Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

16
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman 2.1.1 Konsep Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. M enurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Permukiman (Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap pada suatu daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari: (1) isi, yaitu manusia sendiri maupun masyarakat; dan (2) wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia. Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya

Transcript of Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

Page 1: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Permukiman

2.1.1 Konsep Permukiman

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011

adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai

penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep

lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang

digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan

hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun

perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat

bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu

tujuan yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.

Permukiman (Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap

pada suatu daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah permukiman adalah

tidak hanya untuk menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi

juga menyediakan fasilitas untuk pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.

Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari: (1) isi, yaitu manusia

sendiri maupun masyarakat; dan (2) wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari alam

dan elemen-elemen buatan manusia. Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya

Page 2: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

6

dapat dibagi ke dalam lima elemen yaitu: (1) alam yang meliputi: topografi, geologi,

tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan iklim; (2) manusia yang meliputi:

kebutuhan biologi (ruang,udara, temperatur, dsb), perasaan dan persepsi, kebutuhan

emosional, dan nilai moral; (3) masyarakat yang meliputi: kepadatan dan komposisi

penduduk, kelompok sosial, kebudayaan, pengembangan ekonomi, pendidikan,

hukum dan administrasi; (4) fisik bangunan yang meliputi: rumah, pelayanan

masyarakat (sekolah, rumah sakit, dsb), fasilitas rekreasi, pusat perbelanjaan dan

pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan administrasi; dan (5) jaringan (net

work) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem jaringan listrik, sistem

transportasi, sistem komunikasi, sistem manajemen kepemilikan, drainase dan air

kotor, dan tata letak fisik.

2.1.2 Bentuk-bentuk Permukiman

Sebuah permukiman terbentuk dari komponen-komponen dasar yaitu: (1)

rumah-rumah dan tanah beserta rumah; (2) tanah kapling rumah dan ruang tanah

beserta rumah; dan (3) tapak rumah dan perkarangan rumah (Gambar 2.1).

Perkarangan rumah atau tempat-tempat rumah biasanya disusun dalam kelompok-

kelompok yang homogen dalam segi bentuk, fungsi, ukuran, asal mula dan susunan

spasial. Dua atau lebih kelompok-kelompok dapat membentuk sebuah komplek.

Bentuk dari permukiman dinyatakan dalam bentuk tempat dan bentuk perencanaan

tanah. Perencanaan tanah dibentuk oleh kelompok-kelompok dan komplek-komplek

dari tempat rumah dan perkarangan rumah.

Page 3: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

7

Rumah Tanah dan Rumah

a.Tanah kapling rumah b.Rumah dan struktur c.Perkarangan

atau perkarangan lainya rumah

Gambar 2.1 Komponen-komponen rumah atau perkarangan rumah.

(Sumber : Van Deer Zee 1986)

Perkarangan rumah atau tempat-tempat rumah biasanya disusun dalam

kelompok-kelompok yang homogen dalam segi bentuk, fungsi, ukuran, asal mula dan

susunan spasial. Dua atau lebih kelompok-kelompok dapat membentuk sebuah komplek

(Gambar 2.2). Bentuk dari permukiman dinyatakan dalam bentuk tempat dan bentuk

perencanaan tanah. Perencanaan tanah dibentuk oleh kelompok-kelompok dan

komplek-komplek dari tempat rumah dan perkarangan rumah.

a.Rumah-rumah tunggal b.Kelompok-kelompok c.Komplek rumah-rumah

dan perkarangan rumah rumah dan perkarangan dan perkarangan rumah

rumah

Gambar 2.2 Kelompok-kelompok dan komplek dari rumah-rumah atau

perkarangan rumah. (Sumber: Van der zee 1986)

Kebun

Kapling rumah

atau ruang

perkarangan

Kebun

Page 4: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

8

2.1.3 Pola Penyebaran Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Pola penyebaran pembangunan perumahan dan permukiman di wilayah desa

kota menurut Koestoer (1995), pembentukannya berakar dari pola campuran antara

ciri perkotaan dan perdesaan. Ada perbedaan mendasar pola pembangunan

permukiman di perkotaan dan perdesaan. Wilayah permukiman di perkotaan sering

disebut sebagai daerah perumahan, memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Artinya

sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah kerangka jalan yang ada dan

sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok dan dilengkapi

dengan penerangan listrik. Kerangka jalannya pun ditata secara bertingkat mulai dari

jalan raya, penghubung hingga jalan lingkungan atau lokal.

