ulkus gangren

35
ULKUS GANGREN Kelompok 8 Ela Martika 201010300511067 Ayu Okvita 201010300511077 Qiraf Fauzan 201010300511104 Rizal Hedah Permana 201010300511111 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Transcript of ulkus gangren

Page 1: ulkus gangren

ULKUS GANGREN

Kelompok 8

Ela Martika 201010300511067

Ayu Okvita 201010300511077

Qiraf Fauzan 201010300511104

Rizal Hedah Permana 201010300511111

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011 / 2012

Page 2: ulkus gangren

Kata Pengantar

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT

karena berkah dan rahmat serta hidayah-NYA makalah ini terselesaikan tepat waktu. Tak

lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung

sampai tugas ini selesai. makalah ini membahas, masalah Ulkus Gangren.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis

pada khususnya.

Malang, 19 Maret 2012

Penyusun

Page 3: ulkus gangren

DAFTAR ISI

Hal

Lembar Pengesahan....................................................................................................................... i

Kata Pengantar................................................................................................................................. ii

Daftar Isi.............................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................1

1.4 Manfaat Masalah..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ketoasidosis..........................................................................................3

2.2 Etiologi..................................................................................................................... 4

2.3 Patofisiologi............................................................................................................6

2.4 Manifestasi Klinik................................................................................................6

2.5 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................6

2.6 Penatalaksanaan..................................................................................................6

2.7 Komplikasi..............................................................................................................6

2.8 Prognosis.................................................................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8

3.2 Saran..........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ulkus gangren

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA, 2003

dikutip dari Soegondo, 2007). Paling sedikit terdapat 3 bentuk diabetes mellitus : tipe I

atau biasa disebut Diabetes Melitus Dependen Insulin (DMDI), tipe II atau biasa disebut

Noninsulin Dependen Diabetes mellitus (NIDDM), dan dan diabetes gastasional

( Elizabeth j. Corwin 2002).

Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus

gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju

amputasi berkisar antara 15-30%. Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian

gula darah, debridemen/membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan

obat-obat vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab

amputasi eksterimitas bawah non tarumatik yang peling sering terjadi di dunia.

Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan

pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi

pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes

mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat

inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat

dan Inggris (Yunizone, 2008).

Gangguan kesehatan akibat komplikasi DM dapat berupa gangguan mata

(retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati) dan

kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah terjadinya perubahan

patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan patologis

yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka yang bila tidak dirawat

dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangren (Suyono, 2004). Pada gangren,

kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau.

Page 5: ulkus gangren

Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah. Kadar

gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu

yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni

kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan

kaki. Saraf yang rusak telah membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan

sensasi sakit, panas, atau dingin, pada tangan dan kaki. Hilangnya sensasi rasa ini

disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry, 2007).

Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah, sehingga

menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan tangan. Aliran darah yang

buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit

pembuluh darah perifer yang umum menyerang kaki dan tangan. Penyandang diabetes

yang merokok akan semakin memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan

darah menjadi lebih kental sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke

bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-

zat yang diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry,

2007).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ulkus gangren?

2. Bagaimana etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan penunjang, penatalaksanaan

medis, dan komlikasi dari ulkus gangren ?

3. Bagaimana diagnosa keperawatan ulkus gangren?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian ulkus gangren.

2. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan penunjang, penatalaksanaan

medis, dan komlikasi dari ulkus gangren.

3. Mengetahui diagnosa keperawatan ulkus gangren.

1.4 Manfaat Masalah

Mahasisiwa dapat mengerti pengertian, etiologi, klasifikasi, patofis, peneriksaan

penunjang, penatalaksanaan medis, dan komlikasi dari ulkus gangren, begitu juga

asuhan keperawatan ulkus gangren.

Page 6: ulkus gangren

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,

dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya

gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin di dalam

tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai

juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ). 

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. glukosa secara normal

bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan

yang dikonsumsi. insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,

mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya.(Brunner & Suddarth)

Pangkreas selain fungsi pencernaannya juga mensekresi dua hormone penting,

insulin dan glukogen. Pangkreas terdiri dua jaringan utama yaitu (1) asini, yang

menyekresi getah pencernaan ked lm duodenum dan (2) pulau langerhans yang tidak

mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glucagon langsung

kedarah.(guyton)

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati

atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan

oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).

Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan

berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di

tungkai. Ulkus kaki diabetic merupakan suatu komlikasi kronik dari penyaki DM

( Askandar, 2001).

Page 7: ulkus gangren

2.2. Etiologi

2.2.1. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati

dari makanan yang dikonsumsi. insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi

dan penyimpanannya.(Brunner & Suddarth).

Diabetes Tipe I

Diabetes tipe I ditandai oleh :

Penghancuran sel-sel beta

Faktor-fakto genetic

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

Faktor-faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respom otoimun. Respon ini

merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya

seolah-olah sebagai jaringan asing.

Faktor-faktor lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor

eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil

penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentudapat memicu

prosses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan

Page 8: ulkus gangren

memegang peran dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula

faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes

tipe II. Fakto-faktor ini adalah :

Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas usia 65 tahun).

Obesitas

Riwayat keluarga

Kelompok etnik

Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan

sel beta melepas insulin.

2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang

dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang

diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang

disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan

kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta

oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan

terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada

membran sel yang responsir terhadap insulin.

2.2.2. Gangren Kaki Diabetik

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic dibagi

menjadi endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen :

a. Genetik, metabolic

b. Angiopati diabetic

c. Neuropati diabetic

Faktor eksogen

a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

Page 9: ulkus gangren

2.3. Klasifikasi

1. Type I : Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM)

Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes yang

tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas dalam keadaan

normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses otoimun.

Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar

glukosa darah. diabetes tipe I ditandai dengan awitan mendadak yang biasanya

terjadi pada usia 30 tahun.

2. Type II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang

tidak tergantung insulin. Diabetes tipe II ini terjadi akibat penurunan sensitivitas

terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah

produksi insulin.

3. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

Komplikasi akut sindrom hiperosmolar nonkatotik disertai dengan keadaan yang

diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit, pankreatitis, kelainan

hormonal, obat-obat seperti glukokrtikoid dan preparat yang mengandung

estrogen penyandang diabetes.

4. Diabetes Melitus Gestasional

Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketuga.

Disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja

insulin

Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :

- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

- Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

- Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

- Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Page 10: ulkus gangren

- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

- Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 golongan

:

1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )

Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati

( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.

Gambaran klinis KDI :

Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.

Pada perabaan terasa dingin.

Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.

Didapatkan ulkus sampai gangren.

2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )

Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.

Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan

pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

2.4. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Glukosa

Kadar Glukosa darah diukur waktu puasa dan 2 jam setelah beban 75 gram glukosa

oral, dengan satuan mmol/l atau mg/dl. Kriteria diagnosis tergantungdari sampel

darah yang diambil (whole blood dari vena/kapiler atau plasma vena/kapiler).

2. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah

sewaktu, 2 jam sesudah makan (post prandial, pp). Bila hasilnya belum memastikan

diagnosis DM , kemudian diikuti dengan pemeriksaan Test Toleransi Glukosa Oral

(TTGO)

3. Tes Toleransi Glukosa Oral

Test Toleransi Glukosa Oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensiif dari pada tes

toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu (misalnya,

Page 11: ulkus gangren

untuk pasien yang pernah mengalami operasi lambung). Tes toleransi glukosa oral

dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana.

2.5. Komplikasi

Akut : hipoglikemia & ketoasidosis

Kronik : makroangiophati (atherosklerosis), mikroangiophati (retinophati,

nephrophati), neurophati, mudah terinfeksi.

Dampak Masalah

Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan

keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :

a. Pada Individu

Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon

telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk

mengetahui perubahan tersebut.

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana

hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki

diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan

kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan

yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah

dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolism

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka

kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan

sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan

mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan

penderita.

3. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang

menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada

urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

Page 12: ulkus gangren

4. Pola tidur dan istirahat

Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai

akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur

dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.

5. Pola aktivitas dan latihan

Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah

menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari

secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

6. Pola hubungan dan peran

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu

dan menarik diri dari pergaulan.

7. Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka

sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya

perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

9. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun

ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

10. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif

berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

konstruktif / adaptif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Page 13: ulkus gangren

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka

pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi

mempengaruhi pola ibadah penderita.

b. Dampak pada keluarga

Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit

akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah

kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi

seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak

akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada

keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.

