UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah...

79
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang ekonomi diarahkan dan dilaksanakan untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilakukan melalui kegiatan Perdagangan merupakan penggerak utama dalam pembangunan perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri; c. bahwa peranan Perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi, tetapi dalam perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional; d. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan mengharuskan adanya harmonisasi ketentuan di bidang Perdagangan dalam kerangka kesatuan ekonomi nasional guna menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era globalisasi pada masa kini dan masa depan; e. bahwa ...

Transcript of UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah...

Page 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2014

TENTANG

PERDAGANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang ekonomi diarahkan

dan dilaksanakan untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilakukan melalui kegiatan Perdagangan merupakan penggerak

utama dalam pembangunan perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat

daya saing Produk Dalam Negeri;

c. bahwa peranan Perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi, tetapi dalam

perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga

diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi serta usaha

mikro, kecil, dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional;

d. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang

Perdagangan mengharuskan adanya harmonisasi ketentuan di bidang Perdagangan dalam kerangka

kesatuan ekonomi nasional guna menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era globalisasi pada masa kini dan masa depan;

e. bahwa ...

Page 2: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 2 -

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perdagangan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 33

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERDAGANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri

dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.

2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak termasuk Perdagangan Luar Negeri.

3. Perdagangan Luar Negeri adalah Perdagangan yang mencakup kegiatan Ekspor dan/atau Impor atas Barang

dan/atau Perdagangan Jasa yang melampaui batas wilayah negara.

4. Perdagangan ...

Page 3: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 3 -

4. Perdagangan Perbatasan adalah Perdagangan yang

dilakukan oleh warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di daerah perbatasan Indonesia dengan penduduk negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan,

dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.

6. Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain dalam

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.

7. Produk Dalam Negeri adalah Barang yang dibuat dan/atau Jasa yang dilakukan oleh Pelaku Usaha di Indonesia.

8. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/

keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan,

kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan pada masa kini dan masa depan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

9. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,

menerapkan, memelihara, memberlakukan, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak.

10. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh lembaga yang menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di

bidang Standardisasi.

11. Distribusi adalah kegiatan penyaluran Barang secara

langsung atau tidak langsung kepada konsumen.

12. Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk melakukan transaksi Perdagangan.

13. Gudang ...

Page 4: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 4 -

13. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang

tertutup dan/atau terbuka dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan Barang yang dapat

diperdagangkan dan tidak untuk kebutuhan sendiri.

14. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha yang berbentuk

badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang Perdagangan.

15. Daerah Pabean adalah wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di Zona

Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.

16. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang dari

Daerah Pabean.

17. Eksportir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum, yang melakukan Ekspor.

18. Impor adalah kegiatan memasukkan Barang ke dalam

Daerah Pabean.

19. Importir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum, yang melakukan Impor.

20. Promosi Dagang adalah kegiatan mempertunjukkan,

memperagakan, memperkenalkan, dan/atau menyebarluaskan informasi hasil produksi Barang dan/atau Jasa untuk menarik minat beli konsumen, baik

di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar, dan mencari hubungan dagang.

21. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri adalah Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler Republik

Indonesia yang secara resmi mewakili dan memperjuangkan kepentingan bangsa, negara, dan Pemerintah Republik Indonesia secara keseluruhan di

negara penerima atau di organisasi internasional.

22. Kerja ...

Page 5: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 5 -

22. Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah kegiatan

Pemerintah untuk memperjuangkan dan mengamankan kepentingan nasional melalui hubungan Perdagangan dengan negara lain dan/atau lembaga/organisasi

internasional.

23. Sistem Informasi Perdagangan adalah tatanan, prosedur, dan mekanisme untuk pengumpulan, pengolahan,

penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi Perdagangan yang terintegrasi dalam

mendukung kebijakan dan pengendalian Perdagangan.

24. Perdagangan melalui Sistem Elektronik adalah Perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui

serangkaian perangkat dan prosedur elektronik.

25. Komite Perdagangan Nasional adalah lembaga yang

dibentuk untuk mendukung percepatan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan di bidang Perdagangan.

26. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

27. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau

walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

28. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang Perdagangan.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Kebijakan Perdagangan disusun berdasarkan asas:

a. kepentingan nasional;

b. kepastian hukum;

c. adil dan sehat;

d. keamanan berusaha;

e. akuntabel ...

Page 6: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 6 -

e. akuntabel dan transparan;

f. kemandirian;

g. kemitraan;

h. kemanfaatan;

i. kesederhanaan;

j. kebersamaan; dan

k. berwawasan lingkungan.

Pasal 3

Pengaturan kegiatan Perdagangan bertujuan:

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

b. meningkatkan penggunaan dan Perdagangan Produk

Dalam Negeri;

c. meningkatkan kesempatan berusaha dan menciptakan

lapangan pekerjaan;

d. menjamin kelancaran Distribusi dan ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan Barang penting;

e. meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana Perdagangan;

f. meningkatkan kemitraan antara usaha besar dan

koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, serta Pemerintah dan swasta;

g. meningkatkan daya saing produk dan usaha nasional;

h. meningkatkan citra Produk Dalam Negeri, akses pasar, dan Ekspor nasional;

i. meningkatkan Perdagangan produk berbasis ekonomi kreatif;

j. meningkatkan pelindungan konsumen;

k. meningkatkan penggunaan SNI;

l. meningkatkan pelindungan sumber daya alam; dan

m. meningkatkan pengawasan Barang dan/atau Jasa yang diperdagangkan.

BAB ...

Page 7: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 7 -

BAB III

LINGKUP PENGATURAN

Pasal 4

(1) Lingkup pengaturan Perdagangan meliputi:

a. Perdagangan Dalam Negeri;

b. Perdagangan Luar Negeri;

c. Perdagangan Perbatasan;

d. Standardisasi;

e. Perdagangan melalui Sistem Elektronik;

f. pelindungan dan pengamanan Perdagangan;

g. pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil,

dan menengah;

h. pengembangan Ekspor;

i. Kerja Sama Perdagangan Internasional;

j. Sistem Informasi Perdagangan;

k. tugas dan wewenang Pemerintah di bidang

Perdagangan;

l. Komite Perdagangan Nasional;

m. pengawasan; dan

n. penyidikan.

(2) Selain lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), juga diatur Jasa yang dapat diperdagangkan meliputi:

a. Jasa bisnis;

b. Jasa distribusi;

c. Jasa komunikasi;

d. Jasa pendidikan;

e. Jasa lingkungan hidup;

f. Jasa keuangan;

g. Jasa konstruksi dan teknik terkait;

h. Jasa kesehatan dan sosial;

i. Jasa ...

Page 8: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 8 -

i. Jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga;

j. Jasa pariwisata;

k. Jasa transportasi; dan

l. Jasa lainnya.

(3) Jasa dapat diperdagangkan baik di dalam negeri maupun melampaui batas wilayah negara.

BAB IV

PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Dalam Negeri melalui kebijakan dan pengendalian.

(2) Kebijakan dan pengendalian Perdagangan Dalam Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada:

a. peningkatan efisiensi dan efektivitas Distribusi;

b. peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha;

c. pengintegrasian dan perluasan Pasar dalam negeri;

d. peningkatan akses Pasar bagi Produk Dalam Negeri;

dan

e. pelindungan konsumen.

(3) Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mengatur:

a. pengharmonisasian peraturan, Standar, dan

prosedur kegiatan Perdagangan antara pusat dan daerah dan/atau antardaerah;

b. penataan prosedur perizinan bagi kelancaran arus

Barang;

c. pemenuhan ...

Page 9: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 9 -

c. pemenuhan ketersediaan dan keterjangkauan

Barang kebutuhan pokok masyarakat;

d. pengembangan dan penguatan usaha di bidang Perdagangan Dalam Negeri, termasuk koperasi serta

usaha mikro, kecil, dan menengah;

e. pemberian fasilitas pengembangan sarana Perdagangan;

f. peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri;

g. Perdagangan antarpulau; dan

h. pelindungan konsumen.

(4) Pengendalian Perdagangan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perizinan;

b. Standar; dan

c. pelarangan dan pembatasan.

Pasal 6

(1) Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau melengkapi label berbahasa Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalam negeri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan atau kelengkapan label berbahasa Indonesia diatur dengan

Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Distribusi Barang

Pasal 7

(1) Distribusi Barang yang diperdagangkan di dalam negeri secara tidak langsung atau langsung kepada konsumen

dapat dilakukan melalui Pelaku Usaha Distribusi.

(2) Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

rantai Distribusi yang bersifat umum:

a. distributor dan jaringannya;

b. agen dan jaringannya; atau

c. waralaba.

(3) Distribusi ...

Page 10: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 10 -

(3) Distribusi Barang secara langsung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung secara:

a. single level; atau

b. multilevel.

Pasal 8

Barang dengan hak Distribusi eksklusif yang diperdagangkan

dengan sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang terdaftar sebagai anggota perusahaan

penjualan langsung.

Pasal 9

Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang.

Pasal 10

Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 melakukan Distribusi Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis dalam rangka tertib usaha.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai Distribusi Barang diatur

dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Sarana Perdagangan

Pasal 12

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengembangkan sarana Perdagangan berupa:

a. Pasar rakyat;

b. pusat perbelanjaan; c. toko ...

Page 11: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 11 -

c. toko swalayan;

d. Gudang;

e. perkulakan;

f. Pasar lelang komoditas;

g. Pasar berjangka komoditi; atau

h. sarana Perdagangan lainnya.

