UKBM BIN-3.9/4.9/1/9 - · PDF file1. Contoh Teks Debat 1. Teks 1 : Bahasa Inggris Sebagai Alat...

18
UKBM BIN-3.9/4.9/1/9 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG BAHASA INDONESIA

Transcript of UKBM BIN-3.9/4.9/1/9 - · PDF file1. Contoh Teks Debat 1. Teks 1 : Bahasa Inggris Sebagai Alat...

UKBM

BIN-3.9/4.9/1/9

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

BAHASA INDONESIA

3.9 Mengidentifikasi butir butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) nonfiksi (C4:menganalisi)

4.9 Menyusun ringkasan dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan ikhtisar dari satu novel yang dibaca

3.9.1 Mengidentifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi dan fiksi (C4: menganalisis) 3.9.2 Merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting (C6: menciptakan)

4.9.1 Menyusun ringkasandan atau ikhtisar dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan fiksi 4.9.2 Menyimpulkan hasil ringkasan dan atau ikhtisar

UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.9/4.9/1/9

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Alokasi Waktu

MENYELAMI BUKU NONFIKSI SEMESTER GANJIL

Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, analisis, penugasan, dan peserta didik dapat merumuskan batasan ringkasan dan ikhtisar, mengidentifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi dan fiksi, merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting, meyusun ringkasan/ihtisar daru buku nonfiksi dan fiksi dengan rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, toleran, santun, dan pro-aktif selama proses pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi

RINGKASAN IKHTISAR

4 x 45 menit (180 menit)

1. Contoh Teks Debat 1. Teks 1 : Bahasa Inggris Sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi (BTP Bahasa

Indonesia Kelas X halaman 176 s.d. 177) 2. Teks 2 : Penyerapan Kosa Kata Bahasa Asing Bukti Ketidakmampuan Bahasa Indonesia

dalam Interaksi dengan Bahasa Lain (BTP Bahasa Indonesia Kelas X halaman 179 s.d. 182)

3. Teks 3 : Apakah Ponsel Berbahaya (BTP Bahasa Indonesia Kelas X halaman 195 s.d. 198)

2. Pengertian dan Unsur-unsur Debat 3. Prosedur Menyusun Teks Debat

RIN

GK

ASA

N/I

KH

TISA

R Mengidentifikasi butir

butir penting buku nonfiksi dan fiksi

Mengidentifikasi butir butir penting buku nonfiksi dan fiksi

Merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting buku nonfiksi dan fiksi

Menyusun ringkasan dari dua buku nonfiksi

Menyusun ringkasan dan atau ikhtisar dari buku nonfiksi

Menyimpulkan hasil ringkasan dan ikhtisar

Materi Pembelajaran

Peta Konsep

Sering informasi dalam sebuah buku kurang bisa diserap dengan saksama karena bisa jadi

cara penyampain sebuah informasi itu terlalu panjang, sebagaian dari kita dituntut pandai

membuat bentukan yang umum itu menjadi sempit tapi tetap mewakili isi, misalnya informasi

dalam sebuah artikel, jurnal ilmiah, laporan hasil observasi, teks eksposisi yang semua itu

merupakan contoh buku nonfiksi. Sedangkan novel, cerpen, dan karya prosa lama maupun baru

yang merupakan kategori fiksi.

Sebelum mempelajari materi ini, silakan kalian membaca contoh artikel di bawah ini, untuk belajar mengidentifikasi butir butir penting buku!

1. Contoh Nonfiksi 1

TEORI SASTRA

I. Pendahuluan

Mempelajari konsep-konsep dasar sastra merupakan kegiatan awal atau pengalaman belajar awal

dalam mata kuliah Teori Sastra. Pembelajaran ini merupakan pembuka jalan untuk memahami bidang

studi sastra dalam rangka mencapai kemampuan apresiasi sastra. Sebagai mata kuliah prasyarat

kompetensi Anda di bidang ini menentukan keikutsertaan dan keberhasilan Anda pada program-program

pembelajaran sastra selanjutnya. Selain itu, kompetensi menguasai pengertian sastra merupakan bagian

bidang ilmu yang harus Anda miliki karena merupakan bahan ajar di lapangan kerja.

