UNDANG-UNDANG

80
UNDANG-UNDANG Nomor 12 TH 1984 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UU NOMOR 28 TH 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (PDRD )

description

UNDANG-UNDANG. Nomor 12 TH 1984 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UU NOMOR 28 TH 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (PDRD ). DASAR HUKUM. UU Nomor 12 Tahun 1985 UU Nomor 12 Tahun 1994 UU Nomor 28 Tahun 2009 - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of UNDANG-UNDANG

Page 1: UNDANG-UNDANG

UNDANG-UNDANG

Nomor 12 TH 1984TENTANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR

DENGAN

UU NOMOR 28 TH 2009

TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

(PDRD )

Page 2: UNDANG-UNDANG

DASAR HUKUM

•UU Nomor 12 Tahun 1985•UU Nomor 12 Tahun 1994•UU Nomor 28 Tahun 2009•PERDA PEMDA DKI No.16

Tahun 2011 Tentang PBB

•PP No. 46 Tahun 2000

•KMK No. 201/KMK.04/2000

•KEP-251/PJ.6/2000

Page 3: UNDANG-UNDANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Terdiri dari 4 Sektor1.Sektor Perdesaan;2.Sektor Perkotaan;3.Sektor

Perkebunan/Kehutanan4.Sektor Pertambangan;

Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang PDRD 1.Sektor Perdesaan;2.Sektor Perkotaan;Menjadi Pajak Daerah Kab/KotaKecuali DKI Jakarta. sedangkan sektor lainnya tetap menjadi Pajak Pusat.

Page 4: UNDANG-UNDANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN(PBB)

PAJAK KEBENDAAN ATASBUMI DAN/ATAU BANGUNAN

DIKENAKAN TERHADAPSUBJEK PAJAK

ORANG PRIBADI ATAU BADAN SECARA NYATA:

•MEMPUNYAI HAK DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BUMI, DAN/ATAU

•MEMILIKI, MENGUASAI, DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BANGUNAN

ADALAH

Page 5: UNDANG-UNDANG

PENGERTIAN

1.BUMI adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya;

2.Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan;

3.Nilai Jual objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual objek Pajak Pengganti;

Page 6: UNDANG-UNDANG

SPOP & SPPT(Pasal 1)

4.Surat Pemberitahuan objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh WP untuk melaporkan data objek pajak menurut ketentuan UU ini;

5.Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Dit Jen Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang kepada WP;

Page 7: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK

BUMI

ADALAH :

PERMUKAAN BUMI YGMELIPUTI TANAH DAN

PERAIRAN PEDALAMANSERTA LAUT WILAYAH

INDONESIA,DAN TUBUH BUMI YGADA DIBAWAHNYA

Pasal 1 angka 1

Pasal 2 ayat (1)

BANGUNAN

ADALAH :

KONSTRUKSI TEKNIKYG DITANAM ATAU

DILEKATKAN SECARA TETAP PADA TANAH DAN/ATAU PERAIRANPasal 1 angka 2

Page 8: UNDANG-UNDANG

BANGUNANBANGUNANBANGUNANBANGUNAN

TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN

ADALAH (Penjelasan Pasal 1 angka 2) :Jalan lingkungan yang terletak dalam

suatu kompleks bangunan seperti hotel,

pabrik, &emplasemennya, & lain-lain yang

merupakan satu kesatuan dengan kompleks

bangunan tersebut;

JALAN TOL;KOLAM RENANG;PAGAR MEWAH;TEMPAT OLAH RAGA;GALANGAN KAPAL, DERMAGA;TAMAN MEWAH;TEMPAT PENAMPUNGAN/KILANG MINYAK AIR DAN GAS, PIPA MINYAK;

FASILITAS LAIN YANG MEMBERIKAN MANFAAT.

OBJEK PAJAKPasal 2 ayat (1)

Page 9: UNDANG-UNDANG

UU NO. 28 TAHUN 2009

(Pasal 77)”””

(1) Objek PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah:

Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Page 10: UNDANG-UNDANG

TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN:

(Pasal 77 Ayat 2)***a.jalan lingkungan yang terletak

dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut;

b.jalan tol;c. kolam renang;d. pagar mewah;e. tempat olahraga;f. galangan kapal, dermaga;g. taman mewah;h. tempat penampungan/kilang

minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

i. menara. j. rumah susun. **k.apartemen strata title. ****Berdasar Perda Pemda DKI

Jakarta No. 16 Tahun 2011

Page 11: UNDANG-UNDANG

BANGUNAN

•Rumah Susun adalah suatu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang terstrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama.

