UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002...

116
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS KELAMIN, KARAKTERISTIK IBU DAN FAKTOR LAIN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA SISWA SD MARDIYUANA DEPOK TAHUN 2012 SKRIPSI MARIA IMMACULATA VINNE SWASTIKA 0806340795 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012 Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, KARAKTERISTIK IBU

DAN FAKTOR LAIN DENGAN STATUS GIZI LEBIH

PADA SISWA SD MARDIYUANA DEPOK

TAHUN 2012

SKRIPSI

MARIA IMMACULATA VINNE SWASTIKA

0806340795

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2012

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, KARAKTERISTIK IBU

DAN FAKTOR LAIN DENGAN STATUS GIZI LEBIH

PADA SISWA SD MARDIYUANA DEPOK

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

MARIA IMMACULATA VINNE SWASTIKA

0806340795

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2012

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas limpahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan proses

penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Jenis Kelamin, Karakteristik Ibu

dan Faktor Lain dengan Status Gizi Lebih pada Siswa SD Mardiyuana Depok

tahun 2012.”

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. drh. Yvonne M. Indrawani, SU selaku pembimbing yang berkenan

membimbing, mengarahkan dan memotivasi selama proses penyusunan

skrpsi

2. Ir. Siti Arifah Pujonarti, MPH dan Tiara Luthfie, MKM selaku penguji

skripsi yang telah berkenan memberikan saran dan masukan dalam

menyempurnakan skripsi ini

3. Para dosen dan karyawan Departemen Gizi FKM UI yang dengan sabar

mendidik, mendampingi, memfasilitasi seluruh proses belajar mengajar

selama empat tahun di prodi Gizi UI

4. Bapak Lukas Sudarta serta para guru, karyawan dan siswa kelas IV dan V

SD Mardiyuana Depok yang telah memberikan kesempatan penulis untuk

mengadakan penelitian serta membantu dalam proses pengumpulan data

5. Keluarga penulis, yaitu Bapak, Ibu, Mbak Tika, Mas Brian, Dek Vita,

Keluarga Om Sulis, Tante Rina, Pakdhe Hadi dan Budhe Endang yang

selalu ada dan menjadi motivator terbesar dalam keseluruhan proses

„pembelajaran‟ yang sebenarnya

6. Kak Wahyu yang selalu setia setiap saat dalam mendampingi proses

penyusunan skripsi

7. Malaikat-malaikat tanpa sayap, Ruthy, Agnes, Ranti, Vergie, Vicky,

Tamy, Nanet, Paskalia, Alexander Ragil. Terima kasih, walau tanpa sayap,

kalian selalu mampu menopang dan menjadi pegangan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

vii

8. Teman seperjuangan, Sinta, Ema, Dhita, Dianika, Mitha, Ami, Habsah,

Widya, Diber, Eko, Fitri, Ella, Astrin, Manda serta semua teman-teman

prodi Gizi 2008, dengan hadirnya kalian membuat perjuangan ini menjadi

lebih berkesan.

9. Patner dan sahabat, Jenni, Idris, Cynthia, Lena, Albert, terima kasih atas

waktu yang boleh dihabiskan bersama untuk saling bertukar pikiran,

memotivasi dan mengembangkan diri.

10. Setiap anggota dari keluarga kecil di KUKSA FKM UI, KMK UI, PMKAJ

US, GCUI, Asrama Santa Rosa dan Wisma SY. Terima kasih atas rumah

yang nyaman, yang mampu membuat lepas bebas dan melupakan sejenak

penatnya beban kuliah.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun

besar harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,

khsusnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara umum. Terima kasih.

Depok, Juli 2012

Penulis

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas

bawah ini :

Nama

NPM

Program Studi

Departemen

Fakultas

Jenis karya

akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

Maria Immaculata Vinne Swastika

0806340795

Gizi Kesehatan Masyarakat

Gizi Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat

Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Jenis Kelamin, Karakteristik lbu dan Faktor Lain dengan Status

Gizi Lebih pada Siswa SD Mardiyuana Depok Tahun 2012

beserta perangkat yang ada fiika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkannama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan'ini saya buat dengan sebenarnya.

: Depok

: 10 Juli 2012

Dibuat di

Pada tanggal

vilt

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

ix

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Immaculata Vinne Swastika

Tempat/ Tanggal Lahir : Purworejo, 10 Desember 1989

Alamat : Katerban RT 03 RW III Kutoarjo, Purworejo

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1995 – 1996 : TK Pius Bakti Utama Kutoarjo

1996 – 2002 : SD Pius Bakti Utama Kutoarjo

2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo

2005 – 2008 : SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, Magelang

2008 – 2012 : Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UI Depok

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

x Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Maria Immaculata Vinne Swastika

Program Studi : Sarjana Gizi

Judul : Hubungan Jenis Kelamin, Karakteristik Ibu dan Faktor Lain

dengan Status Gizi Lebih pada Siswa SD Mardiyuana Depok

Tahun 2012

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik anak (jenis

kelamin), karakteristik ibu (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi, sikap

dan perilaku ibu), faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (ASI Eksklusif), pola

konsumsi (total asupan energi, asupan karbohidrat, lemak, protein dan frekuensi

konsumsi fast food) serta aktivitas fisik dengan status gizi lebih pada siswa SD

Mardiyuana Depok tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei

2012, menggunakan studi kualitatif dengan desain cross sectional. Teknik

pengambilan sampel adalah dengan quota sampling. Instrument penelitian

menggunakan seca dan mikrotoa, angket orangtua dan anak, serta food recall,

food record dan FFQ. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 43,5% siswa

termasuk dalam kategori gizi lebih. Variabel yang berhubungan dengan status gizi

lebih pada siswa SD Mardiyuana Depok tahun 2012 adalah perilaku ibu (P=0,003)

dan asupan protein (P= 0,012). Peneliti menyarankan pihak sekolah mempunyai

program untuk memantau berat badan siswa melalui UKS dan penyuluhan tentang

perilaku makan kepada anak-anak, serta diharapkan orangtua turut serta dalam

memonitoring dan mengontrol pola makan anak serta selalu menyediakan

makanan sehat di rumah.

Kata kunci:

gizi lebih, obesitas, anak, SD, Depok.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xi Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Maria Immaculata Vinne Swastika

Study Program : Bachelor of Nutrition

Title : Relationship between Sex, Mother Characteristics and Other

Factors with Over nutrition on Students at Mardiyuana

Elementary School Depok in 2012

The research aimed to analyze the relationship between child characteristic (sex),

mother characteristics (education, employment status, nutrition knowledge,

attitude and behavior about overnutrition), pattern of food consumption (Asupan

total energy, Asupan carbohydrate, protein, fat and frequency of fast food

consumption) and physical activity with over nutrition on students at Mardiyuana

Elementary School, Depok in 2012. This study conducted on April – Mei 2012,

used qualitative study, cross sectional study design and quota sampling. Data were

taken by using seca, microtoise, questionnaire for children and their mother, food

recall, food record and FFQ. The result of this study showed that 43,5% are over

nutrition (overweight and obesity). Variables that have a significant relationship

with over nutrition are mother behavior and Asupan protein. The researcher has

some of recommendations. School should be has a program to monitor weight

status of their students by using UKS effectively and counseling about healthy

food consumption. Parents should be monitor and control about their food

consumption. Beside of that, parents should be provides a healthy food for their

children.

Key words :

Over nutrition, overweight, obesity, child, elementary school, Depok

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………………. iii

SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………... iv

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………………. viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………... ix

ABSTRAK .………………………………………………………………….... x

ABSTRACT …………………………………………………………………… xi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………............................ 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian…………………………………………………... 3

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 5

1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………...... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …….………………………………………... 8

2.1 Gizi Lebih…………………………………………………………….... 8

2.1.1 Metode Antropometri……………………………………………. 8

2.1.2 Metode Klinis…………………………………………………..... 8

2.1.3 Metode Biokimia………………………………………………… 9

2.2 Metode Penilaian Konsumsi Makanan…………………………............ 9

2.2.1 Food Recall 24 jam………………………………………………. 9

2.2.2 Food Record………………………………………………………10

2.2.3 Dietary History…………………………………………………... 10

2.2.4 Food Frequency Questionnaire (FFQ)…………………………... 10

2.3 Status Gizi Lebih pada Anak ………………………………………….. 10

2.3.1 Penilaian Status Gizi pada Anak ………………………………… 11

2.3.2 Klasifikasi Status Gizi pada Anak ………………………………. 13

2.4 Determinan Status Gizi Lebih …………………………………...…….. 13

2.4.1 Faktor Prenatal (Berat Lahir)………………………………………… 13

2.4.2 Faktor Postnatal (ASI Eksklusif)……………………………........... 15

2.4.3 Karakteristik Anak……………………………………………….. 16

2.4.3.1 Genetik………………...…………………………………. 16

2.4.3.2 Jenis Kelamin…………………...………………………... 16

2.4.4 Karakteristik Keluarga…………………………………………… 17

2.4.4.1 Sosial Ekonomi……………………………...…………… 18

2.4.4.2 Pendidikan Ibu………………………………...…………. 18

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xiii Universitas Indonesia

2.4.4.3 Status Pekerjaan Ibu……………………………………… 19

2.4.4.4 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu……………………. 19

2.4.5 Pola Konsumsi …………………………………………………... 21

2.4.6 Aktifitas Fisik……………………………………………………. 23

2.5 Dampak Gizi Lebih pada Anak…………………………………………23

2.5.1 Dampak Kesehatan………………………………………………. 24

2.5.2 Dampak Psikososial……………………………………………… 24

2.5.3 Dampak Ekonomi………………………………………………... 25

2.6 Kerangka Teori………………………………………………………… 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ……… 27

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………. 27

3.2 Definisi Operasional…………………………………………………… 29

3.3 Hipotesis……………………………………………………………….. 33

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 34

4.1 Desain Penelitian………………………………………………………. 34

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………... 34

4.3 Populasi, Sampel dan Responden Penelitian…………………………... 34

4.3.1 Populasi………………………………………………………… 34

4.3.2 Sampel…………………………………………………………..34

4.3.3 Responden……………………………………………………… 35

4.3.4 Jumlah Sampel…………………………………………………. 35

4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel…………………………………... 36

4.4 Pengumpulan Data……………………………………………………... 36

4.4.1 Sumber Data…………………………………………………….36

4.4.2 Instrumen Penelitian………………………………………….... 37

4.4.3 Cara Pengumpulan Data……………………………………….. 37

4.5 Pengolahan Data……………………………………………………….. 38

4.5.1 Status Gizi……………………………………………………… 38

4.5.2 Jenis Kelamin…………………………………………………... 38

4.5.3 Karakteristik Ibu……………………………………………….. 39

4.5.4 Prenatal dan Postnatal………………………………………… 40

4.5.5 Pola Konsumsi…………………………………………………. 40

4.5.6 Aktifitas Fisik………………………………………………….. 40

4.6 Analisis Data…………………………………………………………… 41

4.6.1 Analisis Univariat……………………………………………… 41

4.6.2 Analisis Bivariat………………………………………………...41

BAB 5 HASIL PENELITIAN………………………………………………... 42

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………………… 42

5.2 Analisis Univariat……………………………………………………… 43

5.2.1 Status Gizi……………………………………………………… 44

5.2.2 Jenis Kelamin…………………………………………………... 45

5.2.3 Karakteristik Ibu……………………………………………….. 46

5.2.4 Faktor Prenatal dan Postnatal…………………………………. 48

5.2.5 Pola Konsumsi…………………………………………………. 49

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xiv Universitas Indonesia

5.2.6 Aktifitas Fisik………………………………………………….. 52

5.3 Analisis Bivariat………………………………………………………...52

5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih…………... 53

5.3.2 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Lebih………... 53

5.3.3 Hubungan Faktor Prenatal dan Postnatal dengan Status Gizi

Lebih…………………………………………………………… 56

5.3.4 Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lebih………….. 57

5.3.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi Lebih…………... 60

5.4 Hubungan Jenis Kelamin, Karakteristik Ibu dan Faktor Lain dengan

Status Gizi Lebih ……………………………………………………….61

BAB 6 PEMBAHASAN………………………………………………………. 62

6.1 Keterbatasan Penelitian………………………………………………… 62

6.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih……………………63

6.3 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Lebih………………... 63

6.3.1 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih………….. 65

6.3.2 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Lebih…………… 66

6.3.3 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dengan Status

Gizi Lebih……………………………………………………… 66

6.4 Hubungan Faktor Prenatal dan Postnatal dengan Status Gizi

Lebih…………………………………………………………………… 68

6.5 Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lebih………………….. 70

6.6 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi Lebih…………............... 74

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………...... 76

7.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 76

7.2 Saran…………………………………………………………………… 77

7.2.1 Bagi Sekolah…………………………………………………… 77

7.2.2 Bagi Orangtua………………………………………………….. 77

7.2.3 Bagi Peneliti Lain……………………………………………… 78

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 79

LAMPIRAN

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT/U ……………..... 13

Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya………. .. 36

Tabel 4.2 Perhitungan Skor Aktifitas Fisik………………………………….... 41

Tabel 5.1 Jumlah Siswa SD Mardiyuana Depok Tahun 2011/ 2012……........ 43

Tabel 5.2 Distribusi Z Score IMT/U …………………………………………. 44

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi………………….. .. 44

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Lebih……………. 45

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………. .. 45

Tabel 5.6 Distribusi Pendidikan Ibu………………………………………...... 46

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu .. 46

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Gizi, Sikap dan Perilaku Ibu……………. .. 47

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Ibu………………………………………………………… 47

Tabel 5.10 Distribusi Berat Badan Lahir………………………………………. 48

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Lahir dan Pemberian ASI

Eksklusif………………………………………………………….... 49

Tabel 5.12 Distribusi Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak dan Protein……… 49

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro……. 51

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food……………………………. 51

Tabel 5.15 Distribusi Aktivitas Fisik…………………………………………... 52

Tabel 5.16 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih…………….. .. 52

Tabel 5.17 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih……………. .. 53

Tabel 5.18 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Lebih……………... .. 54

Tabel 5.19 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Lebih……... .. 54

Tabel 5.20 Hubungan Sikap Ibu dengan Status Gizi Lebih………………….. . 55

Tabel 5.21 Hubungan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Lebih……………….. .. 55

Tabel 5.22 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Status Gizi Lebih………… . 56

Tabel 5.23 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Lebih….. 57

Tabel 5.24 Hubungan Total Asupan Energi dengan Status Gizi Lebih……….. 57

Tabel 5.25 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih………... 58

Tabel 5.26 Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih………............ 59

Tabel 5.27 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Lebih……………... 59

Tabel 5.28 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan

Status Gizi Lebih……………………………………………………60

Tabel 5.29 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebih……………... 60

Tabel 5.30 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat………………………….......... 61

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xvi Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Grafik Pertumbuhan BB/TB dan IMT/U…………... 13

Gambar 2.2 Kerangka Teori Determinan Gizi Lebih pada Anak………….... 26

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………… 27

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

xvii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Anak

Lampiran 2 Kuesioner Ibu

Lampiran 3 Form Food Recall

Lampiran 4 Form Food Record

Lampiran 5 Form Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi lebih pada anak merupakan sebuah permasalahan kesehatan yang

prevalensinya mengalami peningkatan di beberapa negara. Gizi lebih pada masa

anak-anak berdampak pada masalah kesehatan antara lain tekanan darah tinggi,

asma, gangguan tidur seperti sleep apnea, dislipidemia serta intoleransi glukosa

pada anak-anak (CDC, 2011). Anak dengan gizi lebih juga beresiko mengalami

pubertas dini yang berdampak pada hambatan pertumbuhan dan resiko penyakit

kardiovaskular (Dietz, 1998 dan Lakshman, et. al., 2009). Gizi lebih, khususnya

obesitas juga menyebabkan masalah psikososial. Anak yang obesitas cenderung

mendapat perlakuan diskriminasi dan dipandang negatif oleh masyarakat sekitar.

Keadaan ini menyebabkan depresi dan penurunan kepercayaan diri (Gutbrie and

Picciano, 1995).

Gizi lebih pada anak-anak menjadi masalah di seluruh dunia, tidak hanya

di negara maju melainkan juga di negara berkembang. Di negara maju seperti

USA, berdasarkan data NHANES tahun 2007-2008 prevalensi anak sekolah usia

6-11 tahun yang tergolong obesitas adalah 19,6%. Prevalensi ini mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan data NHANES tahun 1976-1980 yaitu

sebesar 6,5% (Ogden, et. al., 2010). Peningkatan prevalensi terjadi hingga tahun

2009-2010. Berdasarkan data NHANES dalam kurun waktu tersebut diperoleh

prevalensi gizi lebih dan obesitas pada usia 6-11 tahun adalah 14,6% untuk gizi

lebih dan 18% untuk obesitas (Ogden, et. al., 2012).

Prevalensi gizi lebih pada negara berkembang tidak berbeda dengan

negara maju. Berdasarkan data WHO, 35 juta dari 42 juta anak-anak di seluruh

dunia yang termasuk dalam kategori gizi lebih pada tahun 2010 berasal dari

negara berkembang (WHO, 2012). Peningkatan kejadian gizi lebih khususnya

obesitas pada masa anak-anak juga terjadi di negara berkembang di Asia seperti

China, Korea, Thailand, dan Indonesia (Sakamoto et. al., 2001). Di China

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

2

Universitas Indonesia

peningkatan prevalensi kejadian obesitas pada anak-anak di bawah usia 15 tahun

dari 15% menjadi 27% dari tahun 1982 sampai tahun 2004 (Cheng, 2004).

Prevalensi obesitas pada anak-anak 2-10 tahun di Thailand adalah 8% (Firestone

et al., 2011). Di Indonesia sendiri berdasarkan perbandingan data Riskesdas 2007

dan 2010 terjadi peningkatan kejadian gizi lebih yaitu pada anak laki-laki dari

9,5% hingga 10,7% dan 6,4% hingga 7,7% pada anak perempuan usia sekolah

(Depkes, 2009 dan Depkes, 2011).

Gizi lebih merupakan sebuah hasil interaksi antara faktor lingkungan dan

genetik dalam proses akumulasi kalori yang berlebih di dalam tubuh. Masa

kehamilan merupakan periode penting dalam perkembangan dan pertumbuhan

anak. Keadaan rahim pada masa kehamilan merupakan faktor lingkungan pertama

bagi janin yang menentukan ekspresi gen pada periode kehidupan selanjutnya.

Maka dari itu, ketersediaan zat gizi penting dan paparan zat berbahaya pada masa

ini dapat mempengaruhi perkembangan gizi lebih. Berat lahir merupakan

deskripsi pertumbuhan dan perkembangan janin hasil interaksi antara gen dan

keadaan rahim sehingga berat lahir dapat dijadikan salah satu faktor resiko gizi

lebih (Goldstein, 2005). Secara umum, gizi lebih merupakan sebuah keadaan yang

terjadi dalam waktu lama yang diakibatkan oleh keseimbangan energi positif.

Keseimbangan energi ini terkait dengan pola konsumsi makanan dan aktivitas

fisik (Gutbrie and Picciano, 1995 dan Dehghan, Danesh and Merchant, 2005).

ASI merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan status gizi pada anak,

khususnya pada masa postnatal. Komposisi zat gizi di dalam ASI sangat sesuai

dengan kebutuhan bayi setiap periode waktu pertumbuhan. Hal ini akan

mengurangi resiko gizi lebih akibat asupan yang berlebih pada masa postnatal

(Parizkova and Hills, 2005).

Prevalensi kelebihan berat badan di Jawa Barat berada diatas prevalensi

nasional yaitu 10,0% untuk gizi lebih dan 12,8% untuk obesitas (Depkes, 2011).

Sedangkan prevalensi gizi lebih pada usia sekolah, Jawa Barat mempunyai

prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi Jawa Tengah yang letaknya

berdekatan dan mempunyai karakteristik yang hampir sama (Depkes, 2009).

Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang mengalami perkembangan

yang cukup pesat (depoknews, 2011). Hal ini terkait dengan letak geografis kota

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

3

Universitas Indonesia

Depok yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan peningkatan kegiatan di

beberapa sektor seperti sektor perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata dan

perhotelan. Perkembangan sebuah kota akan berdampak pada pola hidup

masyarakatnya. Perubahan pola hidup masyarakat yang mengarah pada gaya

hidup modern, berdampak pada perubahan status gizi masyarakat termasuk status

gizi lebih. Depok mempunyai prevalensi kelebihan berat badan tertinggi pada

anak perempuan di provinsi Jawa Barat yaitu 13,1% dan peringkat kedua untuk

prevalensi pada anak laki-laki setelah kota Bogor yaitu 14,5% (Depkes, 2009). SD

Mardiyuana sebagai salah satu SD swasta di kota Depok mempunyai resiko

terhadap faktor-faktor penyebab gizi lebih yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan sekolah lain.

1.2 Rumusan Masalah

Depok sebagai salah satu kota yang sedang berkembang mempunyai

prevalensi gizi lebih tertinggi pada anak perempuan di provinsi Jawa Barat yaitu

sebesar 13,1%, sedangkan prevalensi pada anak laki-laki adalah peringkat kedua

setelah kota Bogor yaitu 14,5%. Prevalensi ini menjadi permasalahan kesehatan

karena prevalensinya yang lebih dari 10%. SD Mardiyuana merupakan SD swasta

dengan letak geografis yang berada di sekitar pusat kota Depok, memiliki paparan

resiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sekolah lain yang letaknya jauh

dari pusat kota Depok. Berdasarkan hasil survey pendahuluan diperoleh 20% anak

SD Mardiyuana berada dalam status gizi lebih. Hal ini mendasari peneliti untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa SD

Mardiyuana tahun 2012.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana gambaran status gizi lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana

Depok tahun 2012?

1.3.2 Bagaimana gambaran karakteristik anak (jenis kelamin) pada siswa-siswi

di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

4

Universitas Indonesia

1.3.3 Bagaimana gambaran karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan

pengetahuan gizi, sikap dan perilaku ibu terkait gizi lebih) pada siswa-

siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.4 Bagaimana gambaran faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI Eksklusif) pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok

tahun 2012?

1.3.5 Bagaimana gambaran pola konsumsi (total asupan energi, asupan

karbohidrat, lemak dan protein dalam diet serta frekuensi konsumsi fast

food) pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.6 Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada siswa-siswi di SD Mardiyuana

Depok tahun 2012?

1.3.7 Bagaimana hubungan karakteristik anak (jenis kelamin) dengan status gizi

lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.8 Bagaimana hubungan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan

pengetahuan gizi, sikap dan perilaku ibu terkait gizi lebih) dengan status

gizi lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.9 Bagaimana hubungan faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI Eksklusif) dengan status gizi lebih pada siswa-siswi di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.10 Bagaimana hubungan pola konsumsi (total asupan energi, asupan

karbohidrat, lemak dan protein dalam diet) dengan status gizi lebih pada

siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.11 Bagaimana perbedaan rata-rata frekuensi konsumsi fast food pada siswa-

siswi yang berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012?

