UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM...

65
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : FAHRUL ABDULLAH HUDRI 1111103000070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM...

Page 1: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA

DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN

BAKTERI Salmonella typhi

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

FAHRUL ABDULLAH HUDRI

1111103000070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strala 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Symif

Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakuta

Ciputat, 16 September 2Ol4

Fahrul Abdullah Hudri

t.

Page 3: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

, . " '

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM

MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI S alm onella typhi

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

,' Oleh

Fahrul Abdullah Hudri

NIM: 1111103000070

M.Biomed

PROGRAM STT'DI PEI\IDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNTVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H I 20t4M

l t l

Pembimbing I

Page 4: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

-'*--::q'E!

{

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul UJI EFEKTMTAS EKSTRAK MADUMULTIFLORA DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERISalmonella typhi yang diajukan oleh Fahrul Abdullah Hudri (NIM:1111103000070), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan pada 16 September 2014.Laporan penelitian ini telah diterima sebagaisalah satu syarat memperqleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada ProgramStudi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 16 September 2014

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

.Sl M.Biomed

Pembimbing I

dr. Lucky M.Biomed

Penguji II

,'---:-:-\' l l \ r \\YI, IAA

dr. Intan Keumala O"*i, Sp. MK

Dekan FKIK

I

PIMPINAN FAKI]LTAS

UIN Kapr

[-udin, Sp. And

dr. Rahmatina, Sp. KK

tr.KIK UIN

tv

Prof. DR. Ardini, M.Gizi, SpGK

Page 5: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Laboratorium mikrobiologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terdapat bantuan, bimbingan, nasihat, dan

dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

3. Yuliati S.Si, M.Biomed selaku pembimbing pertama.

4. dr. Lucky Briliantina, M.Biomed selaku pembimbing kedua.

5. Orang tua (dr. Muhammad Fuad dan Hj. Merry Mariam )

6. Saudara kandung ( dr. Achmad Iskandar dan Fadhel Muhammad)

7. dr. P.A. Kodrat Pramudho, S.K.M, M. Kes selaku Kepala Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit Menular Jakarta

8. Ninik S, S.K.M, M.kes selaku Kepala Seksi Teknologi Laboratorium Balai

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit Menular

Jakarta

9. Suhartono, S.T, M.Kes selaku Kepala Bidang Analisis Dampak Kesehatan

Lingkungan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan

Penyakit Menular Jakarta

10. Ibu Murni selaku staf Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pencegahan Penyakit Menular Jakarta

11. Dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

12. Rekan-rekan seperjuangan PSPD 2011

Page 6: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

vi

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka

dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembacanya.

Ciputat, 16 September 2014

Penulis

Page 7: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

vii

ABSTRAK

Fahrul Abdullah Hudri. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Efektivitas

Madu Multiflora dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Salmonella

typhi. 2014.

Madu merupakan keanekaragaman hayati dan berpotensi besar dalam

perkembangan obat-obatan herbal, madu memiliki potensi dalam menghambat

pertumbuhan bakteri. Salah satu senyawa antibakteri dalam madu adalah

flavonoid yang mampu merusak integritas dinding sel sehingga dapat

menghambat pertumbuhan bakteri, salah satunya bakteri Salmonella typhi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri madu multiflora

dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Madu multiflora diekstraksi

menggunakan dua pelarut yaitu aseton dan n-heksan. Hasil ekstrak madu

multiflora berupa residu/cairan dan sedimen/endapan. Madu multiflora murni

tanpa proses ekstraksi dan ekstrak madu dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu

20%, 25%, 50%, 100% lalu diuji aktivitas antibakterinya terhadap pertumbuhan

Salmonella typhi dengan teknik disc diffusion. Kloramfenikol 30 ug digunakan

sebagai kontrol positif dan pelarut aseton dan n-heksan sebagai kontrol negatif.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan/bermakna

antara tiap jenis ekstrak dan konsentrasi terhadap zona hambat yang terbentuk

(dengan nilai sigifikansi Kruskal-Wallis p = 0,000). Madu multiflora murni dan

ekstrak sedimen dengan pelarut aseton memiliki efektivitas lemah dalam

menghambat pertumbuhan Salmonella typhi, sedangkan kelompok uji ekstrak

madu dengan pelarut n-heksan tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan

Salmonella typhi.

Kata kunci: madu, antibakteri, Salmonella typhi

Page 8: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

viii

ABSTRACT

Fahrul Abdullah Hudri. Medical Education Courses. Efectiveness Test of

Multiflora Honey in Inhibiting Growth Bacteria Salmonella typhi. 2014

Honey is a biodiversity and has a great potentially in the development of herbal

medicine, honey has has a potential to inhibit the growth of bacteria. One of the

antibacterial compounds in honey is a flavonoid that capable of damaging the

integrity of the cell wall so it can inhibit the growth of bacteria, one of which is

Salmonella typhi. This study was conducted to determine the antibacterial activity

of multiflora honey in inhibiting the growth of Salmonella typhi. Multiflora honey

is extracted using two solvents, they are acetone and n-hexane. Result of extract

multiflora honey are residue and sediment. Natural Multiflora honey without

extraction process and honey extracts made in different concentrations, they are

20%, 25%, 50%, 100% and be tested antibacterial activity against the growth of

Salmonella typhi by disc diffusion technique. 30 ug of chloramphenicol was used

as a positive control and acetone and n-hexane as a negative control. Statistic

analysis showed that there was significant difference/meaning between each type

of extract and concentration to inhibition zone that formed (with Kruskal-Wallis

significance value p = 0,000). Natural Multiflora honey and sediment extracts

with acetone as a solvent has a weak effectiveness in inhibiting the growth of

Salmonella typhi, whereas the test group honey extract with n-hexane as a solvent

was not effective in inhibiting the growth of Salmonella typhi.

KEYWORDS : Honey, Antibacteria, Salmonella typhi

Page 9: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

ABSTRAK .............................................................................................................vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 3

1.4.2 Bagi Institusi ....................................................................................... 4

1.4.3 Bagi Masyarakat .................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 5

2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Lebah Madu ................................................ 5

2.1.2 Jenis-Jenis Lebah Madu ....................................................................... 5

Page 10: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

x

2.1.3 Definisi dan Proses Pembuatan Madu .................................................. 7

2.1.4 Jenis-Jenis Madu ................................................................................. 8

2.1.5 Komposisi Madu ................................................................................. 9

2.1.6 Antibakteri pada Madu ...................................................................... 10

2.1.7 Morfologi dan Klasifikasi Salmonella typhi ....................................... 12

2.1.8 Struktur Antigen Salmonella typhi ..................................................... 13

2.1.9 Epidemiologi Demam Tifoid dan Patogenesis Salmonella typhi ......... 14

2.1.10 Gejala Klinis Demam Tifoid .............................................................. 16

2.1.11 Mekanisme Kerja Antibakteri ............................................................ 18

2.1.12 Metode Uji Aktivitas Antibakteri ....................................................... 19

2.2 Kerangka Teori ................................................................................................. 21

2.3 Kerangka Konsep ............................................................................................. 21

2.4 Definisi Operasional ........................................................................................ 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 24

3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 24

3.3 Sampel Penelitian ............................................................................................. 24

3.4 Identifikasi Variabel ......................................................................................... 25

3.4.1 Variabel Bebas .................................................................................. 25

3.4.2 Variabel Terikat ................................................................................. 25

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 25

3.5.1 Alat Penelitian ................................................................................... 25

3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................................ 26

3.6 Cara Kerja Penelitian ....................................................................................... 26

3.6.1 Sterilisasi Alat ................................................................................... 26

3.6.2 Pembuatan Media Nutrient Agar ........................................................ 26

Page 11: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

xi

3.6.3 Kultur Bateri ...................................................................................... 26

3.6.4 Prosedur Ekstraksi ............................................................................. 26

3.6.5 Pembuatan Variabel Konsentrasi ....................................................... 27

3.6.6 Uji Efektivitas Madu terhadap Salmonella typhi ................................ 27

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 28

3.8 Alur Penelitian .................................................................................................. 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 30

4.1 Hasil Uji Standarisasi Madu ............................................................................ 30

4.2 Hasil Ekstrak Madu .......................................................................................... 30

4.3 Uji Statistik Data .............................................................................................. 31

4.4 Hasil Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Madu terhadap Salmonellatyphi 32

4.5 Keterbatasan Penelitian.................................................................................... 38

BAB 5 PENUTUP ................................................................................................. 39

5.1 Simpulan ........................................................................................................... 39

5.2 Saran ................................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 40

Page 12: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Cair-cair Madu Multiflora ............................................... 30

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data............................................................................. 31

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat .............................................................. 33

Tabel 4.4 Kriteria Zona Hambat Menurut CLSI ...................................................... 36

Tabel 4.5 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ................................ 36

Page 13: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lebah Apis mellifera .............................................................................. 7

Gambar 2.2 Pewarnaan flagel Salmonella typhi ....................................................... 12

Gambar 2.3 Patogenesis Salmonella typhi ............................................................... 16

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat ........................................................... 36

Page 14: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Madu SNI 01-3545-2004 ................................................................ 44

Lampiran 2 Hasil Uji SNI Madu ............................................................................. 45

Lampiran 3 Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Madu Multiflora Terhadap Salmonella

typhi........................................................................................................................ 47

Lampiran 4 Cara Menghitung Pengenceran ............................................................. 49

Lampiran 5 Alat dan Bahan..................................................................................... 50

Lampiran 6 Riwayat Penulis ................................................................................... 51

Page 15: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini sedang berkembang pengobatan alternatif menggunakan

herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang dihasilkan

oleh lebah madu, berasal dari nektar bunga yang berkembang atau dari

sekresi tanaman yang dikumpulkan oleh lebah madu, kemudian diubah

bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada pada tubuh lebah,

selanjutnya disimpan hingga masak di dalam sel-sel madu.1

Sejak zaman Nabi Muhammad SAW madu telah dipergunakan

untuk pengobatan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran

surat An-Nahl ayat 69 yang berbunyi : “Dari perut lebah itu keluar

minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat

obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-

orang yang memikirkan.”

