperjanjikan pula dalam pemberian gadainya. 56

Kapan debitor wanprestasi, bergantung dari perikatannya. Kalau

perikatannya memakai waktu sebagai batas akhir (verval termijn),

sejak saat lewatnya waktu yang dicantumkan debitor wanprestasi.

Dalam hal tidak ditetapkan suatu tenggang waktu tertentu, tagihan

pada asasnya bisa dibuat matang untuk ditagih dengan men-sommeer

debitor yang bersangkutan. Dalam praktiknya, sekalipun di dalam

perjanjian utang piutangnya disebutkan suatu waktu tertentu, masih

juga ditambahkan klausul yang mengatakan bahwa dengan lewatnya

jangka waktu yang sudah ditetapkan, maka debitor sudah dianggap

wanprestasi, tanpa diperlukan lagi adanya teguran/peringatan melalui

eksploit juru sita atau surat lain semacam itu.

Penjualan barang gadai oleh kreditor pemegang gadai berdasarkan

parate eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1155 ayat (1)

KUHPerdata, kepada kreditor pemegang gadai diberikan kewenangan

untuk menjual sendiri barang gadai tanpa titel eksekutoriale, sehingga

tidak memerlukan bantuan atau perantaraan pengadilan. Inilah yang

dinamakan dengan parate eksekusi.

Pemegang gadai berdasarkan parate eksekusi menjual barang gadai,

seakan-akan seperti menjual barangnya sendiri. Pemegang gadai

56 Usman (a), Op.Cit., hal.136

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

68

UNIVERSITAS INDONESIA

dengan hak tersebut mempunyai sarana pengambilan pelunasan yang

dipermudah, disederhanakan. 57

b. Terhadap Barang Perdagangan atau Efek Dapat Dijual di Pasar atau di

Bursa

Pasal 1155 ayat (2) KUHPerdata, mengatur kebolehan penjualan

eksekusi atas barang perdagangan atau efek menyimpang dari aturan

pokok penjualan di muka umum;

1) Penjualan barang-barang perdagangan, dapat dilakukan di pasar

(market) tempat di mana barang-barang sejenis itu

diperdagangkan;

2) Penjualan efek yang dapat diperdagangkan di bursa; dapat

dilakukan penjualannya di bursa;

3) Syarat syahnya penjualan; harus dilakukan dengan perantaraan

dua orang makelar yang ahli dalam perdagangan barang-barang

tersebut.

Seperti yang disinggung diatas, kebolehan menjual barang gadai atas

barang perdagangan dan saham di pasar atau di bursa:

1) Merupakan pengecualian dari Patokan pokok yakni penjualan di

muka umum, dan

2) Pengecualian itu pun hanya terbatas pada jenis barang

perdagangan dan saham.58

Pasal 1155 ayat (2) KUHPerdata mengatur secara khusus mengenai

cara eksekusi barang gadai yang terdiri atas barang-barang

perdagangan dan surat-surat berharga yang diperjualbelikan di pasar

57 Satrio, Op.Cit., hal.136 58 Harahap, Op.Cit., hal 219

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

69

UNIVERSITAS INDONESIA

modal, yaitu penjualannya dilakukan di pasar atau di bursa efek di

tempat kreditor pemegang gadainya bertempat tinggal dengan

bantuan perantaraan 2(dua) orang makelar yang memang ahli dalam

perdagangan barang-barang tersebut.

Sekalipun pemegang gadai bukan pemilik benda jaminan (surat-surat

berharga) tetapi dalam penjualannya di bursa efek, ia lah yang

menyerahkan hak milik atas benda-benda jaminan tersebut

berdasarkan hak kebendaan yang dipunyainya kepada pembeli. Hal

ini janggal. Bukan pemilik yang menyerahkan hak milik suatu benda

kepada pembeli dan orang tersbeut (pemegang gadai) melakukannya

tanpa kuasa dari pemilik, sedang undang-undang hanya menyatakan

bahwa ia diberikan hak untuk menjual tanpa disinggung mengenai

kewenangan untuk menyerahkan atau mengoperkan hak milik atas

barang tersebut. 59

c. Penjualan Menurut Cara yang Ditentukan Hakim

Cara eksekusi ini diatur dalam Pasal 1156 KUHPerdata yang

mengatakan, apabila Pemberi Gadai atau debitor melakukan cidera

janji:

1) Kreditor dapat menuntut (meminta) kepada hakim supaya barang

gadai dijual menurut cara yang ditentukan hakim; atau

2) Agar hakim mengizinkan supaya barang gadai tetap berada di

tangan kreditor untuk menutup suatu jumlah yang akan ditentukan

hakim dalam putusan sampai meliputi utang pokok, bunga , dan

biaya.

Cara penjualan eksekusi barang gadai menurut cara yang ditentukan

hakim yang digariskan Pasal 1156 KUHPerdata ini pun merupakan 59 Usman (a), Op.Cit., hal 140

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

70

UNIVERSITAS INDONESIA

kebolehan penyimpangan dari ketentuan pokok penjualan lelang di

muka umum yang disebut Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata. Dengan

demikian, sekiranya pemegang gadai/kreditor menghendaki tidak

menempuh ketentuan pokok penjualan barang gadai di muka umum,

atau juga tidak ingin menjual barang gadai di pasar atau di bursa efek,

Pasal 1156 KUHPerdata, memberi hak kepada pemegang

gadai/kreditor mengajukan tuntutan ke pengadilan agar

hakim/pengadilan menjatuhkan putusan penjualan barang gadai

menurut cara yang ditentukan hakim/pengadilan. 60

Kalimat pertama Pasal 1156 KUHPerdata menentukan bahwa dalam

segala hal, jika debitor/pemberi gadai cidera janji, kreditor dapat

menuntut di hadapan pengadilan (in rechten vorderen) agar

1) Benda yang digadaikan dapat dijual menurut cara yang ditentukan

oleh hakim untuk dapat melunasi utang debitor beserta bunga dan

biaya, atau

2) Atas tuntutan kreditor, hakim dapat mengabulkan permohonan

kreditor agar barang yang digadaikan tetap berada pada kreditor,

untuk suatu jumlah yang ditetapkan oleh hakim dalam putusannya

sampai sejumlah utang debitor beserta bunga dan biaya.

Tentang penjualan benda yang digadaikan, kreditor wajib

memberitahukan debitor/pemberi gadai selambatnya pada hari

berikutnya jika ada hubungan pas harian atau telegraf, atau jika tidak,

dengan pos yang berangkat pertama.

Proses di pengadilan yang ditempuh sesuai dengan Pasal 1156

KUHPerdata harus dilakukan dengan cara mengajukan permohonan.

60 Harahap, Op.Cit., hal 219

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

71

UNIVERSITAS INDONESIA

Walaupun diajukan dengan cara mengajukan permohonan (bukan

dengan mengajukan gugatan), karena terdapat kepentingan debitor

dan pemberi gadai, debitor dan pemberi gadai sebagai pihak yang

berkepentingan harus didengar oleh hakim dalam persidangan.

Berdasarkan Pasal 1156 KUHPerdata dengan cara mengajukan

permohonan kepada hakim, kreditor/ pemegang gadai dapat mohon

supaya hakim menetapkan bahwa eksekusi gadai dapat dilakukan

melalui penjualan di bawah tangan (private sale), dengan syarat dan

ketentuan yang ditetapkan hakim dengan adil sehingga kreditor tidak

dapat menentukan harga dengan semena-mena, atau hakim juga dapat

menetapkan bahwa benda yang digadaikan itu diperbolehkan tetap

dipegang pemegang gadai, dengan membeli sendiri benda yang

digadaikan itu, dengan harga yang ditetapkan oleh hakim. Jadi

meskipun antara pemberi gadai dan pemegang gadai sudah ada

persetujuan tentang penjualan gadai tidak dengan lelang (private),

penjualan tidak dengan lelang hanya dapat dilakukan setelah ada

penetapan hakim (Pasal 1156 KUHPerdata). 61

Eksekusi gadai dapat ditemukan dalam 2 Pasal, yaitu dalam Pasal

1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa:

Pasal 1155

Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka kreditor

adalah berhak jika debitor atau pemberi gadai cedera janji, setelah

tenggang waktu uang ditentukan lampau, atau jika tidak telah

ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suaut

peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barangnya gadai di

61 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 12-13

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

72

UNIVERSITAS INDONESIA

muka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas

syarat-syarat yang lazim berlak, dengan maksud untuk mengambil

pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari

pendapatan penjualan tersebut.

Jika barang gadainya itu terdiri atas barang-barang perdagangan

atau efek-efek yang dapat diperdagangkan di pasar atau di bursa,

maka penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut, asal

dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam

perdagangan barang-barang itu.

Pasal 1156

Bagaimanapun apabila debitor atau pemberi gadai cedera janji,

kreditor dapat menuntut di muka hakim supaya barang gadainya

dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi

utang beserta bunga dan biaya, ataupun hakim, atas tuntutan

kreditor, dapat mengabulkan bahwa barang gadainya akan tetap

pada kreditor untuk suatu jumlah jumlah yang akan ditetapkan dalam

putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya.

Tentang hal penjualan barang gadai dalam hal-hal termaksud dalam

pasal ini dan dalam pasal yang lalu, kreditor diwajibkan memberi

tahu pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari yang berikutnya

apabila ada suatu perhubungan pos harian ataupun suatu

perhubungan telegraf, atau jika tidak demikian halnya dengan pos

yang berangkat pertama.

Pemberitahuan dengan telegraf atau dengan surat tercatat berlaku

sebagai suatu pemberitahuan yang sah.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

73

UNIVERSITAS INDONESIA

kedua ketentuan yang diatur dalam Pasal 1155 dan Pasal 1156

KUHPerdata mengatur mengenai eksekusi gadai. Dalam ketentuan

Pasal 1155 KUHPerdata, kreditor diberikan hak untuk menyuruh jual

benda gadai manakala debitor cidera janji. Dalam hal yang demikian,

maka sebelum kreditor menyuruh jual benda yang digadaikan, maka

ia harus memberitahukan terlebih dahulu mengenai maksudnya

tersebut kepada debitor atau pemberi gadai. pemberitahuan tersebut

akan berlaku sah manakala dalam perjanjian pokok dan perjanjian

gadainya telah ditentukan suatu jangka waktu, dan jangka waktu

tersebut telah lampau sedangkan debitor sendiri telah tidak memenuhi

kewajibannya tersebut.

Agak berbeda dari rumusan yang diberikan dalam Pasal 1155

KUHPerdata yang memungkinkan kreditor untuk menyuruh menjual

sendiri benda yang digadaikan dan mengambil pelunasan atas seluruh

utang, bunga, dan biaya yang menjadi haknya, ketentuan Pasal 1156

KUHPerdata memberikan mekanisme penjualan benda gadai

berdasarkan penetapan pengadilan. Dalam hal yang terakhir ini,

setelah suatu penjualan dilakukan oleh kreditor berdasarkan perintah

pengadilan, maka kreditor berkewajiban untuk segera

memberitahukannya kepada pemberi gadai, yang menurut ketentuan

Pasal 1156 KUHPerdata, dilakukan pada hari yang berikutnya apabila

ada perhubungan pos harian ataupun suatu suatu perhubungan

telegraf, atau jika tidak demikian halnya dengan pos yang berangkat

pertama.62

Kedudukan pemegang gadai sebagai secured creditor berbeda dengan

unsecured creditor. Sebagai unsecured creditor, sebelum

62 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal. 196-200

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

74

UNIVERSITAS INDONESIA

mengeksekusi benda-benda milik debitor, ia harus mengajukan

gugatan terhadap debitor ke pengadilan. Unsecured creditor yang

menang dalam gugatan tersebut kemudian dapat meminta Ketua

Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan surat penetapan eksekusi. Di

pihak lain, Undang-Undang mempermudah secured creditor untuk

mengeksekusi hak-haknya. Sebagai contoh bagi pemegang hipotek,

berdasarkan Pasal 224 HIR dapat mengeksekusi tanpa harus memiliki

putusan pengadilan yang menghukum debitor untuk membayar

hutang tersebut. Dalam hal ini, pemegang hipotek tidak perlu

mengajukan perkaranya ke pengadilan sebagai penggugat dan

menggugat debitor sebagai tergugat. Pemegang hipotek hanya perlu

mengajukan permohonan agar pengadilan mengeluarkan penetapan

eksekusi dan selanjutnya melakukan penjualan melalui lelang. Lebih

lanjut, berdasarkan Pasal 1178 KUHPerdata, pemegang hipotek dapat

membuat perjanjian dengan debitor untuk melakukan penjualan di

depan umum atau lelang tanpa perintah pengadilan. Prosedur yang

sama dapat dilihat dalam Pasal 20 UU Hak Tanggungan bahwa

pemegang hak tanggungan cukup dengan mengajukan permohonan

ke pengadilan untuk mengeluarkan penetapan eksekusi atau sebagai

alternative lain, berdasarkan perjanjian antara pemberi dan pemegang

hak tanggungan dimungkinkan untuk melakukan penjualan di muka

umum atau lelang tanpa perintah/penetapan pengadilan. lebih lanjut

eksekusi dari hak tanggungan dapat dilakukan dengan penjualan

tertutup selama didasarkan pada perjanjian antara pemberi dan

pemegang hak tanggungan untuk memperoleh harga terbaik.

Selanjutnya, Pasal 29 UU Fiducia juga mempermudah prosedur

eksekusi. Kreditor pemegang fiducia dapat mengeksekusi benda yang

dijaminkan hanya dengan mengajukan permohonan meminta

pengadilan untuk mengeluarkan penetapan eksekusi dan untuk

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

75

UNIVERSITAS INDONESIA

melakukan penjualan di muka umum melalui lelang. Pemegang

fiducia juga dapat membuat perjanjian dengan debitor untuk

mengeksekusi benda yang dijaminkan melalui lelang tanpa penetapan

pengadilan. Selain itu, pemegang fiducia juga dimungkinkan untuk

melakukan penjualan tertutup atas benda yang dijaminkan untuk

mendapatkan harga terbaik. 63

Walaupun Pasal 1155 KUHPerdata merupakan pasal yang bersifat

mengatur dan para pihak diberikan kebebasan untuk memperjanjikan

lain, tetapi memperjanjikan cara penjualan yang lain daripada

penjualan di muka umum tidak diperkenankan, yaitu memperjanjikan

seperti pada waktu perjanjian jaminan diberikan. Pembuat undang-

undang membuat kekhawatiran akan kemungkinan timbulnya

kerugian yang terlalu besar bagi debitor melalui persekongkolan

antara penjual dengan calon pembelinya. Namun setelah debitor

wanprestasi, para pihak dapat mengadakan persetujuan untuk menjual

benda jaminan di bawah tangan.

Di dalam praktik kita sering melihat perjanjian gadai yang

mengandung klausul penjualan, baik di muka umum maupun di

bawah tangan. Adanya janji seperti itu sebenarnya tidak dimaksudkan

untuk digunakan oleh kreditor secara semena-mena, tetapi mengingat

bahwa sering kali penjualan di bawah tangan memberikan hasil yang

lebih baik dan ini menguntungkan kedua belah pihak. Biasanya dalam

penjualan di bawah tangan, kreditor pemegang gadai minta

persetujuan dari pemberi gadai. Di samping itu, untuk benda-benda

gadai yang mempunyai nilai yang kecil saja, sungguh tidak praktis

dan efisien untuk melaksanakan penjualan melalui juru lelang. Tidak

63 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 40

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

76

UNIVERSITAS INDONESIA

tertutup kemungkinan, bahwa hasil penjualan bisa lebih kecil dari

biaya lelang.

Adanya janji untuk menjual di bawah tangan tidak perlu harus

menjadikan klausul demikian batal demi hukum, tetapi paling-paling

dapat dibatalkan. Kita lihat dahulu, apakah ada dasar yang patut

untuk mencantumkan klausul seperti itu. kalau tidak ada tuntutan dari

pemberi gadai, maka boleh dianggap perlindungan juga tidak

dibutuhkan.

