UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas...

142
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERJALANNYA KEBIJAKAN PENGAWASAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KOTA BATAM TESIS AHMAD RAFQI NPM: 1206337103 FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2015

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

 

UNIVERSITAS INDONESIA

 

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERJALANNYA KEBIJAKAN PENGAWASAN PANGAN JAJANAN

ANAK SEKOLAH DI KOTA BATAM 

 

 

 

TESIS

AHMAD RAFQI

NPM: 1206337103

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

I  

 

UNIVERSITAS INDONESIA

 

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERJALANNYA KEBIJAKAN PENGAWASAN PANGAN

JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KOTA BATAM 

 

 

 

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

AHMAD RAFQI

NPM: 1206337103

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN ASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2015 

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

V  

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Rafqi Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi, 19 Agustus 1968 Alamat : Marbella Residence Blok C2-28 Batam kota, Batam Status Keluarga : Menikah

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 25 Bukittinggi , lulus tahun 1981 2. SMP Negeri I Bukittinggi, lulus tahun 1984 3. SMA Negeri 1 Bukittinggi, lulus tahun 1987 4. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Andalas Padang, Jurusan Farmasi, lulus tahun 1993 5. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Andalas Padang, Profesi Apoteker, lulus tahun 1995

Riwayat Pekerjaan.

1. April 1997 – November 2008 : PNS Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda

2. November 2008 – sekarang : PNS Balai Pengawas Obat dan Makanan di Batam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

VI  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah swt, karena atas berkat,

rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini

dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Magister

Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Dengan segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.

drh.Wiku Adisasmito, MSc., PhD. selaku pembimbing yang dengan penuh

kesabaran membimbing, memberikan masukan dan saran hingga selesainya tesis

ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Anhari Achadi, SKM.DSc, selaku penguji dalam seminar proposal,

seminar hasil dan ujian tesis, serta bapak Dr. Pujianto SKM. MKes selaku

penguji dalam ujian tesis yang banyak memberikan masukan dalam tesis ini.

2. Dra . Cendikia Sri Murwani Apt. MKM dan Dra. Deksa Presiana Apt. Mkes

yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk hadir sebagai penguji luar

pada ujian tesis penulis dan telah memberikan masukan dan saran untuk

perbaikan tesis ini.

3. Seluruh pengajar program pasca sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia yang telah memberikan pendidikan dan pelajaran yang

menghantarkan penulis menyelesaikan masa pendidikan ini.

4. Informan di Badan POM RI, Balai POM di Batam, Dinas Kesehatan kota

Batam, Dinas Pendidikan kota Batam, Dinas Perindag dan ESDM kota Batam,

Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi dan UKM kota Batam,

Bappeda kota Batam, SD 002 Batam Kota, SD 006 Sekupang, MUI kota

Batam, DPRD kota Batam, yang telah menyediakan waktu dan banyak

memberikan keterangan dalam penelitian ini.

5. Orang tua, Mertua, Kakak, Adik adik, Ipar, Uncu, Pak gaek dan Tante yang

telah banyak memberi dukungan dan doa untuk menyelesaikan pendidikan ini,

semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik.

6. Istri tercinta Fowpi Chaira, dan anak anakku tersayang Hanna Nabilla dan

Najwa Nur Faizah, terima kasih atas pengorbanan, doa dan dukungannya,

semoga Allah memberikan kebahagiaan buat kita semua

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

VII  

7. Pimpinan dan rekan-rekan sekantor yang memberikan kesempatan, dukungan

moril dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

8. Teman teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebut satu per satu, yang

telah banyak membantu penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Kritik dan saran

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini

membawa manfaat.

Depok, Januari 2015

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

ABSTRAK

Nama : Ahmad Rafqi Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Berjalannya

Kebijakan Pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah di Kota Batam

Anak usia sekolah yang sehat merupakan asset pembangunan bangsa. Keberadaan makanan di sekolah sangat penting , karena akan memenuhi 25-36% kebutuhan energi harian anak. Kebiasaan makan yang tidak sehat (kurang gizi) dapat menyebabkan stunting (perlambatan pertumbuhan anak); penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan osteoporosis, sementara untuk jangka pendek dapat menyebabkan dental caries, anemia, overwight dan obesitas. Hasil pengujian Badan POM tahun 2008-2010, menunjukkan 40-44% jajanan anak sekolah secara nasional tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Kebijakan Aksi Nasional menuju pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang aman bermutu dan bergizi, merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pangan jajanan anak sekolah dengan cara memberdayakan komunitas sekolah secara mandiri mengawasi pangan jajanan di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota Batam beserta efektitasnya dengan menggunakan analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi dokumen..

Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota Batam sudah terlaksana cukup baik namun tidak berjalan efektif, karena ketidaktepatan dalam menentukan indikator kinerja, tidak ada NSPK terkait peran, tugas dan tanggung jawab kelompok pelaksana, tidak ada strukturisasi pelaksanaan kebijakan tersebut, dan tidak ada dukungan langsung dari DPRD dan Pemerintah kota Batam. Komitmen dari pemerintah daerah kota Batam masih kurang, karena pengawasan pangan jajanan anak sekolah ini belum menjadi prioritas dalam pembangunan kota Batam.

Kata kunci : Pangan jajanan anak sekolah, efektifitas, mandiri, Batam

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

ABSTRACT Name : Ahmad Rafqi Study Program : Public Health Title : Analysis of Factors Affecting Progress in Food Control

Policy Snacks School Children in Batam Healthy school-age children is a nation-building assets. The presence of food in schools is very important, because it will meet 25-36% of daily energy needs children. Unhealthy eating habits (malnutrition) may cause stunting (slowing the growth of children); cardiovascular disease, cancer, diabetes and osteoporosis, while in the short term can lead to dental caries, anemia, overwight and obesity. Test results of Badan POM RI (National Agency of Drug and Food control) in 2008-2010, showed 40-44% of school children nationwide snacks do not meet food safety requirements. National Action policy toward food snacks schoolchildren (PJAS) quality safe and nutritious, is one effort to improve the quality of food hawker school children by empowering school community independently oversee hawker food in the environment. This study aims to look at the factors that influence the implementation of the National Action policy PJAS in Batam city and along efektitasnya by using analysis of policy implementation Mazmanian and Sabatier. The study was conducted with qualitative methods, data collection is done through in-depth interviews and document .. Results of the study showed that the implementation of the National Action policy PJAS in Batam city has done quite well, but is not effective, because of inaccuracy in determining the performance indicators, no NSPK related roles, duties and responsibilities of the executive, there is no structuring the implementation of the policy, and there is no direct support from the parliament and the Government of the city of Batam. The commitment of the local government of Batam city is still lacking, because the snack food supervision of school children has not been a priority in the development of the city of Batam.

Keywords: Food snacks schoolchildren, effectiveness, independence, Batam

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… iii

SURAT PERNYATAAN ………………………………………………… iv

RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… v

KATA PENGANTAR …………………………………………………… vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………viii

ABSTRAK ………………………………………………………………. ix

ABSTRACT ……………………………………………………………… x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvi

I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 10

1.3. Pertanyaan Penelitian …………………………………………… 10

1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 11

1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………11

1.4.2. Tujuan khusus …………………………………………… 11

1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 11

1.6. Batasan Penelitian ……………………………………………… 12

II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 13

2.1. Kebijakan Publik ………………………………………………… 13

2.1.1. 13

2.1.2 Sistem dan Komponen Kebijkan ………………………… 14

2.1.3 15

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik ………………………… 16

2.1.4.1. Teknik Implementasi …………………………… 16

2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan / Faktor yang

Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi kebija 19

Definisi Kebijakan Publik ………………………………

DAFTAR ISI

Proses Perancangan Kebijakan Publik ……………………

Universitas Indonesia

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

2.1.4.3. Permasalahan dalam Proses Implementasi……… 23

2.2. Keamanan Pangan ……………………………………………… 25

2.2.1. Definisi Keamanan Pangan ……………………………… 25

2.2.2 Jenis Bahaya dalam Pangan ……………………..…………25

2.2.3. Determinan Keamanan Pangan …………………………… 26

2.3. Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman, Bermutu dan Bergizi (AN-PJAS)……………………28

2.3.1. Latar Belakang …………………………………………… 28

2.3.2. Tujuan Aksi Nasional PJAS ……………………………… 30

2.3.3. Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS ………………………… 31

2.3.3.1. Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di Kabupaten /

Kota ……………………………………………… 34

2.3.3.2. Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di Provinsi …… 34

2.3.3.3. Program Kegiatan Aksi Nasional PJAS di Daerah 35

2.3.3.4. Jenis-jenis Intervensi pada SD/MI ……………… 38

2.4. Kebijakan Pangan Berbasis Sekolah …………...……………… 39

2.4.1 Paradigma makanan sekolah ……………………………… 39

2.4.2 Kebijakan Pangan di Sekolah di Negara lain …………...… 40

2.5. Penelitian Kebijakan …………………………………………… 45

2.5.1. Metode Penelitian Kebijakan …………………………… 45

2.5.2. Metode Penelitian Kualitatif ……………………………… 46

2.5.2.1. Sumber dan Jenis Data Penelitian Kualitatif …… 46

2.5.2.2 Teknik Pengumpulan Data ……………………… 47

2.5.2.3. Analisa Data Kualitatif …………………………… 49

2.5.2.4. Pemeriksaan Keabsahan Data …………………… 50

2.6. 51

III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

OPERASIONAL ………………………………………………………57

3.1. Kerangka Teori ………………………………………………… 57

3.2. Kerangka Konsep …………………………………………………61

3.3. Definisi Operasional …………………………………………… 65

IV METODE PENELITIAN …………………………………………… 69

4.1. Desain Penelitian ………………………………………………… 69

Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah …

Universitas Indonesia

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

4.2. Waktu dan lokasi Penelitian …………………………………… 70

4.3. Informan / Narasumber ………………………………………… 70

4.4. Pengumpulan Data ……………………………………………… 72

4.5. Analisis Data …………………………………………………… 73

V. HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 74

5.1. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian …………………………… 74

5.2. Informan ………………………………………………………… 74

5.3. Aspek Kemampuan Mengendalikan Masalah (Tractability Proble 75

5.3.1. Kesukaran teknis ………………………………………… 75

5.3.2. Keragaman prilku dari kelompok sasaran ………………… 78

5.3.3. Persentase kelompok sasaran …………………………… 79

5.3.4. Rung lingkup perubahan prilaku ………………………… 80

5.4. Aspek Variabel Statutory (Hukum) ………………………………80

5.4.1. Tujuan kebijakan yang jelas dan konsisten ……………… 81

5.4.2. Hubungan kausal yang cukup …………………………… 86

5.4.3. Ketepatan alokasi sumber dana. ………………………… 87

5.4.4. Keterpaduan hirarki lembaga pelaksana ………………… 88

5.4.5. Peraturan dari badan pelaksana …………..……………… 89

5.4.6 Rekruitmen pejabat pelaksana …………………………… 90

5.4.7. Akses formal pihak pihak luar …………………………… 91

5.5. Aspek Variabel Non-Statutory (Non-Hukum) ………………… 91

5.5.1. Kondisi Sosio-Ekonomi budaya dan Politik ……………… 91

5.5.2. Dukungan Publik ………………………………………… 92

5.5.3. Dukugan Badan / Lembaga yang Berwenang ………...… 92

5.5.4. Komitmen dan Kepemimpinan Pejabat Pelaksana ……… 94

5.6. Pencapaian Tujuan Kebijakan …………………………………… 96

VI. PEMBAHASAN ……………………………………………………… 98

VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 108

7.1. Kesimpulan ………………………………………………………108

7.2. Saran …………………………………………………………… 109

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 111

Universitas Indonesia

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

Gambar 2.1. : Hubungan komponen dalam system kebijakan…………… 14

Gambar 2.2.: Strategi Aksi Nasional Pangan Jajanan yang Aman, Bermutu

dan Bergizi………………………………………………… 32

Gambar 2.3.: Roadmap pelaksanaan Aksi Nasional PJAS ……………… 32

Gambar 3.1.: Kerangka Analisis implementasi dari Mazmanian

dan Sabatier ……………………………………………… 58

Gambar 3.2.: Kerangka Konsep Analisis Implementasi Kebijakan Aksi

Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah ………………… 65

DAFTAR GAMBAR

Universitas Indonesia

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

Tabel 2.1. Perbandingan pendekatan Top-down dan Botton-up……… 18Tabel 2.2. Hasil Pengawasan Badan POM RI terhadap sampel PJAS

Tahun 2008 - 2010 …………………………………………29Tabel 2.3. Program dan Kegiatan Aksi Nasional PJAS di Kab/Kota … 35Tabel 3.1.: Definisi operasional variabel independen ……………… 65Tabel 5.1.: Daftar Informan ………………………………………… 74

DAFTAR TABEL

Universitas Indonesia

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

Lampiran 1 : Matrik Rangkuman Hasil Wawancara ……………………117Lampiran 2 : Form Data Informan……………………………………… 121Lampiran 3 : Pedoman Wawancara …………………………………… 122

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

1  

Universitas Indonesia  

BAB I

PENDAHULUAN  

1.1. Latar Belakang

Keberadaan anak usia sekolah sangat memegang peranan dalam

membangun bangsa, untuk menjadi suatu bangsa yang maju, kuat, berjaya dan

dihormati, akan bisa dicapai jika generasi penerusnya mempunyai kapasitas mutu

yang lebih baik dari generasi sebelumnya (Budiono, 2011).

Kebijakakan makanan berbasis sekolah sangat besar bagi persiapan

generasi mendatang, seperti pada negara-negara miskin (Ashe.L & Sonnino R,

2013), mereka melakukan intervensi kepada makanan sekolah untuk memerangi

kelaparan, kekurangan gizi mikro dan meningkatkan akses pedidikan seperti di

Bangladesh, Burundi (Bennett,J, 2003) Mali, Jamaika Pakistan dan Kamboja (

Bundy D, et al, 2009), sedangkan pada Negara-negara berkembang seperti Brazil,

China, Malaysia, Meksiko Afrika Selatan dan Thailand, menurut Doak.C (2003)

memanfaatkan makanan sekolah untuk mengatasi obesitas dan penyakit nutrisi

lainnya serta membangun budaya mengkonsumsi makanan sehat ( Ashe.L &

Sonnino.R, 2013).

Menurut perkiraan World Food Programme (2009), ada 400 juta anak-

anak kelaparan di dunia saat ini, dengan satu anak meninggal setiap 6 detik karena

lapar. Selanjutnya, 146 juta anak di negara-negara berkembang underweight

(Chettiparamb, Angelique, 2009). Dalam upaya pengentasan kemiskinan

internasional, maka dalam Millennium Development Goals (MDGs), makan siang

(mid day meal) , pencapaian pendidikan dasar secara universal dan

mempromosikan kesetaraan gender, dapat berkontribusi untuk pemberantasan

kemiskinan dan kelaparan (Chettiparamb, Angelique , 2009)

Pentingnya program makanan disekolah ini tercermin juga dengan

kampanye global pemberian makanan di sekolah yang dilakukan oleh World

Food Programme pada tahun 2000 untuk mengatasi kemiskinan anak

(Chettiparamb, Angelique , 2009). Beberapa negara telah menyediakan makanan

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

2  

Universitas Indonesia  

di sekolah seperti Brazil telah menjamin hak universal untuk memperoleh

makanan sekolah gratis (Sidaner et al, 2013), India juga melaksanakan program

“Mid-day Meal” (Chettiparamb, Angelique , 2009), Amerika dengan programnya

“Nasional School Lunch Program” / NSLP (Chesser.V.L, 2013 ;

http://www.fns.usda.gov/tn/local-school-wellness-policy), dan penyediaan makan

siang di sekolah di Korea (Jee-hoon.R et.al , 2011)

Pelaksanaan program penyediaan makanan di sekolah sangat tepat, dimana

anak anak dan remaja menghabiskan sekitar 6 jam perhari dan makan 1-2 kali

disekolah, banyak kebiasaan hidup yang negatif dan positif akan mempengaruhi

kesehatan individu selama bertahun tahun di sekolah (Bandura, 2004;. Koplan et

al, 2005; Veugelers & Fitzgerald, 2005a; dalam Quintalha.M (2011).

Keberadaan makanan di sekolah sangat perlu diperhatikan karena akan

memberikan kontribusi energi harian sebesar 25-33% (Anu Devi et.al, 2010) dan

menurut Guharja dkk (2004) sebesar 36% (Badan POM a, 2013) dari kebutuhan

hariannya. Hasil Uji Badan POM RI tahun 2010, menemukan makanan di sekolah

dan sekitarnya mengandung bahan berbahaya ( formalin, boraks, rhodamin B,

methanyl yellow dll) sebesar 18%, mengandung bahan tambahan pangan (BTP)

melebihi batas maksimal sebesar 23%, dan mengandung cemaran mikroba sebesar

59% (Badan POM, 2011). Indikasi bahaya ini juga terlihat dari data Badan POM

RI tahun 2009 tentang Kejadian Luar Biasa (KLB), dimana 16,35% kejadian KLB

terjadi di sekolah/kampus.

Penelitian Jee-hoon.R et.al (2011) di Korea terhadap makanan siang anak

sekolah dasar yang disediakan sekolah , menemukan bahwa 15% makanan yang

tidak dipanaskan dan 9% makanan yang dipanaskan, mengandung jumlah

koliform 2 kali lipat lebih di atas standar nasional Korea. Disamping itu

Damanik,H.D.L, (2010), juga menemukan bahwa 63,3% warung penjual jajanan,

dilingkungan sekolah di kota palembang, dikategorikan terkontaminasi E.Coli.

Disamping bahaya keamanan makanan, bahaya terhadap kandungan gizi

makanan di sekolah perlu diperhatikan. karena kebiasaan makan diwaktu usia

sekolah ini akan berpengaruh kepada usia dewasanya seperti obesitas dll.

(Scholtens.S et.al, 2010). Kebiasaan makan yang tidak sehat ini (kurang gizi)

menurut Jukes, Drake et al, (2008) dapat menyebabkan stunting atau perlambatan

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

3  

Universitas Indonesia  

pertumbuhan pada anak (Nyongani.M.M, (2012); penyakit kardiovaskuler,

kanker, diabetes dan osteoporosis, sementara untuk jangka pendek dapat

menyebabkan dental caries, anemia, overwight dan obesitas (Nelson,M& Breda,J,

2013)

Prevalensi anak-anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas terutama

di negara maju sudah menjadi pusat perhatian dan juga akan diikuti oleh negara

berkembang. Sebagai contoh, Prevalensinya di Amerika Serikat telah meningkat

dua sampai tiga kali selama dua puluh tahun terakhir. Sebuah laporan dari Pusat

Pengendalian Penyakit menunjukkan bahwa persentase anak-anak berusia enam

hingga sebelas tahun yang obesitas meningkat dari tujuh persen pada tahun 1980

menjadi dua puluh persen pada tahun 2008 (Zainab Rida (2012)

Sebuah studi yang dilakukan oleh Whitaker, Wright, Pepe, Seidel, &

Dietz, (1997) melaporkan bahwa 55-77% dari anak-anak kelebihan berat badan

atau obesitas (usia 6-17) akan menjadi dewasa yang overweight dan atau

obesitas (Wall.R.M., 2011). Konsekuensi dari obesitas bertahan sampai dewasa,

menurut Reilly & Kelly, (2010) akan memiliki peningkatan risiko yang signifikan

dari morbiditas kardiometabolik (Diabetes Melitus type 2, Hypertensi, penyakit

jantung iskemik, dan stroke) dalam kehidupan dewasanya ( Wall.R.M, 2011).

Melihat dari besarnya pengaruh makanan di sekolah, maka sudah

selayaknya ada suatu kebijakan di sekolah untuk menjamin tersedianya makanan

yang aman, bermutu dan bergizi di sekolah. Hal ini penting mengingat kebiasaan

jajan bagi anak Indonesia sangat tinggi, dan bahkan hampir mendekati angka

100% (BPOM RI a, 2013) serta kebanyakan dari mereka membeli jajanan

disekolah tidak memperhatikan keamanan dan nutrisi makanan. Penelitian di salah

satu SD di Jakarta memperlihatkan bahwa lebih dari separuh siswa yang jajan,

beralasan hanya untuk mengisi perut supaya tidak lapar dan lebih dari

sepertiganya membeli chiki, biskuit, wafer, permen, cokelat, dan minuman

kemasan gelas aneka rasa (Yuliastuti.R, 2012). Mengkonsumsi produk makanan

rendah nutrisi ini juga meresahkan bagi Negara lain, karena dapat memicu

obesitas yang akan berimplikasi pada kesehatannya (Scholtens.S, et al, 2010)

(Nelson.M & Breda,J, 2013), bahkan pevalensi obesitas ini akan semakin

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

4  

Universitas Indonesia  

meningkat pada masyarakat dengan status social ekonomi yang rendah (Nelson.M

& Breda,J, 2013,; June M. Tester J.M, et al.,2010).

Menurut penelitian yang dilakukan di Cape Town, Afrika Selatan, yang

telah menetapkan makanan sehat dan tidak sehat disekolahnya, 70% anak

membeli makanan yang tidak sehat, sedangkan 73,2% membeli dua item atau

lebih makanan yang tidak sehat. Bahkan 84% mereka mengerti mana makanan

yang sehat dan mana yang tidak sehat ( Temple,N.et.al, 2006).

Kebiasaan makan di sekolah ini juga akan dipengaruhi oleh keberadaan

penjual makanan disekitar sekolah. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan di Canada pada tahun 2009/10, memperlihatkan bahwa ada hubungan

yang kuat antara pedagang pengecer disekitar sekolah dengan prilaku makan siang

anak sekolah (Seliske et al., 2013), suatu penelitian lain juga menyatakan bahwa

keberadaan toko makanan berjarak sampai 800 meter atau 10 menit dari sekolah,

berperan dalam kenaikan berat badan siswa dibanding sekolah yang jauh dari toko

(Howard et.al, 2011), menurut June M. Tester dkk (2010) hal ini sangat

berpengaruh pada saat setelah jam pulang sekolah dan juga berpengaruh pada

anak anak yang pulang pergi ke sekolah dengan berjalan kaki (tingkat ekonomi

rendah).

Kebijakan makanan di sekolah juga sangat berpengaruh kepada kebiasaan

makan pada waktu remaja (Vereecken.et.al, 2005) dan juga berpengaruh pada

Praktek Keamanan Pangan Penjaja PJAS, kemungkinan penjaja PJAS

mempraktekkan keamanan pangan pada kelompok yang ada kebijakan keamanan

pangan di sekolah, 68,57 kali dibanding bila tidak ada kebijakan keamanan

pangan di sekolah” (Damayanti.S.E., 2014)

Sebagai contoh dari kebijakan yang sudah ada diantaranya adalah

pelarangan terhadap junk food di Uruguay pada jam makan siang, hal ini dapat

mengurangi berat badan pelajar yang obesitas sebanyak 18% (Steve,Smith, 2010);

Pemberlakuan Program Makan Siang atau Sarapan di sekolah di Amerika yang

dilaksanakan oleh Departemen Pertanian (U.S. Department of Agriculture /USDA)

yang sudah harus dilaksanakan sejak tahun ajaran 2006-2007 untuk semua

sekolah local, dan biaya ditanggung oleh USDA (http://www.fns.usda.gov/

tn/local-school-wellness-policy); Melaksanakan strategi “Smart Choices” di

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

5  

Universitas Indonesia  

Queensland, Australia (Dick.M et.al, 2012). Kebijakan ini dilaksanakan melalui

kerjasama antara Departemen Pendidikan dan pelatihan dan Kesehatan

Queensland, dan dilaksanakan dengan dukungan organisasi profesional, dan

organisasi non-pemerintah. Strategi bertujuan untuk memastikan bahwa semua

makanan dan minuman yang disediakan di sekolah mengikuti standar diet anak-

anak dan Remaja di Australia.

Kebijakan makanan sekolah lainnya adalah menetapkan makanan “sehat”

dan “tidak sehat” (pedoman diet berbasis pangan) di Afrika Selatan oleh

Departemen Kesehatan dan wajib dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan

(Temple.N et.al, 2006) ; Melaksanakan kebijakan School Nutrien Policies (SNPs)

terhadap sekolah di Canada melalui issue peningkatan kualitas makanan di

sekitar sekolah, akses siswa ke makanan, keamanan pangan, dan pendidikan gizi

(Mullaly et al, 2010).

Program kebijakan makanan sehat berbasis sekolah ini harus konsisten

dengan program kesehatan yang lebih luas, program pertanian untuk

pengembangan kesehatan, sistim pangan yang berkelanjutan dan layak secara

finansial (Nelson.M,&Breda.J,2013). Pada saat ini, program makanan sekolah

tidak saja ditujukan untuk meningkatkan status gizi anak, tapi juga berperan

dalam meningkatkan program ketahanan pangan, menghubungkan pertanian

dengan program makanan sekolah, seperti penyediaan buah dan sayuran serta

pengolahan hasil alam lokal lainnya sehingga meningkatkan peluang pekerjaan,

pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi

(Ashe.L &Sonnino, 2013). Diantara negara yang sudah melaksanakannya adalah

Brazil (Sidaner.E.et.al, 2013) dan juga Scotlandia (Ashe.L & Sonnino.R, 2013).

Dalam proses implementasi kebijakan makanan di sekolah, terkait dalam

usaha mencapai makanan yang aman, bermutu dan bergizi, tentu banyak faktor

yang berpengaruh, baik berpengaruh positif (mendukung pelaksanaannya)

maupun yang berpengaruh negatif (Faktor penghambat pelaksanaannya).

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan beberapa faktor

yang berpengaruh positif dalam implementasi kebijakan makanan di sekolah,

seperti : 1) Adanya dukungan yang tinggi dari masyarakat; 2) Kesiapan pemasok

makanan ; 3) Dukungan orang tua (Taylor.J et.al, 2011; Dick.M et.al, 2012),;

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

6  

Universitas Indonesia  

4). Pemahaman dan komitmen yang tinggi dari komunitas sekolah ( Dick.M et.al,

2012), 5) Adanya kurikulum yang up to date terkait food hygiene dan food safety

(Bielby.G.et.al, 2006), 6) Memiliki dampak positif yg dapat diamati (Masse.LC.,

2013) 7). Promosi makan sehat di semua domain dari lingkungan sekolah

(Dick.M et.al, 2012), 8) Adanya standar gizi dan penggolongan makanan yang

sehat (Dick.M et.al, 2012; Anu Devi,et al, 2010), 9). Sekolah dasar memiliki

aturan tertulis untuk membatasi konsumsi makanan ringan gurih dan manis,

(Vereecken et al, 2005), 10). Adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah /

persetujuan legislative (Tester.J.M. 2010), 11) Adanya guideline pelaksanaan

kebijakan (Mâsse.L.C,,2013), 12) Tersedianya kantin sekolah, toko makanan dan

mesin penjual makanan dan minuman di sekolah (Taylor.J et.al, 2011; Vereecken

et al, 2005), 13) Dukungan politik dan dukungan pihak sekolah (Agron P, 2010;

McKenna ML, 2003, dalam Mâsse.L.C,,(2013)

Sedangkan faktor yang berpengaruh negatif atau menjadi penghalang

pelaksanaan kebijakan makanan di sekolah adalah : 1) Kehilangan pendapatan /

penerimaan sekolah (Taylor.J et.al, 2011; Mâsse.L.C,,2013; Maira Quintanilha.M,

2011),; 2). Mahalnya harga makanan yang sehat, 3) Tidak adanya kantin

disekolah (Taylor.J et.al, 2011), 4). Kurangnya sumber daya (staf, pendanaan,

ketersediaan program atau sumber daya pengajaran,; 5). Kurangnya koordinasi,

(Mâsse.L.C,,2013), 6). Kurangnya infrastruktur (fasilitas kantin, kemampuan staff

kantin) (Anu Devi et al,,2010), 7). Keadaan dan letak geografisnya (Chettiparamb,

Angelique , 2009,; Quintanilha.M, 2011),; 8) Orang tua (terkait tingkat

pendidikan dan income serta cara pandangnya); 9). kurangnya dukungan dari

devisi sekolah; 10). Hambatan lain ( seperti lokasi sekolah yang dekat restoran

atau toko makanan), (Quintanilha.M, 2011); 11). Masalah manajemen makanan

(terkait selera dan keinginan pelanggan, sumber daya) (Quintanilha.M, 2011;

Taylor.J et.al, 2011,; Freeze.C, 2007),; 12). Penggunaan makanan sebagai hadiah

(Freeze.C, 2007) dan lain-lain.

Isu utama kebijakan sekolah ini juga muncul dalam workshop

pengembangan evidence base untuk kebijakan berbasis makanan sekolah di

London pada Januari 2012, menyatakan bahwa ada 2 (dua) isu utama dalam

kebijakan sekolah (Nelson.M, & Breda.J, 2013) :

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

7  

Universitas Indonesia  

a. Komitmen seluruh pemerintah ( Nasional, lokal dan internasional jika

perlu) untuk memastikan bahwa hasil dari kebijakan dan intervensi benar-

benar dapat dievaluasi dampaknya terhadap penyediaan makanan sekolah,

pendidikan anak, kesehatan, pertumbuhan dan kesejahteraan

b. Isi, waktu dan pendanaan dari program penelitian, monitoring dan

evaluasi. Disamping itu ada permasalahan penting lainnya yaitu : Konteks

sosial, politik dan budaya dari kebijakan; kebutuhan stakeholder untuk

memiliki hasil penelitian yang bisa membantu mereka memahami dampak

kebijakan dari perspektif mereka; dan kesediaan untuk menilai kekuatan

dan keterbatasan kebijakan sekolah.

Pada saat ini, Indonesia sedang melaksanakan kebijakan terhadap

pengawasan terhadap mutu dan keamanan makanan di sekolah yaitu kebijakan

“Aksi nasional menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu dan

bergizi”. Kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

yang aman, bermutu dan bergizi ini bertujuan untuk : 1).Memberdayakan

komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS, 2)

Menguatkan koordinasi dan jejaring kerja lintas sektor di pusat dan daerah untuk

meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi, dan 3) Meningkatkan

keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.

Program ini merupakan salah satu program pengawasan makanan,

khususnya terhadap pangan jajanan anak di sekolah oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI). Program ini telah

dicanangkan oleh bapak Wakil Presiden Budiono di Istana Wakil Presiden pada

31 Januari 2011, dimana dalam pengarahannya Wapres menyatakan:

“ ini adalah gerakan bersama, tidak mungkin Badan POM sendiri. Oleh sebab itu harus gerakan masyarakat di sini, gerakan yang menyangkut pemerintah. Pemerintah ini artinya pusat dan daerah, daerah harus diikutkan karena merekalah yang di ujung tombak lapangan. Didalam pemerintah sendiri ada instansi-instansi, tidak mungkin POM kita diamkan.”

Kebijakan Aksi Nasional Pangan jajanan Anak Sekolah yang aman,

bermutu dan bergizi ( Aksi nasional PJAS), dilaksanakan sejak tahun 2011

sampai tahun 2014. Sebagai pelaksana dari aksi Nasional untuk upaya

peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS ini, ditingkat pusat dilaksanakan

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

8  

Universitas Indonesia  

oleh Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pendidikan

Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian,

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah, Bappenas dan Badan POM RI dan didukung oleh

stakeholder dan lembaga internasional / donor lainnya, serta Lembaga

Kemasyarakatan seperti PKK serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Sedangkan untuk kegiatan di daerah akan dikoordinir oleh Pemerintah Provinsi

atau kabupaten / kota setempat dan bekerjasama dengan pemerintah pusat dan

lembaga terkait, dan sebagai pelaksana utamanya adalah Balai POM, Dinas

Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan LSM

(Badan POM a, 2011).

Aksi Nasional ini tidak akan bisa berhasil tanpa adanya senergisitas

diantara lintas sektor terkait lainnya, terutama pada Pemerintah Daerah karena

sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana

urusan pendidikan dan kesehatan sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Hal inipun juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004

tentang Kemanan Mutu dan Gizi Pangan, bahwa Pangan siap saji pengawasan dan

pembinaannya ada pada Pemerintah Daerah.

Semenjak tahun 2011 sampai tahun 2014, dalam rangka Aksi Nasional

PJAS, Balai POM di Batam telah melakukan pengujian PJAS sebanyak 926

sampel PJAS pada 60 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di kota Batam, Tanjung

Pinang, Kabupaten Bintan dan Tanjung Balai Karimun. Dari hasil uji tersebut

PJAS tidak memenuhi syarat sebanyak 58 sampel (6,26%), dan yang memenuhi

syarat sebanyak 868 (93,74%). Khusus untuk kota Batam, Balai POM di Batam

sudah melaksanakan Intervensi A, B dan C pada kurang lebih 215 Sekolah Dasar

(87%) dengan tenaga pendamping dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan

kota Batam. Intervensi A di kota Batam dilakukan pada tahun 2012 di 15 SD ,

sedangkan tahun berikutnya di kota Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun .

Dari 15 SD yang diintervensi A tersebut, setelah dilakukan audit oleh BPOM di

Batam bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan , hanya 3 SD yang dapat

memperoleh Piagam Bintang Keamanan Pangan untuk Kantin Sekolah sebagai

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

9  

Universitas Indonesia  

penghargaan atas terlaksananya keamanan pangan di kantin sekolah tersebut

(BPOM Batam, 2014).

Berdasarkan pertimbangan diatas dan mengingat belum ada penelitian

yang menganalisa implementasi dari program Aksi Nasional Menuju Pangan

Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu dan bergizi di Indonesia, maka penulis

tertarik untuk melakukannya penelitian guna mengetahui keefektifan pelaksanaan

kebijakan aksi Nasional PJAS ini dan menemukan faktor faktor yang menjadi

penghambat dan mungkin akan menjadi masalah dari implementasi kebijakan ini.

Untuk menganalisa implementasi kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan

Jajanan Anak Sekolah yang Aman, bermutu dan Bergizi ini, penulis menggunakan

kerangka konsep analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier

(1983). Teori ini digunakan karena menurut penulis, beberapa faktor pendukung

dan penghalang implementasi kebijakan makanan di sekolah seperti diatas serta

beberapa permasalahan dalam implementasi kebijakan publik secara umum, akan

bisa dirangkum dalam 16 sub variable yang dikelompokkan kedalam 3 variabel

utama dari teori Mazmanian dan Sabatier ini.

Menurut Mazamanian dan Sabatier , untuk mengetahui keberhasilan tahap

proses implementasi, dipengaruhi oleh beberapa faktor/variabel utama,

diantaranya adalah : 1) Mudah/tidaknya permasalahan implementasi diselesaikan,

2) Kemampuan kebijakan dalam merespon masalah yang akan diselesaikan

(statutory variables), diantaranya kejelasan tujuan, dukungan sumber daya, dll 3)

Variable non kebijakan (non statutory variables), semakin baik lingkungan

kebijakan maka semakin baik keberhasilan implementasi kebijakan (Yongjin Sa,

2013; Wahab.S.A., 2012; Mary Mulhern Kincaid 2011,; Purwanto.E.A &

Sulistyastuti.D.R, 2012).

R. Kent Weaver, guru besar public policy mengatakan bahwa kegagalan

untuk mengantisipasi masalah implementasi ketika reformasi kebijakan sedang

berlaku dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai tujuan program, biaya

yang berlebihan, dan bahkan mungkin reaksi politik terhadap organisasi dan

pelaksana kebijakan (Gustama.D, 2013).

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

10  

Universitas Indonesia  

1.2. Rumusan Masalah

Pengawasan terhadap jajanan anak sekolah terutama tingkat Sekolah Dasar

belum optimal, hal ini dapat dilihat dari data hasil pengujian Pangan Jajanan Anak

Sekolah pada tahun 2008 sampai 2010, secara nasional memperlihatkan bahwa

40-44% Pangan Jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan, khususnya

terkait keamanan pangan.

Selanjutnya , kecukupan gizi anak usia sekolah juga masih kurang. Data

laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa ,

secara nasional prevalensi anak pendek masih tinggi, yaitu di atas 30%, tertinggi

pada kelompok anak 6-12 tahun (35,8%), Status gizi pada kelompok dewasa di

atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga

masih cukup tinggi, dan masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi

pada semua kelompok umur, terutama pada anak usia sekolah (6–12 tahun), usia

pra remaja (13–15 tahun), usia remaja (16–18 tahun).

Dengan adanya kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak

Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi, diharapkan akan dapat mengurangi

masalah diatas dengan cara memberdayakan komunitas sekolah dalam mengawasi

makanan yang beredar di sekolah dan sekitarnya, agar makanan yang tersedia di

sekolah aman, bermutu dan bergizi untuk dikonsumsi siswa.

Dalam mengimplementasikan kebijakan itu, tentu akan melewati proses

yang kompleks dan panjang, apalagi kebijakan ini juga melibatkan banyak lintas

sektor terkait. Dalam perjalanannya tentu ada hal-hal yang berpengaruh dalam

proses implementasinya. Untuk itulah penulis mencoba untuk mengidentifikasi

variabel mana yang berpengaruh dalam proses implementasi tersebut dengan

menggunakan teori analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier.

1.3. Pertanyaan penelitian

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelaksanaan proses

implementasi kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman, Bermutu dan Bergizi yang dilaksanakan di kota Batam dalam upaya

mencapai tujuan formalnya?

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

11  

Universitas Indonesia  

1.4. Tujuan penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses

implementasi kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak

Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi di kota Batam, ditinjau dari

konsep analisis implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier

1.4.2. Tujuan Khusus :

a. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses

implementasi kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak

Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi di kota Batam dari Aspek :

1). Kemampuan pengelolaan masalah (tractability problem)

2). Kemampuan kebijakan itu menstrukturkan proses implementasi

(Statutory variables / hukum)

3). Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi ( Non Statutory variables / non hukum)

b. Untuk mengetahui komitmen pemerintah daerah dalam mewujudkan

pangan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi di kota

Batam

1.5. Manfaat Penelitian

a. Bagi Masyarakat

Untuk melindungi anak, terutama anak sekolah dari pangan yang tidak

memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi.

b. Bagi Pemerintah Pusat

Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi pelaksanaan program

Aksi Nasional-PJAS.

c. Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai masukan untuk menindak lanjuti program Aksi Nasional-

PJAS dan memperkuat komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya

menyediakan pangan yang aman, bermutu dan bergizi di wilayahnya.

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

12  

Universitas Indonesia  

d. Bagi para pengusaha

Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pengusaha terhadap apa

yang mereka buat dan perdagangkan, sehingga produk mereka aman

dikonsumsi anak sekolah dan mampu bersaing, terutama dalam

menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean.

1.6. Batasan penelitian

Penelitian ini hanya fokus kepada pelaksanaan kebijakan Aksi Nasional

Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi, di kota

Batam.

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

13  

Universitas Indonesia  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Publik

2.1.1. Definisi Kebijakan Publik

Definsi tentang kebijakan publik sangat beragam, dan sepertinya susah

untuk disatukan karena luasnya bidang kajian kebijakan publik itu (Wahab.S.A.,

2012). Menurut William Dunn (1994) kebijakan publik adalah suatu rangkaian

pilihan pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat

pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan seperti

pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat

dan lain-lain. Menurut Thomas R, Dye (1978;1987,1) Kebijakan publik adalah

“Whatever governments choose to do or not to do”, Lemieux (1995) merumuskan

kebjakan publik sebagai “ The product of activities aimed at the resolution of

public problem in the environment by political actors whose relationship are

structured. The entire process envolves over time”, (Wahab.S.A., 2012:13)

Sementara dalam Nugroho (2006,23), juga ditemukan beberapa definisi

seperti dari Harold Laswel dan Abraham Kaplan (1970) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai a projected program of goal, value, and practise. David Easton

(1965) mendefinisikan sebagai the impact of government activity. James Lester

dan Robert steward (2000) mendefinisikan sebagai a process or a series or

pattern of governmental activities or decisions that are design to remedy some

public problem, either real or imagined. Steven A.Peterson (2003)

mendefinisikannya sebagai government action to address some problem.

B.G.Peter (1993) mendefinisikan sebagai the sum of government activities, wheter

acting directly or through agent, as it has an influence on the lives of citizens.

Dari beberapa definisi tersebut Nugroho (2006) membuat rumusan tentang

ciri- ciri dari kebijakan publik tersebut, yaitu :

a. Kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh administrator Negara atau

administrator public

b. Kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan publik, bukan perorangan atau golongan

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

14  

Universitas Indonesia  

c. Dikatakan sebagai kebijakan publik apabila manfaat yang diperoleh

masyarakat yang bukan pengguna langsung dari produk yang dihasilkan jauh

lebih banyak atau lebih besar dari pengguna langsungnya

2.1.2. Sistem dan Komponen Kebijakan

Menurut Dunn (1994), Sistem kebijakan (policy system) meliputi tiga

unsur/komponen yang saling berkaitan, yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan,

dan lingkungan kebijakan.

Gambar 2.1.: Hubungan komponen dalam sistim kebijakan (Dunn

dalam Ayuningtyas.D, 2014)

Segitiga sistem kebijakan diatas memperlihatkan bahwa aktor kebijakan

akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan publik, sementara aktor dan

kebijakan publik juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

kebijakan. Ketiga komponen diatas selanjutnya dikenal dengan sistem kebijakan

Lebih jauh komponen kebijakan itu dapat dijelaskan lebih lanjut :

1. Isi kebijakan publik (Policy Content)

Isi kebijakan publik ini merupakan respon dari berbagai masalah publik

yang meliputi : Kebijakan hak-hak sipil, pendidikan, kesejahteraan,

kesehatan, pertahanan, energi, lingkungan dan lain-lain. (Wahab.S.A,

2012) Secara umum, isi kebijakan itu dibuat dalam bentuk tertulis dan

memuat : a). Tujuan dibuatnya kebijakan dan dampak yang diharapkan, b).

Ruang lingkup kebijakan, meliputi siapa yang menjadi sasaran kebijakan

dan dan tindakan yang dipengaruhi oleh kebijakan, c). Kapan kebijakan

diberlakukan, d). Siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan,

e). Aturan aturan khusus terhadap perilaku organisasi yang membuat

Actor / pelaku kebijakan 

Lingkungan kebijakan 

Isi Kebijakan publik 

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

15  

Universitas Indonesia  

kebijakan itu, f). Latar belakang pembuatan kebijakan, g). Definisi dari

istilah untuk menghindari ambigu ( Ayuningtyas, 2014)

2. Pelaku kebijakan / Pemangku kepentingan kebijakan (Policy stakeholder)

Pelaku / aktor atau pemangku kepentingan dari kebijakan ini adalah

individu atau kelompok yang berhubungan langsung dengan suatu

kebijakan dan dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan

tersebut, dapat berupa sekelompok warga, organisasi buruh, pedagang kaki

lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga pemerintah dan lain-

lain (Ayuningtyas, 2014). Beberapa hal dapat berpengaruh pada aktor ini

antara lain: bentuk pemerintahan, sistem birokrasi, sistim politik, pola

partisipasi, kepentingan, derajat konflik dan watak penguasa (Wahab.S.A,

2012).

3. Lingkungan kebijakan (Policy Environment)

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap suatu kebijakan

adalah : Kesejahteraan, Urbanisasi, Sitem ekonomi, tingkat pendidikan,

pola kebudayaan, komposisi rasial, keragaman agama dan lain-lain

(Wahab.S.A, 2012).

2.1.3. Proses Perancangan Kebijakan Publik

Menurut Walt (1994), proses perancangan kebijakan merupakan proses

linier yang dimulai dari pengenalan masalah sampai dengan aktifitas untuk

menyelesaikan masalah. Proses tersebut adalah : 1) Identifikasi masalah /

pengenalan isu, 2) Formulasi Kebijakan (perumusan), 3) Implementasi kebijakan

dan 4) Evaluasi Kebijakan (Adisasmito.W,2013).

Menurut Dunn (1994) proses perancangan kebijakan adalah : 1) Penetapan

agenda kebijakan, 2) Adopsi kebijakan, 3) Implementasi kebijakan, 4) Evaluasi

kebijakan. Menurut James Anderson (1979), proses perancangan kebijakan

publik adalah: 1) Formulasi masalah, 2) Formulasi kebijakan, 3) Penentuan

kebijakan, 4) Implementasi kebijakan, 5) Evaluasi kebijakan. Sedangkan menurut

AG.Subarsono (2004), proses perencanaan kebijakan adalah serangkaian proses

yang bersifat politis yang dimulai dari : 1) Penyusunan agenda, 2) Formulasi

kebijakan, 3) Adopsi kebijakan, 4) Implementasi kebijakan, dan 5) Evaluasi

kebijakan (Pasolong.H, 2013).

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

16  

Universitas Indonesia  

2.1.4. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses untuk mewujudkan

tujuan kebijakan. Tahapan ini adalah penting karena tahapan ini merupakan

“jembatan” antara dunia konsep dan dunia nyata (Purwanto E.A &

Sulistyastuti.D.R, 2012). Implementasi ini akan melibatkan sebuah proses yang

rasional dan emosional yang amat kompleks. Pada proses ini akan memasuki

ranah permasalahan konflik, keputusan-keputusan yang pelik, dan isu siapa yang

akan memperoleh apa, sehingga implementasi ini merupakan bagian yang penting

dari keseluruhan proses kebijakan.

Pentingnya implementasi ini juga disampaikan oleh Udoji dalam

Wahab.S.A, (2012) mengatakan bahwa, pelaksanaan kebijakan itu adalah sesuatu

hal penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Kebijakan-kebijakan akan berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi

dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Dalam artian luas, implementasi dianggap sebagai bentuk

penyelenggaraaan atau pengoperasionalisasian aktivitas yang sudah ditetapkan

bersama diantara para pemangku kepentingan (stakeholders), aktor, organisasi

(public atau private), prosedur dan teknik secara sinergis untuk bekerjasama

menerapkan kebijakan kearah yang dikehendaki.

Menurut Daniel A.Mazmanian dan Paul A.Sabatier dalam Wahab.S.A.

(2012), proses implementasi kebijakan itu tidak hanya menyangkut perilaku badan

administratif yang bertanggung jawab melaksanakan dan menimbulkan ketaatan

pada kelompok sasaran, melainkan juga menyangkut jaringan-jaringan politik,

ekonomi dan sosial yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi

perilaku pihak yang terlibat. Akhirnya akan berpengaruh kepada dampak, baik

yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

2.1.4.1. Teknik Implementasi

Ada dua model pendekatan/teknik dalam mengimplementasikan kebijakan

(Wahab.S.A, 2012; Agustino, 2008 ; Purwanto E.A &Sulistyastuti.D.R, 2012) :

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

17  

Universitas Indonesia  

a. Pendekatan top-down (top down approach)

Pendekatan ini sering juga disebut policy centred karena perhatian

peneliti hanya terfokus kepada kebijakan dan berusaha untuk memperoleh

fakta-fakta, apakah implementasi kebijakan itu mampu atau tidak

mencapai tujuannya (Hogwood and Gunn 1984 dalam Purwanto E.A &

Sulistyastuti.D.R, 2012). Sehingga pendekatan top-down ini sangat cocok

untuk menilai efektifitas implementasi suatu kebijakan.

P.deLeon and L,deLeon (2002), menyebut pendekatan top-down

ini sebagai pendekatan “Command and control” yang berarti memberikan

komando dan mengawasi pelaksanaannya. Dalam artian luas perintah

atasan ini berkaitan dengan kejelasan tujuan. Perintah tersebut akan

diterjemahkan detil dalam bentuk instruksi kerja dan atasan juga mampu

mengawasi pelaksanaan instruksi tersebut (Purwanto E.A &

Sulistyastuti.D.R, 2012)

Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan birokrasi

(bureaucratic approach) karena secara umum berbasis kepada mekanisme

birokrasi, dan dengan mekanisme yang agak memaksa.

Implementasi kebijakannya tersentralisasi dan dimulai dari tingkat pusat,

dan keputusan pun diambil di tingkat pusat. Keputusan tersebut

dilaksanakan oleh administrator atau birokrat pada level dibawahnya,

sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan ditingkat pusat.

(Wahab.S.A,2012)

b. Pendekatan Bottom-Up (Bottom-up approach)

Pendekatan ini dipelopori oleh Elmore (1978), Lipsky (1971),

Berman (1978) dan Hjern, Hanf, serta Porter (1978). Pendekatan bottom-

up ini menekankan pentingnya peranan birokrat pada level bawah ( street

level bureaucrate) dan kelompok sasaran kebijakan (target group) dalam

implementasi suatu kebijakan. Bahkan mereka juga beranggapan bahwa

implementasi akan berhasil jika kelompok sasaran dilibatkan dari awal

perencanaan dan implementasinya (Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R,

2012)

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

18  

Universitas Indonesia  

Pendekatan bottom-up dapat dilaksanakan dengan langkah

langkah sebagai berikut:

1. Memetakan stakeholder (aktor dan organisasi) pada level terbawah

yang terlibat dalam implementasi kebijakan

2. Mencari informasi tentang pemahaman aktor tersebut terhadap

kebijakan yang mereka implementasikan, dan apa kepentingan

mereka di dalamnya.

3. Memetakan keterkaitan aktor pada level bawah dengan aktor pada

level atasnya.

4. Peneliti bergerak keatas memetakan aktor yang lebih tinggi dengan

mencari informasi yang sama.

5. Pemetaan dilakukan terus sampai level tertinggi (para policy maker)

Metode pendekatan bottom-up ini adalah untuk mengetahui

jaringan implementasi yang melibatkan banyak aktor dari berbagai level

dan memetakan motif ekonomi-politik para aktor yang terlibat dalam

implementasi kebijakan (Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, 2012)

Untuk memudahkan dalam memahami perbedaan pendekatan top-down dan

bottom-up tersebut, Sabatier (1984) membuat ringkasan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perbandingan Pendekatan Top-down dan Bottom-up.

Top-down

Bottom-up

Fokus awal Kebijakan pemerintah (pusat) Jaringan implementasi pada level paling bawah

Identifikasi aktor utama yang terlibat dalam proses

Dari pusat (atas) dilanjutkan ke bawah sebagai konsekuensi implementasi

Dari bawah, yaitu para implementer pada level lokal ke atas

Kriteria evaluasi Berfokus pada pencapaian tujuan formal yang tertulis dalam dokumen kebijakan

Kurang begitu jelas, apa saja yang dianggap peneliti penting dan punya relevansi dengan kebijakan

Fokus secara keseluruhan

Bagaimana mekanisme implementasi bekerja untuk mencapai tujuan kebijakan

Interaksi strategis antar berbagai aktor yang terlibat dalam implementasi

( sumber: Sabatier 1984, dalam Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, 2012).

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

19  

Universitas Indonesia  

2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan / Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Implementasi kebijakan.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat dilihat dari proses dan

pencapaian tujuan akhir kebijakan (output), hal ini juga didukung oleh Merrile

Grindle dalam Agustino (2008) yang mengatakan bahwa “pengukuran

keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya dengan mempertanyakan

apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat

kepada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan

program tersebut tercapai”.

Suatu model implementasi kebijakan merupakan suatu upaya

menyederhanakan realitas implementasi kebijakan yang rumit menjadi lebih

sederhana yaitu sebagai hubungan sebab akibat antara keberhasilan implementasi

dengan faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan implementasi tersebut

(Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, 2012).

Diantara model implementasi kebijakan tersebut adalah :

a. Implementasi Kebijakan Publik Model Donal Van Metter dan Carl Van Horn.

Kedua pakar ini mencoba menghubungkan antara isu kebijakan dengan

implementasi dan membuat suatu model konseptual yang menghubungkan

kebijakan dengan kinerja (performance). Kedua ahli ini juga menegaskan

bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep yang

penting dalam prosedur-prosedur implementasi. (Wahab.S.A, 2012).

Ada 6 Variable menurut Van Meter dan Van Horn yng mempengaruhi

kinerja kebijakan publik :

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumberdaya

3. Karakteristk agen pelaksana

4. Sikap/kecendrungan (Disposition) para pelaksana

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

b. Implementasi Kebijakan Pulik Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model kebijakan publik yang disampaikan Mazmanian dan Sabatier

disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Mereka

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

20  

Universitas Indonesia  

berpendapat bahwa peran penting dalam implementasi kebijakan publik

adalah kemampuannya dalam mengidentifikasi variable-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan tujuan formal pada keseluruhan proses

implementasi.

Menurut teori ini ada 16 variable yang dibagi kedalam 3 faktor utama

(independen variable) yang dapat berpengaruh pada proses implementasi.:

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap (tractability), meliputi

: a). Kesukaran kesukaran teknis, b). Keberagaman perilaku yang

diatur, c). Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok

sasaran, d) Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang

dikehendaki.

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

(Statutory). Para pembuat kebijakan akan menggunakan wewenang

yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat

melalui beberapa cara : a). Kecermatan dan kejelasan penjenjangan

tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai, b). Keterandalan teori kausalitas

yang diperlukan, c) Ketepatan alokasi sumber dana, d) Keterpaduan

hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau

instansi-instansi pelaksana, e). Aturan-aturan pembuat keputusan dari

badan-badan pelaksana, f). Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan

yang termaktub dalam undang-undang, dan g). Akses formal pihak-

pihak luar

3. Variabel-variabel di luar Undang-undang / kebijakan yang

mempengaruhi implementasi (Non Statutory), seperti : a).Kondisi

sosial-ekonomi dan teknologi, b). Dukungan publik, c). Sikap dan

sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat, d). Kesepakatan

dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

c. Implementasi Kebijakan Publik Model George C. Edward III (1980)

Edward III menamakan kebijakan publiknya dengan Direct and

Indirect Impact on Implementation. Dalam pendekatan ini Edward III

mengemukakan 4 variabel yang sangat menentukan keberhasilan

implementasi suatu kebijakan, yaitu :

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

21  

Universitas Indonesia  

1. Komunikasi

Terdapat 3 indikator keberhasilan komunikasi ini yaitu : a).

Transmisi, b) Kejelasan, dan c). Konsistensi,.

2. Sumberdaya .

Menurut Edward III, sumberdaya terdiri dari beberapa elemen

yaitu : a) Staf, staf harus mencukupi, memadai dan kompeten

dibidangnya, b). Informasi, informasi tentang cara melaksanakan

kegitan dan juga informasi mengenai data kepatuhan dari para

pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah , c) Wewenang,

kewenangan harus bersifat formal, dan d). Fasilitas (sarana dan

prasarana)

3. Disposisi / sikap dari pelaksana kebijakan

Pelaksanaan kebijakan publik bisa berjalan efektif, maka para

pelaksana kebijakan harus mengetahui apa yang akan dikerjakannya

dan harus memiliki kemampuan untuk mengerjakannya, sehingga

dalam prakteknya tidak terjadi bias. Hal-hal yang perlu dicermati

dalam variable ini menurut Edward III adalah : a) Pengangkatan

Birokrat, dan b) Insentif

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edward III, dua faktor yang dapat menaikkan kinerja

struktur birokrasi / organisasi kearah yang lebih baik adalah : a).

melakukan Standard Operating Procedures (SOPs) dan b).

melaksanakan Fragmentasi

d. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle.

Grindle (1980), mengemukakan model implementasi kebijakan yang

dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process.

Keberhasilan implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses

pencapaian hasil akhir (outcomes), pengukuran keberhasilan imlementasi ini

dapat dilihat dari 2 hal, yaitu:

1. Dilihat dari prosesnya, apakah pelaksanaan kebijakan itu sesuai

dengan yang sudah ditentukan (design), dengan merujuk kepada aksi

kebijakannya.

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

22  

Universitas Indonesia  

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai?, diukur dengan melihat impack

atau efeknya pada masyarakat secara individual ataupun kelompok,

dan tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok

sasaran dan perubahan yang terjadi.

Keberhasilan implementasi menurut Grindle ditentukan oleh tingkat

implementability yang terdiri dari Content of policy dan Contex of policy

1) Content of policy menurut Grindle adalah : a). Interest Affected (

kepentingan – kepentingan yang mempengaruhi, b). Type of Benefits

(Tipe manfaat), c). Extent of Change Envision (derajat perubahan

yang ingin dicapai), d).Site of Decission Making (letak pengambilan

keputusan), e).Program Implementation (Pelaksana program), dan f).

Resources Committed (sumber-sumber daya yang digunakan).

2) Context of policy menurut Grindle adalah : a). Power, Interest, and

Strategy of actor Involved (Kekuasaan, kepentingan, dan strategi dari

actor yang terlibat), b). Institution and Regime Characteristic (

Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa), dan c). Compliance

and Responsivness ( tingkat kepatuhan dan adanya respon pelaksana)

Disamping itu dalam Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, (2012) juga ada

pendapat dari Sabatier (1986). Sabatier mengatakan ada 6 variable yang dianggap

memberikan kontribusi terhadap keberhasian dan kegagalan implementasi

kebijakan, yaitu :

1. Tujuan atau sasaran kebijakan harus jelas dan konsisten,

2. Dukungan teory yang kuat dalam merumuskan kebijakan,

3. Proses imlementasi mempunyai dasar hokum yang jelas untuk menjamin

kepatuhan petugas dilapangan dan kelompok sasaran,

4. Komitmen dan keahlian para pelaksana kebijakan,

5. Dukungan para stakeholder,

6. Stabilitas kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

23  

Universitas Indonesia  

2.1.4.3. Permasalahan Proses Implementasi.

a. Ketidaksempurnaan Proses Implementasi.

Menurut Hogwood dan Gunn dalam Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R,

(2012), suatu implementasi yang sangat sempurna (perfect implementation)

tidak akan pernah terwujud karena :

1. Ada hambatan Eksternal. Hambatan ini berasal dari luar organisasi seperti

krisis moneter, bencana alam, dll.hal ini sulit dikontrol oleh para pembuat

kebijakan maupun imlementatornya.

2. Waktu dan sumberdaya tidak tersedia secara memadai

3. Kebijakan tidak didasarkan pada landasan pemikiran (teoritis) yang kuat

tentang hubungan kausalitas antara kebijakan dan hasil yang akan dicapai.

Akibatnya pembuat kebijakan keliru dalam merumuskan kebijakan untuk

mengatasi masalah publik.

4. Hubungan sebab akibat antara kebijakan dan hasilnya, jarang bersifat

langsung

5. Lembaga pelaksana jarang yang bisa mandiri, tersebarnya sumber daya

pada lembaga lain seperti finansial, teknologi, politik, informasi dan

sumberdaya manusia yang berkualitas dll.

6. Jarang ada kesepakatan yang bersifat umum diantara pelaksana tentang

tujuan kebijakan dan cara kencapainya. Banyak kebijakan yang

dirumuskan, menghendaki struktur implementer multi agencies.

7. Jarang ada suatu kondisi terjadinya komunikasi dan koordinasi yang

sempurna.

b. Kegagalan Implementasi Kebijakan Publik di Negara Lain

Makinde (2005) dalam (Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, 2012) telah

mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam proses implementasi,

sehingga menimbulkan kegagalan, seperti penelitiannya di Nigeria

mengidentifikasi gagalnya implementasi kebijakan di Nigeria disebabkan oleh :

1) Kelompok sasaran (target beneficiaries) tidak terlibat dalam implementasi

program, 2) program yang diimplementasikan tidak memperhitungkan kondisi

lingkungan seperti sosial, ekonomi dan politik, 3) Adanya korupsi, 4) Sumber

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

24  

Universitas Indonesia  

Daya Manusia yang rendah kualitasnya, 5) Tidak adanya koordinasi dan

monitoring. Sementara itu faktor kelangkaan teknologi dan SDM (Sumberdaya

Manusia) yang tidak berkapasitas, merupakan temuannya terhadap penyebab

kegagalan proses implementasi kebijakan di Ghana.

Pada penelitiannya di Pakistan, Makinde juga menemukan beberapa faktor

yang menyebabkan kegagalan proses implementasi kebijakan, yaitu : 1)

Ketidakjelasan tujuan kebijakan, 2) Komitmen politik, 3) Struktur

pemerintahan, 4) Sentralisasi kewenangan, 5) Sumberdaya, dan 6)

Ketergantungan pada bantuan asing.

Sejalan dengan yang ditulis Makinde diatas, Omoniyi Victor Ajulor (2013)

juga menuliskan kegagalan implementasi kebijakan dan penurunan kemiskinan

di pedesaan di Nigeria. Faktor penyebabnya adalah : 1) Tujuan yang tidak

realistis, 2) Korupsi, 3) Politik (dana digunakan untuk politisasi),4) Kurang

mempertimbangkan keadaan sosial, politik dan ekonomi dari penerima manfaat

sebelum membuat kebijakan (program kemiskinan tidak berbasis lokal), 5)

Kurangnya partisipasi kelompok sasaran ( proses kebijakan publiknya selalu

top-down dalam konsepsi, desain, perumusan, pelaksanaan dan evaluasi)

c. Kegagalan Implementasi Kebijakan Publik di Indonesia

Kegagalan implementasi kebijakan di Indonesia hampir sama dengan

kegagalan yang ditemukan di Negara lain, setidaknya ada 6 faktor yang

menetukan berhasil atau tidaknya proses implementasi (Purwanto E.A &

Sulistyastuti.D.R, 2012) yaitu :

1. Kualitas kebijakan itu sendiri. Kualitas disini terkait dengan kejelasan

tujuan, kejelasan implementer atau penanggung jawab implementasi,

dll.

2. Kecukupan input kebijakan (terutama anggaran). Menurut Wildavsky,

besarnya anggaran yang dialokasikan terhadap suatu kebijakan atau

program, menunjukkan seberapa besar political will / komitmen

pemerintah terhadap persoalan yang akan diselesaikan.

3. Ketepatan intrumen yang akan dipakai untuk mencapai tujuan

kebijakan. Instrumen tersebut misalnya pemberian layanan gratis,

hibah peralatan/barang tertentu, subsidi, dll

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

25  

Universitas Indonesia  

4. Kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM,

pengawasan, koordinasi, dll).

5. Karakteristik dan dukungan kelompok sasaran ( apakah individu,

kelompok, laki atau perempuan, terdidik atau tidak, dll).

6. Kondisi lingkungan geografi, sosial, ekonomi dan politik dimana

implementasi tersebut dilakukan.

2.2. Keamanan Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman (Pemerintah RI, 2012).

Pada Konferensi Internasional FAO/WHO tahun 1992 tentang gizi,

dideklarasikan bahwa masalah keamanan pangan telah menjadi keprihatinan

dunia, ratusan juta manusia di dunia menderita penyakit menular maupun tidak

menular karena pangan yang tercemar, dan perlu diingat bahwa “memperoleh

pangan yang cukup, bergizi dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang”

(Badan POM RI a, 2011).

2.2.1. Definisi Keamanan Pangan

Menurut UU No 18 Tahun 2012 tentang pangan, kemanan pangan adalah

kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

Menurut FAO/WHO (1997) Keamanan pangan adalah jaminan bahwa

pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi konsumen saat disiapkan dan atau

dikonsumsi sesuai dengan penggunaannya. Sedangkan menurut Codex

Alimentarius Commission (CAC), Kemanan pangan adalah semua kondisi dan

tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan kelayakan pada semua

tahap dalam rantai makanan (Badan POM RI&FKM UI, 2011).

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

26  

Universitas Indonesia  

2.2.2. Jenis Bahaya Dalam Pangan

Jenis bahaya dalam pangan yang dapat mengancam kesehatan pada

manusia secara garis besar dibagi atas 3 golongan, yaitu:

1. Bahaya Fisik

Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang

tidak boleh ada dalam pangan dan tidak layak untuk dimakan seperti

rambut, kuku, anak steples, kerikil, pecahan kayu, plastik, serangga mati

dan lain-lain.

2. Bahaya Kimia

Bahaya kimia adalah bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia.

Bahan kimia berbahaya ini dapat berasal dari :

a. Penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pengolahan pangan seperti

penggunaan boraks untuk pengenyal bakso, pempek, perenyah pada

kerupuk; penggunaan formalin untuk pengawet pada ikan, tahu, mie

basah; dll.; penggunaan Pewarna bukan untuk makanan seperti

Rhodamin B sebagai pewarna merah, methanyi yellow untuk pewarna

kuning dll.

b. Racun alami yang ada dalam pangan, seperti jamur beracun, ikan

buntal yang mengandung tetrodotoksin, singkong yang menangdung

Cianida, jengkol yang mengandung asam jengkolat, ikan yang

mengandung histamine dll.

c. Cemaran kimia yang berasal dari lingkungan, seperti limbah industry

yang diserap tanah, sisa pestisida pada buah dan sayur, cat pada

peralatan masak, makan dan minum, asap kendaraan bermotor,

penggunaan kemasan pangan yang dilarang, dll.

d. Pengunaan Bahan Tambahan Pangan yang melebihi kadar maksimum

yang diperbolehkan. Bahan tambahan ini diperlukan pada pangan

olahan untuk memperbaiki sifat dan mutu serta daya simpannya.

3. Bahaya Biologi

Bahaya ini berasal dari mikroba yang muncul pada pengolahan

pangan yang tidak baik, seperti tidak menjaga kebersihan baik dari

penjamah makanan sendiri, lingkungan tempat bekerja, peralatan maupun

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

27  

Universitas Indonesia  

dari makanan yang kotor.Mikroba bisa berupa bakteri, kapang, khamir

ataupun virus. Pertumbuhan mikroba ini sangat dipengaruhi oleh jenis

makanannya, suhu penyimpanan, kadar air, tingkat keasaman dan waktu

penyimpanan.