Madu dipercaya memiliki aktivitas antibakteri. White (1975)

melaporkan bahwa aktivitas antibiotika yang ditemukan dalam madu

ditentukan oleh tiga system.2 Ketiga sistem tersebut adalah keasaman,

tekanan osmosis dan substrat inhibitor. Faktor-faktor penentu tersebut

berkerja sendiri-sendiri ataupun bersamaan mengurangi kehadiran atau

pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme kontaminan.3

Aktivitas antibakteri madu sendiri telah dijelaskan pada banyak

penelitian. Erywiatno (2012) melaporkan bahwa madu dapat menghambat

pertumbuhan Streptococcus pyogenes dengan kadar hambat minimal

(KHM) sebesar 95%.4 Hafidiani (2001) melaporkan adanya aktivitas

antibakteri dari jenis madu monoflora (madu randu, madu rambutan, madu

kelengkeng, madu karet, madu mahoni, madu kopi dan madu mangium)

dan madu multiflora yang cukup signifikan (diameter zona hambat 20–30

mm, menggunakan metode sumur dengan diameter 4 mm) terhadap bakteri

Page 16: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

2

Salmonella sp., Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Staphylococcus

aureus, Bacillus cereus, Bacillus substilis dan Pseodomonas aeruginosa.5

Suryani & Meida, (2004) melaporkan bahwa madu memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Escherichia coli dengan kadar hambat minimal

(KHM) 20,8% dan kadar bunuh minimum (KBM) 50%, Shigella

dysentriae (KHM 0,179% dan KBM 0,358%), Vibrio cholera (KHM

15,625% dan KBM 41,67%), Staphylococcus aureus (KHM 16,67% dan

KBM 33,33%), dan Salmonella typhi (KHM 18,88% dan KBM 37,76%).6

Suganda (2005) menyebutkan bahwa madu memiliki aktivitas antibakteri

terhadap Salmonella typhi dengan KBM sebesar 18%.7

Salmonella typhi merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran

0,7-1,5 μm x 2,0-5,0 μm, bersifat Gram negatif sehingga memilki

komponen outer layer (lapisan luar) yang tersusun dari LPS

(lipopolisakarida) dan dapat berfungsi sebagai endotoksin, bergerak

dengan flagel peritrik, dan tidak membentuk spora. Salmonella typhi

merupakan bakteri penyebab demam tifoid.8

Di negara berkembang, antibiotik yang tersedia untuk pengobatan

demam tifoid adalah ampisilin, kloramfenikol, dan kotrimoksazol.9

Kloramfenikol merupakan drug of choice untuk infeksi Salmonella sejak

tahun 1948. Keampuhan kloramfenikol pada pengobatan demam tifoid

telah diakui berdasarkan efektivitasnya terhadap Salmonella typhi di

samping harganya yang relatif murah. Setelah bertahan sekitar 25 tahun,

dilaporkan oleh beberapa peneliti di berbagai negara adanya strain

Salmonellla typhi yang resisten terhadap kloramfenikol.10

Peneliti India melaporkan adanya kasus demam tifoid yang resisten

terhadap kloramfenikol pada tahun 1970, sedangkan di Mexico pertama

kali dilaporkan pada tahun 1972. Resistensi tersebut ternyata diikuti oleh

adanya resistensi Salmonella typhi terhadap obat-obat lain yang biasa

digunakan untuk mengobati demam tifoid. Pada saat itu kotrimoksazol

baru ditemukan sebagai pengganti kloramfenikol untuk mengobati demam

tifoid, akan tetapi ternyata kotrimoksazol cepat menjadi resisten.9, 10, 11

Page 17: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

3

Saat ini dilaporkan banyak kasus resisten dengan banyak obat

(multidrugs resisten).12

Oleh karena itu perlu ditinjau lebih dalam tentang

efektivitas ekstrak madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai terapi

alternatif terhadap penyakit demam tifoid. Jenis madu yang digunakan

adalah madu multiflora. Hal ini didasarkan pada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya (penelitian Hafidiani, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana efektivitas madu multiflora dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas madu multiflora dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui jenis ekstrak (sedimen madu

multiflora+aseton/sedimen madu multiflora+n-heksan/madu

multiflora tanpa ekstrak) dan konsentrasi yang paling efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat

gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Memperoleh suatu pengalaman dalam bidang penelitian

eksperimental terutama bidang kesehatan.

Page 18: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

4

1.4.2 Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

bahan bacaan bagi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan untuk

penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat bahwa madu

multiflora dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif terhadap

penyakit demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Salmonella typhi.

Page 19: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Lebah Madu

Lebah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang

hidup soliter dan yang hidup berkoloni. Lebah madu termasuk

serangga sosial yang hidup berkoloni. Setiap lebah mempunyai

tugas khusus yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

koloninya. Di dalam sebuah sarang, koloni itu terdiri atas tiga

anggota masyarakat lebah, yaitu seekor lebah ratu, ratusan lebah

jantan, dan ribuan lebah pekerja.13

Klasifikasi lebah sosial13

Divisio : Arthropoda

Subdivisio : Mandibulata

Classis : Insecta (Hexapoda)

Ordo : Nymenoptera

Genus : Apidae

Species : Apis indica, Apis mellifica, Apis dorsata, dan

Apis trigona

2.1.2 Jenis-Jenis Lebah Madu

Jenis lebah madu yang banyak dikenal oleh masyarakat

Indonesia ada empat jenis, yaitu Apis indica, Apis mellifica

(disebut juga Apis mellifera), Apis dorsata, dan Apis trigona. Dari

keempajenis lebah madu tersebut yang banyak

dipelihara/diternakkan oleh masyarakat adalah Apis indica dan

Apis mellifera.14

Apis indica umumnya dikenal sebagai lebah unduan, lebah

lalat, tawon laler (bahasa jawa), lebah gula, lebah sirup atau lebah

kecil.14

Lebah jantan berpantat tumpul dan tidak bersengat, warna

Page 20: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

6

tubuhnya hitam, panjangnya 1.3 cm. Lebah pekerja berpantat

runcing dan bersengat, warna tubuhnya hitam dengan strip kuning,

panjangnya 1.1 cm. Lebah ratu berbadan panjang dan besar,

berpantat runcing dan bersengat, berwarna kelabu sampai hitam,

panjangnya 1.5 cm.13

Produksi madunya tidak begitu banyak, yaitu

sekitar 6-12 kilogram setiap tahun untuk satu koloni.14

Apis indica

ini secara alami paling luas penyebarannya di dunia. Ia tersebar di

Asia Selatan (India, Pakistan, Srilangka) dan Asia Tenggara

(Malaysia, Indonesia, Filipina), selanjutnya ke Cina dan Jepang.13

Apis mellifera sering juga disebut lebah Italia, lebah impor

Australia, lebah madu Internasional, lebah Selandia Baru atau

lebah Melli.14

Lebah madu ini aslinya berasal dari daerah

subtropis, yaitu Benua Eropa. Ukurannya 1¼ kali lebih besar

daripada lebah madu tropika Apis indica, yaitu panjang lebah ratu

sekitar 1.9 cm, lebah jantan sekitar 1.65 cm, dan lebah pekerja

sekitar 1.35 cm. Ciri khas lebah madu Eropa ini adalah memiliki

gelang berwarna kuning di belakang abdomen, warna tubuh

bervariasi dari coklat gelap sampai kuning hitam.13

Lebah ini

cukup mudah untuk diternakkan dan produksi madunya cukup

tinggi, yaitu sekitar 30-60 kg per tahun untuk setiap koloni. Lebah

ini banyak diternakkan oleh pemerintah (Dinas Kehutanan/Perum

Perhutani) dan perusahaan-perusahaan swasta.14

Page 21: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

7

2.1.3 Definisi dan Proses Pembuatan Madu

Madu adalah zat manis yang dihasilkan oleh lebah madu,

berasal dari nektar bunga yang berkembang atau dari sekresi

tanaman yang dikumpulkan oleh lebah madu, kemudian diubah

bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada pada

tubuh lebah, selanjutnya disimpan hingga masak di dalam sel-sel

madu.1

Madu dibuat oleh lebah yang bahan bakunya diambil dari

nektar yang diproduksi bunga, kadang-kadang madu juga

diproduksi dari honey dew, yaitu cairan hasil ekskresi serangga

yang terdapat pada jaringan floem. Ekskresi tersebut mengandung

gula sehingga menarik lebah untuk mengumpulkannya.15

Lebah dewasa menghisap nektar dengan belalainya. Kontak

terjadi antara nektar dengan cairan saliva lebah yang mengandung

enzim-enzim hidrolase yang berakibat terjadinya pemecahan gula.

