Ulasan Paper Mikropaleontologi Oleh Sidiq Waskitho

2
FORAMINIFERA BENTONIK SEBAGAI BIOINDIKATOR KONDISI PERAIRAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN FORAM INDEX DI GUGUSAN KEPULAUAN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kondisi terumbu karang Indonesia telah banyak mengalami degradasi yang mengkhawatirkan, banyak upaya dan penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari penyelamatan dan konvervasi terumbu karang, salah satunya dengan menggunakan bioindikator. Salah satu bioindikator yang dapat digunakan adalah foraminifera yang didasarkan pada kumpulan spesiesnya di sedimen dasar lingkungan perairan terumbu karang. Keuntungan penggunaan foraminifera sebagai bioindikator adalah siklus hidup foraminifera yang singkat dibandingkan dengan organisme pembangun terumbu karang yang lain sehingga dapat memfasilitasi dalam jangka panjang perbedaan antara penurunan kondisi trumbu karang yang terkait dengan penurunan kualitas air. Lokasi penelitian terbagi menjadi 3 sublokasi, diantaranya Perairan Pulau Subi, Perairan Pulau Bunguran dan Perairan Pulau Laut, dan dari hasil identifkasi foraminifera yang didapat dari setiap sublokasi diketahui pada perairan Pulau Subi didapatkan sebanyak 71 spesies dan 29 genus foraminifera bentonik bioindikator kondisi perairan terumbu karang. Pada perairan Pulau Bunguran didapatkan sebanyak 54 spesies dan 24 genus,dan pada perairan Pulau Laut didapatkan sebanyak 44 spesies dan 20 genus. Secara keseluruhan genus Amphistegina paling sering ditemukan dan kelimpahannya cukup tinggi. Amphistegina merupakan

description

mikropaleontologi

Transcript of Ulasan Paper Mikropaleontologi Oleh Sidiq Waskitho

Page 1: Ulasan Paper Mikropaleontologi Oleh Sidiq Waskitho

FORAMINIFERA BENTONIK SEBAGAI BIOINDIKATOR KONDISI PERAIRAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN FORAM INDEX DI GUGUSAN

KEPULAUAN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kondisi terumbu karang Indonesia telah banyak mengalami degradasi yang

mengkhawatirkan, banyak upaya dan penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari

penyelamatan dan konvervasi terumbu karang, salah satunya dengan menggunakan

bioindikator. Salah satu bioindikator yang dapat digunakan adalah foraminifera yang

didasarkan pada kumpulan spesiesnya di sedimen dasar lingkungan perairan terumbu karang.

Keuntungan penggunaan foraminifera sebagai bioindikator adalah siklus hidup foraminifera

yang singkat dibandingkan dengan organisme pembangun terumbu karang yang lain sehingga

dapat memfasilitasi dalam jangka panjang perbedaan antara penurunan kondisi trumbu

karang yang terkait dengan penurunan kualitas air.

Lokasi penelitian terbagi menjadi 3 sublokasi, diantaranya Perairan Pulau Subi,

Perairan Pulau Bunguran dan Perairan Pulau Laut, dan dari hasil identifkasi foraminifera

yang didapat dari setiap sublokasi diketahui pada perairan Pulau Subi didapatkan sebanyak

71 spesies dan 29 genus foraminifera bentonik bioindikator kondisi perairan terumbu karang.

Pada perairan Pulau Bunguran didapatkan sebanyak 54 spesies dan 24 genus,dan pada

perairan Pulau Laut didapatkan sebanyak 44 spesies dan 20 genus.

Secara keseluruhan genus Amphistegina paling sering ditemukan dan kelimpahannya

cukup tinggi. Amphistegina merupakan salah satu genus dari kelompok simbiosis terumbu

karang yang paling melimpah dan terdistribusi secara luas di terumbu karang seluruh dunia,

dimana spesies Amphistegina yang sering ditemukan dalam penelitian ini adalah

Amphistegina quoyii, A. Lesponii, dan A. Gibossa. Amphistegina quoyyi biasa ditemukan

diperairan Indo-Pasifik.

Pada ekosistem terumbu karang yang baik kelompok famili Amphisteginidae akan

melimpah bersama dengan kelompok dari famili Calcarinidae. Spesies Calcarina yang sering

ditemukan pada penelitian ini adalah C. Calcar dan C. Spengleri. Genus Calcarina umumnya

berada pada kondisi perairan yang memiliki substrat lumpur sampai pecahan karang dan pada

kondisi ekosistem karang yang baik dengan energi air yang besar, baik arus maupun

gelombang perairan.

Kondisi Perairan terumbu karang digugusan Kepulauan Natuna berdasarkan foram

Index nilainya berkisar antara 9,46-2,60 yang mengindikasikan kondisi lingkungan perairan

sangat kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang, namun tidak cocok untuk pemulihan

Page 2: Ulasan Paper Mikropaleontologi Oleh Sidiq Waskitho

terumbu karang. Secara keseluruhan terdapat hubungan positif antara Foram Index dengan

kondisi terumbu karang di gugusan Kepulauan Natuna, dimana kenaikannilai FI diikuti

dengan kenaikan persentase penutupan karangnya. Namun dari segi korelasi terdapat hasil

yang beragam, ada yang menunjukkan korelasi yang erat juga lemah karena berbagai macam

faktor dan pada kasus ini tidak selalu hubungan yang lemah benar-benar menunjukkan bahwa

antara Foram Indeks dengan kondisi terumbu karang terdapat korelasi yang negatif.