Karakteristik kawasan permukiman penduduk perdesaan ditandai terutama

oleh ketidakteraturan bentuk fisik rumah. Pola permukimannya cenderung

berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari sumber air,

misalnya sungai. Pola permukiman perdesaan masih sangat tradisional banyak

mengikuti pola bentuk sungai, karena sungai disamping sebagai sumber kehidupan

sehari-hari juga berfungsi sebagai jalur transportasi antar wilayah.

Perumahan di tepi kota (desa dekat dengan kota) membentuk pola yang

spesifik di wilayah desa kota. Pada saat pengaruh perumahan kota menjangkau

wilayah ini, pola permukiman cenderung lebih teratur dari pola sebelumnya.

Selanjutnya pembangunan jalan di wilayah perbatasan kota banyak mempengaruhi

perubahan pola penggunaan lahan dan pada gilirannya permukiman perdesaan

berubah menjadi pola campuran. Ada bagian kelompok perumahan yang tertata baik

menurut kerangka jalan baru yang terbentuk, tetapi dibagian lain masih ada pula

Page 5: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

9

yang tetap berpola seperti sediakala yang tidak teratur dengan bangunan semi

permanen.

2.2 Pekarangan

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar

rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis

tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan

rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah

meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.

Hasil penelitian pekarangan yang dilakukan Arifin, Sakamoto & Chiba (1998)

menunjukkan bahwa semakin ke hilir rataan area RTH pekarangan dan penutupan

kanopi tanaman semakin luas. Rataan jumlah species tanaman per pekarangan pun

semakin besar. Hasil penelitian berikutnya menunjukkan keragaman vertikal

didasarkan pada kehadiran stratifikasi tanaman mulai dari rerumputan, herba, semak,

perdu, liana dan pohon tinggi. Selanjutnya hasil penelitian Arifin (1998)

menunjukkan strata tanaman yang tumbuh dipekarangan meliputi 5 klas, yaitu starta

I (< 1m), starta II (1-2m), strata III (2-5m), strata IV (5-10m) dan strata V (>10m).

Kombinasi antara tanaman tahunan dan semusim, antara tegakan pohon dan cash-

crops tersebut dipraktekkan secara tumpangsari pada satu unit lahan (Arifin, 1998).

Perubahan iklim mikro, antara lain suhu yang semakin sejuk di tengah dan hulu

menyebabkan berkurangnya tegakan pohon tinggi dibandingkan dengan hilir (Arifin,

Sakamoto & Chiba, 1998). Dilihat dari keberadaan tanaman (keragaman horizontal

dan vertikal) dan didasarkan pada kajian ekologis pekarangan di 120 contoh

Page 6: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

10

pekarangan di Deli dan Bogor diperoleh luas area minimum secara kritis (the critical

minimum size) lahan pekarangan adalah 100 m2 (Arifin, 1998).

Praktek agroforestri di pekarangan, kebun campuran dan talun tidak hanya

menghasilkan dari tumpangsari tanaman saja, tetapi juga hasil ternak serta ikan

kolam. Hasil tersebut memberi kontribusi 27% tambahan pendapatan dihitung dari

ketersediaan bahan pangan baik skala subsisten maupun ekonomis (Arifin, 2000).

2.3 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh

pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan

yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan. Pemisah

topografi adalah punggung bukit dan pemisah bawah berupa batuan (Manan 1983).

Sheng (1968) mendefinisikan DAS sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air

yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang mengalir dari hulu

menuju ke muara atau tempat-tempat tertentu. Tempat tertentu tersebut antara lain

dapat berupa danau atau lautan. Oleh karena itu batas ekosistem suatu DAS dapat

ditentukan berdasarkan perilaku dari aliran airnya. Kawasan tersebut dipisahkan

dengan kawasan lainnya oleh pemisah topografi. Di Amerika Serikat daerah

bersistem sungai-sungai biasa disebut “watershed” sedangkan di Inggris disebut

“cathchment areas of river basin”. Dalam istilah pembangunan biasanya disebut

river basin development apabila berkaitan dengan pembangunan bendungan dan

sistem irigasi, dan watershed apabila berkaitan dengan pembangunan yang berkaitan

Page 7: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

11

dengan penatagunaan tanah, perlindungan terhadap erosi dan pengelolaan bentang

alam (Haeruman 2002).

