UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda...

139
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 03 JULI – 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm 1206329713 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

PERIODE 03 JULI – 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

IMELDA PRIANA, S.Farm

1206329713

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

PERIODE 03 JULI – 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

IMELDA PRIANA, S.Farm

1206329713

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional

(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 03 Juli

– 30 Agustus 2013, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini dengan

tepat waktu.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yustika Novianti, S.Si., Apt. dan Hafzha Hilda, S.Si., Apt., selaku

pembimbing luar yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis selama

pelaksanaan PKPA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan selama

penyusunan laporan ini;

2. Santi Purna Sari, M.Si., Apt., selaku pembimbing di Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan kesempatan, arahan,

dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan

ini;

3. Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt., selaku kepala Instalasi Farmasi RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;

4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia;

5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Penanggung Jawab

Sementara Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20

Desember 2013;

6. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;

7. Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis

menjalani PKPA di sana;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

v

8. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah

berhenti memberikan dukungan dan doa;

9. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 77 Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah

terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan

ketidaksempurnaan di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk

menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki penulisan

laporan penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri

penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini.

Penulis

2013

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

viii

ABSTRAK

Nama : Imelda Priana, S. FarmNPM : 1206329713Program Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat

Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo Periode 03 Juli – 30 Agustus 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus ini bertujuan untuk penyesuaian data obat (Formularium dan Non Formularium) pada teknologi informasi satelit farmasi dengan formularium RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2013.

Kata kunci : RSCM; Rumah Sakit; Apoteker; Farmasi Klinis; Formularium Rumah SakitTugas umum : xii + 100 halaman; 4 tabel; 12 lampiranTugas khusus : iv + 24 halaman; 2 tabelDaftar Acuan Tugas Umum : 5 (2004 - 2009)Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (1992 - 2013)

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

ix

ABSTRACT

Name : Imelda Priana, S. FarmNPM : 1206329713Program Study : ApothecaryTitle :The Professional Field Work of Apothecary Report at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo period of July 3rd-August 30th, 2013

The Professional Field Work of Apothecary was held at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo. The aim of activities is to know about the main job of pharmacist such as managerial role and clinical role of pharmaceutical care at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo. The aim of special assignment is to adjust drug’s data from hospital formulary and non-formulary in information technology of pharmacy satellite with RSUPN Cipto Mangunkusumo’s formulary in year 2013.

Key Words : RSCM; Hospital; Pharmacist; Clinical Pharmacy; Hospital Formulary

General Assignment Report : xii + 100 pages; 4 tables; 12 appendixSpecial Assignment Report : iv + 24 pages; 2 tablesGeneral Assignment Report Bibliography : 5 (2004 - 2009)Special Assignment Report Bibliography : 5 (1992 - 2013)

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iiiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………... ivKATA PENGANTAR........................................................................................ vHALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………….. viiABSTRAK…………………………………………………………………………viiiABSTRACT……………………………………………………………………….. ixDAFTAR ISI ...................................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 11.1 Latar Belakang....................................................................................... 11.2 Tujuan ................................................................................................... 2

2 TINJAUAN UMUM....................................................................................... 32.1 Rumah Sakit .......................................................................................... 32.2 Tenaga Kesehatan .................................................................................. 62.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................................................... 72.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)........................................................... 92.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ................................... 122.6 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.................................... 20

3 TINJAUAN KHUSUS.................................................................................... 253.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo............................................... 253.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.................... 263.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ........................... 293.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................. 33

4 PEMBAHASAN ............................................................................................. 384.1 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) ................................................. 384.2 Satelit Intensive Care Unit (ICU)............................................................ 474.3 Satelit Farmasi Pusat............................................................................... 524.4 Sub Instalasi Produksi............................................................................. 594.5 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ........................................ 644.6 Satelit Kirana.......................................................................................... 734.7 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat .......................................................... 77

5 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 835.1 Kesimpulan............................................................................................ 835.2 Saran...................................................................................................... 84

DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 88

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.............. 89Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ......................................... 90Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan..... 91Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang .......... 92Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi................... 93Lampiran 6. Contoh Etiket ............................................................................. 94Lampiran 7. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose........................................... 95Lampiran 8. Contoh Stiker Obat..................................................................... 96Lampiran 9. Contoh Blanko Kartu Stok ......................................................... 97Lampiran 10.Formulir Konseling Obat Pasien Pulang..................................... 98Lampiran 11.Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap ................... 99Lampiran 12.Formulir Medication History Taking Pasien ............................... 100

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Ruang Rawat Gedung A ..................................................38Tabel 4.2 Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat......55Tabel 4.3 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di IGD .....................64Tabel 4.4 Aturan Pengiriman Obat di IGD.........................................................69

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya

kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan

(promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh

pemerintah dan/atau masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata

dan terjangkau oleh masyarakat melalui fasilitas pelayanan kesehatan (Dewan Perwakilan

Rakyat RI, 2009).

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit yang merupakan sarana

kesehatan dan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Dalam menjalankan

tugasnya, rumah sakit juga mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

pelayanan kesehatan.

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Peraturan Pemerintah RI, 2009).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang

berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum,

strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu

profesi dan kepuasan pelanggan. Apoteker di rumah sakit adalah salah satu pelaksana

pelayanan kefarmasian yang memegang peranan penting.

Apoteker harus memiliki kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin dan tenaga fungsional

dalam menjalankan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes RI, 2004). Apabila apoteker

melakukan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar yang berlaku, maka pelayanan

kesehatan dapat terlaksana dengan baik.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

2

Universitas Indonesia

Apoteker di rumah sakit memiliki peran dalam manajemen pengelolaan perbekalan

farmasi dan farmasi klinis. Dalam menjalankan peran tersebut, apoteker tidak hanya

memerlukan ilmu pengetahuan farmasi namun juga keterampilan dan kemampuan

komunikasi yang baik. Oleh karena itu Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama

dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker di

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang berlangsung

selama dua bulan.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah untuk

memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran manajerial dan

pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan

sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit

diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,

etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial

(Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009a).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,

untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai

fungsi sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit,

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

4

Universitas Indonesia

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberi

kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan

pemilik serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah

sakit pendidikan.

2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:

1. Rumah sakit umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:

a. Rumah sakit umum kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima

pelayanan spesialis penunjang medik, duabelas pelayanan medik spesialis lain,

dan tigabelas pelayanan medik subspesialis.

b. Rumah sakit umum kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat

pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,

dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.

c. Rumah sakit umum kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat

pelayanan spesialis penunjang medik.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

5

Universitas Indonesia

d. Rumah sakit umum kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.

2. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:

a. Rumah Sakit khusus kelas A

b. Rumah Sakit khusus kelas B

c. Rumah Sakit khusus kelas C

2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola

Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :

1. Rumah sakit publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah

sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Rumah sakit privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.

2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan

Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga

kesehatan lainnya.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

6

Universitas Indonesia

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif dan efisien agar

dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala

rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,

unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis

yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik

rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator berguna untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan

efisiensi pelayanan rumah sakit, antara lain :

1. Bed Occupancy Ratio (BOR): persentase pemakaian tempat tidur pada satuan

waktu tertentu.

2. Length of Stay (LOS): rata-rata lama rawat pasien.

3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

4. Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati

dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

2.2 Tenaga Kesehatan

Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga

kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode

etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan

standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi

profesi masing-masing.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

7

Universitas Indonesia

1. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;

2. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;

3. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten

apoteker;

4. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,

administrator kesehatan, dan sanitarian;

5. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;

6. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan

terapi wicara; dan

7. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi

gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik

prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.3.1 Definisi IFRS

Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan

pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek

kefarmasian yang dilakukan rumah sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk

keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

2.3.2 Tujuan IFRS

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004,

tujuan pelayanan farmasi ialah:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia;

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

8

Universitas Indonesia

3. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat;

4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan;

6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan; serta

7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

2.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang dimulai dari perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada

penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit.

Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang

optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan

biaya minimal. IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan

farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi

kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan,

staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien

yang lebih baik (Siregar, 2004).

2.3.4 Ruang Lingkup Fungsi IFRS

IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi

klinik dan non-klinik. Fungsi non-klinik meliputi perencanaan, penetapan

spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,

penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian

semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).

Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan

dalam program rumah sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi

penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit

perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit, sentra informasi

obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

9

Universitas Indonesia

obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi Apoteker, dokter, dan

perawat, serta investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,

ronde/visite pasien, pengkajian resep, dan penggunaan obat (Siregar, 2004 dan

Departemen Kesehatan RI, 2004).

2.3.5 Struktur Organisasi IFRS

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,

tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan

filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang

menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.

Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan

perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu

dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai

harapan pelanggan.

Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak,

tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab

untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem

mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan

kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan

menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan

terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan

mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil

IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,

dampaknya pada pelayanan, dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk

dan pelayanan (Siregar, 2004).

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) (Departemen Kesehatan RI, 2004).

2.4.1 Definisi PFT

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

10

Universitas Indonesia

rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya.

2.4.2 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu:

1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat

yang sama;

2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau

menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf

medis;

3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus;

4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;

5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional;

6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan

7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

2.4.3 Struktur Organisasi PFT

Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.

1. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, Apoteker, dan

perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)

orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

11

Universitas Indonesia

2. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal

dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi

atau Apoteker yang ditunjuk;

3. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;

4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan

5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.4.4 Tugas Apoteker Dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Apoteker dalam panitia farmasi dan terapi memili tugas antara lain:

1. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);

2. Menetapkan jadwal pertemuan;

3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;

4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan;

5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit;

6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait;

7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.

8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan

antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;

9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;

10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;

11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan

12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

12

Universitas Indonesia

2.4.5 Formularium Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2004)

Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh

Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi

pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari

halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi,

informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang

diterima untuk digunakan, dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem

dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara

formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan

Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang

ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Departemen

Kesehatan RI, 2008)

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan

farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai

evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.

2.5.1 Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan

dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan

perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai

dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan

perencanaan kebutuhan farmasi meliputi:

1. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola

penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada

Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

13

Universitas Indonesia

masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar

Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

2. Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

3. Perhitungan Kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah

kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam

perhitungan kebutuhan obat, antara lain :

a. Metode Konsumsi

Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat

individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data

konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode

yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas

kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang

umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah

jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode morbiditas

membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar

obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan

satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada Praktek

rata-rata atau pedoman pengobatan).

c. Metode Kombinasi

Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,

selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode

morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus

demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan

menggunakan metode konsumsi.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

14

Universitas Indonesia

4. Evaluasi Perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun

yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti

dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa

nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek

medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.

2.5.2 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan

sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan adalah untuk

mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu yang baik, serta

pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak

memerlukan tenaga dan waktu berlebihan.

1. Pembelian

Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan

perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu :

a. Pelelangan (tender) Terbuka

Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan.

Pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu lama, dan perhatian penuh.

b. Tender Terbatas

Tender terbatas sering disebut juga sebagai lelang tertutup. Hanya

dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang

baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila

dibandingkan dengan lelang terbuka.

c. Pembelian dengan Tawar-menawar

Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya

dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

15

Universitas Indonesia

d. Pembelian Langsung

Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil untuk item yang perlu segera

tersedia. Harga untuk item tertentu relatif lebih mahal dibanding pada pembelian

dengan metode lain.

2. Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :

a. Sediaan Farmasi dengan Formula Khusus;

b. Sediaan Farmasi dengan Harga Murah;

c. Sediaan Farmasi dengan Kemasan yang Lebih Kecil;

d. Sediaan Farmasi yang Tidak Tersedia di Pasaran;

e. Sediaan Farmasi untuk Penelitian;

f. Sediaan Nutrisi Parenteral;

g. Rekonstruksi Sediaan Obat Kanker; dan

h. Sediaan Farmasi yang Harus Dibuat Baru.

Jenis sediaan farmasi yang diproduksi :

a. Produksi Steril

Persyaratan teknis untuk produksi steril, antara lain :

1) Ruangan aseptis;

2) Peralatan, contohnya laminar air flow (horizontal dan vertikal), autoclave,

oven, cytoguard, dan alat pelindung diri; serta

3) Sumber daya manusia merupakan petugas yang terlatih.

Kegiatan produksi steril meliputi :

1) Nutrisi (TPN)

TPN adalah nutrisi dasar untuk pemberian secara intravena yang

diperlukan bagi penderita yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara

enteral. Contoh TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin,

dan mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas ke dalam kantong khusus

untuk nutrisi.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

16

Universitas Indonesia

2) Pencampuran Obat Suntik / Sediaan Intravena (IV admixture)

IV admixture adalah pencampuran sediaan steril ke dalam larutan

intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril. Contoh kegiatan

IV admixture adalah mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus dan

melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.

3) Pengemasan kembali (re-packing)

4) Rekonstitusi sediaan sitostatika

b. Produksi Non-Steril

Kegiatan produksi non-steril meliputi :

1) Pembuatan sirup

Contoh sirup yang umum dibuat di rumah sakit adalah OBH (Obat Batuk

Hitam).

2) Pembuatan salep

Contoh : salep AAV.

3) Pembuatan puyer

Contoh : obat racikan

4) Pengemasan kembali (re-packing)

Contoh : Alkohol, Povidon Iodine

5) Pengenceran

Contoh : H2O2 3%.

Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,

kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses

dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah

dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus

terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).

3. Sumbangan/droping/hibah

Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan

mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan

farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat

situasi normal.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

17

Universitas Indonesia

2.5.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian

dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi :

1. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai

certificate of analysis (CA);

2. Barang harus bersumber dari distributor utama;

3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-

bahan berbahaya;

4. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of

origin (CO); dan

5. Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.

2.5.4 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan

penyimpanan, antara lain:

1. Memelihara mutu sediaan farmasi;

2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;

3. Menjaga ketersediaan; dan

4. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut

bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan

disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak

gudang dengan pemakai agar efisien.

2.5.5 Pendistribusian

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah

sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah

tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

18

Universitas Indonesia

jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan

dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan

dijangkau pasien dengan mempertimbangkan (Departemen Kesehatan, 2004):

1. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;

2. Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan

3. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :

1. Sistem Persediaan Lengkap Di Ruangan (Total Floor Stock)

Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam

ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian

perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang

disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh

petugas farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2004). Sistem distribusi ini hanya

digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Beberapa keuntungan dari sistem total floor stock adalah :

a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia;

b. Meniadakan retur obat;

c. Pasien tidak harus membayar obat berlebih; dan

d. Mengurangi jumlah personil farmasi.

Beberapa kelemahan dari sistem total floor stock adalah :

a. Kesalahan Obat Tinggi (Salah Order Dari Dokter, Salah Peracikan Oleh

Perawat, Atau Salah Etiket Obat);

b. Persediaan Obat Di Ruangan Menjadi Banyak;

c. Kemungkinan Kehilangan Dan Kerusakan Obat Lebih Besar; Dan

d. Menambah beban kerja bagi perawat.

2. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)

Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi

disiapkan dan didistribusikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep.

Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

19

Universitas Indonesia

melalui instalasi farmasi (Departmen Kesehatan, 2004). Beberapa keuntungan dari

sistem ini adalah :

a. Resep dapat dikaji dulu oleh Apoteker;

b. Ada interaksi antara Apoteker, dokter, dan perawat; dan

c. Ada pengendalian persediaan.

Kelemahan dari sistem ini adalah :

a. Bila obat berlebih, pasien tetap harus membayar;

b. Obat dapat terlambat sampai ke pasien;

c. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan

ke pasien; dan

d. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak

adanya proses pengawasan ganda.

3. Sistem Unit Dosis

Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep

perorangan yang disiapkan, diberikan atau digunakan, dan dibayar dalam unit

untuk penggunaan satu kali dosis (Departemen Kesehatan, 2004). Penyiapan dan

pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan

dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke

pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap, bukan

untuk pasien rawat jalan.

Keuntungan dari sistem distribusi unit dosis, antara lain :

a. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya;

b. Tidak ada kelebihan obat atau obat yang tidak terpakai di ruang perawatan;

c. Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu

yang lebih untuk merawat pasien;

d. Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca

resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika

membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien.

Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error);

e. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat, dan dokter

serta pasien;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

20

Universitas Indonesia

f. Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan

untuk drug use review (pengkajian penggunan obat); dan

g. Memudahkan pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.

Kelemahan dari sistem distribusi unit dosis adalah :

a. Membutuhkan banyak tenaga farmasi;

b. Harus segera siap sebelum jam makan pasien; dan

c. Menggunakan lebih banyak bungkus obat.

2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Departemen

Kesehatan RI, 2004)

2.6.1 Pengkajian Resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep

meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.

Persyaratan administrasi meliputi :

a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan

pasien;

b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;

c. Tanggal resep; dan

d. Ruangan atau unit asal resep.

Kesesuaian farmasetik meliputi :

a. Bentuk dan kekuatan sediaan;

b. Dosis dan jumlah obat;

c. Stabilitas dan ketersediaan; dan

d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.

Pertimbangan klinis meliputi :

a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;

b. Duplikasi pengobatan;

c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;

d. Kontraindikasi; dan

e. Efek aditif.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

21

Universitas Indonesia

2.6.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga

kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

dilingkungan rumah sakit;

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

(PFT);

3. Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan

4. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif;

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat, atau tatap muka;

3. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;

4. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan

formularium rumah sakit;

5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya; dan

6. Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

2.6.3 Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis,

dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin

(terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan

frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek

samping obat meliputi:

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

22

Universitas Indonesia

1. Menganalisa laporan ESO;

2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO;

3. Mengisi formulir ESO; dan

4. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni

kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring

ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat

mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan

sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat

individu, dan surveilans unit pasien.

2.6.4 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)

Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi

permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek

samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan

dalam penyiapan dan pemberian obat (Quick, 1997). Pengkajian penggunaan obat

merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,

efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan

obat adalah (Departemen Kesehatan, 2004) :

1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/dokter tertentu;

2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter

satu dengan yang lain;

3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan

4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah (Quick, 1997)

1. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

a. Rata-rata jumlah obat per pasien;

b. Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;

c. Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

23

Universitas Indonesia

d. Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan

e. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.

2. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

a. Rata-rata waktu konsultasi;

b. Rata-rata waktu dispensing;

c. Persentase obat aktual yang disiapkan;

d. Persentase pelabelan yang benar; dan

e. Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.

3. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

a. Ketersediaan daftar obat-obat esensial

b. Ketersediaan obat-obat esensial.

2.6.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan

rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan

pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,

efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi

dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien rujukan dokter,

2. Pasien dengan penyakit kronis,

3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,

4. Pasien geriatrik, dan

5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :

1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh

dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:

a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

b. Bagaimana cara pemakaiannya

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

24

Universitas Indonesia

c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

2.6.6 Ronde/visite pasien

Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :

1. Pemilihan obat,

2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,

3. Menilai kemajuan pasien, dan

4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :

1. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan

tersebut kepada pasien;

2. untuk pasien yang baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat

terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;

3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin

penggunaan obat yang benar; dan

4. melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk

pemberian obat.

Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan

penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker

sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

25 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

3.1.1 Sejarah Singkat

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke

Ziekenhuis (CBZ). Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di

Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).

CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang

dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh

Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit

Tjipto Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, Prof. Dr.

Satrio, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1964. Sejalan dengan

perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah menjadi RSCM. Pada

tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah

sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)

Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini.

Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr, Cipto Mangunkusumo

Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah

menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005,

dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

3.1.2 Visi

RSCM memiliki visi “Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan

nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014”.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

26

Universitas Indonesia

3.1.3 Misi

RSCM memiliki misi antara lain:

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau

oleh semua lapisan masyarakat.

2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.

3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang

mandiri.

3.1.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia

RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima

direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan

dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat

Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan

rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada

Lampiran 1.

3.1.5 Klasifikasi

RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang

merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit

pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama

dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang

kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai

mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas

Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi

Apoteker.

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat

pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada di

bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh

seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

27

Universitas Indonesia

3.2.1 Visi

Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi penyelenggara pelayanan

farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan

pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014”.

3.2.2 Misi

Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:

1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.

2. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan

keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.

4. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

5. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai

persyaratan mutu.

6. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.

7. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan farmasi.

3.2.3 Nilai Budaya

Instalasi Farmasi RSCM memiliki 5 nilai budaya Profesionalisme,

Integritas, Kepedulian, Penyempurnaan Berkesinambungan serta Belajar dan

mendidik.

3.2.4 Tujuan Umum

Menyelenggarakan kebijakan obat di rumah sakit melalui pelayanan

farmasi satu pintu, profesional, berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika

profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang

terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

28

Universitas Indonesia

3.2.5 Tujuan Khusus

1. Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan

efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem

informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga

kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,

mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.

2. Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan

menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau

efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi

tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling

pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat

kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama

dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di

rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana

Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).

3.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi

Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas

melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi

perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan

produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai

prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang

Farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM

berfungsi dalam:

1. Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan

kefarmasian

2. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi

3. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

4. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

29

Universitas Indonesia

5. Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.

6. Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.

7. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat

kesehatan.

8. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

9. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.

10. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.

11. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.

12. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu

pengelolaan pelayanan kefarmasian.

13. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.

14. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

3.2.7 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat

Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical

Unit (CMU) 2 lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi

Farmasi RSCM yang membawahi :

1. Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);

2. Koordinator Produksi dan Diklitbang; dan

3. Koordinator Pelayanan Farmasi

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit

3.3.1 Pelaksana pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)

PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan

tujuan:

1. Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit

melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan

Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim

Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

30

Universitas Indonesia

2. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur

pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari

prosedur yang telah ditetapkan.

3. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.

4. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian

resistensi antimikroba.

Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan

antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan) di

RSUPN. Tim PPRA terdiri dari:

1. Tim inti yaitu:

a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.

b. PPIRS.

c. Spesialis Farmasi Klinik.

d. Spesialis Mikrobiologi Klinik.

2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik.

3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen

Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.

4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam.

5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan

Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota

yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),

perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,

spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam

melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai

departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan

antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai

anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat

departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011):

1. Departemen Penyakit Dalam.

2. Departemen Bedah.

3. Departemen IKA.

4. Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

31

Universitas Indonesia

5. Departemen Kulit dan Kelamin.

6. Departemen Gigi dan Mulut.

7. Departemen Bedah Syaraf.

8. Departemen Mata.

9. Departemen Neurologi.

10. Departemen Urologi.

11. Departemen THT.

12. ICU.

13. Unit Pelayanan Luka Bakar.

14. Pelayanan Jantung terpadu.

15. Instalasi Gawat Darurat.

Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi

antimikroba PPRA memilki fungsi, antara lain:

1. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.

2. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui

koordinasi empat pilar.

3. Menyusun Program Kerja Tim PPRA dan Pokja PPRA

Departemen/UPT/Instalasi.

4. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang

prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan

antibiotik secara bijak.

5. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.

6. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi

kuman, insiden MRSA.

Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan

berkala secara terencana minimal satu bulan sekali untuk membahas program dan

kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi

hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan

pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA).

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

32

Universitas Indonesia

3.3.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik

yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan

dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan

dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.

Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak

boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua,

sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap

departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris

dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio

PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan

penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna

mendukung program kerjanya.

Tugas PFT mencakup :

1. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua

masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.

2. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

3. Menyusun formularium obat, dan daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan

memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia

didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus

mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat

yang indikasinya sama.

4. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang

menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat

biaya.

5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran

informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan

penggunaan obat kepada staf medis RSCM.

6. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan

penggunaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

33

Universitas Indonesia

7. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi

di RSCM.

8. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan

mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat

rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi

dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan

penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut

kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil,

maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan

keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata

adalah untuk kepentingan pasien. (Formularium RSCM, 2012)

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah

terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk

terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran

mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang

utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus

sebagai first step to quality. Oleh karena itu, instalasi sterilisasi pusat menjadi unit

yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-

barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril

menjadi produk akhir sterilisasi di instalasi sterilisasi pusat.

3.4.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat

Instalasi sterilisasi pusat merupakan suatu unit kerja yang bertugas

menyediakan barang-barang dan peralatan steril, seperti perbekalan farmasi dasar,

instrumen steril, linen steril, dan lain-lain, yang dibutuhkan oleh departemen,

instalasi atau unit kerja lainnya di RSCM.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

34

Universitas Indonesia

3.4.2 Visi dan Misi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Visi dari instalasi sterilisasi pusat adalah menjadi instalasi sterilisasi pusat

yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dari instalasi sterilisasi pusat

adalah:

1. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu;

2. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan;

3. Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi;

4. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal; dan

5. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di

bidang sterilisasi.

3.4.3 Tujuan dan Strategi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Tujuan dari instalasi sterilisasi pusat RSCM adalah tercapainya pelayanan

pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang

digagas adalah:

1. Meningkatkan efisiensi produktivitas;

2. Meningkatkan profesionalisme;

3. Menciptakan restrukturisasi;

4. Menerapkan sistem managemen keuangan;

5. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost; dan

6. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.

3.4.4 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Sterilisasi

Pusat RSCM

Instalasi sterilisasi pusat RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat

Sterilisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Umum dan Operasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat

RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi

membawahi empat Penanggungjawab sebagai berikut:

a. Penanggungjawab SDM & Keuangan;

b. Penanggungjawab Peralatan & Pelayanan;

c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

35

Universitas Indonesia

d. Penanggungjawab Logistik dan Inventaris.

Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian,

yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala

bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggungjawab yang menjadi

pelaksana kegiatan. Kepala Sub Instalasi Operasional membawahi

Penanggungjawab Dekontaminasi, Penanggungjawab Pengemasan & Labeling,

dan Penanggungjawab Proses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu

membawahi Penanggungjawab Penyimpanan dan Distribusi, Penanggungjawab

Quality Control, dan Penanggungjawab Audit Mutu. Sumber daya manusia

instalasi sterilisasi pusat RSCM harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti

terlatih, tidak mempunyai luka terbuka, tidak mempunyai penyakit yang menular,

disiplin memakai alat pelindung diri dalam tugas operasional dan mematuhi

aturan sterilisasi.

3.4.5 Ruang dan Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Ruang instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki suhu 18-220C dan

kelembaban 35-72%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan

pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/ hepafilter. Alat yang digunakan

untuk membantu sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat

sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. Instalasi sterilisasi

pusat RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:

1. Area unclean

Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.

2. Area clean

Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.

3. Area steril

Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan

distribusi barang steril.

3.4.6 Sistem Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang

tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

36

Universitas Indonesia

dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi

perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup

dalam hal khusus seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.

Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di instalasi sterilisasi pusat.

Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya yaitu peningkatan efisiensi ruangan,

SDM, peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin

karena adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih

cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu,

instalasi sterilisasi pusat juga akan lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali

serta dapat mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.

3.4.7 Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instalasi sterilisasi pusat, yaitu:

1. Alur perpindahan barang satu arah

Instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang.

Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke

area steril. Pada area kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir.

Barang direndam, dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area

bersih. Pada area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas

kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu

barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan

masuk ke area steril dan disimpan.

2. Alur Aktivitas Fungsional

Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.

Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih

ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan

melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi

lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan & pemberian label,

petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos

uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan

diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada

proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses ulang dengan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

37

Universitas Indonesia

mengulang proses sterilisasi dari awal.sedangkan barang yang kondisinya

memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-

barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket

distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer.

3. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar

Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan

dan labeling Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah

dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.

Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi,

barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang

steril untuk didistribusikan.

4. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai

Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui

proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi

sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol

spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah

penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji

secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk

didistribusikan.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

38 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang

sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang pada

setiap lantainya terdiri dari dua zona, yaitu zona A dan zona B.

Tabel 4.1 Pembagian Ruang Rawat Gedung A

Lantai Ruang Rawat Zona A Ruang Rawat Zona B

1 Anak Kelas khusus dewasa

2 Kebidanan Kebidanan

3 Kelas khusus Kelas khusus

4 Bedah Bedah

5 Syaraf dan stroke Bedah syaraf, HCU

6 Kelas khusus dewasa HCU dewasa, ICU anak, penyakit dalam

7 Penyakit dalam dewasa Penyakit dalam dewasa, THT, mata

8 Hematologi dewasa, geriatri Hematologi dewasa

Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu

manajemen perbekalan farmasi serta pelayanan farmasi klinik.

4.1.1 Manajemen Perbekalan Farmasi di Gedung A

Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri

dari depo farmasi di setiap lantai dan Gudang Farmasi Basement Gedung A. Depo

farmasi bertugas melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien yang

menginap di lantai tersebut, sedangkan Gudang Farmasi Basement berfungsi

menyediakan kebutuhan perbekalan farmasi bagi semua depo farmasi di Gedung

A dan pasien Gedung A pada malam hari. Gudang Farmasi Basement akan

mendistribusikan perbekalan farmasi ke setiap depo farmasi, kemudian depo

farmasi tersebut yang akan mendistribusikannya ke pasien melalui perawat.

Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24

jam yang terbagi menjadi dua shift (pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul

14.00 – 21.00 WIB), dilayani di depo farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

39

Universitas Indonesia

penambahan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan

pelayanan dari depo tiap lantai ke Gudang Farmasi Basement Gedung A. Jumlah

SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Juni) terdiri dari 2 orang

Apoteker, 55 orang AA dan 12 orang pekarya.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Gudang Basement sama seperti

pengelolaan perbekalan farmasi di satelit farmasi lain, yaitu mulai dari

perencanaan perbekalana farmasi yang dibutuhkan hingga distribusinya ke

pasien. Perencanaan Gudang Farmasi Basement berdasarkan pada kebutuhan depo

farmasi setiap lantai, setelah pihak Gudang Basement mengetahui jumlah

perbekalan farmasi yang dibutuhkan, maka akan dilakukan pengadaan melalui

defekta ke Gudang Pusat setiap tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin,

Rabu, dan Jumat menggunakan sistem online. Setelah dilakukan pemesanan dan

penyiapan barang oleh petugas Gudang Pusat, pekarya dari Gudang Farmasi

Basement Gedung A akan melakukan penerimaan perbekalan farmasi di Gudang

Pusat.

Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa disimpan di Gudang

Basement. Sediaan farmasi disusun berdasarkan sistem alfabetis, bentuk sediaan,

generik/non-generik, kestabilan (obat termolabil), dan FEFO/FIFO, sedangkan

alat kesehatan disusun berdasarkan fungsinya. Beberapa sediaan farmasi harus

disimpan secara khusus atau terpisah dari sediaan lainnya antara lain:

a. Narkotika: disimpan di lemari khusus yang berpintu dan berkunci ganda.

Lemari tersebut harus selalu dikunci dan kuncinya digantungkan pada leher

petugas farmasi yang bertanggung jawab pada saat itu.

b. Psikotropika: disimpan di lemari khusus yang berpintu. Lemari tersebut juga

harus selalu terkunci dan kuncinya digantungkan pada leher petugas farmasi

yang bertanggungjawab pada saat itu. Kunci lemari psikotropika biasanya

akan digabung dengan kunci lemari narkotika.

c. Obat mahal: disimpan di lemari terpisah dengan sediaan lainnya agar dapat

memudahkan pengontrolan penggunaan obat tersebut.

Obat LASA, penyimpanan obat LASA sama dengan di satelit-satelit

lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

40

Universitas Indonesia

d. Obat High Alert, penyimpanan obat High Alert sama dengan di satelit-satelit

lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.

e. Obat sitostatika, yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat

menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi

stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat

ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan

obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah

menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari.

f. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): disimpan di lemari besi yang tertutup

rapat karena sifatnya yang korosif, mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya

lainnya. Di bagian depan pintu harus tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS

yang merupakan pedoman penanganan untuk masing-masing B3 di dalam

lemari tersebut.

g. Obat yang memiliki waktu kadaluwarsa tiga bulan ke depan akan dimasukkan

ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning yang berisi

informasi bulan dan tahun kedaluwarsa.

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, Gudang Farmasi Basement

mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai berdasarkan

defekta dari depo. Depo di setiap lantai biasanya melakukan defekta ke Gudang

Farmasi Basement setiap hari sesuai dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan

farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke

depo farmasi.

Obat-obat yang perlu diracik, disiapkan di ruang peracikan khusus yang tersedia

di Gudang Farmasi Basement. Sistem peresepan di Gedung A sudah

menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR). Kelebihan

penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep

sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian obat. Selain itu,

kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat

sampai di depo farmasi sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing

obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Dokter biasanya

mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk penggunaan dari Senin sore

hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk penggunaan dari Kamis sore hingga

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

41

Universitas Indonesia

Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa dokter yang melakukan

peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang menangani pasien kelas

khusus di lantai 1, 3, dan 6.

Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di

depo dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang

digunakan, yaitu resep unit dose dan peresepan individu. Sistem unit dose, yaitu

sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat, dimulai

dari sore hingga siang hari di hari berikutnya. Walaupun obat disiapkan secara

unit dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari

untuk penggunaan selama satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00

WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan untuk obat oral, kecuali di depo

farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem unit dose untuk obat-obat

parenteral. Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk penyiapan obat

bagi pasien yang akan pulang.

Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga

menerapkan sistem distribusi floor stock. Obat dan alkes yang didistribusikan

dengan metode floor stock, yaitu obat dan alkes yang diberikan tanpa melalui

verifikasi petugas farmasi. Obat dan alkes ini meliputi bahan medik habis pakai

dan troli emergensi. Troli emergensi merupakan persediaan obat dan alkes pada

keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup dan alat-alat kesehatan

penyelamat hidup.

Setiap kegiatan manajemen obat dan alkes yang dilakukan harus

disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi

Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian

antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis

pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan

penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut

dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke

Koordinator Adminkeu dan Koordinator Pelayanan Farmasi.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami

manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu :

a. Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

42

Universitas Indonesia

b. Membantu memeriksa kesesuaian penempelan stiker LASA pada rak obat

yang tergolong ke dalam obat LASA.

c. Melakukan pengamatan terhadap alat pelindung diri (APD) yang digunakan

oleh juru racik hingga alat-alat yang digunakan selama proses peracikan.

d. Memahami proses dispensing obat di depo farmasi Gedung A dengan ikut

serta membantu proses dispensing obat dan berdiskusi bersama AA yang

bertugas di depo tersebut.

Pada saat PKPA di gudang farmasi basement gedung A, terlihat ruangan

gudang ada yang bocor dibagian langit-langit yang dikhawatirkan dapat merusak

obat bila terkena air bocoran tersebut dan menghalangi kegiatan pengambilan obat

karena adanya tampungan ember untuk menampung air bocoran tersebut.

Disarankan untuk segera dilakukan perbaikan ruangan sebelum kerusakan

menjadi semakin parah. Selain itu, berdasarkan pengamatan ada tenaga farmasi

yang kurang disiplin di gudang karena ditemukan peletakan barang yang bukan

pada tempatnya seperti MSDS setelah digunakan tidak diletakkan kembali

disamping lemari B3. Sehingga petugas lain dapat mengalami kesulitan saat

mencari perbekalan farmasi tersebut. Masih ada kartu stok yang tidak diletakkan

disamping obat serta masih adanya petugas yang tidak mengikuti briefing di pagi

hari. Oleh karena itu, disarankan untuk mensosialisasikan kembali pentingnya

briefing di pagi hari dan ditegaskan kembali kepada para tenaga farmasi agar tetap

disiplin kembali dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu jumlah retur obat di

tiap depo farmasi gedung A masih tinggi, hal ini dapat disebabkan karena

kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat dan farmasis,

selain itu juga kurangnya ketelitian dari tenaga farmasi dalam melakukan

verifikasi resep sehingga jumlah obat yang diberikan berlebih. Disarankan untuk

meningkatkan koordinasi antara dokter, perawat dan farmasis dengan lebih

meningkatkan komunikasi dalam menyiapkan obat dan alkes untuk pasien. Juga

bagi farmasis yang melakukan verifikasi resep disarankan lebih teliti lagi. Jika

ditemukan adanya peresepan obat yang jumlahnya lebih banyak dari yang biasa

diresepkan maka harus melakukan konfirmasi kepada dokter sehingga dapat

meminimalkan retur obat.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

43

Universitas Indonesia

4.1.2 Farmasi Klinik Gedung A

Kegiatan farmasi klinik di Gedung A RSCM berjalan cukup baik. Farmasi

klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk

menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam

rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang

rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara

pemberian, tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi

klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pengobatan, visite,

pelayanan konseling, pelayanan informasi obat, dan pengambilan riwayat

pengobatan (medication history taking).

a. Verifikasi resep

Hal-hal yang dilakukan oleh Apoteker selama verifikasi resep meliputi

pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan

kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah

menggunakan sistem EHR sehingga kelengkapan administrasi resep telah lengkap

secara otomatis.

b. Monitoring pengobatan

Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada

tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui

perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring

pengobatan pasien meliputi :

1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan

pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical

Record).

2) Kesesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.

3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.

4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.

c. Visite

Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang

bertujuan untuk :

1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,

perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

44

Universitas Indonesia

2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk

sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan

3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal

pemilihan terapi dan monitoring terapi.

Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun

berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi

pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis

dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta

kemungkinan terjadinya interaksi obat.

d. Pelayanan konseling

Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut ≥ 60 tahun), pediatri

(anak-anak < 18 tahun), pasien yang akan pulang, pasien dengan obat

polifarmasi, pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit.

Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.

Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut

selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang

terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk

mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses

evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh

pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.

Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir

informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien

meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian

obat, serta informasi khusus. Fungsi formulir konseling ini untuk memudahkan

pasien dalam pemakaian obat di rumah sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

penggunaan obat di rumah meliputi dosis maupun aturan pakai obat.

Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan

cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling

oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

45

Universitas Indonesia

sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini

juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam

penggunaan obat.

e. Pelayanan informasi obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh Apoteker selama 24

jam. PIO terdiri dari:

1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan yang berasal dari tenaga

kesehatan di lingkungan RSCM. Saat ini kegiatan PIO pasif baru terlaksana

bagi tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM dan juga pertanyaan yang

berasal dari luar RSCM.

2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti membuat

buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.

Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang

dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik

seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang

diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai

kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu,

dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani

perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap

bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa

ditanyakan kembali di lain waktu.

PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum

dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan PIO aktif yang telah dilakukan antara lain:

1) Pembuatan leaflet penggunaan obat khusus, seperti tetes hidung, salep dan

tetes mata, suppositoria, dan sebagainya;

2) Pembuatan buku panduan NGT, stabilitas obat, dan high-alert;

3) Pembuatan buku saku untuk penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes

melitus, tuberkulosis, HIV, dan sebagainya; serta

Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin

dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

46

Universitas Indonesia

bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang berisi

informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari HIV sedunia.

f. Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking)

Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru

dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya,

dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM.

Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu 48 jam saat

pertama pasien datang. Ketika melakukan pengambilan riwayat pengobatan,

Apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan dan menanyakan

tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:

nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep,

non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama

penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan

(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat,

dan jumlah obat tersisa. Selain itu, Apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan

efek samping obat yang pernah dialami pasien.

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan mahasiswa PKPA di Gedung A

antara lain:

a. Melakukan monitoring dan pengambilan riwayat pengobatan pada formulir

yang tersedia, serta berdiskusi bersama Apoteker klinik mengenai data yang

didapatkan.

b. Mengikuti diskusi kasus HIV di Unit Pelayanan Terpadu HIV.

c. Menyiapkan obat, menulis informasi obat pulang pada formulir yang telah

disediakan dan memberikan konseling obat untuk pasien yang akan pulang.

d. Melakukan pelayanan informasi obat dengan menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui telepon yang masuk ke unit PIO. Mahasiswa mendapatkan

beberapa pertanyaan yang diajukan oleh petugas farmasi di depo dan dokter.

Dalam menjawab pertanyaan yang diterima, mahasiswa mencari informasi

dari literatur yang telah tersedia di ruangan, yaitu Drug Information

Handbook dan literatur lain, seperti MIMS serta literatur dari internet.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

47

Universitas Indonesia

Sewaktu pelaksanaan PKPA dibagian farmasi klinik ditemukan kendala

yaitu adanya telepon yang tidak khusus untuk pelayanan PIO sehingga sedikit

mengganggu jika ada telepon untuk ke PIO tetapi tidak bisa cepat tersambung

karena sedang digunakan untuk bagian lain dan masih sering ruangan PIO tidak

ada apoteker yang berjaga sehingga jika ada pertanyaan, penanya harus menunggu

atau menelepon ketempat lain untuk mencari apoteker. Disarankan untuk

menambah telepon khusus untuk PIO dan dibuat jadwal bergilir untuk apoteker

dalam menjaga ruang PIO sehingga memudahkan pelayanan dan juga bisa dengan

penambahan jumlah apoteker di bagian farmasi klinik.

4.2 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)

Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani pasien

selama 24 jam setiap hari. Satelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk

shift pertama, dari pukul 14.00 – 21.00 untuk shift kedua, dan dari pukul 21.00 –

08.00 untuk shift ketiga. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun

pasien umum yang membayar secara tunai. Satelit ini melayani resep rawat inap

dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi.

Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang

Apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang Apoteker klinis, dibantu

oleh delapan orang Asisten Apoteker. Apoteker manajemen perbekalan farmasi

bertanggung jawab atas ketersediaan perbekalan farmasi di satelit ICU sedangkan

Apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas perkembangan pasien secara

klinis di ICU. Kedua apoteker tersebut berada dibawah tanggung jawab

Koordinator Pelayanan Farmasi.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi

pengelolaan perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di

Satelit Farnasi ICU meliputi parade pagi, visite pasien, pengkajian resep,

monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi

obat kepada keluarga pasien maupun tenaga kesehatan lain.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

48

Universitas Indonesia

4.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU

Perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU dilakukan 2 kali

dalam satu tahun berdasarkan pemeriksaan pada kartu stok dan banyaknya

kebutuhan perbekalan farmasi dari resep.

Pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU menggunakan

defekta online ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk

pengambilan barang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Sama halnya dengan

satelit-satelit lain, satelit farmasi ICU melakukan pengadaan perbekalan farmasi

sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.

Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu

obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan, generik atau nama dagang. Untuk alat kesehatan,

penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Sama halnya

dengan satelit-satelit lain, penyimpanan perbekalan farmasi sudah dilakukan

sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, termasuk obat-

obat narkotika dan psikotropika, obat-obat high alert, obat-obat sitostatika serta

obat-obat termolabil.

Di Satelit Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan

obat yaitu obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal kadarluasa.

Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara

berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada

wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan

ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan

mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut.

Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi

peresepan individual dan floor stock. Pada sistem distribusi peresepan individual,

dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep biasanya diantar ke satelit

ICU oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan melakukan verifikasi

terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif,

farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan

jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-obat tertentu, seperti

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

49

Universitas Indonesia

albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem

IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit. Petugas

pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai

dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok.

Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, petugas

ruangan diinformasikan oleh pertugas Satelit Farmasi ICU untuk mengambilnya

di Satelit Farmasi ICU. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang

telah menyerahkan resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang

didispensing untuk segera dibawa ke ruang rawat.

Untuk sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan

perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa troli emergensi. Prosedur penggunaan

barang pada troli emergensi sudah dilakukan sesuai dengan standar prosedur

operasional yang telah ditetapkan. Yang bertanggungjawab atas troli emergensi

adalah farmasi dan perawat. Farmasi bertanggungjawab dalam hal perbekalan

farmasi, sedangkan perawat bertanggungjawab dalam hal pengontrolan

kelengkapan dan penggunaan alat kedokteran di dalam troli.

Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih

layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Prosedur retur obat tidak

dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah

ditetapkan. Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU yaitu

perawat mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur

dan menyerahkan ke satelit, petugas satelit mengecek kembali baik jenis maupun

jumlah perbekalan farmasi dan selanjutnya petugas satelit mengembalikan

perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu stok.

4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik di Satelit Farmasi ICU

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi

parade pagi, visite pasien, pengkajian resep, monitoring obat, konseling obat

pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi obat.

Apoteker klinis di Satelit Farmasi ICU melakukan parade pagi setiap

pukul 08.00 – 10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Parade ini

bertujuan untuk membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien,

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

50

Universitas Indonesia

dan rencana tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien.

Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan dalam

perawatan pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang sesuai

indikasinya, dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien juga

disesuaikan dengan hasil laboratorium pasien.

Setelah parade pagi, Apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter,

perawat, dan dietisian. Melalui kegiatan visite, tim tersebut dapat mengetahui

kondisi pasien yang sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi

perubahan terapi ataupun tindakan. Peran Apoteker pada saat itu adalah

memberikan rekomendasi dan berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi

atau tindakan yang akan diterapkan.

Selain itu, Apoteker klinis juga melakukan pengkajian resep. Apoteker

mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan oleh dokter. Jika

terdapat terapi yang kurang sesuai, Apoteker meminta konfirmasi kepada dokter

yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan. Monitoring obat

dilakukan oleh Apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks, dan

status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan terapi yang

diperoleh.

Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan

dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang

kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan

kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan informasi obat

pada pasien yang akan pulang dengan melampirkan form informasi obat pulang

yang berisikan mengenai informasi obat-obat yang diberikan disertai dengan

indikasi, jumlah obat maupun aturan pemakaian. Apoteker juga mencantumkan

nomor telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien dapat menanyakan hal-hal

yang kurang jelas terkait dengan terapi pengobatan pasien kepada apoteker di

rumah.

Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal

yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa

masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU :

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

51

Universitas Indonesia

a. Resep-resep yang diterima di Satelit ICU terkadang tidak memenuhi

kelengkapan syarat penulisan resep. Contohnya, seringkali ditemukan tidak

ada nama dokter, riwayat alergi, jenis sediaan, kekuatan sediaan, nomor

rekam medis (NRM) pasien, serta tanggal lahir pasien. Hal ini mungkin

disebabkan karena dokter lupa menulis, terburu-buru, atau karena dokter

menganggap bahwa petugas farmasi telah mengetahui obat ataupun data

administrasi yang dimaksud. Ketidaklengkapanan syarat penulisan resep ini

dapat berpotensi menyebabkan terjadinya medication error.

Ketidaklengkapan ini dapat diatasi dengan penerapan sistem peresepan online

karena dengan sistem tersebut, data administratif pasien pada resep dapat

dilengkapi secara otomatis, mencegah terjadinya medication error serta

mempercepat pelayanan.

b. Petugas Satelit Farmasi ICU harus menuliskan etiket manual dengan jumlah

yang sangat banyak dari setiap resep dan pengerjaanya dalam waktu yang

sesingkat mungkin. Kendala tersebut dapat diatasi dengan pengadaan printer

etiket agar mempercepat pelayanan dan data yang terdapat pada etiket terisi

lengkap.

c. Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai

lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen

yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh

petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau

perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal

ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu,

penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi risiko

terjadinya kecelakaan kerja.

d. Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien

sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil

keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat atau administrasi pasien. Oleh

karena itu, dibutuhkan pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan

petugas dalam melakukan pemanggilan tersebut.

e. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan

cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat tablet yang

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

52

Universitas Indonesia

disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko

menimbulkan kesalahan dan menyulitkan pencarian obat saat proses

dispensing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat atau

pemberian sekat pada wadah tersebut untuk membatasi penyimpanan antara

satu produk obat dengan produk obat lain dengan pemantauan rutin dilakukan

setiap harinya agar produk obat tersebut disimpan sesuai dengan letak

penyimpanannya.

f. Prosedur retur obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan tidak sesuai dengan

standar prosedur operasional yang ditetapkan yakni petugas satelit tidak

langsung memeriksa jumlah dan jenis obat yang telah diretur oleh perawat.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya asisten apoteker memeriksa jumlah

dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat melakukan retur sehingga

apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung dikonfirmasi kepada

perawat tersebut.

g. Pelayanan farmasi klinik berupa konseling pasien pulang masih terdapat

sedikit kekurangan yakni pasien yang akan pulang harus menunggu cukup

lama untuk menerima konseling dari apoteker. Untuk mengatasi hal tersebut,

sebaiknya dibuat jadwal untuk konseling pasien pulang. Apabila apoteker

tidak dapat memberikan konseling, formulir informasi obat sebaiknya diisi

terlebih dahulu dengan lengkap dan mendelegasikan kepada asisten apoteker

untuk melakukan konseling.

4.3 Satelit Farmasi Pusat

Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam

pada hari Senin hingga Minggu yang masing-masing terbagi ke dalam tiga shift

kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift kedua

dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul

21.00 – 08.00 WIB. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1

Apoteker, 9 Asisten Apoteker, dan 2 juru resep dengan pembagian dalam satu

shift adalah 2 Asisten Apoteker dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore.

Sementara untuk shift malam, terdapat 2 Asisten Apoteker yang bertugas.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

53

Universitas Indonesia

Satelit ini melayani pasien kredit / jaminan berupa pasien Jamkesmas,

Jamkesda, KJS Dinkes DKI Jakarta, Jampeltas, Jampersal dan jaminan

perusahaan dan pasien cash. Resep yang dilayani meliputi pasien rawat inap yang

tidak memiliki satelit farmasi ataupun satelit farmasi yang tidak buka 24 jam dan

juga resep pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik. Resep rawat inap yang

dilayani berasal dari rawat inap Bedah Anak (BCH), Paviliun Tumbuh Kembang

(PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL,

PKW, PKA) dan Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep

pasien rawat jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa (pasien HD

yang menggunakan cairan dianeal), poliklinik bedah (bedah tumor, bedah toraks,

dan bedah digestif), poliklinik hematologi-onkologi (anak dan dewasa) dan

poliklinik thalasemia.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan mulai

dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, serta pendistribusian. Perencanaan

perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke Gudang Pusat dilakukan dua kali

dalam satu tahun dan dilihat berdasarkan pemeriksaan pada kartu stok dan

banyaknya kebutuhan perbekalan farmasi dan resep di Satelit Farmasi Pusat. Pada

proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam seminggu, yaitu

pada hari Senin dan Kamis. Petugas akan melakukan defekta ke Gudang Pusat

secara online. Selanjutnya, petugas gudang memeriksa ketersediaan perbekalan

farmasi sesuai dengan permintaan. Petugas Satelit Farmasi Pusat akan datang ke

Gudang Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan farmasi. Setelah

melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta

dengan yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit Farmasi Pusat akan

menandatangani fomulir defekta barang. Selanjutnya, petugas Satelit Farmasi

akan mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang di satelit dan

menyusun perbekalan farmasi di tempat yang telah disediakan. Beberapa jenis

perbekalan farmasi disimpan di lemari terpisah sebagai buffer stock.

Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga

melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan

farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

54

Universitas Indonesia

akan datang langsung ke gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang

dibutuhkan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun secara alfabetis

dengan sistem First Expired First Out (FEFO) atau First In First Out (FIFO)

dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan adalah 15-25oC dilakukan satu kali

sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan

dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik

ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat

antara lain oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop serta obat luar. Di Satelit Farmasi

Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi :

1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2°-8° C.

Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga melalui

pengecekan lemari pendingin sebanyak tiga kali sehari

2) Obat sitostatika, ditempel stiker ungu untuk obat kanker

3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan

ditempeli stiker High Alert hingga kemasan primer obat

4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus terdiri dari 2 sekat dengan kunci

ganda

5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus

6) Sediaan nutrisi

7) Obat ASKES

Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan

jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan

alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Selain itu,

terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat

antara lain pelabelan obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal

kadarluasa. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan

ketentuan yang berlaku yakni dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang

tergolong LASA secara berdampingan dan terdapat stiker LASA berwarna hijau

yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Untuk obat-obat yang

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

55

Universitas Indonesia

mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning

dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa

obat tersebut.

Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi

Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima

oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Resep online

diperoleh dari rawat inap Bedah Anak (BCH), Unit Luka Bakar (ULB) dan

Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep manual diperoleh dari Paviliun Tumbuh

Kembang (PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU) dan Pelayanan Jantung Terpadu

(pada shift kedua dan ketiga). Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan

diambil oleh petugas dari masing-masing unit kerja.

Berikut jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit

Farmasi Pusat :

Tabel 4.2 Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat

Jam Resep DatangJam Pengambilan

Perbekalan Farmasi

≤ 09.0011.00

15.00 (untuk Psikiatri dan Unit Luka Bakar)

> 09.00 19.00

19.00 09.00

Resep Cito < 15 menit

Khusus obat kemoterapi, pasien akan menerima bon penitipan obat dan pasien

akan mendapatkan obat pada hari dilakukannya kemoterapi. Obat kemoterapi

akan disiapkan dan dikirim oleh petugas Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi

tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi, sebelum tindakan kemoterapi

yang telah dijadwalkan.

Pada pasien rawat jalan diharuskan menggunakan resep dari dokter dan

hanya berlaku untuk 1 hari sesuai dengan tanggal SJP (Surat Jaminan Pelayanan)

yang berlaku. Apabila resep tidak sesuai dengan tanggal yang berlaku, maka resep

tersebut tidak akan dilayani. Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan,

akan diverifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif,

farmasetik, dan kelengkapan lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

56

Universitas Indonesia

jaminan pemerintah, kuitansi untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi

khusus untuk pasien kemoterapi, dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat

mahal dan antibiotik lini 2 dan 3. Pada pasien tunai, setelah verifikasi jumlah obat

dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT sedangkan untuk pasien jaminan,

input ke dalam sistem IT tidak langsung dilakukan dan perbekalan farmasi

langsung di-dispense. Setelah dimasukkan dan diberi harga pada pasien tunai,

resep diberikan kepada petugas satelit lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien

yang membayar secara tunai, dapat langsung membayar kepada petugas satelit,

sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan resep asli dan kelengkapan

jaminan lainnya kepada petugas satelit.

Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis

dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,

Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang

racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan

dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan

terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Obat diberikan kepada

pasien disertai pemberian informasi tentang penggunaan obat.

Pendistribusian obat pada pasien rawat inap diberikan untuk pemakaian

per hari, pengecualian untuk psikiatri yakni untuk pemakaian selama 3 hari (untuk

obat oral) dan pemakaian per hari (untuk injeksi). Untuk pasien yang akan pulang,

diberikan untuk pemakaian selama 1 minggu, pengecualian untuk pasien ASKES

diberikan untuk pemakaian selama 3 hari. Pada pasien rawat jalan, jumlah obat

yang diberikan sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep. Pasien hemodialisa

yang menggunakan cairan dianeal, diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan,

sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan dianeal, cukup diberikan obat

untuk keperluan satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian.

Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih

layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi Pusat. Prosedur retur obat tidak

dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah

ditetapkan. Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat yaitu

perawat mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur

dan menyerahkan ke satelit, petugas satelit mengecek kembali baik jenis maupun

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

57

Universitas Indonesia

jumlah perbekalan farmasi tanpa didampingi dengan perawat dan selanjutnya

petugas satelit mengembalikan perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu

stok.

Kendala-kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat antara lain :

a. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat berasal dari banyak unit,

baik resep pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan dengan rata-rata 250

lembar resep per harinya. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan

memfokuskan pelayanan yang dilakukan hanya untuk unit-unit yang belum

memiliki satelit sehingga pelayanan dapat dilakukan secara optimal.

b. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat setelah diverifikasi tidak

langsung diinput ke dalam sistem IT menyebabkan data respon time tidak

valid. Oleh karena itu, diharapkan petugas langsung melakukan input ke dalam

sistem IT setelah melakukan verifikasi agar tertib administrasi dan data respon

time yang diperoleh akurat

c. Resep-resep manual yang diterima di Satelit Farmasi Pusat terkadang tidak

memenuhi kelengkapan syarat penulisan resep sehingga berpotensi

menyebabkan terjadinya medication error. Untuk mengatasinya, dapat

dilakukan penggunaan sistem peresepan online untuk layanan yang belum

menjalankan sehingga mencegah terjadinya medication error, mempercepat

pelayanan dan data administratif pasien pada resep terisi dengan lengkap.

d. Petugas harus menuliskan etiket manual dengan jumlah yang sangat banyak

dari setiap resep dan pengerjaanya terburu-buru sehingga beberapa etiket

kurang begitu jelas dan tidak terisi dengan lengkap. Oleh karena itu, pengadaan

printer etiket dapat membantu mempercepat pelayanan dan etiket dapat terbaca

dan terisi dengan lengkap.

e. Ada beberapa obat lepasan (tidak pada kemasan aslinya) yang tidak

dicantumkan tanggal kadarluasa di etiket (untuk pemakaian obat lebih dari 3

hari). Untuk mengatasinya, perlu dilakukan sosialisasi kembali pada petugas

agar sesuai dengan prosedur.

f. Pada saat retur obat, Asisten apoteker tidak langsung memeriksa jumlah atau

jenis obat yang telah diretur oleh perawat. Oleh karena itu, sebaiknya asisten

apoteker memeriksa jumlah dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

58

Universitas Indonesia

melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung

dikonfirmasi kepada perawat tersebut.

g. Terdapat selisih antara jumlah pada kartu stok dengan jumlah fisik. Untuk

mengatasinya, dilakukan pengadaan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara

rak-rak obat untuk mempermudah dalam perhitungan stok dan memastikan

kalkulator tersebut tidak berpindah tempat dan mudah dicari.

h. Pengisian kartu stok masih ada yang sampai melewati batas bawah kartu stok

dan penulisannya kurang rapi. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan

pengadaan buku stok sehingga penulisan stok lebih teratur, rapi dan tidak

ditulis bertumpuk-tumpuk hingga batas bawah yang telah ada dan

mensosialisasikan kepada seluruh petugas di Satelit Farmasi Pusat untuk

menuliskan data di kartu stok dengan rapi sehingga mempermudah pada saat

penelusuran.

i. Frekuensi untuk mengambil barang atau defekta ke Gudang lebih sering

dikarenakan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu,

diperlukan koordinasi lebih lanjut dan komunikasi dengan petugas Gudang

tentang pemenuhan kebutuhan perbekalan farmasi.

j. Penyimpanan obat termolabil di lemari pendingin masih kurang rapi dan

beberapa obat LASA tercampur. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu

dikomunikasikan kepada seluruh petugas mengenai kerapihan dalam

penyimpanan dan penempatan obat-obat LASA. Penyimpanan obat termolabil

sebaiknya dialasi dengan wadah terlebih dahulu.

k. Briefing yang dilakukan setiap pagi tidak begitu fokus karena disertai dengan

pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh asisten apoteker. Oleh karena itu,

sosialisasikan kepada seluruh petugas untuk fokus pada saat briefing sehingga

informasi-informasi dapat diperoleh dengan tepat dan jelas.

l. Pasien berulangkali bertanya kepada petugas mengenai kelengkapan

administrasi yang harus dilengkapi sehingga mengganggu pelayanan yang

dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dibuat daftar administrasi

yang harus dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan

atau dinding ruang tunggu di Satelit Farmasi Pusat.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

59

Universitas Indonesia

4.4 Sub Instalasi Produksi

Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan

perbekalan farmasi di RSCM. Kegiatan produksi dilakukan untuk memenuhi

permintaan sediaan di RSCM dengan kriteria sebagai berikut :

a. Sediaan dengan formula khusus,

b. Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking),

c. Sediaan yang tidak ada di pasaran,

d. Sediaan dengan harga yang lebih murah,

e. Produk yang harus selalu dibuat segar, dan

f. Sediaan untuk keperluan penelitian.

Sub Instalasi Produksi melayani produksi sediaan farmasi dan pelayanan

aseptic dispensing. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari

sediaan steril dan non-steril.

Asisten apoteker (AA) yang terdapat di Sub Instalasi Produksi, terdiri dari

2 Apoteker, 21 asisten apoteker, dan 4 pekarya. Sub Instalasi Produksi beroperasi

dalam 2 shift yaitu jam 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu.

Sub Instalasi Produksi berada di gedung CMU 2 lantai 3, yang memiliki

fasilitas untuk melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan

terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan

dalam ruangan tersebut. Terdapat beberapa ruangan diantaranya :

a. Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat yang baru masuk

sebelum digunakan pada proses produksi.

b. Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang

akan digunakan dalam proses produksi.

c. Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan

digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan

berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan

obat luar.

d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat

dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.

e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril

dan repacking.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

60

Universitas Indonesia

f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas

produk yang dihasilkan.

g. Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari:

1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan

pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam

ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih

besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini,

diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan

sehingga petugas yang di luar ruang ini terhindar dari efek paparan obat

sitostatika.

2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat

dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik

atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan

positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibandingkan dengan

tekanan di luar ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak

terkontaminasi dari partikel yang terdapat di luar ruangan.

Pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung CMU 2

lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati dan

diikuti mahasiswa, antara lain :

a. Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika pasien rawat jalan

Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub Instalasi

Produksi dimulai dari penerimaan formulir pelayanan pencampuran obat

sitostatika dan obat kemoterapi dari pihak satelit farmasi oleh petugas rekonstitusi

obat sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing, formulir

juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis oleh dokter.

Petugas di Depo Sitostatika melakukan skrining resep dengan memeriksa

kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan pasien. Petugas juga

memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang

dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan

rekonstitusi. Apabila pasien tidak segera melakukan kemoterapi, maka obat

disimpan di Depo Sitostatika sebagai obat titipan pasien.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

61

Universitas Indonesia

Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat

sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga

dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, Nomor Rekam Medik

(NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute

pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa.

Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak

obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril

tempat penyiapan obat secara aseptis.

Sebelum dilakukan pencampuran, petugas harus menggunakan APD

terlebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku untuk menjamin sterilitas produk

yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas sendiri. Persiapan tersebut meliputi

pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril,

masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang

digunakan untuk prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap

dua, sarung tangan pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan

yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.

Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran

yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang merupakan

Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses

pencampuran, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan

yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alcohol 70% dan

gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan

dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alcohol 70%. Perlu disiapkan

juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang

dibutuhkan, seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

pencampuran obat sitostatika dilakukan di ruang steril dalam BSC serta

dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.

Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli dengan etiket

dan label obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam

ruang steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan

aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari

ruang steril melalui pass box dan dikemas kedalam plastik klip per pasien.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

62

Universitas Indonesia

b. Mengamati proses aseptic dispensing

Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral berupa

KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang dilakukan

pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan secara

online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form permintaan yang

telah disediakan, kemudian disiapkan bahan-bahan lain yang akan digunakan.

Proses dispensing dilakukan di ruang aseptic dengan tekanan udara positif,

menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan alcohol 70%.

Pengerjaan proses pencampuran hampir sama dengan pencampuran obat

sitostatika hanya saja yang membedakan adalah APD yang digunakan dan tekanan

udara yang bernilai positif. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan

pemberian etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan

diantarkan oleh pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.

c. Mencari MSDS dari Isoflurane

Pencarian MSDS isoflurane ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme kerja,

sifat fisik dan kimia, efek samping, penyimpanan, serta penanganan bila terjadi

hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dari bahan tersebut, dikarenakan ada

permintaan penelitian mengenai isoflurane tersebut.

d. QC (quality control) pada proses pembuatan hand rub

Proses QC dilakukan untuk mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai

dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP).

Mahasiswa ikut melakukan QC pada proses pembuatan hand rub sesuai dengan

prosedur yang terdapat pada formulir QC. Proses pembuatan hand rub yang

teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

e. Repacking pembuatan sediaan povidone iodinProses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi

kemasan yang lebih kecil dan ekonomis.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

63

Universitas Indonesia

f. Pembuatan sirup omeprazoleSirup omeprazole merupakan sediaan yang waktu kestabilan sediaannya

pendek. Selain itu, sediaan sirup ini tidak tersedia di pasaran sehingga produksi

sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM. Umumnya, produksi

sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan permintaan agar

kestabilan obat tetap terjaga.

g. Pengisian kapsul Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul CaCO3. Sebelum

pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan

menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan

alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama

obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa. Selain itu,

dilakukan juga uji mutu terhadap kapsul yang diperoleh, antara lain melalui uji

visual dan pengujian keseragaman bobot kapsul.

h. Mengemas serbuk KCl

Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang nantinya

akan ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan, harus

diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas. Proses

pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan petugas sehingga

dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan

selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.

Secara keseluruhan, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi

Produksi telah mengikuti aturan cara pembuatan obat yang baik. Dalam

pelaksanaan produksi masih ditemui berbagai kendala, seperti kurangnya tenaga

asisten apoteker (AA) untuk melakukan berbagai kegiatan di instalasi produksi

sehingga terkadang ada saja AA yang tidak masuk karena sakit akibat beban kerja

yang terlalu berat karena kurangnya tenaga di instalasi produksi, hal ini tentu saja

akan menghambat pekerjaan di instalasi produksi. Selain itu, AA yang ada

terkadang diperbantukan juga ke lokasi aseptic dispensing lain yang sedang

membutuhkan sehingga AA yang bertugas di instalasi produksi CMU 2 semakin

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

64

Universitas Indonesia

berkurang. Sebaiknya perlu diadakan penambahan AA untuk dapat mengatasi

masalah tersebut. Selain itu juga mungkin perlu diadakan mesin pengisi kapsul

agar dapat mempermudah proses pengerjaan kapsul, serta menghemat waktu dan

tenaga.

4.5 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Satelit Farmasi IGD hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di IGD

saja dan tidak menerima resep dari unit lain di RSCM. Satelit Farmasi IGD terdiri

atas satu satelit di lantai 1 dan satu depo di lantai 4. Depo lantai 1 melayani

kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga lantai 3 IGD, sementara lantai 4

hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang operasi di lantai 4.

Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, dimana 1 apoteker

bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi

dan 1 apoteker untuk pelayanan farmasi klinik, serta terdapat 21 orang Asisten

Apoteker, dan 1 orang pekarya. Pelayanan farmasi di kedua depo setiap harinya

dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam sehingga dapat selalu mengantisipasi

kebutuhan pasien IGD yang kondisinya dapat berubah-ubah setiap saat.

Pembagian jumlah AA yang bertugas di kedua depo pada masing-masing shift

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di IGD

Pagi

(07.30 –14.30

WIB)

Siang

(14.00–21.00

WIB)

Malam

(21.00 –08.00

WIB)

Satelit lantai 1 4 orang 3 orang 3 orang

Depo lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang

Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1 orang pekarya dan 1

orang Asisten Apoteker bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari

Senin hingga Jumat dari pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal

pemesanan barang ke Gudang Pusat.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

65

Universitas Indonesia

Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan

petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang Asisten Apoteker

yang bertugas di satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di

depo lantai 4.

4.5.1 Manajemen Perbekalan Farmasi Satelit Farmasi IGD

a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan depo lantai 4

dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi

didasarkan pada pola dan jumlah pemakaiannya di IGD. Perencanaan di IGD

dilakukan setiap 6 bulan sekali mengikuti jadwal perencanaan di RSCM. Satelit

lantai 1 melakukan defekta besar ke bagian gudang pusat RSCM dua kali dalam

seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelaksanaan defekta adalah

sebagai berikut :

Satu hari sebelum hari defekta besar, yaitu pada hari Senin dan Kamis,

pihak satelit akan membuat entry data defekta yang akan di-posting melalui

sistem IT ke Gudang Pusat. Tujuannya adalah agar pihak gudang menyiapkan

terlebih dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD. Keesokan harinya

pada hari defekta besar, pekarya dan AA dari IGD datang ke Gudang Pusat untuk

mengurus pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan

pengambilan barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan

melakukan pengecekan untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi,

jenis, bentuk sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan

data defekta dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-

nya. Setelah data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang

menyerahkan (pihak gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit

IGD). Pihak Satelit IGD akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut.

Apoteker Penanggungjawab Satelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data

dari lembar defekta dengan barang yang diterima. Apabila telah sesuai,

penambahan stok barang di satelit IGD akan diproses melalui sistem IT yang ada.

Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat

kesehatan, dan narkotika. Maksud pemisahan tersebut adalah untuk

mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

66

Universitas Indonesia

yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak

Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Pusat. Hal

tersebut menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di luar hari defekta

besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi tersebut.

Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan

depo lantai 4. Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan

mengajukan defekta ke depo lantai 1. Defekta besar dari depo lantai 4 juga

dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.

b. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD

Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur

sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat

berdasarkan pembagian berikut :

1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi

a) Obat

Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu

sediaan tablet, sediaan cair, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus.

b) Alat kesehatan

Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya.

2) Suhu penyimpanan dan stabilitas

Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2° –

8°C) disimpan pada kulkas terpisah.

3) Susunan alfabetis

Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya.

4) Sifat bahan

Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam

lemari yang terbuat dari bahan tahan api, serta dilengkapi dengan label bahan

berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan.

5) Sistem FIFO dan FEFO

Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali

masuk atau barang dengan tanggal kedaluwarsa paling dekat terletak di

bagian depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

67

Universitas Indonesia

Penyimpanan di Satelit Farmasi IGD juga menerapkan pengaturan khusus

untuk obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang

terletak di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain.

Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika,

dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas

farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi

lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan bepergian.

c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi

Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di

satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai

salah satu langkah untuk mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di

Satelit Farmasi IGD. Selain SO, langkah pengontrolan lainnya yang juga

dilakukan adalah dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal

untuk memudahkan pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu

sekali, pengecekan stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, serta

penerapan sistem sampling yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya

untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang

di satelit.

d. Distribusi perbekalan farmasi

Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi

IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem

floor stock. Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan

pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien. Sistem

peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual. Akan tetapi,

saat ini telah dilakukan uji coba penggunaan peresepan online menggunakan

sistem Electronic Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3 IGD.

Penggunaan sistem tersebut masih perlu dievaluasi dan disempurnakan kembali,

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

68

Universitas Indonesia

sebelum nantinya diberlakukan pada bagian lainnya di IGD. Selama masa uji

coba, penerapan sistem EHR masih mengalami beberapa masalah, yaitu :

1) resep seringkali salah terkirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan

sistem peresepan secara online;

2) belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan;

3) dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk

mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta

4) sistem bed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan

resep tidak jelas.

Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep

untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur

pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut :

Resep dari dokter akan diserahkan ke nurse station. Di nurse station

masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang Sakit (POS) yang akan

mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai 1. Resep kemudian

diverifikasi oleh Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan meliputi skrining

kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.

Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter, ruangan asal resep, nama

pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien. IGD sudah menerapkan

sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar data pasien sudah

tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep. Dengan demikian,

kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca oleh petugas

farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang dilihat dari

kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan. Apabila terdapat

ketidaklengkapan dari kedua aspek tersebut, petugas farmasi yang melakukan

verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar checklist review resep

obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada

tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat.

Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta

tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat

tersedia di depo, data dari resep akan di-input ke dalam database komputer dan

diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

69

Universitas Indonesia

sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas

harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah

diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah

dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama pasien, nomor rekam medis,

dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang

rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit

farmasi lantai 1. Terdapat Ketentuan Pengiriman Obat di IGD yaitu:

a. Bila Cito Maka harus diselesaikan < 15 menit

b. Apabila Tidak CITO, maka mengikuti aturan pengiriman Obat sebagai berikut:

Tabel 4.4 Aturan Pengiriman Obat di IGD

No.Jam Antar Resep dari

ruangan

Jam Resep

Selesai dan

diantar

Jam Penyuntikan

di Ruangan

1 05.00-11.00 Max 11.00 siang 12.00-13.00

2 13.00-17.00 Max 17.00 sore 18.00-19.00

3 18.00-23.00 Max 23.00 24.00-01.00

4 01.00 (dini hari) - 05.00 (subuh) Max 05.00 06.00-07.00

5 Untuk simvastatin dan simarc Max 20.00 21.00-22.00

6 Untuk antibiotika disesuaikan

jam masuk awal penyuntikan

c. Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep

ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 12.00 dan jam 18.00 (jika

resep sudah datang)

d. Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep

ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam 18.00

e. Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi,

Resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 24.00 dan

06.00 pagi

f. Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari

g. Untuk ruang ICU dikirimkan jam 14.00

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

70

Universitas Indonesia

Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan

paket tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.

1) Paket tindakan

Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu paket yang termasuk dalam cost unit pasien dan paket yang tidak

termasuk dalam cost unit pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian urgent

lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang termasuk dalam

cost unit pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani biaya yang sama

untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak

termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD)

serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket

tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah

perbekalan farmasi yang digunakan saja.

2) BMHP

BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar

yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.

Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari

Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh

pihak farmasi.