Di dalam kantung madu (honey sack) terjadi pengurangan

kandungan air hingga mencapai kadar air kira-kira 40%.16

Tahap selanjutnya adalah pematangan madu yang terjadi

dalam sarang lebah. Selama pematangan ini nektar terinversi

berada di dalam sel madu yang masih terbuka. Sementara proses

inversi lanjutan berlangsung terjadi pula penurunan kadar air,

karena adanya perbedaan tekanan uap air antara cairan bakal madu

dengan udara luar. Hal ini berlangsung terus dengan kipasan sayap

Gambar 2.1 Lebah Apis mellifera

Sumber : http://newswatch.nationalgeographic.com

Page 22: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

8

lebah yang dapat mengatur kelembaban udara sampai didapatkan

kadar air sekitar 20%.16

Nektar adalah cairan yang kandungan utamanya terdiri dari

berbagai macam gula. Senyawa lain adalah senyawa bernitrogen,

berbagai mineral, vitamin, asam organik, pigmen dan sedikit zat

beraroma.17

Proses pembentukan madu dari nektar terdiri dari empat

tahap yaitu : (a) pengumpulan nektar dari tumbuhan oleh lebah

madu, (b) pengubahan nektar menjadi gula invert, (c) pengurangan

kadar air dan (d) pematangan madu.18

2.1.4 Jenis-Jenis Madu19

Karakteristik madu disesuaikan dengan sumber nektarnya

yaitu flora, ekstra flora, dan madu embun. Dikenal pula madu

monoflora yang artinya berasal dari satu tumbuhan utama dan

poliflora/multiflora yaitu berasal dari nektar beberapa jenis

tumbuhan bunga. Madu yang berasal dari satu jenis bunga

dinamakan berdasarkan sumber nektarnya misalnya madu bunga

matahari, madu kelengkeng, dan madu jeruk.

Madu monoflora mempunyai wangi, warna, dan rasa yang

spesifik sesuai dengan sumbernya. Madu poliflora/multiflora dapat

dinamakan sesuai dengan lokasi tempat madu dikumpulkan

misalnya madu Sumbawa, madu Bangka, atau madu Timor.

Madu juga dapat dicirikan sesuai letak geografis di mana

madu tersebut diproduksi. Misalnya madu Timur jauh, Bashkirian,

Yaman, Cina, Selandia Baru, dan lain-lain. Jenis madu berdasarkan

teknologi perolehannya dibagi menjadi madu peras (strained

honey) dan madu ekstraksi. Madu peras merupakan madu yang

diperas langsung dari sarangnya. Madu ekstraksi adalah madu yang

didapat dari proses sentrifugasi.

Page 23: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

9

2.1.5 Komposisi Madu

A. Kadar Air

Kadar air dalam madu secara langsung menentukan kualitas

madu, jika kadar air tinggi kualitas madu rendah. Adapun kadar air

dalam madu dipengaruhi oleh iklim, pengelolaan saat panen, dan

jenis nektar/cairan manis yang dikumpulkan lebah.20

B. Karbohidrat

Karbohidrat dalam bentuk gula adalah komponen utama

madu, membentuk sekitar 95% madu berdasarkan bobot kering.21

Gula utama yang terdapat dalam madu adalah fruktosa (38%),

glukosa (31%), maltosa (7.2%), dan sukrosa (1.5%) dan dalam

bentuk lain (1.5%).22

Konsentrasi gula yang tinggi ini

menyebabkan osmolaritas tinggi, yang menghambat pertumbuhan

mikroba.23

C. Asam Organik

Madu mengandung banyak asam organik dengan nilai pH

3.5-5.5.18

Terdapat 30 macam asam organik dalam madu.24

Asam

organik yang secara umum terdapat dalam madu adalah asam

glikonat, asam asetat, asam sitrat, asam laktat, asam suksinat, dan

asam format.25

Asam glikonat merupakan hasil dari aksi glucose-

oxidase lebah pada glukosa nektar.26

D. Enzim

Kandungan enzim dalam madu terdiri dari invertase,

amilase, glukosa oksidase, katalase, dan asam fosfatase. Invertase

berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

Amilase berfungsi menghidrolisis pati menjadi dekstrin atau gula.

Glukosa oksidase berfungsi mengubah glukosa menjadi

glukonolakton yang dapat membentuk asam glukonat dan hidrogen

peroksida. Katalase berfungsi mengubah peroksida menjadi air dan

oksigen. Asam fosfatase berfungsi memindahkan fosfat anorganik

dari fosfat organik.27

Page 24: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

10

2.1.6 Antibakteri pada Madu

White (1975) melaporkan bahwa aktivitas antibiotika yang

ditemukan dalam madu ditentukan oleh tiga sistem. Ketiga sistem

tersebut adalah keasaman, tekanan osmosis dan substrat inhibitor.2

Faktor-faktor penentu tersebut berkerja sendiri-sendiri ataupun

bersamaan mengurangi kehadiran atau pertumbuhan sebagian besar

mikroorganisme kontaminan.3

A. Tekanan Osmosis

Pada dasarnya madu merupakan larutan lewat/sangat jenuh

(supersaturated) dari karbohidrat, sehingga dikatakan medium

hiperosmotik. Jika organisme bersel satu masuk ke dalam

medium ini, perbedaan tekanan osmosis yang sangat besar

mengakibatkan mikroorganisme kehilangan cairan karena

proses osmosis. Hal ini membuat mikroorganisme tersebut

akan mati.5

B. Keasaman

Secara umum madu memiliki pH rata-rata 3,9 dengan

rentang antara 3,4 – 6,1 dan kandungan asam 0,57% dengan

rentang 0,17-1,17% terutama asam glukonat. Nilai pH madu

yang cukup rendah ini disebabkan oleh beberapa kandungan

asam organik yang terdapat dalam madu.2 Total asam dalam

madu berjumlah sedikit, tetapi dapat mempengaruhi kestabilan

madu terhadap mikroorganisme. Asam glukonat adalah asam

yang utama dalam madu, dihasilkan oleh dekstrosa melalui

kerja enzim yang ditemukan dalam madu, enzim ini dikenal

sebagai glukosa oksidase.28

Beberapa ahli berpendapat bahwa pada hakikatnya

keasaman tidak penting terhadap daya antibakteri madu, tetapi

hal tersebut tidak berarti bahwa keasaman tidak mempengaruhi

antibakteri madu. White (1992) melaporkan bahwa dari 540

contoh yang diteliti rataan pH madu adalah3,9 dengan Antara

Page 25: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

11

3,2 -4,5. Derajat keasaman ini sendiri akan mencegah sebagian

besar bakteri patogen.20

C. Substrat Inhibitor/Antibakteri

Beberapa senyawa yang dilaporkan sebagai antibakteri

dalam madu antara lain : inhibine (peroksida), pinosembrin,

senyawa terpen, benzyl alcohol, asam siringat (asam 3,5-

dimetoksi-4-hidroksibenzoat), metil 3,5-dimetoksi-4-

hidroksibenzoat (metil siringat), asam 3,4,5-

trimetitoksibenzoat, asam 2-hidroksi-3-fenilpropionat, asam 2-

hidroksibenzoat,dan 1,4-dihidroksibenzena.29

Terdapat dua sorotan utama terhadap bahan antibakteri

pada madu yang sering disebut, yaitu inhibine dan non-

inhibine. Senyawa pertama sensitif terhadap panas dan cahaya

yang berasal dari peroksida (H2O2) yang dihasilkan oleh enzim

glukosa oksidase.2,20

Senyawa inhibine ini diyakini oleh

beberapa ilmuwan sebagai senyawa utama penyebab

antibakteri pada madu.2

Beberapa peneliti lain menemukan bahwa senyawa non-

peroksidalah yang lebih berperan terhadap antibakteri dalam

madu. Aktivitas antibakteri non-peroksida dapat tahan terhadap

panas dan cahaya dan tetap ada setelah penyimpanan dalam

waktu yang lama.30

Bogdanov (1989) melaporkan senyawa antibakteri madu

berasal dari flavonoid.31

Jenis-jenis flavonoid yang terdapat

dalam madu diantaranya adalah myricetin, tricetin, quercetin,

luteolin, quercetin-3-methyl ether, kaempferol, pinobankins,

genkwanin, isorhamnetin, benzoic acid, ferulic acid, galangin,

pinocembrin, protocatechuic, dan lain-lain.32

Flavonoid dapat merusak membran sel dengan cara

menghambat sintesis makromolekul.33

Flavonoid juga dapat

mendepolarisasi membran sel dan menghambat sistesis DNA.

RNA. maupun protein yang sudah diobservasi pada S.aureus.33

Page 26: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

12

Selain itu flavonoid juga dapat menghambat fungsi membran

sitoplasma dan menghambat metabolisme energi pada

bakteri.34

2.1.7 Morfologi dan Klasifikasi Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri berbentuk batang,

berukuran 0,7-1,5 μm x 2,0-5,0 μm, bersifat Gram negatif sehingga

memilki komponen outer layer (lapisan luar) yang tersusun dari

LPS (lipopolisakarida) dan dapat berfungsi sebagai endotoksin,

bergerak dengan flagel peritrik, dan tidak membentuk spora. Pada

media MacConkey membentuk koloni transparan karena bakteri

tidak memfermentasikan laktosa, dengan diameter koloni 2-4 mm.

Selain itu bakteri Salmonella typhi juga memiliki pili atau fimbriae

yang berfungsi untuk adesi pada sel host yang terinfeksi.8

Berdasarkan kebutuhan oksigen, Salmonella typhi

merupakan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob.8 Salmonella

typhi tumbuh optimum pada suhu 37°C dengan pH antara 6-8.

Salmonella typhi dapat hidup di alam bebas seperti di dalam air, es,

sampah dan debu hingga beberapa minggu.12

Gambar 2.2 Pewarnaan flagel Salmonella typhi

Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1048.htm

Page 27: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

13

2.1.8 Struktur Antigen Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri enterik yang bersifat

Gram negatif, memiliki antigen permukaan yang cukup kompleks.