(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha

dalam mengembangkan sarana Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengacu

pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

(1) Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan, pemberdayaan, dan

peningkatan kualitas pengelolaan Pasar rakyat dalam rangka peningkatan daya saing.

(2) Pembangunan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas

pengelolaan Pasar rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:

a. pembangunan dan/atau revitalisasi Pasar rakyat;

b. implementasi manajemen pengelolaan yang profesional;

c. fasilitasi akses penyediaan Barang dengan mutu yang baik dan harga yang bersaing; dan/atau

d. fasilitasi akses pembiayaan kepada pedagang Pasar

di Pasar rakyat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan,

pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan Pasar rakyat diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 14

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya melakukan pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang setara

dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan perkulakan untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja

sama yang seimbang antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan keberpihakan kepada

koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.

(2) Pengembangan ...

Page 12: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 12 -

(2) Pengembangan, penataan, dan pembinaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan perizinan, tata ruang, zonasi dengan memperhatikan jarak dan lokasi pendirian, kemitraan, dan kerja sama

usaha.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan perizinan, tata ruang, dan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 15

(1) Gudang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d merupakan salah satu sarana Perdagangan

untuk mendorong kelancaran Distribusi Barang yang diperdagangkan di dalam negeri dan ke luar negeri.

(2) Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan oleh setiap pemilik Gudang sesuai dengan penggolongan Gudang menurut luas dan kapasitas

penyimpanannya.

(3) Setiap pemilik Gudang yang tidak melakukan pendaftaran Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dikenai sanksi administratif berupa penutupan Gudang untuk jangka waktu tertentu dan/atau

denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(4) Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran Gudang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

(5) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16

(1) Di luar ketentuan Gudang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat menyediakan Gudang yang diperlukan untuk menjamin

ketersediaan Barang kebutuhan pokok rakyat.

(2) Gudang ...

Page 13: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 13 -

(2) Gudang yang disediakan Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tertutup dan jumlah Barang kebutuhan pokok rakyat yang disimpan dikategorikan sebagai data yang

digunakan secara terbatas.

Pasal 17

(1) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa Gudang yang melakukan penyimpanan Barang yang ditujukan untuk

diperdagangkan harus menyelenggarakan pencatatan administrasi paling sedikit berupa jumlah Barang yang disimpan dan jumlah Barang yang masuk dan yang

keluar dari Gudang.

(2) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa Gudang yang

tidak menyelenggarakan pencatatan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan di bidang

Perdagangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan administrasi Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam Peraturan Menteri.

Pasal 18

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan penataan, pembinaan, dan pengembangan terhadap

Pasar lelang komoditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf f.

(2) Ketentuan mengenai penataan, pembinaan, dan pengembangan Pasar lelang komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Presiden.

Pasal 19

(1) Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengembangan Pasar berjangka

komoditi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf g.

(2) Ketentuan ...

Page 14: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 14 -

(2) Ketentuan mengenai Pasar berjangka komoditi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan berjangka komoditi.

Bagian Keempat

Perdagangan Jasa

Pasal 20

(1) Penyedia Jasa yang bergerak di bidang Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Penyedia Jasa yang tidak memiliki tenaga teknis yang kompeten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai

sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan usaha; dan/atau

c. pencabutan izin usaha.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengenaan sanksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 21

Pemerintah dapat memberi pengakuan terhadap kompetensi

tenaga teknis dari negara lain berdasarkan perjanjian saling pengakuan secara bilateral atau regional.

Bagian Kelima

Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Pasal 22

(1) Dalam rangka pengembangan, pemberdayaan, dan

penguatan Perdagangan Dalam Negeri, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau pemangku kepentingan

lainnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri.

(2) Peningkatan ...

Page 15: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 15 -

(2) Peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan keberpihakan melalui promosi, sosialisasi, atau pemasaran dan menerapkan kewajiban menggunakan

Produk Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan

penggunaan Produk Dalam Negeri diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keenam

Perdagangan Antarpulau

Pasal 23

(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan antarpulau untuk integrasi Pasar dalam negeri.

(2) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diarahkan untuk:

a. menjaga keseimbangan antardaerah yang surplus dan daerah yang minus;

b. memperkecil kesenjangan harga antardaerah;

c. mengamankan Distribusi Barang yang dibatasi

Perdagangannya;

d. mengembangkan pemasaran produk unggulan setiap daerah;

e. menyediakan sarana dan prasarana Perdagangan antarpulau;

f. mencegah masuk dan beredarnya Barang selundupan di dalam negeri;

g. mencegah penyelundupan Barang ke luar negeri;

dan

h. meniadakan hambatan Perdagangan antarpulau.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perdagangan

antarpulau diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian ...

Page 16: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 16 -

Bagian Ketujuh

Perizinan

Pasal 24

(1) Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib memiliki perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.

(2) Menteri dapat melimpahkan atau mendelegasikan pemberian perizinan kepada Pemerintah Daerah atau

instansi teknis tertentu.

(3) Menteri dapat memberikan pengecualian terhadap kewajiban memiliki perizinan di bidang Perdagangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan di bidang

Perdagangan sebagaimana pada ayat (1) dan pengecualiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedelapan

Pengendalian Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang Penting

Pasal 25

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang terjangkau.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mendorong peningkatan dan melindungi produksi Barang kebutuhan pokok dan Barang penting dalam negeri

untuk memenuhi kebutuhan nasional.

(3) Barang kebutuhan pokok dan Barang penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Peraturan Presiden.

Pasal ...

Page 17: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 17 -

Pasal 26

(1) Dalam kondisi tertentu yang dapat menganggu kegiatan Perdagangan nasional, Pemerintah berkewajiban menjamin pasokan dan stabilisasi harga Barang

kebutuhan pokok dan Barang penting.

(2) Jaminan pasokan dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok dan Barang penting sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menjaga keterjangkauan harga di tingkat konsumen dan

melindungi pendapatan produsen.

(3) Dalam menjamin pasokan dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok dan Barang penting, Menteri

menetapkan kebijakan harga, pengelolaan stok dan logistik, serta pengelolaan Ekspor dan Impor.

Pasal 27

Dalam rangka pengendalian ketersediaan, stabilisasi harga,

dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan Barang penting, Pemerintah dapat menunjuk Badan Usaha Milik Negara.

Pasal 28

Dalam rangka melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26, Pemerintah mengalokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1) Pelaku Usaha dilarang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting dalam jumlah dan waktu

tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang.

(2) Pelaku Usaha dapat melakukan penyimpanan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting dalam

jumlah dan waktu tertentu jika digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam proses produksi atau sebagai persediaan Barang untuk didistribusikan.

(3) Ketentuan ...

Page 18: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 18 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyimpanan Barang

kebutuhan pokok dan/atau Barang penting diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 30

(1) Menteri dapat meminta data dan/atau informasi kepada Pelaku Usaha mengenai persediaan Barang kebutuhan

pokok dan/atau Barang penting.

(2) Pelaku Usaha dilarang melakukan manipulasi data

dan/atau informasi mengenai persediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting.

Pasal 31

Dalam hal Pemerintah Daerah mengatur mengenai langkah

pemenuhan ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting, Pemerintah Daerah harus mengacu pada kebijakan yang

ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 32

(1) Produsen atau Importir yang memperdagangkan Barang yang terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan,

dan lingkungan hidup wajib:

a. mendaftarkan Barang yang diperdagangkan kepada Menteri; dan

b. mencantumkan nomor tanda pendaftaran pada Barang dan/atau kemasannya.

(2) Kewajiban mendaftarkan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh produsen atau Importir sebelum Barang beredar di Pasar.

(3) Kewajiban Pendaftaran Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan terhadap Barang yang telah diatur pendaftarannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Kriteria atas keamanan, keselamatan, kesehatan, dan

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan berdasarkan SNI atau Standar lain yang diakui yang belum diberlakukan secara wajib.

(5) Barang ...

Page 19: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 19 -

(5) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Presiden.

(6) Dalam hal Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah diberlakukan SNI secara wajib, Barang dimaksud

harus memenuhi ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib.

Pasal 33

(1) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi ketentuan

pendaftaran Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) wajib menghentikan kegiatan Perdagangan Barang dan menarik Barang dari:

a. distributor;

b. agen;

c. grosir;

d. pengecer; dan/atau

e. konsumen.

(2) Perintah penghentian kegiatan Perdagangan dan penarikan dari Distribusi terhadap Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.

(3) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi

administratif berupa pencabutan izin usaha.

Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) serta

penghentian kegiatan Perdagangan Barang dan penarikan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Bagian Kesembilan Larangan dan Pembatasan Perdagangan Barang dan/atau Jasa

Pasal 35

(1) Pemerintah menetapkan larangan atau pembatasan Perdagangan Barang dan/atau Jasa untuk kepentingan nasional dengan alasan:

a. melindungi ...

Page 20: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 20 -

a. melindungi kedaulatan ekonomi;

b. melindungi keamanan negara;

c. melindungi moral dan budaya masyarakat;

d. melindungi kesehatan dan keselamatan manusia,

hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup;

e. melindungi penggunaan sumber daya alam yang berlebihan untuk produksi dan konsumsi;

f. melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca Perdagangan;

g. melaksanakan peraturan perundang-undangan; dan/atau

h. pertimbangan tertentu sesuai dengan tugas

Pemerintah.