Page 12: UNDANG-UNDANG

BANGUNAN

•Apartemen strata title adalah suatu bangunan bertingkat tinggi yang beratap dasar yang biasanya ditinggali orang sebagai tempat tinggal milik pribadi, yang bergandengan dengan milik bersama dalam bagian-bagian yang diperuntukan bagi pemakaian bersama, biasanya penghuninya lapisan masyarakat keatas, dengan dilengkapi sarana yang mewah dan modern.

Page 13: UNDANG-UNDANG

FAKTOR YANG MENENTUKAN KLASIFIKASI Objek PAJAK

Pasal 2 ayat (2)

BUMI/TANAH- Letak - Peruntukan- Pemanfaatan- Kondisi lingkungan- Dan lain-lain

BANGUNAN- Bahan bangunan- Rekayasa- Letak-Kondisi lingkungan- Dan lain-lain

Page 14: UNDANG-UNDANG

a) Digunakan Semata-mata Untuk Melayani Kepentingan Umum Di Bidang Ibadah, Sosial, Kesehatan, Pendidikan Dan Kebudayaan Nasional, Yang Nyata-nyata Tidak Dimaksudkan Untuk Memperoleh Keuntungan;

b) Digunakan Untuk Kuburan, Peninggalan Purbakala, Atau Yang Sejenis Dng Itu;

c) Merupakan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata, Taman Nasional, Tanah Penggembalaan Yang Dikuasai Oleh Desa, Dan Tanah Negara yg Belum Dibebani Suatu Hak;

d) Digunakan Oleh Perwakilan Diplomatik, Konsulat Berdasarkan Asas Perlakuan Timbal Balik;

e) Digunakan Oleh Badan Atau Perwakilan Organisasi Internasional Yang Ditentukan Oleh Menteri Keuangan.

ADALAH OBJEK PAJAK YANG :

OBJEK PAJAKYANG TIDAK DIKENAKAN PBB

Pasal 3 ayat (1)

Page 15: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAKYANG DIGUNAKAN UNTUK

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Pasal 3 Ayat (2)

PENGENAAN PAJAKNYA DIATURLEBIH LANJUT DENGAN

PERATURAN PEMERINTAH

Page 16: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN PBB PERDESAAN

& PERKOTAAN (Pasal 77 Ayat 3)***

a.digunakan oleh Pemerintah dan Daerah utk penyelenggaraan pemerintahan;

b.digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c.digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

Page 17: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN PBB

PERDESAAN & PERKOTAAN (Pasal 77 Ayat 3)***

d.merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

e.digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

f.digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 18: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN PBB PERDESAAN & PERKOTAAN (Perda

No 16)(1) Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:

a.digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

Page 19: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN PBB

PERDESAAN & PERKOTAAN (Perda No

16)d. merupakan cagar budaya yg tidak dimanfaatkan sebagai tempat hunian/tempat tinggal, dan kegiatan usaha atau sejenisnya, tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan ;

e.merupakan Ruang Terbuka Hijau (Kawasan hijau lindung dan hijau binaan), hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

f.digunakan oleh perwakilan diplomatik & konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

g.digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Per. Menteri Keuangan.

Page 20: UNDANG-UNDANG

Pasal 3

(3) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

(4) Penyesuaian besarnya NJOPTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan."

Page 21: UNDANG-UNDANG

BESARNYA NJOPTKP(Pasal 77)***

4. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

•5. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Page 22: UNDANG-UNDANG

BESARNYA NJOPTKP(Perda No.16 Pemda

DKI)

•(2) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan sebesar Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Page 23: UNDANG-UNDANG

CONTOH ***

a. Seorang WP mempunyai Objek Pajak berupa bumi dengan nilai Rp.12.000.000,00 dan besarnya NJOPTKP untuk Objek Pajak wilayah tersebut adalah Rp15.000.000,00.

b. Karena NJOP berada di bawah batas NJOPTKP

(Rp15.000.000,00), maka Objek Pajak tersebut tidak dikenakan PBB.