Dari kata-kata dalam Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata, yang antara

lain menyatakan bahwa “apabila oleh para pihak tidak telah

diperjanjikan lain, maka ..”, para pihak dapat menyampingkan hak

kreditor pemegang gadai untuk menjual sendiri barang gadai

berdasarkan parate eksekusi. Apabila hal ini yang terjadi dan debitor

pemberi gadai wanprestasi, hak kreditor pemegang gadai untuk

menjual barang gadai dilaksanakan melalui gugatan perdata di muka

pengadilan, terkecuali kreditor pemegang gadai memegang akta

notariil pengatuan utang yang berbentuk grosse, artinya mengandung

titel eksekutorial, maka pelaksanaan hak kreditor pemegang gadai

untuk menjual barang gadai dilakukan cukup dengan meminta fiat

eksekusi dari ketua pengadilan.

Kreditor yang diikat dengan jaminan kebendaan merupakan kreditor

separatis, yaitu kreditor preferen yang tidak kehilangan hak agunan

atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor yang

dinyatakan pailit dan haknya untuk didahulukan. Kreditor konkuren

saja mempunyai hak untuk melakukan sitaan umum terhadap harta

debitor berdasarkan kepailitan maupun gugatan perdata biasa, apalagi

kreditor pemegang gadai yang merupakan kreditor separatis sudah

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

77

UNIVERSITAS INDONESIA

dipastikan mempunyai hak dan kedudukan yang “terkuat” untuk

didahulukan dalam pelunasan piutangnya. Oleh karena itu, adanya

kepailitan tidak menyebabkan kreditor (pemegang gadai) tidak dapat

mengeksekusi barang gadainya. 64

64 Usman (a), Op.Cit., hal. 138-139

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

78 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 3

EKSEKUSI GADAI SAHAM

Meskipun pengaturan mengenai gadai saham serta tata cara eksekusi gadai

atas saham telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

Undang-Undang Perseroan Terbatas maupun dalam peraturan perundang-undangan

lain khususnya terkait dengan saham Perusahaan Terbuka, namun pelaksanaan

eksekusi atas gadai saham oleh Pemegang Gadai dalam prakteknya tidak bisa

dibilang cepat, murah, apalagi sederhana serta masih mengalami hambatan.

Hambatan tersebut terutama karena terdapat penafsiran yang berbeda-beda oleh

praktisi hukum maupun yang dihasilkan oleh pengadilan, khususnya Mahkamah

Agung mengenai hak pemegang gadai untuk mengeksekusi gadai atas saham

berdasarkan Pasal 1155 KUHPerdata dan Pasal 1156 KUHPerdata dalam kaitannya

dengan jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir namun hutang belum dilunasi,

seperti pada Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006

tanggal 20 Februari 2007 dan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No.

115 PK/Pdt.2007 tanggal19 Juli 2007, yang penulis uraikan di dalam bab ini, sebagai

berikut:

3.1. Duduk Perkara

PT. ARYAPUTRA TEGUHARTA (selanjutnya disebut “PT.APT) dan

PT. ONGKO MULTICORPORA (selanjutnya disebut “PT. OM”) adalah

perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Group Ongko. Beberapa

perusahaan yang terafiliasi dengan Group Ongko, telah memperoleh fasilitas

kredit berdasarkan perjanjian-perjanjian Domestic Resource Factory Agreement

dan Financial Leasing Agreement sejak tahun 1997 dan 1998 dari PT. BFI

FINANCE Tbk dahulu PT. BUNAS FINANCE INDONESIA (selanjutnya

disebut “PT. BFI”). PT. BFI adalah suatu perusahaan pembiayaan keuangan

yang melakukan kegiatan usaha antara lain dalam bidang sewa guna usaha,

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

79

UNIVERSITAS INDONESIA

anjak piutang dan pembiayaan konsumen sejak tahun 1990, berdasarkan izin

usaha dari Menteri Keuangan No. 493/KMK.013/1990 tanggal 23 April 1990

dan terdaftar pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai Tanda

Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas No.09051833343 tanggal 27 Desember

1996.

Sebagai jaminan atas fasilitas yang diberikan PT. BFI, maka PT. BFI

telah menerima jaminan yang diikat dengan hak gadai sejumlah 210.192.912

(dua ratus sepuluh juta seratus sembilan puluh dua ribu Sembilan ratus dua

belas) lembar saham, yang terdiri dari saham PT.APT berupa 111.804.732

(seratus sebelas juta delapan ratus empat ribu tujuh ratus tiga puluh dua) lembar

saham dan saham PT. OM berupa 98.388.180 (sembilan puluh tiga juta tiga

ratus delapan puluh delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham, dimana

saham-saham tersebut merupakan saham-saham yang ada di PT. BFI. Hal ini

sebagaimana tertuang dalam Pledges of Shares Agreement tanggal 1 Juni 1999

(disebut Perjanjian Gadai Saham) yang ditandatangani oleh PT.APT, PT. OM

dengan PT. BFI. Para pihak kemudian menyepakati untuk menunjuk dan

mengangkat The Chase Manhattan Bank, cabang Jakarta selaku Depository

Agent (agen penyimpan) atas saham-saham yang dijaminkan oleh PT. APT dan

PT.OM yang tertuang dalam Depository Agreement tertanggal 1 Juni 1999.

Terhadap pemberian gadai ini oleh PT. BFI mengeluarkan surat pemberitahuan

pada tanggal 10 Juni 1999 kepada PT. Sirca Datapro Perdana (Biro

Administrasi Efek) untuk didaftarkan gadai saham-saham tersebut pada Daftar

Buku Saham PT. BFI. Kemudian pada tanggal 12 Juni 1999 telah dikonfirmasi

PT. Sirca Datapro Perdana bahwa gadai saham tersebut telah dicatat pada Daftar

Buku Saham PT. BFI. Selanjutnya Perjanjian Gadai Saham telah pernah

diperpanjang, yang pertama tanggal 22 Februari 2000 dan berakhir pada tanggal

1 Desember 2000, yang kedua tanggal 28 Nopember 2000 dan berakhir pada

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

80

UNIVERSITAS INDONESIA

tanggal 1 Desember 2001. Berdasarkan hal ini maka Perjanjian Gadai Saham

berlaku hingga tanggal 1 Desember 2001.

Bahwa pemberian gadai atas seluruh saham PT.APT dan PT. OM di PT.

BFI kepada PT. BFI dilakukan setelah terlebih dahulu disetujui dalam Rapat

Umum Luar Biasa Pemegang Saham PT. APT dan PT.OM tanggal 31 Mei 1999

dan persetujuan oleh Presiden Komisaris PT.APT dan PT. OM tanggal 1 Juni

1999. Kemudian karena krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang antara

lain ditandai dengan kenaikan yang berlipat-lipat dari nilai tukar mata uang

Dollar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah telah mempengaruhi

perekonomian nasional dan menimbulkan kesulitan yang besar di kalangan

dunia usaha termasuk PT. BFI, disamping itu PT. BFI mempunyai piutang atau

tagihan yang sangat besar terhadap Ongko Group, oleh karenanya PT. BFI telah

melakukan seluruh upaya maksimal untuk melakukan restrukturisasi utang-

utangnya dengan cara melakukan negosiasi dengan para krediturnya.

Selanjutnya restrukturisasi utang PT. BFI telah disetujui oleh Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa PT. BFI (termasuk persetujuan dari PT.APT dan

PT. OM selaku pemegang saham PT. BFI) yang Berita Acaranya tertuang di

dalam Akta No. 28 tanggal 27 Januari 2000 yang dibuat oleh Lia Muliani, SH.

Pengganti dari Sitjipto, SH. Notaris di Jakarta. Selanjutnya kedua perseroan

juga menandatangani Consent to Transfer (Persetujuan Untuk Menjual) tanggal

7 Agustus 2000 dan Irrevocable Power of Attorney to Sell (Surat Kuasa untuk

menjual yang tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7 Agustus 2000. Consent

to Transfer (Persetujuan Untuk Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 berbunyi “ ia

(PT. APT dan PT. OM) mengijinkan dan menyetujui eksekusi/penjualan oleh

PT. Bunas Finance Indonesia Tbk atas hak-haknya berdasarkan Perjanjian

Gadai Saham tertanggal 1 Juni 1999. Selanjutnya Irrevocable Power of

Attorney to Sell (Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali)

tertanggal 7 Agustus 2000 mengatur “Kami (PT.APT dan PT.OM)… dengan ini

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

81

UNIVERSITAS INDONESIA

memberikan kuasa dan wewenang yang tidak dapat ditarik kembali kepada PT.

BFI (untuk selanjutnya disebut “Pember Kuasa”), dengan hak substitusi yang

dapat diberikan pada setiap saat dan untnuk memberikan hak substitusi lebih

lanjut sepanjang diperlukan oleh Pemberi Kuasa, pada setiap saat, dari waktu

ke waktu, untuk menjual dan mengalihkan atau sebaliknya menyerahkan :

(a). Saham-saham yang digadaikan sesuai dengan Perjanjian Gadai;

(b). …

Baik melalui bursa efek di Indonesia atau melalui pelelangan umum, atau

penjualan pribadi atau di bawah tangan, dengan harga tersebut dan pada

kondisi tersebut sebagaimana patut oleh Pemberi Kuasa kepada setiap

pihak…”

Lebih lanjut PT. APT dan PT. OM selaku pemegang saham di PT. BFI

memberikan persetujuan kepada PT. BFI untuk mengajukan permohonan

penundaan kewajiban pembayaran utang dan rencana perdamaian kepada

Pengadilan Niaga yang berita acaranya tertuang di dalam Akta No. 51 tanggal

22 Agustus 2000 yang dibuat oleh Lia Muliani, SH. Pengganti dari Sitjipto, SH.

Notaris di Jakarta. Sebagai hasil upaya negosiasi dan restrukturisasi utang

diatas, maka PT. BFI pada tanggal 11 oktober 2000 telah mengajukan rencana

perdamaian agar dapat disetujui oleh para kreditur PT. BFI. Pada tanggal 7

Desember 2000, PT. BFI dan para kreditur PT. BFI akhirnya telah

menandatangani Perjanjian Perdamaian yang kemudian telah

diratifikasi/disahkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No:

04/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. pada tanggal 19 Desember 2000. Karena

PT.APT dan PT. OM tetap belum dapat melunasi hutangnya pada PT. BFI yang

dijamin oleh perjanjian gadai saham, dan sebagai pelaksana putusan

perdamaian, dalam rangka restrukturisasi hutangnya, PT. BFI telah

mengalihkan saham-saham yang digadaikan PT.APT dan PT. OM pada THE

LAW DEBENTURE TRUST CORPORATION P.L.C. (selanjutnya disebut

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

82

UNIVERSITAS INDONESIA

“L.D.T”) berdasarkan share sale and purchase agreement tertanggal 9 Februari

2001. Saham-saham yang digadaikan telah dialihkan kepada L.D.T dengan cara

silang gadai saham di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 11 Mei 2001

sebagaimana dalam surat pemberitahuan tanggal 11 Mei 2001 dari PT. BFI

kepada PT. APT dan PT. OM.

Bahwa L.D.T selaku pembeli saham-saham yang digadaikan PT. APT

dan PT. OM pada PT. BFI, kemudian melakukan pengumuman melalui media

massa Harian Bisnis Indonesia tanggal 14 Mei 2001 dimana baik PT. APT

maupun PT. OM tidak pernah melakukan protes terhadap pengumuman yang

dibuat L.D.T. Selain itu PT. BFI juga telah memberi tahu PT. APT dan PT. OM

tentang pelaksanaan Putusan Perdamaian dan Pengalihan Saham-Saham PT.

APT dan PT. OM yang digadaikan pada PT. BFI kepada L.D.T, melalui surat

tanggal 11 Mei 2001 dan disetujui oleh PT. APT dan PT. OM.

Kemudian pada tahun 2003, oleh PT. APT dan PT.OM telah

mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yaitu masing-masing

pada tanggal 26 Maret 2003 oleh PT. APT yang terdaftar nomor

123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst dan PT. OM mengajukan gugatan tanggal 11

Desember 2003 yang terdaftar nomor 514/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst, dimana kedua

gugatan tersebut diajukan atas dasar dugaan perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh PT. BFI yaitu tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan

PT.APT dan PT. OM, PT. BFI telah menjual Saham-Saham miliknya sebanyak

98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh delapan ribu

seratus delapan puluh) lembar saham saham yang merupakan seluruh saham PT.

OM di PT. BFI bersama-sama dengan 111.804.732 (seratus sebelas juta delapan

ratus empat ribu tujuh ratus tiga puluh dua) lembar saham milik PT.APT pada

PT. BFI, sebagaimana terbukti dari Share Sale And Purchase Agreement

(Transfer to Creditors), Share Sale And Purchase Agreement (Sale to Investor)

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

83

UNIVERSITAS INDONESIA

dan Share Sale And Purchase Agreement (Employee Incentive dan

Remuneration Scheme) (disebut Akta Jual Beli) yang dibuat dan ditanda

tangani PT. BFI sebagai Penjual dan L.D.T sebagai Pembeli

Menurut kedua perseroan yaitu PT.APT dan PT. OM, jangka waktu

Perjanjian Gadai Saham adalah 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal

perjanjian, karena itu tanggal jatuh tempo Akta Gadai Saham adalah 1 Juni

2000. Kemudian kedua perseroan pernah memberikan persetujuan kepada PT.

BFI untuk memperpanjang Perjanjian Gadai Saham dari 12 (dua belas) bulan

menjadi 18 (delapan belas) bulan, sebagaimana tertuang dalam surat tanggal 22

Pebruari 2000 yang ditandatangani oleh PT.APT, PT. OM dan PT. BFI (disebut

Perubahan Akta Gadai Saham) sehingga jatuh tempo Perjanjian Gadai Saham

adalah 1 Desember 2000 dan sejak jatuh tempo Perjanjian Gadai Saham tidak

pernah diperpanjang lagi. Untuk itu, akibat hukum berakhirnya jangka waktu

gadai adalah objek gadai, yaitu saham-saham yang digadaikan sudah tidak lagi

terikat sebagai jaminan hutang kepada PT.BFI dan saham-saham tersebut harus

dikembalikan kepada PT.APT dan PT. OM.

Oleh karena itu, dengan telah jatuh temponya waktu Gadai Saham, maka

segala persetujuan mengalihkan dan kuasa menjual yang pernah diberikan

PT.APT dan PT. OM kepada PT. BFI seketika menjadi berakhir dan dengan

demikian terhitung sejak tanggal 1 Desember 2000 Consent of Transfer OM dan

Power of Attorney PT.APT dan PT.OM menjadi gugur dan tidak berlaku lagi.

Setelah Perjanjian Gadai Saham jatuh tempo, yaitu tanggal 1 Desember 2000,

PT.APT dan PT.OM tidak pernah memberikan persetujuan apapun kepada PT.

BFI berkaitan dengan saham-saham yang digadaikan, termasuk persetujuan

untuk menjual Saham-Saham kedua perseroan tersebut kepada L.D.T. Bahwa

dengan demikian sesuai kesepakatan dalam Perubahan Akta Gadai Saham,

maka sejak tanggal 1 Desember 2000 saham-saham kedua perseroan sudah

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

84

UNIVERSITAS INDONESIA

tidak terikat sebagai jaminan pada PT. BFI. Dengan demikian tindakan PT. BFI

yang telah menjual saham-saham PT.APT dan PT.OM kepada L.D.T dengan

dalil menjalankan hak-haknya yang timbul berdasarkan Perjanjian Gadai Saham

serta membuat dan menanda tangani Akta Jual Beli dengan menggunakan

Consent to Transfer APT dan Power of Attorney adalah tidak sah dan cacat

hukum.

3.2. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan

Didalam gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh PT.

APT selanjutnya telah diperiksa, diadili dan diputus dengan amar putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. tanggal 14

April 2004 adalah sebagai berikut:

Dalam Konvensi :

Dalam Eksepsi :

- Menolak seluruh eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I (PT.BFI), Tergugat

VI, Tergugat VII, Tergugat VIII dan Tergugat IV.

Dalam Provisi :

- Menolak tuntutan provisionil Penggugat (PT.APT).

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat (PT. APT) untuk sebagian.

