UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf ·...

18
0 UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum.L) TERHADAP Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Muhammad Hidayatullah J500080110 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf ·...

Page 1: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

0

UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI

BAWANG MERAH (Allium ascalonicum.L) TERHADAP

Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:

Muhammad Hidayatullah

J500080110

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

1

NASKAH PUBLIKASI

Page 3: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

2

ABSTRAK

MUHAMMAD HIDAYATULLAH, J500080110, 2012. UJI DAYA ANTIFUNGI

MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum.L) TERHADAP

Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO.

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

M.Hidayatullah., M. Amin Romas, dr., DSMK, Ganda Anang. S, dr.

Latar Belakang: Pada keadaan normal, Candida albicans merupakan saprofit

yang terdapat pada rongga mulut, saluran pernafasan, saluran pencernaan, mukosa

genital, dan di bawah kuku. Akan tetapi, jika pertumbuhan candida tidak

terkontrol akan menyebabkan Candidiasis. Pemilihan obat herbal oleh masyarakat

pada saat sekarang semakin meningkat. Bawang merah (Allium ascalonicum.L)

sebagai salah satu tanaman obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang

mempunyai aktifitas antifungi.

Tujuan: Untuk mengetahui daya antifungi minyak atsiri bawang merah terhadap

Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro.

Metode: Penelitian ini adalah eksperimen laboratoris dengan metode post test

control group design only. Subyek penelitian adalah minyak atsiri bawang merah.

Sebagai sampel adalah Candida albicans ATCC 10231. Minyak atsiri dengan

konsentrasi 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, dan 80% v/v diuji daya antifungi

terhadap Candida albicans ATCC 10231 menggunakan metode modifikasi kirby

bauer. Pada Sabouraud Dekstrosa Agar dibuat sumuran yang kemudian diisi

minyak atsiri dengan berbagai konsentrasi, akuades steril sebagai kontrol negatif,

dan nistatin sebagai kontrol positif yang telah diolesi biakan jamur yang telah

distandarisasi dengan 5.0 Mc Farland. Diinkubasi pada suhu kamar selama 1-2

hari kemudian diukur diameter zona hambat yang terbentuk. Data penelitian

dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17.0.

Hasil: Minyak atsiri Bawang Merah mempunyai daya antifungi yang efektif

terhadap Candida albicans pada konsentrasi 20% v/v, 40% v/v, dan 80% v/v.

Dengan masing-masing 13.5 mm, 14. 5mm, dan 18mm. Pada hasil mann whitney

dengan perbandingan kontrol positif, didapatkan pada konsentrasi 20% v/v

(0.850) p (Asymp.Sig.) > 0.05. Sehingga minyak atsiri dengan konsentrasi 20%

v/v efektif sebagai antifungi terhadap Candida albicans ATCC 10231.

Kesimpulan: Minyak atsiri Bawang Merah dengan konsentrasi 20% v/v, 40%

v/v, dan 80% v/v efektif menghambat pertumbuhan Candida albicans ATCC

10231 pada media SDA. Sedangkan Minyak Atsiri Bawang Merah dengan

konsentrasi 5% v/v dan 10% v/v tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan

Candida albicans ATCC 10231 pada media SDA.

Kata Kunci: Minyak atsiri - Bawang Merah (Allium ascalonicum. L) - Antifungi

- Candida albicans – Nistatin

Page 4: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

3

ABSTRACT

MUHAMMAD HIDAYATULLAH, J500080110, 2012. ANTIFUNGAL TEST OF

SHALLOTS (Allium ascalonicum.L) ESSENTIAL OIL AGAINST Candida

abicans ATCC 10231 IN VITRO.

Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta

By:

M.Hidayatullah., M. Amin Romas, dr., DSMK, Ganda Anang. S, dr.

Background: Candida albicans is saprofit microorganism in the mouth cavity,

respiratory tract, gastrointestinal tract, genital mucosal, and under nails. Infection

of candida’s is called Candidiasis. Recently, herbal medicine are well know.