3) Troli emergensi

Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi

kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-

masing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan

Intermediate Ward (IW), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah

obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway),

alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah

(circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit Farmasi

lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan dari unit di mana troli

tersebut berada. Tanggal kedaluwarsa obat dan alat kesehatan yang

dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada lembar checklist troli emergensi

yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

71

Universitas Indonesia

menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi yang melakukan penguncian

troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli dan menandatanganinya.

Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di tiap lantai akan mengecek

kondisi dan nomor seri kunci disposable troli emergensi untuk memastikan

bahwa troli masih terkunci.

Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti terjadi

kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan,

dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang

digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan

nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep untuk meminta

penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari troli emergensi

dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama pasien yang

menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya penggantiannya

akan ditagihkan kepada pasien tersebut.

Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti

sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan

perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli.

Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri kunci

harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti pada

awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara penutupan

troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama pembuka troli,

tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan.

Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat

sebagai saksi.

Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan kembali

oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter, maka pihak

farmasi akan mengonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan untuk

membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika ditemui

peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam lembar

checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

72

Universitas Indonesia

4.5.2 Pelayanan farmasi klinik

Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang

Apoteker klinis. Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk melayani kebutuhan

pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah

dilakukan, antara lain :

a. Verifikasi resep : Apoteker klinis akan melakukan verifikasi resep sebelum

obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit,

proses verifikasi dilakukan oleh AA;

b. Monitoring penggunaan obat : dilakukan dengan cara menyesuaikan antara

obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status

pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;

c. Pemberian informasi obat pulang : dilakukan pada saat penyerahan obat

kepada pasien yang akan pulang. Pemberian informasi obat pulang di IGD

diutamakan untuk pasien dengan penggunaan obat khusus dan berkelanjutan.

Kegiatan yang dilakukan mahasiswa di satelit IGD selama 3 hari yaitu :

a. Melakukan respon time di IGD

b. Membenahi kartu stok barang, dan

c. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.

Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,

terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas

pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain :

a. Terdapat selisih stok obat di kartu stok dengan jumlah fisik obat

b. Etiket masih ditulis manual, kadang-kadang ada tulisan yang tidak jelas dan

memperlambat waktu pelayanan kepada pasien

Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat

diberikan, antara lain :

a. Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah

obat, setiap rak obat dan alkes ada penanggung jawab yang menghitung stok

obat setiap hari dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat

mudah diperiksa

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

73

Universitas Indonesia

b. Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah petugas

dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien juga lebih

cepat dan informasi obat yang benar dan jelas dapat diperoleh pasien.

4.6 Satelit Farmasi Kirana

Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan

khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata. Satelit yang terletak di

gedung Kirana, Jl. Kimia No.8, Jakarta Pusat ini memiliki dua depo farmasi, yaitu

depo farmasi lantai 1 dan lantai 3. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan,

sementara depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan

operasi mata. Depo lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan

jadwal satu shift, yakni mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB, sedangkan depo farmasi

lantai 3 juga memiliki jadwal satu shift, yaitu mulai pukul 08.00 hingga semua

tindakan operasi selesai dilakukan.

SDM di Satelit Kirana berjumlah 6 orang, terdiri dari satu orang Apoteker

Penanggungjawab dan tiga orang AA yang bertugas melayani pasien jaminan dan

pasien umum (bayar tunai). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obat-

obat lain, berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi

penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana.

Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat

jalan dari bagian VIP (Citra), dan pasien pulang pasca-operasi, sedangkan depo

farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik. Bagian OK

di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem

paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Pada depo lantai 3

pendokumentasian dilakukan melalui pencatatan pada kertas khusus yang berisi

nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang menggunakan baru

setelah itu dicatat di kartu stok. Hal ini disebabkan arus permintaan barang yang

cepat.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

74

Universitas Indonesia

4.6.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana

a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi

Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana

dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir. Depo lantai 3

membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan akan dikirimkan ke depo

lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo

lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu ke gudang perbekalan farmasi

pusat, sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan

Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki pekarya, maka perbekalan farmasi yang

diminta diantar oleh petugas Gudang Pusat. Pada hari pengantaran barang ke

Satelit Kirana, dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian perbekalan farmasi yang

diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian,

perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat

pemasukannya pada kartu stok. Untuk kebutuhan perbekalan farmasi depo lantai

3, barang akan diantarkan dari depo lantai 1 ke depo lantai 3 setiap hari Kamis.

Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,

perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi vendor

terbaik yang dipilih secara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke

Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian

Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan

melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani

barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja

Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang.

Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku

khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman

untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut

ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi

Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan

faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar

penagihan pembayaran bagi vendor.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

75

Universitas Indonesia

b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana

Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem

FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi

di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat

kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat

kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan fungsi atau

penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi

penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat

termolabil, dan kit emergensi.

Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan

dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada

wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang

pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap

kemasan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari

terpisah yang diberi stiker ungu. Narkotika disimpan di lemari khusus yang

berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di

satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai

dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa

obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin.

Pengecekan suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan Satelit

Kirana dilakukan tiap pagi dan sore hari.

c. Pengontrolan Stok dan distribusi Perbekalan Farmasi

Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang ada,

dilakukan kegiatan SO di Satelit Kirana sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu

pada bulan Juni dan Desember. Barang-barang yang diketahui telah mencapai

tanggal kedaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat untuk

dimusnahkan. Sampling stok juga dilakukan oleh semua AA setiap harinya.

Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan

dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock. Resep yang

diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi beberapa dokter di ruang OK

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

76

Universitas Indonesia

VIP telah menggunakan sistem online. Resep yang masuk per hari dapat mencapai

120 hingga160 lembar. Resep tersebut akan disimpan di Satelit Kirana selama tiga

tahun, begitu juga dengan resep narkotika.

4.6.2 Alur pelayanan resep di Satelit Kirana

Alur pelayanan resep di satelit kirana adalah sebagai berikut:

a. Pasien umum (resep tunai)

Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter.

Resep tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi

verifikasi kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang

akan diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien

untuk selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan

dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian

informasi obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS

yang berlaku di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga,

dispensing obat, dan penyerahan obat.

b. Pasien jaminan

Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan

terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep

asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas

satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat

dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika obat yang akan

ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas harus

menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan oleh

Askes dan menjadi tanggungan pasien.

Kegiatan PKPA yang dilakukan mahasiswa di satelit Kirana selama 3 hari

adalah terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi seperti :

1. Membuat data perbekalan farmasi berdasarkan tempat penyimpanan di depo

lantai 1 untuk memudahkan dalam melakukan stok opname.

2. Mengecek dan mencatat perbekalan farmasi yang akan kadaluarsa

3. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

77

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana,

terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas

pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara lain :

a. Petugas tidak menginformasikan kepada pasien mengenai batas penyimpanan

sediaan tetes mata setelah dibuka. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada

asisten apoteker akan pentingnya informasi tersebut untuk pasien. Jika tidak

bisa dilakukan, informasi dapat ditambahkan di etiket obat.

b. Tidak Ada Pekarya di Kirana untuk mengambil stok obat di gudang sehingga

menambah beban kerja Asisten Apoteker. Sebaiknya dilakukan penambahan

pekarya untuk mengambil stok obat di gudang.

c. Tidak ada pintu akses yang terkunci untuk memisahkan petugas farmasi

dengan petugas lain di lantai 3 OK ,sehingga petugas lain bebas keluar masuk

ruangan mengambil obat dan alkes. Saran yang diberikan adalah dibuat loket

untuk pengambilan obat dan alat operasi untuk menghindari adanya perbekalan

farmasi yang hilang.

d. Terdapat selisih stok obat di kartu stok dengan jumlah fisik obat. untuk

mengurangi selisih tersebut dapat dilakukan dengan menempelkan kalkulator

pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat dan mengganti

kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa

4.7 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

Gudang Perbekalan Farmasi RSCM saat ini sudah berada di bawah

Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL). Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

RSCM terdiri atas Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis.

Gudang Farmasi I merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan alat-alat

kesehatan, obat-obat oral dan injeksi, serta Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

Gudang Farmasi II digunakan untuk menyimpan perbekalan farmasi yang berupa

cairan dan hemodialisa, sedangkan Gudang Gas Medis digunakan untuk

menyimpan gas-gas medis.

Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00

hingga 21.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang terdapat di

gudang pusat, yaitu sebanyak 18 orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang

Asisten Apoteker (AA) Penanggungjawab, 5 orang AA Bidang Pelaksana Obat, 3

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

78

Universitas Indonesia

orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang AA Bidang Pelaksana

Administrasi, dan 4 orang Pekarya.

Kegiatan utama yang dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

terdiri atas pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan,

dan pengendalian perbekalan farmasi di rumah sakit. Jenis perbekalan farmasi

yang diadakan yaitu obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmaka dan gas medis.

Dalam rangka menjaga ketersediaan perbekalan farmasi di RSCM,

Gudang Pusat melakukan permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan.

Pengadaan dilakukan berdasarkan permintaan (defekta) perbekalan farmasi yang

dilakukan rutin dua kali dalam seminggu, serta dari permintaan mendesak/cito

yang dapat dilakukan setiap hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan selama dua minggu hingga satu bulan. Defekta yang telah

dibuat oleh pihak Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke koordinator logistik, jika

permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik maka petugas pemesanan

akan menghubungi distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang

Pusat.

Setelah perbekalan farmasi dikirim di Gudang Pusat oleh distributor,

selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia

Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan

kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan

jumlah pesanan, pada komputer yang disesuaikan dengan faktur penjualan. Selain

itu, dilakukan pula pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama perbekalan farmasi

dan tanggal kedaluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Apabila terdapat

kemasan yang telah rusak atau ketidaksesuaian nama, maka dapat dilakukan

penggantian barang ke distributor.

Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan

juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi,

misalnya dengan melihat proses penyimpanan perbekalan farmasi tersebut selama

proses distribusi dari distributor ke Gudang Pusat, yaitu dengan menyimpan

perbekalan farmasi tersebut di dalam cool box yang dilengkapi dengan

termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai (2o – 8o C). Pemeriksaan

juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi,

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

79

Universitas Indonesia

misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun

(B3).

Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah

sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama

jelas, dan stempel serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan

faktur. Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data

dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer

dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah,

dan waktu kedaluwarsa.

Perbekalan Farmasi yang telah diterima selanjutnya akan disimpan di

Gudang Pusat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi yaitu:

a. Menjaga mutu perbekalan farmasi

b. Menjaga ketersediaan perbekalan farmasi

c. Memudahkan pengawasan

d. Menghindari penyalahgunaan

Penyimpanan disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat

kesehatan, obat (oral atau injeksi), B3, cairan, hemodialisa, dan gas medis,

sedangkan perbekalan farmasi yang berupa reagensia, bahan baku, dan

radiofarmaka akan disimpan langsung di unit kerja yang terkait dengan

penggunaannya.

Selain berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan

pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high

alert atau sitostatika), perbekalan farmasi Askes dan Non-Askes, rute pemberian

obat, obat produksi RSCM serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan

perbekalan farmasi di gudang sesuai dengan prinsip First In First Out (FIFO) dan

First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan obat di gudang pusat juga disusun

berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan penyusunan untuk obat yang

tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk menghindari kesalahan

dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang

mirip. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara

berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

80

Universitas Indonesia

wadah penyimpanan obat. Obat-obat mahal, obat-obat High Alert dan obat-obat

sitostatika disimpan pada lemari yang khusus. Obat High Alert adalah obat yang

perlu perhatian khusus dalam penggunaannya karena jika terjadi kesalahan dalam

penggunaannya dapat menyebabkan akibat yang fatal. Untuk obat high alert,

tempat penyimpanan ditandai dengan lakban berwarna merah dan diberi label

high alert pada tiap kemasan terkecil obat. Penyimpanan obat sitostatika disimpan

di lemari terpisah dan diberi label berwarna ungu “Obat Kanker, Tangani dengan

Hati-hati”. Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label

petunjuk pada setiap kelompok obat. Hal ini memudahkan dispensing obat

mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang banyak.

Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang

terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Narkotika disimpan dalam lemari

berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten

Apoteker yang bertugas pada tiap shift.

Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan

penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis

misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, dan kelompok

departemen pengguna, misalnya bedah, departemen mata serta pelayanan jantung

terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengambilan barang.

Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang

dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa

perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta melakukan pencatatan pada buku

serah terima yang terdapat di ruang pendistribusian Gudang Pusat. Setelah

dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan

permintaannya, lalu dilakukan penandatanganan bersama Form Distribusi

Obat/Alkes. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan

lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja. Untuk satelit

atau unit kerja yang tidak memiliki petugas untuk mengambil perbekalan farmasi,

maka petugas gudang yang akan mengantarkannya.

Gudang Pusat melayani permintaan mendesak/cito setiap hari. Perbekalan

farmasi yang diambil untuk melayani kebutuhan cito dicatat pada buku cito di

gudang dan unit terkait. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

81

Universitas Indonesia

jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggungjawab

Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang dengan didampingi

satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang.

Gudang pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan

farmasi yang kadarluarsa maupun yang rusak. Untuk perbekalan farmasi yang

hampir kadarluarsa maupun yang sudah kadarluarsa ataupun rusak diretur kembali

ke gudang dari satelit-satelit dan unit kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai perintah

direktur dan dilakukan oleh panitia pemusnahan dan dibuat berita acara

pemusnahan.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang

Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain:

a. Masih terdapat data kartu stok yang selisih dengan jumlah fisik dan jumlah

barang di IT dan urutan tanggal yang masih berantakan.

b. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat

yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan staf atau pegawai baru yang

akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi.

c. Masih banyak stok barang yang kosong yang dapat menghambat pelayanan

kesehatan di RSCM.

d. Masih terlihat orang-orang luar selain petugas yang masuk ke dalam gudang,

hal ini tentunya beresiko terhadap kehilangan barang.

e. Masih terlihat debu di ruang penyimpanan alat kesehatan

f. Masih ada obat-obat LASA yang penyimpanannya tidak sesuai

g. Kurangnya label kadarluarsa

Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas, maka saran

yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya menyediakan kartu stok dalam bentuk buku dan menyediakan

kalkulator untuk mempermudah perhitungan dan sebaiknya melakukan

sampling stock setiap hari.

b. Sebaiknya membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-

masing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin

yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

82

Universitas Indonesia

berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan

persediaan yang terdapat di dalamnya.

c. Untuk masalah barang kosong sebaiknya dikomunikasikan secara intensif

dengan pimpinan rumah sakit.

d. Sebaiknya memperketat keamanan di gudang dengan cara penggunaan pintu

dengan akses sidik jari dan bila ada pihak luar yang memang harus masuk

sebaiknya didampingi oleh petugas dan petugas disosialisasikan kembali

kepada petugas tentang pentingnya prosedur tersebut.

e. Sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan di tempat penyimpanan obat dan

alat kesehatan.

f. Perlu pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan farmasi

agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam pelayanan.

Perlu penambahan stock label kadarluarsa

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

83 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Instalasi farmasi di rumah sakit berperan sebagai bagian fungsional dari

organisasi rumah sakit yang menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian

yang komprehensif.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan

manajemen yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan

pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima oleh pasien

tepat dan aman. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo sudah cukup memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian dari

Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi internasional dari Joint

Commission International. Akan tetapi, masih ditemui adanya aspek pelayanan

yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM

dan beberapa fasilitas penunjang.

Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan

kefarmasian. Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa

perbekalan farmasi yang ada di rumah sakit memenuhi persyaratan untuk

penyelenggaraan upaya kesehatan dan selalu tersedia, melakukan pengelolaan

sumber daya manusia (SDM), serta berkontribusi dalam upaya peningkatan

pendapatan rumah sakit. Dari segi klinis, Apoteker bertugas untuk memantau

pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi tercapainya

tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient safety.

Pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh RSCM berorientasi utama

pada pasien (patient oriented). Untuk mendukung hal tersebut, dilakukan

pemantauan terhadap resep yang diberikan oleh dokter, etiket obat serta respon

time sehingga dapat mengetahui serta menilai kinerja tenaga farmasi di RSCM

dalam melakukan pelayanan kefarmasian.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

84

Universitas Indonesia

5.1 Saran

Selama melaksanakan PKPA ada beberapa saran yang dapat saya

sampaikan :

a. Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

1) Segera dilakukan perbaikan ruangan yang bocor di Gudang basement

sebelum kerusakan menjadi semakin parah.

2) Sosialisasikan kepada tenaga farmasi untuk meletakkan barang seperti

MSDS kembali di tempatnya setelah digunakan.

3) Mensosialisasikan kembali kepada asisten apoteker untuk selalu

mengikuti briefing di pagi hari dan selama briefing ditegaskan kembali

kepada para tenaga farmasi agar tetap disiplin kembali dalam melakukan

pekerjaannya.

4) Komunikasikan antar tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat dan

farmasis terkait dengan masalah retur obat.

5) Peningkatan ketelitian dari tenaga farmasi dalam verifikasi resep

sehingga jumlah obat yang diberikan secara berlebih dapat dikendalikan.

6) Penambahan telepon khusus untuk PIO dan dibuat jadwal bergilir untuk

apoteker dalam menjaga ruang PIO sehingga memudahkan pelayanan dan

juga bisa dengan penambahan jumlah apoteker di bagian farmasi klinik.

b. Satelit Intensive Care Unit (ICU)

1) Penggunaan peresepan online untuk mencegah terjadinya medication

error akibat kesalahan membaca resep, mempercepat pelayanan dan data

administratif pasien pada resep dapat terisi dengan lengkap.

2) Pengadaan printer etiket agar mempercepat pelayanan kefarmasian dan

data pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas.

3) Pengaturan kembali jadwal kerja petugas agar pelayanan dapat dilakukan

secara optimal.

4) Penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi resiko

kecelakaan kerja.

5) Pengadaan pengeras suara dibutuhkan untuk memudahkan petugas dalam

melakukan pemanggilan keluarga pasien.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

85

Universitas Indonesia

6) Penambahan wadah obat atau pemberian sekat pada wadah tersebut

disertai dengan pemantauan setiap harinya agar obat sesuai dengan letak

penyimpanannya.