1.3.12 Bagaimana perbedaan rata-rata aktivitas fisik pada siswa-siswi yang

berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012?

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

5

Universitas Indonesia

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan jenis kelamin, karakteristik ibu dan faktor-faktor

lainnya dengan status gizi lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun

2012.

Tujuan Khusus

1.4.1 Mengetahui gambaran status gizi lebih pada siswa-siswi di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.2 Mengetahui gambaran karakteristik anak (jenis kelamin) pada siswa-siswi

di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.3 Mengetahui gambaran karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan

pengetahuan gizi, sikap dan perilaku ibu terkait gizi lebih) pada siswa-

siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.4 Mengetahui gambaran faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI Eksklusif) pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok

tahun 2012

1.4.5 Mengetahui gambaran pola konsumsi (total asupan energi, asupan

karbohidrat, lemak dan protein dalam diet serta frekuensi konsumsi fast

food) pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.6 Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada siswa-siswi di SD Mardiyuana

Depok tahun 2012

1.4.7 Mengetahui hubungan karakteristik anak (jenis kelamin) dengan status gizi

lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.8 Mengetahui hubungan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan

pengetahuan gizi, sikap dan perilaku ibu terkait gizi lebih) dengan status

gizi lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.9 Mengetahui hubungan faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI Eksklusif) dengan status gizi lebih pada siswa-siswi di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

6

Universitas Indonesia

1.4.10 Mengetahui hubungan pola konsumsi (total asupan energi, asupan

karbohidrat, lemak dan protein dalam diet) dengan status gizi lebih pada

siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.11 Mengetahui perbedaan rata-rata frekuensi konsumsi fast food pada siswa-

siswi yang berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

1.4.12 Mengetahui perbedaan rata-rata aktivitas fisik pada siswa-siswi yang

berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Institusi Pendidikan (Sekolah)

Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk perencanaan program pencegahan dan penanggulangan gizi lebih

pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok

1.5.2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan

khususnya sebagai bahan untuk memperluas hasil-hasil penelitian yang

telah dilaksanakan sebelumnya.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-

faktor yang berhubungan terhadap kejadian gizi lebih pada anak-anak

sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dan meminimalisir resiko

gizi lebih pada anak-anak, khususnya dalam kaitannya dengan masa

kehamilan.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin,

karakteristik ibu dan faktor lain terhadap status gizi lebih pada siswa SD

Mardiyuana Depok tahun 2012. Penelitian ini berlangsung selama bulan April

sampai Mei 2012. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

7

Universitas Indonesia

pendekatan cross sectional. Data yang digunakan antara lain data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui angket anak dan orangtua (ibu),

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta penilaian konsumsi

makanan. Data sekunder yang digunakan meliputi data siswa SD Mardiyuana

Depok.

Faktor-faktor yang akan diteliti yaitu karakteristik anak (jenis kelamin),

karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan gizi, sikap dan perilaku

ibu terkait gizi lebih), faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI Eksklusif), pola konsumsi (total asupan energi, asupan

karbohidrat, lemak dan protein serta frekuensi konsumsi fast food), dan aktivitas

fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian angket kepada anak dan

orangtua (ibu), penilaian konsumsi makanan dengan menggunakan FFQ, food

recall 24 jam dan food record, serta pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa

serta penimbangan berat badan dengan seca. Keseluruhan data ini didukung pula

oleh data dari sekolah yaitu data siswa di SD Mardiyuana Depok.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

8

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Lebih

Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh

asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Asupan dan kebutuhan ini akan

menghasilkan keseimbangan zat gizi dalam tubuh. Bila yang terjadi keseimbangan

zat gizi dalam tubuh maka akan menghasilkan status gizi normal, sedangkan bila

terjadi ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh maka yang terjadi adalah keadaan

malnutrisi. Malnutrisi meliputi gizi kurang/ undernutrition) dan gizi lebih/

overnutrition (http://www.nios.ac.in/).

Gizi lebih merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan genetik dalam

proses akumulasi kalori yang berlebih di dalam tubuh. Akumulasi kalori dalam

tubuh ini dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain :

2.1.1 Metode Antropometri

Antropometri merupakan jenis penilaian status gizi yang sederhana.

Penilaian status gizi dengan metode antropometri dilakukan mengukur tinggi

badan dan berat badan yang menggambarkan ukuran dan komposisi tubuh. Selain

berat dan tinggi badan, mengukur lingkar salah satu bagian dari tubuh mampu

mengidentifikasi tingkat lemak tubuh dan bagian tubuh bukan lemak, misalnya

otot. Beberapa indeks pengukuran yang biasa dilakukan antara lain (Gibson,

2005) :

a. Lingkar kepala / Umur

b. Berat Badan / Umur (BB/U)

c. Tinggi Badan / Umur (TB/U)

d. Berat Badan / Tinggi Badan (BB/TB)

e. Indeks Massa Tubuh / Umur (IMT/U)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

9

Universitas Indonesia

2.1.2 Metode Klinis

Metode klinis merupakan menilai status gizi seseorang dengan melihat

tanda-tanda klinis pada bagian tubuh yang mengindikasikan kekurangan zat gizi

tertentu. Pada metode klinis diperlukan kompetensi tertentu untuk mampu

mengenali dan mengindikasikan tanda klinis tersebut. Beberapa bagian tubuh

yang biasanya digunakan untuk melihat tanda klinis adalah rambut, mata, lidah

bibir, dan lain-lain (Leonberg, 2008).

2.1.3 Metode Biokimia

Penilaian status gizi dengan metode biokimia adalah mengukur tingkat

konsentrasi zat gizi tertentu di cairan tubuh (darah atau urin) yang bertujuan untuk

mengidentifikasi kemungkinan adanya malnutrisi. Metode biokimia merupakan

metode yang paling akurat dalam melakukan diagnosis malnutrisi. Namun metode

biokimia membutuhkan pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan khusus

dalam melakukan pengukuran (Leonberg, 2008 dan Charney, 2009).

2.2 Metode Penilaian Konsumsi Makanan

Metode ini digunakan untuk melihat asupan makanan pada populasi dan

individu. Terdiri dari dua yaitu metode penilaian konsumsi makanan kuantitatif

dan kualitatif. Metode penilaian makanan kuantitatif meliputi recall dan record,

sedangkan metode kualitatif meliputi dietary history dan food frequency

questionnaire (FFQ).

2.2.1 Food recall 24 jam

Penilaian konsumsi makanan dengan menggunakan food recall 24

jam bertujuan untuk memperkirakan asupan zat gizi pada individu. Pada

penilaian konsumsi ini, subyek diwawancarai untuk mengajak subyek

mengingat kembali makanan yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir,

termasuk suplemen. Metode ini dapat dilakukan pada anak lebih dari 8

tahun.

Kendala yang sering dihadapi dalam penilaian konsumsi pangan

dengan food recall 24 jam adalah the flat slope syndrome dimana subyek

cenderung untuk melebihkan asupan yang kurang dan mengurangi asupan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

10

Universitas Indonesia

yang berlebihan serta kesulitan responden untuk mengingat apa yang

dikonsumsi 24 jam yang lalu (Gibson, 2005).

2.2.2 Food record

Pada metode ini, subyek diminta untuk menuliskan makanan yang

dimakan dalam periode waktu tertentu. Porsi makanan dapat

menggunakan ukuran rumah tangga seperti mangkok, sendok makan,

butir, dll. Selain itu, ada pula metode food record dengan penimbangan

makanan untuk mengetahui besar porsi yang sebenarnya.

Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan motivasi yang

tinggi dari subyek. Selain itu, dimungkinkan subyek akan mengubah

kebiasaan pola makanan (Gibson, 2005).

2.2.3 Dietary history

Tujuan dari metode ini adalah untuk mengestimasikan kebiasaan

asupan makanan dan pola makan individu dalam periode yang relatif lama.

Metode ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, wawancara mengenai

keseluruhan kebiasaaan pola makan, termasuk waktu makanan dan jenis

makanan. Kedua, frekuensi konsumsi makanan spesifik. Ketiga, record

asupan makanan selama tiga hari di rumah oleh subyek (Gibson, 2005).

2.2.4 Food frequency questionnaire (FFQ)

FFQ bertujuan untuk mengukur frekuensi jenis makanan atau

kelompok makanan tertentu. FFQ menggambarkan kebiasaan pola

konsumsi makanan secara kualitatif (Gibson, 2005). FFQ diukur dengan

menanyakan kepada subyek dengan wawancara atau dengan form checklist

seberapa sering mengkonsumsi makanan tertentu. Biasanya makanan

dikelompokan menjadi beberapa kategori (Gibson, 2005).

2.3 Status Gizi Lebih pada Anak

Faktor genetik dan keadaan lingkungan sangat berperan dalam

perkembangan status gizi lebih. Pada anak-anak, kedua faktor ini berinteraksi

mulai dari masa di dalam kandungan (prenatal), masa bayi (postnatal) dan

periode adiposity rebound yang pada akhirnya membawa anak pada

perkembangan gizi lebih, terutama obesitas. Setiap periode perkembangan gizi

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

11

Universitas Indonesia

lebih terkait satu dengan yang lain. Perkembangan ini akan terus berlangsung,

sehingga anak yang mengalami gizi lebih berpotensi untuk mengalami gizi lebih

bahkan obesitas di masa dewasa.

Pengkajian gizi lebih pada anak bersifat individu. Faktor resiko pada

setiap individu akan berbeda. Hal ini dikarenakan gizi lebih merupakan suatu

proses yang sangat panjang dari masa lampau hingga masa sekarang. Secara

umum, gizi lebih merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan antara asupan

energi yang melebihi energi yang dikeluarkan. Gizi lebih akan nampak bila

ketidakseimbangan ini terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang (WHO,

2012).

2.3.1 Penilaian Status Gizi pada Anak

Antropometri merupakan salah satu metode penilaian status gizi yang

telah digunakan secara luas dan dapat diterima untuk menilai status gizi di dalam

populasi. Antropometri yang digunakan meliputi pengukuran tinggi badan dan

berat badan yang kemudian diterjemahkan menjadi tinggi badan/ umur (TB/U),

berat badan/ umur (BB/U), berat badan/ tinggi badan (BB/TB) dan indeks massa

tubuh/ umur (IMT/U).

Grafik pertumbuhan tinggi dan berat badan anak merupakan salah satu

penilaian gizi lebih pada anak yang telah disesuaikan dengan umur. Hal ini

dikarenakan penentuan gizi lebih pada individu yang sedang tumbuh akan berbeda

dengan individu yang sudah mencapai pertumbuhan penuh. Hal ini dikarenakan

setiap rentang usia memperlihatkan pertumbuhan yang selalu berbeda pada setiap

individu. Maka dari itu, perlu diperhatikan secara teratur karena grafiknya yang

terus mengalami perubahan berdasarkan umur dan jenis kelamin (Parizkova and

Hills, 2005).

Komposisi tubuh manusia yang meliputi jaringan lemak dan non lemak,

merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan gizi lebih, khususnya

obesitas. Namun secara sederhana, IMT dapat digunakan. IMT merupakan

pengukuran lemak tubuh secara tidak langsung yang berhubungan dengan

penimbunan lemak pada masa dewasa dan peningkatan terhadap resiko kesehatan.

Secara internasional, IMT direkomendasikan dalam menentukan obesitas pada

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

12

Universitas Indonesia

anak-anak dan remaja (WHO, 1995 dalam Gibson 2005). Namun, perlu

diperhatikan penggunaan IMT pada anak atau remaja yang atletis karena akan

cenderung mengarah pada gizi lebih walaupun tidak terjadi penimbunan lemak

dalam tubuh (Leonberg, 2008).

Untuk anak-anak dan remaja yang berusia 2 sampai 19 tahun, IMT

ditempatkan dalam grafik IMT/U dan perlu diperhatikan sepanjang waktu karena

grafiknya yang terus mengalami perubahan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Grafik pertumbuhan IMT/U tersebut merupakan sebuah skrinning dalam

menentukan anak yang mengalami gizi lebih atau beresiko mengalami gizi lebih

bahkan obesitas (Leonberg, 2008; CDC, 2000). Kelebihan IMT/U sebagai

skrining gizi lebih khususnya obesitas pada anak antara lain :

a. hasil pengukuran IMT/U konsisten dengan indeks IMT pada dewasa

sehingga IMT/U dapat digunakan mulai dari 2 tahun hingga dewasa (19

tahun)

b. IMT/U pada anak-anak dapat digunakan untuk memprediksi IMT pada

masa dewasa. Mereka yang mempunyai IMT/U tinggi berpotensi untuk

mempunyai IMT tinggi pada masa dewasa

c. IMT/U berkorelasi dengan resiko kesehatan seperti penyakit

kardiovaskular yang meliputi dislipidemia, peningkatan insulin dan

tekanan darah (Freedman et al, 1999 dalam CDC, 2000)

d. penggunaan IMT/U sebagai skrinning untuk obesitas sebanding dengan

penggunaan BB/TB dalam batas umur 3 sampai 5 tahun. Namun untuk

usia 6 sampai 19 tahun, IMT/U mempunyai ketepatan yang lebih bila

dibandingkan dengan BB/TB (Mei et al dalam CDC, 2000)

e. grafik IMT/U menggambarkan adiposity rebound, yaitu penurunan BMI

pada usia 1 tahun kemudian meningkat kembali pada usia 4 sampai 6

tahun, sedangkan BB/TB cenderung mengalami kenaikan yang statis.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

13

Universitas Indonesia

Perbedaan penggunaan BB/TB dan IMT/U diperlihatkan oleh gambar 2.1.

Sumber : Dietz (2002)

Gambar 2.1. Perbedaan Grafik Pertumbuhan BB/TB dan IMT/U

2.3.2 Klasifikasi Status Gizi pada Anak

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U menurut WHO berlaku untuk

usia 2 – 19 tahun. Klasifikasi tersebut ditunjukan oleh tabel 2.3.

Tabel 2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT/U

Cut of point Status Gizi Klasifikasi

IMT/U < -3 SD Gizi kurang

Severe Underweight

-3 SD ≤ IMT/U < -2 SD Underweight

-2 SD ≤ IMT/U ≤ 1 SD Normal -

1 SD < IMT/U ≤ 2 SD Gizi lebih

Overweight

IMT/U > 2 SD Obesitas

Sumber : WHO (2007)

2.4 Determinan Status Gizi Lebih

Status gizi merupakan hasil interaksi antara lingkungan dan genetik. Pada

umumnya, kedua faktor ini ada dalam menyebabkan status gizi lebih khususnya

obesitas.

2.4.1 Faktor Prenatal (Berat Lahir)

Masa kehamilan (prenatal) merupakan salah satu fase penentu

perkembangan anak menjadi gizi lebih. Lingkungan yang terbentuk dalam

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

14

Universitas Indonesia

kandungan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Hasil dari

proses pertumbuhan dan perkembangan janin tercermin dalam berat lahir.

Keadaan malnutrisi pada fase awal kehamilan berpotensi dalam

menyebabkan gizi lebih, khususnya obesitas pada kehidupan anak selanjutnya

(Barker dalam Parizkova, 2005). Indikator keberhasilan dalam proses kehamilan

(prenatal) dari pihak anak adalah usia gestational yang mencapai usia 37 minggu

dan berat lahir yang lebih dari 2500 gram. Lama usia kehamilan menentukan

kematangan pertumbuhan janin dan berat lahir anak (Wardlaw, 2002).

Faktor prenatal yang berperan dalam meningkatkan resiko gizi lebih

khususnya obesitas adalah berat lahir rendah. Menurut WHO, berat lahir rendah

adalah berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Pada umumnya, bayi dengan berat

lahir rendah dipengaruhi oleh usia gestational dan perkembangan janin selama

fase prenatal. Usia gestational yang kurang dari 37 minggu disebut kelahiran

premature, sedangkan gangguan perkembangan janin pada masa prenatal atau

IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) akan berdampak bayi lahir dengan

keadaan SGA (small for gestational age), yaitu berat lahir ≤ 10 persentil untuk

usia gestational (Kramer, 2005 ; Brown, 2005). Indikator lain untuk IUGR adalah

kelahiran cukup bulan (37 minggu) namun dengan berat lahir yang kurang dari

2500 gram.

Sebuah studi di Jamaica memperlihatkan bahwa berat lahir rendah

berhubungan dengan kejadian stunting pada masa awal anak-anak yang memiliki

BMI rendah namun terdapat penumpukan lemak sentral (Walker, 2002).

Penelitian lain menunjukan bahwa anak dengan riwayat SGA mempunyai total

lemak dan lemak di bagian abdominal yang lebih tinggi pada usia 4 tahun bila

dibandingkan dengan anak dengan AGA/ Appropriate for Gestational Age

(Ibanez, 2006). Berat lahir rendah diprediksi menyebabkan tingginya persen

lemak tubuh pada usia 56 – 69 tahun di Finlandia (Yliharsila, et al., 2007).

Di sisi lain, berat lahir yang tinggi/ high birth weight (HBW) juga

berhubungan dengan kelebihan berat badan. Berat lahir tinggi (≥ 4000 gram) yang

berasal ibu dengan riwayat diabetes gestational berhubungan signifikan dengan

kelebihan berat badan pada usia 9 – 14 tahun. Setiap peningkatan 100 gram berat

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

15

Universitas Indonesia

lahir, meningkatkan resiko terhadap gizi lebih pada usia 7 tahun (Rossi and

Vasconcelos, 2010).

Baik berat lahir rendah (LBW)/ kurang dari 2500 gram dan berat lahir

tinggi (HBW)/ lebih dari 4000 gram berkontribusi terhadap peningkatan IMT,

namun HBW berhubungan dengan peningkatan jaringan bukan lemak sedangkan

LBW berhubungan dengan peningkatan jaringan lemak (Lopez, 2006).

2.4.2 Faktor Postnatal (Praktek pemberian ASI Eksklusif)

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Hal ini dikarenakan ASI

mengandung semua komponen zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

jumlah yang tepat. ASI mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi

dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak ada susu formula yang mampu

memenuhi kebutuhan zat gizi bayi secara tepat. Selain itu, ASI mengandung

protein yang relatif rendah bila dibandingkan dengan susu sapi dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi tanpa adanya kelebihan nitrogen. ASI memiliki perbandingan

antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi yaitu 65:35. Komposisi ini

menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap daripada susu sapi (Depkes, 2001

dan Brown, 2005).

Hubungan antara ASI dan kejadian gizi lebih dipaparkan oleh beberapa

penelitian. Penelitian pertama yang membuktikan bahwa ASI mampu mengurangi

resiko gizi lebih adalah penelitian Krammer (Krammer dalam Singhal and

Lanigan, 2006). Penelitian serupa tentang hubungan antara ASI dan resiko gizi

lebih juga dipaparkan oleh Butte (2001), Armstrong and Reilly (2002) Rivers,

(2004) dan Gilman (2001) (Parizkova, 2005). Butte (2009) juga memaparkan

tentang hubungan antara durasi ASI dengan resiko gizi lebih melalui hubungan

yang berbanding terbalik.

ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula seperti

asam lemak tidak jenuh rantai panjang (long-chain polysaturated fatty acid).

Selain itu, ASI juga mengandung serum leptin yang lebih tinggi dibandingkan

susu formula. Leptin merupakan sebuah hormon yang berperan penting dalam

regulasi asupan makanan, pengeluaran energi dan metabolisme tubuh (Ilcol,

2006). Konsumsi protein yang lebih dari 70% pada susu formula juga akan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

16

Universitas Indonesia

mempengaruhi kejadian gizi lebih pada masa dewasa melalui mekanisme

percepatan usia dalam mengalami adiposity rebound (Taylor dalam Singhal and

Lanigan, 2007).

BMI pada tahun pertama akan mengalami peningkatan kemudian

menurun. Pada permulaan usia 5 tahun, BMI akan kembali meningkat. Masa

dimana terjadi peningkatan BMI untuk kedua kalinya ini disebut adiposity

rebound. Pada masa remaja dan dewasa, BMI dan hasil pengukuran tebal lemak

menggunakan skinfold pada subscapular, secara signifikan lebih tinggi pada

mereka yang mengalami adiposity rebound lebih cepat yaitu sebelum 5,5 tahun

(Chacera dalam Dietz, 1994). Hal ini dikarenakan bayi yang mengkonsumsi ASI

mengalami pertumbuhan yang lebih lambat namun normal bila dibandingkan

dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula (Ong, et. al., 2002 dan Kramer, et

al., 2004).

2.4.3 Karakteristik anak

2.4.3.1 Genetik

Penelitian pada kelahiran kembar menunjukkan bahwa genetik berperan

penting sebagai penyebab gizi lebih. Human Obesity Gene Map memaparkan

bahwa terdapat 240 gen yang mengatur regulasi asupan makanan, pengeluaran

energi, metabolisme lemak dan glukosa, perkembangan jaringan adiposa, dan

sebagainya (Rankinen, Zuberi and Changnon, 2006). Genetik nampak dalam

kecenderungan bahwa orangtua yang berstatus gizi lebih berhubungan dengan

kejadian status gizi lebih pada anak. Menurut penelitian Guillaume (1993)

menujukkan adanya hubungan yang kuat antara IMT orangtua dengan anak

(Parizkova and Hills, 2005). Bila salah satu orangtua mengalami obesitas maka

resiko anak untuk menjadi obesitas adalah 50%, sedangkan bila kedua orangtua

termasuk dalam kategori obesitas maka peluang anak untuk menjadi obesitas

adalah 80%.

2.4.3.2 Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan mempunyai kecenderungan yang berbeda untuk

berstatus gizi lebih. Anak laki-laki mempunyai kecenderungan lebih untuk

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

17

Universitas Indonesia

menjadi gizi lebih (overweight) dibandingkan dengan anak perempuan. Bagi

anak-anak usia sekolah dasar, orangtua sangat berperan dalam pola hidup anak,

termasuk pola makan dan aktivitas fisik. Sehingga persepsi orangtua akan

mempengaruhi kehidupan anak, termasuk persepsi diri terhadap proporsi berat

dan tinggi badannya (body image). Persepsi anak terhadap body image akan

mempengaruhi perilaku makan, termasuk persepsi orangtua akan proporsi tubuh

anak juga akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pola makan anak.

Prevalensi gizi lebih pada anak laki-laki dan perempuan usia sekolah

mengalami peningkatan selama 6 tahun. Berdasarkan data National Health and

Nutrition Examination Survey, terjadi peningkatan prevalensi gizi lebih pada anak

laki-laki dari 14% sampai 18%, sementara pada anak perempuan 13,8% sampai

16% (West, 2008). Penelitian Dupuy membuktikan bahwa laki-laki lebih

berpotensi untuk mengalami status gizi lebih dibandingkan dengan perempuan

(Dupuy, et. al., 2011).