2. Menyatakan Tergugat I (PT.BFI), Tergugat II (L.D.T), Tergugat III,

Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII

telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Menyatakan Akta Gadai Saham APT, Perubahan Gadai Saham APT,

Consent to transfer APT dan Power of Attorny APT telah gugur dan tidak

berlaku lagi terhitung sejak tanggal 1 Desember 2000

4. Menyatakan Offshore Trust deed (Sale to investors), Offshore Trust deed

(sale to creditors), Oddshore Trust Deed (employee inventive and

remuneration), share sale and purchase agreement (transfer to creditors) dan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

85

UNIVERSITAS INDONESIA

share sale and purchase agreement (employee uncentive and remuneration)

berikut seluruh perikatan dan perbuatan hukum yang dibuat dan dilakukan

berdasarkan perjanjian-perjanjian tersebut adalah batal demi hukum dengan

segala akibat hukumnya.

5. Menyatakan Penggugat (PT. APT) sebagai pemilik sah atas saham-saham

APT.

6. Menghukum Tergugat I (PT.BFI), Tergugat II (L.D.T), Tergugat IV,

Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII secara bersama-

sama memerintahkan Tergugat III mengembalikan saham-saham APT

kepada Penggugat terhitung putusan perkara ini mempunyai kekuatan

hukum tetap.

7. Menghukum Tergugat I (PT.BFI), Tergugat II (L.D.T), Tergugat III,

Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII baik

secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menyerahkan saham-

saham APT kepada Penggugat terhitung putusan perkara ini mempunyai

kekuatan hukum tetap.

8. Menghukum Tergugat I (PT. BFI), Tergugat II (L.D.T), Tergugat III,

Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII

untuk membayar kepada Penggugat secara tanggung renteng uang paksa

(dwangsom) atas keterlambatan pengembalian dan penyerahan saham-

saham APT kepada Penggugat sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

per hari yang dihitung sejak putusan perkara ini mempunyai kekuatan

hukum tetap.

9. Menghukum Tergugat I (PT. APT), Tergugat II (L.D.T), Tergugat III,

Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII

untuk membayar ganti kerugian secara tanggung renteng kepada Penggugat

sebesar Rp. 149.903.242.253,- (seratus empat puluh sembilan milyar

sembilan ratus tiga juta dua ratus empat puluh dua ribu dua ratus lima puluh

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

86

UNIVERSITAS INDONESIA

tiga rupiah) terhitung sejak putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum

tetap.

10. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang dilaksanakan oleh jurusita

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. tanggal 25

April 2003 jo. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

13/Del/2004/ Pn.Jkt.Sel. tanggal 7 April 2004 sesuai dengan Berita Acara

Sita Jaminan tanggal 8 April 2004.

11. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

Dalam Rekonvensi :

- Menolak seluruh gugatan Penggugat I (PT. BFI), VI, VII dan VIII

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

- Menghukum Tergugat I (PT.BFI), VI, VII, VIII dalam konvensi/Para

Penggugat dalam Rekonvensi, Tergugat II (L.D.T) dalam Konvensi,

Tergugat III dalam Konvensi, dan Tergugat IV dalam Konvensi untuk

membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 1.079.000,- (satu juta tujuh puluh

sembilan ribu rupiah).

Selanjutnya atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut diatas

telah diupayakan hukum banding yang diperiksa, diadili dan diputus dengan

amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 302/Pdt/2004/PT.DKI tanggal

1 September 2004 adalah sebagai berikut:

- Menerima permohonan banding dari Tergugat I (PT. BFI), Terguat VI,

Tergugat VII, Tergugat VIII, Tergugat III, Tergugat V dan Tergugat IV.

- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 14 April 2004

No. 123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. yang dimohonkan pemeriksaan dalam

tingkat banding tersebut.

DAN MENGADILI SENDIRI:

Dalam Konvensi :

Dalam Eksepsi :

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

87

UNIVERSITAS INDONESIA

- Menolak seluiruh eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I (PT. BFI), Tergugat

VI, Tergugat VII, Tergugat VIII dan Tergugat IV.

Dalam Provisi :

- Menolak tuntutan provisionil Penggugat (PT. APT).

Dalam Pokok Perkara :

- Menolak gugatan/permohonan penanggungan (vrijwaring) yang diajukan oleh

Tergugat III.

- Menolak gugatan Penggugat (PT. APT) untuk seluruhnya.

- Menyatakan sita jaminan yang dilaksanakan oleh jurusita Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. tanggal 25 April 2003 jo. .

Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 13/Del/2004/ Pn.Jkt.Sel.

tanggal 7 April 2004 tidak sah dan tidak berharga oleh karenanya

diperintahkan untuk diangkat.

Dalam Rekonvensi :

- Menolak gugatan Penggugat I (PT. BFI), Penggugat VI, Penggugat VII dan

Penggugat VIII dalam Rekonvensi untuk seluruhnya.

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

- Menghukum Penggugat (PT. APT) Konvensi/ Tergugat Rekonvensi untuk

membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat

banding ditetapkan sebesar Rp. 300.000,- (tinga ratus ribu rupiah).

Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta oleh PT.APT kemudian diajukan

permohonan kasasi ke Mahkamah Agung RI yang telah diperiksa, diadili dan

diputus dengan amar putusan Mahkamah Agung RI No. 677 K/Pdt/2005 tanggal

20 Juli 2005 adalah sebagai berikut :

- Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi : 1. PT.

ARYAPUTRA TEGUHARTA, 2. THE LAW DEBENTURE TRUST

CORPORATION. L.D.T. tersebut.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

88

UNIVERSITAS INDONESIA

- Menghukum para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Selanjutnya dalam permohonan Peninjauan Kembali PT.APT, telah

diperiksa, diadili dan diputus dengan amar putusan Mahkamah Agung No. 240

PK/pdt/2006 tanggal 20 Februari 2007 adalah sebagai berikut :

- Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali : PT. ARYAPUTRA TEGUHARTA tersebut.

- Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 677 K/Pdt/2005 tanggal 20

Juli 2005 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 302/Pdt/2004/PT.DKI.

tanggal 1 September 2004 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. tanggal 14 April 2004. Dan mengadili kembali :

Dalam Konvensi :

Dalam Eksepsi :

- Menolak eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I (PT. BFI), Tergugat VI,

Tergugat VII, Tergugat VIII, dan Tergugat IV.

Dalam Provisi :

- Menolak tuntutan provisionil Penggugat.

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.

2. Menyatakan Tergugat I (PT. BFI), Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat

VIII telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Menyatakan Akta Gadai Saham APT, Perubahan Gadai Saham-saham APT,

Consent to Transfer APT dan Power of Attorney APT telah gugur dan tidak

berlaku lagi terhitung sejak tanggal 1 Desember 2000.

4. Menyatakan Penggugat adalah pemilik sah atas saham-saham APT.

5. Menghukum Tergugat I (PT.BFI), Tergugat VI, Tergugat VII, dan Tergugat

VIII secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk mengembalikan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

89

UNIVERSITAS INDONESIA

dan menyerahkan saham-saham APT kepada Penggugat terhitung sejak

putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

6. Menyatakan gugatan Penggugat (PT. APT) terhadap Tergugat II (L.D.T),

III, IV, dan V tidak dapat diterima.

7. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah dilakukan untuk itu

oleh jurusita Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan Penetapan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 123/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. tanggal 25

April 2003 jo. Penetapan Pengadilan Jakarta Selatan No.

13/Del/2004/PN.Jkt.Sel. tanggal 7 April 2004 sesuai Berita Acara Sita

Jaminan tanggal 8 April 2004.

8. Menyatakan tuntutan Penggugat agar para Tergugat dihukum untuk

membayar ganti kerugian tidak dapat diterima.

9. Menghukum Tergugat I (PT. BFI), Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat

VIII secara tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesarRp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) setiap harinya atas

keterlambatan pengembalian dan penyerahan saham APT kepada Penggugat

terhitung sejak masa peringatan (aanmaning) dilampaui.

10. Menghukum Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh pada putusan perkara

ini.

11. Menolak gugatan Penggugat (PT. APT) untuk selain dan selebihnya.

Dalam Rekonvensi :

- Menolak gugatan para penggugat seluruhnya.

- Menghukum para Termohon Peninjauan kembali/Tergugat I (PT. BFI), VI,

VII dan VIII/ para Penggugat dalam rekonvensi untuk membayar biaya

perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam pemeriksaan peninjauan

kembali ini sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

90

UNIVERSITAS INDONESIA

Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No. 240 PK/pdt/2006

tanggal 20 Februari 2007 pada pokoknya diputus dengan didasari pada

pertimbangan hukum sebagai berikut:

1. Bahwa Mahkamah Agung dapat menyetujui pertimbangan hukum

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tinggi Jakarta yang

menyatakan bahwa jangka waktu gadai saham tersebut berakhir pada

tanggal 1 Desember 2000, tetapi pertimbangan Pengadilan Tinggi Jakarta

yang menyatakan pada saat jangka waktu gadai saham tersebut berakhir

hutang belum lunas maka perbuatan PT. BFI mengeksekusi saham-saham

tersebut dapat dibenarkan menurut hukum gadai dan bukan merupakan

perbuatan melawan hukum, menurut pendapat Mahkamah Agung adalah

merupakan kekeliruan nyata oleh karena :

a. Bahwa Perjanjian Gadai Saham tanggal 1 juni 1999 tersebut merupakan

“Perjanjian dengan suatu ketetapan waktu” sebagaimana diatur dalam

Pasal 1268 KUHPerdata, karena dalam perjanjian tersebut secara pasti

telah ditentukan lama waktu berlakunya perjanjian gadai yaitu

berlangsung selama 12 bulan kemudian diperpanjang menjadi 18 bulan

sejak tanggal 1 juni 1999 sehingga berakhir pada tanggal 1 desember

2000. Bahwa perjanjian dengan ketetapan waktu bersifat memutuskan

ataupun mengakhiri daya kerja suatu perjanjian in casu jangka waktu

perjanjian gadai secara pasti ditentukan berakhir pada tanggal 1

Desember 2000, karenanya barang gadai tersebut hanya terikat sebagai

jaminan hutang sampai dengan tanggal 1 Desember 2000 dan selama itu

penerima gadai berhak menjual barang gadai tersebut di muka umum.

Jangka waktu berakhirnya Perjanjian Gadai Saham tanggal 1 Desember

2000 yang merupakan syarat dalam perjanjian gadai tersebut oleh kedua

belah pihak dimaksudkan bahwa barang-barang gadai diikat sebagai

jaminan hutang selama jangka waktu gadai saham berlangsung dan

penerima gadai dapat melaksanakan hak parate eksekusi yang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

91

UNIVERSITAS INDONESIA

dimilikinya yakni menjual barang-barang gadai dimuka umum selama

jangka waktu gadai saham belum berakhir dan bukan dimaksudkan agar

penerima gadai mengeksekusi barang-barang gadai pada saat gadai

saham telah berakhir karena hutang belum dibayar lunas.

b. Bahwa perbuatan PT. BFI yang mengeksekusi barang-barang gadai

setelah masa gadai telah berakhir dengan cara penjualan di bawah

tangan tidak dapat dibenarkan menurut hukum gadai karena

bertentangan dengan Pasal 1155 KUHPerdata yang mengatur tentang

eksekusi barang gadai yang mewajibkan barang gadai dijual di muka

umum atau dengan cara lelang, agar debitor tidak dirugikan.

2. Jangka waktu dan pengakhiran (Term and Termination) masa gadai yang

merupakan persyaratan yang diatur dalam angka 4.1 Perjanjian Gadai

Saham tersebut, ternyata tidak pernah diakhiri lebih awal dari jangka waktu

12 bulan, sedangkan angka 4.2 ditegaskan, bahwa Perjanjian Gadai Saham

ini tunduk dengan pengakhiran sebelum berakhirnya jangka waktu atau

perpanjangan jangka waktu dengan pilihan penerima gadai yang setiap saat

diberitahukan kepada pemberi gadai. Hal ini sesuai dengan alasan

permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali

(PT.APT) yang menyatakan bahwa dari bunyi dan terjemahan Pasal 4.2.

Akta Gadai Saham tersebut diatas, sangat jelas dan tidak bisa ditafsirkan

lain merupakan ketentuan yang mengatur mengenai pengakhiran jangka

waktu dan bukan mengenai perpanjangan jangka waktu Akta Gadai Saham,

dengan pengertian bahwa pengakhiran Akta Gadai Saham dapat dilakukan

setiap saat sebelum berakhirnya jangka waktu Akta Gadai Saham atau

pengakhiran tersebut tetap juga dapat dilakukan setiap saat dalam hal Akta

gadai Saham tersebut telah dilakukan perpanjangan masa berlakunya,

dimana pengakhiran Akta Gadai Saham tersebut dapat dilakukan oleh

PT.BFI cukup melalui pemberitahuan saja kepada Pemohon Kasasi. Dengan

demikian sangatlah jelas dan tegas bahwa Pasal 4.2. Akta Gadai Saham

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

92

UNIVERSITAS INDONESIA

hanyalah mengatur mengenai tata cara pengakhiran Akta Gadai Saham saja

dan sama sekali bukan mengatur mengenai perpanjangan Akta Gadai

Saham.

Bahwa Perjanjian Gadai Saham yang semula disepakati jangka waktunya 12

bulan diperpanjang menjadi 18 bulan terhitung sejak tanggal 1 juni 1999

sesuai surat tanggal 22 Februari 2000 yang telah disetujui oleh PT. AT dan

PT.BFI sehingga berakhir pada tanggal 1 Desember 2000, ternyata tidak

pernah diakhiri atau dinyatakan berakhir diawal sebelum tanggal 1

Desember 2000.

3. Pemberitahuan perpanjangan jangka waktu gadai sampai dengan tanggal 1

Desember 2001 sesuai surat PT.BFI tanggal 28 Desember 2000 selain

merupakan perpanjangan secara sepihak karena tidak pernah disetujui oleh

PT.BFI seperti yang dilakukan dengan surat permintaan perpanjangan gadai

saham tanggal 22 Februari 2000 sebelumnya, sehingga tidak mengikat

PT.AT, juga pemberitahuan tersebut bukan mengenai pengakhiran

perpanjangan jangka waktu sebelum berakhirnya Perjanjian Gadai Saham

pada tanggal 1 Desember 2000.

4. Persetujuan untuk mengalihkan saham dan kuasa menjual masing-masing

tangggal 7 Agustus 2000 karena persetujuan tersebut menunjuk dan tunduk

serta didasarkan pada ketentuan dan syarat-syarat yang diatur dalam

Perjanjian Gadai Saham tanggal 1 juni 1999 termasuk didalamnya syarat

berakhirnya jangka waktu gadai saham pada tanggal 1 Desember 2000,

sehingga dengan berakhirnya jangka waktu gadai saham pada tanggal 1

Desember 2000 tersebut maka persetujuan pengalihan dan kuasa menjual

saham-saham itu demi hukum berakhir pula.

5. Rangkaian perbuatan PT. BFI yang menjual saham-saham PT. APT pada

tanggal 9 Februari 2001 secara di bawah tangan uang telah berakhir masa

gadainya dan mengalihkan saham-saham tersebut kepada L.D.T. serta

menjadikan sebagai sumber pembayaran hutang-hutangnya kepada para

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

93

UNIVERSITAS INDONESIA

kreditornya meskipun hutang-hutang tersebut tidak dijamin oleh gadai

saham PT. APT, demikian pula Tergugat VI, VII dan VIII yang

menyerahkan saham-saham PT. APT dalam restrukturisasi hutang-hutang

PT. BFI kepada krediturnya dengan membuat kesepakatan yang

memberikan hak-hak kepada dirinya sendiri secara pribadi untuk membeli

saham-saham PT. APT dengan mendapatkan keuntungan untuk dirinya

sendiri, adalah merupakan perbuatan melawan hukum.

Namun terhadap Putusan Permohonan Peninjauan Kembali No. 240

PK/Pdt/2006 tanggal 20 Februari 2007 ternyata terdapat perbedaan baik

didalam pertimbangan dan hasil putusan yang kemudian diajukan oleh PT. OM

dengan dasar gugatan yang sama. Didalam gugatan yang diajukan oleh PT. OM

yang selanjutnya telah diperiksa, diadili dan diputus dengan amar putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 517/PDT.G/2003/PN.JKT.PST. tanggal 09

Nopember 2004 adalah sebagai berikut:

Dalam Konpensi:

Dalam Eksepsi:

- Menolak seluruh eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I (PT. BFI).

