Uji Fungsi Hati(Saspel)

31
UJI FUNGSI HATI PENGERTIAN HATI Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Berlokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan dan unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh. Ia juga menghasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu keseimbangan hormon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan kemudian. Pelbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara tiba-tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.

Transcript of Uji Fungsi Hati(Saspel)

Page 1: Uji Fungsi Hati(Saspel)

UJI FUNGSI HATI

PENGERTIAN HATI

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak dalam rongga perut sebelah

kanan, tepatnya di bawah diafragma.

Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Berlokasi di

abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik rusuk-rusuk bagian bawah. Hati

memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan dan unsur-unsur yang berbahaya bagi

tubuh. Ia juga menghasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu

keseimbangan hormon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang

dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu

mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan

kemudian.

Pelbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada

hati, menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah,

dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa

memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan

gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan,

diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara tiba-tiba. Deteksi dini

penting untuk diagnosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi

hati. 

            Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan

hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan

menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.

Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

Fungsi hati

Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Hati

berfungsi untuk :

  Menyaring darah.

Page 2: Uji Fungsi Hati(Saspel)

  Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak.

  Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol.

Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL),

menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.

  Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah.

  Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and amphetamines.

  Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B.

  Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan cairan didalam

darah dan ginjal.

  Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah.

Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan

fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah disebabkan oleh

suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia

atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi

(malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alkohol.

Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang

perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah jauh lebih

umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki adalah dua kali

lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan sampai berat tergantung

dari tipe penyakit yang hadir.

PENYAKIT DAN GANGGUAN FUNGSI LIVER

  Sindrom alagille

Page 3: Uji Fungsi Hati(Saspel)

  Kekurangan anti tripsin alpha-1

  Biliary atresia

  Kanker hati

  Kista hati

  Hepatitis A

  Hepatitis B

  Hepatitis C

  Hepatitis D

  Hepatitis E

Patologi Penyakit Hati

  Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita

biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah.

  Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),

suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau

menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.

  Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat

menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik

yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.

  Virus hepatitis D hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis

D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi

terhadap virus ini adalah pecandu obat.

  Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia juga

dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Mayoritas dari kanker-kanker hati primer

Page 4: Uji Fungsi Hati(Saspel)

(lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular

(hepatocellular cancer)atau Karsinoma (carcinoma).

  Sirosis adalah suatu komplikasi dari banyak penyakit-penyakit hati yang dikarakteristikan

olah struktur dan fungsi hati yang abnormal.

Pemeriksaan Diagnostik

1.      Laboratorium

1.1     Pemeriksaan pigmen

         urobilirubin direk

         bilirubun serum total

         bilirubin urine

         urobilinogen urine

         urobilinogen feses

1.2    Pemeriksaan protein

         protein totel serum

         albumin serum

         globulin serum

         HbsAG

1.3 Waktu protombin

Respon waktu protombin terhadap vitamin K

1.4       Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

         AST atau SGOT

Page 5: Uji Fungsi Hati(Saspel)

         ALT atau SGPT

         LDH

         Amonia serum

2.     Radiologi

         foto rontgen abdomen

         pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang    berlabel

radioaktif

         kolestogram dan kalangiogram

         arteriografi pembuluh darah seliaka

3.    Pemeriksaan tambahan

         laparoskopi

         biopsi hati

Banyak tes-tes yang dapat digunakan untuk mendukung diagnosis. Ini termasuk tes-tes

darah, seperti:

  Abdominal CT scan atau abdominal MRI, yang menyajikan lebih banyak informasi tentang

struktur dan fungsi hati

  ERCP, atau endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Suatu tabung kecil yang

disebut endoscope digunakan untuk melihat berbagai struktur didalam dan sekitar hati

  Pemeriksaan USG, untuk melihat ukuran dari organ abdomen (perut) dan kehadiran dari

massa

  Pemeriksaan X-rays abdomen

  Perhitungan darah lengkap, yang melihat pada tipe dan jumlah dari sel-sel darah didalam

tubuh

Page 6: Uji Fungsi Hati(Saspel)

  Scan hati dengan radiotagged substances untuk menunjukan perubahan-perubahan struktur

hati

  Studi GI atas, yang dapat mendeteksi kelainan-kelainan di esophagus yang disebabkan oleh

penyakit hati

TES FUNGSI HATI

Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah

sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes

fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau

penyakit atau kerusakan hati.

Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau

dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit

hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).

Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik (vena)

umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan persiapan khusus,

kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang mungkin memerlukan persiapan

khusus.

Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya, mengukur enzim, protein dan

unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati.

Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan

hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan ber-

samaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi

keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan

merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya.

Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah yang

diambil. Ini bisa meliputi:

  Alanine Aminotransferase (ALT)  — suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling

baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate

Page 7: Uji Fungsi Hati(Saspel)

Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini

akan dilepaskan ke dalam aliran darah.

  Alkaline Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu; seringkali

meningkat jika terjadi sumbatan.

  Aspartate Aminotransferase (AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di

tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic

Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya meningkat pada

infeksi akut.

  Bilirubin – biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice): Bilirubin

total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk mengukur bentuk

yang terkonjugasi.

  Albumin – mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat

protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.

Protein total – mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk

antibodi guna memerangi infeksi.

Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan

untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid

dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).

Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk

dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui atau

berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat; individu dengan

riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat

merusak hati.

Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati,

beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual,

muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang, pruritus

(gatal-gatal).

Page 8: Uji Fungsi Hati(Saspel)

Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk menegakkan diagnosis.

Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan

membantu menentukan penyebab kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi,

tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan

terapi atau perjalanan penyakit.

Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka

mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang

tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi

hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang

terjadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga

bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau

pemantauan secara berkala.

Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set

tes dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki

sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu.

Seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang

kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa

sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati tersebut.

Jika seseorang mengonsumsi obat yang bisa memengaruhi hatinya, maka hasil tes

abnormal bisa jadi mengindikasikan bahwa perlu mengevaluasi lagi dosis dan pilihan

medikasi. Ketika seseorang dengan penyakit hati sedang dalam pemantauan, maka dokter

akan mengevaluasi apakah hasil tes menunjukkan perburukan atau perbaikan.

Dokter akan menanyakan semua obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien,

termasuk suplemen makanan & produk herbal karena beberapa mungkin memiliki efek

potensial pada hati. Penggunaan acetaminophen berlebih dan alkohol misalnya, dapat

merusak hati sebagaimana terpapar racun misal dari jamur yang beracun.

Gejala awal penyakit hati kadang tidak terlalu kentara, karena hanya berupa kelelahan

dan mual. Namun gejala lain akan muncul jika perburukan kerusakan hati terjadi.

Tentu saja nilai tes abnormal bisa terjadi walau Anda tidak memiliki penyakit hati.

Beberapa kondisi sementara bisa menyebabkannya, misalnya syok, luka bakar, infeksi berat,

trauma otot, dehidrasi, pankreatitis, hemolisis, dan kehamilan.

Page 9: Uji Fungsi Hati(Saspel)

Pemeriksaan laboraturium pada penyakit hati

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat

penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan laboratorium

klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis

dari penderita.

Pemeriksaan bilirubin total adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk

menegakkan diagnosis suatu penyakit hati. Pada saat ini banyak test faal hati yang dapat

dilakukan, salah satu test faal hati adalah pemeriksaan kadar bilirubin dalam serum.

Pemeriksaan bilirubin dalam serum dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan dapat

memberikan informasi tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara umum

disamping memberikan informasi tentang kesanggupan untuk mengkonjugasi bilirubin dan

diekresikan ke empedu. Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect digunakan untuk

menentukan lokasi gangguan aliran darah, apa kah berada di lokasi sebelum, dalam, atau

sesudah organ hati). Batas normal bilirubin total: 0,3-1 mg/l. Bila lebih tinggi dari normal,

kemungkinan terjadi penyumbatan atau gangguan aliran bilirubin. Pemeriksaan lain yang

dapat dilakukan adalah pemeriksaan bilirubin dalam urin, jika didapatkan bilirubin maka

menunjukkan adanya kelainan hati atau saluran empedu.

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap

adanya kerusakan sel hati.. Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya penyakit

pada hati. Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase (AST/SGOT) dan alanin

aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-enzim tersebut mencerminkan

adanya kerusakan sel-sel hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila

jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.

Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut:

  Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan

trombositopenia.

  Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun,

tidak meningkat pada sirosis inaktif.

Page 10: Uji Fungsi Hati(Saspel)

  Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.

  Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.

  Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.