Shallots (Allium ascalonicum.L) one of traditional plants contain essential oil

which have antifungal activity. This study intend to determine effectiveness

shallots essential oil as antifungal for Candida albicans ATCC 10231 on SDA.

Objective: To determine the effectiveness antifungal of shallots (Allium

ascalonicum.L) essential oil for Candida albicans ATCC 10231 in vitro.

Method:This study was a laboratory experimental with post test control group

design only. Subject was shallots essential oil, and sample was Candida albicans

ATCC 10231. This subject with concentrations 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40%

v/v, and 80% v/v was tested for sample by the kirby bauer modification method.

Using SDA, wells containing extract with various concentrations, sterile distilled

water as the negative control, and nystatin as the positive control that has been

smeared with fungal culture and standardized with 0.5 Mc Farland. Incubated at

room temperature for 1-2 days and then measured the inhibition zone diameter.

This research data was statistically analyzed by SPSS 17.0.

Result: Shallots (Allium ascalonicum.L) essential oil effective as antifungal

against Candida albicans at concentrations 20% v/v, 40% v/v, and 80% v/v. Each

with 13.5 mm, 14. 5mm, dan 18mm. In mann whitney test with positive control

comparison p. (Asymp.Sig.) > 0.05 in concentration 20% v/v (p (Asymp.Sig.) =

0.850). That’s mean, in concentration 20% v/v efective as antifungal against

Candida albicans ATCC 10231.

Conclusion: Shallots essential oil concentrations 20% v/v, 40% v/v, and 80% v/v

effective to inhibit Candida albicans ATCC 10231 on SDA medium. But shallot

essential oil in concentrations 5% v/v and 10% v/v isn’t effective to inhibit the

growth of Candida albicans ATCC 10231 on SDA medium.

Key Words: Essential oil - Shallots (Allium ascalonicum.L) - Antifungal -

Candida albicans - Nystatin

Page 5: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

4

I. PENDAHULUAN

Keberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak ribuan tahun

lampau. Bukti sejarah ini terukir di helaian lontar, dinding-dinding candi, dan

kitab masa lalu. Resep ini diwariskan turun-temurun, yang tadinya hanya

dikenal kalangan tertentu kemudian menyebar hingga masyarakat luas.

Sekarang modernisasi mentautkan tanaman obat dengan dunia farmasi.

Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman

tersebut memiliki berbagai efek farmakologis dan bioaktivitas penting mulai

dari potensi sebagai agen anti penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif

seperti imunodefisiensi, hepatitis, arthritis, stroke, osteoporosis bahkan kanker.

Di sisi lain pengobatan dengan senyawa tunggal (single entity) atau senyawa

isolat murni maupun sintesis belum memberikan kesembuhan optimal. Di

samping itu juga bahan isolat murni maupun sitesis ini mempunyai efek

samping yang relatif berbahaya serta biaya yang mahal. Maka masyarakat

berupaya untuk mencari obat alternatif, terutama dari herbal (Saifudin, 2011;

Ismawan, 2010).

Tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional dapat berupa buah,

sayur-mayur, bumbu dapur, tanaman hias dan bahkan tanaman liar yang

tumbuh di sembarang tempat. Salah satu tanaman yang dapat dipakai sebagai

obat tradisional adalah bawang merah (Allium ascalonicum. L), bagian

tanaman ini yang biasa digunakan umbinya. Umbi bawang merah mengandung

Minyak atsiri dan senyawa Flavonoid (Flavon-glikosida) yang berfungsi

sebagai antifungi. Dari beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa

bawang merah berfungsi sebagai antifungi pada Genus Candida, Malassezia,

dan Dermatofita sehingga dapat mengatasi Candidiasis (Melcher dan Subroto,

2006).

