UJIAN PRAKTIKUM - UAS

27
LAPORAN AKHIR UJIAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI PASARAN (TETRASIKLIN/T2) TERHADAP ANTIBIOTIKA STANDAR DENGAN UJI POTENSI TIGA DOSIS Disusun Oleh : AULIA ASSARI (260110080077) LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Transcript of UJIAN PRAKTIKUM - UAS

Page 1: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

LAPORAN AKHIR

UJIAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI

PASARAN (TETRASIKLIN/T2) TERHADAP

ANTIBIOTIKA STANDAR DENGAN UJI POTENSI TIGA

DOSIS

Disusun Oleh :

AULIA ASSARI (260110080077)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

Page 2: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

2010

PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI PASARAN

(TETRASIKLIN/T2) TERHADAP ANTIBIOTIKA STANDAR DENGAN UJI

POTENSI TIGA DOSIS

I. Tujuan

Menentukan besarnya potensi sample antibiotika di pasaran terhadap

antibiotika standar.

II. Prinsip

1. Membandingkan respon, yaitu derajat hambatan pertumbuhan dari

jasad renik yang peka dan sesuai dalam kondisi pertumbuhan yang sama

dari dosis sediaan yang diuji terhadap dosis sediaan baku

2. Baku Pembanding (references standar)

Sebagai baku yang potensinya dinyatakan dalam unit (satuan/milligram)

dari zat kering, telah ditetapkan secara internasional maupun nasional.

3. Biakan mikroorganisme

- harus dipilih dari strain murni

- harus memberi respon bertahap sesuai dengan kenaikan dosis

4. Media pembenihan

- harus dapat mendukung pertumbuhan jasad renik yang

digunakan

- tidak mengandung zat lain yang mengganggu aktivitas baku

5. Pengenceran

Konsentrasi suatu zat akan berkurang setengahnya bila x mL zat

dilarutkan dalam x mL pelarut.

V1N1 = V2N2

Page 3: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

Hasil perkalian normalitas dengan volume senyawa yang semula

digunakan (V1N1) adalah sama dengan hasil akhir senyawa tersebut

setelah pengenceran (V2N2).

III. Teori

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,

yang memiliki khasiat yang mematikan atau menghambat pertumbuhan

kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Antibiotik yang pertama kali ditemukan adalah Penisillin, ditemukan oleh

Alexander Fleming, secara kebetulan saat Alexander Fleming menanamkan

bakteri pada cawan tetapi lupa tidak ditutup. Besoknya diamati, terlihat

adanya organisme asing yang di sekelilingnya ada daerah bening, organisme

asing ini diselidiki, dan ternyata organisme itu adalah Penicillium notatum.

Organisme ini lalu diekstraksi, ditanamkan lagi pada pembenihan yang baru.

Sejak ditemukannya Penisillin oleh Alexander Fleming sampai saat ini sudah

beribu-ribu antibiotika yang ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang dapat

dipakai untuk maksud terapeutik Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan

oleh mikroorganisme-mikroorganisme hidup terutama jamur-jamur dan

bakteri-bakteri tanah yang mempunyai khasiat bakteriostatik atau bakterisid

terhadap banyak bakteri dan beberapa virus besar. Toksisitasnya untuk

tubuh manusia adalah relatif kecil.

Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat

pertumbuhan bakteri.. Antibiotik adalah salah satu kelas "antimikroba",

yaitu kelompok obat yang mencakup termasuk obat antivirus, anti jamur,

dan antiparasit. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia,

sehingga dapat digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya

hanya digunakan untuk formulasi yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi

sekarang antimikroba buatan juga termasuk di dalamnya, seperti

sulfonamida.

Page 4: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun

seperti striknin, antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik

penyakit tanpa melukai tuannya. Individu antibiotik sangat beragam

keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang

membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang

spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi

dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotik yang

dimakan adalah pendekatan yang mudah jika efektif, dan antibiotik melalui

infus dignakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat

digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.Mekanisme kerja

antibiotik umumnya dapat dijelaskan secara terperinci:

a. Menghambat biosintesis dinding sel (penisilin, sefalosporin, sikloserin,

basitrasin).

b. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma (sefalosporin,

sikloserin, basitrasin).

c. Mengganggu sintesis protein normal bakteri (tetrasiklin,

kloramfenikol, eritromisin, novobiosin, antibotika aminoglikosida).

Antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau

permeabilitas membran sel bekerja bakterisid, sedangkan yang bekerja pada

sintesis protein bekerja bakteriostatik.

Dalam farmakope Indonesia dinyatakan bahwa semua potensi adalah

perbandingan dosis sediaan uji dengan dosis larutan standar atau larutan

pembanding yang menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama

pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Aktivitas (potensi) antibiotik

dapat ditunjukkan pada pada kondisi yang sesuai dengan efek daya

hambatannya pada mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga

dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh

metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya

merupakan suatu standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan

Page 5: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

hilangnya aktivitas. Farmakope Indonesia menentukan bahwa potensi

antibiotica standar berkisar antara 95-105%. Namun potensi tersebut dapat

menurun karena kadaluwarsa, penyimpanan yang tidak benar dan terjadinya

penguraian obat yang menghasilkan zat lain yang tidak memiliki efek lagi.

Aktivitas suatu antibiotica dapat dilihat pada dua criteria yaitu MIC dan

besar diameter hambatan. Makin rendah MIC makin kuat potensialnya,

demikian pula makin besar diameter hambatan, makin kuat pula

potensialnya. Namun pada umumnya, antibiotic yang mempunyai potensi

tinggi memiliki MIC yang rendah dan diameter yang besar.

Ada dua metode umum pengujian potensi antibiotica yang dapat

digunakan:

1. Metode penetapan dengan lempeng silinder

Metode ini berdasarkan difusi antibiotika dari silinder yang dipasang

tegak lurus pada lapisan agar dapat dalam cawan petri atau lempeng,

sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhanya pada

daerah berupa lingkaran atau zona disekeliling silinder yang berisi

larutan antibiotika.

2. Metode Turbidimetri

Metode ini berdasarkan hambatan perkembang biakan mikroba

dalam larutan serbasama antibiotika, dalam media cair yang dapat

menumbuhkan microba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotika.

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang

menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba

perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di

ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri

atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi

Page 6: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis

protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA

menjadi ribosom 70S (Jawetz, et. al. 2004).

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah

klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri

dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh

dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin

juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin (Nester, et. al. 1973).

Golongan tetrasiklin terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

a. Kortetrasiklin

b. Oksitetrasiklin

c. Tetrasiklin

d. Demeklosiklin

e. Doksisiklin

f. Minosiklin

Tetrasiklin memiliki struktur dasar seperti yang diperlihatkan di

bawah ini. Bentuk-bentuk radikal terjadi dalam bentuk yang berbeda:

Mekanisme kerja golongan Tetrasiklin

Page 7: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada

ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke

dalam ribosom bakteri gram negatif: pertama yang disebut difusi pasif

melalui kanal hidrofilik, ke dua adalah sistem transport aktif. Setelah

masuk, maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi

masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

Kerjanya bersifat bakteriostatik.

Aktifitas Antimikroba

Tetrasiklin diserap oleh bakteri yang peka dan menghambat

pembentukan protein dengan menghambat pengikatan aminoasil-tRNA

pada unit 30S pada ribosom bakteri. Bakteri resisten tidak dapat

mengkonsentrasikan obat tersebut. Resistensi ini dikendalikan oleh

plasmid yang dapat ditularkan.

Tetrasiklin terutama merupakan obat bakteriostatik. Obat ini

menghambat pertumbuhan bakteri gram-positif dan gram-negatif yang

peka (dihambat oleh 0,1-1 μg/mL) dan merupakan obat pilihan untuk

infeksi yang disebabkan riketsia, klamidia, dan Mycoplasma pneumoniae.

Tetrasiklin digunakan pada pengbatan kolera untuk memperpendek

waktu pengeluaran vibrio, dan pada shigellosis. Tetrasiklin tidak

menghambat jamur dan bahkan dapat merangsang pertumbuhan sel ragi.