Anak perempuan mempunyai perhatian yang lebih tentang diet dan berat

badan daripada anak laki-laki. Selain itu, anak perempuan mempunyai latar

belakang yang membuat mereka memperhatikan pola makan, seperti keluarga,

teman sebaya, dan lain-lain, dibandingkan dengan anak laki-laki (Phares, 2004).

Sebuah penelitian tentang persepsi orangtua tentang status gizi lebih (overweight)

anak, menunjukan bahwa orangtua yang mempunyai anak status gizi lebih

(overweight) cenderung untuk mengklasifikasikannya dalam status gizi normal.

Pada perempuan, akurasi orangtua dalam mengklasifikasikannya adalah 29%,

sementara pada orangtua dari anak laki-laki hanya 14% (West, 2008). Hal ini

dikarenakan perhatian orangtua terhadap berat badan anak perempuan cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga orangtua akan

mempengaruhi pola makan anak, baik dalam bentuk pembatasan, kontrol, dan

lain-lain (He and Evans, 2007).

2.4.4 Karakteristik keluarga

Keluarga merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan

status gizi anak, termasuk status gizi lebih dan obesitas. Pola konsumsi makanan

dibentuk sejak masa anak-anak di dalam keluarga yang akhirnya membentuk

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

18

Universitas Indonesia

perilaku makan anak hingga masa dewasa. Beberapa hal yang termasuk dalam

karakteristik keluarga yang menentukan pola konsumsi antara lain sosial ekonomi

dan karakteristik ibu seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pengetahuan gizi

ibu.

2.4.4.1 Sosial Ekonomi

Faktor determinan status gizi bervariasi pada setiap populasi, dengan

perbedaan latar belakang sosial dan budaya. Sosial ekonomi berdampak pada gaya

hidup individivu yang berpotensi mempengaruhi status gizi melalui gaya hidup

(Sakamoto, et. al., 2001). Pendapatan, tingkat pendidikan dan jabatan dalam

pekerjaan merupakan beberapa faktor yang telah digunakan untuk mengukur

tingkat sosial ekonomi (Sharma, 2008).

Sosial ekonomi berkorelasi positif dengan resiko status gizi lebih pada

negara berkembang seperti Indonesia, namun berkorelasi negatif pada negara

maju (Sakamoto et. al., 2001). Hal ini dibuktikan oleh penelitian di Pakistan dan

India pada negara berkembang, serta di USA sebagai negara maju (Mushtaq, et.

al., 2011; Tharkar, 2009; Ogden, 2010). Pada negara berkembang, prevalensi gizi

lebih pada sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan sekolah pemerintah. Pada

negara berkembang, penurunan aktivitas fisik, peningkatan gaya hidup sedentary,

dan pola makan yang tidak sehat yaitu tinggi lemak jenuh dan gula merupakan

faktor resiko gizi lebih pada anak (Mushtaq, et. al., 2011). Sementara pada negara

maju, asupan energi yang tinggi serta kurangnya dukungan sosial merupakan

faktor resiko gizi lebih pada negara maju (Sakamoto et. al., 2001).

2.4.4.2 Pendidikan ibu

Menurut Soekirman (1985) dalam Wulandari (2011), tingkat pendidikan

orangtua akan berpengaruh terhadap status gizi anak karena diharapkan tingkat

pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan gizi. Menurut penelitian

Lamerz, et. al. (2005) terdapat hubungan antara pendidikan orangtua dengan

kejadian gizi lebih. Pendidikan orangtua, khususnya Ibu akan mempengaruhi

pemilihan menu makanan yang disediakan bagi keluarga. Ibu berperan penting

dalam menentukan jenis dan porsi makanan yang tersedia di rumah. Ibu

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

19

Universitas Indonesia

membentuk sikap dan perilaku anak dalam memilih makanan (Jackson, et al.,

2005).

Ibu yang berpendidikan rendah mempunyai akurasi persepsi yang lebih

rendah tentang status gizi lebih pada anaknya. Ibu yang berpendidikan rendah

kurang mampu mengidentifikasi anak yang berstatus gizi lebih, sehingga status

gizi lebih pada anak dikategorikan status gizi normal (Baughcum, 2000). Dari

hasil penelitian Baughcum pula, rendahnya pendidikan ibu merupakan faktor yang

meningkatkan odd ratio kemampuan ibu dalam mengklasifikasikan status gizi

lebih pada anak. Menurut Baughcum, anak yang berstatus gizi lebih berpeluang

lebih besar untuk menjadi obesitas pada ibu yang berpendidikan rendah.

2.4.4.3 Status pekerjaan ibu

Ibu yang bekerja tidak mempunyai banyak waktu di rumah. Hal ini

berdampak pada sedikitnya waktu yang dimiliki untuk menyiapkan makanan

sehingga ibu yang bekerja cenderung memilih membeli makanan di luar.

Makanan di luar rumah cenderung tinggi kalori dan lemak, khususnya lemak

jenuh, seperti makanan cepat saji (fast food). Makanan cepat saji cenderung tinggi

kalori namun rendah zat gizi mengingat proses persiapan yang sebagian besar

adalah digoreng (Anderson, et al., 2002). Selain itu, ibu yang tidak bekerja

mempunyai lebih banyak waktu untuk mengontrol dan memastikan pola hidup

yang meliputi asupan makanan, latihan fisik serta kebiasaan menonton TV anak

secara teratur dibandingkan ibu yang bekerja (Scholder, 2007).

Ibu yang bekerja juga berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga

sehingga akan meningkatkan status sosial ekonomi pula. SES yang tinggi akan

mampengaruhi gaya hidup, termasuk asupan makanan dan uang saku anak

(Lamerz, 2005 dalam Scholder, 2007).

2.4.4.4 Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi anak untuk mengkonsumsi

makanan yang sehat maupun makanan yang tidak sehat. Orangtua, terutama ibu

sebagai role models, pengasuh dan penyedia makanan bagi anak, mempunyai

peranan yang sangat besar dalam membentuk pola makan anak.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

20

Universitas Indonesia

Pengetahuan merupakan domain yang berperan besar dalam membentuk

perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap sebuah objek tertentu melalui panca

indera manusia berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.

Proses penerimaan perilaku baru/ adopsi perilaku yang melalui sebuah proses

yang didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut bersifat langgeng (long

lasting). Namun bila sebuah perilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka

perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Hal ini dikarenakan perilaku

tersebut dilakukan karena mengetahui arti dan manfaat perilaku tersebut bagi diri

dan atau keluarganya (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan ibu tentang gizi akan mempengaruhi jenis dan cara

pemberian makanan kepada anak. Hal ini terkait pula dengan perilaku yang

memaksa anak untuk mengkonsumsi makanan sehat dengan mempersiapkan dan

memilih makanan yang sehat bagi keluarga (Clark, 2007). Pengetahuan ibu

tentang gizi juga tidak hanya terkait dengan pola makan pada masa sekarang

melainkan pola pemberian ASI dan MP ASI serta pola konsumsi pada masa

kehamilan yang nantinya akan berperan dalam perkembangan gizi lebih pada

anak.

Sikap menurut Campbell (1950) merupakan respon dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek sosial. Menurut Newcomb, sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan dari respon tertentu sehingga

belum merupakan suatu tindakan tetapi predisposisi tindakan tersebut

(Notoatmodjo, 2005). Sikap dapat berupa penilaian atau pendapat terhadap

stimulus atau objek terkait dengan masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Sikap

ini yang kemudian membawa kecenderungan untuk melakukan perilaku tertentu.

Sikap terhadap cara hidup sehat dan pencegahan dari kegemukan yang

dimiliki ibu membawa ibu pada kecenderungan ibu untuk bertindak demikian.

Sikap ini meliputi perhatian ibu terhadap berat badan anak dan resiko untuk

mengalami kegemukan, dan persepsi ibu terhadap tanggungjawab untuk

mengontrol perilaku makan anak. Persepsi akan tanggungjawab ini sebanding

dengan persepsi untuk membatasi perilaku makan anak dan menekan anak untuk

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

21

Universitas Indonesia

mengkonsumsi jenis dan porsi makan tertentu. Persepsi mengenai tanggungjawab

ibu untuk mengontrol perilaku makan anak ini berhubungan negatif dengan

kemampuan anak untuk mengatur perilaku makannya sendiri (Hood, et. al., 2000

dan Birch, 2000).

Tahapan selanjutnya setelah proses penilai terhadap apa diketahui maka

seseorang akan menerapkan apa yang dianggapnya baik atau disebut berperilaku

kesehatan. Dalam konteks ini, perilaku kesehatan meliputi pencegahan terhadap

gizi lebih dan pemeliharaan terhadap kesehatan anak. Perubahan perilaku

biasanya mengikuti tahapan pengetahuan (knowledge) – sikap (attitude) – praktik

(practice). Namun, beberapa keadaan menggambarkan perilaku yang positif

belum tentu diikuti oleh pengetahuan dan sikap yang positif pula (Notoatmodjo,

2007).

Perilaku yang berkaitan dengan pencegahan terhadap gizi lebih adalah

perilaku ibu dalam menyiapkan jenis dan jumlah makanan bagi anak dan

monitoring ibu terhadap jenis makanan yang tidak sehat pada anak. Perilaku ini

diukur dengan skala frekuensi yang diberikan oleh responden. Perilaku ini

sebanding dengan resiko gizi lebih pada anak (Hood, et. al., 2000).

2.4.5 Pola Konsumsi

Pola konsumsi akan mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak. Pola

konsumsi ini akan mempengaruhi asupan energi yang kemudian berpengaruh

dalam penumpukan cadangan energi dalam bentuk lemak bila terjadi

keseimbangan energi yang positif. Beberapa hal yang terkait dengan pola

konsumsi pada anak antara lain kebiasaan sarapan, konsumsi fast food dan

frekuensi makan besar.

Anak yang terbiasa melewatkan sarapan berpotensi menjadi gizi lebih.

Sarapan akan mempengaruhi konsumsi pada hari tersebut. Anak yang cenderung

tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi snack yang umumnya mempunyai

energi densitas yang relatif tinggi dan akan meluapkan rasa kelaparan pada saat

makan siang sehingga mereka akan makan dalam jumlah besar pada saat makan

siang. Anak yang melewatkan waktu makan berat badannya cenderung lebih berat

daripada mereka yang selalu sarapan. Selain itu, mereka juga cenderung

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

22

Universitas Indonesia

mempunyai pesentase lemak tubuh dan kadar kolesterol yang lebih tinggi (Berkey

et. al., 2003).

Pola makan yang sering melewatkan waktu sarapan akan berpengaruh

pada kebiasaan jajan (snack). Anak-anak yang mempunyai proporsi total energi

terbanyak dari jajanan / snack berhubungan dengan kejadian gizi lebih (Nicklas,

2003). Konsumsi snack akan berpengaruh terhadap pola makan yang tidak teratur

seperti penurunan frekuensi makan besar dan jarak waktu makan yang tidak

teratur. Selain itu, snack pada umumnya adalah makanan dengan densitas energi

yang tinggi yang akan berakibat pada keseimbangan energi positif yang

berpotensi menyebabkan peningkatan berat badan (Procter, 2007).

Hal yang serupa juga ditunjukkan pada kebiasaan konsumsi fast food.

Ketika anak-anak mengkonsumsi fast food, terjadi peningkatan energi asupan dan

proporsi lemak dalam diet. Beberapa penelitian menujukkan bahwa anak yang

mengkonsumsi fast food secara teratur sekitar 770 kkal/ hari akan berpotensi

mengalami peningkatan berat badan sebesar 2,7 kg/ tahun (Sharma, 2008).

Frekuensi makan besar setiap harinya juga meningkatkan resiko terhadap

kejadian gizi lebih pada anak-anak. Hal ini terkait dengan besarnya porsi makan

anak yang terbagi dalam beberapa kali makan. Porsi makan berhubungan positif

dengan IMT pada anak laki-laki pada usia 6-11 tahun (Huang, 2004 dalam

Sharma 2008).

Keseluruhan pola makan ini akhirnya saling berkorelasi dalam

menyebabkan obesitas pada anak-anak. Ketidakseimbangan energi secara umum

disebabkan oleh total kalori yang berlebih dari makanan. Total kalori ini berasal

dari karbohidrat, protein dan lemak. Total asupan energi yang melebih angka

kecukupan gizi bagi anak (AKG) dalam kurun waktu yang lama merupakan faktor

resiko perkembangan gizi lebih (Parizkova and Hills, 2005). Kelebihan asupan

karbohidrat dan protein akan disimpan dalam jaringan adipose seperti halnya

kelebihan lemak dalam tubuh (Guthrie, 1971).

2.4.6 Aktivitas fisik

Keseimbangan energi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu asupan energi dan

energi yang dikeluarkan. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mampu

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

23

Universitas Indonesia

mengurangi resiko gizi lebih dengan meningkatkan pengeluaran energi dan

meningkatkan percepatan metabolisme tubuh (Goran, 1999). Pada umumnya

mereka yang gizi lebih cenderung untuk kurang aktif bila dibandingkan dengan

mereka yang status gizi normal.

Perubahan pola aktivitas fisik mengalami perubahan seiring dengan

kemajuan teknologi. 75,5% anak-anak menghabiskan waktunya dengan menonton

TV atau bermain di depan komputer/ video games/ PS (Strauss, 2001). Kebiasaan

menonton TV lebih dari 2 jam/ hari berpotensi terhadap kejadian gizi lebih pada

anak-anak (Rapp, et. al., 2005; Dietz and Gortmaker, 2001). Kebiasaan menonton

TV berkontribusi terhadap penurunan tingkat aktivitas fisik, berpotensi terhadap

peningkatan asupan energi melalui konsumsi snack selama menonton dan paparan

iklan TV untuk mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti fast food

(Procter, 2007).

Aktivitas fisik mampu mengurangi resiko gizi lebih dengan meningkatkan

pengeluaran energi. Departement of Health and Human Services (2007)

merekomendasikan anak untuk melakukan aktivitas fisik tingkat menengah

hingga tinggi minimal 60 menit setiap harinya. Lioret et al (2003) meneliti bahwa

level aktivitas sedentary mempunyai korelasi prositif dengan kejadian gizi lebih

pada seluruh tingkatan usia, khususnya pada usia 6-14 tahun. (Sharma, 2008)

2.5 Dampak Gizi Lebih pada Anak

Peningkatan kejadian gizi lebih pada anak akan diikuti oleh tingginya

prevalensi masalah kesehatan pada usia dewasa. Masalah kesehatan pada anak-

anak meningkat seiring dengan tingkat gizi lebih. Gizi lebih tidak hanya

berdampak pada masalah kesehatan melainkan pada gangguan psikososial dan

ekonomi.

2.5.1 Dampak kesehatan

Gizi lebih, khususnya obesitas pada anak berhubungan dengan

kecenderungan diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, sindrom metabolik, dan sleep

apnea (Huang, 2006). Dampak gizi lebih terhadap kesehatan akan semakin

bertambah nyata pada masa dewasa. Masalah kesehatan pada masa dewasa

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

24

Universitas Indonesia

sebagai dampak gizi lebih pada masa anak-anak antara lain diabetes mellitus tipe

2, resistensi insulin, hipertensi, dislipidemia, gangguan pernapasan, penyakit

jantung koroner, osteoartritis, dan asam urat (Goldstein, 2005). Selain itu, dampak

gizi lebih pada anak perempuan adalah menstruasi terlalu dini dan gangguan pada

siklus menstruasi. Menstruasi yang terlalu dini berkaitan dengan meningkatnya

resiko terhadap kanker payudara dan kanker sistem reproduksi pada wanita

(Butler, et. al., 2000). Menstruasi dini pada anak perempuan juga berrhubungan

dengan penyakit kardiovaskular dan kematian akibat penyakit tersebut

(Lakshman, et. al., 2009). Gangguan pada siklus menstruasi pada anak perempuan

yang berstatus gizi lebih berdampak tidak hanya pada masa remaja melainkan

juga pada masa dewasa (UCSF, 2012).

Dampak gizi lebih juga berakibat pada hambatan pertumbuhan pada masa

anak-anak. Anak dengan status gizi lebih berpotensi mengalami pubertas dini.

Anak yang mengalami pubertas dini pada akhirnya cenderung lebih pendek bila

dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami pubertas normal, walaupun

pada awalnya mereka lebih tinggi. Selain itu, anak dengan status gizi lebih juga

beresiko mempunyai massa lemak yang lebih tinggi dibandingkan anak dengan

status gizi normal pada usia kronologis yang sama (Dietz, 1998).

2.5.2 Dampak psikososial

Anak dengan status gizi lebih, khususnya obesitas cenderung mendapat

pandangan negatif dari lingkungannya. Karakteristik negatif yang erat kaitannya

dengan anak yang obesitas adalah malas, bodoh, kotor, jelek dan lain-lain. Pada

Pandangan negatif semacam ini akan berdampak pada diskriminasi dalam

tingkatan usia selanjutnya. Dampak yang lebih jauh adalah kurangnya

kepercayaan diri pada anak yang obesitas dan ketidakpuasan terhadap dirinya. Hal

ini akan membawa pada pola makan yang tidak benar seperti anoreksia atau

bulimia (Dietz, 1998).

2.5.3 Dampak ekonomi

Peningkatan biaya kesehatan akan meningkat seiring dengan peningkatan

kejadian gizi lebih, khususnya obesitas pada anak-anak. Hal ini terkait dengan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

25

Universitas Indonesia

gangguan kesehatan yang merupakan dampak dari keadaan akumulasi lemak

berlebih pada tubuh. Gizi lebih pada anak berdampak gangguan kesehatan tidak

pada masa dewasa namun juga pada masa anak-anak, sehingga peningkatan

prevalensi gizi lebih khususnya obesitas anak akan berdampak pada peningkatan

biaya kesehatan pada masa anak-anak dan dewasa (Lobstein, 2004).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

26

Universitas Indonesia

2.6 Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan penulis diperlihatkan oleh gambar 2.2.

Modifikasi : Sharma and Ickes (2008) ; Parizkova and Hills (2005)

Gambar 2.2 Kerangka Teori Determinan Gizi Lebih pada Anak

Variasi gen

etik

Gen

Riwayat kegemukan orangtua

Jenis kelamin

Umur

Ras

Perio

de satu

tahu

n

pertam

a kehid

up

an

Perkembangan janin

Berat lahir

Pertumbuhan pada

masa bayi

Praktek pemberian ASI

dan MP ASI

Pertambahan BB

selama kehamilan Lin

gkun

gan kelu

arga

Sosial Ekonomi

Pendidikan Orangtua

Pekerjaan Orangtua

Pengetahuan gizi

Pola Konsumsi

Aktivitas Fisik

Status gizi

lebih pada

anak P

erilaku

Mate

rnal

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

27

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, penulis mengambil beberapa faktor yang

mempengaruhi kejadian obesitas pada anak antara lain karakteristik anak (jenis

kelamin), karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan gizi, sikap

dan perilaku ibu terkait gizi lebih), faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal

(praktek pemberian ASI eksklusif), pola konsumsi (total energi asupan, asupan

karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan frekuensi konsumsi fast food), dan

aktivitas fisik.

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian

Status

Gizi Lebih

pada anak

Karakteristik keluarga

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu

Karakteristik anak

Jenis kelamin

Riwayat prenatal dan postnatal

Berat lahir

Praktek pemberian ASI Eksklusif

Pola konsumsi

Total asupan energi

Asupan karbohidrat

Asupan lemak

Asupan protein

Frekuensi konsumsi fast food

Aktivitas fisik

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

28

Universitas Indonesia

Berdasarkan kerangka teori, terdapat beberapa konsep yang tidak diteliti.

Karakteristik pada anak yang tidak diteliti adalah gen, riwayat kegemukan

orangtua, umur dan ras. Umur dan ras tidak diteliti karena dihomogenkan. Selain

itu, membutuhkan pengetahuan dan kompetensi khusus untuk meneliti gen

sehingga variabel gen tidak dapat diteliti. Sedangkan riwayat genetik yaitu

kegemukan pada orangtua juga tidak diteliti karena akses pengukuran tinggi dan

berat badan yang terbatas pada orangtua siswa. Selain itu, sosial ekonomi/

pendapatan tidak diteliti karena penelitian dilakukan pada sekolah swasta dengan

asumsi sosial ekonomi cenderung homogen menengah ke atas. Faktor lain yang

tidak diteliti terkait dengan keterbatasan peneliti untuk meneliti keadaan masa

lampau seperti perkembangan janin, pertumbuhan pada masa bayi serta

pertambahan berat badan selama kehamilan subjek penelitian.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

29

Universitas Indonesia

3.2 Definisi Operasional

No Varibel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Gizi lebih Kelebihan berat badan yang

berasal dari jaringan otot, tulang,

lemak, dan air. Ditandai dengan

IMT/U

Berat badan =

timbangan BB/

seca

Tinggi badan =

mikrotoa

Penimbangan

berat badan dan

pengukuran tinggi

badan

1. Gizi lebih (> 1 SD)

2. Tidak gizi lebih

(≤ 1 SD)

(WHO, 2007)

Ordinal

2 Jenis Kelamin Pernyataan responden mengenai

identitas diri anak berdasarkan

kriteria biologis yang dimiliki

untuk membedakan antara laki-

laki dan perempuan

Angket anak Pengisian angket

(anak)

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

3. Pendidikan ibu Tingkat pendidikan formal

tertinggi yang telah diselesaikan

ibu berdasarkan kepemilikan surat

kelulusan dari lembaga tersebut.