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan global baik di

negara maju dan terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Salah

satunya adalah infeksi jamur (mikosis), yang semakin dikenal sebagai

penyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap di rumah sakit

terutama yang imunokompromis. Indonesia sebagai negara berkembang belum

Page 6: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

5

sepenuhnya berhasil membasmi infeksi jamur dan kini dihadapkan pada

masalah baru dengan hadirnya infeksi HIV/AIDS. Penyakit ini secara potensial

mendesak status imun penderita ke arah imunokompromis sehingga infeksi

jamur dapat tumbuh kembang dengan subur (Nasronudin, 2006).

Data-data penyakit kulit akibat jamur yang pernah dilaporkan oleh

pusat-pusat pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa insidensi penyakit

jamur kulit merupakan insiden nomor tiga setelah penyakit kulit karena bakteri

dan penyakit kulit karena alergi. Khususnya untuk kandidiasis, biasanya

menyerang segala usia baik laki-laki maupun wanita. Tetapi menurut data, 70%

penderitanya adalah wanita. Pada tahun 1990 menunjukan 15% penduduk New

Zealand terkena Kandidiasis. Di Amerika Serikat 80 juta penduduk menderita

gangguan kesehatan yang disebabkan Candida. Di Indonesia dilaporkan 84%

dari penderita AIDS yang dirawat di RSCM sampai tahun 2000 juga menderita

Kandidiasis oral yang disebabkan Candida albicans (Siregar, 2002).

Kandidiasis, merupakan mikosis dengan insidens tertinggi pada infeksi

oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal

tersebut disebabkan karena jamur tersebut merupakan bagian dari mikroba

flora normal yang beradaptasi dengan baik pada inang manusia, terutama

saluran cerna, saluran urogenital, dan kulit. Penelitian-penelitian menunjukkan

bahwa sedikitnya 60% isolat yang diambil dari sumber infeksi adalah Candida

albicans. (Nasronudin, 2006; Rosalina dan Osman Sianipar, 2006).

Sehubungan dengan adanya indikasi minyak atsiri dari bawang merah

(Allium ascalonicum. L) mempunyai daya antifungi tapi belum diteliti lebih

jauh dan belum diketahui efek parameter serta belum ditentukan standar baku

parameter, maka pada penelitian ini akan dilakukan pengujian daya

antifunginya terhadap Candida albicans.

Page 7: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

6

II. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental

laboratorik dengan menggunakan metode modifikasi kirby bauer dengan

analisa post test control group design only karena penulis memberikan

perlakuan terhadap subjek dan menggunakan kontrol positif maupun

negatif kemudian mengevaluasi hasil akhir (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2012 di

Laboratorium Biomedik II Sub Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah minyak atsiri dari bawang

merah (Allium ascalonicum. L) dengan konsentrasi 5% v/v, 10% v/v, 20%

v/v, 40% v/v, dan 80% v/v.

D. Estimasi Besar Sampel

Rumus Federer

Keterangan:

n = besar sampel

t = banyaknya perlakuan

(Andries, 2009)

Dengan menggunakan perhitungan rumus Federer maka estimasi

besar sampel yang akan dicobakan adalah:

(7 - 1) (n - 1) ≥ 15

6 (n - 1) ≥ 15

6n - 6 ≥ 15

6n ≥ 21

n ≥ 3,5

Melalui perhitungan tersebut maka besar sampel minimal yang

diperlukan pada penelitian ini adalah 3,5 kali atau dibulatkan menjadi 4

kali replikasi.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Konsentrasi konsentrasi minyak atsiri dari bawang merah

(Allium ascalonicum. L) dengan skala variabel rasio.

2. Variabel terikat

Zona hambat pertumbuhan Candida albicans dengan skala

variabel rasio.

(t - 1) (n - 1) ≥ 15

Page 8: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

7

3. Variabel luar

a. Variabel luar terkendali

1) Suhu inkubasi

2) Lama inkubasi

3) Cara isolasi kuman

4) Media pembiakan

5) Umur biakan Candida albicans

6) Jumlah koloni Candida albicans

7) Pengekstraksian

8) Volume pengenceran ekstrak

9) Sterilitas alat dan bahan

10) Ketelitian pengukuran dan pengamatan

b. Variabel luar tidak terkendali

1) Kecepatan pertumbuhan Candida albicans

2) Umur tanaman

3) Penjemuran

F. Definisi Operasional

1. Minyak atsiri dari bawang merah (Allium ascalonicum. L)

Diambil dari umbi bawang merah yang diperoleh melalui metode

destilasi (water destilation).