Dalam Provisi:

- Menguatkan putusan Provisi tanggal 02 Juni 2004 No.

517/PDT.G/2003/PN.JKT.PST. tersebut.

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat (PT. OM) untuk sebagian.

2. Menyatakan Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) baik secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama telah melakukan perbuatan

melawan hukum.

3. Menyatakan Pledge of Share Agreement tertanggal 1 Juni 1999 (Akta Gadai

Saham), Surat tertanggal 22 Februari 2000 (Perubahan Akta Gadai Saham),

Consents to Transfer OM tertanggal 7 Agustus 2000 dan Power of Attorney

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

94

UNIVERSITAS INDONESIA

OM tertanggal 7 Agustus 2000 telah gugur dan tidak berlaku lagi terhitung

sejak tanggal 1 Desember 2000 dan karenanya seluruh perikatan dan

perbuatan hukum yang dibuat dan dilakukan Tergugat I (PT. BFI) dan

Tergugat II (L.D.T) berdasarkan perjanjian-perjanjian tersebut sejak tanggal

1 Desember 2000 adalah batal demi hukum.

4. Menyatakan Share Sale And Purchase Agreement (Trasnfer To Creditors),

Share Sale and Purchase Agreement (Transfer to Investor) dan Share Sale

Purchase Agreement (Employee Incentive And Rumeneration Scheme),

masing-masing tertanggal 9 Februari 2001 berikut seluruh perikatan dan

perbuatan hukum yang dibuat dan dilakukan Tergugat I (PT. BFI) dan

Tergugat II (L.D.T) berdasarkan perjanjian-perjanjian tersebut adalah batal

demi hukum.

5. Menyatakan Penggugat (PT. OM) adalah pemilik sah atas 98.388.180

(Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh delapan ribu seratus

delapan puluh) lembar saham dalam Tergugat I (PT. BFI).

6. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) baik secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama mengmebalikan dan

menyerahkan 98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh

delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham Tergugat I (PT. BFI)

kepada Penggugat (PT. OM) terhitung sejak putusan perkara ini mempunyai

kekuatan hukum tetap.

7. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) secara tanggung

renteng untuk membayar kepada Penggugat (PT. OM) uang paksa atas

keterlambatan pengembalian dan penyerahan kepada Pengguat sebesar Rp.

150.000.000,- (serartus lima puluh juta rupiah) per hari apabila melakukan

pelanggaran terhadap petitum butir 6 diatas terhitung sejak putusan perkara

ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

8. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) untuk tidak menggunakan hak-hak yang

lahir atas 98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

95

UNIVERSITAS INDONESIA

delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham Tergugat I (PT. BFI)

yang dimiliki oleh Penggugat (PT. OM) termasuk tapi tidak terbatas pada

menghadiri dan memberi suara dalam rapat umum pemegang saham

Tergugat I (PT. BFI) dan untuk tidak memberikan persetujuan dalam bentuk

apapun kepada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris Tergugat I (PT. BFI)

berkaitaan dengan 98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan

puluh delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham Tergugat I (PT.

BFI) yang dimiliki oleh Penggugat (PT. OM) dan karenanya segala tindakan

hukum yang dilakukan oleh Tergugat II (L.D.T) sehubungan dengan hak-

hak yang lahir atas 98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan

puluh delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham yang dimiliki oleh

Penggugat (PT. OM) adalah batal demi hukum dan tidak mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat.

9. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) baik secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama untuk tidak melakukan

perbuatan-perbuatan hukum apapun termasuk tapi tidak terbatas baik secara

langsung maupun tidak langsung menawarkan, memindahkan, mengalihkan

dan menjaminkan, baik sebagaian maupun seluruhnya dan karenanya segala

tindakan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II

(L.D.T) sehubungan dengan penawaran, pemindahan, dan penjaminan atas

98.388.180 (Sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh delapan ribu

seratus delapan puluh) lembar saham Tergugat I (PT. BFI) yang dimiliki

oleh Penggugat (PT. OM), baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya

adalah batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat.

10. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) secara tanggung

renteng untuk membayar kepada Penggugat (PT.OM) uang paksa atas

keterlambatan pengembalian dan penyerahan kepada Penggugat (PT. OM)

sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) per hari apabila melakukan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

96

UNIVERSITAS INDONESIA

pelanggaran terhadap petitum butir 9 diatas terhitung sejak putusan perkara

ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

11. Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) untuk membayar

gantii kerugian materiil secara tanggung renteng kepada Penggugat (PT.

OM) sebesar Rp. 150.908.880.751,- (seratus lima puluh milyar Sembilan

ratus delapan juta delapan ratus delapan puluh ribu tujuh ratus lima puluh

satu rupiah) terhitung sejak putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum

tetap.

12. Menghukum Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh pada putusan perkara

ini.

13. Menolak gugatan Penggugat (PT. OM) untuk selain dan selebihnya.

Dalam Rekonpensi:

- Menolak seluruh gugatan Penggugat (PT. BFI).

Dalam Konpensi dan Rekonpensi:

- Menghukum Tergugat I (PT. BFI) dalam Konpensi/Penggugat dalam

Rekonpensi (PT. BFI) dan Tergugat II (L.D.T) dalam Konpensi secara

tanggung renteng untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 539.000,-

(lima ratus tiga puluh Sembilan ribu rupiah)

Selanjutnya atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah dilakukan

upaya banding dan diperiksa, diadili serta diputus dengan amar putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta No. 60/PDT/2005/PT.DKI tanggal 23 Maret 2005

adalah sebagai berikut:

- Menerima permohonan banding Tergugat I (PT. BFI)/ Pembanding I (PT.

BFI) dan Tergugat II/ Pembanding II (L.D.T) tersebut.

- Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 9 Nopember

2004 Nomor : 517/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst yang dimohonkan pemeriksaan

dalam tingkat banding tersebut.

DAN MENGADILI SENDIRI:

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

97

UNIVERSITAS INDONESIA

Dalam Konpensi:

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat I (PT. BFI), Tergugat II (L.D.T)/Pembanding.

Dalam Provisi:

- Menolak gugatan Provisi Penggugat (PT. OM)/Terbanding seluruhnya.

Dalam Pokok Perkara:

- Menolak gugatan Penggugat (PT. OM)/Terbanding seluruhnya.

- Menghukum Penggugat (PT. OM)/Terbanding membayar biaya perkara

dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp.

300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).

Dalam Rekonpensi:

- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi (PT. BFI)/Pembanding seluruhnya.

- Menghukum Penggugat Rekonvensi (PT. BFI) membayar biaya perkara

dalam kedua tingkat peradilan sebesar nihil.

Atas Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 60/PDT/2005/PT.DKI tanggal

23 Maret 2005, diajukan upaya hukum kasasi yang telah diperiksa, diadili dan

diputus dengan amar putusan Mahkamah Agung RI No. 1478 K/Pdt/2005

tanggal 27 Oktober 2005 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah

sebagai berikut:

- Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. ONGKO

MULTICORPORA tersebut.

- Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

kasasi ini ditetapkan sebanyak Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Terhadap Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No. 1478 K/Pdt/2005

tanggal 27 Oktober 2005 telah diajukan upaya permohonan peninjauan kembali

oleh PT. OM dan selanjutnya diperiksa dan diadili oleh Majelis Hakim

Permohonan Peninjauan Kembali. Dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

98

UNIVERSITAS INDONESIA

permohonan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 115 PK/Pdt.2007

tanggal19 Juli 2007, pada pokoknya menyatakan bahwa Judex Factie

(Pengadilan Tinggi) tidak salah menerapkan hukum, dan telah

mempertimbangkan dengan tepat dan benar hal-hal sebagai berikut:

1. Ketentuan butir 4.2 dari Perjanjian Gadai Saham, walaupun berjudul

“jangka waktu dan pengakhiran”, akan tetapi secara jelas dapat disimpulkan

substansinya antara lain adalah mengenai perpanjangan jangka waktu gadai

dan tata cara perpanjangan jangka waktu gadai yang berbunyi : “Perjanjian

gadai ini tunduk pada pengakhiran sebelum berakhirnya jangka waktunya

atau suatu perpanjangan jangka waktu yang dengan ini diadakan atas

pilihan dari Penerima Gadai pada setiap saat setelah disampaikannya

pemberitahuan kepada Pemberi Gadai”. Oleh karena itu penyangkalan PT.

OM atas ketentuan butir 4.2. Perjanjian Gadai Saham adalah tidak berdasar

hukum karena perpanjangan tersebut tidak memerlukan persetujuan PT.OM

selaku pemberi gadai, yang dipersyaratkan dalam pasal 4.2. Perjanjian

Gadai Saham tersebut adalah dengan pemberitahuan mengenai

perpanjangan jangka waktu gadai kepada pemberi gadai (PT. OM) oleh

penerima gadai (PT.BFI).

2. Pasal 1155 KUHPerdata mengatur tentang tata cara eksekusi barang gadai

bilamana pemberi gadai wanprestasi setelah lewatnya jangka waktu gadai

yang pada umumnya dengan menjual di muka umum/lelang, akan tetapi

azas umum tersebut dapat disimpangi berdasarkan kalimat awal dari pasal

1155 KUHPerdata yang berbunyi “Apabila oleh para pihak tidak telah

diperjanjikan lain…”.

3. Agenda RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 27

Januari 2000 adalah persetujuan pemegang saham PT. OM atas

restrukturisasi seluruh hutang perseroan PT. OM kepada kreditur termasuk

hutang obligasi, karenanya sudah seharusnya disimpulkan bahwa penjualan

saham PT. OM yang digadaikan adalah untuk menghapuskan piutang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

99

UNIVERSITAS INDONESIA

PT.OM atas utang grup ongko yang dijamin oleh PT.OM, dengan kata lain

penjualan saham yang digadaikan tersebut adalah untuk melunasi utang

pada Group Ongko kepada PT.BFI.

Dan selanjutnya dalam amar putusan Peninjauan Kembali Mahkamah

Agung RI No. 115 PK/Pdt.2007 tanggal19 Juli 2007 yang telah berkekuatan

hukum tetap adalah sebagai berikut:

- Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali

: PT. OM (PT. MITRA INVESTINDO MULTICORPORA) tersebut.

- Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara

dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta

lima ratus rupiah).

Berikut ini penulis menyajikan tabel yang membahas perbedaan pada

pokoknya atas pertimbangan hukum dari Majelis Hakim dalam putusan Mahkamah

Agung RI No. No. 240 PK/pdt/2006 dengan putusan Mahkamah Agung RI No. No.

115 PK/Pdt.2007, sebagai berikut:

Putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006

Putusan Mahkamah Agung RI No. 115

PK/Pdt.2007

1. Perjanjian Gadai merupakan

perjanjian ketetapan waktu.

Perjanjian Gadai merupakan

Perjanjian dengan ketetapan waktu

bersifat memutuskan ataupun

mengakhiri daya kerja suatu

perjanjian. Karenanya barang

jaminan hanya terikat sebagai

1. Perjanjian Gadai merupakan

perjanjian yang bersifat Accesoir

Hak gadai adalah suatu hak

diperoleh seorang berpiutang atas

suatu benda bergerak yang

diserahkan oleh seorang berutang

atau oleh orang lain atas barnag

pemberi gadai, dan yang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

100

UNIVERSITAS INDONESIA

jaminan hutang sampai berakhirnya

jangka waktu perjanjian dan

pemegang gadai dapat

melaksanakan hak parate eksekusi

yang dimilikinya yakni menjual

barang-barang gadai dimuka umum

selama jangka waktu gadai saham

belum berakhir, dan bukan

dimaksudkan agar pemegang gadai

mengeksekusi barang-barang gadai

pada saat gadai saham telah

berakhir karena hutang belum

dibayar lunas.

memberikan kekuasaan kepada si

berpiutang (pemegang gadai) untuk

mengambil pelunasan dari barang

tersebut secara didahulukan

daripada orang berpiutang lainnya,

penerima gadai berhak memegang

barang gadai sampai htang uang

dijamin tersebut dibayar lunas, dan

kalau hutang tidak dibayar sampai

saat perjanjian berakhir, maka

penerima gadai berhak menjual

barang gadai untuk pelunasan

hutang dimaksud.

2. Perpanjangan jangka waktu gadai

dilakukan dengan persetujuan.

a. Perjanjian Gadai Saham dalam

Pasal 4.2. bukan mengatur

mengenai tata cara

perpanjangan jangka waktu

gadai saham, tetapi adalah

tentang pengaturan tata cara

pengakhiran gadai saham.

b. Bahwa perpanjangan jangka

waktu gadai haruslah

berdasarkan persetujuan para

pihak. Hal ini didasarkan pada

surat tanggal 22 Februari 2000

dimana di dalam surat tersebut

2. Perpanjangan jangka waktu gadai

dilakukan dengan pemberitahuan

a. Ketentuan butir 4.2 dari

Perjanjian Gadai Saham,

walaupun berjudul “jangka

waktu dan pengakhiran”, akan

tetapi secara jelas dapat

disimpulkan substansinya antara

lain adalah mengenai

perpanjangan jangka waktu

gadai dan tata cara perpanjangan

jangka waktu gadai yang

berbunyi : “Perjanjian gadai ini

tunduk pada pengakhiran

sebelum berakhirnya jangka

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

101

UNIVERSITAS INDONESIA

PT.BFI meminta tanda tangan

dari PT. APT sebagai tanda

persetujuannya atas

perpanjangan jangka waktu

gadai saham tersebut. Karena

itu, pemberitahuan

perpanjangan gadai sampai

dengan tanggal 1 Desember

20001 sesuai surat PT.BFI

tanggal 28 November 2000

selain merupakan permintaan

perpanjangan secara sepihak

karena tidak pernah disetujui

PT. APT sehingga tidak

mengikat PT. APT.

waktunya atau suatu

perpanjangan jangka waktu

yang dengan ini diadakan atas

pilihan dari Penerima Gadai

pada setiap saat setelah

disampaikannya pemberitahuan

kepada Pemberi Gadai”

b. Perpanjangan jangka waktu

gadai tidak memerlukan

persetujuan PT.OM selaku

pemberi gadai, yang

dipersyaratkan dalam pasal 4.2.

Perjanjian Gadai Saham tersebut

adalah dengan pemberitahuan

mengenai perpanjangan jangka

waktu gadai kepada pemberi

gadai (PT. OM) oleh penerima

gadai (PT.BFI)

3. Eksekusi gadai tidak dapat

dilakukan dengan penjualan di

bawah tangan.

Perbuatan PT. BFI yang

mengeksekusi barang-barang gadai

setelah masa gadai telah berakhir

dengan cara penjualan di bawah

tangan tidak dapat dibenarkan

menurut hukum gadai karena

3. Eksekusi gadai dapat dilakukan

dengan penjualan di bawah tangan.

Pasal 1155 KUHPerdata mengatur

tentang tata cara eksekusi barang

gadai bilamana pemberi gadai

wanprestasi setelah lewatnya jangka

waktu gadai yang pada umumnya

dengan menjual di muka

umum/lelang, akan tetapi azas

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

102

UNIVERSITAS INDONESIA

bertentangan dengan Pasal 1155

KUHPerdata yang mengatur

tentang eksekusi barang gadai yang

mewajibkan barang gadai dijual di

muka umum atau dengan cara

lelang, agar debitor tidak

dirugikan. Bahwa pada gadai

saham cara pelelangannya

dilakukan melalui pasar modal

dengan perantaraan dua orang

makelar yang ahli dalam

perdagangan barang-barang

tersebut.

umum tersebut dapat disimpangi

berdasarkan kalimat awal dari pasal

1155 KUHPerdata yang berbunyi

“Apabila oleh para pihak tidak telah

diperjanjikan lain…”.

Tabel 1. Perbandingan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 240 PK/pdt/2006

dan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

103 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 4

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG GADAI DALAM EKSEKUSI

GADAI SAHAM

4.1. Pemberian Gadai Dalam Perjanjian Pledges of Shares Agreement Tanggal 1 juni

1999 Adalah Sah Demi Hukum

Bahwa untuk terjadinya hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai

maka barang yang dijadikan jaminan dilepaskan dari kekuasan pemberi gadai

(debitor) dan harus diserahkan (secara fisik) kepada penerima gadai (kreditor).