Page 24: UNDANG-UNDANG

CONTOH PENGHITUNGAN

PBBLangkah Pertama adalah mencari NJOP dari dua desa tersebut yang mempunyai nilai paling besar, yaituDesa A. Maka NJOP untuk perhitungan PBB

adalah:NJOP Bumi Rp 13.000.000,00NJOP Bangunan 9.000.000,00NJOP sbg DP PBB Rp 22.000.000,00NJOPTKP 10.000.000.00NJOP utk PBB Rp 12.000.000,00

Desa B:NJOP untuk penghitungan PBB:

NJOP Bumi Rp 8.000.000,00NJOP Bangunan 10.000.000,00NJOP utk pengh PBB 18.000.000,00NJOPTKP 0NJOP utk pengh PBB 18.000.000,00

Page 25: UNDANG-UNDANG

Memiliki,menguasaibangunan

Mempunyaisuatu hakatas bumi

Memperolehmanfaat

atas bangunan

Memperolehmanfaat

atas bumi

WAJIB

PAJAK

Dikenakankewajibanmembayar

pajak

SUBJEK

PAJAK

SUBJEK PAJAKPasal 4 ayat (1)

ORANG ATAU BADANORANG ATAU BADAN

Pasal 4 ayat (2)

Page 26: UNDANG-UNDANG

DIRJEN PAJAK MENETAPKAN SUBJEK

PAJAK

DIRJEN PAJAK MENETAPKAN SUBJEK

PAJAK

OBJEK PAJAK YANG BELUM JELAS

WAJIB PAJAKNYA

OBJEK PAJAK YANG BELUM JELAS

WAJIB PAJAKNYA

SUBJEK PAJAKPasal 4 ayat (3)

Page 27: UNDANG-UNDANG

PASAL 78

SUBJEK PAJAK PBB PERDESAAN DAN PERKOTAAN ***

(1)Subjek Pajak PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah:Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Page 28: UNDANG-UNDANG

WAJIB PAJAK PBB PERDESAAN DAN PERKOTAAN **

(2) WP PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah:

Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Page 29: UNDANG-UNDANG

SUBJEK PAJAK(Pasal 5)**

(1) Yang menjadi Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

(2) Subjek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut Peraturan Daerah ini.

** PERDA NO. 16 Th.2011 DKI JAKARTA

Page 30: UNDANG-UNDANG

SUBJEK PAJAK(Pasal 5)**

(3) Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Kepala Dinas Pelayanan Pajak atas nama Gubernur dapat menetapkan subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai Wajib Pajak.

(4) Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak dimaksud.

Page 31: UNDANG-UNDANG

SUBJEK PAJAK(Pasal 5)**

(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

(6) Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.

Page 32: UNDANG-UNDANG

SUBJEK PAJAK(Pasal 5)**

(7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Dinas Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.

Page 33: UNDANG-UNDANG

NJOPTKPNJOPTKPNJOPTKPNJOPTKP

SETINGGI-TINGGINYA RP. 12.000.000,00

SETINGGI-TINGGINYA RP. 12.000.000,00

Per Wajib Pajak;Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;

Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu Objek pajak yang nilainya terbesar.

Per Wajib Pajak;Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;

Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu Objek pajak yang nilainya terbesar.

NILAI JUAL Objek PAJAKTIDAK KENA PAJAK

(NJOPTKP)Pasal 3 Ayat (3)

Page 34: UNDANG-UNDANG

N J O P(Nilai Jual Objek Pajak)

N J O P(Nilai Jual Objek Pajak)

DASAR PENGENAANPasal 6 Ayat (1), (2)

NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap

tahun sesuai perkembangan daerahnya

BILAMANA TIDAK TERDAPAT TRANSAKSI JUAL BELI,

NILAI JUAL OBJEK PAJAK DITENTUKAN MELALUI :

- PERBANDINGAN HARGA DENGAN OBJEK LAIN YANG SEJENIS;ATAU

- NILAI PEROLEHAN BARU; ATAU

- NILAI JUAL OBJEK PAJAK PENGGANTI.