Antigen tersebut mempunyai peran penting dalam proses

patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses terjadinya respon

imun pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut

terdiri dari antigen flagel (antigen H), antigen somatik (antigen O),

dan antigen kapsul atau antigen K (antigen Vi).8

Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena

antigen tersebut merupakan bagian outer layer dari dinding sel

bakteri Gram negatif. Antigen O tersusun dari LPS

(lipopolisakarida) yang berfungsi pula sebagai endotoksin, resisten

terhadap pemanasan 100°C, alkohol dan asam, reaksi aglutinasinya

berbentuk butir pasir.8

Antigen H atau antigen flagel terdiri dari suatu protein yang

dikode oleh gen flg yang berada pada lokus fliC. Antigen H bersifat

termolabil dan dapat dirusak oleh alkohol, pemanasan pada suhu di

atas 60°C dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk

butir-butir pasir yang hilang bila dikocok. Antigen H terdiri dari 2

fase yaitu antigen H fase 1 (H1) dan antigen H fase 2 (H2)

sehingga dapat dijumpai Salmonella typhi serovar H1 dan

Salmonella typhi serovar H2. Antigen H1 sendiri terdiri dari H1-d

dan H1-j sehingga dapat dijumpai pula Salmonella typhi serovar

H1-d yang tersebar luas di seluruh dunia dan Salmonella typhi

serovar H-j yang hanya dijumpai di Indonesia. Strain bakteri

Salmonella typhi serovar H-j bersifat kurang invasif apabila

dibandingkan dengan Salmonella typhi serovar H-d.35

Antigen Vi atau antigen kapsul terdiri dari polimer

polisakarida dan bersifat asam. Antigen Vi berfungsi sebagai

antiopsonik dan antifagositik. Ekspresi antigen tersebut dikode oleh

gen tviA yang berada dalam lokus via B. Tidak semua strain

Salmonella typhi mengekspresikan antigen Vi.36

Antigen ini mudah

Page 28: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

14

rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 60°C, penambahan

fenol dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk seperti

awan.8

2.1.9 Epidemiologi Demam Tifoid dan Patogenesis Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab demam

tifoid. Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, khususnya pada

negara berkembang yang memiliki kondisi sanitasi buruk. Demam

tifoid bersifat endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Caribbean,

dan Oceania, tetapi 80% kasus datang dari Banglades, China,

India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, atau Vietnam.37

Di

Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah

kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di

Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan

500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6-5%.12

Patogenesis Salmonella typhi

Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui

makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut. Sebagian bakteri

mati dalam lambung dan sebagian lagi berhasil lewat dan masuk ke

usus halus.38

Salmonella typhi memasuki sistem host (pejamu)

terutama melalui ileum distal. Mereka memiliki fimbriae khusus

yang mengikuti epitel yang berada disekitar plakat Peyer,

kemudian mereka menempel pada epitel tersebut.39

Setelah itu

bakteri ini menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina

propia. Di lamina propia bakteri ini di fagosit oleh makrofag.

Salmonella typhi memiliki antigen kapsular Vi yang menutupi

PAMPs (pathogen-associated molecular pattern) sehingga dapat

menghindari sel imun mengenali bakteri tersebut.40

Salmonella

typhi dapat menggunakan sistem selular makrofag untuk reproduksi

mereka.41

Melalui makrofag mereka di bawa ke plakat peyer dan

kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya

Page 29: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

15

melalui duktus torasikus bakteri yang terdapat dalam makrofag ini

masuk ke dalam sirkulasi darah.38

Ketika bakteri ini terus

bermultiplikasi dan mencapai densitas kritikal, bakteri ini memicu

makrofag untuk apoptosis, lalu keluar ke aliran darah untuk

kemudian menginvasi organ-organ tubuh.42

Bakteri kemudian

menginfeksi kantung empedu. Hasilnya adalah organisme masuk

kembali ke saluran gastrointestinal dalam empedu dan menginfeksi

kembali plakat peyer. Bakteri yang tidak menginfeksi host

(pejamu) kembali biasanya berada dalam tinja dan bisa

menginfeksi host (pejamu) lain.42, 43

Orang yang membawa bakteri namun tidak menimbulkan

gejala (asimtomatik) disebut karier. Karier kronis bertanggung

jawab terhadap banyaknya transmisi organisme. Ketika

asimtomatik, mereka dapat terus mengeluarkan bakteri dalam tinja

mereka selama beberapa dekade. Organisme tersebut mengisolir

(sequestrasi) diri mereka dalam batu empedu atau epitel kantung

empedu atau mungkin intraseluler, dalam epitel itu sendiri.44

Bakteri yang diekskresikan oleh karier sendiri dapat memiliki

berbagai genotipe, sehingga sulit untuk melacak wabah asalnya.45

Page 30: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

16

2.1.10 Gejala Klinis Demam Tifoid12

Kumpulan gejala-gejala klinis demam tifoid disebut

sindrom demam tifoid. Beberapa gejala klinis pada demam tifoid

yang sering muncul diantaranya :

a. Demam

Demam merupakan gejala utama demam tifoid. Pada awal

sakit demam kebanyakan samar-samar, selanjutnya suhu tubuh

sering naik turun. Pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam

lebih tinggi (demam intermitten). Dari hari ke hari demam semakin

tinggi yang disertai banyak gejala lain seperti sakit kepala yang

sering dirasakan di daerah frontal, nyeri otot, pegal-pegal,

insomnia, anoreksia, mual dan muntah. Pada minggu kedua

intensitas demam makin tinggi, kadang-kadang terus menerus

Gambar 2.3 Patogenesis Salmonella typhi

Sumber : http://emedicine.medscape.com

Page 31: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

17

(demam kontinyu). Bila pasien membaik maka pada minggu ketiga

suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal pada akhir minggu

ketiga. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat

menimbulkan kejang.

b. Gangguan Saluran Pencernaan

Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap akibat

demam yang lama. Bibir kering dan kadang pecah-pecah. Lidah

kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih (coated tongue atau

selaput putih), ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, dan

pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering

mengeluhkan nyeri perut, khususnya di daerah epigastrium (nyeri

ulu hati), disertai mual dan muntah. Pada awal sakit sering

meteorismus dan konstipasi. Pada minggu selanjutnya kadang-

kadang timbul diare.

c. Gangguan Kesadaran

Umumnya terdapat gangguan kesadaran yang kebanyakan

berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemukan kesadaran

apatis dengan kesadaran seperti berkabut (tifoid). Bila klinis berat,

tak jarang penderita sampai somnolen dengan koma atau gejala-

gejala psikosis (Organic Brain Syndrome). Pada penderita dengan

toksisk, gejala delirium lebih menonjol.

d. Hepatosplenomegali

Hati dan limpa, sering ditemukan membesar. Hati teraba

kenyal dan nyeri tekan.

e. Bradikardia relatif dan gejala lain

Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak

diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering

dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1°C tidak diikuti

peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Bradikardi

relatif tidak sering ditemukan, mungkin karena teknis

pemeriksaaan yang sulit dilakukan. Gejala-gejala lain yang dapat

ditemukan adalah rose spot yang biasanya ditemukan di regio

Page 32: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

18

abdomen atas, serta gejala-gejala klinis yang berhubungan dengan

komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak jarang ditemukan,

lebih sering ditemukan epistaksis.

2.1.11 Mekanisme Kerja Antibakteri46

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu

pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri. Berdasarkan

aktivitasnya zat antibakteri dibagi menjadi dua, yaitu bakteriostatik

dan bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat anti bakteri yang

memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri, namun tidak

mematikan. Bakteriosida adalah zat antibakteri yang memiliki

aktivitas membunuh bakteri. Mekanisme kerja antibakteri dibagi

menjadi empat, yaitu:

A. Menghambat sintesis dinding sel

Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, yaitu dinding sel.

Dinding sel menjaga bentuk dan ukuran mikroorganisme, yang

memiliki tekanan osmosis internal yang tinggi. Kerusakan pada

dinding sel (contohnya oleh lisozim) atau inhibisi dari

pembentukannya akan menyebabkan lisisnya sel. Contoh

antibakteri dengan mekanisme kerja ini adalah penisilin,

sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.

B. Menghambat fungsi membran sel

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran

sitoplasma yang berfungsi sebagai sawar permeabilitas yang

selektif, melakukan transport aktif, sehingga mengontrol

komposisi di dalam sel. Jika integritas dari membran plasma

terganggu, makromolekul dan ion akan keluar dari sel,

menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Contoh antibakteri

dengan mekanisme ini adalah amfoterisin B, kolistin,

poimiksin, imidazole, dan polien.

C. Menghambat sintesis protein

Untuk kelangsungan hidupnya bakteri membutuhkan

protein. Sintesis protein berlangsng didalam ribosom. Bakteri

Page 33: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

19

memiliki ribosom 70S yang terdiri dari 2 sub unit, yaitu 30S

dan 50S. Gangguan pada sub unit ribosom tersebut dapat

mengganggu proses sintesis protein. Contoh antibakteri dengan

mekanisme ini adalah eritromisin, linkomisin, aminoglikosida,

dan kloramfenikol.

D. Menghambat sintesis asam nukleat

Contoh obat yang bekerja dengan mekanisme ini adalah

kuinolon, primetamin, rifampin, sulfonamid, trimethoprim, dan

trimetrexate. Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri

dengan berikatan kuat dengan RNA polimerase bakteri

sehingga menghambat sintesis RNA bakteri. Golongan

kuinolon dan fluorokuinolon menghambat sintesis DNA bakteri

dengan menghambat DNA girase. Untuk banyak

mikroorganisme, p-aminobenzoic acid (PABA) merupakan

metabolit yang esensial. PABA merupakan prekursor untuk

sintesis asam nukleat. Sulfonamid merupakan struktur analog

dari PABA dan menghambat dihydropteroate synthetase.

