Umberto Eco travel in hiperreality

download Umberto Eco travel in hiperreality

of 2

Transcript of Umberto Eco travel in hiperreality

  • 8/6/2019 Umberto Eco travel in hiperreality

    1/2

    Umberto eco

    Romantisme dalam hiperealitas

    Berkembangnya teknologi internet pada era komunikasi mencapai tingkat yang luar

    biasa sampai mampu membuat penggunanya menjelajah dari masa lampau hingga masa

    depan. Beberapa waktu sebelumnya penulis melakukan surfing internet dan menemukan

    serial film anak yang dulu tidak ditonton sampai selesai saat ini menjadi terpuaskan.

    Romantisme masa lalu dapat dibangkitkan kembali dalam internet, kita kembali ke masa lalu

    untuk mengenangnya lewat teknologi. Inti yang hampir sama dituliskan umberto eco seorang

    pakar semiotika, kritikus budaya, sosiolog (meskipun tidak menganggap dirinya sosiolog)

    yang berasal dari itali (professor bologna university).

    Umberto Eco (lahir 5 Januari 1932) terkenal karena novelnya Nama Rose (Il Nome

    della rosa, 1980), sebuah misteri intelektual yang mengombinasikan semiotika dalam fiksi,

    analisis Alkitab, studi abad pertengahan dan teori sastra. Ia juga menulis teks akademis, buku

    anak-anak dan banyak esai. Eco adalah Presiden Scuola Superiore di Studi Umanistici,

    Universitas Bologna , anggota Accademia dei Lincei (sejak November 2010) dan Fellow

    Kehormatan Kellog College , Universitas Oxford . Saat ini (2011), Eco salah satu terbaik di

    dunia penjualan penulis karena novelnya The Cemetery Praha .

    Umberto Eco dalam menganalisis hiperrealitas menggunakan istilah-istilah copy,

    replica, replication, imitation, likeness,, dan reproduction untuk menjelaskan apa yang

    disebut hiperrealitas itu. Dalam konteks Eco hiperealitas tidak dilihat sebagai entitas negatif

    tetapi sebagai replikasi, salinan tepatnya simulacrum dari unsur-unsur masa lalu yang

    coba dihidupkan kembali dalam konteks masa kini sebagai sebuah nostalgia. eco lebih

    melihat fenomena hiperrealitas sebagai persoalan penjarakan (distanciation) artinya dengan

    teknologi memungkinkan masa lalu (past) hadir kembali pada saat ini (present).

    Pada salah satu bab di buku tamasya dalam hiperealitas, Eco menuliskan rata-rata

    imajinasi bangsa amerika pada masa lampau dilestarikan dalam bentuk kopi otentik dengan

    skala penuh, filsafat tentang keabadian sebagai duplikasi. contoh konkrit hiperrealitas dalam

    konteks ini bisa dilihat dalam film yang dingkat dari novel karya Milan trenc, night at the

    museum dimana fosil T-Rex, suku Mayan, Gladiator Roma, hingga patung lilin Teddy

    Roosevelt seolah-olah hidup kembali. Ini membuktikan kerinduan romantisme masa lalu

  • 8/6/2019 Umberto Eco travel in hiperreality

    2/2

    yang hendak dicapai melalui hiperrealitas, namun ketika masa lalu tersebut dihadirkan di

    dalam konteks masa kini, maka ia kehilangan kontak dengan realitas. Dalam arti

    kemunculannya Nampak lebih nyata dari kenyataannya sehingga menciptakan kondisi

    meleburnya antara salinan (copy) dengan aslinya (original)(Umberto Eco dalam Yasraf

    Amir Piliang, 2009, 59)

    Disini terdapat sedikit perbedaan antara Umberto Eco dan Jean Baudillard dalam

    memaknai hiperealitas. Jean baudillard melihat hiperealitas terdiri dari salinan (simulacrum)

    dan simulasi yang didefinisikan situasi yang didalamnya terdapat kondisi tertentu diciptakan

    secara artifisial yang seolah-olah nyata padahal tidak (ibid) melahirkan definisi eksplisit

    yang menyatakan simulasi bertentangan secara diametrical dengan representasi benda.

    Artinya simulasi kebalikan dari representasi karena bila representasi masih mengacu pada

    benda nyata yang dicontohnya sebaliknya simulasi tidak merujuk pada sesuatu di luar

    dirinya, malahan menjadikan dirinya sebagai referensi misalnyaDisney Land. Umberto Eco

    dalam melihat fenomena hiperrealitas masih menemukan prinsip representasi, artinya sebuah

    salinan masih merupakan representasi dari sebuah referensinya meskipun terkadang muncul

    dalam kondisi peleburan salinan dan asli, misalnya dalam film night at the museum. Akhirnya

    tampak bagi kita terdapat sedikit perbedaan pengertian hiperrealitas, Jean Baudillard dalam

    mendefinisikan hiperrealitas jauh lebih radikal dibandingkan Umberto Eco.

    Daftar pustaka

    Yasraf Amir Piliang. 2009. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika.

    Yogyakarta. Jalasutra

    Umberto Eco. 1987. Tamasya dalam Hiperrealitas. Yogyakarta. Jalasutra