UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA -...

21
{ip SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR I1 TAHUN 2OO8 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O0g tentang Informasi dan Transaksi Elektronik agar terwujud keadilan, ketertiban umum, dan kepastian hukum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang_ Undang tentang perubahan atas Undang_Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (l), pasal 20, pasal 25A, pasal 2gD ayat (1), Pasal 28E ayat (21, pasal 28E ayat (3), pasal 28F, pasal 28G ayat (1), pasal 28J ayat (2), dan pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor l l Tahun 200g tentang Informasi. dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O08 Nomor Sg, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4g43); Dengan bphn.go.id

Transcript of UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA -...

{ip SALINAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR I1 TAHUN 2OO8

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pengakuan serta penghormatanatas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhituntutan yang adil sesuai dengan pertimbangankeamanan dan ketertiban umum dalam suatumasyarakat yang demokratis perlu dilakukan perubahanterhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O0g tentangInformasi dan Transaksi Elektronik agar terwujudkeadilan, ketertiban umum, dan kepastian hukum;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang_Undang tentang perubahan atas Undang_Undang Nomor11 Tahun 2008 tentang Informasi dan TransaksiElektronik;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (l), pasal 20, pasal 25A, pasal 2gD ayat (1),Pasal 28E ayat (21, pasal 28E ayat (3), pasal 28F, pasal28G ayat (1), pasal 28J ayat (2), dan pasal 33 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor l l Tahun 200g tentang Informasi.dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2O08 Nomor Sg, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4g43);

Dengan

bphn.go.id

q,DPRES IDEN

REPUBLIK INDONESIA

-2-Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2OO8 TENTANG INFORMASIDAN TRANSAKSI ELEKTRONIK,

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor l1 Tahun2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) diubahsebagai berikut:

1. Di antara angka 6 dan angka 7 Pasal 1 disisipkan 1 (satu)angka, yakni angka 6a sehingga Pasal 1 berbunyi sebagaiberikut:

Pasal I

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulandata elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas padatulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,electronic data interchange (EDI), surat elektronik(electronic maill, telegram, teleks, telecopy atausejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol,atau perforasi yang telah diolah yang memiliki artiatau dapat dipahami oleh orang yang mampumemahaminya.

2, Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yangdilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringanKomputer, dan/atau media elektronik lainnya.

3. Teknologi .

bphn.go.id

3.

4.

5.

6.

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-3-Teknologi Informasi adalah suatu teknik untukmengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,memproses, mengumumkan, menganalisis,dan/ atau menyebarkan informasi.

Dokumen Elektronik adalah setiap InformasiElektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengarmelalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuktetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yangmemiliki makna atau arti atau dapat dipahami olehorang yang mampu memahaminya.

Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat danprosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,mengumpulkan, mengolah, menganalisis,menyimpan, menampilkan, mengumumkan,mengirimkan, dan/atau menyebarkan InformasiElektronik.

Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalahpemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggaranegara, Orang, Badan Usaha, dan/ atau masyarakat.Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiapOrang, penyelenggara negara, Badan Usaha, danmasyarakat yang menyediakan, mengelola,dan/ atau mengoperasikan Sistem Elektronik, baiksecara sendiri-sendiri maupun bersama-samakepada pengguna Sistem Elektronik untukkeperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.

7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnyadua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifattertutup ataupun terbuka.

8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu SistemElektronik yang dibuat untuk melakukan suatutindakan terhadap suatu Informasi Elektroniktertentu secara otomatis yang diselenggarakan olehOrang.

6a.

9. Sertifikat .

bphn.go.id

9.

10.

11.

12.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-4-Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifatelektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronikdan identitas yang menunjukkan status subjekhukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yangdikeluarkan oleh Penyelenggara SertifikasiElektronik.

Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badanhukum yang berfungsi sebagai pihak yang layakdipercaya, yang memberikan dan mengauditSertifikat Elektronik.

Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembagaindependen yang dibentuk oleh profesional yangdiakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintahdengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkansertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik.

Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yangterdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektroniklainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi danautentikasi.

13. Penanda Tangan adalah subjek hukum yangterasosiasikan atau terkait dengan Tanda TanganElektronik.

Komputer adalah alat untuk memproses dataelektronik, magnetik, optik, atau sistem yangmelaksanakan fungsi logika, aritmatika, danpenyimpanan.

