UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah...

430
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang; b. bahwa pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana dimaksud pada huruf a telah diatur dalam Bab VIII UUD 1945; c. bahwa Pasal 23C Bab VIII UUD 1945 mengamanatkan hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-undang tentang Keuangan Negara; Mengingat: Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23, Pasal 23A, Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, dan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang- Undang Dasar 1945; Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEUANGAN NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. 5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat. 6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. 10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara. 11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. 12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. 13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Transcript of UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah...

Page 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak

dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang; b. bahwa pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana dimaksud pada huruf a telah diatur dalam

Bab VIII UUD 1945; c. bahwa Pasal 23C Bab VIII UUD 1945 mengamanatkan hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur

dengan undang-undang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu

dibentuk Undang-undang tentang Keuangan Negara; Mengingat: Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23, Pasal 23A, Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, dan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEUANGAN NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala

sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. 10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara. 11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. 12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. 13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih. 15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih. 17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Page 2: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Pasal 2

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi : a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar

tagihan pihak ketiga; c. Penerimaan Negara; d. Pengeluaran Negara; e. Penerimaan Daerah; f. Pengeluaran Daerah; g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Pasal 3 (1) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. (2) APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan

undang-undang. (3) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan

Peraturan Daerah. (4) APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan

stabilisasi. (5) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun

anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN. (6) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerah dalam tahun

anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. (7) Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah tahun

anggaran berikutnya. (8) Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) untuk

membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD.

Pasal 4

Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Pasal 5 (1) Satuan hitung dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggungjawaban APBN/APBD adalah mata uang

Rupiah. (2) Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD diatur oleh Menteri Keuangan sesuai de-

ngan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

BAB II KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 6

(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.

(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) : a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam

kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola

keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 7

(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. (2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) setiap tahun disusun APBN dan APBD.

Page 3: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Pasal 8 Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut : a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang; f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara; g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN; h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Pasal 9 Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut : a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya; d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara; e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang

dipimpinnya; f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga

yang dipimpinnya; g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya; h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-

undang. Pasal 10

(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c : a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD; b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang

daerah. (2) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas

sebagai berikut : a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah; e. menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban pelaksanaan APBD.

(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang

dipimpinnya; f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat

daerah yang dipimpinnya; g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

BAB III

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN

Pasal 11 (1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-

undang. (2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. (3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. (4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelak-

sanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. (5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Pasal 12

(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.

(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Page 4: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.

(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 13

(1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.

(2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

Pasal 14

(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.

(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.

(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilak- sanakan.

(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

BAB IV

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD

Pasal 16 (1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan

Daerah. (2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. (3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan

yang sah. (4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Pasal 17 (1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan

daerah. (2) Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana

kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. (3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup

defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD. (4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan

Daerah tentang APBD.

Page 5: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.

(2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Pasal 19 (1) Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran

menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun berikutnya. (2) Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja

yang akan dicapai. (3) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun

berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. (4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampaikan kepada DPRD untuk

dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. (5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah

sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai penjelasan dan

dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.

(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

BAB V

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN BANK SENTRAL, PEMERINTAH DAERAH,

SERTA PEMERINTAH/LEMBAGA ASING

Pasal 21 Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

Pasal 22

(1) Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya.

(3) Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD.

Pasal 23

(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepada atau menerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan DPR.

(2) Pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diteruspinjam-kan kepada Pemerintah Daerah/Perusahaan Negara/ Perusahaan Daerah.

Page 6: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

BAB VI HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA

PEMERINTAH DAN PERUSAHAAN NEGARA, PERUSAHAAN DAERAH, PERUSAHAAN SWASTA, SERTA

BADAN PENGELOLA DANA MASYARAKAT

Pasal 24 (1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/ penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah

dari perusahaan negara/daerah. (2) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan penerimaan pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) terlebih dahulu ditetapkan dalam APBN/APBD. (3) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan negara. (4) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan daerah. (5) Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan negara setelah mendapat

persetujuan DPR. (6) Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan daerah setelah

mendapat persetujuan DPRD. (7) Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat

memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR.

Pasal 25

(1) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat.

(2) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku bagi badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari pemerintah.

BAB VII

PELAKSANAAN APBN DAN APBD

Pasal 26 (1) Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan

Keputusan Presiden. (2) Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan

Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 27 (1) Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis untuk 6 (enam)

bulan berikutnya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada

akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah Pusat.

(3) Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi : a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN; b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal; c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,

antarkegiatan, dan antarjenis belanja; d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk

pembiayaan anggaran yang berjalan. (4) Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya,

yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah.

Page 7: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi : a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD; b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,

antarkegiatan, dan antarjenis belanja. c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk

pembiayaan anggaran yang berjalan. (4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia angga-

rannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun angga- ran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk menda- patkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Pasal 29

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.

BAB VIII PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN

APBN DAN APBD

Pasal 30 (1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

Pasal 31

(1) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Peme- riksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

Pasal 32

(1) Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

(2) Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 33

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diatur dalam undang-undang tersendiri.

BAB IX KETENTUAN PIDANA, SANKSI ADMINISTRATIF,

DAN GANTI RUGI

Pasal 34 (1) Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan

kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang.

(2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang.

(3) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.

Page 8: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Pasal 35 (1) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan

kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.

(2) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.

(4) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undang mengenai perbendaharaan negara.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36 (1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

(2) Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah, demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/ pemerintah daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai APBN/APBD tahun 2006.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37 Pada saat berlakunya undang-undang ini : 1. Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa

kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);

2. Indis che Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl. 1936 Nomor 445; 3. Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 Nomor 381; sepanjang telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 38 Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.

Pasal 39

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Telah sah pada tanggal 5 April 2003

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 5 April 2003 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd. BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 47

Page 9: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

PENJELASAN

ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG

KEUANGAN NEGARA I. UMUM

1. Dasar Pemikiran Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan, antara lain disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai keuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang. Selama ini dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara masih digunakan ketentuan perundang-undangan yang disusun pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Sementara itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan perundang- undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimp angan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Upaya untuk menyusun undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara telah dirintis sejak awal berdirinya negara Indonesia. Oleh karena itu, penyelesaian Undang-undang tentang Keuangan Negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

2. Hal-hal Baru dan/atau Perubahan Mendasar dalam Ketentuan Pengelolaan Keuangan Negara yang Diatur dalam Undang-undang ini Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD. Undang-undang ini juga telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara internasional.

3. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam

Page 10: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

4. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain : • akuntabilitas berorientasi pada hasil; • profesionalitas; • proporsionalitas; • keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; • pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam Undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.

6. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran. Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran

Page 11: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang ini disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju. Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD.

7. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatan pengelolaan keuangan negara, perlu diatur ketentuan mengenai hubungan keuangan antara pemerintah dan lembaga-lembaga infra/supranasional. Ketentuan tersebut meliputi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembaga asing, serta hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat. Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, undang-undang ini menegaskan adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Selain itu, undang-undang ini mengatur pula perihal penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

8. Pelaksanaan APBN dan APBD Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan

Page 12: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif antarkementerian negara/ lembaga di lingkungan pemerintah.

9. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang ini diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, serta Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN /Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan. Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf i meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah. Pasal 3 Ayat (1)

Page 13: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Setiap penyelenggara negara wajib mengelola keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengelolaan dimaksud dalam ayat ini mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggung-jawaban. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat ini meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan lembaga adalah lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara. Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertangguing jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan. Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c

Page 14: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Piutang dimaksud dalam ayat ini adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Utang dimaksud dalam ayat ini adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undang-undang/keputusan pengadilan. Huruf f Cukup jelas Huruf g Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran. Huruf h Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Ayat (3) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran. Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Dalam pungutan perpajakan tersebut termasuk pungutan bea masuk dan cukai. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Pasal 12 Ayat (1)

Page 15: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto. Ayat (4) Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertang-gungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial. Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat daerah/lembaga teknis daerah. Rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial. Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial. Pasal 17 Ayat (1) Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Regional Bruto daerah yang bersangkutan. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Regional Bruto daerah yang bersangkutan. Ayat (4) Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan, dan peningkatan jaminan sosial. Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Page 16: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Perubahan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dapat diusulkan oleh DPRD sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yang telah ditandatangani. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yang telah ditandatangani. Pasal 24 Ayat (1) Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yang telah ditandatangani. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Pasal 25 Ayat (1) Yang dimaksud dengan badan pengelola dana masyarakat dalam ayat ini tidak termasuk perusahaan jasa keuangan yang telah diatur dalam aturan tersendiri. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN yang bersangkutan. Ayat (5) Cukup jelas Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Page 17: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan. Ayat (5) Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1) Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari Pemerintah Pusat. Ayat (2) Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian negara/lembaga. Pasal 31 Ayat (1) Pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari Pemerintah Daerah. Ayat (2) Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja satuan kerja perangkat daerah. Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbangan yang diminta, Badan Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujui sepenuhnya standar akuntansi pemerintahan yang diajukan oleh Pemerintah. Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Kebijakan yang dimaksud dalam ayat ini tercermin pada manfaat/hasil yang harus dicapai dengan pelaksanaan fungsi dan program kementerian negara/lembaga/pemerintahan daerah yang bersangkutan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Undang-undang ini sudah harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun. Pelaksanaan penataan dimulai sejak ditetapkannya Undang-undang ini dan sudah selesai dalam waktu 2 (dua) tahun. Pasal 39 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4286

Page 18: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG

PERBENDAHARAAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a.

bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuanbernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikeloladalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara;

b. bahwa pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perludilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD);

c. bahwa dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangannegara diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara yang mengatur perbendaharaan negara;

d. bahwa Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimanatelah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53), tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan danpertanggungjawaban keuangan negara;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d di atas perlu dibentuk Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara;

Page 19: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

2

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23, dan Pasal 23C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Nomor 4286);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

Pengertian

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,

termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.

3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.

Page 20: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

3

4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh

gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik negara/daerah.

14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah.

15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara.

16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.

Page 21: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

4

17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,

menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mem-pertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/ lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.

21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23D.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 2

Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 1, meliputi: a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara; b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah; c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara; d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah; e. pengelolaan kas; f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;

Page 22: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

5

g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah; h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah; i. peyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD; j. penyelesaian kerugian negara/daerah; k. pengelolaan Badan Layanan Umum; l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan

keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

Bagian Ketiga Asas Umum

Pasal 3

(1) Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan

penerimaan dan pengeluaran negara. (2) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk

melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah. (3) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban

APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.

(4) Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.

(5) Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.

(6) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

(7) Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

Page 23: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

6

BAB II PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Bagian Pertama

Pengguna Anggaran

Pasal 4

(1) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

(2) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang : a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang; c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara; d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang; e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran; g. menggunakan barang milik negara; h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara; i. mengawasi pelaksanaan anggaran; j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Pasal 5

Gubernur/bupati/walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah : a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; b. menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara

Pengeluaran; c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah; d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

pembayaran.

Page 24: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

7

Pasal 6

(1) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang : a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; b. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. mengelola utang dan piutang; f. menggunakan barang milik daerah; g. mengawasi pelaksanaan anggaran; h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Bagian Kedua Bendahara Umum Negara/Daerah

Pasal 7

(1) Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara. (2) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang :

a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara; b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara; d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara; e. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan

penerimaan dan pengeluaran anggaran negara; f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran

negara; g. menyimpan uang negara; h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;

Page 25: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

8

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum negara;

j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah; k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah; l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara; m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan; n. melakukan penagihan piutang negara; o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara; p. menyajikan informasi keuangan negara; q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik

negara; r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran

pajak; s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pasal 8 (1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa Bendahara Umum

Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.

(2) Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

(3) Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c.

(4) Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban memerintahkan penagihan piutang negara kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.

(5) Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai pengeluaran anggaran.

Pasal 9

(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah Bendahara Umum Daerah.

Page 26: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

9

(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah

berwenang: a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas

daerah; e. melaksanakan pemungutan pajak daerah; f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau

lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; h. menyimpan uang daerah; i. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi; j. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas

beban rekening kas umum daerah; k. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah

daerah; l. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; m. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; n. melakukan penagihan piutang daerah; o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; p. menyajikan informasi keuangan daerah; q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik

daerah.

Bagian Ketiga Bendahara Penerimaan/Pengeluaran

Pasal 10

(1) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara Penerimaan

untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah.

Page 27: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

10

(2) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara Pengeluaran

untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

(3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Pejabat Fungsional.

(4) Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.

(5) Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut.

BAB III PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA/DAERAH

Bagian Pertama Tahun Anggaran

Pasal 11

Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Pasal 12

(1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi : a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara.

Page 28: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

11

Pasal 13 (1) APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:

a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

(1) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah.

Bagian Kedua Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 14

(1) Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua

menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga.

(2) Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.

(3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.

(4) Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.

(5) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Page 29: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

12

Pasal 15 (1) Setelah APBD ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah memberitahukan kepada

semua kepala satuan kerja perangkat daerah agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing satuan kerja perangkat daerah.

(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota.

(3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan.

(4) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah disampaikan kepada Kepala satuan kerja perangkat daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Bagian Ketiga Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Pasal 16

(1) Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber

pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

(2) Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

(3) Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.

(4) Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.

Page 30: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

13

Bagian Keempat Pelaksanaan Anggaran Belanja

Pasal 17

(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana

tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan. (2) Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan

anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Pasal 18

(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.

(2) Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pada ayat (1), Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang : a. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih; b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per-syaratan/kelengkapan sehubungan

dengan ikatan/ perjanjian pengadaan barang/jasa; c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan; d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang

bersangkutan; e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

(3) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

Pasal 19

(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

Page 31: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

14

(2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bendahara

Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban untuk: a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum dalam

perintah pembayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara; e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 20

(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBD dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk : a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna

Anggaran; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam

perintah pembayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 21 (1) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa

diterima. (2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

Page 32: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

15

(3) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya

setelah : a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

(4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.

(5) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.

(6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB IV

PENGELOLAAN UANG

Bagian Pertama Pengelolaan Kas Umum Negara/Daerah

Pasal 22

(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan

menyelenggarakan rekening pemerintah. (2) Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Menteri Keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara. (3) Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral. (4) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara, Bendahara Umum

Negara dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank umum.

(5) Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap hari. (6) Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke

Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral. (7) Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari,

Bendahara Umum Negara mengatur penyetoran secara berkala.

Page 33: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

16

(8) Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening

Kas Umum Negara pada bank sentral. (9) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(8) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBN.

Pasal 23 (1) Pemerintah Pusat memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank

sentral. (2) Jenis dana, tingkat bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta

biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank sentral, ditetapkan berdasarkan kesepakatan Gubernur bank sentral dengan Menteri Keuangan.

Pasal 24 (1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang

disimpan pada bank umum. (2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku. (3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 25 (1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan

Negara/Daerah. (2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada

Belanja Negara/Daerah.

Page 34: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

17

Pasal 26 (1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam hal tertentu dapat menunjuk

badan lain untuk melaksanakan penerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukung kegiatan operasional kementerian negara/lembaga.

(2) Penunjukan badan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam suatu kontrak kerja.

(3) Badan lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala kepada Bendahara Umum Negara mengenai pelaksanaan penerimaan dan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Pasal 27 (1) Dalam rangka penyelenggaraan rekening Pemerintah Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah membuka Rekening Kas Umum Daerah pada bank yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota.

(2) Dalam pelaksanaan operasional Penerimaan dan Pengeluaran Daerah, Bendahara Umum Daerah dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota.

(3) Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menampung Penerimaan Daerah setiap hari.

(4) Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas Umum Daerah.

(5) Rekening Pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas Umum Daerah.

(6) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBD.

Pasal 28 (1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/daerah diatur dengan peraturan

pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral.

Page 35: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

18

(2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/daerah sesuai dengan ketentuan

yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan peraturan daerah.

Bagian Kedua Pelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah

Pasal 29 (1) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening untuk

keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum Negara.

(2) Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara di lingkungan kementerian negara/lembaga.

(3) Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 30 (1) Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan

pelaksanaan penerimaan di lingkungan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

Page 36: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

19

Bagian Ketiga

Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pasal 31

(1) Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan

pengeluaran di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

(2) Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga.

(3) Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 32 (1) Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan

pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkat daerah. (2) Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus

dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran satuan kerja perangkat daerah.

BAB V PENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG

Bagian Pertama

Pengelolaan Piutang

Pasal 33 (1) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah

Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN.

Page 37: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

20

(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada lembaga asing sesuai

dengan yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN. (3) Tata cara pemberian pinjaman atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 34

(1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.

(2) Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35 Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak mendahulu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36 (1) Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibat hubungan keperdataan

dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.

(2) Penyelesaian piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menyangkut piutang negara ditetapkan oleh : a. Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati tidak lebih dari

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); b. Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

c. Presiden, setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Page 38: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

21

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menyangkut piutang Pemerintah Daerah ditetapkan oleh : a. Gubernur/bupati/walikota, jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati tidak lebih

dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); b. Gubernur/bupati/walikota, setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(4) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 37 (1) Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan,

kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang menyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh : a. Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah); b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai

dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); c. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk jumlah lebih dari

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). (1) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang menyangkut piutang

Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh : a. Gubernur/bupati/walikota untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah); b. Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

untuk jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan

dengan undang-undang. (3) Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan ayat (3) serta dalam Pasal 36 ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Page 39: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

22

Bagian Kedua Pengelolaan Utang

Pasal 38

(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan

untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN.

(2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.

(3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Belanja Negara.

(4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 39 (1) Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD. (2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkan pelaksanaan pinjaman

daerah sesuai dengan keputusan gubernur/bupati/walikota. (3) Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankan pada Anggaran Belanja

Daerah. (4) Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Pasal 40 (1) Hak tagih mengenai utang atas beban negara/daerah kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun

sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.

Page 40: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

23

(2) Kedaluwarsaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertunda apabila pihak yang

berpiutang mengajukan tagihan kepada negara/daerah sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjaman negara/daerah.

BAB VI

PENGELOLAAN INVESTASI

Pasal 41 (1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat

ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham, surat utang,

dan investasi langsung. (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan

dengan peraturan pemerintah. (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan

dengan peraturan daerah.

BAB VII PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Pasal 42

(1) Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara. (2) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga

yang dipimpinnya. (3) Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah Kuasa Pengguna

Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan.

Page 41: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

24

Pasal 43 (1) Gubernur/bupati/walikota menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah. (2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukan pengawasan atas

penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota.

(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Pasal 44

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Pasal 45

(1) Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan.

(2) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Pasal 46 (1) Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dilakukan untuk :

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan. b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak termasuk

tanah dan/atau bangunan yang : 1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; 2) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan

dalam dokumen pelaksanaan anggaran; 3) diperuntukkan bagi pegawai negeri; 1) diperuntukkan bagi kepentingan umum;

Page 42: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

25

5) dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

c. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

(2) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.

(3) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

Pasal 47 (1) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dilakukan untuk :

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan. b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak termasuk

tanah dan/atau bangunan yang : 1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; 2) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan

dalam dokumen pelaksanaan anggaran; 3) diperuntukkan bagi pegawai negeri; 4) diperuntukkan bagi kepentingan umum; 5) dikuasai daerah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

Page 43: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

26

Pasal 48

(1) Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 49 (1) Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah

harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(2) Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

(3) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/ walikota untuk kepentingan penyeleng-garaan tugas pemerintahan negara/daerah.

(4) Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Pusat/Daerah.

(5) Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

(6) Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VIII LARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

DAN/ATAU YANG DIKUASAI NEGARA/DAERAH

Pasal 50 Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap : a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah

maupun pada pihak ketiga;

Page 44: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

27

b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah; c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun

pada pihak ketiga; d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah; e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan untuk

penyelenggaraan tugas pemerintahan.

BAB IX PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN/APBD

Bagian Pertama

Akuntansi Keuangan

Pasal 51 (1) Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum

Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.

(2) Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.

(3) Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Bagian Kedua Penatausahaan Dokumen

Pasal 52

Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 45: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

28

Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Keuangan

Pasal 53

(1) Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara fungsional atas

pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah.

(2) Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

(3) Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presiden dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

(4) Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

Pasal 54 (1) Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada

Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.

(2) Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.

Bagian Keempat Laporan Keuangan

Pasal 55

(1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Page 46: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

29

(2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) : a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyusun

dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

c. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat;

d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 56 (1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk disampaikan kepada gubernur/bupati/ walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

(2) Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : a. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan;

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

Page 47: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

30

c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah

menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah; d. Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan

kekayaan daerah yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(4) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Bagian Kelima Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 57

(1) Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan

dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan bertugas menyusun standar akuntansi

pemerintahan yang berlaku baik untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum.

(3) Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa kerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Presiden.

BAB X PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Pasal 58

(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

Page 48: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

31

(2) Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

peraturan pemerintah.

BAB XI PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

Pasal 59

(1) Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau

kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

(3) Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.

Pasal 60 (1) Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada

menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.

(2) Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Page 49: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

32

Pasal 61 (1) Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala satuan kerja

perangkat daerah kepada gubernur/bupati/ walikota dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.

(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dapat segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 62 (1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan. (2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditemukan unsur pidana, Badan Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Pasal 63

(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/walikota.

(2) Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

Page 50: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

33

Pasal 64 (1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk

mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

(2) Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 65 Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 66 (1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang dikenai

tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.

(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.

Page 51: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

34

Pasal 67 (1) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik negara/daerah, yang berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

(2) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam Undang-undang ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan negara/daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara, sepanjang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri.

BAB XII PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Pasal 68

(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. (2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan

serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

(4) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 69 (1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan. (2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum

disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah.

Page 52: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

35

(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja dan anggaran tahunan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70

(1) Jabatan fungsional bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk selambat-

lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan. (2) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

(3) Penyimpanan uang negara dalam Rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

(4) Penyimpanan uang daerah dalam Rekening Kas Umum Daerah pada bank yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

Page 53: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

36

Pasal 71 (1) Pemberian bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) mulai

dilaksanakan pada saat penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter.

(2) Penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat Utang Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulai tahun 2005.

(3) Selama Surat Utang Negara belum sepenuhnya menggantikan Sertifikat Bank Indonesia sebagai instrumen moneter, tingkat bunga yang diberikan adalah sebesar tingkat bunga Surat Utang Negara yang berasal dari penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72 Pada saat berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 74 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 54: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

37

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2004 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 5 Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Lambock V. Nahattands

Page 55: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

38

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG

PERBENDAHARAAN NEGARA I. UMUM

0. Dasar Pemikiran

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai landasan hukum pengelolaan keuangan negara tersebut, pada tanggal 5 April 2003 telah diundangkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ini menjabarkan lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke dalam asas-asas umum pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara yang ditetapkan dalam APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara.

Sampai dengan saat ini, kaidah-kaidah tersebut masih didasarkan pada ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW) Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968

Page 56: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

39

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) Undang-undang Perbendaharaan Indonesia tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi. Oleh karena itu, Undang-undang tersebut perlu diganti dengan undang-undang baru yang mengatur kembali ketentuan di bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.

0. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara

Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara. Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang negara/daerah, pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian kerugian negara/daerah, serta pengelolaan keuangan badan layanan umum.

Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, Undang-undang Perbendaharaan Negara ini menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas. Asas kesatuan menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran. Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran. Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu. Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya. Demikian pula Undang-undang Perbendaharaan Negara ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas, serta menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

Page 57: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

40

Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara pada tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

0. Pejabat Perbendaharaan Negara

Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.

Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional, sementara kementerian negara/lembaga berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling-uji (check and balance) dalam proses pelaksanaan anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan. Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada kementerian negara/lembaga, sementara penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian Keuangan. Kewenangan administratif tersebut meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan

Page 58: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

41

dengan realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.

Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara bukanlah sekedar kasir yang hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan manajer keuangan.

Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional. Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya pemisahan yang tegas antara pemegang kewenangan administratif (ordonnateur) dan pemegang fungsi pembayaran (comptable). Penerapan pola pemisahan kewenangan tersebut, yang merupakan salah satu kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, telah mengalami ”deformasi” sehingga menjadi kurang efektif untuk mencegah dan/atau meminimalkan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. Oleh karena itu, penerapan pola pemisahan tersebut harus dilakukan secara konsisten.

0. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara, dirasakan pula semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien. Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi, terutama, perencanaan kas yang baik, pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan, pencarian sumber pembiayaan yang paling murah dan pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan.

Upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang selama ini lebih banyak dilaksanakan di dunia usaha dalam pengelolaan keuangan pemerintah, tidaklah dimaksudkan untuk menyamakan pengelolaan keuangan sektor pemerintah

Page 59: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

42

dengan pengelolaan keuangan sektor swasta. Pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik.

Dalam kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Melalui kegiatan berbagai lembaga pemerintah, negara berusaha memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat (welfare state).

Namun, pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pendekatan superioritas negara telah membuat aparatur pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik tidak lagi dianggap berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) yang sesuai dengan lingkungan pemerintahan.

Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini juga diatur prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kas, perencanaan penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang piutang dan investasi serta barang milik negara/daerah yang selama ini belum mendapat perhatian yang memadai.

Dalam rangka pengelolaan uang negara/daerah, dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini ditegaskan kewenangan Menteri Keuangan untuk mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah, menyimpan uang negara dalam rekening kas umum negara pada bank sentral, serta ketentuan yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi pemanfaatan dana pemerintah. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan piutang negara/daerah, diatur kewenangan penyelesaian piutang negara dan daerah. Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan pembiayaan ditetapkan pejabat yang diberi kuasa untuk mengadakan utang negara/daerah. Demikian pula, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini diatur pula ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan investasi serta kewenangan mengelola dan menggunakan barang milik negara/daerah.

0. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan secara tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal tersebut agar:

Page 60: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

43

• Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi; • Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan standar akuntansi

keuangan pemerintahan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas disertai dengan catatan atas laporan keuangan;

• Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap entitas pelaporan yang meliputi laporan keuangan pemerintah pusat, laporan keuangan kementerian negara/lembaga, dan laporan keuangan pemerintah daerah;

• Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir;

• Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang independen dan profesional sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat;

• Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance Statistics/GFS) sehingga dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antarnegara (cross country studies), kegiatan pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan pemerintah.

Pada saat ini laporan keuangan pemerintah dirasakan masih kurang transparan dan akuntabel karena belum sepenuhnya disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntansi sektor publik yang diterima secara internasional. Standar akuntansi pemerintahan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan seluruh Pemerintah Daerah di dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan.

Standar akuntansi pemerintahan ditetapkan dalam suatu peraturan pemerintah dan disusun oleh suatu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen yang terdiri dari para profesional. Agar komite dimaksud terjamin independensinya, komite harus dibentuk dengan suatu keputusan Presiden dan harus bekerja berdasarkan suatu due process. Selain itu, usul standar yang disusun oleh komite perlu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Bahan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan. Hasil penyempurnaan tersebut diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan, dan selanjutnya usul standar yang telah disempurnakan tersebut diajukan oleh Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Page 61: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

44

Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.

Selain itu, perlu pula diatur agar laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah dapat disampaikan tepat waktu kepada DPR/DPRD. Mengingat bahwa laporan keuangan pemerintah terlebih dahulu harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD, BPK memegang peran yang sangat penting dalam upaya percepatan penyampaian laporan keuangan pemerintah tersebut kepada DPR/DPRD. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menetapkan bahwa audit atas Laporan Keuangan Pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Laporan Keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah. Selama ini, menurut Pasal 70 ICW, BPK diberikan batas waktu 4 (empat) bulan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

0. Penyelesaian Kerugian Negara

Untuk menghindari terjadinya kerugian keuangan negara/daerah akibat tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang, dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini diatur ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini ditegaskan bahwa setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus diganti oleh pihak yang bersalah. Dengan penyelesaian kerugian tersebut negara/daerah dapat dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi.

Sehubungan dengan itu, setiap pimpinan kementerian negara/ lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah wajib segera melakukan tuntutan ganti rugi setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian. Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

Page 62: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

45

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana apabila terbukti melakukan pelanggaran administratif dan/atau pidana.

0. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dibentuk Badan Layanan Umum yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan. Berkenaan dengan itu, rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum dilakukan oleh Menteri Keuangan, sedangkan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Page 63: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

46

Ayat (4)

Program Pemerintah Pusat dimaksud diusulkan di dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN serta disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dengan berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Ayat (5) Program Pemerintah Daerah dimaksud diusulkan di dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD serta disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah dengan berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7)

Denda dan/atau bunga dimaksud dapat dikenakan kepada kedua belah pihak. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5

Gubernur/bupati/walikota menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran berdasarkan usulan Pengguna Anggaran yang bersangkutan.

Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.

Page 64: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

47

Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h

Dalam rangka pengelolaan kas, investasi yang dimaksud adalah pembelian Surat Utang Negara.

Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas. Huruf k Cukup jelas. Huruf l Cukup jelas. Huruf m Cukup jelas. Huruf n Cukup jelas. Huruf o Cukup jelas. Huruf p Cukup jelas. Huruf q Cukup jelas. Huruf r Cukup jelas. Huruf s Cukup jelas.

Page 65: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

48

Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i

Dalam rangka pengelolaan kas, investasi yang dimaksud adalah pembelian Surat Utang Negara.

Huruf j Cukup jelas. Huruf k Cukup jelas. Huruf l Cukup jelas. Huruf m Cukup jelas. Huruf n Cukup jelas.

Page 66: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

49

Huruf o Cukup jelas. Huruf p Cukup jelas. Huruf q Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi kegiatan menerima, menyimpan, menyetor/membayar/ menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan/pengeluaran uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya. Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh Bendahara Umum Negara selaku Pembina Nasional Jabatan Fungsional Bendahara.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas.

Page 67: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

50

Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Uang negara dimaksud pada ayat ini adalah uang milik negara yang meliputi rupiah dan valuta asing.

Ayat (4) Dalam hal tertentu, Bendahara Umum Negara dapat membuka rekening pada lembaga keuangan lainnya. Pembukaan rekening pada bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat ini dilakukan dengan mempertimbangkan asas kesatuan kas dan asas kesatuan perbendaharaan, serta optimalisasi pengelolaan kas.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas.

Page 68: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

51

Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1)

Hal tertentu yang dimaksud pada ayat ini adalah keadaan belum tersedianya layanan perbankan di satu tempat yang menjamin kelancaran pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. Badan lain yang dimaksud pada ayat ini adalah badan hukum di luar lembaga keuangan yang memiliki kompetensi dan reputasi yang baik untuk melaksanakan fungsi penerimaan dan pengeluaran negara. Kompetensi dimaksud meliputi keahlian, permodalan, jaringan, dan sarana penunjang layanan yang diperlukan. Reputasi dinilai berdasarkan perkembangan kinerja badan hukum yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terakhir. Kegiatan operasional dimaksud terutama berkaitan dengan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/ lembaga.

Ayat (2) Penunjukan badan lain tersebut dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan badan hukum di luar lembaga keuangan yang sebagian besar atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.

Page 69: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

52

Ayat (3)

Badan lain dimaksud berkewajiban menyampaikan laporan bulanan atas pelaksanaan penerimaan dan/atau pengeluaran yang dilakukannya. Laporan dimaksud disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Ayat (1)

Pembukaan rekening dapat dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat lain yang ditunjuk.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 30 Ayat (1)

Ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peraturan pemerintah yang mengatur pengelolaan uang negara/daerah.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 31 Ayat (1)

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga, kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga dapat diberi persediaan uang kas untuk keperluan pembayaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh Kuasa Bendahara Umum Negara kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Sehubungan dengan itu, diperlukan

Page 70: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

53

pembukaan rekening untuk menyimpan uang persediaan tersebut sebelum dibayarkan kepada yang berhak. Tata cara pembukaan rekening dimaksud, serta penggunaan dan mekanisme pertanggungjawaban uang persediaan tersebut ditetapkan oleh Bendahara Umum Negara sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan uang negara.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1)

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas satuan kerja perangkat daerah, satuan kerja yang bersangkutan dapat diberi persediaan uang kas untuk keperluan pembayaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh Bendahara Umum Daerah kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Sehubungan dengan itu, diperlukan pembukaan rekening untuk menyimpan uang persediaan tersebut sebelum dibayarkan kepada yang berhak. Tata cara pembukaan rekening dimaksud, serta penggunaan dan mekanisme pertanggungjawaban uang persediaan tersebut ditetapkan oleh Bendahara Umum Negara sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan uang daerah.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35

Yang dimaksud dengan piutang negara/daerah jenis tertentu antara lain piutang pajak dan piutang yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

Page 71: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

54

Pasal 36 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan bagian piutang yang tidak disepakati adalah selisih antara jumlah tagihan piutang menurut pemerintah dengan jumlah kewajiban yang diakui oleh debitur.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Kedaluwarsaan sebagaimana dimaksud ayat ini dihitung sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas.

Page 72: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

55

Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Ayat (1)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam menetapkan ketentuan pelaksanaan pensertifikatan tanah yang dimiliki dan dikuasai pemerintah pusat/daerah berkoordinasi dengan lembaga yang bertanggung jawab di bidang pertanahan nasional.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)

Peraturan Pemerintah yang dimaksud pada ayat ini meliputi perencanaan kebutuhan, tata cara penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, dan pemindahtanganan.

Page 73: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

56

Pasal 50 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e

Barang milik pihak ketiga yang dikuasai dimaksud adalah barang yang secara fisik dikuasai atau digunakan atau dimanfaatkan oleh pemerintah berdasarkan hubungan hukum yang dibuat antara pemerintah dan pihak ketiga.

Pasal 51 Ayat (1)

Aset yang dimaksud pada ayat ini adalah sumber daya, yang antara lain meliputi uang, tagihan, investasi, dan barang, yang dapat diukur dalam satuan uang, serta dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan diharapkan memberi manfaat ekonomi/sosial di masa depan. Ekuitas dana yang dimaksud pada ayat ini adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai seluruh aset dan nilai seluruh kewajiban atau utang pemerintah.

Ayat (2) dan Ayat (3) Tiap-tiap kementerian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Pasal 52

Peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah Undang-undang tentang kearsipan.

Pasal 53 Cukup jelas.

Page 74: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

57

Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat ini, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan menetapkan proses penyiapan standar dan meminta pertimbangan mengenai substansi standar kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) agar dihasilkan standar yang objektif dan bermutu. Terhadap pertimbangan yang diterima dari Badan Pemeriksa Keuangan, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan memberikan tanggapan, penjelasan, dan/atau melakukan penyesuaian sebelum standar akuntansi pemerintahan ditetapkan menjadi peraturan pemerintah.

Ayat (3) Keanggotaan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat ini berasal dari profesional di bidang akuntansi dan berjumlah sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang ketua dan wakil ketuanya dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 58 Ayat (1)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang perbendaharaan.

Page 75: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

58

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang pemerintahan masing-masing. Gubernur/bupati/walikota mengatur lebih lanjut dan meyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

Ayat (2) Sistem pengendalian intern yang akan dituangkan dalam peraturan pemerintah dimaksud dikonsultasikan dengan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 59 Ayat (1)

Kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Ganti rugi sebagaimana dimaksud didasarkan pada ketentuan Pasal 35 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada khususnya.

Ayat (2) Pejabat lain sebagaimana dimaksud meliputi pejabat negara dan pejabatpenyelenggara pemerintahan yang tidak berstatus pejabat negara, tidak termasuk bendahara dan pegawai negeri bukan bendahara.

Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 60 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 76: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

59

Ayat (3)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag). Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah menteri/pimpinan lembaga, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah Menteri Keuangan, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah pimpinan lembaga negara, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Pasal 61 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag). Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh gubernur/bupati/walikota. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah pimpinan lembaga pemerintahan daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Page 77: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

60

Pasal 62 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan menindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut beserta bukti-buktinya kepada instansi yang berwenang.

Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas. Pasal 64 Cukup jelas. Pasal 65 Cukup jelas. Pasal 66 Cukup jelas. Pasal 67 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Pengenaan ganti kerugian negara terhadap pengelola perusahaan umum dan perusahaan perseroan yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sepanjang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri.

Pasal 68 Cukup jelas.

Page 78: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

DHendianto-BiroHukum BPK-RI/10/16/2006

61

Pasal 69 Cukup jelas. Pasal 70

Pelaksanaan secara bertahap dimaksud disesuaikan dengan kondisi perbankan dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung.

Pasal 71 Cukup jelas. Pasal 72 Cukup jelas. Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4355

Page 79: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005

TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Pasal 182 dan Pasal 194 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Page 80: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH.

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

Pengertian

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat Daerah sebagai unsur daerah Pemerintahan daerah.

4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum Yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersarna oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

8. Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua,

9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

10. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Page 81: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

3

11. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum Daerah.

12. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk mclaksanakan tugas bendahara umum daerah.

14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/barang.

15. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 16. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat

pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

18. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

20. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

21. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

22. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

23. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

24. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. 25. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. 26. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih. 27. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan bersih. 28. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja

daerah. 29. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan

belanja daerah. 30. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

31. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

32. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Page 82: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

4

33. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.

34. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

35. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitaas dan kualitas yang terukur.

36. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

37. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

38. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

39. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

40. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

41. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

42. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

43. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

44. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode I (satu) tahun.

45. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

46. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

47. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD.

48. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

Page 83: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

5

49. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

50. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.

51. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

52. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

53. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

54. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan opprasional kantor sehari-hari.

55. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

56. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah Daerah dan/atau hak pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

58. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

59. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

60. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

61. Sistem Pengendalian Intern Keuangan Daerah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengendalian melalui audit dan evaluasi, untuk menjamin agar pelaksanaan kebijakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.

62. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

63. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

Page 84: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

6

tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

64. Surat Penyediaan Dana Yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen Yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

65. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 2

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi: a. hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan

pinjaman; b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan

membayar tagihan pihak ketiga; c. penerimaan daerah; d. pengeluaran daerah; e. kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain Yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Daerah;

f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pasal 3 Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi: a. asas umum pengelolaan keuangan daerah; b. pejabat-pejabat yang mengelola keuangan Daerah; c. struktur APBD; d. penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; e. penyusunan dan penetapan APBD; f. pelaksanaan dan perubahan APBD; g. penatausahaan keuangan daerah; h. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; i. pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; j. pengelolaan kas umum daerah; k. pengelolaan piutang daerah; l. pengelolaan investasi daerah; m. pengelolaan barang milik daerah; n. pengelolaan dana cadangan; o. pengelolaan utang daerah; p. pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah; q. penyelesaian kerugian daerah; r. pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; s. pengaturan pengelolaan keuangan daerah.

