UKPP Melaraskan Etika dan Displin...

4
Halaman 2 Perkembangan Kesehatan Kulit Terkini dari Mancanegara Halaman 3 Gelegar KONAS XIV PERDOSKI 2014 Halaman 4 Mengenyam Bekal Kesehatan Kulit dan Kelamin 26-29 Agustus 2014 Grand Ballroom, Trans Luxury Hotel Bandung Edisi 2 KONAS XIV PERDOSKI BANDUNG 2014 Layaknya bidang profesi dokter lainnya, tidak banyak ditemukan perbedaan yang berarti dalam praktik Spesialis Kulit dan Kelamin (SpKK). SpKK cenderung menggunakan teknologi yang tinggi. Sasaran dari SpKK adalah pasien kelas menengah yang juga mengerti hukum yang berlaku. Dalam menjalankan profesi sebagai SpKK, komunikasi terhadap pasien juga menjadi masalah yang tidak kalah penting. Karena dalam setiap penanganan pasien penyakit kulit atau kelamin banyak intervensi yang dilakukan SpKK, maka komunikasi dengan pasien harus selalu berjalan dengan baik dan senantiasa memperhatikan kepentingan kesehatan pasien. Selalu diupayakan agar dokter tidak berkesan mengedepankan biaya dan tindakan ingin cepat selesai. Tidak terjalinnya komunikasi yang baik sering menjadi dasar pelanggaran disiplin. Dalam pelanggaran praktik dokter. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran (MKDKI) bertanggung jawab memberikan konsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang tidak sesuai dengan kode etik kedokteran misalnya dokter memberikan resep obat bukan atas indikasi melainkan karena adanya ikatan khusus denga nperusahaan obat, menolak pasien dengan kasus kusta, miskin, dan kondisi lainnya. UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteran Pada rapat kerja ini dispensing obat oleh dokter juga diungkit sebagai salah satu hal yang melanggar hukum sebagaimana ditentukan oleh PP No. 51/2009. SpKK yang tertangkap mengedarkan krim atau kosmetik racikan sendiri tanpa memiliki izin edar dapat dikenakan UU No. 36 / 2009 Pasal 106, dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun dengan denda 15 miliar rupiah. Oleh karena rentannya pelanggaran disiplin yang dapat dilakukan oleh dokter SpKK, maka untuk melindungi masyarakat PERDOSKI patut melakukan pemantauan intensif. Selain itu dalam rapat ini PERDOSKI berikrar untuk selalu aktig mengingatkan dan membantu anggota yang bermasalah. Sebagai salah satu upayanya mereka menganut sistem dan filosofi Bad Apple Theory untuk mengeluarkan praktisi yang buruk sedini mungkin. Kampanye “Bebas Pelanggaran Etik” juga harus diperkuat, dengan harapan agar dapat menjadi panutan untuk perhimpunan lain. Sosialisasi mengenai etik juga harus ditingkatkan intensitasnya, jika perlu dilakukan program pembinaan SpKK yang terkait masalah etik. Pelanggaran etik dan disiplin profesi dapat menjadi pintu masuk bagi pelanggaran hukum. Untuk mencapai tujuan di atas membutuhkan kerjasama dari semua pihak. Bandung, 26 Agustus 2014, bertempat di Boardroom Trans Luxury Hotel tengah dilaksanakan Rapat Kerja UKPP-DPP oleh PERDOSKI sebagai rangkaian acara dari KONAS XIV-Bandung.

Transcript of UKPP Melaraskan Etika dan Displin...

Page 1: UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteranperdoski.or.id/doc/news/public/44/Perdoski_Edisi_2.pdfkonsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang

Halaman 2 Perkembangan Kesehatan Kulit Terkini dari MancanegaraHalaman 3 Gelegar KONAS XIV PERDOSKI 2014

Halaman 4 Mengenyam Bekal Kesehatan Kulit dan Kelamin

26-29 Agustus 2014Grand Ballroom, Trans Luxury Hotel

Bandung

Edisi 2

KONAS XIV PERDOSKI BANDUNG 2014

Layaknya bidang profesi dokter lainnya, tidak banyak ditemukan perbedaan yang berarti dalam praktik Spesialis Kulit dan Kelamin (SpKK). SpKK cenderung menggunakan teknologi yang tinggi. Sasaran dari SpKK adalah pasien kelas menengah yang juga mengerti hukum yang berlaku.

