Ulkus Kornea

24
ULKUS KORNEA PERFORASI ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL LAPORAN KASUS Penguji kasus : dr. Kentar Arimadyo S, Msi.Med., Sp.M Pembimbing : dr. Deratresna Utami Dibacakan oleh : Dea Prita Dibacakan tanggal : 4 November 2013 I. PENDAHULUAN Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi- imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh trauma, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol. 1 Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descemetocele, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. 2 Ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia. 1 Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan dapat mengakibatkan penurunan ketajaman penglihatan. 2 Karena pada kasus ulkus kornea mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya, ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Penatalaksanaan yang tepat berupa menetapkan diagnosis penyebabnya secara dini dan mengobatinya secara memadai akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. 3 1

description

mata

Transcript of Ulkus Kornea

Page 1: Ulkus Kornea

ULKUS KORNEA PERFORASI ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL

LAPORAN KASUS

Penguji kasus : dr. Kentar Arimadyo S, Msi.Med., Sp.M

Pembimbing : dr. Deratresna Utami

Dibacakan oleh : Dea Prita

Dibacakan tanggal : 4 November 2013

I. PENDAHULUAN

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses

alergi-imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh trauma, penggunaan lensa

kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol.1 Ulkus kornea yang luas

memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah  perluasan ulkus dan

timbulnya komplikasi berupa descemetocele, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.2

Ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.1 Ulkus kornea

yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan dapat mengakibatkan penurunan

ketajaman penglihatan.2

Karena pada kasus ulkus kornea mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan

atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya, ulkus

kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Penatalaksanaan yang tepat

berupa menetapkan diagnosis penyebabnya secara dini dan mengobatinya secara memadai

akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.3

II. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Alamat : Lambangan Kulon, Rembang.

Pekerjaan : Penebang pohon tebu.

No. CM : C444221

Tanggal Masuk RS : 23 November 2013

1

Page 2: Ulkus Kornea

III. ANAMNESIS

(Auto dan alloanamnesis pada 23 November 2013)

Keluhan Utama : terdapat bintik putih di mata kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

± 6 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mata kanan terkena daun

tebu, kemudian mata merah (+), nyeri (+), nyrocos (+), dan gatal (+). Pasien datang ke

puskesmas dan diberi obat.

± 5 minggu sebelum masuk rumah sakit, muncul bintik putih di mata kanan, psien

kembali datang ke puskesmas kemudian dirujuk ke dokter spesialis mata dan diberi obat

Gentamicin tetes mata, Cendomicin dan Ceprofloxacin. Mata merah (+), pandangan kabur

(+), nyrocos (+), nyeri (-).

Pasien kontrol ke Poli Mata RSDK kemudian mondok selama 9 hari, terjadi

kebocoran pada mata kanan, tetapi pasien menolak tindakan. Terapi di RSDK : Ceftazidine 5

mg/ml, SA 1 %, Ciprofloxacin tab 500 mg/12 jam, Glaucon tab 250 mg x 2, dan KCl 250 mg

x 1.

Pasien pulang dan kontrol rutin di Poli Mata RSDK dan tidak ada perbaikan

kemudian pasien setuju untuk dilakukan tindakan penambalan pada mata kanan.

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat pandangan mata kabur sebelumnya disangkal

Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya disangkal

Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal

Riwayat penyakit mata merah sebelumnya disangkal

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai penebang pohon tebu. Istri pasien sebagai ibu rumah tangga.

Menanggung 2 oarang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan menggunakan

Jamkesmas. Kesan : Sosisal ekonomi kurang

2

Page 3: Ulkus Kornea

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis GCS=15

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg suhu : 36,50C

nadi : 82 x/menit RR : 18 x/menit

Pemeriksaan fisik : Kepala : mesosefal

Thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi

Oculus dexter Oculus sinister

3

defek epitel (+) ukuran 3x1 mm, letak marginal superior, berbatas tegas, kedalaman stromal

Infiltrat (+) ukuran 5x7 mm, letak marginal superior, kedalaman stromal.

Descemetocele (+)

Mixed injeksi

Page 4: Ulkus Kornea

Oculus Dexter Oculus Sinister

1/60 VISUS 6/6

Tidak dilakukan KOREKSI Tidak Dilakukan

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata ke

segala arah baik

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata ke segala arah

baik

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (+), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret

Mixe(-), edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (-), sekret (-), edema

(-)

hiperemis (-), sekret (-),

edema(-)

CONJUNGTIVA

FORNICES

Hiperemis (-), sekret (-), edema

(-)

Mixed injeksi (+), sekret

(-), khemosis (-)

CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-) , khemosis

(-)

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Edema (+), defek epitel

(+) ukuran 3x1 mm,

letak marginal superior,

berbatas tegas,

kedalaman stromal,

Infiltrat (+) ukuran 5x7

mm, letak marginal

superior, kedalaman

stromal. Jaringan

nekrotik (+). Lesi satelit

(-), feathery margin (-).