Tetrasiklin untuk sementara dapat menekan sebagian flora usus normal,

tetapi dapat timbul superinfeksi, terutama terjadi dengan Pseudomonas,

Proteus, stafilokokus, dan sel ragi yang resisten

Spektrum AntimikrobaTetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri luas yang

meliputi kuman gram positif seperti: B. antrachis, Clostridium tetani, dan

Listeria monocytogenes (sebagai pengganti penisilin), serta kuman gram

negatif seperti: Brucella, Vibrio cholerae, Bordetella pertusis,

Acinetobacter, dan Fusobacterium. Selain itu tetrasiklin juga aktif

Page 8: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela, dan protozoa

tertentu.

Efek Samping

Golongan tetrasiklin menyebabkan pelbagai tingkat gangguan

saluran pencernaan (mual, muntah, diare), ruam kulit, lecet pada selaput

lender, dan demam pada benyak penderita, terutama pada pemberian

yang lama dan dosis tinggi. Tetrasiklin diendapkan pada jaringan tulang

dan gigi, terutama pada janin dan selama 6 tahun pertama kehidupan.

Perubahan warna dan fluoresensi gigi terjadi pada bayi baru lahir bila

tetrasiklin digunakan oleh wanita hamil dalam waktu lama. Pada

kehamilan, kerusakan hati dapat terjadi. Tetrasiklin yang kadaluwarsa

dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Jawetz et. al., 1996).

ResistensiBeberapa spesies kuman , antara lain: E. coli , banyak strain dari

S. aureu, Pseudomonas aeruginosa, Shigella, N. gonorrhoeae, dan

Bacteroides memiliki resistensi terhadap tetrasiklin.

Meskipun demikian, tetrasiklin masih dapat digunakan untuk

pengobatan terhadap infeksi S. aureus dan kelompok Enterokokus,

namun hanya sebagai obat sekunder.

Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang hidup di

permukaan tubuh individu sehat tanpa membahayakan, terutama sekitar

hidung, mulut, alat kelamin, dan rektum. Tetapi ketika kulit kita

mengalami luka atau tusukan, bakteri ini akan masuk melalui luka dan

menyebabkan infeksi. Bakteri ini sering menyebabkan penyakit

permukaan kulit minor, termasuk terbentuknya nanah, bisul pada folikel

rambut. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan bisul,

impetigo, toxic shock syndrome, folliculities, dan infeksi lainnya.

Farmakokinetik dari levofloxacin yang terdapat pada serum dan lepuhan

Page 9: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

cairan kulit (Skin Blister Fluid). Staphylococcus aureus merupakan coccus

gram positif, berbentuk anggur apabila diamati melalui mikroskop.

Biasanya membentuk koloni bulat berwarna kekuningan apabila

dikembangbiakan pada nutrient agar di dalam cawan Petri(Todar, 2007).

Staphylococcus aureus biasa hidup pada kulit, saluran

pernafasan, dan saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menyebabkan

jerawat dan jika terdapat di bawah kulit, dapat menyebabkan abses. Di

rumah sakit, keresistenan Staphylococcus aureus terhadap antibiotik

adalah masalah besar. Beberapa genus Staphylococcus aureus mensekresi

racun dan dapat menyebabkan kematian.(Todar, 2007).

Staphylococcus aureus

Klasifikasi:

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : S. aureus

Page 10: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

IV. Alat dan Bahan

Alat

Cawan petri

Inkubator

Jangka sorong

Lampu spirtus

Mikropipet

Perforator

Pinset

Rak tabung

Spatel

Tabung reaksi

Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml

Bahan

Air suling steril

Larutan desinfektan

Media nutrien agar

Pelarut sediaan uji

Sedia antibiotika standar dan sample (Tetrsiklin / T2)

Suspensi Staphylococcus aureus

V. Prosedur

Disiapkan suspensi bakteri dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam,

bakteri ini harus homogen. Disiapkan pembenihan nutrien agar dengan cara

dilarutkan sejumlah tertentu nutrient agar dalam aquades kemudian

Page 11: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit pada 1210C. Dimasukkan sediaan

uji ke dalam labu ukur, larutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian

ditambahkan air suling steril sampai tanda batas. Jika sediaan uji berbentuk

padat, digerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukkan dalam labu ukur.

Direncanakan pengenceran larutan sample dan larutan standar hingga

didapat variasi dua seri dosis yang diinginkan (dosis tinggi dan dosis rendah).