2.1.12 Metode Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode :

A. Metode difusi

Metode difusi merupakan metode yang paling sering

digunakan. Metode ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu

metode silider, metode lubang/sumur, dan metode cakram

kertas/disc diffusion. Metode sumur yaitu membuat lubang pada

agar padat yang telah diinokulasi bakteri. Kemudian lubang

diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah itu di

inkubasi, lalu pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada

tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang.47

Disc diffusion

dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone)

yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan

pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam

ekstrak.48

Page 34: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

20

B. Metode pengenceran/dilusi

Prinsip metode pengenceran adalah senyawa antibakteri

diencerkan hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi.

Kemudian masing-masing konsentrasi ditambahkan suspense

bakteri uji dalam media cair. Lalu diinkubasi dan diamati ada

atau tidaknya pertumbuhan bakteri, yang ditandai dengan

terjadinya kekeruhan. Larutan uji senyawa antibakteri pada

kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa ada pertumbuhan

bakteri uji ditetapkan sebagai kadar hambat minimum (KHM).

Selanjutnya KHM tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa

penambahan bakteri uji ataupun senyawa antibakteri, dan

diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat

jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai kadar bunuh

minimum (KBM).49

Page 35: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

21

2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

Page 36: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

22

2.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil ukur

Skala

ukur

Variabel Terikat (Dependent)

Zona Hambat

Diameter zona

hambat pada

pertumbuhan

bakteri

Salmonella

typhi secara in

vitro

Penggaris Diameter zona

hambat (mm) Numerik

Variabel Tidak Terikat (Independent)

Madu

Multiflora

Konsentrasi

madu

multiflora

tanpa proses

ekstraksi

Mikropipet

Jumlah madu

sesuai dengan

variasi

konsentrasi

Kategorik

Residu (Madu

Multiflora +

Aseton)

Konsentrasi

residu madu

multiflora

dengan proses

ekstraksi

menggunakan

pelarut aseton

Mikropipet

Jumlah ekstrak

madu sesuai

dengan variasi

konsentrasi

Kategorik

Sedimen

(Madu

Multiflora +

Aseton)

Konsentrasi

sedimen madu

multiflora

dengan proses

ekstraksi

menggunakan

pelarut aseton

Mikropipet

Jumlah ekstrak

madu sesuai

dengan variasi

konsentrasi

Kategorik

Residu (Madu Konsentrasi Mikropipet Jumlah ekstrak Kategorik

Page 37: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

23

Multiflora +

n-Heksan)

residu madu

multiflora

dengan proses

ekstraksi

menggunakan

pelarut n-

heksan

madu sesuai

dengan variasi

konsentrasi

Sedimen

(Madu

Multiflora +

n-Heksan)

Konsentrasi

sedimen madu

multiflora

dengan proses

ekstraksi

menggunakan

pelarut n-

heksan

Mikropipet

Jumlah ekstrak

madu sesuai

dengan variasi

konsentrasi

Kategorik

Kontrol

Negatif

Pelarut dalam

proses

ekstraksi yang

digunakan

sebagai kontrol

pertumbuhan

Salmonella

typhi secara in

vitro

Mikropipet

Cakram uji

berisi aseton

dan n-heksan

Kategorik

Kontrol

Positif

Antibiotik

yang

digunakan

sebagai kontrol

pertumbuhan

Salmonella

typhi secara in

vitro

-

Jumlah cakram

satu buah

berisi

antibiotic

kloramfenikol

Kategorik

Page 38: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

24

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian uji eksperimental

secara in vitro dengan menggunakan teknik disc diffusion untuk melihat

peranan ekstrak madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pembelian dan verifikasi/determinasi madu dilakukan di Taman

Wisata Lebah Madu Cibubur daerah Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur.

Pengekstrakan madu dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit Jakarta. Kultur bakteri dan uji sensitivitas

madu dilakukan di Laboraturium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Februari s/d september 2014.

3.3 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan bakteri Salmonella typhi yang

ditanamkan dalam media nutrient agar. Karena pada penelitian ini

menggunakan uji in vitro maka jumlah sampel sama dengan jumlah

pengulangan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah kelompok

sebanyak 7 kelompok. Madu multiflora tanpa perlakuan ekstraksi dan

ekstrak madu multiflora dengan variasi konsentrasi 20% , 25% , 50% ,

100%, serta kontrol positif menggunakan antibiotik kloramfenikol 30 ug

maupun kontrol negatif menggunakan pelarut aseton dan n-heksan

berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (Fatimah,

2011).50

Pada penelitian ini dilakukan dengan empat kali pengulangan yang

didapatkan melalui rumus Federer sebagai berikut :

Page 39: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

25

Keterangan :

k = jumlah kelompok perlakuan

n = jumlah sampel dalam tiap kelompok

Dalam penelitian ini, k = 7, sehingga didapatkan :

(7-1).(n-1) ≥ 15

6.(n-1) ≥ 15

6n - 6 ≥ 15

6n ≥ 21

n ≥ 21/6

n ≥ 4 (hasil pembulatan)

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Madu multiflora tanpa perlakuan ekstraksi dan hasil

ekstraksi madu multiflora yang berasal dari lebah Apis mellifera

berupa sedimen dari pelarut aseton dan n-heksan dengan berbagai

variasi konsentrasi (20% , 25% , 50% , 100%), kontrol positif

menggunakan antibiotik kloramfenikol 30 ug serta kontrol negatif

menggunakan pelarut aseton dan n-heksan.

3.4.2 Variabel Terikat

Zona hambat (zona bening) pada pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi di media nutrient agar yang diukur diameternya

menggunakan penggaris dengan satuan milimeter (mm).

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Labu ukur, corong pisah, shaker, oven, inkubator,

autoclave, spatula, timbangan elektronik, gelas kimia, cawan petri,

tabung reaksi, rak tabing, pipet, mikropipet, pinset, baki, labu

(k-1).(n-1) ≥ 15

Page 40: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

26

Erlenmeyer, ose, penggaris, korek api, bunsen, kertas, alat tulis,

label, kapas swab, laminar air flow, pengukur waktu, tisue, vortex,

kamera.

3.5.2 Bahan Penelitian

Madu multiflora, aseton, n-heksan, larutan NaCl, nutrient

agar, blank disc, antibiotic disc kloramfenkol.

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.6.1 Sterilisasi Alat

Seluruh peralatan yang akan digunakan dicuci bersih

terlebih dahulu lalu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas.

Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 150°C selama

15 menit.

3.6.2 Pembuatan Media Nutrient Agar

Larutkan 10 gram nutrient agar ke dalam 500 ml akuades

di dalam labu erlenmeyer lalu di aduk menggunakan stirrer dan

dipanaskan sampai mendidih selama ± 10 menit. Setelah itu

disterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

Setelah itu tuangkan nutrient agar tersebut ke dalam cawan petri

sebanyak 10-20 ml.

3.6.3 Kultur Bateri

Biakan murni bakteri Salmonella typhi digoreskan dengan

ose pada nutrient agar secara aseptis lalu cawan petri ditutup.

Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

3.6.4 Prosedur Ekstraksi

Proses ekstrasi madu multiflora menggunakan metode

ekstraksi cair-cair dengan perbandingan (madu : pelarut = 1 : 1).

Masukkan madu multiflora sebanyak 150 ml ke dalam corong

pisah A dan B. Lalu ditambahkan pelarut 150 ml aseton pada

corong pisah A dan 150 mL n-heksan pada corong pisah B

sehingga didapat hasil (A=Campuran madu multiflora+aseton dan

B=Campuran madu multiflora+n-heksan). Kemudian masing-

masing corong pisah dikocok dengan soker selama 3 jam. Lalu

Page 41: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

27

pindahkan masing-masing larutan dari corong pisah ke gelas beker

yang berbeda (C=hasil ekstrak madu multiflora+aseton dan

D=hasil ekstrak madu multiflora+n-heksan) dan didiamkan selama

12-24 jam untuk untuk memisahkan fase organik dengan residu

secara sempurna. Kemudian pisahkan fase organik dengan residu

ke gelas beker yang berbeda menggunakan pipet sehingga didapat

hasil (C=Sedimen/endapan hasil ekstrak madu multiflora+aseton,

D= Sedimen/endapan hasil ekstrak madu multiflora+n-heksan, E=

Residu/cairan hasil ekstrak madu multiflora+aseton dan

F=Residu/cairan hasil ekstrak madu multiflora+n-heksan).

Kemudian dipekatkan menggunakan oven dengan suhu 80oC.

3.6.5 Pembuatan Variabel Konsentrasi

Untuk membuat konsentrasi madu multiflora tanpa

perlakuan ekstraksi maupun ekstrak madu multiflora sebesar 20%,

25%, 50%, dan 100% maka digunakan rumus :

Semua konsentrasi ekstrak madu dibuat dalam 5 ml. Sehingga

volume zat terlarut yang digunakan saat konsentrasi 20%, 25%,

50%, dan 100% berturut-turut yaitu 1 ml, 1,25 ml, 2,5 ml, dan 5

ml.