2. Zona hambat pertumbuhan Candida albicans

Adalah daya antifungi minyak atsiri dari bawang merah (Allium

ascalonicum. L) terhadap Candida albicans yang dilihat dari zona

bening pada masing-masing media Sabouraud Dekstrosa Agar.

G. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Alat Destilasi

1) Destilator (1 Set)

2) Pemanas / Kompor

3) Beker Glass

4) Corong

5) Aquadest

b. Alat uji daya antifungi

1) Ohse kolong

2) Tabung reaksi

3) Cawan petri

4) Alat pembuat sumuran

5) Autoklaf

6) Inkubator

2. Bahan

a. Bahan utama berupa umbi bawang merah (Allium ascalonicum. L)

b. Bahan uji daya antifungi

1) media Sabouraud Dekstrosa Agar

2) larutan nistatin

Page 9: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

8

3) standar 0.5 Mc Farland

4) NaCl 0,9%

c. Biakan jamur berupa Candida albicans ATCC 10231

d. Bahan mikromulsi berupa Tween 18

H. Cara Kerja

1. Stem Candida albicans ATCC 10231 ambil 1-2 ose oleskan pada

permukaan SDA inkubasi pada suhu kamar selama 1-2 hari.

2. Ambil 1-2 koloni jamur suspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair

inkubasi pada suhu 37 oC selama 5 jam.

3. Suspensi jamur ditambah dengan NaCl sampai kekeruhan tertentu

sesuai dengan standar 5.0 Mc Farland (108 CFU/ml).

4. Celupkan kapas lidi steril ke dalam suspensi jamur tekan-tekan

pada dinding tabung sampai kapas tidak terlalu basah oleskan pada

permukaan SDA.

5. Buat sumuran diameter 6 mm beri larutan sebanyak 0,05 ml sesuai

kelompok perlakuan (minyak atsiri bawang merah, akuades steril, serta

nistatin).

6. Inkubasi pada suhu kamar selama 1-2 hari ukur diameter zona

hambat.

I. Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan diuji dengan uji non parametrik

Kruskall-Wallis dan Mann Whitney. Data diolah dengan SPSS 17.0 for

Windows (Sugiyono, 2005).

Page 10: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

9

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Replikasi

Diameter zona bening

Kontrol (-)

aquadest

steril

Kontrol (+)

Nistatin

Minyak Atsiri Bawang Merah

5%

v/v

10%

v/v

20%

v/v

40%

v/v

80%

v/v

1 6 13 7 11 15 15 17

2 6 13 7 13 13 14 17

3 6 14 8 11 13 15 19

4 6 13 7 12 13 14 20

Rata-rata 6 13.25 7.25 11.75 13.5 14.5 18.5

Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter zona bening Minyak Atsiri Bawang

Merah terhadap Pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231

dengan Metode Modifikasi Kirby-bauer

B. Hasil Analisis Data

1. Uji normalitas data

Hasil analisis menunjukkan Saphiro Wilk hitung = 0, 920

ternyata mempunyai nilai p (sig.) = 0,035. Nilai p tersebut < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa distribusi data yang ada tidak normal.

Sehingga memerlukan penghitungan dengan kaidah-kaidah non-

pareamertrik yaitu dengan menggunakan Uji Non-Parametrik Mann

Whitney.

2. Uji homogenitas data

Hasil analisis menunjukkan Levene test hitung = 6.147 ternyata

mempunyai nilai p (sig.) = 0,001. Nilai p tersebut < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa varians data yang ada tidak homogen. Sehingga uji

Anova tidak dapat.

