UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu...

103
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LULU SOLIHAH, S.Far 1206329783 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MEDIKO FARMA

JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK

JAKARTA SELATAN

PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LULU SOLIHAH, S.Far

1206329783

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MEDIKO FARMA

JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK

JAKARTA SELATAN

PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker

LULU SOLIHAH, S.Far

1206329783

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-Nya

sehingga kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVII di

Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Jakarta, pada tanggal

17 Juni–16 Agustus 2013 telah dapat kami selesaikan.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari

kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah

mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat

pada saat memasuki dunia kerja..

Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Farida Indiyastuti, S.E., Apt., MM., selaku Apoteker Pengelola

Apotek Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan

kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma dan menyediakan waktu, tenaga

dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;

2. Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;

3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si, Apt., selaku Pj.S. Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia sampai tanggal 20 Desember 2013;

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia;

6. Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

vi

7. Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu

dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang penulis perlukan;

8. Semua pihak yang turut membantu selama penulisan laporan PKPA ini baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang membantu dalam proses penulisan laporan.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi teman-teman sejawat. Terima kasih.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

viii

ABSTRAK

Nama : Lulu Solihah, S. Far

NPM : 1206329783

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Mediko Farma Jakarta Periode 17 Juni – 16 Agustus 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jakarta bertujuan untuk

memahami tugas pokok, fungsi dan peran apoteker pengelola apotek (APA) di

apotek dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun

non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Profil Penggunaan

Obat Flu (Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas) di Apotek Mediko Farma bulan

Januari-Maret 2013. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil

penggunaan obat flu dengan memperoleh data sepuluh besar rata-rata penggunaan

obat flu di apotek Mediko Farma pada bulan Januari-Maret 2013.

Kata kunci : Apotek Mediko Farma, Profil penggunaan obat, Obat Flu

Tugas umum : xiii + 63 halaman; 9 gambar; 11 lampiran

Tugas khusus : v + 23 halaman; 3 gambar; 2 tabel; 4 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 16 (1978-2009)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (2001-2013)

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

ix

ABSTRACT

Name : Lulu Solihah, S.Far

NPM : 1206329783

Program Study : Apothecary profession

Title : Apothecary Internship Program at Mediko Farma

Pharmacy Jakarta Period June 17th

– Agust 16th

2013

Apothecary Internship Program at Mediko Farma Pharmacy Jakarta was aimed to

understand the duties and functions and roles of pharmacists pharmacy manager

(APA) in pharmacies and understanding the activities in both technical and non-

technical pharmacy activity. The Special assignment was given by title Profile Flu

Drug Use at Mediko Farma Pharmacy from January to March 2013. The purpose

of this special assignment was to determine the profile of the use of flu drugs by

obtain data of the top ten on average use of flu drugs on Mediko Farma Pharmacy

in Januari-March 2013.

Keywords : Mediko Farma Pharmacy, Profile of drug use, Flu medicine

General Assignment : xiii + 63 pages; 9 pictures; 11 appendices

Specific Assignment : v + 23 pages; 3 pictures; 2 tables; 4 appendices

Bibliography of General Assignment: 16 (1978-2009)

Bibliography of Specific Assignment: 10 (2001-2013)

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ........................................................................ 3

2.1 Definisi Apotek ......................................................................... 3

2.2 Landasan Hukum Apotek ......................................................... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ......................................................... 4

2.4 Tata Cara Perizinan Apotek ...................................................... 4

2.5 Persyaratan Apotek ................................................................... 8

2.6 Tenaga Kerja Apotek ................................................................ 9

2.7 Pengelolaan Apotek .................................................................. 11

2.8 Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................................ 15

2.9 Penggolongan Obat ................................................................... 20

2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................... 28

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA ................. 30

3.1 Sejarah Apotek Mediko ........................................................... 30

3.2 Pengelolaan Organisasi dan SDM............................................ 30

3.3 Lokasi dan Fasilitas Apotek ..................................................... 31

3.4 Pengelolaan Perbelakan Farmasi ............................................. 32

3.5 Pelayanan Apotek .................................................................... 35

3.6 Pengelolaan Narkotik ............................................................... 38

3.7 Pengelolaan Psikotropik ........................................................... 39

3.8 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian .......................................... 40

BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 43

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 47

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

xi

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 48

LAMPIRAN .................................................................................................... 50

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanda Golongan Obat Bebas ........................................................... 20

Gambar 2.2. Tanda Golongan Obat Bebas Terbatas .......................................... 21

Gambar 2.3. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) .............. .............. 22

Gambar 2.4. Tanda Golongan Obat Keras ............................................................ 22

Gambar 2.5. Tanda Obat Golongan Narkotika ..................................................... 25

Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma ................................................. 51

Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma ..................... 51

Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma ..................................... 52

Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma ................. 52

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman .

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma ........................................ 53

Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma ............................... 54

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma ................ 55

Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma........................ 56

Lampiran 5. Tanda Terima Faktur .............................................................. 57

Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep .......................................................... 58

Lampiran 7. Salinan Resep ......................................................................... 59

Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep ............................................. 60

Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas ............................................. 61

Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika .................. 62

Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika .............. 63

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu diantara unsur

kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab bersama bagi setiap masyarakat serta

didukung oleh pemerintah. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang RI

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

setinggi-tingginya bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan yang

terpadu dan menyeluruh baik perseorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit

(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Satu diantara tenaga kesehatan yang berperan

dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat adalah apoteker.

Apotek sebagai satu diantara fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

tempat pengabdian bagi apoteker untuk memenuhi pelayanan kefarmasian dan

perbekalan farmasi yang dibutuhkan masyarakat. Apotek adalah tempat

dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi dan

perbekalan kesehatan lain kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian di apotek

meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran, selain itu

penyimpanan, distribusi obat, pengolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter

dan pelayanan informasi obat (Presiden RI, 2009b)

Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib

mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu

pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser

orientasinya, kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada

pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif dan

berorienasi pada pasien (pharmaceutical care) yang bertujuan meningkatkan

kualitas hidup pasien.

Dalam rangka memperkenalkan, memberi wawasan dan pelatihan secara

aktual untuk mempersiapkan calon apoteker yang dapat menjalankan tugas, fungsi

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

2

Universitas Indonesia

dan tanggung jawabnya, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

sebagai langkah awal pengenalan bagi calon Apoteker terhadap apotek. Atas dasar

tersebut maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

(UI) telah mengadakan PKPA di Apotek Mediko Farma. Pada semester ini penulis

mengikuti PKPA yang berlangsung pada tanggal 17 Juni–12 Juli 2013 dan 29

Juli–16 Agustus 2013. Praktek tersebut dimaksudkan agar calon Apoteker dapat

memahami secara langsung mengenai peranan dan tanggung jawab apoteker di

apotek dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, serta mampu terjun ke tengah

masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa PKPA dapat memahami tugas pokok, fungsi dan peran apoteker di

sebuah apotek.

b. Mahasiswa PKPA dapat memahami seluruh kegiatan yang dilakukan di

sebuah apotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu,

tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah

(PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009b). Menurut PP No.51 tahun 2009,

yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat

tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan,

harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin.

2.2 Landasan Hukum apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat

yang diatur dalam:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang

Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.

b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

4

Universitas Indonesia

c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotek.

e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/

MENKES/PER/2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri

Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan

pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.

g. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

h. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

i. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.4 Tata Cara Perizinan Apotek

Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek

diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

5

Universitas Indonesia

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah

sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan Formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c)

tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan

Formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek

(SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau

Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan

pemilik sarana.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

6

Universitas Indonesia

i. Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau

lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannnya dengan

menggunakan Formulir APT-7.

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA)

yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker

atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan

apotek di suatu tempat tertentu.

Secara umum persyaratan izin apotek untuk Apotek yang bekerja sama dengan

pihak lain adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan atau Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat sebanyak 3

(tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan

atau terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.

c. Fotokopi KTP dari APA.

d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan

lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai

negeri.

e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: fotokopi sertifikat, bila gedung milik

sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun

dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila

kontrak atau sewa.

f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).

g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

7

Universitas Indonesia

i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.

j. Peta lokasi dan denah ruangan.

k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak

akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi atau obat dan

tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.

l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang

farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.

m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu

tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.

n. Struktur organisasi dan tata kerja atau tata laksana (dalam bentuk

Organogram).

o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

p. SIK Asisten Apoteker atau D3 farmasi.

q. Rencana jadwal buka apotek.

r. Daftar peralatan peracikan obat.

s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.

t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.

u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli atau legalisir).

v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

Persyaratan izin apotek praktek profesi adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku

Dinas Kesehatan atau Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat

sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00.

b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) setempat yang

menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi

yang diterbitkan setiap tahun sekali.

c. Fotokopi KTP Apoteker apotek praktek profesi.

d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2

tahun.

e. Denah bangunan beserta peta lokasi.

f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dan lain-lain.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

8

Universitas Indonesia

g. Fotokopi NPWP apoteker.

h. SIK atau SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak dua lembar dengan

melampirkan surat selesai masa bakti Apoteker.

i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada

apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).

j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas atau apoteker yang lain yang

ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP.

2.5 Persyaratan Apotek

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya

yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan

farmasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa:

a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat.

b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.

c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

penyerahan.

e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk

memperoleh informasi dan konseling.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

9

Universitas Indonesia

f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat dan

serangga.

g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien.

Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan

rakrak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung

dan debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi

ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

2.6 Tenaga Kerja Apoteker

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga

teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan

tenaga menengah farmasi/asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga

kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:

2.6.1 Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang

telah diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab

penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung

jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek).

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

10

Universitas Indonesia

Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat

Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif

melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih

memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No.

922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker.

c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan

melalui dinas kesehatan daerah masing - masing.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker

Pengelola Apotek di apotek lain.

Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

d. Melakukan pengembangan apotek.

Seorang Apoteker Pengelola Apotek apabila berhalangan melakukan tugasnya

pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk

apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker

pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker

pengelola Apotek menunjuk Apoteker pengganti. Penunjukan dimaksud harus

dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan

kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 :

a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/

atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

11

Universitas Indonesia

b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat

lain.

2.6.2 Asisten Apoteker

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002, asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan Apoteker.

2.7 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk

melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, kegiatan dalam pengelolaan apotek

dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non

teknis kefarmasian. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan,

pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,

penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan

penyerahan perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai

perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan

lainnya, maupun kepada masyarakat. Pengelolaan non teknis kefarmasian tersebut

meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang

material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.

Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.7.1 Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

12

Universitas Indonesia

2.7.1.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang serta

meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi

yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat

sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi

yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat.

2.7.1.2 Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya

obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang efektif.

Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien, maka

pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan

tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar

membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama

pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pengadaan antara lain:

a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya.

b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada.

c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.7.1.3 Penyimpanan

Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan

dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk

perbekalannya. Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk

sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifar higroskopis.

Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar

disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan berdasarkan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

13

Universitas Indonesia

alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat

diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO

(First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), sehingga obat-obat yang

mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan

memungkinkan diambil terlebih dahulu.

2.7.1.4 Pelayanan Apotek

Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan

Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi :

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat;

b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat;

c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten;

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan

obat yang lebih tepat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek

dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek

dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan

masyarakat;

f. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep;

g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker;

h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun;

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

14

Universitas Indonesia

i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku;

j. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa

resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI;

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, APA

harus menunjuk Apoteker pendamping;

l. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti;

m. Penunjukan harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;

n. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan

seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA;

o. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara

terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut;

p. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek;

q. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan

kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA;

r. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker;

s. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah

pengawasan Apoteker;

2.7.2 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasia di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi :

a. Administrasi Umum

Pada bagian ini dilakukan pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,

psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

15

Universitas Indonesia

b. Administrasi Pelayanan

Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan

pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.8 Pelayanan Kefarmasian di Apotek

2.8.1 Pelayanan Resep

2.8.1.1 Skrining Resep

Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:

a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP,

alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis

resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan

berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara

pemakaian yang jelas dan informasi lainnya.

b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis,

inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemakaian

c. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya.

2.8.1.2 Penyiapan Obat

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat

untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

Obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga

kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.

Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi

obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien

sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka

waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama terapi.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

16

Universitas Indonesia

2.8.1.3 Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini, informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu

pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi.

2.8.1.4 Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit

seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya,

apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.8.2 Pelayanan Swamedikasi

Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan pengobatan sendiri

dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan

secara tepat guna dan bertanggung jawab. Meskipun oleh dan diperuntukan untuk

diri sendiri pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Hal ini berarti

tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan

tanggung jawab bagi para penggunanya.

Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya

pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek. Obat wajib apotek (OWA)

merupakan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di

apotek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/PER/X/1993

tentang kriteria obat yang diserahkan tanpa resep dokter, harus memiliki kriteria

sebagai berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan

orang tua diatas 65 tahun

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

17

Universitas Indonesia

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan

kelanjutan penyakit

c. Penggunaan tidak memerlukan cara khusus dan alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa

kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu:

a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercangkup dalam tiap-tiap jenis obat

wajib apoteker

b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan

c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek

samping, dan informasi lainnya yang dianggap perlu.

2.8.3 Promosi dan Edukasi

Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan

masyarakat. Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran

leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.

2.8.4 KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek

samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain.

Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat

memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar

belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

18

Universitas Indonesia

a. Ketidakpatuhan pasien

Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi

pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang

kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus

oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif

membuat pasien menggandakan dosis sendiri.

b. Penggunaan obat yang tidak rasional

Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis

obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak

terjangkau oleh pasien.

c. Penggunaan obat yang tidak benar

Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien.

Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, supositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

a. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

1) Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

2) Menurunkan ketidakpatuhan.

3) Menurunkan efek samping obat.

4) Menurunkan biaya pengobatan.

5) Meningkatkan pemahaman tentang penyakit.

6) Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

b. Bagi Apoteker

1) Meningkatkan citra profesi.

2) Meningkatkan kepuasan kerja.

3) Menarik pelanggan.

2.8.5 PIO (Pelayanan Informasi Obat)

Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian

informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga kesehatan lainnya sangat

penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

19

Universitas Indonesia

yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat

dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain yang menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

b. Objektif

c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat dari

berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan

sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

2.8.6 Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang

bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatric dan pasien dengan

pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat

catatan berupa catatan pengobatan.

2.9 Penggolongan Obat

Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk

diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada

manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh

Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat

bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat

golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan

pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap

golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat. Beberapa peraturan

tersebut antara lain:

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

20

Universitas Indonesia

a. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan

Obat Bebas Terbatas.

b. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tantang Tanda Khusus Obat Keras

Daftar G.

c. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek.

d. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

e. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

2.9.1 Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

disebut obat bebas (Departemen Kesehatan RI, 2006). Tanda khusus pada

kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna

hitam.

Contoh obat bebas : Antasida, Vitamin B6

2.9.2 Obat Bebas Terbatas

Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau

dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut

dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas

terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Komposisi obat

bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau

kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 – P No.6) dan

penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna

hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan

kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna

putih (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

21

Universitas Indonesia

Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen®

b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:

Betadine Gargle®

c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:

Canesten®

d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax®

f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan. Contoh: Anusol®

Suppositoria.

2.9.3 Obat Ethical

2.9.3.1 Obat Keras Daftar G

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut

dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di

dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam

dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara

lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika,

beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Departemen Kesehatan RI,

2006).

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

22

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Tanda Golongan Obat Keras

2.9.4. Obat Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengarih selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktiviats mental dan perilaku.

Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika, 1997):

a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya

amfetamina, lisergida (LSD), meskalin.

b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan,

misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. Sekarang obat

psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam narkotika golongan I.

c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan,

misalnya amobarbital, siklobarbital, dan pentazosina.

d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan,

misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital.

Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi

pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (Presiden RI,

1997):

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

23

Universitas Indonesia

a. Pemesanan psikotropika

Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar

Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga)

rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi

nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan

untuk beberapa jenis psikotropika.

b. Penyimpanan psikotropika

Obat-obat golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan psikotropika

Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat

dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

dokter, dan kepada pengguna/ pasien.

d. Pelaporan psikotropika

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang

berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Badan POM dan

Direkorat Jenderal Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online melalui

website : www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan dilakukan setiap bulan,

paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar

POM.

e. Pemusnahan Psikotropika

Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika

dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi

tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa,

serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau

pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan

oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang

bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

24

Universitas Indonesia

dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah

pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut,

dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk

psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari

setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan karena

kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker

yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh

pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7

(tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.

4.2.5. Obat Narkotik

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan-golongan (Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika).

Kemasan golongan narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya

terdapat palang berwarna merah (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan, yaitu (Undang-undang No 35 tahun

2009 Tentang Narkotika):

a. Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi,

serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan

ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja.

b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

25

Universitas Indonesia

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk

mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin.

c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya

kodein.

Pengelolaan Narkotika

UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk,

penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika,

untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek

samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita

kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara

garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan,

pelaporan, pelayanan dan pemusnahan.

a. Pemesanan Narkotika

Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat

pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga rangkap

untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap untuk arsip apotek), dilengkapi nomor

SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk

memesan satu jenis narkotika.

b. Penyimpanan Narkotika

Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan

bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang

memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu atau

bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari

dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama

digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta persediaan

narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika

lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan

ukuran kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada tembok atau lantai; lemari

khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali

ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

26

Universitas Indonesia

pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman

dan yang tidak diketahui oleh umum.

c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat

diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter.

Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek

dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Resep narkotika

yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat

salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang

menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh

dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter

pada resep-resep yang mengandung narkotika. Selain kepada pasien, penyerahan

obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas,

apotek lain, balai pengobatan, dan dokter.

d. Pelaporan Narkotika

Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa

importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit,

puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib

membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan

dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Laporan

penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal Binfar Alkes

Kementerian Kesehatan secara online pada website

www.sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan

dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika dan

Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur

pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas,

Rumah Sakit, dan Apotek).

e. Pemusnahan Narkotika

Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai

pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

27

Universitas Indonesia

narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan

dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang

sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun),

nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika, nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda tangan, dan

identitas lengkap penanggung jawab apotek, serta saksi-saksi pemusnahan.

Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh petugas Direktorat

Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit

pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk

pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan

propinsi, petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit,

puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan

kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Badan/Balai Besar POM, dan

sebagai arsip.