3.6.6 Uji Efektivitas Madu terhadap Salmonella typhi

Ambil bakteri Salmonella typhi sebanyak satu ose lalu

masukkan ke dalam tabung reaksi berisi NaCl. Kemudian di aduk

menggunakan vortex dan disamakan kejernihannya dengan 0,5 Mc

farland. Kemudian celupkan swab kapas ke dalam larutan biakan

bakteri Salmonella typhi tersebut lalu digoreskan secara merata ke

nutrient agar yang telah berada di cawan petri.

Blank disc direndam di dalam wadah yang berisi fase

organik maupun residu ekstrak aseton/n-heksan dan juga madu

Konsentrasi

Volume zat terlarut

Volume zat terlarut + volume pelarut

100% X =

Page 42: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

28

multiflora tanpa perlakuan ekstraksi serta kontrol negatif (aseton

dan n-heksan) selama 15 menit. Setelah itu blank disc yang sudah

direndam dan juga disc antibiotik kloramfenikol 30 ug diletakkan

di nutrient agar yang telah digores secara merata dengan larutan

biakan bakteri Salmonella typhi. Kemudian di inkubasi didalam

inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu disc akan

berdifusi pada media nutrient agar tersebut. Area jernih

mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme

di permukaan nutrient agar (pada penelitian ini Salmonella typhi).

Kemudian diukur diameter zona hambat tersebut menggunakan

penggaris dengan ukuran millimeter (mm).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Uji statistik yang digunakan adalah uji one way ANOVA

jika distribusi data normal. Jika distribusi data tidak normal maka

digunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Uji statistik one way

ANOVA/Kruskal-Wallis digunakan untuk melihat adanya

perbedaan bermakna atau tidak antara jenis ekstrak dan berbagai

konsentrasinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi. Analisis Post Hoc/uji lanjutan menggunakan uji

Mann-Whitney untuk menentukan jenis ekstrak mana dan

konsentrasi berapa yang memiliki kebermaknaan. Analisis data

menggunakan program SPSS (Statistical Product of Service

Solution) for Windows version 16.0.

Page 43: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

29

3.8 Alur Penelitian

Page 44: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Standarisasi Madu

Telah dilakukan uji standarisasi sampel madu multiflora murni oleh

PT. Madu Pramuka di Laboraturium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar

Industri Agro. Berdasarkan uji Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) 01-

3545-2004. maka dari hasil 10 parameter yang sudah dilakukan pada uji

madu multiflora yaitu uji aktifitas enzim diastase. hidroksimetilfurfural

(HMF). gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa). sukrosa. tingkat

keasaman. padatan yang tak larut dalam air. abu. cemaran logam baik

timbal (Pb) maupun tembaga (Cu). dan juga cemaran arsen (As) telah

memenuhi standarisasi uji.

4.2 Hasil Ekstrak Madu

Penelitian ini menggunakan dua jenis pelarut yang berbeda sifat

kepolarannya. Tujuannya adalah untuk memisahkan zat aktif pada madu

dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Untuk memudahkan

pemisahannya digunakan corong pisah dan di kocok menggunakan soker

selama tiga jam. Kemudian dihasilkan fasa residu/cair pada bagian atas

dan fasa sedimen/endapan pada bagian bawah. Pada ekstrak madu

menggunakan pelarut aseton dihasilkan fasa residu/cairan berwarna bening

keemasan dan endapan berwarna coklat.

Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Cair-cair Madu Multiflora

Jenis

pelarut

Fasa residu/cair Fasa

sedimen/endapan

Aseton Cairan berwana bening

keemasan

Warna coklat agak

kental

n-Heksan Cairan berwarna

bening

Warna coklat agak

kental

Page 45: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

31

Pada ekstrak madu menggunakan pelarut n-heksan dihasilkan fasa

residu/cair berwarna bening dan endapan/sedimen berwarna coklat. Lalu

fasa residu/cair dan fasa sedimen/endapan dipisahkan dan dimasukkan ke

dalam gelas beker yang berbeda. Kemudian gelas beker dimasukkan

kedalam oven untuk menguapkan pelarut sehingga fasa tersebut menjadi

lebih pekat. Selanjutnya diencerkan untuk mendapatkan variasi konsentrasi

yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri.

4.3 Uji Statistik Data

Pada penelitian ini digunakan program SPSS untuk uji statistik

data. Hal pertama yang dilakukan adalah uji normalitas untuk mengetahui

distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini

menghasilkan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05) yang mengindikasikan

bahwa distribusi data tidak normal. Oleh karena itu. untuk melakukan uji

hipotesis digunakan metode uji Kruskal-Wallis.

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data

Parameter Mean SD

Madu Multiflora 100% 10.5000 0.57735

Madu Multiflora 50% 8.2500 0.50000

Sedimen (Madu Multiflora +

Aseton) 100% 10.2500 0.50000

Sedimen (Madu Multiflora +

Aseton) 50% 8.7500 0.50000

Residu (Madu Multiflora +

Aseton) 100% 7.7500 0.50000

Residu (Madu Multiflora +

Aseton)) 50% 7.0000 0.00000

Sedimen (Madu Multiflora + n-

Heksan) 100% 9.0000 1.00000

Sedimen (Madu Multiflora + n-

Heksan) 50% 7.6667 0.57735

Page 46: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

32

Kloramfenikol 30ug (Madu

Multiflora) 30.0000 0.00000

Kloramfenikol 30ug (Sedimen

(Madu Multiflora + Aseton)) 29.5000 0.57735

Kloramfenikol 30ug (Residu

(Madu Multiflora + Aseton)) 29.5000 0.57735

Kloramfenikol 30ug (Sedimen

(Madu Multiflora + n-Heksan)) 29.333 0.57735

Uji Kruskal-Wallis menghasilkan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05)

yang mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan signifikan/bermakna

pada tiap jenis ektrak dan konsentrasi terhadap zona hambat yang

terbentuk. Hasil uji Post Hoc/uji lanjutan dengan menggunakan uji Mann-

Whitney menunjukkan bahwa kelompok madu multiflora dengan

konsentrasi 100% memiliki peran lebih baik dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi daripada kelompok yang lain.

4.4 Hasil Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Madu terhadap Salmonella

typhi

Uji efektivitas antibakteri ekstrak madu dilakukan terhadap bakteri

Salmonella typhi yang bersifat Gram negatif secara in vitro menggunakan

metode disc diffusion. Terbentuknya zona bening di sekitar cakram

mengindikasikan adanya hambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri

Salmonella typhi. Kemudian diameter zona bening/hambat tersebut di ukur

menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan ukur millimeter

(mm). Semakin besar/luas zona bening/hambat yang terbentuk

mengindikasikan bahwa semakin besar pula aktivitas antibakteri madu.

Diameter zona hambat/bening yang dibentuk oleh variasi konsentrasi

ekstrak madu pada koloni bakteri dibandingkan dengan zona

bening/hambat disekitar cakram yang berisi kontrol positif kloramfenikol

30ug dan kontrol negatif baik aseton maupun n-heksan. Jika zona

hambat/bening yang dihasilkan oleh ekstrak madu lebih besar daripada

Page 47: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

33

kontrol positif maka ekstrak madu tersebut sangat efektif sebagai

antibakteri. Sebaliknya jika zona hambat/bening yang dihasilkan oleh

ekstrak madu lebih kecil daripada kontrol positif maka ekstrak madu

tersebut kurang efektif sebagai antibakteri. Dari hasil pengukuran zona

hambat dapat dilihat bahwa zona hambat yang dibentuk oleh madu

multiflora (10.50 mm) jauh lebih kecil dibandingkan dengan zona hambat

yang dibentuk oleh kontrol positif (kloramfenikol 30 ug) (30 mm). Hal ini

mengindikasikan bahwa madu multiflora kurang efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

Tujuan digunakannya kontrol negatif adalah untuk memastikan

bahwa tidak ada pengaruh dari pelarut terhadap zona hambat yang

dihasilkan oleh ekstrak madu. Jika kontrol negatif menghasilkan zona

hambat/bening maka efek antibakteri pada ekstrak madu akan berkurang

validitasnya. Hasil uji aktifitas antibakteri pada madu multiflora terdapat

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat

No Sampel Zona hambat dengan Satuan Ukur (mm)

I II III IV Rata-rata

1 Madu Multiflora

100 % 11 10 10 11 10.50

50 % 9 8 8 8 8.25

25 % 0 0 0 0 0

20 % 0 0 0 0 0

Kontrol Positif

(Kloramfenikol 30 ug)

30 30 30 30 30

2 Residu/cairan

(Madu Multiflora +

Aseton)

100 % 8 8 7 8 7.75

50 % 7 7 7 7 7

25 % 0 0 0 0 0

20 % 0 0 0 0 0

Kontrol Positif

(Kloramfenikol 30 ug)

29 30 29 30 29.50

Kontrol Negatif (Aseton) 0 0 0 0 0

3 Sedimen

(Madu Multiflora +

Aseton)

Page 48: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

34

100 % 11 10 10 10 10.25

50 % 9 9 9 8 8.75

25 % 0 0 0 0 0

20 % 0 0 0 0 0

Kontrol Positif

(Kloramfenikol 30 ug)

30 29 29 30 29.50

Kontrol Negatif (Aseton) 0 0 0 0 0

4 Residu/cairan

(Madu Multiflora + n-

Heksan)

100 % 0 0 0 0 0

50 % 0 0 0 0 0

25 % 0 0 0 0 0

20 % 0 0 0 0 0

Kontrol Positif

(Kloramfenikol 30 ug)

30 29 30 30 29.75

Kontrol Negatif (n-

Heksan)

0 0 0 0 0

5 Sedimen

(Madu Multiflora + n-

Heksan)