Page 85: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

7

Bagian Ketiga

Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 4 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,

efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

BAB II KEKUASAAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama Pemegang Kekuasaan

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 5 1. Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang; d. menetapkan bendahara penerimaan dan / atau bendahara pengeluaran e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah; f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang

daerah; g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;

dan h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan

memerintahkan pembayaran. 3. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh: a. kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD; b. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

4. Dalam pelaksanaan kckuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekretaris daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

5. Pelimpalian kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Page 86: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

8

Pasal 6 1. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (4) mempunyai tugas koordinasi di bidang: a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD; b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah; c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; d. penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD; e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan

daerah; dan f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD. 2. Selain tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) koordinator pengelolaan

keuangan daerah juga mempunyai tugas: a. memimpin tim anggaran pemerintah daerah; b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD; c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah; d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD; dan e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah. 3. Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan

tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada kepala daerah.

Bagian Ketiga Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 7

1. PPKD mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan

Peraturan Daerah; d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah; e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD; dan f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala

daerah. 2. PPKD selaku BUD berwenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. mengesahkan DPA-SKPD; c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran

kas daerah; e. melaksanakan pemungutan pajak daerah; f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau

lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;

Page 87: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

9

g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; h. menyimpan uang daerah; i. menetapkan SPD; j. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan

investasi; k. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran

atas beban rekening kas umum daerah; l. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah

daerah; m. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; n. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; o. melakukan penagihan piutang daerah; p. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; q. menyajikan informasi keuangan daerah; r. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta ponghapusan barang

milik daerah.

Pasal 8 1. PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan

daerah selaku kuasa BUD. 2. Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

keputusan kepala daerah. 3. Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:

a. menyiapkan anggaran kas; b. menyiapkan SPD; c. menerbitkan SP2D; dan d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

4. Kuasa BUD selain melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (3) juga melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), huruf f, huruf g, huruf h, huruf j, huruf k, huruf m, huruf n, dan huruf o.

5. Kuasa BUD bertanggungjawab kepada PPKD.

Pasal 9 Pelimpahan wewenang selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), dapat dilimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan satuan kerja pengelolaan keuangan daerah.

Bagian Keempat

Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah

Pasal 10

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang daerah mempunyai tugas dan wewenang: a. menyusun RKA-SKPD; b. menyusun DPA-SKPD; c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

Page 88: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

10

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya; e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran

yang telah ditetapkan; h. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yaiig dipimpinnya; i. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD

yang dipimpinnya; j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; k. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; l. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; m. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui

sekretaris daerah.

Pasal 11 1. Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian

kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/pengguna barang.

2. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

3. Penetapan kepala unit kerja pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

4. Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

Bagian Kelima Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

PasaI 12

1. Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan

program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK. 2. PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas mencakup:

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; a. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; b. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Pasal 13 1. Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) berdasarkan

pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

2. PPTK bertanggung jawab kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

Page 89: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

11

Bagian Keenam

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 14 1. Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat

dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD.

2. Pejabat penatausahaan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh PPTK; b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU yang diajukan oleh

bendahara pengeluaran; c. menyiapkan SPM; dan d. menyiapkan laporan keuangan SKPD

3. Pejabat penatausahaan keuangan SKPD tidak boleh menangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK,

Bagian Ketujuh

Bendahara Penerimaan dan

Bendahara Pengeluaran

Pasal 15

1. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.

2. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD.

3. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pejabat fungsional.

4. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

5. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

BAB III

Page 90: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

12

ASAS UMUM DAN STRUKTUR APBD

Bagian Pertama Asas Umum APBD

Pasal 16

1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah. 2. Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada RKPD

dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

4. APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 17 1. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang

dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD. 2. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. 3. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan

secara bruto dalam APBD. 4. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 1. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya

kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. 2. Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar hukum

yang melandasinya.

Pasal 19 Tahun anggaran APBD meliputi masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Bagian Kedua Struktur APBD

Page 91: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

13

Pasal 20

1. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

a. pendapatan daerah; b. belanja daerah; dan c. pembiayaan daerah.

2. Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.

3. Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

4. Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Bagian Ketiga Pendapatan Daerah

Pasal 21

Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD); b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pasal 22 1. Pendapatan asli daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a terdiri atas:

a. pajak daerah; b. retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah.

2. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mencakup: a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; c. jasa giro; d. pendapatan bunga; e. tuntutan ganti rugi; f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan g. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Pasal 23

Page 92: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

14

Pendapatan Dana Perimbangan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi a. Dana Bagi Hasil; b. Dana Alokasi Umum; dan c. Dana Alokasi Khusus.

Pasal 24 Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah,

Pasal 25 1. Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 merupakan bantuan berupa uang,

barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.

Bagian Keempat Belanja Daerah

Pasal 26

1. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasititas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan social.

3. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27 1. Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) diklasifikasikan

menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. 2. Klasifikasi belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. 3. Klasifikasi belanja menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan b. klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.

Page 93: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

15

4. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan scbagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

5. Klasifikasi belanja menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari: a. pelayanan umum; b. ketertiban dan keamanan; c. ekonomi; d. lingkungan hidup; e. perumahan dan fasilitas umum; f. kesehatan; g. pariwisata dan budaya; h. agama; i. pendidikan; serta j. perlindungan sosial.

6. Masifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

7. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Belanja pegawai; b. belanja barang dan jasa; c. belanja modal; d. bunga; e. subsidi; f. hibah; g. bantuan sosial; h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan i. belanja tidak terduga.

8. Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (7), berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima Pembiayaan Daerah

Pasal 28

1. Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c terdiri

dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. 2. Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya; b. Pencairan dana cadangan; c. Hasil penyualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. Penerimaan pinjaman; dan e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman.

3. Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. pembentukan dana cadangan; b. penyertaan modal pemerintah daerah; c. pembayaran pokok utang; dan d. pemberian pinjaman

Page 94: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

16

4. Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan.

5. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

BAB IV PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

Bagian Pertama

Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

Pasal 29 RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 30 RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala daerah dilantik.

Pasal 31 1. SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD yang

memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

2. Penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada RPJMD.

Pasal 32 1. Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD

dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.

2. Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

3. RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

4. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 95: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

17

Pasal 33

1. RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) disusun untuk menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

2. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.

3. RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Bagian Kedua Kebijakan Umum APBD

Pasal 34

1. Kepala daerah berdasarkan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1),

menyusun rancangan kebijakan umum APBD. 2. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

3. Kepala daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.

4. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD.

Bagian Ketiga Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 35

1. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan

DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh kepala daerah.

2. Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya

3. Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan; b. menentukan urutan program dalam masing-masing urusan; c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masingmasing program.

4. Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD.

5. Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menerbitkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.

Page 96: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

18

Bagian Keempat

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 36 1. Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal

35 ayat (5), Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD. 2. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka

menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.

Pasal 37 Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

Pasal 38 Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.

Pasal 39 1. Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

2. Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayarian minimal.

3. Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

Pasal 40 RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun Yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.

Page 97: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

19

Bagian Kelima

Penyiapan Raperda APBD

Pasal 41 1. RKA-SKPD Yang telah disusun oleh kepala SKPD scbagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 ayat (1) disampaikan kepada PPKD. 2. RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas oleh tim

anggaran pemerintah daerah. 3. Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

Pasal 42 1. PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD berikut dokumen

pendukung berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh tim anggaran pemerintah daerah.

2. Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas nota keuangan, dan rancangan APBD.

BAB V

PENETAPAN APBD

Bagian Pertama Penyampaian dan Pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 43 Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD kepada DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

Pasal 44 1. Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan sesuai

dengan peraturan tata tertib DPRD mengacu pada peraturan perundang-undangan. 2. Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menitikberatkan pada kesesuaian

antara kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Page 98: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

20

Bagian Kedua

Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 45 1. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

2. Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Pasal 46 1. Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)

tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.

2. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.

3. Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.

4. Pengesahan terhadap rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

5. Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum disahkan, rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah tentang APBD.

Bagian Keempat Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran RAPBD

Pasal 47 1. Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama

DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

2. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

3. Apabila Menteri Dalam Negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak rancangan diterima, maka gubernur dapat menetapkan rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD dan rancangan

Page 99: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

21

peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan gubernur tentang penjabaran APBD.

4. Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.

5. Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

Pasal 48 1. Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui

bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.

2. Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

3. Apabila gubernur tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15 (limabelas) hari sejak rancangan diterima, maka bupati/walikota dapat menetapkan rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD.

4. Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota.

5. Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi Peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

Page 100: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

22

Pasal 49

1. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagairnana dimaksud

dalam Pasal 47 ayat (6) dan Pasal 48 ayat (6), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturan daerah dimaksud.

2. Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (6) dan Pasal 48 ayat (6) dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang APBD.

3. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (6) dan Pasal 48 ayat (6) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Pasal 50 Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 51 Hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri untuk APBD provinsi dan keputusan gubernur untuk APBD kabupaten/kota.

Pasal 52 1. Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (5) dan

Pasal 48 ayat (5) dilakukan kepala daerah bersama dengan Panitia Anggaran DPRD. 2. Hasil penyempurnaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan

DPRD. 3. Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasar

penetapan peraturan daerah tentang APBD. 4. Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan pada

sidang paripurna berikutnya. 5. Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan

kepada Menteri Dalam Negeri untuk APBD provinsi dan kepada gubernur untuk APBD kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut ditetapkan.

Bagian Kelima

Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Pasal 53

1. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah

Page 101: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

23

menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

2. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat- lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.

3. Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

BAB VI PELAKSANAAN APBD

Bagian Pertama

Asas Umum Pelaksanaan APBD

Pasal 54 1. SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk

tujuan yang tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggarannya dalam APBD.

2. Pelaksanaan belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus didasarkan pada prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pasal 55

1. PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah APBD ditetapkan, memberitahukan

kepada semua kepala SKPD agar menyusun dan menyampaikan rancangan DPA-SKPD.

2. Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merinci sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan.

3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan.

Pasal 56 1. Tim anggaran pemerintah daerah melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD

bersama-sama dengan kepala SKPD yang bersangkutan. 2. Verifikasi atas rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

diselesaikan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Page 102: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

24

3. Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.

4. DPA.-SUD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepala SKPD yang bcrsangkutan, kepada satuan kerja pengawasan daerah, dan BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

5. DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang.

Bagian Ketiga Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Pasal 57

1. Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. 2. Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas

umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja. 3. Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas setoran dimaksud.

Pasal 58 1. SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan

daerah. 2. SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/ atau kegiatannya

berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.

Pasal 59 1. Penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan

langsung untuk pengeluaran. 2. Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa.

pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa. termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.

3. Semua penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.

Pasal 60 1. Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan

sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang bersangkutan untuk pengembalian peneriman yang terjadi dalam tahun yang sama.

2. Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

Page 103: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

25

Bagian Keempat Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Pasal 61

1. Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak

yang diperoleh oleh pihak yang menagih. 2. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum

rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah.

3. Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.

Pasal 62 Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan SPD, atau DPA-SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

Pasal 63 1. Gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD. 2. Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri

sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 64 Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan perundang--undangan.

Pasal 65 1. Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang

diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. 2. Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penerbitan

SP2D oleh kuasa BUD. 3. Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kuasa

BUD berkewajiban untuk: a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam

perintah pernbayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan

Page 104: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

26

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 66 1. Penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali

ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. 2. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

3. Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah: a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah

pembayaran; dan c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

4. Bendahara pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran apabila persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi.

5. Bendahara pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya,

Pasal 67 Kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.

Pasal 68 Setelah tahun anggaran berakhir, kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.

Bagian Kelima Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Pasal 69

1. Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD. 2. Semua penerimaan dan pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui

Rekening Kas Umum Daerah.

Pasal 70 1. Pemindah bukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah

dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana cadangan

Page 105: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

27

yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan yang berkenaan mencukupi.

2. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan.

3. Pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

Pasal 7l 1. Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan. 2. Pencatatan penerimaan atas penjualan kekayaan daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didasarkan pada bukti penerimaan yang sah.

Pasal 72 1. Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang akan diterima

dalam tahun anggaran yang bersangkutan sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman berkenaan.

2. Penerimaan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dibukukan dalam nilai rupiah.

Pasal 73 Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah didasarkan pada perjanjian pemberian pinjaman daerah sebelumnya, untuk kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan kewajiban lainnya yang menjadi tanggungan pihak peminjam.

Pasal 74 1. Jumlah pendapatan daerah yang disisihkan untuk pembentukan dana cadangan

dalam tahun anggaran bersangkutan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

2. Pemindahbukuan jumlah pendapatan daerah yang disisihkan yang ditransfer dari rekening kas umum daerah ke rekening dana cadangan dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

Pasal 75 Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan.

Page 106: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

28

Pasal 76

Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban pemerintah daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan

Pasal 77 Pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan keputusan kepala daerah atas persetujuan DPRD.

Pasal 78 Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh PPKD.

Pasal 79 Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran. pembiayaan, kuasa BUD berkewajiban untuk: a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang diterbitkan oleh

PPKD; b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam

perintah pembayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran pembiayaan

tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

BAB VII LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA

APBD DAN PERUBAHAN APBD

Bagian Pertama Laporan Realisasi Semester Pertama APBD

Pasal 80

1. Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dan

prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. 2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD

selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah daerah.

Page 107: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

29

Bagian Kedua

Perubahan APBD

Pasal 81 1. Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas

bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi: a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD; b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit

organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja; c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus

digunakan untuk tahun berjalan; d. keadaan darurat; dan e. keadaan luar biasa.

2. Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang

belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak

dapat diprediksikan sebelumnya; b. tidak diharapkan, terjadi secara berulang; c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan

yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Pasal 82 1. Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran,

kecuali dalam keadaan luar biasa. 2. Keadiian luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) huruf c adalah

keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

Pasal 83 1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

2. Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

Page 108: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

30

Pasal 84

1. Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, dan Pasal 53.

2. Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan kepala daerah tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah dimaksud dibatalkan dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun berjalan termasuk untuk pendanaan keadaan darurat.

3. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.

4. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh gubernur.

Pasal 85 1. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan tentang pembatalan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 84 ayat (3) dan ayat (4), Kepala daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan selanjutnya kcpala daerah bersama DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud.

2. Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

3. Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

4. Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

BAB VIll PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama

Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 86 1. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran

dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan claerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung

Page 109: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

31

jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

Bagian Kedua Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 87

1. Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:

a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD; b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM; c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat pertanggungjawaban (SPJ); d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D; e. bendahara penerimaan/pengeluaran; dan f. pejabat lainnya yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD.

2. Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum

dimulainya tahun anggaran berkenaan.

Pasal 88 Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada satuan kerja dalam SKPD dapat dibantu oleh pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran sesuai kebutuhan dengan keputusan kepala SKPD.

PasaI 89 1. PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD dengan mempertimbangkan

penjadwalan pembayaran pelaksanaan program dan kegiatan yang dimuat dalam DPA-SKPD.

2. SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD.

Bagian Ketiga Penatausahaan Bendahara Penerimaan

Pasal 90

1. Penyetoran penerimaan pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3)

dilakukan dengan uang tunai. 2. Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke rekening kas umum daerah pada

bank pemerintah yang ditunjuk, dianggap, sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.

3. Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek, atau surat berharga yang dalam penguasaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada bank atau giro pos.

Page 110: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

32

Pasal 91

1. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap

seluruh penerinman dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya.

2. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

3. PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Bagian Keempat Penatausahaan Bendahara Pengeluaran

Pasal 92

1. Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPP-LS, SPP-UP, SPP-GU,

dan SPP-TU. 2. PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD

kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya tagihan dari pihak ketiga.

3. Pengajuan SPP-LS dilampiri dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD mengajukan SPP-UP kepada pengguna anggaran setinggi-tingginya untuk keperluan satu bulan.

5. Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana

6. Untuk penggantian dan penambahan uang persediaan, bendahara pengeluaran mengajukan SPP-GU dan/atau SPP-TU.

7. Batas jumlah pengajuan SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan.

Pasal 93

1. Penggunaan anggaran/kuasa pengguna anggaran mengajukan permintaan uang persediaan kepada kuasa BUD dengan menerbitkan SPM-UP.

2. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran mengajukan penggantian uang persediaan yang telah digunakan kepada kuasa BUD, dengan menerbitkan SPM GU yang dilampiri bukti asli pertanggungjawaban atas penggunaan uang persediaan sebelumnya.

3. Dalam hal uang persediaan tidak mencukupi kebutuhan, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat mengajukan tambahan uang persediaan kepada kuasa BUD dengan menerbitkan SPM-TU.

4. Pelaksanaan pembayaran melalui SPM-UP dan SPM-LS berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan,

Page 111: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

33

Pasal 94

1. Kuasa BUD menerbitkan SP2D atas SPM yang diterima dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran yang ditujukan kepada bank operasional mitra kerjanya.

2. Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 2 (dua) hari kerja sejak SPM diterima.

3. Kuasa BUD berhak menolak permintaan pembayaran yang diajukan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran bilamana: a. pengeluaran tersebut melampaui pagu; dan/atau b. tidak didukung oleh kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan. 4. Dalam hal kuasa BUD menolak permintaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), SPM dikembalikan paling lama 1 (satu) hari kerja setelah diterima.

Pasal 95 Tata cara penatausahaan bendahara pengeluaran diatur lebih lanjut dalam peraturan kepala daerah.

Bagian Kelima Akuntansi Keuangan Daerah

Pasal 96

1. Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu

kepada standar akuntansi pemerintahan. 2. Sistem akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah.

Pasal 97 Kepala daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi.

Pasal 98 1. Sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi:

a. prosedur akuntansi penerimaan kas; b. prosedur akuntansi pengeluaran kas; c. prosedur akuntansi aset; d. prosedur akuntansi selain kas.

2. Sistem akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan prinsip pengendalian intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 112: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

34

BAB IX

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Pasal 99 1. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung jawabnya. 2. Penyelenggaraan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan SKPD dan menyiapkan laporan keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.

3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan Yang disampaikan kepada kepada daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD Yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 100 1. PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas

dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. 2. PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Neraca; c. Laporan Arus Kas; dan d. Catatan Atas Laporan Keuangan.

3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

4. Laporan keuangan sebagairnana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.

5. Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun berdasarkan laporan keuangan SKPD.

6. Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada kepala daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Pusat 101

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Page 113: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

35

Pasal 102 1. Laporan keuangan pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat

(2) disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

2. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah.

3. Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) BPK belum menyampaikan laporan hasil pemeriksaan, rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 diajukan kepada DPRD.

Pasal 103 Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (1).

BAB X PENGENDALIAN DEFISIT DAN PENGGUNAAN SURPLUS APBD

Bagian Pertama

Pengendalian Defisit APBD

Pasal 104 1. Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk

menutupi defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD. 2. Defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dengan pembiayaan netto.

Pasal 105 Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD.

Pasal 106 1. Berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 105, Menteri Keuangan setelah memperoleh pertimbangan Meriteri Dalam Negeri menetapkan batas maksimal defisit APBD masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran.

2. Penetapan batas maksimal defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri Keuangan setiap tahun pada bulan Agustus.

3. Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.

4. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dilakukan penundaan atas penyaluran Dana Perimbangan.

Page 114: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

36

Pasal 107 Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan: a. sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun sebelumnya; b. pencairan dana cadangan; c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. penerimaan pinjaman; dan/atau e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Bagian Kedua Penggunaan Surplus APBD

Pasal 108

Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaannya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

Pasal 109 Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.

BAB XI KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN

Bagian Pertama

Pengelolaan Kas Umum Daerah

Pasal 110 Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.

Pasal 111 1. Dalam rangka pengelolaan uang daerah, PPKD membuka rekening kas umum daerah

pada bank yang ditentukan oleh kepala daerah. 2. Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran daerah, kuasa BUD

dapat membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank vang ditetapkan oleh kepala daerah.

3. Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk menampung penerimaan daerah setiap hari.

4. Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah.

5. Rekening pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dengan dana yang bersumber dari rekening kas umum daerah.

Page 115: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

37

6. Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pcmerintahan yang telah ditetapkan dalam APBN

Pasal 112 1. Pemerintah daerah berhak memperoleh bunga dan/atau Jasa giro atas dana yang

disimpan pada bank umum berdasarkan tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku.

2. Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendapatan asli daerah.

PasaI 113 1. Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum didasarkan

pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan. 2. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada belanja daerah.

Bagian Kedua Pengelolaan Piutang Daerah

Pasal 114

1. Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan

daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.

2. Pemerintah daerah mempunyai hak mendahului atas piutang jenis tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Piutang daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan.

4. Penyelesaian piutang daerah sebagai akibat hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 115 1. Piutang daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan

sesuai dengan ketentuan mengenai penghapusan piutang negara dan daerah, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang menyangkut piutang pemerintah daerah, ditetapkan oleh: a. kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah); b. kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Bagian Ketiga

Page 116: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

38

Pengelolaan Investasi Daerah

Pasal 116 Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 117 1. Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 merupakan

investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.

2. Investasi jangka panjang sebagaimana. dimaksud dalam Pasal 116, merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan,

Pasal 118 1. Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (2) terdiri dari

investasi permanen dan non permanen. 2. Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk dimiliki

secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali. 3. Investasi non permanen sebagaimana. dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk

dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan atau ditarik kembali.

Pasal 119 Pedoman Investasi permanen dan non permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Bagian Keempat Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pasal 120

1. Barang milik daerah diperoleh atas beban APBD dan perolehan lainnya yang sah. 2. Perolehan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/atau yang sejenis; b. barang yang diperoleh dari kontrak kerja sama, kohtrak bagi hasil, dan kerja sama

pemanfaatan barang milik daerah; c. barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena peraturan

perundang-undangan; d. barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.

Pasal 121

Page 117: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

39

1. Pengelolaan barang daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang

daerah yang mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan pengamanan.

2. Pengelolaan barang daerah ditetapkan dengan peraturan daerah dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima Pengelolaan Dana Cadangan

PasaI 122

1. Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang

penyediaan dananya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. 2. Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan peraturan daerah. 3. Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan,

besaran, dan sumber dana cadangan serta jenis program/ kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan tersebut.

4. Dana cadangan yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali DAK, pinjaman daerah, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

5. Penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Pasal 123 1. Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (1) ditempatkan pada

rekening tersendiri yang dikelola oleh PPKD. 2. Dalam hal dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum digunakan

sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan resiko rendah.

3. Hasil dari penempatan dalam portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menambah dana cadangan.

4. Posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.

Bagian Keenam Pengelolaan Utang Daerah

Pasal 124

1. Kepala daerah dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. 2. PPKD menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang pelaksanaan

pinjaman daerah.

Page 118: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

40

3. Biaya berkenaan dengan pinjaman daerah dibebankan pada anggaran belanja daerah.

Pasal 125 1. Hak tagih mengenai utang atas beban daerah kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun

sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang. 2. Kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertunda apabila pihak yang

berpiutang mengajukan tagihan kepada daerah sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjaman daerah.

Pasal 126 Pinjaman daerah bersumber dari: a. pemerintah; b. pemerintah daerah lain; c. lembaga keuangan bank; d. lembaga keuangan bukan bank; dan e. masyarakat.

Pasal 127 1. Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah setelah mendapat

persetujuan dari Menteri Keuangan. 2. Persetujuan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. 3. Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya

mencakup jumlah dan nilai nominal obligasi daerah yang akan diterbitkan. 4. Penerimaan hasil penjualan obligasi daerah dianggarkan pada penerimaan

pembiayaan. 5. Pembayaran bunga atas obligasi daerah dianggarkan pada belanja bunga dalam

anggaran belanja daerah.

Pasal 128 Pinjaman daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XII

Page 119: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

41

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 129 Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepada pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

PasaI 130 1. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 meliputi pemberian pedoman,

bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.

2. Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban keuangan daerah, pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaan pengelolaan keuangan daerah.

3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pertanggung-jawaban APBD yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.

4. Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah.

Pasal 131 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah.

Pasal 132 DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.

PasaI 133 Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada, ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Page 120: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

42

Pengendalian Intern

Pasal 134 1. Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.

2. Pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Pemeriksaan Ekstern

Pasal 135

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dilakukan oleh BPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan.-

BAB XIII PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH

Pasal 136

1. Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hokum atau

kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hokum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.

3. Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Pasal 137 1. Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala SKPD kepada

kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.

2. Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

3. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Page 121: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

43

Pasal 138

1. Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang

dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau mecninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.

2. Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian daerah.

Pasal 139 1. Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

pemerintah ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

2. Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan pemerintah ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.

Pasal 140 1. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan

untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

2. Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 141 Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 142

Page 122: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

44

1. Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK. 2. Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan unsur pidana, BPK

menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 143 Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh kepala daerah.

Pasal 144 Ketentuari Iebih lanjut tentang tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur dengan peraturan daerah dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XIV PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal 145 Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk: a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan

kepada masyarakat.

Pasal 146 1. BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola

dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan.

Pasal 147 Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pombinaan teknis dilakukan oleh kepala SKPD yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 148 BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

Pasal 149

Page 123: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

45

Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.

Pasal 150 Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BLUD diatur Iebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.

BAB XV PENGATURAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 151

1. Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan

peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Berdasarkan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah

menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah.

BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 152

Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah ini dinyatakan tetep berlaku.

Pasal 153 1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dan Pasal 39 ayat (2),

dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006. 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) dilaksanakan mulai tahun

anggaran 2006. 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 53 ayat (1) dan

ayat (2) mulai dilaksanakan untuk penyusunan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran 2007.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2007.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.

Pasal 154

Page 124: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

46

Pemerintah daerah yang belum menetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), dokumen perencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD.

BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 155

Ketentuan Iebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 156 Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.

Pasal 157 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 158 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2005

Page 125: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

47

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA AD INTERIM, ttd YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 140 Salinan sesuai dengan aslinya DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARA BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN,

Abdul Wahid

Page 126: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

1

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERINOMOR 13 TAHUN 2006

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu ditetapkanPeraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negarayang Bersih dan Babas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4389);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan KeuanganAntara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan

Page 127: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

2

Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan danAnggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran. Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4540);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4502);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar AkuntansiPemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

12. Peraturan Pemerintah Nomor .54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem InformasiKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4576);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah KepadaDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4578);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang PedomanPenyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangandan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4614);

19. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi danTugas Eselon I Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2003;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

Page 128: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

3

MEMUTUSKAN:Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Bagian PertamaPengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahdaerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugaspembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerahsebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yangmempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusanpemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiriberdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuanmasyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengaturdan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adatistiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Republik Indonesia.

6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangkapenyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasukdidalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajibandaerah tersebut.

7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRDdengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku diProvinsi Papua.

8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputiperencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, danpengawasan keuangan daerah.

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencanakeuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama olehpemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkatdaerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah

Page 129: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

4

perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/penggunabarang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepaladaerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.

13. Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupatenatau walikota bagi daerah kota.

14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yangkarena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhanpengelolaan keuangan daerah.

15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepalasatuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepalaSKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindaksebagai bendahara umum daerah.

16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindakdalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaranuntuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milikdaerah.

19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabatyang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakansebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas danfungsi SKPD.

21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalahpejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabatpada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatuprogram sesuai dengan bidang tugasnya.

23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uangpendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uanguntuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitasakuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

26. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang danoleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuanganuntuk digabungkan pada entitas pelaporan.

27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.

28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMDadalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1(satu) tahun.

Page 130: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

5

30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yangdibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yangmempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalamrangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah,PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan.

31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuatkebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yangmendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalahrancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikankepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPDsebelum disepakati dengan DPRD.

33. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program prioritasdan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiapprogram sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati denganDPRD.

34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalahdokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencanabelanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasarpenyusunan APBD.

35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaranberdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebutdilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkanimplikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yangdituangkan dalam prakiraan maju.

36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahunanggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambunganprogram dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggarantahun berikutnya.

37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapaisehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangantahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja gunamelaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaianefisiensi alokasi dana.

39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakandalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dankewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur danmengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangkamelindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.

41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu ataulebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapaihasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerjapada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program danterdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya balk yang berupa personil(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, ataukombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yangdiharapkan dari suatu kegiatan.

Page 131: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

6

44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yangdilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakar.

45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran darikegiatan-kegiatan dalam satu program.

46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan olehkepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untukmembayar seluruh pengeluaran daerah.

47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yangditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dandigunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih.

51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih.

52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanjadaerah.

53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanjadaerah.

54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali, balk pada tahun anggaran yang bersangkutanmaupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebihrealisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerimasejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga.daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerahdan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibatperjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibatlainnya yang sah.

58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/ataukewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturanperundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yangmemerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga,deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkankemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalahdokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagaidasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.

62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaanyang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh penggunaanggaran.

63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber daripenerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang

Page 132: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

7

cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yangmenyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitanSPP.

65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yangditerbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendaharapengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yangdiajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifatpengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yangdiajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaanyang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran Iangsung.

68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumenyang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uangpersediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapatdigunakan untuk pembayaran Iangsung dan uang persediaan.

69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan olehbendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketigaatas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan pembayarangaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yangdokumennya disiapkan oleh PPTK.

70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yangdigunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untukpenerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalahdokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untukpenerbitan SP2D atas beban beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakansebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPMGUadalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaranuntuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananyadipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa penggunaanggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karenakebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telahditetapkan sesuai dengan ketentuan.

74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalahdokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untukpenerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yangdigunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.

76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDatau berasal dari perolehan Iainnya yang sah.

77. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata danpasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum balk sengaja maupun !alai.

78. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerjapada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

Page 133: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

8

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijualtanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannyadidasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bagian KeduaRuang Lingkup

Pasal 2

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan

pinjaman;b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

membayar tagihan pihak ketiga;c. penerimaan daerah;d. pengeluaran daerah;e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,

piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaanyang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan

f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangkapenyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pasal 3

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaanpengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancanganAPBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belummemiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaankeuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, danpengelolaan keuangan BLUD.

Bagian KetigaAzas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 4

(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikanazas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerahdikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan buktibuktiadministrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahbahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil programdengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluarandengan hasil.

(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yangmaksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untukmencapai keluaran tertentu.

(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan

Page 134: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

9

dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yangmemungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah.

(8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudankewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendaliansumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangkapencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusikewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajibanberdasarkan pertimbangan yang obyektif.

(10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yangdilakukan dengan wajar dan proporsional.

(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwakeuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB IIKEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian PertamaPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 5(1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikankekayaan daerah yang dipisahkan.

(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang

daerah;g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;

danh. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan

memerintahkan pembayaran.

(3) Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerahmelimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;b. kepala SKPKD selaku PPKD; danc. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

(4) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan kepaladaerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

Page 135: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

10

Bagian KeduaKoordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 6

(1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran clan fungsinya dalammembantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikanpenyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

(2) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas koordinasi di bidang:a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan

daerah; danf. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.

(3) Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekretarisdaerah mempunyai tugas:a. memimpin TAPD;b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dane. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

(4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugassebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada kepala daerah.

Bagian KetigaPejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 7

(1) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf bmempunyai tugas:a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan

Peraturan Daerah;d. melaksanakan fungsi BUD;e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD; danf. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala

daerah.

(2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem

penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

Page 136: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

11

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;f. menetapkan SPD;g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian

pinjaman atas nama pemerintah daerah;h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;i. menyajikan informasi keuangan daerah; danj. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik

daerah.

(3) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangandaerah selaku kuasa BUD.

(4) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melaluisekretaris daerah.

Pasal 8(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditetapkan

dengan keputusan kepala daerah.

(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:a. menyiapkan anggaran kas;b. menyiapkan SPD;c. menerbitkan SP2D;d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau

lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;g. menyimpan uang daerah;h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi

daerah;i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas

beban rekening kas umum daerah;j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; danI. melakukan penagihan piutang daerah.

(3) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.

Pasal 9

PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD untukmelaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah

daerah;e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;f. menyajikan informasi keuangan daerah; dang. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik

daerah.

Page 137: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

12

Bagian KeempatPejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Pasal 10

Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:a. menyusun RKA-SKPD;b. menyusun DPA-SKPD;c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang

telah ditetapkan;h. menandatangani SPM;i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD

yang dipimpinnya;k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan

kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dann. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris

daerah.

Bagian KelimaPejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang

Pasal 11(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian kewenangannyakepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasapengguna barang.

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkanpertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola,beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektiflainnya.

(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanoleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

Bagian KeenamPejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

Pasal 12

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasapengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat padaunit kerja SKPD selaku PPTK.

(2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan

Page 138: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

13

kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendalidan pertimbangan objektif lainnya.

(3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepadapengguna anggaran/pengguna barang.

(4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnyakepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(5) PPTK mempunyai tugas mencakup:a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; danc. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

(6) Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakup dokumenadministrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratanpembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian KetujuhPejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 13(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD

menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPDsebagai PPK-SKPD.

(2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh

bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan

PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP;d. menyiapkan SPM;e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;f. melaksanakan akuntansi SKPD; dang. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

(3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukanpemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

Bagian KedelapanBendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Pasal 14

(1) Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendaharapengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaananggaran pada SKPD.

(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah pejabat fungsional.

(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran balk secara langsung maupuntidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan

Page 139: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

14

penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan,serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembagakeuangan Iainnya atas nama pribadi.

(4) Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakantugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau bendaharapengeluaran pembantu.

(5) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

BAB IIIAZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD

Bagian PertamaAzas Umum APBD

Pasal 15

(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dankemampuan pendapatan daerah.

(2) Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada RKPDdalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuanbernegara.

(3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, danstabilisasi.

(4) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahunditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 16

(1) Fungsi otorisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanjapada tahun yang bersangkutan.

(2) Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakankegiatan pada tahun yang bersangkutan.

(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatanpenyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(4) Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti bahwaanggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangipengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi danefektivitas perekonomian.

(5) Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

(6) Fungsi stabilisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakankeseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Pasal 17(1) Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan

daerah.

Page 140: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

15

(2) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan yangterukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semuapenerimaan yang perlu dibayar kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutanmaupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal 18

(1) Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan bebanpengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapatdinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalampemberian pelayanan umum.

(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengeluaranyang akan diterima kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun padatahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal 19

Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ayat (1) harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlahyang cukup.

Pasal 20

(1) Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harusberdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkansecara bruto dalam APBD.

Pasal 21

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahunanggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Bagian KeduaStruktur APBD

Pasal 22

(1) Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:a. pendapatan daerah;b. belanja daerah; danc. pembiayaan daerah.

(2) Struktur APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menurut urusanpemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusanpemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(3) Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan organisasi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a meliputi

Page 141: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

16

semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitasdana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayarkembali oleh daerah.

(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b meliputi semuapengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana,merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperolehpembayarannya kembali oleh daerah.

(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (1) huruf c meliputi semuatransaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Pasal 24

(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dirincimenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincianobyek pendapatan.

(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dirinci menuruturusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek danrincian obyek belanja.

(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dirincimenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincianobyek pembiayaan.

Bagian KetigaPendapatan Daerah

Pasal 25

Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dikelompokanatas:a. pendapatan asli daerah;b. dana perimbangan; danc. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pasal 26

(1) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:a. pajak daerah;b. retribusi daerah;c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dand. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(2) Jenis pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adan huruf b dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undangundang tentangpajak daerah dan retribusi daerah.

(3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; danc. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

usaha masyarakat.

(4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasukdalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:

Page 142: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

17

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;b. jasa giro;c. pendapatan bunga;d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;h. pendapatan denda pajak;i. pendapatan denda retribusi;j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;k. pendapatan dari pengembalian;I. fasilitas sosial dan fasilitas umum;m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dann. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Pasal 27

(1) Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiriatas:a. dana bagi hasil;b. dana alokasi umum; danc. dana alokasi khusus.

(2) Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:a. bagi hasil pajak; danb. bagi hasil bukan pajak.

(3) Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum.

(4) Jenis dana alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurutkegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 28

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yangmencakup:a. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi

swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yangtidak mengikat;

b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibatbencana slam;

c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dane. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Pasal 29

Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a adalah penerimaan daerah yangberasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, balk dalam bentuk devisa,rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perludibayar kembali.

Pasal 30

(1) Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatanasli daerah yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana perimbangan danlain-lain pendapatan daerah yang sah dianggarkan pada SKPKD.

(2) Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan

Page 143: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

18

dari penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan kekayaan daerah yangtidak dipisahkan dan hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yangtidak dipisahkan yang dibawah penguasaan pengguna anggaran/pengguna barangdianggarkan pada SKPD.

Bagian KeempatBelanja Daerah

Pasal 31

(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dipergunakandalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenanganprovinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusanyang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakanbersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yangditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalamupaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatanpelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layakserta mengembangkan sistem jaminan sosial.

(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32

(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal31 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup:a. pendidikan;b. kesehatan;c. pekerjaan umum;d. perumahan rakyat;e. penataan ruang;f. perencanaan pembangunan;g. perhubungan;h. lingkungan hidup;i. pertanahan;j. kependudukan dan catatan sipil;k. pemberdayaan perempuan;I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;m. sosial;n. tenaga kerja;o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;p. penanaman modal;q. kebudayaan;r. pemuda dan olah raga;s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;t. pemerintahan umum;u. kepegawaian;v. pemberdayaan masyarakat dan desa;w. statistik;x. arsip; dan

Page 144: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

19

y. komunikasi dan informatika.

(3) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup:a. pertanian;b. kehutanan;c. energi dan sumber daya mineral;d. pariwisata;e. kelautan dan perikanan;f. perdagangan;g. perindustrian; danh. transmigrasi.

(4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidangtertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerahyang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentukprogram dan kegiatan yang dikiasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

Pasal 33

Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan danketerpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:a. pelayanan umum;b. ketertiban dan ketentraman;c. ekonomi;d. lingkungan hidup;e. perumahan dan fasilitas umum;f. kesehatan;g. pariwisata dan budaya;h. pendidikan; dani. perlindungan sosial.

Pasal 34Klasifikasi belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.

Pasal 35Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24ayat (2) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Pasal 36

(1) Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)terdiri dari:a. belanja tidak langsung; danb. belanja langsung.

(2) Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf amerupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung denganpelaksanaan program dan kegiatan.

(3) Kelompok belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakanbelanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dankegiatan.

Page 145: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

20

Paragraf 1Belanja Tidak Langsung

Pasal 37

Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf adibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:a. belanja pegawai;b. bunga;c. subsidi;d. hibah;e. bantuan sosial;f. belanja bagi basil;g. bantuan keuangan; danh. belanja tidak terduga.

Pasal 38

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a merupakan belanjakompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikankepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangankepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yangditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan dianggarkan dalam belanjapegawai.

Pasal 39

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negerisipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuankeuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam rangkapeningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau tempat bertugasatau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja.

(3) Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikantugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.

(4) Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnyaberada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.

(5) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada padalingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.

(6) Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memilikiketrampilan khusus dan langka.

(7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya dinilaimempunyai prestasi kerja.

(8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Page 146: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

21

Pasal 40

Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b digunakan untukmenganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah,dan jangka panjang.