Dalam menjalankan profesi sebagai SpKK, komunikasi terhadap pasien juga menjadi masalah yang tidak kalah penting. Karena dalam setiap penanganan pasien penyakit kulit atau kelamin banyak intervensi yang dilakukan SpKK, maka komunikasi dengan pasien harus selalu berjalan dengan baik dan senantiasa memperhatikan kepentingan kesehatan pasien. Selalu diupayakan agar dokter tidak berkesan mengedepankan biaya dan tindakan ingin cepat selesai. Tidak terjalinnya komunikasi yang baik sering menjadi dasar pelanggaran disiplin. Dalam pelanggaran praktik dokter. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran (MKDKI) bertanggung jawab memberikan konsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang tidak sesuai dengan kode etik kedokteran misalnya dokter memberikan resep obat bukan atas indikasi melainkan karena adanya ikatan khusus denga nperusahaan obat, menolak pasien dengan kasus kusta, miskin, dan kondisi lainnya.

UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteran

Pada rapat kerja ini dispensing obat oleh dokter juga diungkit sebagai salah satu hal yang melanggar hukum sebagaimana ditentukan oleh PP No. 51/2009. SpKK yang tertangkap mengedarkan krim atau kosmetik racikan sendiri tanpa memiliki izin edar dapat dikenakan UU No. 36 / 2009 Pasal 106, dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun dengan denda 15 miliar rupiah.

Oleh karena rentannya pelanggaran disiplin yang dapat dilakukan oleh dokter SpKK, maka untuk melindungi masyarakat PERDOSKI patut melakukan pemantauan intensif.

Selain itu dalam rapat ini PERDOSKI berikrar untuk selalu aktig mengingatkan dan membantu anggota yang bermasalah. Sebagai salah satu upayanya mereka menganut sistem dan filosofi Bad Apple Theory untuk mengeluarkan praktisi yang buruk sedini mungkin. Kampanye “Bebas Pelanggaran Etik” juga harus diperkuat, dengan harapan agar dapat menjadi panutan untuk perhimpunan lain. Sosialisasi mengenai etik juga harus ditingkatkan intensitasnya, jika perlu dilakukan program pembinaan SpKK yang terkait masalah etik. Pelanggaran etik dan disiplin profesi dapat menjadi pintu masuk bagi pelanggaran hukum. Untuk mencapai tujuan di atas membutuhkan kerjasama dari semua pihak.

Bandung, 26 Agustus 2014, bertempat di Boardroom Trans Luxury Hotel tengah dilaksanakan Rapat Kerja UKPP-DPP oleh PERDOSKI sebagai rangkaian acara dari KONAS XIV-Bandung.

Page 2: UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteranperdoski.or.id/doc/news/public/44/Perdoski_Edisi_2.pdfkonsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang

Sebagai kegiatan pengisi hari kedua KONAS PERDOSKI XIV, tiga agenda simposium yang menghadirkan pembicara dari mancanegara diadakan secara paralel. Salah satu topik di dalam simposium pertama disampaikan oleh dr. Anuj Walia asal India . Dengan topik “Prevention of herpes zoster with vaccination”, beliau mengemukakan bahwa ZOSTAVAXTM (vaksin zoster hidup produksi Oka/Merck) sudah menjadi rekomendasi banyak negara di dunia untuk mengurangi insiden, derajat keparahan, bahkan komplikasi dari herpes zoster. Vaksin tersebut telah terbukti dapat meningkatkan imunitas seluler spesifik terhadap virus varisela-zoster sehingga melindungi tubuh terhadap serangan herpes zoster dan komplikasinya. Berbagai indikasi vaksin yang terbukti aman ini diantaranya untuk mencegah herpes zoster dan neuralgia pascaherpetik serta mengurangi nyeri akut maupun kronik yang berkaitan dengan herpes zoster. Namun, vaksinasi sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat reaksi anafilaktik terhadap gelatin, neomisin, atau komponen lain dari vaksin, imunodefisiensi atau imunosupresi, tuberkulosis aktif yang tidak menjalankan pengobatan, serta wanita hamil.

Selain pemaparan bukti terbaru mengenai vaksin herpes zoster, dr Victor Georgesen dari Perancis tidak kalah dalam memaparkan kemampuannya di bidang kosmetik. Dalam materinya yang berjudul “Laser in Vascular Problems”, Victor mengulas tentang kosmetik steril yang terdiri dari

Perkembangan Kesehatan Kulit Terkini dari Mancanegara

alergi, bahan pengawet, dan mikrobiom, teknologi di balik kosmetik steril, serta perkembangan kosmetik steril pada masa yang akan datang. Kosmetik steril merupakan proses yang unik sebagai kosmetik bebas zat pengawet dengan tingkat toleransi yang optimal. Hal ini lahir melalui tiga proses yaitu produksi, pengemasan, serta penggunaan yang steril.