ADALAH HARGA RATA-RATA YANG DIPEROLEH DARI

TRANSAKSI JUAL BELI YANG TERJADI SECARA WAJAR

Page 35: UNDANG-UNDANG

DASAR PENENAAN PAJAK (DPP) Pasal 79 ***

(1) DPP PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP.

(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Kepala Daerah.

Page 36: UNDANG-UNDANG

DASAR PENGENAAN PAJAK

(Pasal 7)**

(1) Dasar pengenaan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 1 (satu) tahun.

(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

• ** PERDA NO. 16 Th.2011 DKI JAKARTA

Page 37: UNDANG-UNDANG

PENILAIAN OBJEK PBB

PENILAIAN OBJEK PBB

PENDEKATAN PENILAIANPENDEKATAN PENILAIAN

Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)

Pendekatan Biaya (Cost Approach)

Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

CARA PENILAIANCARA PENILAIAN

Penilaian Massal Penilaian Individual

PENENTUAN NJOP

Page 38: UNDANG-UNDANG

PENDEKATAN DATA PASAR PENDEKATAN DATA PASAR ((Market Data ApproachMarket Data Approach)) NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis dengan Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya.

Pendekatan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah, namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.

PENDEKATAN PENILAIAN

Page 39: UNDANG-UNDANG

PENDEKATAN PENILAIAN

PENDEKATAN BIAYA PENDEKATAN BIAYA ((Cost ApproachCost Approach))

Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan terutama untuk menentukan NJOP bangunan dng menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis dikurangi dengan penyusutan phisiknya.

Page 40: UNDANG-UNDANG

PENDEKATAN PENILAIAN

PENDEKATAN PENDAPATAN PENDEKATAN PENDAPATAN ((Income ApproachIncome Approach)) Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat dilakukan berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetapi ditentukan berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut

Pendekatan ini terutama digunakan untuk menentukan NJOP galian tambang atau objek perairan

Page 41: UNDANG-UNDANG

PENILAIAN MASSAL PENILAIAN MASSAL ((Mass Mass AppraissalAppraissal))

NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT).

NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dikurangi penyusutan phisik.

Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program komputer (Computer Assisted Valuation / CAV).

CARA PENILAIAN

Page 42: UNDANG-UNDANG

CARA PENILAIAN

PENILAIAN INDIVIDUAL PENILAIAN INDIVIDUAL ((Individual AppraissalIndividual Appraissal))

Diterapkan untuk Objek tertentu

yang bernilai tinggi atau keberadaannya mempunyai

sifat khusus, antara lain• Jalan Tol• Pelabuhan Laut/Sungai/Udara• Lapangan Golf• Industri Semen/Pupuk• PLTA, PLTU, PLTG• Pertambangan• Tempat Rekreasi• Dan Lain-lain Sejenisnya• Objek Pajak Tertentu, Seperti

Rumah Mewah, Pompa Bensin, Jalan Tol, Lap. Golf, Objek Rekreasi, Usaha Perkebunan, Perhutanan, & Pertambangan.

Page 43: UNDANG-UNDANG

NILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAK

DASAR PENGHITUNGANSELAIN PBB PERDESAAN

DAN PERKOTAAN

SERENDAH-RENDAHNYA 20 % &

SETINGGI-TINGGINYA 100 %

PERSENTASE NJKPDITETAPKAN DENGAN

PERATURAN PEMERINTAH

Page 44: UNDANG-UNDANG

NILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAKNILAI JUAL KENA PAJAK

OBJEK PAJAK LAINNYA YANG NJOP-NYA KURANG DARI Rp.1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah).

OBJEK PAJAK LAINNYA YANG NJOP-NYA KURANG DARI Rp.1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah).

40% X NJOP40% X NJOP

1.OBJEK PAJAK PERKEBUNAN 2. OBJEK PAJAK KEHUTANAN3. OBJEK PAJAK

PERTAMBANGAN4.OBJEK PAJAK LAINNYA YANG

NJOP-NYA Rp.1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah) atau lebih.