100 % 8 10 9 - 9

50 % 7 8 8 - 7.67

25 % 0 0 0 - 0

20 % 0 0 0 - 0

Kontrol Positif

(Kloramfenikol 30 ug)

29 30 29 - 29.33

Kontrol Negatif (n-

Heksan)

0 0 0 - 0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa zona hambat

paling besar ditunjukkan oleh madu multiflora murni dengan konsentrasi

100% dibandingkan dengan parameter uji lain. Zona hambat yang

terbentuk sebesar 10.50 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa madu

multiflora murni tanpa proses ektraksi memiliki daya hambat lebih besar

dibandingkan dengan parameter uji lain. Hal ini terjadi karena madu

multiflora murni mengandung senyawa antibakteri aktif baik bersifat

polar, non-polar, maupun semi polar dan gabungan ketiganya inilah yang

menyebabkan madu multiflora murni memiliki zona hambat yang paling

besar. Selain itu, pada proses ekstraksi madu dilakukan pemanasan dengan

oven untuk memekatkan ekstrak sehingga dapat merusak senyawa

inhibine/peroksida sebagai salah satu senyawa antibakteri yang terdapat

Page 49: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

35

dalam madu. Akibatnya zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak madu

lebih kecil daripada zona hambat yang dibentuk oleh madu multiflora

tanpa proses ekstraksi. Senyawa yang memiliki tingkat kepolaran rendah

yaitu isoflavones. flavones. methylated flavones. dan flavonols. Sedangkan

senyawa yang memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi yaitu flavonoid

glycosides dan aglycones.

Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstraksi madu

multiflora dengan menggunakan pelarut aseton baik kelompok residu

maupun sedimen menghasilkan zona hambat. Pelarut aseton akan menarik

senyawa polar pada madu sehingga akan bercampur dengan senyawa polar

pada madu dan senyawa non-polar serta semipolar akan tertinggal dalam

endapan/sedimen hasil ektraksi. Sedangkan pada perlakuan ekstraksi madu

multiflora dengan menggunakan pelarut n-heksan hanya kelompok

sedimen saja yang menghasilkan zona hambat. Pelarut n-heksan akan

menarik senyawa yang bersifat non-polar pada madu sehingga akan

bercampur dengan senyawa non-polar madu dan meninggalkan senyawa

polar serta semipolar dalam endapan/sedimen hasil ekstraksi. Dari hasil

penelitian ini dapat dilihat bahwa senyawa polar pada madu multiflora

memiliki efek antibakteri sedangkan senyawa non-polar pada madu

multiflora tidak memiliki efek antibakteri.

Bogdanov (1989) melaporkan senyawa antibakteri madu berasal

dari flavonoid.31

Jenis-jenis flavonoid yang terdapat dalam madu

diantaranya adalah myricetin, tricetin, quercetin, luteolin, quercetin-3-

methyl ether, kaempferol, pinobankins, genkwanin, isorhamnetin, benzoic

acid, ferulic acid, galangin, pinocembrin, protocatechuic, dan lain-lain.32

Flavonoid dapat merusak membran sel dengan cara menghambat

sintesis makromolekul,33

Flavonoid juga dapat mendepolarisasi membran

sel dan menghambat sistesis DNA, RNA, maupun protein yang sudah

diobservasi pada S.aureus.33

Selain itu flavonoid juga dapat menghambat

fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolisme energi pada

bakteri.34

Page 50: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

36

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat

Tabel 4.4 Kriteria Zona Hambat Menurut CLSI

Agen

Antimikroba

Kandungan

Cakram

Kriteria Interpretasi Diameter Zona

Hambat dalam mm

susceptible intermediate resistant

Kloramfenikol 30 ug ≥18 13-17 ≤12

Sumber: Clinical and Laboratory Standards Institute 2013

Berdasarkan kriteria zona hambat CLSI guideline 2013, maka zona

hambat yang dibentuk oleh madu multiflora murni dan ekstrak madu

multiflora termasuk dalam kategori resistant.

Tabel 4.5 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri

Diameter Zona terang Respon Hambatan Pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

<10 mm Tidak Ada

Sumber: Greenwood. 1995

Page 51: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

37

Berdasarkan respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut

(Greenwood, 1995) maka madu multiflora dengan konsentrasi 100%

dengan rata-rata zona hambat 10.50 mm dan Sedimen (madu multiflora +

aseton) dengan konsentrasi 100% dengan rata-rata zona hambat 10.25 mm

termasuk dalam kategori respon hambatan pertumbuhan lemah. Sedangkan

parameter uji madu lainnya masuk dalam kategori tidak ada respon

hambatan pertumbuhan.

Menurut Hafidiani (2001) yang melakukan penelitian mengenai

aktivitas antibakteri dari beberapa jenis madu monoflora yaitu madu randu,

madu rambutan, madu kelengkeng, madu karet, madu mahoni, madu kopi,

dan madu mangium, serta madu multiflora terhadap bakteri Salmonella

sp., Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,

Bacillus cereus, Bacills subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa

menggunakan metode sumur dengan diameter 4 mm didapatkan hasil yang

cukup signifikan yaitu terbentuk zona hambat antara 20-30 mm.5

Sedangkan pada penelitian ini zona hambat yang paling besar hanya

berdiameter 10,5 mm yang dihasilkan oleh madu multiflora murni 100%.

Perbedaan penelitian Hafidiani (2001) dengan penelitian ini adalah metode

dan media yang digunakan. Metode yang digunakan pada penelitian

Hafidiani (2001) adalah metode sumur dan media yang digunakan adalah

muller hinton agar (MHA). Sedangkan pada penelitian ini digunakan

metode disc diffusion dan media yang digunakan adalah nutrient agar

(NA).

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Suryani & Meida

(2004) didapatkan bahwa kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh

minimum (KBM) konsentrasi madu terhadap Salmonella typhi berturut-

turut adalah 18,88% dan 37,76%.6 Sementara pada penelitian yang

dilakukan oleh Suganda (2005) didapatkan KBM konsentrasi madu

terhadap Salmonella typhi adalah 18%.7 Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Suryani & Meida (2004) dan Suganda (2005) berbeda dengan hasil

penelitian ini. Pada penelitian ini konsentrasi madu terendah yang

Page 52: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

38

menghasilkan zona hambat adalah 50%. Perbedaan hasil penelitian ini

dapat disebabkan oleh berbedanya metode yang digunakan. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Suryani & Meida (2004) dan juga oleh

Suganda (2005) digunakan metode dilusi, sedangkan pada penelitian ini

digunakan metode disc diffusion. Hal lain yang dapat menyebabkan

perbedaan hasil penelitian ini adalah berbedanya jenis madu yang

digunakan. Pada penelitian ini jenis madu yang digunakan adalah madu

multiflora. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suryani &

Meida (2004) dan juga oleh Suganda (2005) tidak disebutkan jenis madu

yang digunakan.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :

1. Media nutrient agar yang digunakan pada penelitian ini baik untuk

pertumbuhan berbagai bakteri sehingga mudah terkontaminasi.

2. Tidak digunakannya pelarut yang bersifat semipolar sehingga kurang

dapat membandingkan antar kelompok uji.

3. Pada penelitian ini hanya digunakan satu jenis madu sehingga tidak

dapat diketahui jenis madu yang paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

Page 53: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

39

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, madu multiflora murni tanpa perlakuan

ekstraksi dan sedimen ekstrak madu multiflora dengan pelarut aseton

dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi.

2. Menrut klasifikasi Greenwood 1995, madu multiflora tanpa proses

ekstraksi dan sedimen ekstrak madu multiflora dengan menggunakan

pelarut aseton dengan konsentrasi 100% termasuk klasifikasi kategori

lemah dalam respon hambatan pertumbuhan bakteri, Sedangkan

kelompok uji lainnya termasuk kategori tidak ada respon hambatan

pertumbuhan bakteri.

3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna

antara tiap jenis ekstrak dan konsentrasi terhadap diameter zona

hambat yang terbentuk serta kelompok madu multiflora dengan

konsentrasi 100% memiliki peran lebih baik dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi daripada kelompok yang lain.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut:

1. Menggunakan pelarut yang bersifat semipolar seperti etil asetat untuk

lebih mengetahui perbandingan daya hambat yang lebih baik dari

setiap kelompok.

2. Menggunakan jenis madu lainnya untuk mengetahui jenis madu yang

paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella

typhi.