Program pembelajaran ini merupakan bagian dari standar kompetensi; ”mampu mendefinisikan

konsep-konsep dasar sastra dan studi sastra. Pembelajaran ini mencakup: pengertian sastra secara

etimologi, secara historis, dan definisi sastra yang dikemukakan para ahli, hakikat sastra, kaidah sastra, dan

nilai atau kegunaan sastra.

II. Konsep-konsep Dasar Sastra

2.1 Definisi Sastra menurut Para Ahli

Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli . Pada dasarnya, definisi

tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kat dan bahasa yang

berbeda.Walaupun usaha mendefinisikan sastra sudah dilakukan oleh banyak ahli , batasan yang

tepat mengenai sastra itu belum dapat dirumuskan. Batasan-batasan yang ada seringkali hanya

didasarkan pads aspek-aspek tertentu sehingga masih terdapat kemungkinan untuk disanggah atau

dipertanyakan. Hal tersebut disebabkan adanya celah-celah kelemahan atau terlalu longgarnya

batasan-batasan yang ada.

Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan

Bacalah dengan

saksama

Secara intuitif, memang kita mengetahui apa yang disebut sastra itu. Namun, deskripsi dari

pengertian yang ada pada pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat yang

tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan intuisi tersebut biasanya banyak

gejala yang luput dari kalimat yang kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja masih banyak

perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan ,

memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Padahal

dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu), sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini

kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadilah susastra yang bermakna

tulisan yang indah.

Pengertian sastra yang didasarkan pada makna kata di atas, tentu tidak dapat

menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. Hal tersebut misalnya dapat dibandingkan

dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa-bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih

melingkupi makna sastra tersebut. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature, Perancis

litterature, Jerman literatur, dan Belanda letterkunde. Secara etimologis, katakata tersebut berasal

dari bahasa Latin yaitu litterature yang merupakan terjemahan dari kata grammatika yang

mengandung makna tats bahasa dan puisi. Namur kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal

saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Padahal jika kits

simak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam

pengertian karya fiksi.

Seperti diketahui bahwa bentuk-bentuk tulisan pada umumnya yang tidak mengandung

unsur estetika bahasa, estetika isi, imajinasi tidak dapat dikategorikan sebagai karya sastra. Dengan

demikian, referensi makna yang didasarkan pada referensi harfiah dari pengertian sastra tidak

dapat dipakai sebagai perwujudan pengertian sastra itu sendiri. Jika sampai saat ini banyak

pendapat yang mengungkapkan batasan bahwa sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik,

bukan berarti bahwa pandangan tersebut dapat menjabarkan pengertian sastra secara tuntas. Banyak

hal yang merupakan bagian dari sastra belum terangkum. Secara mendasar, suatu teks sastra

setidaknya harus mengandung tiga aspek utama yaitu,decore (memberikan sesuatu kepada

pembaca), delectare (memberikan kenikmatan (mampu menggerakkan kreativitas pembaca).

Kriteria dasar di atas, tentu saja masih harus dijabarkan lebih lanjut pada bagian-bagian yang

lebih khusus. Karena mendefinisikan sastra tidak hanya sekedar mengurai maknanya secara harfiah

spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain, dan mempunyai

koherensi antara unsur-unsurnya. Kreativitas dan spontanitas merupakan dasar definisi jaman

romantik. Tokoh-tokoh Romantik seperti Sartre, Coleridge ataupun Roland Barthes merupakan

pendukung bahwa sastra memang tidak lepas dari kreasi, ekspresi, otonomi, koherensi, dan sintesis,

di samping makna yang tidak terhingga. Sebaliknya, kaum formalis, lebih menitikberatkan pada

masalah sintaktik dan grafik. Fungsi puitiklah yang dianggap dominan yang tertuang dalam struktur

sintaktiknya. Tokoh formalis seperti Mukarovsky, EE Cummings, Sjklovski, Tolstoj selalu berpangkal

bahwa unsur puitik yang terefleksi mulai aspek foregrounding merupakan faktor utama. Unsur-unsur

tersebut, misalnya, berupa ekuivalensi dan juga penyimpangan struktur-struktur bahasa yang lazim

dipakai. Dari sinilah teks sastra ditentukan kualitasnya dan kekhasannya yang istimewa.