Pasal 41

(1) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c digunakan untukmenganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agarharga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

(2) Perusahaan/lembaga tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahperusahaan/lembaga yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umummasyarakat.

(3) Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaanpengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(4) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, penerima subsidi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaandana subsidi kepada kepala daerah.

(5) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan sesuai dengankeperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah tentangAPBD yang peraturan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepaladaerah.

Pasal 42

(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf d digunakan untukmenganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepadapemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/ peroranganyang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

(2) Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerahtelah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standarpelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.

(3) Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut tidakmempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang bersangkutan tetapibermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dan/atau kelompokmasyarakat/perorangan.

(4) Pemberian hibah dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telahmemenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayananminimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(5) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapatdiberikan kepada pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturanperundang-undangan.

Pasal 43

(1) Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraanfungsi pemerintahan di daerah.

(2) Hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanankepada masyarakat.

Page 147: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

22

(3) Hibah kepada pemerintah daerah Iainnya bertujuan untuk menunjang peningkatanpenyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar umum.

(4) Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraanpembangunan daerah.

Pasal 44

(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidakmengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratanyang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

(2) Belanja hibah kepada pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN, serta hibahkepada pemerintah daerah Iainnya dan kepada perusahaan daerah,badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan dikeloladengan mekanisme APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 45

(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untukmenganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepadamasyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terusmenerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasanperuntukan penggunaannya.

(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalamupaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam bentukuang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seiuruh kebutuhanbelanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan minimum yang ditetapkandalam peraturan perundang-undangan.

(4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.

Pasal 46

Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf f digunakan untukmenganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepadakabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatanpemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan ketentuanperundang-undangan.

Pasal 47

(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam- Pasal 37 huruf g digunakan untukmenganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsikepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya ataudari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerahIainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahdaerah/pemerintah desa penerima bantuan.

(3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberibantuan.

Page 148: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

23

(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapatmensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatandan belanja desa penerima bantuan.

Pasal 48

(1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h merupakanbelanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang sepertipenanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakansebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahunsebelumnya yang telah ditutup.

(2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu untuktanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitaspenyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman danketertiban masyarakat di daerah.

(3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telahditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan buktibukti yangsah.

Pasal 49

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dianggarkan padabelanja organisasi berkenaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagihasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h hanyadapat dianggarkan pada belanja SKPKD.

Paragraf 2Belanja Langsung

Pasal 50

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (1) huruf b dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:a. belanja pegawai;b. belanja barang dan jasa; danc. belanja modal.

Pasal 51

Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a untuk pengeluaranhonorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Pasal 52

(1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakanuntuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12(duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatanpemerintahan daerah.

(2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa sebagaimana dimaksud padaayat (1) mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premiasuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewarumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewaperlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

Page 149: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

24

atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

Pasal 53

(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untukpengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunanaset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untukdigunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan danmesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

(2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar hargabeli/bangun aset.

(3) Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untukmemperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

Pasal 54

Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanjamodal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah dianggarkan padabelanja SKPD berkenaan.

Bagian KelimaSurplus/(Defisit) APBD

Pasal 55

Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerahmengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.

Pasal 56

(1) Surplus APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaranpendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

(2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang,penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintahpusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.

(3) Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yangdianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya melaksanakanprogram dan kegiatan tersebut.

Pasal 57

(1) Defisit anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaranpendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.

(2) Batas maksimal defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman padapenetapan batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan.

(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisittersebut yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahunanggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerahyang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjamanatau penerimaan piutang.

Page 150: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

25

Pasal 58(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam

Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukanpenundaan atas penyaluran dana perimbangan.

Bagian KeenamPembiayaan Daerah

Pasal 59

Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c terdiri daripenerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pasal 60

(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);b. pencairan dana cadangan;c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;d. penerimaan pinjaman daerah;e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; danf. penerimaan piutang daerah.

(2) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:a. pembentukan dana cadangan;b. peneemaan modal (investasi) pemerintah daerah;c. pembayaran pokok utang; dand. pemberian pinjaman daerah.

Pasal 61(1) Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan

pengeluaran pembiayaan.

(2) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

Paragraf 1Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

Pasal 62

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD,pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatandaerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajibankepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa danakegiatan lanjutan.

Paragraf 2Dana Cadangan

Pasal 63(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang

penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun

Page 151: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

26

anggaran.

(2) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganperaturan daerah.

(3) Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuanpembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari danacadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan danditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaranpelaksanaan dana cadangan.

(4) Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dibahas bersamaan dengan pembahasan rancangan peraturandaerah tentang APBD.

(5) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangansebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh kepala daerah bersamaandengan penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD.

(6) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari penyisihanatas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah danpenerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkanperaturan perundang-undangan.

(7) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada rekeningtersendiri.

(8) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalamportofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftardana cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.

(9) Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahunanggaran yang berkenaan.

Pasal 64

(1) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf bdigunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening danacadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.

(2) Jumlah yang dianggarkan tersebut pada ayat (1) yaitu sesuai dengan jumlah yang telahditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.

Pasal 65

Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan kerekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dianggarkandalam belanja langsung SKPD pengguna dana cadangan berkenaan, kecuali diaturtersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Pasal 66

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaanmilik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakandengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.

Page 152: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

27

Paragraf 4Penerimaan Pinjaman Daerah

Pasal 67

Penerimaan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf ddigunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan ataspenerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.

Paragraf 5Pemberian Pinjaman daerah dan

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

Pasal 68

(1) Pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf d digunakanuntuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/ataupemerintah daerah lainnya.

(2) Penerimaan kembali pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat(1) huruf e digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yangdiberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

Paragraf 6Penerimaan Piutang Daerah

Pasal 69

Penerimaan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf f digunakanuntuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga,seperti berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank danpenerimaan piutang lainnya.

Paragraf 7Investasi Pemerintah Daerah

Pasal 70

Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf bdigunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan balkdalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pasal 71(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendahserta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.

(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup depositoberjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapatdiperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), sertifikat bankIndonesia (SBI) dan surat perbendaharaan negara (SPN).

(3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebihdari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.

(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain suratberharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badanusaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham

Page 153: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

28

pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuanmenjaga hubungan balk dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkanuntuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimilikisecara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali,seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentukpenggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMDdan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintahdaerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepadamasyarakat.

(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimilikisecara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali,seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untukdimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerahdalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja,pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitaspendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

(7) Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakandalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentangpenyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 72

(1) Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf b,dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan.

(2) Divestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada jenishasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

(3) Divestasi pemerintah daerah yang dialihkan untuk diinvestasikan kembali dianggarkandalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal (investasi) pemerintahdaerah.

(4) Penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompokpendapatan asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pasal 73

(1) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank umum dianggarkandalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal (investasi) pemerintahdaerah.

(2) Pendapatan bunga atas deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkandalam kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerahyang sah.

Paragraf 8Pembayaran Pokok Utang

Pasal 74

Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf cdigunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitungberdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Page 154: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

29

Bagian KetujuhKode Rekening Penganggaran

Pasal 75

(1) Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBDmenggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi.

(2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalampenganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kodeakun pembiayaan.

(3) Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang dicantumkandalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kode kelompok, kode jenis,kode obyek dan kode rincian obyek.

(4) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) danayat (3) dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening.

Pasal 76

Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah, kodeorganisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis, kodeobyek, dan kode rincian obyek.

Pasal 77

(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.I peraturan menteri ini.

(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakan bagian susunan kode akun keuangandaerah yang tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.

(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untukprovinsi tercantum dalam Lampiran A.III peraturan menteri ini.

(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untukkabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV peraturan menteri ini.

(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V peraturan menteri ini.

(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduanpengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalamLampiran A.VI peraturan menteri ini.

(7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah tercantumdalam Lampiran A.VII peraturan menteri ini.

(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)tercantum dalam Lampiran A.VIII peraturan menteri ini.

(9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintahdaerah, daftar program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) secaraberkala akan disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebutuhan daerah.

(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3)tercantum dalam Lampiran A.IX peraturan menteri ini.

(11) Untuk memenuhi kebutuhan objektif dan karakteristik daerah serta keselarasanpenyusunan statistik keuangan negara, perubahan dan penambahan kode rekeningrincian objek belanja dapat diatur Iebih lanjut dengan peraturan kepala daerah setelahdikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri.

Page 155: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

30

BAB IVPENYUSUNAN RANCANGAN APBD

Bagian PertamaAzas Umum

Pasal 78

(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai daridan atas beban APBD.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah didaerah didanai dari dan atas beban APBN.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkankepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi.

(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannyadilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.

Pasal 79

(1) Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah balk dalam bentuk uang,barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalamAPBD.

(2) Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukumpenganggaran.

Pasal 80

Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban pemerintahandaerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Bagian KeduaRencana Kerja Pemerintahan Daerah

Pasal 81

(1) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakanpenjabaran dari RP3MD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangkawaktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.

(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomidaerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur danpendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerahmaupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(3) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan prestasicapaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

Pasal 82

(1) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Page 156: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

31

(2) Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaranberkenaan.

(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan kepaladaerah.

(4) Tata cara penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman padaperaturan perundang-undangan.

Bagian KetigaKebijakan Umum APBD serta

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Paragraf 1Kebijakan Umum APBD

Pasal 83

(1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedomanpenyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

(2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain:a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan

pemerintah daerah;b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;c. teknis penyusunan APBD; dand. hal-hal khusus lainnya.

Pasal 84

(1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-programyang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahandaerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

(2) Program-program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselaraskan dengan prioritaspembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah.

(3) Asumsi yang mendasari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaknimempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokokkebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 85

(1) Dalam menyusun rancangan KUA sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepaladaerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

(2) Rancangan KUA yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikanoleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepaladaerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

Pasal 86(1) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2) disampaikan kepala

daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran bedalanuntuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersamapanitia anggaran DPRD.

Page 157: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

32

(3) Rancangan KUA yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnyadisepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaranberjalan.

(4) Format KUA tercantum dalam Lampiran A.X peraturan menteri ini.

Paragraf 2Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 87(1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat

(3), pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS.

(2) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapansebagai berikut:a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; danc. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.

(3) Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulanJuli tahun anggaran berjalan.

(4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh TAPD bersamapanitia anggaran DPRD.

(5) Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnyadisepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

(6) Format PPAS tercantum dalam Lampiran A.XI peraturan menteri ini.

Pasal 88(1) KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3)

dan Pasal 87 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yangditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD.

(2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabatyang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPA.

(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan KUAdan PPA dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

(4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalamLampiran A.XII peraturan menteri ini.

Bagian KeempatPenyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 89

(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1), TAPDmenyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

(2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :

a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan danpembiayaan;

Page 158: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

33

b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaansesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;

c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;d. , hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan

prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitaspenyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan

e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.

(3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaranberjalan.

Bagian KelimaRencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 90

(1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89ayat (3), kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.

(2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangkamenengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasikerja.

Pasal 91

(1) Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 90 ayat (2) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju.

(2) Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi perkiraan kebutuhananggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaranberikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.

(3) Pendekatan penganggaran terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2)dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaranpendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkandokumen rencana kerja dan anggaran.

(4) Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalamPasal 90 ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaandengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yangdiharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Pasal 92

(1) Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) dan terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepalaSKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaransebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan menilai program dan kegiatanyang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnyauntuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu)tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan.

(3) Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaianprestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang

Page 159: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

34

direncanakan.

Pasal 93

(1) Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalamPasal 90 ayat (2) berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja,analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

(2) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ukuran keberhasilan yangakan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.

(3) Capaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ukuran prestasi kerjayang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitaspelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

(4) Analisis standar belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaiankewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatukegiatan.

(5) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan harga satuansetiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan dengan keputusankepala daerah.

(6) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tolok ukurkinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakanurusan wajib daerah.

Pasal 94

(1) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) memuat rencanapendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan, sertarencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincianobjek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahunberikutnya.

(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memuat informasi tentangurusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akandicapai dari program dan kegiatan.

Pasal 95

(1) Rencana pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuatkelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yang dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkanperaturan perundang-undangan.

(2) Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah peraturandaerah, peraturan pemerintah atau undang-undang.

(3) Rencana belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat kelompokbelanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurutjenis, obyek dan rincian obyek belanja.

(4) Rencana pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuatkelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit APBDdan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yangmasing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.

(5) Urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuatbidang urusan pemerintahan daerah yang dikelola sesuai dengan tugas pokok danfungsi organisasi.

(6) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama organisasi

Page 160: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

35

atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

(7) Prestasi kerja yang hendak dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)terdiri dari indikator, tolok ukur kinerja dan target kinerja.

(8) Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama program yangakan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

(9) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) memuat nama kegiatan yangakan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

Pasal 96

(1) Indikator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) meliputi masukan, keluarandan hasil.

(2) Tolok ukur kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan ukuranprestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula dengan mempertimbangkan faktorkualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari setiap program dankegiatan.

(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan hasil yangdiharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

Pasal 97(1) Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta

belanja modal dianggarkan dalam RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.

(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga hanya dianggarkan dalam RKA-SKPD pada SKPKD.

Pasal 98

Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam RKA-SKPD pada SKPKD.

Pasal 99

(1) Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1)tercantum dalam Lampiran A.XIII peraturan menteri ini.

(2) Format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) tercantum dalamLampiran A.XIV peraturan menteri ini.

Bagian KeenamPenyiapan Raperda APBD

Pasal 100

(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahaslebih lanjut oleh TAPD.

(2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untukmenelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telahdisetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, sertacapaivn kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja,standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan

Page 161: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

36

kegiatan antar SKPD.

(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian sebagaimanadimaksud pada ayat (2) kepala SKPD melakukan penyempurnaan.

Pasal 101(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD

sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancanganperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

(2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:a. ringkasan APBD;b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,

belanja dan pembiayaan;d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan

kegiatan;e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;g. daftar piutang daerah;h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan

dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;l. daftar dana cadangan daerah; danm. daftar pinjaman daerah.

(3) Format rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampiran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XV peraturan menteri ini.

Pasal 102

(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksuddalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:a. ringkasan penjabaran APBD;b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,

kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja danpembiayaan.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib memuatpenjelasan sebagai berikut:a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif

pungutan/harga;b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan,

lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan

pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XVI peraturan menteri ini.

Pasal 103(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD

disampaikan kepada kepala daerah.

(2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 162: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

37

sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat.

(3) Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud padaayat (2) bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerahserta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.

(4) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilaksanakan olehsekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

BAB VPENETAPAN APBD

Bagian PertamaPenyampaian dan Pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 104(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta

lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahunanggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuanbersama.

(2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancanganperaturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahunanggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

(3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala daerahmenyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

(4) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disertai dengan nota keuangan.

(5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabatyang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksanatugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatanganipersetujuan bersama.

(6) Format susunan nota keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalamLampiran A.XVII peraturan menteri ini.

Pasal 105

(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD untukmendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1)disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah.

(2) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPA yangtelah disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD.

(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pembahasanprogram dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada kepaladaerah.

(4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalamLampiran A.XVIII peraturan menteri ini.

Pasal 106(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2)

tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan

Page 163: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

38

peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluansetiap bulan.

(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yangbersifat wajib.

(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakanbelanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintahdaerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaranyang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhanpendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/ataumelaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

Pasal 107(1) Rencana pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) disusun dalam

rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeribagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.

(3) Pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksudpada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dankeputusan gubernur bagi kabupaten/kota.

(4) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :a. ringkasan APBD;b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan,

kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan

kegiatan;e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;g. daftar piutang daerah;h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;I. daftar dana cadangan daerah; dan m. daftar pinjaman daerah.

(5) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksudpada ayat (4) tercantum dalam Lampiran A.XIX peraturan menteri ini.

Pasal 108

(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahansebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (3) paling lama 15 (lima belas) hari kerjaterhitung sejak DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerahterhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

(2) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) . hari kerja Menteri Dalam Negeri/gubernurtidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana

Page 164: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

39

dimaksud pada ayat (1), kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerahdimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Pasal 109

Pelampuan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran sebagaimana ditetapkan dalam Pasal106 ayat (1), hanya diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gajidan tunjangan pegawai negeri sipil serta penyediaan dana pendamping atas program dankegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerahyang ditetapkan dalam undang-undang.

Bagian KeduaEvaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan

Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Pasal 110(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama

DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelumditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulukepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD;b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah tentang

APBD; dand. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota

keuangan pada sidang DPRD.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasianantara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publikdan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD provinsi tidakbertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturandaerah lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan.

(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), MenteriDalam Negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait.

(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusanMenteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (lima betas)hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

(6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturandaerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBDsudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebihtinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah danperaturan gubemur.

(7) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancanganperaturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaranAPBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undanganyang lebih tinggi, gubemur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetapmenetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturangubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur,Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur

Page 165: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

40

dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan berlakunyapagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan denganperaturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 111

(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujuibersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBDsebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikankepada gubernur untuk dievaluasi.

(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengandokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) peraturan menteri ini.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasianantara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publikdan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidakbertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atauperaturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh kabupaten/kota bersangkutan.

(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernurdapat mengundang pejabat pemerintah daerah kabupaten/kota yang terkait.

(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusangubernur dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari kerjaterhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

(6) Apabila gubernur menetapkan pernyataan hasil evaluasi atas rancangan peraturandaerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaranAPBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undanganyang lebih tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturandaerah dan peraturan bupati/walikota.

(7) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentangAPBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD tidak sesuaidengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, danbupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD danrancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturandaerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerah danperaturan bupati/walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDtahun sebelumnya.

(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan pernyataan berlakunyapagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan denganperaturan gubernur.

Pasal 112(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaanperaturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturandaerah dimaksud.

(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganperaturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang APBD.

(3) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud

Page 166: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

41

dalam Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8) ditetapkan dengan peraturan kepaladaerah.

Pasal 113

Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepaladaerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) danPasal 111 ayat (3), berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 114(1) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (7) dan

Pasal 111 ayat (7) dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia anggaran DPRD.

(2) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinanDPRD.

(3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasarpenetapan peraturan daerah tentang APBD.

(4) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dandilaporkan pada sidang paripurna berikutnya.

(5) Sidang paripurna berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yakni setelah sidangparipurna pengambilan keputusan bersama terhadap rancangan peraturan daerahtentang APBD.

(6) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepadaMenteri Dalam Negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBDkabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut ditetapkan.

(7) Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk danditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yangmenandatangani keputusan pimpinan DPRD.

Pasal 115

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerahkabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentangpenjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Bagian KetigaPenetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan

Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Pasal 116

(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadiperaturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaranAPBD.

(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan palinglambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ,ditunjuk danditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepaladaerah yang menetapkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD.

Page 167: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

42

(4) Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepaladaerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dangubernur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

(5) Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XX peraturan menteri ini.

(6) Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XXI peraturanmenteri ini.

(7) Jadwal penyusunan APBD tercantum dalam Lampiran A.XXII peraturan menteri ini.

BAB VIPENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD

BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD

Pasal 117

(1) Untuk sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan dengan kebijakanpemerintah dibidang keuangan negara dan menjaga kelangsungan penyelenggaraanpemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan masyarakat, kepala daerahmenyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS.

(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan kepada gubernur bagikabupaten/kota.

(3) KUA dan rancangan PPA yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman penyusunanRKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 peraturan menteri ini.

Pasal 118

Penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (3) berlakuketentuan Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97,Pasal 98 dan Pasal 99.

Pasal 119

(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada PPKD sebagaibahan penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagiprovinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (4) dan ayat (5).

Pasal 120

(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahansebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerjaterhitung sejak KUA dan PPA dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri bagiprovinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.

(2) Pengesahan atas rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (3).

Page 168: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

43

Pasal 121

Peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2)dijadikan dasar penyusunan DPA-SKPD untuk pelaksanaan APBD.

BAB VIIPELAKSANAAN APBD

Bagian PertamaAzas Umum Pelaksanaan APBD

Pasal 122(1) Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

(2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatandaerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuanyang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecualiditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerahpaling lama 1 (satu) hari kerja.

(5) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan baths tertinggi untuk setiappengeluaran belanja.

(6) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluarantersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.

(7) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan jika dalam keadaandarurat, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/ataudisampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

(8) Kriteria keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

(9) Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuktujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.

(10) Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisiendan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KeduaDokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

Paragraf 1Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

Pasal 123

(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan,memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.

(2) Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merinci sasaran yanghendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran

Page 169: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

44

tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yangdiperkirakan.

(3) Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam)hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Format DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran B.Iperaturan menteri ini.

Pasal 124

(1) TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPDpaling lama 15 (lima betas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD.

(2) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD mengesahkanrancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.

(3) DPA-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikankepada kepala SKPD, satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan PemeriksaKeuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

(4) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasarpelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/penggunabarang.

Paragraf 2Anggaran Kas

Pasal 125(1) Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran kas

SKPD.

(2) Rancangan anggaran kas SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikankepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.

(3) Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan denganpembahasan DPA-SKPD.

Pasal 126(1) PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur

ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuaidengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telahdisahkan.

(2) Anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perkiraan arus kas masukyang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan gunamendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

(3) Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam peraturankepala daerah.

(4) Format anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.IIperaturan menteri ini.

Page 170: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

45

Bagian KetigaPelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Pasal 127

(1) Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.

(2) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 128(1) Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan

pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

(2) SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturandaerah.

Pasal 129Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa punyang dapat dinilai dengan uang, balk secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatanbunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran padabank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnyamerupakan pendapatan daerah.

Pasal 130(1) Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan membebankan pada

pendapatan yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalamtahun yang sama.

(2) Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnyadibebankan pada belanja tidak terduga.

(3) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus didukungdengan bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 131Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sahdilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

Bagian KeempatPelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Pasal 132

(1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yanglengkap dan sah.

(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabatyang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul daripenggunaan bukti dimaksud.

(3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelumrancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalamlembaran daerah.

(4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk belanjayang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturankepala daerah.

Page 171: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

46

(5) Belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib sebagaimana dimaksudpada ayat (4) berlaku ketentuan dalam Pasal 106 ayat (3) dan ayat (4).

Pasal 133

(1) Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), dan Pasal 47ayat (1) dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.

(2) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawabatas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada kepala daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, danbantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam peraturankepala daerah.

Pasal 134

(1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBDuntuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencanasosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahunsebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dandiberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusandimaksud ditetapkan.

(2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelahmempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang tindihpendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari anggaran pendapatandan belanja negara.

(3) Pimpinan instansi/lembaga penerima dana tanggap darurat bertanggungjawab ataspenggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaankepada atasan langsung dan kepala daerah.

(4) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk tanggapdarurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepaladaerah.

Pasal 135

Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekeningkas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi ataupos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 136

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa penggunaanggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

Page 172: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

47

Bagian KelimaPelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Paragraf 1Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tabun Sebelumnya

Pasal 137Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaanpembiayaan yang digunakan untuk:a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi

belanja;b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum

diselesaikan.

Pasal 138

(1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud dalamPasal 137 huruf b didasarkan pada DPA-SKPD yang telah disahkan kembali oleh PPKDmenjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya.

(2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaankegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat pertengahanbulan Desember tahun anggaran berjalan.

(3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD setelah terlebih dahulu dilakukanpengujian sebagai berikut:a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D atas

kegiatan yang bersangkutan;b. sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D; danc. SP2D yang belum diuangkan.

(4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikandasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.

(5) Format DPAL-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.III peraturan menteri ini.

Paragraf 2Dana Cadangan

Pasal 139(1) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan

pemerintah daerah yang dikelola oleh BUD.

(2) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan laindiluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan danacadangan.

(3) Program dan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untukmelaksanakan program dan kegiatan.

(4) Untuk pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) danacadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah.

(5) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling tinggi sejumlah pagudana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalamtahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerahtentang pembentukan dana cadangan.

Page 173: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

48

(6) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan surat perintahpemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

(7) Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah selesaidilaksanakan dan target kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang masihtersisa pada rekening dana cadangan, dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah.

Pasal 140(1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum

digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalamportofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.

(2) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalamportofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menambah jumlah dana cadangan.

(3) Portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. deposito;b. sertifikat bank indonesia (SBI);c. surat perbendaharaan negara (SPN);d. surat utang negara (SUN); dane. surat berharga Iainnya yang dijamin pemerintah.

(4) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana cadangandiperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/ kegiatan Iainnya.

Paragraf 3Investasi

Pasal 141

(1) Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal(investasi) daerah.

(2) Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan ivestasi dicatat pada rekening penjualankekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

Paragraf 4Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Pasal 142(1) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas

umum daerah.

(2) Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.

(3) Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh dijadikanjaminan pinjaman daerah.

(4) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekatdalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah.

Pasal 143

Kepala SKPKD melakukan penatausahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah.

Pasal 144

(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajibanpinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir semester

Page 174: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

49

tahun anggaran berjalan.

(2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri atas:a. jumlah penerimaan pinjaman;b. pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); danc. sisa pinjaman.

Pasal 145(1) Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah

yang telah jatuh tempo.

(2) Apabila anggaran yang tersedia dalam APBD/perubahan APBD tidak mencukupi untukpembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1), kepala daerah dapat melakukan pelampauan pembayaran mendahuluiperubahan atau setelah perubahan APBD.

Pasal 146

(1) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebelumperubahan APBD dilaporkan kepada DPRD -dalam pembahasan awal perubahanAPBD.

(2) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah setelahperubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi anggaran.

Pasal 147

(1) Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dan/atauobligasi daerah yang jatuh tempo.

(2) Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanjabunga.

(3) Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanjabunga.

(4) Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening cicilanpokok utang yang jatuh tempo.

Pasal 148(1) Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

(2) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnyamengatur mengenai:a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan

pengendalian resiko;b. perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman daerah;c. penerbitan obligasi daerah;d. penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau tanpa lelang;e. pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo;f. pelunasan; dang. aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder

obligasi daerah.

(3) Penyusunan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Page 175: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

50

Paragraf 5Piutang Daerah

Pasal 149

(1) Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.

(2) PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerahyang menjadi tanggung jawab SKPD.

Pasal 150(1) Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh

tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerahmerupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

Pasal 151(1) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan

dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya diaturtersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secaramutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturanperundang-undangan.

(3) Penghapusan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:a. kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)b. kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah Iebih dari

Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 152

(1) Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah.

(2) Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan.

(3) Format surat penagihan piutang daerah, surat penagihan berulang piutang daerah,register surat penagihan piutang daerah, dan register surat penagihan berulang piutangdaerah tercantum dalam Lampiran B.IV peraturan menteri ini.

(4) Jadwal pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran B.V peraturan menteri ini.

Pasal 153(1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada kepala

daerah.

(2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan buktipenerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.

Page 176: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

51

BAB VIIIPERUBAHAN APBD

Bagian PertamaDasar Perubahan APBD

Pasal 154

(1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit

organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus

digunakan dalam tahun berjalan;d. keadaan darurat; dane. keadaan luar biasa.

(2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran,kecuali dalam keadaan luar biasa.

Bagian KeduaKebijakan Umum serta Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD

Pasal 155

(1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUAsebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinyapelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanjadaerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA.

(2) Kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahanAPBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a ke dalam rancangankebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD.

(3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan mengenai:a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya;b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan

APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaranberjalan;

c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahanAPBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan

d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalamperubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.

(4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat minggupertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.

(5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadikebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling lambat minggukedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

(6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang perubahanAPBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindariadanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan peraturandaerah tentang perubahan APBD.

Page 177: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

52

(7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat(5) tercantum dalam Lampiran C.I peraturan menteri ini.

(8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (5)tercantum dalam Lampiran C.II peraturan menteri ini.

Pasal 156

(1) Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakatisebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalamnota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinanDPRD.

(2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalamLampiran C.III peraturan menteri ini.

Pasal 157

(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1),TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedomanpenyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteriaDPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagaiacuan bagi kepala SKPD.

(2) Rancangan surat edaran kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup:

a. PPA perubahan APBD yang dialokasikan untuk program baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD berikut rencana pendapatan danpembiayaan;

b. sinkronisasi program dan kegiatan SKPD dengan program nasional dan antarprogram SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayananminimal yang ditetapkan;

c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPA-SKPD yang telah diubahkepada PPKD;

d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyusunananggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan

e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum perubahan APBD, PPAperubahan APBD, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan/atau DPPASKPD,standar analisa belanja dan standar harga.

(3) Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubahsebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh kepala daerah paling lambatminggu ketiga bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

Pasal 158

Tata cara penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1)berlaku ketentuan dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal96, Pasal 97, Pasal 98, dan Pasal 99.

Pasal 159

(1) Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dapat berupapeningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yangtelah ditetapkan semula.

(2) Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan dalam format dokumen

Page 178: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

53

pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPPA-SKPD).

(3) Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, obyek,dan rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukanperubahan maupun setelah perubahan.

(4) Format DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam LampiranC.IV peraturan menteri ini.

Bagian KetigaPergeseran Anggaran

Pasal 160

(1) Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanjasebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf b serta pergeseran antar obyekbelanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-SKPD.

(2) Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukanatas persetujuan PPKD.

(3) Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan ataspersetujuan sekretaris daerah.

(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukandengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaidasar pelaksanaan, untuk selanjutnya dianggarkan dalam rancangan peraturan daerahtentang perubahan APBD.

(5) Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dapatdilakukan dengan cara merubah peraturan daerah tentang APBD.

(6) Anggaran yang mengalami perubahan baik berupa penambahan dan/atau penguranganakibat pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dijelaskan dalam kolomketerangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD.

(7) Tata cara pergeseran sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) diatur dalamperaturan kepala daerah.

Bagian KeempatPenggunaan Saldo Anggaran Lebih Tabun Sebelumnya

Dalam Perubahan APBD

Pasal 161

(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahunanggaran sebelumnya.

(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakandalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pas& 154 ayat (1) huruf cdapat berupa:a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui

anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalamPasal 145 ayat (2);

b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;d. mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138;e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai

dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

Page 179: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

54

f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yangtelah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapatdiselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahunanggaran berjalan.

(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf fdiformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalamDPAL-SKPD.

(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

Bagian KelimaPendanaan Keadaan Darurat

Pasal 162

(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat

diprediksikan sebelumnya;b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dand. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang

disebabkan oleh keadaan darurat.

(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belumtersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.

(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak terduga.

(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program

dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/ataub. memanfaatkan uang kas yang tersedia.

(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk belanja untuk keperluanmendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (5)mencakup:a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum

tersedia dalam tahun anggaran berjalan; danb. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian

yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahunanggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diformulasikanterlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintahdaerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan

Page 180: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

55

pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

(10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahanDPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.

(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan daruratsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih dahulu ditetapkan denganperaturan kepala daerah.

Bagian KeenamPendanaan Keadaan Luar Biasa

Pasal 163

(1) Keadaan Iuar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf emerupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluarandalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluhpersen).

(2) Persentase 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanselisih (gap) kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.

Pasal 164

(1) Dalam hal kejadian Iuar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBDmengalami peningkatan Iebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksuddalam Pasal 163 ayat (1), dapat dilakukan penambahan kegiatan baru dan/ataupenjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan dalamtahun anggaran berjalan.

(2) Penambahan kegiatan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikanterlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

(3) Penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPASKPD.

(4) RKA-SKPD dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahankedua APBD.

Pasal 165

(1) Dalam hal kejadian Iuar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBDmengalami penurunan lebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud dalamPasal 163 ayat (1), maka dapat dilakukan penjadwalan ulang/pengurangan capaiantarget kinerja program dan kegiatan Iainnya dalam tahun anggaran berjalan.

(2) Penjadwalan ulang/pengurangan capaian target sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diformulasikan ke dalam DPPA-SKPD.

(3) DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasarpenyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan kedua APBD.

Bagian KetujuhPenyiapan Raperda Perubahan APBD

Pasal 166

(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan

Page 181: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

56

dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD disampaikankepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

(2) Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD danDPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kebijakan umum perubahanAPBD serta PPA perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan atau yang telahdisetujui dan dokumen perencanaan Iainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja,standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang memuat program dankegiatan yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD terdapat ketidaksesuaiandengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SKPD melakukanpenyempurnaan.

Pasal 167

(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akandianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD,disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

(2) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akandianggarkan dalam perubahan APBD yang telah dibahas TAPD, dijadikan bahanpenyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancanganperaturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD oleh PPKD.

Bagian KedelapanPenetapan Perubahan APBD

Paragraf 1Rancangan Peraturan Daerah tentang

Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan'Kepala Daerahtentang Penjabaran Perubahan APBD

Pasal 168

Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan peraturan kepala daerahtentang penjabaran perubahan APBD yang disusun oleh PPKD memuat pendapatan,belanja dan pembiayaan yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalamiperubahan.

Pasal 169

(1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalamPasal 168 terdiri dari rancangan peraturan daerah teritang perubahan APBD besertalampirannya.

(2) Lampiran rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiridari:a. ringkasan perubahan APBD;b. ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;c. rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

pendapatan, belanja dan pembahyaan;d. rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

program dan kegiatan;e. rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;f. daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

Page 182: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

57

g. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan dengan peraturandaerah terdiri dari:1) laporan realisasi anggaran yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1

(satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;2) neraca yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun terakhir

sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;3) laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun

terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;4) catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1

(satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;h. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan

dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; dani. daftar pinjaman daerah.

(3) Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD beserta lampiransebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.V peraturan menteriini.

Pasal 170

(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (2) terdiri dari rancangan peraturankepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD beserta Iampirannya.

(2) Lampiran rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri dari:a. ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan

pembiayaan daerah; danb. penjabaran perubahan APBD menurut organisasi, program, kegiatan, kelompok,

jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBDbeserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.VIperaturan menteri ini.

Pasal 171(1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD yang telah disusun oleh PPKD

disampaikan kepada kepala daerah.

(2) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebelum disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD disosialisasikankepada masyarakat.

(3) Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimanadimaksud pada ayat (2) bersifat memberikan infomiasi mengenai hak dan kewajibanpemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan perubahan APBD tahunanggaran yang direncanakan.

(4) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dilaksanakanoleh sekretariat daerah.

Paragraf 2Penyampaian, Pembahasan dan Penetapan

Raperda Perubahan APBD

Pasal 172

(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD,beserta Iampirannya kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan September tahun

Page 183: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

58

anggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disertai dengan nota keuangan perubahan APBD.

(3) DPRD menetapkan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(4) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada kebijakan umumperubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakati antara kepaladaerah dan pimpinan DPRD.

(5) Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui rancangan peraturan daerah tentangperubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 3 (tiga) bulansebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

(6) Format susunan nota keuangan perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat(2) tercantum dalam Lampiran C.VII peraturan menteri ini.

(7) Format persetujuan bersama rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.VIII peraturanmenteri ini.

(8) Jadwal perubahan APBD tercantum dalam Lampiran C.XIX peraturan menteri ini.

Paragraf 3Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan

Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD

Pasal 173

(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahanAPBD provinsi dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahanAPBD provinsi menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur berlaku ketentuanPasal 110 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).

(2) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancanganperaturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan gubernurtentang penjabaran perubahan APBD bertentangan dengan kepentingan umum danperaturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukanpenyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasilevaluasi.

(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernurtetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD danrancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD menjadiperaturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkanperaturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan tidakdiperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap berlaku APBD tahun anggaranberjalan.

(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan berlakunyaAPBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan denganKeputusan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 174

(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahanAPBD kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaranperubahan APBD kabupaten/kota menjadi peraturan daerah dan peraturanbupati/walikota berlaku ketentuan Pasal 111 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).

Page 184: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

59

(2) Dalam hal Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentangAPBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD tidak sesuaidengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, danbupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahanAPBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBDmenjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkanperaturan daerah dan peraturan bupati/walikota dimaksud, sekaligus menyatakan tidakdiperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap berlaku APBD tahun anggaranberjalan.

(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota serta pernyataanberlakunya APBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkandengan keputusan gubernur.

Pasal 175(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

173 ayat (4) dan Pasal 174 ayat (4), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaanperaturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturandaerah dimaksud.

(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganperaturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

Pasal 176

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerahkabupaten/kota tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentangpenjabaran perubahan APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 177

Tata cara penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (2)dan Pasal 174 ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 113.

Paragraf 4Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD

Pasal 178

(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang perubahan APBDditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancanganDPA-SKPD terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam perubahan APBD.

(2) DPA-SKPD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus disalinkembali ke dalam Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah (DPPA-SKPD).

(3) Dalam DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap rincian obyekpendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau penguranganatau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlahanggaran baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah dilakukan perubahan.

(4) DPPA-SKPD dapat dilaksanakan setelah dibahas TAPD, dan disahkan oleh PPKDberdasarkan persetujuan sekretaris daerah.

Page 185: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

60

BAB IXPENGELOLAAN KAS

Bagian PertamaPengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Pasal 179(1) BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas

daerah.

(2) Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUD membukarekening kas umum daerah pada bank yang sehat.

(3) Penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengankeputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD.

Pasal 180

Untuk mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas kepadaSKPD atau masyarakat, BUD dapat membuka rekening penerimaan dan rekeningpengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh kepala daerah.

Pasal 181

(1) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 digunakan untukmenampung penerimaan daerah setiap hari.

(2) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir harikerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah.

Pasal 182

(1) Rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 diisi dengan danayang bersumber dari rekening kas umum daerah.

(2) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan dalamAPBD.

Bagian KeduaPengelolaan Kas Non Anggaran

Pasal 183(1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang

tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintahdaerah.

(2) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:a. potongan Taspen;b. potongan Askes;c. potongan PPh;d. potongan PPN;e. penerimaan titipan uang muka;f. penerimaan uang jaminan; dang. penerimaan lainnya yang sejenis.

(3) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:a. penyetoran Taspen;b. penyetoran Askes;

Page 186: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

61

c. penyetoran PPh;d. penyetoran PPN;e. pengembalian titipan uang muka;f. pengembalian uang jaminan; dang. pengeluaran lainnya yang sejenis.

(4) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan sebagaipenerimaan perhitungan fihak ketiga.

(5) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sebagai pengeluaranperhitungan fihak ketiga.

(6) Informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dan ayat (3) disajikan dalam laporan arus kas aktivitas non anggaran.

(7) Penyajian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan StandarAkuntansi Pemerintahan.

(8) Tata cara pengelolaan kas non anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam peraturan kepala daerah.

BAB XPENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian PertamaAzas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 184(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran

dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerahwajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengansurat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaanAPBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul daripenggunaan surat bukti dimaksud.

Bagian KeduaPelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 185

(1) Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;e. bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;f. bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja

hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja bantuan keuangan, belanjatidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPKD;

g. bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD;dan

h. pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.

(2) Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa penggunabarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai dengan

Page 187: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

62

kebutuhan.