7) Pelaksanaan prosedur retur obat sebaiknya sesuai dengan standar

prosedur operasional yang telah ditetapkan.

8) Pembuatan jadwal konseling pasien pulang di ICCU.

c. Satelit Farmasi Pusat

1) Sebaiknya membuat daftar nama obat yang disimpan di dalam lemari

pendingin sesuai dengan isi yang ada didalam lemari pendingin dan

selalu diperbaharui.

2) Petugas langsung melakukan input ke dalam komputer setelah verifikasi

resep agar tertib administrasi.

3) Pengadaan printer etiket untuk membantu mempercepat pelayanan dan

data pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas.

4) Komunikasikan kembali kepada petugas untuk melengkapi etiket sesuai

dengan prosedur.

5) Prosedur retur obat dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur

yang telah ditetapkan oleh RSCM.

6) Pengadaan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara rak-rak obat untuk

mempermudah dalam perhitungan stok dan memastikan kalkulator

tersebut tidak berpindah tempat dan mudah dicari.

7) Sebaiknya penulisan buku untuk obat hutang kepada pasien diperbaiki

untuk memudahkan penelusuran pasien mana yang belum menerima obat

tersebut dan di dokumentasikan secara rapih dan lengkap .

8) Koordinasi dan komunikasikan lebih lanjut dengan petugas Instalasi

Administrasi dan Logistik tentang pemenuhan kebutuhan perbekalan

farmasi.

9) Penyusunan obat-obat termolabil dengan menggunakan wadah pada

lemari pendingin dan penempatan obat-obat LASA sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

86

Universitas Indonesia

10) Sosialisasikan kepada seluruh petugas untuk fokus pada saat briefing

berlangsung agar informasi diperoleh dengan tepat dan jelas.

d. Sub Instalasi Produksi

1) Perlu penambahan Asisten Apoteker pada Sub Instalasi Produksi untuk

meningkatkan pelayanan kepada pasien.

2) Pengadaan mesin pengisi kaspul dan sirup agar mempermudah proses

produksi serta menghemat waktu dan tenaga.

e. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1) Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak terjadi kesalah dalam

menghitung jumlah obat, setiap rak obat dan alkes ada penanggung jawab

yang menghitung stok obat setiap hari. Untuk kepraktisan sebaiknya

mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa.

2) Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah

petugas dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien

juga lebih cepat dan informasi obat yang benar dan jelas dapat diperoleh

pasien.

3) Melakukan pengecekan secara rutin untuk memastikan troli emergency

masih terkunci, meningkatkan komunikasi farmasi, perawat dan dokter

serta melakukan evaluasi terhadap terbukanya troli untuk disampaikan

kepada kepala unit.

f. Satelit Kirana

1) Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung

jumlah obat dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat

mudah diperiksa.

2) Sosialisasikan kepada Asisten Apoteker secara lisan untuk

menginformasikan batas penyimpanan sediaan tetes mata setelah dibuka.

Jika tidak bisa dilakukan, informasi dapat ditambahkan di etiket obat.

3) Sebaiknya dilakukan penambahan pekarya untuk mengambil stok obat di

gudang.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

87

Universitas Indonesia

4) Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi untuk menghindari

adanya perbekalan farmasi yang hilang.

g. Membuat daftar yang berisikan data-data administrasi yang harus dilengkapi

oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan atau ruang tunggu

pasien.Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

1) Sebaiknya menyediakan kartu stok dalam bentuk buku dan menyediakan

kalkulator untuk mempermudah perhitungan stok barang ketika mengisi

kartu stok dan melakukan sampling stock setiap hari.

2) Sebaiknya membuat daftar nama obat yang terdapat dalam masing-

masing lemari pendingin dan menempelkannya pada depan pintu lemari

pendingin dimana obat tersebut disimpan. Daftar tersebut juga perlu

diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia

selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya.

3) Untuk masalah barang kosong sebaiknya dikomunikasikan secara

intensif dengan pimpinan rumah sakit dan dicari solusi untuk

mengatasinya sehingga pelayanan kepada pasien tidak terhambat.

4) Sebaiknya memperketat keamanan di gudang dengan cara membatasi

petugas yang bukan petugas gudang untuk tidak boleh masuk ke dalam

wilayah gudang pusat tanpa didampingi oleh petugas gudang yang

berwenang. Petugas disosialisasikan kembali tentang pentingnya

prosedur tersebut.

5) Sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan di tempat penyimpanan obat

dan alat kesehatan.

6) Sebaiknya tidak merubah tempat penyimpanan perbekalan farmasi jika

barang tersebut sedang habis atau kosong, karena akan menyulitkan

petugas lain yang nanti akan mengambil barang tersebut.

7) Perlu penambahan stock label kadarluarsa.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

88 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/

Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.

Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasiaan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

89

Universitas Indonesia

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Departemen

Instalasi Farmasi

UPT

Direktur Pengembangan dan Pemasaran

Instalasi promkes

UPJM

Direktur Keuangan

Bagian Anggaran

Bagian Perbendaharaan

Bagian Akuntansi

Direktur SDM dan Pendidikan

Bagian Diklat

Bagian SDM

Bagian Hukor

Instalasi Pendidikan

Direktur Umum dan Operasional

Bagian Administrasi

Bagian Aset dan Inventaris

Bagian Teknik Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Instalasi Medik

ULP

Unit Utilitas

Komite Medik, Komite Etik,

PPIRS, Komite Mutu

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

90

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

Direktorat Medik dan Keperawatan

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator

Administrasi dan Keuangan

Koordinator

Produksi dan Diklitbang

Koordinator

Pelayanan Farmasi

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

91

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator

Administrasi dan Keuangan

Penanggung Jawab

Keuangan

Penanggung Jawab

Akuntansi dan IT

Penanggung Jawab

SDM dan Administrasi

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Lampiran 4. Struktur Organisasi

Penanggung Jawab

Produksi Sediaan Farmasi

Pelaksana Produksi

Non Steril

Pelaksana Repacking

Sediaan Injeksi Serbuk

Universitas Indonesia

Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator Produksi dan Diklitbang

Penanggung Jawab

Produksi Sediaan

Pelaksana Repacking

Sediaan Injeksi Serbuk

Penanggung Jawab Aseptik

Dispensing

Pelaksana Pencampuran

Obat Sitostatika

Pelaksana Pencampuran Obat Suntik

92

Universitas Indonesia

dan Diklitbang

Pencampuran

Pelaksana Repacking

Sediaan Injeksi Cair

Penanggung Jawab

Diklitbang

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

93

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator Pelayanan Farmasi

Penanggung Jawab Perencanaan

Perbekalan Farmasi

Penanggung Jawab Pelayanan Farmasi

Penanggung Jawab Satelit

Satelit IGD

Satelit ICU

Satelit Pusat

Satelit Kirana

Satelit Gedung

A

Satelit Poli di URJT

Satelit Radio terapi

Satelit ULB

Satelit PJT

Satelit IBP

Penanggung Jawab Farmasi

Klinis

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Lampiran 6. Contoh Etiket

Universitas Indonesia

. Contoh Etiket

94

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

95

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Lampiran 8. Contoh Stiker Obat

Stiker High Alert

Stiker Obat Termolabil

Stiker Obat yang Mendekati Tanggal Kadarluasa

Universitas Indonesia

Stiker Obat

High Alert Stiker LASA

Obat Termolabil Stiker Obat Sitostatika

Stiker Obat yang Mendekati Tanggal Kadarluasa

96

Universitas Indonesia

Stiker Obat Sitostatika

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Lampiran 9. Contoh Blanko Kartu Stok

Universitas Indonesia

. Contoh Blanko Kartu Stok

97

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

98

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

99

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

100

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Formulir Medication History Taking Pasien

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Penyesuaian Data Obat Pada Teknologi Informasi Satelit Farmasi Dengan

Formularium RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Tahun 2013

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

IMELDA PRIANA, S.Farm

1206329713

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iiDAFTAR ISI ...................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 11.1 Latar Belakang....................................................................................... 11.2 Tujuan ................................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 32.1 Rumah Sakit........................................................................................... 32.2 Panitia Farmasi dan Terapi ..................................................................... 42.3 Formularium Rumah Sakit ..................................................................... 5

3 METODE PENELITIAN .............................................................................. 73.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 73.2 Prosedur Kerja ....................................................................................... 7

4 PEMBAHASAN ............................................................................................. 8

5 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 235.1 Kesimpulan............................................................................................ 235.2 Saran...................................................................................................... 23

DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 24

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

iv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Obat Yang Berubah Dari Formularium Menjadi Non

Formularium......................................................................................45

Tabel 4.2 Data Obat Yang Berubah Dari Non Formularium Menjadi

Formularium......................................................................................50

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Tugas rumah sakit umum adalah

melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan

rujukan(Depkes RI,1992). Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk

pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes

RI, 2004).

Suatu rumah sakit tidak mungkin untuk menyediakan semua jenis obat

yang ada di pasaran untuk pelayanan rumah sakit, untuk itu dikembangkan

kebijakan formularium rumah sakit yang merupakan upaya untuk

menyederhanakan penyediaan obat di rumah sakit agar jenis dan jumlah obat

yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien di rumah sakit. Setiap

rumah sakit di negara maju dan negara berkembang umumnya telah menerapkan

formularium rumah sakit. Formularium yang telah disepakati di satu rumah sakit

perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh (commitment) dari pihak-pihak yang

terkait, meliputi pengelola obat, menyediakan obat-obat di rumah sakit sesuai

dengan formularium dan dokter menggunakan obat-obat yang ada di formularium

(Siregar, 2004).

Mengingat pengembangan dan penerapan formularium adalah untuk

meningkatkan mutu pelayanan melalui penggunaan obat yang aman, efektif,

rasional dan juga dalam rangka efisiensi biaya pengobatan, maka pengembangan

formularium perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait di rumah sakit, yakni

pihak pengelolaan obat, manajemen rumah sakit, dokter dan departemen klinik

yang ada. Keputusan untuk memasukkan suatu obat dalam formularium harus

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

2

Universitas Indonesia

didasarkan atas kesepakatan akan kriteria tertentu yang mencakup bukti, manfaat

klinik obat, keamanan obat, kesesuaian obat dengan pelayanan yang ada dirumah

sakit dan biaya. Faktor-faktor ini harus dikaji secara ilmiah dari sumber-sumber

informasi ilmiah yang layak dipercaya (Siregar, 2004). Formularium yang telah

dikembangkan harus disosialisasikan di kalangan dokter dan dalam penerapannya

harus dilakukan pemantauan secara berkesinambungan untuk memastikan bahwa

pelayanan resep obat untuk pasien telah sesuai dengan formularium yang ada.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk penyesuaian data obat (formularium dan

non-formularium) pada teknologi informasi satelit farmasi dengan Formularium

RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2013. Hal ini diperlukan untuk memberikan

gambaran dari pelayanan instalasi farmasi bahwa seberapa banyak resep yang

dapat dilayani sesuai dengan formularium RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan

sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dewan

Perwakilan Rakyat RI, 2009).

Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk :

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamataan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit dan rumah sakit.

2.1.2 Tugas dan fungsi rumah sakit

Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,

untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai

fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

4

Universitas Indonesia

a. Penyelenggaraan penelitian dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

b. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

2.2.1. Definisi PFT

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya (Depkes RI, 2004).

2.2.2. Fungsi dan ruang lingkup PFT

Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu (Depkes RI, 2004) :

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat

yang sama;

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau

menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf

medis;

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus;

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional;

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

5

Universitas Indonesia

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat;

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

Adapun kebijakan PFT dirumah sakit adalah pengusulan obat baru,

menetapkan kategori obat, obat-obat yang tidak memenuhi kategori disebut obat

non formularium, menetapkan kebijakan dalam dispensing, mengadakan

ketentuan dan peraturan untuk menentukan perwakilan perusahaan farmasi,

penarikan obat, menyusun aturan untuk order obat bagi penderita Rawat Jalan.

2.2.3. Struktur organisasi PFT

Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.

a. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, apoteker, dan

perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)

orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal

dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari instalasi farmasi

atau apoteker yang ditunjuk;

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat (Depkes RI, 2004).

2.3 Formularium Rumah Sakit

Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas perawatan kesehatan

lain sering kali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Obat merupakan

komponen penting dalam pelayanan kesehatan, dimana obat menyerap 40-60%

dari anggaran pelayanan kesehatan, keragaman obat yang tersedia mengharuskan

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

6

Universitas Indonesia

dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit guna

memastikan bahwa penderita menerima perawatan yang terbaik. Untuk

kepentingan perawatan penderita yang lebih baik, rumah sakit harus mempunyai

suatu program evaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang objektif di rumah

sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis, konsep

program ini dikenal dengan sistem formularium.

Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih

PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, serta

kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut,

yang terus menerus direvisi. Formularium merupakan sarana bagi staf medik,

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan perawat sebagai acuan untuk

perawatan pasien, oleh karena itu formularium harus lengkap,ringkas dan mudah

digunakan.

Keuntungan sistem formularium di rumah sakit adalah untuk membantu

meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit; sebagai

bahan edukasi bagi staf tentang terapi obat yang tepat; memberi rasio manfaat-

biaya yang tertinggi, tidak hanyadari harga yang paling murah.

Sistem pengelolaan keuangan rumah sakit dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah dengan sistem formularium. Dengan suatu

formularium, IFRS dapat mempertahankan suatu pembelian dan sistem

pengendalian perbekalan yang lebih efisien. Penghematan terjadi karena IFRS

tidak membiarkan modal terikat pada persediaan obat yang tidak perlu, melainkan

dapat membeli obat dalam jumlah banyak dengan jumlah item obat tertentu sesuai

dengan kebutuhan rumah sakit.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

7 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian teknologi informasi Instalasi Farmasi

RSUPN Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan mulai tanggal 15 Agustus –

30 Agustus 2013.

3.2 Prosedur Kerja

Penyesuaian data obat pada teknologi informasi di instalasi farmasi

RSUPN Cipto Mangunkusumo dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Pengambilan data obat dilakukan dengan cara menarik data obat dari

teknologi informasi instalasi farmasi yang sedang berjalan.

b. Data yang diperoleh ini selanjutnya akan dicocokkan dengan data pada

formularium yang berlaku di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2013.

c. Pemeriksaan masing-masing item obat dilakukan secara teliti mulai dari nama

sediaan, bentuk sediaan dan kekuatan dari sediaan. Dari hasil pemeriksaan ini

akan diketahui sediaan mana yang berubah dari formularium menjadi non

formularium dan sebaliknya dari non formularium menjadi formularium.

d. Obat atau sediaan yang berubah status dari formularium menjadi non

formularium ataupun sebaliknya dicatat dan dihitung jumlahnya. Data yang

berubah ini selanjutnya akan digunakan untuk memperbaiki data teknologi

informasi instalasi farmasi yang sedang berjalan agar sesuai dengan

formularium RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

8 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan jumlah obat/sediaan yang

berubah status dari formularium menjadi non formularium sebanyak 264 item,

data obat /sediaan yang berubah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data obat yang berubah dari formularium menjadi

non formularium

No. KodeObat NamaDagang Satuan1 060800A000* ABACAVIR TAB TAB2 170301A001* ACCUPRIL TAB 10 MG TAB3 170301A002* ACCUPRIL TAB 20 MG TAB4 170301A000* ACCUPRIL TAB 5 MG TAB5 180100S002* ACNE AID BAR SOAP PCS6 210205B007* ACUSOL 500 ML BOTOL7 250300E001* AETHOXYSKLEROL INJ 3 % AMPUL8 290000A005* AKTA VOL DROPS 20 ML BOTOL9 290000P023* AKTA VOL SYRUP 85 ML BOTOL

10 210205L000* ALOMIDE ED BOTOL11 050000G002* ALPENTIN TAB 100 MG TABLET12 050000G007* ALPENTIN TAB 100 MG ASKES TAB13 050000G005* ALPENTIN TAB 300 MG TAB14 170900A001* ALPROSTADIL INJ AMPUL15 060500A006* AMFOCARE INJ VIAL16 060500A005* ANIDULA FUNGIN INJ VIAL17 100200S001* ANTIPLAT TAB 50 MG TABLET18 080300P017* ANZATAX INJ 150 MG VIAL19 080300P003* ANZATAX INJ 30 MG VIAL20 230100A018* APAZOL TAB 0.5 MG ASKES TAB21 060600A001* ARTESUNAT INJ VIAL22 160101R003* AVANDARYL TAB 4 MG TAB23 160101R006* AVANDIA TAB 4 MG TAB24 160201D000* AZOL CAPS 200 MG TAB25 170302B010* BETA-ONE TAB 2,5 MG ASKES TAB26 170302B009* BETA-ONE TAB 5 MG ASKES TAB27 210204B001* BETOPTIMA 0.5 % ED BOTOL28 180700H001* BIOCREAM CREAM TUBE29 170900P028* BIOGLANDIN INJ 500 MG/ML VIAL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

9

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 (Lanjutan)

30 130200B001* BIPHENYLOL + PROPANOL BOTOL31 170302B015* BISCOR TAB 5 MG ASKES TAB32 290000C030* CALCICLO II MEA / 10 ML AMP33 180500K006* CAMPHORA KG34 250100P016* CAPROL INJ VIAL35 170301R009* CARDACE TAB 10 MG ASKES TAB36 170301R007* CARDACE TAB 5 MG ASKES TABLET37 170601D012* CARDIJECT INJ AMP38 170601D013* CARDIJECT INJ ASKES AMPUL39 290000C003* CARDIOMIN TAB TAB40 180700U002* CARMED CREAM 10 % 40 G TUBE41 180700U003* CARMED CREAM 20 % 40 G TUBE42 060206S047* CEFSIX INJ 1 G VIAL43 060206S006* CEPHALEXIN TAB 500 MG TAB44 060206S022* CEROPID INJ 1 G VIAL45 060206S080* CLACEF INJ 1 G VIAL46 130200C005* CLEAN RINSE AID 503435405 PCS