  Mada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati

membentuk glikogen.

  Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti

HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.

  Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah

terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi

(USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus,

pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan,

pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, CT scan, angografi, dan

endoscopic retrograde chlangiopancreatography (ERCP).

DASAR TEORI

Langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes darah sederhana

untuk menentukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu dalam darah. Dibawah keadaan-

keadaan normal, enzim-enzim ini berada dalam sel-sel hati. Namun ketika hati luka, enzim-

enzim ini ditumpahkan keluar ke dalam aliran darah.

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap

adanya kerusakan sel hati (liver). Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya

penyakit pada hati (liver). Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase

(AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-enzim

tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati (liver). Namun demikian derajat ALT 

lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati (liver) dibanding AST.

ALT ditemukan terutama di hati (liver), sedangkan AST selain dapat ditemukan di

hati (liver) juga dapat ditemukan di otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, paru, sel

Page 11: Uji Fungsi Hati(Saspel)

darah putih dan sel darah merah. Jika terjadi peningkatan kadar AST bisa jadi yang

mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lain yang mengandung AST. Pada penyakit hati

akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST.

(http://www.penyakithepatitis.com/)

      

            Enzim-enzim ini biasanya terkandung dalam sel-sel hati. Jika hati terluka, sel-sel hati

menumpahkan enzim-enzim kedalam darah, menaikan tingkat-tingkat enzim dalam darah dan

menandai kerusakan hati.

  Batasan normal dari nilai-nilai untuk AST (SGOT) adalah dari 5 sampai 40 unit per liter

serum (bagian cair dari darah).

  Batasan normal dari nilai-nilai untuk ALT (SGPT) adalah dari 7 sampai 56 unit per liter

serum.

  Secara laboratoris pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapat adanya peninggian

SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT

  Pada hepatitis kronis, dari pemeriksaan laboratoris didapat adanya peningkatan kadar enzim

SGPT 5-10 kali lebih tinggi dari kadar normal, dan rasio albumin-globulin terbalik.

BILIRUBIN

Pada manusia dewasa, 1-2 x 108 eritrosit dihancurkan tiap jamnya. Ketika

hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, globin diuraikan menjadi asan amino pembentuknya

yang kemudin akan digunakan kembali, sedangkan zat besi dari heme akan memasuki depot

yang juga akan dipakai kembali. Bagian porfirin dalam heme juga diuraikan, terutama di

dalam sel – sel retikuloendotel hati, limpa dan sumsum tulang. Katabolisme heme dari semua

protein heme terjadi di dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sebuah sistem enzim

yang dinamakan heme oksigenase. Adanya bantuan NADPH mengakibatkan penambahan

oksigen pda jembatan α-metenil antara pirol I dan pirol II porfirin, sehingga besi fero

teroksidasi menjaid bentuk feri. Ion feri ini akan dilepaskan, dan bliverdin terbentuk akibat

pemecahan cincin tetrapirol. Pada mamalia, enzim biliverdin reduktase akan mereduki

Page 12: Uji Fungsi Hati(Saspel)

jembatan metenil antara pirol III dan pirol IV menjadi gugus metilen untuk menghasilkan

bilirubin, yaitu suatu pigmen berwarna kuning.

Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan air, tetapi kelarutan bilirubin dapat

ditingkatkan oleh pengikatan non-kovalen dengan albumin. Dalam 100 ml plasma kurang

lebih 25 mg bilirubin dapat diikat erat oleh albumin. Bilirubin selanjutnya diangkut ke hati.

Hepatosit kemudian akan mengubah bilirubin bentuk  polar dengan penambahan satu

molekul asam glukoronat (konjugasi) sehingga terbentuk bilirubin terkonjugasi. Apabila

bilirubin mencapai ileum termialis dan usus besar, bilirubin akan direduksi oleh bakteri

menjadi urobilinogen.Urobilinogen yang sebagian besar tidak berwarna, selanjutnya akan

teroksidasi menjadi zat berwarna (sterkobilin) dan disekresikan ke dalam feses. Satu gram

hemoglobin diperkirakan menghasilkan 35 mg biliruin. Pembentukan bilirubin setiap hari

pada manusia dewasa kurang lebih berjumlah 250 – 35- mg yang terutama berasal dari

hemoglobin. Namun demikian, bilirubin dapat juga berasal dari proses eritropoesis yang tidak

efektif dan dari berbagai protein heme lainnya seperti sotokrom P-450.