3. Uji non parametrik Kruskal Wallis

Pada uji ini didapatkan nilai p (asymp. sig.) = 0,000. Nilai p

tersebut < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

daya antifungi yang bermakna antara ketujuh kelompok perlakuan.

4. Uji non parametrik Mann Whitney

Pada uji yang dilakukan dengan pembanding kontrol negatif (-)

didapatkan pada konsentrasi ekstrak 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40%

v/v, dan 80% v/v nilai p (asymp. sig.) berturut-turut 0.011, 0.013,

0.011, 0.013, dan 0.013. Nilai p tersebut < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kelima konsentrasi tersebut mempunyai daya

antifungi yang berbeda bermakna secara statistik.

Page 11: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

10

Pada uji yang dilakukan dengan pembanding kontrol positif (+)

didapatkan pada konsentrasi ekstrak 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40%

v/v, dan 80% v/v nilai p (asymp. sig.) berturut-turut 0.015, 0.044,

0.850, 0.032. dan 0.17. Pada konsentrasi 5% v/v, 10% v/v, 40% v/v,

dan 80% v/v Nilai p yang didapat < 0.05. Maka jika dibandingkan

dengan kontrol positif (+) didapatkan perbedaan yang bermakna secara

statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya antifungi pada

konsentrasi tersebut masih kurang efektif. Namun pada konsentrasi

20% v/v, nilai p (asymp. sig.) = 0.850. Nilai tersebut > 0.05 yang

menunjukan secara statistik terdapat perbedaan tidak bermakna.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 20% v/v potensi

daya antifungi yang dimiliki tidak jauh berbeda jika dibandingkan

dengan kontrol positif. Dengan kata lain, secara statistik pada minyak

atsiri bawang merah konsentrasi 20% v/v mempunyai efektifitas

antifungi terhadap Candida albicans yang paling efektif.

C. Pembahasan

Pada tabel. 1 menunjukkan hasil pengukuran diameter zona bening

minyak atsiri bawang merah terhadap pertumbuhan Candida albicans

ATCC 10231 dengan Metode Sumuran (mm). Metode ini lebih umum

digunakan pada pengujian daya antifungi karena lebih efektif dalam

menghambat pertumbuhan jamur. Diameter zona bening merupakan

petunjuk kepekaan jamur uji dimana semakin luas zona bening maka

semakin baik pula daya antifungi yang dimiliki (Jawetz et al, 2007).

Diameter zona bening minyak atsiri bawang merah sudah terlihat

dari konsentrasi yang terkeci yaitu 5% v/v. Minyak atsiri bawang merah

dengan konsentrasi 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, dan 80% v/v

didapatkan rata-rata diameter zona bening berturut 7.25 mm, 11.75 mm,

13.5 mm, 14. 5mm, dan 18.5mm. Jika dibandingkan dengan kontrol positif

yaitu nistatin yang mempunyai rata-rata diameter zona bening 13.25mm

maka konsentrasi 5% v/v dan 10% v/v kurang efektif. Dan pada

konsentrasi 20% v/v, 40% v/v dan 80% v/v dapat dikatakan efektif karena

mempunyai rata-rata diameter zona bening yang lebih besar dibandingkan

dengan kontrol positif Nistatin. Zona bening meningkat seiring dengan

peningkatan konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi, maka semakin luas

zona bening yang berarti semakin tinggi efektifitas untuk menghambat

pertumbuhan jamur (Sulistiyawati & Mulyati, 2009).

Pada tabel.2 yang merupakan uji statistik Non-parametrik Mann

Whitney didapatkan bahwa daya antifungi minyak atsiri bawang merah

dengan konsentrasi 20% v/v bermakna signifikan jika dibandingkan dengan

kontrol positif Nistatin. Pada konsentrasi 20% v/v diameter zona bening

mendekati dan lebih besar daripada nistatin, sehingga dapat disimpulkan

bahwa minyak atsiri bawang merah dengan konsentrasi 20% v/v efektif

untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans.

