UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN ENTERPRISE...

of 159 /159
UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE UNTUK AIRLINE: STUDI KASUS PT AERO SYSTEMS INDONESIA KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi BASKORO OKTIANTO 1206302320 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014

Embed Size (px)

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN ENTERPRISE...

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE UNTUK AIRLINE:

    STUDI KASUS PT AERO SYSTEMS INDONESIA

    KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

    Teknologi Informasi

    BASKORO OKTIANTO 1206302320

    FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

    JAKARTA JULI 2014

  • ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Baskoro Oktianto NPM : 1206302320 Tanda Tangan : Tanggal : 9 Juli 2014

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Akhir ini diajukan oleh :

    Nama : Baskoro Oktianto

    NPM : 1206302320

    Program Studi : Magister Teknologi Informasi

    Judul Karya Akhir : Perancangan Enterprise Architecture untuk

    Airline: Studi Kasus PT Aero Systems Indonesia

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

    bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi

    Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu

    Komputer, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing :Rizal Fathoni Aji, M.Kom ( )

    Penguji :Wahyu Catur Wibowo, Ph.D ( )

    Penguji :Gladhi Guarddin M.Kom ( )

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal : 9 Juli 2014

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla karena dengan izin

    dan rahmat-Nya karya akhir ini dapat diselesaikan. Karya akhir ini disusun

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi

    pada program studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,

    Universitas Indonesia.

    Dalam penyusunan karya akhir ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai

    pihak, baik yang sifatnya langsung maupun berupa motivasi sebagai pendorong

    terselesaikannya karya akhir ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Rizal Fathoni Aji, M.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah

    membantu penulis dalam penyusunan karya akhir dengan saran-saran,

    asupan-asupan dan juga kritik yang membangun hingga terselesaikannya

    karya akhir ini.

    2. Bapak Wahyu Catur Wibowo, Ph.D dan bapak Gladhi Guarddin M.Kom

    selaku dosen penguji yang telah membantu dalam menyempurnakan karya

    akhir ini.

    3. Rekan-rekan Asyst yang telah membantu dalam berbagai hal dimulai bantuan

    data, waktu dan berbagai diskusi yang menarik dalam proses penyelesaian

    karya akhir ini.

    4. Para dosen dan staff Magister Teknologi Informasi yang telah membantu

    secara keilmuan ataupun dalam hal-hal administratif yang telah mendukung

    terselesaikannya karya akhir ini.

    5. Allahuyarham ayah penulis yang dahulu masih berkesempatan memberikan

    dorongan moril dalam proses penyusunan karya akhir ini.

    6. Ibu dan istri penulis, Leny Wulandari yang selalu memberikan dukungannya

    dalam penyelesaian karya akhir ini.

    7. Rekan-rekan Magiter Teknologi Informasi 2012c atas berbagai bantuan dan

    dukungannya dalam penyelesaian karya akhir ini.

  • v

    Universitas Indonesia

    Akhir kata penulis berharap agar karya akhir ini dapat bermanfaat baik bagi

    industri ataupun dunia akademik. Kemudian untuk seluruh pihak yang telah

    membantu diberikan rahmat dan karunia yang berlipat ganda dan menjadi

    kebaikan bagi mereka.

    Jakarta, 10 Juli 2014

    Penulis

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Baskoro Oktianto NPM : 1206302320 Program Studi : Magister Teknologi Informasi Departemen : - Fakultas : Ilmu Komputer Jenis Karya : Karya Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusice Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Perancangan Enterprise Architecture untuk Airline: Studi Kasus PT Aero Systems Indonesia Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 9 Juli 2014

    Yang menyatakan

    (Baskoro Oktianto)

  • vii

    Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Baskoro Oktianto Program Studi : Magister Teknologi Informasi Judul : Perancangan Enterprise Architecture untuk Airline: Studi Kasus

    --PT Aero Systems Indonesia Dengan semakin berkembangnya strategi bisnis dan semakin banyaknya aplikasi yang digunakan oleh airline maka pola komunikasi yang terbentuk akan semakin kompleks. Hal ini menyebabkan beberapa permasalahan antara lain penggunaan infrastruktur yang tidak efisien dan integrasi antar aplikasi yang tidak efisien. Perkembangan strategi bisnis juga menuntut solusi SI/TI yang dapat mengakomodir kebutuhan bisnis yang ada. Permasalahan-permasalahan tersebut dialami oleh Asyst sebagai salah satu IT provider yang menyediakan solusi SI/TI bagi airline. Penelitian ini memfokuskan pada desain enterprise architectureyang dapat mengakomodir bisnis inti airline yang dapat dibangun Asyst agar tercapai resource sharing dan integrasi antar aplikasi. Enterprise architecture dibangun menggunakan TOGAF ADM. Hasil akhir penelitian adalah berupa desain enterprise architecture untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada yang telah ditetapkan. Kata kunci: airline, enterprise architecture, TOGAF ADM

    xii + 129 halaman; 24 gambar; 13 tabel; 7 lampiran

    ABSTRACT

    Name : Baskoro Oktianto Study Program : Magister of Information Technology Judul : Design of Enterprise Architecture for Airline: Case Study

    ---of PT Aero Systems Indonesia With the development of business strategy and the increasing number of application used by airline, the communication pattern between application will become more complex. This causes some problems, among others is inefficient use of infrastructure and integration between applications. The development of business strategy also demanding IS/IT solution which can accommodate the needs of existing businesses. These problems were faced by Asyst as one of the IT provider who provides IS/IT solution for airline. The research conducted was focused on enterprise architecture design which can accommodate the airline’s core business which can be built by Asyst in order to achieve resource sharing and integration between applications. Enterprise architecture was built using TOGAF ADM. The final result of this research is an enterprise architecture design to answer existing problems which has been defined. Keywords: airline, enterprise architecture, TOGAF ADM

    xii + 129 pages; 24 pictures; 13 tables; 7 attachments.

  • viii

    Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii  HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii  KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv  HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... vi  ABSTRAK ........................................................................................................... vii  ABSTRACT ......................................................................................................... vii  DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii  DAFTAR TABEL .................................................................................................. x  DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi  DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii  BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1  

    1.1   Latar Belakang .......................................................................................... 1  1.2   Permasalahan ............................................................................................ 2  1.3   Batasan Penelitian ..................................................................................... 7  1.4   Research Question .................................................................................... 8  1.5   Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8  

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9  2.1   Enterprise Architecture ............................................................................. 9  

    2.1.1   Faktor Internal .................................................................................. 10  2.1.2   Faktor Eksternal ............................................................................... 11  

    2.2   Enterprise Architecture Framework (EAF) ............................................ 11  2.2.1   The Open Group Architecture Framework (TOGAF) ..................... 11  2.2.2   Zachman Framework ....................................................................... 17  2.2.3   Federal Enterprise Architecture (FEA) ........................................... 19  

    2.3   Perbandingan antara TOGAF, Zachman Framework dan FEA .............. 21  2.4   Service Oriented Architecture (SOA) ..................................................... 25  2.5   Internal Value Chain Analysis ................................................................ 26  2.6   Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 27  

    2.6.1   Middleware Integration Model for Smart Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF) ............................ 27  

    2.6.2   On airlines sustainable innovation driven by SOA governance ...... 27  2.6.3   Web Services and Java Middleware Functional and Performance

    Analysis for SOA ............................................................................. 28  2.7   Metodologi yang berhubungan dengan penelitian .................................. 30  2.8   Theoretical Framework .......................................................................... 31  

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 33  3.1   Pengumpulan data ................................................................................... 33  3.2   Pendahuluan ............................................................................................ 34  

    3.2.1   Requirements for architecture work ................................................ 34  3.2.2   Menentukan prinsip-prinsip arsitektur ............................................. 34  3.2.3   Pemetaaan stakeholder ..................................................................... 34  

  • ix

    Universitas Indonesia

    3.3   Arsitektur Bisnis ..................................................................................... 35  3.4   Arsitektur sistem informasi ..................................................................... 35   3.4.1          Arsitekturdata ................................................................................... 35  

    3.4.2   Arsitektur aplikasi ............................................................................ 35   3.5            Arsitektur teknologi ................................................................................ 35  

    3.6   Identifikasi permasalahan ....................................................................... 36  3.7   Solusi permasalahan ................................................................................ 36  3.8   Visi arsitektur .......................................................................................... 36  3.9   Arsitektur sistem informasi ..................................................................... 36  

    3.9.1   Arsitektur data .................................................................................. 37  3.9.2   Arsitektur aplikasi ............................................................................ 37  

    3.10   Arsitektur Teknologi ............................................................................... 37  3.11   Peluang dan solusi ................................................................................... 38  

    3.12        Kesimpulan dan saran ............................................................................. 38  BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 39  

    4.1   Profil Asyst ............................................................................................. 39  4.2   Visi dan Misi ........................................................................................... 39  4.3   Produk dan Layanan ............................................................................... 40  

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 44  5.1   Pendahuluan ............................................................................................ 44  

    5.1.1   Requirements for architecture work ................................................ 44  5.1.2   Prinsip-prinsip arsitektur .................................................................. 46  

    5.2   Kondisi Enterprise Saat Ini ..................................................................... 50  5.2.1   Diagram Value Chain ...................................................................... 51  5.2.2   Pemetaan stakeholder ...................................................................... 53  5.2.3   Arsitektur Bisnis .............................................................................. 55  5.2.4   Arsitektur Sistem Informasi ............................................................. 57  5.2.5   Arsitektur Teknologi Saat ini ........................................................... 72  5.2.6   Permasalahan Yang Dihadapi .......................................................... 73  

    5.3   Perencanaan Enterprise Architecture ...................................................... 78  5.3.1   Solusi Permasalahan ........................................................................ 78  5.3.2   Pemetaan solusi permasalahan terhadap prinsip arsitektur .............. 86  5.3.3   Visi Arsitektur .................................................................................. 94  5.3.4   Arsitektur Sistem Informasi ............................................................. 96  5.3.5   Arsitektur Teknologi ...................................................................... 100  5.3.6   Peluang dan solusi .......................................................................... 116  

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 127  DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 129  LAMPIRAN ....................................................................................................... 130  