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. Menengah (≤ SMA)

2. Tinggi (> SMA)

Ordinal

4 Pekerjaan ibu Aktivitas ibu di dalam maupun di

luar rumah dengan tujuan mencari

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

Ordinal

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

30

Universitas Indonesia

nafkah (Anderson, 2002)

5 Pengetahuan gizi

ibu

Pemahaman ibu terhadap zat gizi

dan pola konsumsinya termasuk

pola hidup yang berhubungan

dengan status gizi lebih

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. Kurang (nilai < mean)

2. Baik (nilai ≥ mean)

Ordinal

6 Sikap ibu

terhadap gizi

lebih anak

Persepsi ibu tentang peran

orangtua dalam mengontrol dan

memonitoring pola makan anak,

khususnya dalam pembatasan

makanan tertentu yang berpotensi

menyebabkan gizi lebih dengan

memberikan persetujuan atas

pernyataan yang diberikan

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. Negatif (nilai < mean)

2. Positif (nilai ≥ mean)

Ordinal

7 Perilaku ibu Praktek ibu dalam mengatur jenis

dan porsi makan anak serta

monitoring terhadap perilaku

makan anak dengan memberikan

skala frekuensi atas pertanyaan

yang diberikan

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. Negatif (nilai < mean)

2. Positif (nilai ≥ mean)

Ordinal

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

31

Universitas Indonesia

8 Berat lahir Berat badan pada saat subyek

penelitian (anak) dilahirkan

menurut pengakuan ibu

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. < 2500 gram atau

>4000 gram (beresiko

gizi lebih)

2. 2500 – 4000 gram

(tidak beresiko gizi

lebih)

(Lopez, 2006)

Ordinal

9 Praktek

pemberian ASI

Eksklusif

Perilaku pemberian ASI selama 6

bulan pertama kehidupan tanpa

diberi makanan/ minuman lain

kepada subyek penelitian

Angket ibu Pengisian angket

(ibu)

1. < 6 bulan

2. ≥ 6 bulan

(Depkes, 2006)

Ordinal

10 Total asupan

energi

Keseluruhan jumlah energi hasil

konversi dari makanan yang

dikonsumsi selama 1 hari

Form recall 24

jam

Wawancara 1. Berlebih (>100%

AKG)

2. Tidak berlebih

(≤100% AKG)

(AKG, 2004)

Ordinal

11 Asupan

karbohidrat

Keseluruhan jumlah karbohidrat

hasil konversi dari makanan yang

Form recall 24

jam

Wawancara 1. Tinggi (>55% TE)

2. Normal (≤55% TE)

Ordinal

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

32

Universitas Indonesia

dikonsumsi selama 1 hari (AKG, 2004)

12 Asupan lemak Keseluruhan jumlah lemak hasil

konversi dari makanan yang

dikonsumsi selama 1 hari

Form recall 24

jam

Wawancara 1. Tinggi (>30% TE)

2. Normal (≤ 30% TE)

(AKG, 2004)

Ordinal

13 Asupan protein Keseluruhan jumlah protein hasil

konversi dari makanan yang

dikonsumsi selama 1 hari

Form recall 24

jam

Wawancara 1. Tinggi (> 50 gram)

2. Normal (≤ 50 gram)

(AKG, 2004)

Ordinal

14 Konsumsi fast

food

Kebiasaan mengkonsumsi fast

food dalam satu bulan terakhir

FFQ Pengisian angket

(anak)

Terbuka

……… kali

Ratio

15 Aktivitas fisik Kegiatan yang dilakukan setiap

hari dengan menggunakan

modifikasi kuesioner Baecke

Angket anak Mengisi angket

(anak)

Terbuka

……… poin

Ratio

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

33

Universitas Indonesia

3.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1 Ada hubungan karakteristik anak (jenis kelamin) dengan status gizi lebih

pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

3.3.2 Ada hubungan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan

gizi, sikap dan perilaku ibu terkait gizi lebih) dengan status gizi lebih pada

siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

3.3.3 Ada hubungan faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal (praktek

pemberian ASI eksklusif) dengan status gizi lebih pada siswa-siswi di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

3.3.4 Ada hubungan pola konsumsi (total asupan energi, asupan karbohidrat,

lemak dan protein dalam diet serta frekuensi konsumsi fast food) dengan

status gizi lebih pada siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

3.3.5 Ada perbedaan rata-rata frekuensi konsumsi fast food yang signifikan pada

siswa-siswi yang berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih

di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

3.3.6 Bagaimana perbedaan rata-rata aktivitas fisik yang signifikan pada siswa-

siswi yang berstatus gizi lebih dengan yang berstatus gizi tidak lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

34

Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitiaan

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan meneliti

variabel dependen dan independen pada waktu yang sama. Hasil dari penelitian

ini kemudian dianalisis, yaitu sebuah langkah untuk mencoba mencari hubungan

antar variabel dengan mengacu pada hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Mardiyuana Depok. Pemilihan SD swasta

sebagai tempat penelitian dikarenakan mayoritas anak didik di sekolah tersebut

berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas. Selain itu, lokasi

SD Mardiyuana yang berada pada pusat kota Depok, mempunyai paparan

terhadap faktor-faktor penyebab gizi lebih yang lebih besar. Hal ini

meningkatkan resiko terhadap kejadian gizi lebih pada siswa-siswi sekolah

tersebut. Pengumpulan data akan dilakukan pada bulan April dan Mei 2012.

4.3 Populasi, Sampel dan Responden Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SD Mardiyuana Depok

tahun 2012.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SD Mardiyuana Depok yang

memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Siswa kelas IV dan V

Pemilihan kelas IV dan V karena dianggap kelas IV dan V sudah mampu

diajak bekerja sama dalam pengumpulan data yang dibutuhkan oleh

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

35

Universitas Indonesia

peneliti, termasuk pengisian angket, wawancara dan menyampaikan

angket pada orangtua (ibu). Kelas IV tidak diikutsertakan dalam penelitian

karena sedang dalam masa persiapan menghadapi ujian nasional (UN).

b. Berstatus aktif sebagai siswa di SD Mardiyuana Depok

c. Hadir pada saat penelitian dilakukan

Sedangkan kriteria eksklusi yang diperlukan adalah mereka yang lahir dari

kehamilan kembar.

4.3.3 Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V serta

ibu dari subyek penelitian.

4.3.4 Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini mengacu pada

rumus dibawah ini :

Keterangan :

n = jumlah sampel

= derajat kemaknaan 95% (1,96) ; a = 0,05

Zi – = kekuatan uji = 95% (0,842)

Pi = proporsi anak gizi lebih yang beresiko pada penelitian sebelumnya

P2 = proporsi anak gizi lebih yang tidak beresiko pada penelitian sebelumnya

P = (Pi + P2)/ 2

Berdasarkan penghitungan sampel dengan rumus di atas yang diperoleh

dari proporsi penelitian sebelumnya, didapat hasil terbanyak adalah 78. Hasil ini

diperoleh dari proporsi anak gizi lebih dengan aktifitas fisik waktu senggang

kurang yaitu 40,8% sebagai Pi dan proporsi anak gizi lebih dengan aktifitas fisik

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

36

Universitas Indonesia

waktu senggang cukup yaitu 20,5% sebagai P2. Total sample dikali 2 menjadi 156

sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah

156 responden. Tabel perhitungan jumlah sampel berdasarkan penelitian

sebelumnya ditunjukan oleh tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

Variabel Sumber Pi (%) P2 (%) n n x 2

Pengetahuan Ibu Lestari, 2008 50,0 20,5 38 76

Total asupan energi Putri, 2009 53,2 5,7 11 22

Asupan karbohidrat Putri, 2009 59 15,1 15 30

Asupan protein Putri, 2009 33,7 9,7 43 86

Asupan lemak Putri, 2009 45,2 12,9 28 56

Aktifitas fisik Putri, 2009 40,8 20,5 78 156

Konsumsi fast food Rahmawati, 2008 62,5 19,6 46 96

4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan kuota sampling.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini mencakup data antropometri siswa-siswi

(tinggi badan dan berat badan) dan data yang diperoleh dengan melakukan

penyebaran angket meliputi data karakteristik anak (jenis kelamin),

karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan gizi, sikap dan

perilaku ibu terkait gizi lebih), faktor prenatal (berat lahir) dan postnatal

(praktek pemberian ASI eksklusif), pola konsumsi (total asupan energi,

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

37

Universitas Indonesia

asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, frekuensi konsumsi fast

food) dan aktivitas fisik.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data siswa kelas IV dan V.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Timbangan berat badan (seca) dan alat pengukur tinggi badan (mikrotoa)

b. Data identitas siswa-siswi

c. Angket untuk anak dan orangtua (ibu) yang berisi daftar pertanyaan

mengenai karakteristik anak, karakteristik keluarga, faktor prenatal dan

postnatal serta aktivitas fisik

d. Food recall 24 jam, FFQ dan food record

4.4.3 Cara Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penelitian dan pengambilan data, dilakukan uji coba

angket dan uji validasi. Uji validasi dilakukan pada variabel pengetahuan gizi

untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam angket mampu mengukur yang

hendak diukur. Uji validasi dilakukan pada 16 orang, yaitu minimal 10% dari

jumlah sampel minimal. Sedangkan tujuan dari uji coba angket ini adalah untuk

mengetahui kekurangan dalam angket yang akan disebar dan menjadi instrumen

dalam penelitian ini. Hal ini akan meminimalisir ketidakpahaman dalam pengisian

angket oleh responden yang akan berdampak pada hasil pengumpulan data yang

akan dianalisis. Dari hasil kegiatan ujicoba angket bila terdapat kekurangan maka

akan dilakukan perbaikan. Uji coba angket dilakukan di populasi yang sama

namun bukan sampel serta di lingkungan sekitar tempat tinggal peneliti dengan

jumlah 16 orang.

Proses pengambilan data dimulai dengan pengukuran tinggi dan berat

badan subyek penelitian secara bergantian sesuai dengan nomor absen.

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mikrotoa, sedangkan penimbangan

berat badan dilakukan dengan timbangan digital yang kemudikan dikaliberasikan

ke ukuran seca. Pengambilan data antropometri ini dilakukan oleh 1 orang

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

38

Universitas Indonesia

mahasiswa program studi Gizi UI. Proses pengambilan data selanjutnya adalah

pengisian angket anak yang meliputi pertanyaan seputar aktivitas fisik dan

frekuensi konsumsi fast food dengan FFQ. Pengisian angket ini dipandu oleh 1

orang enumerator secara komunal. Selanjutnya dilakukan pengambilan data

konsumsi makanan dengan recall. Wawancara ini dibantu oleh 4-8 rekan peneliti

dari program studi Gizi UI dan bertempat di dalam kelas secara bergantian.

Selain angket anak, subyek penelitian juga diberikan angket orangtua (ibu)

yang akan dikumpulkan pada hari selanjutnya setelah waktu pembagian angket

tersebut. Pengembalian angket orangtua dilakukan dengan bantuan masing-

masing wali kelas untuk mengingatkan siswa yang lupa membawa angket

orangtua (ibu).

4.5 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan software statistik dengan tahapan proses

pemeriksaan data dalam angket (editing), pemberian kode dalam setiap jawaban

di angket (coding), memasukan data ke dalam program untuk dianalisis lebih

lanjut (entry), memeriksa kembali data-data dengan tujuan mengetahui bila

terdapat kesalahan dalam proses pengolahan data sebelumnya (cleaning).

Pengolahan data variabel penelitian sebagai berikut.

4.5.1 Status gizi

Data status gizi berupa berat badan dan tinggi badan diolah menggunakan

software WHO AnthroPlus dengan menambahkan umur anak dengan

menggunakan data tanggal lahir anak dan tanggal pengambilan data. Dari data

berat badan, tinggi badan dan umur anak, maka diperoleh nilai z score. Nilai z

score ini kemudian dikelompokan menjadi status gizi lebih / > 1 SD (1) dan status

gizi tidak lebih / ≤ 1 SD (2).

4.5.2 Jenis kelamin

Jenis kelamin dikelompokan menjadi dua, yaitu laki-laki (1) dan

perempuan (2).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

39

Universitas Indonesia

4.5.3 Karakteristik ibu

Karakteristik ibu dibagi menjadi pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan

gizi, sikap serta perilaku ibu tentang gizi lebih pada anak. Pendidikan ibu yang

tamat SD, SMP dan SMA atau yang sederajat dikelompokan menjadi kategori

pendidikan menengah (1) dan ibu dengan lulusan perguruan tinggi, yaitu diploma,

S1, S2 dan S3 dikelompokan menjadi kategori pendidikan tinggi (2). Sedangkan

untuk variabel pekerjaan, dikelompokan menjadi dua yaitu ibu dengan status

bekerja (1) dan tidak bekerja (2).

Sedangkan untuk pengetahuan gizi, menggunakan 15 pertanyaan dengan 6

pilihan jawaban, dimana 5 diantaranya jawaban benar dan 1 jawaban salah.

Sehingga total skor benar untuk setiap pertanyaan adalah 5 dan total skor

maksimal untuk variabel pengetahuan ibu adalah 75. Data dikelompokan menjadi

dua yaitu pengetahuan kurang bila kurang dari mean (1) dan pengetahuan cukup

bila lebih dari sama dengan mean (2).

Variabel sikap dan perilaku diukur dengan menggunakan modifikasi Child

Feeding Questionnaire (Birch, et. al., 2001). CFQ merupakan kuesioner untuk

mengukur sikap, kepercayaan dan kecenderungan orangtua dalam mengontrol

makan anak. CFQ terdiri dari tujuh bagian yaitu rasa tanggungjawab orangtua,

deskripsi tentang berat badan orangtua dan anak, perhatian orangtua terhadap

berat badan anak, pembatasan makan dan pemberian penekanan serta monitoring

terhadap perilaku makan anak. Sikap tentang pembatasan makan anak dengan

monitoring mempunyai korelasi tertinggi pada CFQ.

Skala sikap pembatasan makan anak diukur dengan pernyataan yang

diberikan oleh ibu dengan pemberian skor sangat tidak setuju (STS), tidak setuju

(TS), netral (N), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Sedangkan skala perilaku

dikategorikan menjadi tidak pernah, jarang (mendekati satu kali dalam sebulan),

kadang-kadang (mendekati satu kali dalam seminggu), sering (mendekati tiga kali

dalam seminggu) dan selalu. Rentang skor adalah 1 – 5, skor 1 untuk jawaban

jarang dan 5 untuk jawaban sering. Kemudian dijumlahkan sehingga

menghasilkan skor keseluruhan untuk masing-masing variabel sikap dan perilaku.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

40

Universitas Indonesia

4.5.4 Prenatal (berat lahir) dan postnatal (ASI eksklusif)

Berat lahir dikelompokan menjadi dua, yaitu berat lahir <2500 gram atau

>4000 gram sebagai berat lahir beresiko gizi lebih (1) dan berat lahir 2500 sampai

4000 gram sebagai berat lahir tidak beresiko gizi lebih (2) (Lopez, 2006).

Sedangkan praktek pemberian ASI dibagi menjadi ASI Eksklusif bila jawaban

yang pertanyaan skrinning yang diajukan menggambarkan pemberian ASI tanpa

makanan dan minuman lain selama 6 bulan penuh (2) dan tidak ASI eksklusif bila

tidak memenuhi syarat tersebut (1).

4.5.5 Pola konsumsi

Penilaian asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak menggunakan

metode recall 24 jam. Secara kuantitatif, pewawancara menanyakan estimasi

ukuran bahan makanan dengan memberikan contoh ukuran tafsiran kepada

subyek penelitian kemudian menuliskannya dalam form food recall. Kemudian

jumlah kalori dan beratnya dihitung menggunakan nutrisurvey. Asupan total

energi dikelompokan menjadi berlebih bila >100% AKG (1) dan tidak berlebih

≤100% AKG. Asupan karbohidrat dikatakan tinggi bila >55% AKG (1) dan

normal bila ≤55% dari total energi berdasarkan AKG (2). Asupan lemak

dikatakan tinggi bila >30% (1) dan normal bila ≤30% dari total energi

berdasarkan AKG (2). Asupan protein dikelompokan tinggi bila > 50 gram (1)

dan normal bila ≤ 50 gram (2) menurut AKG (2004).

Pola konsumsi lain adalah frekuensi konsumsi fast food yang diukur

menggunakan FFQ. Pengolahan data dilakukan dengan menjumlahan keseluruhan

frekuensi konsumsi makanan yang terdapat di tabel FFQ setiap bulannya. Total

frekuensi dalam sebulan tersebut kemudian dianalisis secara terbuka.

4.5.6 Aktifitas fisik

Aktifitas fisik diukur menggunakan modifikasi kuesioner Baecke, et. al.

(1982). Jenis aktifitas fisik yang diukur adalah latihan fisik dan waktu luang, yang

masing-masing diukur melalui empat pertanyaan. Pada bagian pertanyaan

mengenai aktifitas olahraga, pengolahan juga menggunakan data METs (Jetté,

Sidney dan Blümchen, 1990). Pengolahan data dilakukan dengan menjumlahkan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

41

Universitas Indonesia

total indeks latihan fisik dan indeks waktu luang. Skor indeks latihan fisik dan

indeks waktu luang diperoleh melalui :

Tabel 4.2 Perhitungan Skor Aktifitas Fisik

Indeks Latihan Fisik

Skor = pertanyaan 1 + pertanyaan 2 + pertanyaan 3 + pertanyaan 4

Indeks Waktu Luang

Skor = (6 – pertanyaan 5) + pertanyaan 6 + pertanyaan 7 + pertanyaan 8

Total Skor Aktifitas Fisik

Skor Indeks Latihan Fisik + Skor Indeks Waktu Luang

Sumber : Florindo and Latorre (2003)

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran dari setiap

variabel yang akan diteliti baik vaiabel dependen ataupun independen.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan menggunakan chi-square. Bila nilai

P < 0,05 maka ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Sedangkan untuk

mengetahui perbedaan parameter dari kedua kelompok menggunakan uji

independent T-test. Bila nilai P < 0,05 maka terdapat perbedaan parameter antara

kedua kelompok. Variabel yang dianalisis menggunakan uji independent T-test

adalah variabel frekuensi konsumsi fast food dan aktivitas fisik.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

42 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SD Mardiyuana merupakan salah satu SD swasta di Kota Depok. SD

Mardiyuana berdiri pada tahun 1960 dan beralamat di jalan Cempaka No 4

Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Visi SD Mardiyuana

adalah menjadikan siswa beriman, berpengetahuan, terampil, dan berbudi pekerti

luhur. Sedangkan misinya adalah menerapkan sistem belajar tuntas secara efektif,

kreatif dan menyenangkan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif,

psikomotor sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik. Tujuan dari

sekolah SD Mardiyuana itu sendiri adalah :

a. Terbentuknya pribadi dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai

kehidupan dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

b. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan IPTEK

dalam era globalisasi

c. Mempersiapkan peserta didik agar mampu melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi

Kegiatan belajar mengajar di SD Mardiyuana berlangsung selama 5 hari

dalam seminggu dan dimulai pukul 07.00 WIB. Selain itu, jenis kegiatan

ekstrakurikuler SD Mardiyuana antara lain futsal, paduan suara Gereja, majalah

dinding, bridge, bahasa Inggris, drumband, volley ball, pramuka siaga, pramuka

penggalang, paskibra, melukis, menari, seni vocal, bahasa Mandarin, pembinaan

MIPA dan renang. Rata-rata uang SPP adalah Rp 200.000,00/ bulan. Besar dan

kecilnya SPP setiap bulan ditentukan oleh uang pangkal yang dibayarkan pada

awalnya.

Fasilitas yang dimiliki oleh SD Mardiyuana antara lain adalah :

a. Ruang kelas (20 kelas)

b. Ruang Kepala Sekolah

c. Ruang guru

d. Ruang administrasi/ TU

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

43

Universitas Indonesia

e. Ruang Lab Komputer

f. Kamar mandi/ WC guru

g. WC murid

h. Gudang

i. Ruang perpustakaan

j. Ruang kegiatan

k. Ruang doa

l. Ruang Lab IPA

m. Ruang Lab Bahasa

n. Ruang Multimedia

o. UKS

Jumlah tenaga kependidikan di SD Mardiyuana berjumlah 7 orang,

sementara tenaga guru meliputi 12 orang guru laki-laki dan 21 orang guru

perempuan. Sedangkan jumlah siswa pada tahun ajaran 2011/2012 ditunjukan

oleh tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jumlah Siswa SD Mardiyuana Depok Tahun 2011/ 2012

Tingkat

Kelas

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

I 84 68 152

II 82 83 165

III 74 73 147

IV 72 84 156

V 74 72 146

VI 73 63 136

Total 459 443 902

5.2 Analisis Univariat

Hasil penelitian diperoleh dari 168 responden yang mempunyai data

lengkap, meliputi angket anak, angket orangtua (ibu) dan recall 24 jam. Analisis

univariat digunakan untuk memberikan gambaran distribusi dan menjelaskan

karakteristik dari masing-masing variabel dependen dan independen.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

44

Universitas Indonesia

5.2.1 Status Gizi

Hasil penelitian dalam bentuk analis univariat status gizi meliputi berat

badan, tinggi badan, dan status gizi. Status gizi merupakan variabel dependen dari

penelitian ini. Distribusi berat badan dan tinggi badan serta distribusi responden

berdasarkan status gizi diperlihatkan oleh tabel 5.2 dan tabel 5.3.

Tabel 5.2 Distribusi Z Score IMT/U

Variabel Mean Min – Maks 95% CI

IMT/ U (z score) 0,62 ± 1,53 (-3,11) – 3,87 0,38 – 0,85

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi Cut of Point Frekuensi Persentase

Severe underweight

Underweight

IMT/U < -3SD

-3SD ≤ IMT/U < -2SD

1

6

0,6

3,6

Normal -2SD ≤ IMT/U ≤ 1SD 88 52,4

Overweight 1SD <IMT/U ≤ 2SD 36 21,4

Obesitas IMT/U > 2SD 37 22,0

Sumber : WHO (2007)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui hasil analisis univariat menunjukan bahwa

rata-rata z score IMT/U responden adalah 0,62 dengan standar deviasi 1,53. Nilai

z score IMT/U terkecil adalah -3,11, sementara nilai z score IMT/U terbesar

adalah 3,87, dengan 95% CI berada dalam rentang 0,38 sampai dengan 0,85. Data

ini digambarkan menjadi klasifikasi status gizi yang diperlihatkan oleh tabel 5.3.

Tabel 5.3 menggambarkan bahwa responden dengan severe underweight yaitu

0,6% (1 responden), underweight sebanyak 3,6% (6 responden) dan responden

dengan status gizi normal sebanyak 52,4% (88 responden). Sedangkan responden

dengan status gizi lebih yang tergolong overweight dan obesitas masing-masing

sebesar 21,4% (36 responden) dan 22,0% (37 responden).

Data status gizi pada tabel 5.3 kemudian dikategorikan menjadi status gizi

lebih dan tidak lebih. Status gizi lebih mencakup overweight dan obesitas,

sedangkan status gizi lebih mencakup status gizi kurang (severe underweight dan

underweight) serta status gizi normal. Distribusi responden berdasarkan status gizi

lebih diperlihatkan oleh tabel 5.4.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

45

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Lebih

Status Gizi Cut of Point Jumlah Persentase (%)

Gizi Lebih > 1 SD 73 43,5

Gizi Tidak Lebih ≤ 1 SD 95 56,5

Total 168 100,0

Sumber : WHO (2007)

Hasil analisis univariat variabel status gizi sebagai variabel dependen

berdasarkan tabel 5.4 diperoleh sebanyak 43,5% dari total responden (73

responden) berada dalam kategori gizi lebih, sedangkan 56,5% dari total

responden (95 responden) berada dalam kategori gizi tidak lebih.