1.OBJEK PAJAK PERKEBUNAN 2. OBJEK PAJAK KEHUTANAN3. OBJEK PAJAK

PERTAMBANGAN4.OBJEK PAJAK LAINNYA YANG

NJOP-NYA Rp.1.000.000.000,00 (satu milliar rupiah) atau lebih.

20% X NJOP20% X NJOP

PENETAPAN BESARNYANILAI JUAL KENA PAJAK

(PP No. 25 TAHUN 2002)

Page 45: UNDANG-UNDANG

TARIF TUNGGALTARIF TUNGGALTARIF TUNGGALTARIF TUNGGAL

TARIFPasal 5

0,5 %

Page 46: UNDANG-UNDANG

DPP =(NJOP - NJOPTKP)

0,5%

TARIF

20% x NJOP40% x NJOP0,5%

N J K P

x

x

PBB = x

=

=

CARA MENGHITUNG

Page 47: UNDANG-UNDANG

TARIF PBB PERDESAAN & PERKOTAAN

(Pasal 80)***

(1)Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).

(2) Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Page 48: UNDANG-UNDANG

PBB TERUTANG(Pasal 81)***

Besaran pokok PBB Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) dengan DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (5).

Page 49: UNDANG-UNDANG

TARIF PAJAKPasal 6**

• Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan sebagai berikut :

• Tarif 0,01% (nol koma nol satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan kurang dari Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);

• Tarif 0,1% (nol koma satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.2.000.000.000. (dua miliar rupiah);

Page 50: UNDANG-UNDANG

TARIF PAJAKPasal 6**

• Tarif 0,2% (nol koma dua persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.2.000.000.000.- (dua miliar rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.10.000.000.000.- (sepuluh miliar rupiah);

• Tarif 0,3% (nol koma tiga persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) atau lebih.

Page 51: UNDANG-UNDANG

CARA MENGHITUNG***

TARIF X (NJOP – NJOPTKP)NJOP:

(NJOP TANAH + NJOP BANGUNAN) - NJOPTKP

TARIF : 0,3%

Page 52: UNDANG-UNDANG

SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

(Pasal 82) ***

(1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.

(2) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.

(3) Tempat pajak yang terutang adalah di wilayah daerah yang meliputi letak objek pajak.

Page 53: UNDANG-UNDANG

NJOP sbg DPP PBB

• Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2000 Tanggal 26 Juni 2000 yang diberlakukan mulai tahun pajak 2001 yaitu:

1. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); a. Objek Pajak perkebunan. b. Objek Pajak kehutanan. c. Objek Pajak lainnya,

• apabila Nilai Jual Objek Pajaknya (NJOP) Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih.

Page 54: UNDANG-UNDANG

NJOP sbg DPP PBB

2.Sebesar 20 % (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); a. Objek Pajak pertambangan. b. Objek Pajak lainnya,apabila Nilai Jual Objek Pajaknya (NJOP) kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

• Rumusan PBB Terutang:= Tarif Pajak x % NJKP= 0,5%x (% NJKPx (NJOP-NJOPTKP))

Page 55: UNDANG-UNDANG

PBB PERDESAAN & PERKOTAAN***

• WP A mempunyai sebidang tanah dengan nilai Rp.20.000.000,00 yang NJOP-nya Rp.15.000.000,00 dan bangunan dengan nilai Rp.30.000.000,- yang NJOPnya Rp.20.000.000,-NJOPTKP utk daerah tsb. Rp.12.000.000,00

Besarnya pajak terutang adalah:NJOP sbg Dasar Penghitungan

PBB: • Rp.15.000.000,00 + Rp.20.000.000,00 =

Rp.35.000.000,00• 0,3% X (35.000.000,00-12.000.000,00)=

• PBB : 0,3% x Rp.23.000.000 = Rp.69.000,-

Page 56: UNDANG-UNDANG

CONTOH PENGHITUNGAN

PBBCONTOH : 2Th 2013 WP Tuan Hartono di Jakarta Selatan

mempunyai tanah (bumi) dan bangunan dengan luas dan harga pasar sbb:

• Tanah (bumi) seluas 2.000 m2 dengan harga jual Rp 500.000,00 per m2 dibeli pada tahun 2009, NJOP Rp.464.000,- per m2

• Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai bangunan Rp 1.100.000,00 per m2 dan selesai dibangun pada akhir tahun 2010. NJOP Rp1.200.000-

• Kolam renang seluas 200 m2 dengan harga jual Rp 500.000,00 per m2 NJOP Rp505.000- /m2 dan selesai dibangun pertengahan tahun 2011.