Merumuskan pengertian sastra secara utuh memang sangat sulit. Karena seperti yang

diutarakan oleh Mukarovsky di atas bahwa umumnya definisi yang ada hanya bersifat arsial. Namun

demikian, berdasaran definisi historik di atas, paling tidak secara global dapat dirumuskan bahwa

sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang. spontan

yang mampu mengungkapan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Estetika bahasa biasanya , diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function (surface structure)

sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure.

Mursal Esten menyatakan "sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan

dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat)

melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan

manusia (kemanusiaan)" (1978 : 9). Kemudian dikatakan pula bahwa sastra. adalah

suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan

kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1988 : 8). Panuti

Sudjiman mendefinisikan sastra sebagai "karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri

keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya" (1986

: 68). Selain itu, Ahmad Badrun berpendapat bahwa "Kesusastraan adalah kegiatan seni yang

mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat

imajinatif" (1983 : 16). Menurut Engleton (1988 : 4), sastra yang disebutnya "karya

tulisan yang halus" (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam

berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan

diterbalikkan, dijadikan ganjil.

Keempat definisi di atas berangkat dari dasar pengertian yang sama walaupun

diungkapkan dengan kalimat dan bahasa yang berbeda. Selain itu, antara satu definisi dengan

definisi yang lain saling melengkapi. Oleh sebab itu, apabila diminta kepada Anda tentang

pengertian sastra sebaiknya Anda memberikan rumusan Anda sendiri yang berdasarkan pada

pendapat para ahli di atas. Ada satu formula yang diberikan oleh Merrill ( 1983 ) untuk

membuat definisi, yaitu: tuliskan nama konsep, tulis kelas superordinat, sebutkan.

2.2 Hakikat Sastra

Pengertian sastra yang dikemukakan para ahli di atas, memberikan gambaran bagi kita

tentang hakikat sastra itu. Dikemukakan oleh M.Atar Semi (1988:18-19), bahwa ada tiga

hakikat sastra, yaitu: sastra menggunakan bahasa, 2) sastra terkait dengan berbagai cabang

ilmu dan 3) sastra didukung oleh cerita. Secara singkat, ketiga hakikat sastra tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut ini.

Sebagai suatu hasil karya seni kreatif sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan

karya seni yang lain. Karya sastra bagi pengarang merupakan suatu jalan untuk mengemukakan

ide, pikiran, atau perasaannya. Pengungkapan semua hal di atas menggunakan alat, sarana, atau

media penyampai berupa bahasa, sebagaimana pelukis menggunakan cat dan pematung

menggunakan kayu atau batu. Namun demikian, ada satu hal yang harus diingat, bahwa bahasa

yang digunakan para sastrawan walaupun pada mulanya berasal dari bahasa yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam proses kreativitasnya bahasa tersebut ikut

mengalami pengolahan, sehingga tidak sama lagi dengan bahasa komunikasi sehari-hari. Biasa

dikatakan bahasa sastra itu bermakna konotatif atau ambigu. Bahasa sastra tidak selalu dapat

diartikan secara harfiah atau menurut arti kata yang ada dalam kamus. Hal ini pun

menimbulkan sifat khas sastra yang bersifat tidak komunikatif praktis.

Sastra pada hakikatnya berkaitan dengan berbagai cabang ilmu. Hakikat sastra ini dapat

kita jelaskan dari sudut pengarang, pembaca, atau dari sudut karya sastra itu sendiri.Seorang

sastrawan yang akan mencipta sastra sangatlah dituntut memiliki kompetensi bahasa. Hal inilah

yang memungkinkan ide, gagasan, atau perasaan yang akan diungkapkan dapat disampaikan.

Kompetensi dimaksud bukan hanya sekedar mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku atau

memahami sistem yang ada pada suatu bahasa. Sastrawan dituntut lebih dari itu. Sastrawan

sangat dituntut mampu mengolah bahasa yang akan digunakannya itu secara kreatif sehingga

menimbulkan daya pesona bagi pembacanya. Selain itu, ide atau gagasan dan juga perasaan

yang akan diungkapkan itu merupakan pengalaman batin sastrawan yang telah melalui proses

yang melibatkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan menghendaki pula wawasan yang

luas. Banyak pelaku seni sastra yang melakukan studi mendalam tentang objek yang sedang

digarapnya. Misalnya, penulis novel Gajah Mada merasa perlu mengadakan perjalanan dan

mengunjungi Singapura untuk mendapatkan pemahaman atau gambaran tentang luasnya

daerah ekspansi Gajah Mada di Kerajaan Maja Pahit ( Kick andy, Metro TV, Januari, akhir

Desember 2007). Cornelia Agata, artis yang memerankan tokoh dokter jiwa dalam drama

Kenapa Leonardo? yang diproduksi Teater Koma melakukan studi dengan membaca ilmu

psikoanalisa, Sigmun Frud ( Show Biz on Location, 11 Januari,2008 ).

