UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

145
UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN EKSTRAK KERING GAMBIR (Uncaria gambir R.) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Far) Disusun Oleh : WULAN PERMATA SARI NIM : 106102003437 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

Page 1: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL

DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN EKSTRAK KERING

GAMBIR (Uncaria gambir R.) TERHADAP MENCIT PUTIH

JANTAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Far)

Disusun Oleh :

WULAN PERMATA SARI

NIM : 106102003437

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL

DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN EKSTRAK KERING

GAMBIR (Uncaria gambir R.) TERHADAP MENCIT PUTIH

JANTAN

Skripsi

Disusun untuk melengkapi syarat-syarat

guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Far)

Disusun Oleh :

WULAN PERMATA SARI

NIM : 106102003437

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 3: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : WULAN PERMATA SARI

NIM : 106102003437

JUDUL : UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK

ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN EKSTRAK

KERING GAMBIR (Uncaria gambir R.) TERHADAP

MENCIT PUTIH JANTAN

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. Yanis Musdja, M.Si, Apt Nurmeilis, M.Si, Apt

NIP. 1956010619851010001 NIP. 150370225

Mengetahui,

Ketua Program Studi FarmasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Si, Apt

NIP. 1956010619851010001

Page 4: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul

UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH(Piper betle L.) DAN EKSTRAK KERING GAMBIR (Uncaria gambir R.)

TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh

Wulan Permata SariNIM: 106102003437

Menyetujui,

Pembimbing:

1. Pembimbing I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

2. Pembimbing II Nurmeilis, M.Si, Apt. ........................

Penguji:

1. Ketua Penguji M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

2. Anggota Penguji I Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt. ........................

3. Anggota Penguji II Sabrina, M.Si, Apt. ........................

4. Anggota Penguji III Eka Putri, M.Si, Apt. ........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

Tanggal lulus : 30 Juli 2010

Page 5: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Penulis

Wulan Permata Sari106102003437

Page 6: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

ABSTRAK

JUDUL : UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOLDAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DAN EKSTRAK KERINGGAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) TERHADAP MENCIT PUTIHJANTAN

Daun sirih dan gambir merupakan tanaman obat tradisional yang biasadigunakan oleh masyarakat untuk mengobati suatu penyakit dan sebagaicampuran untuk menyirih bagi para orang tua. Pengujian toksisitas ini bertujuanuntuk menentukan toksisitas akut dari campuran ekstrak etanol daun sirih (Piperbetle Linn.) dan ekstrak kering gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang diberikansecara oral dengan penentuan LD50 serta pengaruhnya terhadap tingkah laku danhistopatologi organ. Hewan uji yang digunakan pada toksisitas akut ini yaitumencit jantan galur DDY sebanyak 25 ekor yang dikelompokkan menjadi 5kelompok. Pemberian campuran ekstrak etanol daun sirih dan ekstrak gambirdiberikan dengan variasi dosis yaitu 5,4 gr/kgBB, 10,8 gr/kgBB, 21,6 gr/kgBB,dan 43,2 gr/kgBB serta Na CMC 0,5 % sebagai kontrol. Pengamatan yangdilakukan pada pengujian ini yaitu gejala toksik, jumlah hewan yang mati, danpengamatan histopatologi organ. Pengamatan dilakukan selama 24 jam hingga 14hari setelah pemberian bahan uji. Mencit yang sudah mati dilakukan pembedahandan penimbangan organ terhadap jantung, hati, ginjal, lambung, dan usus. Padaakhir percobaan, mencit yang masih hidup dibedah seluruhnya untuk dilakukanpengamatan histopatologi. Dari hasil penelitian didapatkan nilai LD50 daricampuran ekstrak etanol daun sirih dan ekstrak gambir yaitu sebesar 13,99gr/kgBB. Hasil pengamatan histopatologi yang telah dilakukan ditemukan adanyakerusakan pada organ hati, usus, ginjal, dan lambung. Sedangkan untuk bobotorgan mencit dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA dan Kruskal Wallis.Dari hasil analisis menunjukkan bahwa campuran ekstrak etanol daun sirih danekstrak gambir memberikan efek terhadap organ jantung, ginjal, lambung, danusus karena terdapat perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05 (p ≤ 0,05).

Kata kunci : Daun Sirih (Piper betle Linn.), Gambir (Uncaria gambir Roxb.),Toksisitas, Histopatologi, LD50.

Page 7: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

ii

ABSTRACT

TITLE : ACUTE TOXICITY TEST MIXTURE OF ETHANOLEXTRACT OF BETLE LEAF (Piper betle Linn.) ANDEXTRACT OF DRIED GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) WITHMALE WHITE MICE

Betel leaf and gambir commonly used by people as a traditional medicineand used as a component of chewing by the parents. Thus, this study aims todetermine the acute toxicity of a mixture of ethanol extract of betel leaf (Piperbetle Linn.) And extract of dried gambier (Uncaria gambir Roxb.) given orally bythe determination of LD50 and the influence on behavior and histopathology oforgans. Test animals used in acute toxicity of male mice of DDY strain 25animals, which are grouped into five groups. Providing a mixture of ethanolextract of betel leaf and extract of gambir is provided with a variety of doses 5.4g/kg, 10.8 g/kg, 21.6 g/kg, and 43.2 g/kg and 0.5% Na CMC as control.Observations made in this test that is toxic symptoms, the number of deadanimals, organs and histopathological observations. Observations made during the24 hours up to 14 days after administration of test material. The dead mice withsurgery and weighing the organs of the heart, liver, kidney, stomach, andintestines. In the end of the experiment, the mice were dissected living entirely forhistopathologic observation. From the results, LD50 values of a mixture of betelleaf extract and extract of dried gambir that is equal to 13.99 g / kg.Histopathological observations that have been conducted reveal any damage to theliver, intestines, kidneys, and stomach. While for the organ weights of mice wereanalyzed using ANOVA and Kruskal Wallis test. From the results of the analysisshowed that a mixture of ethanol extract of betel leaves and extract dried gambiergive effect to the heart, kidneys, stomach, and intestine because there aresignificant differences at test level of 0.05 (p ≤ 0.05).

Keywords : Piper betle leaf (Piper betle Linn.), Gambir (Uncaria gambirRoxb.), Toxicity, Histophatology, LD50.

Page 8: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena atas segala

limpahan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Toksisitas Akut Campuran Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper

betle L. ) dan Ekstrak Kering Gambir (Uncaria gambir R.) Terhadap Mencit

Putih Jantan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh

ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Secara garis besar skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan

penelitian, dasar teori, prosedur kerja serta hasil dan pembahasan dari pengujian

toksisitas akut campuran ekstrak daun sirih dan gambir. Dalam penyusunan

proposal skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt dan Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt selaku

dosen pembimbing I & II yang telah memberikan pengarahan, nasehat,

serta dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

4. Rr. Ayu Fitri Hapsari M. Biomed dan dr. Diah Ayu Woro yang sudah

membantu dalam proses pengamatan histopatologi pada skripsi ini.

5. Dosen-dosen program studi farmasi dan FKIK yang telah memberikan ilmu

yang sangat berharga kepada penulis.

6. Kedua Orang tua ku Rizal Abdullah dan Evi Astuti yang selalu mendo’akan

dan mendukung penulis baik moril maupun materiil.

Page 9: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

iv

7. Bapak Drs. H. Hasan Mansur S. dan Ibu Hj. Siti Maemunah yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta mendoakan dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Untuk adik-adikku M. Syibramalisi, Zahra Najma Tsania, Fika Fikria Riasti,

dan Rena Rahma Rizkia yang selalu menghibur dan memberikan motivasi

kepada penulis.

9. Untuk Puji Wijayanto, S.E. yang telah memberikan motivasi dan

semangatnya untuk menyelesaikan studi ini.

10. Sahabat-sahabat farmasi 2006 yaitu Ayun, Mia, Sanny, Tri, Rahma, yayah,

dan Sarah yang telah memberikan support, menghibur dan selalu bersama

disaat suka maupun duka.

11. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2006 yang sama-sama

berjuang bersama selama 4 tahun untuk menyelesaikan pendidikan ini.

12. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang

namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam

penyusuna skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

demi hasil yang lebih baik di lain waktu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Jakarta, 30 Juli 2010

Penulis

Page 10: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iiLEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iiiABSTRAK .......................................................................................................... vABSTRACT ....................................................................................................... viKATA PENGANTAR ........................................................................................ viiDAFTAR ISI ....................................................................................................... ixDAFTAR TABEL .............................................................................................. xiiDAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .............................................................................. 11.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 41.3 Hipotesa .......................................................................................... 41.4 Tujuan penelitian ........................................................................... 41.5 Manfaat penelitian ........................................................................ 5

II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tanaman Sirih (Piper betle Linn.) ................................................ 6

2.1.1 Klasifikasi ........................................................................... 62.1.2 Nama Daerah ..................................................................... 72.1.3 Uraian Tanaman.................................................................. 82.1.4 Budidaya ........................................................................... 82.1.5 Makroskopik ..................................................................... 92.1.6 Mikroskopik ..................................................................... 92.1.7 Ekologi dan Penyebaran ................................................. 112.1.8 Kandungan Kimia ............................................................. 112.1.9 Manfaat Tumbuhan .......................................................... 12

2.2 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) .................................. 122.2.1 Klasifikasi ......................................................................... 132.2.2 Nama Daerah ................................................................... 132.2.3 Uraian Tanaman................................................................ 142.2.4 Budidaya ......................................................................... 142.2.5 Makroskopik ................................................................... 142.2.6 Mikroskopik ................................................................... 152.2.7 Ekologi dan Penyebaran ................................................. 152.2.8 Kandungan Kimia ............................................................. 152.2.9 Manfaat Tumbuhan .......................................................... 16

2.3 Hewan Uji ..................................................................................... 162.4 Simplisia ..................................................................................... 16

2.4.1 Pengelolaan Simplisia .................................................... 172.5 Ekstrak ........................................................................................ 20

2.5.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut ......................... 21

Page 11: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

vi

2.5.2 Pengeringan Beku (freeze drying) .................................. 222.5.3 Parameter Non Spesifik Ekstrak ..................................... 23

2.6 Uji Toksisitas ............................................................................... 242.6.1 Uji Toksisitas Akut .......................................................... 252.6.2 Metode Toksisitas .......................................................... 28

2.7 Hati ........................................................................................... 302.7.1 Pemeriksaan ................................................................... 32

2.8 Ginjal ........................................................................................... 322.8.1 Pemeriksaan ................................................................... 34

2.9 Jantung ........................................................................................ 342.10 Lambung ..................................................................................... 35

2.10.1 Penyakit Pada Lambung ................................................. 362.11 Usus .............................................................................................. 37

III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 39

IV METODE PENELITIAN4.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 404.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 40

4.2.1 Alat ............................................................................... 404.2.2 Bahan Yang digunakan .................................................... 404.2.3 Hewan Uji ...................................................................... 41

4.3 Cara Kerja .................................................................................. 414.3.1 Penyiapan Simplisia Uji ................................................. 414.3.2 Identifikasi Gambir .......................................................... 424.3.3 Identifikasi Urea ............................................................. 424.3.4 Uji Penapisan Fitokimia ................................................. 434.3.5 Pembuatan Ekstrak .......................................................... 464.3.6 Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak ................... 474.3.7 Penyiapan Hewan Uji ....................................................... 484.3.8 Rancangan Percobaan ....................................................... 494.3.9 Penentuan Dosis ............................................................. 504.3.10 Percobaan Pendahuluan ................................................. 504.3.11 Pembuatan Larutan Uji Toksisitas .................................. 514.3.12 Percobaan Toksisitas Akut .............................................. 524.3.13 Pembuatan Preparat Organ .............................................. 544.3.14 Pengolahan Data ............................................................. 57

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 58

5.1.1 Determinasi Daun Sirih .................................................... 585.1.2 Pengujian Ekstrak Etanol Daun Sirih dan Gambir ........... 585.1.3 Uji Penapisan Fitokimia ................................................. 595.1.4 Hasil Identifikasi Gambir .............................................. 605.1.5 Hasil Uji Pendahuluan .................................................... 615.1.6 Hasil Uji Toksisitas .......................................................... 61

Page 12: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

vii

5.1.7 Hasil Pengamatan Gejala Toksik ..................................... 625.1.8 Hasil Rata-Rata Bobot Organ ........................................... 635.1.9 Pengamatan Organ Secara Makroskopik ......................... 645.1.10 Hasil Pengamatan Histopatologi ..................................... 64

5.2 Pembahasan ............................................................................... 66

VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan .................................................................................. 776.2 Saran ........................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79LAMPIRAN ....................................................................................................... 84

Page 13: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategori Toksik Menurut Frank C. Lu .............................................. 28Tabel 2. Pembagian Kelompok Dosis ............................................................. 49Tabel 3. Dosis Percobaan Pendahuluan .......................................................... 50Tabel 4. Pengujian Ekstrak ............................................................................... 58Tabel 5. Uji Penapisan Fitokimia...................................................................... 59Tabel 6. Hasil Identifikasi Gambir ................................................................... 60Tabel 7. Uji Pendahuluan ............................................................................... 61Tabel 8. Uji Toksisitas ..................................................................................... 61Tabel 9. Tanda Gejala Toksik ......................................................................... 62Tabel 10. Rata-Rata Bobot Organ Mencit ....................................................... 63Tabel 11. Pengamatan Histopatologi ................................................................ 64Tabel 12. Conversion Animal Doses to HED based on BSA ............................ 97Tabel 13. Perhitungan Dosis ............................................................................ 98Tabel 14. Dosis Uji Pendahuluan ...................................................................... 99Tabel 15. Dosis Uji Toksisitas .......................................................................... 101Tabel 16. Tabel Weil ...................................................................................... 120Tabel 17. Bobot Mencit ................................................................................... 121Tabel 18. Bobot Organ Mencit ....................................................................... 122

.

Page 14: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Sirih ..................................................................................... 85Gambar 2. Serbuk Daun Sirih ......................................................................... 85Gambar 3. Proses Maserasi ............................................................................ 85Gambar 4. Estrak Daun Sirih ......................................................................... 85Gambar 5. Bongkahan Gambir ...................................................................... 85Gambar 6. Ekstrak Gambir Kering ................................................................ 85Gambar 7. Campuran Ekstrak ......................................................................... 86Gambar 8. Proses Freeze Drying...................................................................... 86Gambar 9. Kandang Mencit ......... ……………………………………......... 106Gambar 10. Mencit Putih Jantan ....…………………………………………. 106Gambar 11. Penyondean Bahan Uji ...........…………………………………. 106Gambar 12. Pembedahan ....…………………………………………………. 106Gambar 13. Mencit Yang Sudah di Bedah …………………………………. 106Gambar 14. Organ Mencit Dosis 2 Mencit 1 .................................................. 107Gambar 15. Organ Mencit Dosis 3 Mencit 5 .................................................. 107Gambar 16. Pewarnaan Preparat .... ........……………………………………. 108Gambar 17. Timbangan ......…………………………………………………. 108Gambar 18. Neraca Analitik…………………………………………………. 108Gambar 19. Mikroskop .......…………………………………………………. 108Gambar 20. Rotary Vacum Evaporator ......…………………………………. 108Gambar 21. Eksikator .........…………………………………………………. 108Gambar 22. Oven ............................................................................................ 109Gambar 23. Furnace …………………………………………………………. 109Gambar 24. Hot Plate .....................…………………………………………. 109Gambar 25. Mikrotom.................……………………………………………. 109Gambar 26. Kontrol Lambung Perbesaran 100 x ............................................ 110Gambar 27. Lambung Dosis 1 Perbesaran 100 x ...…………………………. 110Gambar 28. Lambung Dosis 2 Perbesaran 100 x ...…………………………. 110Gambar 29. Lambung Dosis 3 Perbesaran 40 x ...…………………………. 111Gambar 30. Lambung Dosis 4 Perbesaran 100 x ...…………………………. 111Gambar 31. Kontrol Usus Perbesaran 100 x .................................................. 112Gambar 32. Usus Dosis 1 Perbesaran 40 x..…………………………………. 112Gambar 33. Usus Dosis 2 Perbesaran 100 x ...........…………………………. 112Gambar 34. Usus Dosis 3 perbesaran 100 x............…………………………. 113Gambar 35. Usus Dosis 4 Perbesaran 100 x ..........…………………………. 113Gambar 36. Kontrol Ginjal Perbesaran 400 x .................................................. 114Gambar 37. Ginjal Dosis 1 Perbesaran 400 x .................................................. 114Gambar 38. Ginjal Dosis 2 perbesaran 400 x .................................................. 114Gambar 39. Ginjal Dosis 3 Perbesaran 400 x .................................................. 115Gambar 40. Ginjal Dosis 4 Perbesaran 100 x .................................................. 115Gambar 41. Kontrol Jantung Perbesaran 400 x............................................... 116Gambar 42. Jantung Dosis 1 Perbesaran 400 x........................................... ..... 116

Page 15: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

x

Gambar 43. Jantung Dosis 2 Perbesaran 400 x…………………………... ..... 116Gambar 44. Jantung Dosis 3 Perbesaran 400 x........................................... ..... 117Gambar 45. Jantung Dosis 4 Perbesaran 400 x………………………..…...... 117Gambar 46. Kontrol Hati Perbesaran 400 x……………………..……...... ..... 118Gambar 47. Hati Dosis 1 Perbesaran 400 x………………………..…............ 118Gambar 48. Hati Dosis 2 Perbesaran 400 x……………………..……............ 118Gambar 49. Hati Dosis 3 Perbesaran 400 x………………………..…............ 119Gambar 50. Hati Dosis 4 Perbesaran 400 x………………………..…............ 119

Page 16: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ……………………………………84Lampiran 2. Gambar Daun Sirih (Piper betle L.)

dan Gambir (Uncaria gambir) .........……………………………85Lampiran 3. Skema Pembuatan ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) .........……87Lampiran 4. Skema Pembuatan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir R.) ...……88Lampiran 5. Skema Pembuatan Bahan Uji ……………………………………89Lampiran 6. Hasil Karakteristik Ekstrak ……………………………………90Lampiran 7. Penetapan Rendeman Ekstrak……………………………………92Lampiran 8. Skema Kerja Uji Pendahuluan .........……………………………93Lampiran 9. Skema Kerja Uji Toksisitas ……………………………………94Lampiran 10. Skema Kerja Pembuatan Preparat Histologi …………………....95Lampiran 11. Penetuan Dosis Uji ...……………………………………………97Lampiran 12. Pembuatan Bahan Uji Pendahuluan …………………………....99Lampiran 13. Pembuatan Bahan Uji Toksisitas ......…………………………..101Lampiran 14. Perhitungan Nilai LD50 .........…………………………………..104Lampiran 15. Perlakuan Hewan Uji …………………………………………..106Lampiran 16. Pengamatan Organ Secara Makroskopis ......…………………..107Lampiran 17. Alat-Alat Penelitian …………………………………………..108Lampiran 18. Pembacaan Preparat Organ Lambung…………………………..110Lampiran 19. Pembacaan Preparat Organ Usus ......…………………………..112Lampiran 20. Pembacaan Preparat Organ Ginjal ...…………………………..114Lampiran 21. Pembacaan Preparat Organ Jantung …………………………..116Lampiran 22. Pembacaan Preparat Organ Hati ......…………………………..118Lampiran 23. Data Tabel Weil .........…………………………………………..120Lampiran 24. Penimbangan Bobot Badan Selama Pengamatan ......…………..121Lampiran 25. Penimbangan Berat Organ Mencit ...…………………………..122Lampiran 26. Hasil Statistik Bobot Organ mencit ...…………………………..123

Page 17: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wilayah Indonesia memiliki hutan tropis yang merupakan wilayah

dengan megadiversitas sumber daya alam. Berdasarkan fitogeorafi,

Indonesia termasuk di dalam kawasan Malesia. Kawasan Malesia ini

merupakan salah satu kawasan botani dunia yang terpenting, karena

didalamnya terkandung keanekaragaman hayati yang menyamai kawasan

Amazon di Amerika Selatan. Apabila kekayaan tumbuhan tersebut

digabungkan dengan kekayaan mikroorganisme dan biota laut, maka

Indonesia merupakan sumber keanekaragaman hayati raksasa (Wahjoedi,

2004).