2.6. Penatalaksanaan Medis

1. Diet

Prinsip umum Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalny vitamin,mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan

kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan

praktis

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

2. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangu faktor resiko

kardiovaskulerlatihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaina insulin.

Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan

lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting

metabolic rate). Semua efek ini dapat bermanfaat pada diabetes karena dapat

Page 14: ulkus gangren

menurunkan berat badan, mengurangi rasa stres, dan mempertahankan kesegaran

tubuh.

3. Pemantauan

Pemantauan Kadar Glukosa Darah secara Mandiri

Hiperglikemia pagi hari

Hemoglobin glikosilasi

Pemeriksaan urin untuk glukosa

Pemeriksaan urin untuk keton

4. Terapi Insulin

Tipe pemberian insulin yang digunakan oleh seorang pasien bervariasi menurut

berbagai faktor. Sebagai contoh, pengetahuan pasien, kemauan, tujuan yang hendak

dicapai, status kesehatan dan kemampuan keuangan, semuanya ini dapat

mempengaruhi keputusan yang menyangkut penggunaan insulin. Selain itu, filosofi

dokter tentang pengendalian kadar glukosa darah dan ketersediaan alat serta staf

pendukung dapat mempengaruhi pula keputusan yang berkaitan dengan terapi

insulin. Ada dua cara pendekatan yang umum digunakan dalam pelaksanaan terapi

insulin :

1. Pemberian Secara Konvensional

Pada tipe pemberian yang disederhanakan ini (misalkan, 1-2 suntikan/hari),

kadar glukosa pasien mungkin masih diatas normal

2. Pemberian Secara Intensif

Pendekatan kedua adalah menggunakan cara pemberian insulin yang lebih

kompleks (2-4x suntikan/hari) untuk mencapai kadar glukosa darah yang

sebesar mungkin, tetapi aman dan praktis. Alasan lain pemakaian teknik

pemberian insulin yang lebih kompleks adalah untuk memberikan fleksibilitas

yang lebih besar kepada pasien dalam mengubah dosis insulinnya setiap hari

sesuai perubahan pola makan serta aktivitasnya dan menurut variasi kebutuhan

terhadap kadar glukosa darah yang ada.

2.7. Asuhan Keperawatan

Page 15: ulkus gangren

Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.7.1. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt

diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium

serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal

masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,

adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta

upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

Riwayat kesehatan dahulu

d. Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.

Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang

biasa digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang

Page 16: ulkus gangren

dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,

jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,

lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah

goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan

kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM

mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

obesitas.

g. Sistem urinary

Page 17: ulkus gangren

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

h. Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,

cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. 3.

3. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa

>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat

melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),

merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan jenis kuman.

b. Analisa Data

No Data/symptom Etiologi /penyebab Masalah / Problem

1 Pasien mengeluh luka di

kakinya nyeri ,Nyeri

dirasakan panas terus

Adanya organisme

patogenik sehingga

timbul infeksi dan

Terjadinya infeksi

pada jaringan

Page 18: ulkus gangren

menerus senut-senut

seperti disedot bercampur

dengan perih seperti

teriris.Terdapat nanah dan

bertambah nyeri serta

demam.

menyebabkan

timbulnya gangren

2 Pasien sampai sekarang

mengatakan belum bisa

berjalan, karena untuk

menampak sedikit saja

sakitnya bukan main,dan

masih berdarah semua

aktifitas ditempat

tidur.semua aktifitas

dibantu oleh keluarga.

Terdapatnya nyeri luka

pada kaki sehingga

mengakibatkan

keterbatasan mobilitas

tubuh.

Hambatan mobilitas

fisik.

3 Selama dirumah sakit

pasien mengatakan

tidurnya terganggu ,

terutama diawal tidur

dirumah sakit karena

pasien selalu merasa

kesakitan kakinya

tidak terbiasaan tidur

ditempat asing, akibat

luka kaki yang

menyebabkan rasa

nyeri.

Gangguan pola tidur

dan istirahat

2.7.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik

adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi

pembuluh darah.

Page 19: ulkus gangren

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan

tingginya kadar gula darah.