Dibuat larutan inokulum dengan cara dimasukkan suspensi biakan bakteri ke

dalam nutrien agar yang telah disterilisasi. Dalam keadaan masih cair,

dituangkan nutrien agar yang mengandung suspensi bakteri tersebut

kedalam cawan petri secara aseptis sebanyak 20 ml. Dibiarkan sampai

membeku. Dibagi permukaan dasar cawan menjadi enam area sama besar.

Diberi label masing-masing area tersebut tergantung variasi seri dosis yang

akan digunakan. Dibuat enam cetakan reservoir (lubang) pada masing-

masing cawan petri dengan menggunakan perforator secara aseptis. Dibuat

reservoir tersebut dengan cara membuang agar yang ada dalam cetakan

reservoir tersebut dengan digunakan spatel yang telah disterilkan.

Dimasukkan hasil buangan tersebut ke dalam larutan desifektan yang telah

disediakan. Dimasukkan larutan sampel dan standar pada masing-masing

reservoir sesuai dosis yang ditentukan dengan ,menggunakan mikropipet

secara aseptis. Diinkubasikan dalam ikubator pada suhu kurang lebih 370 c

selama 18-24 jam. Diukur dan dicatat diameter daerah bening (zone lisis)

yang terjadi di sekeliling reservoir yang telah mengandung antibiotika

tersebut dengan menggunakan jangka sorong. Dihitung potensi antibiotik.

Page 12: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

VI. Perhitungan

Konsentrasi Tetrasiklin dalam labu ukur = 250 mg/100 mL

= 2500 μg/1000μL

= 125 μg/50μL

Konsentrasi untuk larutan baku

Dosis Tinggi =40 µg/50 µL

N1 x 50 µL = 40 µg

N1 = 0,8 µg/µL

N1 = 800 µg/mL

2500 µg/mL x 1 mL = 800 µg/mL x V2

V2 = 3,125 mL

Aquadest yang ditambah = 2,125 mL

Dosis Menengah = 20 µg / 50 µL

N1 x 50 µL = 20 µg

N1 = 0,4 µg/µL

N1 = 400 µg/mL

2500 µg/mL x 1 mL = 400 µg/mL x V2

V2 = 2 mL

Aquadest yang ditambah = 1 mL

Dosis Rendah = 10 µg / 50 µL

N1 x 50 µL = 10 µg

N1 = 0,2 µg/µL

N1 = 200 µg/mL

Page 13: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

2500 µg/mL x 1 mL = 200 µg/mL x V2

V2 = 2 mL

Aquadest yang ditambah = 1 mL

Konsentrasi untuk larutan sampel

Dosis Tinggi =40 µg/50 µL

N1 x 50 µL = 40 µg

N1 = 0,8 µg/µL

N1 = 800 µg/mL

2500 µg/mL x 1 mL = 800 µg/mL x V2

V2 = 3,125 mL

Aquadest yang ditambah = 2,125 mL

Dosis Menengah = 20 µg / 50 µL

N1 x 50 µL = 20 µg

N1 = 0,4 µg/µL

N1 = 400 µg/mL

2500 µg/mL x 1 mL = 400 µg/mL x V2

V2 = 2 mL

Aquadest yang ditambah = 1 mL

Dosis Rendah = 10 µg / 50 µL

N1 x 50 µL = 10 µg

N1 = 0,2 µg/µL

N1 = 200 µg/mL

2500 µg/mL x 1 mL = 200 µg/mL x V2

V2 = 2 mL

Aquadest yang ditambah = 1 mL

Page 14: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

VII. Data Pengamatan dan Perhitungan Dosis

Cawan

Petri

Larutan Baku (mm) Larutan Sampel (mm)

Tinggi

(Bt)

Menengah

(Bm)

Rendah

(Br)

Tinggi

(St)

Menengah

(Sm)

Rendah

(Sr)

I 29,2 26,8 26,26 28,54 26,4 25,2

II* - - - - - -

Total 29,2 26,8 26,26 28,54 26,4 25,2

Rata-

rata

29,2 26,8 26,26 28,54 26,4 25,2

*tidak dapat diukur karena tidak ada zona hambatnya.