(3) Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, didelegasikanoleh kepala daerah kepada kepala SKPD.

(4) Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:a. PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada

SKPD;b. PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu

program sesuai dengan bidang tugasnya;c. pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan

daerah;d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti

penerimaan lainnya yang sah; dane. pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.

(5) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilaksanakansebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.

Pasal 186(1) Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan

bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu bendahara.

(2) Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakanfungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen penerimaan

(3) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakanfungsi sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang atau pengurusan gaji.

Bagian KetigaPenatausahaan Penerimaan

Pasal 187

(1) Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yangditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.

(2) Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilakukan-dengan cara:a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak

ketiga; danc. disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.

(3) Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh pihakketiga kepada bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf - cditerbitkan dan disahkan oleh PPKD.

Pasal 188

Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dantransportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran sebagaimana dimaksud dalamPasal 187 ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Pasal 189(1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh

penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan:

Page 188: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

63

a. buku kas umum;b. buku pembantu per rincian objek penerimaan; danc. buku rekapitulasi penerimaan harian.

(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud padaayat (2) menggunakan:a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);b. surat ketetapan retribusi (SKR);c. Surat tanda setoran (STS);d. surat tanda bukti pembayaran; dane. bukti penerimaan lainnya yang sah.

(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secaraadministratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya denganmenyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada penggunaanggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulanberikutnya.

(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsionalatas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikanlaporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambattanggal 10 bulan berikutnya.

(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) danayat (5) dilampiri dengan:a. buku kas umum;b. buku pembantu per rincian objek penerimaan;c. buku rekapitulasi penerimaan harian; dand. bukti penerimaan lainnya yang sah.

(7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporanpertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud padaayat (5).

(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalamrangka rekonsiliasi penerimaan.

(9) Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud padaayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.

(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan bukurekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalamLampiran D.I peraturan menteri

(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda setoran,dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantumdalam Lampiran D.II peraturan menteri ini.

(12) Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagaimana dimaksudpada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.III peraturan menteri ini.

Pasal 190(1) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi geografis

wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar kewajibannya langsungpada badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakansebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan, dapat ditunjuk bendaharapenerimaan pembantu.

(2) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadapseluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung

Page 189: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

64

jawabnya.(3) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan:

a. buku kas umum; danb. buku kas penerimaan harian pembantu.

(4) Bendahara penerimaan pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) menggunakan:

a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);b. surat ketetapan retribusi (SKR);c. surat tanda setoran (STS);d. surat tanda bukti pembayaran; dane. bukti penerimaan lainnya yang sah.

(5) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabanpenerimaan kepada bendahara penerimaan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

(6) Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan verifikasi,evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan.

(7) Format buku kas penerimaan harian pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf b tercantum dalam Lampiran D.IV peraturan menteri ini.

Pasal 191(1) Kepala daerah dapat menunjuk bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang

bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan.

(2) Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada ayat(1) menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah palinglama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.

(3) Atas pertimbangan kondisi geografis yang sulit dijangkau dengan komunikasi dantransportasi, dapat melebihi ketentuan batas waktu penyetoran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

(4) Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada ayat(1) mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada kepaladaerah melalui BUD.

(5) Tata cara penyetoran dan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2),ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Pasal 192(1) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke

rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kastersebut diterima.

(2) Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawabkan bukti penerimaan danbukti penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendaharapenerimaan.

Pasal 193

Pengisian dokumen penatausahaan penerimaan dapat menggunakan aplikasi komputerdan/atau alat elektronik lainnya.

Pasal 194

Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara

penerimaan tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untukmelakukan penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab

Page 190: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

65

bendahara penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 _(tiga) bulan, harus ditunjuk

pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima;c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakan

tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti darijabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkanpenggantinya.

Pasal 195

Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan tercantum dalam Lampiran D.Vperaturan menteri ini.

Bagian KeempatPenatausahaan Pengeluaran

Paragraf 1Penyediaan Dana

Pasal 196

(1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkanSPD.

(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD untukditandatangani oleh PPKD.

Pasal 197

(1) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lainyang dipersamakan dengan SPD.

(2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.VIperaturan menteri ini.

Paragraf 2Permintaan Pembayaran

Pasal 198(1) Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 197 ayat (1), bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepadapengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dand. SPP Langsung (SPP-LS).

(3) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf cdilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai dengan jenis belanja.

Pasal 199(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran

untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaranmelalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan.

Page 191: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

66

(2) Dokumen SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. surat pengantar SPP-UP;b. ringkasan SPP-UP;c. rincian SPP-UP;d. salinan SPD;e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakanuntuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;dan

f. lampiran lain yang diperlukan.

Pasal 200(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran

untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaranmelalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.

(2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. surat pengantar SPP-GU;b. ringkasan SPP-GU;c. rincian SPP-GU;d. surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas

penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;e. salinan SPD;f. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakanuntuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasaBUD; dan

g. lampiran lain yang diperlukan.

(3) Format surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d tercantum dalam Lampiran D.VIIperaturan menteri ini.

Pasal 201

Ketentuan batas jumlah SPP-UP dan SPP-GU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199dan Pasal 200 ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Pasal 202(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran

untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaranmelalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.

(2) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. surat pengantar SPP-TU;b. ringkasan SPP-TU;c. rincian SPP-TU;d. salinan SPD;e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakanuntuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepadakuasa BUD;

f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uangpersediaan; dan

g. lampiran lainnya.

(3) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan

Page 192: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

67

memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam peraturankepala daerah.

(4) Dalam hal Jana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisatambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah.

(5) Format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f tercantum dalamLampiran D.VIII peraturan menteri ini.

Pasal 203(1) Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1) dan Pasal 202 ayat (1) digunakan dalam rangkapelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.

(2) Format draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (2) huruf e, Pasal 200 ayat (2) huruf f,dan Pasal 202 ayat (2) huruf e tercantum dalam Lampiran D.IX peraturan menteri ini.

Pasal 204(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan

serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dilakukan olehbendahara pengeluaran guna memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasapengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

(2) Dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri dari:a. surat pengantar SPP-LS;b. ringkasan SPP-LS;c. rincian SPP-LS; dand. lampiran SPP-LS.

(3) Lampiran dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penghasilanlainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup:

a. pembayaran gaji induk;b. gaji susulan;c. kekurangan gaji;d. gaji terusan;e. uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji susulan/ f.

kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;f. SK CPNS;g. SK PNS;h. SK kenaikan pangkat;i. SK jabatan;j. kenaikan gaji berkala;k. surat pernyataan pelantikan;l. surat pernyataan masih menduduki jabatan;m. surat pernyataan melaksanakan tugas;n. daftar keluarga (KP4);o. fotokopi surat nikah;p. fotokopi akte kelahiran;q. surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;r. daftar potongan sewa rumah dinas;s. surat keterangan masih sekolah/kuliah;t. surat pindah;u. surat kematian;v. SSP PPh Pasal 21; danw. peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota DPRD

Page 193: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

68

serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.

(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Pasal 205

(1) PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untukdisampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaanpembayaran.

(2) Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri dari:a. surat pengantar SPP-LS;b. ringkasan SPP-LS;c. rincian SPP-LS; dand. lampiran SPP-LS.

(3) Lampiran dokumen SPP-LS. untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf d mencakup:a. salinan SPD;b. salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;c. SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak dan

wajib pungut;d. surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihakketiga;

e. berita acara penyelesaian pekerjaan;f. berita acara serah terima barang dan jasa;g. berita acara pembayaran;h. kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK sertai

disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;i. surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau

lembaga keuangan non bank;j. dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian

atau seluruhnya bersumber dari penerusan pirrjaman/hibah luar negeri;k. berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur

panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa;l. surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar

wilayah kerja;m. surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila

pekerjaan mengalami keterlambatan;n. foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;o. potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat

pemberitahuan jamsostek); danp. khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya

personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri denganbukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan buktipenyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkanrincian dalam surat penawaran.

(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa sebagaimanadimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.

(5) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)tidak lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaanbarang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.

(6) Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)kepada pengguna anggaran setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh

Page 194: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

69

persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

Pasal 206(1) Permintaan pembayaran untuk suatu kegiatan dapat terdiri dari SPP-LS dan/atau SPP-

UP/GU/TU.

(2) SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran langsung kepadapihak ketiga berdasarkan kontrak dan/atau surat perintah kerja setelah diperhitungkankewajiban pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) SPP-LS belanja barang dan jasa untuk kebutuhan SKPD yang bukan pembayaranlangsung kepada pihak ketiga dikelola oleh bendahara pengeluaran.

(4) SPP-UP/GU/TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran pengeluaranlainnya yang bukan untuk pihak ketiga.

Pasal 207

Format dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS sebagaimana dimaksud dalamPasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1), Pasal 202 ayat (1), Pasal 204 ayat (1), Pasal 205ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.X peraturan menteri ini.

Pasal 208

Permintaan pembayaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,bantuan keuangan, dan pembiayaan oleh bendahara pengeluaran SKPKD dilakukandengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD melalui PPK-SKPKD.

Pasal 209

(1) Dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam menatausahakanpengeluaran permintaan pembayaran mencakup:a. buku kas umum;b. buku simpanan/bank;c. buku pajak;d. buku panjar;e. buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek; danf. register SPP-UP/GU/TU/LS.

(2) Dalam rangka pengendalian penerbitan permintaan pembayaran untuk setiap kegiatandibuatkan kartu kendali kegiatan.

(3) Buku-buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, danhuruf f dapat dikerjakan oleh pembantu bendahara pengeluaran.

(4) Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan penerbitan SPPmencakup register SPP-UP/GU/TU/LS.

(5) Kartu kendali kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam LampiranD.XI peraturan menteri ini.

(6) Format buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai denganLampiran D.I peraturan menteri ini.

(7) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, danhuruf f, serta ayat (4) tercantum dalam Lampiran D.XII peraturan menteri ini.

Pasal 210(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPP-

Page 195: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

70

UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.

(2) Penelitian kelengkapan dokumen SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

(3) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak lengkap, PPK-SKPD mengembalikan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, danSPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi.

Paragraf 3Perintah Membayar

Pasal 211(1) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) dinyatakan

lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menerbitkan SPM.

(2) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) dinyatakantidak lengkap dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaranmenolak menerbitkan SPM.

(3) Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhalangan, yangbersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatanganiSPM.

Pasal 212

(1) Penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (1) paling lama 2 (dua)hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen SPP.

(2) Penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (2) palinglama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP.

(3) Format SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.XIIIperaturan menteri ini.

(4) Format surat penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tercantum dalam Lampiran D.XIV peraturan menteri ini.

Pasal 213

SPM yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 ayat (1) diajukankepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.

Pasal 214

(1) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh pengguna anggaran/kuasa penggunaanggaran dalam menatausahakan pengeluaran perintah membayar mencakup:a. register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS; danb. register surat penolakan penerbitan SPM.

(2) Penatausahaan pengeluaran perintah membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.XVperaturan menteri ini.

Pasal 215Setelah tahun anggaran berakhir, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dilarangmenerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.

Page 196: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

71

Paragraf 4Pencairan Dana

Pasal 216(1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampauipagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataantanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode

sebelumnya;c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti

pengeluaran yang sah dan lengkap; dand. bukti atas penyetoran PPN/PPh.

(4) Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataantanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

danb. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan

persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(6) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap,kuasa BUD menerbitkan SP2D.

(7) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidaklengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran,kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.

(8) Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yangdiberi wewenang untuk menandatangani SP2D.

(9) Format SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam D.XVI peraturanmenteri ini.

Pasal 217(1) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (6) paling lama 2 (dua)

hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.

(2) Penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (7) palinglama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.

(3) Format surat penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tercantum dalam Lampiran D.XVII peraturan menteri ini.

Pasal 218(1) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang

persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada penggunaanggaran/kuasa penggguna anggaran.

(2) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaranlangsung kepada pihak ketiga.

Page 197: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

72

PasaI 219

(1) Dokumen yang digunakan kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup:a. register SP2D;b. register surat penolakan penerbitan SP2D; danc. buku kas penerimaan dan pengeluaran

(2) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam LampiranD.XVIII peraturan menteri ini.

Paragraf 5Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

Pasal 220(1) Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan

penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepadakepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(2) Dokumen yang digunakan dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaranmencakup:a. register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);b. register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);c. surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SP));d. register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SP)); dane. register penutupan kas.

(3) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam LampiranD.XIX peraturan menteri ini.

(4) Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporanpertanggungjawaban yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup:a. buku kas umum;b. ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti

pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantumdalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud;

c. bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara; dand. register penutupan kas.

(5) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a ditutup setiap bulandengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa penggunaanggaran.

(6) Dalam hal laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telahsesuai, pengguna anggaran menerbitkdn surat pengesahan laporanpertanggungjawaban.

(7) Ketentuan batas waktu penerbitan surat pengesahan laporan pertanggungjawabanpengeluaran dan sanksi keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawabanditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

(8) Untuk tertib laporan pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran,pertanggungjawaban pengeluaran dana bulan Desember disampaikan paling lambattanggal 31 Desember.

(9) Dokumen pendukung SPP-LS dapat dipersamakan dengan bukti pertanggungjawabanatas pengeluaran pembayaran beban langsung kepada pihak ketiga.

(10) Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsionalatas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikanlaporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat

Page 198: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

73

tanggal 10 bulan berikutnya.

(11) Penyampaian pertanggungjawaban bendahara pengeluaran secara fungsionalsebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilaksanakan setelah diterbitkan suratpengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasapengguna anggaran.

(12) Format laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat(10) tercantum dalam Lampiran D.XX peraturan menteri ini.

Pasal 221

Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPK-SKPD berkewajiban:a. meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan keabsahan bukti-bukti

pengeluaran yang dilampirkan;b. menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang tercantum

dalam ringkasan per rincian obyek;c. menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per rincian obyek; dand. menguji kebenaran sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan periode

sebelumnya.

Pasal 222(1) Bendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan tingkatan

daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif Iainnya.

(2) Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadapseluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya.

(3) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran pembantu dalammenatausahakan pengeluaran mencakup:a. buku kas umum;b. buku pajak PPN/PPh; danc. buku panjar.

(4) Bendahara pengeluaran pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) menggunakan bukti pengeluaran yang sah.

(5) Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabanpengeluaran kepada bendahara pengeluaran paling fambat tanggal 5 bulan berikutnya.

(6) Laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)mencakup:a. buku kas umum;b. buku pajak PPN/PPh; danc. bukti pengeluaran yang sah.

(7) Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporanpertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6).

Pasal 223

(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melakukan pemeriksaan kas yangdikelola oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sekurangkurangnya 1(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran melakukan pemeriksaan kas yangdikelola oleh bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantusekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

(3) Pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dituangkan dalam

Page 199: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

74

berita acara pemeriksaan kas.

(4) Berita acara pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai denganregister penutupan kas sesuai dengan Lampiran D.XXI peraturan menteri ini.

Pasal 224

Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pembiayaan melakukanpenatausahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 225

Pengisian dokumen penatausahaan bendahara pengeluaran dapat menggunakan aplikasikomputer dan/atau alat elektronik lainnya.

Pasal 226

Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara

pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untukmelakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawabbendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;

b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjukpejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima;

c. apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakantugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti darijabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkanpenggantinya.

Pasal 227

Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara pengeluaran tercantum dalam LampiranD.XXII peraturan menteri ini.

Bagian KelimaPenatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan

Pasal 228

(1) Gubernur melimpahkan kewenangan kepada bupati/walikota untuk menetapkan pejabatkuasa pengguna anggaran pada SKPD kabupaten/kota yang menandatanganiSPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang melaksanakan tugaspembantuan di kabupaten/kota.

(2) Bupati/walikota melimpahkan kewenangan kepada kepala desa untuk menetapkanpejabat kuasa pengguna anggaran pada lingkungan pemerintah desa yangmenandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yangmelaksanakan tugas pembantuan di pemerintah desa.

(3) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan danatugas pembantuan provinsi di kabupaten/kota dilakukan secara terpisah dariadministrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDkabupaten/kota.

(4) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan dana

Page 200: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

75

tugas pembantuan kabupaten/kota di pemerintah desa dilakukan secara terpisah dariadministrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

Pasal 229

(1) PPTK pada SKPD kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai penanggungjawab tugaspembantuan provinsi menyiapkan dokumen SPP-LS untuk disampaikan kepadabendahara pengeluaran pada SKPD kabupaten/kota berkenaan dalam rangkapengajuan permintaan pembayaran.

(2) Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengajukan SPP-LSdisertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala SKPD berkenaan setelahditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.

(3) Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu padaketentuan dalam Pasal 205.

(4) Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertaidengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi.

(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu padaketentuan dalam Pasal 214.

(6) Kuasa BUD provinsi meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS tugas pembantuan yangdiajukan oleh kepala SKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (5) untukmenerbitkan SP2D.

Pasal 230

(1) PPTK pada kantor pemerintah desa yang ditetapkan sebagai penanggungjawab tugaspembantuan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan dokumen SPP-LS untukdisampaikan kepada bendahara pengeluaran/bendahara desa pada kantor pemerintahdesa berkenaan dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran.

(2) Bendahara pengeluaran/bendahara desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengajukan SPP-LS disertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala desaberkenaan setelah ditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.

(3) Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu padaketentuan dalam Pasal 204.

(4) Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertaidengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi ataukabupaten/kota.

(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu padaketentuan dalam Pasal 214.

(6) Kuasa BUD provinsi atau kabupaten/kota meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS tugaspembantuan yang diajukan oleh kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5)untuk menerbitkan SP2D.

Pasal 231

(1) Pedoman penatausahaan pelaksanaan pendanaan tugas pembantuan provinsi dikabupaten/kota dan desa ditetapkan dalam peraturan gubernur.

(2) Pedoman penatausahaan pelaksanaan pendanaan tugas pembantuan kabupaten/kotadi desa ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.

Page 201: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

76

BAB XIAKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Bagian PertamaSistem Akuntansi

Pasal 232(1) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi

pemerintahan daerah.

(2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokokpengelolaan keuangan daerah.

(3) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiserangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaanAPBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

(4) Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didokumentasikan dalam bentuk bukujurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar pembantu.

(5) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud padaayat (3), entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang meliputi:a. laporan realisasi anggaran;b. neraca;c. laporan arus kas; dand. catatan atas laporan keuangan.

(6) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud padaayat (3), entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi:a. laporan realisasi anggaran;b. neraca; danc. catatan atas laporan keuangan.

Pasal 233

(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:a. prosedur akuntansi penerimaan kas;b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;c. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dand. prosedur akuntansi selain kas.

(2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusundengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturanpemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintahtentang standar akuntansi pemerintahan.

Pasal 234

(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD.

(2) Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

(3) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengkoordinasikan pelaksanaansistem dan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan dan bendaharapengeluaran.

Page 202: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

77

Pasal 235

(1) Kode rekening untuk menyusun neraca terdiri dari kode akun aset, kode akunkewajiban, dan kode akun ekuitas dana.

(2) Kode rekening untuk menyusun laporan realisasi anggaran terdiri dari kode akunpendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.

(3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun denganmemperhatikan kepentingan penyusunan laporan statistik keuangan daerah/negara.

(4) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun neraca sebagaimana dimaksud padaayat (1) tercantum dalam Lampiran E.I peraturan menteri ini.

(5) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun laporan realisasi anggaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran A.II, Lampiran A.III,Lampiran A.IV, Lampiran A.VII, Lampiran A.VIII, dan Lampiran A.IX peraturan menteriini.

Pasal 236

(1) Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkaitan dengan penyelenggaraanpemerintahan daerah dicatat pada buku jurnal berdasarkan bukti transaksi yang sah.

(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara kronologis sesuaidengan terjadinya transaksi dan/atau kejadian keuangan.

Pasal 237

(1) Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam buku jurnal sebagaimanadimaksud dalam Pasal 235 ayat (1) selanjutnya secara periodik diposting ke dalam bukubesar sesuai dengan rekening berkenaan.

(2) Buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dan diringkas pada setiapakhir periode sesuai dengan kebutuhan.

(3) Saldo akhir setiap periode dipindahkan menjadi saldo awal periode berikutnya.

Pasal 238(1) Buku besar dapat dilengkapi dengan buku besar pembantu sebagai alat uji silang dan

kelengkapan informasi rekening tertentu.

(2) Buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi rincian akun yangtelah dicatat dalam buku besar.

Bagian KeduaKebijakan Akuntansi

Pasal 239(1) Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi

pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan.

(2) Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasarpengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.

(3) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnyamemuat:a. definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam laporan

keuangan;

Page 203: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

78

b. prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.

(4) Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a jugamencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi aset.

(5) Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakanpengakuan terhadap jumlah kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja modal,belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak, dan nilaiwajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga perolehan aset tetap.

(6) Kebijakan kapitalisasi aset sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan pengakuanterhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagaipenambah nilai aset tetap.

(7) Contoh format kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantumdalam Lampiran E.II peraturan menteri ini.

(8) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang diberlakukan pada setiap tahun anggaran dimuatdalam catatan atas laporan keuangan tahun anggaran berkenaan.

Pasal 240

(1) Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan pemerintahdaerah.

(2) Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yangdisampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintahdaerah.

(3) Kepala BLUD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan BLUD yangdisampaikan kepada PPKD untuk digabung ke dalam laporan keuangan pemerintahdaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Kepala BLUD sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan BLUD yangdisampaikan kepada kepala daerah dan diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai denganperaturan perundang-undangan.

Bagian KetigaAkuntansi Keuangan Daerah pada SKPD

Paragraf 1Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Pasal 241

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai daripencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan denganpenerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapatdilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 242(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 mencakup:a. surat tanda bukti pembayaran;b. STS;c. bukti transfer; dand. nota kredit bank.

(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan:

Page 204: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

79

a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah); dan/ataub. SKR; dan/atauc. bukti transaksi penerimaan kas lainnya.

Pasal 243

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi penerimaankas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 terdiri dari:a. buku jurnal penerimaan kas;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

(2) Format buku jurnal penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf atercantum dalam Lampiran E.III peraturan menteri ini.

(3) Format buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalamLampiran E.IV peraturan menteri ini.

(4) Format buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantumdalam Lampiran E.V peraturan menteri ini.

Pasal 244

Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 245

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalamPasal 242 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas denganmencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan kas berkenaan.

(2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besarrekening berkenaan.

(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 246

Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran E.VIperaturan menteri ini.

Paragraf 2Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

Pasal 247

(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai daripencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan denganpengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapatdilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

(2) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung; danb. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang persediaan/ganti uang

persediaan/tambahan uang persediaan.

Page 205: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

80

Pasal 248(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:a. SP2D; ataub. nota debet bank; atauc. bukti transaksi pengeluaran kas Iainnya.

(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:a. SPM; dan/ataub. SPD; dan/atauc. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.

Pasal 249

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansipengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:a. buku jurnal pengeluaran kas;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

(2) Format buku jurnal pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf atercantum dalam Lampiran E.VII peraturan menteri ini.

(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b dan huruf c sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteriini.

Pasal 250

Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1)dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 251

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalamPasal 248 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas.dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

(2) Secara periodik jumal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku besarrekening berkenaan.

(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 252

Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD tercantum dalam LampiranE.VIII peraturan menteri ini.

Paragraf 3Prosedur Akuntansi Aset pada SKPD

Pasal 253(1) Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas

perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadapaset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD.

Page 206: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

81

(2) Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi.

(3) Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satukriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkanefisiensi dan/atau menambah masa manfaat.

(4) Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupaperubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.

(5) Penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilaisehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

Pasal 254

(1) Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutanyang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.

(2) Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:a. metode garis lurus;b. metode saldo menurun ganda; danc. metode unit produksi.

(3) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakanpenyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaataset tetap yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.

(4) Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakanpenyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaataset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan denganperiode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.

(5) Metode unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakanpenyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaataset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.

(6) Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedomanpada peraturan perundang-undangan.

Pasal 255

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksuddalam Pasal 253 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:a. berita acara penerimaan barang;b. berita acara serah terima barang; danc. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 256

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedurakuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) mencakup:a. buku jurnal umum;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

(2) Format buku jurnal umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantumdalam Lampiran E.IX peraturan menteri ini.

(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteri ini.

Page 207: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

82

Pasal 257

Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) dilaksanakanoleh PPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.

Pasal 258

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksuddalam Pasal 255 membuat bukti memorial.

(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuatinformasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilaiaset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.

(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnalumum.

(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalambuku besar rekening berkenaan.

(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Paragraf 4Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD

Pasal 259

(1) Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai daripencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengansemua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual ataumenggunakan aplikasi komputer.

(2) Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);b. koreksi kesalahan pencatatan;c. penerimaan/pengeluaran hibah selain kas;d. pembelian secara kredit;e. retur pembelian kredit;f. pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik

daerah tanpa konsekuensi kas; dang. penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas.

(3) Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SP]) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanjamelalui mekanisme uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan.

(4) Koreksi kesalahan pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakankoreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke buku besar.

(5) Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cadalah penerimaan/pengeluaran sumber ekonomi non kas yang merupakanpelaksanaan APBD yang mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah.

(6) Pembelian secara kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakantransaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa yang akandatang.

(7) Retur pembelian kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakanpengembalian aset tetap yang telah dibeli secara kredit.

(8) Pemindahtanganan atas aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada

Page 208: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

83

ayat (1) huruf f merupakan pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga karenasuatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.

(9) Penerimaan aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf g merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruitslaag)dengan pihak ketiga.

Pasal 260

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) berupa bukti memorial yang dilampiri dengan:a. pengesahan pertanggungjawaban. pengeluaran (pengesahan SPJ);b. berita acara penerimaan barang;c. surat keputusan penghapusan barang;d. surat pengiriman barang;e. surat keputusan mutasi barang (antar SKPD);f. berita acara pemusnahan barang;g. berita acara serah terima barang; danh. berita acara penilaian.

Pasal 261

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedurakuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) mencakup:a. buku jurnal umum;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

Pasal 262

Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1)dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 263

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksuddalam Pasal 260 membuat bukti memorial.

(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuatinformasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksidan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.

(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnalumum.

(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke dalambuku besar rekening berkenaan.

(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 264

Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran E.Xperaturan menteri ini.

Page 209: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

84

Paragraf 5Laporan Keuangan pada SKPD

Pasal 265

(1) SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secaraperiodik yang meliputi:a. laporan realisasi anggaran SKPD;b. neraca SKPD; danc. catatan atas laporan keuangan SKPD.

(2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentangstandar akuntansi pemerintahan.

(3) Format laporan realisasi anggaran SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf atercantum dalam Lampiran E.XI peraturan menteri ini.

(4) Format neraca SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalamLampiran E.XII peraturan menteri ini.

(5) Format catatan atas laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c tercantum dalam Lampiran E.XIII peraturan menteri ini.

Bagian KeempatAkuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD

Paragraf 1Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD

Pasal 266

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai daripencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan denganpenerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapatdilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 267

(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 266 mencakup:a. bukti transfer;b. nota kredit bank; danc. Surat perintah pemindahbukuan.

(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:a. surat tanda setoran (STS);b. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);c. surat ketetapan retribusi (SKR);d. laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan; dane. bukti transaksi penerimaan kas lainnya.

(3) Format laporan penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf dtercantum dalam Lampiran E.XIV peraturan menteri ini.

Pasal 268

Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 266 mencakup:a. buku jurnal penerimaan kas;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

Page 210: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

85

Pasal 269

Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266 dilaksanakanoleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

Pasal 270

(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana dimaksuddalam Pasal 267 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kasdengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan kas berkenaan.

(2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besarrekening berkenaan.

(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 271

Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD tercantum dalam LampiranE.XV peraturan menteri ini.

Paragraf 2Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD

Pasal 272

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai daripencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan denganpengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapatdilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 273

(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kassebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:a. surat perintah pencairan dana (SP2D); ataub. nota debet bank.

(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:a. surat penyediaan dana (SPD);b. surat perintah membayar (SPM);c. laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran; dand. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.

(3) Format laporan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ctercantum dalam Lampiran E.XVI peraturan menteri ini.

Pasal 274

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi pengeluaran kassebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:a. buku jumal pengeluaran kas;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

Pasal 275

Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 merupakan

Page 211: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

86

fungsi akuntansi SKPKD.

Pasal 276

(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 273 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnalpengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kasberkenaan.

(2) Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku besarrekening berkenaan.

(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 277

Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD tercantum dalam LampiranE.XVII peraturan menteri ini.

Paragraf 3Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD

Pasal 278

(1) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD meliputi serangkaian proses pencatatan danpelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan,pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yangdikuasai/digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakanaplikasi komputer.

(2) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD digunakan sebagai alat pengendali dalampengelolaan aset yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

Pasal 279

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksuddalam Pasal 278 berupa bukti memorial dilampiri dengan:a. berita acara penerimaan barang;b. surat keputusan penghapusan barang;c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);d. berita acara pemusnahan barang;e. berita acara serah terima barang;f. berita acara penilaian; dang. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 280

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedurakuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 mencakup:a. buku jurnal umum;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

Pasal 281

Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 dilaksanakan oleh fungsiakuntansi pada SKPKD.

Page 212: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

87

Pasal 282

(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 279 membuat bukti memorial.

(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuatinformasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilaiaset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.

(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnalumum.

(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalambuku besar rekening berkenaan.

(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Paragraf 4Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPKD

Pasal 283(1) Prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengansemua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual ataumenggunakan aplikasi komputer.

(2) Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakupmencakup:a. koreksi kesalahan pembukuan;b. penyesuaian terhadap akun tertentu dalam rangka menyusun laporan keuangan

pada akhir tahun;c. reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap; dand. reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan dikemudian hari.

Pasal 284

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:a. berita acara penerimaan barang;b. surat keputusan penghapusan barang;c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);d. berita acara pemusnahan barang;e. berita acara serah terima barang;f. berita acara penilaian; dang. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 285

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedurakuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) mencakup:a. buku jurnal umum;b. buku besar; danc. buku besar pembantu.

Pasal 286

Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1)dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

Page 213: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

88

Pasal 287(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 284 membuat bukti memorial.

(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuatinformasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksidan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.

(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnalumum.

(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke dalambuku besar rekening berkenaan.

(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutupsebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 288

Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran E.XVIIIperaturan menteri ini.

Paragraf 5Laporan Keuangan pada SKPKD

Pasal 289(1) Kepala SKPKD menyusun dan melaporkan laporan arus kas secara periodik kepada

kepala daerah.

(2) Laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuaidengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

(3) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalamLampiran E.XIX peraturan menteri ini.

BAB XIIPERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Bagian PertamaLaporan Realisasi Semester PertamaAnggaran Pendapatan dan Belanja

Pasal 290(1) Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan

belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan prognosis untuk 6(enam) bulan berikutnya.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disiapkan oleh PPK-SKPD dandisampaikan kepada pejabat pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai laporanrealisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosisuntuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah semesterpertama tahun anggaran berkenaan berakhir.

(4) Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi semester pertama

Page 214: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

89

anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulanberikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada PPKD sebagai dasarpenyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10 (sepuluh) harikerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.

(5) Format laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPDdan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)tercantum dalam Lampiran E.XX peraturan menteri ini.

Pasal 291

PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkanseluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 ayat (4) paling lambat minggu kedua bulan Julitahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada sekretaris daerah selaku koordinatorpengelolaan keuangan daerah.

Pasal 292

Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 291 disampaikan kepada kepala daerah paling lambatminggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporanrealisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

Pasal 293(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan

berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD palinglambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan.

(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulanberikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXIperaturan menteri ini.

Bagian KeduaLaporan Tahunan

Pasal 294(1) PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan

disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporanpertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada PPKDsebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Pasal 295(1) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 294 ayat (1)

disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling lambat 2 (dua) bulan setelahtahun anggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pejabatpengguna anggaran sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yangmenjadi tanggung jawabnya.

(3) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:a. laporan realisasi anggaran;b. neraca; danc. catatan atas laporan keuangan.

(4) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat

Page 215: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

90

pernyataan kepala SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnyatelah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai danstandar akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalamLampiran E.XXII peraturan menteri ini.

Pasal 296

(1) PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara menggabungkanlaporan-laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 295 ayat (3)paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan.

(2) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah selaku koordinatorpengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawabanpelaksanaan APBD.

(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. laporan realisasi anggaran;b. neraca;c. laporan arus kas; dand. catatan atas laporan keuangan.

(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan sesuaidengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

(5) Laporan keuangan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiridengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaandaerah.

(6) Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dariringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dan laporan kinerjainterim di Iingkungan pemerintah daerah.

(7) Penyusunan laporan kinerja interim sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berpedomanpada Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai laporan kinerja interimdi lingkungan pemerintah daerah.

(8) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiridengan surat pernyataan kepala daerah yang menyatakan pengelolaan APBD yangmenjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalianintern yang memadai, sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(9) Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf atercantum dalam Lampiran E.XXIII peraturan menteri ini.

(10) Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b tercantum dalam LampiranE.XXIV peraturan menteri ini.

(11) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c sesuai denganLampiran E.XIX peraturan menteri ini.

(12) Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf dtercantum dalam Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.

(13) Format surat pernyataan kepala daerah bahwa pengelolaan APBD yang menjaditanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yangmemadai sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran E.XXVIperaturan menteri ini.

Page 216: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

91

Pasal 297

(1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296 ayat (2) disampaikan olehkepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaanpaling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(2) Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporankeuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.

Bagian KetigaPenetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Pasal 298(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulansetelah tahun anggaran berakhir.

(2) Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat laporan keuangan yang meliputi laporanrealisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, sertadilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporankeuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.

(3) Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai denganLampiran E.XXIII peraturan menteri ini.

(4) Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran E.XXIVperaturan menteri ini.

(5) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan LampiranE.XIX peraturan menteri ini.

(6) Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuaidengan Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.

(7) Format dan isi laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeritentang laporan keuangan dan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah.

(8) Format dan ikhtisar laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah sesuai denganperaturan perundang-undangan.

(9) Format rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDbeserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam LampiranE.XXVII peraturan menteri ini.

Pasal 299

(1) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat (1), BPK belum menyampaikan hasilpemeriksaan, kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD.

(2) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri denganlaporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan,dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK.

Pasal 300

(1) Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) dirinci dalam rancangan peraturan

Page 217: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

92

kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapidengan lampiran terdiri dari:a. ringkasan laporan realisasi anggaran; danb. penjabaran laporan realisasi anggaran;

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawabanpelaksanaan APBD beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantumdalam Lampiran E.XXVIII peraturan menteri ini.

(4) Jadwal pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran E.XXIXperaturan menteri ini.

Pasal 301

(1) Agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawabanpelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) ditentukan olehDPRD.

(2) Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1 (satu) bulanterhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima.

Pasal 302(1) Laporan keuangan pemerintah daerah wajib dipublikasikan.(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah laporan keuangan

yang telah diaudit oleh BPK dan telah diundangkan dalam lembaran daerah.

Bagian KeempatEvaluasi Rancangan Peraturan Daerah

tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD danPeraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Pasal 303(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentangpenjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh gubernurpaling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeriuntuk dievaluasi.

(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri DalamNegeri kepada Gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejakditerimanya rancangan dimaksud.

(3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerahtentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernurtentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengankepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernurmenetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadiperaturan daerah dan peraturan gubernur.

Pasal 304

(1) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturandaerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturangubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD bertentangan

Page 218: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

93

dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,gubernur bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(2) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetapmenetapkan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan'APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawabanpelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri DalamNegeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 305(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturanbupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelumditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepadagubernur untuk dievaluasi.

(2) Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota paling lama 15 (limabelas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan daerahkabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaranpertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikotatentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengankepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah danperaturan bupati/walikota.

Pasal 306(1) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APED dan rancangan peraturan bupati/walikotatentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tidak sesuai dengankepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(2) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, danbupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikotatentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerahdan peraturan bupati/walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturanbupati/walikota dimaksud sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Pasal 307

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah kabupaten/kotatentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikotatentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Menteri DalamNegeri.

Page 219: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

94

BAB XIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

Bagian PertamaPembinaan dan Pengawasan

Pasal 308

Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepadapemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 309

(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308 meliputi pemberian pedoman,bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.

(2) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan danpenyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah,pertanggungjawaban keuangan daerah, pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaanpengelolaan keuangan daerah.

(3) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, panatausahaan danakuntansi keuangan daerah, serta pertanggungjawaban keuangan daerah yangdilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepadaseluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.

(4) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secaraberkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD,perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah serta kepada bendahara penerimaandan bendahara pengeluaran.

Pasal 310

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 ayat (1) untuk kabupaten/kotadikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah.

Pasal 311

(1) DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi

pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telahditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

Pasal 312

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturanperundang-undangan.

Bagian KeduaPengendalian Intern

Pasal 313(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistempengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.

Page 220: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

95

(2) Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses yangdirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuanpemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi danefektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan.

(3) Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnyamemenuhi kriteria sebagai berikut:a. terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;b. terselenggaranya penilaian risiko;c. terselenggaranya aktivitas pengendalian;d. terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi; dane. terselenggaranya kegiatan pemantauan pengendalian.

(4) Penyelenggaraan pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KetigaPemeriksaan astern

Pasal 314

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dilakukan oleh BPKsesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIVKERUGIAN DAERAH

Pasal 315(1) Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian

seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang karenaperbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankankepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugiantersebut.

(3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwadalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Pasal 316(1) Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala SKPD kepada

kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelahkerugian daerah itu diketahui.

(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negerisipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum ataumelalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 segera dimintakansurat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjaditanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapatmenjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan suratkeputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Page 221: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

96

Pasal 317(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang

dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, ataumeninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepadapengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola ataudiperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, ataupejabat lain yang bersangkutan.

(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar gantikerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalamwaktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuankepada bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yangbersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabatlain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yangmemperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenaiadanya kerugian daerah.

Pasal 318(1) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana diatur dalam peraturan menteri

ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang berada dalampenguasaan bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yangdigunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

(2) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan menteri ini berlaku pula untukpengelola perusahaan daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakanpengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.

Pasal 319(1) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah

ditetapkan untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atausanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri sipil bukanbendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari tuntutan gantirugi.

Pasal 320Kewajiban bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain untukmembayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejakdiketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinyakerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 321(1) Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK.

(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan unsure pidana, BPKmenindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 322Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri sipil bukan bendaharaditetapkan oleh kepala daerah.

Page 222: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

97

Pasal 323Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur denganperaturan daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XVPENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal 324(1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk :

a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; dan

b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanankepada masyarakat.

