UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ...repository.usd.ac.id/17872/2/088114166_Full.pdf ·...
Transcript of UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ...repository.usd.ac.id/17872/2/088114166_Full.pdf ·...
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS- DENSITOMETRI UNTUK MEMISAHKAN ASAM SALISILAT DAN EUGENOL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Rosita Secoadi
NIM : 08 8114 166
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS- DENSITOMETRI UNTUK MEMISAHKAN ASAM SALISILAT DAN EUGENOL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Rosita Secoadi
NIM : 08 8114 166
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetuj uan Pembim bing
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPI$
DDNSITOMETRI UNTUK MEMISAHKAI\I
ASAM SALISILAT DAN EUGENOL
Skripsi yang diajukan oleh:
Rosita Secoadi
NIM: 08 81141,66
telah disetujui oleh:
Pembimbing
Jeffiy Julianus S
Tanggal 22Mei20l2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPI$DENSITOMETRI UNTT'K MEMISAIIKAI\{
ASAM SALISILAT DAI\[ EUGENOL
Oleh:Rosita Secoadi
NIM : 08 8114 166
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharmapada tanggal : 2A Jufi 2012
Mengetahui,Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Panitia Penguji:
l. Jeffry Julianus S.Farm., M.Si.
2. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si.
3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.
\\ ^ -=-\\\eA-4 p>......)..;.._.....;1r-
i l l
Djunarko S.Si., Apt.
Pembimbing,
' _-\
Jeffiry Julianus S.Farm., M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
iv
Kupersembahkan Karya ini untuk:
Papi - Mami - Saudara-saudaraku Almamaterku Dunia Kesehatan Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERI{YATAAI\ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari diternukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 22 Mei 2012
Penulis
,.\ Q" C/,{'*Yl
1- /Rosita Secoadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAI\ PERSETUJUAIY PTTBLIKASI KARYA ILMIAH
I]NTUK KEPENTINGAI\ AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama :Rosita Secoadi
Nomor Mahasiwa : 08 8114 166
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-
DENSITOMETRI UNTUK MEMISAHKAN ASAM SALISILAT DAN
EUGENOL
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan rurma saya
sebagai penulis,
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tang gal : 22 Mei 2012
YngMenaatakan
vi
<-)
Rosita Secoadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI KEMAMPUAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-
DENSITOMETRI UNTUK MEMISAHKAN
ASAM SALISILAT DAN EUGENOL
INTISARI
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri merupakan metode yang dikembangkan untuk penetapan kadar asam salisilat dan eugenol dalam sediaan krim topikal. Untuk memberikan hasil yang dapat dipercaya, maka metode ini perlu diuji kemampuannya dalam memisahkan kedua senyawa tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental-deskriptif. Asam salisilat dan eugenol dipisahkan dengan metode KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4), serta dengan jarak pengembangan sejauh 15 cm. Setelah pemisahan senyawa dengan metode KLT, kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan densitometer pada panjang gelombang 288 nm. Parameter uji kemampuan metode yang diteliti adalah selektivitas, linearitas, perolehan kembali, presisi, dan range.
Hasil penelitian menunjukkan metode ini memiliki selektivitas dengan nilai α 5,825 dan nilai resolusi 5,125, dengan range pengukuran 1020 - 1224 ppm untuk asam salisilat dan 680 – 800 ppm untuk eugenol dan linearitas yang baik untuk asam salisilat dengan nilai r2 0,9972 dan untuk eugenol dengan nilai r2 0,9973, nilai rata-rata % recovery dan CV untuk level kadar rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut adalah 98,4173% dan 2,3360%; 98,9914% dan 0,9778%; 98,9664% dan 0,8958% untuk asam salisilat, 100,5497% dan 1,0065%; 99,8064% dan 1,2278%; 99,7653% dan 0,8365% untuk eugenol. Berdasarkan hasil tersebut, maka metode KLT-densitometri ini memiliki kemampuan yang baik untuk memisahkan asam salisilat dan eugenol.
Kata kunci : KLT–Densitometri, asam salisilat, eugenol, uji kemampuan metode.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CAPABILITY TEST OF THIN LAYER CHROMATOGRAPHY -
DENSITOMETRY METHOD IN ORDER TO SEPARATE
SALICILIC ACID AND EUGENOL
ABSTRACT
Thin layer chromatography (TLC) densitometry method has been developed to separate a combination of salicylic acid and eugenol. To guarantees the method used provide reliable results, it is necessary to give a capability test to this methode.
In this non-experimental descriptive research, salicylic acid and eugenol were spotted on TLC silica gel F254 plates, which were developed with a mixture of toluene, ethyl acetate and methanol 65,2 : 2,4 : 32,4 (v/v). Quantitative spots at 288 nm.
The result showed α value 5,825, resolution value 5,125, linearity which is showed on coefficient of determination 0,9972 for salicylic acid and 0,9973 for eugenol. The mean recovery and CV value for low, medium and high level concentration respectively are 98,4173% and 2,3360%; 98,9914% and 0,9778%; 98,9664% and 0,8958% for salicylic acid, 100,5497% and 1,0065%; 99,8064% and 1,2278%; 99,7653% and 0,8365% for eugenol.
The densitometry method is selective, linear, precise, and have a good recovery. The quantitative testing shows that concentration of salicylic acid and eugenol range from 1020 ppm – 1224 ppm for salicylic acid and 680 ppm – 800 ppm for eugenol.
Keyword : TLC Densitometry, salicylic acid, eugenol, capability test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji Syukur dan terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat, rahmat, karunia dan penyertaan-Nya selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi dengan judul: “Uji Kemampuan Metode Kromatografi Lapis Tipis-
Densitometri Untuk Memisahkan Asam Salisilat Dan Eugenol” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program
Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak dihadapi kesulitan. Namun, dengan
adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan moril maupun
spirituil, maka pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik
mungkin. Dengan penuh kerendahan hati, maka penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai penulis.
2. Papi, Mami, Nana dan Dessy atas doa, dukungan, dan cinta kasihnya.
3. Ipang Djunarko M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Jeffry Julianus S.Farm., M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar dan bijaksana selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis, yang selalu ceria dengan canda tawanya ketika bimbingan.
5. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi penguji.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., atas pengarahannya serta kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi penguji.
7. Christine Patramurti S.Si., M.Si., Apt., atas pengarahannya serta
kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan
semangat pada saya.
8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi USD, atas ilmu yang diberikan dan
kebersamaan selama kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
9. Seluruh staf laboratorium, staf kebersihan, dan staf keamanan Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terutama Mas Bimo,
Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, dan Pak Ketul yang telah membantu
kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian.
10. Edward Wijaya Setiawan, atas doa, dorongan, semangat, dan
perhatiannya.
11. Vica, Uchan, Satya, dan Sisca sahabat saya yang telah memberikan doa,
dukungan, bantuan, dan semangat serta pengalaman tak terlupakan selama
penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih atas saran dan masukkan
yang diberikan.
12. Keluarga ‘DJUminten’, Sisca, Cici, Brian, Dimbex, Uchan, Vica, Aga dan
Satya, atas semangat, canda, tawa, semangat dan pengalaman yang tak
terlupakan selama di universitas ini.
13. Teman seperjuangan saya, Vica, dan Dhimas yang selalu setia menemani,
membantu, dan mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
14. Teman-teman Grup Antistres Paul, Hepi, Adi (Kimpul), Velly, Vica,
Dhimas, Uchan, Sasa, Satya, Yuni, Elisa, Novie, dan Ike sebagai teman
seperjuangan mengerjakan skripsi di Laboratorium Analisis Instrumental.
Terima kasih atas diskusi, semangat, cerita, canda-tawa, masukan, dan
kebersamaan selama kita bekerja bersama.
15. Teman-teman kelompok praktikum C2: Uchan, Sasa, Satya, Asti, Dian,
Tika, Yuni, atas kekompakkan, kebersamaan, dan kerja sama selama
kuliah, praktikum, dan di luar itu.
16. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang lain atas segala doa dan
dukungannya.
17. Teman-Teman angkatan 2008, khususnya teman-teman FST atas suka
duka dan kebersamaannya.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan mengingat keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga laporan
ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vi
INTISARI ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................ viii
PRAKATA ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. Rumusan Permasalahan ...................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian .............................................................................. 3
3. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II : PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Asam Salisilat ........................................................................................... 6
B. Eugenol ..................................................................................................... 7
C. Kromatografi Lapis Tipis .......................................................................... 8
1. Fase Diam ........................................................................................... 10
2. Fase Gerak .......................................................................................... 12
3. Aplikasi (penotolan) ............................................................................ 14
4. Pengembangan .................................................................................... 15
5. Deteksi ................................................................................................ 15
D. Densitometri .............................................................................................. 16
E. Selektivitas (selectivity) ............................................................................ 18
F. Perolehan Kembali (recovery) .................................................................. 19
G. Ketelitian (precision) ................................................................................ 20
H. Linearitas (linearity) ................................................................................. 21
I. Rentang (range) ........................................................................................ 24
J. Landasan Teori .......................................................................................... 24
K. Hipotesis ................................................................................................... 25
BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................... 26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 26
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 26
C. Definisi Operasional ................................................................................. 27
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Bahan Penelitian ....................................................................................... 27
E. Alat Penelitian ........................................................................................... 27
F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 28
1. Pembuat fase gerak ............................................................................. 28
2. Penjenuhan chamber ........................................................................... 28
3. Pengaktifan fase diam ......................................................................... 28
4. Pembuatan larutan baku asam salisilat ................................................ 29
5. Pembuatan larutan baku eugenol ........................................................ 29
6. Pembuatan larutan baku tunggal asam salisilat dan eugenol .............. 30
7. Pembuatan larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol .......... 30
8. Penetapan panjang gelombang pengamatan ....................................... 30
9. Penetapan kurva baku asam salisilat dan eugenol dan pengamatan
nilai Retardation Factor (Rf) asam salisilat dan eugenol ................... 31
10. Penentuan selektivitas, uji perolehan kembali, presisi, linearitas, dan
rentang ................................................................................................. 31
G. Analisis Hasil ............................................................................................ 32
1. Selektivitas .......................................................................................... 32
2. Linearitas ............................................................................................. 32
3. Uji Perolehan Kembali ........................................................................ 32
4. Presisi .................................................................................................. 33
5. Rentang ............................................................................................... 33
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DA
BI
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
A. Sistem Kromatografi ................................................................................. 34
B. Pembuatan Larutan Baku Asam Salisilat dan Eugenol ............................. 35
C. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan ............................................ 37
D. Analisis Kualitatif ..................................................................................... 40
E. Penetapan Kurva Baku .............................................................................. 45
F. Kemampuan Pemisahan ............................................................................ 49
1. Selektivitas .......................................................................................... 49
2. Uji Perolehan Kembali ........................................................................ 49
3. Presisi .................................................................................................. 52
4. Linearitas ............................................................................................. 54
5. Rentang ............................................................................................... 55
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 57
A. Kesimpulan ............................................................................................... 57
B. Saran ......................................................................................................... 57
FTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN .......................................................................................................... 62
OGRAFI PENULIS .......................................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Adsorben yang Sering Digunakan pada KLT Berdasarkan Urutan
Kepolarannya ........................................................................................... 10
Tabel II. Nilai Indeks Polaritas Pelarut ................................................................. 13
Tabel III. Kriteria Penerimaan Persen Perolehan Kembali pada Konsentrasi
Analit yang Berbeda ............................................................................... 20
Tabel IV. Kriteria Penerimaan Presisi pada Konsentrasi Analit yang Berbeda..... 21
Tabel V. Hubungan dan Arah Koefisien Korelasi ................................................. 22
Tabel VI. Kekuatan Hubungan Berdasarkan Nilai Koefisien Korelasi ................. 23
Tabel VII. Perbandingan Nilai α dan Nilai Resolusi dan Rf pada Baku Asam
Salisilat dan Eugenol ............................................................................... 42
Tabel VIII. Data Replikasi Kurva Baku Asam Salisilat ....................................... 46
Tabel IX. Data Replikasi Kurva Baku Eugenol ..................................................... 46
Tabel X. Data % Recovery Asam Salisilat Tunggal .............................................. 51
Tabel XI. Data % Recovery Eugenol Tunggal ....................................................... 51
Tabel XII. Data % Recovery Campuran Asam Salisilat-Eugenol .......................... 52
Tabel XIII. Data % CV Asam Salisilat Tunggal .................................................... 53
Tabel XIV. Data % CV Eugenol Tunggal .............................................................. 53
Tabel XV. Data % CV Campuran Asam Salisilat-Eugenol ................................... 53
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Baku Asam Salisilat ..................................... 63
Lampiran 2. Certificate of Analysis Baku Eugenol ............................................... 64
Lampiran 3. Data Pengambilan Bahan dan Perhitungan Konsentrasi Sebenarnya 64
Lampiran 4. Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak ......................................... 68
Lampiran 5. Spektra Panjang Gelombang Asam Salisilat dan Eugenol dengan
Perbandingan 1,5 : 1 pada Tiga Tingkat Konsentrasi Rendah,
Sedang, dan Tinggi ......................................................................... 69
Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Analisis Kuantitatif ............... 70
Lampiran 7. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 1 .............. 71
Lampiran 8. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 2 .............. 73
Lampiran 9. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 3 .............. 75
Lampiran 10. Data Penentuan Kurva Baku Asam Salisilat .................................. 77
Lampiran 11. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Asam Salisilat ............................................................................... 78
Lampiran 12. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 1 ...................... 79
Lampiran 13. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 2 ...................... 81
Lampiran 14. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 3 ...................... 83
Lampiran 15. Data Penentuan Kurva Baku Eugenol ............................................ 85
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Lampiran 16. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Eugenol ......................................................................................... 85
Lampiran 17. Densitogram Baku Tunggal Asam Salisilat (Uji kemampuan
metode) ......................................................................................... 87
Lampiran 18. Densitogram Baku Tunggal Eugenol (Uji kemampuan metode) .... 91
Lampiran 19. Densitogram Baku Campuran Asam Salisilat dan Eugnol (Uji
kemampuan metode) ..................................................................... 95
Lampiran 20. Perhitungan % Recovery dan CV Baku Tunggal dan Campuran
dari Asam Salisilat dan Eugenol ................................................... 99
Lampiran 21. Perhitungan Nilai α dan Resolusi Baku Tunggal dan Campuran ... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam salisilat dan eugenol merupakan bahan alam yang saat ini
penggunaannya semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari maraknya produk-
produk farmasi yang mengandung komponen utama asam salisilat dan eugenol,
seperti krim-krim perawatan kulit dan masker wajah. Kedua senyawa ini akan
memberikan efek kulit yang makin halus dan bebas dari mikrobakteri.
Kedua senyawa ini merupakan kombinasi yang dapat memberikan efek
kulit yang makin halus dan bebas dari mikrobakteri, namun dalam dosis yang
tidak tepat asam salisilat dan eugenol dapat menyebabkan iritasi pada jaringan,
dan pada orang yang sangat sensitif dapat menyebabkan dermatitis (Duke, 1987).