Hal ini merupakan karakteristik untuk terjadinya hak gadai. Perlunya benda yang

digadaikan dikeluarkan dari penguasaan debitor atau pihak ketiga yang

memberikan benda tersebut sebagai jaminan dalam bentuk gadai, adalah karena

sifat dari benda bergerak itu sendiri. Pasal 1152 ayat (2) menyatakan bahwa tidak

sah hak gadai atas benda yang dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan, pemberi

gadai (debitor), sekalipun kembalinya barang itu kepada debitor atas kemauan

kreditor.1 Bahwa PT. ARYAPUTRA TEGUHARTA (selanjutnya disebut

“PT.APT) dan PT. ONGKO MULTICORPORA (selanjutnya disebut “PT. OM”)

adalah suatu perusahaan yang terafiliasi dengan Group Ongko. Beberapa

perusahaan yang terafiliasi dengan Group Ongko, telah memperoleh fasilitas

kredit berdasarkan perjanjian-perjanjian Domestic Resource Factory Agreement

dan Financial Leasing Agreement sejak tahun 1997 dan 1998 dari PT. BFI

FINANCE Tbk dahulu PT. BUNAS FINANCE INDONESIA (selanjutnya

disebut “PT. BFI”). Sebagai jaminan atas fasilitas yang diberikan PT. BFI, maka

PT. BFI telah menerima jaminan sejumlah 210.192.912 (dua ratus sepuluh juta

seratus sembilan puluh dua ribu Sembilan ratus dua belas) lembar saham yang

diserahkan oleh PT. APT dan PT.OM dan diikat dengan hak gadai. Jaminan

1 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Hak Istimewa,Gadai, dan Hipotek, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 156

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

104

UNIVERSITAS INDONESIA

saham tersebut terdiri dari saham PT.APT berupa 111.804.732 (seratus sebelas

juta delapan ratus empat ribu tujuh ratus tiga puluh dua) lembar saham dan saham

PT. OM berupa 98.388.180 (sembilan puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh

delapan ribu seratus delapan puluh) lembar saham, dimana saham-saham tersebut

merupakan seluruh saham yang ada di PT. BFI. Hal ini sebagaimana tertuang

dalam Pledges of Shares Agreement tanggal 1 Juni 1999 (disebut Perjanjian

Gadai Saham) yang ditandatangani oleh PT.APT, PT. OM dengan PT. BFI.

Selanjutnya Menurut pasal 1153 KUHPerdata gadai atas benda bergerak

tidak bertubuh, terjadi dengan pemberitahuan (kennisgeving) penggadaiannya,

kepada orang terhadap siapa hak gadai itu harus dilaksanakan. Oleh orang ini

tentang pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya pemberi gadai, dapat

diminta suatu bukti tertulis. Disini terlihat bahwa terjadinya hak gadai atas benda

tidak bertubuh berbeda dengan benda bergerak, karena untuk benda bergerak hak

gadai terjadi dengan penguasaan yang nyata (inbezitstelling). Dalam hubungan

ini, perlu diperhatikan Pasal 53 ayat (3) UUPT 1995 sebagaimana telah dirubah

dalam Pasal 60 ayat (3) UUPT 2007, menentukan bahwa gadai saham wajib

dicatat dalam Daftar Pemegang Saham dan daftar khusus yang membuat

keterangan tentang saham yang dipegang anggota Direksi dan anggota Dewan

Komisaris perseroan beserta keluarga mereka dalam perseroan dan/atau pada

perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.2 Bahwa perihal pemberian gadai

atas seluruh saham PT.APT dan PT. OM di PT. BFI kepada PT. BFI dilakukan

setelah terlebih dahulu disetujui dalam Rapat Umum Luar Biasa Pemegang

Saham PT. APT dan PT.OM tanggal 31 Mei 1999 dan persetujuan oleh Presiden

Komisaris PT.APT dan PT. OM tanggal 1 Juni 1999.

Karena saham yang digadaikan merupakan saham-saham dari Perusahaan

Publik (PT.BFI) yang telah terdaftar di bursa efek, maka berdasarkan persyaratan

2 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 66

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

105

UNIVERSITAS INDONESIA

yang diatur dalam peraturan Bapepam nomor X.K.1, tanggal 17 Januari 1996

dengan memperhatikan keterbukaan informasi yang harus diumumkan kepada

masyarakat bahwa saham perusahaan publik yang akan digadaikan harus

dilaporkan perusahaan tersebut kepada bapepam dan kepada bursa efek dimana

saham tersebut tercatat. Penggadaian saham harus dicatat dalam daftar pemegang

saham perusahaan yang bersangkutan yang disimpan di Biro Administrasi Efek

yang ditunjuk oleh perusahaan. Biro Administrasi Efek akan mendaftar nama

penerima gadai dalam daftar pemegang saham dan nama pemberi saham masih

tetap tercatat dalam daftar pemegang saham sebagai pemegang/pemilik saham

secara yuridis. Bahwa terhadap Perjanjian Gadai Saham tersebut, oleh PT. BFI

mengeluarkan surat pemberitahuan pada tanggal 10 Juni 1999 kepada PT. Sirca

Datapro Perdana (Biro Administrasi Efek) untuk mendaftarkan gadai saham-

saham tersebut pada Daftar Buku Saham PT. BFI. Terhadap pemberitahuan

tersebut, kemudian telah dikonfirmasi PT. Sirca Datapro Perdana pada tanggal 12

Juni 1999 bahwa gadai saham-saham telah dicatat pada Daftar Buku Saham PT.

BFI. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Jasa Kustodian Sentral bab 2 tentang

Administrasi Atas Efek Yang Diagunkan.

Berdasarkan kesepakatan para pihak yang dituangkan ke dalam Perjanjian

Gadai Saham dimana sebagai jaminan atas fasilitas tersebut, PT. BFI telah

menerima jaminan sejumlah 210.192.912 (dua ratus sepuluh juta seratus sembilan

puluh dua ribu Sembilan ratus dua belas) lembar saham milik PT. APT dan PT.

OM yang ada di PT.BFI, serta terlebih dahulu disetujui dalam Rapat Umum Luar

Biasa Pemegang Saham PT. APT dan PT.OM tanggal 31 Mei 1999 dan

persetujuan oleh Presiden Komisaris PT.APT dan PT. OM tanggal 1 Juni 1999,

dan kemudian telah terdaftar perihal penggadaian saham-saham tersebut kepada

PT. Sirca Datapro Perdana (Biro Administrasi Efek), telah membuktikan bahwa

pemberian gadai yang dilakukan oleh para pihak dalam Perjanjian Gadai Saham

adalah sah demi hukum dan berlaku sebagai undang-undang bagi PT. APT, PT.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

106

UNIVERSITAS INDONESIA

OM dan PT.BFI. Akibat hukumnya para pihak wajib tunduk dan taat pada segala

hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat lahirnya hak gadai dalam

Perjanjian Gadai Saham tersebut dalam segala ketentuan hukum yang mengatur

mengenai gadai. Perihal pemberian gadai ini juga telah sesuai dengan ketentuan

Pasal 1151 jo. Pasal 1152 KUHPerdata yang berbunyi:

“Pasal 1151

Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan bagi

pembuktian persetujuan pokoknya.

Pasal 1152

Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan

dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan kreditor atau seorang

pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.”

Dengan lahirnya hak gadai dalam Perjanjian Gadai Saham tersebut, maka

sesuai ketentuan yang berlaku PT. BFI selaku pemegang gadai memiliki hak dan

kewajiban sebagai berikut:

a. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

b. Menjual saham-saham yang digadaikan, jika debitor tidak memenuhi

kewajibannya setelah lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk

pemenuhan janjinya.

c. Mempunyai hak didahulukan terhadap tagihan-tagihannya, baik terhadap

utang pokok, bunga, dan biaya (Pasal 1150 KUHPerdata), hak mana

diwujudkan dalam hak pemegang gadai untuk menjual barang gadai sendiri

(parate eksekusi) ataupun melalui bantuan hakim (Pasal 1155 dan 1156

KUHPerdata). Terhadap hak didahulukan ini ada pengecualiannya, yaitu

biaya lelang dan biaya yag telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang

gadai (Pasal 1150 KUHPerdata).

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

107

UNIVERSITAS INDONESIA

d. Kewenangan untuk menahan saham-saham yang digadaikan selama debitor

belum membayar lunas hutang-hutangnya.

e. berhak mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu dan berguna, yang telah

dikeluarkan oleh kreditor guna keselamatan barang gadai apabila ada(Pasal

1157 ayat (2) KUHPerdata).

f. Wajib untuk memberitahukan kepada pemberi gadai, jika saham-saham yang

digadaikan dijual (Pasal 1156 ayat (2) KUHPerdata).

g. Menjaga barang yang digadaikan sebaik-baiknya.

h. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya,

walaupun pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154 KUHPerdata).

Sedangkan PT. APT dan PT.OM yang berkedudukan sebagai pemberi

gadai dalam Perjanjian Gadai Saham memiliki hak dan kewajiban sebagai

berikut:

a. Berhak menuntut pengembalian atas saham-saham yang digadaikan, apabila

hutang pokok, bunga dan biaya lainnya telah dilunasinya.

b. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk

melunasi hutang-hutangnya (Pasal 1156 KUHPerdata).

c. Wajib menyerahkan saham-saham yang digadaikan sebagai jaminan kepada

pemegang gadai selama belum dilunasinya hutang oleh debitor.

d. Membayar biaya yang dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk

menyelamatkan barang-barang gadai (Pasal 1157 KUHPerdata).

e. Hak suara atas saham-saham yang digadaikan tetap berada pada pemberi

gadai (Pasal 60 ayat (4) UUPT 2007)

4.2. Tentang Perpanjangan Jangka Waktu Dalam Perjanjian Pledges of Shares

Agreement Tanggal 1 juni 1999.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

108

UNIVERSITAS INDONESIA

Bahwa karakteristik dari Jaminan gadai adalah bersifat accesoir, adanya

gadai tergantung dari perjanjian pinjam meminjam uang yang dijamin dengan

benda bergerak. Maksudnya adalah bahwa hak gadai ini bergantung pada

perjanjian pokok, misal perjanjian kredit. Bila debitor telah melunasi hutangnya

atau telah memenuhi kewajiban menurut perjanjian pinjam meminjam uang, maka

berakhir pula perjanjian gadai dan barang gadai harus dikembalikan kepada

debitor. 3 Berdasarkan Pasal 1150 KUHPerdata, gadai adalah accesoir pada

perjanjian utang piutang yang dijaminnya. Berakhirnya perjanjian utang piutang

mengakibatkan berakhirnya perjanjian gadai yang berkaitan. Dengan demikian,

Perjanjian Gadai Saham yang dibuat oleh PT. APT, PT. OM dengan PT. BFI akan

berlaku terus selama hutang piutang dari PT. APT dan PT. OM belum dilunasi.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lembaga Kajian Hukum Perdata Fakultas

Universitas Indonesia (selanjutnya disebut “LKHP”) yang menyatakan bahwa

sesuai dengan sifat gadai yang accesoir, selama utang yang dijamin dengan gadai

saham belum dilunasi, untuk memperpanjang gadai saham tidak diperlukan

persetujuan debitor/pemberi gadai, tetapi cukup melalui pemberitahuan oleh

kreditor/pemegang gadai saham kepada debitor/pemberi gadai saham. Di dalam

putusan Mahkamah Agung RI No. 115 PK/Pdt.2007 dan putusan Mahkamah

Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 jelas membuktikan bahwa tidak ada bukti yang

menyatakan bahwa PT. APT maupun PT.OM telah melunasi/ membayar seluruh

utang yang dijamin dengan gadai atas saham-saham mereka di PT.BFI.

Selanjutnya PT. BFI baik di dalam putusan Mahkamah Agung RI No. No.

115 PK/Pdt.2007 maupun putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006

mendalilkan mengenai Perjanjian Gadai Saham telah pernah diperpanjang, yang

pertama tanggal 22 Februari 2000 dan berakhir pada tanggal 1 Desember 2000,

yang kedua tanggal 28 Nopember 2000 dan berakhir pada tanggal 1 Desember

2001. Berdasarkan hal ini maka Perjanjian Gadai Saham berlaku hingga tanggal 1

3 Peter Mahmud Marzuki, et.al., Hukum Jaminan Indonesia (Seri Dasar Hukum Ekonomi 4), (Jakarta: Proyek Elips, 1998), hal 238-239

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

109

UNIVERSITAS INDONESIA

Desember 2001. Perpanjangan Perjanjian Gadai Saham ini dilakukan PT. BFI

dengan bukti berupa pemberitahuan (pertama) surat tanggal 22 Februari 2000, dan

pemberitahuan (kedua) tanggal 28 Nopember 2000. Berdasarkan kesepakatan

dalam Perjanjian Gadai Saham, Pasal 4.2 menyatakan bahwa “Perjanjian Gadai

ini tunduk pada pengakhiran, sebelum berakhirnya jangka waktunya atau suatu

perpanjangan jangka waktu yang dengan ini diadakan atas pilihan Penerima

Gadai pada setiap saat setelah disampaikannya pemberitahuan kepada Pemberi

Gadai.” Jadi berdasarkan ketentuan pasal 4.2 jelas diatur bahwa Pemegang Gadai

yaitu PT. BFI diberikan hak opsi untuk memperpanjangan Perjanjian Gadai

Saham cukup dengan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Gadai

mengenai perpanjangan jangka waktu gadai. Dengan demikian perpanjangan

jangka waktu gadai cukup dilakukan dengan pemberitahuan saja dan tidak

memerlukan persetujuan atau kesepakatan apapun dari Pemberi Gadai dalam hal

ini PT. APT dan PT. OM.

Oleh karena itu, dalil PT. APT maupun PT. OM di dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007 dan putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/2006 yang menyatakan bahwa batas jangka waktu Perjanjian

Gadai Saham yang terakhir setelah perpanjangan adalah 1 Desember 2000 dan

sejak jatuh tempo Perjanjian Gadai Saham tidak pernah diperpanjang lagi. Dan

untuk itu, akibat hukum berakhirnya jangka waktu gadai adalah objek gadai, yaitu

saham-saham yang digadaikan sudah tidak lagi terikat sebagai jaminan hutang

kepada PT.BFI dan saham-saham tersebut harus dikembalikan kepada PT.APT

dan PT. OM adalah tidak berdasar dan bertentangan dengan ketentuan Pasal 1150

KUHPerdata oleh karena gadai adalah accesoir pada perjanjian utang piutang

yang dijaminnya. Hal ini sebagaimana diperkuat oleh putusan Mahkamah Agung

RI No. 115 PK/Pdt.2007.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

110

UNIVERSITAS INDONESIA

Namun Majelis Hakim Agung dalam putusan Mahkamah Agung RI No.

240 PK/pdt/2006 ternyata memiliki pertimbangan hukum yang berbeda dan jelas

bertentangan dengan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007

mengenai tata cara perpanjangan jangka waktu gadai. Majelis Hakim Agung di

dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 berpendapat sama

dengan Majelis Hakim dalam pemeriksaan tingkat pertama Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No. 123/Pdt.G/2003/PN.JKT.PST bahwa perpanjangan jangka

waktu gadai haruslah berdasarkan persetujuan para pihak. Hal ini didasarkan pada

surat tanggal 22 Februari 2000 dimana di dalam surat tersebut PT.BFI meminta

tanda tangan dari PT. APT sebagai tanda persetujuannya atas perpanjangan

jangka waktu gadai saham tersebut. Karena itu, pemberitahuan perpanjangan

gadai sampai dengan tanggal 1 Desember 20001 sesuai surat PT.BFI tanggal 28

November 2000 selain merupakan permintaan perpanjangan secara sepihak

karena tidak pernah disetujui PT. APT sehingga tidak mengikat PT. APT.

Menurut Pertimbangan Majelis Hakim Agung di dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006, Perjanjian Gadai Saham tanggal 1

juni 1999 tersebut merupakan “Perjanjian dengan suatu ketetapan waktu”

sebagaimana diatur dalam Pasal 1268 KUHPerdata, karena dalam perjanjian

tersebut secara pasti telah ditentukan lama waktu berlakunya perjanjian gadai

yaitu berlangsung selama 12 bulan kemudian diperpanjang menjadi 18 bulan

sejak tanggal 1 juni 1999 sehingga berakhir pada tanggal 1 desember 2000.