5.2.2 Jenis Kelamin

Hasil analisis univariat dari variabel jenis kelamin sebagai salah satu

ditunjukan dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Perempuan 88 52,4

Laki-laki 80 47,6

Total 168 100,0

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden perempuan adalah 52,4%

dari total responden (88 responden) sedangkan jumlah responden laki-laki adalah

47,6% dari total responden (80 responden).

Persentase jumlah responden perempuan ini bila dibandingkan dengan

total sampel perempuan yang memenuhi kriteria inklusi pada saat penelitian

berlangsung adalah 97,78%, sedangkan pada responden laki-laki adalah 88,89%.

Data dari 2,22% siswa perempuan dan 11,11% siswa laki-laki yang mengikuti

penelitian tidak dapat digunakan karena ketidaklengkapan data khususnya data

dari angket orangtua. Pengumpulan angket orangtua pada siswa laki-laki lebih

sulit dibandingkan pada siswa perempuan.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

46

Universitas Indonesia

5.2.3 Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang menjadi variabel independen penelitian

meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, sikap dan perilaku

ibu terhadap kebiasaan makan anak.

Hasil analisis univariat dari variabel karakteristik keluarga ditunjukan oleh

tabel 5.6 dan 5.7. Tabel 5.6 memperlihatkan distribusi pendidikan ibu, sementara

tabel 5.7 memperlihatkan distribusi responden berdasarkan pendidikan dan

pekerjaan ibu.

Tabel 5.6 Distribusi Pendidikan Ibu

Kategori Jumlah Persentase (%)

SD 1 0,6

SMP 4 2,4

SMA 45 26,8

Diploma 43 25,6

S1 65 38,7

S2 9 5,4

S3 1 0,6

Total 168 100

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Pendidikan Ibu Menengah (≤ SMA) 50 29,8

Tinggi (> SMA) 118 70,2

Total 168 100

Pekerjaan Ibu Bekerja 73 43,5

Tidak bekerja 95 56,5

Total 168 100

Dari tabel 5.6 dan 5.7 diperoleh gambaran pendidikan ibu yaitu sebanyak

29,8% (50 responden) tingkat pendidikan ibu termasuk dalam kategori menengah

yang meliputi SMA, SMP dan SD, sementara 70,2% (118 responden) termasuk

dalam kategori tinggi yang meliputi Diploma, S1, S2 dan S3. Sedangkan

berdasarkan pekerjaan ibu, sebanyak 43,5% (73 responden) ibu tidak bekerja,

sementara 56,5% (95 responden) ibu bekerja.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

47

Universitas Indonesia

Gambaran distribusi dari variabel karakteristik keluarga lain yang meliputi

pengetahuan gizi, sikap dan perilaku ditunjukan dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Gizi, Sikap dan Perilaku Ibu

Variabel Mean Min – Maks 95% CI Skewness

Pengetahuan 5,10 ± 2,05 1,87 – 9,87 4,78 – 5,41 0,131

Sikap 58,33 ± 6,26 35 – 73 57,38 – 59,29 -0,292

Perilaku 23,33 ± 3,82 8 – 30 22,75 – 23,92 -0,592

Distribusi data pengetahuan gizi ibu menunjukan bahwa nilai rata-rata

adalah 5,10 dengan standar deviasi 2,05. Nilai minimal dari variabel pengetahuan

gizi ibu adalah 1,87 sedangkan nilai maksimalnya adalah 9,87, dengan 95% CI

adalah 4,78 – 5,41. Sedangkan distribusi data sikap ibu terhadap pembatasan

makan anak menunjukan bahwa nilai rata-rata adalah 58,33 dengan standar

deviasi 6,26. Nilai minimal dari variabel sikap ibu terhadap pembatasan makan

anak adalah 35 sedangkan nilai maksimalnya adalah 73, dengan 95% CI adalah

57,38 – 59,29. Distribusi data perilaku ibu terhadap kebiasaan makan anak

menunjukan bahwa nilai rata-rata adalah 23,33 dengan standar deviasi 3,82. Nilai

minimal dari variabel perilaku ibu terhadap kebiasaan makan anak adalah 8

sedangkan nilai maksimalnya adalah 30, dengan 95% CI adalah 22,75 – 23,92.

Berdasarkan nilai skewness, diketahui bahwa distribusi data dari ketiga

variabel tersebut berbentuk normal sehingga kategori dari masing-masing variabel

menggunakan perhitungan nilai mean. Distribusi responden berdasarkan nilai

mean dari variabel pengetahuan gizi ibu, sikap ibu terhadap pembatasan makan

anak dan perilaku ibu terhadap kebiasaan makan anak ditunjukan dalam tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Pengetahuan

Gizi

Kurang (< mean) 81 48,2

Baik (≥ mean) 87 51,8

Sikap Negatif (< mean) 87 51,8

Positif (≥ mean) 81 48,2

Perilaku Negatif (< mean) 83 49,4

Positif (≥ mean) 85 50,6

Total 168 100

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

48

Universitas Indonesia

Berdasarkan variabel pengetahuan gizi ibu, sebanyak 48,2% (81

responden) mempunyai pengetahuan gizi yang kurang, sedangkan 51,8% (87

responden) tergolong mempunyai pengetahuan gizi yang baik. Untuk variabel

sikap terdapat 51,8% ibu dengan sikap negatif dan 48,2% ibu dengan sikap

positif. Sedangkan variabel perilaku ibu terhadap kebiasaan makan anak,

sebanyak 49,4% (83 responden) tergolong mempunyai perilaku negatif sementara

50,6% (85 responden) mempunyai perilaku positif.

5.2.4 Faktor Prenatal (Berat Badan Lahir) dan Postnatal (Praktek

Pemberian ASI Eksklusif)

Distribusi berat badan lahir responden ditunjukan oleh tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Berat Badan Lahir

Variabel Mean Min – Maks 95% CI

Berat Badan Lahir

(gram)

3220,30 ± 456 1250 – 4900 3150,84 – 3289,74

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa rata-rata berat badan lahir adalah

3220,30 gram dengan SD 456. Berat badan lahir terendah adalah 1250 gram,

sedangkan berat badan lahir terbesar adalah 4900 gram, dengan 95% CI adalah

3150,84 – 3289,74 gram. Berat badan lahir ini dikategorikan menjadi 2, yaitu

beresiko gizi lebih/ obesitas (<2500 atau >4000 gram) dan tidak beresiko gizi

lebih/ obesitas (2500 - 4000 gram).

Distribusi responden berdasarkan berat badan lahir dan pemberian ASI

Eksklusif ditunjukan oleh tabel 5.11.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

49

Universitas Indonesia

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Lahir

dan Pemberian ASI Eksklusif

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Berat Badan

Lahir

Beresiko gizi lebih

(<2500 atau >4000 g)

11 6,5

Tidak beresiko gizi lebih

(2500 - 4000 gram)

157 93,5

Total 168 100

Pemberian

ASI Eksklusif

Tidak ASI Eksklusif 129 76,8

ASI Eksklusif 39 23,2

Total 168 100

Dari tabel 5.11 diketahui bahwa 6,5% (11 responden) termasuk dalam

kategori beresiko gizi lebih yaitu dalam rentang berat badan lahir <2500 atau

>4000 gram, sedangkan 93,5% (157 responden) termasuk dalam kategori tidak

beresiko gizi lebih yaitu dalam rentang berat badan lahir 2500 – 4000 gram.

Berdasarkan pemberian ASI Eksklusif, sebanyak 76,8% (129 responden) tidak

mengalami ASI Eksklusif, sedangkan 23,2% (39 responden) mengalami ASI

Eksklusif.

5.2.5 Pola Konsumsi

Variabel independen yang termasuk dalam pola konsumsi adalah total

asupan energi, asupan karbohidrat (KH), asupan lemak (L), asupan protein (P) dan

frekuensi konsumsi fast food. Asupan energi, karbohidrat, lemak dan protein

diperoleh dari recall 24 jam sedangkan fast food diperoleh dari FFQ konsumsi fast

food selama 1 bulan terakhir. Distribusi asupan digambarkan pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Distribusi Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak dan Protein

Variabel Mean Min – Maks 95% CI

Energi (kkal) 2076,46 ± 598,23 580,2 – 4307,7 1985,3 – 2167,6

KH (gram) 247,48 ± 82,39 90,6 – 601,6 234,93 – 260

Lemak (gram) 93,61 ± 39,88 13,4 – 273 87,53 – 99,68

Protein (gram) 59,27 ± 18,64 14,7 – 129,9 56,43 – 62,11

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004, kalori yang diperlukan

untuk usia 10-12 tahun adalah 2050 kkal. Dari tabel 5.12 diketahui bahwa rata-

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

50

Universitas Indonesia

rata asupan energi adalah 2076,46 kkal dengan standar deviasi 598,23. Asupan

energi paling sedikit 580,2 kkal sedangkan asupan energi paling banyak adalah

4307,7 kkal, dengan CI 95% adalah 1985,3 – 2167,6 kkal.

Proporsi karbohidrat dalam asupan yang didasarkan atas gizi seimbang

adalah 50 – 55% total energi (TE). Sehingga proporsi karbohidrat dalam asupan

adalah 281,875 sampai 333,125 gram. Dari tabel 5.12 diketahui bahwa rata-rata

asupan karbohidrat 247,48 gram dengan standar deviasi 82,39. Asupan

karbohidrat yang paling sedikit adalah 90,6 gram, sedangkan asupan karbohidrat

tebanyak adalah 601,6 gram, dengan CI 95% adalah 234,4 – 260 gram.

Proporsi lemak maksimal adalah 30% total energi (TE) yaitu sekitar 75,16

gram berdasarkan kebutuhan energi AKG (2004). Berdasarkan tabel 13, rata-rata

asupan lemak responden adalah 93,61 gram dengan standar deviasi 39,88. Asupan

lemak yang paling sedikit adalah 13,4 gram dan paling tinggi adalah 273 gram

dengan CI 95% adalah 87,53 – 99,68 gram.

Sedangkan AKG (2004) untuk protein usia 10-12 tahun adalah 50 gram.

Rata-rata asupan protein adalah 59,27 gram berdasarkan tabel 13. Standar deviasi

adalah 18,64. Asupan protein yang paling rendah adalah 14,7 gram sementara

yang paling tinggi adalah 129,9 gram. Nilai CI 95% adalah 56,43 – 62,11 gram.

Distribusi responden berdasarkan asupan energi, karbohidrat, lemak dan

protein serta frekuensi konsumsi fast food ditunjukan oleh tabel 5.13.

Asupan energi dikelompokan menjadi dua kategori. Berdasarkan AKG

(2004), asupan energi bagi usia 10-12 tahun dikatakan berlebih bila lebih dari

2050 kkal. Berdasarkan tabel 5.14 diperoleh hasil 49,4% (83 responden) dengan

asupan energi berlebih, sementara 50,6% (85 responden) dengan asupan tidak

berlebih.

Asupan karbohidrat berlebih menurut adalah lebih dari 55% TE dengan

proporsi karbohidrat maksimal, yaitu 281,88 gram. Tabel 5.14 memperlihatkan

bahwa 29,17% (49 responden) dengan asupan karbohidrat tinggi dan 70,83% (119

responden) dengan asupan normal.

Asupan lemak berlebih bagi usia 10-12 tahun adalah diatas 30% total

energi yaitu 68,33 gram. Dari tabel 5.14, sebanyak 27,98% (47 responden)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

51

Universitas Indonesia

mempunyai asupan lemak yang tinggi sementara 72,02% (121 responden)

mempunyai asupan lemak normal.

Asupan protein dikatakan berlebih bila lebih dari 50 gram berdasarkan

AKG (2004) bagi usia 10-12 tahun. Terdapat 32,74% (55 responden) yang

mengkonsumsi protein dalam proporsi lebih dan 67,26% (113 responden)

mengkonsumsi protein normal.

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Asupan

Energi

Berlebih (> 100% AKG) 83 49,40

Tidak berlebih (≤ 100% AKG) 85 50,60

Total 168 100

Asupan

Karbohidrat

Tinggi (> 55% TE) 49 29,17

Normal (≤ 55% TE) 119 70,83

Total 168 100

Asupan

Lemak

Tinggi (> 30% TE) 47 27,98

Normal (≤ 30% TE) 121 72,02

Total 168 100

Asupan

Protein

Tinggi (> 50 gram) 55 32,74

Normal (≤ 50 gram) 113 67,26

Total 168 100

Sumber : AKG (2004)

Sedangkan untuk frekuensi konsumsi fast food, distribusi frekuensi

konsumsi fast food ditunjukan oleh tabel 5.14.

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food

Mean Min – Maks 95% CI Skewness

73,92 ± 0,62 3,00 – 339 64,43 – 83,41 1,303

Dari tabel 5.14 menunjukan bahwa rata-rata frekuensi konsumsi fast food

adalah 73,92 kali dalam sebulan untuk keseluruhan jenis fast food. Berdasarkan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

52

Universitas Indonesia

nilai Skewness, diketahui bahwa distribusi data dari variabel frekuensi konsumsi

fast food tersebut berbentuk normal.

5.2.6 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner Baecke. Distribusi

nilai perhitungan aktivitas fisik responden ditunjukan oleh tabel 5.15 sebagai

berikut.

Tabel 5.15 Distribusi Aktivitas Fisik

Variabel Mean Min – Maks 95% CI Skewness

Aktivitas fisik 6,17 ± 1,00 3,25 – 10,0 6,02 – 6,33 0,299

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa rata-rata nilai aktivitas fisik

responden adalah 6,17 dengan standar deviasi 1,00. Nilai terendah adalah 3,25

dan nilai tertinggi adalah 10,0 dengan 95% yaitu 6,02 - 6,33.

5.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel dependen (status gizi lebih) dengan masing-masing variabel

independen.

5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih

Tabel 5.16 memaparkan hasil analisa hubungan jenis kelamin dengan

status gizi lebih.

Tabel 5.16 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih

Jenis

Kelamin

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Laki-laki 38 47,5 42 52,5 80 100 1,370

0,743 – 2,527

0,393

Perempuan 35 39,8 53 60,2 88 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

53

Universitas Indonesia

Dari total 43,5% responden yang berstatus gizi lebih, 47,5% (38

responden) merupakan siswa laki-laki sedangkan 39,8% (35 responden) adalah

siswa perempuan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan status gizi (P = 0,393). Siswa laki-laki mempunyai kecenderungan 1,370

kali berstatus gizi lebih daripada siswa perempuan.

5.3.2 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Lebih

Karakteristik ibu yang menjadi variabel independen penelitian meliputi

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan gizi, sikap serta perilaku ibu.

a. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi lebih

Hasil analisa hubungan pendidikan ibu dengan status gizi lebih

diperlihatkan oleh tabel 5.17 sebagai berikut.

Tabel 5.17 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih

Pendidikan

Ibu

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

N % n % n %

Menengah

(≤ SMA) 22 44,0 28 56 50 100

1,032

0,530 – 2,011

1,000

Tinggi

(> SMA) 51 43,2 67 56,8 118 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Sebanyak 44% (22 responden) yang berstatus gizi lebih mempunyai ibu

dengan tingkat pendidikan SMA dan kurang dari SMA (kategori menengah).

Sementara 43,2% (51 responden) yang berstatus gizi lebih mempunyai ibu dengan

tingkat pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi (D3, S1, S2 dan S3). Tidak ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi lebih pada

anak (P = 1,000). Anak dari ibu yang mempunyai pendidikan menengah 1,032

kali berstatus gizi lebih.

b. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Lebih

Hasil analisis statistik hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi lebih

ditunjukan oleh tabel 5.18.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

54

Universitas Indonesia

Tabel 5.18 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Lebih

Pekerjaan

Ibu

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Bekerja 35 47,9 38 52,1 73 100 1,382

0,746 – 2,558

0,383

Tidak

Bekerja 38 40,0 57 60,0 95 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Dari 73 responden yang berstatus gizi lebih, 47,9% (35 responden)

mempunyai ibu yang bekerja dan 40,0% (38 responden) mempunyai ibu yang

tidak bekerja. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan

status gizi lebih pada anak (P = 0,383). Ibu yang bekerja cenderung mempunyai

anak berstatus gizi lebih 1,382 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

c. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Lebih

Hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi lebih

diperlihatkan oleh tabel 5.19.

Tabel 5.19 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Lebih

Pengetahuan

Gizi Ibu

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Kurang

(< mean)

36 44,4 45 55,6 81 100 1,081

0,587 – 1,991

0,925

Baik

(≥ mean)

37 42,5 50 57,5 87 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Ibu dengan pengetahuan gizi kurang pada anak yang berstatus gizi lebih

adalah 44,4% (36 responden) dan 42,5% (37 responden) ibu dengan pengetahuan

gizi baik. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan

gizi lebih pada anak (P = 0,925). Ibu yang bepengetahuan gizi kurang mempunyai

kecenderungan 1,081 kali untuk mempunyai anak dengan status gizi lebih.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

55

Universitas Indonesia

d. Hubungan sikap ibu dengan status gizi lebih

Sikap ibu yang diukur adalah sikap pembatasan makan anak. Hasil dari

analisis bivariat variabel sikap ibu dengan status gizi lebih digambarkan oleh tabel

5.20.

Tabel 5.20 Hubungan Sikap Ibu dengan Status Gizi Lebih

Sikap Ibu

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Negatif

(< mean) 40 46,0 47 54,0 87 100

1,238

0,671 – 2,282

0,597

Positif

(≥ mean) 33 40,7 48 59,3 81 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Siswa yang berstatus gizi lebih pada ibu yang mempunyai nilai sikap

negatif adalah 46,0% dan 40,7% pada ibu yang mempunyai nilai sikap positif.

Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan status gizi lebih pada

anak (P = 0,597). Anak berstatus gizi lebih 1,238 kali lebih besar pada ibu yang

sikap negatif daripada ibu dengan sikap positif terhadap pembatasan makanan

anak.

e. Hubungan perilaku ibu dengan status gizi lebih

Perilaku ibu yang diukur adalah kontrol jenis dan porsi makan anak.

Hubungan perilaku ibu dengan status gizi lebih ditunjukan dalam tabel 5.21.

Tabel 5.21 Hubungan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Lebih

Perilaku

Ibu

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Negatif

(< mean)

46 55,4 37 44,6 83 100 2,671

1,424 – 5,010

0,003

Positif

(≥ mean)

27 31,8 58 68,2 85 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

56

Universitas Indonesia

Siswa yang berstatus gizi lebih pada ibu yang berperilaku negatif adalah

55,4% dan 31,8% pada ibu yang berperilaku positif terhadap monitoring makan

anak. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu dengan status gizi

lebih pada anak (P = 0,003 ; OR = 2,671).

5.3.3 Hubungan Faktor Prenatal dan Postnatal dengan Status Gizi Lebih

Faktor prenatal dan postnatal yang menjadi variabel independen

penelitian meliputi berat badan lahir dan pemberian ASI Eksklusif.

a. Hubungan berat badan lahir dengan status gizi lebih

Hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi lebih diperlihatkan

oleh tabel 5.22.

Tabel 5.22 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Status Gizi Lebih

Berat Badan

Lahir

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi

Lebih

Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Beresiko

(<2500/ >4000 gr)

4 36,4 7 63,6 11 100 0,792

0,205 – 2,591

0,758

Tidak Beresiko

(2500–4000 gr)

69 43,9 88 56,1 157 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Anak berstatus gizi lebih yang lahir dengan berat badan beresiko gizi lebih

(<2500 atau >4000 gram) adalah 36,4% sementara yang lahir dengan berat lahir

cukup (2500 – 4000 gram) adalah 43,9%. Tidak ada hubungan yang bermakna

antara berat badan lahir dengan status gizi lebih (P = 0,758).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

57

Universitas Indonesia

b. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi lebih

Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi lebih ditunjukan

oleh tabel 5.23.

Tabel 5.23 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Lebih

Pemberian

ASI

Eksklusif

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n %

Tidak ASI

Eksklusif 55 42,6 74 57,4 129 100

0,867

0,424 – 1,781

0,838

ASI

Eksklusif 18 46,2 21 53,8 39 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Dari tabel 5.23 diketahui bahwa anak dengan status gizi lebih yang tidak

mendapat ASI Eksklusif sebesar 42,6% (55 responden) sedangkan 46,2% (18

responden) mendapat ASI Eksklusif. Tidak ada hubungan yang bermakna antara

ASI Eksklusif dengan status gizi lebih (P =0,838).

5.3.4 Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lebih

Pola konsumsi meliputi total asupan energi, asupan karbohidrat, asupan

lemak, asupan protein dan frekuensi konsumsi fast food.

a. Hubungan total asupan energi dengan status gizi lebih

Hubungan antara total asupan energi dengan status gizi lebih ditunjukan

oleh tabel 5.24

Tabel 5.24 Hubungan Total Asupan Energi dengan Status Gizi Lebih

Total Asupan

Energi

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n % Berlebih

(> 100% AKG) 32 38,6 51 61,4 83 100 0,673

0,365 – 1,244

0,267

Tidak Berlebih

(≤ 100% AKG) 41 48,2 44 51,8 85 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

58

Universitas Indonesia

Tabel 5.24 memperlihatkan bahwa anak berstatus gizi lebih dengan asupan

energi berlebih adalah 38,6% (32 responden) sedangkan dengan asupan energi

tidak berlebih adalah 48,2% (41 responden). Hasil analisis menunjukan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara total asupan energi dengan status gizi

lebih (P = 0,267).

b. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih

Hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi lebih ditunjukan

oleh tabel 5.25.

Tabel 5.25 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih

Asupan KH Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n % Tinggi

(> 55% TE) 18 36,7 31 63,3 49 100 0,676

0,341 – 1,338

0,339

Normal

(≤ 55% TE) 55 46,2 64 53,8 119 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Asupan karbohidrat tinggi pada anak yang berstatus gizi lebih sebesar

36,7% (18 responden) sementara yang memiliki asupan karbohidrat yang normal

adalah 46,2% (55 responden). Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan status gizi lebih pada

anak (P = 0,676).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

59

Universitas Indonesia

c. Hubungan asupan lemak dengan status gizi lebih

Hasil analisis statistik hubungan asupan lemak dengan status gizi lebih

ditunjukan oleh tabel 5.26.

Tabel 5.26 Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih

Asupan Lemak Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n % Tinggi

(> 30% TE) 25 53,2 22 46,8 47 100

1,728

0,876 – 3,408

0,157

Normal

(≤ 30% TE) 48 39,7 73 60,3 121 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Tabel 5.26 memperlihatkan bahwa anak berstatus gizi lebih yang asupan

lemaknya tinggi adalah 53,2% (25 responden) sedangkan yang asupan lemak

normal adalah 39,7% (48 responden). Hasil penelitian tidak menunjukan

hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi berlebih (P =

0,157). Anak dengan asupan lemak berlebih 1,728 kali berstatus gizi lebih

daripada anak dengan asupan tidak berlebih.

d. Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Lebih

Hubungan asupan protein dengan status gizi lebih diperlihatkan oleh tabel

5.27.