Pemakaian bahan alam, terutama yang berasal dari bahan tumbuh-

tumbuhan yang digunakan untuk tujuan pencegahan dan pengobatan

penyakit telah dikenal sejak zaman dahulu oleh umat manusia. Bahan-

bahan alam ini dikenal sebagai obat tradisional, oleh karena prinsip-prinsip

pemakaiannya masih secara tradisional. Umumnya khasiat obat-obat

tradisional sampai saat ini hanya didasarkan pada pengalaman empiris saja

(Mulyono, 2004).

Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan. Saat ini semakin banyak masyarakat yang

Page 18: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

2

menggunakan bahan alam sebagai obat, sehingga diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai uji keamanan obat tradisional tersebut (Depkes RI,

2000).

Penelitian mengenai obat tradisional tanaman obat, terus

berlangsung bahkan meningkat jumlahnya akhir-akhir ini. Meskipun

demikian, dalam kenyataannya hingga saat ini baru beberapa penelitian

obat tradisional ataupun tanaman obat yang digunakan dalam fasilitas

pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 2000).

Salah satu tumbuhan yang dikenal masyarakat dan digunakan

sebagai obat tradisional yaitu daun sirih (Piper betle L.) dan Gambir

(Uncaria gambir R.). Sirih dan gambir biasanya digunakan para nenek

moyang atau para orang tua untuk menyeupah (kunyahan/mengunyah).

Daun Sirih memiliki khasiat sebagai karminatif, radang tenggorokan,

mengurangi produksi ASI, mimisan, sakit gigi, bau mulut, keputihan dan

untuk menguatkan gigi serta mampu melawan beberapa bakteri gram

positif dan gram negatif (Mardisiswojo, 1968). Daun sirih memiliki

kandungan kimia diantaranya hidroksi kavikol, kavibetol, estragol,

eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, dan

tannin (Depkes RI, 1980).

Selain daun sirih, para ibu-ibu juga menggunakan gambir sebagai

komponen tambahan dalam menyirih dan juga digunakan sebagai obat

tradisional. Gambir memiliki khasiat sebagai campuran obat untuk

mengobati luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat kumur-kumur,

sariawan, serta dapat mengobati sakit kulit (Hariana, 2006).

Page 19: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

3

Dalam hakekatnya maksud obat tradisional tersebut

ditelitikembangkan adalah untuk dimanfaatkan sebagai obat untuk

manusia, karenanya uji toksisitas obat tradisional perlu dilakukan untuk

menilai keamanan obat tradisional yang di uji. Uji toksisitas terdiri atas 2

jenis yaitu : uji toksisitas umum (akut, subakut/subkronis, kronis) dan uji

toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik, dan karsinogenik) (Depkes RI,

2000).

Uji toksisitas akut merupakan uji toksisitas suatu senyawa yang

diberikan dalam dosis tunggal pada pada hewan percobaan, yang diamati

selama 24 jam dan dilanjutkan selama 7-14 hari. Tujuan uji toksisitas akut

yaitu untuk menentukan LD50. LD50 adalah suatu dosis yang dapat

menimbulkan kematian pada 50 % hewan uji (Lu, 1995). Untuk penentuan

LD50 ini biasanya menggunakan mencit atau tikus putih yang telah

diaklimatisasi terlebih dahulu (Radji, 2004).

Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan penelitian uji toksisitas

akut dari campuran ekstrak daun sirih dan ekstrak gambir dengan

menggunakan mencit putih jantan galur DDY yang diberikan secara per

oral. Setelah pemberian obat tersebut, diperlukan pengamatan lebih lanjut

untuk mengetahui perubahan bobot badan dan histopatologis organ mencit

putih jantan. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya mengenai LD50, tetapi

juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau depresi SSP, aktivitas

motorik dan pernapasan (Ganiswara, 1995).

Page 20: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

4

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah campuran ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan

ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) memiliki efek toksik

terhadap organ mencit putih jantan ?

2. Berapakah nilai LD50 ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan

ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) yang diberikan per oral

pada mencit putih jantan ?

3. Bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan

ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) terhadap perubahan

tingkah laku dan histopatologi organ mencit putih jantan?

1.3 HIPOTESA

Campuran ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan ekstrak

gambir kering (Uncaria gambir R.) memiliki efek toksik yang dapat

berpengaruh terhadap tingkah laku dan histopatologi mencit putih jantan.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Untuk menentukan toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun

sirih (Piper betle L.) dan ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) yang

diberikan secara per oral pada mencit putih jantan dengan penentuan LD50

serta pengaruhnya terhadap tingkah laku dan histopatologis organ mencit

putih jantan.

Page 21: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

5

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan

ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) yang dapat bermanfaat dalam

penentuan dosis sediaan daun sirih yang kemungkinan dapat dijadikan

sebagai fitofarmaka sehingga nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi

dunia kesehatan.

Page 22: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAMAN SIRIH (Piper betle L.)

Sirih (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan merambat dan

bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu

mencapai puluhan meter. Daun sirih disamping untuk keperluan ramuan

obat-obatan juga masih sering digunakan oleh ibu-ibu generasi tua untuk

kelengkapan ‘nginang’ (Jawa). Biasanya kelengkapan untuk ‘nginang’

tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan kapulaga

(Hariana, 2006).

2.1.1 Klasifikasi

Tanaman sirih diklasifikasikan sebagai berikut :

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L.

Sinonim : Chavica auriculata Miq.; C. betle Miq

(Mardisiswojo, 1968 & Hutapea, 1991)

Page 23: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

7

2.1.2 Nama Daerah

Disebabkan manfaatnya yang besar bagi kesehatan, sirih tidak saja dikenal

di kawasan Asia, tetapi juga di Eropa, Afrika, dan Amerika.

Asing : Betel (Perancis); Betel, Betelhe, Vitele (Portugal); Ju

jiang (China).

Sumatera : ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo),

demban (Batak Toba), sirieh, sirih, suruh (Palembang,

Minangkabau), canbai (Lampung).

Jawa : seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), sere (Madura).

Bali : base, sedah

Nusa Tenggara : nahi (Bima), kuta (Sumba), mota (Flores), oreangi

(Ende), taa (Sikka), malu (Solor), mokeh (Alor).

Kalimantan : uwit (Dayak), buyu (Bulungan), uduh sifat (Kenya),

sirih (Sampit), uruesipa (Seputan).

Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili

(Buol), bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi

(Talaud).

Maluku : ani-ani (Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein

(Bonfia), kakinuam (Waru), amu (Rumakai, Elpaputi,

Ambon, Ulias), garmo (Buru), bido (Macan).

Irian : reman (Wendebi), Manawa (Makimi), namuera

(Saberi), etouwon (Armahi), nai wadok (Saarmi),

mera (Sewan), mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi

Page 24: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

8

(Sawa), freedor (Awija), dedami (Marind) (Depkes

RI, 1980 & Anonim, 2010)

2.1.3 Uraian Tanaman

Tanaman sirih merupakan tumbuhan memanjat, tinggi 5 m sampai

15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong, pada

bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian

bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih,

panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm. Bunga

berbentuk bulir, berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan

daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau

lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm

sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5

cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung

gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm.

Biji membentuk lingkaran (Depkes RI, 1980).

2.1.4 Budidaya

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek. Stek diambil dari sulur

yang tumbuh bagian atas sepanjang 40 cm sampai 50 cm. Untuk

pertumbuhan, sirih memerlukan sandaran pohon dengan jarak 1,5 cm,

panjang stek atau 3 - 4 m. Tiap selang dua baris dibuat selokan yang

digunakan untuk mengairi sirih di musim kemarau, karena dalam keadaan

kering, pembentukan daunnya akan berkurang atau berhenti sama sekali.

Page 25: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

9

Bila sandaran sudah berakar baik pada permulaan musin hujan

dibuat lubang sekitar sandaran. Sebaliknya dengan memotong sulur

panjang yang sudah dewasa pada pangkalnya, daunnya dihilangkan,

kemudian sulur dibagi menjadi 3 atau 4 bagian dan ditanam secara

mendatar. Dengan pemeliharaan yang cukup baik, sirih akan bertahan

selama bertahun-tahun. Cara pemeliharaannya mudah, hanya memerlukan

air dengan penyiraman yang cukup, menjaga kelembapan, dan

pemupukan, terutama pupuk dasar. Sirih bisa ditanam ditempat panas atau

agak terlindung (Depkes RI, 1980).

2.1.5 Makroskopik

Daun tunggal, warna coklat kehijauan sampai coklat. Helaian daun

berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk

jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir daun rata agak

menggulung ke bawah, panjang 5 cm sampai 18,5 cm, lebar 3 cm sampai

12 cm, permukaan atas rata, licin agak mengkilap, tulang daun agak

tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol,

permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah. Tangkai daun

bulat, warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 8 cm. (Depkes RI,

1980).

2.1.6 Mikroskopik

Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, bentuk persegi empat,

kutikula tebal licin, pada pengamatan tangensial tampak berbentuk

poligonal dengan dinding samping lurus. Epidermis bawah serupa dengan

epidermis atas, pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal

Page 26: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

10

dengan dinding samping agak berombak. Pada kedua permukaan daun

terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Rambut pada epidermis atas

lebih sedikit dari pada epidermis bawah. Rambut penutup terdiri dari satu

sel, bentuk kerucut pendek, ujung runcing, panjang 18 µm sampai 25 µm,

dinding tebal, kutikula licin.

Rambut kelenjar mempunyai kepala kelenjar bersel satu, bentuk

bulat. Stomata tipe anomositik, panjang 25 µm sampai 35 µm, terdapat

banyak pada epidermis bawah, pada epidermis atas tidak ada stomata.

Hipodermis terdapat pada kedua permukaan daun hipodermis atas

umumnya terdiri dari dua lapis sel, hipodermis bawah umumnya satu lapis,

sel hipodermis berbentuk persegi empat, besar, jernih, tersusun rapat. Pada

hipodermis terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan.

Jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, terletak di bawah hipodermis atas,

mengandung banyak butir hijau daun, juga terdapat sel minyak seperti sel

minyak pada hipodermis.

Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel, bentuk sel

tidak beraturan, tersusun agak mendatar, sel minyak seperti pada palisade.

Berkas pembuluh tipe kolateral, di antara jaringan floem terdapat sel

minyak. Di atas berkas pembuluh pada tulang daun utama umumnya

terdapat saluran sizogen: pada parenkim yang sederet dengan palisade

terdapat banyak butir hijau daun (Depkes RI, 1980).

Page 27: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

11

2.1.7 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, di sekitar Pulau

Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke Timur menelusuri Sungai Yang

Tse Kiang, Kepulauan Bonin, Kepulauan Fiji, dan Kepulauan Indonesia.

Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa

tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas

permukaan laut. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan

tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik (Depkes RI,

1980). Selain itu Sirih dapat ditemukan sepanjang daerah tropika dan

subtropika hidup pada ketinggian 200 – 1000 kaki diatas permukaan laut.

Menurut Burkill sirih berasal dari Malaysia yang akhirnya dibawa ke

Afrika Timur. Sirih mempunyai hampir 3000 spesies. Di Malaysia di

budidayakan lebih dari 2000 tahun (Nuratmi, 2006).

2.1.8 Kandungan Kimia

Sirih mengandung berbagai zat kimia yang antara lain 1 - 4,2 %

minyak atsiri yang terdiri dari : hidroksikavikol, kavikol, kavibetol;

allylpyrokatekol, karvakol, eugenol, eugenol metil eter, p-cymene, cineole,

caryophyllene, cadinene, estragol, dan terdapat terpen, seskuiterpena, fenil

propana, tanin, diastase 0,8 % - 1,8 %, saponin, flavonoid, polifenol, gula,

dan pati (Depkes RI, 1989).

Page 28: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

12

2.1.9 Manfaat Tumbuhan

Daun sirih merupakan bahan utama menginang ini memiliki sifat

styptic (menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit),

stomacthic (obat saluran pencernaan), bersifat sebagai astringen, diuretik,

anti peradangan, membersihkan tenggorokan, dan menguatkan gigi.

Minyak atsiri dan ekstraknya mampu melawan beberapa bakteri gram

positif dan gram negatif. Disamping itu, dapat memperbaiki sirkulasi darah

dan membantu mengatasi atau mongontrol perdarahan. Ekstraknya dapat

digunakan, baik secara internal maupun eksternal untuk varises serta

mencegah radang gusi dan radang tenggorokan (Mulyono, 2004).

Efek zat aktif eugenol (daun) untuk mencegah ejakulasi, mematikan

cendawan Candida albicans yang merupakan penyebab keputihan,

antikejang, analgetik, dan anestetik. Tanin (daun) untuk mengurangi

sekresi cairan pada vagina, pelindung hati, anti diare, dan antimutagenik

(WHO, 1993).

2.2 TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.)

Gambir adalah sari air kering yang berasal dari ekstrak remasan

daun dan ranting tumbuhan bernama sama Uncaria gambir Roxb., suku

Rubiaceae (Depkes RI, 1980). Di Indonesia gambir pada umumnya

digunakan sebagai komponen menyirih. Kegunaan yang lebih penting

adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga

mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat

antioksidan.

Page 29: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

13

2.2.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir Hunter R

Sinonim : Ourouparia gambir Roxb. Nauclea gambir (Hariana, 2004)

2.2.2 Nama Daerah

Sumatera : Gambe, gani (Aceh), kacu (Gayo), sontang (Batak),

gambe (Nias), gambie (Minangkabau), pengilom,

sepelet (Lampung).

Jawa : Gambir (Jawa), ghambhir (Madura).

Kalimantan : Kelare (Dayak), abi (Kayan.

Sulawesi : Gambere (Sangir), gambele (Gorontalo), gambere

(Makassar), gaber (Majene).

Nusatenggara : Tagambe (Bima), gamur (Sumba), gabi (Sawu), gambe

(Flores), nggame (Roti) (Depkes RI, 1989).

Halmahera : Gabi, gagabere (Hariana, 2004)

Page 30: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

14

2.2.3 Uraian Tanaman

Gambir berasal dari tumbuhan perdu yang membelit dan berbatang

keras. Tinggi 1-3 cm. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial warna

cokelat pucat. Daun tunggal, berhadapan, bentuk elips, tepi bergerigi,

pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-13 cm. lebar 4-7 cm, warna

hijau. Bunga majemuk, bentuk lonceng, di ketiak daun, panjang lebih

kurang 5 cm, mahkota 5 helai berbentuk lonceng, tongkol-bulat, terdiri

dari bunga kecil-kecil yang berwarna putih. Buah berbentuk bulat telur,

panjang lebih kurang 1,5 cm, warna hitam (Haryanto, 2009 &

Mardisiswojo, 1968).

2.2.4 Budidaya

Perbanyakan gambir dapat dilakukan dengan stek atau biji. Gambir

dirawat dengan dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembapan

tanahnya, dan dipupuk dengan pupuk organik. Gambir dibudidayakan

pada lahan ketinggian 200 - 800 m diatas permukaan laut. Mulai dari

topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai

tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan (Hariana,

2004).

2.2.5 Makroskopik

Umumnya berbentuk kubus tidak beraturan atau agak silindrik

pendek, kadang-kadang bercampur dengan bagian-bagian yang remuk,

tebal 2 cm sampai 3 cm, ringan, mudah patah dan berliang renik-renik.

Warna permukaan luar coklat muda sampai coklat tua kemerahan atau

kehitaman, warna permukaan yang baru dipatahkan coklat muda sampai

Page 31: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

15

coklat kekuningan, kadang-kadang terlihat garis yang lebih gelap (Depkes

RI, 1989).

2.2.6 Mikroskopik

Dilihat dalam kloralhidrat terlihat adanya pollen, sel batu besar,

dinding agak tipis, lumen besar, atau kadang-kadang kecil memanjang,

lumen sempit. Sel parenkim besar, dinding tipis. Hablur kalsium oksalat

bentuk jarum dan bentuk prisma. Rambut penutup terdiri dari satu sel

ujung runcing (Depkes RI, 1989).

2.2.7 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman gambir dapat tumbuh liar di hutan dengan baik pada

daerah dengan ketinggian 200 - 900 m diatas permukaan laut, tanahnya

agak miring dan cukup mendapat sinar matahari. Tanaman ini dapat

tumbuh pada semua jenis tanah, termasuk tanah yang mempunyai pH

antara 4,80 - 5,50, suhu 26 - 280C, kelembapan 70 - 85 %, curah hujan

sekitar 3.300 mm/tahun, dan jumlah hari hujan 140 per tahun

(Mardisiswojo, 1968).

2.2.8 Kandungan Kimia

Senyawa flavonoid katekin, asam katekutanat, kuersetin, tanin:

senyawa alkaloid gambirin, gambir tanin, dihidrogambir anin, roksburgin,

rinkofilin, isorinkofilin, gambirdin, isogambirdin, dan rotundifolin.

Page 32: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

16

2.2.9 Manfaat Tumbuhan

Kegunaan utama adalah sebagai komponen menyirih, yang sudah

dikenal masyarakat kepulauan Nusantara. Manfaat gambir adalah sebagai

adstringens, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat tukak, obat

kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (Sastroamidjojo,

1997).