(2) Instansi yang menyediakan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, antara lain rumah sakit daerah, penyelenggara pendidikan, penerbit lisensi dandokumen, penyelenggara jasa penyiaran publik, penyedia jasa penelitian dan pengujian,serta instansi layanan umum lainnya.

(3) Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain instansi yangmelaksanakan pengelolaan dana seperti dana bergulir usaha kecil menengah, tabunganperumahan, dan instansi pengelola dana lainnya.

Pasal 325(1) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

(2) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dandimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan

Pasal 326(1) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh

kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.

(2) Pembinaan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberianpedoman, bimbingan, supervisi pendidikan dan pelatihan dibidang pengelolaankeuangan BLUD.

(3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman,bimbingan, supervisi, pendidikan dan pelatihan dibidang penyelenggaraan program dankegiatan BLUD.

Pasal 327

BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

Pasal 328

Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD yang

Page 223: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

98

bersangkutan.

Pasal 329

Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BLUD diatur lebih lanjut oleh MenteriDalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.

BAB XVIPENGATURAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 330(1) Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan

daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Berdasarkan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerahmenetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaankeuangan daerah.

(3) Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(2) mencakup tata cara penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi,pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah

(4) Peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga memuat tata cara penunjukan pejabat yangdiberi wewenang BUD, kuasa BUD, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran,bendahara penerimaan, dan bendahara pengeluaran berhalangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 216 ayat (8), Pasal 211 ayat (3), Pasal 194, dan Pasal 226.

BAB XVIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 331

Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, semua peraturan perundang-undangan yangberkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah sepanjang belum diganti dan tidakbertentangan dengan peraturan menteri ini dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 332

Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini:a. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 90 ayat (2), dan

Pasal 296 ayat (4), tentang bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran,penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan berdasarkan prestasi kerja,dan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan standar akuntansipemerintahan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006.

b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 116 ayat (1)tentang penyusunan rancangan PPAS dan penetapan APBD setelah dievaluasi mulaidilaksanakan untuk penyusunan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran 2007.

c. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 ayat (2) tentang sistem akuntansipemerintahan daerah yang mengacu pada standar akuntansi pemerintahandilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2007.

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) tentang penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengahdaerah dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.

Page 224: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

99

e. Peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah ditetapkan palinglambat 2 tahun sejak ditetapkan peraturan menteri ini.

Pasal 333

Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, bagi pemerintah daerah yang belummenetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1), dokumenperencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD.

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 334

(1) Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Departemen Dalam Negerimelakukan fasilitasi pelaksanaan peraturan menteri ini.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup mengkoordinasikan,menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundangundangan,melaksanakan sosialisasi, supervisi dan bimbingan teknis, serta memberikan asistensiuntuk kelancaran penerapan peraturan menteri ini.

Pasal 335

Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri yangmengatur tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangandaerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaantata usaha keuangan daerah dan belanja daerah, serta petunjuk pelaksanaannya, dicabutdan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 336

Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 15 Mei 2006

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MOH. MA'RUF, SE.

Page 225: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 59 TAHUN 2007

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, perlu dilakukan penyempurnaan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan urusan dan organisasi perangkat daerah;

b. bahwa dalam rangka memenuhi aspirasi daerah dan permasalahan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan penyempumaari terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, periu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran. Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Page 226: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

5 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

7. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2003;

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 angka 33 dihapus. 2. Diantara ketentuan Pasal 1 angka 34 dan angka 35 disisipkan

angka 34a yang berbunyi sebagai berikut:

34a. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.

3. Diantara ketentuan Pasal 1 angka 61 dan angka 62 disisipkan angka 61a yang

berbunyi sebagai berikut:

61a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.

4. Ketentuan Pasal 11 ayat (2) diubah, dan diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan

1 (satu) ayat baru, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11 (1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan

tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala gnit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi,

Page 227: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya. (3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD. (3a) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), meliputi: a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

atas beban anggaran belanja; b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; c.

melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU; f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

dan g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

5. Ketentuan Pasal 14 ayat (4) diubah sehingga Pasal 14 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 14

(1) Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat fungsional.

(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

(4) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya kepada KPA, kepala daerah menetapkan bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada unit kerja terkait.

(5) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

6. Ketentuan Pasal 26 ayat (4) huaif a diubah, huruf n dihapus dan

menambah 1 huruf yakni huruf o, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26

(1) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi daerah;

Page 228: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Iain-Iain pendapatan asli daerah yang sah.

(2) Jenis pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

(3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup: a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD; b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN; dan c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat. (4) Jenis Iain-Iain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang antara lain: a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

secara tunai atau angsuran/cicilan; b. jasa giro; c. pendapatan bunga; d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah; e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat

dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;

f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; h. pendapatan denda pajak; t. pendapatan denda retribusi; j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; k. pendapatan dari pengembalian; I. fasilitas sosial dan fasilitas umum; m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; n. dihapus; dan o. pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

7. Ketentuan Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 32 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 32

(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) terdiri atas belanja urusan vvajib dan belanja urusan pilihan.

(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum; d. perumahan rakyat; e. penataan ruang; f. perencanaan pembangunan;

Page 229: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

g. perhubungan; . h. lingkungan hidup; . . i. pertanahan; j. kependudokan dan catatan sipil; k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; m. sosial; n. ketenagakerjaan; o. koperasi dan usaha kecil dan menengah; p. penanaman modal; q. kebudayaan; r. kepemudaan dan olah raga; s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, adiministrasi keuangan

daerah, perangkat daerah,. kepegawaian dan persandian; u. ketahanan pangan; v, pemberdayaan masyarakat dan desa; w. statistik; x. kearsipan; y. komunikasi dan informatika;dan z. perpustakaan.

(3) Klasifikasi belanja rnenurut urusan pilihan sebagaimana. dimaksud pada ayat (1).mencakup:. a. pertahian; b. kehutanan c.enegi dan sumberdaya mineral d. pariwisata e, kelautan dan perikanan f. perdagangan g. industri; dan h. ketransmigrasian

(4) Belanja menurut urusan pemerintahan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintahan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk pembangunan dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

8. Ketentuan Pasal 39,diantara ayat (1) dan ayat(2)disisipkan 1 (satu) ayat baru

yakni ayat (1a), dan.diantara ayat(78) dan ayat (8) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (7a), serta ayat (2), ayat (7) dan ayat (8) diubah sehingga Pasal 39 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 39

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan kepada pegawai

negeri sipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1a) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilkukan pada pembahasan KUA.

(2) Tambahan penghasilan sebagamana ayat (1) diberikan dalam rangka kesejahteraan pegawai berdasarkan tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

(3) Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diberikan kepada negri sipil yangdibebani

Page 230: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

pekerjaan untuk menyelesaian tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.

(4) Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.

(5) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.

(6) Tambahan penghasilan berdasarfcan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memiliki ketrampilan khusus dan langka.

(7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan/atau inovasi.

(7a) Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan/kektif lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rangka peningkatan kesejahteraan umum pegawai, seperti pemberian uang makan.

(8) Kritena pemberian tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

9. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) diubah, dan ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)

dihapus serta diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (4a) sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 42

(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf d

digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

(2) Dihapus. (3) Dihapus. (4) Dihapus. (4a) Belanja hibah diberikan secara selektif dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, rasionalilas dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

(5) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

10. Ketentuan Pasal 43 ayat (4) diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat

(5), sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43

(1) Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah.

(2) Hibah kepada perusahaan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

(3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraanpemerintahan daerah dan layanan dasar umum.

(4) Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan bertujuan

Page 231: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

untuk meningkatkan partisipasi penyelenggaraan pembangunan daerah atau secara fungsional terkait dengan dukungan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(5) Belanja hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan pemerintah daerah kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap akhir tahun anggaran.

11. Ketentuan Pasal 44 ayat (1) diubah, dan ayat (2) dihapus serta ditambah 2 (dua)

ayat baru yakni ayat (3) dan ayat (4), sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44

(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus dan tidak wajib serta harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

(2) Dihapus. (3) Hibah yang diberikan secara tidak mengikat/tidak secara terus menerus

diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(4) Naskah perjanjian hibah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat idantitas penerima hibah, tujuan pemberian hibah, jumlah uang yang dihibahkan.

12. Ketentuan Pasal 45 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4) diubah, dan disisipkan 1

(satu) ayat baru diantara ayat (2) dan ayat (3) yakni ayat (2a) serta ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 45

(1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37

huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik,

(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara selektif, tidak terus menerus tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

(2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

(3) Dihapus. (4) Khusus kepada partai politik, bantuan diberikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.

13. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai

berikut: Pasal 52

(1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam

Page 232: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. (2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa

belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan Iain-Iain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.

14. Ketentuan Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ayat (3) dihapus, serta

ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (4), sehingga Pasal 53 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 53

(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untuk pengeluafan yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

(2) Nilai aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.

(3) Dihapus. (4) Kepala daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi (capitalization

threshold) sebagai dasar pembebanan belanja modal.

15. Ketentuan Pasal 70 diubah sehingga Pasal 70 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 70

Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf b digunakan untuk mengelola kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

16. Ketentuan Pasal 71 ayat (7) diubah, sehingga Pasal 71 berbunyi sebagai

berikut: Pasal 71

(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.

(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

(3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung penganggaran inveslasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permancn dan non-permanen.

(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam

Page 233: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

dan luar negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

(7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal denganberpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

17. Ketentuan Pasal 73 dihapus.

18. Ketentuan Pasal 77 ayat (1), ayat (6), ayat (7), ayat (8) danayat (10) diubah

dan ayat (9) dan ayat (11) dihapus sertamenambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (12), sehingga Pasal77 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77

(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.l.a peraturan menteri ini.

(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakan bagian susunan kode akun keangan daerah yang tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.

(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran A.lll peraturan menteri ini.

(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV peraturan menteri ini.

(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V peraturan menteri ini.

(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam Lampiran A.VI.a peraturan menteri ini.

(7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII.a peraturan menteri ini.

(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran

Page 234: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

A.VIII.a peraturan menteri ini. (9) Dihapus. (10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a peraturan menteri ini.

(11) Dihapus. (12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),

ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah.

19. Ketentuan Bab IV Bagian Ketiga diubah sehingga Bab IV Bagian Ketiga

seluruhnya berbunyi sebagai berikut: Bagian Ketiga

Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 83 (1) Kpada daerah menyusun rencana KUA dan rencana PPAS

berdasarkan RKPD dan pendoman penyusunan APBD yang ditetapkan materi dalam Negeri setiap tahun.

(2) Pdoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain: a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah; b. prinsip dan kobijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan; c. teknis penyusunan APBD; dan d. hal-hal khusus lainnya.

Pasal 84

(1) Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepala daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada kepala daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.

Pasal 85

(1) Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya.

(2) Strategi pencapaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat langkah-langkah kongkrit dalam mencapai target.

Pasal 86

Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah; b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan; dan c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan.

Pasal 87

Page 235: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

(1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD.

(3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

(4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a dan A.XI.a peraturan menteri ini.

Pasal 88

(1) KUA dan PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3) masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

(2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS.

(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

(4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XII.a peraturan menteri ini.

20. Ketentuan Pasal 89 ayat (2) huruf a, huruf b diubah dan huruf d dihapus, sehingga

Pasal 89 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 89 (1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88

ayat (1), TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

(2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait; b. alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan

SKPD; c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; d. dihapus; e. dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi KUA, PPAS,

analisis standar belanja dan standar satuan harga. (3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-

SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

21. Ketentuan Pasal 97 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 97

berbunyi sobagai berikut:

Pasal 97 (1) Belanja langsung yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang

dan jasa, serta belanja modal dianggarkan dalam RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.

(2) Dihapus.

Page 236: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

22. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 98

(1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD. (2) RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku

SKPD;S (3) RKA-PPKD digunakan untuk menampung:

a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah.-belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

23. Ketentuan Pasal 99 diubah, sehingga Pasal 99 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 99

(1) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) dan RKA-PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dikerjakan sesuai dengan bagan alir yang tercantum dalam Lampiran A.XIII.a peraturan menteri ini.

(2) Format RKA-SKPD dan RKA-PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XIV.a peraturan menteri ini.

24. Ketentuan Pasal 100 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 100 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 100 (1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan

kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD. (2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan

untuk menelaah: a. kesesuaian RKA-SKPD dengan KUA, PPAS, prakiraan maju

pada RKA-SKPD tahun berjalan yang disetujui tahun lalu, dan dokumen perencanaan lainnya;

b. kesesuaian rencana anggaran dengan standar analisis belanja, standar satuan harga;

c. kelengkapan instrumen pengukuran kinerja yang meliputi capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, dan standar pelayanan minimal;

d. proyeksi prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya; dan e. sinkronisasi program dan kegiatan antar RKA-SKPD.

(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepala SKPD melakukan penyempurnaan.

25. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 102 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 102

(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas: a. ringkasan penjabaran APBD; dan

Page 237: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD memuat penjelasan sebagai berikut: a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum; b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan; dan c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber

penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk kelompok pengeluaran pembiayaan.

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XVI peraturan menteri ini.

26. Ketentuan Pasal 104 ayat (2) dan ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 104 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 104 (1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dan tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(2) Dihapus. (3) Dihapus. (4) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disertai dengan nota keuangan. (5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan

tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ,ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan bersama.

(6) Format susunan nota keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran A.XVII peraturan menteri ini.

27. Ketentuan Pasal 105 ayat (2) diubah, ayat (3) dihapus dan menambah 5

(lima) ayat baru yakni ayat (3a), ayat (3b), ayat (3c), ayat (3d) dan ayat (3e), sehingga Pasal 105 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 105

(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah.

(2) Pembahasan rancangan peraturan daerah ditekankan pada kesesuaian rancangan APBD dengan KUA dan PPAS.

(3) Dihapus. (3a) Dalam pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD,

DPRD dapat meminta RKA-SKPD berkenaan dengan program/kegiatan tertentu.

(3b) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara kepala daerah dan DPRD.

(3c) Persetujuan bersama antara kepala daerah dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD ditandatangani oleh

Page 238: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

kepala daerah dan pimpinan DPRD paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran berakhir.

(3d) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan bersama.

(3e) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3b), kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

(4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XVIII peraturan menteri ini.

28. Diantara Pasal 105 dan Pasal 106 disisipkan 1 (satu) Pasal baru yakni Pasal

105A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 105A (1) Dalam hal penetapan APBD mengalami keterlambatan kepala daerah

melaksanakan pengeluaran setiap bulan setinggi-tingginya sebesar seperduabelas APBD tahun anggaran sebelumnya.

(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk kepertuan setiap bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibatasi hanya untuk belanja yang bersrfat tetap seperti belanja pegawai, layanan jasa dan keperluan kantor sehari-hari.

29. Diantara Pasal 107 dan Pasal 108 disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal

107A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 107A Kepala daerah dapat melaksanakan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) setelah peraturan kepala daerah tentang APBD tahun berkenaan ditetapkan.

30. Ketentuan Pasal 109 diubah, sehingga Pasal 109 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 109 Pelampauan dari pengeluaran setinggi-tingginya sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 106 ayat (1) dapat dilakukan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang-undang, kewajiban pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang telah jatuh tempo serta pengeluaran yang mendesak diluar kendali pemerintah daerah.

31. Ketentuan Pasal 110 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 110 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 110 (1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui

bersama DPRD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubemur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan: a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap

rancangan peraturan daerah tentang APBD;

Page 239: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

b. KUA dan PPAS yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;

c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan poraturan daerah tentang APBD; dan

d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauhmana APBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan.

(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Dalam Negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait.

(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubemur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

(6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubemur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan gubemur.

(7) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubemur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubemur dan DPRD, dan gubemur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubemur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud -pada ayat (8) ditetapkan dengan peraturan Menteri Dalam Negeri.

32. Diantara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 116 disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat

(4a) sehingga Pasal 116 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 116 (1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang daerah yang menetapkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang

Page 240: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

penjabaran APBD. (4) Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubemur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

(5) (4a) Urituk memenuhi asas transparansi, Kepala Daerah wajib menginformasikan substansi Perda APBD kepada masyarakat yang telah diundangkan dalam lembaran daerah.

(5) Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XX peraturan menteri ini.

(6) Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XXI peraturan menteri ini.

(7) Jadwal penyusunan APBD tercantum dalam Lampiran A.XXII peraturan menteri ini.

33. Ketentuan Pasal 117 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 117 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 117 (1) Untuk sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan

dengan kebijakan pemerintah dibidang keuangan negara dan menjaga kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan masyarakat, kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS.

(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi 'provinsi dan kepada gubemur bagi kabupaten/kota.

(3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman penyusunan RKA- SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 peraturan menteri ini.

34. Ketentuan Pasal 120 diubah sehingga Pasal 120 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 120 (1) Penyampaian peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 119 ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak rancangan KUA dan rancangan PPAS dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubemur bagi kabupaten/kota.

(2) Pengesahan atas peraturan kepala daerah tentang RAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (3).

35. Diantara ketentuan Pasal 123 dan Pasal 124 disisipkan 1 (satu) pasal baru

yakni Pasal 123A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 123A (1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD (2) DPA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan

oleh PPKD selaku SKPD; (3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung:

a. Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

Page 241: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga;

c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. (4) Format DPA-PPKD tercantum dalam Lampiran B.l.b

peraturan menteri ini.

36. Ketentuan Pasal 138 ayat (1) dan ayat (3) diubahrdan diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (4a), sehingga Pasal 138 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 138

(1) Pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 huruf b didasarkan pada DPA-SKPD yang telah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya.

(2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL- SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun kouangan kepada PPKD paling lambat pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan.

(3) Jumlah anggaran dalam DPAL-SKPD dapat disahkan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap: a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum

diterbitkan SP2D atas kegiatan yang bersangkutan; b. sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D; atau c. SP2D yang belum diuangkan.

(4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.

(4a) Pekerjaan yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL memenuhi kriteria: a. pekerjaan yang telah ada ikatan perjanjian kontrak pada tahun

anggaran berkenaan; dan b. keteriambatan penyelesaian pekerjaan diakibatkanbukan

karena kelalaian pengguna anggaran/barang atau rekanan, namun karena akibat dari force major.

(5) Format DPAL-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.lll peraturan menteri ini.

37. Ketentuan Pasal 155 ayat (5), ayat (7) dan ayat (8) diubah sehingga

Pasal 155 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 155 (1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai

dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA.

(2) Kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a ke dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD.

(3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan

Page 242: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

secara lengkap penjelasan mengenai: a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung

dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan; dan

c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan

d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBO apabila melampaui asumsi KUA.

(4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu pertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.

(5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

(6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

(7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran C.l.a peraturan menteri ini.

(8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat'(5) tercantum dalam Lampiran C.ll.a peraturan menteri ini.

38. Ketentuan Pasal 156 diubah, sehingga Pasal 156 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 156 (1) Kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD yang

telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

(2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran CHI.a peraturan-perturan menteri ini. .

39. Ketentuan Pasal 157 ayat (2) huruf a dan huruf e diubah dan huruf b dan huruf d dihapus, sehingga Pasal 157 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 157

(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1), TAPO menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan banj dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai acuan bagi kepala SKPD.

(2) Rancangan surat edaran kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. PPAS perubahan APBD yang dialokasikan untuk program bam

dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat

Page 243: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

diubah pada setiap SKPD; b. dihapus; c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPA-

SKPD yang telah diubah kepada PPKD; d. dihapus; e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum perubahan APBD,

PPAS perubahan APBD, estándar analisa belanja dan standar harga. (3) Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat

diubah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh kepala daerah paling lambat minggu ketiga bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

40. Ketentuan Pasal 169 ayat (2) huruf g dihapus, sehingga Pasal 169 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 169 (1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 168 terdiri dan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD beserta lampirannya.

(2) Lampiran rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. ringkasan perubahan APBD; b. ringkasan perubahan APBD

menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi c. rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan; d. rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi, program dan kegiatan; e. rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan

keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

f. daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per jabatan; g. dihapus; h. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; dan i. daftar pinjaman daerah.

(3) Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.V peraturan menteri ini.

41. Ketentuan Pasal 189 ayat (6) huruf b dihapus dan huruf c diubah, sehingga

Pasal 189 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 189 (1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan

terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerirnaan yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan: a. buku kas umum; b. buku pembantu per rindan objek penerimaan; dan c. buku rekapitulasi penerimaan harian.

(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan: a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah); b. Surat Ketetapan Retribusi (SKR); c. Surat Tanda Setoran (STS); d. surat tanda bukti pembayaran; dan

Page 244: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

e. bukti penerimaan lainnya yang sah. (4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib

mempertanggungjawabkan secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) ditampiri dengan: a. buku kas umum; b. dihapus; c. buku rekapitulasi penerimaan bulanan; dan d. bukti penerimaan lainnya yang sah.

(7) PPKD selakuBUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan.

(9) Mekanisme dan tata cara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.

(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran D.I peraturan menteri.

(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda setoran, dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran D.ll peraturan menteri ini.

(12) Format laporan pertanggungjawaba benctahara- penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.lll peraturan menteri ini.

42. Ketentuan Pasal 197 diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat baru

yakni ayat (1a), sehingga Pasal 197 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 197 (1) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD

atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. (1a) Penerbitan SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan perbulan,

pertriwulan, atau persemester sesuai dengan ketersediaan dana. (2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam

Lampiran D.VI.a peraturan menteri ini.

43. Ketentuan Pasal 200 ayat (2) huruf c dan d diubah dan ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 200 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 200

(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.

(2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 245: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

terdiri dari: a. surat pengantar SPP-GU; b. ringkasan SPP-GU; c. rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu; d. bukti transaksi yang sah dan lengkap; e. salinan SPD; f. draft surat pernyataan untuk ditandatangani olehpengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran yangmenyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperiuan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; dan

g. lampiran lain yang diperiukan. (3) Dihapus.

44. Ketentuan Pasal 202 ayat (2) huruf c dan ayat (3) diubah dan diantara ayat

(4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (4a), sehingga Pasal 202 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 202

(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu untuk memperoleh perstujuan pengguna, anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.

(2) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. surat pengantar SPP-TU; b. ringkasan SPP-TU; c. rincian rencana penggunaan TU; d. salinan SPD; e. draft surat pemyataan untuk ditandatangani oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperiuan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;

f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperiuan pengisian tambahan uang persediaan; dan

g. lampiran lainnya. (3) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan

dari PPKD dengan rnemperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan.

(4) Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah.

(4a) Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikecualikan untuk: a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah

ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA;

(5) Format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada-ayat (2) huruf f tercantum dalam Lampiran D.VIM peraturan merited ini.

45. Ketentuan Pasal 207 diubah.sehingga Pasal 207 berbunyi sebagai berikut:

Page 246: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Pasal 207 Forma, dokumen SPP-UP. SPP-GU, SPP-TU,dar. SPP-US sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1). Pasal 200 ayat (1). Pasal 202 ayat (1), Pasal 204 ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.X.a, D.X.b, D.X.c, D.X.d, D.X.e dan D.X.f peraturan menteri ini.

46. Ketentuan Pasal 216 ayat (3) huruf b dan huruf d ihapus dan huruf c diubah

sehingga Pasal 216 berbuny. sebagai benkut.

Pasal 216 (1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2Dadalah surat pemyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup a. tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran; b. dihapus c. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap; dan d. dihapus.

(4) Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan PSP2D adalah surat pemyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa. pengguna anggaran.

(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk. penerbitan SP2D a. surat pernyataan tanggung jawab penggunaan anggaran/kuasa

pengguna anggaran; dan b bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sssuai dengan

kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam. peraturan perundang-undangan.

(6) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan

(7) Dalam hal dokumen SPM sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melarnpau, pagu anggaran/kuasa BUD .menolak menerbitkan SP2D

(8) Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.

(9) Format SP2D sebagaimana dimaksud- pada ayat (4) (10) tercantum dalam D.XVI peraturan menteri ini.

47. Ketentuan Pasal 243, Pasal 249, Pasal 256, Pasal 261, Pasal

268, Pasal 274, Pasal 280, dan Pasal 285 dihapus.

48. Ketentuan Pasal 324 diubah, sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 324

(1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau unit kerja pada SKPD yang tugas pokok dan fungsinya bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum.

(2) Pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berhubungan dengan: a. penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat b. pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan

Page 247: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau c pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan

ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat; (3) Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a, diprioritaskan antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan kebersihan, pengelolaan limbah, pengelolaan pasar, pengelolaan terminal, pengelolaan obyek wisata daerah, dana perumahan, rumah susun sewa.

49. Ketentuan Pasal 325 dihapus

50. Diantara pasal 325 dan Pasa! 326 disisipkan 1 {satu) pasal baru yakni pasal

325A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 325A Dalam menyelenggarakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 324 ayat (1), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang menerapkan PPK-BLUD dibciikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.

51. Ketentuan Pasal 326, Pasal 327, PasaT328~dan Pasal 329 dihapus.

52. Diantarai Pasal 329 dan Pasal 330 disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal

329A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 329A Pedoman teknis mengenai pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah, diatur tersendiri oleh Menteri Dalam Negeri.

53. Diantara Pasal 333 dan 334 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 333A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 333A

Peraturan menteri ini diberiakukan paling lambat mulai tahun anggaran 2009.

Pasal II

Peraturan menteri ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 26 Oktober 2007 MENTERI DALAM NEGERI ttd H. MARDIYANTO

Page 248: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 1

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG

TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi dan akuntabilitas

pelaksanaan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD, perlu disusun tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban bagi bendahara serta penyampaiannya;

b. bahwa ketentuan Pasal 31 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, mengamanatkan Menteri Dalam Negeri untuk menyusun tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban bendahara serta penyampaiannya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggung-jawaban Bendahara serta Penyampaiannya;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4355);

Page 249: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 2

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republi lndonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 omor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4614);

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam

Page 250: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 3

Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNG-JAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAlANNYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan asli daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

2. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD.

3. Bendahara Penerimaan PPKD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan penerimaan uang yang bersumber dari transaksi PPKD.

4. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menata-usahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

5. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menata-usahakan dan mempertanggung-jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD.

Page 251: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 4

6. Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menata-usahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan transaksi PPKD.

7. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

8. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

9. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

10. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

11. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

12. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

13. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

14. SPP Langsung untuk pengadaan Barang dan Jasa yang selanjutnya disingkat SPP-LS untuk pengadaan Barang dan Jasa adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang

Page 252: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 5

dokumennya disiapkan oleh PPTK. 15. SPP Langsung untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan yang selanjutnya

disingkat SPP-LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran gaji dan tunjangan dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.

16. SPP Langsung PPKD yang selanjutnya disingkat SPP-LS PPKD adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran PPKD untuk permintaan pembayaran atas transaksi-transaksi yang dilakukan PPKD dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.

17. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

18. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan Bendahara Umum Daerah berdasarkan SPM.

Pasal 2

(1) Bendahara penerimaan SKPD bertugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bendahara penerimaan SKPD berwenang: a. menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli daerah; b. menyimpan seluruh penerimaan; c. menyetorkan penerimaan yang diterima yang diterima dari pihak ketiga

ke rekeningkas umumdaerah paling lambat 1 hari kerja; d. mendapatkan bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui

Bank. (3) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar secara geografis sehingga

wajib pajak dan/atau wajib retribusi mengalami kesulitan dalam membayar kewajibannya, dapat ditunjuk satu atau lebih bendahara penerimaan pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang bendahara penerimaan SKPD.

(4) Tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan SKPD dan bendahara penerimaan pembantu SKPD

Page 253: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 6

serta penyampaiannya tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pasal 3 (1) Bendahara penerimaan PPKD bertugas untuk menatausahakan dan

mempertanggung-jawabkan seluruh penerimaan pendapatan PPKD dalam rangka pelaksanaan APBD.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bendahara penerimaan PPKD berwenang untuk mendapatkan bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui Bank.

(3) Atas pertimbangan efisiensi dan efektifitas, tugas dan wewenang bendahara penerimaan PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dirangkap oleh Bendahara Umum Daerah.

(4) Tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggung-jawaban bendahara penerimaan PPKD serta penyampaiannya tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertang-gungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bendahara pengeluaran SKPD berwenang: a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan

SPP-LS; b. menerima dan menyimpan uang persediaan; c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya; d. menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan; e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh

PPTK; f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK,

apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap. (3) Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya

kepada kuasa pengguna anggaran, ditunjuk bendahara pengeluaran

Page 254: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 7

pembantu SKPD untuk melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara pengeluaran SKPD.

(4) Untuk melaksanakan sebagian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bendahara pengeluaran pembantu SKPD berwewenang: a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP-TU dan SPP-

LS; b. menerima dan menyimpan uang persediaan yang berasal dari Tambahan

Uang dan/atau pelimpahan UP dari bendahara pengeluaran; c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya; d. menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak

sesuai dengan ketentuan peraturan; e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh

PPTK; f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK,

apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap. (5) Tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggung-jawaban

bendahara pengeluaran SKPD dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD serta penyampaiannya tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

(1) Bendahara pengeluaran PPKD bertugas untuk menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan seluruh pengeluaran PPKD dalam rangka pelaksanaan APBD.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bendahara pengeluaran PPKD berwenang: a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP-LS PPKD; b. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS PPKD; c. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS PPKD kepada pejabat

yang terkait, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.

(3) Tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggung-jawaban bendahara pengeluaran PPKD serta penyampaiannya tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

(1) Bendahara Umum Daerah wajib menyampaikan laporan atas pengelolaan

Page 255: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 8

uang yang terdapat dalam kewenangannya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. Laporan Posisi Kas Harian b. Rekonsiliasi Bank

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Kepala Daerah setiap hari kerja.

(4) Tata cara penyusunan laporan Bendahara Umum Daerah tercantum dalam Lampiran V Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan petunjuk tata cara administrasi bendahara daerah dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 8 Kepala Daerah menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban bendahara serta penyampaiannya dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini.

Pasal 9 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Desember 2008

MENTERI DALAM NEGERI, ttd.

H. MARDIYANTO

Page 256: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 9

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 55 TAHUN 2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

TATACARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN SKPD DAN BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU SKPD SERTA PENYAMPAIANNYA 1.A. BENDAHARA PENERIMAAN SKPD

1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/sKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan. Bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS). Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

2. PEMBUKUAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan

Page 257: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 10

menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan antara lain: 1. Surat Tanda Bukti Pembayaran 2. Nota Kredit 3. Bukti Penerimaan Yang Sah, dan 4. Surat Tanda Setoran

Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan didokumentasikan dalam Register STS. Prosedur pembukuan dapat dikembangkan dalam 3 (tiga) prosedur, antara lain: a. Pembukuan atas pendapatan yang dibayar tunai. b. Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui rekening

bendahara penerimaan. c. Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui Kas Umum

Daerah. Bagian ini akan menjelaskan tata cara pembukuan atas ketiga prosedur tersebut.

Page 258: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 11

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...... BUKU PENERIMAAN DAN PENYETORAN

BENDAHARA PENERIMAAN SKPD : ............ Periode : ............ No.

Penerimaan Penyetoran Ket. Tgl. No.Bukti Cara

Pembayaran Kode

Rekening Uraian Jumlah Tgl. No.STS Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jumlah Penerimaan : ................. Jumlah yang disetorkan : ................. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan : ................. Terdiri atas:

a. Tunai sebesar ................. b. Bank sebesar ................. c. Lainnya ...........................

Mengetahui/Menyetujui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 259: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 12

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan

dan Periode 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan 4. Kolom 3 diisi dengan nomor bukti penerimaan 5. Kolom 4 diisi dengan cara pembayaran: melalui kas bendahara penerimaan, bank, atau

melalui kas umum daerah 6. Kolom 5 diisi dengan detail kode rekening pendapatan asli daerah 7. Kolom 6 diisi dengan uraian pendapatan sesuai dengan kode rekening 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah pendapatan asli daerah 9. Kolom 8 diisi dengan tanggal penyetoran 10. Kolom 9 diisi dengan Nomor STS 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah uang yang disetor 12. Kolom 11 diisi dengan Keterangan jika diperlukan 13. Jumlah penerimaan diisi dengan total jumlah pendapatan selama 1 bulan* 14. Jumlah disetorkan adalah jumlah total penyetoran pendapatan selama 1 bulan* 15. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan diisi dengan sisa kas yang masih di pegang oleh

bendahara penerimaan baik dalam bentuk kas tunai, simpanan di bank, ataupunlainnya* 16. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan dan Pengguna Anggaran

disertai nama jelas* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Page 260: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 13

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...... REGISTER STS

SKPD ........... TAHUN ANGGARAN

Bendahara Penerimaan : ............ No. No. STS Tanggal Kode Rekening Uraian Jumlah Penyetor Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8

Mengetahui/Menyetujui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 261: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 14

Cara Pengisian:

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan, tahun anggaran dan Nama Bendahara Penerimaan

2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan nomor STS 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal STS 5. Kolom 4 diisi Kode Rekening pendapatan yang disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah.

Dalam satu STS bisa terdiri dari beberapa pendapatan. 6. Kolom 5 diisi dengan uraian pendapatan 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah pendapatan yang disetorkan 8. Kolom 7 diisi dengan nama penyetor 9. Kolom 8 diisi dengan Keterangan jika diperlukan 10. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan dan Pengguna Anggaran

disertai nama jelas* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan a. Pembukuan atas Pendapatan Secara Tunai

Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Selanjutnya pencatatan dilakukan pada saat bendahara penerimaan menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

2. Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening.

3. Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah. Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran adalah sebagai berikut:

Page 262: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 15

1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan Secara Tunai

Page 263: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 16

A.1. Pencatatan Penerimaan Tunai

Uraian Bendahara Penerimaan

1. Bendahara penerimaan menyiapkan Surat

Tanda Bukti Pembaaayaran/Bukti Lain Yang Sah

2. Berdasarkan Dokumen Bukti Pembayaran/ Bukti Lain Yang Sah Tersebut, Bendahara Penerimaan melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada bagian penerimaan. Kolom yang diisi ialah no. bukti, tanggal transaksi, cara pembayaran, kode rekening, uraian dan jumlah.

3. Hasil dari penatausahaan ini adalah buku

penerimaan dan penyetoran Bendahara Penerimaan yang sudah terupdate

Proses Penerimaan Tunai

Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain Yang Sah

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Bendahara Penerimaan

Melakukan Pengisian buku penerimaan dan penyetoran bendahara

penerimaan

Page 264: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 17

A.2. Pencatatan atas Penyetoran Penerimaan Tunai

Uraian Bendahara Penerimaan

1. Bendahara penerimaan menyiapkan bukti

surat tanda setoran ke rekening kas umum daerah.

2. Berdasarkan STS tersebut, Bendahara

Penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada bagian Penyetoran Kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran

3. Kemudian Bendahara Penerimaan mengisi

register STS 4. Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku

Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan dan register STS yang sudah ter update

Proses Penyeotran penerimaan tunai ke kas

umum daerah

Surat Tanda Setoran

Register STS

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran

Melakukan Pengisian register STS

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Bendahara Penerimaan

Page 265: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 18

b. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan

Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi dari bank mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga penyetoran nya. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan menerima pemberitahuan dari bank

(pemberitahuan tergantung dari mekanisme yang digunakan) mengenai adanya penerimaan di rekening bendahara penerimaan.

2. Berdasarkan info tersebut dan info pembayaran dari wajib pajak/retribusi (bisa berupa slip setoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut.

3. Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom tanggal dan kolom cara pembayaran. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan.

4. Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening sesuai dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat.

Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas umum daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran

pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran pada kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

Page 266: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 19

Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan melalui rekening bendahara penerimaan.

Page 267: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 20

B.1. Pembukuan Penerimaan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan

Uraian Bendahara Penerimaan

1. Bendahara penerimaan menyiapkan nota

kredit/informasi lainnya mengenai adanya penerimaan di rekening bank bendahara penerimaan

2. Bendahara Penerimaan melakukan

pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian Penerimaan.

3. Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku

Penerimaan dan Penyetoran yang sudah terupdate

Surat Tanda Bukti pembayaran/Bukti Lain Yang Sah

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran

Proses Penerimaan di Bank bendahara

penerimaan

Page 268: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 21

B.2. Penyetoran Penerimaan di Rekening Bendahara Penerimaan ke Kas Umum Daerah

Uraian Bendahara Penerimaan

1. Bendahara penerimaan menyiapkan bukti

surat tanda setoran ke rekening kas umum daerah dan nota kredit yang dikeluarkan oleh bank

2. Berdasarkan STS dan nota kredit tersebut,

bendahara penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian Penyetoran

3. Kemudian bendahara penerimaan mengisi

Buku Register STS 4. Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku

Penerimaan dan Penyetoran serta Register STS yang sudah terupdate

Surat Tanda Setoran

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan

Penyetoran

Proses Penyetoran Penerimaan ke kas

umum daerah

Nota Kredit

Melakukan Pengisian Register STS

Register STS

Page 269: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 22

c. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran secara langsung melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening kas umum daerah.

Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan.

Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah sebagai berikut:

1. Bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum daerah.

2. Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan.

3. Lalu berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan juga mencatat penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penyetoran.

Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran pendapatan melalui rekening kas umum daerah.

Page 270: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 23

C. Penerimaan di Rekening Kas Umum Daerah

Uraian Bendahara Penerimaan

1. Bendahara Penerimaan menerima slip

setoran/bukti lain yang sah dari penyetoran melalui rekening kas umum daerah

2. Berdasarkan slip setoran/bukti lain yang

sah Bendahara Penerimaan mencatat penerimaan di Rekening kas umum daerah itu pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian Penerimaan

3. Berdasarkan slip setoran/bukti lain yang

sah ini juga Bendahara Penerimaan mencatat penyetoran ke Rekening kas umum daerah itu pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian Penyetoran

4. Hasil akhir dari proses ini adalah Buku Penerimaan dan Penyetoran yang sudah terupdate

Slip Setoran/Bukti Lain yang sah

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan

Penyetoran

Proses Penerimaan di kas umum daerah

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan

Penyetoran

Page 271: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 24

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA

A. Pertanggungjawaban Administratif Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-jawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan: a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan

berkenaan b. Register STS c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap d. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertang-gungjawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban yang dibuat

oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggung-jawaban bendahara pembantu.

4. Bendahara penerimaan memberikan Laporan Pertanggungjawaban kepada PA/KPA melalui PPK SKPD.

5. Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan, maka PPK SKPD akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap Laporan Pertanggungjawaban tersebut.

Page 272: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 25

6. Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan menandatangani Laporan Pertanggungjawaban (administratif) sebagai bentuk pengesahan.

Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

Format dokumen pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

Page 273: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 26

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ADMINISTRATIF BENDAHARA PENERIMAAN

SKPD :

PERIODE :

A. Penerimaan Rp. .............. 1. Tunai melalui bendahara penerimaan. Rp. ............. 2. Tunai melalui bendahara penerimaan pembantu Rp. ............. 3. Melalui ke rekening bendahara penerimaan Rp. ............. 4. Melalui ke rekening kas umum daerah Rp. .............