2.2.3. Determinan Keamanan Pangan

Dalam buku promosi Kemanan Pangan yang disusun oleh Badan POM RI

bersama FKM UI (2011), keamanan pangan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :

1. Faktor prilaku (sanitasi dan higiene pangan)

Sanitasi Pangan adalah upaya untuk mencegah kemungkinan

tumbuhnya jasad renik dan pathogen dalam makanan atau usaha untuk

mencegah pencemaran pada pangan.. Sedangkan hygiene pangan adalah

kondisi dan tindakan yag diperlukan untuk menjamin pangan tersebut

aman dan layak pada semua rantai makanan.

Higiene dan sanitasi pangan menyangkut Higiene pribadi ,

ruangan, pakaian , dan pangan sendiri. Beberapa contoh adalah tidak

mencuci tangan, kebiasaan mengobrol dan merokok sambil bekerja, tidak

menggunakan masker dan tutup rambut, dll.

Faktor prilaku ini juga terkait dengan faktor prilaku dari konsumen,

dimana konsumen tidak mengenal bagaimana mengetahui pangan yang

aman seperti tidak memperhatikan label, hanya membeli pangan dengan

pertimbangan harga murah tanpa memperhatikan kemanannya dan

sebagainya.

2. Faktor Lingkungan

Untuk mendapatkan pangan yang aman, juga perlu memperhatikan

faktor lingkungannya, seperti bangunan beserta konstruksinya, peralatan

yang digunakan. Lingkungan yang tidak baik akan cendrung mencemari

pangan, seperti pencemaran fisik, kimia dan biologi.

3. Faktor Sosial ekonomi

Keamanan pangan juga terkait dengan keadaan sosial ekonomi

yang meliputi pengetahuan dan kemauan, pendidikan, pekerjaan,

lingkungan sosial dan budaya.

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

28  

Universitas Indonesia  

Pengetahuan sangat memegang peranan penting, karena dengan

pengetahuan akan bisa memperbaiki sikap dan prilaku. Diantara

pengetahuannya adalah bagaimana cara mencuci buah dan sayuran,

bagaimana cara mengolah pangan yang baik, cara memilih makanan yang

aman, dll. Pendidikan keamanan pangan juga diperlukan bagi konsumen

agar kesadaran masyarakat akan keamanan pangan meningkat.

Lingkungan sosial seperti sekolah, tempat bekerja dan tempat

tinggal, juga akan bisa mempengaruhi kemanan pangan, karena disinilah

mereka berkumpul dan dengan berbagai kepentingan. Kebanyakan dari

masyarakat kita masih banyak yang permisif, sehingga kurang teliti dalam

memilih pangan yang aman untuk dikonsumsi dan tergiur dengan harga

yang murah.

2.3. Kebijakan Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak

Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi (AN-PJAS)

2.3.1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil pengawasan rutin yang dilakukan oleh Badan POM

tahun 2008 sampai tahun 2010 terhadap pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

menunjukkan bahwa 40 – 44% Pangan jajanan sekolah tidak memenuhi syarat

(TMS) keamanan pangan, diantaranya mengandung bahan berbahaya yang

digunakan untuk pangan seperti formalin, boraks, zat warna tekstil rhodamin B

dan methanyl yellow, mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang

melebihi ketentuan seperti pada pemanis buatan, pengawet dan lain-lain, serta

kandungan mikroba yang diluar persyaratan untuk kesehatan akibat buruknya

hygiene dan sanitasi pangan. Hasil pengawasan ini dapat dilihat pada table 2.2

dibawah.

Tingkat keamanan PJAS yang masih rendah merupakan masalah serius

karena terkait dengan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Rendahnya

kualitas PJAS dapat memperburuk status gizi anak sekolah akibat terganggunya

asupan gizi. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

29  

Universitas Indonesia  

tangkas dan cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan

oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah dan

kualitas asupan pangan yang dikonsumsi (Bappenas, 2011).

Tabel 2.2 : Hasil pengawasan Badan POM RI terhadap sampel PJAS tahun

2008-2010

Tahun Total

Sampel

Sampel MS

Sampel TMS

Sampel Mengan

dung BB

Sampel Mengan

dung BTP

Berlebih

Sampel Mengand

ung Cemaran Mikroba

Jumlah Sampel Sekolah Dasar

2008 2029 1208 (60%)

821 (40 %)

153 (13%)

180 (15%)

847 (72%)

408

2009 2976 1707 (57%)

1269 (43%)

170 (12%)

299 (21%)

950 (67%)

558

2010 3372 1872 (56%)

1500 (44%)

275 (18 %)

337 (23 %)

888 (59%)

585

( Sumber : Badan POM, 2011)

Beberapa penelitian di luar negeripun seperti di Hungaria, memperlihatkan

bahwa nutrisi yang kurang dari PJAS ini merupakan penyebab menaiknya

penderita overweight (obesitas) pada remaja, yang akan berimplikasi kepada

penyakit pembuluh darah (cardiovascular) dan juga diabetes mellitus, Gaya hidup

anak-anak akan sangat menentukan terhadap kebiasaan yang beresiko (Peter.S,et

al, 2007).

Selain Badan POM, sejumlah program kegiatan keamanan pangan di

sekolah, misalnya program kantin sekolah sehat, telah diinisiasi oleh institusi lain

seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta industri pangan swasta.

Program peningkatan keamanan pangan di sekolah belum sepenuhnya terstruktur

dengan baik. Keterbatasan sumber daya instansi berwenang dirasa tidak

sebanding dengan jumlah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang

perlu diawasi dan dibina keamanan PJAS-nya. Sekitar 143.000 Sekolah Dasar

(Data Statistik Sekolah Dasar 2009-2010, Kemdikbud) dan 22.000 Madrasah

Ibtidaiyah (Profil Statistik Pendidikan Islam 2009-2010, Kemenag) tersebar

hingga seluruh pelosok Indonesia. Oleh karena itu, suatu gerakan bersama secara

nasional diharapkan dapat menggalang komitmen dan partisipasi seluruh pihak

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

30  

Universitas Indonesia  

serta alokasi sumberdaya dengan lebih baik dalam upaya yang sinergis untuk

meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi.

Badan POM sebagai ketua tim pelaksana Jejaring Keamanan Pangan

Nasional (JKPN) bersama lintas sektor terkait memprakarsai Gerakan Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bemutu, dan Bergizi. Pencanangan

Gerakan ini dilakukan oleh Bapak Wakil Presiden RI Budiono pada tanggal 31

Januari 2011. Implementasi Gerakan ini menjadi satu program unggulan Sistem

Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) yang diharapkan melibatkan Pemerintah,

produsen, masyarakat, dan elemen masyarakat lainnya. Indikator Kinerja Utama

(IKU) yang ingin dicapai melalui Aksi Nasional ini adalah persentase PJAS yang

memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi pada tahun anggaran 2012, 2013 dan

2014 masing-masing 70, 80 dan 90% di SD/MI yang mendapat intervensi.

Strategi Aksi Nasional PJAS sebagai realisasi gerakan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 1. Secara umum, program Aksi Nasional PJAS ini merupakan program

pro rakyat yang hasilnya dapat berkontribusi untuk mencapai Millenium

Development Goals (MDGs). Secara khusus, program ini menjadi isu strategis

pada pembangunan di daerah, terutama pembangunan SDM anak sekolah.

2.3.2. Tujuan Aksi Nasional PJAS

Tujuan yang hendak dicapai dari Aksi Nasional menuju PJAS yang aman,

bermutu, dan bergizi adalah:

1. Memberdayakan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan

gizi PJAS

2. Menguatkan koordinasi dan jejaring kerja lintas sektor di pusat dan

daerah untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi

3. Meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.

Sementara itu luaran yang diharapkan dari Gerakan Nasional PJAS ini adalah :

a. Kemandirian komunitas sekolah di daerah untuk mengawasi PJAS di

lingkungan sekolahnya

b. Komitmen dan koordinasi pelaksanaan kegiatan Aksi Nasional PJAS di

daerah yang sinergis dan komprehensif

c. Keamanan, mutu, dan gizi PJAS yang meningkat di daerah

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

31  

Universitas Indonesia  

2.3.3. Palaksanaan Aksi Nasional PJAS

Gerakan Nasional PJAS ini merupakan salah satu program Badan POM

bersama stakeholder terkait dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT).

Dalam SKPT, peningkatan keamanan pangan dilaksanakan secara kemitraan oleh

pemerintah dan dunia usaha/masyarakat (public-private-partnership). Oleh karena

itu, komitmen yang kuat dan partisipasi aktif stakeholder merupakan kunci sukses

upaya peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS.

Sebagai pelaksana utama dari upaya peningkatan keamanan, mutu dan gizi

PJAS di tingkat nasional adalah Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat,

Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bappenas, dan Badan POM

RI, didukung oleh stakeholder kunci dan lembaga internasional/donor lainnya,

Lembaga Kemasyarakatan, seperti PKK, serta Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM). ( BPOM a, 2011).

Sedangkan untuk pelaksanaan di daerah, program peningkatan keamanan,

mutu dan gizi PJAS akan dikoordinir oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

setempat dan bekerjasama dengan pemerintah Pusat dan lembaga terkait. Dalam

program PJAS di daerah, stakeholder diharapkan terlibat secara aktif, antara lain

Balai Besar/Balai POM, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian

dan Perdagangan dan LSM. ( BPOM a. 2011)

Dalam Pelaksanaan aksi nasional PJAS ini, Ada lima strategi yang

dilakukan, yaitu :

1. Mengembangkan program PJAS

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang PJAS

3. Mengembangkan Capacity Building,

4. Mengembangkan Fasilitas PJAS

5. Monitoring dan Evaluasi Program PJAS.

Kelima strategi ini akan dicapai dengan serangkaian kegiatan dengan

strategi sebagaimana yang digambarkan dalam gambar 2.2. Dimana Badan POM

adalah penanggung jawab dari Aksi Nasional PJAS ini

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

32  

Universitas Indonesia  

Gambar 2.2. : Strategi Aksi Nasional Pangan Jajanan yang Aman, Bermutu

dan Bergizi (sumber BPOM,2013)

Dalam pelaksanaan Aksi Nasional PJAS ini akan dilakukan intervensi

terhadap 18.000 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) diseluruh Indonesia

sampai akhir kegiatannya pada tahun 2014, sebagaimana terlihat pada

roadmapnya pada gambar 2.3. di bawah

Gambar 2.3 : Road map pelaksanaan Aksi Nasional PJAS (BPOM RI b,2013)

Dengan demikian diharapkan Aksi Nasional PJAS ini akan memberi perlindungan

terhadap asumsi sekitar 3 juta anak dari PJAS yang tidak aman, serta peningkatan

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

33  

Universitas Indonesia  

kesadaran dan perubahan prilaku 6 juta orang tua siswa, 180.000 orang guru

SD/MI, 180.000 orang pedagang PJAS dan 54.000 orang pengelola kantin

sekolah untuk peningkatan mutu PJAS di seluruh Indonesia (BPOM (2), 2013).

Dalam pelaksanaan aksi Nasional PJAS ini diharapkan sejalan dengan

Rencana Aksi Nasional Pangan Gizi (RAN-PG) yang dilaksanakan oleh Bappenas

untuk tahun 2011-2015. Dalam RAN-PG, kebijakannya akan dicapai dalam 5

strategi. Salah satu strateginya pada poin ke III adalah “Peningkatan pengawasan

mutu dan keamanan pangan” melalui peningkatan pengawasan keamanan pangan

yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk

industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi. Badan POM RI ditunjuk sebagai

ketua pelaksana dari strategi ke III ini yaitu “Peningkatan Pengawasan Mutu dan

Keamanan Pangan”.(Bappenas 2011). Pelaksanaan dari RAN-PG ini sudah

ditindak lanjuti dengan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) untuk

tingkat daerah, dimana Balai POM di daerah ditunjuk sebagai ketua pelaksana

dari strategi peningkatan mutu dan Keamanan Pangan ini.

Keberhasilan Aksi Nasional PJAS sangat tergantung pada komitmen dan

kontribusi nyata dari seluruh pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun

daerah. Kementerian/ lembaga di pusat hingga pemerintah daerah di

kabupaten/kota. Instansi daerah dapat membentuk Gugus Tugas Aksi Nasional

PJAS di daerah untuk menggalang komitmen, mengembangkan program bersama

untuk Aksi Nasional PJAS serta menyinergiskan program kegiatan yang ada

untuk berkontribusi pada Aksi Nasional PJAS. Pemerintah Daerah harus

berkontribusi pada Aksi Nasional PJAS karena program aksi ini, langsung atau

tidak langsung, masalah kesehatan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan

anak, dan ketahanan pangan sangat terkait erat dengan urusan pemerintah yang

wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, sebagaimana amanah PP 38/2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kaupaten/Kota. Partisipasi aktif dan kontribusi

nyata Pemerintah Daerah dalam Aksi Nasional PJAS diperlukan untuk pembinaan

dan pengawasan keamanan PJAS sekaligus produsen, penjaja, serta konsumen

PJAS yang menyeluruh dan terpadu sehingga peningkatan keamanan, mutu, dan

gizi PJAS di seluruh Indonesia dapat tercapai.

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

34  

Universitas Indonesia  

2.3.3.1. Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di Kabupaten/ Kota

Dalam Petunjuk teknis Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS untuk

kabupaten/Kota tahun 2012, Implementasi Aksi Nasional PJAS di daerah

dikoordinir oleh Gugus Tugas PJAS tingkat kab/kota. Gugus tugas ini dapat

mengoptimalkan jejaring kerja yang sudah ada di daerah, misalnya Tim Pembina

UKS, atau dibentuk baru oleh Pemerintah Daerah setempat dengan melibatkan

instansi terkait. Pemerintah kab/kota dapat berkonsultasi dan berkoordinasi

dengan Balai Besar/ Balai POM di provinsinya terkait dengan pembentukan gugus

tugas maupun pelaksanaan dan pelaporan Aksi Nasional PJAS di kab/kota. Gugus

tugas Aksi Nasional PJAS di kab/kota ini diminta untuk mengirim laporan

pelaksanaannya kepada Balai /Balai Besar POM setempat.

Secara garis besar, peranan Gugus Tugas PJAS di Kabupaten/Kota adalah :

1. Mengembangkan masterplan program kegiatan Aksi Nasional PJAS

sesuai kebutuhan spesifik lokal di kab/kota serta menyiapkan pedoman

yang diperlukannya

2. Memperkuat manajemen pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di kab/kota

3. Menyinergiskan perencanaan dan pelaksanaan program Aksi Nasional

PJAS di kab/kota

4. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan program Aksi Nasional PJAS di

kab/kota

2.3.3.2. Manajemen dan Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di Provinsi

Dalam Petunjuk teknis Pelaksanaan Aksi Nasional PJAS untuk

kabupaten/Kota tahun 2012, diharapkan terbentuknya Gugus Tugas Aksi PJAS di

tingkat provinsi difasilitasi oleh Kepala Balai Besar/ Balai POM selaku Ketua

Pokja III Mutu dan Keamanan Pangan dalam Rencana Aksi Daerah Pangan dan

Gizi (RAD-PG). Gugus tugas PJAS di provinsi berkoordinasi dengan gugus tugas

PJAS di kab/kota untuk sinkronisasi kegiatan dan pembagian tugas dalam

pelaksanaan kegiatan Aksi Nasional PJAS di daerah sesuai kewenangannya

masing-masing. Peranan Gugus Tugas PJAS di provinsi adalah :

1. Mengembangkan masterplan program kegiatan Aksi Nasional PJAS

sesuai kebutuhan spesifik lokal skala provinsi serta menyiapkan pedoman

yang diperlukannya

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

35  

Universitas Indonesia  

2. Memperkuat manajemen pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di provinsi

3. Menyinergiskan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan

pelaporan program Aksi Nasional PJAS di provinsi

4. Mengoordinir hasil monitoring, evaluasi, dan pelaporan program Aksi

Nasional PJAS dari kab/kota

2.3.3.3. Program Kegiatan Aksi Nasional PJAS di Daerah

Target utama dari kegitan Aksi Nasonl PJAS ini adalah komunitas sekolah

(SD/MI) yang terdiri dari kepala sekolah, guru, komite sekolah (orang tua siswa),

siswa, dan pengelola kantin. Diharapkan natinya mereka secara mandiri berperan

nyata dalam menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi sekaligus

menjaga diri serta mengawasi PJAS yang tidak memenuhi syarat di sekitarnya.

Disamping itu juga perlu melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap

penjaja PJAS di lingkungan sekolah agar mereka hanya menyediakan PJAS yang

memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dampak dari intervensi terhadap PJAS ini

akan diverifikasi dengan pengujian PJAS melalui sampling dan pengujian

terhadap sekolah yang dibina

Badan POM telah memberikan beberapa contoh kegiatan yang bisa

menjadi acuan bagi pemerintah daerah terkait pelaksanaan Aksi Nasional PJAS

ini sebagaimana pada table 2.3, dan memberikan keluasan bagi daerah untuk

mengkoordinasikan diantara institusi mereka yang ada sesuai dengan kempauan

masing-masing daerah.

Tabel 2.3.: Program dan Kegiatan Aksi Nasional PJAS di kab/kota Program  Contoh Kegiatan  InstansiPelaksana di 

Daerah 

Strategi 1: Perkuatan Program PJAS 

1. Peningkatan advokasi komitmen Pemda dalam Aksi Nasional PJAS di daerah 

• Sosialisasi program Aksi Nasional PJAS kepada pemangku kepentingan di prov dan kab/kota  

• Pembentukan Gugus Tugas Aksi Nasional PJAS di prov dan kab/kota 

• Focus Group Discussion Program Aksi Nasional PJAS di prov dan kab/kota 

Balai Besar/ Balai POM, Dinas Kesehatan, …. 

2. Regulasi terkait PJAS di daerah 

Penyusunan kebijakan untuk program Aksi Nasional PJAS di daerah (misal Perda, SK Bupati/ Walikota, dsb) 

Balai Besar/ Balai POM, Dinas Kesehatan, …. 

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

36  

Universitas Indonesia  

Program  Contoh Kegiatan  InstansiPelaksana di Daerah 

3. Program pengawasan keamanan PJAS 

Mengembangkan program pengawasan PJAS spesifik daerah:  

• pendataan PJAS yang beredar di daerah, pemetaan sarana dan jalur produksi dan distribusi PJAS di daerah, identifikasi potensi masalah PJAS, sampling dan pengujian PJAS dalam rangka pengawasan di kab/kota 

• pengawasan jalur distribusi bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada PJAS (misal formalin, boraks, pewarna terlarang)agar tidak ‘bocor’ ke jalur produksi PJAS 

 Balai Besar/ Balai POM, Dinkes,Dinas UMKM, ….    

 

Balai Besar/ Balai POM, Disperindag, ….. 

4. Penyediaan rapid test kit 

Penyediaan rapid test kituntuk ‘pengawasan’ keamanan PJAS secara mandiri oleh komunitas sekolah atau identifikasi awal pengawasan keamanan PJAS oleh Dinas berwenang di daerah 

Disperindag, …. 

5. Mobil laboratorium keliling 

• Operasionalisasi sarana mobil keliling untuk pengawasan dan pembinaan terkait keamanan, mutu, dan gizi PJAS di daerah 

• Pengembangan pedoman operasionalisasi mobil keliling di daerah 

• Operasionalisasi  mobil  keliling  di daerah secara terarah dan sistematis 

Balai Besar/ Balai POM Dinkes, Din‐UMKM, …. 

Strategi 2: Peningkatan awareness komunitas PJAS 

1. Sistem jaringan informasi dan komunikasi 

Pertemuan peningkatan akses jaringan informasi dan komunikasi dalam program Aksi Nasional PJAS di daerah 

Dinas Komunikasi dan Informatika, … 

2. Perilaku Hidup Bersih Sehat di sekolah 

• Pembinaan tim UKS di sekolah 

• Penyediaan  sumber  air  bersih  di sekolah 

Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Kementerian Agama, Dinas Pertanian, …..Dinas PU 

3. Program pembinaan keamanan, mutu, dan gizi PJAS 

• Pencetakan dan distribusi materi promosi dan penyuluhan keamanan, mutu, dan gizi PJAS untuk sekolah di kab/kota 

• Kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang keamanan, mutu, dan gizi PJAS untuk komunitas sekolah dan penjaja PJAS 

Balai Besar/ Balai POM,Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, ….. 

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

37  

Universitas Indonesia  

Program  Contoh Kegiatan  InstansiPelaksana di Daerah 

• Lomba kantin sehat sekolah 

• Pengembangan materi dan penayangan iklan layanan masyarakat di media massa lokal (misalnya koran, televisi, radio)   

• Talkshow di media massa elektronik (TV lokal, radio lokal) 

• Pameran keamanan, mutu, dan gizi PJAS di daerah 

Strategi 3: Peningkatan kapasitas sumber daya PJAS 

1. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan 

• Mengembangkan program dan kurikulum untuk peningkatan kapasitas komunitas sekolah dan penjaja PJAS dalam meningkatkan keamanan, mutu, dan gizi PJAS 

• Pelatihan: praktek yang baik untuk PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi (misalnya Cara Produksi Pangan Siap Saji yang Baik, dsb), pelatihan inspektur cilik, audit internal kantin sekolah dsb 

Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Balai Besar/ Balai POM, … 

2. Pengelolaan kegiatan Aksi Nasional PJAS oleh komunitas sekolah 

Bimbingan teknis untuk komunitas sekolah dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dan peningkatan keamanan, mutu, dan gizi PJAS di sekolah 

Balai Besar/ Balai POM, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, ….. 

 

 

3. Penyuluhan keamanan PJAS 

Penyuluhan keamanan pangan untuk komunitas sekolah di kab/kota  

Dinas Kesehatan, Balai Besar/ Balai POM, … 

Strategi 4: Modeling dan Replikasi Kantin Sekolah 

1. Pengembangan pengelolaan kantin sehat sekolah   

• Replikasi model kantin sehat sekolah di kab/kota 

• Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah 

• Menggalang sumber daya melalui kemitraan dengan sektor lain untuk kantin sehat sekolah  

• Penyediaan paket bantuan penyediaan atau perbaikan fasilitas kantin sehat sekolah  

Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pengelolaan Persampahan dan Pertamanan, Balai POM, … 

Strategi 5: Optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS

1. Optimalisasi pelaksanaan program Aksi Nasional PJAS  

Fasilitasi, koordinasi, dan komunikasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan program Aksi Nasional PJAS di daerah 

Dinas Kesehatan, …. 

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

38  

Universitas Indonesia  

Program  Contoh Kegiatan  InstansiPelaksana di Daerah 

2. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan 

• Perencanaan kegiatan dan persiapan strategi  manajemen  Aksi  Nasional PJAS di kab/kota 

• Penyusunan  kerangka  kerja monitoring dan evaluasi kegiatan 

• Penyusunan  laporan  kemajuan  dan laporan akhir kegiatan Aksi Nasional PJAS di kab/kota 

• Koordinasi pelaporan Aksi Nasional PJAS di kab/kota kepada koordinator propinsi (Balai Besar/ Balai POM) 

Balai Besar/ Balai POM, Bappeda, Dinas Kesehatan, … 

(Sumber : Badan POM, 2012)

2.3.3.4. Jenis jenis intervensi pada SD/MI

Untuk mencapai tujuan program AN PJAS ini, dilakukan intervensi ke

sekolah-sekolah dasar(SD) dan Madarasah Ibtidaiyah (MI) sebagai target

kegiatan. Intervensi ini dikelompokkan atas kategori pengawasan, pembinaan dan

pengawalan dan dibagi atas 4 jenis :  

1. Intervensi A, ( pengawasan), dimana SD/MI mendapatkan :

a. Sampling dan pengujian PJAS

b. Bimbingan teknis Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE) keamanan

PJAS dan KIE lainnya sepeti mobil keliling dan Penyebaran Informasi

c. Distribusi informasi keamanan pangan (poster, CD, leaflet, buku,

komik, dll)

d. Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKP-KS)

2. Intervensi B, ( Pembinaan level 1), Dimana SD/MI akan mendapatkan:

a. Kegiatan KIE langsung, tanpa bimbingan teknis. Hanya berupa

penyebaran informasi, mobil keliling, roadshow kemanan pangan

sekolah, petualangan pompi, dll)

b. Distribusi informasi keamanan pangan (poster, CD, leaflet, buku,

komik, dll)

3. Intervensi C, (Pembinaan level 2), Dimana SD/MI akan

mendapatkanDistribusi informasi keamanan pangan (poster, CD, leaflet,

buku, komik, dll) untuk dimanfaatkan secara mandiri

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

39  

Universitas Indonesia  

4. Intervensi D (Pengawalan), intervensi ini berupa pengawalan SD/MI yang

telah mendapatkan intervensi pada tahun sebelumnya.

2.4. Kebijakan Pangan Berbasis Sekolah

2.4.1. Paradigma makanan sekolah

Ada berbagai paradigma tentang kebijakan makanan di sekolah seperti

yang ditulis oleh Ashe.L & Sonnino R (2013), bahwa negara-negara

berpenghasilan rendah menggunakan intervensi makan di sekolah sebagai

bagian dari jaring pengaman sosial untuk memerangi kelaparan dan kekurangan

gizi mikro terkait, dan untuk meningkatkan akses pendidikan . hal ini telah

dialami oleh banyak negara seperti Bangladesh, Burundi (Bennett J (2003 ),

Mali, Jamaika, Pakistan dan Kamboja (Bundy D et.al,2009)

Sementara itu, menurut Doak C (2002), pada negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah, mereka menggunakan kebijakan

makanan sekolah untuk mengatasi timbulnya obesitas dan penyakit terkait

nutrisi lainnya terutama melalui pendekatan menyeluruh dan membangun

budaya mengkonsumsi makanan sehat, beberapa negara tersebut diantaranya

seperti Brazil, Cina, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Afrika Selatan dan

Thailand (Ashe.L & Sonnino R, 2013).

Pada negara-negara kaya, Ashe.L & Sonnino R, (2013) juga menuliskan

bahwa mereka telah menggunakan kebijakan makanan sekolah untuk mengatasi

dinamika kerawanan pangan, dan beberapa penelitian-penelitian telah

memperlihatkan efektivitas dampaknya seperti tren penurunan kelebihan berat

badan (Sanchez-Vaznaugh EV , Sánchez BN , Baek J et al. (2010) dan

meningkatnya konsumsi buah-buahan dan sayuran. (Haroun D , Harper C ,

Wood L et al. (2011) . Dalam konteks ini, upaya upaya dari multi sektor dan

multi stakeholder ditujukan untuk mengembangkan potensi transformasi

perubahan makanan sekolah yang berfokus untuk meningkatkan produksi

pertanian lokal. Data menunjukkan bahwa makanan sekolah berkontribusi

penting untuk menciptakan dan menstimulasi ekonomi lokal. Sebagai contoh

East Ayrshire (Skotlandia), reformasi pada makanan sekolah telah

menghasilkan Index Investment Return Sosial (SROI) di atas 6 , yang berarti

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

40  

Universitas Indonesia  

bahwa, 'untuk setiap £ 1 yang diinvestasikan, lebih dari £ 6 nilai yang dibuat

dalam ekonomi, sosial, lingkungan dan lainnya (Footprint Consulting, 2008 ) ,

Demikian pula, di Albania, pembelian makanan yang diproduksi secara lokal

untuk proyek pemberian makanan di sekolah telah meningkatkan penghasilan

petani lokal dan tukang roti (Bennett J (2003 ).

2.4.2. Kebijakan pangan di sekolah pada negara lain

1. Amerika

Di Amerika, setiap lembaga pendidikan lokal (local educational

agencies /LEAs) diwajibkan oleh undang-undang berpartisipasi dalam Program

Nasional Makan siang di Sekolah atau program Gizi Anak Federal lainnya

dan wajib menetapkan kebijakan kesehatan di sekolahnya.

Pada tahun 2004, Kongres meloloskan Gizi Anak dan Program Khusus

Tambahan Nutrisi untuk Wanita, Bayi dan Anak ( Child Nutrition and WIC

Reauthorization Act 2004). Inilah yang menjadi dasar hukum bahwa semua

LEA berpartisipasi dalam Program Nasional Makan siang dan/atau sarapan

pagi di Sekolah. Ketentuan ini diperkuat lagi dengan Undang-undang

Kesehatan, Hunger-Free Kids 2010. Pelaksanaan Makan siang dan atau sarapan

pagi sekolah ini sudah harus dilaksananakan pada tahun ajaran 2006-2007 di

semua lembaga pendidikan lokal

Tanggung jawab untuk pengembangan kebijakan kesehatan sekolah

setempat ditempatkan di tingkat lokal sehingga kebutuhan spesifik dari

masing-masing sekolah di bawah yurisdiksi lembaga pendidikan local (LEA)

dapat diatasi.

Pengaturan Program Nasional Makan siang (National School Lunch

Program/NSLP) dan atau program sarapan pagi (School Brakfast

Program/SBP) dilaksanakan oleh Departemen Pertanian (U.S. Department of

Agriculture /USDA), dan mengacu kepada standard terkini dari Dietary

Guidelines for Americans. 

USDA membayar tunai sekolah umum, sekolah swasta non profit, dan

lembaga pengasuhan anak untuk makan dan snack untuk anak-anak pre sekolah

sampai kelas 12.

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

41  

Universitas Indonesia  

Makanan yang disajikan itu bisa gratis ataupun dengan harga yang

dikurangi (subsidi), tergantung dari tingkat pendapatan rumah tangga. Sebagai

contoh, anak yang dari keluarga dengan penghasilan dibawah 130% dari level

kemiskinan, gratis mendapat makan siang; anak dengan penghasilan keluarga

antara 130 %-185% dari level kemiskinan, mendapat pengurangan harga

(subsidi) dan mereka membayar tidak lebih dari 40%.

(http://www.fns.usda.gov/tn/local-school-wellness-policy)

Disamping itu ada kebijakan untuk pedagang makanan keliling di

Amerika, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tester et.al,(2010)

diantaranya dengan menganugerahkan “penjaja makanan sehat” terhadap

pedagang makanan yang memenuhi standar gizi oleh Departemen

Kesehatannya, sehingga menciptakan kategori pedagang yang memenuhi

syarat dan layak. Syarat untuk makanan sehat ditentukan oleh FDA, seperti

untuk 1 porsi makanan memiliki rendah lemak (3g atau kurang) lemak jenuh (

tidak lebih 1g), mengandung Natrium dan kolesterol terbatas, dan menyediakan

10% nilai harian dari Vitamin A, Vitamin C, Besi, kalsiun, protein dan serat

(21 CFR 101.65(d)(2) (2008), (Nutritional Labeling: General Guidelines.

Crookston, MN: Agricultural Utilization Research Institute; 1996)

Pemerintah daerah menetapkan bahwa setiap pedagang makanan

keliling harus mempunyai izin. Untuk mendapkan izin, pedagang harus lulus

dalam pemeriksaan oleh Departemen Kesehatan atau intansi berwenang lainnya

dan ini memerlukan biaya. Dalam hal ini beberapa Pemerintah Daerah dapat

mensubsidi, melepaskan atau mengurangi biaya perijinan ini, jika makanan

yang mereka jual memenuhi persyaratan gizi (Tester et.al,2010).

Pendekatan lain adalah dengan pengaturan lokasi berdagang,

sebagaimana ditulis oleh Tester et.al,(2010), sebagai contoh Phoenix, Arizona;

San Antonio, Texas; and San Diego, California, membatasi pedagang keliling

yang berjualan dekat sekolah pada jam-jam sekolah, sedangkan San Jose,

California, melarang pedagang makanan keliling berjualan dekat sekolah.

Penjual ''penjaja makanan sehat'' diberi keuntungan lokasi yang lebih baik

dibanding penjaja makanan yang kurang bergizi. Di Kansas City, untuk

pedagang '' sangat sehat'' diberikan izin khusus yang memungkinkan mereka

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

42  

Universitas Indonesia  

untuk berjualan di 3 taman bukan hanya 1 taman saja (Kansas City Parks and

Recreation Vending Policy, 2010). Kebijakan ini juga diterapkan untuk

memberikan keuntungan geografis untuk meningkatkan penjualan makanan

bergizi dekat sekolah.

2. Australia

Daerah Queensland, Australia telah mengimplementasikan Strategi

“Smart Choices” dalam menurunkan obesitas dikalangan siswa di sekolah..

