Uji Kemurnian Dan Pola Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
-
Upload
whitejustice -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
description
Transcript of Uji Kemurnian Dan Pola Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Uji Kemurnian dan Pola Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
B. Latar Belakang
Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri terkait yang
menghasilkan asam laktat sebagai hasil fermentasi karbohidrat. Mikrobia ini
secara luas digunakan dalam produksi produk makanan fermentasi, seperti
yoghurt, keju, dan lain-lain. Organisme ini heterotrofik dan umumnya
memiliki kebutuhan gizi yang kompleks karena mereka tidak memiliki
kemampuan biosintesis banyak. Sebagian besar spesies memiliki beberapa
persyaratan untuk asam amino dan vitamin. Karena itu, bakteri asam laktat
umumnya berlimpah hanya dalam komunitas dimana persyaratan ini dapat
disediakan. Mereka sering dikaitkan dengan rongga mulut binatang dan usus,
daun tanaman, serta hewan yang membusuk atau materi tanaman seperti
sayuran busuk, kotoran, kompos, dan lain-lain.
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan dengan menggunakan
bakteri asam laktat Lactobacillus casei yang akan diuji kemurniannya dengan
medium alami dan medium MRS (deMan Rogosa Sharpe)
C. Tujuan
1. Mengetahui kemurnian dari isolat Lactobacillus casei yang akan
digunakan untuk memproduksi asam laktat.
2. Mengetahui pola pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei yang
ditumbuhkan pada medium diperkaya dan medium alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media pertumbuhan bakteri atau media kultur bakteri adalah cairan atau
gel yang didesain untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan sel.
Terdapat dua jenis utama media pertumbuhan yaitu media yang digunakan untuk
kultur pertumbuhan sel tumbuhan atau binatang dan jenis yang kedua yaitu kultur
mikrobiologi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti
bakteri dan jamur (Madigan, 2005).
Menurut Barrow dan Feltham (1993), media pertumbuhan bakteri dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu menurut konsistensinya, menurut
komponen nutrisinya, dan menurut fungsinya.
a. Berdasarkan konsistensinya, media pertumbuhan dibedakan menjadi:
1. Media Cair (Nutrient broth)
Merupakan media pertumbuhan dalam bentuk cair, tersedia dalam bentuk
tabung dan umumnya hanya digunakan untuk menumbuhkan koloni
bakteri (tidak untuk melihat sifat bakteri ataupun melihat adanya
mikroorganisme lain yang tumbuh). Keuntungan dari penggunaan media
cair yaitu dapat melarutkan zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
2. Media Padat
Media padat umumnya berasal dari media cair yang ditambahkan agar
sehingga sifatnya menjadi padat. Media padat dapat digunakan untuk
melihat karakteristik khas pertumbuhan bakteri dan untuk menghitung
jumlah koloni bakteri yang tumbuh.
3. Media Semi-Padat
Media semi-padat didapatkan melalui pengurangan jumlah agar sehingga
media menjadi lebih lunak. Media ini dapat digunakan sebagai media
demonstrasi motilitas bakteri dan sebagai media transpor.
4. Media Bifasik
Media bifasik merupakan media yang terdiri atas media cair dan padat di
dalam satu wadah. Media ini dibuat dengan menginokulasikan bakteri
pada media cair kemudian dituangkan di atas media padat sehingga
terbentuk media bifasik.
b. Berdasarkan komponen nutrisinya, media diklasifikasikan menjadi:
1. Defined Media
Defined media atau media yang sudah dipatenkan merupakan media yang
kuantitas setiap capurannya sudah diketahui dengan pasti seperti vitamin
yang dibutuhkan untuk pertubuhan bakter tertentu, glukosa, nitrat, dan
amonia.
2. Undefined Media
Disebut juga media basal atau kompleks, undefined media merupakan
media yang mengandung bahan campuran dari berbagai zat kimia dengan
proporsi yang tidak diketahui. Sebagian besar campurannya dipilih dan
ditambahkan ke dalam media karena faktor harga dan kebutuhan tiap
bakteri.
c. Berdasarkan fungsinya, media diklasifikasikan menjadi:
1. Media Basal
Media basal merupakan media pertumbuhan sederhana yang mengandung
karbon seperti glukosa, air, berbagai jenis mineral yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri, dan jaringan tumbuhan maupun binatang.
