Ulkus Kornea

download Ulkus Kornea

of 21

description

corneal ulcer

Transcript of Ulkus Kornea

LAPORAN KASUSSEORANG LAKI-LAKI 59 TAHUN DENGAN OS. ULKUS KORNEA EC SUSPEK JAMUR

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan seniorIlmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus: dr. Liana Ekowati, Msi.Med., Sp.MPembimbing: dr. Intan Oktaviana Adiyanto Dibacakan oleh: Irma AmaliaDibacakan tanggal: 28 Januari 2015

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus seorang laki-laki 59 tahun dengan os. ulkus kornea ec suspek jamur Penguji kasus : dr. Liana Ekowati, Msi.Med., Sp.MPembimbing: dr. Intan Oktaviana AdiyantoDibacakan oleh: Irma AmaliaDibacakan tanggal:28 Januari 2015diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 28 Januari 2015Mengetahui, PembimbingPenguji

dr. Intan Oktaviana Adiyanto dr. Liana Ekowati, Msi.Med., Sp.M

LAPORAN KASUSOS. Ulkus Kornea ec Suspek Jamur Penguji kasus : dr. Liana Ekowati, Msi.Med., Sp.MPembimbing: dr. Intan Oktaviana AdiyantoDibacakan oleh: Irma AmaliaDibacakan tanggal: 28 Desember 2015

I. PENDAHULUANUlkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea biasanya ditandai oleh adanya infiltrate supuratif disertai defek kornea, serta diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.1Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma oleh benda asing, gangguan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan.2Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Pembentukan jaringan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia, sedangkan ulkus yang sembuh dapat menyebabkan kekeruhan kornea dan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Di Indonesia kekeruhan kornea merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.3 Penatalaksanaan yang tepat berupa menetapkan diagnosis penyebabnya secara dini dan mengobatinya secara memadai akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.

II. IDENTITAS PENDERITA

Nama:Tn. PUmur: 59 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: Jalan Pucangrejo RT01/RW04 Kel. Pucangrejo, Kec. Gemuh, KendalPekerjaan: petani No. CM: C506175

III. ANAMNESIS(Autoanamnesis dan allonamnesis dengan anak pasien pada tanggal 21 Januari 2015 di poliklinik mata RSDK)Keluhan utama: mata kiri terasa mengganjalRiwayat Penyakit Sekarang : 2 bulan yang lalu, pasien merasa mata kirinya kelilipan tanaman. Mata merah (+), nyeri (+), berair (+), lodhok (-), pandangan terasa kabur (+) dan silau bila melihat cahaya (+). Keluhan demam (-), batuk (-), dan pilek (-).2 hari setelah kelilipan, timbul putih putih, di manik mata kiri, Mata merah (+), nyeri (+), berair (+), lodhok (-), pandangan terasa kabur (+) dan silau bila melihat cahaya (+), kemudian pasien memeriksakan diri ke RS Kendal. Pasien diberi obat tetes mata vigamox satu tetes tiap 1 jam pada mata kiri, obat tetes mata sulfas atropin 1% tiap 8 jam pada mata kiri, levofloxacin tablet 500 mg tiap 24 jam, ibuprofen 400 mg tiap 12 jam lalu dirujuk ke RSDK. Pasien di rawat inap di RSDK diberikan terapi obat tetes mata vigamox tiap 2 jam untuk mata kiri, tetes mata natacen satu tetes tiap satu jam untuk mata kiri, sulfas atropin 1% tiap 8 jam pada mata kiri, ibuprofen 2 x 400 mg tab per oral, serta ketokonazol 3 x 200 mg tab peroral juga dilakukan pembersihan jaringan yang mati. Selain itu juga dilakukan pengecatan gram namun dan KOH namun tidak ditemukan kuman. Kultur bakteri dan kultur jamur juga tidak didapatkan pertumbuhan kuman. Pasien dirawat selama 1 minggu dan mengalami perbaikan. Pasien diminta untuk kontrol satu minggu kemudian. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal Riwayat trauma (+) kelilipan Riwayat menggunakan kacamata disangkal Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal Riwayat operasi pada mata disangkal Riwayat membasuh mata dengan air sirih atau cairan dari tumbuh-tumbuhan lainnya disangkal Riwayat alergi disangkal Riwayat DM disangkal Riwayat Hipertensi disangkalRiwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini.Riwayat Sosial Ekonomi : Penderita berobat menggunakan JKN non PBI Kesan : sosial ekonomi cukupIV. PEMERIKSAAN(Tanggal 21 Januari 2015)Status Praesen :Keadaan umum: BaikKesadaran: composmentisTanda vital: Tekanan darah : 120/70 mmHgNadi : 88x /menitRR : 20x /menit

