UNIMED Article 24576 Zulkifli

download UNIMED Article 24576 Zulkifli

If you can't read please download the document

Transcript of UNIMED Article 24576 Zulkifli

JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIANZulkifli Matondang AbstrakInstrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagaialat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkandata dari suatu variabel. Suatu instrumen dikatakan baik bilavalid dan reliabel. Valididitas terdiri atas validitas isi,konstruk, empirik. Validitas internal skor butir dikotomi danskor butir politomi berturut-turut digunakan korelasi biserialdan korelasi poduct moment. Kriteria suatu butir valid atautidak valid didasarkan pada nilai r-tabel. Reliabilitaskonsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi dan skorbutir politomi berturut-turut digunakan KR-20 dan koefisienAlpha. Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakanintrepretasi relatif dalam artian bahwa tidak ada batasanmutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimalyang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebutreliabel. Namun, memberikan informasi tentang hubunganvarians skor teramati dengan skor sejati kelompok individu.Kata kunci: Validitas, Reliabilitas, Instrumen Penelitian.A. PENDAHULUAN Dalam penelitian pendidikan khususnya penelitian kuantitatifdikenal dengan nama variabel, misalnya variabel laten, variabelmanifes dan sebagainya. Variabel inilah yang pada umumnya ingindiketahui karakteristik yang dimilikinya, misalnya rata-rata, median,modus, standar deviasi dan lain-lain. Untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yangbiasa disebut instrumen. Djaali (2000: 9) menyatakan bahwa secaraumum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karenamemenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagaialat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan datamengenai suatu variabel. Selanjutnya dinyatakan bahwa padadasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tes dan87Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009non-tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar,tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non-tes misalnyapedoman wawancara, angket atau kuesioner, lembar observasi, daftarcocok (check list), skala sikap, skala penilaian, dan sebagainya. Dalamhal pengukuran, Weitzenhoffer (dalam Nur, 1987: 1) menyatakanbahwa pengukuran sebagai suatu operasi yang dilakukan terhadapalam fisik oleh pengamat. Misalnya, ingin mengukur hasil belajar,intelegensi, sikap, motivasi berprestasi, dan sebagainya. Sekarangmuncul suatu pertanyaan, yaitu apakah suatu alat ukur benar-benarmengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur serta sejauh manaalat ukur tersebut dapat diandalkan dan berguna, sebenarnyamenunjuk pada dua hal yang pokok, yaitu validitas dan reliabilitas. Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alatpengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alatpengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secaratepat. Dalam hal validitas dan reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh(1) instrumen, (2) subjek yang diukur, dan (3) petugas yangmelakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran, khususnya dalampendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil ukur yangbenar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat makaakan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulanyang diambil juga tidak benar. Steven (dalam Nur, 1987: 1) menyatakan bahwa pengukuranadalah pemberian angka atas objek atau kejadian sesuai denganaturan. Dengan menitikberatkan pada alat ukurnya, maka dalam halini yang akan dibahas instrumen tes.B. PEMBAHASAN1. Pengertian Tes Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuktugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individuatau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspon, baik dalambentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Silvirius (1991: 5)menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis untukmengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorangdengan menggunakan skala numerik atau sistem kategori. Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yangmempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan untukValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)88JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah lakuindividu. Azwar (1987: 3) menyatakan bahwa tes adalah proseduryang sistematis, maksudnya (a) butir-butir dalam tes disusun menurutcara dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi tes dan pemberianangka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasi secaraterperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes itu harusmendapat butir-butir yang sama dalam kondisi yang sebanding.2. Validitas Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal darikata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dankecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsiukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabilaalat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikanhasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukurantersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakanbesaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaansesungguhnya dari apa yang diukur. Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes padadasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atauderajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tesmempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apayang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tesmampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yangsesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitastes yang bersangkutan. Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwavaliditas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsepyang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilankeputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan ataupengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selaludikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu. Tesmasuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan dengan seberapa jauhtes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau hasil belajar paracalon peserta didik baru setelah belajar nanti. Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaituvaliditas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity),dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi suatu tesmempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkatValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)89JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yangseharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan katalain tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yangbenar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasaisesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-garisBesar Program Pengajaran (GBPP). Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas ataubutir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secarakeseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai testersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkankeseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnyadikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harusdilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwasoal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhankonten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional.Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak mempunyai besarantertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itusudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitasisi sebenarriya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakansuatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika. Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yangmempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukurapa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khususatau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstrukbiasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukurvariabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal sepertiinstrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol,gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yangsifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukurbakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan,emosional dan lain-lain. Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan prosespenelaahan teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendakdiukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi danindikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butirinstrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesisdari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melaluiproses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)90JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009 Menyimak proses telaah teoretik seperti telah dikemukakan,maka proses validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan melaluipenelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompokpanel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi ataukonten dari variabel yang hendak diukur. Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berartibahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internalmaupun kriteria eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil ujicoba tes kepada responden yang setara dengan responden yang akandievaluasi atau diteliti. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itusendiri yang menjadi kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasilukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadikriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercayadapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal. Validitas yangditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internalsedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternaldisebut validitas eksternal. Validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok validitaskriteria yang merupakan validitas yang diukur dengan besaran yangmenggunakan tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagaikriteria untuk menentukan validitas butir dari tes itu. Dengandemikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir denganmenggunakan hasil ukur tes tersebut sebagai suatu kesatuan sebagaikriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas internaldiperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsistendengan hasil ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitasbutir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor butirdengan skor total tes. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skortotal tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid berdasarkanukuran validitas internal. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor totalmencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tesdengan hasil ukur butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir testersebut konvergen dengan butir-butir lain dalam mengukur suatukonsep atau konstruk yang hendak diukur. Djaali (2000: 77) menyatakan bahwa untuk menghitung validitasinternal untuk skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasibiserial (rbis) dengan rumus:Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)91