2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002,

Kepala Dinas Kesehatan/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apoteker,

apabila:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang

Narkotika dan Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan

ketentuan perundang-undangan lainnya.

e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut.

f. Pemilik sarana Apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran

perundang-undangan di bidang obat.

g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

28

Universitas Indonesia

Namun sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) :

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut

dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh

formulir model APT-12

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan

menggunakan contoh formulir model APT-13

Pencabutan Surat Izin Apoteker dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan yang ditunjukan

kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan

yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi serta Kepala Balai POM setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002, 2002).

Apabila surat izin apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib

mengamankan perbekalan farmasi, yaitu dengan cara sebagai berikut (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002):

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. APA wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat atau petugas yang diberi wewenang tentang

penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut

telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan

menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah

menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksa Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

29

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

30 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

APOTEK MEDIKO

3.1 Sejarah Apotek Mediko

Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976

berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek

Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek

(APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM

dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/92.

3.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek agar

apotak dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sebuah apotek yang

baik akan membawa apotek tersebut pada tujuan yang telah ditetapkan. Adapun

struktur organisasi Apotek Mediko dapat dilihat pada lampiran 3.

Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis

farmasi dan tenaga non-teknis farmasi, dengan rincian sebagai berikut:

Tenaga teknis farmasi:

a. APA : 1 orang

b. Aping : 1 orang (merangkap sebagai manager keuangan)

c. Asisten Apoteker : 3 orang

Tenaga non teknis farmasi:

a. Tenaga administrasi : 2 orang (satu orang bagian pembelian, satu orang

bagian faktur)

b. Tenaga kasir : 2 orang

c. Tenaga keamanan : 2 orang

d. Tenaga kebersihan : 1 orang

Apotek Mediko Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul

07.30 – 21.30 WIB, hari Minggu mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB, sedangkan hari

libur nasional tutup.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

31

Universitas Indonesia

3.3 Lokasi dan Fasilitas Apotek Mediko

3.3.1 Lokasi

Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok Labu,

Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan dengan

badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat

perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau oleh

kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta jaraknya yang tidak seberapa

jauh dari RSUP Fatmawati .

Apotek Mediko Farma dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang

bersebelahan dengan apotek dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek.

Praktek dokter terdiri dari dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter

kulit dan kelamin, sehingga dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek.

Papan nama apotek disertai nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak

jelas di perempatan jalan dan di tempat parkir apotek sehingga memudahkan

pelanggan baru untuk mencari lokasi Apotek Mediko Farma.

3.3.2 Fasilitas

Bangunan fasilitas apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan

apotek, ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga

dilengkapi kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian

belakang apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang

ditata rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat

penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat resep

maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan dapat obat bebas (OTC) dan

obat obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan

indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut;

vitamin) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair). Sediaan-sediaan yang

banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah etalase dan sejajar

pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat oleh pengunjung

yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas lemari etalase terdapat

beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang dititipkan oleh

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

32

Universitas Indonesia

perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai bagian dari promosi

pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain produk OTC, apotek juga

menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu, produk-produk herbal, produk-

produk kosmetik yang digunakan sehari-hari, serta alat-alat kesehatan lainnya

seperti masker, sarung tangan, dan alat tes kehamilan yang ditata dietalase bagian

depan. Gambar ruang tunggu apotek, dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif

serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi

resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan

kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang

diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang

berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan

dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan

memperhatikan ruang gerak bagi para pekerja. Penataan obat keras

dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan

bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek di

lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Dalam ruang peracikan terdapat lemari narkotika, lemari pendingin untuk

menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja untuk menimbang

disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan buku-buku literatur

(Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel. Selain itu, dirungan ini

juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti pemesanan obat kepada

distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang harus dipesan. Oleh sebab itu,

ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua buah computer, printer, telepon dan

mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko Farma terdapat pada Lampiran 2.

3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

3.4.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Senin dan

Kamis berdasarkan persediaan barang minimum dan penjualan di minggu

sebelumnya. Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana

pembelian pada buku defecta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian

pembelian untuk dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

33

Universitas Indonesia

surat pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui

telepon langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada

Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis

oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat

pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas

ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan

narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek

Mediko Farma dilakukan dengan cara :

a. Cash Order Delivery (COD)

Pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada saat perbekalan

farmasi yang dipesan datang biasa dikenal dengan Cash Order Delivery (COD).

Metode ini dilakukan pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat

dibutuhkan oleh apotek pada keadaan tertentu.

b. Kredit

Pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga batas waktu jatuh

tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang telah disepakati bersama

dengan pihak apotek.

c. Konsinyasi

Titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek dimana apotek

bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi bila perbekalan

farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau batas waktu yang

disepakati disebut dengan istilah konsinyasi, dan bila perbekalan farmasi tersebut

tidak laku maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada

pemiliknya. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan

belum dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan

hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual. Faktor-faktor yang harus

diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah ketepatan dan

kecepatan dalam pelayanan, bertanggung jawab terhadap pesanan perbekalan

farmasi apabila terjadi kerusakan, memberikan jaminan terhadap perbekalan

farmasi pesanan, ada kepastian memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan,

diskon yang diberikan, dan lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

34

Universitas Indonesia

3.4.2 Penerimaan Perbekalan Farmasi

Setiap hari Senin dan Kamis pada jam operasional apotek dilakukan

penerimaan perbekalan farmasi oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan

dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan

faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal

kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lain lain).

Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan, maka

bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi stempel

apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan

salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum’at PBF melakukan

tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak kepada apotek

untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur

tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.4.3 Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan

ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi antara

lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima, tanggal

kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di

tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori

penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan

farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat

resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad.

Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi

obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan

warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek.

Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan

obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek

sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan.

Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First In

First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat sistem

First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih dulu

diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar memudahkan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

35

Universitas Indonesia

dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan keluar terlebih

dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out)

yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu

diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas

kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu.

3.4.4 Pengeluaran Perbekalan Farmasi

Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi dengan

sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu perbekalan farmasi yang dikeluarkan

terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas kadaluarsa lebih

awal.

3.4.5 Pembuatan Sediaan Standar

Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar

(Anmaak) dan pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih

kecil. Sediaan standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan

resep- resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan

resep dokter. Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang

atau tidak terdapat di pasaran dengan harga jual relatif lebih murah. Beberapa

sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko Farma adalah obat batuk hitam,

salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat, dan Vaselin album),

boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol 70% dan bedak salisilat.

Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala besar lalu dikemas kembali

dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak sereh, garam inggris, dan

vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun

berdasarkan abjad.

3.5 Pelayanan Apotek

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat

bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produk-

produk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat

kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit.

Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk

pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien

tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

36

Universitas Indonesia

3.5.1 Pelayanan Obat dengan Resep

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan

verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian

farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan

HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan

harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk resep

yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya,

harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan.

Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar oleh pasien

serta diberikan nomor urut resep.

Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh

asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan, dikemas, diberi etiket, dan

dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat

yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker

disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada

saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan

alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep

yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek.

Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan

kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi

pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai

diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu

disimpan selama 3 tahun.

3.5.2 Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan penjualan obat tanpa resep

dokter yang meliputi, obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar

Obat Wajib Apotek). Obat bebas ditandai dengan logo lingkaran berwarna hijau,

obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran berwarna biru, sedangkan obat

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

37

Universitas Indonesia

DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran berwarna merah dengan huruf K

ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat Wajib Apotek. Penyerahan DOWA

yang dapat diserahkan oleh apoteker atau asisten apoteker harus disertai dengan

pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang

ditimbulkan oleh obat. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas

apotek dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.3 Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko sudah mulai dilakukan secara

aktif maupun secara aktif meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik

karena masih terbatas pada pemberian informasi saat penyerahan obat. Pemberian

informasi obat secara aktif yaitu pemberian informasi pada saat penyerahan obat

mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung didalamnya, kekuatan obat (mg/g),

bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping, interaksi obat, jadwal dan cara

pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat. Sedangkan secara pasif yaitu

pasien menanyakan tentang obat dan asisten apoteker/apoteker menjawab.

Kegiatan konseling saat ini di Apotek Mediko belum dapat dilakukan

sepenuhnya dikarenakan ruangan untuk melakukan konseling terbatas.

3.5.4 Swamedikasi

Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma.

Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek, obat

bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan

lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar

obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus

disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek

samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam

swamedikasi adalah asisten apoteker.

3.5.5 Pelayanan Lainnya

Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan

apotek adalah menjualan produk-produk herbal dan kosmetik, menjualan alat-alat

kesehatan, menjualan makanan ringan, adanya praktek dokter umum, dokter

spesialis anak, dokter THT, dan dokter spesialis kulit dan kelamin serta pelayanan

laboratorium.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

38

Universitas Indonesia

3.6 Pengelolaan Narkotika

3.6.1 Pemesanan

Narkotika dipesan dengan Surat Pemesanan khusus narkotika yang

ditujukan kepada PBF Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat-obatan

narkotika. Pembelian menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang

telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK,

nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan

hanya berlaku untuk satu jenis narkotika.Surat pemesanan narkotika dapat dilihat

pada lampiran 10.