B. Jumlah penerimaan yang harus disetorkan (A1+A2+A3) Rp. .............. C. Jumlah penyetoran Rp. .............. D. Saldo Kas di Bendahara Rp. ..............

1. Bendahara Penerimaan Rp. ............. 2. Bendahara Penerimaan Pembantu ...... Rp. ............. 3. Bendahara Penerimaan Pembantu ...... Rp. ............. 4. dst ...... Rp. .............

Menyetujui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas)

NIP. NIP.

Page 274: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 27

B. Pertanggungjawaban Fungsional

Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif. LPJ fungsional ini dilampiri dengan: a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan

berkenaan b. Register STS c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggung-jawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan menerima pertanggung-jawaban yang dibuat

oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggung-jawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggungjawaban bendahara pembantu.

4. Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban administratif.

5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

6. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam rangka rekonsiliasi pendapatan.

Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

Page 275: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 28

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL BENDAHARA PENERIMAAN

SKPD : PERIODE : A. Penerimaan Rp. ..............

1. Tunai melalui bendahara penerimaan. Rp. ............. 2. Tunai melalui bendahara penerimaan pembantu Rp. ............. 3. Melalui ke rekening bendahara penerimaan Rp. ............. 4. Melalui ke rekening kas umum daerah Rp. .............

B. Jumlah penerimaan yang harus disetorkan (A1+A2+A3) Rp. .............. C. Jumlah penyetoran Rp. .............. D. Saldo Kas di Bendahara Rp. ..............

1. Bendahara Penerimaan Rp. ............. 2. Bendahara Penerimaan Pembantu ...... Rp. ............. 3. Bendahara Penerimaan Pembantu ...... Rp. ............. 4. dst ...... Rp. .............

Mengetahui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas)

NIP. NIP.

Page 276: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 29

3. Penyampaian Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Uraian PPKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Penerimaan Bendahara Penerimaan Pembantu

1. Berdasarkan Pertanggung jawaban bendahara penerimaan pembantu, Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan serta Register STS, bendahara penerimaan membuat Pertanggung jawaban Bendahara Penerimaan

2. bendahara

penerimaan menyerahkan Pertanggung jawaban bendahara penerimaan ke Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD.

3. PPK SKPD

melakukan verifikasi atas Pertang-gungjawaban yang di-sampaikan dan kemudian memberikan kpd Peng-guna Anggaran untuk diotorisasi

4. Bendahara

Penerimaan menyerahkan pertang-gungjawban fungsional kpd PPKD

5.

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Bukti-bukti yang sah

Register STS

Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Apakah disetujui?

Tidak

Ya

Page 277: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 30

1.B. BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU SKPD

1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Bendahara penerimaan pembantu SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan pembantu SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan. Bendahara penerimaan pembantu SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan pembantu SKPD harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS). Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (sKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (sTs) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (sKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

2. PEMBUKUAN PENDAPATAN

Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan pembantu menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu.

Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan pembantu menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan antara lain: 1. Surat Tanda Bukti Pembayaran 2. Bukti Penerimaan Yang Sah, dan 3. Surat Tanda Setoran

Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu

Page 278: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 31

didokumentasikan dalam Register STS .

Khusus bendahara penerimaan pembantu ada satu prosedur pembukuan penerimaan dan cara pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak atau wajib retribusi. Prosedur tersebut adalah pembukuan atas pendapatan yang dilakukan secara tunai.

Page 279: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 32

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...... BUKU PENERIMAAN/PENYETORAN

BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU SKPD : ............ Periode : ............ No.

Penerimaan Penyetoran Ket. Tgl. No.Bukti Cara

Pembayaran Kode

Rekening Uraian Jumlah Tgl. No.STS Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Penerimaan : ................. Jumlah yang disetorkan : ................. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan : ................. Terdiri atas: a. Tunai sebesar ................. b. Bank sebesar ................. c. Lainnya ........................... Mengetahui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan Pembantu (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 280: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 33

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan dan tahun

anggaran 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan 4. Kolom 3 diisi dengan nomor bukti penerimaan 5. Kolom 4 diisi dengan cara pembayaran melalui kas bendahara penerimaan pembantu. 6. Kolom 5 diisi dengan detail kode rekening pendapatan asli daerah 7. Kolom 6 diisi dengan uraian pendapatan 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah penerimaan asli daerah 9. Kolom 8 diisi dengan tanggal penyetoran 10. Kolom 9 diisi dengan Nomor STS 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah uang yang disetor 12. Kolom 11 diisi dengan Keterangan jika diperlukan

13. Jumlah penerimaan diisi dengan total jumlah penerimaan pendapatan selama 1 bulan* 14. Jumlah disetorkan adalah total jumlah penyetoran pendapatan selama 1 bulan* 15. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu diisi dengan sisa kas yang masih di pegang oleh

bendahara penerimaan pembantu baik dalam bentuk kas tunai, tabungan ataupun lainnya* 16. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan Pembantu dan diketahui PA/KPA

disertai nama jelas*

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu.

Page 281: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 34

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .... REGISTER STS

SKPD ........... TAHUN ANGGARAN ..................

Bendahara Peneriman Pembantu : ............... No. No.

STS Tanggal Kode Rekening Uraian Jumlah Penyetor Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

Mengetahui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan Pembantu (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 282: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 35

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan dan tahun

anggaran dan Nama Bendahara Penerimaan Pembantu 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan nomor STS 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal STS 5. Kolom 4 diisi Kode Rekening pendapatan yang disetorkan ke kasda. Dalam satu STS bisa terdiri dari

beberapa pendapatan 6. Kolom 5 diisi uraian pendapatan 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah pendapatan yang disetorkan 8. Kolom 7 diisi dengan nama penyetor 9. Kolom 8 diisi Keterangan jika diperlukan 10. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan Pembantu dan di ketahui PA/KPA

disertai nama jelas*

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Page 283: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 36

Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan pembantu menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Sedangkan pencatatan transaksi penyetoran dilakukan pada saat bendahara penerimaan pembantu menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara penerimaan

pembantu mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu Bendahara penerimaan pembantu mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

2. Kemudian bendahara penerimaan pembantu mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan pembantu mengisi kolom kode rekening.

3. Bendahara penerimaan pembantu mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan pembantu membuat STS dan melakukan penyetoran

pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah. 2. Bendahara penerimaan pembantu mencatat penyetoran ke kas umum

daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pembantu pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS.

Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan Secara Tunai

Page 284: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 37

2.1. Pembukuan atas Penerimaan Tunai

Uraian Bendahara Penerimaan Pembantu

1. Bendahara penerimaan pembantu

menyiapkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah

2. Berdasarkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain Yang Sah tersebut, Bendahara Penerimaan Pembantu melakukan pengisian Buku Penerimaan/Penyetoran Bendahara Penerimaan pada bagian penerimaan. Kolom yang diisi ialah no. Bukti, tanggal transaksi, cara pembayaran, kode rekening, uraian dan jumlah.

3. Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku

Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu yang sudah terupdate

Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain Yang Sah

Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran bendahara penerimaan pembantu

Proses Penerimaan Tunai

Page 285: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 38

2.2. Pembukuan atas Penyetoran Penerimaan Tunai

Uraian Bendahara Penerimaan Pembantu

1. Bendahara penerimaan pembantu

menyiapkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah

2. Berdasarkan STS dan nota kredit,

bendahara penerimaan pembantu mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada Bagian Penyetoran Kolom Tanggal, No. STS dan jumlah Penyetoran

3. Kemudian bendahara penerimaan pembantu mengisi register STS

4. Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku

Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu dan register SPP yang sudah terupdate

Surat Tanda Setoran

Register STS

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan

Penyetoran

Proses Penyetoran Penerimaan Tunai ke

kas umum daerah

Melakukan Pengisian Registrasi STS

Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu

Page 286: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 39

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA

Bendahara penerimaan pembantu SKPD menyampaikan pertanggungjawaban kepada bendahara penerimaan paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban ini berupa Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri dengan: b. Register STS c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap

Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat 5 hari kerja sebelum hari kerja terakhir bulan tersebut.

Langkah-langkah dalam membuat dan menyampaikan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan pembantu melakukan penutupan Buku

Penerimaan dan Penyetoran, melakukan perhitungan total penerimaan, total penyetoran dan sisa kas yang dipegang olehnya.

2. Bendahara penerimaan pembantu menyiapkan register STS dan bukti-bukti penerimaan yang sah dan lengkap.

3. Bendahara penerimaan pembantu menyampaikan Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah dilakukan penutupan dilampiri dengan Register STS dan bukti penerimaan yang sah dan lengkap kepada bendahara penerimaan SKPD, paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu SKPD.

Page 287: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 40

MENTERI DALAM NEGERI

ttd

H. MARDIYANTO

3. Penyampaian Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Uraian PPKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Penerimaan

Bendahara Penerimaan Pembantu

1. Berdasarkan Buku Pene-rimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan, Register STS dab bukti-bukti pengeluar-an yang sah, bendahara penerimaan pembantu membuat SPJ Bendaha-ra Penerimaan Pembantu

2. Bendahara

penerimaan pembantu memberikan Pertanggung jawaban penerimaannya ke bendahara penerimaan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

3. Bendahara

penerimaan melakukan proses verifikasi, evaluasi dan analisis

4. Pertanggungjawban

Bendahara penerimaan pembantu akan dijadikan dokumen dalam melakukan Pertanggungjawaban di bendahara penerimaan

6.

Bukti-bukti yang sah

Register STS

Buku Penerimaan dan Penyetoran

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu

Apakah disetujui?

Tidak

Ya

A

Page 288: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 41

LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 55 TAHUN 2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

TATACARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN PPKD SERTA PENYAMPAIANNYA

1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PPKD

Penerimaan yang dikelola PPKD dapat berupa pendapatan dana perimbangan, pendapatan lain-lain yang sah, dan pembiayaan penerimaan. Penerimaan-penerimaan tersebut diterima secara langsung di Kas Umum Daerah.

Berdasarkan penerimaan tersebut, Bank membuat Nota Kredit yang memuat informasi tentang penerimaan tersebut, baik berupa informasi pengiriman, jumlah rupiah maupun kode rekening yang terkait. Bendahara penerimaan wajib mendapatkan nota kredit tersebut melalui mekanisme yang telah ditetapkan.

2. PEMBUKUAN PENERIMAAN PPKD Pembukuan Pendapatan oleh bendahara penerimaan PPKD menggunakan Buku Penerimaan Pendapatan PPKD. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan PPKD menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan, antara lain: 1. Nota Kredit 2. Bukti Penerimaan Lainnya Yang Sah

Pembukuan Pendapatan PPKD dimulai dari saat bendahara penerimaan PPKD menerima informasi dari BUD/Kuasa BUD mengenai adanya penerimaan di rekening kas umum daerah. Langkah-langkah pencatatannya adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Nota kredit atau Bukti Penerimaan Lain yang sah,

bendahara penerimaan PPKD Buku Penerimaan PPKD pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti.

Page 289: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 42

2. Kemudian bendahara penerimaan PPKD mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan.

3. Bendahara penerimaan PPKD mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.

Berikut adalah format Buku Penerimaan PPKD dan bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan pendapatan PPKD.

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... BUKU PENERIMAAN PPKD

BENDAHARA PENERIMAAN PPKD

Menyetujui: ........., tanggal ...............

PPKD Bendahara Penerimaan PPKD (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas)

NIP. NIP.

Nomor Tanggal Kode Kredit

Bukti Lain

Kode Rekening Uraian Jumlah Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah bulan ini Jumlah s/d bulan lalu Jumlah Akhir

Page 290: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 43

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan 4. Kolom 3 diisi dengan nomor nota kredit penerimaan 5. Kolom 4 diisi dengan nomor bukti lain apa bila tidak menggunakan nota kredit 6. Kolom 5 diisi dengan kode rekening pendapatan 7. Kolom 6 diisi dengan uraian pendapatan 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah pendapatan 9. Kolom 8 diisi dengan keterangan jika diperlukan 10. Jumlah bulan ini adalah total penerimaan selama satu bulan* 11. Jumlah sampai dengan bulan lalu adalah saldo pendapatan sampai dengan bulan lalu* 12. Jumlah akhir adalah jumlah antara jumlah bulan ini ditambah jumlah sampai dengan bulan

lalu* 13. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan PPKD dan PPKD disertai

nama jelas* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD.

Page 291: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 44

1. Pembukuan Penerimaan PPKD

Uraian Bendahara Penerimaan PPKD

1. Bendahara penerimaan PPKD

menerima Nota Kredit/bukti lain yang sah dari penyetoran melalui rekening kas daerah.

2. Berdasarkan Nota Kredit/bukti lain yang sah Bendahara Penerimaan PPKD mencatat penerimaan di Rekening kas umum daerah itu pada Buku Penerimaan PPKD

3. Hasil akhir dari proses ini adalah Buku

Pendapatan PPKD

Nota Kredit/Bukti Lain yang sah

Buku Penerimaan PPKD

Melakukan Pengisian Buku Penerimaan

PPKD

Proses Penerimaan di kas umum daerah yang telah

diatur dalam PerKDH mengenai system dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah

Page 292: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 45

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA

Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban tersebut berupa Buku Penerimaan PPKD yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri dengan bukti-bukti pendukung yang sah dan lengkap. Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban bendahara penerimaan PPKD adalah sebagai berikut: 1. Bendahara penerimaan PPKD melakukan penutupan Buku Penerimaan

PPKD dan melakukan rekapitulasi perhitungan. 2. Bendahara penerimaan PPKD bukti-bukti penerimaan yang sah dan

lengkap. 3. Bendahara penerimaan PPKD menyampaikan Buku Penerimaan PPKD

yang telah dilakukan penutupan dilampiri dengan bukti penerimaan yang sah dan lengkap kepada PPKD, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban bendahara penerimaan PPKD.

Page 293: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 46

2. Penyampaian Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD

URAIAN PPKD Fungsi Verifikasi

Bendahara Penerimaan

PPKD 1. Berdasarkan Buku

Pendapatan PPKD dan Bukti penerimaan yang sah Bendahara Penerimaan PPKD menyusun Pertang-gungjawabannya

2. Bendahara Penerimaan

PPKD menyerahkan Pertanggungjawaban bendahara penerimaan PPKD kepada fungsi verifikasi PPKD

3. Dilakukan proses

verifikasi, evaluasi dan analisis untuk mendapatkan informasi pendapatan PPKD yang sinkron dan kredibel

4. PPKD melakukan

menandatangani pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagai bentuk persetujuan

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD

Buku Pendapatan PPKD

Buku Penerimaan yang sah

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD

Proses verifikasi Pertanggungjawaban

bendahara penerimaan PPKD

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan PPKD

Page 294: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 47

LAMPIRAN III : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 55 TAHUN 2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN SKPD DAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD SERTA

PENYAMPAIANNYA

1.A. BENDAHARA PENGELUARAN SKPD

1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP). Bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dalam rangka melaksanakan belanja. Dalam hal ini bendahara pengeluaran menyusun dokumen SPP yang dapat berupa: a) Uang Persediaan (UP) b) Ganti Uanag (GU) c) Tambah Uang (TU) d) Langsung (LS)

• LS untuk pembayaran Gaji & Tunjangan • LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Disamping membuat SPP Bendahara Pengeluaran juga membuat register untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara.

a. SPP Uang Persediaan (UP) Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang besaran UP. SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada kode rekening tertentu. Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:

Page 295: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 48

b) Salinan SPD c) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran d) Lampiran lain yang diperlukan

Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan pengguna anggaran.

b. SPP Ganti Uang Persediaan (GU) Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah SPJ penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu tertentu. SPP-GU tersebut dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Misal, suatu SKPD mendapatkan alokasi Uang Persediaan pada tanggal 4 Januari sebesar Rp100.000.000. Pada tanggal 20 Januari telah terlaksana 2 (dua) kegiatan yang menghabiskan uang UP sebesar Rp.80.000.000, maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp.80.000.000 dengan pembebanan pada kode rekening belanja terkait kegiatan tersebut. Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain: a) Salinan SPD b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan d) Bukti-bukti belanja yang lengkap dan sah e) Lampiran lain yang diperlukan

c. SPP Tambahan Uang (TU) Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan.

Page 296: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 49

Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali.

Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk: a) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan b) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah

ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA; Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP TU, selain dari dokumen SPP TU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain: a) Salinan SPD b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian TU d) Lampiran lain yang diperlukan

d. SPP Langsung (LS) SPP Langsung (SPP-LS); yang dipergunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP-LS dapat dikelompokkan menjadi: a. SPP-LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan b. SPP-LS untuk pengadaan Barang dan Jasa Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP LS, selain dari dokumen SPP LS itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:

Untuk SPP-LS Gaji dan Tunjangan a) Salinan SPD b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Dokumen-Dokumen Pelengkap Daftar Gaji yang terdiri atas: pembayaran gaji induk; gaji susulan; kekurangan gaji; gaji terusan; uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji

induk/gaji susulan/kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;

Page 297: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 50

SK CPNS; SK PNS; SK kenaikan pangkat; SK jabatan; kenaikan gaji berkala; surat pernyataan pelantikan; surat pernyataan masih menduduki jabatan; surat pernyataan melaksanakan tugas; daftar keluarga (KP4); fotokopi surat nikah; fotokopi akte kelahiran; surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji; daftar potongan sewa rumah dinas; surat keterangan masih sekolah/kuliah; surat pindah; surat kematian; SSP PPh Pasal 21; dan peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan

pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.

d) Lampiran lain yang diperlukan Untuk SPP-LS Barang dan Jasa a) Salinan SPD b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Dokumen-Dokumen Terkait Kegiatan (disiapkan oleh PPTK) yang

terdiri atas: salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait; SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah

ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut; surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga;

berita acara penyelesaian pekerjaan; berita acara serah terima barang dan jasa; berita acara pembayaran; kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditanda-tangani pihak

Page 298: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 51

ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank;

dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri;

berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa;

surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar wilayah kerja;

surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;

foto / buku / dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;

potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan

khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat penawaran.

d) Lampiran lain yang diperlukan

Page 299: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 52

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... REGISTER SPP/SPM/SP2D

SKPD ................ No. Jenis

UP/GU/TU/LS SPP SPM SP2D Uraian Jumlah Keterangan Tgl. Nomor Tgl. Nomor Tgl. Nomor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

........., tanggal ............... Bendahara Pengeluaran

(Tanda Tangan)

(Nama Jelas)

NIP.

Page 300: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 53

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA dan nama SKPD yang bersangkutan 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan jenis pengeluaran dengan UP/GU/TU/LS 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal pengajuan SPP 5. Kolom 4 diisi dengan Nomor SPP yang diajukan. 6. Kolom 5 diisi dengan tanggal penerbitan SPM terkait pengajuan SPP pada kolom sebelumnya 7. Kolom 6 diisi dengan Nomor SPM yang diterbitkan 8. Kolom 7 diisi dengan tanggal penerbitan SP2D terkait dengan penerbitan SPM pada kolom

sebelumnya 9. Kolom 8 diisi dengan Nomor SP2D yang diterbitkan 10. Kolom 9 diisi dengan Uraian Pengajuan 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah pencairan 12. Kolom 11 diisi dengan Keterangan yang diperlukan 13. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran disertai nama jelas 2. PEMBUKUAN BELANJA

A. Buku-Buku Yang Digunakan

Pembukuan Belanja oleh bendahara pengeluaran menggunakan: 1. Buku Kas Umum (BKU) 2. Buku Pembantu BKU sesuai dengan kebutuhan seperti:

a. Buku Pembantu Kas Tunai; b. Buku Pembantu Simpanan/Bank; c. Buku Pembantu Panjar; d. Buku Pembantu Pajak; e. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Dalam pelaksanaannya, tidak semua dokumen pembukuan digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi keuangan yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Buku apa saja yang digunakan untuk setiap transaksi akan dijelaskan dalam bagian berikutnya.

Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembukuan adalah: 1. SP2D UP/GU/TU/LS 2. Bukti transaksi yang sah dan lengkap 3. Dokumen-dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur

dalam peraturan yang berlaku Format BKU dan Buku Pembantunya adalah sebagai berikut;

Page 301: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 54

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... BUKU KAS UMUM

BENDAHARA PENGELUARAN

SKPD : ..... No. Tanggal Uraian Kode

Rekening Penerimaan Pengeluaran Saldo

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. ............... ( .................................... dengan huruf) terdiri dari: a. Tunai Rp. ........ b. Saldo Bank Rp. ........ c. Surat Berharga Rp. ........

Mengetahui: ........., tanggal ............... Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 302: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 55

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan 2. Kolom No. diisi dengan nomor urut transaksi BKU Bendahara Pengeluaran. (dimulai

dari nomor 1 dan seterusnya). Nomor urut yang digunakan adalah nomor urut per transaksi bukan per pencatatan. Maksudnya apabila satu transaksi menghasilkan dua atau lebih pencatatan, maka terhadap pencatatan kedua dan seterusnya cukup menggunakan nomor urut transaksi yang pertama kali dicatat

3. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi 4. Kolom uraian diisi dengan uraian transaksi 5. Kolom kode rekening diisi dengan nomor kode rekening. Kolom ini diisi hanya untuk

transaksi belanja 6. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah transaksi penerimaan 7. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah transaksi pengeluaran 8. Kolom saldo diisi dengan jumlah atau saldo akumulasi. 9. Kas di bendahara pengeluaran diisi nilai yang tercantum pada kolom saldo pada saat

penutupan akhir bulan. Kas di bendahara pengeluaran dapat berupa kas tunai atau simpanan di Bank. *

10. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

Page 303: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 56

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .......... BUKU PEMBANTU KAS TUNAI BENDAHARA PENGELUARAN

SKPD : .......... Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas)

NIP. NIP.

Page 304: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 57

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran tunai bendahara

pengeluaran 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran tunai pada

BKU 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran tunai 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah penerimaan tunai 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran tunai 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo kas tunai

8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna

Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggung-jawaban Bendahara Pengeluaran

Page 305: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 58

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........... BUKU PEMBANTU SIMPANAN/BANK

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : ............

Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 306: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 59

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran melalui rekening

bank bendahara pengeluaran. 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran melalui bank

pada BKU. 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran melalui bank 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah penerimaan melalui bank 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran melalui bank 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo bank

8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

Page 307: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 60

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ....... BUKU PEMBANTU PANJAR

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : ............ Tanggal No.

BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 308: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 61

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pertanggung-jawaban panjar 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pertanggung-jawaban panjar pada

BKU. 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pertanggungjawaban panjar 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah SPJ panjar 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pemberian panjar 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo sisa panjar yang masih berada pada PPTK

8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggung-jawaban Bendahara Pengeluaran

Page 309: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 62

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ BUKU PEMBANTU PAJAK

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : ............

Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 310: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 63

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan. 2. Kolom Tanggal diisi dengan tanggal pemotongan atau penyetoran pajak. 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor pemotongan atau penyetoran pajak pada BKU. 4. Kolom Uraian diisi dengan uraian pemotongan atau penyetoran pajak. 5. Kolom Penerimaan diisi dengan jumlah rupiah pemotongan pajak. 6. Kolom Pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah penyetoran pajak. 7. Kolom Saldo diisi dengan saldo/jumlah pemotongan atau penyetoran pajak. 8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna

Anggaran disertai nama jelas.* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

Page 311: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 64

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... BUKU RINCIAN OBYEK BELANJA

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : Kode Rekening : Nama Rekening : Jumlah Anggaran (DPA) : Rp. ............. Jumlah Anggaran (DPPA) : Rp. .............

Tgl No. BKU Uraian Belanja LS Belanja TU Belanja UP/GU Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 312: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 65

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan,

kode rekening, nama rekening, jumlah anggaran dan tahun anggaran 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi pengeluaran 3. Kolom no. BKU diisi dengan nomor urut BKU Bendahara Pengeluaran 4. Kolom uraian diisi dengan uraian belanja 5. Kolom belanja LS diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP LS 6. Kolom belanja TU diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP TU 7. Kolom belanja UP/GU diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP UP/GU 8. Kolom Jumlah diisi akumulasi dari setiap transaksi belanja UP/GU, TU dan LS

9. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

Page 313: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 66

B. Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU Pembukuan penerimaan SP2D UP/GU/TU merupakan proses pencatatan transaksi penerimaan SP2D UP/GU ke dalam BKU dan Buku pembantu yang terkait. Proses pembukuan dilakukan ketika bendahara pengeluaran menerima SP2D UP/GU/TU dari BUD/Kuasa BUD. Pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang tercantum di SP2D sebagai "penerimaan SP2D" di : 1. BKU pada kolom penerimaan. 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan.

Bendahara pengeluaran dapat mencairkan UP/GU/TU yang terdapat di bank ke kas tunai. Pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang dicairkan sebagai "pergeseran uang" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran 2. Buku Pembantu simpanan/Bank pada kolom pengeluaran 3. BKU pada kolom penerimaan 4. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom penerimaan

Apabila atas persetujuan Pengguna Anggaran, bendahara pengeluaran melakukan pelimpahan uang persediaan ke bendahara pengeluaran pembantu maka pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang dilimpahkan sebagai "pelimpahan UP" di : 1. BKU pada kolom pengeluaran 2. Buku Pembantu simpanan/bank pada kolom pengeluaran

Untuk keperluan pengendalian, bendahara pengeluaran dapat membuat buku pembantu yang dioperasikan secara khusus untuk memantau jumlah uang persediaan pada bendahara pembantu. Berikut adalah bagan alir untuk menggambarkan prosedur di atas

Page 314: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 67

B.1. Penatausahaan Penerimaan SP2D UP/GU/TU

Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menerima SP2D UP/GU/TU 2. Bendahara pengeluaran

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan

3. Kemudian Bendahara

pengeluaran melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan

4. Hasil akhir proses ini adalah BKU

dan Buku Pembantu Simpanan/Bank yang sudah terupdate

Proses Penerbitan SP2D UP/GU/TU

SP2D UP/GU/TU

Melakukan pengisian BKU

Melakukan pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

BKU

Buku Pembantu Simpanan/Bank

Page 315: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 68

B.2. Pembukuan Pergeseran Dana dari Rekening Bank Bendahara

Pengeluaran Ke Kas Tunai Bendahara Pengeluaran

Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menyiapkan bukti pergeseran dana

2. Berdasarkan bukti tersebut,

bendahara pengeluaran mencatat di BKU pada kolom pengeluaran

3. Bendahara pengeluaran mencatat

di BKU pada kolom penerimaan. Jumlah yang dicatat sama dengan jumlah yang dicatat pada kolom pengeluaran

4. Kemudian Bendahara

pengeluaran mencatat di Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran

5. Selanjutnya Bendahara

pengeluaran mencatat di buku pembantu kas tunai pada kolom penerimaan

6. Hasil dari proses ini adalah BKU

dan Buku Pembantu BKU yang ter update

Proses Pergeseran Dana

Slip penarikan/ bukti lainnya yang sah

Melakukan pengisian BKU pada kolom

pengeluaran

Melakukan pengisian BKU pada kolom penerimaan

BKU Buku Pembantu Simpanan/Bank

Melakukan pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai

Buku Pembantu Kas Tunai

Page 316: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 69

B.3. Pembukuan Pelimpahan Dana UP/GU ke Bendahara Pengeluaran Pembantu Uraian Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara

pengeluaran melakukan transfer dana ke rekening bank bendahara pengeluaran pembantu

2. Berdasarkan bukti

transer, bendahara pengeluaran mencatat di BKU – pada kolom pengeluaran

3. Bendahara

pengeluaran mencatat di Buku Pem-bantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran

4. Bendahara

pengeluaran pembantu mencatat penerimaan di BKU

5. Bendahara

pengeluaran pembantu mencatat penerimaan di Buku Pembantu Simpanan/ Bank

6. Hasil dari proses ini

adalah BKU pembantu dan Buku Pembantu BKU yang ter update

Proses Pergeseran Dana

Buku transfer Nota Kredit

BKU

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Buku Pembantu Simpanan/BAnk

BKU

Buku Pembantu Simpanan/BAnk

Page 317: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 70

C. Pembukuan Belanja menggunakan Uang Persediaan Dalam proses belanja menggunakan uang persediaan, terdapat kemungkinan 2 (dua) cara bagi bendahara pengeluaran dalam melakukan pembayaran. Pertama, bendahara pengeluaran melakukan pembayaran tanpa melalui panjar. Kedua, bendahara pengeluaran melakukan pembayaran melalui panjar terlebih dahulu kepada PPTK. 1) Pembukuan pembayaran belanja tanpa melalui uang panjar

Proses pembukuan dimulai ketika Bendahara pengeluaran membayarkan sejumlah uang atas belanja yang telah dilakukan. Pembayaran dapat saja menggunakan uang yang ada di kas tunai maupun uang yang ada di rekening bank bendahara pengeluaran.

Berdasarkan bukti-bukti belanja yang disiapkan oleh PPTK, bendahara melakukan pembayaran. Atas pembayaran tersebut, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU, TU.

Jika pembayaran dilakukan dengan transfer dari rekening bank, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU, TU.

Apabila bendahara pengeluaran melakukan pungutan pajak atas transaksi belanja di atas, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang dipotong sebagai "pemotongan PPh/PPN" di:

1. BKU pada kolom penerimaan.

2. Buku Pembantu Pajak pada kolom penerimaan.

Ketika bendahara pengeluaran penyetoran atas pungutan pajak, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang disetorkan sebagai "setoran PPh/PPN" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Pajak pada kolom pengeluaran.

Page 318: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 71

C.1.1. Pembukuan Belanja UP/GU/TU – Rekening Bank Bendahara

Pengeluaran Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menyiapkan bukti belanja dan bukti pembayaran yang terkait

2. Bendahara pengeluaran

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Bendahara pengeluaran

melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran

4. Kemudian Bendahara

pengeluaran melakukan proses pengisian buku pembantu rincian obyek belanja.

5. Hasil akhir dari proses ini adalah

BKU dan Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Proses Belanja UP/GU/TU

Buku Belanja

Melakukan pengisian BKU

BKU Buku Pembantu Simpanan/Bank

Melakukan pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Melakukan pengisian Buku Pembantu

rincian obyek belanja

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Bukti Pembayaran

Page 319: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 72

C.1.2. Pembukuan Belanja UP/GU/TU – Kas Tunai Bendahara Pengeluaran Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran menyiapkan bukti

belanja dan bukti pembayaran yang terkait

2. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Bendahara pengeluaran melakukan

proses pengisian Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran

4. Kemudian Bendahara pengeluaran

melakukan proses pengisian buku pembantu rincian obyek belanja.

5. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Proses Belanja UP/GU/TU

Buku Belanja

Melakukan pengisian BKU

BKU Buku Pembantu Kas Tunai

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas

Tunai

Melakukan pengisian Buku Pembantu

rincian obyek belanja

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Bukti Pembayaran

Page 320: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 73

2) Pembukuan belanja melalui uang panjar Pembukuan atas uang panjar merupakan proses pencatatan pemberian uang panjar ke PPTK termasuk didalamnya pencatatan atas pertanggungjawaban yang diberikan oleh PPTK untuk uang panjar yang diterimanya. Proses pembukuan dimulai ketika Bendahara Pengeluaran memberikan uang panjar kepada PPTK untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan Nota Pencairan Dana (NPD), memo persetujuan PA/KPA, serta bukti pengeluaran uang/bukti lainnya yang sah, Bendahara Pengeluaran mencatat pemberian uang panjar sebesar uang yang diberikan di: 1. BKU pada kolom pengeluaran 2. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran 3. Buku Pembantu Panjar pada kolom pengeluaran

Apabila pemberian panjar dilakukan dengan transfer dari rekening bank, Bendahara Pengeluaran mencatat pemberian uang panjar sebesar uang yang diberikan di : 1. BKU pada kolom pengeluaran 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran 3. Buku Pembantu Panjar pada kolom pengeluaran Langkah-langkah dalam membukukan pertanggungjawaban uang panjar adalah sebagai berikut: 1. Bendahara Pengeluaran menerima bukti belanja/bukti pengeluaran

uang/bukti lainnya yang sah dari PPTK sebagai bentuk pertanggungjawaban uang panjar. Setelah pertanggungjawaban tersebut diterima, Bendahara Pengeluaran mencatat pengembalian panjar di: • BKU pada kolom penerimaan • Buku pembantu panjar pada kolom penerimaan Jumlah yang dicatat sebesar jumlah uang panjar yang pernah diberikan.

2. Bendahara Pengeluaran kemudian mencatat belanja yang sebenarnya terjadi berdasarkan pertanggungjawaban yang diberikan PPTK. Belanja tersebut dicatat di: • BKU pada kolom pengeluaran • Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Page 321: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 74

3. Apabila uang panjar yang diberikan lebih besar daripada belanja yang

dilakukan, PPTK mengembalikan kelebihan tersebut. Atas pengembalian itu Bendahara Pengeluaran mencatat di: • Buku Pembantu Kas Tunai atau Buku Pembantu Bank/Simpanan

pada kolom penerimaan sebesar jumlah yang dikembalikan

4. Apabila uang panjar yang diberikan lebih kecil daripada belanja yang dilakukan, Bendahara Pengeluaran membayar kekurangannya kepada PPTK. Atas pembayaran itu Bendahara Pengeluaran mencatat di: • Buku Pembantu Kas Tunai atau Buku Pembantu Bank/Simpanan

pada kolom pengeluaran sebesar jumlah yang dibayarkan

Page 322: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 75

C.2.1. Pembukuan Pemberian Uang Panjar Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran menyiapkan

NPD, memo persetujuan, bukti pembayaran/bukti lainnya yang sah

2. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Jika uang panjar diberikan melalui kas

tunai, maka bendahara pengeluaran melakukan proses pengisian Buku Pembantu Kas Tunai Kolom Pengeluaran

4. Jika uang panjar diberikan melalui

rekening bank, maka bendahara pengeluaran melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank Kolom Pengeluaran

5. Kemudian bendahara pengeluaran

melakukan proses pengisian buku pembantu panjar pada kolom pengeluaran

6. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU

dan Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Proses Pemberian uang panjar

NPD

Melakukan pengisian BKU

BKU

Buku Pembantu Panjar

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai

Melakukan pengisian Buku pembantu

Buku Pembantu Simpanan/ Bank

Memo persetujuan

Bukti Pembayaran

Apakah pemberian uang panjar melalui

kas tunai

Ya

Buku Pembantu kas tunai

Tidak

Melakukan pengisian Buku Simpanan/Bank

Page 323: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 76

C.2.2.A. Pembukuan Pertanggungjawaban Uang Panjar

Uraian Bendahara Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran menerima

bukti belanja/bukti pengeluaran uang lainnya dari PPTK dan sejumlah uang yang berasal dari sisa uang panjar

2. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan. Jumlah yang dicatat sebesar jumlah uang panjar yang pernah diberikan

3. Kemudian bendahara pengeluaran

melakukan proses pengisian Buku Pembantu panjar pada kolom penerimaan sebesar uang panjar yang pernah diberikan

4. Bendahara pengeluaran kemudian

mencatat belanja di BKU pada kolom pengeluaran. Jumlah yang dicatat sebesar pertanggungjawaban yang diberikan PPTK

5. Bendahara Pengeluaran mencatat

belanja pada buku pembantu rincian obyek.

6. Proses selanjutnya adalah

pencatatan aktual belanja yang dilakukan. Apakah Uang Panjar kurang dari jumlah belanja atau lebih dari jumlah belanja

Proses pertanggung-jawaban uang panjar

Buku Belanja

Melakukan pengisian BKU

Melakukan pengisian Buku Pembantu Panjar

Melakukan pengisian BKU

Uang

Melakukan pengisian Buku Pembantu Rincian Obyek

Belanja

A

Page 324: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 77

C.2.2.B. Pembukuan Pertanggungjawaban Uang Panjar Uraian Bendahar Pengeluaran

7. Jika uang panjar lebih besar dari

pada belanja, maka PPTK wajib mengembalikan sisa uang panjar tersebut. Bendahara pengeluaran mencatat pengembalian uang panjar dalam buku pembantu kas tunai atau buku pembantu simpanan/bank pada kolom penerimaan. Sejumlah sisa uang panjar.

8. Jika uang panjar kurang dari nilai

belanja, bendahara pengeluaran melakukan pembayaran atas kekurangan tersebut. Bendahara pengeluaran mencatat pembayaran tersebut pada buku pembantu kas tunai atau buku pembantu simpanan/bank pada kolom pengeluaran. Sejumlah kekurangan uang panjar.

9. Hasil akhir dari proses ini adalah

BKU – bendahara pengeluaran dan Buku Pembantu BKU – Bendahara Pengeluaran yang sudah ter update

A

Apakah Uang Panjar Lebih/ kurang

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai atau Pembantu Simpanan/ Bank

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai atau Pembantu Simpanan/ Bank

BKU

Buku Pembantu Kas Tunai

Buku Pembantu Simpanan/ Bank

Buku Pembantu Panjar

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Lebih

Kurang

Page 325: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 78

D. Pembukuan Belanja Melalui LS 1) Pembukuan SP2D LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Pembukuan atas proses belanja LS untuk pengadaan barang dan jasa dimulai ketika bendahara pengeluaran menerima SP2D LS barang dan Jasa dari BUD atau Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran. Pembukuan dilakukan sebesar jumlah belanja bruto (sebelum dikurangi potongan) sebagai "belanja pengadaan barang dan jasa" di: 1. BKU pada kolom penerimaan dan pengeluaran pada tanggal yang

sama 2. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja yang terkait pada kolom

belanja LS.

Terhadap informasi potongan pajak terkait belanja pengadaan barang dan jasa, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang dipotong sebagai "pemotongan PPh/PPN" di: 1. BKU pada kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada tanggal

yang sama. 2. Buku Pembantu Pajak pada kolom penerimaan dan kolom

pengeluaran pada tanggal yang sama.

2) Pembukuan SP2D LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan Pembukuan atas SP2D LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan dimulai ketika bendahara pengeluaran menerima SP2D LS Gaji dari BUD atau Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran. Pembukuan dilakukan sebesar jumlah belanja bruto (sebelum dikurangi potongan) sebagai "belanja gaji dan tunjangan" di: 1. BKU pada kolom penerimaan dan pengeluaran 2. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja pada kolom belanja LS, untuk

setiap kode rekening belanja gaji dan tunjangan yang terdapat di SP2D.

Page 326: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 79

D.1. Penatausahaan Belanja SP2D LS Barang dan Jasa Uraian Bendahar Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menerima SP2D LS barang dan Jasa untuk belanja yang dilakukan

2. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan

3. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran. Tanggal dan jumlah yang dicatat sama dengan tanggal dan jumlah yang dicatat di kolom penerimaan

4. Bendahara pengeluaran

melakukan proses Pengisian buku pembantu rincian obyek belanja.

