UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN … fileLAMA PEMASAKAN DALAM NaOH ABSTRAK Kertas seni...
Transcript of UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN … fileLAMA PEMASAKAN DALAM NaOH ABSTRAK Kertas seni...
UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK
MELALUI PROSES BIOCHEMICAL PULPING DENGAN
LAMA PEMASAKAN DALAM NaOH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
Bekti kusuma wardani
A420120117
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK
MELALUI PROSES BIOCHEMCAL PULPING DENGAN
LAMA PEMASAKAN DALAM NaOH
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
Bekti Kusuma Wardani
A420120117
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Surakarta, 20 September 2016
(Dra. Aminah Asngad, M.Si)
NIDN 0628095901
ii
HALAMAN PENGESAHAN
UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK
MELALUI PROSES BIOCHEMCAL PULPING DENGAN
LAMA PEMASAKAN DALAM NaOH
Diajukan Oleh :
Bekti Kusuma Wardani
A420120117
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Jumat, 14 Oktober 2016
dan Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat
Dewan penguji
1. Dra. Aminah Asngad, M.Si ( )
2. Triastuti Rahayu, M,Si ( )
3. Dra. Suparti, M,Si ( )
Dekan
(Prof. Dr. Harun Prayitno, M. Hum)
NIDN. 0024046501
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 20 September 2016
Bekti kusuma wardani
A420120117
1
UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK
MELALUI PROSES BIOCHEMCAL PULPING DENGAN
LAMA PEMASAKAN DALAM NaOH
ABSTRAK
Kertas seni (kertas daur ulang) adalah kertas yang biasannya digunakan
sebagai bahan pembuatan kerajinan. Kertas seni ini biasanya terbuat dari kertas
bekas lainnya seperti koran, kardus, buku bekas atau mengunakan limbah
tanaman yang menggandung serat tinggi. Bahan yang digunakan untuk membuat
kertas seni yaitu pelepah tanaman salak yang kurang termanfaatkan oleh
masyarakat. Bahan baku tersebut di proses melalui biochemical pulping jamur
Trametes versicolor dan Phanerochaete crysosoporum. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui kualitas kertas seni dari pelepah tanaman salak melalui proses
biochemical pulping dari kultur campuran jamur (Trametes versicolor dan
Phanerochaete crysosporium) dengan lama pemasakan dalam NaOH dengan
parameter penelitian uji kekuatan tarik, kekuatan sobek dan sensoris (warna,
kenampakan serat, tekstur dan daya terima). Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola factorial. Adapun faktor
1yaitu lama inkubasi (L), L1= 30hari, L2= 45hari dan faktor 2 yaitu lama
pemasakan dalam NaOH (P), P1= 1 jam, P2= 2 jam dengan 4 perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk kekuatan tarik dan sobek tertinggi pada
perlakuan L2P1 senilai 0,18 N/mm2 untuk kekuatan tarik dan 15,27 N untuk
kekuatan sobek. Hasil uji sensoris, tekstur lebih dominan kasar hanya pada
perlakuan L2P2 dan pada perlakuan L1P1 menunjukkan tekstur yang halus,
kenampakan serat yang dominan kurang tampak pada perlakuan L2P2 sedangakan
untuk kenampakan serat tidak tampak pada perlakuan L1P2, warna yang paling
dominan coklat muda pada perlakuan L2P1, daya terima secara umum pada
perlakuan L1P1.
Kata Kunci: biochemical, kertas seni, pelepah salak, jamur pelapuk putih, NaOH
ABSTRACT
Artpaper (recycled paper) paper is customarily used as materials for craft. Art
paper is usually made from unused paper such as newspaper, cardboard, used
books or using crop wastes whichcontains high fiber. The materials used to make
art paper is the stem of the plant bark underutilized by the society. The raw
materials are processed through biochemical pulping of fungusnamely
Trametesversicolor and Phanerochaetecrysosoporum. The purpose of this study
was to determine the quality of art paper from the stem of the plant bark through
the process of biochemical pulping of mixed cultures mushroom
(Trametesversicolor and Phanerochaetecrysosporium) with long cooking in NaOH
with parameter test research tensile strength, tear strength and sensory (color,
appearance of the fiber, texture and acceptance). This study used an experimental
method with a completely randomized design (CRD) factorial pattern. The 1st
factor is long incubation (L), L1 = 30 days, L2 = 45 days and 2nd
factor is long
ripening in NaOH (P), P1 = 1 hour, P2 = 2 hours with 4 treatments. The results
2
showed that for the highest tensile strength and tear on the treatment L2P1 worth
0.18 N / mm2 tensile strength and 15.27 N for tear strength. The test results of
sensory showed thatthe texture wasdominantly morerough just on treatment L2P2
and the treatment L1P1 showed a smooth texture, the dominant fibers appearance
seemedless in treatment L2P2 while the appearance of the fibers were not visible
on the treatment L1P2, most dominant color was light brown in treatment L2P1,
the power acceptance generally in the treatment L1P1.