2.3 HEWAN UJI

Dalam sistematika mencit (Mus muculus L) digolongkan kepada:

Kingdom : Animalia

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha

Familia : Muridae

Sub famili : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus muculus L

Galur : DDY ( Deutsch Denken Yoken )

2.4 SIMPLISIA

Sumber bahan baku obat tradisional atau yang di kenal dengan

nama simplisia cukup melimpah di Indonesia, hampir di setiap daerah

tumbuh tanaman obat. Untuk menjamin mutu obat tradisional, yang perlu

diperhatikan oleh industri obat tradisional sebagai langkah awal adalah

memilih simplisia yang mutunya baik. Untuk memberi keyakinan akan

Page 33: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

17

kebenaran dan kualitas simplisia yang diperoleh, masing-masing industri

obat tradisional hendaknya mempunyai standar minimal untuk simplisia

yang digunakan. Dengan adanya standar tersebut pembelian simplisia

tidak dipengaruhi oleh harga. Maksudnya walaupun ada simplisia yang

harganya lebih murah tidak otomatis dipilih bilamana mutunya di bawah

standar minimal (Depkes RI, 1999).

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari

kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk

menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya

atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen kesehatan RI

membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah

bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan

proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang

telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia

pelikan/mineral (Depkes RI, 1979 & Gunawan, 2004).

2.4.1 Pengelolaan Simplisia

Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran

industri obat tradisional dalam mengelola simplisia sebagai bahan baku

pada umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut ini.

a. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya

simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan

Page 34: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

18

asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah

rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung

bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu

pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi

jumlah mikroba awal (Gunawan, 2004).

b. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian

dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau

air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di

dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam

waktu yang sesingkat mungkin (Gunawan, 2004).

c. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses

perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat

penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan (Gunawan,

2004).

d. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih

lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi

enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Page 35: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

19

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu

dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.

Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik

dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal

yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu

pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan

luas permukaan bahan (Gunawan, 2004).

e. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda

asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan

pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada

simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus

untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering

jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus

dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan

benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum

simplisia dibungkus (Depkes RI, 1999).

f. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka

simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak

saling bercampur antara simplsia satu dengan lainnya. Selanjutnya,

wadah-wadah yang berisi simpilisia disimpan dalam rak pada gudang

penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan

Page 36: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

20

dan penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi

udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanarnan

dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses

dehidrasi, pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh

serangga, kapang atau lainnya (Gunawan, 2004).

Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai

pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah

bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan

simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan

kandungan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air

(Gunawan, 2004).

2.5 EKSTRAK

Ekstrak adalah sediaan cair yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukakn sedemikian sehingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

cair. Simplisia yang akan diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat

larut dan senyawa yang tidak dapat larut dan mempunyai struktur kimia

yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kelarutan dan stabilitas

senyawa-senyawa tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan logam berat

(Depkes RI, 2000).

Page 37: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

21

2.5.1 Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

a. Cara dingin

1). Maserasi

Maserasi adalah suatu metode ekstrak menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan

(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti

dilakukan pengadukan yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama dan seterusnya.

2). Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bertahan.

b. Cara panas

1). Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses

ekstraksi sempurna.

Page 38: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

22

2). Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3). Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40 – 50oC.

4). Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur

96-98oC selama waktu tertentu (15 – 20 menit).

5). Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30oC dan temperatur

sampai titik didih air (Depkes RI. 2000).

2.5.2 Pengeringan Beku (Freeze Dryng)

Metode ini menghilangkan air melalui 3 tahap yaitu pembekuan

atau freezing dengan cara sublimasi, pengeringan primer (primary drying),

dan pengeringan sekunder (secondary drying). Pada proses freezing sampel

dibekukan pada suhu -400C, kemudian pada pengeringan primer padatan

tersebut disublimkan tanpa menjadi cair dahulu dengan cara menurunkan

tekanan udara pada ruangan sampai 0,1 bar kemudian suhu dinaikkan dan

menarik H2O ke kondensor. Kemudian pada proses selanjutnya untuk

mengangkat air yang masih tersisa, zat diuapkan dengan cara biasa namun

Page 39: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

23

dengan tekanan udara yang sangat rendah dan suhu lebih tinggi daripada

pengeringan primer (Tambunan, 2000).

2.5.3 Parameter Non Spesifik Ekstrak

Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari:

a. Susut pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan

pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan,

yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk

memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa

yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan

jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10 %.

b. Kadar air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam

bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang)

tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air

sesuai dengan yang tertera dalam monografi.

c. Kadar abu

Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga

hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk

memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan

eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi

(Depkes RI, 2000).

Page 40: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

24

2.6 UJI TOKSISITAS

Manusia selalu berinteraksi dengan berbagai macam bahan atau

senyawa kimia baik yang alami maupun yang buatan. Senyawa-senyawa

tersebut ada yang tidak berbahaya namun ada juga yang berbahaya.

Toksikan dapat terdistribusi ke berbagai bagian tubuh karena adanya

penyerapan oleh saluran pencernaan, paru-paru, dan kulit (Lu, 1995).

Banyak tanaman dan hewan menghasilkan zat-zat beracun baik

untuk tujuan defensif dan ofensif. Racun alami binatang, tanaman dan

bakteri terdiri dari berbagai jenis bahan kimia, yang dapat menyebabkan

berbagai efek beracun dan dapat menyebabkan keracunan pada manusia

(Timbrell, 2002). Toksisitas dapat didefenisikan sebagai segala sesuatu

yang memiliki efek berbahaya dari zat kimia atau obat pada organisme

target (Hayes, 1982).

Dalam hakekatnya maksud obat tradisional ditelitikembangkan

adalah untuk dimanfaatkan sebagai obat untuk manusia, karenanya uji

toksisitas obat tradisional harus mampu mengungkapkan keamanannya

terkait dengan maksud penggunaannya (Depkes RI, 2000).

Sebelum percobaan toksikologi dilakukan sebaiknya telah ada data

mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaanya. Data ini dapat

dipakai untuk mengarahkan percobaan toksisitas yang akan dilakukan

(Ganiswara, 1995 & Radji, 2004).

Uji toksisitas terdiri atas 2 jenis yaitu toksisitas umum (akut,

subakut/subkronis, kronis) dan toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik,

dan karsinogenik). Dalam uji toksisitas perlu dibedakan obat tradisional

Page 41: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

25

yang dipakai secara singkat dan yang dipakai dalam jangka waktu lama

(Depkes RI, 2000).

Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Uji toksisitas akut

Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji

sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (sub kronik)

Uji ini dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang,

biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu

kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu 3 bulan untuk tikus

dan 1 atau 2 tahun untuk anjing.

3. Uji toksisitas jangka panjang (kronik)

Percobaan jenis ini mencakup pemberian obat secara berulang selama

3-6 bulan atau seumur hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24

bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet (Radji,

2004).

2.6.1 Uji Toksisitas Akut

Percobaan toksisitas ini meliputi Single Dose Experiments yang di

evaluasi 3-14 hari sesudahnya, tergantung dari gejala yang ditimbulkan.

Tes toksisitas akut ini dirancang untuk menentukan efek yang terjadi

dalam periode waktu yang singkat setelah pemberian dosis. Tes-tes ini

dapat menentukan hubungan suatu dosis-respons dan nilai LD50 jika

diperlukan (Timbrell, 2002). Tujuan uji toksisitas akut suatu obat

Page 42: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

26

tradisional adalah untuk menetapkan potensi toksisitas akut (LD50),

menilai berbagai gejala klinis, spektrum efek toksik, dan mekanisme

kematian (Depkes, 2000). LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu

zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50 % hewan coba

(Loomis, 1978).

Untuk uji toksisitas akut obat tradisional perlu dilakukan pada

sekurang-kurangnya satu spesies hewan coba biasanya spesies pengerat

yaitu mencit atau tikus (Lu, 1995).

Percobaan ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin

dirusak dan efek toksis spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang

dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Radji,

2004). Kematian yang timbul oleh kerusakan pada hati, ginjal atau sistem

hemopoetik tidak akan terjadi pada hari pertama. Kematian yang

ditimbulkan karena kerusakan alat tersebut diatas, baru timbul paling cepat

pada hari ketiga (Ganiswara, 1995).

Sampel hewan coba untuk masing-masing kelompok perlakuan

perlu mencukupi jumlahnya untuk memungkinkan estimasi insiden dan

frekuensi efek toksik. Biasanya digunakan 4-6 kelompok hewan coba.

(Depkes, 2000). Secara umum obat harus diberikan melalui jalur yang

biasa digunakan pada manusia yaitu jalur oral. Jalur oral paling sering

digunakan, bila diberikan per oral, zat tersebut harus diberikan dengan

sonde (Radji, 2004).

Pengamatan hewan coba sudah dimulai sejak masa persiapan

sebelum diberikan perlakuan (fase penyesuaian hewan coba terhadap

Page 43: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

27

situasi dan kondisi pelaksanaan eksperimen). Setelah mendapatkan

perlakuan berupa pemberian obat tradisional-uji dosis tunggal maka

dilakukan pengamatan secara intensif, cermat, dan dengan frekuensi dan

selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu untuk pengamatan yang lazim

adalah 7-14 hari, bahkan dapat lebih lama antara lain dalam kaitan

pemulihan gejala toksik (Depkes, 2000).

Kriteria pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan gejala

klinis, berat badan, persentase kematian, patologi organ (makroskopik dan

mikroskopik) dan juga dilakukan pemeriksaan histopatologis terhadap

jaringan atau organ tertentu (Lu, 1995). Uji klinis patologis dapat

digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan pada organ tertentu dan

harus dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan pembuatan

sediaan histologik dari organ yang dianggap dapat memperlihatkan

kelainan. (Lu, 1995 & Ganiswara, 1995).

Pembedahan harus dilakukan pada setiap hewan yang mati dan juga

pada beberapa hewan yang masih hidup, terutama hewan yang tampak

sakit pada akhir percobaan (Lu, 1995). Tujuan dari pembedahan tersebut

yaitu untuk pemeriksaan organ tubuh secara makroskopik maupun

mikroskopik dan untuk mengungkapkan kerusakan struktur organ yang

dapat menjelaskan gejala gangguan fungsinya (Hayes, 1984).

Page 44: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

28

Berikut ini merupakan kategori toksik dalam penentuan uji toksisitas

(Loomis, 1978):

Tabel 1. Kategori Toksik Menurut T.A. Loomis

Kategori LD50

Luar biasa toksik 1 mg/kg atau kurang

Sangat toksik 1 - 50 mg/kg

Cukup toksik 50 - 500 mg/kg

Sedikit toksik 0,5 - 5 g/kg

Praktis tidak toksik 5 - 15 g/kg

Relatif kurang berbahaya > 15 g/kg

2.6.2 Metode Toksisitas

a. Metode Weil, CS (Radji, 2004)

Keterangan :

m = harga LD50

D = dosis terkecil yang digunakan

d = log r (kelipatan dosis)

f = faktor

Rentang LD50 dapat ditentukan dengan:

Batas atas LD50 = antilog (log m + 2 δ log m)

Batas bawah LD50 = antilog (log m - 2 δ log m)

δ log m = d x δ f

δ f = faktor dalam table biometrik.

Page 45: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

29

b. Metode Farmakope III (Depkes RI, 1979)

Keterangan :

m = log LD50

a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah

kematian 100 % tiap kelompok.

b = beda logaritma dosis yang berurutan.

pi = jumlah hewan yang mati menerima dosis, i dibagi dengan

jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis i.

Syarat yang harus dipenuhi dalam metode ini adalah perlakuan harus

menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap,

jumlah hewan percobaan atau jumlah biakan jaringan tiap kelompok

harus sama, dan dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan

efek dari 0 % sampai 100 % dan perhitungan dibatasi pada kelompok

percobaan yang memberi efek dari 0 % sampai 100 %.

c. Metode Grafik Probit

Metode ini diperkenalkan oleh Miller dan Tainter. Dengan

menggunakan metode ini maka dibutuhkan kertas grafik persen vs probit

atau kertas probit dan sebuah tabel probit. Bila frekuensi (% respon) efek

yang ditimbulkan dihubungkan dengan dosis dalam skala logaritma, akan

diperoleh kurva terbentk sigmoid (menyerupai ∫, mirip huruf S tapi

panjang). Bagian yang relatif tidak lurus dapat diluruskan dengan

memprobitkan. Prosedur ini digunakan untuk menghitung nilai LD5 atau

Page 46: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

30

LD95 atau bila respon kematian pada uji toksisitas kurang dari 16 % atau

lebih dari 84 % (Priyanto, 2009)

Dalam hal adanya populasi campuran dari dua populasi yang jelas

berbeda, maka kurva dosis-reaksi akan membentuk dua bagian berbentuk

S dan LD50 masing-masing kelompok dapat ditentukan. Satuan probit

digunakan karena sulitnya menentukan harga ED95 dan LD5 dari kurva

yang berbentuk S karena pada bagian ini kurva mempunyai kemiringan

yang sangat kecil (E.J., 1986).

2.7 HATI

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, memiliki berat rata-

rata sekitar 1.500 gr atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa normal.

Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya.

Secara anatomi, hati terletak di tulang rusuk ke tiga anterior di dalam

rongga abdominal. Permukaan hati bagian anteriornya dibatasi oleh

lengkungan diafragma sedangkan bagian posteriornya dibatasi oleh perut

dan duodenum (Green, 1966 & Price, 1994).

Hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus dekstra yang memiliki

ukuran lebih besar, lobus sinistra, caudal, dan caudatus. Pada hewan

dewasa, waktu untuk membentuk lobation memerlukan waktu 15-16 hari

dan sangat dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan gonadotrophin.

Perbedaan mencit dengan tikus adalah adanya kandung kemih pada tikus

sedangkan mencit tidak. Kandung kemih ini terletak pada bagian bawah

percabangan dari lobus tengah dekat ligament falciforum dengan garis

tengah perut. Duktus hepatikus dari hati dan duktus cystic dari kandung

Page 47: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

31

kemih akan bersatu dalam kandung empedu. Berat hati pada mencit betina

lebih berat dibandingkan dengan mencit jantan (Green, 1966).

Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan

lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap

lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng

sel hati berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di

antara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan

sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika (Price,

1994).

Hati memiliki dua sumber suplai darah yaitu dari saluran cerna dan

limpa melalui vena porta, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar

sepertiga yang masuk adalah darah arteria dan sekitar dua pertiga adalah

dari dari vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menit

adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang

selanjutnya bermuara pada vena kava inferior (Price, 1994).

Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperanan

pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh. Pembentukan dan ekskresi

empedu merupakan fungsi utama hati. Pembentukan dan ekskresi empedu

tersebut meliputi metabolisme garam empedu dan metabolisme pigmen

empedu. Selain itu, hati juga memegang peranan penting dalam

metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, metabolisme lemak,

penyimpanan vitamin dan mineral, metabolisme steroid, dan detoksifikasi

(Price, 1994).

Page 48: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

32

2.7.1 Pemeriksaan

a. Patologi Mikroskopik

Pemeriksaan ini meliputi perubahan berat organ dan penampilan

warna hewan uji. Warna dan penampilan sering dapat menunjukkan

sifat toksisitas, seperti perlemakan hati atau sirosis. Biasanya berat

organ merupakan penunjuk yang sangat peka dari efek pada hati (Lu,

1995).

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Mikroskop cahaya dapat mendeteksi berbagai jenis kelainan, seperti

perlemakan, sirosis, nekrosis, nodul hiperplastik, dan neoplasia (Lu,

1995).

2.8 GINJAL

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara

menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan

non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga

mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat)

dan zat kimia asing, mensekresi renin (untuk mengatur tekanan darah),

mensekresi bentuk aktif vitamin D (untuk mengatur kalsium) dan

mensekresi eritropoietin (untuk mensintesis darah). Kegagalan ginjal

dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital ini menimbulkan keadaan yang

disebut uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (PGSA) (Price, 1994).

Page 49: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

33

Mencit mempunyai sepasang ginjal yang berbentuk seperti kacang

dan terletak rongga retriperitoneum bagian dorsal tubuh, dan

berseberangan dengan columna vetrebalis. Ginjal tidak menempel pada

dinding tubuh melainkan terletak sendiri pada jaringan adiposa. Ginjal

sebelah kanan mempunyai ukuran lebih besar dan lebih berat dan letaknya

lebih anterior dibandingkan ginjal kiri, yaitu pada tulang rusuk ke-12

sedangkan ginjal kiri terletak pada tulang rusuk ke-13. Bentuk dan ukuran

ginjal bervariasi tergantung galur dari mencit tersebut, misalnya pada galur

C58 mempunyai berat lebih kecil 10 – 12 % untuk 1 ginjalnya atau

keduanya (Green, 1966).

Beberapa bagian pada ginjal mencit perlu diperhatikan.

Dibandingkan dengan hewan jantan pada spesies lainnya, mencit

mempunyai volume glomerulus sekitar 1,5 dari ukuran dan volume

ginjalnya. Sel granular pada dinding arteri glomerulus bagian afferent

dapat dengan mudah dilihat pada mencit, berbeda dengan manusia.

Terdapat perbedaan relatif jumlah dan tipe kapsula Bowman pada mencit

jantan dengan betina. Pada mencit betina dan muda banyak ditemukan sel

parietal pada epitaliumnya, dan pada jantan yang telah di kebiri ditemukan

banyak tipe squamos di ginjalnya, dimana kapsula Bowman pada jantan

yang dewasa dibatasi dengan sel kuboid (Green, 1966).

Page 50: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

34

2.8.1 Pemeriksaan

a. Patologi Mikroskopik

Dengan menimbang berat ginjal hewan uji. Bila terdapat perbedaan

dengan hewan pembanding sering menujukkan terjadinya lesi ginjal.

(Lu, 1995).

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan tempat, luas, dan sifat

morfologik lesi ginjal (Lu, 1995).

2.9 JANTUNG

Jantung berfungsi sebagai pompa yang mengalirkan darah ke

jaringan. Jantung memiliki empat ruangan utama yaitu atrium kiri dan

kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium kanan memiliki dinding yang

tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan sebagai

penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan

dan kemudian ke paru-paru (Price, 1994).

Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah yang sudah

dioksigenisasi dari paru-paru melalui ke empat vena pulmonalis. Tiap

ventrikel harus menghasilkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat

memompakan darah yang diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonar

atau sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik,

guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk

mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis. Sedangan ventrikel kiri

harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan

Page 51: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

35

sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan

perifer (Price, 1994).

Arteriosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit

arteria koronaria. Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan

jaringan fibrosa dalam arteria koronaria, sehingga secara progresif

mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka

resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran

darah miokardium (Price, 1994).

2.10 LAMBUNG

Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum

pilorikum atau pilorus. Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu tunika

serosa, muskularis, sub mukosa, dan mukosa. Tunika serosa atau lapisan

luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum

viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan terus

memanjang ke arah hati membentuk omentum minus. (Price, 1994).

Sedangkan bagian muskularis tersusun dari tiga lapisan yaitu

lapisan longitudinal dibagian luar, lapisan sirkular di tengah, dan lapisan

oblik di bagian dalam. Susunan serat otot tersebut akan berkontraksi yang

akan memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil,

mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan

mendorongnya menuju duodenum (Price, 1994).

Submukosa terdiri dari jaringan areolar jarang yang

menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini

memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini

Page 52: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

36

juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe (Price,

1994).

Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan

longitudinal yang disebut rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini

lambung dapat berdistensi sewaktu diisi makan. Ada beberapa tipe

kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi

lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat esophagus.

Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastrik terletak di

fundus dan pada hampir seluruh korpus lambung. Kelenjar gastric

memiliki tiga tipe utama sel. Sel-sel zimogenik atau chief cells

mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam

suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida. Sel-sel

mukus (leher) ditemukan di leher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik.

Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G

yang terletak pada daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar

gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen (Price,

1994).

2.10.1 Penyakit Pada Lambung

a. Gastritis

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat

bersifat akut, kronik, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling

sering tedrjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.

(Price, 1994).

Page 53: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

37

b. Tukak Lambung

Tukak peptik merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung

terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak

meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali

dianggap juga sebagai tukak (Price, 1994).

2.11 USUS

Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang

membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus halus dibagi

menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Masuknya kimus ke dalam usus

halus diatur oleh sfingter pylorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah

dicernakan ke dalam usus besar diatur oleh katup ileosekal. Katup

ileosekal juga mencegah refluks isi usus besar kedalam usus halus (Price,

1994).

Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan dasar. Yang paling luar,

atau lapisan serosa, dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai

lapisan visceral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-

lapisan ini dinamakan rongga peritoneum (Price, 1994).

Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar

terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam

berupa serabut-serabut sirkular. Penataan demikian membantu gerakan

peristaltik usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan

penyambung, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal, banyak

mengandung pembuluh darah dan kelenjar (Price, 1994).

Page 54: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

38

Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat

menambah luas permukaan dan membantu fungsi absorpsi yang

merupakan fungsi utamanya. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk

lipatan-lipatan sirkular yang dinamakan valvula koniventes (lipatan

Kerckringi) yang menonjol kedalam lumen (Price, 1994).

Page 55: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

39

BAB III

KERANGKA KONSEP

Penapisan Fitokimia

Gambir(Uncaria gambir R.)

R.)

Daun Sirih(Piper betle L.)

Determinasi Tanamandi Herbarium Bogoriense LIPI

Penyiapan Simplisia

Serbuk Daun Sirih(Piper betle L.)

Serbuk Gambir(Uncaria gambir R.)

MaserasiDengan Etanol 70%

InfusDengan Pelarut Air

Ekstrak KentalDengan Rotari Evaporator

Ekstrak keringDengan Freeze Drying

Pengujian parameter non spesifik ekstrak dan

penapisan fitokimia

Hewan Mencit PutihJantan Galur DDY

Aklimatisasi2 Minggu

Pemberian Campuran EkstrakSampel Uji Kepada Hewan

(Uji Toksisitas Akut)

Pengamatan Selama 14 Hari(Pembedahan, Perubahan Berat Badan, Aktivitas

Tingkah Laku, dan Jumlah Hewan Mati)

Histopatologi Analisa Data LD50

Khasiat sirih yaituuntuk obat batuk,

asma, mimisan, baumulut, gusi bengkak

dan demam nifas.

Khasiat gambir yaitusebagai adstringens,

obat sakit kepala,obatdiare,obat disentri,obat

sariawan, serta obatsakit kulit

Penapisan Fitokimia

Page 56: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Berlangsung mulai dari bulan Maret 2010 sampai

dengan Juli 2010.

4.2 ALAT DAN BAHAN

4.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : papan

bedah, alat bedah, kandang mencit, masker, sarung tangan, timbangan

hewan, timbangan analitik (Wiggen Hauser), blender, hot plate (Wiggen

Hauser), sonde, jarum suntik, corong pisah, erlenmeyer, gelas becker,

gelas ukur, spatula, batang pengaduk, kaca arloji, Rotari Evaporator

(EYELA), kapas, kertas saring, thermometer, tabung reaksi, pipet tetes,

cawan penguap, desikator (Vakuumfest, Duran), furnace (Thermolyne),

mikroskop cahaya (Olympus CH20BINF200), freeze dry, dan oven

(Memmert).

4.2.2 Bahan Yang Digunakan

a. Simplisia

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

sirih (Piper betle Linn.) yang diperoleh dari Balitro Bogor dan-

Page 57: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

41

bongkahan gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang diperoleh dari

Payakumbuh-Padang, Sumatra Barat.

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu; etanol 70 %, aquadest,

ammoniak, kloroform, HCL, NaCl, pereaksi Dragendroff, pereaksi

Stiasny (Formaldehid 30 % : HCL pekat = 2:1), pereaksi

Liebermann-Burchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes

H2SO4 pekat), pereaksi Mayer, amil alkohol, serbuk Mg, eter,

H2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, FeCl3, NaOH, , Na CMC dan

formalin 10 %.

4.2.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan galur DDY

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Mencit yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 ekor yang diperoleh dari de’

animal house Universitas Negeri Jakarta.

4.3 CARA KERJA

4.3.1 Penyiapan Simplisia Uji

Daun sirih (Piper betle L.) dipisahkan dari cabang dan rantingnya

dan dibersihkan dengan air mengalir sesuai dengan parameter yang telah

ditetapkan, seperti; sortasi basah, pencucian dengan air mengalir,

dikeringkan pada udara terbuka dan terlindung dari sinar matahari

langsung, sortasi kering, penggilingan dengan menggunakan blender

sehingga diperoleh simplisia yang halus.

Page 58: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

42

Sedangkan untuk penyiapan gambir yaitu dengan cara

membersihkannya dari pengotor, gambir yang digunakan yaitu berupa

bongkahan yang diperoleh dari Payakumbuh Padang Sumatera Barat.

Bongkahan gambir kemudian dihaluskan sampai menjadi serbuk. Serbuk

gambir tersebut diidentifikasi dan dilakukan pemeriksaan kadar urea untuk

mengetahui kadar urea yang terkandung didalamnya.

4.3.2 Identifikasi Gambir

1. 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P warna coklat

merah

2. 2 mg serbuk gambir ditambahkan asam sulfat 10 N warna coklat

muda

3. 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes Na hidroksida 5% dalam

etanol warna coklat merah

4. 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes ammonia 25% warna

coklat merah

5. 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes larutan FeCl3 5% coklat

kehitaman (Depkes RI, 1989).

4.3.3 Identifikasi Urea

1. Larutkan 100 mg dalam 1 ml air, tambahkan 1 ml asam nitrat P;

terbentuk endapan hablur putih. (Sirait, 1995).

Page 59: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

43

4.3.4 Uji Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%,

digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml etil asetat dan digerus

kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring.

Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagian dari

larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan

B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi

dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada

kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan

alkaloid dalam sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-

masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah

bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi

Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

b. Identifikasi golongan flavonoid

1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5

menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan

sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam

tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya

dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu

dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol

Page 60: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

44

(lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan

flavonoid.

c. Identifikasi golongan saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b

(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10

menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika

ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2

jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil

filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga

diperoleh residu/sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat

anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika

terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan adanya

senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia tersebut.

e. Identifikasi golongan tanin

2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit

lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh

dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan 10 ml

larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman maka

hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan tanin.

Page 61: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

45

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny

(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas

air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah

muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring,

filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa

tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka menunjukkan

adanya tanin galat.

f. Identifikasi golongan kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi

golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna

merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.

g. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml),

ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung,

dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu

disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam

cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut

alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya

diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau

aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan minyak atsiri.

Page 62: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

46

h. Identifikasi golongan kumarin

2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml),

ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi

lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung,

dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu

disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam

cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas

sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10 %. Lalu

diamati di bawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm.

Jika terjadi fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan kumarin (Fransworth, 1966).

4.3.5 Pembuatan Ekstrak

Simplisia daun sirih di ekstrak dengan cara maserasi dengan

menggunakan pelarut etanol 70 %. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak

450 gram lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan

pelarut etanol 70 % sampai serbuk simplisia terendam dan terdapat lapisan

pelarut setebal 3 cm di atas serbuk simpisia. Erlenmeyer kemudian ditutup

sambil sesekali diaduk.

Campuran tersebut lalu disaring dengan menggunakan kapas di atas

corong sehingga didapatkan filtrat, selanjutnya filtrat yang dihasilkan

disaring kembali dengan kertas saring. Kemudian ampasnya dimaserasi

kembali dengan menggunakan etanol 70 % sampai terlihat berwarna pucat.

Page 63: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

47

Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary

evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

Bongkahan gambir diserbuk. Kemudian sebanyak 200 g serbuk

simplisia diekstraksi dengan pelarut air sebanyak 300 ml pada temperatur

mendidih 900C selama 15-20 menit sambil diaduk. Kemudian infusa

disaring dalam keadaan panas dengan menggunakan corong yang dilapisi

kertas saring. Filtrat diuapkan dengan freeze drying sampai pelarut tidak

tersisa lagi sehingga didapatkan ekstrak gambir kering. (Hargono, 1986)

Setelah didapatkan ekstrak kemudian dihitung masing-masing hasil

rendeman ekstrak dengan rumus:

4.3.6 Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak

a. Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram

dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya

telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara.

Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan

menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka

tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga

diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol

Page 64: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

48

dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu

kamar (Depkes RI, 2000).

b. Kadar Air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara kurang lebih 3 gram

ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah

ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan

antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %.

c. Kadar Abu

Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan

ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang

telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-

lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat

hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring

bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama.

Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap,

ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan

dalam % b/b (Depkes RI, 2000).

4.3.7 Penyiapan Hewan Uji

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Hewan tersebut

diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu agar dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan dan selama proses adaptasi dilakukan pengamatan

kondisi umum serta dilakukan penimbangan berat badan setiap hari.

Page 65: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

49

Hewan uji yang sakit, dengan ciri-ciri aktivitas berkurang, lebih banyak

diam, dan bulunya berdiri, tidak akan diikutsertakan dalam penelitian.

Pengelompokkan hewan uji yang sehat dilakukan sehari sebelum

melaksanakan percobaan acak.

4.3.8 Rancangan Percobaan

Hewan uji dipilih sebanyak 50 ekor mencit jantan secara acak

untuk dibagi menjadi 5 kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer :

(n-1) (t-1) ≥ 15

Dimana n = jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan

t = jumlah perlakuan

Jumlah hewan uji yang digunakan adalah :

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) (4) ≥ 15

(4n-4) ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ≈ 5

Tabel 2. Pembagian Kelompok Dosis

Kelompok Jumlah Mencit Perlakuan

I 5 Kontrol, diberi larutan Na CMC 0,5 %

II 5 Diberi campuran ekstrak daun sirih dan gambir

dosis I

III 5 Diberi campuran ekstrak daun sirih dan gambir

dosis II

IV 5 Diberi campuran ekstrak daun sirih dan gambir

dosis III

V 5 Diberi campuran ekstrak daun sirih dan gambir

dosis IV

Page 66: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

50

4.3.9 Penentuan Dosis

Dosis bahan uji yang digunakan yaitu berdasarkan pada kebiasaan orang

menyirih dengan penggunaan sirih sebesar 1600 mg dan penggunaan

gambir sebesar 350 mg. Kemudian dosis tersebut di kalikan dengan hasil

rendeman yang diperoleh dari masing-masing ekstrak (Lampiran 10).

Setelah itu dosis yang diperoleh dikonversikan kedalam rumus dibawah ini

HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) . Animal Km

(Human Equivalent Dose) Human Km

4.3.10 Percobaan Pendahuluan

Hewan percobaan dikelompokkan secara acak kemudian dibagi

kedalam 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit dan

diberi bahan uji secara oral dengan kelipatan dosis sebanyak 5 kali.

Tabel 3. Dosis Percobaan Pendahuluan

Kelompok Jumlah Mencit Dosis (g/kgBB)

1 4 0,46

2 4 2,3

3 4 10,5

4 4 57,5

Setelah diberikan bahan uji kemudian diamati hingga 3 jam

pertama, kemudian dilihat jumlah kematian yang terjadi setelah 24 jam.

Setelah didapatkan jumlah mencit yang mati kemudian ditentukan dosis

Page 67: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

51

yang akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan uji toksisitas akut

hingga diperoleh nilai LD50.

Dosis terkecil dalam kelompok mendekati dosis dimana dalam uji

pendahuluan terdapat kematian 0 %, sedangkan dosis terbesar mendekati

dosis dimana terdapat kematian 100 %.

4.3.11 Pembuatan Larutan Uji Toksisitas

a. Pembuatan larutan Na CMC

5 gram Na CMC dikembangkan kedalam 20 ml air panas, lalu

digerus hingga larut dan ditambahkan aquadest hingga 100 ml.

b. Pembuatan Larutan Uji Dosis 1 5,4 g/kgBB

Sebanyak 1080 mg campuran estrak daun sirih dan gambir yang

terdiri dari 270 mg ekstrak daun sirih dan 810 mg ekstrak gambir digerus

di dalam mortar, kemudian ditambahkan 5 ml larutan Na CMC 0,5 %

sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

c. Pembuatan Larutan Uji Dosis II 10,8 g/kgBB

Sebanyak 2160 mg campuran estrak daun sirih dan gambir yang

terdiri dari 540 mg ekstrak daun sirih dan 1620 mg ekstrak gambir digerus

di dalam mortar, kemudian ditambahkan 5 ml larutan Na CMC 0,5 %

sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

d. Pembuatan Larutan Uji Dosis III 21,6 g/kgBB

Sebanyak 4320 mg campuran estrak daun sirih dan gambir yang

terdiri dari 1080 mg ekstrak daun sirih dan 3240 mg ekstrak gambir

digerus di dalam mortar, kemudian ditambahkan 5 ml larutan Na CMC

0,5 % sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

Page 68: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

52

e. Pembuatan Larutan Uji Dosis IV 43,2 g/kgBB

Sebanyak 8640 mg campuran estrak daun sirih dan gambir yang

terdiri dari 2160 mg ekstrak daun sirih dan 6480 mg ekstrak gambir

digerus di dalam mortar, kemudian ditambahkan 5 ml larutan Na CMC

0,5 % sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

4.3.12 Percobaan Toksisitas Akut

Setelah didapatkan dosis dari percobaan pendahuluan maka

dilakukan percobaan selanjutnya untuk memperoleh nilai LD50 yang

sebenarnya. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap

kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Mencit sebelumnya

diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu. Selama aklimatisasi

mencit ditimbang setiap hari untuk mendapatkan bobot yang tetap. Pada

pengujian toksisitas akut ini digunakan 4 tingkatan dosis pada 4 kelompok

perlakuan, sedangkan 1 kelompok lainnya yaitu sebagai kelompok kontrol

normal yang hanya diberi larutan Na CMC 0,5%..

Dosis terkecil didapatkan dari hasil uji pendahuluan, sehingga

variasi dosis yang di gunakan yaitu 5,4 gr/kgBB, 10,8 gr/kgBB, 21,6

gr/kgBB, dan 43,2 gr/kgBB. Sebelumnya, pada hari ke-0 dilakukan

penimbangan mencit dan diamati aktifitasnya, kemudian pada hari ke-1

diberikan larutan uji ekstrak daun sirih. Sebelum penyondean, mencit

dipuasakan terlebih dahulu dan masih diberi minum secukupnya. Ekstrak

tersebut diberikan secara oral dengan menggunakan sonde. Pemberian

dosis disesuaikan dengan hasil uji pendahuluan. Setelah pemberian

ekstrak, diamati gejala dan tanda toksisitas yang terjadi selama 3-4 jam

Page 69: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

53

pertama. Kemudian setelah 24 jam diamati kembali dan dihitung jumlah

mencit yang mati dari tiap kelompok. Bila terdapat mencit yang mati maka

dilakukan pembedahan dan dilakukan penimbangan terhadap organ hati,

ginjal, usus, lambung, dan jantung. Pengamatan dilanjutkan hingga 14

hari, sedangkan pada hari ke-15 untuk mencit yang masih bertahan perlu

dilakukan pembedahan untuk ditimbang organnya dan dilakukan

pemeriksaan histopatologi pada organ jantung, ginjal, lambung, usus, dan

hati kemudian dibandingkan dengan kontrol normal. Setelah itu dihitung

nilai LD50 dengan menggunakan metode Weil.

Pemeriksaan histopatologi ini dilakukan untuk melihat pengaruh

dari pemberian campuran ekstrak daun sirih dan gambir terhadap organ

mencit. Organ yang telah diambil kemudian dicuci dengan NaCl 0,9 %

lalu di fiksasi dengan larutan formalin 10 % dan siap untuk di buat

preparat. Setelah itu dilakukan pengamatan histopatologi dengan

menggunakan mikroskop cahaya untuk melihat adanya kelainan pada

jaringan tersebut.

Cara pengambilan organ mencit :

1. Mencit yang akan dibedah dibunuh dengan cara pembiusan.

2. Mencit yang sudah mati kemudian ditelentangkan pada papan bedah.

3. Kulit perut bagian bawah mencit diangkat dengan pinset, kemudian

pada bagian tersebut digunting menggunakan gunting bedah untuk

memberi jalan bagi pembedahan.

Page 70: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

54

4. Dari bagian pengguntingan tersebut ke arah perut atas dari sisi kanan

dan kiri hingga mencapai bagian bawah kedua kaki depan mencit

sehingga seluruh bagian rongga perut mencit terlihat.

5. Pengambilan organ dengan menggunakan gunting bedah.

4.3.13 Pembuatan Preparat Organ

1. Pengambilan Organ

Organ yang telah diambil dan dipotong kemudian di cuci dengan

larutan NaCl 0,9 %.

2. Fiksasi

Organ difiksasi dengan larutan formalin 10 %.

3. Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan cara merendam organ yang diperiksa

kedalam alkohol 70 % selama 2 hari, kemudian ke dalam alkohol 96 %

selama 2 hari, kemudian ke dalam alkohol absolut selama 2 hari.

4. Pembeningan

Organ direndam dalam xylol sebanyak dua kali masing-masing selama

10 menit.

5. Infiltrasi

Organ difiltrasi dengan cara direndam ke dalam parafin cair dalam dua

tahap yaitu parafin I selama 1 jam, parafin II selama 1 jam, dalam

inkubator pada suhu 60oC.

6. Penanaman

Organ yang telah diinfiltrasi dimasukkan kedalam cetakan berupa

kotak-kotak kertas yang berisi parafin cair hingga terendam, kemudian

Page 71: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

55

dibiarkan pada suhu kamar hingga dingin dan membeku. Setelah

parafin menjadi keras, maka blok parafin yang berisi jaringan dapat

dilepaskan dari kotak kertas. Kelebihan parafin di sekitar jaringan

dipotong dan dirapihkan, lalu diletakkan pada kayu pemegang dengan

pemanasan.

7. Penyayatan

Kayu pemegang dipasang pada mikrotom dan pisau mikrotom diatur

agar dapat diperoleh tebal sayatan 7 µm.

8. Penempelan pada gelas objek

Hasil sayatan yang baik diletakkan pada gelas objek selanjutkan gelas

objek diletakkan direndam dalam waterbath dengan suhu 30 - 40 oC

selama 12 – 24 jam. Setelah sayatan pada objek mengembang

sempurna dan tidak ada lipatan, sisa-sisa air pada objek diserap dengan

kertas tisu.

9. Melarutkan parafin

Parafin yang melekat diseputar sayatan dihilangkan dengan cara

merendam gelas objek pada larutan xylol selama lebih kurang 5-10

menit sebanyak 2x.

10. Hidrasi

Gelas objek yang sudah dibersihkan dari parafin dimasukkan ke dalam

larutan alkohol dengan konsentrasi turun, yaitu : alkohol absolut,

alkohol 96 %, alkohol 80 %, dan alkohol 70 % masing-masing selama

5 menit. Setelah itu, dicuci dengan air mengalir selama 5 menit.

Page 72: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

56

11. Pewarnaaan

Pewarnaan dilakukan menggunakan hematoksilin-eosin dengan cara

merendam gelas objek dalam larutan hematoksilin selama 2-5 menit,

kemudian dicuci dalam bak dengan air mengalir hingga bagian gelas

objek diluar jaringan bersih dari zat warna. Bila warna jaringan terlalu

ungu, maka gelas objek dicelupkan ke dalam larutan HCL 1% selama

beberapa detik, selanjutnya dicelupkan kedalam larutan litium

karbonat sebanyak 2-3 celup lalu dibilas kembali dengan air mengalir

selama 2-5 menit kemudian direndam kedalam larutan eosin selama 20

detik.

12. Dehidrasi

Proses dehidrasi dilakukan dengan merendam gelas objek yang telah

diwarnai kedalam larutan alkohol 70 %, alkohol 96 %, dan 100 %

sebanyak 2-3 celup.

13. Penjernihan

Proses penjernihan preparat dilakukan dengan merendam gelas objek

ke dalam larutan xylol sebanyak 2 kali, masing-masing selama 5

menit.

14. Penutupan

Pada proses ini, setetes entelan diteteskan diatas preparat sebelum

xylol mengering, kemudian ditutup perlahan-lahan dengan kaca

penutup dan dijaga agar tidak terdapat gelembung udara (Jusuf, 2009).

Page 73: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

57

4.3.14 Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS.

Analisis yang dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji kenormalan,

selanjutnya dilakukan analisis varian satu arah ( ANOVA ) untuk melihat

ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan.

Bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui

perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata

terkecil ( BNT ).

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

Page 74: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

58

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Determinasi Daun Sirih

Determinasi daun sirih (Piper betle L.) telah dilakukan di

laboratorium Herbarium LIPI Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi telah

menunjukan bahwa daun sirih yang menjadi sampel adalah Piper betle L.

dari famili Piperaceae.

5.1.2 Pengujian Ekstrak Etanol Daun Sirih dan Gambir

Tabel 4. Pengujian Ekstrak

Pengujian EkstrakHasil

Gambir Persyaratan Daun Sirih Persyaratan

Organoleptis

Warna Coklat Coklat muda* Hijau Kehitaman Hijau**

Bau Khas Lemah* Khas Khas**

Bentuk Serbuk --- Kental Kental**

Rasa Pahit Pahit* PedasAgak pahit

dan pedas**

Pengujian

Parameter

Non spesifik

Susut

Pengeringan 0,29 % ---- 1,26 % ----

Kadar Abu0,19 % Tidak lebih

dari 4 %*

3,33 % Tidak lebih

dari 14 %**

Rendeman 48 % ---- 17 %Tidak kurang

dari 10,2 %***

* Berdasarkan Materia Medika Indonesia ed. V, 1989** Berdasarkan Materia Medika Indonesia ed. IV, 1980*** Berdasarkan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Vol. I, 2004

Page 75: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

59

5.1.3 Uji Penapisan Fitokimia

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia yang telah dilakukan pada daun

sirih (Piper betle L.) dan Gambir (Uncaria gambir R.) diperoleh

beberapa golongan senyawa kimia yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 5. Uji Penapisan Fitokimia

Golongan

Senyawa

Daun Sirih Gambir

Serbuk Ekstrak Serbuk Ekstrak

Alkaloid + + + +

Flavonoid + + + +

Saponin + + + +

Steroid + + - -

Triterpenoid + + - -

Tanin + + + +

Kuinon - - + +

Kumarin + + - -

Minyak Atsiri + + - -

Page 76: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

60

5.1.4 Hasil Identifikasi Gambir

Bongkahan gambir yang telah diperoleh dilakukan identifikasi

dengan menggunakan H2SO4 P, H2SO4 10 N, NaOH 5 %, Ammonia 25 %,

dan FeCl3 5 %.

Tabel 6. Identifikasi Gambir

Sedangkan dari hasil identifikasi urea yang telah dilakukan

diketahui bahwa tidak ditemukannya kandungan urea dalam gambir yang

diperoleh dari daerah Payakumbuh-Padang, Sumatra Barat.

Pereaksi Hasil Syarat

H2SO4 P + coklat merah

H2SO4 10 N + coklat muda

NaOH 5 % + coklat merah

Ammonia 25% + coklat merah

FeCl3 5% + coklat kehitaman

Page 77: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

61

5.1.5 Hasil Uji Pendahuluan

Tabel 7. Uji Pendahuluan

5.1.6 Hasil Uji Toksisitas

Tabel 8. Uji Toksisitas

Kelompok Jumlah

Mencit

Dosis Campuran

(g/KgBB)

Hasil %

Kematian

1 4 0,46 0 0

2 4 2,3 0 0

3 4 11,5 3 75

4 4 57,5 4 100

Kelompok Jumlah

Mencit

Dosis Campuran

(g/KgBB)

Hasil %

Kematian

1 5 5,4 0 0

2 5 10,8 3 60

3 5 21,6 3 60

4 5 43,2 4 80

Nilai LD50 Campuran ekstrak etanol daun sirih dan ekstrak kering gambir

(Dengan Menggunakan Metode Weil) adalah sebesar 13,99 g/kgBB

Page 78: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

62

5.1.7 Hasil Pengamatan Gejala Toksik

Tabel 9. Tanda Gejala Toksik

Dosis Tanda Toksik

Dosis IMencit

1-5

Setelah pemberian bahan uji mencit

terlihat lemas namun setelah dua jam,

mencit kembali beraktifitas seperti

biasa dan normal kembali.

Dosis II

Mencit 1gelisah, aktivitas menurun, detak

jantung cepat, bingung, bulu berdiri,

dan gemetar.

Mencit 2 sulit bernapas dan terengah-engah,

serta badan menjadi gemetar.

Mencit 3 tremor, ataxia (melompat-lompat),

gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas.

Mencit 4 terjadi penurunan aktivitas, tremor dan

bulu menjadi berdiri.

Mencit 5

tidak terlihat adanya tanda-tanda

toksik, mencit beraktifitas seperti biasa.

Dosis III

Mencit 1agresif, mengeluarkan bunyi bila

bagian perut disentuh, dan kejang-

kejang.

Mencit 2 tidak terlihat adanya tanda toksik.

Mencit 3 badan gemetar, jantung berdetak

kencang, keluar air mata kemudian

mata sebelah kiri menjadi buta dan

kejang-kejang

Mencit 4 menjadi agresif dan ketakutan.

Page 79: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

63

Mencit 5

buang air kecil berdarah, perut

membesar, bulu berdiri, detak jantung

kencang, kaki belakang menjadi

lumpuh dan lemas.

Dosis IV

Mencit 1agresif, ataxia dan kejang-kejang.

Mencit 2 tidak terlihat adanya tanda toksik hanya

menjadi lebih lincah dan agresif.

Mencit 3 jantung berdebar kencang, kejang-

kejang, aktivitas menurun.

Mencit 4 penurunan aktivitas, keluar air mata,

buang air kecil seperti nanah, mata

sayu dan lemas, bulu rontok, dan ekor

menegang.

Mencit 5 lemas dan terjadi penurunan aktifitas.

5.1.8 Hasil Rata-Rata Bobot Organ

Tabel 10. Rata-Rata Bobot Organ Mencit

Perlakuan n

Rata-Rata Bobot Organ (gram) ± SD

Hati Jantung Ginjal Usus Lambung

Kontrol 5 0,622±0.40715

0,074±0.01517

0,182±0.05070

1,814±0.14153

0,222±0.07918

SediaanUji Dosis I

5 0,498±0.07463

0,088±0.01924

0,194±0.02074

1,776±0.26444

0,316±0.10015

SediaanUji Dosis

II

5 0,732±0.11100

0,092±0.01483

0,242±0.01924

2,056±0.37300

0,482±0.04764

SediaanUji Dosis

III

5 0,664±0.06229

0,104±0.02302

0,266±0.02702

1,764±0.04336

0,482±0.36190

SediaanUji Dosis

IV

5 0,968±0.40308

0,126±0.02702

0,32±0.07483

2,692±1.23936

0,538±0.26090

Page 80: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

64

5.1.9 Hasil Pengamatan Organ Secara Makroskopik

Dari hasil pengamatan organ secara makroskopik yang secara jelas

terlihat adanya kerusakan organ yaitu pada dosis dua mencit satu dan

dosis tiga mencit lima. Pada dosis dua mencit satu, hati terlihat berwarna

hitam pekat, terdapat cairan yang berlebih di dalam rongga tubuh,

lambung terlihat memerah, dan usus terlihat menggembung transparan

dan berisi cairan serta gelembung. Sedangkan, pada dosis tiga mencit

lima lambung terlihat besar dan menggembung transparan, terjadi

perdarahan di usus dan jaringan, dan kandung kemih berisi cairan darah.

5.1.10 Hasil Pengamatan Histopatologi

Tabel 11. Pengamatan Histopatologi

Dosis Organ Pengamatan Organ

Dosis I

Hati Ditemukan vakuola lemak.

Jantung Tidak terlihat adanya kelainan

Ginjal Ditemukan beberapa sel radang namun tidak terlalu

luas.

Lambung Sudah terlihat adanya erosi pada jaringan epitel.

Usus Terjadinya rupture epitel, struktur sel tidak jelas,

terdapat sel radang.

Dosis II

Hati Tidak terlihat adanya kelainan.

Jantung Tidak terlihat adanya kelainan

Ginjal Ditemukan beberapa sel yang mengalami degenerasi

dan menuju kearah terjadinya nekrosis.

Lambung Terdapat kerusakan pada jaringan epitel namun tidak

terlalu luas karena masih terlihat jelas lapisan mukosa.

Page 81: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

65

Usus Terjadi kerusakan pada lapisan mukosa.

Dosis III

Hati Batasan sel sudah tidak jelas, ditemukanya banyak

vakuola lemak, diduga adanya perlemakan hati,

adanya degenerasi bengkak keruh.

Jantung Tidak terlihat adanya kelainan

Ginjal Sistem tubulus dan glomerulus sudah mengalami

nekrosis dan struktur glomerulus sudah rusak.

Lambung Sebagian permukaan mukosa sudah terkikis, sehingga

kerusakan yang terjadi sudah lebih besar yang tersisa

hanya sebagian lapisan serosa dan sebagian lapisan

muskularis.

Usus Terjadinya kerusakan pada lapisan mukosa, terlihat

adanya perdarahan di dalam usus dengan

ditemukannya eritrosit.

Dosis IV

Hati Ditemukan banyak vakuola lemak.

Jantung Tidak terlihat adanya kelainan

Ginjal Terjadi perdarahan dengan ditemukannya eritrosit di

daerah tubulus, Pada tubulus inti selnya terlihat

sedikit, terlihat beberapa sel yang menuju nekrosis.

Lambung Ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan pada

lapisan mukosa.

Usus Mengalami kerusakan pada lapisan mukosa dan

ditemukan adanya sel nekrosis.

Page 82: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

66

5.2 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan yaitu campuran

ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan ekstrak kering gambir

(Uncaria gambir R. ) Daun sirih yang digunakan diperoleh dari Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Daun sirih tersebut

kemudian dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Cibinong-Bogor hal tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis daun sirih

yang digunakan. Dari hasil determinasi diketahui bahwa daun sirih yang

digunakan adalah Piper betle Linn dari family Piperaceae. Sedangkan

untuk bahan uji lainnya yaitu gambir (Uncaria gambir R. ) diperoleh dari

Payakumbuh-Padang, Sumatra Barat dalam bentuk bongkahan. Kita

ketahui bahwa kedua bahan tersebut biasa digunakan sebagai obat

tradisional dan komponen menyirih bagi para masyarakat.

Daun sirih yang telah dideterminasi kemudian disortasi untuk

menghilangkan kotoran dan daun-daun yang sudah busuk. Setelah

disortasi daun dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan untuk

menghilangkan kadar air yang masih terdapat dalam simplisia. Proses

pengeringan dilakukan dalam ruangan, agar terhindar dari sinar matahari

langsung yang dapat merusak kandungan di dalam sirih akibat pemanasan

yang berlebih. Daun sirih yang sudah kering dihaluskan hingga diperoleh

serbuk yang halus. Serbuk yang sudah halus tersebut kemudian diayak

agar diperoleh ukuran yang seragam. Tujuan dalam pembuatan serbuk ini

yaitu agar permukaan daun sirih menjadi lebih luas sehingga senyawa

yang terkandung didalamnya dapat terekstrak seluruhnya.

Page 83: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

67

Sedangkan untuk bongkahan gambir yang telah diperoleh juga

dihaluskan dan diayak dengan menggunakan ayakan mesh no. 100 . Dari

kedua serbuk simplisia, dilakukan uji penapisan fitokimia untuk

mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam serbuk simplisia

gambir (Uncaria gambir R.) dan daun sirih (Piper betle L.). Dari hasil

yang telah didapat pada serbuk simplisia daun sirih mengandung alkaloid,

steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin, kumarin, tannin dan minyak

atsiri, sedangkan pada serbuk gambir mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin, tanin, dan kuinon.

Dari masing-masing serbuk simplisia tersebut kemudian

dilanjutkan pada proses ekstraksi yang bertujuan untuk menarik

kandungan kimia yang terdapat pada simplisia. Proses ekstraksi meliputi

pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Pada proses

pembasahan dan penyarian dilakukan dengan cara maserasi.

Maserasi merupakan proses pembuatan ekstrak simplisia yang

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan (kamar). Proses maserasi pada serbuk daun sirih

dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam pelarut selama 24 jam.

Setelah 24 jam dilakukan penyaringan untuk memperoleh filtratnya,

kemudian sisa ampas direndam kembali dengan menggunakan pelarut

yang sama. Hal tersebut dilakukan terus menerus hingga diperoleh filtrat

yang warnanya sudah pucat sehingga kandungan kimia didalamnya dapat

terekstrak secara maksimal. Metode maserasi ini merupakan metode yang

sederhana sehingga mudah untuk dilakukan.

Page 84: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

68

Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ini adalah etanol

70%. Etanol 70 % bersifat lebih polar karena terdiri dari campuran etanol

dan air. Senyawa yang terkandung di dalam simplisia dapat tertarik secara

maksimal karena sebagian dari senyawa tersebut ada yang dapat tertarik

dalam etanol dan ada pula yang tertarik dalam air.

Setelah dilakukan proses maserasi dilanjutkan pada proses

pengentalan atau pemekatan dengan menggunakan alat Rotari Vacum

Evaporator. Prinsip kerja dari alat ini berdasarkan pada penurunan tekanan

sehingga pelarut dapat menguap pada suhu di bawah titik didihnya. Tujuan

dari penggunaan alat tersebut yaitu untuk menghilangkan pelarut yang

terdapat dalam filtrate sehingga diperoleh ekstrak kental dari daun sirih

(Piper betle L.).

Pada proses pembuatan ekstrak gambir dilakukan dengan cara yang

berbeda yaitu dengan cara pembuatan infus. Sebanyak 300 gram serbuk

gambir yang telah halus dilarutkan dalam 900 ml air dan dipanaskan dalam

panci penangas dengan suhu 900C. Pemanasan tersebut dilakukan sambil

sesekali diaduk. Setelah mencapai suhu 900C gambir harus segera disaring

dalam keadaan panas agar kandungan kimia yang terdapat dalam gambir

dapat tersaring dengan sempurna dan tidak tertinggal. Infus gambir

kemudian dikeringkan dengan cara freeze drying. Freeze drying

merupakan metode pengeringan beku yang sangat mutakhir. Tujuan dari

pengeringan tersebut agar ekstrak gambir dapat disimpan lebih lama dan

tidak mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme.

Page 85: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

69

Metode ini dapat menghilangkan cairan dengan cara sublimasi

yaitu dengan membekukan cairan tersebut. Pada cara pengeringan ini

bahan dibekukan terlebih dahulu pada suhu -400C, kemudian dilakukan

proses pemanasan ringan atau dengan suhu yang rendah dalam suatu

lemari hampa udara. Kristal-kristal es yang terbentuk selama tahap

pembekuan akan menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa (sampai

0,1 bar) yaitu akan berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa

melewati fase cair.

Setelah didapatkan ekstrak dari masing-masing bahan uji,

kemudian dilakukan uji penapisan fitokimia kembali untuk melihat

perbedaan antara senyawa yang terkandung dalam ekstrak dengan

senyawa yang terkandung dalam serbuk simplisia. Dari hasil yang

diperoleh bahwa tidak ada perbedaan atau tidak ada kandungan senyawa

yang hilang dari pengujian sebelumnya. Sedangkan untuk mengetahui

kualitas ekstrak yang digunakan dilakukan pemeriksaan parameter non

spesifik ekstrak yang meliputi pemeriksaan susut pengeringan dan kadar

abu. Pada ekstrak gambir memiliki susut pengeringan 0,29 % dan kadar

abu 0,19 %. Sedangkan Ekstrak daun sirih memiliki susut pengeringan

sebesar 1,26 % dan kadar abu 3,33 %. Tujuan dari penentuan kadar abu ini

untuk mengetahui seberapa besar cemaran logam atau mineral yang

terkandung dalam ekstrak. Selain itu, dari hasil perhitungan rendemen

didapatkan rendeman dari masing-masing ekstrak. Ekstrak daun sirih

memiliki rendeman sebesar 17 % sedangkan gambir memiliki rendemen

sebesar 48 %. Rendemen merupakan perbandingan antara ekstrak yang

Page 86: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

70

diperoleh dengan simplisia awal. Hasil rendemen yang telah diperoleh

dapat digunakan sebagai faktor konversi untuk menentukan dosis yang

akan digunakan pada uji toksisits akut ini.

Proses selanjutnya yaitu pembuatan sediaan dosis dari campuran

ekstrak kental daun sirih dan ekstrak kering gambir. Dari kedua ekstrak

tersebut kemudian dilarutkan kedalam larutan Na CMC dengan

konsentrasi 0,5%. Ekstrak daun sirih dan ekstrak gambir memiliki

kelarutan yang cukup baik didalam larutan Na CMC bila dibandingkan

dengan menggunakan pelarut air.

Pada penelitian ini hewan percobaan yang digunakan adalah

mencit putih jantan galur DDY (Deutsch Denken Yoken) yang memiliki

fisik lebih kuat. Pemilihan mencit jantan dikarenakan pada mencit jantan

tidak dipengaruhi siklus estrus yang dapat menimbulkan aktivitas hormon

yang tidak stabil sehingga dikhawatirkan nantinya akan berpengaruh pada

proses pengamatan.

Mencit yang digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2

minggu dengan tujuan agar mencit tersebut dapat beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya. Selama proses aklimatisasi dan pengamatan mencit

ditimbang setiap hari untuk mengetahui perubahan berat badan yang

terjadi. Mencit yang digunakan pada penelitian ini merupakan mencit

dewasa yang memiliki berat badan antara 20-30 gram dengan usia 2-3

bulan. Setelah proses aklimatisasi, mencit dikelompokkan menjadi lima

kelompok yang terdiri dari kelompok normal, kelompok dosis I, kelompok

dosis II, kelompok dosis III, dan kelompok dosis IV. Pembagian kelompok

Page 87: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

71

tersebut berdasarkan berat badannya, kemudian mencit dipuasakan terlebih

dahulu agar pada saat diberikan larutan uji, keadaan lambung mencit

dalam keadaan kosong sehingga tidak mempengaruhi pada proses

pengamatan.

Sebelum dilakukan uji toksisitas maka diperlukan uji pendahuluan

terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang tepat pada saat pengujian

toksisitas sehingga diperoleh dosis yang dapat membunuh separuh dari

hewan uji.

Pada uji pendahuluan mencit dikelompokan menjadi 4 kelompok

yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 mencit jantan. Dosis yang

digunakan yaitu 0,46 g/kgBB, 2,3 g/kgBB, 10,5 g/kgBB, dan 57,5

g/KgBB. Perhitungan tersebut berdasarkan pada perbandingan orang

menyirih dan dari hasil rendemen antara gambir dan sirih (Lampiran 11).

Dari hasil yang diperoleh pada uji pendahuluan, yaitu terdapat kematian

pada dosis 3 dan 4. Pada Dosis I terdapat kematian 0%, dosis II 0%, dosis

III 75% dan dosis IV 100%. Dari hasil tersebut dosis yang akan digunakan

untuk uji toksistas yaitu berada diantara dosis II dan dosis IV.

Dari hasil uji pendahuluan rentang dosis yang digunakan untuk uji

toksisitas yaitu antara 2,3 g/kgBB sampai 57,5 g/kgBB. Maka, diambil

keputusan untuk penggunaan dosis terendah yaitu sebesar 2,7 g/kgBB.

Untuk menentukan dosis selanjutnya yaitu dengan menggunakan kelipatan

2, sehingga dosis selanjutnya yaitu sebesar 5,4 g/kgBB, 10,8 g/kgBB, dan

21,6 g/kgBB. Dikarenakan pada dosis 2,7 g/kgBB tidak terlihat gejala

toksik, maka dilakukan peningkatan dosis kembali yaitu dengan

Page 88: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

72

menggunakan dosis 5,4 g/kgBB sebagai dosis terendah, sedangkan dosis

tertinggi menjadi sebesar 43,2 g/kgBB. Setelah penentuan dosis, mencit

yang sudah diaklimatisasi diberikan sediaan bahan uji yang sudah di

sesuaikan terhadap bobot badan masing-masing mencit. Pemberian

dilakukan secara oral dengan menggunakan sonde. Pengamatan dilakukan

selama 24 jam untuk mengetahui hewan uji yang mati dan melihat gejala

toksik yang terjadi. Dalam waktu 24 jam telah terjadi kematian sebanyak 3

ekor yaitu pada dosis 2 mencit 3, pada dosis 3 mencit 3, dan pada dosis 4

mencit 1. Gejala toksik yang umumnya terjadi yaitu tremor, ataxia, jantung

berdetak kencang, kejang-kejang serta terjadinya penurunan aktifitas.

Sedangkan untuk sisa mencit lainnya tetap dilakukan pengamatan hingga

14 hari, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui adanya efek toksik yang

tertunda pada mencit.

Selama pengamatan, mencit di timbang setiap hari untuk

mengetahui perubahan berat badan yang terjadi. Dari hasil tersebut, telah

terjadi penurunan berat badan pada mencit. Gejala toksik yang terjadi

selama pengamatan sangat bervariasi, dimulai dengan adanya penurunan

aktifitas mencit menjadi lebih diam lalu dilanjutkan dengan terjadinya

tremor dan kejang-kejang. Namun, pada penelitian ini efek toksik terlihat

setelah beberapa hari dari pemberian bahan uji namun ada beberapa hewan

uji yang sudah terlihat adanya gejala toksik akan tetapi beberapa hari

kemudian menjadi pulih kembali.

Setelah 14 hari pengamatan sisa mencit yang masih dibius dengan

menggunakan eter. Hewan uji yang telah mati langsung dilakukan

Page 89: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

73

pembedahan untuk mengambil organ jantung, hati, ginjal, lambung dan

usus, kemudian dilakukan penimbangan bobot organ mencit.

Setelah itu dilakukan perhitungan nilai LD50 dengan menggunakan

metode weil. Hasil yang diperoleh yaitu telah terjadi kematian pada dosis

2 sebanyak 3 ekor, dosis 3 sebanyak 3 ekor dan dosis 4 sebanyak 4 ekor

dengan persen kematian 0%, 60%, 60%, dan 80%. Faktor kematian 0,0,3,4

adalah 0,875 dengan kelipatan dosis 2. Sehingga nilai LD50 yang diperoleh

adalah 13,99 g/kgBB dan termasuk ke dalam kategori praktis tidak toksik

karena berada pada rentang 5-15 g/kg.

Data bobot organ mencit yang sudah di dapat kemudian dianalisis

dengan menggunakan uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan antara

organ yang telah diberi sediaan bahan uji dengan organ dari kontrol

normal. Syarat pengujian ANOVA yaitu data terdistribusi normal, varian

harus sama atau homogen, sampel bersifat independent atau tidak

berhubungan satu dengan yang lain. Uji normalitas menunjukkan apakah

ada data yang terdistribusi normal atau tidak kemudian dilakukan

pengujian homogenitas. Jika dari hasil pengujian data yang didapat sudah

homogen dan terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan pengujian

ANOVA satu arah, namun jika terdapat data yang tidak homogen atau

tidak terdistribusi normal maka pengujian dilakukan dengan Kruskal

Wallis. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan secara bermakna dari masing-masing kelompok dosis terhadap

kelompok normal. Jika dari hasil data tersebut terdapat perbedaan

bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT.

Page 90: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

74

Dari hasil uji normalitas Kolmogorof-Smirnov untuk organ usus

tidak terdistribusi normal dengan nilai asumsi signifikan 0,045 ( p ≤ 0,05 ).

Sedangkan pada uji homogenitas untuk organ usus dan lambung tidak

homogen (p ≤ 0,05) sehingga perlu dilanjutkan dengan pengujian Kruskal

Wallis karena syarat normalitas dan homogenitasnya belum terpenuhi.

Untuk data dari organ hati, jantung, dan ginjal dapat dilanjutkan

dengan uji ANOVA karena sudah memenuhi syarat homogenitas dan

normalitas. Dari hasil pengujian ANOVA terlihat adanya perbedaan

bermakna pada organ jantung dan organ ginjal (p ≤ 0,05) maka dilanjutkan

dengan uji BNT. Sedangkan dari hasil uji kruskal wallis, terdapat

perbedaan secara bermakna pada organ lambung dengan nilai signifikan

0,035 (p ≤ 0,05) maka dilanjutkan dengan uji BNT. Sehingga dari hasil uji

statistik ini, terdapat perbedaan secara bermakna pada organ jantung,

ginjal, dan lambung terhadap organ kontrol normal.

Organ mencit yang sudah ditimbang dilakukan pengamatan secara

makroskopik dan mikroskopik. Dari hasil pengamatan secara makroskopik

terlihat adanya kerusakan pada dosis 2 mencit 1 dan dosis 3 mencit 5. Pada

dosis dua mencit satu, hati terlihat berwarna hitam pekat, terdapat cairan

yang berlebih di dalam rongga tubuh, lambung terlihat memerah, dan usus

terlihat menggembung transparan dan berisi cairan serta gelembung.

Sedangkan, pada dosis tiga mencit lima, lambung terlihat besar dan

menggembung transparan, terjadi perdarahan di usus dan jaringan, serta

kandung kemih berisi cairan darah.

Page 91: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

75

Kemudian setelah dilakukan pengamatan makroskopik dilanjutkan

dengan pengamatan mikroskopik dengan membuat preparat organ.

Tahapan dalam pembuatan preparat organ meliputi fiksasi, dehidrasi,

pembeningan, pembenaman, pengecoran, pemotongan jaringan,

pewarnaan, dan perekatan atau penempelan. Pada proses fiksasi larutan

yang digunakan adalah formalin 10 %. Tujuan dari fiksasi ini untuk

mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi seperti sewaktu

hidup serta untuk mengeraskan jaringan agar mudah untuk diiris tipis.

Setelah didapatkan preparat organ kemudian dilanjutkan

pengamatan secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Dilihat beberapa kerusakan yang terjadi lalu dibandingkan dengan kontrol

normal. Dari hasil pengamatan terlihat adanya kelainan pada setiap organ

kecuali organ jantung. Kerusakan yang paling jelas terlihat yaitu pada

organ lambung. Pada organ lambung dosis 1 sudah mulai terlihat adanya

kerusakan, semakin tinggi dosis yang diberikan kerusakan yang terjadi pun

semakin meluas. Pada lambung terjadi kerusakan pada bagian lapisan

mukosa, ditemukan sel radang dan telah terjadi nekrosis pada pada sel

epitel.

Sedangkan pada organ usus, kerusakan yang terjadi sama dengan

kerusakan pada organ lambung, yaitu terjadinya erosi pada bagian lapisan

mukosa usus dan pada dosis 3 mencit 5 telah terjadi perdarahan dengan

ditemukannya eritrosit di dalam lumen usus.

Kerusakan yang terjadi pada lapisan mukosa baik usus maupun

lambung di duga karena adanya efek dari kandungan yang terdapat dalam

Page 92: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

76

campuran ekstrak etanol daun sirih dan ekstrak gambir. Dalam daun sirih

mengandung minyak atsiri yang dapat mengiritasi membrane mukosa dan

kulit. Selain itu, saponin yang terkandung didalam daun sirih dan gambir

juga dapat mengakibatkan terjadinya hemolisis, dan iritasi berbagai tingkat

terhadap selaput lender atau membrane mukosa.

Pada organ ginjal terlihat kerusakan yang terjadi dengan

ditemukannya kerusakan pada struktur glomerulus yang tidak normal, inti

sel di tubulus yang semakin sedikit, terjadinya nekrosis, serta telah

terjadinya perdarahan dengan ditemukannya eritrosit pada bagian sela

tubulus dan di dalam tubulus. Sedangkan, pada organ hati ditemukan

banyak vakuola lemak yang di duga adanya perlemakan pada hati.

Perlemakan hati biasanya terjadi karena adanya gangguan dalam

metabolisme lemak, adanya pengangkutan yang berlebihan, serta

terjadinya sintesis lemak yang bertambah pada sel hati.

Dari hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa pemberian bahan

uji campuran ekstrak etanol daun sirih dan ekstrak gambir dapat

berpengaruh pada organ ginjal, hati, lambung, dan usus.

Page 93: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Nilai LD50 yang didapat dari hasil pengujian toksisitas akut ini

yaitu sebesar 13,99 g/kgBB dan termasuk ke dalam kategori praktis

tidak toksik. Pemberian bahan uji campuran ekstrak etanol daun

sirih dan ekstrak gambir menimbulkan gejala toksik berupa

penurunan aktifitas, tremor, kejang-kejang, dan ataxia.

2. Pada hasil pengamatan organ secara makroskopik, terlihat adanya

kerusakan pada organ usus, lambung, dan hati.

3. Dari hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya

kerusakan pada lapisan mukosa usus dan lambung, terjadinya

perdarahan, nekrosis, dan struktur glomerulus yang rusak pada

ginjal, serta ditemukan adanya degenerasi bengkak keruh dan

vakuola lemak pada hati.

4. Berdasarkan hasil uji statistik , terlihat adanya perbedaan secara

bermakna pada taraf uji 0,05 antara bobot organ ginjal dosis

2, 3 dan 4, bobot organ jantung dosis 3 dan 4, serta bobot organ

lambung dosis 4 terhadap bobot kontrol normal (p ≤ 0,05).

Page 94: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

78

6.2 SARAN

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji

toksisitas dengan menggunakan metode yang berbeda agar di dapatkan

informasi lebih mendalam sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 95: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

79

DAFTAR PUSTAKA

A., Sengupta , P., Adhikary , B.K., Basak , and K., Chakrabarti. 2000. Pre-clinicaltoxicity evaluation of leaf-stalk extractive of Piper betle Linn. in rodents.Indian J Exp Biol. Department of Chemistry and Centre of AdvancedStudies on Natural Products, University College of Science and Technology,Calcutta University. Vol. 38(4):338-42

Arawbewela, Lakshmi, dkk. 2006. Piper betle: a potential natural antioxidants.International Journal of Food Science and Technology. Vol. 41: 10-14

Ariens, E.J. at al.1986. Toksikologi Umun Pengantar, terjemahan WattimenaJ.R.,.Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta: 15,83

Badan POM RI. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta.BPOM RI: 96-99

Balazs, T., 1970. Measurement of Acute Toxicity, In Paget, G.E. (Ed), Methodsin Toxicology, Blackwell Scientific Publication, Oxford: 49-55

Dwi Amiria, Fita. 2008. Uji toksisitas akut bahan obat herbal "X" ditinjau darinilai LD50 serta fungsi hati dan ginjal pada mencit putih. Skripsi SarjanaFarmasi FMIPA UI, Depok.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: XXX

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 92-98

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 137-139

Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 272-275

Page 96: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

80

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. DirektoratJendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 1ii;7

Departemen Kesehatan RI. 1999. Cara Pengelolaan Simplisia Yang Baik.Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 1-26

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum EkstrakTumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,Jakarta: 1-17

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik ObatTradisional. Direktorat Jendral POM Direktorat Pengawasan ObatTradisional, Jakarta: 2-18

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Acuan Sediaan Herbal.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 115-117.

Dwi Amiria, Fita. 2008. Uji toksisitas akut bahan obat herbal "X" ditinjau darinilai LD50 serta fungsi hati dan ginjal pada mencit putih. Skripsi SarjanaFarmasi FMIPA UI, Depok.

Eroschenko, Victor P. 2003. Di Fiore’s atlas of histology with functionalcorrelations. Ed. 9. EGC. Jakarta: 113, 183, 197, 219, 249

Farnsworth,M.R. 1969. Biological and Phytochemical Screening of Plants.Journal Pharmaceutical Science.

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. edisi 4. Universitas Indonesia Press,Jakarta: 755-766

Green, L. Earl. 1966. Biology of The Laboratory Mouse Second RevisedEdition. Dover Publication Inc. New York.

Gunawan, Didik & Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.Penebar Swadaya, Jakarta: 9-16

Page 97: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

81

Harborne,J.B. 1984. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisistumbuhan. Penerbit ITB Bandung.

Hariana, Drs. H. Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3.Penebar Swadaya, Jakarta: 86-87

Hariana, Drs. H. Arief. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 1.Penebar Swadaya. Jakarta: 114

Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta.Pallmal: 183-184

Hayati, Farida. Murwanti, Retno & B.S., Dwi. Ketoksikan Akut TabletEffervescent Dari Ekastrak Daun Sirih (Piper betle L.) Pada Tikus PutihJantan Galur Wistar. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

Hayes, A.W. 1984. Principles and Methods of Toxicology. Student Ed. RavenPress, New York: 1,4,11-19

Hutapea, J.R dkk. 1991. Inventaris tanaman Obat Indonesia Jilid II.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 454-455

Jusuf, Ahmad Aulia. 2009. Penuntun Praktikum Histoteknik. DepartemenHistologi. Sumatera. FKUSU: 1-35

Loomis, T.A.,1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Donatus, I.A.,edisi III, IKIP Semarang Press, Semarang: 39-41; 58-60

Lu, F. C., 1991, Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Risiko,diterjemahkan oleh Nugroho,E., Edisi kedua. UI Press, Jakarta: 86-97; 206-236; 295-301

Manigauha, Ashish. 2009. Study the Effect of Phytochemical Constituents ofPiper betel Leaves Extracts on Liver Disorders by in vivo Model. Journal ofPharmacy Research Vol.2.Issue 3

Page 98: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

82

Mardisiswojo, Sudarman & Radjakmangunsudarso, Harsono. 1968. Cabe PuyangWarisan Nenek Moyang I. PMI. Jakarta: 102-103

Mulyono & Mulyanti, 2004, Khasiat dan Manfaat Daun Sirih ObatMujarab Dari Masa ke Masa, edisi I, Agromedia Pustaka, Jakarta: 1-11

Nuratmi, Budi, Ajirni & Sari, Ida Diana. 2006. Review Tanaman Obat Indonesia.Ed. I. Balitbangkes Depkes RI, Jakarta: 179-183

Pambayun, Rindit., dkk. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dariberbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria gambir Roxb). MajalahFarmasia Indonesia 18(3): 141 – 146

Pringgoutomo, Sudarto. 2002. Buku Ajar Patologi I (UMUM). Edisi 1. SagungSeto. Jakarta: 88

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. 1994. Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit. Ed 4 Buku 1&2. Terjemahan dariPathophysiologhy. Clinical Consepts Of Disease Processes. Alihbahasa: Peter Anugrah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 467, 769-795

Priyanto. 2009. Toksikologi: Mekanisme, Terapi Antidotum, dan PenilaianResiko. Depok. Leskonfi: 151-167

Radji, M & Harmita. 2004. Buku Ajar Analisis Hayati. Departemen FarmasiFMIPA UI, Depok: 47-55; 72-75; 77-85

Tambunan, Armansyah., Solahudin. 2000. Simulasi Karakteristik PengeringanBeku Daging Sapi Giling. Bulletin Keteknikan Pertanian Vol 14:1.

Timbrell, John A.2002. Introduction to toxicology Ed. 3. Taylor &Francis, London: 163-167

R., Saravanan , Prasad N., Rajendra , and K.V., Pugalendi. 2003. Effect of Piperbetle leaf extract on alcoholic toxicity in the rat brain. International Journalof Food Science & Technology. Department of Biochemistry, Faculty ofScience, Annamalai University. Vol. 6(3):261-5

Page 99: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

83

R., Saravanan and K.V., Pugalendi. 2004. Effect of Piper betel on Blood Glucoseand Lipid Profiles in Rats After Chronic Ethanol Administration.International Journal of Food Science & Technology. Department ofBiochemistry, Faculty of Science Annamalai University. Vol. 42, No. 4-5 ,Pages 323-327

Reagan-Shaw S,. Nihal M and Ahmad N. 2008. Dose translation from animal tohuman studies revisited. The FASEB Journal 2007, 22:659-661

Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat, Jakarta: 238-239

Soemardji, Andreanus A. 2002. Toksisitas Akut dan Penentuan DL50 OralEkstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada MencitSwiss Webster. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, hal 57 – 62

Wahjoedi, Bambang, Sa’roni, dan Widowati, Lucie. 2004. Kajian PotensiTanaman Obat. Pusat Penelitian Pengembangan Farmasi dan ObatTradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 2

Wahyono, Wahyuono, S., Hakim. 2007. Uji toksisitas akut ekstrak etanolikterstandar dari kulit akar Senggugu (Clerodendrum serratum L. Moon).Majalah Farmasi Indonesia, 18(1). Hal: 1 – 7

WHO. 1993. Standard of ASEAN Herbal Medicine. Volume I. ASEANCountries. Jakarta, Indonesia: 341-351

WHO. 1993. Research Guidelines For Evaluating The Safety And EfficacyOf Herbal Medicine. WHO Regional Office for the Western Pasific.Manila: 35-40

Page 100: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

84

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman

Page 101: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

85

Lampiran 2. Gambar Daun Sirih (Piper betle L.) dan Gambir (Uncariagambir)

Gambar 1. Daun Sirih Gambar 2. Serbuk Daun Sirih

Gambar 3. Proses Maserasi Gambar 4. Estrak Daun Sirih

Gambar 5. Bongkahan Gambir Gambar 6. Ekstrak Gambir Kering

Page 102: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

86

Gambar 7. Campuran Ekstrak Gambar 8. Proses Freeze Drying

Page 103: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

87

Lampiran 3. Skema Pembuatan ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Ekstrak Kental

Daun Sirih(Piper betle L.)

Serbuk Daun Sirih

Pencucian & SortasiBasah

Uji PenapisanFitokimia

Daun Sirih Kering

Sortasi Kering &Penggilingan

DeterminasiTanaman

Maserasi dengan etanol 70%

Maserat etanol

Dipekatkan dengan evaporatorpada suhu 40oC

HerbariumBogoriense, BidangBotani Puslitbang

Biologi LIPI Bogor.

Page 104: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

88

Lampiran 4. Skema Pembuatan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir R.)

Sortasi kering dan Penggilingan

Gambir(Uncaria gambir R.)

Freeze Dry

LarutanInfus

Serbuk Halus

Ampas Filtrat

Serbuk Kering

Uji PenapisanFitokimia

Ditambah Air

Page 105: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

89

Lampiran 5. Skema Pembuatan Bahan Uji

Gambir(Uncaria gambir R.)

Daun Sirih(Piper betle L.)

Uji PenapisanFitokimia

Uji Parameter non SpesifikEkstrak

(Kadar Abu & Kadar Air)

Ekstrak Kental Daun Sirih + EkstrakKering Gambir + Na CMC 0,5 %

CampuranBahan Uji Gambir & Sirih

Uji Pendahuluan&

Uji Toksisitas

Page 106: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

90

Lampiran 6. Hasil Karakteristik Ekstrak

a. Hasil Penetapan Susut Pengeringan Ekstrak Daun Sirih

Berat cawan kosong = 27,2490 gram

Berat Ekstrak = 3,0117 gram

Berat cawan + ekstrak = 30,2607 gram

Setelah dimasukkan ke dalam oven 105OC hingga bobot konstan, berat cawan +

Ekstrak menjadi 29,8804 gram

Jadi, berat susut pengeringannya adalah sebesar:

Rumus = Berat Awal (w1) - Berat Akhir (w2) x 100 %

Berat Awal (w1)

= 30,2607 – 29,8804 x 100 %

30,2607

= 1,26 %

b. Hasil Penetapan Susut Pengeringan ekstrak gambir

Berat cawan kosong = 19,0017 gram

Berat Ekstrak = 1,0133 gram

Berat cawan + ekstrak = 20,015 gram

Setelah dimasukkan ke dalam oven 105OC hingga bobot konstan, berat cawan +

Ekstrak menjadi 19,9563 gram

Jadi, berat susut pengeringannya adalah sebesar:

Rumus = Berat Awal (w1) – Berat Akhir (w3) x 100 %

Berat Awal (w1)

= 20,015 – 19,9563 x 100 %

20,015

= 0,29 %

Page 107: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

91

c. Hasil Penetapan kadar abu Ekstrak Daun Sirih

Berat cawan kosong = 14,1293 gram

Berat Ekstrak = 2,0678 gram

Berat cawan + ekstrak = 16,1971 gram

Setelah dimasukkan ke dalam Tanur selama 180 menit, berat cawan + Ekstrak

menjadi 14,1982 gram

Jadi, besar kadar abunya adalah

Rumus = w akhir – w cawan x 100 %

w sampel

= 14,1982 – 14,1293 x 100 %

2,0678

= 3,33 %

d. Hasil Penetapan kadar abu Ekstrak Gambir

Berat cawan kosong = 25,3726 gram

Berat Ekstrak = 2,0103 gram

Berat cawan + ekstrak = 27,3829 gram

Setelah dimasukkan ke dalam Tanur selama 180 menit, berat cawan + Ekstrak

menjadi 25,3764

Jadi, besar kadar abunya adalah

Rumus = w akhir – w cawan x 100 %

w sampel

= 25,3764 – 25,3726 x 100 %

2,0103

= 0,19 %

Page 108: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

92

Lampiran 7. Penetapan Rendeman Ekstrak

Penetapan Rendemen Ekstrak

Daun Sirih

Sirih Segar = 2200 gram

Sirih Kering = 450 gram

Ekstrak Kental = 76,5 gram

% rendemen = 76,5 gram x 100% = 17%

450 gram

Gambir

Bongkahan Gambir = 600 gram

Ekstrak Kering Gambir = 289 gram

% rendemen = 289 gram x 100% = 48 %

600 gram

Page 109: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

93

Lampiran 8. Skema Kerja Uji Pendahuluan

Uji Pendahuluan

Dosis IV57.500

mg/kgBB

Dosis I460

mg/kgBB

Dosis II2300

mg/kgBB

Dosis III11.500

mg/kgBB

Diamati Selama 24 Jam

Hitung Jumlah Mencit Yang Mati

Uji Toksisitas

KelompokI

KelompokII

KelompokIII

KelompokIV

Page 110: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

94

Lampiran 9. Skema Kerja Uji Toksisitas

Aklimatisasi(2 Minggu)

KelompokIV

KelompokI

KelompokII

KelompokIII

Pengamatani Gejala Toksik dan Jumlah Hewan Mati Selama 14 Hari

Hewan MencitGalur DDY

Pemberian Bahan Uji(Oral)

Mencit Mati

Bedah

PembuatanPreparat Organ(Histopatologi)

Timbang BeratOrgan Mencit

PembacaanPreparat Organ

Analisa DataDengan ANOVA

Kontrol

Na CMC0,5 %

Dosis I5400

mg/kgBB

Dosis II10.800

mg/kgBB

Dosis III21.600

mg/kgBB

Dosis IV43.200

mg/kgBB

Organ di Rendamdengan formalin

10%

Perhitungan nilaiLD50

Page 111: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

95

Lampiran 10. Skema Kerja Pembuatan Preparat Histologi

Page 112: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

96

Lampiran 10. (Lanjutan)

Page 113: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

97

Lampiran 11. Penentuan Dosis Uji

Untuk pemeberian dosis pada hewan uji, dosis yang akan

digunakan perlu dikonversikan terlebih dahulu dengan menggunakan table

konversi yang berdasarkan pada luas permukaan tubuh. Adapun

perhitungannya yaitu :

Tabel 12 . Conversion Animal Doses to HED based on BSA

Spesies Berat badan

(kg)

Luas

permukaan

tubuh (m2)

Faktor Km

Manusia

Dewasa

Anak

60

20

1,6

0,8

37

25

Baboon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

Page 114: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

98

Lampiran 11. Penentuan Dosis Uji (Lanjutan)

Tabel 13. Perhitungan Dosis

Daun Sirih Gambir

Dosis orang menyirih 1600 mg (60 Kg) 350 mg (60 Kg)

Dosis Per KgBB 26,67 mg/kgBB 5,83 mg/kgBB

Dosis Mencit

(Konversi) 26,67 mg/kgBB = ? x 3

37

= 328,93 mg/kgBB

5,83 mg/kgBB = ? x 3

37

= 71,90 mg/kgBB

Dosis x Rendemen

Dosis Empiris yang

telah di konversi ke

mencit.

328,93 mg/kgBB x 76,5 gr

2200 gr

= 11,45 mg/kgBB

71,90 mg/kgBB x 289 gr

600 gr

= 34,51 mg/kgBB

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan dosis empiris manusia yang telah di

konversikan ke dalam dosis mencit sehingga dosis tersebut dapat digunakan untuk

uji pendahuluan.

Page 115: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

99

Lampiran 12. Pembuatan Bahan Uji Pendahuluan

Untuk uji pendahuluan dosis ditingkatkan menjadi 10 kali dari dosis

empiris yang sudah dikonversikan, dosis tersebut digunakan sebagai dosis

terendah sedangkan untuk dosis selanjutnya dengan menggunakan kelipatan 5.

Estrak Daun Sirih = 11,45 mg/kgBB x 10 = 114,5 mg/kgBB ≈ 115 mg/kgBB

Ekstrak Gambir = 34,51 mg/kgBB x 10 = 345,1 mg/kgBB ≈ 345 mg/kgBB

Dosis Campuran = 460 mg/KgBB

Perbandingan Antara Ekstrak Daun sirih dan ekstrak gambir

Ekstrak Sirih : Ekstrak Gambir

115 mg/kgBB : 345 mg/kgBB

1 : 3

Tabel 14. Dosis Uji Pendahuluan

Kelompok Dosis

(g/Kg BB)

Jumlah

Hewan Uji

I 0,46Sirih = 0,115

Gambir = 0,345

4

II 2,3Sirih = 0,575

Gambir = 1,725

4

III 11,5Sirih = 2,875

Gambir = 8,625

4

IV 57,5Sirih = 14,38

Gambir = 43,13

4

1. Dosis I 460 mg/kgBB

Dosis x BB mencit

460 mg/kgBB x 0,02 kg = 9,2 mg

Page 116: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

100

[c] = 18,4 mg/ml

Dibuat 5 ml = 18,4 mg/ml x 5 ml = 92 mg

2. Dosis II 2300 mg/kgBB

2300 mg/kgBB x 0,02 = 46 mg

[c] = 92 mg/ml

Dibuat 5 ml = 92 mg/ml x 5 ml = 460 mg

3. Dosis III 11.500 mg/kgBB

11.500 mg/kgBB x 0,02 = 230 mg

[c] = 460 mg/ml

Dibuat 5 ml = 460 mg/ml x 5 ml = 2300 mg

4. Dosis IV 57.500 mg/kgBB

57.500 mg/kgBB x 0,02 kg = 1150 mg

[c] = 2300 mg/ml

Dibuat 5 ml = 2300 mg/ml x 5 ml = 11.500 mg

Page 117: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

101

Lampiran 13. Pembuatan Bahan Uji Toksisitas

Dari Hasil pengujian pendahuluan yang telah dilakukan, terjadi kematian

pada dosis 3 sebesar 75% dan pada dosis 4 sebesar 100% sedangkan pada dosis 1

dan 2 tidak terjadi kematian. Maka, dosis yang digunakan untuk uji toksisitas

yaitu antara dosis 2 dan dosis 4.

Dosis terendah yang digunakan pada uji toksisitas ini adalah 2700

mg/kgBB dengan menggunakan kelipatan 2, namun karena tidak terjadi kematian

pada dosis tersebut dosis tersebut dihilangkan sehingga dosis terendah yang

digunakan adalah 2 kali dari dosis tersebut yaitu menjadi 5400 mg/kgBB.

Tabel 15. Dosis Uji Toksisitas

Kelompok Dosis

(g/Kg BB)

Jumlah

Hewan Uji

I 5,4Sirih = 1,35

Gambir = 4,055

II 10,8Sirih = 2,7

Gambir = 8,15

III 21,6Sirih = 5,4

Gambir = 16,25

IV 43,2Sirih = 10,8

Gambir = 32,45

1. Dosis I 5400 mg/kgBB

Dosis x BB mencit

5400 mg/kgBB x 0,02 kg = 108 mg

Page 118: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

102

[c] = 216 mg/ml

Dibuat 5 ml = 216 mg/ml x 5 ml = 1080 mg

Penimbangan Bahan

Ekstrak Sirih : x 1080 mg = 270 mg

Ekstrak Gambir : x 1080 mg = 810 mg

2. Dosis II 10.800 mg/kgBB

10.800 mg/kgBB x 0,02 = 216 mg

[c] = 432 mg/ml

Dibuat 5 ml = 432 mg/ml x 5 ml = 2160 mg

Penimbangan Bahan

Ekstrak Sirih : x 2160 mg = 540 mg

Ekstrak Gambir : x 2160 mg = 1620 mg

3. Dosis III 21.600 mg/kgBB

21.600 mg/kgBB x 0,02 = 432 mg

[c]

[c] = 864 mg/ml

Dibuat 5 ml = 864 mg/ml x 5 ml = 4320 mg

Penimbangan Bahan

Ekstrak Sirih : x 4320 mg = 1080 mg

Ekstrak Gambir : x 4320 mg = 3240 mg

Page 119: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

103

4. Dosis IV 43.200 mg/kgBB

43.200 mg/kgBB x 0,02 kg = 864 mg

[c] = 1728 mg/ml

Dibuat 5 ml = 1728 mg/ml x 5 ml = 8640 mg

Penimbangan Bahan

Ekstrak Sirih : x 8640 mg = 2160 mg

Ekstrak Gambir : x 8640 mg = 6480 mg

Page 120: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

104

Lampiran 14. Perhitungan Nilai LD50

Perhitungan Nilai LD50

Log m = Log D + d (f +1)

Dimana :

m = LD50

D = Dosis terendah

d = Kelipatan dosis

f = Faktor Weil

Dik f = 0,3750

Log D = Log 5400 = 3,732

d = Log 2 = 0,301

Jawab Log m = 3,732 + 0,301 (0,3750 + 1)

Log m = 3,732 + 0,1128 + 0,301

Log m = 4,146

m = 13.992 mg/kgBB = 13,99 g/kgBB

Jadi, LD50 Campuran Ekstrak Daun Sirih dan Ekstrak Gambir adalah

13,99 g/kgBB termasuk ke dalam kategori Praktis Tidak Toksik

Page 121: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

105

Lampiran 14. Perhitungan Nilai LD50 (Lanjutan)

Rentang LD50 = antilog (log m ±2 x δ log m)

δ log m= d x δf

= log 2 x 0,44304

= 0,133

Dimana:

δf = suatu faktor dalam tabel Weil

d = log kelipatan dosis

m = nilai LD50

Batas atas = antilog (log m ± 2 x δ log m)

= antilog (4,146 + 2 x 0,133)

= 25822,60

Batas Bawah = antilog (log m ±2 x δ log m)

= antilog (4,146 - 2 x 0,133)

= 7585,77

Maka, diperoleh rentang LD50 antara 7,59 g/kgBB dan 25,82 g/kgBB

Page 122: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

106

Lampiran 15. Perlakuan Hewan Uji

Gambar 9. Kandang Mencit Gambar 10. Mencit Putih Jantan

Gambar 11. Penyondean Bahan Uji Gambar 12. Pembedahan

Gambar 13. Mencit Yang Sudah di Bedah

Page 123: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

107

Lampiran 16. Pengamatan Organ Secara Makroskopis

A B C

ED F

Gambar 14. Organ Mencit Dosis 2 Mencit 1

F C

A

E D

B

Gambar 15. Organ Mencit Dosis 3 Mencit 5

Keterangan : A. Paru

B. Ginjal

C. Lambung

D Jantung

E Hati

F. Usus

Page 124: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

108

Lampiran 17. Alat-Alat Penelitian

Gambar 16. Pewarnaan Preparat Gambar 17. Timbangan

Gambar 18. Neraca Analitik Gambar 19. Mikroskop

Gambar 20. Rotary Vacum Evaporator Gambar 21. Eksikator

Page 125: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

109

Gambar 22. Oven Gambar 23. Furnace

Gambar 24. Hot Plate Gambar 25. Mikrotom

Page 126: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

110

Lampiran 18. Pembacaan Preparat Organ Lambung

bd a

c

Gambar 26. Kontrol Perbesaran 100 x

a

b

Gambar 27. Dosis 1 Perbesaran 100 x

a

Gambar 28. Dosis 2 Perbesaran 100 x

Keterangan :

a. Lapisan Mukosa

b. Kelenjar Gaster

c. Lapisan Serosa

d. Muskularis

Keterangan :

a. Kerusakan Pada Lapisan

Mukosa

b. Lapisan Serosa

Keterangan :

a. Kerusakan Pada Lapisan

Mukosa serta di

temukannya sel radang.

Page 127: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

111

Lampiran 18. Pembacaan Preparat Organ Lambung (Lanjutan)

a

Gambar 29. Dosis 3 Perbesaran 40 x

a

Gambar 30. Dosis 4 Perbesaran 100 x

Keterangan :

a. Kerusakan Pada Lapisan

Mukosa serta di

temukannya sel radang.

Keterangan :

a. Terjadinya erosi pada

bagian mukosa lambung

Page 128: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

112

Lampiran 19. Pembacaan Preparat Organ Usus

a

Gambar 31. Kontrol Perbesaran 100 x

a

Gambar 32. Dosis 1 Perbesaran 40 x

a

Gambar 33. Dosis 2 Perbesaran 100 x

Keterangan :

a. Kelenjar Intestinal

Keterangan :

a. Terjadinya erosi pada

bagian mukosa usus, sel

epitel sudah mulai lepas.

Keterangan :

a. Lapisan mukosa usus yang

sudah terkikis.

Page 129: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

113

Lampiran 19. Pembacaan Preparat Organ Usus (Lanjutan)

ba

Gambar 34. Dosis 3 perbesaran 100 x

a

Gambar 35. Dosis 4 Perbesaran 100 x

Keterangan :

a. Terjadi perdarahan dengan

di temukannya eritrosit

b. Lapisan mukosa yang telah

rusak

Keterangan :

a. Terjadinya kerusakan pada

bagian lapisan mukosa usus

Page 130: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

114

Lampiran 20. Pembacaan Preparat Organ Ginjal

c

d a b

Gambar 36. Kontrol Perbesaran 400 x

b

a

Gambar 37. Dosis 1 Perbesaran 400 x

a

Gambar 38. Dosis 2 perbesaran 400 x

Keterangan :

a. Glomerulus

b. Ruang Bowman

c. Tubulus Kontortus

Proximal

d. Tubulus Kontortus Distal

Keterangan :

a. Struktur Glomerulus yang

sudah rusak

b. Terdapat sel radang

Keterangan :

a. Struktur Tubulus yang

sudah rusak

Page 131: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

115

Lampiran 20. Pembacaan Preparat Organ Ginjal (Lanjutan)

a

Gambar 39. Dosis 3 Perbesaran 400 x

a

b

Gambar 40. Dosis 4 Perbesaran 100 x

Keterangan :

a. Terdapat eritrosit di dalam

ruang bowman serta

tubulus.

Keterangan :

a. Terjadi perdarahan dengan

ditemukannya eritrosit pada

bagian sela antar tubulus

b. struktur glomelurus yang

sudah rusak

Page 132: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

116

Lampiran 21. Pembacaan Preparat Organ Jantung

a

b

Gambar 41. Kontrol Perbesaran 400 x

Gambar 42. Dosis 1 Perbesaran 400 x

Gambar 43. Dosis 2 Perbesaran 400 x

Page 133: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

117

Lampiran 21. Pembacaan Preparat Organ Jantung (Lanjutan)

Gambar 44. Dosis 3 Perbesaran 400 x

Gambar 45. Dosis 4 Perbesaran 400 x

Keterangan :

a. Otot Jantung

b. Inti

Tidak terlihat kelainan pada organ jantung.

Page 134: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

118

Lampiran 22. Pembacaan Preparat Organ Hati

a

Gambar 46. Kontrol Perbesaran 400 x

b

Gambar 47. Dosis 1 Perbesaran 400 x

c

Gambar 48. Dosis 2 Perbesaran 400 x

Page 135: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

119

Lampiran 22. Pembacaan Preparat Organ Hati (Lanjutan)

e

d

Gambar 49. Dosis 3 Perbesaran 400 x

f

Gambar 50. Dosis 4 Perbesaran 400 x

Keterangan :

a. Hepatosit

b. Vakuola lemak

c. Sinusoid

d. Perlemakan

e. Degenerasi bengkak keruh

Page 136: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

120

Lampiran 23. Data Tabel Weil

Tabel 16. Tabel Weil

Harga r f Δf Harga r f δf0,0,3,5 0,90000 0,24493 0,3,4,5 0,10000 0,316230,0,4,5 0,70000 0,20000 1,0,3,5 0,87500 0,307780,0,5,5 0,50000 0,00000 0,3,4,4 0,12500 0,396520,1,2,5 0,90000 0,31623 1,0,4,4 0,83333 0,437440,1,3,3 0,70000 0,31623 1,0,5,4 0,50000 0,237000,1,4,5 0,50000 0,28284 1,1,3,4 0,83333 0,598351,0,5,5 0,30000 0,20000 1,1,4,4 0,50000 0,527051,0,4,5 0,62500 0,26700 1,1,5,4 0,16667 0,437441,0,5,5 0,37500 0,15625 1,2,2,1 0,83333 0,643101,1,2,5 0,87500 0,39652 1,2,3,4 0,50000 0,623611,1,3,5 0,62500 0,40625 1,2,4,4 0,16667 0,39834

1,1,4,5 0,37500 0,38654 1,3,3,4 0,16667 0,643101,1,5,5 0,12500 0,33219 2,0,4,4 0,75000 0,643481,2,2,5 0,62500 0,44304 2,0,5,4 0,25000 0,457981,2,3,5 0,37500 0,46034 2,13,4 0,75000 0,888291,2,4,5 0,12500 0,45178 2,1,4,4 0,25000 0,852391,3,3,5 0,12500 0,48513 2,2,2,4 0,75000 0,956072,0,3,5 0,83333 0,41388 2,2,3,4 0,25000 0,988212,0,4,5 0,50000 0,39087 0,0,5,3 0,83333 0,340212,0,5,5 0,16667 0,34021 0,1,4,3 0,83333 0,581342,1,2,5 0,83333 0,53142 0,1,5,3 0,50000 0,390872,1,3,5 0,50000 0,56519 0,2,3,3 0,83333 0,670132,1,4,5 0,16667 0,58134 0,2,4,3 0,50000 0,565192,2,2,5 0,50000 0,61237 0,2,5,3 0,16667 0,4138S2,2,3,5 0,16667 0,67013 0,3,3,3 0,50000 0,612370,0,4,4 0,87500 0,33219 0,3,4,3 0,16667 0,531420,0,5,4 0,62500 0,15625 1,0,5,3 0,75000 0,475930,1,3,4 0,87500 0,45178 1,1,4,3 0,75000 0,852390,1,4,4 0,62500 0,38654 1,1,5,3 0,25000 0,643480,1,5,4 0,37500 0,26700 1,2,3,3 0,75000 0,988210,2,2,4 0,87500 0,48513 1,3,3,3 0,25000 0,950670,2,3,4 0,62500 0,46034 2,0,5,3 0,50000 0,866020,2,4,4 0,37500 0,40625 0,1,5,2 0,75000 0,678920,2,5,4 0,12500 0,30778 0,2,4,2 0,25000 0,914300,3,3,4 0,37500 0,44304 0,2,5,2 0,75000 0,631220,2,2,5 0,70000 0,34610 0,3,4,2 0,50000 0,805260,2,3,5 0,50000 0,34610 1,1,52 0,50000 1,274750,2,4,5 0,30000 0,31623 1,2,4,2 0,50000 1,767770,2,5,5 0,10000 0,24495 1,3,3,2 0,50000 1,903940,0,3,5 0,30000 0,34641 0,2,5,1 0,50000 1,65831

Page 137: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

121

Lampiran 24. Penimbangan Bobot Badan Selama Pengamatan

Tabel 17. Bobot Mencit

Mencit Data Pengamatan0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kontrol 1 20 20 21 21 21 21 21 22 22 22 22 21 21 21 202 20 20 21 21 21 22 22 22 21 21 21 21 20 20 203 20 20 20 20 21 21 21 21 21 20 20 20 20 20 204 20 20 20 20 21 21 21 21 22 22 21 21 21 21 205 20 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 22 22 22 20

Dosis I 1 21 19 19 19 18 18 18 17 17 16 16 16 14 15 142 22 21 20 20 20 20 19 19 19 18 18 17 17 17 173 22 19 19 19 19 19 19 18 17 16 16 17 17 16 164 22 19 19 19 19 19 19 18 18 17 17 17 16 16 165 22 21 20 19 19 19 19 18 17 17 17 17 17 16 16

Dosis II 1 23 23 23 22 21 21 20 19 18 18 20 22 - - -2 22 22 24 23 22 23 20 21 21 20 20 20 22 21 203 23 - - - - - - - - - - - - - -4 22 21 20 20 20 20 19 17 16 14 14 14 - - -5 22 22 21 21 21 21 19 19 19 28 17 17 19 17 17

Dosis III 1 23 22 21 21 20 21 21 20 19 18 - - - - -2 24 25 26 26 23 26 25 23 24 22 22 22 22 20 213 23 - - - - - - - - - - - - - -4 23 22 23 23 21 23 21 20 20 19 19 19 19 18 185 23 22 19 19 17 - - - - - - - - - -

Dosis IV 1 22 - - - - - - - - - - - - - -2 22 22 20 21 21 18 17 17 16 16 16 15 15 14 143 22 21 20 - - - - - - - - - - - -4 21 21 20 20 19 18 17 - - - - - - - -5 21 21 20 19 18 18 17 17 16 17 18 15 14 - -

Page 138: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

122

Lampiran 25. Penimbangan Berat Organ Mencit

Tabel 18. Bobot Organ Mencit

Dosis

Hewan

Bobot Organ (g)HATI JANTUNG GINJAL USUS LAMBUNG

1 0,48 0,08 0,17 1,57 0,32 0,41 0,05 0,16 1,89 0,313 0,53 0,08 0,17 1,84 0,184 0,35 0,07 0,14 1,84 0,135 1,34 0,09 0,27 1,93 0,19

Rata-rata 0,622 0,074 0,182 1,814 0,222

I

1 0,57 0,06 0,17 1,62 0,32 0,45 0,08 0,18 1,89 0,33 0,5 0,11 0,21 2,16 0,474 0,57 0,09 0,22 1,47 0,325 0,4 0,1 0,19 1,74 0,19

Rata-rata 0,498 0,088 0,194 1,776 0,316

II

1 0,72 0,09 0,25 2,67 0,492 0,72 0,07 0,26 2,13 0,443 0,92 0,1 0,25 1,82 0,564 0,66 0,09 0,24 1,92 0,475 0,64 0,11 0,21 1,74 0,45

Rata-rata 0,732 0,092 0,242 2,056 0,482

III

1 0,6 0,09 0,25 1,74 0,252 0,74 0,1 0,24 1,8 0,323 0,64 0,14 0,3 1,74 1,114 0,72 0,08 0,29 1,72 0,475 0,62 0,11 0,25 1,82 0,26

Rata-rata 0,664 0,104 0,266 1,764 0,482

IV

1 0,98 0,09 0,31 3,82 0,562 1,61 0,11 0,45 4,13 0,673 0,9 0,13 0,27 2,25 0,894 0,5 0,16 0,27 1,21 0,255 0,85 0,14 0,3 2,05 0,32

Rata-rata 0,968 0,126 0,32 2,692 0,538

Kontrol

Page 139: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

123

Lampiran 26. Hasil Statistik Bobot Organ mencit

1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene terhadap

obot organ mencit

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data bobot organ mencit

Ho : Data bobot organ mencit terdistribusi normal

Ha : Data bobot organ mencit tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Uji normalitas bobot organ mencit seluruhnya terdistribusi

normal kecuali pada usus (p ≤ 0,05)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hati Jantung Ginjal Usus Lambung

N 25 25 25 25 25

Normal Parametersa Mean .6968 .0968 .2408 2.0204 .4080

Std. Deviation .28903 .02577 .06506 .65096 .22592

Most Extreme Differences Absolute .201 .164 .127 .275 .212

Positive .201 .164 .127 .275 .212

Negative -.115 -.097 -.095 -.164 -.116

Kolmogorov-Smirnov Z 1.003 .820 .634 1.376 1.058

Asymp. Sig. (2-tailed) .267 .512 .816 .045 .213

a. Test distribution is Normal.

Page 140: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

124

b. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk melihat data bobot organ mencit homogen atau tidak

Ho : Data bobot organ mencit homogen

Ha : Data bobot organ mencit tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Hati 2.332 4 20 .091

Jantung .713 4 20 .593

Ginjal 1.749 4 20 .179

Usus 13.794 4 20 .000

Lambung 3.092 4 20 .039

Keputusan : Uji homogenitas bobot organ hati, jantung dan ginjal bervariasi

homogen (p ≥ 0,05), sedangkan untuk usus dan lambung tidak homogen (p ≤

0,05)

Kesimpulan : Data dari organ hati, jantung, dan ginjal dapat dilanjutkan

dengan ANOVA karena sudah memenuhi syarat homogenitas dan

normalitas, sedangkan untuk organ usus dan lambung dilanjutkan dengan uji

Kruskal Wallis karena syarat normalitas dan homogenitasnya belum

terpenuhi.

Page 141: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

125

2. Uji ANOVA

Tujuan : Untuk melihat ada tidaknya perbedaan secara bermakna pada data

bobot organ mencit

Ho : Data bobot organ mencit terdapat perbedaan secara bermakna

Ha : Data bobot organ mencit tidak ada perbedaan secara bermakna

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Hati Between Groups .605 4 .151 2.160 .111

Within Groups 1.400 20 .070

Total 2.005 24

Jantung Between Groups .008 4 .002 4.582 .009

Within Groups .008 20 .000

Total .016 24

Ginjal Between Groups .063 4 .016 8.091 .000

Within Groups .039 20 .002

Total .102 24

Keputusan : Dari hasil uji ANOVA, terdapat perbedaan secara bermakna

pada data organ jantung dan ginjal karena memiliki nilai signifikan ≤ 0,05

Kesimpulan : Data dari organ jantung, dan ginjal dapat dilanjutkan dengan UJI

BNT untuk menentukan kelompok dosis mana yang memberikan nilai yang

berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis lainnya.

Page 142: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

126

3. Uji Kruskal Wallis dan BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap bobot organ

mencit

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bobot organ yang

tidak memenuhi syarat pengujian ANOVA

Ho : Data bobot organ mencit tidak berbeda secara bermakna

Ha : Data bobot organ mencit berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test Statisticsa,b

Usus Lambung

Chi-Square 6.128 10.343

Df 4 4

Asymp. Sig. .190 .035

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Dosis

Keputusan : Data bobot organ lambung berbeda secara bermakna (p ≤ 0,05) maka

dilanjutkan dengan uji BNT. Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan

apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna.

Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok dosis mana yang memberikan

nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis lainnya.

Page 143: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

127

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable (I) Dosis (J) Dosis

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Jantung Dosis 1 Dosis2 -.00400 .01290 .760 -.0309 .0229

Dosis3 -.01600 .01290 .229 -.0429 .0109

Dosis4 -.03800* .01290 .008 -.0649 -.0111

Kontrol Normal .01400 .01290 .291 -.0129 .0409

Dosis2 Dosis 1 .00400 .01290 .760 -.0229 .0309

Dosis3 -.01200 .01290 .363 -.0389 .0149

Dosis4 -.03400* .01290 .016 -.0609 -.0071

Kontrol Normal .01800 .01290 .178 -.0089 .0449

Dosis3 Dosis 1 .01600 .01290 .229 -.0109 .0429

Dosis2 .01200 .01290 .363 -.0149 .0389

Dosis4 -.02200 .01290 .104 -.0489 .0049

Kontrol Normal .03000* .01290 .031 .0031 .0569

Dosis4 Dosis 1 .03800* .01290 .008 .0111 .0649

Dosis2 .03400* .01290 .016 .0071 .0609

Dosis3 .02200 .01290 .104 -.0049 .0489

Kontrol Normal .05200* .01290 .001 .0251 .0789

Kontrol Normal Dosis 1 -.01400 .01290 .291 -.0409 .0129

Dosis2 -.01800 .01290 .178 -.0449 .0089

Dosis3 -.03000* .01290 .031 -.0569 -.0031

Dosis4 -.05200* .01290 .001 -.0789 -.0251

Lambung Dosis 1 Dosis2 -.16600 .13194 .223 -.4412 .1092

Dosis3 -.16600 .13194 .223 -.4412 .1092

Dosis4 -.22200 .13194 .108 -.4972 .0532

Kontrol Normal .09400 .13194 .484 -.1812 .3692

Dosis2 Dosis 1 .16600 .13194 .223 -.1092 .4412

Dosis3 .00000 .13194 1.000 -.2752 .2752

Dosis4 -.05600 .13194 .676 -.3312 .2192

Kontrol Normal .26000 .13194 .063 -.0152 .5352

Page 144: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

128

*.Berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.

Dosis3 Dosis 1 .16600 .13194 .223 -.1092 .4412

Dosis2 .00000 .13194 1.000 -.2752 .2752

Dosis4 -.05600 .13194 .676 -.3312 .2192

Kontrol Normal .26000 .13194 .063 -.0152 .5352

Dosis4 Dosis 1 .22200 .13194 .108 -.0532 .4972

Dosis2 .05600 .13194 .676 -.2192 .3312

Dosis3 .05600 .13194 .676 -.2192 .3312

Kontrol Normal .31600* .13194 .027 .0408 .5912

Kontrol Normal Dosis 1 -.09400 .13194 .484 -.3692 .1812

Dosis2 -.26000 .13194 .063 -.5352 .0152

Dosis3 -.26000 .13194 .063 -.5352 .0152

Dosis4 -.31600* .13194 .027 -.5912 -.0408

Ginjal Dosis 1 Dosis2 -.04800 .02786 .100 -.1061 .0101

Dosis3 -.07200* .02786 .018 -.1301 -.0139

Dosis4 -.12600* .02786 .000 -.1841 -.0679

Kontrol Normal .01200 .02786 .671 -.0461 .0701

Dosis2 Dosis 1 .04800 .02786 .100 -.0101 .1061

Dosis3 -.02400 .02786 .399 -.0821 .0341

Dosis4 -.07800* .02786 .011 -.1361 -.0199

Kontrol Normal .06000* .02786 .044 .0019 .1181

Dosis3 Dosis 1 .07200* .02786 .018 .0139 .1301

Dosis2 .02400 .02786 .399 -.0341 .0821

Dosis4 -.05400 .02786 .067 -.1121 .0041

Kontrol Normal .08400* .02786 .007 .0259 .1421

Dosis4 Dosis 1 .12600* .02786 .000 .0679 .1841

Dosis2 .07800* .02786 .011 .0199 .1361

Dosis3 .05400 .02786 .067 -.0041 .1121

Kontrol Normal .13800* .02786 .000 .0799 .1961

Kontrol Normal Dosis 1 -.01200 .02786 .671 -.0701 .0461

Dosis2 -.06000* .02786 .044 -.1181 -.0019

Dosis3 -.08400* .02786 .007 -.1421 -.0259

Dosis4 -.13800* .02786 .000 -.1961 -.0799

Page 145: UJI TOKSISITAS AKUT CAMPURAN EKSTRAK ETANOL Piper betle ...

129

Kesimpulan :

1. Bobot organ jantung dosis 3 dan dosis 4 berbeda secara bermakna

dengan kontrol normal pada taraf uji 0,05.

2. Bobot organ ginjal dosis 2, dosis 3, dan dosis 4 berbeda secara

bermakna dengan kontrol normal pada taraf uji 0,05.

3. Bobot organ lambung dosis 4 berbeda secara bermakna dengan kontrol

normal pada taraf uji 0,05.