Menurut Abbott R et.a;,(2006) dalam Dick.M,et.al (2012) Pada tahun 2006,

19,4% anak laki-laki dan 22,8% anak perempuan pada usia ini memiliki

kelebihan berat badan atau obese . Salah satu penyebab ini adalah karena

mereka mengkonsumsi lebih banyak makanan tinggi energy dan miskin gizi

(energy-dense nutrient-poor / EDNP) (Bell AC, Swinburn BA.,2005)

Menurut Queensland Government (2011), Queensland, Autralia

mengembangkan strategi “Smart Choices” atau pemilihan smart pasokan

makanan dan minuman yang sehat dan diimplementasikan di seluruh Sekolah

dasar negeri dan menengah di seluruh negara (Dick.M et al,2012)

Menurut Dick.M et.al, (2012), Strategi Pilihan Smart pasokan

makanan sehat dan pasokan minuman untuk Sekolah (Smart Choices) ini

dikembangkan melalui kerjasama antara Departemen Pendidikan dan pelatihan

dan Kesehatan Queensland, dan dilaksanakan dengan dukungan organisasi

profesional, dan organisasi non-pemerintah. Strategi bertujuan untuk

memastikan bahwa semua makanan dan minuman yang disediakan di sekolah

mengikuti standard diet Anak-anak dan Remaja di Australia (National Health

and Medical Research Council, 2003) dengan target komunitas sekolah dan

lingkungannya secara menyeluruh (Briggs M,et.al,2003 ; J Am Diet Assoc

2003)

Pada Queensland Government (2011), “Smart Choices” didasarkan

pada pendekatan yang dikembangkan di New South Wales, untuk memisahkan

makanan dan minuman ke dalam tiga kategori: 'hijau' (pilihan yang banyak

/disarankan); 'Kuning' (pilih dengan hati-hati); dan 'merah' (sesekali). Makanan

kategori “hijau” diantaranya adalah produk susu rendah lemak , air putih,

buah , sayuran dan makanan gandum . Penentuan makanan tersebut termasuk

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

43  

Universitas Indonesia  

kategori “kuning” atau “merah” dengan memperhitungkan jumlah energi,

lemak jenuh, sodium dan serat dalam makanan. Pada strategi “smart Choice”

ini, memastikan bahwa makanan dan minuman kategori “merah”, dikeluarkan

dari makanan sekolah , dan hanya boleh disediakan hanya dua kali , seperti

pada perayaan sekolah atau acara penggalangan dana (Dick.M.et al, 2012)

Prinsip Smart Choices berlaku untuk semua situasi yang menyediakan

makanan dan minuman di lingkungan sekolah, seperti warung makanan, mesin

penjual makanan, kunjungan sekolah, acara penggalangan dana, penghargaan

kelas, hari olahraga, program sarapan, acara sekolah, pesta kelas, dan lain-lain.

Implementasi kebijakan ini wajib dilaksanakan di semua sekolah negeri (1.275

sekolah) di Queensland pada tanggal 1 Januari 2007. Sedangkan untuk sekolah

yang tidak dikelola pemerintah tidak diwajibkan (Dick.M et.al, 2012)

3. Brazil

Brazil telah memberikan contoh program pemberian makanan di sekolah

yang menghubungkan produksi pangan, makanan sekolah dan pendidikan gizi

melalui program dan kebijakan yang komprehensif. Programnya disebut

“Brazilian School Feeding Program (PNAE)”. dan telah menjadi contoh

integrasi antara pendidikan, pertanian, kesehatan dan perlindungan sosial untuk

meningkatkan program diet sehat di sekolah sekaligus memperkuat pertanian

keluarga.

Menurut Burlandy L , Rocha C , Maluf R (2010 ), Kepemimpinan

pemerintah yang kuat, proses pengambilan keputusan lintas sektoral dan

tekanan politik dari organisasi masyarakat sipil merupakan faktor kunci dalam

proses ini. Pemerintah memainkan kepemimpinan dan dukungan peran penting

dalam mewujudkan tujuan tersebut, khususnya melalui perluasan undang-

undang dan norma-norma (Sidaner.E.et.al, 2013).

Penerapan UU 11,947 pada tahun 2009 (Governo Federal Brasileiro,

2009 ), yang dikenal sebagai “School feeding law”, merupakan tonggak yang

melegalkan makanan di sekolah di tingkat federal. Konstitusi 1988 menjamin

hak universal untuk makanan sekolah gratis untuk siswa yang terdaftar di

sekolah dasar negeri. Peraturan 2009 diperluas untuk semua siswa yang

terdaftar di pendidikan dasar dari usia 6 bulan. Agar mencapai semua siswa,

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

44  

Universitas Indonesia  

termasuk sekolah pinggiran, sekolah menengah, sekolah adat masyarakat,

pendidikan khusus, dan siswa yang mengikuti pendidikan pemuda dan orang

dewasa (Sidaner.E.et.al, 2013).

Dalam tulisannnya Sidaner.E.et.al, (2013) juga mengatakan bahwa

pelaksanaan PNAE sangat diatur. Makanan di sekolah adalah tanggung jawab

Dana Nasional untuk Pembangunan Pendidikan (FNDE), yaitu suatu struktur

yang terkait dengan Departemen Pendidikan. Resolusi FNDE no. 38/2009

mengatur standar administrasi dan teknis untuk pelaksanaan peraturan

pemberian makanan di sekolah (School Feeding) (Ministerio da Educaçaõ -

Fundo Nacional de Desenvolvimento da Educação, 2009 ), diantaranya

spesifikasi rinci gizi makanan sekolah. Makanan sekolah harus memenuhi

minimal 20% dari kebutuhan gizi harian siswa yang sekolah paruh waktu di

pendidikan dasar bila satu makanan yang ditawarkan; dan minimal 30% dari

kebutuhan gizi harian ketika dua atau lebih makanan yang ditawarkan. Jumlah

tersebut naik 70% untuk anak-anak terdaftar di pendidikan dasar penuh waktu

(full time), selain 4 jam wajib belajar, siswa tetap di sekolah untuk kegiatan

pendukung, dengan total 8 jam di sekolah.

Sejak adopsi pada tahun 2009, 30% dari sumber daya keuangan yang

ditransfer oleh FNDE harus digunakan untuk pengadaan makanan dari keluarga

petani dan perusahaan keluarga pedesaan, dengan prioritas diberikan kepada

produk organik (Sidaner.E.et.al, 2013).

Untuk tahun 2011, anggaran PNAE itu sekitar US$ 1,94 miliar untuk 44,

8 juta siswa setiap hari ( rata-rata US$ 44 per siswa per tahun) (Fundo Nacional

de Desenvolvimento da Educação, 2011 ) dan untuk tahun 2010 , anggaran

PNAE 11,6% dari anggaran nasional untuk program ketahanan pangan dan

gizi (Conselho Nacional de Segurança Alimentar e Nutricional ,2011 ).

Sebagai dampak dari kegiatan ini, ketersediaan dan konsumsi buah dan

sayuaran meningkat, pada tahun 2004 dari 28% dan 57%, maka tahun 2006

menjadi 62% dan 80%. (Campbell U, 2007 ); persentase rumah tangga yang

tinggal di daerah rawan pangan turun mencapai 30,5% tahun 2009 (Ministério

do Planejamento, Orçamento e Gestão, Ministério da Saúde, 2010 ) dari 34,8%

tahun 2004 (Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística (2006 ); Prevalensi

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

45  

Universitas Indonesia  

anak stunting didaerah miskin menurun drastis, Di Timur Laut, prevalensi

stunting anak turun sepertiga antara tahun 1986 dan 1996 (dari 33,9% menjadi

22, 2%) dan hampir tiga perempat antara tahun 1996 dan 2006 (dari 22,2%

menjadi 5,9%) (Sidaner.E.et.al, 2013).

2.5. Penelitian Kebijakan

Penelitian kebijakan (policy research) ditujukan untuk pembuat

kebijakan dalam menyusun rencana kebijakan dengan cara memberikan

informasi atau pendapat yang mereka perlukan dalam memecahkan suatu

masalah (Danim,2005), sehingga penelitian kebijakan ini selalu berorientasi

kepada tujuan.

2.5.1 Metode Penelitian Kebijakan

Dalam melakukan penelitian kebijakan ada beberapa pendekatan

metode yang dapat dilakukan (Danim, 2005), yaitu :

1. Sintesis terfokus, yang merupakan penggabungan dari sumber pustaka

terbaru, pengalaman peneliti dan hasil-hasil diskusi sehingga dihasilkan

rekomendasi untuk kebijakan

2. Analisis data sekunder, yaitu analisis terhadap data-data yang telah

diperoleh pihak lain ataupun dokumen (bukan data primer)

3. Eksperimen lapangan, yaitu metode mengumpulkan data primer dengan

cara melakukan eksperimen lapangan. Bertujuan untuk menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab dan akibat

4. Metode kualitatif, bertujuan untuk mencari data primer (Patton,1980) Ciri

dari penelitian kulitatif ini adalah menggunakan setting alami, bersifat

deskriptif, menekankan pada proses kerja, menggunakan pendekatan

induktif, dan memberikan fokus pada makna.

5. Metode Survai, yaitu metode mengumpulkan data primer baik secara

sensus maupun sampling.

6. Penelitian kasus, sering juga disebut penelitian lapangan, yaitu penelitian

yang ditujukan untuk mempelajari secara mendalam tentng latar belakang,

posisi saat ini dan interaksi lingkungan unit social tertentu (individu,

kelompok, institusi atau masyarakat) tujunnya adalah memberikan

rekomendasi untuk implementasi kebijakan di masa depan

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

46  

Universitas Indonesia  

7. Analisis Biaya Keuntungan (cost benefit analysis), sering disebut analisis

untung rugi, yaitu metode yang menbandingkan biaya (cost) dengan

keuntungan yang akan didapat oleh masyarakat.

8. Analisis Keefektifan Biaya, yaitu metode yang menghitung biaya yang

dikeluarkan untuk implementasi kebijakan.

9. Analisis Kombinasi, yaitu kombinasi antara analisis biaya keuntungan

dengan analisis keefektifitas biaya.

10. Penelitian Tindakan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan

masalah. Penelitian ini mengkombinasikan dua sisi yaitu, penelitian yang

dilakukan peneliti dan tindakan yang dilakukan oleh pembuat kebijakan

untuk mencapai tujuannya.

11. Penelitian Grounded, Merupakan proses pencarian data yang sebanyak-

banyaknya, sehingaa akan makan waktu yang lama.

2.5.2. Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari jawaban atas suatu masalah

melalui penggalian terhadap pengalaman orang-orang yang berhubungan dengan

masalah itu. Pendekatan ilmiah secara kualitaif ini disebut juga dengan penalaran

induktif, dimana peneliti memulai dari proses menyimpulkan hasil hasil

penelitiannya yang bersifat khusus, dan dipergunakan untuk mendukung

kesimpulan yang lebih umum. (Wibowo, 2014).

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti merupakan instrument utamanya,

dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, menganalisisnya, menafsirkannya dan

membuat kesimpulan atas temuannya.

2.5.2.1. Sumber dan Jenis Data Penelitian Kualitatif

Menurut Lofland dalam Moleong (2013), sumber data utama untuk

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan yang lainnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan itu, Moleong

membagi jenis data tersebut atas :

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

47  

Universitas Indonesia  

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diawancarai, merupakan

sumber data utama. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis, alat

perekam (tape atau video), atau pengambilan foto.

2. Sumber tertulis

Sumber tertulis ini dapat berupa buku, majalah ilmiah, sumber dan arsip,

dokumen pribadi ataupun resmi, dan lain-lain.

3. Foto

Penggunaan foto dalam melengkapi sumber data sangat bermanfaat, foto

menghasilkan data deskriptif yang sangat berharga. Dianjurkan agar foto

dianalisis bersama sumber lainnya, dan dibuat catatan khusus tentang

keadaan dalam foto.

4. Data Statistik

Data statistik dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan

subyek pada latar belakang penelitiannya.

2.5.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data secara langsung dari

responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara

dilakukan peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk mencari

masalah penelitian dan juga untuk mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam dari responden.

Penentuan informan untuk diwawancarai ini bisa mengacu kepada

empat kriteria yang dikemukakan oleh Neuman dalam Susilawati.N

(2012;70), yaitu :

a. The informant who is totally familiar with the culture and is

position to witness significant events makes a good informant

b. The individual is currently involed in the field

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

48  

Universitas Indonesia  

c. The person can spend time with the researcher

d. Non analytic individuals make better informants.

Sementara itu, menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2011),

ada beberapa jenis wawancara, yaitu:

a. Wawancara terstruktur (structure Interview)

Digunakan apabila peneliti sudah mengetahui dengan pasti

informasi yang akan diperoleh, peneliti sudah menyiapkan

instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan

alternative jawabannya. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama, dan jawabannya dicatat

oleh peneliti atau pengumpul data.

b. Wawancara Semi tersruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori In dept

Interview, pelaksanaannya lebih bebas dari wawancara

terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan

dengan lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai

pendapat dan ide-idenya.

c. Wawancara Tidak tersruktur (unstructured Interview)

Pada wawancara ini peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap.

Dalam wawancara tidak terstruktur ini peneliti belum mengatahui

apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak

mendengar. Berdasarkan analisis dari respondennya, maka

peneliti dapat melanjutkan pertanyaan yang lebih terarah pada

suatu tujuan.

2. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan suatu prosedur pengumpulan data yang

terencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat

sejumlah aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang

sedang diteliti. Teknik ini digunakan bila penelitian berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden tidak

terlalu banyak.

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

49  

Universitas Indonesia  

Pengamatan oleh peneliti sering dilakukan untuk meyakinkan

peneliti dengan keabsahan data yang telah diperoleh

Dari segi pelaksanaannya, pengamatan dapat dibedakan atas:

a. Pengamatan terlibat ( Participant observation)

b. Pengamatan tidak terlibat (Non participant observation)

3. Penggunaan Dokumen

Studi Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawanara. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu, dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari

seseorang, biografi, peraturan, kebijakan, dll.

2.5.2.3. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah upaya

yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesakannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

diteliti, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (

Moleong, 2013).

Model analisis data menurut Moleong (2013) :

a. Metode perbandingan tetap (constant coparative method)

Model ini dikemukakan oleh Glasser & Strauss, pada metode ini

secara tetap membandingkan satu data dengan data lain dan kemudian

membandingkan kategori dengan kategori lainnya.

Secara umum proses analisis datanya meliputi :

Reduksi data

Kategorisasi

Sintesisasi

Menyusun “hypotesa kerja”

b. Analisis data Model Spradley

Analisis data menurut model ini adalah tidak terlepas dari

keseluruhan proses penelitian, meliputi pengamatan deskriptif, analisis

domain, pengamatan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan terpilih,

analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis tema. Hal ini

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

50  

Universitas Indonesia  

menunjukkan bahwa penyelenggaraan penelitian dilakukan secara

bergantian antara pengumpulan data dengan analisis data sampai

masalah penelitian terjawab.

c. Analisis data model Miles dan Huberman

Analisis ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang

positivisme. Sebelum menganalisa data peneliti memetakan terlebih

dahulu data dari situs situs yang ada, kemudian dianalisis dengan

menggunakan matriks. Dari matriks yang ada, peneliti menganalisis,

apakah membandingkan melihat urutan, ataukah menelaah hubungan

sebab akibat sekaligus.

2.5.2.4. Pemeriksaan Keabsahan Data

Tujuan dari pemeriksaan keabsahan data ini adalah agar temuan-temuan

penelitian dapat diterima atau dapat dipertimbangkan.

Beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif

(Moleong, 2013), adalah :

a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tinggal lebih lama

dilapangan sampai terjadi kejenuhan pengumpulan data. Hal ini berguna

untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin

mengotori data serta membangun kepercayaan subyek terhadap peneliti

dan menambah kepercayaan diri peneliti.

b. Ketekunan pengamatan, berarti mencari interpretasi dengan berbagai cara

dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan.

Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk mencari ciri-ciri dan unsur-

unsur yang relevan dengan persoalan, kemudian memusatkan diri pada

temuan itu secara rinci (menyediakan kedalaman makna)

c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan data atau pembanding

terhadap data itu.

Danzin membedakan triangulasi dalam 4 kelompok, yaitu :

1) Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

51  

Universitas Indonesia  

2).Triangulasi dengan metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan

dengan membandingkan terhadap hasil penelitian dengan

beberapa metode pengumpulan data.

3).Triangulasi penyidik, yaitu pengecekan data dengan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya.

4).Triangulasi dengan teori, yaitu memeriksa kebenaran data dengan

teori lain. Menurut Patton (1987), hal ini dapat dilaksanakan dan

dinamakan penjelasan pembanding ( rival explanation)

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara mengekspos

hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan teman sejawat

dalam bentuk diskusi.

e. Analisa kasus negatif, dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh dan

kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang

diperoleh dan digunakan sebagai pembanding.

f. Pengecekan anggota, dengan melibatkan semua anggota yang ikut dalam

pengumpulan data

g. Uraian rinci, peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya

secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

dilaksanakan.

h. Auditing, proses ini dapat dilaksanakan apabila ada pencatatan dari

seluruh proses dan hasil studi.

2.6. Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

Beberapa hasil penelitian terkait implementasi kebijakan makanan di

sekolah ini dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok utama, yaitu :

1. Dampak Positif Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

Suatu studi Universitas Nebraska-Lincoln memperlihatkan bahwa

dengan keijakan nutrisi disekolah dan pelarangan terhadap junk food pada

jam makan siang, telah berhasil menurunkan berat badan 18% pada siswa

yang obesitas (McGarvey M.G., 2010)

Kebijakan makanan di sekolah sangat penting dan akan berdampak

kepada kebiasaan makan diwaktu remaja, sebagaimana temuan dari

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

52  

Universitas Indonesia  

CA.Vereecken dkk (2004) di Belgia. Kebijakan makanan di sekolah ini juga

akan berpengaruh kepada Praktek Keamanan Pangan Penjaja Jajanan Anak

Sekolah (Damayanti.S.E., 2014).

Contoh lain adalah dengan diwajibkannya sekolah dasar menerapkan

kebijakan nutrisi di sekolah ( School Nutrition Policies/SNP) tahun 2006 di

Prince Edward Island/PEI, yang menunjukkan penurunan signifikan secara

statistik terhadap proporsi makanan yang rendah gizi (LNDF) dan

peningkatan proporsi Susu dan Alternatifnya (MA) serta Sayur dan buah

(VF) antara 2001/02 dan 2007 (Mullally,M.L,et.al, 2010).

2. Faktor yang Menunjang Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Makanan di Sekolah

a. Adanya dukungan masyarakat

Dukungan untuk pelaksanaan pedoman yang diberikan oleh

kelompok relawan (dari masyarakat kota) dan pemangku kepentingan

(misalnya perwakilan divisi sekolah) memfasilitasi kerja guru, jaringan

dan kemitraan di seluruh kota adalah komponen kunci dari membangun

dukungan masyarakat. Dukungan ini diberikan melalui kas dan

sumbangan makanan, dan melalui kerja sukarela (Quintanilha.M, 2011)

b. Adanya dukungan pemerintah

Salah satu keberhasilan pelaksanaan program makanan sekolah di

Kodungallur, India, tidak terlepas dari peranan subsidi pemerintah pusat,

disamping adanya kerjasama yang baik dari tingkat pusat sampai lokal.

Pelaksanaan program makan di sekolah diterjemahkan sebagai salah satu

yang harus adi secara geografis, target pada daerah yang terpinggir

melalui penyediaan langsung, dilaksanakan dengan transparansi dan

akuntabilitas, dan sadar preferensi makanan lokal yang mengarah ke

produksi lokal dan tenaga kerja dan meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan (Chettiparamb, Angelique.,2009)

Dukungan pemerintah mempertimbangkan, penyusunan, dan

pelaksanaan undang-undang pencegahan obesitas adalah dukungan yang

signifikan dalam keberhasilan program untuk mengurangi prevalensi

obesitas ini. Dengan adanya undang-undang ini akan mendukung

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

53  

Universitas Indonesia  

penyediaan biaya terkait dengan intervensi kesehatan dalam anggaran

sekolah (Katy Lee Cook, 2013). Sebagai contoh Penerapan UU 11,947

pada tahun 2009 (Governo Federal Brasileiro, 2009 ) di Brazil yang

dikenal sebagai “School feeding law”, merupakan tonggak yang

melegalkan makanan di sekolah di tingkat federal. Konstitusi 1988

menjamin hak universal untuk makanan sekolah gratis untuk siswa yang

terdaftar di sekolah dasar negeri (Sidaner.E.et.al, 2013).

Sebagai contoh lain keterlibatan pemerintah adalah mewajibkan

seluruh sekolah dasar di Prince Edward Island/PEI) menerapkan

kebijakan nutrisi sekolah ( School Nutrition Policies/SNP) tahun 2006

yang mengacu kepada “PEI School Nutrition Policies/ PEI SNP”.

(Mullally,M.L,et.al, 2010)

c. Peranan “Working Group”

Peranan kelompok pekerja ini sangat besar dalam mampu

menjembatani dunia sekolah dengan dunia gizi dengan cara yang

memungkinkan pengembangan kebijakan gizi di sekolah (Freeze.C,

2007)

d. Dukungan sekolah

Dukungan kepala sekolah sangat berperan dalam keberhasilan

implementasi kebijakan makanan di sekolah dan dapat bertindak sebagai

katalis untuk membantu perubahan serta filosofi pribadi kepala sekolah

tentang gizi di sekolah adalah kekuatan yang berpotensi kuat untuk

membentuk apa yang mungkin dan apa yang akan terjadi di sekolah

(Freeze.C, 2007)

Dukungan Guru dan staf sekolah lainnya juga memungkinkan

pengembangan kebijakan dengan mendukung keputusan kepala sekolah

untuk memperbaiki gizi sekolah melalui tindakan mereka di dalam kelas

(Freeze.C, 2007,; Quintanilha.M, 2011).

Terkait dengan metode implementasi, maka penggunaan sekolah

percontohan dan Pengembangan kebijakan Bottom-up juga dinilai sebagai

proses optimal dalam mengembangkan kebijakan gizi di sekolah.

(Freeze.C, 2007)

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

54  

Universitas Indonesia  

Keberadaan penanggung jawab terhadap gizi secara formal, juga

sangat penting di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Rideout, Karen

et.al (2007), terkait pengembangan nutrisi di sekolah di Britis Columbia,

menemukan ada sekitar 25% sekolah yang punya kelompok formal yang

bertanggung jawab terhadap gizi, dan ini akan memberikan dampak

positif terhadap implementasi kebijakan gizi

e. "Waktu Tepat" (right timming)

Informan kunci percaya bahwa usia anak-anak sekolah menengah

memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku siswa, terutama

ketika guru terus-menerus berusaha untuk menjadi panutan, dan

mendorong kebiasaan sehat melalui beberapa inisiatif mereka

(Quintanilha.M, 2011).

f. Adanya manager jasa makanan yang berpengalaman

pengalaman manager jasa makanan sebagai Red Seal koki, di

samping pelatihan sebelumnya, mendukung peningkatan makanan yang

disajikan di kantin sekolah. Latar belakang profesional membuat dia lebih

sadar pilihan yang sehat dan lebih berkualitas untuk merencanakan dan

menyiapkan makanan seimbang dan sehat (Quintanilha.M, 2011).

3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

a. Kesulitan dalam merubah perilaku

Penelitian di Afrika Selatan oleh Temple,Norman dkk (2006),

meskipun sudah ditetapkan makanan yang sehat dan tidak sehat di

sekolah, namun masih ada 70% siswa tidak membeli makanan yang

sehat dan 73,2% membeli dua atau lebih makanan yang tidak sehat. Hal

ini sejalan dengan temuan Anu Devi.et.al.(2010) yang mengatakan

bahwa siswa dalam menentukan pilihan makanan akan

mempertimbangkan biaya/harga dan kenyamanan serta sangat

ditentukan oleh pilihan individu. staf dan murid mengkritik inisiatif

untuk membatasi makanan yang tidak sehat

Kenyataan lain memperlihatkan bahwa setelah kebijakan

dijalankan, maka ada beberapa makanan yang masuk kedalam daftar,

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

55  

Universitas Indonesia  

tapi tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini akan merepotkan bagi

penyedia jasa makanan sehat, kondisi ini akan dipersulit lagi dengan

kurangnya kualitas dan jumlah staf penyedia jasa (Quintanilha.M, 2011).

b. Kendala struktur

Kendala infrastruktur seperti sarana dan prasarana kantin yang

masih kurang, meningkatnya jumlah murid, antrian panjang dan

kemampuan staf kantin untuk melayani makanan dengan cepat dan

nyaman (Anu Devi.et.al.(2010) dapat juga menjadi kendala bagi

berhasilnya implementasi kebijakan makanan di sekolah.

c. Kendala finansial

Penelitian di Malawi memperlihatkan bahwa adanya

ketergantungan pada pendanaan eksternal dan kurangnya struktur

dukungan lokal untuk program pemberian makanan di sekolah

(Nyongani.M.M, 2012).

Sementara itu disisi internal sekolah ada kekhawatiran bahwa

mengimplemtasikan kebijakan makanan disekolah akan dapat

mengurangi income sekolah, karena berkurangnya jenis makanan yang

berkontribusi dalam acara penggalangan dana sekolah (Freeze.C, 2007).

Dari sisi penyedia makanan juga ditemukan penurunan

pendapatan dan mengatakan bahwa perubahan mendadak yang tidak

akan memuaskan konsumen tidak dapat dilakukan karena kantin kecil,

dan hilangnya pendapatan substansial dapat mempengaruhi input jasa

makanan , Sementara itu faktor biaya / harga makanan sehat lebih mahal

daripada makanan tidak sehat (Quintanilha.M, 2011).

d. Kehadiran pedagang makanan di sekitar sekolah

Seliske.L,et.al (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang

kuat antara kehadiran penjaja makanan disekitar sekolah dengan perilaku

makan siang anak. Hal inipun juga dipertegas oleh hasil penelitian

Howard.P.H et.al (2011) yang mengatakan bahwa kehadiran toko yang

berjarak 10 menit berjalan kaki dari sekolah akan berpengaruh pada

kenaikan berat badan siswa. Ini juga didukung oleh adanya restoran

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

56  

Universitas Indonesia  

cepat saji dan toko toko yang menyediakan “junk food” di sekitar

sekolah (Quintanilha.M, 2011).

e. Pengawasan yang kurang

Sebagai contoh pada makanan siang anak sekolah yang disajikan

oleh sekolah di Korea, masih ditemukan 15% dari makanan yang tidak

dipanaskan dan 9% dari makanan yang dipanaskan mengandung >6%

log CFU bakteri aerob per g, serta kehadiran E.Coli O157:H7 pada

makanan tersebut. Hal ini menunjukkan pengawasan kemanan yang

masih kurang. ( Jee Hoon.R et.al, 2011).

f. Menggunakan makanan sebagai hadiah

55% dari responden melaporkan penggunaan makanan sebagai

hadiah di sekolah. Ketika makanan ini adalah pilihan yang kurang sehat,

ini dapat menciptakan ketidakcocokan antara pelajaran dalam kurikulum

yang menginstruksikan anak-anak untuk memilih makanan sehat dan

perilaku yang dimodelkan di dalam kelas (Freeze.C, 2007).

g. Penolakan orang tua

Faktor penghasilan dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah

akan menghalangi penerapan strategi makan sehat di sekolah-sekolah,

disamping sudut pandang orang tua yang beranggapan bahwa dengan

mengubah lingkungan makanan sekolah, mereka akan menghilangkan

kebebasan siswa untuk memilih dan membeli makanan dari mesin

penjual otomatis (Quintanilha.M, 2011)

 

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

57

Universitas Indonesia

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Dalam melakukan analisa implementasi Kebijakan Badan POM RI dalam

pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, khususnya tentang Aksi Nasional

Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Begizi, penulis

menggunakan teori analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier.

(1989).

O'Toole, (2000); dan Goggin et al, (1990) dalam Yongjin Sa (2013),

memasukkan teori implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier (1989)

ini kedalam generasi terakhir pada kelompok generasi kedua dari pengelompokan

tentang studi implementasi kebijakan. Menurut mereka generasi kedua ini fokus

dalam memberikan dan mengembangkan kerangka kerja analitis dan konseptual

untuk analisis implementasi kebijakan.

Mazmanian dan Sabatier menggunakan 3 (tiga) variable independen utama

yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses implementasi kebijakan (Wahab,

2012.; Yongjin Sa, 2013; Kincaid.M,2011), yaitu

a. Mudah tidaknya masalah yang dihadapi untuk dikendalikan

b. Kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat

proses implementasinya dan

c. Pengaruh langsung barbagai variable politik terhadap keseimbangan

dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan

tersebut.

Menurut mereka, peran dari analisis implementasi kebijakan adalah

berupaya mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh dalam pencapaian

tujuan dari proses implementasi kebijakan.

Kerangka konsep implementasi ini dapat dilihat pada gambar 3.1. dimana

ketiga variabel bebas itu akan memberikan pengaruh pada lima tahap proses

implementasi (variabel dependen) yaitu: (1) output kebijakan (keputusan) dari

lembaga pelaksana, (2) kepatuhan kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut,

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

58

Universitas Indonesia

(3) dampak sebenarnya dari keputusan lembaga, (4) dampak yang dirasakan dari

keputusan, dan (5) evaluasi sistem politik dari undang-undang dalam hal revisi

atau perbaikan isinya.

Gambar 3.1 : Kerangka analisis implementasi dari Mazmanian dan

Sabatier (Wahab.SA.,2012)

Keefektifan implementasi suatu kebijakan, menurut Mazmanian dan

Sabatier dalam Kincaid (2011), dapat dilihat dari 6 (enam) kondisi, yaitu:

Mudah/tidaknya masalah dikendalikan Kesukaran-kesukaran teknis Keragaman prilaku kelompok sasaran Presentase kelompok sasaran disbanding jumlah penduduk Ruang lingkup perubahan yang diinginkan  

Kemampuan Kebijakan menstrukturkan proses implementasi Kejelasan dan konsistensi tujuan  Digunakannya teori kausal yg  memadai Ketepatan alokasi sumber dana Keterpaduan hirarki dalam dan diantara lembaga pelaksana Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana Rekruitmen pejabat pelaksana Akses formal pihak luar 

Variable di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi Kondisi Sosio-ekonomi dan teknologi  Dukungan public Sikap dan sumber-sumber yang dimilki kelompok-kelompok Dukungan dari pejabat atasan Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana 

Output kebijakan Badan-badan pelaksana 

Kesediaan kelompok sasaran dalam  mematuhi output kebijakan

Dampak nyata output kebijakan 

Dampak output kebijakan sebagai dispersepsi 

Perbaikan mendasar dalam undang-undang 

Tahap-tahap dalam proses implementasi (variable dependen)

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

59

Universitas Indonesia

a. Adanya undang-undang atau legalitas lainnya dari arah kebijaksanaan

yang jelas dan konsisten, atau setidaknya memberikan kriteria

substantif untuk menyelesaikan permasalahan tujuan.

b. Memungkinkan adanya legalitas yang mengidentifikasi prinsip utama

dan hubungan kausal (sebab akibat) intervensi yang mempengaruhi

tujuan kebijakan dan menerapkan pada kelompok sasaran serta adanya

yurisdiksi pejabat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Membuat struktur proses implementasi yang resmi sehingga dapat

memaksimalkan pejabat pelaksana dan dan kelompok sasaran untuk

berlaku seperti yang diinginkan.

d. Para pemimpin badan pelaksana memiliki keterampilan manajerial

dan politik yang substansial dan berkomitmen untuk tujuan kebijakan.

e. Program secara aktif didukung oleh kelompok konstituen yang

terorganisasi dan oleh legislator selama proses implementasi, dengan

pengadilan yang netral atau mendukung.

f. Konsistensi terhadap tujuan dari waktu ke waktu, tidak dirusak oleh

kebijakan yang baru yang bertentangan atau akibat perubahan sosial

ekonomi yang melemahkan dukungan politik.

Disamping itu menurut Mazmanian dan Sabatier, untuk menguji

implementasi kebijakan melalui pendekatan top-down, kita dapat mengguna-

kan 4 pertanyaan kunci (Kincaid, 2011), yaitu:

a. Sejauh mana konsistensi pejabat dan kelompok sasaran dalam menjalankan

kebijakan (dalam tujuan dan prosedur)?

b. Sejauh mana tujuan dari waktu kewaktu tercapai (sejauh mana dampak

konsisten dengan tujuan?

c. Apa faktor yang mempengaruhi output kebijakan dan dampaknya, baik

yang terkait dengan kebiakannya sendiri ataupun politik lainnya?

d. Bagaimana kebijakan dirumuskan dari waktu ke waktu berdasarkan

pengalaman?