2.4 Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam)

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di

dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja,

duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian,

kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata

langit-langit adalah 2.80 m, contoh kebutuhan luas minimum untuk rumah

sederhana sehat adalah 27 m2 (Tabel 2.1)

Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat,

dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum

ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan

sebagai berikut:

a. Kebutuhan luas per jiwa

b. Kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

c. Kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

d. Butuhan luas lahan per unit bangunan

Page 8: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

12

Luas (m²) untuk 3 jiwa Luas (m²) untuk 4 jiwa

Lahan Lahan

Standar per jiwa

(m²)

Unit Minimal Efektif Ideal Unit Minimal Efektif Ideal

(ambang batas)

7,2 21,6 60,0 72 - 90 200 28,8 60,0 72 - 90 200

(Indonesia)

9,0 27 60,0 72 - 90 200 36 60,0 72 - 90 200

(internasional)

12,0 36 60,0 ---- ---- 48 60,0 ---- ----

Tabel 2.1 Kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan

untuk rumah sederhana sehat (Rs sehat)

(Sumber : Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat)

2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan

Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan

kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta

suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar

atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.

a. Pencahayaan

Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai

pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah

penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:cuaca dalam keadaan

cerah dan tidak berawan, ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,

ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.

b. Penghawaan

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang

hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada

bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan

Page 9: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

13

terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara

secara kontinyu melalui ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang

pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara

dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan

memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan

sebagai berikut: (1) Lubang penghawaan minimal 5 % (lima persen) dari luas lantai

ruangan; (2) Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang keluar;

(3) Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau kamar mandi/WC.

c. Suhu udara dan kelembaban

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

disekitarnya. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja. Suhu

udara dan kelembaban rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara

dankelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu

udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan

pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan

terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam

ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan

penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: (1) keseimbangan

penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar; (2) Pencahayaan yang

cukup pada ruangan dengan perabotan yang tidak bergerak; (3) Menghindari

perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.

Page 10: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

14

3. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan

Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal

sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai.

Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya

merupakan estetika struktur bangunan saja.

Perumahan sehat harus memenuhi syarat kesehatan lingkungan, ketertiban,

keserasian lingkungan, prasarana dan sarana. Persyaratan tersebut di antaranya:

1) Memenuhi segi kesehatan lingkungan artinya komponen-komponen perumahan

yang mempengaruhi kesehatan masyarakat hendaknya dilengkapi sesuai dengan

kebutuhan, seperti: (1) penyediaan prasarana lingkungan; (2) penyediaan

fasilitas lingkungan; (3) pengamanan lingkungan terhadap pencemaran.

2) Memenuhi segi ketertiban perumahan akan berada pada kondisi aman dan tertib,

apabila: (1) mematuhi peraturan tata letak bangunan dan perumahan agar

terhindar dari berbagai bencana seperti kebakaran dan longsor; dan (2)

dilengkapi dengan penerangan jalan yang cukup dan warga bertanggungjawab

terhadap pemeliharaannya.

3) Memperhatikan keserasian lingkungan

Untuk dapat tinggal dengan aman dan nyaman dalam suatu perumahan, perlu

diusahakan hal-hal sebagai berikut: (1) melestarikan pohon pelindung dan taman

untuk menguatkan tanah dan penyimpanan air dan penyegaran udara serta

memberikan pemandangan indah; (2) memberi penerangan alami dan buatan

yang mencukupi; (3) mengatur tata letak perumahan sehingga cukup serasi; (4)

cukup jauh jaraknya dengan komplek industri yang mengeluarkan banyak asap

Page 11: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

15

kotor dan mengandung racun atau debu atau dapat menyakibatkan pencemaran

udara atau air dan tanah; dan (5) cukup jauh dari tempat-tempat yang dapat

mengganggu kesehatan, kesejahteraan dan moral masyarakat.

4) Terpenuhi prasarana lingkungan yang lengkap sesuai dengan jumlah dan

kebutuhan penduduknya: (1) jaringan jalan dan jembatan; (2) system pemberian

air minum atau air bersih; (3) jaringan listrik; (4) jaringan telepon; (5) sitem

pembuangan air hujan (saluran terbuka atau tertutup dan air kotor atau limbah

rumah tangga); dan (6) sistem pengangkutan dan pembuangan sampah dan

kotoran lainnya.