Bahwa perjanjian dengan ketetapan waktu bersifat memutuskan ataupun

mengakhiri daya kerja suatu perjanjian in casu jangka waktu perjanjian gadai

secara pasti ditentukan berakhir pada tanggal 1 Desember 2000, karenanya barang

gadai tersebut hanya terikat sebagai jaminan hutang sampai dengan tanggal 1

Desember 2000 dan selama itu pemegang gadai berhak menjual barang gadai

tersebut di muka umum. Jangka waktu berakhirnya Perjanjian Gadai Saham

tanggal 1 Desember 2000 yang merupakan syarat dalam perjanjian gadai tersebut

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

111

UNIVERSITAS INDONESIA

oleh kedua belah pihak dimaksudkan bahwa barang-barang gadai diikat sebagai

jaminan hutang selama jangka waktu gadai saham berlangsung dan pemegang

gadai dapat melaksanakan hak parate eksekusi yang dimilikinya yakni menjual

barang-barang gadai dimuka umum selama jangka waktu gadai saham belum

berakhir dan bukan dimaksudkan agar pemegang gadai mengeksekusi

barang-barang gadai pada saat gadai saham telah berakhir karena hutang

belum dibayar lunas.

Menurut penulis, apabila Perjanjian Gadai Saham tersebut merupakan

“Perjanjian dengan suatu ketetapan waktu” sebagaimana diatur dalam Pasal 1268

KUHPerdata dalam arti perjanjian dengan ketetapan waktu bersifat memutuskan

ataupun mengakhiri daya kerja suatu perjanjian, karenanya barang jaminan hanya

terikat sebagai jaminan hutang sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian dan

selama itu pemegang gadai berhak menjual barang gadai tersebut di muka umum,

maka tentunya akan bertentangan dan menghilangkan asas-asas penting yang

terkandung dalam hukum jaminan khususnya gadai itu sendiri. Hal ini juga akan

sangat mempengaruhi kepastian pelaksanaan eksekusi jaminan gadai apabila

Perjanjian Gadai Saham tersebut hanya diartikan sebatas yang dimaksud Majelis

Hakim dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006.

Bahwa Kedudukan pemegang gadai sebagai secured creditor adalah

berbeda dengan unsecured creditor. Bahwa secured creditor terhadap utang atau

pinjaman, maka debitor memberi barang jaminan sebagai perlindungan

pemenuhan pembayaran kepada secured creditor. Apabila debitor ingkar atau

lalai memenuhi pembayaran utang sebagaimana mestinya sesuai dengan

perjanjian, pemenuhan dapat dipaksa dengan jalan eksekusi barang jaminan

berdasarkan ketentuan tata cara eksekusi benda jaminan yang berlaku. Dengan

adanya jaminan yang diikat dalam bentuk perjanjian jaminan tertentu akan dapat

mengurangi risiko yang mungkin terjadi apabila penerima kredit wanprestasi atau

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

112

UNIVERSITAS INDONESIA

tidak dapat mengembalikan kredit atau pinjamannya. Dengan demikian jaminan

dalam perjanjian kredit ini bertujuan untuk menjamin bahwa utang debitor (orang

yang meminjam uang atau yang menerima kredit) akan dibayar lunas. 4 Hal ini

sejalan dengan pendapat Prof. Subekti yang menyatakan bahwa orang yang

berhutang dengan memberikan tanggungan gadai sejak semula telah memberikan

izin kalau ia lalai, barang tanggungan boleh dijual oleh si berpiutang untuk

pelunasan hutang dengan hasil penjualan itu.5

Apabila Perjanjian Gadai Saham tersebut hanya diartikan sebatas yang

dimaksud Majelis Hakim dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006, maka jelas sangat merugikan debitor dan/atau pemberi gadai serta

kreditor selaku pemegang gadai. Bahwa kreditor tentu tidak mendapatkan

kepastian hukum dalam pengembalian piutangnya karena dalam hal pemberi

gadai tidak beritikad baik dalam pelaksanaan prestasinya, sedangkan pada

umumnya di dalam perjanjian gadai tersebut menentukan bahwa Pemegang Gadai

berhak melakukan eksekusi atas benda jaminan dalam hal debitor ingkar janji di

dalam melaksanakan prestasinya. Lebih lanjut lagi ditentukan bahwa Pemberi

Gadai dinyatakan ingkar janji apabila jangka waktu perjanjian gadai berakhir.

Atas hal-hal tersebut akan menimbulkan ketidakpastian hukum karena adanya

pertentangan aturan hukum sebagaimana yang dipertimbangkan Majelis Hakim

dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dengan praktek yang

terjadi di dalam Perjanjian Gadai tersebut. Meskipun kemudian di dalam

pengadilan diputuskan debitor telah beritikad tidak baik dalam pelaksanaan

prestasinya, namun tetap kreditor akan mengalami kesulitan di dalam menuntut

pengembalian piutangnya. Apabila mengacu pada perjanjian gadai merupakan

“Perjanjian dengan suatu ketetapan waktu” sebagaimana diatur dalam Pasal 1268

4 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai Saham, (Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 40 5 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003), hal. 124

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

113

UNIVERSITAS INDONESIA

KUHPerdata dalam arti terbatas pada barang jaminan hanya terikat sebagai

jaminan hutang sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian, maka dengan

lewatnya jangka waktu perjanjian maka pelunasan hutang debitor akan mengacu

kepada jaminan umum berdasarkan ketentuan Pasal 1131 jo Pasal 1132

KUHPerdata. Hal ini menyebabkan pengikatan jaminan dalam perjanjian gadai

tersebut menjadi sia-sia dan sangat merugikan kreditor.

Sedangkan bagi debitor dan/atau pemberi gadai sendiri, apabila Perjanjian

Gadai diartikan terbatas pada barang jaminan hanya terikat sebagai jaminan

hutang sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian maka ada kemungkinan

terdapat ketidakamanan terhadap benda yang dijadikan jaminan tersebut. Dengan

adanya ketentuan barang jaminan hanya terikat sebagai jaminan hutang sampai

berakhirnya jangka waktu perjanjian, maka Pemegang Gadai tentunya akan

melakukan segala cara untuk mendapatkan pengembalian piutangnya sebelum

berakhirnya jangka waktu perjanjian. Pemegang Gadai akan melakukan segala

usaha supaya Pemegang Gadai dinyatakan telah melakukan ingkar janji. Hal-hal

ini tentu akan menghilangkan arti sebenarnya daripada maksud dan tujuan

jaminan itu sendiri kepada pemberi gadai karena debitor dan/atau pemberi gadai

tidak diberikan kesempatan untuk melunasi hutang-hutangnya. Padahal maksud

dan tujuan diadakannya jangka waktu dalam perjanjian gadai adalah dalam

rangka melindungi kepentingan debitor dan pemberi gadai, terutama bila nilai

kebendaan bergerak yang digadaikannya melebihi besarnya utang yang dijamin,

sehingga terdapat sisa pembayaran dari hasil penjualan barang gadai tersebut

dapat dikembalikan atau diserahkan kepada debitor dan pemberi gadai yang

bersangkutan. Sekaligus pula melindungi kepentingan para peminjam uang yang

pada umumnya berada dalam posisi yang sangat lemah, sehingga syarat-syarat

yang berat pun sering kali karena keadaan terpaksa harus diterima. Apabila

perjanjian gadai diartikan terbatas pada barang jaminan hanya terikat sebagai

jaminan hutang sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian, bisa muncul

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

114

UNIVERSITAS INDONESIA

keadaan yang aneh dimana seorang kreditor pada umumnya mengharapkan agar

debitor memenuhi kewajibannya, bisa muncul yang sebaliknya, malahan kreditor

mengharapkan agar debitor wanprestasi, karena benda jaminan pada umumnya

mempunyai nilai yang jauh lebih besar dari piutang kreditor.

Bahwa pemberian fasilitas kredit oleh kreditor dengan mensyaratkan

adanya jaminan adalah semata-mata berorientasi untuk melindungi kepentingan

kreditor, agar dana yang telah diberikannya kepada debitor dapat dikembalikan

sesuai jangka waktu yang ditentukan. Apabila debitor wanprestasi, jaminan

kebendaan tersebut akan dinilai dengan uang, selanjutnya akan dipergunakan

untuk pelunasan seluruh atau sebagian dari pinjaman atau utang debitor kepada

kreditornya. Dengan kata lain jaminan disini berfungsi sebagai sarana atau

menjamin pemenuhan pinjaman atau utang debitor seandainya wanprestasi

sebelum sampai jatuh tempo pinjaman atau utangnya berakhir. 6

Oleh karena itu

pengaturan jangka waktu di dalam Perjanjian Gadai Saham semestinya dipandang

dan diartikan sebagai batas akhir kesempatan yang diberikan oleh kreditor kepada

Pemberi Gadai untuk melaksanakan prestasinya yaitu melunasi hutang-hutangnya

kepada kreditor.

Menurut penulis, Perjanjian Gadai Saham bukan sebatas merupakan

“Perjanjian dengan suatu ketetapan waktu” sebagaimana yang dimaksud dan

dipertimbangkan Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006. Dalam hal jangka waktu dalam Perjanjian Gadai Saham dilampaui

maka barulah lahir hak bagi Pemegang Gadai untuk mengeksekusi benda yang

dijadikan jaminan tersebut sebagai upaya pelunasan hutang dari pemberi gadai.

Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata yang

menyatakan “Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si

6 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, ed.1, cetakan kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 69

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

115

UNIVERSITAS INDONESIA

berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai bercidera

janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak telah

ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk

membayar, menyuruh menjual barang gadainya di muka umum menurut

kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku,

dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga

dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut. Apabila utang yang dijamin

dengan saham PT. APT dan PT.OM telah dilunasi/dibayar untuk sebagian, maka

hal ini tidak menyebabkan hak gadai atas saham-saham PT. APT dan PT.OM

hapus untuk sebagian. Gadai mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, yaitu

membebani secara utuh objek kebendaan atau barang-barang yang digadaikan dan

setiap bagian daripadanya, dengan ketentuan bahwa apabila telah dilunasinya

sebagian dari utang yang dijamin, maka tidak berarti terbebasnya pula sebagian

kebendaan atau barang-barang digadaikan dari beban hak gadai, melainkan hak

gadai itu tetap membebani seluruh objek kebendaan atau barang-barang yang

digadaikan untuk sisa utang yang belum dilunasi (Pasal 1160 KUHPerdata).

Menurut penulis, pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 jelas bertentangan dengan putusan

Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007. Majelis hakim Agung dalam

putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007 berpendapat bahwa

Ketentuan butir 4.2 dari Perjanjian Gadai Saham, walaupun berjudul “jangka

waktu dan pengakhiran”, akan tetapi secara jelas dapat disimpulkan substansinya

antara lain adalah mengenai perpanjangan jangka waktu gadai dan tata cara

perpanjangan jangka waktu gadai yang berbunyi : “Perjanjian gadai ini tunduk

pada pengakhiran sebelum berakhirnya jangka waktunya atau suatu

perpanjangan jangka waktu yang dengan ini diadakan atas pilihan dari Penerima

Gadai pada setiap saat setelah disampaikannya pemberitahuan kepada Pemberi

Gadai”. Oleh karena itu penyangkalan PT. OM atas ketentuan butir 4.2.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

116

UNIVERSITAS INDONESIA

Perjanjian Gadai Saham adalah tidak berdasar hukum karena perpanjangan

tersebut tidak memerlukan persetujuan PT.OM selaku pemberi gadai,

sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pasal 4.2. Perjanjian Gadai Saham

tersebut adalah dengan pemberitahuan mengenai perpanjangan jangka waktu

gadai kepada pemberi gadai (PT. OM) oleh pemegang gadai (PT.BFI). Oleh

karena itu, menurut penulis pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 mengenai cara perpanjangan jangka

waktu gadai adalah tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata jo.

Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata jo. Pasal 4.2 Perjanjian Gadai Saham yang

dibuat diantara PT. APT, PT. OM dengan PT. BFI.

Dengan masih berlakunya Perjanjian Gadai Saham hingga jangka waktu

tanggal 1 Desember 2001 berdasarkan surat pemberitahuan kedua tanggal 28

Nopember 2000, mengakibatkan Consent to Transfer (Persetujuan Untuk

Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 dan Irrevocable Power of Attorney to Sell

(Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7

Agustus 2000 adalah tetap mengikat dan berlaku bagi PT. APT, PT. OM dan

PT.BFI. Oleh karena itu penyangkalan yang dilakukan oleh PT. APT dan PT. OM

mengenai gugur dan tidak berlakunya Consent to Transfer (Persetujuan Untuk

Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 dan Irrevocable Power of Attorney to Sell

(Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7

Agustus 2000 di dalam gugatan, menurut penulis seharusnya ditolak oleh Majelis

Hakim Agung dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006.

4.3. Tentang Hak PT. BFI Mengeksekusi Gadai Atas Saham Terkait Jangka Waktu

dalam Perjanjian Pledges of Shares Agreement Tanggal 1 juni 1999.

Dalam hukum perjanjian, kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam

perjanjian menyangkut dua janji, yaitu melakukan sesuatu atau menyerahkan

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

117

UNIVERSITAS INDONESIA

sesuatu. Janji yang terlaksana adalah dilakukannya sesuatu atau diserahkan

sesuatu yang disebut sebagai “prestasi”. Dalam konteks perjanjian kredit,

“prestasi kreditor adalah menyerahkan dana pinjaman, sementara “prestasi”

debitor adalah menyerahkan jaminan, melaksanakan pembayaran bunga, dan

mengembalikan dana pinjaman secara tepat waktu. Wanprestasi adalah suatu

keadaan bilamana salah satu pihak tidak dapat memenuhi prestasinya. Seorang

debitor dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat

memenuhi kewajibannya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah

diperjanjikan.7 Dalam kaitannya dengan gadai maka dasar alasan Pemegang

Gadai melakukan eksekusi, diatur dalam Pasal 1155 KUHPerdata:

a. Debitor cedera janji melaksanakan kewajibannya dalam tenggang waktu

yang ditentukan dalam perjanjian, atau

b. Apabila tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak ditentukan dalam

perjanjian, debitor dianggap melakukan cidera janji memenuhi kewajiban

setelah ada peringatan untuk membayar.8

Bahwa sebagai hasil upaya negosiasi dan restrukturisasi utang PT. BFI

kepada kreditur-krediturnya, maka PT. BFI pada tanggal 11 oktober 2000 telah

mengajukan rencana perdamaian agar dapat disetujui oleh para kreditur PT. BFI.

Pada tanggal 7 Desember 2000, PT. BFI dan para kreditur PT. BFI akhirnya telah

menandatangani Perjanjian Perdamaian yang kemudian telah diratifikasi/disahkan

oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No: 04/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst.

selanjutnya dalam rangka keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan

kepada publik sesuai ketentuan Peraturan Bapepam Nomor X.K.1, PT. BFI telah

melakukan pengumuman mengenai rencana penggunaan saham-saham yang

7 Sunu Widi Purwoko, Catatan Hukum Seputar Perjanjian Kredit dan Jaminan, (Jakarta: Nine Seasons, 2011), hal.120-121 8 M. Yahya Harahap (a), Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal 218

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

118

UNIVERSITAS INDONESIA

digadaikan untuk retrukturisasi utang PT. BFI yang dimuat di harian Media

Indonesia tertanggal 29 Desember 1999. Pada tanggal 19 Desember 2000.

Karena utang yang dijamin dengan saham PT.APT dan PT. OM tetap belum

dilunasi kepada PT. BFI di dalam perjanjian Pledges of Shares Agreement, dan

sebagai pelaksana putusan perdamaian, dalam rangka restrukturisasi hutangnya,

PT. BFI telah mengalihkan saham-saham yang digadaikan PT.APT dan PT. OM

kepada THE LAW DEBENTURE TRUST CORPORATION P.L.C. (selanjutnya

disebut “L.D.T”) berdasarkan share sale and purchase agreement tertanggal 9

Februari 2001. Timbulnya hak eksekusi bagi PT. BFI untuk mengeksekusi saham-

saham yang dijaminkan PT.APT dan PT. OM dilakukan berdasarkan Consent to

Transfer (Persetujuan Untuk Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 berbunyi “ ia (PT.