• taman mewah seluas 100 m2 dengan harga jual Rp1.500.000,00 per m2 NJOP Rp1.400.000- /m2 dan dibuat mulai bulan Marct 2013 dan selesai pada bulan Juni 2013.

NJOPTKPditetapkan sebesar Rp15.000.000,00.

Page 57: UNDANG-UNDANG

JAWABAN SOAL PBB

Besarnya PBB yang terutang tahun 2006 dihitung SBB:a.Harga tanah Rp 500.000,00 per m2

N}OP nya Rp 464.000,00 per m2 NJOP tanah:

2.000 m2 x Rp 464.000,00 = Rp.928.000.000,00

b. Harga bangunan Rp 1.100.000,00 per m2 NJOPnya Rp 1.200.000,00 per m2

NJOP bangunan: 400 m2 x Rp 1.200.000,00 =

Rp480.000.000,00c.Harga kolam renang

Rp500.000,00/m2 NJOP-nya Rp505.000,00 per m2

NJOP kolam renang: 200 m2 x Rp 505.000,00 =

Rp101.000.000,00

Page 58: UNDANG-UNDANG

JAWAB SOAL PBB

NJOP SBG DASAR PENGHITUNGAN PBB =

Rp.928.000.000,00 + Rp480.000.000,00 + Rp101.000.000,00 =

Rp 1.509.000.000,00 NJOPTKP Rp 12.000.000,00 NJOP SBG dasar

penghitungan PBB Rp 1.497.000.000,00

Nilai Jual Kena Pajak: 40% xRp 1.497.000.000,00 =

Rp.598.800.000,00PBB TERUTANG = 0,5% x Rp 598.800.000,00 =

Rp.2.994.000,00

Page 59: UNDANG-UNDANG

JAWABAN SOAL ASUMSI TAHUN 2013 ***

NJOP SBG DASAR PENGHITUNGAN PBB =

Rp.928.000.000,00 + Rp480.000.000,00 + Rp101.000.000,00 =

Rp 1.509.000.000,00 NJOPTKP Rp 12.000.000,00 (-) NJOP SBG dasar penghitungan PBB Rp

1.497.000.000,00

PBB TERUTANG = 0,3% x Rp1.497.000.000,00 =

4.491.000,-

Page 60: UNDANG-UNDANG

TAHUN PAJAK, SAAT, DANTEMPAT YANG MENENTUKAN

PAJAK TERUTANGPasal 8 ayat (1), (2), (3)

Tahun Pajak =

jangka waktu satu tahun takwim, yaitu dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember.

Saat yang menentukan pajak terutang

Adalah menurut keadaan Objek pajak pada tanggal 1 Januari.

TEMPAT PAJAK TERUTANG :UNTUK DAERAH JAKARTA, DI

WILAYAH DKI JAKARTA;UNTUK DAERAH LAINNYA, DI

WILAYAH KABUPATEN ATAU KOTA;

YANG MELIPUTI LETAK OBJEK PAJAK.

Page 61: UNDANG-UNDANG

PENDATAANPasal 9 ayat (1), (2), (3)

WAJIB PAJAK MENGISI SPOP

•JELAS

•BENAR

•LENGKAP

•DITANDATANGANI

Page 62: UNDANG-UNDANG

PENDATAAN DG SPOP(Pasal 83) ***

(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.

(2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

Page 63: UNDANG-UNDANG

SPOP & SPPT(Pasal 84) ***

(1) Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPPT.