Keywords: biochemical, art paper, stem bark, white rot fungus, NaOH
1. PENDAHULUAN
Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata yang biasanya terbuat dari
kayu, sering digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya untuk menulis,
menggambar, dan membungkus. Penggunaan kertas saat ini telah mencapai
angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain kertas HVS,
kertas buffalo, kertas tissu, kertas minyak, dan kertas seni (art paper). Kertas
seni sendiri adalah kertas yang terbuat dari limbah kertas seperti koran, kardus
maupun dari tanaman yang menggandung selulosa sehingga menghasilkan
kertas yang bertekstur kasar dan seratnya terlihat sehingga menghasilkan
tekstur yang tidak merata. Seiring dengan kemajuan zaman, kebutuhan
masyarakat akan penggunaan atau pemakaian kertas seni ini semakin
bertambah,sehingga hal ini memicu untuk perindustrian kertas seni di
Indonesia dapat memproduksi kertas seni dalam jumlah yang besar,agar
industri dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan kertas seni para industri ini masih kurang atau tidak
memperhatikan bahan-bahan yang belum termanfaatkan, sehingga bahan-
bahan yang belum termanfaatkan ini biasanya hanya digunakan sebagai bahan
pupuk dan dapat menyebabkan penyemaran lingkungan apabila dalam jumlah
yang banyak.
menurut Wahyu (2016),menyatakan bahwa serat yang dimiliki pelepah
salak selulosa, hemiselulosa dan lignin 42,54%, 34,35% , 28,01%. Maka
Mengingat tingginya serat pada pelepah salak dan kurangnya dari
pemanfaaatan pelepah tanaman salak yang kurang maksimal, hal ini lah yang
mendasari dari pemanfaatan limbah pelepah salak sendiri, yang digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas. Dalam pembuatan kertas ini
sendiri selain menggunakan bahan pelepah tanaman salak juga menggunakan
jamur pelapuk putih yaitu T versicolor, P crysosporium yang digunakan untuk
melapukan pelepah tanaman salak, agar dalam proses pembuatan kertas lebih
mudahkan. Jamur ini juga mampu mendregradasi lignin dan selulosa adalah
jamur pelapuk putih yaitu jamur T versicolor, P crysosporium. Jamur
3
Tversicolor, P crysosporium merupakan jamur yang biasanya digunakan untuk
proses biopulping. hari inkubasi.
Biochemical adalah proses pengolahan pulp yang menggunakan
mikroorganisme sebagai agen pelapuk serta diikuti juga dengan pemasakan
kraft (pemasakan dengan kimia). Tujuan dari biochemical adalah untuk
memisahkan komponen lignin. Menurut Paskawati (2010), pulp merupakan
bubur kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas. Bahan baku pulp
biasanya mengandung tiga komponen utama, yaitu: selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Dalam proses pembuatan pulp atau bubur kertas, Meskipun tetap
menggunakan bahan kimia, tetapi dengan adanya proses biopulping sebelum
pemasakan, akan membantu proses degradasi lignin, sehingga bahan kimia
yang dibutuhkan akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan proses pulp tanpa
penggunaan jamur pelapuk putih. Hal ini karena, menurut Perez, dkk., 2002,
perlakuan biologis dapat menghilangkan ekstratif pada kayu dan mengurangi
efek toksik karena degradasi lignin.