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari

hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar

20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin

tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada

albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan

ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses

konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.(Joyce,2007)

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran

empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi

urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin

terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin

(reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat

albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat

bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung. (Joyce,2007)

Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati

(kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat

Page 13: Uji Fungsi Hati(Saspel)

keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam

aliran darah. (Joyce,2007)

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi

eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau

eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan

kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin

indirek. (Joyce,2007)

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin

yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang

lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl;

kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar

bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenaikan ikterus timbul karena bilirubin yang berlebihan larut

dalam lipid ganglia basalis. (calbe.co.id)

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

1)    Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih

pendek.

2)   Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,

UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) sehingga terjadi penurunan ambilan

bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

3)  Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim akibat glukuronidase di

usus dan belum ada nutrien.(calbe.co.id)

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh

faktor/keadaan:

1)    Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,

sferositosis herediter dan pengaruh obat.

2)   Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

3)  Polisitemia.

4)  Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

5)   Ibu diabetes.

6)   Asidosis.

Page 14: Uji Fungsi Hati(Saspel)

7)   Hipoksia/asfiksia.

8)   Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.

Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin

direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang

mengukur intensitas warna azobilirubin. (Joyce,2007)

Nilai Rujukan

Dewasa : total : 0.1 – 1.2 mg/dl, direk : 0.1 – 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 – 1.0 mg/dl

Anak : total : 0.2 – 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.

Bayi Baru Lahir : total : 1 – 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. (Joyce,2007)

Masalah Klinis

Bilirubin Total dan Direk

1.      Peningkatan Kadar : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati,

mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat :

antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,

tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),

alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),

barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,

metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.

2.     Penurunan Kadar : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin),

penisilin, kafein dalam dosis tinggi. (Joyce,2007)

Bilirubin Indirek

1.      Peningkatan Kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria,

anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,

hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin. Penurunan Kadar : pengaruh obat

(Joyce,2007)

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan

bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam

diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam

yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan

Page 15: Uji Fungsi Hati(Saspel)

memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.

Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine

dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung

metabolit pyridium atau serenium. (Joyce,2007)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1.      Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi

kadar bilirubin.

2.     Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

3.    Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen

empedunya akan menurun.

4.    Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin. (Joyce,2007)

Aminotransferase (transminase)

BILIRUBIN URIN

Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian

hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam

bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan

ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin

indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.

Masalah Klinis

Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran

empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus

obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang

tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin

(Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium),

klorzoksazon (Paraflex).

Nilai Rujukan

Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)

Page 16: Uji Fungsi Hati(Saspel)

Pemeriksaan SGPT/SGOT 

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), sebuah enzim yang biasanya

hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau

jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati

( misalnya,dari hepatitis virus ) atau dari serangan jantung. Beberapa obat juga dapat

meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST). Sedangkan

SGPT adalah Serum Glutamic Piruvic Transaminase. SGPT atau juga dinamakan ALT

(alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta

efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil

dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih

tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses

kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau

spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Batas normal SGOT: 0-37 U/L dan

batas normal SGPT : 0-45 U/L. 

Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :

Laki-laki : 0 - 50 U/L

Perempuan : 0 - 35 U/L

Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam

plasma lebih besar dari kadar normalnya. (Joyce,2007)

Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :

1)    Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat

atau kimia)

2)   Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu

ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)

3)  Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1)    Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar 

2)   Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan

kadar 

3)  Hemolisis sampel

Page 17: Uji Fungsi Hati(Saspel)

4)  Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,eritromisin,

gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika

(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparatdigitalis,

indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol(Inderal),

kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5)   Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Pemeriksaan SGOT dan SGPT yang berkala juga akan membantu menduga

transformasi sirosis hepatis menjadi kanker hati. Pada hepatitis kronis dan sirosis hepatis,

akan didapatkan peninggian SGOT dan SGPT. Tetapi apabila terdapat peninggian SGOT

yang melebihi SGPT dan rasio De Ritis, yaitu SGOT/SGPT melebihi 2 atau 3, maka dicurigai

kanker hati. Peninggian SGOT yang berlebihan ini diduga karena nekrosis sel hati yang luas

tidak saja pada bagian yang ada karsinoma, tetapi juga pada bagian hati yang tidak ada

jaringan tumornya.