APT dan PT. OM) mengijinkan dan menyetujui eksekusi/penjualan oleh PT.

Bunas Finance Indonesia Tbk atas hak-haknya berdasarkan Perjanjian Gadai

Saham tertanggal 1 Juni 1999. Selanjutnya Irrevocable Power of Attorney to Sell

(Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7

Agustus 2000 mengatur “Kami (PT.APT dan PT.OM)… dengan ini memberikan

kuasa dan wewenang yang tidak dapat ditarik kembali kepada PT. BFI (untuk

selanjutnya disebut “Pember Kuasa”), dengan hak substitusi yang dapat

diberikan pada setiap saat dan untnuk memberikan hak substitusi lebih lanjut

sepanjang diperlukan oleh Pemberi Kuasa, pada setiap saat, dari waktu ke

waktu, untuk menjual dan mengalihkan atau sebaliknya menyerahkan :

(a). Saham-saham yang digadaikan sesuai dengan Perjanjian Gadai;

(b). …

Baik melalui bursa efek di Indonesia atau melalui pelelangan umum, atau

penjualan pribadi atau di bawah tangan, dengan harga tersebut dan pada

kondisi tersebut sebagaimana patut oleh Pemberi Kuasa kepada setiap pihak…”.

Tindakan PT. BFI tersebut diatas adalah juga telah sesuai ketentuan Pasal 1155

ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan “Apabila oleh para pihak tidak telah

diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

119

UNIVERSITAS INDONESIA

pemberi gadai bercidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau,

atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu

peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya di muka umum

menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim

berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta

bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.

Selanjutnya seorang debitor yamg melakukan perjanjian kredit dengan

jaminan gadai wajib mengembalikan atau membayar pinjamannya tepat pada

waktunya yang dihitung mulai tanggal pinjaman uang atau tanggal dilakukannya

perjanjian pembiayaan dengan jaminan gadai sampai dengan tanggal jatuh tempo.

Setelah selesai membayar hutang, maka penguasaan atas barang yang dijaminkan

harus diserahkan kembali dari kreditor kepada debitor. Namun kenyataannya

tidak semua debitor melunasi hutangnya tepat pada waktunya, sehingga pada

tanggal jatuh tempo tiba hutangnya belum dilunasi. Terhadap debitor yang

demikian itu dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi yang

dilakukan oleh PT. APT dan PT.OM ditandai dengan belum dilunasinya hutang

atau tagihan tepat pada waktu yang telah ditentukan (terbukti dalam persidangan

oleh PT.APT dan PT.OM tidak melakukan bantahan atas dalil hutang yang belum

dilunasi kepada PT. BFI baik dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006 dan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007).

Sesuai ketentuan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata, apabila jangka waktu yang

ditentukan dalam perjanjian Pledges of Shares Agreement dilampaui, berarti

PT.BFI diberikan hak untuk melakukan eksekusi gadai atas saham-saham yang

dijaminkan oleh PT.APT dan PT.OM untuk melunasi hutang debitor. Hal ini juga

sejalan dengan pendapat M. Yahya Harahap bahwa jika lampau waktu kita

kaitkan dengan perjanjian, lampau waktu tadi akan menghasilkan pengertian

membebaskan seseorang dari suatu kewajiban atau bisa juga memberi hak kepada

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

120

UNIVERSITAS INDONESIA

seseorang untuk memperoleh sesuatu hak. Pendeknya dengan menghubungkan

lampau waktu dengan perjanjian, akan memberi dua pengertian:

a. Membebaskan seseorang dari kewajiban setelah lewat waktu tertentu

sebagaimana yang telah ditetapkan undang-undang.

b. Memberikan kepada seseorang untuk memperoleh sesuatu hak setelah lewat

jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan undang-undang. 9

Prof. Subekti juga menyatakan bahwa orang yang berhutang dengan memberikan

tanggungan gadai sejak semula telah memberikan izin kalau ia lalai, barang

tanggungan boleh dijual oleh si berpiutang untuk pelunasan hutang dengan hasil

penjualan itu. 10

Dari ketentuan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata, pembentuk undang-

undang memberikan wewenang kepada kreditor pemegang gadai untuk

melakukan penjualan kebendaan gadai yang diserahkan kepadanya dengan

kekuasaan sendiri (parate eksekusi) di depan umum (melalui pelelangan umum)

menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim

berlaku, bila debitor pemberi gadai wanprestasi atau tidak menepati janji dan

kewajiban-kewajibannya, guna mengambil pelunasan jumlah piutangnya dari

pendapat penjualan kebendaan yang digadaikan tersebut. Dengan demikian, hak

parate eksekusi atas barang gadai ini akan berlaku bila debitor pemberi gadai

benar-benar telah wanprestasi setelah diberikan peringatan untuk segera

membayar atau melunasi utangnya. Bahwa dengan PT.APT dan PT. OM yang

belum melunasi hutangnya pada PT. BFI, maka berdasarkan Pasal 1155 ayat (1)

tersebut, PT.BFI memiliki hak untuk mengeksekusi saham-saham yang

dijaminkan PT.APT dan PT.OM. Dengan adanya Consent to Transfer

(Persetujuan Untuk Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 dan Irrevocable Power of

9 M.Yahya Harahap (b), Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 166 10 Subekti, Loc.Cit.,

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

121

UNIVERSITAS INDONESIA

Attorney to Sell (Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali)

tertanggal 7 Agustus 2000, maka PT. BFI mengalihkan saham-saham yang

digadaikan PT.APT dan PT. OM tersebut dengan penjualan di bawah tangan

kepada L.D.T sesuai share sale and purchase agreement tertanggal 9 Februari

2001.

Penjualan di bawah tangan atas saham-saham yang digadaikan PT.APT

dan PT. OM tersebut dibenarkan juga oleh Majelis Hakim Agung dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007 yang dalam pertimbangannya

menyatakan bahwa “Pasal 1155 KUHPerdata tentang tata cara eksekusi barang

gadia bilamana pemberi gadai wanprestasi setelah lewatnya jangka waktu gadai

yang pada umumnya dengan menjual dimuka umum/lelang, akan tetapi azas

tersebut dapat disimpangi berdasarkan kalimat awal dari pasal 1155 KUPerdata

yang berbunyi: “Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain”. Oleh

karena itu menurut pertimbangan Majelis Hakim tingkat banding yang diperkuat

Majelis Hakim tingkat Kasasi dan tingkat Peninjauan kembali bahwa “Majelis

Hakim tingkat pertama, tidak cermat dalam membaca ketentuan pasal 1155

KUHPerdata, sehingga berkesimpulan bahwa eksekusi gadai saham hanya dapat

dilakukan melalui menjual dimuka umum atau melalui lelang. Sehingga meskipun

telah diperjanjikan oleh PT. OM selaku pemberi gadai dengan PT. BFI

sebagaimana termuat dalam butir 5 dari Perjanjian Gadai Saham, Majelis

Hakim tingkat pertama tidak mempertimbangkannya”. Di dalam butir 5 dari

Perjanjian Gadai Saham diatur : “… penjualan tersebut dapat dilakukan dengan

penjualan di depan umum atau (sejauh yang diijinkan oleh undang-undang)

penjualan secara privat…”

Pendapat Majelis Hakim Agung dalam putusan Mahkamah Agung RI No.

No. 115 PK/Pdt.2007 ternyata bertentangan dengan putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/2006. Dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

122

UNIVERSITAS INDONESIA

PK/pdt/2006, Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan PT. BFI yang

mengeksekusi barang-barang gadai setelah masa gadai telah berakhir dengan cara

penjualan di bawah tangan tidak dapat dibenarkan menurut hukum gadai karena

bertentangan dengan Pasal 1155 KUHPerdata yang mengatur tentang eksekusi

barang gadai yang mewajibkan barang gadai dijual di muka umum atau dengan

cara lelang, agar debitor tidak dirugikan. Bahwa pada gadai saham cara

pelelangannya dilakukan melalui pasar modal dengan perantaraan dua orang

makelar yang ahli dalam perdagangan barang-barang tersebut. Menurut penulis,

pertimbangan Majelis Hakim di dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006 adalah keliru.

Bahwa di dalam ketentuan dalam Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata

menyatakan “Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si

berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai bercidera janji,

setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak telah ditentukan

suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar,

menyuruh menjual barang gadainya di muka umum menurut kebiasaan-

kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud

untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari

pendapatan penjualan tersebut.”

Selanjutnya Pasal 1155 ayat (2) KUHPerdata mengatur secara khusus

mengenai cara eksekusi barang gadai yang terdiri atas barang-barang perdagangan

dan surat-surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal, yaitu penjualannya

dilakukan di pasar atau di bursa efek di tempat kreditor pemegang gadainya

bertempat tinggal dengan bantuan perantaraan 2(dua) orang makelar yang

memang ahli dalam perdagangan barang-barang tersebut. Pasal 1155 ayat (2)

KUHPerdata, mengatur kebolehan penjualan eksekusi atas barang perdagangan

atau efek menyimpang dari aturan pokok penjualan di muka umum.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

123

UNIVERSITAS INDONESIA

Pasal di atas menunjukkan kepada kita, bahwa ketentuan Pasal 1155

KUHPerdata merupakan ketentuan yang bersifat menambah (aanvulledrechts),

karena para pihak bebas menetapkan lain. Dalam hal para pihak tidak

menyimpang dari ketentuan tersebut, barulah Pasal 1155 KUHPerdata berlaku. 11

Jika pemberi gadai dan kreditor menginginkan penjualan dengan cara di bawah

tangan (private sale), harus ditempuh cara yang diatur dalam Pasal 1156

KUHPerdata.12

Berdasarkan Pasal 1156 KUHPerdata dengan cara mengajukan

permohonan kepada hakim, kreditor/ pemegang gadai dapat mohon supaya hakim

menetapkan bahwa eksekusi gadai dapat dilakukan melalui penjualan di bawah

tangan (private sale). penjualan tidak dengan lelang hanya dapat dilakukan

setelah ada penetapan hakim (Pasal 1156 KUHPerdata). 13

Dengan demikian, cara

penjualan eksekusi barang gadai menurut cara yang ditentukan hakim yang

digariskan Pasal 1156 KUHPerdata ini merupakan kebolehan penyimpangan dari

ketentuan pokok penjualan lelang di muka umum yang disebut Pasal 1155 ayat

(1) KUHPerdata. Dengan demikian, sekiranya pemegang gadai/kreditor

menghendaki tidak menempuh ketentuan pokok penjualan barang gadai di muka

umum, atau juga tidak ingin menjual barang gadai di pasar atau di bursa efek,

Pasal 1156 KUHPerdata memberi hak kepada pemegang gadai/kreditor

mengajukan tuntutan ke pengadilan agar hakim/pengadilan menjatuhkan putusan

penjualan barang gadai menurut cara yang ditentukan hakim/pengadilan.14

Dalam

hal dilakukannya penjualan dibawah tangan, setelah suatu penjualan dilakukan

oleh kreditor berdasarkan perintah pengadilan, maka kreditor berkewajiban untuk

segera memberitahukannya kepada pemberi gadai, yang menurut ketentuan Pasal

1156 KUHPerdata, dilakukan pada hari yang berikutnya apabila ada perhubungan

11 Usman, Op.Cit., hal.136 12 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 10-11 13 Suharnoko, Kartini Muljadi, Op.Cit., hal. 12-13 14 Harahap (a), Op.Cit., hal 219

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

124

UNIVERSITAS INDONESIA

pos harian ataupun suatu suatu perhubungan telegraf, atau jika tidak demikian

halnya dengan pos yang berangkat pertama.15

Sesuai ketentuan Pasal 1155 KUHPerdata, ternyata para pihak sepakat

telah menetapkan lain mengenai tata cara eksekusi/penjualan saham-saham yang

dijaminkan dalam Perjanjian Gadai Saham. Bahwa di dalam butir 5 Perjanjian

Gadai Saham diatur “… penjualan tersebut dapat dilakukan dengan penjualan di

depan umum atau (sejauh yang diijinkan oleh undang-undang) penjualan secara

privat…”. Selanjutnya sebagai akibat krisis moneter yang terjadi di Indonesia

yang antara lain ditandai dengan kenaikan yang berlipat-lipat dari nilai tukar mata

uang Dollar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah telah mempengaruhi

perekonomian nasional dan menimbulkan kesulitan yang besar di kalangan dunia

usaha termasuk PT. BFI, maka PT. BFI pada tanggal 11 oktober 2000 telah

mengajukan rencana perdamaian berkenaan dengan Permohonan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat. Dalam rencana perdamaian ini disertakan saham-saham

PT.APT dan PT.OM sebagai restrukturisasi utang PT. BFI kepada kreditor-

kreditornya.

Sebagai hasil upaya negosiasi dan restrukturisasi utang PT. BFI kepada

kreditur-krediturnya, maka pada tanggal 7 Desember 2000, PT. BFI dan para

kreditur PT. BFI akhirnya telah menandatangani Perjanjian Perdamaian yang

kemudian telah diratifikasi/disahkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No:

04/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. pada tanggal 19 Desember 2000. Karena utang

yang dijamin dengan saham PT.APT dan PT. OM tetap belum dilunasi kepada

PT. BFI dan sebagai pelaksana putusan perdamaian, dalam rangka restrukturisasi

hutangnya, PT. BFI telah mengalihkan saham-saham yang digadaikan PT.APT

dan PT. OM kepada L.D.T berdasarkan share sale and purchase agreement

tertanggal 9 Februari 2001. Menurut penulis, dengan adanya putusan Pengadilan

15 Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal. 196-200

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

125

UNIVERSITAS INDONESIA

Niaga Jakarta Pusat No: 04/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. pada tanggal 19

Desember 2000 telah membuktikan bahwa tindakan penjualan dibawah tangan

atas saham-saham PT.APT dan PT.OM oleh PT. BFI kepada L.D.T adalah telah

sesuai dengan ketentuan Pasal 1156 ayat (1) KUHPerdata. Selain daripada itu

sesuai ketentuan Pasal 1155 KUHPerdata, para pihak juga telah bersepakat untuk

melakukan penjualan di bawah tangan sebagaimana disepakati dalam butir 5

Perjanjian Gadai Saham, serta di dalam Consent to Transfer (Persetujuan Untuk

Menjual) tanggal 7 Agustus 2000 dan Irrevocable Power of Attorney to Sell

(Surat Kuasa untuk menjual yang tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7

Agustus 2000 yang dibuat oleh PT. APT, PT.OM dengan PT. BFI.

Namun dengan mempelajari dalil-dalil PT. BFI dalam putusan Mahkamah

Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115

PK/Pdt.2007 ternyata diketahui bahwa Perjanjian Gadai Saham telah

diperpanjang berlaku hingga tanggal 1 Desember 2001 sebagaimana diakui

sendiri oleh PT. BFI berdasarkan alat bukti berupa surat pemberitahuan kedua

tanggal 28 Nopember 2000 dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006 dan putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007.

Kemudian menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bahwa dengan masih

berlakunya Perjanjian Gadai Saham, apakah PT. BFI selaku pemegang gadai

dapat serta merta atau memiliki kewenangan melakukan eksekusi terhadap

saham-saham yang dijaminkan pemberi gadai in casu PT. APT dan PT. OM.

Menurut penulis, dengan masih berlakunya jangka waktu gadai, maka untuk dapat

mengeksekusi benda gadai yaitu terhadap saham-saham PT. APT dan PT. OM

yang ada di PT. BFI, maka terlebih dahulu PT. BFI harus mendapat persetujuan

dari PT. APT dan PT. OM. Ternyata faktanya bahwa penjualan saham-saham

oleh PT. BFI telah terlebih dahulu diketahui dan mendapatkan persetujuan PT.