Penamabahan NaOH dalam pemasakan berfungsi untuk melarutkan lignin
saat proses pembuburan (pulping) sehingga mempercepat pemisahan dan
pemutusan serat (sucipgto,2009). Menurut dari penelitian Jalaludin.(2005),
menyatakan bahwa hasil optimun perolehan pulp adalah 91,484% yang
diperoleh pada temperatur pemasakan 120°C, waktu pemasakan 60 menit dan
konsentrasi katalisis NaoH 20% dan kandungan selulosa terendah adalah
75,2367% pada konsentrasi NaoH 20%. Bahan tambahan dalam pembuatan
kertas seni yaitu larutan pemasak (NaOH), perekat (lem).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Mengetahui kualitas kertas seni hasil
biochemical dari pelepah tanaman salak menggunakan kultur campuran jamur
pelapuk putih.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta pada bulan April sampai Agustus 2016. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode peneltian eksperimental. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktor, faktor
pertama yaitu lama dalam pemasakan NaOH dengan konsentrasi 15%,(P1=1
jam, P2= 2 jam) dan faktor 2 yaitu lama inkubasi (L1= 30 hari, L2= 45 hari)
dengan 4 perlakuan. Analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Parameter penelitian: 1) Uji Daya Tarik, 2) Uji Daya Sobek, dan 3)
Uji Sensoris (tekstur, warna, kenampakan serat dan daya terima masyarakat).
Tahap penelitian meliputi persiapan bahan, menginokulasikan kultur
campur jamur, pengolahan menjadi bubur kertas(pulping),dan pembentukan
4
lembaran kertas langkah terakhir adalah pengujian kualitaskertas seni. Bahan
yang digunakan yaitu Bahan yang digunakan pada proses pembuatan pulp
adalah serat pelepah tanaman salak, lem, NaOH, kultur campur Tversicolor, P
crysosporium, perekat PVAc, dan air PDAM. Alat yang digunakan yaitu pisau,
timbangan digital, panci, pengaduk, blender, gelas ukur, mesin giling
(hammermill), bak/ember, screen 60 mesh ukuran 20 cm × 15 cm, alat
pemotong, kompor, autoklaf, dan LAF.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, metode yang di gunakan adalah
Metode Eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode percobaan untuk
melihat suatu hasil yang diharapkan dapat mempermudah dan memperlancar
dalam pengambilan data yang jelas serta mendokumentasikan setiap tahapan
pada percobaan yang dilakukan untuk kelengkapan data. Percobaan yang
dilakukan adalah uji kualitas kertas dari pelepah salak.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian dari uji daya tarik dan daya kekuatan sobek pada
kertas yang sudah di lakukan pada uji kertas seni dari pelepah tanaman salak
melalui proses biokraft dari jamur T versicolor dan P crysosporium dengan
konsentrasi lama pemasakan dalam NaOH .
Tabel 4.1 rata-rata uji kekuatan tarik dan kekuatan sobek kertas seni pelepah
tanaman salak dengan lama inkubasi dan lama pemasakan dalam NaOH
Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan L2P1 (lama pemasakan dengan
konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi 45 hari) adalah 0,18 N/mm2. Sedangkan
untuk uji tarik terkecil adalah pada perlakuan L1P1 (lama pemasakan dengan
konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi 30 hari) yaitu 0,09 N/mm2.
Perlakuan
Rata-rata uji
kekuatan tarik
(N/mm2)
Rata-rata uji
daya sobek
(N)
Lama pemasakan 1 jam dengan Konsentrasi
NaOH 15% dan lama inkubasi 30 hari
0,09* 8,64*
Lama pemasakan 2 jam dengan konsentrasi
NaOH 15% dan lama inkubasi 30 hari
0,16 14,61
Lama pemasakan 1 jam dengan konsentrasi
NaOH 15% dan lama inkubasi 45 hari
0,18** 15,27**
Lama pemasakan 2 jam dengan konsentrasi
NaOH 15% dan lama inkubasi 45 hari
0,17 14,87
5
Untuk uji kekuatan sobek tertinggi yaitu pada perlakuan L2P1 (lama
pemasakan dengan konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi 45 hari) adalah 15,27
(N). Sedangkan untuk uji kekuatan sobek terkecil yaitu pada perlakuan L1P1
(lama pemasakan dengan konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi selama 30 hari)
adalah 8,64 (N).