3.6.2 Penerimaan dan Penyimpanan

Narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/Asisten Apoteker dengan

mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek dan disertai tanggal

dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut

setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Obat-obat golongan

narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus yang terkunci berukuran panjang

19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39 cm. Penyimpanan obat golongan narkotika

dipisahkan untuk penggunaan seharihari dan untuk persediaan, namun lemari

penyimpanan obat golongan narkotika pada Apotek Mediko Farma masih

diletakan pada area yang sering dilalui di dalam area apotek. Contoh sediaan

narkotika yang terdapat di apotek adalah Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront®

dan Codipront® cum expectorant kapsul serta Codipront® dan Codipront® cum

expectorant sirup.

3.6.3 Pelaporan Penggunaan Narkotika

Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan dan

dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan

langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar

Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini

merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada

situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar

Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

39

Universitas Indonesia

yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di

Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi.

3.6.4 Pelayanan Narkotika

Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung

narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri untuk

mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya

serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada

pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat

pasien yang jelas.

3.7 Pengelolaan Psikotropik

3.7.1 Pemesanan

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Secara lengkap Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.7.2 Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker

yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh

Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Penyimpanan psikotropika ini

dilakukan terpisah dengan obat ethical lainnya, disimpan di dalam lemari khusus

dan terjamin keamanannya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi

penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika yang terdapat di apotek Mediko

Farma adalah Analsik® tablet, Bellaphen® tablet, Braxidin® tablet, Cetalgin®,

Danalgin®, Diazepam 2 mg, Esilgan® 2 mg, Frisium® 10 mg, Frixitas® 0,25 mg,

Lexotan® 5 mg, Librax®, Luminal 30 mg, Neurodial® 5 mg, Proneuron®, Spasmium®

5 mg, Stesolid® 5 mg, Stesolid® rectal 5 dan 10 mg, Valium® 2 mg, Valisanbe®, dan

Xanax®.

3.7.3 Pelaporan dan penggunaan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti

laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 dibulan berikutnya.

Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat

Kesehatan secara online melaui situs www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem

pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat

account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

40

Universitas Indonesia

dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari

Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan.

3.7.4 Pelayanan Psikotropika

Obat golongan psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan

resep dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining

kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat

penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang

dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.

3.8 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

Apotek tidak hanya menjalankan fungsi kefarmasian, tetapi juga

menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi

untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Pengelolaannya

dilakukan oleh bagian administrasi dan dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta

Asisten Apoteker yang kemudian diperiksa oleh manajer. Kegiatan non teknis

farmasi yang dilakukan di apotek meliputi:

3.8.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang

berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji,

hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan.

b. Administrasi Penjualan

Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

melakukan pencatatan baik menggunakan sistem komputer maupun pencatatan

manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas (OTC)

maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)

secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga pengaturan terhadap penentuan

harga jual yang dimasukkan kedalam system komputer. Daftar harga jual inilah

yang dijadikan sebagai acuan dalam pemberian harga jual pada pasien dan apabila

terdapat perubahan harga pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka

harga yang terdapat pada daftar harga jual juga akan diubah.

c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

41

Universitas Indonesia

Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan cara

tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan mengenai

harga obat maupun diskon yang berbeda-beda kepada apotek. Pencatatan terhadap

pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke

apotek dan di buat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk

memudahkan pengawasan.

3.8.2 Sistem Administrasi

Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan

perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan

dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini

dilakukan oleh bagian pembelian, administrasi dan asisten Apoteker. Kelengkapan

administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi :

1. Buku Defekta

Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam

buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek.

Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek perbekalan farmasi

yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses pemesanan sehingga

ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

2. Surat Pesanan (SP)

Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan oleh

apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang asli

diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP pertinggal

di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang dating dengan perbekalan

farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani asisten apoteker apabila akan

melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Dalam surat pesanan, terdapat tanggal

pemesanan serta nama PBF yang ditunjuk.

3. Daftar harga sediaan farmasi di apotek

Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah

dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada sistem

komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum nama obat

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

42

Universitas Indonesia

(merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta spesifikasi produk

sperti kekuatan dan volume sediaannya.

4. Sistem administrasi pembelian dan faktur

Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan

mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi,

nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch, tanggal

kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran.

Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang berdasarkan faktur

pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur dari pembelian pada PBF

berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama PBF, tanggal jatuh tempo, dan

jumlah pembelian. Ketika dilakukan pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan

waktu pembayaran pada faktur yang sudah dibayar.

5. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat

golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada. Catatan harian narkotika dan

psikotropika meliputi nomor resep, nama pasien, alamat pasien, nama dokter,

alamat dokter, jumlah obat yang diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet).

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

43 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan merupakan satu

diantara kegiatan teknis yang sangat penting dalam mempertahankan

keberlangsungan suatu apotek. Ditinjau dari fungsi ekonomi, apotek merupakan

tempat bisnis, maka pengelolaan apotek harus sesuai dengan prinsip bisnis yang

dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan

(stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat.

Perencanaan pengadaan dilakukan dengan melihat persediaan obat yang

mulai kosong setiap harinya, biasanya dilakukan setiap pagi. Kegiatan

perencanaan sebaiknya berdasarkan persediaan minimum yang merupakan jumlah

persediaan terendah yang masih tersedia. Persediaan minimum untuk setiap

barang akan berbeda, sesuai dengan sifat barang apakah termasuk fast moving

atau tidak. Setelah dilakukan pemeriksaan persediaan barang, perbekalan farmasi

yang sudah mulai kosong ini akan dicatat di buku defecta/buku pemesanan setiap

hari Rabu dan Minggu, kemudian disusun berdasarkan PBF yang menyediakan

obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

proses pemesanan yang dilakukan esoknya juga untuk menentukan PBF mana

yang akan diminta jasanya dalam pengadaan obat. Setelah buku defecta diisi,

bagian pembelian akan membuat surat pesanan untuk diserahkan kepada PBF

yang telah ditentukan.

Pemesanan dilakukan setiap hari Senin dan Kamis, tetapi untuk perbekalan

farmasi yang cito dan fast moving pemesanan dapat dilakukan kapanpun ketika

persediaan sudah menipis karena kebutuhannya oleh pasien/konsumen sangat

penting dan perputaran barang untuk obat-obat jenis ini lebih cepat. Pemesanan

dapat dilakukan secara langsung dimana para sales dari distributor datang

langsung ke apotek ataupun pemesanan melalui telepon. Sistem pemesanan

barang harus memperhatikan faktor harga yang diberikan dan ketepatan waktu

pengiriman juga harus diperhatikan apakah jumlah barang yang dipesan telah

sesuai dengan persyaratan PBF yang berbeda-beda. Jadwal pemesanan yang

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

44

Universitas Indonesia

dilakukan dua kali dalam seminggu ini dapat mengurangi penumpukan barang,

sehingga aliran kas tidak terganggu. Setelah pemesanan dilakukan, barang akan

datang pada sore hari atau paling lambat esok harinya. Pada saat menerima

barang, petugas yang menerima barang harus mencocokkan antara keadaan fisik

barang dan jumlahnya dengan surat pesanan, jika sesuai maka petugas

menandatangani surat pesanan dan memberikan stempel apotek.

Pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan di apotek Mediko Farma

dilakukan dengan pembelian secara kredit, tunai ataupun konsinyasi. Selain

dilakukan dengan pembelian pengadaan obat juga dilakukan dengan produksi

yang dilakukan di apotek. Proses produksi di apotek dilakukan dengan pembuatan

sediaan standar (aanmaak), sediaan dibuat sesuai dengan kebutuhan apotek dan

jika persediaan sediaan tersebut sudah menipis.

Proses pengadaan di apotek sudah berjalan dengan cukup baik dan efektif,

tetapi karena apotek belum menentukan stok pengaman (buffer stock) dan stok

minimum bagi masing-masing obat dalam proses pemesanan barang, maka

terkadang menyebabkan adanya kekosongan perbekalan farmasi. Hal ini dapat

merugikan apotek karena ketika pelanggan membutuhkan obat dan terjadi

kekosongan tidak semua pelanggan mau membeli obat dengan merk lain atau

menunggu datangnya obat sehingga pelanggan kecewa. Untuk menghindari

kekosongan tersebut maka apotek harus menentukan stok minimum untuk proses

pemesanan.

Setelah barang datang, maka seluruh barang langsung disimpan. Dalam

hal ini apotek Mediko Farma tidak menyimpan digudang karena memang

perputaran barangnya cepat dan barang yang dipesan tidak banyak, tetapi tetap

ada lemari tertentu sebagai gudang untuk obat generik saja, hal ini untuk

menjamin ketersediaan obat generik di apotek. Penyimpanan obat langsung

dilakukan pada masing masing kotak/lemari obat. Perbekalan farmasi tetap

disimpan dalam wadah asli pabrik dan disimpan pada kondisi ruangan yang baik

dan tidak mempengaruhi kestabilan obat, hal ini sudah sesuai dengan standar

dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 tahun 2004. Penyimpanan

narkotika dan psikotropika di Apotek Mediko Farma sudah dilakukan dalam

lemari khusus, tetapi lemari yang digunakan hanya terdapat satu pintu dengan satu

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

45

Universitas Indonesia

kunci, selain itu dalam penyimpanannya narkotika dan psikotropika masih

digabung dalam satu lemari meskipun letaknya dipisahkan. Penyimpanan narkotik

dan psikotropik masih belum sesuai dengan Permenkes No. 28 Tahun 1978

dimana tertera bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan

narkotika, lemari tersebut mempunyai kunci ganda yang berlainan kemudian

lemari dibagi dua sekat yang masing-masing kuncinya yang berlainan.