(2) Barang dan/atau Jasa yang dilarang atau dibatasi

Perdagangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Pasal 36

Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa yang ditetapkan sebagai Barang dan/atau

Jasa yang dilarang untuk diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

Pasal 37

(1) Setiap Pelaku Usaha wajib memenuhi ketentuan

penetapan Barang dan/atau Jasa yang ditetapkan sebagai Barang dan/atau Jasa yang dibatasi

Perdagangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

(2) Setiap Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan

penetapan Barang dan/atau Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.

BAB ...

Page 21: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 21 -

BAB V

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 38

(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Luar Negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor

dan Impor.

(2) Kebijakan dan pengendalian Perdagangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:

a. peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia;

b. peningkatan dan perluasan akses Pasar di luar

negeri; dan

c. peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi Pelaku Usaha yang andal.

(3) Kebijakan Perdagangan Luar Negeri paling sedikit meliputi:

a. peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah

produk ekspor;

b. pengharmonisasian Standar dan prosedur kegiatan

Perdagangan dengan negara mitra dagang;

c. penguatan kelembagaan di sektor Perdagangan Luar Negeri;

d. pengembangan sarana dan prasarana penunjang Perdagangan Luar Negeri; dan

e. pelindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif Perdagangan Luar Negeri.

(4) Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi:

a. perizinan;

b. Standar; dan

c. pelarangan dan pembatasan.

Pasal ...

Page 22: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 22 -

Pasal 39

Perdagangan Jasa yang melampaui batas wilayah negara dilakukan dengan cara:

a. pasokan lintas batas;

b. konsumsi di luar negeri;

c. keberadaan komersial; atau

d. perpindahan manusia.

Pasal 40

(1) Dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional, Pemerintah dapat mengatur cara pembayaran dan cara penyerahan Barang dalam kegiatan

Ekspor dan Impor.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara pembayaran dan

cara penyerahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 41

(1) Menteri dapat menunda Impor atau Ekspor jika terjadi keadaan kahar.

(2) Presiden menetapkan keadaan kahar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Bagian Kedua

Ekspor

Pasal 42

(1) Ekspor Barang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang telah

terdaftar dan ditetapkan sebagai Eksportir, kecuali ditentukan lain oleh Menteri.

(2) Ketentuan mengenai penetapan sebagai Eksportir

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 43

(1) Eksportir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap

Barang yang diekspor.

(2) Eksportir ...

Page 23: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 23 -

(2) Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap Barang

yang diekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan

di bidang Perdagangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 44

Eksportir yang melakukan tindakan penyalahgunaan atas penetapan sebagai Eksportir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 42 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pembatalan penetapan sebagai Eksportir.

Bagian Ketiga

Impor

Pasal 45

(1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh Importir yang

memiliki pengenal sebagai Importir berdasarkan penetapan Menteri.

(2) Dalam hal tertentu, Impor Barang dapat dilakukan oleh Importir yang tidak memiliki pengenal sebagai Importir.

(3) Ketentuan mengenai pengenal sebagai Importir

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 46

(1) Importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Barang

yang diimpor.

(2) Importir yang tidak bertanggung jawab atas Barang yang diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai

sanksi administratif berupa pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan di bidang

Perdagangan.

(3) Ketentuan ...

Page 24: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 24 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 47

(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru.

(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru.

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 48

Surat persetujuan Impor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan kewajiban pabean sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Kepabeanan.

Bagian Keempat

Perizinan Ekspor dan Impor

Pasal 49

(1) Untuk kegiatan Ekspor dan Impor, Menteri mewajibkan Eksportir dan Importir untuk memiliki perizinan yang dapat berupa persetujuan, pendaftaran, penetapan,

dan/atau pengakuan.

(2) Menteri mewajibkan Eksportir dan Importir untuk memiliki perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam melakukan Ekspor sementara dan Impor sementara.

(3) Menteri ...

Page 25: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 25 -

(3) Menteri dapat melimpahkan atau mendelegasikan

pemberian perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah atau instansi teknis tertentu.

(4) Dalam rangka peningkatan daya saing nasional Menteri dapat mengusulkan keringanan atau penambahan pembebanan bea masuk terhadap Barang Impor

sementara.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima

Larangan dan Pembatasan Ekspor dan Impor

Pasal 50

(1) Semua Barang dapat diekspor atau diimpor, kecuali yang

dilarang, dibatasi, atau ditentukan lain oleh undang-undang.

(2) Pemerintah melarang Impor atau Ekspor Barang untuk

kepentingan nasional dengan alasan:

a. untuk melindungi keamanan nasional atau

kepentingan umum, termasuk sosial, budaya, dan moral masyarakat;

b. untuk melindungi hak kekayaan intelektual;

dan/atau

c. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan

manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.

Pasal 51

(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk diekspor.

(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk diimpor.

(3) Barang yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Pasal ...

Page 26: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 26 -

Pasal 52

(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan Barang untuk diekspor.

(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang tidak sesuai

dengan ketentuan pembatasan Barang untuk diimpor.

(3) Barang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(4) Setiap Eksportir yang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan Barang untuk

diekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(5) Setiap Importir yang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan Barang untuk

diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 53

(1) Eksportir yang dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (4) terhadap Barang ekspornya dikuasai oleh negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Importir yang dikenai sanksi administratif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 52 ayat (5) terhadap Barang impornya wajib diekspor kembali, dimusnahkan oleh Importir, atau ditentukan lain oleh Menteri.

Pasal 54

(1) Pemerintah dapat membatasi Ekspor dan Impor Barang

untuk kepentingan nasional dengan alasan:

a. untuk melindungi keamanan nasional atau

kepentingan umum; dan/atau

b. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan

hidup.

(2) Pemerintah ...

Page 27: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 27 -

(2) Pemerintah dapat membatasi Ekspor Barang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan alasan:

a. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;

b. menjamin ketersediaan bahan baku yang

dibutuhkan oleh industri pengolahan di dalam negeri;

c. melindungi kelestarian sumber daya alam;

d. meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah dan/atau sumber daya alam;

e. mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas Ekspor tertentu di pasaran internasional; dan/atau

f. menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri.

(3) Pemerintah dapat membatasi Impor Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan alasan:

a. untuk membangun, mempercepat, dan melindungi

industri tertentu di dalam negeri; dan/atau

b. untuk menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca Perdagangan.

BAB VI

PERDAGANGAN PERBATASAN

Pasal 55

(1) Setiap warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berbatasan langsung dengan negara lain dapat melakukan Perdagangan Perbatasan dengan penduduk negara lain yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan.

(2) Perdagangan Perbatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di wilayah perbatasan darat dan perbatasan laut yang ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah.

(3) Perdagangan Perbatasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan berdasarkan perjanjian bilateral sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal ...

Page 28: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 28 -

Pasal 56

(1) Perjanjian bilateral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) paling sedikit memuat:

a. tempat pemasukan atau pengeluaran lintas batas

yang ditetapkan;

b. jenis Barang yang diperdagangkan;

c. nilai maksimal transaksi pembelian Barang di luar

Daerah Pabean untuk dibawa ke dalam Daerah Pabean;

d. wilayah tertentu yang dapat dilakukan Perdagangan Perbatasan; dan

e. kepemilikan identitas orang yang melakukan

Perdagangan Perbatasan.

(2) Pemerintah melakukan pengawasan dan pelayanan

kepabeanan dan cukai, imigrasi, serta karantina di pos lintas batas keluar atau di pos lintas batas masuk dan di tempat atau di wilayah tertentu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Menteri melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan menteri terkait sebelum melakukan perjanjian

Perdagangan Perbatasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perdagangan Perbatasan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

BAB VII

STANDARDISASI

Bagian Kesatu

Standardisasi Barang

Pasal 57

(1) Barang yang diperdagangkan di dalam negeri harus memenuhi:

a. SNI yang telah diberlakukan secara wajib; atau

b. persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara wajib.

(2) Pelaku ...

Page 29: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 29 -

(2) Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang di

dalam negeri yang tidak memenuhi SNI yang telah diberlakukan secara wajib atau persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara wajib.

(3) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri sesuai dengan urusan pemerintahan yang

menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

(4) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek:

a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan

hidup;

b. daya saing produsen nasional dan persaingan usaha

yang sehat;

c. kemampuan dan kesiapan dunia usaha nasional; dan/atau

d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian kesesuaian.

(5) Barang yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan

teknis secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibubuhi tanda SNI atau tanda kesesuaian atau

dilengkapi sertifikat kesesuaian yang diakui oleh Pemerintah.

(6) Barang yang diperdagangkan dan belum diberlakukan

SNI secara wajib dapat dibubuhi tanda SNI atau tanda kesesuaian sepanjang telah dibuktikan dengan sertifikat

produk penggunaan tanda SNI atau sertifikat kesesuaian.

(7) Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan teknis secara wajib,

tetapi tidak membubuhi tanda SNI, tanda kesesuaian, atau tidak melengkapi sertifikat kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikenai sanksi administratif

berupa penarikan Barang dari Distribusi.

Pasal 58

(1) Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifikat kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (5)

diterbitkan oleh lembaga penilaian kesesuaian yang terakreditasi oleh lembaga akreditasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam ...

Page 30: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 30 -

(2) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) belum ada yang terakreditasi, Menteri atau menteri sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan tanggung

jawabnya dapat menunjuk lembaga penilaian kesesuaian dengan persyaratan dan dalam jangka waktu tertentu.