2.5 Elemen Standar Tata Ruang Rumah

Kendala keterjangkauan masyarakat terhadap Rumah Sederhana Sehat (Rs

Sehat), telah diupayakan menyiasati kondisi tersebut melalui satu rancangan rumah

antara yaitu RIT (Rumah Inti Tumbuh) sebagai rumah cikal bakal Rumah

Sederhana Sehat. Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar

dari penghuni untuk mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas

kenyamanan, dan kesehatan penghuni dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari,

dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. 1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian- bagiannya

tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup

berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca. Bagian

ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamannya.

Page 12: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

16

b. Satu ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya

dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas

lainnya. Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga

merupakan ruang terbuka namun masih memenuhi persyaratan minimal untuk

menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan.

c. Satu kamar mandi/kakus/cuci merupakan dari bagian ruang servis yang sangat

menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk

kegiatan mandi kakus atau cuci.

Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harus

dipenuhi sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu

sebagai cikal bakal rumah sederhana sehat. Konsepsi cikal bakal alam hal ini

diwujudkan sebagai suatu Rumah Inti yang dapat tumbuh menjadi rumah sempurna

yang memenuhi standar kenyamanan, kemanan, serta kesehatan penghuni, sehingga

menjadi rumah sederhana sehat.

2.6 Konsep Permukiman Sehat Berwawasan Lingkungan (SEBERLING) di Zona

Hilir DAS Deli

Permukiman SEBERLING di zona hilir DAS Deli yang menempati lahan

pada kelas kesesuaian lahan sangat sesuai memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Pola permukiman di zona hilir DAS memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)

Ukuran permukiman sedang atau jumlah penduduk kurang dari 2000 jumlah

jiwa ; (2) Kepadatan bangunan jarang dalam arti pekarangan rumah bersentuhan

tetapi letak rumah tidak bersentuhan; (3) Tipe permukiman memiliki tipe linear

Page 13: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

17

b. Bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) jenis konstruksi

rumah yang banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat (89.3%) adalah

rumah permanen; (2) rumah memiliki lubang sirkulasi udara minimum sebesar

0.35% dari luas lantai dan lubang cahaya sebesar 10% dari luas lantai; ( 3)

rumah melebihi ukuran kebutuhan ruang minimum perorang sebesar 9 m2; (4)

luas lantai rumah didominasi oleh rumah dengan luas lantai 35-110 m2; (5) pola

pemanfaatan pekarangan masyarakat yang tinggal di zona hilir DAS Deli

sebagian besar (53.3%) memanfaatkan pekarangan untuk menanam dan hanya

sebagian kecil (11.1%) yang memanfaatkan pekarangan untuk beternak.

c. Permukiman harus memiliki sarana pengelolaan lingkungan yang meliputi: (1)

air bersih di lingkungan permukiman cukup tersedia dan memenuhi kebutuhan

penghuni. Sumber air bersih berasal dari mata air atau sumur gali; (2)

pengelolaan sampah pada skala kampung; (3) sarana MCK yang dilengkapi

dengan unit pengolahan limbah sederhana berupa septiktank dan bak resapan air;

(4) saluran drainase tertutup.

Aspek sosial dari permukiman SEBERLING adalah berupa kelembagaan

masyarakat dalam mengelola lingkungan di wilayah DAS Kelembagaan komunitas

dibangun berdasarkan kondisi masyarakat yang tinggal di wilayah DAS.

Kelembagaan bisa bersifat formal atau informal tergantung pada kebutuhan dan

ruang lingkupnya. Kelembagaan ini berada pada setiap unit permukiman terkecil

yaitu kampung untuk masing-masing zona DAS. Lembaga ini yang akan

merencanakan pembangunan fasilitas umum dan sosial dilingkungan permukiman

yang bertumpu pada karakter dari masing-masing wilayahnya, sehingga lembaga ini

Page 14: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

18

dapat menjadi sarana dalam mengimplementasikan aturan pembangunan yang

berbasis DAS. Selain itu lembaga ini salah satu fungsinya adalah mengelola dana

subsidi keberlanjutan (SKL).