Pyramid shape (-).

Descemetocele (+).

Test Siedel (+).

Test Fluorescein (+).

KORNEA Jernih.

Kesan cukup, hipopion

(-), Tyndall Effect (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup, hipopion (-),

Tyndall Effect (-)

4

Page 5: Ulkus Kornea

Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

Sulit dinilai PUPIL Bulat, sentral, reguler Ø 3 mm,

refleks cahaya (+)

Sulit dinilai LENSA Jernih

Sulit dinilai FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang

T (digital) normal TENSIO OCULI T (digital) normal

Tidak dilakukan SISTEM CANALIS

LACRIMALIS

Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan OD Scraping kornea (10 November 2013)

Bakteri Pewarnaan gram :

- Tidak ditemukan adanya kuman

- Lekosit hasil : 10-20/LP

Jamur Pewarnaan jamur :

- Yeast cell (-)/NEG

Pemeriksaan USG B scan (10 November 2013)

- Lensa : echospike (+)

- Corpus vitreum : turbidity (-)

- Retina : ablasio (-)

VI. RESUME

Seorang laki-laki 47 tahun datang ke poli mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan

muncul bintik putih pada kornea OD sejak 5 minggu sebelum masuk rumah sakit, mata

hiperemis, visus kabur, dan lakrimasi (+). Riwayat trauma pada mata kanan (+) terkena

daun tebu 6 minggu sebelum masuk rumah sakit.

.

Status praesens dalam batas normal.

Status oftalmologi :

5

Page 6: Ulkus Kornea

Oculus Dexter Oculus Sinister

1/60 VISUS 6/6

Edema (+), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)

Mixed injeksi (+), sekret

(-), khemosis (-)

CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-) , khemosis

(-)

Edema (+), defek epitel

(+) ukuran 3x1 mm,

letak marginal superior,

berbatas tegas,

kedalaman stromal,

Infiltrat (+) ukuran 5x7

mm, letak marginal

superior, kedalaman

stromal. Jaringan

nekrotik (+). Lesi satelit

(-), feathery margin (-).

Pyramid shape (-).

Descemetocele (+).

Test Siedel (+).

Test Fluorescein (+).

KORNEA Jernih

Kesan cukup, hipopion

(-), Tyndall Effect (-).

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup, hipopion (-),

Tyndall Effect (-)

Pemeriksaan OD scrapping kornea (10 november 2013) :

Bakteri Pewarnaaan gram :

- Tidak ditemukan adanya kuman

- Lekosit hasil : 10-20/LP

Jamur Pewarnaan jamur :

- Yeast cell (-)/NEG

Pemeriksaan USG B scan (10 november 2013) :

6

Page 7: Ulkus Kornea

Hasil USG B scan dalam batas normal.

VII. DIAGNOSIS BANDING

OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek bakterial

OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek fungal

VIII. DIAGNOSIS KERJA

OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek bakterial

IX. TERAPI

Rencana OD Amnion Graft / GA

Ceftazidime tetes mata 1 gtt/jam OD

SA 1% ED 3x 1 gtt OD

X. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam Ad malam Ad bonam

Quo ad sanam Ad malam Ad bonam

Quo ad vitam Dubia

Quo ad cosmeticam Ad malam

XI. SARAN

Laboratorium darah rutin, studi koagulasi, gula darah sewaktu, elektrolit, ureum-

creatinin, albumin.

XII. EDUKASI

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien menderita tukak pada

korneanya, kemungkinan karena trauma akibat terkena daun tebu pada mata kanan

pasien. Karena terdapat tukak pada kornea kuman dan jamur dapat masuk pada mata

pasien sehingga menyebabkan infeksi dengan gejala-gejala seperti yang dikeluhkan

pasien.

7

Page 8: Ulkus Kornea

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien menghindari hal-hal yang

mengakibatkan perforasi bola mata (untuk mata yang masih sehat) misalnya trauma

pada mata.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa penglihatan pasien sesudah

perawatan mungkin tidak akan kembali semula seperti dulu. Pada pasien ini rencana

akan dilakukan penutupan luka. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi

lebih lanjut.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya agar pasien dapat menjaga kebersihan

dengan baik.

Menjelaskan kepada pasien agar pasien dapat mengikuti dan mematuhi terapi yang

diberikan sesuai petunjuk dokter.