Asam salisilat merupakan senyawa bahan alam golongan fenol yang telah
diproduksi secara sintetik dan memiliki aktifitas sebagai keratolitik, antiinflamasi
dan analgesik (Viswanatha, Kharat, Shylaja, and Lakshman, 2010). Senyawa ini
berbentuk serbuk berwarna putih dan tak berbau (Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1995).
Eugenol merupakan salah satu senyawa golongan fenol yang berasal dari
alam, yang merupakan komponen utama dari minyak cengkeh. Selain memiliki
harum yang khas, eugenol juga memiliki aktifitas sebagai analgesik (Thompson,
Norbeck, Olsson, Constantin-Teodosiu, Van der Zee, and Moldous, 1988).
Senyawa ini merupakan senyawa berwarna kuning pucat, berupa cairan jernih
yang akan berubah menjadi gelap apabila terpapar oleh cahaya, dan praktis tidak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
larut air (European Pharmacopoeia Convention, 2005). Selain itu, eugenol juga
memiliki peran penting sebagai dasar pembuatan produk farmasi dan dapat
diproses menjadi isoeugenol, eugenol asetat dan vanilin (Harnani, 2010).
Dalam penelitian ini akan diteliti kemampuan dari Kromatografi Lapis
Tipis-Densitometri dalam memisahkan campuran asam salisilat dan eugenol.
Asam salisilat merupakan golongan fenol yang dapat memberikan efek
antiinflamsi, keratolitik dan analgesik. Eugenol merupakan senyawa golongan
fenol yang memberikan efek analgesik, bersifat antimikroba dan berbau harum.
Berdasarkan penjelasan di atas, dibutuhkan adanya metode untuk
memisahkan asam salisilat dan eugenol sehingga dapat diteliti kadarnya masing-
masing agar mutu dan keamanan dari produk tetap terjaga. Penjaminan mutu
berguna untuk menjamin khasiat dan keamanan produk. Dalam menganalisis
suatu campuran senyawa, dibutuhkan metode yang mampu memisahkan
campuran senyawa tersebut untuk dapat dilihat kadar dari masing-masing
senyawa dalam sampel.
Salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk memisahkan
asam salisilat dan eugenol adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri.
KLT-Densitometri merupakan teknik pemisahan yang sederhana dimana
pelaksaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan kromatografi kolom
(Rohman, 2009). Kelebihan dari metode KLT-Densitometri adalah lebih fleksibel
dalam pemilihan fase gerak, memiliki berbagai macam teknik optimasi, dapat
diikuti dan dengan mudah dapat dihentikan kapan saja, serta dalam satu fase diam
dapat digunakan untuk mengamati pergerakan beberapa senyawa secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bersamaan (Rohman, 2009). Disamping itu, KLT-Densitometri memiliki
ketepatan penentuan kadar yang lebih baik daripada Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) atau Kromatografi Gas Cair (KGC) karena komponen yang
ditentukan merupakan noda yang tak bergerak (Mulya dan Suharman, 1995).
Sebelum digunakan untuk diaplikasikan, metode ini perlu diuji
kemampuannya dalam memisahakan asam salisilat dan eugenol. Uji kemampuan
pemisahan kedua campuran senyawa dengan metode ini didasarkan pada
parameter selektivitas, akurasi, presisi, linearitas, dan rentang. Hal ini perlu
dilakukan untuk member gambaran tentang kemampuan pemisahan dari
Kromatografi Lapis Tipis – Densitometri dalam menganalisi campuran asam
salisilat dan eugenol.
1. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan
sebagai berikut: apakah metode KLT-Densitometri dengan fase diam silika gel
60 F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4)
memiliki kemampuan pemisahan yang baik untuk memisahkan campuran
asam salisilat dan eugenol yang didasarkan pada parameter selektivitas,
perolehan kembali, presisi, linearitas, dan rentang?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian analisis metil salisilat dan eugenol yang telah
dilakukan, yaitu Quantification of eugenol in Cinnamomum tamala nees and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
eberm. Leaf powder by high-performance thin-layer chromatography oleh
Vidya V. Dighe, Atish A. Gursale, Ramesh T. Sane, Sasikumar Menon, and
Shvetali C. Raje (2005) dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak
toluena : etil asetat : asam format (90 : 10 : 01), dideteksi dengan densitometri
pada λ=280nm dan Quantitative analysis of eugenol in clove extract by a
validated HPLC method oleh So-Mi Yun, Myoung-Heon Lee, Kwang-Jick
Lee, Hyun-Ok Ku, Seong-Wan Son, and Yi-Seok Joo (2010) dengan fase
diam XTerra RP18 column (250 x 4.6 mm id, 5 microm) dan fase gerak
isokratik metanol 60%, dideteksi pada λ=280nm.
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis,
penelitian tentang pemisahan asam salisilat dan eugenol dengan metode KLT-
Densitometri belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa metode Kromatografi
Lapis Tipis-Densitometri mampu memisahkan asam salisilat dan eugenol.
b. Manfaat Metodologis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa metode
KLT-Densitometri dapat digunakan untuk memisahkan asam salisilat dan
eugenol dengan kemampuan pemisahan yang memenuhi persyaratan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat digunakan untuk memisahkan campuran
asam salisilat dan eugenol.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
kemampuan metode KLT-Densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254 dan
fase gerak toluen : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) yang digunakan untuk
memisahkan campuran asam salisilat dan eugenol memiliki kemampuan
pemisahan yang baik yang didasarkan pada parameter selektivitas, uji perolehan
kembali, presisi, linearitas, dan rentang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asam Salisilat
Gambar 1. Struktur Asam Salisilat
Asam salisilat yang disebut juga 2-Hydroxybenzoic acid dapat ditemukan
pada buah-buahan seperti peach, berry dan strawberry, namun saat ini sudah
dapat dibuat secara sintesis (Rhodia, 2011). Senyawa ini berbentuk padat tak
berbau, berwarna putih dengan nilai pH pada saturated condition 2,4. Asam
salisilat memiliki nilai LD 50 melalui kulit sesuai dengan nilai LD50 tikus yaitu
1250 - 1580 mg/kg, memiliki massa molar 138,12 g/mol, nilai kelarutan dalam air
sekitar 2 g/L, nilai kerapatan 1.443 g/cm3 pada suhu 20 °C, dan memiliki nilai
titik didih 2110C dengan nilai tekanan uap sebesar 27 hPa pada suhu 2110C
(Merck, 2006). Selain itu, asam salisilat juga memiliki nilai konstanta Henry
sebesar 1,52 x 10-9 atm-m3/mol pada suhu 250C (RSC, 2012), dengan nilai Kow
2,26 (Vijon, 2008). Biasanya asam salisilat digunakan sebagai analgesik, obat
jerawat, produk perawatan wajah, dan pestisida (Environmental Protection Agency,
2005).
Nilai dari asam salisilat dalam 0,5 N natrium hidroksida (NaOH)
sebesar 260 pada λmaks 300 nm (Clarke, 1971). Asam salisilat merupakan serbuk
%
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kristal putih atau berwarna, kristal asirkular, sedikit larut dalam air, mudah larut
dalam kloroform, eter dan etanol (96%), sedikit larut dalam metilen klorida
(European Pharmacopoeia Convention, 2005).
B. Eugenol
O
OH
Gambar 2. Struktur Eugenol
Komponen utama dari minyak cengkeh yaitu eugenol, merupakan senyawa
berbentuk cairan tidak berwarna atau kuning pucat dengan bobot molekul 164,20
g/mol. Senyawa ini memiliki bau cengkeh kuat, menusuk, dan rasa pedas. Bila
terpapar udara warna eugenol menjadi lebih gelap dan mengental. Kelarutan eugenol
baik dalam etanol, kloroform, eter, dan minyak lemak, namun sukar larut dalam air.
Nilai kelarutannya sebesar 1,85 mg/L pada air disuhu 200C dan lebih dari 25000
mg/L pada alkohol, etil asetat dan pelarut organik lain pada suhu 200C (BPDB,
2011). Bobot jenis eugenol antara 1,064 g/mL - 1,070 g/mL (Budavari, 2001). Nilai
Kow 2,7 dengan titik didih 2480C, serta memiliki nilai tekanan uap sebesar 1mmHg
pada suhu 78,40C (TCI America, 2008). Selain itu, eugenol juga memiliki nilai
konstanta Henry sebesar 0,24 Pa.m3/mol pada suhu 250C dan termasuk dalam
katagori cukup volatil (BPDP, 2011). Nilai dari eugenol dalam etanol
sebesar 406 dengan λmaks 231,5 nm dan 193 pada λmaks 282 nm (Clarke, 1971).
%
Eugenol merupakan fenol atau senyawa aromatis hidroksi (Tarigan, 2009).
Senyawa ini selain memiliki harum yang khas juga memiliki aktifitas sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
analgesik (Thompson et al., 1988). Disamping digunakan sebagai bahan penambah
aroma, eugenol juga mempunyai sifat stimulant, anestetik lokal, karminatif,
antiemetik, antiseptik dan antispasmodik yang digunakan dalam sabun, detergen,
pasta gigi, parfum dan produk farmasi. Penggunaan eugenol dalam produk
farmasi diantaranya balsam untuk mengurangi rasa nyeri, obat sakit gigi, dan
bahan campuran untuk menambal gigi (Nurdjannah, 2011).
Allylguaiacol atau yang lebih dikenal dengan eugenol merupakan
senyawa golongan fenol yang tak larut air, namun akan berubah menjadi bentuk
garam fenolik yang larut air oleh penambahan basa seperti NaOH dan kalium
hidroksida (KOH). Untuk menjamin kesempurnaan reaksi diperlukan pemanasan
dan atau pengadukan (Gearien and Grabowski, 1969).
C. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial oleh sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih,
salah satu diantaranya bergerak secara kontinyu dalam arah tertentu dan zat-zat di
dalamnya menunjukkan perbedaan mobilitas karena adanya perbedan adsorpsi,
partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan
pemisahan tersebut maka masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan
kadarnya dengan metode analitik (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan
komponen-komponen berdasar perbedaan adsorpsi dan partisi oleh fase diam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dibawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur (Mulya
dan Suharman, 1995).
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari
campuran suatu senyawa. Hal ini berkaitan untuk pembuktian ada atau tidaknya
komponen yang dicari dan apakah komponen tersebut murni atau tidak.
Penggunaan secara khusus KLT adalah untuk mengetahui kemurnian senyawa
selama proses pemurnian. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan
senyawa hasil pemurnian dengan senyawa standarnya. Senyawa yang murni akan
memberikan bercak tunggal pada berbagai fase gerak dengan berbagai tingkat
kepolaran dan mempunyai harga Rf yang sama dengan senyawa standarnya
(Gasparic and Churacek, 1978).
Pada KLT, hasil yang diperoleh ditunjukkan dengan nilai Rf yang
menggambarkan migrasi relatif komponen senyawa terhadap pelarut dan
berhubungan dengan koefisien distribusi komponen. Beberapa variabel dapat
mempengaruhi nilai Rf, seperti komposisi pelarut, suhu, ukuran chamber, dan
lapisan sorbent (Braithwaite and Smith, 1999). Dalam analisis kuantitaif dengan
metode KLT, nilai Rf diharapkan berada antara 0,2 dan 0,8 (Kowalska, 2003).
R
(1)
Dalam pelaksanaannya, KLT lebih murah, lebih mudah, dan peralatannya
lebih sederhana dibandingkan dengan kromatografi kolom. Keuntungan lainnya
menurut Gandjar dan Rohman (2007) adalah sebagai berikut
a. Pemisahan analit dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi warna,
fluoresensi, atau radiasi menggunakan sinar UV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
b. Elusi dapat dilakukan dengan cara menaik, menurun atau elusi 2 dimensi
1. Fase Diam
Dalam KLT, fase diam terdiri atas lapisan tipis adsorben yang
dipadatkan diatas lempengan solid sebagai lapiasan tipis dengan ketebalan
kurang lebih 0.25 mm kemudian sampel akan diaplikasikan di dekat salah
satu ujung fase diam dalam rupa spot/totolan kecil (Drenthe College The
Netherlands, 2011).
Lempeng fase diam ini sebaiknya disimpan dalam lingkungan yang
tidak lembab atau bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985). Sebelum
digunakan, lempeng adsorben perlu diaktifkan terlebih dahulu di dalam oven
dengan suhu 120o-150oC untuk menghilangkan air yang ada pada permukaan
adsorben. Jika temperatur yang digunakan terlalu tinggi dapat menonaktifkan
adsorben secara permanen (Braithwaite and Smith, 1999).
Tabel I. Adsorben yang Sering Digunakan pada KLT
Berdasarkan Urutan Kepolarannya (Gandjar dan Rohman, 2007)
Adsorben Tingkatan Kepolaran Alumina Paling polar
Paling non polar
Silika gel Magnesium silikat Selulosa Resin-resin polimerik
Makin meningkat
Fase diam yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, kieselgur,
selulosa dan turunannya, dan lain-lain (Stahl, 1985). Silika gel adalah fase
diam yang paling banyak digunakan (Stahl, 1985). Silika gel GF254 artinya
silika tersebut mengandung gypsum (CaSO4½H2O) yang merupakan pengikat,
dengan cara meningkatkan gaya adhesi antara partikel senyawa dengan silika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan juga meningkatkan gaya adhesi antar partikel silika. F254 adalah indikator
fosforesensi pada panjang gelombang 254 nm yang berarti silika tersebut
dapat berfosforesensi pada panjang gelombang 254 nm (Jork, 1990).
Semua silika gel adalah silikon dioksida dari sudut pandang kimia.
Masing-masing atom silikon dikelilingi oleh empat atom oksigen dengan
bentuk tetrahedron. Pada permukaan silika gel, elektron valensi dari oksigen
terhubungkan dengan hidrogen (Si-OH, gugus silanol) atau dengan atom
silikon lainnya (Si-O-Si, gugus siloksan). Gugus silanol mewakili pusat
permukaan adosorpsi-aktif yang mampu berinteraksi dengan molekul sampel.
Oleh karena itu, silika gel cocok sebagai fase diam di dalam kromatografi.
Kemampuan gugus silanol untuk bereaksi secara kimia dengan reagen yang
sesuai dapat digunakan untuk memodifikasi permukaan silika gel (Kowalska,
2003).
Gambar 3. Stuktur Silika Gel (Hauck and Mack, 1996)
Partikel silika gel mengandung gugus hidroksi pada permukaannya
yang akan membentuk interaksi hidrogen dengan molekul yang polar. Adanya
air yang teradsorbsi akan mencegah molekul polar untuk membentuk interaksi
hidrogen, sehingga silika gel harus diaktifkan dengan pemanasan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menghilangkan air yang teradsorbsi (Christian, 2004). Kandungan air yang
ideal dalam silika adalah antara 11-12 % b/b (Rohman, 2009).