  • x

    Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Kriteria dan rangking untuk tiap metodologi ....................................... 21  Tabel 5.1 Daftar stakeholder ................................................................................ 53  Tabel 5.2 Keterangan data .................................................................................... 60  Tabel 5.3 Portofolio Aplikasi ............................................................................... 64  Tabel 5.4 Permasalahan yang dihadapi ................................................................ 74  Tabel 5.5 Pola solusi permasalahan ..................................................................... 79  Tabel 5.6. Pemetaan solusi permasalahan terhadap prinsip arsitektur .................. 86  Tabel 5.7 Keterangan target arsitektur data ......................................................... 97  Tabel 5.8 Portofolio sistem informasi .................................................................. 98  Tabel 5.9 Pemetaan teknologi dan prinsip arsitektur ......................................... 103  Tabel 5.10 Mekanisme integrasi ........................................................................ 106  Tabel 5.11 Perbandingan mekanisme integrasi .................................................. 111  Tabel 5.12 Analisis kesenjangan sistem informasi ............................................ 117  

  • xi

    Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Fishbone permasalahan yang dihadapi .............................................. 5  Gambar 2.1 EA sebagai instrumen manajemen ................................................... 10  Gambar 2.2 TOGAF ADM .................................................................................. 13  Gambar 2.3 Aktivitas dengan iterasi baseline terlebih dahulu ............................ 16  Gambar 2.4 Aktivitas dengan iterasi target terlebih dahulu ................................. 17  Gambar 2.5 Zachman Framework ....................................................................... 18  Gambar 2.6 Metodologi penelitian pada penelitian on airlines sustainable

    innovation driven by SOA governance ............................................ 30  Gambar 2.7 Theoretical framework ..................................................................... 32  Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ...................................................................... 33  Gambar 5.1 Diagram value chain airline ............................................................. 51  Gambar 5.2 Arsitektur bisnis airline .................................................................... 55  Gambar 5.3 Arsitektur data .................................................................................. 59  Gambar 5.4 Arsitektur sistem informasi saat ini .................................................. 64  Gambar 5.5 Topologi infrastruktur ...................................................................... 73  Gambar 5.6 Diagram konsep solusi ..................................................................... 94  Gambar 5.7 Target arsitektur data ........................................................................ 96  Gambar 5.8 Target arsitektur aplikasi .................................................................. 98  Gambar 5.9 Landscape aplikasi ......................................................................... 101  Gambar 5.10 Perspektif arsitektur ...................................................................... 102  Gambar 5.11 Arsitektur gabungan ..................................................................... 103  Gambar 5.12 Peta interoperabilitas .................................................................... 105  Gambar 5.13 Platform Arsitektur Teknologi ..................................................... 107  Gambar 5.14 Unifikasi platform arsitektur teknologi ........................................ 113  Gambar 5.15 Topologi infrastruktur .................................................................. 115  

  • xii

    Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

     Lampiran 1. Wawancara dengan Chief Technical Officer (CTO) Asyst ........ 130  Lampiran 2. Wawancara dengan Head of IT di Salah Satu Klien .................. 135  Lampiran 3. Wawancara dengan Asyst account management untuk airline. . 137  Lampiran 4. Wawancara dengan manajer flight operation Asyst ................... 140  Lampiran 5. Wawancara dengan Asyst product management - IBE ............. 143  Lampiran 6. Hasil observasi aplikasi dan infrastruktur yang ada di Asyst ..... 145  Lampiran 7. Gambaran Umum Service Catalog Asyst ................................... 147  

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam beberapa dekade terakhir bidang IT khususnya dalam bidang infrastruktur

    mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini sangat mempengaruhi pola

    infrastruktur yang digunakan dalam skala enterprise. Menurut Laudon (2012)

    perkembangan infrastruktur TI dapat dibagi kedalam 5 tahapan dimana dalam

    setiap tahapan mewakili konfigurasi kekuatan komputasi dan elemen infrastruktur

    yang berbeda. Tahapan pertama adalah era mainframe dan komputer mini (1959-

    saat ini). Era selanjutnya adalah era PC (1981-saat ini). Kemudian dilanjutkan

    dengan era client/server (1983-saat ini) dan era enterprise computing (1992-saat

    ini). Terakhir adalah era cloud dan mobile computing (2000-saat ini).

    Salah satu keberhasilan era mainframe khususnya dalam industri transportasi

    adalah dikembangkannya PSS (Passenger Service System) untuk airline yang

    pertama, yaitu SABRE (Semi-Automated Business Research Environment). Hal

    ini juga menjadi semacam prototipe dari sistem yang bersifat online, real-time dan

    interaktif serta scalable sampai pada level sebuah negara. Saat inipun PSS untuk

    airline masih banyak yang menggunakan mainframe sebagai basisnya terutama

    bagi airline besar yang membutuhkan kekuatan komputasi yang besar, dapat

    melayani sampai dengan ribuan terminal dan dengan tingkat scalability yang

    tinggi.

    Dengan semakin berkembangnya bidang IT, mainframe juga mengalami

    perkembangan, baik dari segi ukuran mesin maupun dari segi kekuatan

    komputasi. Mainframe yang ada saat ini sudah berukuran jauh lebih compact jika

    dibandingkan dengan awal era mainframe. Namun demikian kekuatan komputasi

    yang dimiliki sudah melebihi mainframe pada era sebelumnya.

    Walaupun saat ini telah memasuki era cloud dan mobile computing, penggunaan

    mainframe masih tetap dipertahankan. Hal ini terutama untuk area bisnis yang

    memerlukan kekuatan komputasi yang besar dengan tingkat reliability dan

    scalability yang tinggi seperti pada airline. Akan tetapi dengan berkembangnya

  • 2

    Universitas Indonesia

    internet dan terutama pada era cloud dan mobile computing maka strategi SI/TI

    dari airline juga turut berkembang. Aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh airline

    pada saat ini tidak hanya dibatasi pada mainframe dengan client terminal-nya

    tetapi juga telah berkembang kearah penggunaan internet dan juga teknologi

    cloud computing. Beberapa contoh aplikasi tersebut adalah IBE(internet booking

    engine) B2C (business to customer), IBE B2T (business to travel), frequent flyer

    program (FFP) dan lain-lain.

    Antara PSS dan aplikasi-aplikasi seperti IBE B2C, IBE B2T atau FFP terdapat

    pertukaran data sehingga antara aplikasi-aplikasi yang ada akan saling

    berkomunikasi satu sama lain. Pada umumnya di sebuah airline, PSS akan

    bertindak sebagai aplikasi operasional yang utama (core system). Hal ini

    dikarenakan beberapa proses inti dari sebuah airline diantaranya yaitu reservasi,

    ticketing dan departure control system kesemuanya ditangani oleh PSS. Proses

    pemesanan jadwal penerbangan yang dilakukan melalui IBE B2C dan B2T akan

    diteruskan ke PSS dan dengan demikian akan terjadi interaksi antara aplikasi-

    aplikasi tersebut. Dengan semakin berkembangnya strategi bisnis dari airline dan

    semakin banyaknya aplikasi yang digunakan oleh airlinemaka pola komunikasi

    yang terbentuk akan semakin kompleks.

    Salah satu konsep dari sisi arsitektur sistem yang dapat menunjang pertukaran

    informasi antar aplikasi dan menawarkan fleksibilitas dalam hal tersebut adalah

    service oriented architecture (SOA). Dengan SOA maka fungsi dibagi-bagi

    menjadi layanan yang dapat diakses berbagai aplikasi lain sehingga reusability

    dan resource sharing menjadi lebih meningkat.

    1.2 Permasalahan

    PT. Aero Systems Indonesia (Asyst) adalah salah satu perusahaan yang

    mengkhususkan dirinya sebagai IT provider di bidang transportasi. Salah satu

    layanan yang disediakan oleh Asyst adalah airline, transportations and travel

    solutions (ATTS). Dengan ATTS maka bisnis proses yang ada pada sebuah

    airline dapat dilayani pada sebuah sistem yang terintegrasi. Sistem ini sendiri

    merupakan sinergi dari beberapa sistem yang ada, yaitu PSS, LIPS, FFP, Sales

  • 3

    Universitas Indonesia

    Dashboard, e-briefing, Meals Monitoring, Flight Monitoring, Centralized Flight

    Dispatch, Revenue Accounting, Internet Booking Engine dan Cargo Solutions.

    PSS yang digunakan Asyst saat ini berbasiskan pada mainframe. PSS berinteraksi

    dengan berbagai sistem lain dan membentuk ATTS. Dengan semakin banyaknya

    interaksi maka interkoneksi antar aplikasi juga akan semakin banyak. Hal ini

    akan meningkatkan kompleksitas yang ada pada level enterprise. Jika tidak

    didefinisikan dengan baik hal ini dapat berakibat pada aplikasi yang sulit untuk di-

    maintain dan juga tidak efisien.

    Kondisi yang ada di Asyst pada saat ini adalah sebagai berikut:

    • Belum ada arsitektur di level enterprise. Yang telah ada saat ini adalah

    aplikasi-aplikasi yang saling terhubung tanpa memperhatikan arsitektur di

    level enterprise.

    • Interkoneksi antar aplikasi masih bersifat tersendiri untuk masing-masing

    aplikasi tanpa melihat kebutuhan aplikasi lain.

    • Beberapa aplikasi masih menyimpan data yang sifatnya sama dan sharing

    data belum dilakukan.

    • Beberapa aplikasi yang sifatdan fungsinya sama masih menggunakan

    infrastruktur yang berbeda dan di-deploy di server yang berbeda.

    • Interkoneksi aplikasi masih bersifat point-to-point.

    • Skillful resource untuk pengembangan arsitektur aplikasi masih terbatas.

    • Belum ada fungsi monitoring yang mencukupi untuk dipakai dalam sistem

    operasional.

    Kemudian dari manajemen, beberapa kondisi yang diharapkan adalah sebagai

    berikut:

    • Dapat memenuhi permintaan klien dengan cepat.

    • Mempunyai data warehouse, business intelligence (BI), customer

    relationship management (CRM) system dan lain-lain agar dapat

    mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ada

  • 4

    Universitas Indonesia

    • Ada arsitektur aplikasi di level enterprise dengan mengutamakan resource

    sharing dan pemanfaatan cloud computingsehingga economies of scale dapat

    tercapai.

    • Arsitektur yang diutamakan adalah pada level PSSdan aplikasi yang terkait

    dengannya misalnya IBE dengan penggunaan ESB (enterprise service bus).

    • Interkoneksi antar aplikasi tidak lagi menggunakan sistem point-to-point.

    • Memberikan fleksibilitas jika terjadi perubahan pada satu aplikasi yang

    terkait dengan aplikasi lainnya. Perubahan yang terjadi juga diharapkan tidak

    membawa dampak siginifikan terhadap cost dan performance reliability dan

    bersifat agile terhadap perubahan.