47 130200C004* CLEAN UNIVERSAL DETERGENT 503435005 GALON48 060201C006* CO AMOXYCLAV TAB 625 MG TAB49 060203K009* COLSANCETIN CAPS 250 MG CAPS50 230500M003* CONCERTA ER TAB 18 MG TAB51 160400K001* CORTISON INJ VIAL52 100200K003* CPG TAB TAB53 080100B000* CRIPSA TAB TAB54 160201D001* DANOCRINE CAPS 200 MG CAPSUL55 240100D000* DANTROLEN INJ VIAL56 180700D004* DECUBAL CREAM 20 G TUBE57 180700L005* DECUBAL CREAM 40 G TUBE58 210205D003* DENSIRON INJ VIAL59 200100D001* DIABETASOL BOX60 200100D002* DIABETASOL 600 GR BOX61 130200D002* DIALDEHYD LITER62 210100A002* DIAMOX TAB 250 MG TABLET63 060102D000* DIETILKARBAMAZIN TAB 100 MG ASKES TAB64 170601D014* DOMINIC INJ 250 MG VIAL65 010100D000* DOVERI TAB 200 MG TABLET66 210205S009* DUALVIS INJ 0.7 ML PCS67 180307D000* DUROL TONIC 225 ML BOTOL68 180500E003* ELGY H2O LOTION BOTOL69 170700S012* ESVAT TAB 20 MG ASKES TAB70 160700E000* EVISTA TAB 60 MG TAB71 060206E058* EXTIMON INJ 1 GR VIAL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

10

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 (Lanjutan)

72 250100F000* FAMOTIDIN TAB 20 MG TAB73 250100F001* FAMOTIDIN TAB 40 MG TAB74 290000F024* FEROGLOBIN SYRUP BOTOL75 060102F000* FILARZAN TAB TAB76 010200C003* FLEXOZIN KRIM 20 G TUBE77 060500F015* FLUKANOL DRIP ASKES BOTOL78 060206S021* FOSULAR INJ 1 G VIAL79 170602F002* FRENIN INJ AMP80 310000F001* FUCHSIN A 100 ML BOTOL81 310000F003* FUCHSIN ACID 25 GRAM REFF 1052310025 BOTOL82 060500A003* FUNGIZONE INJ VIAL83 050000G011* GANIN CAPS 300 MG ASKES CAPS84 200200G020* GLYCINE 1.5 % 3 L BOTOL85 180700G001* GLYCOLIC ACID PEELING 20 % SOL 8502 BOTOL

86 180700G002* GLYCOLIC ACID PEELING 35 % SOL 8503 BOTOL

87 180700G003* GLYCOLIC ACID PEELING 50 % SOL 8504 BOTOL

88 180700G004* GLYCOLIC ACID PEELING 70 % SOL 8505 BOTOL89 170303A020* GRAVASK TAB 10 MG TAB90 170303A019* GRAVASK TAB 5 MG TAB91 110200H001* HEMOHES 10 % BOTOL92 110200H005* HEMOHES 6 % ( VENOFUNDIN ) BOTOL93 170800I000* INCELIN INJ 500 MG AMPUL94 170800I001* INCELIN TAB 500 MG TAB95 030000S012* INCIPHAR TAB TAB96 160101B001* INLACIN 100 MG TAB TAB97 160101B000* INLACIN 50 MG TAB TAB98 060300I007* INOXIN TAB TABLET99 060206I000* INTERPIM INJ 1 G VIAL

100 260100K003* INTIFEN TAB 1 MG TAB101 130100I008* ISODINE OINT 5 G TUBE102 010200K047* K - PAIN INJ 30 MG ASKES AMP103 180700E004* KAMILLOSAN OINT 10 G TUBE104 130200K014* KLORIN TABLET 20 GRAM BOTOL105 070100K002* KOFEIN PROCAIN INJ AMPUL106 050000F002* KUTOIN CAPS 100 MG CAPSUL107 050000F012* KUTOIN CAPS 100 MG ASKES CAPSUL108 050000F005* KUTOIN INJ AMPUL109 050000F011* KUTOIN INJ ASKES AMPUL110 060206S028* LANCEF INJ 1 G VIAL111 250100L008* LANCID CAPS 30 MG CAPSUL112 060208M005* LANMER INJ 1 G VIAL113 290000M025* LAPIBAL CAPS 500 MG CAPS

Tabel 4.1 (Lanjutan)

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

11

Universitas Indonesia

114 080300L005* LEUKERAN TAB 2 MG TAB115 160400M026* LEXCOMET TAB 16 MG TABLET116 160400M027* LEXCOMET TAB 4 MG TABLET117 020100L013* LIGNOCAIN INJ 2 % (100 MG / 5 ML) BUAH118 200200L004* LIPOVENOUS 20 % 100 ML BAG119 060206C092* LIZOR TAB 500 MG TABLET120 210100R000* LUCENTIS INJ VIAL121 130200L001* LYSOL BOTOL122 060206S084* MAXIPIME INJ 0,5 GR VIAL123 060206S053* MAXIPIME INJ 1 G VIAL124 280200M004* MEROCEL NASAL DRESSING REF 450402 PCS125 290000M020* MERSIBION INJ 5000 AMP126 290000M016* MERSIBION TAB TAB127 070200B004* MERTIGO TAB 6 MG TABLET128 290000M009* METHIOSON TAB TABLET129 250200O002* NARFOZ INJ 4 MG AMPUL130 250200O020* NARFOZ INJ 4 MG ASKES AMPUL131 250200O007* NARFOZ INJ 8 MG AMPUL132 250200O032* NARFOZ SYRUP BOTOL133 250200O011* NARFOZ TAB 4 MG TABLET134 250200O014* NARFOZ TAB 8 MG TABLET135 250200R001* NASEA INJ AMP136 250200R000* NASEA TAB TABLET137 210205N005* NATACEN EYE OINT TUBE138 250500N002* NATURE"S PLUS CAL MAG ZINC TAB TAB139 290401V000* NERVA PLUS TAB TABLET140 100100F005* NETROFER INJ AMPUL141 170800S019* NEUROLIN INJ 500 MG AMP142 170800S012* NEUROLIN TAB TAB143 060204L025* NISLEV TAB TAB144 290000K019* NOCID TAB 600 MG TAB145 180500N001* NOROID CREAM 80 ML BOTOL146 180500N000* NOROID LOTION 200 ML BOTOL147 180700N021* NOVELL SMOOTHING CREAM TUBE148 290000N010* NUTRILIN DROPS 15 ML BOTOL149 290000N013* NUTRILIN SYRUP BOTOL150 290000V029* OBIPLUZ TAB CAPS151 260100B011* OBUCORT SWINGHALER 200 MCG PUFF BOTOL152 210205O000* OCULENTA EYE OINT TUBE153 180700S008* OILATUM BAR SOAP BUAH154 180700M011* OILATUM CREAM TUBE155 180700S001* OLEUM SOAP BUAH156 160101S002* ONGLYZA TAB TAB

Tabel 4.1 (Lanjutan)

157 290000C026* OSSOVIT PLUS SACHET 5 G SACHET

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

12

Universitas Indonesia

158 290000C028* OSSOVIT SYRUP BOTOL159 010300G004* OSTEOKOM FORTE SACH SACHET160 290000K023* OSTOVELL CAPS 0.25 MCG CAPS161 310000O003* OXYCAN GREEN 5 L BOTOL162 160400A000* OZEN SYRUP BOTOL163 200200P001* PAN AMIN G 500 ML BOTOL164 200100P001* PAN ENTERAL SACHET SACHET165 290000T015* PANTOGAR CAPS CAPSUL166 250400P002* PAPAVERIN HCL TAB TAB167 250400P001* PAPAVERINE HCL INJ AMPUL168 180700E001* PARASOL SPF 30 LOTION 120 ML TUBE169 130100P018* PEDITOX BOTOL170 260100A007* PHAMINOV INJ AMPUL171 020200T001* PHENTOTHAL INJ 500 MG VIAL172 060600P003* PHYRIMETHAMINE TAB173 180500P013* PHYSIOGEL AI CREAM TUBE174 180500P012* PHYSIOGEL CREAM TUBE175 180700P007* PHYSIOGEL LIQUID 150 CC BOTOL176 180700N020* PHYSIOGEL LOTION BOTOL177 290000V013* PHYTOMENADION TAB 10 MG TAB178 290000V014* PHYTOMENADIONE INJ AMPUL179 010300H001* PLAQUENIL TAB180 170700P002* PRAVACHOL TAB 10 MG TAB181 170700P004* PRAVACHOL TAB 20 MG TAB182 170700P003* PRAVACHOL TAB 40 MG TAB183 010200P045* PRAXION FORTE SYRUP 60 ML BOTOL184 310000P009* PRONTOSAN 350 ML BOTOL185 310000P012* PRONTOSAN GEL 350 ML BOTOL186 310000P011* PRONTOSAN WOUND GEL 250 BOTOL187 040100P001* PROSULF INJ 10 MG AMPUL188 040100P002* PROTAMIN SULFAT INJ AMPUL189 160201M000* PROVIRON TAB 25 MG TAB190 060600P005* PYRIMETHAMINE TAB ARV 25 MG TAB191 170700K000* QUESTRAN SACHET TAB192 260100T002* QUIBRON TSR TAB 300 MG TAB193 250100R004* RANTIN INJ AMPUL194 250100R013* RANTIN TAB 150 MG TAB195 080300O001* REXTA INJ 50 MG VIAL196 080300R007* REXTA INJ 50 MG ASKES VIAL197 010000E006* RIZONAC TAB TAB198 260200D003* ROMILAR TAB TAB

Tabel 4.1 (Lanjutan)

199 010300R000* ROTHO HYRON, SODIUM HYALURONATE 1.5 % 1mL BOTOL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

13

Universitas Indonesia

200 230100R000* ROZEREM TAB 8 MG TAB201 310000S001* SACHARINE TAB TAB202 290000S001* SANGOBION CAPS CAPSUL203 290000S002* SANGOBION SYRUP BOTOL204 010200D021* SCANAFLAM TAB 25 MG TAB205 010200D023* SCANAFLAM TAB 50 MG TABLET206 130100I015* SEPTADINE 5 LTR GALON207 060208K027* SEPTRIN SYRUP BOTOL208 170900N000* SEROLIN TAB 10 MG TAB209 060206S114* SOCLAF INJ 1 G VIAL210 240100K000* SOLAXIN TAB TAB211 250100L009* SOPRALAN CAPS 30 MG CAPSUL212 170302S002* SOTACOR TAB 80 MG TAB213 100100A011* STAR FOLAT TAB ASKES TAB214 100100A012* STARFOLAT TAB 1 MG ASKES TAB215 290000S020* STREPSIL TAB HISAP TAB216 200100P003* SUSU PEPTAMEN 400 G BUAH217 200100S026* SUSU PEPTAMEN 430 G KALENG218 200100N016* SUSU PEPTAMEN JUNIOR 400 G KALENG219 080300P001* TAXOL INJ 30 MG VIAL220 170303N015* TENSILO INJ 10 MG ASKES AMP221 160203T000* TERONAC TAB TAB222 060202G004* TIMAC INJ 80 MG VIAL223 060202G007* TIMAC INJ 80 MG ASKES VIAL224 290000T016* TONIKUM BAYER LIQ 100 ML BOTOL225 010200K044* TORASIC INJ 30 MG AMPUL226 210204T004* TRIATIMOL 0.5 % 5 CC BOTOL227 210204T010* TRIATIMOL 0.5 % 5 ML ASKES BOTOL228 060208T002* TRISULFA TAB ARV 500 MG TAB229 060206T079* TRIXIM CAPS 100 MG CAPSUL230 060206S051* TRIXON INJ 1 G VIAL231 250100S007* ULSIDEX TAB 500 MG TAB232 180700U001* UREDERM CREAM TUBE233 150000A002* URINEG TAB 500 MG TAB234 060208M039* VADAZOL DRIP BOTOL235 270200V045* VAKSIN MENCEO VIAL236 270200V044* VAKSIN SYNFLORIX VIAL237 270200V052* VAKSIN TD VIAL238 270200V010* VAKSIN TOXOID VIAL239 270200V022* VAKSIN TYPHERIX VIAL240 060206S037* VELOSEF 500 MG CAPSUL241 060206V070* VELOSEF CAPS 250 MG CAPSUL

Tabel 4.1 (Lanjutan)

242 060206S089* VELOSEF INJ 1 G VIAL243 060206S068* VELOSEF SYRUP 125 MG BOTOL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

14

Universitas Indonesia

244 060206V069* VELOSEF SYRUP 250 MG BOTOL245 080300A018* VESANOID CAP 10 MG CAPS246 080300V017* VIDAZA INJ VIAL247 060800D001* VIDEX TAB 100 MG TAB248 060800D003* VIDEX TAB 125 MG TAB249 210205M006* VIGAMOX 0.5% 3 ML ED ASKES BOTOL250 060204L005* VOLEQUIN DRIP 100 ML BOTOL251 060204V006* VOLEQUIN TAB 250 MG TAB252 060204V007* VOLEQUIN TAB 500 MG TAB253 250200O030* VOMCERAN INJ 4 MG AMP254 250200O006* VOMETRAZ INJ 4 MG AMPUL255 250200O010* VOMETRAZ INJ 8 MG AMPUL256 250200D014* VOMITAS FDT TAB TAB257 250200V011* VOMITAS SYRUP BOTOL258 250200V012* VOMITAS TAB 10 MG TAB259 260300W001* WOODS PEPPERMINT ORIGINAL SACHET260 060208I004* XERXES DRIP BOTOL261 020100L015* XYLESTESIN INJ 2% ISI 50 VIAL262 260100K001* ZADITEN TAB 1 MG TAB263 290000M011* ZEGAVIT TAB TAB264 060800Z002* ZDV + 3TC + NV TAB

Untuk obat atau sediaan yang berubah status dari non formularium menjadi

formularium sebanyak 310 item, data obat/ sediaan yang berubah dapat dilihat pada Tabel

4.2.

Tabel 4.2 Data obat yang berubah dari non formularium menjadi formularium

No. KodeObat NamaDagang Satuan1 310000A008* ABIXSA TAB 10 MG TABLET2 250200C000* ACPULSIF 5 MG TAB TABLET3 180200N010* ACUATIM CREAM 10 G TUBE4 100200A006* AGRYLIN CAPS 0.5 MG CAPSUL5 080300M016* ALKERAN TAB 2 MG TAB6 160700A000* ALOVELL TAB 10 MG TABLET7 160204A000* ANGELIQ TAB STRIP8 180500D022* APOLAR N CREAM 10 GR TUBE9 310000L002* AQUASONIC JELLY 250 ML GALON

10 310000L003* AQUASONIC JELLY 5 L GALON

Tabel 4.2 (Lanjutan)

11 060101L000* ASKAMEX TAB 25 MG TAB12 170303A014* ATORSAN TAB 20 MG TAB13 130100B022* BRAUNOL SOL 7,5 % 1 L BOTOL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

15

Universitas Indonesia

14 310000C001* C3F8 GAZ BOTOL15 290000K028* CALNIC PLUS SYRUP BOTOL16 290000K020* CALNIC PLUS TAB TABLET17 290000K021* CALNIC TAB TABLET18 020100L004* CATHEJEL JELY 2 % 10 G TUBE19 210201A000* CENDO HERVIS EYE OINT TUBE20 210202C006* CENDO LUBRICENT ED BOTOL21 210200S000* CENDO STATROL ED 5 ML BOTOL22 210205C012* CENDOBERRY MNDS STRIP23 210205C007* CENDOBERRY TAB TAB24 210205I000* CENDRID EYE OINT TUBE25 270200H002* CERVARIX INJ VIAL26 180500F002* CINOLON CREAM 10 GR TUBE27 060201A018* CLAVAMOX SYR FORTE BOTOL28 100200K006* CLOPISAN TAB 75 MG TAB29 060206C091* CLORACEF CAPL 500 MG CAPLET30 010100K004* CODITAM TAB TABLET31 260300G002* COHISTAN EXPEXTORAN 100 ML BOTOL32 260300G001* COHISTAN EXPEXTORAN 60 ML BOTOL33 130200K017* CUTISOFT HAND SCRUB 150 ML BOTOL34 130200K024* CUTISOFT HAND SCRUB 250 ML BOTOL35 130200K020* CUTISOFT HAND SCRUB 5 L BOTOL36 130200K013* CUTISOFT HAND SCRUB 500 ML BOTOL37 180300K017* DAIVONEX OINT 30 G TUBE38 050000F015* DILANTIN INJ ASKES AMP39 010200P026* DOLONEUROBION TAB TABLET40 170306D002* DOPAMET TAB ASKES TABLET41 290000D002* DUMOCALCIN PLUS TAB TAB42 250700P006* ELSAZYM FOR CHILDREN SACHET43 080300M013* EMTHEXATE TAB 2.5 MG ASKES TAB44 080300S017* ENDOXAN INJ 1 GRAM ASKES VIAL45 080300S018* ENDOXAN INJ 200MG ASKES VIAL46 250700E001* ENZYMFORT TAB TAB47 100400E005* EPREX INJ 2000 IU ASKES AMPUL48 070100E002* ERICAF TAB ASKES TAB49 180200E002* ERYMED GEL 15 G TUBE50 180500D016* ESPERSON CREAM 15 G TUBE51 180500D015* ESPERSON CREAM 5 G TUBE52 180500D023* ESPERSON OINT 5 G TUBE53 130100I019* EXTRADINE 1 L BOTOL

Tabel 4.2 (Lanjutan)

54 170303N010* FARMALAT TAB 10 MG ASKES TAB55 010200P013* FELDENE FLASH 20 MG TAB56 010200P022* FELDENE SUPPOS SUPP57 060201P004* FENOCIN TAB TAB