Pada umumnya Candida albicans dalam keadaan normal merupakan

saprofit dalam rongga mulut orang sehat, saluran pencernaan, saluran

Page 12: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

11

pernapasan bagian atas, mukosa vagina, dan di bawah kuku di mana berada

dalam keseimbangan dengan flora bakteri sehingga dapat menjadi sumber

infeksi endogen. Invasi jamur ini diawali dengan bentuk adaptif jamur

(khamir) yang terhirup atau menempel pada tubuh. Jamur ini akan menjadi

patogen jika terdapat kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya

multiplikasi dan menghasilkan mikotoksik. (Baker, 2006; Wahyuningsih

dkk, 2008; Siregar, 2002).

Membran sel Candida albicans terdiri dari lipid dan protein yang

berfungsi sebagai sawar yang berfungsi untuk mencegah perpindahan air

atau zat larut air dari satu ruang ke ruang lainnya. Ergostero merupakan

lapisaan sterol yang berfungsi membantu permeabilitas membran serta

mengatur sebagian besar sifat cair dari jamur (Guyton & Hall, 2002).

Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif.

Aktivitas antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada

membran sel jamur atau ragi, terutama ergosterol. Akibat terbentuk ikatan

antara sterol dan antibiotik ini terjadi perubahan permeabilitas membran sel

sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul (Setiabudy dan Bahry,

2007).

Molekul hidrofobik penyusun minyak atsiri akan menyerang

ergosterol pada membran sel jamur sehingga menyebabkan perubahan

permeabilitas membran dan kerusakan membran yang akhirnya molekul-

molekul sel jamur akan keluar sehingga menyebabkan kematian sel.

Molekul minyak atsiri juga dapat mengganggu kerja enzim-enzim yang

terikat pada membran sel khamir, sehingga mengganggu pembentukan

membaran sel. Dengan kata lain minyak atsiri dapat membunuh dan

menghambat pertumbuhan jamur (Ridawati dkk, 2011).

Selain itu bawang merah juga mempunyai beberapa manfaat lain

seperti menurunkan demam (antipiretik), meredakan sakit kepala,

melegakan hidung tersumbat (dekongestan), mengencerkan dahak

(saponin), mengatasi perut kembung, dan membantu penyembuhan luka

(Jaelani, 2007).

Beberapa faktor lain yang berperan terhadap kualitas minyak atsiri

adalah kualitas tanah di mana tanaman yang tumbuh, suhu di wilayah

tersebut, iklim / jumlah tahunan curah hujan di mana tanaman tumbuh,

ketinggian tanaman hidup, distilasi proses, kesenjangan waktu antara panen

tanaman dan penyulingan, penyimpanan minyak setelah ekstraksi, jenis

peralatan distilasi digunakan dll (Ross Watson and R.Predy, 2010)

Pada penelitian ini terbukti bahwa Minyak Atsiri Bawang Merah

(Allium ascalonicum.L) mempunyai daya antifungi terhadap Candida

albicans mulai pada konsentrasi 5% hingga pada konsentrasi 80%, tetapi

pada konsentrasi 20% v/v, 40% v/v dan 80% v/v yang dapat dikatakan

efektif karena mempunyai rata-rata diameter zona bening yang lebih besar

dibandingkan dengan kontrol positif Nistatin.

Page 13: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

12

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium ascalonicum.L) dengan

konsentrasi 20% v/v, 40% v/v dan 80% v/v terbukti efektif dalam

menghambat pertumbuhanCandida albicansATCC 10231 pada media

SDA.

B. Saran

1. Penjemuran Bawang Merah harus pada tempat yang mempunyai

sirkulasi udara yang baik atau pada tempat yang terbuka dan

langsung dibawah terik matahari

2. Perlu dilakukan penelitian tentang kadar minyak atsiri Bawang

Merah secara spesifik.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih jelas tentang senyawa yang

terdapat pada Bawang Merah.

4. Perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan sediaan Minyak

Atsiri Bawang Merah yang efektif dan aman digunakan untuk

pengobatan.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, baik secara in vitro maupun

in vivo mengenai daya antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah

untuk mengetahui toksisitas dan konsentrasi yang paling aman dan

efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.

6. Perlu dilakukan uji daya antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah

dengan menggunakan metode maupun jamur uji yang lain.

Page 14: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

13

V. DAFTAR PUSTAKA

Aak,p. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Yogjakarta:KANISIUS

Andries, G. 2009. Efek Neuroterapi Kumis Kucing (Acalypha indica Linn)

pada Otot Gastroknemius Katak Bufo melanosticus.Volume 1. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 26-28.

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Pp.

l377-378.

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa

Macam Preparat: Tinktur, Ekstrak Encer, Ekstrak, Air Amonia, Asam

Encer, Spiritus, dan Sediaan Radiofarmasi. Jakarta: UI-Press. pp. 605-

619.

Backer, C.A. and Bakhuizen, R.C.B. 1968. Flora of Java Volume I dan III.

Groningen: P. Noordhoff.

Baker, S.E. 2006. Aspergillus niger Genomics: Past, Present, and Into the

Future: Medical Mycology. 44: 517-521.

Bakan, J.A. 1995. Microemulsions : Swarbick, J. Boylan, C.J. Encyclopedia Of

Pharmaceutical Technology. Vol. 9. New York: Marcell Dekker. Inc.

Pp. 379-387.

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Depkes RI. pp. 6-8, 10.

Ebadi, M. 2002. Pharmacodynamic Basic of Herbal Medicine: Alkaloids:

Manuka and Fungal Diseases: Flavonoids. New York: CRC press. pp:

179-84, 189-92, 393-403.

Gandjar dkk, indrawati. 2006. MIKOLOGI: Dasar dan Terapan. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. pp: 25-26

Gillespie, Stephen H dan Bamford, Kathleen B. 2008. At a Glance

Mikrobiologi Medis dan Infeksi, Edisi Ketiga. Jakarta: PENERBITAN

ERLANGGA

Guyton & Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. pp. 14-7.

Page 15: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

14

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit: Kandidosis. Jakarta: Hipokrates. pp.

81-82.

Harmita dan Radji, M. 2004. Analisis Hayati. Jakarta: Departemen Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Indonesia. pp. 62-63.

Ismawan, B. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah & Cara Racik

Volume 08. Bogor: Trubus Swadaya. pp. 1.

Jaelani. 2007. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta: KANISIUS. pp. 34-35

Jawetz et.al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama: Mikologi

Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika. pp. 342-346.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2007. Medical Microbiology 24th

Edition:

Medical Mycology. New York: Mc Graw Hill Companies. pp. 642-645.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta :Balai Pustaka.

Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 5: Obat Antijamur.

Jakarta: EGC. pp. 753-759.

Kuswadji. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5: Kandidosis. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 106-109.

Lachman, L., Lieberman, A.H., Konig, L.J.1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi II. Jakarta : UI Press. pp. 1029-1088.

Liebermen, Hebert, A. Rieger, Martin M. 1995. Pharmaceutical Dosage Forms

: Disperse System Vol. 2. New York: Marcel Dekker. Inc. pp. 336 –

339.

Lutony, T. L. dan Rahmayati Y. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak

Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm 109-113.

Maryani, Herti dan Kristiana, Lusi. 2006. Sehat Dengan Ramuan Tradisional:

Tanaman Obat untuk Influenza. Jakarta:Agro Media Pustaka

Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.

Page 16: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

15

Melcher, Heinrich dan Subroto, M.A. 2006. Gempur Penyakit dengan Herbal

Papua. Jakarta:Agro Media Pustaka.

Milton J. 1995. Lawrence. M. Jayne and Rees Gareth D. 2000. Microemulsion-

Based Media as Novel Drug Delivery Systems Advanced Drug Delivery

Reviews. Pp. 45,1,89,121.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., Fisher, B.D. 2001. Farmakologi

Ulasan Bergambar Edisi 2: Obat-Obat Antijamur. Jakarta: Widya

Medika. pp. 341-347.