Tabel 5.27 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Lebih

Asupan

Protein

Status Gizi Total OR

95% CI

P

Gizi Lebih Tidak

Gizi Lebih

n % n % n % Tinggi

(> 50 gram) 32 58,2 23 41,8 55 100 2,443

1,264 – 4,722

0,012

Normal

(≤ 50 gram) 41 36,3 72 63,7 113 100

Total 73 43,5 95 56,5 168 100

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

60

Universitas Indonesia

Tabel 5.27 memperlihatkan bahwa anak yang berstatus gizi lebih dengan

asupan protein tinggi adalah 58,2% (32 responden) dan 36,3% (41 responden).

Ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi berlebih

pada anak (P = 0,012). Anak dengan asupan protein berlebih 2,443 kali berstatus

gizi lebih daripada anak dengan asupan tidak berlebih.

e. Hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi lebih

Hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi lebih

diperlihatkan oleh tabel 5.28.

Tabel 5.28 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih

Status Gizi Mean SE P n

Status gizi lebih 73,94 ± 69.03 8,08 0,997 73

Status gizi tidak lebih 73,90 ± 56,98 5,85 95

Tabel 5.28 memperlihatkan bahwa rata-rata frekuensi fast food anak yang

berstatus gizi lebih adalah 73,94 kali dengan standar deviasi 69,03. Sedangkan

rata-rata frekuensi fast food anak yang berstatus gizi tidak lebih adalah 73,90 kali

dengan standar deviasi 56,98. Hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan

rata-rata frekuensi fast food pada kedua kelompok (P = 0,997).

5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebih

Hubungan antara aktivitas fisik yang diukur menggunakan kuesioner

Baecke dengan status gizi lebih diperlihatkan oleh tabel 5.29.

Tabel 5.29 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebih

Status Gizi Mean SE P n

Status gizi lebih 6,13 ± 1,12 0,13 0,571 73

Status gizi tidak lebih 6,22 ± 0,92 0,95 95

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

61

Universitas Indonesia

Tabel 5.29 memperlihatkan bahwa memperlihatkan bahwa rata-rata

aktivitas fisik anak yang berstatus gizi lebih adalah 6,13 dengan standar deviasi

1,12. Sedangkan rata-rata aktivitas fisik anak yang berstatus gizi tidak lebih

adalah 6,22 dengan standar deviasi 0,92. Hasil statistik menunjukan tidak ada

perbedaan rata-rata aktivitas fisik pada kedua kelompok (P = 0,571).

5.4 Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Ibu dan Faktor Lain

dengan Status Gizi Lebih

Hasil analisis bivariat keseluruhan variabel yang berhubungan dengan

status gizi lebih ditunjukan oleh tabel 5.30.

Tabel 5.30 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

No Variabel Independen P

1 Jenis Kelamin 0,393

2 Pendidikan Ibu 1,000

3 Pekerjaan Ibu 0,383

4 Pengetahuan Gizi Ibu 0,952

5 Sikap Ibu 0,597

6 Perilaku Ibu 0,003*

7 Berat Lahir 0,860

8 ASI Eksklusif 0,838

9 Total Asupan Energi 0,267

10 Asupan Karbohidrat 0,339

11 Asupan Lemak 0,157

12 Asupan Protein 0,012*

13 Frekuensi Konsumsi Fast Food 0,997

14 Aktivitas Fisik 0,571

Keterangan :

* ada hubungan bermakna

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Status gizi lebih berhubungan dengan berbagai macam variabel. Dalam

penelitian ini peneliti tidak dapat meneliti seluruh variabel yang berhubungan

dengan status gizi lebih karena keterbatasan waktu dan biaya. Desain penelitian

cross sectional yang digunakan peneliti tidak dapat menggambarkan hubungan

sebab akibat, hanya menggambarkan hubungan atara variabel dependen dan

variabel independen.

Keterbatasan terkait dengan sampel penelitian adalah pelaksanaan

penelitian di bulan April – Mei 2012 menyebabkan kelas VI tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian karena sedang persiapan menghadapi UN.

Pemilihan kelas seharusnya random, namun karena keterbatasan waktu yang ada,

pemilihan kelas penelitian dipilih berdasarkan jadwal guru sehingga kelas yang

terpilih adalah kelas yang sedang tidak ada guru yang mengajar.

Keterbatasan dalam teknis pelaksanaan di lapangan adalah penilaian

konsumsi makanan hanya dapat menggunakan food recall 1x24 jam. Hal ini

dikarenakan padatnya jadwal di SD Mardiyuana sehingga hanya berkesempatan

satu kali pertemuan untuk setiap kelas. Food record yang diharapkan dapat

menilai konsumsi makanan di hari kedua ternyata tidak dapat digunakan karena

hasil food record yang mampu terkumpul adalah 90%. Sementara hasil food

record yang pengisiannya dilakukan dengan baik dan benar dengan tujuan

memberikan informasi asupan yang diinginkan serta telah disatukan dengan

angket anak dan orangtua sehingga menghasilkan data yang lengkap adalah

40,56%. Karena keterbatasan waktu pula, pengisian FFQ tidak dilakukan dengan

wawancara, melainkan pengisian terpandu.

Keterbatasan dalam hal kualitas data adalah terkait dengan angket ibu

variabel pengetahuan gizi. Karena pengisian dilakukan di rumah, peneliti tidak

dapat mengontrol pengisian angket khususnya variabel pengetahuan gizi ini.

Namun peneliti sudah meminimalisir hal tersebut dengan memberikan petunjuk

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

63

Universitas Indonesia

untuk tidak melihat referensi atau bertanya pada siapapun. Data masa lampau

seperti data berat lahir dan riwayat pemberian ASI Eksklusif juga menjadi

keterbatasan karena tidak menyertakan KMS atau bukti lain yang mampu

menggambarkan hal tersebut dan hanya mengandalkan ingatan ibu. Namun,

peneliti meminimalisir bias dengan memberikan petunjuk untuk menjawab

berdasarkan surat lahir.

6.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil 47,5% siswa laki-laki

berstatus gizi lebih, sedangkan siswa perempuan yang berstatus gizi lebih adalah

39,8%. Persentase siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan dalam

kaitannya dengan kejadian gizi lebih. Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak

ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih, sementara OR = 1,370

menunjukan bahwa siswa laki-laki mempunyai kecenderungan 1,370 kali untuk

berstatus gizi lebih dibandingkan dengan siswa perempuan. Hasil yang sama juga

ditunjukan oleh penelitian Ikhsanuddin (2006) pada enam SD terpilih di kota

Cirebon.

Orangtua merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam

mempengaruhi status gizi. Orangtua dari anak laki-laki tidak terlalu

memperhatikan berat badan anaknya daripada orangtua dari anak perempuan

(West, et al, 2008). Hal ini dikarenakan body image anak perempuan mendapat

perhatian lebih daripada anak laki-laki dari pihak orangtua (He and Evans, 2007).

Dari hasil penelitian He, orangtua anak laki-laki mempunyai kecenderungan dua

kali lebih besar untuk mengabaikan berat badan anak laki-lakinya dibandingkan

dengan anak perempuan. Hal ini akan mempengaruhi perilaku ibu dalam

mengontrol asupan makanan anak-anak.

6.3 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Lebih

Karakteristik keluarga yang menjadi variabel independen dalam penelitian

ini meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan gizi, sikap dan

perilaku ibu.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

64

Universitas Indonesia

6.3.1 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa siswa berstatus gizi

lebih pada Ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah atau sama dengan SMA

adalah 44%, sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi (perguruan tinggi)

adalah 43,2%. Hasil ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan status gizi lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Prihatini

(2006) juga tidak mampu membuktikan hubungan antara pendidikan ibu dengan

status gizi lebih pada anak. Dengan pengelompokan data yang berbeda, hasil yang

serupa juga ditunjukan oleh penelitian Andriyani (2010) pada salah satu sekolah

swasta di Jakarta. Andriyani mengelompokan tingkat pendidikan ibu rendah bila

tamat SD dan SMP atau sederajat sebagai faktor resiko gizi lebih pada anak,

sedangkan tingkat pendidikan tinggi bila tamat SMA dan perguruan tinggi.

Dengan pengelompokan yang berbeda, penelitian Andriyani juga tidak mampu

membuktikan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

lebih pada anak sekolah. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh penelitian

Ikhsanuddin (2006) pada enam SD terpilih di kota Cirebon dengan

pengelompokan data yang sama dengan peneliti yaitu tingkat pendidikan ibu

rendah bila tamat SD, SMP dan SMA serta tinggi bila tamat perguruan tinggi.

OR menggambarkan bahwa anak dari ibu yang berpendidikan rendah

mempunyai peluang 1,032 kali untuk berstatus gizi lebih daripada anak dari ibu

yang berpendidikan tinggi. Pola kecenderungan ini juga diperlihatkan dalam

penelitian Baughcum (2000). Kecenderungan ini karena ibu dengan tingkat

pendidikan yang rendah cenderung tidak mampu memprediksi dan

mengklasifikasikan berat badan anak kedalam status gizi. Hal ini terkait pula

dengan pengetahuan, sikap dan akhirnya berdampak pada perilaku ibu terhadap

pola makan. Sementara itu, anak yang berstatus gizi lebih mempunyai peluang

lebih besar untuk menjadi obesitas pada ibu yang berpendidikan rendah

(Baughcum, 2000). Selain itu, pendidikan orangtua, khususnya Ibu akan

mempengaruhi pemilihan menu makanan yang disediakan bagi keluarga (Lamerz

et al., 2005)

Penelitian ini tidak mampu membuktikan adanya hubungan antara

pendidikan ibu dengan status gizi lebih anak dimungkinkan karena pada populasi

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

65

Universitas Indonesia

penelitian, ibu yang berpendidikan rendah telah terpapar dengan berbagai

informasi yang memberikan pengetahuan tentang gizi lebih dan obesitas pada

anak, baik dari media TV maupun dari sesama orangtua siswa yang lain. Dengan

meningkatnya kemudahan aksesbilitas informasi, ibu dengan tingkat pendidikan

rendah yang cerdik mendapatkan informasi yang cukup terkait gizi lebih dan

obesitas dari media elektronik di sekitar seperti TV, radio, dan lain-lain.

6.3.2 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Lebih

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa siswa berstatus

gizi lebih pada Ibu yang bekerja adalah 47,9%, sedangkan pada ibu yang tidak

bekerja adalah 40,0%. Hasil ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan ibu dengan status gizi lebih. Anak berstatus gizi lebih 1,382 kali lebih

besar pada ibu yang bekerja daripada ibu yang tidak bekerja. Hasil yang serupa

ditunjukan oleh penelitian Andriyani (2010) dan Rahmawati (2010) yang tidak

mampu membuktikan adanya hubungan antara status kerja ibu dengan status gizi

lebih pada anak.

Status ibu yang bekerja akan mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak-

anak. Hal ini terkait dengan sedikitnya waktu yang dimiliki ibu untuk bersama

dengan keluarga. Ibu yang bekerja cenderung memilih makanan yang cepat saji

sebagai menu di dalam keluarga. Makanan cepat saji cenderung tinggi kalori

namun rendah zat gizi mengingat proses persiapan yang sebagian besar adalah

digoreng (Anderson, et al., 2002). Ibu yang bekerja juga tidak mempunyai banyak

waktu untuk mampu mengontrol gaya hidup anaknya yang meliputi aktivitas fisik

dan pola makan. Hal ini akan mengurangi porsi ibu dalam memonitoring anak

khususnya yang mengarah pada gizi lebih (Scholder, 2007). Selain itu, ibu yang

bekerja juga berperan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga yang

berpotensi menyebabkan gizi lebih pada anak (Lamerz, 2005 dalam Scholder,

2007).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

66

Universitas Indonesia

6.3.3 Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Perilaku Ibu dengan Status

Gizi Lebih

Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa berstatus gizi lebih pada ibu

yang berpengetahuan gizi kurang adalah 44,4%, sedangkan pada ibu yang

berpengetahuan gizi baik adalah 42,5%. Hasil ini menunjukan tidak ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi lebih pada anak (P

=0,925). Ibu dengan pengetahuan gizi kurang berpeluang 1,081 kali untuk

mempunyai anak dengan status gizi lebih.

Hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi lebih pada anak

pada penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Hervilia (2009), Ikhsanudin

(2007), Sari (2010) dan Andriyani (2010) yang menunjukan tidak adanya

hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi lebih pada

anak. Penelitian Hervilia (2009) dengan menggunakan desain penelitan kasus-

kontrol juga tidak mampu menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan gizi

ibu dengan status gizi lebih pada anak. Andriyani (2010) dengan pengelompokan

data yang berbeda juga tidak mampu membuktikan adanya hubungan antara

pengetahuan gizi ibu dengan status gizi lebih pada anak. Andriyani

mengelompokan data menjadi pengetahuan baik bila jawaban benar lebih sama

dengan 60% dari keseluruhan jumlah soal yaitu 20 buah, sedangkan pengetahuan

kurang bila kurang dari 60%. Sementara Sari (2010) juga mengelompokan

pengetahuan dalam kategori baik bila nilai benar lebih dari sama dengan 80% dari

keseluruhan jumlah soal. Hasil yang serupa juga ditunjukan oleh penelitian

Ikhsanuddin (2006) dengan pengelompokan data sama seperti yang dilakukan

oleh peneliti yaitu pengetahuan dikategorikan baik bila skoring dari jawaban

benar lebih dari sama dengan nilai mean, sedangkan pengetahuan dikategorikan

kurang bila nilai skoring dari jawaban benar kurang dari nilai mean.

Sikap yang diukur adalah sikap mengenai pembatasan perilaku makan

anak terhadap makanan yang tidak sehat dan berpotensi menyebabkan gizi lebih

pada anak. Pernyataan pada variabel sikap dimodifikasi dari CFQ (Child Feeding

Questionnairre). Pertanyaan mengenai sikap diukur dengan persetujuan ibu

mengenai pernyataan yang diberikan.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

67

Universitas Indonesia

Siswa yang berstatus gizi lebih pada ibu yang mempunyai nilai sikap

negatif adalah 46,0% dan 40,7% pada ibu yang mempunyai nilai sikap positif.

Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu

dengan status gizi lebih pada anak. Anak berstatus gizi lebih 1,238 kali lebih besar

pada ibu yang mempunyai sikap negatif daripada ibu yang mempunyai sikap

positif. Hal ini serupa dengan penelitian Martono (1999).

Perilaku yang diukur adalah perilaku terkait monitoring dan kontrol

terhadap jenis dan jumlah makanan dengan memberikan skala frekuensi pada

pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan mengenai variabel perilaku juga

dimodifikasi dari CFQ (Child Feeding Questionnairre). Siswa yang berstatus gizi

lebih pada ibu yang tidak berperilaku positif adalah 55,4% dan 31,8% pada ibu

yang berperilaku positif terhadap pengaturan makan dan monitoring anak.

Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu dengan status gizi lebih

pada anak.

Perilaku makan adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam

mempengaruhi status gizi terkait dengan keseimbangan energi. Perilaku makan

anak sangat dipengaruhi oleh orangtua. Pengetahuan merupakan landasan ibu

untuk berperilaku, khususnya dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah

atau mencegah gizi lebih pada anak. Pengetahuan ini kemudian menciptakan

pandangan yang terkadang disertai kecenderungan untuk bertindak, yaitu sikap.

Namun, berperilaku merupakan sebuah keputusan. Banyak faktor yang

mempengaruhi orang sehingga ia memutuskan untuk melakukan perilaku tertentu.

Hal ini menyebabkan perlu adanya faktor lain selain pengetahuan gizi hingga

akhirnya terbentuk sebuah perilaku (Healy, 2009).

Perilaku mempunyai hubungan langsung dengan status kesehatan,

sementara pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi (Notoatmodjo,

2007). Namun, secara keseluruhan, kecenderungan meningkat antara pengetahuan

gizi, sikap dan perilaku dalam berhubungan dengan gizi lebih. Hal ini

diperlihatkan oleh OR pengetahuan gizi, sikap dan perilaku semakin meningkat.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

68

Universitas Indonesia

6.4 Hubungan Faktor Prenatal dan Postnatal dengan Status Gizi Lebih

Faktor prenatal dan postnatal yang menjadi variabel independen

penelitian meliputi berat badan lahir dan pemberian ASI Eksklusif.

6.4.1 Hubungan Faktor Prenatal (Berat Badan Lahir) dengan Status Gizi

Lebih

Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi siswa berstatus gizi lebih

yang mempunyai riwayat berat lahir kurang dari 2500 gram atau lebih dari sama

dengan 4000 gram (beresiko gizi lebih) adalah 36,4% dan 43,9% dengan berat

lahir 2500 sampai 4000 gram (tidak beresiko). Berdasarkan analisis statistik

diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir

dengan status gizi lebih. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Riyanti

(2002). Penelitian Riyanti memberikan hasil bermakna dengan OR 2,232. Namun,

penelitian Riyanti menggolongkan yang beresiko berstatus gizi lebih adalah pada

berat lahir di atas 3500 kg. Penelitian Abdiana (2010) juga mampu membuktikan

adanya hubungan antara berat lahir dengan status gizi lebih. Pada penelitiannya,

Abdiana cut of point yang digunakan Riyanti yaitu berat lahir > 3500 gram

sebagai faktor resiko gizi lebih. Abdiana memaparkan bahwa berat lahir

sebanding dengan status gizi pada usia anak pra sekolah. Penelitian lain di Cina

membuktikan bahwa berat lahir lebih dari 3000 gram merupakan faktor prediksi

gizi lebih pada usia pra sekolah (Zhang, et. al., 2009).

Berat lahir yang optimal (2500 sampai 4000 gram) mengurangi resiko

status gizi lebih, baik overweight maupun obesitas. Sementara itu, berat lahir lebih

dari 4000 gram dan kurang dari 2500 gram berkontribusi terhadap peningkatan

IMT. Peningkatan berat lahir sebanding dengan peningkatan resiko gizi lebih pada

anak (Reilly, 2005). Semakin tinggi berat lahir, maka semakin berhubungan

dengan peningkatan IMT atau gizi lebih. Kecenderungan berat lahir yang lebih

dari 4000 gram untuk berstatus gizi lebih dikarenakan terjadi peningkatan massa

jaringan tubuh. Di satu sisi, kecenderungan berat lahir yang kurang dari 2500

gram untuk berstatus gizi lebih karena terjadi peningkatan massa lemak dalam

tubuh (Lopez, 2006).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

69

Universitas Indonesia

Hasil penelitian tidak membuktikan hubungan antara berat lahir dengan

status gizi lebih dimungkinkan karena adanya perbedaan cara dan alat ukur untuk

menentukan berat bayi baru lahir di setiap instansi atau sarana kesehatan. Selain

itu, penggunaan data masa lampau seperti berat badan lahir juga terkait dengan

ingatan orangtua (ibu) dalam memberikan data berat badan lahir anak. Perlu

adanya bukti berupa fotocopi surat keterangan lahir atau KMS anak untuk lebih

memastikan data berat badan lahir.

6.4.2 Hubungan Faktor Postnatal (Pemberian ASI Eksklusif) dengan Status

Gizi Lebih

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak berstatus gizi lebih yang tidak

diberikan ASI eksklusif adalah 42,6% dan yang diberikan ASI eksklusif adalah

46,2%. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi lebih. Hasil penelitian ini tidak

mampu membuktikan hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status

gizi dimungkinkan keterbatasan orangtua (ibu) dalam mengingat praktek

pemberian ASI Eksklusif pada beberapa tahun yang lalu.

Dengan kategori kedua variabel yang sama, hasil yang serupa ditunjukan

oleh penelitian Rahmawati (2010). Hasil penelitian Fitriarni (2012) terhadap data

Riskesdas 2010 juga tidak menunjukan hubungan yang bermakna antara konsumsi

ASI Eksklusif dengan gizi lebih. Penelitian lain di Swedia juga tidak mampu

membuktikan adanya hubungan antara ASI Eksklusif dengan status gizi lebih

pada anak (Huus, et. al., 2008).

Berbeda dengan hasil penelitian di atas, penelitian di Canada

membuktikan hubungan ASI Eksklusif selama 3 bulan dengan gizi lebih pada

anak (Twells dan Newhook, 2010). Hasil yang serupa dengan penelitian di

Canada adalah penelitian di Jerman. Hasil penelitian menunjukan pada anak

dengan ibu yang mempunyai riwayat diabetes gestational (GDM/ Gestational

Diabetes Mellitus), pemberian ASI selama 3 bulan menurunkan resiko terhadap

gizi lebih pada masa anak-anak (Schaefer-graf, et al., 2006).

ASI Eksklusif mampu mengurangi resiko gizi lebih (Krammer dalam

Singhal and Lanigan, 2006). Bayi yang mengkonsumsi ASI mengalami

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

70

Universitas Indonesia

pertumbuhan yang lebih lambat namun normal bila dibandingkan dengan bayi

yang mengkonsumsi susu formula (Ong, et. al, 2002 ; Kramer et. al., 2004).

ASI mengandung serum leptin yang lebih tinggi dibandingkan susu

formula. Leptin merupakan sebuah hormon yang berperan penting dalam regulasi

asupan makanan, pengeluaran energi dan metabolisme tubuh (Ilcol, 2006).

Konsumsi protein yang lebih dari 70% pada susu formula akan mempengaruhi

kejadian obestias pada masa dewasa melalui mekanisme percepatan usia dalam

mengalami adiposity rebound (Taylor dalam Singhal and Lanigan, 2007).

6.5 Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lebih

Variabel independen yang termasuk dalam pola konsumsi adalah total

asupan energi, asupan karbohidrat (KH), asupan lemak (L), asupan protein (P) dan

frekuensi konsumsi fast food. Variabel ini dihitung dengan metode food recall 24

jam dan FFQ.

6.5.1 Hubungan Total Asupan Energi dengan Status Gizi Lebih

Siswa yang berstatus gizi lebih dengan asupan energi berlebih adalah

38,6% sedangkan dengan asupan tidak berlebih adalah 48,2%. Hasil uji statistik

menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara total energi asupan dengan

status gizi lebih. Penelitian Lestari (2008) dan Hervilia (2009) juga menunjukan

tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi lebih.

Kedua penelitian ini mengumpulkan data asupan dengan menggunakan recall 24

jam. Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri (2009) yang mampu membuktikan

adanya hubungan antara asupan energi dengan status gizi lebih.

Total asupan energi merupakan faktor yang berperan dalam konsep

keseimbangan energi. Keseimbangan energi yang positif dalam jangka waktu

lama akan berpotensi menyebabkan gizi lebih. Bagi usia 10-12 tahun, kecukupan

perhari adalah 2050 kkal. Angka kecukupan ini memperhitungkan angka

metabolisme dasar dan aktivitas fisik untuk kelompok usia tersebut sehingga

diharapkan dapat diperoleh keseimbangan energi.