Teori dari Mazmanian dan Sabatier sampai saat ini sering digunakan

dalam penelitian untuk menganalisa implementasi kebijakan publik, diantaranya

oleh Yongjin Sa (2013) yang meneliti tentang implementasi Flex-Working

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

60

Universitas Indonesia

Programs di Korea Selatan pada sektor publik (Policy Implementation

Framework and Family-Friendly Work Policy: Evidence from Flex-Working

Programs in South Korea’s Public Sectors). Yongjin Sa dalam penelitiannya

mengeksplorasi sejauh mana masing masing variabel independen tersebut

berpengaruh dalam pelaksanaan program flex-working di sektor publik di Korea

Selatan. Yongjin Sa menyimpulkan bahwa 1) permasalahan flex-working ini

sangat rumit dan dan susah untuk dikelola, 2) Kementerian Administrasi Publik

dan keamanan ((MOPAS) dan Kementerian tenaga kerja (MOEL) tidak berhasil

mengidentifikasi hubungan sebab akibat yang jelas antara input, output atau

tujuan jangka panjang dan pendek yang relevan dengan pelaksanaan program flex-

working pada instansi pelaksana. Kedua instansi penggagas diatas juga tidak

mengerahkan kepemimpinan hirarkis dan wewenang sebagai desaigner kebijakan.

3) Pejabat dalam organisasi publik di Korea Selatan tidak berkomitmen untuk

mewujudkan keseimbangan kerja dan keluarga bagi karyawan melalui program

flex-working

Peneliti lain yang menggunakan kerangka analisis implementasi dari

Mazmanian dan Sabatier ini adalah Mary Mulhern Kincaid (2011) yang

menggunakan teori dari Mazmanian dan Sabatier ini untuk menganalisa

implementasi kebijakan untuk menilai efektifitas kebijakan yang berkaitan dengan

gender yang berlaku pada program sektor kesehatan USAID. (Gender Integration

Case Study: A Policy Implementation Analysis of USAID Health Sector

Programming )

Kincaid meneliti terhadap 3 kebijakan yaitu peraturan administrasi yang

berlaku untuk program USAID (ADS/Automatic Directive System), peraturan

untuk program HIV (PEPFAR) dan Percy Amandemen UU Bantuan Luar Negeri

AS. Data dikumpulkan juga dari wawancara dengan petugas USAID. Hasil

penelitiannya bahwa dari segi variabel hukum (Statutory Variables) menunjukkan

bahwa peringkat ADS dan Percy Amandemen “rendah” atau ”rendah/moderat”,

sedangkan PEPFAR sedikit lebih kuat dengan peringkat “moderat” atau

rendah/moderat” . Dari sisi non hukum ( Non statutory variable), menunjukkan

bahwa regulasi ADS dan Percy Amandemen mempunyai struktur hukum yang

lebih lemah dibanding kebijakan PEPFAR. Dari data tersebut diperkirakan

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

61

Universitas Indonesia

variable non statutory memainkan peranan utama dalam keberhasilan ADS dan

Percy Amandemen dalam mencapai tujuannya, tapi dalam implementasinya akan

sangat rentan terhadap perubahan lingkungan politik. Responden juga khawatir

tentang kerentanan PEPFAR terhadap perubahan lingkungan politik, strategi

gender PEPFAR telah mendapat manfaat untuk kondisi saat ini, namun bisa

berubah sewaktu-waktu (Kincaid.M, 2011).

3.2. Kerangka Konsep

Untuk melihat sejauh mana efektifitas kebijakan Badan POM RI dalam

pengawasan Makanan Jajanan Anak Sekolah, khususnya efektifitas pelaksanaan

program Aksi Nasional menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang aman,

bermutu dan bergizi (Aksi Nasional PJAS), dalam penelitian ini digunakan

kerangka analisis implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier (1989).

Teori Implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier sangat cocok untuk

menilai efektifitas implementasi Aksi Nasional PJAS, disamping itu teori ini

banyak dipakai di dunia international untuk menilai keefektifan implementasi

suatu kebijakan .

Mazmanian dan Sabatier mengemukakan 3 (tiga) variabel independen

yang nantinya akan berpengaruh pada variabel dependennya yaitu :

1. Mudah atau tidaknya permasalahan kegiatan Aksi Nasional Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi ini

dikelola. Permasalahan ini dapat dilihat dari dimensi :

a. Kesukaran-kesukaran teknis yang dihadapi dalam pelaksanaannya,

seperti masalah biaya dan dukungan teknologi dll .

b. Keragaman prilaku dari kelompok sasaran, semakin beragam perilaku

yang akan diatur, semakin beragam pula pelayanan yang akan

diberikan, semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan

jelas.

c. Persentase kelompok sasaran dibanding jumlah penduduk / populasi,

semakin kecil dan semakin jelas dibedakan dari kelompok lain dari

kelompok sasaran yang akan diubah, semakin besar peluang untuk

mencapai tujuan kebijakan

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

62

Universitas Indonesia

d. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan. Semakin besar

jumlah perubahan perilaku yang diinginkan, semakin sukar untuk

memperoleh keberhasilan implementasinya.

2. Kemampuan Kebijakan program Aksi Nasional PJAS menstrukturkan

proses implementasi, dll. (Statutory variables)

Menurut Mazmanian dan Sabatier, keberhasilan implementasi aksi

nasional PJAS apabila ditinjau dari sisi kebijakannya sediri dapat

dipengaruhi oleh :

a. Tujuan kebijakan yang jelas dan konsisten. Kelompok sasaran tahu apa

yang diharapkan dari mereka, evaluator tahu apa yang akan diukur dan

advokasi dapat merujuk pada bahasa kebijakan yang tidak

membingungkan.

b. Adanya teori kausal yang cukup untuk pejabat pelaksana. Memahami

jalur kausal antara intervensi pemerintah dan tujuan kebijakan , dan

memastikan pejabat pelaksana punya yurisdiksi yang cukup dalam

hubungan itu. Untuk mengubah perilaku, pejabat harus mengetahui

faktor yang mempengaruhi tujuan dan bagaimana mereka berinteraksi

dan dapat mempengaruhi mereka melalui intervensi.

c. Ketepatan alokasi sumber dana dan mencukupi untuk pelaksanaan

kebijakan

d. Keterpaduan hirarki dalam lingkungan dan diantara lembaga

pelaksana.(adanya kontrol hirarkhis pada instansi pelaksana). Seorang

aktor mempunyai kemampuan untuk menghalangi (memveto)

pencapaian tujuan formal yang sudah ditetapkan, namun penolakan dari

pihak-pihak tertentu dapat diatasi jika keputusan kebijakan dibekali

dengan wewenang yang cukup untuk memberikan sanksi atau

pengaruh-pengaruh tertentu, guna meyakinkan para aktor pelaksana

maupun kelompok sasaran untuk merubah perilaku mereka.

e. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana. Proses implementasi

juga dapat dipengaruhi oleh adanya aturan-aturan pembuatan keputusan

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

63

Universitas Indonesia

dari badan-badan pelaksana secara formal yang harus konsisten dengan

tujuan formal.

f. Rekruitmen pejabat pelaksana yang harus memiliki komitmen yang

tinggi terhadap pencapaian tujuan dari Aksi Nasional PJAS ini. Selain

itu, implementasi ini juga dapat ditugaskan kepada badan yang sudah

ada yang memiliki orientasi yang sejalan dengan tujuan dari program

ini.

g. Akses formal pihak-pihak luar. Proses implementasi dari Aksi Nasional

PJAS ini juga dapat dipengaruhi oleh partisipasi terbuka bagi para aktor

diluar badan / lembaga pelaksana.

3. Variabel di luar kebijakan (Non Statutory variables) yang mempengaruhi

proses implementasi

Berasarkan pendapat Mazmanian dan Sabatier, variabel non statuory

memiliki peran penting dalam mempengaruhi proses pelaksanaan dan

pencapaian tujuan Aksi Nasional PJAS ini. Diantara faktor Non Statuory

tersebut adalah :

a. Kondisi Sosio-Ekonomi budaya dan politik. Perbedaan kondisi ini

dari masing masing wilayah hukum pemerintahan akan

berpengaruh kepada proses implementasi kebijakan secara

keseluruhan. Pergeseran dalam kondisi sosiel ekonomi seperti

resesi, dapat mengubah isu yang ditangani dan mengurangi

dukungan politik untuk pendanaan pelaksanannya

b. Dukungan Publik. Perhatian publik, sikap kelompok masyarakat

dan juga media, akan berpengaruh pada proses implementasi

kebijakan Aksi Nasional PJAS ini.

c. Dukungan dari Badan-Badan / Lembaga-Lembaga atasan yang

berwenang. Lembaga yang dimaksud disini adalah lembaga yang

mempunyai wewenang dalam mengontrol terhadap kewenangan

hukum dan sumber-sumber keuangan badan pelaksana tersebut.

Salah satu kesulitan terbesar dalam implementasi yang melibatkan

antar lembaga adalah badan pelaksana bertanggung jawab kepada

lembaga atasan yang berbeda, yang masing-masing ingin

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

64

Universitas Indonesia

melaksanakan kebijakan yang berlainan pula. Cenderung badan

pelaksana akan mengikuti atasan yang mempunyai kewenangan

hukum dan sumber keuangan mereka.

d. Komitmen dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

Komotmen ini akan berhasil apabila pejabat pelaksana ini

menunjukkan kemampuannya dalam memanfaatkan sumber

sumber yang tersedia untuk mencapainya.

Keterangan : objek penelitian

Gambar 3.2.: Kerangka Konsep penelitian Analisis Implementasi Kebijakan

Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah

Aksi Nasional menuju PJAS yang aman, bermutu dan bergizi

Tahapan Proses Implementasi Aksi Nasional PJAS

Kemandirian komunitas sekolah dalam mengawasi pangan jajanan di sekolah

Faktor yang mempengaruhi proses implementasi Aksi Nasional PJAS 1.Tractability masalah (Mudah/tidaknya

masalah dikendalikan) 2. Variabel Statutory (Kemampuan

kebijakan menstrukturkan proses implementasi)

3. Variabel Non-Statutory (Faktor diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi)

Tersedianya PJAS yang aman, bermutu & bergizi

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

65

Universitas Indonesia

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1.: Definisi operasional variable independen

No Variable /sub

variable

Definisi operasional Pengumpu lan data

Hasil

Variabel Independen

A Tractability problem

Mudah / tidaknya masalah yang timbul dalam implementasi Aksi Nasional PJAS itu dikendalikan /dikelola

Telaah dokumen dan wawancara mendalam

Mudah/sulit dikelola, dengan penjelasan

1 Kesukaran-kesukaran teknis

Persyaratan teknis yang mempe ngaruhi pencapaian tujuan kebija kan termasuk biaya penentuan indikator, dan pemahaman teori kausal, serta penggunaan teknologi

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada / tidak, dengan penjelasan

2. Keragaman perilaku yang akan diatur

Semakin beragam perilaku yang diatur/ layanan yang diberikan, semakin sulit membat peraturan yang tegas dan jelas.

Dokumen & Wawancara mendalam

Banyak/sedikit, dengan penjelasan

3 % kelompok sasaran

Persentase jumlah kelompok sasaran diabanding jumlah penduduk. Semakin kecil jumlahnya semakin mudah dikelola

Dokumen & Wawancara mendalam

Besar /sedikit dengan penjelasan

4 Lingkup perubahan

 adalah jumlah total orang yg menjadi kelompok sasaran dan jumlah perubahan yg dituntut dari mereka. 

Dokumen & Wawancara mendalam

Bisa/tidak dikelola dengan penjelasan

B. Statutory Variables

Faktor yang mengacu kepada kebijakan itu sendiri seperti kemampuan kebijakan menstrukturkan proses implementasinya,

Telaah dokumen dan wawancara mendalam

Ada/tidak, dengan penjelasan

1 kejelasan dan konsis

Tujuan tujuan resmi yang dirumuskan secara cermat dan

Dokumen & Wawancara

Jelas/tidak ,dengan

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

66

Universitas Indonesia

tensi tujuan jelas sesuai urutan kepentingannya

mendalam penjelasan

2. Hubungan kausal yang memadai

Hubungan timbal balik antara intervensi yang dilakukan pemerintah dengan pencapaian tujuan kebijakan yang dapat dipahami dengan jelas

Dokumen & Wawancara mendalam

Jelas/tidak ,dengan penjelasan

3 Ketepatan alokasi dana

Keputusan yang menetapkan tingkat batas ambang penyediaan dana untuk pencapaian tujuan

Dokumen & Wawancara mendalam

Tepat/tidak dengan penjelasan

4. Keterpadu an hirarki

Kemampuan untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana (koordinasi) dan wewenang memberikan sanksi

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak, dengan penjelasan

5. Rekruitmen pejabat pelaksana

Pejabat memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya pencapaian tujuan

Dokumen & Wawancara mendalam

sesuai/tidak, dengan penjelasan

6. Peraturan badan pelaksana

Menggariskan secara formal aturan aturan pembuatan keputusan dari badan pelaksana dalam pencapaian tujuan

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak, dengan penjelasan

7 Akses pihak luar

Sejauh mana peluang untuk berpartisipasi terbuka bagi para aktor di luar badan badan pelaksana mempengaruhi para pendukung tujuan resmi

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak, dengan penjelasan

C. Non Statutory variables

Faktor di luar kebijakan yang dapat mempengaruhi proses implementasi kebijakan

Wawancara mendalam dan telaah dokumen

Berpengaruh/tidak, dengan penjelasan

1 Kondisi Sosio-ekonomi, politik dan teknologi

Keadaan sosial, ekonomi, politik dan teknologi tempat kebjakan dilaksanakan

Dokumen & Wawancara mendalam

Berpengaruh/tidak, dengan penjelasan

2 Dukungan publik

Adanya dukungan publik terhadap tujuan kebijakan

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak , dengan penjelasan

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

67

Universitas Indonesia

3. Sikap dan sumber kelompok-kelompok

Perubahan perubahan dalam sum ber dan sikap kelompok masya rakat di tempat pelaksanaan kebi jakan terhadap tujuan kebijakan

Dokumen & Wawancara mendalam

Berpengaruh/tidak ,dengan penjelasan

4. Dukungan dari pejabat atasan

Dukungan lembaga yang punya wewenang kontrol terhadap kewenangan hukum dan sumber keuangan badan pelaksana

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak ,dengan penjelasan

5 Komitmen dan kepemimpinan pejabat pelaksana

Komitmen pejabat badan pelaksana untuk mewujudkan tujuan kebijakan dan Kemampuan kepemimpinan dalam membina hubungan kerja dengan lembaga lembaga atasan dan meyakinkan kelompok sasaran serta kemampuan manejerialnya

Dokumen & Wawancara mendalam

Ada/tidak, dengan penjelasan

- Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) adalah semua pangan; baik berupa

pangan segar, pangan olahan, maupun pangan siap saji; yang ditemui dan

dijual di lingkungan sekolah serta secara rutin dibeli dan dikonsumsi oleh

sebagian besar anak sekolah

- Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang

dapat dikonsumsi langsung dan/ atau yang dapat menjadi bahan baku

pengolahan pangan

- Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara

atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan

- Pangan siap saji adalah makanan dan/atau minuman yang sudah diolah

dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat

usaha atas dasar pesanan

- Komunitas sekolah adalah kumpulan individu;termasuk kepala sekolah,

guru, siswa, orang tua siswa, dokter dan petugas klinik sekolah, pengelola

kantin, penjaja PJAS, serta karyawan lain di sekolah; yang secara langsung

atau tidak langsung beraktivitas dan berinteraksi di lingkungan sekolah.

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

68

Universitas Indonesia

- Kemandirian komunitas dalam mengawasi PJAS dilingkungannya sendiri

adalah kemampuan komunitas sekolah untuk mengawasi PJAS di

lingkungan sekolahnya sendiri yang mencerminkan kesadaran komunitas

sekolah untuk memenuhi kebutuhannya akan PJAS yang aman, bermutu

dan Bergizi.

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

69  

Universitas Indonesia

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Untuk melihat berjalannya implementasi program Aksi Nasional Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi, digunakan

pendekatan penelitian kualitatif. Karena penelitian kualitataif dapat menggali

secara dalam apa yang menjadi faktor-faktor yang menghambat terjadinya

perubahan perilaku dan alasan mengapa perubahan itu tidak terjadi. Metode

kualitatif ini juga sangat berguna dalam melakukan penelitian yang kompleks dan

melibatkan banyak institusi.

Maira Quintanilha (2011) dalam tesisnya menuliskan bahwa penggunaan

desain penelitian kualitatif dapat memberikan peneliti kesempatan unik untuk

mengatasi kompleksitas pedoman gizi di lingkungan sekolah karena

memperhitungkan bagaimana faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi

mempengaruhi pengalaman dan perilaku makan orang (Jack, 2006; Ramanathan

et al., 2008).

Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian dan berada pada tatanan yang abstrak dan ada

dalam fikiran manusia, misalnya pendapat, kepercayaan, perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah. Dalam hal

ini peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, analisa data lebih bersifat induktif dan

hasil penelitiannya lebih menekankan kepada makna (Sugiyono, 2011).

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah menganalisa

faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan implementasi program Aksi

Nasional Menuju Pangan Jajajan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi

di Kota Batam ditinjau dari kerangka konsep analisa implementasi kebijakan

Mazmanian dan Sabatier..

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan

informan dan studi literatur / analisa dokumen. Penentuan sumber informasi atau

narasumber dilakukan secara purposive dan snowballing, menggunakan pedoman

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

70  

Universitas Indonesia

wawancara, serta berkembang selama proses penelitian. Pedoman wawancara

mengacu juga kepada 6 kondisi yang memperlihatkan keefektifan implementasi

suatu kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier seperti pada BAB III dan juga 4

pertanyaan kunci terhadap kebijakan yang bersifat top-down oleh Mazmanian dan

Sabatier juga seperti pada BAB III. Setiap wawancara dilakukan dalam waktu

kurang lebih 1 jam.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014 , dengan

mengambil lokasi di Jakarta dan Batam pada beberapa intansi pemerintah seperi

Badan POM RI (Direktorat Surveilan dan Keamanan Pangan), sebagai penggagas

dan pelaksana, kemudian Dinas Pendidikan Kota Batam, Dinas Kesehatan Kota

Batam, Dinas perdagangan perindustrian dan ESDM Kota Batam, Balai POM di

Batam sebagai kelompok pelaksana dan pada kelompok sasaran yaitu Sekolah

Dasar serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam sebagai pihak luar, serta

DPRD kota Batam

4.3. Informan / Narasumber

Untuk memperoleh informasi tentang evaluasi sementara implementasi

kebijakan Aksi Nasional PJAS secara Nasional, informasi terkait kebijakannya itu

sendiri seperti pengorganisasiannya dan lain lain, digali dari informan kelompok

penggagas kebijakan Aksi Nasional PJAS, diantaranya:

a. Direktur surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI

b. Kasubdit Penyuluhan Pangan Siap Saji dan Industri rumah Tangga, Dir

Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI.

Untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di

tingkat kota, seperti kendala , koordinasi, penganggaran dan lain-lain diperoleh

dari informan pejabat dan pelaksana lapangan dari instansi terkait yang langsung

berhubungan dengan kelompok sasaran, Instansi instansi ini sudah tercantum

dalam roadmap pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di Daerah, yaitu :

a. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam,

b. Staf Seksi Farmakmin Dinas Kesehtan Kota Batam

c. Kepala Balai Pengawas Obat dan makanan di Batam

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

71  

Universitas Indonesia

d. Staf Seksi Pemeriksaan, Penyidikan, sertifikasi dan Layanan Infomansi

Konsumen Balai POM di Batam

e. Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam

f. Staf bagian Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Batam

g. Kepala Dinas Perdagangan, perindustrian dan ESDM Kota Batam

h. Kasie BIna Usaha dan Produksi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar,

Koperasi dan UKM kota Batam

Untuk memperoleh informasi tentang penganggaran terutama terkait

dengan Rencana Aksi Daerah Pangan Gizi (RAD-PG) di kota Batam yang juga

ada keterkaitan dengan Aksi Nasional PJAS, diperoleh informasi dari Bappeda

Kota Batam, atau bagian terkait. Dalam RAD-PG sudah ada sebagian kegiatan

yang dirancang pada Pokja III terkait pembinaan terhadap Industri Pangan Rumah

Tangga (IRTP) dan peningkatan SDM petugas untuk Pangan Jajanan anak

sekolah.

Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di

tingkat kelompok sasaran, terkait kendala, kepatuhan, pembinaan, penganggaran

dan lain-lain, diperoleh dari sekolah yang sudah mendapatkan intervensi A

sebelumnya. Untuk mengetahui output dari Aksi Nasional PJAS ini ditingkat

kelompok sasaran dilakukan di 2 sekolah yang diambil secara acak, dan dilakukan

wawancara mendalam dengan :

a. Kepala Sekolah Dasar No. 006 Sekupang Batam

b. Guru Pembina UKS / penanggung jawab keamanan pangan di SD 006

Sekupang, Batam

c. Kepala Sekolah Dasar No. 002 Batam

d. Guru Pembina UKS / penanggung jawab keamanan pangan di SD 002

Batam

Sementara itu, untuk melihat pandangan dan keterlibatan pihak luar

terkait Implementasi Aksi Nasional PJAS ini, akan diminta informasi dari Ketua

Majelis Ulama Indonesia Kota Batam yang juga memiliki kepedulian dengan

keamanan makanan di sekolah ini.

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

72  

Universitas Indonesia

Untuk melihat keterlibatan dan dukungan dari pihak legislative, juga

dilakukan wawancara dengan ketua Komisi IV DPRD kota Batam, karena

pendidikan dan kesehatan berada pada komisi tersebut.

Untuk menggali informasi dan menangkap variasi informasi yang ada,

teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth

interview), telaah dokumen, dan pengamatan tentang kepatuhan kelompok

sasaran terhadap intervensi yang sudah dilakukan.

4.4. Pengumpulan Data

Pada Penelitian ini, data-data yang digunakan adalah:

a. Data primer,

Merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam

terhadap beberapa informan yang terlibat langsung dalam

implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS ini dan juga instansi yang

menyediakan dana di daerah yang diharapkan mendukung kegiatan

tersebut

b. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari hasil telaahan

dokumen tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan Aksi

Nasional PJAS ini seperti roadmap kegiatannya ataupun laporan-

laporan kegiatan yang berlangsung dll.

Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan:

a. Studi lapangan (field research)

Studi ini dilakukan dengan wawancara mendalam (in depth interview),

studi dokumentasi dan triangulasi. Jenis wawancara yang akan digunakan

adalah wawancara terbuka. Hasil wawancara akan dikonfirmasi melalui

studi dokumen dan triangulasi sumber maupun data, serta hasil observasi

terhadap kepatuhan sekolah pada pelaksanaan kebijakan Aksi Nasional

PJAS ini.

b. Studi kepustakaan (Library research)

Studi ini dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan data dan

informasi, baik memalui buku-buku teks, hasil-hasil penelitian, majalah

ilmiah, rencana dan laporan-laporan kegiatan dan penelusuran dari internet

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

73  

Universitas Indonesia

dan pustaka untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dengan

penelitian ini.

4.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan dan setelah

selesai di lapangan, sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1988) dalam

Sugiono (2011;245) bahwa “Analisa sudah dimulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai

penulisan hasil penelitian dan pada saat setelah selesai. Pendapat ini juga

didukung oleh Miles dan Huberman dalam Sugiono (2011; 334)

. Dalam analisa data dilakukan reduksi data, mengkategorikan data,

mensintesa data/menarik kesimpulan, dan selanjutnya membuat suatu hypotesa

kerja. Peneliti membuat catatan penelitian dalam bentuk transkrip data yang

disertai dengan kategorisasi data. Peneliti melakukan reduksi data lapangan

sehingga data data yang ada relevan untuk membantu memecahkan masalah

penelitian. Data ini akan dikelompokkan kedalam variabel dan sub variabel yang

ada dalam teori Mazmanian dan Sabatier.

Untuk validasi data, peneliti juga melakukan triangulasi yaitu proses

check dan recheck antara satu sumber dengan sumber lainnya, serta

mencocokkan dengan data dokumentasi yang ada, terkait implementasi kebijakan

Aksi Nasional PJAS ini, serta data hasil pengamatan terhadap kepatuhan

kelompok sasaran terhadap intervensi yang sudah dilakukan . Data yang

terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan kutipan-kutipan langsung atau

penjelasan dari hasil wawancara dengan informan,dan data observasi pada

akhirnya ditarik suatu kesimpulan.

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

74

Universitas Indonesia

BAB V

HASIL PENELITIAN  

5.1. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan pengumpulan data dan wawancara terdapat beberapa

keterbatasan yang mungkin bisa menyebabkan biasnya hasil yang diperoleh. Hal

ini disebabkan oleh :

a. Subyektifitas peneliti yang juga pernah ikut sebagai pelaksana kegiatan

Aksi Nasional PJAS ini, sehingga dalam melaksanakan wawancara,

kadang juga berperan sebagai staf Balai POM, akan tetapi bias ini dapat

dikurangi dengan adanya pedoman wawancara.

b. Kurang terbukanya informan dalam menyampaikan informasi

c. Beberapa informan sudah berganti dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan

Aksi Nasional PJAS ini pada saat itu.

5.2. Informan

Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 17 orang yang

berasal dari kelompok penggagas, kelompok pelaksana, dan kelompok sasaran

kebijakan Aksi Nasional PJAS di Pusat dan di kota Batam. Informasi ini juga

dilengkapi oleh informan dari pihak luar/LSM serta legislatif di kota Batam.

Informan yang memberikan informasi mempunyai masa kerja paling rendah 5

tahun dan paling lama 32 tahun. Sedangkan untuk menjaga kerahasiaan identitas

informan, maka dalam penulisan identitas informan digunakan nomor ID dari 01

sampai 17. Selengkapnya data Informan yang terlibat dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 : Data informan penelitian

No*) Jabatan Lama menjabat

Masa kerja

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam 4 tahun 25 tahun

2. Staf Seksi Farmakmin DinKes Kota Batam 4 tahun 5 tahun

3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam 7 tahun 27 tahun

4 Staf Dikdas Dinas Pendidikan Kota Batam 4 tahun 26 tahun

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

75

Universitas Indonesia

5 Ketua MUI Kota Batam 9 tahun 9 tahun

6 Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Kota Batam

2 tahun 17 tahun

7 Kasi Bina Usaha dan Produksi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi dan UKM Kota Batam

5 tahun 24 tahun

8 Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam 4 bulan 5 tahun 4 bulan

9. Kasubdit Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, Bappeda Kota Batam

6 tahun 14 tahun

10 Kepala Sekolah SD 002 Batam Kota 2 tahun 25 tahun

11 Guru UKS SD 002 Batam Kota 1 tahun 17 tahun

12 Kepala Sekolah SD 006 Sekupang 3 tahun 24 tahun

13 Penanggung jawab UKS SD 006 Sekupang 18 tahun 30 tahun

14 Kepala Balai POM di Batam 1 tahun 11 bulan

23 tahun 8 bulan

15 Staf Seksi Pemdik-Serlik Balai POM di Batam

5 tahun 5 tahun

16 Kasubdit Penyuluhan Pangan Siap Saji dan Industri Rumah tangga , Badan POM RI, Jakarta

2 tahun 21 tahun

17 Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI, Jakarta

3 tahun 32 tahun

Keterangan : *) No urut tidak menggambarkan nomor ID informan

5.3. Aspek Kemampuan Mengendalikan Masalah (Tractability Problem)

Tractability problem merupakan mudah atau tidaknya masalah masalah

yang timbul dalam implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS ini untuk

dikendalikan atau dikelola.

5.3.1. Kesukaran teknis

Sebagai titik tolak dari kesukaran teknis ini adalah tidak tersedianya

ketentuan yang detail mengenai peranan dan tanggung jawab instansi lintas sektor

dalam mengimplementasikan pada awal kebijakan Aksi Nasional PJAS ini, serta

belum terbentuknya Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) maupun Gugus

Tugas PJAS di kota Batam yang bisa diharapkan sebagai tempat berkumpulnya

beberapa instansi terkait untuk membicarakan hal hal terkait keamanan PJAS. Hal

ini mengakibatkan tidak ikut sertanya beberapa stakeholder terkait, sehingga

koordinasi diantara instansi terlibat kurang berjalan dengan baik.

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

76

Universitas Indonesia

Terdapat beberapa masalah teknis dalam mengimplementasikan kebijakan

Aksi Nasional PJAS ini di kota Batam, diantaranya:

a. Tidak optimalnya sosialisasi Aksi Nasional ini pada instansi lintas sektor,

sehingga ada beberapa stakeholder yang tidak mengetahui kegiatan tersebut.

sebagaimana disampaikan informan:

“kok di Batam ndak ada gaung?”(12),

“Belum pak! waktu saya di Batu Aji pun juga belum.”(10),

“Belum pernah! saya malah belum pernah dengar itu”(13),

“a…. ini saya belum, belum dengar” (14),

a.. itu …, kayaknya belum pernah saya dengar. Kalau mungkin ada, mungkin disekolah lain barangkali”(07),

b. Instansi / stakeholder lain tidak mengetahui peranan mereka dalam Aksi

Nasional PJAS di Kota Batam ini

Ketidak tahuan peranan ini disebabkan karena tidak ada pedoman kerja

pelaksanaan aksi nasional untuk lintas sektor (NSPK) ditingkat daerah, terkait

peranan dan tangung jawab lintas sektor dalam program ini. meskipun pusat

sudah memberikan beberapa usulan kegiatan didaerah seperti pada tabel 2.3 ,

akan tetapi di kota Batam tidak ada forum seperti JKPD maupun Gugus tugas

PJAS sebagai wadah tempat berkumpul dan mengkoordinasikan kegiatan

terkait keamanan pangan di daerah. Uraian selengkapnya dapat dilihat pada

poin 5.4.2. “Adanya teori kausal yang cukup untuk pejabat pelaksana”.

c. Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaannya

Kurangnya koordinasi ini dikarenakan tidak adanya forum tempat

berkumpulnya instansi pelaksana (JKPD maupun Gugus Tugas PJAS) di kota

Batam (selanjutnya bisa dilihat pada poin 5.4.4. “Keterpaduan hirarki lembaga

pelaksana”) sebagaimana disampaikan oleh informan :

“Kendala yang paling tinggi sebenarnya kan bagaimana memberdayakan pemdanya” (01)

“kalau yang eksternal, koordinasi dengan Dinkes belum optimal ya, (03)”

“Mungkin dalam pelaksannan semuanya harus bekerjasama semua guru gurunya, tidak saya sendiri saja (09)”.

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

77

Universitas Indonesia

d. Keterbatasan jumlah SDM

Keterbatasan SDM akan berpengaruh pada proses implementasi untuk

mencapai tujuan kebijakan. Kekurangan ini ditemui pada kelompok pelaksana

kebijakan, maupun pada kelompok sasaran dalam melaksanakan kegiatan Aksi

Nasonal PJAS ini, sebagaimanan disampaikan informan:

“ Kalau dari kita sendiri yaitu terutama ya biasalah SDM terbatas, Serlik tenaganya terbatas”(03).

“Sebenarnya harus khusus ada yang ngurus UKS, karena sangat banyak kegiatan”(09).

“Memang ini tugas kita dalam pengawasan, tapi tidak mungkin juga, sangat banyak yang diawasi, sementara orang kita terbatas”(17).

e. Keterbatasan dana

Keterbatasan dana/anggaran juga menjadi masalah bagi beberapa instansi

pelaksana daerah maupun kelompok sasaran, namun ada juga instansi yang

merasa dana yang ada sudah cukup, terutama instansi Balai POM dan Dinas

Pendidikan. Selengkapnya dapat dilihat dibawah pada poin 5.4.3. “Ketepatan

alokasi sumber dana”.

f. Keterbatasan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang kurang akan menimbulkan masalah dalam

implementasi Aksi Nasional PJAS ini, diantaranya dalam melakukan

penyuluhan dan dalam penerapan keamanan pangan di sekolah. Hal ini

diungkapkan oleh informan :

“kesulitan juga dalam mencari sekolah, tertama yang berada di pulau, juga kekurangan dalam prasarana seperti LCD”(04).

“Mereka punya kantin tapi tak ada pagar…. (05)”.

“….. trus fasilitas cuci tangannya tidak ada”(06).

“Nah disini, jangankan ruangan untuk itu pak, pustaka aja, kami ndak punya ruangannya. Makanya terkendalanya kami ya disitu untuk membentuk kantin sehat itu”(10).

“Websitenya kadang kadang down pak. Kalau yang klub pompi kadang tidak bisa dibuka, tampilannya itu ituuu aja (04)”.

“…untuk UKS itu yang tidak bisa pak, ruangannya nggak ada. Jadi kami kalaupun komite mau bikin, tanahnya itu yang tidak ada pak (10)”.