(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) harus terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 59

Standar atau penilaian kesesuaian yang ditetapkan oleh

negara lain diakui oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian saling pengakuan antarnegara.

Bagian Kedua Standardisasi Jasa

Pasal 60

(1) Penyedia Jasa dilarang memperdagangkan Jasa di dalam

negeri yang tidak memenuhi SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang telah diberlakukan secara wajib.

(2) Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri sesuai dengan

urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek:

a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup;

b. daya saing produsen nasional dan persaingan usaha

yang sehat;

c. kemampuan dan kesiapan dunia usaha nasional;

d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian kesesuaian; dan/atau

e. budaya, adat istiadat, atau tradisi berdasarkan

kearifan lokal.

(4) Jasa ...

Page 31: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 31 -

(4) Jasa yang telah diberlakukan SNI, persyaratan teknis,

atau kualifikasi secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian yang diakui oleh Pemerintah.

(5) Jasa yang diperdagangkan dan memenuhi SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang belum diberlakukan secara wajib dapat menggunakan sertifikat

kesesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa yang telah diberlakukan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib, tetapi tidak dilengkapi sertifikat kesesuaian

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenai sanksi administratif berupa penghentian kegiatan usaha.

Pasal 61

(1) Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifikat kesesuaian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (4) diterbitkan oleh lembaga penilaian kesesuaian yang terakreditasi oleh lembaga akreditasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) belum ada yang terakreditasi, Menteri atau menteri sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan tanggung

jawabnya dapat menunjuk lembaga penilaian kesesuaian dengan persyaratan dan dalam jangka waktu tertentu.

(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 62

Standar, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang ditetapkan

oleh negara lain diakui oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian saling pengakuan antarnegara.

Pasal 63

Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa yang tidak

dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (4) dikenai sanksi administratif

berupa penghentian kegiatan Perdagangan Jasa.

Pasal ...

Page 32: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 32 -

Pasal 64

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan dan pemberlakuan Standardisasi Barang dan/atau Standardisasi Jasa diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK

Pasal 65

(1) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi secara

lengkap dan benar.

(2) Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang

dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

(4) Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling sedikit memuat:

a. identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi;

b. persyaratan teknis Barang yang ditawarkan;

c. persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang

ditawarkan;

d. harga dan cara pembayaran Barang dan/atau Jasa; dan

e. cara penyerahan Barang.

(5) Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui sistem elektronik, orang atau badan

usaha yang mengalami sengketa dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui

mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.

(6) Setiap ...

Page 33: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 33 -

(6) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang

dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.

Pasal 66

Ketentuan lebih lanjut mengenai transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah.

BAB IX

PELINDUNGAN DAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

Pasal 67

(1) Pemerintah menetapkan kebijakan pelindungan dan pengamanan Perdagangan.

(2) Penetapan kebijakan pelindungan dan pengamanan Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.

(3) Kebijakan pelindungan dan pengamanan Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. pembelaan atas tuduhan dumping dan/atau subsidi terhadap Ekspor Barang nasional;

b. pembelaan terhadap Eksportir yang Barang

Ekspornya dinilai oleh negara mitra dagang telah menimbulkan lonjakan Impor di negara tersebut;

c. pembelaan terhadap Ekspor Barang nasional yang dirugikan akibat penerapan kebijakan dan/atau regulasi negara lain;

d. pengenaan tindakan antidumping atau tindakan imbalan untuk mengatasi praktik Perdagangan yang tidak sehat;

e. pengenaan tindakan pengamanan Perdagangan untuk mengatasi lonjakan Impor; dan

f. pembelaan terhadap kebijakan nasional terkait Perdagangan yang ditentang oleh negara lain.

Pasal ...

Page 34: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 34 -

Pasal 68

(1) Dalam hal adanya ancaman dari kebijakan, regulasi, tuduhan praktik Perdagangan tidak sehat, dan/atau tuduhan lonjakan Impor dari negara mitra dagang atas

Ekspor Barang nasional, Menteri berkewajiban mengambil langkah pembelaan.

(2) Dalam mengambil langkah pembelaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1):

a. Eksportir yang berkepentingan berkewajiban

mendukung dan memberikan informasi dan data yang dibutuhkan; dan

b. kementerian/lembaga Pemerintah nonkementerian

terkait berkewajiban mendukung dan memberikan informasi dan data yang dibutuhkan.

Pasal 69

(1) Dalam hal terjadi lonjakan jumlah Barang Impor yang

menyebabkan produsen dalam negeri dari Barang sejenis atau Barang yang secara langsung bersaing dengan yang diimpor menderita kerugian serius atau ancaman

kerugian serius, Pemerintah berkewajiban mengambil tindakan pengamanan Perdagangan untuk

menghilangkan atau mengurangi kerugian serius atau ancaman kerugian serius dimaksud.

(2) Tindakan pengamanan Perdagangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan bea masuk tindakan pengamanan dan/atau kuota.

(3) Bea masuk tindakan pengamanan Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang keuangan berdasarkan usulan yang telah diputuskan oleh Menteri.

(4) Penetapan kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan oleh Menteri.

Pasal ...

Page 35: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 35 -

Pasal 70

(1) Dalam hal terdapat produk Impor dengan harga lebih rendah daripada nilai normal yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian pada industri dalam

negeri terkait atau menghambat berkembangnya industri dalam negeri yang terkait, Pemerintah berkewajiban mengambil tindakan antidumping untuk menghilangkan

atau mengurangi kerugian atau ancaman kerugian atau hambatan tersebut.

(2) Tindakan antidumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan bea masuk antidumping.

(3) Bea masuk antidumping sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan berdasarkan

usulan yang telah diputuskan oleh Menteri.

Pasal 71

(1) Dalam hal produk Impor menerima subsidi secara langsung atau tidak langsung dari negara pengekspor yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian

industri dalam negeri atau menghambat perkembangan industri dalam negeri, Pemerintah berkewajiban

mengambil tindakan imbalan untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian atau ancaman kerugian atau hambatan tersebut.

(2) Tindakan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan bea masuk imbalan.

(3) Bea masuk imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan berdasarkan usulan

yang telah diputuskan oleh Menteri.

Pasal 72

Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan pengamanan Perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,

tindakan antidumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, dan tindakan imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

BAB ...

Page 36: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 36 -

BAB X

PEMBERDAYAAN KOPERASI SERTA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Pasal 73

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan terhadap koperasi serta usaha mikro,

kecil, dan menengah di sektor Perdagangan.

(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa pemberian fasilitas, insentif, bimbingan teknis, akses dan/atau bantuan permodalan, bantuan promosi, dan pemasaran.

(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pemberdayaan koperasi serta usaha mikro,

kecil, dan menengah di sektor Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan pihak lain.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan koperasi sertausaha mikro, kecil, dan menengah di sektor Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

BAB XI

PENGEMBANGAN EKSPOR

Bagian Kesatu

Pembinaan Ekspor

Pasal 74

(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap Pelaku

Usaha dalam rangka pengembangan Ekspor untuk perluasan akses Pasar bagi Barang dan Jasa produksi dalam negeri.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemberian insentif, fasilitas, informasi peluang

Pasar, bimbingan teknis, serta bantuan promosi dan pemasaran untuk pengembangan Ekspor.

(3) Menteri ...

Page 37: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 37 -

(3) Menteri dapat mengusulkan insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berupa insentif fiskal dan/atau nonfiskal dalam upaya meningkatkan daya saing Ekspor Barang dan/atau Jasa produksi dalam negeri.

(4) Pemerintah dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan pihak lain.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Promosi Dagang

Pasal 75

(1) Untuk memperluas akses Pasar bagi Barang dan/atau Jasa produksi dalam negeri, Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah berkewajiban memperkenalkan Barang dan/atau Jasa dengan cara:

a. menyelenggarakan Promosi Dagang di dalam negeri

dan/atau di luar negeri; dan/atau

b. berpartisipasi dalam Promosi Dagang di dalam

negeri dan/atau di luar negeri.

(2) Promosi Dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. pameran dagang; dan

b. misi dagang.

(3) Promosi Dagang yang berupa pameran dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. pameran dagang internasional;

b. pameran dagang nasional; atau

c. pameran dagang lokal.

(4) Pemerintah dalam melakukan pameran dagang di luar

negeri mengikutsertakan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.

(5) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan dalam bentuk pertemuan bisnis internasional untuk memperluas peluang peningkatan Ekspor.

(6) Misi ...

Page 38: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 38 -

(6) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

dilakukan melalui kunjungan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, dan/atau lembaga lainnya dari Indonesia ke luar negeri dalam rangka melakukan

kegiatan bisnis atau meningkatkan hubungan Perdagangan kedua negara.

Pasal 76

Pelaksanaan kegiatan Promosi Dagang di luar negeri oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha dilakukan berkoordinasi dengan Perwakilan Republik

Indonesia di Luar Negeri di negara terkait.

Pasal 77

(1) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan pameran dagang dan peserta pameran dagang wajib memenuhi

Standar penyelenggaraan dan keikutsertaan dalam pameran dagang.

(2) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan pameran

dagang dengan mengikutsertakan peserta dan/atau produk yang dipromosikan berasal dari luar negeri wajib

mendapatkan izin dari Menteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar penyelenggaraan dan keikutsertaan dalam pameran

dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(4) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan pameran dagang dan peserta pameran dagang yang tidak memenuhi Standar penyelenggaraan dan keikutsertaan

dalam pameran dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa penghentian kegiatan.