Sesi ketiga dengan topik “Immunotherapy for Acne Vulgaris” dibawakan oleh dr. Hari Sukanto, SpKK dari Indonesia. Sebelumnya, acne vulgaris ditangani dengan antibiotik. Sayangnya, antibiotik kerap kali tumbuh resisten sehingga sukar untuk diobati. Oleh karena itu sebuah vaksin auto dengan menggunakan P. acne inaktif dikembangkan pada tahun 1970. Dunia penelitian berkembang begitu pesat sehingga pada tahun 2011 sebuah vaksinasi dari tikus dengan menggunakan faktor cAMP digarap guna mengatasi acne. Vaksin dengan patogen yang telah mati ternyata memiliki respon imun yang tidak spesifik sehingga dapat mengganggu keseimbangan mikroflora kulit. Sementara itu, vaksin dengan menggunakan antibodi spesifik P. acne memiliki beberapa keunggulan yaitu pada inflamasi acne berulang yang parah dan dalam rangka mengatasi resistensi antibiotik terhadap jenis P. acne. Hal ini tentu membuka beberapa peluang penelitian imunoterapi untuk acne vulgaris di masa yang akan datang.

Para pembicara pada sesi diskusi Simposium 2: Controversies in cutaneous laser surgery. Dari kiri ke kanan: dr. Uddhav A. Patil, MS, MCh; dr. R. W. Nanda Dewi, SpKK; dr. Aryani Sudharmono SpKK (K); dr. David Sudarto Oeria, SpKK ; dan Dr. Victor Georgescu, MD

Page 3: UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteranperdoski.or.id/doc/news/public/44/Perdoski_Edisi_2.pdfkonsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang

Ketua Panitia KONAS XIV PERDOSKI 2014Prof. Dr. Endang Sutedja, dr., SpKK(K), FINS-DV, FAADV

Wakil Ketua Panitia KONAS XIV PERDOSKI 2014Inne Arline Diana, dr., SpKK(K), FINS-DV, FAADV

Ketua Umum PP PERDOSKISyarief Hidayat, dr., SpKK, FINS-DV, FAADV

Gelegar KONAS XIV PERDOSKI 2014 Sebanyak 1600 peserta yang terdiri dari kelompok dokter umum, dokter spesialis, serta dokter program PPDS kulit dan kelamin turut memeriahkan KONAS XIV PERDOSKI 2014. Berbagai rangkaian acara disusun dengan sedemikian rupa sebagai upacara pembuka pada 27 Agustus 2014 Grand Ballroom Trans Luxury Hotel, Bandung. Sebagai Grand Entree tamu undangan pun berhasil dibuat terpukau oleh Tarian Merak dari Jawa Barat mengiringi jalan masuk mereka ke dalam Ballroom. Tak lupa pula dilantunkan lagu Indonesia Raya dan Hymne PERDOKSI secara bersama sebagai simbol pengabdian kepada bangsa.

Kata sambutan secara beruntun dilontarkan seiring dengan berjalannya acaea pembukaan ini. Diawali dengan sambutan singkat oleh Ketua Panitia KONAS XIV PERDOSKI 2014, yaitu Prof. Dr. dr. Endang Sutedja, SpKK(K), FINS-DV, FAADV dan dilanjutkan dengan sambutan dr. Syarief Hidayat, SpKK, FINS-DV, FAADV selaku Ketua Umum PP PERDOSKI. Terakhir, sambutan diberikan oleh perwakilan Gubernur Jawa Barat, Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si.

Rangkaian kata sambutan tadi ditutup dengan pemberian materi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, dr. Supriyantoro, SpP, MARS, guna membakar semangat kinerja anggota PERDOSKI ke depannya. Puncak acara pagi itu ditandai oleh bahana suara gong sebagai markah diresmikannya KONAS XIV PERDOKSI oleh dr. Supriyantoro.