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

16

Universitas Indonesia

58 130200F002* FIRST AID 1L LITER59 130200F007* FIRST AID 5 L GALON60 210202D005* FLAMAR TAB 50 MG TAB61 060208M009* FLADYSTIN OVULA SUPP62 250600F009* FLEET PHOSPOSODA ENEMA ASKES BOTOL63 080300F001* FLURACEDYL INJ 500 MG ASKES VIAL64 240100E002* FORRES TAB TAB65 250600F010* FOSEN ENEMA ASKES BOTOL66 230200L001* FRIMANIA TAB 200 MG TAB67 230200L000* FRIMANIA TAB 400 MG TAB68 060202G006* GARAMYCIN INJ 20 MG VIAL69 180200G003* GARAMYCIN OINT 15 G TUBE70 270200V025* GARDASIL BOX71 080300G005* GEMZAR INJ 1 GR ASKES VIAL72 080300G006* GEMZAR INJ 200 MG ASKES VIAL73 060202G005* GENTAMERCK INJ 80 MG ASKES AMPUL74 210201G006* GLAOPLUS MINIDOSE STRIP75 160101G029* GLIFORMIN TAB 850 MG ASKES TABLET76 160101G013* GLUCOVANCE 5 MG TAB TAB77 160201F000* GONAL - F 1050 IU AMP78 100400G002* GRANOCYTE 34 INJ ASKES VIAL79 060500G004* GRIVIN TAB 500 MG ASKES TABLET80 130100H000* HELIZYME 1 L BOTOL81 100400E006* HEMAPO 10000 IU AMPUL82 100400E010* HEMAPO INJ 3000 IU ASKES AMP83 130200F003* HEMOLOK SOL 100 ML BOTOL84 130200H020* HIBICET 500 ML BOTOL85 130200K010* HIBISCRUB 5 L GALON86 130200K015* HIBISCRUB 500 ML BOTOL87 080300I005* HOLOXAN 1 GRAM ASKES VIAL88 160102I007* HUMULIN N CARTRIDGE INJ AMPUL89 160102I027* HUMULIN N CARTRIDGE INJ ASKES AMPUL90 160102I033* HUMULIN N INJ 100 IU ASKES VIAL91 080300H028* HYDREA CAPS 500 MG ASKES CAPSUL92 060202N000* HYPOBHAC INJ 150 MG / 1.5 ML AMP93 060202N001* HYPOBHAC INJ 300 MG / 1.5 ML AMP94 290000I005* IBERET TAB 500 MG TAB95 210201K008* IKAMICETIN 1 % EYE OINT ASKES TUBE96 280200O004* ILLIADIN KINDER BOTOL

Tabel 4.2 (Lanjutan)

97 280200O002* ILLIADIN KINDER ASKES BOTOL98 280200O003* ILLIADIN SPRAY ASKES BOTOL99 220100O003* INDUXIN INJ ASKES AMP

100 180500D017* INERSON CREAM 5 G TUBE101 180500D003* INERSON OINT ASKES TUBE

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

17

Universitas Indonesia

102 150000M006* INFUSAN M2O KOLF103 160102I020* INSULATARD NOVOLET ASKES VIAL104 160102I034* INSULATARD PENFILL ASKES AMP105 060500I003* INTERBI TAB 250 MG TAB106 060207D004* INTERDOXIN CAPS 50 MG CAPSUL107 030000I002* INTERHISTIN TAB ASKES TABLET108 270100H000* INTRAGAM DRIP 50 ML BOTOL109 120100I004* IOPAMIRO 300 / 100 ML BOTOL110 120100I003* IOPAMIRO 300/50 ML BOTOL111 120100I001* IOPAMIRO 370 / 100 BOTOL112 120100I002* IOPAMIRO 370 / 50 BOTOL113 170602I000* ISOPRENALIN INJ AMPUL114 200200K014* KAEN 3A 500 ML ASKES BOTOL115 200200K015* KAEN 3B 500 ML OTSUKA ASKES BOTOL116 200200K007* KAEN MG3 1000 ML OTSUKA BOTOL117 200200K012* KALBAMIN 500 ML ASKES BOTOL118 290000M014* KALMECO CAPS 250 MG CAPSUL119 290000M019* KALMECO CAPS 500 MG CAPSUL120 100300A029* KALNEX INJ 500 MG ASKES AMP121 010200K043* KALTROFEN GEL TUBE122 010200K031* KALTROFEN OD TAB 200 MG TABLET123 250500K001* KAOPECTATE SYRUP BOTOL124 060201K002* KEDACILLIN INJ 2 G VIAL125 160400T007* KETRICIN SALEP 5 G TUBE126 160400T005* KETRICIN TAB 4 MG TABLET127 180500K016* KLODERMA CREAM 10 G TUBE128 110100K011* KOATE - DVI INJ 490 IU VIAL129 110100F011* KOATE - DVI INJ 590 IU VIAL130 110100K009* KOATE - DVI INJ 600 IU VIAL131 250200G001* KYTRIL 1MG/1ML INJ AMPUL132 250200G000* KYTRIL 3 MG INJ AMPUL133 160400D008* LANADEXON TAB TABLET134 210100B001* LANZOX INJ VIAL135 230400K011* LARGACTIL INJ AMP136 260100L000* LASAL EXPECTORANT SYR 100 ML BOTOL137 260100S016* LASAL SYRUP 100 ML BOTOL138 250100L007* LAZ CAPS CAPSUL139 100400F001* LEUKOKINE INJ 300 MCG VIAL

Tabel 4.2 (Lanjutan)

140 040100K011* LEUKOVORIN INJ 50 MG DBL VIAL141 040100K001* LEUKOVORIN INJ 50 MG KALBE VIAL142 060202L004* LINCOCIN CAPS 500 MG CAPSUL143 200200L021* LIPOFUNDIN MCT/LCT 20% 100 ML ASKES BOTOL144 120100L002* LIQUID POLIBAR GALON145 250700L005* LIVOLA INJ AMP

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

18

Universitas Indonesia

146 230400H009* LODOMER INJ ASKES AMP147 180300C000* LOPROX NAIL LACQUER INJ VIAL148 060206S101* LOVECEF CAPS 500 MG CAPS149 230200M000* LUDIOMIL 10 MG TAB TABLET150 230200M001* LUDIOMIL 25 MG TAB TABLET151 230200M003* LUDIOMIL TAB 50 MG TAB152 090100L004* LUVERIS INJ AMP153 290000L004* LYCOXY CAPS TABLET154 160202E000* LYNORAL TAB ASKES TAB155 070100P001* LYSAGOR TAB TABLET156 090100L006* MADOPAR TAB ASKES TABLET157 170302B012* MAINTATE TAB 5 MG ASKES TAB158 290000M001* MALTOFER TAB TABLET159 200200M002* MARTOS 10 ASKES BOTOL160 180100K000* MEDIKLIN TR TUBE161 180700H002* MEDIQUIN CREAM 15 G TUBE162 290000M026* MEGABION CAPSUL CAPSL163 180700H003* MELANOX CREAM 15 G TUBE164 180700H009* MELANOX CREAM EXTRA STRONG TUBE165 260100M001* MEPTIN SYR 60 ML BOTOL166 060208M001* MEROPEX 1 GRAM INJ VIAL167 240200P002* MESTINON ASKES TABLET168 080300M020* METHOTREXATE EBEWE INJ 5 MG ASKES VIAL169 080300M017* METHOTREXATE EBEWE INJ 50 MG ASKES VIAL170 040100N004* MEYLON INJ 8.4% 25 ML ASKES AMPUL171 160700K007* MIACALCIC NASAL SPRAY BOTOL172 160204L000* MIRENA TAB TAB173 160102I005* MIXTARD NOVOLET INJ ASKES VIAL174 290000M013* MOLOCO + B 12 TABLET175 060208F031* MONURIL SACHET 3 G SACHET176 260100T011* NAIRET INJ ASKES AMP177 280200T000* NASACORT AQ NASAL SPRAY ASKES BOTOL178 150000I000* NATRILIX SR TAB TABLET179 290000D011* NATUROL CAPS 400 IU CAPS180 080300V014* NAVELBINE INJ 10 MG ASKES VIAL181 160201T003* NEBIDO INJ 1000 MG / 4 ML VIAL182 290000F021* NEFROFER INJ AMP

Tabel 4.2 (Lanjutan)

183 180700N015* NEOSTRATA 15 AHA GEL PLUS DAGEP15A PCS184 180700N016* NEOSTRATA 15 AHA LOTION PLUS DALOP15A PCS185 180700N022* NEOSTRATA 50 % 59 ML BOTOL186 180700N017* NEOSTRATA DHA 12 % BIONIC FACE CREAM PCS187 180700A006* NEOSTRATA FACE CREAM PLUS DAFCP140 TUBE188 180700N018* NEOSTRATA OILY SKIN SOLUTION ( AHA 8 % ) BOTOL189 170800S016* NEULIN PS CAPS CAPSUL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

19

Universitas Indonesia

190 100400N001* NEUPOGEN INJ 300 MCG VIAL191 100400F003* NEUPOGEN INJ 300 MCG ASKES VIAL192 290000N015* NEUROBION INJ AMP193 080300S032* NEXAVAR TAB 200 MG TAB194 060208M027* NOVAMET DRIP ASKES BOTOL195 200200N031* NUTROCID ORAL SACHET196 230400O008* OLANDOZ TAB 10 MG ASKES TAB197 230400O007* OLANDOZ TAB 5 MG ASKES TAB198 010000O000* OLEUM BERGAMOT ML199 120100O002* OMNIPAQUE 300 MG / 20 ML BOTOL200 120100O004* OMNIPAQUE 300 MG / 50 ML BOTOL201 180700O000* OPTIMAL PRE-PEEL CLEANSER BOTOL202 310000O001* OPTIRAY 320 / 100 ML VIAL203 120100O006* OPTIRAY 320 / 50 ML VIAL204 160202E005* OVESTIN CREAM TUBE205 160201C000* OVIDREL INJ VIAL206 080300O028* OXALIPATIN EBEWE INJ 50 MG VIAL207 250100N000* PARIET TAB 10 MG TAB208 250100N001* PARIET TAB 20 MG TAB209 160400P003* PEHACHORT TAB TAB210 290000P022* PIONIX M TAB PCS211 250100M014* POLYCROL FORTE SYRUP BOTOL212 220100M007* POSPARGIN INJ ASKES AMP213 160201H000* PREGNYL 1500 IU AMP214 160201H001* PREGNYL 5000 IU AMP215 060600P006* PRIMET TAB ARV 25 MG TABLET216 160203N003* PRIMOLUT N TAB 5 MG ASKES TAB217 010200K042* PROFENID GEL TUBE218 010200K025* PROFENID SUPPOSITORIA ASKES SUPP219 160205K000* PROFERTIL TAB 50 MG TAB220 160202P002* PROGYNOVA TAB 2 MG STRIP221 010200K008* PRONALGES SUPP ASKES SUPP222 250100L005* PROSOGAN FD TAB 15 MG TAB223 160203M000* PROTHYRA TAB 5 MG ASKES TAB224 160201F003* PUREGON INJ 100 IU VIAL225 160201F002* PUREGON INJ 50 IU VIAL

Tabel 4.2 (Lanjutan)

226 290000C007* Q-TEN CAPS 30 MG CAPSUL227 290000C022* Q-TEN CAPS 60 MG CAPSUL228 290000C014* Q-TEN PLUS CAPSUL229 180700K002* RADIOCARE CREAM 50 ML TUBE230 250100R019* RANICARE SYRUP BOTOL231 100400R009* RECORMON INJ 10000 IU VIAL232 100400E011* RECORMON INJ 2000 IU AMPUL233 100400R008* RECORMON INJ 30000 IU VIAL

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

20

Universitas Indonesia

234 100400E007* RECORMON INJ 5000 IU AMP235 020100B003* REGIVELL INJ AMPUL236 170301E001* RENACARDON TAB 5 MG TAB237 190000R001* RENALIN 100 10 LITER GALON238 190000R002* RENALIN 100 10 LITER ASKES GALON239 170800P004* REOTAL INJ 300 MG ASKES AMPUL240 090100R001* REQUIP PD TAB 4 MG TAB241 250300R000* RHODIUM TAB TAB242 060300R009* RIMACTAZIDE 450/300 TAB243 060300R006* RIMCURE 3 FDC TAB244 060300R004* RIMCURE PAED TAB TAB245 230400R010* RISPERDAL TAB 1 MG TAB246 170200P000* RYTMONORM TAB TAB247 170601P000* RYTMONORM TAB 150 MG TAB248 180700S007* SANOSKIN MELADERM PLUS BUAH249 180700S005* SANOSKIN OXYGEL TUBE250 020100S001* SCANDONEST 2 % SEPTODONT – FRANCE BOX251 020100S002* SCANDONEST 2 % SPECIAL 1.8 ML AMP252 230400H017* SERENACE TAB 1 MG TAB253 230400H018* SERENACE TAB 1.5 MG TABLET254 310000S004* SF6 GAS ARCEOLE BOTOL255 310000F004* SIKZONOATE INJ 25 MG AMP256 130100S017* SOAPY GALON257 180700K000* SOFT U DERM FORTE 40 GR TUBE258 160400M015* SOLUMEDROL INJ 125 MG ASKES VIAL259 260100T009* SPIRIVA COMBO ASKES BOX260 130200C002* STABIMED B BRAUN LITER261 100200S008* STAZOL TAB 100 MG TAB262 130100S002* STERICIDE GALON263 130100S001* STERYZIME GALON264 260100B008* SYMBICORT 80/4.5 MCG TURBUHALER 120DOSES BOTOL265 080100T004* TAMOPLEX TAB 20 MG ASKES TAB266 140100B001* TANTUM LOZENGES TAB TAB267 060204O003* TARIVID TAB 200 MG TABLET268 060204O004* TARIVID TAB 400 MG TABLET

Tabel 4.2 (Lanjutan)

269 080300D014* TAXOTERE INJ 20 MG ASKES VIAL270 080300D015* TAXOTERE INJ 80 MG ASKES VIAL271 310000P002* TEN 20 POT272 170301E002* TENACE TAB 10 MG TAB273 170301E000* TENACE TAB 5 MG TAB274 060203T007* THIAMYCIN SYR 60 ML BOTOL275 060300E007* TIBIGON TAB 500 MG ASKES TAB276 290000T013* TONICARD TAB TAB277 060500I006* TRACHON CAPS TAB

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

21

Universitas Indonesia

278 240100A004* TRACRIUM INJ 25 MG ASKES AMP279 170302T000* TRANDATE INJ AMP280 100300A019* TRANSAMIN INJ 250 ASKES AMPUL281 200200T011* TRIDEX 27 B KOLF282 200200T009* TRIOFUSIN 500 500 ML ASKES BOTOL283 170700F002* TROLIP TAB 100 MG TAB284 170700F003* TROLIP TAB 300 MG TAB285 200200T010* TUTOFUSIN OPS 500 ML ASKES BOTOL286 040100M002* UROMITEXAN 400 INJ ASKES AMPUL287 270200V009* VAKSIN PPD 2 UT 1.5 ML VIAL288 230200A003* VALDOXAN TAB 25 MG TABLET289 230100D017* VALIUM TAB 2 MG TAB290 060700V005* VALVIR 500 MG TAB TABLET291 170602V003* VASCON INJ ASKES AMPUL292 250300H002* VENOSMIL GEL TUBE293 060101M002* VERMOX TAB 500 MG TAB294 060500V000* VFEND INJ VIAL295 060500V001* VFEND TAB TAB296 130100V002* VIOREX 500 ML BOTOL297 130100V001* VIOREX LIQUID SOAP GALON298 130200V001* VIOREX NO RINSE GALON299 210202D004* VOLTAREN OPHTA DROP BOTOL300 010200D022* VOLTAREN TAB 75 MG TAB301 110200H003* VOLUVEN 500 ML ASKES BAG302 290000V021* VQ CAPS 50 MG KAPSUL303 080300G008* ZOLADEX INJ 10.8 MG ASKES AMPUL304 080300G007* ZOLADEX INJ 3.6 ASKES AMPUL305 180400A003* ZOVIRAX CREAM 2 G TUBE306 180400A006* ZOVIRAX CREAM 5 G TUBE307 180400A004* ZOVIRAX EYE OINT TUBE308 180400A005* ZOVIRAX OINT 4.5 G TUBE309 230100A005* ZYPRAZ TAB 0.5 MG TAB310 230400O003* ZYPREXA INJ ASKES VIAL

Dalam melakukan penelitian ini ditemukan beberapa kendala yaitu :

a. Nama obat yang terdapat dalam data teknologi informasi satelit farmasi ada yang tidak

sama dengan penulisan pada formularium tahun 2013 RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Sebagai contoh pada formularium tertulis nama dagang suatu obat Abixa (Memantine),

tetapi yang tercantum pada teknologi instalasi farmasi adalah obat dengan nama dagang

Abixsa (Memantine), tetapi obat yang dimaksud adalah sama, hanya penulisannya saja

yang perlu disesuaikan.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

22

Universitas Indonesia

b. Pada formularium terdapat halaman yang salah untuk pencarian obat, sehingga terjadi

kesulitan untuk memastikan apakah obat tersebut masuk ke dalam formularium atau non

formularium.

c. Keterangan bentuk sediaan dan kekuatan dari nama dagang obat yang ada dalam

formularium tidak sama dengan data yang ada pada teknologi informasi satelit farmasi,

sehingga menyulitkan dalam penentuan apakah obat tersebut masuk dalam obat

formularium atau non formularium. Sebagai contoh obat Cendoberry, pada formularium

hanya terdapat bentuk sediaannya yang berupa tetes mata, tetapi pada data teknologi

informasi satelit farmasi terdapat 2 macam bentuk sediaan yaitu tablet dan tetes mata.

Berdasarkan hasil penelitian, adanya obat yang berubah dari formularium menjadi

non-formularium dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu:

a. Obat sudah tidak digunakan

b. Harga obat yang tidak kompetitif.

c. Obat tidak dilengkapi dokumen mutu.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

23 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyesuaian data obat/ sediaan non-formularium dan

formularium ke dalam data teknologi informasi satelit farmasi maka didapatkan

hasil perubahan data obat/sediaan dari formularium menjadi non formularium

sebanyak 264 item, sedangkan perubahan data obat dari non formularium menjadi

formularium sebanyak 310 item.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :

a. Penulisan nama obat dalam data teknologi informasi instalasi farmasi dan

dalam formularium sebaiknya sama untuk memudahkan dalam penelurusan

nama obat saat akan di sesuaikan kembali;

b. Melakukan penyesuaian data obat secara berkala sehingga data yang ada

selalu sesuai dengan formularium yang berlaku di RSUPN Cipto

Mangunkusumo.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366995-PR-Imelda Priana-Laporan... · Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

24 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan RI. (1992). Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi

Rumah Sakit Umum. Jakarta: Departemen Kesehatan republik Indonesia.

DepartemenKesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/

Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Panitia Farmasi dan Terapi. (2013). Formularium RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Jakarta.

Siregar, Charles J.P dan Amalia, Lia (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan

Penerapan ( Cetakan ke-1). Jakarta : ECG.

Laporan praktek…., Imelda Priana, FFar UI, 2014