Mixed injectionSuhu : 37o C

Lensa keruh merataStatus Oftalmologi (Tanggal 21 Januari 2015)

Defek (+) uk 1,5 x 3,5 mmInfiltrate (+) disekitar defekJar. Nekrotik (+)ODOS

Oculi DexterOculi Sinister

6/15VISUS1/60

Tidak dilakukan KOREKSITidak dilakukan

Tidak dilakukanSENSUS COLORISTidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke segala arahPARASE/PARALYSEGerak bola mata bebas ke segala arah

Tidak ada kelainanSUPERCILIATidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA SUPERIOREdema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA INFERIOREdema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-), edema (-)KONJUNGTIVA PALPEBRALISHiperemis (+), sekret (-), edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-), edema (-)KONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (+), sekret (-), edema (-)

Injeksi konjungtiva (-), sekret (-)KONJUNGTIVA BULBI Mixed injeksi (+), sekret (-), kemosis (-)

Tidak ada kelainanSCLERATidak ada kelainan

Jernih, edema (-), erosi (-), infiltrat (-), fluorescein test (-)

CORNEAEdema (+), defek epitel (+) ukuran 1,5x3,5 mm, letak parasentral, kedalaman stroma, batas tegas, infiltrat (+) disekitar defek, jaringan nekrotik (+), fluorescein test (+),lesi satelit (-), feathery edge (-)

Kedalaman cukup,TyndallEffect (-)CAMERA OCULI ANTERIORKedalaman cukup, hipopion (-),detail sulit dinilai

Kripte (+), sinekia (-)IRISDetail sulit dinilai

Bulat, central, regular,d : 3 mm, RP (+) N PUPILDetail sulit dinilai

JernihLENSAKesan keruh

(+) cemerlangFUNDUS REFLEKS(+) kurang cemerlang

T (digital) normalTENSIO OCULIT (digital) normal

Tidak dilakukanSISTEM CANALIS LACRIMALISTidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan OD Scrapping kornea 17 Desember 2013Pengecatan Gram dan KOHBakteri --> pewarnaan gram tidak ditemukan adanya kuman lekosit hasil: 3-4 / LPJamur Pewarnaan jamur- Yeast cell (-)/NEG

VI. RESUMESeorang laki-laki usia 59 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan sejak 2 bulan yang lalu pada mata kiri sensasi benda asing (+), hiperemis (+), lakrimasi (+), nyeri (+), visus menurun (+), fotophobia (+). Riwayat trauma pada OS (+) karena kelilipan tanaman. 2 hari setelah kelilipan timbul defek pada kornea, disertai infiltrate dan tampak jaringan nekrotik, dan hipopion (+) , sensasi benda asing (+), hiperemis (+), lakrimasi (+), nyeri (+), visus menurun (+), fotophobia (+) pada mata kiri pasien. Kemudian pasien datang ke RS Kendal. Pasien diberi obat tetes mata dan anti nyeri lalu dirujuk ke RSDK.Pasien di rawat inap di RSDK diberikan terapi obat tetes mata anti ,nyeri juga dilakukan debridement, pengecatan gram dan KOH, serta kultur bakteri dan jamur. Pasien dirawat selama 1 minggu dan mengalami perbaikan lalu pasien diminta untuk kontrol satu minggu kemudian. Riwayat membasuh mata dengan air sirih atau cairan dari tumbuh-tumbuhan lainnya disangkal. Riwayat DM disangkal dan riwayat hipertensi disangkal.Status praesens: dalam batas normal

Status Oftalmologi :Oculi DexterOculi Sinister

6/15VISUS1/60

Injeksi konjungtiva (-), sekret (-)KONJUNGTIVA BULBI Mixed injeksi (+), kemosis (-), sekret (-)

Jernih, edema (-), erosi (-), infiltrat (-), fluorescein test (-)

CORNEAEdema (+), defek epitel (+) ukuran 1,5x3,5 mm, letak parasentral, kedalaman stroma, batas tegas, infiltrat (+) disekitar defek, jaringan nekrotik (+), fluorescein test (+),lesi satelit (-), feathery edge (-)

Lain-lainDetail sulit dinilai

Pemeriksaan OD Scrapping kornea 17 Desember 2013Pengecatan Gram dan KOHBakteri --> pewarnaan gram tidak ditemukan adanya kuman lekosit hasil: 3-4 / LPJamur Pewarnaan jamur- Yeast cell (-)/NEGVII. DIAGNOSA BANDINGOD Ulkus Kornea e.c suspek bakteriOD Ulkus Kornea e.c suspek jamur