2. Media yang Diperkaya (Enriched Media)
Media yang diperkaya mengandung tambahan nutrisi yang dibutuhkan
untuk menunjang pertumbuhan dari berbagai jenis mikroba yang terdapat
dalam spesimen. Salah satu contoh dari enriched media adalah Blood
Agar.
3. Media Diferensial / Media Indikator
Media diferensial atau media indiator adalah media yang digunakan untuk
membedakan berbagai tipe mikroorganisme dengan menggunakan
karakteristik biokimia dari pertumbuhan bakteri. Contoh media diferensial
adalah MacConkey yang merupakan media diferensial untuk fermentasi
laktosa.
4. Media Selektif
Media selektif digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme selektif.
Apabila suatu mikroorganisme tertentu resisten terhadap antibiotik tertentu
seperti ampisilin atau tetrasiklin, antibiotik tersebut dapat ditambahkan
pada media untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang tidak diharapkan
tumbuh. Media pertumbuhan selektif juga digunakan untuk menguji
resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik atau kemampuan bakteri untuk
mensintesis metabolit tertentu dengan diberikannya suatu antibiotik.
Contoh media selektif misalnya eosin-methylene blue (EMB) yang
mengandung methylene blue, suatu toksin bagi bakteri gram positif dan
mannitol salt agar (MSA) yang selektif untuk pertumbuhan bakteri gram
positif.
5. Media transpor
Media transpor merupakan media yang digunakan dalam proses
pemindahan spesimen atau mikroorganisme tertentu dari laboratorium ke
tempat penelitian lain. Media ini hanya mengandung buffer dan mineral,
hanya sedikit atau hampir tidak mengandung karbon, nitrogen, dan faktor
pertumbuhan organik untuk mencegah multiplikasi dari mikroorganisme.
Contoh media transport adalah Thioglycolate dan Stuart Transport
Medium.
6. Media Anaerobik
Media anaerobik merupakan media khusus dengan konsentrasi oksigen
sangat rendah untuk pertumbuhan bakteri anaerob. Sebelum bakteri
diinokulasikan dalam media ini, media harus terlebih dahulu dipanaskan
untuk membakar semua oksigen.
Menurut Lay (1994), untuk mendapatkan lingkungan yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri, maka suatu media harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Nutrisi
Suatu media harus mengandung nutrien atau zat hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikrobia yang akan dikultur.
b. Temperatur
Setiap bakteri memiliki temperatur pertumbuhan optimum, yang merupakan
temperatur media dimana suatu bakteri dapat tumbuh secara optimal,
umumnya pada temperatur manusia normal (37oC). Berdasarkan temperatur
optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi:
1. Mesophiles, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh optimal pada
temperatur mendekati temperatur tubuh inang (25oC – 40oC).
2. Psycrophiles, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh optimal pada
temperatur dingin (0oC – 15oC).
3. Thermophiles, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh optimal pada
temperatur tinggi (50oC – 60oC).
c. Derajat Keasaman (pH)
Umumnya mikroorganisme dapat tumbuh pada pH netral (6.7 – 7.5), namun
ada beberapa jenis mikroorganisme yang membutuhkan kondisi sangat alkalis.
d. Tekanan Osmotik
Mikroorganisme utamanya bakteri memiliki sifat seperti sel-sel lain sehingga
membutuhkan kondisi yang isotonis.
e. Sterilitas
Sterilitas berarti dalam media pertumbuhan tidak boleh ada mikroorganisme
lain selain mikroorganisme yang dikultur karena dikhawatirkan tidak daapt
dibedakan apakah mikroorganisme lain tersebut berasal dari material yang
dikultur ataukah kontaminan sehingga kesterilan setiap alat, bahan, dan setiap
langkah kerja yang dilakukan harus dijaga.
Lactobacillus casei merupakan salah satu bakteri yang dapat ditemukan di
usus dan mulut manusia. Bakteri ini merupakan penghasil asam laktat dan
diketahui dapat menunjang pertumbuhan bakteri nonpatogen di dalam saluran
pencernaan. Klasifikasi ilmiah Lactobacillus casei menurut Anonim (2012):
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacillales
Family : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Species : L. casei
Bakteri dari genus Lactobacillus mempunyai ciri-ciri morfologi warna
koloni putih susu atau krem dan bektuk koloni bulat dengan tepian seperti wol.