    • Desain arsitektur yang robust, menggunakan standar-standar teknologi yang

    bersifat best practice standard.

    • Memiliki fungsi kontrol dan monitoring yang memadai untuk operasional.

    • Desain arsitektur yang memenuhi standard policy dan complience yang ada

    seperti IT security requirement dan lain-lain.

    • Akses ke PSS yang tidak lagi menggunakan screen scrapping dan dapat

    menggunakan metode lain seperti XML web servicebased. XML web service

    based diharapkan dapat memberikan lebih banyak fungsi dan fitur yang

    diperlukan oleh bisnis.

    • PSS perlu dibuatkan GUI dengan menggunakan XML web service untuk

    memberikan daya jual yang lebih baik karena sistem saat ini dengan “black

    screen” menjadi kurang efisien dan costly (memerlukan constant training jika

    turnover pegawai cukup tinggi.

    • Arsitektur dapat men-support aplikasi dengan high availability 24/7.

    Dari kesenjangan antara kondisi yang ada pada saat ini dan kondisi yang

    diharapkan dapat didefiniskan permasalahan yang ada dan dapat dilihat pada

    diagram fishbone yang tergambar dalam gambar 1.1.

  • 5

    Universitas Indonesia

    Arsitektur di Level Enterprise Belum Optimal

    Infrastruktur

    People

    Aplikasi

    Skillful resource masih terbatas

    Interkoneksi dan layananantar aplikasi masih bersifat

    point-to-point (hanya memperhatikan aplikasi tersebut)

    Aplikasi belum mengutamakanresource sharing sehingga

    economies of scalebelum tercapai

    Aplikasi yang sifatnya sama masih menggunakan infrastruktur yang berbeda

    (belum ada resource sharinginfrastruktur)

    Produk

    Permintaan klien belum dapat

    di-deliver dengan cukup cepat

    Terdapat kebutuhanbisnis Yang

    belum terpenuhi

    Operasional

    Fungsi monitoringbelum memadai

    Pelaksanaan bisnis proses untuk penanganan

    permasalahan masih minim

    Akses ke PSS masih kurang efisien dan costly

    Gambar 1.1 Fishbone permasalahan yang dihadapi

    Dari diagram fishbone tampak beberapa pokok permasalahan dalam bidang-

    bidang yang berbeda. Berikut gambaran detail dari masing-masing permasalahan

    tersebut:

    • Infrastruktur

    Dari sisi infrastruktur permasalahan yang teridentifikasi adalah terdapat

    beberapa aplikasi yang bersifat sama dan juga menyediakanlayanan yang

    sama namun menggunakan infrastruktur yang berbeda. Dalam hal ini belum

    ada resource sharing. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan dari

    manajemen mengharapkan bahwa resource sharing perlu dilakukan untuk

    mencapai economies of scale.

    • Aplikasi

    Pada level aplikasi teridentifikasi beberapa cabang permasalahan, yaitu:

    o Interkoneksi dan layanan antar aplikasi masih bersifat point-to-point

    (hanya memperhatikan aplikasi tersebut). Hal ini menimbulkan

    permasalahan dikarenakan interkoneksi antar aplikasi masih berkaitan

    erat dan tidak loosely coupled. Perubahan di salah satu aplikasi akan

    membawa efek ke aplikasi lain sehingga jika jumlah point-to-point

    connection sudah semakin banyak, maka tingkat kompleksitas akan

    semakin tinggi dan akan menjadi sulit untuk di-maintain. Dalam hal ini

    yang diharapkan dari manajemen adalah interkoneksi antar aplikasi tidak

  • 6

    Universitas Indonesia

    lagi bersifat point-to-point. Hal ini juga menimbulkan permasalahan lain

    yaitu sifat interkoneksi yang spesifik untuk aplikasi tertentu sehingga jika

    ada aplikasi lain yang membutuhkan interkoneksi dan layanan baru maka

    harus dibuatkan layanan baru tersendiri. Dalam hal ini aspek reuseability

    belum sepenuhnya dioptimalkan.

    o Akses ke PSS masih kurang efisien dan costly. Permasalahan ini terjadi

    dikarenakan pola komunikasi yang digunakan oleh aplikasi adalah

    dengan metode screen scrapping. Pada dasarnya pola akses PSS jika

    diakses oleh manusia adalah dengan menggunakan suatu aplikasi yang

    berupa command line. Setiap perintah (entry) pada command line

    nantinya akan menghasilkan suatu screen respon. Metode screen

    scrapping menggunakan pola entry-respon ini untuk berkomunikasi

    dengan PSS. Hal ini dilakukan dengan membentuk suatu wrapper bagi

    PSS yang mengolah screen respon tersebut. Aplikasi lain akan

    berkomunikasi dengan wrapper jika membutuhkan komunikasi dengan

    PSS. Cara demikian menurut manajemen mempunyai beberapa

    permasalahan diantaranya yaitu belum efisien, hal ini diketahui karena

    untuk suatu bisnis proses harus dilakukan komunikasi berulang-ulang ke

    PSS karena sifatnya yang berupa urutan entry. Cara ini juga dianggap

    masih costly dikarenakan diperlukan constant training untuk menjaga

    ketersediaan dan kemampuan resources jika terjadi misalnya tingkat turn

    over pegawai yang tinggi. Lebih jauh lagi metode screen scrapping

    menyebabkan kerentanan jika terjadi perubahan layout pada sisi PSS

    sehingga diperlukan upaya tambahan untuk penyesuaian.

    o Aplikasi belum mengutamakan resource sharing sehingga economies of

    scale belum tercapai. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan

    manajemen menginginkan biaya SI/TI yang efisien. Dengan semakin

    berkembangnya kebutuhan bisnis dan aplikasi maka tidak adanya

    resource sharing akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya duplikasi

    layanan. Duplikasi layanan yaitu setiap kali ada kebutuhan layanan dari

    aplikasi lain maka harus dibuatkan secara tersendiri. Hal ini dapat

  • 7

    Universitas Indonesia

    meningkatkan biaya, baik pada saat pengembangan sistem maupun pada

    saat pengoperasian aplikasi.

    • Operasional

    o Fungsi monitoring belum memadai. Saat ini menurut manajemen fungsi

    monitoring yang ada belum memadai untuk digunakan dalam sistem

    operasional sehingga menyulitkan dalam menangani incident/problem

    yang ada maupun untuk melakukan enhancement.

    o Pelaksanaan bisnis proses untuk penanganan permasalahan masih minim.

    Hal ini menurut manajemen menjadi salah satu elemen vital untuk

    mendapatkan service excellence disamping kualitas yang baik di sisi

    desain dan implementasi dari solusi yang di-deploy.

    • People

    Pada poin ini permasalahan ada pada people yaitu masih terbatasnya skilful

    resources. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan proses desain aplikasi

    yang ada menjadi tidak optimal dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia

    dengan kemampuan yang cukup untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan

    oleh manajemen.

    • Produk

    Permasalahan pada sisi produk yaitu permintaan klien terhadap suatu produk

    belum dapat di-deliver dengan cukup cepat. Kemudian permasalahan lain

    yang ada di sisi produk yaitu kebutuhan bisnis yang ada belum dapat

    diakomodasi oleh portofolio aplikasi yang ada saat ini.

    1.3 Batasan Penelitian

    Dari beberapa akar permasalahan yang ada, batasan penelitian adalah pada

    arsitektur aplikasi, infrastrukturdan pada produk (gambar 1.1). Dalam penelitian

    ini akan dibahas enterprise architecture (EA) yang dapat mengakomodir bisnis

    inti dari sebuah airline (solusi ATTS Asyst) dan bagi Asyst sendiri tercapai

    resource sharing dan integrasi antar aplikasi.

    Penelitian dibatasi sampai dengan desain EA dan tidak sampai pada tahap

    implementasi. Penelitian juga dibatasi pada bisnis inti yang ada di airline yang

    dapat dilayani oleh Asyst.

  • 8

    Universitas Indonesia

    1.4 Research Question

    Research question yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah:

    Bagaimana enterprise architecture yang dapat mengakomodir bisnis inti airline

    yang dapat dibangun Asyst agar tercapai resource sharing dan integrasi antar

    aplikasi?

    1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan dari penelitian adalah membangun enterprise architecture yang dapat

    menangani permasalahan yang termasuk dalam batasan penelitian. Permasalahan

    yang ingin dipecahkan adalah pada poin arsitektur aplikasi, infrastruktur, dan

    produk.

    Manfaat yang didapat dari penelitian ini jika tujuan penelitian tercapai maka akan

    didapat suatu enterprise architecture untuk mengatasi permasalahan-

    permasalahan yang telah didefinisikan. Bagi organisasi tempat studi kasus maka

    signifikansi penelitian didapat suatu enterprise architecture sehingga diharapkan

    tercapai resource sharing dan integrasi antar aplikasi. EA yang dibangun juga

    dapat menjadi dasar dan model referensi bagi aplikasi-aplikasi lain yang belum

    tercakup atau aplikasi yang kedepannya akan dikembangkan.

  • 9

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Enterprise Architecture

    Menurut Lankhorst (2009), enterprise architecture didefinisikan sebagai prinsip-

    prinsip yang saling berkaitan, metode dan model yang digunakan untuk

    mendesain dan merealisasikan struktur organisasi, bisnis proses, sistem informasi

    dan infrastruktur perusahaan. Minoli (2008) mendefinisikan EA sebagai

    kumpulan dari bisnis proses, aplikasi, teknologi dan data yang mendukung strategi

    bisnis sebuah perusahaan. Kemudian menurut Schekkerman (2011), EA adalah

    sebuah cetak biru, yang digunakan secara sistematis dan lengkap mendefinisikan

    kondisi perusahaan saat ini dan juga kondisi yang diinginkan (target). Dari ketiga

    definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa EAadalah berupa sekumpulan

    bisnis proses, aplikasi, teknologi, data, dan hal-hal tersebut saling berkaitan dan

    didefinisikan dalam suatu model tertentu yang menggambarkan kondisi

    perusahaan saat ini dan juga kondisi yang diinginkan (target).

    Dengan EA, aliran informasi dan bisnis proses yang ada pada perusahaan akan

    teridentifikasi. Demikian juga hal-nya dengan sistem informasi yang mendukung

    hal tersebut. Tanpa EA maka hal-hal diatas sulit untuk teridentifikasi dan

    mempunyai potensi bahwa sistem informasi yang dibangun di perusahaan bersifat

    duplikatif, tidak interoperable satu dengan lainnya dan juga membutuhkan biaya

    yang tinggi untuk maintenance.