2. Fase Gerak
Proses KLT dapat diubah-ubah dengan memodifikasi fase diam atau
dengan mengubah kepolaran fase gerak yang digunakan, dimana mengubah
kepolaran fase gerak lebih mudah dilakukan. Polaritas fase gerak diubah
dengan cara menambahkan fase gerak lain sehingga diperoleh kepolaran yang
tepat untuk memisahkan campuran senyawa. Kepolaran fase gerak yang
digunakan untuk mengelusi harus disesuaikan berdasarkan kemampuannya
bersaing dengan permukaan fase diam untuk berinteraksi dengan molekul
yang terlarut (Gritter, Bobbit, and Scharting, 1991). Semakin besar indeks
polaritas yang dimiliki pelarut maka pelarut semakin polar dan semakin besar
eluotropic values dari pelarut menunjukkan semakin mudah untuk mengelusi
sampel (Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997).
Polaritas fase gerak dapat mempengaruhi separasi/pemisahan. Untuk
itu perlu dicari suatu komposisi fase gerak yang mampu memberikan pemisahan
yang baik (Anonim, 2011a). Biasanya pemilihan pelarut yang digunakan untuk
analisis dengan metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna,
mudah menguap, viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap
(Sherma and Fried, 1996).
Dalam penentuan fase gerak melalui proses trial and error ini, perlu
memperhatikan sifat polaritas solut. Semakin polar solut maka semakin
tertahan kuat ke dalam adsorben polar. Solut-solut non polar tidak mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
afinitas atau mempunyai sedikit afinitas yang kecil terhadap adsorben polar,
sementara solut-solut yang terpolarisasi memiliki afinitas yang kecil terhadap
adsorben polar disebabkan adanya interaksi dipol atau interaksi-interaksi yang
diinduksi oleh dipol. Solut-solut polar, terutama yang mampu membentuk
ikatan hidrogen, akan terikat kuat pada adsorben karenanya butuh fase gerak
yang relatif polar untuk mengelusinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Tabel II. Nilai Indeks Polaritas Pelarut Menurut Snyder, et al. (1997)
Pelarut Indeks Polarits
Nilai Eluotopik UV cut off (nm) Alumina C18 Silika Gel
Heksana 0,1 0,01 - 0,00 195 Sikloheksana 0,2 0,004 - - 200
Toluena 2,4 0,29 - 0,22 284 Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil Asetat 4,4 0,58 - 0,48 256 Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330 Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205
Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190 Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268 Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190 .
Fase gerak yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam
chamber. Dalam rangka menjaga reprodusibilitas dari hasil pengelusian, udara
yang ada di dalam chamber harus terjenuhkan oleh fase gerak. Hal ini dapat
dilakukan dengan menyiramkan fase gerak di sekeliling chamber sebelum
memasukkan plate kemudian dijaga kejenuhannya dengan kertas saring dan
menjaga agar chamber tetap tertutup sepanjang waktu pengelusian sampai
plate akan diambil (Anonim, 2011b). Bila ada ruang tak jenuh di balik
lempeng, kecepatan penguapan pelarut pada bagian tepi lempeng akan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
besar daripada bagian tengah lempeng, yang berarti angka Rf di tepi akan lebih
besar dan memberi pengaruh batas (batas elusi akan tampak melengkung ke
bawah di bagian tengah lempeng). Hal ini menyebabkan penurunan harga Rf
di bagian tengah lempeng, efeknya dapat ditekan dengan menjenuhkan
chamber dengan bantuan kertas saring (Munson, 1984).
3. Aplikasi (penotolan)
Campuran yang akan dipisahkan, biasanya dibuat menjadi bentuk
larutan, ditotolkan dalam bentuk bercak atau pita. Setelah itu, plat diletakkan
di dalam bejana tertutup rapat yang berisi fase gerak yang cocok, pemisahan
terjadi selama pengembangan (Stahl, 1985). Pelarut cuplikan harus sedapat
mungkin merupakan pelarut yang mudah menguap dan juga sedapat mungkin
memiliki poleritas yang rendah (Sastrohamidjojo, 2005).
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh
hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil mungkin dan
sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika
sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih
daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan
lebih dari 15 μL. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak
yang menyebar dan puncak ganda (Gandjar dan Rohman, 2007).
Untuk memperoleh reprodusibilitas, volum sampel yang ditotolkan
paling sedikit 0,5 μL. Jika volum sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari
2-10 μL maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pengeringan antar totolan (Rohman, 2009). Penempatan spot di atas plat kira-
kira 1 cm dari salah satu ujung di mana ujung ini nanti dicelupkan dalam
pelarut pengembang dan spot masing-masing diaplikasikan pada jarak kira-
kira 1cm dari masing-masing pusat spot (Sastrohamidjojo, 2005).
4. Pengembangan
Ada beberapa teknik pengembangan dalam KLT, seperti
pengembangan ascending, pengembangan descending, dan pengembangan
dua dimensi. Teknik pengembangan yang sering dipakai adalah teknik
pengembangan ascending dimana ujung bawah lempeng yang terdapat spot-
spot analit dicelupkan dalam pelarut pengembang (Rohman, 2009).
Jarak pengembangan fase gerak biasanya kurang lebih 10-15 cm,
akan tetapi beberapa ahli kromatografi memilih mengembangkan lempeng
pada jarak 15-20 cm (Rohman, 2009). Untuk plat ukuran 20 x 20 cm, jarak
pengembangan maksimal yang dapat dilakukan adalah 0,5 cm dari ujung atas
plat (19,5 cm) (Sastrohamidjojo, 2005).
5. Deteksi
Biasanya untuk visualisasi cukup mudah, karena ada beberapa
senyawa organik yang bewarna, jika beruntung senyawa yang dipisahkan
adalah senyawa organik bewarna seperti dyes dan tinta, sehingga tidak
membutuhkan bantuan visualisasi khusus. Namun, kebanyakan senyawa
organik tidak berwarana sehingga metode visualisasi diatas tidak berlaku.
Sehingga digunakan lampu UV untuk melihat bercak yang muncul pada plat
dengan menggunakan indikator fluoresensi yang akan membuat plat KLT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menjadi berpenjar kehijauan dibawah lampu UV 254 nm (Anonim, 2011a).
Pengukuran kromatogram KLT kebanyakan dilakukan pada kisaran panjang
gelombang UV rendah (190 nm-300 nm). Pada alat yang lebih modern seperti
densitometri dapat dilakukan scanning pada permukaan lempeng (Rohman,
2009).
D. Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang mendasarkan
pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada
plat KLT. Metode ini lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-analit
dengan kadar kecil, yang mana diperlukan pemisahan terlebih dahulu dengan
KLT (Rohman, 2009). Metode densitometri mempunyai cara kerja yang
sederhana dan cepat (Gritter et al., 1991).
Pada metode densitometri diperlukan adsorben dan fase gerak yang
murni. Untuk memperoleh hasil yang baik, umumnya digunakan adsorben siap
pakai yang telah mengalami pra pencucian (Gritter et al., 1991). Teknik
pengukuran pada densitometri dapat didasarkan atas pengukuran intensitas sinar
yang diserap (absorbansi), intensitas sinar yang dipantulkan (reflectance) atau
intensitas sinar yang dipendarkan (fluorescence) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada densitometri absorbsi, bercak pada lempeng KLT dipindai oleh
seberkas sinar monokromatik dalam bentuk slit dengan panjang slit yang dapat
diatur panjang dan lebarnya (Rohman, 2009) disesuaikan dengan diameter dari
bercak yang paling luas (Pradyot, 2004). Sumber sinar dari densitometer akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bergerak di atas bercak pemisahan pada lempeng kromatografi. Lempeng akan
digerakkan menyusuri berkas sinar yang berasal dari sumber sinar tersebut
(Sudjadi, 1988).
Beberapa TLC scanner sudah dilengkapi dengan alat pemroses data,
sehingga integrasi luas puncak atau tinggi puncak dapat langsung direkam atau
tercatat sebagai data sekaligus dengan densitogramnya dan dapat pula dicatat
langsung sebagai kadarnya, dengan teknik pemrograman tertentu (Mintarsih, 1990).
Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode KLT-densitometri
dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan
cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan
dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi bersama (Hardjono, 1985).
Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometer. Pertama, setiap
kali penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan
dielusi bersama dalam suatu lempeng, lalu AUC (Area Under Curve) sampel
dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan membuat kurva
baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku dibuat dengan
menotolkan zat baku pada plat KLT dengan berbagai macam konsentrasi. AUC
yang diperoleh dibuat persamaan garis lurus y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi
yang diperoleh sedangkan y adalah besarnya AUC (Sudjadi, 1988).
Penelusuran bercak dapat dilakukan secara horisontal maupun vertikal
(scanning horizontal atau scanning vertical). Penelusuran bercak secara horisontal
dapat dilakukan satu persatu, atau apabila satu plat bercak yang diperoleh segaris
semua maka dapat dilakukan penelusuran untuk semua bercak sekaligus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Sedangkan cara penelusuran vertikal, hanya dapat dilakukan satu per satu. Pada
penelusuran bercak horisontal dengan penelusuran beberapa bercak sekaligus
hanya dapat dilakukan apabila bercak-bercak tesrsebut benar-benar berada dalam
satu baris. Cara ini akan mengalami kesulitan jika bercak yang sangat dekat
dengan bercak yang akan ditetapkan, karena ada kemungkinan bercak yang tidak
diinginkan ikut tertetapkan (Mintarsih, 1990). Semakin kecil dan intensif suatu
bercak, akan dihasilkan suatu puncak kurva absorbsi yang sempit dan tajam,
sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan puncak kurva absorbsi yang
lebar dan tumpul (Sudjadi, 1988).
E. Selektivitas (selectivity)
Selektivitas suatu metode analisis adalah kemampuan untuk
mengukur analit secara cermat dan seksama dengan adanya komponen yang
mungkin ada dalam matrik sampel (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
Selektivitas sering dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan metode
terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran,
produk degradasi, senyawa sejenis, dan senyawa asing lain (Harmita, 2004).
Gambar 4. Simulasi Pemisahan Antara Dua Puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 4 merupakan suatu simulasi pemisahan puncak kromatografi
antara dua kurva Gaussian identik, yang terpisah secara perlahan-lahan. Dapat
dilihat bahwa nilai resolution factor (R) akan sesuai dengan diagram. Dimana
nilai R = 0,75 kedua puncak masih berhimpit sekitar 65%, pada R = 1, kedua
puncak masih berhimpit sekitar 27%, dan pada R=1,5 kedua puncak dapat
dianggap telah akan mencapai baseline dimana kedua puncak hanya berhimpit
sekitar 2% (Rouessac and Rouessac, 2007).
Selektivitas pada metode kromatografi dapat ditunjukkan melalui
nilai α (separation factor) dan nilai resolusi (daya pisah) antara analit yang
dituju dengan pengganggu lainya harus > 1,5 (Gandjar dan Rohman, 2007).
Harga R > I,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua
puncak dengan ukuran yang sama (Pecsok, Shield, Cairns and McWilliam,
1976). Sedangkan α merupakan kemampuan fase diam dalam memisahkan
dua komponen A dan B, dimana komponen B adalah komponen yang labih
kuat teretensi. Nilai α dinyatakan sebagai rasio relatif dari kedua komponen
yang terpartisi atau terdistribusi. Separation factor (α) merupakan fungsi dari
retensi relatif dari masing-masing komponen terhadap fase diamnya
(Braithwait and Smith, 1999).
F. Perolehan Kembali
Perolehan kembali (recovery) dapat digunakan untuk menyatakan
ketepatan dari metode. Ketepatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. (Harmita,
2004). Disarankan penggunaan minimal 3 replikasi pada setiap 3 konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang diambil dari rentang uji (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).
Kriteria penerimaan persen (%) perolehan kembali tertera pada tabel III:
Tabel III. Kriteria Penerimaan Akurasi pada Konsentrasi Analit yang Berbeda (Huber, 2003)
Kadar Analit (%) Analyte Ratio Unit Mean Recovery (%) 100 1 100 % 98 - 102 ≥ 10 101 10 % 98 - 102 ≥ 1 102 1 % 97 - 103 ≥ 0,1 103 0,1 % 95 - 105 0,01 104 100 ppm 90 - 107 0,001 105 10 ppm 80 - 110 0,0001 106 1 ppm 80 - 110 0,00001 107 100 ppb 80 - 110 0,000001 108 10 ppb 60 - 115 0,0000001 109 1 ppb 40 -120
G. Ketelitian (precision)
Pesisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil
individual dari rata-rata jika prosedur ditetapkan secara berulang pada sampel-
sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).
Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi (KV). Suatu
metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki KV < 2
% tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa,
jumlah sampel dan kondisi laboratorium (Harmita, 2004).
Ketelitian adalah derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang
diperoleh dari pengambilan sampel yang berulang suatu sampel yang
homogen dengan menggunakan suatu metode analisis. Presisi umumnya
dinyatakan dengan coefficient of variation (CV) atau standar deviasi relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(RSD), seperti yang tertera pada tabel IV (United States Pharmacopeial
Convention, 2005):
Tabel IV. Kriteria Penerimaan Presisi pada Konsentrasi Analit yang Berbeda (Huber, 2003)
Kadar Analit (%) Analyte Ratio Unit CV (%) 100 1 100 % 1,3 10 101 10 % 1,8 1 102 1 % 2,7 0,1 103 0,1 % 3,7 0,01 104 100 ppm 5,3 0,001 105 10 ppm 7,3 0,0001 106 1 ppm 11 0,00001 107 100 ppb 15 0,000001 108 10 ppb 21 0,0000001 109 1 ppb 30
H. Linearitas (Linearity)
Linearitas adalah kemampuan metode untuk memberikan respon
yang proporsional terhadap konsentrasi analit di dalam sampel (Snyder et al.,
1997). Parameter ini biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit
(Harmita, 2004). Pada penentuan linearitas digunakan tiga sampai enam
replikasi dari lima atau lebih standar dengan konsentrasi yang terdapat dalam
rentang 80-120% dari expected concentration range (Hurber, 2003).
Penggambaran linearitas secara visual biasanya dilakukan dengan
memplotkan signal yang muncul sebagai fungsi dari konsentrasi analit.
Apabila terdapat hubungan yang linier, hasil uji harus dievaluasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bantuan metode statistik, misalnya dengan perhitungan garis regresi (The British
Pharmacopoeia Commission, 2011).
Koefisien korelasi, y-intercept, dan kemiringan garis regresi (slope)
harus dihitung. Sebagai tambahan, plot data harus digambarkan. Analisis
penyimpangan titik data aktual dari garis regresi juga dapat membantu untuk
mengevaluasi linearitas (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).
Korelasi tidak membutuhkan variabel bebas. Dengan korelasi, dua
atau lebih variable dapat dibandingkan dan ditentukan apakah memiliki
hubungan, serta dapat diukur kekuatan dari hubungan tersebut. Korelasi hanya
menggambarkan hubungan kekuatan antara 2 variabel x dan y. Koefisien
korelasi (r) merupakan indeks matematika yang mendifinisikan dengan tepat
ukuran kekuatan dari hubungan tersebut. Secara umum, y merupakan nilai
variabel tergantung yang di plotkan pada aksis vertical grafik, disebut ordinat
dan x merupakan nilai variabel bebas yang diplotkan pada aksis horisontal
grafik, disebut absis (De Muth, 1999).