Pasal 78

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas dan/atau kemudahan untuk pelaksanaan kegiatan pameran dagang yang dilakukan

oleh Pelaku Usaha dan/atau lembaga selain Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberian ...

Page 39: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 39 -

(2) Pemberian fasilitas dan/atau kemudahan pameran

dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:

a. penyelenggara Promosi Dagang nasional; dan

b. peserta lembaga selain Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha nasional.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah saling mendukung

dalam melakukan pameran dagang untuk mengembangkan Ekspor komoditas unggulan nasional.

Pasal 79

(1) Selain Promosi Dagang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 75 ayat (2), untuk memperkenalkan Barang dan/atau Jasa, perlu didukung kampanye pencitraan

Indonesia di dalam dan di luar negeri.

(2) Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga

selain Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-sama.

(3) Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha

di luar negeri berkoordinasi dengan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri di negara terkait.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kampanye

pencitraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 80

(1) Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Promosi Dagang

ke luar negeri, dapat dibentuk badan Promosi Dagang di luar negeri.

(2) Pembentukan badan Promosi Dagang di luar negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk fasilitasnya dilakukan oleh Menteri berkoordinasi dengan

menteri terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal ...

Page 40: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 40 -

Pasal 81

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan, kemudahan, dan keikutsertaan dalam Promosi Dagang dalam rangka kegiatan pencitraan Indonesia diatur dengan

Peraturan Menteri.

BAB XII

KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Pasal 82

(1) Untuk meningkatkan akses Pasar serta melindungi dan mengamankan kepentingan nasional, Pemerintah dapat

melakukan kerja sama Perdagangan dengan negara lain dan/atau lembaga/organisasi internasional.

(2) Kerja sama Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui perjanjian Perdagangan internasional.

Pasal 83

Pemerintah dalam melakukan perundingan perjanjian

Perdagangan internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2) dapat berkonsultasi dengan Dewan

Perwakilan Rakyat.

Pasal 84

(1) Setiap perjanjian Perdagangan internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2) disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah penandatanganan perjanjian.

(2) Perjanjian Perdagangan internasional yang disampaikan

Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk memutuskan perlu atau tidaknya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Keputusan perlu atau tidaknya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap perjanjian Perdagangan

internasional yang disampaikan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari kerja pada masa sidang

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam ...

Page 41: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 41 -

a. Dalam hal perjanjian Perdagangan internasional

menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan

perubahan atau pembentukan undang-undang, pengesahannya dilakukan dengan undang-undang.

b. Dalam hal perjanjian Perdagangan internasional

tidak menimbulkan dampak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, pengesahannya dilakukan dengan

Peraturan Presiden.

(4) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak mengambil keputusan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh)

hari kerja pada masa sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat memutuskan perlu atau

tidaknya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Dewan Perwakilan Rakyat memberikan persetujuan atau penolakan terhadap perjanjian Perdagangan internasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling lama 1 (satu) kali masa sidang berikutnya.

(6) Dalam hal perjanjian Perdagangan internasional dapat

membahayakan kepentingan nasional, Dewan Perwakilan Rakyat menolak persetujuan perjanjian Perdagangan

internasional.

(7) Peraturan Presiden mengenai pengesahan perjanjian Perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf b diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 85

(1) Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat dapat meninjau kembali dan membatalkan perjanjian Perdagangan internasional yang persetujuannya dilakukan dengan undang-undang

berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional.

(2) Pemerintah dapat meninjau kembali dan membatalkan

perjanjian Perdagangan internasional yang pengesahannya dilakukan dengan Peraturan Presiden berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional.

(3) Ketentuan ...

Page 42: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 42 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peninjauan

kembali dan pembatalan perjanjian Perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 86

(1) Dalam melakukan perundingan perjanjian Perdagangan

internasional, Pemerintah dapat membentuk tim perunding yang bertugas mempersiapkan dan melakukan

perundingan.

(2) Ketentuan mengenai pembentukan tim perunding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Presiden.

Pasal 87

(1) Pemerintah dapat memberikan preferensi Perdagangan secara unilateral kepada negara kurang berkembang

dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian preferensi diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

BAB XIII

SISTEM INFORMASI PERDAGANGAN

Pasal 88

(1) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berkewajiban menyelenggarakan Sistem Informasi Perdagangan yang

terintegrasi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian atau lembaga Pemerintah nonkementerian.

(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) digunakan untuk kebijakan dan pengendalian Perdagangan.

Pasal ...

Page 43: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 43 -

Pasal 89

(1) Sistem Informasi Perdagangan mencakup pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan penyebarluasan data dan/atau informasi Perdagangan.

(2) Data dan/atau informasi Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data dan/atau informasi Perdagangan Dalam Negeri dan

Perdagangan Luar Negeri.

(3) Data dan informasi Perdagangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disajikan secara akurat, cepat, dan tepat guna serta mudah diakses oleh masyarakat.

Pasal 90

(1) Menteri dalam menyelenggarakan Sistem Informasi

Perdagangan dapat meminta data dan informasi di bidang Perdagangan kepada kementerian, lembaga Pemerintah nonkementerian, dan Pemerintah Daerah,

termasuk penyelenggara urusan pemerintahan di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan badan/lembaga lainnya.

(2) Kementerian, lembaga Pemerintah nonkementerian, dan Pemerintah Daerah, termasuk penyelenggara urusan

pemerintahan di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan badan/lembaga lainnya berkewajiban memberikan data

dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mutakhir, akurat, dan cepat.

Pasal 91

Data dan informasi Perdagangan bersifat terbuka, kecuali

ditentukan lain oleh Menteri.

Pasal 92

Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Perdagangan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

BAB ...

Page 44: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 44 -

BAB XIV

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DI BIDANG PERDAGANGAN

Pasal 93

Tugas Pemerintah di bidang Perdagangan mencakup:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan di bidang

Perdagangan;

b. merumuskan Standar nasional;

c. merumuskan dan menetapkan norma, Standar, prosedur, dan kriteria di bidang Perdagangan;

d. menetapkan sistem perizinan di bidang Perdagangan;

e. mengendalikan ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang

penting;

f. melaksanakan Kerja sama Perdagangan Internasional;

g. mengelola informasi di bidang Perdagangan;

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan di bidang Perdagangan;

i. mendorong pengembangan Ekspor nasional;

j. menciptakan iklim usaha yang kondusif;

k. mengembangkan logistik nasional; dan

l. tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 94

Pemerintah dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 mempunyai wewenang:

a. memberikan perizinan kepada Pelaku Usaha di bidang Perdagangan;

b. melaksanakan harmonisasi kebijakan Perdagangan di

dalam negeri dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem Distribusi nasional, tertib niaga, integrasi Pasar, dan kepastian berusaha;

c. membatalkan ...

Page 45: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 45 -

c. membatalkan kebijakan dan regulasi di bidang

Perdagangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bertentangan dengan kebijakan dan regulasi Pemerintah;

d. menetapkan larangan dan/atau pembatasan Perdagangan Barang dan/atau Jasa;

e. mengembangkan logistik nasional guna memastikan ke-

tersediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting; dan

f. wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 95

Pemerintah Daerah bertugas:

a. melaksanakan kebijakan Pemerintah di bidang Perdagangan;

b. melaksanakan perizinan di bidang Perdagangan di

daerah;

c. mengendalikan ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang

penting;

d. memantau pelaksanaan Kerja Sama Perdagangan

Internasional di daerah;

e. mengelola informasi di bidang Perdagangan di daerah;

f. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

kegiatan di bidang Perdagangan di daerah;

g. mendorong pengembangan Ekspor nasional;

h. menciptakan iklim usaha yang kondusif;

i. mengembangkan logistik daerah; dan

j. tugas lain di bidang Perdagangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 96

(1) Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 mempunyai

wewenang:

a. menetapkan ...

Page 46: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 46 -

a. menetapkan kebijakan dan strategi di bidang

Perdagangan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan Pemerintah;

b. memberikan perizinan kepada Pelaku Usaha di

bidang Perdagangan yang dilimpahkan atau didelegasikan oleh Pemerintah;

c. mengelola informasi Perdagangan di daerah dalam

rangka penyelenggaraan Sistem Informasi Perdagangan;

d. melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan Perdagangan di daerah setempat; dan

e. wewenang lain di bidang Perdagangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan wewenang Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

BAB XV

KOMITE PERDAGANGAN NASIONAL

Pasal 97

(1) Untuk mendukung percepatan pencapaian tujuan

pengaturan kegiatan Perdagangan, Presiden dapat membentuk Komite Perdagangan Nasional.

(2) Komite Perdagangan Nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diketuai oleh Menteri.

(3) Keanggotaan Komite Perdagangan Nasional terdiri atas

unsur:

a. Pemerintah;

b. lembaga yang bertugas melaksanakan penyelidikan

tindakan antidumping dan tindakan imbalan;

c. lembaga yang bertugas melaksanakan penyelidikan dalam rangka tindakan pengamanan Perdagangan;

d. lembaga yang bertugas memberikan rekomendasi mengenai pelindungan konsumen;

e. Pelaku Usaha atau asosiasi usaha di bidang Perdagangan; dan

f. akademisi atau pakar di bidang Perdagangan.

(4) Komite ...