Semarak pembukaan KONAS PERDOSKI 2014 ternyata berlanjut hingga malam hari. Dengan diadakannya agenda Penganugrahan FINS-DV dan Malam Keakraban PERDOSKI kongres nasional tersebut kerap menjunjung kemegahannya. Sebanyak 51 dokter spesialis kulit dan kelamin dianugrahi gelar FINS-DV dan tiga anggota PERDOSKI lainnya mendapatkan gelar FINS-DV dan lencana Satyabhakti.

Malam Keakraban PERDOSKI rupanya mampu mencairkan suasana acara yang terbilang serius ini. Bermula dari pembukaan dengan alunan harmoni oleh Vocal Group “Ultraviolet” yang merupakan alumni Universitas Padjajaran. Adapula pengumuman Doorprize yang dengan apik disiapkan sebagai bumbu pada agenda malam itu. Seiring dengan berjalannya malam seluruh peserta kian hanyut dalam kemeriahan penampilan tari salsa yang khas dengan alunan musik lincahnya.

Page 4: UKPP Melaraskan Etika dan Displin Kedokteranperdoski.or.id/doc/news/public/44/Perdoski_Edisi_2.pdfkonsekuensi untuk setiap pelanggaran yang terjadi. Beberapa contoh tindak medis yang

KONAS XIV PERDOSKI BANDUNG 2014

Editor in Chief dr. Hanny Nilasari, SpKK(K)Pemimpin Redaksi Fidinny Izzaturahmi Hamid

Penulis Ferry Liwang, Elva Kumalasari, Raymond SuryaPemimpin Produksi Andreas Michael

Fotografer Fahmi Kurniawan, Wilton Wylie IskandarProject Management Media Aesculapius

Email [email protected]

Sekali lagi KONAS XIV PERDOSKI turut mencerdaskan para pesertanya. Kali ini melalui agenda Plenary Lectures pada pagi 27 Agustus 2014 sejumlah narasumber terkemuka dari dalam negeri maupun mancanegara dengan antusias membahas berbagai isu terhangat di bidang dermatologi.

Topik pertama yang bertajuk “Regulatory, practical, ethical issues, and patient’s safety in dermatology and venereology” diutarakan oleh dr. M. Nasser, SpKK, D.Law. Beliau menekankan bahwa banyak sekali dokter spesialis kulit dan kelamin yang melakukan pelanggaran disiplin seperti; berkomunikasi buruk dengan pasien, bekerja tanpa kompetensi, praktik tidak sesuai standar operasional, melakukan tindakan medis dan bukan atas kepentingan kesehatan pasien. Tentu semua pelanggaran tersebut akan ditindaklanjuti sesuai dengan hukum yang berlaku.

Agenda Plenary Lectures dilanjutkan dengan pembahasan topik “Controversies in dermatology: now and beyond” yang disampaikan oleh Prof. Torten Zuberbier, M.D. dari Jerman. Didalamnya diutarakan bahwa konsep inflamasi persisten tengah dikembangkan sebagai pengendali berbagi penyakit dermatologi yang diduga memiliki efek sistemik. Selain itu, patofisiologi penakit kulit menunjukkan bahwa fenotipe yang sama dari suatu penyakit kulit memiliki varian yang tinggi dalam basis molekuler.

Dermatitis atopik sebagai penyakit kulit berprevalensi tinggi menjadi topik pembahasan selanjutnya. Rupanya sistem imun yang tidak normal dan disfungsi pertahanan mukokutan berperan besar dalam patogenesis dermatitis atopik. Pembahasan ini diulas oleh Ogawa Hideoki, M.D., Ph.D. dari Jepang dengan topik materinya yang berjudul “Correlation between environmental factors and atopic dermatitis.”

Untuk menutup sesi Plenary Lectures, Prof. Dr. dr. Tony S. Djajakusumah, SpKK(K), FINS-DV, FAADV dengan semangat menyampaikan materinya, “The role of dermatovenereologists in STI/HIV prevention and control.” Rupanya dibalik turunnya prevalensi infeksi, upaya kesehatan masyarakat Indonesia jauh tertinggal di belakang Negara Asia Selatan dan Tenggara. Eratnya keterkaitan HIV dengan kulit telah mengangkat topik ini hingga menjadi pusat perhatian dokter spesialis kulit dan kelamin di seluruh dunia.

Mengenyam Bekal Kesehatan Kulit dan

Kelamin

Prof. Torsten Zuberbier, MD mempresentasikan “Controversies in dermatology: now and beyond” pada Plenary Lectures

Malam Keakraban PERDOSKI dan Penganugerahan FINS-DV Uddhav A. Patil saat menjawab pertanyaan dari peserta