Tabel V. Hubungan dan Arah Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Korelasi
+ 0,1 Perfect Positive Correlation 0,0 No Correlation
- 0,1 Perfect Negative Correlation
Apabila terdapat perfect correlation (nilai koefisien korelasi +1,0
atau -1,0), maka semua titik data akan terdapat dalam suatu garis lurus. Makin
besar interval perubahan y pada interval tetap x, maka makin curam
kemiringan garis. Pada hubungan korelasi yang kurang sempurna antara 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
variabel (nilai koefisien korelasi mendekati 1), titik-titik data akan berada di
dekat garis. Semakin nilai koefisien korelasi mendekati 0, deviasi titik data
akan semakin jauh dari garis (De Muth, 1999).
Tabel VI. Kekuatan Hubungan Berdasarkan Nilai Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi
Kekuatan Hubungan Menurut Guilford (1956) Menurut Roundtree (1981)
< 0,20 Sedikit, hampir tidak ada hubungan Sangat lemah, dapat diabaikan 0,20 – 0,40 Rendah, definite but small Lemah, rendah 0,40 – 0,70 Cukup, subtansial Moderate, cukup 0,70 – 0,90 Tinggi, marked Kuat, tinggi, marked
> 0,90 Sangat tinggi, Sangat kuat, sangat tinggi
Regresi liner merupakan suatu metode statistik untuk mengevaluasi
bagaimana pengaruh satu atau lebih variabel bebas (predictor) pada satu
continuous dependent variable (respon) melalui suatu hubungan linear.
Regresi linier melibatkan suatu garis lurus atau fungsi linier. Garis ini
merupakan estimasi dari data sampel. Analisis dengan regresi linier dilakukan
dengan menggambarkan garis yang tepat diantara titik-titik data. Dari sini
kemudian akan diketahui kemiringan garis dan nilai dari y-interceptnya yang
kemudian dapat digunakan untuk perhitungan, dirumuskan dengan y=Bx+A.
Dimana y adalah variabel tergantung, B adalah nilai slope (kemiringan) garis,
x adalah variabel bebas dan A adalah y-intercept (De Muth, 1999).
Hubungan antara titik-titik data dengan garis linier dari regresi linier
disebut dengan koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi dapat
didefinisikan sebagai kedekatan tiap titik data pada garis linier. Semakin dekat
titik-titik data dengan garis linier, semakin kuat hubungan korelasinya.
Artinya semakin nilai r2 mendekati 1, maka semakin linier data tersebut (titik-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
titik data berhimpit dengan garis). Faktanya, akar dari koefisien determinasi
adalah koefisien korelasi (r = √r2) (De Muth, 1999). Suatu metode memiliki
linearitas yang baik jika nilai koefisien determinasi (r2) ≥ 0,997 (Chan, 2004).
I. Rentang (range)
Rentang dalam suatu metode analisis merupakan interval antara
konsentrasi analit tertinggi dan konsentrasi analit terendah yang memenuhi
persyaratan linearitas, % perolehan kembali, dan presisi. Dalam suatu assay
biasanya menggunakan rentang tidak kurang dari 80%-120% dari konsentrasi
sampel dan untuk penetapan keseragaman kadar biasanya digunakan rentang
tidak kurang dari 70%-130% (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).
J. Landasan Teori
Metode KLT densitometri dapat digunakan untuk memisahkan
beberapa campuran asam salisilat dan eugenol karena adanya perbedaan
interaksi dan partisi antara senyawa-senyawa tersebut dengan fase diam dan
fase gerak yang digunakan. Metode ini memberikan fleksibilitas yang tinggi
dalam pemilihan fase gerak.
Hasil optimasi metode pemisahan asam salisilat dan eugenol dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri dengan fase diam silika
gel 60 F254 dan fase gerak toluen : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) yang
sebelumnya telah dilakukan menghasilkan pemisahan peak yang optimum dan
dapat memisahkan kedua senyawa (Ediningtyas, 2012). Senyawa yang benar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
benar terpisah akan memudahkan pengukuran kuantitatif dari respon yang
dihasilkan tetapi hasil optimasi ini tidaklah cukup menjamin metode ini baik
bila diaplikasikan pada penetapan kadar. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
kemampuan pemisahan pada metode ini.
Parameter uji kemampuan pemisahan didasarkan antara lain pada
selektivitas, ulangan standart, presisi,dan linearitas. Dalam hal ini, selektivitas
akan dianalisis berdasarkan perbandingan nilai Rf kedua campuran, yang
ditunjukkan dengan nilai α > 1 dan nilai resolusi > 1,5, linearitas dianalisis
berdasarkan koefisien determinasi (r2) ≥ 0,997, untuk asam salisilat perolehan
kembali dianalisis berdasarkan mean % recovery antara 98 - 102% dan presisi
dianalisis berdasarkan CV (Coefficient of Variation) ≤ 1,8%, sedangkan untuk
eugenol ulangan standart dianalisis berdasarkan mean % recovery antara 97-
103% dan presisi dianalisis berdasarkan CV ≤ 2,7%.
K. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, dapat disusun hipotesis bahwa
metode analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)–Densitometri yang
dikembangkan untuk analisis pemisahan asam salisilat dan eugenol dengan
fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak toluen : etil asetat : metanol (65,2 :
2,4 : 32,4) memiliki kemampuan pemisahan yang baik berdasarkan parameter
selektivitas, uji perolehan kembali, presisi, linearitas, dan rentang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini tidak dilakukakn
manipulasi terhadap subyek uji, penelitian hanya mendeskripsikan keadaan yang
ada.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan untuk
melakukan analisis yaitu sistem KLT yang telah dioptimasi, dengan fase diam
silika gel 60 F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4).
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah parameter uji kemampuan
metode yaitu selektivitas, uji perolehan kembali, presisi, linearitas, dan
rentang.
3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah
a. Pelarut, untuk mengatasinya digunakan pelarut pro analysis (p.a) yang
memiliki kemurnian tinggi.
b. Senyawa baku yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan senyawa
baku yang memiliki Certificate of Analysis (CoA).
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
c. Paparan cahaya terkait dengan sifat eugenol yang sedikit fotosensitif,
untuk mengatasinya pada saat preparasi semua peralatan gelas yang akan
digunakan dilapisi dengan aluminium foil.
C. Definisi Operasional
1. Sistem KLT yang digunakan dalam penelitian adalah fase diam silika gel 60
F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4).
2. Kadar asam salisilat dan eugenol dinyatakan dalam part per million (ppm).
3. Parameter uji kemampuan metode yang digunakan yaitu selektivitas, uji
perolehan kembali, presisi, linearitas, dan rentang.
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam slisilat for
synthesis (E. Merck, kemurnian 99,8%), eugenol for R&D (Sigma-Aldrich,
kemurnian 99%), metanol pro analysis (E. Merck), etanol pro analysis (E.
Merck), toluen pro analysis (E. Merck), etil asetat pro analysis (E. Merck), plat
KLT silika gel 60 F254 (E. Merck).
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat
komputer merek HP xw4600 Workstation s/n : SGH75203QM, p/n : RV724AV,
OS : GH544AV Linux, printer Canon BJC-255SSP Color bubble Jet Printer,
seperangkat alat densitometer (CAMAG TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER.
No.160602), autosampler (CAMAG Linomat 5 CAT. No. 027.7808. SER. No.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
170610), Syringe (CAMAG Linomat Syringe 695.0014), UV lamp cabinet
(CAMAG), perangkat lunak WinCats (V.1.4.4), chamber (DESAGA, Germany
dimensi 23x23x10 cm), Oven (Marius Instrumenten, postbus 7018-3502 Utrecht,
Hollantlaan 18-3526 Am utrech), mikropipet 100-1000 µL (Socorex ACURA
825), neraca analitik (Ohaus SN 8331120093; PAJ 1003; N13123;MC 173467;
max 1050 ct; readability 0,001 ct), dan seperangkat alat-alat gelas (Pyrex Iwaki
dan Herma).
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang dibuat adalah fase gerak yang telah didapat dari hasil optimasi
pada penelitian sebelumnya yaitu toluena : etil aseat : metanol (65,2 : 2,4 :
32,4). Fase gerak ini dibuat sebanyak 25 mL menggunakan prinsip volume
portion dengan teknik doubling (Shimadzu corporation, 2012).
2. Penjenuhan Chamber
Chamber dimensi 23x23x10 cm diisi dengan fase gerak yang telah dibuat
kemudian dijenuhkan dengan bantuan kertas saring (Munson, 1984). Kondisi
chamber dikatakan telah terjenuhkan apabila kertas saring telah terbasahi
seluruhnya oleh fase gerak.
3. Pengaktifan Fase diam
Fase diam berupa plat KLT silika gel 60 F254 dipanaskan dalam oven selama
30 menit dengan suhu optimal 1200C (Braithwait and Smith, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Pembuatan larutan baku asam salisilat
a. Pembuatan larutan stok asam salisilat 20000 ppm
Serbuk baku asam salisilat ditimbang sebanyak 0,2004 gram kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Serbuk tersebut kemudian
dilarutkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen.
b. Pembuatan seri larutan baku asam salisilat 816; 884, 952, 1020; 1088,
1156 dan 1224 ppm
Larutan stok asam salisilat 20000 ppm diambil sebanyak 204, 221, 238,
255, 272, 289 dan 306 μL menggunakan mikropipet kemudian masing-
masing dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut
diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen.
Seri larutan baku dibuat sebanyak tiga replikasi.
5. Pembuatan larutan baku eugenol
a. Pembuatan larutan stok eugenol 20000 ppm
Larutan baku eugenol diambil sebanyak 189 μL menggunakan mikropipet
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan dengan
etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen.
b. Pembuatan seri larutan baku eugenol 560, 600, 640, 680, 720, 760 dan
800 ppm
Larutan stok eugenol 20000 ppm diambil sebanyak 140, 150, 160, 170,
180, 190 dan 200 μL menggunakan mikropipet kemudian masing-masing
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut diencerkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen. Seri larutan
baku dibuat sebanyak tiga replikasi.
6. Pembuatan larutan baku tunggal asam salisilat dan eugenol
a. Pembuatan larutan baku tunggal asam salisilat
Larutan stok baku asam salisilat diambil sebanyak 204, 255 dan 306 μL
menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5
mL. Larutan tersebut diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda dan
digojog agar homogen. Seri larutan baku dibuat sebanyak lima replikasi.
b. Pembuatan larutan baku tunggal eugenol
Larutan stok baku eugenol diambil sebanyak 140, 170 dan 200 μL
menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL.
Larutan tersebut diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog
agar homogen. Larutan baku tungal dibuat sebanyak lima replikasi.
7. Pembuatan larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol
Larutan stok baku asam salisilat diambil sebanyak 204, 255 dan 306 μL dan
larutan stok baku eugenol diambil sebanyak 140, 170 dan 200 μL
menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL.
Campuran larutan lalu diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog
agar homogen. Pembuatan larutan campuran baku eugenol dan asam salisilat
dilakukan sebanyak lima kali replikasi.
8. Penetapan panjang gelombang pengamatan
Larutan baku campuran ditotolkan dengan volume penotolan 2 µL pada plat
KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 yang telah diaktifkan dan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kering dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan
fase gerak dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah mencapai jarak rambat
15 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil
pengembangan secepatnya discanning pada panjang gelombang pengamatan
250-330 nm menggunakan alat TLC scanner.
9. Penetapan kurva baku asam salisilat dan eugenol dan pengamatan nilai
Retardation Factor (Rf) asam salisilat dan eugenol
Seri larutan baku masing-masing ditotolkan dengan volume penotolan 2 µL
pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 yang telah diaktifkan dan
setelah kering dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi
dengan fase gerak dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah mencapai
jarak rambat 15 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil
pengembangan diukur Area Under Curve (AUC) dan tinggi puncaknya
dengan alat TLC scanner pada panjang gelombang pengamatan (288 nm).
Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Selanjutnya dihitung persamaan
kurva baku, nilai koefisien determinasi dan nilai koefisien korelasinya,
kemudian diplotkan dalam grafik kadar vs AUC.
10. Penentuan selektivitas, uji perolehan kembali, presisi, linearitas, dan
rentang
Larutan baku tunggal dan campuran masing-masing ditotolkan dengan
volume penotolan 2 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254
yang telah diaktifkan dan setelah kering dikembangkan dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase gerak dengan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pengembangan 15 cm. Setelah mencapai jarak rambat 15 cm, plat dikeluarkan
dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan diukur Area Under
Curve (AUC) dan tinggi puncaknya dengan alat TLC scanner pada panjang
gelombang pengamatan (288 nm). Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.
Kadar terukur dihitung dengan menggunakan persamaan kurva baku yang
telah didapat.
G. Analisis Hasil
Uji Kemampuan yang dilakukan dalam pemisahan asam salisilat dan
eugenol pada penelitian ini dapat ditentukan berdasarkan parameter berikut:
1. Selektivitas
Selektivitas ditentukan dengan membandingkan nilai Rf dari kedua senyawa.
Selektivitas ditunjukkan dengan nilai α dan resolusi (R) > 1,5 (Gandjar dan
Rohman, 2007). Resolusi dapat dihitung dengan cara berikut:
α = (2) (Braithwait and Smith, 1999).
Resolusi = R RW W
(3) (Watson, 1999).
2. Linearitas
Linearitas dilihat dari harga r2 (koefisien determinasi) hasil pengukuran seri
baku eugenol dan asam salisilat. Suatu metode memiliki linearitas yang baik
jika nilai koefisien determinasi (r2) ≥ 0,997 (Chan, 2004).
3. Uji Perolehan Kembali
Uji Perolehan kembali metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat
dihitung dengan cara berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
x 100%Recovery =
(4) (Harmita, 2004).
4. Presisi
Presisi metode analisis dinyatakan dengan KV (koefisien variasi) yang dapat
dihitung dengan cara berikut :
KV = S H
x 100% (5) (Harmita, 2004).
5. Rentang
Rentang merupakan interval konsentrasi analit yang memenuhi persyaratan
linearitas, % perolehan kembali, dan presisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Kromatografi
Sistem kromatogafi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem
kromatografi adsorbs-partisi fase normal, di mana fase gerak yang digunakan
memiliki sifat yang lebih non polar dibandingkan dengan sifat fase diam yang
digunakan.
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fase gerak
yang didapat dari penelitan oleh Ediningtyas (2012), yaitu toluena : etil asetat :
metanol (65,2 : 2,4 : 32,4). Campuran fase gerak ini bersifat lebih non polar
apabila dibandingkan dengan fase diamnya, memiliki nilai indeks polaritas
sebesar 3,3228 dan merupakan fase gerak yang dapat memisahkan asam salisilat
dan eugenol secara optimal. Campuran fase gerak ini disebut non-polar karena
memiliki nilai indeks polaritas yang rendah, dimana semakin rendah nilai indeks
polaritas suatu fase gerak, maka semakin non-polar sifatnya.