Sistem penyimpanan barang di Apotek Mediko Farma menggunakan

metode First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Pada

penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO yaitu perbekalan farmasi yang

memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling

depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar

terlebih dahulu sedangkan penempatan obat sistem FIFO yaitu perbekalan farmasi

yang masuk lebih dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling

atas, agar memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk

akan keluar terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil pengamatan, obat yang datang langsung disimpan dalam

kotak obat disusun berdasarkan datangnya barang/FIFO sekaligus dilakukan

pengecekan tanggal kadaluarsa sehingga bisa disusun berdasarkan tanggal

kadaluarsanya/FEFO. Pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk obat OTC hanya

dilakukan ketika barang datang, dan untuk obat yang disimpan di ruang racikan

dilakukan dua kali seminggu ketika pendataan untuk defecta. Untuk mengontrol

tanggal kadaluarsa, penandaan khusus atau pelabelan pada obat yang mendekati

tanggal kadaluarsa dapat dilakukan dan sebaiknya setiap obat masuk harus

dituliskan tanggal kadaluarsanya dalam sistem administrasi apotek. Perbekalan

farmasi yang telah kadaluarsa akan dikumpulkan untuk dihitung kerugiannya,

kemudian dilakukan pemusnahan yang disaksikan oleh para karyawan apotek.

Evaluasi dari pengelolaan perbekalalan farmasi salah satunya dapat

dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada pelanggan yang datang, kegiatan

ini sudah dilaksanakan di Apotek Mediko Farma. Hasil dari kuisioner kemudian

dapat dikumpulkan dan ditindaklanjuti untuk meningkatkan sistem pengelolaan

perbekalan farmasi diapotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

46

Universitas Indonesia

Kegiatan swamedikasi telah dilakukan di Apotek Mediko Farma. Obat

yang digunakan dalam swamedikasi terdiri dari obat-obat OTC (obat bebas dan

obat bebas terbatas) dan obat wajib apotek (OWA). Banyak pasien yang datang ke

apotek untuk menyembuhkan penyakit ringan yang diderita dengan meminta

langsung obat yang telah pasien ketahui dapat menyembuhkan penyakitnya.

Dalam hal ini, pasien harus diberikan informasi mengenai penggunaan obat yang

tepat selain itu petugas apotek yang menangani swamedikasi (biasanya dilakukan

oleh asisten apoteker) harus membantu pasien menentukan obat yang sesuai

dengan penyakit pasien agar pengobatan yang dilakukan rasional.

Petugas Apotek Mediko juga melayani konseling jika diminta oleh pasien.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan konseling untuk pasien dengan penyakit kronis

adalah untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat yang

rasional. Konseling di Apotek Mediko masih dilakukan di lokasi penyerahan obat,

hal ini dapat menyebabkan pasien yang berkonsultasi merasa tidak dijaga

privasinya.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

47 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan PKPA yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan:

a. Tugas dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek adalah memimpin seluruh

kegiatan kefarmasian di apotek, mengatur dan melaksanakan fungsi

administrasi, melakukan fungsi kewirausahaan dan melakukan pengembangan

apotek.

b. Kegiatan di apotek meliputi kegiatan teknis kefarmasian yang terdiri dari

pengelolaan perbekalan farmasi, pengelolaan narkotik dan psikotropik,

pelayanan apotek (pelayanan obat dengan resep dan pelayanan obat tanpa

resep) serta kegiatan non teknis kefarmasian yang terdiri dari kegiatan

administrasi (umum, personalia, penjualan, pembelian, pajak, pergudangan

dan piutang).

5.2 Saran

Kegiatan pengelolaan Apotek Mediko Farma sudah baik, namun untuk

mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di apotek dapat

dilakukan beberapa upaya-upaya berikut :

a. Untuk memenuhi persyaratan yang berlaku, maka perlu dilakukan pengadaan

lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

b. Untuk memaksimalkan pengelolaan perbekalan farmasi dan menghindari

kerugian apotek karena kekosongan barang di apotek, maka apotek harus

menentukan stok minimum dalam proses pemesanan kedepannya.

c. Untuk menghindari adanya barang yang kadaluarsa, sebaiknya setiap obat

yang datang harus dimasukkan tanggal kadaluarsanya dalam sistem

administrasi apotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

48 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan

Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.

28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika.

Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor :347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik

No.2. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 925/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan

Obat No. 1. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 1176/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.

3. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009

tentang Narkotika. Jakarta.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

49

Universitas Indonesia

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

50

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

51

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma

Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

52

Universitas Indonesia

Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma

Keterangan : (a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet)

(b) Sealing machine (mesin pengemas)

(c) Medicine packet (pembungkus puyer)

(d) Plastic spoon (sendok plastik)

Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

53

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

54

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

55

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma

Pemilik Sarana Apotek Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker Pendamping (Manager Apotek)

Asisten Apoteker

Administrasi

Bagian Pembelian

Bagian Faktur

KasirPetugas

KebersihanPetugas

Keamanan

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

56

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma

Apotek Mediko Farma Kepada

Yth. Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu

Cilandak, Jakarta Selatan ……………………………

Telp. 7505486, 765633 ……………………………

SURAT PESANAN 04303

No. Nama Obat Packing Banyaknya

Jakarta, ……………………………… 20

…………..

APA

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

57

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Tanda Terima Faktur

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

58

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep

Resep disimpan oleh petugas

Obat diterima pasien

Penyerahan obat

Pemerikasaan kesesuaian obat

Pemberian etiket dan salinan resep

Peracikan obat

- Obat racikan

- Obat jadi

Pasien menerima nomor resep dan membayar di kasir

Pemberian harga

Penerimaan resep

(Verifikasi resep dan pengecekan ketersediaan obat)

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

59

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Salinan Resep

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

60

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

61

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

62

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

63

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

UNIVERSITAS INDONESIA

PROFIL PENGGUNAAN OBAT FLU

(OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS)

DI APOTEK MEDIKO FARMA

BULAN JANUARI – MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LU’LU SOLIHAH, S.Far

1206329783

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

DESEMBER 2013

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1 Flu (common cold) ........................................................................... 3

2.2 Obat OTC (Over The Counter) ....................................................... 5

BAB 3 METODOLOGI EVALUASI .............................................................. 8

3.1 Tempat dan Waktu ......................................................................... 8

3.2 Metode ............................................................................................ 8

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 9

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 13

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13

5.2 Saran ............................................................................................... 13

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 14

LAMPIRAN ....................................................................................................... 15

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan

Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) ............................................ 8

Tabel 4.2 Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan

Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair) ................................................. 9

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan padat) ........................................................................... 14

Lampiran 2 Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan padat) . .......................................................................... 17

Lampiran 3 Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan cair) ............................................................................... 18

Lampiran 4 Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan cair) . ............................................................................. 21

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit

yang sering dijumpai di negara-negara maju maupun berkembang, seperti di

Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi

nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5% (Endah et.al, 2009). Flu dan common

cold yang disebabkan oleh rhinovirus merupakan satu diantara penyakit ISPA

yang paling sering diderita oleh manusia. Orang dewasa dapat mengalami 2-5 kali

common cold dan anak sekolah dapat mengalami 7-10 kalinya (Eccles, 2005).

Tingginya prevalensi flu dan common cold pada masyarakat menyebabkan banyak

produsen obat untuk memproduksi obat flu yang tersusun dari 2-7 zat aktif.

Berdasarkan penggolongan kelas terapinya, zat aktif tersebut merupakan

analgetik, dekongestan nasal, antihistamin dan stimulansia. Zat aktif lain yang

juga ditambahkan adalah antitusif, ekspektoran dan vitamin.

Flu dan common cold merupakan infeksi saluran nafas atas yang

disebabkan oleh virus, yang akan sembuh sendiri dan pengobatannya secara

simptomatik. Gejala dari flu dan common cold sangat mudah diketahui sehingga

para penderita dapat melakukan swamedikasi dengan membeli obat di apotek atau

toko obat untuk menghilangkan gejala penyakit tersebut.

Apotek sebagai fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus

menjamin ketersediaan dan mutu obat yang akan dibeli oleh masyarakat. Obat flu

yang digunakan oleh masyarakat adalah obat bebas dan obat bebas terbatas yang

termasuk OTC (Over The Counter). Berdasarkan tingginya prevalensi flu dan

banyaknya masyarakat yang menggunakan obat flu, maka dilakukanlah

pengkajian terhadap penggunaan obat flu di Apotek Mediko Farma berdasarkan

hasil penjualan selama bulan Januari hingga Maret 2013 untuk mengetahui

sepuluh besar obat flu yang digunakan beserta kandungan zat aktifnya.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

2

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Penyusunan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan

untuk mengetahui profil penggunaan obat flu dengan memperoleh data sepuluh

besar rata-rata penjualan obat flu (obat bebas dan obat bebas terbatas) terbanyak

Apotek Mediko pada bulan Januari sampai Maret 2013

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flu (Common Cold)

Flu (common cold, colds) lazim dijadikan sebutan bagi semua keadaan

yang menimbulkan batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit

kepala. Di kalangan kedokteran flu (common cold) dikelompokkan ke dalam

infeksi saluran pernafasan atas. (Azwar, 2005)

2.1.1. Definisi

Flu (common cold) adalah infeksi akut oleh suatu rhinovirus yang terdapat

dalam jumlah besar di udara (Tjay, 2007). Flu (common cold) biasa didefinisikan

sebagai penyakit ringan akut dengan gejala awal sakit kepala, bersin, chilliness,

dan sakit tenggorokan kemudian gejala berlanjut menjadi nasal discharge,

obstruksi hidung, batuk, dan malaise. Umumnya keparahan gejala meningkat

pesat, memuncak 2-3 hari setelah infeksi, dengan durasi rata-rata gejala 7-10 hari

tetapi beberapa gejala bertahan selama lebih dari 3 minggu. (Eccles, 2005)

2.1.2. Patogenesis

Patogenesis flu (common cold) yang disebabkan oleh rhinovirus adalah

sebagai berikut. Rhinovirus ditularkan melalui partikel aerosol atau melalui

kontak langsung dengan sekret saluran pernapasan yang mengandung virus.