Jika dibandingkan antara lama pemasakan 1 jam dengan inkubasi 30 dan 45
hari akan mengalami peningkatan nilai daya tarik dan daya sobek. Perlakuan lama
pemasakan 1 jam dengan lama inkubasi 30 hari mempunyai daya tarik 0,09
(N/mm2) dan daya sobek 8,64 (N), sedangkan untuk pemasakan 1 jam dengan
inkubasi 45 hari nilai daya tarik 0,18(N/mm2) dan daya sobek 15,27(N). Hal ini
bila diamati sama dengan perlakuan lama pemasakan 2 jam dengan lama inkubasi
30 hari dan 45 hari. Lama pemasakan dan inkubasi 45 hari lebih memiliki nilai
tinggi di bandingan dengan lama inkubasi 3o hari.
Konsentrasi NaOH juga berpengaruh dalam kekuatan tarik kertas, karna
NaOH sendiri dapat mendegradasi lignin, konsentras NaOH yang tinggi maka
menyebabkan lignin yang terdegradasi. Menurut Ansory(2013), menyatakan
bahwa penambahan NaOH 15% telah menurunkan kadar lignin dan selulosa pulp
serta berpengaruh nyata terhadap kadar lignin yang di hasilkan pada pulp sehingga
mempengaruhi dalam nilai dari uji kekuatan daya tarik pada kertas seni.
Selain lama pemasakan dan konsentrasi NaOH, lama inkubasi juga sangat
mempengaruhi nilai kekuatan daya tarik dan daya sobek kertas. Lama inkubasi
berpengaruh pada nilai kekuatan tarik dan daya sobek kertas, karna semakin lama
inkubasi maka akan mempengaruhi degradasi lignin, jika masa inkubasi makin
lama maka lignin yang terdegradasi akan tinggi sehingga, menghasilkan nilai yang
tinggi pada kekuatan tarik pada kertas. Menurut hasil penelitian dari fitriasari
(2009), menujukkan bahwa perlakuan bambu betung dengan T versicolor dengan
lama inkubasi 45 hari menghasilkan pulp yang relatif lebih baik di bandingkan
dengan perlakuan yang lainnya.
3.2 Uji Sensoris
Uji sensoris merupakan cara pengujian menggunakan indera manusia
sebagai sarana untuk mengukur daya penerimaan terhadap suatu produk yang
diujikan. Pada penelitian ini menggunakan uji sensoris karena peneliti ingin
mengetahui bagaimana daya terima masyarakat terhadap kertas seni dari pelepah
tanaman salak. Uji sensoris tersebut meliputi tekstur, warna, kenampakan serat
dan daya terima masyarakat.
Tabel 4.2. Rata-rata uji sensoris kertas seni pelepah tanaman salak dengan lama
pemasakan pada konsentrasi NaOH 15% dan lama inkubasi
Perlaku
an
Rata-Rata uji sensoris
Tekstur Kenampakan Warna Daya
6
Serat terima
L1P1 (2,25)halus
**
(1,35)tidak
tampak* (1,85) agak putih
Sangat
suka**
L1P2 (1,35)kasar (1,9) tidak tampak (1,7) agak putih* Kurang
suka*
L2P1 (1,3)kasar (2,2) kurang
tampak
(2,65)coklat
muda** Suka
L2P2 (1,1)
Kasar*
(2,7)kurang
tampak**
(2,25) coklat
muda
Kurang
suka
Hasil dari penilaian menunjukkan bahwa hasil dari uji sensoris untuk tekstur
pada perlakuan L1P2, L2P1 dan L2P2 menunjukkan tekstur pada kertas adalah
kasar, sedangkan L1P1 menunjukkan tekstur pada kertas halus. Sensoris untuk uji
kenampakan serat pada perlakuan L1P1, L1P2 menunjukkan kenampakan serat
tidak tampak, untuk perlakuan L2P1 dan L2P2 menunjukkan kenampakan serat
kurang tampak. Uji sensoris untuk warna pada kertas seni dari L1P1 dan L1P2
berwarna agak putih, sedangkan untuk L2P1 dan L2P2 menunjukkan warna coklat
muda. Uji sensoris pada uji daya terima pada perlakuan L1P1 menunjukkan daya
terima sangat suka, pada L1P2 dan L2P2 menunjukkan daya terima kurang suka,
sedangkan untuk L2P1 menunjukkan daya terima suka.