Page 47: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 47 -

(4) Komite Perdagangan Nasional bertugas:

a. memberikan masukan dalam penentuan kebijakan dan regulasi di bidang Perdagangan;

b. memberikan pertimbangan atas kebijakan

pembiayaan Perdagangan;

c. memberikan pertimbangan kepentingan nasional terhadap rekomendasi tindakan antidumping,

tindakan imbalan, dan tindakan pengamanan Perdagangan;

d. memberikan masukan dan pertimbangan dalam penyelesaian masalah Perdagangan Dalam Negeri dan Perdagangan Luar Negeri;

e. membantu Pemerintah dalam melakukan pengawasan kebijakan dan praktik Perdagangan di

negara mitra dagang;

f. memberikan masukan dalam menyusun posisi runding dalam Kerja sama Perdagangan

Internasional;

g. membantu Pemerintah melakukan sosialisasi terhadap kebijakan dan regulasi di bidang

Perdagangan; dan

h. tugas lain yang dianggap perlu.

(5) Biaya pelaksanaan tugas Komite Perdagangan Nasional bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Perdagangan Nasional diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB XVI

PENGAWASAN

Pasal 98

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mempunyai

wewenang melakukan pengawasan terhadap kegiatan Perdagangan.

(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah menetapkan kebijakan pengawasan di bidang Perdagangan.

Pasal ...

Page 48: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 48 -

Pasal 99

(1) Pengawasan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 dilakukan oleh Menteri.

(2) Menteri dalam melakukan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mempunyai wewenang melakukan:

a. pelarangan mengedarkan untuk sementara waktu

dan/atau perintah untuk menarik Barang dari Distribusi atau menghentikan kegiatan Jasa yang

diperdagangkan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan; dan/atau

b. pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.

Pasal 100

(1) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1), Menteri menunjuk

petugas pengawas di bidang Perdagangan.

(2) Petugas pengawas di bidang Perdagangan dalam melaksanakan pengawasan harus membawa surat tugas

yang sah dan resmi.

(3) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dalam melaksanakan kewenangannya paling sedikit melakukan pengawasan terhadap:

a. perizinan di bidang Perdagangan;

b. Perdagangan Barang yang diawasi, dilarang, dan/atau diatur;

c. Distribusi Barang dan/atau Jasa;

d. pendaftaran Barang Produk Dalam Negeri dan asal Impor yang terkait dengan keamanan, keselamatan,

kesehatan, dan lingkungan hidup;

e. pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib;

f. pendaftaran Gudang; dan

g. penyimpanan Barang kebutuhan pokok dan/atau

Barang penting.

(4) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal menemukan dugaan pelanggaran kegiatan di

bidang Perdagangan dapat:

a. merekomendasikan ...

Page 49: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 49 -

a. merekomendasikan penarikan Barang dari

Distribusi dan/atau pemusnahan Barang;

b. merekomendasikan penghentian kegiatan usaha Perdagangan; atau

c. merekomendasikan pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.

(5) Dalam hal melaksanakan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditemukan bukti awal dugaan terjadi tindak pidana di bidang Perdagangan, petugas

pengawas melaporkannya kepada penyidik untuk ditindaklanjuti.

(6) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam melaksanakan kewenangannya dapat berkoordinasi dengan instansi terkait.

Pasal 101

(1) Pemerintah dapat menetapkan Perdagangan Barang

dalam pengawasan.

(2) Dalam hal penetapan Barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat

menerima masukan dari organisasi usaha.

(3) Barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Pasal 102

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan kegiatan Perdagangan dan pengawasan terhadap Barang yang

ditetapkan sebagai Barang dalam pengawasan diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB XVII

PENYIDIKAN

Pasal 103

(1) Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia,

pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

Perdagangan diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan sesuai dengan Undang-Undang ini.

(2) Penyidik ...

Page 50: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 50 -

(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mempunyai wewenang:

a. menerima laporan atau pengaduan mengenai terjadinya suatu perbuatan yang diduga merupakan

tindak pidana di bidang Perdagangan;

b. memeriksa kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan dugaan tindak pidana di bidang

Perdagangan;

c. memanggil orang, badan usaha, atau badan hukum

untuk dimintai keterangan dan alat bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang Perdagangan;

d. memanggil orang, badan usaha, atau badan hukum untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau

sebagai tersangka berkenaan dengan dugaan terjadinya dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan;

e. memeriksa pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan;

f. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan yang terkait dengan dugaan tindak pidana di bidang

Perdagangan;

g. melakukan pemeriksaan dan penggeledahan tempat kejadian perkara dan tempat tertentu yang diduga

terdapat alat bukti serta melakukan penyitaan dan/atau penyegelan terhadap Barang hasil

pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan;

h. memberikan tanda pengaman dan mengamankan Barang bukti sehubungan dengan dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan;

i. memotret dan/atau merekam melalui media audiovisual terhadap orang, Barang, sarana

pengangkut, atau objek lain yang dapat dijadikan bukti adanya dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan;

j. mendatangkan ...

Page 51: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 51 -

j. mendatangkan dan meminta bantuan atau

keterangan ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan dugaan tindak pidana di bidang Perdagangan; dan

k. menghentikan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal tertentu sepanjang menyangkut kepabeanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, penyidik pegawai negeri sipil tertentu di

lingkungan instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kepabeanan berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan di bidang

Perdagangan berkoordinasi dengan penyidik pegawai negeri sipil yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di

bidang Perdagangan.

(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berkas perkara hasil

penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik polisi negara Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana.

(5) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang Perdagangan dapat dikoordinasikan oleh unit khusus

yang dapat dibentuk di instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Perdagangan.

(6) Pedoman pelaksanaan penanganan tindak pidana di

bidang Perdagangan ditetapkan oleh Menteri.

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 104

Setiap Pelaku Usaha yang tidak menggunakan atau tidak melengkapi label berbahasa Indonesia pada Barang yang

diperdagangkan di dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal ...

Page 52: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 52 -

Pasal 105

Pelaku Usaha Distribusi yang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 106

Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan

tidak memiliki perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

tahun atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 107

Pelaku Usaha yang menyimpan Barang kebutuhan pokok

dan/atau Barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Pasal 108

Pelaku Usaha yang melakukan manipulasi data dan/atau

informasi mengenai persediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 109

Produsen atau Importir yang memperdagangkan Barang

terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup yang tidak didaftarkan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal ...

Page 53: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 53 -

Pasal 110

Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa yang ditetapkan sebagai Barang dan/atau Jasa yang dilarang untuk diperdagangkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 111

Setiap Importir yang mengimpor Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 112

(1) Eksportir yang mengekspor Barang yang ditetapkan

sebagai Barang yang dilarang untuk diekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Importir yang mengimpor Barang yang ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk diimpor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 113

Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang di dalam negeri yang tidak memenuhi SNI yang telah diberlakukan secara wajib atau persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara

wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal ...

Page 54: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 54 -

Pasal 114

Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa di dalam negeri yang tidak memenuhi SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang telah diberlakukan secara wajib sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 60 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 115

Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Pasal 116

Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan pameran dagang dengan mengikutsertakan peserta dan/atau produk yang

dipromosikan berasal dari luar negeri yang tidak mendapatkan izin dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 77 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 117

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan yang mengatur mengenai Perdagangan dalam Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934, Staatsblad 1938

Nomor 86 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal ...

Page 55: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 55 -

Pasal 118

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Undang-Undang Nomor 2 Prp Tahun 1960 tentang Pergudangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 14) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Prp Tahun 1960 tentang Pergudangan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2759);

b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1961 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2210); dan

c. Undang-Undang Nomor 8 Prp Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-Barang dalam Pengawasan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2469),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 119

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

Perdagangan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 120

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua kewenangan di bidang Perdagangan yang diatur dalam

undang-undang lain sebelum Undang-Undang ini berlaku pelaksanaannya berkoordinasi dengan Menteri.

Pasal 121

Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini ditetapkan

paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 122

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar ...

Page 56: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 56 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 11 Maret 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.T td. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 11 Maret 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 45 4

Page 57: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2014

013

TENTANG

PERDAGANGAN

I. UMUM

Pembangunan nasional di bidang ekonomi disusun dan dilaksanakan untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam perspektif landasan konstitusional tersebut, Perdagangan nasional Indonesia mencerminkan suatu rangkaian

aktivitas perekonomian yang dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kegiatan Perdagangan merupakan penggerak utama pembangunan

perekonomian nasional yang memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan

Ekspor dan devisa, memeratakan pendapatan, serta memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri demi kepentingan nasional.

Perdagangan nasional Indonesia sebagai penggerak utama perekonomian

tidak hanya terbatas pada aktivitas perekonomian yang berkaitan dengan transaksi Barang dan/atau Jasa yang dilakukan oleh Pelaku Usaha, baik di dalam negeri maupun melampaui batas wilayah negara, tetapi aktivitas

perekonomian yang harus dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang diselaraskan dengan konsepsi

pengaturan di bidang Perdagangan sesuai dengan cita-cita pembentukan negara Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,

belum ada undang-undang yang mengatur tentang Perdagangan secara menyeluruh. Produk hukum yang setara undang-undang di bidang Perdagangan adalah hukum kolonial Belanda Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934 yang lebih banyak mengatur perizinan usaha.

Berbagai ...

Page 58: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 2 -

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun dan mengganti

Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934 berupa peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan yang bersifat parsial, seperti Undang-Undang tentang Barang, Undang-Undang tentang Pergudangan, Undang-

Undang tentang Perdagangan Barang-Barang Dalam Pengawasan, Undang-Undang tentang Sistem Resi Gudang, dan Undang-Undang

tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Oleh karena itu, perlu dibentuk undang-undang yang menyinkronkan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan untuk mencapai tujuan masyarakat adil

dan makmur serta dalam menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era globalisasi pada masa kini dan masa depan.