Prinsip pembuatan dan pencampuran ketiga larutan fase gerak tersebut
menggunakan prinsip volume portion dengan teknik doubling dimulai dari fase
gerak yang memiliki volum terkecil lalu ditambah larutan fase gerak selanjutnya
sebanyak volum di dalam wadah, begitu seterusnya. Prinsip volume portion
dengan teknik doubling dilakukan untuk mempermudah pencampuran ketiga jenis
larutan fase gerak yang digunakan sehingga ketiganya dapat tercampur dengan
sempurna.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254. Fase diam yang
berupa silika ini menempel pada plat aluminium, memiliki ukuran pori sebesar 60
μm dan dapat berfluoresensi pada panjang gelombang 254 nm. Plat silika ini
memiliki sifat yang lebih polar dibandingkan dengan fase gerak yang digunakan.
Fase gerak dan fase diam yang digunakan dalam penelitian akan
memiliki afinitas tertentu terhadap senyawa analit. Afinitas ini timbul akibat
terbentuknya interaksi antara senyawa analit dengan fase diam dan fase gerak
yang digunakan. Interaksi yang terbentuk akan berbeda antara senyawa analit
dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan. Adanya perbedaan afinitas
antara senyawa analit dengan fase gerak dan fase diam inilah yang dapat
mengakibatkan perbedaan migrasi solut atau bercak yang ditotolkan sehingga
mampu memisahkan komponen senyawa dalam bercak. Interaksi antara senyawa
analit dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan akan dibahas pada sub-
bahasan E.
B. Pembuatan Larutan Baku Asam Salisilat dan Eugenol
Larutan baku yang dibuat adalah larutan baku tunggal asam salisilat dan
larutan baku tunggal eugenol, serta larutan baku campuran asam salisilat-eugenol.
Larutan stok baku asam salisilat dan eugenol dibuat dengan melarutkan baku
asam salisilat dan baku eugenol dengan menggunakan etanol sehingga didapatkan
konsentrasi 20.000 ppm untuk masing masing larutan stok baku asam salisilat dan
eugenol. Etanol dipilih sebagai pelarut karena baik asam salisilat maupun eugenol
memiliki kelarutan yang baik dalam etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Penelitian ini menggunakan perbandingan kadar asam salisilat dan
eugenol 1,5:1 dimana peak yang dihasilkan memiliki bentuk yang cukup simetris
dan runcing dengan nilai Rf antara 0,2-0,8 (Ediningtyas, 2012), dimana nilai Rf
asam salisilat adalah 0,25 dan nilai Rf eugenol adalah 0,66. Selain itu, dengan
perbandingan kadar 1,5:1 didapatkan respon detektor terhadap sinyal yang cukup
besar sehingga signal yang terbentuk tidak terganggu oleh noise yang dihasilkan
oleh alat sehingga tidak mengganggu pengamatan kadar analit.
Dari larutan stok baku, kemudian dibuat seri konsentrasi larutan baku.
Seri konsentrasi larutan baku dibuat dalam tujuh tingkat konsentrasi dengan
perbandingan konsentrasi asam salisilat-eugenol 1,5:1. Seri konsentrasi larutan
baku yang digunakan berturut-turut untuk asam salisilat adalah 816 ppm, 884
ppm, 952 ppm, 1020 ppm, 1088 ppm, 1156 ppm dan 1224 ppm, sedangkan untuk
eugenol adalah 560 ppm, 600 ppm, 640 ppm, 680 ppm, 720 ppm, 760 ppm dan
800 ppm. Ketujuh seri konsentrasi larutan baku ini digunakan sebagai kurva baku.
Larutan baku tunggal baik asam salisilat maupun eugenol dibuat dalam
tiga tingkat kosentrasi, yaitu konsentrasi rendah (low) dengan konsentrasi asam
salisilat 816 ppm dan konsentrasi eugenol 560 ppm, konsentrasi tengah (medium)
dengan konsentrasi asam salisilat 1020 ppm dan konsentrasi eugenol 680 ppm,
dan konsentrasi tinggi (high) dengan konsentrasi asam salisilat 1224 ppm dan
konsentrasi eugenol 800 ppm. Ketiga tingkat konsentrasi ini dibuat dalam lima
replikasi dan akan digunakan untuk data presisi dan akurasi larutan baku tunggal.
Larutan baku campuran asam salisilat-eugenol dibuat dalam tiga tingkat
kosentrasi, yaitu konsentrasi rendah (low) dengan konsentrasi asam salisilat 816
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ppm - eugenol 560 ppm, konsentrasi tengah (medium) dengan konsentrasi asam
salisilat 1020 ppm - eugenol 680 ppm, dan konsentrasi tinggi (high) dengan
konsentrasi asam salisilat 1224 ppm - eugenol 800 ppm. Ketiga tingkat
konsentrasi ini dibuat dalam lima replikasi dan akan digunakan untuk data presisi
dan akurasi larutan baku campuran.
C. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan
Penentuan panjang gelombang pengamatan bertujuan untuk mengetahui
panjang gelombang yang menghasilkan serapan optimal terhadap asam salisilat
dan eugenol ketika dilakukan pemindaian secara bersamaan sehingga sensitivitas
pengukuran kadar meningkat dan meminimalkan kesalahan pengukuran. Larutan
yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang pengamatan adalah
larutan baku campuran asam salisilat-eugenol konsentrasi rendah (816:560),
tengah (1020:680) dan tinggi (1224:800). Ketiga tingkat konsentrasi larutan baku
campuran yang telah dibuat ditotolkan dalam satu lempeng plat silika sehingga
mendapatkan kondisi kromatografi yang sama. Penggunaan konsentrasi rendah,
tengah, dan tinggi diasumsikan dapat mewakili seri konsentrasi larutan baku yang
digunakan.
Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang ketika analit
memberikan respon yang maksimum, adanya perubahan konsentrasi zat sedikit
saja akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada respon, sehingga
kepekaan analisis maksimal dan dapat meminimalkan kesalahan sewaktu
pengukuran. Panjang gelombang maksimum dari asam salisilat dalam etanol 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
adalah 300 nm (Ahlneck and Alderborn, 1988), sedangkan panjang gelombang
maksimum eugenol adalah 282 nm (Clarke, 1971), oleh karena itu pembacaan
serapan dilakukan pada rentang panjang gelombang 250-330 nm dengan
menggunakan detektor UV pada densitometer, karena rentang panjang gelombang
maksimum asam salisilat dan eugenol terletak pada rentang panjang gelombang
daerah UV (200-400 nm).
Detektor pada densitometer adalah lampu D2 yang menghasilkan sinar
UV. Suatu senyawa dapat diukur serapannya pada daerah UV jika memiliki gugus
kromofor yang dapat menyerap radiasi sinar pada daerah UV. Pada gugus
kromofor terdapat ikatan rangkap terkonjugasi yang mengandung elektron π yang
jika diberi radiasi elektromagnetik mudah tereksitasi ke tingkat energi lebih
tinggi.
Asam salisilat dan eugenol memiliki gugus kromofor sehingga dapat
menyerap radiasi sinar pada daerah UV. Berikut gambar struktur kromofor dan
auksokrom pada asam salisilat dan eugenol.
b a = auksokrom = kromofor
Gambar 5. Kromofor dan auksokrom dari asam salisilat (a) dan eugenol (b)
Asam salisilat memiliki dua gugus auksokrom yang terikat langsung
dengan kromofor, adanya gugus auksokrom ini dapat meningkatkan intensitas
serapan dari asam salisilat dan panjang gelombangnya jadi semakin panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(pergeseran batokromik). Eugenol memiliki kromofor yang lebih pendek
dibandingkan dengan asam salisilat dan memiliki dua gugus auksokrom yang
berikatan langsung pada kromofor sehingga panjang gelombang yang dimilikinya
lebih rendah daripada asam salisilat.
Hasil pengukuran panjang gelombang pengamatan menunjukkan panjang
gelombang maksimum asam salisilat pada 298 nm sedangkan eugenol pada 282
nm. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan panjang gelombang teoritis mengalami
sedikit perbedaan sekitar 2 nm. Pergeseran ini masih memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV (1995) penyimpangan hingga
batas ± 2 nm dari panjang gelombang maksimum teoritis masih dapat diterima.
Untuk analisis multikomponen cara yang biasa digunakan dalam
menentukan panjang gelombang pengamatan adalah dengan menumpang
tindihkan spektra masing-masing senyawa dan memilih panjang gelombang
perpotongan kedua spektra (λ overlapping). Panjang gelombang pengamatan
untuk asam salisilat dan eugenol adalah sebesar 288 nm. Selanjutnya, panjang
gelombang tersebutlah yang digunakan selama penelitian untuk mendapatkan
serapan yang optimal dari asam salisilat dan eugenol ketika dilakukan pemindaian
secara bersamaan menggunakan densitometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
λλ mmaakkss aassaamm ssaalliissllllaatt 229988 nnmm
λλ mmaakkss eeuuggeennooll 228822 nnmm
Gambar 6. Spektra baku campuran asam salisilat-eugenol (816:560) ppm
D. Analisis Kualitatif
Retardation factor (Rf) suatu senyawa pada kondisi tertentu bersifat
spesifik sehingga dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Pengamatan nilai Rf
dalam penelitian ini berfungsi sebagai parameter analisis kualitatif untuk
mengetahui sesuai tidaknya jenis analit yang didapat dari sampel dengan senyawa
target yang akan diteliti, dengan cara membandingkan nilai Rf sampel dengan
nilai Rf baku. Larutan yang digunakan adalah larutan baku tunggal asam salisilat
1020 ppm dan larutan baku tunggal eugenol 680 ppm serta larutan sampel yang
masing-masing ditotolkan sebanyak 2 μL.
Pada sistem KLT-densitometri ini asam salisilat baku memiliki Rf 0,25
lebih rendah dibandingkan dengan eugenol baku yang memiliki Rf 0,66, seperti
λλ oovveerrllaappppiinngg 228888 nnmm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pada gambar 7 dan 8. Nilai Rf asam salisilat larutan baku campuran adalah 0,25
dan nilai Rf eugenol larutan baku campuran adalah 0,66, seperti pada gambar 9.
Gambar 7. Densitogram asam salisilat baku 1020 ppm Rf 0,25
Gambar 8. Densitogram eugenol baku 680 ppm Rf 0,66
Gambar 9. Densitogram asam salisilat-eugenol baku (1020:680) ppm
Rf asam salisilat 0,25 Rf eugenol 0,66
Dari gambar 9 dapat dipastikan bahwa asam salisilat dan eugenol
terpisah sempurna dengan nilai resolusi (R) sekitar 5,125 dan nilai α sekitar 5,825.
Nilai resolusi ini memenuhi persyaratan Gandjar dan Rohman (2007) R > 1,5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel VII. Perbandingan Nilai α dan Nilai Resolusi dan Rf pada Baku Asam Salisilat dan Eugenol
Rf Asam Salisilat Rf Eugenol Resolusi α ( ka/ke) Baku Tunggal 0,25 0,66 - - Baku Campuran 0,25 0,66 5,125 5,825
Pada penelitian ini digunakan KLT fase normal dimana fase geraknya
bersifat lebih non-polar dibandingkan dengan fase diamnya. Karenanya senyawa
yang bersifat lebih non-polar akan terelusi lebih dahulu karena terbawa oleh fase
geraknya. Kepolaran eugenol lebih kecil apabila dibandingkan dengan asam
salisilat, sehingga eugenol akan terelusi lebih dahulu.
= bagian non-polar
Gambar 10. Bagian non-polar dari asam salisilat (a) dan eugenol (b) b a
Berikut gambar interaksi asam salisilat dan eugenol terhadap fase diam
dan fase geraknya:
Si O Si O Si
O
Si
O
O Si O Si
O O
HH H
O O OH H H
Si O Si O
Si O Si O
O O
HH
O OH H
O
O OHH
Interaksi Hidrogen
Gambar 11. Interaksi Antara Asam Salisilat Dangan Fase Diam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
CH3
O
OH3C
H3C
O
O
O
CH3
H
H
H
O
H3C
CH3
O
O
H3CCH3
CH3
H3C
O
O
OH3C H
H3C
H
O
CH3
H
O
H3C
H3C
H3C
H3C
O
H
Gambar 12. Interaksi Antara Asam Salisilat Dangan Fase Gerak
= interaksi van der waals = interaksi hidrogen
= interaksi dipole-dipole
Si
O
Si
OSi O
O
Si O
H
H
O
O
H
H
Si
O
Si
O
Si
O
Si
O
O
O
H
H
O
O
H
H
O
H
O
CH3
Interaksi Hidrogen
Gambar 13. Interaksi Antara Eugenol Dangan Fase Diam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
O
O
O
OH
H
OCH3
O
O
HO
CH3
CH3
OH
HO
H3C
CH3
OH
O
O
HO
H3C
H3C O
H = interaksi dipole-dipole
Gambar 14. Interaksi Antara Eugenol Dangan Fase Gerak
= interaksi van der waals = interaksi hidrogen
Pada gambar 11 dan 13 interaksi yang terjadi antara asam salisilat dan
eugenol dengan fase diam berupa interaksi hidrogen. Jumlah interaksi yang terjadi
antara asam salisilat dengan fase diam lebih banyak daripada eugenol dengan fase
diam oleh sebab itu asam salisilat akan lebih tertambat kuat pada fase diamnya
sehingga akan terelusi lebih lama dibandingkan eugenol.
Pada gambar 12 dan 14 terlihat bahwa interaksi Van der waals antara
eugenol dengan toluena dan etil asetat lebih banyak daripada asam salisilat
dengan toluena dan etil asetat, hal ini dipengaruhi oleh gugus non-polar eugenol
yang lebih panjang daripada gugus non-polar asam salisilat. Sedangkan gugus-
gugus polar dari kedua senyawa akan membentuk interaksi hidrogen dengan
metanol.
Interaksi yang terjadi antara fase gerak dengan analit merupakan interaksi
hidrogen, interaksi dipol-dipol dan interaksi Van der Waals. Jumlah interaksi yang
terjadi antara fase gerak dengan asam salisilat jauh lebih sedikit dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan jumlah interaksi fase gerak dengan eugenol. Oleh karena itu, eugenol
lebih mudah terbawa oleh fase geraknya daripada asam salisilat sehingga nilai Rf
eugenol lebih besar daripada nilai Rf asam salisilat. Keseluruhan interaksi asam
salisilat-eugenol dengan fase diam dan fase gerak di atas menjelaskan hasil
densitogram pemisahan sampel.