Selnya berbentuk batang dan berukuran 0.5 - 1.2 x 1.0 - 10.0 µm. bakteri ini
berbentuk batang panjang atau hampir bulat, biasanya tersusun seperti rantai
pendek (streptobacillus), gram positif, tidak motil, oksidase positif, katalase
negatif, metil red positif, optimum pada suhu 30 – 37oC, dan tumbuh baik pada
larutan NaCl 3 – 7 %. Bakteri penghasil asam laktat ini bersifat mikroaerofilik,
tidak mendigesti gelatin dan kasein tetapi sejumlah kecil sumber nitrogen terlarut
dapat diproduksi oleh beberapa strain, dan kadang membentuk pigmen kuning,
orange, atau merah bata. Koloni Lactobacillus pada media agar berukuran 2 – 5
mm, cembung, buram (opaque), dan kemoorganotrof (Breed dkk, 1957).
Spesies Lactobacillus ini memiliki lingkungan hidup dengan jangkauan
pH maupun suhu yang luas. Bateri ini juga menunjang pertumbuhan L.
acidophilus yang merupakan bakteri penghasil enzim amylase sehingga dapat
membantu proses pencernaan, mengurangi konstipasi, dan mengurangi intoleransi
laktosa (Randazzo dkk, 2004).
Syarat-syarat pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei menurut Tamime
dan Robinson (1999) meliputi kebutuhan nutrisi, pH, dan temperatur.
1. Nutrisi
Lactobacillus membutuhkan nutrisi kompleks seperti asam amino, peptida,
derivat asam nukleat, vitamin, garam, asam lemak, serta unsut pertumbuhan
dasar bateri seperti karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, zat
besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Karbon dan sumber energi untuk
mikroorganisme dapat diperoleh dari berbagai jenis gula karbohidrat
sederhana, sedangkan kebutuhan nitrogen dapat diperoleh dari berbagai jenis
gula karbohidrat sederhana, sedangkan ebutuhan nitrogen dapat diperoleh dari
sumber anorganik berupa garam amonium atau garam phosphat.
2. pH Media
setiap mikroorganisme memiliki karakteristik pH masing-masing di dalam
kisaran derajat keasaman optimal untuk perkembangannya. Lactobacillus
casei dapat tumbuh optimal pada pH 5.5 – 6.2 dan laju pertumbuhannya
menurun pada media dengan kondisi awal basa.
3. Temperatur
Temperatur yang dibutuhkan untuk bakteri anaerob tumbuh optimal berkisar
pada 2oC – 53oC. Bakteri golongan Lactobacillus umumnya daat tumbuh
optimal pada suhu 30oC – 40oC.
Media pertumbuhan standar Lactobacillus casei adalah MRS agar yang
dikembangkan oleh deMan, Rogosa dan Sharpe. Media ini dibuat untuk
menunjang pertumbuhan dari bakteri genus Lactobacillus secara umum, namun
media ini dapat pula digunakan untuk pertumbuhan seluruh bakteri asam laktat
lain seperti Streptococcus, Pediococcus, dan Leuconostoc. Komposisi nutrisi yang
dibutuhkan oleh pertumbuhan bakteri ini dalam suatu media standar MRS agar
menurut deMan dll (1960) yaitu:
a. Dekstrosa 20 g/L
b. Beef Extract 8 g/L
c. Yeast Extract 4 g/L
d. Ammonium Citrate 2 g/L
e. Magnesium Sulfate 0.2 g/L
f. Bacteriological Agar 10 g/L
g. Bacteriological Peptone 10 g/L
h. Sodium Acetate 5 g/L
i. Dipotassium Phosphate 2 g/L
j. Tween 80 1 g/L
k. Manganese Sulfate 0.05 g/L
Kandungan ammonium citrate pada pH rendah menunjang pertumbuhan
bakteri Lactobacilli, namun menghambat pertumbuhan banyak mikroorganisme
seperti beberapa tipe Streptococci, jamur, dan pengkolonian bakteri. Dipotassium
phosphate dan sodium acetate merupakan buffer untuk menjag pH tetap rendah,
sementara Tween 0 adalah pelarut zat-zat lain. Mangan dan magnesium sulfat
merupakan sumber dari ion dan sulfat, sedangkan pepton, daging, dan ragi adalah
sumber nutrisi untuk pertumbuhan karena mengandung nitrogen, vitamin,
mineral, dan asam amino. Dextrose adalah karbohidrat fermentasi yang berfungsi
sebagai karbon dan sumber energi. Bahan-bahan tersebut dicampurkan dengan
agar supaya menjadi media padat (deMan dkk, 1960).