Pengaturan dalam Undang-Undang ini bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional serta berdasarkan asas kepentingan nasional, kepastian hukum, adil dan sehat, keamanan berusaha,

akuntabel dan transparan, kemandirian, kemitraan, kemanfaatan, kesederhanaan, kebersamaan, dan berwawasan lingkungan.

Berdasarkan tujuan dan asas tersebut, Undang-Undang tentang

Perdagangan memuat materi pokok sesuai dengan lingkup pengaturan yang meliputi Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar Negeri,

Perdagangan Perbatasan, Standardisasi, Perdagangan melalui Sistem Elektronik, pelindungan dan pengamanan Perdagangan, pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah, pengembangan Ekspor,

Kerja Sama Perdagangan Internasional, Sistem Informasi Perdagangan, tugas dan wewenang pemerintah di bidang Perdagangan, Komite Perdagangan Nasional, pengawasan, serta penyidikan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a Yang dimaksud dengan “asas kepentingan nasional” adalah setiap kebijakan Perdagangan harus mengutamakan

kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-

undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan pengendalian di bidang Perdagangan. Huruf ...

Page 59: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 3 -

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas adil dan sehat” adalah adanya kesetaraan kesempatan dan kedudukan dalam kegiatan usaha antara produsen, pedagang, dan Pelaku Usaha lainnya untuk

mewujudkan iklim usaha yang kondusif sehingga menjamin adanya kepastian dan kesempatan berusaha yang sama.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keamanan berusaha” adalah adanya jaminan keamanan bagi seluruh Pelaku Usaha

di setiap tahapan kegiatan Perdagangan, mulai dari persiapan melakukan kegiatan Perdagangan hingga pelaksanaan kegiatan Perdagangan.

Huruf e Yang dimaksud dengan ”asas akuntabel dan transparan” adalah

pelaksanaan kegiatan Perdagangan harus dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf f Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah setiap kegiatan Perdagangan dilakukan tanpa banyak bergantung pada

pihak lain.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas kemitraan” adalah adanya kerja sama dalam keterkaitan usaha di bidang Perdagangan, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling

memerlukan, memercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan

menengah dengan usaha besar dan antara Pemerintah dan swasta.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah seluruh pengaturan kebijakan dan pengendalian Perdagangan harus bermanfaat bagi kepentingan nasional, khususnya dalam

mewujudkan cita-cita kesejahteraan umum.

Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas kesederhanaan” adalah memberikan kemudahan pelayanan kepada Pelaku Usaha serta kemudahan dalam memberikan informasi yang benar kepada

masyarakat.

Huruf ...

Page 60: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 4 -

Huruf j

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah penyelenggaraan Perdagangan yang dilakukan secara bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, dan

masyarakat.

Huruf k Yang dimaksud dengan “asas berwawasan lingkungan” adalah

kebijakan Perdagangan yang dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h Cukup jelas.

Huruf i Cukup jelas.

Huruf j Cukup jelas.

Huruf ...

Page 61: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 5 -

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l Jasa lainnya dimaksudkan untuk mengantisipasi

kebutuhan dan perkembangan Perdagangan pada masa depan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “label berbahasa Indonesia” adalah setiap

keterangan mengenai Barang yang berbentuk tulisan berbahasa Indonesia, kombinasi gambar dan tulisan berbahasa Indonesia, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Barang dan

keterangan Pelaku Usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada Barang, dimasukkan ke dalam,

ditempelkan/melekat pada Barang, tercetak pada Barang, dan/atau merupakan bagian kemasan Barang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “Distribusi tidak langsung” adalah

kegiatan pendistribusian Barang yang dilakukan oleh Pelaku Usaha Distribusi kepada konsumen melalui rantai Distribusi yang bersifat umum sehingga setiap Pelaku Usaha Distribusi

dapat memperoleh:

a. margin (distributor, subdistributor, produsen pemasok, pengecer, dan pedagang keliling ); dan/atau

b. komisi (agen, sub-agen, dan pedagang keliling).

Yang dimaksud dengan “Distribusi langsung” adalah kegiatan

kegiatan pendistribusian Barang dengan sistem penjualan langsung atau menggunakan sistem pendistribusian secara khusus.

Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha Distribusi” adalah Pelaku Usaha yang menjalankan kegiatan Distribusi Barang di dalam

negeri dan ke luar negeri, antara lain distributor, agen, Eksportir, Importir, produsen pemasok, subdistributor, sub-agen, dan pengecer.

Ayat ...

Page 62: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 6 -

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “penjualan langsung” adalah sistem

penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen

di luar lokasi eceran.

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara single level”

adalah penjualan Barang tertentu yang tidak melalui jaringan pemasaran berjenjang.

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara multilevel” adalah penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja

atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada konsumen.

Pasal 8 Yang dimaksud dengan “hak Distribusi eksklusif” adalah hak untuk

mendistribusi Barang yang dimiliki oleh hanya satu perusahaan dalam wilayah Indonesia yang didapatkan dari perjanjian dengan pemilik merek dagang atau dari kepemilikan atas merek dagang.

Pasal 9

Yang dimaksud dengan “skema piramida” adalah isitilah/nama

kegiatan usaha yang bukan dari hasil kegiatan penjualan Barang. Kegiatan usaha itu memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra

usaha untuk memperoleh imbalan atau pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau setelah bergabungnya mitra usaha tersebut.

Pasal 10

Yang dimaksud dengan “etika ekonomi dan bisnis” adalah agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis oleh Pelaku Usaha Distribusi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang

bercirikan persaingan yang jujur dan berkeadilan, serta mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing guna terciptanya suasana kondusif untuk

pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.

Pasal ...

Page 63: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 7 -

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan “Pasar rakyat” adalah tempat usaha

yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara,

dan/atau Badan Usaha Milik Daerah dapat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi

serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli Barang melalui tawar-menawar.

Huruf b Yang dimaksud dengan “pusat perbelanjaan” adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa

bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal yang dijual atau disewakan kepada Pelaku Usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan Perdagangan

Barang.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “toko swalayan” adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis Barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, departement store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “Pasar lelang komoditas” adalah Pasar fisik terorganisasi bagi pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi komoditas melalui sistem lelang

dengan penyerahan komoditas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “Pasar berjangka komoditi” adalah sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli komoditi berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah,

dan/atau kontrak derivatif lainnya. Huruf ...

Page 64: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 8 -

Huruf h

Sarana Perdagangan lainnya antara lain berupa terminal agribisnis, pusat Distribusi regional, pusat Distribusi provinsi, atau sarana Perdagangan lainnya sebagai pusat

transaksi atau pusat penyimpanan Barang yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman pada masa depan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pemasok” adalah Pelaku Usaha yang secara teratur memasok Barang kepada pengecer dengan tujuan

untuk dijual kembali melalui kerja sama usaha.

Yang dimaksud dengan “pengecer” adalah perseorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan

secara langsung kepada konsumen akhir.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “tata ruang” adalah wujud struktur ruang dan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Penataan Ruang.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal ...

Page 65: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 9 -

Pasal 20

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “tenaga teknis yang kompeten” adalah tenaga teknis yang melaksanakan Jasa tertentu diwajibkan

memiliki sertifikat sesuai dengan keahliannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22 Cukup jelas.

Pasal 23 Cukup jelas.

Pasal 24 Ayat (1)

Perizinan di bidang Perdagangan termasuk izin usaha, izin khusus, pendaftaran, pengakuan, dan persetujuan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pengecualian terhadap kewajiban memiliki perizinan di bidang Perdagangan diberikan kepada usaha mikro.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1) Yang dimaksud dengan ”Barang kebutuhan pokok” adalah

Barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat, seperti beras, gula,

minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, kedelai, dan garam beryodium.

Yang ...

Page 66: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 10 -

Yang dimaksud dengan “Barang penting” adalah Barang

strategis yang berperan penting dalam menentukan kelancaran pembangunan nasional, seperti pupuk, semen, serta bahan bakar minyak dan gas.

Yang dimaksud dengan “jumlah yang memadai” adalah jumlah Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting yang diperlukan masyarakat tersedia di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “penetapan kebijakan harga”

adalah pedoman Pemerintah dalam menetapkan harga di tingkat produsen dan harga di tingkat konsumen.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “sumber lain” adalah anggaran yang diperoleh dari hibah atau bantuan yang tidak mengikat dan yang tidak mengganggu kedaulatan negara.

Pasal 29

Ayat (1)

Larangan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya penimbunan Barang yang akan menyulitkan konsumen dalam

memperoleh Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal ...

Page 67: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 11 -

Pasal 30 Cukup jelas.

Pasal 31 Cukup jelas.

Pasal 32 Ayat (1)

Huruf a Pendaftaran Barang hanya dilakukan untuk produk selain makanan, minuman, obat, kosmetik, perbekalan kesehatan

rumah tangga (PKRT), alat kesehatan, dan Barang kena cukai karena pendaftaran Barang tersebut telah diatur

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan lain.

Huruf b

Barang yang beredar di pasar dalam negeri dengan tidak mencantumkan tanda pendaftaran ditarik dari Distribusi karena Barang tersebut merupakan Barang ilegal.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Standar lain yang diakui antara lain Standar atau spesifikasi teknis selain SNI, sebagian persyaratan SNI, Standar

International Organization for Standardization (ISO) atau International Electrotechnical Commision (IEC), dan Standar/pedoman internasional terkait keamanan pangan yang

diterbitkan oleh CODEX Alimentarius.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas. Pasal ...