Mekanisme partisi yang terjadi berdasarkan proses pemisahan like
dissolve like dimana apabila ditilik dari data nilai log Ko/w dari masing-masing
senyawa, asam salisilat memiliki nilai 2,26, yang artinya dia lebih mudah larut
dalam air, sedangkan nilai log Ko/w dari eugenol adalah 2,7, yang artinya dia
lebih mudah larut dalam pelarut organik. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
eugenol akan lebih terbawa oleh fase geraknya sehingga akan memiliki nilai Rf
yang lebih besar daripada asam salisilat. Hal ini dapat dilihat pada tabel VII.
E. Penetapan Kurva Baku
Pembuatan kurva baku asam salisilat dan eugenol dilakukan masing-
masing sebanyak tiga kali replikasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi
linier sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Regresi linier
menggambarkan hubungan proporsional antara konsentrasi dengan respon
pengukuran yang berupa AUC (Area Under Curve) atau tinggi peak. Kekuatan
hubungan antara konsentrasi dan respon pengukuran dinyatakan dengan koefisien
korelasi (r), sedangkan hubungan antara garis linier dengan respon dinyatakan
dengan koefisien determinasi (r2). Semakin dekat nilai respon dengan garis linier,
semakin linier data tersebut dan semakin kuat hubungan korelasinya (De Muth,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
1999). Oleh karena itu syarat pemilihan kurva baku didasarkan pada nilai r2 ≥
0,997 (Chan, 2004). Data persamaan kurva baku asam salisilat dan eugenol dapat
dilihat pada tabel VIII dan IX.
Tabel VIII. Data Replikasi Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi
1 2 3 Kadar (ppm)
AUC/12 Kadar (ppm)
AUC/12 Kadar (ppm) AUC/12
815,9967 1418,9500 815,9967 1531,4750 814,3680 1491,0000883,9965 1498,3667 883,9965 1604,1167 882,2320 1565,0917951,9962 1592,6833 951,9962 1682,3417 950,0960 1675,2167
1019,9959 1682,2750 1019,9959 1744,3667 1017,9600 1775,45831087,9956 1728,1167 1087,9956 1832,7000 1085,8240 1825,14171155,9954 1805,1667 1155,9954 1927,1000 1153,6880 1922,39171223,9951 1928,4500 1223,9951 2004,5083 1221,5520 2038,6083
A 444,7512 A 574,1094 A 412,9066B 1,1962 B 1,1636 B 1,3195r2 0,9913 r2 0,9972 r2 0,9939r 0,9957 r 0,9986 r 0,9969α 50,1050 α 49,3240 α 52, 8430
Tabel IX. Data Replikasi Kurva Baku Eugenol Replikasi
1 2 3 Kadar (ppm)
AUC/5 Kadar (ppm)
AUC/5 Kadar (ppm) AUC/5
559,01 1254,18 559,01 1219,94 559,01 1158,16598,94 1292,78 598,94 1274,34 598,94 1216,36638,87 1326,28 638,87 1337,52 638,87 1255,04678,8 1369,42 678,8 1367,72 678,8 1292,40
718,73 1416,46 718,73 1434,24 718,73 1329,18758,65 1461,42 758,65 1468,26 758,65 1365,44798,59 1492,20 798,59 1526,88 798,59 1403,52
A 680,1831 A 522,2886 A 615,6397B 1,0210 B 1,2570 B 0,9914r2 0,9973 r2 0,9948 r2 0,9942r 0,9986 r 0,9974 r 0,9971α 45,5950 α 51,4960 α 44,7530
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dari tabel VIII dan IX dapat dilihat bahwa koefisien korelasi yang
dihasilkan oleh ketiga replikasi seri konsentrasi larutan baku antara konsentarsi
dengan AUC menunjukkan hubungan yang sangat kuat, > 0,90, hal ini
menunjukan bahwa dengan penambahan konsentrasi tetap akan didapatkan
penambahan respon yang tetap. Hubungan yang proporsional antara seri
konsetrasi larutan baku asam salisilat dan eugenol dengan AUC ditunjukkan
dalam gambar 24 dan 25. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa AUC asam
salisilat maupun eugenol meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi.
Pada tabel VIII, persamaan kurva baku yang digunakan untuk asam salisilat
adalah replikasi 2. Hal ini dikarenakan hanya replikasi 2 saja yang mendapatkan nilai
koefisien determinasi yang didapatkan > 0,997 dan memenuhi persyaratan Chan
(2004). Hal ini menunjukkan respon (AUC) yang muncul memiliki kedekatan
dengan garis linier dari regresi linier, sehingga persamaan regresi linier yang
didapat mampu digunakan untuk mengukur respon analit dengan lebih akurat.
Pada tabel IX nilai koefisien determinasi ketiga replikasi yang didapatkan
> 0,997 dan memenuhi persyaratan Chan (2004). Hal ini menunjukkan respon
(AUC) yang muncul memiliki kedekatan dengan garis linier dari regresi linier,
sehingga persamaan regresi linier yang didapat mampu digunakan untuk
mengukur respon analit dengan lebih akurat. Persamaan kurva baku yang
digunakan untuk eugenol adalah replikasi 1, dikarenakan koefisien determinasinya
paling mendekati 1 dibanding replikasi 2 dan 3. Semakin mendekati nilai 1, respon
hasil uji yang didapatkan semakin dekat dengan garis linier, semakin linier data yang
didapat, semakin proporsional respon yang didapat dengan konsentrasi dalam baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
P
salisilat ad
kuantitatif
salisilat m
slope yang
sehingga p
Persamaan r
dalah y=1,1
f eugenol ad
aupun eugen
g terbentuk t
penampilan g
regresi linie
1636x + 57
dalah y=1,0
nol dilakuka
tidak terlalu
grafik kurva
er yang digu
4,1094 dan
0201x + 68
an modifika
u curam dan
a baku asam
unakan untu
n persamaan
80,1831. Ba
asi agar sudu
tidak terlalu
salisilat dan
uk analisis
n kurva bak
aik kurva b
ut α mendek
u landai (nil
n eugenol m
kuantitatif
ku untuk an
baku untuk
kati 45°, seh
lai slope = t
menjadi lebih
asam
nalisis
asam
hingga
tan α)
h baik.
Ga
Ga
ambar 15.
ambar 16.
12501270129013101330135013701390141014301450147014901510
520
AUC x 5
‐1
ser
Grafik HuAsam
Grafik HuEu
0 560 600
Gri konsent
bungan Sem Salisilat vs
bungan Seugenol vs A
y =
640 680 72
Konsentras
Grafik hubtrasi larut
vs AUC
ri Konsents AUCx 12
ri KonsentAUCx 5-1
= 00.001x + 00R² = 00.001
20 760 800
si (ppm)
bungan tan baku x5-1
trasi Laruta-1
trasi Laruta
0.6801
840 880
Eugenol
an Baku
an Baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
F. Kemampuan Pemisahan
1. Selektivitas
Selektivitas digunakan untuk melihat kemampuan metode
memisahkan dan membedakan senyawa yang satu dengan senyawa yang lain
ketika berada dalam suatu campuran. Penentuan selektivitas metode dapat
diamati dari pemisahan peak asam salisilat dan eugenol. Pemisahan kedua
senyawa ini dipengaruhi oleh nilai separtion factor (α) dan dinyatakan dalam
nilai resolusi (R).
Nilai α merupakan nilai dari retensi relatif antara masing-masing
komponen yang dipisahkan, didapat dari perbandingan nilai antara Rf senyawa
yang tertambat kuat di fase diam dengan Rf senyawa yang lainnya. Semakin
kecil nilai α, maka pemisahan antara dua komponen akan semakin jauh.
Pada tabel VII dapat terlihat bahwa Rf baku dan Rf analit dalam
sampel menunjukkan nilai yang hampir sama dengan nilai α adalah 5,825
yang artinya kedua komponen terpisah relatif cukup jauh dan nilai resolusi
sebesar 5,125 dihitung berdasarkan jarak peak asam salisilat dan eugenol.
Nilai resolusi ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Gandjar
dan Rohman (2007) yaitu R > 1,5. Maka dapat disimpulkan bahwa metode
KLT densitometri ini memenuhi parameter selektivitas dalam menetapkan
kadar asam salisilat dan eugenol.
2. Uji perolehan kembali
Pengujian perolehan kembali dilakukan dengan metode simulasi
dengan menggunakan larutan baku. Uji perolehan kembali dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
melihat apakah metode yang digunakan memiliki kemampuan memberikan
hasil pembacaan kadar yang sama dengan perhitungan secara teoritis,
dinyatakan dengan kedekatan nilai terukur dengan nilai sebenarnya yang
dinyatakan dengan nilai % recovery. Recovery merupakan persen perolehan
kembali kadar terukur terhadap kadar sebenarnya.
Pada uji perolehan kembali dilakukan dengan larutan baku tunggal
dan campuran. Baku tunggal digunakan untuk mengetahui kemampuan dari
instrumen yang digunakan apakah memberikan hasil yang sama dengan
teoritis pada baku tunggal. Sedangkan untuk baku campuran untuk
mengetahui kemampuan dari metode apabila nantinya diaplikasikan pada
penetapan kadar campuran. Pada baku campuran dilakukan untuk melihat
apakah pada campuran senyawa dapat memberikan hasil yangsesuai dengan
teoritisnya.
Pada larutan baku tunggal konsentrasi senyawa dalam matrik yaitu
100%, sehingga persyaratan yang diperbolehkan menurut Hurber (2003)
adalah nilai rata-rata % recovery antara 98-102%. Berikut data recovery
masing-masing senyawa tunggal. Dari data pada tabel X dan XI dapat dilihat
bahwa yang memenuhi persyaratan recovery hanya pada konsentrasi tengah
dan tinggi untuk asam salisilat (1020-1224 ppm) dan ketiga tingkat
konsentrasi untuk eugenol (560-800 ppm).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel X. Data % Recovery Asam Salisilat Tunggal
% Recovery Kadar asam salisilat (ppm)
Low (816) Med (1020) High (1224) Replikasi 1 101,3233 98,8995 98,4387 Replikasi 2 102,3248 97,7003 99,3105 Replikasi 3 106,3700 99,1319 100,1613 Replikasi 4 103,0752 96,7580 98,9934 Replikasi 5 99,1361 99,1685 100,3076
Mean % Recovery
102,4459 98,3316 99,4423
Tabel XI. Data % Recovery Eugenol Tunggal
% Recovery Kadar eugenol (ppm)
Low (560) Med (680) High (800) Replikasi 1 99,6141 98,8558 99,1123 Replikasi 2 103,0061 101,4299 98,5506 Replikasi 3 100,7390 101,0634 99,4778 Replikasi 4 99,0149 100,4199 99,6446 Replikasi 5 103,1042 99,6148 100,7607
Mean % Recovery
101,0957 100,2767 99,5092
Pada larutan baku campuran konsetrasi 100-999 ppm ulangan
standart yang baik harus memenuhi persyaratan pada rentang rata-rata
recovery antara 90-107%, sedangkan pada konsentrasi di atas 1000-9999 ppm
harus memenuhi persyaratan pada rentang rata-rata recovery antara 95-105%
(Huber, 2003). Namun karena uji perolehan kembali ini menggunakan baku,
maka sebaiknya memiliki nilai yang semakin mendekati kadar sebenarnya
dalam rentang 98 – 102%. Berikut data recovery campuran asam salisilat-
eugenol. Dari data pada tabel XII dapat dilihat bahwa semua memenuhi
persyaratan recovery baik untuk ketiga tingkat konsentrasi asam salisilat (816-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
1224 ppm) maupun ketiga tingkat konsentrasi eugenol (560-800 ppm). Hasil
rentang asam salisilat dan eugenol memenuhi persyaratan 98-102%.
Tabel XII. Data % Recovery Campuran Asam Salisilat-Eugenol
% Recovery Kadar asam salisilat (ppm) Kadar eugenol (ppm) Low (816)
Med (1020)
High (1224)
Low (560)
Med (680)
High (800)
Replikasi 1 100,7239 97,6020 98,5429 99,4880 98,1199 99,3257Replikasi 2 96,0616 100,1121 98,1760 101,3101 99,5340 98,7689Replikasi 3 98,2778 99,3082 98,6657 99,6036 99,3666 100,6748Replikasi 4 96,2494 98,4881 98,9811 101,7727 101,1009 100,5914Replikasi 5 100,7739 99,4465 100,4662 100,5743 100,9104 99,4656
Mean % Recovery
98,4173 98,9914 98,9664 100,5497 99,8064 99,7653
Metode ini memiliki perolehan kembali yang baik pada konsentrasi
tengah dan konsentrasi tinggi untuk asam salisilat dan semua range
konsentrasi untuk eugenol sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar
asam salisilat dan eugenol pada level tersebut.
3. Presisi
Pengujian presisi dilakukan dengan metode simulasi dengan
menggunakan larutan baku tunggal dan campuran. Baku tunggal digunakan
untuk mengetahui presisi dari instrumen yang digunakan. Sedangkan untuk
baku campuran untuk mengetahui presisi dari metode penetapan kadar. Presisi
merupakan gambaran kedekatan hasil pengukuran satu dengan lainnya dalam
kondisi analisis yang sama. Presisi suatu metode diukur dengan parameter %
koefisien variasi (KV) atau dalam istilah asing Coefficient of Variation (CV).
Pada larutan baku tunggal konsentrasi senyawa dalam matrik yaitu
100%, sehingga persyaratan % CV harus memenuhi persyaratan %CV ≤ 1,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(Huber, 2003). Dari tabel XIII dan XIV dapat dilihat bahwa yang memenuhi
persyaratan % CV hanya pada konsentrasi tengah dan tinggi untuk asam
salisilat (1020-1224 ppm) dan eugenol (680-800 ppm).
Tabel XIII. Data % CV Asam Salisilat Tunggal
Kadar asam salisilat (ppm)
Low (816) Med (1020) High (1224) Rata-rata 835,9551 1002,9787 1217,1690
SD 21,5985 10,8646 9,6606 % CV 2,5837 1,0832 0,7937
Tabel XIV. Data % CV Eugenol Tunggal
Kadar eugenol (ppm)
Low (560) Med (680) High (800) Rata-rata 565,1350 680,6785 794,6706
SD 10,5828 7,1406 6,5145 % CV 1,8726 1,0490 0,8198
Pada senyawa campuran % CV yang dapat diterima untuk
konsentrasi analit 100-999 ppm % CV ≤ 5,3% sedangkan untuk konsentrasi di
atas 1000-9999 ppm % CV ≤ 3,7% (Hurber,2003). Dari tabel XV dapat dilihat
bahwa semua memenuhi persyaratan % CV, baik untuk ketiga tingkat
konsentrasi asam salisilat (816-1224 ppm) maupun ketiga tingkat konsentrasi
eugenol (560-800 ppm). Hasil rentang asam salisilat memenuhi persyaratan ≤
3,7% sedangkan eugenol memenuhi persyaratan ≤ 5,3%.