(2) Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut:

• SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) tidak disampaikan dan setelah WP ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

• berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

Page 64: UNDANG-UNDANG

PENERBITAN KETETAPANPasal 10

SPOP

SPPTSPPT

SKPSKP

tidak disampaikan dalam waktu 30

hari

disampaikan dalam waktu 30

hari

BERDASARKAN PEMERIKSAAN/ DATA

LAIN SPOP TIDAK BENAR

BERDASARKAN PEMERIKSAAN/ DATA

LAIN SPOP TIDAK BENAR

Setelah ditegor secara tertulis

Setelah ditegor secara tertulis

Page 65: UNDANG-UNDANG

TEMPATPEMBAYARAN- Bank, - Kantor Pos , - Tempat lain yg ditunjuk

SPPT

S T P

S K P

6 bulan

1 bulan

1 bulan

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

Pasal 11, 12, 13, dan 14

DASAR PENAGIHAN

MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK KEPADA :- GUBERNUR DAN/ATAU- BUPATI/WALIKOTA

SEJAK

DITERIMA

Page 66: UNDANG-UNDANG

SKP

SKPDIKEM-BALIKANSPOP

30 hr TIDAK

YA

SPPT

JATUHTEMPO

STPJATUHTEMPO

1 bln

Segerastlh.

7 hrTEGORAN

SURATPAKSA

SURAT PERINTAHMELAKUKAN PE- NYITAAN

Ternyata SPOPtdk benar

(Ketetapankurang)

21 hr

PERMINTAAN JADWALWAKTU & TEMPAT PELELANGAN

Palingcepat10 hr

KLN

+ denda 25% dari pokok pajak

+ denda 25% dari selisih pajak terutang

+ bunga 2%sebulan(maks 24 bulan)

PENDAFTARAN, PENAGIHAN, DAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 9 dan 10

1 bulan

6 bulan

2 X 24 JAM

Page 67: UNDANG-UNDANG

KEBERATAN DIAJUKAN ATAS :Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT);Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Jangka waktu pengajuan keberatan adalah 3 (tiga) bulan setelah SPPT atau SKP diterima oleh WP kecuali WP dalam keadaan di luar kekuasaannya.

Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas keberatan WP paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.

Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah jumlah pajak terutang.

KEBERATAN DAN BANDING

Pasal 15 dan 16

Page 68: UNDANG-UNDANG

KEBERATAN DAN BANDING

Keberatan dapat diajukan dalam hal terjadi perbedaan persepsi antara Wajib Pajak dan Fiskus

Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas keberatan terhadap keputusan Direktur Jenderal Pajak kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.

Ketentuan banding PBB mengikuti ketentuan Pasal 27 UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994.

Pengajuan keberatan atau banding tidak menunda pembayaran pajak.

Page 69: UNDANG-UNDANG

- Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/1994 tanggal 19 Maret 1994, 10% bagian pemerintah pusat dibagikan kepada seluruh Daerah Tingkat II

- SKB DJA-DJPKEP. 56/A/44/1996KEP. 50/PJ.6/1996

DATI I IDATI I I

64,8 %64,8 %DATI IDATI I

16,2 %16,2 %

PEM. PUSATPEM. PUSAT

10 %10 %BIAYA PEMUNGUTANBIAYA PEMUNGUTAN

9 %9 %

PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PBB

Pasal 18

Page 70: UNDANG-UNDANG

WAJIBPAJAK

PETUGASPEMUNGUT

BANKPERSEPSI/

KANTOR POS

BANK/OPERASIONAL V

TEMPATPEMBAYARAN

Pelimpahan

10% 9% 16,2% 64,8%

PEM.PUSAT

DATI I DATI IIBIAYAPEMUNGUTAN

ALUR PENERIMAAN PBB

Pembayaran

Pembayaran

Pelimpahan

Pembagian

Page 71: UNDANG-UNDANG

PENGURANGANPasal 19 dan 20

Men Keuangan Men Keuangan dlm hal :

- Kondisi tertentu Objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak/sebab -sebab tertentu lainnya

- Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa

DIRJEN PAJAK ATAS PERMINTAAN

WPKARENA HAL-HAL

TERTENTU

PAJAKTERUTANG

DENDAADMINISTRASI

Page 72: UNDANG-UNDANG

KEWAJIBAN PEJABAT YANG DALAMJABATAN/TUGAS PEKERJAANNYA

BERKAITAN LANGSUNG DENGAN Objek PAJAK

(Pasal 21&22)

1. MENYAMPAIKAN LAPORAN BULANAN MENGENAI SEMUA MUTASI DAN PERUBAHAN Objek PAJAK KEPADA DJP;2. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ATAS PERMINTAAN DJP