Akses adalah kegiatan melakukan interaksi denganSistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalamjaringan.

Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakterlainnya atau kombinasi di antaranya, yangmerupakan kunci untuk dapat mengakses Komputerdan/ atau Sistem Elektronik lainnya.

Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihakyang dibuat melalui Sistem Elektronik.Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkanInformasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik.

14.

15.

16.

t7.

18.

19. Penerima .

bphn.go.id

2.

3.

FRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-5-19. Penerima adalah subjek hukum yang menerima

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronikdari Pengirim.

20. Nama Domain adalah alamat internet penyelenggaranegara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat,yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melaluiinternet, yang berupa kode atau susunan karakteryang bersifat unik untuk menunjukkan lokasitertentu dalam internet.

21. Orang adalah orang perseorangan, baik warganegara Indonesia, warga negara asing, maupunbadan hukum.

22. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atauperusahaan persekutuan, baik yang berbadanhukum maupun yang tidak berbadan hukum.

23. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnyayang ditunjuk oleh Presiden.

Ketentuan Pasal 5 tetap dengan perubahan penjelasanayat (1) dan ayat (2) sehingga penjelasan Pasal 5 menjadisebagaimana ditetapkan dalam penjelasan pasal demipasal Undang-Undang ini.

Ketentuan Pasal 26 ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3),ayat (4), dan ayat (5) sehingga Pasal 26 berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 26

Kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, penggunaan setiap informasi melaluimedia elektronik yang menyangkut data pribadiseseorang harus dilakukan atas persetujuan Orangyang bersangkutan.

Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatanatas kerugian yang ditimbulkan berdasarkanUndang-Undang ini.

(l)

(21

(3) Setiap.

bphn.go.id

4.

5.

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-(3) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib

menghapus Informasi Elektronik dan/atauDokumen Elektronik yang tidak relevan yang beradadi bawah kendalinya atas permintaan Orang yangbersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.

(41 Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajibmenyediakan mekanisme penghapusan InformasiElektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yangsudah tidak relevan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai tata. cara penghapusanInformasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektroniksebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (41

diatur dalam peraturan pemerintah.

Ketentuan Pasal 27 tetap dengan perubahan penjelasanayat (1), ayat (3), dan ayat (4) sehingga penjelasan Pasal27 menjadi sebagaimana ditetapkan dalam penjelasanpasal demi pasal Undang-Undang ini.

Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) Pasal 31 diubah sehinggaPasal 31 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 1

(l) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak ataumelawan hukum melakukan intersepsi ataupenyadapan atas Informasi Elektronik dan/atauDokumen Elektronik dalam suatu Komputerdan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Oranglain.

(21 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak ataumelawan hukum melakukan intersepsi atastransmisi Informasi Elektronik dan/atau DokumenElektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan didalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektroniktertentu milik Orang lain, baik yang tidakmenyebabkan perubahan apa pun maupun yangmenyebabkan adanya perubahan, penghilangan,dan/atau penghentian Informasi Elektronikdan/atau Dokumen Elektronik yang sedangditransmisikan.

(3) Ketentuan .

bphn.go.id

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-7 -(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan

ayal (21 tidak berlaku terhadap intersepsi ataupenyadapan yang dilakukan dalam rangkapenegakan hukum atas permintaan kepolisian,kejaksaan, atau institusi lainnya yangkewenangannya ditetapkan berdasarkan undang-undang.

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsisebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur denganundang-undang.

6. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 4O disisipkan 2 (dua)ayat, yakni ayat (2al dan ayat (2b); ketentuan ayat (6)Pasal 40 diubah; serta penjelasan ayat (1) pasal 4Odiubah sehingga Pasal 4O berbunyi sebagai berikut:

Pasal 40

(1) Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan TeknologiInformasi dan Transaksi Elektronik sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(21 Pemerintah melindungi kepentingan umum darisegala jenis gangguan sebagai akibatpenyalahgunaan Informasi Elektronik dan TransaksiElektronik yang mengganggu ketertiban umum,sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2a) Pemerintah wajib melakukan pencegahanpenyebarluasan dan penggunaan InformasiElektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan yang dilarang sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(2b) Dalam melakukan pencegahan s6lagaimanadimaksud pada ayat (2a), Pemerintah berwenangmelakukan pemutusan akses dan/ataumemerintahkan kepada Penyelenggara SistemElektronik untuk melakukan pemutusan aksesterhadap Informasi Elektronik dan/ atau DokumenElektronik yang memiliki muatan yang melanggarhukum.