    Penerapan EA terutama menjadi penting terutama jika perusahaan menjadi

    semakin besar dan semakin kompleks. Dalam hal ini maka keberadaan EA

    menjadi suatu kewajiban (Lankhorst, 2009). Hal-hal yang mendorong adanya EA

    dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Lankhorst (2009)

    mendefinisikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.1.1 Faktor Internal

    Pada gambar 2.1, EA diposisikan dalam konteks managing the enterprise.

    Puncak piramid pada gambar 2.1 adalah visi dan misi dari perusahaan kemudian

    diikuti oleh strategi dari perusahaan. Strategi perusahaan akan menyatakan

    langkah-langkah yang diambil perusahaan untuk mencapai visi dan misi. Strategi

    yang dimiliki akan diterjemahkan menjadi sasaran-sasaran konkrit sebagai arahan

    dalam mengeksekusi strategi yang ada. EA akan berperan dalam menerjemahkan

    sasaran-sasaran tersebut menjadi kegiatan operasional. EA akan memberikan

    gambaran operasional yang ada saat ini dan yang direncanakan beserta langkah-

    langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan perusahaan.

    Gambar 2.1 EA sebagai instrumen manajemen Sumber: (Lankhorst, 2009)

  • 11

    Universitas Indonesia

    2.1.2 Faktor Eksternal

    Selain dari faktor internal yang lebih memfokuskan pada pendekatan bagaimana

    agar strategi perusahaan dapat dieksekusi dengan efektif termasuk optimasi dari

    sisi operasional, terdapat juga faktor eksternal yang mendorong perusahaan

    mengadopsi EA. Faktor eksternal pada umunya lebih dipengaruhi oleh regulasi

    yang ada. Sebagai contoh di Amerika Serikat pada tahun 1996 diimplementasikan

    Clinger-Cohen act yang juga dikenal sebagai reformasi manajemen teknologi

    informasi (Lankhorst, 2009). Hal ini menuntut agar setiap lembaga pemerintahan

    harus mempunyai arsitektur teknologi informasi. Dalam hal ini arsitektur TI

    didefinisikan sebagai framework yang terintegrasi untuk mengembangkan atau

    memelihara TI yang ada dan memperoleh TI yang baru untuk mencapai tujuan

    strategis organisasi.

    2.2 Enterprise Architecture Framework (EAF)

    Pembuatan EA dapat dilakukan dengan penggunaan EAF. Dengan EAF teknik-

    teknik untuk mendeskripsikan arsitektur menjadi lebih terstruktur. Hal ini

    dilakukan dengan mengidentifikasi dan melihat relasi antara berbagai tahapan

    arsitektur dan juga teknik modelling yang digunakan. EAF juga mendefinisikan

    elemen-elemen apa saja yang termasuk ke dalam EA. Beberapa EAF yang cukup

    banyak digunakan saat ini antara lain adalah zachman framework, the open group

    architecture framework (TOGAF) dan federated enterprise architecture (FEA)

    framework. Berikut penjelasan lebih detail tentang masing-masing EAF tersebut:

    2.2.1 The Open Group Architecture Framework (TOGAF)

    Pada awalnya TOGAF adalah sebuah framework dan metodologi untuk

    mengembangkan arsiektur teknis dan kemudian berkembang menjadi metodologi

    dan framework untuk pengembangan EA. Sejak versi 8 dan seterusnya TOGAF

    dikhususkan menjadi framework untuk EA. Versi TOGAF yang terakhir di-

    release oleh The Open Group adalah TOGAF versi 9.1.

    TOGAF terdiri atas tiga bagian utama (Minoli, 2008):

  • 12

    Universitas Indonesia

    2.2.1.1 TOGAF Architecture Development Method (ADM)

    TOGAF ADM menjelaskan bagaimana menurunkan EA yang bersifat spesifik

    organisasi dan menjawab kebutuhan bisnis. ADM menyediakan hal-hal sebagai

    berikut, antara lain:

    • Cara mengembangkan arsitektur yang handal dan juga sudah terbukti sebagai

    practice yang diakui.

    • View pada level arsitektur sehingga dapat dipastikan bahwa kebutuhan yang

    ada dapat diatasi.

    • Panduan untuk menggunakan tools untuk pengembangan arsitektur.

    Dengan kata lain ADM menyediakan suatu cara kerja bagi enterprise architect.

    ADM dapat dikatakan sebagai bagian inti dari TOGAF. ADM terdiri dari

    langkah-langkah yang berupa siklus dan mencakup keseluruhan bagian dari

    pengembangan EA.

    Langkah-langkah dalam ADM (digambarkan pada gambar 2.2) adalah sebuah

    proses iteratif. Untuk setiap iterasi keputusan akan diambil seperti untuk:

    • Menentukan luas batasanenterprise yang akan didefinisikan

    • Menentukan level detail yang akan didefinisikan

    • Periode waktu yang ingin dicapai

    • Aset arsitektur yang akan dibangun

    Keputusan-keputusan tersebut dibuat berdasarkan assessment dari resource dan

    kompetensi yang dimiliki dan juga manfaat yang realistis yang dapat diharapkan

    sebagai nilai tambah perusahaan dari lingkup EA yang dipilih.Sebagai sebuah

    metode yang bersifat umum, ADM dapat digunakan oleh perusahaan yang

    bergerak di berbagai sektor dan tipe industri.

  • 13

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.2 TOGAF ADM Sumber: (The Open Group, 2013)

    TOGAF ADM terdiri atas 8 fase dan diawali dengan fase pendahuluan (gambar

    2.2) sebagai berikut (The Open Group, 2013):

    • Pendahuluan

    Beberapa hal yang tercakup dalam fase pendahuluan adalah

    mendefinisikan kebutuhan arsitektur, menentukan prinsip-prinsip

    arsitektur, menentukan stakeholder dan lain-lain sebagai langkah

    pendahuluan sebelum proses TOGAF ADM.

    • Visi arsitektur

    Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan visi dari kapabilitas dan

    manfaat yang diperoleh secara high level dari EA yang akan diusulkan.

    Fase ini dimulai setelah adanya permintaan dari organisasi akan kebutuhan

  • 14

    Universitas Indonesia

    EA. Dalam fase ini juga didefinisikan apa yang termasuk dan diluar

    batasan arsitektur yang akan dibuat.

    • Arsitektur bisnis

    Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan target dari arsitektur bisnis

    yang menggambarkan bagaimana perusahaan beroperasi untuk mencapai

    tujuan bisnis. Selain itu juga bertujuan merespon hal-hal yang disebutkan

    pada visi arsitektur. Pengetahuan tentang arsitektur bisnis adalah sebagai

    dasar bagi tahap-tahap selanjutnya yaitu arsitektur sistem informasi

    (arsitektur data dan aplikasi) dan arsitektur teknologi.

    • Arsitektur sistem informasi

    Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan arsitektur sistem informasi

    dalam hal data dan aplikasi yang terkait. Hal ini akan menggambarkan

    bagaimana arsitektur sistem informasi sedemikian sehingga dapat

    menjalankan arsitektur bisnis dan visi arsitektur agar dapat menjawab

    keinginan stakeholders.

    • Arsitektur teknologi

    Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan sedemikian sehingga dapat

    menerapkan visi arsitektur untuk menjawab keinginan stakeholder. Dalam

    tahap ini juga diidentifikasi komponen-komponen arsitektur yang akanada

    sebagai target arsitektur teknologi.

    • Solusi dan Peluang

    Pada tahap ini didapat versi lengkap yang pertama dari roadmap arsitektur.

    Hal ini juga berdasarkan analisis kesenjangan dan kandidat arsitektur yang

    didapat dari fase B, C, dan D (pada gambar 2.2). Tahap ini akan

    berkonsentrasi bagaimana men-deliver arsitektur yang diusulkan. Analisis

    kesenjangan akan menjadi pertimbangan dengan mempertimbangkan

    seluruh aspek yang ada. Tahap solusi dan peluang adalah sebagai langkah

    awal dari tahap implementasi dan rencana migrasi yang akan dibahas pada

    tahap selanjutnya.

  • 15

    Universitas Indonesia

    • Perencanaan migrasi

    Pada tahap ini roadmap arsitektur akan difinalisasi. Tahap ini juga

    berfungsi untuk memastikan rencana implementasi dan migrasi sejalan

    dengan pendekatan perusahaan dalam hal manajemen perubahan.

    • Tata kelola implementasi

    Tahap ini akan memastikan bahwa arsitektur yang diinginkan selaras

    dengan proyek implementasi. Dalam tahap ini juga dilakukan tata kelola

    arsitektur untuk solusi dan permintaan perubahan yang ada.

    • Manajemen perubahan arsitektur

    Pada manajemen perubahan arsitektur dipastikan bahwa lifecycle dari

    arsitektur terpelihara. Pada tahap ini juga dipastikan bahwa framework

    tata kelola arsitektur dijalankan dan juga dipastikan bahwa kapabilitas dari

    EA selaras dengan kebutuhan.

    • Manajemen kebutuhan

    Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses manajemen

    kebutuhan terjaga dan dijalankan untuk fase ADM lain yang relevan.

    Dalam tahap ini juga diatur agar kebutuhan arsitektur teridentifikasi dan

    dijalankan dalam fase ADM. Selain itu tahap ini juga memastikan bahwa

    kebutuhan arsitektur yang relevan tersedia untuk digunakan oleh setiap

    fase jika fase tersebut akan dijalankan.

    2.2.1.2 Enterprise Continuum

    Enterprise continuum adalah sebuah virtual repository dari seluruh aset arsitektur.

    Ide dasar dari enterprise continuum adalah untuk menggambarkan bagaimana

    arsitektur dikembangkan dalam sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari arsitektur

    dasar, arsitektur yang bersifat umum, dan arsitektur yang bersifat spesifik ke

    industri tertentu.

    2.2.1.3 TOGAF resource base

    TOGAF resource base adalah sekumpulan sumber daya, meliputi panduan,

    template, informasi tentang latar belakang suatu informasi yang dapat membantu

    dalam penggunaan ADM.