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

78

Universitas Indonesia

g. Keberadaan penjual pangan di luar lingkungan sekolah

Keberadaan penjual makanan di luar lingkungan sekolah juga menjadi

kendala dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi di sekolah,

karena pihak sekolah agak susah mengontrolnya. Pihak sekolah tidak punya

kemampuan untuk mengintervensi mereka, karena alasan kemanusiaan /

mencari nafkah, sebagaimana disampaikan informan:

“Tapi kadang kan yang merusak itu pedagang di luar sekolahnya (06)”.

“ Ini juga permasalahan, artinya.., dari segi keamanan pihak sekolah misalkan jajan diluar yang tiba tiba terjadi, kita ndak tau, apakah dia belanja diluar atau didalam, itu akan jadi masalah juga (07)”.

“Itulah pak yang jadi boomerang buat kami, kalau kita panggil, kita tegur, alasannya sedikit aja, “saya Cuma mau numpang cari hidup”, ini yang repot, jadi kami kalah secara sosial. (10)”. ,

“Cuma kalau jajanan yang di luar, itu diluar kemampuan saya, Karena kalau mengontrol makanan yang diluar saya sudah berlawanan dengan hak azazi orang untuk mencari makan, gitu (08)”.

“Berpengaruh, kan bebas itu pak,….nggak berani kita pak, kecuali yang kita ini yang didalam kantin yang bisa kita (09)”.

. 5.3.2. Keragaman prilaku dari kelompok sasaran,

Dalam upaya pencapaian tujuan Aksi Nasional PJAS ini sangat

diperlukan kesadaaran, kedisiplinan dan komitmen komunitas sekolah. Beberapa

dimensi dari sikap ini adalah dengan mewujudkan kantin sehat, diantaranya hidup

bersih dan sehat, tidak menggunakan bahan berbahaya dalam pangannya,

menutup makanan, memakai japit untuk mengambil makanan , meningkatkan

kepedulian kepala sekolah terhadap kemanan PJAS disekolah, dll. Beberapa

tentang prilaku ini disampaikan oleh informan :

“Kalau penggunaan bahan berbahaya kalau saya bilang disini berhasil, karena kita nggak nemu lagikan dari sampling. Tapi program misalnya kantinnya harus lebih bagus, jadi bersih, masih belum menurut saya”(03).

”pada audit surveillance kemaren di SD 8, mereka disekolah itu sudah pakai japit untuk ambil makanannya, sudah ditutup meskipun dengan plastik, penjualnya juga pakai sarung tangan, terus yang di SD 06, sama sekali tidak boleh ada steryfoam pak. Jadi mereka pakainya piring yang dicuci (04)”.

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

79

Universitas Indonesia

“Tempat sampah dekat dengan kantinnya, terus juga tempat masaknya dikantin itu berminyak kayaknya, trus fasilitas cuci tangannya tidak ada”(06)

“Ya, pikiran mereka guru pengen untung dengan melarang anak anak jajan diluar sekolah. Persepsinya dengan melarang anak anak belanja diluar, takut makanan di kantin tidak habis (15)”.

“saya hanya minta dua saja, pakai tutup kepala dan celemek, gitu. Mengolah makanan pakai sarung tangan, minimal tangan kiri kan? dan pakai penjepit. Yang itu mereka patuhi, tapi kalau masker, belum! (08)”.

“……. Sebenarnya karena kita belum ada kejadian (07)”.

“Biasa orang tua yang kelas ekonomi menengah ke bawah kadang kurang faham. Anggapan jajan di luar lebih murah dibandingkan di dalam, saya kira itu masalahnya. Padahal yang murah belum tentu sehat (15)”.

“Tidak semua kepala sekolah yang ngeh dengan kantin, kurang lebih 10-20% (15)”.

5.3.3. Persentase kelompok sasaran.

Berdasarkan rencana awal, jumlah sekolah yang menjadi sasaran adalah

18.000 Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI). target ini sama dengan 10%

jumlah SD/MI di Indonesia. Ini bukanlah target yang sulit sebagaimana

disampaikan oleh informan:

“Nggak sih menurut saya, Kalau menurut saya sih, itu 18000 ya!?, itupun

untuk seluruh Indonesia, (01)”.

Untuk kota Batam, berdasarkan sensus tahun 2010, murid SD/MI

berjumlah 8,5% dari total penduduk, dengan jumlah SD/MI 247 sekolah. Akan

tetapi dalam melaksanakan pengawalan terhadap sekolah yang sudah diintervensi

tahun sebelum nya, ada informan mengatakan kewalahan, karena kekurangan

SDM dan banyaknya kegiatan lain yang menjadi tanggung jawab mereka. Sekolah

yang sudah diintervensi di kota Batam sebanyak 215 SD/MI (87,04% dari SD/MI

yang ada), sebagaimana disampaikan informan:

“Tahun 2012, 100 SD, tahun 2013, 85 SD, tahun 2014, 30 SD. Tahun 2014 intervensi B, 2013 intervensi B dan C, tahun 2012, intervensi A, B dan C (04)”.

“Kalau kita melakukan pengawalan terhadap tiap sekolah susah pak, nanti kerjanya cuma ngawalin SD aja pak! He,he (04)”.

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

80

Universitas Indonesia

“Mungkin yang dimau dari pusat itu pengawalan dengan kita melihat tingkah laku mereka, tapi nggak begitu bisa juga dengan 40 sekolah dengan kita turun satu satu, kita kekurangan orang pak.(04)”.

“Karena sekolah di Batam sangat banyak pak, jadi kalau mereka tidak mandiri, nanti yang ngawasinya yang kesulitan pak (06)”.

5.3.4. Ruang lingkup perubahan perilaku.

Ruang lingkup perubahan yang diinginkan adalah memandirikan sekolah

dengan cara memberdayakan komunitas sekolah dalam mengawasi pangan

jajanan dilingkungannya sendiri. Sebagian besar informan mengatakan bahwa ini

bukanlah hal yang sulit untuk dicapai , sebagaimana disampaikan informan

“Tidak, karena, terutama tergantung kepala sekolahnya sendiri ya! (05)”

“.Mungkin kalau pihak sekolah mau berperan aktif dan Dinas Kesehatn dan Balai POM mau berperan aktif mendidik mereka supaya mandiri, kemungkinan besar kemandirian itu bisa tercapai (06)”.

“Ya…. Kalau dibebankan, saya rasa mampu (07)”.

“Bisa…, bisa. Nanti kedepan kita akan lebih fokus lagi (08)”.

“Sanggup, tapi harus ada daftar makanannya tadi. Harus ada regulasi, ya pedomannya itulah (09)”.

“Ini masalah komunikasi, menurut saya ini bisa asal dikomunikaskan. (12)”

hanya dua informan yang mengatakan sulit karena harus mengawasi setiap hari

dan belum berubahnya kebiasaan puskesmas dalam membina UKS di sekolah.

Hal ini diungkapkan informan:

“Nggak bisa dicapai pak, itu maunya kemauan, itu kita tugaskan puskesmas dengan program UKS nya, kadang pukesmas belum mantap, masih berkutat dengan imunisasi, lingkungan, itu itu aja tuh (17)”.

“Kayaknya berat pak, itu artinya setiap hari kita harus kontrol itu, kalau itu mau kita jalankan, setiap hari kita harus kontrol itu. Kita tidak bisa percaya pada penjual di warung aja (10)”.

5.4. Aspek Variabel Statutory (Hukum)

Variabel ini berkaitan dengan kemampuan kebijakan program Aksi

Nasional PJAS menstrukturkan proses implementasinya, dll., sehingga bisa

dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuannya.

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

81

Universitas Indonesia

5.4.1. Tujuan kebijakan yang jelas dan konsisten.

Dari hasil wawancara, beberapa informan yang terlibat langsung

mengetahui tujuan kebijakan ini, akan tetapi dari penelusuran dokumen, terdapat

beberapa penulisan yang berbeda, dengan indikator kinerja utama adalah

peningkatan persentase PJAS yang memenuhi syarat. Untuk pelaporan kegiatan

dari instansi tekait di kota Batam tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena

tidak ada petunjuk bagi instansi lintas sektor tersebut, meskipun pelaporan

ditingkat pusat berjalan secara rutin. Untuk monitoring dan evaluasi juga tidak

dilakukan ditingkat daerah karena kekurangan tenaga (SDM).

a. Kejelasan tujuan pelaksanaannya.

Beberapa informan menyatakan bahwa mereka cukup jelas dengan

tujuan kebijakan Aksi Nasional PJAS ini, sebagaimana disampaikan :

“Kalau PJAS menurut saya sudah jelas. Jelas juknisnya….. (03)”.

“Jelas, juknisnya ada, (04)”.

“Jelas sih pak, kan ada targetnya. Mereka Balai pom sendiri punya target. Apa yang akan dicapai ada tingkat-tingkatnya (06)”.

“Ada, ada di petunjuk teknisnya. Yang didapat waktu pelatihan dulu (09)”.

Berdasarkan penelusuran dokumen, ada terdapat perbedaan penulisan

tujuan kebijakan Aksi Nasional PJAS, diantaranya adalah:

a. Pada buku “Rencana Aksi Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman, Bermutu dan Bergizi” (BPOM, 2011) menyatakan tujuannya

adalah : “Meningkatnya PJAS yang Aman, Bermutu, dan Bergizi”

sedangkan Maksud Aksi Nasional PJAS ini adalah “Memberdayakan

komunitas sekolah dalam penyediaan PJAS yang aman, bermutu dan

bergizi”. Kerangka kerja logis dari program meliputi indikator kinerja dan

rujukan untuk pemantauan, meliputi:

• Monitoring kegiatan dengan cara menelusuri pelaksanaan program dan

dibandingkan dengan program yang telah direncanakan;

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

82

Universitas Indonesia

• Indikator fisik dari berbagai kegiatan dan keluaran yang

terindentifikasi, misalnya laporan, rencana, data dan jumlah orang

yang telah dilatih dalam suatu pelatihan

b. Pada Proposal New inisisatif PJAS ini, tujuannya adalah 1)

Memberdayakan komunitas sekolah untuk meningkatkan Pangan jajanan

Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi. 2). Mensinergiskan

kegiatan pengawasan dan pembinaan terkait kemanan PJAS antar

stakeholder di Indonesia, seperti jajaran pemerintah pusat dan daerah,

lembaga donor, pihak swasta dan stakeholder kunci lainnya. Dengan

Indikator kinerjanya adalah “Peningkatan persentase PJAS yang

memenuhi persyaratan kemanan, mutu dan gizi”.

c. Pada buku “Disain dan Petunjuk Teknis Kegiatan Aksi Nasional Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi tahun

2013”, mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah : 1)

Memberdayakan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan

gizi PJAS, 2). Menguatkan koordinasi dan jejaring kerja lintas sektor di

pusat dan daerah untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan

bergizi, 3). Meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.

Dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ingin dicapai yaitu

persentase PJAS yang memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi pada

tahun anggaran 2012,2013 dan 2014 masing-masing 70, 80 dan 90%.

d. Pada laporan Aksi Nasional Gerakan Menuju PJAS yang aman, bermutu

dan bergizi tahun 2013, tercantum tujuan utama Aksi Nasional PJAS

adalah “peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS melalui kemandirian

komunitas sekolah dalam mengawasi PJAS dilingkungannya.” Dan

indikator kinerjanya adalah persentase PJAS yang memenuhi syarat pada

tahun 2012, 2013 dan 2014, masing masing 70, 80 dan 90% di SD/MI.

b. Pelaporan

Ditingkat pusat pelaporan tersebut berjalan secara rutin, sebagaimana

disampaikan informan :

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

83

Universitas Indonesia

“..ada monev tiga bulanan dan 6 bulanan. Kalau pusat dilaporkan ke presiden dan wakil presiden dan ke UKP4 , mereka menagih terus”(01)

namun di kota Batam pelaporan ini tidak jalan, hanya Balai POM saja yang

membuat laporan ke pusat.

“Saya kira untuk beberapa balai berjalan ya, karena datanya ada itu berapa kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi, SKPD didaerahnya ada dilaporkan, tapi tidak 100% sih”(01).

“Nggak ada pak, kita aja yang lapor (04)”.

Ketiadaan laporan di daerah ini dikarenakan kelompok sasaran dan lintas sektor

terkait tidak mengetahui pedomannya. sebagaimana disampaikan informan ::

“Belum pak, kita juga nggak ada intrumennya, nggak tau, nggak ada petunjuknya.(05)”.

“Kalau pelaporannya, kayaknya saya belum pernah lihat pak. Nggak ada bikin pelaporan kayaknya. Formatnya pun saya belum lihat seperti apa. saya belum pernah juga dengar teman teman bikin pak (06)”.

“Tidak ada pelaporan kemana mana, hanya saya selalu yang menegur dari hasil pemeriksaan anak anak yang dilaporkan kepada guru UKS nya (08)”.

“Nggak ada pak, kita tidak ada ketentuan untuk melapor setiap tahunnya

(09)”.

c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan,

Monitoring dan evaluasi tidak dilakukan secara rutin, kegiatan berupa

pengawalan pun, tidak dilakukan di kota Batam karena kekurangan SDM yang

harus mengawal sekitar 215 SD yang sudah diintervensi, dan juga belum

mengertinya petugas tentang pelaksanaan pengawalan tersebut, sebagaimana

disampaikan :

”Ndak, tidak didatangi lagi, Kalau kita melakukan pengawalan terhadap tiap sekolah susah pak, nanti kerjanya cuma ngawalin SD aja pak! He,he (04)”.

“Makanya pak, pengawalan itu apakah dalam bentuk kita terjun langsung ke sekolahnya itu, atau ooo…. Kalau pengawalan yang kemaren itu kan kita ngasih brosur aja pak, ngasih promosi pak. Mungkin yang dimau dari pusat itu pengawalan dengan kita melihat tingkah laku mereka, tapi nggak begitu bisa juga dengan 40 sekolah dengan kita turun satu satu, kita kekurangan orang pak (04)”

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

84

Universitas Indonesia

“Kalau jajanan anak sekolah itu jarang ya pak, paling sekali sekali ada dengan orang PL karena yang punya reagen orang PL. paling kita koordinasi dan turun bareng (06)”.

“Nggak ada,kita pertemuan itu hanya mau audit saja, jadi nggak ada yang rutin pak, (04)”.

d. Konsistensi pelaksana dan kepatuhan kelompok sasaran.

Sebagai hasil dari kegiatan ini, beberapa dari kelompok sasaran telah

melakukan beberapa perubahan, seperti memindahkan kantin ketempat yang

lebih baik, menggunakan penjapit makanan, memakai celemek, menutup

makanan, pengawasan oleh dokter kecil disekolah, dll. Sebagaimana

disampaikannya :

“Ada pak, malah mereka menyediakan jepitan, tidak boleh pakai tangan langsung. Makanan makanan basah macam kue itu masuk kemasan, kalau air, tidak anak anak yang langsung ambil, ada petugasnya. Kalau makanan kayak goreng pisang, bakwan dimasukkan dalam wadah tertutup (05)”.

“usahanya memindahkan kantin, dan yang tadinya kurang sehat, kita arahkan kesehatannya dan dari segi kebersihannya kami minta kepada kantin itu untuk tidak ada tong sampah dekat makanan (07)”.

“Jadi kontrolnya dari pengurus kantin, guru UKS dan anak anak yang ditugaskan oleh bu ida. Jadi ada anak-anak dokter kecil itu ditugaskan oleh bu ida seminggu atau sebulan sekali saya lupa untuk mencatat dan memantau . Nanti mereka akan lapor ke bu ida dan bu ida akan lapor ke saya (08)”.

“…. saya hanya minta dua saja, pakai tutup kepala dan celemek, gitu. Mengolah makanan pakai sarung tangan, minimal tangan kiri kan? Dan pakai penjepit. Yang itu mereka patuhi, tapi kalau masker, belum (08)”.

“Kalau untuk pengelola kantin saya kasih soal dulu pak, nah ini selama ini yang dilakukan, yang menjual itu harus pakai jilbab, trus pakai celemek, cuci tangan, kan sekarang ibu kantinnya baru pak, yang dulu sudah pindah (09)”.

“Banyak manfaatnya, dan saya juga ke bagian kurikulum, memasukkan aja di….., program kan ada, ya dimasukkan aja. Jadi tahulah apa itu PJAS.(09)”.

Akan tetapi ada juga kelompok sasaran yang tidak konsisten lagi seperti tidak

mengetahui lagi keberadaan buku buku maupun CD dan brosur yang pernah

diberikan, bahkan semangatnya menurun seperti yang disampaikan informan:

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

85

Universitas Indonesia

“Itu yang saya kurang tahu pak , hehe . kebetulan saya juga infentaris barang juga, kondisi sekarang ini yang tadinya ruang pustaka dijadikan ruang penjaga sekolah, akirnya pustaka itu berantakan pak, ha ha ha.,(07)”.

“……lama kelamaan kamipun ndak bisa kontrol sangat, mau kontrol alasannya itu tadi, “anak yang minta” (10)”.

Sehubungan dengan pembentukan tim keamanan pangan di sekolah,

yang melibatkan komunitas sekolah sebagai suatu komponen dalam

kemandirian sekolah mengawasi PJAS nya, beberapa informan mengatakan

belum ada yang terstruktur, walaupun sudah ada melaksanakan fungsinya.

Akan tetapi ada juga sekolah yang tidak ada tim keamanan pangannya karena

kurangnya perhatian dari kepala sekolah, sebagaimana disampaikan informan:

“Masih tetap bagus, Cuma tim keamanan pangannya yang terseok seok pak (04)”.

“Selama ini kayaknya belum kami lakukan pak. Karena warung itu tidak kita olah sangat gitu (10)”.

“… Hanya ada kerjasama saja dari petugas kantin sekolah bersama petugas koperasi, .. ya kami.. istilahnya memantau se.. sekilas sajalaaahhh (07)”.

“Yang ada hanya pembagian tugas, Tapi dari UKS nya jalan pak, saya bisa pastikan, karena komitmennya kuat. Dan anak anak saya lihat masih aktif mengontrol makanannya (08)”.

“Ada, ada kawan itu bu des… tidak ada terstruktur.(09)”.

Sebagian besar dari kelompok pelaksana kebijakan banyak yang konsistens

dengan tujuan kebijakan ini seperti dikatakan :

“ bahkan setiap saya sidak kesekolah, pasti yang saya lihat kantin dahulu. Ini tugas saya setiap sabtu, paling tidak 3-4 sekolah saya datangi. Itu program rutin saya (15)”.

“…..mengenai jajanan anak sekolah ini. Kemaren kita dan dapat alat kit nya itu kan? Untuk memeriksa makanan di sekolah (17)”.

“Beberapa sekolah sekarang kita jadikan kantin sehat, dalam artian setiap orang yang mau membuka jajanan di sekolah, harus ada ijin dari kita dulu, ijin dari dinas pendidikan bekerjasama dengan dinas kesehatan, diantaranya di SMA 3, SMP 20, dan SD 07 tiban (15)”.

“Kita kan ada program UKS di sekolah (17)”.

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

86

Universitas Indonesia

“Tidak efektif pak, kalau hanya sekedar mendampingi sebeberapa lama?, sementara mereka tidak diberi pemahaman tentang itu. harus dilatih! (15)”.

Akan tetapi ada juga kelompok pelaksana yang kurang konsisten, seperti disampaikan informan:

“Tidak semua kepala sekolah yang ngeh dengan kantin, kurang lebih 10-20% (15)”

“Pengarahan untuk penjaja makanan belum pak, paling menjaga kesehatan aja pak. Kalau makanan belum deh (06)”.

5.4.2. Hubungan kausal yang cukup.

Secara umum teori kausalitas ini sudah ada dalam pedoman

pelaksanaannya serta Rencana Aksi Nasional PJAS, pada Grand Design

pelaksanaanya. Dalam buku “Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman, Bermutu dan Bergizi” juga memberikan panduan kepada

stakeholder yang terlibat dalam upaya peningkatan keamanan, mutu dan gizi

PJAS di Indonesia. Diantaranya berisi latar belakang kegiatan, tujuan, strategi

pelaksanaan, kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan dll.

Akan tetapi ada salah satu kegiatan penting yang belum terlaksana penuh

yaitu penyusunan NSPK. NSPK diperlukan untuk memperjelas peran, tugas,

tanggungjawab dan target masing-masing unit/instansi dalam rangka pelaksanaan

Rencana Aksi Nasional Gerakan menuju PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi,

agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Beberapa petunjuk teknis dan standar

sudah diterbitkan, akan tetapi kebanyakan fokus kepada petugas BPOM dan

kelompok sasaran saja. Tidak ada NSPK untuk instansi terkait lintas sector ini

disampaikan oleh informan :

“Ya itu yang belum jelas. dan jadi kendala. Apalagi kepala Balainya yang baru. Itu penting banget panduan itu”(03).

“ Yang PJAS sih… nggak ya, kalau pjas itu kan kebijakan yang secara makro, kalau kedaerahnya ya justru malah itu belum ada (02)”.

“a.. belum ada, memang kemaren saya minta sama buk wid (05)”.

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

87

Universitas Indonesia

5.4.3. Ketepatan alokasi sumber dana

Secara umum untuk Badan POM dan Balai POM di Batam, pendanaan

tidak menjadi masalah, sebagaimana disampaikan informan :

“Tidak ada masalah, berlebih malah.(03)”.

“Saya kira cukup. Anggaran sebenarnya cukup, tinggal mekanisme kerjanya (01)”.

akan tetapi instansi ditingkat daerah dan kelompok sasaran, ketersediaan dana ini

masih menjadi masalah, sebagaimana disampaikan informan:

“Kalau penganggaran…… untuk ke SD itu belum kayaknya, kalau di kami itu tidak ada (06)”.

“Tidak ada pak , karena sekolah ini yang kita kelola dana bos saja pak, dana bos itu tidak ada dialokasikan ke sana (10)”.

“kantin itu kan orang luar. Nggak ada anggaran khusus. Sifatnya mereka menyewa, dari sewa itu untuk bayar hutang, karena bangun kantin itu masih hutang pak!(08)”.

meskipun ada 1 instansi daerah yang menyatakan anggaran sebenarnya cukup,

sebagaimana disampaikan :

“Sejauh ini tidak ada masalah, saya kira anggaran cukup (15)”.

“Menurut saya bisa (Sharing Anggaran) asal kegiatannya jelas dan diusulkan jauh jauh hari. Kalau program jelas, pasti didukung sih. Kalau di pemko nggak ada masalah (15)”.

Pelaksanakan Aksi Nasional PJAS ini, direncanakan juga akan didukung

dengan program Rencana Aksi Nasional Pangan Gizi (RAN PG) yang

dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

bersama lintas sektor di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Dalam RAD

PG (Rencana Aksi Daerah Pangan Gizi) sebagai tindak lanjut dari RAN PG,

sudah dibuatkan beberapa kegiatan terkait keamanan pangan beserta instansi

pelaksananya untuk daerah, serta pendanaannya, sebagaimana juga disampaikan

informan :

“Kita kemaren sudah diikutkan sampai pembuatan RPJM, kita dikasih usulan apa yang mau dimasukkan kesitu, di bagian pendidikan, bagian kesehatan. Dibagian pendidikan kita masukkan kantinnya disitu, di bagian pjas nya, dibagian kesehatan pembentukan PKP dan DFI, membentuk tenaga tenaga itu, kemudian pengawasan IRTP, itu kita diikutkan….(03)

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

88

Universitas Indonesia

“Kita sudah punya RAD PG, RAD PG itu sudah ada kesepakatan nanti untuk melakukan dengan dinas kesehatan sekian-sekian, sudah ada dari Bappenas…..”(01).

“Ya satu paket, dan menunya itu AN PJAS (Aksi Nasional PJAS), tenaga PKP (Penyuluh Kemanan Pangan) dan DFI (District Food Inspectur)(01)”.

Untuk kota Batam, sampai saat ini masih belum mengadopt pelaksanaan

RAD PG tersebut., karena menurut mereka RAD PG ini masih bersifat himbauan,

bukan perintah (sesuai dengan laporan pertemun mereka ditingkat propinsi).

Sedangkan kegiatan untuk pangan dan gizi sendiri sudah dianggarkan dalam

RPJM, walaupun agak kecil. Sebagaimana disampaikan oleh informan :

“RAD PG ini masih berbentuk himbauan, kalau RAD nya nggak ada, tapi kalau kegiatannya sudah ada, dibagian Farmakmin dinas kesehatan, Cuma anggarannya memang kecil sekitar 60 jutaan. Belum suatu unggulan”(11)

“Belum, belum sampai itu (RAD-PG nya). kita biasanya buat perencanaan itu dari renstra kota, Dinas Propinsi dan Kementerian Kesehatan (17)”.

5.4.4. Keterpaduan hirarki lembaga pelaksana.

Secara umum dalam pelaksanaan implementasi Aksi Nasional PJAS di

kota Batam tidak ditemukan hirarki pengorganisasiannya, sehingga keterpaduan

pengorganisasaiannya masih kurang, meskipun ada juga informan yang

mengatakan kerjasamanya baik. hal ini disebabkan oleh instansi daerah belum

memahami peranannya, belum ada wadah seperti Jejaring Keamanan Pangan

Daerah (JKPD) ataupun Gugus Tugas PJAS di Kota Batam sebagai tempat

berkumpulnya instansi dan stakeholder terkait kemanan pangan.

Dalam rencana awal Aksi Nasional PJAS ini, pada BAB II poin 2.3.3.

sudah digariskan bahwa kegiatan di daerah akan dikoordinir oleh Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota setempat dan bekerjasama dengan pemerintah Pusat dan

lembaga terkait, dengan hirarki pelaksanaannya dapat dilihat pada BAB II poin

2.3.3.1.

Kurangnya keterpaduan ini bisa disebabkan karena tidak adanya tim

Jejaring Kemanan Pangan Daerah (JKPD) maupun Gugus Tugas PJAS sebagai

wadah tempat berkumpul dan dikoordinirnya kegiatan ini. Ketiadaaan ini

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

89

Universitas Indonesia

kemungkinan disebabkan oleh karena karena kedudukan Instansi Balai POM di

Batam setingkat Eselon III, sedangkan Dinas-dinas terkait (SKPD) di Kota Batam

sudah setingkat Eselon II, sementara itu dalam tim ini diharapkan Balai POM

yang menjadi ketuanya.

Kurangnya keterpaduan hirarkhi pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di kota

Batam ini akan mengakibatkan instansi terkait tidak mengetahui peranannya, dan

juga menurunkan kepatuhan kelompok sasaran, sebagaimana diungkapkan

beberapa informan :

“Saya kira Badan POM kan tidak akan memerintahkan. Wadah itu kan kita sudah bangun, kita sudah punya jejaringan keamanan pangan di daerah untuk membahas itu, dari segi anggaran, Gubernur menunjuk Kepala Balai Besar/Balai POM setempat untuk menjadi ketua Pokja III”(01).

“Kayaknya nggak ada reward and punishmennya pak, kalau misalnya nggak ada ini, nanti nggak dapatin ini, merekapun nggak dapat piagam bintang juga nggak pa pa, gitu pak! (04)”.

“Nggak ada pak (JKPD ataupun Gugus Tugas PJAS). Kayaknya nggak ada lho pak (04)”.

“Dari Dinas Pendidikan itu mereka ikut kalau penyuluhan pak, ikut ngantar ke Galang dan ke Belakang Padang juga pak, terus untuk audit mereka datang juga pak Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan (04)”.

“kalau yang eksternal, koordinasi dengan Dinkes belum optimal ya, (03)”.

akan tetapi ada juga informan yang mengatakan bahwa koordinasi yang terbentuk

selama ini sudah baik :

“Kerjasamanya baik,(05)”.

5.4.5. Peraturan dari badan pelaksana.

Beberapa peraturan mendukung pelaksanaan Aksi Nasional ini,

diantaranya : 1). PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 42 ayat 2 bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan

prasarana antara lain ruang kantin, 2). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kegiatan Pembinaan

Kesiswaan yang menyatakan bahwa melaksanakan pengamanan jajanan anak

sekolah, 3). PP No 28 tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan,

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

90

Universitas Indonesia

bahwa Pangan siap saji pengawasan dan pembinaannya ada pada Pemerintah

Daerah.

”Kalau sesuai PP 28 kan sudah jelas tugas merekakan? Melakukan pengawasan dan pembinaan makanan siap saji. Teman teman kita di kementerian kesehatan juga sudah menyediakan NSPK nya (01)”

“….jadi peraturan ini sudah ada lho pak semua!. Aksi Nasional ini kan hanya sebagai trigger aja, ya trigger bagaimana untuk mereka melakukan tugas itu yang selama ini tidak, tapi kalau secara peraturan sudah jelas ini sebagai tugasnya”(01)

Akan tetapi peraturan yang spesifik mengatur tentang Jajanan anak sekolah belum

ada, sebagaimana disampaikan informan:

“Sebenarnya secara spesifik tidak ada regulasi yang mengatur makanan jajanan anak sekolah itu, sepanjang yang saya tahu (13).

5.4.6. Rekruitmen pejabat pelaksana

Dalam rencana awal sudah ditentukan instansi yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan Aksi Nasional ini, sebagaimana tercantum pada BAB II,

poin 2.3.3. yang akan dikoordinir oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

setempat dan bekerjasama dengan pemerintah Pusat dan lembaga terkait.

Sebagai pejabat pelaksana dari kebijakan Aksi Nasional PJAS ini Balai

POM di Batam menugaskan kepada seksi Pemeriksaan ,Penyidikan, Sertifikasi

dan Layanan Konsumen, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam menunjuk bagian

pendidikan dasar untuk mendukung kegiatan ini, sementara Kepala Dinas

Kesehatan menunjuk Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin).

Semua pejabat ini dirasa kompeten dan sesuai dengan tupoksinya sehari-hari dan

dan diharapkan bisa menampung semua aspirasi dan mengembangkan tujuan

Kebijakan Aksi Nasional PJAS ini.

Namun yang banyak menjadi masalah adalah jumlah tenaga yang

bersangkutan yang masih kurang jumlahnya, sehingga tidak bisa fokus 100%

untuk kegiatan Aksi Nasional PJAS ini, sebagaimana diungkapkan informan pada

poin 5.3.1.d. diatas.

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

91

Universitas Indonesia

5.4.7. Akses formal pihak-pihak luar.

Dalam implementasi Aksi Nasional PJAS ini juga membuka partisipasi

bagi pihak ketiga, ini dapat kita lihat dalam laporan kegiatannya dan juga seperti

yang disampaikan informan :

“Dari CSR, banyak yang sudah minta dan banyak yang terlibat kan? Industri industry, tapi tidak terkecuali yang tidak terkait pangan pun juga ada yang bantu (01)”.

akan tetapi untuk kota Batam, belum ada aksi nyata yang langsung dari pihak

ketiga (LSM), namun MUI sering memberikan himbauan terkait pangan jajanan

anak sekolah ini. Hal ini diungkapkan oleh informan :

” Nggak ada sih pak (04)”.

“Kalau LSM untuk jajanan anak sekolah sendiri belum ada, dan belum ada juga yang nanya nanya kekami (06)”.

“Kita minta kebersamaanlah, BPOM punya gebrakan gebrakan seperti ini, kami mendukung sepenuhnya, apalagi Undang Undang halal mau diketok (14)”.

“MUI memang ada himbauan kepada kita, pertama makanan halal sangat menjadi prioritas, makanan halal pasti sehat (15)”.

5.5. Aspek Variable Non Statutory (di luar kebijakan/ Non hukum)

5.5.1. Kondisi Sosio-Ekonomi budaya dan politik.

Secara umum semua informan mengatakan bahwa perbedaan kondisi

sosial ekonomi orang tua maupun sekolah berpengaruh dalam implementasi

kebijakan Aksi Nasional PJAS ini.

“Saya kira pasti berpengaruh pak (01)

“Pasti sih pak, yang menengah keatas, anak anak dan gurunya cepat sadar pak.”(15)

“ ….antara anak anak yang berduit dan tidak, daya serapnya akan berbeda pak, dan juga fasilitasnya yang berbeda. Kalau di sekolah sekolah seperti ini air bersihnya tentu tersedia, tapi kalau di sekolah lain mungkin belum tersedia” (01),

“Ya pak jelas beda, mungkin kita bisa lihat dari fasilitasnya pak,… penyampaiannya itu enak ditempat yang disediakan aula /ruang khusus, rasa ingin tahunya lebih banyak pada sekolah yang sosial ekonominya

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

92

Universitas Indonesia

bagus , tapi kalau di SD Negeri yang biasa biasa itu,mereka sudah selesai, ya.. sudah,.. gitu (04)”.

akan tetapi perbedaan ini tidak mengurangi penerimaan komunitas sekolah

terhadap apa yang dikomunikasikan, mereka tetap antusias. Hal ini sebagaimana

diungkapkan informan :

“menurut saya materi materinya informative ya, baik untuk high class sama yang biasa. Nggak masalah. Masih bisa diterima semua masyarakat,…. Karena interaksi saat kita memberikan materi cukup antusias mereka, (03)”.