7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

anggota tubuh.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Prioritas Diagnose

1. Resiko devisit cairan b.d gejala poliura dan dehidrasi.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b.d iskemik jaringan

3. Potensial terjadinya penyebaran infksi (sepsis) b.d tingginya kadar gula darah

2.7.3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnose

keperawatan

Tujuan/kreteria

standar

(NOC)

Intervensi (NIC)

1 Resiko devisit Setelah dilakukan - meningkatkan cairan dan

Page 20: ulkus gangren

cairan b.d gejala

poliura dan

dehidrasi

tindakan 1x24 jam :

Rasa nyeri pada pasien

hilang/berkurang

pencegahan komlikasi akibat kadar

cairan yang tidak normal atau tidak

diinginkan.

- mengumpulkan dan amenganalisa

data pasien untuk mengatur

keseimbangan cairan

- memberikan dan memantau cairan

dan obat intravena

2 Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b.d iskemik jaringan

Setelah dilakukan

tindakan 1x24 jam :

rasa nyeri

hilang/berkurang

- Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi

nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa

berat nyeri yang dialami pasien.

- Jelaskan pada pasien tentang sebab-

sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien

tentang penyebab nyeri yang terjadi

akan mengurangi ketegangan

pasien dan memudahkan pasien

untuk diajak bekerjasama dalam

melakukan tindakan.

- Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang

berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

- Ajarkan teknik distraksi dan

relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan

relaksasi dapat mengurangi rasa

nyeri yang dirasakan pasien.

- Atur posisi pasien senyaman

Page 21: ulkus gangren

mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan

membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk

relaksasi seoptimal mungkin.

- Lakukan massage dan kompres luka

dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat

meningkatkan vaskulerisasi dan

pengeluaran pus sedangkan BWC

sebagai desinfektan yang dapat

memberikan rasa nyaman.

- Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik

dapat membantu mengurangi nyeri

pasien.

3 Potensial

terjadinya

penyebaran

infksi (sepsis)

b.d tingginya

kadar gula darah

Setelah dilakukan

tindakan 1x24 jam :

Tidak terjadi

penyebaran infeksi

(sepsis).

- Kaji adanya tanda-tanda

penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat

tentang tanda-tanda penyebaran

infeksi dapat membantu

menentukan tindakan selanjutnya.

- Anjurkan kepada pasien dan

keluarga untuk selalu menjaga

kebersihan diri selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik

merupakan salah satu cara untuk

mencegah infeksi kuman.

- Lakukan perawatan luka secara

Page 22: ulkus gangren

aseptik.

Rasional : untuk mencegah

kontaminasi luka dan penyebaran

infeksi.

- Anjurkan pada pasien agar menaati

diet, latihan fisik, pengobatan yang

ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan

fisik yang cukup dapat

meningkatkan daya tahan tubuh,

pengobatan yang tepat,

mempercepat penyembuhan

sehingga memperkecil

kemungkinan terjadi penyebaran

infeksi.

- Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat

menbunuh kuman, pemberian

insulin akan menurunkan kadar

gula dalam darah sehingga proses

penyembuhan.

2.7.4. Evaluasi

1. mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

2. Tercapainya proses penyembuhan luka

3. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang

4. Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

5. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan

sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan

Page 23: ulkus gangren

6. Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

7. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan

tingginya kadar gula darah.

8. Rasa cemas berkurang atau hilang

9. Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya

secar positif.

10. Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah.

Kadar gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung dalam jangka

Page 24: ulkus gangren

waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni

kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan

kaki. Saraf yang rusak telah membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan

sensasi sakit, panas, atau dingin, pada tangan dan kaki.

Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang kaki dan

tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran darah.

Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih kental sehingga sirkulasi darah

menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit

sembuh karena oksigen dan zat-zat yang diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit

sampai ke daerah luka

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. Price & Wilson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses-proses Penyakit, edisi

2, bagian 2. Jakarta: EGC.

Page 25: ulkus gangren

Carpennito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan. alih bahasa Yasmin asih, Edisi 6. Jakarta: EGC

Corwin, JE. 2001. Pankreas dan Diabetes mellitus. Jakarta: EGC

Suyono, S. 1996. Penyakit Dalam. Jilid I.Edisi 3. Jakarta: FKUI.

Smeltzer, Suzanne and Brenda Bare 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth.

Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal: 156-160.

Tjokroprawiro, Askandar. 2000. Diabetes Mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi. edisi

3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal: 56-60.

Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit edisi

3.jakarta:EGC.Hal:699