VIII. DIAGNOSAOD Ulkus Kornea e.c suspek jamur

IX. TERAPI Natamisin eye drop 1 tetes / 3 jam OS Moxifloxacin eye drop 1 tetes / 4 jam OS Sulfas Atropin 1% eye drop 1 tetes / 8 jam OS Debridement jaringan nekrotik

IX. PROGNOSIS

ODOS

Quo ad visamAd bonamAd malam

Quo ad sanamAd bonamAd malam

Quo ad vitamAd bonam

Quo ad cosmeticamAd malam

X. SARAN Pemantauan dan evaluasi perkembangan penyakit serta kemungkinan komplikasi.

XI. EDUKASI Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pasien menderita ulkus pada manik mata kiri yang menyebabkan timbulnya gejala gejala seperti yang dikeluhkan. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa penglihatan pasien sesudah perawatan mungkin tidak bisa kembali seperti semula. Terapi dan perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengendalikan infeksi. Menjelaskan kepada pasien agar pasien tidak mengucek mata karena dapat meningkatkan penyebaran infeksi. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga agar pasien dapat menjaga kebersihan dengan baik terutama kebersihan tangan. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien dapat mengikuti dan mematuhi terapi yang diberikan sesuai anjuran dokter.

XII. DISKUSIA. Anatomi dan Fisiologi KorneaKornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari luar ke dalam, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:41. Lapisan epitel Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.2. Membran Bowman Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.3. Jaringan Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata.Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1 Kerusakan pada sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel menyebabkan edema local sesaat stroma kornea yang kana menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata parakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik, proses itu dan penguapan langsung adalah factor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superficial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.

B. ULKUS KORNEAUlkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.ETIOLOGI 1,4,5,6a. Infeksi Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides. Infeksi virus : Ulkus kornea oleh virus herpes simplex Acanthamoeba

b. Noninfeksi Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Radiasi atau suhu Sindrom SjorgenPada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid Defisiensi vitamin A Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma. Pajanan (exposure) Neurotropikc. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) Granulomatosa wagener Rheumathoid arthritis

Patofisiologi ulkus korneaKornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah sentral. 5Kornea bersifat avaskuler. Jika terjadi peradangan sistem pertahanan pada kornea akan menstimulasi wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, untukbekerja sebagai makrofag. Kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus yang tampak sebagai injeksi perikornea. Kondisi ini dapat berlanjut dengan terdapatnya infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Hal ini dapat berlanjut menjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Kontraksi iris yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1Apabila kerusakan atau cedera pada epithelium telah dimasuki oleh agen-agen asing, terjadilah sekuel perubahan patologik yang muncul saat perkembangan ulkus kornea dan proses ini dapat dideskipsikan dalam empat stadium, yaitu infiltrasi, ulkus aktif, regresi dan sikatrik. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5 Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung kepada virulensi agen infektif, mekanisme daya tahan tubuh,dan terapi yang diberikan. Berdasarkan tiga faktor tersebut, maka ulkus kornea dapat menjadi :a. Ulkus terlokalisir dan sembuhb. Penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atauc. Menyebar secara cepat pada sekuruh kornea dalam bentuk ulkus korneaBerdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:1. Ulkus kornea sentrala. Ulkus kornea bakterialisb. Ulkus kornea fungic. Ulkus kornea virusd. Ulkus kornea acanthamoeba2. Ulkus kornea perifera. Ulkus marginalb. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea FungiPada pasien dengan ulkus kornea karena jamur biasanya terdapat riwayat trauma mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Selain itu juga perlu diketahui factor resiko yang dimiliki seperti, trauma (lensa kontak, benda asing, dan tumbuhan sebagai factor resiko utama), penggunan kortikosteroid topical, riwayat operasi kornea, keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau konjungtivitas vernal, dan pekerjaan pertanian.Mata tidak dapat memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik.Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.4 Ulkus kadang-kadang dalam, seperti ulkus yang disebabkan bakteri.Pada infeksi kandida bentuk ulkus lonjong dengan permukaan naik.Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Ulkus Kornea BakterialisUlkus Streptokokus1 : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.Ulkus Stafilokokus1 : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.Ulkus Pseudomonas1: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.Gejala Klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Objektif: Injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat, hipopion Gejala Subjektif : Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus..Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman penglihatan, tes refraksi, tes air mata, pemeriksaan slit-lamp, keratometri (pengukuran kornea), respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa, atau KOH)