Aspek ekonomi dari permukiman SEBERLING adalah berupa subsidi

keberlanjutan yaitu pemanfaatan dan pengelolaan dana kompensasi dalam

penggunaan lahan. Subsidi Keberlanjutan (SKL) merupakan dana kompensasi

pemanfaatan lahan untuk permukiman dari masyarakat yang berada pada satu DAS.

Secara ekosistem zona DAS memiliki keterkaitan secara biofisik sehingga segala

bentuk pengelolaan permukiman pada satu zona akan berpengaruh pada zona

lainnya.

Perilaku pengelolaan dan pemanfaatan lahan untuk permukiman perlu

diberikan kompensasi. Bentuk kompensasi pengelolaan dapat didasarkan pada

prinsip user pays principle atau polluter pays principle. Melalui kedua prinsip

tersebut diharapkan keterkaitan zona hulu, tengah, dan hilir menjadi satu kesatuan

perilaku yang saling menjaga, memelihara, dan melestarikan fungsi DAS. Perilaku

pengelolaan lingkungan permukiman yang positif di zona hulu akan didukung oleh

zona tengah dan hilir, begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian lain tentang permukiman yang telah dilakukan diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan Kobayashi (2004) yang mengembangkan model

bentuk permukiman perkotaan dengan melihat tingkat perkembangan jenis

bangunan, tahun pembangunan, luas lantai, jenis struktur dan bahan bangunan untuk

menganalisis tingkat emisi yang ditimbulkan dengan menggunakan formula Life-

Cycle-Emission. Hasil penelitian ini memperoleh suatu model permukiman

Page 15: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

19

perkotaaan yang dibangun berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dan pihak-

pihak terkait tentang pola bentuk permukiman.

Yu Zhou (2004) melakukan penelitian untuk melihat tingkat perkembangan

permukiman dari tahun 1990 – 2000 di empat kota di China yaitu: Beijing, Tianjin,

Shanghai, dan Chongqing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

perkembangan pesat baik secara fisik (kondisi permukiman, fasilitas, ukuran rumah)

maupun sosial (tata aturan penghunian).

Data yang dikumpulkan berupa data kependudukan (jumlah penduduk dalam

kampung, dan jumlah penghuni dalam rumah tangga), spesifikasi konstruksi

bangunan rumah (jenis kontruksi bangunan, elemen ruang, luas bangunan, dan

bahan bangunan), prasarana dan sarana lingkungan permukiman, ukuran

permukiman diukur berdasarkan jumlah rumah dan penduduk, kepadatan bangunan

rumah diukur berdasarkan jarak antara rumah-rumah, tipe permukiman dilihat dari

susunan tata letak bangunan, dan jumlah permukiman. Data ukuran, tingkat

kepadatan, dan tipe permukiman akan dianalisis berdasarkan kriteria dari masing-

masing sub variabel pada aspek bentuk permukiman. Kriteria untuk aspek bentuk

permukiman seperti tercantum pada Tabel 2.2

Page 16: Unimed Nondegree 22823 10 Bab II

20

Tabel 2.2 Kriteria pada masing-masing subvariabel bentuk permukiman

No Subvariabel dari masing-masing

bentuk permukiman

Kriteria

1 Ukuran Permukiman

Permukiman tunggal Satu rumah

Permukiman kecil 2-20 rumah

Permukiman kecil-sedang Sampai dengan 500 penduduk

Permukiman sedang Sampai dengan 2000 penduduk

Permukiman besar 2000 – 5000 penduduk

Permukiman sangat besar Lebih dari 5000 penduduk

2 Kepadatan Bangunan

Sangat jarang Pekarangan rumah berjauhan

Jarang Pekarangan rumah bersentuhan tetapi letak rumah tidak bersentuhan

Padat Jarak antar rumah kecil (0.5-1 m)

Sangat padat Rumah kurang lebih menutupi jalan (lebar

jalan 0.5-1 m),dinding rumah bersentuhan

satu sama lain

Padat kompak Tidak ada ruang terbuka dalam satu blok

bangunan

3 Tipe Permukiman

Tipe Plaza Posisi rumah diatur mengelilingi sebuah

ruang bersama

Tipe Linear Posisi rumah berjajar linear

Tipe Streetplan Rumah diatur dalam posisi beraturan atau direncanakan dalam satu wilayah

(Sumber : Van Der Zee 1986)