3. Tentang uji efektivitas madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi secara in vivo.

Page 54: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Crane E. A Book of Honey. Oxford University Press, London. 1990

2. White JW. Antibiotic System in Honeys Nectar and Pollen. Cornell University

press, Ithaca and London. 1975

3. Molan PC. The Antibacterial Activity of Honey. Bee World 73 (In Press).

Internasional Bee Research Association, London. 1993

4. Erywiyatno L, Djoko SSBU, dan Dwi Krihariyani. Pengaruh Madu terhadap

Pertumuhan Bakteri Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains Vol. 01

No. 01. 2012

5. Hafidiani R. Aktivitas Antimikroba Madu Monoflora dan Multiflora. Ilmu

Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. 2001

6. Suryani L dan S Meida. Daya Antibakteri Madu terhadap Beberapa Kuman

Patogen Secara in vitro. Jurnal Kedokteran Yarsi 12 (3) : 41-45. 2004

7. Suganda J. Uji Efektifitas Madu Sebagai Antimikroba Terhadap Salmonella

typhi Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Brawijaya. 2005

8. Darmawati S. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal Kesehatan

Vol. 2, No.1. 2009

9. Mirza SH. The prevalence and clinical features of multi-drug resistant

Salmonella typhi infections in Baluchistan, Pakistan. Ann Trop Med and

Parasitol 1995

10. Bhutta ZA. MDR Thyphoid: a potential algorithmic approach to diagnosis and

management. Dipresentasikan pada Third Asia-Pacific Symposium on Typhoid

Fever and Other Salmonellosis. Bali, 11 Desember 1997

11. Bhutta ZA, Khan IA, Molla AM. Therapy of multidrug-resistant typhoid fever

with oral cefixime vs intravenous ceftriaxone. Pediatri Infect Dis J 1994

12. MENKES. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364

Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.2006

13. Sarwono B. Lebah Madu. Depok: PT AgroMedia Pustaka. 2003

14. Warisno. Budidaya Lebah Madu. Yogyakarta: Kanisius. 1996

Page 55: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

41

15. Gojmerac WL. Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. The AVI Publishing

Co. Inc, Westport, Connecticut. 1983

16. Arguesso TR dan AR Navaro. Microbiology of Ripening Honey. J. App.

Microbiol. Vol 30 (6). The American Society for Microbiology. 1975

17. Sihombing DTH. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta. 1997

18. Sukartiko AB. Prosessing Madu Lebah. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan

Lebah Madu Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Sukabumi, 20-22

Mei 1986. Perum Perhutani, Jakarta. 1986

19. Susanto A. Terapi Madu. Penebar Swadaya, Depok. 2007

20. White JW. Honey. Di dalam : The Hive and The Honey Bee. Dadant and Sons

Hamilton, Illinois. 1992

21. Bogdanov S, Ruoff K, Persano Oddo L. Physico-chemical methods for

characterization of unifloral honeys: A review. Apidologie, 35 (Suppl. 1) :

S4-S17. 2004

22. White JW. Composition of honey. In E. Crane (Ed), Honey: A comprehensive

survey (pp. 157-158). London: Heinemann. 1979

23. White R and P Molan. Mode of action of honey. A summary of published

clinical research on honey in wound management. R. white and R. Cooper

Aberdeen, Wounds UK Publishing: 130-142. 2005

24. Anklam E. A review of the analytical methods to determine the geographical

and botanical origin of honey. Food Chen. 1998

25. Henriques A. Free radical production and quenching in honeys with wound

healing potential. J Antimicrob Chemother 58(4): 773-7. 2006

26. Mato I, Huidobro JF, Simal-Lozano J, and Sancho MT. Significance of

nonaromatic organic acids in honey. Journal of Food Protection, Vol. 66 No.

12, pp. 2371-2376. 2003

27. Komara S. Kajian Aktivitas dan Identifikasi Kelas Senyawa Antibakteri 5

Jenis Madu Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

2002

28. Root AI. The ABC and XYZ of Bee Culture. The A.I. Root Company.

Medina, Ohio. 1980

Page 56: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

42

29. The National Honey Board. A Reference Guide from The National Honey

Board. Longmont, USA. 2001

30. Bogdanov S. Characterization of Antibacterial Substances in Honey. Artikel

Swiss Bee Research Centre, Switzerland. 1984

31. Bogdanov S. Determination of Pinocembrin in Honey Using HPLC. Journal of

Apicultural Research 28 page 55-57. 1989

32. Pyrzynska K, M Biesaga. Analysis of Phenolic Acids and Flavonoids in

Honey. Trends in Analytical Chemistry Vol. 28 No. 7. 2009

33. Jean Paul Dzoyem. Hiroshi Hamamoto. Barthelemy Ngameni. Bonaventure

Tchaleu Ngadjui. Kazuhisa Sekimizu. Antimicrobial action mechanism of

flavonoids from Dorstenia Species. Drug Discoveries & Therapeutics. 2013;

7(2):66-72. 2013

34. T.P. Tim Cushnie. Andrew J. Lamb. Review Antimicrobial Activity of

flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents 26 (2005) 343–356.

Elsevier. 2005

35. Grossman DA, Witham ND, Burr DH, Lesmana M, Rubin FA, Schoolnik GK,

Parsonnet J. Flagellar serotypes of Salmonella typhi in Indonesia: relationship

among motility, invasiveness, and clinical illness. The Journal of Infectious

Diseases. United States. (171):212-216. 1995

36. Wain J, Deborah H, Afia Z, Stephen B, Satheesh N, Claire K, Zulfiqar B,

Gordon D, and Rumina, H. Vi Antigen Expression in Salmonella enterica

Serovar Typhi Clinical Isolates from Pakistan. Journal of Clinical

Microbiology p. 1158-1165 Vol. 43 (3):1158-1165. 2005

37. Chau TT, Campbell JI, Galindo CM, Van Minh Hoang N, Diep TS, Nga TT,

et al. Antimicrobial drug resistance of Salmonella enterica serovar typhi in

asia and molecular mechanism of reduced susceptibility to the

fluoroquinolones. Antimicrob Agents Chemother. Dec 2007;51(12):4315-23

38. Sudoyo A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. PAPDI, Jakarta. 2008

39. Raffatellu M, Chessa D, Wilson RP, Tukel C, Akcelik M, Baumler AJ.

Capsule mediated immune evasion: a new hypothesis explaining aspects of

typhoid fever pathogenesis. Infect Immun. Jan 2006;74(1):19-27.

Page 57: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

43

40. de Jong HK, Parry CM, van der Poll T, Wiersinga WJ. Host-pathogen

interaction in invasive Salmonellosis. PLoS Pathog. 2012;8(10):e1002933

41. Ramsden AE, Mota LJ, Munter S, Shorte SL, Holden DW. The SPI-2 type III

secretion system restricts motility of Salmonella-containing vacuoles. Cell

Microbiol. Oct 2007;9(10):2517-29

42. Parry CM, Hien TT, Dougan G, et al. Typhoid fever. N Engl J Med. Nov 28

2002;347(22):1770-82

43. Christie AB. Infectious Diseases: Epidemiology and Clinical Practice. 4th ed.

Edinburgh, Scotland: Churchill Livingstone; 1987

44. Gonzalez-Escobedo G, Gunn JS. Gallbladder epithelium as a niche for

chronic Salmonella carriage. Infect Immun. Aug 2013;81(8):2920-30

45. Chiou CS, Wei HL, Mu JJ, Liao YS, Liang SY, Liao CH, et al. Salmonella

enterica serovar Typhi variants in long-term carriers. J Clin Microbiol. Feb

2013;51(2):669-72

46. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Medical Microbiology24th

Ed. The McGraw-

Hill Companies, USA. 2007

47. Kusmayati dan Agustini NWR. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari

Mikroalga (Porphyridium cruentinum). Biodiversitas 8(1) : 48-53. 2007

48. Hermawan A, Hana W, dan Wiwiek T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

dengan Metode Difusi Disk. Universitas Erlangga. 2007

49. Pratiwi, Sylvia T. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008

50. Fatimah. Karakteristik dan Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Ekstrak

Madu Sumbawa. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. 2011

Page 58: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

44

Lampiran 1

Uji Madu SNI 01-3545-2004

No Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Aktifitas enzim diastase DN Minimal 3

2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg Makssimal 50

3 Air % b/b Maksimal 22

4 Gula pereduksi (dihitung sebagai

glukosa) % b/b Minimal 65

5 Keasaman

ml NaOH

1 N/kg

Maksimal 50

6 Sukrosa % b/b Maksimal 5

7 Padatan yang tak larut dalam air % b/b Maksimal 0,5

8 Abu % b/b Maksimal 0,5

9

Cemaran logam

Timbal (Pb)

Tembaga (Cu)

mg/kg

mg/kg

Maksimal 1,0

Maksimal 5,0

10 Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimal 0,5

Page 59: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

45

Lampiran 2

Hasil Uji SNI Madu

Page 60: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

46

Page 61: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

47

Sedimen (Madu + Aseton)

Residu (Madu + Aseton)

Madu Multiflora

Lampiran 3

Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Madu Multiflora Terhadap Salmonella typhi

Page 62: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

48

Lanjutan

Sedimen (Madu + n-Heksan)

Residu (Madu + n-Heksan)

Page 63: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

49

Volume zat terlarut + pelarut = 5ml

Volume zat terlarut saat konsentrasi 20 %

20 % = n / 5 mL x 100 %

n = 1 mL

Volume zat terlarut saat konsentrasi 25 %

25 % = n / 5 mL x 100 %

n = 1,25 mL

Volume zat terlarut saat konsentrasi 50 %

50 % = n / 5 mL x 100 %

n = 2,5 mL

Volume zat terlarut saat konsentrasi 100 %

100 % = n / 5 mL x 100 %

n = 5 mL

Keterangan : n = volume zat terlarut

Konsentrasi

Volume zat terlarut

Volume zat terlarut + volume pelarut

100% X =

Lampiran 4

Cara Menghitung Pengenceran

Page 64: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

50

Laminar air flow

Autoclave

Inkubator

Vortex

Timbangan elektrik

Larutan Mc Ferland

Madu multiflora

Lampiran 5

Alat dan Bahan

Page 65: UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK MADU MULTIFLORA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27283/1/FAHRUL... · herbal, salah satunya adalah madu. Madu adalah zat manis yang

51

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Nama : Fahrul Abdullah Hudri

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 25 Agustus 1991

Alamat : Nirwana Estate Blok G No.03 RT 03 RW 11 Kel Harapan

Jaya Kec Cibinong

No HP : 08568983942

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. TK Islam Karya Mukti (1995-1997)

2. SDN Citeureup 4 (1997-2003)

3. SMP Puspanegara (2003-2006)

4. SMAN 1 Bogor (2006-2009)

5. Institut Pertanian Bogor (2009-2011)

6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)