(3) Pemerintah

bphn.go.id

,l't*?' *\'g.*)-r,,$r><€

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-8-(3) Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang

memiliki . data elektronik strategis yang wajibdilindungi.

(4) Instansi atau institusi sebagaimana dimaksud padaayat (3) harus membuat Dokumen Elektronik dalrekam cadang elektroniknya sertamenghubungkannya ke pusat data tertentu untukkepentingan pengamanan data.

(5) Instansi atau institusi lain selain diatur pada ayat(3) membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadangelektroniknya sesuai dengan keperluan perlindungandata yang dimilikinya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, ayat(2a1, ayat (2b), dan ayat (3) diatur dalam peraturanpemerintah.

7. Ketentuan ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (71,dan ayat (8) Pasal 43 diubah; di antara ayat (7) dan ayat(8) Pasal 43 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (7a); sertapenjelasan ayat (1) Pasal 43 diubah sehingga pasal 43berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43

(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipit tertentu dilingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dantanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasidan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusussebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang tentang Hukum Acara pidanauntuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik.

12) Penyidikan di bidang Teknologi Informasi danTransaksi Elektronik sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan memperhatikanperlindungan terhadap privasi, kerahasiaan,kelancaran layanan publik, dan integritas ataukeutuhan data sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Penggeledahan .

bphn.go.id

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-9-Penggeledahan dan/ atau penyitaan terhadap SistemElektronik yang terkait dengan dugaan tindakpidana di bidang Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik dilakukan sesuai dengan ketentuanhukum acara pidana.

Dalam melakukan penggeledahan dan/ataupenyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),penyidik wajib menjaga terpeliharanya kepentinganpelayanan umum.Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berwenang:

a. menerima laporan atau pengaduan dariseseorang tentang adanya tindak pidana dibidang. Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik;

b. memanggil setiap Orang atau pihak lainnyauntuk didengar dan diperiksa sebagai tersangkaatau saksi sehubungan dengan adanya dugaantindak pidana di bidang Teknologi Informasidan Transaksi Elektronik;

c. melakukan pemeriksaan atas kebenaranlaporan atau keterangan berkenaan dengantindak pidana di bidang Teknologi Informasidan Transaksi Elektronik;

d. melakukan pemeriksaan terhadap Orangdan/atau Badan Usaha yang patut didugamelakukan tindak pidana di bidang TeknologiInformasi dan Transaksi Elektronik;

e. melakukan pemeriksaan terhadap alatdan/atau sarana yang berkaitan dengankegiatan Teknologi Informasi yang didugadigunakan untuk melakukan tindak pidana dibidang Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik;

f. melakukan penggeledahan terhadap tempattertentu yang diduga digunakan sebagai tempatuntuk melakukan tindak pidana di bidangTeknologi Informasi dan Transaksi Elektronik;

(4)

(s)

g. melakukan

bphn.go.id

(6)

(7)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-10

g. melakukan penyegelan dan penyitaan terhadapalat dan/atau sarana kegiatan TeknologiInformasi yang diduga digunakan secaramenyimpang dari ketentuan peraturanperundang-undangan;

h. membuat suatu data dan/atau SistemElektronik yang terkait tindak pidana di bidangTeknologi Informasi dan Transaksi Elektronikagar tidak dapat diakses;

i. meminta informasi yang terdapat di dalamSistem Elektronik atau informasi yangdihasilkan oleh Sistem Elektronik kepadaPenyelenggara Sistem Elektronik yang terkaitdengan tindak pidana di bidang TeknologiInformasi dan Transaksi Elektronik;

j. meminta bantuan ahli yang diperlukan dalampenyidikan terhadap tindak pidana di bidangTeknologi Informasi dan Transaksi Elektronik;dan/atau

k. mengadakan penghentian penyidikan tindakpidana di bidang Teknologi Informasi danTransaksi Elektronik sesuai dengan ketentuanhukum acara pidana.