Lactobacillus merupakan organisme mikroaerofilik dan membutuhkan
media berlapis sehingga MRSA dibuat berlapis-lpis dengan cara menuang larutan
media yang sudah dicampur agar dan didinginkan hingga padat. Setelah lapisan
pertama padat, lapisan kedua dituang dan seterusnya. Setelah itu plate diinkubasi
dalam CO2 5% pada suhu 35 oC selama 3 hari (deMan dkk, 1960).
Media pertumbuhan bakteri secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu
media sintetik dan media alami. Bakteri Lactobacillus casei dapat tumbuh pada
kedua jenis media tersebut. MRS agar dan broth merupakan media sintetik yang
merupakan media pertumbuhan spesifik untuk Lactobacillus casei. Campuran
ekstrak taoge, ekstrak sawi dan air kelapa memiliki kandungan zat yang
dibutuhkan oleh bakteri ini untuk tumbuh (Oxoid, 1982).
BAB III
METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Jarum ose
2. Jarum enten
3. Erlenmeyer
4. Inkubator
5. Laminair air flow
6. Gelas benda
7. Mikroskop
8. Pembakar bunsen
9. Korek api
10. Timbangan
11. Aluminium foil
12. Oven
13. Tabung reaksi
14. Rak tabung reaksi
15. Penjepit tabung reaksi
16. Petridish
17. Mikro pipet
18. Mikro tip
19. Pipet ukur
20. Propipet
21. pH meter
22. Kalkulator
23. Kuvet
24. Spektrofotometer
25. Blower pengering
26. Hand counter
27. Tabung Durham
b. Bahan
1. Biakan bakteri
Lactobacillus casei
2. Medium MRS
3. Medium alami (air kelapa
muda, ekstrak taoge,
ekstrak sawi)
4. Medium glukosa
5. Medium sukrosa
6. Medium laktosa
7. Medium agar miring
8. Medium agar tegak
9. Akuades
10. Larutan cat Hucker’s
crystal violet
11. Larutan Mordan Lugol’s
Iodine
12. Larutan Aceton-Alkohol
13. Larutan cat Safranin
14. Larutan H2O2
15. Larutan alkohol 70%
16. Kertas label
B. Cara Kerja
a. Pola pertumbuhan BAL
1. Starter dibuat dengan cara bakteri Lactobacillus casei sebanyak 1 ose
diambil dan dimasukkan ke dalam 30 ml medium MRS dan alami, lalu
diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam.
2. Kultur starter diambil sebanyak 0.3 ml dan dimasukkan ke dalam 13
buah erlenmeyer berisi medium MRS dan alami, lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 30oC. Setiap 2 jam sekali diamati OD, pH
dan biomassanya.
3. Penghitungan biomassa dilakukan dengan cara aluminium foil
ditimbang kemudian bakteri Lactobacillus casei yang telah diukur pH
dan ODnya diambil sebanyak 10 ml dan diletakkan di dalam
aluminium foil, kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam.
Selisih berat sebelum dan sesudah dioven dicatat.
b. Uji kemurnian
1. Pengamatan Morfologi Koloni
Kultur starter diencerkan dengan skala pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-
4, dan 10-5. Masing-masing pengenceran diambil sebanyak 200 µl
kemudian dilakukan penanaman dengan metode pour plate dan
diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam, kemudian hasilnya diamati.
2. Uji Katalase
Diambil kultur starter sebanyak 1 ose dan diletakkan di atas gelas
benda, kemudian ditetesi dengan larutan H2O2. Hasil yang didapat
diamati, apakah terdapat gelembung atau tidak.
3. Uji Biokimia
Kultur starter sebanyak 1 ose diambil dan diinokulasikan ke dalam 3
tabung reaksi yang berisi medium glukosa, sukrosa dan laktosa,
kemudian diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam. Perubahan warna
dan gas yang dihasilkan diamati dan dicatat.
4. Pengecatan Gram
Gelas benda disemprot dengan alkohol 70% kemudian difiksasi.