  • 16

    Universitas Indonesia

    2.2.1.4 Pendekatan pendefinisian arsitektur dengan TOGAF ADM (The Open Group, 2013)

    Terdapat dua pendekatan yang dapat diadopsi dalam ADM untuk mendefiniskan

    arsitektur, yaitu:

    • Baseline terlebih dahulu

    Dengan pendekatan ini assessment terhadap baseline landscape (kondisi

    saat ini) dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan peluang

    pengembangan. Hal ini lebih cocok untuk diimplementasikan untuk

    kondisi dimana kondisi saat ini cukup kompleks dan kurang dimengerti

    dengan baik.Gambar 2.3 menyajikan aktivitas untuk pendekatan baseline

    terlebih dahulu.

    Gambar 2.3 Aktivitas dengan iterasi baseline terlebih dahulu Sumber: (The Open Group, 2013)

    • Target terlebih dahulu

    Pendekatan target terlebih dahulu dilakukan dengan mengelaborasi solusi

    target terlebih dahulu dengan detail dan kemudian dipetakan dengan

    kondisi yang ada saat ini. Dari hal tersebut akan didapat perubahan-

    perubahan yang harus dilakukan. Pendekatan target terlebih daulu cocok

    dilakukan jika target arsitektur telah disetujui di level manajemen dan

  • 17

    Universitas Indonesia

    enterprise berkeinginan untuk secara efektif bertransisi ke arsitektur target

    tersebut. Gambar 2.4 menyajikan aktivitas dengan iterasi target terlebih

    dahulu.

    Gambar 2.4 Aktivitas dengan iterasi target terlebih dahulu Sumber: (The Open Group, 2013)

    2.2.2 Zachman Framework

    Zachman framework adalah EAF yang pertama dan dikenal luas. Diperkenalkan

    oleh John Zachman pada tahun 1987, zachman framework awalnya dikenal

    dengan nama framework for information systems architecture.

    Zachmanframework adalah berupa struktur logika untuk mengklasifikasikan dan

    mengatur representasi deskriptif yang penting dari sebuah perusahaan bagi

    manajemen dan pengembangan enterprise systems (Lankhorst, 2009).

  • 18

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.5 Zachman Framework Sumber: (Lankhorst, 2009)

    Dalam gambar 2.5 digambarkan bentuk sederhana dari zachman framework. Pada

    gambar 2.5 tergambar artefak desain yang terbentuk atas irisan antara peranan

    dalam proses desain (sumbu x) dan abstraksi dari produk (sumbu y). Peranan

    dalam proses desain yaitu: planner; owner; designer; subcontractor; dan builder.

    Abstraksi dari produk yaitu:what (material); how (proses), bagaimana prosesnya;

    where (geometri), dimana posisi komponen relatif terhadap komponen lainnya;

    who, siapa yang melakukan proses; when, kapan sesuatu terjadi; dan why,

    mengapa berbagai pilihan dibuat.

    Keuntungan dari zachman framework adalah mudah dimengerti, meliputi

    enterprise secara keseluruhan, didefinisikan secara independen dari tools dan

    metodologi tertentu, dan dapat memetakan permasalahan. Sedangkan kekurangan

    dari zachman framework adalah jumlah cells yang relatif banyak sehingga

    menjadi hambatan untuk diaplikasikan dalam prakteknya. Kemudian yang juga

    menjadi kekurangan adalah relasi antara satu cell dengan yang lainnya tidak

    terlalu dispesifikasikan dengan jelas (Lankhorst, 2009). Namun demikian

    walaupun memiliki beberapa kekurangan Zachman telah menyediakan EAF yang

  • 19

    Universitas Indonesia

    pertama yang bersifat komprehensif dan masih digunakan dengan luas sampai

    dengan saat ini.

    2.2.3 Federal Enterprise Architecture (FEA)

    Sessions, 2007 menggambarkan bahwa FEA adalah usaha yang dilakukan

    pemerintahan federal untuk menyatukan lembaga-lembaga dan fungsinya dalam

    sebuah EA. FEA mempunyai dua hal yaitu taksonomi yang komprehensif seperti

    pada zachman framework dan juga mempunyai arsitektural proses seperti

    TOGAF. FEA dapat dipandang sebagai sebuah metodologi atau sebagai sebuah

    hasil dari mengaplikasikan proses tersebut pada sebuah organisasi, yaitu

    pemerintah Amerika Serikat.

    Perspektif FEA terhadap EA adalah bahwa sebuah organisasi terbentuk dari

    segmen-segmen. Sebuah segmen adalah fungsi bisnis utama seperti misalnya

    sumber daya manusia. Segmen terdiri atas dua tipe yaitu segmen area misi inti

    dan segmen layanan bisnis. Segment area misi inti adalah sesuatu yang sifatnya

    inti dari misi atau tujuan dari batasan politik tertentu dalam organisasi.

    Contohnya adalah dalam instansi Pelayanan Kesehatan dan Kemanusiaan dari

    pemerintah Federal, kesehatan adalah segmen area misi inti. Segmen layanan

    bisnis adalah sesuatu yang mendasar bagi kebanyakan jika tidak, semua organisasi

    politik. Sebagai contoh manajemen keuangan adalah segment layanan bisnisyang

    diperlukan bagi seluruh instansi.

    2.2.3.1 Model Referensi FEA

    FEA mempunyai 5 referensi model dengan tujuan memfasilitasi komunikasi,

    kerjasama, dan kolaborasi dengan penggunaan istilah dan definisi yang standar

    dalam domain EA. 5 model referensi FEA adalah sebagai berikut:

    • Model referensi bisnis. Model ini memberikan pandangan bisnis terhadap

    berbagai fungsi yang ada dari pemerintahan federal.

    • Model referensi komponen. Model ini memberikan pandangan lebih dari

    sisi TI tentang sistem yang dapat mendukung fungsionalitas bisnis.

    • Model referensi teknis. Model ini mendefinisikan berbagai teknologi dan

    standar yang dapat digunakan untuk membangun sistem TI.

  • 20

    Universitas Indonesia

    • Model referensi data. Model ini mendefinisikan cara-cara standar dalam

    menggambarkan data.

    • Model referensi kinerja. Model ini mendefinisikan cara-cara standar

    dalam menggambarkan nilai didapatkan dari EA.

    2.2.3.2 Proses FEA

    Proses FEA intinya berfokus pada membuat arsitektur segmen untuk sebuah

    subset dari keseluruhan organisasi (dalam kasus FEA, organisasi adalah

    pemerintahan federal dan subsetnya adalah instansi pemerintah). Proses

    pengembangan arsitektur segmen adalah sebagai berikut:

    • Analisis arsitektur. Mendefinisikan visi yang sederhana dan ringkas dari

    sebuah segmen dan merelasikan kembali dengan rencana organisasi.

    • Definisi arsitektur. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap ini

    adalah mendefinisikan arsitektur yang diinginkan dari sebuah segmen,

    mendokumentasikan tujuan kinerja, mempertimbangkan alternatif desain,

    dan membangun EA untuk segmen tersebut. EA yang dibangun meliputi

    arsitektur bisnis, data, layanan dan teknologi.

    • Strategi investasi dan pendanaan. Mempertimbangkan bagaimana

    pendanaan proyek EA.

    • Rencana program-manajemen dan pelaksanaan proyek. Membuat rencana

    untuk mengelola dan melaksanakan proyek termasuk hambatan dan

    ukuran kinerja yang akan menilai keberhasilan proyek.

    2.2.3.3 Ukuran Kesuksesan FEA

    Dalam mengukur kesuksesan organisasi dalam menggunakan EA terdapat 3

    kategori untuk menilai tingkat kematangan dari instansi pemerintah, yaitu:

    • Penyelesaian arsitektur. Level kematangan arsitektur itu sendiri.

    • Penggunaan arsitektur. Seberapa efektif instansi menggunakan

    arsitekturnya untuk mendorong pengambilan keputusan.

    • Hasil Arsitektur. Manfaat yang dirasakan dari penggunaan arsitektur.

    Dari kategori-kategori tersebut dibuat skor untuk tiap kategori (misalnya skor

    hijau, kuning, dan merah) dan nantinya dihasilkan skor kumulatif.

  • 21

    Universitas Indonesia

    2.3 Perbandingan antara TOGAF, Zachman Framework dan FEA

    Dari tinjauan pustaka yang ada nampak bahwa masing-masing EAF yang ada

    mempunyai pendekatan yang berbeda-beda. Pertanyaan yang timbul adalah

    framework yang manakah yang sesuai digunakan untuk membangun EA di

    organisasi tertentu. Sessions, 2007 memperkenalkan suatu metode berupa 12

    kriteria yang sering digunakan olehnya untuk membandingkan dan mengevaluasi

    metodologi pembangunan EA.

    Dengan pendekatan ini setiap metodologi dirangking dalam setiap kriteria.

    Urutan rangking adalah sebagai berikut:

    • 1: Tidak baik untuk area ini

    • 2: Kurang mencukupi untuk area ini

    • 3: Mencukupi untuk area ini

    • 4: Sangat baik untuk area ini

    Rangking tiap metodologi disajikan pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Kriteria dan rangking untuk tiap metodologi

    Kriteria Rangking Zachman TOGAF FEA Kelengkapan taksonomi 4 2 1

    Kelengkapan proses 1 4 3

    Panduan referensi-model 1 3 1

    Panduan praktis 1 2 4

    Model kemapanan 1 1 2

    Fokus bisnis 1 2 4

    Panduan tata kelola 1 2 3

    Panduan mempartisi 1 2 3

    Katalog aset arsitektur 1 2 2

    Netralitas terhadap vendor 2 4 1

    Ketersediaan informasi 2 4 1

    Time to value 1 3 4

    Sumber: (Sessions, 2007)

  • 22

    Universitas Indonesia

    Penjelasan untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:

    • Kelengkapan taksonomi: Klasifikasi berbagai artefak arsitektur. Zachman

    framework mempunyai fokus pada bidang ini sehingga di sini zachman

    framework lebih unggul dibandingkan dengan yang lain.

    • Kelengkapan proses: Seberapa lengkap metodologi terkait memandu

    langkah demi langkah dalam proses pembangunan EA. Hal ini adalah

    bidang fokus TOGAF dengan TOGAF ADM-nya, sehingga dalam hal ini

    TOGAF lebih unggul dibandingkan dengan metodologi yang lain.

    • Panduan referensi-model: Seberapa baik metodologi terkait membantu

    membangun model referensi. Dalam hal ini FEA lebih unggul. Akan

    tetapi dalam hal ini TOGAF juga mempunyai poin yang cukup baik.