Penangkapan dan penahanan terhadap pelakutindak pidana di bidang Teknologi Informasi danTransaksi Elektronik dilakukan sesuai denganketentuan hukum acara pidanaPenyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimanadimaksud pada ayat (l) dalam melaksanakantugasnya memberitahukan dimulainya penyidikankepada Penuntut Umum melalui Penyidik PejabatPolisi Negara Republik Indonesia.Dalam hal penyidikan sudah selesai, PenyidikPejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikannyakepada Penuntut Umum melalui Penyidik PejabatPolisi Negara Republik Indonesia.Dalam rangka mengungkap tindak pidana InformasiElektronik dan Transaksi Elektronik, penyidik dapatberkerja sama dengan penyidik negara lain untukberbagi informasi dan alat bukti sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(7a)

(8)

8. Ketentuan .

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11

8. Ketentuan Pasal 45 diubah serta di antara Pasal 45Pasal 46 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 45APasal 45B sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 45

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/ atau membuat dapat diaksesnya InformasiElektronik dan/atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan yang melanggar kesusilaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (lldipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan/ atau denda paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/atau membuat dapat diaksesnya InformasiElektronik dan/atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan perjudian sebagaimana dimaLsuddalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/atau membuat dapat diaksesnya InformasiElektronik dan/atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan penghinaan dan/atau pencemarannama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyakRp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah).Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/ atau membuat dapat diaksesnya InformasiElektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan pemerasan dan/ataupengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

dandan

(1)

(21

(3)

(4)

(5) Ketentuan

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

_t2

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)merupakan delik aduan.

Pasal 45A

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmenyebarkan berita bohong dan menyesatkan yangmengakibatkan kerugian konsumen dalamTransaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 1.000. 000.000,00 (satu miliar rupiah).Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmenyebarkan informasi yang ditujukan untukmenimbulkan rasa kebencian atau permusuhanindividu dan/atau kelompok masyarakat tertentuberdasarkan atas suku, agama, ras, danantargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 ayat (21 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda palingbanyak Rp 1. 000.O00. 000,00 (satu miliar rupiah).

pasal 458

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hakmengirimkan Informasi Elektronik dan/atau DokumenElektronik yang berisi ancaman kekerasan ataumenakut-nakuti yang ditujukan secara pribadisebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana denganpidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ ataudenda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus limapuluh juta rupiah).

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(s)

(1)

(21

Agar

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-13

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 25 November 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tan[gal 25 November 2016

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 251

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Deputi Bidang Perekonomian,<um dan Perundang-undangan,

Djaman

bphn.go.id

qDFRESIDEN ]

REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2OO8

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

I. UMUM

Bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan kebebasan berpendapatserta hak memperoleh informasi melalui penggunaan dan pemanfaatanTeknologi Informasi dan komunikasi ditqiukan untuk memajukankesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa sertamemberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna danPenyelenggara Sistem Elektronik.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, hak dankebebasan melalui penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasitersebut dilakukan dengan mempertimbangkan pembatasan yang ditetapkandengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjaminpengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain danuntuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakatdemokratis.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi Elektronik (UU ITE) adalah undang-undang pertama di bidangTeknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk legislasi yangsangat dibutuhkan dan telah menjadi pionir yang meletakkan dasarpengaturan di bidang pemanfaatan Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik. Akan tetapi, dalam kenyataannya, perjalanan implementasi dariUU ITE mengalami persoalan-persoalan.

Pertama, terhadap Undang-Undang ini telah diajukan beberapa kaliuji materiil di Mahkamah Konstitusi dengan Putusan Mahkamah KonstitusiNomor 50 / PUU-VI / 2008, Nomor 2 I PUU -VII I 2009, Nomor S / PUU-UII / 20 I O,dan Nomor 20IPUU-X.IV /2016.

Berdasarkan

bphn.go.id

PRES IDEI{REPUBLIK INDONESIA

-2-Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor SO/PUU-VII2OOS

dan Nomor 2/PUU-VII|2OO9, tindak pidana penghinaan dan pencemarannama baik dalam bidang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronikbukan semata-mata sebagai tindak pidana umum, melainkan sebagai delikaduan. Penegasan mengenai delik aduan dimaksudkan agar selaras denganasas'kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor s/PUU-Vfil I 2OLO,Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa kegiatan dan kewenanganpenyadapan merupakan hal yang sangat sensitif karena di satu sisimerupakan pembatasan hak asasi manusia, tetapi di sisi lain memiliki aspekkepentingan hukum. Oleh karena itu, pengaturan (regutation) mengenailegalitas penyadapan harus dibentuk dan diformulasikan secara tepat sesuaidengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Disamping itu, Mahkamah berpendapat bahwa karena penyadapan merupakanpelanggaran atas hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal28J ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,sangat wajar dan sudah sepatutnya jika negara ingin menyimpangi hakprivasi warga negara tersebut, negara harrrslah menyimpanginya dalambentuk undang-undang dan bukan dalam bentuk peraturan pemerintah.