5. Hasil akhir dari proses ini adalah

BKU dan Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Melakukan pengisian BKU pada kolom penerimaan

Melakukan pengisian Buku pembantu rincian obyek belanja

Buku Bendahara Pengeluaran

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Proses penerbitan SP2D LS Barang dan Jasa

SP2D LS Barang dan Jasa

Melakukan pengisian BKU pada kolom pengeluaran

Page 327: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 80

D.2. Penatausahaan Belanja SP2D LS Gaji Uraian Bendahar Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menerima SP2D LS Gaji untuk belanja yang dilakukan

2. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan

3. Bendahara pengeluaran kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran. Tanggal dan jumlah yang dicatat sama dengan tanggal dan jumlah yang dicatat di kolom penerimaan

4. Bendahara pengeluaran

melakukan proses pengisian buku pembantu rincian obyek belanja.

5. Hasil akhir dari proses ini adalah

BKU dan Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Melakukan pengisian BKU pada kolom penerimaan

Melakukan pengisian Buku pembantu rincian obyek belanja

Buku Bendahara Pengeluaran

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Proses penerbitan SP2D LS Gaji

SP2D LS Gaji

Melakukan pengisian BKU pada kolom pengeluaran

Page 328: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 81

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggung-jawaban atas pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya. Pertanggungjawaban tersebut terdiri atas: • pertanggungjawaban penggunaan UP • pertanggungjawaban penggunaan TU • pertanggungjawaban administratif • pertanggungjawaban fungsional.

A. Pertanggungjawaban Penggunaan Uang Persediaan

Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan uang persediaan setiap akan mengajukan GU. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan dan dilampiri dengan bukti-bukti belanja yang sah. Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban uang persediaan adalah sebagai berikut: 1) Mengumpulkan bukti-bukti yang sah atas belanja yang menggunakan

uang persediaan termasuk bukti-bukti yang dikumpulkan oleh bendahara pengeluaran pembantu, jika ada sebagian uang persediaan yang sebelumnya dilimpahkan kepada bendahara pengeluaran pembantu

2) Berdasarkan bukti-bukti yang sah tersebut bendahara pengeluaran merekapitulasi belanja kedalam Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan sesuai dengan program dan kegiatannya masing-masing.

3) Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan tersebut dijadikan lampiran pengajuan SPP-GU

Page 329: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 82

PEMEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA ........... LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN UANG PERSEDIAAN

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : ....................... Tahun Anggaran : .......................

Kode Rekening Uraian Jumlah

Total Uang Persediaan Awal Periode Uang Persediaan Akhir Periode

......... , Tanggal .......... Bendahara Pengeluaran

(Tand Tangan)

(Nama Jelas)

NIP.

Page 330: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 83

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan dan tahun

anggaran. 2. Kolom kode rekening diisi dengan kode rekening mulai dari kode rekening kegiatan, belanja sampai

dengan rincian obyek. 3. Kolom uraian diisi dengan uraian nama kegiatan dan belanja sampai dengan rincian obyek. 4. Kolom belanja diisi dengan jumlah rupiah belanja untuk kode rekening setiap rincian obyek belanja. 5. Kolom tanda tangan diisi dengan tanda tangan bendahara pengeluaran disertai nama jelas

Page 331: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 84

B. Pertanggungjawaban Penggunanan TU Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan TU apabila TU yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan untuk membiayai suatu kegiatan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU diterima.

Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan. Dokumen ini dilampirkan dengan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap. Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban TU adalah sebagai berikut: 1) Bendahara pengeluaran mengumpulkan bukti-bukti belanja yang sah atas

penggunaan tambahan uang persediaan. 2) Apabila terdapat TU yang tidak digunakan bendahara pengeluaran

melakukan setoran ke Kas Umum Daerah. Surat Tanda Setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran laporan pertanggungjawaban TU.

3) Berdasarkan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap tersebut dan bukti penyetoran sisa tambahan uang persediaan (apabila tambahan uang persediaan melebihi belanja yang dilakukan) bendahara pengeluaran merekapitulasi belanja kedalam Laporan Pertanggung-jawaban Tambahan Uang Persediaan sesuai dengan program dan kegiatannya yang dicantumkan pada awal pengajuan TU.

4) Laporan pertanggungjawaban tersebut kemudian diberikan kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD.

5) PPK SKPD kemudian melakukan verifikasi atas pertanggung-jawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran.

6) Pengguna Anggaran kemudian menandatangani laporan pertanggungjawaban TU sebagai bentuk pengesahan.

Page 332: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 85

7) PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA ................ LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

BENDAHARA PENGELUARAN

SKPD : ....................... Tahun Anggaran : ....................... Program : ....................... / .................... Kegiatan : ....................... / .................... Tanggal SP2D TU : .......................

Menyetujui: .........Tanggal........ Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Tanda Tangan) (Tanda Tanan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP. *Sisa tambahan uang persediaan telah disetor ke Kas Umum Daerah pada tanggal ...

Kode Rekening Uraian Jumlah

Total

Tambahan Uang Persediaan

Sisa Tambahan Uang Persediaan *

Page 333: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 86

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. nama SKPD yang bersangkutan dan

tahun anggaran 2. Program diisi dengan kode dan nama program yang dibiayai dengan TU 3. Kegiatan diisi dengan kode dan nama kegiatan yang dibiayai dengan TU 4. Tanggal SP2D TU diisi dengan tanggal terbitnya SP2D TU 5. Kolom kode rekening diisi dengan kode rekening belanja 6. Kolom uraian diisi dengan uraian nama kode rekening belanja 7. Kolom jumlah diisi dengan jumlah rupiah belanja untuk kode rekening setiap rincian obyek

belanja 8. Jumlah adalah total belanja dengan uang TU 9. Tambahan Uang Persediaan diisi jumlah Tambahan Uang Persediaan yang diberikan 10. Sisa Tambahan Uang Persediaan adalah Tambahan Uang Persediaan dikurang jumlah total

belanja. Apabila hasilnya positif maka ada sisa dana TU yang harus dikembalikan ke Kas Umum

Page 334: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 87

B. Pertanggungjawaban Penggunaan TU

Uraian PA/KPA PPK SKPD Bendahara

Pengeluaran

1. Bendahara pengeluaran

menyiapkan bukti setoran sisa dana TU ke rekening kas umum daerah dan bukti belanja atas penggunaan dana TU

2. Bendahara pengeluaran

membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana TU dan menyampaikan ke PAlKPA melalui PPK SKPD

3. PPK SKPKD melakukan

verifikasi atas pertanggung-jawaban yang disampaikan dan kemudian memberikan kepada PAI KPA untuk mendapatkan pengesahan

4. PA/KPA melakukan proses

pengesahan atas laporan pertanggung-jawaban penggunaan tambahan uang persediaan

5. PA/KPA kemudian

memberikan laporan pertanggungjawaban tambahan uang persediaan kepada Bendahara Pengeluaran

6. Bendahara pengeluaran

kemudian memberikan laporan pertanggung-jawaban tambahan uang persediaan dan bukti setor kepada BUD/Kuasa BUD

C. Pertanggungjawaban Administratif

Buku Setoran

Buku Belanja

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Proses Pengesahan

Apakah disetujui?

YA

Tidak

Bukti setoran dan iaporan pertanggung-jawaban kemudian di berikan kepada BUD/Kuasa BUD

Page 335: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 88

Pertanggungjawaban administratif dibuat oleh bendahara pengeluaran dan disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban administratif tersebut berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini merupakan penggabungan dengan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Pertanggungjawaban administratif berupa SPJ dilampiri dengan: a. Buku Kas Umum; b. Laporan Penutupan Kas; dan c. SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

Langkah-langkah dalam membuat dan menyampaikan SPJ bendahara pengeluaran adalah sebagai berikut: 1) Bendahara pengeluaran menyiapkan laporan penutupan kas. 2) Bendahara pengeluaran melakukan rekapitulasi jumlah-jumlah belanja

dan item terkait lainnya berdasarkan BKU dan buku pembantu BKU lainnya serta khususnya Buku Pembantu Rincian Obyek untuk mendapatkan nilai belanja per rincian obyek.

3) Bendahara pengeluaran menggabungkan hasil rekapitulasi tersebut dengan hasil yang ada di SPJ Bendahara pengeluaran pembantu.

4) Berdasarkan rekapitulasi dan penggabungan itu, bendahara pengeluaran membuat SPJ atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya.

5) Dokumen SPJ beserta BKU, laporan penutupan kas dan SPJ bendahara pengeluaran pembantu kemudian diberikan ke PPK SKPD untuk dilakukan verifikasi.

6) Setelah mendapatkan verifikasi, Pengguna Anggaran menandatangani sebagai bentuk pengesahan.

Page 336: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 89

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ LAPORAN PENUTUPAN KAS BULANAN

Bulan .......... Tahun ......

Kepada Yth. .............................. .............................. Di Tempat

Dengan memperhatikan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ........... No...... Tahun .... mengenai Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, bersama ini kami sampaikan Laporan Penutupan Kas Bulanan yang terdapat di bendahara pengeluaran SKPD .......................... adalah sejumlah Rp. ............ dengan perincian sebagai berikut:

A. Kas di Bendahara Pengeluaran A.1. Saldo awal bulan tanggal ... Rp. A.2. Jumlah Penerimaan Rp. A.3. Jumlah Pengeluaran Rp. . A.4. Saldo Akhir bulan tanggal. Rp.

Saldo akhir bulan tanggal .......... terdiri dari saldo di kas tunai sebesar Rp. .......... dan saldo di bank sebesar Rp .....

B. Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu B.1. Saldo awal bulan tanggal Rp. B.2. Jumlah Penerimaan Rp. B.3. Jumlah Pengeluaran Rp. . B.4. Saldo Akhir bulan tanggal. Rp.

Saldo akhir bulan tanggal .......... terdiri dari saldo di kas tunai sebesar Rp. .......... dan saldo di bank sebesar Rp .....

C. Rekapitulasi Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran C.1. Saldo di Kas Tunai Rp. C.2. Saldo di Bank Rp. . C.3. Saldo total Rp.

................, .................... Bendahara Pengeluaran Tanda tangan (nama kelas) NIP

Page 337: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 90

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN

(SPJ BELANJA ADMINISTRATIF)

SKPD : Pengguna Anggaran : Bendahara Pengeluaran : Tahun Anggaran : Bulan : (dalam rupiah)

Kode Rekening Uraian Jumlah

Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8) 10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13) JUMLAH Penerimaan

- SP2D - Potongan Pajak

a. PPN b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan

Page 338: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 91

Kode Rekening Uraian Jumlah

Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8) 10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13) Pengeluaran

- SPJ (LS + UP/GU/TU)

- Penyetoran Pajak a. PPN b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan Saldo Kas

Menyetujui : ................, tanggal ........

Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP

Page 339: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 92

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan nama pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran, nama bendahara pengeluaran, tahun anggaran dan bulan. 2. Kolom 1 diisi dengan kode rekening. 3. Kolom 2 diisi dengan uraian nama kode rekening 4. Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing kode rekening. 5. Kolom 4 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan

bulan lalu 6. Kolom 5 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan

bulan ini 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu 9. Kolom 8 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 10. Kolom 9 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan ini 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan lalu 12. Kolom 11 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU bulan ini 13. Kolom 12 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 14. Kolom 13 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 15. Kolom 14 diisi dengan jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran dikurangi dengan jumlah SPJ atas

penggunaan dana LS=UP/GU/TU sampai dengan bulan ini.

Page 340: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 93

D. Pertanggungjawaban Fungsional Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran dan disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan dengan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. SPJ tersebut dilampiri dengan: • Laporan Penutupan Kas • SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

Page 341: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 94

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN

(SPJ BELANJA FUNGSIONAL)

SKPD : Pengguna Anggaran : Bendahara Pengeluaran : Tahun Anggaran : Bulan : (dalam rupiah)

Kode Rekening Uraian Jumlah

Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8) 10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13) JUMLAH Penerimaan

- SP2D - Potongan Pajak

a. PPN b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan

Kode

Rekening Uraian Jumlah Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8) 10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13) Pengeluaran

- SPJ (LS + UP/GU/TU)

- Penyetoran Pajak a. PPN b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Pengeluaran Saldo Kas

Menyetujui : ................, tanggal ........

Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP

Page 342: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 95

Cara Pengisian:

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan nama pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, nama bendahara pengeluaran, tahun anggaran dan bulan.

2. Kolom 1 diisi dengan kode rekening. 3. Kolom 2 diisi dengan uraian nama kode rekening 4. Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing kode rekening. 5. Kolom 4 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan

bulan lalu. 6. Kolom 5 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan

bulan ini 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu 9. Kolom 8 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 10. Kolom 9 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan ini 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan lalu 12. Kolom 11 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU bulan ini 13. Kolom 12 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 14. Kolom 13 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 15. Kolom 14 diisi dengan jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran dikurangi dengan jumlah SPJ atas

penggunaan dana LS=UP/GU/TU sampai dengan bulan ini.

Page 343: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 96

C & D. Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

Uraian PPKD Selaku BUD

Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara

Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Berdasarkan SPJ

Bendahara Pengeluaran Pembantu, BKU Bendahara Pengeluaran dan Buku Pembantu, Bendahara Pengeluaran membuat SPJ Bendahara Pengeluaran berupa SPJ Administratif dan SPJ Fungsional

2. Bendahara Pengeluaran

menyerahkan SPJ administratif kepada pengguna anggaran melauli PPK SKPD untuk di verifikasi

3. PPK SKPD melakukan

verifikasi atas SPJ yang disampaikan dan kemudian memberikan kepada Pengguna Anggaran untuk disahkan

4. Bendahara Pengeluaran

menyerahkan SPJ Fungsional kepada PPKD selaku BUD

5.

SPJ pengeluaran pembantu

SPJ pengeluaran pembantu

Buku pembantu BKU

BKU bendahara pengeluaran

SPJ administratif

SPJ Fungsional

Dokumen pendukung SPJ

SPJ administratif

Dokumen pendukung SPJ

SPJ administratif

Dokumen pendukung SPJ

SPJ administratif

Dokumen pendukung SPJ

SPJ Fungsional

Dokumen pendukung SPJ

Apakah disetujui?

Ya

Tidak

Page 344: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 97

1.B. BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD

1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilakukan bendahara pengeluaran pembantu meliputi : a. Tambah Uang (TU) b. Langsung (LS) Barang dan Jasa

Bendahara pengeluaran pembantu hanya bisa mengajukan SPP TU dan SPP LS pengadaan Barang dan Jasa karena untuk UP/GU dan LS gaji hanya boleh dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Disamping membuat SPP bendahara pengeluaran pembantu juga membuat reglster untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara pengeluaran pembantu. A. SPP Tambahan Uang (TU)

Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran pembantu, dan uang persediaan yang diberikan oleh bendahara pengeluaran tidak mencukupi karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran pembantu dapat mengajukan SPP Tambahan Uang (TU). Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP TU ini harus dipertanggungjawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali.

Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk: a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah

ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali KPA;

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP TU, selain dari dokumen SPP TU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain: a) Salinan SPD

Page 345: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 98

b) Draft Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran c) Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian TU d) Lampiran lain yang diperlukan Setelah itu bendahara pengeluaran pembantu mengisi dokumen SPP TU yang telah disiapkan.

B. SPP Langsung (LS) Bendahara pengeluaran pembantu dapat mengajukan SPP-LS Barang dan Jasa kepada Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD berdasarkan dokumen-dokumen yang disiapkan oleh PPTK. Adapun dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan, selain dari dokumen SPP-LS Barang dan Jasa itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain: a) Salinan SPD b) Draft Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran c) Dokumen- Dokumen Terkait Kegiatan (disiapkan oleh PPTK) yang

terdiri atas: o salinan SPD; o salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait; o SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah

ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut; o surat perjanjian kerja sama/kontrak antara pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga;

o berita acara penyelesaian pekerjaan; o berita acara serah terima barang dan jasa; o berita acara pembayaran; o kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak

ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

o surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluaDPAn oleh bank atau lembaga keuangan non bank;

o dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri;

o berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut

Page 346: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 99

lampiran daftar barang yang diperiksa; o surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang

dilaksanakan di luar wilayah kerja; o surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan

pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;

o foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan

o potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan

o khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat penawaran.

d) Lampiran lain yang diperlukan Setelah itu bendahara pengeluaran pembantu mengisi dokumen SPP-LS yang telah disiapkan.

Page 347: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 100

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ REGISTER SPP/SPM/SP2D

SKPD ..........

No. Jenis UP/GU/TU

SPP SPM SP2D Uraian Jumlah Keterangan Tgl. No. Tgl. No. Tgl. No.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

............., Tanggal ................ Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan)

(Nama Jelas) NIP

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA dan nama SKPD yang bersangkutan 2. Kolom 1. diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan jenis pengajuan khusus bendahara pengeluaran pembantu hanya bisa

mengajukan TU/LS 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal pengajuan SPP 5. Kolom 4 diisi dengan Nomor SPP yang diajukan 6. Kolom 5 diisi dengan tanggal penerbitan SPM terkait pengajuan SPP pada kolom sebelumnya 7. Kolom 6 diisi dengan Nomor SPM yang diterbitkan 8. Kolom 7 diisi dengan tanggal penerbitan SP2D terkait dengan penerbitan SPM pada kolom

sebelumnya 9. Kolom 8 diisi dengan Nomor SP2D yang diterbitkan

10. Kolom 9 diisi dengan Uraian Pengajuan 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah pencairan 12. Kolom 11 diisi dengan keterangan yang diperlukan 2. PEMBUKUAN

A. Buku-Buku Yang Digunakan. Pembukuan Belanja oleh bendahara pengeluaran pembantu menggunakan:

Page 348: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 101

1. Buku Kas Umum (BKU) 2. Buku Pembantu BKU yang terdiri dari:

a. Buku Pembantu Kas Tunai; b. Buku Pembantu Simpanan/Bank; c. Buku Pembantu Pajak; d. Buku Pembantu Panjar; e. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja.

Dalam pelaksanaannya, tidak semua dokumen pembukuan digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi keuangan yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran pembantu. Dokumen-dokumen pembukuan apa saja yang digunakan untuk setiap transaksi akan dijelaskan dalam bagian berikutnya Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembukuan adalah: 1. SP2D TU/LS 2. Dokumen-dokumen pendukung lainnya yang menjadi kelengkapan

masing-masing SP2D sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Format BKU dan Buku Pembantunya adalah sebagai berikut:

Page 349: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 102

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ BUKU KAS UMUM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

SKPD : ..... No. Tanggal Uraian Kode

Rekening Penerimaan Pengeluaran Saldo

Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu Rp. ............... ( .................................... dengan huruf) terdiri dari: a. Tunai Rp. ........ b. Saldo Bank Rp. ........

Mengetahui: ........., tanggal ............... Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan Pembantu (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 350: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 103

Cara Pengisian: 11. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan 12. Kolom No. diisi dengan nomor urut transaksi BKU (dimulai dari nomor 1 dan

seterusnya). Nomor urut yang digunakan adalah nomor urut per transaksi bukan per pencatatan. Maksudnya apabila satu transaksi menghasilkan dua atau lebih pencatatan, maka terhadap pencatatan kedua dan seterusnya cukup menggunakan nomor urut transaksi yang pertama kali dicatat

13. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi 14. Kolom uraian diisi dengan uraian transaksi 15. Kolom kode rekening diisi dengan nomor kode rekening. Kolom ini diisi hanya untuk

transaksi belanja 16. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah transaksi penerimaan 17. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah transaksi pengeluaran 18. Kolom saldo diisi dengan jumlah atau saldo akumulasi. 19. Kas di bendahara pengeluaran pembantu diisi nilai yang tercantum pada kolom saldo

pada saat penutupan akhir bulan. Kas di bendahara pengeluaran pembantu dapat berupa kas tunai atau simpanan di Bank *

20. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa Pengguna Anggaran disertai nama jelas.*

• Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Page 351: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 104

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .......... BUKU PEMBANTU KAS TUNAI

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD : .......... Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 352: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 105

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran tunai bendahara

pengeluaran pembantu 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran tunai pada

BKU 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran tunai 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah penerimaan tunai 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran tunai 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo kas tunai 8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan

Kuasa Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggung-jawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Page 353: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 106

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........... BUKU PEMBANTU SIMPANAN/BANK

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD : ............

Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ............... , Tanggal ................ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 354: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 107

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang

bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran melalui rekening

bank bendahara pengeluaran pembantu. 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran melalui bank

pada BKU. 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pengeluaran melalui bank 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah penerimaan melalui bank 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran melalui bank 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo bank

8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Page 355: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 108

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ....... BUKU PEMBANTU PANJAR

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD : ............ Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 356: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 109

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan. 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal penerimaan atau pertanggung-jawaban panjar. 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor urut penerimaan atau pertanggung-jawaban panjar pada

BKU. 4. Kolom uraian diisi dengan uraian penerimaan atau pertanggungjawaban panjar 5. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah SPJ panjar 6. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah pemberian panjar 7. Kolom saldo diisi dengan jumlah/saldo sisa panjar yang masih berada pada PPTK 8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa

Pengguna Anggaran disertai nama jelas.* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggung-jawaban Bendahara Pengeluaran

Page 357: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 110

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ BUKU PEMBANTU PAJAK

BENDAHARA PENGELUARAN SKPD : ............

Tanggal No. BKU Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 358: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 111

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan. 2. Kolom Tanggal diisi dengan tanggal pemotongan atau penyetoran pajak. 3. Kolom No. BKU diisi dengan nomor pemotongan atau penyetoran pajak pada BKU. 4. Kolom Uraian diisi dengan uraian pemotongan atau penyetoran pajak. 5. Kolom Penerimaan diisi dengan jumlah rupiah pemotongan pajak atau penyetoran pajak. 6. Kolom Pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah penyetoran pajak atau penyetoran pajak. 7. Kolom Saldo diisi dengan saldo/jumlah pemotongan atau penyetoran pajak. 8. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa

Pengguna Anggaran disertai nama jelas.* * Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Page 359: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 112

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... BUKU RINCIAN OBYEK BELANJA

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD : Kode Rekening : Nama Rekening : Jumlah Anggaran (DPA) : Rp. ............. Jumlah Anggaran (DPPA) : Rp. .............

Tgl. No. BKU Uraian Belanja LS Belanja TU Belanja UP/GU Saldo

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 360: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 113

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan,

kode rekening, nama rekening, jumlah anggaran (DPPA) dan jumlah anggaran (DPPA) apabila ada.

2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi pengeluaran 3. Kolom no. BKU diisi dengan nomor urut BKU Bendahara Pengeluaran Pembantu 4. Kolom uraian diisi dengan uraian belanja 5. Kolom belanja LS diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP LS 6. Kolom belanja TU diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP TU 7. Kolom belanja UP/GU diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP UP/GU 8. Kolom Jumlah diisi akumulasi dari setiap transaksi belanja UP/GU, TU dan LS

9. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa Pengguna Anggaran disertai nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Page 361: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 114

B. Pembukuan Penerimaan SP2D TU dan Pelimpahan UP/GU

Pembukuan penerimaan SP2D TU merupakan proses pencatatan transaksi penerimaan SP2D TU ke dalam BKU dan Buku pembantu yang terkait. Proses pembukuan dilakukan ketika bendahara pengeluaran pembantu menerima SP2D TU dari BUD/Kuasa BUD. Pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang tercantum di SP2D sebagai "penerimaan SP2D" di : 1. BKU pada kolom penerimaan. 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan.

Atas persetujuan Pengguna Anggaran, bendahara pengeluaran melakukan pelimpahan uang persediaan ke bendahara pengeluaran pembantu. Atas dasar "pelimpahan UP" tersebut, maka bendahara pengeluaran pembantu mencatat sebesar jumlah yang dilimpahkan di : 1. BKU pada kolom penerimaan 2. Buku Pembantu simpanan/bank pada kolom penerimaan

Berikut adalah bagan alir untuk menggambarkan prosedur diatas

Page 362: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 115

B.1. Pembukuan Penerimaan SP2D TU

Uraian Bendahara Pengeluaran Pembantu

5. Bendahara pengeluaran pembantu

menerima SP2D TU 6. Bendahara Pengeluaran pembantu

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan

7. Kemudian Bendahara Pengeluaran

pembantu melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan

8. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu Simpanan/Bank yang sudah ter update

SP2D TU

BKU

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Buku Pembantu Simpanan/Bank

Proses Penerbitan SP2D TU

Page 363: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 116

B.2. Pembukuan Pelimpahan Dana UP/GU dari Bendahara Pengeluaran

Uraian Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara pPengeluaran

melakukan transfer dana ke rekening bank bendahara pengeluaran pembantu

2. Berdasarkan bukti transfer,

bendahara pengeluaran mencatat di BKU – pada kolom pengeluaran

3. Bendahara Pengeluaran mencatat

di Buku Pembantu Simpanan/ Bank pada kolom pengeluaran

4. Bendahara Pengeluaran

pembantu mencatat penerimaan di BKU

5. Bendahara Pengeluaran

pembantu mencatat penerimaan di Buku Pembantu Simpanan/ Bank

6. Hasil dari proses ini adalah BKU

Pembantu dan Buku Pembantu BKU yang ter update

Bukti transfer

BKU

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Buku Pembantu Simpanan/Bank

Proses Pengeseran

Dana

BKU

Buku Pembantu Simpanan/Bank

Nota Kredit

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku

Pembantu Simpanan/Bank

Page 364: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 117

C. Pembukuan Belanja Menggunakan Uang Persediaan Dalam proses belanja menggunakan uang persediaan, terdapat kemungkinan 2 (dua) cara bagi bendahara pengeluaran pembantu dalam melakukan pembayaran. Pertama, Bendahara pen eluaran rembantu melakukan pembayaran melalui panjar terlebih dahulu kepada PPTK.

3. Pembukuan pembayaran belanja tanpa melalui uang panjar Proses pembukuan dimulai ketika Bendahara pengeluaran pembantu membayarkan sejumlah uang atas belanja yang telah dilakukan. Pembayaran dapat saja menggunakan uang yang ada di kas tunai maupun uang yang ada di rekening bank bendahara pengeluaran pembantu.

Berdasarkan bukti-bukti belanja yang disiapkan oleh PPTK, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembayaran. Atas pembayaran tersebut, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU, TU.

Jika pembayaran dilakukan dengan transfer dari rekening bank, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di: 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU. Apabila bendahara pengeluaran pembantu melakukan pungutan pajak atas transaksi belanja di atas, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang dipotong sebagai "pemotongan PPh/PPN" di: 1. BKU pada kolom penerimaan. 2. Buku Pembantu Pajak pada kolom penerimaan. Ketika penyetoran atas pungutan pajak, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang disetorkan sebagai "setoran PPh/PPN" di: 1. Buku pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Pajak pada kolom pengeluaran.

Page 365: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 118

C.1.1. Pembukuan Belanja UP/GU/TU - Rekening Bank Bendahara

Pengeluaran Pembantu

Uraian Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara Pengeluaran Pembantu

menyiapkan bukti belanja dan bukti pembayaran yang terkait

2. Bendahara Pengeluaran pembantu kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Bendahara Pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran

4. Kemudian bendahara pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian buku pembantu rincian obyek belanja

9. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Bukti Belanja

BKU

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank

Buku Pembantu Simpanan/Bank

Proses Belanja UP/GU/TU

Bukti Pembayaran

Melakukan Pengisian Buku Pembantu

rincian obyek belanja

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Page 366: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 119

C.1.2. Pembukuan Belanja UP/GU/TU – Kas Tunai Bendahara Pengeluaran Pembantu

Uraian Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara Pengeluaran Pembantu

menyiapkan bukti belanja dan bukti pembayaran yang terkait

2. Bendahara Pengeluaran pembantu kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Bendahara Pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran

4. Kemudian bendahara pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian buku pembantu rincian obyek belanja

5. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Bukti Belanja

BKU

Melakukan Pengisian BKU

Melakukan Pengisian Buku Pembantu Kas

Tunai

Buku Pembantu Kas Tunai

Proses Belanja UP/GU/TU

Bukti Pembayaran

Melakukan Pengisian Buku Pembantu rincian

obyek belanja

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Page 367: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 120

4) Pembukuan belanja melalui uang panjar Pembukuan atas uang panjar merupakan proses pencatatan pemberian uang panjar ke PPTK termasuk didalamnya pencatatan atas pertanggungjawaban yang diberikan oleh PPTK untuk uang panjar yang diterimanya.

Proses pembukuan dimulai ketika Bendahara Pengeluaran Pembantu memberikan uang panjar kepada PPTK untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan Nota Pencairan Dana (NPD), memo persetujuan PA/KPA, serta bukti pengeluaran uang/bukti lainnya yang sah, Bendahara Pengeluaran Pembantu mencatat pemberian uang panjar sebesar uang yang diberikan di : 1. BKU pada kolom pengeluaran. 2. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran 3. Buku Pembantu Panjar pada kolom pengeluaran

Apabila pemberian panjar dilakukan dengan transfer dari rekening bank, Bendahara Pengeluaran Pembantu mencatat pemberian uang panjar sebesar uang yang diberikan di : 1. BKU pada kolom pengeluaran 2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran 3. Buku Pembantu Panjar pada kolom pengeluaran

Langkah-langkah dalam membukukan pertanggungjawaban uang panjar adalah sebagai berikut: 1. Bendahara Pengeluaran Pembantu menerima bukti belanja/bukti

pengeluaran uang/bukti lainnya yang sah dari PPTK sebagai bentuk pertanggungjawaban uang panjar. Setelah pertanggungjawaban tersebut diterima, Bendahara Pengeluaran Pembantu mencatat pengembalian panjar di : • BKU pada kolom penerimaan • Buku pembantu panjar pada kolom penerimaan Jumlah yang dicatat sebesar jumlah uang panjar yang pernah diberikan.

2. Bendahara Pengeluaran Pembantu kemudian mencatat belanja yang sebenarnya terjadi berdasarkan pertanggung-jawaban yang diberikan PPTK. Belanja tersebut dicatat di: • BKU pada kolom pengeluaran • Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

3. Apabila uang panjar yang diberikan lebih besar daripada belanja yang

Page 368: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 121

dilakukan, PPTK mengembalikan kelebihan tersebut. Atas pengembalian itu Bendahara Pengeluaran Pembantu mencatat di: • Buku Pembantu Kas Tunai atau Buku Pembantu Bank/Simpanan

pada kolom penerimaan sebesar jumlah yang dikembalikan

4. Apabila uang panjar yang diberikan lebih kecil daripada belanja yang dilakukan, Bendahara Pengeluaran Pembantu membayar kekurangannya kepada PPTK. Atas pembayaran itu bendahara mencatat di : • Buku Pembantu Kas Tunai atau Buku Pembantu Bank/ Simpanan

pada kolom pengeluaran sebesar jumlah yang dibayarkan

Page 369: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 122

C.2.1. Pembukuan Pemberian Uang Panjar

Uraian Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara pengeluaran Pembantu menyiapkan

NPD, memo persetujuan, bukti pembayaran/ bukti lainnya yang sah

2. Bendahara pengeluaran pembantu kemudian

melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran

3. Jika uang panjar diberikan melalui kas tunai,

maka bendahara pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian Buku Pembantu Kas Tunai Kolom Pengeluaran

4. Jika uang panjar diberikan melalui rekening

bank, maka bendahara pengeluaran pembantu melakukan proses pengisian Buku Pembantu Simpanan/Bank Kolom Pengeluaran

5. Kemudian bendahara pengeluaran pembantu

melakukan proses pengisian buku pembantu panjar pada kolom pengeluaran

6. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan Buku

Pembantu BKU yang sudah ter update

Proses Pemberian uang panjar

NPD

Melakukan pengisian BKU

BKU

Buku Pembantu Panjar

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai

Melakukan pengisian Buku pembantu

Buku Pembantu Simpanan/ Bank

Memo persetujuan

Bukti Pembayaran

Apakah pemberian uang panjar melalui

kas tunai

Ya

Buku Pembantu kas tunai

Tidak

Melakukan pengisian Buku Simpanan/Bank

Page 370: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 123

C.2.2.A. Pembukuan Pertanggungjawaban Uang Panjar

Uraian Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara Pengeluaran Pembantu

menerima bukti belanja/bukti pengeluaran uang lainnya dari PPTK dan sejumlah uang yang berasal dari sisa uang panjar

2. Bendahara Pengeluaran Pembantu

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan. Jumlah yang dicatat sebesar jumlah uang panjar yang pernah diberikan

3. Kemudian bendahara Pembantu

pengeluaran melakukan proses pengisian Buku Pembantu panjar pada kolom penerimaan sebesar uang panjar yang pernah diberikan

4. Bendahara Pengeluaran Pembantu

kemudian mencatat belanja di BKU pada kolom pengeluaran. Jumlah yang dicatat sebesar pertanggungjawaban yang diberikan PPTK

5. Bendahara Pengeluaran Pembantu

mencatat belanja pada buku pembantu rincian obyek.

6. Proses selanjutnya adalah pencatatan

aktual belanja yang dilakukan. Apakah Uang Panjar kurang dari jumlah belanja atau lebih dari jumlah belanja

Proses pertanggung-jawaban uang panjar

Buku Belanja

Melakukan pengisian BKU

Melakukan pengisian Buku Pembantu Panjar

Melakukan pengisian BKU

Uang

Melakukan pengisian Buku Pembantu Rincian

Obyek Belanja

A

Page 371: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 124

C.2.2.B. Pembukuan Pertanggungjawaban Uang Panjar Uraian Bendahar Pengeluaran Pembantu

7. Jika uang panjar lebih besar dari pada

belanja, maka PPTK wajib mengembalikan sisa uang panjar tersebut. Bendahara pengeluaran pembantu mencatat pengembalian uang panjar dalam buku pembantu kas tunai atau buku pembantu simpanan/bank pada kolom penerimaan. Sejumlah sisa uang panjar.

8. Jika uang panjar kurang dari nilai belanja,

bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembayaran atas kekurangan tersebut. Bendahara pengeluaran pembantu mencatat pembayaran tersebut pada buku pembantu kas tunai atau buku pembantu simpanan/bank pada kolom pengeluaran, sejumlah kekurangan uang panjar.

9. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

A

Apakah Uang Panjar Lebih/ kurang

Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai atau Pembantu Simpanan/ Bank Melakukan pengisian Buku Pembantu Kas Tunai atau Pembantu Simpanan/ Bank

BKU

Buku Pembantu Kas Tunai

Buku Pembantu Simpanan/ Bank

Buku Pembantu Panjar

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Lebih

Kurang

Page 372: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 125

D. Pembukuan SP2D LS Barang dan Jasa Pembukuan atas proses belanja LS untuk pengadaan barang dan jasa dimulai ketika bendahara pengeluaran pembantu menerima SP2D LS barang dan Jasa dari BUD atau Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran. Pembukuan dilakukan sebesar jumlah belanja bruto (sebelum dikurangi potongan) sebagai "belanja pengadaan barang dan jasa" di: 1. BKU pada kolom penerimaan dan pengeluaran pada tanggal yang sama 2. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja yang terkait pada kolom belanja

LS

Terhadap informasi potongan pajak terkait belanja pengadaan barang dan jasa, bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang dipotong sebagai "pemotongan PPh/PPN" di: 1. BKU pada kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada tanggal yang

sama. 2. Buku Pembantu Pajak pada kolom penerimaan dan kolom pengeluaran

pada tanggal yang sama

Page 373: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 126

D. Penatausahaan Belanja SP2D LS Barang dan Jasa Uraian Bendahar Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara pengeluaran pembantu

menerima SP2D LS barang dan Jasa untuk belanja yang dilakukan

2. Bendahara pengeluaran pembantu

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom penerimaan

3. Bendahara pengeluaran pembantu

kemudian melakukan proses Pengisian BKU pada kolom pengeluaran. Tanggal dan jumlah yang dicatat sama dengan tanggal dan jumlah yang dicatat di kolom penerimaan

4. Bendahara pengeluaran pembantu

melakukan proses Pengisian buku pembantu rincian obyek belanja.

5. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan

Buku Pembantu BKU yang sudah ter update

Melakukan pengisian BKU pada kolom penerimaan

Melakukan pengisian Buku pembantu rincian obyek belanja Buku Bendahara Pengeluaran

Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Proses penerbitan SP2D LS Barang dan Jasa

SP2D LS Barang dan Jasa

Melakukan pengisian BKU pada kolom pengeluaran

Page 374: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 127

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA Pertanggungjawaban pengeluaran merupakan proses pertanggungjawaban seluruh pengeluaran belanja yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran pembantu dalam rangka pelaksanaan APBD. Proses ini merupakan proses lanjutan dari proses pembukuan pengeluaran. Pertanggungjawaban bendahara pengeluaran pembantu terdiri dari: a. pertanggungjawaban penggunaan tambahan uang persediaan. b. pertanggungjawaban fungsional

E. Pertanggungjawaban Penggunanan TU

Bendahara pengeluaran pembantu melakukan pertanggung-jawaban penggunaan TU apabila TU yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan untuk membiayai suatu kegiatan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU diterima.

Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan. Dokumen ini dilampirkan dengan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap.

Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban TU adalah sebagai berikut: 1) Bendahara pengeluaran pembantu mengumpulkan bukti-bukti belanja yang

sah atas penggunaan tambahan uang persediaan. 2) Apabila terdapat TU yang tidak digunakan bendahara pengeluaran pembantu

melakukan setoran ke Kas Umum Daerah. Surat Tanda Setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran laporan pertanggungjawaban TU.

3) Berdasarkan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap tersebut dan bukti penyetoran sisa tambahan uang persediaan (apabila tambahan uang persediaan melebihi belanja yang dilakukan) bendahara pengeluaran pembantu merekapitulasi belanja kedalam Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan sesuai dengan program dan kegiatannya yang dicantumkan pada awal pengajuan TU.

4) Laporan pertanggungjawaban tersebut kemudian diberikan kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD.

5) PPK SKPD kemudian melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran pembantu.

6) Pengguna Anggaran kemudian menandatangani laporan pertanggungjawaban TU sebagai bentuk pengesahan.

Page 375: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 128

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA ................ LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

SKPD : ....................... Tahun Anggaran : ....................... Program : ....................... / .................... Kegiatan : ....................... / .................... Tanggal SP2D TU : .......................

Mengetahui: .........Tanggal........ Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP. *Sisa tambahan uang persediaan telah disetor ke Kas Umum Daerah pada tanggal ..... .