KomplikasiKomplikasi yang paling sering timbul berupa: kebutaan parsial atau komplit, korneal perforasi, endoptalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea, glaucoma sekunder.Pengobatan Ulkus Kornea Secara Umum1. Penatalaksanaan medikamentosaa. Antibiotik topical: terapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas) hendaknya diberikan antibiotik spektrum luas.8b. Antibiotik sistemik dapat diberikan pada kasus berat dengan perforasi atau jika sklera ikut terkena.8c. Anti jamur1. Jamur yang belum diidentififikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1,2,5 mg/ml, thiomerosal 10 mg/ml, natamicin > 10 mg/ml, golongan imidazole2. Jamur berfilamin : topical amphotericin B, thiomerosal,natamicin, imidazol3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol 4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis antibiotikd. Anti Virale. Obat Siklopegik. Efek kerja sulfas atropine :1) Sedatif, menghilangkan rasa sakit.2) Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.3) Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.f. Obat analgesik sistemik dan anti inflamasi

2. Penatalaksanaan Bedah Keratektomi superfisial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman Keratektomi superfisial hingga membrane Bowman atau stroma anterior Tarsorafi lateral atau medial Tissue adhesive atau graft amnion multilayer Flap konjungtiva Patch graft dengan flap konjungtiva Keratoplasti tembus Fascia lata graft1

ANALISIS KASUSPasien ini didiagnosis OS Ulkus Kornea et causa suspek jamur dengan dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik sebagai berikut:Pada anamnesis penderita mengeluh mata kiri mengganjal, mata kanan hiperemia(+), nyeri(+), lakrimasi (+), keluar sekret (-), pandangan terasa kabur(+), dan fotofobia (+). 2 hari setelah itu timbul putih putih di manik mata kiri pasien.Pada pemeriksaan fisik mata kiri ditemukan penurunan visus mata kanan 6/15 dan visus mata kiri 1/60, pada kornea didapatkan defek epitel (+) ukuran 1,5x3,5 mm, letak parasentral, kedalaman stroma, batas tegas, infiltrat (+) disekitar defek, jaringan nekrotik (+), fluorescein test (+), lesi satelit (-), feathery edge (-), hipopion (-). Diagnosis ulkus kornea dapat ditegakkan karena ditemukan adanya mata merah, fotophobia, lakrimasi disertai penurunan visus, dan ditemukan adanya mix injeksi, defek epitel parakornea dengan jaringan nekrotik dan infiltrate, serta hipopion pada pemeriksaan optalmologis.Penyebab dari ulkus kornea pada kasus ini belum dapat ditentukan. Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan scrapping pada kornea lalu pengecatan gram dan KOH 10 % tidak didapatkan adanya bakteri atau jamur. Namun, tidak didapatkan adanya penurunan sensibilitas kornea sehingga menyingkirkan etiologi viral dan pemberian anti jamur yaitu ketokonazol selama pasien rawat inap dapat mengurangi ukuran defek dan jaringan infiltrate pada ulkus sehingga pasien ini diduga menderita ulkus kornea karena jamur. Pada kasus ini diberikan terapi natacen eye drop yaitu natamisin suatu anti jamur yang diindikasikan untuk infeksi pada mata, ( yang efektif terhadap Candida, Aspergillus, Cephalosporium, FusariumdanPenicillium serta jamur yang belum dapat diidentifikasikan penyebabnya); Vigamox mengandung moxifloxacin yang merupakan suatu agen antibakteri golongan fluoroquinolon generasi ke empat dengan spectrum luas untuk bakteri pathogen mata dengan gram positif dan gram negatif, mikroorganisme atipikal, dan anaerob. Pemberian antijamur dan antibakteri dilakukan karena belum ditemukannya etiologi dari ulkus kornea tersebut. Sulfas atropine 1 % juga diberikan sebagai siklopegik untuk mengurangi tanda radang, mengurangi nyeri dan menyebabkan paralisis m. siliaris mengakibatkan mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya m. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehingga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.1Pembersihan debridement dilakukan untuk membersihkan kornea dari jaringan nekrotik, meminimalkan bakteri, jamur, serta sel-sel debris lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

2. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 20003. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.4. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 20046. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike 2,Penerbit Sagung Seto, Jakarta,20027. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 19898. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-148. Murillo-Lopez, Fernando H. MD. Corneal Ulcer Treatment and Management. Dikutip dari www.medscape.com. 2012-10-15

1