METODELOGI UJI FUNGSI HATI

1.      Pemeriksaan bilirubin urin

A.   Alat dan Bahan

1)    Specimen : urin

2)   Reagen Fouchet

3)  Larutan barium klorid 10%

4)  Tabung reaksi

5)   Kertas saring

6)   Pipet

7)   Pipet piston

8)   spektrofotometer

B.    Prosedur

Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau

uji Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan

Page 18: Uji Fungsi Hati(Saspel)

reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji

diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.

Reaksi diazo        

Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik

reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya dengan

bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih

dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.

Uji Fouchet

Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat

jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant,

tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang terjadi.Reaksi

negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau

atau biru.

Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari

pajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi

biliverdin.

Nilai Rujukan:

Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium:

Uji dengan reaksi Diazo

         Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C),

kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi

biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.

         Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi

berwarna merah.

Uji Fouchet

         Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat

penundaan pemeriksaan.

         Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.

Page 19: Uji Fungsi Hati(Saspel)

2.      Pemeriksaan bilirubin total

A.   Alat dan Bahan

1)    Reagen blanko

2)   Calibrator

3)  Spesimen : serum

4)  Air / aquadest

5)   Tabung reaksi

6)   Pipet

7)   Fotometer

B.    Prosedur

1)    Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), dan S (sample)

pada tabung reaksi dan berikan label, masukkan sesuai dengan petunjuk pada table dibawah

ini.

RB(cc) K(cc) S(cc)

“ Total” reagen 1 1 1

Oxidant 1 1 1

Air 0,05 - -

Kalibrator - 0,05 -

Serum - - 0,05

2)   Inkubasi atau tunggu selama ± 5 menit pada suhu kamar.

3)  Baca RB, K dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.

3.      Pemeriksaan bilirubin direct

A.   Alat dan Bahan

1)    Reagen blanko

2)   Calibrator

3)  Spesimen : serum

4)  Air / aquadest

5)   Tabung reaksi

Page 20: Uji Fungsi Hati(Saspel)

6)   Pipet

7)   Fotometer

B.    Prosedur

1)    Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), SB (specimen

blanko), dan S (sample) pada tabung reaksi dan berikan label, masukkan sesuai dengan

petunjuk pada table dibawah ini.

RB(cc) K(cc) SB(cc) S(cc)

“ Total” reagen 1 1 1 1

Oxidant 1 1 - 1

Air 0,1 - - -

Kalibrator - 0,1 - -

Serum - - 0,1 0,1

2)   Inkubasi atau tunggu selama ± 3 menit pada suhu kamar.

3)  Baca RB, K, SB, dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.

4.      Pemeriksaan GOT dan GPT

A.   Alat dan Bahan

1)    Larutan buffer-enzim

2)   Koenzim

3)  Specimen : serum

4)  Larutan 2 oxoglutarate

5)   Tabung reaksi

6)   Stopwatch

7)   Penangas air

8)   Fotometer

B.    Prosedur

-          Siapkan reagen kerja AST/GOT dan  ALT/GPT

-          Untuk setiap sampel dan kontrol, tambahkan 1 ml reagen kerjapada

cuvett dan inkubasi 370C selama 3 menit

Page 21: Uji Fungsi Hati(Saspel)

-          Untuk setiap sampel dan kontrol, tambahkan 1 ml reagen kerjapada

cuvett dan inkubasi 370C selama 3 menit

-          Tambahkan 100 ml serum pada masing-masing tabung dan campur perlahan.

-          Baca dan absorbansi dengan fotometer pada gelombang 540 nm pada 1 menit

pertama,kemudian ulangi lagi pada  menit ke 2 dan 3.

-          Tentukan rata-rata absorbansi per menit, kemudian kalikan dengan faktor 1746 untuk hasil

dalam U / L

Nilai Normal Pengukuran :

  Bilirubin total :0-1 mg/dl

  Bilirubin direct : 0-1,2 mg/dl

  Bilirubin indirect :0,2-0,7 mg/dl

  SGOT normal : 5 – 17 10/100 cc. Banyak terdapat pada jantung, otot sklet hinjal

kadar meningkat pada hepatoseluler nekrosis atau intark myokard.

  SGPT normal : 4 – 13 10/100 cc. Banyak terdapat pada hati pada otot, jantung agak kurang

pada hepatitis meningkat.