Kode Rekening Uraian Jumlah

Total

Tambahan Uang Persediaan

Sisa Tambahan Uang Persediaan *

Page 376: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 129

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. nama SKPD yang bersangkutan dan

tahun anggaran 2. Program diisi dengan kode dan nama program yang dibiayai dengan TU 3. Kegiatan diisi dengan kode dan nama kegiatan yang dibiayai dengan TU 4. Tanggal SP2D TU diisi dengan tanggal terbitnya SP2D TU 5. Kolom kode rekening diisi dengan kode rekening belanja 6. Kolom uraian diisi dengan uraian nama kode rekening belanja 7. Kolom jumlah diisi dengan jumlah rupiah belanja untuk kode rekening setiap rincian obyek

belanja 8. Jumlah adalah total belanja dengan uang TU 9. Tambahan Uang Persediaan diisi jumlah Tambahan Uang Persediaan yang diberikan 10. Sisa Tambahan Uang Persediaan adalah Tambahan Uang Persediaan dikurang jumlah total

belanja. Apabila hasilnya positif maka ada sisa dana TU yang harus dikembalikan ke Kas Umum

Page 377: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 130

A. Pertanggungjawaban Penggunaan TU

Uraian PA/KPA PPK SKPD

Bendahara Pengeluaran Pembantu

1. Bendahara pengeluaran

pembantu menyiapkan bukti setoran sisa dana TU ke rekening kas umum daerah dan bukti belanja atas penggunaan dana TU

2. Bendahara pengeluaran

membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana TU dan menyampaikan ke PA/KPA melalui PPK SKPD

3. PPK SKPKD melakukan

verifikasi atas pertanggung-jawaban yang disampaikan dan kemudian memberikan kepada PA/KPA untuk mendapatkan pengesahan

4. PA/KPA melakukan proses

pengesahan atas laporan pertanggungjawaban penggunaan tambahan uang persediaan

5. PA/KPA kemudian

memberikan laporan pertanggungjawaban tambahan uang persediaan kepada Bendahara Pengeluaran pembantu

6. Bendahara pengeluaran

pembantu kemudian memberikan laporan pertanggung-jawaban tambahan uang persediaan dan bukti setor kepada BUD/Kuasa BUD

Buku Setoran

Buku Belanja

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Buku Setoran

Buku Belanja

Laporan Penggunaan Tambahan uang Persediaan

Proses Pengesahan

Apakah disetujui?

YA

Tidak

Bukti setoran dan laporan pertanggung-jawaban kemudian di berikan kepada BUD/ Kuasa BUD

Page 378: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 131

F. Pertanggungjawaban Fungsional

Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran pembantu dan disampaikan kepada bendahara pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dengan dilampiri dengan: • Buku Kas Umum • Laporan Penutupan Kas Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat 5 hari kerja sebelum hari kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

Page 379: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 132

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... LAPORAN PENUTUPAN KAS BULANAN

Bulan ......... Tahun .......

Kepada Yth. .............................. .............................. Di Tempat

Dengan memperhatikan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ........... No...... Tahun .... mengenai Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, bersama ini kami sampaikan Laporan Penutupan Kas Bulanan yang terdapat di bendahara pengeluaran pembantu SKPD .......................... adalah sejumlah Rp. ............ dengan perincian sebagai berikut:

A. Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu A.1. Saldo awal bulan tanggal ... Rp. A.2. Jumlah Penerimaan Rp. A.3. Jumlah Pengeluaran Rp. . A.4. Saldo Akhir bulan tanggal. Rp.

Saldo akhir bulan tanggal .......... terdiri dari saldo di kas tunai sebesar Rp. .......... dan saldo di bank sebesar Rp .....

B. Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu B.1. Saldo awal bulan tanggal Rp. B.2. Jumlah Penerimaan Rp. B.3. Jumlah Pengeluaran Rp. . B.4. Saldo Akhir bulan tanggal. Rp.

Saldo akhir bulan tanggal .......... terdiri dari saldo di kas tunai sebesar Rp. .......... dan saldo di bank sebesar Rp .....

C. Rekapitulasi Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran C.1. Saldo di Kas Tunai Rp. C.2. Saldo di Bank Rp. . C.3. Saldo total Rp.

................, .................... Bendahara Pengeluaran Pembantu

Tanda tangan (nama kelas) NIP

Page 380: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 133

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............

LAPORAN PERTANGGUNGANJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD : 1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran : 2) Bendahara Pengeluaran Pembantu : 3) Tahun Anggaran : 4) Bulan : 5) (dalam rupiah)

Kode Rekening Uraian Jumlah

Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8) 10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13)

JUMLAH Penerimaan 8)

- SP2D - Potongan Pajak

a. PPN b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan

Kode Rekenin

g Uraia

n Jumlah

Anggaran

SPJ – LS Gaji SPJ – LS Barang – Jasa *) SPJ UP/GU/TU Jumlah SPJ

(LS+UP/GU/TU) s.d. Bulan ini

Sisa Pagu Anggaran

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bula

n Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan

ini

s.d. Bulan Lalu

Bulan ini

s.d. Bulan ini

1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 8 9=(7+8)

10 11 12=(10+11) 13=(6+9+12) 14 = (3+13)

Pengeluaran 9) - SPJ (LS + UP/GU/TU)

- Penyetoran Pajak a. PPN

b. PPh 21 c. PPh 22 d. PPh 23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan

Saldo Kas

Menyetujui : ................, tanggal ........

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Pembantu

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP

Page 381: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 134

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan nama

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, nama bendahara pengeluaran pembantu, tahun anggaran dan bulan.

2. Kolom 1 diisi dengan kode rekening. 3. Kolom 2 diisi dengan uraian nama kode rekening 4. Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing kode rekening. 5. Kolom 4 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ

sampai dengan bulan lalu 6. Kolom 5 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ

bulan ini 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ

sampai dengan bulan ini 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai

dengan bulan lalu 9. Kolom 8 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 10. Kolom 9 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai

dengan bulan ini 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan lalu 12. Kolom 11 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU bulan ini 13. Kolom 12 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 14. Kolom 13 diisi dengan jumlah SPJ atas penggunaan dana LS+UP/GU/TU sampai dengan bulan ini 15. Kolom 14 diisi dengan jumlah sisa pagu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran dikurangi dengan

jumlah SPJ atas penggunaan dana LS=UP/GU/TU sampai dengan bulan ini. Pengisian atas kolom-kolom pada format diatas dilakukan sesuai dengan kebutuhan

Page 382: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 135

B. Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu

Uraian PPKD KPA PPK SKPD Bendahara

Pengeluaran Bendahara

Pengeluaran Pembantu

1. Berdasarkan BKU dan Buku Pembantu BKU, bendahara pengeluaran pembantu membuat SPJ Bendahara pengeluaran pembantu

2. Bendahara pengeluaran pembantu memberikan SPJ nya ke Benahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya

3. Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas SPJ yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran pembantu

4. Bendahara Pengeluaran kemudian menggunakan SPJ bendahara pengeluaran pembantu tersebut dalam proses pembuatan SPJ Benahara pengeluaran.

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MARDIYANTO

Buku Pembantu

Buku BKU

SPJ Bendahara pengeluaran pembantu

Dokumen lampiran SPJ

Tidak

Dokumen lampiran SPJ

SPJ Bendahara pengeluaran pembantu

Dokumen lampiran SPJ

SPJ Bendahara pengeluaran pembantu

Apakah disetujui?

Ya

A

Page 383: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 136

LAMPIRAN IV : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 55 TAHUN 2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

TATACARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PPKD SERTA PENYAMPAIANNYA

1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilakukan bendahara pengeluaran PPKD adalah untuk melakukan pengeluaran/belanja PPKD dan pengeluaran pembiayaan. Dalam proses ini bendahara pengeluaran PPKD menyusun dokumen SPP-LS PPKD SPP-LS PPKD sebagai alat pengajuan dana atas belanja-belanja PPKD seperti belanja hibah, belanja bunga dan belanja tak terduga. SPP-LS PPKD ini disusun oleh bendahara pengeluaran PPKD Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP-LS, selain dari dokumen SPP-LS itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain: a) Salinan SPD b) Lampiran lain yang diperlukan Setelah itu bendahara pengeluaran PPKD mengisi dokumen SPP LS PPKD yang telah disiapkan. Disamping membuat SPP, bendahara pengeluaran PPKD juga membuat reglster untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara.

Page 384: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 137

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ REGISTER SPP/SPM/SP2D

BENDAHARA PENGELUARAN PPKD

No. Jenis Belanja SPP SPM SP2D

Uraian Jumlah Keterangan Tgl. No. Tgl. No. Tgl. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

............., Tanggal ................ Bendahara Pengeluaran Pppkd

(Tanda Tangan)

(Nama Jelas) NIP

Page 385: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 138

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA dan nama SKPD yang bersangkutan 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan jenis belanja yang diajukan 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal pengajuan SPP 5. Kolom 4 diisi dengan Nomor SPP yang diajukan 6. Kolom 5 diisi dengan tanggal penerbitan SPM terkait pengajuan SPP pada kolom sebelumnya 7. Kolom 6 diisi dengan Nomor SPM yang diterbitkan 8. Kolom 7 diisi dengan tanggal penerbitan SP2D terkait dengan penerbitan SPM pada kolom

sebelumnya 9. Kolom 8 diisi dengan Nomor SP2D yang diterbitkan

10. Kolom 9 diisi dengan Uraian Pengajuan 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah pencairan 12. Kolom 11 diisi dengan keterangan yang diperlukan

Page 386: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 139

2. PEMBUKUAN BELANJA PPKD

Pembukuan bendahara pengeluaran PPKD merupakan proses pencatatan SP2D LS PPKD ke dalam BKU Pengeluaran dan Buku Pembantu yang terkait. Pembukuan dimulai ketika bendahara pengeluaran PPKD menerima SP2D LS PPKD dari BUD/Kuasa BUD

Dokumen-Dokumen yang digunakan dalam pembukuan bendahara pengeluaran PPKD adalah: 1. Buku Kas Umum (BKU) - Bendahara Pengeluaran PPKD 2. Buku Pembantu BKU - Bendahara Pengeluaran PPKD yang terdiri dari:

• Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Obyek - Bendahara Pengeluaran PPKD

Contoh dokumen-dokumen pembukuan adalah sebagai berikut:

Page 387: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 140

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........ BUKU KAS UMUM

BENDAHARA PENGELUARAN PPKD

No. Tanggal Uraian Kode

Rekening Penerimaan Pengeluaran Saldo

Mengetahui: ........., tanggal ............... PPKD Bendahara Penerimaan PPKD (Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP.

Page 388: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 141

Cara Pengisian:

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan

2. Kolom No. diisi dengan nomor urut transaksi BKU (dimulai dari nomor 1 dan seterusnya). Nomor urut yang digunakan adalah nomor urut per transaksi bukan per pencatatan. Maksudnya apabila satu transaksi menghasilkan dua atau lebih pencatatan, maka terhadap pencatatan kedua dan seterusnya cukup menggunakan nomor urut transaksi yang pertama kali dicatat

3. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi 4. Kolom uraian diisi dengan uraian transaksi 5. Kolom kode rekening diisi dengan nomor kode rekening. Kolom ini diisi hanya untuk

transaksi belanja 6. Kolom penerimaan diisi dengan jumlah rupiah transaksi penerimaan 7. Kolom pengeluaran diisi dengan jumlah rupiah transaksi pengeluaran 8. Kolom saldo diisi dengan jumlah atau saldo akumulasi.

9. Kas di bendahara pengeluaran pembantu diisi nilai yang tercantum pada kolom saldo pada saat penutupan akhir bulan. Kas di bendahara pengeluaran pembantu dapat berupa kas tunai atau simpanan di Bank *

10. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Kuasa Pengguna Anggaran disertai nama jelas.*

• Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran PPKD

Page 389: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 142

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ......... BUKU RINCIAN OBYEK BELANJA

BENDAHARA PENGELUARAN PPKD SKPD : Kode Rekening : Nama Rekening : Jumlah Anggaran : Rp. ............. Tahun Anggaran : Tgl. No. BKU Uraian Belanja LS

Mengetahui: ......... , Tanggal ............ PPKD Bendahara Pengeluaran PPKD

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama jelas) (Nama jelas) NIP. NIP.

Page 390: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 143

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, kode rekening, nama rekening,

jumlah anggaran dan tahun anggaran 2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi pengeluaran 3. Kolom no. BKU diisi dengan nomor urut BKU Bendahara Pengeluaran PPKD 4. Kolom uraian diisi dengan uraian belanja 5. Kolom belanja LS diisi dengan jumlah rupiah belanja menggunakan SPP LS 6. Kolom tanda tangan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD disertai

nama jelas. *

* Diisi hanya pada saat penutupan di akhir bulan untuk keperluan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran PPKD

Page 391: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 144

Langkah-langkah dalam membukukan SP2D LS PPKD yang diterima adalah sebagai berikut: 1. Pembukuan bendahara pengeluaran PPKD menggunakan BKU - Bendahara

Pengeluaran PPKD dan Buku Rekapitulasi Pengeluaran per Obyek. 2. Terhadap SP2D LS PPKD yang diterima oleh bendahara pengeluaran

PPKD, transaksi tersebut di catat di BKU - Bendahara Pengeluaran PPKD pada kolom penerimaan. Nilai yang dicatat sebesar jumlah kotor (gross). Kemudian bendahara pengeluaran PPKD mencatat di BKU bendahara pengeluaran PPKD pada kolom pengeluaran sebesar jumlah yang dicatat sebelumnya di kolom penerimaan.

3. Terhadap semua belanja yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran PPKD selain dicatat pada BKU- bendahara pengeluaran PPKD, belanja-belanja tersebut juga perlu dicatat di Buku Pembantu rincian per obyek.

Berikut adalah Bagan Alir yang menggambarkan proses Pembukuan SP2D LS PPKD

Page 392: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 145

2. Pembukuan Belanja SP2D LS PPKD

Uraian Bendahara Pengeluaran PPKD

6. Bendahara Pengeluaran PPKD menerima

SP2D LS PPKD belanja yang dilakukan

7. Bendahara Pengeluaran PPKD kemudian melakukan proses Pengisian BKU – Bendahara Pengeluaran PPKD pada kolom penerimaan

8. Bendahara Pengeluaran PPKD kemudian melakukan proses pengisian BKU – Bendahara Pengeluaran PPKD pada kolom pengeluaran. Tanggal dan jumlah yang dicatat sama dengan tanggal dan jumlah yang dicatat di kolom penerimaan

9. Bendahara pengeluaran PPKD melakukan proses pengisian buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek – bendahara pengeluaran PPKD

10. Hasil akhir dari proses ini adalah BKU –

bendahara pengeluaran PPKD dan Buku Pembantu BKU – Bendahara Pengeluaran PPKD

SP2D LS PPKD

BKU Bendahara Pengeluaran PPKD

Melakukan Pengisian BKU Bendahara

Pengeluaran PPKD pada kolom penerimaan

Melakukan Pengisian BKU Bendahara

Pengeluaran pada kolom pengeluaran

Proses Penerbitan SP2D LS PPKD seperti yang

dijelaskan dalam peraturan yang berlaku

Melakukan Pengisian Buku rekapitulasi

pengeluaran per rincian obyek – Bendahara Pengeluaran PPKD

Buku rekapitulasi Per rincian Pengeluaran obyek – Pengeluaran PPKD

Page 393: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 146

3. PERTANGGUNGJAWABAN Bendahara pengeluaran PPKD menyampaikan pertanggung-jawaban atas pengelolaan fungsi kebendaharaan yang berada dalam tanggung jawabnya setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Pertangungjawaban disampaikan kepada PPKD. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut, dokumen yang disampaikan adalah Surat Pertanggungjawaban (SP J).

Dokumen SP J tersebut dilampirkan dengan: 1. Buku Kas Umum (BKU) - bendahara pengeluaran PPKD 2. Ringkasan pengeluaran per rincian obyek - bendahara pengeluaran

PPKD yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud

Disamping laporan pertanggungjawaban diatas Bendahara Pengeluaran PPKD membuat Register untuk SPP yang diajukan serta SPM dan SP2D yang telah diterbitkan. Contoh Dokumen Pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

Page 394: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 147

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... LAPORAN PERTANGGUNGANJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PPKD

Bendahara Pengeluaran PPKD : Tahun Anggaran : Bulan : (dalam rupiah)

Kode Rekenin

g Uraia

n Jumlah

Anggaran

SPJ – LS PPKD *) Sisa Pagu Anggaran s.d.Bulan

Lalu Bulan

ini s.d. Bulan

ini 1 2 3 4 5 6=(4+5) 7 = (3+6)

JUMLAH Penerimaan

- SP2D - Potongan Pajak

a. PPN b. PPh-21 c. PPh-22 d. PPh-23

- Lain-lain Jumlah Penerimaan

Pengeluaran - SPJ (LS) - Penyetoran Pajak a. PPN b. PPh-21 c. PPh-22 d. PPh-23 - Lain-lain Jumlah Pengeluaran Saldo Kas

Mengetahui : ................, tanggal ........

PPKD Bendahara Pengeluaran PPKD

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan) (Nama Jelas) (Nama Jelas) NIP. NIP

Page 395: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 148

Cara Pengisian: 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, nama SKPD yang bersangkutan, nama pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran, nama bendahara pengeluaran, tahun anggaran dan bulan. 2. Kolom 1 diisi dengan kode rekening 3. Kolom 2 diisi dengan uraian nama kode rekening 4. Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing kode rekening 5. Kolom 4 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai

dengan bulan lalu 6. Kolom 5 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ bulan ini 7. Kolom 6 diisi dengan jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah diterbitkan/SPJ sampai

dengan bulan ini 8. Kolom 7 diisi dengan jumlah sisa pa gu anggaran yang diperoleh dari jumlah anggaran dikurangi dengan

jumlah SPJ atas penggunaan dana LS sampai dengan bulan ini.

Page 396: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 149

Langkah-langkah dalam membuat dan menyampaikan SPJ bendahara PPKD adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan BKU-bendahara PPKD dan buku pembantu BKU lainnya, Bendahara pengeluaran PPKD membuat SPJ atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya.

2) Dokumen SPJ bendahara pengeluaran PPKD dan kelengkapannya tersebut kemudian di berikan ke PPK SKPKD untuk dilakukan verifikasi.

3) Setelah mendapatkan verifikasi dokumen SPJ bendahara pengeluaran PPKD dan kelengkapannya tersebut kemudian diberikan ke PPKD untuk kemudian mendapatkan pengesahan.

4) Apabila disetujui, PPKD mengesahkan SPJ bendahara pengeluaran PPKD dan kemudian memberikan dokumen SPJ yang sudah ditandatangani tersebut kepada bendahara pengeluaran PPKD.

Berikut adalah Bagan Alir yang menggambarkan proses pertanggung jawaban bendahara pengeluaran PPKD

Page 397: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 150

3. Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran PPKD Uraian PPKD PPK SKPKD Bendahara

Pengeluaran PPKD

1. Berdasarkan BKU Pengeluaran PPKD, dan Buku Pembantu BKU pengeluaran PPKD, bendahara pengeluaran PPKD membuat SPJ Bendahara Pengeluaran PPKD

2. Bendahara pengeluaran

PPKD menyerahkan SPJ bendahara pengeluaran PPKD kepada PPKD melalui PPK SKPKD

3. PPK SKPKD melakukan verifikasi atas SPJ yang disampaikan dan kemudian memberikan kepada PPKD untuk mendapatkan pengesahan

4. PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas SPJ bendahara pengeluaran PPKD yang disampaikan

5. Selanjutnya PPKD melakukan pengesahan atas SPJ yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran PPKD

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MARDIYANTO

SPJ bendahara pengeluaran PPKD

Dokumen pendukungSPJ

SPJ Bendahara Penerimaan

Dokumen pendukungSPJ

Apakah disetujui?

Ya

SPJ bendahara pengeluaran PPKD

Dokumen pendukungSPJ

Buku Pembantu BKU

BKU Pengeluaran PPKD

SPJ bendahara pengeluaran PPKD

Dokumen pendukungSPJ

SPJ Bendahara PPKD

Proses Pengesahan

Tidak

Page 398: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 151

LAMPIRAN V : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 55 TAHUN 2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008

TATACARA PENYUSUNAN LAPORAN BENDAHARA UMUM DAERAH

PENYUSUNAN LAPORAN BENDAHARA UMUM DAERAH Bendahara Umum Daerah membuat laporan atas kas umum daerah yang berada dalam pengelolaannya. Bendahara Umum Daerah menyampaikan laporan tersebut kepada Kepala Daerah. Dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh penatausahaan dan bukti-bukti transaksi pada kas umum daerah akan dijadikan dasar dalam membuat laporan SUD. Laporan Bendahara Umum Daerah disusun dalam bentuk: a. Laporan Posisi Kas Harian (LPKH); dan b. Rekonsiliasi Bank. Laporan tersebut dibuat setiap hari dan diserahkan kepada Kepala Daerah setiap hari kerja pertama setiap minggunya. Disamping laporan-laporan diatas Bendahara Umum Daerah membuat Register untuk SPP yang diajukan serta SPM dan SP2D yang telah diterbitkan. Format dokumen laporan adalah sebagai berikut:

Page 399: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 152

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... LAPORAN POSISI KAS HARIAN

HARI : ................ TANGGAL : ................ PERIODE : ................ Nomo

r Transaksi

Uraian Penerimaan

pengeluaran SP2D STS Lain-

lain 1 2 3 4 5

Jumlah Perubahan Posisi Kas Hari

ini Posisi Kas (H-1) Posisi Kas (H) Rekapitulasi Posisi Kas di BUD Saldo di Bank 1 Rp Saldo di Bank 2 Rp Total Saldo Kas* Rp

................, .................... Bendahara Umum Daerah,

(Tanda Tangan) (Nama Jelas) NIP

* Total saldo kas harus sama dengan Posisi Kas (H)

Page 400: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 153

Cara Pengisian:

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. Hari, Tanggal dan Periode diisi dengan Hari, Tanggal dan Bulan Laporan Posisi Kas Harian.

2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut transaksi. 3. Kolom 2 diisi dengan nomor salah satu bukti transaksi apakah SP2D/STS/Bukti lain yg sah 4. Kolom 3 diisi dengan uraian sesuai dengan bukti transaksi. 5. Kolom 4 diisi dengan jumlah (Rp) penerimaan yang masuk ke kas umum daerah. 6. Kolom 5 diisi dengan jumlah (Rp) pengeluaran yang keluar dari kas umum daerah. 7. Jumlah diisi jumlah dari kolom penerimaan dan pengeluaran 8. Perubahan Posisi Kas Hari ini diisi dengan jumlah selisih antara jumlah kolom penerimaan

dengan jumlah kolom pengeluaran. Apabila lebih besar jumlah kolom penerimaan maka selisih di tulis pada kolom pengeluaran. Apabila lebih besar jumlah kolom pengeluaran maka selisih di tulis pada kolom penerimaan

9. Posisi Kas (h-1) diisi Posisi kas satu hari sebelumnya 10. Posisi Kas (h) diisi dengan penjumlahan antara posisi Kas (h-1) dengan perubahan Posisi kas

hari ini.

Page 401: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 154

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... REKONSILIASI BANK

Periode ..........

1. Saldo Kas umum daerah Menurut Buku Rp. 2. Saldo Kas umum daerah Menurut Bank Rp. ........................

Selisih Rp. ....................... Keterangan Selisih

A. Penerimaan yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank a. STS No .... Rp. b. Bukti Lain yang sah Rp. c. Dst.. Rp. . Rp.

Rp.

B. Pengeluaran yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank a. SP2D No .... Rp. b. Nota Kredit No. ..... Rp. c. Bukti Lain yang sah Rp. d. Dst.. Rp. . Rp.

Rp.

C. Penerimaan yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank a. STS No .... Rp. b. Nota Kredit No. ..... Rp. c. Bukti Lain yang sah Rp. d. Dst.. Rp. . Rp.

Rp.

D. Pengeluaran yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank a. SP2D No .... Rp. b. Nota Debit No. ..... Rp. c. Bukti Lain yang sah Rp. d. Dst.. Rp. . Rp.

Rp.

....................., .......................... Bendahara Umum Daerah

(Tanda Tangan)

(Nama Jelas) NIP

Page 402: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 155

Cara Pengisian :

1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA, Periode diisi dengan tanggal rekonsiliasi.

2. Saldo Kas umum daerah Menurut Buku diisi jumlah saldo akhir kas di pada rekening bank menurut catatan buku pada tanggal rekonsiliasi.

3. Saldo Kas umum daerah Menurut Bank diisi jumlah saldo akhir kas di Bank menurut catatan Bank pada tanggal rekonsiliasi.

4. Selisih diisi dengan jumlah selisih antara kas menurut catatan buku dan menurut catatan Bank.

5. Penerimaan yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank diisi dengan jumlah (Rp) STS/Bukti lain yang sah yang sudah dicatat di buku tetapi belum dicatat di Bank.

6. Pengeluaran yang telah dicatat oleh buku, Belum dicatat oleh Bank diisi dengan jumlah (Rp) SP2D/Bukti lain yang sah yang sudah dicatat di buku tetapi belum dicatat di Bank.

7. Penerimaan yang telah dicatat oleh Bank, Belum dicatat oleh Buku diisi dengan jumlah (Rp) STS/Bukti lain yang sah yang sudah dicatat di bank tetapi belum dicatat di Buku.

8. Pengeluaran yang telah dicatat oleh bank, Belum dicatat oleh buku diisi dengan jumlah (Rp) SP2D/Bukti lain yang sah yang sudah dicatat di bank tetapi belum dicatat di buku.

Page 403: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 156

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... REGISTER SPP/SPM/SP2D

BENDAHARA UMUM DAERAH

No.

Jenis UP/GU/TU/LS

SPP SPM SP2D Uraian Jumlah Ket. Tgl

. No. Tgl. No. Tgl. No.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

..............., Tanggal ....................

Bendahara Umum Daerah

(Tanda Tangan)

(Nama Jelas) NIP.

Page 404: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 157

Cara Pengisian : 1. Judul diisi dengan nama PROVINSI/KABUPATEN/KOTA 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut 3. Kolom 2 diisi dengan jenis pengajuan dengan UP/GU/TU/LS 4. Kolom 3 diisi dengan tanggal pengajuan SPP 5. Kolom 4 diisi dengan Nomor SPP yang diajukan 6. Kolom 5 diisi dengan tanggal penerbitan SPM terkait pengajuan SPP pada kolom

sebelumnya 7. Kolom 6 diisi dengan Nomor SPM yang diterbitkan 8. Kolom 7 diisi dengan tanggal penerbitan SP2D terkait dengan penerbitan SPM pada

kolom sebelumnya 9. Kolom 8 diisi dengan Nomor SP2D yang diterbitkan 10. Kolom 9 diisi dengan Uraian Pengajuan 11. Kolom 10 diisi dengan jumlah pencairan 12. Kolom 11 diisi dengan keterangan yang diperlukan

Page 405: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 158

Bendahara Umum Daerah menyusun pertanggungjawabannya setiap hari dalam bentuk Rekonsiliasi Bank dan Laporan Posisi Kas Harian. Langkah-langkah dalam menyusun Rekonsiliasi Bank dan Laporan Posisi Kas Harian adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan bukti-bukti yang ada (SP2D/STS/Bukti lainnya yang sah), setiap

hari BUD menyusun laporan posisi kas harian. 2. BUD menerima rekening koran dari Bank setiap hari untuk transaksi satu hari

sebelumnya. 3. Berdasarkan rekening koran dan laporan posisi kas harian BUD menyusun

rekonsiliasi bank 4. Rekonsiliasi Bank disusun dengan cara membandingkan saldo kas di Bank

menurut Rekening Koran dengan saldo kas di Bank menurut laporan posisi kas harian.

5. Laporan posisi kas harian dan rekonsiliasi bank tersebut diserahkan kepada kepala daerah hari pertama setiap minggunya.

Page 406: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

Globalintermedia - www.gi.co.id 159

3. Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran PPKD Uraian KDH BUD Bank

1. Bendahara Umum Daerah mengumpulkan semua bukti-bukti transaksi yang terjadi dalam satu hari

2. Berdasarkan bukti-bukti yang ada Bendahara Umum Daerah menyusun laporan posisi kas harian

3. Laporan posisi kas harian

akan dijadikan dasar penyesunan rekonsiliasi bank

4. BUD menerima rekening koran dari bank setiap hari untuk transaksi satu hari sebelumnya

5. BUD menyusun Rekonsiliasi

Bank dengan membandingkan saldo kas pada laporan posisi kas harian dan saldo kas rekening koran

6. BUD menyerahkan laporan

posisi kas harian kepada kepala daerah setiap hari pertama kerja setiap minggunya

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MARDIYANTO

SP2D/STS/ Bukti lainnya yang sah

Laporan Posisi Kas Harian

Pembuatan Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi Bank

Laporan Posisi Kas Harian

Rekening Bank

Rekening Bank

Menyusun laporan posisi kas harian

Prosedur piñatausahaan keuangan daerah telah diatur dalam PerKDH mengenai sistem dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah

Page 407: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR 21 TAHUN 2011

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penetapan peraturan perundang-undangan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berimplikasi terhadap perubahan struktur pendapatan, penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat komitmen, penganggaran tahun jamak dan pengaturan pendanaan tanggap darurat bencana, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Page 408: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

2

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Page 409: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

3

17. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4972);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

22. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 317);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 34, angka 61 dan angka 62 diubah, diantara angka 62 dan angka 63 disisipkan angka baru yaitu angka 62a, ditambahkan angka baru yaitu angka 79 dan angka 80, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Page 410: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

4

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua.

8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Page 411: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

5

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.

13. Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

Page 412: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

6

24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

26. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.

28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan.

31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.

33. Dihapus.

34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan pengangggaran yang berisi rencana pendapatan dan rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD.

34a. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.

35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang

Page 413: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

7

bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.

36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.

41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakar.

45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada

Page 414: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

8

bank yang ditetapkan.

48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.

61a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.

62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang

Page 415: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

9

memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran.

62a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya.

63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran Iangsung.

68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran Iangsung dan uang persediaan.

69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

Page 416: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

10

72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPMGU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.

76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan Iainnya yang sah.

77. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

78. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

79. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.

80. Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal baru yaitu Pasal 10A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10A

Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Page 417: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

11

3. Ketentuan Pasal 11 ditambahkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (5), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

(3a) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan

g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

(5) Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen.

4. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) diubah dan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 45

(1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat.

Page 418: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

12

(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

(2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

(3) Dihapus.

(4) Dihapus.

5. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47

(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan dan kepada partai politik.

(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan.

(3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan.

(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.

6. Ketentuan Pasal 52 diubah, sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 52

(1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.

(2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas

Page 419: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

13

dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.

7. Diantara Pasal 54 dan Pasal 55 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu Pasal 54A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 54A

(1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dapat mengikat dana anggaran:

a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau

b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan tahun jamak sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya:

a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (duabelas) bulan; atau

b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.

(3) Penganggaran kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan atas persetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD.

(4) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun pertama rencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak.

(5) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya memuat:

a. nama kegiatan;

b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;

c. jumlah anggaran; dan

d. alokasi anggaran per tahun.

(6) Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak melampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.

Page 420: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

14

8. Ketentuan Pasal 66 diubah, sehingga Pasal 66 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.

9. Ketentuan Pasal 71 ditambahkan ayat (8) dan ayat (9), sehingga Pasal 71 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 71

(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.

(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

(3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung penganggaran investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non-permanen.

(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir

Page 421: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

15

kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

(7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan daerah penyertaan modal pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.

(9) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal, dilakukan perubahan peraturan daerah tentang penyertaan modal yang berkenaan.

10. Ketentuan Pasal 77 ayat (3), ayat (4), ayat (8) dan ayat (10) diubah, sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77

(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.I.a peraturan menteri ini.

(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakan bagian susunan kode akun keuangan daerah yang tercantum dalam Lampiran A.II Peraturan Menteri ini.

(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran A.III.a Peraturan Menteri ini.

(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV.a Peraturan Menteri ini.

(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V Peraturan Menteri ini.

(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam Lampiran A.VI.a Peraturan Menteri ini.

(7) Kode dan program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII.a Peraturan Menteri ini.

(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII.a.1 Peraturan Menteri ini.

(9) Dihapus.

Page 422: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

16

(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a.1 Peraturan Menteri ini.

(11) Dihapus.

(12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah.

11. Ketentuan Pasal 86 huruf b diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 86

Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) disusun dengan tahapan sebagai berikut:

a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;

b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun; dan

c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan.

12. Ketentuan Pasal 87 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 87 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 87

(1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama Badan Anggaran DPRD.

(3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

(4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a dan A.XI.a Peraturan Menteri ini.

13. Ketentuan Pasal 98 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 98

(1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.

(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat program/kegiatan.

Page 423: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

17

(3) RKA PPKD digunakan untuk menampung:

a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga; dan

c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

14. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 102 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 102

(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:

a. ringkasan penjabaran APBD; dan

b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD memuat penjelasan sebagai berikut:

a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;

b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja yang bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan dalam kolom penjelasan; dan

c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk kelompok pengeluaran pembiayaan.

(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XVI Peraturan Menteri ini.

15. Ketentuan Pasal 106 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 106 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 106

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (3c) tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

(2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.

(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah

Page 424: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

18

dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

16. Ketentuan Pasal 123A ayat (2) diubah, sehingga Pasal 123A berbunyi sebagai berikut:

Pasal 123A

(1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD.

(2) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat program/kegiatan.

(3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung :

a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga; dan

c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

(4) Format DPA PPKD tercantum dalam lampiran B.I.b Peraturan Menteri ini.

17. Ketentuan Pasal 161 ayat (2) huruf d diubah, sehingga Pasal 161 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 161

(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf c dapat berupa:

a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (2);

b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;

c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;

d. mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang telah ditetapkan dalam DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran berikutnya;

e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir

Page 425: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

19

penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD.

(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

18. Ketentuan Pasal 162 ayat (8) diubah dan diantara ayat (8) dan ayat (9) disisipkan ayat baru yaitu ayat (8a), ayat (8b), dan ayat (8c), sehingga Pasal 162 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 162

(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.

(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak terduga.

(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:

a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau

b. memanfaatkan uang kas yang tersedia.

Page 426: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

20

(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mencakup:

a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan

b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana.

(8a) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan dengan pembebanan langsung pada belanja tidak terduga.

(8b) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) digunakan hanya untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan dan penampungan serta tempat hunian sementara.

(8c) Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8b) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh kepala daerah, kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana kepada PPKD selaku BUD;

b. PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat bencana kepada Kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB;

c. pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan dengan mekanisme TU dan diserahkan kepada bendahara pengeluaran SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;

d. penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran pada SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;

Page 427: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

21

e. kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik dan keuangan terhadap penggunaan dana tanggap darurat bencana yang dikelolanya; dan

f. pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada PPKD dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab belanja.

(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

(10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.

(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih dahulu diatur dengan peraturan kepala daerah.

19. Ketentuan Pasal 293 ayat (1) diubah, sehingga pasal 293 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 293

(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD dan Menteri Dalam Negeri paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan.

(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI Peraturan Menteri ini.

20. Diantara Pasal 296 dan Pasal 297 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu Pasal 296A, yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 296A

Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296 ayat (3) huruf a, disampaikan oleh kepala daerah kepada Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Page 428: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

22

21. Ketentuan Pasal 324 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dan ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 324

(1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang tugas dan fungsinya bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Dihapus.

(3) Dihapus.

22. Diantara Bab XV dan Bab XVI disisipkan 1 (satu) Bab yaitu Bab XVA sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB XVA

PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

Pasal 329B

(1) Pejabat yang ditunjuk untuk mengelola dana BOS sekolah negeri sebagai berikut:

a. kepala daerah menetapkan kuasa pengguna anggaran atas usul kepala SKPD Pendidikan selaku Pengguna Anggaran; dan

b. kepala sekolah ditunjuk sebagai PPTK.

(2) Tugas PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mengelola dana BOS yang ditransfer oleh bendahara pengeluaran pembantu pada SKPD Pendidikan.

Pasal 329C

(1) Dana BOS untuk sekolah negeri dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan.

(2) Dana BOS untuk sekolah swasta dianggarkan pada jenis belanja hibah.

(3) RKA-SKPD untuk program/kegiatan dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh SKPD Pendidikan.

(4) RKA-PPKD untuk belanja hibah dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun oleh PPKD.

(5) Kode rekening belanja tidak langsung dan belanja langsung yang bersumber dari dana BOS, untuk uraian obyek belanja dan rincian obyek belanja sebagaimana tercantum pada lampiran A.VIII.a.1 Peraturan Menteri ini.

Pasal 329D

(1) Pencairan dana BOS untuk sekolah negeri dilakukan dengan mekanisme TU.

(2) Pencairan dana BOS untuk sekolah swasta dilakukan dengan mekanisme LS.

Pasal 329E

(1) Penyaluran dana BOS bagi sekolah negeri dilakukan setiap triwulan oleh bendahara pengeluaran pembantu SKPD Pendidikan melalui rekening masing-masing sekolah.

Page 429: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

23

(2) Penyaluran dana BOS bagi sekolah swasta dilakukan setiap triwulan oleh BUD melalui rekening masing-masing sekolah.

(3) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) triwulan berikutnya dapat dilakukan tanpa menunggu penyampaian laporan penggunaan dana BOS triwulan sebelumnya.

Pasal 329F

(1) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 329E ayat (2) didasarkan atas Naskah perjanjian hibah daerah.

(2) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan kepala sekolah swasta.

(3) Dalam rangka percepatan penyaluran dana hibah, kepala SKPD Pendidikan atas nama kepala daerah dapat menandatangani Naskah perjanjian hibah.

(4) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan 1 (satu) kali untuk keperluan 1 (satu) tahun anggaran.

(5) Format Naskah perjanjian hibah sebagaimana tercantum dalam lampiran F.I Peraturan Menteri ini.

Pasal 329G

(1) Kepala sekolah negeri menyampaikan laporan penggunaan dana BOS triwulan I dan triwulan II paling lambat tanggal 10 Juli sedangkan untuk triwulan III dan triwulan IV paling lambat tanggal 20 Desember tahun berkenaan kepada bendahara pengeluaran pembantu.

(2) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap.

(3) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran setelah diverifikasi oleh pejabat penatausahaan keuangan SKPD Pendidikan.

(4) Kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas penggunaan dana BOS yang diterima setiap triwulan.

Pasal 329H

Tata cara pertanggungjawaban dana BOS yang diterima oleh sekolah swasta diatur dalam naskah perjanjian hibah daerah.

Page 430: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 … · keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. tidak termasuk kewenangan dibidang

24

Pasal II

Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Dalam Negeri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 2011

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 310

Salinan sesuai dengan aslinya,

Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH PEMBINA (IV/a)

NIP.19690824 199903 1 001