Mukosa konjungtiva terpapar virus melalui duktus lakrimalis menuju ke

mukosa hidung atau secara langsung kontak dengan mukosa hidung depan

yang merupakan tempat inokulasi utama. Melalui mekanisme mukosilier, virus

ditransfer ke nasofaring (Winkler et al., 2005)

2.1.3. Pengobatan

Flu dapat sembuh dengan sendirinya (self limmitted disease) yaitu kurang

lebih selama satu minggu, bergantung pada daya tahan tubuh masing-masing

orang. WHO telah merekomendasikan berbagai macam obat untuk menangani flu

(common cold) sesuai dengan karakter manfaat obat tersebut (Budiarti, 2010).

Obat-obat yang digunakan dalam menangani flu antara lain:

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

4

Universitas Indonesia

a. Dekongestan nasal

Obat golongan -agonis digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien

rhinitis alergi/rhinitis vasomotor dan pasien dengan infeksi saluran nafas atas

dengan rhinitis akut. Obat golongan ini menyebabkan vasokontriksi dalam

mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan

dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Dekongestan nasal sering

diberikan peroral/topical. Zat aktif yang masuk kedalam golongan ini antara lain:

efedrin, pseudoefedrin dan fenilpropanolamin (PPA).

b. Analgetik

Obat golongan analgetik yang digunakan dalam obat flu adalah analgetik

perifer. Senyawa ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran dan juga tanpa menimbulkan

efek adiktif. Kebanyakan obat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang.

Dengan demkian analgetik tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri,

melainkan juga pada demam dan peradangan. Obat-obat ini banyak diberikan

untuk nyeri ringan, zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain: parasetamol,

asetosal, propifenazon atau aminofenazon.

c. Batuk

Obat batuk terbagi atas obat batuk produktif (berdahak) dan non produktif

(kering). Obat batuk produktif terdiri atas obat-obat kelompok ekspektoransia

(pengencer lendir) dan obat-obat kelompok mukolitika. Ekspektoran bekerja

dengan memperbanyak produksi dahak (yang encer) sehingga mengurangi

kekentalannya dan mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme

kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian

meningkatkan kerja kelenjar-sekresi dari saluran gastrointestinal dan sebagai

refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Zat-zat

yang masuk kedalam kelompok ini antara lain: guaifenesin (gliserilguaiakolat),

ammonium klorida yang banyak digunakan dalam OBH, kalium iodida, minyak

atsiri seperti minyak permen dan minyak adas (Oleum foeniculi)

Obat kelompok mukolitika mengurangi viskositas dahak dengan cara

memutus jembatan disulfida pada dahak karena memiliki gugus-sulfhidril (–SH)

yang saling mengikat pada makromolekulnya, obat kelompok mukolitika juga

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

5

Universitas Indonesia

bekerja dengan jalan memutuskan rantai panjang dari mukopolisakarida. Zat aktif

obat yang termasuk dalam mukolitik antara lain: asetil sistein dan bromheksin.

Obat untuk batuk kering adalah obat golongan penekan batuk. Obat

golongan bekerja sentral dengan menekan pusat batuk di medula. Zat aktif yang

memiliki mekanisme penekan batuk terbagi atas dua golongan, antara lain:

golongan opiat yaitu kodein dan golongan non opiat yaitu dekstrometrofan dan

noskapin.

d. Antihistamin

Obat golongan antihistamin adalah obat yang mampu melawan histamine

secara kompetitif dari reseptornya dan dengan demikian mampu menghilangkan

kerja histamine. Antihistamin yang digunakan dalam obat flu adalah AH1 yang

menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan otot polos, selain

itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas/keadaan lain pada

penglepasan histamin endogen berlebih.

Antihistamin berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut. Efeknya

bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin sewaktu reaksi

antigen-antibodi terjadi. Antihistamin dapat menghilangkan bersin, rinore dan

gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada pasien. Zat-zat ini terbagi kedalam

2 generasi, yang termasuk obat generasi pertama antara lain: klorfeniramin dan

triprolidin serta difenhidramin dan prometazin yang digunakan untuk batuk.

Sedangkan obat generasi kedua antara lain: astemizol, terfenadin, setrizin dan

loratadin.

2.2. Obat OTC (Over The Counter)

Obat OTC adalah obat – obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.

Obat OTC terdiri dari:

2.2.1 Obat Bebas

Pengertian obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat

dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas

adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

6

Universitas Indonesia

Contoh obat flu yang termasuk kedalam golongan obat bebas yaitu

Alpara®, Mixagrip®, OBH Nellco®, OBH Combi®, Phenacold® dan Kidflu®.

2.2.2 Obat Bebas Terbatas

Pengertian obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras tetapi

masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda

peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik,

sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P

No.1–P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

dengan huruf berwarna putih

Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen®

b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:

Betadine Gargle®

c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:

Canesten®

d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax®

f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan. Contoh: Anusol®

Supositoria.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

7

Universitas Indonesia

Pada produk obat flu oral hanya tercantum tanda peringatan nomor 1,

contohnya yaitu: Actifed®, Decolgen®, Fludane®, Neozep®, Nalgestan®,

Paramex flu batuk®, No Drof® dan Hufagrip batuk pilek®

Berdasarkan peraturan perundang-undangan obat bebas dan obat bebas

terbatas digunakan untuk pengobatan sendiri, penggunaannya harus sesuai dengan

aturan dan keterangan yang tercantum pada brosur atau kemasan obatnya.

Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah penggunaan obat tanpa resep oleh

seseorang berdasarkan inisiatifnya sendiri. Walaupun demikian dalam hal ini

apoteker berperan penting untuk memberikan saran dan informasi mengenai obat

yang tersedia untuk melakukan pengobatan sendiri (Dian, 2010).

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

8 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI EVALUASI

3.1 Tempat dan Waktu

Pengumpulan dan pengkajian data penjualan obat flu bulan Januari –

Maret 2013 dilaksanakan di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang No. 10 Pondok

Labu Cilandak Jakarta Selatan pada tanggal 18-29 Juni 2013.

3.2 Metode

Pengkajian profil penggunaan obat flu dilakukan dengan menganalisis

hasil data penggunaan obat flu pada bulan Januari-Maret 2013 di apotek Mediko

Farma.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

9 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Obat flu merupakan satu diantara obat yang banyak dibeli oleh

masyarakat. Penggunaan obat flu yang merupakan obat bebas dan obat bebas

terbatas, dapat dibeli tanpa resep dokter oleh konsumen dan dilakukan atas

inisiatif sendiri. Dalam hal ini konsumen melakukan swamedikasi untuk

menyembuhkan gejala flu yang diderita, karena gejala flu yang berupa pilek,

batuk, demam dan sakit kepala/pusing mudah dikenali sendiri oleh konsumen.

Pendataan terhadap penggunaan obat flu perlu dilakukan untuk mengetahui profil

pemakaian obat flu oleh konsumen dan membantu proses perencanaan pengadaan

obat flu di apotek. Data tersebut menunjukkan profil produk obat flu yang banyak

digunakan oleh para konsumen.

Profil penggunaan obat flu dilakukan dengan memperoleh data penjualan

obat flu di Apotek Mediko Farma selama bulan Januari sampai Maret 2013.

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, apotek menjual 33 item produk

obat flu sediaan padat dan 32 item produk dengan sediaan cair. Data penjualan

obat flu setiap bulannya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 3. Setelah

dilakukan pengumpulan data, selanjutnya dilihat 10 besar item yang paling

banyak digunakan oleh konsumen. Sepuluh besar rata-rata pemakaian obat flu

sediaan padat dan cair selama bulan Januari sampai Maret 2013 dapat dilihat pada

data Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Kandungan dari obat flu merupakan kombinasi dari beberapa golongan

obat untuk meringankan gejala dari flu. Sepuluh besar obat flu rata-rata terdiri

dari golongan obat 1) analgetik dan antipiretik yaitu parasetamol; 2) dekongestan

nasal yaitu pseudoefedrin HCl dan fenilpropanolamin HCl; 3) antihistamin yaitu

klorfeniramin maleat, difenhiramin HCl, fenilpropanolamin HCl dan triprolidin

HCl; 4) antitusif yaitu dekstrometrofan HBr dan noskapin; 5) ekspektoran yaitu

gliserilguaiakolat dan ammonium klorida yang biasa terdapat dalam OBH; dan 6)

mukolitik yaitu bromheksin HCl.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

10

Universitas Indonesia

Nama

Produk

Jml 1 2 3 4 5 6

PCT PPA P.Efd CTM DMP Nos GG

Neozep® 44 x x x Salisilamid;

vit C

Decolgen® 43 x x x

Panadol®

F&B

27 x x x

Decolsin® 22 x x x x x

Fludane®

plus

21 x x x x

Ultraflu® 20 x x x

Bodrex®

F&B

18 x x x

Nalgestan® 17 x x

Paratusin® 17 x x x x x

Fludane® 14 x x x

Tabel 4.1. Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan

Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat)

(Keterangan: 1: analgetik; 2: dekongestan nasal; 3: antihistamin; 4: antitusif; 5: ekspektoran; 6:

kandungan lain)

Berdasarkan data sepuluh besar obat flu sediaan padat, penggunaan obat

flu oleh konsumen dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan/terkenalnya produk obat,

karena produk merupakan obat flu yang sering muncul di iklan seperti Neozep®,

Decolgen®, Panadol®, Bodrex® dan Ultraflu®. Obat flu dengan bentuk sediaan

padat digunakan oleh konsumen dengan umur diatas 12 tahun atau umur dewasa.

Para konsumen biasanya datang ke apotek untuk membeli obat flu sebagai

persiapan jika dikemudian hari menderita flu atau jika akan bepergian ke tempat

dengan cuaca dingin, selain itu ada pula konsumen yang membeli ketika

konsumen merasakan gejala flu. Dalam hal ini, konsumen yang datang ke apotek

sedang mengalami gejala flu, maka dapat langsung diarahkan pengobatan yang

tepat oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).

APA dapat menanyakan secara langsung gejala apa yang dirasakan oleh

konsumen, apakah gejala hanya pilek saja atau ada gejala lain seperti demam dan

batuk, atau konsumen merasakan ketiga gejala tersebut. Jika konsumen membeli

obat flu untuk persiapan pengobatan, maka APA harus menjelaskan penggunaan

dari obat yang akan dibeli dengan gejala yang terjadi. Dari kesepuluh produk

terbanyak hampir seluruhnya mengandung parasetamol yang berfungsi sebagai

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

11

Universitas Indonesia

analgetik dan antipiretik, hal ini harus diperhatikan bila konsumen tidak

mengalami demam dan sakit kepala ketika terserang flu. Begitu pula dengan obat

batuk, beberapa produk juga dikombinasi dengan obat batuk, dalam hal ini harus

ditanyakan terlebih dahulu apakah batuk yang terjadi batuk kering atau berdahak,

jika batuk kering maka diberikan obat flu yang mengandung antitusif seperti

dektrometropan HBr dan jika batuk berdahak maka diberikan obat flu yang

mengandung ekspektoran seperti gliserilguaikolat dan mukolitik seperti

bromheksin HCl.

Nama

Produk Jml

1 2 3 4 5

Pct PPA Efd P.

Efd CTM DFH TPl DMP Nos GG

Amm

Cl

UNI Baby

cough® 48 x

x

x

OBH

combi BF® 29 x

x

x

x

OBH nelco

spes® 19 x

x

x

x

Hufagrip

BP® 17

x x

x

Actifed®

(hijau) 12

x

x

Actifed®

(merah) 9

x

x x

Allerin® 9

x

x

x

Triaminic®

BP 7

x

x

Paratusin® 7 x

x x

x x

OBH

combi®

anak

6 x

x x

x

Tabel 4.2. Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan

Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair).

(Keterangan: 1: analgetik; 2: dekongestan nasal; 3: antihistamin; 4: antitusif; 5: ekspektoran)

Seperti halnya dengan penggunaan obat flu sediaan padat, penggunaan

obat flu cairpun masih didominasi oleh produk-produk obat yang terkenal oleh

masyarakat karena iklan yang ditampilkan. Tetapi ada yang menarik bahwa

penggunaan tertinggi oleh konsumen adalah produk UNI Baby cough yang tidak

menampilkan iklan secara visual. Hal ini dikarenakan sediaan cair lebih

dimaksudkan untuk menangani gejala flu pada anak-anak agar lebih mudah

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

12

Universitas Indonesia

digunakan, selain itu produk Uni Baby cough® ini juga tidak terlalu mahal seperti

produk lainnya. Sediaan lain yang khusus dibuat untuk anak-anak yaitu

Hufagrip®, Triaminic® dan OBH combi anak®. Pemberian obat flu untuk anak

harus sangat diperhatikan, dalam hal ini konsumen yang membeli selalu

diingatkan akan dosis dan aturan pakai serta dijelaskan takaran obat yang harus

diberikan.

Selain penjelasan mengenai pemilihan produk obat flu, konsumen juga

harus diinformasikan mengenai sakit flu dan cara-cara penanganan flu non

farmakologis. Penyebab flu adalah virus sehingga akan sembuh dengan sendiri

(tergantung dari sistem imun penderita) dan pengobatan yang dilakukan hanya

untuk meringankan gejala dari flu yang dikhawatirkan menghambat kegiatan

sehari-hari. Informasi tersebut diharapkan dapat membuat pengobatan yang

dilakukan oleh konsumen menjadi rasional.

Hasil pengkajian terhadap obat flu ini diharapkan dapat membantu proses

perencanaan dan pengadaan obat flu bebas di Apotek Mediko Farma dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat flu dan membantu peningkatan

kualitas hidup masyarakat dengan pengobatan yang rasional.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

13 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Sepuluh besar rata-rata jumlah obat flu sediaan padat yang digunakan setiap

bulan selama bulan Januari sampai Maret 2013 berturut-turut adalah Neozep®,

Decolgen®, Panadol flu dan batuk®, Decolsin®, Fludane® plus, Ultraflu®,

Bodrex F&B®, Nalgestan®, Paratusin® dan Fludane®.

b. Sepuluh besar rata-rata jumlah obat flu sediaan cair selama bulan Januari

sampai Maret 2013 berturut-turut adalah UNI Baby cough®, OBH combi

BF®, OBH nelco spes®, Hufagrip BP®, Actifed orange ®, Actifed® merah,

Allerin®, Triaminic BP®, Paratusin® dan OBH combi anak®.

5.2 Saran

a. Dalam rangka peningkatan kerasionalan penggunaan obat flu baik obat bebas

dan obat bebas terbatas oleh masyarakat, sebaiknya dibuat standar pelayanan

untuk obat flu bagi konsumen yang akan melakukan swamedikasi.

b. Untuk menjamin ketersediaan obat flu, maka 3 besar obat flu yang paling

banyak digunakan oleh konsumen harus selalu tersedia di apotek.

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

14 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Azwar, B., (2005), Bijak mengonsumsi obat flu. Tangerang: Kawan Pustaka.

Budiarti, Aqnes., dkk (2010). Kerasionalan obat bebas dan obat bebas terbatas

common cold dalam upaya swamedikasi oleh masyarakat di kecamatan

Gajahmungkur Kota Semarang. Hal:16-18

Dian R, Maya., Merry T. Anggraeni (2010). Evaluasi perilaku pengobatan sendiri

terhadap pencapaian program Indonesia Sehat 2010. Prosiding Seminar

Nasional UNIMUS. 73-80

Eccles, Ron. (2005), Understanding the symptoms of the common cold and

influenza. Lancet Infect Dis. 5: 718-725

Eccles, Ronald., Olaf Webber. (2009), Common cold. Birkhäuser Verlag. Basel

Switzerland

Endah P, Noer., Daroham, Mutiatikum. (2009). Penyakit ISPA hasil riskesdas di

Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Supp: 50-55

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting: Khasiat,

penggunaan dan efek-efek sampingnya edisi ke enam. Jakarta : Penerbit

PT Elex Media Komputindo

Winkler P, de Vrese M, Laue Ch, et al. (2005) Effect of a dietary supplement

containing probiotic bacteria plus vitamins and minerals on common cold

infections and cellular immune parameters. Int J Clin Pharmacol

Ther.43:318-326.

World Health Organization, (2001) Cough and Cold Remedies for The Treatment

of Acute Respiratory Infections In Young Children. Geneva, Switzerland.

http://www.pom.go.id/pom/publikasi/artikel/artikel02.html

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

15 Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

16

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan padat)

No. Produk

Obat

Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

1 Alpara

Pct : 500

PPA : 12,5

CTM : 2

Dmp : 15

13 11 9 11

2 Anadex

Pct : 500

PPA : 15

CTM : 1

Dmp : 15

0 2 0 1

3 Bodrex F&B

Pct : 500

P.Efd : 30

Dmp : 12

11 10 34 18

4 Decolgen

Pct : 400

PPA : 12,5

CTM : 1

46 41 42 43

5 Decolgen FX

Pct : 650

PPA : 30

CTM : 2

4 8 3 5

6 Decolsin

Pct : 400

P.Efd : 30

CTM : 1

Dmp : 10

GG : 50

23 29 15 22

7 Dextral

PPA : 12,5

CTM : 1

Dmp : 10

GG : 50

2 1 1 1

8 Dextrosin

PPA : 12,5

CTM : 2

Dmp : 15

GG : 100

5 12 0 6

9 Fludane (hijau)

Pct : 500

PPA : 12,5

CTM : 2

13 15 13 14

10 Fludane forte

(biru)

Pct : 650

PPA : 12,5

CTM : 2

1 0 14 5

11 Fludane plus

(merah)

Pct : 500

PPA : 12,5

CTM : 2

Dmp : 15

12 28 24 21

12 Intunal

Pct : 300

PPA : 12,5

Dmp : 10

DCM : 1

GG : 50

4 6 12 7

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

17

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

No. Produk

Obat

Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

13 Intunal F

Pct : 500

PPA : 15

Dmp : 15

DCM : 2

GG : 50

10 6 7 8

14 Inza

Pct : 300

P.Efd : 30

CTM : 1

1 2 4 2

15 Inzamax

Pct : 600

P.Efd : 30

CTM : 1

0 0 3 1

16 Konidin

Dmp : 5

CTM : 2

GG : 100

4 5 9 6

17 Mextril

PPA : 12,5

Dmp : 15

CTM : 1

GG : 100

2 4 4 3

18 Mixagrip

Pct : 500

PPA : 15

CTM : 2

6 17 1 8

19 Molexflu

Pct : 500

PPA : 12,5

CTM : 2

0 0 0 0

20 Nalgestan PPA : 15

CTM : 2 24 26 2 17

21 Neozep

Pct : 250

PPA : 15

S.Amid: 150

CTM : 2

Vit C : 50

51 40 41 44

22 No Drof Pct : 500

PPA : 12,5 0 0 4 1

23 Panadol F&B

(hijau)

Pct : 500

P.Efd : 30

Dmp : 15

30 32 18 27

24 Paramex F&B

Pct : 250

Ppz : 150

P.Efd : 30

Dmp : 15

6 6 0 4

25 Paratusin

Pct : 500

PPA : 15

Nos : 10

CTM : 2

GG : 50

22 12 16 17

26 Procold

Pct : 500

P.Efd : 30

CTM : 2

18 5 11 11

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

18

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

No. Produk Obat Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

27 Refagan

Pct : 500

P.Efd : 30

CTM : 2

0 0 0 0

28 Romilar DMP : 15 2 10 13 8

29 Sanaflu Pct : 500

PPA : 15 1 0 0 0

30 Sanaflu + batuk

Pct : 500

PPA : 15

DMP : 15

1 0 0 0

30 Stop cold

Pct : 500

P.Efd : 30

CTM : 2

GG : 50

12 13 6 10

32 Tuzaloz

Pct : 500

PPA : 15

CTM : 1

Dmp : 10

17 4 7 9

33 Ultra flu

Pct : 500

PPA : 15

CTM : 2

23 24 14 20

Keterangan:

Pct : Parasetamol

PPA : Fenilpropanolamin HCl

P. Efd : Pseudoefedrin HCl

Dmp : Dekstrometrofan HBr

CTM : Klorfeniramin maleat

DCM : Deksklorfeniramin maleat

GG : Gliserilguaiakolat

Nos : Noskapin

Ppz : Propifenazon

S.amid : Salisilamid

Vit.C : Vitamin C

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

Un

ivers

itas In

do

nesia

19

Lam

pira

n 2

. Dia

gra

m p

em

ak

aia

n o

bat flu

bu

lan

Jan

uari sa

mp

ai M

are

t 2013 (sed

iaan

pad

at)

0

10

20

30

40

50

60

11

1

18(7)

43

(2)

5

22

(4)

16

14

(10)

5

21

(5)

78

21

63

8

0

17

(8) 44

(1)

1

27

(3)

4

17

(9)

11

0

8

00

10

9

20

(6)

JanFeb

Mar

rata-rata

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

20

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013

(sediaan cair)

No. Produk

Obat

Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

1 Actifed (orange) P. Efd : 30

Tpl : 12,5 0 4 3 2

2 Actifed (merah)

P. Efd : 30

Tpl : 12,5

Dmp : 10

6 16 5 9

3 Actifed (hijau)

P. Efd : 30

Tpl : 12,5

GG : 100

16 11 10 12

4 Alco P. Efd : 30

BPM : 2 3 5 6 5

5 Allerin

DFH : 12,5

PPA : 2,5

GG : 30

Na citrat: 180

Alkohol : 5 %

6 11 9 9

6 Anakonidin

Dmp : 5

P.Efd : 7,5

GG : 25

CTM : 180

3 4 2 3

7 Baby cough

Pct : 120

CTM : 1

GG : 25

Ol.anisi : 0,1 %

52 51 42 48

8 Bisolvon flu

Bhx : 4

Pct : 150

CTM : 2

F.efrin : 5

5 2 7 5

9 Bodrex F&B

Pct : 150

P.Efd : 10

Dmp : 25

1 1 0 1

10 Bodrexin

Pct : 100

P.Efd : 7,5

GG : 50

Bhx : 2

CTM : 0,5

4 4 2 3

11 Cohistan GG : 50

CTM : 1 1 2 0 1

12 Decolgen

Pct : 120

P.Efd : 7,5

CTM : 0,5

4 4 1 3

13 Decolsin

Pct : 250

P.Efd : 15

GG : 50

Dmp : 5

CTM : 0,5

2 4 1 2

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

21

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

No. Produk

Obat

Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

14 Dextrosin syr

Dmp : 15

PPA : 12,5

GG : 50

DFH : 5

2 2 1 2

15 Fludane

Pct : 125

CTM : 0,5

PPA : 3,125

1 0 1 1

16 Fludane plus

Pct : 125

CTM : 0,5

PPA : 3,125

Dmp : 3,750

0 2 2 1

17 Fludexin

Pct : 120

F.efrin : 7,5

Prom : 5

Tiokol : 50

0 1 0 0

18 Flutamol

Pct : 125

PPA : 3,5

GG : 12,5

CTM : 0,5

Etanol : 2 %

2 0 0 1

19 Hufagrip BP

Dmp : 7,5

P.Efd : 15

CTM : 0,5

18 15 18 17

20 Hufagrip flu

Pct : 120

P.Efd : 7,5

CTM : 0,5

GG : 50

3 6 6 5

21 Hufagrip pilek P.Efd : 15

CTM : 1 2 4 0 2

22 Ikadryl

Pct : 150

P. Efd : 15

DFH : 12,5

Amm Cl: 125

Na citrat: 5

1 2 0 1

23 OBH combi

anak

Pct : 120

Efd : 7,5

CTM : 1

Succ liq: 100

Amm Cl: 50

14 5 0 6

24 OBH combi BF

Pct : 150

Efd : 2,5

CTM : 1

Succ liq: 167

Amm Cl: 50

33 27 28 29

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

22

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

No. Produk

Obat

Kandungan

(mg)

Bulan Rata-rata

Januari Februari Maret

25 OBH nelco spes

Pct : 135

Efd : 2,5

CTM : 1,3

Succ liq: 100

Amm Cl: 40

23 17 17 19

26 OBH tropica

extra

Efd : 2,5

CTM : 1

Succ liq: 125

Amm Cl: 100

6 4 5 5

27 Paratusin

Pct : 125

P.Efd : 7,5

Nos : 10

CTM : 1

GG : 25

Succ liq: 125

Etanol : 10 %

5 4 12 7

28 Poncolin D

Efd : 8

CTM : 2

GG : 50

Alkohol: 1 %

3 6 3 4

29 Siladex C&C

Dmp : 7,5

Dox : 2

P.Efd : 15

6 2 7 5

30 Triaminic BP P.Efd : 15

Dmp : 5 3 3 16 7

31 Triaminic P P.Efd : 15

CTM : 1 1 3 0 1

32 Vicks flu

Pct : 162,5

CTM : 1

P.Efd : 15

Dmp : 7,5

0 0 9 3

Keterangan:

Pct : Parasetamol Prom : Prometazin

PPA : Fenilpropanolamin HCl Ppz :Propifenazon

Ppz : Propifenazon S.amid : Salisilamid

Efd : Efedrin HCl Succ.liq : Succus Liquiritae

P. Efd : Pseudoefedrin HCl Tpl : Triprolidin HCl

Dmp : Dekstrometrofan HBr Vit.C : Vitamin C

CTM : Klorfeniramin maleat Bhx : Bromhexin HCl

DFH : Difenhidramin HCl

BPM : Bromfeniramin maleat

GG : Gliserilguaiakolat

Nos : Noskapin

F. efrin : Fenilefrin

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366957-PR-Lulu Solihah-Laporan...pinang raya no. 10 pondok labu cilandak jakarta selatan . periode 17

23

Un

ivers

itas In

do

nesia

L

am

pira

n 4

. Dia

gra

m p

em

ak

aia

n o

bat flu

bu

lan

Jan

uari sa

mp

ai M

are

t 2013 (sed

iaan

cair

)

0

10

20

30

40

50

60

Actifed (orange)

Actifed (merah)

Actifed (hijau)

Alco

Allerin

Anakonidin

Baby cough

Bisolvon flu

Bodrex F&B

Bodrexin

Cohistan

decolgen

Decolsin

Dextrosin syr

Fludane

Fludane plus

Fludexin

Flutamol

Hufagrip BP

Hufagrip flu

Hufagrip pilek

Ikadryl

OBH combi anak

OBH combi BF

OBH nelco spes

OBH tropica extra

Paratusin

Poncolin D

Siladex C&C

Triaminic pilek

Triaminic BP

Vicks flu

2

9 (6

)1

2 (5

)

59

(7)3

48

(1)

51

31

32

21

10

1

17

(4)

52

1

6 (1

0)

29

(2)19(3)

57

(9)

45

1

7 (8

)

3

JanF

ebM

arrata-rata

Laporan praktek…., Lulu Solihah, FFar UI, 2014