Disamping itu juga ada informan yang mengatakan bahwa proses politik

terkait dengan mutasi pegawai, juga mempengaruhi kinerja stafnya dalam

mendukung implementasi Aksi Nasional PJAS ini:

“Sebenarnya tenaga kita cukup pak, cuma dipindah ke puskesmas, lurah, sekretaris lurah, kasi trantib di kelurahan, padahal mereka SDM kesehatan. Itulah kalau politik, susahkan?(17)”.

5.5.2. Dukungan Publik.

Perhatian masyarakat cukup besar, diantaranya antusias pemirsa pada

dialog interaktif di Batam TV oleh BPOM di Batam, dan dukungan media massa

dalam pemberitaan serta pameran pameran yang diikuti oleh BPOM. Tidak ada

informan yang menyatakan penolakan dari masyarakat, bahkan dukungan banyak

dari pihak sekolah untuk di intervensi, sebagaimana disampaikan oleh informan :

“….ada sekolah yang minta kita untuk narasumber memberi materi PJAS , mungkin mereka dapat info sekolah lain dapat penyuluhan tentang PJAS, tapi mereka tidak, gitu (03)”.

“Ada sekolah yang minta.. “sekolah kami diperiksa dong buk..tahun kemaren kan sudah, tapi tahun ini belum” “saya bayar nggak papa”katanya (04)”.

“Mereka semua mendukung dan senang didatangin. “ ya buk, tolong dilihat apa yang kurang dari kantin kami ini?”. Gitu pak (06)”.

5.5.3. Dukungan Badan / Lembaga yang Berwenang.

Salah satu dukungan ditingkat pusat datang dari DPR, dimana DPR turun

kedaerah bersama dengan Badan POM RI dan juga melakukan presentasi, sera

berencana meningkatkan penganggaran untuk KIE, sebagaimana disampaikan

informan:

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

93

Universitas Indonesia

” Dengan turun kemaren mereka merasakan bahwa tugas Balai POM sangat grass root, sangat merakyat dan salah satu upaya mereka mengatakan itu, itu KIE anggarannya harus ditingkatkan, jadi ada dapat peningkatan anggaran kemaren itu, mereka strik benar dan berharap kegiatan PJAS ini diteruskan”(01).

Sementara itu, DPRD Kota Batam selama ini belum terlibat secara langsung,

sebagaimana disampaikan informan :

“Tidak ada pak.”(04).

Hal ini bisa disebabkan tidak adanya komunikasi dengan DPRD, sehingga mereka

tidak mengetahui adanya kegiatan Aksi Nasional PJAS ini, sebagaimana

diungkapkan informan

“Belum pak, sama sekali belum. Karena di mediapun nggak ada kan? Kalau kita mau mengakses, webnya dimana pak?(12)”.

“Kalau bisa, kami minta kalau Balai POM mengadakan acara baik yang khusus maupun yang umum ini, tolong undang kami pak, karena mitra kami jarang mengundang kami, mungkin mereka ada, tapi kami tidak pernah ter “up date” masalah ini (12)”.

Dari hasil wawancara dengan ketua komisi IV DPRD kota Batam,

sebenarnya mereka sangat terbuka dan mendukung kegiatan ini, bahkan

merencanakan untuk mengadakan rapid test kit makanan untuk puskesmas,

sebagaimana rencana dalam Aksi Nasional PJAS ini. Hal ini terungkap ketika

wawancara dan menyampaikan:

“Kami pun kalau perlu mungkin kita sama sama kesekolah, paling tidak akan menjadi kampanye daerah barangkali (12)”.

“Saya kira ini suatu langkah yang mesti kita dukung di level kebijakan, memang kami harus terlibat disini, anak anak kami juga itu! (12)”

” Berarti di puskesmas perlu test kit. Artinya test kit ini bisa saja jadi inventaris puskesmas dianggaran sekarang, gitu,… dan kami akan menambah lagi puskesmas ini tidak hanya di online kan, ini bisa juga jadi bidikan kita, test kit ini bisa jadi bidikan kami untuk jadi inventaris puskesmas. Terutama untuk puskesmas yang padat daerah pelajarnya (12)”.

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

94

Universitas Indonesia

5.5.4. Komitmen dan kepemimpinan pejabat pelaksana.

Secara pribadi, hampir semua pejabat pelaksana komitmennya baik untuk

melanjutkan kegiatan ini. Ketika penulis menanyakan apa yang akan dilakukan

jika Aksi Nasional PJAS ini berakhir pada tahun 2014 ini? Mereka menjawab :

“…., saya akan ambil waktu untuk menindak lanjuti hasil saya dengan BPOM kemaren….. saya selalu sambilkan turun kekantinnya juga., meskipun sekolah itu belum dikunjungi oleh BPOM …. Kami masih berpikiran bahwa dasar anak cerdas itu dari makanan. Itu intinya pak (05)”.

“Kalau bisa lanjut ya pak? Jadi yang mandiri itu lebih banyak, gitu, Karena sekolah dibatam sangat banyak pak, jadi kalau mereka tidak mandiri, nanti yang ngawasinya yang kesulitan pak (06)”.

“Saya pikir pekerjaan ini belum selesai gitu, kalau ini memang jadi kerja daerah, SKPD apa saja yang terlibat? Memang idealnya pedagang kaki lima ini deregister. Sepertinya pemerintah wajib ambil andil (12)”.

“Saya kira kalau itu memang ada arahan , kita akan coba dengan kita pak, kalau perlu kita undang dari Balai POM untuk memberikan penyuluhan kepada anggota kita. Kita siap mengundang itu pak (15)”.

“Kita lanjut sendiri, kalau terkait kesehatan, kesehatan yang laksanakan, Kita nanti paling berupa penyuluhan penyuluhan aja kali. Ke sekolah sekolah melalui UKS (17)”.

“Bahkan kami sudah berpikir bahwa promotif dan preventif ini tidak mesti Dinas Kesehatan leading sektornya, camat lurah kita beban kan ini, mereka melakukan pembinaan pembinaan ke kader posyandu (12)”

” Kalau memang BPOM mau gandeng majelis ulama,ormas, kami siap! kami lihat tenaganya sangat terbatas sekali (14)”.

“ Saya kira dinas perlu lanjut pak. Bangsa kita ini kan kan tidak setahun dua tahun pak, tapi teruuuusss gitu. Kita tidak bisa kata kan 80% sudah, o o tidak saya belum yakin , karena pola pikIr masyarakat kita tidak secepat itu sih. Tidak boleh berhenti pak , merubah main set tidak bisa dalam waktu 4 tahun, apalagi orang orang pulau yang tingkat ekonominya terbatas (15)”.

sedangkan ditingkat pusat, mereka berencana untuk mengadakan kegiatan lanjutan

untuk SMP dan SMA serta Food Safety Masuk Desa

”Jadi untuk AN PJAS ini kita masukkan dalam satu paket dengan food safety masuk desa pak. jadi nanti SD ini kan ada di desa juga dan ini jadi target kita juga nantinya. Jadi bukannya 2014 selesai, nggak!. Akan

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

95

Universitas Indonesia

diteruskan dan Badan POM juga sudah mengajukan new inisiatif untuk SMP dan SMA”(01).

Akan tetapi komitmen ini belum ditindak lanjuti untuk menjadikan

program ini menjadi prioritas pada program kerja SKPD tahun berikutnya. Dalam

RPJM kota Batam, keamanan pangan merupakan bagian dari pembangunan

dibidang kesehatan, akan tetapi kegiatan ini belum menjadi prioritas, sebagaimana

disampaikan informan :

“Kita tidak menyatakan belum prioritas, tapi setiap rapat, selalu disampaikan , bahkan setiap saya sidak ke sekolah, pasti yang saya lihat kantin dahulu (15)”

“Di RPJM ada prioritas pembangunan Kota Batam, salah satunya kesehatan , cuma didalamnya makanan belum menjadi prioritas (11)”.

“RAD PG ini masih berbentuk himbauan, kalau RAD nya nggak ada, tapi kalau kegiatannya sudah ada,di bagian Farmakmin Dinas Kesehatan, Cuma anggarannya memang kecil sekitar 60 jutaan. Belum suatu unggulan”(11)

Prioritasnya masih terfokus kepada pembangun fisik seperti puskesmas, Pustu,

Polindes, Ambulan, penambahan tenaga kesehatan dll., mengikuti renstranya

Pusat dan Renstranya Kota Batam. sebagaimana diungkapkan oleh informan :

“Kalau yang makanan itu nggak, paling bagian daripada RPJM . Di renstra kita, kita ngikutin pusat dan juga ngikutin RPJMnya pemko, misalnya membangun puskesmas, postu, polindes, ambulan, pengangkatan tenaga dll. (17)”.

“Kita belum bisa memperbesar kebutuhan non fisik ini karena memang kebutuhan membangunnya masih tinggi (12)”

“Kalau di Jogja mereka sudah sampai kesitu pak, Bappedanya sudah mengakomodir kebutuhan Dinas Kesehatan untuk PJAS pada tahun 2015. Tapi kalau disini saya kurang tahu kalau di Bappedanya seperti apa gitu (04)”

Terkait dengan kepemimpinan pejabat pelaksana, hampir semua informan

menyatakan baik, sebagaimana diungkapkan informan :

”Mendukung pak, bagus! (04)”.

” Bagus, beliau tak ada hambatan bagi beliau, itu kita pandang baik, jalan!. Empuk sekali beliau. Kalau untuk pendidikan itu, tidak ada kata tidak untuk beliau (05)”.

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

96

Universitas Indonesia

” Kalau dari kasi, mereka bilang juga, kalau sekolah kita perlu jamah (06)”.

cuma ada 1 informan yang agak ragu-ragu dengan kepemimpinan atasannya /

pejabat pelaksana, sebagaimana yang informan sampaikan:

“Kalau dari kabid, kalau tidak menyalahiii ini ya silahkan!, kalau kabid kita mah…ehm.ehm…, gimana ya?...... kalau kepala dinas…… yang penting aman,… itu aja intinya (06)”.

5.6. Pencapaian tujuan kebijakan

Dari laporan tahunan Balai POM di Batam, Sejak tahun 2011 sampai

2014, BPOM di Batam sudah menguji sampel PJAS sebanyak 926 sampel yang

disampling di kota Batam, Tanjung Pinang, kabupaten Karimun dan Bintan

dengan jumlah sekolah kurang lebih 62 Sekolah Dasar (SD). Hasil uji

memperlihatkan bahwa PJAS yang tidak memenuhi syarat adalah 58 (6,26%) dan

yang memenuhi syarat sebanyak 868 sample (93,74%).

Berdasarkan laporan laporan Aksi Nasional Gerakan Menuju PJAS yang

aman, bermutu dan bergizi tahun 2013, hasil pengujian secara nasional

menunjukkan bahwa 12.859 sampel (80,79%) memenuhi syarat, sehingga

Indikator kinerja utama untuk tahun 2013 bisa dicapai. Namun beberapa informan

mengatakan bahwa pencapaian IKU 80% tersebut belum menggambarkan

pencapaian kemandirian pengawasan PJAS oleh komunitas sekolah, sebagaimana

diungkapakan informan:

” Jadi kalu untuk target penurunan , 80%, 90% kita capai gitu. Tapi untuk meneruskan ini menjadi satu kegiatan yang memang harusnya dikerjakan oleh pemerintah daerah,kelihatannya harus punya effort yang berbeda lagi gitu (01)”.

”Jadi….. menurut saya kondisi yang di lapangan itu masih jauh. Kantin aja, kita lihat kondisi kantinnya, mungkin ada sekolah sekolah yang kelas internasional, kelas yang di kota, mungkin kebersihannya sudah terjaga, coba kalau di desa desa, di kecamatan kita lihat kondisi kantinnya mereka, hygiene sanitasi mereka…. Menurut saya sih.. belum. (03)”.

“Kita tidak bisa kata kan 80% sudah, o.. o.. tidak saya belum yakin , karena pola pikir masyarakat kita tidak secepat itu sih (15)”.

meskipun ada 2 informan yang menyatakan sudah sesuai, dan 1 ragu ragu,

sebagaimana diungkapkan informan :

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

97

Universitas Indonesia

“saya ragu ragu juga nih, tapi menurut pantauan saya bagus bagus aja, kenapa? Karena kalau tidak bagus pasti ada laporan, anak sakit perut. Tapi selama ini bagus bagus saja, kita beranggapan kita pernah mengasih penyuluhan kepada guru guruUKS. Itu saja indikatornya (17)”.

“Sudah !(05)”.

“Kalau untuk didalam kantin sekolahnya sendiri, mungkin iya pak ya? 80% itu tercapai. Tapi kadang kan yang merusak itu pedagang diluaar sekolahnya (06)”.

“Nggak bisa dilihat pak, dari 2012 ke 2014 saja sekolahnya sudah beda beda dan kita juga nggak ada kesana lagi (04)”.

Untuk kebih memudahkan dalam pemahaman, kesimpulan hasil

wawancara tersebut dapat dilihat lampiran 1 Matriks Kesimpulan Hasil

Wawancara.

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

98

Universitas Indonesia

BAB VI

PEMBAHASAN

Pelaksanaan “Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang

Aman, Bermutu dan Bergizi” berlangsung selama tahun 2011 sampai tahun 2014.

Tujuan utama Aksi Nasional PJAS adalah peningkatan keamanan, mutu dan gizi

PJAS melalui kemandirian komunitas sekolah dalam mengawasi PJAS

dilingkungannya. indikator kinerjanya adalah persentase PJAS yang memenuhi

syarat pada tahun 2012, 2013 dan 2014, masing masing 70, 80 dan 90% di SD/MI.

Untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya

tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi Aksi Nasional PJAS ini,

digunakan model analisa implementasi kebijakan publik yang disampaikan

Mazmanian dan Sabatier disebut dengan A Framework for Policy Implementation

Analysis

Teori dari Mazmanian dan Sabatier merupakan salah satu dari teknik

implementasi dengan pendekatan “Top down”. Pada pendekatan ini peneliti

terfokus kepada kebijakan dan berusaha untuk memperoleh fakta fakta, apakah

implementasi kebijakan itu mampu atau tidak mencapai tujuannya (Hogwood and

Gunn 1984 dalam Purwanto E.A & Sulistyastuti.D.R, 2012). Sehingga pendekatan

ini sangat cocok untuk menilai efektifitas implementasi suatu kebijakan.

Menurut Gibson dkk (1996) efektifitas adalah pencapaian sasaran dari

upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat efektifitas.

Menurut Tjokroamidjojo (1987), mengatakan bahwa efektifitas adalah agar

pelaksanaan administrasi lebih mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai

tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan lebih berdaya hasil (Paselong.H, 2013).

Untuk menganalisa proses implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS

dalam mencapai tujuannya (efektifitas) di kota Batam, Mazmanian dan Sabatier

mengemukakan 6 (enam) faktor / kondisi implementasi yang efektif

(Kincaid.M.2011). yaitu :

1. Adanya tujuan yang jelas dan konsisten dalam kebijakan (Incorporating

clear and consistent objectives in the policy )

2. Memahami hubungan kausal (Understanding the causal pathways)

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

99

Universitas Indonesia

3. Strukturisasi proses implementasi (Structuring the implementation

process)

4. Komitmen dan kepemimpinan pejabat pelaksana (The level of commitment

and leadership skills of top implementing officials)

5. Dukungan yang konsisten dari kelompok konstituen (Consistent support

from organized constituency groups)

6. Ketahanan kebijakan untuk perubahan lingkungan eksternal (The resilience

of a policy to changes in the external environment)

Keenam kondisi ini tersebar dalam 2 variabel besar, 3 (tiga) kondisi pada

variable Statutory (hukum) dan 3 kondisi pada variabel non statutory (non-

hukum). Dua kondisi ditempatkan sebagai yang lebih penting daripada yang lain,

yaitu: a) tujuan kebijakan yang jelas dan konsisten, b). hubungan kausal, harus

dipenuhi (Kincaid.M, 2011).

Untuk menemukan fakta fakta terhadap kemampuan implementasi

kebijakan Aksi Nasional PJAS mencapai tujuannya (Efektifitas) , akan dibahas

sesuai dengan variabel yang dikemukakan oleh Mazmanian dan Sabatier, yaitu:

A. Kelompok Variabel Statutory (Hukum).

Pada variable hukum ini mengacu kepada kebijakannya itu sendiri, seperti

bahasa, pemikiran dan struktur pelaksanaannya. Dalam kelompok hukum ini,

mencakup 3 variabel/kondisi terkait efektifitas implementasi kebijakan, yaitu :

1. Adanya tujuan yang jelas dan konsisten dalam kebijakan (Incorporating

clear and consistent objectives in the policy )

Adanya tujuan yang jelas dan konsisten ini akan meningkatkan

keberhasilan pelaksanaan (kelompok sasaran /target akan tahu persis apa

yang diharapkan dari mereka), memudahkan dalam evaluasi (evaluator tahu

bagaimana mengukurnya), dan mendukung dalam advokasi (petugas akan

dapat merujuk pada bahasa yang jelas dan tidak ambigu).

Berdasarkan hasil wawancara, tujuan dari Kebijakan Aksi Nasional

PJAS ini sudah jelas (03),(04),(05),(06),(09). Akan tetapi dari analisa

dokumen, ditemukan ada perbedaan dalam penulisannya seperti dapat dilihat

pada BAB V, poin 5.4.1.a. Namun kebanyakan dari tujuan itu ditulis adalah

1) Memberdayakan komunitas sekolah untuk meningkatkan pangan jajanan

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

100

Universitas Indonesia

anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi, 2) Menguatkan koordinasi

dan jejaring kerja lintas sektor di pusat dan daerah untuk meningkatkan

PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi. Sementara itu indikator kinerjanya

adalah “Peningkatan persentase PJAS yang memenuhi persyaratan kemanan,

mutu dan gizi”

Berdasarkan hasil pengujian PJAS tahun 2013, secara nasional

ditemukan 80,79% PJAS sudah memenuhi syarat, berarti IKU untuk tahun

2013 bisa dicapai. Akan tetapi beberapa informan mengatakan bahwa

pencapaian PJAS yang memenuhi syarat/IKU 80% tersebut belum

menggambarkan kondisi yang sebenarnya dilapangan termasuk juga

kemandirian sekolah dalam mengawasi PJAS nya (01,03,04,15).

Data di kota Batam memperlihatkan bahwa beberapa kelompok

sasaran sudah melakukan perubahan prilaku sebagai hasil dari program ini,

namun jumlahnya masih kecil. Sekolah yang memperoleh intervensi A di

kota Batam baru 15 SD (6,07%) dan diantaranya yang dapat piagam bintang

satu keamanan pangan kantin sekolah baru 3 SD (1,2%) dari total SD/MI

yang ada, sehingga menurut peneliti yang bisa dianggab mandiri baru 1,2%,

(karena belum ada indikator yang menentukan sekolah itu sudah mandiri

atau belum). Untuk hasil uji PJAS oleh Balai POM di Batam dari tahun

2011 sampai 2014, menunjukkan bahwa 93,74% PJAS tersebut memenuhi

syarat keamanan pangan /sudah diatas rata-rata Nasional (Balai POM b,

2014).

Dalam lampiran Rencana Aksi Nasional PJAS (RAN PJAS) tentang

indikator dan alat verifikasi RAN PJAS, Maksud program ini adalah

“Memberdayakan Komunitas Sekolah dalam Penyediaan PJAS yang Aman,

Bermutu dan Bergizi” dengan indikatornya ”Diberdayakannya Komunitas

Sekolah dalam Penyediaan PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi”. Akan

tetapi indikator ini sepertinya kurang tersosialisasi karena indikator yang

banyak muncul dalam dokumen dan laporan laporan kegiatan hanyalah IKU.

yaitu peningkatan PJAS yang memenuhi syarat. Akibatnya petugas didaerah

tidak mengerti apa ukuran dari pencapaian tujuan Aksi Nasional ini terutama

dalam melakukan monitoring dan evaluasinya, sebagaimana juga

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

101

Universitas Indonesia

diungkapkan oleh informan (04). Sementara itu kebanyakan dokumen lain,

menuliskan bahwa ”maksud program” pada Rencana Aksi Nasional PJAS

itu sebagai tujuan kegiatannya. Dalam Rencana Aksi Nasional PJAS tahun

2011 ini tujuannya adalah ”Meningkatkan PJAS yang Aman, Bermutu dan

Bergizi” dengan indikatornya Meningkatnya PJAS yang Aman, Bermutu

dan Bergizi.

Dengan demikian bisa diambil suatu kesimpulan bahwa terjadi

ketidak konsistenan dalam menuliskan tujuan program, sehingga Indikator

kinerja yang terkait dengan pemberdayaan komunitas sekolah tidak ada

muncul dalam laporan laporan kegiatan seperti laporan Aksi Nasional PJAS

tahun 2013. Untuk menentukan/ mengukur kemandirian sekolah dalam

mengawasi PJAS di lingkungannya sebagai output kegiatan ini juga belum

ada pedoman yang jelas.

Dari sisi pelaporan yang bisa digunakan sebagai kontrol dari

pelaksanaan kegiatan, untuk pelaksanaan di tingkat pusat sudah baik, namun

untuk tingkat kota Batam, masih lemah, karena kelompok pelaksana maupun

kelompok sasaran dari kebijakan ini tidak mengetahui bagaimana teknis dan

bentuk pelaporan yang akan mereka sampaikan (05),(06),(08),(09),

disamping itu juga tidak ada pertemuan rutin yang dilakukan untuk

mengevaluasi kegiatan ini (04). Tidak adanya pelaporan ini bisa juga

disebabkan karena belum ada pembagian tugas, peran dan tanggung jawab

yang resmi dari masing masing stakeholder terkait kegiatan ini.

Sementara ditingkat pusat selalu dilakukan monitoring dan evaluasi, ada

yang dibuat per 3 bulan dan per 6 bulan untuk membuat laporan tahunan

terkait kegiatan tersebut dan dilaporkan ke presiden, wakil presiden dan

UKP4 (01).

Petugas penyuluh, khususnya dari Balai POM di Batam sudah

dibekali dengan pelatihan pelatihan dan juga dilengkapi dengan sarana dan

prasarana lainnya seperti buku terkait juknis, bahan bahan dan alat untuk

presentasi, dll untuk menjaga konsistensi penyampaian tujuan kebijakan

tersebut. Dari hasil penyuluhan dan pembinaan oleh Balai POM dan Dinas

Kesehatan serta Dinas Pendidikan kota Batam,ini sudah ada beberapa

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

102

Universitas Indonesia

perubahan prilaku dari kelompok sasaran, diantaranya: sudah memindahkan

lokasi kantin sekolah ketempat yang lebih baik, sudah memakai jepitan

untuk mengambil makanan, tidak menggunakan sterifoam untuk makanan,

memakai celemek dan tutup kepala (jilbab) bagi penjual makanan, menutup

makanan dll (07), (08),(09).

2. Memahami hubungan kausal (Understanding the causal pathways)

Teori/hubungan kausalitas ini mendasari untuk pemahaman bagi

kelompok pelaksana menghadapi persoalan yang akan ditanggulangi, sebab

sebab timbulnya masalah dan cara pemecahannya, peluang yang tersedia

untuk mangatasi masalah, sifat permasalahannya dan apa yang diperlukan

untuk memanfaatkan peluang tersebut (Wahab, S.A.,2012).

Secara umum teori kausalitas dalam kebijakan Aksi Nasional PJAS

ini sudah ada, dan cukup jelas. Hal ini dapat dilihat dalam dokumen-

dokumen seperti Rencana Aksi Nasional PJAS tahun 2011 yang merupakan

panduan bagi instansi dan lintas sektor terkait untuk mengambil bagian

dalam Aksi Nasional tersebut, dalam grand design kegiatan Aksi Nasional

PJAS dll.

Akan tetapi masih ada kegiatan pentig yang belum terlaksana,

diantaranya adalah pembuatan NSPK terkait tugas, peran dan tanggung

jawab kelompok kelompok pelaksana kebijakan. NSPK terkait Program

PJAS Nasional diperlukan oleh Pemerintah Daerah guna melandasi

keefektifan pelaksanaan program PJAS (Badan POM, 2011)

Dengan tidak tersedianya NSPK ini beberapa instansi dan

stakeholder di daerah tidak mengerti peranan mereka dalam Aksi Nasional

PJAS ini (02,03,04), sehingga yang banyak mengambil peran aktif adalah

Balai POM setempat, sedangkan instansi lain cenderung hanya sebagai

pendamping (04).

Peranan instansi terkait itu sudah ada dalam aturan yang lebih tinggi

yaitu pada PP 28 tahun 2004 tentang Kemanan Mutu dan Gizi Pangan,

bahwa Pangan siap saji pengawasan dan pembinaannya ada pada

pemerintah daerah (01, 02). Sehingga dalam hal ini program Aksi Nasional

PJAS ini hanya merupakan “Trigger” saja dan nantinya akan dilanjutkan

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

103

Universitas Indonesia

oleh Pemerintah Daerah (01). Untuk pembagian peranan sebenarnya bisa

dilakukan dalam wadah Jejaring Kemanan Pangan Daerah (JKPD) (01)

maupun Gugus Tugas PJAS di Kabupaten / kota, namun di Batam

keberadaan wadah ini belum ada (04).

Sepertinya ketiadaan NSPK ini bukan sebagai penghalang utama,

karena masih ada juga daerah lain seperti Jogja, dimana Bappedanya sudah

mengakomidir kebutuhan Dinas Kesehatan untuk PJAS pada tahun 2015

(04).

Dari analisis dokumen yang ada, juga terlihat beberapa aturan yang

menyatakan bahwa pemerintah daerah punya kewajiban dalam mengawasi

pangan jajanan anak sekolah ini, karena sesuai UU No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, dimana urusan pendidikan dan kesehatan

sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah, tidak terkecuali Kota

Batam. Beberapa aturan terkait keamanan PJAS ini diantaranya : 1). PP

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42 ayat 2

bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana antara

lain ruang kantin, 2). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kegiatan Pembinaan Kesiswaan

yang menyatakan bahwa melaksanakan pengamanan jajanan anak sekolah,

dan 3). Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan

Mutu dan Gizi Pangan . Disamping itu juga ada Nota Kesepahaman antara

Kementerian Diknas dengan Badan POM tentang Program Pembinaan

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah pada tanggal 11 Februari 2010.

3. Strukturisasi proses implementasi (Structuring the implementation process)

Strukturisasi proses implementasi yang baik dengan menetapkan

tanggung jawab atas kebijakan organisasi / lembaga yang bersimpati kepada

masalah, menyediakan dana yang cukup, meminimalkan jumlah titik veto

(kesempatan untuk menghambat pelaksanaan), dan termasuk sanksi dan

bujukan untuk mengubah perilaku, untuk meningkatkan kemungkinan

bahwa audiens target akan melakukan apa yang diharapkan dari kebijakan

untuk mereka lakukan merupakan bagian yang penting dalam berhasilnya

implementasi suatu kebijakan.

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

104

Universitas Indonesia

Strukturisasi dalam pelaksanaan Kebijakan Aksi Nasional PJAS ini

sudah pernah diusulkan pada Rencana Aksi Nasional PJAS tahun 2011, juga

sudah dibuatkan acuan kegiatannya, namun kolom untuk Pemerintah Daerah

belum diisi dengan pengharapan diisi oleh pemerintah setempat seperti

dalam forum JKPD, karena hanya pemerintah setempat yang mengerti apa

yang diperlukan untuk daerah mereka. Usulan strukturisasi itu juga ada

dalam surat edaran bersama antara Kementerian Pendidikan Nasional dan

Badan Pengawas Obat dan Makanan tanggal 24 April 2012, yang ditujukan

kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan tegas mengharapkan

partisipasi aktifnya dalam mendukung kegiatan aksi Nasional PJAS ini, akan

tetapi tidak ditindak lanjuti oleh dinas bersangkutan. Surat ini pernah

diterima oleh dinas pendidikan di Batam (05), namun mereka hanya

menunggu aksi dari Balai POM di Batam.

Strukturisasi dan penganggaran ini sudah ditindak lanjuti dalam

RAD PG (Rencana Aksi Daerah Pangan Gizi) yang dilaksananakan oleh

Bappeda,sebagai tindak lanjut dari Rencana aksi Nasional Pangan Gizi

(RAN PG) dari Bappenas, dimana Balai POM ditunjuk sebagai Ketua pada

Pokja III. Dalam RAD PG ini sudah diatur peranan dari instansi terkait,

kegiatan dan juga penganggarannya.(01),(03). Akan tetapi untuk kota Batam

masih belum ada realisasinya. Instansi terkait di kota Batam mengatakan

bahwa RAD PG ini bersifat himbauan dan ini didukung oleh laporan

pertemuan terakhir di tingkat propinsi pada tanggal 30 Oktober 2014 (11).

Tidak adanya sanksi terhadap penyelenggaraan Aksi Nasional PJAS

ini juga dirasakan menjadi kendala bagi kelompok pelaksana kebijakan,

sehingga kepeduliannya dalam merealisasikan tujuan Aksi Nasional PJAS

ini pun juga kurang.(04).

Beberapa permasalahan tersebut kemungkinan bisa ditindak lanjuti

dengan membuat suatu Peraturan Daerah , sehingga ada dasar hukum bagi

sekolah sebagai kelompok sasaran untuk melaksanakannya, dan juga ada

dasar yang kuat bagi kelompok pelaksana untuk membuat aturan aturan

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

105

Universitas Indonesia

terkait upaya mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Hal ini

didukung oleh sebagian besar informan

B. Kelompok Variabel Non Hukum (Non Statutory)

Variabel non hukum merupakan variable / faktor diluar kebijakan itu

sendiri, diantaranya terkait dengan komitmen dan kepemimpinan pejabat

pelaksana, advokat dan kerentanan kebijakan terhadap perubahan lingkungan

politik, sosial dan ekonomi.

Beberapa hal yang berpengaruh negatif dalam implementasi Aksi

Nasional PJAS di kota Batam ini adalah belum menjadi prioritasnya keamanan

pangan dalam pembangunan kota Batam karena renstra bidang kesehatan

mengikuti renstra Pusat, Propinsi dan RPJM daerah yang sebagian besar masih

tertuju pada pembangunan fisik seperti puskesmas ,pustu, ambulan dll..

Kondisi berikutnya dari variable ini adalah kurangnya dukungan dari Legislatif

dan Kepala pemerintahan kota Batam.

1. Komitmen dan kepemimpinan pejabat pelaksana (The level of commitment

and leadership skills of top implementing officials)

Komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat pelaksana adalah

penentu variable non-hukum yang paling penting. Pejabat yang mempunyai

komitmen dan keterampilan politik serta manajerial yang memadai dapat

mempengaruhi kelompok sasaran untuk bertindak sesuai dengan tujuan

kebijakan (Wahab.S.A, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dalam hal ini

pimpinan instansi dan stakeholder terkait lainnya, secara umum semua

mempunyai komitmen yang kuat dalam melaksanakan dan melanjutkan

kegiatan untuk mewujudkan pangan jajanan anak sekolah yang aman,

bermutu dan bergizi.

Akan tetapi semangat yang kuat dari pimpinan ini belum dibarengi

dengan memasukkan kegiatan keamanan pangan ini dalam prioritas kerjanya

serta belum didukung oleh penganggaran tahun berikutnya. Bahkan program

keamanan pangan ini belum menjadi prioritas dalam RPJM Kota Batam

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

106

Universitas Indonesia

(11),(15),(17),(06),(04), Meskipun ada kegiatan untuk pengawasan pangan

ini, anggarannya sangat kecil (11).

Terkait dengan kepemimpinan dari pejabat pelaksana, hampir

semua stafnya mengatakan baik dan mendukung kegiatan ataupun usulan

kegiatan terkait dengan pengawasan jajanan anak sekolah ini.

2. Dukungan yang konsisten dari kelompok konstituen (Consistent support

from organized constituency groups)

Penguasa, seperti legislator atau pemimpin politik lainnya, dapat

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan melalui tingkat pengawasan yang

mereka berikan serta penyediaan sumber daya keuangan untuk lembaga

pelaksana (Wahab.S.A., 2012)

Untuk pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di kota Batam, dukungan dari

legislatif dan penguasa sepertinya secara langsung belum ada (04), karena

tidak terbangunnya komunikasi dengan legislatif (DPRD) selama

pelaksanaannya sehingga legislatif pun belum mengetahui ada kegiatan

tersebut (12).