PERHITUNGAN POTENSI

Log dosis = log (dosis tinggi/dosis menengah)

= log (40 µg/µl /20 µg/µl)

= log 2

= 0,301

log θ=1 /3 ((St+Sm+Sr )−(Bt+Bm+Br ))

1/4 ((St−Sr)+(Bt−Br))log dosis

Log θ = 1/3 ((28,54 + 26,4 + 25,2) – (29,2 + 26,8 + 26,26 )) x 0,301

¼ (( 28,52 + 25,2) + (29,2 – 26,23 ))

Log θ= 4 (80,14 – 82,26) x 0.301

3 (3,34 + 2,97)

log θ = - 0,13462

θ = 0,7334

Page 15: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

Potensi sampel = 0,7334 x 100 %

= 73,30 %

Jadi potensi Tetrasiklin sampel terhadap baku adalah 73,30 %

VIII. PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya potensi

sampel terhadap antibiotika standar. Suatu antibiotika memerlukan

konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai

bakteriostatik atau bakteriosidik. Potensi yang diberikan menurut

farmakope haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak

memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di pasaran.

Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan

potensi antibiotika adalah meode penetapan dengan lempeng silinder,

yaitu menggunakan perforator untuk menguji antibiotika pada media

nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan petri. Potensi dapat

ditentukan dengan mengukur zona bening yang dihasilkan dan

membandingkannya dengan diameter zona bening dari antibiotika standar.

Syarat penggunaan biakan bakteri yang dipakai adalah harus

biakan murni (pure straired). Maksud dari biakan murni adalah bakteri yang

diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakkan, bukan dari bakteri

yang diisolasi dari laboratorium klinis (sampel darah, feses, urin, dan

sebagainya). Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah

Rifamfisin dan suspensi bakterinya adalah Bacillus substilis, karena

menurut farmakope dan literatur yang ada antibiotika rifamfisin dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus substilis.

Sebelum memulai praktikum, dilakukan perencanaan

pengenceran dan perhitungan konsentrasi. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah penentuan nilai dosis tertinggi dan dosis terendah yang

ingin digunakan pada antibiotika ini, yaitu rifampisin. Konsentrasi tetrasiklin

Page 16: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

pada awalnya adalah 250 mg/100 ml pada larutan baku. Untuk larutan

sampel dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi baku. Dari

perencanaan perhitungan konsentrasi, telah ditentukan konsentrasi pada

dosis tinggi adalah 40 µg/50 µl, untuk mendapatkannya, dicampurkan 1 ml

tetrasiklin 250 mg/100 ml lalu di tambahkan air suling steril hingga 3,125

ml, inilah dosis tingginya. Pada dosis menengah, konsentrasinya adalah 20

µg/50 µl, dengan cara mencampurkan 1 ml tetrasiklin 40 µg/50 µl dengan

1ml air suling steril. Untuk dosis rendah yaitu 10 µg/ml, dengan cara

mencampurkan 1 ml antibiotic tetrasiklin 20 µg/50 µl dengan 1ml aquadest

steril. Konsentrasi untuk larutan baku dan larutan sampel dianggap sama.

Setelah dilakukan pengenceran pada tabung, dilakukan

pembagian pada permukaan dasar cawan petri menjadi 6 area sama besar.

Setiap area ini diberi label daerah untuk larutan baku tinggi, baku rendah

maupun larutan sampel tinggi maupun sampel rendah untuk

mempermudah dalam pengamatan. Untuk zona baku tinggi dan sampel

tinggi diletakkan berseberangan karena jika dua dosis yang sama-sama

tinggi diletakkan berdampingan, akan menyulitkan mengukur zona inhibisi

karena dikhawatirkan zonanya saling tumpang tindih. Pada penggunaan

cawan petri, jangan dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak

terkontaminasi oleh udara luar.

Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis,

hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh mikroba

lain yang dapat merusak percobaan. Kemudian siapkan perfortor yang

steril, yaitu dengan cara membakarnya di atas nyala api. cetakan yang

dibuat dengan perforator digunakan untuk menampung antibiotika. Namun

saat memanaskan perforator dan spatel haruslah didiamkan terlebih

dahulu hingga tidak terlalu panas, tetapi tetap di dekat pembakar spiritus,

agar bakteri dari udara tidak mengkontaminasi media agar yang berisi

bakteri. Suhu yang panas dapat meleburkan nutrien agar saat

Page 17: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

melubanginya dan jika terlalu jauh dari api, ditakutkan akan terkontaminasi

oleh bakteri. Proses pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat,

jangan biarkan cawan petri terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri

dari luar masuk ke dalam cawan. Setelah keenam daerah yang dibagi tadi

telah dilubangi, maka dimasukkanlah larutan antibiotika dengan dosis tinggi

dan rendah dari larutan baku maupun larutan sampel. Pengisian antibiotika

ke lubang yang telah dibuat dilakukan dengan menggunakan mikro pipet

50 µl (masing–masing lubang diisi dengan 50 µl antibiotika).

Pengisian antibiotika ke lubang yang telah dibuat harus dilakukan

di dekat api, agar tetap aseptis. Pada saat meneteskan antibiotika harus

tepat di lubang, dan lubang yang dibentuk harus bulat agar antibiotik

berdifusi sempurna dan zona yang dihasilkan juga bulat (diameter yang

dihitung mudah). Mikropipet yang digunakan haruslah bersih, setelah

digunakan harus dicuci dengan desinfektan. Saat penggunaan, harus benar-

benar kering, jika desinfektan masih di dalam mikropipet maka akan

mempengaruhi konsentrasi antibiotika (desinfektan juga bersifat

bakteriosida).

Setelah semua lubang terisi, cawan petri harus dibungkus dengan

koran kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam supaya

bakteri dapat tumbuh secara optimal. Pada saat inkubasi, cawan petri tidak

boleh dibalik karena antibiotika yang ada di dalamnya bisa tumpah

sehingga tidak terdifusi sempurna pada daerah sekitarnya. Percobaan ini

dibuat duplo (dua kali) dengan perlakuan yang sama.

Berdasarkan hasil pengamatan pada antibiotik baku, didapat zona

bening pada dosis tinggi, menengah, dan rendah di cawan petri I masing-

masing yakni sebesar 29,2; 26,8; 26,26 mm. Pada antibiotik sampel

diperoleh zona bening pada dosis tinggi, menengah, rendah di cawan petri I

masing-masing sebesar 28,54; 26,80; 25,2 mm. Diameter hambat dosis

tinggi pada antibiotik sampel maupun baku lebih besar daripada pada dosis

Page 18: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

rendah. Hal ini berarti dosis tinggi dapat menghambat pertumbuhan

bakteri.

Pada cawan petri II tidak dapat diukur zona hambat nya, karena

pada cawan petri tersebut tidak terbentuk zona hambat yang diinginkan.

Penyebab dari gagalnya terbentuk zona hambat pada cawan petri II, yakni

antara lain:

1. Bentuk lingkaran perforator yang tidak bulat sempurna.

Mengakibatkan volume lubang mengecil dari yang seharusnya.

Hal ini pun akhirnya mengakibatkan cairan antibiotik yang

dimasukkan ke dalam lubang tidak dapat tertampung semuanya

ke dalam lubang. (luber)

2. Luber nya antibiotik yang terjadi ini mengakibatkan rusaknya

zona hambat yang terbentuk. Karena cairan antibiotik yang luber

tadi tidak memiliki batasan area saat cairan antibiotik tersebut

berdifusi ke dalam agar bakteri.

3. Adanya kontaminasi bakteri lain selain Staphylococcus aureus.

Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang didapat, potensi

larutan sampel Tetrasiklin(T2) yang diuji adalah sebesar 73,30 %.

Page 19: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

IX. KESIMPULAN

Potensi dari sampel Tetrasiklin terhadap baku pada bakteri

Staphylococcus aureus adalah 73,30 %.

Page 20: UJIAN PRAKTIKUM - UAS

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia. Edisi III. DEPKES RI:

Jakarta.

Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Penerbit UI : Jakarta.

Jawetz, Melnick, and Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC :

Jakarta.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Penerbit ITB : Bandung.

Pelczar, M.J. Jr and Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta.

Rod,tobbing. 2008. Antibiotika. Tersedia

di:http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotic

mekanisme-cara-kerja-dan-klasifikasinya/ (diakses tgl : 20 Mei 2010)

Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan terapi .Edisi keempat (dengan perbaikan).

Bagian farmakologi FKUI : Jakarta.