Tabel XV. Data % CV Campuran Asam Salisilat-Eugenol
Kadar asam salisilat (ppm) Kadar eugenol (ppm) Low (816)
Med (1020)
High (1224)
Low (560)
Med (680)
High (800)
Rata-rata 803,0820 1009,7080 1211,3435 562,0831 677,4856 796,7156SD 18,7600 9,8727 10,8516 5,6573 8,3180 6,6641
% CV 2,3360 0,9778 0,8958 1,0065 1,2278 0,8365
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan metode KLT-densitometri ini
memiliki presisi yang baik, sehingga penetapan kadar asam salisilat dan
eugenol pada konsentrasi tengah dan tinggi untuk asam salisilat (1020-1224
ppm) dan eugenol (680-800 ppm).
4. Linearitas
Linearitas suatu metode menunjukkan hubungan yang proporsional
antara konsentrasi analit dan respon yang dihasilkan. Menurut De Muth
(1999) linearitas ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (r2) dan
koefisien korelasi (r) yang didapat dari perhitungan regresi linear. Dimana
koefisien determinasi (r2) menunjukkan hubungan antara garis linear dengan
respon dan koefisien korelasi (r) menunjukkan hubungan antara konsentrasi
dan respon pengukuran. Semakin dekat nilai respon dengan garis linear,
semakin linear data tersebut dan semakin kuat hubungan korelasinya. Suatu
metode dikatakan memiliki linearitas yang baik apabila memiliki nilai r2 ≥
0,997 (Chan, 2004).
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi untuk asam salisilat dan eugenol berturut-turut adalah 0,9972 dan
0,9973. Hal ini menunjukkan bahwa metode KLT-densitometri ini telah
memenuhi parameter linearitas dan dapat digunakan dalam menetapkan kadar
campuran asam salisilat dan eugenol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
5. Renta
campu
yang
merup
dalam
dan p
peneta
yang m
dan pr
ang
Penetapa
uran karena
merupakan
pakan interv
suatu samp
presisi. Jika
apan kadar,
memenuhi
resisi yang b
an rentang
a pada saat
n campuran
val antara k
pel, yang m
a rentang
jumlah an
rentang, seh
baik.
menggunak
t penetapan
n dari as
konsentrasi a
masih meme
dapat dite
nalit yang d
hingga dap
kan data da
n kadar me
am salisila
analit pada
enuhi param
entukan ma
dituju dapa
pat member
ari presisi d
enggunakan
at dan eu
level bawa
meter lineari
aka pada
at diarahkan
ikan hasil d
dan akursi
n larutan sa
ugenol. Ren
ah dan leve
itas, % reco
saat melak
n ke level
dengan rec
baku
ampel
ntang
l atas
overy,
kukan
analit
overy
= recovery Gamb
baku bar 17. Ren
= pntang Kons
resisisentrasi As
= lin
nearitas am Salisilaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
D
metode ya
dan 680
parameter
= recovery Ga
Dari gamba
ang baik dig
– 800 ppm
r linearitas, %
baku ambar 18. R
ar 17 dan
gunakan ad
m untuk eu
% recovery
= pRentang K
18 mempe
dalah pada
ugenol kare
y, dan presis
resisiKonsentrasi
erlihatkan b
1020 – 122
ena pada r
si.
= lin
nearitas Eugenol
bahwa rent
24 ppm untu
rentang ters
tang konsen
uk asam sa
sebut mem
ntrasi
lisilat
enuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode KLT-densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254, fase gerak
toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4), volum penotolan 2,0 μl dan jarak
pengembangan 15 cm mempunyai pengulangan standart dan presisi yang baik
pada rentang konsentrasi asam salisilat 1020-1224 ppm dan eugenol 680-800 ppm
dengan nilai rata-rata % recovery dan CV untuk level kadar rendah, sedang, dan
tinggi berturut-turut adalah 98,4173% dan 2,3360%; 98,9914% dan 0,9778%;
98,9664% dan 0,8958% untuk asam salisilat, 100,5497% dan 1,0065%; 99,8064%
dan 1,2278%; 99,7653% dan 0,8365% untuk eugenol. Metode ini juga memenuhi
parameter linearitas dengan nilai r2 > 0,997 dan selektivitas dengan nilai α= 5,825
dan nilai resolusi 5,125. Berdasarkan hasil tersebut maka metode KLT-
densitometri ini mempunyai kemampuan pemisahan yang baik untuk menetapkan
pemisahan campuran asam salisilat dan eugenol dengan perbandingan 1,5 : 1.
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk penetapan kadar
campuran asam salisilat dan eugenol dalam sediaan.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd edition, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 57-60
Ahlneck, C., and Alderborn, G., 1988, Solid-state stability of acetylsalicylic-acid in binarymixtures with microcrystalline and microfine cellulose, Acta Pharm Suec 25(1): 41-52, cit., Mihranyan, A., Strømme, M., and Ek, R., 2006, Influence of cellulose powder structure on moisture-induced degradation of acetylsalicylic acid, Eur.J.Pharm.Sci., 2006 Feb;27(2-3):220-5.
Anonim, 2011a, Thin Layer Chromatography, http://courses.chem.psu.edu/chem36/Experiments/PDF's_for_techniques/TLC.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2011.
Anonim, 2011b, Thin Layer Chromatography, http://www.chem.wisc.edu/courses/342/Fall2004/TLC.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2011.
Braithwaite, A and F.J. Smith, 1999, Chromatographic Methods 5th Edition, Kluwer Academic Publishers, Netherlands, pp.17-117.
Budavari, S., 2001, Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biological, 13th ed., Merck & Co., Inc., USA, pp.239, 612.
Chan, C.C., 2004, Potency Method Validation, in Chan, C.C., Lam, H., Lee, Y.C., and Zhang, X., (Ed.), Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification, John Wiley & Sons, Inc., USA, pp.11-24.
Christian, G.D., 2004, Analytical Chemistry, 6th edition, John Wiley and Sons Inc., USA, pp. 126-131, 627-630.
Clarke, E.G.C, 1971, Isolation and Identification of Drugs, The Pharmaceutical Press, London, pp. 42, 343, 539.
De Muth, J.E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications, Marcel Dekker, Inc., New York, USA, pp.295-364.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal.735-737.
Drenthe College The Netherlands, 2011, STANDARD BASE techniques: Thin Layer Chromatography, http://www.standardbase.com/tech/Thin%20 Layer%20Chromatography.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Duke, J.A, 1987, CRC Handbook of medical herb, CRC Press. Inc, Florida, pp.468-469 in Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry_cengkeh pp. 174-180. Gunawan D., Sudarsono, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo, 2001, Tumbuhan obat 2 : Hasil Penelitian, sifat-sifat, dan penggunaan, PPOT UGM, Yogyakarta
Ediningtyas, V.V.D., 2012, Optimasi Metode KLT-Densitometri Pada Penetapan Kadar Metil Salisilat dan Eugenol dalam Sediaan Merek “X” , Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Environmental Protection Agency, 2005, Biopesticide Registration Action Document : Salicylic Acid, US Environmental Protection Agency Office of Pesticide Programs, pp.2.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
European Pharmacopoeia Convention, 2005, The European Pharmacopoeia, 5th edition, European Pharmacopoeia Convention Inc., pp.3007.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1986, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., Edisi ketiga, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal.315.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.323-324, 353-354, 359-360.
Gasparic, J., and Churacek, J., 1978, Laboratory Handbook of Paper and Thin-Layer Chromatography, Ellis Horwood Limited, England, pp.63.
Gearien, J.E. and Grabowski, B. F., 1969, Methods of Drug Analysis, Lea & Febiger, Philadelphia, USA, pp. 32,33, 72-77.
Gritter, J.R., Bobbit, J.M., and Scharting, A.E., 1991, Introduction of Chromatography, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Edisi II, Penerbit ITB, Bandung, hal.109-112.
Guilford, J.P., 1956, Fundamental Statistics in Psycology and Education, cit., De Muth, J. E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications, Marcel Dekker, Inc., New York, USA, pp.295-364.
Hardjono, 1985, Kromatografi, Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat, UGM, Yogyakarta, hal.32-34.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(3), hal.117-134.
Harnani, E.D., 2010, Perbandingan Kadar Eugenol Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Szygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dari Maluku, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa dengan Metode GC-MS, Skripsi, Univesitas Sumatera Utara, Sumatera.
Hauck, H. E., and Mack, M., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography:Sorbents and Precoated Layers in Thin-Layer Chromatography , 2nd Edition, Marcel Dekker, Inc., pp. 102.
Huber, L., 2003, Validation of Analytical Methods and Processes, in Nash, R.A., and Wachter, A.H., Pharmaceutical Process Validation, an International Third Edition, Revised and Expanded, Marcell Dekker, Inc., USA, pp.518- 520.
Jork, H., 1990, Thin-Layer Chromatography Reagents and Detection Methods, VCH, New York, pp. 12.
Kowalska, T., 2003, Encyclopedia of Chromatography, Marcell Dekker Inc, New York, pp.1524.
Mintarsih, 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kininda dalam Akar, Batang, dan Daun Chinchona Succirubra Pavon et Klotzsch dari Daerah Kaliurang Secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner), Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulja, H.M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 225, 231, 232.
Munson, J.W., 1984, Kromatografi Lapis Tipis, in Munson, J.W., 1991 Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan oleh Harjana, Parwa B., Universitas Airlangga Press, Surabaya, hal.125-144.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Nurdjannah, N., 2011, Difersifikasi Penggunaan Cengkeh, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Bogor, Perspektif, Volume 3 Nomor 2, Desember 2004 : 61-70.
Pecsok, R.L., Shield, L.D., Cairns, T., and McWilliam, I.G., 1976, Modern Methods of Chemical Analysis, 2nd Edition, John Wiley & Sons, Inc., Canada, pp. 51.
Pradyot, P., 2004, Dean’s Analytical Chemistry Handbook, 2nd edition, Mc Graw-Hill Inc., USA, pp.5.1-5.106.
Purushothamrao K., Khaliq K., Sagare P., Patil S.K., Kharat S.S., Alpana K., 2010, Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis, Int J Pharma Sci Tech, Vol-4,Issue-1, Jan-June 2010, ISSN: 0975-0525, pp.32-41.
Rhodia, 2011, Salicilic Acid, GPS Safety Summary, Rhodia Global product Strategy, pp.1-7.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal.17-45.
Rouessac, F. and Rouessac, A., 2007, Chemical Analysis : Modern Instrumentation Methods and Techniques, 2nd Edition, John Wiley & Sons Ltd., England, pp.17.
Roundtree, D., 1981, Statistics Without Tears: A Primer for Non-Mathematicians, cit., De Muth, J. E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications, Marcel Dekker, Inc., New York, USA, pp.295-364.
RSC, 2012, Salicilic Acid, http://www.chemspider.com/Chemical-Structure.331.html, diakses tanggal 5 Juni 2012
Sastrohamidjojo, H., 2005, Kromatografi, cetakan pertama, penerbit Liberty, Yogyakarta, hal. 1-40.
Sherma, J., and, Fried B., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography, 2nd Edition, Marcel Dekker, Inc.,pp.20.
Shimadzu corporation, 2012, How to Prepare Mobile Phases - Solvent Mixture Ratios, http://www.shimadzu.com/an/hplc/support/lib/lctalk/28/28intro.html, diakses tanggal 12 Februari 2012.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method Development, 2nd ed., John Wiley & Sons, Inc., New York, pp.67, 161, 687- 691.
So-Mi Yun, Myoung-Heon Lee, Kwang-Jick Lee, Hyun-Ok Ku, Seong-Wan Son, and Yi-Seok Joo, 2010, Quantitative analysis of eugenol in clove extract by a validated HPLC method
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung, hal.3-18.
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, cetakan pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal.167-175.
Supardjan, A.M., Meiyanto, E., 2002, Efek Antiproliferatif Pentagamavunon-0 Terhadap Beberapa Sel Kanker, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tarigan, H.Y.S., 2009, Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat melalui Reaksi Transesterifikasi antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat dengan Metil Laurat, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, hal.9-13.
TCI America, 2008, Material Safety Data Sheet A0232, https://www.spectrumchemical.com/MSDS/TCI-A0232.pdf, diakses tanggal 5 Juni 2012
The British Pharmacopoeia Commission, 2011, British Pharmacopoeia 2011, Volume 3, The Department of Health, London, pp.A608-A610, A182-A185, 2376.
Thompson, D., Norbeck, K., Olsson, L., Constantin-Teodosiu D., Van der Zee J., and Moldous P., 1988, Peroxidase-catalyzed Oxidation of Eugenol: Formation of a Cytotoxic Metabolite(s), The journal of biological chemistry, Vol. 264, No. 2, Issue of January 15, pp.1016-1021,1989.
United States Pharmacopeial Convention, 2005, The United States Pharmacopeia, 28th edition, United States Pharmacopeial Convention Inc., Rockville, pp.2748-2751.
Vidya V. Dighe, Atish A. Gursale, Ramesh T. Sane, Sasikumar Menon, and Shvetali C. Raje, 2005, Quantification of eugenol in Cinnamomum tamala nees and eberm. Leaf powder by high-performance thin-layer
chromatography Vijon, 2008, Material Safety Data Sheet,
http://www.vijon.com/data/resources/219.pdf, diakses tanggal 5 Juni 2012
Viswanatha G.L., Kharat N., H. Shylaja , Lakshman K, 2010, Anti-Inflammatory And Analgesic Activity Of Topical Preparation Of Root Extracts Of Ichnocarpus Frutescens (L.) R.Br, International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology, ISSN 0976-4550, pp.1101.
Walker, R., 2007, Mass, Weight, Density or Specific Gravity of Liquids, http://www.simetric.co.uk/si_liquids.htm, diakses tanggal 9 Januari 2012.
Walker, R., 2011, Summary:- Mass, Weight, Density or Specific Gravity of water at various temperatures C and thermal coefficient of expansion of water, http://www.simetric.co.uk/si_water.htm, diakses tanggal 9 Januari 2012.
Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis, Churchill Livingstone, London, pp. 202.
Wilks Enterprise, Inc., 2012, Emulsion Breaking Techniques for Oil in Water Solvent Extractions, Wilks sampel analytical solutions, http://wilksir.com/pdf/Breaking_Emulsions_Oil_Grease_Extractions.pdf, diakses tanggal 18 April 2012.