Menurut penelitian Asngad (2013), menyatakan bahwa uji perbedaan tekstur
di pengaruhi oleh tekstur permukaan juga tehnik pencetakan. Perbedaan tekstur
kertas seni hasildengan kertas lain dikarenakan pada pembuatan kertas penelitian
pencetak menggunakan screen sehingga membuat permuka tidak rata berdeda
dengan kertas dipasaran yang dibuat menggunakan metode pressng sehingga
kertas dihasil kan lebih baik dan lebih halus. Selain itu juga bisa disebabkan
belum adanya pendegradasian lignin dari jamur pelapuk putih juga menyebabkan
proses kraft kurang efektik untuk menghilangkan lignin hal ini menyebabkan serat
lebih sulit terpecah.
perlakuan L1P1 dan L1P2 kenampakan serat pada perlakuan diatas tidak
tampak, sedangkan pada perlakuan L2P1 dan L2P2 menunjukkan bahwa
kenampak serat kurang tampak .Hal ini menunjukkan bahwa proses biopulpng
atau lama inkubasi kertas seni sendiri sangat berpengaruh terhadap pemutusan
serat. Selain itu juga konsentrasi alkali dan proses pencetakan kertas juga
mempengaruhi kenampakan serat. Konsentrasi alkali mempengaruhi kenampakan
serat karena konsentrasi alkali berperan penting dalam pemutusan serat (Sucipto,
2009).
Warna pada perlakuan L1P1 dan L1P2 menunjukkan bahwa warna pada
perlakuan tersebut adalah berwarna agak putih yang di dapat rata-rata 1,85 dan
1,7. Untuk perlakuan L2P1 dan L2P2 menunjukkan bahwa perlakuan ini memiliki
7
warna coklat muda dengan rata-rata yaitu 2,65 dan 2,25. Hal ini mungkin
disebakan karna masih adanya NaOH sisa dari perebusan sehingga memiliki
warna kertas seni yaitu agak putih dan coklat muda.
Berdasarkan tabel panelis sangat suka Panelis sangat menyukai perlakuan
L1P1 (lama pemasakan 1 jam dalam NaOH dan lama inkubasi 30 hari). Penilaian
ini bergantung pada penlaian individu panelis yang di pengaruhi oleh ciri fisik
yang di miliki oleh kertas seni. Penilaian bisa menggunakan kenampakan serat,
tekstur, warna (asngad, 2013).
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang uji kekuatan tarik dan uji
kekuatan sobek pada kertas seni dari pelepah tanaman salak dengan lama
pemasakan dalam NaOH dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat
perbedaan kekuatan tarik kertas seni dari pelepah tanaman salak melalui
biochemical jamur T Versicolor dan P crysosporium dengan lama pemasakan
dalam NaOH. Hasil uji kekuatan tarik tertinggi terdapat pada perlakuan L2P1
(lama pemasakan dengan konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi 45 hari) adalah
0,18 N/mm2, sedangkan untuk uji kekuatan tarik terkecil adalah pada
perlakuan L1P1 (lama pemasakan dengan konsentrasi NaOH 15% dan
inkubasi 30 hari) yaitu 0,09 N/mm2. 2) Untuk uji kekuatan sobek pada kertas
seni dari pelepah tanaman salak melalui biochemical jamur T versicolor dan P
crysosporium dengan lama pemasakan dalam NaOH 15% didapatkan
kekuatan sobek tertinggi yaitu pada perlakuan L2P1 (lama pemasakan dengan
konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi 45 hari) adalah 15,27(N). Sedangkan
untuk uji kekuatan sobek terkecil yaitu pada perlakuan L1P1 (lama pemasakan
dengan konsentrasi NaOH 15% dan inkubasi selama 30hari) adalah 8,64(N).
Berdasarkan pengalaman selama penelitian, ada beberapa saran dari
peneliti yang perlu disampaikan: 1) Peneliti selanjutnya disarankan untuk
menggunakan alat dan tempat yang steril. 2) Peneliti selanjutnya disarankan
saat proses inkubasi jamur pelapuk putih diusahakan menjaga suhu dan
kelembapan jamur. 3)Penelitan selanjutannya disarankan pada saat pencetakan
kertas dengan alat press yang konvensional agar mendapatkan hasilnya lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, made. (2008). Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan Dengan Buah.