KEWAJIBAN TERSEBUT BERLAKUJUGA BAGI PEJABAT LAIN YANG ADA

HUBUNGANNYA DENGAN Objek PAJAK

KEWAJIBAN UNTUK MERAHASIAKANDITIADAKAN SEPANJANG MENYANGKUT PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PBB

TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN DIKENAKAN SANKSI MENURUT PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

Page 73: UNDANG-UNDANG

HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR SECARA KHUSUS DALAM UU PBB

Pasal 23

BERLAKU KETENTUAN :

- UU KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

- PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA

TIDAK DIATUR DALAM

UU PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Page 74: UNDANG-UNDANG

PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 6 (ENAM) BULAN,

ATAU- DENDA SETINGGI-TINGGINYA 2 (DUA)

KALI PAJAK TERUTANG

PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 6 (ENAM) BULAN,

ATAU- DENDA SETINGGI-TINGGINYA 2 (DUA)

KALI PAJAK TERUTANG

TIDAK MENGEMBALIKAN SPOP

KEPADA DITJEN PAJAK

TIDAK MENGEMBALIKAN SPOP

KEPADA DITJEN PAJAK

SPOP TIDAK BENAR/ TIDAK LENGKAP

DAN/ATAU MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG

TIDAK BENAR

SPOP TIDAK BENAR/ TIDAK LENGKAP

DAN/ATAU MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG

TIDAK BENAR

KARENA ALPAKARENA ALPA

KETENTUAN PIDANAPasal 24

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

Page 75: UNDANG-UNDANG

TIDAK MENGEMBALIKAN/ MENYAMPAIKANSPOP

KEPADA DITJEN PAJAK

SPOP TIDAK

BENAR/TIDAK

LENGKAPDAN/ATAU MELAMPIR

KANKETERANGAN YANGTIDAK BENAR

MEMPERLIHATKA

NSURAT/DOKU-MEN

PALSU ATAU

DIPALSUKAN

TIDAK MEMPERLIHATKAN/

MEMINJAMKANSURAT/

DOKUMEN

LAINNYA

TIDAK MENUNJUKKAN/MENYAMPAIKAN DATA/

KETERANGAN YANG

DIPERLUKAN

- PIDANA PENJARA SELAMA-LAMANYA 2 (DUA)

TAHUN, ATAU-DENDA SETINGGI- TINGGINYA 5 (LIMA) KALI PAJAK

TERUTANG

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

KETENTUAN PIDANAPasal 25 ayat (1)

D E N G A N S E N G A J A

Page 76: UNDANG-UNDANG

Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan, yang dengan sengaja melakukan tindakan :tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;

tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;

dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

KETENTUAN PIDANAPasal 25 ayat (2), (3) dan Pasal 26

Page 77: UNDANG-UNDANG

KETENTUAN PIDANA

Ancaman pidana dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana penjara/ sejak dibayarnya denda.

Tindak pidana tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.

Page 78: UNDANG-UNDANG

OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

Jalan tol Pelabuhan laut/sungai/udara Lapangan golf Industri semen/pupuk PLTA, PLTU, PLTG Pertambangan Tempat rekreasi Dan lain-lain sejenisnya

PENGENAAN PBB TERHADAP OBJEK PAJAK YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL

KMK No. 523/KMK.04/1998

OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS DAPAT DITENTUKAN BERDASARKAN

PENILAIAN SECARA INDIVIDUALKEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP. 16/PJ.6/1998

Page 79: UNDANG-UNDANG

KETENTUAN PERALIHAN UU NO.28 TAHUN 2009

TENTANG PDRD(BERLAKU 1 JAN 2010)

Pasal 181Ketentuan mengenai Pajak

Rokok sebagaimana diatur dalam UU ini

mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Pasal 182Pada saat UU ini berlaku:1) Men Keu bersama-sama dengan

Men DAGRI mengatur tahapan persiapan pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31 Desember 2013; dan

2) Men Keu bersama-sama dengan Men DAGRI mengatur tahapan persiapan pengalihan BPHTB sebagai Pajak Daerah paling lama 1 (satu) TH sejak berlakunya UU ini.

Page 80: UNDANG-UNDANG

SELAMAT BELAJAR