XIII. DISKUSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah

jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada

persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm

di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior.

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya

melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

8

Page 9: Ulkus Kornea

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian

perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen

memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat

kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40

µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula

okluden. 4

Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa

cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu

sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga

penderita akan melihat halo.3

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause

untuk sensasi dingin  ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah

limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan

air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.

Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan

deturgensinya.3

ULKUS KORNEA

9

Page 10: Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier

epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan

saluran lakrimal)

b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,

penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka

c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure (pada

lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis

neuroparalitik, keratitis superficialis virus

d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Johnson, sindrom

defisiensi imun (AIDS, SLE)

e. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi local

Patofisiologi ulkus kornea

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya

tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior

dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu

pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di

kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di

daerah pupil.5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja

sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat

dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel

mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya

infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

10

Page 11: Ulkus Kornea

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.3

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.5

Berdasarkan lokasinya, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu

sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat

bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular

dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah

tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak

kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk

tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan

radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea

(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus

yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi

kornea, k arena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

11

Page 12: Ulkus Kornea

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik k e kuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara

adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

Walaupun terdapat hipopio u lkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. Ulkus sentral

ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.Penyerbukan ke dalam dapat

mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus yang

berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang

bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang

banyak.

Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus

akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik

yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna

kekuning-kuningan.Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang

menggaung dan di daerah ini terdapat banyak k uman. Ulkus ini selalu di temukan

hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa

lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.6

Manifestasi Klinis1,5,6

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala

objektif.

Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen,

merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih pada kornea pada lokasi

ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus

terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya

infiltrat, adanya hipopion

Diagnosis3,4,5,6

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis

pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma,

benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis

12

Page 13: Ulkus Kornea

akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat

pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi

penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi

imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi

imunosupresi khusus.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman

penglihatan, tes air mata, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea

dengan zat fluoresensi,goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau

KOH)

Komplikasi

Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis, endoftalmitis.

Pengobatan ulkus kornea secara umum

Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya

bakteri dan mengurangi reaksi radang.

1.      Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

2.      Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2

minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit

Dekongestif, menurunkan tanda radang

Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya

m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan

istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia

posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia

posterior yang baru.

3.      Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat

diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.

4.      Bedah

Tindakan bedah meliputi

Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman

13

Page 14: Ulkus Kornea

Keratektomi superficial hingga membrane Bowman atau stroma anterior

Tarsorafi lateral atau medial

Tissue adhesive atau graft amnion multilayer

Flap konjungtiva

Patch graft dengan flap konjungtiva

Keratoplasti tembus

Fascia lata graft1

Analisis Kasus

Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis ulkus kornea perforasi et causa suspek

fungal berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

sebagai berikut

Seorang laki-laki 47 tahun datang ke poli mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan

muncul bintik putih pada kornea OD sejak 5 minggu sebelum masuk rumah sakit, mata

hiperemis, pandangan kabur, dan nyrocos (+). Riwayat trauma pada mata kanan (+) terkena

daun tebu 6 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pada pemeriksaan fisik pada OD didapatkan visus 1/60, edema pada palpebra superior,

mixed injection pada conjungtiva bulbi. Pada kornea didapatkan adanya edema (+), defek

epitel (+) ukuran 3x1 mm, letak marginal superior, berbatas tegas, kedalaman stromal,

Infiltrat (+) ukuran 5x7 mm, letak marginal superior, kedalaman stromal. Jaringan nekrotik

(+).Lesi satelit (-), feathery margin (-). Pyramid shape (-). Descemetocele (+). Test Siedel (+).

Test Fluorescein (+).

Pada pemeriksaan penunjang scrapping cornea : tidak ditemukan adanya kuman, Lekosit

hasil : 10-20/LP,dan Yeast cell (-). Pada pemeriksaan USG B scan dalam batas normal, tidak

didapatkan adanya kekeruhan pada corpus vitreum sebagai tanda endoftalmitis.

Pada kasus ini pasien diberikan sulfas atropine sebagai sikloplegik untuk

mengistirahatkan mata. Pasien diberikan Ceftazidime sebagai antibiotik broadspectrum

karena tidak diketahui kuman penyebabnya, dan untuk meredakan infeksi atau inflamasi

karena untuk dilakukan amnion graft mata harus dalam keadaan tenang. Pada pasien ini akan

dilakukan amnion graft karena visus masih baik, sehingga diharapkan terjadi reepitelisasi.

14

Page 15: Ulkus Kornea

DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI, 2006.

2. Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com.

3. Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta.

4. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta.

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit

Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto:

Jakarta.

6. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

15