Nasronudin. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 3: Infeksi

Jamur. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 1793-

1799.

Prianto, J.L.A., Tjahaya, P.U., Darwanto. 2006. Atlas Parasitologi Kedokteran:

Kandidiasis Vagina. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. pp. 241-

242.

Rahayu,Estu dan Berlian,Nur. 2004. Bawang Merah, Cet:X. Jakarta: Penebar

Swadaya

Ridawati dkk. 2011. Aktivitas Antifungal Minyak Atsiri Jinten Putih terhadap

Candida parapsilosis SS25, C. orthopsilosis NN14, C. metapsilosis

MP27, DAN C. etchellsii MP18

Rosalina & Osman Sianipar. 2006. Berkala Kesehatan Klinik Volume 12

Nomor 2 Desember 2006: Insidensi Candidiasis: Tinjauan Klinis dan

Laboratoris. pp. 128-132.

Ross Watson and R.Predy. 2010. Bioactive Foods in Promoting Health: Fruits

and Vegetables.United Kingdom: Academic Press. Pp. 58

Saifudin, A. 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

pp. 1-11.

Santoso, Hieronymus Budi. 2008. Ragam & Khasiat Tanaman Obat.

Jakarta:AgroMedia Pustaka

Setiabudy, R. dan Bahry, B. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5: Obat

Jamur. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 571-

584.

Page 17: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

16

Sumardjo, D.D. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran. Jakarta: EGC

Sulistyawati, D. & Mulyati, S. 2009. Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun

Jambu Mete (Anacardium occidentale, L.) terhadap Candida albicans.

Biomedika. 2(1): 47-51.

Pitojo, Setijo. 2003. Seri Penangkaran: Benih Bawang Merah. Yogyakarta:

Kanisius.

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Kedua:

Kandidiasis. Jakarta: EGC. pp. 31-35.

Siregar, R.S. 2002. Penyakit Jamur Kulit, Edisi 2. Jakarta: EGC

Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga

University Press.

Soedarmadi. 2007. Infeksi Menular Seksual: Kandidosis Vulvovaginal. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 171-176.

Spicer, W.J. 2000. Clinical Bacteriology, Mycology, and Parasitology:

Aspergillus and Candida. Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 62-63.

Stringer, J.L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi: Panduan Untuk Mahasiswa

Edisi 3: Obat-Obat Antifungi. Jakarta: EGC. pp. 211-216.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S. 2009. Buku Ajar

Parasitologi Kedokteran Edisi 4: Kandidosis. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 356-362.

Tambayong, J. 2001. Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta: Widya

Medika. pp. 37-38.

Tjampakasari, C.R. 2006. Cermin Dunia Kedokteran Volume 151:

Karakteristik Candida albicans. pp. 33-36.

Tjitrosoepomo, G.2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:

UGM Press.

Page 18: UJI DAYA ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI BAWANG MERAH …eprints.ums.ac.id/20006/9/naskah_publikasi.pdf · oportunistik yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh Candida. Hal tersebut

17

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, dan

Penggunaannya Edisi 6. Jakarta: Elex Media Computindo.

Van Steenis, C.G.G.J. 2005. Flora. Jakarta: PT.Pradnya Paramita

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. pp. 560-561.

Wahyuningsih, R., Rozalyani, A., Jannah, S.M.E., Amir, I., Prihartono, J. 2008.

Majalah Kedokteran Indonesia Volume 58 Nomor 4 April 2008:

Kandidemia pada Neonatus yang Mengalami Kegagalan Terapi

Antibiotik. pp. 110-115.

Wolff, K., Johnson, R.A., Suurmond, D. 2005. Fitzpatrick’s Color Atlas and

Synopsis of Clinical Dermatology 5th

Edition: Candidiasis. New York:

Mc Graw Hill Companies. pp. 716-728.