Demikian juga dengan penikmat karya sastra, yang tidak cukup hanya menguasai ilmu

bahasa saja. Tak jarang seorang pembaca dituntut memiliki ilmu dan wawasan yang luas agar

dapat memberikan makna yang sempurna terhadap karya sastra yang dinikmatinya. Hal ini

semakin terasa pentingnya apabila aspek kehidupan yang digarap pengarang sangat berjauhan

dengan kehidupan pembaca tersebut. Misalnya, seorang pembaca dengan latar belakang budaya

Minangkabau akan merasa sulit saat berhadapan dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk yang

berlatarbelakang kebudayaan Jawa tersebut. Pembaca ini tentu harus memahami dahulu aspek

kebudayaan Jawa yang dikemukakan pengarang itu.

Suatu karya sastra tidak hanya sarat dengan estetika bahasa dan kesastraan saja, tetapi

sarat pula dengan berbagai aspek kehidupan yang lain. Seluruh aspek kehidupan manusia akan

ditemukan dalam karya sastra. Demikianlah gambaran keterkaitan sastra dengan berbagai

cabang ilmu.

Suatu saat seorang sastrawan ingin mengemukakan sesuatu. Akan tetapi hal itu sangat

rumit untuk diutarakan. Kalau ia mengungkapkan dengan begitu saja, dikhawatirkan pembaca

akan sulit menangkap maksudnya dan tentu saja karyanya itu akan sama saja dengan tulisan

yang berbentuk laporan biasa. Dalam situasi seperti ini, sering sastrawan memulianya dengan

cerita. Dengan demikian, pengarang lebih mudah mengemukakan gagasannya dan pembaca pun

lebih senang menerimanya.

Selain hal di atas, Rene Wellek dan Austin Warren (1989) mengemukakan sifat imajinatif

sebagai hakikat sastra. Maksudnya pengalaman atau peristiwa yang disampaikan sastrawan

dalam karyanya bukanlah pengalaman atau peristiwa yang sesungguhnya, sebagaimana yang

terdapat dalam realitas objektif. Kendatipun demikian, pengalam dan peristiwa itu telah

mengalami proses pengolaahn dengan menggunakan daya imajinasi atau daya khayal

sastrawan.

2. Contoh Nonfiksi 2

Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan

redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu.

Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan

pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas

permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca.

Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari

segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang

menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk

rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana

juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang

mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan

atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

Tajuk rencana adalah karangan pokok dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tajuk

rencana berbeda dengan berita. Biasanya berita disusun dari hasil reportase wartawan. Oleh

karena itu, berita aktual biasanya diletakkan dihalaman depan atau disajikan sebagai head line

(berita utama) surat kabar. Dalam tajuk rencana berita yang disampaikan sudah diberi ulasan.

Oleh karena itu, tajuk rencana tidak diletakkan di halaman pertama, tetapi di halaman 2 atau 4.

Setiap paragraf dalam sebuah tajuk rencana mengandung gagasan pokok dan gagasan penjelas.

Bahkan, ada juga paragraf yang seluruh kalimatnya merupakan gagasan utama. Gagasan pokok

atau gagasan utama adalah kalimat yang menjadi inti atau isi pokok sebuah paragraf. Gagasan

penjelas atau kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan gagasan utama.

Ciri-ciri

1. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan

2. Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat

3. Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita

tersebut memberi dampak kepada nasional

4. Tertuang pikiran subjektif redaksi

Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam tajuk utama

1. Judul

2. Latar Belakang Masalah

3. Tokoh

4. Masalah

5. Peristiwa yang Disampaikan

6. Opini Penulis

7. Saran dan Solusi Permasalahan

8. Kesimpulan

9. Sumber Berita

10. Anggota Redaksi

Di dalam sebuah tajuk rencana terdapat pernyataan yang berupa fakta dan opini.