Selain itu, berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor20lPUU-xrv l2oL6, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa untukmencegah terjadinya perbedaan penafsiran terhadap Pasal 5 ayat (1) danayat (21 UU ITE, Mahkamah menegaskan bahwa setiap intersepsi harusdilakukan secara sah, terlebih lagi dalam rangka penegakan hukum. Olehkarena itu, Mahkamah dalam amar putusannya menambahkan kata ataufrasa "khususnya" terhadap frasa "Informasi Elektronik dan/atau DokumenElektronik". Agar tidak terjadi penafsiran bahwa putusan tersebut akanmempersempit makna atau arti yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1) danayat (2) UU ITE, untuk memberikan kepastian hukum keberadaan InformasiElektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai alat bukti perlu dipertegaskembali dalam Penjelasan Pasal 5 UU ITE.

Kedua, ketentuan mengenai penggeledahan, penyitaan, penangkapan,dan penahanan yang diatur dalam UU ITE menimbulkan permasalahln bagipenyidik karena tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik begitu cepat dan pelaku dapat dengan mudah mengaburkanperbuatan atau alat bukti kejahatan.

Ketiga . .

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-3-Ketiga, karakteristik virtualitas ruang siber memungkinkan konten

ilegal seperti Informasi dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatanyang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran namabaik, pemerasan dan/ atau pengancaman, penyebaran berita bohong danmenyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian konsumen dalam TransaksiElektronik, serta perbuatan menyebarkan kebencian atau permusuhanberdasarkan suku, agama, ras, dan golongan, dan pengiriman ancamankekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi dapatdiakses, didistribusikan, ditransmisikan, disalin, disimpan untukdidiseminasi kembali dari mana saja dan kapan saja. Dalam rangkamelindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibatpenyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik, diperlukanpenegasan peran Pemerintah dalam mencegah penyebarluasan konten ilegaldengan melakukan tindakan pemutusan akses terhadap InformasiElektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yangmelanggar hukum agar tidak dapat diakses dari yurisdiksi Indonesia sertadibutuhkan kewenangan bagi penyidik untuk meminta informasi yangterdapat dalam Penyelenggara Sistem Elektronik untuk kepentinganpenegakan hukum tindak pidana di bidang Teknologi Informasi danTransaksi Elektronik.

Keempat, penggunaan setiap informasi melalui media atau SistemElektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan ataspersetujuan Orang yang bersangkutan. Untuk itu, dibutuhkan jaminanpemenuhan perlindungan diri pribadi dengan mewajibkan setiapPenyelenggara Sistem Elektronik untuk menghapus Informasi Elektronikdan/ atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan yang berada di bawahkendalinya atas permintaan Orang yang bersangkutan berdasarkanpenetapan pengadilan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1l Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menegaskan kembaliketentuan keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronikdalam Penjelasan Pasal 5, menambah ketentuan kewajiban penghapusanInformasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang tidak relevandalam Pasal 26, mengubah ketentuan Pasal 31 ayat (41 mengenaipendelegasian penJrusunan tata cara intersepsi ke dalam unding-unilang,menambah peran Pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebarluasandan penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan yang dilarang dalam Pasal 40, mengubah beberapaketentuan mengenai penyidikan yang terkait dengan dugaah tindak pidanadi bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dahm Pasal 43, danmenambah penjelasan Pasal 27 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) agar lebihharmonis dengan sistem hukum pidana materiil yang diatur di Indonesia.

II, PASAL. . .

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-4-II. PASAL DEMI PASAL

Pasal IAngka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka2Pasal 5

Ayat (1)Bahwa keberadaan Informasi Elektronik dan/ atauDokumen Elektronik mengikat dan diakui sebagai alatbukti yang sah untuk memberikan kepastian hukumterhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik danTransaksi Elektronik, terutama dalam pembuktian danhal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yangdilakukan melalui Sistem Elektronik.