Wulandari, L., dan Indrayanto, G., 2000, Densitometric Determination of Betamethasone Dipripionate and Salicilic Acid in Lotion, and Validation of the Methode, http://www.akademiai.com/content/8111142372361604.html, diakses tanggal 1 Mei 2012
Yuwono, M., and Indrayanto, G., 2005, Validation of Chromatographic Methods of Analysis, Profile of Drug Substances, Excipients, and Related Methodology, Elseiver Inc., pp 32, 243-259.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 1. Certificate of Analysis Baku Asam Salisilat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 2. Certificate of Analysis Baku Eugenol
Lampiran 3. Data Pengambilan Bahan dan Perhitungan Konsentrasi Sebenarnya 1. Penimbangan Asam Salisilat (serbuk)
Kemurnian 99,8% a. Perhitungan pengambilan asam salisilat
Dibuat 20.000 ppm asam salisilat stok sebanyak 10 mL Maka asam 0 mg = 0,2 g salisilat yang diambil 20.00
ang setara 0,2 g asam salisilat
,
Menimb : x 0,2 g 01 g 0,2004008
0, 2004 g
b. Penimbangan stok kurva baku asam salisislat
Asam Salisilat (g) Kurva Baku R 1 R 2 R 3
Berat Kertas 0,2046 0,1966 0,2038 Berat Kertas + Zat 0,4050 0,3974 0,4047 Berat Kertas + Sisa 0,2046 0,1970 0,2047 Berat Zat 0,2004 0,2004 0,2000 Berat Zat Murni (Berat Zat x 99,8%) 0,1999992 0,1999992 0,1996
Konsentrasi dalam 10 mL (ppm) 19999,9200 19999,9200 19960,0000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
c. Penimbangan stok asam salisilat untuk uji kemampuan metode baku tunggal dan campuran Asam Salisilat (g) Validasi Metode Analisis
R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 Berat Kertas 0,1988 0,1940 0,1918 0,2020 0,2044 Berat Kertas + Zat 0,3995 0,3944 0,3922 0,4024 0,4048 Berat Kertas + Sisa 0,1991 0,1942 0,1919 0,2020 0,2046 Berat Zat 0,2004 0,2007 0,2007 0,2004 0,2003 Berat Zat Murni (Berat Zat x 99,8%) 0,1999992 0,2002986 0,2002986 0,1999992 0,1998994
Konsentrasi dalam 10 mL (ppm) 19999,9200 20029,8600 20029,8600 19999,9200 19989,9400
2. Pengambilan eugenol (cair) Kemurnian 99% Berat jenis (ρ) = 1,067
L
a. Perhitungan pengambilan eugenol Dibuat 20.000 ppm eugenol stok dalam 10 mL Maka eugenol ia g yang d mbil 20.000 mg = 0,2Setara dengan ,
, L0, 187441424 mL
0, 187 mL 187 µL Men L : gambil setara dengan 0,187 μ x 187 µL µL 188,889 189 µL
b. Perhitungan konsentrasi eugenol Volume z 89 mL at yang diambil 189 μL = 0,1
e zat murni (volume zat yang d=
Volum iambil x kemurnian) x 0,189 mL 0,18 11 mL
zat murni (volume za murni x ρ) = 0,18711 mL x 1,067 0,19964637 g
7Berat t
Konsentrasi dalam 10 mL = 19964,6370 ppm
3. Pembuatan seri konsentrasi a. Asam salisilat
i. Perhitungan volume pengambilan pembuatan seri konsentrasi kurva baku C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 816
20.000 5
0,204 204 884 0,221 221 952 0,238 238 1020 0,255 255 1088 0,272 272 1156 0,289 289 1224 0,306 306
ii. Perhitungan volume pengambilan pembuatan seri konsentrasi baku tunggal dan campuran (uji kemampuan metode) C1 x V1 = C2 x V2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 816
20.000 5 0,204 204
1020 0,255 255 1224 0,306 306
b. Eugenol i. Perhitungan volume pengambilan pembuatan seri konsentrasi kurva baku
C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 560
20.000 5
0,140 140 600 0,150 150 640 0,160 160 680 0,170 170 720 0,180 180 760 0,190 190 800 0,200 200
ii. Perhitungan volume pengambilan pembuatan seri konsentrasi baku tunggal
dan campuran (uji kemampuan metode) C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 560
20.000 5 0,140 140
680 0,170 170 800 0,200 200
4. Perhitungan konsentrasi yang sebenarnya a. Asam salisilat
i. Konsentrasi kurva baku Replikasi 1 dan 2 C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi terhitung (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 815,9967
19999,9200 5
0,204 204 883,9965 0,221 221 951,9962 0,238 238 1019,9959 0,255 255 1087,9956 0,272 272 1155,9954 0,289 289 1223,9951 0,306 306
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
ii. Konsentrasi kurva baku Replikasi 3 C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi terhitung (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 814,3680
19960 5
0,204 204 882,2320 0,221 221 950,0960 0,238 238 1017,9600 0,255 255 1085,8240 0,272 272 1153,6880 0,289 289 1221,5520 0,306 306
iii. Konsentrasi baku tunggal dan campuran (uji kemampuan metode)
Replikasi 1 dan 4 C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi terhitung (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 815,9967
19999,9200 5 0,204 204
1019,9959 0,255 255 1223,9951 0,306 306
iv. Konsentrasi baku tunggal dan campuran (uji kemampuan metode) Replikasi 2 dan 3 C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi terhitung (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 817,2183
20029,8600 5 0,204 204
1021,5229 0,255 255 1225,8274 0,306 306
v. Konsentrasi baku tunggal dan campuran (uji kemampuan metode) Replikasi 5 C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi terhitung (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 815,5896
19989,9400 5 0,204 204
1019,4869 0,255 255 1223,3843 0,306 306
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Eugenol i. Konsentrasi kurva baku Replikasi 1, 2, dan 3
C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 559,0098
19964,6370 5
0,140 140 598,9391 0,150 150 638,8684 0,160 160 678,7977 0,170 170 718,7269 0,180 180 758,6562 0,190 190 798,5855 0,200 200
ii. Konsentrasi baku tunggal dan campuran (validasi) Replikasi 1, 2, 3, 4, dan 5
C1 x V1 = C2 x V2
Konsentrasi teoritis (C2)
(ppm)
Konsentrasi Larutan Stok
(C1) (ppm)
Volume Akhir (V2) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (mL)
Volume Pengambilan
(V1) (μL) 559,0098
19964,6370 5 0,140 140
678,7977 0,170 170 798,5855 0,200 200
Lampiran 4. Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak
Komposisi fase gerak Toluena : Etil Asetat : Metanol (65,2 : 2,4 : 32,4)
Nilai Indeks Polaritas Toluena = 2,4 Etil Aseat = 4,4 Metanol = 5,1
Perhitungan Indeks Polaritas P K P
T P K x nilai indeks polaritas pelarut
Pelarut P n erhitunga Nilai Polaritas Pelarut dalam komposisi
Toluena 65,2100 x 2,4 1,5648
Etil Asetat 2,4100 x 4,4 0,1056
Metanol 32,4100 x 5,1 1,6524
TOTAL 3,3228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 5. Spektra Panjang Gelombang Asam Salisilat dan Eugenol dengan Perbandingan 1,5 : 1 pada Tiga Tingkat Konsentrasi Rendah, Sedang, dan Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Analisis Kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 7. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 8. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 9. Densitogram Seri Kurva Baku Asam Salisilat Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 10. Data Penentuan Kurva Baku Asam Salisilat
Replikasi 1 2 3
Kadar (ppm)
AUC/12 Kadar (ppm)
AUC/12 Kadar (ppm) AUC/12
815,9967 1418,9500 815,9967 1531,4750 814,3680 1491,0000883,9965 1498,3667 883,9965 1604,1167 882,2320 1565,0917951,9962 1592,6833 951,9962 1682,3417 950,0960 1675,2167
1019,9959 1682,2750 1019,9959 1744,3667 1017,9600 1775,45831087,9956 1728,1167 1087,9956 1832,7000 1085,8240 1825,14171155,9954 1805,1667 1155,9954 1927,1000 1153,6880 1922,39171223,9951 1928,4500 1223,9951 2004,5083 1221,5520 2038,6083
A 444,7512 A 574,1094 A 412,9066B 1,1962 B 1,1636 B 1,3195r2 0,9913 r2 0,9972 r2 0,9939r 0,9957 r 0,9986 r 0,9969α 50,1050 α 49,3240 α 52, 8430
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 11. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku Asam Salisilat
1. Replikasi 1 y = 1,1962 x + 444,7512
2. Replikasi 2 (yang digunakan) y = 1,1636 x + 574,1094
3. Replikasi 3 y = 1,3195 x + 412,9066
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 12. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 13. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 14. Densitogram Seri Kurva Baku Eugenol Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 15. Data Penentuan Kurva Baku Eugenol
Replikasi 1 2 3
Kadar (ppm)
AUC/5 Kadar (ppm)
AUC/5 Kadar (ppm) AUC/5
559,01 1254,18 559,01 1219,94 559,01 1158,16598,94 1292,78 598,94 1274,34 598,94 1216,36638,87 1326,28 638,87 1337,52 638,87 1255,04678,8 1369,42 678,8 1367,72 678,8 1292,40
718,73 1416,46 718,73 1434,24 718,73 1329,18758,65 1461,42 758,65 1468,26 758,65 1365,44798,59 1492,20 798,59 1526,88 798,59 1403,52
A 680,1831 A 522,2886 A 615,6397B 1,0210 B 1,2570 B 0,9914r2 0,9973 r2 0,9948 r2 0,9942r 0,9986 r 0,9974 r 0,9971α 45,5950 α 51,4960 α 44,7530
Lampiran 16. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku Eugenol
1. Replikasi 1(yang digunakan) y = 1,0210 x + 680,1831
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Replikasi 2 y = 1,2570 x + 522,2886
3. Replikasi 3 y = 0,9914 x + 615,6397
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 17. Densitogram Baku Tunggal Asam Salisilat bnjhnyuj (Uji kemampuan metode)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 18. Densitogram Baku Tunggal Eugenol (Uji kemampuan metode)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 19. Densitogram Baku Campuran Asam Salisilat dan Eugnol (Uji kemampuan metode)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 20. Perhitungan % dan CV Baku Tunggal dan Campuran dari Asam Salisilat
Recovery dan Eugenol
% Recovery = K TK T
x 100 % CV = S BR R
x 100 % a. Asam Salisilat
i. Recovery
% Recovery Kadar asam salisilat (ppm)
Low (816) Med (1020) High (1224) Replikasi 1 101,3233 98,8995 98,4387 Replikasi 2 102,3248 97,7003 99,3105 Replikasi 3 106,3700 99,1319 100,1613 Replikasi 4 103,0752 96,7580 98,9934 Replikasi 5 99,1361 99,1685 100,3076
Mean % Recovery
102,4459 98,3316 99,4423
ii. CV
Kadar asam salisilat (ppm)
Low (816) Med (1020) High (1224) Rata-rata 835,9551 1002,9787 1217,1690
SD 21,5985 10,8646 9,6606 % CV 2,5837 1,0832 0,7937
b. Eugenol
i. Recovery
% Recovery Kadar eugenol (ppm)
Low (560) Med (680) High (800) Replikasi 1 99,6141 98,8558 99,1123 Replikasi 2 103,0061 101,4299 98,5506 Replikasi 3 100,7390 101,0634 99,4778 Replikasi 4 99,0149 100,4199 99,6446 Replikasi 5 103,1042 99,6148 100,7607
Mean % Recovery
101,0957 100,2767 99,5092
ii. CV
Kadar eugenol (ppm)
Low (560) Med (680) High (800) Rata-rata 565,1350 680,6785 794,6706
SD 10,5828 7,1406 6,5145 % CV 1,8726 1,0490 0,8198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
c. Campuran i. Recovery
% Recovery Kadar asam salisilat (ppm) Kadar eugenol (ppm) Low (816)
Med (1020)
High (1224)
Low (560)
Med (680)
High (800)
Replikasi 1 100,7239 97,6020 98,5429 99,4880 98,1199 99,3257Replikasi 2 96,0616 100,1121 98,1760 101,3101 99,5340 98,7689Replikasi 3 98,2778 99,3082 98,6657 99,6036 99,3666 100,6748Replikasi 4 96,2494 98,4881 98,9811 101,7727 101,1009 100,5914Replikasi 5 100,7739 99,4465 100,4662 100,5743 100,9104 99,4656
Mean % Recovery
98,4173 98,9914 98,9664 100,5497 99,8064 99,7653
ii. CV
Kadar asam salisilat (ppm) Kadar eugenol (ppm) Low (816)
Med (1020)
High (1224)
Low (560)
Med (680)
High (800)
Rata-rata 803,0820 1009,7080 1211,3435 562,0831 677,4856 796,7156SD 18,7600 9,8727 10,8516 5,6573 8,3180 6,6641
% CV 2,3360 0,9778 0,8958 1,0065 1,2278 0,8365
Lampiran 21. Perhitungan Nilai α dan Resolusi Baku Tunggal dan Campuran
Rf = α = Resolusi = R RW W
Nilai α dan Nilai Resolusi asam salisilat dan eugenol Rf Asam Salisilat (1) Rf Eugenol (2) Resolusi α ( ka/ke) Baku Tunggal 0,25 0,66 - - Baku Campuran 0,25 0,66 5,125 5,825
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Uji Kemampuan Metode Kromatografi Lapis Tipis- Densitometri Untuk Memisahkan Asam Salisilat Dan Eugenol” ini memiliki nama lengkap Rosita Secoadi. Penulis lahir di Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Tarakanita Bumijo (1994-1996), SD Tarakanita Bumijo (1996-2002), SMP Stella Duce 1 (2002-2005), SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan (2005-2008), kemudian tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa kegiatan dan
organisasi antara lain sebagai anggota kesekretariatan seminar nasional POKJANAS TOI XXXVI (2009), dan Penyuluh dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat bersama dosen (2010). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Praktikum Kimia Analisis (2010), Praktikum Farmakognosi Fitokimia II (2012), Praktikum Analisis Kosmetik (2012) dan Praktikum Bioanalisis (2012).
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Asam Salisilat ....................................................................... 6
Gambar 2. Struktur Eugenol ................................................................................. 7
Gambar 3. Stuktur Silika Gel ................................................................................ 11
Gambar 4. Simulasi Pemisahan Antara Dua Puncak ............................................ 18
Gambar 5. Kromofor dan auksokrom dari asam salisilat dan eugenol ................. 38
Gambar 6. Spektra baku campuran asam salisilat-eugenol (816:560) ppm .............. 40
Gambar 7. Densitogram asam salisilat baku 1020 ppm Rf 0,25 ........................... 41
Gambar 8. Densitogram eugenol baku 680 ppm Rf 0,66 ...................................... 41
Gambar 9. Densitogram asam salisilat-eugenol baku (1020:680) ppm Rf asam
salisilat 0,25 Rf eugenol 0,66 ........................................................... 41
Gambar 10. Bagian non-polar dari asam salisilat dan eugenol ............................. 42
Gambar 11. Interaksi Antara Asam Salisilat Dangan Fase Diam ......................... 42
Gambar 12. Interaksi Antara Asam Salisilat Dangan Fase Gerak ........................ 43
Gambar 13. Interaksi Antara Eugenol Dangan Fase Diam ................................... 43
Gambar 14. Interaksi Antara Eugenol Dangan Fase Gerak .................................. 44
Gambar 15. Grafik Hubungan Seri Konsentrasi Larutan Baku Asam Salisilat vs
AUCx 12-1 ........................................................................................ 48
Gambar 16. Grafik Hubungan Seri Konsentrasi Larutan Baku Eugenol vs
AUCx 5-1 .......................................................................................... 48
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 17. Rentang Konsentrasi Asam Salisilat ................................................. 55
Gambar 18. Rentang Konsentrasi Eugenol ........................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI