UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN ENTERPRISE...
Embed Size (px)
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN ENTERPRISE...
-
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE UNTUK AIRLINE:
STUDI KASUS PT AERO SYSTEMS INDONESIA
KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Teknologi Informasi
BASKORO OKTIANTO 1206302320
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA JULI 2014
-
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Baskoro Oktianto NPM : 1206302320 Tanda Tangan : Tanggal : 9 Juli 2014
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Akhir ini diajukan oleh :
Nama : Baskoro Oktianto
NPM : 1206302320
Program Studi : Magister Teknologi Informasi
Judul Karya Akhir : Perancangan Enterprise Architecture untuk
Airline: Studi Kasus PT Aero Systems Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi
Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu
Komputer, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing :Rizal Fathoni Aji, M.Kom ( )
Penguji :Wahyu Catur Wibowo, Ph.D ( )
Penguji :Gladhi Guarddin M.Kom ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 9 Juli 2014
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla karena dengan izin
dan rahmat-Nya karya akhir ini dapat diselesaikan. Karya akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
pada program studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Indonesia.
Dalam penyusunan karya akhir ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, baik yang sifatnya langsung maupun berupa motivasi sebagai pendorong
terselesaikannya karya akhir ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rizal Fathoni Aji, M.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam penyusunan karya akhir dengan saran-saran,
asupan-asupan dan juga kritik yang membangun hingga terselesaikannya
karya akhir ini.
2. Bapak Wahyu Catur Wibowo, Ph.D dan bapak Gladhi Guarddin M.Kom
selaku dosen penguji yang telah membantu dalam menyempurnakan karya
akhir ini.
3. Rekan-rekan Asyst yang telah membantu dalam berbagai hal dimulai bantuan
data, waktu dan berbagai diskusi yang menarik dalam proses penyelesaian
karya akhir ini.
4. Para dosen dan staff Magister Teknologi Informasi yang telah membantu
secara keilmuan ataupun dalam hal-hal administratif yang telah mendukung
terselesaikannya karya akhir ini.
5. Allahuyarham ayah penulis yang dahulu masih berkesempatan memberikan
dorongan moril dalam proses penyusunan karya akhir ini.
6. Ibu dan istri penulis, Leny Wulandari yang selalu memberikan dukungannya
dalam penyelesaian karya akhir ini.
7. Rekan-rekan Magiter Teknologi Informasi 2012c atas berbagai bantuan dan
dukungannya dalam penyelesaian karya akhir ini.
-
v
Universitas Indonesia
Akhir kata penulis berharap agar karya akhir ini dapat bermanfaat baik bagi
industri ataupun dunia akademik. Kemudian untuk seluruh pihak yang telah
membantu diberikan rahmat dan karunia yang berlipat ganda dan menjadi
kebaikan bagi mereka.
Jakarta, 10 Juli 2014
Penulis
-
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Baskoro Oktianto NPM : 1206302320 Program Studi : Magister Teknologi Informasi Departemen : - Fakultas : Ilmu Komputer Jenis Karya : Karya Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusice Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Perancangan Enterprise Architecture untuk Airline: Studi Kasus PT Aero Systems Indonesia Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 9 Juli 2014
Yang menyatakan
(Baskoro Oktianto)
-
vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Baskoro Oktianto Program Studi : Magister Teknologi Informasi Judul : Perancangan Enterprise Architecture untuk Airline: Studi Kasus
--PT Aero Systems Indonesia Dengan semakin berkembangnya strategi bisnis dan semakin banyaknya aplikasi yang digunakan oleh airline maka pola komunikasi yang terbentuk akan semakin kompleks. Hal ini menyebabkan beberapa permasalahan antara lain penggunaan infrastruktur yang tidak efisien dan integrasi antar aplikasi yang tidak efisien. Perkembangan strategi bisnis juga menuntut solusi SI/TI yang dapat mengakomodir kebutuhan bisnis yang ada. Permasalahan-permasalahan tersebut dialami oleh Asyst sebagai salah satu IT provider yang menyediakan solusi SI/TI bagi airline. Penelitian ini memfokuskan pada desain enterprise architectureyang dapat mengakomodir bisnis inti airline yang dapat dibangun Asyst agar tercapai resource sharing dan integrasi antar aplikasi. Enterprise architecture dibangun menggunakan TOGAF ADM. Hasil akhir penelitian adalah berupa desain enterprise architecture untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada yang telah ditetapkan. Kata kunci: airline, enterprise architecture, TOGAF ADM
xii + 129 halaman; 24 gambar; 13 tabel; 7 lampiran
ABSTRACT
Name : Baskoro Oktianto Study Program : Magister of Information Technology Judul : Design of Enterprise Architecture for Airline: Case Study
---of PT Aero Systems Indonesia With the development of business strategy and the increasing number of application used by airline, the communication pattern between application will become more complex. This causes some problems, among others is inefficient use of infrastructure and integration between applications. The development of business strategy also demanding IS/IT solution which can accommodate the needs of existing businesses. These problems were faced by Asyst as one of the IT provider who provides IS/IT solution for airline. The research conducted was focused on enterprise architecture design which can accommodate the airline’s core business which can be built by Asyst in order to achieve resource sharing and integration between applications. Enterprise architecture was built using TOGAF ADM. The final result of this research is an enterprise architecture design to answer existing problems which has been defined. Keywords: airline, enterprise architecture, TOGAF ADM
xii + 129 pages; 24 pictures; 13 tables; 7 attachments.
-
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Permasalahan ............................................................................................ 2 1.3 Batasan Penelitian ..................................................................................... 7 1.4 Research Question .................................................................................... 8 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9 2.1 Enterprise Architecture ............................................................................. 9
2.1.1 Faktor Internal .................................................................................. 10 2.1.2 Faktor Eksternal ............................................................................... 11
2.2 Enterprise Architecture Framework (EAF) ............................................ 11 2.2.1 The Open Group Architecture Framework (TOGAF) ..................... 11 2.2.2 Zachman Framework ....................................................................... 17 2.2.3 Federal Enterprise Architecture (FEA) ........................................... 19
2.3 Perbandingan antara TOGAF, Zachman Framework dan FEA .............. 21 2.4 Service Oriented Architecture (SOA) ..................................................... 25 2.5 Internal Value Chain Analysis ................................................................ 26 2.6 Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 27
2.6.1 Middleware Integration Model for Smart Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF) ............................ 27
2.6.2 On airlines sustainable innovation driven by SOA governance ...... 27 2.6.3 Web Services and Java Middleware Functional and Performance
Analysis for SOA ............................................................................. 28 2.7 Metodologi yang berhubungan dengan penelitian .................................. 30 2.8 Theoretical Framework .......................................................................... 31
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 33 3.1 Pengumpulan data ................................................................................... 33 3.2 Pendahuluan ............................................................................................ 34
3.2.1 Requirements for architecture work ................................................ 34 3.2.2 Menentukan prinsip-prinsip arsitektur ............................................. 34 3.2.3 Pemetaaan stakeholder ..................................................................... 34
-
ix
Universitas Indonesia
3.3 Arsitektur Bisnis ..................................................................................... 35 3.4 Arsitektur sistem informasi ..................................................................... 35 3.4.1 Arsitekturdata ................................................................................... 35
3.4.2 Arsitektur aplikasi ............................................................................ 35 3.5 Arsitektur teknologi ................................................................................ 35
3.6 Identifikasi permasalahan ....................................................................... 36 3.7 Solusi permasalahan ................................................................................ 36 3.8 Visi arsitektur .......................................................................................... 36 3.9 Arsitektur sistem informasi ..................................................................... 36
3.9.1 Arsitektur data .................................................................................. 37 3.9.2 Arsitektur aplikasi ............................................................................ 37
3.10 Arsitektur Teknologi ............................................................................... 37 3.11 Peluang dan solusi ................................................................................... 38
3.12 Kesimpulan dan saran ............................................................................. 38 BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 39
4.1 Profil Asyst ............................................................................................. 39 4.2 Visi dan Misi ........................................................................................... 39 4.3 Produk dan Layanan ............................................................................... 40
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 44 5.1 Pendahuluan ............................................................................................ 44
5.1.1 Requirements for architecture work ................................................ 44 5.1.2 Prinsip-prinsip arsitektur .................................................................. 46
5.2 Kondisi Enterprise Saat Ini ..................................................................... 50 5.2.1 Diagram Value Chain ...................................................................... 51 5.2.2 Pemetaan stakeholder ...................................................................... 53 5.2.3 Arsitektur Bisnis .............................................................................. 55 5.2.4 Arsitektur Sistem Informasi ............................................................. 57 5.2.5 Arsitektur Teknologi Saat ini ........................................................... 72 5.2.6 Permasalahan Yang Dihadapi .......................................................... 73
5.3 Perencanaan Enterprise Architecture ...................................................... 78 5.3.1 Solusi Permasalahan ........................................................................ 78 5.3.2 Pemetaan solusi permasalahan terhadap prinsip arsitektur .............. 86 5.3.3 Visi Arsitektur .................................................................................. 94 5.3.4 Arsitektur Sistem Informasi ............................................................. 96 5.3.5 Arsitektur Teknologi ...................................................................... 100 5.3.6 Peluang dan solusi .......................................................................... 116
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 127 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 129 LAMPIRAN ....................................................................................................... 130
-
x
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria dan rangking untuk tiap metodologi ....................................... 21 Tabel 5.1 Daftar stakeholder ................................................................................ 53 Tabel 5.2 Keterangan data .................................................................................... 60 Tabel 5.3 Portofolio Aplikasi ............................................................................... 64 Tabel 5.4 Permasalahan yang dihadapi ................................................................ 74 Tabel 5.5 Pola solusi permasalahan ..................................................................... 79 Tabel 5.6. Pemetaan solusi permasalahan terhadap prinsip arsitektur .................. 86 Tabel 5.7 Keterangan target arsitektur data ......................................................... 97 Tabel 5.8 Portofolio sistem informasi .................................................................. 98 Tabel 5.9 Pemetaan teknologi dan prinsip arsitektur ......................................... 103 Tabel 5.10 Mekanisme integrasi ........................................................................ 106 Tabel 5.11 Perbandingan mekanisme integrasi .................................................. 111 Tabel 5.12 Analisis kesenjangan sistem informasi ............................................ 117
-
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Fishbone permasalahan yang dihadapi .............................................. 5 Gambar 2.1 EA sebagai instrumen manajemen ................................................... 10 Gambar 2.2 TOGAF ADM .................................................................................. 13 Gambar 2.3 Aktivitas dengan iterasi baseline terlebih dahulu ............................ 16 Gambar 2.4 Aktivitas dengan iterasi target terlebih dahulu ................................. 17 Gambar 2.5 Zachman Framework ....................................................................... 18 Gambar 2.6 Metodologi penelitian pada penelitian on airlines sustainable
innovation driven by SOA governance ............................................ 30 Gambar 2.7 Theoretical framework ..................................................................... 32 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ...................................................................... 33 Gambar 5.1 Diagram value chain airline ............................................................. 51 Gambar 5.2 Arsitektur bisnis airline .................................................................... 55 Gambar 5.3 Arsitektur data .................................................................................. 59 Gambar 5.4 Arsitektur sistem informasi saat ini .................................................. 64 Gambar 5.5 Topologi infrastruktur ...................................................................... 73 Gambar 5.6 Diagram konsep solusi ..................................................................... 94 Gambar 5.7 Target arsitektur data ........................................................................ 96 Gambar 5.8 Target arsitektur aplikasi .................................................................. 98 Gambar 5.9 Landscape aplikasi ......................................................................... 101 Gambar 5.10 Perspektif arsitektur ...................................................................... 102 Gambar 5.11 Arsitektur gabungan ..................................................................... 103 Gambar 5.12 Peta interoperabilitas .................................................................... 105 Gambar 5.13 Platform Arsitektur Teknologi ..................................................... 107 Gambar 5.14 Unifikasi platform arsitektur teknologi ........................................ 113 Gambar 5.15 Topologi infrastruktur .................................................................. 115
-
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Wawancara dengan Chief Technical Officer (CTO) Asyst ........ 130 Lampiran 2. Wawancara dengan Head of IT di Salah Satu Klien .................. 135 Lampiran 3. Wawancara dengan Asyst account management untuk airline. . 137 Lampiran 4. Wawancara dengan manajer flight operation Asyst ................... 140 Lampiran 5. Wawancara dengan Asyst product management - IBE ............. 143 Lampiran 6. Hasil observasi aplikasi dan infrastruktur yang ada di Asyst ..... 145 Lampiran 7. Gambaran Umum Service Catalog Asyst ................................... 147
-
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir bidang IT khususnya dalam bidang infrastruktur
mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini sangat mempengaruhi pola
infrastruktur yang digunakan dalam skala enterprise. Menurut Laudon (2012)
perkembangan infrastruktur TI dapat dibagi kedalam 5 tahapan dimana dalam
setiap tahapan mewakili konfigurasi kekuatan komputasi dan elemen infrastruktur
yang berbeda. Tahapan pertama adalah era mainframe dan komputer mini (1959-
saat ini). Era selanjutnya adalah era PC (1981-saat ini). Kemudian dilanjutkan
dengan era client/server (1983-saat ini) dan era enterprise computing (1992-saat
ini). Terakhir adalah era cloud dan mobile computing (2000-saat ini).
Salah satu keberhasilan era mainframe khususnya dalam industri transportasi
adalah dikembangkannya PSS (Passenger Service System) untuk airline yang
pertama, yaitu SABRE (Semi-Automated Business Research Environment). Hal
ini juga menjadi semacam prototipe dari sistem yang bersifat online, real-time dan
interaktif serta scalable sampai pada level sebuah negara. Saat inipun PSS untuk
airline masih banyak yang menggunakan mainframe sebagai basisnya terutama
bagi airline besar yang membutuhkan kekuatan komputasi yang besar, dapat
melayani sampai dengan ribuan terminal dan dengan tingkat scalability yang
tinggi.
Dengan semakin berkembangnya bidang IT, mainframe juga mengalami
perkembangan, baik dari segi ukuran mesin maupun dari segi kekuatan
komputasi. Mainframe yang ada saat ini sudah berukuran jauh lebih compact jika
dibandingkan dengan awal era mainframe. Namun demikian kekuatan komputasi
yang dimiliki sudah melebihi mainframe pada era sebelumnya.
Walaupun saat ini telah memasuki era cloud dan mobile computing, penggunaan
mainframe masih tetap dipertahankan. Hal ini terutama untuk area bisnis yang
memerlukan kekuatan komputasi yang besar dengan tingkat reliability dan
scalability yang tinggi seperti pada airline. Akan tetapi dengan berkembangnya
-
2
Universitas Indonesia
internet dan terutama pada era cloud dan mobile computing maka strategi SI/TI
dari airline juga turut berkembang. Aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh airline
pada saat ini tidak hanya dibatasi pada mainframe dengan client terminal-nya
tetapi juga telah berkembang kearah penggunaan internet dan juga teknologi
cloud computing. Beberapa contoh aplikasi tersebut adalah IBE(internet booking
engine) B2C (business to customer), IBE B2T (business to travel), frequent flyer
program (FFP) dan lain-lain.
Antara PSS dan aplikasi-aplikasi seperti IBE B2C, IBE B2T atau FFP terdapat
pertukaran data sehingga antara aplikasi-aplikasi yang ada akan saling
berkomunikasi satu sama lain. Pada umumnya di sebuah airline, PSS akan
bertindak sebagai aplikasi operasional yang utama (core system). Hal ini
dikarenakan beberapa proses inti dari sebuah airline diantaranya yaitu reservasi,
ticketing dan departure control system kesemuanya ditangani oleh PSS. Proses
pemesanan jadwal penerbangan yang dilakukan melalui IBE B2C dan B2T akan
diteruskan ke PSS dan dengan demikian akan terjadi interaksi antara aplikasi-
aplikasi tersebut. Dengan semakin berkembangnya strategi bisnis dari airline dan
semakin banyaknya aplikasi yang digunakan oleh airlinemaka pola komunikasi
yang terbentuk akan semakin kompleks.
Salah satu konsep dari sisi arsitektur sistem yang dapat menunjang pertukaran
informasi antar aplikasi dan menawarkan fleksibilitas dalam hal tersebut adalah
service oriented architecture (SOA). Dengan SOA maka fungsi dibagi-bagi
menjadi layanan yang dapat diakses berbagai aplikasi lain sehingga reusability
dan resource sharing menjadi lebih meningkat.
1.2 Permasalahan
PT. Aero Systems Indonesia (Asyst) adalah salah satu perusahaan yang
mengkhususkan dirinya sebagai IT provider di bidang transportasi. Salah satu
layanan yang disediakan oleh Asyst adalah airline, transportations and travel
solutions (ATTS). Dengan ATTS maka bisnis proses yang ada pada sebuah
airline dapat dilayani pada sebuah sistem yang terintegrasi. Sistem ini sendiri
merupakan sinergi dari beberapa sistem yang ada, yaitu PSS, LIPS, FFP, Sales
-
3
Universitas Indonesia
Dashboard, e-briefing, Meals Monitoring, Flight Monitoring, Centralized Flight
Dispatch, Revenue Accounting, Internet Booking Engine dan Cargo Solutions.
PSS yang digunakan Asyst saat ini berbasiskan pada mainframe. PSS berinteraksi
dengan berbagai sistem lain dan membentuk ATTS. Dengan semakin banyaknya
interaksi maka interkoneksi antar aplikasi juga akan semakin banyak. Hal ini
akan meningkatkan kompleksitas yang ada pada level enterprise. Jika tidak
didefinisikan dengan baik hal ini dapat berakibat pada aplikasi yang sulit untuk di-
maintain dan juga tidak efisien.
Kondisi yang ada di Asyst pada saat ini adalah sebagai berikut:
• Belum ada arsitektur di level enterprise. Yang telah ada saat ini adalah
aplikasi-aplikasi yang saling terhubung tanpa memperhatikan arsitektur di
level enterprise.
• Interkoneksi antar aplikasi masih bersifat tersendiri untuk masing-masing
aplikasi tanpa melihat kebutuhan aplikasi lain.
• Beberapa aplikasi masih menyimpan data yang sifatnya sama dan sharing
data belum dilakukan.
• Beberapa aplikasi yang sifatdan fungsinya sama masih menggunakan
infrastruktur yang berbeda dan di-deploy di server yang berbeda.
• Interkoneksi aplikasi masih bersifat point-to-point.
• Skillful resource untuk pengembangan arsitektur aplikasi masih terbatas.
• Belum ada fungsi monitoring yang mencukupi untuk dipakai dalam sistem
operasional.
Kemudian dari manajemen, beberapa kondisi yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
• Dapat memenuhi permintaan klien dengan cepat.
• Mempunyai data warehouse, business intelligence (BI), customer
relationship management (CRM) system dan lain-lain agar dapat
mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ada
-
4
Universitas Indonesia
• Ada arsitektur aplikasi di level enterprise dengan mengutamakan resource
sharing dan pemanfaatan cloud computingsehingga economies of scale dapat
tercapai.
• Arsitektur yang diutamakan adalah pada level PSSdan aplikasi yang terkait
dengannya misalnya IBE dengan penggunaan ESB (enterprise service bus).
• Interkoneksi antar aplikasi tidak lagi menggunakan sistem point-to-point.
• Memberikan fleksibilitas jika terjadi perubahan pada satu aplikasi yang
terkait dengan aplikasi lainnya. Perubahan yang terjadi juga diharapkan tidak
membawa dampak siginifikan terhadap cost dan performance reliability dan
bersifat agile terhadap perubahan.
• Desain arsitektur yang robust, menggunakan standar-standar teknologi yang
bersifat best practice standard.
• Memiliki fungsi kontrol dan monitoring yang memadai untuk operasional.
• Desain arsitektur yang memenuhi standard policy dan complience yang ada
seperti IT security requirement dan lain-lain.
• Akses ke PSS yang tidak lagi menggunakan screen scrapping dan dapat
menggunakan metode lain seperti XML web servicebased. XML web service
based diharapkan dapat memberikan lebih banyak fungsi dan fitur yang
diperlukan oleh bisnis.
• PSS perlu dibuatkan GUI dengan menggunakan XML web service untuk
memberikan daya jual yang lebih baik karena sistem saat ini dengan “black
screen” menjadi kurang efisien dan costly (memerlukan constant training jika
turnover pegawai cukup tinggi.
• Arsitektur dapat men-support aplikasi dengan high availability 24/7.
Dari kesenjangan antara kondisi yang ada pada saat ini dan kondisi yang
diharapkan dapat didefiniskan permasalahan yang ada dan dapat dilihat pada
diagram fishbone yang tergambar dalam gambar 1.1.
-
5
Universitas Indonesia
Arsitektur di Level Enterprise Belum Optimal
Infrastruktur
People
Aplikasi
Skillful resource masih terbatas
Interkoneksi dan layananantar aplikasi masih bersifat
point-to-point (hanya memperhatikan aplikasi tersebut)
Aplikasi belum mengutamakanresource sharing sehingga
economies of scalebelum tercapai
Aplikasi yang sifatnya sama masih menggunakan infrastruktur yang berbeda
(belum ada resource sharinginfrastruktur)
Produk
Permintaan klien belum dapat
di-deliver dengan cukup cepat
Terdapat kebutuhanbisnis Yang
belum terpenuhi
Operasional
Fungsi monitoringbelum memadai
Pelaksanaan bisnis proses untuk penanganan
permasalahan masih minim
Akses ke PSS masih kurang efisien dan costly
Gambar 1.1 Fishbone permasalahan yang dihadapi
Dari diagram fishbone tampak beberapa pokok permasalahan dalam bidang-
bidang yang berbeda. Berikut gambaran detail dari masing-masing permasalahan
tersebut:
• Infrastruktur
Dari sisi infrastruktur permasalahan yang teridentifikasi adalah terdapat
beberapa aplikasi yang bersifat sama dan juga menyediakanlayanan yang
sama namun menggunakan infrastruktur yang berbeda. Dalam hal ini belum
ada resource sharing. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan dari
manajemen mengharapkan bahwa resource sharing perlu dilakukan untuk
mencapai economies of scale.
• Aplikasi
Pada level aplikasi teridentifikasi beberapa cabang permasalahan, yaitu:
o Interkoneksi dan layanan antar aplikasi masih bersifat point-to-point
(hanya memperhatikan aplikasi tersebut). Hal ini menimbulkan
permasalahan dikarenakan interkoneksi antar aplikasi masih berkaitan
erat dan tidak loosely coupled. Perubahan di salah satu aplikasi akan
membawa efek ke aplikasi lain sehingga jika jumlah point-to-point
connection sudah semakin banyak, maka tingkat kompleksitas akan
semakin tinggi dan akan menjadi sulit untuk di-maintain. Dalam hal ini
yang diharapkan dari manajemen adalah interkoneksi antar aplikasi tidak
-
6
Universitas Indonesia
lagi bersifat point-to-point. Hal ini juga menimbulkan permasalahan lain
yaitu sifat interkoneksi yang spesifik untuk aplikasi tertentu sehingga jika
ada aplikasi lain yang membutuhkan interkoneksi dan layanan baru maka
harus dibuatkan layanan baru tersendiri. Dalam hal ini aspek reuseability
belum sepenuhnya dioptimalkan.
o Akses ke PSS masih kurang efisien dan costly. Permasalahan ini terjadi
dikarenakan pola komunikasi yang digunakan oleh aplikasi adalah
dengan metode screen scrapping. Pada dasarnya pola akses PSS jika
diakses oleh manusia adalah dengan menggunakan suatu aplikasi yang
berupa command line. Setiap perintah (entry) pada command line
nantinya akan menghasilkan suatu screen respon. Metode screen
scrapping menggunakan pola entry-respon ini untuk berkomunikasi
dengan PSS. Hal ini dilakukan dengan membentuk suatu wrapper bagi
PSS yang mengolah screen respon tersebut. Aplikasi lain akan
berkomunikasi dengan wrapper jika membutuhkan komunikasi dengan
PSS. Cara demikian menurut manajemen mempunyai beberapa
permasalahan diantaranya yaitu belum efisien, hal ini diketahui karena
untuk suatu bisnis proses harus dilakukan komunikasi berulang-ulang ke
PSS karena sifatnya yang berupa urutan entry. Cara ini juga dianggap
masih costly dikarenakan diperlukan constant training untuk menjaga
ketersediaan dan kemampuan resources jika terjadi misalnya tingkat turn
over pegawai yang tinggi. Lebih jauh lagi metode screen scrapping
menyebabkan kerentanan jika terjadi perubahan layout pada sisi PSS
sehingga diperlukan upaya tambahan untuk penyesuaian.
o Aplikasi belum mengutamakan resource sharing sehingga economies of
scale belum tercapai. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan
manajemen menginginkan biaya SI/TI yang efisien. Dengan semakin
berkembangnya kebutuhan bisnis dan aplikasi maka tidak adanya
resource sharing akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya duplikasi
layanan. Duplikasi layanan yaitu setiap kali ada kebutuhan layanan dari
aplikasi lain maka harus dibuatkan secara tersendiri. Hal ini dapat
-
7
Universitas Indonesia
meningkatkan biaya, baik pada saat pengembangan sistem maupun pada
saat pengoperasian aplikasi.
• Operasional
o Fungsi monitoring belum memadai. Saat ini menurut manajemen fungsi
monitoring yang ada belum memadai untuk digunakan dalam sistem
operasional sehingga menyulitkan dalam menangani incident/problem
yang ada maupun untuk melakukan enhancement.
o Pelaksanaan bisnis proses untuk penanganan permasalahan masih minim.
Hal ini menurut manajemen menjadi salah satu elemen vital untuk
mendapatkan service excellence disamping kualitas yang baik di sisi
desain dan implementasi dari solusi yang di-deploy.
• People
Pada poin ini permasalahan ada pada people yaitu masih terbatasnya skilful
resources. Hal ini menjadi permasalahan dikarenakan proses desain aplikasi
yang ada menjadi tidak optimal dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia
dengan kemampuan yang cukup untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan
oleh manajemen.
• Produk
Permasalahan pada sisi produk yaitu permintaan klien terhadap suatu produk
belum dapat di-deliver dengan cukup cepat. Kemudian permasalahan lain
yang ada di sisi produk yaitu kebutuhan bisnis yang ada belum dapat
diakomodasi oleh portofolio aplikasi yang ada saat ini.
1.3 Batasan Penelitian
Dari beberapa akar permasalahan yang ada, batasan penelitian adalah pada
arsitektur aplikasi, infrastrukturdan pada produk (gambar 1.1). Dalam penelitian
ini akan dibahas enterprise architecture (EA) yang dapat mengakomodir bisnis
inti dari sebuah airline (solusi ATTS Asyst) dan bagi Asyst sendiri tercapai
resource sharing dan integrasi antar aplikasi.
Penelitian dibatasi sampai dengan desain EA dan tidak sampai pada tahap
implementasi. Penelitian juga dibatasi pada bisnis inti yang ada di airline yang
dapat dilayani oleh Asyst.
-
8
Universitas Indonesia
1.4 Research Question
Research question yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah:
Bagaimana enterprise architecture yang dapat mengakomodir bisnis inti airline
yang dapat dibangun Asyst agar tercapai resource sharing dan integrasi antar
aplikasi?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah membangun enterprise architecture yang dapat
menangani permasalahan yang termasuk dalam batasan penelitian. Permasalahan
yang ingin dipecahkan adalah pada poin arsitektur aplikasi, infrastruktur, dan
produk.
Manfaat yang didapat dari penelitian ini jika tujuan penelitian tercapai maka akan
didapat suatu enterprise architecture untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang telah didefinisikan. Bagi organisasi tempat studi kasus maka
signifikansi penelitian didapat suatu enterprise architecture sehingga diharapkan
tercapai resource sharing dan integrasi antar aplikasi. EA yang dibangun juga
dapat menjadi dasar dan model referensi bagi aplikasi-aplikasi lain yang belum
tercakup atau aplikasi yang kedepannya akan dikembangkan.
-
9
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enterprise Architecture
Menurut Lankhorst (2009), enterprise architecture didefinisikan sebagai prinsip-
prinsip yang saling berkaitan, metode dan model yang digunakan untuk
mendesain dan merealisasikan struktur organisasi, bisnis proses, sistem informasi
dan infrastruktur perusahaan. Minoli (2008) mendefinisikan EA sebagai
kumpulan dari bisnis proses, aplikasi, teknologi dan data yang mendukung strategi
bisnis sebuah perusahaan. Kemudian menurut Schekkerman (2011), EA adalah
sebuah cetak biru, yang digunakan secara sistematis dan lengkap mendefinisikan
kondisi perusahaan saat ini dan juga kondisi yang diinginkan (target). Dari ketiga
definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa EAadalah berupa sekumpulan
bisnis proses, aplikasi, teknologi, data, dan hal-hal tersebut saling berkaitan dan
didefinisikan dalam suatu model tertentu yang menggambarkan kondisi
perusahaan saat ini dan juga kondisi yang diinginkan (target).
Dengan EA, aliran informasi dan bisnis proses yang ada pada perusahaan akan
teridentifikasi. Demikian juga hal-nya dengan sistem informasi yang mendukung
hal tersebut. Tanpa EA maka hal-hal diatas sulit untuk teridentifikasi dan
mempunyai potensi bahwa sistem informasi yang dibangun di perusahaan bersifat
duplikatif, tidak interoperable satu dengan lainnya dan juga membutuhkan biaya
yang tinggi untuk maintenance.
Penerapan EA terutama menjadi penting terutama jika perusahaan menjadi
semakin besar dan semakin kompleks. Dalam hal ini maka keberadaan EA
menjadi suatu kewajiban (Lankhorst, 2009). Hal-hal yang mendorong adanya EA
dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Lankhorst (2009)
mendefinisikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
-
10
Universitas Indonesia
2.1.1 Faktor Internal
Pada gambar 2.1, EA diposisikan dalam konteks managing the enterprise.
Puncak piramid pada gambar 2.1 adalah visi dan misi dari perusahaan kemudian
diikuti oleh strategi dari perusahaan. Strategi perusahaan akan menyatakan
langkah-langkah yang diambil perusahaan untuk mencapai visi dan misi. Strategi
yang dimiliki akan diterjemahkan menjadi sasaran-sasaran konkrit sebagai arahan
dalam mengeksekusi strategi yang ada. EA akan berperan dalam menerjemahkan
sasaran-sasaran tersebut menjadi kegiatan operasional. EA akan memberikan
gambaran operasional yang ada saat ini dan yang direncanakan beserta langkah-
langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan perusahaan.
Gambar 2.1 EA sebagai instrumen manajemen Sumber: (Lankhorst, 2009)
-
11
Universitas Indonesia
2.1.2 Faktor Eksternal
Selain dari faktor internal yang lebih memfokuskan pada pendekatan bagaimana
agar strategi perusahaan dapat dieksekusi dengan efektif termasuk optimasi dari
sisi operasional, terdapat juga faktor eksternal yang mendorong perusahaan
mengadopsi EA. Faktor eksternal pada umunya lebih dipengaruhi oleh regulasi
yang ada. Sebagai contoh di Amerika Serikat pada tahun 1996 diimplementasikan
Clinger-Cohen act yang juga dikenal sebagai reformasi manajemen teknologi
informasi (Lankhorst, 2009). Hal ini menuntut agar setiap lembaga pemerintahan
harus mempunyai arsitektur teknologi informasi. Dalam hal ini arsitektur TI
didefinisikan sebagai framework yang terintegrasi untuk mengembangkan atau
memelihara TI yang ada dan memperoleh TI yang baru untuk mencapai tujuan
strategis organisasi.
2.2 Enterprise Architecture Framework (EAF)
Pembuatan EA dapat dilakukan dengan penggunaan EAF. Dengan EAF teknik-
teknik untuk mendeskripsikan arsitektur menjadi lebih terstruktur. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi dan melihat relasi antara berbagai tahapan
arsitektur dan juga teknik modelling yang digunakan. EAF juga mendefinisikan
elemen-elemen apa saja yang termasuk ke dalam EA. Beberapa EAF yang cukup
banyak digunakan saat ini antara lain adalah zachman framework, the open group
architecture framework (TOGAF) dan federated enterprise architecture (FEA)
framework. Berikut penjelasan lebih detail tentang masing-masing EAF tersebut:
2.2.1 The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Pada awalnya TOGAF adalah sebuah framework dan metodologi untuk
mengembangkan arsiektur teknis dan kemudian berkembang menjadi metodologi
dan framework untuk pengembangan EA. Sejak versi 8 dan seterusnya TOGAF
dikhususkan menjadi framework untuk EA. Versi TOGAF yang terakhir di-
release oleh The Open Group adalah TOGAF versi 9.1.
TOGAF terdiri atas tiga bagian utama (Minoli, 2008):
-
12
Universitas Indonesia
2.2.1.1 TOGAF Architecture Development Method (ADM)
TOGAF ADM menjelaskan bagaimana menurunkan EA yang bersifat spesifik
organisasi dan menjawab kebutuhan bisnis. ADM menyediakan hal-hal sebagai
berikut, antara lain:
• Cara mengembangkan arsitektur yang handal dan juga sudah terbukti sebagai
practice yang diakui.
• View pada level arsitektur sehingga dapat dipastikan bahwa kebutuhan yang
ada dapat diatasi.
• Panduan untuk menggunakan tools untuk pengembangan arsitektur.
Dengan kata lain ADM menyediakan suatu cara kerja bagi enterprise architect.
ADM dapat dikatakan sebagai bagian inti dari TOGAF. ADM terdiri dari
langkah-langkah yang berupa siklus dan mencakup keseluruhan bagian dari
pengembangan EA.
Langkah-langkah dalam ADM (digambarkan pada gambar 2.2) adalah sebuah
proses iteratif. Untuk setiap iterasi keputusan akan diambil seperti untuk:
• Menentukan luas batasanenterprise yang akan didefinisikan
• Menentukan level detail yang akan didefinisikan
• Periode waktu yang ingin dicapai
• Aset arsitektur yang akan dibangun
Keputusan-keputusan tersebut dibuat berdasarkan assessment dari resource dan
kompetensi yang dimiliki dan juga manfaat yang realistis yang dapat diharapkan
sebagai nilai tambah perusahaan dari lingkup EA yang dipilih.Sebagai sebuah
metode yang bersifat umum, ADM dapat digunakan oleh perusahaan yang
bergerak di berbagai sektor dan tipe industri.
-
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 TOGAF ADM Sumber: (The Open Group, 2013)
TOGAF ADM terdiri atas 8 fase dan diawali dengan fase pendahuluan (gambar
2.2) sebagai berikut (The Open Group, 2013):
• Pendahuluan
Beberapa hal yang tercakup dalam fase pendahuluan adalah
mendefinisikan kebutuhan arsitektur, menentukan prinsip-prinsip
arsitektur, menentukan stakeholder dan lain-lain sebagai langkah
pendahuluan sebelum proses TOGAF ADM.
• Visi arsitektur
Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan visi dari kapabilitas dan
manfaat yang diperoleh secara high level dari EA yang akan diusulkan.
Fase ini dimulai setelah adanya permintaan dari organisasi akan kebutuhan
-
14
Universitas Indonesia
EA. Dalam fase ini juga didefinisikan apa yang termasuk dan diluar
batasan arsitektur yang akan dibuat.
• Arsitektur bisnis
Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan target dari arsitektur bisnis
yang menggambarkan bagaimana perusahaan beroperasi untuk mencapai
tujuan bisnis. Selain itu juga bertujuan merespon hal-hal yang disebutkan
pada visi arsitektur. Pengetahuan tentang arsitektur bisnis adalah sebagai
dasar bagi tahap-tahap selanjutnya yaitu arsitektur sistem informasi
(arsitektur data dan aplikasi) dan arsitektur teknologi.
• Arsitektur sistem informasi
Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan arsitektur sistem informasi
dalam hal data dan aplikasi yang terkait. Hal ini akan menggambarkan
bagaimana arsitektur sistem informasi sedemikian sehingga dapat
menjalankan arsitektur bisnis dan visi arsitektur agar dapat menjawab
keinginan stakeholders.
• Arsitektur teknologi
Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan sedemikian sehingga dapat
menerapkan visi arsitektur untuk menjawab keinginan stakeholder. Dalam
tahap ini juga diidentifikasi komponen-komponen arsitektur yang akanada
sebagai target arsitektur teknologi.
• Solusi dan Peluang
Pada tahap ini didapat versi lengkap yang pertama dari roadmap arsitektur.
Hal ini juga berdasarkan analisis kesenjangan dan kandidat arsitektur yang
didapat dari fase B, C, dan D (pada gambar 2.2). Tahap ini akan
berkonsentrasi bagaimana men-deliver arsitektur yang diusulkan. Analisis
kesenjangan akan menjadi pertimbangan dengan mempertimbangkan
seluruh aspek yang ada. Tahap solusi dan peluang adalah sebagai langkah
awal dari tahap implementasi dan rencana migrasi yang akan dibahas pada
tahap selanjutnya.
-
15
Universitas Indonesia
• Perencanaan migrasi
Pada tahap ini roadmap arsitektur akan difinalisasi. Tahap ini juga
berfungsi untuk memastikan rencana implementasi dan migrasi sejalan
dengan pendekatan perusahaan dalam hal manajemen perubahan.
• Tata kelola implementasi
Tahap ini akan memastikan bahwa arsitektur yang diinginkan selaras
dengan proyek implementasi. Dalam tahap ini juga dilakukan tata kelola
arsitektur untuk solusi dan permintaan perubahan yang ada.
• Manajemen perubahan arsitektur
Pada manajemen perubahan arsitektur dipastikan bahwa lifecycle dari
arsitektur terpelihara. Pada tahap ini juga dipastikan bahwa framework
tata kelola arsitektur dijalankan dan juga dipastikan bahwa kapabilitas dari
EA selaras dengan kebutuhan.
• Manajemen kebutuhan
Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses manajemen
kebutuhan terjaga dan dijalankan untuk fase ADM lain yang relevan.
Dalam tahap ini juga diatur agar kebutuhan arsitektur teridentifikasi dan
dijalankan dalam fase ADM. Selain itu tahap ini juga memastikan bahwa
kebutuhan arsitektur yang relevan tersedia untuk digunakan oleh setiap
fase jika fase tersebut akan dijalankan.
2.2.1.2 Enterprise Continuum
Enterprise continuum adalah sebuah virtual repository dari seluruh aset arsitektur.
Ide dasar dari enterprise continuum adalah untuk menggambarkan bagaimana
arsitektur dikembangkan dalam sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari arsitektur
dasar, arsitektur yang bersifat umum, dan arsitektur yang bersifat spesifik ke
industri tertentu.
2.2.1.3 TOGAF resource base
TOGAF resource base adalah sekumpulan sumber daya, meliputi panduan,
template, informasi tentang latar belakang suatu informasi yang dapat membantu
dalam penggunaan ADM.
-
16
Universitas Indonesia
2.2.1.4 Pendekatan pendefinisian arsitektur dengan TOGAF ADM (The Open Group, 2013)
Terdapat dua pendekatan yang dapat diadopsi dalam ADM untuk mendefiniskan
arsitektur, yaitu:
• Baseline terlebih dahulu
Dengan pendekatan ini assessment terhadap baseline landscape (kondisi
saat ini) dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan peluang
pengembangan. Hal ini lebih cocok untuk diimplementasikan untuk
kondisi dimana kondisi saat ini cukup kompleks dan kurang dimengerti
dengan baik.Gambar 2.3 menyajikan aktivitas untuk pendekatan baseline
terlebih dahulu.
Gambar 2.3 Aktivitas dengan iterasi baseline terlebih dahulu Sumber: (The Open Group, 2013)
• Target terlebih dahulu
Pendekatan target terlebih dahulu dilakukan dengan mengelaborasi solusi
target terlebih dahulu dengan detail dan kemudian dipetakan dengan
kondisi yang ada saat ini. Dari hal tersebut akan didapat perubahan-
perubahan yang harus dilakukan. Pendekatan target terlebih daulu cocok
dilakukan jika target arsitektur telah disetujui di level manajemen dan
-
17
Universitas Indonesia
enterprise berkeinginan untuk secara efektif bertransisi ke arsitektur target
tersebut. Gambar 2.4 menyajikan aktivitas dengan iterasi target terlebih
dahulu.
Gambar 2.4 Aktivitas dengan iterasi target terlebih dahulu Sumber: (The Open Group, 2013)
2.2.2 Zachman Framework
Zachman framework adalah EAF yang pertama dan dikenal luas. Diperkenalkan
oleh John Zachman pada tahun 1987, zachman framework awalnya dikenal
dengan nama framework for information systems architecture.
Zachmanframework adalah berupa struktur logika untuk mengklasifikasikan dan
mengatur representasi deskriptif yang penting dari sebuah perusahaan bagi
manajemen dan pengembangan enterprise systems (Lankhorst, 2009).
-
18
Universitas Indonesia
Gambar 2.5 Zachman Framework Sumber: (Lankhorst, 2009)
Dalam gambar 2.5 digambarkan bentuk sederhana dari zachman framework. Pada
gambar 2.5 tergambar artefak desain yang terbentuk atas irisan antara peranan
dalam proses desain (sumbu x) dan abstraksi dari produk (sumbu y). Peranan
dalam proses desain yaitu: planner; owner; designer; subcontractor; dan builder.
Abstraksi dari produk yaitu:what (material); how (proses), bagaimana prosesnya;
where (geometri), dimana posisi komponen relatif terhadap komponen lainnya;
who, siapa yang melakukan proses; when, kapan sesuatu terjadi; dan why,
mengapa berbagai pilihan dibuat.
Keuntungan dari zachman framework adalah mudah dimengerti, meliputi
enterprise secara keseluruhan, didefinisikan secara independen dari tools dan
metodologi tertentu, dan dapat memetakan permasalahan. Sedangkan kekurangan
dari zachman framework adalah jumlah cells yang relatif banyak sehingga
menjadi hambatan untuk diaplikasikan dalam prakteknya. Kemudian yang juga
menjadi kekurangan adalah relasi antara satu cell dengan yang lainnya tidak
terlalu dispesifikasikan dengan jelas (Lankhorst, 2009). Namun demikian
walaupun memiliki beberapa kekurangan Zachman telah menyediakan EAF yang
-
19
Universitas Indonesia
pertama yang bersifat komprehensif dan masih digunakan dengan luas sampai
dengan saat ini.
2.2.3 Federal Enterprise Architecture (FEA)
Sessions, 2007 menggambarkan bahwa FEA adalah usaha yang dilakukan
pemerintahan federal untuk menyatukan lembaga-lembaga dan fungsinya dalam
sebuah EA. FEA mempunyai dua hal yaitu taksonomi yang komprehensif seperti
pada zachman framework dan juga mempunyai arsitektural proses seperti
TOGAF. FEA dapat dipandang sebagai sebuah metodologi atau sebagai sebuah
hasil dari mengaplikasikan proses tersebut pada sebuah organisasi, yaitu
pemerintah Amerika Serikat.
Perspektif FEA terhadap EA adalah bahwa sebuah organisasi terbentuk dari
segmen-segmen. Sebuah segmen adalah fungsi bisnis utama seperti misalnya
sumber daya manusia. Segmen terdiri atas dua tipe yaitu segmen area misi inti
dan segmen layanan bisnis. Segment area misi inti adalah sesuatu yang sifatnya
inti dari misi atau tujuan dari batasan politik tertentu dalam organisasi.
Contohnya adalah dalam instansi Pelayanan Kesehatan dan Kemanusiaan dari
pemerintah Federal, kesehatan adalah segmen area misi inti. Segmen layanan
bisnis adalah sesuatu yang mendasar bagi kebanyakan jika tidak, semua organisasi
politik. Sebagai contoh manajemen keuangan adalah segment layanan bisnisyang
diperlukan bagi seluruh instansi.
2.2.3.1 Model Referensi FEA
FEA mempunyai 5 referensi model dengan tujuan memfasilitasi komunikasi,
kerjasama, dan kolaborasi dengan penggunaan istilah dan definisi yang standar
dalam domain EA. 5 model referensi FEA adalah sebagai berikut:
• Model referensi bisnis. Model ini memberikan pandangan bisnis terhadap
berbagai fungsi yang ada dari pemerintahan federal.
• Model referensi komponen. Model ini memberikan pandangan lebih dari
sisi TI tentang sistem yang dapat mendukung fungsionalitas bisnis.
• Model referensi teknis. Model ini mendefinisikan berbagai teknologi dan
standar yang dapat digunakan untuk membangun sistem TI.
-
20
Universitas Indonesia
• Model referensi data. Model ini mendefinisikan cara-cara standar dalam
menggambarkan data.
• Model referensi kinerja. Model ini mendefinisikan cara-cara standar
dalam menggambarkan nilai didapatkan dari EA.
2.2.3.2 Proses FEA
Proses FEA intinya berfokus pada membuat arsitektur segmen untuk sebuah
subset dari keseluruhan organisasi (dalam kasus FEA, organisasi adalah
pemerintahan federal dan subsetnya adalah instansi pemerintah). Proses
pengembangan arsitektur segmen adalah sebagai berikut:
• Analisis arsitektur. Mendefinisikan visi yang sederhana dan ringkas dari
sebuah segmen dan merelasikan kembali dengan rencana organisasi.
• Definisi arsitektur. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap ini
adalah mendefinisikan arsitektur yang diinginkan dari sebuah segmen,
mendokumentasikan tujuan kinerja, mempertimbangkan alternatif desain,
dan membangun EA untuk segmen tersebut. EA yang dibangun meliputi
arsitektur bisnis, data, layanan dan teknologi.
• Strategi investasi dan pendanaan. Mempertimbangkan bagaimana
pendanaan proyek EA.
• Rencana program-manajemen dan pelaksanaan proyek. Membuat rencana
untuk mengelola dan melaksanakan proyek termasuk hambatan dan
ukuran kinerja yang akan menilai keberhasilan proyek.
2.2.3.3 Ukuran Kesuksesan FEA
Dalam mengukur kesuksesan organisasi dalam menggunakan EA terdapat 3
kategori untuk menilai tingkat kematangan dari instansi pemerintah, yaitu:
• Penyelesaian arsitektur. Level kematangan arsitektur itu sendiri.
• Penggunaan arsitektur. Seberapa efektif instansi menggunakan
arsitekturnya untuk mendorong pengambilan keputusan.
• Hasil Arsitektur. Manfaat yang dirasakan dari penggunaan arsitektur.
Dari kategori-kategori tersebut dibuat skor untuk tiap kategori (misalnya skor
hijau, kuning, dan merah) dan nantinya dihasilkan skor kumulatif.
-
21
Universitas Indonesia
2.3 Perbandingan antara TOGAF, Zachman Framework dan FEA
Dari tinjauan pustaka yang ada nampak bahwa masing-masing EAF yang ada
mempunyai pendekatan yang berbeda-beda. Pertanyaan yang timbul adalah
framework yang manakah yang sesuai digunakan untuk membangun EA di
organisasi tertentu. Sessions, 2007 memperkenalkan suatu metode berupa 12
kriteria yang sering digunakan olehnya untuk membandingkan dan mengevaluasi
metodologi pembangunan EA.
Dengan pendekatan ini setiap metodologi dirangking dalam setiap kriteria.
Urutan rangking adalah sebagai berikut:
• 1: Tidak baik untuk area ini
• 2: Kurang mencukupi untuk area ini
• 3: Mencukupi untuk area ini
• 4: Sangat baik untuk area ini
Rangking tiap metodologi disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria dan rangking untuk tiap metodologi
Kriteria Rangking Zachman TOGAF FEA Kelengkapan taksonomi 4 2 1
Kelengkapan proses 1 4 3
Panduan referensi-model 1 3 1
Panduan praktis 1 2 4
Model kemapanan 1 1 2
Fokus bisnis 1 2 4
Panduan tata kelola 1 2 3
Panduan mempartisi 1 2 3
Katalog aset arsitektur 1 2 2
Netralitas terhadap vendor 2 4 1
Ketersediaan informasi 2 4 1
Time to value 1 3 4
Sumber: (Sessions, 2007)
-
22
Universitas Indonesia
Penjelasan untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:
• Kelengkapan taksonomi: Klasifikasi berbagai artefak arsitektur. Zachman
framework mempunyai fokus pada bidang ini sehingga di sini zachman
framework lebih unggul dibandingkan dengan yang lain.
• Kelengkapan proses: Seberapa lengkap metodologi terkait memandu
langkah demi langkah dalam proses pembangunan EA. Hal ini adalah
bidang fokus TOGAF dengan TOGAF ADM-nya, sehingga dalam hal ini
TOGAF lebih unggul dibandingkan dengan metodologi yang lain.
• Panduan referensi-model: Seberapa baik metodologi terkait membantu
membangun model referensi. Dalam hal ini FEA lebih unggul. Akan
tetapi dalam hal ini TOGAF juga mempunyai poin yang cukup baik.
• Panduan praktis: Seberapa baik metodologi terkait membantu proses
asimilasi konsep EA ke dalam organisasi.