Ayat (2)Khusus untuk Informasi Elektronik dan/atau DokumenElektronik berupa hasil intersepsi atau penyadapanatau perekaman yang merupakan b"gian daripenyadapan harus dilakukan dalam rangka penegakanhukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan,dan/ atau institusi lainnya yang kewenangannyaditetapkan berdasarkan undang-undang.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Hurufa

Surat yang menurut undang-undang harus dibuattertulis meliputi tetapi tidak terbatas pada suratberharga, surat yang berharga, dan surat yangdigunakan dalam proses penegakan hukum acaraperdata, pidana, dan administrasi negara.

Huruf bCukup jelas.

Angka 3

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-5-Angka 3

Pasal 26Ayat (l)

Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindungandata pribadi merupakan salah satu bagian dari hakpribadi (piuacg nqfus). Hak pribadi mengandungpengertian sebagai berikut:a. Hak pribadi merupalan hak untuk menikmati

kehidupan pribadi dan bebas dari segala macamgangguan.

b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapatberkomunikasi dengan Orang lain tanpa tindakanmemata-matai.

c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi aksesinformasi tentang kehidupan pribadi dan dataseseorang.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (s)Cukup jelas.

Angka 4Pasal27

Ayat (1)Yang dimaksud dengan "mendiskibusikan" adalahmengirimkan dan/atau menyebarkan InformasiElektronik dan/ atau Dokumen Elektronik kepadabanyak Orang atau berbagai pihak melalui SistemElektronik.Yang dimaksud dengan "mentransmisikan" adalahmengirimkan Informasi Elektronik dan/ atau DokumenElektronik yang ditujukan kepada satu pihak lainmelalui Sistem Elektronik.Yang dimaksud dengan "membuat dapat diakses"adalah semua perbuatan lain selain mendistribusikandan mentransmisikan melalui Sistem Elektronik yangmenyebabkan Informasi Elektronik dan/atau DokumenElektronik dapat diketahui pihak lain atau publik.

Ayat (2)

bphn.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuanpencemaran nama baik dan/ atau fitnah yang diaturdalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Ayat (4)Ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuanpemerasan dan/ atau pengancaman yang diatur dalamKitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Angka 5Pasal 31

Ayat (r)Yang dimaksud dengan "intersepsi atau penyadapan"adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam,membelokkan, mengu.bah, menghambat, dan/ataumencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atauDokumen Elektronik yang tidak bersifat publik, baikmenggunakan jaringan kabel komunikasi maupunjaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atauradio frekuensi.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Angka 6Pasal 40

Ayat (1)Fasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi, termasuktata kelola Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronikyang aman, beretika, cerdas, kreatif, produktif, daninovatif. Ketentuan ini termasuk memfasilitasimasyarakat luas, instansi pemerintah, dan pelakuusaha dalam mengembangkan produk dan jasaTeknologi Informasi dan komunikasi.

Ayat (2)

bphn.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (2a)Cukup jelas.

Ayat (2b)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (a)Cukup jelas.

Ayat (s)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Angka 7Pasal 43

Ayat (l)Yang dimaksud dengan "Pejabat Pegawai Negeri Sipiltertentu" adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipilkementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang komunikasi dan informatikayang telah memenuhi persyaratan berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (s)Cukup jelas.

Ayat (41

Cukup jelas.

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf d .

bphn.go.id

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-8-Hurufd

Cukup jelas.Huruf e

Cukup jelas.Huruf f

Cukup jelas.Huruf g

Cukup jelas.Huruf h

Cukup jelas.Huruf i

Cukup jelas.Hurufj

Yang dimaksud dengan "ahli" adalah seseorangyang memiliki keahlian khusus di bidang TeknologiInformasi yang dapat dipertanggungjawabkansecara akademis maupun praktis mengenaipengetahuannya tersebut.

Huruf kCukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Cukup jelas.

Ayat (7a)Cukup jelas.

Ayat (8)Cukup jelas.

Angka 8Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 45ACukup jelas.

Pasal 45ElKetentuan dalam Pasal ini termasuk juga di dalamnyaperundungan di dunia siber (cgber bullyingl yangmengandung unsur ancaman kekerasan atau menakut-nakuti dan mengakibatkan kekerasan fisik, psikis,dan/ atau kerugian materiil.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5952

bphn.go.id