Page 68: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 12 -

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38 Cukup jelas.

Pasal 39 Huruf a

Yang dimaksud dengan “pasokan lintas batas (cross border supply)” adalah penyediaan Jasa dari wilayah suatu negara ke

wilayah negara lain, seperti pembelian secara online (dalam jaringan) atau call center.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “konsumsi di luar negeri (consumption abroad)” adalah penyediaan Jasa di dalam wilayah suatu negara

untuk melayani konsumen dari negara lain, seperti kuliah di luar negeri atau rawat rumah sakit di luar negeri.

Huruf c Yang dimaksud dengan “keberadaan komersial (commercial presence)” adalah penyediaan Jasa oleh penyedia Jasa dari

suatu negara melalui keberadaan komersial di dalam wilayah negara lain, seperti bank asing yang membuka cabang di

Indonesia atau hotel asing yang membuat usaha patungan dengan Pelaku Usaha Indonesia untuk membuka hotel di Indonesia.

Huruf d Yang dimaksud dengan “perpindahan manusia (movement of natural persons)” adalah penyediaan Jasa oleh perseorangan warga negara yang masuk ke wilayah negara lain untuk

sementara waktu, seperti warga negara Indonesia pergi ke negara lain untuk menjadi petugas keamanan, perawat, atau pekerja di bidang konstruksi.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 69: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 13 -

Pasal 41

Ayat (1) Keadaan kahar antara lain perang, huru-hara, dan bencana alam.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 42 Ayat (1)

Eksportir yang dikecualikan dari kewajiban untuk mendapatkan penerapan sebagai Eksportir antara lain perwakilan negara asing, instansi pemerintah untuk tujuan kemanusiaan, Barang

contoh untuk pameran atau pemasaran, dan Barang untuk kepentingan penelitian.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 43 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Eksportir bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap Barang yang diekspor” adalah Eksportir bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul atas Barang

yang diekspor.

Dalam praktik dimungkinkan Eksportir melakukan Ekspor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam

mengekspor Barang, tetapi tanggung jawab terhadap Barang yang diekspor tetap berada pada Pelaku Usaha yang telah

ditetapkan sebagai Eksportir oleh Menteri.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Eksportir yang tidak bertanggung jawab

terhadap Barang yang diekspor” adalah Eksportir yang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan kontrak.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 44 Cukup jelas.

Pasal 45 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat ...

Page 70: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 14 -

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” adalah Impor yang dilakukan tidak untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan dan tidak dilakukan secara terus-menerus.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 46

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “Importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Barang yang diimpor” adalah Importir

dianggap sebagai produsen atas Barang yang diimpornya sehingga Importir bertanggung jawab atas segala akibat yang

timbul atas Barang yang diimpor.

Dalam praktik dimungkinkan Importir melakukan Impor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam mengimpor

Barang, tetapi tanggung jawab terhadap Barang yang diimpor tetap berada pada Pelaku Usaha yang memiliki pengenal sebagai

Importir.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 47

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” adalah dalam hal barang yang dibutuhkan oleh Pelaku Usaha berupa

Barang modal bukan baru yang belum dapat dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga perlu diimpor dalam rangka proses produksi industri untuk tujuan pengembangan ekspor,

peningkatan daya saing, efisiensi usaha, investasi dan relokasi industri, pembangunan infrastruktur, dan/atau diekspor kembali. Selain itu, dalam hal terjadi bencana alam dibutuhkan

barang atau peralatan dalam kondisi tidak baru dalam rangka pemulihan dan pembangunan kembali sebagai akibat bencana

alam serta Barang bukan baru untuk keperluan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 71: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 15 -

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51 Cukup jelas.

Pasal 52 Cukup jelas.

Pasal 53

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Ditentukan lain oleh Menteri dimaksudkan agar Menteri dapat

membuat diskresi dengan menetapkan tindakan lain selain dari dimusnahkan atau diekspor kembali seperti Barang ditetapkan

sebagai Barang dikuasai oleh negara.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55 Cukup jelas.

Pasal 56 Cukup jelas.

Pasal 57 Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas. Pasal ...

Page 72: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 16 -

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64 Cukup jelas.

Pasal 65 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Mekanisme penyelesaian sengketa lainnya antara lain konsultasi, negosiasi, konsiliasi, mediasi, atau arbitrase sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pembelaan” adalah upaya yang dilakukan untuk melindungi dan mengamankan industri dalam

negeri dari adanya ancaman kebijakan, regulasi, tuduhan praktik Perdagangan tidak sehat, dan/atau tuduhan lonjakan

Impor dari negara mitra dagang atas Barang Ekspor nasional.

Ayat ...

Page 73: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 17 -

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71 Cukup jelas.

Pasal 72 Cukup jelas.

Pasal 73

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “pemberian fasilitas” adalah pemberian

sarana kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah untuk melancarkan usaha, antara lain perbaikan toko atau

warung, pemberian gerobak dagangan, coolbox, dan tenda.

Insentif dalam hal ini antara lain percepatan pemberian izin usaha, keringanan biaya pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual,

sertifikasi halal, serta fasilitas pameran di dalam dan di luar negeri.

Yang dimaksud dengan “bimbingan teknis” adalah bimbingan yang diberikan kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

teknis untuk mengembangkan produk dan usahanya, antara lain di bidang pengemasan, pengelolaan keuangan,

kewirausahaan, dan pelatihan Ekspor.

Bantuan promosi dan pemasaran antara lain mengikutsertakan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dalam

pameran, temu usaha antara koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan toko swalayan/buyers, serta kegiatan

misi dagang.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah perguruan tinggi,

dunia usaha, asosiasi usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat ...

Page 74: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 18 -

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 74

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah perguruan tinggi,

dunia usaha, asosiasi usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 75 Cukup jelas.

Pasal 76 Yang dimaksud dengan “berkoordinasi” adalah kegiatan

memberitahukan dan membahas mengenai penyelenggaraan atau keikutsertaan dalam Promosi Dagang di luar negeri dengan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri di negara tempat

Promosi Dagang dilakukan dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi guna terwujudnya

kelancaran Promosi Dagang.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “fasilitas” adalah sarana yang dapat

disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pameran dagang. Fasilitas dimaksud dapat berupa tempat, data, informasi pembayaran

Perdagangan, pemberian kredit, dan konektivitas.

Yang ...

Page 75: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 19 -

Yang dimaksud dengan “kemudahan” adalah upaya Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah yang diberikan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pameran dagang. Kemudahan dimaksud antara lain kelancaran dalam

memperoleh persetujuan penyelenggaraan pameran dagang dan persetujuan Ekspor untuk Barang promosi jika diperlukan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “saling mendukung” adalah kerja sama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk saling memberikan dukungan dalam penyelenggaraan kegiatan

pameran dagang.

Pasal 79 Ayat (1)

Kampanye pencitraan Indonesia dimaksudkan untuk

membangun image negara dalam nation branding dan untuk itu pelaksanaanya berkoordinasi dengan Menteri dan sekaligus

dapat dilakukan bersamaan dengan koordinasi kegiatan Promosi Dagang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 80

Ayat (1)

Pembentukan badan Promosi Dagang di luar negeri dimaksudkan untuk mempromosikan Barang dan/atau Jasa

produk Indonesia serta mendorong peningkatan investasi dan pariwisata.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “menteri terkait” adalah Menteri Luar Negeri, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, serta menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Pasal ...

Page 76: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 20 -

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Pembahasan dalam rangka pengambilan keputusan terhadap perjanjian Perdagangan internasional di Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan oleh komisi yang menangani urusan

Perdagangan dan persetujuannya melalui Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87 Cukup jelas.

Pasal 88 Cukup jelas.

Pasal ...

Page 77: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 21 -

Pasal 89

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Data dan/atau informasi Perdagangan Dalam Negeri dan Perdagangan Luar Negeri termasuk pasokan dan harga Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting, peluang Pasar

dalam dan luar negeri, Ekspor, Impor, profil Pelaku Usaha, potensi Perdagangan daerah, produk, dan perizinan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 90 Cukup jelas.

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas.

Pasal 93

Cukup jelas.

Pasal 94

Cukup jelas.

Pasal 95 Cukup jelas.

Pasal 96 Cukup jelas.

Pasal 97 Cukup jelas.

Pasal 98

Cukup jelas.

Pasal 99

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 78: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 22 -

Pasal 100

Cukup jelas.

Pasal 101

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “organisasi usaha” adalah organisasi yang diatur dengan undang-undang.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 102

Cukup jelas.

Pasal 103 Cukup jelas.

Pasal 104 Cukup jelas.

Pasal 105 Cukup jelas.

Pasal 106

Cukup jelas.

Pasal 107

Cukup jelas.

Pasal 108

Cukup jelas.

Pasal 109

Cukup jelas.

Pasal 110 Cukup jelas.

Pasal 111 Cukup jelas.

Pasal 112

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 79: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · 2. Perdagangan Dalam Negeri adalah Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak

- 23 -

Pasal 113

Cukup jelas.

Pasal 114

Cukup jelas.

Pasal 115

Cukup jelas.

Pasal 116 Cukup jelas.

Pasal 117 Cukup jelas.

Pasal 118

Cukup jelas.

Pasal 119

Cukup jelas.

Pasal 120

Cukup jelas.

Pasal 121

Cukup jelas.

Pasal 122 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5512