Kultur starter diambil dan diletakkan di atas gelas benda, kemudian
difiksasi. Starter tersebut ditetesi dengan larutan cat Hucker’s crystal
violet dan didiamkan selama 1 menit kemudian dicuci dan dikering-
anginkan, lalu ditetesi dengan larutan Mordan Lugol’s Iodine dan
didiamkan selama 1 menit kemudian dicuci dan dikering-anginkan,
lalu ditetesi dengan larutan aceton-alkohol dan didiamkan selama 30
detik kemudian dicuci dan dikering-anginkan, lalu ditetesi dengan
larutan cat Safranin dan didiamkan selama 2 menit kemudian dicuci
dan dikering-anginkan, lalu diamati di bawah mikroskop.
5. Uji Motilitas
Kultur starter diambil sebanyak 1 ose dan ditanam di medium MRS
tegak, kemudian diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam. Hasil yang
didapat diamati dan dicatat motilitasnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pola Pertumbuhan Lactobacillus casei
WaktuMRS Alami
BiomassaMRS Alami Selisih
OD pH OD pH Awal Akhir Awal Akhir MRS Alami0 0.0108 6.42 0.0192 5.84 0.737 1.168 0.726 1.412 0.431 0.6862 0.0111 6.46 0.0192 5.80 0.746 1.145 0.714 1.423 0.399 0.7094 0.0121 6.44 0.0199 5.77 0.717 1.142 0.761 1.468 0.425 0.7076 0.0127 6.40 0.0197 5.82 0.729 1.138 0.726 1.443 0.409 0.7178 0.0219 5.73 0.0192 6.30 0.711 1.137 0.729 1.440 0.426 0.71110 0.0411 6.08 0.0207 5.82 0.715 1.118 0.727 1.419 0.403 0.69212 0.0860 5.62 0.0222 5.81 0.723 1.120 0.690 1.389 0.397 0.69514 0.194 5.34 0.0237 5.73 0.730 1.141 0.698 1.400 0.411 0.70216 0.432 4.72 0.0315 5.86 0.760 1.153 0.721 1.431 0.393 0.71018 0.423 4.55 0.0363 5.56 0.734 1.090 0.702 1.404 0.356 0.70220 0.492 4.44 0.0490 4.99 0.753 1.135 0.729 1.410 0.382 0.68122 0.445 4.22 0.0621 4.38 0.757 1.152 0.668 1.346 0.395 0.67824 0.693 3.93 0.0730 3.86 0.799 1.193 0.796 1.485 0.394 0.689
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Kemurnian
Uji yang Dilakukan Hasil
Morfologi Koloni
10-1 SpreaderSpreader10-2
10-3 74 13210-4 52 14810-5 96 264
Uji Katalase Tidak terdapat gelembung
Uji Biokimia
Glukosa Warna= KuningTidak terdapat gelembung
gas
Sukrosa Warna= MerahTidak terdapat gelembung
gas
Laktosa Warna= MerahTidak terdapat gelembung
gas
Pengecatan GramBakteri gram (+), berwarna ungu kebiruan, berbentuk
batangUji Motilitas Non Motil
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan tema “Uji
Kemurnian dan Pola Pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei”. Bakteri yang
digunakan untuk starter yaitu bakteri Lactobacillus casei. Uji yang dilakukan
pada percobaan uji kemurnian yaitu uji morfologi koloni, uji katalase, uji
biokimia, pengecatan gram, dan uji motilitas. Sementara uji yang dilakukan
pada percobaan pola pertumbuhan yaitu OD, pH, dan biomassa.
Pada praktikum kali ini, didapat hasil pada uji kemurnian:
a. Uji Morfologi Koloni
Pada percobaan uji morfologi koloni, didapat hasil pada
pengenceran 10-1 dan 10-2 didapati spreader, sehingga koloni yang
terbentuk tidak dapat dihitung. Pada pengenceran 10-3 didapat hasil pada
hari pertama sebanyak 74 koloni, dan pada hari kedua sebanyak 132
koloni. Pada pengenceran 10-4 didapat hasil 52 koloni pada hari pertama
dan 148 koloni pada hari kedua. Pada pengenceran 10-5 didapat hasil 96
koloni pada hari pertama dan 264 koloni pada hari kedua.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa bakteri Lactobacillus
casei tumbuh dengan baik pada pengenceran 10-5 karena jumlah koloni
yang terbentuk paling banyak dari semua pengenceran yang dilakukan.