Pada penelitian ini tidak diperoleh hasil adanya hubungan yang bermakna

antara total asupan energi dengan status gizi lebih. Hal ini dimungkinkan karena

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

71

Universitas Indonesia

keterbatasan waktu yang ada sehingga recall hanya bisa dilakukan 1 hari sehingga

hasil perhitungan kurang mampu mencerminkan asupan yang sebenarnya. Selain

itu, adanya kecenderungan the flat slope syndrome dalam menyampaikan

informasi sebenarnya. Penggunaan cara penafsiran ukuran oleh pewawancara dan

tidak menggunakan food model memungkinkan ukuran bahan makanan yang

dituliskan dalam form food recall menjadi kurang tepat.

6.5.2 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih

Hasil penelitian menunjukkan 36,7% siswa yang berstatus gizi lebih

mempunyai asupan karbohidrat yang tinggi yaitu lebih dari 46,2%, sementara

20,2% mempunyai asupan karbohidrat yang normal. Hasil uji statistik

menunjukan tidak ada hubungan bermakna yang antara asupan karbohidrat

dengan status gizi lebih. Hasil yang serupa juga ditunjukan oleh penelitian Lestari

(2008) dan Hervilia (2009) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

asupan karbohidrat dengan status gizi lebih, namun kedua variabel ini

menunjukan hubungan yang positif. Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri

(2009) yang mampu membuktikan adanya hubungan antara asupan karbohidrat

dengan status gizi lebih. Putri mengkategorikan asupan karbohidrat menjadi dua

yaitu lebih (> 65% TE) dan normal (≤ 65% TE). Berbeda dengan peneliti yang

menggunakan kategori menurut lebih (> 55% TE) dan normal (≤ 55% AKG).

Selain itu, recall hanya dilakukan 1 hari. Hal ini menyebabkan hasil

penelitian asupan karbohidrat kurang mampu menggambarkan pola asupan

karbohidrat masing-masing individu. Kemungkinan lain adalah kecenderungan

flat slope syndrome yang terjadi pada subyek penelitian. Perbedaan dalam

mengestimasi ukuran bahan makanan antara anak dan pewawancara juga menjadi

faktor penghambat.

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang mempunyai peran

utama dalam menyediakan energi bagi tubuh. Setiap gramnya, karbohidrat

menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang dikonsumsi akan menjadi glukosa dalam

darah yang bertujuan untuk suplai energi dan sebagian lagi akan disimpan sebagai

cadangan dalam bentuk glikogen. Bila karbohidrat dikonsumsi berlebihan, maka

akan menyebabkan gemuk karena kelebihan lain karbohidrat akan disimpan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

72

Universitas Indonesia

dalam jaringan lemak (Almatsier, 2004). Konsumsi karbohidrat lebih dari 55%

dari total energi berhubungan dengan peningkatan rasio lingkar pinggang panggul

dan lipatan lemak bawah kulit pada anak usia 5 – 11 tahun (Parizkova dan Hills,

2005).

6.5.3 Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak dengan status gizi lebih yang

mempunyai asupan lemak tinggi sebesar 53,2% sedangkan yang mempunyai

asupan lemak normal 39,7%. Hasil analisa menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi lebih. Anak

dengan asupan lemak tinggi mempunyai kecenderungan 1,728 kali berstatus gizi

lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) dan Hervilia (2009) juga

menghasilkan hal yang sama yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara

asupan lemak dengan status gizi lebih. Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri

(2009) yang mampu membuktikan adanya hubungan antara asupan lemak dengan

status gizi lebih.

Penggunaan instrument food recall yang hanya 1 hari memberikan

kemungkinan penelitian tidak menghasilkan hubungan yang bermakna. Selain itu,

flat slope syndrome dimungkinkan juga menjadi faktor yang menyebabkan hasil

ini tidak menghasilkan hubungan yang bermakna.

Lemak merupakan sumber energi paling padat. Hal ini dikarenakan setiap

1 gram lemak menghasilkan 9 kkal, berbeda dengan karbohidrat dan protein yang

hanya menghasilkan 4 kkal/ gram. Hal ini mengakibatkan lemak merupakan

cadangan energi tubuh paling besar. Cadangan ini berasal dari kelebihan salah

satu atau kombinasi zat gizi yaitu protein, karbohidrat dan lemak itu sendiri, yang

disimpan dalam jaringan adiposa (Almatsier, 2004). Konsumsi lemak dalam

makanan yang berlebihan dari kecukupan berhubungan dengan peningkatan

massa lemak tubuh yang ditandai dengan peningkatan tebal lipatan lemak bawah

kulit sub-skapula (Parizkova dan Hills, 2005).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

73

Universitas Indonesia

6.5.4 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Lebih

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak dengan gizi lebih yang

mempunyai asupan protein tinggi adalah 58,2% sedangkan yang mempunyai

asupan protein normal adalah 36,3%. Hasil P =0,012, mengindikasikan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi lebih. Hasil ini

sama dengan penelitian Putri (2009) yang mampu membuktikan adanya hubungan

antara asupan protein dengan status gizi lebih.

Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi

khusus yaitu sebagai zat pembangun dan memelihara sel serta jaringan tubuh.

Selain itu, protein juga dapat menghasilkan energi karena menghasilkan 4 kkal

setiap gram. Konsumsi protein yang berlebihan, protein akan mengalami

deaminase yaitu pengeluaran gugus amino. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan

sisa ikatan karbonnya akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Hal

inilah yang menyebabkan konsumsi protein berlebihan berhubungan dengan

kegemukan (Almatsier, 2004).

6.5.5 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih

Data konsumsi fast food diperoleh dari FFQ yang pengisiannya dipandu

oleh enumerator. Makanan yang tergolong fast food antara lain pizza, hamburger,

fried chicken, french fries, spaghetti, pasta, nugget, sosis, donat, dan jenis

softdrink. Hasil analisa statistik menggunakan independent T test menunjukan

tidak ada perbedaan rata-rata pada kedua kelompok. Hasil penelitian ini serupa

dengan penelitian Dasmita (2007), Andriyani (2010) dan Prihatini (2006).

Hasil yang berbeda ditunjukan oleh penelitian Rahmawati (2010). Namun,

kategori yang digunakan oleh Rahmawati adalah sering (≥median) dan jarang

(<median). Selain itu, Rahmawati menggunakan FFQ selama 1 tahun, sehingga

pola konsumsi fast food lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya daripada

pola konsumsi fast food selama satu bulan terakhir. Hasil berbeda juga ditunjukan

oleh penelitian Wulandari (2011) dan Lestari (2008) yang mampu membuktikan

adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food dengan gizi lebih.

Namun, Wulandari dan Lestari tidak menggunakan FFQ melainkan dengan

pertanyaan terbuka mengenai frekuensi fast food dalam satu minggu terakhir.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

74

Universitas Indonesia

Wulandari dan Lestari menggunakan kategori frekuensi yang sama dengan

kategori yang digunakan penulis yaitu sering (≥ 2x/ minggu) dan jarang (< 2x/

minggu). Sari (2010) juga menggunakan pertanyaan terbuka untuk menanyakan

frekuensi konsumsi fast food dan mengelompokan menjadi sering (> 3x/ minggu)

dan jarang bila (≤ 3x/ minggu). Penelitian Sari juga tidak dapat membuktikan

hubungan kedua variabel ini.

Konsumsi fast food berpotensi menyebabkan gizi lebih. Pada usia remaja,

konsumsi fast food berhubungan positif dengan peningkatan asupan total energi,

peningkatan proporsi energi dari lemak dan berhubungan negatif dengan

konsumsi buah dan sayur. Frekuensi konsumsi fast food berhubungan pula

dengan masalah kesehatan karena fast food sebagian besar mengandung lemak

jenuh, lemak trans, karbohidrat sederhana dan natrium (French, et. al., 2001)

Kandungan ini berhubungan dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular dan

diabetes mellitus tipe 2 (WHO, 2003 dalam Grier, et. al., 2007).

6.6 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebih

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi

keseimbangan energi dalam tubuh. Dalam penelitian ini, aktivitas fisik diukur

dengan menggunakan kuesioner Baecke yang sebelumnya dilakukan uji coba

terhadap angket untuk mengetahui tingkat penerimaan anak-anak usia 10-12 tahun

terhadap pertanyaan yang diajukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada

perbedaan rata-rata aktivitas fisik anak yang berstatus gizi lebih dan yang

berstatus gizi tidak lebih.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Rahmawati (2010) yang

mengukur aktivitas fisik dengan melihat kegiatan sedentary yaitu kegiatan

menonton TV dan bermain games. Sedangkan, Andriyani (2010) dengan melihat

aktivitas fisik dengan pertanyaan tentang frekuensi berolahraga, nonton TV dan

waktu tidur, juga tidak mampu membuktikan hubungan yang signifikan.

Penelitian Putri (2009) dengan menggunakan kuesioner dari CLASS yang

kemudian dikelompokan berdasarkan nilai METs juga menunjukan tidak ada

hubungan yang bermakna antara dua variabel tersebut. Beberapa penelitian di atas

berbeda dengan penelitian Hervilia (2009) yang menunjukan adanya hubungan

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

75

Universitas Indonesia

bermakna antara aktivitas fisik dengan gizi lebih. Penelitan Hervilia ini

menggunakan desain studi kasus kontrol dengan pengelompokan berdasarkan

nilai METs.

Aktifitas fisik berperan dalam meningkatkan pengeluaran energi untuk

menghasilkan keseimbangan energi. Bila asupan yang berlebih tidak diimbangi

dengan aktifitas fisik yang cukup maka terjadi keseimbangan energi positif.

Keseimbangan energi positif yang berlangsung dalam waktu lama akan berperan

dalam menyebabkan status gizi lebih. Kebiasaan menonton TV pada usia 11-13

tahun juga berhubungan dengan status gizi lebih. Anak yang mempunyai

kebiasaan menonton TV lebih dari 4 jam setiap harinya, mempunyai lemak tubh

yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak menonton TV. Kebiasaan menonton

TV berhubungan dengan penurunan pengeluaran energi dan peningkatan asupan

makan sambil menonton TV. Maka dari itu, peningkatan aktifitas fisik dan

pengurangan perilaku sedentary menjadi salah satu faktor penting dalam

pemeliharaan berat badan pada masa anak-anak (Brown, 2005).

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

76

Universitas Indonesia

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan status

gizi lebih dengan jenis kelamin, karakteristik ibu dan faktor lain di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Prevalensi gizi lebih di SD Mardiyuana Depok sebesar 43,5% berdasarkan

IMT/U

b. Terdapat hubungan perilaku ibu dengan status status gizi lebih pada siswa-

siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

c. Terdapat hubungan konsumsi protein dengan status status gizi lebih pada

siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

d. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan status gizi lebih di SD

Mardiyuana Depok tahun 2012

e. Tidak ada hubungan karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan

gizi, dan sikap ibu) dengan status gizi lebih di SD Mardiyuana Depok

tahun 2012

f. Tidak ada hubungan faktor prenatal (berat badan lahir) dan postnatal (ASI

Eksklusif) dengan status gizi lebih di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

g. Tidak ada hubungan pola konsumsi (asupan energi, karbohidrat, dan

lemak) dengan status gizi lebih di SD Mardiyuana Depok tahun 2012

h. Tidak ada perbedaan rata-rata frekuensi konsumsi fast food antara siswa

yang berstatus gizi lebih dan berstatus gizi tidak lebih di SD Mardiyuana

Depok tahun 2012

i. Tidak ada perbedaan rata-rata aktivitas fisik antara siswa yang berstatus

gizi lebih dan berstatus gizi tidak lebih di SD Mardiyuana Depok tahun

2012

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

77

Universitas Indonesia

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Sekolah

Melakukan pengukuran rutin tinggi dan berat badan siswa-siswi sebagai

kontrol terhadap status gizi. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh wali kelas dengan

bantuan dokter kecil yang ada di setiap kelas. Selain untuk melatih dan

memaksimalkan peran dokter kecil melalui kegiatan UKS, juga untuk memantau

status gizi siswa-siswi di SD Mardiyuana Depok. Pemantauan ini dapat

menggunakan KMS anak sekolah. Selain itu, adanya pemantauan kantin sekolah

khususnya dalam penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk

anak sekolah.

Selain itu, dapat dilakukan penyuluhan mengenai pemilihan makanan dan

jajanan yang sehat kepada siswa SD Mardiyuana serta dampaknya bila

mengkonsumsi makanan tidak sehat dalam jangka waktu yang lama. Hal ini

diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada siswa SD

Mardiyuana khususnya untuk mengurangi proporsi gizi lebih di sekolah tersebut.

7.2.2 Bagi Orangtua

Memaksimalkan peran orangtua dalam memonitoring dan mengontrol pola

makan anak. Hal ini dikarenakan masa sekolah merupakan masa yang rentan

dalam membentuk perilaku makan, dan perilaku makan anak sangat dipengaruhi

oleh orangtua. Peran yang dapat dilakukan oleh orangtua antara lain :

a. membiasakan anak untuk membawa bekal makanan ke sekolah daripada

uang saku

b. membiasakan anak untuk sarapan sebelum berangkat sekolah untuk

meminimalisir kebiasaan jajan anak

c. selalu menyiapkan makanan sehat di rumah yang meliputi makanan pokok

(nasi, mie, jagung), sayur, lauk hewani dan nabati ketika anak berada di

rumah

d. untuk ibu yang bekerja, mengusahakan ketersediaan makanan di rumah di

keseluruhan hari (pagi, siang dan sore) dengan meminta bantuan kepada

asisten rumah tangga

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

78

Universitas Indonesia

7.2.3 Bagi Peneliti lain

Penggunaan instrument penelitian hendaknya lebih lengkap, seperti food

model untuk mengurangi bias pada data penelitian. Selain itu, perlu diperhatikan

bila menggunakan data masa lampau. Perlu adanya bukti berupa instrument untuk

membatu responden mengingat data tersebut. Perlu adanya penelitian dengan

analisis kuantitatif yaitu pengolahan dan analisis data numerik dalam kaitannya

dengan gizi lebih untuk memberikan gambaran hubungan variabel yang lebih

nyata.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abdiana. (2010). Hubungan Donasi Pemberian ASI dengan Kejadian Kegemukan

pada Anak Taman Kanak-Kanak di Wilayah Kerja Puskesmas Lubang Buaya

Kota Padang tahun 2012. Tesis. Program Studi Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok.

Anderson, Patricia M, Kristin F Butcher, Phillip B Levine. (2002). Maternal

Employment and Overweight Children. Journal Health Economics, volume

22, issue 3, May 2003, pg 477-504.

Andriyani, Fitri. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas

pada Anak Sekolah di SD Pelita Jakarta tahun 2010. Skripsi. Program

Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Baecke, JAH Burema J Frijters ER. (1982). A short questionnaire for the

measurement of habitual physical activity in epidemiological studies. Am J

Clin Nutr. 1982; 36: 936-942.

Barker, D. J. P. (2007). Obesity and Early Life. Obesity reviews 8 (Suppl. 1), pg 45–

49.

Baughcum, Amy E., Leigh A. Chamberlin, Cindy M. Deeks, Scott W. Powers and

Robert C. Whitaker. (2000). Maternal Perceptions of Overweight Preschool

Children. Pediatrics 2000;106;1380

Berkey, CS. et. al. (2003). Longitudinal Study of Skipping Breakfast and Weight

Change in Adolescent. International Journal of Obesity, 27, pg 1258–1260.

Birch, Leann L and Jennifer O Fisher. (2000). Mothers’ child-feeding practices

influence daughters’ eating and weight1–3. Am J Clin Nutr 2000;71:1054–

61.

Brown, Judith E. (2005). Nutrition Through the Life Cycle. USA : Thomson

Wadsworth.

Butte, Nancy F. (2009). Impact of Infant Feeding Practices on Childhood Obesity.

Journal of Nutrition 139 : pg 412s-416s.

Butler, et. al. (2000). Menstrual risk factors and early-onset breast cancer. Cancer

Causes and Control Volume 11, Number 5 (2000), 451-458

CDC . (2000). Using the BMI-for-Age Growth Charts

http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/growthcharts/training/modules/module1/te

xt/module1print.pdf (6 Maret 2012, 19:49 WIB)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

81

Universitas Indonesia

CDC . (2000). Overweight Children and Adolescents: Recommendations to

Screen, Assess and Manage.

http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/growthcharts/training/modules/module3/te

xt/module3print.pdf (10 Maret 2012, 03:52 WIB)

_____ . (2011). Basics about Childhood Obesity.

http://www.cdc.gov/obesity/childhood/basics.html/ (5 Maret 2012, 22:52

WIB)

Charney, Pamela (ed). (2009). ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment 2nd

edition. New York : ADA.

Cheng, T. O. (2004). Obesity in Chinese Children. Journal of the Royal Society of

Medicine.

Clark, E. Goyder, P. Bissell, L. Blank, J. Peters. (2007). How do parents' child-

feeding behaviours influence child weight? Implications for childhood

obesity policy. J Public Health (2007) 29 (2): 132-141.

Dasmita, Tristyati. (2007). Hubungan Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Daya Beli

Keluarga dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar Swasta

Marsudirini Jakarta Timur tahun 2007. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Dehghan, Mahshid., Noori Akhtar-Danesh and Anwar T Merchant. (2005).

Childhood obesity, prevalence and prevention. Nutrition Journal 2005,

4:24 doi:10.1186/1475-2891-4-24

Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Depkes. (2001). Buku Panduan Manajemen Laktasi : Dit. Gizi Masyarakat.

http://gizi.depkes.go.id/asi/ (5 Maret 2012, 23:43 WIB)

Depkes. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Provinsi DKI

Jakarta tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

_____. (2011). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS tahun 2010.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI :

Jakarta.

Dietz, William H. (1994). Critical Periods in Childhood for The Development of

Obesity. American Journal of Clinical Nutrition 59 : pg 955-959.

______. (1998). Health Consequences of Obesity in Youth: Childhood Predictors of

Adult Disease. Pediatrics 1998;101;518

______.(2000). Using the BMI-for-Age Growth Charts.

http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/growthcharts/training/modules/module1/te

xt/module1print.pdf

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

82

Universitas Indonesia

Dietz, William H. and Steven L. Gortmaker. 2001. Preventing Obesity in Children

and Adolescents. Annual Review of Public Health. Vol. 22: pg 337-353.

Dupuy M, Godeau E, Vignes C, Ahluwalia N. (2011). Socio-demographic and

lifestyle factors associated with overweight in a representative sample of 11-

15 year olds in France: results from the WHO-Collaborative Health

Behaviour in School-aged Children (HBSC) cross-sectional study. BMC

Public Health. 2011 Jun 7;11:442.

Firestone, Rebecca, et al. (2011). Child overweight and undernutrition in Thailand:

Is there an urban effect?. Journal of Social Science & Medicine 72 , pg 1420-

1428.

Fitriarni. (2012). Hubungan Konsumsi ASI Eksklusif dan Faktor lainnya dengan

Kejadian Kegemukan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia tahun 2010

(analisis data riskesdas 2010). Tesis. Program Sarjana Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Florindo, Alex Antonio, Maria do Rosario Dias de Oliveira Latorre. (2003).

Validation and reliability of the Baecke questionnaire for the evaluation of

habitual physical activity in adult men. Rev Bras Med Esporte volume 9 no

3 Niterói May/June 2003

French, S. A., M Story, D Neumark-Sztainer, J A Fulkerson and P Hannan. (2001).

Fast food restaurant use among adolescents: associations with nutrient

intake, food choices and behavioral and psychosocial variables. December

2001, Volume 25, Number 12, Pages 1823-1833

Gibson, Rosalind S. (2005). Principles of Nutritional Assessment 2nd

edition. New

York : Oxford University Press.

Goldstein, D.J. (ed). (2005). The Management of Eating Disorders and Obesity, 2nd

edition. New Jersey : Humana Press Inc.

Goran, MI., KD Reynolds and CH Lindquis. (1999). Role of Physical Activity in the

Prevention of Obesity in Children. International Journal of Obesity 23, Suppl

3, S18±S3.

Grier, Sonya A. (2007). Fast-Food Marketing and Children’s Fast-Food

Consumption: Exploring Parents’ Influences in an Ethnically Diverse

Sample. Journal of Public Policy & Marketing 2007, American Marketing

Association, pg 221–235.

Gutbrie and Picciano. (1995). Human Nutrition. Missouri : Mosby.

Guthrie, Helen Andrews. (1971). Introductory Nutrition 2nd

edition. Mosby

Company : Saint Louis.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

83

Universitas Indonesia

He, Meizi and Anita Evans. (2007). Are parents aware that their children are

overweight or obese? Canadian Family Physician September 2007 vol. 53 no.

9 1493-1499

Healy, Yvonne. (2009). Nutritional Knowledge of Parents and the Packed Lunch

They Provide Their Children. Disertation. University of Chester.

http://chesterrep.openrepository.com/cdr/bitstream/10034/115250/1/yvonne%

20healy.pdf/ (1 Juni 2012, 20:19)

Hervilia, Dwirna. (2009). Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kegemukan Anak di TK

Mardiyuana Depok Tahun 2009. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Hood, MY, et. al. (2000). Parental eating attitudes and the development of obesity in

children. The Framingham Children's Study. International Journal of Obesity

24, 1319±1325

Huus, Karina, Jonas F Ludvigsson, Karin Enskär and Johnny Ludvigsson. (2008).

Exclusive breastfeeding of Swedish children and its possible influence on the

development of obesity: a prospective cohort study. BMC Pediatrics 2008,

8:42 doi:10.1186/1471-2431-8-42

Ibanez, Lourdes et al. (2006). Early Development of Adiposity and Insulin Resistance

after Catch Up Weight Gain in Small-for-Gestational-Age Children. The

Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 91: pg 2153-2158.

Ikhsanudin, Iik. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan

Kesehatan serta Faktor-faktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah Kelas

1-3 SD pada 6 Sekolah Dasar Terpilih di Kota Cirebon tahun 2006. Skripsi.

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depok.

Ilcol, Yesim Ozarda, Z. Banu Hizli, Tanju Ozkan. (2006). Leptin concentration in

breast milk and its relationship to duration of lactation and hormonal status.

International Breastfeeding Journal, 1:21

Jackson, D., Mannix J, Faga P, McDonald G. Overweight and obese children:

mothers' strategies. J Adv Nurs. 2005 Oct;52(1):6-13.

Jetté, M. K. Sidney, G. Blümchen. Metabolic equivalents (METS) in exercise testing,

exercise prescription, and evaluation of functional capacity. Clinical

Cardiology Volume 13, Issue 8, pages 555–565, August 1990

Kramer, Michael S. (2005). Maternal Nutrition and Adverse Pregnancy Outcomes :

Lesson from Epidemiology dalam Hornstra G, Uauy R, Yang X (eds): The

Impact of Maternal Nutrition on the Offspring. Nestlé Nutrition Workshop

Series Pediatric Program, vol 55, pp 1–15.

Kramer, MS et al. (2004). Feeding Effects on Growth during Infancy. Journal of

Pediatric 145: 600-6005.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

84

Universitas Indonesia

Lakshman, Rajalakshmi, et. al. (2009). Early Age at Menarche Associated with

Cardiovascular Disease and Mortality. The Journal of Clinical

Endocrinology & Metabolism December 1, 2009 vol. 94 no. 12 4953-4960

Lamerz, A., et al. (2005). Social class, parental education, and obesity prevalence in

a study of six-year-old children in German. International Journal of Obesity

29, 373–38.

Leonberg, Beth L. (2008). ADA Pocket Guide to Pediatric Nutrition Assessment.

USA : American Dietetic Association.

Lestari, Dewanti Suri. (2008). Hubungan Antara Kebiasaan Makan dan Aktivitas

Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah di SD Islah Al Ma’ruf,

Cibubur, Jakarta Timur Tahun 2008. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Lobstein, T., L. Baur and R. Uauy. (2004). Obesity in Children and Young People: A

Crisis in Public Health. Obesity Reviews 5 (Suppl. 1), pg 4–85.

Lopez, et. al. (2006). Obesity : Dietary and Developmental Influences. USA : Taylor

and Francis Group.

Martono, Sumaryadi. (1999). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Tentang

Gizi Serta Karakteristik Ibu dan Anak dengan Status Gizi pada Anak Sekolah

Dasar di Kecamatan Kosambi Kab Dati II Tangerang Tahun 1999. Skripsi.

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depok.

Mushtaq, Muhammad Umair, et al. (2011). Prevalence and socioeconomic

correlates of overweight and obesity among Pakistani primary school

children. BMC Public Health.

Nicklas, Theresa A. Su-Jau Yang, Tom Baranowski, Issa Zakeri, Gerald Berenson,

MD. (2003). Eating Patterns and Obesity in Children: The Bogalusa Heart

Study. Research article. American Journal of Preventive Medicine volume 25,

issue 1, July 2003, pg 9-16.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta

“Nutritional status, module 2 Foods and Nutrition”

http://www.nios.ac.in/srsec321newE/321-E-Lesson-6.pdf

Ogden, Cynthia L., Molly M. Lamb, Margaret D. Carroll and Katherine M. Flegal.

(2010). Obesity and Socioeconomic Status in Children and Adolescents:

United States, 2005–2008. Centers for Disease Control and Prevention.

National Center for Health Statistics. National 6. Health and Nutrition

Examination Survey.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

85

Universitas Indonesia

Ogden, Cynthia and Margaret Carroll. (2010). Prevalence of Obesity Among

Children and Adolescents: United States, Trends 1963–1965 Through 2007–

2008. Survey. NCHS : Division of Health and Nutrition Examination :

United States.

Ogden, C. L., Carroll, M. D., Kit, B.K., & Flegal, K. M. (2012). Prevalence of

obesity and trends in body mass index among U.S. children and adolescents,

1999-2010. Journal of the American Medical Association, 307(5), 483-490.

Ong, KKL et al. (2002). Size at Birth and Early Childhood Growth in Relation to

Maternal Smoking, Parity, and Infant Breastfeeding : Longitudinal Birth

Cohort Studi and Analysis. Pediatric Res 2002, 52 : 863-867.

Parizkova, Jana and Andrew Hills. (2005). Childhood Obesity. USA : CRC Press.

Phares, Vicky, Ari R. Steinberg and J. Kevin Thompson. (2004). Gender Differences

in Peer and Parental Influences: Body Image Disturbance, Self-Worth, and

Psychological Functioning in Preadolescent Children. Journal of Youth and

Adolescence Volume 33, Number 5, 421-429,

Prihatini, Ria. (2006). Hubungan antara Kebiasaan Jajan dan Pola Aktivitas Fisik

dan Pola Aktivitas Fisik serta Faktor-Faktor lainnya dengan Kejadian

Obesitas pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Abidin

Depok tahun 2006. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok.

Procter, Kimberley L. (2007). The Etiology of Childhood Obesity: a Review.

Nutrition Research Reviews, 20, 29–4.

Putri, Anggraini. (2009). Hubungan antara Asupan Makanan, Aktivitas di Waktu

Senggang dan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih pada Anak-Anak di

SD Vianney Jakarta Barat Tahun 2009. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Rahmawati, Dian. (2010). Hubungan antara ASI Eksklusif dengan Pencegahan Gizi

Lebih pada Anak Pra-Sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) Islam Annajah

Jakarta Selatan tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Rankinen, et. al. (2000). The human obesity gene map: the 2005 update. Obesity

(Silver Spring). 2006 Apr;14(4):529-644.

Rapp, K., KH Schick, H Bode and SK Weilan. (2005). Type of kindergarten and

other potential determinants of overweight in pre-school children. Public

Health Nutrition: 8(6), 642–64.

Reinehr, Thomas, Michaela Kleber, Andre Michael Toschke. (2009). Small for

Gestational Age status in associated with Metabolic Syndrome in

Overweight Children. European Society of Endocrinology 160, pg 579-584.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

86

Universitas Indonesia

Rossi, Camila Elizandra and Francisco de Assis Guedes de Vasconcelos. (2010).

Birth weight and obesity in children and adolescents: a systematic review.

Rev Bras Epidemiol 2010; 13(2): 1-13

Sakamoto et. al. (2001). A social epidemiologic study of obesity among preschool

children in Thailand. Paper. International Journal of Obesity 25, 389-394.

Sari, Dewi Kumala. (2010). Hubungan Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fizik dengan

Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul

Muttaqien Parung – Bogor tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Schaefer-graf, et al. (2006). Association of Breast-feeding and Early Childhood

Overweight in Children From Mothers With Gestational Diabetes Mellitus.

Diabetes care, volume 29, number 5, May 2006 1105.

http://care.diabetesjournals.org/content/29/5/1105.full.pdf (22 Juni 2012,

10:51 WIB)

Scholder, Stephanie von Hinke Kessler. (2007). Maternal employment and

overweight children: does timing matter? HEDG Working Paper 07/12

http://www.york.ac.uk/res/herc/documents/wp/07_12.pdf (23 Maret 2012,

15:41 WIB)

Sharma, Manoj. (2008). Psychosocial Determinants of Childhood and Adolescent

Obesity. Journal of Social, Behavioral and Health Science vol 2 pages 33-49.

Singhal, A. and J. Lanigan. (2007). Breastfeeding, Early Growth and Later Obesity.

Journal of Compilation : The International Association for The Study of

Obesity. Obesity Review, 2007, 8 (suppl.1) pg 51-54.

Strauss, Richard S, Daria Rodzilsky, Gail Burack, Michelle Colin. (2001).

Psychosocial Correlates of Physical Activity in Healthy Children. Arch

Pediatr Adolesc Med. 2001;155:897-902.

“Tingkat Daya Beli Masyarakat Depok Tertinggi di Jabar”. (November 08, 2011)

http://www.depoknews.com/tingkat-daya-beli-masyarakat-depok-tertinggi-

di-jabar.html/ (5 Maret 2012, 20:45)

Tharkar, Shabana and Vijay Viswanathan. (2009). Impact of Socioeconomic Status

on Prevalence of Overweight and Obesity among Children and Adolescents

in Urban India. The Open Obesity Journal, 2009, 1, 9-14

Twells, L., L.A. Newhook. (2010). Can exclusive breastfeeding reduce the

likelihood of childhood obesity in some regions of Canada? Canada J Public

Health 2010;101(1):36-39.

UCSF Benioff Children's Hospital. (2012). Health Risks of Overweight Children.

http://www.ucsfbenioffchildrens.org/education/health_risks_for_overweight_

children/index.html (2 Juni 2012, 15:17 WIB)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

87

Universitas Indonesia

Walker, S.P. et al. (2002). The Effect of Birth Weight and Postnatal Linear Growth

Retardation on Body Mass Index, Fatness and Fat Distribution in Mid- and

Late Childhood. Public Health Nutrition, Jun ; 5 (3) : 391-6.

Wardlaw, Gordon M. and Margaret W. Kessel. (2002). Perspectives in Nutrition, 5th

edition. New York : McGraw-Hills.

West, Delia S. (2008). Parental Recognition of Overweight in Schoold-age Children.

Article. Nature Publishing Group.

http://www.nature.com/doifinder/10.1038/oby.2007.108/ (1 Juni 2012,

17:58)

WHO. (2012). BMI-for-age (5-19 years)

http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/index.html

(26 Februari 2012, 4:12 WIB)

WHO. (2012). Obesity and Overweight.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html/

(26 Februari 2012, 3:05 WIB)

Wulandari, Erma Sophia. (2011). Hubungan antara Jenis Kelamin, Pola Konsumsi

Makanan, Aktivitas Fizik, Karakteristik Keluarga dengan Status Gizi pada

Siswa Kelas 4 dan 5 di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung tahun

2011. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, Depok.

Yliharsila, H. et al. (2007). Birth Size, Adult Body Composition and Muscle Strength

in Later Life. International Journal of Obesity 2007, 31, pg 1392-1399.

Zhang X, et. al. (2009). High birth weight and overweight or obesity among Chinese

children 3-6 years old. Prev Med. 2009 Aug-Sep;49(2-3):172-8. Epub 2009

Jul 24.

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

KUESIONER PENELITIAN (ANAK)

Hubungan antara Jenis Kelamin, Karakteristik Ibu

dan Faktor Lain dengan Status Gizi Lebih

pada Siswa SD Mardiyuana Depok Tahun 2012

Data Diri

Nama Lengkap :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

No Telp/ HP :

Pengukuran Status Gizi (diisi oleh petugas)

Tinggi badan :

Berat badan :

Hai adik-adik…

Saya Maria Immaculata Vinne Swastika, mahasiswa Gizi UI. Saya sedang melakukan penelitian tentang gizi lebih di SD Mardiyuana. Maka dari itu, saya mohon bantuan adik-adik untuk mengisi kuesioner saya ini. Tolong diisi sejujurnya yaa.. Terima kasih adik-adik…

Nomor Responden :

Kelas :

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Aktivitas Fisik 1. Apakah dalam setahun terakhir kamu berolahraga di luar jam

pelajaran olahraga sekolah? a. Tidak (lanjut ke pertanyaan no 3) b. Iya

2. Dari tabel di bawah ini, olahraga apa yang biasanya kamu lakukan dan berapa lama waktunya?

3. Bila dibandingkan dengan teman lain yang seusia dengan saya, aktivitas fisik saya di waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur) adalah … a. Jauh lebih banyak daripada teman lain b. Lebih banyak daripada teman lain c. Sama dengan teman lain d. Kurang dari teman lain e. Sangat kurang dari teman lain

4. Saat waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur), saya … a. Sangat sering berkeringat b. Sering berkeringat c. Kadang-kadang berkeringat d. Jarang berkeringat e. Tidak pernah berkeringat

5. Saat waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur), saya … a. Sangat sering berolahraga b. Sering berolahraga c. Kadang-kadang berolahraga d. Jarang berolahraga e. Tidak pernah berolahraga

6. Saat waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur),

saya menonton TV/ bermain video games/ bermain komputer/ internet. a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Sangat sering

No Jenis Olahraga

Frekuensi dalam

seminggu

Jumlah bulan yang diikuti

dalam setahun

Lama waktu setiap harinya

Contoh : Sepak bola

2 kali

4 bulan

45 menit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Aerobik Basket Kasti Sepak Bola Senam Taekwondo Bulu tangkis Lari/ Jogging Renang Futsal Drumband Lain-lain Sebutkan ____________ ____________ ____________

___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali ___ kali

___ kali

___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan ___ bulan

___ bulan

___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam ___menit/ ___jam

___menit/ ___jam

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

7. Saat waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur), saya berjalan-jalan. a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Sangat sering

8. Saat waktu luang (setelah pulang sekolah dan hari libur), saya bersepeda. a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Sangat sering

9. Berapa lama kamu bersepeda atau berjalan ke sekolah dan dari sekolah atau pergi berbelanja setiap harinya? a. Kurang dari 5 menit b. 5 sampai 15 menit c. 15 sampai 30 menit d. 30 sampai 45 menit e. Lebih dari 45 menit

Pola konsumsi Fast Food

No Jenis Makanan Frekuensi

Tidak pernah

__ kali/ hari

__ kali/ minggu

__ kali/ bulan

1 Pizza 2 Hamburger 3 Fried Chicken 4 French Fries 5 Spaghetti 6 Pasta 7 Nugget 8 Sosis 9 Donat 10 Softdrink (Fanta,

coca cola, sprite, dll)

11 Lain-lain :

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan antara Jenis Kelamin, Karakteristik Ibu

dan Faktor Lain dengan Status Gizi Lebih

pada Siswa SD Mardiyuana Depok

Tahun 2012

Yth. Ibu/ Wali dari siswa/ siswi _________________________

Salam sejahtera,

Saya Maria Immaculata Vinne Swastika, mahasiswa program studi Gizi

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya sedang melakukan penelitian

mengenai hubungan jenis kelamin, karakteristik ibu dan faktor lain dengan status gizi

lebih pada siswa SD Mardiyuana Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan tugas akhir

saya dalam menempuh pendidikan S1 Gizi.

Terkait dengan hal tersebut, dengan segenap kerendahan hati saya mengharapkan

kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya mohon Ibu untuk mengisi

lembaran kuesioner dengan benar dan jujur. Apapun jawaban Ibu tidak akan

mempengaruhi nilai anak di sekolah. Semua informasi yang Ibu berikan akan

dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Bila Ibu bersedia,

silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Ibu.

Atas perhatian dan kesediaan Ibu, kami mengucapkan terima kasih.

Depok, April 2012

Mengetahui, Hormat saya,

Kepala Sekolah SD Mardiyuana Depok Peneliti

Lukas Sudharta, Spd. Maria Immaculata Vinne S.

Menyetujui,

(_______________________)

Mohon kuesioner ini dikumpulkan pada hari __________, ________________ melalui

putra/ putri Ibu yang kemudian diserahkan pada wali kelas masing-masing.

Maria Immaculata Vinne Swastika

Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

(CP 085718081507/ 082123660767)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

A. Karakteristik Keluarga

Karakteristik Anak

Nama anak :

Tanggal lahir : ___/___/_______ (tanggal/bulan/tahun)

Jenis Kelamin : L/ P (coret yang tidak perlu)

Kelas : IV/ V – A/ B/ C/ D (coret yang tidak perlu)

Alamat tempat tinggal :

Telp rumah/ HP :

Karakteristik Ibu

Nama Ibu :

Pendidikan formal terakhir :

Pekerjaan :

Berat badan : _______ kg

Tinggi Badan : _______ cm

Karakteristik Ayah

Nama Ayah :

Pendidikan formal terakhir :

Pekerjaan :

Berat badan : _______ kg

Tinggi Badan : _______ cm

B. Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Status Gizi Lebih

Petunjuk umum :

Mohon diisi tanpa bantuan orang lain atau menggunakan referensi apapun.

Petunjuk : Lingkarilah jawaban yang menurut Ibu benar. Jawaban boleh lebih dari satu.

1. Pernyataan yang benar mengenai kegemukan dan obesitas adalah …

i. kelebihan kadar lemak di dalam tubuh

ii. kelebihan hasil konsumsi protein di dalam tubuh

iii. kelebihan hasil konsumsi karbohidrat di dalam tubuh

iv. kelebihan berat badan berdasarkan umurnya

v. kelebihan berat badan berdasarkan tinggi badannya

2. Anak sehat adalah anak yang memiliki ciri-ciri …

i. tidak mudah sakit

ii. berat badan sesuai dengan usianya

iii. berat badan sesuai dengan tinggi badannya

iv. tinggi dan berat badan sesuai dengan usianya

v. aktif dan lincah bergerak

3. Contoh menu makanan yang baik dan seimbang terdiri dari …

i. nasi, tahu, telur, sayur sawi, buah jeruk

ii. nasi, tempe, ayam, sayur kangkung, buah pisang

iii. nasi, tempe, ikan, sayur bayam, buah mangga

iv. nasi, tempe, telur, sayur sawi, buah pepaya

v. nasi, tahu, ikan, sayur kangkung, buah jeruk

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

4. Makanan di bawah ini yang merupakan makanan sumber karbohidrat adalah…

i. nasi

ii. mie

iii. kentang

iv. jagung

v. roti

5. Bahan makanan di bawah ini yang mengandung lemak dalam jumlah tinggi adalah …

i. ayam dengan kulit

ii. kornet sapi

iii kuning telur ayam

iv. daging bebek

v. kikil (kulit sapi)

6. Bahan makanan di bawah ini yang mengandung serat dalam jumlah tinggi adalah …

i. jambu biji

ii. daun singkong

iii. belimbing

iv. daun katuk

v. manggis

7. Bahan makanan di bawah ini yang merupakan sumber protein adalah …

i. tempe

ii. kacang tanah

iii. tahu

iv. daging ayam

v. ikan kembung

8. Bahan makanan yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit sehingga sebaiknya dikonsumsi

dalam jumlah yang sedikit pula adalah …

i. gula

ii. lemak

iii. garam

iv. minyak

v. mentega

9. Prinsip makan yang baik adalah …

i. makan tiga kali dalam sehari

ii. makan dengan berprinsip pada menu seimbang

iii. makan dengan porsi cukup dan tidak berlebihan

iv. makan makanan bervariasi/ berbeda setiap harinya

v. memenuhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh

10. Penyebab kegemukan pada anak adalah …

i. sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak

ii. makan dalam jumlah yang besar setiap hari

iii. mempunyai kebiasaan jajan diantara waktu makan

iv. makan lebih dari tiga kali dalam sehari

v. mempunyai kebiasaan menonton TV setiap hari

11. Makanan yang mengandung berpotensi menyebabkan kegemukan pada anak adalah …

i. gorengan

ii. martabak manis keju

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

iii. es krim

iv. kentang goreng

v. fried chicken

12. Proses pengolahan makanan yang dapat mencegah kegemukan pada anak adalah …

i. bakar

ii. rebus

iii. kukus

iv. tumis

v. tim

13. Jenis kegiatan/ kebiasaan yang beresiko menyebabkan kegemukan pada anak adalah …

i. bermain video games setelah pulang sekolah

ii. tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun baik di dalam maupun di luar sekolah

iii. menonton TV setiap pulang sekolah sampai malam hari

iv. sering bermain internet atau komputer di waktu luang

v. membaca komik sambil mendengarkan musik setiap pulang sekolah

14. Cara mencegah kegemukan pada anak adalah …

i. mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler

ii. mengijinkan anak bersepeda bersama teman

iii. meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada makanan anak

iv. membatasi konsumsi cemilan/ jajanan anak

v. mengajak anak berolahraga secara teratur

15. Akibat yang ditimbulkan karena kegemukan pada masa anak-anak adalah …

i. penyakit diabetes mellitus pada masa dewasa

ii. penyakit jantung koroner dan stroke pada masa dewasa

iii. penyakit kanker pada masa dewasa

iv. gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas pada saat tidur

v. penurunan kepercayaan diri atau perasaan minder pada anak

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

B. Faktor Prenatal dan Postnatal

Petunjuk :

Pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan mengenai berat dan panjang lahir serta praktek

pemberian ASI Eksklusif kepada putra/ putri Ibu yang duduk di bangku kelas IV atau V SD

Mardiyunana Depok tahun 2012

Terima kasih atas partisipasi Ibu

No Pertanyaaan Jawaban

1 Berdasarkan surat lahir atau menurut dokter/

bidan yang membantu persalinan, berapa berat

badan putra/putri Ibu waktu lahir?

__________ gram

2 Berdasarkan surat lahir atau menurut dokter/

bidan yang membantu persalinan, berapa

panjang badan putra/putri Ibu waktu lahir?

____________ cm

3 Apakah Ibu pernah menyusui atau memberikan

ASI (Air Susu Ibu) kepada putra/putri Ibu?

a. Pernah (lanjut ke no 4)

b. Tidak pernah (selesai)

4 Setelah melahirkan putra/putri Ibu, apakah ASI

ibu langsung keluar?

a. Ya (lanjut ke no 7)

b. Tidak (lanjut ke no 5)

5 Bila tidak, kapan ASI pertama kali keluar? a. ____ menit/ jam/ hari (lanjut ke no 6)

b. ASI tidak pernah keluar (selesai)

6 Sebelum ASI keluar, apakah putra/putri Ibu

diberikan makanan/ minuman lain?

a. Ya, yaitu________________(sebutkan)

b. Tidak

7 Selama tiga hari pertama setelah melahirkan,

makanan/ minuman apa saja yang diberikan

kepada putra/putri Ibu selain ASI?

a. Madu (selesai)

b. Air putih (selesai)

c. Susu formula (selesai)

d. Lain-lain, sebutkan________ (selesai)

e. Tidak diberikan makanan/ minuman

apapun selain ASI (lanjut no 8)

8 Sampai usia berapa putra/putri Ibu hanya

diberikan ASI saja tanpa makanan/ minuman

lain?

_____ hari/ minggu/ bulan/ tahun

(coret yang tidak perlu)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

FORM FOOD RECALL

Tanggal wawancara :

Nama Siswa :

Kelas / No Absen :

Waktu Menu Bahan Makanan URT Berat (gram)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Nama : Hari / Tanggal :

Nama Makanan Isi Makanan Berapa banyak yang kamu

makan

Waktu makan

Tempat makan Dengan siapa kamu

makan?

Contoh : Nasi uduk Susu

- Nasi - Telur dadar - Tempe orek - Mie goreng Susu Dancow coklat

2 centong 1 butir 1 sendok makan 1 sendok sayur 3 sendok makan (1 gelas)

6.30 6.30

Rumah Rumah

Sendiri Sendiri

Sebelum berangkat sekolah

Istirahat pertama di sekolah

Istirahat kedua di sekolah

Ayo tuliskan makanan/ minuman/ jajan/ camilan yang kamu konsumsi sehari ini yaa.. Hati-hati

jangan sampai terlewat… Selamat mengisi…

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Pulang sekolah (jajan di luar sekolah, makan di rumah, di tempat les, atau di sekolah)

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

1 2 mean 1 2 mean

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

No NamaBerat Badan Tinggi badan

FORM PENGUKURAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN

Kelas :

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN JENIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319559-S-Maria... · 2002 – 2005 : SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo . 2005 – 2008 : ... program untuk memantau

Hubungan jenis..., Maria Immaculata Vinne Swastika, FKM UI, 2012