    • Panduan praktis: Seberapa baik metodologi terkait membantu proses

    asimilasi konsep EA ke dalam organisasi.

    • Model kemapanan: Seberapa baik metodologi terkait memberikan panduan

    dalam melakukan penilian tingkat efektifitas dan kemapanan organisasi

    dalam penggunaan EA.

    • Fokus bisnis: Penggunaan teknologi untuk mendorong nilai bisnis

    (pengurangan biaya atau peningkatan pendapatan).

    • Panduan tata kelola: Seberapa baik metodologi terkait membantu

    memahami dan membangun model tata kelola EA yang efektif.

    • Panduan mempartisi: Mempartisi bagian-bagian organisasi untuk

    mengelola kompleksitas.

    • Katalog aset arsitektur: Pembuatan catalog aset arsitektur yang dapat

    digunakan untuk aktivitas mendatang.

    • Netralitas terhadap vendor: Seberapa terikat metodologi terkait dengan

    keterikatan vendor tertentu. Skor yang tinggi menandakan bahwa tingkat

    keterikatan yang rendah.

    • Ketersediaan informasi: Hal ini berkaitan dengan jumlah dan kualitas

    informasi tentang metodologi terkait yang membutuhkan sedikit atau tanpa

    biaya.

  • 23

    Universitas Indonesia

    • Time to value: Lamanya waktu yang dalam penggunaan metodologi

    terkait sebelum dapat membangun solusi yang akan memberikan nilai

    bisnis yang tinggi.

    Salah satu hal penting dari tabel 2.1 adalah bahwa tidak ada metodologi yang

    lengkap dalam semua sisi dan masing-masing mempunyai kelebihan dan

    kekurangan. Untuk memilih metodologi yang sesuai langkah-langkah berikut

    dapat dilakukan (Sessions, 2007):

    • Menghilangkan kriteria yang tidak penting bagi organisasi yang akan

    dibangun EA-nya.

    • Kriteria baru dapat ditambahkan jika diperlukan kemudian untuk tiap

    metodologi diberikan rangking untuk kriteria baru tersebut.

    • Penilaian yang disebutkan pada tabel 2.1 dapat diubah karena terdapat

    unsur subyektivitas.

    Dari langkah-langkah tersebut di atas akan didapat metodologi yang paling sesuai

    untuk digunakan dalam pembangunan EA. Metodologi gabungan juga dapat

    digunakan jika ternyata tidak ada metodologi yang sesuai.

    Dari fakta-fakta diatas maka terkait dengan penelitian yang penulis lakukan dapat

    diformulasikan pemilihan framework EA yang sesuai sebagai berikut:

    Dari 12 kriteria dipilih 8 kriteria penting sebagai berikut:

    • Kelengkapan proses. Dengan hal ini maka proses yang dilakukan akan

    terurut langkah demi langkah.

    • Panduan referensi-model: Pemodelan seperti referensi komponen dan data

    diperlukan dalam pembangunan EA.

    • Fokus bisnis: Salah satu tujuan EA adalah permasalahan integrasi dan

    dalam hal ini terjadi pengurangan biaya.

    • Panduan mempartisi: Dengan partisi maka kompleksitas dapat dikurangi

    dengan berfokus pada bagian tertentu.

    • Katalog aset arsitektur: Dengan katalog aset arsitektur maka aset aritektur

    akan terdata dan dapat digunakan untuk aktivitas selanjutnya.

  • 24

    Universitas Indonesia

    • Netralitas terhadap vendor. Hal ini untuk menjaga agar EA yang

    dihasilkan tidak terikat atau tingkat keterikatannya menjadi minimal

    dengan suatu produk tertentu.

    • Ketersediaan informasi. Hal ini untuk menjaga bahwa akses informasi

    menjadi lebih mudah dan diimbangi dengan kualitas informasi yang baik.

    • Time to value: Dengan time to value yang pendek maka solusi dapat

    dibangun dan diterapkan dengan lebih cepat.

    Kriteria-kriteria yang lain tidak digunakan dikarenakan:

    • Kelengkapan taksonomi: Kelengkapan taksonomi tidak diperlukan secara

    menyeluruh dikarenakan dibatasi oleh batasan penelitian. Hal ini juga

    sesuai dengan harapan manajemen saat ini yaitu arsitektur yang

    diutamakan adalah pada level PSS dan aplikasi yang terkait dengannya

    sehingga hanya terkait dengan bisnis inti airline.

    • Panduan praktis: Batasan penelitian adalah pembangunan EA dan bukan

    pada penerimaan EA di organisasi. Sebagai lanjutan dari penelitian ini hal

    ini dapat dipertimbangkan untuk kemudian dapat dipilih metode yang

    sesuai.

    • Model kemapanan: Penilaian tingkat efektifitas dan kemapanan organisasi

    dalam penggunaan EA tidak termasuk dalam batasan penelitian. Saat ini

    hal tersebut belum menjadi salah satu kebutuhan dari arsitektur yang akan

    dibuat.

    • Panduan tata kelola: Tata kelola TI tidak termasuk dalam batasan

    penelitian.Sebagai lanjutan dari penelitian nantinya dapat ditentukan

    metode panduan tata kelola TI yang sesuai dan dapat menggunakan

    metode gabungan dengan bantuan framework tata kelola.

    Dari 8 kriteria yang dipilih (tabel 2.2), TOGAF mendapatkan nilai tertinggi dan

    karenanya metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah TOGAF.

  • 25

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.2 Tabel pemilihan EAF

    Kriteria Rangking

    Zachman TOGAF FEA

    Kelengkapan proses 1 4 3

    Panduan referensi-model 1 3 1

    Fokus bisnis 1 2 4

    Panduan mempartisi 1 2 3

    Katalog aset arsitektur 1 2 2

    Netralitas terhadap vendor 2 4 1

    Ketersediaan informasi 2 4 1

    Time to value 1 3 4

    Total 10 24 19

    Sessions, 2007 telah diolah kembali

    2.4 Service Oriented Architecture (SOA)

    SOA adalah sebuah konsep dengan latar belakang bahwa pada level enterprise

    jumlah aplikasi dan fungsi yang ada menjadi semakin besar dan semakin

    kompleks. Fungsionalitas yang ada pada aplikasi dapat dienkapsulasi menjadi

    sebuah layanan/service. Kemudian jika fungsionalitas yang ada telah berbentuk

    sebagai sebuah service maka service tersebut dapat digunakan oleh aplikasi lain

    yang ada di level enterprise. SOA memilih pendekatan dalam pengembangan

    aplikasi dengan service yang saling independen yang nantinya dengan suatu

    pengaturan tertentu dapat membentuk aplikasi lain.

    Menurut Lankhorst (2009). SOA merepresentasikan prinsip-prinsip desain yang

    memungkinkan sebuah unit fungsional tersedia dan digunakan sebagai service.

    Kemudian Minoli (2008) mendefinisikan SOA sebagai sebuah pendekatan untuk

    membangun sebuah sistem TI berupa bagian-bagian modul perangkat lunak yang

    dinamakan service. Minoli menambahkan bahwa tujuan dari pengembangan

    sistem berbasis SOA adalah agar organisasi mengembangkan sistem dari modul-

    modul yang lebih sederhana.

  • 26

    Universitas Indonesia

    Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan SOA maka

    fungsionalitas dari aplikasi dibagi menjadi sejumlah service. Dari sejumlah

    service yang ada, dapat digunakan oleh aplikasi lain sehingga interaksi antar

    sistem adalah melalui sejumlah service yang ada.

    2.5 Internal Value Chain Analysis

    Pendekatan value chain membedakan dua tipe aktivitas bisnis, yaitu (Ward dan

    Peppard, 2011): 1) Aktivitas inti; dan 2) Aktivitas pendukung. Aktivitas inti

    adalah aktivitas-aktivitas yang berperan dalam value chain industri untuk

    memenuhi kebutuhan customer. Aktivitas-aktivitas tersebut saling terhubung satu

    sama lain. Aktivitas pendukung adalah hal-hal yang diperlukan untuk mengontrol

    dan mengembangkan bisnis seiring berjalannya waktu sedemikian sehingga akan

    menambah value secara tidak langsung.

    Dalam Ward dan Peppard, 2011 digambarkan aktivitas inti sebagai suatu urutan

    diawali dengan pemasok dan diakhiri dengan pelanggan. Urutan aktivitas tersebut

    adalah sebagai berikut:

    • Inbound logistics

    Mendapatkan, menerima, menyimpan, penyediaan bahan-bahan dan hal-hal

    utama sebagai asupan dengan kualitas dan kuantitas yang benar bagi bisnis.

    • Operations

    Merubah bahan-bahan asupan menjadi produk atau layanan.

    • Outbound logistics

    Mendistribusikan produk ke pelanggan. Dapat dilakukan direct ke pelanggan

    atau melalui distribution channel.

    • Sales and Marketing

    Menyediakan cara agar pelanggan mengetahui tentang produk dan dapat

    memilikinya.

    • Services

    Menambah value lebih jauh setelah produk dimiliki oleh pelanggan.

    Urutan aktivitas di atas lebih cocok untuk industri manufaktur, namun dengan

    logika yang sama yaitu mendapatkan bahan-bahan, merubahnya,

    mendistribusikannya, membuatnya dimiliki oleh pelanggan dan mendapat value

  • 27

    Universitas Indonesia

    lebih jauh setelah dimiliki, value chain dapat digambarkan untuk industri yang

    lain.

    2.6 Penelitian Sebelumnya

    Berikut ini dibahas beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang

    dilakukan.

    2.6.1 Middleware Integration Model for Smart Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF)

    Penelitian ini dilakukan oleh Zenon Chaczko, Avtar S. Kohli, Ryszard Klempous,

    dan Jan Nikodem dan dipublikasikan melalui jurnal IEEE pada tahun 2010.

    Penelitian ini membahas mengenai Smart Hospital Management System (SHS).

    SHS merupakan integrasi dari berbagai legacy application yang telah ada dan

    harus diintegrasikan agar dihasilkan solusi yang lebih menyeluruh. Tujuan dari

    penelitian ini adalah menyajikan sebuah pendekatan dalam solusi arsitektur yang

    dapat digunakan sebagai framework untuk mengatasi permasalahan yang sering

    dijumpai dalam solusi integrasi di level enterprise.Framework dasar yang

    digunakan pada penelitian ini berbasis pada TOGAF 9 dan alur pengembangan

    yang ada digambarkan dengan komponen TOGAF ADM.

    Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah enterprise architecture berupa SHS

    yang telah dapat memenuhi kebutuhan bisnis. Arsitektur yang dibangun juga

    dapat lebih terbuka terhadap fitur baru.

    Kaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah pada

    pembangunan EA. Seperti juga penelitian yang dilakukan penulis pada penelitian

    ini, dilakukan integrasi dari aplikasi legacy yang sudah ada. Pendekatan yang

    dilakukan pada penelitian ini dengan langkah-langkah menggunakan TOGAF

    dapat menjadi referensi bagi penelitian yang dilakukan penulis.

    2.6.2 On airlines sustainable innovation driven by SOA governance

    Penelitian ini dilakukan oleh Zhang Yakun et al dan dipublikasikan di jurnal IEEE

    pada tahun 2009. Pada penelitian ini dibahas mengenai karakteristik dari

    arsitektur TI yang ada di airline. Kemudian tantangan-tantangan yang dihadapi

    oleh TI dikarenakan bisnis yang selalu berubah. Pokok permasalahan adalah

  • 28

    Universitas Indonesia

    bagaimana key dari nilai-nilai TI, dalam konteks menjaga inovasi bisnis yang

    berkelanjutan. Kemudian juga bagaimana TI bersifat fleksibel dengan beragam

    aplikasi yang ada dengan arsitektur TI yang juga fleksibel. Dalam hal ini

    penelitian akan memfokuskan mengatasi permasalah-permasalahan yang ada

    dengan pendekatan SOA governance.

    Pada bagian awal dibahas bagaimana bisnis airline bergerak dengan cepat dan

    selalu berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut memberikan

    tekanan untuk menghasilkan bisnis proses yang optimal dan penggunaan resource

    yang efisien. Dalam hal ini kapabilitas TI menjadi hal penting terutama dalam era

    internet seperti saat ini.

    Kemudian pada bagian berikutnya dibahas hal-hal yang inovatif dari SOA di

    airline. Pada awalnya dibahas mengenai karakteristik TI dari airline sampai

    kepada arsitektur TI termasuk portofolio aplikasi dari airline.

    Pada bagian ketiga dibahas bagaimana inovasi didalam airline dapat terus

    berkelanjutan dengan SOA governance. SOA-based application framework dan

    SOA government framework yang didesain berorientasi pada beberapa hal, yaitu

    berfokus pada bisnis, fleksibel dan bertujuan inovasi dan pengembangan yang

    berkelanjutan.

    Kaitan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian dengan

    studi kasus yang sebidang, yaitu lingkungan TI di bidang airline. Penjabaran

    aplikasi-aplikasi di bidang airline beserta kesulitan-kesulitan yang ada menjadi

    referensi bagi penelitian yang dilakukan oleh penulis. Terlebih juga ditambah

    dengan dilakukannya pendekatan SOA agar inovasi pada airline dapat terus

    berkelanjutan.

    2.6.3 Web Services and Java Middleware Functional and Performance Analysis for SOA

    Penelitian ini dilakukan oleh Matjaz B. Juric et aldan dipublikasikan melalui

    jurnal IEEE pada tahun 2007. Penelitian ini berfokus pada analisis dari teknologi

    kunci dari middleware untuk membangun sistem berbasis SOA pada platform

    Java.

  • 29

    Universitas Indonesia

    Pada bagian awal dibahas tentang SOA, web service dan teknologi-teknologi yang

    terkait dengan middleware dan SOA yang ada pada platform Java.

    Pada bagian selanjutnya dibahas mengenai komparasi fungsional dari teknologi-

    teknologi yang ada. Beberapa teknologi yang dibahas adalah perbandingan

    antara teknologi HTTP-to-port tunneling dan HTTP-to-CGI/Servlet tunneling.

    Dari dua hal tersebut didapat hasil yang optimal adalah menggunakan servlet.

    Perbandingan selanjutnya dilakukan untuk web service, RMI, RMI tunneling

    alternatives. Beberapa hal yang yang diukur adalah waktu untuk melakukan

    instantiasi dan waktu untuk pemanggilan method. Disini dibangun suatu metode

    untuk melakukan komparasi.

    Dari hasil komparasi maka didapatkan hasil-hasil, antara lain diketahui bahwa

    RMI mempunyai waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan dengan web

    service. Hanya saja waktu spesifik pada instantiasi, web service menempati

    peringkat pertama disusul oleh RMI.

    Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa RMI masih merupakan yang

    tercepat pada platform java untuk mengembangkan sistem berbasiskan SOA.

    Kemudian web-service ada di posisi kedua disusul dengan RMI tunneling yang

    ternyata performance-nya ada dibawah RMI dan dan web-service.

    Kaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada

    penggunaan platform teknologi untuk mendukung integrasi yang berbasiskan

    SOA. Walaupun pada penelitian ini telah dilakukan perbandingan dari teknologi-

    teknologi yang ada namun hal tersebut baru menyentuh pada aspek performance

    dan belum pada aspek-aspek yang lainnya. Dengan demikian maka hasil yang

    didapat belum dapat menjadi acuan dalam pemilihan teknologi karena masih

    terdapat faktor-faktor yang lain. Faktor-faktor lain tersebut antara lain

    kemampuan interoperability dengan platform lain. Dalam hal ini dimungkinkan

    teknologi seperti web-service memiliki keunggulan dibandingkan dengan platform

    yang lain karena sifatnya yang open standard dan tidak terikat ke suatu platform

    tertentu.

  • 30

    Universitas Indonesia

    2.7 Metodologi yang berhubungan dengan penelitian

    Berikut ini akan dibahas beberapa metodologi yang berkaitan dengan penelitian

    yang dilakukan:

    Pada penelitian On Airlines SustainableIinnovation Driven by SOA Governance,

    metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut (gambar 2.6):

    Gambar 2.6 Metodologi penelitian pada penelitian on airlines sustainable innovation driven by SOA governance

    • Melakukan studi tentang karakteristik IT di airline

    Dalam tahap ini didefinisikan kebutuhan seperti apa yang harus dipenuhi oleh

    lingkungan TI pada sebuah airline.

    • Membangun application portfolio berbasiskan karakteristik IT di airline (SOA-

    based application framework)

    Dalam tahap ini dibangun suatu application portfolio yang ada untuk sebuah

    airline.

    • Membangun SOA government framework

    Agar SOA framework dapat berjalan dengan baik, maka didefinisikan dua hal

    yang harus dilakukan, yaitu pengaturan SOA governance lifecycle dan service

    lifecycle. SOA governance lifecycle dibagi lagi menjadi 4 tahapan yang harus

    dilalui, yaitu plan, define, enable dan measure.

    Kemudian pada penelitian dengan judul Middleware Integration Model for Smart

    Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF),

  • 31

    Universitas Indonesia

    metodologi yang digunakan adalah berbasiskan TOGAF ADM dengan langkah-

    langkah yang telah diilustrasikan pada gambar 2.2dan telah dijelaskan pada bagian

    tinjauan pustaka tentang TOGAF. Adapun secara singkat langkah-langkahnya

    adalah sebagai berikut:

    • Membangun visi arsitektur

    • Membangun arsitektur bisnis

    • Membangun arsitektur sistem informasi

    • Membangun arsitektur teknologi

    • Mengindentifikasi peluang dan solusi

    • Membuat migration planning

    • Mengimplementasikan tata kelola

    • Mengimplementasikan arsitektur change management

    2.8 Theoretical Framework

    Theoretical framework yang dibangun pada penelitian ini adalah berdasarkan

    TOGAF ADM. Telah disebutkan pada bagianbatasan penelitian bahwa hasil dari

    penelitian ini adalah berupa desain EA yang terangkum dalam target EA.

    Penelitian mencakup langkah pendahuluan dengan melibatkan requirements of

    architecture work dan prinsip-prinsip arsitektur. Kemudian diikuti dengan

    langkah-langkah TOGAF ADM (gambar 2.7).

    Pendekatan SOA diterapkan pada tahapan desain arsitektur. Hal ini akan

    mempengaruhi desain arsitektur baik dari sisi sistem informasi maupun dari sisi

    teknologi dan infrastruktur yang digunakan. Desain SOA yang dibuat akan

    dipengaruhi oleh layanan-layanan yang ada pada aplikasi (application services).

  • 32

    Universitas Indonesia

    Pendahuluan

    Prinsip-prinsip arsitektur

    Requirements of architecture work

    Arsitektur saat ini

    Target Enterprise Architecture

    TOGAF ADM

    Application Services

    SOA

    Gambar 2.7 Theoretical framework

  • 33 Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam

    membangun desain EA yang berbasis SOA. Adapun metodologi penelitian akan

    berdasarkan pada TOGAF ADM framework dengan desain arsitektur sistem

    berbasis pada SOA.

    Tahapan-tahapan penelitian digambarkan pada gambar 3.1 dan penjelasan lebih

    detail adalah sebagai berikut:

    PengumpulanData

    Pendahuluan

    Arsitektur Bisnis

    Arsitektur Teknologi

    Arsitektur Sistem Informasi

    Arsitektur Data

    Arsitektur Aplikasi

    Identifikasi Permasalahan

    Solusi Permasalahan

    Visi Arsitektur

    Arsitektur Sistem Informasi

    Arsitektur Data

    Arsitektur Aplikasi

    Arsitektur Teknologi

    Peluang dan Solusi

    Kesimpulan dan Saran

    Ars

    itekt

    ur baseline

    Arsitektur target

    Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

    3.1 Pengumpulan data

    Data penelitian adalah data kualitatif yang diperoleh dengan melakukan dua

    metode pengumpulan data, yaitu:

  • 34

    Universitas Indonesia

    o Data primer dengan wawancara

    Wawancara akan dilakukan terhadap pihak tempat studi kasus dilakukan

    dengan memperhatikan kewenangan dan kompetensi dari narasumber.

    Wawancara akan dilakukan terhadap chief technical officer(CTO) dan juga

    staf dari pihak aplikasi yang termasuk ke dalam batasan penelitian.

    Wawancara juga dilakuan terhadap klien dari Asyst sebagai pihak airline

    yang menggunakan jasa Asyst. Hal ini diperlukan karena tujuan yang juga

    ingin dijawab adalah bagaimana enterprise architecture yang dapat

    mengakomodir bisnis inti airline.

    o Data sekunder dengan dokumen terkait

    Pengumpulan data sekunder adalah berupa dokumen yang terkait dengan

    batasan penelitian seperti dokumen katalog layanan, portofolio aplikasi,

    dokumen aplikasi terkait dan lain-lain.