b. Uji Katalase
Pada uji ini dilakukan penambahan H2O2 yang bertujuan untuk
mengetahui adanya enzim katalase. Dari hasil yang didapat, diketahui
bahwa bakteri Lactobacillus casei tidak membentuk gelembung setelah
ditambahkan dengan H2O2. Hal ini menandakan bahwa bakteri
Lactobacillus casei tidak menghasilkan enzim katalase.
c. Uji Biokimia
Pada uji ini dilakukan penanaman bakteri Lactobacillus casei pada
medium glukosa, sukrosa dan laktosa. Uji ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus casei dapat memfermentasikan
glukosa, sukrosa dan laktosa. Menurut Breed dkk (1957), bakteri
Lactobacillus casei dapat memfermentasikan glukosa, sukrosa dan
maltosa. Dari hasil yang didapat, diketahui bahwa hanya medium glukosa
saja yang dapat difermentasi oleh bakteri Lactobacillus casei, karena
warna mediumnya berubah dari merah menjadi kuning. Dari data tersebut
kemungkinan telah terjadi kesalahan pada penanaman bakteri karena
seharusnya semua medium dapat diferentasi.
d. Pengecatan Gram
Pada uji ini dilakukan pengecatan bakteri Lactobacillus casei
dengan menggunakan larutan gram A, gram B, gram C, dan gram D. uji
ini bertujuan untuk mengetahui sifat dari bakteri ini. Pada percobaan ini
didapat hasil bahwa bakteri Lactobacillus casei merupakan bakteri gram
positif dan berbentuk batang. Bakteri ini disebut sebagai bakteri gram
positif karena hasil yang didapat pada pengecatan gram menunjukkan
warna ungu kebiruan.
e. Uji Motilitas
Pada uji ini dilakukan penanaman bakteri dengan penancapan
bakteri pada medium agar tegak yang bertujuan untuk mengetahui
motilitas bakteri Lactobacillus casei. Menurut Breed dkk (1957), bakteri
Lactobacillus casei tidak dapat bergerak pada medium / bersifat nonmotil.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa bakteri Lactobacillus casei tidak
dapat bergerak pada medium, karena pertumbuhannya hanya di sekitar
tusukan saja.
Pada praktikum kali ini didapat hasil pada uji pola pertumbuhan
bakteri Lactobacillus casei yaitu:
a. Pada Medium MRS
Pada percobaan pada hari ke-0 nilai OD sebesar 0.0108; pH
sebesar 6.42. Pada hari ke-2 nilai OD sebesar 0.0111; pH sebesar 6.46;
biomassa sebesar 0.431. Pada hari ke-2 nilai OD sebesar 0.0111; pH
sebesar 6.46; biomassa sebesar 0.399. Pada hari ke-4 nilai OD sebesar
0.0121; pH sebesar 6.44; biomassa sebesar 0.425. Pada hari ke-6 nilai OD
sebesar 0.0127; pH sebesar 6.40; biomassa sebesar 0.409. Pada hari ke-8
nilai OD sebesar 0.0219; pH sebesar 5.73; biomassa sebesar 0.426. Pada
hari ke-10 nilai OD sebesar 0.0411; pH sebesar 6.08; biomassa sebesar
0.403. Pada hari ke-12 nilai OD sebesar 0.0860; pH sebesar 5.62;
biomassa sebesar 0.397. Pada hari ke-14 nilai OD sebesar 0.194; pH
sebesar 5.34; biomassa sebesar 0.411. Pada hari ke-16 nilai OD sebesar
0.432; pH sebesar 4.72; biomassa sebesar 0.393. Pada hari ke-18 nilai OD
sebesar 0.423; pH sebesar 4.55; biomassa sebesar 0.356. Pada hari ke-20
nilai OD sebesar 0.492; pH sebesar 4.44; biomassa sebesar 0.382. Pada
hari ke-22 nilai OD sebesar 0.445; pH sebesar 4.22; biomassa sebesar
0.395. Pada hari ke-24 nilai OD sebesar 0.693; pH sebesar 3.93; biomassa
sebesar 0.394.