Penerbit: Dian Rakyat.Jakarta.
Asngad,Aminah. 2013 . Pemanfaatan Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum)
Untuk Pembuatan Kertas Melalui Chemical Pulping Menggunakan Naoh
Dan Na2co3 . Surakarta: UMS Press.
8
Ansory, dedik .2013. Studi Proses Pulping Serat Pelepah Dan Serat Kulit Buah
Nipah (Nypa Fruticans) Dengan Metode Kimia (Kajian Konsentrasi Naoh).
Jurnal Teknk Industri Pertanian.
Azhary, H. 2010. Pembuatan Pulp Dari Batang Rosella Dengan Proses
Soda.JurnalTeknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010.
Bajpai, P. 2012. Biotechnology for Pulp and Paper Processing, DOI 10.1007/978-
1-4614-1409-4_7. Springer Science+Business Media. LLC.
Dewi, tri kurnia.2010. Pengaruh Konsentrasi Naoh, Temperatur Pemasakan, Dan
Lama Pemasakan Pada Pembuatan Pulp Dari Batang Rami Dengan Proses
Soda. Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010.
Fatriasari. W., Anita. S.H., Falah. F., Adi.T.N.,danHermiati. E. 2010,.Biopulping
Bambu Betung Menggunakan Kultur Campur Jamur Pelapuk Putih
(Trametesversicolor, Pleurotus ostreatus dan Phanerochaete
crysosporium). Berita Selulosa, Vol. 45, No. 2, Desember 2010 : 44 – 56.
Fadilah, Distantina. S., Artati. E.K., dan Jumari. A. 2008. Biodelignifikasi Batang
Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih Phanerochaete chrysosporium. E K U
I L I B R I U M Vol. 7 No. 1. Januari 2008: 7 – 11.
Iswanto,apri heri. 2009. Identifikasi jamur perusak kayu. Penerbit: departemen
pertanian, Sumatera Utara.
Jalaludin, Samsul Rizal. 2005. Pembuatan Pulp Dari Jerami Padi Dengan
Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal Sistem Teknik Industri. Vol 6
No.5.
Kuntari. 2010. Pemanfaatan Limbah Mendong Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kertas Seni. Jurnal Sain Materi Indonesia, Vol. 11, No 3, Juni 2010.
Ong, S.P Dan Law, C. L. 2009. Mathematical Modeling Of Thin Layer Drying Of
Snakerfriut, Journal Of Applied Sciences Vol. 9 Edisi 17 Hal. 3048-3054.
Padil dan Yelmida. 2009. Produksi NitroSelulosa Sebagai Bahan Baku Propelan
yang Berbasis Limbah Padat Sawit. Laporan Penelitian Hibah Penelitian
Stranas Batch II, Universitas Riau.
Paskawati, Y. A., dan Susyana. 2010. Pembuatan Pulp Dari Serabut Kelapa
Sebagai Bahan Baku Kertas Komposit. Skripsi. Hlm. 1-30.
9
Risdianto, hendro. 2015. Biopulping Rami Menggunakan Jamur Pelapuk Putih.
Laporan penelitian dari Balai Besar Pulp dan Kertas, Kementerian
Perindustrian,yogyakarta.
Sanastari, Enggar Rosmita.2014.Pemanfaatan Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) Sebagai Bahan Baku Kertas Seni Dengan Penambahan
Konsentrasi Na2co3 Dan Pewarna Yang Berbeda.Surakarta: UMS Press.
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu : Dasar-dasar dan Penggunaan edisi ke dua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.144.
Solikhin, A., Mawardi K. dan Mujtahid A. 2011. ”Potensi Jamur Melanotus Sp.
Dan Phanerochaete Chrysosporium Sebagai Biodelignifikasi Ramah
Lingkungan Dalam Proses Pulping”.PKM GT. Institut Pertanian Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophytaa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yang, Q.,H. Zhan, S.Wang, S.Fu,and K.Li. 2007. Bio-modification of eucalyptus
chemithermo-mechanical pulp with different white-rot fungi. Bioresource 2
(4):682-692