APT dan PT. OM. Terbukti baik didalam putusan Mahkamah Agung RI No. 240

PK/pdt/2006 maupun putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007,

telah diakui oleh PT. APT dan PT.OM bahwa dalam rangka restrukturisasi utang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

126

UNIVERSITAS INDONESIA

PT. BFI, rencana perdamaian yang dibuat dan diajukan PT. BFI kepada

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, telah disetujui dalam

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. BFI (termasuk persetujuan dari

PT. APT dan PT. OM selaku pemegang saham PT. BFI) yang berita acaranya

tertuang di dalam Akta No.28 tanggal 27 Januari 2000 dimana dalam rapat

tersebut memuat agenda rapat sebagai berikut:

a. Persetujuan untuk melaksanakan gadai saham yang diberikan untuk menjamin

piutang PT. BFI kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan

selanjutnya menghapus-bukukan piutang PT. BFI kepada perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa.

b. Persetujuan atas restrukturisasi seluruh hutang PT. BFI kepada kreditor,

termasuk hutang kepada pemegang obligasi.

Termasuk persetujuan dari PT. APT dan PT. OM selaku pemegang saham di PT.

BFI untuk mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang dan

rencana perdamaian kepada Pengadilan Niaga yang berita acaranya tertuang di

dalam Akta No. 51 tanggal 22 Agustus 2000 dan dihadiri oleh PT.APT dan

PT.OM selaku pemegang saham PT. BFI. Atas persetujuan tersebut, maka

berdasarkan Consent to Transfer (Persetujuan Untuk Menjual) tanggal 7 Agustus

2000 dan Irrevocable Power of Attorney to Sell (Surat Kuasa untuk menjual yang

tidak dapat ditarik kembali) tertanggal 7 Agustus 2000, PT. BFI mengalihkan

saham-saham yang digadaikan PT.APT dan PT. OM kepada L.D.T. Bahwa L.D.T

selaku pembeli saham-saham yang digadaikan PT. APT dan PT. OM pada PT.

BFI kemudian melakukan pengumuman melalui media massa Harian Bisnis

Indonesia tanggal 14 Mei 2001 dimana baik PT. APT maupun PT. OM tidak

pernah melakukan protes terhadap pengumuman yang dibuat L.D.T. Selain itu

PT. BFI juga telah memberi tahu PT. APT dan PT. OM tentang pelaksanaan

Putusan Perdamaian dan Pengalihan Saham-Saham PT. APT dan PT. OM yang

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

127

UNIVERSITAS INDONESIA

digadaikan pada PT. BFI kepada L.D.T, melalui surat tanggal 11 Mei 2001 dan

disetujui oleh PT. APT dan PT. OM. Pengumuman ini adalah telah sesuai dengan

ketentuan Pasal 1156 ayat (1) KUHPerdata mengenai keterbukaan informasi yang

harus disampaikan kreditor mengenai penjualan barang gadai milik pemberi

gadai. Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan di dalam bab ini membuktikan

bahwa pelaksanaan eksekusi gadai atas saham-saham milik PT. APT dan PT. OM

oleh PT. BFI selaku pemegang gadai adalah sudah tepat dan sah demi hukum

serta tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang mengatur mengenai

hukum gadai.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

128 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan permasalahan dan analisis mengenai

putusan perkara di dalam tesis ini, maka pada bab terakhir (Penutup) ini

penulis mencoba untuk menyimpulkan beberapa permasalahan tersebut dan

juga akan memberikan beberapa saran-saran kepada para pihak terutama

pihak pembaca. Dengan demikian penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan antara lain sebagai berikut:

5.1.1. Terkait dengan jangka waktu di dalam perjanjian gadai, dalam hal

jangka waktu perjanjian telah berakhir namun utang Pemberi Gadai

belum dilunasi, maka Pemegang Gadai diberikan hak untuk

melakukan eksekusi terhadap benda gadai yang dijadikan jaminan. Hal

ini berdasarkan ketentuan Pasal 1155 KUHPerdata yang mengatur

bahwa “Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka

kreditor adalah berhak jika debitor atau pemberi gadai cedera janji,

setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak

telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu

peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barangnya gadai di

muka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-

syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil

pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari

pendapatan penjualan tersebut.”

Sedangkan terhadap gadai atas saham perusahaan Publik maka di

dalam Pasal 1155 ayat (2) mengatur gadai saham cara pelelangannya

dilakukan melalui pasar modal dengan perantaraan dua orang makelar

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

129

UNIVERSITAS INDONESIA

yang ahli dalam perdagangan barang-barang tersebut. Namun

pelaksanaan parate eksekusi di depan umum sebagaimana diatur dalam

ayat (1) maupun ayat (2) Pasal 1155 KUHPerdata dapat disimpangi

berdasarkan kalimat awal dari pasal 1155 KUPerdata yang berbunyi:

“Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain”. Artinya

dalam hal para pihak tidak menyimpang dari ketentuan tersebut,

barulah Pasal 1155 KUHPerdata berlaku. Lebih lanjut jika pemberi

gadai dan kreditor menginginkan penjualan dengan cara di bawah

tangan (private sale), harus ditempuh cara yang diatur dalam Pasal

1156 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1156 KUHPerdata dengan cara

mengajukan permohonan kepada hakim, kreditor/ pemegang gadai

dapat mohon supaya hakim menetapkan bahwa eksekusi gadai dapat

dilakukan melalui penjualan di bawah tangan (private sale).

5.1.2. Penerapan Eksekusi atas gadai saham oleh Pemegang Gadai dalam

prakteknya tidak bisa dibilang cepat, murah, apalagi sederhana serta

masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut terutama karena

terdapat penafsiran yang berbeda-beda oleh praktisi hukum maupun

yang dihasilkan oleh pengadilan, khususnya Mahkamah Agung

mengenai hak pemegang gadai untuk mengeksekusi gadai atas saham

berdasarkan Pasal 1155 KUHPerdata dan Pasal 1156 KUHPerdata

dalam kaitannya dengan jangka waktu perjanjian gadai telah berakhir

namun hutang belum dilunasi, seperti pada Putusan Peninjauan

Kembali Mahkamah Agung No. 240 PK/pdt/2006 tanggal 20 Februari

2007 dan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No. 115

PK/Pdt.2007 tanggal19 Juli 2007. Apabila mengikuti dalil PT. APT

dan PT. OM baik di dalam putusan Mahkamah Agung RI No. No. 115

PK/Pdt.2007 dan putusan Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006,

yang menyatakan bahwa batas jangka waktu Perjanjian Gadai Saham

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

130

UNIVERSITAS INDONESIA

yang terakhir setelah perpanjangan adalah 1 Desember 2000 dan sejak

jatuh tempo Perjanjian Gadai Saham tidak pernah diperpanjang lagi,

maka menurut penulis dengan lewatnya jangka waktu Perjanjian Gadai

Saham berdasarkan Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata, PT. BFI

memiliki hak untuk mengeksekusi gadai atas saham-saham PT. APT

dan PT. OM yang dijaminkan kepada PT.BFI. Oleh karena itu, lebih

lanjut dalil PT. APT dan PT. OM sebagaimana juga digunakan Majelis

Hakim Agung sebagai pertimbangan dalam putusan Mahkamah Agung

RI No. 240 PK/pdt/2006, yang menyatakan jangka waktu berakhirnya

Perjanjian Gadai Saham tanggal 1 Desember 2000 dimaksudkan

bahwa barang-barang gadai diikat sebagai jaminan hutang selama

jangka waktu gadai saham berlangsung dan pemegang gadai dapat

melaksanakan hak parate eksekusi yang dimilikinya yakni menjual

barang-barang gadai dimuka umum selama jangka waktu gadai saham

belum berakhir dan bukan dimaksudkan agar pemegang gadai

mengeksekusi barang-barang gadai pada saat gadai saham telah

berakhir karena hutang belum dibayar lunas, menurut penulis

adalah keliru. Bahwa pemberian fasilitas kredit oleh kreditor dengan

mensyaratkan adanya jaminan adalah semata-mata berorientasi untuk

melindungi kepentingan kreditor, agar dana yang telah diberikannya

kepada debitor dapat dikembalikan sesuai jangka waktu yang

ditentukan. Oleh karena itu pengaturan jangka waktu di dalam

Perjanjian Gadai Saham semestinya dipandang dan diartikan sebagai

batas akhir kesempatan yang diberikan oleh kreditor kepada Pemberi

Gadai untuk melaksanakan prestasinya yaitu melunasi hutang-

hutangnya kepada kreditor. Dalam hal jangka waktu dalam Perjanjian

Gadai Saham dilampaui maka barulah lahir hak bagi Pemegang Gadai

untuk mengeksekusi benda yang dijadikan jaminan tersebut sebagai

upaya pelunasan hutang dari pemberi gadai.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

131

UNIVERSITAS INDONESIA

Namun dengan mempelajari dalil-dalil PT. BFI dalam putusan

Mahkamah Agung RI No. 240 PK/pdt/2006 dan putusan Mahkamah

Agung RI No. No. 115 PK/Pdt.2007 ternyata diketahui bahwa

Perjanjian Gadai Saham telah diperpanjang berlaku hingga tanggal 1

Desember 2001 sebagaimana diakui sendiri oleh PT. BFI berdasarkan

alat bukti berupa surat pemberitahuan kedua tanggal 28 Nopember

2000. Dengan masih berlakunya jangka waktu Perjanjian Gadai Saham

tersebut, maka ternyata fakta dalam persidangan membuktikan

penjualan saham-saham oleh PT. BFI telah terlebih dahulu diketahui

dan mendapatkan persetujuan PT. APT dan PT. OM. Dalam rangka

restrukturisasi utang PT. BFI, rencana perdamaian yang dibuat dan

diajukan PT. BFI kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat, telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa PT. BFI (termasuk persetujuan dari PT. APT dan PT. OM

selaku pemegang saham PT. BFI) yang berita acaranya tertuang di

dalam Akta No.28 tanggal 27 Januari 2000. Atas persetujuan tersebut,

PT. BFI mengalihkan saham-saham yang digadaikan PT.APT dan PT.

OM kepada L.D.T dan kemudian melakukan pengumuman melalui

media massa Harian Bisnis Indonesia tanggal 14 Mei 2001. Selain itu

PT. BFI juga telah memberi tahu PT. APT dan PT. OM tentang

pelaksanaan Putusan Perdamaian dan Pengalihan Saham-Saham PT.

APT dan PT. OM yang digadaikan pada PT. BFI kepada L.D.T,

melalui surat tanggal 11 Mei 2001 dan disetujui oleh PT. APT dan PT.

OM. Pengumuman ini adalah telah sesuai dengan ketentuan Pasal

1156 ayat (1) KUHPerdata mengenai keterbukaan informasi yang

harus disampaikan kreditor mengenai penjualan barang gadai milik

pemberi gadai.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

132

UNIVERSITAS INDONESIA

5.2. Saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan tersebut diatas, maka

pada kesempatan yang terakhir ini penulis memberikan saran. Adapun saran

penulis yang berkaitan dengan permasalahan tersebut diatas antara lain:

5.2.1. Bahwa pengaturan pelaksanaan eksekusi atas gadai saham khususnya

di dalam KUHPerdata, Undang-Undang Perseroan Terbatas maupun

peraturan terkait lainnya masih menimbulkan permasalahan hukum.

Hal tersebut ditandai dengan adanya penafsiran yang berbeda oleh

praktisi hukum maupun yang dihasilkan oleh pengadilan, khususnya

Mahkamah Agung Republik Indonesia mengenai eksekusi gadai

saham dalam hal jangka waktu perjanjian gadai saham berakhir namun

debitor belum melunasi hutangnya. Hal ini menggambarkan belum ada

kesamaan penafsiran terhadap eksekusi gadai saham di Indonesia.

Apalagi terhadap jaminan berupa gadai saham Perusahaan Publik,

mengingat perkembangan dan kemajuan pasar modal, saham-saham

yang diterbitkan tidak dalam bentuk surat saham atau warkat, namun

berupa saham tanpa warkat atau yang disebut dengan scriptless stock.

Oleh sebab itu, harus ada peraturan yang tegas dan khusus mengatur

gadai saham khususnya mengenai jangka waktu gadai saham serta tata

cara eksekusi gadai atas saham dalam hal ditentukan jangka waktu

dalam perjanjian gadai saham berakhir ataupun masih berlaku. Hal ini

diperlukan untuk menjamin dan memberikan kepastian hukum bagi

pemegang gadai untuk dapat mengeksekusi benda gadai yang

dijadikan jaminan oleh debitor dan/atau pemberi gadai dalam rangka

pelunasan hutangnya, bila debitor pemberi gadai wanprestasi atau

tidak menepati janji dan kewajiban-kewajibannya.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

133

UNIVERSITAS INDONESIA

5.2.2. Adanya ketidakjelasan pengaturan mengenai hak pemegang gadai

untuk melaksanakan eksekusi atas gadai saham sebagaimana diatur

dalam Pasal 1155 KUHPerdata apakah melalui penjualan umum atau

dapat melalui penjualan di bawah tangan, juga dapat menyebabkan

ketidakpastian hukum bagi pemegang gadai. Oleh karena itu, harus

ada rumusan mengenai tata cara eksekusi gadai yang jelas dan pasti

mengenai bagaimana pemegang gadai melaksanakan hak atas eksekusi

gadai baik dilakukan melalui penjualan umum ataupun melalui

penjualan di bawah tangan.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

DAFTAR REFERENSI

I. Buku

Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: alumni, 1994.

_______. Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1991.

Bahsan, M. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Fuady, Munir. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Kesatu. Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 1994.

Harahap, M. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,

Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

_______. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni, 1986.

HS, H. Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Rajawali

Pers, 2008.

Irianto, Sulistyowati dan Shidarta. Metode Penelitian Hukum : Konstelasi dan

Refleksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek

Hukum Dalam Ekonomi) Bagian 3. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1996.

Marzuki, Peter Mahmud. Et al. Hukum Jaminan Indonesia (Seri Dasar Hukum

Ekonomi 4). Jakarta: Proyek Elips, 1998.

Mertokusumo, Sudikno. Teori Hukum, ed.revisi. Yogyakarta: Cahaya Atma

Pustaka, 2012.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek.

Jakarta: Kencana, 2007.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

Nadapdap, Binoto. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Jala Permata Aksara,

2009.

Purwoko, Sunu Widi. Catatan Hukum Seputar Perjanjian Kredit dan Jaminan.

Jakarta: Nine Seasons, 2011.

S, H.R. Otje Salman. Filsafat Hukum Perkembangan dan Dinamika Masalah.

Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Salmiman, Abdul R. Et al. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori & Contoh

kasus. Jakarta: kencana, 2007.

Sastrawidjaja, H. Man S dan Rai Mantili, Perseroan Terbatas Menurut Tiga

Undang-Undang Jilid 1. Bandung: PT Alumni, 2010.

Satrio, J. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 1993.

Sjahdeini, ST. Remy. Hak Tanggungan : Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok

dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai

Undang-Undang Hak Tanggungan). Bandung: Alumni, 1999.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet.3. Jakarta: UI Pers, 2006.

Sofwan, Sri Masjchoen. Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty, 1980.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa, 2003.

Suharnoko dan Kartini Muljadi. Penjelasan Hukum Tentang Eksekusi Gadai

Saham. Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010.

Sumantoro. Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: ghalia

indonesia, 1990.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334950-T33025-Candra Karjasan.pdf · dan PT. OM mendalilkan jangka waktu Perjanjian Gadai Saham adalah

Syamsudin, M. Operasionalisasi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2007.

Usman, Rachmadi. Dimensi Hukum Perseroan Terbatas. Bandung: P.T. Alumni,

2004.

_______. Hukum Jaminan Keperdataan, ed.1.Cet.2. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Widjaya, I.G. Rai. Hukum Perusahaan : Undang-Undang dan Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undanf di Bidang Usaha. Bekasi: kesaint Blanc, 2006.

Widyadharma, Ign. Ridwan. Hukum Perseroan Terbatas menurut Undang-

undang RI No. 1 Tahun 1995. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 1995.

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

II. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN Nomor

64 Tahun 1995, TLN Nomor 3608.

_______. Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU Nomor 40 Tahun 2007, LN

Nomor 106 Tahun 2007, TLN Nomor 4756.

_______. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. [Burgerlijk Wetboek].

Diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio. Cet. 39. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita, 2008.

Perlindungan hukum..., Candra Karjasan, FH UI, 2013