1. Fakta adalah sesuatu yang benar-banar terjadi. Setiap orang akan memiliki kesamaan dalam

pengamatan suatu fakta.

2. Pendapat orang tidak sama dalam memandang sebuah masalah. Pendapat atau opini adalah

perkiraan, pikiran, atau tanggapan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Pendapat

yang dikeluarkan selalu bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki.

Perbedaan sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki oleh penulis tajuk rencana

menyebabkan adanya perbedaan dalam keberpihakan.

Cara menentukan opini tajuk rencana dalam soal UN tidaklah sulit.

Pertama, pahami bahwa opini tajuk rencana terletak di bagian akhir paragraf. Bagian akhir di

sini maksudnya, bisa dua atau tiga kalimat terakhir dari parapraf soal. Satu kalimat terakhir pun

kadang bisa juga.

Ciri dari opini tajuk rencana adalah ia merupakan solusi (jalan keluar) dari masalah yang

dibahas di awal.

Membedakan Fakta dan Opini pada Tajuk Rencana Atau Editorial Dengan Membaca Intensif

Indikator:

• Menemukan fakta dan opini penulis tajuk rencana atau editorial;

• Membedakan fakta dengan opini;

• Mengungkapkan isi tajuk rencana/editorial .

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan

tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk

menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (1990:35) mengutip

pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti,

serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah

membaca dengan pemahaman.

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai

institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal (luar biasa), atau kontroversial

(perdebatan) yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan

mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Tajuk rencana mempunyai sifat:

1. Krusial (genting/gawat) dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya

bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan

(monthly).

2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik,

ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung

jenis liputan medianya.

3. Anonim (tanpa identitas/tanpa mencantumkan nama penulis)

Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan

nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah

pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi, proses sebelum

penulisan tajuk rencana terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin

redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk

menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di

masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Ada 2 jenis tajuk rencana berdasarkan golongan/sifat:

Tajuk rencana golongan pers menengah ke atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas

memiliki ciri-cirinya:

a. Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan)

b. Normatif (menurut aturan yang berlaku)

c. Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu, tradisi)

d. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.

Tajuk rencana dari golongan pers tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya.

Ciri-cirinya:

a. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan)

b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)

c. Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan)

d. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis

Pengertian fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Ciri-ciri fakta:

1. Benar-benar terjadi;

2. Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas;

3. Diperkuat dengan angka-angka.

Jenis fakta

a. Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang.

Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang

nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.

Contoh:

1) Matahari terbit di sebelah Timur.

2) Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.

3) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya.

4) Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.

b. Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail.

Contoh:

1) Pak Yayan makan bakso.

2) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda

Surabaya kemarin siang.

3) Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena razia

kemarin pagi.

Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya

masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata,

menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya, maka kalimat tersebut

berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini

umum.

Ciri-ciri opini:

1. Belum terjadi (baru rencana);

2. Berupa pendapat;

3. Bersifat subjektif;

4. Keterangannya belum jelas.

Jenis opini

1. Opini perorangan (subjektif) : pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang

tertentu saja.

Contoh:

• Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta jiwa.

• Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali.

• Sepertinya jalanan ini akan banjir.

2. Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak umum).

Contoh:

• Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri.

• Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban.

• Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.

3. Contoh fiksi

Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silakan kalian lanjutkan ke kegiatan berikut dan

ikuti petunjuk yang ada dalam UKB ini.

1. Petunjuk Umum UKB

a. Baca dan pahami isi dari contoh buku nonfiksi dan fiksi

b. Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berpikir tinggi

melalui tugas-tugas yang terdapat pada UKB ini baik bekerja sendiri maupun

bersama teman sebangku atau teman lainnya.

c. Kerjakan UKB ini dibuku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang telah

disediakan.

d. Kalian dapat belajar bertahap dan berlanjut melalui kegitan ayo berlatih,

apabila kalian yalin sudah paham dan mampu menyelesaikan permasalahan-

permasalahan dalam kegiatan belajar 1, 2, dan 3 kalian boleh sendiri atau

mengajak teman lain yang sudah siap untuk mengikuti tes formatif agar kalian

dapat belajar ke UKB berikutnya.

b. Kegiatan Inti

2. Kegiatan Belajar

Ayo … … ikuti kegiatan belajar berikut dengan penuh kesabaran dan konsentrasi!!!