• Model kemapanan: Seberapa baik metodologi terkait memberikan panduan
dalam melakukan penilian tingkat efektifitas dan kemapanan organisasi
dalam penggunaan EA.
• Fokus bisnis: Penggunaan teknologi untuk mendorong nilai bisnis
(pengurangan biaya atau peningkatan pendapatan).
• Panduan tata kelola: Seberapa baik metodologi terkait membantu
memahami dan membangun model tata kelola EA yang efektif.
• Panduan mempartisi: Mempartisi bagian-bagian organisasi untuk
mengelola kompleksitas.
• Katalog aset arsitektur: Pembuatan catalog aset arsitektur yang dapat
digunakan untuk aktivitas mendatang.
• Netralitas terhadap vendor: Seberapa terikat metodologi terkait dengan
keterikatan vendor tertentu. Skor yang tinggi menandakan bahwa tingkat
keterikatan yang rendah.
• Ketersediaan informasi: Hal ini berkaitan dengan jumlah dan kualitas
informasi tentang metodologi terkait yang membutuhkan sedikit atau tanpa
biaya.
-
23
Universitas Indonesia
• Time to value: Lamanya waktu yang dalam penggunaan metodologi
terkait sebelum dapat membangun solusi yang akan memberikan nilai
bisnis yang tinggi.
Salah satu hal penting dari tabel 2.1 adalah bahwa tidak ada metodologi yang
lengkap dalam semua sisi dan masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Untuk memilih metodologi yang sesuai langkah-langkah berikut
dapat dilakukan (Sessions, 2007):
• Menghilangkan kriteria yang tidak penting bagi organisasi yang akan
dibangun EA-nya.
• Kriteria baru dapat ditambahkan jika diperlukan kemudian untuk tiap
metodologi diberikan rangking untuk kriteria baru tersebut.
• Penilaian yang disebutkan pada tabel 2.1 dapat diubah karena terdapat
unsur subyektivitas.
Dari langkah-langkah tersebut di atas akan didapat metodologi yang paling sesuai
untuk digunakan dalam pembangunan EA. Metodologi gabungan juga dapat
digunakan jika ternyata tidak ada metodologi yang sesuai.
Dari fakta-fakta diatas maka terkait dengan penelitian yang penulis lakukan dapat
diformulasikan pemilihan framework EA yang sesuai sebagai berikut:
Dari 12 kriteria dipilih 8 kriteria penting sebagai berikut:
• Kelengkapan proses. Dengan hal ini maka proses yang dilakukan akan
terurut langkah demi langkah.
• Panduan referensi-model: Pemodelan seperti referensi komponen dan data
diperlukan dalam pembangunan EA.
• Fokus bisnis: Salah satu tujuan EA adalah permasalahan integrasi dan
dalam hal ini terjadi pengurangan biaya.
• Panduan mempartisi: Dengan partisi maka kompleksitas dapat dikurangi
dengan berfokus pada bagian tertentu.
• Katalog aset arsitektur: Dengan katalog aset arsitektur maka aset aritektur
akan terdata dan dapat digunakan untuk aktivitas selanjutnya.
-
24
Universitas Indonesia
• Netralitas terhadap vendor. Hal ini untuk menjaga agar EA yang
dihasilkan tidak terikat atau tingkat keterikatannya menjadi minimal
dengan suatu produk tertentu.
• Ketersediaan informasi. Hal ini untuk menjaga bahwa akses informasi
menjadi lebih mudah dan diimbangi dengan kualitas informasi yang baik.
• Time to value: Dengan time to value yang pendek maka solusi dapat
dibangun dan diterapkan dengan lebih cepat.
Kriteria-kriteria yang lain tidak digunakan dikarenakan:
• Kelengkapan taksonomi: Kelengkapan taksonomi tidak diperlukan secara
menyeluruh dikarenakan dibatasi oleh batasan penelitian. Hal ini juga
sesuai dengan harapan manajemen saat ini yaitu arsitektur yang
diutamakan adalah pada level PSS dan aplikasi yang terkait dengannya
sehingga hanya terkait dengan bisnis inti airline.
• Panduan praktis: Batasan penelitian adalah pembangunan EA dan bukan
pada penerimaan EA di organisasi. Sebagai lanjutan dari penelitian ini hal
ini dapat dipertimbangkan untuk kemudian dapat dipilih metode yang
sesuai.
• Model kemapanan: Penilaian tingkat efektifitas dan kemapanan organisasi
dalam penggunaan EA tidak termasuk dalam batasan penelitian. Saat ini
hal tersebut belum menjadi salah satu kebutuhan dari arsitektur yang akan
dibuat.
• Panduan tata kelola: Tata kelola TI tidak termasuk dalam batasan
penelitian.Sebagai lanjutan dari penelitian nantinya dapat ditentukan
metode panduan tata kelola TI yang sesuai dan dapat menggunakan
metode gabungan dengan bantuan framework tata kelola.
Dari 8 kriteria yang dipilih (tabel 2.2), TOGAF mendapatkan nilai tertinggi dan
karenanya metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah TOGAF.
-
25
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Tabel pemilihan EAF
Kriteria Rangking
Zachman TOGAF FEA
Kelengkapan proses 1 4 3
Panduan referensi-model 1 3 1
Fokus bisnis 1 2 4
Panduan mempartisi 1 2 3
Katalog aset arsitektur 1 2 2
Netralitas terhadap vendor 2 4 1
Ketersediaan informasi 2 4 1
Time to value 1 3 4
Total 10 24 19
Sessions, 2007 telah diolah kembali
2.4 Service Oriented Architecture (SOA)
SOA adalah sebuah konsep dengan latar belakang bahwa pada level enterprise
jumlah aplikasi dan fungsi yang ada menjadi semakin besar dan semakin
kompleks. Fungsionalitas yang ada pada aplikasi dapat dienkapsulasi menjadi
sebuah layanan/service. Kemudian jika fungsionalitas yang ada telah berbentuk
sebagai sebuah service maka service tersebut dapat digunakan oleh aplikasi lain
yang ada di level enterprise. SOA memilih pendekatan dalam pengembangan
aplikasi dengan service yang saling independen yang nantinya dengan suatu
pengaturan tertentu dapat membentuk aplikasi lain.
Menurut Lankhorst (2009). SOA merepresentasikan prinsip-prinsip desain yang
memungkinkan sebuah unit fungsional tersedia dan digunakan sebagai service.
Kemudian Minoli (2008) mendefinisikan SOA sebagai sebuah pendekatan untuk
membangun sebuah sistem TI berupa bagian-bagian modul perangkat lunak yang
dinamakan service. Minoli menambahkan bahwa tujuan dari pengembangan
sistem berbasis SOA adalah agar organisasi mengembangkan sistem dari modul-
modul yang lebih sederhana.
-
26
Universitas Indonesia
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan SOA maka
fungsionalitas dari aplikasi dibagi menjadi sejumlah service. Dari sejumlah
service yang ada, dapat digunakan oleh aplikasi lain sehingga interaksi antar
sistem adalah melalui sejumlah service yang ada.
2.5 Internal Value Chain Analysis
Pendekatan value chain membedakan dua tipe aktivitas bisnis, yaitu (Ward dan
Peppard, 2011): 1) Aktivitas inti; dan 2) Aktivitas pendukung. Aktivitas inti
adalah aktivitas-aktivitas yang berperan dalam value chain industri untuk
memenuhi kebutuhan customer. Aktivitas-aktivitas tersebut saling terhubung satu
sama lain. Aktivitas pendukung adalah hal-hal yang diperlukan untuk mengontrol
dan mengembangkan bisnis seiring berjalannya waktu sedemikian sehingga akan
menambah value secara tidak langsung.
Dalam Ward dan Peppard, 2011 digambarkan aktivitas inti sebagai suatu urutan
diawali dengan pemasok dan diakhiri dengan pelanggan. Urutan aktivitas tersebut
adalah sebagai berikut:
• Inbound logistics
Mendapatkan, menerima, menyimpan, penyediaan bahan-bahan dan hal-hal
utama sebagai asupan dengan kualitas dan kuantitas yang benar bagi bisnis.
• Operations
Merubah bahan-bahan asupan menjadi produk atau layanan.
• Outbound logistics
Mendistribusikan produk ke pelanggan. Dapat dilakukan direct ke pelanggan
atau melalui distribution channel.
• Sales and Marketing
Menyediakan cara agar pelanggan mengetahui tentang produk dan dapat
memilikinya.
• Services
Menambah value lebih jauh setelah produk dimiliki oleh pelanggan.
Urutan aktivitas di atas lebih cocok untuk industri manufaktur, namun dengan
logika yang sama yaitu mendapatkan bahan-bahan, merubahnya,
mendistribusikannya, membuatnya dimiliki oleh pelanggan dan mendapat value
-
27
Universitas Indonesia
lebih jauh setelah dimiliki, value chain dapat digambarkan untuk industri yang
lain.
2.6 Penelitian Sebelumnya
Berikut ini dibahas beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan.
2.6.1 Middleware Integration Model for Smart Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Penelitian ini dilakukan oleh Zenon Chaczko, Avtar S. Kohli, Ryszard Klempous,
dan Jan Nikodem dan dipublikasikan melalui jurnal IEEE pada tahun 2010.
Penelitian ini membahas mengenai Smart Hospital Management System (SHS).
SHS merupakan integrasi dari berbagai legacy application yang telah ada dan
harus diintegrasikan agar dihasilkan solusi yang lebih menyeluruh. Tujuan dari
penelitian ini adalah menyajikan sebuah pendekatan dalam solusi arsitektur yang
dapat digunakan sebagai framework untuk mengatasi permasalahan yang sering
dijumpai dalam solusi integrasi di level enterprise.Framework dasar yang
digunakan pada penelitian ini berbasis pada TOGAF 9 dan alur pengembangan
yang ada digambarkan dengan komponen TOGAF ADM.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah enterprise architecture berupa SHS
yang telah dapat memenuhi kebutuhan bisnis. Arsitektur yang dibangun juga
dapat lebih terbuka terhadap fitur baru.
Kaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah pada
pembangunan EA. Seperti juga penelitian yang dilakukan penulis pada penelitian
ini, dilakukan integrasi dari aplikasi legacy yang sudah ada. Pendekatan yang
dilakukan pada penelitian ini dengan langkah-langkah menggunakan TOGAF
dapat menjadi referensi bagi penelitian yang dilakukan penulis.
2.6.2 On airlines sustainable innovation driven by SOA governance
Penelitian ini dilakukan oleh Zhang Yakun et al dan dipublikasikan di jurnal IEEE
pada tahun 2009. Pada penelitian ini dibahas mengenai karakteristik dari
arsitektur TI yang ada di airline. Kemudian tantangan-tantangan yang dihadapi
oleh TI dikarenakan bisnis yang selalu berubah. Pokok permasalahan adalah
-
28
Universitas Indonesia
bagaimana key dari nilai-nilai TI, dalam konteks menjaga inovasi bisnis yang
berkelanjutan. Kemudian juga bagaimana TI bersifat fleksibel dengan beragam
aplikasi yang ada dengan arsitektur TI yang juga fleksibel. Dalam hal ini
penelitian akan memfokuskan mengatasi permasalah-permasalahan yang ada
dengan pendekatan SOA governance.
Pada bagian awal dibahas bagaimana bisnis airline bergerak dengan cepat dan
selalu berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut memberikan
tekanan untuk menghasilkan bisnis proses yang optimal dan penggunaan resource
yang efisien. Dalam hal ini kapabilitas TI menjadi hal penting terutama dalam era
internet seperti saat ini.
Kemudian pada bagian berikutnya dibahas hal-hal yang inovatif dari SOA di
airline. Pada awalnya dibahas mengenai karakteristik TI dari airline sampai
kepada arsitektur TI termasuk portofolio aplikasi dari airline.
Pada bagian ketiga dibahas bagaimana inovasi didalam airline dapat terus
berkelanjutan dengan SOA governance. SOA-based application framework dan
SOA government framework yang didesain berorientasi pada beberapa hal, yaitu
berfokus pada bisnis, fleksibel dan bertujuan inovasi dan pengembangan yang
berkelanjutan.
Kaitan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian dengan
studi kasus yang sebidang, yaitu lingkungan TI di bidang airline. Penjabaran
aplikasi-aplikasi di bidang airline beserta kesulitan-kesulitan yang ada menjadi
referensi bagi penelitian yang dilakukan oleh penulis. Terlebih juga ditambah
dengan dilakukannya pendekatan SOA agar inovasi pada airline dapat terus
berkelanjutan.
2.6.3 Web Services and Java Middleware Functional and Performance Analysis for SOA
Penelitian ini dilakukan oleh Matjaz B. Juric et aldan dipublikasikan melalui
jurnal IEEE pada tahun 2007. Penelitian ini berfokus pada analisis dari teknologi
kunci dari middleware untuk membangun sistem berbasis SOA pada platform
Java.
-
29
Universitas Indonesia
Pada bagian awal dibahas tentang SOA, web service dan teknologi-teknologi yang
terkait dengan middleware dan SOA yang ada pada platform Java.
Pada bagian selanjutnya dibahas mengenai komparasi fungsional dari teknologi-
teknologi yang ada. Beberapa teknologi yang dibahas adalah perbandingan
antara teknologi HTTP-to-port tunneling dan HTTP-to-CGI/Servlet tunneling.
Dari dua hal tersebut didapat hasil yang optimal adalah menggunakan servlet.
Perbandingan selanjutnya dilakukan untuk web service, RMI, RMI tunneling
alternatives. Beberapa hal yang yang diukur adalah waktu untuk melakukan
instantiasi dan waktu untuk pemanggilan method. Disini dibangun suatu metode
untuk melakukan komparasi.
Dari hasil komparasi maka didapatkan hasil-hasil, antara lain diketahui bahwa
RMI mempunyai waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan dengan web
service. Hanya saja waktu spesifik pada instantiasi, web service menempati
peringkat pertama disusul oleh RMI.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa RMI masih merupakan yang
tercepat pada platform java untuk mengembangkan sistem berbasiskan SOA.
Kemudian web-service ada di posisi kedua disusul dengan RMI tunneling yang
ternyata performance-nya ada dibawah RMI dan dan web-service.
Kaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada
penggunaan platform teknologi untuk mendukung integrasi yang berbasiskan
SOA. Walaupun pada penelitian ini telah dilakukan perbandingan dari teknologi-
teknologi yang ada namun hal tersebut baru menyentuh pada aspek performance
dan belum pada aspek-aspek yang lainnya. Dengan demikian maka hasil yang
didapat belum dapat menjadi acuan dalam pemilihan teknologi karena masih
terdapat faktor-faktor yang lain. Faktor-faktor lain tersebut antara lain
kemampuan interoperability dengan platform lain. Dalam hal ini dimungkinkan
teknologi seperti web-service memiliki keunggulan dibandingkan dengan platform
yang lain karena sifatnya yang open standard dan tidak terikat ke suatu platform
tertentu.
-
30
Universitas Indonesia
2.7 Metodologi yang berhubungan dengan penelitian
Berikut ini akan dibahas beberapa metodologi yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan:
Pada penelitian On Airlines SustainableIinnovation Driven by SOA Governance,
metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut (gambar 2.6):
Gambar 2.6 Metodologi penelitian pada penelitian on airlines sustainable innovation driven by SOA governance
• Melakukan studi tentang karakteristik IT di airline
Dalam tahap ini didefinisikan kebutuhan seperti apa yang harus dipenuhi oleh
lingkungan TI pada sebuah airline.
• Membangun application portfolio berbasiskan karakteristik IT di airline (SOA-
based application framework)
Dalam tahap ini dibangun suatu application portfolio yang ada untuk sebuah
airline.
• Membangun SOA government framework
Agar SOA framework dapat berjalan dengan baik, maka didefinisikan dua hal
yang harus dilakukan, yaitu pengaturan SOA governance lifecycle dan service
lifecycle. SOA governance lifecycle dibagi lagi menjadi 4 tahapan yang harus
dilalui, yaitu plan, define, enable dan measure.
Kemudian pada penelitian dengan judul Middleware Integration Model for Smart
Hospital System Using the Open Group Architecture Framework (TOGAF),
-
31
Universitas Indonesia
metodologi yang digunakan adalah berbasiskan TOGAF ADM dengan langkah-
langkah yang telah diilustrasikan pada gambar 2.2dan telah dijelaskan pada bagian
tinjauan pustaka tentang TOGAF. Adapun secara singkat langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
• Membangun visi arsitektur
• Membangun arsitektur bisnis
• Membangun arsitektur sistem informasi
• Membangun arsitektur teknologi
• Mengindentifikasi peluang dan solusi
• Membuat migration planning
• Mengimplementasikan tata kelola
• Mengimplementasikan arsitektur change management
2.8 Theoretical Framework
Theoretical framework yang dibangun pada penelitian ini adalah berdasarkan
TOGAF ADM. Telah disebutkan pada bagianbatasan penelitian bahwa hasil dari
penelitian ini adalah berupa desain EA yang terangkum dalam target EA.
Penelitian mencakup langkah pendahuluan dengan melibatkan requirements of
architecture work dan prinsip-prinsip arsitektur. Kemudian diikuti dengan
langkah-langkah TOGAF ADM (gambar 2.7).
Pendekatan SOA diterapkan pada tahapan desain arsitektur. Hal ini akan
mempengaruhi desain arsitektur baik dari sisi sistem informasi maupun dari sisi
teknologi dan infrastruktur yang digunakan. Desain SOA yang dibuat akan
dipengaruhi oleh layanan-layanan yang ada pada aplikasi (application services).
-
32
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Prinsip-prinsip arsitektur
Requirements of architecture work
Arsitektur saat ini
Target Enterprise Architecture
TOGAF ADM
Application Services
SOA
Gambar 2.7 Theoretical framework
-
33 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam
membangun desain EA yang berbasis SOA. Adapun metodologi penelitian akan
berdasarkan pada TOGAF ADM framework dengan desain arsitektur sistem
berbasis pada SOA.
Tahapan-tahapan penelitian digambarkan pada gambar 3.1 dan penjelasan lebih
detail adalah sebagai berikut:
PengumpulanData
Pendahuluan
Arsitektur Bisnis
Arsitektur Teknologi
Arsitektur Sistem Informasi
Arsitektur Data
Arsitektur Aplikasi
Identifikasi Permasalahan
Solusi Permasalahan
Visi Arsitektur
Arsitektur Sistem Informasi
Arsitektur Data
Arsitektur Aplikasi
Arsitektur Teknologi
Peluang dan Solusi
Kesimpulan dan Saran
Ars
itekt
ur baseline
Arsitektur target
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
3.1 Pengumpulan data
Data penelitian adalah data kualitatif yang diperoleh dengan melakukan dua
metode pengumpulan data, yaitu:
-
34
Universitas Indonesia
o Data primer dengan wawancara
Wawancara akan dilakukan terhadap pihak tempat studi kasus dilakukan
dengan memperhatikan kewenangan dan kompetensi dari narasumber.
Wawancara akan dilakukan terhadap chief technical officer(CTO) dan juga
staf dari pihak aplikasi yang termasuk ke dalam batasan penelitian.
Wawancara juga dilakuan terhadap klien dari Asyst sebagai pihak airline
yang menggunakan jasa Asyst. Hal ini diperlukan karena tujuan yang juga
ingin dijawab adalah bagaimana enterprise architecture yang dapat
mengakomodir bisnis inti airline.
o Data sekunder dengan dokumen terkait
Pengumpulan data sekunder adalah berupa dokumen yang terkait dengan
batasan penelitian seperti dokumen katalog layanan, portofolio aplikasi,
dokumen aplikasi terkait dan lain-lain.