    3.2 Pendahuluan

    Pada pendahuluan didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

    3.2.1 Requirements for architecture work

    Requirements for architecture work mencakup beberapa hal antara lain yaitu:

    1. Kebutuhan bisnis. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis yang ada untuk

    pengembangan enterprise architecture.

    2. Arahan organisasi. Arahan organisasi sejalan dengan visi dan misi

    organisasi.

    3. Aspirasi kultural. Aspirasi kultural dapat disesuaikan dengan corporate

    culture yang ada pada organisasi.

    3.2.2 Menentukan prinsip-prinsip arsitektur

    Prinsip-prinsip arsitektur yang ditetapkan harus sesuai dengan kebutuhan

    arsitektur dari tempat studi kasus

    3.2.3 Pemetaaan stakeholder

    Pemetaan stakeholder akan mengidentifikasi stakeholder yang terlibat beserta

    peran dan tanggung jawabnya.

  • 35

    Universitas Indonesia

    3.3 Arsitektur Bisnis

    Pada arsitektur bisnis dilakukan pemodelan operasional organisasi yang

    merealisasikan strategi bisnis organisasi. Dalam hal ini pemodelan akan

    berdasarkan arsitektur bisnis yang ada pada airline karena dalam hal ini Asyst

    akan menyediakan solusi SI/TI bagi airline. Arsitektur bisnis yang dimodelkan

    meliputi aktivitas dan proses yang ada dalam batasan penelitian.

    3.4 Arsitektur sistem informasi

    Arsitektur sistem informasi terdiri dari arsitektur data dan arsitektur aplikasi.

    Secara umum arsitektur sistem informasi menggambarkan arsitekur bisnis dapat

    dijalankan dengan sistem informasi yang ada.Arsitektur sistem informasi nantinya

    akan dievaluasi kembali untuk dilakukan pengecekan terhadap kesuaian dengan

    kebutuhan arsitektur.

    3.4.1 Arsitektur data

    Arsitektur data menggambarkan data yang dibutuhkan agar arsitektur bisnis dapat

    dijalankan. Arsitektur data pada tahap awal lebih sebagai baseline untuk

    kemudian pada iterasi kedua dikembangkan target arsitektur data sesuai dengan

    kebutuhan arsitektur bisnis dan visi arsitektur.

    3.4.2 Arsitektur aplikasi

    Arsitektur aplikasi merupakan bagian dari arsitektur sistem informasi dan

    menggambarkan sistem informasi yang ada agar arsitektur bisnis dapat berjalan.

    Sebagai langkah awal maka didefinisikan arsitektur aplikasi sebagai baseline

    untuk kemudian pada iterasi ke-2 dibentuk target arsitektur aplikasi.

    3.5 Arsitektur teknologi

    Arsitektur teknologi dibangun agar sistem informasi dan data yang telah

    didefinisikan dapat memenuhi kebutuhan arsitektur. Pada iterasi pertama hanya

    akan dibuat arsitektur teknologi sebagai baseline dengan mengambil kondisi saat

    ini. Pada tahap selanjutnya di iterasi ke-2 akan didetailkan arsitektur teknologi

    yang dapat mendukung target arsitektur.

  • 36

    Universitas Indonesia

    3.6 Identifikasi permasalahan

    Dalam membangun enterprise architecture akan digali permasalahan-permalahan

    yang ada pada stakeholder. Hal ini juga sejalan dengan research question yang

    ingin dijawab pada penelitian ini yaitu bagaimana enterprise architecture yang

    dapat mengakomodir bisnis inti airline.

    3.7 Solusi permasalahan

    Dari permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi dari tiap-tiap

    stakeholder maka dibuat solusi dari tiap-tiap permasalahan tersebut. Solusi

    permasalahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Menetapkan permasalahan yang akan diatasi. Hal ini merujuk ke tahap

    sebelumnya dari permasalahan-permasalahan yang ada pada stakeholder.

    2. Menetapkan sasaran solusi. Sasaran solusi dibuat untuk mengatasi

    permasalahan yang ada sebagai target solusi.

    3. Menetapkan pola solusi. Dari sasaran solusi yang telah ditetapkan maka

    dibuat pola solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan yang ada.

    4. Menetapkan solusi SI/TI. Dari pola solusi yang telah ditetapkan,

    diidentifikasi solusi SI/TI-nya.

    Pola solusi yang telah dibuat juga harus memperhatikan dan sesuai dengan

    prinsip-prinsip arsitektur yang telah ditetapkan. Dengan demikian juga akan

    dilihat prinsip-prinsip arsitektur yang melandasi pola solusi yang ada.

    3.8 Visi arsitektur

    Langkah selanjutnya adalah visi arsitektur. Dalam visi arsitektur akan

    didefinisikan diagram konsep solusi sebagai gambaran umum dari arsitektur

    target. Diagram konsep solusi yang dibangun sebagai visi arsitektur akan

    berdasarkan kondisi saat ini dan bertujuan mengatasi permasalahan-permasalahan

    yang ada agar didapat arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan.

    3.9 Arsitektur sistem informasi

    Arsitektur sistem informasi yang ada pada tahap kedua adalah arsitektur sistem

    informasi sebagai target. Hal ini berdasarkan arsitektur baseline dengan

    mengakomodir pola solusi yang ada.

  • 37

    Universitas Indonesia

    3.9.1 Arsitektur data

    Sebagai bagian dari arsitektur sistem informasi, maka arsitektur data target akan

    dibuat agar kebutuhan arsitektur target dapat terpenuhi. Dengan arsitektur data

    yang dibuat pada iterasi 1 sebagai baseline dan melihat pola solusi yang ada maka

    akan didefinisikan target arsitektur data.

    3.9.2 Arsitektur aplikasi

    Arsitektur aplikasi pada iterasi ke-2 akan mengakomodir pola solusi yang ada.

    Berdasarkan arsitektur aplikasi baseline dan pola solusi maka hasil akhir dari

    arsitektur aplikasi adalah arsitektur aplikasi target.

    3.10 Arsitektur Teknologi

    Arsitektur teknologi pada iterasi ke-2 dibuat agar apa yang telah di-desain pada

    tahap sebelumnya dapat diaplikasikan dan mewujudkan apa yang terdapat pada

    visi arsitektur. Arsitektur teknologi terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

    1. Landscape aplikasi

    Landscape aplikasi menggambarkan hubungan kedekatan antar aplikasi.

    Dalam landscape aplikasi juga digambarkan hal-hal yang dipersyaratkan oleh

    prinsip-prinsip arsitektur.

    2. Perspektif arsitektur

    Dalam perspektif arsitektur akan digambarkan hubungan antara landscape

    aplikasi dengan TOGAF technical reference model (TRM).

    3. Arsitektur gabungan

    Arsitektur gabungan adalah gabungan dari landscape aplikasi dan TRM.

    Dalam hal ini aplikasi infrastruktur dan hal-hal yang mendukung prinsip-

    prinsip arsitektur sudah didefinisikan.

    4. Peta interoperabilitas

    Peta interoperabilitas akan menggambarkan aliran informasi antar aplikasi.

    5. Mekanisme integrasi

    Mekanisme integrasi akan menjelaskan pola integrasi antar aplikasi.

    6. Platform arsitektur teknologi

    Platform arsitektur teknologi akan menggambarkan platform yang digunakan

    sebagai landasan aplikasi.

  • 38

    Universitas Indonesia

    7. Topologi infrastruktur

    Topologi infrastruktur akan membahas topologi dari infrastruktur yang

    digunakan untuk mendukung aplikasi.

    3.11 Peluang dan solusi

    Dalam tahap ini akan dilakukan analisis kesenjangan secara menyeluruh dimulai

    dari tahap arsitektur bisnis sampai dengan tahap arsitektur teknologi. Dari analisis

    kesenjangan akan didapatkan kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai arsitektur

    yang diusulkan dibandingkan dengan kondisi saat ini.

    3.12 Kesimpulan dan saran

    Kesimpulan yang didapat adalah evaluasi dari EA yang telah dihasilkan.

    Kesimpulan juga mencakup evaluasi dari analisis kesenjangan dari keadaan

    sebelumnya dibandingkan dengan kebutuhan untuk implementasi EA yang

    dihasilkan dari penelitian.

    Saran akan meliputi beberapa aspek yaitu dari sisi pengembangan EA untuk

    batasan yang lebih luas, kemudian proses lanjutan dari EA yang dihasilkan seperti

    studi penerimaan EA di organisasi dan proses tata kelola TI dalam rangka

    penerapan EA.

  • 39 Universitas Indonesia

    BAB 4

    PROFIL ORGANISASI

    Bab ini menjelaskan tentang profil organisasi tempat studi kasus dilakukan. Profil

    organisasi akan mencakup tentang sejarah singkat organisasi dilanjutkan dengan

    visi dan misi organisasi. Selanjutnya akan dipaparkan tentang produk dan layanan

    yang ada di organisasi yang ditujukan untuk pihak eskternal (klien).

    4.1 Profil Asyst

    PT Aero Systems Indonesia (Asyst) didirikan pada tahun 2005. Asyst telah

    mengalami pergantian nama dan sebelumnya bernama PT Lufthansa Systems

    Indonesia. Pada awalnya Asyst adalah perusahaan joint venture antara salah satu

    maskapai penerbangan di Indonesia (PT XYZ) dengan pihak asing yang bergerak

    di bidang penyedia layanan TI untuk airline. Komposisi saham awal adalah 51%

    dimiliki oleh PT XYZ dan sisanya dimiliki oleh pemodal asing. Pada tahun 2009

    terjadi perpindahan kepemilikan dan saham yang dimiliki oleh pemodal asing

    ditransfer ke salah satu anak perusahaan PT XYZ sehingga Asyst resmi tergabung

    ke dalam grup XYZ.

    4.2 Visi dan Misi

    Asyst mempunyai visi untuk menjadi nomor satu sebagai penyedia layanan TI

    untuk industri transportasi dengan solusi TI yang komprehensif, terkemuka, dan

    lengkap. Sedangkan misi dari Asyst adalah: 1) Membawa nilai tambah bagi PT

    XYZ dan XYZ group; 2) Menyediakan layanan TI yang berkualitas dan efisien

    dan, 3) Menyediakan solusi TI dengan portofolio yang lengkap. Asyst juga

    mempunyai corporate culture yang disebut dengan Get IT On yang dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

    • Integrity: bertindak dengan cara yang konsis