b. Pada Medium Alami
Pada percobaan pada hari ke-0 nilai OD sebesar 0.0192; pH
sebesar 5.84; biomassa sebesar 0.686. Pada hari ke-2 nilai OD sebesar
0.0192; pH sebesar 5.80; biomassa sebesar 0.709. Pada hari ke-4 nilai OD
sebesar 0.0199; pH sebesar 5.77; biomassa sebesar 0.707. Pada hari ke-6
nilai OD sebesar 0.0197; pH sebesar 5.82; biomassa sebesar 0.717. Pada
hari ke-8 nilai OD sebesar 0.0192; pH sebesar 6.30; biomassa sebesar
0.711. Pada hari ke-10 nilai OD sebesar 0.0207; pH sebesar 5.82;
biomassa sebesar 0.692. Pada hari ke-12 nilai OD sebesar 0.0222; pH
sebesar 5.81; biomassa sebesar 0.699. Pada hari ke-14 nilai OD sebesar
0.0237; pH sebesar 5.73; biomassa sebesar 0.702. Pada hari ke-16 nilai
OD sebesar 0.0315; pH sebesar 5.86; biomassa sebesar 0.710. Pada hari
ke-18 nilai OD sebesar 0.363; pH sebesar 5.56; biomassa sebesar 0.702.
Pada hari ke-20 nilai OD sebesar 0.0490; pH sebesar 4.99; biomassa
sebesar 0.681. Pada hari ke-22 nilai OD sebesar 0.0621; pH sebesar 4.38;
biomassa sebesar 0.678. Pada hari ke-24 nilai OD sebesar 0.0730; pH
sebesar 3.86; biomassa sebesar 0.689.
Dari hasil yang didapat tersebut, dapat diketahui bahwa Optical
density bakteri Lactobacillus casei yang ditanam pada medium MRS lebih
tinggi dari OD pada medium alami. Dari hasil yang didapat tersebut,
diketahui pula bahwa pH bakteri Lactobacillus casei yang ditanam pada
medium alami lebih asam daripada yang ditanam di medium MRS. Dari
hasil yang didapat tersebut, diketahui pula bahwa biomassa bakteri
Lactobacillus casei yang ditanam pada medium alami lebih besar daripada
yang ditanam pada medium MRS.
BAB V
KESIMPULAN
1. Bakteri Lactobacillus casei merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang
dan berwarna ungu kebiruan.
2. Bakteri Lactobacillus casei tidak dapat memfermentasi medium sukrosa dan
laktosa, namun dapat memfermentasi glukosa.
3. Bakteri Lactobacillus casei tumbuh dengan baik pada pengenceran 10-5.
4. Bakteri Lactobacillus casei tidak menghasilkan enzim katalase.
5. Bakteri Lactobacillus casei tidak dapat bergerak pada medium (nonmotil).
6. Optical density bakteri Lactobacillus casei yang ditanam pada medium MRS
lebih tinggi dari OD pada medium alami.
7. Nilai pH bakteri Lactobacillus casei yang ditanam pada medium alami lebih
asam daripada yang ditanam di medium MRS.
8. Biomassa bakteri Lactobacillus casei yang ditanam pada medium alami lebih
besar daripada yang ditanam pada medium MRS.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Lactobacillus casei. http://www.ncbi.nlm.nih.gov. 2 Oktober 2012.
Barrow, G.I. dan R. Kromosom A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s Mannual
for the Identification of Mediocal Bacteria. Cambridge University
Press. Great Britain.
Breed, R. S., E. G. D. Murray, dan Nathan R. Smith. 1957. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Seventh Edition. The Wiliams &
Wilkins Company. United States of America.
Brown, S. 2002. Measuring Carbon in Forests: Current Status and Future
Challenges. Environmental Pollution. 116: 363-372.
deMan J., Rogosa M. dan Sharpe M. 1960. A Medium for the Cultivation
Lactobacilli. J. Appl. Bacteriol. 23:130-135.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Madigan, M.T. 2005. Anoxygenic Phototrophic Bacteria from Extreme
Environments. Discoveries in Photosynthesis, vol. 20 of Advances
in Photosynthesis : 969-983.
Oxoid. 1982. The Oxoid Mannual of Culture Media, Ingredients and Other
Laboratory Services, Fifth Edition. Published by Oxoid Limited,
Wade Road. Basingtoke,Hampshire.
Randazzo, C. L., Restuccia, C., Romano, A. D., dan Caggia, C. 2004.
Lactobacillus casei, Dominant Species in Naturally Fermented
Sicilian Green Olives. International Journal of Food Microbiology
90: 9 - 14.
Tamime, A.Y. dan R.K. Robinson. 1999. Yoghurt: Science and Technology, 2nd
Edition. CRC Press. Boston.