3.2 Pendahuluan
Pada pendahuluan didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
3.2.1 Requirements for architecture work
Requirements for architecture work mencakup beberapa hal antara lain yaitu:
1. Kebutuhan bisnis. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis yang ada untuk
pengembangan enterprise architecture.
2. Arahan organisasi. Arahan organisasi sejalan dengan visi dan misi
organisasi.
3. Aspirasi kultural. Aspirasi kultural dapat disesuaikan dengan corporate
culture yang ada pada organisasi.
3.2.2 Menentukan prinsip-prinsip arsitektur
Prinsip-prinsip arsitektur yang ditetapkan harus sesuai dengan kebutuhan
arsitektur dari tempat studi kasus
3.2.3 Pemetaaan stakeholder
Pemetaan stakeholder akan mengidentifikasi stakeholder yang terlibat beserta
peran dan tanggung jawabnya.
-
35
Universitas Indonesia
3.3 Arsitektur Bisnis
Pada arsitektur bisnis dilakukan pemodelan operasional organisasi yang
merealisasikan strategi bisnis organisasi. Dalam hal ini pemodelan akan
berdasarkan arsitektur bisnis yang ada pada airline karena dalam hal ini Asyst
akan menyediakan solusi SI/TI bagi airline. Arsitektur bisnis yang dimodelkan
meliputi aktivitas dan proses yang ada dalam batasan penelitian.
3.4 Arsitektur sistem informasi
Arsitektur sistem informasi terdiri dari arsitektur data dan arsitektur aplikasi.
Secara umum arsitektur sistem informasi menggambarkan arsitekur bisnis dapat
dijalankan dengan sistem informasi yang ada.Arsitektur sistem informasi nantinya
akan dievaluasi kembali untuk dilakukan pengecekan terhadap kesuaian dengan
kebutuhan arsitektur.
3.4.1 Arsitektur data
Arsitektur data menggambarkan data yang dibutuhkan agar arsitektur bisnis dapat
dijalankan. Arsitektur data pada tahap awal lebih sebagai baseline untuk
kemudian pada iterasi kedua dikembangkan target arsitektur data sesuai dengan
kebutuhan arsitektur bisnis dan visi arsitektur.
3.4.2 Arsitektur aplikasi
Arsitektur aplikasi merupakan bagian dari arsitektur sistem informasi dan
menggambarkan sistem informasi yang ada agar arsitektur bisnis dapat berjalan.
Sebagai langkah awal maka didefinisikan arsitektur aplikasi sebagai baseline
untuk kemudian pada iterasi ke-2 dibentuk target arsitektur aplikasi.
3.5 Arsitektur teknologi
Arsitektur teknologi dibangun agar sistem informasi dan data yang telah
didefinisikan dapat memenuhi kebutuhan arsitektur. Pada iterasi pertama hanya
akan dibuat arsitektur teknologi sebagai baseline dengan mengambil kondisi saat
ini. Pada tahap selanjutnya di iterasi ke-2 akan didetailkan arsitektur teknologi
yang dapat mendukung target arsitektur.
-
36
Universitas Indonesia
3.6 Identifikasi permasalahan
Dalam membangun enterprise architecture akan digali permasalahan-permalahan
yang ada pada stakeholder. Hal ini juga sejalan dengan research question yang
ingin dijawab pada penelitian ini yaitu bagaimana enterprise architecture yang
dapat mengakomodir bisnis inti airline.
3.7 Solusi permasalahan
Dari permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi dari tiap-tiap
stakeholder maka dibuat solusi dari tiap-tiap permasalahan tersebut. Solusi
permasalahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan permasalahan yang akan diatasi. Hal ini merujuk ke tahap
sebelumnya dari permasalahan-permasalahan yang ada pada stakeholder.
2. Menetapkan sasaran solusi. Sasaran solusi dibuat untuk mengatasi
permasalahan yang ada sebagai target solusi.
3. Menetapkan pola solusi. Dari sasaran solusi yang telah ditetapkan maka
dibuat pola solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan yang ada.
4. Menetapkan solusi SI/TI. Dari pola solusi yang telah ditetapkan,
diidentifikasi solusi SI/TI-nya.
Pola solusi yang telah dibuat juga harus memperhatikan dan sesuai dengan
prinsip-prinsip arsitektur yang telah ditetapkan. Dengan demikian juga akan
dilihat prinsip-prinsip arsitektur yang melandasi pola solusi yang ada.
3.8 Visi arsitektur
Langkah selanjutnya adalah visi arsitektur. Dalam visi arsitektur akan
didefinisikan diagram konsep solusi sebagai gambaran umum dari arsitektur
target. Diagram konsep solusi yang dibangun sebagai visi arsitektur akan
berdasarkan kondisi saat ini dan bertujuan mengatasi permasalahan-permasalahan
yang ada agar didapat arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan.
3.9 Arsitektur sistem informasi
Arsitektur sistem informasi yang ada pada tahap kedua adalah arsitektur sistem
informasi sebagai target. Hal ini berdasarkan arsitektur baseline dengan
mengakomodir pola solusi yang ada.
-
37
Universitas Indonesia
3.9.1 Arsitektur data
Sebagai bagian dari arsitektur sistem informasi, maka arsitektur data target akan
dibuat agar kebutuhan arsitektur target dapat terpenuhi. Dengan arsitektur data
yang dibuat pada iterasi 1 sebagai baseline dan melihat pola solusi yang ada maka
akan didefinisikan target arsitektur data.
3.9.2 Arsitektur aplikasi
Arsitektur aplikasi pada iterasi ke-2 akan mengakomodir pola solusi yang ada.
Berdasarkan arsitektur aplikasi baseline dan pola solusi maka hasil akhir dari
arsitektur aplikasi adalah arsitektur aplikasi target.
3.10 Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi pada iterasi ke-2 dibuat agar apa yang telah di-desain pada
tahap sebelumnya dapat diaplikasikan dan mewujudkan apa yang terdapat pada
visi arsitektur. Arsitektur teknologi terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
1. Landscape aplikasi
Landscape aplikasi menggambarkan hubungan kedekatan antar aplikasi.
Dalam landscape aplikasi juga digambarkan hal-hal yang dipersyaratkan oleh
prinsip-prinsip arsitektur.
2. Perspektif arsitektur
Dalam perspektif arsitektur akan digambarkan hubungan antara landscape
aplikasi dengan TOGAF technical reference model (TRM).
3. Arsitektur gabungan
Arsitektur gabungan adalah gabungan dari landscape aplikasi dan TRM.
Dalam hal ini aplikasi infrastruktur dan hal-hal yang mendukung prinsip-
prinsip arsitektur sudah didefinisikan.
4. Peta interoperabilitas
Peta interoperabilitas akan menggambarkan aliran informasi antar aplikasi.
5. Mekanisme integrasi
Mekanisme integrasi akan menjelaskan pola integrasi antar aplikasi.
6. Platform arsitektur teknologi
Platform arsitektur teknologi akan menggambarkan platform yang digunakan
sebagai landasan aplikasi.
-
38
Universitas Indonesia
7. Topologi infrastruktur
Topologi infrastruktur akan membahas topologi dari infrastruktur yang
digunakan untuk mendukung aplikasi.
3.11 Peluang dan solusi
Dalam tahap ini akan dilakukan analisis kesenjangan secara menyeluruh dimulai
dari tahap arsitektur bisnis sampai dengan tahap arsitektur teknologi. Dari analisis
kesenjangan akan didapatkan kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai arsitektur
yang diusulkan dibandingkan dengan kondisi saat ini.
3.12 Kesimpulan dan saran
Kesimpulan yang didapat adalah evaluasi dari EA yang telah dihasilkan.
Kesimpulan juga mencakup evaluasi dari analisis kesenjangan dari keadaan
sebelumnya dibandingkan dengan kebutuhan untuk implementasi EA yang
dihasilkan dari penelitian.
Saran akan meliputi beberapa aspek yaitu dari sisi pengembangan EA untuk
batasan yang lebih luas, kemudian proses lanjutan dari EA yang dihasilkan seperti
studi penerimaan EA di organisasi dan proses tata kelola TI dalam rangka
penerapan EA.
-
39 Universitas Indonesia
BAB 4
PROFIL ORGANISASI
Bab ini menjelaskan tentang profil organisasi tempat studi kasus dilakukan. Profil
organisasi akan mencakup tentang sejarah singkat organisasi dilanjutkan dengan
visi dan misi organisasi. Selanjutnya akan dipaparkan tentang produk dan layanan
yang ada di organisasi yang ditujukan untuk pihak eskternal (klien).
4.1 Profil Asyst
PT Aero Systems Indonesia (Asyst) didirikan pada tahun 2005. Asyst telah
mengalami pergantian nama dan sebelumnya bernama PT Lufthansa Systems
Indonesia. Pada awalnya Asyst adalah perusahaan joint venture antara salah satu
maskapai penerbangan di Indonesia (PT XYZ) dengan pihak asing yang bergerak
di bidang penyedia layanan TI untuk airline. Komposisi saham awal adalah 51%
dimiliki oleh PT XYZ dan sisanya dimiliki oleh pemodal asing. Pada tahun 2009
terjadi perpindahan kepemilikan dan saham yang dimiliki oleh pemodal asing
ditransfer ke salah satu anak perusahaan PT XYZ sehingga Asyst resmi tergabung
ke dalam grup XYZ.
4.2 Visi dan Misi
Asyst mempunyai visi untuk menjadi nomor satu sebagai penyedia layanan TI
untuk industri transportasi dengan solusi TI yang komprehensif, terkemuka, dan
lengkap. Sedangkan misi dari Asyst adalah: 1) Membawa nilai tambah bagi PT
XYZ dan XYZ group; 2) Menyediakan layanan TI yang berkualitas dan efisien
dan, 3) Menyediakan solusi TI dengan portofolio yang lengkap. Asyst juga
mempunyai corporate culture yang disebut dengan Get IT On yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Integrity: bertindak dengan cara yang konsis