Bacalah contoh artikel ilmiah tersebuta diatas dan jawablah pertanyaan pertanyaan berikut!

No Pertanyaan Jawab

1 Mengapa contoh artikel yang berjudul Teori Sastra termasuk termasuk nonfiksi?

2 Hal apa yang dibicarakan?

3 Apakah Anda sudah mendata butir butir penting yang dibicarakan pada artikel tersebut? Paparkan dalam bentuk point point!

Ayoo berlatih!

1. Berdasarkan hasil membaca, tulislah tata cara identifikasi butir butir penting!

2. Berikutnya susunlah dalam bentuk ringkasan apa yang telah Anda baca!

Setelah kalian belajar tentang identifikasi butir butir penting buku nonfiksi dan fiksi,

rumuskanlah tatacara identifikasi dengan tepat sesuai urutan, sertakan penjelasan yang tepat!

Kegiatan Belajar 1

Kegiatan Belajar 2

Sebelum kalian menyusun ringkasan dan ikhtisar, hal pertama yang harus dipahami adalah pembeda dari istilah tersebut, yakni ringkasan dan ikhtisar dapat dilihat dari proses pembuatan dan cara penulisan. Ringkasan perlu menjalanai proses panjang dan cara penulisan bersifat formal. Ikhtisar tidak perlu menjalani proses rumit dan cara penulisan lebih lepas atau bebas. Ayo tetap semangat! Setelah kalian menyelesaikan kegiatan belajar 1 dan 2 lanjutkan untuk mulai menyusun ringkasan dari dua buku nonfiksi dan satu buku fiksi, sesuai contoh teks yang ada pada sub pendahuluan.

No Judul Artikel Ringkasan

1 Teori Sastra

2 Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Setelah Anda menyelesaikan tugas menyusun rangkuman buku nonfiksi, lanjutkan

untuk berlatih menyusun ikhtisar buku fiksi.

Judul buku fiksi boleh seperti yang sudah dicontohkan di atas, tapi boleh juga

mengambil buku fiksi di luar dari contoh!

Kegiatan Belajar 3

Perlu

dipahami

Tetap

Semangat

Ayo berlatih!

No Judul Ikhtisar

Bagaimana kalian sekarang?

Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 1, 2 dan 3, berikut

diberikan babel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari.

Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan materi pada UKB ini di tabel berikut.

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah kalian telah memahami esensi dari identifikasi

butir butir penting dari buku nonfiksi

2. Dapatkan Anda merumuskan tata cara identifikasi

3. Dapatkan Anda menyusun ringkasan 2 buku non fiksi

4. Dapatkah Anda menyusun ikhtisar 1 buku fiksi

5. Dapatkah Anda menyimpulkan perbedaan hasil dari ringkasan dan ikhtisar

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah pelajari

ulang kegiatan belajar 1, 2, atau 3 yang sekiranya perlu kalian ulang dengan bimbingan

Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi!. Dan apabila

kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.

Di mana posisimu?

Ukurlah diri kalian dalam menguasai materi DEBAT dalam rentang 0 – 100, tuliskan ke

dalam kotak yang tersedia.

c. Penutup

Setelah kalian menuliskan penguasaanmu terhadap materi ringkasan dan ikhtisar buku,

lanjutkan kegiatan berikut untuk mengevaluasi penguasaan kalian!

Ayo Cek Penguasaanmu terhadap Materi Ringkasan dan Ikhtisar buku nonfiksi

dan fiksi!

Agar dapat dipastikan bahwa kalian telah menguasi materi ringkasan dan ikhtisar, maka

kerjakan soal berikut secara mandiri di buku kerja kalian masing-masing.

a. Tulislah langkah-langkah identifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi!

b. Tulislah perbedaan antar proses menulis ringkasan dan ikhtisar!

c. Tulislah beberapa contoh judul kategori buku nonfiksi dan fiksi!

Setelah menyelesaikan soal di atas dan mengikuti kegiatan belajar 1, 2, dan 3, silahkan

kalian berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lain jika memang masih ada

beberapa hal yang perlu dikaji ulang.

Ini adalah bagian akhir dari UKB materi ringkasan dan ikhtisar, mintalah tes formatif

kepada Guru kalian sebelum belajar ke UKB berikutnya.

Sukses untuk Anda!!!!