Upaya untuk melibatkan pihak penguasa dalam kegiatan ini sudah

dilaksanakan diantaranya pada kegiatan Gebyar PJAS di salah satu Mall di

Kota Batam tahun 2013 yang dihadiri oleh Walikota dan beberapa Kepala

Dinas terkait. Dalam kegiatan ini, Walikota meresmikan mobil

laboratorium keliling Balai POM di Batam, disamping kegiatan lain seperti

lomba menggambar, pemutaran film Pompi yang merupakan icon untuk

PJAS,dll. (03),(04).

Disamping pendekatan dengan kepala daerah, Balai POM di Batam

juga aktif dalam penyusunan kegiatan Rencana Aksi Daerah Pangan Gizi

(RAD PG) di Bappeda tingkat propinsi, terkait penyusunan rencana

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemda propinsi dan

kabupaten/kota.(03).

Upaya dengan legislatif, sepertinya belum dilaksanakan selama ini,

karena sewaktu dikonfirmasi di DPRD, mereka malah tidak tahu ada

kegiatan Aksi Nasional PJAS ini, termasuk juga kegiatan RAD PG dari

Bappenas.

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

107

Universitas Indonesia

c. Ketahanan kebijakan untuk perubahan lingkungan eksternal (The resilience

of a policy to changes in the external environment)

Ketahanan kebijakan untuk perubahan lingkungan eksternal seperti

kondisi sosial ekonomi atau sosial budaya, dapat menjadi faktor kunci dalam

menentukan keberhasilan dari waktu ke waktu dan di seluruh lokasi

pelaksanaan (Kincaid, 2011) Pergeseran dalam kondisi sosial ekonomi,

seperti resesi, dapat mengubah pendapat orang tentang isu ditangani oleh

kebijakan dan bisa mengurangi dukungan politik untuk pendanaan

pelaksanaannya.

Selama kurun waktu pelaksanaan Aksi Nasional PJAS ini di kota

Batam, dari tahun 2011 -2014, tidak ada terjadi pergeseran dalam kondisi

kondisi sosial ekonomi maupun sosial budaya yang signifikan.

Menurut Mazmanian dan Sabatier, Interaksi dari kedua set variabel di atas

akan menentukan output kebijakan. Pelaksanaan kebijakan dengan struktur hukum

yang lemah akan sangat bergantung pada variasi dukungan politik dari setiap

waktu dengan pengaturan lokal, sedangkan undang-undang yang disusun dapat

memberikan arah kebijakan yang memadai dan sumber daya hukum untuk

menahan perubahan jangka pendek"(Mazmanian & Kincaid (2011).

Dilihat dari variabel kemampuan pengelolaan masalah (tractability

problem), bisa disimpulkan bahwa permasalahan implementasi Aksi Nasional

Menuju PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi yang dilaksanakan untuk kota

Batam cukup berat dan perlu waktu lebih untuk menyelesaikannya (tidak bisa

dikelola dalam waktu pendek). Disamping beberapa faktor diatas, juga ada

beberapa faktor teknis yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan

ini seperti kurang nya SDM di beberapa instansi pelaksana sehingga monitoring,

evaluasi dan pengawalan tidak bisa dilaksanakan; kurangnya sarana dan prasarana

penunjang untuk melaksanakan kegiatan; keterbatasan anggaran; pengaruh

penjual diluar lingkungan sekolah, dan belum mampu untuk menjadikan

permasalahan keamanan, mutu dan gizi PJAS ini menjadi isu utama dalam

pembangunan kota Batam, sehingga belum menjadi prioritas.

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

108  

Universitas Indonesia

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Selama Pelaksanaan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang Aman, Bermutu dan Bergizi (Aksi Nasional PJAS), Balai POM di

Batam telah menguji sampel PJAS sebanyak 926 sampel, dengan hasil

memenuhi syarat sebanyak 868 sample ( 93,74%).

2. Untuk kota Batam telah dilakukan Intervensi A, B dan C terhadap 215

sekolah dasar sebagai pelaksanaan aksi Nasional PJAS, dan yang

mendapat penghargaan Piagam Bintang Satu Kemaman Pangan untuk

Kantin Sekolah sebanyak 3 Sekolah

3. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Aksi Nasional Gerakan Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi di kota

Batam tidak berjalan secara efektif, karena ada kelemahan dalam variabel

hukum (Statutory) dan juga pada variabel non hukum (Non Statutory)

dari pelaksanaan kebijakan tersebut.

4. Faktor penghambat pelaksanaan Kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota

Batam terkait variabel Statutory ( hukum), diantaranya adalah :

a. Tidak ditentukannya indikator kinerja terukur yang langsung

berkaitan dengan output kebijakan yaitu kemadirian sekolah dalam

mengawasi PJAS di lingkungannya, sehingga sulit untuk mengukur

keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

b. Tidak ada NSPK yang resmi untuk daerah terkait tugas, peran dan

tanggung jawab instansi terkait dalam mendukung pelaksanaan

Aksi Nasional PJAS ini di daerah.

c. Tidak ada strukturisasi proses implementasi Aksi Nasional PJAS di

kota Batam dan tidak ada wadah untuk mengkoordinasikannya

seperti forum Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) maupun

Gugus Tugas PJAS di kota Batam.

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

109  

Universitas Indonesia

5. Faktor yang menjadi kendala pelaksanaan Aksi Nasional PJAS di kota

Batam terkait variabel Non Statutory (non hukum) adalah :

Tidak adanya dukungan langsung dari Pimpinan Daerah dan DPRD

dalam implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota Batam.

Hal ini dapat dilihat dari belum menjadi prioritasnya Keamanan

pangan khususnya Pangan Jajanan Anak Sekolah dalam

pembangunan daerah kota Batam,

6. Masih kurangnya komitmen pemerintah daerah kota Batam dalam

membangun kemanan pangan khususnya mewujudkan pangan jajanan

anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi. Hal ini terlihat dengan

belum menjadi prioritasnya kegiatan ini dalam program kerja mereka,

serta dukungan dana yang kecil, meskipun komitmen dari pimpinan

pejabat pelaksana cukup baik.

7.2. Saran :

1. Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, diharapkan sejak awal sudah

ditentukan tujuan pelaksanaan yang rinci dan konsisten, serta menentukan

indikator kinerja yang terukur dan langsung berkaitan dengan tujuan

tersebut, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan, mengukur

keberhasilan serta advokasi kebijakan tersebut.

2. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan harus jelas strukturisasi /

pengorganisasiannya, terutama dalam kegiatan yang melibatkan banyak

instansi atau lintas sektor.

3. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, terutama untuk

memberdayakan masyarakat dan melibatkan lintas sektor, dukungan

Pemerintah Daerah dan Legislatif sangat diperlukan.

4. Sebagai pembanding, sebaiknya dilakukan penelitian serupa di daerah lain

yang sudah memasukkan kegiatan pengawasan pangan jajanan anak

sekolah ini dalam prioritas kerja mereka seperti Jogjakarta dll,.

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

110  

Universitas Indonesia

5. Agar diberikan pelatihan pelatihan terkait pengawasan PJAS secara

mandiri bagi tenaga di instansi lintas sektor terkait, sehingga mereka juga

punya kompetensi khusus untuk kegiatan tersebut.

6. Mengingat tingginya harapan dari SKPD dan Stakeholder yang terlibat

dalam kegiatan Aksi Nasional PJAS di kota Batam ini, diharapkan DPRD

kota Batam bersama Pemerintah Daerah bisa membuat Peraturan Daerah

(Perda,) terkait Kemanan pangan, khususnya penyediaan PJAS yang aman,

bermutu dan bergizi di sekolah,

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

111  

Universitas Indonesia  

DAFTAR PUSTAKA

Acosta, Ines (2012, Oct 10), Health : Uruguayan Schools Slowly Say GoodBye to

Junk Food, Global Information Network, New York,

http://search.proquest.com/docview/1095572934/48554871DCB44A07PQ

/21?accountid=17242, diunduh 7 feb 2014

Adisasmito.W, 2013, Perancangan Naskah Akademik & Kebijakan Kesehatan.

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta

Ajulor.O.V.(2013), “Policy Implementation and Rural Poverty Reduction In

Nigeria (An Analysis of the National Poverty Eradication Programe

(NAPEP) In Ado-Odo Ota Local Gevernment Area, Ogun State)”, Annual

International Interdisciplinary Conference, AIIC 2013, 24-26 April,

Proceedings , Portugal

Agustino.L, (2008), Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alfabeta,Bandung.

Ashe, L M & Sonnino.R, 2013, At the crossroads: new paradigms of food

security, public health nutrition and school food, Public Health Nutrition

Volume: 16 pages 1020-7, United Kingdom, http://search.proquest.com/

docview/1353373130?accountid=17242

Ayuningtyas,D.,(2014), Kebijakan Kesehatan : prinsip dan praktik , RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Badan POM RI a, (2013), Disain dan Petunjuk Teknis Kegiatan Aksi Nasional

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi,

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Badan POM RI, Jakarta

Badan POM RI a, (2011), Rencana Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan

Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi, ___, Jakarta

Badan POM RI b, (2013), Laporan Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan

Jajajan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi, ___, Jakarta.

Badan POM RI dan FKM UI, (2011), Promosi Kemanan Pangan, ____, Jakarta.

Badan POM RI, (2012), Surat Edaran Bersama Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Nomor

1801/C/TU/2012 dan HK.05.01.1.54.04.12.2549. Badan POM RI, Jakarta

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

112  

Universitas Indonesia  

BPOM Batam, (2014), Laporan Hasil Pengujian Pangan Jajanan Anak Sekolah

Tahun 2011-2014,_____, Batam.

BPOM Batam b, (2014), Laporan Tahunan Balai POM di Batam tahun 2011-

2013, _____, Batam.

Budiono, (2011), Pengarahan Wakil Presiden RI Prof Dr. Budiono Pada saat

Pencanangan Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang

Aman, Bermutu dan Bergizi dan Satuan Tugas Pemberantasan Obat Illegal

di Istana Wakil Presiden RI Jakarta, 31 Januari 2011.

Chettiparamb, Angelique, (2009), Policy Build-Up' in Implementation: The Case

of School Meals Provision in Kodungallur, Kerala, India,

http://search.proquest.com/docview/215616813?accountid=17242

Chavez.R,(2003), The Utilization of The Mazmanian and Sabatier Model As A

Tool For Implementation Of eGovernment For Fresno County, California,

thesis California State University, (httpsearch.proquest.comdocview

305223459accountid=17242)

Cullen. Et al, (2009), The Impact of the Texas Public School Nutrition Policy on

Student Food Selection and Sales in Texas, American Journal of Public

Health 99.4 (Apr.2009):706-12. http://search.proquest.com/docview/

215085743/60A82A93654F4C63PQ/22?accountid=17242

Damanik, H.D.L, (2010), Faktor Dominan Kontaminasi Escherecia coli Pada

Makanan Jajanan di Warung Lingkungan Sekolah Dasar Kota Palembang

Tahun 2010, Thesis UI, Jakarta

Damayanti.S.E, (2014), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek Kemanan

Pangan Penjaja pangan Jajanan Anak Sekolah di Sekolah Dasar Negeri di

Kota Tangerang Selatan tahun 2013, Thesis UI, Jakarta

Danim.S., (2005), Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Ed.III, PT Bumi Aksara,

Jakarta

Devi.A, Surender.R., and Rayner.M,, (2010), Improving the food environment in

UK schools: Policy opportunities and challenges, Journal of Public Health

Policy,31,212–226, httpsearch.proquest.comdocview

366152546A7D519FE08B64805PQ15accountid=17242, diunduh 5 feb

2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

113  

Universitas Indonesia  

Dick et al, (2012), Evaluation of implementation of a healthy food and drink

supply strategy throughout the whole school environment in Queensland

state schools, Australia, European Journal of Clinical Nutrition (2012)

66, 1124–1129 & 2012 (httpsearch.proquest.comdocview

1081910568A7D519FE08B64805PQ19accountid=17242, diunduh 5 feb

2014)

Freeze.C, (2007), Enabling and Barrier Factors in the Development of

Elementary and Consolidated School Nutrition Policies on Prince Edward

Island, Thesis, University of Prince Edward Island, Canada,

(httpsearch.proquest.comdocview304717115previewPDFFCC0FC78EEC

C485FPQ9accountid=17242)

Gustama, D, (2013), Fragmenting Values : Exploring Policy Implementation

Problems and Solutions, Thesis, Washington DC, (Published by ProQuest

LLC (2013) UMI Number: 1536596).

Gill.B. et al, (2006), “Food hygiene education in UK primary schools: a nation-

wide survey of teachers' views”, British Food Journal 108.9 (2006): 721-

731. http://search.proquest.com/docview/225141014?accountid=17242

Howard et al. (2011), Proximity of food retailers to schools and rates of

overweight ninth grade students: an ecological study in California, BMC

Public Health 2011, 11:68 httpsearch.proquest.comdocview

902197508A7D519FE08B64805PQ10accountid=17242

http//batamkota.bps.go.id/publikasi/110?title=Batam-Dalam-Angka-2013 diunduh

22 Maret 2014

Kementerian Kesehatan, (2010), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Balai

Penelitian dan Pengambangan Kesehatan, _____, Jakarta

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS), (2011), Rencana Aksi Nasional

Pangan dan Gizi 2011-2015, Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan POM RI, (2012), Surat

Edaran Bersama,___, Jakarta.

Kincaid.MM. (2011),Gender Integration Case Study: A Policy Implementation

Analysis of USAID Health Sector Programming, UMI Dissertations, The

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

114  

Universitas Indonesia  

University of North Carolina at Chapel Hill, 2011,

(http://search.proquest.com/docview/923618435?accountid=17242)

Maira Quintanilha.M, (2011), Barriers and facilitators to the implementation of

healthy eating strategies in schools in Alberta, Thesis, University of

Alberta, (httpsearch.proquest.comdocview1170759750B4AC

B71565C54BB8PQ38accountid=17242)

Masse, Naiman.D, and Naylor P.J, (2013), From policy to practice:

implementation of physical activity and food policies in schools,

International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10:71

httpsearch.proquest.comdocview1369004803A7D519FE08B64805PQ82ac

countid=17242), diunduh 5 feb 2014

Moleong,L.J, (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif , ed. Revisi, Remaja

Rosdakarya, Bandung

Muliani.Y, (2012), Hubungan Antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap

Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Thesis UI, Jakarta

Mullally, et al, (2010), “A Province-wide School Nutrition Policy and Food

Consumtion in Elementary School Children in Prince Edward Island”,

Canadian Journal of Public Health ,101, 40-3, http://search.proquest.com

/docview/232007886?accountid=1724) diunduh 3 April 2014

Nelson, M; Breda,J, (2013), School food research: building the evidence base for

policy, Journal Article, Public Health Nutrition Volume: 16 Pages: 958-

67, Cambridge, United Kingdom, 2013.

Nugroho D, ( 2006), Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang,

Jakarta, Gramedia

Nyongani.M.M, (2012), Mitigating Negative Axternalities Affecting Access and

Equity of education in Low- Resource Countries: A Study Exploring

Social Marketting as A Potential Strategy for Planning School Food

Programs in Malawi, Dissertation, University of Malawi

Parsons,Wayne, (2008), ‘Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis

Kebijakan’, Ed. 1, Jakarta, Kencana

Pasolong.H, (2013), Teori Administrasi Publik, Bandung, Alfabeta.

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

115  

Universitas Indonesia  

Pemerintah Republik Indonesia, 2004,’Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan,

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2012, ‘Undang-Undang tentang Pangan’,

undang-undang nomor 18 Tahun 2012, Jakarta

Peter.S. et al, (2007), Lifestyle of School Children: Representative Survey in

Metropolitan Elementary Schools – Part One, Ann Nutr Metab

2007;51:448–453, livestyle of school children, httpsearch.proquest.

comdocview232111088AE571036CA2A4CE5PQ17accountid=17242,

diunduh 8 Feb 2014

Purwanto.E.A & Sulistyastuti.D.R., (2012), Implementasi Kebijakan Publik

Konsep dan Aplikasinya Di Indonesia, Gava Media, Yogyakarta.

Scholtens.S. et al, (2010), “Differences in school environment, school policy and

actions regarding overweight prevention between Dutch schools. A

nationwide survey”, BMC Public Health 2010, 10:42

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/42

Seliske, et al. (2009), “Association between the food retail environment

surrounding schools and overweight in Canadian youth”, Public Health

Nutrition12.9 (Sep 2009): 1384-91. http://search.proquest.com/docview/

223086414/A7D519FE08B64805PQ/9?accountid=17242, diunduh5 feb

2014

Sidaner.E et.al, 2013, “The Brazilian school feeding programme: an example of

an integrated programme in support of food and nutrition security”,

Public Health Nutrition 16.6 (Jun 2013): 989-94.

http://search.proquest.com/docview/1353372754?accountid=17242

Steve Smith , (2010, Oct 28), UNL Study: Schools that Ban Junk Food at

Mealtime are 18% Lighter, Targeted News Service , Washington, D.C,

http://search.proquest.com/docview/761010148/48554871DCB44A07PQ/

9?accountid=17242, diunduh 7 feb 2014

Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,

Bandung.

Susilawati.N, (2012), Implementasi Kebijakan Pengeluaran Pada Kawasan

Agropolitan Kota Baru, Tesis UI, Jakarta.

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

116  

Universitas Indonesia  

Taylor.J.P et al, (2011), “Implementing Elementary School Nutrition Policy:

Principals' Perspectives”, Canadian Journal of Dietetic Practice and

Research 72.4 (Winter 2011): 176. http://search.proquest.com/docview/

912207983?accountid=17242

Tester et al, (2010), An Analysis of Public Health Policy and Legal Issues

Relevant to Mobile Food Vending American Journal of Public Health

100.11 2038-46.

http://search.proquest.com/docview/759010228?accountid=17242

Tester.J.M,Palis.L.C, Laraia.B.A, (2011), “Healthy food availability and

participation in WIC (Special Supplemental Nutrition Program for

Women, Infants, and Children) in food stores around lower- and higher-

income elementary schools”. Public Health Nutrition 14.6 (Jun 2011):

960-4.( http://search.proquest.com/docview/865877942?accountid=17242

Usda gov, Team Nutrition-Local Shcool Wellness Policy,

http://www.fns.usda.gov/tn/local-school-wellness-policy, diunduh 19 April

2014

Vereecken CA, , K Bobelijn1.K, dan L Maes. L. (2005), School food policy at

primary and secondary schools in Belgium-Flanders: does it influence

young people’s food habits?, European Journal of Clinical Nutrition

59,271–277,

httpsearch.proquest.comdocview219664034A7D519FE08B64805PQ1acco

untid=17242, diunduh 5 feb 2014

Wahab,S.A, (2012), ‘Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Penyusunan model-

model Implementasi Kebijakan Publik’, Bumi Aksara, Jakarta.

Yongjin Sa, (2013), Policy Implementation Framework and Family-Friendly

Work Policy: Evidence from Flex-Working Programs in South Korea’s

Public Sectors, Asian Social Science; Vol. 9, No. 15; 2013,

(httpsearch.proquest.comdocview1470883473accountid=17242)

Yuliastuti.R, (2012), Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua dan

Perilaku Konsumsi Jajanan pada Siswa-Siswi SDN Rambutan 04 Pagi

Jakarta Timur Tahun 2011, Skripsi UI, Jakarta.

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

117  

Universitas Indonesia  

Variabel I n f o r m a n

01 02 03 04 05 06 07 08  09  10 11 12 13 14 15 16 17

A. Kemampuan mengendalikan masalah (Tractability Problem)

1. Masalah teknis                                   

-  tidak mengetahui kegiatan AN-PJAS- Kekurangan SDM - Kurang koordinasi - Tidak ada NSPK terkait lintas sektor - Keterbatasan dana - Kurang sarana dan prasarana  (keterbatasan LCD, tidak ada pagar sekolah, tidak ada ruang UKS dan pustaka) 

- Keberadaan penjual di luar sekolah  

 + 

  + 

+ + + 

   + + 

  +  +   + 

   + +   + 

+       + 

       + 

 + +      + 

+    +   + 

+ + ++   + 

2. Keragaman prilaku dari kelompok sasaran  

- Penggunaan bahan berbahaya sudah menurun - Kebersihan dan tempat cuci tangan di kantin masih kurang, dekat tempat sampah. 

- Penggunaan penjapit makanan, celemek, menutup makanan,  

- Orang tua kurang paham - Belum diperhatikan karena belum ada kejadian - Kepala sekolah kurang peduli 

+    + + 

   + 

   + 

 + 

      + 

   + 

                 +  + 

   

Lampiran 1 :. Matrik Rangkuman Hasil Wawancara

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

118  

Universitas Indonesia  

3. . Persentase kelompok sasaran   - Bisa dilaksanakan, hanya 10 % dari total SD  di  Indonesia - Susah mengawalnya, kurang SDM 

 

+    + 

 

4. Ruang lingkup perubahan  yang diinginkan                                   

- Bisa mewujudkan kemandirian  di sekolah - Susah untuk memandirikan sekolah  

        +  +  +  +  +   + 

  +           + 

B. Variabel Statutory (hukum)

1.  Tujuan kebijakan yang jelas dan konsisten                                   

- Tujuan pelaksanaan jelas - Pelaporan ditingkat pusat jalan - Pelaporan di tingkat kota Batam tidak ada  - Monev di kota Batam tidak dilakukan - Beberapa kelompok sasaran sudah melakukan perubahan prilaku  

- Memasukkan ke bagian kurikulum - Belum ada tim keamanan pangan di sekolah - Sudah ada, tapi belum terstruktur - Ada konsistensi pejabat pelaksana - Harus ada pelatihan buat tenaga daerah  

+ + +

 + +  + 

+ +   + 

+ + +      + 

    + 

 +   +   + 

+  +   + +  + 

      + 

        + + 

        + 

2. Tersedia teori kausal yang jelas                                   

- NSPK tidak ada  

+ +  

Lanjutan lampiran 1 …….

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

119  

Universitas Indonesia  

3. Ketepatan alokasi sumber dana   

- Anggaran kurang / bermasalah - Anggaran cukup / tidak bermasalah - Anggaran dan kegiatan sudah ada di RAD-PG - RAD-PG belum di adopt kota Batam   

 + + 

   + + 

    +    +    +  +   + 

       + 

  +   + 

4. Keterpaduan hirarki pada lembaga pelaksana                                   

- Diharapkan adanya JKPD/Gugus tugas PJAS sebagai empat berkoordinasi 

- Di kota Batam belum ada JKPD - Instansi daerah belum paham peranannya - Kerjasama dalam pelaksanaannya baik 

 

+       + 

  + + 

    + 

                       

5.  Aturan dan keputusan dari badan pelaksana  

- Sudah ada PP 28/2004 sebagai acuan Pemda, Badan POM sebagai “trigger” saja 

- Aturan spesifik tentang PJAS tidak ada - Selalu disampaikan disetiap rapat 

 

+                          + 

     + 

   

6. .  Akses formal pihak-pihak luar.                                   

- Dari CSR - Tidak ada keterlibatan LSM di Batam 

 

++  +  + 

 + 

C. Variabel Non Statutory (non hokum)

1. Kondisi Sosio-Ekonomi budaya dan politik.  

- Ada  pengaruh Sosial ekonomi terhadap  +    +  +                      +     

Lanjutan lampiran 1 …….

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

120  

Universitas Indonesia  

 penerimaan informasi - Materinya informative, bisa untuk semua 

kelas ekonomi dan budaya - Pemindahan SDM karena politik 

 

+    + 

2.  Dukungan Publik.                                     

- Banyak dukungan dari sekolah sekolah  

    +  +    +                       

3. Dukungan dari Badan / Lembaga atasan yang berwenang 

                                 

- DPR mendukung - Tidak ada dukungan DPRD Kota Batam - Setelah dapat penjelasan, DPRD sangat 

mendukung - DPRD ingin dilibatkan 

 

+       + 

                +  + 

         

4. Komitmen dan kepemimpinan pejabat pelaksana.                                  

- Secara pribadi punya  komitmenmewujudkan PJAS yang aman dan bermutu 

- Kegiatan ini belum jadi prioritas di Batam - Kepemimpinan pejabat pelaksana bagus 

 

+ + + 

+  + 

+ + 

+   + 

+ + + + 

+ + 

D. Pencapaian tujuan kebijakan                                   - Belum sesuai dengan pencapaian IKU - Sudah sesuai dengan pencapaian IKU - Ragu ragu 

+    +  +   + 

 + 

                +      + 

Lanjutan lampiran 1 ……. 

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

121  

Universitas Indonesia  

Lampiran 2 : Form Data Informan

Form Wawancara Mendalam

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berjalannya Kebijakan Pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah di Kota

Batam

ID Informan:

Waktu Pelaksanaan

1. Tanggal Wawancara    : ………………………………………………………………… 

2. Tempat Wawancara    : ………………………………………………………………… 

Data Informan

1. Nama      : …………………………………………………………….………… 

2. Jenis kelamin    : Laki-laki / perempuan 

3. BIdang/ Unit    : ……………………………………………………………………….. 

4. Jabatan / posisi  : ……………………………………………………………………….. 

5. Lama menjabat  : ………………………………………………………………………… 

6. Masa Kerja    : ……………………………………………………………………….. 

7. No Telp / Hp.    : ……………………………………………………………………….. 

8. Email       : ……………………………………………………………………….. 

Informan 

    ttd 

 

( …………………………………………….) 

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

122  

Universitas Indonesia  

Lampiran 3 : Pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA (Pusat)

1. Apa permasalahan yang paling berat dalam pelaksanaan AN-PJAS? apakah

bisa diatasi ?

2. Salah satu strategi pada pengembangan keadaran masyarakat adalah

Pengembangan Sistem Jaringan Informasi dan Komunikasi. Sistim seperti

apakah yang telah dilaksanakan? Apakah terlakasana baik?

3. Perilaku apa saja yang diharapkan berubah? Bagaimana pelaksanaannya ?

(susah/mudah)

4. Dengan target 10%, apakah ini mudah dicapai? Bagaimana dengan ruang

lingkup komunitas sekolah ( guru, siswa, orang tua, penjual makanan dll)

bagimana permasalahannya?

5. Bagaimana kejelasan tujuan (jangka panjang dan jangka pendek/setiap

langkah/strategi), Bagaimana dengan juknis untuk aktor pelaksana lainnya?

6. Bagaimana pengorganisasian pelaksanaa AN PJAS, adakah peraturan

peraturan yang mengikat atau NSPK? Bagaimana penentuan keterlibatan

Instansi lain? Bagaimana dengan pendanaannya?

7. Bagaimana peranan pihak ketiga? Bagaimana akses mereka?

8. Adakah pengaruh perbedaan sosial ekonomi daerah terhadap

implementasinya?

9. Bagaimana penerimaan masyarakat?

10. Bagaimana pelaporan kegiatan? Apakah rutin dan kemana?

11. Apakah PJAS masih jadi priorotas setelah tahun 2014?

12. Bagaimana pecapaian IKU ? Apakah ini sudah menggambarkan keberhasilan

dalam capaian tujuan (kemandirian komunitas sekolah).

13. Apakah semua strategi dalam aksi Nasional PJAs ini bisa terlaksana semua?

Tambahan untuk staf / pelaksana

14. Bagaimana pelaporan? Apakah rutin dan kemana? Bagaimana yang dari

daerah?

15. Bagaimana managerial pimpinan ( bagaimana hubungannya keluar dan

hubungannya kedalam)

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

123  

Universitas Indonesia  

PEDOMAN WAWANCARA (intansi daerah)

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang keamanan dan gizi makanan jajajan

anak sekolah saat ini?

2. Bagaimaa peranan institusi yang bapak/ibu pimpin dalam meningkatkan mutu

dan kemanan PJAS ?

3. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang kebijakan program Aksi Nasional

Gerakan menuju Pangan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan

bergizi?, bagaimana pelaksanaannya? Dan keterlibatan instansi bapak/ibu?

4. Bagaimana menurut bapak/ibu pelaksanaan Aksi Nasional PJAS? Apa yang

menjadi penghambat ataupun yang mendukung pelaksanaannya

5. Bagaimana menurut bapak/ibu, apakah intervensi (A, B dan C) yang

dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan?

6. Bagaimana menurut bapak/ibu, apakah ini bisa diterima / dilaksanakan

disekolah, ? perilaku seperti apa yang harusnya dirubah?

7. Bagaimana kerjasama dengan instansi lain / pengorganisasiannya?

8. Apakah dalam pelaksanaan Aksi Nasional PJAS ada perintah atau petunjuk

dari atasan, misalnya dinas propinsi, ataupun pusat ataupun dari pemerintah

daerah? Bagaimana perintahnya?

9. Bagaimana penganggarannya? Pengalokasiannya? Apakah ada bantuan dari

instansi atau pihak lain terkait Aksi Nasional PJAS ini?

10. Bagaimana menurut pendapat bapak/ibu, apakah program aksi nasional PJAS

ini bisa dilaksanakan untuk semua sekolah dasar, khususnya di kota Batam

ini.? (terkait kondisi ekonomi, sosial dan politik).

11. Bagaimana menurut bapak tentang peranan dari pihak luar seperti LSM dll?

12. Program ini akan berakhir tahun ini, bagaimana menurut pendapat bapak/ibu

setelah ini, terkait dengan pelaksanaan pengawasan makanan anak sekolah.

13. Bagaiamana pendapat bapak/ibu, kalau untuk pngawasan PJAS ini dibuat

dalam bentuk Perda?

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

124  

Universitas Indonesia  

PEDOMAN WAWANCARA (sekolah)

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang kemanan pangan jajajan anak

sekolah saat ini?

2. Apa usaha yang sudah dan akan dilakukan pihak sekolah terhadap

permasalahan ini?

3. Apakah bapak pernah mendenganr program Aksi Nasional Gerakan

menuju Pangan jajanan anak sekolah yang aman, bermutu dan bergizi?,

bagaimana keterlibatan instansi bapak/ibu?

4. Apa yang bapak ketahui dari program aksi nasional PJAS tersebut?

5. Pada tahun-tahun lalu, sekolah bapak/ibu telah diikutkan kegiatan Aksi

NAsional PJAS dengan intervensi A ( dapat penyuluhan, bahan bahan

promosi, pengujian PJAS dan bimtek kantin sekolah), Apa manfaat yang

didapatkan? Apa ada erjadi peningkatan setelah diintrvensi?

6. Siapa yang ditugaslkan untuk melakukan pembinaan dan pengawsan

terhadap kantin sekolah? (sebagai ketua dari tim kemanan pangan sekolah)

7. Bagaimana kesiapan SDM ybs dalam menerima tugas tersebut?

8. Menurut bapak, bagaimana SDM yang bapak miliki untuk membina

kemanan pangan di sekolah? Apakah sudah memiliki keterampilan, atau

masih perlu dilatih? Dalam bidang apa?

9. Apakah dalam melaksanakan tugas, staf yang ditugaskan diberi

kewenangan penuh dan dilengkai SK (surat keputusan)?

10. Bagaimana tugas dari tim kemanan pangan sekolah tersebut?

11. Bagaimana penganggaran untuk kegiatan tersebut?

12. Apakah bapak/ibu pernah mendapat pembinaan ataupun pedoman dari

pelaksanaan kegiatan Aksi Nasional PJAS itu ? Bagaimana koordinasi

dengan lintas sector

13. Apa kendala dalam melaksanakan program Aksi Nasional PJAS ini,

mengapa?

14. Bagaiamana pendapat bapak/ibu, kalau untuk pngawasan PJAS ini dibuat

dalam bentuk Perda?

15. Program Aksi nasonal ini akan berakhir tahun 2014 ini, bagaimana

pendapat bapak/ ibu?

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR · PDF file2015 . I UNIVERSITAS ... Dinas Kesehatan kota Batam, Dinas ... melihat faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

125  

Universitas Indonesia  

PEDOMAN WAWANCARA (Bappeda)

1. Bagaimana kesiapan bappeda dalam upaya meningkatkan kemanan dan mutu

gizi makanan jajanan anak sekolah ?

2. Bagaimana pelaksanaan RAD-PG? apakah Bappeda kota Batam ikut terlibat?,

sejauh mana keterlibatannya?

3. Bagaimana penganggaran yang dilakukan bappeda dalam melaksanakan RAD

PG tersebut.?, sejak kapan penganggaran tersebut dimulai.?

4. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan RAD-PG ?

5. Bagaimana pengalokasian dana untuk RAD-PG di kota batam?

6. Bagaimana pendapat bapak dengan kegiatan untuk meningkatkan

kemandirian sekolah dalam mengawasi PJAS di sekolahnya.

7. Apakah dalam penyusunan RAD-PG, khususnya di kelompok kerja III , ada

permintaan dari pusat atau propinsi? Bagaimana intervensinya?